Upload
icha-marissa-sofyan
View
146
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI JULI 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FRAKTUR TERTUTUP 1/3 TENGAH HUMERUS KIRI
Oleh:
Icha Marissa Sofyan
C111 08 318
Pembimbing:
dr. Dhedie P.Sam
dr. Prori Fatwa Noor
Konsulen:
dr. Jainal Arifin, M.Kes, Sp.OT
BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
20131
Daftar Isi
Case Report
Identitas pasien ...................................................................................................... 1
Anamnesis ............................................................................................................... 1
Status umum ........................................................................................................... 3
Status terlokalisir .................................................................................................... 5
Gambaran klinis ...................................................................................................... 5
Pemeriksaan laboratorium ...................................................................................... 6
Pemeriksaan radiologi ............................................................................................. 6
Penatalaksanaan ...................................................................................................... 7
Resume .................................................................................................................... 7
Referat
BAB I. Pendahuluan ....................................................................... 8
BAB II. Epidemiologi ...................................................................... 10
BAB III. Anatomi .............................................................................. 11
BAB IV. Klasifikasi .......................................................................... 13
BAB V. Mekanisme cedera .............................................................. 16
BAB VI. Evaluasi klinis .................................................................... 17
BAB VII. Pemeriksaan radiologi ........................................................ 18
BAB VIII. Penatalaksanaan ................................................................. 19
BAB IX. Komplikasi ......................................................................... 24
Daftar Pustaka ...................................................................................... 26
Slide …................................................................................................. 26
2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk RS : 15 Juni 2013
No. MR : 619148
Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri pada lengan atas tangan kiri
Anamnesis terpimpin: Dialami sejak 1± jam sebelum masuk Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo karena kecelakaan kerja.
Mekanisme trauma: Galon jatuh ke lengan pasien saat ia mengangkat dan
mencoba untuk memindahkan galon yang penuh air.
.
STATUS UMUM
Primary Survey
A : Patent
B : Simetris, RR: 20 x/min tipe thoracoabdominal
C : HR: 82 x/min, regular
BP : 130/70 mmHg
D : GCS 15, RC +/+ Ø2,5 mm
E : T : 36,8˚C
3
- Pemeriksaan Fisis
Kepala : Anemis (-), ikterus (-), sianosis (-)
Leher : MT (-), NT (-), DVS R-2 cmH20, deviasi trakhea (-)
Thorax I : Simetris kiri = kanan
P : MT (-), NT (-) VF Kiri = Kanan
P : Sonor kiri = kanan
BPH = ICS VI Kanan Depan
A : BP : vesikuler,
BT: Rh (-) Wh (-)
Jantung I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Pekak, batas jantung kanan linea parasternal
kanan, batas jantung kiri 1 jari ke lateral dari linea
midclavicularis kiri ICSV
A : BJ I/II murni reguler
bising (-), murmur (-)
Abdomen I : datar, simetris, ikut gerak nafas
A : Peristaltik (+) kesan normal
P : NT (-), MT (-) H/L tidak teraba
P : Timpani (+), Ascites (-)
Ekstremitas : Edema -/-
4
STATUS TERLOKALISIR
(Regio Humerus Sinitra)
Inspeksi : Deformitas (+), Edema (+), Hematoma (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+)
ROM : Gerak aktif dan pasif pada sendi bahu dan siku terbatas karena nyeri.
NVD : Sensibilitas: normal.
Arteri radialis teraba,
Capillary refill time < 2”
GAMBAR KLINIS
5
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Leukocyte 15,0× 10 3 /µL
Eritrocyte 4,57 × 10 3 /µL
Hemoglobin 14,4 g/dL
Hematocrit 43,9%
Trombocyte 411× 10 3 /µL
HbSAg Negative
BT 3’00”
CT 7’30”
GAMBARAN RADIOLOGI
PENATALAKSANAAN
6
Analgetik
apply U-slab
Rencana: Open reduction internal fixation
RESUME
Seorang laki-laki berumur 38 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan utama nyeri
pada lengan kiri atas karena kecelakaan kerja. Dialami sejak 1± jam yang lalu sebelum
masuk ke Rumah Sakit.. Lengan kiri atas pasien memperlihatkan deformitas, edema,
hematoma, dan nyeri tekan pada perabaan. Gerak aktif dan pasif sendi bahu dan siku
terbatas karena nyeri, tidak terdapat defisit neurologis. Gambaran radiografi menunjukkan
fraktur pada 1/3 tengah humerus kiri.
