Upload
amiy-amirah
View
65
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
case
Citation preview
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian Presentasi Kasus : Jumat, 14 September 2013
SMF ILMU PENYAKIT MATA
Rumah Sakit Mata“Dr. Yap”
Nama : Amirah Bt Dahalan
NIM : 11.2011.151
Dr. Pembimbing : dr. Enni Cahyani P, SpM, M.Kes
Fak. Kedokteran : UKRIDA
No. Rekam Medis : 38 78 53
Nama dokter merawat : dr Tatang Talka Gani Sp.M
Tanggal masuk RS : 9 September 2013
I. IDENTITAS
Nama : Ny.S
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Ngudi Mulyo, Sragen
Tanggal Pemeriksaan : 10-11 September 2013
II. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 10 September 2013.
Keluhan Utama :
Pandangan kedua mata kabur kabur sejak 1 tahun yang lalu
Keluhan Tambahan :
Gatal- gatal di kedua mata
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan pandangan mata kanan dan kiri kabur sejak 1 tahun yang
lalu. Pasien mengatakan keluhan mata kabur berlangsung perlahan-lahan dan mata kiri dirasakan
lebih kabur sejak 5 bulan yang lalu. Kira-kira 5 bulan yang lalu pasien memeriksakan mata di rumah
sakit di Solo dan dan dikatakan katarak. Pada awalnya pasien merasakan hanya terasa gatal, lama
kelamaan pasien mengeluh penglihatan mata kiri kabur dan sulit melihat. Pasien mengeluh kalau
mata kiri jika melihat jauh maupun dekat kabur seperti ada bayangan putih dan merasa silau
terutama saat siang hari dan jika malam hari penglihatan terasa sedikit lebih jelas untuk melihat
dibandingkan dengan siang hari sedangkan pada mata kanan tidak ada keluhan. Pasien merasakan
lebih enak melihat dekat berbanding jauh. Pasien juga mengatakan bila melihat benda seperti
bergelombang pada tepi benda tersebut. Keluhan penglihatan dobel, melihat lingkaran pelangi yang
terlihat disekeliling sumber cahaya terang disangkal oleh pasien.
Pasien mengatakan keluhan mata kabur tidak disertai mata merah, mata berair, keluar
belekan, sakit kepala, mual atau muntah. Pasien tidak pernah menggunakan kaca mata.
Riwayat pernah trauma setengah tahun yang lalu akibat tertusuk kardus pada mata kiri dan
telah diobati di rumah sakit di Solo.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak ± 1 tahun yang lalu.
hipertensi (-), asma (-), alergi (-), gastritis (+), trauma mata (+)
Riwayat Operasi :
Operasi batu ginjal kanan 3 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga :
Diabetes mellitus (+), hipertensi (+) pada ibu
Hipertensi (+) pada adik
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,20C
Kepala : Normocephali, wajah simetris
THT : Membran timpani intak, serumen ada minimal, sekret tidak ada
Thorax, Paru-paru : Suara nafas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I dan BJ II reguler, murmur dan gallop tidak ada
Abdomen : Supel, datar, bising usus positif normal, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas : Atas : Udema tidak ada, hangat
Bawah : Udema tidak ada, hangat
KGB : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
IV. STATUS OFTALMOLOGIS
KETERANGAN OD OS
1. VISUS
Tajam penglihatan 5/60 1/60
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Addisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Distansia pupil 60 mm 60 mm
Kacamata lama Tidak ada Tidak ada
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada
Enoftalmos Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
3. SUPERSILIA
Warna Hitam Hitam
Simetris Simetris Simetris
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropion Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fissura palpebra Normal Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada
Palpebra superior lateral
terdapat naevus di
perbatasan bulu mata,
menonjol berwarna hitam
kecoklatan, ukuran 2mm x
2mm
5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemis Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret Tidak ada Tidak ada
Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi siliar Tidak ada Tidak ada
Injeksi subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista dermoid Tidak ada Tidak ada
7. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum Lakrimalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
8. SKLERA
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak Ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tidak Ada Tidak Ada
9. KORNEA
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran 12 mm 12 mm
