27
A. Pendahuluan Teori belajar Humanisme memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh faktor internal dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan ataupun pengetahuan. Menurut teori belajar humanisme, aktualisasi diri merupakan puncak perkembangan individu. Kebermaknaan perwujudan dirinya itu bahkan bukan saja dirasakan oleh dirinya sendiri, tetapi juga oleh lingkungan sekitarnya. Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Bagi penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar. Dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk “memanusiakan manusia” mencapai aktualisasi diri dan sebagainya dapat tercapai (Hamzah B. Uno, 2006) . Dari penjelasan di atas maka tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu 1

Carls Bnerrrr 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Carls Bnerrrr 2

A. Pendahuluan

Teori belajar Humanisme memandang bahwa perilaku manusia

ditentukan oleh faktor internal dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan ataupun

pengetahuan. Menurut teori belajar humanisme, aktualisasi diri merupakan

puncak perkembangan individu. Kebermaknaan perwujudan dirinya itu bahkan

bukan saja dirasakan oleh dirinya sendiri, tetapi juga oleh lingkungan sekitarnya.

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan

manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami

lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus

berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-

baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut

pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Bagi penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan

bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini sangat menekankan pentingnya “isi”

dari proses belajar. Dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang

pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata

lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal

daripada belajar apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam

keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk

“memanusiakan manusia” mencapai aktualisasi diri dan sebagainya dapat

tercapai (Hamzah B. Uno, 2006) .

Dari penjelasan di atas maka tujuan utama para pendidik adalah membantu

siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu

untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu

dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli

humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :

1. Proses pemerolehan informasi baru,

2. Personalia informasi ini pada individu.

Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain

adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers. Adapun dalam

makalah ini akan lebih fokus membahas teori belajar humanistik dalam

pandangan Carl Rogers yang meliputi:

a. Biografi Carls Rogers

b. Pandangan Carls Rogers

1

Page 2: Carls Bnerrrr 2

c. Konsep Prinsip Pandangan Carls Rogers

d. Teori Carl Rogers

e. Peran Teori Carl Rogers Terhadap Pengembangan

f. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

B. Pembahasan

a. Biografi Carls Rogers

Carl Rogers lahir pada tanggal 8 januari

1902, di oak park, Illionis, sebuah daerah

pinggiran Chicago. Ia anak keempat dari enam

bersaudara. Ayahnya adalah insinyur teknik sipil

yang sukses. Ibunya adalah seorang ibu rumah

tangga pemeluk Kristen yang taat. Semenjak

kecil, Rogers nampak cerdas ia sudah bisa

membaca sebelum usia TK, maka dari itu ia tidak

perlu masuk TK lagi namun langsung masuk SD.

Saat berusia 12 tahun, keluarganya pindah ke sebuah daerah pertanian

30 mil sebelah timur Chicago. Rogers masuk University of Wisconsin mengambil

jurusan pertanian. Kemudian ia beralih mempelajari agama dan bercita-cita

menjadi pendeta. Dia pernah dipilih menjadi salah satu dari 10 mahasiswa yang

mendapat kesempatan menghadiri Konferensi Mahasiswa Kristen sedunia di

Beijing 6 bulan lamanya. Atas keikutsertaanya dan berdasarkan pengalamannya

yang baru ini bisa memperluas pemikirannya, akhirnya ia mulai meragukan

beberapa pandangan yang menjadi dasar agama. Selama kuliah ia mengenal

gadis bernama Helen Elliot. Meski pertemanannya sempat ditentang oleh

orangtuanya, setelah lulus Rogers tetap tetap menikahi Helen. Kemudian mereka

pindah ke kota New York dan mengajar di Union Theological Seminary, sebuah

institusi keagamaan liberal yang cukup terkenal.

Pada saat memberikan kuliah, Rogers menyarankan agar mahasiswanya

membuat diskusi kelas dengan tema “Kenapa saya mau jadi pendeta?” dia

menyatakan, “kalau anda sebagai mahasiswa tidak ingin kehilangan pekerjaan,

jangan ambil kelas dengan pembahasan seperti ini.” Ternyata hasilnya mereka

menganggap alasan mereka sudah berdasarkan teks-teks keagamaan.Sungguh

dramatis, ternyata Rogers sempat kehilangan keyakinan terhadap agama, ini

2

Page 3: Carls Bnerrrr 2

tentu saja merupakan persoalan psikologis pada dirinya. Oleh karena itu Rogers

kemudian masuk ke program Psikologi Klinis di Columbia University dan

menerima gelar Ph.D tahun 1931. Lalu melakukan praktik di Lembaga

Masyarakat Rochester untuk mencegah kekerasan terhadap anak-anak.

