8
Nama : Agung Widodo Nim : 115020207111060 Mata kuliah : Financial Planning A. Cara Hitung Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa Dalam setiap proposal penawaran asuransi jiwa pasti kita akan di sodorkan ilustrasi mengenai besarnya uang pertanggungan (UP), Nah sebenarnya kriteria seperti apa yang sudah dikategorikan layak memiliki nilai uang pertanggungan dan bagaimana cara mengoptimalkan uang pertanggungan tersebut .Kriterianya sbb: Nilai ekonomis yakni suatu nilai dimana hasil pendapatan setahun kita rata-ratakan dalam setiap bulannya, atau bagi seorang pegawai adalah besarnya gaji bersih yang dibawa pulang kerumah. Untuk kepentingan UP fokus kita hanya pada nilai ekonomis bukan cukup atau tidaknya gaji tersebut. Adanya individu selain kita sendiri yang sangat bergantung dengan nilai ekonomis tersebut, misal istri, suami, anak, kakak, adik atau orang tua yang sudah pensiun. Sangkutan dana pihak lain di dalam aktifitas bisnis, misal pinjaman personal diluar utang Bank atau lembaga pembiayaan lain yang tidak memiliki asuransi jiwa. Jadi ketika kita berencana melakukan pinjaman kredit dari Bank atau lembaga pembiayaan maka kita wajib menanyakan apakah sudah ada asuransi jiwanya? Jadi sangatlah tidak layak jika kita membeli Asuransi Jiwa dengan kondisi: Tidak adanya nilai ekonomis; Tidak adanya orang lain yang bergantung kepada kita; Tidak adanya sangkutan pinjaman utang, Lalu bagaimana cara menghitung UP yang optimal, berikut adalah penjelasan metoda yang paling sering dipakai: 1. Metoda Human Life Value Metoda ini perhitungan UP mutlak dihitung berdasarkan rata- rata pendapatan setiap bulan yang kita setahunkan serta dikali dengan ekspektasi lamanya dana tersebut menopang hidup hingga

Cara Hitung Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Cara Hitung Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa

Nama : Agung Widodo

Nim : 115020207111060

Mata kuliah : Financial Planning

A. Cara Hitung Uang Pertanggungan Asuransi JiwaDalam setiap proposal penawaran asuransi jiwa pasti kita akan di sodorkan ilustrasi mengenai besarnya uang pertanggungan (UP), Nah sebenarnya kriteria seperti apa yang sudah dikategorikan layak memiliki nilai uang pertanggungan dan bagaimana cara mengoptimalkan uang pertanggungan tersebut .Kriterianya sbb: Nilai ekonomis yakni suatu nilai dimana hasil pendapatan setahun kita rata-ratakan

dalam setiap bulannya, atau bagi seorang pegawai adalah besarnya gaji bersih yang dibawa pulang kerumah. Untuk kepentingan UP fokus kita hanya pada nilai ekonomis bukan cukup atau tidaknya gaji tersebut.

Adanya individu selain kita sendiri yang sangat bergantung dengan nilai ekonomis tersebut, misal istri, suami, anak, kakak, adik atau orang tua yang sudah pensiun.

Sangkutan dana pihak lain di dalam aktifitas bisnis, misal pinjaman personal diluar utang Bank atau lembaga pembiayaan lain yang tidak memiliki asuransi jiwa. Jadi ketika kita berencana melakukan pinjaman kredit dari Bank atau lembaga pembiayaan maka kita wajib menanyakan apakah sudah ada asuransi jiwanya?

