885
HIMPUNAN PERATURAN KEUANGAN INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN LUAR NEGERI JAKARTA 2007 BUKU 1

Buku 1 keuangan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Buku 1 keuangan

i

HIMPUNAN PERATURANKEUANGAN

INSPEKTORAT JENDERALDEPARTEMEN LUAR NEGERI

JAKARTA2007

BUKU 1

Page 2: Buku 1 keuangan

ii

Page 3: Buku 1 keuangan

iiiKATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Sesuai Peraturan Menteri Luar Negeri Republik IndonesiaNomor 02/A/OT/VIII/2005/01 tentang Organisasi dan Tata KerjaDepartemen Luar Negeri, Inspektorat Jenderal melaksanakan tugaspengawasan dilingkungan Deplu.

Dengan semangat benah diri, dapat diaktualisasikanPenyusunan Himpunan Peraturan Keuangan dan Non Keuangan,dimaksudkan sebagai dasar rujukan/pedoman untuk melaksanakantugas tersebut.

Semoga bermanfaat, tingkatkan profesionalisme kerjapengawasan yang berkualitas, konsisten dan dapatdipertanggungjawabkan.

Jakarta, 30 April 2007

INSPEKTUR JENDERAL

DIENNE H. MOEHARIO

Page 4: Buku 1 keuangan

iv KATA PENGANTAR

Page 5: Buku 1 keuangan

v

HAL

Kata Pengantar ............................................................. iii

Daftar Isi ..................................................................... v

I. ADMINISTRASI KEUANGAN

1. UU RI No. 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara ................................................................ 3

2. UU RI No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendahara-an Negara ........................................................... 22

3. PP No. 5 Tahun 1996 Tentang :- Hak Keuangan/Administrasi Dubes LBBP dan

Mantan Dubes LBBP serta Janda/Dudanya- Ketentuan Pelaksanaan Pemberian Pensiun

Kepada Mantan Dubes LBBP Serta Janda/Dudanya ........................................................ 60

4. PP No. 61 Tahun 2000 tentang PeraturanPemerintah Nomor 5 Tahun 1996 Tentang HakKeuangan/Administrasi Duta Besar Luar Biasa danBerkuasa Penuh dan Mantan Duta Besar LuarBiasa dan Berkuasa Penuh serta Janda/DudanyaPresiden Republik Indonesia .................................. 102

5. PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar AkuntansiPemerintah .......................................................... 105

6. PP No. 8 Tahun 2006 tentang PelaporanKeuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah ............ 112

DAFTAR ISIBIDANG PERLENGKAPAN UMUM

DAFTAR ISI

Page 6: Buku 1 keuangan

vi DAFTAR ISI

7. PP No. 60 Tahun 2006 tentang Tunjangan JabatanFungsional ........................................................... 143

8. KEPPRES No. 42 Tahun 2002 tentang PelaksanaanAPBN .................................................................. 148

9. KEPPRES RI No. 72 Tahun 2004 TentangPerubahan Atas Keputusan Presiden No. 42 Tahun2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan APBN ........... 185

10. PERPRES No. 3 Tahun 2006 tentang TunjanganJabatan Struktural ................................................ 192

11. SK MENKEU No. Kep. 330/M/V/9/68 tanggal26 September 1968 tentang PedomanPenatausahaan Kas Milik Negara, CaraPengawasan dan Pemeriksaannya......................... 196

12. SK MENKEU No. Kep. 332/M/V/9/1968 tanggal26 September 1968 tentang BKU dan CaraMengerjakannya .................................................. 201

13. KEPMENKEU No. 217/KMK.03/1990 tanggal22 Februari 1990 tentang Mekanisme PembayaranDalam Pelaksanaan APBN ..................................... 206

14. KEPMENKEU No. 531/KM.03/2000 tentangPerubahan Atas Keputusan Menteri KeuanganNo. 217/KMK.03/1990 ......................................... 212

15. KEPMENKEU No. 295/KMK.012/2001 tanggal15 Mei 2001 tentang Tata Cara PelaksanaanPembukuan dan Pelaporan Keuangan PadaDepartemen/Lembaga ......................................... 217

16. PERMENKEU No. 571/PMK.06/2004 tentangPetunjuk Teknis Penyelesaian Daftar Isian Pelaksa-naan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2005 ....... 219

17. PERMENKEU No. 606/PMK.06/2004 tentangPedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan Angga-ran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2005 ... 222

Page 7: Buku 1 keuangan

viiDAFTAR ISI

18. PERMENKEU RI No. 54/PMK.06/2005 tanggal05 Juli 2005 tentang Petunjuk Teknis Penyusunandan Penelaahan Rencana Kerja dan AnggaranKementerian Negara/Lembaga Tahun 2006 ........... 234

19. PERMENKEU RI No. 59/PMK.06/2005 tanggal20 Juli 2005 tentang Sistem Akuntansi danPelaporan Keuangan Pemerintah Pusat ................. 239

20. PERMENKEU RI No. 96/PMK.02/2006 tentangStandar Biaya Tahun Anggaran 2007 ..................... 314

21. PERMENKEU RI No. 55/PMK.02/2006 tentangPetunjuk Penyusunan dan Penelaahan RencanaKinerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga 2007 ..................................................... 327

22. SE Ditjen Pengawasan Keuangan NegaraNo. S 541/PK/1980 tanggal 24 Juli 1980 tentangPersetujuan Penghapusan Terhadap Uang danBarang Dari Perhitungan Bendaharawan ................ 332

23. Kep. DJA Depkeu No. Kep-29/A/62/0895 tanggal21 Agustus 1995 tentang Petunjuk Lebih LanjutMekanisme Pembayaran Dalam Pelaksanaan APBNPada Perwakilan RI di Luar Negeri .......................... 334

24. SE Bersama DJA dan Sekjen Deplu No. SE-145/A/61/1295 dan No. 2233/SE/XII/95/02 tanggal12 Desember 1995 tentang Juklak SistemPertanggungjawaban UYHD Pada Perwakilan RIdi Luar Negeri ...................................................... 337

25. Surat DJA No. S-3150/A/242/1991 tanggal03 September 1991 tentang PenyusunanAnggaran Belanja Rutin Atase Teknis PadaPerwakilan RI di Luar Negeri .................................. 341

26. Surat DJA S-2927/AP/2006 Tentang DataPendukung Berupa Hasil Audit Itjen UntukPencairan Dana Cadangan .................................... 346

Page 8: Buku 1 keuangan

viii DAFTAR ISI

27. Peraturan Dirjen Perbendaharaan NomorPER-24/PB/2006 tanggal 31 Mei 2006 tentangPelaksanaan Penyusunan Laporan KeuanganKementerian Negara/Lembaga ............................. 347

28. Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. Per-66/PB/2005 tanggal Desember 2005 tentang MekanismePelaksanaan Pembayaran Atas Beban APBN ......... 356

29. DJPB No. Per-09/PB/2006 tentang Perubahan atasPeraturan DJPB No. Per-02/PB/2002 tentangPenetapan Sanksi oleh KPPN Atas KeterlambatanPenyampaian Laporan Keuangan Sesuai DenganPMK. 59/PMK.06/2005 tentang SAPP .................... 379

30. KEPMENLU No. SK.154/KU/IX/2001/02 tanggal14 September 2001 tentang Panduan PengajuanUsulan DIK-S Perwakilan RI di Luar Negeri sertaPembukuan dan PertanggungjawabanKeuangannya ...................................................... 363

31. SE MENLU No. 47808 VI-b tanggal 05 September1957 tentang Surat Pernyataan Home Staff TidakMeninggalkan Hutang Pada Pihak Ketiga ................ 395

32. SE Bersama Menhankam Pangab dan Menlu RINo. SE/09/VI/1982 dan No. 3330/82/02 tanggal26 Juni 1982 tentang Penyelenggaraan AdministrasiKeuangan Atase Pertahanan ................................ 396

33. SE Sekjen Deplu No. SE 084/OT/VI/2000/02tanggal 23 Juni 2000 tentang Pedoman AdministrasiKepegawaian dan Keuangan Bagi Pegawai NegeriYang Pensiun Pada Perwakilan RI di Luar Negeri ..... 402

34. SE Sekjen Deplu No. SE 100/KU/II/2000/02tanggal 03 Februari 2000 tentang Juknis LemburPegawai Setempat Pada Perwakilan RIdi luar Negeri ....................................................... 405

35. SE Sekjen Deplu No. 1130/KU/X/2001/02 tanggal29 Oktober 2001 tentang Pemberian Persekot

Page 9: Buku 1 keuangan

ixDAFTAR ISI

Kerja Yang Menggunakan Dana DIK PadaDeplu RI .............................................................. 411

36. Surat Edaran Sekjen No. 035/KU/I/2000/02tanggal 02 Februari 2000 tentang DanaKesejahteraan Bagi Pegawai DepluGol I, II dan III PPDN ......................................... 412

37. Kawat Sekjen Deplu No. 892607 tanggal 18 Juli1989 tentang Penyerahan Kunci Duplikat, KodeLemari Besi Bendaharawan ................................... 414

38. Kawat Karo Keuangan No. 995365 tanggal08/11/1999 tentang Pembelian/PengadaanBarang Perwakilan RI di Dalam Negeri ................... 415

39. Kawat Sekjen Deplu No. PL-3376/111202 tanggal11 Desember 2002 tentang Asuransi Properti danKendaraan Dinas ................................................. 416

40. Kawat Sekjen Deplu No. 005875 tentang BiayaKunjungan Presiden ............................................. 418

41. Kawat Act. Karo Keuangan No. PL. 2745/062092tanggal 20 Juni 1992 tentang PenyatuanM.A. Atnis Non Athan ke dalam DIK Deplu ............ 419

42. Kawat Karo Keuangan No. 925036 tanggal02 Nopember 1992 tentang Pembuatan BKUdengan Komputer di Perwakilan RI di Luar Negeri ... 420

43. Kawat Karo Keuangan No. 935036 tanggal15 Maret 1993 tentang Pembuatan BKU denganKomputer di Perwakilan RI di Luar Negeri ............... 421

44. Kawat Karo Keuangan No. 020702 tanggal21 Februari 2002 tentang Perhitungan PPhPasal 21 .............................................................. 423

45. Kawat Karo Keuangan Deplu No. 021205 tanggal27 Maret 2002 tentang PengirimanBank Statement Asli ............................................. 424

Page 10: Buku 1 keuangan

x DAFTAR ISI

46. Kawat Karo Keuangan Deplu No. 021424 tanggal16 April 2002 tentang Pengiriman Copy PayrollBelanja Pegawai ................................................... 425

47. Kawat Sekmen No. 020170 tanggal 14 Januari2002 tentang Larangan Mengeluarkan AnggaranJika TidakTersedia di Dalam Mata Anggarannya ..... 426

48. Kawat Sekjen No. 850607 tanggal 20 Pebruari1985 tentang Perwakilan Dilarang MemberikanPinjaman Pada Pihak Ketiga .................................. 427

49. Kawat Sekjen No. 030672 tanggal 31 Januari 2003tentang Pembukuan Pihak Ketiga Perwakilan RI ...... 428

50. Kawat Sekjen No. 056072 tanggal 16 Desember2005 tentang Pedoman Sementara PenyelesaianPihak III Perwakilan .............................................. 430

51. Kawat Sekjen No. 060812 tanggal 24 Februari2006 tentang Pembukuan Pengeluaran PihakKetiga Perwakilan ................................................. 434

52. Peraturan Direktur Jenderal PerbendaharaanNomor : PER-44/PB/2006 Tentang PedomanPelaksanaan Reviu Laporan Keuangan KementerianNegara/Lembaga ................................................. 435

53. Kawat Sekjen Deplu No. 0700452 tentangKeputusan Rapim Deplu Re Haks Administratif DanKeuangan Pegawai Yang Dimutasikan .................... 439

54. Kawat Sekjen Delu No. 990986 tanggal26 Februari 1999 Penyelesaian Pihak Ketiga ........... 440

55. Kawat Sekjen Deplu No. 0702307 tentangPencurian Cek, Pemalsuan Tanda Data TransaksiBank Statement ................................................... 441

56. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian NegaraNomor 18 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Page 11: Buku 1 keuangan

xiDAFTAR ISI

Permintaan, Pemberian, dan PenghentianTunjangan Umum Bagi Pegawai Negeri Sipil ............ 387

II. PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

57. UU RI No. 15 Tahun 2004 tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab KeuanganNegara ................................................................ 469

58. SK MENKEU No. Kep. 331/M/V/9/1968 tanggal26 September 1968 tentang Pedoman BagiPegawai Yang Diberi Tugas Melakukan PemeriksaanUmum Kas Pada Bendaharawan/ Pemegang Kas .. 494

59. KEPMENLU No. SK 013/KU/II/90/02 tanggal19 Februari 1990 tentang PelaksanaanPemeriksaan Kas dan Serah Terima PengelolaanKeuangan di Lingkungan Deplu dan Perwakilan RIdi Luar Negeri ...................................................... 499

60. SE Sekjen Deplu No. 120/KU/III/90/02 tanggal1 Maret 1990 tentang JUKLAK Pembuatan NaskahBAP Kas dan BAST Pengelolaan Keuangandi Lingkungan Deplu dan Perwakilan RIdi Luar Negeri ...................................................... 503

61. Kawat Sekjen Deplu No. 871322 tentang SerahTerima Bendaharawan Dalam Hal BerhalanganSakit atau Cuti dan Tanggungjawab Bendaharawan/Atasan Langsung Atas Kehilangan Uang/SuratBerharga Pada Perwakilan RI di Luar Negeri ........... 515

62. Kawat Sekjen Deplu No. 054484 tanggal 7 Oktober2005 tentang HOC Menandatangani SPJK AtaseTeknis Perwakilan ................................................. 517

63. Kawat Karo Keuangan Deplu No. 965711 tanggal11 Desember 1998 tentang PengirimanSPJ-Keuangan ...................................................... 518

Page 12: Buku 1 keuangan

xii DAFTAR ISI

64. Kawat Irjen No. 040005 tanggal 02 Januari 2004tentang Pengiriman SPJ UYHD KPKN dan SPJKRutin Bulanan Ke Itjen ......................................... 519

65. Kawat Karo Keuangan Deplu No. 060445 tanggal06 Februari 2006 tentang Pengiriman Berkas SPJKke Bagian-Bagian di Biro Keuangan Deplu .............. 520

III. TUNJANGAN LUAR NEGERI

66. SK Menkeu No. 91619/BSD/1956 tanggal 07 Mei1956 tentang Penyesuaian Indeks Uang PakaianSetinggi-tingginya Bagi Pejabat Yang MelakukanPerjalanan Pindah ke Luar Negeri .......................... 525

67. Surat Menkeu S-422/MK.02/2006 tanggal27 September 2006 tentang Perubahan AngkaDasar Tunjangan Luar Negeri ............................... 529

68. SK Menlu No. 032/OR/IV/90/01 tanggal05 April 1990 tentang Tunjangan Luar Negeri(TLN) Bagi Pegawai Yang Ditempatkan PadaPerwakilan RI ....................................................... 534

69. SK Menlu No. KU/SK.168/XII/94/01 tanggal20 Desember 1994 tentang PengaturanPembayaran Tunjangan Keluarga YangDitinggalkan/Dipulangkan di/ke Indonesia ............... 541

70. Kawat Sekjen Deplu No. 950825 tanggal27 Februari 1995 tentang JUKLAK TunjanganKeluarga Yang Ditinggalkan/Dipulangkandi/ke Indonesia .................................................... 544

71. Surat Sekjen Deplu No. RR-2694/Deplu/X/06tentang Perubahan Angka Dasar TunjanganLuar Negeri Home Staff dan TMT Pembayaran ..... 545

72. Kawat Sekjen Deplu No. 8608898 Tanggal07 Maret 1986 tentang TPLN DibayarkanDalam US Dollar (US$) ......................................... 547

Page 13: Buku 1 keuangan

xiiiDAFTAR ISI

73. Kawat Sekjen Deplu No. 980284 tanggal 29 Januari1998 tentang Pengaturan Biaya Perjalanan HomeStaff Yang Ditarik Pulang ...................................... 548

74. Kawat Sekjen Deplu No. 053534 tanggal09 Agustus 2005 tentang Larangan PembayaranHonor Bagi Home Staff Perwakilan RIdi Luar Negeri ...................................................... 549

75. Kawat Sekjen Deplu No. 980129 tanggal12 Oktober 1998 tentang Penampungan di HotelBagi Yang Baru Tiba di Perwakilan ......................... 550

76. Kawat Karo Keuangan Deplu No. 853214 tentangPembayaran Rapel TPLN Berlaku SuratMaksimum 3 Bulan............................................... 551

77. Kawat Act. Karo Keuangan Deplu No. 054477tanggal 07 Oktober 2005 tentang LaranganPemberian Tunjangan Khusus BagiSekpri dan KRT .................................................... 552

78. Peraturan Menteri Luar Negeri Republik IndonesiaNomor 01/A/KP/III/2007/01 Tahun 2007 tentangTunjangan Pendidikan Anak Bagi PejabatDinas Luar Negeri ................................................. 553

79. Kawat Sekjen Deplu No. 023389 tentangTunjangan Keluarga Untuk Anak Yang Sekolahdi Indonesia ......................................................... 560

80. Kawat Karo Kepeg Deplu NO. PL-281/020101Tentang Hak Membawa Nurse Atas Biaya Negara . 561

IV. TUNJANGAN SEWA RUMAH

81. KEPMENLU No. SP/08107/OP/72 tanggal11 Nopember 1972 tentang PemberianTunjangan Sewa Rumah (TSR) Bagi Pejabatdi Perwakilan RI ................................................... 565

Page 14: Buku 1 keuangan

xiv DAFTAR ISI

82. KEPMENLU No. 2576/BU/VIII/81/02 tanggal01 Agustus 1981 tentang Pemberian TSR KhususKepada Pegawai Home Staff Pada Perwakilan RIdi Kuwait .............................................................. 571

83. KEPMENLU No. 2577/BU/VIII/81/02 tanggal01 Agustus 1981 tentang Pemberian TSRKepada Pegawai Home Staff Pada Perwakilan RIdi Jeddah ............................................................. 573

84. KEPMENLU No. 2578/BU/VIII/81/02 tanggal01 Agustus 1981 tentang Pemberian TSR KepadaPegawai Home Staff Pada Perwakilan RIdi Damaskus ........................................................ 575

85. KEPMENLU No. 2579/BU/VIII/81/02 tanggal01 Agustus 1981 tentang Pemberian TSR KepadaPegawai Home Staff Pada Perwakilan RIdi Abu Dhabi ........................................................ 577

86. KEPMENLU No. SK 4722/BU/IX/82/02 tanggal25 September 1982 tentang Pemberian TSRKhusus Kepada Pegawai Home Staff PadaPerwakilan RI di Baghdad ...................................... 579

87. KEPMENLU No. 13/B/KP/VIII/2006/02 tanggal31 Agustus 2006 tentang Tunjangan Sewa RumahHome Staff Konsulat Jenderal RI di Dubai .............. 581

88. SE Sekjen Deplu No. 09/E-1/I/84/13 tanggal23 Januari 1984 tentang Pembayaran TSR HomeStaff Dibayarkan Sesuai Dengan Kontrak/PerjanjianSewa dan Dalam Mata Uang Yang Sebenarnya ..... 583

89. Kawat Sekjen Deplu No. 983585 tanggal20 Agustus 1998 tentang TunjanganSewa Rumah ....................................................... 584

90. Peraturan Menteri Luar Negeri Republik IndonesiaNomor SK. 14/A/OT/XII/2004/02 tentangTabungan dan Sumbangan Amal Home Staffdi Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri ....... 585

Page 15: Buku 1 keuangan

xvDAFTAR ISI

V. TUNJANGAN KEMATIAN

91. SK Menlu No. SP/8/PLN/65 tanggal 16 Januari1965 tentang Pemberian Tunjangan Kematian/Bantuan Untuk Pegawai Yang Ditempatkan PadaPerwakilan RI di Luar Negeri dan UntukKeluarganya Yang Meninggal Dunia ....................... 591

92. SK Menlu No. SP/I/PLN/66 tanggal 03 Januari 1966tentang Perubahan Dalam SK Menlu No. SP/8/PLN/65 Dalam Pemberian Tunjangan Kematian ..... 597

93. KEPMENLU No. SK 37/OR/VI/87/01 tanggal2 Juni 1987 tentang Juklak Tata Cara PengaturanJenazah Dari Perwakilan RI di Luar Negeri .............. 599

94. Surat Dirjen Urusan Umum Deplu No. 6319/66/43tanggal 08 Oktober 1966 tentang Surat-SuratKeterangan Guna Pemakanan Jenazah ................. 603

VI. RESTITUSI PENGOBATAN

95. KEPMENLU No. SK.008/KU/II/2000/02 tanggal02 Februari 2000 tentang Penggantian BiayaPengobatan/Perawatan Untuk Pegawai YangDitugaskan Pada Perwakilan RI di Luar Negeri ........ 607

96. Kawat Sekjen Deplu No. 923129 tanggal24 Februari 1992 tentang General Check Up HomeStaff Hanya Dapat Dilakukan di Wilayah Akreditasi .. 623

97. Kawat Sekjen Deplu No. 053358 tanggal 25 Juli2005 tentang Pemberian Biaya Pengobatan/Perawatan ........................................................... 624

VII. REPRESENTASI

98. KEPMENLU No. 011/KU/II/2000/02 tanggal03 Februari 2000 tentang Penggantian Uang

Page 16: Buku 1 keuangan

xvi DAFTAR ISI

Representasi Bagi Diplomat Yang Bertugas PadaPerwakilan RI di Luar Negeri .................................. 627

99. Kawat Sekjen Deplu No. 051001 tanggal 01 Maret2005 tentang Larangan Pemberian UangRepresentasi Bagi Petugas Komunikasi .................. 633

VIII. TELEPON

100. Surat DJA Depkeu No. S.477/WA.06/PK01/0998tanggal 9 September 1998 tentang BiayaLangganan Jasa Telepon Genggam (Handphone) .. 637

101. Surat Edaran No. 06/E/I/83.13/02 tanggal18 Januari 1983 tentang Ongkos PenggantianTelepon Untuk Home Staff ................................... 638

102. Kawat Sekjen Deplu No. 991803 tanggal 19 April1999 tentang cuti akhir jabatan pejabat sandidi perwakilan dengan mendapat pembayarantlpn penuh ........................................................... 639

IX. DANA POLITIK KHUSUS

103. SE Sekjen Deplu No. R.1099/BU/X/85/02 tanggal21 Oktober 1985 tentang Pertanggung JawabanDana Polsus ......................................................... 643

104. Kawat Karo Keuangan No. 891385 tanggal24 April 1989 tentang KUAI Dapat MenggunakanDana Polsus ......................................................... 645

105. Kawat Sekjen Deplu No. 060909 tanggal06 Maret 2006 tentang PertanggungjawabanPenggunaan Dana Polsus ..................................... 646

Page 17: Buku 1 keuangan

xvii

X. PERJALANAN DINAS

106. Surat Menkeu No. S-510/MK.03/1985 tanggal30 April 1985 tentang Penyesuaian GolonganPegawai dan Kubikase Barang Pindahan YangDiperkenankan Bagi Perjalanan Luar Negeri ............ 649

107. SE DJA No. SE-76/A/212/0624 tanggal 30 April1985 tentang Biaya Angkutan Barang PindahanUntuk Perjalanan Pindah Luar Negeri ..................... 654

108. SE DJA No. SE-03/WA.11/PK.01/2003 tanggal7 Februari 2003 tentang Perjalanan Dinas DN BagiPejabat Negara, PNS dan Pegawai Tidak Tetap...... 656

109. KEPMENLU No. SK.173/KU/X/2001/02 tanggal26 Oktober 2001 tentang Pembayaran UangLumpsum Barang Pindahan Pegawai YangDimutasikan Ke, Dari dan Antara Perwakilan RI ...... 658

110. Kawat Sekjen Deplu No. 981799 tanggal 23 April1998 tentang Pertanggungjawaban Beban PusatPerjalanan Dinas .................................................. 661

111. Kawat Sekjen Deplu No. 943066 tentang BiayaPindahan ke Luar Negeri Dibayarkan Lumpsum ...... 662

112. Kawat Sekjen Deplu No. PL 05594/080382tentang Pembelian Tiket Untuk Pindahan/MutasiAntara Perwakilan................................................. 663

113. Kawat Karo Keuangan No. 852977 tanggal15 Agustus 1985 tentang Pemberian LumpsumBiaya Barang Pindahan KRT, Sekpri Keppri ............ 664

114. Kawat Karo Keuangan No. PL-5056/092290tanggal 22 September 1990 tentang KeikutsertaanIstri Dalam Kunjungan ke Negara Akreditasi ........... 665

115. Kawat Sekmen No. PL-1899/050796 tentangKeikutsertaan Isteri Keppri DalamPerjalanan Dinas .................................................. 666

DAFTAR ISI

Page 18: Buku 1 keuangan

xviii

116. Keputusan Menteri Keuangan Republik IndonesiaNomor : 7/KMK.02/2003 Tentang Perjalanan DinasDalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai NegeriSipil Dan Pegawai Tidak Tetap ............................... 667

117. Kawat Sekjen Deplu No. 001879 tanggal 20 April2009 tentang Biaya Kunjungan Presiden RIKe Luar Negeri ..................................................... 689

XI. KAS BESI PERWAKILAN

118. Surat MENKEU No. S-1621/MK.03/1990 tanggal11 Desember 1990 tentang Penetapan PaguKas Besi .............................................................. 693

119. SE Sekjen Deplu No. 975/KU/85/02 tanggal09 September 1985 tentang Juklak DepositoKas Besi Pada Perwakilan RI di Luar Negeri ............ 697

120. Kawat Sekjen Deplu No. 930883 tentangPenyimpanan Rekening Kas Besi PadaBank Pemerintah ................................................. 702

121. Kawat Sekjen Deplu No. 992945 tanggal16 Juni 1999 tentang Penyimpanan Dana KasBesi Pada (Wilayah Amerika) Pada City BankNew York ............................................................ 703

122. Kawat Sekjen Deplu No. 992945 tanggal04 Juni 1998tentang Dana Kas Besi ...................... 704

123. Kawat Sekjen Deplu No. 993664 tanggal 23 Juli1999 tentang Pendepositoan Dana Kas Besi Pada(Wilayah Eropa dan ATT) Pada Bank MandiriCabang London ................................................... 705

124. Kawat Sekjen Deplu No. 98481 tanggal3 Nopember 1998 tentang Pemindahan RekeningPerwakilan RI di Bank Exim ................................... 706

DAFTAR ISI

Page 19: Buku 1 keuangan

xix

125. Kawat Sekjen Deplu No. 985087 tanggal30 Nopember 1988 tentang Pendepositoan DanaKas Besi Pada Bank Exim ..................................... 707

126. Kawat Act. Sekjen Deplu No. 020168 tanggal14 Januari 2002 tentang Masalah DanaKas Besi dan SIAR ............................................... 708

127. Kawat Sekjen Deplu No. 021773 tanggal 01 Mei2002 tentang Penyetoran Bunga Kas Besi ............. 709

128. Kawat Sekjen Deplu No. 022255 tanggal05 Juni 2002 tentang Bunga Kas ........................... 710

129. Kawat Sekjen Deplu No. 040093 tanggal13 Januari 2004 tentang Penggunaan DanaKas Besi Harus Seijin Pusat ................................... 712

130. Kawat Sekjen Deplu No. 052689 tanggal 16 Juni2005 tentang Penyimpanan Kas Besi Perwakilan RIdi Luar Negeri ...................................................... 713

XII. PERSEKOT RESMI

131. SK Menlu No. SP/4/PLN/66 tanggal 23 Februari1966 tentang Pemberian Uang Muka TunjanganLuar Negeri (TLN) Kepada Pejabat YangDitempatkan Pada Perwakilan RI di Luar Negeri ...... 717

132. SK Menlu No. SP/6/PLN/66 tanggal 28 Februari1966 tentang Pemberian Uang Muka Atas SewaRumah Atau Uang Jaminan Sewa Rumah .............. 720

133. SK Menlu No. KU/SK.026 A/III/92/02 tanggal31 Maret 1992 tentang Perubahan Jumlah UangPersekot Pembelian Mobil Pribadi ........................... 723

134. Kawat Sekjen Deplu No. 023529 tanggal10 September 2002 tentang Pemberian PersekotResmi Dikembalikan Kepada Peraturan Semula ...... 725

DAFTAR ISI

Page 20: Buku 1 keuangan

xx

135. Kawat Karo Keuangan Deplu No. 064195 tanggal16 Agustus 2006 tentang Pengajuan PenggantianBeban Pusat Persekot Resmi ................................ 727

136. Kawat Karo Keuangan Deplu No. 032440 tanggal19 Mei 2003 tentang Persekot Resmi .................... 728

XIII. TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN

137. Keputusan BPK No. 10/SK/K/1980 tanggal21 Maret 1980 tentang Pedoman Tata KerjaPelaksanaan Tuntutan Perbendaharaan (TP)dan Pelaksanaan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) ......... 731

138. SE DJA No. SE-139/A/542/1990 tanggal30 Nopember 1990 tentang Tata Cara PengajuanPersetujuan Penghapusan Kekurangan Uang DariPerhitungan Bendaharawan dan Peniadaan SelisihAntara Saldo Buku dan Saldo Kas .......................... 738

XIV. PENGELOLAAN PNBP

139. UU RI No. 20 Tahun 1997 tanggal 23 Mei 1997tentang PNBP ...................................................... 749

140. PP No. 33 Tahun 2002 tanggal 20 Mei 2002tentang Tarif Atas Jenis PNBP Yang BerlakuPada Deplu .......................................................... 762

141. PP No. 26 Tahun 1999 tanggal 7 Mei 1999tentang Tarif Atas Jenis PNBP Yang Berlaku PadaDepartemen Kehakiman ....................................... 767

PP No. 04 Tahun 2004 tentang Perubahan atasPP No. 26 Tahun 1999 tentang Tarif Atas JenisPNBP Yang Berlaku Pada Departemen Kehakiman . 780

PP No. 75 Tahun 2005 tanggal 30 Desember 2005tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan

DAFTAR ISI

Page 21: Buku 1 keuangan

xxi

Negara Bukan Pajak Yang Berlaku PadaDepartemen Hukum dan HAM .............................. 784

142. Surat Ditjen Pajak No. S-448/PJ.43/1993 tanggal27 Desember 1993 tentang PeningkatanPengawasan Terhadap Para BendahawaranSebagai Pemotong/Pemungut Pajak ...................... 789

143. SE DJA No. SE-76/A/462/019B tanggal 3 Juni 1997tentang Tata Cara Pengelolaan PNBP PadaPerwakilan RI di Luar Negeri .................................. 792

144. Surat DJA No. S-108/A/462/019B tanggal3 Juni 1997 tentang Tata Cara Pengelolaan PNBPPada Perwakilan RI di Luar Negeri .......................... 800

145. SE Sekjen Deplu No. 1103/KU/X/85/02 tanggal21 Oktober 1985 tentang Tata Cara PengelolaanPNBP di Lingkungan Deplu .................................... 803

146. Kawat Sekjen Deplu No. 004038 tanggal11 September 2000 tentang Penerimaan PNBPdi Luar Negeri ...................................................... 808

147. Kawat Sekjen Deplu No. 014639 tanggal24 Oktober 2001 tentang Penyetoran Dana PNBPPerwakilan ke Pusat .............................................. 809

148. Kawat Act. Sekjen Deplu No. 020558 tanggal11 Februari 2002 tentang PNBP Fungsional danNon Fungsional .................................................... 810

149. Kawat Karo Keuangan Deplu No. 975072 tanggal12 Desember 1997 tentang Perubahan NomorRekening Bendaharawan Penerima/PenyetorPNBP .................................................................. 811

150. Kawat Karo Keuangan Deplu No. 991959 tanggal27 April 1999 tentang Pembukuan PenyetoranSIAR ke PNBP ...................................................... 812

DAFTAR ISI

Page 22: Buku 1 keuangan

xxii

151. Kawat Karo Keuangan Deplu No. 004886 tanggal27 Oktober 2000 tentang Rekening PNBPFungsional dan Non Fungsional .............................. 813

152. Kawat Act. Karo Keuangan Deplu No. 023795tanggal 03 Oktober 2002 tentang PNBPFungsional dan Non Fungsional .............................. 814

153. Kawat Karo Keuangan Deplu No. 053454 tanggal03 Agustus 2005 tentang Rekening Menkeu .......... 815

XV. IURAN PEGAWAI

154. Surat Dir. PT TASPEN No. 722/DIR/PR.0001/1087/tanggal 04 Desember 1994 tentang Iuran WajibSebagai Peserta TASPEN ...................................... 819

155. SE Sekjen Deplu No. KU/585/VII/92/02 tanggal01 Juli 1994 tentang Pungutan Iuran Taspen danTunjangan Pensiun Bagi Pejabat/Pegawai DepluYang Akan Ditempatkan di Luar Negeri .................. 821

156. Surat Karo Keuangan Deplu No. KU. 862/VII/94/13/B-4 tanggal 8 Juli 1994 tentang PotonganIuran Taspen ....................................................... 822

XVI. ATHAN/ATNIS

157. Kawat Act. Sekjen Deplu No. 052448 tanggal30 Mei 2005 tentang TSR Athan ........................... 825

158. Kawat Sekjen Deplu No. PL-2333/081205 tanggal12 Agustus 2005 tentang Sewa Rumah Athan ....... 826

159. Kawat Sekjen Deplu No. PL-3262/102805 tanggal28 Oktober 2005 tentang Sewa RumahDinas Athan/Atnis ................................................ 828

DAFTAR ISI

Page 23: Buku 1 keuangan

xxiii

160. Petunjuk Pelaksanaan BAIS No. Juklak/01/I/2005tentang Pokok-Pokok Organisasi dan ProsedurKantor Atase Pertahanan Republik Indonesia ......... 829

161. Kawat Act. Sekjen Deplu No. 060678 tanggal22 Februari 2006 tentang Mekanisme PengelolaanKeuangan Atnis dan Athan ................................... 853

162. Kawat Act. Sekjen Deplu No. 061975 tanggal18 Mei 2006 tentang Pelaksanaan TSR dan Atnisdi Perwakilan RI ................................................... 856

163. Kawat Sekjen Deplu No. 065801 tanggal1 Nopember 2006 tentang Penegakan TertibPengelolaan Anggaran Rutin di Perwakilan RI .......... 858

DAFTAR ISI

Page 24: Buku 1 keuangan

xxiv

Page 25: Buku 1 keuangan

1

I

ADMINISTRASIKEUANGAN

Page 26: Buku 1 keuangan

2

Page 27: Buku 1 keuangan

3

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 17 TAHUN 2003

TENTANG

KEUANGAN NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negarauntuk mewujudkan tujuan bernegaramenimbulkan hak dan kewajiban negara yangdapat dinilai dengan uang;

b. bahwa pengelolaan hak dan kewajiban negarasebagaimana dimaksud pada huruf a telahdiatur Bab VIII UUD 1945;

c. bahwa Pasal 23C Bab VIII UUD 1945mengamanatkan hal-hal lain mengenaikeuangan negara dengan Undang-Undang;

d. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud pada huruf a, hurufb, dan huruf c perlu Undang-Undang tentangKeuangan Negara;

Mengingat : Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 11 ayat (2),Pasal 17, Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 20, Pasal20A, Pasal 21, Pasal 22D, Pasal 23, Pasal 23A,Pasal 23B, Pasal 23C, Pasal 23D, Pasal 23E, danPasal ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubahdengan Keempat Undang-Undang Dasar 1945;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 28: Buku 1 keuangan

4

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEUANGANNEGARA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :

1. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negarayang dapat dinilai dengan uang, serta segala baik berupa uangmaupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negaraberhubung dengan hak dan kewajiban tersebut.

2. Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau pemerintahdaerah.

3. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disebut DPR adalahDewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRDadalah Dewan Perwakilan Rakyat Propinsi, Dewan PerwakilanRakyat Daerah Kabupaten, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerahsebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.

5. Perusahaan Negara adalah badan usaha yang seluruh atausebagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Pusat.

6. Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atausebagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.

7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebutAPBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negarayang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebutAPBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerahyang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 29: Buku 1 keuangan

5

9. Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara.

10. Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara.

11. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.

12. Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.

13. Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakuisebagai penambah nilai kekayaan bersih.

14. Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakuisebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

15. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakuisebagai penambah nilai kekayaan bersih.

16. Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakuisebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

17. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembalidan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik padatahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahunanggaran berikutnya.

Pasal 2

Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1,meliputi :

a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan danmengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;

b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layananumum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihakketiga;

c. Penerimaan Negara;d. Pengeluaran Negara;e. Penerimaan Daerah;f. Pengeluaran Daerah;g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau

oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang,serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasukkekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah;

h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangkapenyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentinganumum;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 30: Buku 1 keuangan

6

i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakanfasilitas yang diberikan pemerintah.

Pasal 3

(1) Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturanperundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilandan kepatutan.

(2) APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaanAPBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.

(3) APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaanAPBD setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(4) APBN/APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan,pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.

(5) Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yangmenjadi kewajiban negara dalam tahun anggaran yangbersangkutan harus dimasukkan dalam APBN.

(6) Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yangmenjadi kewajiban daerah dalam tahun anggaran yangbersangkutan harus dimasukkan dalam APBD.

(7) Surplus penerimaan negara/daerah dapat digunakan untukmembiayai pengeluaran negara/daerah tahun anggaranberikutnya.

(8) Penggunaan surplus penerimaan negara/daerah sebagaimanadimaksud dalam ayat (7) untuk membentuk dana cadanganatau penyertaan pada Perusahaan Negara/Daerah harusmemperoleh persetujuan terlebih dahulu dari DPR/DPRD.

Pasal 4Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Pasal 5(1) Satuan hitung dalam penyusunan, penetapan, dan

pertanggungjawaban APBN/APBD adalah mata uang Rupiah.(2) Penggunaan mata uang lain dalam pelaksanaan APBN/APBD

diatur oleh Menteri Keuangan sesuai dengan ketentuanperundangan-undangan yang berlaku.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 31: Buku 1 keuangan

7

BAB II

KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Pasal 6(1) Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan

pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaanpemerintahan.

(2) Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) :

a. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskaldan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negarayang dipisahkan;

b. dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selakuPengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;

c. diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku kepalapemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerahdan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaandaerah yang dipisahkan.

d. tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang meliputiantara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yangdiatur dengan Undang-Undang.

Pasal 7(1) Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk

mencapai tujuan bernegara.

(2) Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untukmencapai tujuan bernegara sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) setiap tahun disusun APBN dan APBD.

Pasal 8

Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal,Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut :

a) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;b) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN;c) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;d) melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 32: Buku 1 keuangan

8

e) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telahditetapkan dengan Undang-undang;

f ) melaksanakan fungsi bendahara umum negara;

g) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggung-jawaban pelaksanaan APBN;

h) melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskalberdasarkan ketentuan Undang-undang.

Pasal 9

Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/PenggunaBarang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyaitugas sebagai berikut :

a. menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembagayang dipimpinnya;

b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

c. melaksanakan anggaran kementerian negara/lembaga yangdipimpinnya;

d. melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajakdan menyetorkannya ke Kas Negara;

e. mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggungjawab kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;

f. mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;

g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementeriannegara/lembaga yang dipimpinnya;

h. melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnyaberdasarkan ketentuan Undang-undang.

Pasal 10(1) Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana

tersebut dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c :

a. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangandaerah selaku pejabat pengelola APBD;

b. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerahselaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 33: Buku 1 keuangan

9

(2) Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat PengelolaKeuangan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut :

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;

b. menyusun rancangan APBD dan rancangan PerubahanAPBD;

c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telahditetapkan dengan Peraturan Daerah;

d. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;

e. menyusun laporan keuangan yang merupakanpertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

(3) Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat penggunaanggaran/barang daerah mempunyai tugas sebagai berikut :

a. menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yangdipimpinnya;

b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

c. melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerahyang dipimpinnya;

d. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

e. mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggungjawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

f. mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjaditanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yangdipimpinnya;

g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuankerja perangkat daerah yang dipimpinnya.

BAB III

PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBN

Pasal 11(1) APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang

ditetapkan tiap tahun dengan Undang-Undang.

(2) APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja,dan pembiayaan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 34: Buku 1 keuangan

10

(3) Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaanbukan pajak, dan hibah.

(4) Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraantugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangankeuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

(5) Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenisbelanja.

Pasal 12(1) APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan

pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpunpendapatan negara.

(2) Penyusunan Rancangan APBN sebagaimana dimaksud dalamayat (1) berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalamrangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

(3) Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalamUndang-undang tentang APBN.

(4) Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusatdapat mengajukan rencana penggunaan surplus anggarankepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 13

(1) Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskaldan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepadaDewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya pertengahanbulan Mei tahun berjalan.

(2) Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahaskerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal yangdiajukan oleh Pemerintah Pusat dalam pembicaraan pendahuluanrancangan APBN tahun anggaran berikutnya.

(3) Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokokkebijakan fiskal, Pemerintah Pusat bersama Dewan PerwakilanRakyat membahas kebijakan umum dan prioritas anggaran untukdijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalampenyusunan usulan anggaran.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 35: Buku 1 keuangan

11

Pasal 14

(1) Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinanlembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barangmenyusun rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga tahun berikutnya.

(2) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalamayat (1) disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.

(3) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalamayat (1) disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnyasetelah tahun anggaran yang sedang disusun.

(4) Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1)disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibahasdalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN.

(5) Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikankepada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunanrancangan Undang-undang tentang APBN tahun berikutnya.

(6) Ketentuan lebih laniut mengenai penyusunan rencana kerja dananggaran kementerian negara/lembaga diatur dengan PeraturanPemerintah.

Pasal 15(1) Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-Undang

tentang APBN, disertai nota keuangan dan dokumen-dokumenpendukungnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada bulanAgustus tahun sebelumnya.

(2) Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang APBNdilakukan sesuai dengan Undang-undang yang mengatursusunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat.

(3) Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yangmengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluarandalam Rancangan Undang-Undang tentang APBN.

(4) Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenaiRancangan Undang-Undang tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yangbersangkutan dilaksanakan.

(5) APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unitorganisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 36: Buku 1 keuangan

12

(6) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui RancanganUndang-Undang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

BAB IV

PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD

Pasal 16

(1) APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yangditetapkan setiap tahun dengan Peraturan Daerah.

(2) APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja,dan pembiayaan.

(3) Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, danaperimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.

(4) Belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenisbelanja.

Pasal 17(1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan

pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.

(2) Penyusunan Rancangan APBD sebagaimana dimaksud dalamayat (1) berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah Daerahdalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

(3) Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalamPeraturan Daerah tentang APBD.

(4) Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkanpenggunaan surplus tersebut dalam Peraturan Daerah tentangAPBD.

Pasal 18

(1) Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahunanggaran berikutnya sejalan dengan Rencana Kerja PemerintahDaerah, sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRDselambat-lambatnya pertengahan Juni tahun berjalan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 37: Buku 1 keuangan

13

(2) DPRD membahas kebijakan umum APBD yang diajukan olehPemerintah Daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBDtahun anggaran berikutnya.

(3) Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakatidengan DPRD, Pemerintah Daerah bersama Dewan PerwakilanRakyat Daerah membahas prioritas dan plafon anggaransementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan KerjaPerangkat Daerah.

Pasal 19(1) Dalam rangka penyusunan RAPBD, Kepala Satuan Kerja

Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran menyusunrencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerahtahun berikutnya.

(2) Rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah disusun denganpendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.

(3) Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) disertaidengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahunanggaran yang sudah disusun.

(4) Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) dan (2)disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraanpendahuluan RAPBD.

(5) Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikankepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahanpenyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tahunberikutnya.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dananggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah diatur denganPeraturan Daerah.

Pasal 20(1) Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah

tentang APBD, disertai penjelasan dan dokumen-dokumenpendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulanOktober tahun sebelumnya.

(2) Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBDdilakukan sesuai dengan Undang-Undang yang mengatursusunan dan kedudukan DPRD.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 38: Buku 1 keuangan

14

(3) DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahanjumlah penerimaan dan pengeluaran dalam RancanganPeraturan Daerah tentang APBD.

(4) Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai RancanganPeraturan Daerah tentang APBD dilakukan selambat-lambatnyasatu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutandilaksanakan.

(5) APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unitorganisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.

(6) Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerahsebagaimana dimaksud dalam ayat (1), untuk membiayaikeperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat melaksanakanpengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahunanggaran sebelumnya.

BAB V

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARAPEMERINTAH PUSAT DAN BANK SENTRAL,

PEMERINTAH DAERAH, SERTA PEMERINTAH/LEMBAGA ASING

Pasal 21Pemerintah Pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapandan pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter.

Pasal 22(1) Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada

Pemerintah Daerah berdasarkan Undang-undang perimbangankeuangan pusat dan daerah.

(2) Pemerinlah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau hibahkepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya.

(3) Pemberian pinjaman dan/atau hibah sebagaimana dimaksuddalam ayat (2) dilakukan setelah mendapat persetujuan DewanPerwakilan Rakyat.

(4) Pemerintah Daerah dapat memberikan pinjaman kepada/menerima pinjaman dari daerah lain dengan persetujuan DPRD.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 39: Buku 1 keuangan

15

Pasal 23

(1) Pemerintah Pusat dapat memberikan hibah/pinjaman kepadaatau menerima hibah/pinjaman dari pemerintah/lembaga asingdengan persetujuan DPR.

(2) Pinjaman dan/atau hibah yang diterima Pemerintah Pusatsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diteruspinjamkankepada Pemerintah Daerah/Perusahaan Negara/PerusahaanDaerah.

BAB VIHUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH DAN

PERUSAHAAN NEGARA, PERUSAHAAN DAERAH,PERUSAHAAN SWASTA, SERTA BADAN PENGELOLA

DANA MASYARAKAT

Pasal 24

(1) Pemerintah dapat memberikan pinjaman/hibah/penyertaanmodal kepada dan menerima pinjaman/hibah dari perusahaannegara/daerah.

(2) Pemberian pinjaman/hibah/penyertaan modal dan penerimaanpinjaman/hibah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terlebihdahulu ditetapkan dalam APBN/APBD.

(3) Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan pengawasankepada perusahaan negara.

(4) Gubernur/Bupati/Walikota melakukan pembinaan danpengawasan kepada perusahaan daerah.

(5) Pemerintah Pusat dapat melakukan penjualan dan/atauprivatisasi perusahaan negara setelah mendapat persetujuanDPR.

(6) Pemerintah Daerah dapat melakukan penjualan dan/atauprivatisasi perusahaan daerah setelah mendapat persetujuanDPRD.

(7) Dalam keadaan tertentu, untuk penyelamatan perekonomiannasional, Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau melakukan penyertaan modal kepada perusahaan swastasetelah mendapat persetujuan DPR.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 40: Buku 1 keuangan

16

Pasal 25

(1) Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan pengawasankepada badan pengelola dana masyarakat yang mendapatfasilitas dari Pemerintah Pusat.

(2) Gubernur/Bupati/Walikota melakukan pembinaan danpengawasan kepada badan pengelola dana masyarakat yangmendapat fasilitas dari Pemerintah Daerah.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)berlaku bagi badan pengelola dana masyarakat yang mendapatfasilitas dari pemerintah.

BAB VII

PELAKSANAAN APBN DAN APBD

Pasal 26(1) Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang,

pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan KeputusanPresiden.

(2) Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah,pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan KeputusanGubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 27

(1) Pemerintah Pusat menyusun Laporan Realisasi SemesterPertama APBN dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikankepada DPR selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun anggaranyang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPR danPemerintah Pusat.

(3) Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahankeadaan dibahas bersama DPR dengan Pemerintah Pusat dalamrangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahunanggaran yang bersangkutan, apabila terjadi :

a. perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai denganasumsi yang digunakan dalam APBN;

b. perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 41: Buku 1 keuangan

17

c. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeserananggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenisbelanja;

d. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahunsebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaranyang berjalan.

(4) Dalam keadaan darurat Pemerintah dapat melakukanpengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yangselanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

(5) Pemerintah Pusat mengajukan rancangan Undang-undangtentang Perubahan APBN tahun anggaran yang bersangkutanberdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum tahun anggaranyang bersangkutan berakhir.

Pasal 28

(1) Pemerintah Daerah menyusun Laporan Realisasi SemesterPertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikankepada DPRD selambat-lambatnya pada akhir Juli tahunanggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antaraDPRD dan Pemerintah Daerah.

(3) Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahankeadaan dibahas bersama DPRD dengan Pemerintah Daerahdalam rangka penyusunan prakiraan Perubahan atas APBDtahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi :a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan

umum APBD;b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran

anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenisbelanja.

c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahunsebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaranyang berjalan.

(4) Dalam keadaan darurat Pemerintah Daerah dapat melakukanpengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yangselanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD, dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 42: Buku 1 keuangan

18

(5) Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerahtentang Perubahan APBD tahun anggaran yang bersangkutanberdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)untuk mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun anggaranyang bersangkutan berakhir.

Pasal 29

Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangkapelaksanaan APBN dan APBD ditetapkan dalam Undang-Undangyang mengatur perbendaharaan negara.

BAB VIII

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAANAPBN DAN APBD

Pasal 30(1) Presiden menyampaikan rancangan Undang-Undang tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupalaporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan PemeriksaKeuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahunanggaran berakhir.

(2) Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi LaporanRealisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atasLaporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuanganperusahaan negara dan badan lainnya.

Pasal 31(1) Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan

daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepadaDPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BadanPemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulansetelah tahun anggaran berakhir.

(2) Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi LaporanRealisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atasLaporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuanganperusahaan daerah.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 43: Buku 1 keuangan

19

Pasal 32

(1) Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansipemerintahan.

(2) Standar akuntansi pemerintahan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) disusun oleh suatu komite standar yang independendan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebihdahulu mendapat pertimbangan dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 33

Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negaradiatur dalam Undang-Undang tersendiri.

BAB IXKETENTUAN PIDANA, SANKSI ADMINISTRATIF,

DAN GANTI RUGI

Pasal 34

(1) Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yangterbukti melakukan penyimpangan kebijakan yang telahditetapkan dalam Undang-Undang tentang APBN/PeraturanDaerah tentang APBD diancam dengan pidana penjara dandenda sesuai dengan ketentuan Undang-undang.

(2) Pimpinan Unit Organisasi Kementerian Negara/Lembaga/SatuanKerja Perangkat Daerah yang terbukti melakukan penyimpangankegiatan anggaran yang telah ditetapkan dalam Undang-Undangtentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD diancam denganpidana penjara dan denda sesuai dengan Undang-undang.

(3) Presiden memberi sanksi administratif sesuai dengan ketentuanUndang-Undang kepada pegawai negeri serta pihak-pihak lainyang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukandalam Undang-Undang ini.

Pasal 35(1) Setiap pejabat negara dan pegawai negeri bukan bendahara

yang melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya baik

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 44: Buku 1 keuangan

20

langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangan negaradiwajibkan mengganti kerugian dimaksud.

(2) Setiap orang yang diberi tugas menerima, menyimpan,membayar, dan/atau menyerahkan uang atau surat berhargaatau barang-barang negara adalah bendahara yang wajibmenyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada BadanPemeriksa Keuangan.

(3) Setiap bendahara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian keuangannegara yang berada dalam pengurusannya.

(4) Ketentuan mengenai penyelesaian kerugian negara diatur didalam Undang-Undang mengenai perbendaharaan negara.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 36(1) Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan

dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal1 angka 13, 14, 15, dan 16 Undang-Undang ini dilaksanakanselambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuandan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belumdilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.

(2) Batas waktu penyampaian laporan keuangan oleh pemerintahpusat/pemerintah daerah, demikian pula penyelesaianpemeriksaan laporan keuangan pemerintah pusat/pemerintahdaerah oleh Badan Pemeriksa Keuangan, sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31, berlaku mulai APBN/APBD tahun 2006.

BAB XIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 37Pada saat berlakunya Undang-Undang ini:1. Indische Comptabiliteitswet (ICW), Staatsblad Tahun 1925

Nomor 448 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 45: Buku 1 keuangan

21

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1968 (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53, TambahanLembaran Negara Nomor 2860);

2. Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 Nomor 419 jo. Stbl.1936 Nomor 445;

3. Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933Nomor 381;

Sepanjang telah diatur dalam Undang-undang ini, dinyatakan tidakberlaku lagi.

Pasal 38Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut Undang-undang inisudah selesai selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-undang ini diundangkan.

Pasal 39Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganUndang-Undang ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Telah sah pada tanggal 5 April 2003Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 5 April 2003

SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003NOMOR 47

Salinan sesuai dengan aslinya

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 46: Buku 1 keuangan

22

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 1 TAHUN 2004

TENTANG

PERBENDAHARAAN NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negarauntuk mewujudkan tujuan bernegaramenimbulkan hak dan kewajiban negara yangperlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaankeuangan negara;

b. bahwa pengelolaan keuangan negarasebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945perlu dilaksanakan secara terbuka danbertanggung jawab untuk sebesar-besarnyakemakmuran rakyat, yang diwujudkan dalamAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN) dan Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah (APBD);

c. bahwa dalam rangka pengelolaan danpertanggungjawaban keuangan negara diperlukankaidah-kaidah hukum administrasi keuangannegara yang mengatur perbendaharaan negara;

d. bahwa Undang-undang Perbendaharaanlndonesia/Indische Comptabiliteitswet (StaatsbladTahun 1925 Nomor 448) sebagaimana telahbeberapa kali diubah dan ditambah terakhirdengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

ADMINISTRASI KEUANGAN

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

Page 47: Buku 1 keuangan

23

1968 Nomor 53), tidak dapat lagi memenuhikebutuhan pengelolaan dan pertanggungjawabankeuangan negara;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, danhuruf d di atas perlu dibentuk Undang-Undangtentang Perbendaharaan Negara;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 23, dan Pasal23C Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Nomor 4286);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAdan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG–UNDANG TENTANG PERBENDA-HARAAN NEGARA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian PertamaPengertian

Pasal 1Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:1. Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggung-

jawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaanyang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 48: Buku 1 keuangan

24

2. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yangditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara UmumNegara untuk menampung seluruh penerimaan negara danmembayar seluruh pengeluaran negara.

3. Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempatpenyimpanan uang negara yang ditentukan oleh MenteriKeuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampungseluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluarannegara pada bank sentral.

4. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yangditentukan oleh Gubernur/Bupati/Walikota untuk menampungseluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluarandaerah.

5. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempatpenyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Gubernur/Bupati/Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerahdan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yangditetapkan.

6. Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepadaPemerintah Pusat dan/atau hak Pemerintah Pusat yang dapatdinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnyaberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atauakibat lainnya yang sah.

7. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepadaPemerintah Daerah dan/atau hak Pemerintah Daerah yang dapatdinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnyaberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atauakibat lainnya yang sah.

8. Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar PemerintahPusat dan/atau kewajiban Pemerintah Pusat yang dapat dinilaidengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.

9. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar PemerintahDaerah dan/atau kewajiban Pemerintah Daerah yang dapat dinilaidengan uang berdasarkan peraturan perUndang-Undangan yangberlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.

10. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli ataudiperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnyayang sah.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 49: Buku 1 keuangan

25

11. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli ataudiperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnyayang sah.

12. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenanganpenggunaan anggaran kementerian negara/lembaga/satuankerja perangkat daerah.

13. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenanganpenggunaan barang milik negara/daerah.

14. Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugasuntuk dan atas nama negara/daerah, menerima, menyimpan,dan membayar/menyerahkan uang atau surat berharga ataubarang-barang negara/daerah.

15. Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugasuntuk melaksanakan fungsi bendahara umum negara.

16. Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi tugasuntuk melaksanakan fungsi bendahara umum daerah.

17. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untukmenerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, danmempertanggungjawabkan uang pendapatan negara/daerahdalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuankerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.

18. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untukmenerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, danmempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.

19. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan kementerian negara/lembagayang bersangkutan.

20. Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian negara/lembaga pemerintah non kementerian negara/lembaga negara.

21. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah kepala badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan yang mempunyai tugasmelaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagaiBendahara Umum Daerah.

22. Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, suratberharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagaiakibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 50: Buku 1 keuangan

26

23. Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintahyang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakatberupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpamengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukankegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

24. Bank Sentral adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23D.

Bagian KeduaRuang Lingkup

Pasal 2Perbendaharaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka1, meliputi :a. pelaksanaan pendapatan dan belanja negara;b. pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah;c. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara;d. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah;e. pengelolaan kas;f. pengelolaan piutang dan utang negara/daerah;g. pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah;h. penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen

keuangan negara/daerah;i. penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/

APBD;j. penyelesaian kerugian negara/daerah;k. pengelolaan Badan Layanan Umum;l. perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang

berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara dalam rangkapelaksanaan APBN/APBD.

Bagian KetigaAsas Umum

Pasal 3(1) Undang-undang tentang APBN merupakan dasar bagi

Pemerintah Pusat untuk melakukan penerimaan dan pengeluarannegara.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 51: Buku 1 keuangan

27

(2) Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagiPemerintah Daerah untuk melakukan penerimaan danpengeluaran daerah.

(3) Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibatpengeluaran atas beban APBN/APBD jika anggaran untukmembiayai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukuptersedia.

(4) Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuanlainnya yang sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayaidengan APBN.

(5) Semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuanlainnya yang sesuai dengan program pemerintah daerah, dibiayaidengan APBD.

(6) Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnyamendesak dan/atau tidak terduga disediakan dalam bagiananggaran tersendiri yang selanjutnya diatur dalam peraturanpemerintah.

(7) Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan denganpelaksanaan APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaandenda dan/atau bunga.

BAB IIPEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA

Bagian PertamaPengguna Anggaran

Pasal 4

(1) Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bagi kementerian negara/lembaga yangdipimpinnya.

(2) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yangdipimpinnya, berwenang:a. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;b. menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang;c. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan

penerimaan negara;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 52: Buku 1 keuangan

28

d. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaanutang dan piutang;

e. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluarananggaran belanja;

f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujiandan perintah pembayaran;

g. menggunakan barang milik negara;

h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaanbarang milik negara;

i. mengawasi pelaksanaan anggaran;

j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan;

k. kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.

Pasal 5Gubernur/Bupati/Walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah :

a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;

b. menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran dan BendaharaPenerimaan dan/atau Bendahara Pengeluaran;

c. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutanpenerimaan daerah;

d. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utangdan piutang daerah;

e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaanbarang milik daerah;

f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atastagihan dan memerintahkan pembayaran.

Pasal 6(1) Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna

Anggaran/Pengguna Barang bagi satuan kerja perangkat daerahyang dipimpinnya.

(2) Kepala satuan kerja perangkat daerah dalam melaksanakantugasnya selaku pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barangsatuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya berwenang :

a. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 53: Buku 1 keuangan

29

b. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atasbeban anggaran belanja;

c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkanpembayaran;

d. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

e. mengelola utang dan piutang;

f. menggunakan barang milik daerah;

g. mengawasi pelaksanaan anggaran;

h. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan;

Pasal 7(1) Menteri Keuangan adalah Bendahara Umum Negara.

(2) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang:

a. menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggarannegara;

b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;

c. melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara;

d. menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara;

e. menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalamrangka pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran anggarannegara;

f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalampelaksanaan anggaran negara;

g. menyimpan uang negara;

h. menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakaninvestasi;

i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabatPengguna Anggaran atas beban rekening kas umum negara;

j. melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas namapemerintah;

k. memberikan pinjaman atas nama pemerintah;

l. melakukan pengelolaan utang dan piutang negara;

m. mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentangstandar akuntansi pemerintahan;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 54: Buku 1 keuangan

30

n. melakukan penagihan piutang negara;

o. menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangannegara;

p. menyajikan informasi keuangan negara;

q. menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan sertapenghapusan barang milik negara;

r. menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiahdalam rangka pembayaran pajak;

s. menunjuk pejabat Kuasa Bendahara Umum Negara.

Pasal 8

(1) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negaramengangkat Kuasa Bendahara Umum Negara untukmelaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaananggaran dalam wilayah kerja yang telah ditetapkan.

(2) Tugas kebendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi : kegiatan menerima, menyimpan, membayar ataumenyerahkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawab-kan uang dan surat berharga yang berada dalampengelolaannya.

(3) Kuasa Bendahara Umum Negara melaksanakan penerimaandan pengeluaran Kas Negara sesuai dengan ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c.

(4) Kuasa Bendahara Umum Negara berkewajiban memerintahkanpenagihan piutang negara kepada pihak ketiga sebagaipenerimaan anggaran.

(5) Kuasa Bendahara Umum Negara berkewajiban melakukanpembayaran tagihan pihak ketiga sebagai pengeluarananggaran.

Pasal 9(1) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah adalah

Bendahara Umum Daerah.

(2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selakuBendahara Umum Daerah berwenang:

a. menyiapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 55: Buku 1 keuangan

31

b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan

dan pengeluaran kas daerah;e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;f. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD

oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang telahditunjuk;

g. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalampelaksanaan APBD;

h. menyimpan uang daerah;i. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/

menatausahakan investasi;j. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat

Pengguna Anggaran atas beban rekening kas umum daerah;k. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan

atas nama pemerintah daerah;l. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah

daerah;m. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;n. melakukan penagihan piutang daerah;o. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan

daerah;p. menyajikan informasi keuangan daerah;q. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta

penghapusan barang milik daerah.

Bagian KetigaBendahara Penerimaan/Pengeluaran

Pasal 10(1) Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota

mengangkat Bendahara Penerimaan untuk melaksanakan tugaskebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaranpendapatan pada kantor/satuan kerja di lingkungan kementeriannegara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 56: Buku 1 keuangan

32

(2) Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikotamengangkat Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan tugaskebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja padakantor/satuan kerja di lingkungan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah.

(3) Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaransebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalahPejabat Fungsional.

(4) Jabatan Bendahara Penerimaan/Pengeluaran tidak bolehdirangkap oleh Kuasa Pengguna Anggaran atau KuasaBendahara Umum Negara.

(5) Bendahara Penerimaan/Pengeluaran dilarang melakukan, baiksecara langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan,pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindaksebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut.

BAB III

PELAKSANAAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA/DAERAH

Bagian PertamaTahun Anggaran

Pasal 11

Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai dari tanggal 1Januari sampai dengan 31 Desember.

Pasal 12(1) APBN dalam satu tahun anggaran meliputi :

a. hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilaikekayaan bersih;

b. kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurangnilai kekayaan bersih;

c. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaranyang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yangbersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaranberikutnya.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 57: Buku 1 keuangan

33

(2) Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melaluiRekening Kas Umum Negara.

Pasal 13

(1) APBD dalam satu tahun anggaran meliputi :

a. hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilaikekayaan bersih;

b. kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurangnilai kekayaan bersih;

c. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaranyang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yangbersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaranberikutnya.

(2) Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dilakukan melaluiRekening Kas Umum Daerah.

Bagian KeduaDokumen Pelaksanaan Anggaran

Pasal 14(1) Setelah APBN ditetapkan, Menteri Keuangan memberitahukan

kepada semua menteri/pimpinan lembaga agar menyampaikandokumen pelaksanaan anggaran untuk masing-masingkementerian negara/lembaga.

(2) Menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaananggaran untuk kementerian negara/lembaga yang dipimpinnyaberdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh Presiden.

(3) Di dalam dokumen pelaksanaan anggaran, sebagaimanadimaksud pada ayat (2), diuraikan sasaran yang hendak dicapai,fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakanuntuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan danatiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan.

(4) Pada dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dilampirkan rencana kerja dan anggaran BadanLayanan Umum dalam lingkungan kementerian negara yangbersangkutan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 58: Buku 1 keuangan

34

(5) Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan olehMenteri Keuangan disampaikan kepada menteri/pimpinanlembaga, kuasa bendahara umum negara, dan BadanPemeriksa Keuangan.

Pasal 15

(1) Setelah APBD ditetapkan, Pejabat Pengelola Keuangan Daerahmemberitahukan kepada semua kepala satuan kerja perangkatdaerah agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaranuntuk masing-masing satuan kerja perangkat daerah.

(2) Kepala satuan kerja perangkat daerah menyusun dokumenpelaksanaan anggaran untuk satuan kerja perangkat daerahyang dipimpinnya berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkanoleh Gubernur/Bupati/Walikota.

(3) Di dalam dokumen pelaksanaan anggaran, sebagaimanadimaksud pada ayat (2), diuraikan sasaran yang hendak dicapai,fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakanuntuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan danatiap-tiap satuan kerja serta pendapatan yang diperkirakan.

(4) Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan olehPejabat Pengelola Keuangan Daerah disampaikan kepada Kepalasatuan kerja perangkat daerah dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Bagian KetigaPelaksanaan Anggaran Pendapatan

Pasal 16

(1) Setiap kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkatdaerah yang mempunyai sumber pendapatan wajibmengintensifkan perolehan pendapatan yang menjadiwewenang dan tanggung jawabnya.

(2) Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerahpada waktunya yang selanjutnya diatur dalam peraturanpemerintah.

(3) Penerimaan kementerian negara/lembaga/satuan kerjaperangkat daerah tidak boleh digunakan langsung untukmembiayai pengeluaran.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 59: Buku 1 keuangan

35

(4) Penerimaan berupa komisi, potongan, ataupun bentuk lainsebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh negara/daerah adalah hak negara/daerah.

Bagian KeempatPelaksanaan Anggaran Belanja

Pasal 17(1) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan

kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaananggaran yang telah disahkan.

(2) Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebutdalam dokumen pelaksanaan anggaran, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telahditetapkan.

Pasal 18(1) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berhak untuk

menguji, membebankan pada mata anggaran yang telahdisediakan, dan memerintahkan pembayaran tagihan-tagihanatas beban APBN/APBD.

(2) Untuk melaksanakan ketentuan tersebut pada ayat (1),Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang:a. menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak

pihak penagih;b. meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/

kelengkapan sehubungan dengan ikatan/perjanjianpengadaan barang/jasa;

c. meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;d. membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran

pengeluaran yang bersangkutan;e. memerintahkan pembayaran atas beban APBN/APBD.

(3) Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkandokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadidasar pengeluaran atas beban APBN/APBD bertanggung jawabatas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaansurat bukti dimaksud.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 60: Buku 1 keuangan

36

Pasal 19

(1) Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukanoleh Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.

(2) Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksudpada ayat (1). Bendahara Umum Negara/Kuasa BendaharaUmum Negara berkewajiban untuk :

a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkanoleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBNyang tercantum dalam perintah pembayaran;

c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;

d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluarannegara;

e. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yangditerbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa PenggunaAnggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Pasal 20(1) Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBD dilakukan

oleh Bendahara Umum Daerah.

(2) Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksudpada ayat (1) Bendahara Umum Daerah berkewajiban untuk :

a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkanoleh Pengguna Anggaran;

b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBDyang tercantum dalam perintah pembayaran;

c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;

d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluarandaerah;

e. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yangditerbitkan oleh Pengguna Anggaran tidak memenuhipersyaratan yang ditetapkan.

Pasal 21(1) Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan

sebelum barang dan/atau jasa diterima.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 61: Buku 1 keuangan

37

(2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah kepada PenggunaAnggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat diberikan uangpersediaan yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.

(3) Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uangpersediaan yang dikelolanya setelah :

a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkanoleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantumdalam perintah pembayaran;

c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.

(4) Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dariPengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabilapersyaratan pada ayat (3) tidak dipenuhi.

(5) Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi ataspembayaran yang dilaksanakannya.

(6) Pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diatur dalam peraturan pemerintah.

BAB IVPENGELOLAAN UANG

Bagian PertamaPengelolaan Kas Umum Negara/Daerah

Pasal 22(1) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang

mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah.

(2) Dalam rangka penyelenggaraan rekening pemerintahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri Keuanganmembuka Rekening Kas Umum Negara.

(3) Uang negara disimpan dalam Rekening Kas Umum Negara padabank sentral.

(4) Dalam pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluarannegara, Bendahara Umum Negara dapat membuka RekeningPenerimaan dan Rekening Pengeluaran pada bank umum.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 62: Buku 1 keuangan

38

(5) Rekening Penerimaan digunakan untuk menampung penerimaannegara setiap hari.

(6) Saldo Rekening Penerimaan setiap akhir hari kerja wajib disetorkanseluruhnya ke Rekening Kas Umum Negara pada bank sentral.

(7) Dalam hal kewajiban penyetoran tersebut secara teknis belumdapat dilakukan setiap hari, Bendahara Umum Negara mengaturpenyetoran secara berkala.

(8) Rekening Pengeluaran pada bank umum diisi dengan dana yangbersumber dari Rekening Kas Umum Negara pada bank sentral.

(9) Jumlah dana yang disediakan pada Rekening Pengeluaransebagaimana dimaksud pada ayat (8) disesuaikan denganrencana pengeluaran untuk membiayai kegiatan pemerintahanyang telah ditetapkan dalam APBN.

Pasal 23

(1) Pemerintah Pusat memperoleh bunga dan/atau jasa giro atasdana yang disimpan pada bank sentral.

(2) Jenis dana, tingkat bunga dan/atau jasa giro sebagaimanadimaksud pada ayat (1), serta biaya sehubungan denganpelayanan yang diberikan oleh bank sentral, ditetapkanberdasarkan kesepakatan Gubernur Bank Sentral denganMenteri Keuangan.

Pasal 24(1) Pemerintah Pusat/Daerah berhak memperoleh bunga dan/atau

jasa giro atas dana yang disimpan pada bank umum.(2) Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah Pusat/

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan padatingkat suku bunga dan/atau jasa giro yang berlaku.

(3) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bankumum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan padaketentuan yang berlaku pada bank umum yang bersangkutan.

Pasal 25

(1) Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah merupakanPendapatan Negara/Daerah.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 63: Buku 1 keuangan

39

(2) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bankumum dibebankan pada Belanja Negara/Daerah.

Pasal 26

(1) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dalam haltertentu dapat menunjuk badan lain untuk melaksanakanpenerimaan dan/atau pengeluaran negara untuk mendukungkegiatan operasional kementerian negara/lembaga.

(2) Penunjukan badan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dalam suatu kontrak kerja.

(3) Badan lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berkewajiban menyampaikan laporan secara berkala kepadaBendahara Umum Negara mengenai pelaksanaan penerimaandan/atau pengeluaran sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.

Pasal 27

(1) Dalam rangka penyelenggaraan rekening Pemerintah Daerah,Pejabat Pengelola Keuangan Daerah membuka Rekening KasUmum Daerah pada bank yang ditentukan oleh Gubernur/Bupati/Walikota.

(2) Dalam pelaksanaan operasional Penerimaan dan PengeluaranDaerah, Bendahara Umum Daerah dapat membuka RekeningPenerimaan dan Rekening Pengeluaran pada bank yangditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota.

(3) Rekening Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)digunakan untuk menampung Penerimaan Daerah setiap hari.

(4) Saldo Rekening Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke RekeningKas Umum Daerah.

(5) Rekening Pengeluaran pada bank sebagaimana dimaksud padaayat (1) diisi dengan dana yang bersumber dari Rekening KasUmum Daerah.

(6) Jumlah dana yang disediakan pada Rekening Pengeluaransebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan denganrencana pengeluaran untuk membiayai kegiatan pemerintahanyang telah ditetapkan dalam APBD.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 64: Buku 1 keuangan

40

Pasal 28

(1) Pokok-pokok mengenai pengelolaan uang negara/daerah diaturdengan peraturan pemerintah setelah dilakukan konsultasi denganbank sentral.

Pedoman lebih lanjut mengenai pengelolaan uang negara/daerahsesuai

(2) Dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan pemerintahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh MenteriKeuangan selaku Bendahara Umum Negara.

(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)yang berkaitan dengan pengelolaan uang daerah selanjutnyadiatur dengan peraturan daerah.

Bagian KeduaPelaksanaan Penerimaan Negara/Daerah olehKementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja

Perangkat Daerah

Pasal 29

(1) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran dapatmembuka rekening untuk keperluan pelaksanaan penerimaan dilingkungan kementerian negara/lembaga yang bersangkutansetelah memperoleh persetujuan dari Bendahara Umum Negara.

(2) Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untukmenatausahakan penerimaan negara di lingkungan kementeriannegara/lembaga.

(3) Dalam rangka pengelolaan kas, Bendahara Umum Negara dapatmemerintahkan pemindahbukuan dan/atau penutupan rekeningsebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 30(1) Gubernur/Bupati/Walikota dapat memberikan ijin pembukaan

rekening untuk keperluan pelaksanaan penerimaan di lingkunganpemerintah daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Gubernur/Bupati/Walikota mengangkat bendahara untukmenatausahakan penerimaan satuan kerja perangkat daerahdi lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 65: Buku 1 keuangan

41

Bagian KetigaPengelolaan Uang Persediaan untuk KeperluanKementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja

Perangkat Daerah

Pasal 31

(1) Menteri/pimpinan lembaga dapat membuka rekening untukkeperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan kementeriannegara/lembaga yang bersangkutan setelah mendapatpersetujuan dari Menteri Keuangan selaku Bendahara UmumNegara.

(2) Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untukmengelola uang yang harus dipertanggungjawabkan dalamrangka pelaksanaan pengeluaran kementerian negara/lembaga.

(3) Dalam rangka pengelolaan kas, Bendahara Umum Negaradapat memerintahkan pemindahbukuan dan/atau penutupanrekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 32

(1) Gubernur/Bupati/Walikota dapat memberikan ijin pembukaanrekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungansatuan kerja perangkat daerah.

(2) Gubernur/Bupati/Walikota mengangkat bendahara untukmengelola uang yang harus dipertanggungjawabkan dalamrangka pelaksanaan pengeluaran satuan kerja perangkat daerah.

BAB VPENGELOLAAN PIUTANG DAN UTANG

Bagian PertamaPengelolaan Piutang

Pasal 33(1) Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada

Pemerintah Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha MilikDaerah sesuai dengan yang tercantum/ditetapkan dalamUndang-undang tentang APBN.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 66: Buku 1 keuangan

42

(2) Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepadalembaga asing sesuai dengan yang tercantum/ditetapkan dalamUndang-undang tentang APBN.

(3) Tata cara pemberian pinjaman atau hibah sebagaimanadimaksud pada ayat (1 ) dan ayat (2) diatur dengan peraturanpemerintah.

Pasal 34(1) Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan,

belanja, dan kekayaan negara/daerah wajib mengusahakan agarsetiap piutang negara/daerah diselesaikan seluruhnya dan tepatwaktu.

(2) Piutang negara/daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnyadan tepat waktu, diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 35

Piutang negara/daerah jenis tertentu mempunyai hak mendahulusesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 36

(1) Penyelesaian piutang negara/daerah yang timbul sebagai akibathubungan keperdataan dapat dilakukan melalui perdamaian,kecuali mengenai piutang negara/daerah yang carapenyelesaiannya diatur tersendiri dalam Undang-Undang.

(2) Penyelesaian piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yangmenyangkut piutang negara ditetapkan oleh :

a. Menteri Keuangan, jika bagian piutang negara yang tidakdisepakati tidak lebih dari Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluhmiliar rupiah);

b. Presiden, jika bagian piutang negara yang tidak disepakatilebih dari Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)sampai dengan Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliarrupiah);

c. Presiden, setelah mendapat pertimbangan Dewan PerwakilanRakyat, jika bagian piutang negara yang tidak disepakatilebih dari Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 67: Buku 1 keuangan

43

(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)yang menyangkut piutang Pemerintah Daerah ditetapkan oleh :

a. Gubernur/Bupati/Walikota, jika bagian piutang daerah yangtidak disepakati tidak lebih dari Rp. 5.000.000.000,00 (limamiliar rupiah);

b. Gubernur/Bupati/Walikota, setelah mendapat pertimbanganDewan Perwakilan Rakyat Daerah, jika bagian piutang daerahyang tidak disepakati lebih dari Rp. 5.000.000.000,00 (limamiliar rupiah).

(4) Perubahan atas jumlah uang, sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dan ayat (3), ditetapkan dengan Undang-Undang.

Pasal 37(1) Piutang negara/daerah dapat dihapuskan secara mutlak atau

bersyarat dari pembukuan, kecuali mengenai piutang negara/daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalamUndang-Undang.

(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sepanjangmenyangkut piutang Pemerintah Pusat, ditetapkan oleh :a. Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan Rp

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);b. Presiden untuk jumlah lebih dari Rp. 10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);

c. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyatuntuk jumlah lebih dari Rp. 100.000.000.000,00 (seratusmiliar rupiah).

(3) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sepanjangmenyangkut piutang Pemerintah Daerah, ditetapkan oleh :a. Gubernur/Bupati/Walikota untuk jumlah sampai dengan Rp.

5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);b. Gubernur/Bupati/Walikota dengan persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah untuk jumlah lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(4) Perubahan atas jumlah uang, sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dan ayat (3) ditetapkan dengan Undang-Undang.

(5) Tata cara penyelesaian dan penghapusan piutang negara/daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) serta dalam

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 68: Buku 1 keuangan

44

Pasal 36 ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan peraturanpemerintah.

Bagian KeduaPengelolaan Utang

Pasal 38(1) Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa

atas nama Menteri Keuangan untuk mengadakan utang negaraatau menerima hibah yang berasal dari dalam negeri ataupundari luar negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkandalam Undang-Undang APBN.

(2) Utang/hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatditeruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD.

(3) Biaya berkenaan dengan proses pengadaan utang atau hibahsebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan pada AnggaranBelanja Negara.

(4) Tata cara pengadaan utang dan/atau penerimaan hibah baikyang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri sertapenerusan utang atau hibah luar negeri kepada PemerintahDaerah/BUMN/BUMD, diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 39(1) Gubernur/Bupati/Walikota dapat mengadakan utang daerah

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam PeraturanDaerah tentang APBD.

(2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah menyiapkanpelaksanaan pinjaman daerah sesuai dengan keputusanGubernur/Bupati/Walikota.

(3) Biaya berkenaan dengan pinjaman dan hibah daerah dibebankanpada Anggaran Belanja Daerah.

(4) Tata cara pelaksanaan dan penatausahaan utang negara/daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pasal 40(1) Hak tagih mengenai utang atas beban negara/daerah

kedaluwarsa setelah 5 (lima) tahun sejak utang tersebut jatuhtempo, kecuali ditetapkan lain oleh Undang-Undang.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 69: Buku 1 keuangan

45

(2) Kedaluwarsaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertundaapabila pihak yang berpiutang mengajukan tagihan kepadanegara/daerah sebelum berakhirnya masa kedaluwarsa.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlakuuntuk pembayaran kewajiban bunga dan pokok pinjamannegara/daerah.

BAB VIPENGELOLAAN INVESTASI

Pasal 41

(1) Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untukmemperoleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya.

(2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalambentuk saham, surat utang, dan investasi langsung.

(3) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganperaturan pemerintah.

(4) Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

(5) Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan daerah.

BAB VII

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

Pasal 42(1) Menteri Keuangan mengatur pengelolaan barang milik negara.(2) Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Barang bagi

kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.(3) Kepala kantor dalam lingkungan kementerian negara/lembaga

adalah Kuasa Pengguna Barang dalam lingkungan kantor yangbersangkutan.

Pasal 43(1) Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan kebijakan pengelolaan

barang milik daerah.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 70: Buku 1 keuangan

46

(2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah melakukanpengawasan atas penyelenggaraan pengelolaan barang milikdaerah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota.

(3) Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna Barangbagi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.

Pasal 44Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengeloladan menatausahakan barang milik negara/daerah yang beradadalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

Pasal 45(1) Barang milik negara/daerah yang diperlukan bagi

penyelenggaraan tugas pemerintahan negara/daerah tidakdapat dipindahtangankan.

(2) Pemindahtanganan barang milik negara/daerah dilakukan dengancara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagaimodal Pemerintah setelah mendapat persetujuan DPR/DPRD.

Pasal 46

(1) Persetujuan DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat(2) dilakukan untuk :

a. pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan.

b. tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada hurufa ayat ini tidak termasuk tanah dan/atau bangunan yang:

1) sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah ataupenataan kota;

2) harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunanpengganti sudah disediakan dalam dokumen pelaksanaananggaran;

3) diperuntukkan bagi pegawai negeri;4) diperuntukkan bagi kepentingan umum;5) dikuasai negara berdasarkan keputusan pengadilan yang

telah memiliki kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkanketentuan perundang-undangan, yang jika statuskepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 71: Buku 1 keuangan

47

c. Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

(2) Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/ataubangunan yang bernilai lebih dari Rp. 10.000.000.000,00(sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.000.000,00(seratus miliar rupiah) dilakukan setelah mendapat persetujuanPresiden.

(3) Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/ataubangunan yang bernilai sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00(sepuluh miliar rupiah) dilakukan setelah mendapat persetujuanMenteri Keuangan.

Pasal 47(1) Persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat

(2) dilakukan untuk :

a. pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan.

b. tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada hurufa ayat ini tidak termasuk tanah dan/atau bangunan yangsudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataankota;1) harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan

pengganti sudah disediakan dalam dokumen pelaksanaananggaran;

2) diperuntukkan bagi pegawai negeri;3) diperuntukkan bagi kepentingan umum;4) dikuasai daerah berdasarkan keputusan pengadilan yang

telah memiliki kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkanketentuan perUndang-Undangan, yang jika statuskepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.

c. Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp. 5.000.000.000.00(lima miliar rupiah).

(2) Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/ataubangunan yang bernilai sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00(lima miliar rupiah) dilakukan setelah mendapat persetujuanGubernur/Bupati/Walikota.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 72: Buku 1 keuangan

48

Pasal 48

(1) Penjualan barang milik negara/daerah dilakukan dengan caralelang, kecuali dalam hal-hal tertentu.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganperaturan pemerintah.

Pasal 49

(1) Barang milik negara/daerah yng berupa tanah yang dikuasaiPemerintah Pusat/Daerah harus disertifikatkan atas namapemerintah Republik Indonesia/pemerintah daerah yangbersangkutan.

(2) Bangunan milik negara/daerah harus dilengkapi dengan buktistatus kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib.

(3) Tanah dan bangunan milik negara/daerah yang tidakdimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokokdan fungsi instansi yang bersangkutan, wajib diserahkanpemanfaatannya kepada Menteri Keuangan/Gubernur/Bupati/Walikota untuk kepentingan penyelenggaraan tugaspemerintahan negara/daerah.

(4) Barang milik negara/daerah dilarang untuk diserahkan kepadapihak lain sebagai pembayaran atas tagihan kepada PemerintahPusat/Daerah.

(5) Barang milik negara/daerah dilarang digadaikan atau dijadikanjaminan untuk mendapatkan pinjaman.

(6) Ketentuan mengenai pedoman teknis dan administrasipengelolaan barang milik negara/daerah diatur dengan peraturanpemerintah.

BAB VIIILARANGAN PENYITAAN UANG DAN BARANG MILIK

NEGARA/DAERAH DAN/ATAU YANG DIKUASAINEGARA/DAERAH

Pasal 50

Pihak mana pun dilarang melakukan penyitaan terhadap:a. uang atau surat berharga milik negara/daerah baik yang berada

pada instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 73: Buku 1 keuangan

49

b. uang yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada negara/daerah;c. barang bergerak milik negara/daerah baik yang berada pada

instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga;d. barang tidak bergerak dan hak kebendaan lainnya milik negara/

daerah;e. barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh negara/daerah yang

diperlukan untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan.

BAB IX

PENATAUSAHAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN APBN/APBD

Bagian PertamaAkuntansi Keuangan

Pasal 51

(1) Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selakuBendahara Umum Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansiatas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana,termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya.

(2) Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerahselaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atastransaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuktransaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggungjawabnya.

(3) Akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)digunakan untuk menyusun laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

Bagian KeduaPenatausahaan Dokumen

Pasal 52

Setiap orang dan/atau badan yang menguasai dokumen yangberkaitan dengan perbendaharaan negara wajib menatausahakandan memelihara dokumen tersebut dengan baik sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 74: Buku 1 keuangan

50

Bagian KetigaPertanggungjawaban Keuangan

Pasal 53

(1) Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran bertanggungjawab secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjaditanggung jawabnya kepada Kuasa Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah.

(2) Kuasa Bendahara Umum Negara bertanggung jawab kepadaMenteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dari segihak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaanpenerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya.

(3) Bendahara Umum Negara bertanggung jawab kepada Presidendari segi hak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaanpenerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya.

(4) Bendahara Umum Daerah bertanggung jawab kepadaGubernur/Bupati/Walikota dari segi hak dan ketaatan kepadaperaturan atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yangdilakukannya.

Pasal 54(1) Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan

material kepada Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota ataspelaksanaan kebijakan anggaran yang berada dalampenguasaannya.

(2) Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formaldan material kepada Pengguna Anggaran atas pelaksanaankegiatan yang berada dalam penguasaannya.

Bagian KeempatLaporan Keuangan

Pasal 55(1) Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan

Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada Presidendalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaanAPBN.

ADMINISTRASI KEUANGANADMINISTRASI KEUANGAN

Page 75: Buku 1 keuangan

51

(2) Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) :

a. Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporankeuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri laporankeuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing.

b. Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf adisampaikan kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

c. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negaramenyusun Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat;

d. Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah Pusat dalamkepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan menyusunikhtisar laporan keuangan perusahaan negara.

(3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan Presiden kepada Badan Pemeriksa Keuangan palinglambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

(4) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaanAPBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalianintern yang memadai dan akuntansi keuangan telahdiselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan keuangan dan kinerjainstansi pemerintah diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 56(1) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat

Pengelola Keuangan Daerah menyusun laporan keuanganpemerintah daerah untuk disampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota dalam rangka memenuhi pertanggungjawabanpelaksanaan APBD.

(2) Dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) :

a. Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku PenggunaAnggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan

ADMINISTRASI KEUANGANADMINISTRASI KEUANGAN

Page 76: Buku 1 keuangan

52

laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran,neraca, dan catatan atas laporan keuangan.

b. Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf adisampaikan kepada kepala satuan kerja pengelola keuangandaerah selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahunanggaran berakhir.

c. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selakuBendahara Umum Daerah menyusun Laporan Arus KasPemerintah Daerah;

d. Gubernur/Bupati/Walikota selaku wakil pemerintah daerahdalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkanmenyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah.

(3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan Gubernur/Bupati/Walikota kepada Badan PemeriksaKeuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaranberakhir.

(4) Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku PenggunaAnggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwapengelolaan APBD telah diselenggarakan berdasarkan sistempengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangantelah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansipemerintahan.

Bagian KelimaKomite Standar Akuntansi Pemerintahan

Pasal 57(1) Dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan

akuntansi pemerintahan dibentuk Komite Standar AkuntansiPemerintahan.

(2) Komite Standar Akuntansi Pemerintahan bertugas menyusunstandar akuntansi pemerintahan yang berlaku baik untukPemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sesuai dengankaidah-kaidah akuntansi yang berlaku umum.

(3) Pembentukan, susunan, kedudukan, keanggotaan, dan masakerja Komite Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Presiden.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 77: Buku 1 keuangan

53

BAB X

PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

Pasal 58(1) Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selakuKepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistempengendalian intern di lingkungan pemerintahan secaramenyeluruh.

(2) Sistem pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

BAB XI

PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH

Pasal 59

(1) Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakanmelanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segeradiselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yangberlaku.

(2) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lainyang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikankewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsungmerugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut.

(3) Setiap pimpinan kementerian negara/lembaga/kepala satuankerja perangkat daerah dapat segera melakukan tuntutan gantirugi, setelah mengetahui bahwa dalam kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutanterjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak mana pun.

Pasal 60

(1) Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan langsungatau kepala kantor kepada menteri/pimpinan lembaga dandiberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian negara itudiketahui.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 78: Buku 1 keuangan

54

(2) Segera setelah kerugian negara tersebut diketahui, kepadabendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lainyang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikankewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2)segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/ataupengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnyadan bersedia mengganti kerugian negara dimaksud.

(3) Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkindiperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugiannegara, menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan segeramengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantiankerugian sementara kepada yang bersangkutan.

Pasal 61(1) Setiap kerugian daerah wajib dilaporkan oleh atasan langsung

atau kepala satuan kerja perangkat daerah kepada Gubernur/Bupati/Walikota dan diberitahukan kepada Badan PemeriksaKeuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelahkerugian daerah itu diketahui.

(2) Segera setelah kerugian daerah tersebut diketahui, kepadabendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lainyang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikankewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2)dapat segera dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggungjawabnya dan bersedia mengganti kerugian daerah dimaksud.

(3) Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkindiperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugiandaerah, Gubernur/Bupati/Walikota yang bersangkutan segeramengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantiankerugian sementara kepada yang bersangkutan.

Pasal 62(1) Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara

ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

(2) Apabila dalam pemeriksaan kerugian negara/daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan unsur pidana,Badan Pemeriksa Keuangan menindaklanjutinya sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 79: Buku 1 keuangan

55

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang pengenaan ganti kerugian negaraterhadap bendahara diatur dalam Undang-undang mengenaipemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.

Pasal 63

(1) Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawainegeri bukan bendahara ditetapkan oleh Menteri/PimpinanLembaga/Gubernur/Bupati/Walikota.

(2) Tata cara tuntutan ganti kerugian negara/daerah diatur denganperaturan pemerintah.

Pasal 64(1) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lain

yang telah ditetapkan untuk mengganti kerugian negara/daerahdapat dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi pidana.

(2) Putusan pidana tidak membebaskan dari tuntutan ganti rugi.

Pasal 65

Kewajiban bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, ataupejabat lain untuk membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jikadalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebutatau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidakdilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangkutan.

Pasal 66(1) Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau

pejabat lain yang dikenai tuntutan ganti kerugian negara/daerahberada dalam pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia,penuntutan dan penagihan terhadapnya beralih kepadapengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas padakekayaan yang dikelola atau diperolehnya, yang berasal daribendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lainyang bersangkutan.

(2) Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli warisuntuk membayar ganti kerugian negara/daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam waktu 3(tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 80: Buku 1 keuangan

56

pengampuan kepada bendahara, pegawai negeri bukanbendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan, atau sejakbendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lainyang bersangkutan diketahui melarikan diri atau meninggal dunia,pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahuoleh pejabat yang berwenang mengenai adanya kerugiannegara/daerah.

Pasal 67

(1) Ketentuan penyelesaian kerugian negara/daerah sebagaimanadiatur dalam Undang-undang ini berlaku pula untuk uang dan/atau barang bukan milik negara/daerah, yang berada dalampenguasaan bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, ataupejabat lain yang digunakan dalam penyelenggaraan tugaspemerintahan.

(2) Ketentuan penyelesaian kerugian negara/daerah dalam Undang-undang ini berlaku pula untuk pengelola perusahaan negara/daerah dan badan-badan lain yang menyelenggarakanpengelolaan keuangan negara, sepanjang tidak diatur dalamUndang-Undang tersendiri.

BAB XIIPENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

Pasal 68(1) Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraanumum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

(2) Kekayaan Badan Layanan Umum merupakan kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkansepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan Badan LayananUmum yang bersangkutan.

(3) Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintah pusatdilakukan oleh Menteri Keuangan dan pembinaan teknis dilakukanoleh menteri yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahanyang bersangkutan.

(4) Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintahdaerah dilakukan oleh pejabat pengelola keuangan daerah dan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 81: Buku 1 keuangan

57

pembinaan teknis dilakukan oleh kepala satuan kerja perangkatdaerah yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahanyang bersangkutan.

Pasal 69

(1) Setiap Badan Layanan Umum wajib menyusun rencana kerjadan anggaran tahunan.

(2) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerjaBadan Layanan Umum disusun dan disajikan sebagai bagianyang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran sertalaporan keuangan dan kinerja Kementerian Negara/Lembaga/pemerintah daerah.

(3) Pendapatan dan belanja Badan Layanan Umum dalam rencanakerja dan anggaran tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2) dikonsolidasikan dalam rencana kerja dananggaran Kementerian Negara/Lembaga/pemerintah daerahyang bersangkutan.

(4) Pendapatan yang diperoleh Badan Layanan Umum sehubungandengan jasa layanan yang diberikan merupakan PendapatanNegara/Daerah.

(5) Badan Layanan Umum dapat memperoleh hibah atausumbangan dari masyarakat atau badan lain.

(6) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat(5) dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BadanLayanan Umum yang bersangkutan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan BadanLayanan Umum diatur dalam peraturan pemerintah.

BAB XIIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 70(1) Jabatan fungsional bendahara sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 dibentuk selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejakUndang-Undang ini diundangkan.

(2) Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatandari belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 82: Buku 1 keuangan

58

12 dan Pasal 13 Undang-Undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008 dan selama pengakuandan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belumdilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.

(3) Penyimpanan uang negara dalam Rekening Kas Umum Negarapada Bank Sentral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22dilaksanakan secara bertahap, sehingga teRIaksana secarapenuh selambat-lambatnya pada tahun 2006.

(4) Penyimpanan uang daerah dalam Rekening Kas Umum Daerahpada bank yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalamPasal 27 dilaksanakan secara bertahap, sehingga teRIaksanasecara penuh selambat-lambatnya pada tahun 2006.

Pasal 71(1) Pemberian bunga dan/atau jasa giro sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 23 ayat (1) mulai dilaksanakan pada saatpenggantian Sertifikat Bank Indonesia dengan Surat UtangNegara sebagai instrumen moneter.

(2) Penggantian Sertifikat Bank Indonesia dengan Surat UtangNegara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan mulaitahun 2005.

(3) Selama Surat Utang Negara belum sepenuhnya menggantikanSertifikat Bank Indonesia sebagai instrumen moneter, tingkatbunga yang diberikan adalah sebesar tingkat bunga Surat UtangNegara yang berasal dari penyelesaian Bantuan Likuiditas BankIndonesia.

BAB XIVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 72

Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, Undang-UndangPerbendaharaan lndonesia/Indische Comptabiliteitswet (ICW),Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana telah beberapakali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1968(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53,Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860) dinyatakan tidak berlaku.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 83: Buku 1 keuangan

59

Pasal 73

Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut Undang-undang inisudah selesai selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-undang ini diundangkan.

Pasal 74Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganUndang-Undang ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Disahkan di JakartaPada tanggal 14 Januari 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 84: Buku 1 keuangan

60

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 5 TAHUN 1996

TENTANG

HAK KEUANGAN/ADMINISTRATIF DUTA BESARLUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH DAN MANTANDUTA BESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH

SERTA JANDA/DUDANYA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa selama ini hak keuangan Duta Besar LuarBiasa dan Berkuasa Penuh belum diatur denganperaturan perundang-undangan;

b. bahwa untuk menjamin kepastian hukum, hakkeuangan Duta Besar Luar Biasa dan BerkuasaPenuh, perlu diatur dengan Peraturan Pemerintah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentangPokok-pokok Kepegawaian (Lembaran NegaraTahun 1974 Nomor 55, Tambahan LembaranNegara Nomor 3041);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAKKEUANGAN/ADMINISTRATIF DUTA BESAR LUARBIASA DAN BERKUASA PENUH DAN MANTAN DUTABESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH SERTAJANDA/DUDANYA.

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 85: Buku 1 keuangan

61ADMINISTRASI KEUANGAN

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:1. Duta Besar Luar Biasa, dan Berkuasa Penuh (Duta Besar LBBP)

adalah Pejabat Negara Eksekutif yang diangkat oleh Presidenyang mewakili Negara dan Kepala Negara Republik Indonesia disatu negara tertentu atau lebih atau pada organisasi internasional.

2. Dasar pensiun adalah gaji pokok terakhir berdasarkan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

3. Tewas adalah :a. meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas

kewajibannya;b. meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya

dengan dinasnya, sehingga itu disamakan dengan meninggaldunia dalam dan karena menjalankan tugas dankewajibannya;

c. meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka ataucacat jasmani atau cacat rohani yang didapat dalam dankarena menjalankan tugas kewajibannya; atau

d. meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidakbertanggung jawab ataupun sebagai akibat tindakanterhadap anasir itu.

BAB IIGAJI POKOK DAN TUNJANGAN

Pasal 2(1) Duta Besar LBBP diberikan gaji pokok setiap bulan.(2) Besarnya gaji pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

adalah Rp. 2.250.000,- (dua juta dua ratus lima puluh riburupiah).

Pasal 3(1) Selain gaji pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, kepada

Duta Besar LBBP diberikan :

Page 86: Buku 1 keuangan

62

a. tunjangan jabatan;b. tunjangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil;c. tunjangan lainnya.Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkandengan Keputusan Presiden.

BAB IIIBIAYA PERJALANAN, RUMAH JABATAN

DAN KENDARAAN DINAS

Pasal 4Duta Besar LBBP yang melakukan perjalanan dinas diberikan biayaperjalanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 5(1) Kepada Duta Besar LBBP disediakan sebuah rumah jabatan

milik negara dengan perlengkapannya dan sebuah kendaraandengan pengemudinya.

(2) Biaya pemeliharaan rumah jabatan dan kendaraan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) ditanggung oleh Negara.

BAB IVPERAWATAN TUNJANGAN CACAT, UANG DUKA

DAN BIAYA PEMAKAMAN

Pasal 6Duta Besar LBBP yang mengalami kecelakaan dan/atau menderitasakit karena dinas diberikan pengobatan, perawatan dan/ataurehabilitasi menurut peraturan perundang-undangan yang berlakubagi Pegawai Negeri Sipil.

Pasal 7(1) Duta besar LBBP yang mengalami kecelakaan sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 6 yang mengakibatkan tidak dapatbekerja lagi dalam semua jabatan Negara karena cacat jasmanidan/atau cacat rohani, diberikan tunjangan cacat.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 87: Buku 1 keuangan

63

(2) Cacat jasmani dan cacat rohani sebagaimana dimaksud dalamayat (1), dinyatakan dengan surat keterangan Tim PengujiKesehatan.

(3) Tunjangan cacat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)diberikan dengan Keputusan Presiden berdasarkan peraturanperundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil.

Pasal 8(1) Apabila Duta Besar LBBP tewas, maka kepada isteri/suami atau

anaknya yang sah diberikan uang duka tewas.

(2) Apabila Duta Besar LBBP wafat, maka kepada isteri/suami atauanaknya yang sah diberikan uang duka wafat.

(3) Besarnya uang duka tewas dan uang duka wafat sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku bagi PegawaiNegeri Sipil.

Pasal 9Biaya pemakaman bagi Duta Besar LBBP yang meninggal duniaditanggung oleh Negara.

BAB VPENSIUN

Pasal 10Duta Besar LBBP yang diberhentikan dengan hormat dari jabatannyaberhak memperoleh pensiun.

Pasal 11

(1) Pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, ditetapkanberdasarkan lamanya masa jabatan.

(2) Besarnya pensiun pokok sebulan adalah 1% (satu perseratus)dari dasar pensiun untuk tiap-tiap satu bulan masa jabatandengan ketentuan bahwa besarnya pensiun pokok sekurang-kurangnya 6% (enam perseratus) dan sebanyak-banyaknya75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari dasar pensiun.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 88: Buku 1 keuangan

64

(3) Duta besar LBBP yang berhenti dengan hormat dari jabatannyayang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan tidak dapatbekerja lagi dalam semua jabatan negara disebabkan keadaanjasmani rohani akibat dinas, berhak menerima pensiun tertinggisebesar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari dasar pensiun.

Pasal 12

Pensiun Duta Besar LBBP ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Pasal 13

Pensiun sebagaimana dimaksud bahwa Pasal 10 dibayarkan terhitungmulai bulan berikutnya sejak yang bersangkutan diberhentikandengan hormat.

Pasal 14(1) Pembayaran pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

dihentikan apabila penerima pensiun yang bersangkutan :a. meninggal dunia;b. diangkat lagi menjadi Pejabat Negara Eksekutif

(2) Penghentian pembayaran pensiun sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dilakukan :a. pada akhir bulan kedua setelah penerima pensiun meninggal

dunia;b. pada bulan berikutnya setelah mantan Duta Besar LBBP

diangkat menjadi Pejabat Negara Eksekutif.

(3) Apabila penerima pensiun setelah mantan Duta Besar LBBPdiangkat menjadi Pejabat Negara Eksekutif sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) huruf b, kemudian berhenti denganhormat dan jabatannya, maka mulai bulan berikutnya sejakberhenti dengan hormat, kepadanya diberikan pensiunsebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dengan memperhitungkanmasa jabatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

Pasal 15(1) Apabila penerima pensiun mantan Duta Besar LBBP meninggal

dunia, maka kepada isteri/suaminya yang sah diberikan pensiunjanda/duda vang besarnya ½ (setengah) dari pensiun yang

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 89: Buku 1 keuangan

65

diterima terakhir oleh almarhum suaminya atau almarhumahisterinya.

(2) Pensiun janda/duda diberikan pula apabila Duta Besar LBBPmeninggal dunia dalam masa jabatannya.

(3) Apabila Duta Besar LBBP sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) tewas, maka besamya pensiun janda/duda adalah 72%(tujuh puluh dua perseratus) dari dasar pensiun.

(4) Pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3)dibayarkan mulai bulan ketiga setelah Duta Besar LBBP yangbersangkutan meninggal dunia.

Pasal 16

(1) Pembayaran pensiun janda/duda dihentikan apabila penerimapensiun janda/duda yang bersangkutan :

a. meninggal dunia; ataub. kawin lagi.

(2) Penghentian pembayaran pensiun janda/duda sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dilakukan pada bulan berikutnyapenerima pensiun janda/duda yang bersangkutan meninggaldunia atau kawin lagi.

Pasal 17

(1) Apabila Duta Besar LBBP atau penerima pensiun mantan Dutabesar LBBP meninggal dunia dan tidak meninggalkan isteri/suami yang berhak menerima pensiun janda/duda atau apabilajanda/duda yang bersangkutan kawin lagi atau meninggal dunia,maka kepada anaknya yang sah diberikan pensiun anak yangbesarnya sama dengan pensiun janda/duda.

(2) Yang berhak menerima pensiun, anak sebagaimana yangdimaksud dalam ayat (1) adalah anak yang belum mencapaiusia 25 (dua puluh lima tahun), belum mempunyai pekerjaanyang tetap dan belum pernah kawin.

(3) Pembayaran pensiun anak sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilakukan :a. mulai bulan ketiga setelah Duta Besar LBBP/mantan Duta

Besar LBBP meninggal dunia;b. mulai bulan berikutnya setelah janda/duda mantan Duta Besar

LBBP yang bersangkutan meninggal dunia atau kawin lagi.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 90: Buku 1 keuangan

66

(4) Pembayaran pensiun anak sebagaimana, dimaksud dalam ayat(1) bulan berikutnya apabila anak yang bersangkutan :a. meninggal dunia;b. telah mencapai usia 25 (dua puluh lima) tahun;c. telah mempunyai pekerjaan yang tetap; ataud. telah kawin.

Pasal 18

Selain pensiun pokok, kepada penerima pensiun diberikan tunjangankeluarga dan tunjangan, lain menurut peraturan perundang-undanganyang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil.

Pasal 19

Mantan Duta Besar LBBP yang diberhentikan dengan hormat darijabatannya sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini termasukjanda/duda/anaknya, diberikan pensiun berdasarkan ketentuanPeraturan Pemerintah ini terhitung mulai tanggal 1 April 1996.

Pasal 20Pemberian pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pasal17 dan Pasal 19 ditetapkan dengan Keputusan Kepala BadanAdministrasi Kepegawaian Negara.

Pasal 21Untuk mendapatkan pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal20, penerima pensiun yang bersangkutan, mengajukan permintaansecara tetulis kepada Kepala Badan Administrasi KepegawaianNegara.

BAB VIKETENTUAN

Pasal 222

(1) Duta Besar LBBP yang merangkap jabatan, tidak dapatmenerima penghasilan rangkap atau menggunakan fasilitasrangkap.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 91: Buku 1 keuangan

67

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku jugabagi uang duka dan biaya pemakaman.

Pasal 23

Penerima pensiun mantan Pejabat Negara Eksekutif yang padasaat berlakunya Peraturan Pemerintah ini berkedudukan sebagaiDuta Besar LBBP yang kemudian diberhentikan dengan hormat darijabatannya atau sebagai mantan Duta Besar LBBP, maka kepadanyaberlaku ketentuan Pasal 14 ayat (3).

Pasal 24

(1) Hak untuk menerima pensiun hapus, apabila :

a. penerima pensiun menjadi warga negara asing atau tidakseijin pemerintah menjadi pegawai atau anggota tentarasuatu negara asing;

b. penerima pensiun menurut keputusan pejabat/Badan yangberwenang dinyatakan salah melakukan tindakan atau terlibatdalam suatu gerakan yang bertentangan dengan Pancasiladan Undang-Undang Dasar 1945.

(2) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), makasurat keputusan pensiun dicabut.

BAB VIIPENUTUP

Pasal 25Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan PeraturanPemerintah ini diatur oleh Menteri Luar Negeri, Menteri Keuangandan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara baik secarabersama-sama maupun sendiri-sendiri menurut bidang tugas masing-masing.

Pasal 26Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini segala ketentuan yangmengatur Hak Keuangan/Administratif Duta Besar LBBP yangbertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tidakberlaku.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 92: Buku 1 keuangan

68

Pasal 27

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkanagar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 14 Februari 1996

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

SOEHARTO

Diundangkan di JakartaPada tanggal 14 Pebruari 1996

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA

ttd.

MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1996 NOMOR 10

Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI

Kepala Biro Hukum dan PerUndang-Undangan

Plt.

Lambock V. Nahattands, SH

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 93: Buku 1 keuangan

69

PENJELASAN ATASPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 5 TAHUN 1996

TENTANG

HAK KEUANGAN/ADMINISTRATIF DUTA BESARLUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH DAN MANTANDUTA BESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH

SERTA JANDA/DUDANYA

1. UMUM

Sebagaimana diketahui bahwa Hak Keuangan/AdmistratifDuta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh belum diatur secaraseragam dalam peraturan perundang-undangan. Dengankeseragaman diharapkan di samping memudahkanpenyelengaraan perlakuan dapat pula untuk menjamin kepastianhukum bagi setiap Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh.

Selain itu sebagai penghargaan atas pengabdiannya kepadaNegara, sudah selayaknya bagi Duta Besar Luar Biasa danBerkuasa Penuh yang berhenti dengan hormat dari jabatannyadan janda/dudanya diberikan jaminan hidup berupa pensiun.

Sebaqai landasan untuk melaksanakan maksud sebagimanatersebut diatas, diperlukan adanya Peraturan Pemerintah yangmengatur tentang Hak Keuangan/Administratif Duta Besar LuarBiasa dan Berkuasa Penuh dan Mantan Duta Besar Luar Biasadan Berkuasa Penuh serta Janda/Dudanya.

2. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3Cukup jelas

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 94: Buku 1 keuangan

70

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5Ayat (1)

Rumah jabatan bagi Duta Besar LBBP dan perlengkapannyaserta kendaraan sebagaimana dimaksud dalam pasal iniadalah milik Negara, oleh sebab itu perawatan danpemeliharaannya menjadi tanggungan Negara.

Ayat (2)

Lihat penjelasan ayat (1)

Pasal 6Yang dimaksud dengan kecelakaan karena dinas adalahkecelakaan yang terjadi :

a. dalam dan karena menjalankan tugas dan kewajibannya;

b. dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengandinasnya sehingga kecelakaan itu disamakan dengankecelakaan yang terjadi dalam dan karena menjalankantugas kewajibannya;

c. karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawabataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu.

Yang dimaksud dengan sakit karena dinas, adalah sakit yangdiderita sebagai akibat langsung dari pelaksanaan tugas.

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Dalam hal di luar negeri, Tim Penguji Kesehatan dapatmenunjuk dokter yang berada di tempat Duta Besar LBBPmelaksanakan tugasnya untuk melakukan pengujian kesehatandan hasilnya dilaporkan kepada Tim Penguji Kesehatan.

Ayat (3)

Cukup jelas

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 95: Buku 1 keuangan

71

Pasal 8

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

cukup jelas

Pasal 9Biaya pemakaman yang ditanggung oleh Negara meliputi :

a. peti jenazah dan perlengkapannya;

b. tanah pemakaman dan biaya di tempat pemakaman;

c. angkutan jenazah dari tempat meninggal dunia ke tempatkediaman dan atau tempat pemakaman serta biayapersiapan pemakaman, dan

d. angkutan dan penginapan bagi isteri/suami yang sah dananak yang sah dari almarhum/almarhumah, denganketentuan bahwa apabila almarhum/almarhumah tidakmempunyai isteri/suami/anak yang sah, maka yangditanggung adalah biaya angkutan dan penginapan keluargalainnya sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.

Apabila jumlah isteri/suami dan anak yang ditinggalkan kurangdari 3 (tiga) orang, dapat ditambah keluarga lainnya.

Pasal 10Cukup jelas

Pasal 11

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan masa jabatan adalah masa antaratanggal 1 dari bulan berikutnya seseorang dengan resmimelaksanakan tugas jabatannya sebagai Duta Besar LBBPdan tanggal 1 bulan berikutnya yang bersangkutan berhentidengan hormat, tewas, atau wafat.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 96: Buku 1 keuangan

72

Ayat (2)

cukup Jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13Cukup Jelas

Pasal 14Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Yang dimaksud dengan Pejabat Negara Eksekutif adalahPresiden, Wakil Presiden, Menteri Negara, Kepala Daerah, WakilKepala Daerah dan Duta Besar LBBP serta pejabat lain yangditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Masa jabatan sebagai Pejabat Negara Eksekutif secaraberturut-turut diperhitungkan sampai mencapai bataspersentase pensiun maksimum, dengan ketentuan bahwadalam menghitung besarnya pensiun didahulukan dasarpensiun yang lebih tinggi.

Pasal 15

Ayat (1)

Yang berhak mendapat pensiun janda adalah isteri yang sahdari Mantan Duta Besar LBBP.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 97: Buku 1 keuangan

73

Dalam hal terdapat lebih dari seorang isteri yang sah, makayang berhak mendapat pensiun adalah isteri yang pertama.

Yang dimaksud dengan isteri pertama adalah isteri yangpertama dikawininya dengan sah tanpa terputus olehperceraian.

Ayat (2)

Apabila seorang Duta Besar LBBP meninggal dunia dalammasa jabatannya, maka untuk menetapkan pensiun janda/dudanya dihitung dahulu besarnya pensiun yang akandiperoleh almarhum/almarhumah yang bersangkutan.

Dalam hal ini tanggal kematiannya dianggap sebagai tanggalpemberhentian yang bersangkutan.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Mulai bulan berikutnya sampai dengan bulan kedua setelahDuta Besar LBBP yang bersangkutan meninggal dunia janda/dudanya menerima penghasilan penuh dari almarhum suami/almarhumah isterinya.

Pasal 16

Ayat (1)

Apabila janda/duda mantan Duta Besar LBBP kawin lagi, makaterhitung mulai bulan berikutnya surat keputusan pensiundicabut.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 17Ayat (1)

Yang dimaksud dengan anak adalah anak kandung yangsah atau anak kandung/anak yang disahkan menurutperaturan perundang-undangan yang lain yang berlaku bagipenerima pensiun.

Pensiun anak adalah merupakan hak dari semua anak,umpamanya apabila seorang Mantan Duta Besar LBBP

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 98: Buku 1 keuangan

74

mempunyai dua orang isteri yang dikawininya dengan sahdan mempunyai anak dari kedua isteri tersebut, maka anakdari masing-masing isteri tersebut memperoleh bagian pensiunanak yang besarnya sama.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 18Cukup jelas

Pasal 19Cukup jelas

Pasal 20Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

Pasal 22Ayat (1)

Dengan ketentuan ini maka Duta Besar Luar Biasa danBerkuasa Penuh yang mempunyai daerah akreditasi lebihdari satu negara hanya menerima penghasilan dan fasilitasseperti Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yangakreditasinya satu negara.

Ayat (2)

Cukup jelas

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 99: Buku 1 keuangan

75

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Yang berkewajiban mencabut surat keputusan pensiun adaiahpejabat yang menetapkan pensiun yang bersangkutan.

Pasal 25Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas

Pasal 27

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3622

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 100: Buku 1 keuangan

76

LAMPIRAN IKEPUTUSAN KEPALA BADANADMINISTRASI KEPEGAWAIAN NEGARANOMOR : 09 TAHUN 1996TANGGAL : 22 MEI 1996

KETENTUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PENSIUNKEPADA MANTAN DUTA BESAR LUAR BIASA DAN

BERKUASA PENUH SERTA JANDA/DUDANYA

I. PENDAHULUAN

A. UMUM1. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1996 (telah

ditetapkan hak keuangan/administratif Duta Besar LuarBiasa dan Berkuasa Penuh dan mantan Duta Besar LuarBiasa dan Berkuasa Penuh serta janda/dudanya.

2. Sebagai petunjuk pelaksanaannya, dipandang perlumenetapkan Keputusan Kepala Badan AdministrasiKepegawaian Negara tentang Ketentuan PelaksanaanPemberian Pensiun Kepada Mantan Duta Besar Luar BiasaDan Berkuasa Penuh Serta Janda/Dudanya.

3. Ketentuan pelaksanaan ini antara lain mengatur mengenaitata cara permintaan dan pemberian pensiun; sertapembayaran dan penghentian pembayaran pensiun bagimantan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Sertajanda/dudanya.

B. TUJUANKetentuan pelaksanaan ini adalah sebagai pedoman danpetunjuk teknis bagi pejabat yang melaksanakan pemberianpensiun kepada mantan Duta Besar Luar Biasa dan BerkuasaPenuh serta janda/dudanya.

C. PENGERTIAN

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yangselanjutnya disingkat Duta Besar LBBP adalah Pejabat

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 101: Buku 1 keuangan

77

Negara Eksekutif yang diangkat oleh Presiden yangmewakili Negara dan Kepala Negara Republik Indonesiadi satu Negara tertentu atau lebih atau pada organisasiinternasional.

2. Pejabat Negara Eksekutif yaitu :

a. Presiden/Wakil Presiden Republik Indonesia

b. Menteri Negara, termasuk Jaksa Agung, PanglimaAngkatan Bersenjata Republik Indonesia dan GubernurBank Indonesia yang diberi kedudukan setingkatdengan Menteri Negara.

c. Duta Besar LBBP

d. Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

3. Masa jabatan adalah masa antara tanggal 1 dari bulanberikutnya seseorang dengan resmi melaksanakan tugasjabatannya sebagai Duta Besar LBBP sejak keberangkatanmenuju tempat tugasnya sampai dengan tanggal 1 bulanberikutnya yang bersangkutan berhenti dengan hormat,tewas atau wafat;

4. Isteri pertama adalah isteri yang paling lama dinikahi tanpaterputus oleh perceraian.

5. Janda/duda mantan Duta Besar LBBP adalah janda/dudayang pada saat mantan Duta Besar LBBP meninggal duniamasih terikat dengan pernikahan.

6. Tewas adalah :

a. meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugaskewajibannya;

b. meninggal dunia dalam keadaan lain yang adahubungannya dengan dinasnya, sehingga kematianitu disamakan dengan meninggal dunia dalam dankarena menjalankan tugas kewajibannya;

c. meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh lukaatau cacat jasmani atau cacat rohani yang didapatdalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;atau

d. meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidakbertanggungjawab ataupun sebagai akibat tindakanterhadap anasir itu.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 102: Buku 1 keuangan

78

7. SP4 adalah Surat Permintaan Pembayaran PensiunPertama.

8. SKPPS adalah Surat Keterangan Penghentian PembayaranSementara.

9. KARIP adalah Kartu Identitas Pensiun.

10.KP2 adalah Kartu Pembayaran Pensiun.

II. YANG BERHAK MENDAPAT PENSIUN

Yang berhak mendapat pensiun adalah :

1. Duta Besar LBBP yang diberhentikan dengan hormat darijabatannya.

2. Janda/duda mantan Duta Besar LBBP yang diberhentikandengan hormat dari jabatannya.

Dalam hal terdapat lebih dari seorang isteri yang sah, makayang berhak mendapat pensiun janda adalah isteri yangpertama.

Umpamanya :

a. Saudara AHMAD BADAWI, SH adalah Duta Besar LBBPdi Mesir. Pada tanggal 14 Januari 1963 menikah denganNy. AMINAH, kemudian tanggal 10 Juli 1978 menikah lagidengan Ny. HANANI. Dalam hal demikian, maka yangberhak menerima pensiun janda adalah istri pertama yaituNy. AMINAH.

b. Saudara Drs. JOYO ASMORO Duta Besar LBBP di Prancis,pada tanggal 4 Mei 1964 menikah dengan Ny. SUNDARIdan kemudian tanggal 19 Agustus 1981 menikah lagidengan Ny. MAIMUNAH. Pada tanggal 31 Desember 1985Ny. SUNDARI di cerai, tetapi tanggal1 Januari 1990mereka rujuk kembali. Pada tanggal 31 Desember 1995Saudara Drs. JOYO ASMORO meninggal dunia. Dalamhal demikian yang berhak menerima pensiun adalah Ny.MAIMUNAH.

3. Anak Kandung yang sah mantan Duta Besar LBPP

Dalam hal mantan Duta Besar LBBP meninggal duniasedangkan ia tidak mempunyai isteri/suami yang berhakmenerima pensiun janda/duda, atau apabila penerima pensiunjanda/duda mantan Duta Besar LBBP kawin lagi, atau

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 103: Buku 1 keuangan

79

meninggal dunia, maka anak mantan Duta Besar LBBPtersebut berhak menerima pensiun dengan ketentuan :

a. belum mencapai usia 25 (dua puluh lima) tahun;

b. belum mempunyai pekerjaan yang tetap; atau

c. belum pernah kawin.

Umpamanya :

Saudara Prof. Dr. BUDI SUSANTO Duta Besar LBBP diBelanda, telah menikah dengan Ny. SRI ATUN tanggal 4September 1975. Dalam perkawinan tersebut mempunyaiseorang anak bernama BUDI SATRIO lahir 8 Agustus 1979yang hingga sekarang masih kuliah, belum bekerja dan belummenikah.

Pada tanggal 14 Agustus 1994 Prof. Dr. BUDI SUSANTOmeninggal dunia. Kemudian Ny. SRI ATUN menikah lagidengan Direktur Bank Swasta bernama JOKO ANDOMASIHtanggal 5 Januari 1996.

Dalam hal demikian, maka pensiunnya diberikan kepadaanaknya yaitu Saudara BUDI SATRIO.

III. BESARNYA PENSIUN

1. Besarnya pensiun pokok Duta Besar LBBP adalah 1 % (satuper seratus) untuk tiap 1 (satu) bulan masa jabatan denganketentuan sekurang-kurangnya 6 % (enam perseratus)sebanyak-banyaknya 75% (tujuh puluh lima perseratus) dandasar pensiun.

Umpamanya :

a. Saudara Drs. BAJURI pada tanggal 20 Mei 1995 dilantiksebagai Duta Besar LBBP di India dan berangkat ke negaratujuan 15 Juni 1995. Tetapi kemudian tanggal 15 Oktober1995 diangkat menjadi Direktur Utama PT. Pertamina danyang bersangkutan diberhentikan dengan hormat darijabatan Duta Besar LBBP tersebut.

Dalam hal demikian, perhitungan masa jabatan sebagaiDuta Besar LBBP sampai dengan akhir Oktober 1995 tidakdiperhitungkan sebanyak 4 bulan, tetapi diperhitungkan 6buian karena minimum 6%. Sehingga besarnya pensiun6% x Rp. 2.250.000,- = Rp. 135.000,- setiap bulan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 104: Buku 1 keuangan

80

b. Saudara Dr. MARSUDI berangkat ke negara Inggris sejak15 Pebruari 1995 setelah pada tanggal 6 Januari 1985dilantik sebagai Duta Besar LBBP di Inggris. Tahun 1988masa jabatannya diperpanjang untuk yang kedua kalinyahingga 10 Pebruari 1992.Dalam hal demikian, perhitungan masa jabatannya adalah1 Maret 1985 sampai dengan 1 Maret 1992 tidakdiperhitungkan sebanyak 7 tahun atau 84 bulan, tetapidalam menetapkan pensiun yang dapat diperhitungkanhanya 75 bulan, karena pensiun tertinggi 75%. Sehinggabesarnya pensiun 75% x Rp. 2.250.000,- = Rp.1.687.500,- setiap bulan.

2. Duta Besar LBBP yang diberhentikan dengan hormat darijabatannya karena oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakantidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan Negeri karenakeadaan jasmani dan atau rohani yang disebabkan dalamdan karena dinas, berhak menerima pensiun tertinggi sebesar75% (tujuh puluh lima perseratus) dari dasar pensiun.Disamping itu yang bersangkutan berhak menerima tunjangancacat sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi PegawaiNegeri Sipil.

3. Besarnya pensiun janda/duda adalah 1/2 (setengah) daripensiun yang berhak diterima oleh almarhum suami/almarhumah isterinya.

Umpamanya :Saudara BHAKTI SIREGAR, SH pernah menjabat Duta BesarLBBP di Australia selama 3 tahun dan terhitung mulai tanggal1 April 1996 diberikan pensiun sebesar 36 x 1% x Rp.2.250.000,- = Rp. 810.000,- setiap bulan. Apabila SaudaraBHAKTI SIREGAR, SH meninggal dunia, maka kepadaisterinya yang sah diberikan pensiun janda sebesar 1/2 x Rp810.000,- = Rp 405.000,- setiap bulan.

4. Apabila Duta Besar LBBP tewas, maka besarnya pensiunjanda/duda adalah 72% (tujuh puluh dua perseratus) daridasar pensiun.

Umpamanya :Saudara Dr. BAGUS PUTU ALIT adalah Duta Besar LBBP diIndia. Pada tanggal 15 Maret 1994 yang bersangkutandipanggil Presiden ke Jakarta, tetapi sewaktu dalam perjalananmenuju ke Airport di New Delhi mendapat kecelakaan,

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 105: Buku 1 keuangan

81

sehingga yang bersangkutan meninggal dunia dalam dankarena menjalankan tugas kewajibannya.Pada waktu itu yang bersangkutan meninggalkan seorangisteri yang sah bernama NI LUH PUSPAWANGI.Oleh karena yang bersangkutan meninggal dunia dalam dankarena menjalankan tugas kewajibannya, maka yangbersangkutan dinyatakan tewas. Sehingga kepada jandanyadiberikan pensiun janda sebesar 72 % x Rp. 2.250.000,- =Rp. 1.620.000,- setiap bulan.

5. Besarnya pensiun anak adalah sama dengan besarnyapensiun janda/duda.

IV. YANG BERWENANG MENETAPKAN PEMBERIANPENSIUN

1. Pensiun bagi Duta Besar LBBP yang diberhentikan denganhormat dari jabatannya sejak 14 Pebruari 1996 ditetapkandengan Keputusan Presiden.

Umpamanya :Saudara Prof. Dr. BAMBANG PERMADI diangkat menjadi DutaBesar LBBP di Inggris sejak 15 Januari 1993 dan pada tanggal5 Maret 1996 diberhentikan dengan hormat sebagai DutaBesar LBBP. Dalam hal demikian, maka pemberian pensiunnyaditetapkan dengan Keputusan Presiden.

2. Pensiun bagi mantan Duta Besar LBBP yang diberhentikandengan hormat dari jabatannya sebelum 14 Pebruari 1996,ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan AdminislrasiKepegawaian Negara.

Umpamanya :Saudara Mayjen DULHADI diangkat menjadi Duta Besar LBBPdi Pakistan tanggal 15 Juli 1990 dan diberhentikan denganhormat dari jabatan Duta Besar LBBP tersebut tanggal 25Agustus 1994.Dalam hal demikian, maka pemberian pensiunnya ditetapkandengan Keputusan Kepala Badan Administrasi KepegawaianNegara.

3. Pensiun janda/duda/anak mantan Duta Besar LBBPditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan AdministrasiKepegawaian Negara.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 106: Buku 1 keuangan

82

V. TATA CARA PERMINTAAN DAN PEMBERIAN PENSIUN

1. Pemberian pensiun Duta Besar LBBP yang diberhentikandengan hormat dari jabatannya sejak 14 Pebruari 1996.

a. Usul permintaan pensiun Duta Besar LBBP diajukan olehMenteri Luar Negeri atau Sekretaris Jenderal DepartemenLuar Negeri kepada Presiden dan tembusannya disampaikankepada Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negaradengan ketentuan masing-masing dilampiri :1) Data mantan Pejabat Negara, menurut contoh seperti

tersebut dalam Anak Lampiran I-a.2) Salinan/fotokopi sah surat keputusan pengangkatan

sebagai Duta Besar LBBP.3) Salinan/fotokopi sah surat keputusan pemberhentian

sebagai Duta Besar LBBP.4) Surat pernyataan rnelaksanakan tugas sebagai Duta

Besar LBBP dari Menteri Luar Negeri atau SekretarisJenderal Departemen Luar Negeri, dibuat menurutcontoh seperti tersebut dalam Anak Lampiran I-b.

5) Salinan/fotokopi sah surat nikah.6) SP-4A, dibuat menurut contoh seperti tersebut dalam

Anak Lampiran I-c.7) SKPPS, dibuat menurut contoh seperti tersebut dalam

Anak Lampiran I-d.8) Pasfoto ukuran 3 x 4 cm sebanyak 6 (enam) lembar

yaitu :a) 2 (dua) lembar dilekatkan pada masing-masing

Data mantan Pejabat Negara pada tempat yangdisediakan.

b) 4 (empat) lembar terpisah dengan ketenruandibelakang pasfoto dituliskan nama mantan PejabatNegara yang bersangkutan, yang masing-masingakan dilekatkan :(1) pada asli petikan surat keputusan pensiun

untuk yang bersangkutan;(2) pada tembusan-petikan surat keputusan

pensiun untuk Cabang PT. TASPEN (Persero);(3) pada KARIP;(4) pada KP2.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 107: Buku 1 keuangan

83

b. Setelah menerima tembusan usul permintaan pensiun,Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara menelitidata calon penerima pensiun Duta Besar LBBP danmencegah adanya penetapan pensiun rangkap denganpensiun Pejabat Negara Eksekutif lainnya, sertamenyiapkan naskah rancangan Keputusan Presidenmengenai pemberian pensiun Duta Besar LBBP.

Kemudian selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu)bulan setelah menerima tembusan permintaan pensiuntersebut, Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negaraharus sudah menyampaikan naskah Keputusan Presidentersebut kepada Presiden, dibuat menurut contoh sepertitersebut dalam Anak Lampiran I-e.

c. Surat keputusan pemberian pensiun bagi Duta Besar LBBPyang diberhentikan dengan hormat dari jabatannya sejak14 Pebruari 1996 ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

2. Pemberian pensiun mantan Duta Besar LBBP yangdiberhentikan dengan hormat dari jabatannya sebelum 14Pebruari 1996.

a. Mantan Duta Besar LBBP yang diberhentikan denganhormat dari jabatannya sebelum 14 Pebruari 1996 untukmendapat pensiun mengajukan permintaan kepadaKepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara melaluiSekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri, dibuatmenurut contoh seperti tersebut dalam Anak LampiranI-f dan dilampiri :

1) Data mantan Pejabat Negara, dibuat menurut contohseperti tersebut dalam Anak Lampiran I-a.

