20

CALON SUAMI YANG BAIK - kelasjodoh.com · tahu bahwa Bapak orang yang hebat.” ... biaya walimah, juga merancang hidup yang berkah dengan menikah. Masa orang yang mau berzina saja

Embed Size (px)

Citation preview

“CALON SUAMI YANG BAIK”

Ingat, menikah itu sekali seumur hidup

(kecuali ada kondisi lain)

Kalau sebelum nikah saja dia tak bisa tegas memutuskan kapan

menikah?

Bagaimana mungkin menyerahkan hidup pada pemimpin yang plin-

plan

Apalagi tak mempunyai visi yang jelas

Katanya dia ingin jadi calon suami yang bisa membimbing

Tapi kok kerjaannya cuman nangkring

Diminta jadi imam mulut terasa kering

Sukanya PHP-in wanita di puncak tebing

Disuruh sholat alasannya masih sibuk

Tapi BBM-an sama doi semalam suntuk

Nonton bareng pacar biar bisa meluk

Ditanya "kapan ngelamar?" hanya bisa kikuk

Sist, jangan mau dinikmati sebelum dinikahi

Sama dengan dicuri tanpa niat membeli

Kalau mau dapat suami sholeh harus bisa jaga diri

Persiapkan ilmu, iman dan jadilah muslimah sejati

Perbanyak silaturahim biar nambah rizki

Perbanyak ilmu dengan tholabul 'ilmi

Siapa tahu jodohmu sedang menanti

Siap melamar dirimu besok pagi

Calon suami yang baik itu…

Sikapnya santun, namun komitmennya hebat

Katanya lembut, namun penuh wibawa

Memuliakan Sahabat, namun juga menghormati orangtua

Semoga semua lelaki yang siap menikah menjadi lelaki gentle yang

dapat memuliakan wanita.

Dan semoga Sahabat menjadi wanita paling beruntung karena

dipilih oleh lelaki yang baik itu.

Aamiin...

------------------------------------------------------------------

“DEWASA ITU PILIHAN, TUA ITU KEPASTIAN”

Ada yang beralasan terlalu muda atau sudah terlalu tua

untuk menikah? Padahal tua muda tidak menjamin

kedewasaan. Buktinya, di zaman para sahabat banyak yang

menikah muda justru sukses semuda mungkin. Bahkan,

Sultan Muhammad Al-Fatih ‘Sang Penakluk Konstantinopel’

menikah di usia yang belum genap 20 tahun. Nah,

bagaimana dengan kita?

Percaya deh, ada orang yang masih muda tapi pemikiran

dan kedewasaannya sudah luar biasa. Ia ditempa oleh masa,

dibesarkan dengan pengalaman, dan diarahkan dengan

kebijaksanaan. Biasanya, dia sering bergaul dengan orang

yang lebih tua usianya atau lebih tinggi ilmunya. Sehingga

pemikiran dan karyanya melebihi zamannya.

Jadi teringat saat membaca buku “Api Tauhid”, bagaimana

Seorang Said Nursi kecil punya kecerdasan luar biasa. Di usia

belasan tahun sudah hafal banyak kitab. Bahkan bisa

mengalahkan ilmu para gurunya. Begitu juga dengan

menikah, bukan masalah usia, tapi masalah kedewasaan

dalam berpikir, merasa dan bertindak.

Ada juga loh yang sudah usia kepala tiga atau empat tapi

masih belum dewasa. Gampang marah, mudah cemburu,

senang menggunjing dan hal buruk lainnya. Wajar kalau

banyak yang bercerai karena tidak memahami esensi

pernikahan.

Kalau kita berpikir bahwa kekayaan dan kemapanan

parameter kesiapan menikah nampaknya belum tentu juga.

Coba ingat, berapa banyak artis Indonesia bahkan dunia

yang mempunyai popularitas, kekayaan, kecantikan atau

ketampanan, namun mereka gagal dalam membina rumah

tangga. Tiga bulan menikah sudah bercerai, bahkan ada

yang tiga hari menikah sudah ditinggal pergi suaminya.

Berarti menikah bukan masalah harta yang melimpah tapi

masalah jiwa yang mau belajar dewasa, betul apa benar?

“PEKERJAAN TETAP ATAU TETAP BEKERJA”

Alkisah ada seorang lelaki yang berniat ta'aruf ke rumah

orangtua wanita pujaan hati. Saat tiba di rumah calon mertua,

Sang Bapak bertanya tentang maksud dan tujuan. Sampailah

pada pertanyaan ini:

Bapak : “Nak, kamu memang sudah punya pekerjaan tetap?”

Lelaki : “Belum Pak!”

Bapak : “Nanti kamu mau kasih makan apa anak saya?”