Pada tahun 1940 dia menjabat profesor penuh di Negara bagian Ohio.

Tahun 1942 ia menulis buku pertamanya, berjudul counseling and psychoterapy.

Tahun 1945 ia diundang untuk mendirikan pusat konseling di University of

Chicago. Saat bekerja disinilah bukunya yang sangat terkenal Client-centered

Therapy diterbitkan, yang memuat garis besar teori terapinya. Bentuk terapi ini

sangat terkenal di Amerika Serikat, dan digunakan dalam usaha memperbaiki

kepribadian manusia dalam berbagai situasi.

Tahun 1957 ia kembali mengajar di University of Wisconsin. Pada saat itu

terjadi konflik internal dalam fakultas psikologi, dan Rogers merasa sangat

kecewa dengan sistem pendidikan tinggi yang dia tangani. Tahun 1967 dengan

senang hati ia menerima posisi sebagai peneliti di La Jolla, California. Di sini dia

memberikan terapi, ceramah-ceramah, dan menulis karya-karya ilmiah sampai

akhir hayatnya ditahun 1987.

Titik balik kehidupan Rogers, pada tahun 1920, saat Rogers berusia 18

tahun, ia singgah di Peking Cina, sebagai seorang delegasi untuk konferensi

mahasiswa kristen Internasioanal. Selama persinggahan kurang lebih 6 bulan,

terjadi perubahan-perubahan penting pada dirinya. Di sana, ia mengalami

sesuatu yang akan menentukan bentuk dan hakikat dari pendekatannya

terhadap kepribadian. Sebelumnya, pendidikan Rogers bercirikan agama Kristen

fundamentalis yang ketat dan tak suka berkompromi dengan suatu tekanan pada

tingkah laku moral yang tepat dan kebajikan kerja keras. Ajaran-ajaran agama

dari orangtuanya sangat mempengaruhinya sepanjang kanak-kanak dan masa

remajaan tidak goyah ketika ia memasuki perguruan tinggi. Karena itu, meski

awalnya ia kuliah di bidang pertanian, lalu akhirnya memutuskan dalam tahun

kedua untuk mengabdikan kehidupannya bagi ‘karya-karya Kristen’ dengan

menjadi seorang pendeta.

Tahun 1921, Rogers dipilih lagi untuk mengahadiri Konferensi Federasi

Mahasiswa Kristen Sedunia di Cina. Konferensi itu membuka wawasannya

dalam banyak aspek. Dia menemukan suatu bagian penting dalam

perjalanannya ke sisi lain dari dunia. Rogers yang pada masa SMA-nya agak

3

Page 4: Carls Bnerrrr 2

terisolasi, kini berubah secara drastis menjadi terbuka kepada orang-orang dari

bermacam latar belakang intelektual dan kultural yang ide-ide dan penampilan

serta bahasa mereka yang semula asing baginya. Di Cina, ketika ia berbicara

delegasi-delegasi mahasiswa lain, dia mulai terpengaruh oleh ide-ide mereka.

Kepercayaan-kepercayaan fundamentalisnya yang kuat serasa ditembus,

dilemahkan, dan akhirnya dibuang.

Rogers mencatat pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya pada waktu