2) Salinan/fotokopi sah surat keputusan pengangkatansebagai Duta Besar LBBP.

3) Salinan/fotokopi sah surat keputusan pemberhentiansebagai Duta Besar LBBP.

4) Surat pernyataan melaksanakan tugas sebagai DutaBesar LBBP dari Menteri Luar Negeri atau SekretarisJenderal Departemen Luar Negeri, dibuat menurutcontoh seperti tersebut dalam Anak Lampiran I-b.

5) Surat pernyataan tidak pernah menjadi WargaNegara Asing, dibuat menurut contoh seperti tersebutdalam Anak Lampiran I-g.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 108: Buku 1 keuangan

84

6) Surat keterangan tidak pernah melakukan tindakanatau terlibat dalam gerakan yang menentangPancasila, Undang-Undang Dasar 1945 Negara danPemerintah yang dibuat oleh Bakorstanasda setempatbagi yang diberhentikan sebelum tahun 1967.

7) Salinan/fotokopi sah surat nikah.

8) SP4A

9) Pasfoto ukuran 3 x 4 cm sebanyak 5 (lima) lembar,yaitu :a) 1 (satu) lembar dilekatkan pada Data Mantan

Pejabat Negara pada tempat yang disediakan.b) 4 (empat) lembar terpisah dengan ketentuan

dibelakang pasfoto dituliskan namanya sendiri, yangmasing-masing akan dilekatkan :(1) Pada asli surat keputusan pensiun untuk yang

bersangkutan;(2) pada tembusan surat keputusan pensiun untuk

Cabang PT. TASPEN (Persero);(3) pada KARIP;(4) pada KP2

b. Permintaan pensiun tersebut beserta lampirannyadisampaikan kepada Kepala Badan AdministrasiKepegawaian Negara oleh Sekretaris Jenderal DepartemenLuar Negeri dengan surat pengantar menurut contohseperti tersebut dalam Anak Lampiran I-h.

3. Pemberian Pensiun Janda/Duda Mantan Duta Besar LBBP.

a. Janda/duda mantan Duta Besar LBBP yang diberhentikandengan hormat dari jabatannya, untuk mendapat pensiunmengajukan permintaan kepada Kepala BadanAdministrasi Kepegawaian Negara melalui SekretarisJenderal Departemen Luar Negeri, dibuat menurut contohseperti tersebut dalam Anak Lampiran I-i dan dilampiri :

1) Data janda/duda mantan Pejabat Negara, menurutcontoh seperti tersebut dalam Anak Lampiran I-j.

2) Salinan/fotokopi sah surat keputusan pengangkatansebagai Duta Besar LBBP.

3) Salinan/fotokopi sah surat keputusan pemberhentiansebagai Duta Besar LBBP.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 109: Buku 1 keuangan

85

4) Surat pernyataan melaksanakan tugas almarhumsuami/almarhumah isterinya sebagai Duta Besar LBBP,dari Menteri Luar Negeri atau Sekretaris JenderalDepartemen Luar Negeri, dibuat menurut contohseperti tersebut dalam Anak Lampiran I-k.

5) Surat keterangan bahwa almarhum suami/almarhumah isterinya tidak pernah melakukan tindakanatau terlibat dalam gerakan yang menentangPancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah dariBakorstanasda setempat, bagi yang berhenti sebagaiDuta Besar LBBP sebelum tahun 1967.

6) Salinan/fotokopi sah surat nikah atau apabila suratnikah hilang, maka harus ada surat keterangan daridua orang saksi yang mengetahui pernikahan tersebutyang disahkan oleh Pamong Praja serendah-rendahnya Camat.

7) Surat keterangan kematian almarhum suami/almarhumah isterinya yang dibuat oleh Pamong Prajaserendah-rendahnya Camat.

8) Surat keterangan bahwa yang bersangkutan benar-benar masih janda/duda dari almarhum suami/almarhumah isterinya yang dibuat oleh Pamong Prajaserendah-rendahnya Camat.

Yang dimaksud benar-benar masih janda/duda darialmarhum suami/almarhumah isterinya adalah selamamenjadi janda/duda dari almarhum suami/almarhumahisterinya tidak pernah nikah lagi dengan orang lain.

9) SP4B, dibuat menurut contoh seperti tersebut dalamAnak Lampiran I-L.

10)SKPPS, bagi Duta Besar LBBP yang meninggal duniadalam jabatannya sejak 14 Pebruari 1996.

11)Pasfoto ukuran 3 x 4 cm sebanyak 5 (lima) lembaryaitu :

a) 1 (satu) lembar dilekatkan pada Data janda/dudamantan Pejabat Negara pada tempat yangdisediakan.

b) 4 (empat) lembar terpisah dengan ketentuandibelakang pasfoto dituliskan namanya sendiri dan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 110: Buku 1 keuangan

86

nama mantan Pejabat Negara, yang masing-masing akan dilekatkan :(1) pada asli surat keputusan pensiun untuk yang

bersangkutan;(2) pada tembusan surat keputusan pensiun untuk

Cabang PT. TASPEN (Persero);(3) pada KARIP;(4) pada KP2

Permintaan pensiun tersebut diatas beserta lampirannyadisampaikan kepada Kepala Badan AdministrasiKepegawaian Negara oleh Sekretaris Jenderal DepartemenLuar Negeri dengan surat pengantar menurut contohseperti tersebut dalam Anak Lampiran I-h.

b. Permintaan pensiun janda/duda Duta Besar LBBP yangtewas.

Untuk mendapatkan pensiun janda/duda yang tewas,Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri mengajukanpermintaan pensiun yang disampaikan kepada Kepala BadanAdministrasi Kepegawaian Negara dengan dilampiri :

1) Data janda/duda mantan Pejabat Negara, dibuatmenurut contoh seperti tersebut dalam Anak LampiranI-j;

2) Salinan/fotokopi sah surat keputusan pengangkatansebagai Duta Besar LBBP;

3) Surat pernyataan melaksanakan tugas almarhumsuami/almarhumah isterinya sebagai Duta Besar LBBPdari Menteri Luar Negeri atau Sekretaris JenderalDepartemen Luar Negeri, dibuat menurut contohseperti tersebut dalam Anak Lampiran I-k.

4) Berita acara tentang kecelakaan yang menimpa DutaBesar LBBP yang bersangkutan yang dibuat olehpejabat yang berwenang;

5) Surat keterangan dari dokter (visum et repertum),bahwa Duta Besar LBBP tersebut telah meninggal duniasebagai akibat dari kecelakaan yang menimpa dirinya.

6) Surat keterangan penugasan apabila diperlukan;

Umpamanya :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 111: Buku 1 keuangan

87

Duta Besar LBBP yang ditempatkan di Negara SaudiArabia, tetapi yang bersangkutan meninggal dunia diParis.

Dalam hal demikian, perlu adanya surat keteranganpenugasan.

7) Surat keterangan bahwa yang bersangkutan benar-benar masih janda/duda dari almarhum suami/almarhumah isterinya yang dibuat oleh Pamong Prajaserendah-rendahnya camat, apabila pada waktumengajukan permintaan sudah lebih dari 130 hari sejaktewasnya almarhum suami/almarhumah isterinya;

8) Surat keterangan bahwa almarhum suami/almarhumah isterinya tidak pernah melakukan tindakanatau terlibat dalam gerakan yang menentangPancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara danPemerintah dari Bakorstanasda setempat, bagi yangmeninggal dunia sebelum tahun 1967;

9) Salinan/fotokopi sah surat nikah;

10)SP4B;

11)SKPPS;

12)Pasfoto ukuran 3 x 4 cm sebanyak 5 (lima) lembaryaitu :a) 1 (satu) lembar dilekatkan pada Data janda/duda

mantan Pejabat Negara pada tempat yangdisediakan;

b) 4 (empat) lembar terpisah dengan ketentuandibelakang pasfoto dituliskan namanya sendiri dannama mantan pejabat negara, yang masing-masing akan dilekatkan :(1) pada asli surat keputusan pensiun untuk yang

bersangkutan;(2) pada tembusan surat keputusan pensiun untuk

Cabang PT. TASPEN (Persero);(3) pada KARIP;(4) pada KP2.

c. Permintaan pensiun janda/duda dari penerima pensiunmantan Duta Besar LBBP, diajukan kepada Kepala BadanAdministrasi Kepegawaian Negara melalui Kepala Cabang

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 112: Buku 1 keuangan

88

PT. TASPEN (Persero) setempat, dibuat menurut contohsebagai tersebut dalam Anak Lampiran I-m dengandilampiri :

1) Data janda/duda mantan Pejabat Negara, dibuatmenurut contoh seperti tersebut dalam AnakLampiran I-j.

2) Salinan/fotokopi sah surat keputusan pensiun mantanDuta Besar LBBP almarhum suami/almarhumahisterinya.

3) Salinan/fotokopi sah surat nikah, apabila pernikahannyaterjadi setelah menerima pensiun Duta Besar LBBP.

4) Surat keterangan kematian almarhum suami/almarhumah isterinya yang dibuat oleh Pamong Prajaserendah-rendahnya Camat;

5) Surat keterangan bahwa yang bersangkutan benar-benar masih janda/duda dari almarhum suami/almarhumah isterinya yang dibuat oleh Pamong Prajaserendah-rendahnya Camat.

6) SP4B.

7) Pasfoto ukuran 3 x 4 cm sebanyak 5 (lima) lembar,yaitu :a) 1 (satu) lembar dilekatkan pada Data janda/duda

mantan Pejabat Negara;b) 4 (empat) lembar terpisah dengan ketentuan

dibelakang pasfoto dituliskan namanya sendiri dannama mantan Pejabat Negara, yang masing-masing akan dilekatkan :(1) Pada asli surat keputusan pensiun untuk yang

bersangkutan.(2) Pada tembusan surat keputusan pensiun untuk

Cabang PT. TASPEN (Persero).(3) pada KARIP.(4) pada KP2.

Permintaan pensiun tersebut diatas beserta lampirannyadisampaikan kepada Kepala Badan AdministrasiKepegawaian Negara oleh Kepala Cabang PT. TASPEN(Persero) setempat dengan surat pengantar menurutcontoh seperti tersebut dalam Anak Lampiran I-n.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 113: Buku 1 keuangan

89

4. Pemberian pensiun anak mantan Duta Besar LBBP.

a. Dalam hal Duta Besar LBBP meninggal dunia, sedangkania tidak mempunyai isteri/suami yang berhak menerimapensiun janda/duda, atau apabila janda/duda yangbersangkutan kawin lagi atau meninggal dunia, maka anakkandung yang sah untuk mendapat pensiun anak harusmengajukan permintaan kepada Kepala BadanAdministrasi Kepegawaian Negara melalui SekretarisJenderal Departemen Luar Negeri menurut contoh sebagaitersebut dalam Anak Lampiran I-o, dengan dilampiri :

1) Data anak mantan Pejabat Negara menurut contohsebagai tersebut dalam Anak Lampiran I-p.

2) Salinan/fotokopi sah surat keputusan pengangkatansebagai Duta Besar LBBP.

3) Salinan/fotokopi sah surat keputusan pemberhentiansebagai Duta Besar LBBP.

4) Surat pernyataan melaksanakan tugas almarhumbapak/almarhumah ibunya sebagai Duta Besar LBBPdari Menteri Luar Negeri atau Sekretaris JenderalDepartemen Luar Negeri, dibuat menurut contohseperti tersebut dalam Anak Lampiran I-k.

5) Salinan/fotokopi sah akte kelahiran atau suratketerangan kelahiran dari Pamong Praja serendah-rendahnya Camat.

6) Surat keterangan bahwa almarhum bapak/almarhumah ibunya tidak pernah melakukan tindakanatau terlibat dalam gerakan yang menentangPancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara danPemerintah yang dibuat oleh Bakorstanasda setempat,bagi yang diberhentikan dari jabatan Duta Besar LBBPsebelum tahun 1967.

7) Surat keterangan kematian almarhum bapak/almarhumah ibunya yang menjadi Duta Besar LBBP,dibuat Pamong Praja serendah-rendahnya Camat.

8) Surat keterangan dari Pamong Praja serendah-rendahya Camat bahwa janda/duda mantan DutaBesar LBBP yang bersangkutan telah kawin lagi ataumeninggal dunia.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 114: Buku 1 keuangan

90

9) Surat Keterangan dari Pamong Praja serendah-rendahnya Camat bahwa anak tersebut :a) belum mempunyai pekerjaan yang tetap; danb) belum pernah kawin;

10)SP4B;

11)SKPPS, bagi Duta Besar LBBP yang meninggal duniadalam jabatannya sejak 14 Pebruari 1996;

12)Pasfoto ukuran 3 x 4 cm sebanyak 5 (lima) lembar,yaitu :

a) 1 (satu) lembar dilekatkan pada Data anak mantanPejabat Negara pada tempat yang disediakan.

b) 4 (empat) lembar terpisah, dengan ketentuandibelakang pasfoto dituliskan namanya sendiri,nama mantan Pejabat Negara dan namaalmarhum suami/almarhumah isteri mantanPejabat Negara, yang masing-masing akandilekatkan :(1) Pada asli surat keputusan pensiun untuk yang

bersangkutan;(2) Pada tembusan surat keputusan pensiun untuk

Cabang PT. TASPEN (Persero);(3) pada KARIP;(4) padaKP2

b. Apabila anak kandung yang sah dari mantan Duta BesarLBBP yang bersangkutan masih belum berusia 18 (delapanbelas) tahun, maka yang mengajukan permintaan pensiuntersebut adalah walinya, dibuat menurut contoh sebagaitersebut dalam Anak Lampiran I-q, dengan ketentuandilampirkan pula surat perwaliannya.

c. Permintaan pensiun tersebut huruf a dan b diatas sertalampirannya disampaikan kepada Kepala BadanAdministrasi Kepegawaian Negara oleh Sekretaris JenderalDepartemen Luar Negeri dengan surat pengantar menurutcontoh seperti tersebut dalam Anak Lampiran I-h.

5. Penetapan Surat Keputusan Pensiun.

Apabila permintaan pensiun mantan Duta Besar LBBP yangdiberhentikan dengan hormat dari jabatannya sebelum 14Pebruari 1996, janda/duda mantan Duta Desar LBBP, Janda/

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 115: Buku 1 keuangan

91

Duda Duta Besar LBBP yang tewas dan permintaan pensiunanak sebagaimana dimaksud dalam angka Romawi V angka2, 3, dan angka 4, telah diterima di Badan AdministrasiKepegawaian Negara dalam keadaan lengkap dan memenuhisyarat, Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negarasegera menetapkan surat keputusan pensiunnya.

6. Asli surat keputusan Kepala Badan Administrasi KepegawaianNegara tentang pemberian pensiun kepada mantan DutaBesar LBBP atau kepada janda/duda/anaknya disampaikankepada yang bersangkutan dan tembusannya dikirimkankepada :

a. Menteri Negara Sekretaris Negara.

b. Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri.

c. Direktur Perbendaharaan dan Kas Negara.

d. Direktur Utama PT. TASPEN (Persero).

e. Kepala Cabang PT. TASPEN (Persero) yang bersangkutan.

7. Untuk menjamin keseragaman dalam pelaksanaannya, makadilampirkan contoh surat keputusan pensiun sebagai berikut :

a. Surat keputusan pemberian pensiun mantan Duta BesarLBBP yang diberhentikan dengan hormat dari jabatannyasebelum 14 Pebruari 1996, dibuat menurut contoh sebagaitersebut dalam Anak Lampiran I-r.

b. Surat keputusan pemberian pensiun janda/duda/anakmantan Duta Besar 14 LBBP yang diberhentikan denganhormat dari jabatannya sebelum 14 Pebruari 1996, dibuatmenurut contoh sebagai tersebut dalam Anak LampiranI-s.

c. Surat keputusan pemberian pensiun janda/duda daripenerima pensiun mantan Duta Besar LBBP, dibuatmenurut contoh sebagai tersebut dalam Anak LampiranI-t.

d. Surat keputusan pemberian pensiun janda/duda/anakDuta Besar LBBP yang tewas atau meninggal dunia dalamjabatannya dibuat menurut contoh sebagai tersebutdalam Anak Lampiran I-u.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 116: Buku 1 keuangan

92

VI.PEMBAYARAN DAN PENGHENTIAN PENSIUN

1. Pembayaran Pensiun Duta Besar LBBP.

a. Bagi pensiun Duta Besar LBBP yang diberhentikan denganhormat dari jabatannya sebelum 14 Pebruari 1996,pembayarannya dilakukan mulai 1 April 1996;

Umpamanya :

Saudara GENDOT TAMARA, SE pernah menjabat sebagaiDuta Besar LBBP di Rusia yang diberhentikan denganhormat pada tanggal 17 Juni 1972.

Dalam hal demikian, pembayaran pensiun dilakukan mulaitanggal 1 April 1996

b. Bagi pensiun Duta Besar LBBP yang diberhentikan denganhormat dari jabatannya sejak 14 Pebruari 1996,pembayarannya dilakukan mulai bulan berikutnya.

Umpamanya :

Saudara AHMAD, SH Duta Besar LBBP di Amerika Serikat,diberhentikan dengan hormat pada akhir bulan Agustus1996. Dalam hal demikian, maka pembayaran pensiunnyadilakukan mulai bulan September 1996.

2. Pembayaran Pensiun Janda/Duda Mantan Duta Besar LBPP

a. Bagi Pensiun Janda/Duda dari Mantan Duta Besar LBPPyang berhenti sebelum 14 Februari 1996, pembayarannyadilakukan mulai 1 April 1996.

Umpamanya :

Saudara ANDILALA mantan Duta Besar LBPP di Singapurapada tanggal 20 Februari 1992, diberhentikan denganhormat sebagai Duta Besar LBPP. Pada tanggal 20 Pebruari1996 yang bersangkutan meninggal dunia.Dalam hal demikian, maka pensiun jandanya dibayarkanmulai tanggal 1 April 1996.

b. Bagi Pensiun Janda/Duda Duta Besar LBPP yang meninggaldunia dalam jabatannya sejak 14 Pebruari 1996 atauPensiun Janda/Duda dari Peneriman Pensiun Duta BesarLBBP, pembayarannya dilakukan mulai bulan ketigaberikutnya.

Bulan pertama dan bulan kedua setelah Duta Besar LBBP/penerima pensiun Duta Besar LBPP meninggal dunia,

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 117: Buku 1 keuangan

93

kepada janda/dudanya dibayarkan penghasilan penuhsebesar yang diterima terakhir almarhum suami/almarhumah isterinya.

Umpamanya :

Saudara Albert Sihaloho Duta Besar LBBP di Swediameninggal dunia tanggal 25 Mei 1996, maka pensiunjandanya dibayarkan mulai bulan Agustus 1996.

Pada bulan Juni dan Juli 1996 kepada jandanya tetapdibayarkan penghasilan penuh sebesar yang diterimaterakhir almarhum suaminya.

3. Pembayaran Pensiun Anak Duta Besar LBBP/mantan DutaBesar LBBP

a. Bagi pensiun anak mantan Duta Besar LBBP yang berhentisebelum 14 Pebruari 1996, pembayaran pensiun anakdilakukan mulai tanggal 1 April 1996.

b. Bagi pensiun anak Duta Besar LBBP yang meninggal duniadalam jabatannya sejak 14 Pebruari 1996 atau pensiunanak dari penerima pensiun Duta Besar LBBP, pembayaranpensiunnya dilakukan mulai bulan ketiga berikutnya.

Bulan Pertama dan Bulan Kedua setelah Duta BesarLBBP/Penerima Pensiun Duta Besar LBBP meninggaldunia, penghasilan dibayarkan penuh kepada anaknya.

c. Bagi pensiun anak dari penerima pensiun janda/dudamantan Duta Besar LBBP yang meninggal dunia ataukawin lagi, pembayaran pensiunnya dilakukan mulai bulanberikutnya setelah meninggal dunia atau kawin lagi, denganketentuan :

1) Apabila penerima pensiun janda/duda mantan DutaBesar LBBP meninggal dunia, dan yang bersangkutanmasih mempunyai anak kandung yang sah berusia25 tahun kebawah, belum mempunyai pekerjaan tetapdan belum kawin, maka pensiun janda/duda tersebutdiberikan kepada anak kandungnya, tanpa diperlukansurat keputusan baru.

Adapun untuk mendapatkan pembayaran pensiunjanda/duda, anak kandung yang bersangkutan harusmelaporkan kepada Kepala Cabang PT. TASPEN(Persero) setempat, dibuat menurut contoh sebagaitersebut dalam Anak Lampiran I-v dengan dilampiri :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 118: Buku 1 keuangan

94

a) Salinan/fotokopi sah surat keputusan pensiunjanda/duda mantan Duta Besar LBBP.

b) Surat keterangan dari Pamong Praja serendah-rendahnya Camat bahwa anak tersebut belummempunyai pekerjaan yang tetap dan belumpernah kawin.

c) Salinan/fotokopi sah akte kelahiran.d) Salinan/fotokopi sah surat keterangan kematian

penerima pensiun janda/duda mantan Duta BesarLBBP dari Pamong Praja serendah-rendahnyaCamat.

2) Apabila penerima pensiun janda/duda mantan DutaBesar LBBP kawin lagi, dan masih mempunyai anakkandung yang sah berusia 25 tahun kebawah, belummempunyai pekerjaan tetap dan belum pernah kawin,maka surat keputusan pensiun janda/dudanya dicabut.Untuk mendapatkan pensiun anak yang bersangkutanharus mengajukan pcrmintaan pensiun kepada KepalaBadan Administrasi Kepegawaian Negara melalui KepalaCabang PT. TASPEN (Persero) setempat dengandilampiri :

a) Data anak mantan Pejabat Negara, dibuatmenurut contoh seperti tersebut dalam AnakLampiran I-p.

b) Salinan/fotokopi sah surat keputusan pensiunjanda/duda mantan Duta Besar LBBP.

c) Surat keterangan dari Pamong Praja serendah-rendahnya Camat bahwa anak tersebut belummempunyai pekerjaan yang tetap dan belumpernah kawin.

d) Salinan/fotokopi sah akte kelahiran.e) Salinan/fotokopi sah surat nikah bapak/ibunya

dengan isteri/suami yang baru.f ) SP4B.g) Pasfoto ukuran 3x4 cm sebanyak 5 (lima) lembar,

yaitu :

(1) 1 (satu) lembar dilekatkan pada Data anakmantan Pejabat Negara pada tempat yangdisediakan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 119: Buku 1 keuangan

95

(2) 4 (empat) lembar terpisah, dengan ketentuandibelakang pas-foto dituliskan namanya sendiridan nama mantan Pejabat Negara, yangmasing-masing akan dilekatkan :(a) Pada asli surat keputusan pensiun untuk

yang bersangkutan.(b) Pada tembusan surat keputusan pensiun

untuk cabang PT. TASPEN (Persero).(c) Pada KARIP.(d) Pada KP2.

4. Penghentian pembayaran pensiun mantan Duta Besar LBBP.

a. Apabila penerima pensiun mantan Duta Besar LBBPmeninggal dunia dan meninggalkan janda/duda/anak yangberhak pensiun, pensiunnya dihentikan pada akhir bulankedua berikutnya setelah meninggal dunia.

Umpamanya :Saudara RIANTO, SH adalah penerima Pensiun Duta BesarLBBP. Yang bersangkutan meninggal dunia tanggal 17Mei 1996 dengan meninggalkan seorang istri bernamaNy. ASTUTI.Dalam hal demikian, pensiun Duta Besar LBBP tersebutbaru dihentikan pada akhir bulan Juli 1996. Pensiun dalambulan Juni dan Juli 1996 tetap dibayarkan kepada Ny.ASTUTI, sedangkan pensiun janda dibayarkan mulai 1Agustus 1996.

b. Apabila penerima pensiun, mantan Duta Besar LBBPdiangkat kembali/menjadi Pejabat Negara Eksekutif,pensiunnya dihentikan pada bulan berikutnya.

Umpamanya :

Saudara DR. ARYA RAGATNATA, SH adalah penerimapensiun Duta Besar LBBP yang diberikan pensiun terhitungmulai tanggal 1 April 1996. Dalam Kabinet PembangunanTahun 1998 yang bersangkutan diangkat sebagai MenteriLuar Negeri terhitung mulai tanggal 12 Maret 1998.

Dalam hal demikian, pensiun Duta Besar LBBP tersebutdihentikan mulai tanggal 01 April 1998.

c. Bagi Penerima Pensiun mantan Duta Besar LBPP yang :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 120: Buku 1 keuangan

96

1) Menjadi warga negara asing atau anggota tentarasuatu negara asing atau tidak seijin pemerintahmenjadi Pegawai Negara Asing; atau

2) Menurut keputusan pejabat/badan yang berwenangdinyatakan salah melakukan tindakan atau terlibatdalam gerakan yang bertentangan dengan Pancasiladan Undang-Undang Dasar 1945;

Pensiunnya dihentikan sejak berlakunya pencabutan suratkeputusan pensiun oleh pejabat yang menetapkanpensiun.

5. Pembayaran pensiun janda/duda dihentikan pada bulanberikutnya penerima janda/duda yang bersangkutanmeninggal dunia atau kawin lagi.

6. Pembayaran pensiun anak dihentikan mulai bulan berikutnyaanak yang bersangkutan :

a. Meninggal dunia.

b. Telah mencapai usia 25 (dua puluh lima) tahun.

Umpamanya :

Saudara HANA YULISA lahir 20 September 1971 telahmenerima pensiun anak mantan Duta Desar LBBPterhitung mulai tanggal 1 April 1996.

Sampai dengan bulan September 1996 yang bersangkutanmasih kuliah di Universitas Indonesia, belum bekerja danbelum menikah.

Walaupun demikian pensiun anak mantan Duta Besar LBBPtersebut dihentikan pada akhir bulan September 1996.

c. Telah mempunyai pekerjaan yang tetap.

Yang dimaksud dengan mempunyai pekerjaan yang tetapadalah menjadi pegawai tetap disuatu instansi pemerintahatau instansi swasta yang telah berbadan hukum.

Umpamanya :

Saudara GALIH lahir 6 Desember 1975, penerima pensiunanak mantan Duta Besar LBBP yang diberikan terhitungmulai tanggal 1 April 1996.

Pada tanggal 15 Mei 1996 yang bersangkutan diangkatmenjadi pegawai tetap dilingkungan PT. Bima Sakti.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 121: Buku 1 keuangan

97

Dalam hal demikian, maka pensiun anak mantan DutaBesar LBBP tersebut harus dihentikan pada akhir bulanMei 1996.

d. Telah kawin7. Pensiun janda/duda mantan Duta Besar LBBP yang

dibayarkan kepada anak, dihentikan pada bulan berikutnyaapabila anak yang bersangkutan telah dalam keadaansebagaimana dimaksud angka 6 huruf a, b, c atau huruf d.

Umpamanya :

Ny. YOMANA telah menerima pensiun janda mantan DutaBesar LBBP tcrhitung mulai 1 April 1996 dan mempunyaianak yang berhak menerima pensiun bernama BUDIPAMUNGKAS lahir 12 Desember 1974. Setelah ibunyameninggal dunia pada tanggal 6 Mei 1996, pensiun jandanyadibayarkan kepadanya. Tetapi pada tanggal 14 Agustus 1996ia menikah dengan gadis pilihannya.

Dalam hal demikian, maka pensiun janda mantan Duta BesarLBBP yang dibayarkan kepada Saudara BUDI PAMUNGKAStersebut, harus dihentikan pada akhir bulan Agustus 1996.

8. Pembayaran dan penghentian pembayaran pensiun DutaBesar LBBP dan janda/duda/anaknya dilaksanakanberdasarkan ketentuan dari Departemen Keuangan.

VII. KETENTUAN LAIN-LAIN

1. Apabila penerima pensiun mantan Duta Besar LBBP diangkatkembali menjadi Pejabat Negara Eksekulif kemudiandiberhentikan dengan hormat dari jabatannya, maka mulaibulan berikutnya sejak ia diberhentikan dengan hormat darijabatannya, kepadanya diberikan lagi pensiun Pejabat NegaraEksekutif dengan memperhitungkan selama masa jabatannyasebagai Pejabat Negara Eksekutif secara berturut-turut,dengan ketentuan setinggi-tingginya 75% dari dasar pensiundan dalam menghitung besarnya pensiun didahulukan dasarpensiun yang lebih tinggi.

Umpamanya :

Saudara Ir. SABAM SILALAHI penerima pensiun Duta BesarLBBP terhitung mulai tanggal 1 April 1996 dengan pensiun

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 122: Buku 1 keuangan

98

pokok sebesar Rp. 810.000,- sebulan dan memiliki masajabatan sebagai Duta Besar LBBP tersebut selama 3 tahun.

Pada tanggal 27 Maret 1998 yang bersangkutan diangkatsebagai Menteri Pekerjaan Umum sehingga pensiunnyasebagai mantan Duta Besar LBBP dihentikan terhitung mulaitanggal 1 April 1998. Setelah kabinet berakhir yangbersangkutan pada 16 Maret 2003 diberhentikan denganhormat dari jabatannya sebagai Menteri Pekerjaan Umum.

Dalam hal demikian, maka kepada Saudara Ir. SABAMSILALAHI tersebut terhitung mulai tanggal 1 April 2003diberikan pensiun mantan Menteri/Duta Besnr LBBP (PejabatNegara Eksekutif) dengan memperhitungkan seluruh masajabatannya dengan ketentuan setinggi-tingginya 75 %, yaitusebagai berikut :

- Masa jabatan sebagai Menteri Pekerjaan Umum sebanyak5 tahun, sehingga perhitungannya 60 x 1 % x Rp.2.500.000,- = Rp. 1.500.000,-

- Masa jabatan sebagai Duta Besar LBBP sebanyak 3tahun, tetapi yang dapat diperhitungknn hanya 15 bulanyaitu 15 x 1 % x Rp. 2.250.000,- = Rp. 337.500,-

- Dengan demikian besarnya pensiun pokok yang diterimaSaudara Ir. SABAM SILALAHI setiap bulan adalah Rp.1.500.000,- + Rp. 337.000,- = Rp. 1.837.500,-

2. Penerima pensiun mantan Pejabat Negara Eksekutif yangpada Pebruari 1996 berkedudukan sebagai Duta Besar LBBPyang kcmudian berhenti dengan hormat dari jabatannya,maka berlaku ketentuan sebagaimana tersebut angka 1.

Umpamanya :

Saudara DONI TUMEWU Duta Besar LBBP di Brazil yangdiangkat sejak 6 Juni 1994. Disamping itu ia juga penerimapensiun Mantan Menteri Keuangan yang diberikan sejak 1April 1993 dengan pensiun pokok sebesar Rp. 1.200.000,-setiap bulan, atas dasar masa jabatan 4 tahun. Pada tanggal17 Juni 1997 yang bersangkutan diberhentikan dengan hormatdari jabatannya sebagai Duta Besar LBBP. Dalam hal demikian,dalam memberikan pensiun kepada Saudara DONI TUMEWUharus memperhitungkan semua masa jabatannya denganketentuan setinggi-tingginya 75 %, yang perhitungannyasebagai berikut :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 123: Buku 1 keuangan

99

- Masa jabatan sebagai Menteri Keuangan sebanyak 4tahun, sehingga perhitungan pensiunnya 48 x 1 % x Rp.2.500.000,- = Rp. 1.200.000,-

- Masa jabatan sebagai Duta Besar LBBP sebanyak 3tahun, tetapi yang dapat diperhitungkan hanya 27 bulanyaitu 27 x 1 % x Rp. 2.250.000,- = Rp. 607.500,-

- Dengan demikian besarnya pensiun pokok yang diterimaSaudara DONI TUMEWU setiap bulan sebagai mantanPejabat Negara Eksekutif adalah Rp. 1.200.000,- + Rp.607.500,- = Rp. 1.807.500,-

3. Penerima pensiun mantan Pejabat Negara Eksekutif yangpada tanggal 14 Pebruari 1996 berkedudukan sebagai MantanDuta Besar LBBP, maka berlaku ketentuan sebagaimanatersebut angka 1.

Umpamanya :Saudara Drs. MISBACH penerima pensiun Gubernur KepalaDaerah Tingkat I Kalimantan Selatan yang diberikan scjak 1April 1980 dengan pensiun pokok sebesar Rp. 600.000,- atasdasar masa jabatan sebanyak 5 tahun. Pada tanggal 15Agustus 1985 yang bersangkutan diangkat sebagai Duta BesarLBBP di Arab Saudi sampai dengan tahun 1988 dan diangkatuntuk yang kedua kalinya sampai dengan 31 Agustus 1991.Dalam hal demikian, maka kepada Saudara Drs. MISBACHterhitung mulai tanggal 1 April 1996 dapat diberikan pensiunmantan Pejabat Negara Eksekutif dengan memperhitungkanseluruh nama jabatannya sebagai Duta Besar LBBP danGubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan, dengankelentuan tidak melebihi 75 %, yaitu sebagai berikut :- Masa jabatan sebagai mantan Duta Besar LBBP sebanyak

6 tahun, sehingga perhitungannya 72 x 1 % x Rp.2.250.000,- = Rp. 1.620.000,-

- Masa jabatan sebagai mantan Gubernur Kepala DaerahTingkat I Kalimantan Selatan sebanyak 5 tahun, tetapiyang dapat diperhitungkan hanya 3 bulan yaitu 3 x 1 %x Rp. 1.000.000,- = Rp. 30.000,-

- Dengan demikian besarnya pensiun pokok yang ditetapkanuntuk Saudara Drs. MISBACH sejak 1 April 1996 sebesarRp. 1.620.000 + Rp. 30.000,-= Rp. 1.650.000,-

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 124: Buku 1 keuangan

100

4. Di atas pensiun pokok kepada penerima pensiun diberikantunjangan keluarga dan tunjangan lain menurut peraturanperUndang-Undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil.

5. Jenis pensiun yang dapat diterima Duta Besar LBBP.

a. Penerima pensiun mantan Duta Besar LBBP dan janda/dudanya dapat menerima lebih dari 1 (satu) jenis pensiunapabila yang bersangkutan pernah menjabat PejabatNegara Non Eksekutif atau sebagai Pegawai Negeri denganketentuan tidak lebih dari 3 (tiga) jenis pensiun yang masing-masing dapat mencapai batas persentasi pensiunmaksimum. Adapun 3 (tiga) jenis pensiun tersebut, yaitu:

1) Pensiun Pegawai Negeri;

2) Pensiun Pejabat Negara Eksekutif;

3) Pensiun Pejabat Negara Non Eksekutif.

b. Yang termasuk pensiun Pegawai Negeri adalah pensiunPegawai Negeri Sipil atau pensiun ABRI.

c. Yang termasuk pensiun Pejabat Negara Non Eksekutifadalah :

1) Pensiun Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DewanPerwakilan Rakyat;

2) Pensiun Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3) Pensiun Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DewanPertimbangan Agung;

4) Pensiun Ketua, Wakil Ketua dan Anggota BadanPemeriksa Keuangan;

5) Pensiun Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda MahkamahAgung dan Hakim Agung.

6. Duta Besar LBBP yang masih aktif disamping menerimapenghasilannya sebagai Duta Besar LBBP, apabila sebelumnyapenerima pensiun Pejabat Negara Non Eksekutif dan ataupenerima pensiun Pegawai Negeri, maka pensiunnya tetapdibayarkan.

7. Bagi Duta Besar LBBP yang sebelum 14 Pebruari 1996disamping penghasilannya sebagai Duta Besar LBBPmenerima pensiun Pejabat Negara Eksekutif, terhitung mulaiakhir bulan Pebruari 1996 pembayaran pensiunnya sebagaiPejabat Negara Eksekutif dihentikan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 125: Buku 1 keuangan

101

8. Penerima pensiun Pejabat Negara yang diangkat lagi menjadiPejabat Negara yang sejenis, apabila penghasilannya ternyatalebih kecil dari pada penghasilan pensiun yang diterimasebelumnya, maka kepada yang bersangkutan diberikantambahan penghasilan sebesar selisih antara penghasilan yangakan diterimanya menurut peraturan yang berlaku denganpensiun yang terakhir diterima yang bersangkutan.

VIII.PENUTUP

Demikian untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 22 Mei 1996

KEPALABADAN ADMINISTRASIKEPEGAWAIAN NEGARA

ttd

SOENARKO

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 126: Buku 1 keuangan

102

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 61 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 1996

TENTANG

HAK KEUANGAN/ADMINISTRATIF DUTA BESAR LUARBIASA DAN BERKUASA PENUH DAN MANTAN DUTA BESAR

LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUHSERTA JANDA/DUDANYA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa gaji pokok Duta Besar Luar Biasa danBerkuasa Penuh sebagaimana ditetapkan dalamPeraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1996,dipandang tidak sesuai lagi dengan perkembangankeadaan, sehingga perlu dilakukan perubahandengan Peraturan Pemerintah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentangPokok-pokok Kepegawaian (Lembaran NegaraTahun 1974 Nomor 55, Tambahan LembaranNegara Nomor 3041) sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 127: Buku 1 keuangan

103ADMINISTRASI KEUANGAN

(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1996tentang Hak Keuangan/Administratif Duta BesarLuar Biasa dan Berkuasa Penuh dan Mantan DutaBesar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh SertaJanda/Dudanya (Lembaran Negara Tahun 1996Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor3622);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAHNOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG HAKKEUANGAN/ADMINISTRATIF DUTA BESAR LUARBIASA DAN BERKUASA PENUH DAN MANTAN DUTABESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH SERTAJANDA/DUDANYA.

Pasal 1

Mengubah ketentuan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun1996 tentang Hak Keuangan/Administratif Duta Besar Luar Biasadan Berkuasa Penuh dan Mantan Duta Besar Luar Biasa danBerkuasa Penuh serta Janda/Dudanya, sehingga seluruhnya berbunyisebagai berikut :

Pasal 2

1. Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh diberikan gaji pokoksetiap bulan.

2. Besarnya Gaji Pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)adalah Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah).

Pasal 3Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkandan mempunyai daya laku surut sejak tanggal 1 April 2000.

Page 128: Buku 1 keuangan

104

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 26 Juli 2000

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ABDURRAHMAN WAHID

Diundangkan di JakartaPada tanggal 26 Juli 2000

SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DJOHAN EFFENDI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 123

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 129: Buku 1 keuangan

105

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 24 TAHUN 2005

TENTANG

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 32ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003tentang Keuangan Negara, perlu menetapkanPeraturan Pemerintah tentang Standar AkuntansiPemerintahan;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 130: Buku 1 keuangan

106

Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4437);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Antara PemerintahPusat dan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 126, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4438).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDARAKUNTANSI PEMERINTAHAN.

Pasal 1Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :1. Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau pemerintah

daerah.2. Akuntansi adalah proses pencatatan, pengukuran,

pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,penginterpretasian atas hasilnya, serta penyajian laporan.

3. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip yang mendasari penyusunan dan pengembangan StandarAkuntansi Pemerintahan bagi Komite Standar AkuntansiPemerintahan dan merupakan rujukan penting bagi KomiteStandar Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan,dan pemeriksa dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalahyang belum diatur secara jelas dalam Pernyataan StandarAkuntansi Pemerintahan.

4. Standar Akuntansi Pemerintahan, selanjutnya disebut SAP, adalahprinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun danmenyajikan laporan keuangan pemerintah.

5. Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah serangkaian prosedurmanual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulandata, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangandan operasi keuangan pemerintah.

6. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, selanjutnya disebutKSAP, adalah komite sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 131: Buku 1 keuangan

107

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara yang berfungsi menyusun dan mengembangkan SAP.

7. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan,selanjutnya disebut IPSAP, adalah klarifikasi, penjelasan dan uraianlebih lanjut atas pernyataan SAP yang diterbitkan oleh KSAP.

8. Buletin Teknis adalah informasi yang diterbitkan oleh KSAP yangmemberikan arahan/pedoman secara tepat waktu untukmengatasi masalah-masalah akuntansi maupun pelaporankeuangan yang timbul.

9. Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan adalah uraian yangmemuat latar belakang penyusunan SAP.

Pasal 21. SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan, yang selanjutnya disebut PSAP.2. SAP dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi

Pemerintahan.3. PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan

dikembangkan oleh KSAP dengan mengacu kepada KerangkaKonseptual Akuntansi Pemerintahan.

4. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dikembangkan olehKSAP.

5. Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) adalah sebagaimana ditetapkan dalamlampiran I.

6. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) adalah sebagaimana ditetapkan dalamlampiran II.

Pasal 31. PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dapat

dilengkapi dengan IPSAP dan/atau Buletin Teknis.2. IPSAP dan Buletin Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disusun dan ditetapkan oleh KSAP dan diberitahukan kepadaBadan Pemeriksa Keuangan.

3. IPSAP dan Buletin Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SAP.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 132: Buku 1 keuangan

108

Pasal 4PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdiri dari :1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan, adalah

sebagaimana ditetapkan dalam lampiran III;2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran, adalah

sebagaimana ditetapkan dalam lampiran IV;3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas, adalah sebagaimana

ditetapkan dalam lampiran V;4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan, adalah

sebagaimana ditetapkan dalam lampiran VI;5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan, adalah

sebagaimana ditetapkan dalam lampiran VII;6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi, adalah

sebagaimana ditetapkan dalam lampiran VIII;7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap, adalah

sebagaimana ditetapkan dalam lampiran IX;8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan,

adalah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran X;9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban, adalah

sebagaimana ditetapkan dalam lampiran XI;10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan

Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa, adalah sebagaimanaditetapkan dalam lampiran XII; dan

11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian, adalahsebagaimana ditetapkan dalam lampiran XIII.

Pasal 5Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan dan KerangkaKonseptual Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 serta PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dantercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini, merupakansatu kesatuan serta bagian yang tidak terpisahkan dari PeraturanPemerintah ini.

Pasal 61. Pemerintah menyusun sistem akuntansi pemerintahan yang

mengacu pada SAP.2. Sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah pusat

diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 133: Buku 1 keuangan

109

3. Sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah daerahdiatur dengan peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, mengacupada Peraturan Daerah tentang pengelolaan keuangan daerahyang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Pasal 7Semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan denganpenyelenggaraan akuntansi pemerintahan sepanjang belum digantidan tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini dinyatakantetap berlaku.

Pasal 8Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada saat ditetapkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 13 Juni 2005

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di JakartaPada tanggal 13 Juni 2005

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd

HAMID AWALUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005 NOMOR 49

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 134: Buku 1 keuangan

110

PENJELASANATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 24 TAHUN 2005

TENTANG

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

UMUMPeraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 32ayat (2) yang menyatakan bahwa standar akuntansi pemerintahandisusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkandengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapatpertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.

Standar akuntansi pemerintahan dimaksud dibutuhkan dalamrangka penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaanAPBN/APBD berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya meliputiLaporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatanatas Laporan Keuangan.

Peraturan Pemerintah ini juga merupakan pelaksanaan Pasal184 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa laporan keuanganpemerintah daerah disusun dan disajikan sesuai dengan StandarAkuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan PeraturanPemerintah.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas.

Pasal 2Cukup jelas.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 135: Buku 1 keuangan

111

Pasal 3Ayat (1)

IPSAP dimaksudkan untuk menjelaskan lebih lanjut topiktertentu guna menghindari salah tafsir pengguna PSAP.Buletin Teknis mempakan arahan/pedoman untuk penerapanPSAP maupun IPSAP.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 4Cukup jelas

Pasal 5Cukup jelas.

Pasal 6Cukup jelas.

Pasal 7Cukup jelas.

Pasal 8Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 2005 NOMOR 4503

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 136: Buku 1 keuangan

112

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 8 TAHUN 2006

TENTANGPELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 55 ayat(5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara, perlu menetapkanPeraturan Pemerintah tentang Pelaporan Keuangandan Kinerja Instansi Pemerintah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4437), sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-UndangNomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 38, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4493), yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 137: Buku 1 keuangan

113

2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusatdan Pemerintah Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 120,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4438);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAPORANKEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:1. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban

pengelolaan keuangan negara/daerah selama suatu periode.2. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak

atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggarandengan kuantitas dan kualitas terukur.

3. Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkasdan lengkap tentang capaian Kinerja yang disusun berdasarkanrencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.

4. Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menggambarkanrealisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama suatuperiode.

5. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuanganPemerintah yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada suatutanggal tertentu.

6. Laporan Arus Kas adalah laporan yang menggambarkan aruskas masuk dan keluar selama suatu periode, serta posisi kaspada tanggal pelaporan.

7. Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang takterpisahkan dari laporan keuangan yang menyajikan informasi

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 138: Buku 1 keuangan

114

tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangkapengungkapan yang memadai.

8. Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disebut SAP,adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusundan menyajikan laporan keuangan Pemerintah.

9. Sistem Pengendalian Intern adalah suatu proses yang dipengaruhioleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinanyang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, ketaatanterhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dankeandalan penyajian laporan keuangan Pemerintah.

10.Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah rangkaian sistematik dariprosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untukmewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampaidengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi pemerintah.

11.Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satuatau lebih entitas akuntansi yang berkewajiban menyampaikanlaporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

12.Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan Pengguna Anggaranyang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan menyusunlaporan keuangan untuk digabungkan pada Entitas Pelaporan.

13.Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan Kementerian Negara/Lembagayang bersangkutan.

14.Kementerian Negara/Lembaga adalah Kementerian Negara/Lembaga pemerintah non Kementerian Negara/Lembaga negara.

15.Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah kepala badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan yang mempunyai tugasmelaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagaiBendahara Umum Daerah.

16.Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah organisasi/lembaga padapemerintah daerah yang bertanggung jawab kepada Gubernur/Bupati/Walikota dalam rangka penyelenggaraan pemerintahanyang terdiri dari sekretaris daerah, dinas daerah dan lembagateknis daerah, kecamatan, dan satuan polisi pamong praja sesuaidengan kebutuhan daerah.

17. Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untukmelaksanakan fungsi Bendahara Umum Negara.

18.Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi tugas untukmelaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah.

19.Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenanganpenggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga/SatuanKerja Perangkat Daerah.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 139: Buku 1 keuangan

115

20.Perusahaan Negara/Daerah adalah badan usaha yang seluruhatau sebagian modalnya dimiliki oleh pemerintah pusat/daerah.

21.Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebutAPBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negarayang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

22.Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebutAPBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerahyang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

23.Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalahinstansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untukmemberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaanbarang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencarikeuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan padaprinsip efisiensi dan produktivitas, yang pengelolaan keuangannyadiselenggarakan sesuai dengan peraturan pemerintah terkait.

24.Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan adalah dana APBN yangalokasikan kepada Menteri Keuangan/Bendahara Umum Negarasebagai Pengguna Anggaran selain yang dialokasikan untukKementerian Negara/Lembaga, yang dalam pelaksanaannyadapat diserahkan kepada Kementerian Negara/Lembaga/pihaklain sebagai kuasa Pengguna Anggaran.

25.Dana Dekonsentrasi adalah anggaran yang disediakan sehubungandengan pelimpahan wewenang pelaksanaan kegiatan pemerintahpusat di daerah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusatdisertai kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkanpelaksanaannya kepada menteri/pimpinan lembaga terkait.

26.Dana Tugas Pembantuan adalah anggaran yang disediakansehubungan dengan penugasan tertentu dari pemerintah pusatkepada daerah dan/atau desa disertai kewajiban melaporkandan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada menteri/pimpinan lembaga terkait.

BAB IIPELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA

Pasal 2Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD, setiapEntitas Pelaporan wajib menyusun dan menyajikan:a. Laporan Keuangan; danb. Laporan Kinerja.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 140: Buku 1 keuangan

116

Pasal 3(1) Entitas Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terdiri

dari :a. Pemerintah pusat;b. Pemerintah daerah;c. Kementerian Negara/Lembaga; dan d. Bendahara Umum

Negara.(2) Entitas Pelaporan Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan dalam PeraturanMenteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

Pasal 4(1) Setiap kuasa Pengguna Anggaran di lingkungan suatu

Kementerian Negara/Lembaga merupakan Entitas Akuntansi.(2) Bendahara Umum Daerah dan setiap Pengguna Anggaran di

lingkungan pemerintah daerah merupakan Entitas Akuntansi.

BAB IIIKOMPONEN LAPORAN KEUANGAN

Pasal 5(1) Laporan Keuangan pemerintah pusat/daerah setidak-tidaknya terdiri

dari :a. Laporan Realisasi Anggaran;b. Neraca;c. Laporan Arus Kas; dand. Catatan atas Laporan Keuangan.

(2) Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga/Satuan KerjaPerangkat Daerah setidak-tidaknya terdiri dari :a. Laporan Realisasi Anggaran;b. Neraca; danc. Catatan atas Laporan Keuangan.

(3) Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara/Daerah setidak-tidaknya terdiri dari :a. Laporan Realisasi Anggaran;b. Neraca;c. Laporan Arus Kas; dand. Catatan atas Laporan Keuangan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 141: Buku 1 keuangan

117

(4) Penambahan unsur-unsur Laporan Keuangan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) ditetapkandalam Peraturan Menteri Keuangan dan/atau oleh komite yangmenyusun SAP.

(5) Ilustrasi format Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan LaporanArus Kas, serta susunan Catatan atas Laporan Keuangandisajikan pada Lampiran I, penggunaannya disesuaikan dengankebutuhan serta ketentuan SAP.

Pasal 6(1) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

disusun dan disajikan sesuai dengan SAP.(2) Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 dihasilkan dari suatu Sistem AkuntansiPemerintahan.

Pasal 7(1) Laporan Realisasi Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal

5 menyajikan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaanyang diperbandingkan dengan anggarannya dan dengan realisasiperiode sebelumnya.

(2) Neraca sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 menyajikan aset,utang, dan ekuitas dana yang diperbandingkan dengan periodesebelumnya.

(3) Laporan Arus Kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitasinvestasi aset non keuangan, arus kas dari aktivitas pembiayaan,dan arus kas dari aktivitas non anggaran yang diperbandingkandengan periode sebelumnya.

BAB IVPENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Pasal 8(1) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran

menyusun Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalamPasal 5 ayat (2) sebagai pertanggungjawaban pelaksanaanAPBN pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutandan menyampaikannya kepada Presiden melalui MenteriKeuangan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 142: Buku 1 keuangan

118

(2) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyusunLaporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat(3) sebagai pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaannegara dan menyampaikannya kepada Presiden.

(3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) disampaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelahtahun anggaran berakhir.

(4) Untuk pelaksanaan pemeriksaan keuangan, Laporan Keuangansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) disampaikanpula kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 9(1) Menteri Keuangan menyusun Laporan Keuangan pemerintah

pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) untukmemenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

(2) Laporan Keuangan pemerintah pusat sebagaimana dimaksudpada ayat (1) disusun berdasarkan Laporan KeuanganKementerian Negara/Lembaga serta laporan pertanggung-jawaban pengelolaan perbendaharaan negara sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8.

(3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden, untukselanjutnya disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuanganselambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaranberakhir.

Pasal 10(1) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku Pengguna

Anggaran menyusun Laporan Keuangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 ayat (2) sebagai pertanggungjawabanpelaksanaan APBD pada Satuan Kerja Perangkat Daerah yangbersangkutan dan menyampaikannya kepada Gubernur/Bupati/Walikota rnelalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah.

(2) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara UmumDaerah menyusun Laporan Keuangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 ayat (3) sebagai pertanggungjawaban pengelolaanperbendaharaan daerah dan menyampaikannya kepadaGubernur/Bupati/Walikota.

(3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) disampaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelahtahun anggaran berakhir.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 143: Buku 1 keuangan

119

Pasal 11(1) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun Laporan

Keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalamPasal 5 ayat (1) untuk disampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaanAPBD.

(2) Laporan Keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) disusun berdasarkan Laporan Keuangan SatuanKerja Perangkat Daerah serta laporan pertanggungjawabanpengelolaan perbendaharaan daerah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 10.

(3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan oleh Gubernur/Bupati/Walikota kepada BadanPemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelahtahun anggaran berakhir.

Pasal 12(1) Menteri/Pimpinan Lembaga memberikan tanggapan dan

melakukan penyesuaian terhadap Laporan Keuangansebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) berdasarkanhasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan atas LaporanKeuangan Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

(2) Laporan Keuangan yang telah disesuaikan bersama tembusantanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikankepada Menteri Keuangan oleh menteri/pimpinan lembagaselarnbat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah laporan hasilpemeriksaan diterbitkan Badan Pemeriksa Keuangan untukdigunakan sebagai bahan penyesuaian Laporan Keuanganpemerintah pusat.

(3) Menteri Keuangan atas nama pemerintah memberikantanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap LaporanKeuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3)berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan atasLaporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dan LaporanKeuangan pemerintah pusat serta koreksi lain berdasarkan SAP.

Pasal 13Gubernur/Bupati/Walikota memberikan tanggapan dan melakukanpenyesuaian terhadap Laporan Keuangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 11 ayat (3) berdasarkan hasil pemeriksaan BadanPemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan pemerintah daerahserta koreksi lain berdasarkan SAP.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 144: Buku 1 keuangan

120

Pasal 14(1) Berdasarkan Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 12 ayat (3), Menteri Keuangan menyusun rancanganUndang-Undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaanAPBN.

(2) Rancangan Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat(1) disampaikan oleh Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyatselambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaranberakhir.

Pasal 15(1) Berdasarkan Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusunrancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawabanpelaksanaan APBD.

(2) Rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat(1) disampaikan oleh Gubernur/Bupati/Walikota kepada DewanPerwakilan Rakyat Daerah selambat-lambatnya 6 (enam) bulansetelah tahun anggaran berakhir.

(3) Rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat(1) yang telah disetujui bersama dengan Dewan PerwakilanRakyat Daerah, untuk tingkat pemerintah provinsi disampaikankepada Menteri Dalam Negeri, dan untuk tingkat pemerintahkabupaten/kota disampaikan kepada Gubernur.

Pasal 16Hubungan antaRIembaga dalam proses penyusunan laporanpertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD digambarkan dalamdiagram yang tercantum pada Lampiran II.

BAB VLAPORAN KINERJA

Pasal 17(1) Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, berisi

ringkasan tentang keluaran dari masing-masing kegiatan danhasil yang dicapai dari masing-masing program sebagaimanaditetapkan dalam dokumen pelaksanaan APBN/APBD.

(2) Bentuk dan isi Laporan Kinerja disesuaikan dengan bentuk danisi rencana kerja dan anggaran sebagaimana ditetapkan dalam

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 145: Buku 1 keuangan

121

peraturan pemerintah terkait, ilustrasi format Laporan Kinerjadisajikan pada Lampiran III.

Pasal 18(1) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran

menyusun Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal17 dan menyampaikannya kepada Menteri Keuangan, MenteriNegara Perencanaan Pembangunan Nasional, dan MenteriNegara Pendayagunaan Aparatur Negara.

(2) Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahunanggaran berakhir.

Pasal 19(1) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku Pengguna

Anggaran menyusun Laporan Kinerja sebagaimana dimaksuddalam Pasal 17 dan menyampaikannya kepada Gubernur/Bupati/Walikota , dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.

(2) Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahunanggaran berakhir.

Pasal 20(1) Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dihasilkan

dari suatu sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yangdiselenggarakan oleh masing-masing Entitas Pelaporan dan/atauEntitas Akuntansi.

(2) Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dikembangkan secara terintegrasi dengansistem perencanaan, sistem penganggaran, sistemperbendaharaan, dan Sistem Akuntansi Pemerintahan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem akuntabilitas kinerjainstansi pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)ditetapkan dalam Peraturan Presiden.

(4) Peraturan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diusulkanoleh Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan MenteriNegara Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara, dan Menteri Dalam Negeri.

(5) Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) setidak-tidaknya mencakupperkembangan keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 146: Buku 1 keuangan

122

yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana ditetapkandalam dokumen pelaksanaan APBN/APBD.

(6) Hubungan Laporan Kinerja dan Laporan Keuangan digambarkanpada diagram yang tercantum pada Lampiran IV.

BAB VISUPLEMEN LAPORAN KEUANGAN

Pasal 21Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)dilampiri dengan laporan keuangan BLU bentuk ringkas.

Pasal 22(1) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat

(1) dilampiri dengan Ikhtisar laporan keuangan PerusahaanNegara/Daerah.

(2) Ikhtisar laporan keuangan Perusahaan Negara/Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh MenteriKeuangan/Gubernur/Bupati/Walikota selaku wakil pemerintahpusat/daerah dalam kepemilikan kekayaan pemerintah pusat/daerah yang dipisahkan.

(3) Bentuk dan isi dari ikhtisar laporan keuangan Perusahaan Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahsebagaimana ditetapkan pada Lampiran V.

Pasal 23(1) Untuk memenuhi ketentuan penyusunan ikhtisar laporan

keuangan Perusahaan Negara sebagaimana dimaksud dalamPasal 22, menteri yang ditunjuk dan/atau diberi kuasa untukmewakili Pemerintah pusat selaku pengelola/pembina PerusahaanNegara wajib menyampaikan :a. laporan keuangan Perusahaan Negara yang belum diaudit

kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya 2 ½ (duasetengah) bulan setelah tahun APBN berakhir; dan

b. laporan keuangan Perusahaan Negara yang telah diauditkepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya 5 ½ (limasetengah) bulan setelah tahun APBN berakhir.

(2) Untuk memenuhi ketentuan penyusunan ikhtisar laporankeuangan Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud dalamPasal 22, Perusahaan Daerah wajib menyampaikan :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 147: Buku 1 keuangan

123

a. laporan keuangan Perusahaan Daerah yang belum diauditkepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selambat-lambatnya 2 1/2 (dua setengah) bulan setelah tahun APBDberakhir; dan

b. laporan keuangan Perusahaan Daerah yang telah diauditkepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selambat-lambatnya 5 1/2 (lima setengah) bulan setelah tahun APBDberakhir.

Pasal 24Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapatdilampirkan ikhtisar dan/atau informasi tambahan non-keuangan yangrelevan.

BAB VIIPERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 25(1) Laporan Keuangan tahunan Kementerian Negara/Lembaga/

Pemerintah Daerah/Satuan Kerja Perangkat Daerahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 disertai denganpernyataan tanggung jawab yang ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota/Kepala SatuanKerja Perangkat Daerah.

(2) Laporan Keuangan tahunan bagian Anggaran Pembiayaan danPerhitungan yang dialokasikan kepada Kementerian Negara/Lembaga, dan pemerintah daerah, disampaikan secara terpisahdan disertai dengan pernyataan tanggung jawab yangditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang menerima alokasi Anggaran Pembiayaandan Perhitungan tersebut.

Pasal 26(1) Pernyataan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal

25 memuat pernyataan bahwa pengelolaan APBN/APBD telahdiselenggarakan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern yangmemadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuaidengan SAP.

(2) Bentuk dan isi dari pernyataan tanggung jawab sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dibuat sesuai dengan Lampiran VI.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 148: Buku 1 keuangan

124

BAB VIIILAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INTERIM

Pasal 27(1) Kepala satuan kerja sebagai kuasa Pengguna Anggaran di

lingkungan Kementerian Negara/Lembaga menyampaikanLaporan Keuangan dan Kinerja interim sekurang-kurangnyasetiap triwulan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga.

(2) Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun Laporan Keuangan danKinerja interim Kementerian Negara/Lembaga berdasarkanLaporan Keuangan dan Kinerja interim kuasa Pengguna Anggaransebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menyampaikannyakepada Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan, dan MenteriNegara Pendayagunaan Aparatur Negara.

(3) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai PenggunaAnggaran/kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan LaporanKeuangan dan Kinerja interim sekurang-kurangnya setiaptriwulan kepada Gubernur/Bupati/Walikota, dilampiri denganLaporan Keuangan dan Kinerja interim atas pelaksanaankegiatan Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi, dan tata carapenyampaian Laporan Keuangan dan Kinerja interim dilingkungan pemerintah pusat diatur dalam Peraturan MenteriKeuangan, dan di lingkungan pemerintah daerah diatur dalamPeraturan Menteri Dalam Negeri.

BAB IXLAPORAN KEUANGAN ATAS PELAKSANAAN

KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI/TUGAS PEMBANTUAN

Pasal 28(1) Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana

kegiatan Dana Dekonsentrasi menyelenggarakan akuntansi danmenyusun Laporan Keuangan dan Kinerja sebagaimana berlakubagi kuasa Pengguna Anggaran pada tingkat pemerintah pusat.

(2) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyampaikan LaporanKeuangan dan Kinerja atas pelaksanaan kegiatan DanaDekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepadaGubernur dan Menteri/Pimpinan Lembaga terkait.

(3) Gubemur menyiapkan Laporan Keuangan dan Kinerja gabunganberdasarkan laporan yang diterima dari Satuan Kerja Perangkat

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 149: Buku 1 keuangan

125

Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan Dana Dekonsentrasi,dan selanjutnya menyampaikannya kepada Menteri/PimpinanLembaga terkait serta kepada Presiden melalui Menteri Keuangan.

Pasal 29(1) Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana

kegiatan Tugas Pembantuan menyelenggarakan akuntansi danmenyusun Laporan Keuangan dan Kinerja sebagaimana berlakubagi kuasa Pengguna Anggaran pada tingkat pemerintah pusat.

(2) Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan kegiatan TugasPembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikankepada Gubernur/Bupati/Walikota dan Menteri/PimpinanLembaga terkait.

(3) Gubernur/Bupati/Walikota menyiapkan Laporan Keuangan danKinerja gabungan berdasarkan laporan yang diterima dari SatuanKerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan TugasPembantuan dan selanjutnya menyampaikannya kepadaMenteri/Pimpinan Lembaga terkait serta kepada Presiden melaluiMenteri Keuangan.

Pasal 30(1) Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan kegiatan Dana

Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dilaporkan secara terintegrasidalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/LembagaPengguna Anggaran yang bersangkutan.

(2) Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan kegiatan DanaDekonsentrasi/Tugas Pembantuan dilampirkan pada laporanpertanggung jawaban pelaksanaan APBD.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraanakuntansi dan penyusunan Laporan Keuangan dan Kinerja ataspelaksanaan kegiatan Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuandiatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.

BAB XLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA

Pasal 31(1) Bendahara penerimaan/pengeluaran wajib menatausahakan dan

menyusun laporan pertanggungjawaban atas uang yangdikelolanya dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 150: Buku 1 keuangan

126

(2) Laporan pertanggungjawaban bendahara sebagaimanadimaksud pada ayat (1) menyajikan informasi tentang saldoawal, penambahan, penggunaan, dan saldo akhir uangpersediaan yang dikelolanya pada suatu periode.

(3) Laporan pertanggungjawaban bendahara sebagaimanadimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Bendahara UmumNegara/Daerah atau Kuasa Bendahara Umum Negara/Daerah,Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota, danBadan Pemeriksa Keuangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penatausahaan danpenyusunan laporan pertanggungjawaban bendahara sertapenyampaiannya untuk tingkat pemerintah pusat diatur dalamPeraturan Menteri Keuangan, dan untuk tingkat pemerintahdaerah diatur dengan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikotadengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh MenteriDalam Negeri.

BAB XILAPORAN MANAJERIAL DI BIDANG KEUANGAN

Pasal 32(1) Laporan manajerial di bidang keuangan dapat dihasilkan dari

Sistem Akuntansi Pemerintahan.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, bentuk, isi, dan tata cara

pelaporan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdengan peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk.

BAB XIIPENGENDALIAN INTERN

Pasal 33(1) Untuk meningkatkan keandalan Laporan Keuangan dan Kinerja

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, setiapEntitas Pelaporan dan Akuntansi wajib menyelenggarakan SistemPengendalian Intern sesuai dengan ketentuan peraturanperUndang-Undangan terkait.

(2) Dalam Sistem Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus diciptakan prosedur rekonsiliasi antara data transaksikeuangan yang diakuntansikan oleh Pengguna Anggaran/kuasa

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 151: Buku 1 keuangan

127

Pengguna Anggaran dengan data transaksi keuangan yangdiakuntansikan oleh Bendahara Umum Negara/Daerah.

(3) Aparat pengawasan intern pemerintah pada KementerianNegara/Lembaga/pemerintah daerah melakukan review atasLaporan Keuangan dan Kinerja dalam rangka meyakinkankeandalan informasi yang disajikan sebelum disampaikan olehMenteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota kepadapihak-pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 11.

(4) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenangmenunjuk aparat pengawasan intern pemerintah untukmelakukan evaluasi efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatanAnggaran Pembiayaan dan Perhitungan serta DanaDekonsentrasi/Tugas Pembantuan pada Pengguna Anggaran/kuasa Pengguna Anggaran yang bersangkutan.

BAB XIIISANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 34(1) Setiap keterlambatan penyampaian Laporan Keuangan oleh

Pengguna Anggaran/kuasa Pengguna Anggaran pada tingkatpemerintah pusat yang disebabkan oleh kesengajaan dan/ataukelalaian, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negaradapat memberi sanksi berupa penangguhan pelaksanaananggaran atau penundaan pencairan dana.

(2) Setiap keterlambatan penyampaian Laporan Keuangan olehPengguna Anggaran/kuasa Pengguna Anggaran pada tingkatpemerintah daerah yang disebabkan oleh kesengajaan dan/ataukelalaian, kepala satuan kerja pengelola keuangan daerahselaku Bendahara Umum Daerah dapat memberi sanksiberupa penangguhan pelaksanaan anggaran atau penundaanpencairan dana.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksisebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan PeraturanMenteri Keuangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksisebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan PeraturanGubernur/Bupati/Walikota dengan mengacu pada pedoman yangditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 152: Buku 1 keuangan

128

(5) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidakmembebaskan kuasa Pengguna Anggaran dari kewajibanpenyampaian Laporan Keuangan.

BAB XIVKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 35(1) Pelaksanaan ketentuan Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah pusat sebagaimana diatur dalam PeraturanPemerintah ini berlaku selambat-lambatnya pada APBN tahunanggaran 2006.

(2) Pelaksanaan ketentuan Pelaporan Keuangan dan Kinerja InstansiPemerintah daerah sebagaimana diatur dalam PeraturanPemerintah ini berlaku selambat-lambatnya pada APBD tahunanggaran 2007.

Pasal 36Segala ketentuan yang mengatur Pelaporan Keuangan dan KinerjaInstansi Pemerintah tetap berlaku sepanjang tidak bertentangandan/atau belum diatur dengan ketentuan yang baru sebagaipelaksanaan Peraturan Pemerintah ini.

BAB XVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 37Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintahini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 sudah selesai selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Peraturan Pemerintah inidiundangkan.

Pasal 38Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 153: Buku 1 keuangan

129

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 3 April 2006

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di JakartaPada tanggal 3 April 2006

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd

HAMID AWALUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2006 NOMOR 25

Salinan sesuai dengan aslinya

DEPUTI MENTERI SEKRETARIS NEGARABIDANG PERUNDANG-UNDANGAN,

ttd

ABDUL WAHID

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 154: Buku 1 keuangan

130

PENJELASANATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 8 TAHUN 2006

TENTANGPELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI

PEMERINTAH

I. UMUM

Sebelum berlakunya paket Undang-undang di bidang keuangannegara, ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku mengharuskan pertanggungjawaban pengelolaankeuangan negara dalam bentuk perhitungan anggaran negara/daerah. Wujud laporan ini hanya menginformasikan aliran kaspada APBN/APBD sesuai dengan format anggaran yangdisahkan oleh legislatif, tanpa menyertakan informasi tentangposisi kekayaan dan kewajiban pemerintah. Laporan demikian,selain memuat informasi yang terbatas, juga waktupenyampaiannya kepada legislatif amat terlambat. Keandalan(reliability) informasi keuangan yang disajikan dalam perhitungananggaran juga sangat rendah karena sistem akuntansi yangdiselenggarakan belum didasarkan pada standar akuntansi dantidak didukung oleh perangkat data dan proses yang memadai.

Upaya konkrit dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansidi lingkungan pemerintah mengharuskan setiap pengelolakeuangan negara untuk menyampaikan laporanpertanggungjawaban pengelolaan keuangan dengan cakupanyang lebih luas dan tepat waktu. Undang-undang Nomor 17Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menegaskan bahwalaporan pertanggungjawaban keuangan dimaksud dinyatakandalam bentuk Laporan Keuangan yang setidak-tidaknya meliputiLaporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, danCatatan atas Laporan Keuangan, dan disusun berdasarkan SAP.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara lebih lanjut memperjelas bahwa Laporan Keuangandimaksud harus disusun berdasarkan proses akuntansi yangwajib dilaksanakan oleh setiap Pengguna Anggaran dan kuasaPengguna Anggaran serta pengelola Bendahara Umum Negara/Daerah. Sehubungan itu, pemerintah pusat maupun setiappemerintah daerah perlu menyelenggarakan akuntansi dalam

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 155: Buku 1 keuangan

131

suatu sistem yang pedomannya ditetapkan oleh MenteriKeuangan untuk lingkungan pemerintah pusat dan oleh MenteriDalam Negeri untuk lingkungan pemerintah daerah.

Salah satu hal yang amat penting dalam praktek akuntansidan pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah berhubungandengan penetapan satuan kerja instansi yang memiliki tanggungjawab publik secara eksplisit di mana laporan keuangannyawajib diaudit dengan opini dari lembaga pemeriksa yangberwenang. Instansi demikian digolongkan sebagai EntitasPelaporan. Sementara instansi lain yang wajibmenyelenggarakan akuntansi dan berperan secara terbatassebagai entitas akuntansi berperan sebagai penyumbang bagiLaporan Keuangan yang disusun dan disampaikan oleh EntitasPelaporan. Dalam Peraturan Pemerintah ini ditetapkan bahwayang termasuk Entitas Pelaporan adalah (i) pemerintah pusat,(ii) pemerintah daerah, (iii) setiap Kementerian Negara/Lembaga, dan (iv) Bendahara Umum Negara. Sementara itu,setiap kuasa Pengguna Anggaran, termasuk entitas pelaksanaDana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan, untuk tingkatpemerintah pusat, Satuan Kerja Perangkat Daerah, BendaharaUmum Daerah, dan kuasa Pengguna Anggaran tertentu ditingkat daerah diwajibkan menyelenggarakan akuntansi sebagaiEntitas Akuntansi.

Peraturan Pemerintah ini menjabarkan lebih rinci komponenLaporan Keuangan yang wajib disusun dan disampaikan olehsetiap tingkatan Pengguna Anggaran, pengelolaperbendaharaan, serta pemerintah pusat/daerah. Selain itu,diatur pula hierarkhi kegiatan akuntansi mulai dari tingkat satuankerja pelaksana sampai tersusunnya Laporan Keuanganpemerintah pusat/daerah dengan ketentuan jadwal yang diaturdalam Peraturan Pemerintah ini.

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, ditetapkanbahwa Laporan Keuangan pemerintah pada gilirannya harusdiaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebelumdisampaikan kepada pihak legislatif sesuai dengankewenangannya. Pemeriksaan BPK dimaksud adalah dalamrangka pemberian pendapat (pptm) sebagaimana diamanatkanoleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab KeuanganNegara. Dengan demikian, Laporan Keuangan yang disusunoleh pemerintah yang disampaikan kepada BPK untuk diperiksa

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 156: Buku 1 keuangan

132

masih berstatus belum diaudit (unaudited financial statements).Sebagaimana lazimnya, Laporan Keuangan tersebut setelahdiperiksa dapat disesuaikan berdasarkan temuan audit dan/atau koreksi lain yang diharuskan oleh SAP. Laporan Keuanganyang telah diperiksa dan telah diperbaiki itulah yang selanjutnyadiusulkan oleh pemerintah pusat/daerah dalam suatu rancanganUndang-Undang atau peraturan daerah tentang LaporanKeuangan pemerintah pusat/daerah untuk dibahas dengan dandisetujui oleh DPR/DPRD.

Selain itu, menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003,pada rancangan Undang-Undang atau peraturan daerah tentangLaporan Keuangan pemerintah pusat/daerah disertakan ataudilampirkan informasi tambahan mengenai Kinerja instansipemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh PenggunaAnggaran sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan.Pengungkapan informasi tentang Kinerja ini adalah relevan denganperubahan paradigma penganggaran pemerintah yangditetapkan dengan mengidentifikasikan secara jelas keluaran(outputs) dari setiap kegiatan dan hasil (outcomes) dari setiapprogram. Untuk keperluan tersebut, perlu disusun suatu sistemakuntabilitas Kinerja instansi pemerintah yang terintegrasi dengansistem perencanaan strategis, sistem penganggaran, dan SistemAkuntansi Pemerintahan. Ketentuan yang dicakup dalam sistemakuntabilitas kinerja instansi pemerintah tersebut sekaligusdimaksudkan untuk menggantikan ketentuan yang termuatdalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentangAkuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, sehingga dapatdihasilkan suatu Laporan Keuangan dan Kinerja yang terpadu.

Selain itu, terhadap paket Laporan Keuangan pemerintah pusat/daerah disertakan pula ikhtisar Laporan Keuangan PerusahaanNegara/daerah untuk periode yang sama. PeraturanPemerintah ini mengatur lebih lanjut hal-hal yang berhubungandengan penyajian informasi tambahan dimaksud.

Dalam rangka memperkuat akuntabilitas pengelolaan anggarandan perbendaharaan, setiap pejabat yang menyajikan LaporanKeuangan diharuskan memberi pernyataan tanggung jawabatas Laporan Keuangan yang bersangkutan. Menteri/PimpinanLembaga/Gubernur/Bupati/Walikota/Kepala Satuan KerjaPerangkat Daerah harus secara jelas menyatakan bahwaLaporan Keuangan telah disusun berdasarkan Sistem

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 157: Buku 1 keuangan

133

Pengendalian Intern yang memadai dan informasi yang termuatpada Laporan Keuangan telah disajikan sesuai dengan SAP.

Peraturan Pemerintah ini merupakan landasan bagipenyelenggaraan kegiatan akuntansi mulai dari satuan kerjaPengguna Anggaran, penyusunan Laporan Keuangan olehEntitas Pelaporan dan penyajiannya kepada BPK untuk diaudit,hingga penyampaian rancangan Undang-Undang ataurancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawabanpelaksanaan APBN/APBD. Namun, segala hal yangberhubungan dengan pembahasan laporan pertanggung-jawaban pelaksanaan APBN/APBD oleh legislatif ataupenggunaan laporan tersebut oleh pihak-pihak terkait tidakdicakup pengaturannya dalam Peraturan Pemerintah ini.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas.

Pasal 2Cukup jelas.

Pasal 3Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Entitas Pelaporan Kementerian Negara/Lembagaditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkanpertimbangan kemandirian pelaksanaan anggaran,pengelolaan kegiatan, dan besarnya anggaran.

Pasal 4Ayat (1)

Yang dimaksud dengan kuasa Pengguna Anggaranpada ayat ini adalah setiap satuan kerja yangmempunyai dokumen pelaksanaan anggaran tersendiri,

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 158: Buku 1 keuangan

134

termasuk satuan kerja yang memperoleh alokasianggaran dari Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.

Ayat (2)

Kuasa Pengguna Anggaran di lingkungan pemerintahdaerah dapat ditetapkan sebagai entitas akuntansi olehGubernur/Bupati/Walikota bila mempunyai dokumenpelaksanaan anggaran yang terpisah, jumlahanggarannya relatif besar, dan pengelolaan kegiatannyadilakukan secara mandiri.

Pasal 5Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)

Penambahan unsur-unsur Laporan Keuangan tingkatpemerintah daerah ditetapkan oleh Menteri Keuangansetelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 6Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Tingkat keandalan Laporan Keuangan berhubungan eratdengan keandalan sistem akuntansi yangdiselenggarakan oleh instansi pemerintah. Sistemakuntansi perlu dikembangkan dengan mengacu padaSAP serta mempertimbangkan kondisi pendukung yangdiperlukan, terutama personil, dukungan teknologiinformasi, prosedur dan tata kerja, bagan perkiraanstandar, dan lembaga atau organisasi pendukung.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 159: Buku 1 keuangan

135

Karenanya, sistem akuntansi tersebut dikembangkansesuai dengan kebutuhan dan tingkat kompleksitaskegiatan bidang keuangan maupun bidang teknis.

Sistem Akuntansi Pemerintahan pada tingkat pemerintahpusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan,sedangkan pada tingkat pemerintah daerah diaturdengan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota mengacupada peraturan daerah tentang pengelolaan keuangandaerah dan berpedoman pada peraturan pemerintahmengenai SAP.

Pasal 7Cukup jelas.

Pasal 8Ayat (1)

Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembagasebagaimana dimaksud pada ayat ini merupakankonsolidasian dengan laporan keuangan BLU maupunsatuan kerja yang menyelenggarakan pengelolaan danatersendiri dan secara struktural dibawahkannya.

Ayat (2)

Laporan Keuangan Menteri Keuangan/BendaharaUmum Negara sebagaimana dimaksud pada ayat initermasuk pertanggungjawaban Anggaran Pembiayaandan Perhitungan yang disusun berdasarkan LaporanKeuangan setiap kuasa Pengguna AnggaranPembiayaan dan Perhitungan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Laporan Keuangan yang diserahkan kepada BadanPemeriksa Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayatini merupakan Laporan Keuangan dengan status belumdiperiksa (unaudited).

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 160: Buku 1 keuangan

136

Pasal 9Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Presiden dapat mendelegasikan kepada MenteriKeuangan atas nama pemerintah pusat untukmenyampaikan Laporan Keuangan dengan statusbelum diperiksa (unaudited) sebagaimana dimaksudpada ayat ini kepada Badan Pemeriksa Keuangan dalamrangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan.

Pasal 10Ayat (1)

Penyelenggaraan teknis akuntansi dan penyusunanLaporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayatini dapat diselenggarakan langsung oleh satuan kerjaPengguna Anggaran atau dibantu oleh satuan kerja/pihak lain yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikotaberdasarkan pertimbangan kondisi sumber daya yangtersedia, namun tanggung jawab atas laporan tersebutberada pada satuan kerja Pengguna Anggaran yangbersangkutan.

Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat ini merupakankonsolidasian dengan laporan keuangan BLU yangsecara struktural dibawahkannya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 11Ayat (1)

Cukup jelas.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 161: Buku 1 keuangan

137

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayatini merupakan Laporan Keuangan dengan status belumdiperiksa (unaudited). Penyampaian Laporan Keuangantersebut kepada Badan Pemeriksa Keuangan adalahdalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan.

Pasal 12Ayat (1)

Laporan Keuangan yang telah disesuaikan sebagaimanadimaksud merupakan Laporan Keuangan dengan statustelah diperiksa (audited).

Ayat (2)

Laporan Keuangan yang telah disesuaikan sebagaimanadimaksud merupakan Laporan Keuangan dengan statustelah diperiksa (audited).

Ayat (3)

Laporan Keuangan yang telah disesuaikan sebagaimanadimaksud merupakan Laporan Keuangan dengan statustelah diperiksa (audited).

Yang dimaksud dengan koreksi lain pada ayat ini yaitupenyesuaian terhadap Laporan Keuangan yang disusunoleh pemerintah pusat berdasarkan data keuanganyang diperoleh setelah Laporan Keuangan unauditeddisampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 13Laporan Keuangan yang telah disesuaikan sebagaimanadimaksud merupakan Laporan Keuangan dengan statustelah diperiksa (audited).

Yang dimaksud dengan koreksi lain pada ayat ini yaitupenyesuaian terhadap Laporan Keuangan yang disusun olehpemerintah daerah berdasarkan data keuangan yangdiperoleh setelah Laporan Keuangan unaudited disampaikankepada Badan Pemeriksa Keuangan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 162: Buku 1 keuangan

138

Pasal 14Cukup jelas.

Pasal 15Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Penyampaian rancangan peraturan daerah dimaksudadalah dalam rangka evaluasi terhadap setiaprancangan peraturan daerah mengenai APBD agarsesuai dengan kepentingan umum dan peraturanperundang-undangan yang lebih tinggi.

Pasal 16Cukup jelas.

Pasal 17Ayat (1)

Tata cara tentang penyusunan kegiatan dan indikatorKinerja dimaksud didasarkan pada ketentuan peraturanpemerintah tentang rencana kerja pemerintah danperaturan pemerintah tentang penyusunan rencanakerja dan anggaran Kementerian Negara/Lembaga.Informasi tentang Realisasi Kinerja disajikan secarabersanding dengan Kinerja yang direncanakan dandianggarkan sebagaimana tercantum dalam RencanaKerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga/SatuanKerja Perangkat Daerah/Pemerintah Pusat/Daerahuntuk tahun anggaran yang bersangkutan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 163: Buku 1 keuangan

139

Pasal 18Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 19Cukup jelas.

Pasal 20Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)Peraturan Presiden dimaksud mengatur antara lain isidan bentuk Laporan Kinerja. Konsep peraturan tersebutdisusun oleh suatu tim yang terdiri dari unsurKementerian Keuangan, Kementerian NegaraPerencanaan Pembangunan Nasional, KementerianNegara Pendayagunaan Aparatur Negara, danKementerian Dalam Negeri.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 21Bentuk ringkas yang dimaksudkan dalam ayat ini adalahlembar muka Laporan Keuangan (face of financialstatements). Dalam hal suatu BLU di lingkungan pemerintahdaerah tidak dibawahkan secara struktural oleh suatu SatuanKerja Perangkat Daerah, laporan keuangan BLU ringkasdimaksud dilampirkan langsung pada Laporan Keuanganpemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5ayat (1).

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 164: Buku 1 keuangan

140

Pasal 22Cukup jelas.

Pasal 23Cukup jelas.

Pasal 24Informasi tambahan non-keuangan sebagaimana dimaksudantara lain statistik pegawai, pergantian pejabat, danketerangan mengenai bencana alam.

Pasal 25Pejabat pemerintah yang membuat pernyataan tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada pasal ini dapatmewajibkan para pejabat yang dibawahkannya untukmembuat pernyataan tanggung jawab yang sama dalambatas tanggung jawab masing-masing.

Pasal 26Cukup jelas.

Pasal 27Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)

Kuasa Pengguna Anggaran yang dimaksud pada ayatini adalah kuasa Pengguna Anggaran di lingkunganpemerintah daerah yang telah ditetapkan sebagaiEntitas Akuntansi.

Ayat (4)

Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeriberkoordinasi dengan Menteri Negara PendayagunaanAparatur Negara mengenai Pelaporan Kinerja interimsebelum peraturan ditetapkan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 165: Buku 1 keuangan

141

Pasal 28Cukup jelas.

Pasal 29Cukup jelas.

Pasal 30Cukup jelas.

Pasal 31Cukup jelas.

Pasal 32Ayat (1)

Laporan manajerial di bidang keuangan adalah laporanyang menyajikan informasi keuangan untuk membantumanajemen pemerintahan dalam pengambilankeputusan dan pengendalian yang berhubungan denganpengelolaan keuangan.

Ayat (2)

Peraturan mengenai jenis, bentuk, isi, dan tata carapelaporan manajerial pada ayat ini dapat dibentuk sesuaidengan kebutuhan Kementerian Negara/Lembaga/pemerintah daerah.

Pasal 33Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Review oleh aparat pengawasan intern pemerintah padaKementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat ini tidak membatasitugas pemeriksaan/pengawasan oleh lembaga

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 166: Buku 1 keuangan

142

pemeriksa/pengawas lainnya sesuai dengankewenangannya.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 34Cukup jelas.

Pasal 35Cukup jelas.

Pasal 36Cukup jelas.

Pasal 37Cukup jelas.

Pasal 38Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIANOMOR 4614

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 167: Buku 1 keuangan

143

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 60 TAHUN 2006

TENTANG

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat danditugaskan secara penuh dalam JabatanFungsional Auditor, perlu diberikan tunjanganjabatan fungsional yang sesuai dengan bebankerja dan tanggung jawab pekerjaannya;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut padahuruf a dan dalam rangka meningkatkankesejahteraan dan produktivitas kerja PegawaiNegeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlumengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Auditordengan Peraturan Presiden;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentangPokok-pokok Kepegawaian (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3041) sebagaimana telahdiubah dengan Undang-Undang Nomor 43Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 168: Buku 1 keuangan

144 ADMINISTRASI KEUANGAN

Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor3890);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3098) sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2005(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 151);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3547);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003tentang Wewenang Pengangkatan,Pemindahan, dan Pemberhentian PegawaiNegeri Sipil (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 15, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4263);

6. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999tentang Rumpun Jabatan Fungsional PegawaiNegeri Sipil;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGANJABATAN FUNGSIONAL AUDITOR.

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan TunjanganJabatan Fungsional Auditor, yang selanjutnya disebut denganTunjangan Auditor adalah tunjangan jabatan fungsional yangdiberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan

Page 169: Buku 1 keuangan

145

secara penuh dalam Jabatan Fungsional Auditor sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 2

Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secarapenuh dalam Jabatan Fungsional Auditor, diberikan tunjangan Auditorsetiap bulan.

Pasal 3

Besarnya tunjangan Auditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal2 adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran PeraturanPresiden ini.

Pasal 4(1) Tunjangan Auditor sebagaimana dimaksud dalam pasal 3,

diberikan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2006.

(2) Sejak mulai tanggal pemberian tunjangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) bagi Pegawai Negeri Sipil yang telah menerimatunjangan jabatan fungsional berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan, kepadanya hanya diberikan selisihkekurangan besarnya tunjangan Auditor berdasarkan PeraturanPresiden ini dengan besarnya tunjangan jabatan fungsional yangtelah diterimanya sampai dengan diberikannya tunjangan Auditorberdasarkan Peraturan Presiden ini.

Pasal 5

Pemberian tunjangan Auditor dihentikan apabila Pegawai Negeri Sipilsebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diangkat dalam jabatanstruktural atau jabatan fungsional lain atau karena hal lain yangmengakibatkan pemberian tunjangan dihentikan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan PeraturanPresiden ini, diatur oleh Menteri Keuangan dan/atau Kepala BadanKepegawaian Negara, baik secara bersama-sama maupun secarasendiri-sendiri menurut bidang tugasnya masing-masing.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 170: Buku 1 keuangan

146

Pasal 7

Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka Keputusan PresidenNomor 23 Tahun 2002 tentang Tunjangan Jabatan FungsionalAuditor, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 8Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 26 Mei 2006

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 171: Buku 1 keuangan

147

LAMPIRANPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR : 60 Tahun 2006TANGGAL : 26 Mei 2006

TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

NO. JABATAN JABATAN BESARNYAFUNGSIONAL TUNJANGAN

1 Auditor Ahli Auditor Utama Rp 1.100.000,00

Auditor Madya Rp 797.500,00

Auditor Muda Rp 522.500,00

Auditor Pertama Rp 247.500,00

2 Auditor Terampil Auditor Penyelia Rp 385.000,00

Auditor Pelaksana Lanjutan Rp 220.000,00

Auditor Pelaksana Rp 197.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 172: Buku 1 keuangan

148

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 42 TAHUN 2002

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATANDAN BELANJA NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan Anggaran Pendapatandan Belanja Negara yang telah ditetapkan dalamUndang-Undang tentang Anggaran Pendapatandan Belanja Negara dapat berjalan lebih efektifdan efisien, maka dipandang perlu menetapkanketentuan-ketentuan mengenai PedomanPelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara sebagai pengganti Keputusan PresidenNomor 17 Tahun 2000 tentang PelaksanaanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a perlu menetapkanKeputusan Presiden tentang Pedoman PelaksanaanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 23 Undang-UndangDasar 1945 sebagaimana telah diubah denganPerubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia(Indische Comptabiliteitswet, Staatsblad 1925Nomor 448) sebagaimana telah diubah terakhirdengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1968(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor2860);

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 173: Buku 1 keuangan

149

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DANBELANJA NEGARA

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Tahun Anggaran berlaku sebagaimana ditetapkan oleh Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 2

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam satu tahunanggaran mencakup :

a. pendapatan negara yaitu semua penerimaan negara yangberasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negarabukan pajak serta penerimaan hibah dari dalam dan luarnegeri selama tahun anggaran yang bersangkutan;

b. belanja negara yaitu semua pengeluaran negara untukmembiayai belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerahmelalui dana perimbangan selama tahun anggaranbersangkutan;

c. defisit belanja negara yaitu selisih kurang antara pendapatannegara dengan belanja negara;

d. pembiayaan defisit yaitu semua jenis pembiayaan yangdigunakan untuk menutup defisit belanja negara yangbersumber dari pembiayaan dalam dan luar negeri;

e. surplus pendapatan negara yaitu selisih lebih antarapendapatan negara dengan belanja negara.

(2) Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melaluirekening Kas Negara pada bank sentral dan atau lembagakeuangan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 174: Buku 1 keuangan

150

Pasal 3

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang telah ditetapkandengan Undang-undang dirinci lebih lanjut ke dalam bagiananggaran dengan Keputusan Presiden.

(2) Bagian anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dirincisebagai berikut :

a. anggaran pendapatan dirinci ke dalam unit organisasi danjenis pendapatan;

b. anggaran belanja dirinci kedalam unit organisasi, kegiatan/proyek dan jenis belanja.

Pasal 4Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengaturpenyediaan uang dan penyaluran dana untuk membiayai anggaranbelanja negara sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dalammelaksanakan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan danBelanja Negara.

Pasal 5(1) Menteri/pimpinan lembaga yang menguasai bagian anggaran

mempunyai kewenangan otorisasi dan bertanggungjawab ataspenggunaan anggaran di lingkungan departemen/lembagayang dipimpinnya.

(2) Dalam pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara,departemen/lembaga membuat dokumen anggaran berupasurat keputusan otorisasi (SKO) atau dokumen anggaranlainnya yang diberlakukan sebagai SKO.

(3) Dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKOantara lain untuk :

a. pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja rutin dimuatdalam daftar isian kegiatan (DIK);

b. pelaksanaan belanja pembangunan dimuat dalam daftarisian proyek (DIP);

(4) Menteri/pimpinan lembaga pada setiap awal tahun anggaranmenetapkan pejabat yang diberi wewenang sebagai :

a. penandatangan SKO;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 175: Buku 1 keuangan

151

b. atasan langsung bendaharawan;

c. bendaharawan.

(5) Pejabat yang diberi wewenang sebagaimana tersebut dalamayat (4) dilarang merangkap jabatan dimaksud.

Pasal 6(1) Menteri Keuangan mempunyai wewenang otorisasi atas

penguasaan bagian anggaran diluar bagian anggarandepartemen/lembaga.

(2) Tata cara pengelolaan bagian anggaran sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan KeputusanMenteri Keuangan.

Pasal 7(1) Pendapatan negara pada departemen/lembaga wajib disetor

sepenuhnya dan pada waktunya ke rekening Kas Negara;

(2) Pendapatan negara dibukukan menurut ketentuan yangditetapkan oleh Menteri Keuangan;

(3) Pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasidan tugas pembantuan disetor sepenuhnya dan padawaktunya ke rekening Kas Negara.

Pasal 8

(1) Departemen/lembaga wajib :

a. mengadakan intensifikasi pemungutan pendapatan negarayang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya;

b. mengintensifkan penagihan dan pemungutan piutangnegara;

c. melakukan penuntutan dan pemungutan ganti rugi ataskerugian negara;

d. mengintensifkan pemungutan sewa penggunaan barang-barang milik negara;

e. melakukan penuntutan dan pemungutan denda yang telahdiperjanjikan;

f. mengenakan sanksi atas kelalaian pembayaran piutangnegara tersebut di atas.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 176: Buku 1 keuangan

152

(2) Pemerintah daerah membantu pelaksanaan ketentuansebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 9(1) Barang tidak bergerak milik negara yang sudah tidak dapat

dimanfaatkan lagi secara optimal dan efisien untuk menunjangtugas pokok dan fungsi departemen/lembaga, dapatdimanfaatkan dengan, cara dipinjamkan, disewakan, bangunguna serah dan kerjasama pemanfaatan atau dapat dihapusdengan tindak lanjut dijual, dipertukarkan, dihibahkan, dijadikanpenyertaan modal negara dan dimusnahkan dengan ketentuansebagai berikut :

a. untuk barang tidak bergerak milik Negara yang bernilaidiatas Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah),berdasarkan persetujuan tertulis dari Presiden atas usulMenteri Keuangan;

b. untuk barang tidak bergerak milik Negara yang bernilaisampai dengan Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliarrupiah), berdasarkan keputusan Menteri/Pimpinan Lembagayang bersangkutan setelah terlebih dahulu mendapatpersetujuan tertulis Menteri Keuangan.

(2) Barang bergerak milik negara yang berlebih atau tidak dapatdipergunakan lagi hanya dapat dihapus dengan caradimusnahkan/dipindahtangankan dengan keputusan menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan, kecuali kendaraanbermotor dan atau barang yang bernilai ekonomis tinggi terlebihdahulu dengan persetujuan tertulis Menteri Keuangan.

(3) Dalam hal barang-barang yang karena peraturan perundang-undangan yang berlaku dikuasai oleh negara atau menjadi miliknegara tidak dapat dimanfaatkan dan tidak laku dijual, dapatdimusnahkan dengan persetujuan tertulis Menteri Keuangan.

(4) Semua biaya yang timbul sebagai akibat dari pemusnahanbarang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditanggungoleh negara.

(5) Menteri Keuangan dapat menunjuk departemen/lembaga untukmemanfaatkan barang-barang yang dikuasai oleh negaraberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Apabila departemen/lembaga akan menjual/memindahtangan-kan barang-barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (5),

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 177: Buku 1 keuangan

153

maka harus terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulisMenteri Keuangan.

(7) Tata cara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3),(5), dan (6) diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.

(8) Penjualan barang milik negara dilakukan melalui Kantor LelangNegara, kecuali untuk barang milik negara yang telah diaturdengan peraturan perundang-undangan tersendiri.

(9) Hasil penjualan, selisih tukar menukar, penyewaan, bangun gunaserah dan kerjasama pemanfaatan barang milik negaramerupakan pendapatan negara yang harus disetor seluruhnyake Rekening Kas Negara.

(10) Pinjam meminjam barang milik negara hanya dapatdilaksanakan antar instansi pemerintah, sepanjang tidakmengganggu kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsiinstansi yang bersangkutan.

Pasal 10(1) Jumlah dana yang dimuat dalam anggaran belanja negara

merupakan batas tertinggi untuk tiap-tiap pengeluaran.

(2) Pimpinan dan atau pejabat departemen/lembaga/pemerintahdaerah tidak diperkenankan melakukan tindakan yangmengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanjanegara, jika dana untuk membiayai tindakan tersebut tidaktersedia atau tidak cukup tersedia dalam anggaran belanjanegara.

(3) Pimpinan dan atau pejabat departemen/lembaga/pemerintahdaerah tidak diperkenankan melakukan pengeluaran atas bebananggaran belanja negara untuk tujuan lain dari yang ditetapkandalam anggaran belanja negara.

(4) Dalam penyediaan anggaran belanja negara diutamakan untukpenyediaan belanja operasional dan pemeliharaan atas barangmilik negara.

Pasal 11

(1) Belanja atas beban anggaran belanja negara didasarkan padaSKO atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukansebagai SKO.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 178: Buku 1 keuangan

154

(2) SKO atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukansebagai SKO yang dananya bersumber dari dalam negeri danatau luar negeri berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran.

(3) SKO atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukansebagai SKO merupakan dasar pencairan dana oleh KantorPerbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).

Pasal 12(1) Pelaksanaan anggaran belanja negara didasarkan atas prinsip-

prinsip sebagai berikut :

a. hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhanteknis yang disyaratkan;

b. efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana,program/kegiatan, serta fungsi setiap departemen/lembaga/pemerintah daerah;

c. mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri.

(2) Belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukanberdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untukmemperoleh pembayaran.

(3) Tata cara pengeluaran dan pembayaran dalam pelaksanaananggaran belanja negara diatur lebih lanjut dengan KeputusanMenteri Keuangan.

Pasal 13(1) Atas beban anggaran belanja negara tidak diperkenankan

melakukan pengeluaran untuk keperluan :

a. perayaan atau peringatan hari besar, hari raya dan hariulang tahun departemen/lembaga/pemerintah daerah;

b. pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata, karanganbunga, dan sebagainya untuk berbagai peristiwa;

c. pesta untuk berbagai peristiwa dan pekan olah raga padadepartemen/lembaga/pemerintah daerah;

d. pengeluaran lain-lain untuk kegiatan/keperluan yang sejenisserupa dengan yang tersebut di atas.

(2) Penyelenggaraan rapat, rapat dinas, seminar, pertemuan,lokakarya, peresmian kantor/proyek dan sejenisnya, dibatasi

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 179: Buku 1 keuangan

155

pada hal-hal yang sangat penting dan dilakukan sesederhanamungkin.

Pasal 14

(1) Dalam melaksanakan belanja negara dilakukan standardisasikomponen kegiatan termasuk harga satuannya.

(2) Standardisasi harga satuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) digunakan untuk menyusun pembiayaan kegiatan-kegiatanyang diusulkan dalam dokumen anggaran.

(3) Dalam penyusunan standardisasi harga satuan, sedapatmungkin menggunakan data dasar yang bersumber daripenerbitan resmi Badan Pusat Statistik, departemen/lembaga,dan pemerintah daerah.

(4) Penetapan standardisasi perlu dilakukan secara berkala oleh :a. Menteri Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan

menteri/pimpinan lembaga terkait untuk standardisasi hargasatuan umum, satuan biaya langsung personil dan nonpersonil untuk kegiatan jasa konsultasi;

b. Menteri/pimpinan lembaga untuk standardisasi satuanharga pokok kegiatan departemen/lembaga yangbersangkutan;

c. Gubernur/Bupati/Walikota dengan memperhatikanpertimbangan dari instansi terkait untuk standardisasi hargasatuan pokok kegiatan daerah provinsi/kabupaten/kotayang bersangkutan;

d. Bupati/Walikota untuk standardisasi harga satuanbangunan gedung negara untuk keperluan dinas sepertikantor, rumah dinas, gudang, gedung rumah sakit, gedungsekolah, pagar dan bangunan fisik lainnya.

Pasal 15Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dalam rangka pelaksanaanAPBN diatur dengan Keputusan Presiden tersendiri.

Pasal 16

(1) Perjanjian/kontrak pelaksanaan pekerjaan untuk masa lebihdari 1 (satu) tahun anggaran atas beban anggaran dilakukansetelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 180: Buku 1 keuangan

156

(2) Perjanjian/kontrak yang dibiayai sebagian atau seluruhnyadengan pinjaman/hibah luar negeri untuk masa lebih dari 1(satu) tahun anggaran tidak memerlukan persetujuan MenteriKeuangan.

(3) Perjanjian/kontrak yang dibiayai sebagian maupun seluruhnyadengan pinjaman/hibah luar negeri untuk masa pelaksanaanpekerjaan melebihi 1 (satu) tahun anggaran, maka di dalamperjanjian/kontrak tersebut harus mencantumkan tahunanggaran pembebanan dana.

(4) Perjanjian/kontrak dalam bentuk valuta asing tidak dapat diubahdalam bentuk rupiah dan sebaliknya kontrak dalam bentukrupiah tidak dapat diubah dalam bentuk valuta asing.

(5) Perjanjian/kontrak dalam bentuk valuta asing tidak dapatmembebani dana rupiah murni.

(6) Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang dan jasa di dalamnegeri tidak dapat dilakukan dalam bentuk valuta asing.

(7) Perjanjian/kontrak dengan dana kredit ekspor yang sudahditandatangani tidak dapat dilaksanakan apabila NaskahPerjanjian Luar Negeri (NPPLN) belum ditandatangani.

(8) Pengecualian terhadap ketentuan ayat (4), (5), dan (6) harusmendapat persetujuan dari Menteri Keuangan c.q. DirekturJenderal Anggaran.

BAB IIPEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN

Pasal 17

(1) Departemen/lembaga menetapkan kebijakan untukmengintensifkan pelaksanaan pungutan yang telah ditetapkandalam Undang-Undang dan peraturan pemerintah.

(2) Departemen/lembaga tidak diperkenankan mengadakanpungutan dan atau tambahan pungutan yang tidak tercantumdalam Undang-Undang dan atau peraturan pemerintah.

Pasal 18(1) Dalam rangka meningkatkan pendapatan negara, departemen/

lembaga pemerintah, pemerintah daerah, kantor/satuan kerja,

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 181: Buku 1 keuangan

157

proyek/bagian proyek dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) menyampaikan bahan-bahan keterangan untuk keperluan perpajakan kepada MenteriKeuangan untuk perhatian Direktur Jenderal Pajak.

(2) Setiap instansi pemerintah, pemerintah daerah, Badan UsahaMilik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, bendaharawan danbadan-badan lain yang melakukan pembayaran atas bebanAPBN/APBD/anggaran BUMN/BUMD, ditetapkan sebagai wajibpungut pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 19

(1) Menteri/pimpinan departemen/lembaga berkewajibanmengoptimalkan penerimaan negara bukan pajak meliputisumber daya alam, bagian pemerintah atas laba BUMN danpenerimaan negara bukan pajak lainnya.

(2) Atas pemanfaatan barang milik negara oleh pihak ketiga wajibdipungut sewa.

(3) Menteri/pimpinan lembaga berkewajiban mengintensifkanpenerimaan sewa barang milik negara yang dipergunakan olehpihak ketiga.

(4) Penghuni rumah negara dikenakan pembayaran sewa.

(5) Besaran tarif dan prosedur pemungutan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), (2), (3), dan (4) ditetapkan olehMenteri Keuangan.

Pasal 20(1) Orang atau badan yang melakukan pemungutan atau

penerimaan uang negara wajib menyetor seluruh penerimaandalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah penerimaannya kerekening Kas Negara pada bank pemerintah, atau lembagalain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(2) Bendaharawan penerima/penyetor berkala wajib menyetor/melimpahkan seluruh penerimaan negara yang telahdipungutnya ke rekening Kas Negara sekurang-kurangnya sekaliseminggu.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 182: Buku 1 keuangan

158

(3) Setiap bendaharawan, instansi pemerintah, pemerintah daerah,BUMN/BUMD dan badan-badan lain, sebagai wajib pungutpajak, wajib menyetorkan seluruh penerimaan pajak yangdipungutnya dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuanyang berlaku.

Pasal 21

(1) Kelalaian atau kelambatan penyetoran penerimaan negara kerekening Kas Negara diperhitungkan dengan dana yang tersediadalam dokumen anggaran pada departemen/lembaga/pemerintah daerah yang bersangkutan.

(2) Bendaharawan penerima/penyetor berkala dilarang menyimpanuang dalam penguasaannya :a. lebih dari batas waktu yang telah ditetapkan dalam Pasal

20;b. atas nama pribadi pada suatu bank atau lembaga keuangan

lainnya.

BAB III

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELUARAN RUTIN

Pasal 22

Menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaanpengeluaran rutin di lingkungan departemen/lembaga yangdipimpinnya.

Pasal 23(1) Untuk pelaksanaan pengeluaran rutin, departemen/lembaga

membuat DIK atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO sesuai dengan contoh dan petunjukteknis yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(2) DIK atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO setelah dibahas Departemen Keuangan dengandepartemen/lembaga, ditandatangani oleh :

a. Sekretaris Jenderal atau pejabat lain yang ditunjuk atasnama menteri/pimpinan lembaga untuk DIK yang dibuat diPusat;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 183: Buku 1 keuangan

159

b. Kepala Kantor Wilayah Departemen/lembaga atau pejabatyang ditunjuk atas nama menteri/pimpinan lembaga untukDIK yang dibuat di daerah.

(3) DIK atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO berlaku sebagai dasar pelaksanaan pengeluaran rutinsetelah mendapat pengesahan dari :a. Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan

untuk DIK yang dibuat di Pusat;b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran atas

nama Menteri Keuangan untuk DIK yang dibuat di daerah.(4) Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan DIK atau dokumen

anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO yang telahdisahkan kepada :a. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);b. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;c. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP);d. Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN);e. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA) Direktorat

Jenderal Anggaran;f. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran; dang. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).

(5) Menteri/pimpinan lembaga menyampaikan DIK yang telahdisahkan kepada :a. Direktorat Jenderal/unit eselon I dan kantor/satuan kerja;

danb. Inspektorat Jenderal departemen/unit pengawasan pada

lembaga.(6) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran

menyampaikan DIK yang telah disahkan kepada :a. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;b. Direktur Jenderal Anggaran;c. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), Direktorat

Jenderal Anggaran;d. Kepala kantor wilayah/perwakilan departemen/lembaga

yang bersangkutan;e. Kepala Perwakilan Badan Perbendaharaan dan Kas Negara

(BPKP);

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 184: Buku 1 keuangan

160

f. Ketua Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

g. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN);dan

h. Kepala Kantor Akuntansi Regional (Kepala KAR);

Pasal 24

(1) Berdasarkan DIK yang telah disahkan disusun PetunjukPelaksanaan (Juklak) oleh :

a. Pejabat Eselon I atau pejabat yang ditunjuk padaDepartemen/Lembaga/instansi/kantor/satuan kerja untukDIK yang dibuat di Pusat;

b. Kepala Kantor Wilayah Departemen/lembaga atau pejabatyang ditunjuk untuk DIK yang dibuat di daerah.

(2) Departemen/lembaga menyampaikan juklak DIK yang dibuatdi pusat kepada kepala kantor/satuan kerja yang bersangkutan.

(3) Kepala Kantor Wilayah Departemen/lembaga atau pejabatlain yang ditunjuk menyampaikan juklak DIK yang dibuat didaerah kepada kepala kantor/satuan kerja yang bersangkutan.

Pasal 25(1) Menteri/pimpinan lembaga atau pejabat lain yang ditunjuk

menetapkan bendaharawan rutin untuk DIK atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO yang dibuatdi pusat.

(2) Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga, atas namamenteri/pimpinan lembaga menetapkan bendaharawan rutinuntuk DIK atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukansebagai SKO yang dibuat di daerah.

(3) Kepala kantor/satuan kerja bertanggung jawab, baik dari segifisik maupun keuangan atas pelaksanaan kegiatan kantor/satuan kerja yang dipimpinnya sebagaimana tersebut dalamDIK yang bersangkutan.

Pasal 26(1) Perubahan/pergeseran biaya dalam satu program dalam satu

dan atau antar DIK instansi pusat departemen/lembaga

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 185: Buku 1 keuangan

161

diputuskan oleh Direktur Jenderal Anggaran berdasarkan usulanSekretaris Jenderal atau Pejabat Eselon I yang ditunjuk.

(2) Perubahan/pergeseran biaya dalam satu program dalam satudan atau antar-DIK instansi vertikal departemen/lembagadiputuskan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalAnggaran berdasarkan usulan :

a. Kepala kantor/satuan kerja bersangkutan apabila meliputisatu kantor/satuan kerja;

b. Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/DirektoratJenderal yang bersangkutan apabila meliputi lebih dari satukantor/satuan kerja.

(3) Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan keputusanperubahan/pergeseran DIK kepada :

a. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);b. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP);c. Kepala Badan Akuntansi Keuangan (BAKUN);d. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), Direktorat

Jenderal Anggaran;e. Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/Direktorat

Jenderal yang bersangkutan;f. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN);

dang. Kepala kantor/satuan kerja yang bersangkutan.

(4) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaranmenyampaikan keputusan perubahan/pergeseran DIK kepada :

a. Direktur Jenderal Anggaran;b. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), Direktorat

Jenderal Anggaran;c. Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP);d. Ketua Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);e. Kepala kantor wilayah departemen/lembaga/Direktorat

Jenderal yang bersangkutan;f. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN);g. Kepala Kantor Akuntansi Regional (Kantor KAR); danh. Kepala kantor/satuan kerja yang bersangkutan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 186: Buku 1 keuangan

162

Pasal 27

(1) Perubahan/pergeseran biaya antar program dalam satusubsektor dan atau dalam satu atau antar DIK kantor/satuankerja tingkat pusat departemen/lembaga diputuskan olehMenteri Keuangan berdasarkan usulan departemen/lembagayang bersangkutan.

(2) Keputusan terhadap usul sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diberikan paling lambat 2 (dua) minggu setelah diterimausul tersebut beserta bahan-bahannya secara lengkap.

(3) Perubahan/pergeseran biaya tidak dapat dilakukan dari :

a. Biaya untuk gaji dan tunjangan beras ke biaya lainnyadalam Belanja Pegawai;

b. Belanja pegawai ke belanja non pegawai;

c. Dana yang disediakan untuk pengeluaran rutin PerwakilanRepublik Indonesia termasuk perwakilan departemen/lembaga di luar negeri untuk keperluan pembiayaan kegiatankantor/satuan kerja di dalam negeri.

(4) Peninjauan kembali ketentuan dalam ayat (3) dilakukan olehMenteri Keuangan.

Pasal 28

(1) Departemen/lembaga pada tiap awal tahun anggaran,menyusun daftar susunan kekuatan pegawai (formasi) bagitiap unit organisasi sampai pada tiap kantor/satuan kerja danmenyampaikan formasi tersebut kepada menteri yangmembidangi pendayagunaan aparatur negara paling lambat 1(satu) bulan setelah berlakunya tahun anggaran.

(2) Formasi tersebut disahkan oleh menteri yang membidangipendayagunaan aparatur negara paling lambat 3 (tiga) bulansetelah mendengar pertimbangan Menteri Keuangan dan dalamhal menyangkut formasi pegawai di luar negeri, setelahmendengar pula pertimbangan Menteri Luar Negeri.

(3) Formasi yang telah disahkan sebagaimana dimaksud padaayat (2) disampaikan oleh menteri yang membidangipendayagunaan aparatur negara kepada menteri/pimpinanlembaga dan Menteri Keuangan sebagai bahan perencanaanpengeluaran rutin paling lambat 4 (empat) bulan setelahberlakunya tahun anggaran.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 187: Buku 1 keuangan

163

(4) Pengadaan pegawai hanya diperkenankan dalam batas formasiyang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dengan memberikan prioritas kepada :

a. pegawai pelimpahan dari departemen/lembaga yangkelebihan pegawai;

b. siswa/mahasiswa ikatan dinas, setelah lulus daripendidikannya;

c. Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang telah menyelesaikan masabaktinya dengan baik.

(5) Pengadaan pegawai dalam batas formasi yang telah disahkansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Kenaikan pangkat pegawai dalam batas formasi sebagaimanadimaksud pada ayat (2), dilaksanakan dengan ketentuankenaikan pangkat sampai dengan golongan IV/a dilaksanakansetelah mendapat persetujuan lebih dahulu dari Kepala BadanKepegawaian Negara (BKN).

(7) Paling lambat 1 (satu) bulan setelah berlakunya tahun anggaranmenteri/pimpinan lembaga telah menetapkan/menetapkankembali pejabat yang diberi wewenang untuk menandatanganisurat keputusan kepegawaian.

(8) Salinan surat keputusan penetapan/penetapan kembalisebagaimana dimaksud pada ayat (7) beserta contoh(spesimen) tanda tangan pejabat yang diberi wewenang segeradikirimkan kepada Badan Kepegawaian Negara (BKN) danKantor Perbendaharaan dan Kas Negara, dan dalam hal tidakada perubahan, penetapan kembali pejabat tersebut dapatdilakukan dengan surat pemberitahuan oleh Menteri/pimpinanLembaga yang bersangkutan.

(9) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan pada daerah,perusahaan atau badan yang anggarannya tidak dibiayai atausebagian dibiayai dalam anggaran pendapatan dan belanjanegara, menjadi beban pemerintah daerah/perusahaan/badanbersangkutan.

(10) Perbantuan pegawai negeri sipil untuk tugas-tugas di luarpemerintahan dengan membebani anggaran belanja negaratidak diperkenankan, kecuali dengan izin menteri yangmembidangi pendayagunaan aparatur negara dan Menteri

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 188: Buku 1 keuangan

164

Keuangan yang sekaligus menetapkan batas lamanyaperbantuan tersebut.

(11) Selama perbantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (9)dan ayat (10), formasi bagi pegawai tersebut tidak boleh diisi,dan setelah perbantuan berakhir, pegawai yang bersangkutanditempatkan kembali pada departemen/lembaga asalnya.

(12) Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) hanyadiperkenankan melakukan pembayaran upah pegawai harian/tenaga honorer, apabila untuk keperluan tersebut telah tersediadananya dalam DIK/SKO bersangkutan.

(13) Pembayaran penghasilan pejabat negara, Pegawai Negeri Sipildan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RepublikIndonesia serta pensiunan dilakukan berdasarkan peraturanpemerintah.

(14) Penghasilan pegawai yang ditempatkan di luar negeri diaturdengan Keputusan Presiden.

(15) Penghasilan sebagaimana pada ayat (12), (13), dan (14) diatas tidak diperkenankan pemotongan untuk keperluan apapunkecuali atas persetujuan pejabat/pegawai/penerima pensiunyang bersangkutan.

Pasal 29

(1) Kenaikan gaji berkala dilakukan dengan penerbitan suratpemberitahuan oleh kepala kantor/satuan kerja setempat atasnama pejabat yang berwenang.

(2) Keputusan kenaikan gaji berkala tidak dapat berlaku surutlebih dari 2 (dua) tahun.

(3) Penundaan kenaikan gaji berkala ditetapkan dengan suratkeputusan oleh pejabat yang berwenang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 28 ayat (7).

Pasal 30

(1) Pegawai Negeri Sipil/Anggota Tentara Nasional Indonesia danKepolisian Republik Indonesia/penerima pensiun besertakeluarganya diberikan tunjangan beras dalam bentuk uang.

(2) Tunjangan beras untuk keluarga tidak diberikan rangkap.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 189: Buku 1 keuangan

165

(3) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikanoleh Menteri Keuangan atas usul menteri/pimpinan lembagapemerintah non departemen yang bersangkutan.

(4) Menteri Keuangan menetapkan harga beras sebagai dasarpemberian tunjangan pangan dalam bentuk uang danmengatur lebih lanjut pelaksanaannya.

Pasal 31(1) Tunjangan anak dan tunjangan beras untuk anak dibatasi

untuk 2 (dua) orang anak.

(2) Dalam hal pegawai/pensiunan pada tanggal 1 Maret 1994 telahmemperoleh tunjangan anak dan tunjangan beras untuk lebihdari 2 (dua) orang anak, kepadanya tetap diberikan tunjanganuntuk jumlah menurut keadaan pada tanggal tersebut.

(3) Apabila setelah tanggal tersebut jumlah anak yang memperolehtunjangan anak berkurang karena menjadi dewasa, kawin ataumeninggal, pengurangan tersebut tidak dapat diganti, kecualijumlah anak menjadi kurang dari 2 (dua).

Pasal 32Pelaksanaan belanja barang dilakukan dengan memperhatikanketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 33(1) Pejabat yang berwenang wajib membatasi pelaksanaan

perjalanan dinas untuk hal-hal yang mempunyai prioritas tinggidan penting dengan mengurangi frekuensi, jumlah orang danlamanya perjalanan.

(2) Perjalanan dinas luar negeri terlebih dahulu memerlukan izinPresiden atau pejabat yang ditunjuk.

(3) Permohonan izin perjalanan dinas ke luar negeri sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diajukan paling lambat 1 (satu) minggusebelum keberangkatan yang direncanakan, dan harusdilengkapi dengan :

a. penjeiasan mengenai urgensi/alasan perjalanan dan rincianprogramnya dengan menyertakan undangan, konfirmasi,dan dokumen yang berkaitan;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 190: Buku 1 keuangan

166

b. izin tertulis dari instansi bersangkutan apabila seorangpejabat diajukan instansi lain;

c. pernyataan atas biaya anggaran instansi mana perjalanandinas tersebut akan dibebankan.

(4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(2), yaitu :

a. perjalanan dinas pegawai yang ditempatkan di luar negeridan dipanggil kembali dari luar negeri;

b. perjalanan dinas pegawai antar tempat di luar negeri.

(5) Izin perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (4)huruf b adalah wewenang Menteri Luar Negeri serta KepalaPerwakilan Republik Indonesia yang bersangkutan, dan diberikanapabila pembiayaan untuk keperluan tersebut telah tersediadaiam DIK bersangkutan.

(6) Perjalanan dinas dilaksanakan dengan mengutamakanperusahaan penerbangan nasional atau perusahaanpengangkutan nasional lainnya.

(7) Pegawai negeri yang karena jabatannya harus melakukanperjalanan dinas tetap dalam daerah jabatannya, diberikantunjangan perjalanan tetap.

(8) Biaya perjalanan dinas dibayarkan dalam 1 (satu) jumlah(lumpsum) kepada pejabat/pegawai yang diperintahkan untukmelakukan perjalanan dinas.

(9) Menteri Keuangan mengatur lebih lanjut pedoman danketentuan pelaksanaan perjalanan dinas.

Pasal 34(1) Pegawai yang dipindahkan dapat diberikan uang pesangon

kecuali di tempat yang baru mendapat perumahan.

(2) Pegawai yang dipindahkan/ditempatkan pada PerwakilanRepublik Indonesia di luar negeri sebelum mendapatkanperumahan diizinkan tinggal hotel, tidak termasuk makan, untukwaktu paling lama 2 (dua) bulan.

(3) Menteri Keuangan mengatur lebih lanjut pedoman danketentuan pelaksanaan mengenai pemberian uang pesangonpindah.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 191: Buku 1 keuangan

167

Pasal 35

(1) Pembukaan dan atau peningkatan Perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri hanya dapat dilakukan denganpersetujuan Presiden.

(2) Pembukaan perwakilan departemen/lembaga di luar negerihanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan menteriyang berwenang dalam bidang pendayagunaan aparaturnegara, Menteri Luar Negeri dan Menteri Keuangan.

Pasal 36(1) Setiap perubahan/penyempurnaan organisasi dan atau

pembentukan kantor/satuan kerja dalam lingkungandepartemen/lembaga harus terlebih dahulu mendapatpersetujuan tertulis menteri yang berwenang di bidangpendayagunaan aparatur negara.

(2) Biaya sehubungan dengan pelaksanaan perubahan/penyempurnaan organisasi departemen/lembaga dan ataupembentukan kantor/satuan kerja dalam lingkungandepartemen/lembaga yang mengakibatkan pergeserananggaran/revisi dari departemen/lembaga tersebut, harusteRIeibh dahulu mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

BAB IVPEDOMAN PELAKSANAAN PENGELUARAN

PEMBANGUNAN

Pasal 37(1) Menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab atas

pelaksanaan pengeluaran pembangunan di lingkungandepartemen/lembaga yang dipimpinnya.

(2) Untuk melaksanakan program pembangunan yang bersifat lintassektor/departemen/lembaga ditunjuk koordinator diantaradepartemen/lembaga yang bersangkutan oleh Menteri NegaraPerencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BadanPerencanaan Pembangunan Nasional.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 192: Buku 1 keuangan

168

Pasal 38

(1) Untuk pelaksanaan pengeluaran pembangunan, departemen/lembaga/instansi vertikal/pemerintah daerah membuat DIPatau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO sesuai dengan contoh dan petunjuk teknis yangditetapkan Menteri Keuangan.

(2) DIP atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO setelah dibahas Departemen Keuangan dengandepartemen/lembaga/instansi vertikal/dinas propinsi,ditandatangani oleh :

a. Sekretaris Jenderal atau pejabat lain yang ditunjuk atasnama menteri/pimpinan lembaga untuk yang dibuat dipusat;

b. Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/gubernuratau pejabat lain yang ditunjuk atas nama menteri/pimpinan lembaga untuk yang dibuat di daerah.

(3) DIP atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO berlaku sebagai dasar pelaksanaan pengeluaranpembangunan setelah mendapat pengesahan dari :

a. Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuanganuntuk DIP yang dibuat di pusat;

b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran atasnama Menteri Keuangan untuk DIP yang dibuat di daerah.

(4) Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan DIP atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO dan dibuatdi pusat dan telah disahkan kepada :

a. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

b. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;

c. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional(Bappenas);

d. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP);

e. Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN);

f. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), DirektoratJenderal Anggaran;

g. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 193: Buku 1 keuangan

169

h. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas negara (KPKN);dan

i. Pimpinan proyek yang bersangkutan.

(5) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaranmenyampaikan DIP atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO yang dibuat di daerah kepada :

a. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;

b. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional(Bappenas);

c. Direktur Jenderal Anggaran;

d. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), DirektoratJenderal Anggaran;

e. Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan (BPKP);

f. Ketua Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

g. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN);

h. Kepala Kantor Akuntansi Regional (Kantor KAR); dan

i. Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(6) Departemen/lembaga menyampaikan DIP atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO yang dibuatdi pusat dan di daerah yang telah disahkan kepada :

a. Direktorat Jenderal/unit eselon I proyek yang bersangkutan;

b. Inspektorat Jenderal departemen/unit pengawasan padalembaga;

c. Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 39

(1) Berdasarkan DIP atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO yang telah disahkan disusun petunjukoperasional (PO) oleh :

a. Pejabat Eselon I atau pejabat lain dibawahnya yang ditunjukpada departemen/lembaga yang membawahkan proyekyang bersangkutan untuk DIP yang dibuat di pusat;

b. Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/gubernuratau pejabat yang ditunjuk membawahkan proyek untukDIP yang dibuat di daerah.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 194: Buku 1 keuangan

170

(2) Departemen/lembaga menyampaikan PO proyek-proyek yangdibuat di pusat kepada :

a. Direktur Jenderal Anggaran; dan

b. Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(3) Kepala kantor wilayah departemen/lembaga/gubernur ataupejabat yang ditunjuk menyampaikan PO proyek-proyek yangdibuat di daerah kepada :

a. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;

b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran; dan

c. Pemimpin proyek yang bersangkutan.

Pasal 40(1) Menteri/pimpinan lembaga atau pejabat lain yang ditunjuk

menetapkan pemimpin dan bendaharawan proyek untuk DIPatau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO yang dibuat di pusat.

(2) Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/gubernur ataupejabat yang ditunjuk atas nama menteri/pimpinan lembaga,menetapkan pemimpin proyek dan bendaharawan proyek untukDIP atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO yang dibuat di daerah.

(3) Bila dipandang perlu pemimpin proyek dan bendaharawanproyek dapat dibantu oleh pemimpin bagian proyek danbendaharawan bagian proyek sepanjang lokasi proyek tersebardi beberapa kabupaten/kota.

(4) Pejabat Eselon I dan eselon II serta Kepala Kantor/Dinas/Desa/Satuan kerja tidak diperkenankan ditunjuk sebagaipemimpin proyek/bagian proyek dan atau bendaharawan.

(5) Pemimpin dan bendaharawan proyek berkedudukan di lokasiproyek atau di ibukota kabupaten/kota terdekat.

Pasal 41

Pemimpin proyek/bagian proyek bertanggung jawab baik dari segikeuangan maupun dari segi fisik atas pelaksanaan proyek/bagianproyek sebagaimana ditetapkan dalam DIP atau dokumen anggaranlainnya yang diberlakukan sebagai SKO.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 195: Buku 1 keuangan

171

Pasal 42

(1) Kepada petugas proyek diberikan honorarium.

(2) Petugas proyek yang mengelola beberapa proyek hanyaberhak mendapat honorarium dari 1 (satu) proyek.

(3) Besarnya honorarium petugas proyek ditetapkan oleh MenteriKeuangan.

(4) Biaya perjalanan dinas dan uang lembur untuk kepentinganproyek diberikan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Pasal 43

(1) Perubahan/pergeseran biaya dalam DIP atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO diputuskanoleh :

a. Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Anggaranberdasarkan usulan dari menteri/pimpinan lembaga ataupejabat yang ditunjuk, untuk yang dibuat di pusat.

b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaranberdasarkan usulan dari Kepala Kantor Wilayahdepartemen/lembaga/gubernur atau pejabat yangditunjuk, untuk yang dibuat di daerah.

(2) Pergeseran biaya tidak dapat dilakukan :

a. dari belanja modal ke belanja penunjang;

b. dari belanja modal fisik ke belanja modal non fisik.

(3) Pengecualian ketentuan dalam ayat (2) harus seijin MenteriKeuangan.

(4) Keputusan perubahan DIP atau dokumen anggaran lainnyayang diberlakukan sebagai SKO yang dibuat di pusatdisampaikan kepada :

a. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

b. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;

c. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional(Bappenas);

d. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP);

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 196: Buku 1 keuangan

172

e. Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN);

f. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), DirektoratJenderal Anggaran;

g. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran;

h. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN);dan

i. Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(5) Keputusan perubahan DIP atau dokumen anggaran lainnyayang diberlakukan sebagai SKO yang dibuat di daerahdisampaikan kepada :

a. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;

b. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional(Bappenas);

c. Direktur Jenderal Anggaran;

d. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), DirektoratJenderal Anggaran;

e. Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan (BPKP);

f. Ketua Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

g. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN);

h. Kepala Kantor Akuntansi Regional (Kantor KAR); dan

i. Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(6) Departemen/lembaga menyampaikan perubahan DIP ataudokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKOyang disamakan yang dibuat di pusat dan daerah yang telahdisahkan kepada :

a. Direktur Jenderal/unit eselon I proyek yang bersangkutan;

b. Inspektorat Jenderal departemen/unit pengawasan padalembaga;

c. Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 44

(1) Berdasarkan revisi DIP atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO yang telah disahkan disusun POoleh :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 197: Buku 1 keuangan

173

a. Pejabat Eselon I/pejabat lain dibawahnya yang ditunjukpada departemen/lembaga yang membawahkan proyekbersangkutan untuk DIP yang dibuat di pusat;

b. Kepala Kantor Wilayah Departemen/Lembaga/Gubernuratau pejabat yang ditunjuk untuk proyek yang direvisi didaerah.

(2) Departemen/lembaga menyampaikan revisi PO proyek-proyekyang direvisi di pusat kepada :

a. Direktur Jenderal Anggaran; dan

b. Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(3) Kepala Kantor Wilayah Departemen/Lembaga/Gubernur ataupejabat yang ditunjuk menyampaikan revisi PO proyek-proyekyang direvisi di daerah kepada :

a. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;

b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran; dan

c. Pemimpin proyek yang bersangkutan.

Pasal 45

(1) Dalam pengalokasian dana pembangunan agar diutamakanpenyediaan dana pendamping bagi proyek yang sebagiandananya bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri.

(2) Dana pinjaman/hibah luar negeri dan dana pendampingtermasuk uang muka harus dicantumkan dalam DIP ataudokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO.

(3) Proyek yang dibiayai dengan dana kredit ekspor dapatdilaksanakan setelah tersedia uang muka bagi proyekdimaksud.

(4) Naskah perjanjian luar negeri untuk kredit ekspor baru dapatditandatangani apabila uang muka yang dibutuhkan telahtersedia.

Pasal 46(1) Sisa pekerjaan berdasarkan surat perjanjian/kontrak yang

belum dibayar sampai dengan akhir tahun anggaran,ditampung dalam DIP tahun anggaran berikutnya atas bebanbagian anggaran departemen/lembaga bersangkutan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 198: Buku 1 keuangan

174

(2) Dalam hal sumber pembiayaan berasal dari bantuan luarnegeri, sisa pekerjaan berdasarkan SPK dan atau suratperjanjian/kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dibiayai dari sisa dana bantuan luar negeri yang bersangkutan.

Pasal 47

Dalam hal target/sasaran proyek telah tercapai, sisa alokasi danaproyek yang bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri tidak dapatdipergunakan lagi.

Pasal 48

(1) Pemimpin proyek menyerahkan proyek yang telah selesai danseluruh kekayaan proyek kepada menteri/pimpinan lembagaatau pejabat yang ditunjuk dengan berita acara penyerahan,yang tembusannya disampaikan kepada Direktur JenderalAnggaran dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalAnggaran setempat.

