30
Presentasi Kasus PREMATURITAS Oleh : Leo Fernando, S.Ked Andi Putra Siregar, S.Ked Rian hasni, S.Ked Olia Indri Saktianingsih, S.Ked Devi Silvia Agustina, S.Ked Pembimbing : Prof. dr. H. A. Kurdi Syamsuri, SpOG(K) BAGIAN KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

Case Prematuritas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Case Prematuritas

Presentasi Kasus

P R E M A T U R I T A S

Oleh :

Leo Fernando, S.Ked

Andi Putra Siregar, S.Ked

Rian hasni, S.Ked

Olia Indri Saktianingsih, S.Ked

Devi Silvia Agustina, S.Ked

Pembimbing :

Prof. dr. H. A. Kurdi Syamsuri, SpOG(K)

BAGIAN KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RSMH PALEMBANG

2010

Page 2: Case Prematuritas

HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus dengan judul

Prematuritas

Leo Fernando, S.Ked

Andi Putra Siregar, S.Ked

Rian hasni, S.Ked

Olia Indri Saktianingsih, S.Ked

Devi Silvia Agustina, S.Ked

Pembimbing :

Prof. dr. H. A. Kurdi Syamsuri, SpOG(K)

Telah dipresentasikan dan diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti

ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan

RSMH Palembang.

Palembang, Juni 2010

Pembimbing

Prof. dr. H. A. Kurdi Syamsuri, SpOG(K)

Page 3: Case Prematuritas

BAB I

PREMATURITAS

I. IDENTIFIKASI

Nama : Ny. R

Umur : 23 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Kertapati, Palembang

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

MRS : 10 Juni 2010

II. ANAMNESIS (autoanamnesis tanggal 10 Juni 2010)

Keluhan Utama:

Mau melahirkan dengan hamil kurang bulan.

Riwayat perjalanan penyakit :

± 5 jam sebelum masuk rumah sakit parturient mengeluh perut mules yang

menjalar ke punggung, makin lama makin sering dan kuat. Riwayat keluar

lendir darah (+). Riwayat keluar air-air (-). Riwayat trauma (-). Riwayat

keputihan (-). Riwayat demam (-). Riwayat post coital (+) 1 hari yang lalu.

Riwayat perut diurut-urut (-). Parturient kontrol ke bidan, dikatakan

parturient hamil kurang bulan dan mau melahirkan. Parturient mengaku

hamil kurang bulan dan gerakan anak masih dirasakan.

Riwayat Perkawinan : 1 x lamanya 1 tahun.

Riwayat Reproduksi : Menarche umur 13 tahun, haid teratur, siklus 28

hari, lamanya 7 hari, haid pertama hari terakhir

(HPHT) 1 November 2009.

Page 4: Case Prematuritas

Riwayat Obstetri : G2P1A0

NoTempatBersalin

Bulan/Tahun

Hasilkehamilan

JenisPersalinan

Penyulit NifasAnak

Sex BB KU

1. BidanDesember/

2008aterm Spontan - - P 2700g baik

2.Hamil ini

Riwayat sosial ekonomi : Sedang

Riwayat gizi : Nafsu makan baik dan tidak ada gangguan pada

miksi maupun defekasi.

Riwayat penyakit yang pernah diderita:

Riwayat DM disangkal

Riwayat Hipertensi disangkal

Riwayat Penyakit jantung disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Berat badan : 50 kg

Tinggi badan : 158 cm

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,9oC

Anemia : -/-

Gizi : Sedang

Jantung : Murmur (-), gallop (-)

Paru : Vesikuler (+) N, Wheezing (-), Ronkhi (-)

Page 5: Case Prematuritas

Hati/limfa : Sulit dinilai

Refleks fisiologis : +/+

Refleks patologis : -/-

BAK : Biasa

BAB : Biasa

Turgor kulit : Biasa

Mata cekung : -/-

Edema pretibial : -/-

B. Status Obstetri

Pemeriksaan luar: 10 Juni 2010, jam 14.20 WIB.

Tinggi fundus uteri 3 jari diatas pusat (25 cm), detak jantung janin 148

kali/menit teratur, letak janin memanjang, punggung kiri, terbawah

kepala, penurunan 4/5, his 3x/10 menit/40 detik, taksiran berat janin

1800 gram (lingkar perut 21 cm).