DIAGNOSIS
Fraktur Tertutup 1/3 Tengah Humerus Kiri
FRAKTUR SHAFT HUMERUS7
BAB I
Pendahuluan
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang. Fraktur biasanya tidak lebih berupa
retakan, peremasan, atau pecahnya kortex; lebih sering patah tulang yang komplit dan
fragment tulang berada di posisi yang salah. Apabila kulit yang berada di atas patahan
tulang masih intak disebut faktur tertutup, dan apabila kulit dan jaringan lunak di
sekitar patahan tulang juga rusak disebut sebagai fraktur terbuka, fraktur ini
cenderung terkontaminasi dan terinfeksi. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma
tunggal, tekanan yang berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur
patologik). (1)
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan,
yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau
penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau tidak langsung. Trauma
langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu.
Trauma tidak langsung bilamana titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan.(4)
Tekanan yang berulang-ulang dapat menyebabkan keretakan pada tulang.
Keadaan ini paling sering ditemui pada tibia, fibula, atau metatarsal. Fraktur dapat
pula terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor)
atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget).(4)
Gambar 1. Tipe fraktur(3)
Fraktur shaft humeri adalah kejadian yang umum terjadi, lebih dari 70.000 kasus
terhadi dalam setahun di Amerika Utara, dan mewakili sekitar 3% sampai 5% dari
8
semua jenis fraktur. Sebagian akan sembuh dengan perawatan konservatif, meskipun
dalam jumlah kecil namun sebagiannya lagi akan memerlukan tindakan operasi untuk
hasil yang lebih optimal, mengingat karena banyaknya gerakan pada sendi bahu dan
siku, dan memberikan efek minimal seperti pemendekan tulang, berbagai malunion
pada gambaran radiografi sering didapatkan disertai dengan sedikit defisit fungsional.
Saat ini penelitian di bidang ini berfokus pada bagaimana kejadian dan sumber daya
kesehatan yang dibutuhkan untuk mengobati cedera ini, penyempurnaan indikasi
untuk tindakan intervensi bedah, mengurangi tingkat kegagalan pembedahan dengan
cara penggunaan implan dan teknik yang baru serta meminimalkan durasi dan
besarnya disabilitas postinjury. Keberhasilan pengobatan pada fraktur shaft humeri
kadang tidak berakhir pada bone union. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk
mengenali jenis cedera ekstremitas seperti pada fraktur akibat osteoporosis pada
pasien usia lanjut sehingga harus meminta rujukan untuk mendapatkan hasil
diagnostik, agar diketahui kondisi osteoporosislah yang mendasari kondisi tersebut.
Sama halnya pada fraktur akibat penyalahgunaan obat / kecanduan alkohol. seperti
kebanyakan cedera pada bidang ortopedi, tingakat keberhasilan pengobatan fraktur
shaft humeri menuntut akan pengetahuan tentang anatomi, indikasi bedah, teknik dan
implan, serta fungsi dari bagian tubuh pasien yang cedera.(6)
Pembedahan umumnya diindikasikan untuk pasien dengan open fraktur,
multipletrauma, ipsilateral shaft humeri dan fraktur lengan bawah, dan kasus-kasus di
mana terjadi kegagalan untuk mentolerir atau menjaga keselarasan brace fungsional.