(2) Dalam pelaksanaan dekonsentrasi pemimpin proyekmenyerahkan proyek atau hasil pekerjaan tersebut dan seluruhkekayaan proyek kepada menteri/pimpinan lembaga melaluigubernur dengan berita acara penyerahan, yang tembusannyadisampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalAnggaran.

(3) Dalam pelaksanaan tugas pembantuan pemimpin proyekmenyerahkan proyek atau hasil pekerjaan tersebut dan seluruhkekayaan proyek kepada menteri/pimpinan lembaga melaluiGubernur/Bupati/Walikota/Kepala Desa dengan berita acarapenyerahan, yang tembusannya disampaikan kepada KepalaKantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran.

(4) Menteri/pimpinan lembaga menentukan status proyek yangtelah selesai berikut kekayaannya sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), (2), dan (3) dalam lingkungannya sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

(5) Dalam hal hasil proyek tersebut pada ayat (4) akan diserahkanpemanfaatannya kepada pihak lain terlebih dahulu harusmendapat persetujuan Menteri Keuangan.

(6) Pembiayaan pengelolaan hasil proyek diatur sebagai berikut :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 199: Buku 1 keuangan

175

a. Departemen/lembaga wajib mengatur penyediaan biayaoperasional dan pemeliharaan melalui anggaran pendapatandan belanja negara untuk hasil proyek yang menjaditanggung jawabnya;

b. Pemerintah daerah/desa wajib mengatur penyediaan biayaoperasional dan pemeliharaan melalui anggaran pendapatandan belanja daerah untuk hasil proyek yang menjaditanggung jawabnya;

c. BUMN/BUMD/badan/instansi lainnya wajib mengaturpenyediaan biaya operasional dan pemeliharaan melaluianggaran belanja BUMN/BUMD/badan/instansi lainnyamasing-masing untuk hasil proyek yang menjadi tanggungjawabnya.

Pasal 49(1) Gubernur/Bupati/Walikota mengumumkan kepada masyarakat

proyek-proyek pembangunan yang akan dilaksanakan di daerahmasing-masing melalui media cetak setempat dan atau melaluimedia elektronik.

(2) Gubernur/Bupati/Walikota dibantu oleh masing-masingpemimpin proyek memberikan penjelasan lebih lanjut mengenaiproyek-proyek pembangunan sebagaimana dimaksud padaayat (1) kepada dunia usaha melalui asosiasi perusahaan didaerahnya masing-masing.

BABVPEDOMAN PELAKSANAAN DANA PERIMBANGAN

Pasal 50(1) Dana perimbangan bersumber dari APBN yang dialokasikan

kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalamrangka pelaksanaan desentralisasi.

(2) Dana perimbangan terdiri dari :

a. Dana bagi hasil;

b. Dana alokasi umum; dan

c. Dana alokasi khusus.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 200: Buku 1 keuangan

176

Pasal 51

(1) Pembagian dana perimbangan sebagaimana dimaksud dalamPasal 50 ayat (2) untuk masing-masing daerah ditetapkanberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Tata cara penyaluran dana perimbangan ditetapkan olehMenteri Keuangan.

(3) Pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas penggunaan danaperimbangan dilakukan oleh Menteri Keuangan dan MenteriDalam Negeri.

Pasal 52

(1) Untuk keperluan penyaluran dana perimbangan MenteriKeuangan menerbitkan SKO atau dokumen anggaran lainnyayang diberlakukan sebagai SKO.

(2) Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan SKO atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO kepada :

a. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

b. Gubernur/Bupati/Walikota;

c. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah(PKPD);

d. Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN);

e. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP);

f. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA), DirektoratJenderal Anggaran;

g. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran; dan

h. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).

Pasal 53

(1) Dana perimbangan dapat diperhitungkan langsung untuk disetorke Rekening Kas Negara dalam hal pemerintah daerah tidakmemenuhi kewajiban pembayaran kepada pemerintah pusat.

(2) Tata cara perhitungan, pemotongan dan penyetoransebagaimana tersebut pada ayat (1) diatur lebih lanjut olehMenteri Keuangan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 201: Buku 1 keuangan

177

BAB VI

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIAYAAN DEFISIT

Pasal 54(1) Pembiayaan defisit diperoleh dari pembiayaan dalam negeri

dan pembiayaan luar negeri bersih.(2) Pembiayaan dalam negeri adalah semua pembiayaan yang

berasal dari perbankan dan non perbankan dalam negeri yangmeliputi hasil privatisasi, penjualan obligasi dalam negeri,penjualan aset pemerintah dalam rangka programrestrukturisasi dan sumber lain sesuai dengan peraturanperUndang-Undangan yang berlaku.

(3) Pembiayaan luar negeri bersih adalah semua pembiayaan yangberasal dari penarikan utang/pinjaman luar negeri dikurangidengan pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri tahunyang bersangkutan.

Pasal 55

(1) Pengelolaan pinjaman luar negeri dilaksanakan sesuai denganketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pemerintah Pusat dapat menerus-pinjamkan pinjaman luarnegeri kepada pemerintah daerah atau BUMN.

(3) Tata cara penerusan pinjaman luar negeri kepada pemerintahdaerah atau BUMN diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.

(4) Tata cara penyaluran dan penatausahaan pinjaman dan hibahluar negeri diatur oleh Menteri Keuangan.

BAB VIIPEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN DALAM

LINGKUNGAN DEPARTEMEN PERTAHANAN DANKEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 56(1) Penyaluran pengeluaran rutin dan pembangunan di lingkungan

Departemen Pertahanan dan Kepolisian RI melalui rekeningkas negara pada kantor Perbendaharaan dan Kas Negara(KPKN).

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 202: Buku 1 keuangan

178

(2) Tatacara penerimaan dan pengeluaran baik rutin maupunpembangunan Departemen Pertahanan dan Kepolisian RepublikIndonesia diatur bersama oleh Menteri Keuangan denganMenteri Pertahanan atau Kepala Kepolisian RI.

BAB VIII

PENATAUSAHAAN, PELAPORAN DANPERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN

Pasal 57(1) Kepala kantor/satuan kerja/pimpinan proyek/bagian proyek

wajib menyelenggarakan pembukuan atas uang yangdikelolanya dan penatausahaan barang yang dikuasainya, sertamembuat laporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaanuang dan barang yang dikuasainya kepada kepala instansivertikal atasannya.

(2) Disamping pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Kepala kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/bagian proyekdan benda-harawan untuk kegiatan yang bersifat fisik wajibmenyelenggarakan pencatatan secara tertib sehingga setiapsaat dapat diketahui :

a. keadaan/perkembangan fisik kegiatan/proyek;

b. perbandingan antara rencana dan pelaksanaannya;

c. penggunaan dana bagi pengadaan barang/jasa;

d. akumulasi pengeluaran untuk setiap bangunan dalampengerjaan.

(3) Kepala Kantor Wilayah/instansi vertikal di daerah wajibmembuat laporan keuangan sebagai rekapitulasi pelaksanaananggaran dari kantor/satuan kerja/proyek/bagian proyek dalamwilayah kerjanya, kepada Pejabat Eselon I yang bersangkutan.

Pasal 58

Pejabat Eselon I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (3)pada departemen/lembaga wajib :

a. Menyelenggarakan pembukuan atas uang yang dikelolanya danmenyelenggarakan penatausahaan barang serta membuat

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 203: Buku 1 keuangan

179

laporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan uang danbarang yang dikuasainya;

b. Membuat laporan keuangan gabungan yang meliputi kantor uniteselon I yang bersangkutan dan kantor-kantor vertikal dilingkungannya kepada menteri/pimpinan lembaga atasannya cq.Sekretaris Jenderal/pejabat yang setingkat.

Pasal 59

Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan laporan realisasi triwulananpenggunaan dana perimbangan kepada Menteri Keuangan danMenteri Dalam Negeri dengan tembusan kepada Sekretaris DewanPertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) dan Kepala Kantor WilayahDirektorat Jenderal Anggaran setempat.

Pasal 60

(1) Menteri/pimpinan lembaga wajib menyelenggarakanpertanggungjawaban penggunaan dana pada bagian anggaranyang dikuasainya berupa laporan realisasi anggaran dan neracadepartemen/lembaga bersangkutan kepada Presiden melaluiMenteri Keuangan.

(2) Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota kepalasatuan kerja yang menggunakan dana bagian anggaran yangdikuasai Menteri Keuangan wajib menyampaikanpertanggungjawaban penggunaan dana kepada MenteriKeuangan c.q. Kepala BAKUN.

Pasal 61

Tata cara pelaksanaan pembukuan, pelaporan danpertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57, 58,59, dan 60 diatur oleh Menteri Keuangan.

Pasal 62(1) Dalam rangka intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang

negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1),departemen/lembaga wajib melakukan penatausahaan piutangnegara yang menjadi tanggung jawabnya.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 204: Buku 1 keuangan

180

(2) Tata cara pelaksanaan penatausahaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pasal 63

Menteri Keuangan menyelenggarakan penatausahaan utang-piutangnegara yang timbul dalam rangka investasi dan penyertaan modalnegara pada BUMN dan badan-badan lainnya.

Pasal 64

Bank Indonesia atau bank pemerintah yang ditunjuk sebagai BankTunggal dan Bank Operasional wajib menyampaikan kepada MenteriKeuangan untuk perhatian Direktur Jenderal Anggaran dan KepalaBAKUN :

a. Rekening koran Bendahara Umum Negara (BUN) disertai notadebet dan kredit yang bersangkutan setiap hari;

b. Rekening koran Direktur Jenderal Anggaran setiap minggu disertainota debet dan kredit yang bersangkutan setiap hari;

c. Rekening koran untuk semua Rekening Khusus disertai notadebet dan nota kredit setiap minggu;

d. Tembusan rekening koran lainnya milik pemerintah setiap minggu.

Pasal 65

Menteri Keuangan menyiapkan perhitungan anggaran negaraberdasarkan laporan keuangan departemen/lembaga sebagaimanadimaksud dalam Pasal 60.

Pasal 66

(1) Pemimpin proyek di departemen/lembaga menyampaikanlaporan bulanan pelaksanaan proyek kepada menteri/pimpinanlembaga dengan tembusan kepada Kepala Kantor WilayahDirektorat Jenderal Anggaran selambat-lambatnya 1 (satu)minggu setelah akhir bulan yang bersangkutan.

(2) Pemimpin proyek pelaksanaan dekonsentrasi menyampaikanlaporan bulanan kepada gubernur dengan tembusan kepadaKepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran selambat-

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 205: Buku 1 keuangan

181

lambatnya 1 (satu) minggu setelah akhir bulan yangbersangkutan.

(3) Pemimpin proyek pelaksanaan tugas pembantuanmenyampaikan laporan bulanan pelaksanaan proyek kepadagubernur/bupati/walikota selambat-lambatnya 1 (satu) minggusetelah akhir bulan yang bersangkutan.

(4) Gubernur/Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) dan ayat (3) menyampaikan rangkuman laporan konsolidasitriwulanan mengenai proyek dekonsentrasi dan tugaspembantuan di wilayahnya kepada Menteri/pimpinan lembagadengan tembusan kepada kepala Bappenas dan Kepala KantorWilayah Direktorat Jenderal Anggaran selambat-lambatnya 2(dua) minggu setelah akhir bulan yang bersangkutan.

(5) Menteri/pimpinan lembaga membuat rangkuman laporankonsolidasi triwulanan mengenai seluruh proyek sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dan ayat (4) kepada MenteriKeuangan dan Kepala Bappenas selambat-lambatnya 3 (tiga)minggu setelah berakhimya triwulan yang bersangkutan.

(6) Perkembangan pelaksanaan anggaran dan programpembangunan dilaporkan secara semesteran kepada Presidendan Wakil Presiden oleh Menteri Keuangan dan KepalaBappenas.

(7) Ketentuan mengenai sistem pemantauan dan pelaporansebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)diatur oleh Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas.

Pasal 67Setiap pegawai negeri karena kelalaian atau kesengajaan melakukanpelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam KeputusanPresiden ini dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

BAB IXPENGAWASAN PELAKSANAAN ANGGARAN

Pasal 68Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran rutin dilakukan sebagaiberikut :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 206: Buku 1 keuangan

182

1. Atasan kepala kantor/satuan kerja menyelenggarakanpengawasan terhadap pelaksanaan anggaran yang dilakukanoleh kepala kantor satuan kerja dalam lingkungannya;

2. Atasan langsung bendaharawan melakukan pemeriksaan kasbendaharawan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali;

3. Kepala biro keuangan departemen/lembaga mengadakanverifikasi terhadap Surat Perintah Membayar (SPM) mengenaikantor/satuan kerja dalam lingkungan departemen/lembagabersangkutan.

Pasal 69Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran pembangunandilakukan sebagai berikut :

1. Atasan langsung pemimpin proyek/bagian proyekmenyelenggarakan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaranyang dilakukan oleh pemimpin proyek/bagian proyek yangbersangkutan;

2. Pemimpin proyek/bagian proyek mengadakan pemeriksaan kasbendaharawan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali;

3. Kepala biro keuangan departemen/lembaga melakukan verifikasiSurat Perintah Membayar (SPM) mengenai proyek dalamlingkungan departemen/lembaga bersangkutan.

Pasal 70(1) Inspektur jenderal departemen/pimpinan unit pengawasan pada

lembaga melakukan pengawasan atas pelaksanaan anggarannegara yang dilakukan oleh kantor/satuan kerja/proyek/bagianproyek dalam lingkungan departemen/lembaga bersangkutansesuai ketentuan yang berlaku.

(2) Hasil pemeriksaan inspektur jenderal departemen/pimpinan unitpengawasan pada lembaga tersebut disampaikan kepadamenteri/pimpinan lembaga yang membawahkan proyek yangbersangkutan dengan tembusan disampaikan kepada KepalaBPKP.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 207: Buku 1 keuangan

183

Pasal 71

BPKP melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan anggarannegara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

Pasal 72

Inspektur jenderal departemen/pimpinan unit pengawasan lembaga,Kepala BPKP, unit pengawasan daerah/desa wajib menindaklanjutipengaduan masyarakat mengenai pelaksanaan anggaranpendapatan dan belanja negara.

Pasal 73Pemerintah dapat menunjuk lembaga swadaya masyarakat/badannon pemerintah untuk melakukan monitoring dan evaluasipelaksanaan proyek/kegiatan tertentu.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 74

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan KeputusanPresiden ini, ditetapkan oleh Menteri Keuangan c.q. Direktur JenderalAnggaran.

Pasal 75

Selama petunjuk pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam KeputusanPresiden ini belum ditetapkan, petunjuk pelaksanaan yang adasepanjang tidak bertentangan dengan Keputusan Presiden ini, tetapberlaku.

Pasal 76

Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini maka Keputusan PresidenNomor 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatandan Belanja Negara, dinyatakan tidak berlaku.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 208: Buku 1 keuangan

184

Pasal 77

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganKeputusan Presiden ini, dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 28 Juni 2002

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakartapada tanggal 28 Juni 2002

SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA,

ttd

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIATAHUN 2002 NOMOR 73

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 209: Buku 1 keuangan

185

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 72 TAHUN 2004

TENTANG

PERUBAHAN ATASKEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2002TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatanNegara dari sektor pajak, dengan KeputusanPresiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang PedomanPelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara, departemen/lembaga, pemerintah daerah,kantor/satuan kerja, proyek/bagian proyek danBadan Usaha Milik Negara (BUMN) Badan UsahaMilik Daerah (BUMD) wajib menyampaikan bahan-bahan keterangan yang menjadi wewenang dantanggung jawabnya guna keperluan perpajakankepada Menteri Keuangan untuk perhatian DirekturJenderal Pajak;

b. bahwa untuk memadukan dan mensinergikanbahan-bahan keterangan tersebut, dipandang perlumembentuk Bank Data Nasional dan NomorIdentitas Tunggal;

c. bahwa dalam rangka pembentukan Bank DataNasional dan Nomor Identitas Tunggal tersebut, sertauntuk mewujudkan kesamaan pemahaman danketerpaduan langkah dari seluruh departemen/lembaga pemerintah daerah kantor/satuan kerja,proyek/bagian proyek dan Badan Usaha Milik Negara

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 210: Buku 1 keuangan

186

(BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalamrangka pembentukan Bank Data Nasional dan NomorIdentitas Tunggal dimaksud, dipandang perlumengubah Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun2002;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945sebagaimana telah diubah dengan PerubahanKeempat Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentangProgram Pembangunan Nasional (PROPENAS)Tahun 2000-2004 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2000 Nomor 206);

3. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentangPedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara; (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2002 Nomor 73, TambahanLembaran Negara Nomor 4212);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHANATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN2002 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA.

Pasal IBeberapa ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002Nomor 73. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4212), diubahsebagai berikut :

1. Mengubah ketentuan Pasal 18 ayat (1). sehingga keseluruhanPasal 18 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 18

(1) Dalam rangka meningkatkan pendapatan Negara,departemen/lembaga, pemerintah daerah, kantor/satuan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 211: Buku 1 keuangan

187

kerja, proyek/bagian proyek dan Badan Usaha Milik Negara(BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) menyampaikandata dan informasi guna keperluan perpajakan kepadaMenteri Keuangan untuk perhatian Direktur Jenderal Pajak.

(2) Setiap instansi pemerintah, pemerintah daerah, BUMN,BUMD. bendaharawan dan badan-badan lain yang melakukanpembayaran atas beban Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD)/Anggaran BUMN/BUMD, ditetapkan sebagai wajibpungut pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Menambah 6 (enam) ketentuan baru di antara Pasal 18 danPasal 19 yang dijadikan Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 18C, Pasal18D, Pasal 18E dan Pasal 18F. yang berbunyi sebagai berikut :

Pasal 18 A

(1) Untuk memadukan dan mensinergikan data dan informasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), dibentukBank Data Nasional dan Nomor Identitas Tunggal.

(2) Pembentukan Bank Data Nasional dan Nomor IdentitasTunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),dilaksanakan oleh Menteri Keuangan berkoordinasi dengandepartemen/lembaga dan pemerintah daerah.

(3) Departemen/lembaga, pemerintah daerah, kantor/satuankerja, proyek/bagian proyek dan BUMN/BUMD memberikandata dan informasi yang berada di bawah kewenangannyakepada Menteri Keuangan untuk perhatian Direktur JenderalPajak, serta mengambil langkah-langkah yang diperlukansesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing gunaterbentuknya Bank Data Nasional dan Nomor IdentitasTunggal dimaksud.

(4) Jenis data dan informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat(3), ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.

Pasal 18 B

Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Pajak setelah menerimadata dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat(1), wajib menindaklanjutinya dengan mengadministrasikan data

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 212: Buku 1 keuangan

188

dan informasi dimaksud dalam sistem Bank Data Nasional denganmembentuk Nomor Identitas Bersama sebagai embrio NomorIdentitas Tunggal.

Pasal 18 C

Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Pajak wajib memberikanNomor Identitas Bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal18 B kepada masing-masing departemen/lembaga, pemerintahdaerah, kantor/satuan kerja, proyek/bagian proyek dan BUMN/BUMD.

Pasal 18 D

Departemen/lembaga, pemerintah daerah, kantor/satuan kerja,proyek/bagian proyek dan BUMN/BUMD setelah menerimaNomor Identitas Bersama dari Menteri Keuangan cq. DirekturJenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 C, wajibmengadministrasikannya bersama-sama dengan nomor identitasmasing-masing.

Pasai 18 E

Biaya yang diperlukan dalam rangka pembentukan Bank DataNasional dan Nomor Identitas Tunggal sebagaimana dimaksuddalam Pasal 18A, dibebankan kepada Anggaran Pendapatandan Belanja Negara.

Pasal 18 F

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangkapembentukan Bank Data Nasional dan Nomor Identitas Tunggal,diatur oleh Menteri Keuangan dan/atau Menteri/pimpinan lembagabaik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai lingkupbidang tugas dan kewenangannya masing-masing.

Pasal IIKeputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 213: Buku 1 keuangan

189

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganKeputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 6 September 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakartapada tanggal 6 September 2004

SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA,

ttd

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIATAHUN 2004 NOMOR 92.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 214: Buku 1 keuangan

190

PENJELASAN ATASKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 72 TAHUN 2004

TENTANG

PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA UMUM

Bahwa penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakankomponen terpenting dalam pendapatan Negara yang perlu lebihditingkatkan lagi pelaksanaan pemungutannya oleh DepartemenKeuangan, khususnya Direktorat Jenderal Pajak.

Dalam pelaksanaan pemungutannya, berdasarkan KeputusanPresiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman PelaksanaanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara, departemen/lembaga,pemerintah daerah, kantor/satuan kerja, proyek/bagian proyek danBadan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah(BUMD) wajib menyampaikan bahan-bahan keterangan untukkeperluan perpajakan kepada Menteri Keuangan untuk menjadiperhatian Direktur Jenderal Pajak.

Dalam pelaksanaannya, departemen/lembaga, pemerintah daerah,kantor/satuan kerja, proyek/bagian proyek dan BUMN/BUMD yangwajib menyampaikan bahan-bahan keterangan tersebut, belumsepenuhnya menyampaikan bahan sesuai yang diharapkan.sehingga belum dapat dimanfaatkan secara maksimal dalammendukung peningkatan penerimaan Negara di sektor pajak. Haltersebut disebabkan karena setiap departemen/lembaga, pemerintahdaerah, kantor/satuan kerja, proyek/bagian proyek dan BUMN/BUMD mempunyai prosedur dan spesifikasi tersendiri dalammengelola data dan informasi di masing-masing unit kerja.

Sehubungan dengan hal tersebut, guna menciptakan keterpaduandan sinergi atas data dan informasi yang wajib disampaikan kepadaMenteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Pajak tersebut, sehinggadapat mendukung peningkatan pendapatan Negara dari sektorperpajakan, dipandang perlu membentuk Bank Data Nasional danNomor Identitas Tunggal yang diharapkan dapat dimanfaatkansebagai alat monitoring/pengawasan terhadap kepatuhanpemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 215: Buku 1 keuangan

191

PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 18 A

Cukup jelas

Pasal 18 B

Cukup jelas.

Pasal 18 C

Cukup jelas.

Pasal 18 D

Cukup jelas.

Pasal 18 E

Cukup jelas.

Pasal 18 F

Cukup jelas.

Pasal II

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIANOMOR 4418

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 216: Buku 1 keuangan

192

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 3 TAHUN 2006

TENTANG

TUNJANGAN JABATAN STRUKTURAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil DalamJabatan Struktural sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002,dipandang perlu menetapkan Peraturan Presidententang Tunjangan Jabatan Struktural;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentangPokok-pokok Kepegawaian (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3041) sebagaimana telahdiubah dengan Undang-Undang Nomor 43Tahun 1999 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 169, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor3890);

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 217: Buku 1 keuangan

193ADMINISTRASI KEUANGAN

3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3098) sebagaimanatelah beberapa kali diubah, terakhir denganPeraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2005(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 151);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000tentang Pengangkatan Pegawai Negeri SipilDalam Jabatan Struktural (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2000 Nomor 197,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4018), sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor13 Tahun 2002 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2002 Nomor 33, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4194);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003tentang Wewenang Pengangkatan,Pemindahan, dan Pemberhentian PegawaiNegeri Sipil (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 15, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4263);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGANJABATAN STRUKTURAL.

Pasal 1Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secarapenuh dalam jabatan struktural diberikan tunjangan jabatan strukturalsetiap bulan.

Page 218: Buku 1 keuangan

194

Pasal 2

Besarnya tunjangan jabatan struktural sebagaimana dimaksud dalamPasal 1 adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran PeraturanPresiden ini.

Pasal 3(1) Tunjangan jabatan struktural sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2, diberikan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2006.

(2) Sejak mulai tanggal pemberian tunjangan jabatan strukturalsebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi Pegawai Negeri Sipilyang telah menerima tunjangan jabatan struktural berdasarkanKeputusan Presiden Nomor 99 Tahun 2000 tentang TunjanganJabatan Struktural, kepadanya hanya diberikan selisih kekuranganbesarnya tunjangan jabatan struktural berdasarkan PeraturanPresiden ini dengan besarnya tunjangan jabatan struktural yangtelah diterimanya sampai dengan diberikannya tunjangan jabatanstruktural berdasarkan Peraturan Presiden ini.

Pasal 4

Pemberian Tunjangan Jabatan Struktural dihentikan apabila PegawaiNegeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diangkat dalamjabatan fungsional atau karena hal lain yang mengakibatkanpemberian tunjangan dihentikan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 5

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan PeraturanPresiden ini, diatur oleh Menteri Keuangan dan/atau Kepala BadanKepegawaian Negara, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri menurut bidang tugasnya masing-masing.

Pasal 6Peraturan pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 99 Tahun 2000tentang Tunjangan Jabatan Struktural masih tetap berlaku sepanjangtidak bertentangan dan belum diubah dan/atau diganti denganperaturan baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 219: Buku 1 keuangan

195

Pasal 7

Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka Keputusan PresidenNomor 99 Tahun 2000 tentang Tunjangan Jabatan Struktural,dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 8Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 11 Januari 2006

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 220: Buku 1 keuangan

196

PEDOMAN TENTANG PENATA-USAHAAN KASMILIK NEGARA CARA PENGAWASAN DAN

PEMERIKSAANNYA

(Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. KEP. 330/M/V/9/68 Tgl. 26 September 1968)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa berhubung dengan instruksi Presiden RepublikIndonesia No. 3/1968 perlu diberikan pedomantentang penata-usahaan kas milik Negara, carapengawasan dan pemeriksaannya

Mengingat : 1. Undang-Undang ICW (Stbl.1925/448);

2. Keputusan Presiden RI No. 26 Tahun 1968 (BNNo. 1608/7a-9a);

3. Instruksi Presiden RI No. 3 Tahun 1968 (BN No.1603/4A-5A);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : Pedoman tentang penata-usahaan kas milik negara,cara pengawasan dan pemeriksaannya.

Pasal 1

Tiap orang atau Badan yang karena tugasnya berkewajibanmenerima, menyimpan dan menyerahkan uang dan surat-suratberharga milik Negara termasuk milik badan-badan, perusahaan-perusahaan atau lembaga-lembaga Negara, wajib mengadakan tatausaha yang tertib mengenai penerimaan, penyimpanan sertapenyerahan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 221: Buku 1 keuangan

197

Pasal 2

a. Peraturan-peraturan Departemen, Lembaga Negara, Angkatan,Direktorat Jenderal atau Direktorat yang bersangkutan sepanjangperaturan itu telah ada pada tanggal ditetapkannya suratKeputusan Menteri Keuangan ini karena sifat yang khusus daritata usaha yang bersangkutan, dengan ketentuan bahwaperobahan dari pada peraturan tersebut harus denganpersetujuan Menteri yang bersangkutan.

b. Peraturan-peraturan Menteri Keuangan, jika pada tanggaltersebut huruf a tidak ada pengaturan, secara khusus demikian.

c. Kelaziman dalam dunia perusahaan, jika tata-usaha danpengurusan dilakukan terhadap uang dan surat-surat berhargadalam Perusahaan Negara tersebut disamping yang dimaksuddalam huruf a segala sesuatu dalam huruf c ini dapat dipertegasdan diatur oleh pengurus perusahaan yang bersangkutan sendiriatau pembesar lain yang berwenang.

Pasal 3

a. Menteri Keuangan dapat memberikan petunjuk mengenai semuatata-usaha termaksud dalam pasal 1 dan pasal 2.

b. Semua rancangan untuk mengadakan peraturan mengenai tatausaha kas dan surat berharga dan rancangan peraturan untukmengubah ketentuan yang telah berlaku, wajib diberitahukankepada dan dirundingkan dengan Menteri Keuangan.

Pasal 4a. Terhadap tiap tata-usaha kas dan surat berharga milik Negara,

harus dilakukan pengawasan dan pemeriksaan secara tertib danberkala, dalam lingkungan Departemen, Lembaga Negara,Angkatan, Direktorat Jenderal atau Perusahaan Negara yangbersangkutan sendiri.

b. Kecuali jika peraturan dan kelaziman termaksud dalam pasal 2huruf a dan c, telah memuat keharusan pengawasan danpemeriksaan itu dalam tiap-tiap jangka waktu yang pendek makapengawasan dan pemeriksaan sebagai termaksud dalam hurufa pasal 4 ini harus dilakukan sedikit-dikitnya sekali dalam tiaptriwulan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 222: Buku 1 keuangan

198

c. Hanya karena kesulitan perhubungan, Menteri atau PimpinanLembaga Negara dan sebagainya yang bersangkutan, denganmenyimpang dari huruf b, dapat mengatur supaya bagipemeriksaan sebagai termaksud itu, waktu triwulan terhadaphuruf b dijadikan enam bulan.

Pasal 5

a. Menteri, Pimpinan Lembaga Negara, Panglima Angkatan DirektoratJenderal atau Pengurus Perusahaan Negara dapat menunjukpetugas-petugas khusus untuk melakukan pengawasan danpemeriksaan sebagai termaksud dalam pasal 4.

b. Jika tidak dilakukan penunjukan sebagai termaksud dalam hurufa, maka atasan langsung dari tiap pemegang kas wajibmengadakan pengawasan dan pemeriksaan itu.

c. Tiap atasan langsung pemegang kas berhak dan wajib melakukanpengawasan dan pemeriksaan termaksud, jika petugas yangditunjuk dalam huruf a, karena sebab apapun juga, berhalanganmelakukan pemeriksaan pada waktu-waktu yang ditentukandalam pasal 4.

Pasal 6Pengawasan dan pemeriksaan kas tata-usahanya, selanjutnya dapatdiatur dalam lingkungan tiap Departemen, Lembaga Negara,Angkatan, Direktorat Jenderal, atau Perusahaan Negara sendiri,dengan memenuhi syarat-syarat termaksud di bawah ini :

a. Pemeriksaan kas harus dilakukan secara mendadak.

b. Buku kas harus ditutup pada waktu itu dicatat tanggalnya dandibubuhi tanda tangan oleh pemeriksa dan pemegang kas.

c. Saldo buku kas harus dicocokkan dengan isi dan kedua jumlahitu harus dicatat dalam buku kas.

Pasal 7

Dari tiap pemeriksaan sebagai termaksud dalam pasal 4 harusdibuat berita acara, yang sedikit-dikitnya harus memuat hal-halsebagai termaksud dibawah ini:

a. Tanggal pemeriksaan dan jabatan pemeriksa dan pemegangkas masing-masing.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 223: Buku 1 keuangan

199

b. Saldo buku kas.

c. Isi kas berupa alat-alat pembayaran yang syah.

d. Jumlah surat-surat berharga yang dapat diterima sebagai bagiankas dengan pernyataan jenis surat-surat dan jumlah dalam uangdari tiap jenis.

e. Saldo dalam Bank dengan menyertakan nama banknya.

f. Jumlah kasbon dan jumlah uang yang masih terdapat, denganpernyataan tanggal kasbon yang tertua dan yang terakhir.

g. Pernyataan, apakah pemegang kas disamping jumlah-jumlahyang terdapat pada tata-usaha ini dalam jabatan masihmenerima, menyimpan dan menyerahkan lain milik Negara,termasuk daerah swatantra.

Pasal 8a. Salinan berita acara sebagai termaksud dalam pasal 7 harus

dikirimkan kepada pihak yang berwenang menurut ketentuandalam tiap Departemen, Lembaga Negara, Angkatan, DirektoratJenderal atau Perusahaan Negara sendiri.

b. Salinan berita acara termaksud wajib dikirimkan pula kepadaMenteri Keuangan cq Direktur Jenderal Pengawasan KeuanganNegara dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 9

a. Jika pemeriksaan sebagai termaksud dalam pasal 4 menimbulkanpersangkaan adanya tindak pidana, maka hal demikian itu wajibdilaporkan kepada petugas pengusut yang berwenang.

b. Jika pemeriksaan berturut-turut menurut pendapat Pembesaryang berwenang, memperlihatkan usaha yang teliti dan perasaantanggung jawab Pemegang Kas yang dapat dipuji, maka kepadayang bersangkutan itu dapat diberikan penghargaan.

Pasal 10

a. Disamping pengawasan dan pemeriksaan kas dalam lingkunganDepartemen. Lembaga Negara, Angkatan, Direktorat Jenderaldan Perusahaan Negara sendiri sebagai termaksud dalam pasal4, juga dilakukan pemeriksaan umum kas oleh petugas-petugasDirektorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara Departemen

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 224: Buku 1 keuangan

200

Keuangan berdasarkan keputusan Presiden nomor 26 tahun1968.

b. Jika kesulitan hubungan memerlukan demikian, maka MenteriKeuangan dengan persetujuan Menteri Dalam Negeri, dapatdiminta kepada Gubernur, Kepala Daerah yang bersangkutanuntuk mengadakan pemeriksaan umum kas termaksud dalamhuruf a.

c. Pada pemeriksaan termaksud dalam huruf a diteliti juga, apakahpemeriksaan termaksud dalam pasal 4, dilakukan secara berkali-kali dan secara tertib.

Ditetapkan di : JAKARTAPada tanggal : 26 September 1968

MENTERI KEUANGAAN

ttd

Prof. Dr. Ali Wardana

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 225: Buku 1 keuangan

201

SURAT KEPUTUSAN MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

NOMOR KEP. 332/M/V/9/1968

TENTANG

BUKU KAS UMUM DAN CARA MENGERJAKANNYAMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. Dari hasil operasi pemeriksaan kas pada paraBendaharawan/Pemegang Kas ternyata bahwabanyak Bendaharawan/Pemegang Kas yangkurang mengetahui tentang peraturan yangmewajibkan para Bendaharawan/Pemegang Kasuntuk mengadakan dan mengerjakan Buku KasUmum;

b. Berhubung dengan itu dianggap perlu untukmemberikan pedoman mengenai Buku Kas Umumdan tata-pembukuannya bagi para Bendaharawan/Pemegang Kas.

Mengingat : 1. ICW Stbl. 1925/48;2. Keputusan Presiden No. 26/1968,3. Instruksi Presiden No. 3/1968;4 Keputusan Menteri Keuangan No. Kep. 330/M/V/

9/1968;5 Keputusan Menteri Keuangan No. Kep. 331/M/

V/9/1968.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : dengan mencabut peraturan-peraturan termaksuddalam rangka “Regeringsrondschijven” tanggal 27

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 226: Buku 1 keuangan

202 ADMINISTRASI KEUANGAN

Maret 1925 No. 26 jo. Gouvernementbesluit” tanggal2 Januari 1928 No. 37 (Bijblad No. T0774 dan 11553)menetapkan pedoman mengenai Buku Kas Umumdan tata-pembukuannya bagi para Bendaharawan/Pemegang Kas.

Pasal 1Kecuali jika menurut peraturan Menteri yang bersangkutan ditetapkanberlainan, karena adanya peraturan khusus yang dikeluarkan olehMenteri, Panglima Angkatan, Direktur Jenderal, atau jika berdasarkankelaziman dalam perusahaan telah diadakan cara pembukuan lain,maka bagi pembukuan kas berlaku peraturan berikut ini.

Setiap Bendaharawan atau pemegang Kas yang mengurus uangNegara harus mempunyai Buku Kas Umum dan mencatat semuapengeluaran dan penerimaan. Catatan itu dilakukan sebelumpembukuan dalam buku-buku kepala dan dalam register-register.

Pasal 2Pada halaman pertama Buku Kas Umum dicatat oleh PemegangKas jumlah halamannya yang kemudian diberi tanggal dan ditanda-tangani olehnya. Tiap halaman terakhir diberi nomor urut dan diparaf.

Halaman terakhir dipergunakan untuk catatan pemeriksaan kas.

Pasal 3Pimpinan Departemen/Lembaga Negara jika perlu dapat menentukanbuku-buku Pembantu/register-register yang dipergunakan disampingBuku Kas Umum.

Pasal 4Buku Kas Umum dikerjakan sendiri oleh Bendaharawan/PemegangKas bersangkutan, kecuali ditentukan lain oleh pajabat/atasan yangberwenang.

Pasal 5Buku Kas Umum disusun menurut contoh, yang biasanya dapatdibeli ditoko-toko. (Lihat Lampiran A).

Page 227: Buku 1 keuangan

203

Pasal 6Jumlah-jumlah penerimaan dan pengeluaran dibukukan terlebihdahulu, setelah baru diterima jumlahnya atau dibayarkan.

Pasal 7Penerimaan dibukukan di sebelah kiri, pengeluaran di sebelah kanan.

Pasal 8Buku Kas Umum ditulis dengan tinta hitam.

Dalam Buku Kas Umum tidak diizinkan adanya ruangan-ruanganyang tidak terisi, tanda-tanda bekas hapusan atau tindasan tulisan;jika ada; coretan-coretan harus dikerjakan dengan dua garis lurusdengan linial sedemikian sehingga tulisan yang semulanya masihdapat terbaca, kemudian diparaf.

Pasal 9

Buku Kas Umum sedikitnya satu kali sebulan dan selanjutnya tiapkali jika dianggap perlu oleh atasan yang terdekat, ditotal dan ditutupdan uang kasnya dihitung. Saldo total dari buku kepala, jika buku inidigunakan, harus cocok dengan saldo Buku Kas Umum.

Pasal 10Penutupan kas tersebut dicatat dalam register mengenai penutupankas menurut contoh terlampir (lihat lampiran B).

Pasal 11Perbedaan jumlah saldo buku dan saldo kas dicatat dalam BukuKas Umum.

Pasal 12

Sebagai pos penerimaan sebelah kiri dan pengeluaran sebelah kanan,dibukukan saldo kelebihan/kekurangan yang didapat karenapenutupan buku.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 228: Buku 1 keuangan

204

Pasal 13

Total pos-pos sebelah kiri, tiap kali penutupan harus sama dengantotal pos-pos sebelah kanan.

Pasal 14Persamaan total pada sisi penerimaan dan sisi pengeluaran diperolehdengan membukukan saldo kelebihan/kekurangan dalam ruangpenerimaan/kekurangan sebelum pentotalan semua pos-pos disebelah kiri (penerimaan) kanan (pengeluaran).

Pasal 15Pemindahbukuan ke buku kepala/register dicabut dalam buku kasumum dalam suatu ruang yang menyebutkan pula halaman daripada buku kepala/register itu.

Pasal 16Dalam pengurusan yang meliputi pula uang-uang Daerah Otonom,Lembaga-lembaga Negara, Badan-badan Hukum dan/atauSwasta, yang menjadi tugas pula bagi Pemegang Kas karenajabatannya dan uang disimpan dalam satu tempat makapenerimaan/pengeluarannya dibukukan pula dalam Buku KasUmum.

Pasal 17

Jika Bendaharawan/Pemegang Kas meninggalkan tempatkedudukannya, Buku Kas Umum tidak boleh dibawa serta dan harusditinggalkan di kantornya.

Pasal 18

Pemakaian buku kas tabel laris dapat dibenarkan, dengan tujuanmenghindarkan pemakaian satu atau lebih buku-buku kepala, jikamasih juga digunakan buku-buku kepala, maka hendaknya hanyadigunakan Buku Kas Umum saja, artinya yang tidak tabel laris.Dalam menggunakan buku kas tabel laris hendaknya diperhatikanhal-hal berikut :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 229: Buku 1 keuangan

205

(1) Baik sisi penerimaan maupun sisi pengeluaran harus mempunyairuang untuk membukukan tiap-tiap pos penerimaan/pengeluaran sehingga saldo kas dapat ditentukan oleh totaljumlah dalam ruang penerimaan dikurangi dengan total dalamjumlah dalam ruang pengeluaran;

(2) Baru setelah dilakukan pembukuan dimaksud di atas makapos-pos dipecah pecah di dalam satu ruang, yang merupakanrekening dalam buku kepala.

(3) Jumlah ruang-ruang tidak boleh diganggu kerapian/kejelasanpembukuan karena itu, jika terdapat terlalu banyak pos-posyang harus dlbukukan, ada baiknya digunakan Buku Kas Umumdengan beberapa buku kepala.

Pasal 19(1) Jika Bendaharawan/Pemegang Kas menyimpan uangnya di

Bank, maka ia harus menyimpannya atas rekening jabatannyadan ia harus pula mempunyai Buku Bank menurut contoh C(terlampir), dan mencatat semua penyetoran dan pengambilandalam buku tersebut.

(2) Bendaharawan/Pemegang Kas dilarang menyimpan uangnyadi Bank Swasta, tetapi harus di Bank Negara Unit I.

(3) Jika tidak ada Bank Negara Unit I, setelah mendapat persetujuandari Menteri Keuangan, penyimpanan dapat dilakukan pada Bank-Bank milik Negara dan jika tidak ada, pada Bank-Bank milikPemerintah Daerah.

Ditetapkan di : JakartaPada Tanggal : 26 September 1968

MENTERI KEUANGAN

ttd.

Prof. Dr. ALI WARDHANA

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 230: Buku 1 keuangan

206

MENTERI KEUANGANKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

No. 217/KMK.03/1990

TENTANG

MEKANISME PEMBAYARAN DALAM PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

MENTERI KEUANGAN PEPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan efisiensidan penghematan keuangan negaradipandang perlu untuk mengadakanpenyederhanaan mekanisme pembayarandalam pelaksanaan Anggaran Pendapatandan Belanja Negara.

b. bahwa ketentuan-ketentuan mengenaipenyederhanaan mekanisme sebagaimanadimaksud dalam huruf a perlu diatur denganKeputusan Menteri Keuangan.

Memperhatikan : 1. Indische Comptatbiliteits Wet (Stbl. No. 448tahun 1925) sebagaimana telah diubah danditambah, terakhir dengan Undang-UndangNomor 9 Tahun 1968;

2. Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1984;

3. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1987:

4. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1988;

5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 296/KMK.03/1977;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 231: Buku 1 keuangan

207

6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83/KMK.01/1988;

7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 645/KMK.01/1989;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA TENTANG MEKANISMEPEMBAYARAN DALAM PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJANEGARA

Pasal 1

(1) Semua penerimaan dan pengeluaran yang dilaksanakan olehKantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) dilaksanakansecara giral.

(2) Pengecualian atas ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dapat ditetapkan oleh Direktur Jenderal Anggaran.

Pasal 2(1) Pelaksanaan pembiayaan atas beban APBN oleh KPKN dilakukan

berdasarkan bukti-bukti tagihan/pembayaran yang sah antaralain surat/dokumen yang membuktikan bahwa orang atau badanbersangkutan berhak memperoleh dari Negara.

(2) Pembayaran untuk tagihan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilakukan penerbitan Surat Perintah Membayar langsung(SPM-LS) kepada yang berhak.

Pasal 3

(1) Sebagai pengecualian atas ketentuan sebagaimana dimaksudPasal 2 kepada Bendaharawan dapat diberikan uang muka kerjayang disebut uang yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD)dengan menerbitkan SPM pemberian dana UYHD (SPM-DU)oleh KPKN.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 232: Buku 1 keuangan

208

(2) UYHD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikandengan batas-batas jumlah sebagai berikut :

a. Untuk Anggaran Belanja Rutin :

(i) apabila dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK) untuk Kantor,Satuan kerja tersedia pagu Belanja Barang sampaidengan Rp. 60.000.000,- dapat diberikan UYHD sebesarseperempat (1/4) dari pagu tersebut dengan jumlahsetlinggi-tingginya Rp. 5.000.000.- (lima juta rupiah).

(ii) apabila pagu Belanja Barang berjumlah diatas Rp.60.000.000,- sampai dengan Rp. 450.000.000.- dapatdiberikan UYHD sebesar seperdua belas (1/12) daripagu anggaran tersebut dengan jumlah setinggi-tingginya Rp. 25.000.000,- (Dua Puluh Lima Jula rupiah).

(iii) apabila pagu Belanja Barang berjumlah diatas Rp.450.000.000,- dapat diberikan UYHD sebesarseperdelapanbelas (1/18) dari pagu anggaran tersebutdengan jumlah setinggi-tingginya Rp. 50.000.000,- (LimaPuluh Juta rupiah)

b. Untuk Anggaran Belanja Pembangunan :

(i) sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalamhuruf a di atas, dimana dalam jumlah pagu anggarandalam Daftar Isian.

Proyek (DIP) juga termasuk anggaran untuk Belanja,Gaji dan Upah;

(ii) atau : sebesar kebutuhan 1 (satu) bulan, yangjumlahnya ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalampenetapan jumlah uang untuk dipertanggungjawabkan(UUDP) yang berlaku sebelum berlakunya KeputusanMenteri ini, dengan disertai rincian penggunaannyadalam satu bulan

Pasal 4

(1) Pelaksanaan pembayaran dengan dana UYHD, harus dilakukanmenurut ketentuan yang berlaku, antara lain ketentuan-ketentuansebagai berikut :

a. Setiap pengeluaran tidak diperkenankan melampaui anggaranyang tersedia dalam DIK/DIP untuk mata anggaranpengeluaran (MAK) yang bersangkutan;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 233: Buku 1 keuangan

209

b. Setiap pembayaran harus dikuatkan dengan surat-suratbukti sah;

c. Setiap pembayaran kepada satu rekanan tidakdiperkenankan melebihi jumlah sebesar Rp. 5.000.000,-(lima juta rupiah);

d. Dalam setiap pembayaran harus dilaksanakan ketentuanmengenai perpajakan;

e. Setiap pengadaan barang atau jasa harus dilakukan sesuaidengan ketentuan yang berlaku.

(2) Setelah UYHD digunakan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1), bendaharawan menyampaikan surat-surat buktipembayaran yang sah tersebut kepada KPKN.

(3) Penyampaian bukti-bukti pembayaran sebagaimana dimaksuddalam ayat (2) merupakan Surat Permintaan PembayaranPenggantian penggunaan UYHD (SPP-GU) dan sekaligus sebagaipertanggungjawaban atas penggunaan UYHD tersebut

Pasal 5

(1) Berdasarkan SPP-GU dan surat-surat bukti yang sahsebagaimana dalam pasal 1 ayat (2) dan (3), KPKNmenerbitkan Surat Perintah Membayar Penggantian UYHD(SPM-GU) untuk dibayarkan kepada bendaharawan apabilasurat-surat bukti pembayaran berkenaan memenuhi syarat-syarat keabsahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Apabila dalam SPP-GU terdapat pembayaran yang melampauianggaran yang tersedia untuk MAK bersangkutan atau terdapatsurat bukti pengeluaran yang tidak sah atau melanggarketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1),KPKN mengembalikan SPP-GU tersebut kepada Bendaharawanuntuk diperbaiki/disesuaikan.

(3) Penerbitan SPM-GU atau pengembalian SPP-GU sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dan (2) harus diselesaikan oleh KPKNdalam waktu sebagai berikut :

a. Untuk Anggaran Belanja Rutin;

selambat-lambatnya dalam waktu 16 (enam belas) jamkerja setelah diterimanya SPP-GU berkenaan.

b. Untuk Anggaran Belanja Pembangunan;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 234: Buku 1 keuangan

210

selambat-lambatnya dalam waktu 8 (delapan) jam kerjasetelah diterimanya SPP-GU berkenaan.

(4) Ketentuan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat(3) berlaku pula untuk penerbitan SPP-LS dan SPM-DUsebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan pasal 3ayat (1).

Pasal 6Dalam pelaksanaan pembiayaan/pembayaran sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 harus diperhatikanbatas dana triwulan yang ditetapkan.

Pasal 7Selambat-lambatnya pada tanggal 5 setiap bulan Kepala Kantor/Satuan Kerja pimpinan Proyek menyampaikan kepada KPKN LaporanKeadaan Kredit Anggaran (LKKA), dengan disertai Laporan KeadaanKas (LKK) bendaharawan bersangkutan mengenai bulan yang lalu.

Pasal 8(1) Dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam pasal-pasal di atas, digunakan formulir-formuliryang terlampir pada Keputusan ini.

(2) Perubahan dan penyesuaian atas formulir-formulir sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direktur JenderalAnggaran.

Pasal 9Ketentuan-ketentuan lain mengenai penerimaan dan pengeluarannegara tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan denganKeputusan ini.

Pasal 10Petunjuk teknis mengenai pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalamKeputusan Menteri ini diatur oleh Direktur Jenderal Anggaran.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 235: Buku 1 keuangan

211

Pasal 11

Keputusan ini berlaku mulai tanggal 1 April 1960

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth,

1. Presiden Republik Indonesia;2. Wakil Presiden Indonesia;3. Pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara;4. Semua Menteri Koordinator;5. Semua Menteri/Ketua Lembaga;6. Sekretaris Jenderal semua Departemen/Lembaga;7. Inspektur Jenderal semua Departemen/Lembaga;8. Semua Direktur Jenderal pada semua Departemen/Lembaga;9. Semua Kepala Badan pada semua Departemen;10.Kepala Biro Keuangan pada semua Departemen;11.Direktur Jenderal Anggaran;12.Semua Direktur pada Direktur Jenderal Anggaran;13.Semua Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran;14.Semua Kepala Kantor Tata Usaha Anggaran;15.Semua Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.

Ditetapkan di : JAKARTAPada Tanggal : 22 Pebruari 1990

Menteri Keuangan,

ttd.

J.B SUMARIIN

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 236: Buku 1 keuangan

212

SALINANKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 531/KMK.03/2000

TENTANG

PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGANNOMOR 217/KMK.03/1990 TENTANG MEKANISMEPEMBAYARAN DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan efisiensi danpenghematan keuangan negara, dipandangperlu mengadakan penyempurnaan mekanismepembayaran dalam pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, perlu mengubahKeputusan Menteri Keuangan Nomor 217/KMK.03/1990 tentang Mekanisme Pembayarandalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia(Indische Comptabiliteits wet, Staatsblad 1925,448) sebagaimana telah beberapa kali diubah,terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9tahun 1968 (Lembaran Negara Republik

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 237: Buku 1 keuangan

213ADMINISTRASI KEUANGAN

Indonesia Tahun 1968 Nomor 53, TambahanLembaran Negara Republik Nomor 2860);

2. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2000tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2000 Nomor 14, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor.3930);

3. Keputusan Presiden Nomor 355/M Tahun 1999;

4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 217/KMK.03/1990 tentang Mekanisme Pembayarandalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANGPERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERIKEUANGAN NOMOR 217/KMK.03/1990 TENTANGMEKANISME PEMBAYARAN DALAM PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA.

Pasal IMengubah beberapa keputusan dalam Keputusan Menteri KeuanganNomor 217/KMK.03/1990 yaitu :

1. Keputusan Pasal 3 ayat (2) diubah sehingga keseluruhan Pasal3 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 3(1) Sebagai pengecualian atas ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2, kepada Bendaharawan dapatdiberikan uang muka kerja, yang disebut uang yang harusdipertanggungjawabkan (UYHD) dengan menerbitkan(SPM-DU) oleh KPKN.

(2) UYHD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapatdiberikan dengan batas-batas jumlah sebagai berikut:

Page 238: Buku 1 keuangan

214

a. Untuk Anggaran Belanja Rutin, sebesar keperluanselama 1 (satu) bulan sesuai dengan rincian rencanapenggunaannya, tidak boleh melebihi dari ¼ (satuperempat) pagu Belanja Barang dan diberikan setinggi-tingginya Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluhjuta rupiah) untuk setiap SPPR; atau;

b. untuk Anggaran Belanja Pembangunan sebesarkeperluan 1 (satu) bulan sesuai dengan rincian rencanapenggunaannya.

2. Ketentuan Pasal 4 pada ayat (1) huruf c diubah sehinggakeseluruhan Pasal 4 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 4

(1) Pelaksanaan pembayaran dengan dana UYHD, harusdilakukan menurut ketentuan yang berlaku, antara lainketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Setiap pengeluaran tidak diperkenankan melampauianggaran yang disediakan dalam DIK/DIP untuk mataanggaran pengeluaran (MAK) bersangkutan;

b. Setiap pembayaran harus dikuatkan dengan surat-suratbukti yang sah;

c. Setiap pembayaran kepada satu rekanan tidakdiperkenankan melebihi jumlah sebesar Rp.5.000.000,00 (lima juta rupiah);

d. Dalam setiap pembayaran harus dilaksanakanketentuan mengenai perpajakan;

e. Set iap pembayaran dana UYHD t idak bolehdigunakan untuk pengeluaran yang menurutketentuan harus d ibayarkan dengan carapembayaran langsung (SPM-LS).

(2) Setelah UYHD digunakan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) bukti Bendaharawan menyampaikan surat-surat buktipembayaran yang sah tersebut kepada KPKN;

(3) Penyampaian bukti-bukti pembayaran, sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) merupakan lampiran SuratPermintaan Pembayaran Penggantian Penggunaan UYHD

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 239: Buku 1 keuangan

215

(SPP-GU) dan sekaligus sebagai pertanggungjawaban ataspenggunaan UYHD tersebut.

3. Ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (3) diubah sehinggakeseluruhan Pasal 5 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 5(1) Jumlah permintaan pembayaran yang diajukan berdasarkan

SPP-GU dan surat-surat bukti yang sah sebagai dimaksuddalam Pasal 4 ayat (2), dan (3) minimal sebesar 90 %(sembilan puluh perseratus) dari UYHD yang pernahdibayarkan. Atas dasar SPP-GU tersebut KPKN menerbitkanSurat Perintah Membayar penggantian UYHD (SPM-GU);

(2) Apabila dalam SPP-GU terdapat pembayaran yangmelampaui anggaran yang tersedia untuk MAK bersangkutanatau terdapat surat bukti pengeluaran yang tidak sah ataumelanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 ayat (1) KPKN mengembalikan SPP-GU tersebut kepadabendaharawan untuk diperbaiki/disesuaikan;

(3) Penerbitan SPM-GU atau pengembalian SPP-GU sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) harus diselesaikanoleh KPKN dalam waktu sebagai berikut :

a. untuk Anggaran Belanja Rutin paling lama 2 (dua) harikerja setelah diterimanya SPP-GU berkenaan; atau

b. untuk Anggaran Belanja Pembangunan, paling lama 1(satu) hari kerja setelah diterimanya SPP-GUberkenaan.

(4) Ketentuan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat(3) berlaku pula untuk penerbitan SPM-LS dan SPM-DUsebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan Pasal3 ayat (1).

Pasal II

Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal 2 Januari2001.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 240: Buku 1 keuangan

216

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumumanKeputusan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalamBerita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 21 Desember 2000

Menteri Keuangan RI

ttd

Prijadi Praptosuharjdo

Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Biro Umumu. b.

KEPALA BAGIAN T.U. DEPARTEMEN

ttd

MUSTAFA HUSIEN, S.H. MMNIP. 020051103

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 241: Buku 1 keuangan

217

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

SALINAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 295/KMK.012/2001

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN PEMBUKUAN DANPELAPORAN KEUANGAN PADA DEPARTEMEN/LEMBAGA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuanPasal 60 Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun2000 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatandan Belanja Negara, perlu menciptakan KeputusanMenteri Keuangan tentang Tata Cara PelaksanaanPembukuan dan Pelaporan Keuangan PadaDepartemen/Lembaga;

Mengingat : 1. Keputusan Presiden Nomor. 17 Tahun 2000Tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatandan Belanja Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2000 Nomor 14,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3930).

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.01/1991 tentang Sistem AkutansiPemerintah.

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan TataKerja Departemen Keuangan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 242: Buku 1 keuangan

218

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANGTATA CARA PELAKSANAAN PEMBUKUAN DANPELAPORAN KEUANGAN PADA DEPARTEMEN/LEMBAGA.

Pasal 1Pelaksanaan Pembukuan dan Pelaporan Keuangan padaDepartemen/Lembaga dilaksanakan sesuai dengan Tata Carasebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Keputusan MenteriKeuangan

Pasal 2

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan KeputusanMenteri Keuangan ini diatur dengan Keputusan Kepala BadanAkuntasi Keuangan.

Pasal 3

Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1Januari 2002.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumumanKeputusan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalamBerita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan : di JakartaPada Tanggal : 15 Mei 2001

Salinan Sesuai dengan Aslinya MENTERI KEUANGANKepala Biro Umum REPUBLIK INDONESIA

u.b. ttd

Kepala Bagian PRIJADI PRAPTOSUHARDJOTata Usaha Departemen

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 243: Buku 1 keuangan

219

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

SALINANPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 571/PMK.06/2004

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENYELESAIANDAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

TAHUN ANGGARAN 2005

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa untuk menunjang efisiensi dan efektifitaspelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara, perlu disiapkan petunjuk teknispenyelesaian Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran(DIPA) sebagai dokumen pelaksanaan anggaran;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, serta dalam rangkapelaksanaan Pasal 5 ayat (2) Keputusan PresidenNomor 42 Tahun 2002 perlu menetapkanPeraturan Menteri Keuangan tentang PetunjukTeknis Penyelesaian Daftar Isian PelaksanaanAnggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2005;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2002 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembara Negara

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 244: Buku 1 keuangan

220

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung JawabKeuangan (Lembaga Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 66, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4400);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusatdan Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 126, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000tentang Pengelolaan Pertanggungjawaban Keuangandalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan TugasPembantuan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2000 Nomor 203, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4023);

7. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentangPedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2002 Nomor 73, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4214)sebagaimana telah diubah dengan KeputusanPresiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4418);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANGPETUNJUK TEKNIS PENYELESAIAN DAFTARISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUNANGGARAN 2005

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 245: Buku 1 keuangan

221

Pasal 1

Untuk Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN), Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun dokumenpelaksanaan anggaran untuk Kementerian Negara/Lembaga yangdipimpinnya berdasarkan alokasi anggaran dalam Keputusan Presidententang Rincian APBN.

Pasal 2

Dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana tersebut pada Pasal1 untuk tahun anggaran 2005 disebut Daftar Isian PelaksanaanAnggaran (DIPA), dan akan disahkan oleh Menteri Keuangan cq.Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Pasal 3

Cara Penyusunan DIPA Tahun Anggaran 2005 dilakukan sesuaidengan Buku Petunjuk Teknis sebagaimana ditetapkan dalamLampiran Peraturan Menteri Keuangan ini.

Pasal 4Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumumanPeraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalamBerita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 02 Desember 2004

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI KEUANGANKepala Biro Umum REPUBLIK INDONESIA

ttd ttd

Mustafa Husein, SH. MM JUSUF ANWARNIP. 060051103

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 246: Buku 1 keuangan

222

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 606/PMK. 06/200/4

TENTANG

PEDOMAN PEMBAYARAN DALAM PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN 2005,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan peraturanPemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentangPenyusunan Rencana Kerja dan AnggaranKementerian Negara/Lembaga dan KeputusanPresiden Nomor 42 Tahun 2002 tentangPedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatandan Belanja Negara sebagaimana telah diubahdengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun2004 Menteri Keuangan selaku BendaharaUmum Negara mengatur penyediaan danpenyaluran dana untuk membiayai anggaranbelanja Negara dalam melaksanakan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara;

b. bahwa mekanisme pembayaran dalampelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara sebagaimana ditetapkan dalamKeputusan Menteri Keuangan Nomor 217/KMK.03/1990 tentang Mekanisme PembayaranDalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara sebagaimana telah diubahdengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor531/KMK.03/2000 dipandang perlu untuk diubah

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 247: Buku 1 keuangan

223

dalam rangka peningkatan efisiensi danpenghematan Keuangan Negara;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan b, perlumenetapkan Peraturan Menteri Keuangantentang Pedoman Pembayaran dalamPelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara Tahun 2005;

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2004 tentangAnggaran Pendapatan dan Belanja NegaraTahun 2005 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 130, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4442);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung JawabKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 66, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4400);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusatdan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 126, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor126, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4438);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004tentang Penyusunan Rencana Kerja dan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 248: Buku 1 keuangan

224

Anggaran Kementerian Negara/Lembaga(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4406);

7. Keputusan Menteri Nomor 187/M Tahun 2004;

8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002tentang Pedoman Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2002,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4214), sebagaimana telah diubah terakhirkali dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun2004 (Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 92 Tahun 2004, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4418);

9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK.U1/2004 tentang Organisasi dan Tata KerjaDepartemen Keuangan, sebagaimana telahdiubah dengan Keputusan Menteri KeuanganNomor 426/KMK.OJ/2004;

10.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 571/KMK.06/2004 tentang Petunjuk Teknis PelaksanaanDaftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)Tahun Anggaran 2005;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANGPEDOMAN PEMBAYARAN DALAM PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARATAHUN 2005.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan :

1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah suatudokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga serta disahkan oleh Direktur JenderalPerbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 249: Buku 1 keuangan

225

sebagai dokumen pelaksanaan pembiayaan kegiatan sertadokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.

2. Penerimaan Negara secara giral adalah proses penerimaan negaradari sumber-sumber penerimaan ke dalam Rekening Kas UmumNegara yang dilakukan dengan memindahbukukan dana tersebutdan antar rekening bank.

3. Pengeluaran Negara secara giral adalah proses pembiayaan suatukegiatan dengan sumber dana dari APBN yang dilakukan denganmemindahbukukan dana antar rekening bank.

4. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran adalah Menteri/Pimpinan Lembaga atau kuasanya yang bertanggung jawab ataspengelolaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yangbersangkutan.

5. Bagian anggaran adalah bentuk pengalokasian anggaran Negarayang didasarkan atas unit organisasi pemerintahan (KementerianNegara/Lembaga) atau fungsi tertentu.

6. Dokumen pelaksanaan anggaran lainnya adalah suatu dokumenpelaksanaan anggaran yang dipersamakan dengan DIPA dandisahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas namaMenteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara antaralain Daftar Isian Proyek Pembangunan (DIPA) dan SuratKeputusan Otorisasi (SKO).

7. Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yangdigunakan/diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa PenggunaAnggaran untuk mencairkan alokasi dana yang sumber dananyadari DIPA tersebut.

8. Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) adalah SuratPerintah Membayar langsung yang dikeluarkan oleh PenggunaAnggaran/Kuasa Pengguna Anggaran kepada pihak ketiga(rekanan) atas dasar perjanjian kontrak, kerja (Surat PerintahKerja) atau yang sejenisnya.

9. Uang Persediaan adalah sejumlah uang yang disediakan untukSatuan Kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari.

10.Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) adalahSurat Perintah Membayar yang diterbitkan oleh PenggunaAnggaran/Kuasa Pengguna Anggaran, yang dananyadipergunakan sebagai Uang Persediaan untuk membiayai kegiatanoperasional kantor sehari-hari.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 250: Buku 1 keuangan

226

11.Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan (SPM-GU) adalah Surat Perintah Membayar yang diterbitkan olehPengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran denganmembebani DIPA, yang dananya dipergunakan untukmenggantikan Uang Persediaan yang telah dipakai.

12.Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TU) adalah Surat Perintah Membayar yang diterbitkan olehPengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran karenakebutuhan dananya melebihi dari pagu uang persediaan yangditetapkan.

Pasal 2(1) Tahun anggaran berlaku sebagaimana ditetapkan oleh Undang-

Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN).

(2) Penerimaan dan Pengeluaran Negara dilakukan melalui RekeningKas Umum Negara.

(3) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negaramengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalampelaksanaan anggaran.

(4) Dalam rangka pelaksanaan APBN, Kantor PelayananPerbendaharaan Negara (KPPN) melaksanakan penerimaan danpengeluaran negara secara giral.

(5) Pengecualian ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)ditetapkan oleh direktur Jenderal.

Pasal 3(1) Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN oleh KPPN dilakukan

berdasarkan Surat Perintah Membayar (SPM) yang diterbitkankanoleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

(2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukandengan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) olehKPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara.

Pasal 4(1) Menteri/Ketua Lembaga yang menguasai bagian anggaran

mempunyai kewenangan atas penggunaan anggaran dilingkungan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 251: Buku 1 keuangan

227

(2) Menteri/Ketua Lembaga menetapkan para pejabat yang ditunjuksebagai:

a. Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang;

b. pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaannegara;

c. pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkanpengeluaran anggaran belanja;

d. pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintahpembayaran;

e. bendahara penerimaan untuk melaksanakan tugaskebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaranpendapatan;

f. bendahara pengeluaran untuk melaksanakan kebendaharaandalam rangka pelaksanaan anggaran belanja.

(3) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c tidakboleh merangkap sebagai pejabat sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf d, e, dan f.

(4) Menteri/Pimpinan Lembaga harus menetapkan kembali pejabatyang diberi wewenang untuk menandatangani surat keputusankepegawaian, yang mengakibatkan pembebanan pada anggaranbelanja negara, pada awal tahun anggaran yang bersangkutan.

(5) Tembusan penetapan para pejabat sebagaimana dimaksud padaayat (2), dan (4) wajib disampaikan kepada KPPN.

Pasal 5(1) Menteri Keuangan mempunyai kewenangan pengelolaan atas

bagian anggaran di luar bagian anggaran Kementerian Negara/Lembaga.

(2) Tata cara pengelolaan bagian anggaran sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.

Pasal 6

Pendapatan Negara pada Kementerian Negara/Lembaga wajibdisetor sepenuhnya dan pada waktunya ke Rekening Kas Umum.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 252: Buku 1 keuangan

228

Pasal 7

(1) Jumlah dana yang dimuat dalam anggaran belanja negaramerupakan batas tertinggi untuk tiap-tiap pengeluaran.

(2) Pegeluaran atas beban APBN dilakukan berdasarkan atas haldan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.

Pasal 8(1) DIPA atau dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang

dipersamakan dengan DIPA berlaku sebagai dasar pelaksanaanpengeluaran negara setelah mendapat pengesahan dari DirekturJenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan.

(2) DIPA atau dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yangdipersamakan dengan DIPA yang telah mendapat pengesahandari Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama MenteriKeuangan disampaikan kepada :

a. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;

b. Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan;

c. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

d. Direktur Informasi dan Akuntansi Direktorat JenderalPerbendaharaan;

f. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

g. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

(3) Menteri/Pimpinan Lembaga menyampaikan DIPA atau dokumenpelaksanaan anggaran lainnya yang dipersamakan dengan DIPAyang telah mendapat pengesahan dari Direktur JenderalPerbendaharaan atas nama Menteri Keuangan kepada :

a. Direktur Jenderal/Unit Eselon I dan Kantor/Satuan Kerja;

b. Inspektorat Jenderal Kementerian Negara/Unit Pengawasanpada lembaga yang bersangkutan;

c. Gubernur Propinsi yang bersangkutan.

Pasal 9(1) Penerbitan SPM Pengguna Anggaran/Kuasa Penguna Anggaran

didasarkan pada alokasi dana yang tersedia dalam DIPA ataudokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang dipersamakandengan DIPA.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 253: Buku 1 keuangan

229

(2) Pembayaran belanja pegawai untuk PNS dan anggota TentaraNasional Indonesia, Kepolisian RI serta pensiunan termasuktunjangan-tunjangan yang melekat didalamnya dilakukanberdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Pelaksanaan pembayaran tagihan atas beban belanja negaramelalui SPM-LS yang disampaikan ke KPPN, harus dilengkapidengan bukti asli:

a. Untuk belanja pegawai dilengkapi dengan:

1) Daftar Gaji/Gaji Susulan/Kekurangan Gaji/Lembur/Honordan Vakasi; dan

2) Surat Setoran Pajak (SSP) untuk Pajak Penghasilan (PPh)Pasal 21.

b. Untuk belanja lainnya selain belanja pegawai dilengkapidengan :

1) Kontrak/SPK pengadaan barang dan jasa,

2) Berita Acara prestasi pekerjaan/penyerahan barang;

3) Kuitansi yang disetujui oleh Kepala Kantor/Satuan Kerjasebagai Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yangditunjuk;

4) Faktur pajak beserta SSP-nya; dan

5) Surat pernyataan Kepala Kantor/Satuan Kerja ataupejabat lain yang ditunjuk mengenai penetapan rekananpemenang.

Pasal 10

(1) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapatmengajukan permintaan Uang Persediaan dengan menerbitkanSurat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) untukmembiayai keperluan sehari-hari perkantoran.

(2) Untuk memperoleh penggantian Uang Persediaan yang telahdigunakan, Satuan Kerja yang bersangkutan menerbitkan SuratPerintah Membayar Penggantian Uang Persediaan (SPM-GU).

(3) Dalam hal Uang Persediaan tidak mencukupi kebutuhan, SatuanKerja dapat mengajukan tambahan dengan menerbitkan SuratPerintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TU).

(4) Pengajuan tambahan Uang Persediaan sebagaimana dimaksudpada ayat (3) diatur oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 254: Buku 1 keuangan

230

(5) Pembayaran dengan menggunakan Uang Persediaan untukkeperluan selain keperluan sehari-hari perkantoran sebagaimanadiatur pada ayat (1) dapat dilakukan, setelah memperolehpersetujuan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Pasal 11

(1) Pelaksanaan pembayaran dengan Uang Persediaan dapatdilakukan oleh Bendahara Pengeluaran sepanjang pembayarandimaksud tidak dapat dilakukan melalui pembayaran langsung(SPM-LS).

(2) Pembayaran yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran tidakboleh melebihi Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) kepada saturekanan.

(3) Pembayaran kepada rekanan harus memperhatikan ketentuanPeraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

(4) Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran dapatmengajukan penggantian Uang Persediaan yang telah digunakankepada KPPN dengan menyampaikan SPM-GU yang dilampiribukti asli pembayaran yang sah sesuai ketentuan yang berlaku.

(5) Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumenyang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasarpengeluaran atas beban APBN bertanggung jawab ataskebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaansurat bukti dimaksud.

(6) Bukti asli pembayaran yang dilampirkan dalam SPM-GUsebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan buktipengeluaran dalam pelaksanaan anggaran belanja negara.

Pasal 12(1) Berdasarkan SPM yang disampaikan oleh Pengguna Anggaran/

Kuasa Pengguna Anggaran, KPPN menerbitkan SP2D yangditujukan kepada Bank Operasional mitra kerjanya.

(2) KPPN menolak permintaan pembayaran yang diajukan/PenggunaAnggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dalam hal :

a. Pengeluaran untuk MAK yang melampaui pagu; dan/atau

b. Tidak didukung oleh bukti pengeluaran yang sah sesuaiketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (4).

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 255: Buku 1 keuangan

231

(3) Penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ataupenolakan permintaan pembayaran sebagaimana dimaksud padaayat (2) wajib diselesaikan oleh KPPN dalam batas waktu sebagaiberikut :

a. Penerbitan SP2D Uang Persediaan/Tambahan UangPersediaan/Penggantian Uang Persediaan (SPM-UP/SPM-TU/SPM-GU) dan SPM Pembayaran Langsung (SPM-LS) palinglambat dalam waktu 1 (satu) hari kerja sejak diterimanyaSPM secara lengkap.

b. Untuk pembayaran gaji induk (gaji bulanan) PNS Pusat :

1) SPM sudah harus diterima paling lambat tanggal 15 bulansebelumnya;

2) SP2D diterbitkan paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelumawal bulan pembayaran gaji.

c. Untuk pembayaran non gaji induk (non gaji bulanan) SP2Dditerbitkan paling lambat 6 (enam) hari kerja sejak diterimanyaSPM.

d. Pengembalian SPM dilakukan paling lambat hari kerjaberikutnya sejak diterimanya SPM berkenaan.

Pasal 13(1) Dalam melaksanakan penerbitan SPM/SP2D digunakan formulir-

formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I dan LampiranII Peraturan Menteri Keuangan ini.

(2) Perubahan terhadap formulir-formulir sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Pasal 14

(1) Penyaluran dana perimbangan untuk masing-masing daerahditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Kewajiban pembayaran kepada Pemerintah Pusat yang belumdipenuhi oleh Pemerintah Daerah dapat diperhitungkan/dipotongsecara langsung dari dana perimbangan yang akan disalurkankepada Pemerintah Daerah.

(3) Potongan terhadap dana perimbangan tersebut pada ayat (2)dibukukan dalam Rekening Kas Umum Negara.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 256: Buku 1 keuangan

232

(4) Tata cara perhitungan, pemotongan dan pembukuan ke dalamRekening Kas Umum Negara diatur oleh Direktur JenderalPerbendaharaan.

Pasal 15

Pembayaran kegiatan yang dananya berasal dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlakudalam pelaksanaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri tersebut.

Pasal 16

(1) Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota/KepalaSatuan Kerja yang menggunakan dana bagian anggaran yangdikuasai Menteri Keuangan wajib menyampaikanpertanggungjawaban penggunaan dana kepada MenteriKeuangan.

(2) Pertanggungjawaban penggunaan dana sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Pasal 17Pengawasan terhadap pelaksanaan pembayaran melalui dana APBNdilakukan sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 18

(1) Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka pelaksanaanPeraturan Menteri Keuangan ini ditetapkan oleh DirekturPerbendaharaan.

(2) Dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini, KeputusanMenteri Keuangan Nomor 217/KMK.03/1990 tentang MekanismePembayaran dalam Pelaksanaan APBN sebagaimana telah diubahdengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 531/KMK.03/2000dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 19Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari2005.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 257: Buku 1 keuangan

233

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumumanPeraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalamBerita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 28 Desember 2004

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA,

ttd

JUSUF ANWAR

Salinan sesuai dengan aslinya;Kepala Biro Umum

u.b.Kepala Bagian TU. Departemen

ttd

Koemoro Warsito, SH., M.Kn.NIP. 060041898

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 258: Buku 1 keuangan

234

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

SALINANPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 54/PMK.02/2005

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN DAN PENELAAHANRENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN

NEGARA/LEMBAGA TAHUN 2006

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyusunan RencanaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara,Kementerian Negara/Lembaga berkewajibanmenyusun Rencana Kerja dan AnggaranKementerian Negara/Lembaga (RKA-KL);

b. bahwa dalam rangka penyusunan AnggaranKementerian Negara/Lembaga secara tertib, taatpada peraturan perundang-undangan, efisien,ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung-jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dankepatutan, maka perlu petunjuk teknis penyusunandan penelaahan RKA-KL;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkanPeraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 259: Buku 1 keuangan

235

Teknis Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerjadan Anggaran Kementerian Negara/LembagaTahun 2006;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangPenerimaan Negara Bukan Pajak (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3687);

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);

3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355);

4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusatdan Pemerintah Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan NegaraBukan Pajak sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1997);

6. Peraturan Pemerintah Nonor 73 Tahun 1999tentang Tata Cara Penggunaan PenerimaanNegara Bukan Pajak yang Bersumber dari KegiatanTertentu (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 136, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3871);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004tentang Penyusunan Rencana Kerja dan AnggaranKementerian Negara/Lembaga (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75,

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 260: Buku 1 keuangan

236

Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4406);

8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentangPedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2002 Nomor 73, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4212), sebagaimana telah diubah denganKeputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 92Tahun 2004, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4418);

9. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANGPETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN DAN PENELAAHANRENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIANNEGARA/LEMBAGA TAHUN 2006.

Pasal 1Dalam rangka penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara (RAPBN), Menteri/Pimpinan Lembaga menyusunRencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) yang dipimpinnya untuk tahun anggaran berikutnya.

Pasal 2(1) RKA-KL disusun menurut unit organisasi dan kegiatan berdasarkan

rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga yang telahdisesuaikan dengan pagu sementara yang ditetapkan oleh MenteriKeuangan.

(2) Penyusunan RKA-KL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan menggunakan pendekatan PenganggaranTerpadu, Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah, danPenganggaran Berbasis Kinerja.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 261: Buku 1 keuangan

237

Pasal 3

RKA-KL hasil pembahasan DPR disampaikan kepada KementerianKeuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran dan PerimbanganKeuangan untuk dilakukan penelaahan kesesuaian RKA-KL dengan :

a. Surat Edaran Menteri Keuangan tentang Pagu Sementara;

b. Prakiraan Maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya;dan

c. Standar biaya yang telah ditetapkan; dan/atau

d. Rincian Anggaran Biaya (RAB) dalam hal Standar Biaya belumditetapkan.

Pasal 4

RKA-KL hasil penelaahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3menjadi dasar penyusunan Satuan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.

Pasal 5

Dalam hal terjadi perubahan RKA-KL pada saat pembahasan RAPBNdengan DPR, maka dilakukan penyesuaian pada Satuan AnggaranKementerian Negara/Lembaga.

Pasal 6Tatacara penyusunan dan penelaahan RKA-KL dilakukansebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I, II, dan III PeraturanMenteri Keuangan ini.

Pasal 7Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka pelaksanaanPeraturan Menteri Keuangan ini, ditetapkan oleh Direktur JenderalAnggaran dan Perimbangan Keuangan.

Pasal 8

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 262: Buku 1 keuangan

238

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumumanPeraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalamBerita Negara Republik Indonesia

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 05 Juli 2005

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA,

ttd

JUSUF ANWAR

Salinan sesuai dengan aslinya,Kepala Biro Umum

u.b.Kepala Bagian TU. Departemen

ttd

Koemoro Warsito, SH., M.Kn.NIP. 060041898

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 263: Buku 1 keuangan

239

Menteri KeuanganRepublik Indonesia

SALINANPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 59/PMK.06/2005

TENTANG

SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGANPEMERINTAH PUSAT

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2)huruf o Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004tentang Perbendaharaan Negara, MenteriKeuangan Selaku Bendahara Umum Negaraberwenang menetapkan sistem akuntansi danpelaporan keuangan negara sehingga perlumenetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentangSistem Akuntansi dan Pelaporan KeuanganPemerintah Pusat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003tentang Keuangan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004tentang Pemeriksaan Pengelolaan danTanggungjawab Keuangan Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 264: Buku 1 keuangan

240 ADMINISTRASI KEUANGAN

66, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4400);

4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara PemerintahPusat dan Pemerintah Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor126, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4438);

5. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2004 tentangAnggaran Pendapatan dan Belanja NegaraTahun Anggaran 2005 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 130,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4442);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005tentang Pengelolaan Keuangan Badan LayananUmum (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 48, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4502);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005tentang Standar Akuntansi Pemerintahan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4503);

8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002tentang Pedoman Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (LembaranNegara Repulik Indonesia Tahun 2002 Nomor73, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4214) sebagaimana telahdiubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72Tahun 2004 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 92, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4418);

9. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004;

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.06/2005 Tahun 2005 tentang BaganPerkiraan Standar;

Page 265: Buku 1 keuangan

241

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANGSISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGANPEMERINTAH PUSAT.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan :

1. Arsip Data Komputer, yang selanjutnya disebut ADK, adalaharsip data berupa disket atau media penyimpanan digital lainnyayang berisikan data transaksi, data buku besar, dan/atau datalainnya.

2. Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalahinstansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untukmemberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaanbarang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencarikeuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan padaprinsip efisiensi dan produktivitas yang pengelolaan keuangannyadiselenggarakan sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut BMN, adalahsemua barang yang dibeli atau diperoleh, atas beban AnggaranPendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehanlainnya yang sah.

4. Bagan Perkiraan Standar, yang selanjutnya disebut BPS, adalahdaftar perkiraan buku besar yang ditetapkan dan disusun secarasistematis untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaananggaran, serta pembukuan dan pelaporan keuanganpemerintah.

5. Catatan atas laporan keuangan adalah laporan yang menyajikaninformasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisisatas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan RealisasiAnggaran, Neraca dan Laporan Arus Kas dalam rangkapengungkapan yang memadai.

6. Data transaksi BUMN adalah data berbentuk jurnal transaksiperolehan, perubahan, dan penghapusan BMN yang dikirimkan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 266: Buku 1 keuangan

242

melalui Media ADK setiap bulan oleh petugas Unit AkuntansiKuasa Pengguna Barang kepada petugas unit Akuntansi KuasaPengguna Anggaran di tingkat satuan kerja.

7. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintahkepada Gubernur sebagai wakil pemerintah.

8. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari AnggaranPendapatan dan Belanja Negara yang dilaksanakan oleh gubernursebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaandan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidaktermasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat didaerah.

9. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dariAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dilaksanakanoleh Daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluarandalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan.

10. Dokumen Sumber adalah dokumen yang berhubungan dengantransaksi keuangan yang digunakan sebagai sumber atau buktiuntuk menghasilkan data akuntansi.

11. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakanakuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkanpada entitas pelaporan.

12. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satuatau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturanperundang-undangan wajib menyampaikan laporanpertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

13. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawabanpemerintah atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara berupa Laporan Realisasi, Anggaran Neraca, LaporanArus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

14. Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikaninformasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisitdan pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yangmasing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satuperiode.

15. Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasiarus masuk dan keluar kas selama periode tertentu yangdiklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan non anggaran.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 267: Buku 1 keuangan

243

16. Laporan BMN adalah laporan yang menyajikan posisi BMN padaawal dan akhir suatu periode serta mutasi BMN yang terjadiselama periode tersebut.

17. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisikeuangan pemerintah yaitu aset, utang dan ekuitas dana padatanggal tertentu.

18. Pengguna anggaran adalah pejabat pemegang kewenanganpenggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga/SatuanKerja Perangkat Daerah.

19. Rekonsiliasi adalah proses pencocokan data transaksi keuanganyang diproses dengan beberapa sistem/subsistem yang berbedaberdasarkan dokumen sumber yang sama.

20. Satuan Kerja adalah kuasa pengguna anggaran/pengguna barangyang merupakan bagian dari suatu unit organisasi padakementrian negara/lembaga yang melaksanakan satu ataubeberapa kegiatan dari suatu program.

21. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut SKPD,adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yangbertanggung jawab kepada Gubernur/Bupati/Walikota dalamrangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretarisdaerah, dinas daerah dan lembaga teknis daerah, kecamatan,desa dan satuan polisi pamong praja sesuai dengan kebutuhandaerah.

22. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebutSAPP, adalah serangkaian prosedur manual maupun yangterkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan danoperasi keuangan Pemerintah Pusat.

23. Sistem Akuntansi Pusat, yang selanjutnya disebut SIAP, adalahserangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasimulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampaidengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan padaKementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

24. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara, yang selanjutnya disebutSAKUN, adalah Sub SIAP yang menghasilkan Laporan Arus Kasdan Neraca Kas Umum Negara yang selanjutnya disebut NeracaKUN.

25. Sistem Akuntansi Umum, yang selanjutnya disebut SAU, adalahsub SIAP yang menghasilkan Laporan Realisasi AnggaranPemerintah Pusat dan Neraca.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 268: Buku 1 keuangan

244

26. Sistem Akuntansi Instansi, yang selanjutnya disebut SAI, adalahserangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasimulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampaidengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan padaKementerian Negara/Lembaga.

27. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebutSABMN, adalah sub sistem dari SAI yang merupakan serangkaianprosedur yang saling berhubungan untuk mengolah dokumensumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk penyusunanneraca dan laporan BMN serta laporan manajerial lainnya sesuaiketentuan yang berlaku.

28. Sistem Pengendalian Intern adalah suatu proses yang dipengaruhioleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinanyang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, ketaatanterhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dankeandalan, penyajian laporan keuangan pemerintah.

29. Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansiyang ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan laporankeuangan pemerintah.

30. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepadadaerah dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajibanmelaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannyakepada yang menugaskan.

31. Unit Akuntansi Instansi adalah unit organisasi kementerian negara/lembaga yang bersifat fungsional yang melaksanakan fungsiakuntansi dan pelaporan keuangan instansi yang terdiri dari unitAkuntansi Keuangan dan Unit Akuntansi Barang.

32. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnyadisebut UAKPA, adalah unit Akuntansi Instansi yang melakukankegiatan akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja.

33. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah, yangselanjutnya disebut UAPPA-W, adalah unit Akuntansi Instansiyang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuanganmaupun barang seluruh UAKPA yang berada dalam wilayahkerjanya.

34. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I, yangselanjutnya disebut UAPPA-E1, adalah unit akuntansi instansiyang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuanganmaupun barang seluruh UAPPA-W yang berada di wilayahkerjanya serta UAKPA yang langsung berada dibawahnya.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 269: Buku 1 keuangan

245

35. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disebutUAPA, adalah unit akuntansi instansi pada tingkat KementerianNegara/Lembaga (pengguna anggaran) yang melakukan kegiatanpenggabungan laporan, baik keuangan maupun barang seluruhUAPPA-E1 yang berada dibawahnya.

36. UAPPA-W Dekonsentrasi adalah unit Akuntansi yang berada diPemerintah Daerah Provinsi yang melakukan kegiatanpenggabungan laporan keuangan dari seluruh SKPD yangmendapatkan alokasi dana dekonsentrasi di wilayah kerjanya.

37. UAPPA-W Tugas Pembantuan adalah unit akuntansi yang beradadi Pemerintah Daerah yang melakukan kegiatan penggabunganlaporan keuangan dari seluruh SKPD yang mendapatkan alokasidana tugas pembantuan di wilayah kerjanya.

38. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang, yang selanjutnya disebutUAKPB adalah satuan kerja/kuasa pengguna barang yangmemiliki wewenang mengurus dan atau menggunakan BMN.

39. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang–Wilayah, yangselanjutnya disebut UAPPB-W adalah unit akuntansi BMN padatingkat wilayah atau unit kerja lain yang ditetapkan sebagaiUAPPB-W dan melakukan kegiatan penggabungan laporan BMNdari UAKPB, penanggungjawabnya adalah Kepala Kantor Wilayahatau Kepala Unit Kerja yang ditetapkan sebagai UAPPB-W.

40. UAPPB-W Dekosentrasi adalah unit akuntansi yang berada diPemerintah Daerah Provinsi yang melakukan kegiatanpenggabungan laporan BMN dari SKPD yang mendapatkan alokasidana dekonsentrasi di wilayah kerjanya.

41. UAPPB-W Tugas Pembantuan adalah unit akuntansi yang beradadi Pemerintah Daerah yang melakukan kegiatan penggabunganlaporan BMN dari SKPD yang mendapatkan alokasi dana tugaspembantuan di wilayah kerjanya.

42. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I, yangselanjutnya disebut UAPPB-E1, adalah unit akuntansi BMNpada t ingkat Ese lon 1 yang melakukan kegiatanpenggabungan laporan BMN dari UAPPB-W, dan UAKPB yanglangsung berada dibawahnya yang penanggungjawabnyaadalah Pejabat Eselon I.

43. Unit Akuntansi Pengguna Barang, yang selanjutnya disebut UAPB,adalah Unit Akuntansi BMN pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga yang melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 270: Buku 1 keuangan

246

dari UAPPB-E1 yang penanggungjawabnya adalah Menteri/Pimpinan Lembaga.

BAB II

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

Pasal 2

(1) SAPP terdiri dari SiAP dan SAI.

(2) SAPP menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.

(3) SiAP memperoleh data transaksi Kas Umum Negara danAkuntansi Umum.

(4) SAI memperoleh data transaksi keuangan dan barang yangdilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga.

(5) Pelaksanaan SAPP dilakukan sesuai ketentuan sebagaimanaditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan ini.

BAB III

SISTEM AKUNTANSI PUSAT

Pasal 3

(1) SiAP terdiri dari SAKUN dan SAU.

(2) SAKUN menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca KUN.

(3) SAU menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.

(4) Dalam rangka pelaksanaan SiAP sebagaimana dimaksud padaayat (1) :a. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)

memproses data transaksi penerimaan dan pengeluaran;b. KPPN Khusus memperoleh data transaksi pengeluaran yang

berasal dari Bantuan Luar Negeri (BLN);c. Direktorat Pengelolaan Kas Negara (DPKN) memproses data

transaksi penerimaan dan pengeluaran Bendahara UmumNegara (BUN) melalui kantor pusat; dan

d. Direktorat Informasi dan Akuntansi memproses data APBN,serta melakukan verifikasi dan akuntansi untuk data transaksipenerimaan dan pengeluaran BUN melalui kantor pusat.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 271: Buku 1 keuangan

247

Pasal 4

(1) KPPN menyusun Laporan Arus Kas, Neraca KUN dan LaporanRealisasi Anggaran SAU di wilayah kerjanya.

(2) Laporan Realisasi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat(1) merupakan bahan rekonsiliasi dengan satuan kerja di wilayahkerjanya.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan keKantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap bulan.

(4) KPPN Khusus memproses data transaksi pengeluaran yangberasal dari BLN menyampaikan laporan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) beserta data transaksi ke Direktorat Informasidan Akuntansi setiap bulan.

Pasal 5(1) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan menyusun

laporan keuangan berupa laporan Arus Kas, Neraca KUN danLaporan Realisasi Anggaran SAU di tingkat wilayah yangmerupakan hasil penggabungan laporan keuangan seluruh KPPNdi wilayah kerjanya.

(2) Laporan Realisasi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat(1) merupakan bahan rekonsiliasi dengan UAPPA-W di wilayahkerjanya.

(3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan ke Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q.Direktorat Informasi dan Akuntansi setiap bulan.

Pasal 6(1) Direktorat Jenderal Perbendaharaan menyusun laporan

keuangan berupa Laporan Arus Kas, Neraca KUN, dan LaporanRealisasi Anggaran yang merupakan hasil penggabunganlaporan keuangan seluruh unit Direktorat JenderalPerbendaharaan baik yang berada di tingkat pusat maupundaerah.

(2) Laporan Realisasi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat(1) merupakan bahan rekonsiliasi dengan UAPPA-E1 dan UAPA.

(3) Berdasarkan hasil rekonsiliasi dengan UAPA yang tertuang dalamBerita Acara Rekonsiliasi, Direktorat Jenderal Perbendaharaan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 272: Buku 1 keuangan

248

berwenang melakukan perbaikan data Laporan RealisasiAnggaran sebelum revisi atas Laporan Realisasi Anggaranditerima dari UAPA.

(4) Perbaikan data Laporan Realisasi Anggaran sebagaimanadimaksud pada ayat (3) tidak menghilangkan kewajiban UAPAuntuk menyampaikan revisi atas Laporan Realisasi Anggaran.

(5) Tata cara rekonsiliasi dan berita acara rekonsiliasi ditetapkandalam Lampiran II dan VII Peraturan Menteri Keuangan ini.

Pasal 7Pelaksanaan SiAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sampaidengan Pasal 6 dilaksanakan sesuai ketentuan sebagaimanaditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini.

BAB IV

SISTEM AKUNTANSI INSTANSI

Pasal 8

(1) Setiap Kementerian Negara/Lembaga wajib menyelenggarakanSAI untuk menghasilkan laporan keuangan termasuk BagianAnggaran Pembiayaan dan Perhitungan.

(2) Untuk melaksanakan SAI sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dibentuk Unit Akuntansi Keuangan yang terdiri dari :

a. UAPA;

b. UAPPA-E1;

c. UAPPA-W; dan

d. UAKPA

Pasal 9(1) Setiap UAKPA wajib memproses dokumen sumber untuk

menghasilkan laporan keuangan berupa Laporan RealisasiAnggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan satuankerja.

(2) Dokumen sumber sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Menteri Keuangan ini.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 273: Buku 1 keuangan

249

(3) UAKPA yang menggunakan anggaran pembiayaan danperhitungan selain memproses dokumen sumber sebagaimanatersebut pada ayat (1), wajib memproses dokumen sumberuntuk menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Catatanatas Laporan Keuangan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.

(4) Setiap UAKPA wajib menyampaikan Laporan Realisasi Anggarandan Neraca beserta ADK setiap bulan ke KPPN.

(5) UAKPA melakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan.

(6) UAKPA menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran dan Neracabeserta ADK setiap bulan kepada UAPPA-W/UAPPA-E1.

(7) UAKPA menyampaikan laporan keuangan semesteran dantahunan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatanatas Laporan Keuangan.

Pasal 10(1) UAPPA-W melakukan proses penggabungan laporan keuangan

yang berasal dari UAKPA di wilayah kerjanya termasuk LaporanRealisasi Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan yang digunakanoleh Kementerian Negara/Lembaga.

(2) UAPPA-W menyusun laporan keuangan tingkat UAPPA-Wberdasarkan hasil penggabungan laporan keuangan sebagaimanadimaksud pada ayat (1).

(3) UAPPA-W wajib menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran danNeraca tingkat UAPPA-W beserta ADK kepada Kantor WilayahDirektorat Jenderal Perbendaharaan di wilayah masing-masingsetiap bulan.

(4) UAPPA-W melakukan rekonsiliasi laporan keuangan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dengan Kantor Wilayah DirektoratJenderal Perbendaharaan setiap triwulan.

(5) UAPPA-W wajib menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran danNeraca tingkat UAPPA-W beserta ADK kepada UAPPA-E1 setiapbulan.

(6) UAPPA-W menyampaikan laporan keuangan semesteran dantahunan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatanatas Laporan Keuangan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 274: Buku 1 keuangan

250

Pasal 11

(1) UAPPA-E1 melakukan proses penggabungan laporan keuanganUAPPA-W yang berada di wilayah kerjanya termasuk laporankeuangan UAPPA-W Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan,laporan keuangan UAKPA yang langsung berada di bawah UAPPA-E1 dan Laporan Realisasi Anggaran Pembiayaan dan Perhitunganyang digunakan oleh Kementerian Negara/Lembaga.

(2) UAPPA–E1 menyusun laporan keuangan tingkat Eselon 1berdasarkan hasi l penggabungan laporan keuangansebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) UAPPA-E1 dapat melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan Direktorat JenderalPerbendaharaan c.q. Direktorat Informasi dan Akuntansi setiapsemester.

(4) Hasil rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkandalam Berita Acara Rekonsiliasi yang bentuk dan isinyasebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VII Peraturan MenteriKeuangan ini.

(5) UAPPA-E1 menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran danNeraca tingkat Eselon I beserta ADK kepada UAPA setiap bulan.

(6) UAPPA-E1 menyampaikan laporan keuangan semesteran dantahunan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatanatas Laporan Keuangan.

Pasal 12

(1) UAPA melakukan proses penggabungan laporan keuanganUAPPA-E1 termasuk laporan keuangan dana dekonsentrasi dantugas pembantuan.

(2) Selain menggabungkan laporan keuangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), UAPA yang mengelola Anggaran Pembiayaandan Perhitungan juga melakukan proses penggabungan laporankeuangan anggaran pembiayaan dan perhitungan.

(3) UAPA menyusun laporan keuangan tingkat kementerian Negara/Lembaga berdasarkan hasil penggabungan laporan keuangansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(4) UAPA menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran tingkat UAPAbeserta ADK kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiaptriwulan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 275: Buku 1 keuangan

251

(5) UAPA menyampaikan laporan keuangan semesteran dantahunan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatanatas Laporan Keuangan.

(6) UAPA melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dengan Direktorat JenderalPerbendaharaan c.q. Direktorat Informasi dan Akuntansi setiapsemester.

(7) Tata cara rekonsiliasi akan diatur lebih lanjut dengan PeraturanDirektur Jenderal Perbendaharaan.

(8) Hasil rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dituangkandalam Berita Acara Rekonsiliasi yang bentuk dan isinyasebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VIII Peraturan MenteriKeuangan ini.

Pasal 13(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan penyusunan dan

keandalan laporan keuangan, setiap Unit Akuntansi Instansisecara berjenjang berwenang untuk melakukan pembinaan danmonitoring penyusunan laporan keuangan di wilayah kerjanya.

(2) Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan monitoringsebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Unit AkuntansiInstansi bekerjasama dengan Direktorat JenderalPerbendaharaan.

Pasal 14

Pelaksanaan SAI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sampaidengan Pasal 13 dilaksanakan sesuai ketentuan sebagaimanaditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Menteri Keuangan ini.

BAB VSISTEM AKUNTANSI BARANG MILIK NEGARA

Pasal 15

(1) SABMN merupakan subsistem dari SAI.

(2) Untuk melaksanakan SABMN sebagaimana dimaksud pada ayat(1), Kementerian Negara/Lembaga membentuk Unit AkuntansiBarang sebagai berikut :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 276: Buku 1 keuangan

252

a. UAPB;

b. UAPPB-E1;

c. UAPPB-W; dan

d. UAKPB

Pasal 16(1) Setiap UAKPB melaksanakan proses akuntansi atas dokumen

sumber dalam rangka menghasilkan data transaksi BMN, laporanBMN dan laporan manajerial lainnya termasuk yang dananyabersumber dari anggaran pembiayaan dan perhitungan.

(2) Data transaksi BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan kepada petugas akuntansi UAKPA setiap bulandalam bentuk ADK untuk penyusunan neraca.

(3) Laporan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) besertaADK data transaksi BMN disampaikan kepada UAPPB-W/UAPPB-E1 setiap semester.

(4) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, Laporan BMNsebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bahanpenyusunan catatan atas Laporan Keuangan tingkat UAKPA danlampiran Laporan Keuangan.

Pasal 17

(1) UAPPB-W menyusun Laporan BMN tingkat wilayah berdasarkanhasil penggabungan laporan BMN seluruh UAKPB di wilayahkerjanya.

(2) Laporan BMN tingkat wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat(1) beserta ADK data transaksi BMN disampaikan kepadaUAPPB-E1 dan Kantor Wilayah Direktorat JenderalPerbendaharaan di wilayahnya masing-masing setiap semester.

(3) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, Laporan BMNsebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bahanpenyusunan catatan atas Laporan Keuangan tingkat UAPPA-W dan lampiran Laporan Keuangan.

Pasal 18(1) UAPPB-E1 menyusun Laporan BMN tingkat Eselon I

berdasarkan hasil penggabungan laporan BMN seluruh UAPPB-

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 277: Buku 1 keuangan

253

W di wilayah kerjanya termasuk UAPPB-W Dekonsentrasi danTugas Pembantuan serta UAKPB yang langsung berada dibawahnya.

(2) Laporan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) besertaADK data transaksi BMN disampaikan kepada UAPB setiapsemester.

(3) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, Laporan BMNsebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bahanpenyusunan Catatan atas Laporan Keuangan tingkat Eselon 1dan Lampiran Laporan Keuangan.

Pasal 19(1) UAPB menyusun Laporan BMN tingkat Kementerian Negara/

Lembaga berdasarkan hasil penggabungan laporan BMN dariseluruh UAPPB-E1 di wilayah kerjanya.

(2) Laporan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur JenderalPerbendaharaan setiap semester.

(3) UAPB melakukan pemutakhiran data laporan BMN sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dengan Direktorat JenderalPerbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara setiap tahun.

(4) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, Laporan BMNsebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bahanpenyusunan Catatan atas Laporan Keuangan tingkatKementerian Negara/Lembaga dan lampiran LaporanKeuangan.

Pasal 20(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan penyusunan dan

keandalan laporan BMN/neraca, setiap organisasi SABMN secaraberjenjang berwenang melakukan pembinaan dan monitoringpelaksanaan SABMN di wilayah kerjanya.

(2) Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan monitoringsebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap organisasi SABMNbekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 278: Buku 1 keuangan

254

Pasal 21

(1) Pelaksanaan SABMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15sampai dengan Pasal 20 dilaksanakan sesuai dengan ketentuansebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan MenteriKeuangan ini.

(2) Laporan BMN dibuat sesuai dengan bentuk dan formatsebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VIII Peraturan MenteriKeuangan ini.

BAB VIPELAPORAN KEUANGAN ATAS DANA DEKONSENTRASI

Pasal 22

(1) SKPD yang mendapatkan alokasi Dana Dekonsentrasimerupakan UAKPA/UAKPB Dekonsentrasi.

(2) Penanggung jawab UAKPA/UAKPB Dekonsentrasi adalah KepalaSKPD.

(3) Pemerintah Provinsi yang mendapat pelimpahan wewenangdekonsentrasi merupakan UAPPA-W/UAPPB-W Dekonsentrasi.

(4) Penanggung jawab UAPPA-W/UAPPB-W Dekonsentrasi adalahgubernur.

Pasal 23(1) UAKPA Dekosentrasi wajib memproses dokumen sumber untuk

menghasilkan laporan keuangan berupa Laporan RealisasiAnggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.

(2) UAKPA Dekonsentrasi wajib menyampaikan Laporan RealisasiAnggaran dan Neraca beserta ADK setiap bulan ke KPPN.

(3) UAKPA Dekonsentrasi melakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiapbulan.

(4) UAKPA Dekonsentrasi wajib menyampaikan Laporan RealisasiAnggaran dan Neraca beserta ADK setiap bulan ke UAPPA-W.

Dekosentrasi dan UAPPA-E1 yang mengalokasikan DanaDekonsentrasi.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 279: Buku 1 keuangan

255

(5) UAKPA Dekonsentrasi menyampaikan laporan keuangansemesteran dan tahunan berupa Laporan Realisasi Anggaran,Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Pasal 24

(1) UAPPA-W Dekonsentrasi melakukan proses penggabunganlaporan keuangan yang berasal dari UAKPA Dana Dekonsentrasidi wilayah kerjanya.

(2) UAPPA-W Dekonsentrasi menyusun laporan keuangan tingkatwilayah Dekonsentrasi berdasarkan hasil penggabungan LaporanKeuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) UAPPA-W Dekosentrasi wajib menyampaikan Laporan RealisasiAnggaran dan Neraca tingkat wilayah Dekonsentrasi besertaADK kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaandi wilayah masing-masing setiap bulan.

(4) UAPPA-W Dekonsentrasi melakukan rekonsiliasi LaporanKeuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan KantorWilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap triwulan.

(5) UAPPA-W Dekonsentrasi wajib menyampaikan Laporan RealisasiAnggaran dan Neraca tingkat wilayah Dekonsentrasi kepadaUAPPA-E1 setiap bulan.

(6) UAPPA-W Dekonsentrasi menyampaikan laporan keuangansemesteran dan tahunan berupa Laporan Realisasi Anggaran,Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Pasal 25

(1) UAKPB Dekonsentrasi wajib melaksanakan proses akuntansi atasdokumen sumber dalam rangka menghasilkan data transaksiBMN, Laporan BMN dan Laporan Manajerial lainnya atasperolehan BMN yang dananya bersumber dari DanaDekonsentrasi.

(2) Data transaksi BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan kepada petugas UAKPA Dekonsentrasi setiap bulandalam bentuk ADK untuk penyusunan neraca.

(3) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, laporan BMNsebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bahanpenyusunan dan lampiran Catatan atas Laporan KeuanganUAKPA Dekonsentrasi.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 280: Buku 1 keuangan

256

(4) Laporan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) besertaADK data transaksi BMN disampaikan kepada UAPPB-WDekonsentrasi.

(5) Laporan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) besertaADK data transaksi BMN juga disampaikan kepada UAPPB-E1yang mengalokasikan dana dekonsentrasi.

(6) Menteri/Pimpinan Lembaga dapat menyerahkan BMN yangsumber dananya berasal dari Dana Dekonsentrasi sebagai Hibahkepada SKPD Dekonsentrasi.

(7) Pelaksanaan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (6)dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

(8) Penyerahan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat 6 harusdibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima Hibah BMN.

(9) Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Hibah BMN sebagaimanadimaksud pada ayat (8), BMN tersebut dikeluarkan dari LaporanKeuangan dan Laporan BMN Kementerian Negara/Lembaga.

Pasal 26(1) UAPPB-W Dekonsentrasi melakukan proses penggabungan

Laporan BMN seluruh UAKPB Dekonsentrasi di wilayah kerjanya.(2) UAPPB-W Dekonsentrasi menyusun Laporan BMN tingkat wilayah

berdasarkan hasil penggabungan Laporan BMN sebagaimanadimaksud pada ayat (1).

(3) UAPPB-W Dekonsentrasi menyampaikan Laporan BMN tingkatwilayah beserta ADK kepada Kantor Wilayah Direktorat JenderalPerbendaharaan di wilayah masing-masing setiap triwulan.

(4) UAPPB-W Dekonsentrasi menyampaikan Laporan BMN tingkatwilayah kepada UAPPB-E1.

BAB VIIPELAPORAN KEUANGAN ATAS DANA

TUGAS PEMBANTUAN

Pasal 27(1) SKPD yang mendapatkan alokasi Dana Tugas Pembantuan

merupakan UAKPA/UAKPB Tugas Pembantuan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 281: Buku 1 keuangan

257

(2) Penanggung jawab UAKPA/UAKPB Tugas Pembantuan adalahkepala SKPD.

(3) Pemerintah Daerah yang mendapat pelimpahan wewenangTugas Pembantuan merupakan UAPPA-W/UAPPB-W TugasPembantuan.

(4) Penanggung jawab UAPPA-W/UAPPB-W Tugas Pembantuanadalah Kepala Daerah.

Pasal 28(1) UAKPA Tugas Pembantuan wajib memproses dokumen sumber

untuk menghasilkan Laporan Keuangan Dana TugasPembantuan.

(2) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)beserta ADK disampaikan kepada KPPN setiap bulan.

(3) UAKPA Tugas Pembantuan melakukan rekonsiliasi dengan KPPNsetiap bulan.

(4) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)beserta ADK disampaikan kepada UAPPA-W Tugas Pembantuanserta UAPPA-E1 yang mengalokasikan Dana Tugas Pembantuansetiap bulan.

Pasal 29

(1) UAPPA-W Tugas Pembantuan melakukan proses penggabunganLaporan keuangan seluruh UAKPA Tugas Pembantuan di wilayahkerjanya.

(2) UAPPA-W Tugas Pembantuan menyusun Laporan Keuangantingkat wilayah berdasarkan hasil penggabungan LaporanKeuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) UAPPA-W Tugas Pembantuan menyampaikan Laporan RealisasiAnggaran dan Neraca tingkat wilayah beserta ADK kepadaKantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan di wilayahmasing-masing setiap bulan.

(4) UAPPA-W Tugas Pembantuan melakukan rekonsiliasi LaporanKeuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan KantorWilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap bulan.

(5) UAPPA-W Tugas Pembantuan menyampaikan laporankeuangan tingkat wilayah kepada UAPPA-E1 setiap bulan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 282: Buku 1 keuangan

258

Pasal 30

(1) UAKPB Tugas Pembantuan wajib melaksanakan prosesakuntansi atas dokumen sumber dalam rangka menghasilkandata transaksi BMN, Laporan BMN dan laporan manajerial lainnyaatas perolehan BMN yang dananya bersumber dari Dana TugasPembantuan.

(2) Data transaksi BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan kepada petugas UAKPA Tugas Pembantuan setiapbulan dalam bentuk ADK untuk penyusunan neraca.

(3) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, Laporan BMNsebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bahanpenyusunan dan lampiran Catatan atas Laporan KeuanganUAKPA Tugas Pembantuan.

(4) Laporan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) besertaADK data transaksi BMN disampaikan kepada UAPPB-W TugasPembantuan.

(5) Laporan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) besertaADK data transaksi BMN juga disampaikan kepada UAPPB-E1yang mengalokasikan Dana Tugas Pembantuan.

(6) Menteri/Pimpinan Lembaga dapat menyerahkan BMN yangsumber dananya berasal dari Dana Tugas Pembantuan sebagaihibah kepada SKPD Tugas Pembantuan.

(7) Pelaksanaan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (6)dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

(8) Penyerahan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (6) harusdituangkan dalam Berita Acara Serah Terima Hibah BMN.

(9) Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Hibah BMN sebagaimanadimaksud pada ayat (8), catatan BMN tersebut dikeluarkandari Laporan Keuangan dan Laporan BMN Kementerian Negara/Lembaga.

Pasal 31(1) UAPPB-W Tugas Pembantuan melakukan proses penggabungan

Laporan BMN seluruh UAKPB Tugas Pembantuan di wilayahkerjanya.

(2) UAPPB-W Tugas Pembantuan menyusun Laporan BMN tingkatwilayah Tugas Pembantuan berdasarkan hasil penggabunganLaporan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 283: Buku 1 keuangan

259

(3) UAPPB-W Tugas Pembantuan menyampaikan Laporan BMNtingkat wilayah Tugas Pembantuan beserta ADK kepada KantorWilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan di wilayah masing-masing setiap triwulan.

(4) UAPPB-W Tugas Pembantuan menyampaikan Laporan BMNtingkat wilayah Tugas Pembantuan kepada UAPPB-E1.

BAB VIIILAPORAN KEUANGAN

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Pasal 32

(1) Dalam rangka pertanggungjawaban keuangan, setiapKementerian Negara/Lembaga sebagai entitas pelaporan wajibmenyajikan Laporan Keuangan Kementerian Negara/LembagaSemesteran dan Tahunan berupa Laporan Realisasi Anggaran,Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.

(2) Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga Tahunansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri LaporanKeuangan BLU yang berada di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga.

(3) Laporan Keuangan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (2)disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

(4) Aparat pengawasan intern Kementerian Negara/Lembagamelakukan reviu atas laporan keuangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1).

(5) Apabila Kementerian Negara/Lembaga belum memiliki aparatpengawasan intern, Sekretaris Jenderal/Pejabat yang setingkatpada Kementerian Negara/Lembaga menunjuk beberapa orangpejabat di luar biro/bidang keuangan untuk melakukan reviewatas laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(6) Aparat pengawasan intern Kementerian Negara/Lembaga atauyang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (5), membuatdan menandatangani Pernyataan telah direviu.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 284: Buku 1 keuangan

260

(7) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yangtelah direview disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q.Direktur Jenderal Perbendaharaan selambat-lambatnya 2 (dua)bulan setelah tahun anggaran berakhir disertai denganPernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibility) yangditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dan PernyataanTelah Direviu.

(8) Laporan Realisasi Anggaran Pembiayaan dan PerhitunganTahunan yang digunakan oleh Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah yang telah direviu, disampaikan secaraterpisah disertai dengan Pernyataan Tanggung Jawab(Statement of Responsibility) yang ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dan Pernyataan Telah Direviu.

(9) Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dibuat sesuaibentuk dan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VPeraturan Menteri Keuangan ini.

Pasal 33(1) Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibility)

sebagaimana dimaksud pasal 30 ayat (7) dan (8) memuatpernyataan bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakanberdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai danakuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan StandarAkuntansi Pemerintahan.

(2) Bentuk dan isi dari pernyataan Tanggung Jawab (Statement ofResponsibility) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat sesuaidengan Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan ini.

BAB IX

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

Pasal 34

(1) Menteri Keuangan c.q. Direktur Jendera Perbendaharaan selakuBendahara Umum Negara menyusun Laporan KeuanganPemerintah Pusat Semesteran dan Tahunan.

(2) Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahunan berupa LaporanRealisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatanatas Laporan Keuangan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 285: Buku 1 keuangan

261

(3) Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semesteran berupaLaporan Realisasi Anggaran.

(4) Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca merupakan hasilkonsolidasi laporan keuangan seluruh entitas pelaporan.

(5) Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakan hasil konsolidasiLaporan Arus Kas dari seluruh Kantor Wilayah Direktorat JenderalPerbendaharaan dan Kantor Pusat Direktorat JenderalPerbendaharaan.

(6) Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dibuat sesuai denganbentuk dan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VPeraturan Menteri Keuangan ini.

BAB X

LAPORAN BARANG MILIK NEGARAPEMERINTAH PUSAT

Pasal 35(1) Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan

menyusun Laporan BMN Pemerintah Pusat yang merupakankonsolidasi Laporan BMN dari seluruh entitas pelaporan.

(2) Selain untuk memenuhi kebutuhan manajerial, Laporan BMNsebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bahanpenyusunan Catatan atas Laporan Keuangan PemerintahanPusat dan lampiran Laporan Keuangan.

BAB XISANKSI

Pasal 36

(1) Dalam hal Kuasa Pengguna Anggaran belum menyampaikanLaporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam PeraturanMenteri Keuangan ini, KPPN dapat menunda penerbitan SuratPerintah Pencairan Dana (SP2D) atas Surat Perintah Membayar(SPM) yang diajukan.

(2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikecualikan terhadap SPM Belanja Pegawai, SPM-LS, dan SPMPengembalian.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 286: Buku 1 keuangan

262

(3) Pelaksanaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidakmembebaskan Kuasa Pengguna Anggaran dari kewajibanmenyampaikan Laporan Keuangan sebagaimana dimaksuddalam Peraturan Menteri Keuangan ini.

(4) Tata cara pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilaksanakan sesuai dengan pedoman sebagaimanaditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Menteri Keuangan ini.

BAB XIIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 37(1) Tata cara penyusunan Laporan Keuangan bagi entitas pelaporan

yang memerlukan perlakuan khusus dan ketentuan lebih lanjutyang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan MenteriKeuangan ini akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan DirekturJenderal Perbendaharaan.

(2) Tatacara Penyusunan Laporan Keuangan sebagaimanaditetapkan dalam peraturan ini mulai berlaku terhadappertanggungjawaban pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2005.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 38Dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini, maka KeputusanMenteri Keuangan Nomor 337/KMK.012/2003 tentang SistemAkuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan SuratKeputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor KEP-225/MK/V/4/1971 tentang Pedoman Pelaksanaan Tentang InventarisasiBarang-barang Milik Negara/Kekayaan Negara dinyatakan tidakberlaku.

Pasal 39Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 287: Buku 1 keuangan

263

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan, pengumumanPeraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalamBerita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 20 Juli 2005

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA,

ttd

JUSUF ANWAR

Salinan sesuai dengan Aslinya,Kepala Biro Umum

u.b.Kepala Bagian TU. Departemen

ttd

Koemoro WarsitoNIP. 060041898

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 288: Buku 1 keuangan

264

Lampiran IPeraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 59/PMK 06/2005 TentangSistem Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Pemerintah Pusat

Menteri KeuanganRepublik Indonesia

PEDOMAN PELAKSANAANSISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

I. PENDAHULUAN

1.1 UmumUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara Pasal 8 menyatakan bahwa dalam rangkapelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, MenteriKeuangan mempunyai antara lain menyusun laporankeuangan yang merupakan pertanggungjawabanpelaksanaan APBN.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara Pasal 9 menyatakan bahwa Menteri/PimpinanLembaga sebagai pengguna anggara/pengguna barangKementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnyamempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikanlaporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yangdipimpinnya.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara Pasal 30 ayat (2) menyatakan bahwa Presidenmenyampaikan rancangan Undang-Undang tentangpertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupalaporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi APBN,Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 289: Buku 1 keuangan

265

Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuanganperusahaan negara dan badan lainnya.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara Pasal 7 ayat (20) menyatakanbahwa Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negaraberwenang menetapkan sistem akuntansi dan pelaporankeuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara Pasal 51 ayat (1) menyatakanbahwa Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola KeuanganDaerah selaku Bendahara Umum Negara/Daerahmenyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan,aset, utang dan ekuitas dana, termasuk transaksipembayaran dan perhitungannya.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara Pasal 51 ayat (2) menyatakanbahwa Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Satuan KerjaPerangkat Daerah selaku Pengguna Anggaramenyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan,aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksipendapatan dan belanja yang berada dalam tanggungjawabnya.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara Pasal 55 ayat (1) menyatakanbahwa Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal menyusunlaporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikankepada Presiden dalam rangka memenuhipertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara Pasal 55 ayat (2) menyatakanbahwa dalam menyusun Laporan Keuangan PemerintahPusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), MenteriPimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/PenggunaBarang menyusun dan menyampaikan laporan keuanganyang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, danCatatan atas Laporan Keuangan.

Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikanlaporan keuangan yang meliputi laporan Realisasi Anggaran,Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri laporan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 290: Buku 1 keuangan

266

keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing.

Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,menyatakan bahwa agar informasi yang disampaikan dalamlaporan keuangan pemerintah dapat memenuhi prinsiptransparansi dan akuntabilitas, perlu diselenggarakan SistemAkuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang terdiri dari SistemAkuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan oleh KementerianKeuangan dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yangdilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2004 tentang AnggaranPendapatan dan Belanja Tahun Anggaran 2005 Pasal 17ayat (1) menyatakan bahwa setelah Tahun Anggaran 2005berakhir, Pemerintah menyusun Pertanggungjawaban atasPelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraTahun Anggaran 2005 berupa Laporan Keuangan.

Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentangPedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara pada Pasal 60 ayat (1) menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga wajib menyelenggarakanpertanggungjawaban penggunaan dana bagian anggaranyang dikuasainya berupa laporan realisasi anggaran danneraca Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan kepadaPresiden melalui Menteri Keuangan. Keputusan Presidentersebut telah diubah dengan Keputusan Presiden No. 72Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara.

Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban keuangansebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang KeuanganNegara dan Keputusan Presiden tentang pelaksanaan APBNtersebut diatas, maka perlu dibuat suatu mekanisme danperaturan yang mengatur tentang Sistem Akuntansi danPelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

1.2 TujuanTujuan dari Pedoman Pelaksanaan Sistem AkuntansiPemerintah Pusat adalah untuk memberi petunjuk umumdalam menyelenggarakan :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 291: Buku 1 keuangan

267

1.2.1 Akuntansi Pusat pada KPPN, Kanwil Ditjen PBN, danKantor Pusat Ditjen PBN;

1.2.2 Akuntansi Instansi pada tingkat Satuan Kerja, Wilayah,Eselon-1, Kantor Pusat Kementerian Negara/Lembaga,dan Satuan Kerja Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan, sertaKoordinator Wilayah Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan.

1.3 Ruang LingkupPeraturan Menteri Keuangan ini berlaku untuk seluruh unitorganisasi Pemerintah Pusat dan Unit Akuntansi padaPemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaanDekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan sertapelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan perhitungan.

Tidak termasuk dalam ruang lingkup Peraturan MenteriKeuangan ini adalah :

a. Pemerintah Daerah (sumber dananya berasal dariAPBD).

b. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerahyang terdiri dari :

1. Perusahaan Perseroan, dan

2. Perusahaan Umum

c. Bank Pemerintah dan Lembaga Keuangan MilikPemerintah.

II. SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN PUSAT

II.3 TujuanSistem Akuntansi Pemerintahan Pusat (SAPP) bertujuanuntuk :

a. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinyamelalui pencatatan, pemprosesan dan pelaporantransaksi keuangan yang konsisten sesuai denganstandar dan praktek akuntansi yang diterima secaraumum;

b. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktutentang anggaran dan kegiatan keuangan PemerintahPusat, baik secara nasional maupun instansi yang

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 292: Buku 1 keuangan

268

berguna sebagian dasar penilaian kinerja, untukmenentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran danuntuk tujuan akuntabilitas;

c. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentangposisi keuangan suatu instansi dan Pemerintah Pusatsecara keseluruhan;

d. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untukperencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatandan keuangan pemerintah secara efisien.

II.4 Ciri-Ciri Pokoka. Basis Akuntansi

Cash toward Accrual. Basis akuntansi yang digunakandalam laporan keuangan Pemerintah adalah basis kasuntuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaandalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untukpengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca.

b. Sistem Pembukuan Berpasangan

Sistem Pembukuan Berpasangan didasarkan ataspersamaan dasar akuntansi yaitu : Aset = Kewajiban+ Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan denganmendebet sebuah perkiraan dan mengkredit perkiraanyang terkait.

c. Dana Tunggal

Kegiatan akuntansi yang mengacu kepada UU-APBNsebagai landasan operasional. Dana tunggal inimerupakan tempat dimana Pendapatan dan BelanjaPemerintah dipertanggungjawabkan sebagai kesatuantunggal.

d. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansidilaksanakan secara berjenjang oleh unit-unit akuntansibaik di kantor pusat maupun di daerah.

e. Bagan Perkiraan Standar

SAPP menggunakan perkiraan standar yang ditetapkanoleh Menteri Keuangan yang berlaku untuk tujuanpenganggaran maupun akuntansi.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 293: Buku 1 keuangan

269

f. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah(SAP) dalam melakukan pengakuan, penilaian,pencatatan, penyajian dan pengungkapan terhadaptransaksi keuangan dalam rangka penyusunan laporankeuangan.

II.5 Kerangka UmumLaporan Keuangan Pemerintah Pusat disampaikan kepadaDPR sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN.Sebelum disampaikan kepada DPR, laporan keuanganpemerintah pusat tersebut diaudit terlebih dahulu oleh pihakBPK.

Laporan keuangan pemerintah pusat terdiri dari :

a. Laporan Realisasi Anggaran

Konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dari seluruhKementerian Negara/Lembaga yang telah direkonsiliasi.

b. Neraca Pemerintah

Neraca Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi NeracaSAI dan Neraca SAKUN.

c. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakankonsolidasi Laporan Arus Kas dari seluruh Kanwil DitjenPBN.

d. Catatan atas Laporan Keuangan

Merupakan penjelasan atau perincian atau analisis atasnilai suatu pos yang tersaji di dalam Laporan RealisasiAnggaran, Neraca Pemerintah dan Laporan Arus Kas.

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari :

II.5.1 Sistem Akuntansi Pusat (SiAP)

Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dilaksanakan olehDirektorat Jenderal Perbendaharaan (Ditjen PBN)dan terdiri dari :

a. SAKUN yang menghasilkan Laporan Arus Kasdan Neraca KUN.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 294: Buku 1 keuangan

270 ADMINISTRASI KEUANGAN

b. SAU yang menghasilan Laporan Realisasi Anggarandan Neraca SAU.

Pengolahan data dalam rangka penyusunan laporankeuangan SAU dan SAKUN, dilaksanakan oleh unit-unit Ditjen PBN yang terdiri dari :

a. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN);

b. Kantor Wilayah Ditjen PBN (Kanwil Ditjen PBN);

c. Kantor Pusat Ditjen PBN.

II.5.2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan olehkementerian negara/lembaga. Kementerian negara/lembaga melakukan pemprosesan data untukmenghasilkan Laporan Keuangan berupa LaporanRealisasi Anggaran Neraca dan Catatan atas LaporanKeuangan.

Dalam pelaksanaan SAI, kementerian negara/lembagamembentuk unit akuntansi keuangan dan unit akuntansibarang.

Unit akuntansi keuangan terdiri dari :

a. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA)

b. Unit Akuntansi Pembantu Anggaran-Eselon 1(UAPPA-E1);

c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran –Wilayah (UAPPA-W);

d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA);

Unit akuntansi barang terdiri dari :

a. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB).

b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Eselon1 (UAPPB – E1);

c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang –Wilayah (UAPPB-W);

d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB).

Page 295: Buku 1 keuangan

271ADMINISTRASI KEUANGAN

Sistem Akuntansi Jenis Laporan Pengguna Laporan

SAKUN Laporan Arus Kas

- Kepala KPPN - Kepala Kanwil Ditjen PBN - Dirjen PBN - Menteri Keuangan

SAU Neraca KUN - Kepala KPPN - Kepala Kanwil Ditjen PBN - Dirjen PBN

SAI Laporan Realisasi Anggaran

- Kepala KPPN - Kepala Kanwil Ditjen PBN - Dirjen PBN

Neraca SAI

- Kepala Kantor - Ka. Kanwil Kepala Daerah - Pimpinan Eselon-1 - Menteri / Pimpinan

Lembaga

2.4Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Laporan-laporan keuangan yang dapat dihasilkan dari proseskomputerisasi SAPP adalah :

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA,

ttd

JUSUF ANWAR

Salinan sesuai dengan aslinya;Kepala Biro Umum

u.b.Kepala Bagian TU. Departemen

ttd

Koemoro WarsitoNIP : 060041898

Page 296: Buku 1 keuangan

272

Lampiran IIPeraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 59/PMK 06/2005 TentangSistem Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Pemerintah Pusat

Menteri KeuanganRepublik Indonesia

SISTEM AKUNTANSI PUSAT

I. Gambaran Umum Sistem Akuntansi Pusat

Sistem Akuntansi Pusat yang selanjutnya disebut SiAPmerupakan subsistem dari Sistem Akuntansi Pusat (SAPP). SiAPdilaksanakan Kementerian Keuangan c.q. Direktorat JenderalPerbendaharaan. SiAP terdiri dari :

· SAKUN, yang menghasilkan Laporan Arus Kas dan NeracaKUN

· SAU, yang menghasilkan Neraca, Laporan Realisasi Anggaran

Ditjen PBN melaksanakan SiAP dengan melibatkan unitpemproses data sebagai berikut :

a. KPPN

b. Kanwil Ditjen PBN

c. Direktorat Pengelolaan Kas Negara

d. Direktorat Informasi dan Akuntansi

e. Direktorat Pengelolaan Surat Utang Negara

f. Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri

g. Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman

h. Direktorat Pengelolaan Barang Milik Negara

Prosedur pemprosesan data akuntansi dilakukan secaraberjenjang dimulai dari :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 297: Buku 1 keuangan

273

a. KPPN memproses dokumen sumber untuk menghasilkanLaporan Keuangan berupa laporan Arus Kas, Neraca KUN,dan Laporan Realisasi Anggaran. KPPN melakukan konsoliasiLaporan Realisasi Anggaran dengan seluruh satuan kerja diwilayah kerjanya. KPPN menyusun Laporan Keuangantingkat KPPN dan menyampaikannya beserta data akuntansiberupa ADK ke Kanwil Ditjen PBN. Khusus KPPN yangmemproses data pengeluaran Bantuan Luar Negeri (BLN)menyampaikan Laporan Keuangan beserta ADK-nya keDirektorat Informasi dan Akuntansi (DIA).

b. Direktorat Pengelolaan Kas Negara (Direktorat PKN) selakuKuasa Bendahara Umum Negara (BUN) memprosestransaksi penerimaan dan pengeluaran Kas Umum Negaramelalui BUN, serta menyampaikan laporan beserta ADKkepada DIA.

c. Direktorat Pengelolaan Surat Utang Negara (Direktorat PSUN)memproses transaksi yang berhubungan dengan SuratUtang Negara serta menyampaikan laporan beserta ADKkepada DIA.

d. Direktorat Pengelolaan Surat Utang Negara (Direktorat PSUN)memproses transaksi yang berhubungan dengan SuratUtang Negara serta menyampaikan laporan beserta ADKkepada DIA.

e. Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri(Direktorat PPHLN) memproses transaksi yang berhubungandengan pinjaman dan hibah luar negeri serta menyampaikanlaporan dan ADK kepada DIA.

f. Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman (Direktorat PPP)memproses transaksi piutang jangka pendek maupunpiutang jangka panjang yang berasal dari pinjaman yangditeruspinjamkan baik kepada BUMN maupun perusahaandaerah serta menyampaikan laporan dan ADK kepada DIA.

g. Direktorat Pengelolaan Barang Milik Kekayaan Negara(Direktorat PBMKN) memproses transaksi Barang MilikNegara. Penyertaan Modal Negara dan Investasi Permanenserta investasi Pemerintah lainnya serta menyampaikanlaporan dan ADK kepada DIA.

h. DIA melakukan konsolidasi seluruh laporan keuangan yangditerima dari kanwil, laporan keuangan dari KPPN pengelolatransaksi pengeluaran BLN dan transaksi penerimaan dan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 298: Buku 1 keuangan

274

pengeluaran melalui BUN bersama ADK dari Direktorat PKNserta data neraca dari Direktorat PSUN, Direktorat PHLN,Direktorat PPP dan Direktorat PBMN untuk penyusunanLaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Keterangan :

: Arus data dan laporan

: Arus Pemeriksaan

: Online

: Rekonsiliasi

Gambar II-1

MEKANISME PELAPORAN SiAP

Page 299: Buku 1 keuangan

275

Penjelasan Bagan Arus1. UAKPA mengirimkan Laporan Realisasi Anggaran dan ADK ke

KPPN setiap bulan sebagai bahan rekonsiliasi.2. KPPN melakukan rekonsiliasi dengan UAKPA setiap bulan.3. KPPN mengirim semua file data dan laporan keuangan setiap

bulan ke Kanwil Ditjen PBN c.q. Bidang AKLAP.4. KPPN yang khusus memproses data BLN mengirim semua file

data setiap hari ke DIA.5. UAPPA-W/Koordinator Wilayah menyampaikan file data dan

laporan keuangan wilayah secara bulanan ke Kanwil Ditjen PBNc.q. Bidang AKLAP sebagai bahan rekonsiliasi.