Sensibilitas Normal Normal
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Keratik Presipitat Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus Senilis Ada Ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10. BILIK MATA DEPAN
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. IRIS
Warna Coklat Coklat
Kripte Jelas Jelas
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
12. PUPIL
Letak Ditengah Ditengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 3 mm 3 mm
Refleks Cahaya Langsung Positif Positif
Refleks Cahaya Tak Langsung Positif Positif
13. LENSA
Kejernihan Keruh Keruh padat
Letak Di tengah Di tengah
Shadow Test Positif Negatif
14. BADAN KACA
Kejernihan Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
15. FUNDUS OKULI
Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rasio Arteri: Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan
C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
16. PALPASI
Nyeri Tekan Tidak ada Tida ada
Massa Tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi Okuli Normal perpalpasi Normal perpalpasi
Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
17. KAMPUS VISI
Tes Konfrontasi Lapang pandang baik Lapang pandang baik
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal (9 september 2013)
1. Tonometri : OD : 16 mmHg OS : 18 mmHg
2. Funduskopi : dalam batas normal tidak dapat dinilai
3. Keratometer :
4. USG biometri : Axial : 22,99 mm
ACD : 3,53 mm
Lens : 4,08 mm
5. Laboratorium (tanggal 10 September 2013)
Pemeriksaan Hasil
Darah lengkap
Leukosit (WBC) 6,90 103/mm3
Eritrosit (RBC) 4,60 106/mm3
Trombosit 239 103/mm3
Hemoglobin (Hb) 13,6 g/dL
Hematokrit (Hct) 42,9 %
MCV 93 µm3
MCH 29,5 pg
MCHC 31,7 g.dL
RDW 12,7 %
MPV 7,8 µm3
Pemeriksaan kimia darah
Kreatinin 0,99 mg/dL
Ureum 25,4 mg/dL
Gula darah puasa 163mg/dL
Gula darah sewaktu 2 jam PP 254 mg/dL
HbsAg Negatif
VI. RESUME
Pasien perempuan berumur 50 tahun datang dengan keluhan pandangan mata kanan dan kiri
kabur sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan keluhan mata kabur berlangsung perlahan-
lahan dan mata kiri dirasakan lebih kabur sejak 5 bulan yang lalu. Kira-kira 5 bulan yang lalu
pasien memeriksakan mata di rumah sakit di Solo dan dan dikatakan katarak. Pada awalnya
pasien merasakan hanya terasa gatal, lama kelamaan pasien mengeluh penglihatan mata kiri
kabur dan sulit melihat. Pasien mengeluh kalau mata kiri jika melihat jauh maupun dekat kabur
seperti ada kabut, merasa silau terutama saat siang hari dan jika malam hari penglihatan terasa
sedikit lebih jelas untuk melihat dibandingkan dengan siang hari sedangkan pada mata kanan
tidak ada keluhan. Pasien merasakan lebih enak melihat dekat berbanding jauh. Pasien juga
mengatakan bila melihat benda seperti bergelombang pada tepi benda tersebut. Riwayat
pernah trauma setengah tahun yang lalu akibat tertusuk kardus pada mata kiri dan telah diobati
di rumah sakit di Solo. Riwayat menderita penyakit diabetes mellitus sejak 1 tahun yang lalu
dan rutin minum obat.
Dari pemeriksaan fisik mata ditemukan lensa mata kanan keruh dan lensa mata kiri keruh
padat. Pada lensa mata kiri terdapat seperti kepingan berwarna putih di bagian tengah mata.
Tajam penglihatan mata kanan 5/60, pada mata kiri dengan pemeriksaan visus 1/60 dan
Shadow test mata kanan positif dan mata kanan negatif.
VII. DIAGNOSIS KERJA
a) Okuli Dekstra (OD): Katarak Senilis Immatur
Dasar:
Anamnesis : Mata kanan kabur sejak 1 tahun yang lalu. Semakin lama penglihatan semakin
kabur sehingga tidak bisa melihat dengan baik. Mata berkabut dan merasa silau saat siang
hari dan sedikit lebih jelas saat malam hari. Keluhan disertai melihat benda seperti
bergelombang. Keluhan tidak disertai mata merah, nyeri pada mata, ada kotoran pada mata,
dan sakit kepala. Pasien tidak pernah menggunakan kacamata sebelumnya dan tidak pernah
mengalami trauma.
Pemeriksaan fisik mata : Lensa pada mata kanan keruh, visus 5/60 dan Shadow test positif
b) Okuli Sinistra (OS) : Katarak Senilis Matur
Dasar:
Anamnesis : Pasien mengeluh penglihatan mata kirinya lebih kabur bila untuk melihat jauh
dan dekat berbanding mata kanan. Semakin lama penglihatan semakin kabur sehingga tidak
bisa melihat dengan baik. Penglihatan seperti berkabut dan merasa silau saat siang hari dan
sedikit lebih jelas saat malam hari. Keluhan disertai melihat benda seperti bergelombang.
