Upload
trinhnhan
View
282
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
BUKU
PANDUANKARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI
PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
i
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi ................................................................................... i
Panduan Karya Ilmiah ............................................................. 1
Sari Pustaka ................................................................................... 5
Journal Reading ........................................................................ 15
Case Report/Laporan Kasus .................................................. 16
Text Book Reading ........................................................................ 20
Journal Appraisal ........................................................................ 21
Proposal, Hasil Tesis dan Jurnal Tesis Penelitian ................. 21
Tata Cara untuk Presentasi yang Efektif ............................ 27
Lampiran 1 Format Sampul Sari Pustaka ............................ 30
Lampiran 2 Lembar Pengesahan Sari Pustaka ............................ 31
Lampiran 3 Format Sampul Case Report ............................ 32
Lampiran 4 Lembaran Pengesahan Case Report ................. 34
Lampiran 5 Daftar Nama Jurnal Kedokteran dan singkatannya 36
Lampiran 6 Contoh Case Report .................................................. 38
Lampiran 7 Contoh Sari Pustaka .................................................. 44
Lampiran 8 Contoh Lembar Penilaian Karya Ilmiah ................ 62
Lampiran 9 Contoh ejaan yang sering ditulis salah …………. 63
Lampiran 10 Contoh Sampul / Halaman Judul Proposal
(Warna Hijau) ................................................ 69
Lampiran 11 Contoh Sampul Tesis (Warna Kuning) ………… 70
Lampiran 12 Contoh Sampul Tesis Lux (Warna Hijau) ………... 71
Lampiran 13 Contoh Halaman Judul Tanpa Simbol USU ……. 72
Lampiran 14 Contoh Lembar persetujuan ......................... 73
Lampiran 15 Contoh Usulan penelitian Untuk Proposal ….. 74
1
PANDUAN KARYA ILMIAH
Karya tulis ilmiah adalah kewajiban seorang peserta pendidikan yang harus
tercapai selama menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis. mencakup
sari pustaka, journal reading, journal appraisal, text book reading , laporan
kasus, proposal dan hasil penelitian.
Penyelesaian dan pelaporan kegiatan karya ilmiah peserta didik terdiri dari :
Menampilkan 13 (tiga belas) Journal reading, dengan perincian:
1 topik tentang penyakit paru kerja/immunologi.
1 topik tentang radiologi toraks.
1 topik tentang patologi anatomi paru.
1 topik tentang ilmu penyakit anak.
1 topik tentang kardiologi.
1 topik tentang pleura.
1 topik tentang BSO/Onkologi.
1 topik tentang infeksi.
2 topik tentang asma/ppok.
2 topik tentang onkologi toraks.
1 topik tentang faal paru.
1 topik tentang penyakit dalam.
Menulis dan menampilkan 5 (lima) sari pustaka dan 1 (satu) sari pustaka
dasar, dengan perincian:
1 topik tentang penyakit paru kerja/immunologi.
1 topik tentang infeksi.
1 topik tentang asma/ppok.
1 topik tentang onkologi toraks.
1 topik tentang kasus intensif paru (ICU).
2
Menulis dan menampilkan 4 (empat) laporan kasus dengan perincian :
1 topik tentang pleura.
1 topik tentang infeksi.
1 topik tentang asma/ppok.
1 topik tentang onkologi toraks
Menampilkan 6 (enam) text book reading dengan rincian:
1 topik tentang pemeriksaan klinis.
1 topik tentang penyakit paru kerja/immunologi
1 topik tentang infeksi
1 topik tentang asma/ppok
1 topik tentang onkologi toraks
1 topik tentang faal paru
Menampilan 4 (empat) jurnal appraisal :
1 topik tentang penyakit paru kerja/immunologi.
1 topik tentang onkologi toraks.
1 topik tentang infeksi.
1 topik tentang faal paru.
1 topik tentang Asma/PPOK
Menulis dan menampilkan proposal penelitian dan hasil penelitian
(magister dan profesi) / laporan kasus di kongres nasional ( 1 buah) dan
kongres internasional ( 1 buah hasil tesis ).
Menyerahkan hasil tesis dalam bentuk hard copy dan soft copy (word
dan ppt) dan manuscript jurnal.
3
Pengiriman hasil tesis penelitian profesi dalam bentuk manuscript jurnal
ke jurnal yang terakreditasi seperti Jurnal Respirologi Indonesia.
Penjelasan- Journal reading / Pembacaan Jurnal
Menyampaikan/menerangkan kandungan dari satu journal/satu topik dari
jurnal. Setiap peserta mendapatkan 1 (satu) kopi dari bahan bacaan
tersebut, dan pembimbing.
- Journal appraisal / Penilaian Jurnal
Membahas kandungan dari satu journal/satu topik dari jurnal. Pembahasan
inii dilakukan bersama dengan pembimbing pada stase tersebut.
- Textbook Reading / Pembacaan buku teks
Menerangkan kandungan dari satu topik dari buku teks. Pembahasan ini
dilakukan bersama dengan pembimbing pada stase tersebut, dan
dipresentasikan dalam bentuk power point.
- Sari pustaka
Menyampaikan/menerangkan dan menuliskan sari kandungan dari
sedikitnya 10 (sepuluh) jurnal terbaru atau berasal dari buku teks minimal 10
tahun terakhir dengan topik yang sama sesuai dengan syarat-syarat
penulisan ilmiah, untuk dipublikasi dalam majalah respirologi Indonesia /
majalah kedokteran lainnya.
4
- Case Report / Laporan Kasus
Menyampaikan dan menuliskan kasus – kasus penyakit paru yang menarik
atau pun jarang dijumpai. Laporan kasus ini tidak hanya melaporkan kasus
yang hidup namun diperbolehkan juga melaporkan kasus yang sudah
meninggal dengan syarat pemeriksaan penunjang diagnosis kasus tersebut
lengkap. Kasus-kasus tersebut dapat berasal dari kasus penyakit paru
pasien rawat inap ataupun pasien rawat jalan Rumah Sakit Umum Pusat H.
Adam Malik Medan. Laporan kasus yang unik / jarang dapat
dipresentasikan di kongres nasional.
Proposal dan tesis penelitian
- Mengajukan judul yang sudah didiskusikan dengan penasehat akademik
dengan dua judul proposal untuk magister dan profesi di semester 1.
- Judul proposal dan magister akan di rapatkan dan setelah di setujui oleh
seluruh konsulen maka peserta didik mempersiapkan proposal.
- ujian kolokium (proposal) dilakukan di stase penelitian.
- Jika telah menyelesaikan hasil tesis maka diwajibkan untuk mengirimkan
dalam bentuk manuscript jurnal ke jurnal akreditasi.
5
A. SARI PUSTAKA
Tujuan penulisan :
Agar peserta didik mampu menggunakan dan memanfaatkan kepustakaan
untuk membahas suatu masalah dalam bentuk tulisan ilmiah berdasarkan
rujukan dari berbagai kepustakaan dan kemudian membuat kesimpulannya,
untuk dipresentasikan dalam forum ilmiah terbatas.
Metodologi :
1. Peserta didik memilih suatu masalah serta menentukan judul sari pustaka
dan menghubungi penasehat akademik dan supervisor divisi.
2. Naskah sari pustaka di ketik dengan font arial ukuran 12 dan paragraph
1.5 dan diperbanyak dengan ukuran kertas A4, batas kiri, kanan, atas dan
bawah 3 cm.
3. Naskah sari pustaka akan diperbaiki oleh korektor. Korektor merupakan
PPDS semester 7 dan 8 yang mengoreksi tentang tata cara penulisan
dalam naskah sari pustaka tersebut. Setelah sudah diperbaiki naskah sari
pustaka akan di tanda tangani oleh pembimbing dan SPS.
4. Penggandaan untuk dibagikan kepada staf dan peserta PPDS yang lain
selambatnya 7 hari sebelum presentasi.
5. Naskah sari pustaka yang telah diperbaiki/disempurnakan dan disetujui
pembimbing sudah harus diserahkan kepada administrasi PPDS paling
lambat 2 minggu setelah presentasi dalam bentuk soft copy dan hard copy.
6. Alokasi waktu presentasi terdiri dari presentasi maksimal 20 menit, Tanya
jawab dengan komentar dan penyanggah masing-masing 15 menit,
diskusi/pertanyaan dari hadirin maksimal selama 25 menit, total waktu 60
menit.
6
Kerangka Sari Pustaka
Terdiri dari halaman judul, lembaran pengesahan, daftar isi, abstrak,
pendahuluan, isi tinjauan pustaka, kesimpulan, daftar pustaka.
Halaman judul,
berisi :
o Judul hendaknya singkat dan informatif yang menggambarkan isi dari
sari pustaka tersebut, tidak lebih dari 18 kata.
o Nama lengkap penulis.
o Nama nara sumber dan dosen pembimbing.
o Tanggal presentasi di lembar pertama, di atas garis pembatas
halaman (header).
o Nama Lembaga dari penulis. (contoh dapat dilihat pada lampiran).
Abstrak: ( dalam bahasa Inggris dan dalam bahasa Indonesia )
Berisi uraian permasalahan secara singkat tapi informatif, yang dapat
menggambarkan isi makalah secara lengkap, berisi tidak lebih dari 200
kata dalam bahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia. Di bawah abstrak dicantumkan beberapa kata kunci 4 - 10
kata kunci. Abstrak dibuat satu paragraf.
Kata kunci adalah kata atau istilah yang menjadi bahasan utama
makalah tersebut.
Bab 1 : Pendahuluan
Berisi definisi dan latar belakang permasalahan yang akan diuraikan,
termasuk di dalamnya tujuan dan kepentingan permasalahan.
7
Bab 2 : Tinjauan Pustaka
Berisi uraian permasalahan atau hal-hal yang erat hubungannya dengan
permasalahan dan bersumber dari bahan rujukan yang memadai.
Sumber bahan rujukan hendaknya diusahakan dari data sekunder
(journal). Isi terdiri dari beberapa sub- bab, dan setiap sub-bab terdiri dari
paragraf-paragraf. Kalimat pertama setiap paragraph merupakan pokok
masalah yang akan disampaikan dan kalimat-kalimat berikutnya
merupakan penjelasan atau uraian tentang pokok masalah tersebut.
Bab 3 : Kesimpulan dan penutup
Berisi rangkuman dari isi tinjauan pustaka atau mungkin kesimpulan
dengan atau tanpa saran-saran serta ucapan terima kasih penulis.
Referensi :
o Cara penulisan kutipan dan daftar pustaka menganut sistem
Vancouver
o Jumlah rujukan minimal 10 (sepuluh) untuk sari pustaka
o Daftar rujukan disusun menurut urutan penampilan di dalam naskah
Penulisan Kutipan dan Daftar Pustaka cara Vancouver :
Sistem ini dianjurkan sebagai cara penulisan rujukan yang diseragamkan
untuk majalah biomedik, yang diusahakan oleh International Steering
Committee of Medical Editors di Vancouver, Britishs Columbia pada tahun
1978 sebagai ‘gaya Vancouver’ dan akhir-akhir ini telah dianut oleh lebih dari
130 majalah buku.
Sistem ini menggunakan sistem nomor disertai penyeragaman cara
penulisannya, dengan cara penunjukkan di dalam naskah dan pemberian
8
urutan nomor sesuai dengan pemunculannya yang pertama kali di dalam
naskah. Nama semua penulis ditulis untuk jumlah penulis sampai dengan
enam; jika jumlahnya lebih dari enam maka hanya tiga penulis pertama
disebutkan dan diikuti dengan et al.