6. Kanwil Ditjen PBN c.q. Bidang AKLAP melaksanakan rekonsiliasiuntuk tingkat wilayah dengan UAPPA-W/Koordinator Wilayahsetiap triwulan.

7. Kanwil Ditjen PBN menyampaikan file data dan laporan keuangansetiap bulan ke DIA sebagai bahan penyusunan laporankeuangan pemerintah pusat.

8. Kementerian negara/lembaga menyampaikan file data danlaporan keuangan secara triwulanan ke DIA sebagai bahanrekonsiliasi.

9. Apabila diperlukan DIA dapat melakukan rekonsiliasi laporankeuangan tingkat Eselon 1 setiap semester.

10. UPPA melakukan rekonsiliasi data dengan DIA.11. Direktorat PPHLN, Direktorat PSUN, Direktorat PPP, Direktorat

PKN, Direktorat PBM/KN, Kementerian BUMN, KementerianNegara/Lembaga dan Unit terkait lainnya menyampaikan data,ADK dan laporan termasuk transaksi pembiayaan danperhitungan ke Ditjen PBN c.q. DIA dalam rangka penyusunanlaporan keuangan Pemerintah Pusat.

12. Presiden c.q. Menteri Keuangan c.q. Direktur JenderalPerbendaharaan menyampaikan Laporan Keuangan PemerintahPusat kepada BPK tiap semester dan tahunan.

13. BPK melakukan pemeriksaan terhadap Laporan KeuanganPemerintah Pusat yang disampaikan Presiden.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 300: Buku 1 keuangan

276

II. PROSES AKUNTANSI

II.1KPPNKantor Pelayanan dan Perbendaharan Negara (KPPN) adalahinstansi vertikal dibawah dan bertanggung jawab langsungkepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalPerbendaharaan dimana salah satu fungsi KPPN adalahmelakukan penatausahaan penerimaan dan pengeluarananggaran melalui dan dari kas negara. KPPN memproses datatransaksi penerimaan dan pengeluaran, baik anggaran maupunnon anggaran.

Prosedur Akuntansi pada tingkat KPPN :

a. Menerima dan menatausahakan dokumen sumber :1. Menerima data DIPA, SKO dan dokumen lain yang

dipersamakan termasuk revisinya.2. Menerima dokumen sumber pengeluaran anggaran dan

non anggaran berupa SPM, SP2D, SSPB, Nota Debet,Kiriman Uang (KU) – Keluar, Wesel Pemerintah, DaftarPenguji dan bukti pendukung lainnya.

3. Menerima dokumen sumber penerimaan anggaran dannon anggaran berupa SSP, SSBP, SSBC, Nota Kredit,KU-Masuk dan dokumen pendukung lainnya.

b. Melakukan proses perekaman dokumen sumber, verifikasi,posting dan pelaporan keuangan untuk transaksi anggarandan non anggaran.

Proses perekaman dokumen sumber dilakukan di SeksiPerbendaharaan, Seksi Persepsi, Seksi Bank/Giro Pos danSeksi Verifikasi dan Akuntansi.

Dokumen sumber yang direkam di seksi Verifikasi danAkuntansi adalah estimasi pendapatan yang dialokasikan(DIPA).

Seksi verifikasi dan akuntansi menerima data dari seksi Bankdan Giro berupa disket (file) yang kemudian di-upload denganmenggunakan aplikasi SIK-AK. Kemudian Seksi Verifikasi danAkuntansi melakukan verifikasi transaksi keuangan danakuntansi. Jika dalam proses verifikasi tersebut ditemukankesalahan, maka Seksi Verifikasi dan Akuntansi mengirimkankembali kepada Seksi Bank dan Giro. Jika tidak adakesalahan, maka Seksi Verifikasi dan Akuntansi melaporkanposting data.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 301: Buku 1 keuangan

277

c. Mencetak laporan keuangan SAKUN dan SAU tingkat KPPN

Setelah proses posting data, Seksi Verifikasi dan Akuntansimencetak Laporan Keuangan Tingkat KPPN, Jenis Laporanyang dihasilkan SAKUN dan SAU, periode dan tujuanpengiriman untuk tingkat KPPN dapat dilihat pada Bab IV.

d. Melakukan rekonsiliasi laporan keuangan SAU dengan satuankerja (UAKPA).1. Menerima ADK dari satuan kerja (UAKPA) setiap bulan.2. Melakukan up load ADK ke dalam Aplikasi Seksi Verifikasi

dan Akuntansi.3. Melakukan rekonsiliasi data transaksi Sistem Akuntansi

Umum (SAU) dengan data transaksi Sistem AkuntansiInstansi (SAI). Proses rekonsiliasi dapat dilihat pada BabIII.

4. Membuat berita acara rekonsiliasi yang ditanda tanganioleh petugas rekonsiliasi dari KPPN dan UAKPA.

e. Membuat dan mengirimkan ADK, Bukti Jurnal/DaftarTransaksi dan Laporan Keuangan.

1. Membuat laporan dari Sistem Akuntansi Kas UmumNegara (SAKUN) berupa laporan arus kas dan neracaKUN serta mengirimkan laporan beserta ADK ke KanwilDitjen PBN.

2. Membuat laporan dari Sistem Akuntansi Umum (SAU)berupa laporan realisasi anggaran dan neraca sertamengirimkan laporan beserta ADK ke Kanwil Ditjen PBN.

3. Membuat bukti jurnal dan data transaksi (BJ/DT)penerimaan dan pengeluaran untuk dikirim ke Kanwil DitjenPBN.

4. Mengirimkan data SAU dan SAKUN ke Kanwil Ditjen PBNsetiap hari. Sedangkan untuk KPPN yang khususmemproses data pengeluaran BLN mengirimkan dataSAU dan SAKUN ke DIA setiap hari.

II.2Kantor Wilayah Ditjen PBNKanwil Ditjen PBN sebagai unit vertikal Ditjen PBN yang beradadi bawah dan bertanggung jawab langsung kepada DirjenPerbendaharaan mempunyai salah satu tugas pokok yaitumelaksanakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 302: Buku 1 keuangan

278

pemerintah di wilayah. Kanwil Ditjen PBN membawahi satu ataulebih KPPN.

Proses akuntansi pada Kanwil Ditjen PBN diawali denganditerimanya General Ledger (GL) – Detail dari Aplikasi KPPN,kemudian diproses untuk menghasilkan laporan tingkat kanwil.Selanjutnya laporan tingkat kanwil direkonsiliasi dengan laporanUAPPA-W. Laporan keuangan yang telah melalui prosesrekonsiliasi dikirimkan ke Ditjen PBN c.q. DIA setiap bulan.

Prosedur Akuntansi yang ada di Kanwil Ditjen PBN sebagaiberikut :

a. Kanwil Ditjen PBN menerima data akuntansi berupa laporankeuangan.

Kanwil Ditjen PBN menerima data akuntansi berupa laporankeuangan yang disertai dengan ADK dari KPPN dan UAPPA-W.

b. Melakukan upload ADK-GL yang diterima dari UAPPA-W.

c. Melakukan rekonsiliasi data SAU dengan data yang diterimadari UAPPA-W. Proses rekonsiliasi dapat dilihat pada babIII.

d. Melaksanakan konsolidasi data akuntansi.

Kanwil Ditjen PBN menggabungkan data akuntansi dariseluruh KPPN.

e. Mencetak Laporan Konsolidasi

Kanwil Ditjen PBN mencetak dan memverifikasi laporankeuangan konsolidasi tingkat kanwil. Jenis laporan yangdihasilkan SAKUN dan SAU, periode dan tujuan pengirimanuntuk tingkat Kanwil dapat dilihat pada Bab IV.

f. Mengirimkan data akuntansi ke Ditjen PBN c.q. DIA setiaphari. Pengiriman laporan keuangan pada akhir periode tahunanggaran ke Ditjen PBN c.q. DIA disertai dengan “PernyatanTanggung Jawab” yang ditandatangani oleh Kepala KantorWilayah. Bentuk dan format “Pernyataan Tanggung Jawab”seperti tersebut dibawah ini :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 303: Buku 1 keuangan

279ADMINISTRASI KEUANGAN

Pernyataan Tanggung Jawab

Isi Laporan Keuangan Pemerintah Kantor Wilayah … yang terdiri dari(i) Laporan Arus Kas, (ii) Neraca, (iii) Laporan Realisasi Anggaran dan(iv) Catatan atas Laporan Keuangan sebagaimana terlampir adalahmerupakan tanggung jawab kami. Laporan ini disusun dan disampaikansesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Jakarta,Kepala Kantor Wilayah

( ______________ )

KPPN

KANWIL Ditjen PBN

Proses

Lap Keu DIA

UAPPA W

UAKPA

GAMBAR II.2

BAGAN ALUR SiAP KANWIL

Keterangan :

: Arus data dan laporan

: rekonsiliasi

Page 304: Buku 1 keuangan

280

II.3Direktorat PKN

Direktorat Pengelolaan Kas Negara mengelola data transaksipenerimaan dan pengeluaran BUN yang melalui kantor pusat.Data transaksi penerimaan dan pengeluaran yang dikelola olehDirektorat PKN disampaikan ke DIA untuk diakuntansikan.

Dokumen sumber yang digunakan dalam pemprosesan data diDirektorat PKN adalah :

a. SPM/SP2D Pengesahan.

b. Nota Debet/Kredit dan Dokumen Pendukungnya

Prosedur Akuntansi :

1. Melakukan perekaman data BUN, yang terdiri dari :

· Pengeluaran BUN melalui kantor pusat Ditjen PBN.

· Penerimaan BUN melalui Kantor Pusat Ditjen PBN.

2. Melakukan pencetakan Laporan Kas Posisi dan Laporanlainnya untuk disampaikan ke DIA bersama dokumensumber dan ADK.

3. Menatausahakan Buku Kas.

II.4Direktorat PBM/KN

Direktorat PBM/KN memproses transaksi Barang Milik Negara,Penyertaan Modal Negara dan Investasi Permanen sertainvestasi pemerintah lainnya serta menyampaikan laporan danADK kepada DIA.

Dokumen sumber yang digunakan dalam pemprosesan data diDirektorat PBM/KN adalah :

a. Laporan BMN Kementerian Negara/Lembaga.

b. Buku Inventaris BMN.

c. Daftar Penyertaan Modal Pemerintah.

d. Daftar Investasi lainnya.

Prosedur akuntansi :

1. Melakukan perekaman data BMN, penyertaan modalpemerintah dan investasi pemerintah lainnya.

2. Melakukan pencetakan laporan BMN, penyertaan modalpemerintah dan investasi pemerintah lainnya.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 305: Buku 1 keuangan

281

3. Mengirimkan pencatatan laporan BMN, penyertaan modalpemerintah dan investasi pemerintah lainnya ke DIA.

II.5Direktorat PPHLN

Direktorat PPHLN mengelola data transaksi penerimaan pinjamanluar negeri dan pendapatan hibah. Data transaksi penerimaanpinjaman luar negeri dan pendapatan hibah disampaikan keDIA untuk diakuntansikan.

Dokumen sumber yang digunakan dalam pemprosesan data diDirektorat PPHLN adalah :

1. Loan Aggreement

2. MOU Pinjaman

3. Widrawal Approval

4. NOD

Prosedur Akuntansi :

1. Melakukan perekaman data pinjaman luar negeri dan hibah.

2. Mencetak laporan posisi pinjaman dan hibah.

3. Mengirimkan laporan posisi pinjaman ke DIA.

II.6Direktorat PPPDirektorat PPP memproses transaksi piutang jangka pendekmaupun piutang jangka panjang yang berasal dari pinjamanyang diteruspinjamkan baik kepada BUMN maupun perusahaandaerah serta menyampaikan laporan dan ADK kepada DIA.

Dokumen sumber yang digunakan dalam pemprosesan data diDirektorat PPP adalah :

a. Loan Agreement

b. MOU Pinjaman

Prosedur Akuntansi :

1. Melakukan perekaman data pinjaman luar negeri yangditeruspinjamkan ke BUMN dan Pemda.

2. Mencetak laporan posisi pinjaman yang diteruspinjamkan.

3. Mengirimkan laporan posisi pinjaman yang diteruspinjamkanke DIA.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 306: Buku 1 keuangan

282

II.7Direktorat PSUN

Direktorat PSUN memproses transaksi yang berhubungandengan Surat Utang Negara serta menyampaikan laporanbeserta ADK kepada DIA.

Dokumen sumber yang digunakan dalam pemprosesan data diDirektorat PSUN adalah :

· Sertifikat SUN yang sudah diterbitkan dan dijual olehPemerintah.

Prosedur Akuntansi :

1. Melakukan perekaman data SUN

2. Mencetak laporan posisi SUN

3. Mengirimkan laporan posisi SUN ke DIA

II.8Direktorat Informasi dan AkuntansiDIA merekam data APBN, melaksanakan konsolidasi dataakuntansi dari seluruh Kanwil Ditjen PBN serta melakukanverifikasi dan akuntansi data transaksi penerimaan danpengeluaran BUN melalui kantor pusat yang diproses olehDirektorat PKN. Disamping itu untuk keperluan penyusunanlaporan keuangan DIA juga menerima data dari DirektoratPPHLN, PSUN, PPP dan PBM/KN.

Selanjutnya DIA melakukan proses verifikasi dan akuntansi datayang diterima dari Direktorat PKN dalam rangka menyusunLaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Prosedur pemprosesan data akuntansi untuk Sistem AkuntansiKas Umum Negara (SAKUN) dilakukan sebagai berikut :

1. Menerima data kas KPPN dan BUN berupa data realisasianggaran dan non anggaran dari Direktorat PKN danLaporan Arus Kas (LAK) dari setiap Kanwil Ditjen PBN.

2. Melakukan verifikasi dan akuntansi atas data yang berasaldari Direktorat PKN.

3. Menyusun konsep LAK KPPN, LAK Wilayah dan LAK BUN.

4. Membandingkan LAK yang diterima dari Kanwil Ditjen PBNdengan LAK yang dihasilkan DIA.

5. Menyusun LAK Pemerintah Pusat.

6. Menyusun Neraca KUN.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 307: Buku 1 keuangan

283

Prosedur Pemprosesan Data Akuntansi untuk SistemAkuntansi Umum (SAU).

1. Melakukan perekaman data APBN.

Direktorat informasi dan akuntansi merekam data estimasipenerimaan APBN dan apropriasi pengeluaran APBN.

2. Menerima Neraca dan Laporan Realisasi AnggaranKementerian Negara/Lembaga, Neraca Kas Umum, Negaradan Laporan dari Sumber Lain (Direktorat PPHLN, PPP, PSUN,dan PBM/KN) yang terkait dalam penyusunan NeracaPemerintah Pusat.

3. Melakukan konsolidasi data neraca, Laporan Arus Kasmaupun Laporan Realisasi Anggaran yang berasal dari instansivertikal Ditjen PBN.

4. Melakukan pencetakan Neraca, dan LRA hasil konsolidasian.5. Membandingkan Laporan Realisasi Anggaran SAU dengan

Laporan Arus Kas.6. Melakukan rekonsiliasi LRA dengan cara membandingkan

antara LRA yang dihasilkan kementerian negara/lembagadengan LRA yang dihasilkan Ditjen PBN. Proses rekonsiliasiantara UAPA dengan Ditjen PBN dapat dilihat pada Bab III.

7. Menyusun neraca dan LRA Pemerintah.8. Membandingkan Neraca Pemerintah dan Laporan Arus Kas

Pemerintah.9. Membuat catatan atas laporan keuangan.

III. PROSEDUR REKONSILIASIIII.1 Prosedur Proses Rekonsiliasi di KPPN

1. Subbagian Umum Menerima Surat Pengantar, RegisterPengiriman, Daftar Buku Besar dan ADK-GL UAKPA darisatuan kerja setiap bulan, kemudian dikirimkan kepada SeksiVerifikasi dan Akuntansi;

2. Seksi Verifikasi dan Akuntansi melakukan upload ADK-GLUAKPA :

a. Menerima ADK-GL UAKPA dari Subbagian Umum;

b. Melakukan pengecekan kelengkapan dan kebenaran ADK-GL UAKPA dengan register pengiriman; apabila terdapatperbedaan antara ADK-GL UAKPA dengan register

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 308: Buku 1 keuangan

284

pengiriman, maka ADK-GL UAKPA bersama registerdikembalikan ke Subbagian Umum untuk dikirimkankembali ke satuan kerja.

3. Seksi Verifikasi dan Akuntansi melakukan rekonsiliasi dataSAU dengan data SAI dengan menggunakan aplikasi SIAKPPN.

4. Mencetak dan meneliti laporan rekonsiliasi SAI dan SAU.

5. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara SAI dengan SAU :

a. Apabila SAI (UAKPA) yang salah, KPPN mengirimkanLaporan Hasil Rekonsiliasi tersebut ke satuan kerja yangbersangkutan untuk dilakukan pengecekan ke dokumensumber yang kemudian dilakukan proses perbaikan data,posting dan pencetakan Bukti Jurnal (BJ)/Data Transaksi(DT). Satuan Kerja mengirimkan kembali BJ/DT yangsudah diperbaiki, ADK dan laporan ke KPPN, untukdilakukan proses rekonsiliasi dan kemudian dibuatkanberita acara rekonsiliasi.

b. Apabila SAU (KPPN) yang salah, KPPN melakukanpengecekan terhadap dokumen sumber, kemudianmengirimkan dokumen yang salah kepada seksi di KPPNyang terkait untuk diperbaiki/dilakukan perekaman ulang,selanjutnya data diposting dan direkonsiliasi.

6. Apabila Laporan Hasil Rekonsiliasi sudah sesuai antara SAIdengan SAU maka dibuatkan berita acara yangditandatangani pihak KPPN dan pihak satuan kerja. Beritaacara rekonsiliasi dan Laporan Hasil Rekonsiliasi dibuat 2(dua) rangkap, 1 (satu) rangkap dikirimkan ke satuan kerjadan 1 (satu) rangkap diarsipkan.

III.2 Prosedur Proses Rekonsiliasi di Kanwil1. Kepala Bagian Umum menerima Surat Pengantar,

Register Pengiriman dan ADK-GL dari UAPPA-W setiapbulan, kemudian dikirimkan ke Bidang Akuntansi danPelaporan.

2. Kepala Bidang Akuntansi dan Pelaporanmendisposisikan Surat Pengantar, Register Pengirimandan ADK-GL. UAPPA-W yang diterima dari KepalaBagian Umum kepada Kepala Seksi Pengolahan DataAkuntansi (PDA).

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 309: Buku 1 keuangan

285ADMINISTRASI KEUANGAN

3. Seksi PDA melakukan upload data serta melakukanverifikasi dengan cara mengecek kelengkapan dankebenaran ADK-GL dengan register pengirimannya.

4. Apabila register upload sudah sama dengan registerpengiriman, seksi PDA memasukkan ADK UAPPA-Wke dalam data base Aplikasi Akuntansi Pelaporan.Apabila terdapat perbedaan antara register uploaddengan register pengiriman dari UAPPA-W maka ADKdan register pengiriman dikirim kepada Bagian Umumuntuk dikembalikan kepada UAPPA-W yangbersangkutan.

5. Seksi PDA melakukan rekonsiliasi data SAI dengandata SAU.

6. Mencetak laporan hasil rekonsiliasi.

7. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara SAU denganSAI maka :

a. Apabila SAI (UAPPA-W) yang salah.

1. ADK-GL UAPPA-W dikembalikan ke UAPPA-Wmelalui Bagian Umum.

2. UAPPA-W selanjutnya mengirimkan data yangsalah ke UAKPA yang bersangkutan.

3. UAKPA melakukan perbaikan dengan prosedurberikut :

· Melakukan restore data back up periode yangsalah (catatan sebelum melakukan pengirimandata ke UAPPA-W harus dilakukan back updata).

4. UAPPA-W menerima dan memproses ADK-GLperbaikan dari UAKPA.

5. UAPPA-W mengirimkan ADK-GL perbaikan keKanwil Ditjen PBN.

6. Kanwil Ditjen PBN melakukan proses up loadsampai dengan dikeluarkan berita acararekonsiliasi.

b. Apabila SAU (Kanwil Ditjen PBN) yang salah :

1. Kanwil Ditjen PBN memberitahukan data yangsalah kepada KPPN yang bersangkutan.

Page 310: Buku 1 keuangan

286

2. KPPN melakukan pengecekan terhadap dokumensumber, memperbaiki data serta melakukanposting ulang.

3. KPPN mencetak laporan perbaikan danmelakukan verifikasi.

4. KPPN mengirim data perbaikan ke Kanwil DitjenPBN.

5. Kantor Wilayah menerima data perbaikan danselanjutnya melakukan proses rekonsiliasi sampaidengan pembuatan berita acara rekonsiliasi.

8. Apabila laporan hasil rekonsiliasi sudah sesuaiantara SAU dengan SAI, maka laporan hasilrekonsiliasi diserahkan ke Seksi PelaporanKeuangan untuk dibuatkan berita acara rekonsiliasi.

9. Berita Acara Rekonsiliasi tersebut dibuat 2 (dua)rangkap dan ditandatangani oleh Pihak KanwilDitjen PBN dan Pihak UAPPA-W, 1 (satu) rangkapdikirimkan kepada UAPPA-W kementeriannegara/lembaga dan 1 (satu) rangkap diarsipkan.

III.3Prosedur Proses Rekonsiliasi Kementerian Negara/Lembaga Dengan Ditjen PBN C.Q. DIA1. Persiapan Kementerian Negara/Lembaga (UAPA)

a. Bahan yang digunakan untuk melakukan rekonsiliasiadalah back up data berupa ADK yang berisi BukuBesar UAKPA.

b. UAPA mencetak Buku Besar tingkat UAKPA.c. UAPA mengirimkan buku besar dan ADK ke Ditjen

PBN c.q. DIA.

2. Proses Rekonsiliasi Pada DIAa. Menghimpun data penerimaan dan pengeluaran

melalui KPPN dan Direktorat PKN;b. Menerima buku besar dan ADK dari UAPA;c. Melakukan upload ADK yang diterima dari UAPA;d. UAPA bersama-sama dengan DIA melakukan

rekonsiliasi Buku Besar UAKPA dengan data DIA.e. Apabila terjadi perbedaan antara buku besar UAPA

dengan data DIA maka :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 311: Buku 1 keuangan

287

1. Apabila UAPA yang salah;a) UAPA melakukan penelusuran dengan

mencetak daftar SPM, SP2D dan SSBPberdasarkan UAKPA sesuai dengankebutuhan;

b) Memerintahkan UAKPA melakukan perbaikandata sesuai dengan prosedur melalui UAPPA-EI dan UAPPA-W;

c) UAKPA melakukan perbaikan denganprosedur berikut :1. Melakukan restore data back up periode

yang salah (catatan sebelum melakukanpengiriman data ke UAPPA-W harusdilakukan back up data).

2. Memperbaiki data yang salah sesuaidengan pemberitahuan dari UAPPA-W.

3. Melakukan posting dan pengiriman ulangke UAPPA-W.

d) UAPPA-W menerima dan memproses ADK-GL perbaikan dari UAKPA.

e) UAPPA-W mengirimkan ADK-GL perbaikan keUAPPA-E1 dan Kanwil Ditjen PBN.

f ) Kanwil Ditjen PBN melakukan proses up loadsampai dengan dikeluarkan berita acararekonsiliasi.

g) UAPPA-E1 menerima, mengkompilasi ADK-GLserta mengirimkan ke UAPA.

h) UAPA menerima dan mengkompilasi ADK-GLdari UAPPA-E1 serta mengirimkannya ke DIA;

i) DIA melakukan up load, rekonsiliasi sampaidengan mencetak Berita Acara Rekonsiliasiyang ditandatangani oleh petugas rekonsiliasidari UAPA dan DIA.

2. Apabila DIA yang salah :a) DIA memberitahukan terdapat kesalahan data

kepada KPPN melalui Kanwil Ditjen PBN;b) KPPN menelusuri kesalahan tersebut;c) KPPN melakukan perbaikan data sesuai

dengan prosedur.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 312: Buku 1 keuangan

288

No Nama Laporan Periode Dikirim ke : 1. Neraca KUN – KPPN T, S, B J 2. Laporan Arus Kas KUN – KPPN T, S, B, M, H J 3. Neraca Percobaan KUN – KPPN T, S, B, M, H J 4. Laporan Penerimaan KUN – KPPN T, S, B, M, H J 5. Laporan Pengeluaran KUN – KPPN T, S, B, M, H J 6. Laporan Perubahan dan Posisi Kas – KPPN T, S, B, M, H J

d) KPPN mengirimkan data perbaikan ke KanwilDitjen PBN;

e) Kanwil menerima dan mengkompilasi dataKPPN dan mengirimkannya ke DIA;

f ) DIA menerima dan mengkompilasi data KPPNyang dikirim oleh Kanwil Ditjen PBN;

f. DIA bersama UAPA melakukan rekonsiliasi, mencetakBerita Acara Rekonsiliasi yang kemudian ditanda-tangani oleh petugas rekonsiliasi dari UAPA dan DIA.

3. Mencetak Berita Acara Rekonsiliasi yang kemudianditandatangani oleh Petugas Rekonsiliasi dari UAPA danDIA.

IV. JENIS-JENIS LAPORAN1. Laporan-laporan Kas Umum Negara yang dapat dihasilkan

secara otomatis dari proses komputerisasi adalah sebagaiberikut :

A. Laporan KUN tingkat KPPN adalah :

B. Laporan KUN tingkat Kanwil Ditjen PBN adalah :

C. Laporan KUN tingkat Direktorat PKN adalah :

No Nama Laporan Periode Dikirim ke : 1. Neraca KUN – Kanwil T, S, B K 2. Laporan Arus Kas KUN – Kanwil T, S, B, M, H K 3. Neraca Percobaan KUN – Kanwil T, S, B, M, H K 4. Laporan Penerimaan KUN – Kanwil T, S, B, M, H K 5. Laporan Pengeluaran KUN – Kanwil T, S, B, M, H K 6. Laporan Perubahan dan Posisi Kas–Kanwil T, S, B, M, H K

ADMINISTRASI KEUANGAN

No Nama Laporan Periode Dikirim ke : 1. Neraca KUN – BUN T, S, B K 2. Laporan Arus Kas KUN – BUN T, S, B, M, H K 3. Neraca Percobaan KUN – BUN T, S, B, M, H K 4. Laporan Penerimaan KUN – BUN * T, S, B, M, H 5. Laporan Pengeluaran KUN – BUN** T, S, B, M, H 6. Laporan Perubahan dan Posisi Kas – BUN T, S, B, M, H K

Page 313: Buku 1 keuangan

289

D. Laporan KUN tingkat Ditjen PBN c.q DIA adalah :

* Laporan Penerimaan KUN terdiri dari Laporan PenerimaanPendapatan, Laporan Penerimaan Pembiayaan dan LaporanPenerimaan Non Anggaran

** Laporan Pengeluaran KUN terdiri dari Laporan PenerimaanPendapatan, Laporan Penerimaan Pembiayaan dan LaporanPenerimaan Non Anggaran.

2. Laporan – Laporan Sistem Akuntansi Umum yang dapatdihasilkan secara otomatis dari proses komputerisasi adalahsebagai berikut :

A. Jenis – Jenis Laporan SAU yang dihasilkan di tingkatKPPN adalah :

ADMINISTRASI KEUANGAN

No Nama Laporan Periode Dikirim ke : 1. Neraca KUN T, S, B 2. Laporan Arus Kas T, S, B, M, H 3. Neraca Percobaan KUN T, S, B, M, H 4. Laporan Penerimaan KUN * T, S, B, M, H 5. Laporan Pengeluaran KUN ** T, S, B, M, H 6. Laporan Perubahan dan Posisi Kas T, S, B, M, H

No Nama Laporan Periode Dikirim ke: 1. Neraca T, S J 2. Neraca Per Satker T, S J 3. Laporan Realisasi Anggaran T, S J 4. Laporan Realisasi Pendapatan dan Hibah menurut

Bagian Anggaran menurut BA dan Satker. Tr, B J

5. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Hibah menurut MAP

Tr, B J

6. Laporan Realisasi Belanja menurut Sumber Dana Tr, B J 7. Laporan Realisasi Belanja menurut Bagian

Anggaran Tr, B J

8. Laporan Realisasi Belanja menurut Jenis Belanja Tr, B J 9. Laporan Realisasi Belanja menurut Sumber Dana

dan Kegiatan Tr, B J

10. Laporan Pengembalian Pendapatan berdasarkan MAP.

Tr, B J

11. Laporan Pengembalian Pendapatan berdasarkan BA dan Satker.

Tr, B J

12. Laporan Pengembalian Belanja menurut Sumber Dana.

Tr, B J

13. Laporan Pengembalian menurut Bagian Anggaran Tr, B J 14. Laporan Pengembalian menurut Jenis Belanja Tr, B J 15. Laporan Pengembalian menurut Sumber Dana

dan Kegiatan Tr, B J

Page 314: Buku 1 keuangan

290

No Nama Laporan Periode Dikirim ke : 1. Neraca Gabungan Satker T,S K 2. Neraca per Satker T,S K 3. Laporan Realisasi Anggaran T,S K 4. Laporan Realisasi Pendapatan dan Hibah

menurut Bagian Anggaran menurut BA dan Satker

Tr, B K

5. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Hibah menurut MAP

Tr, B K

6. Laporan Realisasi Belanja menurut Sumber Dana/Fungsi/Sub Fungsi/ Program

Tr, B K

7. Laporan Realisasi Belanja menurut Bagian Anggaran/Eselon I/Satker

Tr, B K

8. Laporan Realisasi Belanja menurut Jenis Belanja Tr, B K 9. Laporan Realisasi Belanja menurut Sumber Dana

/ Fungsi / Sub Fungsi/ Program / Kegiatan Tr, B K

10. Laporan Realisasi Belanja menurut Kegiatan Tr, B K 11. Laporan Realisasi Belanja menurut KPPN /

Bagian Anggaran / Satker Tr, B K

12. Laporan Realisasi Belanja menurut KPPN / MAK Tr, B K 13. Laporan Realisasi Belanja Dana Dekonsentrasi

melalui KPPN dan Bendahara Umum Negara Tr, B K

14. Laporan Realisasi Belanja Dana Dekonsentrasi melalui KPPN

Tr, B K

15. Laporan Realisasi Belanja Dana Dekonsentrasi melalui BUN

Tr, B K

16. Laporan Realisasi Belanja Dana Dekonsentrasi Per Kanwil

Tr, B K

17. Laporan Realisasi Belanja Dana Dekonsentrasi Per Kanwil

Tr, B K

18. Laporan Realisasi Belanja Dana Dekonsentrasi Per BA dan Wilayah

Tr, B K

19. Laporan Realisasi Belanja Dekonsentrasi menurut SD/F/SF/P

Tr, B K

20. Laporan Realisasi Belanja Dekonsentrasi menurut BA/ESI/Satker

Tr, B K

21. Laporan Realisasi Belanja Dekonsentrasi Menurut Jenis Belanja

Tr, B K

22. Laporan Realisasi Belanja Dekonsentrasi menurut SD-F/SF/P/KK

Tr, B K

23. Laporan Realisasi Belanja Dekonsentrasi Menurut Kegiatan

Tr, B K

24. Laporan Realisasi Belanja Dekonsentrasi menurut KPPN/BA/Satker

Tr, B K

25. Laporan Realisasi Belanja Dekosentrasi menurut KPPN/MAK

Tr, B K

B. Jenis – Jenis Laporan SAU yang dihasilkan di tingkat KPPNadalah :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 315: Buku 1 keuangan

291

C. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

26. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Melalui KPPN dan Bendahara Umum Negara

Tr, B K

27. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Melalui KPPN

Tr, B K

28. Laporan Realisasi belanja Tugas Pembantuan Melalui Bendahara Umum Negara

Tr, B K

29. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Per Kanwil

Tr, B K

30. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Per Wilayah

Tr, B K

31. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Per BA dan Wilayah

Tr, B K

32. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Menurut SD/F/SF/P

Tr, B K

33. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Menurut BA/ESI/Satker

Tr, B K

34. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Menurut Jenis Belanja

Tr, B K

35. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Menurut SD/F/SP/P/kK

Tr, B K

36. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Menurut Kegiatan

Tr, B K

37. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Menurut KPPN/BA/Satker

Tr, B K

38. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Menurut KPPN/MAK

Tr, B K

No Nama Laporan Periode Dikirim ke : 1. Neraca Pemerintah Pusat T, S K 2. Neraca Per Bagian Anggaran T, S K 3. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan

Hibah Menurut Jenis Kewenangan Tr, B K

4. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Hibah Menurut Bagian Anggaran

Tr, B K

5. Laporan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana Tr, B K 6. Laporan Realisasi Belanja Menurut Fungsi / Sub

Fungsi / Program Tr, B K

7. Laporan Realisasi Belanja Menurut Bagian Anggaran/Eselon I

Tr, B K

8. Laporan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja Tr, B K 9. Laporan Realisasi Belanja Menurut Belanja

Daerah Tr, B K

10. Laporan Realisasi Belanja Menurut Bagian Anggaran/Kegiatan

Tr, B K

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 316: Buku 1 keuangan

292

11. Laporan Realisasi Belanja Dana Dekonsentrasi Menurut Fungsi/Sub Fungsi/Program

Tr, B K

12. Laporan Realisasi Belanja Dana Dekonsentrasi Menurut Bagian Anggaran / Eselon I

Tr, B K

13. Laporan Realisasi Belanja Dana Dekonsentrasi Menurut Jenis Belanja

Tr, B K

14. Laporan Realisasi Belanja Dana Dekonsentrasi Per Kanwil

Tr, B K

15. Laporan Realisasi Belanja Dana Dekonsentrasi Per Wilayah

Tr, B K

16. Laporan Realisasi Belanja Dana Dekonsentrasi Per BA dan Wilayah

Tr, B K

17. Laporan Realisasi Belanja Dekonsentrasi Menurut SD/F/SF/P

Tr, B K

18. Laporan Realisasi Belanja Dekonsentrasi Menurut Jenis Belanja

Tr, B K

19. Laporan Realisasi Belanja Dekonsentrasi Menurut SD/F/SF/P/KK

Tr, B K

20. Laporan Realisasi Belanja Dekonsentrasi Menurut Kegiatan

Tr, B K

21. Laporan Realisasi Belanja Dekonsentrasi Menurut KPPN/BA/Satker

Tr, B K

22. Laporan Realisasi Belanja Dekonsentrasi Menurut KPPN/MAK

Tr, B K

23. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Melalui KPPN dan Bendahara Umum Negara

Tr, B K

24. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Melalui KPPN

Tr, B K

25. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Melalui Bendahara Umum Negara

Tr, B K

26. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Per Kanwil

Tr, B K

27. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Per Wilayah

Tr, B K

28. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Per BA dan Wilayah

Tr, B K

29. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Menurut Jenis Belanja

Tr, B K

30. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Menurut SD/F/SF/P/KK

Tr, B K

31. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Menurut Kegiatan

Tr, B K

32. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Menurut KPPN/BA/Satker

Tr, B K

33. Laporan Realisasi Belanja Tugas Pembantuan Menurut KPPN/MAK

Tr, B K

34. Laporan Pengembalian Pendapatan dan Hibah Menurut Jenis Kewenangan

Tr, B K

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 317: Buku 1 keuangan

293

35. Laporan Pengembalian Pendapatan dan Hibah menurut Bagian Anggaran

Tr, B K

36. Laporan Pengembalian Belanja Menurut Sumber Dana

Tr, B K

37. Laporan Pengembalian Belanja Menurut Fungsi/Sub Fungsi/Program

Tr, B K

38. Laporan Pengembalian Belanja Menurut Bagian Anggaran/Eselon I

Tr, B K

39. Laporan Pengembalian Belanja Menurut Jenis Belanja

Tr, B K

40. Laporan Pengembalian Belanja Menurut Belanja Daerah

Tr, B K

41. Laporan Pengembalian Belanja Menurut Bagian Anggaran/Kegiatan

Tr, B K

42. Laporan Pengembalian Belanja Dana Dekonsentrasi Menurut Fungsi / Sub Fungsi / Program

Tr, B K

43. Laporan Pengembalian Belanja Dana Dekonsentrasi Menurut BA/E1

Tr, B K

44. Laporan Pengembalian Belanja Dana Dekonsentrasi Jenis Belanja

Tr, B K

45. Laporan Pengembalian Belanja Dana Dekonsentrasi Per Kanwil

Tr, B K

46. Laporan Pengembalian Belanja Dana Dekonsentrasi Per Wilayah

Tr, B K

47. Laporan Pengembalian Belanja Dana Dekonsentrasi Per BA dan Wilayah

Tr, B K

48. Laporan Pengembalian Belanja Dekonsentrasi Menurut SD/F/SF/P

Tr, B K

49. Laporan Pengembalian Belanja Dekonsentrasi Menurut Jenis Belanja

Tr, B K

50. Laporan Pengembalian Belanja Dekonsentrasi Menurut SD/F/SF/P/KK

Tr, B K

51. Laporan Pengembalian Belanja Dekonsentrasi Menurut Kegiatan

Tr, B K

52. Laporan Pengembalian Belanja Dekonsentrasi Menurut KPPN/BA/Satker

Tr, B K

53. Laporan Pengembalian Belanja Dekonsentrasi Menurut KPPN/MAK

Tr, B K

54. Laporan Pengembalian Belanja Tugas Pembantuan Melalui KPPN dan Bendahara Umum Negara

Tr, B K

55. Laporan Pengembalian Belanja Tugas Pembantuan Melalui KPPN

Tr, B K

56. Laporan Pengembalian Belanja Tugas Pembantuan Melalui Bendahara Umum Negara

Tr, B K

57. Laporan Pengembalian Belanja Tugas Pembantuan Per Kanwil

Tr, B K

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 318: Buku 1 keuangan

294

58. Laporan Pengembalian Belanja Tugas Pembantuan Per Wilayah

Tr, B K

59. Laporan Pengembalian Belanja Tugas Pembantuan Per BA dan Wilayah

Tr, B K

60. Laporan Pengembalian Belanja Tugas Pembantuan Menurut SD/F/SF/P

Tr, B K

61. Laporan Pengembalian Belanja Tugas Pembantuan menurut Jenis Belanja

Tr, B K

62. Laporan Pengembalian Belanja Tugas Pembantuan Menurut SD/F/SF/P/KK

Tr, B K

63. Laporan Pengembalian Belanja Tugas Pembantuan Menurut Kegiatan

Tr, B K

64. Laporan Pengembalian Belanja Tugas Pembantuan Menurut KPPN/BA/Satker

Tr, B K

65. Laporan Pengembalian Belanja Tugas Pembantuan menurut KPPN/MAK

Tr, B K

66. Laporan Realisasi Pembiayaan Melalui BUN B K 67. Laporan Realisasi Pembiayaan Melalui KPPN B K

Keterangan :T : Tahunan M : MingguanS : Semester J : KanwilTr. : Triwulan K : Ditjen PBNB : Bulanan

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA,

ttd

JUSUF ANWAR

Salinan sesuai dengan aslinyaKepala Biro Umum

u.b.Kepala Bagian T.U. Departemen

ttd

Koemoro WarsitoNIP. 060041898

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 319: Buku 1 keuangan

295

Lampiran IIIPeraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 59/PMK 06/2005 TentangSistem Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Pemerintah Pusat

Menteri KeuanganRepublik Indonesia

SISTEM AKUNTANSI INSTANSI (SAI)

I. GAMBARAN UMUMSistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh KementerianNegara/Lembaga yang memproses transaksi keuangan baikarus uang maupun barang. SAI terdiri dari Sistem AkuntansiUnit Akuntansi Keuangan (SA-UAK) dan Sistem Akuntansi UnitAkuntansi Barang (SA-BMN).

SA–UAK terdiri dari :

a. Sistem Akuntansi Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran(SA-UAKPA)

b. Sistem Akuntansi Unit Akuntansi Pembantu PenggunaAnggara Wilayah (SA-UAPPA-W);

c. Sistem Akuntansi Unit Akuntansi Pembantu PenggunaAnggaran (SA-UAPPA-EI); dan

d. Sistem Akuntansi Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (SA-UAPA).

SA-BMN terdiri dari :

a. Sistem Akuntansi Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang(SA-UAKPB);

b. Sistem Akuntansi Unit Akuntansi Pembantu PenggunaBarang Wilayah (SA-UAPPB-W);

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 320: Buku 1 keuangan

296

c. Sistem Akuntansi Unit Akuntansi Pembantu PenggunaBarang (SA-UAPPB-E1); dan

d. Sistem Akuntansi Unit Akuntansi Pengguna Barang (SA-UAPB).

Untuk melaksanakan SAI, kementerian negara/lembagamembentuk unit akuntansi instansi sesuai dengan hirarkiorganisasi. Unit Akuntansi terdiri dari unit akuntansi keuangan(UAK) dan unit akuntansi barang (UAB).

Unit akuntansi keuangan, terdiri dari :

a. Unit Akuntansi Pengguna Angaran (UAPA) yang beradapada tingkat kementerian negara/lembaga;

b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran (UAPPA-E1)yang berada pada tingkat wilayah; dan

c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah(UAPPA-W) yang berada pada tingkat wilayah; dan

d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yangberada pada tingkat satuan kerja.

Unit akuntansi barang, terdiri dari :

a. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB) yang berada padatingkat kementerian negara/lembaga.

b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang (UAPPB-E1)yang berada pada tingkat eselon 1.

c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah(UAPPB-W) yang berada pada tingkat wilayah; dan

d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) yangberada pada tingkat satuan kerja.

Pada tingkat wilayah kementerian negara/lembaga dapatmenunjuk satuan kerja sebagai koordinator UAPPA-W/UAPPB-W untuk unit vertikal instansi yang berada di wilayah/propinsi atau menetapkan salah satu satuan kerja lingkupeselon 1 dari sebuah kementerian negara/lembaga sebagaiUAPPA-W/UAPPB-W sesuai struktur kementerian negara/lembaga.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 321: Buku 1 keuangan

297

GAMBAR III – 1

KERANGKA UMUM SAI

Keterangan :

: Arus Data dan Laporan (termasuk dekonsentrasi dan tugaspembantuan)

: Arus LPJ AP

: Rekonsiliasi Data

: Pencocokan Laporan BMN dengan Laporan Keuangan

: Arus Data Laporan APP

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 322: Buku 1 keuangan

298

II. PELAPORAN

Unit-Unit Akuntansi Instansi melaksanakan fungsi akuntansidan pelaporan keuangan atas pelaksanaan anggaran sesuaidengan tingkat organisasinya. Laporan Keuangan yangdihasilkan merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaananggaran sesuai dengan tingkat organisasinya. Laporankeuangan yang dihasilkan merupakan bentuk pertanggung-jawaban pelaksanaan anggaran oleh unit-unit akuntansi, baiksebagai entitas akuntansi maupun entitas pelaporan. Laporankeuangan kementerian negara/lembaga yang dihasilkan unitakuntansi instansi tersebut terdiri dari :

a. Laporan Realisasi AnggaranLaporan realisasi anggaran menyajikan informasi realisasipendapatan dan belanja, yang masing-masing dibandingkandengan anggarannya dalam satu periode.

b. NeracaNeraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitasakuntansi dan entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban,ekuitas dana per tanggal tertentu.

c. Catatan Atas Laporan KeuanganCatatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan, daftarrinci, dan analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalamLaporan Realisasi Anggaran dan Neraca.

Kementerian Negara/Lembaga yang menggunakan AnggaranPembiayaan dan Perhitungan, disamping wajib menyusunlaporan keuangan atas bagian anggarannya sendiri, juga wajibmenyusun Laporan Realisasi Anggaran Pembiayaan danPerhitungan secara terpisah.

Atas Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yangdilimpahkan/dialokasikan oleh kementerian negara/lembagakepada pemerintah daerah, laporan keuangannya merupakansatu kesatuan/tidak terpisah dari laporan keuangan kementeriannegara/lembaga.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 323: Buku 1 keuangan

299

ADMINISTRASI KEUANGAN

Data akuntansi dan laporan keuangan secara berkaladisampaikan kepada unit akuntansi di atasnya. Data akuntansidan laporan keuangan dimaksud dihasilkan oleh sistemakuntansi unit akuntansi keuangan (SA-UAK) dan sistemakuntansi unit akuntansi barang (SA-UAB) yang dikompilasi.

Gambar 3.2

MEKANISME PELAPORAN SAI

Keterangan :

: Arus Data dan Laporan (termasuk dekonsentrasi dan tugaspembantuan)

: Arus LPJ AP

: Rekonsiliasi Data

: Pencocokan Laporan BMN dengan Laporan Keuangan

: Arus Data Laporan APP

Page 324: Buku 1 keuangan

300

Penjelasan Flowchart1. UAKPB mengirimkan ADK aset setiap bulan ke UAKPA sebagai

bahan penyusunan neraca.a. UAKPB menyampaikan secara semesteran ke UAPPB-W/

UAPPB-E1 berupa file data transaksi BMN dan LaporanBMN untuk digabungkan.

2. UAKPA menyampaikan secara bulanan selambat-lambatnyatanggal 07 bulan berikutnya ke KPPN berupa ADK, LRA danneraca termasuk file data transaksi pembiayaan danperhitungan. UAKPA melakukan rekonsiliasi data tersebut diatas dengan data di KPPN termasuk data transaksi pembiayaandan perhitungan.a. UAKPA menyampaikan secara bulanan ke UAPPA-W/

UAPPA-E1 bagian yang tidak tidak memiliki UAPPA-W berupafile data, LRA dan neraca termasuk file data transaksipembiayaan dan perhitungan untuk digabungkan.

3. KPPN mengirim semua file data termasuk file data transaksipembiayaan dan perhitungan setiap bulan ke Kanwil Ditjen PBNcq. Bidang AKLAP

4. UAPPB-W melakukan pencocokan laporan BMN dengan laporankeuangan pada UAPPA-W.a. UAPPB-W menyampaikan file data dan laporan BMN ke

UAPPB-E1 untuk digabungkan di tingkat eselon 1.5. UAPPA-W menyampaikan file data dan laporan keuangan

wilayah secara bulanan ke Kanwil Ditjen PBN cq. Bidang AKLAPdan melaksanakan rekonsiliasi untuk tingkat wilayah setiaptriwulan.a. UAPPA-W menyampaikan file data, LRA, dan neraca

termasuk file data transaksi pembiayaan dan perhitungansecara bulanan ke UAPPA-E1 untuk digabungkan di tingkateselon I.

6. UAPPB-E1 melakukan pencocokan laporan BMN dengan laporankeuangan pada UAPPA-E1.a. UAPPB-E1 menyampaikan file data dan laporan BMN ke

UAPB untuk digabungkan di tingkat kementerian negara/lembaga.

7. UAPPA-E1 menyampaikan file data dan laporan keuangantermasuk file data transaksi pembiayaan dan perhitungansecara bulanan ke UAPA sebagai bahan penyusunan laporankeuangan tingkat kementerian negara/lembaga.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 325: Buku 1 keuangan

301

a. Apabila diperlukan UAPPA-E1 dapat melakukan rekonsiliasilaporan keuangan tingkat eselon 1 dengan data di DitjenPBN cq. Direktorat Informasi dan Akuntansi setiap semester.

8. Kanwil Ditjen PBN mengirim file data termasuk data transaksipembiayaan dan perhitungan ke pusat data base yang beradadi Ditjen PBN cq. DIA sebagai bahan rekonsiliasi dengankementerian negara/lembaga di tingkat pusat.

9. UAPB melakukan rekonsiliasi internal dengan UAPA secarasemesteran dalam rangka penyusunan neraca tingkatkementerian negara/lembaga.a. UAPB menyampaikan laporan BMN tingkat kementerian

negara/lembaga ke Ditjen PBN c.q. Dit. PBM/KN.10. UAPA melakukan rekonsiliasi dengan DIA setiap semester.11. UAPA menyampaikan laporan keuangan kementerian negara/

lembaga termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungan keDitjen PBN c.q. DIA dalam rangka penyusunan laporankeuangan Pemerintah Pusat.

12. Dit.PBM/KN Ditjen PBN menyampaikan laporan BMNPemerintah Pusat ke DIA sebagai bahan penyusunan neracapemerintah pusat.

13. Khusus dana pembiayaan dan perhitungan :· UAKPA wajib menyampaikan laporan dilampiri bukti-bukti

ke Ditjen, PBN cq. Dit. Pelaksanaan Anggaran secarabulanan.

· Kanwil Ditjen PBN menyampaikan secara bulanan file databelanja anggaran pembiayaan dan perhitungan (APP) yangditerima dari KPPN ke Ditjen PBN c.q. Dit PA

14. UAPA menyampaikan LRA dan neraca anggaran pembiayaandan perhitungan ke Ditjen Perbendaharan c.q. dan Dit. PAyang bertindak sebagai Biro Keuangan Bagian AnggaranPembiayaan dan Perhitungan.

15. Direktorat PA menyampaikan LRA hasil penggabungan AnggaranPembiayaan dan Perhitungan ke Ditjen Perbendaharan c.q.DIA.

III. Pelaksanaan SAI3.1 Dokumen Sumber

Dokumen sumber yang digunakan di tingkat satuan kerjaadalah :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 326: Buku 1 keuangan

302

a. Dokumen Penerimaan yang terdiri dari :

· Estimasi Pendapatan yang dialokasikan : (DIPA,PNBP, tidak termasuk estimasi PengembalianBelanja dan Pembetulan Pembukuan);

· Realisasi Pendapatan : SSBP, SSP, SSBC, dokumenlain yang dipersamakan.

b. Dokumen pengeluaran yang terdiri dari :

· Alokasi Anggaran DIPA, SKO dan dokumen lainyang dipersamakan;

· Realisasi Pengeluaran : SPM dan SP2D dandokumen lain yang dipersamakan.

c. Dokumen Piutangd. Dokumen Persediaane. Dokumen Konstruksi dalam Pengerjaanf. Dokumen Lainnya

3.2 Prosedur Penyusunan Laporan KeuanganKementerian Negara/Lembaga

Tahapan perekaman dokumen sumber sampai denganpelaporan keuangan adalah sebagai berikut :

a. Tingkat UAKPA

Kegiatan Harian/Bulanan/Triwulanan/Semesteran

· Menerima dan memverifikasi dokumen sumber danADK BMN

· Merekam dokumen sumber. Apabila aplikasitersebut terintegrasi, tidak perlu dilakukanperekaman SPM/SP2D dan DIPA.

· Mencetak dan memverifikasi RTH.

· Melakukan posting data untuk transaksi yang telahlengkap dan benar.

· Mencetak dan memverifikasi buku besar.

· Mencetak dan mengirim laporan keuangan besertaADK ke KPPN.

· Melakukan rekonsiliasi data dengan KPPN, membuatBerita Acara Rekonsiliasi dan melakukan perbaikandata jika diperlukan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 327: Buku 1 keuangan

303

· Mencetak Neraca, Laporan Realisasi Anggaran danmenyampaikannya ke UAPPA-W/UAPPA-E1 besertaADK sesuai jadwal penyampaian.

· Menyusun catatan atas laporan keuangan danmenyampaikan ke UAPPA-W/UAPPA-E1 setiapsemester.

· Melakukan Back-Up Data.

LRA, Neraca dan ADK disampaikan UAKPA kepadaKPPN selambat-lambatnya tanggal 7 bulan berikutnyasebagai bahan rekonsiliasi data dan pengawasan atasketaatan terhadap ketentuan perundang-undanganyang berlaku. Selambat-lambatnya 5 (lima) hari setelahbatas waktu penyampaian laporan keuangan ke KPPN,UAKPA menyampaikan laporan keuangan yang telahdirekonsiliasi ke UAPPA-W/UAPPA-E1 beserta ADK danBerita Acara Rekonsiliasi.

b. Tingkat UAPPA-W

Kegiatan Bulanan/Triwulanan/Semesteran

· Menerima dan memverifikasi laporan keuanganbeserta ADK yang diterima dari UAKPA setiap bulan.

· Menggabungkan data laporan keuangan.

· Melakukan rekonsiliasi internal antara UAPPA-Wdengan UAPPB-W.

· Menyampaikan data laporan keuangan ke KanwilDitjen PBN sebagai bahan rekonsiliasi.

· Melakukan rekonsiliasi data dengan Kanwil DitjenPBN, membuat Berita Acara Rekonsiliasi danmelakukan perbaikan data jika diperlukan.

· Mencetak Neraca Laporan Realisasi Anggaran, danmenyampaikan ke UAPPA-E1 beserta ADK sesuaijadwal penyampaian.

· Menyusun catatan atas laporan keuangan danmenyampaikan ke UAPPA-E1 setiap semester.

· Melakukan back-up data.

Pada tingkat wilayah, UAPPA-W melakukanpenggabungan data yang diterima dari satuan kerja

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 328: Buku 1 keuangan

304

dibawahnya. UAPPA-W menyampaikan LRA, Neraca,beserta ADK ke Kanwil Ditjen PBN setempat setiaptanggal 17 bulan berikutnya sebagai bahan pembandingdan setiap tanggal 17 setelah berakhirnya triwulan yangbersangkutan sebagai bahan rekonsiliasi data.Selanjutnya Kanwil Ditjen PBN merekonsiliasi data dariUAPPA-W dengan data yang diterima dari KPPN setiaptriwulan.

UAPPA-W menyampaikan ADK dan Laporan Keuanganyang telah direkonsiliasi kepada Unit AkuntansiPembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 (UAPPA-E1)selambatnya tanggal 20 bulan berikutnya. Jadwalpenyampaian laporan dan jenis laporan yangdisampaikan akan diatur dengan Peraturan DirjenPerbendaharaan.

c. Tingkat UAPPA-E1

Kegiatan Triwulanan/Semesteran

· Menerima dan memverifikasi laporan keuanganbeserta ADK yang diterima dari UAKPA setiap bulan.

· Menggabungkan data laporan keuangan.

· Melakukan rekonsiliasi internal antara UAPPA-Wdengan UAPPB-W.

· Menyampaikan data laporan keuangan ke KanwilDitjen PBN sebagai bahan rekonsiliasi.

· Melakukan rekonsiliasi data dengan Kanwil DitjenPBN, membuat Berita Acara Rekonsiliasi danmelakukan perbaikan data jika diperlukan.

· Mencetak Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, danmenyampaikannya ke UAPPA-E1 beserta ADKsesuai jadwal penyampaian.

· Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan danmenyampaikan ke UAPPA-E1 setiap semester.

· Melakukan back-up data.

Pada tingkat eselon 1, UAPPA-E1 melakukanpenggabungan data yang diterima dari UAPPA-W/UAKPA pusat yang berada di lingkup kerjanya, dandapat melakukan rekonsiliasi laporan keuangan tingkat

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 329: Buku 1 keuangan

305

UAPPA-E1 dengan Ditjen PBN cq. DIA jika diperlukansetiap semester.

Selanjutnya UAPPA-E1 menyampaikan ADK danlaporan keuangan kepada UAPA selambat-lambatnyatanggal 25 bulan berikutnya. Jadwal penyampaianlaporan dan jenis laporan yang disampaikan akan diaturdengan Peraturan Dirjen Perbendaharaan.

d. Tingkat UAPAKegiatan Triwulanan/Semesteran· Menerima dan memverifikasi laporan keuangan

yang diterima dari UAPPA-E1 setiap triwulan.· Menggabungkan data laporan keuangan.· Melakukan rekonsiliasi internal antara UAPA dengan

UAPB.· Melakukan rekonsiliasi data dengan DIA setiap

semester, dan membuat Berita Acara Rekonsiliasi.· Mencetak Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran.· Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan.· Membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab

(SOR).· Menyampaikan laporan keuangan beserta ADK ke

Ditjen PBN c.q. DIA.· Melakukan back up data.

Pada tingkat kantor pusat instansi, UAPA melakukanpenggabungan data yang diterima dari UAPPA-E1 yangberada di lingkup kerjanya serta menyampaikan ADKdan Laporan Keuangan tersebut kepada Ditjen PBNcq. DIA sebagai bahan penyusunan laporan keuanganpemerintah pusat. Kementerian negara/lembagamelakukan rekonsiliasi data dengan Ditjen PBN cq. DIAberdasarkan data yang diterima dari Kanwil Ditjen PBNdan transaksi pusat. Laporan keuangan kementeriannegara/lembaga yang telah direkonsiliasi tersebut akandireviu oleh aparat pengawasan intern kementeriannegara/lembaga.

Apabila kementerian negara/lembaga belum memilikiaparat pengawas intern, Sekretaris Jenderal yang

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 330: Buku 1 keuangan

306

setingkat menunjuk seorang atau beberapa orangpejabat di luar biro/bidang keuangan untuk melakukanreview atas laporan keuangan. Reviu tersebutdilaksanakan atas Laporan Keuangan Kementeriannegara/lembaga (termasuk Laporan KeuanganDekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) dan LaporanRealisasi Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan yangdigunakan oleh kementerian negara/lembaga. Hasilreviu dituangkan dalam Pernyataan telah direviu.

Laporan keuangan kementerian negara/lembagasemesteran disampaikan kepada Menteri Keuanganc.q. Dirjen Perbendaharaan selambat-lambatnya 1(satu) bulan setelah semester berakhir. Sedangkanlaporan keuangan tahunan disampaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaranberakhir. Khusus LRA disampaikan setiap triwulankepada Dirjen Perbendaharaan c.q. Direktur Informasidan Akuntansi. Laporan Keuangan Tahunan harusdisertai pernyataan telah direview yang ditanda tanganioleh aparat pengawas intern dan pernyataan tanggungjawab (Statement of Responsibility) yang ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga.

Laporan Realisasi Anggaran Pembiayaan danPerhitungan yang digunakan oleh kementerian negaralembaga/pemerintah daerah disampaikan secaraterpisah, disertai dengan Pernyataan telah direviu yangditanda tangani oleh aparat pengawas intern danpernyataan tanggung jawab (statement ofresponsibility) yang ditandatangani oleh Menteri/KetuaLembaga/Kepala Daerah.

Bagi kementerian negara/lembaga yang memiliki entitasBadan Layanan Umum, Laporan KeuanganKementerian Negara/Lembaga Tahunan dilampiriLaporan Keuangan Badan Layanan Umum yang beradadi bawah pengawasan kementerian negara/lembaga.Tata cara penyusunan laporan keuangan BLU akandiatur tersendiri dengan Peraturan DirjenPerbendaharaan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 331: Buku 1 keuangan

307

IV. DEKONSENTRASI

4.1 Dana DekonsentrasiDekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahpusat melalui kementerian negara/lembaga kepadagubernur selaku wakil pemerintah. Dana dekonsentrasimerupakan dana yang berasal dari APBN yangdilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah yangmencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalamrangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk danayang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.Dana dekonsentrasi merupakan bagian dari anggarankementerian negara/lembaga yang dialokasikanberdasarkan rencana kerja kementerian negara/lembagadan dilaksanakan oleh SKPD yang ditetapkan Gubernur.

Dalam pelaksanaan dekonsentrasi, Gubernur wajibmengusulkan daftar SKPD yang mendapatkan alokasi danadekonsentrasi kepada kementerian negara/lembaga yangmemberikan alokasi dana, untuk ditetapkan sebagai KuasaPenggguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang. ApabilaGubernur tidak menyampaikan usulan daftar SKPD,kementerian negara/lembaga dapat meninjau kembalipengalokasian dana dekonsentrasi.

Dalam rangka pertanggungjawaban penggunaan danadekonsentrasi, berdasarkan usulan dari Gubernur,kementerian negara/lembaga menetapkan SKPD sebagaiUAKPA/UAKPB Dekonsentrasi, dan Pemerintah Provinsisebagai UAPPA-W/UAPPB-W Dekonsentrasi. Penanggungjawab UAKPA/UAKPB Dekonsentrasi adalah Kepala SKPDyang menerima dana dekonsentrasi, sedangkanpenanggung jawab UAPPA-W/UAPPB-W Dekonsentrasiadalah Gubernur. Selanjutnya, pelaporan keuangan/barangatas pelaksanaan Dekonsentrasi dilakukan secara terpisahdari pelaporan keuangan/barang atas pelaksanaan TugasPembantuan dan APBD. SKPD mempertanggungjawabkanpelaksanaan Dana Dekonsentrasi kepada kementeriannegara/lembaga melalui Gubernur. Pertanggungjawabanpelaksanaan dimaksud berupa laporan keuangan danlaporan BMN. Laporan keuangan terdiri dari LaporanRealisasi Anggaran, Neraca dan Catatan Atas LaporanKeuangan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 332: Buku 1 keuangan

308

Dokumen sumber yang digunakan di tingkat SKPD, adalah :

· Alokasi Anggaran DIPA, SKO dan dokumen lain yangdipersamakan.

· Realisasi Pengeluaran : SPM/SP2D.

· Realisasi Penerimaan: SSBP.

4.2 Dana Tugas Pembantuan

Dana Tugas Pembantuan merupakan dana yang berasaldari APBN yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakupsemua penerimaan dan pengeluaran dalam rangkapelaksanaan tugas pembantuan. Dana Tugas Pembantuanmerupakan bagian dari anggaran kementerian negara/lembaga yang dialokasikan berdasarkan rencana kerjakementerian negara/lembaga dan dilaksanakan oleh SKPDyang ditetapkan oleh Gubernur, Bupati atau Walikota. TugasPembantuan adalah penugasan pemerintah kepada daerahdan/atau desa atau sebutan lain, dengan kewajibanmelaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan-nya kepada yang menugaskan.

Dalam pelaksanaan Tugas Pembantuan, Kepala Daerahwajib mengusulkan Daftar SKPD yang mendapatkan alokasidana Tugas Pembantuan kepada Kementerian Negara/Lembaga yang memberikan alokasi dana, untuk ditetapkansebagai Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa PenggunaBarang. Apabila Kepala Daerah tidak menyampaikan usulandaftar SKPD, kementerian negara/lembaga dapat meninjaukembali pengalokasian Dana Tugas Pembantuan.

Dalam rangka pertanggungjawaban penggunaan danatugas pembantuan, berdasarkan usulan dari KepalaDaerah, Kementerian Negara/Lembaga menetapkan SKPDsebagai UAKPA/UAKPB Tugas Pembantuan, danPemerintah Provinsi, Pemerintah Kota atau PemerintahKabupaten sebagai UAPPA-W/UAPPB-W TugasPembantuan. Penanggung jawab UAKPA/UAKPB TugasPembantuan adalah Kepala SKPD yang menerima danatugas pembantuan, sedangkan penanggung jawab UAPPA-W/UAPPB-W Tugas Pembantuan adalah Kepala Daerah(Gubernur/Bupati/Walikota). Selanjutnya, pelaporankeuangan/barang atas pelaksanaan tugas pembantuan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 333: Buku 1 keuangan

309

dilakukan terpisah dari pelaporan keuangan/barang dalampelaksanaan dekonsentrasi dan APBD. SKPDmempertanggungjawabkan pelaksanaan TugasPembantuan kepada kementerian negara/lembaga melaluiKepala Daerah. Pertanggungjawaban pelaksanaandimaksud berupa Laporan Keuangan dan Laporan BMN.Laporan Keuangan terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran,Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Dokumen sumber yang digunakan di tingkat SKPD, adalah :

· Alokasi Anggaran DIPA, SKO dan dokumen lain yangdipersamakan;

· Realisasi Pengeluaran : SPM/SP2D;

· Realisasi Penerimaan : SSBP.

4.3 Prosedur Penyusunan Laporan DanaDekonsentrasi/Tugas PembantuanTahapan perekaman dokumen sampai dengan pelaporankeuangan adalah sebagai berikut :

a. Tingkat SKPD/UAKPA Dekonsentrasi/TugasPembantuanKegiatan Harian/Bulanan/Triwulanan/Semesteran· Menerima dan memverifikasi dokumen sumber.· Merekam dokumen sumber. Apabila aplikasi tersebut

terintegrasi, tidak perlu dilakukan perekaman SPM/SP2Ddan DIPA.

· Mencetak dan memverifikasi RTH.· Melakukan posting data untuk transaksi yang telah

lengkap dan benar.· Mencetak dan memverifikasi buku besar.· Mencetak dan mengirim laporan keuangan ke KPPN.· Melakukan rekonsiliasi data dengan KPPN dan melakukan

perbaikan data jika diperlukan.· Mencetak Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, dan

menyampaikannya ke UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 334: Buku 1 keuangan

310

Pembantuan dan UAPPA-E1 beserta ADK sesuai jadwalpenyampaian.

· Menyusun Catatan Atas Laporan Keuangan danmenyampaikan ke UAPPA-W Dekonsentrasi/TugasPembantuan dan UAPPA-E1 setiap semester.

· Melakukan backup data.

Satuan kerja perangkat daerah (SKPD) melakukanpemprosesan data mulai dari perekaman dokumensumber, baik penerimaan maupun pengeluaran APBN.Kemudian melakukan proses posting untuk menghasilkanLaporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Neraca.

LRA, Neraca dan ADK disampaikan UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan kepada KPPN selambat-lambatnyatanggal 7 bulan berikutnya sebagai bahan rekonsiliasi datadan pengawasan atas ketaatan terhadap ketentuanperundang-undangan yang berlaku. Selambat-lambatnya 5hari setelah batas waktu penyampaian laporan keuanganke KPPN (tanggal 12), UAKPA Dekonsentrasi/TugasPembantuan menyampaikan laporan keuangan yang telahdirekonsiliasi ke UAPPA-W dan ke UAPPA-E1 KementerianNegara/Lembaga Dekonsentrasi/Tugas Pembantuanmenyampaikan laporan keuangan yang telah direkonsiliasike UAPPA-W dan ke UAPPA-E1 kementerian negara/lembagaDekonsentrasi/Tugas Pembantuan beserta ADK-nya.

b. Tingkat UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan

Kegiatan Bulanan/Triwulanan/Semesteran

· Menerima dan memverifikasi laporan keuangan yangditerima dari UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuansetiap bulan.

· Menggabungkan data laporan keuangan.

· Melakukan rekonsiliasi internal antara UAPPA-WDekonsentrasi/Tugas Pembantuan dengan UAPPB-WDekonsentrasi/Tugas Pembantuan.

· Menyampaikan data laporan keuangan ke Kanwil DitjenPBN sebagai bahan rekonsiliasi.

· Melakukan rekonsiliasi data dengan Kanwil Ditjen PBN,dan melakukan perbaikan data jika diperlukan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 335: Buku 1 keuangan

311ADMINISTRASI KEUANGAN

· Mencetak Neraca, Laporan Realisasi Anggaran danmenyampaikannya ke UAPPA-E1 sesuai jadwalpenyampaian.

· Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan danmenyampaikan ke UAPPA-E1 setiap semester.

· Melakukan back-up data.

Pada tingkat wilayah, UAPPA-W Dekonsentrasi/TugasPembantuan melakukan penggabungan data yang diterimadari UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan di bawahnya.UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan menyampaikanLRA, Neraca, beserta ADK bulanan kepada Kanwil DitjenPBN setempat selambat-lambatnya tanggal 17 bulanberikutnya sebagai bahan pembanding UAPPA-WDekonsentrasi/Tugas Pembantuan menyampaikan LRA, danNeraca triwulanan kepada Kanwil Ditjen PBN setempatselambat-lambatnya tanggal 17 setelah berakhirnya triwulansebagai bahan rekonsiliasi data. Kanwil Ditjen PBN akanmerekonsiliasi data dari UAPPA-W. Dekonsentrasi/Tugasdengan data yang diterima dari KPPN. UAPPA-WDekonsentrasi/Tugas Pembantuan menyampaikan LaporanKeuangan yang telah direkonsiliasi kepada UAPPA-E1 padakementerian negara/lembaga yang mengalokasikan DanaDekonsentrasi/Tugas Pembantuan selambat-lambatnyatanggal 20 bulan berikutnya. Jadwal penyampaian laporandan jenis laporan yang disampaikan akan diatur denganPeraturan Dirjen Perbendaharaan.

c. Tingkat Eselon-1

Pada tingkat Eselon 1, UAPPA-E1 pada kementerian negara/lembaga yang mengalokasikan Dana Dekonsentrasi/TugasPembantuan melakukan penggabungan data yang diterimadari UAKPA/SKPD Dekonsentrasi/Tugas pembantuanbersama UAPPA-W lainnya yang berada di lingkup kerjanyaserta menyampaikan ADK dan Laporan Keuangan kepadaUnit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) setiap tanggal25 bulan berikutnya.

Page 336: Buku 1 keuangan

312

V. SANKSI KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORANKEUANGAN

Setiap Kuasa Pengguna Anggaran wajib menyampaikan LaporanKeuangan kepada KPPN sesuai dengan batas waktu yang telahditentukan. Apabila Kuasa Pengguna Anggaran tidakmenyampaikan laporan keuangan tersebut, KPPN dapatmenunda penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atasSurat Perintah Membayar (SPM) yang diajukan oleh KuasaPengguna Anggaran.

Penundaan penerbitan SP2D dikecualikan terhadap SPM BelanjaPegawai, SPM-LS dan SPM Pengembalian (SPM-IB, SPM-KP,SPM-KC). Penundaan penerbitan SP2D juga tidak menggugurkankewajiban satuan kerja/kuasa pengguna anggaran untukmenyampaikan laporan keuangan. Pemberian sanksi didasarkanpada penerbitan Surat Peringatan atas keterlambatanpenyampaian laporan keuangan.

Prosedur Surat Peringatan

1. Laporan keuangan bulanan Unit Akuntansi Kuasa PenggunaAnggaran (UAKPA) harus diterima di KPPN selambat-lambatnya pada tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya.

2. Jika sampai tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya belum diterimaoleh KPPN, maka KPPN akan menerbitkan Surat Peringatanatas keterlambatan penyampaian laporan keuangan tersebut.

3. Dan jika sampai 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkan SuratPeringatan, satuan kerja tidak mengirimkan laporan keuanganbulanan maka KPPN akan memberikan sanksi berupapengembalian SPM yang diajukan oleh satuan kerja.

4. Sanksi pada point ke-3 tidak berlaku untuk SPM BelanjaPegawai, SPM LS, dan SPM Kembali.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 337: Buku 1 keuangan

313

GAMBAR III-3

KERANGKA UMUM DEKONSENTRASI

GAMBAR III-4KERANGKA UMUM DANA TUGAS PEMBANTUAN

UAPA/ UAPB

UAPPA-E1/ UAPPB-E1

UAPPA-W/ UAPPB-W

UAKPA/ UAKPB DEKON

UAKPA/ UAKPB DEKON

UAKPA/ UAKPB DEKON

ADK & LAP

ADK & LAP

UAPA/ UAPB

UAPPA-E1/ UAPPB-E1

UAPPA-W/ UAPPB-W

TP

UAKPA/ UAKPB TP

UAKPA/ UAKPB TP

UAKPA/ UAKPB TP

ADK & LAP

ADK & LAP

LAP

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 338: Buku 1 keuangan

314

Menteri KeuanganRepublik Indonesia

PERATURAN MENTERI KEUANGANNOMOR 96/PMK.02/2006

TENTANG

STANDAR BIAYA TAHUN ANGGARAN 2007

MENTERI KEUANGAN,

Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan lebih lanjutketentuan Pasal 7 ayat (4) Peraturan PemerintahNomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan RencanaKerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembagaperlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangantentang Standar Biaya Tahun 2007

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia nomor4287).

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355).

3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004tentang Penyusunan Rencana Kerja dan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 339: Buku 1 keuangan

315

Anggaran Kementerian Negara/Lembaga(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4406).

4. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005.

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.2/2006 tentang Petunjuk Penyusunan danPenelahaan Rencana Kerja dan AnggaranKementerian Negara/Lembaga Tahun 2007.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANGSTANDAR BIAYA TAHUN ANGGARAN 2007

Pasal 1Standar biaya adalah biaya setinggi-tingginya dari suatu barang danjasa baik secara mandiri maupun gabungan yang diperlukan untukmemperoleh keluaran tertentu dalam rangka penyusunan anggaranberbasis kinerja

Pasal 2(1) Standar biaya dapat bersifat umum atau bersifat khusus.

(2) Standar biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusunberdasarkan hasil survey Badan Pusat Statistik dan bekerjasamadengan kementerian negara/lembaga.

(3) Standar biaya bersifat umum yang selanjutnya disebut StandarBiaya Umum (SBU) merupakan standar biaya yangpenggunaannya bersifat lintas kementerian negara/lembagadan/atau lintas wilayah.

(4) SBU sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dalamLampiran I Peraturan Menteri Keuangan ini.

(5) Standar biaya bersifat khusus yang selanjutnya disebut StandarBiaya Khusus (SBK) merupakan standar biaya yang digunakanuntuk kegiatan yang khusus dilaksanakan oleh kementeriannegara/lembaga tertentu dan/atau di wilayah tertentu.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 340: Buku 1 keuangan

316

(6) SBK sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dalamLampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini.

Pasal 3

Standar biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 digunakansebagai pedoman bagi kementerian negara/lembaga dalammenyusun Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga(RKA-KL) Tahun Anggaran 2007.

Pasal 4(1) Dalam hal terjadi perbedaan besaran standar biaya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dengan usulan biayaatau Rincian Anggaran Belanja (RAB) yang diajukan olehkementerian negara/lembaga, usulan biaya atau RAB tersebutdapat digunakan sepanjang perhitungan usulan biayanyadilakukan secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkandengan menganut prinsip-prinsip efisien, bersaing, transparandan akuntabel.

(2) Dalam hal belum ditetapkan beberapa besaran standar biayasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, usulan biaya atau RAByang diajukan oleh kementerian negara/lembaga dapatdigunakan sepanjang perhitungan usulan biayanya dilakukansecara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan denganmenganut prinsip-prinsip efisien, bersaing, transparan danakuntabel.

Pasal 5Dalam hal terdapat perubahan atas standar biaya sebagaimanadimaksud dalam Lampiran I dan Lampiran II Peraturan MenteriKeuangan ini, perubahan tersebut ditetapkan oleh Direktur JenderalAnggaran dan Perimbangan Keuangan atas nama Menteri Keuangan.

Pasal 6Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggalditetapkan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 341: Buku 1 keuangan

317ADMINISTRASI KEUANGAN

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumumanPeraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalamBerita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 16 Oktober 2006

MENTERI KEUANGAN

Ttd

SRI MULYANI INDRAWATI

Salinan Sesuai Dengan Aslinya

Kepala Biro Umumu.b.

Kepala Bagian TU Departemen

ttd

Antonius SuhartoNIP. 060041107

Page 342: Buku 1 keuangan

318

STANDAR BIAYA UMUMTAHUN ANGGARAN 2007

A. BELANJA PEGAWAI

No Uraian Satuan Harga Ta 2007 Keterangan

1 3 4 5 I

HONOR PENANGGUNG JAWAB PENGELOLA KEUANGAN 1. PEJABAT KUASA PENGGUNA ANGGARAN

a. Nilai pagu dana s/d Rp. 50 juta b. Nilai pagu dana diatas Rp. 50 juta s/d Rp. 100 juta c. Nilai pagu dana diatas Rp.100 juta s/d Rp. 250 juta d. Nilai pagu dana diatas Rp.250 juta s/d Rp. 500 juta e. Nilai pagu dana diatas Rp. 500 juta s/d Rp. 1 miliar f. Nilai pagu dana diatas Rp. 1 miliar s/d Rp. 2,5 miliar g. Nilai pagu dana diatas Rp. 2,5 miliar s/d Rp. 5 miliar h. Nilai pagu dana diatas Rp. 5 miliar s/d Rp. 10 miliar i. Nilai pagu dana diatas Rp. 10 miliar s/d Rp. 50 miliar j. Nilai pagu dana diatas Rp. 50 miliar s/d Rp. 100 miliar k. Nilai pagu dana diatas Rp. 100 miliar s/d Rp. 500 miliar l. Nilai pagu dana diatas Rp. 500 miliar s/d Rp. 1 triliun m. Nilai pagu dana diatas Rp. 1 triliun

2. PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

a. Nilai pagu dana s/d Rp. 50 juta b. Nilai pagu dana diatas Rp. 50 juta s/d Rp. 100 juta c. Nilai pagu dana diatas Rp.100 juta s/d Rp. 250 juta d. Nilai pagu dana diatas Rp.250 juta s/d Rp. 500 juta e. Nilai pagu dana diatas Rp. 500 juta s/d Rp. 1 miliar f. Nilai pagu dana diatas Rp. 1 miliar s/d Rp. 2,5 miliar g. Nilai pagu dana diatas Rp. 2,5 miliar s/d Rp. 5 miliar h. Nilai pagu dana diatas Rp. 5 miliar s/d Rp. 10 miliar i. Nilai pagu dana diatas Rp. 10 miliar s/d Rp. 50 miliar j. Nilai pagu dana diatas Rp. 50 miliar s/d Rp. 100 miliar k. Nilai pagu dana diatas Rp. 100 miliar s/d Rp. 500 miliar l. Nilai pagu dana diatas Rp. 500 miliar s/d Rp. 1 triliun m. Nilai pagu dana diatas Rp. 1 triliun

3. PEJABAT PENGUJI TAGIHAN DAN PENANDATANGANAN SPM a. Nilai pagu dana s/d Rp. 50 juta b. Nilai pagu dana diatas Rp. 50 juta s/d Rp. 100 juta c. Nilai pagu dana diatas Rp.100 juta s/d Rp. 250 juta d. Nilai pagu dana diatas Rp.250 juta s/d Rp. 500 juta e. Nilai pagu dana diatas Rp. 500 juta s/d Rp. 1 miliar f. Nilai pagu dana diatas Rp. 1 miliar s/d Rp. 2,5 miliar g. Nilai pagu dana diatas Rp. 2,5 miliar s/d Rp. 5 miliar h. Nilai pagu dana diatas Rp. 5 miliar s/d Rp. 10 miliar i. Nilai pagu dana diatas Rp. 10 miliar s/d Rp. 50 miliar j. Nilai pagu dana diatas Rp. 50 miliar s/d Rp. 100 miliar k. Nilai pagu dana diatas Rp. 100 miliar s/d Rp. 500 miliar l. Nilai pagu dana diatas Rp. 500 miliar s/d Rp. 1 triliun m. Nilai pagu dana diatas Rp. 1 triliun

4. BENDAHARA PENGELUARAN / PEMEGANG UANG MUKA CABANG (BPUMC) a. Nilai pagu dana s/d Rp. 50 juta b. Nilai pagu dana diatas Rp. 50 juta s/d Rp. 100 juta c. Nilai pagu dana diatas Rp.100 juta s/d Rp. 250 juta d. Nilai pagu dana diatas Rp.250 juta s/d Rp. 500 juta e. Nilai pagu dana diatas Rp. 500 juta s/d Rp. 1 miliar f. Nilai pagu dana diatas Rp. 1 miliar s/d Rp. 2,5 miliar g. Nilai pagu dana diatas Rp. 2,5 miliar s/d Rp. 5 miliar h. Nilai pagu dana diatas Rp. 5 miliar s/d Rp. 10 miliar i. Nilai pagu dana diatas Rp. 10 miliar s/d Rp. 50 miliar j. Nilai pagu dana diatas Rp. 50 miliar s/d Rp. 100 miliar k. Nilai pagu dana diatas Rp. 100 miliar s/d Rp. 500 miliar l. Nilai pagu dana diatas Rp. 500 miliar s/d Rp. 1 triliun m. Nilai pagu dana diatas Rp. 1 triliun

5. STAF PENGELOLA a. Nilai pagu dana s/d Rp. 50 juta b. Nilai pagu dana diatas Rp. 50 juta s/d Rp. 100 juta c. Nilai pagu dana diatas Rp.100 juta s/d Rp. 250 juta d. Nilai pagu dana diatas Rp.250 juta s/d Rp. 500 juta e. Nilai pagu dana diatas Rp. 500 juta s/d Rp. 1 miliar f. Nilai pagu dana diatas Rp. 1 miliar s/d Rp. 2,5 miliar

Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan

Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan

Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan

Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan

Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan

200.000 300.000 350.000 400.000 450.000 500.000 550.000 650.000 800.000

1.000.000 1.200.000 1.500.000 1.800.000

170.000 255.000 297.500 340.000 382.500 425.000 467.500 552.500 680.000 850.000

1.020.000 1.275.000 1.530.000

150.000 225.000 262.500 300.000 337.500 375.000 412.500 487.500 600.000 750.000 900.000

1.125.000 1.350.000

100.000 150.000 175.000 200.000 225.000 250.000 275.000 325.000 400.000 500.000 600.000 750.000 900.000

100.000 150.000 175.000 200.000 225.000 250.000

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 343: Buku 1 keuangan

319

IV

HONOR PENGELOLA PNBP 1. ATASAN LANGSUNG BENDAHARA

a. Nilai Penerimaan s/d Rp. 200 juta b. Nilai Penerimaan diatas Rp. 200 juta s/d Rp. 500 juta c. Nilai Penerimaan diatas Rp. 500 juta s/d Rp. 1 miliar d. Nilai Penerimaan diatas Rp. 1 miliar s/d Rp. 5 miliar e. Nilai Penerimaan diatas Rp. 5 miliar

Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan

450.000 550.000 600.000 700.000 800.000

II

III

g. Nilai pagu dana diatas Rp. 2,5 miliar s/d Rp. 5 miliar h. Nilai pagu dana diatas Rp. 5 miliar s/d Rp. 10 miliar i. Nilai pagu dana diatas Rp. 10 miliar s/d Rp. 50 miliar j. Nilai pagu dana diatas Rp. 50 miliar s/d Rp. 100 miliar k. Nilai pagu dana diatas Rp. 100 miliar s/d Rp. 500 miliar l. Nilai pagu dana diatas Rp. 500 miliar s/d Rp. 1 triliun m. Nilai pagu dana diatas Rp. 1 triliun

Catatan : a. Pada KPA yang merangkap sebagai PPK, jumlah staf maksimum 50

orang pada KPA yang dibantu oleh satu atau beberapa PPK jumlah staf pengelola keuangan maksimum 2 orang pada KPA dan masing-masing 2 orang pada setiap PPK.

b. Jumlah maksimum honorarium seluruh Pejabat/Pegawai Pengelola Keuangan setahun tidak boleh melampaui 10% dari Pagu.

HONOR PEJABAT / PANITIA / PENGADAAN BARANG / JASA 1. PEJABAT PENGADAAN BARANG / JASA

Pejabat Pengadaan untuk pengadaan diatas Rp. 5 juta s/d Rp. 50 juta, maksimum 1 orang

2. PANITIA PENGADAAN BARANG DAN MODAL (KONSTRUKSI) a. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 50 juta s/d Rp. 100 juta b. Nilai pagu pengadaan diatas Rp.100 juta s/d Rp. 250 juta c. Nilai pagu pengadaan diatas Rp.250 juta s/d Rp. 500 juta d. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 500 juta s/d Rp. 1 miliar e. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 1 miliar s/d Rp. 2,5 miliar f. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 2,5 miliar s/d Rp. 5 miliar g. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 5 miliar s/d Rp. 10 miliar h. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 10 miliar s/d Rp. 50 miliar i. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 50 miliar s/d Rp. 100 miliar j. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 100 miliar s/d Rp. 500 miliar k. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 500 miliar s/d Rp. 1 triliun l. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 1 triliun

3. PANITIA PENGADAAN BARANG (NON KONSTRUKSI) a. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 50 juta s/d Rp. 100 juta b. Nilai pagu pengadaan diatas Rp.100 juta s/d Rp. 200 juta c. Nilai pagu pengadaan diatas Rp.200 juta s/d Rp. 500 juta d. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 500 juta s/d Rp. 1 miliar e. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 1 miliar s/d Rp. 2,5 miliar f. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 2,5 miliar s/d Rp. 5 miliar g. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 5 miliar s/d Rp. 10 miliar h. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 10 miliar s/d Rp. 50 miliar i. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 50 miliar s/d Rp. 100 miliar j. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 100 miliar s/d Rp. 500 miliar k. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 500 miliar s/d Rp. 1 triliun l. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 1 triliun

4. PANITIA PENGADAAN JASA (NON KONSTRUKSI) a. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 50 juta s/d Rp. 100 juta b. Nilai pagu pengadaan diatas Rp.100 juta s/d Rp. 250 juta c. Nilai pagu pengadaan diatas Rp.250 juta s/d Rp. 500 juta d. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 500 juta s/d Rp. 1 miliar e. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 1 miliar s/d Rp. 2,5 miliar f. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 2,5 miliar s/d Rp. 5 miliar g. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 5 miliar s/d Rp. 10 miliar h. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 10 miliar s/d Rp. 50 miliar i. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 50 miliar s/d Rp. 100 miliar j. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 100 miliar s/d Rp. 500 miliar k. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 500 miliar s/d Rp. 1 triliun l. Nilai pagu pengadaan diatas Rp. 1 triliun

HONOR PANITIA PEMERIKSA/PENERIMA BARANG/JASA PER PAKET 1. Pengadaan barang Rp. 50 juta s/d Rp. 500 juta atau Jasa Konsultan

Rp. 50 juta s/d Rp. 200 juta. 2. Pengadaan barang diatas Rp. 500 juta atau Jasa Konsultan diatas

Rp. 200 juta.

Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan Orang/bulan

Orang/bulan

Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket

Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket

Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket Orang/paket

Orang/Paket

Orang/Paket

275.000 325.000 400.000 500.000 600.000 750.000 900.000

150.000

300.000 450.000 525.000 600.000 675.000 750.000 825.000 975.000

1.200.000 1.500.000 1.800.000 2.250.000

225.000 280.000 390.000 450.000 500.000 550.000 620.000 725.000 900.000

1.125.000 1.350.000 1.685.000

200.000 280.000 390.000 450.000 500.000 550.000 620.000 725.000 800.000 900.000

1.200.000 1.685.000

200.000

300.000

Maks. 3 orang Maks. 3 orang Maks. 3 orang Maks. 5 orang Maks. 5 orang Maks. 5 orang Maks. 5 orang Maks. 7 orang Maks. 7 orang Maks. 7 orang Maks. 7 orang Maks. 7 orang Maks. 3 orang Maks. 3 orang Maks. 3 orang Maks. 5 orang Maks. 5 orang Maks. 5 orang Maks. 5 orang Maks. 7 orang Maks. 7 orang Maks. 7 orang Maks. 7 orang Maks. 7 orang Maks. 3 orang Maks. 3 orang Maks. 5 orang Maks. 5 orang Maks. 5 orang Maks. 5 orang Maks. 5 orang Maks. 7 orang Maks. 7 orang Maks. 7 orang Maks. 7 orang Maks. 7 orang

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 344: Buku 1 keuangan

320

V

VI

VII

VIII

2. BENDAHARA a. Nilai Penerimaan s/d Rp. 200 juta b. Nilai Penerimaan diatas Rp. 200 juta s/d Rp. 500 juta c. Nilai Penerimaan diatas Rp. 500 juta s/d Rp. 1 miliar d. Nilai Penerimaan diatas Rp. 1 miliar s/d Rp. 5 miliar e. Nilai Penerimaan diatas Rp. 5 miliar

3. SEKRETARIAT / ANGGOTA Sekretariat / Anggota, Maksimum 5 orang

Catatan : Alokasi dana untuk Honorarium seluruh pengelola PNBP setahun maksimum 7,5% dari Penerimaan PNBP masing-masing Satker. HONOR PENGELOLA SATKER YANG HANYA MENGELOLA GAJI PADA DEPARTEMEN PERTAHANAN 1. ATASAN LANGSUNG PEMEGANG KAS

a. Nilai Pagu Dana s/d Rp. 25 miliar b. Nilai Pagu Dana diatas Rp. 25 miliar s/d Rp. 50 miliar c. Nilai Pagu Dana diatas Rp. 50 miliar s/d Rp. 100 miliar d. Nilai Pagu Dana diatas Rp. 100 miliar s/d Rp. 200 miliar e. Nilai Pagu Dana diatas Rp. 200 miliar

2. PEMEGANG KAS a. Nilai Pagu Dana s/d Rp. 25 miliar b. Nilai Pagu Dana diatas Rp. 25 miliar s/d Rp. 50 miliar c. Nilai Pagu Dana diatas Rp. 50 miliar s/d Rp. 100 miliar d. Nilai Pagu Dana diatas Rp. 100 miliar s/d Rp. 200 miliar e. Nilai Pagu Dana diatas Rp. 200 miliar

3. JURU BAYAR a. Nilai Pagu Dana s/d Rp. 25 miliar b. Nilai Pagu Dana diatas Rp. 25 miliar s/d Rp. 50 miliar c. Nilai Pagu Dana diatas Rp. 50 miliar s/d Rp. 100 miliar d. Nilai Pagu Dana diatas Rp. 100 miliar s/d Rp. 200 miliar e. Nilai Pagu Dana diatas Rp. 200 miliar

HONOR PELAKSANA KEGIATAN PENELITI 1. Koordinator Peneliti 2. Sekretariat Penelitian 3. Peneliti Utama (maksimum 4 jam/hari) 4. Peneliti (Maksimum 4 jam/hari) 5. Pengolah Data 6. Pembantu Peneliti 7. Petugas Survey 8. Pembantu Lapangan HONOR NARA SUMBER DALAM RANGKA SEMINAR/RAKOR/ SOSIALISASI/DESIMINASI UNTUK KEGIATAN INTER DEPARTEMEN 1. Menteri/Pejabat setingkat Menteri 2. Pejabat Eselon I TARIF UANG LEMBUR DAN UANG MAKAN LEMBUR 1. UANG LEMBUR (di luar jam kerja pada hari kerja)

a. Golongan I b. Golongan II c. Golongan III d. Golongan IV

2. UANG MAKAN LEMBUR Uang makan lembur diberikan setelah bekerja lembur sekurang-kurangnya 2 (dua) jam secara berturut-turut.

Catatan : a. Pada hari kerja, batasan waktu kerja lembur maksimal 3 (tiga) jam

sehari atau 14 (empat belas) jam dalam seminggu sedangkan pada hari libur dapat melebihi 3 (jam) sehari.

b. Pada hari libur tarif uang lembur dihitung 200 % dari tarif lembur hari kerja.

Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan

Orang/Bulan

Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan

Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan

Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Bulan

Orang/Bulan Orang/Bulan Orang/Jam Orang/Jam

Orang/Penelitian Orang/Jam

Orang/Responden Orang/Hari

Orang/Jam Orang/Jam

Orang/Jam Orang/Jam Orang/Jam Orang/Jam

Orang

300.000 400.000 500.000 600.000 700.000

200.000

125.000 175.000 225.000 275.000 325.000

100.000 150.000 200.000 250.000 300.000

75.000 125.000 175.000 225.000 275.000

350.000 250.000 27.500 22.500

1.000.000 15.000 5.000

50.000

1.000.000 800.000

5.000 6.500 8.000 9.500

10.000

Untuk semua golongan/pangkat.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 345: Buku 1 keuangan

321ADMINISTRASI KEUANGAN

No Uraian Satuan Harga Ta 2007 Keterangan

1 2 3 4 5 I

II

III

IV V

VI

VII

VIII

IX

KEPERLUAN SEHARI-HARI PENGGANTIAN INVENTARIS LAMA DAN ATAU PEMBELIAN INVENTARIS UNTUK PEGAWAI BARU PENGADAAN BAHAN MAKANAN 1. Anggota TNI/POLRI Non Organik

a. Ops. Pasukan termasuk crew kapal laut/terbang b. Dikma TNI/Polri c. Operasi dan Latihan/Diklat Lainnya/Pra Tugas Ops. d. Tahanan Anggota TNI/Polri e. Anggota yang sakit

2. Narapidana 3. Tahanan Kejaksaan 4. Tahanan Imigrasi 5. Pasien Rumah Sakit 6. Anak Asuhan (Panti) 7. Tuna Sosial 8. Mahasiswa Penerbangan 9. Siswa sekolah Pertanian/Sekolah Usaha Perikanan Menengah 10. Mahasiswa Sekolah Tinggi Perikanan 11. Mahasiswa STPDN/LLAJ 12. Mahasiswa Akademi Migas 13. Mahasiswa AKIP/AIM 14. Siswa Perawat Kesehatan 15. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial 16. ABK Aktif 17. ABK Cadangan 18. Rescue Team 19. Pengamat Laut 20. Petugas Bea Cukai UANG MAKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) MAKANAN PENAMBAH DAYA TAHAN TUBUH Catatan : Diberikan terbatas kepada tenaga komputer, petugas laboratorium, petugas foto x-ray (rumah sakit), dan petugas beresiko tinggi lainnya PAKAIAN DINAS/KERJA RESMI/PAKAIAN DINAS/KERJA/MAHASISWA/ TARUNA (TERMASUK ATRIBUT DAN ONGKOS JAHIT) PENGADAAN TOGA/PAKAIAN KERJA SOPIR/PESURUH/PERAWAT (TERMASUK ONGKOS JAHIT) PAKAIAN SATPAM (TERMASUK PERLENGKAPAN) BIAYA OPERASIONAL PERWAKILAN RI (TERMASUK ATASE TEKNIS DEPARTEMEN / LEMBAGA DI LUAR NEGERI) 1. Keperluan sehari-hari perkantoran :

ATK, tidak termausk langganan surat kabar, pengiriman pos diplomatik, penerimaan tamu, satpam, fotocopi, operasional komputer dan alat-alat listrik.

2. Pemeliharaan Gedung Kantor 3. Pemeliharaan Wisma Duta / Konsul 4. Pemeliharaan Kendaraan Bermotor 5. Pemeliharaan Halaman Gedung Kantor/Wisma Duta/Konsul

Orang/Tahun

Orang/Tahun

Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari Orang/Hari

Orang/Hari

Orang/Hari

Orang/Tahun/Stel

Orang/Tahun/Stel

Orang/Tahun

Pegawai Clerical Staff / Tahun

M2/Tahun M2/Tahun

Buah/Tahun M2/Tahun

535.000

850.000

25.000 20.000 20.000 15.000 17.500 10.000 12.500 12.500 15.000 15.000 15.000 17.500 15.000 15.000 17.500 15.000 17.500 15.000 15.000 17.500 12.500 17.500 15.000

sesuai Permen keu tersendiri

10.000

5.000

225.000

175.000

300.000

$ 1.270

$ 80 $ 80

$ 8.000 $ 9

Dihitung minimal 40 pegawai Penggantian inventaris lama maksimal 10% x jumlah pegawai (minimal 5 peg) untuk pegawai baru sesuai kebutuhan. Maksimum 22 hari kerja per bulan

X

XI

AKOMODASI DAN SEWA 1. Akomodasi 2. Sewa Ruangan Besar 3. Sewa Ruangan Kecil 4. Sewa LCD dan Screen 5. Sewa Mesin Fotocopy 6. Sewa Kendaraan Roda 4 7. Sewa Kendaraan Roda 6 (Bus) 8. Sewa Ruang/Gedung Pertemuan KONSUMSI RAPAT DI KANTOR 1. Makan 2. Snack

Orang/Hari

Hari Hari

Unit/Hari Bulan/Unit Unit/Hari Unit/Hari

Hari

Orang/Kali Orang/Kali

150.000

1.500.000 750.000

1.000.000 3.278.000

500.000 2.500.000 15.000.000

20.000 7.500

Page 346: Buku 1 keuangan

322

B. BELANJA PERJALANAN

1. PERJALANAN DINAS DALAM NEGERITARIF UANG HARIAN DAN BIAYA PENGINAPAN

TARIF RATA-RATA HOTEL KELAS STANDAR /

DELUXE NON SUITE

BINTANG BINTANG BINTANG BINTANG BINTANG NO PROPINSI UANG

HARIAN TARIF HOTEL KELAS SUITE

LIMA EMPAT TIGA DUA SATU

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 300.000 875.000 650.000 500.000 350.000 250.000 200.000

2 SUMATERA UTARA 300.000 3.930.000 800.000 550.000 400.000 300.000 200.000

3 RIAU 300.000 26.700.000 800.000 550.000 400.000 300.000 200.000

4 KEPULAUAN RIAU 300.000 3.100.000 700.000 450.000 350.000 200.000 150.000

5 JAMBI 300.000 813.000 600.000 500.000 300.000 200.000 150.000

6 SUMATERA BARAT 300.000 2.670.000 850.000 600.000 400.000 300.000 250.000

7 SUMATERA SELATAN 300.000 1.440.000 750.000 500.000 350.000 250.000 200.000

8 LAMPUNG 300.000 2.220.000 550.000 400.000 350.000 300.000 200.000

9 BENGKULU 300.000 650.000 600.000 400.000 350.000 300.000 200.000

10 BANGKA BELITUNG 300.000 975.000 550.000 400.000 350.000 250.000 150.000

11 BANTEN 300.000 2.750.000 700.000 500.000 400.000 300.000 200.000

12 JAWA BARAT 350.000 1.630.000 800.000 600.000 450.000 350.000 250.000

13 DKI JAKARTA 450.000 7.920.000 1.200.000 700.000 550.000 400.000 300.000

14 JAWA TENGAH 300.000 3.232.000 800.000 600.000 450.000 350.000 250.000

15 DI YOGYAKARTA 350.000 3.722.000 750.000 550.000 400.000 300.000 200.000

16 JAWA TIMUR 350.000 4.770.000 800.000 600.000 450.000 350.000 250.000

17 BALI 400.000 7.233.000 1.500.000 1.100.000 850.000 700.000 450.000

18 NUSA TENGGARA BARAT 350.000 4.650.000 750.000 600.000 450.000 300.000 200.000

19 NUSA TENGGARA TIMUR 350.000 1.625.000 600.000 500.000 350.000 250.000 200.000

20 KALIMANTAN BARAT 300.000 682.000 700.000 500.000 350.000 250.000 200.000

21 KALIMANTAN TENGAH 300.000 622.000 650.000 500.000 350.000 250.000 200.000

22 KALIMANTAN SELATAN 300.000 1.800.000 650.000 500.000 400.000 250.000 150.000

23 KALIMANTAN TIMUR 300.000 5.250.000 800.000 650.000 500.000 350.000 200.000

24 SULAWESI UTARA 300.000 2.380.000 750.000 600.000 500.000 350.000 200.000

25 GORONTALO 300.000 796.000 650.000 500.000 450.000 300.000 150.000

26 SULAWESI BARAT 300.000 198.000 600.000 500.000 400.000 300.000 150.000

27 SULAWESI SELATAN 300.000 2.500.000 800.000 650.000 500.000 350.000 200.000

28 SULAWESI TENGAH 300.000 900.000 700.000 500.000 400.000 300.000 150.000

29 SULAWESI TENGGARA 300.000 340.000 700.000 500.000 400.000 300.000 200.000

30 MALUKU 300.000 650.000 600.000 450.000 300.000 200.000 150.000

31 MALUKU UTARA 300.000 200.000 600.000 450.000 300.000 200.000 150.000

32 PAPUA 450.000 1.220.000 850.000 600.000 450.000 350.000 250.000

33 IRIAN JAYA BARAT 450.000 960.000 650.000 500.000 400.000 300.000 200.000

RATA-RATA 2.284.030 740.909 545.455 413.636 303.030 204.545

Keterangan :1. Uang harian terdiri dari uang makan, uang saku, dan transport lokal2. Peruntukan hotel berbintang

a. Hotel Bintang Lima : Pejabat Negara (Ketua/Wakil Ketua dan AnggotaLembaga Tinggi Negara serta Menteri)

b. Hotel Bintang Empat : Pejabat Negara Lainnya, Pejabat Eselon I dan PejabatEselon II

c. Hotel Bintang Tiga : Pejabat Eselon III/Gol. IVd. Hotel Bintang Dua : Pejabat Eselon IV/Gol. IIIe. Hotel Bintang Satu : PNS Gol. II dan Gol. I

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 347: Buku 1 keuangan

323ADMINISTRASI KEUANGAN

2. PERJALANAN DINAS DALAM NEGERITARIF UANG HARIAN PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI(UANG MAKAN, UANG SAKU, UANG TRANSPORT, PENGINAPAN)(Dalam US$)

NO NEGARA IBU KOTA /

KOTA TEMPAT PERWAKILAN RI

GOL. A GOL. B GOL. C GOL. D KETERANGAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

AMERIKA Amerika Serikat Kanada Mexico Kuba Venezuela Argentina Brazil Suriname Chile Columbia

New York Ottavva Mexico City Havana Caracas Buenos Aires Brazilia Paramaribo Santiago Columbia

452 335 370 295 380 320 295 295 295 295

385 285 315 250 320 270 250 250 250 250

342 250 280 220 285 240 220 220 220 220

342 250 280 220 285 240 220 220 220 220

Golongan A Menteri, Ketua & Wakil Ketua Lembaga Tertinggi / Tinggi Negara, Pejabat Negara Lainnya yang setara

EROPA BARAT & SKANDINAVIA 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Inggris Norwegi Perancis Belgia Belanda Swiss Swedia Austria Finlandia Denmark Italia Jerman Spanyol

London Oslo Paris Brussel Den Haag Bern/Geneva Stockholm Wina Helsinki Kopenhagen Roma Frankfurt Madrid

490 380 429 360 360 405 384 424 335 320 451 327 358

413 320 361 305 305 343 325 361 285 270 381 276 302

368 285 322 270 270 304 288 316 250 240 338 245 269

368 285 322 270 270 304 288 316 250 240 338 245 269

GOLONGAN B : Duta Besar, Duta yang menjabat kepala perwakilan, PNS Gol IV/c keatas, Perwira TNI/Polri, Anggota Lembaga Tertinggi /Tinggi Negara dan Pejabat Negara lainnya

EROPA TIMUR & RUSIA 24 25 26 27 28 29 30

Rusia Bulgaria Chekoslovakia Hongaria Polandia Rumania Yugoslavia

Moscow Sofia Praha Budapest Warsawa Bukharest Beograd

482 295 316 295 295 326 295

407 250 268 250 250 276 250

362 220 236 220 220 243 220

362 220 236 220 220 243 220

GOLONGAN C : PNS Gol. III/C sampai dengan Gol IV/b dan Perwira Menengah TNI POLRI

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

AFRIKA Algeria Mesir Maroko Tunisia Nigeria Senegal Ethiopia Kenya Madagaskar Tanzania Zimbabwe Namibia

Aljazair Cairo Rabat Tunis Lagos Dakar Addis Ababe Nairobi Tananarivo Dar Es Salaam Harare Windhoek

332 230 234 243 349 252 210 238 224 237 281 210

284 195 201 208 297 214 180 204 192 203 241 180

249 175 178 185 259 192 160 181 171 181 214 160

249 175 178 185 259 192 160 181 171 181 214 160

GOLONGAN D: Pegawai Negeri Sipil dan Anggota TNI / Polri

43 44 45 46 47 48 49 50

51 52 53 54

TIMUR TENGAH Irak Saudi Arabia Pst. Arab Emirat Kuwait Yordania Turki Iran Syria ASIA SELATAN India Bangladesh Pakistan Srilanka

Baghdad Riyadh Abu Dhabi Kuwait Amman Ankara Teheran Damascus New Delhi Dacca Islamabad Colombo

270 270 359 312 260 230 220 240

280 220 228 220

230 230 306 264 220 195 185 202

237 185 192 185

200 200 266 234 195 175 165 180

210 165 171 165

200 200 266 234 195 175 165 180

210 165 171 165

Norwegia

Page 348: Buku 1 keuangan

324

55 56 57 58 59 60

61 62 63 64 65 66 67

ASIA UTARA Hongkong Jepang Philipina Korea Selatan Korea Utara Rep. Rakyat Cina ASIA TENGGARA Singapore Malaysia Thailand Burma Laos Vietnam Brunei Darussalam

Hongkong Tokyo Manila Seoul Pyong Yang Beijing Singapore Kuala Lumpur Bangkok Rangoon Viontiane Ho Chi Minh Bandar Sri Begawan

370 350 295 381 275 275

295 280 260 260 260 260 260

317 300 250 323 235 235

250 240 220 220 220 200 220

275 260 220 284 205 205

220 210 195 195 195 195 195

275 260 220 284 205 205

220 210 195 195 195 195 195

ASIA PASIFIK & AUSTRALIA 68 69 70 71

Australia New Zealand New Caledonia Papua Nugini

Canberra Wellington Noumea Port Moresby

324 289 220 228

274 243 185 192

243 217 165 171

243 217 165 171

MENTERI KEUANGAN

ttd

SRI MULYANI INDRAWATI

Salinan sesuai dengan aslinya,Kepala Biro Umum

u.b.Kepala Bagian TU Departemen

ttd

Antonius SuhartoNIP. 060041107

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 349: Buku 1 keuangan

325ADMINISTRASI KEUANGAN

No Uraian Satuan Harga Ta 2007 Keterangan

1 2 3 4 5 1 2

SEKRETARIAT NEGARA 1. Pendidikan dan Latihan Legal Drafting 2. Pendidikan dan Latihan Naskah Pidato 3. Pendidikan dan Latihan Keprotokolan BADAN PEMERIKSA KEUANGAN A. KEGIATAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN BIDANG APBN

1. Kantor Pusat / Kantor PWK 2. Banten 3. Bandung 4. Semarang 5. Yogyakarta 6. Surabaya 7. Denpasar 8. Mataram 9. Kupang 10. Bandarlampung 11. Palembang 12. Pangkal Pinang 13. Bengkulu 14. Pekanbaru 15. Tanjung Pinang 16. Batam 17. Jambi 18. Padang 19. Medan 20. Banda Aceh 21. Palangkaraya 22. Banjarmasin 23. Balikpapan 24. Pontianak 25. Makassar 26. Kendari 27. Palu 28. Manado 29. Ambon 30. Ternate 31. Jayapura 32. Serong

B. KEGIATAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN BIDANG BUMN (GA) 1. Kantor Pusat / Kantor PWK 2. Banten 3. Bandung 4. Semarang 5. Yogyakarta 6. Surabaya 7. Denpasar 8. Mataram 9. Kupang 10. Bandarlampung 11. Palembang 12. Pangkal Pinang 13. Bengkulu 14. Pekanbaru 15. Tanjung Pinang 16. Batam 17. Jambi 18. Padang 19. Medan 20. Banda Aceh 21. Palangkaraya 22. Banjarmasin 23. Balikpapan 24. Pontianak 25. Makassar

Orang/Angkatan Orang/Angkatan Orang/Angkatan

Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket

Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket

7.215.000 9.957.000 6.997.000

45.725.000 85.500.000 86.700.000 94.311.000 94.839.000 98.491.000

101.712.000 101.298.000 114.692.000 90.581.000 94.839.000 94.742.000 94.786.000

101.597.000 100.075.000 99.996.000 97.180.000

101.527.000 106.888.000 110.268.000 93.666.000

101.351.000 105.425.000 98.676.000

107.036.000 110.362.000 112.060.000 116.443.000 136.204.000 146.684.000 138.995.000 122.530.000

142.275.000 336.675.000 338.775.000 352.094.000 355.143.000 361.034.000 366.671.000 365.947.000 389.886.000 347.192.000 354.663.000 354.474.000 355.051.000 366.470.000 363.806.000 363.668.000 359.240.000 366.347.000 375.729.000 381.644.000 353.091.000 364.008.000 370.629.000 359.661.000 376.488.000

5 hari 5 hari 5 hari

6 orang / 30 hari

12 orang/ 60 hari

STANDAR BIAYA KHUSUSTAHUN ANGGARAN 2007

Page 350: Buku 1 keuangan

326

26. Kendari 27. Palu 28. Manado 29. Ambon 30. Ternate 31. Jayapura 32. Sorong

C. KEGIATAN AUDIT KINERJA BIDANG APBN 1. Kantor Pusat / Kantor PWK 2. Banten 3. Bandung 4. Semarang 5. Yogyakarta 6. Surabaya 7. Denpasar 8. Mataram 9. Kupang 10. Bandarlampung 11. Palembang 12. Pangkal Pinang 13. Bengkulu 14. Pekanbaru 15. Tanjung Pinang 16. Batam 17. Jambi 18. Padang 19. Medan 20. Banda Aceh 21. Palangkaraya 22. Banjarmasin 23. Balikpapan 24. Pontianak 25. Makassar 26. Kendari 27. Palu 28. Manado 29. Ambon 30. Ternate 31. Jayapura 32. Sorong

Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket

Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket

378.651.000 340.970.000 388.532.000 451.632.000 469.472.000 443.985.000 415.171.000

58.990.000 92.690.000 94.790.000

107.159.000 106.133.000 115.424.000 121.061.000 119.387.000 143.776.000 101.582.000 102.033.000 108.863.000 108.941.000 119.460.000 118.196.000 118.058.000 113.130.000 120.737.000 130.119.000 136.034.000 106.981.000 120.409.000 127.539.000 115.728.000 127.616.000 133.021.000 135.780.000 142.902.000 168.914.000 185.944.000 176.402.000 149.647.000

5 orang / 35 hari

D. KEGIATAN AUDIT KINERJA BIDANG APBN 1. Kantor Pusat / Kantor PWK 2. Banten 3. Bandung 4. Semarang 5. Yogyakarta 6. Surabaya 7. Denpasar 8. Mataram 9. Kupang 10. Bandarlampung 11. Palembang 12. Pangkal Pinang 13. Bengkulu 14. Pekanbaru 15. Tanjung Pinang 16. Batam 17. Jambi 18. Padang 19. Medan 20. Banda Aceh 21. Palangkaraya 22. Banjarmasin 23. Balikpapan 24. Pontianak 25. Makassar 26. Kendari 27. Palu 28. Manado 29. Ambon 30. Ternate 31. Jayapura 32. Sorong

Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket Paket

77.385.000

133.310.000 135.710.000 150.932.000 152.396.000 157.618.000 163.657.000 162.882.000 189.600.000 142.768.000 150.751.000 150.569.000 152.277.000 163.423.000 160.568.000 160.420.000 156.765.000 163.291.000 173.342.000 179.680.000 150.177.000 162.961.000 170.600.000 157.945.000 178.257.000 183.284.000 186.681.000 195.446.000 225.060.000 244.635.000 231.927.000 201.056.000

6 orang/35 hari

E. KEGIATAN AUDIT KINERJA BIDANG APBN 1. Kantor Pusat / Kantor PWK 2. Banten 3. Bandung

Paket Paket Paket

35.950.000 61.500.000 62.550.000

5 orang/25 hari

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 351: Buku 1 keuangan

327ADMINISTRASI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGANNOMOR 55/PMK.02/2006

TENTANG

PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANAKERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/

LEMBAGA TAHUN 2007

MENTERI KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyusunan RencanaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara,Kementerian Negara/Lembaga berkewajibanmenyusun Rencana Kerja dan AnggaranKementrian Negara Lembaga (RKA-KL);

b. bahwa dalam rangka penyusunan AnggaranKementerian Negara/Lembaga secara tertib taatpada peraturan perundang-undangan, efisien,ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dankepatutan, maka perlu petunjuk penyusunan danpenelahaan RKA-KL;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkanPeraturan Menteri Keuangan tentang PetunjukPenyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja danAnggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun2007;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangPenerimaan Negara Bukan Pajak (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

Page 352: Buku 1 keuangan

328 ADMINISTRASI KEUANGAN

43, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3687);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusatdan Pemerintah Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan NegaraBukan Pajak sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1997;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999tentang Tata Cara Penggunaan PenerimaanNegara Bukan Pajak yang Bersumber dari KegiatanTertentu (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 136, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3871);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004tentang Penyusunan Rencana Kerja dan AnggaranKementrian Negara/Lembaga (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4406);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atauPenerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (LNRI Tahun 2006 Nomor3, TLNRI Nomor 4597);

Page 353: Buku 1 keuangan

329

9. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002tentang Pedoman Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor73, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4212), sebagaimana telahdiubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 92, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4418);

10. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANGPETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHANRENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIANNEGARA/LEMBAGA TAHUN 2007.

Pasal 1Dalam rangka penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara (RAPBN), Menteri/Pimpinan Lembaga menyusunRencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) yang dipimpinnya untuk tahun anggaran berikutnya.

Pasal 2(1) RKA-KL disusun menurut unit organisasi dan kegiatan berdasarkan

rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga yang telahdisesuaikan dengan pagu sementara yang telah ditetapkanMenteri Keuangan.

(2) Penyusunan RKA-KL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan menggunakan pendekatan penganggaranTerpadu, Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah, danPenganggaran Berbasis Kinerja.

Pasal 3RKA-KL hasil pembahasan Dewan Perwakilan Rakyat disampaikankepada Kementrian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 354: Buku 1 keuangan

330

dan Perimbangan Keuangan untuk dilakukan penelaahan kesesuaianRKA-KL dengan :a. Surat Edaran Menteri Keuangan tentang Pagu Sementara;b. Prakiraan Maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya

dan;c. Standar biaya yang telah ditetapkan; dan ataud. Kerangka Acuan/Term of Reference (TOR) dan Rincian Anggaran

Biaya (RAB) dalam hal Standar Biaya belum ditetapkan.

Pasal 4(1) RKA-KL hasil penelaahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

menjadi dasar penyusunan Satuan Anggaran KementerianNegara/Lembaga.

(2) Satuan Anggaran Kementerian/Lembaga Sebagaimana dimaksudpada ayat (1) disusun untuk tiap-tiap satuan kerja yangselanjutnya disebut Satuan Anggaran per Satuan Kerja atauSAPSK.

Pasal 5Dalam hal terjadi perubahan RKA-KL pada saat pembahasan RAPBNdengan DPR, maka dilakukan penyesuaian SAPSK pada SatuanAnggaran Kementerian Negara/Lembaga.

Pasal 6Tata cara penyusunan dan penelaahan RKA-KL dilakukansebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I, Lampiran II, danLampiran III Peraturan Menteri Keuangan ini.

Pasal 7

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka pelaksanaanPeraturan Menteri Keuangan ini ditetapkan oleh Direktur JenderalAnggaran dan Perimbangan Keuangan.

Pasal 8

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggalditetapkan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 355: Buku 1 keuangan

331

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumumanPeraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalamBerita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 12 Juli 2006

MENTERI KEUANGAN

ttd

SRI MULYANI INDRAWATI

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 356: Buku 1 keuangan

332

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN KEUANGAN NEGARA

LAPANGAN BANTENG TIMUR NO. 2 JAKARTA

No : S-541/PK/1980 Jakarta, 24 Juli 1980Lampiran : 1 (satu) Berkas

Kepada Yth.

1. Saudara Sekretaris Jenderal Departemen

2. Saudara Sekretaris Jenderal Lembaga Tertinggi/Lembaga Tinggi Negara dan Panitera Mahkamah Agung

di-

J A K A R T A

Perihal : Persetujuan penghapusan terhadap uang dan barangdari perhitungan Bendaharawan berdasarkan PP No. 20Tahun 1956 dan PP No. 21 Tahun 1956.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan ketentuan dalam PPNo. 20 dan No. 21 Tahun 1956 terhadap uang dan barang bernilailebih dari Rp. 25.000,00 yang dicuri, digelapkan atau hilang danuntuk barang yang busuk, rusak, dicuri atau hilang dari perhitunganBendaharawan yang disebabkan karena karena kesalahan ataukealpaan Bendaharawan dapat dihapuskan oleh pejabat yangmenguasai anggaran/barang dalam hal ini Menteri/Sekretaris JenderalLembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan Panitera Mahkamah Agung,setelah mendapat persetujuan lebih dari Menteri Keuangan.

Dengan surat keputusan No. 344/KMK.07/1980 tanggal 6Juni 1980 Menteri Keuangan telah mendelegasikan wewenangtersebut kepada Direktur Jenderal Pengawasan Keuangan Negara.

Untuk memperlancar pemrosesan permohonan persetujuantersebut diminta agar setiap permohonan persetujuan penghapusandialamatkan kepada Menteri Keuangan U.p. Direktur JenderalPengawasan Keuangan Negara dengan disertakan berkas yanglengkap mengenai :

1. Surat Keterangan dari Kepolisian setempat tentang kecurian/kehilangan tersebut.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 357: Buku 1 keuangan

333

2. Laporan Hasil Pemeriksaan terhadap Bendaharawan yangkecurian/kehilangan tersebut yang pemeriksaannya dilakukan olehPejabat yang ditunjuk untuk itu.

3. Pendapat Saudara tentang besarnya kerugian uang/barangnegara yang dikuasai Bendaharawan tersebut dan bahwa kerugiantersebut bukan diakibatkan oleh kelalaian bersangkutan.

Tembusan daripada surat permohonan persetujuanpenghapusan tersebut supaya juga disampaikan kepada BadanPemeriksa Keuangan.

A.n Menteri KeuanganDirektur Jenderal Pengawasan

Keuangan Negara

ttd

Drs. GANDHI

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 358: Buku 1 keuangan

334

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARANDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Nomor : Kep-29/A/62/0895

TENTANG

PETUNJUK LEBIH LANJUT MEKANISME PEMBAYARANDALAM PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

BELANJA NEGARA PADA PERWAKILAN REPUBLIKINDONESIA DI LUAR NEGERI

DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN

Menimbang : a. bahwa mekanisme pembayaran dalamanggaran pendapatan dan belanja negara padaPerwakilan RI di Luar Negeri saat ini sudah tidaksesuai lagi dengan ketentuan yang berlaku.

b. bahwa dalam rangka peningkatan efisiensi danketepatan penyampaian pertanggungjawabanpenerimaan dan pengeluaran negara padaKantor Perwakilan RI di Luar Negeri dipandangperlu untuk menyederhanakan mekanismepembayaran dalam pelaksanaan APBN

c. bahwa mekanisme sebagaimana dimaksuddalam huruf b perlu diatur dengan KeputusanDirektur Jenderal Anggaran.

Mengingat : 1. Indische Comptabiliteits Wet (IC/A1) Still. Nomor448 Tahun 1925 sebagaimana telah diubah,terakhir dengan Undang-Undang No. 9 Tahun1968.

2. Keputusan Presiden RI No. 16 Tahun 1994 joKeppres No. 24 Tahun 1995.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 359: Buku 1 keuangan

335

3. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 217/KMK.03/1990.

4. Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran No.SE172/A/51/1294

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARANDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIATENTANG PETUNJUK LEBIH LANJUT MEKANISMEPEMBAYARAN DALAM PENDAPATAN DAN BELANJANEGARA PADA PERWAKILAN REPUBLIKINDONESIA DI LUAR NEGERI.

Pasal 1Petunjuk lebih lanjut mengenai mekanisme Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara sebagaimana terlampir padaKeputusan ini merupakan petunjuk dalam tata cara pengelolaankeuangan negara pada Perwakilan RI di Luar Negeri.

Pasal 2Petunjuk lebih lanjut Pelaksanaan Anggaran dan Belanja Negarapada Perwakilan RI di Luar Negeri sebagaimana tersebut pada pasal1, meliputi prosedur pelaksanaan UYHD, revisi DIK/DIP danadministrasi penerimaan negara bukan pajak.

Pasal 3Semua penerimaan dan pengeluaran yang dilaksanakan oleh KantorPerwakilan RI di Luar Negeri dalam rangka pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus dipertanggung-jawabkan sebelum tahun anggaran berakhir (atas kas).

Pasal 4Dengan berlakunya keputusan ini, maka ketentuan tentangpelaksanaan dan pertanggungjawaban keuangan negara padaPerwakilan RI di Luar Negeri yang bertentangan dengan keputusanini dinyatakan tidak berlaku lagi.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 360: Buku 1 keuangan

336

Pasal 5Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam petunjuk dimaksudakan diatur kemudian.

Pasal 6Keputusan ini berlaku, sejak tanggal ditetapkan dan mempunyaidaya laku surut terhitung 1 April 1995.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 21 Agustus 1995

DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN

ttd

DARSJAHNIP. 060031003

Salinan keputusan disampaikan kepada:1. Yth. Menteri Keuangan RI, sebagai laporan;2. Yth. Menteri Luar Negeri3. Yth. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;4. Yth. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;5. Yth. Para Sekretaris Jenderal Departemen/Lembaga Negara

terkait;6. Yth. Irjen Departemen Luar Negeri;7. Para Kepala Kanwil DJA;8. Para Kepala KPKN;9. Para Kepala KTUA.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 361: Buku 1 keuangan

337

DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN DEPARTEMENKEUANGAN RI DAN SEKRETARIS JENDERAL

DEPARTEMEN LUAR NEGERI RI

Jakarta, 12 Desember 1995

Lampiran : 1 (satu) bukuPerihal : Petunjuk Pelaksanaan sistem pertanggungjawaban

UYHD Pada Perwakilan RI di Luar Negeri

Kepada :1. Para Sekretaris Jenderal Departemen/Lembaga Terkait;2. Para Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri;3. Kepala KPKN Jakarta 1

SURAT EDARAN BERSAMANo. SE-145/A/61/1295No. 2233/SE/XI/95/02

I. PENDAHULUAN1. Umum

a. Sebagai tindak lanjut atas Keputusan Direktur Jenderal,Anggaran No. KEP-29/A/62/0895 tanggal 21 Agustus1995, perlu diatur petunjuk pelaksanaan sistempertanggungjawaban UYHD pada Perwakilan RI di LuarNegeri, dengan Surat, antara Direktur Jenderal Anggarandan Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri.

b. Petunjuk pelaksanaan yang tertuang dalam Surat EdaranBersama ini meliputi prosedur pelaksanaan UYHD padaPerwakilan RI di Luar Negeri, Penerimaan Negara BukanPajak, (PNBP) dan Pembukuan serta Pertanggung-jawaban Keuangan dan lain sebagainya.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 362: Buku 1 keuangan

338

2. Pokok-pokok Perubahan Surat PertanggungjawabanKeuangan (SPJK) 91 Dengan Pertanggungjawaban UYHD.Dengan memperhatikan hal tersebut di atas maka diadakan,perubahan sistem SPJ Perwakilan (SPJK Tahun 1991) yangtelah disesuaikan dengan sistem UYHD. Pokok perubahantersebut adalah sebagai berikut :a. Pertanggungjawaban dengan equivalensi USS pada SPJK

91 dirubah menjadi equivalensi Rp, karena realisasi APBNpada KPKN dalam bentuk rupiah.

b. Untuk menghindari terjadinya selisih kurs dalamperhitungan anggaran akhir tahun maka dipakai sistemFIFO dalam penetapan kurs (dad VS-US-RP).

c. Untuk memudahkan pengontrolan anggaran maka dibuatBuku Pengawasan Kredit dan MAK.

II. PELAKSANAAN UYHDAgar sistem UYHD dapat berjalan menurut ketentuan yangberlaku maka masalah yang akan/selama ini dihadapiPerwakilan RI di Luar Negeri, perlu diselesaikan, secara tuntas.Masalah dimaksud antara lain meliputi :1. Selisih perbedaan kurs :

a. Pada masa transisi April s.d. 31 Desember 1995 yaituSistem SPJ yang berjalan saat ini dalam pelaksanaananggaran mengacu kepada valuta setempat (VS)equivalensi US$ dengan kurs rata-rata dan tidakdikonversi kedalam mata uang rupiah, hal ini akanmengakibatkan sel is ih pembukuan antaraBendaharawan Perwakilan RI di Luar Negeri dan KartuPembukuan pada Kantor Perbendaharaan dan KasNegara (KPKN) Jakarta 1.

b. Dalam penerapan sistem UYHD pada akhir tahunanggaran kemungkinan terdapat selisih kurs antaraPembukuan Bendaharawan Perwakilan RI di Luar Negeridan Kartu Pengawasan Kredit (Pembukuan) KPKNJakarta 1.

c. Perbedaan kurs dapat mengakibatkan selisih lebih atauselisih kurang antara Pembukuan Bendaharawan RI/Atase Teknis di Luar Negeri dengan Kartu PengawasanKredit KPKN Jakarta 1. Tata cara penyelesaian selisihkurs diatur sebagai berikut:a. Selisih lebih:

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 363: Buku 1 keuangan

339

1) Jumlah saldo lebih diteliti secara pasti.2) Jumlah saldo lebih dalam pembukuan

Bendaharawan disetor ke Rekening MenteriKeuangan sebagai PNBP.

3) Bukti setor dari bank dibukukan pada lajur kreditBuku Kas Umum (BKU) BendaharawanPerwakilan/Atase Teknis di Luar Negeri.

b. Selisih kurang :1) Jumlah selisih kurang diteliti secara pasti.2) Dibuatkan surat pernyataan Bendaharawan dan

disahkan oleh Atasan Langsung Bendaharawan.3) Dibuatkan kuitansi dengan uraian pengeluaran

selisih kurs.4) Dibukukan pada lajur kredit Buku Kas Umum

(BKU)2. Persekot resmi bagi pejabat/PNS yang dimutasikan ke

Perwakilan RI di Luar Negeri maupun antar Perwakilan RI diLuar Negeri. Semua sisa hutang/angsuran persekot resmibagi para pejabat/PNS Perwakilan RI di Luar Negeri, untukseterusnya diangsur dengan menyelesaikan setiap bulan,melalui Bendaharawan Perwakilan RI di Luar Negeri selakuBendaharawan Penerima secara berkala (bulanan) disetorke Rekening Menteri Keuangan sebagai PNBP.

3. PNBP yang digunakan untuk berbagai keperluan olehPerwakilan RI di Luar Negeri Perwakilan RI di Luar Negerihendaklah :1) Meneliti penggunaan PNBP secara pasti;2) Jumlah PNBP yang digunakan dan tidak dapat

dikembalikan.3) 1) dan 2) dilaporkan kepada Sekretariat Jenderal

Departemen Luar Negeri C.q. Kepala Biro Keuangan.4. Beban pusat yang tidak mendapat penggantian, pergeseran

MAK yang telah dilaksanakan, jumlah hutang pihak ketigayang tidak dapat ditagih, jumlah kas besi yang digunakan,namun tidak dapat diganti, supaya dilaporkan kepadaSekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri C.q. KepalaBiro Keuangan dalam waktu yang singkat.

5. Penyelesaian administrasi terhadap masalah 3 dan 4 akandiatur tersendiri. Sambil menunggu penyelesaian administrasidimaksud terhitung mulai tanggal 1 Januari 1996 digunakansistem UYHD.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 364: Buku 1 keuangan

340

III. PENUTUPAgar pelaksanaan penggunaan dana APBN yang ada padaPerwakilan RI di Luar Negeri dapat dilaksanakan sesuaiketentuan yang berlaku, maka para Bendaharawan, AtasanLangsung Bendaharawan, dan para Atase Teknis supayamempelajari dan pedoman petunjuk-petunjuk terlampir.Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

DIREKTUR JENDERAL SEKRETARIS JENDERAL ANGGARAN, DEPARTEMEN LUAR NEGERI

ttd ttd

DARSJAH ABDUL IRSAN NIP. 060031003 NIP. 020001038

Tembusan disampaikan kepada Yth.1. Bapak Menteri Keuangan, sebagai laporan;2. Bapak Menteri Luar Negeri, sebagai lampiran;3. Kepala Badan Pemeriksa Keuangan;4. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;5. Kepala Kanwil VI DJA Jakarta;6. Kepala KTUA Jakarta 1.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 365: Buku 1 keuangan

341

Nomor : S-3150/A/242/19S1 Jakarta, 3 September 1991Lampiran : 1 Berkas KepadaPerihal : Penyusunan Anggaran Yth. Saudara Sekretaris

Belanja Rutin Atase JenderalTeknis Pada Perwakilan Departemen Luar NegeriRI di Luar Negeri di

JAKARTA

Berdasarkan laporan Kepala Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan dalam suratnya tanggal 24 Juni 1991 No. S-288/K/1991 mengemukakan adanya saldo minus Atase Teknis padabeberapa Perwakilan RI di luar negeri. Hal tersebut antara laindisebabkan terpisahnya anggaran untuk keperluan Perwakilan dengananggaran masing-masing Atase Teknis, sehingga para KepalaPerwakilan sukar mengendalikan penggunaan anggaran secarakeseluruhan.

