22
Mahasiswa, BBM dan Demonstrasi Opini : Bersikap Bijak Terhadap Kenaikan BBM Laporan Khusus: Demo UIN ; Pemerintah Harus Lebih Mandiri Cerpen : Aku, Lenteraku dan Mataharinya

Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

edisi XVI - Mei 2012

Citation preview

Page 1: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Mahasiswa, BBM dan Demonstrasi

Opini :

Bersikap Bijak Terhadap Kenaikan BBM

Laporan Khusus:Demo UIN ; Pemerintah Harus Lebih Mandiri

Cerpen :

Aku, Lenteraku dan Mataharinya

Page 2: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Penasihat:

Prof. Dr. Suryadi, M.Ag

(Pengelola PBSB UIN Sunan Kalijaga)

Penanggung Jawab:

Pangeran S. Naga P.

(Ketua CSS MoRA UIN Sunan Kalijaga)

Pimpinan Umum:

Siti Mas'ulah

PimpinanRedaksi:

Muh. Ali Asy'ari

Sekretaris:

Nilda Hayati

Bendahara:

Zuraidha Hanum

Editor:

Siti Sahila Arasy

Mulyazir

Layout:

Reno Novriadi

M. Zainul Hakim

M. Mufid

Dir. Produksi:

A. Syaifullah

M. Syafi'ie

Kemas M. Intizam

Dir. Pemasaran

Halimatus S.

Azam AnharYulia Rahmi

Staff Redaks:

Asep Nahrul M.

Wali Ramadhani

Siti Fauziah

Surat Pembaca

Dari: Ujang WS

Salam hangat semua ....

Sebagai anggota CSS, saya sangat mengapresiasi majalah

SARUNG ini. Dengan adanya majalah ini kami dapat

mengetahui informasi tentang CSS UIN SuKa, namun ada

satu hal yang kami rasa masih kurang dari majalah ini,

yaitu tidak adanya informasi yang jelas tentang kegiatan

divisi-divisi yang ada dalam CSS. Bagaimana kalau ke

depannya majalah Sarung dibuat informasi kegiatan

devisi CSS juga ? jika perlu disediakan kolom khusus.

Terimakasih .....

Jawaban :

Salam hangat juga ....

� Terimakasih atas saran dan

apresiasinya Ujang Ws. Terkait dengan

kolom khusus tentang kegiatan2 yang

diadakan oleh divisi‐divisi yang ada di CSS

MoRA UIN Su‐Ka, kami segenap kru Sarung

merasa bahwa rubrik ke‐CSS‐an sudah

cukup untuk merangkum berbagai kegiatan

CSS secara keseluruhan, baik itu yang dari

Litbang, P3M, PSDM atau Kominfo.

Salam Redaksi�

Puji syukur kehadirat Allah yang telah melancarkan kami untuk menerbitkan Buletin SARUNG edisi ke‐XVI.

� SARUNG kita bersemi kembali.

� Periode baru, staf baru,harapan baru. SARUNG berusaha tampil lebih segar dari

sebelumnya. Membawakan rubrik‐rubrik lama yang telah diisi dengan konten‐konten yang

menarik.

� SARUNG juga berencana akan menerbitkan Buletin elektronik (E‐Bulletin) dalam

bentuk file PDF yang dapat diunduh di website Sarung CSS MoRA UIN SuKa.

� Terimakasih dan semoga bermanfaat.

Page 3: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

“Saya pribadi masih meyakini bahwa peran mahasiswa masih sangat penting di sini untuk melakukan perubahan, harusnya ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk dipikirkan ke depan, perubahan itu ada pada diri kita“, tutur Ahmad David salah satu koordinator lapangan demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta beberapa waktu lalu ketika ditemui kru Sarung.

Rencana pemerintah menaikan harga

BBM pada tanggal 1 April kemarin serentak

mengundang berbagai reaksi dari berbagai

kalangan, mulai dari masyarakat, politisi sampai

m a h a s i s w a . K e b i j a k a n i n i k e m b a l i

mengkontraskan pemerintah dan mahasiswa

yang juga melibatkan aksi demonstrasi. Hal ini

sempat menjadi headline di berbagai media

massa beberapa waktu yang lalu. Kebijakan

pemerintah kali ini dianggap telah menyimpang

dari kepentingan rakyat, sehingga banyak

mahasiswa menyuarakan penolakan dan

perlawanan melalui aksi demonstrasi yang terjadi

di seluruh daerah di Indonesia.

Kebijakan pemerintahan SBY untuk

menaikan harga BBM untuk kali ketiga dalam

pemerintahannya ini diwarnai dengan respon

yang cukup represif dari mahasiswa. Aksi

demonstasi menolak kenaikan BBM hampir

terjadi di seluruh Indonesia. IPW ( Indonesia

Police Watch ) mencatat aksi demo terjadi di 44

kota mulai 26 hingga 30 Maret. Namun tak jarang

aksi demonstrasi ini berujung pada tindak anarkis.

Setidaknya dalam kurun waktu 4 hari menjelang

kenaikan BBM ( 27‐31/03/12 ), IPW juga mencatat

ada 16 pos polisi yang dirusak para demonstran, 4

mobil patroli dan satu motor polisi juga ikut

dibakar. Selain itu juga tercatat beberapa mobil

dinas yang dirusak selama aksi demonstrasi.

Arus lalu lintas pun tak jarang menjadi terganggu

akibat aksi ini. IPW juga menyayangkan aksi

demo yang diwarnai berbagai provokasi, baik

dari kalangan mahasiswa maupun polisi,

sehingga benturan tak bisa dihindarkan.

Akibatnya, sejumlah fasilitas umum mengalami

kerusakan.

Menanggapi hal ini, Ahmad David yang

juga merupakan ketua PMII di Fakultas

Ushuluddin UIN SUKA menegaskan bahwa jika

terdapat aksi yang represif dari mahasiswa,

maka itu memang chaos dikarenakan respon

yang represif pula dari aparat seperti

pengusiran, dsb. sedangkan suara mereka belum

didengar. Di luar itu memang menjadi bagian

dari oknum. Di sela‐sela wawancara, ia juga

memberikan komentar terkait banyak pihak

yang menilai aksi mahasiswa yang notabene

“gemar demo“. Secara esensial ia menegaskan

“pada faktanya ada sesuatu yang harus

d isampaikan o leh mahas iswa kepada

pemerintah, ini merupakan bagian dari iktikad

baik kita semua dan saya meyakini bahwa peran

mahasiswa masih penting di sini“. Ia juga

menambahkan bahwa aksi mahasiswa itu tidak

hanya sekedar ikut‐ikutan turun menyuarakan

penolakan, namun sebelumnya juga ada

p e m b a c a a n d a n a k s i p u n h a r u s

merekomendasikan terkait beberapa hal.