Perhatikan penempatan tanda baca koma, titik, titik koma, titik dua.
A. Penulisan kutipan (citation) pada naskah
- kutipan ditulis dengan nomor, menurut urutan pertama kalikutipan keluar.
Bila terdapat lebih dari dua nomor yang berurutan, ditulis nomor awal dan
nomor akhir, dipisahkan dengan tanda hubung. Nomor kutipan ditulis
dengan superskrip (contoh: 22, 25-28)
- perhatikan bahwa nomor terletak setelah koma, titik, titik-koma, atau titik
dua.
Contoh :
Meskipun mekanisme obat A ini belum diketahui,3,12-15 namundiduga ia berperan dalam mekanisme pompa sodium pada membransel.16
- apabila kutipan dilakukan hanya terdapat tabel atau gambar, maka nomor
ditulis pada judul tabel atau gambar sesuai dengan urutan penyebutan
tabel atau gambar dalam makalah.
Contoh :
Kadar Kolesterol normal pada orang dewasa dapat dilihat padabanyak sumber.11-14 Kadar kolesterol pada bayi dan anak dapatdilihat pada tabel 4. Tampak bahwa kadar kolesterol pada bayi danank lebih rendah dibanding pada dewasa, seperti yang ditemukanoleh penulis lain.16
9
Pada judul tabel dituliskan nomor rujukan 15, karena informasi tentang tabel
telah dikemukakan sebelum informasi tentang penemuan penulis lainnya.
Dan juga penempatan tabel sering sangat ditentukan oleh alasan teknis,
sehingga mungkin saja tabel terpaksa diletakkan jauh dari petunjuk dalam
teks makalah tentang tabel tersebut. Hal yang sama juga berlaku untuk
kutipan gambar.
B. Penulisan daftar pustaka/daftar rujukan
1. Jurnal
a. Artikel standar pada jurnal
Tuliskan nama pengarang, judul karangan, nama majalah, diikuti dengan
tahun, volume dan halaman awal serta akhir. Bila jumlah pengarang 6 atau
kurang, tuliskan semua pengarang. Bila lebih dari 6, tuliskan 3 pengarang
pertama dan tambahkan et al. perhatikan bahwa:
- Dituliskan nama keluarga diikuti dengan inisial nama depan (dan nama
tengah, bila ada). Inisial nama depan dan nama tengah tidak diikuti
dengan titik.
- Judul karangan ditulis dalam huruf kecil (lower case) kecuali huruf
pertama kata pertama serta huruf pertama nama diri (proper name)
- Nama majalah disingkat dengan singkatan yang lazim/apendiks (dapat
dilihat pada lampiran). Singkatan nama majalah tidak diikuti dengan titik.
- Setelah singkatan nama majalah dituliskan tahun publikasi diikuti dengan
tanda titik-koma, berikan spasi, kemudian volume diikuti tanda titik dua
tanpa spasi, dilanjutkan dengan halaman awal dan halaman akhir
makalah yang dikutip.
10
Contoh:
Rasyid HA, Yusuf HAM, Dwiyo Soegondo RMP, Napitupulu L.Nosocomial infection control in the Children’s and Maternity Hospital“Harapan Kita”. Paediatr Indones 1988; 28:364-82.
Jarmakani JM, Nagatomo T, Nakazawa M, et al. Effect of hypoxia onmyocardial high-energy phosphates in neonatal mammalian heart.Am J Physiol 1978; 235:H475-H81.
Holder TM, Cloud DT, Lewis JE Jr, et al. Esophageal atresia andtracheoespharingeal fistula. Pediatrics 1964; 34:542-8.
Dubowitz L, Dubowitz V, Goldberg C. Clinical assessment ofgestational age in the newborn infant. J Pediatr 1970; 17:19-25.
Catatan:
Karena sebagian besar nama orang Indonesia tidak menyertakan nama
keluarga maka nama akhir (bila bukan merupakan inisial) diperlakukan
sebagai nama keluarga, dan nama di depannya sebagai nama depan (dan
nama tengah bila ada).
b. Pengarang bersama (corporate authors)
Committee on Drugs, American Academy of Pediatrics. The transferof drugs and other chemicals into human breast milk. Pediatrics1983; 72:375-83.
Collaborative Group on Antenatal Steroid Therapy. Effect of antenataldexamethasone administration on the prevention of respiratorydistress syndrome. J Obstet Gynecol 1981; 141:276-81.
11
2. Bab pada buku
Tuliskan penulis karangan, judul karangan, nama editor, dan judul buku
dengan edisinya. Kemudian tuliskan nama kota (bila lebih dari satu ambil
yang paling depan), penerbit, tahun dan halaman awal serta halaman akhir
karangan yang dikutip. Tanda baca dan tata letak lebih mudah dipahami
dengan memperhatikan contoh-contoh berikut.
Pfeifer CN, Meashan AR, Gertler PJ. Maternal and perinatal healthproblems. Dalam: Jamison DT, Mosley WH, Ed. Disease controlpriorities indeveloping countries. New york: Oxford University Pressfor World Bank, 1991. H. 1-15
Epstein MF. Resuscitation. Dalam: Avery ME, Taeusch HW,penyunting. Diseases of the newborn. Edisi ke-5. Philadelphia:Saunders, 1984. H. 100-8.
Bila makalah dalam bahasa inggris, maka penulisan disesuaikan sebagai
berikut:
Pfeifer CN, Meashan AR, Gertler PJ. Maternal and perinatal healthproblems. In: Jamison DT, Mosley WH, Ed. Disease control prioritiesindeveloping countries. New york: Oxford University Press for WorldBank, 1991. p. 1-15.
Epstein MF. Resuscitation. In: Avery ME, Taeusch HW, editors.Diseases of the newborn. 5th ed. Philadelphia: Saunders, 1984. p.100-8.
12
3. Buku atau monograf
Tuliskan nama pengarang, judul buku dengan edisinya. Kemudian tuliskan
kota, penerbit, tahun, dan halaman awal serta akhir. Perhatikan bahwa
judul bab tidak ditulis bila keseluruhan buku ditulis (bukan disunting) oleh
satu atau lebih pengarang.
Contoh:
Guyton AC. Textbook of Medical Physiology. 4th ed. Philadelphia: WBSaunders, 1978.
Weinsten L, Swartz MN. Pathogenic properties of invadingmicroorganisms. In: Sodeman WA Jr, Sodeman WA, eds. PathologicPhysiology : Mechanisms of Disease. Philadelphia: WB Saunders,1974: 457-72.
4. Seminar atau konferensi
Contoh:
Fox VW. Arterial blood gas evaluation and mechanical ventilation inthe management of persistent pulmonary hipertension of theneonate. Disampaikan pada the Eighty-third Ross Confrence onPediatric Research: Cardiovascular sequelae of asphyxia in thenewborn, Chatham, Mass, 10-13 Juni, 1981.
Madiyono B. Penatalaksanaan disritmia pada bayi dan anak.Disampaikan pada Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak IX,Semarang, 16-19 Juni, 1993.
13
Bila makalah ditulis dalam bahasa Inggris, penulisan disesuaikan sebagai
berikut:
Fox VW. Arterial blood gas evaluation and mechanical ventilation inthe management of persistent pulmonary hipertension of theneonate. at the Eighty-third Ross Confrence on Pediatric Research:Cardiovascular sequelae of asphyxia in the newborn, Chatham, Mass,June 10-13, 1981.
Madiyono B. Penatalaksanaan disritmia pada bayi dan anak.Presented at Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak IX(the 9thNational Congress of Pediatrics), Semarang, June 16-19, 1993.
5. Lain-lain
Disertasi/tesis
Wila Wirya IGN. Penelitian beberapa aspek klinis dan patologianatomis sindrom nefrotik primer pada anak di Jakarta. Disertasi.Jakarta: Universitas Indonesia, 1992. h. 67-74.
Nurhamzah W. Hubungan antara pajanan hormon steroid wanitapada ibu dengan kejadian penyakit jantung bawaan tipe kono-trunkus. Studi Kasus-kontrol. Tesis. Jakarta: Bagian IlmuKesehatan Anak FKUI, 1992.
Makalah sedang dicetak
Sebodo T. Response of plasma and yeast-derived hepatitisvaccines in children. Paediatr Indones. In Press 1995.
Makalah dalam buku prosiding yang ada editornya
14
Nurmansyah. Diagnosis pranatal kelainan ginjal. Dalam: WillaWirya IGN, Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, penyunting.Penanggulangan masalah uronefrologi pada anak. Naskahlengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu KesehatanAnak FKUI XXIX. FKUI; 1993 24-25 September; Jakarta: BalaiPenerbit FKUI, 1993.
Artikel dalam surat kabar
Bakir M, Julianto I. Hepatits C juga bisa ancam transfusi darah.Kompas 1993 14 Desember 1993; halaman 1.
Materi elektronik
Morse SS. factors in the emergence of infectious disease. Emerg
Infect Dis serial online 1995 Jan-Mar cited 1996 Jun 5; I(1)24
screens. Available from: URL:
http//www.cdc.gow/ncidod/EID/eid.htm.
Catatan :
Naskah diketik dengan jarak 1.5 spasi, dengan huruf Arial ukuran font 12.
Abstrak diketik dengan jarak 1½ spasi. Batas kanan , atas , kiri dan bawah 3
cm. No halaman di sudut kanan bawah.
Penilaian Presentasi :
1. Persiapan presentasi : makalah, audiovisual, moderator, komentator dan
lain-lain.
2. Cara presentasi atau penyajian makalah : penampilan dan sikap, cara
berdiri di depan siding, suara jelas, waktu penyajian tepat waktu atau tidak,
15
penayangan slide (maksimal 10 baris), penguasaan masalah yang
diajukan.
3. Kemampuan menjawab pada waktu diskusi.
4. Isi makalah
5. Ada lembar penilaian khusus.
B. JOURNAL READING (PEMBACAAN JURNAL)
Tujuan:
1. Agar dapat memperoleh pengetahuan dari literatur yang baru atau cukup
baru (lima tahun terakhir).
2. Melatih untuk menelaah secara kritis laporan penelitian atau laporan
kasus.
3. Melatih untuk dapat mengambil pertimbangan tentang kemungkinan perlu
tidaknya hasil laporan penelitian tersebut diterapkan pada praktek sehari
hari.
Metodologi :
1. Judul jurnal dapat berupa laporan penelitian atau laporan kasus yang
menarik, baru ataupun kasus kasus yang jarang dijumpai. Jurnal dapat
diambil dari majalah majalah ilmiah respirologi.
2. Judul telah disetujui oleh pembimbing.
3. Paling lambat 7 hari sebelum presentasi jurnal, hard-copy sudah
dibagikan kepada seluruh peserta PPDS pulmonologi dan Kedokteran
Respirasi, KPS-SPS dan supervisor terkait.
16
4. Alokasi waktu presentasi 20 menit, diskusi terbuka maksimal 15 menit,
kata akhir supervisor terkait maksimal 15 menit.
Kerangka Pembacaan Jurnal :
1. Halaman judul berisi : Judul, Nama peserta PPDS, nama
pembimbing/supervisor terkait, asal jurnal/darimana jurnal dipublikasikan.