itu dalam suatu catatan harian. Dia mengirim salah satu salinannya kepada

kekasihnya, Helen dan salinan lainnya kepada orangtuanya. Dari hari ke hari, dia

terus mencatat dan mengirim pikirannya itu yang bertambah lama bertambah

banyak. Di rumah, orangtuanya menjadi sangat khawatir terhadap isi suratnya

yang panjang., tetapi Rogers tidak mengetahui apa-apa akan bahaya yang

disebabkannya. Hal ini karena jawaban surat dari orangtuanya di Amerika Serikat

terlambat dia terima. Keterlambatan itu lamanya dua bulan, sebelum reaksi

orangtuanya terhadap surat yang pertama sampai kepadanya. Salah satu akibat

dari pengalaman Rogers mengikuti konferensi di Cina adalah putusnya ikatan-

ikatan agama dan intelektual dengan orangtuanya, dan munculnya kesadaran

bahwa ia merasa merdeka. Di dalam tulisannya “Autobiography” Rogers

mengatakan, “saya dapat berpikir menurut pikiran-pikiran saya sendiri, sampai

kepada kesimpulan-kesimpulan saya sendiri, dan menjadi saksi terhadap

kepercayaan saya sendiri.” Kebebasan yang baru diperoleh ini, serta perasaan

keyakinan dan arah yang diberikannya menyebabkan ia sadar bahwa akhirnya

seseorang harus berdasar pada pengalamannya sendiri. Kepercayaan dan

keyakinan akan pengalaman diri sendiri menjadi sendi pendekatan Rogers

terhadap kepribadian.

b. Pandangan Rogers

Pandangan rogers secara esensial disusun oleh persepsi. Bagi rogers

objek utama dari kajian psikologi adalah manusia dan dunia yang dipandang oleh

manusia itu. Oleh karena itu, menueurt Rogers kerangka fenomenologis internal

dari referensi individual akan membentuk dasar psikologi yang tepat. Yang dapat

dikaji terutama oleh hukum-hukum yang mengatur persepsi. Rogers memandang

manusia sebagai bentuk-bentuk dari konsep dirinya (self concept) dan

pengalaman di satu sisi, dan interpretasinya tentang stimulus lingkungan pada

4

Page 5: Carls Bnerrrr 2

sisi yang lain. Inilah tingkatan kongruensi antara faktor-faktor tersebut yang

mempengaruhi perluasan aktualisasi diri yang terjadi.

Rogers beragumentasi bahwa perubahan-perubahan dalam persepsi diri

dan persepsi atas realitas menghasilkan perubahan yang serentak dalam

perilaku dan hal itu memberikan kondisi psikologis tertentu bagi seseorang

sehingga mempunyai kapasitas untuk mereorganisasi bidang persepsinya.,

termasuk bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri. Hal yang sangat

penting adalah ancaman terhadap konsep diri, sebab diri biasanya menolak

memasukkan pengalaman yang tidak konsisten dengan fungsinya. Maka Rogers

berpendapat bahwa ketika diri dipandang bebas dari ancaman serangan, maka

diri mungkin akan menjawab persepsi yang bertolak dan mengintegrasikannya

kembali diri dalam cara yang sedemikian rupa hingga menjadi bagian darinya.

Ia menganggap terapi sebagai suatu proses yang di dalam individu

memiliki kesempatan untuk mengorganisasi kembali dunia subjektifnya (the

subjective world), dan untuk mengintegrasikan dan mengaktualisasikan diri.

Dengan demikian, ia memandang proses utama dari terapi adalah memfasilitasi

pengalaman individu untuk menjadi individu yang lebih otonom, spontan, percaya

diri. Meskipun demikian, ketika desakan potensi aktualisasi diri, ada dalam diri

seseorang, Rogers menyatakan bahwa kondisi-kondisi yang dapat memfasilitasi

perkembangannya terdapat pada hubungan seseorang dengan ahli terapi, dan

terjadi melalui hubungan yang dekat, hangat secara emosional dan saling

pengertian dimana individu bebas dari ancaman dan memiliki kebebasan untuk

menjadi “diri yang sesungguhnya”.

Saya sapat menetapkan keseluruhan hipotesis dalam satu kalimat,

sebagai berikut: Jika saya dapat melakukakan suatu jenis hubungan tertentu,

orang lain akan menemukan dalam dirinya kapasitas untuk tumbuh, dan

berubah, serta perkembangan pribadi akan terjadi. (Rogers, 1961, hlm.33).

Jenis hubungan yang dimaksud oleh rogers ini memiliki tiga kualitas

khusus yang penting, pertama adalah antusias atau kemurnian dari para ahli

terapi. Untuk mencapai hal itu ahli terapi harus sadar perasaanya sendiri, sejauh

yang mungkin dilakukan, dan tidak menunjukkan sikap kepura-puraan, jika

mungkin dapat mengekspresikan berbagai sikap dan perasaan. Kondisi kedua

dari hubungan terapeutik adalah memandang positif kondisi yang tidak sama

(unconditional positiv regard) kepada klien, memberi harga dan nilai kepada

5

Page 6: Carls Bnerrrr 2

seseorang sebagai seorang individu yang terlepas dari kondisinya, perilaku dan

perasaan, respek terhadap seseorang, dan penerimaan terhadap seseorang

karena kebenaran yang dimilikinya. Kondisi ketiga dari hubungan itu adalah

pengertian empatis atau mendengarkan secara tulus keinginan yang terus

meenerus untuk memahami perasaan dan makna pribadi yang dialami

seseorang.

