Upload
hoangthien
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
“CALON SUAMI YANG BAIK”
Ingat, menikah itu sekali seumur hidup
(kecuali ada kondisi lain)
Kalau sebelum nikah saja dia tak bisa tegas memutuskan kapan
menikah?
Bagaimana mungkin menyerahkan hidup pada pemimpin yang plin-
plan
Apalagi tak mempunyai visi yang jelas
Katanya dia ingin jadi calon suami yang bisa membimbing
Tapi kok kerjaannya cuman nangkring
Diminta jadi imam mulut terasa kering
Sukanya PHP-in wanita di puncak tebing
Disuruh sholat alasannya masih sibuk
Tapi BBM-an sama doi semalam suntuk
Nonton bareng pacar biar bisa meluk
Ditanya "kapan ngelamar?" hanya bisa kikuk
Sist, jangan mau dinikmati sebelum dinikahi
Sama dengan dicuri tanpa niat membeli
Kalau mau dapat suami sholeh harus bisa jaga diri
Persiapkan ilmu, iman dan jadilah muslimah sejati
Perbanyak silaturahim biar nambah rizki
Perbanyak ilmu dengan tholabul 'ilmi
Siapa tahu jodohmu sedang menanti
Siap melamar dirimu besok pagi
Calon suami yang baik itu…
Sikapnya santun, namun komitmennya hebat
Katanya lembut, namun penuh wibawa
Memuliakan Sahabat, namun juga menghormati orangtua
Semoga semua lelaki yang siap menikah menjadi lelaki gentle yang
dapat memuliakan wanita.
Dan semoga Sahabat menjadi wanita paling beruntung karena
dipilih oleh lelaki yang baik itu.
Aamiin...
------------------------------------------------------------------
“DEWASA ITU PILIHAN, TUA ITU KEPASTIAN”
Ada yang beralasan terlalu muda atau sudah terlalu tua
untuk menikah? Padahal tua muda tidak menjamin
kedewasaan. Buktinya, di zaman para sahabat banyak yang
menikah muda justru sukses semuda mungkin. Bahkan,
Sultan Muhammad Al-Fatih ‘Sang Penakluk Konstantinopel’
menikah di usia yang belum genap 20 tahun. Nah,
bagaimana dengan kita?
Percaya deh, ada orang yang masih muda tapi pemikiran
dan kedewasaannya sudah luar biasa. Ia ditempa oleh masa,
dibesarkan dengan pengalaman, dan diarahkan dengan
kebijaksanaan. Biasanya, dia sering bergaul dengan orang
yang lebih tua usianya atau lebih tinggi ilmunya. Sehingga
pemikiran dan karyanya melebihi zamannya.
Jadi teringat saat membaca buku “Api Tauhid”, bagaimana
Seorang Said Nursi kecil punya kecerdasan luar biasa. Di usia
belasan tahun sudah hafal banyak kitab. Bahkan bisa
mengalahkan ilmu para gurunya. Begitu juga dengan
menikah, bukan masalah usia, tapi masalah kedewasaan
dalam berpikir, merasa dan bertindak.
Ada juga loh yang sudah usia kepala tiga atau empat tapi
masih belum dewasa. Gampang marah, mudah cemburu,
senang menggunjing dan hal buruk lainnya. Wajar kalau
banyak yang bercerai karena tidak memahami esensi
pernikahan.
Kalau kita berpikir bahwa kekayaan dan kemapanan
parameter kesiapan menikah nampaknya belum tentu juga.
Coba ingat, berapa banyak artis Indonesia bahkan dunia
yang mempunyai popularitas, kekayaan, kecantikan atau
ketampanan, namun mereka gagal dalam membina rumah
tangga. Tiga bulan menikah sudah bercerai, bahkan ada
yang tiga hari menikah sudah ditinggal pergi suaminya.
Berarti menikah bukan masalah harta yang melimpah tapi
masalah jiwa yang mau belajar dewasa, betul apa benar?
“PEKERJAAN TETAP ATAU TETAP BEKERJA”
Alkisah ada seorang lelaki yang berniat ta'aruf ke rumah
orangtua wanita pujaan hati. Saat tiba di rumah calon mertua,
Sang Bapak bertanya tentang maksud dan tujuan. Sampailah
pada pertanyaan ini:
Bapak : “Nak, kamu memang sudah punya pekerjaan tetap?”
Lelaki : “Belum Pak!”
Bapak : “Nanti kamu mau kasih makan apa anak saya?”
Lelaki : “Nasi Pak!”
Bapak: “Cerdas kamu ya!”
Lelaki : “Alhamdulillah Pak, terimakasih pujiannya!”
