Upload
trisna-yunita
View
52
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
Osteoarthritis (OA) adalah jenis arthritis yang umum dan paling sering terjadi di antara
penyakit arthritis lainnya. Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada
orang tua. Selain itu, osteoarthritis ini juga merupakan penyebab kecacatan paling banyak pada
orang tua. Faktor resiko utama penyakit ini adalah obesitas. Oleh sebab itu, semakin tinggi
prevalensi obesitas pada suatu populasi akan meningkatkan angka kejadian penyakit
osteoarthritis. Di Amerika Serikat, prevalensi osteoartritis diperkirakan akan meningkat sebesar
66-100% pada tahun 2020.1
Osteoarthritis menyerang sendi-sendi tertentu. Sendi yang sering terkena meliputi tulang
belakang pada bagian servikal dan lumbosakral, pinggul, lutut, dan sendi phalangeal metatarsal.
Di tangan, OA juga sering terjadi pada sendi interphalangeal distal dan proksimal dan pangkal
ibu jari. Biasanya sendi-sendi yang tidak rentan terkena OA adalah pergelangan
tangan, siku, dan pergelangan kaki. Terjadinya OA pada sendi-sendi yang telah disebutkan
di atas dimungkinkan karena sendi-sendi tersebut mendapat beban yang cukup berat dari
aktivitas sehari-hari seperti memegang/menggenggam benda yang cukup berat (memungkinkan
OA terjadi di dasar ibu jari), berjalan (memungkinkan OA di lutut dan pinggul), dan lain
sebagainya.1
Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur anatomis dan atau
gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Menurut studi kadaver pada tahun-tahun
terdahulu, perubahan struktural OA hampir universal, antara lain hilangnya tulang rawan
(dilihat sebagai berkurangnya/menyempitnya ruang sendi pada pemeriksaan radiologis sinar-x)
dan osteofit. Banyak orang yang didiagnosis mengalami OA berdasarkan temuan radiologis
tidak menunjukkan gejala pada sendi. 1
Osteoarthritis simptomatik (nyeri pada persendian yang didukung gambaran radiologis
OA) pada lutut terjadi sebesar 12% dari orang usia 60 di Amerika Serikat dan 6% dari seluruh
orang dewasa usia 30. OA panggul simptomatik kira-kira sepertiga dari penyakit OA pada
lutut. Sementara OA asimtomatik (tidak menimbulkan gejala namun sudah
1
dibuktikan dari gambaran radiologis) pada tangan seringkali terjadi pada pasien usia lanjut.
Meski begitu, OA simptomatik di tangan juga terjadi pada 10% orang tua dan sering
menghasilkan keterbatasan fungsi gerak sendi. 1
Prevalensi OA meningkat berbanding lurus dengan usia. Terlepas dari hal tersebut, OA
jarang terjadi pada orang dewasa di bawah usia 40 tahun dan sangat lazim terjadi pada orang di
atas usia 60 tahun. Penyekit ini juga jauh lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada
pria. OA yang sudah didiagnosis berdasarkan temuan radiologis pada umumnya terjadi di
punggung bawah dan leher, namun nyeri punggung dan nyeri leher belum tentu dapat
dikatakan sebagai OA. Osteoarthritis pada punggung bawah dan leher dapat ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan radiologis yaitu pemeriksaan sinar-x.1
1.2 Definisi
Osteoarthritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai dengan perubahan patologis
pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang rawan/kartilago hialin. Hal
tersebut disertai dengan peningkatan ketebalan dan sklerosis dari subchondral yang
bisa disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, peregangan kapsul artikular,
synovitis ringan pada persendian, dan lemahnya otot -otot yang menghubungkan persendian.1
1.3 Etiologi
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik dan biokimia
sepertinya merupakan faktor terpenting dalam proses terjadinya osteoarthritis. Faktor
biomekanik yaitu kegagalan mekanisme protektif, antara lain kapsul sendi, ligamen,
otot -otot persendian, serabut aferen, dan tulang-tulang. Kerusakan sendi terjadi
multifaktorial, yaitu akibat terganggunya faktor-faktor protektif tersebut. Osteoarthritis juga bisa
terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain seperti gout, rheumatoid arthritis, dan sebagainya.1,2
1.4 Klasifikasi
Secara umum, osteoarthritis dikategorikan menjadi :
1) Osteoarthritis primer (idiopatik).