Jadi hubungan bermanfaat ini dicirikan sikap keterbukaan saya, dalam hal

ini perasaan saya adalah tampak jelas, karena penerimaan terhadap orang lain

ini sebagai orang yang terpisah dengan nilai kebenaran miliknya sendiri dan

dengan pengertian empatis yang mendalam yag memungkinkan saya melihat

dunia pribadinya melalui tatapan matanya. Pada saat kondisi-kondisi ini tercapai,

saya menjadi kawan bagi klien saya, menemaninya dalam ketakutan mencari

dirinya sendiri, kini dia merasakan bebas melakukannya.

c. Konsep prinsip Pemikiran Rogers

Adapun penjelasan konsep masing-masing prinsip tersebut adalah

sebagai berikut:a.

1. Hasrat untuk Belajar

Menurut Rogers, manusia mempunyai hasrat alami untuk

belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila

diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin

tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanistik.

Di dalam kelas yang humanistik anak-anak diberi kesempatan dan

kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk

memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan

berarti tentang dunia di sekitarnya.

2. Belajar yang Berarti

Belajar akan mempunyai arti atau makna, apabila apa yang

dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak

akan belajar dengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti

baginya.

3. Belajar Tanpa Ancaman

Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan

baik apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman.

Proses belajar akan berjalan lancar manakala murid dapat menguji

6

Page 7: Carls Bnerrrr 2

kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau

membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang

bisaanya menyinggung perasaan

4. Belajar atas Inisiatif Sendiri

Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas

inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu

memilih arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan

mengulurkan kesempatan kepada murid untuk “belajar bagaimana

caranya belajar” (to learn how to learn ). Tidaklah perlu diragukan

bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih

penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari sumber,

merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai

hasil.

Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik

pada proses maupun hasil belajar. Belajar atas inisiatif sendiri juga

mengajar murid menjadi bebas, tidak bergantung, dan percaya pada

diri sendiri. Apabila murid belajar atas inisiatif sendiri, ia memiliki

kesempatan untuk menimbang-nimbang dan membuat keputusan,

menentukan pilihan dan melakukan penilaian. Dia menjadi lebih

bergantung pada dirinya sendiri dan kurang bersandar pada penilaian

pihak lain.Di samping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus

melibatkan semua aspek pribadi, kognitif maupun afektif.

Rogers dan para ahli humanistik yang lain menamakan jenis

belajar ini sebagai whole-person-learning belajar dengan seluruh

pribadi, belajar dengan pribadi yang utuh. Para ahli humanistik

percaya, bahwa belajar dengan tipe ini akan menghasilkan perasaan

memiliki (feeling of belonging ) pada diri murid. Dengan demikian,

murid akan merasa terlibat dalam belajar, lebih bersemangat

menangani tugas-tugas dan yang terpenting adalah senantiasa

bergairah untuk terus belajar.

5. Belajar dan Perubahan

Prinsip terakhir yang dikemukakan oleh Rogers ialah bahwa

belajar yang paling bermanfaat ialah belajar tentang proses belajar.

Menurut Rogers, di waktu-waktu yang lampau murid belajar mengenai

7

Page 8: Carls Bnerrrr 2

fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat

brerubah, dan apa yang diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup

untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta

hidup yang sentral. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selalu maju dan

melaju. Apa yang dipelajari di masa lalu tidak dapat membekali orang

untuk hidup dan berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan

dating. Dengan demikian, yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang

mampu belajar di lingkungan yang sedang berubah dan akan terus

berubah

d. Teori Carl Rogers

Teori Rogers didasarkan pada prinsip humanistik bahwa jika orang diberi

kebebasan dan dukungan emosional untuk bertumbuh, mereka bisa berkembang

menjadi manusia yang berfungsi secara penuh. Tanpa kesamaaan atau

pengarahan, tetapi didorong dengan lingkungan yang menerima dan memahami

situasi terapeutik, orang akan memecahkan masalahnya sendiri dan berkembang

menjadi jenis individu yang mereka inginkan.