Setelah sebelumnya diwarnai dengan

berbagai aksi penolakan di seluruh Indonesia,

Aksi demonstrasi menolak kenaikan

BBM hampir terjadi di seluruh Indonesia

Laporan Utama

Mahasiswa; BBM,DEMONSTRASI

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 2012 1

Page 4: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

khususnya oleh mahasiswa, rencana kenaikan

BBM ditunda. Sidang paripurna DPR RI

memutuskan penundaan kenaikan harga BBM

dengan disahkannya RUU APBN Perubahan, Pasal

7 ayat 6 ( A ) yang berbunyi : “dalam hal harga rata‐

rata minyak Indonesia (Indonesia Crude Oil

Price/ICP) dalam kurun waktu berjalan

mengalami kenaikan atau penurunan rata‐rata

sebesar 15 persen dalam enam bulan terakhir dari

harga minyak internasional yang diasumsikan

dalam APBN‐P Tahun Anggaran 2012, maka

pemerintah ber‐wenang untuk melakukan

penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kebijakan

pendukungnya”.

Dengan pasal ini pemerintah berwenang

untuk menaikan atau menurunkan harga BBM jika

harga minyak mentah Indonesia mengalami

deviasi rata‐rata 15 persen dalam waktu 6 bulan

terakhir. Berdasarkan ketentuan ini pemerintah

tidak serta merta membuat kebijakan untuk

menaikkan harga BBM. emerintah baru dapat P

melakukan penyesuaian harga BBM apabila

dalam enam bulan terakhir harga ICP minyak

mengalami kenaikan atau penurunan 15 persen

dari asumsi yang ditetapkan dalam APBN

Perubahan 2012 sebesar 105 dollar AS per barrel.

Keputusan pemerintah untuk menunda

kenaikan harga BBM per satu April ini masih

mengundang respon ganda antara pihak yang pro

dan yang kontra. Berbagai aksi penolakan oleh

mahasiswa sebelumnya dapat dikatakan

membuahkan hasil. Namun tak puas dengan

putusan paripurna, sebagian mahasiswa masih

melakukan aksi demonstrasi dengan alasan

keputusan penundaan kenaikan BBM akan

menjadi “bom waktu“ bagi perekonomian

Indonesia. Sebut saja sejumlah elemen

mahasiswa kota Malang yang tergabung dalam

PMKRI (Persatuan Mahasiswa Katolik Republik

Indonesia) yang menyatakan akan terus

melakukan perlawanan melalui “parlemen

jalanan” dan ratusan mahasiswa di Surabaya

yang masih melakukan aksi demo menentang

kenaikan BBM. Sejumlah elemen mahasiswa

yang tergabung dalam PMII di Jogja pun

menyatakan bahwa mereka masih melakukan

pembacaan terkait perkembangan wacana BBM

ketika ditanya terkait aksi demo susulan.

Dalam perkembangan selanjutnya,

pemerintah berencana untuk membatasi BBM

bersubsidi bagi kendaraan dinas dan pribadi

pada bulan Mei 2012 yang dilakukan serempak

dengan program penghematan listrik. Hal ini

dilakukan untuk mengamankan APBN dan fiskal.

Dan lagi‐lagi hal tersebut juga masih menuai pro‐

kontra di kalangan masyarakat.

Walhasil, keputusan paripurna kemarin

meniscayakan ketidaktegasan pemerintah yang

berimplikasi pada “ketidakpastian nasib BBM“

dan sebuah penantian panjang selama beberapa

bulan ke depan. Mahasiswa, BBM dan

demonstrasi merupakan tiga “sahabat karib“

yang senantiasa berdampingan sejak dulu.

Problem kenaikan BBM dari dulu hingga

sekarang memang masih merupakan “Titik‐ Titik

Yang Koma“. ( Red.)

1

Laporan Utama

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 20122

Page 5: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Demo UIN ; Pemerintah Harus Lebih Mandiri

Laporan Khusus

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 2012 3

araknya isu kenaikan BBM yang Mjatuh pada tanggal 1 april

kemarin, meresahkan berbagai

elemen masyarakat. Tak terkecuali juga para

mahasiswa yang memiliki peran sebagai agen

of change. Menindak lanjuti hal ini, mereka

melakukan aksi‐aksi penolakan terhadap

pemerintah. Aksi ini juga terjadi dilingkungan

uin sunan kalijaga yang berlangsung beberapa

kali sebelum hari 'h'‐nya.

Pada aksi demo pertama (19/3), para

demonstran meletakkan boneka babi ditengah

pertigaan UIN Sunan Kalijaga. Boneka tersebut

sebagai simbol agar Presiden SBY turun dari

jabatannya karena menaikkan harga BBM. Pada aksi

demo ini berlangsung ricuh karena terjadinya

bentrokan antara polisi dan mahasiswa. Bahkan

pihak kepolisian terpaksa menembakkan gas air

mata untuk mengatasi tindakan anarkis dari para

demonstran.

Dalam hal ini Ahmad David selaku ketua

PMII Fakultas Ushuluddin dan juga sebagai

kordinator lapangan demonstrasi tersebut

menyatakan bahwa tindakan‐tindakan anarkis

seperti melempar batu, merusak lampu merah dan

lain sebagainya itu tidak masuk dalam agenda

demo saat itu. Namun, itu terjadi secara natural

tanpa adanya konsep tertentu. Ia juga menyatakan

bahwa Prediksi awal dalam demo ini sampai sore,

namun karena aksi tersebut direspon secara

represif dari kepolisian. Sehingga timbullah hal‐hal

yang tidak diagendakan dalam aksi tersebut.

Adapun pada aksi‐aksi demo selanjutnya berjalan

dengan aman.

Mahasiswa Perbandingan Agama semester

enam ini menambahkan bahwa aksi demo yang

terjadi di UIN Sunan Kalijaga kali ini merupakan

hasil rekomendasi dari beberapa pihak dengan

pertimbangan bahwa kenaikan harga BBM adalah

bentuk ketidakmampuan pemerintah dalam

mensejahterakan rakyat. Ini dikarenakan efek dari

kenaikan harga BBM itu sendiri yang

Page 6: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Laporan Khusus

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 20124

mengakibatkan kenaikan harga di berbagai sektor.

Hal ini tentu saja meniscayakan suatu pemiskinan

sistemik di kalangan masyarakat bawah khususnya.

Selain adanya motif

tersebut, para demonstran juga

menginginkan agar pemerintah

dapat mandiri dalam segala hal. Ini

sebagaimana yang ia ungkapkan

“Realitasnya Indonesia menganut

Kontrak Kerjasama Minyak yang

pembagiannya 60 : 40 dalam

bentuk minyak mentah, maka yang

terjadi adalah produksi murni dari

PERTAMINA itu hanya 160 barel /

hari, sedangkan sisanya yang sekitar 700 sekian

barel adalah kerjasama dengan kontraktor asing,

dimana pembagiannya 60 untuk pemerintah

Indonesia dan 40 untuk kontraktor asing tersebut.

Ini dibuat pada tahun 2001. Yang perlu dikritisi

dalam kontrak ini adalah adanya semacam

liberalisasi minyak, yang dalam amanat UUD '45 :

“yang menanggung derajat hidup orang banyak

termasuk APBN itu dikuasai Negara“. Namun pada

faktanya telah terjadi liberalisasi di wilayah sektor

“hulu“. Yang hulu ini memang sudah terjadi dan

bisa dikatakan suatu “kesalahan sejarah“. Kendati

demikian, kita juga membaca peluang

kedepan, di tahun 2013 semua

kontraktor asing akan habis,

bagaimanapun juga kita harus

mendesak pemerintah untuk bisa

mengambil sikap mandiri; bahwa ini

harus benar‐benar dikuasai oleh

PERTAMINA. Jadi aksi kemarin

sebenarnya lebih cenderung

mendorong hal tersebut, selain

problem di wilayah kaum masyarakat

bawah tentang kenaikan harga barang dan

sebagainya”.