2. Ulasan tentang bentuk penulisan dan isi jurnal lengkap.
3. Isi presentasi yang akan ditampilkan pada Microsoft Office Power Point
(PPT) harus dalam bahasa Inggris.
Penilaian :
1. Penguasaan isi dan pengetahuan yang melatar belakangi isi jurnal
2. Kemampuan dalam diskusi
3. Keterampilan berbahasa Inggris
C. CASE REPORT / LAPORAN KASUS
Tujuan Penulisan :
1. Memberikan dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
menggunakan sumber keterangan sebanyak mungkin untuk menganalisis
kasus yang menarik dan atau jarang yang telah selesai ditangani.
2. Setelah laporan kasus diharapkan peserta didik dapat menelusuri,
mengenal dan memecahkan masalah secara kritis dan sistematis.
17
Metodologi :
1. Peserta harus menyelesaikan tulisan laporan kasus menarik atau
jarang ditemukan yang telah mendapat persetujuan pembimbing.
2. Naskah laporan kasus di ketik dengan font arial ukuran 12 dan
paragraph 1.5 dan diperbanyak dengan ukuran kertas A4
3. Naskah laporan kasus dalam bahasa inggris dan naskah laporan
kasus akan di koreksi oleh korektor kemudian akan diserahkan kepada
pembimbing dan di tanda tangani oleh pembimbing dan SPS.
4. Naskah laporan kasus dipresentasikan pada hari pertemuan ilmiah
dan penggandaan untuk dibagikan kepada staf dan peserta PPDS
yang lain selambat-lambatnya 7 hari sebelum presentasi.
5. Naskah sudah diperbaiki/disempurnakan harus diserahkan kepada
Sekretariat PPDS selambat-lambatnya 2 minggu setelah presentasi
dalam bentuk soft copy dan hard copy.
6. Alokasi waktu presentasi maksimal 20 menit, pertanyaan komentator
dan penyanggah 10 menit, diskusi/pertanyaan hadirin 20 menit.
7. Laporan kasus ini ditulis minimal 5 halaman berdasarkan aturan yang
telah ditetapkan.
Kerangka penulisan laporan kasus :
Terdiri dari halaman judul, lembaran pengesahan, daftar isi, abstrak/abstract,
pendahuluan /introduction, laporan kasus/case report,
pembahasan/discussion, kesimpulan/conclusion dan daftar
pustaka/references.
18
Halaman judul berisi :
Judul hendaknya singkat dan informatif yang menggambarkan isi dari
laporan kasus tersebut, tidak lebih dari 18 kata
Nama lengkap penulis
Nama nara sumber dan penanggungjawab
Tanggal presentasi di lembar pertama, di atas garis pembatas halaman
(header).
Nama Lembaga dari penulis. (contoh dapat dilihat pada lampiran)
Abstrak/Abstract
Abstrak satu paragraf di tulis dalam bahasa Inggris dan pada halaman kedua,
berisi informasi spesifik tentang kasus yang akan dibahas sehingga tanpa
membaca makalah laporan kasus secara lengkap sudah dapat diperoleh
gambaran dan dimengerti tentang kasus yang dilaporkan. Kesimpulan yang
diberikan juga hanya data pokok saja. Jumlah tidak boleh lebih dari 100 kata.
Di bawah dari abstrak dicantumkan 4-6 kata kunci/keywords. Nama penulis
digarisbawahi.
Pendahuluan/Introduction
Berisi definisi, latar belakang permasalahan, tulisan atau pengalaman orang
lain secara singkat mengenai kasus yang sama, hal penting yang menjadi
tujuan mengapa kasus ini dilaporkan.
Laporan kasus/Case Report
Berisi secara singkat resume penyakit, dari anamnesis, pemeriksaan fisik
sampai pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis dari penyakit
tersebut. Penulisan laporan kasus sedapat mungkin sampai dengan
19
pengamatan atas situasi-kondisi penderita holistik. Data klinis dan laboratoris
pasien tidak dituliskan/dikemukakan dalam kalimat naratif.
Contoh yang salah:
Name : PM
Age : 35 years
Male/Female : Female
Main Compalin : Shortness of Breath
Additional Compalin : Cough
Physic Diagnostic :
Lab:
Hb, Ht, Leucosit,...
Pembahasan/Discussion
Isi pembahasan ini meliputi tinjaun pustaka. Berisi uraian yang erat
hubungannya dengan permasalahan kasus yang dilaporkan. Uraian tidak
boleh terlalu panjang. Disini diuraikan dengan menelaah dan
membandingkan satu kepustakaan dengan kepustakaan lainnya, kemudian
dirangkum dan rangkuman ini disamakan dengan masalah yang akan
didiskusikan atau dibahas. Membahas juga tentang kesukaran pengenalan
ciri khusus dan kemungkinan kegagalan atau keberhasilan suatu pengelolaan
kasus yang dilaporkan, dibandingkan dengan pengalaman atau yang ditulis
dalam kepustakaan yang ada sebelumnya.Tinjauan pustaka paling banyak 3
halaman.
20
Kesimpulan/Conclusion
Menyimpulkan hasil pembicaraan tersebut di atas, termasuk saran atau
anjuran yang mungkin perlu dikemukakan.
Daftar Pustaka/References
Minimal 10 (sepuluh) rujukan. Penulisan rujukan daftar pustaka menganut
cara Vancouver.
D. TEXTBOOK READING
Tujuan :
Agar peserta didik mampu menjelaskan dan membahas topik dari textbook.
Textbook akan dipilih oleh pembimbing stase tersebut dan dilakukan
presentasi dalam bentuk power point dan dibahas bersama pembimbing.
Metodologi :
1. Peserta didik melapor ke pembimbing stase tersebut dalam memilih topik
pada textbook tersebut
2. Peserta didik mengkopi satu bab dan topik pada textbook tersebut dan
diberikan kepada pembimbing
3. Peserta didik melakukan presentasi didepan pembimbing. Setelah selesai
diskusi dengan pembimbing maka fotokopi textbook reading diberikan
kepada bagian administrasi, setelah ditanda tangani oleh pembimbing
stase tersebut dalam bentuk power point dan fotokopi FBR.
21
E. JOURNAL APPRAISAL
Tujuan :
Peserta didik melakukan presentasi jurnal dan pembahasan dilakukan
bersama dengan pembimbing stase tersebut. Penilaian jurnal ini dapat
didasarkan PICO (Population, Intervention, Composition, dan Outcome)
sehingga peserta didik dapat menelaah mana jurnal yang dapat diterima dan
dipublikasikan.
Metodologi :
1. Peserta didik melapor ke pembimbing stase tersebut dan memberikan
dua jurnal yang akan dipilih salah satu jurnal oleh pembimbing
2. Peserta didik membaca jurnal dan membahas jurnal berdasarkan
PICO dan mengambil kesimpulan jurnal tersebut dapat diterima dan
dipublikasikan
3. Setelah melakukan diskusi maka jurnal tersebut ditandatangani oleh
pembimbing tersebut dan diserahkan ke bagian administrasi.
F. Proposal, Hasil tesis dan Jurnal tesis penelitian
Tujuan :
Peserta didik melakukan tugas akhir pendidikan Magister dan Profesi.
Metodologi :
A. Syarat Pengajuan Proposal
1. Peserta didik melapor ke penasehat akademik untuk pengajuan judul
proposal magister dan judul proposal profesi.
22
2. Untuk pengajuan judul proposal PPDS harus menyerahkan 2 judul
proposal yaitu judul proposal untuk profesi dan judul proposal utuk
magister.
3. Pada saat pembacaan proposal diwajibkan membawa pohon bronkus.
B. Syarat Penulisan Proposal
1. Ukuran kertas seluruhnya harus A4, jenis font yaitu arial 12, spasi 1,5.
2. Untuk margin :
- Kiri : 4 cm - Atas : 3 cm
- Kanan : 3 cm - Bawah : 4 cm
3. Sampul judul proposal harus berwarna hijau.
4. Susunan proposal yaitu terdiri dari:
- SAMPUL JUDUL (Warna Hijau)- HALAMAN JUDUL (Tanpa Simbol)- LEMBAR PERSETUJUAN- LEMBAR USULAN PENELITIAN- DAFTAR ISI- DAFTAR SINGKATAN- DAFTAR TABEL- DAFTAR GAMBAR- BAB I PENDAHULUAN- BAB II TINJAUAN PUSTAKA- METODOLOGI PENELITIAN- DAFTAR PUSTAKA- LAMPIRAN
23
5. Judul proposal untuk profesi dan megister berbeda.
6. Daftar pustaka harus dilampirkan pada lembaran pemeriksaan penelitian
dan lembaran penjelasan kepada calon subjek penelitian.
7. Semua contoh untuk syarat penulisan proposal sudah terlampir.
C. Syarat Penulisan Tesis
1. Ukuran kertas seluruhnya A4, sampul harus berwarna kuning dengan
tulisan sampul tinta timbul, font arial ukuran 12 dengan spasi1,5.
2. Susunan tesis yaitu terdiri dari:
- HALAMAN JUDUL- LEMBAR PERSETUJUAN- LEMBAR USULAN PENELITIAN (judul diganti dengan TESIS)- KATA PENGANTAR- DAFTAR ISI- DAFTAR SINGKATAN- DAFTAR TABEL- DAFTAR GAMBAR- BAB I PENDAHULUAN- BAB II TINJAUAN PUSTAKA- BAB III METODOLOGI PENELITIAN- BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN- BAB V KESIMPULAN DAN SARAN- DAFTAR PUSTAKA- LAMPIRAN
3. Pada waktu pembuatan tesis harus dibuat 2 tesis dengan 1 tesis profesi
dan 1 tesis megister.
24
4. Pada akhir daftar pustaka harus dilampirkan lembaran pemeriksaan
penelitian, lampiran lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian.
Lampiran 3 surat pernyataan kesediaaan dan hasil pemeriksaan.
D. Syarat Penulisan Tesis Lux
1. Ukuran kertas seluruhnya A4, font arial ukuran 12 dengan spasi 1,5.
2. Sampul lux berwarna hijau dengan tulisan tinta emas.
3. Tulisan pada halaman judul berwarna tinta emas.
4. Pembuatan tesis lux harus dibuat 2 tesis dengan 1 tesis untuk profesi
dan 1 tesis untuk megister
5. Susunan tesis lux yaitu terdiri dari:
- HALAMAN JUDUL (tinta emas)- HALAMAN JUDUL (tanpa simbol USU)- LEMBAR PERSETUJUAN- LEMBAR USULAN PENELITIAN (judul diganti dengan TESIS)- LEMBAR PERNYATAAN
- LEMBAR PANITIA PENGUJI TESIS- ABSTRAK- KATA PENGANTAR- DAFTAR RIWAYAT HIDUP- DAFTAR ISI- DAFTAR SINGKATAN- DAFTAR TABEL- DAFTAR GAMBAR- BAB I PENDAHULUAN- BAB II TINJAUAN PUSTAKA
25
- BAB III METODOLOGI PENELITIAN- BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN- BAB V KESIMPULAN DAN SARAN- DAFTAR PUSTAKA- LAMPIRAN
E. Syarat Penulisan Jurnal Tesis Penelitian1. Jurnal termasuk tabel, gambar dan daftar pustaka diketik dengan font
arial dengan 1,5 spasi pada kertas A4 (ukuran 21,5x28 cm) dengan
jarak tepi kiri dan kanan maisng-masing 2,5 cm. Halaman pertama
diawali dengan judul, kemudian nama penulis dan lembaga/instansi
kerja penulis, dilanjutkan dengan isi makalah. Setiap halaman diberi
nomor secara berurutan dimulai dari halaman pertama sampai dengan
halaman terakhir.