Pengobatan operatif dapat dilakukan melalui fiksasi eksternal, intramedullary nail,
atau plat and screw constructs, dengan setiap metode memberikan hasil union yang
baik. Meskipun telah banyak dikenal teknik dalam pembedahan, plate fiksasi tetap
menjadi standar emas untuk fiksasi humeri pada fraktur shaft humerus.(6)
BAB II
9
Epidemiologi
Fraktur shaft humerus merupakan tipe fraktur tulang panjang yang sering
ditemukan oleh dokter bedah ortopedi. Dalam penelitian, dinyatakan bahwa fraktur
humerus memiliki presentase 3% - 5% dari semua fraktur. Ditemukan ada beberapa
variasi distribusi dari fraktur humerus, yaitu dengan puncak 25/100.000 populasi per
tahun, pada usia muda, lebih banyak ditemukan pasien pria dengan rentang usia 21-
30, dan dengan puncak 100/100.000 populasi per tahun, banyak ditemukan pada
pasien wanita dengan rentang isua 60-80 tahun. Menurut penelitian yang telah
dilakukan, kekuatan yang besar lebih berpengaruh menyebabkan fraktur humerus
pada usia muda. Sedangkan pada wanita usia tua, terjatuh juga dapat menyebabkan
terjadinya fraktur humerus.(2)
\
Gambar 2. Distribusi umur dan jenis kelamin fraktur shaft humerus pada
249 pasien dari Edinburg (2)
Brinker et al memeriksa data prospektif yang dikumpulkan dari kontrak asuransi
capitated yang melayani dibidang ortopedi untuk 135.000 (pendaftar rata-rata tiap
tahun) orang muda (usia rata-rata 28,9 tahun) yang diberikan oleh 62 dokter ahli
bedah ortopedi. Insiden keseluruhan dari fraktur adalah 847 per 100.000 orang per
tahun, dengan insiden fraktur humerus menjadi 13,1 per 100.000 orang per tahun.
Seperti yang diharapkan pada populasi yang muda, laki-laki mendominasi pada semua
kelompok fraktur. Data ini berguna dalam memperkirakan biaya yang diperlukan
untuk pelayanan orang muda yang aktif pada populasi Amerika Utara.(2)
BAB III
Anatomi Humerus
Humerus adalah satu-satunya tulang di lengan atas dan tulang terpanjang dan
terbesar di tungkai atas. Kepala hemisfernya merupakan bagian superior, terletak di
medial, berhubungan langsung dengan cavitas glenoid scapula yang lebih kecil. Leher
10
anatomi, terletak dibawah kepala tersebut, berfungsi sebagai kapsul dari bahu. Leher
surgical terletak dibawahnya, dan lebih sering terjadi fraktur pada daerah tersebut.
Tuberositas atas, yang terletak lebih lateral dari kepala, merupakan tempat untuk
supraspinatus, infraspinatus, dan otot teres minor. Tuberositas bawah, terletak lebih di
anterior, hanya memilik satu insersi otot. Terdapat juga badan humerus, kemudian
distal humerus. Distal humerus memiliki bagian condyles, supracondyles,
epicondyles, dan trochlea. (2)
Gambar 3. Humerus (3)
Lengan atas terdiri dari dua kompartemen, yaitu: anterior dan posterior
Kompartemen anterior: kompartemen anterior lengan atas terdiri dari otot
brachialis, biceps brachii, dan coracobrachialis. Arteri pada kompartemen ini
adalah arteri brachial, dan saraf yang berada di kompartemen ini adalah saraf
musculocutaneus, media, dan radial. (3)
Kompartemen Posterior: terdiri dari otot triceps brachii. Saraf yang terdapat di
dalam kompartemen ini adalah saraf radial dan ulnar (3)
11
Gambar 4. Kompertemen pada lengan atas
Pada lengan bawah terdapat dua tulang yaitu radius dan ulna. Kedua tulang
lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh
ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius di proksimal, dan di distal
oleh sendi radioulnar yang mengandung fibrokartilago triangularis (triangular
fibro cartilage complex = TFCC).Membrana interossea memperkuat hubungan
ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu
patahan yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau jika patahnya
hanya mengenai satu tulang hampir selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang
dekat dengan patahan tersebut.(5)
BAB IV
Klasifikasi (2)
Tulang12
Sejumlah faktor yang penting untuk menjelaskan klasifikasi fraktur shaft humerus.
Mencakup mekanisme cedera (energi rendah, energi tinggi, berhubungan dengan luka
tembak), lokasi fraktur (proksimal, tengah-poros, distal) bersama dengan potensial
ekstensi peri-atau intra-artikular, seiring dengan jaringan lunak yang luka atau terjadi
lesi , terkait saraf atau pembuluh darah yang cedera (saraf radial paling sering), sifat
tulang yang mendasarinya (normal, osteopenik, patologis), dan ada tidaknya
prostesis. Istilah deskriptif seperti ini berguna dalam memberikan gambaran
keseluruhan dari fraktur sahft humerus, meskipun mereka tidak mungkin
meminjamkan diri dengan baik dalam kategori cedera untuk uji penelitian atau klinis.