Keluhan tidak disertai mata merah, nyeri pada mata, ada kotoran pada mata, dan sakit
kepala. Pasien tidak pernah menggunakan kacamata sebelumnya dan pernah mengalami
trauma.
Pemeriksaan fisik mata: Lensa mata kiri keruh dengan visus 1/60. Shadow test negatif.
c) Diabetes mellitus tipe 2
Dasar
Pasien menderita diabetes sejak 1 tahun yang lalu dan rutin berobat serta mempunyai ri-
wayat keluarga yang menderita diabetes yakni ibu pasien.
VIII. DIAGNOSIS BANDING
1. Katarak komplikata
2. Katarak traumatika
IX. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Perimetri Goldman untuk memeriksa lapang pandang
2. Retinometri untuk menilai potensi ketajaman visual pasien dengan katarak dan kekeruhan
lainnya
X. PENATALAKSANAAN
Non-Bedah :
Tatalaksana non-bedah hanya efektif dalam memperbaiki fungsi visual untuk sementara waktu dan
memperlambat pertumbuhan katarak :
1) Penurunan kadar sorbitol
2) Pemberian aspirin
3) Antioksidan vitamin C dan E
Bedah :
Pro Operasi Fakoemulsifikasi + intraocular lens (IOL)
Preoperasi :
1) Edukasi pasien tentang prosedur operasi
2) Baju bedah dan inform consent
3) Midriatil 1 tetes OS/jam
4) Antibiotik profilaksis preoperasi : ofloxacin 1 tetes OS/jam
Postoperasi :
1) Ofloxacin tetes mata 4 x 1 tetes OS
2) Dexamethason tetes mata 6 x 1 tetes OS
3) Ciprofloxacin tab 2 x 500mg
4) Dexamethason tab 4 mg 2-2-0
5) Metformin tab 3 x 500mg
6) Vildagliptin tab 1 x 50mg
7) Edukasi pasien agar mata yang dioperasi tidak terkena air ±3minggu, tidak boleh
membungkuk kurang lebih 3 minggu, memakai Dop/pelindung mata berlubang selama 3
minggu saat tidur, jika ingin berpergian bisa menggunakan kacamata netral.
8) Kontrol ke poli setelah seminggu untuk menilai perbaikan luka, pemeriksaan visus dan
komplikasi pasca operasi.
XI. PROGNOSIS
OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
Ad Vitam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam
kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Katarak senilis atau biasa juga disebut ‘age-related
cataract’ merupakan katarak dapatan yang paling sering, mengenai umur lebih dari 50 tahun.
Setelah umur 70 tahun, lebih dari 90% individu mengalami katarak senilis. Kondisi ini biasanya
bilateral, tetapi pada tahap awal hampir selalu satu mata yang terlibat.
Secara morfologi katarak senilis terjadi dalam dua bentuk, yaitu kortikal (katarak lunak)
dan nuklear (katarak keras). Katarak senil kortikal dapat berawal dari katarak kuneiformis atau
kupuliformis.
ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
Lensa bersifat transparen, bikonveks, dan berstruktur kristalin. Lensa terletak di antara iris dan
vitreus humor. Diameter lensa berkisar 9-10 mm dan ketebalan bervariasi dari 3,5 mm saat lahir
sampai 5 mm saat dewasa.
Kelengkungan lensa berbeda antara segmen anterior dan posteriornya. Segmen posterior lensa
lebih konveks/melengkung dari segmen anteriornya. Kedua segmen bertemu di ekuator.
Struktur-struktur lensa adalah sebagai berikut :
1. Lens capsule. Meruakan membran hialin tipis dan transparan yang melindungi lensa. Kapsul
lebih tebal di daerah anterior dibanding di posterior, paling tebal di daerah pre ekuator
anterior, paling tipis di daah kutub posterior.
2. Epitel anterior. Merupakan selapis sel kuboid di bawah lapisan kapsul anterior. Di bagian
ekuator sel ini menjadi kolumnar, dan aktif membelah untuk membentuk serat lensa yang
baru selama kehidupan. Tidak ada yang namanya epitel posterior.