Bapak : (Muka keheranan) “Ye, masih nggak ngerti, itu sindiran tau!
Berarti kamu gak punya penghasilan tetap kan? Nanti kalau jadi
menikah, anak saya mau tinggal dimana?”
Lelaki : “Di rumah Pak!”
Bapak : “Rumah siapa?”
Lelaki : “Bisa rumah Bapak, rumah orangtua saya atau rumah saya”.
Bapak : “Jangan main-main kamu ya? Kamu tahu saya ini Marinir?”
Lelaki : “Justru saya kesini serius menikahi anak Bapak. Saya sangat
tahu bahwa Bapak orang yang hebat.”
Bapak : “Ngapain saya nikahin anak saya sama kamu kalau nasib
masa depan anak saya nanti nggak jelas!”
Lelaki : “InsyaAllah saya siap bertanggung jawab Pak. Karena saya
sudah mempersiapkan diri untuk jadi imamnya!”
Bapak : “Lah, wong kerjaan aja nggak jelas gitu!”
Lelaki : “Begini Pak, pekerjaan saya memang nggak tetap. Seperti
besok saya rapat di Paris, besoknya balik ke Indonesia untuk kontrol
produksi. Minggu depannya mesti ekspansi pasar di Malaysia dan
Thailand. Karena Saya pengusaha Pak!”
Bapak : “Ooo..oooh”
Lelaki : “Penghasilan saya juga nggak tetap Pak, Kadang bulan ini 100
juta. Bulan besok bisa 300 juta. Rata-rata sih 150 juta sebulan”.
Bapak : (Muka mulai cerah dan tersenyum) “Ngomong dong dari tadi,
udah pasti saya terima. Jadi kapan mau bawa orangtua kemari?”
---------------------------------------------------------------------------
Hehe… intinya jangan menilai seseorang hanya dari pekerjaan
tetap atau tidak, dari penghasilan tetap atau tidak. Karena
yang penting adalah tetap bekerja dan berpenghasilan
juga siap bertanggungjawab menafkahi istri dan anak
tercinta…
Jangan mau jadi orang yang bergantung pada makhluk.
Misalnya bergantung dari pemberian orangtua, dari
beasiswa atau belas kasihan oranglain. Belajarlah semuda
mungkin untuk mandiri. Misalnya belajar berjualan, magang
kerja atau menjual keahlian dan kreativitas. Intinya yang
penting halal. Tak usah malu dan ragu, malu tuh kalau
masih menyusahkan orangtua. Malu tuh kalau terlihat keren
tapi ‘kere’, ragu tuh kalo sesuatu yang syubhat atau haram,
jadi siap untuk mandiri?
Tekadkan, bahagiakan ortu selagi muda, siapkan mahar dan
biaya walimah, juga merancang hidup yang berkah dengan
menikah. Masa orang yang mau berzina saja dipermudah,
kita yang mau ibadah nikah kok dipersulit? Masih ingat sabda
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang orang yang
akan ditolong oleh Allah, salah satunya orang yang menikah
untuk menjaga diri dari dosa. So, masih tak yakin dengan
janji-Nya?
Untuk para wanita, memilih suami itu jangan memikirkan
orangtuanya kaya atau tidak, karena yang kita nikahi itu
anaknya, bukan bapaknya.
Untuk apa mempunyai mertua kaya kalau suami tak bisa
menjalankan usaha atau bekerja? Kan malu minta terus
sama mertua. Karena sebanyak apapun harta yang
diwariskan orangtua akan habis jika anak tak mampu
mengelolanya dengan baik.
Tapi, bila calon suami yang kita pilih itu karena
kepribadiannya yang baik, akhlak dan perangainya yang
mulia, serta keimanan dan ketaatannya yang selalu terjaga
maka tak usah khawatir bila belum memiliki penghasilan
tetap.
Yakinlah bahwa keimanan dan kemuliaan akhlaknya lah
yang akan membuat Allah mengantarkan rezeki-rezeki yang
tak terduga. Allah akan membukakan jalan-jalan usaha baru
dan memberikan kebahagiaan dunia akhirat untuk
keluargamu. So, yang paling penting bukanlah soal harta
orangtuanya tetapi kepribadian dari lelaki itu sendiri.
------------------------------------------------------------------
“KEJAR ILMU BUKAN GELAR”
Jangan terjebak dengan tren hari ini dimana orang-orang
membanggakan gelar. Mulai dari gelar formal sampai non
formal. Tapi mereka sedikit karya dan tak bisa
dipertanggungjawabkan.