2) Osteoarthritis sekunder, yaitu osteoathritis yang disebabkan trauma,komplikasi dari
penyakit lain, dan akibat deposisi kalsium pirofosfat. 2
2
1.5 Epidemiologi
Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada orang tua. Prevalensinya
meningkat seiring bertambahnya usia. Di Amerika Serikat, prevalensi osteoartritis pada
populasi dengan usia di atas 65 tahun mencapai 80% dan diperkirakan akan meningkat pada
tahun 2020. 1,2
OA terjadi pada 13,9% orang dewasa berusia lebih dari 25 tahun dan 33,6% dari mereka
yang berusia lebih dari 65 tahun. Prevalensi sendi yang terkena OA menurut temuan radiologis
adalah pada tangan 7,3%, kaki 2,3%, lutut 0,9%, dan panggul 1,5%. Prevalensi OA menurut
gejala yang ditemui yaitu pada tangan 8%, kaki 2%, lutut 12,1% pada orang dewasa berusia
lebih dari 60 tahun dan 16% pada orang dewasa berusia 45 - 60 tahun, dan panggul 4,4%. 3,4,5,6
Angka kematian yang diakibatkan osteoarthritis adalah sekitar 0,2 hingga 0,3 kematian per
100.000 (1979-1988). Angka kematian akibat OA sekitar 6% dari semua kematian akibat arthritis.
Hampir 500 kematian per tahun disebabkan OA dan angka tersebut meningkat selama 10
tahun terakhir.7
1.6 Faktor resiko
Faktor resiko sistemik
a. Usia
Usia merupakan faktor risiko paling umum pada OA. Proses penuaan meningkatkan
kerentanan sendi melalui berbagai mekanisme. Kartilago pada sendi orang tua
sudah kurang responsif dalam mensintesis matriks kartilago yang distimulasi oleh
pembebanan (aktivitas) pada sendi. Akibatnya, sendi pada orang tua memiliki kartilago
yang lebih tipis. Kartilago yang tipis ini akan mengalami gaya gesekan yang lebih tinggi
pada lapisan basal dan hal inilah yang menyebabkan peningkatan resiko kerusakan
sendi. Selain itu, otot-otot yang menunjang sendi menjadi semakin lemah dan memiliki
respon yang kurang cepat terhadap impuls. Ligamen menjadi semakin regang,
sehingga kurang bisa mengabsorbsi impuls. Faktor-faktor ini secara keseluruhan
meningkatkan kerentanan sendi terhadap OA.1,3
b. Jenis kelamin
3
masih belum banyak diketahui mengapa prevalensi OA pada perempuan usila lebih
banyak daripada laki-laki usila. Resiko ini dikaitkan dengan berkurangnya
hormon pada perempuan pasca menopause. 1,2
c. Faktor genetik dan herediter
OA merupakan penyakit menurun, namun bervariasi tergantung sendi mana yang
terkena penyakit ini. Namun, fenotipe OA ini sangat jarang diturunkan bahkan
beberapa studi menyatakan bahwa penyakit ini sama sekali tidak diturunkan. Bukti
yang muncul belakangan ini mengidentifikasi suatu mutasi gen yang
meningkatkan risiko tinggi terhadap OA, salah satunya adalah polimorfisme dalam
diferensiasi pertumbuhan gen faktor 5. Polimorfisme ini mengurangi kuantitas GDF5
yang memiliki efek anabolik pada sintesis matriks tulang rawan. 1,2
Faktor intrinsik
a. Kelainan struktur anatomis pada sendi seperti vagus dan valrus.