Jadi sangatlah tidak layak jika kita membeli Asuransi Jiwa dengan kondisi:

Tidak adanya nilai ekonomis; Tidak adanya orang lain yang bergantung kepada kita; Tidak adanya sangkutan pinjaman utang,

Lalu bagaimana cara menghitung UP yang optimal, berikut adalah penjelasan metoda yang paling sering dipakai:

1. Metoda Human Life ValueMetoda ini perhitungan UP mutlak dihitung berdasarkan rata-rata pendapatan setiap bulan yang kita setahunkan serta dikali dengan ekspektasi lamanya dana tersebut menopang hidup hingga ahli waris mampu untuk mendapatkan income sendiri. Metoda ini tidak perlu mempertimbangkan faktor pertumbuhan dana jika UP tersebut disimpan dalam Bank atau lembaga investasi lain.Contoh: Seorang ayah 35 tahun memiliki penghasilan bersih Rp 5 juta setiap bulannya, istri ibu rumah tangga mereka memiliki 1 orang anak usia 9 tahun. Jika sang ayah meninggal maka besarnya UP adalah sebagai berikut:

Human Life Value: Rp 5.000.000 x 12 x 5 =Rp 300.000.000 , Ini berarti jika diambil sebesar Rp 5 juta setiap bulannya akan bertahan selama 5 tahun untuk biaya hidup jika sang ayang meninggal dunia (tanpa menghitung bunga atau pertumbuhan dana).

Page 2: Cara Hitung Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa

2. Metoda Income Based Value, Metoda ini perhitungan UP mutlak dihitung berdasarkan rata-rata pendapatan setiap bulan yang kita setahunkan dibagi dengan faktor pertumbuhan dana karena UP tersebut wajib disimpan dalam lembaga investasi selain bank. Contoh:

Income Based Value: (Rp 5.000.000 x12)/6 % = Rp 1.000.000.000

Mengapa dibagi dengan 6 %? Karena jika UP diterima maka dana tersebut ditempatkan pada instrument investasi pendapatan tetap seperti ORI (Obligasi Ritel Indonesia), Reksa Dana Pendapatan Tetap, bukan pada Deposito. Secara historis memiliki kinerja setahun pada kisaran 6 s/d 8 %. Jadi uang sebesar Rp 1.000.000.000 akan menghasilkan Rp 5000.000 setiap bulannya karena Rp 1.000.000.000 x(6 %/12)=Rp 5.000.000 .

3. Metoda Financial Needs Based ValueMetoda ini lebih spesifik untuk memproteksi kebutuhan financial dimasa mendatang misalkan dana pendidikan. Dalam prakteknya untuk menghindari pembayaran premi yang sangat besar maka metoda ini tidak bisa berdiri sendiri namun harus dikombinasikan dengan investasi produk yang cocok untuk hal ini adalah asuransi unitlink dimana pengembalian rata-ratanya diatas deposito. metode ini tidak memproteksi penghasilan melainkan kebutuhan keuangan dimasa mendatang. Contoh:Metoda ini untuk memproteksi biaya pendidikan kelak jika sang ayah meninggal. Misalkan biaya pendidikan di universitas sekarang adalah Rp 200.000.000 maka 9 tahun lagi biaya pendidikan menjadi sekitar Rp 550.000.000 dengan perkiraan kenaikan 12 persen setiap tahunnya. Jadi UP untuk memproteksi biaya pendidikan adalah sebesar Rp 550.000.000 atau kalau ingin lebih murah bisa dengan UP Rp 275.000.000 dan membeli produk asuransi yang sudah instrumen investasi didalamnya .

B. Cara Menghitung Premi Asuransi Syariah 1. GROSS CONTRIBUTION (GC)

Gross Contribution (GC) adalah kontribusi kotor yang perlu dikumpulkan oleh perusahaan asuransi syariah dalam bentuk premi peserta asuransi syariah. Dengan kata lain, dana inilah yang nantinya dijadikan dasar oleh perusahaan asuransi syariah dalam menentukan besaran premi per peserta. Rumus utama yang sudah digunakan secara umum dalam menghitung GC adalah sebagai berikut:

GC = RC + λ +E

Keterangan; GC = Gross contribution RC = Risk Contribution Λ = Dana cadangan (salah satunya digunakan ketika menghadapi situasi Defisit

Underwriting)

Page 3: Cara Hitung Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa

E = Pengeluaran perusahaan

Contoh:Sebuah perusahaan asuransi syariah akan mengeluarkan produk dengan asuransi kesehatan dengan benefit Rp.10,000,000. Berapa premi yang akan dibebankan kepada peserta asuransi syariah?