Pemeriksaan Dalam Vagina: 10 Juni 2010, jam 14.20 sWIB.

Portio konsistensi lunak, arah posterior, pendataran 100%, pembukaan

5 cm, ketuban (+), terbawah kepala, penurunan HI-II, penunjuk ubun-

ubun kecil kiri lintang.

Pemeriksaan panggul:

Promontorium tidak teraba, KD >13 cm, KV >11,5 cm, linea

innominata teraba 1/3-1/3, sakrum konkaf, spina ischiadica tak

menonjol, arcus pubis >90o, dinding samping lurus.

Kesan panggul: luas

IV. DIAGNOSIS KERJA

G2P1A0 hamil 31-32 minggu inpartu kala I fase aktif, janin tunggal hidup

presentasi kepala.

Page 6: Case Prematuritas

V. PROGNOSIS

Ibu dan janin: dubia.

VI. PENATALAKSANAAN

- Rencana Partus Pervaginam. 

- Observasi his, denyut jantung janin, tanda vital ibu.

- Kosongkan kandung kemih.

- Pemeriksaan laboratorium darah rutin, urin rutin, dan kultur urin.

LAPORAN PERSALINAN

Tanggal 10 Juni 2010

Pukul 18.05 WIB. Tampak parturient ingin mengedan kuat.

Pada pemeriksaan dalam didapatkan:

- Portio tak teraba

- Pembukaan lengkap

- Ketuban (-), jernih, bau (-)

- Terbawah kepala

- Penurunan HIII+

- Penunjuk UUK kiri depan

Diagnosis : G2P1A0 hamil 31-32 minggu inpartu kala II, janin tunggal hidup,

presentasi kepala.

Penatalaksanaan:

- Pimpin persalinan

Pukul : 18.05 WIB Lahir spontan hidup neonatus perempuan, BB 1700 gram, PB

35 cm, AS 8/9, FT AGA.

Dilakukan manajemen aktif kala III : - injeksi oksitosin 10 IU I.M.

- peregangan tali pusat terkendali

- masase uterus

Page 7: Case Prematuritas

Pukul: 18.15 WIB Plasenta lahir lengkap dengan BP 350 gram, PTP 37 cm

dengan diameter 16 – 17 cm.

Setelah dilakukan eksplorasi tidak ditemukan laserasi jalan lahir. Keadaan umum

ibu dan anak post partum baik. Perdarahan aktif (-).

EVALUASI

Tanggal 10 Juni 2010, Pukul 20.00 WIB

Keluhan : habis melahirkan.

Status present:

KU : sedang Sense : CM

TD : 130/80 mmHg N : 88x/menit

T : 37,1oC RR : 20 x/menit

Status Obstetrikus

Pemeriksaan Luar:

Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lokia

rubra (+), vulva tenang.

Diagnosis: P2A0 post partum spontan neonatus hidup perempuan, BB= 1700 gram,

PB= 35 cm, AS 8/9, FT AGA

Terapi:

- Mobilisasi dini

- ASI sesuai kebutuhan

- Vulva hygiene pagi dan sore

- Amoxicillin tab 3 x 500 mg

- Asam mefenamat tab 3 x 500 mg

- Vitamin B complex 2 x 1 tab

Tangggal 11 Juni 2010, Pukul 06.30 WIB

Keluhan : habis melahirkan

Status present:

KU : sedang Sense : CM

Page 8: Case Prematuritas

TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit

T : 36,5oC RR : 20 x/menit

Status obstetrikus:

Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lokia

rubra (+), vulva tenang.

Diagnosis: P2A0 post partum spontan neonatus hidup perempuan, BB=1700 gram,

PB= 35 cm, AS 8/9, FT AGA.

Terapi:

- Mobilisasi dini

- ASI sesuai kebutuhan

- Vulva hygiene pagi dan sore

- Amoxicillin tab 3 x 500 mg

- Asam mefenamat tab 3 x 500 mg

- Vitamin B complex 2 x 1 tab

Page 9: Case Prematuritas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat didefinisikan sebagai

persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari

pertama haid terakhir. Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena

potensial meningkatkan kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya

berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh

kelahiran preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya sebaiknya

dicegah karena dampaknya yang negatif; tidak hanya kematian perinatal tetapi

juga morbiditas, potensi generasi akan datang, kelainan mental dan beban

ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan.

Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari

37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram.1 Persalinan prematur

merupakan hal yang berbahaya karena duapertiga dari kasus berpotensi sebagai

penyebab kematian perinatal.1 Pada persalinan ini, seringkali bayi prematur

mengalami gangguan tumbuh kembang organ-organ vital yang menyebabkan ia

masih belum mampu untuk hidup di luar kandungan, sehingga sering mengalami

kegagalan adaptasi yang dapat menimbulkan morbiditas bahkan mortalitas yang

tinggi.2 

Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan prematur tidak

diketahui. Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab

persalinan preterm, seperti: solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus,

polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain.

Penyebab persalinan preterm bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain

karena infeksi. Infeksi pada kehamilan akan menyebabkan suatu respon

imunologik spesifik melalui aktifasi sel limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-

zat yang menginisiasi kontraksi uterus.3 Terdapat makin banyak bukti yang

menunjukkan bahwa mungkin sepertiga kasus persalinan preterm berkaitan

dengan infeksi membran korioamnion.3 Dari penelitian Lettieri dkk.(1993),

didapati 38% persalinan preterm disebabkan akibat infeksi korioamnion. Knox

Page 10: Case Prematuritas

dan Hoerner (1950) telah mengetahui hubungan antara infeksi jalan lahir dengan

kelahiran prematur.

Faktor risiko prematuritas

Faktor risiko prematuritas diantaranya adalah:3

1. Janin dan plasenta

- Perdarahan trimester awal

- Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa)

- Ketuban pecah dini (KPD)

- Pertumbuhan janin terhambat

- Cacat bawaan janin

- Kehamilan ganda/gemeli

- Polihidramnion

2. Ibu

- Penyakit berat pada ibu

- Diabetes mellitus

- Preeklampsia/hipertensi

- Infeksi saluran kemih/genital/intrauterin

- Penyakit infeksi dengan demam

- Stres psikologik

- Kelainan bentuk uterus/serviks

- Riwayat persalinan preterm/abortus berulang

- Inkompetensi serviks ( panjang serviks kurang dari 1 cm)

- Pemakaian obat narkotik

- Trauma

- Perokok berat

- Kelainan imunologi/kelainan resus

Kriteria diagnosis

Kriteria diagnosis premturitas:2

1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari

Page 11: Case Prematuritas

2. Sebelum persalinan berlangsung dapat dirasakan tanda sebagai berikut:

a. nyeri pinggang belakang

b. rasa tertekan pada perut bagian bawah

c. terdapat kontraksi irreguler sejak sekitar 24-48 jam

d. terdapat pembawa tanda seperti bertambahnya cairan vagina atau terdapat

lendir bercampur darah.

3. Jika proses persalinan prematur berkelanjutan, terjadi gejala klinik sebagai

berikut:

a. kontraksi uterus 4x/20menit atau 8x/60menit

b. Terjadi perubahan progresif serviks:

- pembukaan lebih dari 1 cm

- perlunakan sekitar 75-80%

- penipisan serviks

Diagnosis banding

- Kontraksi pada kehamilan preterm

- Persalinan pada pertumbuhan janin terhambat

Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium

Pemeriksaan kultur urin

Pemeriksaan gas dan pH darah janin

Pemeriksaan darah tepi ibu:

o Jumlah lekosit

o C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita

infeksi akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk

mempresipitasi fraksi polisakarida somatik nonspesifik kuman

Pneumococcus yang disebut fraksi C. CRP dibentuk di hepatosit

sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.

Page 12: Case Prematuritas

2. Pemeriksaan ultrasonografi

Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3

cm (USG), dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi

serviks transperineal lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi

intravagina terutama pada kasus-kasus KPD dan plasenta previa.

Penatalaksanaan

Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm dan

yang mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama

untuk meningkatkan keluaran neonatal.

1) Akselerasi pematangan fungsi paru

Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg im. 2 x

selang 24 jam. Atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam (im) sampai 4 dosis.

Thyrotropin releasing hormone 400 ug iv, akan meningkatkan kadar tri-

iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan.

Suplemen inositol, karena inositol merupakan komponen membran

fosfolipid yang berperan dalam pembentukan surfaktan.