Untuk alasan ini, banyak skema klasifikasi telah dikembangkan untuk membantu
dalam upaya tersebut.
Klasifikasi yang populer saat ini dan sangat berguna adalah skema klasifikasi dari
Fraktur Trauma ortopedi Association dan Kompendium Dislokasi, pertama kali
diterbitkan pada tahun 1996 . Sistem ini didasarkan pada Klasifikasi Tulang AO /
ASIF Komprehensif Panjang, menambahkan patah tulang sebelumnya unclassified
dan menata ulang dalam sistem alpha-numeric. Tulang Humerus dibagi menjadi
proksimal, diaphyseal, dan distal segmen. Fraktur dibagi menjadi tiga jenis: Simple
fraktur dari dua fragmen utama, proksimal dan distal (fragmen kortikal kurang dari
10% dari lingkar diabaikan), atau faraktur di mana terdapat satu atau lebih fragmen
fraktur menengah tapi, setelah pengurangan, ada kontak antara fragmen proksimal dan
distal utama, dan fraktur Complex, di mana terdapat satu atau lebih fragmen antara
seperti itu, setelah reduksi, tidak ada kontak antara fragmen utama. Jenis utama ini
kemudian dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan pola fraktur (spiral,
miring, transversal) dan subkelompok berdasarkan zona proksimal, tengah, atau distal
dari diaphysis tersebut. Sistem ini dirancang untuk mencerminkan keparahan fraktur
sebagai salah satu kemajuan dari A ke tipe C, dan untuk membantu dalam
pengobatan, prognosis, dan penelitian. Keandalan dan kemampuan skema ini belum
sepenuhnya kritis untuk menilai shaft humerus tetapi untuk melihat kedua segmen
proksimal dan distal dari tulang.
13
Gambar 5. Klasifikasi Penomoran Menurut AO untuk lokasi anatomi fraktur
dalam tiga segmen tulang (8)
Gambar 6. Fraktur Shaft Humerus(3)
Soft tissue
14
Lesi soft tissue diklasifikasikan oleh salah satu dari dua skema. Klasifikasi Gustilio
(populer di Amerika Utara) membagi luka menjadi tiga kelas. Grade I adalah luka
kurang dari 1 cm (biasanya rendah-energi luka yang disebabkan oleh tusukan dalam-
keluar dari ujung fragmen). Luka grade II lebih besar dari 1 cm dan energi yang lebih
tinggi. Luka kelas III yang dihasilkan oleh energi tinggi, adalah 10 cm atau lebih dan
sering memiliki luas soft tissue dan / atau periosteal stripping. Tergantung pada
tingkat keparahan, lesi pengupasan kelas III yang subclassified menjadi A, B, C dan
jenis, dengan C menggambarkan cedera arteri terkait yang memerlukan perbaikan
bedah untuk kelangsungan hidup anggota gerak. Skema Tscherne (populer di Eropa)
memiliki keuntungan seperti berbagai derajat kontusio soft tissue dan juga
komptemen sindrom. Fraktur type O yaitu kekerasan tidak langsung (misalnya, torsi)
dan memiliki minimal soft tissue injury. Tipe I cedera memiliki abrasi yang dangkal
atau memar yang disebabkan oleh tekanan dari dalam. Tipe II memiliki abrasi yang
dalam dengan kulit kontusio kulit dan / atau otot, dan mungkin akan terjadi
kompartemen sindrom. Tipe III cedera memiliki kontusio yang luas atau otot yang
hancur, avulsio subkutan, cedera pembuluh darah dan kompartemen sindrom.