Rogers mengatakan bahwa tiap-tiap dari individu memiliki dua self/diri. Diri yang

kita rasakan sendiri (“I” atau “me” yang merupakan persepsi kita tentang diri kita

sesungguhnya “real self”) dan diri kita yang ideal/diinginkan “ideal self” (yang kita

inginkan). Rogers (1961) megajarkan bahwa masing-masing dari kita adalah

korban dari conditional positive regard (memberikan cinta, pujian, dan

penerimaan jika individu mematuhi norma orang tua atau norma sosial) yang

orang lain tunjukkan kepada kita. Kita tidak bisa mendapatkan cinta dan

persetujuan orang tua atau orang lain kecuali bila mematuhi norma sosial dan

aturan orang tua yang keras.

Kita diperintahkan untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dan kita

pikirkan. Kita dicela, disebutkan nama, ditolak, atau dihukum jika kita tidak

menjalani norma dari orang lain. Sering kali kita gagal, dengan akibat kita

mengembangkan penghargaan diri yang rendah, menilai rendah diri sendiri, dan

melupakan siapa diri kita sebenarnya.

Rogers mengatakan bahwa jika kita memiliki citra diri yang sangat buruk

atau berperilaku buruk, kita memerlukan cinta, persetujuan, persahabatan, dan

dukungan orang lain. Kita memerlukan unconditional positive regard (memberi

dukungan dan apresiasi individu tanpa menghiraukan perilaku yang tak pantas

8

Page 9: Carls Bnerrrr 2

secara sosial), bukan karena kita pantas mendapatkannya, tapi karena kita

adalah manusia yang berharga dan mulia. Dengan itu semua, kita bisa

menemukan harga diri dan kemampuan mencapai ideal self kita sendiri. Tanpa

unconditional positive regard kita tidak dapat mengatasi kekurangan kita dan tak

dapat menjadi orng yang berfungsi sepenuhnya.

Rogers mengajarkan bahwa individu yang sehat adalah individu yang

berfungsi sepenuhnya, yaitu yang telah mencapai keselarasan antara diri yang

nyata (real self) dan diri yang dicita-citakan (ideal self). Jika ada penggabungan

antara apa yang orang rasakan tentang bagaimana dirinya dan apa yang mereka

inginkan, mereka mampu menerima dirinya menjadi diri sendiri dan hidup

sebagai diri sendiri tanpa konflik.

1. Pendekatan Rogers Terhadap Kepribadian

Tema pokok pemikiran Rogers adalah suatu refleksi tentang apa

yang dipelajarinyan mengenai dirinya pada rentang usia 18-20 tahun:

bahwa seseorang harus bersandar pada pengalamannya sendiri tentang

dunia, karena hanya itulah kenyataan yang dapat diketahui oleh seorang

individu. Harus dipahami bahwa Rogers bekerja dengan individu-individu

yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian

mereka. Untuk merawat pasien-pasien ini (yang selanjutnya disebut

Rogers sebagai klien), dia mengembangkan suatu metode trapi yang

menempatkan tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian

pada klien, bukan pada ahli terapi (seperti biasa dilakukan oleh penganut

Freud). Oleh karena itu, pendekatannya disebut “terapi yang berpusat

pada klien” (client-centered therapy).

Metode ini menganggap bahwa individu yang terganggu memiliki

suatu tingkat kemampuan kesadaran tertentu, dan mengatakan kepada

kita banyak hal tentang pandangan Rogers mengenai kodrat manusia.

Menurut Roger, manusia yang rasional dan sadar, tidak terkontrol oleh

peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak karena masa itu sudah lewat

seperti pembiasaan akan kebersihan buang air kecil atau buang air besar,

penyapihan yang lebih cepat atau pengalaman-pengalaman seks

sebelum waktunya.