3. Lens fibers. Sel epitel memanjang untuk membentuk serat serat lensa yang mempunyai
bentuk yang complicated. Serat lensa yang sudah matur merupakan sel yang sudah tidak
mempunyai inti. Serat-serat lensa yang terbentuk selam kehidupan membentuk nukleus dan
korteks.
Nukleus. Merupakan bagian tengah yang mengandung serat yang tertua. Nukleus sendiri
mempunyai bagian-bagian, dengan yang tertua ada di bagian paling tengah.
Korteks. Mrupakan serat lensaa di sekitar nukleus yang berusia muda.
4. Ligamentum suspensorium (zonulla zinii). Strukturnya terdiri dari kumpulan serat yang
menghubungkan lensa ke badan silier. Ligamentum ini memungkinkan lensa berada di
posisi yang tetap dan bergerak sesuai dengan kontraksi otot siliar.
Untuk menjalankan fungsinya sebagai media refraksi, lensa harus mempunyai 3 fisiologi untuk
mempertahankan strukturnya :
a. Transparan. Lensa dapat menjadi trasnparan karena faktor-faktor sebagai berikut:
b. Avaskular.
c. Sel-sel yang rapat dan sesuai pengaturannya
d. Kapsul lensa yang semipermeabel.
e. Mekanisme pompa oleh membran serat lensa yang mengatur keseimbangan elektrolit dan
air dan menjaga agar dehidrasi
f. Auto oksidasi dan konsentrasi glutation yang tinggi menjaga agar protein lensa berada
tereduksi dan menjaga pompa integrits dari pompa membran.
g. Metabolisme. Lensa memerlukan ATP untuk transpor aktif ion dan asam amino,
maintenance dehidrasi lensa, dan sintesis protein. Eergi yang dihasilkan sebagian besar
dialihkan ke epitel yang merupakan tempat transpor aktif, hanya 10-20 persen untuk
sintesis protein. Sumber energinya didapatkan dari aqueous humour. Glukosa merupakan
sumber energi yang utama. Aktivitas metabolik paling banyak terdapat di epitel dan korteks,
sedangkan untuk nukleus biasanya tidak begitu banyak. Metabolisme dapat terjadi melalui
glikolisis anaerob, HMP shunt, dan sikous Krebs. Pada pasien dengan DM dapat terjadi jalur
sorbitol.
Gambar 1. Anatomi Lensa
EPIDEMIOLOGI
Katarak merupakan penyebab utama (51%) kebutaan di dunia. Hampir 20 juta jiwa
mengalami kebutaan karena katarak, dan jumlah ini diproyeksikan akan menjadi 40 juta jiwa pada
tahun 2020. Di negara berkembang, katarak terkait usia dapat muncul lebih cepat. Penelitian di
India menunjukkan katarak dapat muncul 14 tahun lebih awal dibandingkan di Amerika Serikat.
Sebagai perbandingan, prevalensi katarak yang sudah mengganggu visus (<=6/9) pada populasi
berusia 75-83 tahun di India adalah sebesar 82% dibandingkan 46% di Amerika Serikat. Katarak
dapat ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria dengan rasio 1:8.
Di Indonesia, katarak adalah penyebab kebutaan terbanyak (1,02%) dari total angka
kebutaan 1,47%. Peningkatan penduduk usia lanjut yang diproyeksikan pada tahun 2025
meningkat sebesar 400% akan menjadi ancaman peningkatan prevalensi katarak. Meningkatknya
angka kejadian penyakit kronis seperti DM dan hipertensi juga memiliki faktor terhadap
peningkatan angka kejadian tersebut.
ETIOLOGI
Katarak senilis berkembang seiring dengan proses bertambahnya usia. Etiopatogenesis yang pasti
belum jelas, beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya katarak senilis adalah: Faktor yang
berpengaruh terhadap onset umur, jenis, dan maturitas katarak senilis
1. Herediter; berperan dalam insiden, onset umur, dan maturasi katarak senilis pada keluaraga
yang berbeda.
2. Iradiasi ultraviolet; banyak studi epidemiologi menunjukkan peranan paparan sinar
ultraviolet terhadap lebih awalnya onset dan maturitas dari katarak senilis.
3. Faktor diet; defisiensi protein tertentu, asam amino, vitamin (riboflavin, vitamin E, vitamin
C), dan elemen esensial diduga mempercepat onset dan maturitas katarak senilis.
4. Krisis dehidrasi; adanya episode dehidrasi sebelumnya (misalnya diare, kolera) juga
dihubungkan dengan cepatnya onset dan maturitas katarak.