b. Cedera pada sendi seperti trauma, fraktur, atau nekrosis. 3
Faktor beban pada persendian
a. Obesitas
beban berlebihan pada sendi dapat mempercepat kerusakan pada sendi.
b. Penggunaan sendi yang sering
aktivitas yang sering dan berulang pada sendi dapat menyebabkan lelahnya otot -
otot yang membantu pergerakan sendi. 3
1.7 Patogenesis
Sebuah sendi disusun atas kartilago artikular (tersusun atas kondrosit) yang dikelilingi
matriks ekstraseluler yang mengandung dua makromolekul utama yaitu kolagen tipe 2 dan
aggrecan. Kolagen tipe 2 merupakan molekul yang menentukan kekakuan kartilago,
sedangkan aggrecan merupakan proteoglikan yang berikatan dengan asam hyaluronat yang terdiri
dari glikosaminoglikan bermuatan negatif.
Pada kartilago yang normal, kolagen tipe 2 berikatan erat membuat molekul-molekul 4
aggrecan berada dalam jarak yang dekat satu sama lain. Molekul aggrecan ini melalui tolakan
elektrostatis dari muatan negatifnya memberikan kekakuan pada kartilago. Kondrosit
mensintesis elemenelemen pada matriks, enzim yang menghancurkan matriks, sitokin dan
growth factor. Sitokin dan growth factor inilah yang mengatur keseimbangan
yang mengatur sintesis dan katabolisme matriks-matriks kartilago. Stres mekanik dan osmotik
pada kondrosit menginduksi sel-sel untuk mengubah ekspresi gen dan meningkatkan
produksi sitokin inflamasi dan enzim penghancur matriks.
Pada orang normal, metabolisme dari kartilago berjalan lambat, sintesis dan
katabolisme kartilago seimbang. Pada osteoarthritis, metabolisme kartilago berjalan sangat
aktif. Kondrosit mensintesis enzim penghancur matriks. Enzim ini menyebabkan degradasi
dari molekul kolagen tipe 2 dan aggrecan, dimana perubahan ini akan menyebabkan
ketidakseimbangan antara pembentukan dan penghancuran matriksmatriks kartilago,
menyebabkan hilangnya kekakuan dari tulang rawan sehingga lebih mudah rusak dan terkena
osteoarthritis.1
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit kompleks yang melibatkan faktor
biomekanik dan metabolisme yang mengubah homeostasis jaringan tulang rawan
artikular dan tulang subchondral sehingga proses destruktif lebih mendominasi daripada
proses produktif. Kunci utama dalam patofisiologi kartilago artikular adalah interaksi
ekstraseluler matriks (ECM) yang dimediasi oleh integrin permukaan sel. Dalam pengaturan
fisiologis, integrin memodulasi ECM untuk mengatur dalam pertumbuhan, diferensiasi dan
mempertahankan homeostasis tulang rawan. Pada OA, ekspresi integrin abnormal
mengubah ECM dan memodifikasi sintesis kondrosit, menyebabkan ketidakseimbangan sitokin
melebihi faktor regulasi. IL-1, TNF-alpha dan sitokin pro-katabolik mengaktifkan
degradasi enzimatik dari matriks tulang rawan dan tidak diimbangi dengan sintesis inhibitor
yang memadai. Enzim utama yang terlibat dalam gangguan ECM adalah metalloproteinase
(MMP). Aktivitas MMP sebagian dihambat oleh inhibitor jaringan MMP (TIMP). Pada
tulang rawan dengan osteoarthritis, TIMP ini sintesisnya lebih rendah dibandingkan dengan
produksi MMP.8
1.8 Diagnosis
5
Gejala yang sering muncul pada osteoarthritis adalah nyeri sendi yang diperburuk oleh aktivitas
dan gejala mereda setelah istirahat. Nyeri sendi dari OA berhubungan dengan aktivitas sendi
tersebut. Nyeri dapat terjadi selama atau setelah aktivitas dan kemudian secara bertahap hilang.