Berhubung dengan itu dalam rangka penyusunan anggaran rutintahun 1992/1993 khusus untuk keperluan Atase Teknis perlu diberikanpetunjuk-petunjuk sebagai berikut :

1. Biaya-biaya yang bersifat umum yang menunjang kegiatanPerwakilan, yakni belanja pegawai, sewa gedung kantor,pengadaan dan pemeliharaan inventaris, langganan listrik,telepon, air dan gas, pemeliharaan gedung kantor, rumah dinas,kendaraan bermotor dan pemeliharaan peralatan lainnya supayadirencanakan dan disediakan anggarannya secara menyeluruhpada DIK Departemen Luar Negeri.

2. Biaya-biaya yang menunjang langsung tugas operasional paraAtase Teknis, yakni ongkos sehari-hari perkantoran, perjalanandinas dan biaya khusus lainnya masih tetap direncanakan dandisediakan pada anggaran masing-masing Departemen Teknis.

3. Biaya untuk keperluan penempatan maupun pemulangan paraAtase Teknis supaya disediakan dalam DIK Sekretariat Jenderalmasing-masing Departemen Teknis di Jakarta,

4. Usul-usul anggaran belanja rutin tersebut supaya sudahdisampaikan secara berangsur dan selambat-lambatnya padaakhir bulan September 1991 seluruhnya telah diterima DirektoratJenderal Anggaran.

5. Mulai awal bulan Oktober 1991 direncanakan akan dilakukanpembahasan secara bersama-sama atas usul anggaran tersebut

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 366: Buku 1 keuangan

342

antara pejabat Departemen Luar Negeri, pejabat DirektoratJenderal Anggaran dan pejabat Departemen/Lembaga Teknisbersangkutan.

6. Supaya menginstruksikan para pejabat yang bertanggungjawabdalam penggunaan anggaran pada Perwakilan RI di luar negeriuntuk benar-benar mematuhi peraturan dan ketentuan yangberlaku mengenai pelaksanaan anggaran.

Bersama ini dilampirkan tata cara penyusunan anggaran belanjarutin untuk Atase Teknis pada Perwakilan RI di luar negeri.

Demikian agar Saudara maklum.

DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN

ttd

BENJAMIN PARWOTO

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 367: Buku 1 keuangan

343

LAMPIRAN SURAT DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN

Tanggal : 3 September 1991Nomor : S-3150/A/242/1991

TATA CARA PENYUSUNAN DUK/DIK ATASE TEKNIS

PADA PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI

1. TATA CARA PENYUSUNAN ANGGARAN ATASE TEKNIS1.1. Usulan Anggaran Rutin/Daftar Usulan Kegiatan (DUK)

untuk keperluan Atase Teknis yang menunjang langsungtugas operasional yaitu ongkos sehari-hari perkantoranperjalanan dinas dan biaya khusus lainnya supaya dibuatoleh masing-masing Atase Teknis dengan koordinasiKBTU. Selanjutnya usulan anggaran tersebut diajukankepada Departemen/Lembaga yang bersangkutan diJakarta oleh Kepala Perwakilan RI dengan tembusankepada Sekretariat Jenderal Departemen Luar Negeri cq.Kepala Biro Keuangan.

1.2. Kepala Biro Keuangan Departemen/Lembagabersangkutan meneliti dan menilai usul anggaran rutindari masing-masing Atase Teknis, serta mengajukannyakepada Direktorat Jenderal Anggaran dengan tembusankepada Kepala Biro Keuangan Departemen Luar Negeri.

1.3. Direktorat Jenderal Anggaran, Biro Keuangan DepartemenLuar Negeri dan Biro Keuangan Departemen/Lembagayang bersangkutan membahas usulan anggaran darimasing-masing Atase Teknis bersama-sama.

1.4. Hasil pembahasan tersebut merupakan dana untukpenyusunan DIK Atase Teknis secara bersama-sama.

2. TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN ATASE TEKNIS

2.1. Kepala Biro Keuangan Departemen/Lembagamengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) keKPKN Jakarta I pada setiap awal triwulan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 368: Buku 1 keuangan

344

2.2. Bendaharawan transfer pada Departemen Luar Negerisetelah menerima SPM dari KPKN Jakarta I, segeramentransfer uang yang diterimanya ke masing-masingPerwakilan RI di luar negeri disertai rincian jumlah danauntuk masing-masing Atase Teknis.

2.3. Kepala Biro Keuangan Departemen/Lembagamenyampaikan kutipan DIK untuk masing-masing AtaseTeknis yang telah disahkan, kepada Kepala Biro KeuanganDepartemen Luar Negeri di Jakarta.

2.4. Kepala Biro Keuangan Departemen/Lembagamenyampaikan kutipan DIK untuk masing-masing ataseteknisnya, kepada Kepala Perwakilan RI di luar negeridisertai dengan penjelasan penggunaannya.

2.5. Kepala Perwakilan RI memberitahukan DIK Atase Teknistersebut kepada masing-masing Atase bersangkutan.

2.6. KBTU mempelajari DIK Atase Teknis bersangkutansebagai dasar untuk melakukan pembiayaan bagi AtaseTeknis bersangkutan.

2.7. KBTU membuat rencana pengeluaran bulanan setelahdibahas bersama dengan para Atase Teknis serta telahdisetujui oleh Kepala Perwakilan RI setempat.

2.8. KBTU membuat laporan realisasi anggaran bulanan untukmasing-masing Atase Teknis.

2.9. KBTU mengadministrasikan penggunaan anggaran AtaseTeknis dengan sebaik-baiknya serta membuatpertanggungjawabannya sesuai dengan ketentuan yangberlaku.

2.10. KBTU wajib mengkoordinasikan seluruh pembiayaanuntuk keperluan Atase Teknis baik dalam hal pengusulananggaran dan pelaksanaan DIK-nya.

2.11. KBTU dapat menolak permintaan pengeluaran darimasing-masing Atase Teknis apabila tidak sesuai denganDIK atau anggarannya tidak mencukupi/telah habis.

2.12. KBTU wajib membantu kelancaran pembiayaan bagimasing-masing Atase Teknis.

2.13. Atase Teknis mematuhi peraturan dan ketentuan yangberlaku mengenai pelaksanaan anggaran.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 369: Buku 1 keuangan

345

2.14. Atase Teknis tidak dibenarkan melaksanakan pembiayaanyang tidak didukung anggarannya dalam DIK.

2.15. Atase Teknis wajib membantu kelancaran pelaksanaantugas KBTU.

DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN

ttd

BENJAMIN PARWOTO

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 370: Buku 1 keuangan

346

Nomor : S-2927/AP/2006 29 September 2006

Lampiran :

Perihal : Data Pendukung untuk KegiatanPenyelenggaraan ceramah/Diskusi/Seminar/Sarasehan,Jamuan Delegasi/Misi/Tamu, RapatKoordinasi/Kerja/Dinas/PimpinanKelompok Kerja dan KerjasamaAntar Instansi Pemerintah/Swasta/Lembaga Terkait

Yth. Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri Jakarta

Sehubungan dengan surat Saudara Nomor: 1117/KU/IX/2006/20/02 tanggal 12 September 2006 perihal tersebut pada pokok surat,dengan ini diberitahukan bahwa terhadap usul/revisi pencairan danacadangan unit Sekretariat Jenderal Departemen Luar Negeri Tahun2006 untuk kegiatan tersebut, sesuai Peraturan Menteri KeuanganRI No. 54/PMK.02/2005 tanggal 5 Juli 2005 agar dilengkapi datapendukung berupa TOR/penjelasan masing-masing kegiatan,Perbaikan RAB, Price List dan hasil audit dari lembaga fungsionalpengawasan (Inspektorat Jenderal Departemen Luar Negeri) untukkegiatan yang telah dilaksanakan.

Demikian untuk dimaklumi dan atas kerjasamanya diucapkan terimakasih.

Direktur Jenderal

ttd

Achmad Rochjadi

Tembusan :

1. Direktur Jenderal Perbendaharaan Jakarta;

2. Inspektorat Jenderal Departemen Luar Negeri Jakarta.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 371: Buku 1 keuangan

347ADMINISTRASI KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAANNOMOR : PER-24/PB/2006

TENTANG

PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGANKEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 37Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi danPelaporan Keuangan Pemerintah Pusat,ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagipelaksanaan sistem akuntansi dan pertanggung-jawaban keuangan Kementerian Negara/Lembaga diatur dengan Peraturan DirekturJenderal Perbendaharaan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, perlu menetapkanPeraturan Direktur Jenderal Perbendaharaantentang Pelaksanaan Penyusunan LaporanKeuangan Kementerian Negara/Lembaga;

Mengingat : 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17Tahun 2003 tentang Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Page 372: Buku 1 keuangan

348 ADMINISTRASI KEUANGAN

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 05, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaandan Tanggung jawab Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran RepublikIndonesia Nomor 4004);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuanganantara Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 126, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan danBelanja Negara Tahun Anggaran 2006(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 130, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4442 );

6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005tentang Standar Akuntansi Pemerintah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006tentang Pelaporan Keuangan dan KinerjaInstansi Pemerintah;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi danPelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDA-HARAAN TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNANLAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA.

Page 373: Buku 1 keuangan

349

BAB I

PENDAHULUAN

Pasal 1Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, yangdimaksud dengan :

1. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satuatau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturanperundang-undangan wajib menyampaikan laporanpertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

2. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakanakuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkanpada entitas pelaporan.

3. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintahpusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat.

4. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dilaksanakan olehgubernur sebagai wakil pemerintah pusat yang mencakup semuapenerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaanDekonsentrasi, tidak temasuk dana yang dialokasikan untukinstansi vertikal pusat di daerah.

5. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusatkepada daerah dan/atau desa atau sebutan lain dengankewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkanpelaksanaannya kepada yang menugaskan.

6. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBNyang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semuapenerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan TugasPembantuan.

7. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Luncuran adalahdokumen pelaksanaan anggaran dari peluncuran program/kegiatan yang dibiayai dari sisa anggaran belanja tahun anggaransebelumnya sebagai anggaran belanja tambahan tahun anggaranberjalan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 374: Buku 1 keuangan

350

BAB II

PELAPORAN KEUANGAN

Pasal 2

(1) Kementerian Negara/Lembaga adalah entitas pelaporan danoleh karena itu wajib menyajikan laporan pertanggungjawabanberupa Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga danmenyampaikannya kepada Menteri Keuangan.

(2) Entitas pelaporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalahsebagaimana tertera pada lampiran I Peraturan Direktur JenderalPerbendaharaan ini.

(3) Penyusunan laporan keuangan entitas pelaporan dilakukanmenurut tata cara sebagaimana diatur pada lampiran IIIPeraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

(4) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)merupakan hasil penyusunan laporan keuangan yang berasal darientitas akuntansi di lingkungan kementerian negara/lembagatermasuk entitas akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)yang menerima Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

(5) Penyusunan laporan keuangan entitas akuntansi dilakukanmenurut tata cara sebagaimana diatur pada lampiran IIIPeraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

(6) Entitas Akuntansi wajib menyampaikan laporan keuangan selakukuasa pengguna anggaran/barang secara periodik danberjenjang kepada entitas pelaporan.

(7) Laporan Keuangan DIPA Luncuran merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari Laporan Keuangan semester I dan tahunandari tahun anggaran berjalan.

(8) Tata cara penyajian laporan keuangan Bagian AnggaranPembiayaan dan Perhitungan diatur dengan peraturan tersendiri.

Pasal 3(1) Menteri/Pimpinan/Ketua Lembaga sebagai pengguna Barang Milik

Negara (BMN) wajib menyajikan laporan pertanggungjawabanberupa Laporan Barang Pengguna Semester/Tahunan (LBPS/T).

(2) Penyusunan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) padakementerian negara/lembaga diatur dalam lampiran III PeraturanDirektur Jenderal Perbendaharaan ini.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 375: Buku 1 keuangan

351

Pasal 4

(1) Dalam penyusunan Laporan Keuangan, Kementerian Negara/Lembaga wajib membentuk dan menunjuk Unit AkuntansiKeuangan/Barang dengan ketentuan :

a. Pembentukan dan penunjukan Unit Akuntansi KuasaPengguna Anggaran/Barang (UAKPA/B) pada tingkat satuankerja sesuai dengan DIPA atau dokumen lain yangdipersamakan;

b. Pembentukan dan penunjukan Unit Akuntansi PembantuPengguna Anggaran/Barang Wilayah (UAPPA/B-W) padatingkat Kantor Wilayah;

c. Pembentukan dan penunjukan Unit Akuntansi PembantuPengguna Anggaran/Barang Eselon 1 (UAPPA/B-E1) padatingkat Eselon 1;

d. Pembentukan dan penunjukan Unit Akuntansi PenggunaAnggaran/Barang (UAPA/B) pada tingkat kementeriannegara/lembaga.

(2) Kementerian Negara/Lembaga yang mempunyai unit vertikaldi daerah tetapi tidak mempunyai kantor wilayah wajibmembentuk Unit Akuntansi Pembantu Pengguna AnggaranWilayah (UAPPA-W) dengan menunjuk salah satu satuan kerjadi wilayah sebagai UAPPA-W.

(3) Pembentukan dan penunjukkan Unit Akuntansi berpedoman padalampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

BAB IIIDOKUMEN SUMBER PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Pasal 5(1) Dokumen sumber yang diproses dalam penyusunan Laporan

Keuangan Kementerian Negara/Lembaga adalah dokumensumber tahun anggaran berjalan, dengan tanggal dokumensampai dengan tanggal 31 Desember.

(2) Dokumen sumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikecualikan dalam pencatatan saldo awal BMN.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 376: Buku 1 keuangan

352

Pasal 6

Dokumen sumber yang diproses dalam penyusunan LaporanKeuangan Kementerian Negara/Lembaga diatur dalam lampiran IIIPeraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

BAB IVPENYAJIAN DAN REVIU LAPORAN KEUANGAN

Pasal 7

(1) Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga terdiri dari :

a. Laporan Realisasi Anggaran;

b. Neraca;

c. Catatan atas Laporan Keuangan.

(2) Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca disajikan sesuai denganformat sebagaimana ditetapkan dalam lampiran V PeraturanDirektur Jenderal Perbendaharaan ini.

(3) Catatan atas Laporan Keuangan disajikan sesuai denganketentuan yang ditetapkan dalam lampiran V Peraturan DirekturJenderal Perbendaharaan ini sebagai ilustrasi.

(4) Laporan BMN sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (2)disajikan sebagai lampiran Catatan atas Laporan Keuangandengan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran VIPeraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

(5) Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dilampiridengan Laporan Keuangan Badan Layanan Umum yang ada didalam ruang lingkup kementerian negara/lembaga yangbersangkutan.

(6) SKPD yang memperoleh alokasi APBN berupa DanaDekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan menggunakan dan/atau memanfaatkan aset pemerintah pusat berdasarkanperaturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporankeuangan dan laporan aset tersebut kepada Menteri Keuanganc.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.

(7) Unit Organisasi yang bukan merupakan Bagian Anggaran, namunmenggunakan dan/atau memanfaatkan aset pemerintah pusatberdasarkan peraturan perundang-undangan dan bukan bagiandari penyertaan modal juga wajib menyampaikan laporan aset

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 377: Buku 1 keuangan

353

tersebut kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur JenderalPerbendaharaan.

Pasal 8

(1) Laporan keuangan yang disajikan oleh kementerian negara/lembaga sebelum disampaikan kepada Menteri Keuangan wajibdireview oleh aparat pengawasan intern kementerian negara/lembaga.

(2) Review dilaksanakan secara paralel dengan pelaksanaananggaran dan penyusunan laporan keuangan kementeriannegara/lembaga.

BAB VREKONSILIASI DAN PENYAMPAIAN LAPORAN

KEUANGAN

Pasal 9(1) Laporan Keuangan sebelum disampaikan kepada Entitas

Pelaporan harus terlebih dahulu dilakukan rekonsiliasi denganketentuan:

a. Rekonsiliasi Laporan Keuangan tingkat UAKPA dilakukandengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)setiap bulan;

b. Rekonsiliasi Laporan Keuangan tingkat UAPPA-W dilakukandengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaansetiap triwulan.

(2) Laporan Keuangan tingkat UAPPA-E1 dapat direkonsiliasi denganDirektorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Informasidan Akuntansi setiap semester jika diperlukan.

Pasal 10

(1) Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga sebelumdisampaikan ke Menteri Keuangan c.q. Direktur JenderalPerbendaharaan harus direkonsiliasi dengan Direktorat JenderalPerbendaharaan c.q. Direktorat Informasi dan Akuntansi setiapsemester.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 378: Buku 1 keuangan

354

(2) Laporan Barang Kementerian Negara/Lembaga Tahunansebelum disampaikan ke Menteri Keuangan c.q. Direktur JenderalPerbendaharaan harus sudah melalui proses pemutakhiran datadengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. DirektoratPengelolaan Barang Milik Kekayaan Negara sesuai denganLampiran VI.

Pasal 11

(1) Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga Tahunansebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sudah diterima oleh MenteriKeuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan selambat-lambatnya tanggal 28 Februari setelah tahun anggaran berakhir,sesuai dengan Lampiran IV Peraturan Direktur JenderalPerbendaharaan ini.

(2) Laporan Barang Kementerian Negara/Lembaga Tahunansebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sudah diterima oleh MenteriKeuangan c.q. Direktur Jenderai Perbendaharaan selambat-lambatnya tanggal 20 Februari setelah tahun anggaran berakhir,sesuai dengan lampiran IV Peraturan Direktur JenderalPerbendaharaan ini.

BAB VIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 12Entitas Pelaporan yang memerlukan perlakuan khusus dalampenyusunan laporan keuangan akan diatur secara terpisah denganPeraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini mulai berlaku padatanggal ditetapkan dan mempunyai daya laku surut terhitung sejaktanggal 1 Januari 2006.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 379: Buku 1 keuangan

355

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumumanPeraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini denganpenempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 31 Mei 2006

Direktur Jenderal

ttd

MULIA P. NASUTIONNIP. 106004651

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 380: Buku 1 keuangan

356

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAANNOMOR PER-66/PB/2005

TENTANG

MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (APBN) yangditetapkan dalam Undang-Undang tentangAnggaran Pendapatan dan Belanja Negaraharus dilaksanakan dengan efektif, efisien, tertib,transparan dan bertanggung jawab sesuaiketentuan perundang-undangan yang berlaku;

b. bahwa salah satu tugas pokok dan fungsiDirektorat Jenderal Perbendaharaan adalahmenyusun kebijakan dibidang pelaksanaananggaran;

c. bahwa Direktur Jenderal Perbendaharaanberwenang untuk menetapkan pedomantentang mekanisme pelaksanaan pembayaranatas beban Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebutpada butir a, b, dan c, serta agar PeraturanDirektur Jenderal Perbendaharaan tentangMekanisme Pelaksanaan Pembayaran atasBeban Anggaran Pendapatan dan Belanja

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 381: Buku 1 keuangan

357ADMINISTRASI KEUANGAN

Negara dapat mewujudkan kesamaanpemahaman dan keterpaduan langkah bagiseluruh Kementerian Negara/Lembaga danPemerintah Daerah dipandang perlumenetapkan kembali Peraturan Direktur JenderalPerbendaharaan tentang MekanismePelaksanaan Pembayaran atas Beban AnggaranPendapatan dan Belanja Negara.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangPenerimaan Negara Bukan Pajak (LembaranNegara RI No. 43, Tambahan LembaranNegara RI No. 3693);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RI No.47, Tambahan Lembaran Negara No. 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RINo. 5 tahun 2004 Tambahan Lembaran NegaraNo. 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawabKeuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran NegaraRI Nomor 4400);

5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 1997tentang Jenis dan Penyetoran PNBP;

6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 73 Tahun 1999tentang Tata Cara Penggunaan PenerimaanNegara Bukan Pajak yang Bersumber dariKegiatan Tertentu;

7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 1 Tahun 2004tentang Tata Cara Penyampaian Rencana danLaporan Realisasi Penerimaan Negara BukanPajak (PNBP);

8. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2005tentang Pengelolaan Keuangan Badan LayananUmum (BLU);

Page 382: Buku 1 keuangan

358

9. Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2005tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP);

10.Peraturan Presiden RI Nomor 36 Tahun 2005tentang Pengadaan Tanah bagi PelaksanaanPembangunan untuk Kepentingan Umum;

11.Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002tentang Pedoman Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor73, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4214) sebagaimana telahdiubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72Tahun 2004 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 92, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4418);

12.Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah joKeppres Nomor 61 Tahun 2004 tentangPedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/JasaPemerintah;

13.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2005 tentang Petunjuk Penyusunan,Penelaahan, Pengesahan dan Revisi Daftar IsianPelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran2006;

14.Peraturan Menteri Keuangan nomor 134/PMK.06/2005 tanggal 27 Desember 2005tentang Pedoman Pembayaran DalamPelaksanaan APBN;

15.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.06/2005 tentang Bagan Perkiraan Standar.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERALPERBENDAHARAAN TENTANG MEKANISMEPELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 383: Buku 1 keuangan

359

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbedaharaan ini, yangdimaksud dengan :

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnyadisebut APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahannegara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, yang masaberlakunya dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31Desember tahun berkenaan.

2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebutDIPA atau dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA adalahdokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atau Satuan Kerja (satker) serta disahkanoleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala KantorWilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama MenteriKeuangan dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakanyang mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan danaatas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansipemerintah.

3. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yangselanjutnya disebut Kanwil Ditjen PEN adalah instansi vertikalDirektorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah danbertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.

4. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnyadisebut KPPN adalah instansi vertikal Direktorat JenderalPerbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawablangsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalPerbendaharaan.

5. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut BUN adalahpejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi bendaharaumum negara.

6. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untukmenerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan danmempertanggung-jawabkan uang untuk keperluan belanjanegara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satkerKementerian Negara/Lembaga.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 384: Buku 1 keuangan

360

7. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yangselanjutnya disebut PA/Kuasa PA adalah Menteri/PimpinanLembaga atau kuasanya yang bertanggung jawab ataspengelolaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yangbersangkutan.

8. Satuan Kerja Sementara yang selanjutnya disebut SKS adalahsatker/instansi atau dinas/badan yang ditetapkan untukmelaksanakan kegiatan tertentu yang bersifat sementara dilokasi yang tidak ada satker Kementerian Negara/Lembagaterkait.

9. Rekening Kas Umum Negara yang selanjutnya disebut RekeningKUN adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yangditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara UmumNegara untuk menampung seluruh penerimaan negara danmembayar seluruh pengeluaran negara pada Bank Sentral.

10. Rekening Kas Negara adalah rekening tempat penyimpananuang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selakuBendahara Umum Negara atau pejabat yang ditunjuk untukmenampung seluruh penerimaan negara dan atau membayarseluruh pengeluaran negara pada Bank/Sentral Giro yangditunjuk.

11. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disebut SPPadalah suatu dokumen yang dibuat/diterbitkan oleh pejabat yangbertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan disampaikankepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran ataupejabat lain yang ditunjuk selaku pemberi kerja untuk selanjutnyaditeruskan kepada pejabat penerbit SPM berkenaan.

12. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut SPM adalahdokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/KuasaPengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk untukmencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lainyang dipersamakan.

13. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2Dadalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku KuasaBendahara Umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atasbeban APBN berdasarkan SPM.

14. Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah uang mukakerja dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang(revolving), diberikan kepada bendahara pengeluaran hanya

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 385: Buku 1 keuangan

361

untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari yangtidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

15. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut TUPadalah uang yang diberikan kepada satker untuk kebutuhanyang sangat mendesak dalam satu bulan melebihi pagu UPyang ditetapkan.

16. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnyadisebut SPM-UP adalah surat perintah membayar yang diterbitkanoleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untukpekerjaan yang akan dilaksanakan dan membebani MAK transito.

17. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yangselanjutnya disebut SPM-TUP adalah surat perintah membayaryang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa PenggunaAnggaran karena kebutuhan dananya melebihi pagu uangpersediaan dan membebani MAK transito.

18. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan yangselanjutnya disebut SPM-GUP adalah surat perintah membayaryang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa PenggunaAnggaran dengan membebani DIPA, yang dananyadipergunakan untuk menggantikan uang persediaan yang telahdipakai.

19. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebutSPM-LS adalah surat perintah membayar langsung kepada pihakketiga yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/KuasaPengguna Anggaran atas dasar perjanjian kontrak kerja atausurat perintah kerja lainnya.

20. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan Nihilyang selanjutnya disebut SPM-GUP Nihil adalah surat perintahmembayar penggantian uang persediaan nihil yang diterbitkanoleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untukselanjutnya disahkan oleh KPPN.

21. Surat Keterangan Penghentian Pembayaran yang selanjutnyadisebut SKPP adalah surat keterangan tentang terhitung mulaibulan dihentikan pembayaran yang dibuat/dikeluarkan olehPengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berdasarkansurat keputusan yang diterbitkan oleh Kementerian Negara/Lembaga atau satker dan disahkan oleh KPPN setempat.

22. Surat Pernyataan Tanggung jawab Belanja yang selanjutnyadisebut SPTB adalah pernyataan tanggung jawab belanja yang

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 386: Buku 1 keuangan

362

dibuat oleh PA/Kuasa PA atas transaksi belanja sampai denganjumlah tertentu.

23. Pemegang Uang Muka yang selanjutnya disebut PUM adalahpejabat pembantu bendahara pengeluaran.

24. Pembuat Daftar Gaji yang selanjutnya disebut PDG adalahpetugas yang ditunjuk oleh Kuasa PA untuk membuat danmenatausahakan daftar gaji satker yang bersangkutan.

25. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak, yang selanjutnyadisebut SKTJM, adalah surat keterangan yang menyatakanbahwa segala akibat dari tindakan pejabat/seseorang yang dapatmengakibatkan kerugian negara menjadi tanggung jawabsepenuhnya dari pejabat/seseorang yang mengambil tindakandimaksud.

BAB II

PEJABAT PENGGUNA ANGGARAN

Pasal 2(1) Pada setiap awal tahun anggaran, Menteri/Pimpinan Lembaga

selaku PA menunjuk Pejabat Kuasa PA untuk satker/SKS dilingkungan instansi PA bersangkutan dengan surat keputusan.

(2) Menteri/Pimpinan Lembaga dapat mendelegasikan kewenangankepada Kuasa PA untuk menunjuk :

a. Pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakanyang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja/penanggung jawab kegiatan/pembuat komitmen;

b. Pejabat yang diberi kewenangan untuk menguji tagihankepada negara dan menandatangani SPM;

c. Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan tugaskebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaranbelanja.

(3) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA mendelegasikankewenangan menunjuk pejabat Kuasa PA dan pejabat-pejabatsebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (2) huruf a, b dan ckepada Gubernur sebagai pelaksana dekonsentrasi.

(4) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA mendelegasikankewenangan menunjuk pejabat Kuasa PA dan pejabat pejabat

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 387: Buku 1 keuangan

363

sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (2) huruf a, b dan ckepada Gubernur/Bupati/Walikota/Kepala Desa yang ditunjuksebagai pelaksana tugas pembantuan.

(5) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) tidakboleh merangkap sebagai pejabat sebagaimana dimaksud dalampasal 2 ayat (2) huruf c.

(6) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) hurufa, b dan c tidak boleh saling merangkap.

(7) Dalam hal pejabat/pegawai pada satker tidak memungkinkanpemisahan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat(2) huruf a, b dan c maka pejabat yang dimaksud dalam pasal2 ayat (1) dapat merangkap jabatan sebagaimana dimaksuddalam pasal 2 ayat (2) huruf a atau huruf b.

(8) Tembusan Surat Keputusan para Pejabat dalam pasal 2 ayat(1) dan ayat (2), disampaikan kepada Kepala KPPN selakuKuasa BUN.

Pasal 3PA/Kuasa PA berdasarkan DIPA yang telah disahkan oleh DirekturJenderal Perbendaharaan untuk DIPA Kementerian Negara/Lembagadi Pusat dan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalPerbendaharaan untuk DIPA di daerah, menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sesuai rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkandalam DIPA.

BAB IIIPROSEDUR PENGAJUAN SPP DAN PENERBITAN SPM

Pasal 4

Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk penerbitan SPM, dibuatdengan menggunakan format sebagaimana lampiran 1 dankelengkapan persyaratannya diatur sebagai berikut :

1. SPP-UP (Uang Persediaan)

Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabatyang ditunjuk, menyatakan bahwa Uang Persediaan tersebuttidak untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang menurutketentuan harus dengan LS.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 388: Buku 1 keuangan

364

2. SPP-TUP (Tambahan Uang Persediaan)

a. Rincian rencana penggunaan dana Tambahan UangPersediaan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabatyang ditunjuk.

b. Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran ataupejabat yang ditunjuk bahwa :

1) Dana Tambahan UP tersebut akan digunakan untukkeperluan mendesak dan akan habis digunakan dalamwaktu satu bulan terhitung sejak tanggal diterbitkan SP2D;

2) Apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetorkan keRekening Kas Negara;

3) Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnyadibayarkan secara langsung.

c. Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir.

3. SPP-GUP (Penggantian Uang Persediaan)

a. Kuitansi/tanda bukti pembayaran; (format kuitansi UPsebagaimana lampiran 3).

b. SPTB (format sebagaimana lampiran 2).

c. Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah dilegalisir oleh KuasaPengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk.

4. SPP Untuk Pengadaan Tanah

Pembayaran pengadaan tanah untuk kepentingan umumdilaksanakan melalui mekanisme pembayaran langsung (LS).Apabila tidak mungkin dilaksanakan melalui mekanisme LS, dapatdilakukan melalui UP/TUP.

Pengaturan mekanisme pembayaran adalah sebagai berikut :

a. SPP-LS (Pembayaran Langsung)

1) Persetujuan Panitia Pengadaan Tanah untuk tanah yangluasnya lebih dari 1 (satu) hektar di kabupaten/kota;

2) foto copy bukti kepemilikan tanah;

3) kuitansi;

4) SPPT PBB tahun transaksi;

5) Surat persetujuan harga;

6) Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidakdalam sengketa dan tidak sedang dalam agunan;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 389: Buku 1 keuangan

365

7) Pelepasan/penyerahan hak atas tanah/akta jual belidihadapan PPAT;

8) SSP PPh final atas pelepasan hak;

9) Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan).

b. SPP-UP/TUP

1) Pengadaan tanah yang luasnya kurang dari 1 (satu)hektar dilengkapi persyaratan daftar nominatif pemiliktanah yang ditandatangani oleh Kuasa PA.

2) Pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu)hektar dilakukan dengan bantuan panitia pengadaantanah di kabupaten/kota setempat dan dilengkapidengan daftar nominatif pemilik tanah dan besaranharga tanah yang ditandatangani oleh Kuasa PA dandiketahui oleh Panitia Pengadaan Tanah (PPT).

3) Pengadaan tanah yang pembayarannya dilaksanakanmelalui UP/TUP harus terlebih dahulu mendapat ijindispensasi dari Kantor Pusat Ditjen PBN/Kanwil DitjenPBN sedangkan besaran uangnya harus mendapatdispensasi UP/TUP sesuai ketentuan yang berlaku.

5. SPP-LS untuk pembayaran gaji, lembur dan honor/vakasi

a. Pembayaran Gaji Induk/Gaji Susulan/Kekurangan Gaji/GajiTerusan/Uang Duka Wafat/Tewas, dilengkapi dengan DaftarGaji Induk/Gaji Susulan/Kekurangan Gaji/Uang Duka Wafat/Tewas, SK CPNS, SK PNS, SK Kenaikan Pangkat, SK Jabatan,Kenaikan Gaji Berkala, Surat Pernyataan Pelantikan, SuratPernyataan Masih Menduduki Jabatan, Surat PernyataanMelaksanakan Tugas, Daftar Keluarga (KP4), Fotokopi SuratNikah, Fotokopi Akte Kelahiran, SKPP, Daftar Potongan SewaRumah Dinas, Surat Keterangan Masih Sekolah/Kuliah, SuratPindah, Surat Kematian, SSP PPh Pasal 21. Kelengkapantersebut di atas digunakan sesuai peruntukannya.

b. Pembayaran Lembur dilengkapi dengan daftar pembayaranperhitungan lembur yang ditandatangani oleh Kuasa PA/Pejabat yang ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran satker/SKS yang bersangkutan, surat perintah kerja lembur, daftarhadir kerja, daftar hadir lembur dan SSP PPh Pasal 21.

c. Pembayaran Honor/Vakasi dilengkapi dengan suratkeputusan tentang pemberian honor vakasi, daftarpembayaran perhitungan honor/vakasi yang ditandatangani

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 390: Buku 1 keuangan

366

oleh Kuasa PA/Pejabat yang ditunjuk dan BendaharaPengeluaran yang bersangkutan, dan SSP PPh Pasal 21.

6. SPP-LS non belanja pegawai

a. Pembayaran pengadaan barang dan jasa :

1) Kontrak/SPK yang mencantumkan nomor rekeningrekanan;

2) Surat Pernyataan Kuasa PA mengenai penetapanrekanan;

3) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;

4) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan;

5) Berita Acara Pembayaran;

6) Kuitansi yang disetujui oleh Kuasa PA atau pejabat yangditunjuk; (format kuitansi LS sebagaimana lampiran 4);

7) Faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangani WajibPajak;

8) Jaminan Bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkanoleh bank atau lembaga keuangan non bank;

9) Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrakyang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber daripinjaman/hibah luar negeri;

10)Ringkasan Kontrak yang dibuat sesuai dengan formatlampiran 5 untuk Rupiah Murni dan lampiran 6 untukPHLN.

Berita Acara pada butir 3), 4) dan 5) di atas dibuatsekurang-kurangnya dalam rangkap lima dandisampaikan kepada:a) Asli dan satu tembusan untuk penerbit SPM;b) Masing-masing satu tembusan untuk para pihak yang

membuat kontrak;c) Satu tembusan untuk pejabat pelaksana

pemeriksaan pekerjaan.

b. Pembayaran Biaya Langganan Daya dan Jasa (Listrik,Telepon dan Air) :

1) Bukti tagihan daya dan jasa;

2) Nomor Rekening Pihak Ketiga (PT PLN, PT Telkom,PDAM dll);

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 391: Buku 1 keuangan

367

Dalam hal pembayaran Langganan Daya dan Jasabelum dapat dilakukan secara langsung, satuan kerja/SKS yang bersangkutan dapat melakukan pembayarandengan UP.

Tunggakan langganan daya dan jasa tahun anggaransebelumnya dapat dibayarkan oleh satker/SKS setelahmendapat dispensasi/persetujuan terlebih dahulu dari KanwilDitjen PEN sepanjang dananya tersedia dalam DIPAberkenaan.

c. Pembayaran Belanja Perjalanan Dinas harus dilengkapidengan daftar nominatif pejabat yang akan melakukanperjalanan dinas, yang berisi antara lain: informasi mengenaidata pejabat (Nama, Pangkat/golongan), tujuan, tanggalkeberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yangdiperlukan untuk masing-masing pejabat.

Daftar nominatif tersebut harus ditandatangani oleh pejabatyang berwenang memerintahkan perjalanan dinas, dandisahkan oleh pejabat yang berwenang di KPPN.

Pembayaran dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran satker/SKS yang bersangkutan kepada para pejabat yang akanmelakukan perjalanan dinas.

7. SPP untuk PNBP

a. UP/TUP untuk PNBP diajukan terpisah dari UP/TUP lainnya;

b. UP dapat diberikan kepada satker pengguna sebesar 20 %dari pagu dana PNBP pada DIPA maksimal sebesar Rp.500.000.000,-(lima ratus juta rupiah), dengan melampirkanDaftar Realisasi Pendapatan dan Penggunaan Dana DIPA(PNBP) tahun anggaran sebelumnya (lampiran 7). ApabilaUP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesarkebutuhan riil satu bulan dengan memperhatikan maksimumpencairan (MP). Kewenangan pemberian TUP mengacupada ketentuan pasal 7 ayat (7)

c. Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimalsesuai formula sebagai berikut :

MP = (PPP x JS) - JPS;

MP = maksimum pencairan dana; PPP = proporsi pagupengeluaran terhadap pendapatan;

JS = jumlah setoran;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 392: Buku 1 keuangan

368

JPS = jumlah pencairan dana sebelumnya sampai denganSPM terakhir yang diterbitkan.

d. Dalam pengajuan SPM-TUP/GUP/LS PNBP ke KPPN, satkerpengguna harus melampirkan Daftar Perhitungan JumlahMP (format sebagaimana lampiran 8).

e. Untuk satker pengguna yang setorannya dilakukan secaraterpusat, pencairan dana diatur secara khusus dengan suratedaran Dirjen PEN tanpa melampirkan SSBP.

f. Satker pengguna yang menyetorkan pada masing-masingunit (tidak terpusat), pencairan dana harus melampirkanbukti setoran (SSBP) yang telah dikonfirmasi oleh KPPN.

g. Besaran PPP untuk masing-masing satker pengguna diaturberdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan yangberlaku.

h. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidakboleh melampaui pagu PNBP satker yang bersangkutandalam DIPA.

i. Pertanggungjawaban penggunaan dana UP/TUP PNBP olehKuasa PA, dilakukan dengan mengajukan SPM ke KPPNsetempat cukup dengan melampirkan SPTB.

j. Khusus perguruan tinggi negeri selaku pengguna PNBP (nonBHMN), sisa dana PNBP yang disetorkan pada akhir tahunanggaran ke rekening kas negara dapat dicairkan kembalimaksimal sebesar jumlah yang sama pada awal tahunanggaran berikutnya mendahului diterimanya DIPA danmerupakan bagian dari target PNBP yang tercantum dalamDIPA tahun anggaran berikutnya.

k. Sisa dana PNBP dari satker pengguna di luar butir i, yangdisetorkan ke rekening kas negara pada akhir tahun anggaranmerupakan bagian realisasi penerimaan PNBP tahunanggaran berikutnya dan dapat dipergunakan untukmembiayai kegiatan-kegiatan setelah diterimanya DIPA.

l. Sisa UP/TUP dana PNBP sampai akhir tahun anggaran yangtidak disetorkan ke rekening kas negara, akan diperhitungkanpada saat pengajuan pencairan dana UP tahun anggaranberikutnya.

m. Untuk keseragaman dalam pembukuan sistem akuntansi,maka penyetoran PNBP agar menggunakan formulir SSBPsebagaimana lampiran 9.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 393: Buku 1 keuangan

369

Pasal 5

Setelah menerima SPP, pejabat penerbit SPM menerbitkan SPMdengan mekanisme sebagai berikut :

1. Penerimaan dan pengujian SPP

Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP,mengisi check list kelengkapan berkas SPP, mencatatnya dalambuku pengawasan penerimaan SPP dan membuat/menandatangani tanda terima SPP berkenaan. Selanjutnyapetugas penerima SPP menyampaikan SPP dimaksud kepadapejabat penerbit SPM.

2. Pejabat penerbit SPM melakukan pengujian atas SPP sebagaiberikut :

a. Memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuaidengan ketentuan yang berlaku.

b. Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untukmemperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui bataspagu anggaran.

c. Memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakanhasil kerja yang dicapai dengan indikator keluaran.

d. Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkutantara lain :

1) Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (namaorang/perusahaan, alamat, nomor rekening dan namabank);

2) Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan/ataukelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai sesuaispesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak);

3) Jadual waktu pembayaran.

e. Memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatansesuai dengan indikator keluaran yang tercantum dalam DIPAberkenaan dan/atau spesifikasi teknis yang sudah ditetapkandalam kontrak.

3. Setelah dilakukan pengujian terhadap SPP-UP/SPP-TUP/SPP-GUP/SPP-LS, Pejabat Penguji SPP dan Penandatangan SPMmenerbitkan SPM-UP/SPM-TUP/SPM-GUP/SPM-LS dalam rangkap3 (tiga) :

a. Lembar kesatu dan kedua disampaikan kepada KPPN.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 394: Buku 1 keuangan

370

b. Lembar ketiga sebagai pertinggal pada satker yangbersangkutan.

4. SPM Jasa Perbendaharaan/SPM PFK Bulog :

a. SPM Jasa Perbendaharaan adalah SPM-LS untukpembayaran jasa perbendaharaan kepada PT. Pos Indonesia(Persero).

b. SPM PFK Bulog adalah SPM pembayaran perhitunganpotongan dana Bulog yang telah dilakukan oleh KPPN.

c. SPM dimaksud pada huruf a dan b diterbitkan oleh SubbagianUmum KPPN setelah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaanoleh Seksi Bank/Giro Pos/Seksi Bendahara Umum terhadapkebenaran dan kelengkapan tagihan yang diajukan oleh PTPos Indonesia (Persero)/Bulog.

5. SPM pengembalian (SPM KP, SPM KPBB, SPM KBC, SPM IB,SPM BPHTB dan lain-lain) diatur tersendiri.

6. Pengembalian penerimaan negara bukan pajak yang terlanjurdisetor ke Rekening Kas Negara diatur sebagai berikut :

a. Bagi Kementerian Negara/Lembaga atau satker yangmempunyai DIPA, SPM Pengembalian diterbitkan oleh satkeryang bersangkutan.

b. Bagi instansi/badan/pihak ketiga yang tidak mempunyaiDIPA, SPM Pengembalian diterbitkan oleh KPPN c.q.Subbagian Umum sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Untuk pengembalian sebagaimana dimaksud pada huruf adan b SPM yang diterbitkan harus dilampiri surat keterangandari KPPN yang menyatakan bahwa penerimaan negarayang akan dikembalikan kepada yang berhak telah dibukukanoleh KPPN.

d. Khusus untuk pengembalian sebagaimana dimaksud padahuruf a SPM dimaksud harus dilampiri pula Surat KeteranganTanggung Jawab Mutlak (SKTJM) dari Kuasa PA.

7. Pengembalian pengeluaran anggaran yang telah disetor keRekening Kas Negara dilakukan dengan SPM Pengembalian yangditerbitkan oleh satker bersangkutan disertai surat keteranganpembukuan oleh KPPN dan dilampiri Surat Setoran PengembalianBelanja (SSPB) dengan formulir sebagaimana lampiran 10.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 395: Buku 1 keuangan

371

8. SPM yang telah diterbitkan SP2D-nya oleh KPPN dan telahdicairkan (telah dilakukan pendebetan rekening kas negara) tidakdapat dibatalkan.

a. Perbaikan hanya dapat dilakukan terhadap kesalahanadministrasi sebagai berikut :

(1) Kesalahan pembebanan pada MAK;

(2) Kesalahan pencantuman kode fungsi, sub fungsi, kegiatandan sub kegiatan;

(3) Uraian pengeluaran yang tidak berakibat jumlah uangpada SPM.

b. Perbaikan SPM sebagaimana dimaksud pada huruf adilakukan oleh Kuasa PA/penerbit SPM. Selanjutnya SPMperbaikan dimaksud dilampiri dengan SKTJM disampaikankepada Kepala KPPN.

BAB IV

UANG PERSEDIAAN DAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN

Pasal 6

(1) Kepada setiap satker dapat diberikan Uang Persediaan. Untukmengelola Uang Persediaan bagi satker di lingkunganKementerian Negara/Lembaga, sebelum diberlakukannyaketentuan dan/atau dilakukannya pengangkatan pejabatfungsional Bendahara, menteri/pimpinan lembaga atau pejabatyang diberi kewenangan dapat mengangkat seorang BendaharaPengeluaran pada Kementerian Negara/Lembaga atau satkeryang dipimpinnya.

(2) Untuk membantu pengelolaan Uang Persediaan pada kantor/satker di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga, kepalasatker dapat menunjuk Pemegang Uang Muka. Dalampelaksanaan tugasnya Pemegang Uang Muka bertanggungjawab kepada Bendahara Pengeluaran.

(3) Bendahara pengeluaran dapat membagi uang persediaankepada beberapa PUM. Apabila diantara PUM telahmerealisasikan penggunaan UP-nya sekurang-kurangnya 75%, Kuasa PA/pejabat yang ditunjuk dapat mengajukan SPMGUP bagi PUM berkenaan tanpa menunggu realisasi PUM lainyang belum mencapai 75 %.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 396: Buku 1 keuangan

372

Pasal 7

(1) PA/Kuasa PA menerbitkan SPM-UP berdasarkan DIPA ataspermintaan Bendahara Pengeluaran yang dibebankan padaMAK transito.

(2) Berdasarkan SPM-UP dimaksud pada ayat (1), KPPNmenerbitkan SP2D untuk rekening Bendahara Pengeluaran yangditunjuk dalam SPM-UP.

(3) Penggunaan UP menjadi tanggung jawab BendaharaPengeluaran.

(4) Bendahara Pengeluaran melakukan pengisian kembali UPsetelah UP dimaksud digunakan (revolving) sepanjang masihtersedia dana dalam DIPA.

(5) Bagi bendahara yang dibantu oleh beberapa PUM, dalampengajuan SPM-UP diwajibkan melampirkan daftar rincian yangmenyatakan jumlah uang yang dikelola oleh masing-masingPUM.

(6) Sisa UP yang masih ada pada bendahara pada akhir tahunanggaran harus disetor kembali ke Rekening Kas Negaraselambat-lambatnya tanggal 31 Desember tahun anggaranberkenaan. Setoran sisa UP dimaksud, oleh KPPN dibukukansebagai pengembalian UP sesuai MAK yang ditetapkan.

(7) UP dapat diberikan dalam batas-batas sebagai berikut :

a. UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran BelanjaBarang pada klasifikasi belanja 5211, 5212, 5221, 5231,5241, dan 5811.

b. Diluar ketentuan pada butir a, dapat diberikan pengecualianuntuk DIPA Pusat oleh Direktur Jenderal Perbendaharaandan untuk DIPA Pusat yang kegiatannya beRIokasi didaerah serta DIPA yang ditetapkan oleh Kepala KanwilDitjen Perbendaharaan oleh Kepala Kanwil DitjenPerbendaharaan setempat.

c. UP dapat diberikan setinggi-tingginya :

1) 1/12 (satu per dua belas) dari pagu DIPA menurutklasifikasi belanja yang diijinkan untuk diberikan UP,maksimal Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untukpagu sampai dengan Rp. 900.000.000 (sembilan ratusjuta rupiah);

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 397: Buku 1 keuangan

373

2) 1/18 (satu per delapan belas) dari pagu DIPA menurutklasifikasi belanja yang diijinkan untuk diberikan UP,maksimal Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) untukpagu diatas Rp. 900.000.000 (sembilan ratus jutarupiah) sampai dengan Rp. 2.400.000.000 (dua miliarempat ratus juta rupiah);

3) 1/24 (satu per dua puluh empat) dari pagu DIPAmenurut klasifikasi belanja yang diijinkan untuk diberikanUP, maksimal Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah)untuk pagu diatas Rp. 2.400.000.000 (dua miliar empatratus juta rupiah);

d. Perubahan besaran UP di luar ketentuan pada butir cditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.

e. Pengisian kembali UP sebagaimana dimaksud pada butir cdapat diberikan apabila dana UP telah dipergunakansekurang-kurangnya 75 % dari dana UP yang diterima.

f. Dalam hal penggunaan UP belum mencapai 75 %,sedangkan satker/SKS yang bersangkutan memerlukanpendanaan melebihi sisa dana yang tersedia, satker/SKSdimaksud dapat mengajukan TUP.

g. Pemberian TUP diatur sebagai berikut :

1) Kepala KPPN dapat memberikan TUP sampai denganjumlah Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) untukklasifikasi belanja yang diperbolehkan diberi UP bagiinstansi dalam wilayah pembayaran KPPNbersangkutan.

2) Permintaan TUP di atas Rp.200.000.000,- (duaratusjuta rupiah) untuk klasifikasi belanja yang diperbolehkandiberi UP harus mendapat dispensasi dari Kepala KanwilDitjen Perbendaharaan.

(8) Syarat untuk mengajukan Tambahan UP:a. Untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak/tidak

dapat ditunda;b. Digunakan paling lama satu bulan sejak tanggal SP2D

diterbitkan;c. Apabila tidak habis digunakan dalam satu bulan sisa dana

yang ada pada bendahara, harus disetor ke Rekening KasNegara;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 398: Buku 1 keuangan

374

d. Apabila ketentuan pada butir c tidak dipenuhi kepada satkeryang bersangkutan tidak dapat lagi diberikan TUP sepanjangsisa tahun anggaran berkenaan;

e. Pengecualian terhadap butir d diputuskan oleh Kepala KanwilDitjen Perbendaharaan atas usul Kepala KPPN.

(9) Dalam mengajukan permintaan TUP bendahara wajibmenyampaikan:a. Rincian Rencana Penggunaan Dana untuk kebutuhan

mendesak dan riil serta rincian sisa dana MAK yangdimintakan TUP.

b. Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir.c. Surat Pernyataan bahwa kegiatan yang dibiayai tersebut

tidak dapat dilaksanakan/dibayar melalui penerbitanSPM-LS.

(10) SPM UP/Tambahan UP diterbitkan dengan menggunakan kodekegiatan untuk rupiah murni 0000.0000.825111, pinjaman luarnegeri 9999.9999.825112, dan PNBP 0000.0000.825113.

(11) Penggantian UP, diajukan ke KPPN dengan SPM-GUP, dilampiriSPTB, dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) yang dilegalisiroleh Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk,untuk transaksi yang menurut ketentuan harus dipungut PPNdan PPh.

(12) Pembayaran yang dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluarankepada satu rekanan tidak boleh melebihi Rp. 10.000.000(sepuluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaran honor.

BAB VPROSEDUR PENERBITAN SURAT PERINTAH

PENCAIRAN DANA

Pasal 8Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan sebagai berikut :

1. Pengguna Anggaran/Kuasa PA atau pejabat yang ditunjukmenyampaikan SPM beserta dokumen pendukung dilengkapidengan Arsip Data Komputer (ADK) berupa soft copy (disket)melalui loket Penerimaan SPM pada KPPN atau melalui KantorPos, kecuali bagi satker yang masih menerbitkan SPM secaramanual tidak perlu ADK.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 399: Buku 1 keuangan

375

2. SPM Gaji Induk harus sudah diterima KPPN paling lambat tanggal15 sebelum bulan pembayaran.

3. Petugas KPPN pada loket penerimaan SPM memeriksakelengkapan SPM, mengisi check list kelengkapan berkas SPM(format sebagaimana lampiran 11), mencatat dalam DaftarPengawasan Penyelesaian SPM (format sebagaimana lampiran12) dan meneruskan check list serta kelengkapan SPM ke SeksiPerbendaharaan untuk diproses lebih lanjut.

Pasal 9Penerbitan SP2D oleh KPPN diatur sebagai berikut :

1. SPM yang diajukan ke KPPN digunakan sebagai dasar penerbitanSP2D

2. SPM dimaksud dilampiri bukti pengeluaran sebagai berikut :

a. untuk keperluan pembayaran langsung (LS) belanja pegawai :

1) Daftar Gaji/Gaji Susulan/Kekurangan Gaji/Lembur/Honordan Vakasi yang ditanda tangani oleh Kuasa PA ataupejabat yang ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran;

2) Surat-surat Keputusan Kepegawaian dalam hal terjadiperubahan pada daftar gaji;

3) Surat Keputusan Pemberian honor/vakasi dan SPKlembur;

4) Surat Setoran Pajak (SSP).

b. untuk keperluan pembayaran langsung (LS) non belanjapegawai:

1) Resume Kontrak/SPK atau Daftar Nominatif PerjalananDinas;

2) SPTB;

3) Faktur Pajak dan SSP (surat setoran pajak);

c. untuk keperluan pembayaran TUP :

1) Rincian rencana penggunaan dana;

2) Surat dispensasi Kepala Kantor Wilayah Ditjen.Perbendaharaan untuk TUP diatas RP 200.000.000 (duaratus juta rupiah);

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 400: Buku 1 keuangan

376

3) Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran ataupejabat yang ditunjuk yang menyatakan bahwa :

a) Dana Tambahan UP tersebut akan digunakan untukkeperluan mendesak dan akan habis digunakandalam waktu satu bulan terhitung sejak tanggalditerbitkan SP2D;

b) Apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetorkan keRekening Kas Negara;

c) Tidak untuk membiayai pengeluaran yangseharusnya dibayarkan secara langsung.

d. untuk keperluan pembayaran GUP :

1) SPTB;

2) Faktur Pajak dan SSP (surat setoran pajak);

Pasal 10Bukti asli lampiran SPP merupakan arsip yang disimpan oleh PA/KPA.

Pasal 11(1) Pengujian SPM dilaksanakan oleh KPPN mencakup pengujian

yang bersifat substansif dan formal.

(2) Pengujian substantif dilakukan untuk :

a. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantumdalam SPM;

b. menguji ketersediaan dana pada kegiatan/sub kegiatan/MAKdalam DIPA yang ditunjuk dalam SPM tersebut;

c. menguji dokumen sebagai dasar penagihan (RingkasanKontrak/SPK, Surat Keputusan, Daftar Nominatif PerjalananDinas);

d. menguji surat pernyataan tanggung jawab (SPTB) darikepala kantor/satker atau pejabat lain yang ditunjukmengenai tanggung jawab terhadap kebenaran pelaksanaanpembayaran;

e. menguji faktur pajak beserta SSP-nya;

(3) Pengujian formal dilakukan untuk :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 401: Buku 1 keuangan

377

a. mencocokkan tanda tangan pejabat penandatangan SPMdengan spesimen tandatangan;

b. memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah uang dalamangka dan huruf;

c. memeriksa kebenaran dalam penulisan, termasuk tidakboleh terdapat cacat dalam penulisan.

Pasal 12(1) Keputusan hasil pengujian ditindak lanjuti dengan :

a. Penerbitan SP2D bilamana SPM yang diajukan memenuhisyarat yang ditentukan;

b. Pengembaliaan SPM kepada penerbit SPM, apabila tidakmemenuhi syarat untuk diterbitkan SP2D.

(2) Pengembalian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butirb diatur sebagai berikut :

a. SPM Belanja Pegawai Non Gaji Induk dikembalikan palinglambat tiga hari kerja setelah SPM diterima;

b. SPM UP/TUP/GUP dan LS dikembalikan paling lambat satuhari kerja setelah SPM diterima.

Pasal 13

(1) Pengesahan Surat Perintah Membayar Penggantian UP (SPM-GUP) Nihil atas TUP dilaksanakan KPPN dengan membubuhkanCap pada SPM GU Nihil “telah dibukukan pada tanggal .......oleh KPPN dan ditandatangani oleh Kepala SeksiPerbendaharaan.

(2) Penerbitan SP2D wajib diselesaikan oleh KPPN dalam bataswaktu sebagai berikut :

a. SP2D Gaji Induk diterbitkan paling lambat lima hari kerjasebelum awal bulan pembayaran gaji.

b. SP2D Non Gaji Induk diterbitkan paling lambat lima harikerja setelah diterima SPM secara lengkap.

c. SP2D UP/TUP/GUP dan LS paling lambat satu hari kerjasetelah diterima SPM secara lengkap.

(3) Penerbitan SP2D oleh KPPN dilakukan dengan cara :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 402: Buku 1 keuangan

378

a. SP2D ditandatangani oleh Seksi Perbendaharaan dan SeksiBank/Giro Pos atau Seksi Bendum.

b. SP2D diterbitkan dalam rangkap 3 (tiga) dan dibubuhi stempeltimbul Seksi Bank/Giro Pos atau Seksi Bendum yangdisampaikan kepada :

1) Lembar 1 : Kepada Bank Operasional.

2) Lembar 2 : Kepada penerbit SPM dengan dilampiri SPMyang telah dibubuhi Cap “ Telah diterbitkan SP2D tanggal.... Nomor...).

3) Lembar 3 : Sebagai pertinggal di KPPN (Seksi Verifikasidan Akuntansi), dilengkapi lembar ke-1 SPM dandokumen pendukungnya.

Pasal 14Daftar Penguji (format sebagaimana lampiran 13) dibuat dalamrangkap 3 (tiga) sebagai pengantar SP2D dengan ketentuan :

a. Ditandatangani oleh Kepala Seksi Bank/Giro Pos atau SeksiBendum dan diketahui oleh Kepala KPPN serta dibubuhi stempeltimbul kepala KPPN.

b. Lembar kesatu dan lembar kedua dilampiri asli SP2D dikirimkanmelalui petugas kurir KPPN ke BI/Bank Operasional/Sentral Giro.

c. Daftar penguji lembar kedua setelah ditandatangani oleh Bl/Bank Operasional/Sentral Giro dikembalikan kepada KPPN melaluipetugas kurir yang sama.

d. Daftar penguji lembar ketiga sebagai pertinggal di KPPN.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 403: Buku 1 keuangan

379

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAANNOMOR PER – 09/PB/2006

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERALPERBENDAHARAAN NOMOR PER-02/PB/2006 TENTANGPENETAPAN SANKSI OLEH KPPN ATAS KETERLAMBATANPENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN

KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Direktur JenderalPerbendaharaan Nomor PER-02/PB/2006 tentangPenetapan Sanksi oleh KPPN Atas KeterlambatanPenyampaian Laporan Keuangan sesuai denganPeraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan PelaporanKeuangan Pemerintah Pusat perlu dilakukanperubahan/perbaikan sebagaimana mestinya;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, perlu menetapkanPeraturan Direktur Jenderal Perbendaharaantentang Perubahan Atas Peraturan DirekturJenderal Perbendaharaan Nomor PER-02/PB/2006 tentang Penetapan Sanksi oleh KPPN AtasKeterlambatan Penyampaian Laporan Keuangansesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 404: Buku 1 keuangan

380

Nomor 59/PMK.06/2005 tentang SistemAkuntansi dan Pelaporan Keuangan PemerintahPusat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung JawabKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 66, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4400);

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2005 tentangAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara TahunAnggaran 2006 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 133, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4571);

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan PelaporanKeuangan Pemerintah Pusat;

6. Peraturan Direktur Jenderal PerbendaharaanNomor Per-21/PB/2005 tentang PelaksanaanPenyusunan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2005;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDA-HARAAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 405: Buku 1 keuangan

381

DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMORPER-02/PB/2006 TENTANG PENETAPAN SANKSIOLEH KPPN ATAS KETERLAMBATAN PENYAMPAIANLAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PERATURANMENTERI KEUANGAN NOMOR 59/PMK.06/2005TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORANKEUANGAN PEMERINTAH PUSAT.

Pasal I

Ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan NomorPer-02/PB/2006 tentang Penetapan Sanksi oleh KPPN AtasKeterlambatan Penyampaian Laporan Keuangan sesuai denganPeraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 TentangSistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, diubahsebagai berikut :

Mengubah ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1), sehingga keseluruhanpasal 3 berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 3

(1) Dalam hal Kuasa Pengguna Anggaran belum menyampaikanlaporan keuangan sebagaimana disebut dalam Pasal 1 ayat (1),KPPN c.q. Seksi Verifikasi dan Akuntansi menyusun konsep SuratPeringatan Penyampaian Laporan Keuangan (SP2LK) sesuaidengan format terlampir dalam Lampiran I Peraturan ini untukditetapkan oleh Kepala KPPN dan dikirimkan kepada yangbersangkutan.

(2) Jika sampai dengan 5 (lima) hari kerja sejak terbitnya SuratPeringatan, Kuasa Pengguna Anggaran tidak menyampaikanlaporan keuangan bulanan, KPPN memberikan sanksi berupapenundaan penerbitan SP2D atas SPM yang diajukan oleh satuankerja.

(3) Dalam hal pengenaan sanski, Seksi Verifikasi dan Akuntansimenyusun konsep Surat Pemberitahuan Pengenaan Sanksi (SP2S)untuk ditetapkan oleh Kepala KPPN dan dikirimkan kepada satuankerja yang belum menyampaikan laporan keuangan sesuai denganformat terlampir dalam Lampiran II Peraturan ini.”

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 406: Buku 1 keuangan

382

Pasal II

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini berlaku sejak tanggalditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumumanPeraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini denganpenempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 24 Maret 2006

Direktur Jenderal

ttd

Mulia P. NasutionNIP. 0600046519

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 407: Buku 1 keuangan

383

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.154/KU/IX/2001/02

TENTANG

PANDUAN PENGAJUAN USULAN DAFTAR ISIANKEGIATAN SUPLEMEN PERWAKILAN REPUBLIK

INDONESIA Dl LUAR NEGERI SERTA PEMBUKUAN DANPERTANGGUNGJAWABAN KEUANGANNYA

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangantentang pengelolaan Daftar Isian KegiatanSuplemen (DIK-S), serta beberapa petunjukpelaksanaannya, dinilai secara teknisadministratif ruang lingkup dan fokuspengaturannya lebih mengutamakan untukpelaksanaan di Kantor Pusat Departemen LuarNegeri dan bukan untuk dilaksanakan diPerwakilan-perwakilan Republik Indonesia di luarnegeri;

b. bahwa agar peraturan-peraturan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dapat diimplementasi-kan pada Perwakilan Republik Indonesia di luarnegeri, maka diperlukan suatu panduan yangakan memberikan arah dan penyesuaiansecara teknis administratif bagi peraturan-peraturan tersebut untuk dapat dilaksanakanoleh Perwakilan-perwakilan Republik Indonesiadi luar negeri;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 408: Buku 1 keuangan

384 ADMINISTRASI KEUANGAN

c. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b,perlu menetapkan Keputusan Menteri LuarNegeri tentang Panduan Pengajuan UsulanDIK-S Perwakilan Republik Indonesia di LuarNegeri serta Pembukuan dan Pertanggung-jawaban Keuangannya:

Mengingat : 1. Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia(Indische Comptabiliteitswet, Staatsblad1925), sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Undang-Undang Nomor 9Tahun 1968 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1968 Nomor 53, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor2860);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3687); PeraturanPemerintah Republik Indonesia Nomor 22Tahun 1997 tentang Jenis dan PenyetoranPenerimaan Negara Bukan Pajak;

3. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 73 Tahun 1999 tentang Tata CaraPenggunaan Penerimaan Negara BukanPajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu;

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara;

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor18 Tahun 2000 tentang Pedoman PelaksanaanPengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah;

6. Keputusan Menteri Keuangan RepublikIndonesia Nomor 1 14.a/KMI.03/1997 tanggal21 Maret 1997 tentang Penata Usahaan danPertanggungjawaban Penerimaan NegaraBukan Pajak pada Instansi Pengguna;

Page 409: Buku 1 keuangan

385

7. Keputusan Menteri Keuangan RepublikIndonesia Nomor 158/1 (MI.03/1999 tanggal5 Mei 1999 tentang Pembebanan Daftar IsianKegiatan Suplemen Mulai Tahun Anggaran1999/2000 dibebankan pada Bagian AnggaranDepartemen/Lembaga Non Departemenbersangkutan;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANGPANDUAN PENGAJUAN USULAN DAFTAR ISIANKEGIATAN SUPLEMEN PERWAKILAN REPUBLIKINDONESIA DI LUAR NEGERI SERTAPEMBUKUAN DAN PERTANGGUNG JAWABANKEUANGANNYA.

KESATU : Panduan untuk mengajukan usulan DIK-S bagiPerwakilan Republik Indonesia di luar negeri, sertapembukuan dan pertanggungjawabankeuangannya, adalah seperti tercantum dalamLampiran Surat Keputusan ini.

KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudianhari terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusanini akan diadakan perbaikan sebagaimanamestinya.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 14 September 2001

A.N. MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIS JENDERAL,

ttd

ARIZAL EFENDI

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 410: Buku 1 keuangan

386

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRANKEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERINOMOR : SK.154/KU/IX/2001/02TANGGAL : 14 September 2001

PANDUAN PENGAJUAN USULAN DAFTAR ISIANKEGIATAN SUPLEMEN PERWAKILAN REPUBLIK

INDONESIA DI LUAR NEGERI SERTA PEMBUKUAN DANPERTANGGUNGJAWABAN KEUANGANNYA

LATAR BELAKANG1. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya pada

setiap Tahun Anggaran, Perwakilan-perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri (selanjutnya disebut Perwakilan RI)membutuhkan anggaran untuk membiayai semuakegiatannya. Anggaran dimaksud, adalah alokasi sejumlahdana untuk Perwakilan RI yang tersedia dalam Daftar IsianKegiatan (DIK) dan Daftar Isian Proyek (DIP), maupundokumen-dokumen lainnya yang disetarakan dengan DIKatau DIP yang disetujui oleh Menteri Keuangan. BeberapaMata Anggaran tersebut sering mengalami kekurangan dantidak memadai untuk mendukung pembiayaan pelaksanaankegiatan rutin operasional lainnya, karena belum sepenuhnyadisediakan dana dalam Mata Anggaran yang ada padaPerwakilan RI yang bersangkutan.

2. Salah satu upaya untuk mencukupi kekurangan anggaranyang dialami Perwakilan RI adalah dengan mengajukan DaftarIsian Kegiatan Suplemen (DIKS), yang sumber dananyasebagian atau seluruhnya berasal dari Penerimaan NegaraBukan Pajak (PNBP) selanjutnya persetujuan atas pengajuanusulan DIK-S, akan memberikan kewajiban administratif bagiPerwakilan RI untuk membukukan dan mempertanggungjawabkan penggunaan dana untuk kegiatan-kegiatan yangdisetujui pembiayaannya oleh DIK-S.

3. Pengaturan dalam Surat Keputusan ini dimaksudkan sebagaisuatu panduan untuk memberikan petunjuk teknis mengenai

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 411: Buku 1 keuangan

387

pengelolaan DIK-S di lingkungan Perwakilan RI. Ruang lingkuppengaturannya meliputi tata cara pengajuan usulan,pembukuan dan pertanggungjawaban penggunaan danaDIK-S oleh Perwakilan RI, yang pola maupun mekanismenyamengikuti pedoman pengelolaan DIK-S oleh Departemen atauLembaga Non Departemen Pemerintah, denganmemperhatikan ketentuan-ketentuan tentang hubunganadministratif antara Departemen Luar Negeri (selanjutnyadisebut Pusat) dengan Perwakilan RI, khususnya di bidangpengaturan keuangan untuk Perwakilan RI.

SUMBER DANA DIK-S

1. Pada dasarnya penerapan sistem DIK-S antara laindimaksudkan untuk meningkatkan peran dan fungsi salahsatu penerimaan negara yang bersumber dari PNBP. Untukitu Pemerintah telah menetapkan beberapa peraturanperundang-undangan beserta petunjuk teknis pelaksanaannyayang mengatur tentang tata cara pengelolaan PNBP yangdilaksanakan sesuai dengan mekanisme APBN denganmenerapkan sistem DIK-S (Surat Edaran Direktur JenderalAnggaran, Departemen Keuangan Nomor SE-76/A/46/0697tanggal 3 Juni 1997).

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP, menggolongkan2 jenis PNBP yaitu PNBP Non Fungsional dan PNBP Fungsional.PNBP Non Fungsional adalah semua penerimaan yangdiperoleh Departemen atau Lembaga Non DepartemenPemerintah yang pemanfaatannya tidak dapat langsungdigunakan oleh instansi pemerintah yang terkait dengan PNBPNon Fungsional tersebut. Sedang PNBP Fungsional adalahsemua penerimaan yang diperoleh oleh Departemen atauLembaga Non Departemen Pemerintah yang terkait langsungdengan pelaksanaan tugas pokoknya. PNBP Fungsional inidapat dipergunakan oleh Departemen atau Lembaga NonDepartemen Pemerintah yang menghasilkan penerimaannegara tersebut, tetapi harus dengan persetujuan MenteriKeuangan.

a. Sumber-sumber PNBP Non Fungsional berasal dari :

- Persekot resmi;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 412: Buku 1 keuangan

388

- Penjualan barang-barang milik/kekayaan negara yangdihapuskan;

- Bunga Deposito;

- Sisa Anggaran Rutin (SIAR);

- Sisa Anggaran Pembangunan (SIAP).

b. Sumber-sumber PNBP Fungsional berasal dari :

- Bea Paspor, Visa dan SPLP;

- Bea Konsuler;

- Bea Maritim;

- Bea Legalisasi dan Pembuatan Surat Keterangan;

- Bea Legalisasi Surat Perdagangan.

SUMBER DANA DIK-S PERWAKILAN RI1. Berdasarkan pengertian PNBP Fungsional dari Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 dandiperjelas lagi dalam Surat Direktur Jenderal Anggaran,Departemen Keuangan Nomor S-1 08/A/46210198 tanggal 9Januari 1998, maka dapat diidentifikasi jenis PNBP Fungsionalyang dihasikan oleh Perwakilan RI terdiri dari :

a. Bea Paspor, Visa dan SPLP;

b. Bea Konsuler;

c. Bea Maritim;

d. Bea Legalisasi dan Pembuatan Surat Keterangan;

e. Bea Legalisasi Surat Perdagangan.

2. Beberapa jenis PNBP Fungsional yang dihasilkan PerwakilanRI tersebut, termasuk di dalamnya adalah penghasilan yangdiperoleh dari unit Atase Teknis di Perwakilan RI. Hal itudidasarkan pertimbangan bahwa Atase Teknis di PerwakilanRI merupakan unit kerja yang berada dalam satu kesatuanwadah Perwakilan RI.

3. Seluruh penerimaan PNBP Fungsional yang dihasilkan PerwakilanRI tersebut harus dibukukan pada Buku Kas Umum PerwakilanRI, kemudian dapat menjadi salah satu sumber anggaranbagi Perwakilan RI melalui mekanisme DIK-S. Anggarantersebut dimaksudkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan rutin

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 413: Buku 1 keuangan

389

operasional yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan tugasdan fungsi pokok Perwakilan RI, yang kebutuhan biayanyabelum sepenuhnya disediakan dalam DIK dan DIP, maupundokumen-dokumen lainnya yang disetarakan dengan DIK atauDIP yang disetujui oleh Menteri Keuangan. Antara lainpengadaan kendaraan dinas Kepala Perwakilan danoperasional, pengadaan barang-barang inventaris danperbaikan gedung kantor serta wisma.

TATA CARA PENGAJUAN USULAN DIK-S1. Perwakilan RI mengajukan usulan Daftar Isian Kegiatan

Suplemen (DIK-S) kepada Sekretaris Jenderal, DepartemenLuar Negeri untuk perhatian Kepala Biro Keuangan.Pengajuan usulan DIK-S tersebut bersamaan denganpengajuan DDK Rutin Perwakilan RI.

2. Biro keuangan akan mengelola dan membahas seluruh usulanDIK-S Perwakilan RI untuk selanjutnya bersama denganusulan DIK-S dan DDK Rutin Departemen Luar Negeri,diajukan dalam satu kesatuan usulan atas nama DepartemenLuar Negeri kepada Menteri Keuangan untuk perhatianDirektur Jenderal Anggaran dan Direktur Jenderal LembagaKeuangan, Departemen Keuangan.

3. Usulan DUK-S Departemen Luar Negeri, kemudian dibahasoleh Direktorat Jenderal Anggaran, Departemen Keuanganbersama Departemen Luar Negeri Cq. Biro Keuangan. Hasilpembahasan tersebut selanjutnya dituangkan dalam KonsepDIK-S dan disampaikan kepada Menteri Keuangan Cq.Direktorat Jenderal Anggaran, Departemen Keuangan untukmendapatkan pengesahan.

4. DIK-S yang telah disahkan berlaku sebagai Surat KeputusanOtorisasi yang merupakan dasar pembayaran untuk, 1 (satu)Tahun Anggaran, terhitung mulai 1 Januari sampai dengan31 Desember Tahun Anggaran berikutnya.

5. Besarnya DIK-S yang diajukan Departemen Luar Negeri akanmengacu pada besarnya PNBP Fungsional yang diperoleholeh Departemen Luar Negeri. Dengan demikian tidak seluruhPerwakilan RI akan mendapatkan DIK-S, karena harusdisesuaikan dengan perkiraan penerimaan PNBP Fungsionalserta perkiraan rencana pengeluaran atau penggunaannyaoleh Departemen Luar Negeri.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 414: Buku 1 keuangan

390

6. Perwakilan RI yang memperoieh DIK-S, hanya PerwakilanRI yang pernah mengajukan usulan DUK-S kepada SekretarisJenderal, Departemen Luar Negeri untuk perhatian KepalaBiro Keuangan dan perolehannya ditentukan berdasarkanskala prioritas.

7. Usulan DUK-S yang diajukan Perwakilan RI harus dilengkapidengan data-data pendukung yang lengkap, yaitu :

a. Sasaran yang ingin dicapai;

b. Alasan pengajuan;

c. Data-data dan kondisi yang ada;

d. Rencana kerja dan pembiayaannya;

e. Daftar harga barang resmi, apabila berkaitan denganpengadaan peralatan kantor dan sarana mobilitas sertapenawaran Pihak Ketiga, apabila rencana kegiatanberkaitan dengan pembangunan, perluasan, perbaikangedung kantor dan wisma. Penawaran Pihak Ketigasedikitnya berasal dari 3 (tiga) perusahaan berbeda yangdapat dipertanggungjawabkan keberadaan sertabonafiditasnya.

8. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RepublikIndonesia Nomor 158/KMK.03/1999 tanggal 5 Mei 1999,ditetapkan pengeluaran DIK-S yang selama ini dibebankanpada Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BagianAnggaran 16 Departemen Keuangan), mulai Tahun Anggaran1999/2000 dibebankan kepada Bagian AnggaranDepartemen/Lembaga Non Departemen bersangkutan.

TATA CARA PEMBUKUAN TRANSAKSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN DIK-S

1. Seluruh transaksi DIK-S dibukukan dalam Buku Kas Umumdan tidak diperkenankan menyimpang dari peruntukan sertapagu DIK-S. Bagi Perwakilan Republik Indonesia yangmenerima remise DIK-S, remise tersebut harus dibukukandalam satu penerimaan yaitu penerimaan remise DIK-S exPNBP sesuai dengan besarnya jumlah anggaran yang diterimadan kurs pengiriman. Hal ini dapat diketahui melaluipemberitahuan kawat yang dikirim dari Pusat dan apabilaada keraguan disarankan untuk menanyakan langsung keBiro Keuangan untuk memperoleh penjelasan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 415: Buku 1 keuangan

391

2. Seluruh pembayaran terhadap kegiatan-kegiatan yangditampung oleh DIK-S harus dilakukan sesuai peruntukanserta pagu yang ditentukan dalam DIK-S Perwakilan RI yangbersangkutan.

3. Tata cara pertanggungjawaban DIK-S mengacu kepada tatacara penanggungjawaban SPJK-UYHD dengan menggunakanLembar A (Surat Permintaan Pembayaran) dan Lembar B(Daftar Rincian Permintaan Pembayaran). Begitu juga denganpenomoran Mata Anggaran Kegiatan (MAK) yang digunakan,namun setelah penomoran MAK kemudian diikuti tulisan DIK-S, contoh : MAK 5310 DIKS.

4. Pada Lembar A dan B kolom Departemen, ditulis huruf “DIK-S ex PNBP” (Departemen : DIK-S ex PNBP). Hal ini diperlukanuntuk menandakan bahwa anggaran telah digunakanbersumber dari DIK-S yang berasal dari PNBP. Sedang padakolom alamat tujuan pengiriman Lembar A dan B ditulisalamat tujuan

Kepada Yth.Bendaharawan DIK-S/Kepala Bagian Pelaksanaan Anggaran,Biro Keuangan,Departemen Luar NegeriDiJakarta, Indonesia

SPJK DIK-S dikirim kepada

a. Bendaharawan DIK-S/Kepala Bagian PelaksanaanAnggaran di Biro Keuangan, berupa 1 (satu) berkas aslidan 2 (dua) berkas copy lengkap dengan semua bukti-bukti kwitansi;

b. Kepala Biro Keuangan untuk perhatian Kepala BagianVerifikasi, berupa 1 (satu) berkas copy lengkap dengansemua bukti kwitansi;

5. Pengeluaran dana DIK yang berasal dari PNBP tidak bolehmenyimpang dari ketentuan sebagaimana tertuang di dalamKeputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun2000 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara, serta Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan PengadaanBarang/Jasa Instansi Pemerintah.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 416: Buku 1 keuangan

392

6. Pengisian kode MAP, MAK, Kode Kegiatan dan lain-lain yangberkaitan harus sesuai dengan yang tercantum di dalamDIK-S. Sisa di akhir Tahun Anggaran tidak dapat digunakanpada Tahun Anggaran berikutnya melainkan harus disetorkepada Bendaharawan DIK-S/Kepala Bagian PelaksanaanAnggaran. Apabila terdapat usul perubahan/pergeseranbiaya, usul ini dapat diajukan ke Sekretaris Jenderal,Departemen Luar Negeri untuk perhatian Kepala BiroKeuangan selambat-lambatnya tanggal 1 Oktober setiapTahun Anggaran.

TATA CARA REVISI DIK-S YANG BERASAL DARI PNBP

1. Bila suatu Mata Anggaran dalam DIK-S mengalamikekurangan dana sedang pada Mata Anggaran lainnyaterdapat kelebihan dana, maka dana pada Mata Anggaranyang kelebihan tersebut dapat dipindahkan ke MataAnggaran yang kekurangan dana. Cara ini disebut revisiatau pergeseran.

2. Tata cara pelaksanaan revisi atau pergeseran biaya DIK-Syang berasal dari PNBP diatur dalam Surat Edaran DirekturJenderal Anggaran, Departemen Keuangan Nomor SE-82/A/461/0598 tanggal 12 Mei 1998. Penerapan ketentuan-ketentuan dari Surat Edaran dimaksud di lingkungan PerwakilanRI dilaksanakan sebagai berikut :

a. Revisi/pergeseran biaya antar MAK dalam satu jenisbelanja diputuskan oleh Sekretaris Jenderal, Departemenatau Lembaga Non Departemen Pemerintah yangbersangkutan. Oleh karena itu bila Perwakilan RI inginmelakukan revisi MAK dimaksud, maka Perwakilan RIharus mengajukan usulan revisi kepada SekretarisJenderal, Departemen Luar Negeri.

b. Revisi/pergeseran biaya MAK dalam satu jenis belanja,perubahan pada catatan rincian penggunaan dana padahalaman catatan DIK-S dan perubahan karena kesalahanteknis administratif baik mengenai angka maupun hurufdiputuskan oleh Kepala Kantor Wilayah DirektoratJenderal Anggaran, Departemen Keuangan setempat.Untuk Perwakilan RI, usulan mengenai revisi dan atauperubahan dimaksud diajukan ke Sekretaris Jenderal,

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 417: Buku 1 keuangan

393

Departemen Luar Negeri kemudian akan diteruskan keDepartemen Keuangan.

c. Revisi DIK-S Perwakilan RI yang menyangkut perubahancatatan rincian penggunaan pada halaman dua DIK-Sberupa penambahan kegiatan bersifat investasi danpenambahan pagu, diajukan kepada Menteri Keuangancq. Direktur Jenderal Anggaran, Departemen Keuanganmelalui Sekretaris Jenderal, Departemen Luar Negeri.

d. Yang dimaksud dengan kegiatan yang bersifat investasiadalah pengadaan tanah, pembangunan gedung/bangunan baru dan pengadaan bermotor roda empatmaupun roda dua.

e. Hasil pelaksanaan perubahan/pergeseran tersebutdisampaikan kepada :

- Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Anggarandan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan;

- Biro Keuangan, Departemen Luar Negeri;

- Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN);

- Kepala Pusat Pengolahan Data dan InformasiAnggaran (PPDIA);

- Kantor Wilayah, Direktorat Jenderal Anggaran (untukrevisi yang dilakukan oleh Pimpinan Kantor/satuankerja);

- Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara(KPKN) setempat.

3. Untuk Perwakilan RI, usul revisi diajukan paling lambat tanggal1 Oktober setiap Tahun Anggaran. Hasil persetujuan revisiakan disampaikan kepada Kepala Biro Keuangan,Departemen Luar Negeri dan diteruskan ke Perwakilan RI.

PENUTUP

1. DIK-S berlaku untuk satu Tahun Anggaran, yaitu dari tanggal1 Januari sampai dengan 31 Desember dan sisa di akhirTahun Anggaran tidak dapat digunakan pada Tahun Anggaranberikutnya, melainkan harus disetor kepada BendaharawanDIK-S Kepala Bagian Pelaksanaan Anggaran, Biro KeuanganDepartemen Luar Negeri.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 418: Buku 1 keuangan

394

2. Pembukuan, penerimaan, pengeluaran dan pertanggung-jawaban pelaksanaan seluruh DIK-S tunduk pada peraturanperundang-undangan tentang Keuangan Negara danPerbendaharaan yang berlaku di Indonesia.

A.N. MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIS JENDERAL,

ttd

ARIZAL EFENDI

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 419: Buku 1 keuangan

395

SALINAN

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 29 Pebruari 1980

SURAT-EDARAN

Pada waktu akhir-akhir ini diketahui adanya beberapa pejabatPerwakilan RI di luar negeri yang meninggalkan hutang-hutang padawaktu meninggalkan posnya terakhir karena masa tugasnya berakhir.

Dalam hubungan ini, diharap perhatian Kepala Perwakilan untukmengingatkan setiap pejabat yang akan melakukan perjaianan pindahke Indonesia pada akhir masa tugasnya agar menyelesaikan masalahhutang-piutang masing-masing yang masih ada.

Sesuai kawat nomor 800594, surat edaran Menteri Luar Negerinomor 47808 Vl-b tanggal 5 September 1957 masih tetap berlakudan karenanya setiap Home Staff diharuskan menandatangani suratpernyataan bahwa ia tidak mempunyai hutang-hutang pada pihakketiga sebelum ia meninggalkan pos menuju tanah air.

Demikian untuk dimaklumi hendaknya.

A.n. Menteri Luar Negeri

Sekretaris Jenderal,

Kepada Yth.Semua Kepala PerwakilanRepublik Indonesiadi

Luar Negeri

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 420: Buku 1 keuangan

396

LAMPIRAN IISALINANS.E. BERSAMA MENHANKAM/PANGAB DAN MENLU RI NO. SE/09/VI/1982 DAN NO.3330/82/02

SURAT EDARAN BERSAMAMENTERI PERTAHANAN KEAMANAN/PANGLIMA

ANGKATAN BERSENJATA DAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SE/09/VI/1982NOMOR : 3330/82/02

TENTANGPENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEUANGAN

1. Instruksi Menhankam/Pangab Nomor INS/F/29/VI/I97I tanggal16 Juni 1971 tentang Penyempurnaan PenyelenggaraanAdministrasi Keuangan Atase Pertahanan dan Surat EdaranMenhankam/Pangab Nomor SE/29/XI/1974 tanggal 19Nopember 1974 tentang Penyelenggaraan AdministrasiKeuangan pada Atase Pertahanan (Athan) perlumenyempurnakan untuk menyesuaikan kebutuhan administrasikeuangan Departemen Hankam dengan penyelenggaraanAdministrasi Keuangan Atase Pertahanan.

2. Disamping Instruksi Menhankam/Pangab tersebut diatas telahdikeluarkan petunjuk-petunjuk sebagai berikut :

a. Prosedur Tetap Asisten Intelejen Hankam Nomor: PROTAP-001/1/1979/Sin tanggal 21 Januari 1978 tentang PedomanKerja bagi para Atase Pertahanan di luar negeri.

b. Sistim SPJ-UUDP 1982 (Pertanggung Jawaban Keuangan)Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri yang dikeluarkanoleh Departemen Luar Negeri c.q. Biro Keuangan yang mulaiberlaku pada tanggal 1 April 1982. (Sistim SPJ yangdilaksanakan sesuai dengan Pedoman buku ini).

3. Sebagai hasil rapat koordinasi Departemen Hankam cq. Asisten/Asku Hankam dengan Departemen Keuangan cqr DirjenAnggaran dan Departemen Luar Negeri cq Kepala Biro Keuanganuntuk tercapainya keseragaman dan ketertiban dalam

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 421: Buku 1 keuangan

397ADMINISTRASI KEUANGAN

penyelenggaraan administrasi keuangan Athan telah disepakatiuntuk mengatur kembali tata cara penyelenggaraan administrasikeuangan pada Atase Pertahanan di Perwakilan Luar Negeri baikpengadministrasian maupun pertanggungjawaban keuangannya

4. Guna mencapai sasaran sebagaimana dimaksud pada butir 3,penyelenggaraan administrasi keuangan pada Atase Pertahanandi luar negeri diatur sebagai berikut :

a. Umum :

1) Kepala Bagian Administrasi Perwakilan RI di luar negerisebagai pengelola tunggal keuangan, diwajibkan untukmenyusun dan menyelenggarakan PertanggungjawabanKeuangan sesuai pasal 77 UUPI/ICW - Stbl. 1925 Nomor448.

2) Penyusunan dan pengadministrasian Keuangan Athandilaksanakan berdasarkan Sistem SPJ-UUDP 1982 yangditerbitkan oleh Departemen Luar Negeri cq. BiroKeuangan. (Sistem SPJ yang dilaksanakan sesuai denganPedoman Buku ini).

b. Anggaran dan Pembiayaan :

1) Rencana dan kebutuhan Anggaran Atase Pertahananyang diluangkan dalam DUK/DUP dan DIK/DIP diaturoleh Asintel Hankam dan Asku Hankam sesuai denganketentuan yang berlaku di Lingkungan DepartemenHankam

2) Pendanaan

a) Berdasarkan Alokasi Anggaran yang telah disahkanoleh Menhankam/Pangab diterbitkan Surat KeputusanOtorisasi Pelaksanaan (Skop).

b) Penyaluran dana dilakukan oleh Asku Hankam kepadaKepala Bagian Administrasi Perwakilan RI yangbersangkutan dengan tembusan kepada Athan,Asintel Hankam dan Biro Keuangan Departemen LuarNegeri.

3) Penerimaan dan Pengeluaran

a) Semua panerimaan Departemen (termasukpenerimaan Athan) adalah penerimaan Negara, harusdisetorkan ke Kas Negara melalui rekening pada Bankdi Luar Negeri atas nama Perwakilan Republik Indonesia

Page 422: Buku 1 keuangan

398

di Luar Negeri cq. Menteri Keuangan. Penerimaananggaran di luar negeri tersebut agar dilaporkankepada Menhankam/Pangab cq. AsKu Hankam.

b) Para Atase Pertahanan hanya dibenarkan membiayaipengeluaran-pengeluaran Rutin yang tercantum dalamDIK dan menggunakan Mata Anggaran yang telahditentukan.

c. Pembukuan, laporan dan pertanggungjawaban Keuangan

1) Kepala Bagian Administrasi (KBA) Perwakilan RI di LuarNegeri yang berfungsi sebagai Bendaharawan dan sesuaipasal 77 UUPI/ICW -Stbl. 1925 nomor 448 diwajibkanmenyusun pembukuan dan pertanggungjawabankeuangan menurut ketentuan yang berlaku di DepartemenLuar Negeri yaitu dengan sistim SPJ-UUDP 1982(pertanggungjawaban keuangan) Perwakilan RI di LuarNegeri.

2) Pembukuan dan Pertanggung Jawaban Keuangan AtasePertahanan terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu :

a) Pertanggung Jawaban Keuangan (Wabku).

(1) Wabku ialah pertangungjawaban keuangan yangterdiri dari laporan Keuangan (Lapku) disertaibukti-bukti Kas/Kwitansi/Bill-bill/tiket/dan lainsebagainya beserta dokumen pembantu(supporting documents) antara lain :- Lampiran 6 tanda bukti penerimaan (Formulir

no. 1 Sistim SPJ-UUDP1982),- Lampiran 7 tanda bukti pengeluaran (Formulir

no. 2 Sistim SPJ-UUDP 1982).*)

(2) Wabku dibuat dalam rangkap 3 (tiga).

(3) Tanda bukti pengeluaran sekaligus berfungsisebagai Surat Persetujuan Pembayaran Tagihan(SPPT) karena pengeluaran tersebut telahdiketahui oleh Atase Pertahanan yangbersangkutan.

(4) Bilamana ada kesulitan untuk mendapatkan bukti-bukti dalam rangkap 3 (tiga), KBA dibenarkanmembuat foto copy yang telah disahkan olehAthan sebagai Lampiran pengeluaran untuklembar ke 2 dan ke 3 dari bukti Kas tersebut.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 423: Buku 1 keuangan

399

b) Laporan Keuangan (Lapku).

(1) Lapku ialah Laporan Keuangan yang dibuat dalamrangkap 5 (lima) berupa :

(a) Surat Pengantar LAMPIRAN 1 (Formulir 5Sistim SPJ-UUDP 1982).*)

(b) Buku Kas Bank - LAMPfRAN 2 (Formulir 3Sistim SPJ-UUDP 1982). (tidak dilakukan lagi,sesuai kawat Biro Keuangan Deplu nomor :643571 terlampir).

(c) Buku Bank - LAMPIRAN 2A (Formulir 4 SistimSPJ-UUDP 1982). (tidak dilakukan lagi, sesuaikawat Biro Keuangan Deplu nomor : 843571).

(d) Daftar Ikhtisar keadaan sisa Kas LAMPIRAN3.

(e) Daftar Uang Muka/Pinjaman -LAMPIRAN 4(Formulir 7 Sistim SPJ-UUDP 1982)

(f) Penerimaan/Pengeluaran - LAMPIRAN 5(Formulir 5 Sistim SPJ-UUDP 1982).

(g) Laporan Realisasi Anggaran Belanja -LAMPIRAN 8 (Formulir 6 A Sistim SPJ- UUDP1982).

(2) Bilamana pada salah satu blangko tersebut tidakada data yang akan diisi, tetap dikirimkan dengancatatan “NIHIL” ditanda tangani oleh KBAsebagaimana mestinya.

d. Pengiriman Paket Pertanggungjawaban Keuangan

1) Pertanggung jawaban keuangan yang terdiri dari Wabkudan Lapku harus dikirimkan selambat-lambatnya tanggal10 bulan berikutnya.

2) Paket pertanggung jawaban keuangan dikirim :

- Lembar asli dan ketiga Wabku/Labku, kepada AskuHankam untuk selanjutnya diteruskan kepada BPK/Irjen Hankam**).

- Lembar Kedua Wabku/Labku, untuk Arsip KBA.

- Lembar Keempat Lapku, kepada Asisten IntelejenHankam.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 424: Buku 1 keuangan

400

- Lembar Kelima Lapku, kepada Kepala Biro KeuanganDepartemen Luar Negeri.

3) Cara Pengiriman

a) Alat pembungkus untuk Paket Pertanggung JawabanKeuangan harus ditutup dan dilak (disegel) oleh KBA.

b) Pengiriman Paket disertai Surat Pengantar bentukLampiran 1 dalam rangkap 2 (dua).

Lembar Kedua dikirim kembali setelah ditanda tanganioleh pihak yang menerima.

e. Ketentuan-Ketentuan Lain

1) Kode Program dan Anggaran (Mata Anggaran)

Dalam pembuatan/penyusunan Wabku/Lapku agarmenggunakan Mata Anggaran sesuai dengan Skop yangditerima.

2) Nota Hasil Pemeriksaan (NHP)

a) Terhadap kesalahan-kesalahan teknis dalampembukuan pengeluaran-pengeluaran yang tidakmemenuhi ketentuan yang berlaku, akan diterbitkanNota Hasil Pemeriksaan (NHP) dengan bentuk dancara sesuai dengan ketentuan dalam JukbinkuDephankam.

b) Untuk Paket Pertanggungjawaban Keuangan yangtelah memenuhi syarat wetrecht dan doelmatiheidakan diterbitkan Nota Penutup Hasil Pemeriksaan(NPHP) yang bersifat sementara.

c) KBA berkewajiban menjawab Nota Hasil Pemeriksaan(NHP) sesuai dengan yang dipermasalahkan denganmengisi kolom jawaban sesuai dengan nomor yangdipersoalkan.

3) Setiap Akhir Semester supaya mengirim Laporan Mutasitentang Kekuatan Personil/Materil dalam bentuk :

a) Daftar Kekuatan Personil (Lampiran 6).

b) Daftar Inventaris Materill (Lampiran 10).

5. Demikian Surat Edaran ini untuk digunakan sebagai pedomandalam menyelenggarakan Administrasi Keuangan AtasePertahanan (Athan) dengan catatan :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 425: Buku 1 keuangan

401

a. Ketentuan yang dikeluarkan terdahulu yang bertentangandengan isi Surat Edaran Bersama ini, dinyatakan tidak berlaku.

b. Hal-Hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalamSurat Edaran Bersama ini, ditentukan tersendiri.

6. Surat Edaran Bersama ini berlaku mulai tanggal 1 April 1982.

Dikeluarkan di : JakartaPada tanggal : 26 – 06 – 1982

An. MENTERI LUAR NEGERI SEKRETARIS JENDERAL

ttd

SOEDARMONO

An. MENTERI PERTAHANAN KEAMANAN/ PANGLIMA ANGKATAN BERSENJATA

KEPALA STAF ADMINISTRASI

ttd

YOGI SUPARDI LETNAN JENDERAL – TNI

Distribusi : Yth. Asisten Hankam Yth. Para Kepala Perwakilan RI di

Luar Negeri cq. Athan Yth. Para KBA Perwakilan RI di

Luar Negeri Yth. Kakupus Hankam

Tembusan : Menhankam/Pangab (sebagai laporan) Menlu RI (sebagai laporan) Ketua BPK Menku RI cq. Dirjen Anggaran Kasmin Hankam Irjen Hankam

*) Disesuaikan dengan Sistim/Pedoman SPJK yang baru.**) Diganti dengan Kepala Keuangan Pusat PUSKU ABRI

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 426: Buku 1 keuangan

402

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

SURAT EDARANNOMOR : SE. 084/OT/VI/2000/02

TENTANG

PEDOMAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN DANKEUANGAN BAGI PEGAWAI NEGERI YANG PENSIUN

PADA PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI

I. PENDAHULUAN1. Bahwa telah diatur tentang batas usia pensiun bagi Pegawai

Negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku termasukaturan tambahan dan perubahannya, dengan:

a. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 1969 tentangPensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai;

b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1979 tentangPemberhentian Pegawai Negeri Sipil;

c. Keputusan Presiden RI Nomor 40 Tahun 1987 tentangBatas Usia Pensiun Bagi Pejabat Diplomatik KonsulerDepartemen Luar Negeri;

d Keputusan Presiden RI Nomor 37 Tahun 1995 tentangPerpanjangan Batas Usia Pensiun Bagi PNS YangMenduduki Jabatan Sandi;

e. Surat Edaran Badan Administrasi”Kepegawaian NegaraNomor 01/SE/1988 tentang Batas Usia Pensiun BagiPejabat Diplomatik Konsuler Departemen Luar Negeri;

2. Bahwa selama ini belum ada pedoman yang mengaturtentang administrasi kepegawaian dan keuangan bagi PegawaiNegeri yang pensiun saat penugasan pada Perwakilan RI diluar negeri.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 427: Buku 1 keuangan

403

3. Bahwa untuk menyeragamkan pelaksanaan administrasikepegawaian dan keuangan tersebut perlu diterbitkanpedoman yang ditetapkan dengan Surat Edaran SekretarisJenderal.

II. KETENTUAN UMUM

Dalam Surat Edaran ini yang dimaksud dengan :

1. Pegawai Negeri adalah Pegawai Negeri Sipil/TNI/Polri yangditempatkan pada Perwakilan RI di luar negeri.

2. Pensiun adalah batas usia berakhirnya masa tugas seseorangsebagai Pegawai Negeri Sipil/TNI/Polri sesuai ketentuan yangberlaku.

3. Surat Keterangan Pemberhentian Pembayaran (SKPP) adalahSurat Keterangan mengenai pemberhentian pembayarantunjangan penghidupan luar negeri.

4. Tunjangan Penghidupan Luar Negeri (TPLN) adalahtunjangan pokok dan tunjangan keluarga yang diberikankepada Pegawai Negeri yang bertugas pada Perwakilan RIdi luar negeri.

III.KETENTUAN PELAKSANAAN(1) Biro Kepegawaian Departemen Luar Negeri/departemen

teknis memberitahukan secara tertulis kepada Pegawai Negeriyang bersangkutan tentang tanggal mulai pensiun dengantembusan kepada Kepala Perwakilan RI.

(2) Paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum memasuki Batas UsiaPensiun, Biro Kepegawaian Departemen Luar Negeri harusmenetapkan dan memberitahukan kepada Perwakilan RImengenai status kepegawaian yang bersangkutan.

(3) Dalam hal pegawai negeri yang bersangkutan diperpanjangmasa tugasnya, Perwakilan RI membuat SKPP sebagaipegawai negeri dan untuk selanjutnya mulai tanggal pensiunpembayaran TPLN dibebankan pada mata anggaran kegiatanlain-lain belanja pegawai.

(4) Kepada yang bersangkutan tetap diberikan hak hak keuangansama seperti sebelum pensiun.

(5) Setelah selesai penugasan yang bersangkutan, Perwakilan

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 428: Buku 1 keuangan

404

RI membuat SKPP sebagai Pegawai Honorer untuk keperluanadministrasi keuangan.

(6) Bagi Kepala Perwakilan RI yang berstatus pegawai negeripada Batas Usia Pensiun, dibuatkan SKPP sebagai pegawainegeri. Pada masa akhir tugas yang bersangkutan dibuatkanSKPP sebagai Kepala Perwakilan RI. Pembayaran TPLNdibebankan pada Mata Anggaran Kegiatan 5110.

IV. KETENTUAN PENUTUP(1) Surat Edaran ini merupakan pedoman bagi unit kerja di

Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI di luar negeri.

(2) Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Dikeluarkan dl : JakartaPada tanggal : 23 Juni 2000

SEKRETARIS JENDERAL

ttd

RAHARDJO JAMTOMO

Kepada :1. Yth. Seluruh Kepala Perwakilan RI di luar negeri2. Yth. Seluruh Atase Pertahanan dan Atase Teknis pada Perwakilan

RI di Luar Negeri

Tembusan :

1. Yth. Bapak Menteri Luar Negeri (sebagai laporan)2. Yth. Sdr. Inspektur Jenderal, DEPLU3. Yth. Sdr. Kepala Biro Kepegawaian, DEPLU4. Yth. Sdr. Kepala Biro Keuangan, DEPLU5. Yth. Sdr. Kepala Biro Hukum dan Organisasi, DEPLU

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 429: Buku 1 keuangan

405

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

SURAT EDARANNO. SE. 100/KU/II/2000/02

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS LEMBUR PEGAWAI SETEMPATPADA PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI

I. PENDAHULUAN

Dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokokdan fungsi dalam mencapai misi Perwakilan RI di luar negeri,dalam hal tertentu diperlukan tambahan waktu untukmenyelesaikan suatu pekerjaan diluar jam kerja yang telahditentukan. Sebagai kompensasi bagi pegawai yangmelaksanakan kerja lembur, kepada yang bersangkutan,diberikan uang lembur. Lembur yang diatur dalam Pasal VIIPedoman Peraturan tentang Pegawai Lokal Perwakilan RI diluar negeri No. 4537/67/17 tanggal 13 Mei 1967 dalampelaksanaannya belum terdapat keseragaman antara satuPerwakilan dengan Perwakilan lainnya. Untuk itu perlu dibuatpetunjuk teknis lembur pegawai setempat pada Perwakilan RIdi luar negeri yang diatur dalam suatu Surat Edaran SekretarisJenderal Departemen Luar Negeri.

II. KETENTUAN

Dalam Surat Edaran ini yang dimaksud dengan

(1) Kepala Perwakilan adalah Pejabat Negara yang mewakiliNegara dan Kepala Negara RI di satu Negara tertentuatau lebih atau pada Organisasi Internasional.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 430: Buku 1 keuangan

406

(2) Kepala Bagian Administrasi/Kepala Sub BagianAdministrasi adalah Pejabat Administrasi yang mempunyaitugas membantu kepala Perwakilan dalammenyelenggarakan urusan Administrasi Perwakilan.

(3) Atasan langsung Pegawai Setempat adalah Kepala Bidang/Sub Bidang, Kepala Bagian/Sub Bagian, Kepala Unit danHome staff yang membawahi seseorang atau lebihPegawai Setempat.

(4) Pegawai Setempat adalah Pegawai Perwakilan RI di luarnegeri baik Warga Negara Indonesia maupun WargaNegara Asing yang diangkat oleh Kepala Perwakilan dandipekerjakan di Perwakilan RI yang bersangkutan.

(5) Lembur adalah pekerjaan yang harus dilakukan di luarjam kerja karena sifat pekerjaannya, tidak dapat ditunda,mendadak dan mendesak untuk diselesaikan demikepentingan dinas.

(6) Uang lembur adalah uang yang diberikan sebagaikompensasi bagi pegawai setempat yang telahmelaksanakan pekerjaan diluar jam kerja, dan besarnyasesuai dengan perhitungan yang telah ditentukan.

(7) Surat Perintah Kerja Lembur adalah perintah kerja secaratertulis dari Atasan Langsung kepada pegawai setempatuntuk melaksanakan jam kerja yang diketahui oleh KepalaPerwakilan/Wakil Kepala Perwakilan.

III. PELAKSANAAN LEMBUR(1) Atasan langsung dengan sepengetahuan Kepala

Perwakilan/Wakil Kepala Perwakilan, memerintahkanpegawai setempat untuk melaksanakan kerja lemburdengan memberikan Surat Perintah Kerja Lembur berisipenjelasan mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan,dan berapa lama pekerjaan tersebut dapat diselesaikan(contoh formulir A).

(2) Pegawai setempat yang telah melaksanakan kerja lemburwajib membuat laporan pelaksanaan kerja lemburnyakepada atasan langsung, dengan menyerahkan hasilpekerjaannya.

(3) Atasan langsung yang bersangkutan dapat menolakpembayaran uang lembur, apabila pegawai setempat tidak

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 431: Buku 1 keuangan

407

dapat menyelesaikan tugas sesuai Surat Perintah KerjaLembur, dengan alasan yang tidak bisa diterima.

IV. PERHITUNGAN UANG LEMBUR(I) Lembur yang dilaksanakan pada hari kerja, diberikan uang

lembur sebesar 1/2 % (setengah persen) gaji pokoksebulan, setiap satu jamnya.

(2) Lembur yang dilaksanakan pada hari libur, diberikan uanglembur sebesar 3/4 % (tiga perempat persen) gaji pokoksebulan, setiap satu jamnya.

V. PEMBAYARAN UANG LEMBUR(1) Pegawai setempat yang telah melaksanakan kerja lembur

dapat mengajukan permintaan uang lembur setiap bulandengan cara mengisi formulir kerja lembur yang telahdisediakan (contoh formulir B), dengan dilampiri SuratPerintah Lembur.

(2) Formulir yang telah diisi, setelah ditandatangani olehPegawai yang bersangkutan dan oleh atasanlangsungnya, setiap awal bulan berikutnya diajukankepada Kepala Bagian Administrasi untuk mendapatkanpembayaran. Pada akhir tahun anggaran pengajuannyadilakukan sebelum tutup tahun anggaran.

(3) Sebelum melakukan pembayaran uang lembur, KepalaBagian Administrasi dan Bendaharawan harus memeriksaterlebih dahulu kelengkapan formulir dan kebenaranpelaksanaan kerja lembur tersebut.

(4) Uang lembur dapat dibayarkan setinggi tingginya 30 %dari gaji pokok sebulan, sepanjang dana tersedia.

(5) Kelebihan kerja lembur sebulan tidak dapat dipindahkanpada bulan berikutnya.

VI. KETENTUAN KHUSUS(1) Bagi pegawai setempat yang harus tinggal dirumah dinas

karena sifat pekerjaannya, tidak dapat diberikan uanglembur.

(2) Semua pegawai setempat harus bersedia melaksanakanlembur, apabila dinas memeRIukannya.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 432: Buku 1 keuangan

408

(3) Uang lembur bukan merupakan tambahan penghasilan.

VII. PENUTUP(1) Agar seluruh Perwakilan di luar negeri melaksanakan

ketentuan ini.

(2) Dengan berlakunya Surat Edaran ini maka ketentuanPasal VII Pedoman Peraturan tentang Pegawai Lokalpada Perwakilan RI di luar negeri No. 4537/67/17 tanggal31 Mei 1967, dinyatakan tidak berlaku lagi.

(3) Surat Edaran ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, danakan ditinjau kembali apabila ternyata dikemudian hariterdapat kekurangan atau kekeliruan.

Dikeluarkan di : JAKARTAPada tanggal : 3 Pebruari 2000

SEKRETARIS JENDERAL

ttd

RAHARJO JAMTOMO

Kepada:1. Yth, Seluruh Kepala Perwakilan RI2. Yth. Seluruh Athan/Atnis

Tembusan :1. Yth. Bapak Menteri Luar Negeri2. Yth. Sdr. Inspektur Jenderal3. Yth. Kepala Biro Kepegawaian4. Yth. Kepala Biro Hukum dan Organisasi

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 433: Buku 1 keuangan

409

PERWAKILAN RI Lampiran A dan B SK MenluDI ............... No. …………………………

Diperintahkan kepada,

Nama :Bidang/Bagian :Golongan :

SURAT PERINTAH KERJA LEMBUR

Untuk melaksanakan kerja lembur pada,

Hari :Tanggal :Pukul :Pekerjaan :

Demikian surat perintah lembur ini dibuat, untuk dipergunakan sebagaimanamestinya.

Yang Melaksanakan Lembur, Yang meberikan Perintah(........................................) Atasan Langsung

(...........................................) (…………........................)

Mengetahui,Kepala Perwakilan RI

(………………………..)

Catatan Atasan Langsung :

Setuju/Tidak Setuju dibayar

(……………………..)

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 434: Buku 1 keuangan

410

PERWAKILAN RI Lampiran B dari SK MenluDI ........................ No……………………..

FORMULIR PERHITUNGAN KERJA LEMBURBULAN .....................

Nama :........................Bidang/Bagian :........................Golongan :........................Gaji Pokok : VS/US$………...

30% Gaji Pokok = VS/US$ ………………

Perhitungan Uang Lembur:

1. Hari Kerja...................Jam x 1/2 % x VS/US$..............= VS/US$.2. Hari Libur....................Jam x 3/4% x VS/US$..............= US$NS .Jumlah uang = US$NS.

Maksimum uang lembur yang diperbolehkan VS/US$ . .................................

Mengetahui Yang melaksanakan lemburAtasan Langsung,

(…………………..) (……………………..)

MenyetujuiKepala Bagian Administrasi

(……………………………)

Waktu Lembur Jumlah Jam

No. Tanggal Hari Kerja Hari Libur

Jumlah Jam

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 435: Buku 1 keuangan

411

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

SURAT EDARANNomor : 1130/KU/X/2001/02

TENTANG

PEMBERIAN PERSEKOT KERJA YANG MENGGUNAKANDANA DIK PADA DEPARTEMEN LUAR NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

Pada berbagai unit kerja di Departemen Luar Negeri sering dilakukanpemberian suatu persekot kerja guna melancarkan berbagaipelaksanaan tugas. Untuk menjaga keamanan dari aliran pengelolaankeuangan serta pertanggungjawabannya, maka kepada Pegawaiatau Pejabat yang mengajukan permintaan persekot kerja dimintamemenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :1. Permintaan persekot kerja harus diajukan melalui Surat

Permohonan dan melampirkan proposal penggunaannya sertadiketahui/disetujui oleh Atasan Langsung Pemohon.

2. Surat Permohonan ditujukan kepada Otorisator up. OrdonaturUnit kerja yang mengelola keuangan negara dari suatu DaftarIsian Kegiatan (DIK)/Daftar Isian Proyek (DIP).

3. Jangka waktu pertanggungjawaban persekot kerja selambatlambatnya 10 hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaanpersekot kerja.

4. Suatu persekot kerja dapat diberikan apabila persekot kerjasebelumnya telah selesai dipertanggungjawabkan.

Demikian, untuk dilaksanakan dengan baik dan penuhtanggungjawab.

Dikeluarkan di : JakartaPada tanggal : 29 Oktober 2001

SEKRETARIS JENDERAL

ttd

ARIZAL EFFENDI

Kepada YthSeluruh Otorisator, Ordonatur dan Bendaharawandi Departemen Luar Negeri

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 436: Buku 1 keuangan

412

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

RAHASIA

SURAT EDARAN

Nomor : 035/KU/I/2000/02Kepada : Seluruh Kepala Perwakilan RIDari : SekjenLampiran : -Perihal : Dana Kesejahteraan Bagi Pegawai Deplu Golongan I,

II dan III PDDN

Dalam rangka mewujudkan Esprit de corps : atas dasarsemangat kesetiakawanan dan semangat kebersamaan danmempersempit kesenjangan diantara sesama pegawai Deplu, BapakMenlu telah mencanangkan suatu gagasan untuk membentuk DanaKesejahteraan bagi pegawai Deplu, di luar Yayasan Upakara yangselama ini juga bergerak di bidang kesejahteraan pegawai.

Dana kesejahteraan pegawai ini akan dibangun dari duasumber, yaitu; dana dari Perwakilan RI sebesar US$ 2,000.00 perPerwakilan RI dan Dana atau sumbangan kepala Perwakilan RI danHome Staff sebesar 1% dari APTLN setiap bulannya. Untuk tidakterlalu membebani Kepala Perwakilan RI dan para Home Staff“sumbangan” 1% diambilkan dari ‘simpanan” 2% yang selama inidisetorkan kepada Yayasan Upakara. Dengan demikian nantinya Danasimpanan pada Yakes adalah 1% dari APTLN per bulan dan yang1% untuk sumbangan bagi Dana Kesejahteraan Pegawai Deplu.

Dana Kesejahteraan Pegawai Deplu ini terutama akandigunakan untuk membantu pegawai Deplu Golongan I, II danGolongan III PDDN. Dana tersebut hanya akan digunakan untukmembantu pegawai Deplu yang menyangkut perumahan (sewa,uang muka atau cicilan pembelian), pendidikan anak pegawai (uangsekolah, kebutuhan sekolah yang mendadak) dan kesehatan (rumahsakit, biaya dokter spesialis dan obat yang mahal). DanaKesejahteraan Pegawai Deplu tersebut berfungsi untuk memperkuatdan memperluas jangkauan pelayanan kesejahteraan pegawai yangselama ini telah disediakan oleh Yayasan Upakara.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 437: Buku 1 keuangan

413

Untuk mengurangi beban “biaya overhead” bagipenyelenggaraan, maka pengelolaan Dana Kesejahteraan PegawaiDeplu yang baru ini akan ditangani oleh aparat yang dimiliki olehYayasan Upakara dengan memisahkan secara jelas pengelolaannyadari dana Yayasan Upakara. Disamping itu fokus pemanfaatannyajuga harus saling menunjang dan tidak saling tumpang tindih.

Dalam hubungan gagasan Menlu di atas, Pimpinan Deplumenghimbau kepada semua Kepala Perwakilan dan para Home Staffuntuk dapat mendukung gagasaan di atas. Akan sangat dihargaiapabila gagasan ini dapat direalisasikan dalam waktu secepatnyamulai bulan Maret 2000 dalam rangka menunjang kebutuhan pegawaiDeplu Golongan I, II dan III PDDN.

Pimpinan Deplu yakin dan percaya bahwa gagasan luhur iniakan mendapat sambutan positif dari semua Kepala Perwakilan danpara Home Staff di luar negeri. Atas perhatian, ketulusan hati, dankeikhlasannya diucapkan banyak terima kasih.

Jakarta, 2 Pebruari 2000

ttd

Rahardjo Jamtomo

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 438: Buku 1 keuangan

414

No : 892607pro : keppri up bendaharawanex : s e kj e n

diberitahukan bahwa kepada perwakilans yang belum melaksanakan

diminta agar bendaharawan memuat/menyerahkan kunci duplikat

lemari besi (brandkast) et nomor kodenya dlm amplop tertutup/

disegel dengan berita acara dengan pengaturan sbb :

a. kunci duplikat diserahkan kepada kaunitkom untuk disimpan ttk

b. nomor kode dikirimkan kepada kepala biro keuangan ttk

c. penggantian nomor kode dilakukan setiap penggantian

bendaharawan ttk hbs

-deplu-

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 439: Buku 1 keuangan

415ADMINISTRASI KEUANGAN

Tanggal : 08 Nopember 1999KONSEP NO : 115682

PRO PERWAKILAN RI : SEMUA PERWAKILAN

No : 995365PRO : KEPPRIUP : KABAGMIN/KASUBAGMIN/BENDAHARAWANEX : KARO KEUANGANPERIHAL : PEMBELIAN/PENGADAAN BARANG DI DALAM

NEGERI

re spp-gu/spj-uyhd perwakilans yang akan diteruskan ke kpkndiberitahukan hal sebagai berikut ttk dua

a. Masih terdapat perwakilans yang melakukan pembelian/pengadaan barangs dari dalam negeri kma yang tidakmelampirkan tanda bukti penyetoran pungutan pph ataspembayaran tsb kma hal ini akan ditolak oleh kpkn ttk

b. Disarankan kma apabila pembelian tsb di bawah us$ 500 tidakdigabungkan kwitansinya pada satu model o-et dimasukkan padasptb et pembelian dengan kwitansi di atas us $ 500 dimintakantanda bukti penyetoran pph nya mk

Demikian ump ttkhbs.

Page 440: Buku 1 keuangan

416 ADMINISTRASI KEUANGAN

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

kawat rahasia

Indonesia - all perwakilan

no : pl-3376/111202 tgl 11 desember 2002pro : keppri new york ptri et washingtoninfo : all perwakinsex : sekjenre : asuransi properti et kendaraan dinas

merujuk kawat ptri-new york no: 086-ny/101602 et brafaks kbriwashington no : bb-564/washington/x/02 re tsb di atas kmadisampaikan hals sbb ttk dua1. usul untuk mengasuransikan properti kepada perusahaan asuransi

nasional yang memiliki hubungan kerjasama dengan perusahaanasuransi luar negeri kma dapat disetujui sepanjang “penutupanasuransi” oleh perusahaan asuransi nasional tsb tidak menyulitkanperwakin dalam hal pelayanan “klaim” apabila terjadi sesuatuterhadap properti perwakin.

2. sehubungan dg butir 1 diatas kma sebenarnya telah adabeberapa perusahaan asuransi yang sejak beberapa bulan lalumenawarkan jasa asuransi property ttk dari beberapa penawarantsb satu perusahaan asuransi nasional yang nampaknya memilikikemampuan untuk menutup asuransi property dalam jumlahbesar asuransi “kelas dunia” adalah pt asuransi jasa Indonesia(persero) badan usaha milik negara dibawah menteri bumn yangbergerak dalam bidang asuransi kerugian ttk

3. pt asuransi jasindo tsb telah menawarkan hals sbbttkuaa. obyek pertanggungan : seluruh bangunan dan inventarisasi

kantor perwakilan ri di luar negeri ttkb. kondisi polis : property all risk amended with 4.1.a standard

munich ttkc. tarif premi : 1 0/00 (per mile) ttkd. penanganan klaim : dalam hal terjadi kerugian kma pt asuransi

jasindo akan menggunakan jasa internasional loss adjusternegara setempat atau yang berdekatan ttk

Page 441: Buku 1 keuangan

417

4. untuk keterangan lebih lanjut sdr. keppri dapat berhubungandengan pt jasa Indonesia (persero) jl. m. thamrin kav. 61 pobox 4127 kby-jakartara 12041 telp. (021) 799-4508 kma (021)798-7908 fax (021) 799-5364 kma (021) 797-1015 ttk

demikian kma mohon dilaporkan pelaksanaan ttkhbs

deplu

c.c. menlu, sekjen, irjen, kabam, karo keu, karo kum dan org. karo tup

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 442: Buku 1 keuangan

418

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

kawat rahasia

Indonesia - all perwakilan

no : 005875pro : keppriex : sekjenre : biaya kunjungan presiden

bersama ini dg hormat diberitahukan sbb :

1. biaya-biaya dalam rangka kunjungan kerja presiden yangditanggung sekretariat presiden adalah :a. akomodasi bagi presiden dan seluruh rombongan yang tidak

ditanggung oleh pemerintah negara setempat.b. transportasi (sewa kendaraan; sedan, bus-bus penumpang

dan kendaraan barang bagi presiden dan rombongan)yang tidak ditanggung oleh pemerintah setempat.

c. seluruh biaya akomodasi dan transportasi bagi petugaspendahulu (advance team)

d. efeks lain yang timbul:• tip bagi petugas pengurusan bagasi presiden beserta istri.• tip pengemudi dan pramusaji presiden beserta isteri.

e. konsumsi lunch/dinner box bagi petugas yang membantu dikamar posko sekretariat kbri.

2. segala bentuk persiapan dalam rangka penyambutan kedatanganpresiden yang berkonsekuensi pembiayaan kma kiranya dapatdipertimbangkan dengan prinsip efektifitas dan efisiensi.

3. mengingat terdapatnya pertanyaan re penagihan biaya presidenke luar negeri tanpa kelengkapan bukti kma diingatkan agar dalammembuat tagihan didasarkan kepada asas “kepatutan” sehinggatidak menimbulkan tandatanya deplu dari sekretariat negara.

demikian ump ttkhbsdeplu

c.c. menlu, sekjen, irjen, sekmen, karo keu, karo kepeg, karo umum

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 443: Buku 1 keuangan

419ADMINISTRASI KEUANGAN

no. : pl-2745/062092pro : semua keppri u.p. kabag t.u./subag t.ue x : act. karo keu

berhubung telah dilaksanakan penyatuan sebagian m.a. atnis nonathan kedalam dik deplu kma penyusunan spjk tetap berpedomanpada sistem spjk april 1991 dengan penjelasan sbb :

aa.m.a. atnis non athan yang disatukan ttkdua

1. f.6. kma f.10 disatukan kedalam deplu ttk

2. untuk keperluan monitoring pelaksanaan anggaran kma dalamlaporan realisasi anggaran (f.11) disatukan kedalam depludgn rinci sesuai m.a. baik atnis non athan maupun depluberdasarkan pp oo dik deplu yang telah disampaikan ttk

3. berkass hanya dikirim ke deplu et kkppnn ttk

bb.m.a. atnis non athan yang terpisah ttk dua

1. f.6. kma f.10 et f.11 dibuat sendiri sesuai belanja/m.a. kmakemudian berkas dikirimkan sesuai petunjuk spjk yang berlakuttk

2. pengiriman berkas spj atnis non athan ke departemen ybsbeserta penjelasan bulan spj dan dialamatkan biro keuangandepartemen teknis ybs d/a bagian verifikasi deplu ttk

cc. untuk spj athan tetap seperti biasa ttk

dd.u m p ttk hbs

- deplu -

=============cc. menlu bag. verifikasi

sekjen bag. perbendaharaanirjensekmenkaro keuangan

Page 444: Buku 1 keuangan

420

BERITA RAHASIA

TGL 2 NOVEMBER 1992

DARI KONSEP NOMORPRO PERWAKILAN : Indonesia-ALL PERWAKIN 072004INFO PERWAKILAN :

KELALAIAN SAUDARA - BENCANA NEGARA

no. : 925036pro : keppri up kbtu/subag tuex : karo keuangan

ketentuan pembuatan bku dgn computer direncanakan akandiberlakukan per 1 april

1993 dan pembuatan bku tetap berpedoman pada spjk april 1991ttk

ump ttkhbs

- deplu -

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 445: Buku 1 keuangan

421ADMINISTRASI KEUANGAN

BERITARAHASIATGL 15 MARET 1993

DARI KONSEP NOMOR 081538

PRO PERWAKILAN : Indonesia - ALL PERWAKIN 072004INFO PERWAKILAN :

KELALAIAN SAUDARA - BENCANA NEGARA+ kilat +

no. : 935036pro : keppri up kbtu/subag tuex : karo keuangan

mkk no. 925036 kma disampaikan sbb ttkduaaa sesuai dgn menkeu no: s-1701/a/523/0592 tgl 9 mei 1992

kma tmt april 1993 spjk perwakilan dapat dikerjakan dgncomputer kma dgn ketentuan sbb ttkdua1. pembuatan spjk tetap berpedoman pada sistem spjk april

1991;2. pejabat yang mengerjakan c.q. operator komputer hrs

ditetapkan dgn sk keppri ttk operator dimaksudseharusnya bendaharawan kma apabila terpaksa dapatditunjuk pegawai lainnya ttk

3. tiap lembar bkb computer diparaf oleh operator danbendaharawan ttk

bb pengerjaan spjk dgn computer untuk sementara dptdipergunakan sistem yang saat ini miliki oleh perwakilan ttkuntuk masa mendatang kma sistem computer dimaksud hrsseragam agar dapat efektif dan efisien serta mempermudahdalam saling komunikasi data antara pusat dan perwakilan ttk

cc pusat dlm waktu dekat akan menentukan program komputerspjk yang akan diterapkan diseluruh perwakilan kma yang saatini dalam tahap uji coba akhir ttk program dimaksud telahdisusun antara pusat dan perwakilan merupakan satu kesatuansistem komputer kma sehingga mempermudah danmempercepat dalam komunikasi baik via disket atau jaringanpada masa mendatang ttk

dd program dimaksud hrs dimiliki oleh masing-masing perwakilandengan cara membeli kma mengingat setiap program akan

Page 446: Buku 1 keuangan

422 ADMINISTRASI KEUANGAN

diregister dan sekaligus berfungsi sbg tanda pengenal (namafile) dalam berkomunikasi data dengan pusat ttk contohprogram computer dan petunjuk pengoperasiannya dalamwaktu dekat akan segera dikirim ke perwakilan ttk

demikian ump ttkhbs

- deplu -

Page 447: Buku 1 keuangan

423

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIAPUSAT KOMUNIKASITanggal 21 Pebruari 2002 KONSEP NO 122305

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKIN

NO : 020702PRO : KEPPRI

UP. KABAGMIN/KASUBAGMINEX : KARO KEUANGAN

re kawat kami no 16109 tanggal 28 desember 2001 kmadiberitahukan hals sbb ttk dua.

a. dalam rangka melaksanakan surat dja no. s - 4946/a/2000tanggal 8 nopernber 2000 re pengenaan pph pasal 21 bagipara home staff pada perwakilan di luar negeri kma bersamaini diberitahukan cara penghitungan pph dimaksud sesuaidengan format terlampir (lihat lampiran I) ttk

b. kurs us dollar yang dipakai dalam perhitungan adalah kursyang ditetapkan oleh menteri keuangan yang dapat dimintakankepada pusat pertriwulan ttk

c. pph pasal 21 bagi home staff perwakilan ri di luar negeri yangdicantumkan dalam payroll ditanggung oleh negara sehinggatidak mengurangi tpln yang diterima oleh home staff ttk

d. pph pasal 21 tidak ada transaksi/tidak dibukukan tetapi tetapdicantumkan dalam payroll sebagai bahan pengajuan abtkepada dja ttk

e. perhitungan tersebut sebagai lampiran payroll dalam bentukrekapitulasi (lihat lampiran 2) agar dikirimkan setiap bulanbersama spjk ke bagian verifikasi et 1 (satu) copy ke bagianpenyusunan anggaran mulai bulan januari 2002 ttk

demikian ump ttk hbs

Biaya pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, KARO KEUANGAN.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 448: Buku 1 keuangan

424

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIAPUSAT KOMUNIKASI

Tanggal : 27 Maret 2002 KONSEP NO : 122838

PRO PERWARILAN RI : ALL PERWAKILAN

SEGERA

NO : 021205PRO : KEPPRIUP : KABAGMIN/KASUBAGMIN/BENDAHARAWANEX : KARO KEUANGANPERIHAL : PENGIRIMAN BANK STATEMENT ASLI

bersama. ini disampaikan hals sbb :

1. dalam rangka monitoring posisi keuangan perwakilan di bank(kas besi. menkeu. rutin us$ dan vs) diseluruh perwakilankma harap bank statement asli dilampirkan pada spj-kperwakilan mulai spj maret 2002 ttk

2. bagi perwakilan yang menurut kondisi negara setempat atausecara tekhnis tidak dapat mengirimkan bank statement aslikma perwakilan dapat mengirim copy yang dilegalisir oleh kepprittk

kepada perwakilan yang telah melaksanakan, sesuai dengan tersebutdiatas (point-I) kma agar kawat ini dianggap, tidak ada ttk

dmk untuk dilaksanakan ttkhbs

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, BAM, KARO KEU, BAG, PENY,ANGGARAN, BAG, PELAKS, ANGGARAN, BAG. VERIFIKASI,BAG. PERBENDAHARAAN, BAG. PERHIT. ANGGARAN

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 449: Buku 1 keuangan

425

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIAPUSATKOMUNIKASI

Tanggal : 16 April 2002

PRO PEKWAKILAN RI : ALL PERWAKINS

NO : 021424PRO : KEPPRI UP KABAGMIN/KASUBAGMINEX : KARO KEUANGANRE : PENGIRIMAN COPY PAYROLL BELANJA PEGAWAI

diberitahukan bahwa sampai bulan april 2002 untuk ta. 2002 masihbanyak perwakilan yang belum mengirimkan copy payroll belpeghome staff et local staff serta tanda bukti pengeluarannya dataterlampir ttk

diingatkan kembali agar perwakilan mengirimkan secara rutin copypayroll belpeg home staff dan local staff serta tanda buktipengeluarannya paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya ke birokeuangan cq bagian penyusunan anggaran ttk

mengingat pengajuan abt selisih kurs kma revisi belpeg et pph pasal21 dihitung berdasarkan data payroll satu tahun anggaran kmapengiriman secara teratur sangat diperlukan untuk pengajuandimaksud ttk

bagi perwakilan yang tidak mengirimkannya secara teratur makakekurangan belpeg, home staf et local staff akibat selisih kurs kmarevisi belpeg et perhitungan pph pasal 21 tidak akan diajukan ke djattk

ump ttkhbs

CC : MENLU, SEKJEN. IRJEN, KA. BAM. KARO BAG. PENY.ANGGARAN

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 450: Buku 1 keuangan

426

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIAPUSAT KOMUNIKASI

Tanggal : 14 Januari 2002 KONSEP NO : 123672

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKIN

NO : 020170PRO : KEPPRIEX : SEKMEN

re kawat sekjen no 014827 tgl 18 oktober 2001 dengan hormatdiberitahukan ttkdua

aa. dalam keppres nomor 17 tahun 2000 pasal 8 ayat 2 disebutkanbahwa perwakilan tidak diperkenankan melakukan tindakan yangmenyebabkan pengeluaran atas beban anggaran belanjanegara jika dana untuk membiayai tindakan tersebut tidaktersedia atau tidak cukup tersedia dalam anggaran belanjanegara ttk

bb. kegiatan yang tidak tersedia atau tidak cukup dananya kmaharus meminta anggaran tambahan ke pusat ttk

cc. pengeluaran yang bertentangan dengan butir aa dan bbmenjadi tanggung jawab keppri sebagai otorisator ttk

demikian ump ttkhbs

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, KARO, BAG PENY.ANGGARAN.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 451: Buku 1 keuangan

427

KEDUTAAN BESARREPUBLIK INDONESIA

TOKYO

RAHASIANo. 076/SAL

tanggal : Jakarta, 20 pebruari 1985nomor : 850607kepada : semua kepala perwakilan ridari : sekretaris jenderal

berhubung banyak terdapat kasus pinjaman para anggotastaf perwakilan kepada pihak ke-tiga yang tidak diselesaikan olehyang bersangkutan, dengan ini ditegaskan sekali lagi bahwa perwakilanri tidak dibenarkan memberikan jaminan dalam bentuk apapunterhadap pinjaman anggota staf-nya kepada pihak ke-tiga.