5. Merokok; mengaikabtkan akumulasi molekul 3 hidroksikinurinin berpigmen dan kromofor
yang dapat menyebabkan warna kekuningan. Sianat pada rokok menyebabkan karabamilasi dan
denaturasi protein lensa.
PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang
dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi
peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa
protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam
lensa melebihi jumlah protein dalam bagian yang lain sehingga membentuk suatu kapsul yang
dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada
serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan
penglihatan. Dengan bertambah lanjut usia seseorang maka nucleus lensa mata akan menjadi lebih
padat dan berkurang kandungan airnya, lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya (optic
zone) sehingga kemampuan memfokuskan benda berkurang.
Perubahan lensa pada usia lanjut menurut Ilyas (2005):
1. Kapsul
Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
Mulai presbiopia
Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
Terlihat bahan granular
2. Epitel → makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
Bengkak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa:
Lebih iregular
Pada korteks jelas kerusakan serat sel
Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus (histidin,
triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna coklet protein lensa nukleus
mengandung histidin dan triptofan dibanding normal
Korteks tidak berwarna karena:
Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut biasanya mulai terjadi
pada usia lebih dari 60 tahun.
MANIFESTASI KLINIS
Pengambilan anamnesa yang hati–hati sangat penting untuk menggambarkan progresifitas
dan kerusakan fungsional dari penglihatan yang disebabkan oleh katarak dan identifikasi penyebab
lain yang mungkin menyebabkan opasitas lensa. Seorang pasien dengan katarak juvenile biasanya
memiliki riwayat kemunduran penglihatan progresif dan bertahap.
Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
lengkap.
Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan penglihatan yang progresif atau berang-
sur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-hole.
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana tingkat
kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun dengan latar
belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa silau terhadap
lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip pada malam
hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak kortikal.
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui
perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan dan
tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini diketahui
lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui kepastuian fungsi
penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya penglihatan yang
disebabkan oleh adanya katarak.
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,
biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Namun setelah
sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini
berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear.
Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan
anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan
ekstraksi katarak.
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan menurun
pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari, sebaliknya
paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih
baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul
atau bergelombang.
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat disekeliling
sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita glaucoma.
8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang
keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular
dengan cover test dan pin hole.
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan persepsi
warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding
warna sebenarnya.
10. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak pada
lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous yang
sering bergerak-gerak.
Pemeriksaan Oftalmologis K atarak
Pemeriksaan mata lengkap dimulai dari pemeriksaan visus. Jika pasien mengeluhkan glare,
visus juga harus diperiksa di ruangan yang sangat terang. Pemeriksaan sensitivitas terhadap
kontras juga harus dilakukan, terutama jika ada keluhan. Tes shadow akan menunjukkan hasil
positif .
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya dikonsentrasikan untuk melihat kekeruhan lensa, namun juga
menilai struktur okular lainnya seperti konjungtiva, kornea, iris dan bilik mata depan.
1. Visus dasar dan visus koreksi terbaik
Pada katarak, visus dapat menurun yang tidak akan diperbaiki dengan pemakaian kacamata.
2. Refleks pupil
Pada katarak juvenile, reflex pupil positive karena cahaya masih dapat masuk ke dalam mata.
Dengan oftalmoskop pada mata tanpa adanya katarak akan terlihat refleks merah pada pupil
yang merupakan refleks retina yang terlihat melalui pupil. Bila terdapat katarak maka refleks
merah ini tidak akan terlihat.
3. Tekanan intra ocular
Memeriksa adanya komplikasi glaucoma pada penderita katarak
4. Pemeriksaan fundus, fundus reflex
5. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa,
sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya telah matang dan
pupil mungkin tampak putih.