“Sekali mendayung, dua tiga pulau

terlampaui”, adigium inilah yang kelihatannya tepat

menggambarkan demo di UIN Sunan Kalijaga

kemarin. Karena selain menuntut untuk tidak

menaikkan harga BBM, juga menuntut pemerintah

untuk tidak bergantung pada kontraktor asing

terus‐menerus. Sudah saatnya untuk mandiri dalam

segala hal.

“Yang perlu dikritisi dalam kontrak ini adalah adanya

semacam liberalisasi minyak, yang dalam amanat UUD '45 :

“yang menanggung derajat hidup orang

banyak termasuk APBN itu dikuasai Negara.“

Page 7: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Kolom Kajur

Menggagas paradigma tafsir ekologi

Persoalan ekologi

merupakan salah satu isu

aktual dari kelima isu aktual

dewasa ini, yaitu globalisasi,

demokrasi, HAM dan

gender, dan ekologi. Bahkan

isu tentang ekologi

diproyeksikan akan tetap

selalu aktual pada abad 21

ini. Terlebih ketika masyarakat modern dewasa

ini telah mengalami krisis ekologi yang luar

biasa. Berbagai bencana muncul silih berganti

menimpa mereka, akibat kerusakan ekologi

yang dilakukan oleh tangan‐tangan manusia

dengan mengeksploitasi alam sedemikian rupa,

tanpa mempertimbangkan kelestarian dan

keseimbangan alam (Q.S. al‐Rûm [30]: 41).

Penggunaan rumah kaca,

penggundulan hutan (baca: illegal logging),

penambangan liar, dan sederet eksploitasi

alam lainnya adalah bukti bahwa manusia ikut

berkontribusi pada kerusakan alam, maka

kemudian muncullah apa yang disebut

perubahan iklim (climate change atau

taghayyur al‐thaqs), banjir, tanah longsor, dan

global warming serta kerusakan ekosistem

lainnya. sehingga dalam teori etika lingkungan

timbul pertanyaan kritis, apakah

“Pembangunan Berkelanjutan atau

Keberlanjutan Ekologi?”.

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 2012 5

Hal itu mestinya

menjadi bahan evaluasi,

inspirasi dan sekaligus

motivasi bagi pengkaji al‐

Qur'an (baca: para mufasir)

untuk segera merumuskan

sebuah produk tafsir yang

memiliki perspektif

ekologis demi keberlanjutan

ekologi. Hal ini mengingat bahwa perilaku

masyarakat (mode of conduct) tidak bisa

dipisahkan dengan pola pikir (mode of

thought). Sementara pola pikir juga

dipengaruhi oleh tafsiran atas teks‐teks

keagamaan, kemudian menjadi sistem teologi

yang mereka yakini. Karena itu, dari posisi

teologi yang mesti dilihat adalah mana dari

tindakan manusia yang menimbulkan

pelanggaran atas harmoni alam.

Sayangnya, tafsir‐tafsir klasik dan abad

pertengahan agaknya memang tidak

menjelaskan secara rinci dan sistematik

tentang bagaimana manusia sebaiknya

mengelola dan melakukan pola relasi dengan

alam ini, agar misi kekhalifahan manusia di

muka bumi dapat terlaksana dengan baik. Hal

itu bisa dimengerti, sebab boleh jadi problem

ekologis ketika itu memang tidak separah

sekarang ini. Demikian halnya ketika penulis

membaca beberapa kitab tafsir modern,

Oleh: Dr. Abdul Mustaqim*

Page 8: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

seperti al‐Manâr, al‐Marâghî dan al‐Qâsimî

dan al‐Tahrir wa al‐Tanwîr juga tidak

memperoleh uraian yang memadai tentang

persoalan ekologis. Ini artinya bahwa tafsir

sesungguhnya merupakan produk dari anak

zamannya, yang kadang‐kadang tidak lagi

kompatibel dengan tuntutan era sekarang,

sehingga paradigma tafsir ekologi menjadi

sebuah kebutuhan yang mendesak untuk

dirumuskan.

Sementara itu, menurut laporan

Kompas 2 Maret 2010, riset tentang ekologi

relatif masih minim. Padahal riset tentang

ekologi, baik yang berbasis pada penelitian

lapangan atau literer sangat penting untuk

menjadi bahan pertimbangan memecahkan

problem krisis ekologi. Di samping itu, riset

ekologi termasuk yang berbasis pada

penafsiran atas teks‐teks keagamaan juga

perlu dilakukan untuk memberikan basis

teologis dalam mengelola alam dan

menunjang aksi konkret dalam pencegahan

kerusakan alam, agar tidak terjadi bencana

dan kerusakan ekologi yang lebih besar lagi.

Oleh sebab itu, di era modern ini

merumuskan paradigma tafsir ekologis

menjadi sebuah keniscayaan sejarah untuk

memberikan kontribusi etis‐teologis

bagaimana semestinya manusia menjalin

komunikasi yang baik dengan alam yang

menjadi tempat tinggalnya. Apa yang disebut

dengan paradigma tafsir ekologis (al‐tafsîr al‐bi'î)

dalam riset ini adalah sebuah model kerangka

berpikir dalam penafsiran al‐Qur'an, di mana

objek kajiannnya adalah ayat‐ayat yang terkait

dengan tema ekologis dan keberpihakan seorang

penafsir terhadap masalah ekologi sangat

menonjol. Dengan kata lain, paradigma tafsir

ekologi merupakan sebuah cara pandang baru

(new paradigm) di mana seorang mufassir akan

mengarahkan uraian‐uraian penafsirannya dari

sudut pandang atau perspektif ekologis,

sehingga gagasan penafsiran akan selalu

mencerminkan keberpihakan terhadap persoalan

ekologi dan ingin memberikan kontribusi dan

solusi terhadap problem ekologi yang menimpa

masyarakat modern dewasa ini.

Jika selama ini dikenal selogan habl

min Allâh (menjalin komunikasi yang baik

dengan Allah) dan habl min al‐nâs (menjalin

komunikasi yang baik dengan sesama

manusia), maka sudah saatnya juga

dikumandangkan slogan habl ma'a al‐bi'ah

(menjalin komunikasi yang baik dengan

lingkungan alam). Dengan kata lain, trilogi

atas relasi antara Tuhan sebagai Pencipta,

manusia sebagai khalifah dan bumi sebagai

tempat untuk menjalankan misi ke‐khalifahan

perlu dilakukan secara harmoni, sehingga

ketimpangan‐ketimpangan yang terjadi

dengan munculnya bencana alam bisa

diminimalisir. Sebaliknya, membiarkan pola

relasi manusia dan alam yang cenderung

eksploitatif dan dekstruktif sama dengan

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 20126

Kolom Kajur

Page 9: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

“menandatangani kontrak” bagi kehancuran

eksistensi umat manusia dan mempercepat

terjadinya kiamat.