2. Judul Singkat dan jelas, dengan jumlah maksimal 20 kata.
3. Abstrak untuk artikel penelitian dan laopran kasus dibuat singkat dan
jelas sehingga pembaca dapat memahami hal yang akan disampaikan
tanpa harus membaca seluruh makalah. Abstrak dituliskan dalam
bahasa Indonesia dan Inggris, maksimal 200 kata dan dalam bentuk
paragraf. Setiap paragraf mengandung makna, pesan atau satu
kesatuan ekspresi pikiran, dibangun atas sejumlah kalimat. Untuk
artikel penelitian, abstrak harus mengandung tujuan penelitian, metode,
hasil utama dan kesimpulan utama.
4. Kata kunci berupa kata-kata yang dapat membantu untuk menyusun
indeks, umumnya 3-5 kata yang bersifat spesifik. Kata kunci dituliskan
di bawah abtsrak.
5. Jurnal ditulis sesuai subjudul yang dibuat, untuk artikel penelitian
sebaiknya disusun sesuai IMRAD (Introduction/ pendahuluan,
Methods/metode, Results/ hasil , Discussion/diskusi, dan Kesimpulan),
26
kemudian ucapan terima kasih (bila ada) dan daftar pustaka. Untuk
tinjauan pustaka, secara garis besar disusun sebagai pendahuluan, isi,
penutup dan daftar pustaka, dengan kerangka isi disesuaikan dengan
apa yang diutarakan. Untuk laporan kasus, susunannya yaitu
pendahuluan, latar belakang, kasus, diskusi, kesimpulan dan daftar
pustaka.
6. Penulisan jurnal hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang
benar mengikuti pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Sedapat mungkin pakailah istilah Indonesia menurut
pedoman umum pembentukan istilah. Singkatan yang digunakan dalam
makalah adalah singkatan yang sudah baku.
7. Tabel diberi nomor yang sesuai urutan, dan diberi judul yang singkat.
Penjelasan tabel dan singkatan yang tidak lazim yang ada dalam tabel
dituliskan pada catatan kaki. Bila tabel berupa kutipan dari tabel tulisan
lain yang telah dipublikasikan, maka harus dituliskan dikutip dari (nama
penulis dan daftar pustaka/nomor daftar pustaka), serta ijin tertulis dari
penerbit yang bersangkutan.
8. Gambar sebaiknya dibuat secara profesional, difoto dengan cetakan
yang tajam dan jelas di atas kertas kilap, hitam putih. Bila gambar
berupa gambar/grafik/ilustrasi yang pernah dipublikasikan, maka harus
dituliskan dikutip dari (nama penulis dan daftar pustaka/nomor daftar
pustaka), disertai ijin tertulis dari penerbit yang ebrsnagkutan. Setiap
gambar diberi keterangan di belakangnya mengenai nomor gambar
sesuai tercantum di makalah, nama/judul gambar, nama penulis.
9. Rujukan
Banyaknya rujukan sebaiknya tidak melebihi 20 buah. Rujukan ditulis
sesuai aturan Vancouver, diberi nomor urut sesuai urutan pemunculan
dalam jurnal. Penulisan nomor rujukan dalam jurnal dituliskan rinci
sesuai rujukan, dituliskan sebagai superscript, setelah tanda baca (titik,
koma dsb) cantumkan semua nama penulis, kecuali bisa lebih dari
27
enam orang, maka dituliskan sebagai berikut, enam penulis pertama
diikuti oleh dkk (et al). Hindari penggunaan rujukan yang berupa
abstrak atau komunikasi pribadi. Bila menggunakan rujukan yang
sedang dalam proses publikasi tetapi belum terbit, maka dapat
digunakan perkataan “dalam proses terbit” (in press). Pada prinsipnya
cara penulisan daftar pustaka adalah sesuai yang dianjurkan oleh
Internasional Committee of Medical Journal Editors yaitu cara
Vancouver yang direvisi tahun 1997 dan dapat dibaca di British medical
Journal volume 314, 25 Januari 1997.
II. Tata Cara (Tips) untuk presentasi yang efektif :
I. Presenter
1. Mengetahui terlebih dahulu audiens anda :
Disesuaikan format presentasi untuk dokter umum, dokter spesialis
atau orang awam
Harus kritis terhadap data yang anda ungkapkan ketika presentasi
Antisipasi tipe pertanyaan yang akan ditanyakan dari audiens dan
mempersiapkan terlebih dahulu sebelum presentasi jawabannya.
2. Harus mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai topik yang anda
presentasikan
3. Mengetahui suasana ruangan / luas ruangan
Sebelum melakukan presentasi terlebih dahulu anda melakukan
pemeriksaan terhadap peralatan audiovisual yang menunjang ketika
melakukan presentasi
28
Double check selalu koneksi kabel dari komputer/laptop anda ke
proyektor, terkadang akan terjadi gangguan teknis ke proyektor
(terutama jika menggunakan laptop MAC)
Mengenalkan terlebih dahulu kepada moderator sebelum melakukan
presentasi dan jika kita melakukan presentasi menjadi narasumber
(terima kasih kepada moderator atas perkenalannya , thank you to
chairperson for short introduction and also thank you to organizing
committee for giving me opportunity to give a talk/presentation
about……)
Double check terhadap lama waktunya presentasi, waktu pertanyaan
dan sebaiknya anda duduk selesai presentasi jangan terlalu rendah
dan tidak dapat dilihat oleh audiens.
4. Harus mengetahui waktu maksimal ketika melakukan presentasi
5. Presenter berdiri menghadap audiens dan menggunakan pointer dengan
waktu maksimal 20 menit dan begitu juga pada sesi tanya jawab.
6. Tepat waktu dalam melakukan presentasi
7. Menggunakan power point secara efektif
Jika presentasi dalam waktu 15 menit sebaiknya 1 slide diberikan
waktu penjelasan 1 menit sehingga total 15 slide.
Ukuran font sangat penting jika terlalu kecil tidak dapat dilihat oleh
audiens sebaiknya ukuran fontnya minimal 14 yang dapat dibaca oleh
audiens
Tampilan animasi / gambar yang dapat menarik oleh audiens
29
Hati-hati menggunakan pilihan warna pada tulisan atau pun latar
belakang terkadang audiens tidak dapat melihat jika menggunakan
latar belakang ungu tulisan warna hijau.
Jangan membaca kata demi kata di dalam slide ketika presentasi
karen audiens mengharapkan anda ketika melakukan presentasi
masalah / scientific yang terbaru diungkapkan.
Menggunakan pointer dapat membantu ketika melakukan presentasi
tetapi jangan menggunakan berlebihan akan menganggu audiens.
Jika anda melakukan kesalahan ketika melakukan presentasi , jangan
meminta maaf kepada audiens karena dengan meminta maaf audiens
mengetahui kualitas anda ketika melakukan presentasi
8. Sebaiknya anda tidak gugup dalam melakukan presentasi dan harus
latihan, latihan, latihan terus dalam melakukan presentasi (sebelum
melakukan presentasi latihan didepan teman-teman anda)
Sumber : 14th World Conference of Lung Cancer, July 3-7 2011
II. Moderator
1. Pada awalnya moderator memberikan pendahuluan mengenai tulisan
presenter dan waktu tampilan maksimal 20 menit (case report, sari
pustaka dan text book reading) dan 10 menit (journal reading).
2. Moderator dapat bertanya dan membantu presenter pada saat sesi tanya
jawab.
3. Moderator mengatur waktu sesi tanya jawab dengan batas maksimal 15
menit dan batas waktu diskusi 25 menit ( case report, sari pustaka dan
text book reading).
30
4. Moderator mengatur waktu sesi tanya jawab dengan batas maksimal 15
menit dan batas waktu diskusi 15 menit (journal reading).
5. Moderator sebaiknya mengambil kesimpulan dari presentasi sebelum
acara karya ilmiah ditutup.
Lampiran 1. Format Sampul Sari Pustaka
SARI PUSTAKA I ( ukuran 12)
KAMIS, 14 JULI 2011 (ukuran 12)
ASBESTOSIS
( ukuran 18)
SYAMSUL BIHAR (ukuran16)
Narasumber : dr. Pandiaman Pandia, Sp.P(K)
Penanggungjawab : Dr. dr. Bintang Y M Sinaga, Sp.P(K)
(ukuran 12)
31
Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Departemen Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi FK USU-RSUP H Adam Malik Medan
(ukuran 14)
Lampiran 2. Lembaran pengesahan Sari Pustaka
LEMBARAN PENGESAHAN
Sari Pustaka yang berjudul
ASBESTOSIS
Dibacakan oleh dr. Syamsul Bihar
Telah dilakukan koreksi oleh dr. Irena Lolu dan perbaikan sesuai dengan
hasil koreksi dari
Pembimbing,
Medan, Juni 2011
Diketahui
SPS Departemen Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi, Pembimbing,
dr. Noni N Soeroso, Sp.P(K) Dr. dr. Bintang YM Sinaga,Sp.P(K)NIP.197811202005012002 NIP. 197811202005012002
32
Lampiran 3. Format Sampul Case Report/Laporan Kasus
2nd CASE REPORT (size 12)
TUESDAY, 15th JULY 2011 (size12)
Bilateral Malignant Pleural Effusion caused by Breast Cancer (size18)
ANRIANY (size 16)
Supervisor of Thoracic Oncology Division : dr. Pantas Hasibuan, Sp.P(K)
Supervisor : dr. Noni Soeroso, Sp.P
Resident of Pulmonology and Respiratory Medicine Department, School of
Medicine USU
Adam Malik General Hospital (size 14)
33
Lampiran 4. Lembaran pengesahan Case Report
CERTIFICATE PAGE
Topic of Case Report
Bilateral Malignant Pleural Effusion caused by Breast Cancer
It will read by dr. Anriany
And corrected by dr. Syamsul bihar based on the supervisor’s suggestions
Medan, 4th July 2011
At Knowledge,
The Secretary of The Study Program Supervisor ,
dr. Noni N Soeroso, Sp.P(K) dr. Noni N Soeroso, Sp.P(K)NIP. 197811202005012002 NIP. 197811202005012002
34
Lampiran 5. Daftar nama jurnal kedokteran dan singkatannya
Nama Lengkap Jurnal Singkatannya
Acta Oncologica Acta Oncol
Acta Radiologica Acta Radiol
American Heart Journal Am Heart J
American Journal of Cardiology Am J Cardiol
American Journal of Clinical Oncology Am J Clin Oncol
American Journal of Infection Control Am J Infect Control
American Journal of Occupational Therapy Am J Occup Ther
American Review of Respiratory Disease Am Rev Respir Dis
American Journal of Respiratory and Critical Care Am J Respir Crit Care
Medicine (American Thoracic Society)
Annals of Allergy Ann Allergy
Annals of Thoracic Surgery Ann Thorac Surg
Antibiotics And Chemotherapy Antibiot Chemother
Archives of Dermatology Arch Dermatol
Biochemistry And Cell Biology Biochem Cell Biol
Biochemistry Biochemistry
Biology Of The Cell Biol Cell
British Heart Journal Br Heart Journal
British Journal of Anaesthesia Br J Anaesth
British Journal of Cancer Br J Cancer
35
British Journal of Clinical Pharmacology Br J Clin Pharmacol
British Journal of Diseases Of The Chest Br J Dis Chest
British Journal of Radiology Br J Radiol
British Journal of Thoracic Society Thorax
British Medical Bulletin Br Med Bull
British Medical Journal Br Med J
Chest Chest
(American Clinical Chest Physician)
Cancer Cancer
Cancer Research Cancer Res
Circulation Research Circ Res
Clinical Radiology Clin Radiol
Clinical Research Clin Res
Clinical Therapeutics Clin Ther
Critical Care Medicine Crit Care Med
Diabetes Diabetes
Diabetes Research Diabetes Res
Drugs And Therapeutics Bulletin Drug Ther Bull
Drugs Drugs
Endocrinology Endocrinology
European Journal of Immunology Eur J Immunol
European Journal of Pharmacology Eur J Pharmacol
36
European Journal of Radiology Eur J Radiol
European Journal of Respiratory Eur J Respir
Gene Gene
Immunobiology Immunobiology
Immunological Investigation Immunol Invest
Immunology Immunology
Indian Journal of Medical Sciences Indian J Med Sci
Indian Journal of Allergy Asthma & Immunology Indian J Allergy
Asthma & Immunol
Intensive Care Medicine Intensive Care Med
Journal of Allergy and Clinical Immunology J allergy Clin Immunol
Journal of Applied Physiology J Appl Physiol
Journal of Bronchology & Interventional Pulmonology J Bronchol Intervent
Pulmonol
(American Association for Bronchology and Interventioal
Pulmonology and Japan Society for Bronchology)
Journal of Clinical Immunology J Clin Immunol
Journal of Cilinical Investigation J Clin Invest
Journal of Clinical Pharmacy And Theprapeutics J Clin Pharm Ther
Journal of Immunology J Immunol
Journal of Infection J Infect
Journal of Infectious Disease J Infect Dis
Lancet Lancet
37
Lung Lung
Medical Journal of Australia Med J Aust
Medical Journal of Malaysia Med J Malaysia
Metabolism: Clinical and Experimental Metabolism
Minerva Pediatrica Minerva Pediatr
Monographs in Allergy Monogr Allergy
New England Journal of Medicine N Engl J Med
New Zealand Medical Journal N Z Med J
Nature Nature
Quarterly Jurnal of Medicine Q J Med
Respirology Respirology
(Asean Pacific Respiratory Society)
Radiologic Clinics of North America Radiol Clin North Am
Scandinavian Journal of Immunology Scand J Immunol
Transplantation Transplantation
Ultrasonic Imaging Ultrason Imaging
38
Lampiran 6. Contoh Case Report
CASE REPORT
BRONCHOPLEURAL FISTULA FROM A LUNG ABSCESS
Noni Soeroso, WidiRahardjo, Luhur SoerosoDivision of Infection and Division of Pleura
Department of Pulmonology and Respiratory MedicineSchool of Medicine Universitas Sumatera Utara, Adam Malik General
HospitalMedan
AbstractFistula formation between the bronchi and peritoneal cavity is extremely rare.