Jangan juga berbangga-bangga dengan brand universitas,
buktinya banyak juga lulusan dari universitas terkenal tapi
tidak sukses. Sebaliknya ada yang tak punya gelar tapi ia
semangat belajar dan menuntut ilmu sehingga ia sukses
melebihi orang-orang yang bergelar. Lelaki seperti itu lebih
pantas untuk bersanding denganmu di pelaminan.
Ingat, ilmu itu ada dimana-mana. Satu hal yang terpenting
bagaimana pemahaman dan pengamalan dengan ilmu itu.
Apakah dengan ilmu itu kita semakin bijaksana dan semakin
terarah dalam hidup atau malah semakin sombong dan lupa
diri.
Kalau lelaki hanya membanggakan gelarnya untuk bisa
diterima jadi menantu, ya..belum tentu diterima atau belum
tentu bahagia juga masa depannya. Justru bisa jadi gelar
itu malah jadi bumerang karena tak bisa
dipertanggungjawabkan.
Bagi yang sudah mempunyai gelar, ya…. ga jadi soal dan
bagus juga tapi yang terpenting pemikiran dan kemampuan
kita lebih tinggi dari gelar dan citra orang yang
memandang. Kenyataannya, di masyarakat gelar sarjana
atau dokter misalnya dianggap serba bisa. Maka, jika kita
tidak bisa sesuai dengan harapan masyarakat kemungkinan
akan dikucilkan saat nanti berkeluarga.
Untuk itu niatkan semuanya untuk ibadah dan mencari ilmu
lalu amalkan serta sampaikan ilmu yang didapat agar
bermanfaat. Siaaaaap?!
------------------------------------------------------------------
“BERSINAR DENGAN PRESTASI”
Saat SMA, saya sering menemukan kasus teman-teman
yang ‘ngejar-ngejar’ seorang wanita untuk dijadikan pacar.
Tapi wanita itu justru malah menjauh dari orang-orang yang
suka mengejar dia. Setelah diselidiki justru wanita tadi lebih
senang dengan anak-anak masjid yang bisa menjaga diri tapi
tetap berprestasi. Alhamdulillah, anak-anak masjid masih
bisa menjaga diri jadi tak terjerumus pada Virus Merah
Jambu. Walau masih ada sih sebagian kecil yang masih
terperangkap virus ini….
Bagi para lelaki yang bertekad tidak mau ditolak lamaran
oleh wanita manapun maka tak usah tebar pesona atau
mengejar-ngejar wanita. Tunjukkan saja prestasi dan
buktikan saja komitmen dengan sungguh-sungguh. Walau
tidak ada hukum tersurat namun kita semua pasti
mempunyai perbandingan nilai tawar (bargaining position).
Jika kita menggunakan sudut pandang seorang wanita,
misalnya ada dua orang lelaki yang ingin melamar. Lelaki A
orangnya sholeh, usahanya sedang berkembang, hafalan
Al Qur’annya cukup banyak dan berprestasi saat di
kampus. Sedangkan, lelaki B sudah 7 tahun belum lulus
kuliah, sibuk organisasi tapi tak menjadi apa-apa, plus
kerjaannya PHP-in banyak wanita muslimah. Kira-kira mana
yang dipilih? Ya sudah tentu lelaki A kan ?
Nah, begitu juga dengan kita. Bukan soal penilaian manusia
sebenarnya, tapi bagaimana kita menjadi pribadi yang
bersinar dengan prestasi di hadapan Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Sehingga Allah yang memuliakan kita di hadapan
makhlukNya.
Coba jawab:
Prestasi apa yang sudah pernah kita raih selama ini?
Sudahkan orangtua kita tersenyum bangga mempunyai anak
yang sholeh dan berprestasi seperti kita?
Bagaimana dengan orang-orang yang mengenalmu, apakah ia
terbantu dengan kehadiranmu atau malah terbebani?
Kalau sudah dijawab pertanyaannya, coba instrospeksi diri.
Karena terkadang, kita justru malah tidak peduli dengan
pandangan orang lain dalam menilai sikap dan perilaku kita.
Bahkan, ada yang bilang : “Hidup – hidup gue, jadi ya
terserah gue dong !” Eitss, ya ga bisa kayak gitu. Hidup itu
ga bisa seenaknya. Kita justru harus menjadi pribadi yang
mampu menginspirasi orang lain. Menjadi pribadi yang
dikenal dengan segudang prestasi, bukan karena suka caci
maki.
Makannya, bagi Anda yang masih muda, masih punya
banyak kesempatan untuk menjadi pribadi yang bisa
berprestasi. Karena salah satu ciri lelaki sejati itu adalah
lelaki yang sibuk dengan prestasi. Bukan tebar pesona sana
– sini. Setuju ? ^^
-----------------------------------------------------------------
“BERTANGGUNG JAWAB”
Laki – laki idaman itu adalah ia yang bisa bertanggung jawab.