Contohnya nyeri lutut atau pinggul pada aktivitas naik atau turun tangga, nyeri sendi karena
menahan beban saat berjalan. Pada tahap awal penyakit, nyeri episodik sering dipicu setelah satu
atau dua hari penggunaan yang terlalu aktif dari sendi yang sakit, misalnya orang dengan OA
lutut yang melakukan olahraga lari jarak jauh dan beberapa hari kemudian timbul
rasa nyeri pada sendi. 1,2
Seiring proses berjalannya penyakit, rasa nyeri menjadi terus menerus dan bahkan
mengganggu di malam hari. Gejala kaku sendi pada pagi hari cukup umum dijumpai,
durasinya berkaitan dengan keparahan penyakit. Kekakuan sendi bisa terjadi setelah tidak
melakukan aktivitas selama beberapa jam. Pada pemeriksaan musculoskeletal
mungkin ditemukan edema, deformitas, krepitasi, dan terbatasnya pergerakan sendi. Nyeri
tekan pada umumnya ditemukan di sekitar persendian.2
OA adalah penyebab paling umum nyeri lutut kronis pada orang di atas usia 45 tahun,
tetapi banyak terdapat diagnosis banding. Arthritis inflamasi dimungkinan jika terdapat
kekakuan sendi pada pagi hari. Pada bursitis biasanya nyeri meningkat saat bergerak terutama
pada malam hari. Pemeriksaan fisik harus dititikberatkan pada apakah nyeri tekan terdapat
tepat pada sendi atau di luar sendi. 1,2
Tidak ada tes darah rutin diindikasikan untuk pemeriksaan pasien dengan OA kecuali
terdapar gejala dan tanda arthritis inflamasi. Pemeriksaan cairan sinovial sering lebih
membantu diagnosis daripada foto sinar-x. Jika jumlah cairan sinovial putih adalah> 1000
per L, inflamasi arthritis atau gout atau pseudogout mungkin terjadi, dimana gout dan
pseudogout juga dapat diidentifikasi dengan adanya kristal. Diagnosis OA seringkali bisa
didasarkan pada pemeriksaan fisik, namun bisa dilakukan pemeriksaan radiologis berupa foto
sinar -x untuk memastikan diagnosis. MRI dapat mengungkapkan tingkat patologi pada sendi
osteoarthritis, namun tidak diindikasikan sebagai bagian dari pemeriksaan diagnostik.1
Temuan radiologis dari osteoarthritis antara lain menyempitnya celah antar sendi, terbentuknya
osteofit, terbentuknya kista, dan sklerosis subchondral.1,2
6
Gambar 1. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis lutut.
Sumber : LS, Daniel, Deborah Hellinger. 2001. Radiographic Assessment of Osteoarthritis. American Family Physician. 64 (2) : 279-286
Keterangan :
Gambar atas kiri : pandangan anteroposterior menunjukkan menyempitnya celah sendi (tanda
panah)
Gambar bawah kiri : pandangan lateral menunjukkan sklerosis yang ditandai terbentuknya
osteofit (tanda panah)
Gambar atas kanan : menyempitnya celah sendi (tanda panah putih) menyebabkan destruksi
padapada kartilago dan sunchondral (tanda panah terbuka)
Gambar bawah kanan : ditemukan kista subchondral (tanda panah)
7
Gambar 2. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis tangan.
Sumber : LS, Daniel, Deborah Hellinger. 2001. Radiographic Assessment of Osteoarthritis. American Family Physician. 64 (2) : 279-286
Keterangan :
Gambaran anteroposterior dari foto sinar-x di atas menunjukkan menyempitnya celah
sendi dan sklerosis subchondral pada sendi metacarpal pertama (tanda panah putih).