In previous reports, fistula have occurred secondary to thoraco-abdominal
trauma, subphrenic abscess, supportive biliary tract obstruction, malignancy
and iatrogenically through procedures such as biliary surgery or
percutaneusbiliary drainage. The direction of fistula formation has always
been thought to be from the peritoneal cavity to the bronchi : there are no
reports of a fistula with a bronchial origin. This case report presents a patient
who presented with sepsis and a bronchoperitoneal fistula and
pneumoperitoneum secondary to lung abscess.
Key Words : Bronchoperitoneal fistula, Lung abscess,Pneumoperitoneum
39
INTRODUCTION
Bronchoperitoneal fistula has rarely been reported. 1-6 The majority of
reported cases have involved subphrenic infection resulting in diaphragmatic
rupture and the formation of a bronchoperitoneal or bronchobiliary fistula.
In the patient presented in this case report, the bronchoperitoneal fistula
clearly originated from a lung abscess. The diagnosis, treatment and possible
mechanisms of bronchoperitoneal fistula formation are discussed.
CASE REPORT
A 39 year old man presented with Shortness of breath (SOB), chills, fever and
abdominal fullness. He felt shortness of breath for 1 months and also fever.
Vital signs showed alert, BP : 120/80 mmHg, Pulse : 98 times/minute,
Respiratory rate : 22 times/minute, Temperature : 38.60C.
Physical examination showed reduced chest wall expansion on the right
lower zone, increased of fremitus on the right lower zone and reduced chest
expansion on the right hemithorax, percussion : Dullness on the right lower
zone, Bronchial on the right lower zone and Vesicular on the left hemithorax
and the right upper and mid lung zone, medium Crackles (late or pan –
inspiratory crackles) on the right lower lung zone.
Laboratory findings : Hb : 13 g/dl, WBC : 16 x 109 /L, Arterial blood gases : pH
: 7.46, PaO2 : 75 mmHg, PaCO2 : 30 mmHg, BE : -2, SaO2 : 90%.
Chest x – ray and abdominal CT scan showed severe pneumoperitoneum
from the right subphrenic space to the right peri-hepatic space and bilateral
consolidation of the lower lung fields, especially in the right lower lobe (Fig.1).
The patient had a 10-year history of heroin addiction. Exploratory laparotomy
40
was performed immediately for probable abdominal hollow organ perforation
with sepsis. During surgery, turbid fluid in the peritoneal cavity and a
persistent air leak from a hole in the right hemi-diaphragm was observed;
hollow organ perforation was not identified. A right post-lateral thoracotomy
was attempted but failed because of severe hypoxia and unstable vital signs
secondary to sepsis.
Severe subcutaneous emphysema and air leak from the peritoneal drain was
not postopratively. Intraoperatively, consolidation on the right lower lung with
severe adhesion to the dome of the right diaphragm was noted. A ruptured
abscess in the right lower lung with a bronchoperitoneal fistula causing
persistent air leak into the peritoneal cavity was identified. The resulting
diaphragmatic hole was about 1.5 cm in diameter (Fig.2). Pneumolysis,
decortication, debridement, closure of the diaphragmatic perforation and
placement of three chest tubes for drainage were performed. Culture of
abscess contents showed Klebsiellapneumoniae and Escherichia coli.
Antibiotics were prescribed, and the patient recovered uneventfully.
41
Figure 1. Preoperative radiologic findings (a) patchy consolidation of the
lower zones of both lungs and elevation of the right hemidiagragm with
subphrenic air collection (white arrow). (b) Consolidation with air
bronchograms over of the lower zones of both lungs and a residual abscess
cavity after external drainage via the fistula (black arrow) over the right lower
lobe. (c) Pneumoperitoneum with focal gaseous collection (white arrow) from
the right peri-hepatic space.
Figure 2 Intraoperatively, a diapgramatic hole (black arrow) measuring about
1.5 cm in diameter was noted
DISCUSSION
Fistulas between the bronchi and periotoneal space are rare, and all reported
fistulas have appereantly formed in cephalad direction from the subphrenic
space to the lung parenchyma. 1-6 No primary suppurativeintrathoracic
process has been mentioned. In the patient presented, pus and air were seen
flowing from the ruptured lung abscess to the peritoneal cavity, while no
significant abdominal abnormality was identified during the exploratory
laparotomy. Although culture results showed K. pneumoniae and E. coli,
which are common in the gastrointestinal tract, a lung abscess is still likely to
42
be the original infectious source (Fig.2). The lung abscess resulted in
inflammation of surrounding lung tissue followed by a mild pleural effusion
and adhesion between the
lung tissue and the right hemi-diaphragm. After the lung abscess grew and
ruptured, the fistula formed. It is known why bronchoperitoneal fistula
formation is cephlad in most cases and some have postulated a contribution
to fistula formation from venous return.
The patient’s medical history was notable for alcoholism and heroin addiction
for approximately 10 years. Immune compromise is associated with
alcoholism. Douvier reported that alcohol can depress the immune system by
impairing respiratory system defences and decreasing respiratory function.7
As result, the incidence bronchopulmonary diseases may be higher than in
non-alcoholic persons, especially that compromised immune function
contributed to the fulminant infection in this case.
In conclusion, bronchoperitoneal fistulas extremely rare ; subphrenic abscess
and biliary tract problems are the most common reported aetiologies. 1-5
Treatment includes debridement of bronchopulmonary tissue, repair of
diaphragmatic perforations, drainage of the subphrenic infected space and
adequate antibiotics.
43
REFERENCES
1. Stockberger SM, Jr, Kesler KA, Broderick LS, Howard TJ. Bronchopleural
fistula secondary to chronic Klebsiellapneumoniaesuphrenic abscess.
Ann. Thorac. Surg.1999;68: 1058-60
2. Boyd DP. Bronchobiliary and bronchopleura fistulas. Ann Thorac. Surg.
1977;24 : 481 – 7
3. Ibarra – Perez C. Thoracic complications of amebic abscess of the liver :
report of 501 cases. Chest 1981 ; 79 : 672 – 7
4. Bilfinger TV, Oldham KT, Lobe TE, Barron S, Hayden CK.
Succesfulpercutaneus drainage of pyogenic liver abscess complicated by
bronchopleural fistula. South Med.J. 1987 ; 80: 907 – 9
5. Stark P. Bronchoentericdisulae in lymphoma. AJR Am.J.Roentgenol1981 ;
136 : 615 – 7
6. Savage PJ, Donovan WN, Kilgore TL, Colobronchial fistula in patient with
carcinoma of the colon. South Med. J. 1982 ; 75 : 246 – 7
7. Douvier JJ, Vergeret J, Taytard A, Freour P. Alcohol and the lung.
Anatomical and fuctional consequences. Annales de Medecine Interne
1985 ; 136 : 667 – 70
8. Krumpe PE, Cummiskey JM, Lillington GA, Alcohol and the respiratory
tract (review). Med. Clin. North Am. 1984;68 : 201 – 19
44
Lampiran 7. Contoh Sari Pustaka
CLUBBING FINGER
AbstrakClubbing finger merupakan tanda beberapa penyakit sistemik antara lain
penyakit paru kronik, penyakit jantung, penyakit kelenjar tiroid. Pada
beberapa kasus, clubbing finger sudah ada sejak lahir tanpa adanya penyakit
yang mendasarinya. Dalam beberapa studi dikatakan bahwa 75-80%
clubbing finger berhubungan dengan penyakit-penyakit paru, 10-15%
penyakit jantung, 5-15% penyakit hati dan gastrointestinal dan 5-15%
penyakit lainnya.
Berikut akan dijabarkan tentang jari tabuh, baik dari patogenesisnya dan
bagaimana mendiagnosisnya serta penyakit yang berkaitan dengan jari
tabuh.
Kata Kunci : jari tabuh, kuku , hipoksia.
AbstractClubbing is a sign of some systemic diseases such as chronic lung disease,
heart disease, thyroid gland disease. In some cases, clubbing has been there
since birth without any underlying disease. In some studies say that 75-80%
clubbing associated with lung diseases, 10-15% of heart disease, liver
disease and 5-15% 5-15% gastrointestinal and other diseases.The following
will be elaborated on clubbing, both of pathogenesis and how to diagnose
and diseases associated with clubbing.
Keywords: finger clubbing, nails, hypoxia.