BAB V
Mekanisme Cedera
Seperti kebanyakan patah tulang, pengambilan informasi dari anamnesis yang
cermat dan terperinci serta pemeriksaan fisik memberikan informasi penting yang
berfungsi sebagai titik awal untuk pengobatan. Penyebab utama dari fraktur shaft
humeri termasuk jatuh sederhana atau cedera rotasi terutama pada populasi yang lebih
tua sedangkan pada pasien yang lebih muda trauma melibatkan energi yang lebih
tinggi seperti kecelakaan kendaraan bermotor, serangan, jatuh dari ketinggian, dan
cedera melempar. Sebuah riwayat trauma minimal yang menyebabkan fraktur pada
pasien tua mungkin menjadi titik pertama untuk mengingatkan ahli bedah bahwa
fraktur patologis dapat terjadi (baik itu dari penyakit metastasis atau osteoporosis
15
yang parah) dan meminta riwayat menyeluruh (misalnya, untuk kanker sebelumnya)
dan mungkin sebuah sistemik work-up. Komorbiditas, terutama yang berkaitan
dengan kesesuaian pasien untuk anestesi potensial. Ini juga relevan bahwa jatuh yang
mengakibatkan fraktur. Dengan demikian, sangat penting untuk mengetahui gambaran
yang jelas dari mekanisme cedera.(2)
Mekanisme terjadinya fraktur humerus dapat dibedakan: (4)
Langsung (paling umum): trauma langsung pada lengan dari pukulan atau kecelakaan
kendaraan bermotor yang mengakibatkan fraktur transfersal atau fraktur komunitif.
Tidak langsung: Jatuh out stretch megakibatkan lengan fraktur spiral atau oblique,
terutama pada pasien usia lanjut. Pada kasus yang jarang terjadi, luka akibat
melempar dengan kontraksi otot ekstrim pernah dilaporkan menyebabkan fraktur shaft
humeri.
Pola Fraktur tergantung pada jenis gaya yang diberikan:
- Memutar menyebabkan fraktur spiral
- Kompresi menyebabkan fraktur oblik pendek
- Hasil Bending pada fraktur dengan segitiga "kupu-kupu" fragmen
- Ketegangan cenderung untuk memecah tulang melintang, namun dalam
beberapa situasi itu hanya dapat menyebabkan avulsi fragmen kecil dari tulang
pada titik ligamen atau tendon penyisipan.
16
Short oblique pattern
(compression) Triangle ‘butterfly’ pattern
Transverse pattern (tension)
Spiral pattern
(twisting)
BAB VI
Evaluasi Klinis(4)
o Pasien dengan fraktur badan humerus biasanya disertai dengan nyeri, edema, dan
deformitas dari lengan yang bersangkutan.
o Pemeriksaan neurovaskular yang perlu dilakukan harus memperhatikan fungsi dari
saraf radial. Pada kasus dengan edema yang hebat, beberapa tahap pemeriksaan
neruvaskular merupakan indikasi untuk menentukan ada atau tidaknya tekanan
pada kompartemen.
o Luka pada jaringan lunak dan robekan yang kecil harus dibedakan jika terjadi
fraktur terbuka.
17
Gambar 7. Posisi lokasi fragmen(4)
Penyalahgunaan alkohol, merokok, dan / atau penggunaan narkoba merupakan
faktor-faktor risiko potensial untuk hasil fraktur negatif karena cedera berulang,
ketidakpatuhan, atau banyaknya komponen tulang yang hilang, merupakan
kesempatan untuk meningkatkan hasil. Sebagai contoh, pada pasien modern yang
berhenti merokok memiliki tingkat keberhasilan dari 20% menjadi 60%. Hal ini juga
menjadi jelas bahwa penggunaan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs),
selama bertahun-tahun pengobatan standar untuk rasa sakit dan bengkak setelah
cedera akut, dikaitkan dengan waktu penyembuhan fraktur yang lebih panjang.(2)
BAB VII
Pemeriksaan Radiologi
Selama pemeriksaan radiologi pada fraktur humerus, terdapat beberapa prinsip
yang harus diperhatikan, yaitu: (4)
o Sisi anteroposterior dan lateral humerus seharusnya diperiksa. Termasuk sendi
bahu dan siku pada setiap foto.
o Radiografi dengan traksi bisa dilakukan pada fraktur dengan kasus “displaced”
atau komunitif fraktur.
o Radiografi pada bagian kontralateral humerus harus disertakan jika direncanakan
untuk tindakan operasi.
o CT scan, bone scan, dan MRI jarang digunakan pada kasus fraktur humerus,
kecuali pada kasus yang dicurigai fraktur patologik.
Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:
1. Dua posisi proyeksi; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-posterior
dan lateral
18
2. Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di proximal dan distal
sendi yang mengalami fraktur
3. Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada kedua anggota
gerak terutama pada fraktur epifisis
4. Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua
daerah tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan
foto pada panggul dan tulang belakang
5. Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto
pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14
hari kemudian.
BAB VIII
Penatalaksanaan
Fraktur humerus biasanya sembuh dengan cepat. Tidak memerlukan reduksi yang
sempurna maupun imobilisasi. Berat daripada lengan itu sendiri yang disertai dengan
beban tambahan eksternal akan cukup untuk menarik potongan yang fraktur kembali
ke garis lurusnya.(5)
Secara umum prinsip pengobatan fraktur ada 4:
1. Recognition; diagnosis dan penilaian fraktur
Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis,
pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan:
Lokalisasi fraktur
Bentuk fraktur
Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
2. Reduction; reduksi fraktur apabila perlu
Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima.
Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin
19
mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan,
deformitas, serta perubahan osteoartritis di kemudian hari.
Posisi yang baik adalah :
Alignment yang sempurna
posisi yang sempurna
3. Retention; imobilisasi fraktur
4. Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin
Tujuannya adalah untuk membantu unionisasi tulang humerus agar dapat terjadi dan
untuk mengembalikan pasien preinjury pada tingkat fungsional.
Penanganan operatif
Ada beberapa indikasi untuk penanganan secara operatif, yaitu: beberapa luka yang
berat, fraktur terbuka, fraktur segmental, fraktur patologik, ‘floating elbow’, radial
nerve palsy, non-union, dan kesulitan dalam perawatan pada beberapa orang yang
aktif berkegiatan. (4)
Pada fraktur shaft humerus Interlock nailing muncul sebagai standar baku emas
untuk pengobatan operatif, dengan tingginya tingkat penyembuhan fraktur dengan
konsolidasi dan outcome yang baik, tidak ada efek samping langsung pada penopang
berat tubuh pada union fracture atau alignment.(7)
Beberapa teknik operasi yang digunakan dalam penanganan operatif, yaitu:
a. Open Reduction and Plate Fixation (ORIF)
Merupakan tindakan operatif yang paling banyak dipilih dan memberikan hasil
yang terbaik. Cocok untuk reduksi fraktur langsung dan fiksasi yang stabil untuk
badan humerus tanpa merusak jaringan di sekitarnya.
b. Intramedullary Fixation
Indikasi tindakan ‘intramedullary fixation’ meliputi: fraktur segmental yang
membutuhkan pembedahan jaringan lunak, fraktur humerus dengan tulang yang
osteopenik, fraktur humerus patologik.
c. External Fixation
Indikasi tindakan ini adalah sudah terbentuknya non union yang terinfeksi, pasien
dengan luka bakar yang mengalami fraktur, fraktur terbuka dengan hilangnya jaringan
lunak yang luas.
20
Gambar 8. Fraktur humerus - berbagai metode fiksasi (a, b) Kompresi plate,
dan (c, d, e) fiksasi eksternal.(1)
Rehabilitasi Setelah Operasi(4)
Latihan pergerakan untuk tangan dan pergelangan tangan harus dimulai sesegera
mungkin setelah tindakan bedah. Latihan untuk sendi bahu dan siku juga harus segera
dimulai dengan memeperhatikan nyeri.
Penanganan non operatif
Penanganan non operatif memerlukan:
- dokter terlatih yang ahli
- pasien yang kooperatif
- teknik reduksi yang tepat
Sebagian besar dari kasus fraktur badan humerus ditangani dengan penanganan
non bedah. Dengan 20º angulasi anterior, 30º angulasi varus, dan 3 cm aposisi
bayonet masih dapat diterima dan tidak akan membahayakan fungsi ataupun
bentuknya. Beberapa jenis penanganan non operatif yang digunakan untuk fraktur
badan humerus adalah:
- Hanging cast
o Hanging cast ini menggunakan traksi yang tergantung dengan berat cast dan
lengan untuk memberikan efek reduksi fraktur.