Pembentukan osteofit dengan pembengkakan jaringan lunak dan sklerosis subchondral
dijumpai pada sendi interphalangeal distal kedua dan ketiga (tanda panah transparan)
8
Gambar 3. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis panggul.
Sumber : LS, Daniel, Deborah Hellinger. 2001. Radiographic Assessment of Osteoarthritis. American Family Physician. 64 (2) : 279-286
Keterangan :
Gambar atas : gambar pertama menunjukkan penyempitan celah sendi pada panggul (tanda
panah putih), sklerosis subchondral (kepala panah putih), dan terbentuknya kista (kepala panah
transparan).
Gambar bawah : gambar kedua diambil 2 tahun setelah gambar pertama yang menunjukkan
semakin menyempitnya celah sendi (tanda panah putih) dan sklerosis (kepala panah putih).
9
Gambar 4. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada jari tangan
Sumber : Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis : Degenerative Joint
Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.
Keterangan : gambaran radiologis posteroanterior menunjukkan penyempitan ruang sendi
interphalangeal, sklerosis subchondral, dan pembentukan osteofit (panah)
Gambar 5. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada jari kaki.
Sumber : Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis : Degenerative Joint
Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.
10
Gambar 6. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada lutut.
Sumber : Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis : Degenerative Joint
Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.
Keterangan : gambaran radiologis anteroposterior lutut menunjukkan penyempitan ruang
sendi, sklerosis, dan pembentukan osteofit (panah).
Gambar 7. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada pinggul.
Sumber : Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis : Degenerative Joint
Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747. Keterangan : (a) anteroposterior dan (b)
kaki katak pinggul. Kedua gambar di atas menunjukkan penyempitan ruang superolateral sendi,
11
sklerosis, kista subkondral, dan pembentukan osteofit (panah).
Gambar 8. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada panggul.
Sumber : Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis :
Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.
Keterangan : Rheumatoid arthritis dengan osteoartritis sekunder. Gambaran radiologis
panggul anteroposterior menunjukkan penyempitan ruang sendi setiap sendi panggul.
Perhatikan erosi (anak panah) dan osteofit (panah).
1.9 Tatalaksana
Sampai saat ini tidak ada terapi yang bisa mengobati osteoarthritis. Tujuan terapi
osteoarthritis adalah untuk mengurangi rasa nyeri dan meminimalisasi hilangnya fungsi
fisik. Pengobatan OA dilakukan secara komprehensif yaitu menangani semua gangguan
yang dialami dan meningkatkan fungsi. Pengobatan komprehensif tersebut dapat
dilakukan dengan terapi farmakologis dan atau terapi nonfarmakologis. Pasien
dengan gejala ringan yang hilang timbul mungkin perlu perawatan nonfarmakologis saja.
Namun, pasien dengan nyeri hebat yang mengganggu aktivitas sehari-hari mungkin membutuhkan
terapi komprehensif, baik terapi nonfarmakologis maupun terapi farmakologis.8,9
1.9.1 Farmakoterapi
Paracetamol merupakan analgesik yang dapat dipilih dalam terapi OA. Untuk sebagian pasien,
12
efek obat ini sudah adekuat dalam menghilangkan nyeri sehingga penggunaan OAINS yang
memiliki efek lebih toksik terhadap tubuh dapat dihindari. OAINS merupakan obat paling
populer untuk mengobati osteoarthritis. Obat ini dapat diberikan secara topikal atau oral.