45
PENDAHULUANClubbing finger atau jari tabuh sudah dikenal sejak 400 SM, ketika Hipocrates
mendeskripsikan adanya hubungan antara perubahan karakteristik dari jari
dengan kejadian empiema. Fenomena tersebut dikenal dengan sebutan
“Hipocratic Fingers”.1
Clubbing finger merupakan tanda beberapa penyakit sistemik antara lain
penyakit paru kronik, penyakit jantung, penyakit kelenjar tiroid. Pada
beberapa kasus, clubbing finger sudah ada sejak lahir tanpa adanya penyakit
yang mendasarinya.2,3
ANATOMI KUKUSebelum pembahasan tentang clubbing finger, akan dijelaskan terlebih
dahulu anatomi dari kuku.5
Gambar 1. Bagian-bagian kuku6
Bagian-bagian kuku:5
1. Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru.
2. Dinding kuku (nail wall) : merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi
bagian pinggir dan atas.
3. Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku.
Matriks
Mantle
Nailroot
Nailbed
Freeedge
NailPlate
Freeedge
Nailplate
Lunula
Cuticula
46
4. Alur kuku (nail groove) : merupakan celah antara dinding dan dasar kuku.
5. Akar kuku (nail root): merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi
dinding kuku.
6. Lempeng kuku (nail plate) : merupakan bagian tengah kuku yang
dikelilingi dinding kuku.
7. Lunula : merupakan bagian lempeng kuku berwarna putih dekat akar kuku
berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit.
8. Eponikium : merupakan dinding kuku bagian proksimal, kulit arinya
menutupi bagian permukaan lempeng kuku.
9. Hiponikium : merupakan dasar kuku, kulit ari di bawah kuku yang bebas
(free edge) menebal.
10.Kutikula ialah stratum komeum yang terbentuk dari lipatan kuku proksimal,
yang lengket dengan lempeng kuku (nail plate).
Jari-jari tangan mendapat vaskularisasi pembuluh darah yang berjalan paralel
dan pembuluh darah tersebut beranastomosis pada ruangan pulpa di bawah
falangs terminal membentuk lengkungan di sekitar tulang dan
mevaskularisasi jaringan lipatan kuku, di bantalan kuku juga terdapat glomus
yang merupakan struktur vaskuler khusus yang bekerja sebagai arterivenosa
untuk mengatur aliran darah pada cuaca dingin.7
DEFINISIClubbing finger atau jari tabuh adalah perubahan dari bentuk kuku yang tidak
hanya terjadi pada kuku tetapi juga mengenai falang terminal. Clubbing
disebabkan meningkatnya kelenturan lempeng kuku proksimal akibat
hipertrofi dan hiperplasi stroma fibrovaskular falang distal. Clubbing finger
memiliki sudut Lovibond melebihi 180o (normal: 160o).3
47
EPIDEMIOLOGIFrekuensi terjadinya clubbing finger tidak diketahui secara pasti. Sebuah
studi pada tahun 2008, menemukan kejadian clubbing finger sebanyak 1%
dari seluruh pasien yang datang ke bagian Interna. Dimana 40% nya memiliki
penyakit mendasar dan penyebab yang bermacam-macam. 60% nya tidak
memiliki masalah medis dan diikuti sampai satu tahun kemudian.4
Dalam beberapa studi dikatakan bahwa 75-80% clubbing finger berhubungan
dengan penyakit-penyakit paru, 10-15% penyakit jantung, 5-15% penyakit
hati dan gastrointestinal dan 5-15% penyakit lainnya.4
KLASSIFIKASIClubbing finger dapat diturunkan secara herediter, tetapi lebih sering didapat
dan dihubungkan dengan infeksi, neoplastik dan gangguan pembuluh darah.
Pembagian clubbing finger:2
a. Primary clubbing
Primary clubbing ini dibagi atas 2 tipe:
1. Herediter atau Familial clubbing/keturunan
Pada clubbing finger oleh karena herediter/keturunan, terdapat riwayat
keluarga yang memiliki clubbing dan clubbing ini akan berkembang
sejak masa kanak-kanak tanpa disertai adanya keluhan, dan ini
berlangsung seumur hidup. Diperkirakan oleh karena gen autosom
dominan yang diwariskan.14
2. Secondary clubbing
Termasuk hypertrophic osteoarthropathy, yang mana keadaan ini
merupakan stadium lanjut dari clubbing finger. Pada hypertrophic
osteoarthropathy ada rasa nyeri pada proliferasi periosteal sepanjang
tulang seperti pada radius, ulna, ataupun pada tibia. Pasien dengan
hypertrophic osteoarthropathy akan mengeluh jarinya terasa berat,
nyeri terasa terbakar terutama pada malam hari.14,15
48
b. Acquired Clubbing (secondary clubbing)
Clubbing finger yang didapat ini lebih sering bersifat reversibel (dapat
sembuh) jika penyakit yang mendasarinya terobati. Penyakit yang dapat
mendasarinya antara lain:14
- Penyakit paru : kanker paru, kistik fibrosis, sarkoidosis, empiema,
metastasis paru
- Penyakit jantung : penyakit jantung kongenital, bakterial endokarditis
dan berbagai penyebab right to left shunt.
- Penyakit sistem pencernaan : kolitis ulseratif, penyakit chron, sirrosis,
akalasia, ulkus peptik
- Malignansi : kanker tiroid, kanker timus, penyakit hodgkin
- Keadaan yang jarang seperti : akromegali, kehamilan, perokok.
o Pada keadaan ini kebanyakan disebabkan terjadinya produksi
dari platelet derived growth factor yang memicu proliferasi sel
mesenkim, otot polos, polimorfonuklear dan monosit.9
ETIOLOGIClubbing finger ada yang simetris dan asismetris. Unilateral clubbing
termasuk dalam asymmetrical clubbing. Berikut penyakit-penyakit yang dapat
penyebabkan clubbing finger.2
GRADE/TAHAPAN PROSES TERJADINYA CLUBBING FINGERAda beberapa tahapan pada proses terjadinya clubbing finger. Tahapan
tersebut antara lain:9
Grade I : Adanya fluktuasi dan melembutnya dasar kuku (nail bed)
Grade II : Hilangnya kecondongan 15 antara kuku dan kutikula.
Grade III : Pembengkakan pada jaringan subkutan pada dasar kuku
Grade IV : pembengkakan jari semakin berkembang sehingga tampak
seperti drum atau sering disebut dengan “drumstick
appearence”.
49
Grade V : kuku dan kulit berkembang sehinga menimbulkan aspek
mengkilap atau glossy pada jari.
PATOGENESISMekanisme terjadinya clubbing finger masih belum diketahui secara pasti.
Ada beberapa hipotesis bagaimana terjadunya clubbing finger, antara lain:
1. Teori hipoksia
Hipotesis yang popular berkaitan dengan hipoksia, tetapi teori ini tidak
dapat menerangkan mengapa gejala tersebut timbul pada banyak
keadaan ketika hipoksia tidak dijumpai atau pada keadaan hipoksia tetapi
tanpa disertai clubbing finger.2
2. Teori growth hormone
Peningkatan growth hormone menyebabkan terjadinya vasodilatasi.
Pasien karsinoma bronkus dengan clubbing, memiliki hormone
pertumbuhan di plasma yang lebih banyak daripada pasien dengan
karsinoma bronkus tanpa clubbing dan subjek kontrol adalah pasien tanpa
clubbing finger. Ini yang mendorong dilakukannya penelitian hormon
pertumbuhan dikaitkan dengan clubbing finger.16 Namun studi berikutnya
tidak terdapat hubungan antara clubbing finger dengan serum hormon
pertumbuhan pada pasien-pasien kanker paru.17
3. Teori Shunt/pirau
Feritin, bradikinin, prostaglandin, adenin nucleotides dan 5-
hydroxytryptamine diinaktifkan oleh paru normal tetapi karena terdapat
pirau maka faktor tersebut masih dalam bentuk aktif pada sirkulasi
sistemik sehingga menstimulasi pembentukan clubbing finger.18
4. Teori Megakariosit
Sejauh ini, hipotesis yang paling memungkinkan adalah dari Dickinson
dan Martin, dimana proposal penelitian mereka tentang fisiologi dari
produksi platelet, yang mana menunjukkan bahwa megakariosit
normalnya terfragmentasi ke dalam platelet-platelet di paru. Sehingga
50
diperkirakan bahwa proses yang mengganggu sirkulasi paru seperti
radang paru kronis,
tumor bronkus, memungkinkan seluruh megakariosit masuk ke sirkulasi
sistemik. Karena ukuran megakariosit yang besar berdampak pada
sirkulasi jari jemari, megakariosit dan fragmen megakariosit diaktifkan
untuk melepaskan PDGF (platelet derived growth factor). PDGF
mendorong pertumbuhan, permiabilitas vascular dan kemotaksis monosit
dan neutrofil dan meningkatkan jumlah pembuluh darah dari otot polos
dan fibroblast, semuanya terlihat pada patologi dari clubbing finger.
Mengenai berbagai proses penyakit yang berhubungan dengan clubbing
finger, Dickinson dan martin menunjukkan bahwa inflamasi dari penyakit
usus sering dikaitkan dengan trombocytemia dan penyakit hati yang mana
dapat disertai dengan malformasi arteri paru.2,13
5. Teori tumor necrosis factor alpha (TNF α)
Pembentukan angiogenesis menyebabkan peningkatan vaskulariti pada
jari. Meningkat pada penyakit infeksi kronik dan pasien tanpa infeksi,
mengesankan sitokin ini berhubungan dengan pembentukan clubbing
finger.2,13
6. Teori neurogenik
Sebelumnya telah diajukan teori yang berkaitan dengan neurogenik dan
humoral tetapi tidak lagi dipertimbangkan sebagai penjelasan terjadinya
clubbing finger. Satu kelompok mengatakan bahwa adanya refleks dari
sirkulasi saraf, didasari pada pasien yang mengidap aneurisma arteri dan
clubbing finger pada ulna. Meskipun mereka beranggapan bahwa
clubbing finger disebabkan oleh karena adanya pembentukan serat-serat
kolinergik dan nervus vagus, anggota refleks eferen dan aferen, tetapi ini
belum ada tindak lanjutnya. Impuls aferen melalui nervus vagus yang
berasal dari paru atau pleura menuju susunan saraf pusat dan
mengakibatkan atau menginisiasi terjadinya vasodilatasi.2,13
51
DIAGNOSISA. KlinisDalam mendiagnosa clubbing finger tidak sulit. Banyak teknik yang dapat
dilakukan untuk diagnosis clubbing finger ini, antara lain:20
• Sudut Lovibond/profile sign atau Lovibond's angle
Lovibond merupakan orang pertama yang menawarkan kriteria untuk
diagnosis clubbing finger. Lovibond mendefinisikan profil dari ibu jari, dikenal
dengan sebutan sudut Lovibond, sudut yang dibuat oleh kuku kearah
proksimal dari lipatan kuku. Dia melaporkan bahwa sudut tersebut lebih besar
dari 180 derajat dapat digunakan untuk membedakan antara clubbing
finger dengan kondisi lain seperti kuku melengkung dan paronychia,
dipertahankan mendekati 160 derajat.16,20
Gambar 2. Sudut Lovibond (garis merah)21
Sudut Lovibond dibentuk dari lipatan kuku proksimal dan nail plate yang
normalnya kurang dari 160o. Pada clubbing finger terjadi perubahan sudut
menjadi lebih besar 180o dan bila sudut diantara 160o-180o maka hal ini
disebut pseudoclubbing yang merupakan proses awal terbentuknya clubbing
finger.