- departemen luar negeri -

DUTA BESAR/KEPALA PERWAKILAN R.I.

TOKYO 21-2-1985KEPALA KAMAR SANDI,

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 452: Buku 1 keuangan

428

DEPLU JAKARTADEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIAPUSAT KOMUNIKASI

Tanggal : 31 JANUARI 2003 KONSEP NO 138970

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILAN

NO : 030672PRO: KEPPRIUP : KABAGMIN/KASUBAGMIN/BENDAHARAWANEX : SEKMENRE : PEMBUKUAN PIHAK KETIGA (P III) PERWAKILAN RI

Sehubungan dengan perihal tsb, disampaikan hal sbb ttk dua

1. Pada beberapa Perwakilan RI di luar negeri masih terjadipelampauan pagu anggaran yang disebabkan oleh pelaksanaansuatu kegiatan yang anggarannya kurang/tidak dialokasikandalam DIK/DIP Tahun Anggaran yang sedang berjalan. Akibatnyaadalah anggaran yang dialokasikan dalam DIK/DIP tidakmencukupi, munculnya pembukuan P III baru, menggunakanKas Besi tidak sesuai aturan dan tanpa persetujuan Pusat, yangpada gilirannya likuiditas keuangan Perwakilan menjadi terganggukarena pengelolaan anggaran tidak tepat sasaran, tidak tertibadministrasi dan terjadi pelanggaran terhadap peraturan/ketentuan yang berlaku ttk

2. Deplu bersama dengan Depkeu cq. DJA (PBN clan KPKN) saatini sedang berusaha untuk menyelesaikan permasalahan PihakKetiga Perwakilan yang sudah menahun (bahkan ada yang sudahlebih dari sepuluh tahun) dan penyelesaiannya beRIarut larutsehingga mengganggu likuditas keuangan Perwakilan ttk

3. Tim telah bekerja secara efektif sejak bulan Pebruari 2002 ,namun di dalam pelaksanaannya ditemui beberapa kendala antaralain : munculnya P III baru, terjadi penambahan/penguranganPihak Ketiga yang sedang berjalan (baik item maupunnominalnya) dan masih terdapat pembebanan Pihak Ketiga tanpaseijin Pusat (Vide Kawat Sekjen no. 014827 tanggal 18 Oktober2001).

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 453: Buku 1 keuangan

429

4. Sehubungan hal-hal tersebut di atas, dalam rangka “tertibadministrasi pembukuan Pihak Ketiga di Perwakilan RI dan jugauntuk membantu kelancaran tugas Tim Penyelesaian P III dalammenyelesaikan permasalahan P- III Perwakilan agar tidak terlalulama, bersama ini kami ingatkan kembali instruksi Sekjen Deplure Penyelesaian P III Perwakilan melalui Kawat Sekjen no. 014827tanggal 18 Oktober 2001, terutama pada butir 3 dan 4 sebagaiberikut

Butir 3 : Yang dapat dibukukan sebagai P III. adalahpengeluarans dan penerimaans yang jelas sumberanggarannya sesuai petunjuk pusat ttk

Butir 4 : Dalam hals khusus yang menyebabkan perwakilan harusmembukukan pengeluaran P III kma diwajibkan untukmeminta persetujuan tertulis dengan mengemukakanalasans kepada Sekjen Deplu ttk

5. Pembukuan P III Perwakilan agar dilaksanakan sesuai denganinstruksi Sekjen melalui kawat no. 014827 tersebut di atas danPerwakilan agar segera menyelesaikan P III yang muncul setelahkeluarnya instruksi dimaksud tanpa terlebih dahulu mendapatpersetujuan dari Pusat tkk

6. Bagi Perwakilan yang telah melaksanakan pembukuan P III sesuaidengan peraturan/ketentuan yang berlaku kami ucapkan terimakasih ttk.

Demikian ump ttkhbs

Biaya pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

CC: MENLU. SEKJEN. IRJEN. KA.BAM

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 454: Buku 1 keuangan

430

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIAPUSAT KOMUNIKASI

Tanggal : 16 DESEMBER 2005 KONSEP : 8118

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKINS

NO : 050672PRO : KEPPRIUP : HOC/Kop ET BENDAHARAEX : SEKJENRE : PEDOMAN SEMENTARA PENYELESAIAN PIHAK

KETIGA PERWAKINS

MENINDAKLANJUTI PENYELESAIAN PIHAK KETIGA PERWAKILANDI LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2005 DISAMPAIKAN HAL-HAL SEBAGAI BERIKUT:

1. TIM KERJA PENYELESAIAN PIHAK KETIGA ANGGARAN 2005TELAH MEMUTUSKAN UNTUK MENYELESAIKANPERMASALAHAN PIHAK KETIGA PERWAKILAN SECARAMENYELURUH DAN TUNTAS REPEAT MENYELURUH DANTUNTAS SEHINGGA DI TAHUN 2006 TIDAK LAGIDITEMUKAN PIHAK KETIGA YANG BERMASALAH.

2. FORMAT PENYELESAIAN YANG DISEPAKATI ADALAHDENGAN CARA PERGANTIAN PADA PIHAK KETIGA PASIFMINUS DAN MENYETORKAN PIHAK KETIGA PASIF PLUSKE KAS NEGARA.

3. PERTIMBANGAN UTAMA DISEPAKATI ADALAHa. DENGAN DIBERIKANNYA PENGGANTIAN DANA DARI

PUSAT, LIKUIDITAS ANGGARAN PERWAKILAN TIDAKTERGANGGU LAGI OLEH ADANYA PIHAK KE TIGAMINUS.

b. ADANYA SEJUMLAH DANA YANG BERPOTENSIMENJADI PENERIMAAN NEGARA YANG BERASAL DARIPIHAK KETIGA PASIF PLUS.

c. DAN DIPATUHINYA KETENTUAN PENYETORAN PNBPPADA WAKTUNYA.

4. DEPARTEMEN KEUANGAN TELAH MENYETUJUI DANAPENGGANTIAN PIHAK KETIGA PASIF MINUS PERWAKILAN

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 455: Buku 1 keuangan

431

DAN SEGERA DISAMPAIKAN KEPADA PERWAKILAN DALAMKESEMPATAN PERTAMA.

5. SAMBIL MENUNGGU PROSES ADMINISTRATIF TRANFERSDANA DILAKUKAN, TIM KERJA SEDANG BERKOORDINASIUNTUK MENYEPAKATI FORMAT PENYELESAIANADMINISTRATIF PERTANGGUNGJAWABAN YANGBERSIFAT KHUSUS TANPA MENYIMPANG DARIPERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERLAKU.

6. PEMBERITAHUAN BESARNYA JUMLAH PENGGANTIANDANA PIHAK KETIGA MASING PERWAKILAN AKANDISAMPAIKAN DENGAN TERSENDIRI TTK

7. MENGINGAT TAHUN ANGGARAN 2005 AKAN BERAKHIRDAN KOMPLEKSNYA PERMASALAHAN PIHAK KETIGAPERWAKILAN TERSEBUT, MAKA DIMINTA PERHATIANKEPPRI RE HALS TSB.

a. PERWAKINS AGAR MELAKUKAN PEMBUKUAN DANATERSEBUT SEMENTARA WAKTU REPEAT SEMENTARASEBAGAI “PFK-DANA TALANGAN PIII”. PEMBUKUANSEMENTARA TERSEBUT DILAKUKAN SBB:

1. SEGERA SETELAH DANA DITERIMA KMAPERWAKIN MEMBUAT MODEL DENGAN MAK “Pfk-DANA TALANGAN PIII.

2. KOMPONEN “PFK DANA TALANGAN PIII” TIDAKDIBUKUKAN PADA DAFTAR REKAPITULASI PIHAKKETIGA AKAN TETAPI DIBUKUKAN PADA DAFTARREKAPITULASI KEUANGAN (DRK) DAFTARPENERIMAAN PENGELUARAN “PKP-DANATALANGAN PIII” DIBUAT TERSEBUT.

3. DOKUMEN DIATAS (MODEL T, DRK, DAN DAFTARPENERIMAAN PENGELUARAN) DIKIRIMTERSENDIRI KE BIRO KEUANGAN C.Q. TIM KERJAPENYELESAIAN PIHAK KETIGA 2005 MELALUIFAKSIMILI NOMOR 021-3858030/021-3858023

b. PERWAKILAN BELUM DIPERKENANKAN REPEAT BELUMDIPERKENANKAN UNTUK MELAKUKAN PEMBUKUANDEFINITIF PIHAK KETIGANYA. PEMBUKUANDEFINITIF BERDASARKAN ARAHAN LEBIH LANJUTDARI PUSAT.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 456: Buku 1 keuangan

432

c. PERWAKILAN BELUM DIPERKENANKAN LAGI REPEATTIDAK DIPERKENANKAN LAGI MENAHAN ATAUMENGGUNAKAN BAIK SECARA TETAP MAUPUN SECARASEMENTARA PENERIMAAN NEGARA BUKA PAJAK(PNBP). PNBP TERSEBUT HARUS SUDAH DISETORSELAMBAT LAMBATNYA TANGGAL 10 BULANBERIKUTNYA.

d. TERHITUNG MULAI TANGGAL 1 JANUARI 2005PERWAKIN TIDAK DIPERKENANKAN LAGI MELAKUKANPEMBUKUAN PIHAK KETIGA, APABILA DALAMKEADAAN TERPAKSA, PERWAKIN HANYADIPERKENANKAN MELAKUKAN PEMBAYARAN YANGBERSIFAT MENGIKAT SEPERTI PEMBAYARAN TPLN/GAJI, SEWA, GAS, AIR, LISTRIK DANMEMBUKUKANNYA KEPADA PIHAK KETIGA DENGANTERLEBIH DAHULU MENDAPAT IJIN DARI PUSATREPEAT MENDAPAT IJIN DARI PUSAT.

e. UNTUK MENGATASI LIKUIDITAS YANG DISEBABKANKETERLAMBATAN REMISE, PERWAKINDIPERKENANKAN MENGGUNAKAN DANA KAS BESISEPERLUNYA DAN MELAPORKAN PENGGUNAANNYASERTA REMISE DITERIMA.

f. SELAMBAT-LAMBATNYA 10 (SEPULUH) HARI SETELAHDITERIMANYA PFK-DANA TALANGAN PIII, PIHAKKETIGA PASIF YANG BERNILAI PLUS SEGERADISETORKAN KE

“DANA PENANGANAN PIHAK KETIGA”NOMOR 93237395 (US$)

BANK BNI CABANG DUKUH BAWAH

SERTA MELAPORKANNYA KE PUSAT DENGANMENYEBUTKAN JENIS/ITEM PIHAK KETIGA PASIFPLUS TERSEBUT BESERTA JUMLAHNYA.

8. BAGI PERWAKILAN YANG MEMILIKI PIHAK KETIGA YANGTERGOLONG SANGAT BERMASALAH, MAKA TIM KERJAMELAKUKAN PENELITIAN ULANG KE PERWAKILANDIMAKSUD UNTUK MENDAPATKAN KETERANGAN DAN

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 457: Buku 1 keuangan

433

DOKUMEN PENDUKUNG TAMBAHAN YANG DIPERLUKAN.HASIL PENELITIAN TERSEBUT DITUANGKAN DALAMDOKUMEN TERTULIS BERUPA BERITA ACARAPENYELESAIAN PIHAK KETIGA PERWAKILAN (BAPPKP)YANG DITANDATANGANI OLEH KETUA TIM BERSAMAPENGELOLA KEUANGAN PERWAKILAN YANG AKANDILAKUKAN PADA TAHUN ANGGARAN 2005.

9. PERWAKILAN YANG TIDAK MEMILIKI MASALAH DENGANPIHAK KETIGANYA DAN TELAH MENUNJUKAN PERANAKTIFNYA DIUCAPKAN TERIMA KASIH.

10. DEMIKIAN INSTRUKSI INI UNTUK DILAKSANAKAN DANDILAPORKAN PELAKSANAANNYA KE PUSAT DALAMKESEMPATAN PERTAMA TTK.

DEMIKIAN UMP TTKHBS

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 458: Buku 1 keuangan

434

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA BERITA RAHASIA

PUSAT KOMUNIKASI KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

Tanggal : 24 FEBRUARI 2006 KONSEP NO : 12199

PRO PERWAKILAN RI : BRUSSEL, ALL PERWAKINS

NO : 060812PRO : KEPPRI BRUSSELINFO : ALL KEPPRIEX : SEKJENRE : PEMBUKUAN PENGELUARAN PIHAK KETIGA

PERWAKINS

MERUJUK BRAFAX KBRI BRUSSEL PERIHAL PERMOHONANIJIN MELAKUKAN PEMBUKUAN PIHAK KETIGA DALAM RANGKAKUNJUNGAN KERJA WAKIL PRESIDEN RI KE BRUSSEL TANGGAL17-19 JANUARI 2006 KMA BERSAMA INI DISAMPAIKAN HALS SBBTTKDUA

1. SESUAl KAWAT SEKJEN NOMOR 056072 RE PEDOMANSEMENTARA PENYELESAIAN PIHAK KETIGA PERWAKINS BUTIR7.D DINYATAKAN BAHWA”TMT 1 JANUARI 2006 PERWAKIN TIDAKDIPERKENANKAN MELAKUKAN PEMBUKUAN PIHAK KETIGA.APABILA DALAM KEADAAN TERPAKSA. PERWAKIN HANYADIPERKENANKAN MELAKUKAN PEMBAYARAN YANG SIFATNYAMENGIKAT SEPERTI PEMBAYARAN GAJI/TPLN, SEWA, GAS, AIR,LISTRIK SETELAH TERLEBIH DAHULU MENDAPAT IJIN DARI PUSAT.

2. PENGELUARAN DALAM RANGKA KUNJUNGAN WAPRESSIFATNYA KHUSUS SEHINGGA PERWAKIN DIPERKENANKANUNTUK SEMENTARA WAKTU MELAKUKAN PEMBUKUAN PIHAKKETIGA AKTIF BAGI PENGELUARAN TERSEBUT DENGAN SYARATBAHWA PENGELUARAN YANG MENJADI BEBAN PERWAKIN SEGERADIDEFINITIFKAN DENGAN MENGOPTIMALKAN ANGGARANPERWAKIN SEDANGKAN YANG MENJADI BEBAN KANTOR WAPRESSESUAl DENGAN SURAT GARANSI NOMOR B-93/SET.WK.PRESI/2-6 TANGGAL 13 JANUARI 2C SEGERA DIPROSES DENGAN KANTORWAPRES ET SEGERA DIPERTANGGUNG-JAWABKAN SESUAl DENGANKETENTUAN YANG BERLAKU TTK

DEMIKIAN UMP TTKHBS

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 459: Buku 1 keuangan

435ADMINISTRASI KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAANNOMOR : PER-44/PB/2006

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU LAPORAN KEUANGANKEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN,

Menimbang : a. bahwa sesuai dengan amanat Pasal 33 ayat (3)Peraturan Pemerintah Nomor 08/2006 tentangPelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintahdan Pasal 32 ayat (4) sampai dengan (6) PeraturanMenteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentangSistem Akuntansi dan Pelaporan KeuanganPemerintah Pusat, Aparat Pengawasan InternKementerian Negara/Lembaga melakukan reviu atasLaporan Keuangan Kementerian Negara/Lembagayang bersangkutan;

b. bahwa sesuai dengan Peraturan Menteri KeuanganNomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansidan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat,disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut yangdiperlukan dalam rangka pelaksanaan sistemakuntansi dan pertanggungjawaban keuanganKementerian Negara/Lembaga diatur denganPeraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkanPeraturan Direktur Jenderal Perbendaharaantentang Pedoman Pelaksanaan Reviu LaporanKeuangan Kementerian Negara/Lembaga;

Page 460: Buku 1 keuangan

436 ADMINISTRASI KEUANGAN

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5.Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung JawabKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 66, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4400);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005tentang Standar Akuntansi Pemerintahan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4503);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2006tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja InstansiPemerintah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2006 Nomor 25, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4614);

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan PelaporanKeuangan Pemerintah Pusat;

7. Peraturan Direktur Jenderal PerbendaharaanNomor PER-24/PB/2006 tentang PelaksanaanPenyusunan Laporan Keuangan KementerianNegara/Lembaga;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDA-HARAAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAANREVIU LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIANNEGARA/LEMBAGA.

Page 461: Buku 1 keuangan

437

Pasal 1

1. Reviu adalah prosedur penelusuran angka-angka dalam laporankeuangan, permintaan keterangan dan analitik yang harusmenjadi dasar memadai bagi Aparat Pengawasan Intern untukmemberi keyakinan terbatas bahwa tidak ada modifikasi materialyang harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporankeuangan tersebut sesuai dengan Standar AkuntansiPemerintahan.

2. Tujuan reviu adalah untuk memberikan keyakinan akurasi,keandalan, keabsahan informasi yang disajikan dalam laporankeuangan sebelum disampaikan oleh menteri/pimpinan lembagakepada Presiden melalui Menteri Keuangan.

3. Ruang lingkup reviu adalah sebatas penelaahan laporan keuangandan catatan akuntansi.

4. Sasaran reviu adalah untuk memperoleh keyakinan bahwalaporan keuangan entitas pelaporan telah disusun dan disajikansesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

5. Reviu tidak memberikan dasar bagi Aparat Pengawasan Internuntuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan sepertidalam pelaksanaan audit.

Pasal 2

1. Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga wajibmelakukan reviu atas laporan keuangan.

2. Apabila Kementerian Negara/Lembaga belum memiliki AparatPengawasan Intern, Sekretaris Jenderal/Pejabat yang setingkatpada Kementerian Negara/Lembaga menunjuk beberapa orangpejabat di luar Biro/Bidang Keuangan untuk melakukan reviuatas laporan keuangan.

3. Reviu atas laporan keuangan dilakukan secara pararel denganpelaksanaan anggaran dan penyusunan laporan keuanganKementerian Negara/Lembaga.

Pasal 3

1. Pelaksanaan reviu dilakukan dengan cara sebagaimana ditetapkandalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaanini.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 462: Buku 1 keuangan

438

2. Hasil reviu dituangkan dalam Pernyataan Telah Direviu.

3. Pernyataan Telah Direviu ditandatangani oleh Aparat PengawasanIntern Kementerian Negara/Lembaga.

Pasal 41. Pernyataan Telah Direviu merupakan salah satu dokumen

pendukung untuk penyusunan Statement of Responsibility(Pernyataan Tanggung Jawab) oleh Menteri/Pimpinan Lembaga.

2. Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yangdisampaikan kepada Menteri Keuangan disertai denganPertanyaan Tanggung Jawab yang ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dan Pernyataan Telah Direviu yangditandatangani oleh Aparat Pengawasan Intern KementerianNegara/Lembaga.

Pasal 5

Peraturan Direktur Perbendaharaan ini mulai berlaku terhitung mulaitanggal 1 Januari 2006 dan apabila dikemudian hari ternyata terdapatkekeliruan dalam peraturan ini akan diadakan perbaikan sebagaimanamestinya.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumumanPeraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini denganpenempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 29 Agustus 2006

DIREKTUR JENDERAL

ttd

MULIA P. NASUTION

NIP. 06004651

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 463: Buku 1 keuangan

439ADMINISTRASI KEUANGAN

Tanggal : 19 Januari 2007 KONSEP NO : 0992

PRO PERWAKILAN RI : SEMUA PERWAKILAN

SANGAT SEGERA

NO : 0700452PRO : SEMUA KEPPRISEX : SEKJENRE : KEPUTUSAN RAPIM DEPLU RE HAKS ADMINISTRATIF

DAN KEUANGAN PEGAWAI YANG DIMUTASIKAN

disampaikan keputusan rapim deplu tgl 17 Januari 2007 re tsb diatas bhw sambil menunggu diberlakukannya peraturan menteri repejabat dinas luar negeri diputuskan sbb :1. pegawai yang dipindahkan/ditempatkan pada perwakilan ri di

luar negeri sebelum mendapatkan perumahan diijinkan tinggal dihotel, tidak termasuk makan, untuk waktu paling lama 2 (dua)bulan (keppres no. 42/2002) dalam pelaksanaannya ijin tinggaltsb dapat dilakukan selama 1 bulan atau lebih pada saatkedatangan dan sisanya dapat diambil pada saat ditarik kembalike jakarta atau dipindahkan antar perwakilan.

2. Pengangkatan pegawai bawaan keppri dan wakeppri diatur sbb :2.1 Pengangkatan sekretaris pribadi, kepala rumah tangga dan

pengemudi atau pembantu rumah tangga yang dibawa dubeslbbp dibiayai oleh negara.

2.2Pengangkatan kepala rumah tangga dan sekretaris pribadiatau pengemudi yang dibawa oleh duta besar/deputi wakiltetap ri, wakeppri, konsul jenderal, konsul, konsul kepalaperwakilan dan kuasa usaha tetap dibiayai oleh negara(keputusan menteri luar negeri no. 015/1989).

3. uang harian perjalanan dinas pindah diberikan untuk pegawaiselama tiga hari di tempat keberangkatan ke luar negeri ataukedatangan dari luar negeri (kepmenkeu no. 7/2003).

Biaya Pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SAHLI MANAJEMEN, KA BAM, KARO KEPEG, KARO KEU, BAG.ADM KEPEG LN.

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

Page 464: Buku 1 keuangan

440

Tanggal : 26 FEBRUARI 1999 KONSEP NO : 90703

PRO PERWAKILAN RI : ALLS PERWAKINS

NO : 990986PRO : KEPPRIEX : SEKJENRE : PENYELESAIAN PIHAK KETIGA

Berdasarkan hasil pemantauan keadaan keuangan perwakilan ri kmapada perwakilan saudara masih terdapat pembukuan p.III ttk

untuk tertibnya keuangan perwakilan ri et demi menjaga likuiditaskeuangan perwakilan kma agar p.III tersebut khususnya yangbersaldo minus dapat segera diselesaikan dengan pihaks yangbersangkutan ttk

dalam suasana krisis moneter dewasa ini diingatkan kembali hindarkanpembukuan p.III agar terjaga likuiditas keuangan perwakilan saudarattk

demikian ump et laporkan tindak lanjut penyelesaiannya ttkhbs

Biaya Pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, KARO KEUANGAN

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 465: Buku 1 keuangan

441ADMINISTRASI KEUANGAN

KONSEP KAWAT RAHASIA

ALL PERWAKIN

NO : 0702307PRO : ALL KEPPRISUP : HOC DAN BPKRTEX : SEKJENRE : PENCURIAN CEK, PEMALSUAN TANDA

DATA TRANSAKSI BANK STATEMENT

MERUJUK POKOK KAWAT DISAMPAIKAN HALS SBB TTK DUA

1. SEHUBUNGAN DENGAN ADANYA PENCURIAN CEK KMAPEMALSUAN TANDA TANGAN CEK KMA DAN MANIPULASI DATATRANSAKSI BANK STATEMENT YANG DILAKUKAN OLEHPEGAWAI/LOCAL STAFF BAGIAN ADMINISTRASI PADABEBERAPA PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI

2. UNTUK ITU DIMINTA PERHATIAN SDR TTK DUA

2.1. AGAR HOC DAN BPKRT HARUS SELALU MELIHATSECARA AKURAT KEASLIAN BANK STATEMENT DANMENELITI KESELURUHAN DATA TRANSAKSI BANKSTATEMENT TTK

2.2. AGAR HOC DAN BPKRT SECARA RUTIN SETIAP AKHIRBULAN MELAKUKAN PEMERIKSAAN SALDO UANG PADABANK DIMANA UANG PERWAKILAN TSB DISIMPAN TTK

2.3. AGAR BPKRT HARUS SELALU MENYIMPAN A.L BUKUCEK DI DALAM LEMARI BESI TTK

2.4. AGAR PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT OLEHPARA PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN (KEPPRI, HOCDAN BPKRT) HARUS LEBIH DITINGKATKAN

DEMIKIAN AGAR KEPPRI MELAKSANAKAN INSTRUKSI TSBDENGAN SEKSAMA DAN BERTANGGUNG JAWAB TTK HBS

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

Page 466: Buku 1 keuangan

442

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARANOMOR 18 TAHUN 2006

TENTANG

TATA CARA PERMINTAAN, PEMBERIAN, DANPENGHENTIAN TUNJANGAN UMUM BAGI PEGAWAI

NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

Menimbang : bahwa untuk menjamin kelancaran pelaksanaanPeraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2006 tentangTunjangan Umum Bagi Pegawai Negeri Sipil, perlumenetapkan tata cara permintaan, pemberian, danpenghentian Tunjangan Umum bagi Pegawai NegeriSipil.

Mengingat : dengan Peraturan Kepala Badan KepegawaianNegara;

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentangPokok-pokok Kepegawaian (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3041) sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 43 Tahun 1999(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3890);

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 467: Buku 1 keuangan

443ADMINISTRASI KEUANGAN

2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3098) sebagaimanatelah beberapa kali diubah, terakhir denganPeraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2005(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 151);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan,dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4263);

4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata KerjaLembaga Pemerintah Non Departemensebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun2005;

5. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001tentang Susunan Organisasi dan Tugas EselonI Lembaga Pemerintah Non Departemensebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun2005.

6. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2006tentang Tunjangan Umum Bagi Pegawai NegeriSipil;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIANNEGARA TENTANG TATA CARA PERMINTAAN,PEMBERIAN, DAN PENGHENTIAN TUNJANGANUMUM BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

Page 468: Buku 1 keuangan

444

Pasal 1

Tata cara permintaan, pemberian, dan penghentian TunjanganUmum bagi Pegawai Negeri Sipil adalah sebagaimana tersebut dalamLampiran I Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini.

Pasal 2Untuk mempermudah pelaksanaan Peraturan Kepala BadanKepegawaian Negara ini, dilampirkan salinan Peraturan PresidenNomor 12 Tahun 2006 tentang Tunjangan Umum Bagi PegawaiNegeri Sipil, sebagaimana tersebut dalam Lampiran II PeraturanKepala Badan Kepegawaian Negara ini.

Pasal 3Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini mulai berlaku padatanggal ditetapkan dan mempunyai daya laku surut sejak berlakunyaPeraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2006.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 30 Juni 2006

KepalaBadan Kepegawaian Negara

ttd

PRAPTO HADI

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 469: Buku 1 keuangan

445ADMINISTRASI KEUANGAN

LAMPIRAN IPERATURAN KEPALA BADANKEPEGAWAIAN NEGARANOMOR : 18 TAHUN 2006TANGGAL : 30 Juni 2006

TATA CARA PERMINTAAN, PEMBERIAN, DANPENGHENTIAN TUNJANGAN UMUM BAGI PEGAWAI

NEGERI SIPIL

I. PENDAHULUANA. UMUM

1. Untuk meningkatkan mutu, prestasi, pengabdian, dansemangat kerja bagi Pegawai Negeri Sipil yang tidakmenerima tunjangan jabatan struktural, tunjanganjabatan fungsional dan tunjangan yang dipersamakandengan tunjangan jabatan, telah ditetapkan pemberianTunjangan Umum bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimanaditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun2006.

2. Dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara inidiatur hal-hal yang berkenaan dengan tata carapermintaan, pemberian, dan penghentian TunjanganUmum bagi Pegawai Negeri Sipil.

B. TUJUANKetentuan dalam Peraturan Kepala Badan KepegawaianNegara ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam pelaksanaanpermintaan, pemberian, dan penghentian Tunjangan Umumbagi Pegawai Negeri Sipil.

C. PENGERTIANDalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara iniyang dimaksud dengan :

1. Pegawai Negeri Sipil adalah Calon Pegawai Negeri Sipildan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 43 Tahun 1999.

Page 470: Buku 1 keuangan

446 ADMINISTRASI KEUANGAN

2. Tunjangan Umum adalah tunjangan yang diberikankepada Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai NegeriSipil yang tidak menerima :

a. Tunjangan jabatan struktural;

b. Tunjangan jabatan fungsional; atau

c. Tunjangan yang dipersamakan dengan tunjanganjabatan.

3. Tunjangan yang dipersamakan dengan tunjanganjabatan adalah Tunjangan Tenaga Kependidikan,Tunjangan Jabatan Anggota dan Sekretaris PenggantiMahkamah Pelayaran, Tunjangan Jabatan Bagi PejabatTertentu yang ditugaskan pada Badan PemeriksaKeuangan, Tunjangan Hakim, Tunjangan Panitera,Tunjangan Jurusita dan Jurusita Pengganti, TunjanganPengamat Gunungapi bagi Pegawai Negeri Sipil GolonganI dan II, dan tunjangan jabatan lain yang diberikankepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatantertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan,termasuk Tunjangan Petugas Pemasyarakatan.

4. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang berwenangmengangkat, memindahkan, dan memberhentikanPegawai Negeri Sipil di lingkungannya atau pejabat lainyang ditunjuk olehnya sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

II. TATA CARA PERMINTAAN DAN PEMBERIANTUNJANGAN UMUM

A. PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG BERHAK MENERIMATUNJANGAN UMUM1. Pegawai Negeri Sipil yang berhak menerima Tunjangan

Umum adalah Pegawai Negeri Sipil yang tidak menerimatunjangan jabatan struktural tunjangan jabatanfungsional, atau tunjangan yang dipersamakan dengantunjangan jabatan.

2. Besarnya Tunjangan Umum bagi Pegawai Negeri Sipiladalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran PeraturanPresiden Nomor 12 Tahun 2006.

Page 471: Buku 1 keuangan

447

B. PROSEDUR PEMBAYARAN TUNJANGAN UMUM

1. Pejabat Pembuat Daftar Gaji mengajukan usulpermintaan pembayaran Tunjangan Umum bersamaandengan permintaan gaji kepada Kepala Kantor PelayananPerbendaharaan Negara/Kepala Biro/Kepala BagianKeuangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

2. Pemberian Tunjangan Umum sebagaimana dimaksuddalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2006, tidakperlu ditetapkan dengan surat keputusan.

3. Tunjangan Umum dibayarkan terhitung mulai tanggal 1(satu) bulan berikutnya setelah Calon Pegawai NegeriSipil/Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan secara nyatamelaksanakan tugas yang dibuktikan dengan SuratPernyataan Melaksanakan Tugas dari pejabat yangberwenang, dibuat menurut contoh sebagaimanatersebut dalam Anak Lampiran l-h Keputusan KepalaBadan Kepegawaian Negara Nomor 11 Tahun 2002tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan PemerintahNomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan PegawaiNegeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan PeraturanPemerintah Nomor 11 Tahun 2002.

4. Pelaksanaan tugas yang dimulai tanggal 1 (satu),Tunjangan Umum dibayarkan pada bulan yangbersangkutan/bulan berjalan.

5. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada angka4, apabila bertepatan dengan hari libur sehinggapelaksanaan tugasnya dilaksanakan pada tanggalberikutnya, Tunjangan Umum dibayarkan mulai bulanitu juga.

6. Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Negeri Sipil yangtelah menerima gaji pada bulan Januari 2006, TunjanganUmum dibayarkan mulai bulan Januari 2006.

7. Permintaan Tunjangan Umum bagi Calon Pegawai NegeriSipil dan Pegawai Negeri Sipil tersebut pada angka 6,disampaikan kepada Kepala Kantor PelayananPerbendaharaan Negara/Kepala Biro/Kepala BagianKeuangan Pemerintah Daerah yang bersangkutanberdasarkan daftar gaji Calon Pegawai Negeri Sipil danPegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 472: Buku 1 keuangan

448

8. Dalam hal Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai NegeriSipil mengalami mutasi kepegawaian pada bulan Januari2006 atau sesudahnya yang mengakibatkan perubahangaji, tunjangan keluarga, dan atau tunjangan pangan,maka harus dilampirkan surat/surat keputusan yangberkenaan/berkaitan mengenai mutasi tersebut.

9. Pegawai Negeri Sipil yang pindah instansi pada bulanJanuari 2006 atau sesudahnya, Tunjangan Umumdibayarkan melalui instansi dimana gaji Pegawai NegeriSipil yang bersangkutan dibayarkan terakhir.

III. PEMBERIAN DAN PENGHENTIAN TAMBAHANTUNJANGAN UMUM1. Bagi Pegawai Negeri Sipil yang sejak tanggal 1 Januari 2006

dan seterusnya menerima penghasilan kurang dari Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah), kepada yang bersangkutandiberikan Tambahan Tunjangan Umum sehingga penghasilanseluruhnya menjadi Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).

2. Penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka 1 terdiridari gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan pangan, dantunjangan umum sebelum digunakan untuk membayar iuranwajib Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Contoh :

a. Seorang CPNS golongan ruang I/a masa kerja 0 tahun,status bujangan. Penghasilannya setelah diberikantunjangan umum menjadi sebagai berikut :

Gaji pokok 80% x Rp. 661.300,- = Rp. 529.040,-Tunjangan pangan 1 x Rp.31.450,- = Rp. 31.450,-Tunjangan umum = Rp. 175.000,- +Penghasilan = Rp. 735.490,-

Dalam hal demikian, maka kepada CPNS yangbersangkutan diberikan Tambahan Tunjangan Umumsebesar :

Rp. 1.000.000 - Rp. 735.490 = Rp. 264.510,-

b. Seorang CPNS golongan ruang I/a masa kerja 0 tahun,dengan 1 isteri tanpa anak. Penghasilannya setelahdiberikan tunjangan umum menjadi sebagai berikut :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 473: Buku 1 keuangan

449

Gaji pokok 80% x Rp. 661. 300,- = Rp. 529.040,-Tunjangan keluarga 10%xRp.529. 040,-= Rp. 52.904,-Tunjangan pangan 2 x Rp. 31 .450,- = Rp. 62.900,-Tunjangan umum = Rp. 175.000,- +Penghasilan = Rp. 819.844,-

Dalam hal demikian, maka kepada CPNS yangbersangkutan diberikan Tambahan Tunjangan Umumsebesar :

Rp. 1.000.000,- - Rp. 819.844,- = Rp. 180.156,-

c. Seorang CPNS golongan ruang I/a masa kerja 0 tahun,dengan 1 isteri dan 1 anak. Penghasilannya setelahdiberikan tunjangan umum menjadi sebagai berikut :

Gaji pokok 80% x Rp.661.300,- = Rp. 529.040,-Tunjangan keluarga 12%xRp.529.040,-= Rp. 63.485,-Tunjangan pangan 3 x Rp.31.450,- = Rp. 94.350,-Tunjangan umum = Rp. 175.000,- +Penghasilan = Rp. 861.875,-

Dalam hal demikian, maka kepada CPNS yangbersangkutan diberikan Tambahan Tunjangan Umumsebesar :

Rp. 1.000.000,- Rp. 861.875 = Rp. 138.125,-

d. Seorang PNS golongan ruang I/a masa kerja 1 tahun 6bulan status bujangan. Penghasilannya setelah diberikantunjangan umum menjadi sebagai berikut :

Gaji pokok = Rp. 661.300,-Tunjangan pangan 1 x Rp.31.450,- = Rp. 31.450,-Tunjangan umum = Rp. 175.000,- +Penghasilan = Rp. 867.750,-

Dalam hal demikian, maka kepada PNS yangbersangkutan diberikan Tambahan Tunjangan Umumsebesar :

Rp. 1.000.000, - Rp. 867.750 = Rp. 132.250,-

e. Seorang PNS golongan ruang I/a masa kerja 1 tahun 6bulan dengan 1 isteri tanpa anak. Penghasilannya setelahdiberikan tunjangan umum menjadi sebagai berikut :

Gaji pokok = Rp. 661.300,-Tunjangan keluarga 10%xRp.661.300,-= Rp. 66.130,-Tunjangan pangan 2 x Rp.31.450,- = Rp. 62.900,-

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 474: Buku 1 keuangan

450

Tunjangan umum = Rp. 175.000,- +Penghasilan = Rp. 965.330,-

Dalam hal demikian, maka kepada PNS yangbersangkutan diberikan Tambahan Tunjangan Umumsebesar :

Rp. 1.000.000, - Rp. 965.330 = Rp. 34.670,-

f. Seorang PNS golongan ruang I/a masa kerja 1 tahun 6bulan dengan 1 isteri dan 1 anak. Penghasilannya setelahdiberikan tunjangan umum menjadi sebagai berikut :

Gaji pokok = Rp. 661.300,-Tunjangan keluarga 12%xRp.661.300,-= Rp. 79.356,-Tunjangan pangan 3 x Rp.31.450,- = Rp. 94.350,-Tunjangan umum = Rp. 175.000,- +Penghasilan = Rp.1.010.006,-

Dalam hal demikian, karena penghasilannya sudah lebihdari Rp.1.000.000,- maka kepada PNS yangbersangkutan tidak diberikan Tambahan TunjanganUmum.

g. Seorang CPNS golongan ruang ll/a status bujangan masakerja 0 tahun. Penghasilannya setelah diberikantunjangan umum menjadi sebagai berikut :

Gaji pokok 80% x Rp.834.400,- = Rp. 667.520,-Tunjangan pangan 1 x Rp.31.450,- = Rp. 31.450,-Tunjangan umum = Rp. 180.000,- +Penghasilan = Rp. 878.970,-

Dalam hal demikian, maka kepada CPNS yangbersangkutan diberikan Tambahan Tunjangan Umumsebesar :

Rp. 1.000.000,- Rp. 878.970 = Rp. 121.030,-

h. Seorang CPNS golongan ruang II/a masa kerja 0 tahundengan 1 isteri tanpa anak. Penghasilannya setelahdiberikan tunjangan umum menjadi sebagai berikut :

Gaji pokok 80% x Rp. 834.400,- = Rp. 667.520,-Tunjangan keluarga 10%xRp. 667.520,= Rp. 66.752,-Tunjangan pangan 2 x Rp.31.450,- = Rp. 62.900,-Tunjangan umum = Rp. 180.000,- +Penghasilan = Rp. 977.172,-

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 475: Buku 1 keuangan

451

Dalam hal demikian, maka kepada CPNS yangbersangkutan diberikan Tambahan Tunjangan Umumsebesar:

Rp. 1.000.000,-Rp. 977.172 = Rp. 22.828,-

i. Seorang CPNS golongan ruang ll/a masa kerja 0 tahundengan 1 isteri dan 1 anak. Penghasilannya setelahdiberikan tunjangan umum menjadi sebagai berikut :

Gaji pokok 80% x Rp.834.400,- = Rp. 667.520,-Tunjangan keluarga 12%x p. 667.520,-= Rp. 80.102,-Tunjangan pangan 3 x Rp.31.450,- = Rp. 94.350,-Tunjangan umum = Rp. 180.000,- +Penghasilan = Rp.1.021.972,-

Dalam hal demikian, karena penghasilannya sudah lebihdari Rp. 1.000.000,- maka kepada CPNS yangbersangkutan tidak diberikan Tambahan TunjanganUmum.

j. Seorang CPNS golongan ruang III/a masa kerja 0 tahunstatus bujangan. Penghasilannya setelah diberikantunjangan umum menjadi sebagai berikut :

Gaji pokok 80% x Rp. 1.041.200,- = Rp. 832.960,-Tunjangan pangan 1 x Rp.31.450,- = Rp. 31.450,-Tunjangan umum = Rp. 185.000,- +Penghasilan = Rp. 1.049.410,-

Dalam hal demikian, karena penghasilannya sudah lebihdari Rp.1.000.000,-, maka kepada CPNS yangbersangkutan tidak diberikan Tambahan TunjanganUmum.

3. Pemberian Tambahan Tunjangan Umum bagi Pegawai NegeriSipil dihentikan apabila penghasilan yang terdiri dari gaji pokok,tunjangan keluarga, tunjangan pangan, dan tunjanganumum telah mencapai Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah)sebelum digunakan untuk membayar iuran wajib PegawaiNegeri Sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Contoh :

Seorang CPNS golongan ruang ll/a masa kerja 0 tahundengan 1 isteri tanpa anak. Penghasilannya setelah diberikantunjangan umum menjadi sebagai berikut :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 476: Buku 1 keuangan

452

Gaji pokok 80% x Rp.834.400,- = Rp. 667.520,-Tunjangan keluarga 10% x Rp. 667.520,- = Rp. 66.752,-Tunjangan pangan 2x Rp.31.450,- = Rp. 62.900,-Tunjangan umum = Rp. 180.000,- +Penghasilan = Rp. 977.172,-

Dalam hal demikian, maka kepada CPNS yang bersangkutandiberikan Tambahan Tunjangan Umum sebesar :

Rp. 1.000.000,- Rp. 977.172,- = Rp. 22.828,-

Apabila CPNS yang bersangkutan telah diangkat menjadiPNS dengan masa kerja 1 tahun 6 bulan, makapenghasilannya setelah diberikan tunjangan umum menjadisebagai berikut :

Gaji pokok = Rp. 843.800,-Tunjangan keluarga 10% xRp.843.800,- = Rp. 84.380,-Tunjangan pangan 2 x Rp.31.450,- = Rp. 62.900,-Tunjangan umum = Rp. 180.000,- +Jumlah = Rp.1.171.080,-

Dalam hal demikian, karena penghasilan yang bersangkutantelah lebih dari Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah), makapemberian Tambahan Tunjangan Umum sebesar Rp.22.828,- dihentikan.

IV. PENGHENTIAN PEMBAYARAN TUNJANGAN UMUM

1. Pembayaran Tunjangan Umum dihentikan apabila PegawaiNegeri Sipil yang bersangkutan :

a. menerima tunjangan jabatan struktural atau tunjanganjabatan fungsional;

b. menerima tunjangan yang dipersamakan dengantunjangan jabatan;

c. menjalani cuti besar atau cuti di luar tanggungan negara;

d. berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil;

e. diberhentikan dari jabatan organik;

f. diberhentikan sementara dari jabatan negeri;

g. menjalani masa bebas tugas/masa persiapan pensiun;

h. menjalani masa uang tunggu;

i. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 477: Buku 1 keuangan

453

j. dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian denganhormat atau pemberhentian tidak dengan hormatsebagai Pegawai Negeri Sipil;

2. Khusus bagi Pegawai Negeri Sipil yang tugas belajar untukjangka waktu lebih dari 6 (enam) bulan, Tunjangan Umumdihentikan terhitung mulai bulan ketujuh. Tunjangan Umumdibayarkan kembali setelah dinyatakan telah melaksanakantugas kembali oleh pejabat yang berwenang. SuratPernyataan Melaksanakan Tugas Kembali dibuat menurutcontoh sebagai tersebut dalam Anak Lampiran l-a PeraturanKepala Badan Kepegawaian Negara ini.

Contoh :

Seorang Pegawai Negeri Sipil ditugaskan mengikuti tugasbelajar mulai tanggal 1 Nopember 2006 sampai dengan 30April 2008. Pegawai Negeri Sipil tersebut dinyatakanmelaksanakan tugas kembali terhitung mulai tanggal 10 Mei2008. Dalam hal yang demikian :

a. Tunjangan Umum untuk bulan Nopember 2006 sampaidengan bulan April 2007 tetap dibayarkan.

b. Tunjangan Umum dihentikan terhitung mulai bulan Mei2007 sampai Mei 2008.

c. Tunjangan Umum dibayarkan kembali mulai bulan Juni2008 dan seterusnya, apabila Surat PernyataanMelaksanakan Tugas Kembali telah diterima oleh KepalaKantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/Kepala Biro/Kepala Bagian Keuangan Pemerintah Daerah yangbersangkutan.

3. Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin beratberupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaansendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagaiPegawai Negeri Sipil, walaupun kemudian mengajukanbanding ke Badan Pertimbangan Kepegawaian (Bapek),Tunjangan Umum tetap dihentikan.

4. Tunjangan Umum yang dihentikan sebagaimana dimaksudDalam angka 3, dapat dibayarkan kembali setelah adakeputusan Bapek yang meringankan hukuman menjadihukuman disiplin selain pemberhentian dan dinyatakan telahmelaksanakan tugas oleh pejabat yang berwenang.

Contoh :

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 478: Buku 1 keuangan

454

Seorang Pegawai Negeri Sipil telah dijatuhi hukuman disiplinberat berupa pemberhentian dengan hormat tidak ataspermintaan sendiri dan berlaku terhitung mulai tanggal 20Januari 2007. Dalam batas tenggang waktu yang ditentukansetelah diterimanya keputusan, yang bersangkutanmengajukan banding ke Bapek. Setelah melalui prosesakhirnya Bapek pada tanggal 25 Maret 2007 memutuskanbahwa hukumannya diubah menjadi hukuman disiplin tingkatsedang.

Dalam hal demikian Tunjangan Umum yang bersangkutandihentikan terhitung mulai bulan Pebruari 2007 dan TunjanganUmum dibayarkan kembali sejak yang bersangkutandinyatakan melaksanakan tugas oleh pejabat yangberwenang.

5. Penghentian pemberian Tunjangan Umum bagi PegawaiNegeri Sipil yang menjalani cuti besar atau cuti di luartanggungan negara berlaku mulai bulan berikutnya menjalanicuti. Apabila cuti tersebut dijalani mulai tanggal 1 makaTunjangan Umum dihentikan mulai bulan itu juga. Khususbagi Pegawai Negeri Sipil wanita yang menjalani cuti di luartanggungan negara untuk persalinan anak ke 4 (empat)dan seterusnya untuk paling lama 3 (tiga) bulan, makaselama menjalani cuti di luar tanggungan negara yangbersangkutan tidak menerima penghasilan (gaji dantunjangan umum). Gaji dan tunjangan umum dibayarkankembali mulai bulan berikutnya setelah yang bersangkutanselesai menjalani cuti di luar tanggungan negara untukpersalinan anak.

Contoh :

Seorang Pegawai Negeri Sipil wanita menjalani cuti di luartanggungan negara untuk persalinan anak ke 4 (empat)selama 2 (dua) bulan terhitung mulai tanggal 25 Nopember2006 sampai dengan 25 Januari 2007. Setelah selesaimenjalani cuti di luar tanggungan negara untuk persalinananak, ia mulai bekerja kembali terhitung mulai tanggal 26Januari 2007. Dalam hal yang demikian :

a. Dihentikan pembayaran gaji dan Tunjangan Umum untukbulan Desember 2006 dan Januari 2007.

b. Diberikan kembali gaji dan Tunjangan Umum untuk bulanPebruari 2007 dan seterusnya.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 479: Buku 1 keuangan

455

Apabila cuti di luar tanggungan negara bukan karenapersalinan, Tunjangan Umum dibayarkan setelah diaktifkankembali sebagai Pegawai I Sipil serta dinyatakanmelaksanakan tugas.

V. KETENTUAN LAIN-LAIN

1. Tunjangan Umum diberikan juga kepada Pegawai NegeriSipil yang menerima :

a. Tunjangan Bahaya Radiasi Bagi Pekerja Radiasi,sebagaimana dimaksud dalam Keputusan PresidenNomor 48 Tahun 1995;

b. Tunjangan Kompensasi Kerja Bagi Pegawai Negeri yangDitugaskan di Bidang Persandian, sebagaimana dimaksuddalam Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 2001;

c. Tunjangan Bahaya Nuklir Bagi Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional, sebagaimanadimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun2004;

d. Tunjangan Pengelolaan Arsip Statis Bagi Pegawai NegeriSipil di lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia,sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor24 Tahun 2005;

e. Tunjangan Bahaya Radiasi bagi Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Badan Pengawas Tenaga Nuklir, sebagaimanadimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun2005; atau

f. Tunjangan lain yang sejenis dengan tunjangankompensasi/ bahaya yang ditetapkan dengan peraturanperundang-undangan.

2. Pemberian Tunjangan Umum sebagaimana dimaksud padaangka 1, hanya diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yangtidak menerima tunjangan jabatan struktural atau tunjanganjabatan fungsional.

3. Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan di luar instansiinduknya dan tidak menerima tunjangan jabatan struktural,tunjangan jabatan fungsional, tunjangan yangdipersamakan dengan tunjangan jabatan, atau tunjanganjabatan/tunjangan pimpinan di lingkungan tempat ia bekerja,

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 480: Buku 1 keuangan

456

karena gajinya masih dibayarkan oleh instansi induknya,maka Tunjangan Umum dibayarkan melalui instansi induknyabersamaan dengan pembayaran gaji.

Dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil dipekerjakan di luarinstansi induknya, maka pejabat yang bertanggungjawabdi bidang kepegawaian pada instansi tempat ia bekerja,wajib :

a. melaporkan setiap mutasi kepegawaian Pegawai NegeriSipil yang bersangkutan kepada pejabat yangbertanggungjawab di bidang kepegawaian pada instansiinduknya, dengan tembusan kepada pejabat yangmembuat daftar gaji instansi induknya; dan

b. membuat surat pernyataan yang menyebutkan bahwaPegawai Negeri Sipil yang bersangkutan tidak menerimatunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional,tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan,atau tunjangan jabatan/tunjangan pimpinan di lingkungantempat ia bekerja (bagi Pegawai Negeri Sipil yang akandiberikan Tunjangan Umum), dibuat menurut contohsebagaimana tersebut dalam Anak Lampiran l-b PeraturanKepala Badan Kepegawaian Negara ini,

4. Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan di luar instansiPemerintah, Tunjangan Umum tidak diberikan.

5. Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dari jabatan strukturalatau jabatan fungsional, kepada yang bersangkutandiberikan Tunjangan Umum.

6. Apabila terjadi kenaikan pangkat yang mengakibatkan pindahgolongan, maka pemberian Tunjangan Umum diberikanberdasarkan golongan sesuai dengan surat keputusankenaikan pangkat terakhir.

VI. KETENTUAN PERALIHAN1. Calon Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan

sebagai Guru sebelum berlakunya Peraturan Presiden Nomor12 Tahun 2006 dan telah menerima Tunjangan TenagaKependidikan, kepada yang bersangkutan diberikanTunjangan Tenaga Kependidikan.

2. Apabila setelah diberikan Tunjangan Tenaga Kependidikan,penghasilan Calon Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 481: Buku 1 keuangan

457

angka 1 masih kurang dari Rp. 1.000.000,- (satu jutarupiah), kepada yang bersangkutan diberikan tambahanpenghasilan sebesar selisih kekurangan sehingga menjadiRp. 1.000.000,-(satu juta rupiah).

3. Calon Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskansebagai Guru setelah berlakunya Peraturan Presiden Nomor12 Tahun 2006, kepada yang bersangkutan diberikanTunjangan Umum, dan berlaku ketentuan sebagaimanadimaksud pada angka III Peraturan Kepala BadanKepegawaian Negara ini.

4. Apabila Calon Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksuddalam angka 3 telah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil,maka Tunjangan Umum dihentikan, dan kepada yangbersangkutan diberikan Tunjangan Tenaga Kependidikansesuai peraturan perundang-undangan.

5. Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat dalam jabatanfungsional tetapi belum ditetapkan pemberian tunjanganjabatan fungsionalnya, kepada yang bersangkutan diberikanTunjangan Umum sampai dengan diberikan tunjanganjabatan fungsionalnya.

VII.PENUTUP

1. Apabila dalam pelaksanaan Peraturan Kepala BadanKepegawaian Negara ini dijumpai kesulitan agar ditanyakankepada Kepala Badan Kepegawaian Negara untukmendapatkan penyelesaian.

2. Demikian untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

KepalaBadan Kepegawaian Negara,

ttd

PRAPTO HADI

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 482: Buku 1 keuangan

458

Anak Lampiran I-a PERATURAN KEPALA BADANKEPEGAWAIAN NEGARANOMOR : 18 TAHUN 2006TANGGAL : 30 Juni 2006

SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS KEMBALINOMOR : …………………… 1)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ……………………………………… 2)NIP : ……………………………………… 3)Pangkat / Golongan Ruang : ……………………………………… 4)Jabatan : ……………………………………… 5)Unit Organisasi : ……………………………………… 6)

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa :

Nama : ……………………………………… 7)NIP : ……………………………………… 8)Pangkat / Golongan Ruang : ……………………………………… 9)Jabatan : ……………………………………… 10)Unit Organisasi : ……………………………………… 11)

Telah nyata melaksanakan tugas kembali dalam Jabatan tersebut terhitung mulaitanggal ……12) dan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2006,Sdr. ……7) berhak menerima tunjangan umum sebesar Rp. ……………13) (……………… ) sebulan, terhitung mulai tanggal ………… 14).

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dengan mengingatsumpah jabatan/Pegawai Negeri Sipil. Apabila dikemudian hari isi surat pernyataanini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan kerugian terhadap negara, makasaya bersedia menanggung kerugian tersebut.Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala Kantor PelayananPerbendaharaan Negara/Kepala Biro/Kepala Bagian Keuangan Pemerintah Daerah……………15)

………………………………… 16)Pejabat Yang Membuat

Pernyataan,

( ………………………………… 2))

Tembusan Yth :

1. Kepala Badan Kepegawaian Negara up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian2. Kepala Kantor Regional ……… Badan Kepegawaian Negara di …………17)3. Pejabat Pembuat Daftar Gaji yang bersangkutan;4. Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan;5. Pejabat lain yang dipandang perlu.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 483: Buku 1 keuangan

459ADMINISTRASI KEUANGAN

PETUNJUK PENGISIAN ANAK LAMPIRAN I-a

NO NOMOR KODE

URAIAN

1 2 3

1 1) Tulislah nomor surat pejabat yang membuat surat pernyataan melaksanakan tugas kembali sebagai pelaksana.

2 2) Tulislah nama pejabat yang membuat pernyataan.

3 3) Tulislah NIP dari pejabat yang membuat pernyataan.

4 4) Tulislah pangkat dan golongan ruang dari pejabat yang membuat pernyataan.

5 5) Tulislah nama jabatan dari pejabat yang membuat pernyataan.

6 6) Tulislah unit organisasi dari Pejabat yang membuat pernyataan.

7 7) Tulislah nama PNS yang melaksanakan tugas kembali sebagai

8 8) Tulislah NIP dari PNS yang dimaksud dalam angka 7 di atas

9 9) Tulislah pangkat dan golongan ruang PNS tersebut yang dimaksud dalam angka 7.

10 10) Tulislah nama jabatan PNS sebagai tersebut dalam angka 7.

11 11) Tulislah unit organisasi PNS yang bersangkutan bekerja.

12 12) Tulislah tanggal, bulan, dan tahun PNS sebagai tersebut dalam angka 7 secara nyata telah melaksanakan tugas kembali.

13 13) Tulislah dengan angka dan huruf besarnya tunjangan jabatan yang dimaksud dalam angka 10 di atas menurut Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2006.

14 14) Tulislah tanggal, bulan dan tahun mulai PNS berhak menerima tunjangan dimaksud.

15 15) Tulislah nama tempat Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/Kepala Biro/Kepala Bagian Keuangan Pemerintah Daerah dimana Pegawai Negeri Sipil tersebut melaksanakan tugas.

16 16) Tulislah tempat dan tanggal ditetapkannya surat pernyataan.

17 17) Tulislah Nama dan Tempat Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara dimana PNS tersebut melaksanakan tugas.

Page 484: Buku 1 keuangan

460

Anak Lampiran I-a PERATURAN KEPALA BADANKEPEGAWAIAN NEGARANOMOR : 18 TAHUN 2006TANGGAL : 30 Juni 2006

SURAT PERNYATAANNOMOR : …………………… 1)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ……………………………………… 2)NIP : ……………………………………… 3)Pangkat / Golongan Ruang : ……………………………………… 4)Jabatan : ……………………………………… 5)Unit Organisasi : ……………………………………… 6)

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa :

Nama : ……………………………………… 7)NIP : ……………………………………… 8)Pangkat / Golongan Ruang : ……………………………………… 9)Jabatan : ……………………………………… 10)Unit Organisasi : ……………………………………… 11)

terhitung mulai bulan ……12) tidak menerima tunjangan struktural, fungsional,atau tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dengan mengingatsumpah jabatan/Pegawai Negeri Sipil. Apabila dikemudian hari isi surat pernyataanini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan kerugian terhadap negara, makasaya bersedia menanggung kerugian tersebut.Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala Kantor PelayananPerbendaharaan Negara/Kepala Biro/Kepala Bagian Keuangan Pemerintah Daerah……………13)

………………………………… 14)Pejabat Yang Membuat

Pernyataan,

( ………………………………… 2))

Tembusan Yth :

1. Kepala Badan Kepegawaian Negara up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian2. Kepala Kantor Regional ……… Badan Kepegawaian Negara di …………15)3. Pejabat Pembuat Daftar Gaji yang bersangkutan;4. Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan;5. Pejabat lain yang dipandang perlu.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 485: Buku 1 keuangan

461ADMINISTRASI KEUANGAN

PETUNJUK PENGISIAN ANAK LAMPIRAN l-b

NO

NOMOR KODE

URAIAN

1 2 3 1 1) Tulislah nomor surat pejabat yang membuat surat pernyataan. 2 2) Tulislah nama pejabat yang membuat pernyataan. 3 3) Tulislah NIP dari pejabat yang membuat pernyataan. 4 4) Tulislah pangkat dan golongan ruang dari pejabat

yang membuat pernyataan 5 5) Tulislah nama jabatan dari pejabat yang membuat pernyataan. 6 6) Tulislah unit organisasi dari Pejabat yang membuat pernyataan. 7 7) Tulislah nama PNS yang melaksanakan tugas kembali sebagai

pelaksana. 6 8) Tulislah NIP dari PNS yang dimaksud dalam angka 7 di atas. 9 9) Tulislah pangkat dan golongan ruang PNS tersebut

yang dimaksud dalam angka 7. 10 10) Tulislah nama jabatan PNS sebagai tersebut dalam angka 7. 11 11) Tulislah unit organisasi PNS yang bersangkutan bekerja. 12 12) Tulislah bulan, dan tahun PNS sebagai tersebut dalam angka 7

tidak menerima tunjangan struktural, fungsional atau tunjangan yanq dipersamakan denqan tunjangan jabatan

13 13) Tulislah nama tempat Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/Kepala Biro/Kepala Bagian Keuangan Pemerintah Daerah di mana Pegawai Negeri Sipil tersebut melaksanakan tugas.

14 14) Tulislah tempat dan tanggal ditetapkannya surat pernyataan. 15 15) Tulislah Nama dan tempat Kantor Regional Badan

Kepegawaian Negara dimana PNS tersebut melaksanakan tugas.

Page 486: Buku 1 keuangan

462

LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADANKEPEGAWAIAN NEGARANOMOR : 18 TAHUN 2006TANGGAL : 30 Juni 2006

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 12 TAHUN 2006

TENTANGTUNJANGAN UMUM BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraandan produktivitas Pegawai Negeri Sipil, khususnyabagi Pegawai Negeri Sipil yang tidak menerimatunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatanfungsional atau yang dipersamakan dengantunjangan jabatan, dipandang perlu mengaturTunjangan Umum

Mengingat : Bagi Pegawai Negeri Sipil dengan Peraturan PresidenPasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentangPokok-pokok Kepegawaian (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3041) sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 43 Tahun 1999(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3890);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 487: Buku 1 keuangan

463ADMINISTRASI KEUANGAN

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1977 Nomor 11. Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3098) sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2005(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 151);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGANUMUM BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

Pasal 1Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan :

1. Pegawai Negeri Sipil adalah Calon Pegawai Negeri Sipil dan PegawaiNegeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangNomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaiansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43Tahun 1999.

2. Tunjangan Jabatan Struktural adalah tunjangan Jabatan yangdiberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat danditugaskan secara penuh dalam Jabatan struktural sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Tunjangan Jabatan Fungsional adalah tunjangan Jabatan yangdiberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat danditugaskan secara penuh dalam Jabatan fungsional sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan adalahTunjangan Tenaga Kependidikan, Tunjangan Jabatan Anggotadan Sekretaris Pengganti Mahkamah Pelayanan, TunjanganJabatan Bagi Pejabat Tertentu yang Ditugaskan pada BadanPemeriksa Keuangan, Tunjangan Hakim, Tunjangan Panitera,Tunjangan Jurusita dan Jurusita Pengganti, Tunjangan PengamatGunungapi bagi Pegawai Negeri Sipil Golongan I dan II, dantunjangan jabatan lain yang diberikan kepada Pegawai NegeriSipil yang diangkat dalam jabatan tertentu berdasarkan peraturanperundang-undangan.

Page 488: Buku 1 keuangan

464

Pasal 2

Kepada Pegawai Negeri Sipil yang tidak menerima tunjangan jabatanstruktural, tunjangan jabatan fungsional, atau tunjangan yangdipersamakan dengan tunjangan jabatan, diberikan TunjanganUmum setiap bulan.

Pasal 3Besarnya Tunjangan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal2, adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran PeraturanPresiden ini.

Pasal 4Tunjangan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, diberikanterhitung mulai tanggal 1 Januari 2006.

Pasal 5Sejak berlakunya Peraturan Presiden ini, bagi Pegawai Negeri Sipilyang menerima penghasilan yang terdiri dari gaji pokok, tunjangankeluarga, tunjangan pangan, dan tunjangan umum kurang dari Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) sebelum digunakan untuk membayariuran wajib Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan, kepada Pegawai Negeri Sipil yangbersangkutan diberikan tambahan Tunjangan Umum sehinggapenghasilan seluruhnya menjadi Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Pasal 6

1. Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskansebagai Guru sebelum berlakunya Peraturan Presiden ini dantelah menerima Tunjangan Tenaga Kependidikan, kepada yangbersangkutan diberikan Tunjangan Tenaga Kependidikan.

2. Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskansebagai Guru setelah berlakunya Peraturan Presiden ini, kepadayang bersangkutan diberikan Tunjangan Umum berdasarkanPeraturan Presiden ini.

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 489: Buku 1 keuangan

465

Pasal 7

Pemberian Tunjangan Umum, dihentikan apabila Pegawai NegeriSipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diangkat dalam jabatanstruktural atau jabatan fungsional atau karena hal lain yangmengakibatkan pemberian tunjangan dihentikan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 8Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan PeraturanPresiden ini, diatur oleh Menteri Keuangan dan/atau Kepala BadanKepegawaian Negara, baik secara bersama-sama maupun secarasendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

Pasal 9Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi Sekretaris KabinetBidang Hukum

ttd

Lambock V Nahattands

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 490: Buku 1 keuangan

466

LAMPIRANPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR : 12 TAHUN 2006TANGGAL : 11 MEI 2006

TUNJANGAN UMUM BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinyaDeputi Sekretaris Kabinet

Bidang Hukum

ttd

Lambock V Nahattands

NO GOLONGAN BESARNYA TUNJANGAN

1 IV Rp. 190.000,00

2 III Rp. 185.000,00

3 II Rp. 180.000,00

4 I Rp. 175.000,00

ADMINISTRASI KEUANGAN

Page 491: Buku 1 keuangan

467

II

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 492: Buku 1 keuangan

468 PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 493: Buku 1 keuangan

469

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 15 TAHUN 2004

TENTANGPEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB

KEUANGAN NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mendukung keberhasilanpenyelenggaraan pemerintahan negara,keuangan negara wajib dikelola secara tertib,taat pada peraturan perundang-undangan,efisien, ekonomis, efektif, transparan, danbertanggung jawab dengan memperhatikanrasa keadilan dan kepatutan;

b. bahwa untuk mewujudkan pengelolaankeuangan negara sebagaimana dimaksud padahuruf a, perlu dilakukan pemeriksaanberdasarkan standar pemeriksaan oleh BadanPemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan huruf b, perludibentuk Undang-Undang tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab KeuanganNegara;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 20, Pasal 20A,Pasal 23 dan Pasal 23E Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Nomor 4286);

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 494: Buku 1 keuangan

470

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

danPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERIKSAAN

PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGANNEGARA

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:1. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan

evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, danprofesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilaikebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasimengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

2. Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disebut BPK,adalah Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaanpengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk danatas nama BPK.

4. Pejabat yang diperiksa dan/atau yang bertanggung jawab, yangselanjutnya disebut pejabat, adalah satu orang atau lebih yangdiserahi tugas untuk mengelola keuangan negara.

5. Lembaga perwakilan adalah DPR, DPD, DPRD Provinsi dan/atauDPRD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

6. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatanpejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 495: Buku 1 keuangan

471

dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,pengawasan, dan pertanggungjawaban.

7. Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintahuntuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib,taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilandan kepatutan.

8. Standar pemeriksaan adalah patokan untuk melakukanpemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negarayang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan,dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa.

9. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawabansebagaimana ditetapkan dalam Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara, Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 56 ayat (3)Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara.

10.Dokumen adalah data, catatan, dan/atau keterangan yangberkaitan dangan pengelolaan dan tanggung jawab keuangannegara, baik tertulis di atas kertas atau sarana lain, maupunterekam dalam bentuk/corak apapun.

11.Opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulanpemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikandalam laporan keuangan.

12.Rekomendasi adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasilpemeriksaannya, yang ditujukan kepada orang dan/atau badanyang berwenang untuk melakukan tindakan dan/atau perbaikan.

BAB IILINGKUP PEMERIKSAAN

Pasal 2(1) Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas

pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggungjawab keuangan negara.

(2) BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 496: Buku 1 keuangan

472

Pasal 3(1) Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

yang dilakukan oleh BPK meliputi seluruh unsur keuangan negarasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

(2) Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publikberdasarkan ketentuan Undang-Undang, laporan hasilpemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dandipublikasikan.

Pasal 4(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terdiri atas

pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaandengan tujuan tertentu.

(2) Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas laporankeuangan.

(3) Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaankeuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomidan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.

(4) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yangtidak termasuk dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud padaayat (2) dan ayat (3).

Pasal 5(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan

berdasarkan standar pemeriksaan.(2) Standar pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disusun oleh BPK, setelah berkonsultasi dengan Pemerintah.

BAB IIIPELAKSANAAN PEMERIKSAAN

Pasal 6Penentuan obyek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaanpemeriksaan, penentuan waktu dan metode pemeriksaan, sertapenyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan dilakukan secarabebas dan mandiri oleh BPK.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 497: Buku 1 keuangan

473

Pasal 7(1) Dalam merencanakan tugas pemeriksaan, BPK memperhatikan

permintaan, saran, dan pendapat lembaga perwakilan.(2) Dalam rangka membahas permintaan, saran, dan pendapat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPK atau lembagaperwakilan dapat mengadakan pertemuan konsultasi.

Pasal 8Dalam merencanakan tugas pemeriksaan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 ayat (1), BPK dapat mempertimbangkan informasidari pemerintah, bank sentral, dan masyarakat.

Pasal 9(1) Dalam menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara, BPK dapat memanfaatkan hasilpemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah.

(2) Untuk keperluan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), laporanhasil pemeriksaan intern pemerintah wajib disampaikan kepadaBPK.

(3) Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK dapatmenggunakan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPKyang bekerja untuk dan atas nama BPK.

Pasal 10Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan, pemeriksa dapat:a. meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh pejabat atau

pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaanpengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

b. mengakses semua data yang disimpan di berbagai media, aset,lokasi, dan segala jenis barang atau dokumen dalam penguasaanatau kendali dari entitas yang menjadi obyek pemeriksaan atauentitas lain yang dipandang perlu dalam pelaksanaan tugaspemeriksaannya;

c. melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, dandokumen pengelolaan keuangan negara;

d. meminta keterangan kepada seseorang;

e. memotret, merekam dan/atau mengambil sampel sebagai alatbantu pemeriksaan.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 498: Buku 1 keuangan

474

Pasal 11

Dalam rangka meminta keterangan sebagaimana dimaksud dalamPasal 10 huruf d, BPK dapat melakukan pemanggilan kepadaseseorang.

Pasal 12Dalam rangka pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja, pemeriksamelakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan sistempengendalian intern pemerintah.

Pasal 13Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif gunamengungkap adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsurpidana.

Pasal 14(1) Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK segera

melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur bersama oleh BPK dan Pemerintah.

BAB IVHASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAK LANJUT

Pasal 15(1) Pemeriksa menyusun laporan hasil pemeriksaan setelah

pemeriksaan selesai dilakukan.

(2) Dalam hal diperlukan, pemeriksa dapat menyusun laporan interimpemeriksaan.

Pasal 16(1) Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah

memuat opini.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 499: Buku 1 keuangan

475

(2) Laporan hasil pemeriksaan atas kinerja memuat temuan,kesimpulan, dan rekomendasi.

(3) Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu memuatkesimpulan.

(4) Tanggapan pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atastemuan, kesimpulan, dan rekomendasi pemeriksa, dimuat ataudilampirkan pada laporan hasil pemeriksaan.

Pasal 17(1) Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah

pusat disampaikan oleh BPK kepada DPR dan DPD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangandari pemerintah pusat.

(2) Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintahdaerah disampaikan oleh BPK kepada DPRD selambat-lambatnya2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan daripemerintah daerah.

(3) Laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2) disampaikan pula kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(4) Laporan hasil pemeriksaan kinerja disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya.

(5) Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu disampaikankepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya.

(6) Laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat(4) dan ayat (5) disampaikan pula kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(7) Tata cara penyampaian laporan hasil pemeriksaan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5),dan ayat (6) diatur bersama oleh BPK dan lembaga perwakilansesuai dengan kewenangannya.

Pasal 18(1) Ikhtisar hasil pemeriksaan semester disampaikan kepada lembaga

perwakilan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudahberakhirnya semester yang bersangkutan.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 500: Buku 1 keuangan

476

(2) Ikhtisar hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat(1), disampaikan pula kepada Presiden/Gubernur/Bupati/Walikotaselambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya semesteryang bersangkutan.

Pasal 19(1) Laporan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan kepada

lembaga perwakilan, dinyatakan terbuka untuk umum.(2) Laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) tidak termasuk laporan yang memuat rahasia negara yangdiatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 20(1) Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil

pemeriksaan.(2) Pejabat wajib memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK

tentang tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan hasilpemeriksaan.

(3) Jawaban atau penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) disampaikan kepada BPK selambat-lambatnya 60 (enampuluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan diterima.

(4) BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaansebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajibansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksiadministratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.

(6) BPK memberitahukan hasil pemantauan tindak lanjutsebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada lembagaperwakilan dalam hasil pemeriksaan semester.

Pasal 21(1) Lembaga perwakilan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK

dengan melakukan pembahasan sesuai dengan kewenangannya.

(2) DPR/DPRD meminta penjelasan kepada BPK dalam rangkamenindaklanjuti hasil pemeriksaan.

(3) DPR/DPRD dapat meminta BPK untuk melakukan pemeriksaanlanjutan.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 501: Buku 1 keuangan

477

(4) DPR/DPRD dapat meminta Pemerintah untuk melakukan tindaklanjut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan/atau ayat (3).

BAB V

PENGENAAN GANTI KERUGIAN NEGARA

Pasal 22

(1) BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktupertanggungjawaban bendahara atas kekurangan kas/barangyang terjadi, setelah mengetahui ada kekurangan kas/barangdalam persediaan yang merugikan keuangan negara/daerah.

(2) Bendahara dapat mengajukan keberatan atau pembelaan dirikepada BPK dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelahmenerima surat keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat(1).

(3) Apabila bendahara tidak mengajukan keberatan atau pembelaandirinya ditolak, BPK menetapkan surat keputusan pembebananpenggantian kerugian negara/daerah kepada bendaharabersangkutan.

(4) Tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/daerah terhadapbendahara ditetapkan oleh BPK setelah berkonsultasi denganpemerintah.

(5) Tata cara penyelesaian ganti kerugian sebagaimana dimaksudpada ayat (4) berlaku pula bagi pengelola perusahaan umumdan perusahaan perseroan yang seluruh atau paling sedikit 51%(lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara RepublikIndonesia, sepanjang tidak diatur dalam Undang-Undangtersendiri.

Pasal 23

(1) Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota/DireksiPerusahaan Negara dan badan-badan lain yang mengelolakeuangan negara melaporkan penyelesaian kerugian negara/daerah kepada BPK selambat-lambatnya 60 (enam puluh) harisetelah diketahui terjadinya kerugian negara/daerah dimaksud.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 502: Buku 1 keuangan

478

(2) BPK memantau penyelesaian pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan/atau pejabatlain pada kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.

BAB VI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 24

(1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak menjalankan kewajibanmenyerahkan dokumen dan/atau menolak memberikanketerangan yang diperlukan untuk kepentingan kelancaranpemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negarasebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dipidana dengan pidanapenjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dari/ataudenda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, menghalangi,dan/atau menggagalkan pelaksanaan pemeriksaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 10 dipidana dengan pidana penjara palinglama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda palingbanyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap orang yang menolak pemanggilan yang dilakukan oleh BPKsebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 tanpa menyampaikanalasan penolakan secara tertulis dipidana dengan pidana penjarapaling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda palingbanyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(4) Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan atau membuatpalsu dokumen yang diserahkan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satumiliar rupiah).

Pasal 25(1) Setiap pemeriksa yang dengan sengaja mempergunakan

dokumen yang diperoleh dalam pelaksanaan tugas pemeriksaansebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 melampaui bataskewenangannya, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3(tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00(satu miliar rupiah).

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 503: Buku 1 keuangan

479

(2) Setiap pemeriksa yang menyalahgunakan kewenangannyasehubungan dengan kedudukan dan/atau tugas pemeriksaansebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dipidana dengan pidanapenjara sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda setinggi-tingginyaRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 26

(1) Setiap pemeriksa yang dengan sengaja tidak melaporkan temuanpemeriksaan yang mengandung unsur pidana yang diperolehnyapada waktu melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 dan Pasal 14 dipidana dengan pidana penjarapaling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau dendapaling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang tidak memenuhi kewajiban untukmenindaklanjuti rekomendasi yang disampaikan dalam laporanhasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00(lima ratus juta rupiah).

BAB VIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 27(1) Ketentuan mengenai pemeriksaan atas laporan keuangan

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini dilaksanakanmulai sejak pemeriksaan atas laporan keuangan Tahun Anggaran2006.

(2) Penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang sedang dilakukanoleh BPK dan/atau Pemerintah pada saat Undang-Undang inimulai berlaku, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang ada sebelum berlakunya Undang-Undang ini.

(3) Tata cara penyelesaian ganti kerugian negara sebagaimanadimaksud dalam Pasal 22 ayat (4) dan ayat (5) ditetapkanselambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 504: Buku 1 keuangan

480

BAB VIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 28Pada saat Undang-Undang ini berlaku, Instnictie en VerdereBepalingen voor de Algemene Rekenkamer atau IAR (Staatsblad1898 Nomor 9 sebagaimana telah diubah terakhir denganStaatsblad’1933 Nomor 320) dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 29Undang-Undang ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganUndang-Undang ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Disahkan di JakartaPada tanggal 19 Juli 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRIDiundangkan di JakartaPada tanggal 19 Juli 2004

SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAMBANG KESOWOLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 66

Salinan sesuai dengan aslinyaDeputi Sekretaris KabinetBidang Hukum dan PerUndang-Undangan,

ttd

Lambock V. Nahattands

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 505: Buku 1 keuangan

481

PENJELASAN ATASUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 15 TAHUN 2004

TENTANGPEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB

KEUANGAN NEGARA

I. UMUM

A. Dasar PemikiranUntuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuaidengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negaradan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara perlu dilakukan pemeriksaan olehsatu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri,sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalampelaksanaan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara, sampai saat ini, BPK masihberpedoman kepada Instructie en Verdere Bepalingen voorde Algemene Rekenkamer atau IAR (Staatsblad 1898 Nomor9 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Staatsbhid 1933Nomor 320).

Sampai saat ini BPK, yang diatur dalam Undang-UndangNomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,masih belum memiliki landasan operasional yang memadaidalam pelaksanaan tugasnya untuk memeriksa pengelolaandan tanggung jawab keuangan negara. Sebelum berlakunyaUndang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara, selain berpedoman pada IAR, dalampelaksanaan pemeriksaan BPK juga berpedoman padaIndischs Comptabiliteitswet atau ICW (Staatsblad 1925 Nomor448 Jo. Lembaran Negara 1968 Nomor 53).

Agar BPK dapat mewujudkan fungsinya secara efektif, dalamUndang-Undang ini diatur hal-hal pokok yang berkaitandengan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawabkeuangan negara sebagai berikut:

1. Pengertian pemeriksaan dan pemeriksa;

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 506: Buku 1 keuangan

482

2. Lingkup pemeriksaan;3. Standar pemeriksaan;4. Kebebasan dan kemandirian dalam pelaksanaan

pemeriksaan;5. Akses pemeriksa terhadap informasi;6. Kewenangan untuk mengevaluasi pengendalian intern;7. Hasil pemeriksaan dan tindak lanjut;8. Pengenaan ganti kerugian negara;9. Sanksi pidana.

B. Lingkup Pemeriksaan BPKSebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945, pemeriksaan yangmenjadi tugas BPK meliputi pemeriksaan atas pengelolaandan tanggung jawab mengenai keuangan negara.Pemeriksaan tersebut mencakup seluruh unsur keuangannegara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Sehubungan dengan itu, kepada BPK diberi kewenanganuntuk melakukan 3 (tiga) jenis pemeriksaan, yakni:1. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan

keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalamrangka memberikan pernyataan opini tentang tingkatkewajaran informasi yang disajikan dalam laporankeuangan pemerintah.

2. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspekekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan atas aspekefektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentinganmanajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah.Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 mengamanatkan BPK untukmelaksanakan pemeriksaan kinerja pengelolaan keuangannegara. Tujuan pemeriksaan ini adalah untukmengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatianlembaga perwakilan. Adapun untuk pemerintah,pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar kegiatan yangdibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 507: Buku 1 keuangan

483

secara ekonomis dan efisien serta memenuhi sasarannyasecara efektif.

3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaanyang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaankeuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalampemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atashal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan danpemeriksaan investigatif.

Pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan di atasdidasarkan pada suatu standar pemeriksaan. Standardimaksud disusun oleh BPK dengan mempertimbangkanstandar di lingkungan profesi audit secara internasional.Sebelum standar dimaksud ditetapkan, BPK perlumengkonsultasikannya dengan pihak pemerintah sertadengan organisasi profesi di bidang pemeriksaan.

C. Pelaksanaan PemeriksaanBPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahappemeriksaan, yakni perencanaan, pelaksanaan, danpelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam tahapperencanaan mencakup kebebasan dalam menentukanobyek yang akan diperiksa, kecuali pemeriksaan yangobyeknya telah diatur tersendiri dalam Undang-Undang, ataupemeriksaan berdasarkan permintaan khusus dari lembagaperwakilan. Untuk mewujudkan perencanaan yangkomprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaanaparat pengawasan intern pemerintah, memperhatikanmasukan dari pihak lembaga perwakilan, serta informasi dariberbagai pihak. Sementara itu kebebasan dalampenyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antara lain meliputikebebasan dalam penentuan waktu pelaksanaan dan metodepemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang bersifatinvestigatif. Selain itu, kemandirian BPK dalam pemeriksaankeuangan negara mencakup ketersediaan sumber dayamanusia, anggaran, dan sarana pendukung lainnya yangmemadai.

BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang dilakukanoleh aparat pengawasan intern pemerintah. Dengandemikian, luas pemeriksaan yang akan dilakukan dapatdisesuaikan dan difokuskan pada bidang-bidang yang secara

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 508: Buku 1 keuangan

484

potensial berdampak pada kewajaran laporan keuangan sertatingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara.Untuk itu, aparat pengawasan intern pemerintah wajibmenyampaikan hasil pemeriksaannya kepada BPK.

BPK diberi kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen,dan keterangan dari pihak yang diperiksa, kesempatan untukmemeriksa secara fisik setiap aset yang berada dalampengurusan pejabat instansi yang diperiksa, termasukmelakukan penyegelan untuk mengamankan uang, barang,dan/atau dokumen pengelolaan keuangan negara pada saatpemeriksaan berlangsung.

D. Hasil Pemeriksaan dan Tindak LanjutHasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusundan disajikan dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) segerasetelah kegiatan pemeriksaan selesai. Pemeriksaan keuanganakan menghasilkan opini. Pemeriksaan kinerja akanmenghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi,sedangkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu akanmenghasilkan kesimpulan. Setiap laporan hasil pemeriksaanBPK disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengankewenangannya ditindaklanjuti, antara lain denganmembahasnya bersama pihak terkait.

Selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, laporan hasilpemeriksaan juga disampaikan oleh BPK kepada pemerintah.Dalam hal laporan hasil pemeriksaan keuangan, hasilpemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah untukmelakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan,sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa (auditedfinancial statements) memuat koreksi dimaksud sebelumdisampaikan kepada DPR/DPRD. Pemerintah diberikesempatan untuk menanggapi temuan dan kesimpulan yangdikemukakan dalam laporan hasil pemeriksaan. Tanggapandimaksud disertakan dalam laporan hasil pemeriksaan BPKyang disampaikan kepada DPR/DPRD. Apabila pemeriksamenemukan unsur pidana, Undang-Undang ini mewajibkanBPK melaporkannya kepada instansi, yang berwenang sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 509: Buku 1 keuangan

485

BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yangdilakukan selama 1 (satu) semester. Ikhtisar dimaksuddisampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengankewenangannya, dan kepada Presiden serta Gubernur/Bupati/Walikota yang bersangkutan agar memperolehinformasi secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan.

Dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik,Undang-Undang ini menetapkan bahwa setiap laporan hasilpemeriksaan yang sudah disampaikan kepada lembagaperwakilan dinyatakan terbuka untuk umum. Dengandemikian, masyarakat dapat memperoleh kesempatan untukmengetahui hasil pemeriksaan, antara lain melalui publikasidan situs web BPK.

Undang-Undang ini mengamanatkan pemerintah untukmenindaklanjuti rekomendasi BPK. Sehubungan dengan itu,BPK perlu memantau dan menginformasikan hasilpemantauan atas tindak lanjut tersebut kepada DPR/DPD/DPRD.

E. Pengenaan Ganti Kerugian NegaraSebagaimana diamanatkan dalam Pasal 62 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara, Undang-Undang ini mengatur lebih lanjut tentangpengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadapbendahara. BPK menerbitkan surat keputusan penetapanbatas waktu pertanggungjawaban bendahara ataskekurangan kas/barang yang terjadi, setelah mengetahuiada kekurangan kas/barang dalam persediaan yangmerugikan keuangan negara/daerah. Bendahara tersebutdapat mengajukan keberatan terhadap putusan BPK.Pengaturan tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/daerah ini ditetapkan oleh BPK setelah berkonsultasi denganpemerintah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 510: Buku 1 keuangan

486

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Penyampaian laporan hasil pemeriksaan sebagaimanadimaksud pada ayat ini diperlukan agar BPK dapatmelakukan evaluasi pelaksanaan pemeriksaan yangdilakukan oleh akuntan publik. Hasil pemeriksaan akuntanpublik dan evaluasi tersebut selanjutnya disampaikan olehBPK kepada lembaga perwakilan, sehingga dapatditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 4Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lainpemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan,pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistempengendalian intern pemerintah.

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Dalam penyusunan standar pemeriksaan sebagaimanadimaksud pada ayat ini, BPK menetapkan proses

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 511: Buku 1 keuangan

487

penyiapan standar dan berkonsultasi mengenai substansistandar kepada Pemerintah.

Proses penyiapan standar dimaksud mencakup langkah-langkah yang perlu ditempuh secara cermat (dueprocess) dengan melibatkan organisasi terkait danmempertimbangkan standar pemeriksaan internasionalagar dihasilkan standar yang diterima secara umum.

Pasal 6Cukup jelas

Pasal 7Ayat (1)

Permintaan dimaksud dapat berupa hasil keputusan rapatparipurna, rapat kerja, dan alat kelengkapan lembagaperwakilan.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 8

Informasi dari pemerintah termasuk dari lembaga independenyang dibentuk dalam upaya pemberantasan korupsi, kolusi,dan nepotisme, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi,Komisi Pengawasan Persaingan Usaha, dan Pusat Pelaporandan Analisis Transaksi Keuangan. Informasi dari masyarakattermasuk hasil penelitian dan pengembangan, kajian,pendapat dan keterangan organisasi profesi terkait, beritamedia massa, pengaduan langsung dari masyarakat.

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 512: Buku 1 keuangan

488

Ayat (3)

Penggunaan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luarBPK dilakukan apabila BPK tidak memiliki/tidak cukupmemiliki pemeriksa dan/atau tenaga ahli yang diperlukandalam suatu pemeriksaan.

Pemeriksa dan/atau tenaga ahli dalam bidang tertentudari luar BPK dimaksud adalah pemeriksa di lingkunganaparat pengawasan intern pemerintah, pemeriksa, dan/atau tenaga ahli lain yang memenuhi persyaratanyang ditentukan oleh BPK.

Penggunaan pemeriksa yang berasal dari aparatpengawasan intern pemerintah merupakan penugasanpimpinan instansi yang bersangkutan.

Pasal 10

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Penyegelan adalah suatu tindakan yang dilakukan olehpemeriksa sebagai salah satu bagian dari prosedurpemeriksaan paling lama 2 x 24 jam denganmemperhatikan kelancaran pelaksanaan pekerjaan/pelayanan di tempat yang diperiksa. Penyegelan hanyadilakukan apabila pemeriksaan atas persediaan uang,barang, dan/atau dokumen pengelolaan keuangannegara terpaksa ditunda karena sesuatu hal. Penyegelandilakukan untuk mengamankan uang, barang, dan/ataudokumen pengelolaan keuangan negara dari kemungkinanusaha pemalsuan, perubahan, pemusnahan, atau,penggantian pada saat pemeriksaan berlangsung.

Huruf d

Permintaan keterangan sebagaimana dimaksud padahuruf d dilakukan oleh pemeriksa untuk memperoleh,melengkapi, dan/atau meyakini informasi yang dibutuhkandalam kaitan dengan pemeriksaan. Yang dimaksud

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 513: Buku 1 keuangan

489

dengan seseorang adalah perseorangan atau badanhukum.

Huruf e

Kegiatan pemotretan, perekaman, dan/atau pengambilansampel (contoh) fisik obyek yang dilakukan oleh pemeriksabertujuan untuk memperkuat dan/atau melengkapiinformasi yang berkaitan dengan pemeriksaan.

Pasal 11Tata cara pemanggilan dimaksud ditetapkan oleh BPKsetelah berkonsultasi dengan Pemerintah.

Pasal 12

Pengujian dan penilaian dimaksud termasuk ataspelaksanaan sistem kendali mutu dan hasil pemeriksaanaparat pemeriksa intern pemerintah. Dengan pengujiandan penilaian dimaksud BPK dapat meningkatkanefisiensi dan efektifitas pelaksanaan pemeriksaan.

Hasil pengujian dan penilaian tersebut menjadi masukanbagi pemerintah untuk memperbaiki pelaksanaan sistempengendalian dan kinerja pemeriksaan intern.

Pasal 13Cukup jelas

Pasal 14Cukup jelas

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Laporan interim pemeriksaan dimaksud, diterbitkansebelum suatu pemeriksaan selesai secara keseluruhandengan tujuan untuk segera dilakukan tindakan

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 514: Buku 1 keuangan

490

pengamanan dan/atau pencegahan bertambahnyakerugian.

Pasal 16

Ayat (1)

Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksamengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikandalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria(i) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan,(ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),(iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,dan (iv) efektivitas sistem pengendalian intern. Terdapat4 (empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa,yakni (i) opini wajar tanpa pengecualian (unqualifiedopinion), (ii) opini wajar dengan pengecualian (qualifiedopinion), (iii) opini tidak wajar (adversed opinion), dan(iv) pernyataan menolak memberikan opini (disclaimerof opinion)

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 17

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan laporan keuangan pemerintahpusat pada ayat ini adalah laporan keuangan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 17Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan laporan keuangan pemerintahdaerah pada ayat ini adalah laporan keuangansebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 515: Buku 1 keuangan

491

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukupjelas

Pasal 18Cukupjelas

Pasal 19

Ayat (1)

Laporan hasil pemeriksaan yang terbuka untuk umumberarti dapat diperoleh dan/atau diakses olehmasyarakat.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 20Ayat (1)

Tindak lanjut atas rekomendasi dapat berupa pelaksanaanseluruh atau sebagian dari rekomendasi. Dalam halsebagian atau seluruh rekomendasi tidak dapatdilaksanakan, pejabat wajib memberikan alasan yang sah.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukupjelas

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 516: Buku 1 keuangan

492

Ayat (4)

Dalam rangka pemantauan sebagaimana dimaksud padaayat ini, BPK menata usahakan laporan hasil pemeriksaandan menginventarisasi permasalahan, temuan,rekomendasi, dan/atau tindak lanjut atas rekomendasidalam laporan hasil pemeriksaan.

Selanjutnya BPK menelaah jawaban atau penjelasan yangditerima dan pejabat yang diperiksa dan/atau atasannyauntuk menentukan apakah tindak lanjut telah dilakukan.

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 21Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Pemeriksaan lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayatini dapat berupa pemeriksaan hal-hal yang berkaitandengan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaandengan tujuan tertentu.

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 22Ayat (1)

Surat keputusan dimaksud pada ayat ini diterbitkanapabila belum ada penyelesaian yang dilakukan sesuaidengan tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh BPK.

Ayat (2)

Cukup jelas

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 517: Buku 1 keuangan

493

Ayat (3)

Pembelaan diri ditolak oleh BPK apabila bendahara tidakdapat membuktikan bahwa dirinya bebas dari kesalahan,kelalaian, atau kealpaan.

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25Cukup jelas

Pasal 26Cukupjelas

Pasal 27

Cukup jelas

Pasal 28

Cukup jelas

Pasal 29Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4400

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 518: Buku 1 keuangan

494

SURAT KEPUTUSAN MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

NOMOR KEP. 331/M/V/9/1968

TENTANG

PEDOMAN BAGI PEGAWAI YANG DIBERI TUGASMELAKUKAN PEMERIKSAAN UMUM KAS PADA

PARA BENDAHARAWAN/PEMEGANG KAS

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa berhubung dengan Instruksi Presiden No 3tahun 1968, tentang penertiban tata-usahaKeuangan Negara, perlu diberikan pedoman bagipegawai yang diberi tugas melakukan PemeriksaanUmum Kas pada para Bendaharawan/PemegangKas.

Mengingat : 1. Undang-Undang ICW (Stbl. 1925 No. 448 jo.LN 1954 Nomor 6);

2. Keputusan Presiden RI No. 26 tahun 1968;

3. Instruksi Presiden RI No. 3 tahun 1968;

4. Keputusan Menteri Keuangan No. Kep. 330/M/V/9/1968 tanggal 26 September 1968.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : Pedoman bagi pegawai yang diberi tugas melakukanPemeriksaan Umum Kas pada para Bendaharawan/Pemegang Kas.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 519: Buku 1 keuangan

495PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Pasal 1

Dengan tidak mengurangi dan kewajiban para pengawas yangmenurut peraturan-peraturan/instruksi-instruksi yang berlakuditugaskan memeriksa administrasi tertentu, maka yang ditugaskanuntuk melakukan pemeriksaan umum kas pada orang atau badanyang mengurus uang Negara, baik dari Pemerintah Pusat maupunPemerintah Daerah, berdasarkan keputusan Presiden No. 26 tahun1968 adalah :

Para pegawai yang berkedudukan serendah-rendahnya sebagaiInspektur/Inspektur Muda, Akuntan/Ajun Akuntan pada DirektoratJenderal Pengawasan Keuangan Negara.

Dalam pedoman ini pemeriksaan yang dilakukan seperti termaksuddi atas, disebut “lnspeksi Umum Kas”, dan para pegawai tersebutselanjutnya disebut “Inspektur”.

Pasal 2

Tiap orang atau badan yang ditugaskan mengurus uang Negaradari manapun sumbernya, atas permintaan Inspektur, wajibmemberikan kesempatan kepada Inspektur untuk memeriksa kas-nya dan memberikan keterangan yang diperlukan sertamemperlihatkan buku-buku, surat yang bertalian, dan mengerjakansegala sesuatunya dianggap perlu bagi Inspeksi Buku Kas.

Orang atau badan tersebut di atas, dalam instruksinya ini selanjutnyadisebut “Pemegang Kas”.

Pasal 3Untuk keperluan mengadakan Inspeksi Umum Kas, para Inspekturberhubungan dengan Kepala kantor/Atasan yang langsung dariPemegang Kas.

Inspektur memperhatikan sedapat-dapatnya saran-saran Kepalakantor/Atasan yang langsung tersebut. Tetapi para Inspektur dapatjuga melakukan pemeriksaan tanpa pembicaraan pendahuluandengan pejabat-pejabat tersebut.

Pasal 4

Sebelum memulai pemeriksaan, Inspektur sedapat-dapatnya menelitilebih dahulu peraturan-peraturan administrasi yang berlaku bagipengurusan oleh Pemegang Kas yang bersangkutan.

Page 520: Buku 1 keuangan

496

Pasal 5

Kepada para Inspektur diberikan Surat Bukti Diri (surat legitimasi).Surat Bukti Diri berisikan keterangan dan tanda tangan tentangPejabat yang memberikan dan wewenang dari para Inspektur sesuaidengan keputusan Presiden No. 26 tahun 1968.

Surat Bukti Diri untuk Inspektur tersebut diberikan oleh DirekturJenderal Pengawasan Keuangan Negara Departemen Keuangan;surat tugas Inspeksi Umum Kas ditanda-tangani oleh DirekturPengawasan Anggaran Negara atau Kepala Cabang DirektoratPengawasan Anggaran Negara atau pejabat lain yang diberi kuasaoleh Direktur Jenderal Pengawasan Keuangan Negara.

Jika Inspektur tidak lagi mempunyai wewenang termaksud diatas,maka ia mengembalikan Surat Bukti Dirinya Kepada Pejabat yangmemberikannya.

Pemeriksaan Kas dapat dimulai pada hari kerja antara matahariterbit dan matahari terbenam.

Supaya pemeriksaan dapat dilakukan secara mendadak, Inspekturmenjaga agar Pemegang Kas tidak dapat mengetahuinya lebihdahulu. Inspeksi Umum Kas sedapat-dapatnya dilakukan oleh 2orang Inspektur.

Pasal 6

Sebelum memulai pemeriksaan, Inspektur memperlihatkan SuratTugas dan Bukti Dirinya kepada Pemegang Kas.

Inspektur menanyakan lebih dahulu uang-uang dan surat-suratberharga kepada Negara dan dihitung di hadapan Inspektur danPemegang Kas, pula uang-uang/surat-surat berharga yang dimilikioleh Daerah Otonom maupun administratif, Lembaga-lembagaPemerintah Swasta yang pengurusannya kepada Pemegang Kaskarena jabatan, dihitungnya.

Selanjutnya Inspektur menanyakan dasar hukum dan pengurusanuang-uang tersebut yang diserahkan kepada pemegang Kas, sertameminta dipertihatkan buku-buku/surat-surat yang bertalian denganadministrasi uang-uang tersebut. 67Kemudian Inspekturmemerintahkan penutupan buku kas, jika belum ditutup.

Inspektur menghitung saldo buku dan menyamakan dengan saldokas. Selisih harus dijelaskan oleh Pemegang Kas yang bersangkutan.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 521: Buku 1 keuangan

497

Pasal 7

Jika terdapat kelebihan uang, maka uang itu dianggap sebagaipenerimaan Negara kecuali apabila Pemegang Kas dapatmembuktikan kebalikannya yang dapat diterima oleh Inspektur, danwajib ke Kas Negara.

Pasal 8

Setelah penutupan buku kas termaksud di atas, Inspekturmembubuhi keterangan sebagai berikut:

“Ditutup pada hari ini tanggal ............ 19......... dengan jumlahpenerimaan/ pengeluaran sebesar Rp. ..................... (denganhuruf) Inspektur”.

Inspektur menyebutkan tanggal, jumlah dan nomor dari pada SPMU/SPM surat tanda-setoran yang terdapat setelah penutupan bukuyang berlaku; terhadap Pemegang Kas yang berkewajibanmenyetorkan penerimaannya kembali lebih lanjut, maka jugadisebutkan tanggal, jumlah dan nomor dari pada surat tanda setoranterakhir dan spmu/spm sejak penutupan buku yang terdahulu.

Pasal 9

Setelah melakukan pemeriksaan kas, Inspektur membuat beritaacara tentang pendapatnya menurut contoh terlampir. Dalam beritaacara Inspektur menguraikan segala sesuatunya yang dianggappenting bagi penutupan buku dalam hubungan dengan penutupanbuku yang terdahulu.

Berita acara juga menyebutkan tanggal dari pada penutupan kasyang terdahulu, serta cara pemegang kas menyimpan uang yangdiurusnya.

Jika saldo kas dan saldo buku tidak dapat diperiksa karena PemegangKas tidak mengadakan buku kas atau karena sebab lain, makaapabila Inspektur dapat menentukan saldo buku dari sumber-sumberlain, Inspektur membuat juga berita acara dan menetapkan jumlahsaldo buku.

Jika pemegang kas menyatakan tidak mempunyai uang dalam kas,maka mengenai hal ini dibuat pula berita acara oleh Inspektur.

Inspektur meminta supaya Pemegang Kas, setelah membacanya,menandatangani berita acara itu.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 522: Buku 1 keuangan

498

Salinan yang disahkan dari pada berita acara itu oleh Inspektursecara disampaikan kepada Menteri Keuangan cq. Direktorat JenderalPengawasan Keuangan Negara, atasan yang langsung dari padaPemegang Kas, Menteri cq. Inspektur Jenderal/Kepala UnitPengawas Keuangan yang bersangkutan dan Badan PemeriksaKeuangan.

Pasal 10

Jika Inspeksi Umum Kas menimbulkan dugaan keras adanyapelanggaran terhadap hukum pidana, maka Inspektur bertindaksesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku, dan menyitasegala buku-buku/surat-surat yang dapat dijadikan bukti dari tindakpidana tersebut. Inspektur melaporkan kepada petugas mengusutyang berwenang dan kepada yang langsung dan Pemegang Kas.

Pasal 11

Direktur Jenderal Pengawasan Keuangan Negara dapat memberikaninstruksi/petunjuk lebih lanjut mengenai pelaksanaan keputusan ini.

Ditetapkan di : J a k a r t aPada tanggal : 26 September 1968

MENTERI KEUANGAN

ttd.

Prof. Dr. ALI WARDHANA

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 523: Buku 1 keuangan

499

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK013/KU/11/90/02

TENTANG

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KAS DAN SERAH TERIMAPENGELOLAAN KEUANGAN Dl LINGKUNGAN

DEPARTEMEN LUAR NEGERI DAN PERWAKILAN RIDl LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : 1) bahwa sehingga saat ini pelaksanaanpemeriksaan kas dan serah terimapengelolaan keuangan baik dilingkunganDepartemen Luar Negeri maupun perwakilanRI di luar negeri belum sepenuhnya sesuaidengan ketentuan yang berlaku,

2) bahwa dalam rangka meningkatkan perananpengawasan melekat oleh atasan langsungdianggap perlu mendayagunakan fungsipengelolaan keuangan sesuai denganketentuan yang berlaku,

3) bahwa berhubung dengan itu perlu diadakanpengaturan pelaksanaan pemeriksaan kasdan serah terima pengelolaan keuangan dilingkungan Departemen Luar Negeri danPerwakilan RI di luar negeri.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 524: Buku 1 keuangan

500

Mengingat : 1. Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia(ICW) Stbl. 1925, Nomor 448;

2. Keputusan Presiden RI Nomor 29 Tahun1984;

3. Keputusan Menteri Luar Negeri RI NomorSP/2891/BU/IX/81/01 tanggal 23 September1981;

4. Surat Edaran Menteri Luar Negeri RI Nomor178/KU/IX/86/02 tanggal 19 Pebruari 1986;

5. Surat Menteri Luar Negeri RI Nomor 043034/63/44 tanggal 17 Oktober 1963;

6. Surat Menteri Luar Negeri RI Nomor 55626/63/44 tanggal 23 Desember 1963;

7. Surat Menteri Luar Negeri RI Nomor 1600/68/17 tanggal 20 Pebruari 1968;

8. Surat Menteri Luar Negeri RI Nomor 8638/71/06/11 tanggal 11 September 1971;

9. Surat Menteri Luar Negeri RI Nomor 3835/72/32 tanggal 13 April 1972; dan

10. Surat Menteri Keuangan RI Nomor D.15.1.6.43 tanggal 1 Desember 1967.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIKINDONESIA TENTANG PELAKSANAANPEMERIKSAAN KAS DAN SERAH TERIMAPENGELOLAAN KEUANGAN Dl LINGKUNGANDEPARTEMEN LUAR NEGERI DAN PERWAKILANRI Dl LUAR NEGERI.

Pasal 1

Yang dimaksud dalam Keputusan Menteri Luar Negeri RI dengan :

(1) Pemeriksaan kas adalah suatu kegiatan yang dilakukan olehatasan langsung bendaharawan guna mencari kebenaran dankecocokan antara saldo kas/bank dengan pelaksanaan

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 525: Buku 1 keuangan

501

pembukuan sebagai tanggung jawab bendaharawan pengelolakeuangan negara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(2) Serah terima pengelolaan keuangan adalah serah terimawewenang dan tugas pekerjaan pengelolalan keuangan negarayang menjadi tanggung jawab seorang bendaharawan rutin/proyek pada unit/satuan-kerja Departemen Luar Negeri danPerwakilan RI maupun serah terima jabatan atasan langsungbendaharawan/kepala Bagian Administrasi sebagai atasanlangsung bendaharawan pada Perwakilan RI di luar negeri.

Pasal 2(1) Atasan langsung bendaharawan wajib melakukan pemeriksaan

kas sekurang-kurangnya tiga bulan sekali.

(2) Pemeriksaan kas dilaksanakan dan disaksikan hanya olehatasan langsung bendaharawan.

Pasal 3

(1) Dalam hal seorang bendaharawan merangkap jabatanstruktural, maka pelaksanaan serah terima bendaharawandipisahkan dengan serah terima jabatan strukturalnya.

(2) Naskah berita acara serah terima pengelolaan keuangan danKepala Bagian Administrasi diketahui dan ditandatangani olehkepala unit/satuan-kerja atau kepala perwakilan yangbersangkutan.

(3) Petunjuk pelaksanaan pembuatan naskah berita acarapemeriksaan kas dan serah terima pengelolaan keuangan dilingkungan Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI diatursecara tersendiri oleh Menteri Luar Negeri RI.

Pasal 4

(1) Dengan ditetapkan keputusan ini, maka semua ketentuan yangmengatur tentang pemeriksaan kas dan serah terimapengelolaan keuangan yang bertentangan dengan keputusanini dinyatakan tidak berlaku.

(2) Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan denganketentuan apabiia dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 526: Buku 1 keuangan

502

dalam keputusan ini, maka akan diadakan perubahansebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : J a k a r t aPada tanggal : 19 Pebruari 1990

A.n. MENTERI LUAR NEGERI RI SEKRETARIS JENDERAL,

ttd

SOEWARNO DANUSUTEDJO

Tembusan :

1. Yth. Sdr. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan

2. Yth. Sdr. Kepala Badan Pengawasan Keuangan & Pembangunan

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 527: Buku 1 keuangan

503

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

S U R A T E D A R A NNomor : 120/KU/III/90/02

TENTANGPETUNJUK PELAKSANAAN PEMBUATAN NASKAH BERITAACARA PEMERIKSAAN KAS DAN BERITA ACARA SERAHTERIMA PENGELOLAAN KEUANGAN Dl LINGKUNGAN

DEPARTEMEN LUAR NEGERI DAN PERWAKILAN RIDl LUAR NEGERI

Dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Luar NegeriRI Nomor SK.013/KU/II/90/02 tentang Pelaksanaan PemeriksaanKas dan Serah Terima Pengelolaan Keuangan di LingkunganDepartemen Luar Negeri dan Perwakilan RI di luar negeri, sesuaibunyi Pasal 3 ayat (3) maka untuk keseragaman pelaksanaandipandang perlu disusun Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan NaskahBerita Acara Pemeriksaan Kas dan Berita Acara Serah TerimaPengelolaan Keuangan di lingkungan Departemen Luar Negeri danPerwakilan RI di Luar Negeri yang selanjutnya disusun sebagaiberikut:

1. Pembuatan naskah berita acara di lingkungan Deplu :a. Naskah Berita Acara Pemeriksaan Kas,b. Naskah Berita Acara Serah Terima JabatanBendaharawan.

2. Pembuatan naskah berita acara pada Perwakilan RI diluar negeri:a. Naskah Berita Acara Pemeriksaan Kas,b. Naskah Berita Acara Serah Terima Jabatan

Bendaharawan,c. Naskah Berita Acara Serah Terima Jabatan Atasan

Langsung Bendaharawan/Kepala Bagian Administrasi.

Sehubungan dengan itu diharapkan perhatian sepenuhnya dansegenap jajaran Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI di luarnegeri untuk menyelenggarakan secara tertib, teratur dan seksamapengelolaan keuangan sesuai ketentuan-ketentuan yang terdapatpada petunjuk pelaksanaan terlampir.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 528: Buku 1 keuangan

504

Peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya tetap berlaku sepanjangtidak bertentangan dengan ketentuan pada petunjuk pelaksanaanini. Ketentuan ini mulai berlaku terhitung sejak tanggal dikeluarkan.

Dikeluarkan di : JAKARTAPada tanggal : 1 Maret 1990

A.n. MENTERI LUAR NEGERI RISekretaris Jenderal,

ttd

SOEWARNO DANUSUTEDJO

Kepada yanq terhormat:1. Seluruh Pejabat Eselon I Departemen Luar Negeri2. Seluruh Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri3. Seluruh Kepala Sekretariat Eselon I Departemen Luar Negeri4. Seluruh Pimpinan Proyek di lingkungan Departemen Luar Negeri5. Saudara Kepala Biro Umum Setnas ASEAN, dan6. Seluruh Kepala Biro di lingkungan Sekretariat Jenderal.

Tembusan :1. Yth. Sdr. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan, dan2. Yth. Sdr. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 529: Buku 1 keuangan

505PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

Contoh Formulir IA(untuk Deplu)

BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS

Nomor:

Pada hari ini .......... tanggal ......... bulan ......... tahun ........pukul....... Waktu Indonesia Bagian Barat, saya ................... (1) jabatan.............................. sebagai atasan langsung Bendaharawan, telahmelaksanakan pemeriksaan kas melalui penghitungan uang kas dan kertas-kertas berharga serta mencocokkan bukti-bukti pembukuan dengan buku kas/bank pada ............... (2) di Jakarta.

Di hadapan Sdr. ......................... bendaharawan ............(3) telahkami periksa dan terdapat:

A. SALDO KAS DAN BANK KAS BANK

1. Uang dan kertas-kertas berharga di Rp. ..........

dalam kas menurut rincian terlampir,

2. Saldo di bank menurut bank statement

terakhir Rp. ...........

B. SALDO MENURUT BUKU KAS/BANK Rp. .......... Rp. ………….

C. S E L I S I H Rp. .......... Rp. ...........

D. PENJELASAN SELISIH KAS/BANK (terlampir).

Demikian Berita Acara Pemeriksaan Kas ini dibuat untuk memenuhiketentuan yang berlaku. Naskah asli Berita Acara Pemeriksaan Kas danlampiran disimpan pada unit/satuan kerja/proyek bersangkutan sedangkantembusan dan copy lampiran dikirimkan kepada :

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;

2. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;

3. Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri;

4. Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri;

Page 530: Buku 1 keuangan

506

5. Kepala Biro Keuangan Departemen Luar Negeri;

U.p. a. Kepala Bagian Verifikasi, dan

b. Kepala Bagian Perbendaharaan.

Dibuat di : ..........................

Pada tanggal: ........................

Bendaharawan, Yang memeriksa

.....,.......................(4)

NIP. : NIP.:

Mengetahui:

…………………….NIP.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 531: Buku 1 keuangan

507

PERWAKILAN RI Contoh Formulir IBDI (untuk Perwakilan RI)

BERITA ACARA PEMERIKSAAN KASNomor :

Pada hari ini ........... tanggal......... bulan .......... tahun .....pukui............. waktu setempat, saya ................................ (1) jabatan................................ sebagai atasan langsung bendaharawan telahmelaksanakan pemeriksaan kas melalui penghitungan uang kas dan kertas-kertas berharga serta mencocokkan bukti-bukti pembukuan dengan buku kas/bank pada ........................ (2) di.....................

Di hadapan Sdr. .................... bendaharawan ................... (3) telahkami periksa dan terdapat:

A. SALDO KAS DAN BANK KAS BANK

1. Uang dan kertas-kertas ber- US$ ...........harga di dalam kas menurut VS. ............rincian terlampir:

2. Saldo di bank menurut bankstatement terakhir US$ ...........

VS. ............

B. SALDO MENURUT BUKU KAS/BANK US$ ............ US$...........VS............. VS……………

C. S E L I S I H US$ ............ US$ ...........VS. ............ VS. ...........

D. PENJELASAN SELISIH KAS/BANK (terlampir)

Demikian Berita Acara Pemeriksaan Kas ini dibuat untuk memenuhiketentuan dalam Keputusan Presiden RI Nomor 29 Tahun 1984, dan SuratKeputusan Menteri Luar Negeri RI Nomor SP/2891/BU/IX/81/01 tanggal 23September 1981. Naskah asli Berita Acara Pemeriksaan Kas dan lampirandisimpan pada Perwakilan, sedangkan tembusan dan copy lampiran dikirimkankepada :

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;2. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;3. Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri;4. Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri;

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 532: Buku 1 keuangan

508

5. Kepala Biro Keuangan Departemen Luar Negeri;U.p. a. Kepala Bagian Verifikasi, dan

b. Kepala Bagian Perbendaharaan.

Dibuat di : JakartaPada tanggal:

Bendaharawan, Yang memeriksa

...................................(4)

NIP. NIP.

Mengetahui:

...........................(5)

NIP. :

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 533: Buku 1 keuangan

509

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

Contoh Formulir IA (untuk Deplu)

BERITA ACARA PEMERIKSAAN KASNomor:

Pada hari ini .......... tanggal......... bulan ......... tahun ........pukul....... WaktuIndonesia Bagian Barat, saya ................... (1) jabatan ..............................sebagai atasan langsung Bendaharawan, telah melaksanakan pemeriksaankas melalui penghitungan uang kas dan kertas-kertas berharga sertamencocokkan bukti-bukti pembukuan dengan buku kas/bank pada ...............(2) di Jakarta.

Di hadapan Sdr. ......................... bendaharawan ............(3) telahkami periksa dan terdapat:

A. SALDO KAS DAN BANK KAS BANK1. Uang dan kertas-kertas berharga di Rp...........

dalam kas menurut rincian terlampir,2. Saldo di bank menurut bank statement

terakhir Rp. ...........

B. SALDO MENURUT BUKU KAS/BANK Rp. .......... Rp………….

C. SELISIH Rp. .......... Rp. ...........

D. PENJELASAN SELISIH KAS/BANK (terlampir).

Demikian Berita Acara Pemeriksaan Kas ini dibuat untuk memenuhiketentuan yang berlaku. Naskah asli Berita Acara Pemeriksaan Kas danlampiran disimpan pada unit/satuan kerja/proyek bersangkutan sedangkantembusan dan copy lampiran dikirimkan kepada :

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;2. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;3. Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri;4. Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri;5. Kepala Biro Keuangan Departemen Luar Negeri;

U.p. a. Kepala Bagian Verifikasi, danb. Kepala Bagian Perbendaharaan.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 534: Buku 1 keuangan

510

Dibuat di : ...........................Pada tanggal : ........................

Bendaharawan, Yang memeriksa

..............................(4)

NIP. : NIP. :

Mengetahui:

NIP.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 535: Buku 1 keuangan

511

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

Contoh Formulir I I/A(untuk Deplu)

BERITA ACARA SERAH TERIMA JABATAN BENDAHARAWAN

Pada hari ini ......... tanggal ............. bulan ......... tahun ......pukul......... Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di Jakarta telah dilaksanakanserah terima jabatan bendaharawan ........... (1) pada ......(2), antara :

1. Sdr._______ yang dengan surat keputusan Menteri Luar NegeriNIP. RI Nomor.................... Tanggal........................

telah dibebaskan dari jabatannya, selanjutnya di-sebut Pihak I, dan

2. Sdr._______ yang dengan surat keputusan Menteri Luar NegeriNIP. RI Nomor ...................... telah ditunjuk/diangkat

sebagai pejabat pengganti, selanjutnya disebutPihak II.

Dengan disaksikan oleh :

1. Sdr. ............................../........................... (jabatan)2. Sdr. ............................../........................... (jabatan)

telah dihitung/dicocokkan uang kas, kertas-kertas berharga danbukti-bukti pembukuan dengan buku kas/bank dan terdapat:

A. SALDO KAS DAN BANK KAS BANK

1. Uang dan kertas-kertas berharga di Rp. ..........dalam kas menurut rincian terlampir,

2. Saldo di bank menurut bank statementterakhir Rp. ...........

B. SALDO MENURUT BUKU KAS/BANK Rp........... Rp. ...........

C. SELISIHRp........... Rp. ...........

D. PENJELASAN SELISIH KAS/BANK (terlampir).

Pihak I telah menyerahkan jabatan/wewenang dan tanggung jawabpekerjaannya kepada Pihak II dan Pihak II telah menerima jabatan/wewenang

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 536: Buku 1 keuangan

512

dan tanggung jawab pekerjaan ini dari Pihak I. Pengelolaan perbendaharaansebelum dilaksanakan serah terima ini tetap merupakan tanggung jawabPihak I, sedangkan tanggung jawab Pihak II terhitung mulai tanggaldilaksanakan serah terima.

Demikian Berita Acara Pemeriksaan Kas ini dibuat untuk memenuhiketentuan yang berlaku. Naskah asli Berita Acara Pemeriksaan Kas danlampiran disimpan pada unit/satuan kerja/proyek bersangkutan sedangkantembusan dan copy lampiran dikirimkan kepada :1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;2. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;3. Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri;4. Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri;5. Kepala Biro Kepegawaian Departemen Luar Negeri5. Kepala Biro Keuangan Departemen Luar Negeri;

U.p. a. Kepala Bagian Verifikasi, danb. Kepala Bagian Perbendaharaan.

7. Yang bersangkutan (Pihak I dan Pihak II).

Dibuat di : ..................................Pada tanggal : ..............................

Yang menerima Yang menyerahkanPihak II, Pihak I,

NIP. NIP.

Saksi-saksiSaksi I, Saksi II,

NIP. NIP.

Mengetahui

......................... NIP. :

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 537: Buku 1 keuangan

513

Contoh Formulir III(untuk Perwakilan RI)

BERITA ACARA SERAH TERIMA JABATANATASAN LANGSUNG BENDAHARAWAN/

KEPALA BAGIAN ADMINISTRASI

Nomor:

Pada hari ini............ tanggal........... bulan ........ tahun .....pukul ........ waktu setempat, bertempat di ............... (1) telah dilaksanakanserah terima jabatan atasan langsung bendaharawan/Kepala BagianAdministrasi antara :

1. Sdr. ........... yang dengan kawat/surat keputusan Menteri Luar Negeri RINomor............................

Tanggal.........................................telah dibebaskan dari jabatannya, selanjutnya disebut Pihak I,

dan

2. Sdr. ........... yang dengan kawat/surat keputusan Menteri Luar Negeri RINomor............................

Tanggal.........................................telah ditunjuk/diangkat sebagai pejabat pengganti, selanjutnyadisebut Pihak II.

Dihadapan ............... jabatan ..................... (2) dan disaksikan oleh :1. Sdr. ............................../........................... (jabatan)2. Sdr................................/............................ (jabatan)

Pihak I telah menyerahkan jabatan/wewenang dan tanggung jawabpekerjaannya selaku atasan langsung bendaharawan/Kepala BagianAdministrasi kepada Pihak I, dan Pihak II telah menerima jabatan/wewenangdan tanggung jawab pekerjaannya dari Pihak I dengan keadaan keuangandan inventaris sebagaimana terlampir. Tugas pekerjaan sebelum dilaksanakanserah terima ini tetap merupakan tanggung jawab Pihak I, sedangkantanggung jawab Pihak II terhitung mulai tanggal serah terima.

Demikian Berita Acara Serah Terima Jabatan Atasan LangsungBendaharawan/Kepala Bagian Administrasi ini dibuat untuk memenuhiketentuan yang berlaku. Naskah asli dan lampiran disimpan pada perwakilan,sedangkan tembusan dan copy lampiran dikirimkan kepada :

1. Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri;2. Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri;

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 538: Buku 1 keuangan

514

3. Kepala Biro Kepegawaian Departemen Luar Negeri.4. Kepala Biro Keuangan Departemen Luar Negeri;

U.p. a. Kepala Bagian Verifikasi b. Kepala Bagian Perbendaharaan5. Kepala Biro Perlengkapan Departemen Luar Negeri;6. Kepala Biro Umum Departemen Luar Negeri;7. Yang bersangkutan (Pihak I dan Pihak II).

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 539: Buku 1 keuangan

515PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA BUDAPEST

Kepada : semua keppriInfo :

No.AGD...112 113/sal/87/a ... Dari : Sekjen.

PERHATIAN SECURITYNo. ...871322...

berhubung masih saja terdapat kehilangan uang/surat berhargapada sementara perwakilan ri diluar negeri akibat kelalaian dankesalahan bendaharawan/atasan langsung bendaharawan, denganini diinstruksikan sebagai berikut :1. para bendaharawan/atasan langsung bendaharawan bertanggung

jawab sepenuhnya atas ketekoran uang perwakilan akibatkelalaian dan kesalahan bendaharawan/atasan langsungbendaharawan.

2. semua uang dan surat surat berharga harus disimpan olehbendaharawan sendiri dalam kas besi dan tidak diperkenankandipercayakan kepada pegawai setempat.

3. pembayaran baik dengan uang tunai maupun dengan chequeharus dilakukan sendiri oleh bendaharawan.

4. dalam hal bendaharawan berhalangan karena sakit atau cutimaka tugas bendaharawan dapat diserahkan kepada atasanlangsung bendaharawan atau home staff lainnya dalam bagianadministrasi dengan pernyataan tertulis, bahwa bendaharawantetap bertanggung jawab.

5. bila penyerahan tugas dan wewenang bendaharawan kepadaatasan langsung atau kepada home staff lainnya dilakukan denganberita acara, maka tanggung jawab selama bendaharawanberhalangan, berada pada pejabat yang menerima penyerahan.

6. baik penyerahan tugas dan wewenang bendaharawan secara“pernyataan tertulis” maupun secara “berita acara” kedua duanyaharus diketahui oleh “dua orang saksi”, dan oleh kepala perwakilan.

7. pegawai setempat pada bagian administrasi yang dapatdipercaya, dapat ditunjuk menjadi kasir/pemegang kas kecil untukpembayaran kecil kecil sehari hari namun tiap tiap akhir jamkerja membuat pertanggung jawaban kepada bendaharawan.

Page 540: Buku 1 keuangan

516 PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

penunjukan pemegang kas kecil/kasir dilakukan dengan suratkeputusan kepala perwakilan.

8. atas semua kehilangan uang dan surat berharga karena kelalaiandan kesalahan bendaharawan/atasan langsung bendaharawandilakukan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi sesuaipasal 77 dan 74 icw ttkhbs

deplu

Page 541: Buku 1 keuangan

517

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA BERITA RAHASIAPUSAT KOMUNIKASI KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

Tanggul : 07 OKOTOBER 2005 KONSEP NO : 6833

PRO PERWAKILAN RI : BERIIN

NO : 054484PRO : KEPPRIEX : SEKJEN

MKS NO. RR-36/BERIIN/VIII/05 TANGGAL 11 AGUSTUS 2005DISAMPAIKAN HALS SBB TTKDUA1. KEPPRES NO. 108 TAHUN 2003 PASAL 22 MENYEBUTKAN

BAHWA ATASE PERTAHANAN, ATASE TEKNIS DAN STAFFTEKNIS SECARA PERASIONAL DAN ADMINISTRATEMERUPAKAN BAGIAN YANG TIDAK TERPISAHKAN DARIPERWAKILAN TTK

2. KEPUTUSAN MENLU NO. SK.06/A/OT/VI/2004/01 DALAMPASAL 39 AYAT (4) MENYEBUTKAN BAHWA DAFTARPERINCIAN SURAT PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGANATASE TEKNIS DISAMPING DITANDATANGANI OLEHBENDAHARA DAN ATASAN LANGSUNG BENDAHARADITANDATANGANI JUGA OLEH ATASE TEKNIS YANGBERSANGKUTAN TTK

DENGAN MEMPERHATIKAN HALS TERSEBUT DI ATAS MAKA HOCSEHARUSNYA MENANDATANGANI SPJK ATASE TEKNISPERWAKILAN TTK

DEMIKIAN, UMP TTKHBS

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 542: Buku 1 keuangan

518

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIAPUSAT KOMUNIKASI KONSEP NO : 108735

Tanggal 11 DESEMBER 1998

PRO PERWAKILAN RI ALL PERWAKILAN

NO : 965711PRO : SEMUA KEPPRIS UP KABAGMIN/KASUBAGMINEX : KARO KEUANGANRE : PENGIRIMAN SPJ-KEUANGAN

sambil menunggu revisi penyempurnaan buku pedoman I dandalam rangka memonitor penerapan, sistim uyhd perwakilan olehitjen disampaikan hals sbb ttk-dua

pengiriman spj keuangan yang ditujukan ke Itjen dilakukan secaraterpisah kma tidak dimasukan ke dalam satu bundel yang samadengan unit lain ttk

dalam spj keuangan tsb disertakan juga daftar rekapitulasi pihak IIIet buku-pembantu pengawasan kredit ttk

dmk ump ttk-hbs

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, KARO KEUANGAN

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 543: Buku 1 keuangan

519

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA BERITA RAHASIAPUSAT KOMUNIKASI KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

Tanggal : 02 JANUARI 2004 KONSEP NO : 234303

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILAN

NO : 040005PRO : KEPPRISEX : IRJENRE : PENGIRIMAN SPJ UYHD KPKN ET SPJK RUTIN

BULANAN KE ITJEN

diberitahukan kepada saudara bahwa dalam rangka meningkatkanpengawasan di bidang keuangan kma sesuai dengan buku petunjukrevisi sistem uyhd tahun 1997 et kawat karo keuangan nomor 965711tgl 16 desember 1998 serta keppres no 42 tahun 2002 kma seluruhperwakilan ri diharuskan mengirimkan spj keuangan setiap bulan keitjen ttk

perlu diketahui bahwa selama ini pengiriman spj dimaksud ke itjensering terlambat kma bahkan beberapa perwakilan ri tidak mengirimsama sekali ttk

sehubungan dengan hal tersebut diatas et sesuai ketentuan yangberlaku kma diharapkan semua perwakilan ri segera mengirim secarakhusus spj repeat segera mengirim secara khusus spj keuangantersebut ke itjen tepat waktu ttk

demikian ump ttkhbs

Biaya pengawatan dibebankan kepada : D E P LU

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, KA. BAM.

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 544: Buku 1 keuangan

520

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA BERITA RAHASIAPUSAT KOMUNIKASI KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

Tanggal : 06 FEBRUARI 2006 KONSEP NO : 12344

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKINS

NO : 060445PRO : KEPPRISU.P : KEPALA KANSELERAI/BPKRTEX : KARO KEURE : PENGIRIMAN BERKAS SPJK KE BAGIANS DI

ROKEU DEPLU

merujuk peraturan menlu ri no 01/a/ot/i/2006/01 thn 2006 etperaturan menlu ri no 02/a/ot/viii/2005/01 thn 2005 ttg organisasidan tata kerja deplu bersama ini dgn hormat disampaikan hals sbbttkdua

satu dgn adanya restrukturisasi organisasi re peraturan menlu diatas kma biro keuangan terdiri dari bagian pelaksanaananggaran kma bagian pengendalian anggaran kma bagianverifikasi anggaran kma bagian perhitungan anggaran kmabagian perbendaharaan ttk

dua tugas pokok dan fungsi bagian pengendalian anggaranmemproses realisasi dan mengendalikan penggunaananggaran yang dibintangi/dana cadangan dan dana ekspenerimaan negara bukan pajak (pnbp) kma mengajukanijin revisi anggaran serta menguji surat perintah pembayaranganti uang persediaan (spp gup) untuk selanjutnyamenerbitkan surat perintah membayar ganti uang persediaan(spm gup) dan memproses surat perintah pencairan dana(sp2d) kma mengendalikan penggunaan dan pengembaliandana kas besi kma pnbp dan rekening menkeu pada masingswilayah perwakilan ri ttk

tiga adanya penambahan sistem surat pernyataan tetapbertanggung jawab belanja (sptb) terbatas dengan tidakterbatas yang harus disampaikan oleh perwakilan pada akhirtahun ta 2005 ttk selanjutnya hal yang sama akandikembangkan untuk diberlakukan pada kurun waktu dipa ta

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 545: Buku 1 keuangan

521

2006 ttk sehubungan dengan hal ini mk penggunaan sptbadalah meliputi yang terbatas maupun tidak terbatas yangselanjutnya disebut sptb repeat sptb ttk

empat sehubungan dengan hals tsb kpd perwakins agarmengirimkan berkas spjk ke bagians di biro keuangan sebagaiberikut ttk duaa. bagian pelaksanaan anggaran ttk dua

- copy f6 menkeu- copy f6 pnbp- copy rekapitulasi pnbp- copy bukti setor rincian pnbp- copy f6 beban pusat perjalanan dinas dan beban

pusat persekot resmi- copy f6 remise- asli spp-gu dana abc/cadangan disertai lembar a

dan lembar b serta tanda bukti model “o”model“t”.

- copy sptb dana abt/cadangan

b. bagian pengendalian anggaran ttk dua- asli dan 2 (dua) buah copy spp-gu dipa murni

perwakilan yang terdiri dari lembar a dan lembar bdisertai tanda bukti asli model ‘o7 model I” dancopy spp gu dana cadangan disertai lembar a danlembar b dan landa bukti model “o”/model “t”.

- sptb asli untuk dipa murni dan dana abt/cadangan- copy dck- copy f6 kas besi- copy f6 pnbp- copy f6 menkeu- copy rekapitulasi p iii- usulan revisi anggaran- usulan penggantian persekot resmi- usulan anggaran belanja tambahan- usulan dana eks pnbp

c. bagian verifikasi anggaran * copy spjk lengkap

d. bagian perhitungan anggaran- copy drk- copy rekap pnbp- copy lembar a dan sptb- asli laporan realisasi- copy sptb

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 546: Buku 1 keuangan

522

e bagian perbendaharaan- copy drk- copy daftar rekapitulasi p III- copy f6 p III- copy model “o” dan model “t” p III- copy f6 kas besi- asli bsk beserta lampiran- asli bast beserta lampiran

seluruh berkas spjk tsb hrs disampaikan tepat waktu ke bagianbagian di biro keuangan sesuai dgn ketentuan yg berlaku (palinglambat tgl 10 bulan berikutnya) ttkdmk ump ttk hbs

PENGAWASAN KEUANGAN/ANGGARAN

Page 547: Buku 1 keuangan

523

III

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 548: Buku 1 keuangan

524

Page 549: Buku 1 keuangan

525

SURAT KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN

Nomor : 91619/BSD/1956

Tanggal 7 Mei 1956

Pasal 5 ayat (02)

Tentang

Kepada pegawai yang dipindahkan ke luar negeri, diberikan uangpakaian sebanyak jumlah-jumlah yang tercantum dalam daftarlampiran B2 Peraturan ini, dengan ketentuan bahwa pemberian uangpakaian tersebut hanya dilakukan sekali dalam 3 (tiga) tahun terhitungdari tiba kembali di Indonesia dari perjalanan pindah.