Lelaki : “Nasi Pak!”

Bapak: “Cerdas kamu ya!”

Lelaki : “Alhamdulillah Pak, terimakasih pujiannya!”

Bapak : (Muka keheranan) “Ye, masih nggak ngerti, itu sindiran tau!

Berarti kamu gak punya penghasilan tetap kan? Nanti kalau jadi

menikah, anak saya mau tinggal dimana?”

Lelaki : “Di rumah Pak!”

Bapak : “Rumah siapa?”

Lelaki : “Bisa rumah Bapak, rumah orangtua saya atau rumah saya”.

Bapak : “Jangan main-main kamu ya? Kamu tahu saya ini Marinir?”

Lelaki : “Justru saya kesini serius menikahi anak Bapak. Saya sangat

tahu bahwa Bapak orang yang hebat.”

Bapak : “Ngapain saya nikahin anak saya sama kamu kalau nasib

masa depan anak saya nanti nggak jelas!”

Lelaki : “InsyaAllah saya siap bertanggung jawab Pak. Karena saya

sudah mempersiapkan diri untuk jadi imamnya!”

Bapak : “Lah, wong kerjaan aja nggak jelas gitu!”

Lelaki : “Begini Pak, pekerjaan saya memang nggak tetap. Seperti

besok saya rapat di Paris, besoknya balik ke Indonesia untuk kontrol

produksi. Minggu depannya mesti ekspansi pasar di Malaysia dan

Thailand. Karena Saya pengusaha Pak!”

Bapak : “Ooo..oooh”

Lelaki : “Penghasilan saya juga nggak tetap Pak, Kadang bulan ini 100

juta. Bulan besok bisa 300 juta. Rata-rata sih 150 juta sebulan”.

Bapak : (Muka mulai cerah dan tersenyum) “Ngomong dong dari tadi,

udah pasti saya terima. Jadi kapan mau bawa orangtua kemari?”

---------------------------------------------------------------------------

Hehe… intinya jangan menilai seseorang hanya dari pekerjaan

tetap atau tidak, dari penghasilan tetap atau tidak. Karena

yang penting adalah tetap bekerja dan berpenghasilan

juga siap bertanggungjawab menafkahi istri dan anak

tercinta…

Jangan mau jadi orang yang bergantung pada makhluk.

Misalnya bergantung dari pemberian orangtua, dari

beasiswa atau belas kasihan oranglain. Belajarlah semuda

mungkin untuk mandiri. Misalnya belajar berjualan, magang

kerja atau menjual keahlian dan kreativitas. Intinya yang

penting halal. Tak usah malu dan ragu, malu tuh kalau

masih menyusahkan orangtua. Malu tuh kalau terlihat keren

tapi ‘kere’, ragu tuh kalo sesuatu yang syubhat atau haram,

jadi siap untuk mandiri?

Tekadkan, bahagiakan ortu selagi muda, siapkan mahar dan

biaya walimah, juga merancang hidup yang berkah dengan

menikah. Masa orang yang mau berzina saja dipermudah,

kita yang mau ibadah nikah kok dipersulit? Masih ingat sabda

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang orang yang

akan ditolong oleh Allah, salah satunya orang yang menikah

untuk menjaga diri dari dosa. So, masih tak yakin dengan

janji-Nya?

Untuk para wanita, memilih suami itu jangan memikirkan

orangtuanya kaya atau tidak, karena yang kita nikahi itu

anaknya, bukan bapaknya.

Untuk apa mempunyai mertua kaya kalau suami tak bisa

menjalankan usaha atau bekerja? Kan malu minta terus

sama mertua. Karena sebanyak apapun harta yang

diwariskan orangtua akan habis jika anak tak mampu

mengelolanya dengan baik.

Tapi, bila calon suami yang kita pilih itu karena

kepribadiannya yang baik, akhlak dan perangainya yang

mulia, serta keimanan dan ketaatannya yang selalu terjaga

maka tak usah khawatir bila belum memiliki penghasilan

tetap.

Yakinlah bahwa keimanan dan kemuliaan akhlaknya lah

yang akan membuat Allah mengantarkan rezeki-rezeki yang

tak terduga. Allah akan membukakan jalan-jalan usaha baru

dan memberikan kebahagiaan dunia akhirat untuk

keluargamu. So, yang paling penting bukanlah soal harta

orangtuanya tetapi kepribadian dari lelaki itu sendiri.

------------------------------------------------------------------

“KEJAR ILMU BUKAN GELAR”

Jangan terjebak dengan tren hari ini dimana orang-orang

membanggakan gelar. Mulai dari gelar formal sampai non

formal. Tapi mereka sedikit karya dan tak bisa

dipertanggungjawabkan.