52
• Modified profile angle
Gambar 3. Modified profile angle16
Curt dan kawan-kawan menemukan adanya perubahan profil dari sudut jari
pada familial clubbing. Adanya peningkatan sudut antara permukaan
belakang dari phalang tengah dan dari phalang terminal, dari 160o dari subjek
kontrol menjadi 145o pada pasien-pasien yang memiliki clubbing finger.16,20
Phalangeal Depth Ratio.
Perbandingan kedalaman falang distal dibandingkan dengan interfalang
(DPD:IPD). DPD (Distal Phalangel Depth), IPD (Inter Phalangeal Depth).16
Gambar 4. DPD (Distal Phalangel Depth), IPD (Inter Phalangeal Depth).
DPD:IPD > 1,1 disebut clubbing finger.20
Cara ini diungkapkan oleh Rice dan Rowlan, merupakan orang pertama yang
mengukur rasio antara phalang distal dengan kedalaman interfalang dari jari
tengah; mereka menentukan bahwa nilai yang lebih besar dari 1,1 dapat
digunakan untuk menandakan adanya clubbing finger. Pengukuran
53
menggunakan jangka lengkung (calliper) dengan tidak menekan jari tetapi
hanya sedikit menyentuh kulit agar tidak terjadi pengurangan nilai.16,20
• Tes Schamroth
Gambar 5. Test Schamroth: Normal (A) dan clubbing finger (B).16
Dari pengalaman pribadi dengan infeksi endokarditis, Schamroth mengamati
jendela yang berbentuk berlian atau sering dikenal dengan istilah “diamond-
shaped”, diperiksa dengan menggunakan cara dimana kedua punggung jari
didekatkan satu sama lain. Pemeriksaan ini dikenal dengan nama
“Schamroth’s test”. Pada clubbing finger tidak tampak adanya diamond
shaped. (gambar 5b).Tes ini dipopulerkan oleh dr. Leo Schamroth, Afrika
Selatan.2,13,16
• Hyponichial angle
Regan dkk melakukan diagnosis clubbing berdasarkan sudut
hyponychial, yakni 209,4 derajat, dikorelasikan dengan penentuan subjektif
clubbing finger oleh dokter pada 50 pekerja asbes. Mereka mendefinisikan
sudut hyponychial sebagai sudut yang dibuat oleh persimpangan dari garis
yang ditarik dari lipatan distal jari (atau permukaan belakang dari pertemuan
interfalangealis distal) ke kutikula, garis ditarik dari kutikula ke
hyponychium.16,22,23
54
Gambar 6. Sudut hyponychial (jalur hijau) . Normal (A) dan clubbing finger
(B).16
• Digital index
Gambar 7. Penentuan digital index. NB = lingkaran dari nail bed. DIP =
lingkran pada interfalangeal distal.20
Vázquez dkk pada penelitiannya, menjelaskan sebuah metode sederhana
dalam mendiagnosis clubbing finger. Mereka mengukur 2 lingkar di masing-
masing dari 10 jari di kuku (NB) dan pada sendi interphalangeal distal (DIP),
jumlah dari 10 rasio NB: DIP dinamakan Digital Index.20
Dengan menggunakan pengukuran digital indeks, mereka meneliti 22 pasien
dengan finger clubbing yang berhubungan dengan penyakit jantung bawaan
sianotik dan 66 kontrol sehat.13,20
B. PencitraanClubbing finger merupakan proses patologis suatu penyakit, tidak ada
pemeriksaan laboratorium yang signifikan yang menunjukkan suatu clubbing
finger. Secara radiologis akan terjadi kerusakan minimal pada jari tapi ada
DIPNB
55
juga yang tidak mengalami perubahan karena hal ini tergantung penyakit
yang mendasarinya. Kelainan radiografi dapat dijumpai pada HOA tetapi
tidak ditemukan pada jari tabuh tanpa disertai HOA
X - ray ekstremitas distal
Pada early clubbing akan terlihat normal kecuali peningkatan jaringan lunak.
Pada stage yang lanjut, ada tahap selanjutnya, mungkin ada berjumbai dari
tepi falang distal, diikuti secara bertahap resorpsi tulang (Acro-osteolysis).13
X-ray dari pasien dengan osteoarthropathy hipertrofik dapat menunjukkan
proliferasi simetris, periosteal tidak teratur, kalsifikasi dan pembentukan
tulang baru (periostitis) atas lengan distal dan kaki, atau Acro-osteolysis
falang distal jari dan jari kaki.2,13
Angiografi
Menunjukkan adanya hipervaskularisasi, peningkatan jumlah dan ukuran
pembuluh darah bagian distal. Ada berbagai laporan angiografi dari clubbing
finger. Kebanyakan laporan arteriography dari pasien clubbing finger
menunjukkan adanya hipervaskularisasi, merupakan manifestasi dari
peningkatan ukuran arteri distal atau
arteriovenous communications, tapi ada satu kelompok yang ditemukan
bahwa tidak ada perbedaan angiograms postmortem antara pasien dengan
dan tanpa clubbing finger. Sebuah laporan dari magnetic resonance
angiography clubbing finger menunjukkan hipervaskularisasi.2,13
Thermografi
Dengan melihat adanya peningkatan temperatur pada ujung jari yang mana
ini akan menggambarkan peningkatan aliran darah pada clubbing finger dan
vasodilatasi yang terjadi pada clubbing finger. Namun tidak semua pasien
yang memiliki clubbing finger memberi hasil positif pada pemeriksaan
ini.2,13,24
56
• Radioaktif isotope scan
Memperlihatkan peningkatan aliran darah pada kapiler jari. Dengan
technetium Tc 99 dapat melihat perubahan tulang pada clubbing finger,
dimana akan terlihatnya penyerapan radionukleotida yang banyak pada
clubbing finger dibanding jari normal.13
Positron emmision tomographi (PET)
Digunakan untuk mengukur metabolisme glukosa dengan menggunakan
fluorodeoxyglucose F18 (FDG). Peningkatan metabolisme glukosa pada
semua pasien kanker paru dengan clubbing finger dan perubahan tersebut
tidak ditemukan pada pasien kanker paru tanpa clubbing finger.13,25
C. PatologiSecara makroskopis, sel-sel dan kolagen dipisahkan jauh dibanding jaringan
normal. Pemisahan ini menyebabkan kepadatan matriks kuku berkurang.
Dijumpai juga fibroblas dengan inti yang besar dan retikula yang panjang.
Terjadi peningkatan limfosit dan eosinofil dan penebalan periosteum dengan
penetrasi pembuluh darah sekitar. Kolagen yang menebaldan padat serta
memiliki pembuluh darah dan jaringan ikat yang tebal juga ditemukan pada
clubbing finger yang kronik dan hal ini merupakan tahap yang irreversibel.2,13
Kebanyakan laporan patologi mikroskopis clubbing menyelidiki kulit yang
terkena pada pasien dengan HOA primer. Salah satu laporan kasus pasien
HOA primer dengan clubbing finger termasuk sampling perbatasan
periungual dan kulit ujung jari selama reduksi pembedahan dari falang distal
sebagai pengobatan nyeri tangan.13
Mikroskop cahaya dari ujung jari kulit menunjukkan hiperplasia endotel yang
menyebar dengan oklusi parsial dari lumen kapiler, pericapillary
lymphohistiocytic infiltrate, hyalinosis, sclerosis dengan penebalan dan
penumpukan serat kolagen, sebaceous dan eccrine hypertrophy.2,13,16
57
Elektron mikroskop kulit ujung jari menunjukkan ektasis dan hipertrofik
kapiler, endothel diaktifkan, menebal, reduplikasi membran basal kapiler, dan
perivaskuler infiltrate. 16
Studi tentang Capillaroscopy menunjukkan bahwa clubbing finger memiliki
lebih terentang dan arborized loop kapiler dan pleksus kapiler formation yang
lebih besar.13
Meskipun temuan ini positif, studi terbesar clubbing secara histologi sampai
saat ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara tampilan mikroskopis dari
jaringan falang clubbing finger dibandingkan dengan yang tanpa clubbing.
Mengingat temuan ini tidak konsisten, patologi clubbing tetap kontroversi.13,16
DIFFERENSIAL DIAGNOSISBanyak penyakit yang berhubungan dengan clubbing finger. Clubbing finger
harus dapat dibedakan dengan hypertropic osteoarthropathy dan
pachydermoperiostosis.13,24
a. Clubbing finger
Pada clubbing finger biasanya tidak menimbulkan nyeri, berbeda dari
hypertropic osteoarthropathy dan Pachydermoperiostosis. Clubbing finger
terkait dengan beberapa penyakit yang mendasarinya, walaupun ada
yang memang faktor keturunan.24
b. Hypertropic osteoarthropathy
Pada Hypertropic osteoarthropathy menimbulkan nyeri, merupakan
tahapan lanjut dari clubbing. ditandai dengan clubbing, periostitis pada
tulang tubular dan efusi sinovial terutama di sendi-sendi besar.26
c. Pachydermoperiostosis
Pachydermoperiostosis adalah bentuk idiopatik primer dari hyperthropiyc
osteoarthropathy, ini ditandai dengan adanya clubbing finger pada tangan
dan kaki, adanya pembesaran ekstremitas sekunder periarticular dan
proliferasi tulang dan nyeri pada sendi. Ini mungkin terkait dengan gejala
tambahan seperti penebalan kulit wajah dan kulit kepala, wajah kasar,
58
gambaran seborrhea dan hyperhydrosis. Meskipun mirip dengan
osteoarthropathy pulmonaryhypertrophic, di pachydermoperiostosis tidak
ada faktor penyebab seperti gangguan paru, jantung atau hati yang telah
dilaporkan sebelumnya.13,15
CLUBBING FINGER PADA PENYAKIT PARU- Hypersensitivity pneumonitis (HP)
Merupakan penyakit paru interstitial karena kompleks imun dimana
fibrosis interstisial.11
- Pigeon Breeder’s Disease (PBD)
Terdapat 44 penderita memiliki yang memiliki clubbing finger perburukan
16 penyakit dibandingkan dengan 5 dari 38 penderita tanpa clubbing
finger yang mengalami perburukan. Terdapat hubungan yang bermakna
antara jari tabuh dengan progresifiti penyakit PBD.11
- Interstisial Pulmonary Fibrosis (IPF)
Adanya proliferasi otot polos yang menyebabkan terbentuknya fibrosis
paru. Dan terdapatnya hubungan bermakna dari clubbing finger dengan
derajat proliferasi otot polos tingkat tinggi.2,13
- Tuberculosis (TB)
Prevalens clubbing finger pada penderita TB paru dengan sputum BTA
positif sebesar 30%. Tidak ada hubungan antara infeksi HIV dengan
clubbing finger pada TB paru. Dan juga tidak ditemukan hubungan
clubbing finger dengan gejala TB, luasnya kelainan paru dan kaviti.