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 550: Buku 1 keuangan

526

LAMPIRAN

SURAT KEPUTUSAN MENTERI KEUANGANNomor : 91619/BSD/1956

Tgl. 7 Mei 1956

DAFTAR UANG PAKAIAN SETINGGI-TINGGINYA UNTUKPERJALANAN PINDAH KE LUAR NEGERI

1. Pengawai dibagi dalam empat golongan sebagai berikut:

Golongan I : 1. Duta Besar2. Duta (Chef de Poste)

Golongan II : 1. Duta I2. Duta II3. Counsellor

Golongan III : 1. Sekretaris I2. Sekretaris II3. Kanselir I4. Kanselir II (F/II)5. Kanselir III (F/III)

Golongan IV : 1. Sekretaris III2. Atase3. Dan lain-lain

2. Bagian menurut golongan dalam mata uang setempat

Negara Gol. Gol. Gol. Gol. AnakI II III IV 15-21 th 6-15 th0-6th

1. AUSTRALIA (Aus $)Pegawai 10/-/- 95/-/- 90/-/- 80/-/- 25/-A 20/-A 15/-/-Isteri 0/-/- 121-1- 70/I-I- 65/-I-

2. BURMA (K)Pegawai 900,- 800.- 750,- 700,- 200,- 175,- 150,-Isteri 500,- 425,- 375,- 350,-

3. CAYLON (US.$)Pegawai 1 000,- 650,- 800,- 750,- 300,- 250.- 200,-Isteri 600,- 500,- 450,- 400,-

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 551: Buku 1 keuangan

527

4. JEPANG (US.$)Pegawai 500,- 400,- 330,- 300,- 70,- 60,- 50,-Isteri 250,- 200,- 170,- 150,-

5. HONGKONG (HK $)Pegawai 1.300,- 1.300,- 1.150,- 1.100,- 450,- 350,-Isteri 800,- 700,- 650,-

6. INDIA (India. Rs)a. India

Pegawai1.500,- 1.300,- 1.200,- 1.100,- 400,- 300,- 250,-Isteri 500,- 425,- 375,- 350,-

b. Bombay/CalcutaPegawai 800,- 700,- 600,- 200,- 175,- 150,-Isteri 400,- 375,- 350,-

7. PAKISTAN (Pak.Rs)Pegawai 1.800,- 1.600,- 1.500,- 1.400,- 500,- 400,- 350,-Isteri 1.000,- 900,- 800,- 750,-

8. PHILIPINA (Pesos)Pegawai 500,- 425,- 375,- 325,- 125,- 100,- 75,-Isteri 300,- 250,- 225,- 200,-

9. SINGAPORE DAN MALAYSIA (Start $)Pegawai 600,- 500,- 450,- 400.- 150,- 100,- 75,-Isteri 300,- 250,- 225,- 200,-

10. THAILAND (Tical)Pegawai 7.000,- 6.000,- 5.500,- 5.000,- 1.000,- 750,- 500,-Isteri 3,000,- 2.000,- 1.800,- 1.600,-

11. R.R.C (K)Pegawai 1.800,- 1.600,- 1.500,- 1.400,- 650,- 550,- -450,-Isteri 1.200,- 1.000,- 900,- 800,-

12. BELANDA (Ned. Fl)Pegawai 1.000,- 850,- 750,- 650,- 200,- 150,- 100,-Isteri 700,- 600,- 500,- 400,-

13. BELGIA (Belg.Fr)Pegawai 10.000,- 8.500,- 7.500,- 6.000,- 2.000,- 1.500,-1.000,-Isteri 8.000,- 6.000,- 5.500,- 4.000,-

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 552: Buku 1 keuangan

528

14. JERMAN BARAT (W.DM)Pegawai 1.500,- 1.250,- 1.100,- 900,- 300,- 225,- 150,-Isteri 1.000,- 800,- 650,- 500,-

15. INGGRIS (£)Pegawai 115/-A 100/-/- 90/-/- 80/-/- 20/-/- 15/-/- 10/-/-Isteri 85A/- 70/-/- 60/-/- 50/-/-

16. ITALIA (Lira)Pegawai 175.000 140.000120.000 100.000 30.000 22.000 15.000Isteri 150.000 100.000 80.000 60.000

17. PORTUGAL (Eso)Pegawai 8.000 6.500 5.500 4.500 1.500 1.100 750Isteri 6.000 4.500 3.500 2.500

18. FRANCIS (Fro)Pegawai 170.000 140.000120.000 100.000 30.000 22.000 15.000Isteri 120.000 100.000 80.000 60.000

19. a. SWEDIA (Z.Kr) b. DENMARK (D.Kr) c. NORWAY (N.Kr)Pegawai 2.000 1.750 1.500 1.250 250 180 125Isteri 1.500 1.250 1.000 750,-

20. SWISS (Sw.Frc)Pegawai 1.500 1.250 1.100 900 300 225 125Isteri 1.000 800 650 500

21. U.S.S.R (US.$)Pegawai 400 340 300 260 75 60 40Isteri 300 240 200 200 160

22. U.S.A. (US.S)Pegawai 450 400 375 350 60 50 40Isteri 275 225 200 175

EROPA TIMUR = MOSCOW dikurangi 15% (berlaku untuk pegawai dan isterianak 100% berdasarkan Moscow)

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 553: Buku 1 keuangan

529

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 27 September 2006

Nomor : S-422/MK. 02/2006Lampiran: satu berkasPerihal : Angka Dasar Tunjangan Luar Negeri (ADTLN)

Yth. Menteri Luar NegeriJakarta

Menunjuk surat Saudara Nomor 154/KU/VII/2006/02/01 tanggal 10 Juli 2006 perihal tersebut pada pokok surat,dengan ini diberitahukan bahwa berhubung Angka DasarTunjangan Luar Negeri (ADTLN) yang tercantum dalamsurat kami Nomor S-452/MK.03/1995 tanggal 25 Juli 1995,Nomor S-3058/MK.02/2002 tanggal 19 September 2002,dan Nomor S-S-364/MK.02/2002 tanggal 7 November 2002sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan,maka dipandang perlu untuk dilakukan perubahansebagaimana termuat dalam daftar terlampir.

Selanjutnya perlu diberitahukan pula bahwa denganberlakunya ADTLN pada surat ini maka segala bentukpemberian tambahan Tunjangan Penghidupan (TPLN) baikberupa tunjangan kemahalan maupun tunjangan lainnyamenjadi berlaku lagi kecuali untuk Tunjangan Sewa Rumahdan Tunjangan Restitusi Pengobatan yang pembayarannyamengikuti ketentuan yang berlaku.

Demikian agar maklum.

Menteri Keuangan

ttd

Sri Mulyani IndrawatiTembusan:Direktur Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 554: Buku 1 keuangan

530

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

Lampiran Surat Menteri KeuanganNomor : S-422/MK.02/2006Tanggal : 27 September 2006

NO PERWAKILAN ADTLN LAMA ADTLN BARU KETERANGAN AMERIKA UTARA 1 New York (KJRI) 6.100 6.900 2 Ottawa 5.900 6.300 3 New York (PBB) 6.100 6.900 4 San Francisco 6.100 6.900 5 Washington 6.100 6.900 6 Los Angeles 6.100 6.900 7 Chicago 6.100 6.900 8 Houston 6.100 6.900 9 Toronto 5.900 6.300 10 Vancouver 5.900 6.300 AMERIKA SELATAN

11 Buenos Aires 5.600 5.700 12 Mexico City 4.900 5.900 13 Paramaribo 5.100 5.400 14 Brazil 5.300 5.500 15 Caracas 5.400 6.100 16 Havana 4.600 5.900 17 Bogota 4.900 5.400 18 Santiago 5.100 5.400 19 Lima 5.600 5.700 EROPA TIMUR DAN UTARA

20 Beograd 5.000 5.500 21 Bukharest 5.000 5.700 22 Budhapest 5.000 6.200 23 Moscow 5.200 6.600 24 Praha 5.100 6.100 25 Roma 6.000 6.500 26 S o f i a 5,000 5.400 27 Stockholm 6.100 6.700 28 Vatican 6.000 6.500 29 Warsawa 5.000 5.600 30 Helsinki 6.100 6.600 31 K i e v 5.000 6.100 32 Tashkent 5.000 5.600 33 Brastilava 5.100 6.200 34 Lisabon 6,500 6.500

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 555: Buku 1 keuangan

531

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

NO PERWAKILAN ADTLN LAMA ADTLN BARU KETERANGAN

EROPA BARAT

35 Frankfurt 6.300 6.500 36 B e r n 6.800 7.300 37 Berlin 6.300 6.500 38 Brusel*) 6.300 6.500 39 Den Haag 6.300 6.500 40 Jenewa 6.800 7.300 41 Hamburg 6.300 6.500 42 London 6.500 7.100 43 Paris 6.400 6.700 44 Wiena 6.300 6.700 45 Kopenhagen 6.100 7.200 46 Madrid 6.500 6.600 47 Oslo 6.100 7.200 48 Marseilles 6.400 6.700 AFRIKA

49 Addis Ababa 4.600 5.600 50 Aljazair 4.900 5.900 51 Dar Es Salam 4.600 5.800 52 Lagos 4.900 5.900 53 Tananarive 4.600 5.200 54 Tunis 4.900 5.800 55 Dakar 5.000 6.100 56 Nairobi 4.700 5.500 57 Rabbat 4.900 5.700 58 Harare 4.700 5.200 59 Windhoek 4.700 5.800 60 Pretoria 4.700 6.000 61 Cape Town 4.700 6.000 62 Khartoum 5.000 6.000 63 Tripoli 5.500 5.700 ASIA TENGAH DAN TIMUR

64 Mumbay 4.300 5.200 65 Colombo 4.300 5.400 66 Dhaka 4.300 5.200 67 Hongkong 6.000 6.800 68 Islamabad 4.200 5.000 69 Kaboul 4.200 4.300 70 Karachi 4.200 5.000 71 Osaka/Kobe 7.500 8.000

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 556: Buku 1 keuangan

532

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

NO PERWAKILAN ADTLN LAMA ADTLN BARU KETERANGAN

72 New Delhi 4.300 5.200

73 Pyong Yang 4.600 5.900 74 Seoul 5.700 7.100 75 Tokyo 7.500 8.000 76 Beijing 6.000 6.400 77 Phnom Penh 4.700 5.300 78 Guang Zhou 6.000 6.400 ASIA FASIFIK

79 Canberra 5.000 6.200 80 Noumea 4.800 5.300 81 Sydney 5.000 6.200 82 Wellington 5.000 6.200 83 Port Moresby 4.900 6.300 84 Darwin 5.000 6.200 85 Melbourne 5.000 6.200 86 Vanimo 4.900 6.300 87 Perth 5.000 6.200 88 KUKRI-Dili 4.900 6.000 89 Suva 4.200 5.400 ASIA TENGGARA

90 Bangkok 4.800 5.400 91 Davao City 4.800 5.300 92 Hanoi 4.700 5.600 93 Kota Kinabalu 4.800 5.300 94 Kuala Lumpur 4.800 5.300 95 Manila 4.800 5.300 96 Penang 4.800 5.300 97 Yangoon 4.300 5.500 98 Singapura 4.800 5.500 99 Viantiane 4.700 5.600 100 B.S. Begawan 4.800 5.300 101 Ho Chi Minh 4.700 5.600 102 Songkhla 4.800 5.400 103 Johor Bahru 4.800 5.300 104 Kuching 4.800 5.300

TIMUR TENGAH 105 Ankara 4.600 5.600 106 Baghdad 4.900 5.900 107 Cairo 5.000 5.300 108 Damascus 4.600 5.700

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 557: Buku 1 keuangan

533

MENTERI KEUANGAMREPUBLIK INDONESIA

NO P.ERWAKILAN ADTLN LAMA ADTLN BARU KETERANGAN

109 Jeddah (KJRI) 4.600 5.500

110 Teheran 4.800 5.900 111 Sana’a 4.600 5.400 112 Kuwait 4.600 5.800 113 Abu Dhabi 4.600 5.900 114 Amman 4.600 5.600 115 Riyadh 4.800 5.500 116 Athena 6.000 6.200 117 Beirut 5.100 6.000 118 Doha Qatar 4.600 4.700 119 Dubai 4.600 5.900

Menteri Keuangan

ttd

Sri Mulyani Indrawati

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 558: Buku 1 keuangan

534

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERINOMOR : SK032/OR/IV/90/01 TAHUN 1990

TENTANG

TUNJANGAN LUAR NEGERI BAGI PEGAWAI YANGDITEMPATKAN PADA PERWAKILAN

REPUBLIK INDONESIA

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa tunjangan luar negeri bagi pegawai yangditempatkan pada Perwakilan Republik Indonesiasebagaimana diatur dalam Keputusan MenteriLuar Negeri Nomor SK.282/OR/VI 1/83/01Tahun 1983 tanggal 19 Agustus 1983 sudahtidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaandewasa ini, sehingga dipandang perlu untukditinjau kembali.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1974tentang Pokok-Pokok Kepegawaian RepublikIndonesia;

2. Keputusan Presiden RI Nomor 44 Tahun 1974tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen;

3. Keputusan Presiden RI Nomor 45 Tahun1974 jo Keputusan Presiden RI Nomor 15Tahun 1982 jo Keputusan Presiden RI Nomor15 Tahun 1984 tentang Susunan OrganisasiDepartemen, sebagaimana telah diubahterakhir dengan Keputusan Presiden RINomor 32 tahun 1988;

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 559: Buku 1 keuangan

535

4. Keputusan Presiden RI Nomor 51 Tahun1976 tentang Pokok-Pokok OrganisasiPerwakilan RI di Luar Negeri;

5. Keputusan Menteri Luar Negeri NomorSK.279/OR/VIII/83/01 Tahun 1983 tentangPeraturan Dasar Pejabat Dinas Luar Negeri;

6. Keputusan Menteri Luar Negeri NomorSK.236/OR/83/01 Tahun 1983 tentangKebijaksanaan Kepegawaian DepartemenLuar Negeri;

7. Keputusan Menteri Luar Negeri NomorSK.69/OR/X/87/01 Tahun 1987 tentangSusunan Organisasi Perwakilan RI di LuarNegeri;

8. Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor70/OR/X/87/01 Tahun 1987 tentang JenjangGelar Kepangkatan bagi Pejabat Dinas LuarNegeri pada Perwakilan RI di Luar Negeri;

9. Surat Menteri Keuangan RI Nomor S-1042/M.03/1989 tanggal 17 Oktober 1989mengenai Penyesuaian APTLN.

10.Surat Menteri Keuangan Republik IndonesiaNomor S-16/MK.03/1990 tanggal 4 Januari1990 tentang Tindak Lanjut PenyesuaianAPTLN.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERITENTANG TUNJANGAN LUAR NEGERI BAGIPEGAWAI YANG DITEMPATKAN PADAPERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA.

Pasal 1Pegawai yang ditempatkan pada Perwakilan Republik Indonesiamendapat Tunjangan Luar Negeri (TLN) yang terdiri dari :(1) Tunjangan Pokok dan(2) Tunjangan Keluarga

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 560: Buku 1 keuangan

536

Pasal 2Pegawai dalam pasal 1 tersebut adalah :(1) Pejabat Dinas Luar Negeri sebagaimana yang dimaksud dalam

pasal 1 ayat (10) Keputusan Presiden RI Nomor 51 Tahun 1976.(2) Atase Pertahanan dan Atase Teknis sebagai dimaksud dalam

pasal 1 ayat (11) dan (12) Keputusan Presiden RI Nomor 51Tahun 1976.

Pasal 3(1) Tunjangan Pokok dalam pasal 1 ayat (1) adalah jumlah hasil

perkalian Angka Pokok (AP) dengan Angka Dasar yangdinyatakan dalam prosentasi. Angka Pokok terendah 50 dantertinggi 100.

(2) Angka Dasar Tunjangan Luar Negeri dinyatakan dalam matauang Dollar Amerika Serikat dan ditetapkan oleh Menteri LuarNegeri setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan.

Pasal 4Besarnya Angka Pokok Tunjangan Luar Negeri untuk para Pegawaitersebut dalam pasal 2, sebagaimana tercantum dalam lampiran I,II, III dan IV Surat Keputusan ini.

Pasal 5Tunjangan keluarga adalah tunjangan yang menjadi hak isteri/suamidan anak pegawai yang sah yang besarnya sebagai berikut :(1) 15 % (lima belas persen) dari Angka Pokok Pegawai yang

bersangkutan untuk tunjangan isteri/suami.(2) 10 % (sepuluh persen) dari Angka Pokok Pegawai yang

bersangkutan untuk tunjangan anak yang belum berumur 18tahun sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anak termasukseorang anak angkat.

Pasal 6(1) Tunjangan Luar Negeri sebagaimana disebut dalam pasal 1,

dibayarkan mulai tanggal tiba pegawai dan keluarganya diPerwakilan yang bersangkutan sesuai ketentuan yang berlaku.

(2) Dalam hal kepindahan antar Perwakilan RI, tunjangan luar negeriyang baru dimulai pada tanggal keberangkatan pegawai daritempat kedudukannya yang lama.

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 561: Buku 1 keuangan

537

(3) Dalam hal kepindahan pegawai dari luar negeri ke Indonesia,tunjangan luar negeri diberhentikan mulai tanggal keberangkatanpegawai dari tempat kedudukannya yang lama sesuai dengantanggal diterbitkannya SKPP yang bersangkutan sesuai denganketentuan yang berlaku.

Pasal 7Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini akan diaturdalam Keputusan tersendiri.

Pasal 8Dengan berlakunya Keputusan ini, maka ketentuan yang tercantumdalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor :SK.282/OR/VIII/33/01 tanggal 18 Agustus 1983;SK.39/PLN/65 tanggal 5 Juli 1965;SK.45/PLN/65 tanggal 21 Desember 1965;SK.1779/PD/VII/68 tanggal 25 Juni 1968;serta ketentuan lainnya yang bertentangan dengan Keputusan inidinyatakan tidak berlaku.

Pasal 9Bagi pegawai yang ditempatkan di Perwakilan RI yang sebelumberlakunya Keputusan ini mendapat APTLN yang lebih tinggi, makaAPTLN yang lama tetap berlaku.

Pasal 10Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Oktober 1989 denganketentuan bilamana ada kekeliruan didalamnya akan diperbaikiseperlunya.

Ditetapkan di : J a k a r t aPada tanggal : 5 April 1990

MENTERI LUAR NEGER1REPUBLIK INDONESIA

ttd

ALl ALATAS. SH.

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 562: Buku 1 keuangan

538

Lampiran : I

Nomor : SK.032/OR/IV/90/01 Tahun 1990Tentang : Tunjangan Luar Negeri bagi

pegawai yang ditempatkan padaPerwakilan RI

ANGKA POKOK TUNJANGAN LUAR NEGERIPEJABAT DINAS LUAR NEGERI (PDLN)

TINGKAT GELAR NOMOR PDK PA PS

APTLN

(1) Duta Besar LBPP

(2) Duta Besar

(3) Minister/DCM/Konsul Jenderal

(4) Minister Counsr/Konsul Keppri

(5) Counsellor

(6) Sekretaris I

(7) Sekretaris II

(8) Sekretaris III

(9) Atase

(10) Atase

(11) Atase

I

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

-

-

-

-

-

I

II

III

IV

V

VI

-

-

-

-

-

-

I

II

III

IV

V

VI

VII

100

100

90

85

78

72

66

60

55

52

50

Ditetapkan di : J a k a r t aPada tanggal : 5 April 1990

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

ttd

ALI ALATAS, SH.

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 563: Buku 1 keuangan

539

Lampiran : II

Nomor : SK.032/OR/IV/90/01 Tahun 1990Tentang : Tunjangan Luar Negeri bagi

pegawai yang ditempatkan padaPerwakilan RI

ANGKA POKOK TUNJANGAN LUAR NEGERIATASE PERTAHANAN

(sesuai surat KASUM ABRI. No. R/790-07/05/Set 28-12-1989)

NOMOR PANGKAT A P T L N

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Brigadir Jenderal *)

Kolonel

Letnan Kolonel

Mayor

Kapten

Letnan Satu

Letnan Dua

Pembantu Letnan Kebawah

90

85

78

66

60

55

52

50

*) Hanya berlaku untuk KBRI WASHINGTON DC

Ditetapkan di : J a k a r t aPada tanggal : 5 April 1990

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

ttd

ALl ALATAS, SH.

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 564: Buku 1 keuangan

540

Lampiran : III

Nomor : SK.032/OR/IV/90/01 Tahun 1990Tentang : Tunjangan Luar Negeri bagi

pegawai yang ditempatkan padaPerwakilan RI

ANGKA POKOK TUNJANGAN LUAR NEGERIATASE TEKNIS

NOMOR PANGKAT/GOLONGAN ANGKA POKOK TUNJANGAN LUAR NEGERI

1.

2.

3.

4.

5.

6.

IV/c Keatas

IV/b

IV/a

III/d

III/c

III/b

85

78

72

66

60

55

Ditetapkan di : J a k a r t aPada tanggal : 5 April 1990

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

ttd

ALI ALATAS, SH.

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 565: Buku 1 keuangan

541

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIKINDONESIA

NOMOR : KU/SK.168/XII/94/01 TAHUN 1994

TENTANG

PENGATURAN PEMBAYARAN TUNJANGAN KELUARGAYANG DITINGGALKAN/DIPULANGKAN DI/KE

INDONESIA

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa pada hakekatnya isteri atau suamimerupakan pendamping Pejabat yangbersangkutan dalam melaksanakan tugasnya diPerwakilan RI di Luar Negeri.

b. bahwa di beberapa Perwakilan RI di Luar Negeri,berhubung situasi negara dimana pejabattersebut ditempatkan dan atau faktorkesehatan keluarganya, tidak selalumemungkinkan pejabat yang bersangkutanuntuk tinggal bersama dengan keluarganya;

c. bahwa sesuai dengan ketentuan yang berlaku,kepada pejabat yang sudah berkeluargadiberikan tunjangan keluarga;

d. bahwa SK Menlu No. SK-075/KU/XII/89/02tanggal 19 Desember 1989 tentangPembayaran Tunjangan Isteri atau Suami danAnak yang ditinggalkan/dipulangkan di/keIndonesia perlu ditinjau kembali karena tidaksesuai lagi dengan peraturan kepegawaian

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 566: Buku 1 keuangan

542

tentang dasar pemberian tunjangan keluargayang berlaku.

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentangPokok-Pokok Kepegawaian

2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1980,tentang Perubahan dan Penambahan atasPeraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor51 Tahun 1976 tentang Pokok-Pokok OrganisasiPerwakilan RI di Luar Negeri.

4. Surat Keputusan Menteri Luar Negeri RI NomorSK.032/OR/IV/90/01 Tahun 1990 tentangTunjangan Luar Negeri bagi pejabat yangditempatkan pada Perwakilan RI di Luar Negeri.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :Pertama : Dalam hal seorang pejabat Perwakilan Diplomatik

dan Perwakilan Konsuler RI di luar negeri terpaksameninggalkan atau memulangkan anggotakeluarganya yang berhak menerima tunjangankeluarga sebagai tercantum dalam Surat Keputusanpenempatan pada Perwakilan RI di luar negeri,dapat dibayarkan tunjangan keluarga sesuaidengan peraturan yang tercantum dalamKeputusan Menteri Luar Negeri No. SK.032/OR/IV/90/01 tahun 1990.

Kedua : Pemberian tunjangan keluarga yang ditinggalkan/dipulangkan di/ke Indonesia harus mendapatpersetujuan tertulis dari Sekretaris JenderalDepartemen Luar Negeri.

Ketiga : Dengan berlakunya keputusan ini, maka ketentuansebelumnya yang bertentangan dengan keputusanini dinyatakan tidak bertaku lagi.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkandengan ketentuan apabila ternyata terdapat

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 567: Buku 1 keuangan

543

kekeliruan dikemudian hari, akan diadakanperubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 20 Desember 1994

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

ttd.

ALI ALATAS, SH

Tembusan kepada yang terhormat :1. Saudara Inspektur Jenderal2. Saudara Kepala Biro Keuangan3. Saudara Kepala Biro Kepegawaian4. Saudara Kepala Biro Umum5. Saudara Kepala Biro Organisasi6. Saudara Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri.

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 568: Buku 1 keuangan

544

kawat rahasia

no : 950825pro : kepprisinfo : al perwakine x : sekjen

re sk menlu no. ku/sk 168/xii/94/1995 tentang pembayarantunjangan keluarga yang ditinggalkan/dipulangkan di/ke Indonesiakma maka perlu disampaikan petunjuk pelaksanaan sebagaiberikut :

1. guna keperluan sekolah, anak yang ditinggalkan/dipulangkan di/ke Indonesia ataupun di/ke negara di luar wilayah akreditasidiijinkan tetap dibayarkan tunjangannya sesuai ketentuan yangberlaku.

2. bagi istri/suami guna pembayaran tpln diperlukan ijin :

- meninggalkan perwakilan kurang dari tiga bulan cukup denganpersetujuan tertulis dari kepala perwakilan

- tidak bisa mendampingi secara terus menerus denganpersetujuan sekretaris jenderal up. kepala biro kepegawaianet kepala biro keuangan

demikian ump ttkhbs

- d e p l u -

cc. menlu, sekjen, irjen, sekmen, karo keuangan,

bag perbendaharaan, bag verifikasi.

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 569: Buku 1 keuangan

545TUNJANGAN LUAR NEGERI

INSTRUKSITindak LanjutiEdarkanTanggapan dan SaranUntuk dijawabUntuk dilaksanakanBicarakan dengan saya

Hubungi pihak setempatBahan referensiLaporkan ke pusatLaporkan ke rapat stafTerjemahkan ke bhs Indonesia

KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIADOHA

UNIT KOMUNIKASI

KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIADOHA

UNIT KOMUNIKASI

DISPOSISIKEPALA PERWAKILAN RI DI DOHA

HOCPOLPENSOSBUDEKONOMIKONSULERKOMUNIKASIBPKRTSEKPRI

Catatan :

Paraf Tanggal

RUANG LEGALISASISekretaris Jenderal

IMRON COTAN

PENGANTARBERITA FAKSIMIL

R A H A S I A

FR No. 207/23DEPARTEMEN LUAR NEGERI

PUSAT KOMUNIKASI

Kepada : Yth. Semua Kepala Perwakilan RI: di Luar Negeri

Info : Menlu (sebagai laporan)Dari : Sekretaris JenderalPerihal : Perubahan Angka Dasar Tunjangan Luar

Negeri (ADTLN) Untuk Home Staff

LEGALISASI KAWATRAHASIA BIASA FAKSIMIL

NO/TGL PARAF

PEMBUAT,Kepala Biro Keuangan

WARSITA EKA

DEPARTEMEN LUAR NEGERIPUSAT KOMUNIKASI

FAKSIMIL RAHASIA KELUARNo Tgl. Jam Ttd

386/F 12 OKTOBER 2006 DARI : DEPLU

PUSAT KOMUNIKASI

Page 570: Buku 1 keuangan

546

Perihal : Perubahan Angka Dasar Tunjangan Luar Negeri(ADTLN) Untuk Home Staff Tahun 2006

Isi Berita

Merujuk perihal tersebut diatas, bersama ini dengan hormatdisampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia No. S-422/MK.02/2006 tanggal 27 September 2006 telah disetujui perubahan AngkaDasar Tunjangan Luar Negeri (ADTLN) yang baru untuk seluruhPerwakilan RI di luar negeri. Surat Persetujuan tersebutdiberlakukan terhitung mulai bulan September 2006.

2. Berdasarkan Surat Persetujuan tersebut, maka persetujuanMenteri Keuangan RI No. S-452/MK.03/1995 tanggal 25 Juli1995, No. S-3058/MK.02/2002 tanggal 19 September 2002 danNo. S-364/MK.02/2002 tanggal 07 Nopember 2002 dinyatakantidak berlaku lagi.

3. Dengan persetujuan Menteri Keuangan RI yang baru tersebut,maka pemberian tambahan Tunjangan Penghidupan Luar Negeri(TPLN), berupa tunjangan kemahalan menjadi tidak berlaku lagikecuali untuk Tunjangan Sewa Rumah dan Tunjangan RestitusiPengobatan yang pembayarannya mengikuti ketentuan yangberlaku.

4. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, agar semua perwakilanRI tetap membayarkan TPLN Home Staff, Tunjangan SewaRumah dan Tunjangan Restitusi Pengobatan sesuai ketentuanADTLN sebelumnya. Penggantian selisih pembayaran ADTLNbaru akan ditransfer setelah anggarannya disetujui olehDepartemen Keuangan.

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanyadiucapkan terima kasih.

Jakarta, Oktober 2006

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 571: Buku 1 keuangan

547TUNJANGAN LUAR NEGERI

KEDUTAAN BESARREPUBLIK INDONESIA TOKYO

RAHASIA No. 09A/SAL

tanggal : Jakarta, 7 maret 1986nomor : 8608898kepada : semua kepala perwakilan r.i.dari : sekretaris jenderal

1. berhubung dengan adanya beberapa perwakilan yang membayartpln dalam mata uang setempat, diingatkan kepada semuaperwakilan untuk membayar tpln home staff dalam us dollarpenetapan menteri keuangan.-

2. untuk gaji lokal staff dapat dibayarkan dalam us dollar ataudalam mata uang setempat.-

3. dalam hal butir 2 dibayarkan dalam mata uang setempat, harusdipergunakan kurs us dollar pada saat pembayarannya.

-departemen luar negeri-

Page 572: Buku 1 keuangan

548

TANGGAL : 29 JANUARI 1998 KONSEP No. 10923

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKINS

SANGAT SEGERA

NO : 980284PRO : KEPPRIUP : KBTUEX : SEKJENRE : PENGATURAN BIAYA PERJALANAN HOME STAFF

YANG DITARIK PULANG

Mkk No. 980263 butir 3 disampaikan sebagai berikut :

1. perwakilan diharapkan dapat menanggulangi dulu anggaranperjalanan home staff dan keluarganya yg ditarik pulang, denganmenggunakan economy class cheap fare khususnya apabilaharga ticket setempat lebih murah dpt lebih murah daripada belidi Jakarta utk selanjutnya kma bukti pengeluaran biaya perjalananitu dikirimkan ke deplu untuk memperoleh penggantiannya ttk.

2. apabiia anggaran perwakilan tidak memungkinkan untukmelaksanakan hal itu kma harap segera laporkan kepada kamiagar dapat dikirimkan tickets yg sesuai untuk perjalanan tsb ttk

dmk untuk dilaksanakan ttkhbs

CC: MENLU-, SEMUA ESELON 1, SEKMEN, DIR ATT, KARO HUKUMDAN ORG, KARO PERENCANAAN, KARO KEUANGAN

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 573: Buku 1 keuangan

549TUNJANGAN LUAR NEGERI

Tanggal : 09 Agustus 2005 KONSEP NO : 4777

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKIN

NO : 053534PRO : KEPPRI JENEWAINFO : ALL PERWAKINEX : SEKJENRE : PEMBAYARAN HONOR BAGI HOME STAFF

PERWAKILAN RI DI LN

Bersama ini disampaikan hal SBBTTKDUA

1. BERDASARKAN SURAT KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN RIDI GENEWA NOMOR SKEP/28/2004 RE PEMBENTUKAN SATGASKEKETUAAN INDONESIA DALAM KOMISI HAM PBB 2005–2006, TERDAPAT PEMBAYARAN HONOR KERJA KEPADA SETIAPHOME STAFF YANG DIBEBANKAN DARI ANGGARAN BELANJAPEGAWAI PTRI GENEWA TTK.

2. BAHWA DI DALAM RENCANA KERJA ANGGARAN KEMENTRIAN/LEMBAGA (RKAKL) DEPLU KHUSUS UNTUK PERWAKILAN RIDI LUAR NEGERI KMA DEPKEU TIDAK MENGALOKASIKAN DANAUNTUK PEMBAYARAN HONOR BAGI HOME STAFF TTK.

3. SEHUBUNGAN DENGAN HAL TSB BUTIR DUA, PEMBAYARANHONOR BAGI HOME STAFF TIDAK DIPERKENANKAN TTK.

DEMIKIAN UNTUK DILAKSANAKAN TTKHBS

Page 574: Buku 1 keuangan

550

Tanggal : 12 Januari 1998 KONSEP NO. 109872

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILAN

NO : 980129PRO : KEPPRIEX : SEKJEN

sehubungan dengan krisis moneter yg berkepanjangan et berdampakthd kondisi keuangan negara, termasuk anggaran deplu et perwakin,pimpinan deplu mengambil langkahs kebijakan sbb :

aa kegiatan mutasi kepegawaian dari pusat ke perwakilan untuksementara dibatasi kecuali bagi hal yg sangat penting bagikepentingan dinas ttkkma

bb bagi mereka di perwakilan yg sudah mendapatkan tiketdan tidak perlu menunggu pengganti agar segera rpt segerakembali ke Jakarta ttkkma

cc pemberian uang lumpsum bagi mereka yang kembali ke Jakartahanya dibayarkan sebesar 40% dari index yang berlaku ttkkma

dd bagi mereka yang baru tiba di perwakilan, penampungan hotelybs hanya dibayarkan tidak lebih dari 15 hari ttk

demikian untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya et atas perhatiandan kerjasama diucapkan terima kasih ttkhbs

CC : MENLU, SEMUA ESELON SATU, SEKMEN, KARO KEPEG,KARO KEUANGAN

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 575: Buku 1 keuangan

551TUNJANGAN LUAR NEGERI

R A H A S I A

KEDUTAAN BESARREPUBLIK INDONESIA

TOKYO

No. 347/SAL

Tanggal : 31 Agustus 1985Nomor : 853214Kepada : Kepala Perwakilan ri di Washington

u.p. ka. bag. minInfo : semua kepala perwakilan r.i.dari : kepala biro keuangan

menarik kawat saudara nomor 129/ws/08/85, diberitahukanhals sebagai berikut :

a. pembayaran rapel tpln karena kenaikan pangkat/gelar berlakusurut maksimal 3 (tiga) bulan sejak diterimanya surat keputusanatau pemberitahuan dari deplu pusat.

b. dalam hal kenaikan gelar/pangkat j. maeran sunarto terhitungmulai tgl 1 pebruari 1985, tetapi pemberitahuan dari deplu pusatditerima perwakilan tgl 15 agustus 1985 maka pembayaran rapelkenaikannya diperhitungan untuk bulan mei, juni dan juli 1985;bulan agustus sudah otomatis menerima tpln baru sesuaikenaikan.

-departemen luar negeri-

Page 576: Buku 1 keuangan

552

Tanggal : 07 Oktober 2005 KONSEP NO : 9586

PRO PERWAKILAN RI : SONGKHLA VIA BANGKOK

No : 054477PRO : KEPRIUP : HOC/BENDAHARAEX : ACT. KARO KEUANGAN

MSK KEPPRI NO. 24/KEP.KEPPRI/VIII/2005 DISAMPAIKAN HALSBBTTKUA

1. BERDASARKAN DIPA TH 2005 TIDAK ADA ALOKASI ANGGARANUNTUK PEMBERIAN TUNJANGAN KHUSUS BAGI SEKPRI DANKRT TTK

2. UNTUK MENGHINDARKAN DITOLAK/TIDAK DIKELUARKANSP2D OLEH KPPN DEPARTEMEN KEUANGAN MAKA KEPUTUSANKEPPRI TTG PEMBERIAN TUNJANGAN KHUSUS BAGI SEKPRIET KRT DIMAKSUD AGAR DIBATALKAN DAN UANG YANGTELAH TERBAYARKAN AGAR DIKEMBALIKAN/DITERIMAKANKEMBALI TTK.

3. DEMIKIAN UNTUK DILAKSANAKAN TTK.

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 577: Buku 1 keuangan

553TUNJANGAN LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR 01/A/KP/III/2007/01 TAHUN 2007

TENTANG

TUNJANGAN PENDIDIKAN ANAKBAGI PEJABAT DINAS LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pelaksanaan politik luar negeri danpenyelenggaraan hubungan luar negerimemerlukan Pejabat Dinas Luar Negeri di PerwakilanRepublik Indonesia yang memiliki kompetensi,kualitas yang handal dan profesionalisme;

b. bahwa peningkatan kompetensi, kualitas yanghandal dan profesionalisme Pejabat Dinas Luar Negeriyang bertugas di Perwakilan perlu diimbangi denganpeningkatan kesejahteraan keluarga berupa kualitaspendidikan anak;

c. bahwa pendidikan anak merupakan suatu bentukinvestasi sumber daya manusia yang sangatpenting untuk pengembangan watak dan kepribadianbangsa dalam jangka panjang yang dimulai daripendidikan dasar, menengah dan tinggi;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, b dan c perlumenetapkan Peraturan Menteri Luar Negeri tentangTunjangan Pendidikan Anak bagi Pejabat Dinas LuarNegeri di Perwakilan;

Page 578: Buku 1 keuangan

554 TUNJANGAN LUAR NEGERI

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentangPokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran NegaraTahun 1974 Nomor 55, Tambahan LembaranNegara Nomor 3041) sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);

2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentangHubungan Luar Negeri (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 156; TambahanLembaran Negara Nomor 3882);

3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 (LembaranNegara Tahun 1989 Nomor 6; TambahanLembaran Negara Nomor 3390) sebagaimanadiubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78;Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4301);

4. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentangPelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2002 Nomor 73, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4212)sebagaimana telah diubah dengan KeputusanPresiden Nomor 72 Tahun 2004 tentang PerubahanAtas Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002tentang Pedoman Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 42,Tambahan 11);

5. Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2003 tentangOrganisasi Perwakilan Republik Indonesia di LuarNegeri;

6. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK. 06/A/OT/VI/2004/01 Tahun 2004 tentang Organisasidan Tata Kerja Perwakilan Republik Indonesia diLuar Negeri;

Page 579: Buku 1 keuangan

555

7. Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 02/A/OT/VIII/2005/01 Tahun 2005 sebagaimanadiperbaharui dengan Peraturan Menteri Luar NegeriNomor 02/A/OT/I/2007/01 Tahun 2007 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen Luar Negeri;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIKINDONESIA TENTANG TUNJANGAN PENDIDIKANANAK BAGI PEJABAT DINAS LUAR NEGERI.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri, yang selanjutnyadisebut Perwakilan, adalah Perwakilan Diplomatik dan PerwakilanKonsuler Republik Indonesia yang secara resmi mewakili danmemperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara dan PemerintahRepublik Indonesia secara keseluruhan di Negara Penerima ataupada Organisasi Internasional.

2. Pejabat Dinas Luar Negeri, yang selanjutnya disebut PDLN,adalah Pegawai Negeri Sipil yang telah mengikuti pendidikan danlatihan khusus untuk bertugas di Departemen Luar Negeri danPerwakilan Republik Indonesia.

3. Kepala Perwakilan adalah Duta Besar Luar Biasa dan BerkuasaPenuh, Wakil Tetap Republik Indonesia, Kuasa Usaha Tetap,Kuasa Usaha Sementara, Konsul Jenderal, Konsul, dan PejabatSementara (Acting) Kepala Perwakilan Konsuler yang masing-masing memimpin Perwakilan di Negara Penerima atau wilayahkerja atau Organisasi Internasional.

4. Pejabat Diplomatik dan Konsuler, yang selanjutnya disebutPejabat Diplomatik adalah Pejabat Dinas Luar Negeri yangmelaksanakan kegiatan diplomatik dan konsuler untukmemperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara dan Pemerintah

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 580: Buku 1 keuangan

556

Republik Indonesia di Negara Penerima atau pada OrganisasiInternasional.

5. Bendaharawan dan Penata Kerumahtanggaan Perwakilan,selanjutnya disebut BPKRT, adalah Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Departemen Luar Negeri yang telah mengikutipendidikan dan pelatihan khusus sebagai bendaharawan danpenata kerumahtanggaan perwakilan dengan status sebagai StafNon Diplomatik.

6. Petugas Komunikasi adalah Staf Non Diplomatik dan Pejabatlainnya yang ditunjuk di lingkungan Departemen Luar Negeriuntuk melaksanakan tugas pengelolaan persandian dankomunikasi perwakilan.

7. Pejabat Perbantuan adalah pegawai negeri yang diperbantukanoleh Pimpinan Departemen, Lembaga Pemerintahan NonDepartemen dan diangkat oleh Menteri Luar Negeri untuk bekerjadi Departemen Luar Negeri atau Perwakilan RI di luar negeriuntuk jangka waktu tertentu.

8. Anggota Keluarga adalah isteri/suami yang sah, anak kandung,anak tiri, anak angkat yang disahkan oleh Penetapan Pengadilanyang masih menjadi tanggungan Pejabat dinas Luar Negeri.

9. Anak yang mendapatkan Tunjangan Pendidikan Anak adalahanak dari pejabat yang sedang bertugas di Perwakilan yangmasih menempuh pendidikan dasar, menengah dan tinggi.

10. Tunjangan Pendidikan Anak bagi Pejabat Dinas Luar Negeri,selanjutnya disebut Tunjangan Pendidikan Anak, adalah tunjanganyang diberikan oleh dinas kepada pejabat yang sedang bertugasdi Perwakilan untuk membiayai pendidikan anaknya.

BAB IIPEJABAT YANG DIBERIKAN TUNJANGAN PENDIDIKAN

ANAK

Pasal 21. Pejabat yang diberikan Tunjangan Pendidikan Anak berdasarkan

ketentuan ini adalah PDLN dan Pegawai yang ditempatkan padaPerwakilan atas dasar penghargaan.

2. PDLN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 581: Buku 1 keuangan

557

a. Pejabat Diplomatik;

b. BPKRT;

c. Petugas Komunikasi; dan

d. Pejabat Perbantuan

BAB III

PERSYARATAN

Pasal 31. Pejabat yang sedang ditempatkan pada Perwakilan dan memiliki

Anak usia sekolah diberikan Tunjangan Pendidikan Anak.

2. Kriteria Anak usia sekolah menurut ayat (1) diatas adalah berumurtidak lebih dari 21 (dua puluh satu) tahun, belum pernah kawin,tidak mempunyai penghasilan sendiri dan nyata menjadi tanggungjawab Pejabat yang bersangkutan.

3. Pemberian Tunjangan Pendidikan Anak sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dapat diperpanjang sampai umur 25 (dua puluhlima) tahun apabila Anak tersebut masih bersekolah dan belumpernah kawin, tidak mempunyai penghasilan sendiri serta nyatamenjadi tanggung jawab Pejabat yang bersangkutan.

4. Perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapatdiberikan setelah mendapatkan persetujuan Sekretaris Jenderal.

BAB IVTINGKAT PENDIDIKAN

Pasal 4

Tunjangan Pendidikan Anak diberikan kepada pejabat yang Anaknyamengikuti pendidikan formal pada sekolah di luar negeri.

Pasal 5Tunjangan Pendidikan Anak diberikan mulai pada tingkat pendidikandasar, menengah dan tinggi.

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 582: Buku 1 keuangan

558

Pasal 6

Tunjangan Pendidikan Anak tidak diberikan kepada Pejabat yangmenyekolahkan Anaknya di sekolah dengan biaya gratis.

BAB VTATA CARA PEMBERIAN TUNJANGAN PENDIDIKAN ANAK

Pasal 71. Pejabat yang bersangkutan mendaftarkan anaknya di sekolah

yang layak.

2. Pejabat yang bersangkutan memberitahukan kepada KepalaPerwakilan mengenai sekolah Anaknya untuk mendapatkanTunjangan Pendidikan Anak.

3. Kepala Perwakilan meneliti dan melakukan verifikasi mengenaisekolah yang layak di negara akreditasinya.

4. Kepala Perwakilan menyampaikan hasil penelitian dan verifikasimengenai sekolah yang layak kepada Sekretaris JenderalDepartemen Luar Negeri C.q. Biro Kepegawaian.

5. Biro Kepegawaian menyusun daftar sekolah-sekolah yang layakdi negara-negara akreditasi.

6. Biro Kepegawaian menerbitkan Surat Keputusan Menteri LuarNegeri tentang Pemberian Tunjangan Pendidikan Anakberdasarkan hasil penelitian dan verifikasi Kepala Perwakilan.

Pasal 81. Tunjangan Pendidikan Anak dibayarkan berdasarkan bukti sah

pembayaran biaya pendidikan untuk setiap anak setiap bulan.

2. Biaya Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanyaterbatas pada uang sekolah (tuition fee) dan tidak termasukuang buku, biaya antar jemput, biaya persiapan sekolah, uanggedung, uang pendaftaran dan uang sewa asrama ataupemondokan.

3. Tunjangan Pendidikan Anak diberikan untuk paling banyak 2 (dua)orang anak.

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 583: Buku 1 keuangan

559

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 91. Pejabat yang pada saat Peraturan ini diberlakukan sedang

ditempatkan pada Perwakilan, kepada yang bersangkutandiberikan Tunjangan Pendidikan Anak.

2. Bagi Pejabat yang ditarik pulang ke Jakarta dan meninggalkananaknya sekolah di luar negeri tidak diberikan Tunjangan PendidikanAnak.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 10

Segala ketentuan yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeriyang bertentangan dengan Peraturan ini dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 11Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 12 Maret 2007

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

ttd

N. HASSAN WIRAJUDA

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 584: Buku 1 keuangan

560

Tanggal : 16 Agustus 2002 KONSEP NO : 135132

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKIN

NO : 023389PRO : KEPPRI KARACHIINFO : ALL PERWAKINEX : SEKJENRE : TUNJANGAN KELUARGA UNTUK ANAK YANG SEKOLAH

DI INDONESIA

Mks no. 16/kc/08/02 perihal tsb di atas, disampaikan hals sbb ttkdua

1. kawat Sekjen no. 950825 tanggal 27 Pebruari 1995, butir 1menyebutkan bahwa : “guna keperluan sekolah anak yangditinggalkan/dipulangkan di/ke Indonesia ataupun di/ke negaradi luar wilayah akreditasi diijinkan tetap dibayarkan tunjangannyasesuai ketentuan yang berlaku”.

2. Sehubungan dengan butir 1 di atas, maka tunjangan anak a/nSdr. Mukti Ali Alam, putra dari Sdr. Temu Alam, Kabid EkonomiKJRI Karachi tetap dapat dibayarkan, walaupun yangbersangkutan sekolah di Indonesia.

dmk ump ttkhbs

Biaya Pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, KA. BAM

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 585: Buku 1 keuangan

561

KAWAT BIASA(TIDAK RAHASIA)

No. Konsep : 225319 Tanggal : 020101

SEMUA PERWAKILAN

SANGAT SEGERA

NO : PL-281/020101PRO : ALL KEPPRIEX : KARO KEPEG

SEHUBUNGAN DENGAN BANYAKNYA PERTANYAAN TENTANG HAKMEMBAWA NURSE ATAS BIAYA NEGARA MAKA DENGAN INI KAMIJELASKAN SBB TTK DUA

BAHWA BERDASARKAN PASAL 3 KEPUTUSAN MENLU NO 155273/BSD YAITU SEORANG PEJABAT YANG PADA KEBERANGKATANNYATIDAK MEMBAWA NURSE ATAS BIAYA NEGARA MAKA PADA SAATPULANG KE INDONESIA JUGA TIDAK MEMPEROLEH HAK UNTUKMEMBAWA NURSE DENGAN BIAYA NEGARA TTK

DENGAN KATA LAIN SEORANG PEJABAT YANG PADA SAATKEBERANGKATANNYA TIDAK MEMBAWA NURSE ATAS BIAYANEGARA KMA MAKA PADA SAAT KEPULANGANNYA KE INDONESIAJUGA TIDAK MEMPEROLEH HAK UNTUK MEMBAWA PULANG ATASBIAYA NEGARA WALAUPUN YBS BERTUGAS DI PERWAKILANMENDAPAT ANAK DAN BERUSIA DI BAWAH USIA 6 TAHUN TTK

DEMIKIAN UMP TTKHBS

DEPLU JAKARTACC : MENLU,

SEKJEN,IRJEN,SEKMEN,KARO KEPEGAWAIAN

Biaya Pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

TUNJANGAN LUAR NEGERI

Page 586: Buku 1 keuangan

562

Page 587: Buku 1 keuangan

563

IV

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 588: Buku 1 keuangan

564

Page 589: Buku 1 keuangan

565

DEPARTEMEN LUAR NEGERI TURUNAN daripada buku daftarREPUBLIK INDONESIA surat2 putusan Menteri

Luar Negeri RI

No: S.P./08107/OP/72

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : Bahwa tunjangan sewa rumah yang ditetapkandalam tahun 1968 bagi Pejabat Perwakilan RI diluar negeri, sudah tidak sesuai lagi denganperkembangan-perkembangan sewa rumah di luarnegeri, dewasa ini.

Mendengar : Pendapat Staf Pimpinan Departemen Luar Negeri;

1. Perobahan-perobahan moneter internasionalakhir-akhir ini;

2. SP/190/PD/XI/1968, tanggal 5 Pebruari 1968;

3. Ketentuan-ketentuan Departemen PertahananKeamanan tentang tunjangan sewa rumah bagipara atasenya;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Mencabut kembali Peraturan Pemerintah tunjangansewa rumah yang ditetapkan dalam SP/190/PD/XI/1968 serta semua izin yang diberikan sebelumsurat keputusan ini yang dikeluarkan olehDepartemen Luar Negeri dan menggantinya denganyang baru seperti ditetapkan dalam pasal-pasaldibawah ini;

Pasal 1

Untuk memungkinkan Pejabat Perwakilan RI di luar negerimenjalankan tugasnya dengan baik, kepada mereka diberikantunjangan sewa rumah.

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 590: Buku 1 keuangan

566

Pasal 2

Kepala Perwakilan menentukan rumah kediaman yang layak ditempatioleh seorang Kepala Perwakilan.

Pasal 3Untuk tiap pemberian tunjangan sewa rumah dibuatkan suatu suratkeputusan oleh Kepala Perwakilan.

Pasal 4Tunjangan sewa rumah adalah selisih dari sewa rumah sebulandikurangi dengan :

a. 15 % dari tunjangan pokok tambah tunjangan keluarga, kalaurumah itu tanpa perabot.

b. 20 % dari tunjangan pokok tambah tunjangan keluarga, kalaurumah itu lengkap perabot.

Pasal 5Maksimum tunjangan sewa rumah ditetapkan sebanyak 25 % daritunjangan pokok tambah tunjangan keluarga.

Pasal 6Pelampauan maksimum tunjangan sewa rumah tidak diperkenankan,kecuali dengan izin khusus Sekretaris Jenderal Departemen LuarNegeri.

Pasal 7

Jumlah sewa rumah sebulan untuk menghitung tunjangan sewarumah sebulan kontrak + Jumlah uang hilang untuk jasa-jasa dibagidengan jumlah banyaknya bulan kontrak + sewa satu garasi apabiladalam kontrak sewa rumah belum termasuk satu garasi.

Pasal 8Tunjangan sewa rumah diberikan dalam mata uang yang dibayarkanuntuk sewa rumah itu.

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 591: Buku 1 keuangan

567

Pasal 9

Jika tunjangan sewa rumah yang diberikan kepada pegawai padasaat keputusan ini berlaku melebihi jumlah yang ditetapkan menurutpasal 5 surat keputusan ini, maka kepada pegawai yangbersangkutan diberikan tunjangan sewa rumah peralihan sebesarselisih antara tunjangan sewa rumah yang biasa diterimanya dantunjangan sewa rumah yang dapat diberikan menurut peraturanini, sampai jangka waktu kontrak rumah yang ditempati itu selesai.

Pasal 10Ketentuan-ketentuan dalam Surat Keputusan ini berlaku mulai bulanJanuari 1973 dengan catatan akan diadakan perubahan seperlunyabila dikemudian hari terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 11 Nopember 1972

MENTERI LUAR NEGERI

ttd

(ADAM MALIK)

Sudah sesuai dengan aslinyaKepala Biro Organisasi dan

Pemeliharaan,

ttd

(Kris Noermantias)

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 592: Buku 1 keuangan

568

DEPARTEMEN LUAR NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN SP/08107/OP72

UMUM

Dalam SP/190/PD/XI/68 terdapat ketentuan bahwa untukmelaksanakannya harus minta izin lebih dahulu dari Menteri LuarNegeri.

Dalam surat keputusan yang baru, Menteri Luar Negeri memberikankuasa kepada Kepala Perwakilan untuk menetapkan sendiri dalamsatu surat keputusannya pemberian tunjangan sewa rumah dalambatas-batas yang ditetapkan dalam Surat Keputusan baru ini.

Ketentuan-ketentuan dalam Surat Keputusan baru harusdilaksanakan juga terhadap Pejabat-pejabat dari Departemen lainyang mempunyai Anggaran sendiri di Perwakilan, termasuk Hankam.

Pasal 1

J e l a s

Pasal 2Penentuan rumah kediaman yang layak ditinjau dari sudutrepresentatipitas sesuai kedudukan Pejabat dan dari sudut luasnyasesuai susunan keluarga Pejabat.

Pasal 34 copies dari Surat Keputusan Kepala Perwakilan itu dikirimkan keDeplu untuk perhatian :

1. Inspektorat Jenderal,

2. Direktorat Pemeriksaan Keuangan,

3. Biro Keuangan,

4. Biro Organisasi & Pemeliharaan.

dan satu copy untuk Departemen yang bersangkutan bilamenyangkut pejabat Departemen lain. Surat Keputusan itu harusdilampiri fotocopy kontrak dan atau kwitansi uang hilang/sewa garasi.

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 593: Buku 1 keuangan

569

Pasal 4

Pejabat menanggung sendiri sewa rumahnya dari pendapatankotor (pokok-tunjangan keluarga) sebanyak 15 % atau 20 %menurut Perlengkapan rumah yang disewa. Rumah tanpa perabotmenurut pengertian standard Internasional, terdapat adanya alat-alat pendingin/refrigerator, oven dan alat pemanas.

Rumah dengan perabot lengkap adalah rumah yang disampingperabot standard tersebut diatas, dilengkapi pula dengan perabotruangan tamu, ruangan makan dan ruangan-ruangan tidur.

Pejabat Perwakilan yang menempati rumah milik Negara, kecualiKepala Perwakilan yang terhadapnya telah dikenakan potongan Daneksesuai peraturan yang berlaku, membayar 10 % dari pendapatanbersihnya bila rumah itu tanpa perabot, dan 15 % dari pendapatanbersihnya bila rumah dilengkapi dengan perabot seperti penjelasantersebut diatas.

Pasal 5

J e l a s

Pasal 6J e l a s

Pasal 7Dalam membuat hitungan ada tidaknya tunjangan sewa rumahmenurut ketentuan surat keputusan ini, jumlah sewa rumah sebulanditentukan, sewa rumah sebulan seperti disebutkan dalam kontraksewa menyewa. Di samping sewa rumah menurut kontrak itu,mungkin ada pula uang hilang yang tidak disebutkan dalam kontraksewa menyewa untuk jasa-jasa yang membantu mendapatkanrumah tersebut (perantara) tapi telah menjadi kelaziman setempatuntuk membayarnya misalnya satu atau dua bulan sewa. Jumlahuang hilang ini tidak diganti oleh Perwakilan, tetapi dihitung selamamenempati rumah itu berapa jatuhnya yang hilang itu tiap-tiap bulan.Hasilnya perhitungan itu ditambahkan kepada sewa rumah tiapbulannya.

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 594: Buku 1 keuangan

570

Contoh :Kontrak dibuat untuk 2 tahunSewa rumah sebulan US $ 480Uang hilang satu bulan sewaSewa rumah yang dihitung untuk menentukanpemberian tunjangan sewa rumah US $ 480.+ 1/24 x US $ 480 = US $ 500.-

Apabila rumah yang disewa tidak dilengkapi garasi untuk satu mobil,maka pejabat dapat menyewa garasi tersendiri dan sewa garasi inidapat ditambahkan pada sewa rumah dalam membuat perhitungantunjangan sewa rumah.

Pasal 8J e l a s

Pasal 9Tunjangan peralihan hanya berlaku sampai habis kontrak sewa yanglalu. Sesudah itu tunjangan peralihan dihentikan. Jika pejabat yangbersangkutan tidak ingin mencari rumah lain yang sewanya sesuaidengan maksimum tunjangan sewa rumah yang dapat dibayarkanmenurut ketentuan surat keputusan ini, maka segala akibatnyatanggungan sendiri.

Jakarta, 11 Nopember 1972

MENTERI LUAR NEGERI

ttd

(ADAM MALIK)

Sudah sesuai dengan aslinyaKepala Biro Organisasi & Pemeliharaan

ttd

(Kris Noermantias)

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 595: Buku 1 keuangan

571

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIKINDONESIA

No. : 2576/BU/VIII/81/02

tentang

PEMBERIAN TUNJANGAN SEWA RUMAH KHUSUS KEPADAPEGAWAI HOME STAFF PADA PERWAKILAN RI Dl KUWAIT

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa kenaikan sewa rumah di dalam wilayahkerja Perwakilan RI di Kuwait terus menerusmengalami kenaikan sehingga telah mencapaitingkat diatas batas maksimum persentasetunjangan sewa rumah yang berlaku;

b. Bahwa kenaikan sewa rumah tersebut telahtidak memungkinkan para pegawai HomeStaff untuk menyewa rumah sesuai denganstatus dan kebutuhan keluarganya;

c. Bahwa berhubung dengan hal itu dianggapperlu untuk memberikan kepada parapegawai Home Staff pada Perwakilan RI yangbersangkutan tunjangan sewa rumah di atasbatas maksimum persentase tunjangansewa rumah yang berlaku.

Memperhatikan : Kawat Kepala Perwakilan RI di Kuwait Nomor:22/kt/05/81 tanggal 5 Mei 1981.

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 596: Buku 1 keuangan

572

Mengingat : Pasal 6 Surat Keputusan Menteri Luar NegeriNomor: SP/08107/09/72 tanggal 11 Nopember1972.

MEMUTUSKAN :

Menyimpang dari ketentuan yang tercantum dalam pasal 5Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SP/081 07/OP/72 tanggal 11 Nopember 1972;

Menetapkan : Ketentuan khusus untuk Perwakilan RI di Kuwait.

Pertama : Kepada pegawai Home Staff pada Perwakilan RI diKuwait diberikan kenaikan batas maksimumtunjangan sewa rumah dari 25 % menjadi 40%.

Kedua : Kenaikan tunjangan sewa rumah tersebutdibebankan pada Anggaran Perwakilan RI Kuwaitdengan ketentuan tidak boleh melampaui danaanggaran belanja yang tersedia untuk itu.

Ketiga : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruandalam surat keputusan ini, akan diadakan perbaikan/perhitungan sebagaimana mestinya.

Keempat : Ketentuan tentang pemberian tunjangan sewarumah ini berlaku pada saat Keputusan iniditetapkan.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 1 Agustus 1981

An. Menteri Luar NegeriSekretaris Jenderal,

ttd

B.S. ARIFINNIP. 020000770

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 597: Buku 1 keuangan

573

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

No. : 2577/BU/VIII/81/02

Tentang

PEMBERIAN TUNJANGAN SEWA RUMAH KHUSUS KEPADAPEGAWAI HOME STAFF PADA PERWAKILAN RI Dl JEDDAH

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa kenaikan sewa rumah di dalam wilayahkerja Perwakilan RI di Jeddah terus menerusmengalami kenaikan sehingga telah mencapaitingkat diatas batas maksimum persentasetunjangan sewa rumah yang berlaku;

b. Bahwa kenaikan sewa rumah tersebut telahtidak memungkinkan para pegawai Home Staffuntuk menyewa rumah sesuai dengan statusdan kebutuhan keluarganya;

c. Bahwa berhubung dengan hal itu dianggapperlu untuk memberikan kepada para pegawaiHome Staff pada Perwakilan RI yangbersangkutan tunjangan sewa rumah di atasbatas maksimum persentase tunjangan sewarumah yang berlaku.

Memperhatikan : Kawat Kepala Perwakilan RI di Jeddah Nomor:Sa-472/78-1 tanggal 27 September 1978.

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 598: Buku 1 keuangan

574

Mengingat : 1. Pasal 6 Surat Keputusan Menteri Luar NegeriNomor: SP/08107/09/72 tanggal 11Nopember 1972.

2. Kawat Sekretaris Jenderal Nomor: 97463tanggal 6 Oktober 1978.

MEMUTUSKAN :

Menyimpang dari ketentuan yang tercantum dalam pasal 5Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SP/08107/OP/72 tanggal 11Nopember 1972;

Menetapkan : Ketentuan khusus untuk Perwakilan RI di Jeddah.

Pertama : Kepada pegawai Home Staff pada PerwakilanRI di Jeddah diberikan kenaikan batas maksimumtunjangan sewa rumah dari 25 % menjadi 40%

Kedua : Kenaikan tunjangan sewa rumah tersebutdibebankan pada Anggaran Perwakilan RIJeddah dengan ketentuan tidak bolehmelampaui dana anggaran belanja yangtersedia untuk itu.

Ketiga : Ketentuan tentang pemberian tunjangan sewarumah ini berlaku pada terhitung mulai bulanOktober 1978.

Keempat : Apabila dikemudian hari ternyata terdapatkekeliruan dalam surat keputusan ini, akandiadakan perbaikan/perhitungan sebagaimanamestinya.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 1 Agustus 1981

An. Menteri Luar NegeriSekretaris Jenderal,

ttd

B.S. ARIFINNIP.020000770

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 599: Buku 1 keuangan

575

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NO. : 2578/BU/VIII/81/02

tentang

PEMBERIAN TUNJANGAN SEWA RUMAH KHUSUS KEPADAPEGAWAI HOME STAFF PADA PERWAKILAN RI

Dl DAMASCUS

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa kenaikan sewa rumah di dalam wilayahkerja Perwakilan RI di Damascus terusmenerus mengalami kenaikan sehingga telahmencapai tingkat di atas batas maksimumpersentase tunjangan sewa rumah yangberlaku;

b. Bahwa kenaikan sewa rumah tersebut telahtidak memungkinkan para pegawai HomeStaff untuk menyewa rumah sesuai denganstatus dan kebutuhan keluarganya;

c. Bahwa berhubung dengan hal itu dianggapperlu untuk memberikan kepada parapegawai Home Staff pada Perwakilan RIbersangkutan tunjangan sewa rumah diatasbatas maksimum persentase tunjangansewa rumah yang berlaku;

Memperhatikan : Kawat Kepala Perwakilan RI Damascus Nomor:85/DM/9/78 tanggal 17 September 1978.

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 600: Buku 1 keuangan

576

Mengingat : 1. Pasal 6 Surat Keputusan Menteri Luar NegeriRI Nomor : SP/08107/OP/72 tanggal 11Nopember 1972;

2. Kawat Sekretaris Jenderal Nomor: 97463tanggal 6 Oktober 1978.

MEMUTUSKAN :

Menyimpang dari ketentuan yang tercantum dalam pasal 5Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SP/08107/OP/72 tanggal 11Nopember 1972;Menetapkan : Ketentuan khusus untuk Perwakilan RI di

Damascus.Pertama : Kepada pegawai Home Staff pada Perwakilan

RI di Damascus diberikan kenaikan batasmaksimum tunjangan sewa rumah dari 25 %menjadi 40 %.

Kedua : Kenaikan tunjangan sewa rumah tersebutdibebankan pada Anggaran Perwakilan RIDamascus dengan ketentuan tidak bolehmelampaui dana anggaran belanja yangtersedia untuk itu.

Ketiga : Ketentuan tentang pemberian tunjangan sewarumah ini berlaku nada terhitung mulai bulanOktober 1978.

Keempat : Apabila dikemudian hari ternyata terdapatkekeliruan dalam surat keputusan ini, akandiadakan perbaikan/perhitungan sebagaimanamestinya.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 1 Agustus 1981

A.n. Menteri Luar NegeriSekretaris Jenderal,

ttd.

B.S. ARIFINNIP.020000770

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 601: Buku 1 keuangan

577

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NO. : 2579/BU/VIII/81/02

Tentang

PEMBERIAN TUNJANGAN SEWA RUMAH KHUSUS KEPADAPEGAWAI HOME STAFF PADA PERWAKILAN RI

Dl ABU DHABI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa kenaikan sewa rumah di dalam wilayahkerja Perwakilan RI di Abu Dhabi terusmenerus mengalami kenaikan sehingga telahmencapai tingkat di atas batas maksimumpersentase tunjangan sewa rumah yangberlaku;

b. Bahwa kenaikan sewa rumah tersebut telahtidak memungkinkan para pegawai HomeStaff untuk menyewa rumah sesuai denganstatus dan kebutuhan keluarganya;

c. Bahwa berhubung dengan hal itu dianggapperlu untuk memberikan kepada parapegawai Home Staff pada Perwakilan RIbersangkutan tunjangan sewa rumah diatasbatas maksimum persentase tunjangansewa rumah yang berlaku;

Kawat Kepala Perwakilan RI Abu Dhabi Nomor : 01/ab/5/81 tanggal17 Mei 1981.

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 602: Buku 1 keuangan

578

Memperhatikan : 1. Pasal 6 Surat Keputusan Menteri Luar NegeriRI Nomor : SP/08107/OP/72 tanggal 11Nopember 1972;

2. Kawat Sekretaris Jenderal Nomor: 97463tanggal 6 Oktober 1978.

MEMUTUSKAN:

Menyimpang dari ketentuan yang tercantum dalam pasal 5Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SP/08107/OP/72 tanggal 11Nopember 1972;

Menetapkan : Ketentuan khusus untuk Perwakilan RI di AbuDhabi.

Pertama : Kepada pegawai Home Staff pada PerwakilanRI di Abu Dhabi diberikan kenaikan batasmaksimum tunjangan sewa rumah dari 25%menjadi 40%.

Kedua : Kenaikan tunjangan sewa rumah tersebutdibebankan pada Anggaran Perwakilan RI AbuDhabi dengan ketentuan tidak boleh melampauidana anggaran belanja yang tersedia untuk itu.

Ketiga : Ketentuan tentang pemberian tunjangan sewarumah ini berlaku pada terhitung mulai bulanOktober 1978.

Keempat : Apabila dikemudian hari ternyata terdapatkekeliruan dalam surat keputusan ini, akandiadakan perbaikan/perhitungan sebagaimanamestinya.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 1 Agustus 1981

A.n. Menteri Luar NegeriSekretaris Jenderal,

ttd.

B.S. ARIFINNIP.020000770

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 603: Buku 1 keuangan

579

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.4722/BU/IX/82/02

tentang

PEMBERIAN TUNJANGAN SEWA RUMAH KHUSUS KEPADAPEGAWAI HOME STAFF PADA PERWAKILAN RI

Dl BAGHDAD

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa sewa rumah di dalam wilayah kerjaPerwakilan RI di Baghdad terus menerusmengalami kenaikan sehingga telah mencapaitingkat di atas batas maksimum persentasetunjangan sewa rumah yang berlaku;

b. Bahwa kenaikan sewa rumah tersebut telahtidak memungkinkan para pegawai HomeStaff untuk menyewa rumah sesuai denganstatus dan kebutuhan keluarganya;

c. Bahwa berhubung dengan hal itu dianggapperlu untuk memberikan kepada parapegawai Home Staff pada Perwakilan RIbersangkutan tunjangan sewa rumah di atasbatas maksimum persentase tunjangansewa rumah yang berlaku.

Memperhatikan : Kawat Kepala Perwakilan RI di Baghdad Nomor84/ADM/82 tanggal 11 Pebruari 1982 besertalampirannya.

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 604: Buku 1 keuangan

580

Mengingat : Pasal 6 Surat Keputusan Menteri Luar NegeriNomor: SP/08107/09/72 tanggal 11 Nopember1972.

MEMUTUSKAN

Menyimpang dari ketentuan yang tercantum dalam pasal 5Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SP/08107/OP/72 tanggal 11Nopember 1972;

Menetapkan : Ketentuan khusus untuk Perwakilan RI diBaghdad.

Pertama : Kepada pegawai Home Staff pada PerwakilanRI di Baghdad diberikan kenaikan batasmaksimum tunjangan sewa rumah dari 25 %menjadi 40%.

Kedua : Kenaikan tunjangan sewa rumah tersebutdibebankan pada Anggaran Perwakilan RIBaghdad dengan ketentuan tidak bolehmelampaui dana anggaran belanja yangtersedia untuk itu.

Ketiga : Ketentuan tentang pemberian tunjangan sewarumah ini berlaku pada terhitung mulai bulanOktober 1982.

Keempat : Apabila dikemudian hari ternyata terdapatkekeliruan dalam surat keputusan ini, akandiadakan perbaikan/perhitungan sebagaimanamestinya.

Ditetapkan di : J a k a r t aPada tanggal : 26 September 1982

An. Menteri Luar NegeriSekretaris Jenderal,

ttd

SOEDARMONONIP.020000770

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 605: Buku 1 keuangan

581

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 13/B/KP/VIII/2006/02

TENTANG

TUNJANGAN SEWA RUMAH HOME STAFFKONSULAT JENDERAL REPUBLIK INDONESIA DI DUBAI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa tunjangan sewa rumah yang diaturdalam Keputusan Menteri Luar Negeri NomorSP/08107.OP/72 tanggal 11 Nopember 1972tentang Tunjangan Sewa Rumah tidakmemungkinkan para Home Staff menyewarumah/apartemen yang layak di Dubai;

b. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlumenetapkan Keputusan Menteri Luar Negeritentang Tunjangan Sewa Rumah HomeStaff Konsulat Jenderal Republik Indonesiadi Dubai;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004tentang Perbendaharaan Negara (LembagaNegara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara4355);

2. Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2003tentang Organisasi Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri.

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 606: Buku 1 keuangan

582

3. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SP/08107.OP/72 Tahun 1972 tentang TunjanganSewa Rumah Bagi Pegawai yang ditempatkandi Luar Negeri;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERITENTANG TUNJANGAN SEWA RUMAH HOMESTAFF KONSULAT JENDERAL REPUBLIKINDONESIA DI DUBAI.

KESATU : Batas tertinggi Tunjangan Sewa rumah bagiHome Staff Konsulat Jenderal RepublikIndonesia Dubai adalah 40% dari tunjanganpokok ditambah tunjangan keluarga.

KEDUA : Tunjangan Sewa Rumah tersebut dibebankanpada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran(DIPA) Konsulat Jenderal Republik Indonesia diDubai dalam batas anggaran yang tersedia.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudianhari terdapat kekeliruan dalam penetapannya,akan diadakan perbaikan sebagaimanamestinya.

Ditetapkan di : J a k a r t aPada tanggal : 31 Agustus 2006

An. Menteri Luar NegeriSekretaris Jenderal,

ttd

IMRON COTAN

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 607: Buku 1 keuangan

583

SALINAN

Jakarta, 23 Januari 1984

Nomor : 09/E-1/I/84/13 Kepada Yth.Lamp. : - Sdr. Kepala Perwakilan R.I.Hal : Pembayaran tunjangan Up. Sdr. Kabagmin/Kasubagmin

Sewa Rumah Home Staff di-SEMUA PERWAKILAN R.I.

Sehubungan dengan adanya Perwakilan-Perwakilan yang belummematuhi beberapa ketentuan yang terdapat dalam SK Menlu No.SP/08107/OP/72 tanggal 11 Nopember 1972 mengenai pembayarantunjangan sewa rumah, diminta dengan hormat perhatian Saudaraakan hal-hal sebagai berikut :

1. Sesuai pasal 3 dalam Penjelasan SK Menlu No. SP/08107/OP/72 tanggal 11 Nopember 1972, setiap penerbitan/pembuatanSK Keppri mengenai tunjangan sewa rumah harus dilampiri copykontrak/perjanjian sewa rumah.

2. Demikian juga pada pasal 8 dalam SK Menlu SP/08107/OP/72tanggal 11 Nopember 1972, disebutkan tunjangan sewa rumahdiberikan dalam mata uang yang sebenarnya dibayarkansebagaimana yang tertera pada kontrak/perjanjian sewa rumahdan kwitansinya.

Khusus kepada Perwakilan yang tidak/belum melaksanakanketentuan-ketentuan tersebut, diminta agar selekasnya menyusulkanperbaikan dan/atau perhitungan seperlunya.

Demikian agar Saudara maklum, atas perhatian Saudara diucapkanterima kasih.

A.N. MENTERI LUAR NEGERI R.I.Sekretaris Jenderal

u.b.tertanda

BAHRUM NOORNIP. 020001979

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 608: Buku 1 keuangan

584

Tanggal 20 Agustus 1998 KONSEP NO. 113599

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILAN

NO : 983585PRO : KEPPRIEX : SEKJEN

Re skepmenlu no. SK028/ku/iv/97/01 tt tunjangan sewa rumahkma diberitahukan sbb ttk dua.

1. Sebagaimana telah disampaikan dengan kawat no. 9722431 deplusudah mengajukan anggarannya ke dja namun mengingat situasikeuangan negara yang belum memungkinkan kma maka usulantersebut belum mendapat persetujuan ttk.

2. Sehubungan dengan itu kma pembayaran tsr tetap berpedomankepada ketentuan sebelumnya yaitu skepmenlu no.sp/01807/op/72 ttk.

Demikian ump ttk hbs

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, KARO KEUANGAN, KARO HUKUM.

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 609: Buku 1 keuangan

585

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR SK. 14/A/OT/XII/2004/02

TENTANG

TABUNGAN DAN SUMBANGAN AMAL HOME STAFF DIPERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk membantu meningkatkankesejahteraan dan taraf hidup para pegawai sertamemupuk jiwa korsa diantara sesama pegawaiDepartemen Luar Negeri, telah didirikan YayasanKesejahteraan Pegawai Departemen Luar Negeripada tahun 1969, yang kemudian diubah menjadiYayasan Upakara;

b. bahwa untuk mencapai tujuan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, telah diberlakukankebijakan guna memperoleh dukungan dana yangtetap dan berkesinambungan sejak bulan Maret2000 melalui Tabungan dan Sumbangan Amal HomeStaff yang sedang bertugas di Perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkanPeraturan Menteri Luar Negeri tentang Tabungandan Sumbangan Amal Home Staff di PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri.

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 610: Buku 1 keuangan

586

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentangPokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55;Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041)sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 169; TambahanLembaran Negara Nomor 3890);

2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentangHubungan Luar Negeri (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 156; TambahanLembaran Negara Nomor 3882);

3. Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2003 tentangOrganisasi Perwakilan Republik Indonesia di LuarNegeri;

4. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK. 053/OT/II/2002/01 tentang Organisasi dan Tata KerjaDepartemen Luar Negeri;

5. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK. 06/OT/II/2004/01 Tahun 2004 tentang Organisasidan Tata Kerja Perwakilan Republik Indonesia diLuar Negeri;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANGTABUNGAN DAN SUMBANGAN AMAL HOMESTAFF DI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIADI LUAR NEGERI.

Pasal 1

Yang dimaksud dengan Home Staff adalah Unsur Pimpinan, UnsurPelaksana dan Unsur Penunjang yang ditempatkan pada Perwakilanberdasarkan Keputusan Presiden dan atau Keputusan Menteri LuarNegeri.

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 611: Buku 1 keuangan

587

Pasal 2

Seluruh Home Staff yang sedang bertugas di Perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalammembantu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup pegawaiDepartemen Luar Negeri dengan menyimpan tabungan sebesar2% dari Angka Pokok Tunjangan Luar Negeri-nya masing-masingsetiap bulan.

Pasal 3(1) Tabungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditransfer ke

rekening Yayasan Upakara oleh Perwakilan RI yang bersangkutansecara kolektif setiap 4 (empat) bulan.

(2) Pelaksanaan transfer secara kolektif sebagaimana dimaksuddalam ayat 1 dilakukan oleh Bendaharawan dan PenataKerumahtanggaan Perwakilan (BPKRT).

Pasal 4

Penggunaan dan pengembalian tabungan sebesar 2% sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 diatur sebagai berikut :

(1) Tabungan sebesar 1% (satu persen) dari Angka PokokTunjangan Luar Negeri diterima kembali oleh Home Staff yangbersangkutan setelah kembali dari penempatannya di PerwakilanRI di luar negeri.

(2) Tabungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diterima dalammata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah BankIndonesia yang berlaku pada tanggal pengajuan permohonanpengambilan.

(3) Sisa tabungan sebesar 1% (satu persen) dari Angka PokokTunjangan Luar Negeri beserta keuntungan seluruh tabungandiserahkan kepada Yayasan Upakara sebagai sumbangan amaluntuk kesejahteraan Pegawai Departemen Luar Negeri.

Pasal 5Peraturan ini mengukuhkan kebijakan kesejahteraan pegawai yangtelah dilaksanakan sejak tanggal 1 Maret 2000.

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 612: Buku 1 keuangan

588

Pasal 6

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuanapabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Peraturan iniakan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 29 Desember 2004

an. MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIASEKRETARIS JENDERAL

ttd

SUDJADNAN PARNOHADININGRAT

TUNJANGAN SEWA RUMAH

Page 613: Buku 1 keuangan

589

V

TUNJANGAN KEMATIAN

Page 614: Buku 1 keuangan

590

Page 615: Buku 1 keuangan

591

S A L I N A N

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN Surat putusan Menteri Luar

Negeri Republik Indonesia.

No.SP/8/PLN/65Jakarta, 16 Januari 1965

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam pasal 17 Undang-undang No. 18Tahun 1961 tentang Ketentuan PokokKepegawaian, antara lain telah ditetapkan, bahwasetiap pegawai negeri dan/atau keluarganya yangmeninggal dunia berhak mendapat bantuan.

b. bahwa pelaksanaan ketentuan tersebut untukpegawai negeri di dalam negeri telah diatur dengansurat putusan Kantor Urusan Pegawai tanggal15 Nopember 1951 No. A 55 5 49/U2 26,Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1954 danPeraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1963.

c. bahwa untuk pegawai negeri yang ditempatkanpada Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeribelum diadakan ketentuan tentang pemberianbantuan ini.

d. bahwa dianggap perlu, sementara belum adaperaturan yang mengatur hal ini, menetapkanperaturan tentang pemberian bantuan kepadapegawai negeri yang ditempatkan pada PerwakilanRepublik Indonesia di luar negeri dan/ataukeluarganya yang meninggal dunia.

Mengingat : 1. Undang-undang No. 18 Tahun 1961 tentangKetentuan-ketentuan Pokok Kepegawaian.

2. Surat Putusan Kantor Urusan Pegawai tanggal15 Nopember 1951 No. A.55 5.49/U2 26.

3. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1963.

TUNJANGAN KEMATIAN

Page 616: Buku 1 keuangan

592

Menetapkan : “Peraturan tentang pemberian tunjangan kematian/bantuan untuk pegawai yang ditempatkan padaPerwakilan Republik Indonesia di luar negeri dan/atau keluarganya yang meninggal dunia”.

Pasal 1

Yang dimaksud dengan pegawai dalam peraturan ini ialah pegawainegeri/mereka yang diangkat dalam jabatan Negeri.

Pasal 2

Yang dimaksud dengan keluarga ialah isteri, anak, orang tua dansanak saudara yang terdekat.

Pasal 3Jika pegawai meninggal dunia di luar negeri, maka tunjangan luarnegeri dibayarkan sampai dengan bulan ia meninggal.

Pasal 4Kepada janda pegawai di samping tunjangan luar negeri tersebut,diberikan tunjangan kematian sebesar satu setengah kali penghasilanpokok.

Pasal 5Jika pegawai yang meninggal dunia itu tidak meninggalkan janda,maka tunjangan luar negeri dan tunjangan kematian tersebutdiberikan kepada anak anaknya.

Pasal 6Jika anak tersebut, pada pasal 5 tidak ada, maka tunjangan luarnegeri dan tunjangan kematian diberikan kepada sanak saudaranyayang terdekat.

Pasal 7Jika isteri atau anak pegawai meninggal dunia di luar negeri kepadapegawai diberikan tunjangan kematian sebesar satu kali penghasilanpokok.

TUNJANGAN KEMATIAN

Page 617: Buku 1 keuangan

593

Pasal 8

a) Jika pegawai yang sedang melakukan perjalanan dinas ataumenjalankan cuti di Indonesia meninggal dunia di Indonesia,maka pemberian tunjangan kematian dilakukan menurutketentuan-ketentuan yang berlaku untuk pegawai yangditempatkan pada Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri.

b) Jika isteri atau anak pegawai yang ditempatkan pada PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri meninggal dunia di Indonesia,maka pemberian bantuan diatur menurut ketentuan ketentuanyang berlaku di Indonesia.

Pasal 9Jika pegawai yang meninggal dunia tidak mempunyai keluarga diluar negeri, atau keluarga masih berada di Indonesia, makapemberian bantuan diatur menurut ketentuan ketentuan yangberlaku di Indonesia. Dalam hal ini segala pengeluaran untukperawatan jenazah di luar negeri ditanggung oleh Perwakilan.

Pasal 10

Jika tunjangan kematian telah diberikan di luar negeri, maka tunjangankematian/bantuan di dalam negeri tidak diberikan dan sebaliknya.

Pasal 11

Tunjangan luar negeri dan tunjangan kematian tersebut pada pasal3 dan 4 diterimakan kepada keluarganya yang ditinggal di luar negeri.

Pasal 12Pengeluaran tersebut pada pasal 3, 4,7 dan 8 peraturan ini dibebankanpada anggaran tiap-tiap Departemen bersangkutan.

Pasal 13Hal-hal yang belum ditetapkan dalam peraturan ini diselesaikanmenurut kebijaksanaan Menteri Luar Negeri.

TUNJANGAN KEMATIAN

Page 618: Buku 1 keuangan

594

Pasal 14

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1965.

Sudah cocok dengan buku daftar termaktub di atas.

Pembantu Menteri Luar NegeriUrusan Organisasi dan Administrasi

d.t.o

(Sudjarwo Tjondronegoro SH)

TUNJANGAN KEMATIAN

Page 619: Buku 1 keuangan

595

PENJELASAN

Umum :

Telah beberapa kali terjadi bahwa seorang pegawai negeri yangditempatkan pada Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri atasanggota keluarganya meninggal dunia di luar negeri. Untuk perawatandan pemakaman jenazah, diperlukan biaya yang cukup besar. Biayaini dirasakan berat bagi pegawai atau keluarganya, sehinga dianggapperlu memberikan sekedar bantuan kepada yang menderitakesusahan, sesuai dengan maksud pasal 27 ayat 2 Undang-UndangDasar dan ketentuan pasal 16 Undang-Undang Pokok KepegawaianTahun 1961 No. 18.

Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1963 pasal 6 dan 7 hanyamengatur pemberian bantuan kepada pegawai atau keluarganyayang berada di luar negeri. Oleh karena itu, dianggap perlumenetapkan ketentuan-ketentuan tentang pemberian bantuankepada pegawai yang ditempatkan pada Perwakilan kita di luar negeriatau keluarganya untuk hal yang sama.

Penjelasan pasal demi pasal

Pasal 1 : Ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini berlakuuntuk semua Pejabat-pejabat Perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri yang termasuk “Home Staff”,baik ia pegawai negeri maupun bukan.

Pasal 2 : Ada kemungkinan, bahwa seorang pegawai yangbelum kawin, membawa keluar negeri orang tuanyaatau sanak saudaranya. Yang dimaksud sanaksaudaranya yang terdekat, ialah saudara dalamtingkat urutan menurut hukum yang berlaku baginya.

Pasal 3 : J e l a s

Pasal 4 : J e l a s

TUNJANGAN KEMATIAN

Page 620: Buku 1 keuangan

596

Pasal 5 : J e l a s

Pasal 6 : J e l a s

Pasal 7 : J e l a s

Pasal 8 : J e l a s

Pasal 9 : Ketentuan ini berlaku bagi pegawai bujangan yangtidak mempunyai keluarga di luar negeri. Juga bagipegawai yang keluarganya belum menyusul ke luarnegeri berhubung urusan keluarga di Indonesia belumselesai.

Pasal 10 : Tunjangan kematian/bantuan tidak dapat diberikandua kali, di luar negeri dan di dalam negeri.

Pasal 11 : J e l a s

Pasal 12 : J e l a s

Pasal 13 : J e l a s

Pasal 14 : J e l a s

TUNJANGAN KEMATIAN

Page 621: Buku 1 keuangan

597

S AL I N A NDEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

TURUNAN dari pada buku daftarSurat–Surat Keputusan Menteri Luar

Negeri Republik IndonesiaNo. SP/I/PLN/66

Jakarta, 3 Januari 1956

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

Membaca : Surat putusan kami No. SP/8/PLN/65 tanggal16-1-1965, tentang tunjangan bantuan untukpegawai yang ditempatkan pada PerwakilanRepublik Indonesia di luar negeri dan/ataukeluarganya yang meninggal dunia.

Menimbang : bahwa untuk mencegah salah pengertian/penafsiran, maka diangap perlu mengubahbeberapa pasal dan penjelasan pada suratputusan kami tersebut di atas.

M E M U T U S K A N

Menetapkan perubahan – perubahan dalam surat putusan kamiNo. SP/8/PLN/65 tanggal 16-1-1965 sebagai berikut :

A. 1. Pasal 2 dihapuskan dan diganti dengan pasal 2 yang barusebagai berikut :“Yang dimaksud dengan keluarga ialah selain dari isteridan anak juga orang tua (termasuk mertua) dan adik/kakak yang dibawa ke luar negeri atas ongkos sendiriatau ongkos Pemerintah sebagai nurse dan di luarpenghidupan seluruhnya adalah atas tanggungan pegawaiyang bersangkutan.

2. Pasal 7 dihapuskan dan diganti dengan pasal 7 yang barusebagai berikut :

a. “Jika isteri, anak atau keluarga yang termaksud dalampasal 2 meninggal dunia di luar negeri, kepada pegawai

TUNJANGAN KEMATIAN

Page 622: Buku 1 keuangan

598

diberikan tunjangan sebesar satu kali penghasilanpokok.

b. “Jika yang meninggal dunia ialah nurse yang dibawaatas ongkos pemerintah tetapi tidak termasuk angotakeluarga pegawai, maka kepada pegawai yangmembawa diberikan tunjangan sebesar jumlah yangdikeluarkan untuk jenazah.

3. Dalam penjelasan :kalimat – kalimat di belakang pasal 2 dihapuskan dan digantidengan perkataan “jelas”.

Perubahan ini berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari 1965.

Sudah cocok dengan bukuTermaktub di atas

Pembantu Menteri Luar NegeriUrusan Organisasi dan

Administrasi,

ttd

(GANIS HARSONO)

1. Presidium Kabinet2. Sekretaris Negera3. Menteri Urusan Anggaran Negara4. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan5. Kepala Kantor Urusan Pegawai6. Semua Kepala Perwakilan

Republik Indonesia di Luar Negeri

TUNJANGAN KEMATIAN

Page 623: Buku 1 keuangan

599TUNJANGAN KEMATIAN

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.37/ORA/VI/87/01 TAHUN 1987

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENGATURANJENAZAH DARI PERWAKILAN RI

Dl LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa perlu ditetapkan petunjuk pelaksanaantata cara pengaturan jenazah pegawai/pejabat Republik Indonesia yang meninggaldi luar negeri dan dibawa ke Indonesia.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1974tentang Pokok-pokok Kepegawaian;

2. Peraturan Pemerintah RI No. 12 Tahun1981 Bab IV tentang Uang Duka danBiaya Pemakaman Pegawai Negeri Sipil;

3. Keputusan Presiden RI No. 44 Tahun 1974tentang Pokok-pokok OrganisasiDepartemen;

4. Keputusan Presiden RI No. 15 Tahun 1984tetang Susunan Organisasi Departemen;

Page 624: Buku 1 keuangan

600 TUNJANGAN KEMATIAN

5. Keputusan Menteri Luar Negeri No.SK203/OR/II/83/01 tanggal 3 Pebruari1983 tentang Organisasi dan Tata KerjaDepartemen Luar Negeri.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA TENTANG PETUNJUKPELAKSANAAN TATA CARA PENGATURANJENAZAH DARI PERWAKILAN RI Dl LUARNEGERI.

Pasal 1(1) Yang dimaksud dengan “Jenazah” dalam Keputusan ini adalah

jenazaha. pegawai Departemen Luar Negeri yang ditempatkan pada

Perwakilan RI atau yang sedang melakukan perjalanan dinaske luar negeri;

b. pegawai/pejabat yang diperbantukan pada Departemen LuarNegeri dan ditempatkan pada Perwakilan RI atau yang sedangmelakukan perjalanan dinas ke luar negeri;

c. anggota keluarga pegawai/pejabat yang diperbantukan padaDepartemen Luar Negeri yang ditempatkan pada PerwakilanRI di luar negeri.

(2) Yang dimaksud dengan “Anggota Keluarga” dalam keputusan iniadalah

a. Isteri;

b. Anak kandung dan anak angkat yang sah.

Pasal 2

Pembiayaan pengaturan jenazah diatur sesuai dengan peraturanperUndang-Undangan yang berlaku,

Pasal 3

Unit-unit di Departemen Luar Negeri yang berkewajibanmenyelenggarakan pengaturan jenazah adalah :

Page 625: Buku 1 keuangan

601

(1) Biro Umum sebagai penanggung jawab.(2) Direktorat Protokol untuk tata cara dan fasilitas di Bandar Udara,

di Departemen Luar Negeri dan di Makam.(3) Biro Kepegawaian untuk penyelesaian surat-surat kepegawaian,

fasilitas angkutan jenazah dan pemakaman.

Pasal 4Kepala Perwakilan RI yang meninggal dunia dalam menjalankantugas di luar negeri, dengan persetujuan keluarga/ahli warisnya,jenazah dapat disemayamkan di Departemen Luar Negeri untukmendapatkan penghormatan terakhir dari dinas.

Pasal 5Tempat pemakamam jenazah diserahkan pada keluarga/ahliwarisnya.

Pasal 6

Upacara penerimaan jenazah di Bandar Udara pada pokoknya adalahsebagai berikut:

Pengantar dan Perwakilan RI menyerahkan jenazah kepada WakilDepartemen Luar Negeri yang selanjutnya menyerahkan jenazahtersebut kepada Wakil Departemen/lnstansi yang memperbantukanatau kepada keluarga/ahli warisnya.

Pasal 7Upacara di Departemen Luar Negeri terdiri dari :(1) Sambutan Wakil Departemen Luar Negeri;(2) Sambutan Wakil keluarga/ahli waris almarhum/almarhumah;(3) Pembacaan do’a;(4) Penghormatan kepada jenazah dan pernyataan duka cita kepada

keluarga/ahli waris almarhum/almarhumah;(5) Jenazah diberangkatkan ke tempat pemakaman.

TUNJANGAN KEMATIAN

Page 626: Buku 1 keuangan

602

Pasal 8

Upacara di tempat pemakaman bagi jenazah yang disemayamkandi Departemen Luar Negeri diselenggarakan oleh keluarga/ahli warisalmarhum/almarhumah.

Pasal 9Upacara di tempat pemakaman bagi jenazah yang tidakdisemayamkan di Departemen Luar Negeri adalah sebagai berikut:

(1) Upacara pemakaman

(2) Sambutan Wakil Departemen Luar Negeri

(3) Sambutan Wakil keluarga/ahli waris almarhum/almarhumah

Pasal 10Wakil Departemen Luar Negeri yang bertindak sebagai penerimajenazah adalah Sekretaris Jenderal atau Pejabat yang ditunjukolehnya.

Pasal 11

Anggota keluarga pejabat Perwakilan RI yang meninggal dunia sepertitersebut dalam pasal 1 mendapatkan bantuan angkutan dari BandarUdara sampai tempat pemakaman.

Pasal 12

Keputusan Menteri Luar Negeri ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 2 Juni 1987

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

ttd

PROF. DR. MOCHTAR KUSUMAATMADJA

TUNJANGAN KEMATIAN

Page 627: Buku 1 keuangan

603TUNJANGAN KEMATIAN

S A L I N A N

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

No. : 6319/66/43 Jakarta, 8 Oktober 1966Lamp: -Hal : Surat-Surat Keterangan Guna

Pemakaman jenazah

Perhatian : Sdr. Kepala Bagian Tata Usaha

Dengan hormat kami mengharap perhatian Saudaraterhadap soal berikut :

Telah beberapa kali dalam waktu akhir – akhir ini kitamengalami meninggalnya seorang pejabat/keluarga pejabatyang sedang bertugas di luar negeri.

Dalam hal jenazah almarhum/almarhumahdiinginkan oleh keluarganya supaya dibawa ke Indonesiauntuk dimakamkan di tanah air, pemerintah telahmemberikan fasilitas/keringanan dengan membebankanongkos pengangkutan jenazah pada anggaran belanjaDirektorat Perjalanan Negeri (lihat surat Departemen UrusanPendapatan, Pembiayaan dan Pegawasan tanggal 5Desember 1964 No. KM 4-3-35).

Sesampainya jenazah di Indonesia, kelancaransegala sesuatu mengenai pemakaman, memerlukanbeberapa surat keterangan yang harus diserahkan kepadainstansi yang berwenang mengeluarkan surat izinpemakaman.

Adapun surat – surat keterangan yang diperlukanialah :1. Surat keterangan kematian (death certificate atau foto

copy) di terjemahkan dalam bahasa Inggris danIndonesia.

Page 628: Buku 1 keuangan

604 TUNJANGAN KEMATIAN

2. Surat Keterangan pembalseman atau foto copynya jugaditerjemahkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia .

Untuk memudahkan permintaan tempat dipemakaman, sebaiknya surat – surat keterangan tersebutdikirimkan lebih dahulu sehingga dapat kami terima sebelumjenazah sampai.

a.n. MENTERI LUAR NEGERIDirektur Jenderal Urusan Umum,

u.bWk. Kepala Dir. Personalia

ttd

(MASISMIT)

Kepada Yth,Semua Kepala PerwakilanRepublik IndonesiaDi Luar Negeri

Page 629: Buku 1 keuangan

605

VI

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 630: Buku 1 keuangan

606

Page 631: Buku 1 keuangan

607

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

No : SK.008/KU/11/2000/02

Tentang

PENGGANTIAN BIAYA PENGOBATAN/PERAWATANUNTUK PEGAWAI YANG DITUGASKAN PADA

PERWAKILAN RI Dl LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENIMBANG : 1. bahwa ketentuan mengenai penggantianbiaya pengobatan/perawatan yang berlakudewasa ini dipandang sudah tidak sesuai lagidengan perkembangan keadaan.

2. bahwa untuk itu dipandang perlu meninjaukembali Keputusan Menteri Luar Negeritentang penggantian biaya pengobatan/perawatan.

3. bahwa untuk pengaturan kembalipenggantian biaya pengobatan/perawatanperlu ditetapkan peraturan baru denganKeputusan Menteri Luar Negeri.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang No. 9 Tahun 1960 tentangPokok-pokok Kesehatan.

2. Keputusan Presiden No. 51 Tahun 1976tentang Pokok-Pokok Organisasi di LuarNegeri sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan Keputusan PresidenRepublik Indonesia Nomor 123 Tahun 1999;

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 632: Buku 1 keuangan

608

3. Keputusan Presiden No. 16 Tahun 1994tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatandan Belanja Negara;

4. Keputusan Presiden No. 136 Tahun 1999tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,Susunan Organisasi dan Tata KerjaDepartemen;

5. Keputusan Presidium Kabinet RI No. Aa/C/141 Tahun 1964 tentang PengalihanWewenang dari Menteri Kesehatan KepadaMenteri Luar Negeri dalam hal PemberianRestitusi Biaya Pengobatan bagi PegawaiPerwakilan RI di Luar Negeri;

6. Keputusan Menteri Luar Negeri SP/2891/BU/IX/01 Tahun 1981 tentang Kewenangandalam Pengurusan Keuangan Negara padaPerwakilan RI di Luar Negeri;

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA TENTANGPENGGANTIAN BIAYA PENGOBATAN/PERAWATAN UNTUK PEGAWAI YANGDITUGASKAN PADA PERWAKILAN RI DILUAR NEGERI

BAB IKetentuan Umum

Pasal 1

Yang dimaksud dengan :(1) Pegawai Perwakilan RI di Luar Negeri adalah seluruh Home Staff

yang ditugaskan pada Perwakilan RI di Luar Negeri.(2) Keluarga adalah istri/suami dan anak-anak yang masih menjadi

tanggung jawab Home Staff termasuk anak angkat yang sah,sesuai dengan Surat Keputusan penempatan pegawai yangbersangkutan.

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 633: Buku 1 keuangan

609

(3) Pengobatan/perawatan adalah pengobatan/perawatan untuksegala macam penyakit, kehamilan dan melahirkan, kecuali:

a. Penggantian/pengisian gigi dengan logam mulia danperawatan gigi bertujuan untuk kecantikan.

b. Pembelian bingkai kaca mata.

c. Biaya bedah kosmetik bukan karena kecelakaan.

(4) Restitusi adalah penggantian biaya pengobatan/perawatan yanglangsung diberikan kepada pegawai setelah yang bersangkutanmemenuhi syarat-syarat yang ditentukan.

(5) Penggantian premi asuransi kesehatan adalah penggantianpembayaran premi asuransi kesehatan yang diberikan kepadapegawai setelah yang bersangkutan dan keluarganya menjadipeserta asuransi kesehatan, baik secara pribadi atau kolektif.

Pasal 2

Pegawai Perwakilan RI di Luar Negeri dan anggota keluarganya yangmelakukan pengobatan/perawatan dapat diberikan penggantian biayadari dinas dalam bentuk:

(1) Restitusi pengobatan/perawatan, atau

(2) Premi asuransi kesehatan.

(3) Apabila seorang pegawai telah memilih salah satu bentukpenggantian biaya pengobatan/perawatan, maka yangbersangkutan tidak diperkenankan lagi untuk memilih yang lainnya.

Pasal 3Pembayaran penggantian restitusi pengobatan/perawatan atau premiasuransi kesehatan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Perwakilan(lampiran IV).

Pasal 4Penentuan apakah seorang pegawai akan memilih restitusi ataupremi asuransi kesehatan dilakukan pada saat tiba atau awal tahunanggaran untuk tahun anggaran berjalan dengan membuat suratpernyataan (lampiran I). Apabila pegawai yang bersangkutan tidakmenentukan pilihannya, maka dinas memutuskan sesuai keadaansetempat.

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 634: Buku 1 keuangan

610

BAB II

Tata Cara Pengajuan Penggantian RestitusiPengobatan/Perawatan

Pasal 5(1) Pegawai yang mengajukan penggantian restitusi pengobatan/

perawatan diwajibkan mengajukan formulir permohonan (lampiranII) disertai tanda bukti pengobatan/perawatan kepada BagianAdministrasi.

(2) Pembelian obat-obatan harus dilampiri dengan copy resep dokter.

(3) Permohonan restitusi pengobatan/perawatan dilakukan setiapakhir triwulan dalam tahun anggaran berjalan, kecuali bagi pegawaiyang akan mutasi ke Pusat atau antar Perwakilan.

(4) Kepada Bagian/Sub Bagian Administrasi terlebih dahulu melakukanPenelitian terhadap formulir permohonan dan tanda bukti yangdiajukan melaksanakan penggantiannya.

(5) Jumlah penggantian biaya pengobatan/perawatan yang dapatdiberikan sebesar 75 % (tujuh puluh lima persen) dari jumlahyang disetujui.

(6) Biaya restitusi pengobatan/perawatan yang dapat diberikandalam 1 (satu) tahun anggaran tidak melebihi 3 (tiga) bulantunjangan penghidupan luar negeri.

(7) Dalam hal pengobatan penyakit kronis yang memerlukanperawatan paling sedikit 6 (enam) bulan, jumlah restitusipengobatan/perawatan yang dapat diberikan dalam 1 (satu)tahun anggaran tidak melebihi 6 (enam) kali tunjanganpenghidupan luar negeri sebulan.

BAB IIITata Cara Pengajuan Penggantian

Premi Asuransi Kesehatan

Pasal 6

(1) Pegawai yang mengajukan penggantian premi asuransi kesehatandiwajibkan menyampaikan formulir Permohonan (lampiran III)

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 635: Buku 1 keuangan

611

disertai tanda bukti pembayaran premi asuransi kesehatan sesuaikontrak dengan Perusahaan Asuransi kepada Bagian Administrasi.

(2) Kepala Bagian/Sub Bagian Administrasi terlebih dahulu melakukanpenelitian terhadap kontrak asuransi kesehatan gunamelaksanakan penggantiannya.

(3) Jumlah penggantian biaya premi asuransi kesehatan yang dapatdiberikan adalah sebesar 75 % (tujuh puluh lima persen) darijumlah yang disetujui.

(4) Biaya Premi asuransi kesehatan yang dapat diberikan dalam 1(satu) tahun anggaran tidak melebihi 3 (tiga) bulan tunjanganpenghidupan luar negeri.

BAB IV

Ketentuan Khusus

Pasal 7

Biaya angkutan pasien dengan ambulance darat, laut dan udaradapat diajukan sebagai biaya pengobatan/perawatan.

Pasal 8

Alat bantu yang harus dipergunakan pasien setelah mengalamikecelakaan atau operasi dapat diajukan sebagai biaya pengobatan/perawatan.

Pasal 9

Biaya bedah kosmetik karena kecelakaan dapat diajukan sebagaibiaya pengobatan/perawatan.

Pasal 10Jika terjadi krisis keuangan negara, maka penggantian biayapengobatan/Perawatan untuk sementara ditiadakan denganpemberitahuan dari Departemen Luar Negeri. Apabila keuangannegara sudah normal, maka penggantian biaya pengobatan/perawatan dapat dilaksanakan kembali setelah ada pemberitahuandari Departemen Luar Negeri.

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 636: Buku 1 keuangan

612

BAB V

Ketentuan Penutup

Pasal 11Keputusan Menteri Luar Negeri RI Nomor. KU/SK/119/1992/01tentang Penggantian Biaya Pengobatan/Perawatan bagi Pegawaiyang ditugaskan pada Perwakilan RI di Luar Negeri dinyatakan tidakberlaku.

Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.

Di tetapkan di : JakartaPada tanggal : 2 Pebruari 2000

A.N. MENTERI LUAR NEGERI RI,SEKRETARIS JENDERAL,

ttd

RAHARDJO JAMTOMO

Tembusan :

1. Seluruh Kepala Perwakilan RI diluar negeri

2. Arsip

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 637: Buku 1 keuangan

613

Lampiran ISK Menlu No. : …………..Tanggal : …………..

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : .....................................................

Tk. Diplomatik/Gelar : .....................................................

Jabatan : .....................................................

Unit : .....................................................

Menyatakan bahwa saya beserta keluarga memilih penggantian biayapengobatan/perawatan dalam bentuk resititusi pengobatan/perawatan ataupremi asuransi kesehatan untuk tahun anggaran ........................

Demikian, surat pernyataan ini saya buat dapat dipergunakansebagaimana mestinya.

...................................

yang menyatakan,

( ......................... )

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 638: Buku 1 keuangan

614

Lampiran II

FORMULIR PERMOHONAN PENGGANTIANFESTITUSI PENGOBATAN/PERAWATAN

(Berdasarkan Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. ....... tanggal .............)Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

Tk. Diplomatik/Gelar :

Jabatan :

Unit :

Susunan/Keluarga :

a. Istri/Suami :

b. Anak : 1 .....................................

2 .....................................

3 .....................................

TPLN sebulan : ........................................

(.......................................)

Mengajukan permohonan penggantian restitusi pengobatan/perawatanuntuk :

Biaya yang dikeluarkan sebagai berikut : ......................................................

( )

dengan perincian sebagai berikut :

1. Bulan ...................... SebesarUntuk pengobatan/perawatan

2. Bulan ............. .........SebesarUntuk pengobatan/perawatan

RESTITUSI PENGOBATAN

No Nama Jenis Penyakit Keterangan

1

2

3

4

5

Page 639: Buku 1 keuangan

615

3. Bulan ................. .... SebesarUntuk pengobatan/perawatan

Terlampir Jumlah kwitansi/tanda bukti pengobatan/perawatan/copy resepdokter serta bukti lainnya sebanyak ................. lembar.

......................................

PEMOHON

( ................................ )

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 640: Buku 1 keuangan

616

lampiran III

FORMULIR PERMOHONAN PENGGANTIANPREMI ASURANSI KESEHATAN

(Berdasarkan Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. ...........tanggal .......... )

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : .........................................................

Tk. Diplomatik/Gelar : .........................................................

Jabatan : .........................................................

Unit : .........................................................

Susunan/Keluarga : .........................................................

a. Istri/Suami : .........................................................

b. Anak : 1 ..................................................

2 ..................................................

3 ..................................................

TPLN sebulan : .........................................................

(.......................................................)

No. Polis Asuransi Kesehatan : .........................................................

Biaya yang dikeluarkan sebesar : .........................................................

(.......................................................)

Untuk pembayaran bulan : 1 ..................................................

2..................................................

3..................................................

terlampir copy kontrak dan kwitansi pembayaran premi asuransi.

.......................................

PEMOHON

(...................................)

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 641: Buku 1 keuangan

617

lampiran IV

SK Menlu : .................Tanggal : .................

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN RI DI .....................No. .............................

Tentang

PENGGANTIAN BIAYA PENGOBATAN/PERAWATANSdr. .........................

KEPALA PERWAKILAN RI

MENIMBANG : 1. bahwa sesuai perhitungan biaya pengobatan/perawatan yang telah dikeluarkan olehsdr............ telah memenuhi syarat – syaratyang dicantumkan untuk dapat diberikanpenggantian.

2. bahwa untuk itu dipandang perlu menetapkanKeputusan kepala perwakilan tentangPenggantian Biaya Pengobatan/Perawatan.

MENGINGAT : 1. Keputusan Menteri Luar Negeri No. .....Tentang Penggantian Biaya Pengobatan/Perawatan untuk Pengawai yang ditugaskanpada Perwakilan RI di Luar Negeri.

2. Daftar Isian Kegiatan DIK Perwakilan RI tahunAnggaran ...................

MEMPERHATIKAN : Formulir permohonan penggantian biayapengobatan/perawatan Sdr. ......... tgl ........ bulan......... tahun .................

MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN RI DI ...........TENTANG PENGGANTIAN BIAYA PENGOBATAN/PERAWATAN Sdr. ....................

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 642: Buku 1 keuangan

618

Pasal 1

Memberikan penggantian biaya pengobatan/perawatan Sdr. ........ dalambentuk restitusi pengobatan/perawatan atau premi asuransi kesehatansejumlah ..........

Pasal 2

Penggantian biaya pengobatan/perawatan ini di bebankan pada anggaranbelanja Perwakilan RI tahun anggaran berjalan.

Pasal 3

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini akan diadakanperbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : ...............Pada tanggal : ................Kepala Perwakilan RI

( ......................... )

Tembusan :

1. Yth. Sdr. Sekretaris Jenderal

2. Yth. Sdr. Inspektur Jenderal

3. Yth. Sdr. Kepala Biro Keuangan

4. Yang bersangkutan

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 643: Buku 1 keuangan

619

Lampiran VI

Surat Keputusan Kepala Perwakilan RINomor :Tanggal :Tentang Penggantian Premi AsuransiKesehatan

1. Nama :

2. Jabatan :

3. Bidang/Bagian/Unit :

4. Angka Dasar Tunjangan Luar Negeri :

5. Angka Pokok Tunjangan Luar Negeri :

6. Tunjangan Penghidupan Luar Negeri :

7. Nama Perusahaan dan

No. Polis Asuransi Kesehatan :

8. Nama tertanggung danHubungan keluarga :

a.

b.

c.

9. Pembayaran Premi AsuransiKesehatan :

.............................. a. Bulan Jumlah

.............................. b. Bulan Jumlah

c. Bulan Jumlah

...........................................................................................................10. Jumlah biaya premi asuransi yang dikeluarkan sesuai dengan surat

permohonan

...........................................................................................................11. Jumlah yang disetujui untuk perhitungan penggantian biaya : (sesuai SK

Menlu No. .................

...........................................................................................................12. Besarnya penggantian premi asuransi

Kesehatan yang dapat dibayarkan : 75 % (Jumlah yang disetujui)

...........................................................................................................

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 644: Buku 1 keuangan

620

13. Catatan Bagian Administrasi : Batas maksimum 1 tahun :

Yang telah dipergunakan :

Sisa

Ditetapkan di :Pada tanggal :

KEPALA PERWAKILAN RI :

( ................................... )

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 645: Buku 1 keuangan

621

Lampiran V

Surat Keputusan Kepala PerwakilanNomor :Tanggal :Tentang Restitusi Biaya Pengobatan/Perawatan

1. Nama :

2. Jabatan :

3. Bidang/Bagian/Unit :

...........................................................................................................

4. Angka Dasar Tunjangan Luar Negeri :

5. Angka Pokok Tunjangan Luar Negeri :

6. Tunjangan Penghidupan Luar Negeri :

...........................................................................................................

7. Nama yang sakit danHubungan keluarga :

a.

b.

c.

...........................................................................................................

8. Rincian biaya pengobatan/Perawatan yang diperhitungkan :

.............................. a. Bulan Jumlah

b. Bulan Jumlah

c. Bulan Jumlah

...........................................................................................................

9. Jumlah biaya pengobatan perawatYang dikeluarkan sesuai dengan surat

Permohonan :

...........................................................................................................10. Jumlah yang disetujui untuk perhitungan penggantian biaya : (sesuai SK

Menlu No. .................

...........................................................................................................

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 646: Buku 1 keuangan

622

11. Besarnya penggantian premi asuransiKesehatan yang dapat dibayarkan : 75 % ( Jumlah yang disetujui )

...........................................................................................................

12. Catatan Bagian Administrasi : Batas maksimum 1 tahun :Yang telah dipergunakan :

Sisa

Ditetapkan di : ............................Pada tanggal : ............................

KEPALA PERWAKILAN RI :

( .................................... )

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 647: Buku 1 keuangan

623

tgl. 16 Juli 1992

pro perwakilan : Indonesia – port moresby

Info perwakilan : all perwakilan

no. : 923129

pro : keppriinfo : all perwakilan

ex : sekjen

mkk no. 921140 tgl 24 – 02 – 02 kma general check up hanyadapat dilakukan di wilayah akreditasi ttk

apabila dilakukan di luar wilayah akreditasi harus seijin pusat et biayaperjalanannya tidak dibebankan pada dinas ttk

ump ttkhbs

= d e p l u =

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 648: Buku 1 keuangan

624

DEPARTEMEN LUAR NEGERI BERITA RAHASIAREPUBLIK INDONESIAPUSAT KOMUNIKASI KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

Tanggal : 25 Juli 2005 Konsep No. : 4760 SK/2

PRO PERWAKILAN RI : PERTH VIA CANBERRA, ALL PERWAKILAN

NO : 053358

PRO : KEPPRI PERTHINFO : SEMUA KEPPRI ALL PERWAKILANEX : SEKJEN

mks no. 17/et/06/05 disampaikan hals sbb ttkdua

1. pemberian biaya kesehatan/perawatan sesuai dg sk menluri no; SK008/ku/ii/2000/02 kepada hs yang bertugas diperwakilan ri di luar negeri di lakukan dgn alternatif pilihanyaitu dg penggantian restitusi pengobatan/perawatan ataupremi asuransi ttk.

2. berkaitan dg permintaan klarifikasi sdr, dpt disampaikan bahwawalaupun 3 (tiga) bln tpln lebih besar dari jumlah premiasuransi yang harus dibayarkan untuk 1 ( satu ) tahunmaka batas maksimal biaya pengobatan/perawatan yangdapat di berikan oleh dinas baik restitusi pengobatan/perawatan maupun premi asuransi kesehatan adalah tetapsebesar 75 % dari biaya yang di setujui et sisanya sebesar25 % tetap menjadi tanggungan ybs ttk

demikian ump ttkhbs

CC. MENLU, SEKJEN, IRJEN, KABAM, KARO KEU.

Biaya pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

Penting : Bila terdapat kesalahan SALINAN ini harap segera memberitahukannya persurat kepada

PUSAT KOMUNIKASI – DEPLU

RESTITUSI PENGOBATAN

Page 649: Buku 1 keuangan

625

VII

REPRESENTASI

Page 650: Buku 1 keuangan

626

Page 651: Buku 1 keuangan

627

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA NOMOR : 011/KU/II/2000/02

TENTANG

PENGGANTIAN UANG REPRESENTASI BAGI DIPLOMATYANG BERTUGAS PADA PERWAKILAN RI DI LUAR

NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa diplomasi sebagai wahanapenyelenggaraan hubungan luar negeri yangdilaksanakan menurut metode yang selarasdengan dasar, sifat dari tujuan politik luarnegeri perlu ditingkatkan secara optimal untukkepentingan nasional;

b. bahwa penggantian uang representasi sangatpenting di dalam upaya peningkatan kualitasdiplomat, daya guna dan hasil gunapelaksanaan politik luar negeri sertapenyelenggaraan hubungan luar negeri;

c. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam huruf a dan bperlu menetapkan Keputusan Menteri LuarNegeri RI tentang Penggantian UangRepresentasi bagi diplomat yang bertugaspada Perwakilan RI di Luar Negeri;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri.

REPRESENTASI

Page 652: Buku 1 keuangan

628

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor51 Tahun 1976 tentang Pokok-pokokOrganisasi Perwakilan Republik Indonesia diLuar Negeri sebagaimana telah diubahbeberapa kali terakhir dengan KeputusanPresiden Republik Indonesia Nomor 123Tahun 1999;

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor16 Tahun 1994 tentang PelaksanaanAnggaran dan Pendapatan Belanja Negara,sebagaimana telah diubah beberapa kaliterakhir dengan Keputusan Presiden RepublikIndonesia Nomor 6 Tahun 1999;

4. Keputusan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor SP/2891/BU/IX/01 Tahun1981, tentang Kewenangan DalamPengurusan Keuangan Negara PadaPerwakilan RI di Luar.

5. Keputusan Menteri Luar Negeri RepublikIndonesia Nomor SK69/OR/X/87/01 Tahun1987 tentang Susunan Organisasi PerwakilanRepublik Indonesia di Luar Negeri.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA TENTANGPENGGANTIAN UANG REPRESENTASI BAGIDIPLOMAT YANG BERTUGAS PADAPERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan

REPRESENTASI

Page 653: Buku 1 keuangan

629

1. Diplomat adalah pejabat pada Parwakilan RI di luar negeri yangberstatus diplomatik termasuk Kepala Perwakilan.

2. Representasi adalah salah satu kegiatan dalam rangka melakukanpendekatan dan membina hubungan dengan mitra kerja gunamendukung pelaksanaan tugas di bidang diplomasi dan hal-halyang berkaitan dengan pelaksanaan tugas diplomasi yangdilakukan oleh para diplomat RI.

Pasal 2Tujuan pemberian penggantian uang representasi adalah untukmemberikan dukungan keuangan bagi Diplomat dalam rangkamenjalankan fungsi dan tugas-tugas diplomatik secara pro aktif,optimal, lebih berdaya guna dan berhasil guna.

Pasal 3Penggantian uang representasi setiap bulan adalah sebesar 20 %(dua puluh persen) untuk Kepala Perwakilan dan atau Wakil KepalaPerwakilan (DCM), serta 10 % (sepuluh persen) untuk masing-masing Diplomat dari Tunjangan Pokok Penghasilan Luar Negeri.

BAB IITATA CARA PENGAJUAN RENCANA REPRESENTASI DAN

PENGGANTIAN UANG REPRESENTASI

Pasal 4(1) Setiap Diplomat berhak atas representasi dengan terlebih dahulu

wajib mengajukan kegiatannya secara tertulis kepada AtasanLangsung

(2) Realisasi pelaksanaan representasi dapat dilakukan setelahmendapatkan persetujuan tertulis dari Atasan Langsung.

Pasal 5

(1) Diplomat yang melaksanakan kegiatan representasi wajibmembuat laporan representasi yang disampaikan kepada atasanLangsung dan Kepala Perwakilan.

REPRESENTASI

Page 654: Buku 1 keuangan

630

(2) Bentuk laporan pelaksanaan kegiatan representasi adalahsebagaimana yang tercantum dalam lampiran I.

(3) Diplomat wajib membuat daftar permintaan penggantian uangrepresentasi yang dilakukan pada setiap akhir bulan.

(4) Bentuk daftar permintaan penggantian uang representasi adalahsebagaimana yang tercantum dalam Lampiran II.

Pasal 6(1) Penggantian uang representasi, dibayarkan dengan mengajukan

laporan pelaksanaan representasi, daftar permintaan penggantianuang representasi dan bukti pengeluaran atau kwitansi yangsah.

(2) Jika bukti kwitansi yang sah tidak dapat dilampirkan maka yangbersangkutan harus membuat surat keterangan pengeluaransebagai pengganti tanda bukti pengeluaran.

(3) Bentuk Surat Pernyataan Sebagai Tanda bukti pengeluaranPengganti Kwitansi adalah sebagaimana yang tercantum dalamlampiran III.

Pasal 7(1) Penggantian uang representasi dibayarkan dalam uang setempat.

(2) Sebelum penggantian uang representasi dibayarkan, KepalaBagian Tata Usaha dan Bendaharawan wajib memeriksakelengkapan administrasi laporan dan daftar sebagaimana yangdimaksud dalam Pasal 6 Ayat (1).

(3) Jumlah penggantian uang representasi tidak boleh melampauibatasan anggaran yang telah ditetapkan bagi masing-masingDiplomat setiap bulan atau tahun.

Pasal 8(1) Kepala Badan Tata Usaha dan Bendaharawan berkewajiban

mencatat jumlah penggantian representasi setiap bulan padadaftar permintaan uang penggantian representasi.

(2) Jika penggantian uang representasi melampaui anggaran yangtersedia maka Kepala Bagian Tata Usaha dan Bendaharawanberhak menolak mengganti uang representasi tersebut.

REPRESENTASI

Page 655: Buku 1 keuangan

631

Pasal 9

(1) Apabila jumlah batasan anggaran representasi setiap Diplomatdan bulan atau bulan-bulan sebelumnya tidak terpakai seluruhnyamaka sisanya dapat dipergunakan untuk bulan berikutnya.

(2) Dalam hal jumlah batasan anggaran representasi setiap Diplomatsampai akhir tahun anggaran masih belum dipakai, maka sisaanggaran representasi tidak dapat digunakan pada tahunanggaran berikutnya.

Pasal 10(1) Dalam hal representasi berupa jamuan di rumah maka besarnya

penggantian diperhitungkan menurut jumlah orang yang diundangtermasuk Tuan/Nyonya rumah.

(2) Penggantian biaya per orang sebagaimana yang dimaksud dalamayat (I) diatur dalam Keputusan Kepala Perwakilan.

BAB III

KEPALA PERWAKILAN MENINGGALKAN WILAYAHAKREDITASI

ATAU HABIS MASA TUGASNYA

Pasal 11Dalam hal Kepala Perwakilan meninggalkan wilayah akreditasi atauhabis masa tugasnya maka :

(1) Kuasa Usaha ad Interim (KUAI) dapat meminta penggantianrepresentasi 20 % dari tunjangan pokoknya.

(2) Deputi Chief of Mission (DCM) yang menjadi KUAI berhak ataspenggantian representasi sebesar 20 % dari tunjangan pokoknya.

BAB IVKETENTUAN KHUSUS

Pasal 12(1) Apabila terjadi krisis keuangan negara, maka pembayaran

penggantian uang representasi untuk sementara ditiadakandengan pemberitahuan dari Departemen Luar Negeri.

REPRESENTASI

Page 656: Buku 1 keuangan

632

(2) Dalam hal keuangan negara sudah normal atau pulih kembalimaka pembayaran penggantian uang representasi dapatdilaksanakan kembali setelah mendapat pemberitahuan dariDepartemen Luar Negeri.

BAB V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 33

Keputusan Menteri Luar Negeri RI Nomor SK002/KU/I/2000/02tentang penggantian uang Representasi Bagi Diplomat Yang BertugasPada Perwakilan RI di Luar Negeri dinyatakan tidak berlaku.

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 03 Pebruari 2000

A.N. MENTERI LUAR NEGERI RISEKRETARIS JENDERAL

ttd

RAHARDJO JAMTOMO

REPRESENTASI

Page 657: Buku 1 keuangan

633

DEPARTEMEN LUAR NEGERI BERITA RAHASIAREPUBLIK INDONESIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

PUSAT KOMUNIKASI

Tanggal : 01 Maret 2005 KONSEP No. : 4575 SK/2

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILANNO : 051001PRO : ALL KEPPRISEX : SEKJENRE : UANG REPRESENTASI BAGI PETUGAS KOMUNIKASImenjawab pertanyaan dari beberapa perwakilan ri, di sampaikankeputusan tp beperjakat sbb :

1. sesuai dgn kepmenlu no 011/ku/ii/2000/02 thn 2000 bhwpenggantian uang representasi hanya diberikan bagi diplomat,termasuk keppri, yang bertugas pada perwakilan ri di luarnegeri dlm rangka melakukan pendekatan dan membinahubungan dgn mitra kerja guna mendukung pelaksanaandiplomasi yang meliputi representating, negotiating, reporting,protecting dan promoting.

2. berdasarkan kepmenlu no SK06/a/ot/vi/2004/01 Juni 2004petugas komunikasi adalah staff non diplomatik.

3. mengingat hals tsb diatas maka secara prinsip sejakdikeluarkannya kepmenlu no 06/a/ot/vi/2004/01, petugaskomunikasi (dalam hal ini mantan pejabat sandi ) tidak lagimemiliki hak menerima penggantian uang representasi.

4. bagi perwakilans yang belum melaksanakan ketentuan ini,maka tmt 1 Maret 2005 repeat tmt 1 maret 2005 ketentuanini harus mulai dilaksanakan.

demikian ump ttkhbs

Biaya pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

CC. MENLU, SEKJEN, IRJEN, KABAM, SAHLI MENLU BID MANAJEMEN DEP.KARO KEPEG, KARO KEU, KARO BPO

Penting : Bila terdapat kesalahan SALINAN ini harap segera memberitahukannya persurat kepada pusat Komunikasi – DEPLU

PUSAT KOMUNIKASI – DEPLU

REPRESENTASI

Page 658: Buku 1 keuangan

634

Page 659: Buku 1 keuangan

635

VIII

T E L E P O N

Page 660: Buku 1 keuangan

636

Page 661: Buku 1 keuangan

637

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

KANTOR WILAYAH VI DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN JAKARTAKANTOR PERBENDAHARAAN DAN KAS NEGERA JAKARTA I

Jalan Ir. H. Juanda No. 19 Telepon 3842990 dan 3849192Jakarta 10120 Faksimile 3845794

Nomor : S.477/WA.06/PK.01/0998Lampiran: -Perihal : Biaya Langganan Jasa Telepon Genggam (handphone)

Kepada Yth.Kepala Biro Keuangan Deplu RIU.p. Kepala Bagian VerifikasiJl. Sisingamangaraja. Kebayoran BaruJakarta Selatan

Sehubungan dengan pengajuan SPP-GU Non Belanja Pegawaidari beberapa perwakilan RI di Luar Negeri, yang antara lain terdapatbiaya jasa telepon genggam ( handphone ), dengan ini diberitahukanbahwa Januari 1997 No. S.4487/A/622/0197 antara lain telahditegaskan tidak diperbolehkan adanya alokasi dana di dalam DIKuntuk keperluan pengadaan dan biaya langganan jasa telepongenggam (hadphone).

Oleh karena itu diminta perhatiannya agar dapatmemberitahukan kepada seluruh perwakilan RI di luar negeri agarpenggunaan handphone tidak dibebankan pada anggaran negara.

Demikian untuk dimaklumi.

Kepala kantor,

ttd

Drs. Seto UtarkoNip. 060045196

Tembusan :1. Direktur Jenderal Anggaran

U.p. Direktor Perbendaharaan dan kas Negara di Jakarta.2. Kepala kantor Wilayah V Ditjen Anggaran di Jakarta

TELEPON

Page 662: Buku 1 keuangan

638

E D A R A NNo. : 06/E/l/83/13/02

TentangOngkos Penggantian Telpon Untuk Home Staff

Surat Edaran Menlu No. 30779 x b2 tanggal 12 Juli 1961tentang ongkos langganan telpon untuk Home Staff pada PerwakilanRI di luar negeri dirasakan telah tidak sesuai lagi dengan tatalaksanadan volume tugas-tugas di Perwakilan, sehingga dianggap perlu untukmengadakan perubahan dan penetapan ketentuan-ketentuan barusebagai berikut :

1. Kepada semua pejabat Home Staff diberi ongkos langganantelpon penuh oleh dinas.

2. Ongkos langganan dipisahkan dengan ongkos pembicaraan.

3. Setiap pejabat yang mengadakan pembicaraan InteRIokal danInternasional harus mengisi formulir yang disediakan untuk ituoleh Bagian Tata Usaha yang isinya antara lain mencantumkandengan siapa dan perihal apa pembicaraan tersebut dilaksanakan,untuk mendapat persetujuan Kepala Perwakilan.

4. Penggunaan tilpon yang tidak sesuai dengan ketentuan padabutir 3 hanya mendapat penggantian ongkos langganan bukanpenggantian ongkos pembicaraan.

5. Penetapan ini mulai berlaku sejak tanggal dikeluarkan.

Dikeluarkan di : JakartaPada tanggal : 18/1/83

A.n. Menteri Luar NegeriSekretaris Jenderal,

ttd.

SOEDARMONO

Kepada Yth. :

Sdr. Kepala Perwakilan RI

di Luar Negeri

TELEPON

Page 663: Buku 1 keuangan

639

Tanggal : 19 APRIL 1999 KONSEP NO : 113899

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKIN

NO : 991803PRO : ALL KEPPRIEX : SEKJEN

mkk no. 980236 dan kwt sandi dubes ri tashkent no. 10/tt/02/99,seterima kwt ini diberitahukan kembali sk menlu no. 53/or/V/84/01khususnya pasal 10 mengenai cuti akhir jabatan pejabat sandi diperwakilan dgn mendapat pembayaran tlpn penuh.

demikian ump ttkhbs

Biaya Pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, KARO KEPEG, KARO KEU,KAPUSKOM, KABAG PENYUSUNAN ANGGARAN RO KEU, KABAGUMUM RO KEPEG.

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

TELEPON

Page 664: Buku 1 keuangan

640

Page 665: Buku 1 keuangan

641

IX

DANA POLITIK KHUSUS

Page 666: Buku 1 keuangan

642

Page 667: Buku 1 keuangan

643

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 21 Oktober1985

Kepada Yth.Semua Kepala Perwakilan RIdi Luar Negeri

Surat EdaranNo. : R.1099/BU/X/85/02

Diberitahukan dengan hormat bahwa pada akhir-akhir ini makinbanyak terdapat cara pembuatan Pertanggungan Jawab Dana PolitikKhusus yang tidak sesuai cara pengirimannya dengan peraturanyang berlaku.