Dalam uji klinis, OAINS oral menghasilkan efek analgesik 30% lebih besar daripada
paracetamol dosis tinggi. Sebagian pasien yang diobati dengan OAINS mengalami efek yang
signifikan, sedangkan sebagian lain mengalami sedikit perbaikan. OAINS harus diberikan
secara topikal atau per oral sesuai kebutuhan karena efek samping akan berkurang jika obat
digunakan dosis intermiten rendah. Jika penggunaan obat sesekali adalah kurang efektif, maka
pengobatan setiap hari dapat diindikasikan. OAINS peroral sering menimbulkan efek samping,
yang paling banyak adalah efek toksisitas pada saluran cerna, termasuk dispepsia, mual,
kembung, perdarahan gastrointestinal, dan tukak gastrointestinal.5,9
1.9.2 Nonfarmakoterapi
Tujuan utama dari terapi nonfarmakologis berkaitan dengan mengurangi beban pada sendi yang
sakit dan meningkatkan fungsi mekanisme protektif sendi sehingga dapat mengurangi
pembebanan pada sendi. Beberapa cara yang dilakukan untuk mengurangi pembebanan sendi
antara lain :
a. Menghindari/mengurangi aktivitas yang menyebabkan kerja berlebihan pada sendi
dan terbukti mengakibatkan nyeri pada sendi tersebut.
b. Meningkatkan kekuatan otot penunjang kerja sendi untuk mengoptimalkan fungsinya
sebagai faktor protektif sendi.
c. Mengurangi beban yang diperoleh sendi dengan menggunakan alat bantu
seperti memasang splint pada sendi yang sakit, menggunakan tongkat untuk berjalan pada
pasien OA lutut, dan sebagainya.4,5,9
1.9.3 Tindakan Operatif
Ketika pasien dengan OA lutut atau pinggul telah gagal menjalani pengobatan medis dan
tetap kesakitan dengan keterbatasan fungsi fisik yang menurunkan kualitas hidup, pasien 13
harus dirujuk untuk artroplasti total. Ini adalah operasi yang sangat efektif dalam menghilangkan
rasa sakit dan meningkatkan fungsi pada sebagian besar pasien. Saat ini tingkat kegagalan
1% per tahun. Kemungkinan keberhasilan operasi ini lebih besar di pusat-pusat kesehatan dimana
sedikitnya 25 operasi tersebut dilakukan setiap tahun atau dengan ahli bedah yang
berpengalaman dalam melakukan operasi tersebut. Waktu penggantian lutut atau pinggul sangat
penting. Jika pasien menderita selama bertahun-tahun hingga status fungsional mereka telah
menurun secara substansial dengan otot-otot yang sudah cenderung melemah, status fungsional
pasca operasi tidak dapat meningkat setara dengan yang dicapai oleh orang lain yang
menjalani operasi pada tahapan awal dalam perjalanan penyakitnya.6,7,9
DAFTAR PUSTAKA
14
1.Fauci, Anthony S, et al. 2012. Osteoarthritis. Dalam : Harrison’sPrinciples Of Internal
Medicine Eighteenth Edition. The McGraw-Hill Companies.
2. LS, Daniel, Deborah Hellinger. 2001. Radiographic Assessment of Osteoarthritis.
American Family Physician. 64(2):279-286
3. Lawrence RC, Felson DT, Helmick CG, et al. 2008. Estimates of the prevalence of
arthritis and other rheumatic conditions in the United States. Part II. Arthritis Rheum.
58(1):26-35.
4. Dillon CF, Rasch EK, et al. 2006. Prevalence of knee osteoarthritis in the United States:
arthritis data from the Third National Health and Nutrition Examination Survey 1991-1994. J
Rheumatol.33(11):2271-2279.
5. Jordan JM, Helmick CG, Renner JB, et al. 2007. Prevalence of knee symptoms and
radiographic and symptomatic knee osteoarthritis in African Americans and Caucasians:
The Johnston County Osteoarthritis Project. J Rheumatol. 34(1):172-180.
6. Dillon CF, Hirsch R, et al. 2007. Symptomatic hand osteoarthritis in the United
States:prevalence and functional impairment estimates from the third U.S. National Health and
Nutrition Examination Survey, 1991-1994. Am J Phys Med Rehabil. 86(1):12-21.
7.Sacks JJ, Helmick CG, Langmaid G. 2004. Deaths from arthritis and otherrheumatic
conditions, United States, 1979-1998. J Rheumatol. 31:1823- 1828.