Clubbing finger lebih sering ditemukan pada penderita dengan riwayat
pengobatan OAT. Tidak ditemukan hubungan antara clubbing finger
dengan kadar albumin yang rendah.27
- Kanker paru
Tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik pada kanker paru
jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) dan kanker paru jenis karsinoma bukan
sel kecil (KPKBSK). Insiden clubbing finger lebih besar pada laki-laki
59
(18,6%) dibandingkan perempuan (4,4%), hal ini berbeda bermakna
secara statistik.9
Clubbing finger berkaitan dengan penyakit Jantung:8
o Penyakit yang berhubungan dengan hipoksia
o Congenital cyanotic heart disease
o Subacute bacterial endocarditis
o Atrial myxoma (benign tumor)
Gastrointestinal and hepatobiliary: 8
o Malabsorbsi
o Penyakit Chrohn and kolitis ulseratif
o Sirosis, terutama pada billiary sirosis
o Hepatopulmonary syndrome, komplikasi dari sirosis
Penyakit lain: 8
o Hypertiroid (thyroid acropachy)
o Familial and racial clubbing and "pseudoclubbing"
o Vascular anomalies seperti axillary artery aneurysm (in unilateral clubbing)
o Timoma
o Thalassemia
PENATALAKSANAAN DAN PROGNOSISTidak ada penatalaksanaan yang signifikan untuk kasus clubbing
finger. Pengobatan penyakita yang mendasari dapat meminimalkan clubbing
finger bahkan sembuh sempurna bila proses clubbing finger masih minimal.
Apabila sudah terjadi perubahan yang kronik pada jaringan, termasuk
meningkatnya kolagen maka proses penyembuhan sulit terjadi. Dalam hal ini
pengobatan hanya simptomatis saja. Pembedahan juga bukan merupakan
60
prosedur yang spesifik, namun pada tumor paru yang dibedah dapat
memperbaiki clubbing fingernya.2,13,16
Prognosis dari clubbing finger tergantung penyakit yang mendasarinya. Jika
penyakit dasar dapat diidentifikasi dan diobati, maka clubbing finger dapat
sembuh dengan sempurna.2,16
KESIMPULANClubbing finger atau jari tabuh adalah perubahan dari bentuk kuku
yang tidak hanya terjadi pada kuku tetapi juga mengenai falang terminal.
Clubbing disebabkan meningkatnya kelenturan lempeng kuku proksimal
akibat hipertrofi dan hiperplasi stroma fibrovaskular falang distal. Mekanisme
terjadinya clubbing finger masih belum diketahui secara pasti. Test
Schamroth dapat digunakan untuk menentukan apakah ditemukannya
clubbing finger atau tidak. Clubbing finger dapat diobati dengan mengobati
penyakit yang mendasarinya. Oleh karena clubbing finger bukanlah suatu
diagnosis penyakit, namun merupakan tanda dari suatu penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Taichman Darren B, Fishman Alfred P. Approach to the Patient withRespiratory Symptoms. In: Fishman’s Pulmonary Diseases and Disorders.4th Ed, Vol 1&2. New York: McGraw Hill Medical; 2008. p. 416.
2. Schwartz Robert A, Richards Gregory M, Goyal Supriya. Clubbing of TheNails. Available from: http://www.emedicine.com. Accessed on Jun 2010
3. Muniati Adiana, SP Untung, Hamzah Mochtar. Kelainan Lempeng Kuku.Cermin Dunia Kedokteran 1992; 76: 5-9.
4. Peerboy MS, Rajan KE, Deoskar RB, et al. Idiopathic Clubbing. Journal ofAssosiation of Physicians of India. Vol 54. June 2006. p. 506.
5. Raflizar, Paronikia: gambaran klinis dan penatalaksanaannya. CerminDunia Kedokteran 2001; 130: 25-27.
61
6. Nail anatomy. Lecture Note. Biological Powers. Available from:http://gebooki.com/search/nail+anatomy+diagram. Accessed on 10th
November 2010.
7. Widodo Grace, HDP Erdina, Kosasih A. Kelainan Dasar dan Lipat Kuku.Cermin Dunia Kedokteran 1992; 76: 10-14
8. Nail clubbing, available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Nail_clubbing”.Accessed on June 2010.
9. Sridhar KS, Lobo CF, Altman RD. Digital Clubbing and Lung Cancer.Chest 1998; 114: 1535-7
10.Pitts Tucker TJ, Miller MG, Littlewood JM. Finger clubbing in cysticfibrosis. Archieves of Disease in Childhood 1986; 61: 576-579
11.Sansores R, Salas J, Chapela R, Barquin N, Selman M. Clubbing inhypersensitivity pneumonitis: its prevalence and possible prognostic role.Arch Intern Med 1990;150: 1849-51.
62
Lampiran 8. Contoh Lembar Penilaian karya ilmiah
KEGIATAN BAGIAN
FORMAT Sari PustakaJournal ReadingLaporan Kasus Harian / Kasus sulit /DeathCaseLaporan KasusTextbook readingJurnal Apraissal
Hari/Tgl. :Presenter :
Judul :
Pembimbing :
Narasumber:
:No. Kriteria Penilaian Nilai Panduan Penilaian1. Penyusunan Karya
Ilmiah (dari naskahsampai bentuk akhir)
A = 80-100B+ = 75-79B = 70-74F = FailedNilai Batas Lulus (NBL) =70
2. Cara Membawakan/Presentasi
3. Cara MenjawabRata-rata nilai(Total nilai dibagi 3)
Berdasarkan penilaian tersebut,PPDS dinyatakan:Lulus / Lulus dengan perbaikan/ Tidak Lulus *Usulan perbaikan (jika ada)1.________________________________________2.________________________________________
Medan,Penilai I/ II/ III *(________________________)* Coret yang tidak perlu
63
Lampiran 9. Contoh ejaan yang sering ditulis salah
Salah Benar
Absces abses
Absorbsi absorpsi
Addiksi adiksi
Aetiologi etiologi
Affek afek
Agglutinasi aglutinasi
Albuminura albuminuria
Algoritme algoritma
Allergi ` alergi
Alternativ alternative
Analisa analisis
Anamnese, anamnesa anamnesis
Anoreksi anoreksia
Antar bangsa antarbangsa
Anti biotik antibiotik
Anemi anemia
Apnu, apnea apne
Asistole asistolik
64
Azas, azaz asas
Baro trauma barotrauma
Benign benigna
Berrevolusi berevolusi
Beri-beri beriberi
Bilirubinemi bilirubinemia
Biopsy biopsy
Bronkhodilator bronkodilator
Cahexia kaheksia
Caekum sekum
Calori kalori
Carbondioxide carbon dioxide
Carsinoma karsinoma
CD 4 CD4
Cendrung cenderung
Chemo therapy chemotherapy
Cirrosis sirosis
Cepalik sefalik
Cikalbakal cikal bakal
Cyanose cyanosis
65
Diagnosa, diagnose diagnosis
Diastol diastolik
Diatas, dibawah di atasi, di bawahi
Di atasi diatasi
Di terapi diterapi
Dysmorfik dismorfik
Efektiv efektif
Efektifitas efektivitas
Elektric elektirk
Exsantem eksantem
Extrapolasi ekstrapolasi
Extra ordinary extraordinary
Extremitas ekstremitas
fakctorVIII factor VIII
fluroskopi floroskopi
gamma globulin gammaglobulin
gardner syndrome gardnersyndrome
haemoglobin hemoglobin
hisap isap
hook worm hookworm
66
hyperpireksi hiperpireksi
hutang utang
ig A IgA
IL2 IL-2
Immun imun
Intra ocular intraocular
Jadual jadwal
Kedepan, kebelakang ke depan, ke belakang
Ksifoid xifoid
Kwalitas, kwantitas kualitas, kuantitas
Leukemia, lekemia, leukemia leukemia
Macro cephaly marcocephaly
Mal praktek malparktik
Mediko legal medikolegal
Mikro vaskuler mikrovaskuler
Normo blast normoblast
Non invasive nonivasive
Orang tua ornagtua (parents)
Orangtua orang tua (old man)
Oxigen oksigen
67
Pace maker pacemaker
Para medis paramedis
Parese, paralise paresis, paralisis
Paska sarjana pacasarjana
Penata laksanaan penatalaksanaan
Plera pleura
Poly dipsia polydipsia
Pra pubertas prapubertas
Prognose, prognosa prognosis
Proteinuri proteinuria
Pseudo plegia pseudoplegia
Q wave Q wave
Qinghosu qinghaosu
Radio aktif radioaktif
Resiko risiko
Ronkhi, ronchi ronki
Semi lunar valve semilunar valve
Sensitiv sensitif
Sensitifitas sensitiveitas
Sex linked sex-linked
68
Sub maxillary Gland submaxillary gland
Standard standar
Standarisasi standardisasi
Supra infeksi suprainfeksi
Supra renal suprarenal
Tatalaksana tata laksana
Transport transpor
Trombositopeni trombositopenia
Ultra filtrasi ultrafiltrasi
Uni lateral unilateral
Urinalisa urinalisis
Vaskuler vaskuler
Vaso aktiv vasoaktif
Vitamin K vitamin k
Vulvo vaginitis vulvovaginitis
Wilm’s tumor wilms’ tumor
X rays X- rays
Zinc-oxide zinc oxide
85
Lampiran 26. Contoh Daftar Pustaka
1. Mangunnegoro H. Menyongsong era kanker paru di Indonesia. Dalam
Yunus F, Yusuf A. Ed Kanker paru diagnosis dan terapi. Bagian
Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 1990,
hal: 1-8.
2. Alsagaff H. Mukty H.A. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Airlangga
University Pres, Surabaya, 1995. Hal: 181-208.
3. Josen K, Siegel R, Kamp D. Incidence and Epidemiology. In Weitberg AB.
Cancer of the Lung From Melecular Biology to Treatment Guidelines.
New Jersey. Humana Press; 2002:3-26
4. Deaen W. Tumor Paru Di Daerah Toraks. In: Tiehua R, Yixin Z, Zongyuan
Z, Jingqing L, Yilong W, Zhuming G. Buku Ajar Ankologi Klinis. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI; 2008: 337-50
5. Bremnes RM, Sundstrom S, Aesebo U, Kaasa S, Hatlevoll R, Aamdal S;
Norweigian Lung Cancer Study Group. The value of prognostic factors in
small cell lung cancer: result from a randomized multicenter study with
minimum 5 year follow-up. Lung Cancer 2003 : 39: 303-13
6. Germ cell neoplasm, mediastinal. Available from :URL:
http://www.amershamhealth.com/Accessed on August 21th, 2004.
ii
Lampiran 16 Contoh Usulan Penelitian Untuk Tesis
dan Tesis Lux ..................................................... 75
Lampiran 17 Contoh Lembar Pernyataan .............................. 76
Lampiran 18 Contoh Lembar Panitia Penguji .............................. 77
Lampiran 19 Contoh Abstrak ..................................................... 78
Lampiran 20 Contoh Kata Pengantar .......................................... 79
Lampiran 21 Contoh Daftar Riwayat Hidup .............................. 80
Lampiran 22 Contoh Daftar Isi ..................................................... 81
Lampiran 23 Contoh Daftar Singkatan .......................................... 82
Lampiran 24 Contoh Daftar Tabel .......................................... 83
Lampiran 25 Contoh Daftar Gambar .......................................... 84
Lampiran 26 Contoh Daftar Pustaka .......................................... 85
Lampiran 27 Contoh Penulisan Jurnal Tesis Penelitian ……. 87
Lampiran 28 Contoh Penulisan Tulang Belakang Tesis Lux …… 95