2) Pemberian tokolitik

Indeks tokolitik

0 1 2 3 4

Kontraksi Tidak ada Irreguler Reguler - -

Ketuban pecah Tidak ada -Tinggi/tidak

jelas-

Rendah/

pecah

Perdarahan Tidak ada Spotting Perdarahan - -

Pembukaan Tidak ada 1 cm 2 cm 3 cm ≥ 4 cm

Indeks tokolitik > 8 merupakan kontraindikasi pemberian tokolitik

Beberapa jenis obat tokolitik yang dipakai untuk menghambat persalinan:3

a. Nifedipin 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam.

Umumnya hanya diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3 x 10 mg.

b. Golongan beta-mimetik

Page 13: Case Prematuritas

- Salbutamol Perinfus: 20-50 µg/menit Per oral : 4 mg, 2-4

kali/hari

(maintenance) atau:

- Terbutalin Per infuse: 10-15 µg/menit, Subkutan: 250 µg setiap 6

jam. Per oral: 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance)

- Efek samping: Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi,

takikardia,

iskemi miokardial, edema paru

c. Magnesium sulfat

- Parenteral: 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus

24gr/jam (maintenance)

- Efek samping: Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan

(pada ibu dan bayi)

Kontraindikasi penundaan persalinan

Mutlak

Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak.

Relatif

Gestosis, diabetes mellitus (beta-mimetik), pertumbuhan janin

terhambat, pembukaan serviks lebih dari 4 cm.

Cara persalinan

Janin presentasi kepala: pervaginam dengan episiotomi lebar dan

perlindungan forseps terutama pada bayi < 35 minggu.

Indikasi seksio sesarea:

a. Janin sungsang

b. Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)

c. Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi

d. Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,

ologohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam tidak

terpenuhi

Page 14: Case Prematuritas

e. Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa, dan

sebagainya).

Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 C ( rawat

intensif di bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian anak. Bila bayi

ternyata tidak mempunyai kesulitan ( minum, nafas, tanpa cacat) maka perawatan

cara kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di rumah sakit berkurang.

Penyulit

1. Sindroma gawat nafas (RDS)

2. Perdarahan intrakranial

3. Trauma persalinan

4. Paten duktus arteriosus

5. Sepsis

6. Gangguan neurologi

Komplikasi

Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering

terjadi mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-

bayi preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987)

menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki

risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis neonatal,

necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih besar.

1. Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).

Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa

bernafas dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat

terisi oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena

adanya suatu bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-

paru dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Bayi prematur

seringkali tidak menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai,

sehingga alveolinya tidak tetap terbuka. Diantara saat-saat bernafas, paru-

paru benar-benar mengempis, akibatnya terjadi Sindroma Distres

Page 15: Case Prematuritas

Pernafasan.

Sindroma ini bisa menyebabkan kelainan lainnya dan pada beberapa kasus

bisa berakibat fatal. Kepada bayi diberikan oksigen; jika penyakitnya

berat, mungkin mereka perlu ditempatkan dalam sebuah ventilator dan

diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara langsung melalui sebuah

selang yang dihubungkan dengan trakea bayi).

2. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan

refleks menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan

otak atau serangan apneu. Selain paru-paru yang belum berkembang,

seorang bayi prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal

ini bisa menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak

mungkin belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi

serangan apneu bisa digunakan obat-obatan. Jika oksigen maupun aliran

darahnya terganggu. otak yang sangat tidak matang sangat rentan terhadap

perdarahan (perdarahan intraventrikuler).atau cedera .

3. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian

makanan. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan

membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian

susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah. Pada awalnya,

lambung yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah

makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu

banyak dapat menyebabkan bayi muntah.

4. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia

retrolental)

5. Displasia bronkopulmoner.

6. Penyakit jantung.

7. Jaundice.

Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal

untuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel

darah merah) dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang

lahir prematur, memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat (yang

Page 16: Case Prematuritas

bersifat sementara), yang dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice).

Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan

karena kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum

sempurna. Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang

sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan bayi.

8. Infeksi atau septikemia.

Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna.

Mereka belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya

melewati plasenta (ari-ari).

Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih

tinggi. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi

(peradangan pada usus).