Dalam paradigma tafsir ekologis, paling

tidak ada beberapa hal yang perlu dikaji yaitu

menafsiran ayat‐ayat al‐Qur'an yang terkait

dengan persoalan ekologi, dengan

menggunakan metode tafsir tematik‐

kontekstual. Ayat‐ayat yang hendak diteliti

adalah khusus ayat‐ayat yang berbicara

tentang pandangan dasar al‐Qur'an mengenai

alam, pola relasi Tuhan, manusia dan alam

serta prinisp‐prinsip etis‐teologis terkait

dengan pengelolaan alam.

Menarik apa yang ditulis Fachruddin M.

Mangunjaya dkk, yang berjudul Menanam

Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi dan Gerakan

Lingkungan Hidup. Buku tersebut juga

merupakan hasil riset literer dari para pakar.

Salah satu point penting yang dikemukakan

dalam buku itu adalah bahwa tugas agama itu

untuk memelihara lima hal, yaitu: 1) agama

(hifzh al‐dîn), 2) jiwa (hifzh nafs), 3) akal (hifzh

`aql) 4) keturunan (hifzh nasl) 5) harta (hifzh

mâl). Namun tujuan semua itu tidak mungkin

terlaksana tanpa melakukan upanya

pemeliharaan lingkungan (hifzh bî'ah;

protection for environment).

Dalam khazanah Islam, pelestarian

alam telah dicontohkan Nabi Muhammad

dengan membentuk kawasan haram, yaitu

kawasan yang diperuntukkan untuk

melindungi sumber daya alam agar tidak

diganggu. Nabi Saw. menetapkan daerah‐

daerah yang tidak boleh diganggu aturan

ekosistemnya, semisal sumber mata air,

sungai, dan lain‐lain. Islam juga mempunyai

aturan main dalam melindungi kehidupan liar

(wildlife), hutan dan pepohonan, yakni

konsep hima. Himâ merupakan usaha

melindungi hak‐hak sumber daya alam yang

asli untuk melestarikan alam.

Dalam paradigma tafsir ekologi,

setidaknya ada beberapa prinsip etis‐teologis

dalam pengelolaan sumber daya alam yang

ditawarkan al‐Qur'an agar pembangunan ini

tidak merusak kelestarian alam. Dengan lain

ungkapan, pembangunan yang berorientasi

keberlanjutan ekologis, yaitu: Pertama,

prinsip al‐ adalah (justice) yakni berlaku adil.

Secara bahasa adil berarti meletakkan

sesuatu pada tempatnya. Adil dalam konteks

ekologi berarti kita berbuat secara seimbang,

tidak berlaku aniaya terhadap alam dan

lingkungan. Meskipun manusia berada pada

posisi atas dari penciptaan, namun manusia

hanyalah anggota dari komunitas alam.

Manusia harus bertanggung jawab terhadap

seluruh lingkungannya, sebagaimana mereka

bertanggung‐ jawab terhadap keluarganya.

Berbagai makhluk ciptaan yang hidup di alam

ini, ternyata diakui al‐Qur'an sebagai umam

amtsâlukum, umat seperti kalian manusia

(Q.S. al‐An'am [6]: 38) sehingga berlaku adil

Kolom Kajur

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 2012 7

Page 10: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

menjadi sebuah keharusan moral yang tidak

bisa ditawar‐tawar lagi. Kedua, prinsip al‐

tawazun (keseimbangan). Harmoni dan

stabilitas kehidupan ini memerlukan

keseimbangan (al‐tawâzun wal i'tidâl) dan

kelestarian di segala bidang. Rusaknya alam

ini karena manusia mengabaikan prinsip

keseimbangan alam (al‐mîzân al‐kawniy).

Ketika tindakan manusia yang mengabaikan

keseimbangan (equilibrium) pasti akan

berdampak buruk, karena ia berarti telah

menyalahi desain Allah swt. Pengelolaan dan

pemanfaatan alam harus selalu

memperhatikan aspek keseimbangan alam.

Jika terkait dengan penggunaan SDA (sumber

daya alam) yang dapat diperbaharui, maka

manusia harus memperbaharuinya. Jika

terkait dengan SDA (sumber daya alam) yang

tak dapat diperbaharui, maka manusia tidak

boleh boros (tabzir), berlebihan (israf).

Ketiga, prinsip al‐ intifa' dun al‐fasad,

mengambil manfaat tanpa merusak. Alam

dan segala isinya memang diciptakan untuk

manusia, sejauh hal‐hal yang bermanfaat bagi

manusia dan tidak boleh menguras semua

sumber daya alam hingga menimbulkan

kerusakan. Keempat, al‐Ri'âyah Dûn al‐Isrâf,

yakni memelihara dan merawat, dan tidak

berlebihan secara eksploitatif, hingga

merusak keberlanjutan ekologi. Kelima,

prinsip al‐tahdits wa al‐istikhlaf yakni

pembaharuan sumber daya alam yang

memang memungkinkan untuk diperbaharui.

Wa Allahu a'lam bi al‐shawab.

Kolom Kajur

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 20128

*)Dosen dan Direktur Pusat Studi al-Qur'an dan Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Page 11: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

A. Intro

Sebagai pijakan awal artikel ini, penulis

terinspirasi pernyataan Ulil Abshar Abdalla

dalam artikelnya yang berjudul “Al‐Qur’an,

Konsep Kelengkapan, dan Superioritas

Budaya” sebagai berikut:

“Jika kegiatan penafsiran dalam suatu

agama yang kemudian dituangkan dalam

“interpretational text” itu terus berjalan,

maka itu pertanda bahwa agama

bersangkutan masih merupakan agama yang

hidup dan aktif. Begitu kegiatan penafsiran

berhenti, atau malah dihalang‐halangi karena

dikhawatirkan akan

melahirkan

pandangan‐

pandangan baru yang

“menyimpang”, maka

itu pertanda adanya

perkembangan yang

tak sehat dalam

agama bersangkutan”

Kiranya penulis

setuju dengan apa

yang dikemukakan

oleh Ulil, mengingat

kemajuan peradaban suatu umat ditandai

dengan muncul/lahirnya kreatifitas (ijtihad)

baik sebagai proses maupun produk dalam

peradaban umat tersebut. Hanya saja, dalam

hal ini penulis sedikit menekankan bahwa

dalam aktivitas interpretation text tidak hanya

terkungkung pada persoalan yang berkaitan

Penafsiran Term Kafir dalam Konteks Keindonesiaan

Oleh Adang Saputra*)

dengan teks atau keilmuan saja. Dengan arti

lain, tanpa memiliki kontribusi—sebagai

upaya pemecahan—terhadap problem yang

ada dan tengah membelenggu kehidupan

sosial umat

manusia,

khususnya—untuk

konteks

Indonesia— adalah

problem sosial

yang ada di tengah

masyarakat kita,

sebab akan

'percuma' jika

demikian adanya.