Hal-hal ini tidak menghukum atau membelenggu kita untuk hidup

dalam konflik dan kecemasan yang tidak dapat dikontrol. Masa sekarang

9

Page 10: Carls Bnerrrr 2

dan bagaimana kita memandangnya bagi kepribadian yang sehat adalah

jauh lebih penting daripada berlarut-larut mengingat masa lampau. Akan

tetapi Rogers mengemukakan bahwa pengalaman-pengalaman masa

lampau dapat mempengaruhi cara bagaimana kita memandang masa

sekarang yang pada gilirannya mempengaruhi tingkat kesehatan

psikologis kita. Jadi, pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak adalah

penting, tetapi fokus Rogers tetap pada apa yang terjadi terhadap

seseorang hari ini, saat sekarang, bukan pada apa yang terjadi waktu

lampau

2. Motivasi Orang yang Sehat adalah Aktualisasi

Menurut Rogers dorongan adalah ‘satu kebutuhan fundamental’.

Rogers menempatkan suatu dorongan dalam sistemnya tentang

kepribadian, meliputi pemeliharaan, mengaktualisasikan, dan

meningkatkan semua segi individu. Kecenderungan ini dibawa sejak lahir

dan meliputi komponen-komponen pertumbuhan fisiologis danpsikologis,

meskipun selama tahun-tahun awal kehidupan, kecenderungan tersebut

lebih terarah kepada segi-segi fisiologis. Baginya tidak ada segi

pertumbuhan dan perkembangan manusia beroperasi secara terlepas

dari kecenderungan aktualisasi ini.

Aktualisasi bisa berbuat jauh lebih banyak daripada

mempertahankan organisme, aktualisasi juga memudahkan dan

meningkatkan pematangan dan pertumbuhan.

Contohnya jika bayi bertambah besar, organ-organ tubuh dan

proses-proses fisiologis menjadi semakin kompleks dan berdiferensiasi

karena bayi tersebut fisiknya mulai berfungsi dalam arah-arah yang

kompleks. Proses pematangan ini mulai dengan perubahan-perubahan

dalam ukuran dan bentuk dari bayi yang baru lahir sampai pada

perkembangan sifat-sifat jenis kelamin sekunder pada masa remaja.

Rogers berpendapat, bahwa kecenderungan untuk aktualisasi

sebagai suatu tenaga pendorong adalah jauh lebih kuat daripada rasa

sakit dan perjuangan, serta setiap dorongan yang ikut menghentikan

usaha untuk beerkembang. Rogers percaya bahwa segi kecenderungan

aktualisasi ini dapat ditemukan dalam semua makhluk yang hidup.

10

Page 11: Carls Bnerrrr 2

Binatang-binatang, pohon-pohon, dan bahkan ganggang laut memilikinya,

sebagaimana dilukiskan Rogers dalam gaya puitis:

“Di sini dalam ganggang laut yang serupa pohon palm, terdapat

kegigihan hidup, dorongan hidup untuk maju, kemampuan untuk masuk

ke dalam suatu lingkunagn yang benar- benar bermusuhan dan tidak

hanya mempertahankan dirinya, tetapi juga menyesuaikan diri,

berkembang, dan menjadi dirinya sendiri.”

Intinya, aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh

pengalaman dan belajar, khususnya dalam masa kanak-kanak. Agaknya,

‘konvergensi’ merupakan ‘potret’ yang dapat mewakili gambaran

perkembangan ini, karena individu tumbuh tidak semata-mata

‘berselimutkan tabula rasa’, tetapi dalam perkembangannya faktor

‘lingkungan’ (environment) juga memiliki andil yang besar.

3. Perkembangan Diri

Rogers mengilustrasikan perkembangan diri manusia seperti

berikut:

Ketika individu masih kecil, sebagai anak-anak ia mulai

membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari

pengalaman yang lain. Segi ini adalah ‘diri’ dan itu digambarkan dengan

bertambahnya penggunaan kata ‘aku’ dan ‘kepunyaanku’. Anak itu

mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang

menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat,

didengar, diraba, dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu

lukisan dan gambar tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak itu

mengembangkan suatu ‘pengertian diri’ atau self concept. Sebagai

bagian dari self concept, anak itu juga menggambarkan dia akan menjadi

siapa atau ingin menjadi siapa.

Cara-cara khusus bagaimana ‘diri’ itu berkembang dan apakah dia

akan menjadi sehat atau tidak, tergantung pada cinta dan kasih sayang

yang diterima anak itu di masa kecil. Penerimaan cinta ini utamanya dari

ibu, dan dari bapak, tetapi bisa juga dari pengasuhan orang dewasa lain,

misalnya pengasuh bayi, kakek nenek, atau pembantu. Pada waktu ‘diri’

itu berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers

menyebut kebutuhan ini sebagai ‘penghargaan positif’ atau positive

11

Page 12: Carls Bnerrrr 2

regard. Positive regard merupakan suatu kebutuhan yang bisa memaksa

dan merembes, dimiliki oleh semua manusia, setiap anak terdorong untuk

mencari ‘penghargaan positif’.