Jangan juga berbangga-bangga dengan brand universitas,

buktinya banyak juga lulusan dari universitas terkenal tapi

tidak sukses. Sebaliknya ada yang tak punya gelar tapi ia

semangat belajar dan menuntut ilmu sehingga ia sukses

melebihi orang-orang yang bergelar. Lelaki seperti itu lebih

pantas untuk bersanding denganmu di pelaminan.

Ingat, ilmu itu ada dimana-mana. Satu hal yang terpenting

bagaimana pemahaman dan pengamalan dengan ilmu itu.

Apakah dengan ilmu itu kita semakin bijaksana dan semakin

terarah dalam hidup atau malah semakin sombong dan lupa

diri.

Kalau lelaki hanya membanggakan gelarnya untuk bisa

diterima jadi menantu, ya..belum tentu diterima atau belum

tentu bahagia juga masa depannya. Justru bisa jadi gelar

itu malah jadi bumerang karena tak bisa

dipertanggungjawabkan.

Bagi yang sudah mempunyai gelar, ya…. ga jadi soal dan

bagus juga tapi yang terpenting pemikiran dan kemampuan

kita lebih tinggi dari gelar dan citra orang yang

memandang. Kenyataannya, di masyarakat gelar sarjana

atau dokter misalnya dianggap serba bisa. Maka, jika kita

tidak bisa sesuai dengan harapan masyarakat kemungkinan

akan dikucilkan saat nanti berkeluarga.

Untuk itu niatkan semuanya untuk ibadah dan mencari ilmu

lalu amalkan serta sampaikan ilmu yang didapat agar

bermanfaat. Siaaaaap?!

------------------------------------------------------------------

“BERSINAR DENGAN PRESTASI”

Saat SMA, saya sering menemukan kasus teman-teman

yang ‘ngejar-ngejar’ seorang wanita untuk dijadikan pacar.

Tapi wanita itu justru malah menjauh dari orang-orang yang

suka mengejar dia. Setelah diselidiki justru wanita tadi lebih

senang dengan anak-anak masjid yang bisa menjaga diri tapi

tetap berprestasi. Alhamdulillah, anak-anak masjid masih

bisa menjaga diri jadi tak terjerumus pada Virus Merah

Jambu. Walau masih ada sih sebagian kecil yang masih

terperangkap virus ini….

Bagi para lelaki yang bertekad tidak mau ditolak lamaran

oleh wanita manapun maka tak usah tebar pesona atau

mengejar-ngejar wanita. Tunjukkan saja prestasi dan

buktikan saja komitmen dengan sungguh-sungguh. Walau

tidak ada hukum tersurat namun kita semua pasti

mempunyai perbandingan nilai tawar (bargaining position).

Jika kita menggunakan sudut pandang seorang wanita,

misalnya ada dua orang lelaki yang ingin melamar. Lelaki A

orangnya sholeh, usahanya sedang berkembang, hafalan

Al Qur’annya cukup banyak dan berprestasi saat di

kampus. Sedangkan, lelaki B sudah 7 tahun belum lulus

kuliah, sibuk organisasi tapi tak menjadi apa-apa, plus

kerjaannya PHP-in banyak wanita muslimah. Kira-kira mana

yang dipilih? Ya sudah tentu lelaki A kan ?

Nah, begitu juga dengan kita. Bukan soal penilaian manusia

sebenarnya, tapi bagaimana kita menjadi pribadi yang

bersinar dengan prestasi di hadapan Allah Subhanahu wa

Ta’ala. Sehingga Allah yang memuliakan kita di hadapan

makhlukNya.

Coba jawab:

Prestasi apa yang sudah pernah kita raih selama ini?

Sudahkan orangtua kita tersenyum bangga mempunyai anak

yang sholeh dan berprestasi seperti kita?

Bagaimana dengan orang-orang yang mengenalmu, apakah ia

terbantu dengan kehadiranmu atau malah terbebani?

Kalau sudah dijawab pertanyaannya, coba instrospeksi diri.

Karena terkadang, kita justru malah tidak peduli dengan

pandangan orang lain dalam menilai sikap dan perilaku kita.

Bahkan, ada yang bilang : “Hidup – hidup gue, jadi ya

terserah gue dong !” Eitss, ya ga bisa kayak gitu. Hidup itu

ga bisa seenaknya. Kita justru harus menjadi pribadi yang

mampu menginspirasi orang lain. Menjadi pribadi yang

dikenal dengan segudang prestasi, bukan karena suka caci

maki.