Oleh sebab

itu, artikel singkat ini akan mencoba

memberikan reinterpretasi makna term kafir

yang selama ini digunakan sebagai sifat, label

atau 'penyebutan' terhadap orang‐orang non‐

muslim, dengan menggunakan kaidah al‐

'Ibrah bi al‐Magza la bi al‐Alfadz (makna cum

magza analysis) sebagai norma umum dalam

membedah ayat‐ayat kafir yang ada dalam al‐

Jika kegiatan penafsiran dalam suatu agama

yang kemudian dituangkan dalam

“interpretational text” itu terus berjalan,

maka itu pertanda bahwa agama

bersangkutan masih merupakan agama yang

hidup dan aktif

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 2012 9

Ke-TH-an

Page 12: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Quran. Sebagai makna pegangan teks kemudian direlevansikan dengan konteks saat ini,

khususnya konteks Indonesia.

Kaidah ini berarti bahwa yang mesti menjadi perhatian seorang mujtahid/mufassir dalam

menentukan 'makna pegangan' teks al‐Qur'an ataupun al‐Sunnah bukanlah huruf atau

aksaranya, melainkan dari magza yang dikandungnya. Yang menjadi aksis adalah cita‐cita etik‐

moral dari sebuah ayat dan bukan legislasi spesifik atau formulasi literalnya. Dan untuk

mengetahui magza tersebut, seseorang dituntut untuk memahami konteks, tentu saja bukan

hanya konteks personal yang juz'iy‐partikular, melainkkan juga konteks impersonal yang kulliy‐

universal. Hanya saja lafadz yang ada dalam teks merupakan pijakan awal dalam penelusuran

makna.

B. Makna Term Kafir; Makna Asal Kata dan Makna Konteks Ayat al‐QuranIstilah kafir yang populer kini pada dasarnya merupakan serapan dari bahasa Arab

dengan komposisi huruf kaf, fa dan ra. Berdasarkan beberapa kamus bahasa, kata ka‐fa‐ra

memiliki arti sebagai berikut. Menurut Abu al‐Qasim Mahmud bin 'Amr bin Ahmad (كفر)

dalam Asas al‐Balaghah, makna kafara adalah gatha yang berarti menutup. Pun demikian

dalam Ikmal al‐A'lam bi Tatslits al‐Kalam disebutkan bahwa makna kafara adalah menutup.

Dalam al‐Alfadz al‐Mu'talifah disebutkan bahwa arti kafara adalah ghamadha yang berarti

tersembunyi atau tidak terang. Sedangkan al‐Ashfahani mengartikan al‐kufru dari kata kafara

dengan kata satara al‐syai' yang berarti menutupi sesuatu.

Sementara itu, disebutkan pula bahwa lafadz al‐kufru adalah antonim dari al‐syukru,

yang berarti jahada atau kadzaba (mendustakan), kanada atau qatha'a (memotong) dan

ankara (mengingkari). Kufru al‐ni'mat diartikan sebagai mendustakan, memotong dan

mengingkari kenikmatan yang diberikan oleh Tuhan. Sehingga term kafir digunakan dalam dua

konteks. Pertama, konteks agama/keyakinan (الدين) dan Kedua dalam konteks nikmat, anugerah

dan pemberian (النعمة).Adapun penggunaan kata kafir dalam konteks kenikmatan sebagaimana disebutkan

dalam ayat al‐Quran pada surat al‐Baqarah: 152.

Menurut beberapa mufassir dijelaskan bahwa kata takfurun pada ayat di atas adalah

sebuah sikap untuk mendustakan dan mengingkari apa‐apa yang telah diberikan oleh Allah.

Dalam penjelasannya, sebagian ulama memberikan gambaran sikap kufur dalam konteks

nikmat dengan menyia‐nyiakan pemberian Allah berupa maksiat.

Sementara kata kafir yang digunakan dalam konteks keyakinan/agama memiliki arti

tertutup dari hidayah Tuhan atau tertutup akal dan mata hatinya. Seperti sikap menghalang‐

halangi untuk berbuat kebaikan dan beriman kepada Allah. Sebagaimana yang tertuang dalam

ayat al‐Quran pada surat al‐Baqarah: 217.

Menurut beberapa penafsiran, orang‐orang kafir yang dimaksud dalam ayat tersebut

adalah para penyembah berhala yang masih tertutup hati dan akal pikirannya. Mereka masih

berpegang teguh pada ajaran nenek moyangnya dan menolak ajaran yang diberikan

Muhammad, yakni Islam. Karena sikap yang menolak dan menghalang‐halangi orang untuk

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 201210

Ke-TH-an

Page 13: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

mendapatkan ajaran Muhammad itulah mereka

diistilahkan kafir.

Makna kafir yang dijadikan istilah sebagai orang‐

orang/kaum non‐muslim memang relevan untuk konteks

saat itu, sebab kondisi mereka sangat bertentangan jauh

dengan ajaran yang dibawa Muhammad. Lagi pula pada

konteks dahulu yang menjadi perhatian adalah hal

keyakinan bukan hal yang lainnya.

Kendati demikian, hal yang perlu dipegang dari

pemaknaan kafir adalah tertutupnya mata hati dan akal

pikiran seseorang yang mengarah pada sikap negatif. Bisa

saja seseorang yang melakukan tindakan negatif oleh

sebab pikiran dan nuraninya tertutup dengan hal

duniawi adalah orang kafir.

B. Term Kafir dalam Konteks IndonesiaPengunaan istilah kafir di Indonesia masih

cenderung sama dengan konteks dulu, yakni pelabelan

terhadap kalangan non‐muslim. Padahal jika mengacu

pada makna asal dan makna pegangan dari al‐Quran

bahwa istilah kafir ditujukan pada orang‐orang yang hati

dan pikirannya tertutup oleh hal yang sifatnya duniawi

yang mengarah pada tindakan negatif. Kiranya perlu ada

pemahaman ulang dalam penggunaan term kafir untuk

konteks saat ini, khususnya konteks Indonesia.

Sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa sikap

yang didasari atas ketertutupan akal pikiran dan hati

nurani yang mengarah pada kesesatan, kerugian,

kesengsaraan dan ketertindasan bisa saja diistilahkan

dengan term kafir.

Persoalan korupsi,

kesewenang‐wenangan para

pejabat akan amanat

rakyatnya dan segala bentuk

tindakan yang mengarah

pada ketidakadilan, kerugian,

penindasan dan kondisi kritis

lainnya, menurut hemat

penulis merupakan bentuk

sikap yang didasari oleh

kekafiran. Sebab orang‐orang

yang demikian sudah

tertutup mata hati dan akal

pikirannya dengan 'sesuatu'

di luar nilai‐nilai ketuhanan.

Sementara nilai‐nilai

ketuhanan tidaklah berbeda

dengan nilai‐nilai dasar

kemanusiaan, seperti

keadilan, keseimbangan

(dalam berinteraksi, seperti

toleran dan saling

menghargai) dan persatuan

umat. Tak terkecuali muslim

yang bersikap dan bertindak

demikian. Wallahu A'lam.

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 2012 11

Ke-TH-an

*)Mahasiswa TH �09 UIN SUKA

Page 14: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Opini

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 201212

Bersikap Bijak Terhadap Kenaikan BBM

Baru‐baru ini media kita

dipenuhi dengan berita perihal

gejolak kenaikan BBM.