21
o Indikasinya mencakup fraktur displaced midshaft humerus shortening, terutama
bentuk spiral atau oblique. Fraktur transversal atau short oblique merupakan kontraindikasi relatif karena berpotensi terjadi distraksi dan memberikan komplikasi gangguan penyembuhan.
o Pasien harus tetap tegak atau semiupright setiap saat dengan cast dalam posisi
tergantung untuk efektivitas. Cast ini sering diganti dengan fungsional bracing 1 sampai 2 minggu setelah cedera. Lebih dari 95% dilaporkan terjadi union.
- coaptation splint
o Coaptation splint ini menggunakan traksi tergantung yang memberikan efek
reduksi pada fraktur, tetapi dengan stabilisasi yang lebih besar dan kurang distraksi dibanding dengan hanging arm cast. Lengan dimasukkan dalam kerah dan manset.
o Hal ini diindikasikan untuk pengobatan akut pada fraktur midshaft humerus
dengan minimal shortening dan untuk short oblique atau fraktur transversal yang dapat diganti dengan hanging arm cast.
o Kekurangannya adalah iritasi pada pasien di daerah ketiak dan berpotensi selip.
o Coaptation splint ini sering diganti dengan fungsional bracing 1 sampai 2
minggu setelah cedera.
- Thoracoabdominal immobilization (Velpeau dressing)
o Imobilisasi Thoracobrachial (Velpeau dress): ini digunakan pada pasien usia
lanjut atau anak-anak yang tidak mampu mentolerir metode lain pengobatan dan yang mengutamakan kenyamanan.
o Hal ini diindikasikan untuk minimal displaced atau nondisplaced yang tidak
memerlukan reduksi.
o Latihan pendahulu bahu secara pasif dapat dilakukan dalam waktu 1 sampai 2
minggu setelah cedera.
o Velpeau dress Ini dapat diganti dengan fungsional bracing 1 sampai 2 minggu
setelah cedera.
- Shoulder spica cast
o Shoulder spica cast: Ini jarang digunakan, karena manajemen operasi biasanya
dilakukan untuk indikasi yang sama.
o Hal ini ditunjukkan ketika pola fraktur memerlukan abduksi yang signifikan
dan eksternal rotasi dari ekstremitas atas.
22
o Kekurangannya mencakup kesulitan penggunaan cast, cast berat dan besar,
iritasi pada kulit, pasien ketidak nyaman, dan sulit memposisikan nyaman
ekstremitas atas.
- Functional bracing
o Bracing fungsional: Ini menggunakan kompresi jaringan hidrostatik lunak
untuk memberikan efek dan menjaga posisi fraktur untuk sementara waktu pada gerakan sendi yang berdekatan.
o Hal ini biasanya diterapkan 1 sampai 2 minggu setelah cedera, setelah pasien
telah ditempatkan di gips lengan menggantung atau belat coaptation dan pembengkakan telah mereda.
o Ini terdiri dari anterior dan posterior shell held bersama dengan Velcro straps.
o Tingkat kesuksesannya tergantung pada pasien tegak dan brace pengetatan
setiap hari.
o Kontraindikasi meliputi cedera jaringan lunak besar, pasien tidak dapat
dipercaya, dan ketidakmampuan untuk mendapatkan atau mempertahankan reduksi fraktur.
o Sebuah collar dan manset dapat digunakan untuk mendukung lengan bawah,
tetapi penggunaan sling dapat menyebabkan angulasi varus.
o fungsional brace digunakan selama minimal 8 minggu setelah fraktur atau
sampai pemeriksaan radiografi didapatkan gambaran union.
Gambar 9. Fraktur shaft humerus (a) Memar yang luas. (b, c) fraktur Transversal tertutup dengan moderat displacement. (d) penggunaan U-slab (setelah beberapa hari digunakan shoulder-to-wrist hanging cast). (e) menggunakan braces yang lebih sederhana dan lebih nyaman, meskipun tidak cocok untuk semua kasus. Metode konservatif ini menuntut pengawasan yang lebih karena bisa terjadi angulasi yang berlebihan dan mencegah malunion.