2. DANA CADANGAN (λ) Dana cadangan ini akan dikumpulkan oleh perusahaan asuransi syariah sebagai dana cadangan yang akan digunakan ketika menghadapi situasi Defisit Underwriting.Contoh:Perusahaan asuransi syariah ini menentukan Dana Cadangan (λ ) adalah sebesar 5% dari GC. Maka rumusnya akan menjadi sebagai berikut:GC = RC + λ +EGC = RC + 0,05GC +E

3. PENGELUARAN PERUSAHAAN (E) Pengeluaran perusahaan asuransi syariah terdiri dari berbagai biaya perusahaan seperti Fee dari akad wakalah, biaya operasional, gaji karyawan, profit perusahaan, dll. Contoh: Perusahaan asuransi syariah ini membudgetkan pengeluaran (E) 20% dari GC. Maka rumusnya akan menjadi sebagai berikut:

GC = RC + λ +EGC = RC + 0,05GC +EGC = RC + 0,05GC +0,2GC

Dengan menggunakan persamaan matematika, maka rumusnya akan menjadi sebagai berikut:

GC = RC + 0,05GC +0,2GC GC – 0,05GC -0,2GC = RC 0,75GC = RC …………………………………………………. (Pers.1)

4. RISK CONTRIBUTION (RC)RC didefinisikan sebagai besaran biaya yang harus diperoleh perusahaan asuransi syariah untuk memenuhi kebutuhan claim tertanggung (benefit bagi peserta asuransi syariah). Sebagai contoh, apabila dalam 1000 orang sample populasi dilihat pola kunjungan terhadap Rumah Sakit. Jumlah Kasus Rumah Sakit Jumlah Sample Populasi yang diobservasi Jumlah Kasus dalam Setahun

Page 4: Cara Hitung Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa

Cara membaca tabel diatas adalah sebagai berikut: Ada 605 orang yang tidak pernah sakit dan dirawat di Rumah Sakit. Ada 305 orang yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit sebanyak 1 kali. Ada 76 orang yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit sebanyak 2 kali.

Dari tabel diatas, maka jumlah kasus ada 500 dari total populasi 1,000 orang. Kemudian, akan dapat dihitung rata-rata frekuensi claim asuransinya, yaitu:

Frekuensi Claim = Jumlah kasus / Total PopulasiFrekuensi Claim = 500/1000Frekuensi Claim = ½

Disimpulkan bahwa 1 dari 2 orang, akan ada yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit.Misalkan saja perusahaan asuransi syariah ini akan memberikan benefit kepada tertanggung sebesar Rp.10,000,000, maka Risk Contribution (RC) yang harus diperoleh perusahaan asuransi syariah adalah sebagai berikut:

Risk contribution (RC) = Frekuensi Claim x Benefit untuk tertanggungRisk contribution (RC) = ½ x Rp.10,000,000Risk contribution (RC) = Rp.5,000,000

Dengan menggunakan persamaan (Pers.1), maka rumusnya akan menjadi sebagai berikut:

0,75GC = RC0,75GC = Rp.5,000,000GC = Rp.5,000,000 / 0,75GC = Rp.6,666,667 per tahun

Jadi, dengan demikian premi yang akan dibebankan kepada peserta asuransi syariah adalah sebesar Rp.6,666,667 per tahun.

Page 5: Cara Hitung Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa

A. Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi Insurable Interest

Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan, antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.Contoh : Seorang istri dapat mengansuransikan suaminya (sebagai tertanggung) sebab kelangsungan hidup suaminya mempunyai nilai ekonomis bagi istrinya. Artinya, sang istri akan menderita berupa kesukaran ekonomi akibat lenyapnya penghasilan suaminya yang diakibatkan adanya peristiwa meninggalnya sang suami.