6. Keadaan umum
7. pemeriksaan fungsi macula dan USG (biometri pengukuran power IOL)
untuk mengetahui prognosis dan pemakaian lensa setelah operasi ekstraksi katarak.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium diperlukan sebagai bagian skrining preoperative untuk mendeteksi
penyakit penyerta (misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan kelainan jantung). Pemeriksaan
radiologis seperti USG, CT Scan dan MRI diperlukan jika dicurigai adanya kelainan di daerah
posterior dan kurangnya gambaran pada bagian belakang mata karena katarak yang sudah sangat
padat. Pemeriksaan ini membantu dalam perencanaan tatalaksana bedah.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik oftalmologi adalah visus dasar yang nantinya dibedakan dengan kelainan
refraksi atau kelainan media lensa, dan pinhole sangatlah penting dalam menentukan ketebalan
kekeruhan lensa dan jenis katarak tersebut. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan
oftalmoskopi dan shadow test.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi. Tujuan
anamnesis adalah untuk memperoleh riwayat katarak serta memperkirakan semua hal yang
berhubungan dengan katarak, seperti sudah berapa lama katarak diderita, faktor-faktor
predisposisi yang mendasari, gejala yang berhubungan dan lain-lain. Pemeriksaan oftalmologi
bertujuan mengkonfirmasi kemungkinan diagnosis seperti derajat katarak, lamanya katarak,
kelainan lain yang timbul bersama-sama katarak dan tindakan yang akan dilakukan.
Tanda yang didapat ketika pemeriksaan visus yaitu penurunan visus. Pemeriksaan katarak
dengan menggunakan oftalmoskop direk terlihat fundus yang keruh. Kekeruhan keabu-abuan
terlihat pada pemeriksaan Shadow test. Kekeruhan ini terlihat sebagai area gelap seperti bayangan
yang dibayangi dengan reflek merah di pupil ketika dilihat dengan oftalmoskop pada jarak 15 cm.
Pemeriksaan slit lamp memungkinkan identifikasi lokasi kekeruhan dengan tepat. Pada katarak
yang terletak sentral, pemeriksaan visus di ruangan gelap akan lebih baik daripada pemeriksaan di
ruangan dengan penerangan cukup. Pemeriksaan pupil yang paling baik adalah ketika pupil
dilatasi.
DIAGNOSIS BANDING
1. Katarak Komplikata
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan
proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, tumor intraocular,
iskemia ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos,akibat suatu trauma dan pasca bedah mata.
Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin(diabetes meli-
tus, hipoparatiroid,galaktosemia,dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (tiotepa intravena,
steroid local lama, steroid sistemik, oral kontraseptik dan miotika antikolinesterase). Katarak
komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya didaerah bawah kapsul
atau pada lapis korteks, kekeruhan dapay difus, pungtata, linear, rosete, reticulum dan biasanya
terlihat vakuol.
Dikenal 2 bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada polus posterior mata dan aki-
bat kelainan pada polus anterior bola mata. Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit
koroiditis, retinitis pigmentosa, ablasi retina, kontusio retina dan myopia tinggi yang mengaki-
batkan kelainan badan kaca. Biasanya kelainan ini berjalan aksial dan tidak berjalan cepat di-
dalam nucleus, sehingga sering terlihat nucleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi
dan ablasi retina memberikan gambaran agak berlainan. Katarak akibat kelainan polus anterior
bola mata biasanya diakibatkan oleh kelainan kornea berat, iridoksiklitis, kelainan neoplasma
dan glaukoma. Pada iridoksiklitis akan mengakibatkan katarak subkapsularis anterior. Pada
katarak akibat glaucoma akan terlihat katarak disiminata pungtata subkapsular anterior
(katarak Vogt). Katarak komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infantile,
hipoparatiroidisma. Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu – waktu men-
jadi katarak lamellar. Pada pemeriksaan darah terlihat kadar kalsium turun.
2. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau
trauma tumpul terhadap bola mata. Sebagian besar katarak traumatik dapat dicegah.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus vitreum masuk dalam struktur
lensa. Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata jadi merah, lensa opak,
dan mungkin disertai terjadinya perdarahan intraokular. Apabila humor aqueus atau korpus
vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit adalah infeksi, uveitis, abla-
sio retina dan glaukoma.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada katarak dapat dilakukan dengan tindakan non bedah dan bedah.
Non-Bedah
Hanya efektif dalam memperbaiki fungsi visual untuk sementara waktu. Di samping itu,walaupun
banyak penelitian mengenai tatalaksana medikamentosa bagi penderita katarak, hingga saat ini
belum ditemukan obat-obatan yang mampu memperlambat atau menghilangkan pembentukan
katarak pada manusia. Beberapa agent yang mungkin dapat memperlambat pertumbuhan katarak
adalah penurunan kadar sorbitol, pemberian aspirin, antioksidan vitamin C dan E.
Bedah
Tindakan pembedahan dilakukan dengan indikasi:
1. Indikasi umum: Meningkatkan fungsi penglihatan merupakan indikasi paling umum
untuk ekstraksi katarak, walaupun kepentingannya bersifat individual.