8.Iannone F, Lapadula G. 2003. The pathophysiology of osteoarthritis. Aging Clin Exp
Res . 15(5):364-372.
9.Jacobson, JA, et al.2008. Radiographic Evaluation of Arthritis Degenerative Joint
Disease and Variation. Radiology. 248(3):737-747.
ILUSTRASI KASUS
15
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Ny.S/ Perempuan/42 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Tamat SMP/ Ibu rumah tangga
c. Alamat : Jalan Tanah sirah No 2A RT I RW IV Lubuk Begalung
2. Latar belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Berkeluarga
b. Jumlah anak : 4 orang
c. Status ekonomi keluarga :
Mampu, Penghasilan suami ± Rp 2.500.000/bulannya
d. Kondisi Rumah :
Rumah pasien permanen,pekarangan luas.
Ventilasi baik,jumlah kamar 3 buah.
Sumber air minum air PDAM
Listrik ada.
Pasien memiliki WC di rumah.
Sampah dipungut petugas.
Kesan : hygiene dan sanitasi baik.
3. Kondisi lingkungan keluarga
Pasien sedang tinggal bersama suami, dan dua anak laki-lakinya
Pasien tinggal di daerah perumahan yang padat penduduk.
4. Aspek psikologis keluarga
Baik
5. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan Utama:
Nyeri pada lutut kanan yang bertambah hebat sejak 3 hari yang lalu.
RPS :
16
- Nyeri pada lutut kanan yang bertambah hebat sejak 3 hari yang lalu. Nyeri seperti
ditusuk-tusuk terutama pada malam hari, setelah aktifitas, dan pada cuaca dingin.
Nyeri berlangsung selama ±30 menit. Nyeri tersebut tidak menjalar dan berkurang
dengan istirahat.
- Pasien mempunyai riwayat nyeri pada lutut kanannya sejak 10 tahun yang lalu.
- Kaku pada sendi lutut kanan tidak ada.
- Bengkak pada sendi lutut kanan tidak ada.
- Rasa panas di sendi lutut kanan tidak ada.
- Tidak ada kemerahan di sendi lutut kanan.
- Kesemutan tidak dirasakan.
- Keluhan yang sama pada sendi yang lain tidak ada.
- Riwayat trauma tidak ada
- Demam tidak ada
- Pasien jarang berolahraga.
- Kebiasaan makan pasien makan 3 kali / hari
- Pasien sudah sering berobat ke Puskesmas ketika mengalami keluhan seperti ini
sejak 10 tahun yang lalu dan mendapat obat anti nyeri (Ibuprofen).
- Riwayat penyakit maag (+).
6. Riwayat penyakit dahulu/penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit seperti ini.
Riwayat penyakit gula tidak ada.
Riwayat hipertensi tidak ada.
Riwayat sakit maag tidak ada.
7. Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 84 kali/menit
17
Nafas : 20 kali/menit
Tekanan darah :120/80 mmHg
Suhu ; 36,5 C
BB : 78 kg
TB : 155 cm BMI : 32,5
Status gizi : obesitas
Mata : konjunctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Thorak
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing-/-
Jantung :
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung murni, bising jantung tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Anggota gerak :
Ekstrimitas atas : deformitas (-/-), peradangan (-/-), nyeri (-/-), ROM dalam
batas normal.
Ekstrimitas bawah : deformitas (-/-), varus (-), valgus (-).
Nyeri (+/-), efusi (-/-), krepitasi (-/-), hipertrofi (-/-), ROM
berkurang.
18
8. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium, Rontgen artikulasio genu dextra AP & lateral, factor
reumatik, ANA
9. Diagnosa kerja :
Osteoartiritis artikulasio genu dextra
10. Diagnosa Banding :
Reumatoid Artiritis
11. Manajemen
Preventif :
Mengurangi aktifitas fisik yang berlebihan yang melibatkan lutut dalam kegiatan
sehari-hari
Kurangi berat badan hingga BMI normal.