Apa cirinya ? Cirinya ya gak ngajak pacaran…
Lah, ko bisa ? Ya tentu iya. Kalau laki – laki ngajak pacaran itu
tandanya dia gak bener – bener yakin sama perempuan
yang dia ajak pacaran. Cuma sekedar penasaran dan
menikmati kenikmatan yang sesaat. Kalau udah bosen ? Ya
tinggalin… Merasa bebas pegangan padahal jelas – jelas
dilarang agama. Gak takut dosa, gak takut sama Tuhan.
Belum apa – apa udah berani ngelanggar perintah Tuhan,
kalau udah kayak gini, gimana bisa jadi imam yang baik buat
pasangan di masa depan ?
Lelaki yang bertanggung jawab itu, ya gak akan ngasih
harapan saat ia belum siap. Justru, ia akan lebih memilih
untuk menjaga hingga datang saat yang tepat.
Lelaki yang bertanggung jawab akan berani datang pada
wali tanpa ragu. Meminta secara baik – baik dan juga
dengan jalan yang baik. Peran sebagai seorang suami
memang ga gampang. Makannya, kalau ada lelaki yang
datang pada perempuan dengan niat untuk menghalalkan
dan bukan ngajak pacaran, ini adalah ciri dari lelaki
bertanggung jawab. Ngadepin orangtua aja berani. Yang
kayak gini nih patut diapresiasi !
------------------------------------------------------------------
“MEMULIAKAN IBU BAPAKNYA”
Laki – laki idaman, adalah ia yang selalu memuliakan ibu
Bapaknya. Ia akan senantiasa lemah lembut dengan ibunya.
Kenapa ? Percaya deh, kalo ibunya aja diperlakukan baik,
memuliakan ibunya dengan sebaik – baik akhlak, maka
ketika sudah menikah nanti, ia akan memperlakukan hal
yang sama terhadap isterinya.
Kelak, saat menikah ia akan memuliakan isterinya dengan
sebaik – baik perlakuan. Ia pun menjadi pribadi yang
penyayang terhadap anak – anaknya. Lemah lembut dalam
bertutur, tak kasar saat bertindak, bahkan saat marah tak
membentak – bentak. Karena ia paham, bahwa wanita
fitrahnya diciiptakan dengan perasaan yang halus lagi
lembut. Akan sangat mudah menangis bila hatinya tersakiti.
------------------------------------------------------------------
“SHOLAT BERJAMAAH DI MASJID”
Sekarang – sekarang, lagi viral banget gerakan shalat
shubuh berjamaah di masjid. Atau kata – kata di social media
yang bilang bahwa “Lelaki sejati, sholat berjamaah di
masjid”.
Berarti kalau yang belum bisa sholat berjamaah di masjid
bukan laki – laki tulen dong ? Hehehe… Introspeksi diri aja ya.
Emang kenapa sih laki – laki harus banget sholat di masjid ?
Rasulullah bersabda :
“Kembalilah kalian dan jadilah bersama mereka serta ajarilah
mereka dan shalatlah kalian, apabila telah datang waktu shalat
hendaklah salah seorang diantara kalian adzan dan hendaklah
orang yang paling tua (berilmu tentang Al-Kitab & As-Sunnah dan
paling banyak hafalan Al-Qur`annya) diantara kalian mengimami
kalian.”
(Hadits Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
Maka Nabi yang mulia memerintahkan adzan dan
mengimami shalat ketika masuknya waktu shalat yakni
beliau memerintahkan pelaksanakannya secara
berjama’ah dan perintahnya terhadap sesuatu menunjukkan
atas kewajibannya…..
Haditsnya aja udah ada, shahih lagi. Mau cari alasan lagi buat
gak berjamaah di masjid ? Mau sampe kapan ? Gimana bisa
membimbing anak istri kalau ke masjid aja masih ogah –
ogahan, masih malas – malasan ?
------------------------------------------------------------------
Nah, itu dia materi tentang Lelaki idaman. Anda yang kini
tengah bingung dan bertanya – Tanya, kenapa si dia tak juga
kunjung menerima lamaran Anda, bisa jadi karena Anda
belum memenuhi kriteria si dia hehe…
So, jangan berhenti untuk terus memperbaiki diri. Dan buat
Anda yang sudah ditolak berkali – kali, jangan putus harapan.
Masih ada banyak jalan dan jangan lupa, yakinkan sang calon
mertua yang jadi pilihan ^^
Selamat Berjuang
Setia Furqon Kholid