2. Indikasi optik : pasien mengeluh gangguan penglihatan yang mengganggu kehidupan sehari-
hari, dapat dilakukan operasi katarak. Dengan pengkoreksian visus maksimal 20/50 (6/15)
dan kelemahan visus secara subyektif yang menghalangi aktivitas sehari-hari (seperti
mengemudi, membaca, dan aktivitas lainnya).
3. Indikasi medis : Kondisi katarak harus dioperasi diantaranya katarak juvenile, lensa yang
menginduksi glaukoma, lensa yang menginduksi uveitis, dislokasi/subluksasi lensa, benda asing
intraretikuler, retinopati diabetik, ablasio retina atau patologi segmen posterior lainnya.
Pandangan berbayang dapat merupakan indikasi untuk pembedahan dan paling umum dengan
katarak subkapsular posterior. Indikasi yang jarang adalah penyakit lensa (seperti glaukoma
phocolytic, uveitis) atau kebutuhan untuk menampilkan fundus pada penatalaksanaan penyakit
seperti retinopati diabetik atau glaukoma.
4. Indikasi kosmetik : mengangkat katarak juvenil pada mata yang buta untuk menunjukkan
kembali pupil yang hitam.
Refraksi optimal pasca operasi tergantung pada kebutuhan pasien akan koreksi monookular atau
binokular. Bila pasien membutuhkan koreksi monookular dengan keadaan sebelah mata memiliki
visus yang buruk karena katarak pekat atau amblyopia. Refraksi pasca operasi yang terbaik pada
keadaan ini adalah -1D. Koreksi ini cukup bagi pasien untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari
tanpa menggunakan kacamata dan bila perlu penglihatan lebih jelas dapat menggunakan kacamata
bifokal. Beberapa pasien yang tidak puas adalah pasien miopia yang menjadi hipermetrop setelah
implantasi IOL. Apabila diperlukan koreksi binokular, perbedaan refraksi kedua mata tidak boleh
lebih dari 3D. hal ini karena pasien dapat mengalami penglihatan ganda ketika melihat keatas dan
ke bawah. Apabila pasien memiliki penglihatan dengan visus normal di mata yang tidak dioperasi
refraksi pasca operasi di mata yang diopersasi seharusnya berada dalam perbedaan antara 1-2 D
dengan mata yang tidak dioperasi.
Evaluasi Preoperatif
Selain pemeriksaan secara umum, pasien yang akan dioperasi katarak memerlukan
pemeriksaan oftalmikus yang lengkap, yaitu:
1. Ketajaman Visus
2. Cover test
Heterotrophia dapat mengindikasikan adanya suatu ambliopia yang dapat mempengaruhi
prognosis penglihatan setelah operasi, atau kemungkinan timbulnya diplopia bila visus
telah diperbaiki.
3. Refleks pupil
Karena katarak tidak pernah mengakibatkan suatu defek pada saraf aferen. Adanya defek
tersebut dapat mempengaruhi hasil akhir penglihatan setelah operasi.
4. Adneksa Okular
Dacryocystitis, blepharitis, konjungtivitis kronis, lagophtalmus, ektropion, entropion dapat
menjadi predisposisi timbulnya endophtalmitis, maka perlu perawatan yang efektif sebelum
pembedahan.
5. Kornea
6. Segmen anterior
COA yang dangkal dapat membuat kesulitan pada operasi katarak.
7. Lensa
8. Funduskopi
Melihat ada-tidaknya degenerasi makula yang akan mempengaruhi visus nantinya. Bila
lensa sangat keruh, dapat diperiksa dengan USG.
Persiapan Pre-Operasi
1. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit semalam sebelum operasi
2. Pemberian informed consent
3. Bulu mata dipotong dan mata dibersihkan dengan larutan Povidone-Iodine 5%
4. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam
5. Pada hari operasi, pasien dipuasakan.
6. Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum operasi. Tetesan diberikan
tiap 15 menit
7. Obat-obat yang diperlukan dapat diberikan, misalnya obat asma, antihipertensi, atau anti
glaukoma. Tetapi untuk pemberian obat antidiabetik sebaiknya tidak diberikan pada hari op-
erasi untuk mencegah hipoglikemia, dan obat antidiabetik dapat diteruskan sehari setelah op-
erasi.