Makannya, bagi Anda yang masih muda, masih punya

banyak kesempatan untuk menjadi pribadi yang bisa

berprestasi. Karena salah satu ciri lelaki sejati itu adalah

lelaki yang sibuk dengan prestasi. Bukan tebar pesona sana

– sini. Setuju ? ^^

-----------------------------------------------------------------

“BERTANGGUNG JAWAB”

Laki – laki idaman itu adalah ia yang bisa bertanggung jawab.

Apa cirinya ? Cirinya ya gak ngajak pacaran…

Lah, ko bisa ? Ya tentu iya. Kalau laki – laki ngajak pacaran itu

tandanya dia gak bener – bener yakin sama perempuan

yang dia ajak pacaran. Cuma sekedar penasaran dan

menikmati kenikmatan yang sesaat. Kalau udah bosen ? Ya

tinggalin… Merasa bebas pegangan padahal jelas – jelas

dilarang agama. Gak takut dosa, gak takut sama Tuhan.

Belum apa – apa udah berani ngelanggar perintah Tuhan,

kalau udah kayak gini, gimana bisa jadi imam yang baik buat

pasangan di masa depan ?

Lelaki yang bertanggung jawab itu, ya gak akan ngasih

harapan saat ia belum siap. Justru, ia akan lebih memilih

untuk menjaga hingga datang saat yang tepat.

Lelaki yang bertanggung jawab akan berani datang pada

wali tanpa ragu. Meminta secara baik – baik dan juga

dengan jalan yang baik. Peran sebagai seorang suami

memang ga gampang. Makannya, kalau ada lelaki yang

datang pada perempuan dengan niat untuk menghalalkan

dan bukan ngajak pacaran, ini adalah ciri dari lelaki

bertanggung jawab. Ngadepin orangtua aja berani. Yang

kayak gini nih patut diapresiasi !

------------------------------------------------------------------

“MEMULIAKAN IBU BAPAKNYA”

Laki – laki idaman, adalah ia yang selalu memuliakan ibu

Bapaknya. Ia akan senantiasa lemah lembut dengan ibunya.

Kenapa ? Percaya deh, kalo ibunya aja diperlakukan baik,

memuliakan ibunya dengan sebaik – baik akhlak, maka

ketika sudah menikah nanti, ia akan memperlakukan hal

yang sama terhadap isterinya.

Kelak, saat menikah ia akan memuliakan isterinya dengan

sebaik – baik perlakuan. Ia pun menjadi pribadi yang

penyayang terhadap anak – anaknya. Lemah lembut dalam

bertutur, tak kasar saat bertindak, bahkan saat marah tak

membentak – bentak. Karena ia paham, bahwa wanita

fitrahnya diciiptakan dengan perasaan yang halus lagi

lembut. Akan sangat mudah menangis bila hatinya tersakiti.

------------------------------------------------------------------

“SHOLAT BERJAMAAH DI MASJID”

Sekarang – sekarang, lagi viral banget gerakan shalat

shubuh berjamaah di masjid. Atau kata – kata di social media

yang bilang bahwa “Lelaki sejati, sholat berjamaah di

masjid”.

Berarti kalau yang belum bisa sholat berjamaah di masjid

bukan laki – laki tulen dong ? Hehehe… Introspeksi diri aja ya.

Emang kenapa sih laki – laki harus banget sholat di masjid ?

Rasulullah bersabda :

“Kembalilah kalian dan jadilah bersama mereka serta ajarilah

mereka dan shalatlah kalian, apabila telah datang waktu shalat

hendaklah salah seorang diantara kalian adzan dan hendaklah

orang yang paling tua (berilmu tentang Al-Kitab & As-Sunnah dan

paling banyak hafalan Al-Qur`annya) diantara kalian mengimami

kalian.”

(Hadits Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).

Maka Nabi yang mulia memerintahkan adzan dan

mengimami shalat ketika masuknya waktu shalat yakni

beliau memerintahkan pelaksanakannya secara

berjama’ah dan perintahnya terhadap sesuatu menunjukkan

atas kewajibannya…..

Haditsnya aja udah ada, shahih lagi. Mau cari alasan lagi buat

gak berjamaah di masjid ? Mau sampe kapan ? Gimana bisa

membimbing anak istri kalau ke masjid aja masih ogah –

ogahan, masih malas – malasan ?

------------------------------------------------------------------

Nah, itu dia materi tentang Lelaki idaman. Anda yang kini

tengah bingung dan bertanya – Tanya, kenapa si dia tak juga

kunjung menerima lamaran Anda, bisa jadi karena Anda

belum memenuhi kriteria si dia hehe…

So, jangan berhenti untuk terus memperbaiki diri. Dan buat

Anda yang sudah ditolak berkali – kali, jangan putus harapan.

Masih ada banyak jalan dan jangan lupa, yakinkan sang calon

mertua yang jadi pilihan ^^

Selamat Berjuang

Setia Furqon Kholid