4. Karakteristik aktualisasi-diri

Ada 3 hal penting menurut Rogers jika seseorang ingin

memahamin aktualisasi-diri. Yaitu :

1. Aktualisasi-diri berlangsung terus menerus

2. Aktualisasi-diri merupakan suatu proses yang sukar

3. Aktualisasi-diri menjadikan orang menjadi diri mereka sendiri

Hal pertama, Rogers meyakini bahwa kepribadian yang sehat itu

bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu peroses,

atau ‘suatu arah bukan suatu tujuan’. Aktualisasi diri berlangsung terus,

meruoakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Tujuannya yakni

orientasi ke masa depan, atau menarik individu ke depan, yang

selanjutnya mendiferensasikan dan mengembangkan segala segi dari

‘diri’.

Hal kedua, aktualisasi-diri itu merupakan suatu proses yang sukar

dan kadang kadang menyakitkan. Aktualisasi-diri merupakan suatu ujian,

rintangan, dan cambuk yang muncul terus menerus terhadap semua

kemampuan seseorang. Menurut Rogers, “aktualisasi-diri merupakan

keberanian untuk ada”. hal ini berarti, “seseorang meluncurkan diri sendiri

sepenuhnya kedalam arus kehidupan”.

Hal ketiga, bahwa orang orang yang mengaktualisasikan diri,

mereka benar-benar menjadi diri mereka sendiri. Mereka tidak

bersembunyi di belakang topeng-topeng , yang berpura pura menjadi

sesuatu yang bukan diri mereka, atau menyembunyikan sebagian diri

mereka. Mereka mengetahui bahwa mereka dapat berfungsi sebagai

individu-individu dalam sanksi-sanksi dan garis-garis pedoman yang jelas

dari masyarakat.

5. Orang yang berfungsi sepenuhnya

Menurut rogers ada 5 sifat orang yang berfungsi sepenuhnya.

Yaitu :

12

Page 13: Carls Bnerrrr 2

a. Adanya keterbukaan pada pengalaman

Seseorang yang tidak terhambat oleh syarat-syarat penghargaan,

bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Tidak satu pun yang

harus dilawan karna tidak ada satupun yang mengancam. Jadi,

keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensif. Setiap

pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar

disampaikan ke sistem syaraf organisme tanpa rintangan.

b. Berada dalam kehidupan eksistensial

Orang yang berfungsi sepenuhnya, senantiasa hidup dalam

momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasakan segar dan baru.

Sesuatu yang dialami seperti sebelumnya belum pernah ada, kemudian

direspon dengan cara yang tidak persis sama. Maka dalam setiap momen

kehidupan selalu ada kegembiraan, karena setiap pengalaman dapat

tersingkap secara segar.

c. Adanya kepercayaan terhadap organisme diri sendiri

Prinsip ini mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk pada

pengalaman rogers sendiri . Dia menyatakan “ Apabila aktivitas seakan-

akan berharga maka aktivitas itu perlu dilakukan. Sebaliknya , jika suatu

aktivitas dirasa tidak berharga maka aktivitas itu tidak perlu dilakukan.

Saya telah belajar bahwa seluruh perasaan organisme saya terhadap

suatu situasi lebih dapat dipercaya dari pada pikiran saya “

d. Memiliki perasaan bebas

Rogers percaya semakin seseorang sehat secara psikologis,

maka semakin ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.

Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan

atau rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan.

e. Senantiasa kreatif

Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif.

Mengingat sifat-sifat yang mereka miliki, sukar untuk melihat bagaimana

seandainya kalau orang ini tidak demikian kreatif. Menurut rogers orang-

orang yang terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman, yang

percaya akan organisme mereka sendiri, yang fleksibel dalam keputusan

dan tindakannya, ialah orang-orang yang akan mengungkapkan diri

mereka dalam produk-produk yang kreatif ,serta kehidupan yang kreatif

13

Page 14: Carls Bnerrrr 2

dalam semua bidang kehidupannya. Mereka bertingkah laku spontan,

senantiasa berubah ,bertumbuh dan berkembang sebagai respons atas

stimulus – stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitar mereka.