23
BAB IX
Komplikasi(1)
Cepat
Vascular injury
Jika ada tanda-tanda kegagalan sirkulasi pada lengan, kerusakan arteri brakialis
harus dipikirkan. Pemeriksaan Angiography akan menunjukkan tingkat cedera. Ini
adalah keadaan darurat yang membutuhkan eksplorasi dan perbaikan langsung atau
graft pembuluh darah. Dalam keadaan ini, internal fiksasi merupakan tindakan yang
paling disarankan.
Nerve injury
Radial nerve palsy (drop pergelangan dan kelumpuhan otot-otot ekstensor
metacarpophalangeal) dapat terjadi pada fraktur shaft humerus, terutama patah
oblique di perbatasan sepertiga tengah dan distal humerus (fraktur Holstein-Lewis).
Jika fungsi saraf radialis masih baik sebelum dilakukan manipulasi tetapi terjadi
kerusakan setelah itu, maka harus diasumsikan bahwa saraf radialis tersebut telah
terjepit maka diperlukan tindakan pembedahan. Pergelangan tangan dan tangan
harus selalu dilatih gerakannya melalui berbagai gerakan aktif dan pasif sampai saraf 24
pulihnya fungsi saraf. Jika tidak ada tanda-tanda pemulihan dengan 12 minggu, saraf
harus dieksplorasi. Untuk mengetahui apakah sudah terjadi neurolysis, jika ada
diskontinuitas pada tampakan saraf normal saraf maka perlu dilakukan grafting.
Hasilnya sering memuaskan, tetapi jika diperlukan, fungsinya dapat pula dipulihkan
dengan menggunakan tendon transfer.
Gambar 10. Fraktur Holstein Lewis. Farktur ini diketahui memiliki insidens
yang tinggi pada radial nerve palsy(6)
Lambat
Delay union dan nonunion
Fraktur Transverse kadang-kadang memerlukan waktu berbulan-bulan untuk
menyatu, terutama jika telah dilakukan traksi yang berlebihan (cast yang
menggantung tidak boleh terlalu berat). Penyesuaian sederhana pada teknik ini dapat
menyelesaikan masalah, asalkan ada tanda-tanda pembentukan kalus itu sudah
sangat baik pada penanganan non-operatif, tapi harus selalu di ingat untuk menjaga
pergerakan bahu. Tingkat non-union pada pengobatan konservatif diperlukan energi
rendah adalah kurang dari 3 persen. Fraktur Segmental dengan energi yang tinggi
dan patah tulang terbuka lebih cenderung untuk delay union dan non-union.
Intramedullary nailing dapat berkontribusi dalam delay union tetapi jika
dilakukan fiksasi kuat dan dapat dipertahankan (jika perlu dilakukan pergantian
nail) tingkat non-union dapat di pertahankan di bawah 10 persen. Komplikasi dari
fiksasi internal yang paling sering adalah infeksi, non-union, cedera pada radial
saraf, cacat berkepanjangan, dan kebutuhan tambahan untuk prosedur kembali
union.
Joint stiffness
25
Kekakuan sendi sering terjadi. Hal ini dapat diminimalisir dengan memulai
aktivitas tapi pada fraktur tranversal (abduksi bahu tidak boleh dilakukan) gerakan
bahu harus dibatasi selama beberapa minggu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nalyagam S. Principles of Fractures. In: Salomon L. Apley’s System of Orthopaedics
and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 687-732
2. Mckee MD. Fracture of The Shaft of The Humerus. In: Rockwood and Green’s
Farctures in Adults. Sixth edition. UK: 2006. Chapter 30
3. Thompson JC. Arm. In: Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy. Second edition.
Kansas. p. 111-130
4. Koval KJ. Humeral Shaft Fracture. In: Handbook of Fractures. UK: 2006. p. 173-177.
5. Nalyagam S. Injuries of the shoulder, upper arm and elbow. In: Salomon L. Apley’s
System of Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 733-767
6. Walker M. et al. Humeral shaft fractures. Journal of Shoulder and Elbow Surgery.
2011
7. Sidhu AS. Management of fracture shaft of humerus - open versus closed antegrade
nailing. Pb Journal of Orthopaedics Vol-XII, No.1, 2011
8. W.M Murphy, D. Leu. Fracture Clasifficasion. In : AO Principles Of Fracture
Management.New York:2000. P. 47
26
27