Anestesi
1. Anestesi Umum
2. Anestesi Lokal :
Peribulbar block
Subtenon Block
Topical-intracameral anesthesia
Jenis Tindakan Pembedahan pada Katarak
Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan waktu kapan katarak dapat
dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Digunakan
nama insipien, imatur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit yang
dapat terjadi. Bila pada stadium imatur terjadi glaukoma maka secepatnya dilakukan pengeluaran
lensa walaupun kekruhan lensa belum total. Demikian pula pada katarak matur dimana bila masuk
ke dalam stadium lanjut hipermtur maka penyulit mungkin akan tambah berat dan sebaiknya pada
stadium matur sudah dilakukan tindakan pembedahan.
Pembedahan yang dilakukan adalah ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa sebenarnya suatu tindakan
yang sederhana, namun resikonya berat. Kesalahan pada tindakan pembedahan atau terjadinya
infeksi akan mengakibatkan hilangnya penglihatan tanpa dapat diperbaiki lagi. Pembedahan
dapatdilakukan dengan anestesi lokalmaupunanestesi umum.
Pembedahan katarak senil dikenal 2 bentuk yaitu intrakapsular atau ekstrakapsular.
1. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE) merupakan tindakan umum pada katarak senil
karena bersamaan dengan proses degenerasi lensa juga terjadi degenerasi zonula Zinn se-
hingga dengan memutuskan zonula ini dengan menarik lensa, maka lensa dapat keluar
bersama-sama dengan kapsul lensa. Melalui prosedur ini seluruh lensa katarak dengan kap-
sul intak diangkat. Saat ini ICCE sudah jarang dilakukan sejak adanya ECCE, namun ICCE
masih dilakukan dengan indikasi adanya lensa sublukasi dan dislokasi.
Gambar 2. ICCE
2. Ekstraksikatarak ekstrakapsular (ECCE) dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa
dan mengeluarkan epitel, nukleus, dan korteks, tetapi kapsul posterior dipertahankan in-
tak.Ekstrakapsular sering dianjurkan pada katarak dengan miopia tinggi untuk mencegah
mengalirnya badan kaca yang cair keluar, dengan meninggalkan kapsul posterior untuk
menahannya. Pada saat ini ekstrakapsular sangatdianjurkan pada katarak senil untuk
mencegah degenerasi makula pasca bedah. Cara lain mengeluarkan lensa yang keruh adalah
yang keruh adalah dengan terlebih dahulu menghancurkan masa lensa dengan gelombang
suara frekuensi tinggi (40.000 MHz), dan masa lensa yang sudah seperti bubur dihisap
melalui sayatan yang lebarnya cukup 3.2 mm. Untuk memasukkan lensa intraokular yang
dapat dilipat (foldable IOL) lubang sayatan tidak selebar sayatan pada ekstraksi katarak ek-
strakapsulat. Keuntungan bedah dengan sayatan kecil ini adalah penyembuhan yang lebih
cepat dan induksi terjadinya astigmatismat akan lebih kecil.Teknik pembedahan pada ECCE
antara lain:
a. Conventional extracapsular cataract extraction (ECCE),
b. Manual small incision cataract surgery (SICS),
c. Phacoemulsification
Gambar 3. ECCE
P ROGNOSIS
Saat operasi tidak disertai dengan penyakit mata lain sebelumnya, yang akan
mempengaruhi hasil secara signifikan seperti degenerasi makula atau atropi saraf optik, standar
ECCE yang berhasil tanpa komplikasi atau fakoemulsifikasi memberikan prognosis penglihatan
yang sangat menjanjikan mencapai sekurang-kurangnya 2 baris snellen chart. Penyebab. Faktor
risiko utama yang mempengaruhi prognosis visual adalah adanya diabetes melitus dan retinopati
diabetik.
KESIMPULAN
Katarak senilis merupakan katarak yang terjadi pada orang tua, yang mulai terbentuknya
pada usia lebih dari 50 tahun. Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Pembedahan
dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk
melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik
hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau
menggunakan lensa pembesar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; Edisi ke-3;2010; 200-11.
2. Widyaningtyas. E. Operasi Katarak Tidak Lagi Menakutkan. Solo Pos Edisi 07 November 2009.7
3. Suhardjo, SU, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata, Yogyakarta; Bagian Ilmu Penyakit Mata, fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2007
4. American Academy Of Ophtalmology. Basic And Clinical Science Course. Section 11, Lens And
Cataract. San Fransisco: Aao; 2003-2004.
5. Harper, A et all. Lensa. Oftalmologi Umum. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010. Hal:
169-177