Sepertinya, kebijakan

pemerintah untuk menaikkan

BBM selalu saja menimbulkan

pro dan kontra di kalangan

masyarakat. Pada umumnya,

masyarakat menolak dan menganggap hal ini

sebagai bentuk tindakan yang menyengsarakan

rakyat. Berbagai macam cara dilakukan guna

mencegah kenaikan BBM.

Mahasiswa sebagai penyalur aspirasi rakyat

juga tidak tinggal diam. Mereka menyuarakan

suara hati rakyat. Sebagaimana kita ketahui

berbagai golongan dari organisasi pergerakan

mahasiswa di berbagai kampus turun ke jalan.

Dapat dikatakan wakil rakyat sesungguhnya adalah

mahasiswa. Hal ini berdasarkan sikap yang

ditunjukkan oleh para mahasiswa yang selalu

berada di garda depan untuk membela rakyat.

Akan tetapi, tindakan mereka juga terkesan

menimbulkan kerugian negara. Tidak sedikit dari

demonstrasi yang dilakukan mahasiswa berujung

pada tindakan anarkis.

Namun tindakan nyata yang dilakukan oleh

mahasiswa ini patut diacungi jempol. Sikap

pantang menyerah ditunjukan mahasiswa untuk

mencegah kenaikan BBM membuahkan hasil.

Sidang Paripurna DPR RI beberapa waktu yang lalu

menghasilkan kesimpulan bahwa BBM tidak

mengalami kenaikan pada

tanggal 1 April 2012 atau

mengalami penundaan selama 6

bulan berjalan. Hasil tersebut

dicantumkan dalam Pasal 7 ayat

6 (A) UU APBN Perubahan 2012

yang berbunyi: “Dalam hal

harga rata‐rata minyak mentah

Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dalam kurun

waktu 6 bulan berjalan mengalami kenaikan atau

penurunan lebih dari 15%, pemerintah diberi

kewenangan menyesuaikan harga BBM bersubsidi

dengan kebijakan pendukungnya”.

Ada lagi kalangan yang beranggapan

bahwa kebijakan pemerintah untuk menaikkan

harga BBM hanyalah sekedar cara untuk

mengalihkan isu‐isu yang sedang berkembang.

Mungkin pernyataan ini ada benarnya jika kita

merujuk lagi kepada fakta sebelumnya. Masih

banyak sekali kasus‐kasus yang belum menemui

titik terang yang kemudian hilang seketika. Dimulai

dari kasus Pembunuhan yang dilakukan mantan

Ketua KPK Antasari Azhar, skandal Bank Century,

korupsi Gayus Tambunan, Nunun Nurbaeti hingga

kasus Suap Wisma atlet yang melibatkan beberapa

petinggi dari partai berkuasa.

Rakyat boleh saja tidak menyetujui

kebijakan tersebut, karena memang dalam sistem

pemerintahan demokrasi semua orang bebas

berpendapat. Kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah tentu telah didiskusikan dan

Oleh: Kemas M. Intizham

Page 15: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Opini

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 2012 13

diperdebatkan secara matang sehingga mencapai

suatu kesepakatan. Sebagimana yang dikatakan

oleh Menteri ESDM, Jero Wacik, bahwa kebijakan

ini dilakukan pemerintah dengan berat hati dan

merupakan pilihan yang sulit guna menghindari

krisis jangka panjang.

Dalam situasi tertentu, Presiden dituntut

untuk mengambil sebuah resiko besar dalam

keputusannya, seperti yang terjadi pada

pemerintahan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono.

Keputusan berani yang

dilakukan Presiden adalah

menaikkan harga BBM mulai

periode 2004‐2009 hingga

periode 2009‐2014. Ketika

Presiden SBY dilantik pada

tahun 2004, harga bensin masih

berkisar Rp.1800 per liter—harga BBM termurah di

dunia pada saat itu. Saat itu subsidi BBM melonjak

tinggi sampai Rp. 70 triliun. Dan defisit APBN 2004

membengkak dari Rp. 26,3 triliun menjadi Rp. 38,1

triliun atau menigkat sebesar Rp. 11,8 triliun.

Hal sama seperti saat ini yang dialami oleh

rakyat Indonesia pada 2005 lalu adalah kenaikan

harga BBM. Pada saat itu pemerintah hanya

memiliki 2 opsi. Opsi pertama tetap memberikan

subsidi BBM seperti tahun 2004—business as

usual—apapun dampaknya bagi ekonomi nasional.

Opsi kedua adalah mengurangi subsidi dan

menaikkan harga BBM.

Apabila opsi pertama yang diambil, maka

subsidi BBM akan meroket, mungkin sekitar 100

triliun, dan dampaknya bagi kesehatan fiskal dan

bagi APBN akan sangat serius. Apabila opsi kedua

yang dipilih, maka pemerintah akan menghadapi

resiko politik yang besar, seperti demonstrasi,

kerusuhan dan instabilitas. Masih segar dalam

ingatan kita bahwa salah satu pemicu kerusuhan

sosial yang menjatuhkan Presiden Soeharto dalam

reformasi 1998 adalah kenaikan harga BBM dan

harga Sembako.

Pada periode ini pun

lagi‐lagi pemerintah harus

membuat suatu keputusan yang

sangat sulit. Menteri Keuangan,

Agus Martowardojo,

memaparkan sejumlah alasan

mengapa harga bahan bakar

minyak naik salah satunya

adalah karena adanya lonjakan

konsumsi. Jadi banyak sekali pertimbangan yang

telah dipikirkan Pemerintah dalam membuat

keputusan ini.

Pada akhirnya, segala keputusan yang

nantinya diambil Pemerintah seharusnya bisa

memberikan hikmah tersendiri buat rakyat.

Menunjukkan penolakan dengan cara menuduh

yang tidak‐tidak, apalagi sampai menjurus pada

tindakan anarkis bukanlah menjadi tujuan dalam

berdemokrasi. Dalam kondisi apapun kita harus

memberikan dukungan kepada pemerintah. Akhir

kata, tetaplah santun dalam menerima kebijakan

yang dikeluarkan Pemerintah demi terciptanya

kehidupan berdemokrasi yang sehat dan mendidik.

Page 16: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Organisasi sesungguhnya bukanlah

tujuan utama, melainkan hanya

sebagai sarana atau media untuk

menjadi insan yang lebih baik.

Tampuk Kepemiminan Baru CSS SuKa

Tepat pada hari Minggu (08/04/12), pengurus CSS

MoRA UIN Sunan Kalijaga periode 2012‐2013

melaksanakan pelantikan yang dipimpin langsung

oleh Ketua Umum CSS Nasional, Arif Kurniawan

yang merupakan anggota CSS UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

Acara pelantikan tersebut dimulai pada

pukul 10.00 WIB, meski sempat ditunda

beberapa jam dar i jadwal yang telah

direncanakan, akan tetapi acara ini tetap

berlangsung dengan lancar dan tertib.