Utmost good faithSuatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya adalah : si penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus memberikan keterangan yang jelas dan benar atas obyek atau kepentingan yang dipertanggungkan.Contoh : Dalam kasus Kettlewell vs. Refuge Assurance (1908). Tertanggung mengira bahwa polis asuransi jiwanya sudah berakhir. Akan tetapi agen dari perusahaan asuransi membujuknya untuk tetap memegang polis tersebut dengan menjelaskan secara tidak jujur bahwa dia (tertanggung) akan memiliki polis bebas (free policy) dimana tidak perlu membayar lagi bila dia membayar premi untuk 4 tahun ke depan. Pengadilan memutuskan bahwa tertanggung punya hak untuk membatalkan polis dan menagih pengembalian premi yang sudah dibayar sejak tanggal terjadinya misrepresentasi.

Proximate causeSuatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru dan independen.Contoh : Seseorang mengendarai kendaraan diajalan tol dengan kecepatan tinggi sehingga mobil tidak terkendali dan terbalik. Korban luka parah dan dibawa kerumah sakit. Tidak lama kemudian korban meninggal dunia. Dari peristiwa tersebut diketahui bahwa kausa proksimalnya adalah korban mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi sehingga mobil tidak terkendali dan terbalik. Melalui kausa proksimal akan dapat diketahui apakah penyebab terjadinya musibah atau kecelakaan tersebut dijamin dalam kondisi polis asuransi ataukah tidak.

IndemnitySuatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278). Contoh : Ferdy membeli mobil dengan harga pasar sebesar 100 juta rupiah, diasuransikan sebesar 100 juta rupiah. Apabila terjadi musibah sehingga kendaraan tersebut hilang , dan harga pasar kendaraan saat itu 100 juta rupiah, maka Ferdy menerima ganti rugi sebesar 100 juta rupiah. 125 juta rupiah, maka Ferdy menerima ganti rugi sebesar nilai yang diasuransikan, yaitu 100 juta rupiah.

Page 6: Cara Hitung Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa

Jika terjadi kerusakan akibat dari kecelakaan maka biaya perbaikan, penggantian suku cadang, ongkos kerja bengkel seluruhnya akan menjadi tanggung jawab kami sehingga maksimum sebesar 100 juta rupiah.

SubrogationPengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim dibayar.Contoh : Sebuah kendaraan milik Agus dipertanggungkan terhadap bahaya tabrakan pada perusahaan pertanggungan Mitra Jaya. Kemudian tanpa izin Agus sebagai pemiliknya, kendaraan tersebut dipakai oleh Joni temannya sendiri. Ketika kendaraan tersebut sedang dipakai Joni, terjadilah tabrakan sehingga kendaraan mengalami kerusakan berat.Dalam kasus ini A pemilik kendaraan sebagai tertanggung, dapat menempuh dua jalan guna memperoleh ganti kerugian, yaitu :

1) Menuntut ganti kerugian kepada penanggung B atas dasar perjanjian pertanggungan,

2) Menuntut ganti kerugian kepada C pihak ketiga atas dasar perbuatan melawan hukum. Apabila A memilih jalan pertama, maka hak menuntut ganti kerugian kepada C berpindah kepada penanggung B.

ContributionSedangkan adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity.Contoh : Andi mengasuransikan satu unit bangunan rumah tinggal seharga 100 juta rupiah kepada tiga perusahaan asuransi msing-masing sebesar Asuransi A = Rp 100.000.000,00. Asuransi B = Rp 50.000.000,00. Asuransi C = RP 50.000.000,00. Total =Rp200.000.000,00.Bila bangunan tersebut terbakar habis (mengalami kerugian total) maka maksimum ganti rugi yang Andi terima dari ketiga perusahaan asuransi tersebut adalah: Asuransi A = (100.000.000 / 200.000.000) x 100.000.000 = Rp. 50.000.000,00Asuransi B = (50.000.000 / 200.000.000) x 100.000.000 = Rp. 25.000.000,00Asuransi C = (50.000.000 / 200.000.000) x 100.000.000 = Rp. 25.000.000,00Total = Rp 100.000.000,00. Berarti jumlah ganti rugi yang Andi terima dari ke-3 perusahaan asuransi tersebut bukanlah Rp. 200.000.000,00 melainkan Rp. 100.000.000,00 sesuai dengan harga rumah sebenarnya.