9. Anemia .

10. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah,

bisa tinggi (hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).

11. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.

12. Keterbelakangan mental dan motorik.

Page 17: Case Prematuritas

BAB III

PERMASALAHAN

1.Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

2.Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?

3.Apakah yang menjadi kemungkinan etiologi pada kasus ini?

Page 18: Case Prematuritas

BAB IV

ANALISIS KASUS

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

Pasien seorang wanita, 23 tahun, datang ke RSMH pada tanggal

Juni 2010, dengan keluhan mau melahirkan dengan hamil kurang bulan.

Pada anamnesis parturient mengaku saat ini adalah kehamilannya yang

kedua, HPHT tanggal 1 November 2009 dan pemeriksaan fisik didapatkan

tinggi fundus uteri setinggi 3 jari diatas pusat. Kehamilan sudah berusia ±

31-32 minggu. Dikatakan inpartu karena: his reguler 3x/10 menit/40 detik,

riwayat keluar darah lendir (+), effacement 100% dan pembukaan serviks 5

cm. Detak jantung janin 148 kali/menit teratur. Letak janin memanjang,

punggung kiri, terbawah kepala, penurunan 4/5. Berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik, pasien ini didiagnosis G2P1A0 hamil 31-32 minggu

inpartu kala I fase aktif, janin tunggal hidup presentasi kepala.

2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?

Dalam menghadapi kasus PPI ada 3 kemungkinan, yaitu :

- Mempertahankan kehamilan sehingga janin dapat lahir se-aterm

mungkin.

- Menunda persalinan 2-3 hari untuk dapat memberikan obat pematangan

paru janin

- Membiarkan terjadi persalinan

Pada pasien ini diambil penatalaksanaan untuk mengakhiri

persalinan dengan pervaginam, dengan pertimbangan parturient sudah

memasuki kala 1 fase aktif persalinan (pembukaan 5 cm).

3. Apakah yang menjadi kemungkinan etiologi pada kasus ini?

Faktor yang dapat menimbulkan persalinan prematur adalah :

Page 19: Case Prematuritas

a. Faktor maternal, seperti penyakit maternal (ginjal, hipertensi, dm,

penyakit hati dan kelainan uterus) serta faktor gaya hidup wanita, jarak

kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari satu tahun).

b. Pertumbuhan janin yang kurang selaras dan serasi misalnya karena,

kekurangan nutrisi, solusio plasenta, palsenta previa, persalinan hamil

ganda, korioamnionitis.

c. Faktor khusus seperti, serviks inkompeten pada persalinan

prematur/abortus berulang, kehamilan ganda, kehamilan dengan

hidramnion.

Pada kasus ini beberapa faktor yang mungkin menyebabkan persalinan

prematur antara lain:

a. Riwayat kehamilan dengan jarak yang terlalu dekat. Jarak kehamilan

normal antara dua kehamilan yaitu 2 tahun. pada parturient ini jarak

kehamilan anak pertama dengan anak kedua kurang dari 2 tahun.

b. Post coital (maternal), juga ikut mempengaruhi terjadinya persalinan

prematur. Koitus yang dilakukan pada usia kehamilan terutama

semester akhir akan menyebabkan rangsangan pada hipofisis anterior

sehingga hipofisis akan merelease oksitosin yang meningkatkan

terjadinya kontraksi pada ibu. Selain itu, coitus juga dapat

mengakibatkan prostaglandin yang terdapat pada cairan semen

merangsang pembentukan ooksitosin, hasil akhirnya ibu akan

mengalami kontraksi dini. Namun post-coital sebagai salah satu faktor

risiko ]prematuritas masih menjadi kontroversi hingga saat ini.

Page 20: Case Prematuritas

BAB V

KESIMPULAN

1. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat

2. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat

3. Etiologi pada kasus ini belum diketahui dengan

jelas, pada kasus ini kemungkinan pengaruh dari riwayat kehamilan yang

terlalu dekat, riwayat post coital.

Page 21: Case Prematuritas

DAFTAR PUSTAKA

1. Cuninngham, F. B. Williams Obstetrics-22nd Edition. McGraw-Hill

Companies: United States of America, 2005.

2. Manuaba. Pengantar Kuliah Obsetri. EGC: Jakarta, 2007.

3. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo: Jakarta, 2008.