Serangkaian acara tersaji dengan rapi mulai dari

p e m b u k a a n y a n g

dipandu oleh Lailia

Muyassaroh (CSS’11)

yang berperan sebagai

M C , d i l a n j u t k a n

dengan pembacaan

ayat suci al‐Qur'an

yang dilantun‐kan oleh

Nurun Nahdiyah (CSS’11) bersama Inayah

Sholihah (CSS’09). Agenda siang itu kemudian

disusul dengan berbagai sambutan yang

disampaikan oleh Atabik Faza selaku ketua CSS

MoRA periode 2011‐2012, Pangeran Sri Naga

Puspa selaku ketua baru CSS MoRA yang akan

membawahi tampuk kepemimpinan periode

2012‐2013 mendatang, serta Ketua Umum CSS

MoRA Nasional, Arif Kurniawan, yang sengaja

diundang hadir dalam acara tersebut.

Acara ini juga dihadiri oleh Ketua

Jurusan Tafsir‐Hadis, Prof. Dr. Suryadi, M.Ag

selaku pengelola PBSB UIN Sunan Kalijaga dan

sekaligus sebagai bapak bagi seluruh anggota

CSS MoRA yang ada di UIN Sunan Kalijaga. Dalam

sambutannya, beliau menguraikan

arti sebuah organisasi bagi

anggota PBSB. Tujuan utama

b a g i m a h a s i s w a , b a i k

pengurus CSS MoRA, maupun

anggota adalah sama saja,

yaitu dapat melaksanakan

perkuliahan dengan baik serta

memperoleh hasil yang baik pula,

khususnya dalam bidang akademik. Beliau

menjelaskan bahwa sesungguhnya organisasi

bukanlah tujuan utama, melainkan hanya

sebagai sarana atau media untuk menjadi insan

yang lebih baik. Seorang yang sukses dalam

berorganisasi diharapkan lebih sukses dalam

bidang akademik.

Ke-CSS-an

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 201214

Page 17: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Ironisnya, dalam agendium se‐urgen ini,

para anggota PBSB UIN SuKa yang berjumlah

sekitar 160 orang—sebagaimana perhitungan

Bapak Suryadi sebelum menyampaikan isi

sambutan—ternyata hanya separuh dari jumlah

tersebut yang hadir pada saat itu. Hal ini tentu

saja menjadi sebuah renungan bagi kita bersama,

dan sekaligus menjadi PR besar bagi para

pengurus ke depannya. Beliau berpesan agar

pengurus baru mampu menampung seluruh

aspirasi anggota CSS MoRA, sehingga kepemilikan

organisasi ini tidak hanya dirasakan oleh pengurus

saja, melainkan juga dapat dirasakan oleh seluruh

anggota.

Acara siang itu kemudian ditutup dengan

termin penyampaian materi bimbingan dalam

berorganisasi. Arif Kurniawan selaku pemateri

pertama menyampaikan seputar visi dan misi

dalam berorganisasi. Ia menuturkan bahwa

semangat berorganisasi adalah untuk mencapai

tujuan besar yang sedang menanti kita sebagai

mahasiswa sekaligus anggota CSS MoRA, yaitu

agar bisa bekerjasama dan saling mendukung

antar‐Perguruan Tinggi dalam membangun

negeri. Materi selanjutnya disampaikan oleh

Atabik Faza tentang administrasi dalam

organisasi. Materi terakhir adalah bimbingan

jurnalistik yang disampaikan oleh Adang Saputra

dan Yuyun Yunita.

Ke-CSS-an

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 2012 15

Para anggota PBSB UIN SuKa yang berjumlah sekitar 160

orang, ternyata hanya separuh dari jumlah tersebut yang hadir

pada saat itu.

Page 18: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Cerpen

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 201216

AKU, LENTERAKU DAN MATAHARINYAAku terdampar di pojok taman, terduduk

lemah bersanding dengan para bunga yang ceria

dan rerumputan yang asyik menari, di sebuah

kursi panjang aku menengadah ke langit mencoba

mencari‐cari sesuatu yang hilang, langit tak lagi

putih, bahkan ia seakan pucat dan muram,

mungkin karena sang surya terlalu lama

meninggalkannya, hingga ia tak lagi mampu ceria.

Begitukah keadaannya saat ini? Keadaan seorang

gadis bernama Yassirli Amriyyah, yang telah

kurampas panutan hidupnya. Muram dan tak lagi

memiliki gairah untuk hidup karena mataharinya

telah kalah oleh pekatnya mendung. Aku tak

kuasa melanjutkannya, langit benar‐benar

mengingatkan aku pada Sherly.

Kupalingkan wajahku dari langit dan coba

kembali menilik bumi, ternyata bumi tak jauh

beda dengan langit, kudapati dedaunan yang

telah meninggalkan ranting dan berserakan di

tanah terombang‐ambing oleh angin, daun‐daun

kering itu tak lagi sanggup untuk setia pada

ranting, mungkinkah jodoh dedaunan dan ranting

telah habis? Adakah nasibku dan Wildan sama

dengan mereka. Tuhan menjodohkan kami untuk

saling mengenal tapi tidak untuk bersatu.

Entahlah aku tak tahu, seperti apa rupaku kali ini,

sekoyak apa hatiku dan sedalam apa

belati menusuk menoreh jantungku.

Aku sakit, tapi benarkah aku harus

mendzalimi diriku?

Ah… kenapa rasa itu masih

saja ada, kenapa harus nama itu lagi,

tak bisakah otak dan hatiku berdamai

denganku meski hanya sejenak saja,

kenapa harus Wildan , kenapa nama

itu tak pernah musnah dari pikiranku,

kenapa susah sekali menghapus

nama itu dari memoriku. Tuhan,

kenapa tak Kau ciptakan tombol

delete di otakku agar aku dengan

mudah menghapus nama itu. Semua

tanya itu tak kutemukan jawabnya.

Kembali kejadian dua bulan

yang lalu berkelebat di depan mataku

# # # # # # #

Aku terduduk lemah pada

sebuah kursi yang membentang di

ruang tamu, kakiku seakan tak lagi

mampu menopang tubuhku, dadaku

sesak, serasa tertindih beban berat

Page 19: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Cerpen

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 2012 17

yang kasat mata, dan butiran‐butiran kristal mulai meluncur dari kelopak mataku, tangan ku

gemetaran sambil tetap memegang kertas merah jambu yang baru saja aku eja huruf demi huruf

yang terjajar di sana. Aku hampir tak percaya dengan apa yang baru saja aku baca, kata demi kata

yang terangkai dalam kertas itu seperti sembilu yang mencakar hatiku. Wildan yang baru saja

menjadi lentera dalam hidupku ternyata matahari bagi seorang gadis bernama 'Yassirli Amriyah'.

Sherly melayangkan petir yang berwujud secarik kertas ke rumahku untuk meminta kembali

mataharinya yang tanpa sengaja telah aku ambil.

Aku tak menyangka betapa jahatnya aku telah tega merampas kehidupan orang lain hanya

demi keegoisanku, masihkah aku pantas disebut sebagia manusia? Aku memang tak tahu bahwa

Muhammad Wildanuril Ilmi, calon tunanganku, ternyata memiliki hubungan dengan seorang gadis

bernama Yassirli Amriyah. Tapi tetap saja aku telah merampas sesuatu yang bukan milikku.