E. Peran Teori Terhadap Pengembangan

Teori ini mengajarkan orang untuk percaya pada diri sendiri dan

menerima tanggungjawab untuk pengembangan potensi penuhnya. Humanis

juga menekankan bahwa orang memiliki kebutuhan manusia ysng nyata yang

harus terpenuhi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Rogers membedakan

dua tipe belajar yaitu:

1. Kognitif (kebermaknaan)

2. Experiential (pengalaman atau signifikansi)

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah

pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.

Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan

dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan

dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar

tentang proses.

Dalam bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-

prinsip dasar humanistic yang penting diantaranya ialah:

a) Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami

b) Belajar yang signifikan terjadi apbila materi pelajaran dirasakan murid

mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

c) Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai

dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk

ditolaknya.

d) Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah

dirasakan dan diasimiliasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu

semakin kecil.

14

Page 15: Carls Bnerrrr 2

e) Apabila ancaman terhadap diri siswa redah, pengalaman dapat

diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah

proses belajar.

f) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

g) Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar

dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

h) Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan siswa seutuhnya, baik

perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan

hasil yang mendalam dan lestari.

i) Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih

mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan

mengeritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan

cara kedua yang penting.

j) Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini

adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang

terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri

sendiri mengenai proses perubahan itu (Tadjab, 1994)

Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru

yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck (1975),

mereka meneliti kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang

mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.

Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah:

1) Merespon perasaan siswa

2) Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang

sudah dirancang

3) Berdialog dan berdiskusi dengan siswa

4) Menghargai siswa

5) Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan

6) Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk

memantapkan kebutuhan segera dari siswa)

7) Tersenyum pada siswa

f. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama

proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran

15

Page 16: Carls Bnerrrr 2

guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa

sedangkan guru memberikan motivasi kesadaran mengenai makna belajar dalam

kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan

mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai

proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri,

mengembngkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri

yang bersifat negatif.Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya

daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah:

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas.

2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang

bersifat jelas, jujur dan positif.

3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk

belajar atas inisiatif sendiri.

4. Mendorong siswa untuk peka, berpikir kritis, memaknai proses

pembelajaran secara mandiri.

5. Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih

pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkannnya dan

menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.

6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran

siswa, tidak menilai secara normative tetapi mendorong siswa untuk

bertanggung jawab atas segala resiko perbuatan atau proses

belajarnya

7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan

kecepatannya

8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi

siswa.

Pembelajaran berdasarkan teori humanistic ini cocok untuk diterapkan

untuk materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati

nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari

keberhasilan aplikasi iini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif

dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan

sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh

pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab

16

Page 17: Carls Bnerrrr 2

tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin,

atau etika yang berlaku.

C. Kesimpulan

Carl Ransom Rogers (8 Januari 1902 - 4 Februari 1987) adalah seorang

psikolog Amerika yang berpengaruh di antara para pendiri psikologi dengan

pendekatan humanistik. Rogers secara luas dianggap sebagai salah satu pendiri

penelitian psikoterapi. Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal

dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered).

Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis

selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun

pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap

bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers

memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah,

sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang

sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.Teori Rogers didasarkan

pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi.

Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu

dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh

potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan

bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi

keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau

dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan

untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan

sebagainya. Selain itu, Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik

yang gagasan-gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi

di semua bidang, baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam

bidang pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip

belajar yang humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti,

belajar tanpa ancaman yang humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar,

belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan

belajar untuk perubahan.

17

Page 18: Carls Bnerrrr 2

Daftar Pustaka

B. Uno, Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Palmer, J.A. (editor). 2003. 50 Pemikir Pendidikan. Dari Piaget Sampai Masa Sekarang. (terjemahan : Farid Assifa). Yogyakarta : Penerbit Jendela.

Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta.

Aus Nasiban, Ladisi. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia. Jakarta:

Grassindo.MIF

Baihaqi. 2008. Psikologi Pertumbuhan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

George Boeree. 2008. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Yogyakarta: Prismasophie.

http://rohman-makalah.blogspot.com/2008/07/teori-belajar-akhmad-sudrajat-

m.html

18