Menghindari posisi berdiri, melutut dan menjongkok terlalu lama.
Olahraga teratur 3 kali seminggu
Mengangkat barang yang berat dalam posisi yang benar.
Promotif :
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit pasien yaitu panyakit peradangan
pada sendi, faktor pencetus pengobatan dan komplikasinya.
Memberikan penjelasan pada pasien untuk selalu menerapkan pola hidup sehat
dan makan secara teratur.
Paien dianjurkan supaya makan dulu sebelum mengkonsumsi obat nyeri untuk
mengelak sakit lambung
Menginformasikan pada pasien agar tidak mengobati penyakitnya dengan obat-
obat tanpa resep dokter
Kuratif (resep):
19
Ibuprofen 2 x 1 tab @200 mg
Ranitidin 2 x 1 tab @150 mg
Calcium lactat 1x1 tab @ 500mg
Rehabilitatif :
Kontrol teratur 3 hari lagi ke Puskesmas
Istirahat dengan cukup
Jika keadaan bertambah parah ajuran penggunaan tongkat dengan cara memegang
(tongkat) pada tangan kiri pasien.
Resep
20
DISKUSI
21
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Lubuk Begalung
Dokter : Trisna - Elan
Tanggal : 20 Desember 2012
R/ Ibuprofen tab 200 mg No. X
S2 dd tab I £
R/ Ranitidin tab 150 mg No. X
S 2dd tab I £
R/ Calcium Lactat No.V
S1dd tab I £
____________________________________
Pro : Ny.S
Umur : 42 tahun
Alamat: Jalan Tanah Sirah No.2A Lubuk Begalung Padang
Telah dilaporkan seorang pasien perempuan berusia 42 tahun datang berobat ke puskesmas
Lubuk Begalung dengan keluhan utama nyeri pada lutut kanan yang bertambah hebat sejak 3
hari yang lalu. Nyeri seperti ditusuk-tusuk terutama pada malam hari, setelah aktifitas, dan pada
cuaca dingin. Nyeri berlangsung selama ±30 menit. Nyeri tersebut tidak menjalar dan
berkurang dengan istirahat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada artikulatio genu
dextra dan ROM terbatas karena nyeri. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat didiagnosa
kerja dengan Osteoarthritis artikulatio genu dextra, walaupun kemungkinan Reumathoid Arthritis
masih belum bisa disingkirkan. Dibutuhkan serangkaian pemeriksaan radiologi dan laboratorium
untuk membuat diagnose pasti.
Pasien ini memiliki faktor risiko yang menyebabkan terjadinya OA, antara lain usia dan
obesitas. BB yang berlebihan akan memberikan beban extra pada persendian, terutama sendi-
sendi yang menopang berat tubuh seperti panggul, lutut dan tumit. Karena itu manajemen
preventif yang terpenting pada pasien ini adalah mengendalikan faktor risiko, yaitu dengan cara
menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal dan mengurangi aktifitas fisik yang
berlebihan yang melibatkan lutut dalam kegiatan sehari-hari. Pasien juga harus dianjurkan
melakukan olahraga ringan dan teratur minimal 3x dalam seminggu untuk memperkuat sendi.
Upaya kuratif dilakukan dengan pemberian obat analgetik berupa ibuprofen 2 x 200
mg/hari. Untuk menghindari efek samping terhadap lambung dapat diberikan ranitidine 2 x 150
mg/hari. Apalagi dari anamnesa diketahui bahwa pasien memilik riwayat maag. Dapat juga
diberikan suplementasi kalsium yakni dengan pemberian Calsium lactate 1x/hari. Sebagai upaya
rehabilitatif pasien dianjurkan kembali ke Puskesmas 3 hari lagi untuk kontrol.
KONDISI RUMAH
22
23