Hal yang paling ditakutkan oleh seorang isteri adalah kehilangan imamnya, tapi yang

terjadi padaku ternyata, aku harus kehilangan calon tunanganku, seseorang yang ku anggap

sebagai calon imam, seseorang yang akan membimbingku mengayuh biduk menuju pulau indah

Sang Maha Cinta.

# # # # # # # #

“Zahwa, Tolong dengerin aku , Aku mencintai kamu Zahwa, percaya sama aku!”.

“Maaf Wil, aku butuh waktu untuk sendiri agar bisa berfikir jernih“.

“Tapi bulan depan pertungan kita, Zahwa, aku mohon fikirkan lagi rencana kepergianmu”.

“ Aku harus pergi, Assalamu'alaikum”.

“Wa'alaikum salam”.

Aku berlalu pergi meninggalkan Wildan yang masih mematung di depan rumahku, kakiku

seakan membatu tapi aku berusaha kuat untuk beranjak dari hadapannya. Aku sendiri tak

mengerti aku pergi untuk apa, apakah benar untuk menenangakan diri seperti yang ku katakan

pada Wildan, atau aku pergi untuk berlari, berlari dari kenyataan bahwa Wildan ternyata bukan

milikku. Semua mimpi indah yang kami rajut bersama ternyata tercerai‐berai hanya dengan secarik

kertas yang menyuarakan kebenaran.

# # # # # # # #

Kuseka air mata yang mulai membanjiri pipiku dengan kerudung putihku. Allah, satu bulan

Page 20: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Cerpen

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 201218

aku telah menjauh dari dia tapi ternyata belum ada

yang berubah, perasaanku masih tetap saja sama

seperti dulu, aku masih terus berharap bahwa surat

merah jambu itu dan serentetan kejadian yang

menimpa aku dan Wildan hanyalah mimpi. Tapi

tidak, aku tidak boleh lemah, aku sama sekali tidak

memiliki hak atas Muhammad Wildanuril Ilmi, dia

milik Yassirli Amriyah bukan Zahwa Aulia Syahiroh.

Hatiku bergetar hebat, saat aku melihat

mobil Wildan, seutas senyum kuhadirkan tuk

menyambutnya, tapi senyum itu pudar tatkala aku

melihat seorang gadis berjubah cream turun dari

mobil wildan, gadis itu cantik, anggun dan modis,

itukah Yassirli Amriyah, kejadian satu bulan yang

lalu hampir saja terulang kembali, aku hampir saja

terduduk lunglai seperti waktu itu.

Untunglah aku bisa lebih menguasai diri,

kupejamkan mata sejenak sekedar menenangkan

diri, kembali kusuguhkan senyumku, agar mereka

berdua tak menyadari betapa dahsyat pergolakan

batin yang sedang aku alami. Semakin lama mereka

semakin dekat, dekat, dekat dan.

Ya Allah… kuatkan hamba‐Mu yang lemah

ini, jangan biarkan aku tenggelam dalam

permainan syaitan, Bismillah… aku ikhlaskan

Muhammad Wildanuril Ilmi untuk Yassirli Amriyah.

“ Assalamu'alaikum, Zahwa”.

Suara itu menarik paksa aku dari lamunan

panjangku.

“ Wa'alaikum Salam, Wil”.

“ Bagaimana kabar kamu Zahwa?”

“ Alhamdulillah, sehat Wil, kamu?”

“Alhamdulillah aku juga sehat,

Zahwa kenalkan ini Sherly, Sherly kenalkan

ini Zahwa”.

Kualihkan pandangan ku yang sedari

tadi mengamati Wildan ke arah gadis cantik

yang kini telah duduk di

sampingnya,kudapati seuntai senyum yang

benar‐benar tulus tak ada sedikitpun

guratan keterpaksaan di sana. Aku mulai

merasakan nyeri di dadaku, bahkan dalam

hal senyum pun aku kalah dengan dia,

senyum yang ia suguhkan jauh berbeda

dengan senyum yang aku berikan untuk

menyambutnya, senyum yang dipenuhi rasa

keterpaksaan.

Dia tetap tersenyum padaku meski

aku belum bisa merespon aku masih sibuk

menenangkan hatiku yang semakin

bergejolak, aku seakan tak mampu

menyembunyikan sakit yang ada di rongga

dadaku. Dengan tetap menyungging senyum

Sherly mengulurkan tangannya.

“ Sherly” Suara indahnya memecah

keheningan.

“ Zahwa” Ucapku masih sedikit

terbata.

Allah aku sadar, aku tiada memiliki

daya upaya, aku hanya mampu berencana

tapi semua terserah kepada‐Mu jua. Aku

yakin Engkaulah yang paling tahu mana

yang terbaik untukku, jika memang Wildan

adalah jodoh Sherly, bantulah hamba agar

dapat mengikhlaskannya.

Page 21: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Ku rasa panas disana‐sini

Kekeringan, jiwaku dan jiwamu

Melebur dalam panas

Menggeliat bersama di atas lumpur kotor

Dan hampir pecah

Kapan kita terbang?

Sebuah pertanyaan di awang‐awang

Kapan kita akan menyatu?

Dalam keberpaduan

Hayalku Akanmu

Pikirmu bersamaku

Sama‐sama tak sama

Aku tak mampu

Itu yang aku khawatirkan

Bersamaku

Itu yang kau angankan

Lalu,

Mungkinkah?

Sepanjang pertokoan

Lampu‐lampu berpijar terang.

Jalanan lengang, tenang.

Sunyi ditimang.

Di tiap sudut

Tergeletak berjuta kisah

Cerita jenuh dan lelah

O. siang hari begitu jengah.

Dari selatan

Tampak lelaki tua

Menggenjot gerobak, paksa.

Kacang rebus masih bersisa.

Pada ruas jalan

Dua pasang mata basah

Pada lampu minyak

Dua pasang mata bercahaya

Esok adalah harap.

Cemas menyergap.

Takdir

Oleh:Mbelink Gatot CSS ‘10 Oleh:Muhammad Kholil CSS '11

Lanskap Malam Pasar Stan

Tahukah Anda?

Umumnya para pemimpin di dunia bukanlah orang asli (pribumi), melainkan para pendatang atau perantau. Presiden Indonesia pertama, Ir. Soekarno sampai sekarang, Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) bukanlah orang Betawi. Begitupun Barack Obama, Presiden Amerika Serikat sekarang adalah keturunan Afrika. Nabi besar kita, Muhammad Saw dan khulafaurrasyidin adalah Muhajirin alias pendatang dari Makkah, begitu juga Nabi‐Nabi pilihan Allah lainnya,

mereka adalah para perantau. So,,,merantaulah, kau akan kuasai dunia.

Renungkan QS. Al‐Nisa': 100, al‐Anfal:72, 74.(Red)

Buletin SARUNG I edisi XVI I Mei 2012 19

Sastra

Page 22: Buletin 16: Mahasiswa, BBM, dan Demonstrasi

Selamat & Suksesatas dilantiknya

Pengurus CSSMoRA UIN SUKAPeriode 2012 ‐ 2013

coming soon

Buletinedisi

digitalhttp://sarung.cssmorauinsuka.com/