Dalam rangka tertib administrasi, dengan ini sekali lagi dimintaperhatian Saudara akan hal-hal sebagai berikut :1. Dana Politik Khusus adalah Dana Taktis Kepala Perwakilan, dimana

penggunaan sepenuhnya berada pada Kepala Perwakilan.Perlu diperhatikan, bahwa Penggunaan Dana Politik Khusus tidakboleh melampaui anggaran yang tersedia sehingga apabila akandipergunakan setiap bulan, pengambilannya hanyadiperkenankan maksimum seperdua belas dari anggaran yangdisediakan untuk itu.Terlampir formulir cara mengisi Pertanggungan Jawab Dana PolitikKhusus.

2. Pertanggungan Jawab Dana Politik Khusus dilaksanakan sesuaidengan petunjuk yang ada dan ditujukan hanya kepada SekretarisJenderal Departemen Luar Negeri.Alamat Pengirimannya ditujukan kepada Menteri Luar NegeriU.p. Sekretaris Jenderal dalam dua (2) sampul dengan kode“RAHASIA/PRIBADI” dan “X-18”.

Demikianlah, Surat Edaran ini dibuat, agar Saudara maklumdan mau melaksanakannya sebagaimana mestinya.

A.n. Menteri Luar Negeri RI,Sekretaris Jenderal,

ttd

SOEDARMONO

DANA POLITIK KHUSUS

Page 668: Buku 1 keuangan

644

TANGGAL URAIAN PENERIMAAN DARI BENDAHARAWAN

PENGELUARAN

................ ................ ................ ................ ................

s/d bulan lalu ......... terima dari bendaharawan .. .. (pengeluaran – pengeluaran bulan ini, diperinci satu persatu dan dilampiri bukti atau catatan khusus ) ......................................... ......................................... ......................................... .........................................

........................ ........................

........................ ........................ ........................ ........................ ........................

Sisa bulan ini ................

........................ ........................

.......................... 19 .......................kepala Perwakilan RI

( ..................................... )

DANA POLITIK KHUSUS

Page 669: Buku 1 keuangan

645

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIATGL 24 APRIL 1989

DARI KONSEP NOMOR

PRO PERWAKILAN :

INFO PERWAKILAN:

KELALAIAN SAUDARA – SAUDARA BENCANA NEGARA

No. : 891385

Pro : Kuai

Info : all perwakin

Ex : karo keuangan

Diberitahukan bahwa selama keppri baru belum tiba di tempat kmakuai dapat menggunakan dana polsus sesuai ketentuan dandipertanggung jawabkan kepada sekjen ttk hbs

- deplu -

DANA POLITIK KHUSUS

Page 670: Buku 1 keuangan

646

DEPARTEMEN LUAR NEGERI BERITA RAHASIAREPUBLIK INDONESIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENDANA BAGI NEGERA

PUSAT KOMUNIKASI

Tanggal : 06 Maret 2006 KONSEP No. : 10017 SK/2

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILAN

NO : 060909PRO : ALL KEPPRISEX : SEKJENRE : PERTANGGUNGJAWABAN PENGGUNAAN DANA

POLSUS

BERSAMA INI DISAMPAIKAN HALS SBB TTKDUA

1. BERDASARKAN DATA PERTANGGUNGJAWABANPENGGUNAAN DANA POLSUS TAHUN 2003, 2004 ET 2005YANG DITERIMA OLEH SEKRETARIS JENDERAL TERNYATABELUM SELURUH PERWAKIN MENGIRIMKANPERTANGGUNGJAWABAN DANA POLSUS DIMAKSUD TTK.

2. DALAM RANGKA TERTIB ADMINISTRASI KEUANGAN ETUNTUK KEPERLUAN ADANYA PEMERIKSAAN PENGGUNAANDANA POLSUS OLEH INSTANSI BERWENANG TERMASUKKPK, MAKA PERWAKIN BERKEWAJIBAN UNTUK MEMBUATPERTANGGUNGJAWABAN DANA POLSUS SESUAI DG SESEKRETARIS JENDERAL NO. R. 1099/BU/X/85/05 TGL 21OKTOBER 1985 ET BERKAS ASLI DISAMPAIKAN KE PUSATSEDANGKAN COPY DISIMPAN PERWAKIN TTK.

DEMIKIAN UMPTTKHBS

Biaya pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

CC. MENLU, SEKJEN, IRJEN, KABAM, KARO KEU.

Penting : Bila terdapat kesalahan SALINAN ini harap segera memberitahukannya persurat kepada pusat Komunikasi – DEPLU

PUSAT KOMUNIKASI – DEPLU

DANA POLITIK KHUSUS

Page 671: Buku 1 keuangan

647

X

PERJALANAN DINAS

Page 672: Buku 1 keuangan

648

Page 673: Buku 1 keuangan

649

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 30 April 1985

Nomor : S-510/MK.03/1985 KepadaYth.Lampiran : 1 (satu) 1. Pimpinan KesekretariatanPerihal : Penyesuaian golongan Jenderal Lembaga Tinggi/

pegawai & kubikase ba- Tinggi Negara;rang pindahan yang di- 2. Para Menteri Kabinet pemba-perkenankan bagi per- ngunan IVjalanan pindah luar ne- 3. Pimpinan Lembaga Pemerintahgeri. Non Departemen;

diJ A K A R T A

1. Mengingat Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1955 tentangperjalanan dinas luar negeri serta surat-surat Keputusan MenteriKeuangan No. 155273/BSD tanggal 11 Agustus 1955, No.91619/BSD tanggal 7 Mei 1956 dan No.182460/BSD tanggal 30 Oktober1958 mengenai “PERATURAN TENTANG PEMBERIAN BIAYAUNTUK PERJALANAN DINAS KE, DARI DAN DI LUAR NEGERI”dan sambil menunggu pengaturan kembali tentang PeraturanPerjalanan Dinas Luar Negeri, dipandang perlu mengadakanpenyesuaian khususnya yang menyangkut penggolonganpegawai yang dipindahkan dan kubikase barang pindahan yangdiperkenankan;

2. Penggolongan pegawai yang dipindahkan dan jumlah kubikasebarang pindahan yang diperkenankan, ditetapkan sebagaiberikut :

a. Golongan Pegawai

Golongan B : Duta Besar, Wakil Kepala Perwakilan(DCM), Kuasa Usaha Tetap, KonsulJenderal, Konsul Kepala Perwakilan,Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I,Pegawai Tinggi Golongan IV/c PGPNSke atas, Perwira Tinggi ABRI serta para

PERJALANAN DINAS

Page 674: Buku 1 keuangan

650

anggota Lembaga Tertinggi/TinggiNegara;

Golongan C : Pegawai Negeri Golongan III/c sampaidengan golongan IV/b PGPNS danPerwira Menengah ABRI;

Golongan D : Pegawai Negeri dan anggota ABRIlainnya;

b. Kubikase barang pindahan yang diperkenankan

Status pegawai Gol. B Gol. C Gol. D

1. berkeluarga dengan anak 20 m3 18 m3 15 m3

2. berkeluarga tanpa anak 18 m3 15 m3 12 m3

3. bujangan 15 m3 12 m3 10 m3

3. a. Kepada Pejabat/Pegawai yang melakukan perjalananpindahan dari Indonesia ke Perwakilan atau sebaliknya,diperkenankan membawa barang pindahan sesuai dengankubikase yang diperkenankan, dengan penggantian biayamenurut Lampiran surat ini;

b. Kepada Pejabat/Pegawai yang dipindahkan antar Perwakilanbiaya diberikan sesuai dengan kubikase menurut Lampiransurat ini dikalikan dengan tarif pengangkutan setempat;

4. Ketentuan-ketentuan lain yang terdapat dalam surat-suratkeputusan Menteri Keuangan tersebut di atas dan ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang tidak bertentangan dengansurat ini masih tetap berlaku;

5. Ketentuan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juni 1985.

MENTERI KEUANGAN

ttd.

Radius Prawiro

Tembusan :

1. Bapak Presiden, sebagai laporan;

2. Sdr. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;

3. Sdr. Direktur Jenderal Anggaran.

PERJALANAN DINAS

Page 675: Buku 1 keuangan

651

SATUAN BIAYA BARANG PINDAHANLampiran Surat menteri Keuangan

Tanggal 30 April 1985No. S-510/MK.03/1985

(dalam dollar Amerika Serikat)

kubikase & besarnya uang lumpsum

Wilayah Tarif per M3

Status pegawai 1. Berkeluarga

dengan anak

2. berkeluarga tanpa anak

3. Bujangan

GOL. B

20

15

15

Gol. C

18

15

12

Gol. D

15

12

10

(2) (3) (4) (5) (6) (7) MERIKA 550 1

2 3

10.000,- 9.000,- 7.500,-

9.000,- 7.500,- 6.000,-

7.500,- 6.000,- 5.000,-

merika Serikat : Amerika Serikat Canada

merika Serikat : Cuba Meksiko

merika Selatan : Argentina Brasil Suriname Venezuela

ROPA BARAT & CANDIVIA

550 1 2 3

11.000,- 9.900,- 8.250,-

9.900,-8.250,- 6.600,-

8.250,- 6.600,- 5.500,-

elgia elanda ggris

erancis ustria enmark nlandia alia erman Barat orwegia wiss panyol wedia atican

PERJALANAN DINAS

Page 676: Buku 1 keuangan

652 PERJALANAN DINAS

3. EROPA TIMUR & RUSIA

500

1 2 3

10.000,- 9.000,- 7.500,-

9.000,- 7.500,- 6.000,-

7.500,- 6.000,- 5.000,-

- - - - - - -

Bulgaria Czekoslovakia Jerman Timur Polandia Rumania Yogoslavia Rusia

4. AFRIKA 450 1 2 3

9.000,- 8.100,-6.750,-

8.100,- 6.750,- 5.400,-

6.750,- 5.400,- 4.500,-

a. Afrika Utara : - Algeria - Mesir - Maroko - Tunisia

b. Afrika Tengah / Selatan : - Ethiopia - Kenya - Madagaskar - Nigeria - Senegal - Tanzania

5. TIMUR TENGAH 600 1 2 3

12.000,- 10.800,- 9.000,-

10.800,- 9.000,- 7.200,-

9.000,- 7.200,- 6.000,-

- Afghanistan - Irak - Iran - Jordania - Kuwait - Persatuan Arab - Emirat - Saudi Arabia - Syria - Turki

6. ASIA SELATAN 400 1 2 3

11.000,- 9.900,- 8.250,-

9.900,- 8.250,- 6.600,-

8.250,- 6.600,- 5.500,-

7. ASIA UTARA 300 1 2 3

6.000,- 5.400,- 4.500,-

5.400,- 4.500,- 3.600,-

4.500,- 3.600,- 3.000,-

- Hongkong - Jepang - Korea utara - Korea Selatan - Philipina

Page 677: Buku 1 keuangan

653

8. ASIA TENGGARA 200 1 2 3

4.000,- 3.600,- 3.000,-

3.600,- 3.000,- 2.400,-

3.000,- 2.400,- 2.000,-

- Gurma - Laos - Malaysia - Singapore - Thailand - Vietnam

9. ASIA PASIFIK & AUSTRALIA

400 1 2 3

8.000,- 7.200,- 6.000,-

7.200,- 6.000,- 4.800,-

6.000,- 4.800,- 4.000,-

- Australia - New Zealand - New Caledionia - Papua Nugini

PERJALANAN DINAS

Page 678: Buku 1 keuangan

654

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

KANTOR PUSAT

Lampiran : 1 (satu) lembarPerihal : Biaya Angkutan Barang Pindahan Untuk Perjalanan

Pindah Luar Negeri

Jakarta, 30 April 1985

KepadaYth,Para Sekretaris JenderalDepartemen/Lembagadi J a k a r t a

SURAT EDARAN

NO. SE-76/A/212/0624

Sebagai tindak lanjut Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994,dengan ini diberitahukan hal-hal sebagai berikut :

1. Berdasarkan ketentuan pasal 57 ayat (8) Keppres tersebutditetapkan bahwa biaya perjalanan dinas luar negari termasukbiaya angkutan barang pindahan, dibayarkan dalam satu jumlah(lumpsum).

2. Dalam melaksanakan ketentuan tersebut, sepanjang yangmenyangkut pembayaran biaya angkutan barang pindahan agartetap berpedoman kepada ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Surat Menteri Keuangan tanggal 30 April 1985 NomorS-150/MK.03/1985 antara lain :

a. Kubikasi barang pindahan yang diperkenankan adalah sepertidibawah ini :

PERJALANAN DINAS

Page 679: Buku 1 keuangan

655

Nomor Status Pegawai Gol.B Gol.C Gol.D Urut Pejabat

1. Berkeluarga dengan anak 20m 18m 15m2. Berkeluarga tanpa anak 18m 15m 12m3. Bujangan 15m 12m 10m

b. Kepada Pejabat/pegawai yang melakukan perjalanan pindah dariIndonesia ke Perwakilan RI di Luar Negeri atau sebaliknya,dibayarkan biaya pengangkutan barang dalam satu jumlah(lumpsum) seperti yang tercantum dalam daftar Lampiran SuratMenteri Keuangan di atas (terlampir).

c. Kepada pejabat/pegawai yang dipindahkan antar Perwakilan RIdi Luar Negeri, dibayarkan biaya pengangkutan barang dalamsatu jumlah (lumpsum) sesuai dengan kubikase tersebut padahuruf (a) diatas dikalikan dengan tarif pengangkutan setempat.

Demikian agar Saudara maklum.

DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN

ttd

DARSJAHNIP.060031003

Tembusan Kepada Yth.

1. Bpk Menteri Keuangan (sebagai laporan)

2. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran

3. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara I, II, III, IV diJakarta

PERJALANAN DINAS

Page 680: Buku 1 keuangan

656

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

KANWIL XlKANTOR PERBENDAHARAAN DAN KAS NEGARA JAKARTA I

Jl.Ir. H. Juanda No.19 Telp.021-3842900,3847147Jakarta Fax. 021-3845794

7 Pebruari 2003Yth; Semua Bendaharawan

dan Atasan langsung BendaharawanDepartemen/Lembaga/Kantor/Satuan Kerjadalam wilayah pembayaran KPKN Jakarta IJakarta

SURAT EDARANNomor : SE -03/WA.l l/PK.01/2003

TENTANG

PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABATNEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEGAWAI

TIDAK TETAP

Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal tanggal 20Januari 2003 Nomor : SE -11/A/2003 tentang tersebut di atas,dengan ini disampaikan hal-hal sebagai berikut;1. Terhitung mulai tanggal 3 Januari 2003 mengenai ketentuan-

ketentuan yang tertuang pada Surat Menteri Keuangan Nomor :B-296/MK/I/4/1974 tanggal 30 April 1974 tentang perjalanandinas dalam negeri dan Surat Menteri Keuangan Nomor : S-185/MK.03/1996 tanggal 2 April 1996 tentang penyesuaian satuanbiaya perjalanan dinas dalam negeri diubah sebagaimanaditetapkan dalam Daftar Lampiran Keputusan Menteri KeuanganRepublik Indonesia tanggal 3 Januari 2003 No.7/KMK.02/2003.

2. Disamping penyesuaian terhadap satuan biaya uang harian, diaturjuga penyesuaian atas penggolongan perjalanan dinas kelasangkutan, dan penyesuaian uang representasi serta perjalanandinas pindah sebagaimana termuat dalam lampiran I s.d VIKeputusan Menteri Keuangan tersebut di atas.

3. Dalam pelaksanaannya para Kepala Kantor/Satuan Kerjahendaknya tetap berpedoman pada batas anggaran yangtersedia bagi instansi masing-masing dengan cara pembatasan

PERJALANAN DINAS

Page 681: Buku 1 keuangan

657

jumlah petugas, jumlah hari, frekuensi perjalanan dinas, sertaselektif untuk keperluan yang benar-benar sangat penting.

4. Bila dipandang perlu Para Kepala Kantor/Satuan Kerja dapatmenentukan tarip lebih rendah dari ketentuan yang berlaku,namun ketentuannya harus ditetapkan dengan keputusanMenteri/Ketua Lembaga masing-masing.

5. Dengan berlakunya ketentuan tersebut pada butir 1, maka SuratMenteri Keuangan Nomor B-296/MK7I/4/1974 tentangKetentuan-ketentuan Mengenai Perjalanan Dinas Dalam Negeritanggal 30 April 1974, Nomor: S-511/MK.03/1985 tentangPenyesuaian Satuan-satuan Biaya Perjalanan Dinas Dalam Negeritanggal 30 April 1985, Nomor-S 185/MK.03/1996 tentangPenyesuaian Satuan Biaya Perjalanan Dinas Dalam Negeri tanggal2 April 1996 (Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran No : SE-67/A/622/0496 tanggal 23 April 1996), dan Nomor S-598/MK.03/2000 tentang Perjalanan Dinas Menteri/Pejabat Eselon I denganPesawat Udara tanggal 1 Desember 2000 yang bertentangandengan Keputusan Menteri Keuangan dimaksud dinyatakan tidakberlaku.

6. Terhadap perjalanan dinas yang telah dilaksanakan mulai Januari2003 menggunakan satuan biaya perjalanan dinas yang lamamaka tidak diadakan penggantian atas selisih atau kekuranganpembayaran dengan kata lain tidak ada klaim.

7. Untuk lebih jelasnya kami lampirkan Surat Keputusan MenteriKeuangan tanggal 3 Januari 2003 Nomor : 7/KMK.02/2003.

Demikian kami sampaikan dan atas perhatian Saudara diucapkanterima kasih.

Kantor

ttd

Drs. Hasudungan SiregarNIP. 060044885

Tembusan:1. Direktur Jenderal Anggaran, Jakarta;2. Kepala Kantor Wilayah XI Direktorat Jenderal Anggaran, Jakarta;3. Kepala KASIPA Jakarta I, Jakarta

PERJALANAN DINAS

Page 682: Buku 1 keuangan

658

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SK.173/KU/X/2001/02TENTANG

PEMBAYARAN UANG LUMPSUM BARANG PINDAHANPEGAWAl YANG DIMUTASIKAN KE DAN DARI

PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa uang lumpsum barang pindahan pegawaiyang dimutasikan ke dan dari Perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri (selanjutnya disebutPerwakilan) merupakan beban DIK Pusat;

b. bahwa uang lumpsum sebagaimana dimaksuddalam huruf a yang dibayarkan di Perwakilan,secara administratif pertanggung jawabankeuangan Perwakilan dan penggantiannya olehDepartemen Keuangan cq. KPKN, dinilai kurangefisien dan praktis, yang antara lain dapatberpengaruh pada likuiditas keuangan Perwakilan;

c. bahwa untuk mengatasi kendala sebagaimanadimaksud dalam huruf b dan dalam rangkamenciptakan tertib administrasi keuangan, makapembayaran uang lumpsum barang pindahan-pegawai yang dimutasikan ke dan dari Perwakilandibayarkan di Pusat;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu

PERJALANAN DINAS

Page 683: Buku 1 keuangan

659

menetapkan Keputusan Menteri Luar Negeritentang Pembayaran Uang Lumpsum BarangPindahan Pegawai yang Dimutasikan ke dan dariPerwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri.

Mengingat : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor :17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara;

2. Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia NomorS. 510/MK.03/1985 tanggal 30 April 1985 tentangpenyesuaian golongan dan kubikase barangpindahan bagi pegawai yang dimutasikandibayarkan di Pusat sebesar Indeks dikalikan kursyang ditetapkan di Jakarta.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANGPEMBAYARAN UANG LUMPSUM BARANG PINDAHANPEGAWAI YANG DIMUTASIKAN KE DAN DARIPERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA Dl LUARNEGERI.

KESATU : Pembayaran uang lumpsum barang pindahan pegawaiyang dimutasikan ke dan dari Perwakilan, dilakukan diPusat.

KEDUA : Besarnya uang lumpsum barang pindahan pegawaiyang dimutasikan ke dan dari Perwakilan adalah jumlahkubikase sesuai dengan indeks yang menjadi hakpegawai yang bersangkutan dikalikan dengan kursDIK Tahun Anggaran Berjalan.

KETIGA : Pada saat Keputusan Menteri Luar Negeri ini mulaiberlaku, maka ketentuan-ketentuan yang mengaturtentang pembayaran uang lumpsum barang pindahanpegawai yang dimutasikan ke dan dari Perwakilan,yang bertentangan dengan keputusan ini dinyatakantidak berlaku lagi.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan,dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat

PERJALANAN DINAS

Page 684: Buku 1 keuangan

660

kekeliruan dalam Surat Keputusan ini akan diadakanperbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 26 Oktober2001

A.N. MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIS JENDERAL,

ttd

ARIZAL EFENDI

PERJALANAN DINAS

Page 685: Buku 1 keuangan

661

Tanggal : 23 APRIL 1998KONSEP No : 111730

PRO PERWAKILAN RI ALL PERWAKIN

NO : 981799PRO : KEPPRIEX : SEKJENRE : PERTANGGUNGJAWABAN BEBAN PUSAT JALDIN

dari hasil penelitian atas spjk beban pusat jaldin kma masih terdapatperwakilan yang membebankan pengeluarans persekot et jaldinperwakilan kepada beban pusat jaldin ttk untuk itu perlu diingatkankembali bahwa ttkdua

1. yang akan mendapat penggantian beban pusat jaldin adalahpengeluarans perwakin untuk biaya penampungan - sementaradi hotel kma lumpsum biaya pindah dari perwakilan ke Jakarta,atau antar perwakilan sehubungan dengan adanya mutasi/perjalanan pejabat et jaldin keluar negara akreditasi atas dasarinstruksi pusat ttk

2. dengan demikian kesalahan pembebanan persekot resmi et jaldinperwakin kepada beban pusat jaldin kma disamping tidak sesuaidengan ketentuan juga pertanggungjawabannya akan ditolakoleh kpkpn-ttk

3. pertangungjawaban beban pusat jaldin sesuai dengan ketentuanagar setiap bulannya dikirimkan langsung kepada bendaharawanperjalanan dinas pada bagian pelaksanaan anggaran birokeuangan yang terdiri formulir no. 6 et tanda

demikian ump ttkhbs

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, KARO KEUANGAN

PERJALANAN DINAS

Page 686: Buku 1 keuangan

662

kawat rahasia

Indonesia : all perwakilan

nomor : 943066pro : kepprie x : sekjen

sesuai surat dirjen anggaran no. se-7G/a/212/0594 tgl 23 mei1994 disampaikan hals sbb ttk dua

1. berdasarkan pasal 57 ayat 8 keppres no. 16 th 1994 ditetapkanbahwa biaya perjalanan pindah ke luar negeri dan mutasi antarperwakilan kma termasuk barang pindahan dibayarkan secaralumpsum ttk

2. besarnya kubikase dan tarif barang pindahan tetap berpedomanpada surat menkeu no. S-510/mk.03/1935 tg 30 april 1935 ttk

3. mengingat biaya mutasi merupakan beban pusat kma khususnyadalam hal biaya mutasi antar perwakilan diatur ttk dua

a. perwakilan mengirimkan terlebih dahulu 3 buah penawarantarif permeter kubik pengiriman barang pindahan ke post yangbaru dari perusahaan setempat ttk

b. setelah ada persetujuan kma perwakilan dapat membayarke ybs ttk

demikian ump ttkhbs

- d e p l u -

cc. menlu, sekjen, irjen, sekmen, karo keu,

penyusunan anggaran

PERJALANAN DINAS

Page 687: Buku 1 keuangan

663PERJALANAN DINAS

NOREG : 091/K DMA PLN P 0803 2254 50

DISAP/DISAM

NO. : PL-05594/080382PRO : KEPPRI UP KABAGS ET KASUBAG EX

KAROKEPEG ET KAROKEU TTK

DITETAPKAN TICKETS UNTUK PINDAHAN/MUTASI ANTARAPERWAKILAN, DIBELI SETEMPAT ATAS BEBAN DEPLU PUSATDENGAN KETENTUANS ROUTE SESINGKATSNYA ET BIAYASEMURAHSNYA TTKHBS

DEPLU

DMA K KPI 0804 0755 BY PHD/RON/QSL

Page 688: Buku 1 keuangan

664

KEDUTAAN BESARREPUBLIK INDONESIA

TOKYO

R A H A S I A

No. 322/SAL

tanggal : Jakarta, 15 agustus 1985nomor : 852977kepada : kepala perwakilan ri dakar

info : semua kepala perwakilan ridari : kepala biro keuangan

menarik kawat saudara no. 58/dr/8/85 diberitahukan bahwakepala rumah tangga dan sekpri keppri yang pulangnya bersamadengan penarikan kepala perwakilan ri diberikan lumpsum biayabarang pindahan sebesar kubikase dalam perjanjian kerja maksimum5 (lima) meter kubik dengan tarif sesuai surat menteri keuanganno. S-510/mk. 03/85.

- departemen luar negeri -

DUTA BESAR/KEPALA PERWAKILAN R.I. : TOKYO. 16-08-1985.KEPALA KAMAR SANDI

PERJALANAN DINAS

Page 689: Buku 1 keuangan

665PERJALANAN DINAS

KAWAT BIASA

NO PL 5056/092290

PRO : KEPPRI WELLINGTON

INFO : SEMUA PERWAKILANEX : KARO KEUANGAN

MKS 003/WELLINGTON/0110490 DIBERITAHUKAN BAHWA ISIKAWAT NO PL 2462/050987 ADALAH “KEIKUTSERTAAN ISTERIDALAM KUNJUNGAN KE NEGARA AKREDITASI HANYA SEKALI SAJAPADA WAKTU PERKENALAN ATAU PAMITAN DAN MENGINGATDANA PERJALANAN YANG TERSEDIA” TTK

KETENTUAN INI JUGA BERLAKU UNTUK SELURUH PERWAKILANRI DI LUAR NEGERI TTKHBS

-DEPLU-

CC: MENLU

SEKJEN

IRJEN

SEKMEN

KARO KEUANGAN

KABAG VERIFIKASI

Page 690: Buku 1 keuangan

666

ALL PERWAKILAN RI

NOMOR : PL 1899/05 0796PRO : KEPPRIS PARIS, CANBERRA, DEN HAAGINFO : ALL PERWAKILANEX : SEKMENRE : KEIKUTSERTAAN ISTERI KEPPRI DALAM

PERJALANAN DINAS

DIMINTA PERHATIAN SAUDARA TENTANG PEMBERIAN UANGHARIAN PERJALANAN DINAS BAGI ISTERI KEPPRI KMA HARAPDILAKSANAKAN SESUAI DENGAN KAWAT KAMI NO: PL 5056/092290 KMA YANG BUNYINYA SBB “KEIKUTSERTAAN ISTERIKEPPRI DALAM KUNJUNGAN KE NEGARAS AKREDITASI HANYASEKALI SAJA PADA WAKTU PERKENALAN ATAU PAMITAN DANMENGINGAT DANA PERJALANAN YANG TERSEDIA” TTK

DEMIKIAN UMP TTKHBS

DEPLU JAKARTA

CC : MENLUSEKJENIRJENSEKMENKARO KEUANGANBAG PERJALANAN DINASBAG PERBENDAHARAANKABAG VERIFIKASI

PERJALANAN DINAS

Page 691: Buku 1 keuangan

667PERJALANAN DINAS

SALINANKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 7/KMK.02/2003

TENTANG

PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABATNEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEGAWAI

TIDAK TETAP

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 33 KeputusanPresiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang PelaksanaanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara, perlumenetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentangPerjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara,Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap;

Mengingat : 1. Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia(Indische Compt abiliteitswet, Staatsblad 1925Nomor 448) sebagaimana telah diubah terakhirdengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1968(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968No. 53, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 2860);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentangPokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNo. 3041) sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169,

Page 692: Buku 1 keuangan

668

Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3890);

3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2001 tentangAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara TahunAnggaran 2002 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2001 Nomor 133, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4149);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentangPengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangandalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan TugasPembantuan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4021);

5. Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001;

6. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentangPelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2002 Nomor 79, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4212);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANGPERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABATNEGARA, PEGAWAI NEGERI DAN PEGAWAI TIDAKTETAP.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam keputusan Menteri Keuangan ini, yang dimaksud dengan :

1. Pegawai Negeri Sipil, Pejabat Negara dan Pegawai Tidak Tetapadalah pegawai negeri sipil, pejabat negara dan pegawai tidaktetap sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

PERJALANAN DINAS

Page 693: Buku 1 keuangan

669PERJALANAN DINAS

2. Pejabat Yang Berwenang adalah Kepala Kantor/Satuan Kerjadan Pemimpin Proyek/Bagian Proyek di Lingkungan Departemen/Lembaga bersangkutan.

3. Perjalanan dinas dalam negeri ialah perjalanan keluar tempatkedudukan yang jaraknya sekurang-kurangnya 5 (lima) kilometerdari batas kota, yang dilakukan dalam wilayah Republik Indonesiauntuk kepentingan Negara atas perintah Pejabat YangBerwenang, termasuk perjalanan dari tempat kedudukan ketempat meninggalkan Indonesia untuk bertolak ke luar negeridan dari tempat tiba di Indonesia dari luar negeri ke tempatyang dituju di dalam negeri.

4. Lumsum adalah uang yang dibayarkan sekaligus untuk semuabiaya.

5. Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) adalah surat tugaskepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai TidakTetap untuk melaksanakan perjalanan dinas.

6. Wilayah Jabatan adalah wilayah kerja dalam menjalankan tugas.

7. Tempat Kedudukan adalah tempat/kota dimana kantor/satuankerja/proyek berada.

Pasal 2

1. Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetapyang akan melaksanakan perjalanan dinas harus terlebih dahulumendapat persetujuan/perintah atasannya.

2. Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) adalah atasan dari Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil danPegawai Tidak Tetap yang akan melaksanakan perjalanan dinas.

Pasal 31. Dalam penerbitan SPPD harus memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

a. Pejabat yang berwenang hanya dapat memberikan perintahperjalanan dinas untuk perjalanan dinas dalam wilayahjabatannya, dan

b. Dalam hal perjalanan dinas keluar Wilayah jabatannya,Pejabat yang berwenang harus memperoleh persetujuan/perintah dari atasannya.

Page 694: Buku 1 keuangan

670

2. Dalam hal pembiayaan perjalanan dinas bersumber dari proyek/bagian proyek, maka Pejabat Yang Berwenang adalah PemimpinProyek/Bagian Proyek.

3. Dalam hal Pejabat Yang Berwenang akan melakukan perjalanandinas, maka SPPD ditandatangani oleh :

a. Atasan langsungnya sepanjang Pejabat Yang Berwenangsatu Tempat Kedudukan dengan atasan langsungnya; atau

b. Dirinya atas nama atasan langsungnya dalam hal pejabattersebut merupakan pejabat tertinggi pada TempatKedudukan pejabat bersangkutan.

BAB II

JENIS PERJALANAN DINAS

Pasal 4Perjalanan dinas meliputi :

1. Perjalanan dinas jabatan;

2. Perjalanan dinas pindah.

Pasal 51. Perjalanan dinas jabatan merupakan perjalanan dinas dari Tempat

Kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke TempatKedudukan semula.

2. Dalam perjalanan dinas jabatan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) termasuk pula perjalanan yang dilakukan dalam hal :

a. Detasering di luar Tempat Kedudukan;

b. Ditugaskan untuk menempuh ujian dinas/ujian jabatan yangdiadakan di luar Tempat Kedudukan;

c. Diharuskan menghadap Majelis Penguji Kesehatan PegawaiNegeri atau menghadap seorang dokter penguji kesehatanyang ditunjuk yang berada di luar Tempat Kedudukan, untukmendapatkan surat keterangan dokter tentang kesehatannyaguna kepentingan jabatan;

PERJALANAN DINAS

Page 695: Buku 1 keuangan

671

d. Untuk mendapatkan pengobatan di luar Tempat Kedudukanberdasarkan Keputusan Majelis Penguji Kesehatan PegawaiNegeri;

e. Harus memperoleh pengobatan di luar Tempat Kedudukan,berdasarkan surat keterangan dokter karena mendapatcedera pada waktu/karena melakukan tugasnya;

f. Ditugaskan mengikuti pendidikan dinas di luar tempatkedudukan; dan

g. Menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazahpegawai yang meninggal dunia dalam melakukan perjalanandinas.

Pasal 6

1. Perjalanan dinas pindah merupakan perjalanan dinas dari TempatKedudukan yang lama ke Tempat Kedudukan yang baruberdasarkan surat keputusan pindah bagi Pejabat Negara,Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap beserta keluarganyayang sah.

2. Keluarga yang sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiridari :

a. Isteri/Suami yang sah menurut ketentuan Undang-Undangperkawinan yang berlaku;

b. Anak kandung, anak tiri dan anak angkat yang sah menuruthukum yang berumur paling tinggi 25 tahun pada waktuberangkat, belum pernah menikah dan tidak mempunyaipenghasilan sendiri;

c. Anak kandung, anak tiri dan anak angkat yang sah menuruthukum yang berumur lebih dari 25 tahun, yang menurutsurat keterangan dokter mempunyai cacat yang menjadisebab ia tidak dapat mempunyai penghasilan sendiri; atau

d. Anak kandung perempuan, anak tiri perempuan dan anakangkat perempuan yang sah menurut hukum yang berumurlebih dari 25 tahun yang tidak bersuami dan tidak mempunyaipenghasilan sendiri.

3. Disamping keluarga yang sah sebagaimana dimaksud dalamayat (2) di atas, bagi Pegawai Negeri Sipil yang termasuk tingkatA menurut penggolongan sebagaimana dimaksud Pasal 10Keputusan Menteri Keuangan ini dan Pejabat Negara

PERJALANAN DINAS

Page 696: Buku 1 keuangan

672

diperkenankan pula untuk membawa pembantu rumah tanggasebanyak 1 (satu) orang atas biaya negara.

4. Dalam perjalanan dinas pindah sebagaimana dimaksud dalamayat (1) di atas termasuk pula perjalanan dinas yang dilakukandalam hal :

a. Pemulangan dari Tempat Kedudukan yang terakhir ke tempathendak menetap bagi Pejabat Negara atau Pegawai NegeriSipil yang diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiunatau mendapat uang tunggu;

b. Pengembalian Pejabat Negara atau Pegawai Negeri Sipil yangmendapat uang tunggu dari tempat tinggalnya ke tempatyang ditentukan untuk dipekerjakan kembali;

c. Pemulangan keluarga yang sah dari Pejabat Negara atauPegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia dari tempat tugasterakhirnya ke tempat tujuan menetap;

d. Pemulangan Pegawai Tidak Tetap yang diberhentikan karenatelah berakhir masa kerjanya, sepanjang hal termaksud telahdiatur dalam perjanjian kerjanya; atau

e. Pemulangan keluarga yang sah dari Pegawai Tidak Tetapyang meninggal dunia dari tempat kedudukan ke tempattujuan menetap, sepanjang hal termasuk telah diatur dalamperjanjian kerjanya.

5. Pengajuan perjalanan dinas pindah sebagaimana dimaksud dalamayat (4), huruf a, c, d dan e di atas berlaku untuk jangka waktusatu tahun terhitung, sejak tahun pemberhentian atau meninggaldunia.

BAB IIIBIAYA PERJALANAN DINAS

Pasal 7

1. Biaya perjalanan dinas terdiri dari :

a. Biaya transpor pegawai;

b. Biaya transpor keluarga;

c. Biaya pengepakan, penggudangan, dan angkutan barang-barang;

PERJALANAN DINAS

Page 697: Buku 1 keuangan

673

d. Biaya pemetian dan angkutan jenazah;

e. Uang harian yang mencakup biaya penginapan, biaya makan,biaya angkutan setempat dan uang saku;

f. Uang representasi bagi Pejabat Negara/Pegawai Negeri Sipiltertentu.

2. Biaya-biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atasdibayarkan secara lumpsum dan merupakan batas tertinggi.

Pasal 8

1. Biaya perjalanan dinas dibebankan pada anggaran kantor/satuankerja/proyek/bagian proyek yang mengeluarkan SPPDbersangkutan.

2. Pejabat Yang Berwenang memberi perintah perjalanan dinasagar memperhatikan tersedianya dana yang diperlukan untukmelaksanakan perjalanan tersebut dalam anggaran kantor/satuankerja/proyek berkenaan.

Pasal 9Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap dilarangmenerima biaya perjalanan dinas rangkap (dua kali atau lebih) untukperjalanan dinas yang dilakukan dalam waktu yang sama.

Pasal 10

1. Biaya perjalanan dinas bagi Pegawai Negeri Sipil digolongkan dalam4 (empat) tingkat, yaitu :

a. Tingkat A untuk pegawai yang digaji menurut golongan IV;

b. Tingkat B untuk pegawai yang digaji menurut golongan III;

c. Tingkat C untuk pegawai yang digaji menurut golongan II;

d. Tingkat D untuk pegawai yang digaji menurut golongan I.

2. Biaya perjalanan dinas bagi Pejabat Negara disamakan denganperjalanan dinas Pegawai Negeri Sipil tingkat A.

3. Mantan Pegawai Negeri Sipil dan atau keluarganya sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) digolongkan menurut tingkatgolongan gaji terakhir pegawai bersangkutan.

PERJALANAN DINAS

Page 698: Buku 1 keuangan

674

4. Pegawai Tidak Tetap yang melakukan perjalanan dinas untukkepentingan negara, digolongkan dalam tingkat sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) di atas oleh Pejabat Yang Berwenangsesuai dengan tingkat pendidikan/tugas yang bersangkutan.

5. Pegawai Negeri Sipil Golongan 1 hanya diperkenankan melakukanperjalanan dinas dalam hal mendesak/khusus, seperti :

a. Dalam hal tenaga teknis tidak diperoleh di tempatbersangkutan; atau

b. Pemulangan/pengembalian pegawai/keluarga pegawaibersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat(4).

Pasal 11

1. Perjalanan dinas jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5diberikan biaya-biaya sebagai berikut :

a. Biaya transpor pegawai dan uang harian untuk perjalanandinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), ayat(2) huruf a, b, c dan e;

b. Biaya transpor pegawai untuk perjalanan dinas sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d dan f;

c. Biaya transpor pegawai/keluarga dan uang harian sebanyak-banyaknya 4 (empat) orang, serta biaya pemetian danangkutan jenazah untuk perjalanan dinas sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf g; atau

d. Untuk perjalanan dinas jabatan bagi Pejabat Negara atauPegawai Negeri Sipil Eselon I dan II dan Pejabat lain yangsetara dapat diberikan pula uang representasi.

2. Untuk perjalanan dinas pindah sebagaimana dimaksud dalamPasal 6 diberikan biaya – biaya sebagai berikut :

a. Biaya transpor pegawai, transpor keluarga, pengepakanpenggudangan dan angkutan barang-barang dan uang harianuntuk perjalanan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal6 ayat ( 1);

b. Biaya transpor pegawai, transpor keluarga serta biayapengepakan, penggudangan dan angkutan barang untukperjalanan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat(4) huruf a, b dan d; atau

PERJALANAN DINAS

Page 699: Buku 1 keuangan

675

c. Biaya transpor keluarga serta biaya pengepakan,penggudangan dan angkutan barang untuk perjalanandinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) hurufc dan f.

3. Perjalanan dinas pindah atas dasar permohonan sendiri tidakdiberikan biaya perjalanan dinas.

Pasal 121. Biaya perjalanan dinas ditetapkan berdasarkan satuan biaya

untuk masing-masing jenis biaya sebagai berikut :

a. Biaya transpor pegawai dan atau keluarga sesuai dengantarif yang berlaku dan kelas-kelas moda transportasi (keretaapi, kapal laut, kapal udara dan moda transportasi lainnya)yang digunakan ditetapkan sebagaimana tercantum dalamLampiran I Keputusan Menteri Keuangan ini;

b. Biaya pengepakan, penggudangan dan angkutan barang-barang ditetapkan sebagaimana tercantum pada LampiranII Keputusan Menteri Keuangan ini;

c. Biaya pemetian dan angkutan jenazah ditetapkansebagaimana tercantum pada Lampiran III KeputusanMenteri Keuangan ini;

d. Uang harian ditetapkan sebagaimana tercantum padaLampiran IV Keputusan Menteri Keuangan ini; dan

e. Uang representasi ditetapkan sebagaimana tercantum padaLampiran V Keputusan Menteri Keuangan ini.

2. Jumlah yang tertera dalam Lampiran I sampai dengan LampiranV keputusan ini, merupakan dasar perhitungan untuk menetapkanbiaya yang dibayarkan kepada Pejabat Negara, Pegawai NegeriSipil dan Pegawai Tidak Tetap yang melakukan perjalanan dinasmenurut tingkatnya masing-masing.

Pasal 13

Perhitungan biaya angkutan barang di darat didasarkan pada jarakperjalanan yang ditetapkan menurut daftar jarak resmi atau menurutketerangan resmi dari Gubernur/Bupati/Walikota setempat dalamhal jarak antara tempat-tempat yang dikunjungi belum tercantumdalam daftar jarak resmi.

PERJALANAN DINAS

Page 700: Buku 1 keuangan

676

Pasal 14

1. Dalam biaya pengepakan, penggudangan dan angkutan barang-barang telah termasuk biaya untuk bongkar muat.

2. Biaya pengepakan untuk pengangkutan barang dengan trukdiberikan 50% dari satuan biaya pengepakan sebagaimanatercantum dalam Lampiran II Keputusan Menteri Keuangan inidalam hal perjalanan dinas pindah dilakukan dalam jarak :

a. Kurang dari 100 (seratus) kilometer di pulau Jawa/Madura;atau

b. Kurang dari 50 (lima puluh) kilometer di luar pulau Jawa/Madura.

Pasal 15Dalam biaya pemetian jenazah sebagaimana tercantum dalamLampiran III Keputusan Menteri Keuangan ini termasuk segala biayayang berhubungan dengan pengruktian/pengurusan jenazah.

Pasal 161. Dalam hal perjalanan dinas jabatan, uang harian sebagaimana

tercantum dalam Lampiran IV Keputusan Menteri Keuangan inidiberikan :

a. Untuk perjalanan yang memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 (enam) jam;

b. Menurut banyak hari yang digunakan untuk perjalanan;

c. Selama-lamanya 2 (dua) hari untuk transit menunggupengangkutan lanjutan dalam hal harus berpindah ke alatangkutan lain;

d. Selama 3 (tiga) hari di tempat bertolak ke/datang dari luarnegeri;

e. Selama-lamanya 10 (sepuluh) hari di tempat yangbersangkutan jatuh sakit/berobat dalam hal pegawai yangsedang melakukan perjalanan dinas jatuh sakit;

f. Selama-lamanya 90 (sembilan puluh) hari dalam hal pegawaimelakukan tugas detasering;

g. Selama-lamanya 7 (tujuh) hari setelah diterima keputusantentang perubahan detasering menjadi penugaspindahan;atau

PERJALANAN DINAS

Page 701: Buku 1 keuangan

677

h. Selama 3 (tiga) hari di tempat penjemputan jenazah danselama 3 (tiga) hari di tempat pemakaman jenazah dalamhal jenazah tersebut tidak dimakamkan di tempat kedudukanalmarhum/almarhumah yang bersangkutan.

2. Perjalanan dinas jabatan pulang pergi yang memakan waktukurang dari 6 (enam) jam diberikan uang harian tanpa biayapenginapan dan makan.

Pasal 171. Uang harian perjalanan dinas pindah, diberikan untuk pegawai

bersangkutan dan masing-masing anggota keluarga :

a. Selama 3 (tiga) hari setelah tiba di tempat kedudukannyayang baru;

b. Selama 3 (tiga) hari di tempat keberangkatan ke luar negeriatau kedatangan dari luar negeri;

c. Selama-lamanya 2 (dua) hari untuk tiap kali menunggusambungan dalam hal perjalanan tidak dapat dilakukanlangsung;

d. Sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yangbersangkutan jatuh sakit dalam perjalanan dinas pindah, satudan lain menurut keputusan Pejabat Yang Berwenang; atau

e. Sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yangsedang menjalankan perjalanan dinas pindah mendapatperintah dari yang berwajib/atasannya untuk melakukantugas lain guna kepentingan negara.

2. Pembantu rumah tangga yang menyertai perjalanan dinas pindahdiberikan uang harian menurut tingkat D.

Pasal 18Dalam hal perjalanan dinas menggunakan kapal laut/sungai untukwaktu sekurang-kurangnya 24 (duapuluh empat) jam, maka uangharian selama waktu transportasi tersebut diberikan tanpa biayapenginapan dan transpor setempat.

PaPasal 191. Jika kemudian ternyata bahwa jumlah hari yang sebenarnya

digunakan untuk melaksanakan perjalanan dinas melebihi yang

PERJALANAN DINAS

Page 702: Buku 1 keuangan

678

ditetapkan dalam SPPD semula di luar kesalahan/kemampuanpegawai bersangkutan, menurut pertimbangan Pejabat YangBerwenang dapat diberikan tambahan uang harian untuk jumlahhari yang berlebih.

2. Tidak diberikan tambahan uang harian untuk hal-hal sebagaimanadimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf d, e, f, g dan h danPasal 17 ayat (1) huruf a dan b.

3. Jika dalam keadaan luar biasa di luar kesalahan/kemampuanpegawai bersangkutan, jumlah hari menunggu sambungandengan alat angkutan lain kemudian ternyata lebih dari 2 (dua)hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf cdan Pasal 17 ayat (1) huruf c maka atas pertimbangan PejabatYang Berwenang dapat diberikan tambahan uang harian.

4. Jika kemudian ternyata bahwa jumlah hari yang sebenarnyadigunakan untuk melaksanakan perjalanan dinas kurang dari yangditetapkan dalam SPPD semula, maka kelebihan uang harianyang telah diterima oleh pegawai yang bersangkutan harusdisetorkan kembali.

5. Ketentuan penyetoran kembali kelebihan uang hariansebagaimana dimaksud dalam ayat (4) di atas tidak berlakuuntuk hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1)huruf d, g dan h serta Pasal 17 ayat (1) huruf a dan b.

Pasal 201. Biaya perjalanan dinas dibayarkan secara lumpsum sebelum

perjalanan dinas dilaksanakan.2. Dalam hal perjalanan dinas harus segera dilaksanakan,

sementara biaya perjalanan dinas belum dapat dibayarkan, makabiaya perjalanan dinas dapat dibayarkan setelah perjalanan dinasselesai.

BAB IV

TATA CARA PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS DANPERTANGGUNGJAWABANNYA

Pasal 211. Untuk dapat melakukan perjalanan dinas, Pejabat Negara/

Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap harus diberikan SPPD

PERJALANAN DINAS

Page 703: Buku 1 keuangan

679

dari Pejabat Yang Berwenang, menurut contoh sebagaimanaLampiran VI Keputusan Menteri Keuangan ini.

2. Pejabat Yang Berwenang hanya dapat menerbitkan SPPD untukperjalanan dinas yang biayanya dibebankan pada anggaran yangtersedia pada kantor/satuan kerja/proyek berkenaan.

3. Dalam hal SPPD ditandatangani oleh atasan langsung PejabatYang Berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat(3) huruf b, maka pembiayaan perjalanan dinas dapatdibebankan pada kantor/satuan kerja/ Proyek Pejabat YangBerwenang tersebut.

4. Pejabat Yang Berwenang dalam menerbitkan SPPD sekaligusmenetapkan alat transpor yang digunakan untuk melaksanakanperjalanan yang bersangkutan dengan memperhatikankepentingan serta tujuan perjalanan dinas tersebut.

Pasal 22

1. SPPD merupakan bukti, pelaporan dan pertanggungjawabanpelaksanaan perjalanan dinas.

2. Dalam SPPD tidak boleh ada penghapusan-penghapusan ataucacat-cacat dalam tulisan. Perubahan-perubahan dilakukandengan coretan dan dibubuhi paraf dari Pejabat Yang Berwenang.

3. Perhitungan besar jumlah biaya perjalanan dinas dicatat secaraterperinci dalam SPPD.

4. Pembayaran biaya perjalanan dinas dicatat pada SPPD dengandibubuhi tanda tangan bendaharawan bersangkutan serta tandatangan Pejabat Negara/Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetapyang akan melakukan perjalanan dinas sebagai tanda terima.

5. Pada SPPD dicatat :a. Tanggal berangkat dari tempat kedudukan/tempat berada

dan ditandatangani oleh Pejabat Yang Berwenang/pejabatlain yang ditunjuk;

b. Tanggal tiba dan berangkat di/dari tempat tujuan danditandatangani oleh Pihak/Pejabat di tempat yang didatangi;dan

c. Tanggal tiba kembali di tempat kedudukan dan ditandatanganiPejabat Yang Berwenang/pejabat lain yang ditunjuk.

6. Selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah perjalanan dinasberakhir, SPPD yang telah dibubuhi catatan tanggal tiba kembali

PERJALANAN DINAS

Page 704: Buku 1 keuangan

680

dan tanda tangan Pejabat Yang Berwenang/Pejabat lain yangditunjuk diserahkan kepada bendaharawan yang semulamembayarkan biaya perjalanan dinas kepada pegawaibersangkutan, untuk selanjutnya digunakan dalam penyusunanpertanggungjawabannya kepada Kantor Perbendaharaan danKas Negara.

7. Pada saat penyerahan SPPD sebagaimana dimaksud dalam ayat(6), diadakan perhitungan kembali dan penyelesaian apabilaternyata terdapat kekurangan/kelebihan biaya perjalanan dinasdari yang telah dibayarkan semula.

Perhitungan kembali ini dituangkan dalam Perhitungan SPPDRampung.

8. Pada dasarnya pertanggungjawaban mengenai biaya-biayaperjalanan dinas yang telah dibayarkan dibatasi hingga padapembuktian bahwa perjalanan dinas dimaksud benar-benar telahdilakukan dengan tujuan dan waktu yang telah ditetapkan.

Pasal 23

1. Pejabat Yang Berwenang bertanggungjawab atas ketertibanpelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan ini dalam lingkunganDepartemen/Lembaga masing-masing.

2. Pejabat Yang Berwenang wajib membatasi pelaksanaanperjalanan dinas untuk hal-hal yang mempunyai prioritas tinggidan penting serta mengadakan penghematan denganmengurangi frekuensi, jumlah orang dan lamanya perjalanan.

3. Pejabat Yang Berwenang, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai TidakTetap yang melakukan perjalanan dinas bertanggung jawabsepenuhnya atas kerugian yang diderita oleh negara sebagaiakibat dari kesalahan, kelalaian atau kealpaan yang bersangkutandalam hubungannya dengan perjalanan dinas berkenaan.

4. Terhadap kesalahan, kelalaian dan kealpaan sebagaimanadimaksud dalam ayat (3) dapat dikenakan tindakan berupa :

a. Tuntutan ganti rugi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; dan atau

b. Hukuman administratif dan tindakan-tindakan lainnya menurutketentuan yang berlaku.

PERJALANAN DINAS

Page 705: Buku 1 keuangan

681

BAB V

LAIN-LAIN

Pasal 24Ketentuan-ketentuan bagi Pegawai Negeri Sipil yang karenajabatannya harus melakukan perjalanan dinas tetap dalam WilayahJabatannya diberikan tunjangan perjalanan dinas tetap, diatur denganperaturan tersendiri.

BAB VIPENUTUP

Pasal 251. Ketentuan-ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan ini

berlaku untuk perjalanan dinas dalam negeri baik yang dibiayaidari anggaran belanja rutin maupun yang dibiayai dari anggaranbelanja pembangunan yang belum diatur dengan ketentuan yanglebih tinggi dari Keputusan Menteri Keuangan ini.

2. Ketentuan teknis yang diperlukan dalam rangka pelaksanaanKeputusan Menteri Keuangan ini diatur lebih lanjut oleh DirekturJenderal Anggaran.

3. Direktur Jenderal Anggaran memberikan pedoman-pedoman danpetunjuk-petunjuk lebih lanjut mengenai pelaksanaan KeputusanMenteri Keuangan ini.

Pasal 26Pada saat Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, makaSurat Menteri Keuangan Nomor B – 296/MK/I/4/1974 tentangketentuan–ketentuan Mengenai Perjalanan Dinas Dalam Negeritanggal 30 April 1974, Nomor : S-511/MK.03/1985 tentangPenyesuaian Satuan-Satuan Biaya Perjalanan Dinas Dalam Negeritanggal 30 April 1985, Nomor : S-185/MK.03/1996 tentangPenyesuaian Satuan Biaya Perjalanan Dinas Dalam Negeri tanggal2 April 1996, dan Nomor : S-598/MK.03/2000 tentang PerjalananDinas Menteri/Pejabat Eselon I dengan Pesawat Udara tanggal 01Desember 2000 yang bertentangan dengan Keputusan MenteriKeuangan ini dinyatakan tidak berlaku.

PERJALANAN DINAS

Page 706: Buku 1 keuangan

682

Pasal 27

Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggalditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumumanKeputusan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalamBerita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 03 Januari 2003

ttd

BOEDIONO

Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BIRO UMUMu.b.

KEPALA BAGIAN TU DEPARTEMEN

ttd

KOEMORO WARSITO, SH.NIP. 060041898

PERJALANAN DINAS

Page 707: Buku 1 keuangan

683

Lampiran IKeputusan Menteri Keuangan TentangPerjalanan Dinas Dalam Negeri BagiPejabat Negara, Pegawai Negeri Sipildan Pegawai Tidak TetapNomor : 7/KMK.02/2003Tanggal : 03 Januari 2003

SATUAN BIAYA TRANSPOR BAGI PEJABAT NEGARA

Moda Transportasi No Pejabat Negara Pesawat Udara Kapal Laut Kereta Api/Bus Lainnya

1. Ketua/Wakil Ketua Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Menteri dan Pejabat Lainnya Yang Setara

Bisnis VIP/Kelas I A Spesial / Eksekutif Rp. 5.000/km

2. Anggota Lembaga Tertinggi/ Tinggi Negara, Gubernur, Wakil Gubernur dan Pejabat Lainnya Yang Setara

Bisnis VIP/Kelas IA Spesial/Eksekutif Rp. 5.000/km

3. Pejabat Negara Lainnya Ekonomi Kelas IB Eksekutif Rp. 5.000/km

SATUAN BIAYA TRANSPOR PEGAWAI DAN KELUARGA

Catatan :a. Dalam Eselon III termasuk Pegawai Negeri Sipil Golongan IV yang tidak menduduki

jabatan.b. Dalam Eselon IV/V termasuk Pegawai Negeri Sipil Golongan III kebawah non eselon.

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

ttd

BOEDIONO

Salinan sesuai dengan aslinyaKEPALA BIRO UMUMub.KEPALA BAGIAN TU DEPARTEMEN

ttd

KOEMORO WARSITO, SHNIP. 060041898

Moda Transportasi No Tingkat Eselon Pesawat Udara Kapal Laut Kereta Api/Bus Lainnya

1. Eselon I Ekonomi Kelas IB Spesial / Eksekutif Rp. 5.000/km2. Eselon II Ekonomi Kelas IB Eksekutif Rp. 4.000/km3. Eselon III Ekonomi Kelas IIA Eksekutif Rp. 3.000/km4. Eselon IV/V Ekonomi Kelas IIA Eksekutif Rp. 3.000/km

PERJALANAN DINAS

Page 708: Buku 1 keuangan

684

Lampiran IIKeputusan Menteri Keuangan TentangPerjalanan Dinas Dalam Negeri BagiPejabat Negara, Pegawai Negeri Sipildan Pegawai Tidak TetapNomor : 7/KMK.02/2003Tanggal : 3 Januari 2003

SATUAN BIAYA PENGEPAKAN, PENGGUDANGANDAN ANGKUTAN BARANG

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

ttd

BOEDIONO

Salinan sesuai dengan aslinyaKEPALA BIRO UMUMub.KEPALA BAGIAN TU DEPARTEMEN

ttd

KOEMORO WARSITO, SHNIP. 060041898

Dalam Rupiah

PERJALANAN DINAS

TINGKAT A TINGKAT B TINGKAT C TINGKAT D

Jumlah barang yang digunakan sebagai dasar perhitungana. Pegawai yang berkeluarga dengan anak 25 m3 20 m3 15 m3 10 m3b. Pegawai yang berkeluarga tanpa anak 15 m3 12 m3 9 m3 6 m3c. Pegawai yang tidak berkeluarga 5 m3 4 m3 3 m3 2 m3Dasar perhitungan biaya (Rupiah)a. Kereta Api

1. Pengepakan dan Pergudangan Per M3 75.000 75.000 75.000 75.000 2. Angkutan

b. Truk1. Jawa

1.1 Pengepakan dan Pergudangan per M3 52.500 52.500 52.500 52.500 1.2 Angkutan per M3/km 210 210 210 210

2. Luar Jawa2.1 Pengepakan dan pergudangan per m3 52.500 52.500 52.500 52.500 2.2 Angkutan per m3/km 330 330 330 330

c. Angkutan Laut/Sungai1. Pengepakan per M3 75.000 75.000 75.000 75.000 2. Penggudangan dan pengangkutan dari 22.500 22.500 22.500 22.500

dan kerumah per m33. Angkutan Laut/Sungai per m3

d. Alat Angkut Lainnya

Menurut tarif yang berlakuMenurut tarif yang berlaku

1.

2.

NO URAIAN / TUJUANTINGKAT PEGAWAI

Menurut tarif yang berlaku

Page 709: Buku 1 keuangan

684

Lampiran IIKeputusan Menteri Keuangan TentangPerjalanan Dinas Dalam Negeri BagiPejabat Negara, Pegawai Negeri Sipildan Pegawai Tidak TetapNomor : 7/KMK.02/2003Tanggal : 3 Januari 2003

SATUAN BIAYA PENGEPAKAN, PENGGUDANGANDAN ANGKUTAN BARANG

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

ttd

BOEDIONO

Salinan sesuai dengan aslinyaKEPALA BIRO UMUMub.KEPALA BAGIAN TU DEPARTEMEN

ttd

KOEMORO WARSITO, SHNIP. 060041898

Dalam Rupiah

PERJALANAN DINAS

Page 710: Buku 1 keuangan

685PERJALANAN DINAS

Lampiran IIIKeputusan Menteri Keuangan TentangPerjalanan Dinas Dalam Negeri BagiPejabat Negara, Pegawai Negeri Sipildan Pegawai Tidak TetapNomor : 7/KMK.02/2003Tanggal : 3 Januari 2003

SATUAN BIAYA PEMETIAN DAN ANGKUTAN JENASAH

T IN GKA T A T IN GKA T B T IN GKA T C T IN GKA T D

1. B iaya Pemetian 1,000,000 900,000 800,000 700,000

2. Pengangkutan

N O UR A IA N / T UJUA NT IN GKA T P EGA WA I

M enurut tarif yang berlaku dan alat angkut yang digunakan

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

ttd

BOEDIONO

Salinan sesuai dengan aslinyaKEPALA BIRO UMUMub.KEPALA BAGIAN TU DEPARTEMEN

ttd

KOEMORO WARSITO, SHNIP. 060041898

Page 711: Buku 1 keuangan

686

Lam

pira

n IV

Kepu

tusa

n M

ente

ri Ke

uang

an

Tent

ang

Perj

alan

an

Din

as

Dal

am

Neg

eri

Bagi

Pe

jaba

t N

egar

a,

Pega

wai

N

eger

i Sip

il da

n Pe

gaw

ai T

idak

Tet

ap

Nom

or

:

7/KM

K.02

/200

3 Ta

ngga

l :

03

Jan

uari

2003

SA

TUAN

BIA

YA U

ANG

HAR

IAN

PER

JALA

NAN

DIN

AS D

ALAM

NEG

ERI

TI

NG

KAT

BIAY

A TI

NG

KAT

A

TIN

GKA

T B

TIN

GKA

T C

TIN

GKA

T D

N

O

UR

AIAN

TU

JUAN

RATA

-RATA

M

ALU

KU

PAPU

A RAT

A-RATA

M

ALU

KU

PAPU

A

RATA

-RAT

A

MAL

UKU

PA

PUA

RATA

-RAT

A M

ALU

KU

PAPU

A I

DI

IBU

KOTA

PRO

PIN

SI

300.

000

340.

000

320.

000

250.

000

300.

000

280.

000

220.

000

250.

000

240.

000

180.

000

270.

000

200.

000

1.

Pen

gina

pan

dan

Mak

an

2. A

ngku

tan

sete

mpa

t 3.

Uan

g sa

ku

250.

000

25.0

00

25.0

00

290.

000

25.0

00

25.0

00

270.

000

25.0

00

25.0

00

210.

000

25.0

00

25.0

00

250.

000

25.0

00

25.0

00

230.

000

25.0

00

25.0

00

180.

000

20.0

00

20.0

00

220.

000

20.0

00

20.0

00

200.

000

20.0

00

20.0

00

140.

000

20.0

00

20.0

00

180.

000

20.0

00

20.0

00

160.

000

20.0

00

20.0

00

II

DI

TEM

PAT-

TEM

PAT

LAIN

25

0.00

0 30

0.00

0 20

0.00

0 22

0.00

0 26

0.00

0 24

0.00

0 18

0.00

0 22

0.00

0 20

0.00

0 14

0.00

0 18

0.00

0 16

0.00

0

1. P

engi

napa

n da

n M

akan

2.

Ang

kuta

n se

tem

pat

3. U

ang

saku

220.

000

20.0

00

20.0

00

260.

000

20.0

00

20.0

00

240.

000

20.0

00

20.0

00

180.

000

20.0

00

20.0

00

220.

000

20.0

00

20.0

00

200.

000

20.0

00

20.0

00

150.

000

15.0

00

15.0

00

190.

000

15.0

00

15.0

00

170.

000

15.0

00

15.0

00

110.

000

11.0

00

11.0

00

150.

000

11.0

00

11.0

00

130.

000

11.0

00

11.0

00

III

PER

JALA

NAN

PU

LAN

G P

ERG

I YA

NG

M

EMAKA

N W

AKTU

KU

RAN

G D

ARI

6 JA

M

67.5

00

75.0

00

75.0

00

50.0

00

62.5

00

62.5

00

37.5

00

50.0

00

50.0

00

25.0

00

37.5

00

37.5

00

IV

PER

JALA

NAN

SE

KUR

ANG

-KURAN

G

NYA

24

JAM

DEN

GAN

KAP

AL L

AUT/

SU

NG

AI

YAN

G

DALA

M

TARIF

NYA

M

ELIP

UTI

BIA

YA P

ENG

INAPA

N D

AN

TRAN

SPO

R S

ETEM

PAT

1.

Tarif

tiket

be

lum

te

rmas

uk

mak

an

2. T

arif

tiket

sud

ah ter

mas

uk m

akan

75

.000

37

.500

10

0.00

0 50

.000

10

0.00

0 50

.000

62

.500

25

.000

75

.000

27

.500

75

.000

37

.500

50

.000

25

.000

62

.500

37

.500

62

.500

37

.500

37

.500

12

.500

50

.000

25

.000

50

.000

25

.000

Salin

an s

esua

i den

gan

aslin

ya

KEPA

LA B

IRO

UM

UM

u.

b.

KEPA

LA B

AGIA

N T

U D

EPAR

TEM

EN

Ttd

KOEM

ORO

WAR

SITO

, SH

. N

IP. 0

6004

1898

MEN

TERI

KEU

ANG

AN R

EPU

BLIK

IN

DO

NES

IA

tt

d BO

EDIO

NO

PERJALANAN DINAS

Page 712: Buku 1 keuangan

687PERJALANAN DINAS

Lampiran VKeputusan Menteri Keuangan TentangPerjalanan Dinas Dalam Negeri BagiPejabat Negara, Pegawai Negeri Sipildan Pegawai Tidak TetapNomor : 7/KMK.02/2003Tanggal : 3 Januari 2003

UANG REPRESENTASI BAGI PEJABAT NEGARA

Dalam rupiahO ran g /H a r i

N o U ra ia n /T u ju a n Ib u K o ta P ro p in s i N on Ibu K o ta P rop in s i

1 K e tu a /W ak il K e tu a Lem b ag a T e rt in gg i/T in g g i N ega ra , M en te r i d an P e ja ba t La in n ya Y an g S e ta ra

45 0 .0 00 400 .00 0

2 A n gg o ta Lem ba ga T e rt in gg i N eg a ra , G u be rn u r, W ak il G u be rn u r dan P e ja b a t L a in n ya Y a n g S e ta ra

30 0 .0 00 250 .00 0

3 P e ja ba t N e ga ra L a in n ya 25 0 .0 00 200 .00 0

UANG REPRESENTASI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

Orang/Hari No Uraian/Tujuan

Ibu Kota Propinsi Non Ibu Kota Propinsi 1 Eselon I dan Pejabat Lainnya

Yang Setara 300.000 250.000

2 Eselon II dan Pejabat Lainnya Yang Setara

200.000 150.000

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

ttd

BOEDIONO

Salinan sesuai dengan aslinyaKEPALA BIRO UMUMub.KEPALA BAGIAN TU DEPARTEMEN

ttd

KOEMORO WARSITO, SHNIP. 060041898

Page 713: Buku 1 keuangan

688

Lampiran VI (1 dari 4)Keputusan Menteri KeuanganTentang Perjalanan Dinas Dalam NegeriBagi Pejabat Negara, Pegawai NegeriSipil dan Pegawai Tidak TetapNomor : 7/KMK.02/2003Tanggal : 3 Januari 2003

( DEPARTEMEN/LEMBAGA ) Lembar Ke :………………………………………… Kode No :………………………………………… Nomor :

SURAT PERINTAH PERJALANAN DINAS

P e ja b a t b e rw e n a n g y a n g m e m b e r i p e r in ta h

N a m a / N IP P e g a w a i y a n g d ip e r in ta h k a n

1 . P a n g k a t d a n G o lo n g a n ru a n g g a j i m e n u ru t P P N o . 6 T a h u n 1 9 9 7

2 . J a b a ta n / I n s ta n s i 3 . T in g k a t m e n u ru t

p e ra tu r a n p e r ja la n a n d in a s

a . b . c .

M a k s u d P e r ja la n a n D in a s A n g k u ta n y a n g d ip e rg u n a k a n

a . T e m p a t b e ra n g k a t b . T e m p a t tu ju a n

a . b .

a . L a m a n y a p e r ja la n a n d in a s

b . T a n g g a l b e ra n g k a t c . T a n g g a l h a ru s

k e m b a li/ t ib a d i te m p a t b a ru * )

a . b . c .

P e n g ik u t : T a n g g a l L a h ir

K e te r a n g a n

1 . 2 . 3 . 4 . 5 .

P e m b e b a n a n A n g g a r a n 1 . I n s ta n s i 2 . M a ta A n g g a r a n

a . b .

K e te r a n g a n la in - la in

*) Coret yang tidak perlu

Dikeluarkan di :Tanggal :

(Pejabat Yang Berwenang)

( ………………………………… ) NIP

PERJALANAN DINAS

Page 714: Buku 1 keuangan

689PERJALANAN DINAS

Tanggal : 20 April 2000 KONSEP NO : 112644

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILAN

NO : 001879PRO : KEPPRI PRETORIAINFO : ALL PERWAKILANEX : SEKJENRE : BIAYA KUNJUNGAN PRESIDEN RI KE LUAR NEGERI

merujuk surat sekretaris presiden pro dubes ri di pretoria re biayakunjungan presiden ri ke luar negeri kma kami sampaikan bahwayang menjadi beban anggaran sekretariat presiden adalah sbb ttkdua

1. akomodasi bagi presiden dan seluruh rombongan yang tidakditanggung oleh pemerintah negara setempat ttk

2. transportasi (sewa kendaraan : sedan, bus-bus penumpang dankendaraan barang bagi presiden dan rombongan) yang tidakditanggung oleh pemerintah negara setempat ttk

3. seluruh biaya akomodasi dan transportasi bagi petugaspendahulu (advance team) ttk

4. efek-efek lain yang timbul seperti ttk dua· tip bagi petugas pengurusan bagasi presiden beserta ibu

dan rombongan ttk kma· tip bagi pengemudi dan pramusaji presiden beserta ibu dan

rombongan ttk5. kamar posko sekretariat kbri dan kamar posko penghubung/

paspampres di hotel (tidak termasuk pengadaan atk dan sewaalat-alat pendukung administrasi) ttk

6. konsumsi lunch/dinner box bagi petugas yang membantu dikamar posko sekretariat kbri sebanyak 20 box + 10 box untukadvance team ttk

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

Page 715: Buku 1 keuangan

690

Biaya tersebut di atas agar langsung dimintakan kepada rombonganpresiden dimaksud ttk

Selain hals tersebut pada butir 1 s/d 6 di atas kma kami sampaikanbahwa segala bentuk persiapan dalam rangka penyambutankedatangan presiden yang berkonsekuensi pembiayaan kiranya dapatdipertimbangkan dengan prinsip efektifitas dan efisiensi ttk

Demikian ump ttkhbs

Biaya Pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, RO KEU, BAG PENYANGGARAN

PERJALANAN DINAS

Page 716: Buku 1 keuangan

691

XI

KAS BESI PERWAKILAN

Page 717: Buku 1 keuangan

692

Page 718: Buku 1 keuangan

693

MENTERI KEUANGANJakarta, 11 Desernber 1990

Nomor : S-1621/MK.03/1990Lampiran : 1 (satu) berkasPerihal : Penetapan Pagu Kas Besi Baru.

KepadaYth. Sdr. Menteri Luar Negeridi J A K A R T A

Menunjuk surat Saudara tanggal 10 Nopember 1990 No.2790/A/11/90 dengan ini diberitahukan, bahwa sesuai dengan suratkami tanggal 16 Agustus 1989 No. S-868/IX.013/1989, penggunaansebagian pada Rekening Antara sebesar US $ 6.845.00,00 (termasukKas Besi Perwakilan RI Bogota) dapat disetujui.

Jumlah tersebut digunakan untuk menambah dan menggantiKas Besi dari beberapa Perwakilan RI di luar negeri.

Dengan adanya persetujuan tersebut, maka Pagu Kas Besimasing-masing Perwakilan RI di luar negeri menjadi sebagaimanatertera dalam daftar terlampir.

Demikian untuk dimaklumi.

MENTERI KEUANGAN

ttd

SUMARIIN

Tembusan Yth.1. Direktur Jenderal Anggaran2. Direktur Jenderal Moneter3. Sekretariat Jenderal Departemen Luar Negeri

KAS BESI PERWAKILAN

Page 719: Buku 1 keuangan

694

NO PERWAKILAN Rl TINGKAT

PERWAKILAN PAGU KAS BESI

1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

Bandar Seri Begawan

Bangkok

Beijing

Bonn

Brussel (PTRI)

Canberra

Den Haag

Jenewa

Kuala Lumpur

London

Manila

Moscow

New York

Paris

Riyadh

Singapura

Tokyo

Washington

Wiena

Aljazair

Beograd

Brussel

Cairo

Hanoi

Islamabad

Madrid

New Delhi

Ottawa

Port Moresby

Roma

Seoul

Teheran

D1

D1

D1

D1

D1

D1

D1

D1

D1

D1

D1

D1

D1

D1

D1

D1

D1

D1

D1

02

D2

D2

D2

D2

D2

D2

D2.

D2

D2

D2

D2

D2

350.000

681.000

1.045.000

662.000

540.000

1.140.000

1.016.000

850.000

798.000

582.000

577.000

1.070.000

890.000

829.000

709.000

1.206.000

1.000.000

465.000

299.000

435.000

479.000

204.000

315.000

280.000

320.000

323.000

250.000

500.000

312.000

267.000

Lampiran Surat Menteri KeuanganTanggal 11 Desember 1990No. S-1621/MK.03/1990

(Dalam US Dollar)

KAS BESI PERWAKILAN

Page 720: Buku 1 keuangan

695

33.

34. 35. 36.

37. 38.

39.

40. 41.

42. 43. 44.

45. 46.

47.

48. 49.

50. 51. 52.

53.

54.

55. 56. 57.

58. 59.

60.

61. 62.

63. 64. 65.

66. 67.

Wellington

Kuwait Abu Dhabi Addis Ababa

Amman Ankara

Baghdad

Bern Bogota

Brazilia Budhapest Bukharest

Buenos Aires Caracas

Colombo

Damascus Dar Es Salam

Dakkar Dhaka Harare

Havana

Helsinki

Kopenhagen Kaboul Lagos

Mexico City Nairobi

Oslo

Paramaribo P r a h a

Pyong Yang Rabbat Yangon

Sofia Stockholm

D2

D2 D3 D3

D3 D3

D3

D3 D3

D3 D3 D3

D3 D3

D3

D3 D3

D3 D3 D3

D3

D3

D3 D3 D3

D3 D3

D3

D3 D3

D3 D3 D3

D3 D3

160.000

232.000 160.000 194.000

196.000 251.000

183.000

377.000 300.000

233.000 240.000 211.000

136.000 242.000

160.000

250.000 198.000

229.000 180.000 170.000

296.000

271.000 178.000 253.000

265.000 212.000

261.000

174.000 343.000

220.000 251.000 281.000

192.000 299.000

68.

69. 70. 71.

72.

Tananarive

Tunis Vatican Vientiane

Warsawa

D3

D3 D3 D3

D3

263.000

226.000 237.000 196.000

201.000

KAS BESI PERWAKILAN

Page 721: Buku 1 keuangan

696

73.

74. 75. 76.

77. 78.

79. 80. 81.

82. 83. 84.

85. 86.

87.

88. 89.

90. 91. 92.

93. 94.

95. 96. 97.

98. 99.

100.

Santiago

Phonm Penh Sana'a Windhoek

Jeddah Hongkong

Los Angeles Hamburg New York

Ho Chi Minh City Houston Kobe

Sydney Chicago

Davao City

Kota Kinabalu Marseilles

Melbourne Noumea Penang

San Fransisco Toronto

Vancouver Bombay Darwin

Karachi Vanimo

Perth

D3

D3 D3 D3

K1 K1

K1 K1 K1

K1 K1 K1

K1 K2

K2

K2 K2

K2 K2 K2

K2 K2

K2 K3 K3

K3 K3

K3

200.000 370.000

370.000 755.000

350.000 328.000 473.000

253.000 378.000 160.000

280.000 186.000

213.000

170.000 192.000

160.000 160.000 323.000

353.000 180.000

160.000 160.000 160.000

160.000 265.000

KAS BESI PERWAKILAN

Page 722: Buku 1 keuangan

697

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

SURAT EDARANNo. 975/KU/85/02

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN DEPOSITO KAS BESIPADA PERWAKILAN RI Dl LUAR NEGERI

Bersama ini diberitahukan bahwa Bapak Menteri Keuangandengan suratnya Nomor S-775/MK.03/1985 tanggal 6 Juli 1985telah menyetujui untuk mendepositokan uang Kas Besi yang ada diPerwakilan.

Bunga hasil deposito tersebut 50% harus disetor ke KasNegara (account Menteri Keuangan di Perwakilan) dan 50% lainnyadapat digunakan sebagai Biaya Non Budgetair OperasionalPerwakilan.

Mengingat Dana Kas Besi yang disediakan di Perwakilan tujuanutamanya adalah untuk menanggulangi keadaan darurat dan untukmembiayai pengeluaran apabila remise terlambat diterima, makapenyimpanannya di Bank dalam bentuk deposito diserahkan kepadakebijaksanaan Kepala Perwakilan dengan mengingat:a. Situasi politik negara akreditasi.b. Posisi Keuangan Perwakilan.c. Hal-hal yang perlu mendapat pertimbangan Kepala Perwakilan.

Untuk itu bagi Perwakilan yang mempunyai kemungkinanmendepositokan Kas Besinya perlu diberikan petunjuk pelaksanaannyasebagai berikut:

I. PENDAHULUAN1. Dana Kas Besi adalah dana yang disediakan di Perwakilan RI

berdasarkan Surat Menteri Keuangan No. S-2.18/424/0182tanggal 13 Januari 1982 untuk keperluan berjaga-jagaterhadap keadaan/kejadian yang mungkin timbul, terutamasekali untuk membiayai Perwakilan apabila Remise (CashSupply) mengalami keterlambatan dan untuk keperluanlainnya yang penggunaannya terlebih dahulu harus mendapatpersetujuan/instruksi dari Departemen Luar Negeri.

KAS BESI PERWAKILAN

Page 723: Buku 1 keuangan

698

2. Sesuai dengan fungsi dari Dana Kas Besi tersebut, makapenyimpanannya harus diusahakan/diatur sedemikian rupasehingga tujuan penyediaan Kas Besi tidak terganggu.

3. Berdasarkan Surat Menteri Keuangan No. S-778/MK.03/1985tanggal 6 Juli 1985, Perwakilan yang mempunyai kemungkinanmendepositokan Kas Besi, pelaksanaannya diserahkankepada kebijaksanaan Perwakilan dengan mengingat hal-haltersebut di atas.

4. Untuk mendepositokan Kas Besi tersebut agar dibuatkanSurat Keputusan Kepala Perwakilan.

5. Deposito Kas Besi harus atas nama Perwakilan danmerupakan account bersama Kepala Perwakilan dan KepalaBagian Administrasi/Kepala Sub Bagian Administrasi.

6. Mengingat fungsi utamanya, deposito Kas Besi harus dalamjangka waktu sebanyak-banyaknya 3 (tiga) bulan.

II. PENGGUNAAN BUNGA HASIL DEPOSITO DANA KAS BESIBunga yang diperoleh dari deposito Dana Kas Besi dapatdigunakan sebagai berikut:a. 50% harus dibukukan sebagai Penerimaan Negara Non Tax,

dan disetor ke account Menteri Keuangan di Perwakilan.b. 50% lainnya untuk biaya Operasional Perwakilan.c. Dana dimaksud pada butir II.b tersebut, dapat digunakan

untuk keperluan Perwakilan yang dananya tidak tertampungatau belum tersedia dalam di antara lain untuk:1) Biaya Politik Khusus2) Biaya Penerimaan Tamu3) Biaya Pembinaan Hubungan Sosial Budaya4) Biaya Pemeliharaan5) Biaya Perjalanan Dinas6) Biaya-biaya lainnya

Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut di atas, harusmendapat izin/persetujuan dari Kepala Perwakilan.

III. PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN1. Kepala Perwakilan bertanggung jawab atas pengelolaan,

penggunaan dan pertanggung jawaban hasil pendepositoanKas Besi Perwakilan.

KAS BESI PERWAKILAN

Page 724: Buku 1 keuangan

699

2. Pelaksanaan pengelolaan, penggunaan dan pertanggung-jawaban hasil tersebut dilakukan oleh Kepala Bagian/SubBagian Administrasi.

3. Penerimaan Bunga Deposito dibukukan sebagai berikut:a. 50% sebagai Penerimaan Negara Non Tax.b. 50% sebagai Penerimaan Pihak III Biaya Non Budgetair.Selanjutnya Bendaharawan Perwakilan mengeluarkankembali Pihak III Biaya Non Budgetair tersebut dandiserahkan/disetor kepada Kepala Bagian/Sub BagianAdministrasi.

4. Kepala Bagian/Sub Bagian Administrasi, melakukanpenyimpanan, penggunaan dan pertanggungjawaban BiayaNon Budgetair Operasionai Perwakilan tersebut sebagaiberikut :a. Pembukuan

1) Semua penerimaan dan pengeluaran dibukukan dalamBuku Kas tersendiri.

2) Pembukuan dan pengelolaannya dikerjakan olehKabagmin/Kasubagmin sendiri.

3) Tiap-tiap penutupan Buku Kas harus ditandatanganioleh Kepala Bagian/Sub Bagian Administrasi dandiketahui oleh Kepala Perwakilan. (terlampir)

b. Pertanggungjawaban1) SPJ Keuangan dibuat/disusun dan dikirim setiap bulan.2) Apabila ternyata terdapat bulan-bulan yang belum/

tidak ada pengeluaran, maka harus dibuatkan/disusunSPJ Nihil.

3) Bentuk SPJ Keuangan terdiri atas :a) Halaman/bagian kiri untuk penerimaan dengan

kolom tanggal, nomor bukti dan jumlah.b) Halaman/bagian kanan untuk pengeluaran dengan

kolom tanggal, uraian, nomor bukti dan jumlah.c) Halaman/bagian kanan sisa lebih.

4) SPJK dibuat/ditandatangani oleh Kepala Bagian/SubBagian Administrasi dan harus diketahui/disetujui olehKepala Perwakilan.

5) Pada SPJK harus dilampirkan bukti-bukti pengeluaran/kwitansi asli.

KAS BESI PERWAKILAN

Page 725: Buku 1 keuangan

700

6) SPJ Keuangan dikirimkan :a) Asli dilengkapi tanda bukti asli, dikirimkan kepada

Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri.b) Copy, dilengkapi tindasan tanda bukti kepada :

1) Biro Keuangan Departemen Luar Negeri.2) Direktorat Jenderal Anggaran Departemen

Keuangan.

IV.PENUTUP1. Mengingat Dana Kas Besi ini sangat penting untuk menjaga

kontinuitas pelaksanaan tugas Perwakilan, makapenyimpanannya di Bank dalam bentuk deposito harus benar-benar diperhatikan agar tidak sampai menggangu kelancarantugas Perwakilan.

2. Biaya Non Budgetair Operasional Perwakilan yang diperolehdan bunga deposito pada prinsipnya adalah merupakan UangNegara, maka setiap pengeluaran harus dilaksanakan sesuaidengan ketentuan yang berlaku.

Dikeluarkan di : JakartaPada tanggal : 9 September 1985

SEKRETARIS JENDERAL,

ttd.

SOEDARMONO

Kepada Yth.Semua Kepala Perwakilan RIdi

Luar Negeri

Tembusan disampaikan kepada Yth.1. Yth. Saudara Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri;2. Yth. Saudara Direktur Jenderal Anggaran Departemen Keuangan.

KAS BESI PERWAKILAN

Page 726: Buku 1 keuangan

701

PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA

............................................

Lampiran I

DAFTAR PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN

BIAYA NON BUDGETAIR OPERASIONAL PERWAKILAN

BULAN : ................

Tgl. U r a i a n No. J u m l a h Tgl. U r a i a n No. J u m l a hT.B. T.B.

Saldo Jumlah Saldo Jumlah

Mengetahui/menyetujui Jakarta, ........ 19 ....Kepala Perwakilan R.I. Kabagmin/Kasubagmin

( ................................... ) ( ............................... )

KAS BESI PERWAKILAN

Page 727: Buku 1 keuangan

702

kawat rahasia

Indonesia semua perwakilan ri

nomor : 930883pro : kepprie x : sekjenre : penyimpanan rekening kas besi pada bank

pemerintah ri

dalam rangka meningkatkan tertib administrasi keuangan perwakilanri di luar negeri et dengan memperhatikan skb menkeu et menluno.1250/kmk.013/1989 et no.071/xi/89/01 di luar negeri kmadiintruksikan sbb ttkdua1. semua dana kas besi yang berada pada masings perwakilan ri

sesuai dengan ketentuan yang ada harus disimpan pada bankpemerintah ri ttk berdasarkan hal tersebut maka dana kas besiperwakilan ri penyimpanannya diatur sbb ttkduaa. pada bank bni 1946 cabang Singapore untuk perwakilan ri

yang berada diwilayah asia et australiab. pada bank exim cabang paris untuk perwakilan ri yang berada

diwilayah eropa kma afrika et timur tengah ttkc. pada bdn cabang new york untuk perwakilan amerika et

amerika latin ttk2. rekening kas besi dibuka atas nama masings perwakilan ri dengan

ketentuan apabila karena sesuatu hal akan digunakan harusseijin terlebih dahulu dari pimpinan deplu ttk

3. hasil bunga deposito dana kas besi oleh banks termaksud akanditransfer sebesar masings 50% kepada perwakilan ri et rekeningantara deplu Jakarta setiap bulan ttk

4. pelaksanaannya mulai tanggal 1 april 1993 kma harap segerahubungi masings bank sesuai wilayah perwakilan ri diatas ttk

demikian agar maklum et untuk dapat dilaksanakan sebagaimanamestinya ttkhbbs

-deplu-

cc. menlu, sekjen, irjen, sekmen, karo keu

KAS BESI PERWAKILAN

Page 728: Buku 1 keuangan

703

TANGGAL : 16JUNI 1999 KONSEP NO. 113077

PRO PERWAKILAN RI : PTRI NEW YORK, KJRI NEW YORK,WASHINGTON, OTTAWA, BOGOTA,BRASILIA, BUENOS AIRES, CARACAS,HAVANA, MEXICO CITY, PARAMARIBO.SANTIAGO, LOS ANGELES, HOUSTON.CHICAGO, SAN FRANSISCO, TORONTO,VANCOUVER

NOMOR : 992945PRO : KEPPRISEX : SEKJEN

RE : DANA KAS BESI

sehubungan dg akan ditutupnya bdn cabang new york kma makadana kas -besi perwakin saudara dapat dibuka di city bank new yorkttk untuk memilih cabang city bank dimaksud agar dikoordinasikandengan perwakin ri di new york ttk

demikian kma harap laporkan pelaksanaannya ttk hbs.

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, BIRO KEU, BAG.PELAKS. ANGGARAN.

KAS BESI PERWAKILAN

Page 729: Buku 1 keuangan

704

KONSEP No. 90254

Tanggal 04 Juni 1998

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILAN

NOMOR : 992945PRO : KEPPRISEX : SEKJENRE : DANA KAS BESI

mkk no.015/Vientiante/052598 kmasesuai sk menlu no. 063/ku/iv/tanggal 22 april 1998 et kawat kma nomor : 981913 tanggal30 April semua pembayaran lumpsum baik home staff kma sekprikma krt dibayar jakarta repeat di jakarta ttk

uds ttkhbs

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, BIRO KEPEG, BIROKEUANGAN, BAG. PERJALANAN.

KAS BESI PERWAKILAN

Page 730: Buku 1 keuangan

705

TANGGAL : 23 JULI 1999KONSEP No. 112351

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILAN WIL EROPAH DAN WIL ATT

NOMOR : 993664PRO : ALL PERWAKILAN WIL EROPA DAN WIL ATTEX : SEKJEN

RE : PERMOHONAN PERSETUJUAN DEPOSITO KASBESI PADA BANK MANDIRI EUROPE LIMITED(BMEL)

re kawat permohonan dari perwakilan wil eropa dan att perihalpenyimpanan deposito kas besi perwakilan, diberitahukan hals sbb :

1. agar rekening kas besi dipindahkan dari bank exim london kebank mandiri europe limeted (bmel) di london.

2. bmel cabang, london adalah bank merger antara bank exim,bank bumi daya, bank dagang negara dan bapindo, masing-masing sebagai cabang tersebut di eropa.

demikian ump ttkhbs

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, BIRO UMUM, BIROKEUANGAN

KAS BESI PERWAKILAN

Page 731: Buku 1 keuangan

706

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

kawat rahasia

Indonesia - all perwakilan eropa, all perwakilan afrika

no : 984841 tgl 3-11-1998

pro : keppriex : sekjen

re : pemindahan rekening perwakilan ri di bank exim

diberitahukan kepada semua keppris eropa et afrika bhw berdasarkansurat bank exim kantor pusat no.pi/pcln no. 37 tgl 28 oktober 1998dlm rangka penyehatan perbanas, maka bank exim cabang parisakan ditutup sekitar bulan desember 1998/januari 1999 ttk

sehubungan dengan hal tsb di atas maka kepada semua perwakindi eropa dan afrika yang mempunyai rekening pada bank eximcabang paris khususnya rekening kas besi (iron stock) agardipindahkan ke bank exim cabang london dengan alamat tsb:

pt. bank ekspor impor Indonesia (persero)london branch, senator house 85queen victoria streetlondon 4 jntelepon : 44 171 329 4424fax : 44 171 329 4345

demikian ump ttkhbs

deplu c.c. menlu, sekjen, irjen, sekmen, karo keuangan.

KAS BESI PERWAKILAN

Page 732: Buku 1 keuangan

707

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

kawat rahasia

Indonesia - all perwakin wil. eropa, afrika, timur tengah

no : 985087 tanggal 30 nopember 1988

peo : keppri all perwakin wil eropa kma afrika et timur tengahex : sekjenre : pendepositoan dana kas besi pada bank exim

sehubungan dg adanya pertanyaans dari beberapa perwakilansebagai akibat pindahnya kantor bank exim cabang paris ke londonkma diberitahukan hals sbb ttkdua1. sesuai dengan kebijaksanaan pimpinan deplu tahun 1993 vide

kawat no. 930883 kma penyimpanan/pendepositoan dana kasbesi telah diatur sbb ttkduaa. pada bank bdn cabang new york untuk perwakin di wilayah

amerika et amerika latin ttkb. pada bank bni cabang Singapore untuk perwakin di wilayah

asia et australia ttkc. pada bank exim cabang paris untuk perwakilan di wilayah

eropa kma afrika et timur tengah2. pindahnya kantor bank exim paris ke london sesuai dengan

pemberitahuan dari bank exim pusat dengan suratnya no. pi/pcln no. 37 tgl 28 oktober 1998 bahwa pindahnya kantor bankexim paris ke london kma secara administratif tidakmempengaruhi rekening kas perwakin di wilayah eropa kma afrikaet timur tengah ttk

berdasarkan hals tsb di atas kma dana kas besi perwakilan saudaratetap disimpan repeat tetap disimpan pada bank exim cabang londonttk

demikian ump ttk hbs

deplu

c.c. menlu, sekjen, irjen, sekmen, karo keuangan

KAS BESI PERWAKILAN

Page 733: Buku 1 keuangan

708

DEPARTENEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

Tanggal : 14 Januari 2002KONSEP NO. : 123670

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKIN

SEGERA

NO. : 020168

PRO : KEPPRIEX : ACT. SEKJEN

mkk no. 015989 disampaikan hals sbb ttkdua

1. perwakilan dapat menggunakan dana kas besi sebelum transfertriwulan I diterima ttk setelah transfer triwulan I diterima kmaharap dana kas besi segera dikembalikan ttk

2. perwakilan harap segera melaporkan siar per instansi ke birokeuangan ttk

3. siar deplu et siar atnis ta 2001 agar diadakan pemindahbukuanke rekening menteri keuangan et disetor ke rekening bendaharapenerima pnbp pusat seianjutnya, bukti setoran tersebut dikirimke biro keuangan ttk khusus untuk siar atnis bilamana perwakilantidak melakukan penyetoran siar 2001 kma maka akandiperhitungkan dengan dik atnis ta 2002 oleh kpkn ttk

4. dana pnbp agar dipindahbukukan ke rekening menteri keuanganselanjutnya disetor ke rekening bendahara pnbp pusat ttkpenyetoran pnbp et bukti transfer harap segera dikirim ke birokeuangan ttk

demikian ump ttkhbs

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, KARO KEU, BAG PENY.ANGGARAN, BAG. ANGGARAN/TRANSFER, BAGVERIFIKASI.

KAS BESI PERWAKILAN

Page 734: Buku 1 keuangan

709

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

Tanggal : 1 Mei 2002KONSEP NO. : 135239

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKIN

NO : 021773

PRO : KEPPRIEX : SEKJEN

RE : PENYETORAN BUNGA KAS BESI

sesuai ketentuan dalam pasal 4 undang undang nomor 20 tahun1997 terhitung mulai tanggal 1 Juni 2002 seluruh repeat seluruhpenerimaan bunga kas besi dibukukan sebagai pnbp et disetor kekas negara ttk

demikian ump ttkhbs

CC: MENLU, SEKJEN, HELN, KABAM.

KAS BESI PERWAKILAN

Page 735: Buku 1 keuangan

710

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

Tariggal : 05 Juni 2002KONSEP NO. : 135006

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKIN

NO : 022255PRO : KEPPRI WASHINGTON DCINFO : ALL PERWAKINEX : SEKJENRE : BUNGA KAS BESI

MERUJUK PP NO. 20 TAHUN 1997 TTG PENDAPATAN NEGARABUKAN PAJAK JO SURAT MENKEU NO. S-053/MK.0612002MENGENAI BATAS WAKTU PENYESUAIAN PP TSB KMA KAWATSEKJEN NO. 021773 TTG PENYETORAN BUNGA KAS BESI KMABERSAMA INI DISAMPAIKAN BEBERAPA HALS UNTUK DIKETAHUIYAITU SBB TTK DUA

1. SESUAI SURAT MENKEU NO. S-778/MK.03/1985 SELURUHPERWAKILAN RI Dl LUAR NEGERI DIIZINKAN UNTUKMENDEPOSITOKAN KAS BESI DENGAN KETENTUAN 50%BUNGANYA DISETORKAN MENJADI PENERIMAAN NEGARABUKAN PAJAK (PNBP) DAN 50 % LAGI DAPAT DIPERGUNAKANOLEH PERWAKILAN SEBAGAI DANA NON BUDGETAIR TTK

2. DENGAN DITERBITKANNYA UU NO. 20 TAHUN 1997 TTGPENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG MENYEBUTKANBAHWA SELURUH (100%) PENERIMAAN NEGARA HRSDISETORKAN SBG PNBP KMA MK KETENTUAN DALAM SKMENKEU NO. S-778/MK.03/1985 KHUSUSNYA PEMANFAATAN50% BUNGA KAS PERWAKILAN UNTUK DANA NON BUDGETAIRTIDAK BERLAKU LAGI TTK

3. MENGINGAT SEBAGIAN BESAR PERWAKILAN RI Dl LUARNEGERI BELUM MELAKSANAKAN KETENTUAN UU NO. 20

KAS BESI PERWAKILAN

Page 736: Buku 1 keuangan

711

TAHUN 1997 KMA MK DENGAN SURAT MENKEU N0.053/MK.06/2002 DIBERITAHUKAN BAHWA TENGGANG WAKTU BAGIPELAKSANAAN UNDANG-UNDANG TERSEBUT ADALAH SAMPAIDENGAN TANGGAL 23 MEI 2002 TTK

4. SEBAGAI TINDAK LANJUT DARI SURAT MENKEU TERSEBUTDEPLU DENGAN KAWAT SEKJEN N0. 021773 TELAHMENGINSTRUKSIKAN KEPADA PERWAKILAN BAHWATERHITUNG TANGGAL 1 JUNI 2002 MENYETORKAN 100%BUNGA DEPOSITO KAS BESI SEBAGAI PENERIMAAN PNBPDENGAN MEMASUKKANNYA KE REKENING MENKEU DlPERWAKILAN TTK

5. MEMAHAMI DAN, UNTUK MENGATASI KESULITAN YANGDIHADAPI OLEH PERWAKILAN KARENA TIDAK ADANYA BUNGAKAS BESI UNTUK TAMBAHAN BIAYA OPERASIONALPERWAKILAN KMA MK DEPLU TELAH DAN SEDANGMEMBICARAKAN HAL TERSEBUT DGN PIHAK DJA DEPKEUUNTUK MENCAPAI JALAN KELUAR DALAM MENGGANTI DANANON BUDGETAIR TSB TTK

DMKN UMP TTKHBS

CC: MENLU, SEKJEN, IRJEN, KA. BAM, KARO KEU

KAS BESI PERWAKILAN

Page 737: Buku 1 keuangan

712

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

kawat rahasia

Indonesia - all perwakilan

no : 040093 tgl 13-01-2004pro : kepprisex : sekjen

dalam rangka pelaksanaan dik ta 2004 et tertib pembukuan etpenggunaan sementara dana kas besi disampaikan hals sbbttkdua1. apabila perwakilan akan mempergunakan dana kas besi kma

perwakilan harus mengajukan permintaan ijin ke pusat et setiappermintaan ijin penggunaan dana kas besi agar mencantumkanjumlah dana yang akan dipergunakan ttk

2. seluruh transaksi pengeluaran/penerimaan dana kas besi etjumlah rill saldo dana kas besi harus tercantum dengan drkdengan cara melakukan pembukuan sbb ttkduaa. setelah perwakilan menerima ijin penggunaan dana kas besi

dari pusat kma maka perwakilan harus memindahbukukansejumlah dana yang diperlukan tersebut sebagai pengeluaranpada kas besi et penerimaan pada p-III/kas besi ttk

b. seluruh transaksi pengeluaran et penukaran uang yangmenggunakan dana tersebut harus dibukukan sebagaitransaksi pengeluaran pada p-III/kas besi ttk

c. apabila remise telah diterima kma maka perwakilan harusmemindahbukukan p-III/kas besi dan membebankanpengeluaran kepada mak yang sebenarnya (didefinitifkan)et seluruh jumlah yang berasal dari kas besi dikembalikan kerekening kas besi ttkhbs

deplu

c.c. menlu, sekjen, irjen, ka.bam

KAS BESI PERWAKILAN

Page 738: Buku 1 keuangan

713

BERITA RAHASIAKELALAIAN SAUDARA

ADALAH BENCANA BAGINEGARA

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIAPUSAT KOMUNIKASI

LHINSK/2

Tanggal : 16 JUNI 2005 KONSEP NO : 4706

PRO PERWAKILAN RI : COLOMBO, DHAKA, OSAKA, SEOUL,LIMA, RIYADH, SANA’A, ABUDHABI,DOHA, DUBAI, KABUL, BOGOTA,CARACAS, BUENOS AIRES, HAVANA,MEXICO CITY, PARAMARIBO, LIMA,SANTIAGO, BRASILIA

NO : 052689PRO : KEPPRI UP. HOC/KOPEX : SEKJENRE : PENYIMPANGAN KAS BESI PERWAKILAN RI DI

LUAR NEGERI

DALAM RANGKA TERTIB HUKUM DAN ADMINISTRASI SERTAMEMPERTIMBANGKAN KEPERLUAN DEPLU DAN KEAMANAN DANAKAS BESI PERWAKILAN-PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI,BERSAMA INI DISAMPAIKAN HALS SBB TTKDUA1. BERDASARKAN DATA YANG ADA KMA BEBERAPA PERWAKILAN

RI DI LUAR NEGERI BELUM MEYIMPAN DANA KAS BESINYAPADA BANK PEMERINTAH TTK SESUAI DENGAN KETENTUANBERLAKU RE KAWAT SEKJEN NOMOR 930883 TELAHDIINSTRUKSIKAN KEPADA MASINGS PERWAKILAN RI DI LUARNEGERI UNTUK MENYIMPAN KAS BESINYA PADA BANKPEMERINTAH TTK

2. SESUAI DENGAN KETENTUAN ET KEPENTINGAN DEPLU MAKAKEPADA PERWAKILANS RI DI LUAR NEGERI YANG BERADA DIWILAYAH AMERIKA LATIN : BOGOTA, CARACAS, BUENOS ARIES,HAVANA, MEXICO CITY, PARAMARIBO, LIMA, SANTIAGO ETBRASILIA DIINSTRUKSIKAN UNTUK MENYIMPAN KAS BESINYA

KAS BESI PERWAKILAN

Page 739: Buku 1 keuangan

714

PADA KANTOR CABANG BANK MANDIRI DI LONDON KMASEDANGKAN PERWAKILAN RI DI COLOMBO, DHAKA, OSAKA,SEOUL, DUBAI ET KABUL DISIMPAN KAS BESINYA PADA KANTORCABANG BANK MANDIRI HONGKONG ET DIBUKA ATAS NAMAMASINGS PERWAKILAN TTK

3. GUNA MEMENUHI BESARNYA DANA KAS BESI YANG HARUSDIDEPOSITOKAN PADA KANTOR CABANG BANK MANDIRI DIHONGKONG SEHUBUNGAN DGN LOAN AGREEMENT ETPERTIMBANGAN KEDEKATAN WILAYAH PENYIMPANAN KASBESI JIKA DIBANDINGKAN DENGAN PENYIMPANAN KAS BESIDI LONDON MAKA PERWAKILANS RI DI RIYADH, SANA’AABUDHABI ET DOHA, YG SEMULA DIDEPOSITOKAN PADAKANTOR CABANG BANK MANDIRI DI LONDON DIINSTRUKSIKAN UNTUK DIPINDAHKAN KE KANTOR CABANGBANK MANDIRI, DI HONGKONG ET DIBUKA ATAS NAMAMASINGS PERWAKILAN TTK

4. DI DALAM HAL PERWAKILAN YBS MEMBUTUHKANPENGGUNAAN SEMENTARA KAS BESI KMA TETAP HARUSMENGAJUKAN PERMINTAAN IJIN KE PUSAT RE PENGGUNAANSEMENTARA KAS BESI DITETAPKAN SEBESAR 50 PERSEN DARINILAI NOMINAL KAS BESI KECUALI DALAM KONDISITERTENTU DAPAT LEBIH DARI 50 PERSEN YG PEMENUHANNYAAKAN BERDASARKAN KEBIJAKAN DARI PUSAT TTK

5. HASIL BUNGA KAS BESI (SEBESAR 100 PERSEN DARI HASILPENDEPOSITOAN PADA MASINGS BANK) AGAR DITRANSFERLANGSUNG KE KAS NEGARA SETIAP BULAN TTK

DEMIKIAN UNTUK DILAKSANAKAN DAN LAPORKANPELAKSANAANNYA KE PUSAT PADA KESEMPATAN PERTAMA TTK

DEMIKIAN UMP TTKHBS

CC. MENLU, SEKJEN, IRJEN, KABAM, KARO KEU.

Biaya pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

Penting : Bila terdapat kesalahan pada SALINAN ini harap segera memberitahukannya per suratkepada pusat komunikasi – deplu

KAS BESI PERWAKILAN

Page 740: Buku 1 keuangan

715

XII

PERSEKOT RESMI

Page 741: Buku 1 keuangan

716

Page 742: Buku 1 keuangan

717

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

No. : SP/4/PLN/66Jakarta, 23 Pebruari 1966

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa kepada pejabat-pejabat yangditempatkan pada Perwakilan-perwakilanRI di luar negeri atau dipindahkan darisuatu Perwakilan ke Perwakilan lain di luarnegeri perlu diberi uang muka, untukmeringankan beban mereka dalampengeluaran sekaligus, yang tidak mungkinseketika dapat dibayarnya dari tunjanganluar negeri;

b. bahwa perlu menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai pemberian uangmuka tunjangan luar negeri tersebut.

Mengingat : 1. Surat Putusan Menteri Luar Negeri tgl. 1 -2-1950 No. SP/5/KL.

2. Surat-surat edaran Menteri Luar Negeritgl. 16-10-1950 No. 015690 tgl. 13-11-1951 No. 58864, tgl. 28-7-1953 No.42909.

MEMUTUSKAN

Dengan mencabut semua keputusan/ketentuan yang bertentangandengan peraturan ini.

PERSEKOT RESMI

Page 743: Buku 1 keuangan

718

Menetapkan : “Peraturan pemberian uang muka tunjanganluar negeri kepada pejabat-pejabat yangditempatkan pada Perwakilan-Perwakilan RI diluar negeri atau dipindahkan dari suatuPerwakilan ke Perwakilan lain di luar negeri”

Pasal 1Pejabat yang ditempatkan pada Perwakilan RI di luar negeri atauyang dipindahkan dari suatu Perwakilan ke lain Perwakilan di luarnegeri, dapat diberi uang muka tunjangan luar negeri setinggi-tingginya 2 (dua) kali tunjangan pokok.

Pasal 2Pejabat yang masih mempunyai hutang, karena uang mukatermaksud dalam pasal 1, yang belum dilunaskan, jika dipindahkanke Perwakilan lain, maka di tempat kedudukan yang barudiperkenankan mengambil uang muka bagi pasal 1, dengan catatanbahwa sisa uang muka tunjangan luar negeri di tempat kedudukanyang lama harus diperhitungkan lebih dahulu seluruhnya denganuang muka yang akan diterima.

Pasal 3Uang muka tunjangan luar negeri harus diambil dalam waktu 3(tiga) bulan sesudah tiba di tempat ke angsuran, dimulai 2 (dua)bulan setelah uang muka itu diberikan.

Pasal 4Jika seorang pejabat kemudian dipindahkan kembali ke Indonesiasebelum hutangnya karena uang muka tadi terbayar lunas, makasebelum meninggalkan tempat Kedudukan, sisa hutangnyadiperhitungkan seluruhnya dengan tunjangan luar negeri yang terakhir,kecuali jika kepindahannya itu disebabkan karena kepentingan dinas.Dalam hal demikian sisa hutangnya dapat dibayar di Indonesiadengan kurs bebas.

Pasal 5Hal-hal yang tidak diatur dalam peraturan ini diselesaikan menurutkebijaksanaan Menteri Luar Negeri.

PERSEKOT RESMI

Page 744: Buku 1 keuangan

719

Pasal 6Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 1966.Sudah cocok dengan buku daftar

Pembantu Menteri UrusanOrganisasi dan Administrasi

ttd.

(GANIS HARSONO)

PERSEKOT RESMI

Page 745: Buku 1 keuangan

720

S A L I N A N

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

Salinan dari buku daftar putusanMenteri Luar NegeriRepublik Indonesia

No. SP/6/PLN/66

Jakarta,28 Pebruari 1966

MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa berhubung dengan kelaziman dibeberapa negara, pemilik-pemilik rumahmeminta uang muka ‘atas’ sewa rumahatau uang jaminan (uang deposit)sebanyak beberapa bulan sewa rumah,kepada pejabat-pejabat yang ditempatkanpada Perwakilan RI di luar negeri ataudipindahkan dari suatu Perwakilan ke lainPerwakilan di luar negeri;

b. bahwa perlu menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai pemberian uangmuka tersebut,

MEMUTUSKAN

Menetapkan : “Peraturan tentang pemberian uang muka atassewa rumah atau uang jaminan (uang deposit)sewa rumah kepada pejabat-pejabat yangditempatkan pada Perwakilan RI di luar negeriatau dipindahkan dari suatu Perwakilan ke lainPerwakilan di luar negeri”

PERSEKOT RESMI

Page 746: Buku 1 keuangan

721PERSEKOT RESMI

Pasal 1

Uang muka atas sewa rumah atau uang jaminan (uang deposit)sewa rumah dapat diberikan kepada pejabat-pejabat yangditempatkan pada Perwakilan RI di luar negeri dengan persetujuanKepala Perwakilan.

Pasal 2Jumlah uang muka tersebut dalam pasal 1 ditetapkan atas dasarperjanjian sewa menyewa. Uang muka sewa rumah atau uangdeposit yang dapat diberikan harus sedikit-dikitnya sebesar 2 (dua)bulan sewa rumah.

Pasal 3Uang muka atas uang jaminan sewa rumah harus dibayar kembalipaling lama dalam 10 (sepuluh) angsuran dimulai 2 (dua) bulansesudah pemberian uang muka.

Uang muka untuk sewa rumah harus dibayar kembali dalam angsuranbulanan sejumlah sewa rumah satu bulan, mulai pada tanggalpembayaran sewa rumah yang pertama.

Di negara-negara, dimana jumlah uang muka sewa rumah atauuang jaminan sangat besar, banyaknya angsuran dapat diaturmenurut kebijaksanaan Kepada Perwakilan.

Pasal 4Baik uang muka atas sewa rumah maupun uang muka atas uangjaminan sewa rumah, harus dibayar lunas sebelum pegawai yangbersangkutan meninggalkan tempat kedudukannya.

Pasal 5Hal-hal yang tidak diatur dalam peraturan ini, diselesaikan menurutkebijaksanaan Menteri Luar Negeri.

Pasal 6

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 1966.

Page 747: Buku 1 keuangan

722

Sudah cocok dengan buku daftar termaktub di atas

Pembantu Menteri UrusanOrganisasi dan Administrasi

ttd

(GANIS HARSONO)

Salinan surat putusan ini dikirimkan kepada :1. Semua Perwakilan RI di luar negeri.2. Sekretariat Pembantu II Menlu.3. Dir. Keuangan Deparlu.4. Dir. Inspeksi Deparlu.5. Dir. Organisasi Deparlu.6. Dir. Personalia Deparlu.

PERSEKOT RESMI

Page 748: Buku 1 keuangan

723

SURAT KEPUTUSANMENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : KU/SK.026 A/III/92/02

TENTANG

PERUBAHAN PASAL 1 KEPUTUSAN MENTERILUAR NEGERI NOMOR : SK.225/KU/33/01 TENTANG

PEMBERIAN PERSEKOT MOBIL PRIBADIKEPADA PEGAWAI/PEJABAT DI PERWAKILAN RI

Dl LUAR NEGERI MENTERI LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

Menimbang : Bahwa untuk Kepentingan dinas, dipandang perlumengadakan peninjauan kembali pemberianpersekot mobil pribadi kepada Home StaffPerwakilan R.I. di Luar Negeri

Mengingat : Keputusan Menteri Luar Negeri RI Nomor SK.225/KU/83/01 tanggal 25 Maret 1983 tentangPemberian Persekot Mobil kepada Pegawai/Pejabat Perwakilan R.I. di Luar Negeri.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIKINDONESIA TENTANG PERUBAHAN PASAL 1KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI NO:225/KU/83/01, TANGGAL 25 MARET 1983.

Kesatu : Kepada semua home staff Perwakilan, ataspermintaan mereka dengan persetujuan KepalaPerwakilan dapat diberikan uang muka untukmembeli mobil pribadi setinggi-tingginya USS5.000,00 (lima ribu dollar Amerika).

PERSEKOT RESMI

Page 749: Buku 1 keuangan

724

Kedua : Ketentuan lainnya dan Keputusan Menteri LuarNegeri Nomor 225/KU/83/02 tanggal 25 Maret1983 masih tetap berlaku.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal 1 April 1992,dengan Catatan apabila ternyata dikemudian hariterdapat kekeliruan, akan diadakan perbaikanseperlunya.

Ditelapkan di : JAKARTAPada tanggal : 31 Maret 1992

a/n. MENTERI LUAR NEGERI RISEKRETARIS JENDERAL

ttd

SOEWARNO DANUSUTEDJO

PERSEKOT RESMI

Page 750: Buku 1 keuangan

725

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIAPUSAT KOMUNIKASI

Tanggal : 10 September 2002 KONSEP No. : 135147

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILAN

NO : 023529PRO : KEPPRIEX : SEKJEN

Mkk no. 982844 tgl 14 juli 1998-kma dengan ini diberitahukan hissbb ttk dua.

1. dengan memperhitungkan kemampuan anggaran departemenluar negeri et setelah dilakukan pembahasan dengan departemenkeuangan kma terhitung mulai tgl 1 September 2002 kmapemberian persekot resmi kepada pejabat yang ditempatkanpada perwakilan ri di luar negeri atau yang dipindahkan dari suatuperwakilan ke perwakilan tahun di luar negeri dikembalikan kepadaperaturan semula ttk dua

a. Kepmenlu no. sp/4/pln/66 tgl 28 pebruari 1966 tentangpemberian uang muka 2 bulan tpln dengan masapengembalian selama 20 kali repeat selama 20 kaliangsuran ttk

b. Kepmenlu no. sp/6/pln/66 tgl 28 pebruari 1966 tentangdeposit sewa rumah 2 bulan sewa rumah denganpengembalian selama 10 kali angsuran ttk

c. SK Menlu no. ku/ku.026.a/lll/92/02 tgl 31 maret 1992 tentanguang muka pembelian mobil maksimal US$ 5,000.00 denganpengembalian selama 20 kali angsuran ttk

2. ketentuan diluar butir I tetap berpedoman kepada kawat tersebutdiatas yang pada intinya ialah segala bahwa segala aktivitas dankegiatan perwakilan yang berkonsekuensi pada pembiayaan agarmenyesuaikan dengan alokasi anggaran yang tersedia denganmempertimbangkan skala prioritas dan berdasarkan pada prinsipefektifitas serta efisiensi ttk

3. pengeluaran pada butir I agar dibukukan sebagai pengeluaranpihak ketiga beban pusat persekot resmi et segera diajukan

PERSEKOT RESMI

Page 751: Buku 1 keuangan

726

kepada biro keuangan untuk dimintakan abt kepada direktoratjenderal anggaran depkeu kma penerimaan dari cicilanpengembaliannya dibukukan sebagai pnbp ttk

demikian ump ttk hbs

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, KA.BAM, KARO KEU, BAG. PELAKS.ANGGARAN, BAG. VERIFIKASl, BAG. PENY. ANGGARAN.

PERSEKOT RESMI

Page 752: Buku 1 keuangan

727

BERITA RAHASIAKELALAIAN SAUDARA

ADALAH BENCANABAGI NEGARA

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIAPUSAT KOMUNIKASI

SK/2Tanggal : 16 AGUSTUS 2006 KONSEP NO : 11915

PRO PERWAKILAN RI : SEMUA PERWAKILAN

NO : 064195PRO : KEPPRISEX : KARO KEUANGANRE : PENGAJUAN PENGGANTIAN BEBAN PUSAT

PERSEKOT RESMI

BERSAMA INI DGN HORMAT DISAMPAIKAN KEPADA PERWAKILANYANG MASIH MEMILIKI BEBAN PUSAT PERSEKOT RESMI MINUSAGAR SEGERA MENGAJUKAN PENGGANTIAN KE PUSAT DANDILENGKAPI DATA PENDUKUNG BERUPA SK PENEMPATAN HOMESTAFF KMA TANDA BUKTI PENGELUARAN UTK PINJAMANPERSEKOT RESMI KMA SKPP KMA BUKTI SEWA RUMAH TTKUSULAN PENGGANTIAN DIKIRIMKAN KE SEKJEN UP KAROKEUANGAN TTK.

DEMIKIAN UMP TTKHBS

CC. MENLU, SEKJEN, IRJEN, KARO KEU, KABAG PENGENDALIANANGGARAN

Biaya pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

Penting : Bila terdapat kesalahan pada SALINAN ini harap segera memberitahukannya per surat kepala pusatkomunikasi – deplu

PERSEKOT RESMI

Page 753: Buku 1 keuangan

728

Tanggal : 19 Mei 2003 KONSEP NO : 139438

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKIN

NO : 032440PRO : KEPPRIINFO : KABAGMIN/KASUBAGMINEX : KARO KEUANGANRE : PERSEKOT RESMI

UNTUK MENGHINDARI MINUS MAK 5110 AKIBAT PEMBEBANANPERSEKOT RESMI PADA TAHUN 2003 KMA AGAR PERWAKILANYANG TELAH MEMBEBANKAN PERSEKOT RESMINYA PADA MAK5110 SEGERA MENGAJUKAN PENGGANTIAN KE PUSAT YANGDILAMPIRI DATAS SBB TTK DUA

AA COPY SURAT KEPUTUSAN PENEMPATANBB COPY SURAT KETERANGAN PEMBERHENTIAN PEMBAYARAN(SKPP)CC COPY BUKTIS PEMBAYARAN

DEMIKIAN UMP TTKHBS

Biaya Pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, KABAM, ITJEN, RO KEU. PENY.ANGGARAN, PELAKS. ANGGARAN, VERIFIKASI, PEMBINAANANGGARAN

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

PERSEKOT RESMI

Page 754: Buku 1 keuangan

729

XIII

TUNTUTAN GANTI RUGI(TGR)/TUNTUTAN

PERBENDAHARAAN (TP)

Page 755: Buku 1 keuangan

730

Page 756: Buku 1 keuangan

731

SALINAN

SURAT KEPUTUSANKETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

NOMOR : 10/SK/K/1980

TENTANG

PEDOMAN TATA KERJA PELAKSANAAN TUNTUTANPERBENDAHARAAN

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan hasil gunadan daya guna pelaksanaan penyelesaianproses Tuntutan Perbendaharaan, makadipandang perlu untuk menata kembaliprosedur dan tata kerja pelaksanaanTuntutan Perbendaharaan sesuai denganOrganisasi dan Tata Kerja Setjen BEPEKAyang baru sebagaimana ditetapkan dalam SKBEPEKA No. 20/SK/K/1979.

b. bahwa berhubung dengan itu dipandang perluuntuk meninjau kembali Surat KeputusanKetua BEPEKA No. 66/SK/K/1978 tentangTata Kerja Serta Hubungan Kerja Unit-UnitPerutama dan Irutama II.

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1973 tentangBEPEKA

2. Undang-Undang Perbendaharaan Negara RI(ICW. Stbl. 1925 No. 448) sebagaimana yangtelah ditambah dan dirubah terakhir denganUndang-Undang No. 9 Tahun 1968.

3. Surat Keputusan BEPEKA Nomor 10/SK/K/1979 tentang Pembagian Tugas dan TataKerja Badan Pemeriksa Keuangan

4. Surat Keputusan BEPEKA Nomor 20/SK/K/1979 tentang Organisasi dan Tata KerjaSETJEN BEPEKA.

TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

Page 757: Buku 1 keuangan

732

5. Petunjuk pelaksanaan Tuntutan Perbenda-haraan dan Tuntutan Ganti Rugi yangditerbitkan oleh Setjen BEPEKA tahun 1976.

Memperhatikan : Keputusan Sidang Badan Nomor XXXVIIItanggal 8 Maret 1980 Tahun 1979/1980.

MEMUTUSKAN

Dengan mencabut Surat Keputusan Ketua BEPEKA Nomor 66/SK/K/1978 tentang Tata Kerja Majelis Tuntutan Perbendaharaan danTata Kerja serta Hubungan Kerja Unit-Unit Perutama dan Irutama.

Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA BEPEKA TENTANGPEDOMAN TATA KERJA PELAKSANAANTUNTUTAN PERBENDAHARAAN.

BAB I

BEBERAPA PENGERTIAN

Pasal 1(1) Kekurangan Perbendaharaan (Comtable tekort) adalah selisih

kurang antara saldo Buku Kas dengan saldo (uang) kas yangsesungguhnya atau selisih kurang antara buku persediaan barangdengan saldo barang yang sesungguhnya terdapat didalamgudang dan berada dalam pengurusan Bendaharawan.

(2) Tuntutan Perbendaharaan merupakan suatu tata caraperhitungan Bendaharawan, jika dalam pengurusannya terjadikekurangan perbendaharaan.

Pasal 2

(1) Majelis Tuntutan Perbendaharaan Tingkat Pertama terdiri danseorang ketua dan dua orang anggota yang ditetapkan denganSurat Keputusan Badan, mempunyai tugas memeriksa danmengambil keputusan dalam proses Tuntutan Perbendaharaan.

TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

Page 758: Buku 1 keuangan

733

(2) Badan mempunyai dua Majelis Tuntutan Perbendaharaan TingkatPertama, yaitu

a. Majelis A dan

b. Majelis B

(3) Pemeriksaan atas permohonan banding dilakukan oleh paraAnggota Badan (Majelis) yang tidak turut dalam Tingkat I(pertama) dan keputusannya diambil dalam sidang Badan Lengkap.

Pasal 3

Biro Urusan Kerugian Negara Merupakan Panitera Majelis TuntutanPerbendaharaan yang bertugas menyelenggarakan persiapan danproses Tuntutan Perbendaharaan serta mengikuti penyelesaiannya.

Pasal 4Auditorat merupakan Unit Kerja yang secara aktif mencari datadan informasi mengenai masalah-masalah kerugian Negara yangterjadi pada instansi-instansi Pemerintah Pusat dengan Badan-BadanUsaha Milik Negara (Perjan) menurut wilayah jabatan masing-masing.

BAB IIPROSEDUR DAN TATA KERJA

PROSES PELAKSANAAN TUNTUTAN PERBENDAHARAAN

Pasal 5

Prosedur Pelaksanaan Tuntutan Perbendaharaan dilaksanakan sesuaidengan Bagan Prosedur Pelaksanaan Tuntutan Perbendaharaan,lampiran I Surat Keputusan ini.

Pasal 6(1) Auditorat yang menemukan masalah kekurangan

Perbendaharaan baik yang diperoleh dan hasil pemeriksaanmaupun dari laporan yang diterima dari Instansi-instansiPemerintah Pusat dan Badan-badan usaha Milik Negara (Perjan)serta sumber-sumber lainnya, supaya segera mengusahakankelengkapan data dan bahan bukti-buktinya guna keperluanTuntutan Perbendaharaan.

TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

Page 759: Buku 1 keuangan

734

(2) Dalam waktu yang sesingkat-singkatnya berkas dimaksud dalamayat (1) Pasal ini disampaikan kepada Biro Urusan KerugianNegara dengan Nota Pengantar yang tembusannya disampaikankepada Anggota Pembina bersangkutan.

Pasal 7

(1) Biro Umum Kerugian Negara mencatat semua perkara TuntutanPerbendaharaan dalam sebuah register, dan tiap perkaramendapat nomor kode sesuai dengan nomor registernya.

(2) Biro Urusan Kerugian Negara meneliti semua berkas perkaraTuntutan Perbendaharaan apakah semua data/bahan bukti sudahlengkap untuk dipersiapkan proses TP-nya

(3) Apabila masih diperlukan kelengkapan data dan/atau bahan bukti,Biro Urusan Kerugian Negara menyiapkan konsep surat keluarnyauntuk keperluan tersebut dan ditetapkan/ditandatangani olehSekretaris Jenderal. Tembusan surat keluar ini disampaikan pulakepada Auditorat/Perwakilan BEPEKA bersangkutan supaya turutmengusahakan untuk memperoleh data dan/atau bahan buktiyang diperlukan.

(4) Biro Urusan Kerugian Negara menyusun risalah pembahasanberkas perkara TP dengan memberikan telaahan pertimbanganhukumnya dan menyiapkan segala konsep surat keputusan yangakan ditetapkan/ditanda tangani oleh Majelis TP.

(5) Berkas perkara TP ayat (4) Pasal ini dengan nota pengantarSekretaris Jenderal disampaikan kepada Majelis TP melaluiAnggota Pembina Urusan Kerugian Negara.

Pasal 8(1) Pemeriksaan berkas perkara dan pengambilan keputusan dalam

proses TP tingkat pertama, dilakukan oleh Majelis TP TingkatPertama dengan cara mengedarkan berkas perkara kepada paraAnggota dan Ketua Majelis bersangkutan.

(2) Apabila dengan cara tersebut dalam ayat (1) tidak terdapatkata sepakat maka Ketua Majelis mengadakan Sidang Majelisyang dihadiri oleh Ketua para Anggota Panitera untukmengusahakan tercapainya suatu keputusan yang dimaksuddalam ICW Pasal 79 ayat (2), (3) Keputusan Majelis TP Tingkat

TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

Page 760: Buku 1 keuangan

735

Pertama ditanda tangani oleh semua Anggota dan Ketua Majelisyang telah mengambil keputusan tersebut

Pasal 9

(1) Pemeriksaan dalam proses TP Tingkat Banding, dilakukan olehMajelis TP Tingkat Pertama lain dari pada Majelis yang ataskeputusannya yang telah ditetapkan dimintakan banding.

(2) Keputusan Tingkat Banding dimaksud dalam ICW pasal 80ditetapkan oleh Badan dan ditandatangani oleh Ketua dan semuaAnggota Badan yang telah mengambil keputusan tersebut.

(3) Pemeriksaan dan pengambilan keputusan dimaksud dalam ayat(1) dan ayat (2) Pasal ini dilakukan dengan cara mengedarkanberkas perkara. Apabila dengan cara yang demikian tidak terdapatkata sepakat, maka Ketua mengadakan Sidang Majelis/SidangBadan Lengkap.

Pasal 10

Keputusan Majelis Tuntutan Perbendaharaan Tingkat Pertama danKeputusan Tingkat Banding yang menetapkan kewajiban atasBendaharawan untuk membayar penggantian kekuranganperbendaharaan, begitu pula keputusan Badan Pemeriksa Keuanganyang mewajibkan Bendaharawan membayar denda dimaksud dalamICW Pasal 84 ayat (2) ditetapkan dengan “Atas Nama NegaraRepublik Indonesia”.

Pasal 11

Setelah surat keputusan dimaksud dalam Pasal 10 ditetapkan/ditandatangani, Panitera membuat beberapa salinan menurutkebutuhan :a. Aslinya, ditandatangani oleh Ketua Badan sesuai dengan

ketentuan dalam ICW Pasal 58, disampaikan kepada Menteri/Ketua Lembaga bersangkutan untuk dapat dilaksanakan sebagaikeputusan Hakim dalam perkara perdata yang mempunyaikekuatan mengikat.

b. Lembar-lembar lainnya, ditandatangani oleh Sekretaris Jenderaluntuk disampaikan kepada :1. Sekretaris Jenderal Departemen/Lembaga bersangkutan

untuk diketahui;

TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

Page 761: Buku 1 keuangan

736

2. Jaksa Agung untuk diketahui;

3. Irjen Departemen, Pengawas Intern Lembaga yangbersangkutan untuk pengawasan pelaksanaannya;

4. Kepala Biro Keuangan Departemen/Lembaga yangbersangkutan untuk keperluan Tata Pembukuan Anggaran;

5. PN setempat atau instansi lainnya yang berwenangmelaksanakan penagihannya;

6. Bendaharawan bersangkutan untuk dilaksanakan(penyampaiannya dilakukan melalui Sekretaris JenderalDepartemen/Lembaga bersangkutan atau AtasanLangsungnya);

7. Auditorat/Perwakilan BEPEKA bersangkutan, untuk diketahuidan diikuti perkembangan penyelesaian segala sesuatunya.

BAB III

PENUTUP

Pasal 12

Hal-hal yang belum ditetapkan dalam surat Keputusan ini akan diaturlebih lanjut dalam keputusan Sekretaris Jenderal Badan PemeriksaKeuangan.

Pasal 13Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal 1 April 1980, denganketentuan apabila dikemudian hari ternyata terdapat Kekeliruan dalamsurat keputusan ini akan diadakan pembetulan sebagaimanamestinya.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 21 Maret 1980

BADAN PEMERIKSA KEUANGANKETUA

ttd.

UMAR WIRAHADIKUSUMAH

TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

Page 762: Buku 1 keuangan

737

SALINAN : disampaikan kepada :

1. Wakil Ketua BEPEKA.2. Para Anggota BEPEKA.3. Para Menteri Kabinet Pembangunan III/Ketua Lembaga.4. Jaksa Agung Republik Indonesia.5. Para Inspektur Jenderal Departemen/Pengawas Intern Lembaga

Negara.6. Direktorat Perbendaharaan Negara Ditjen Anggaran Departemen

Keuangan.7. Para Kepala Biro Keuangan Departemeri/Lembaga Negara.8. Sekretaris Jenderal BEPEKA,9. Para Irutama pada Setjen BEPEKA.10. Kepala Perwakilan Kantor BEPEKA.11. Para Kepala Auditorat pada Setjen BEPEKA.12. Para Kepala Biro pada Setjen BEPEKA.13. Para Inspektur pada Setjen BEPEKA.14. Para Kepala Sub Auditorat pada Setjen BEPEKA.15. Bagian Hukum dan Dokumentasi (untuk himpunan). 16- Arsip.

BADAN PEMERIKSA KEUANGANSEKRETARIS JENDERAL

ttd

SUDJITO SINDUMIHARDJO, SH

TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

Page 763: Buku 1 keuangan

738

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIAKANTOR PUSAT DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

Jln. Lapangan Banteng Timur No. 2(Kotak Pos 139)

Jakarta

SURAT EDARANNo. : SE-139/A/542/1990

Menunjuk Surat Keputusan Menteri Keuangan tanggal 5 September1983 No. 578/KMK.01/1983 tentang pemberian wewenang kepadaDirektur Jenderal Anggaran untuk menyetujui penghapusan uangdari perhitungan Bendaharawan berdasarkan Peraturan PemerintahNo. 20 Tahun 1956, dengan ini perlu diberikan penjelasan sebagaiberikut :

I. DASAR/LANDASAN HUKUM :Penyelesaian persetujuan penghapusan dan peniadaan selisihantara saldo buku dan saldo Kas didasarkan pada :

1. Indishe Comptabiliteits wet Stbl. 1925 No. 448, sebagaimanatelah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-UndangNo.9 Tahun 19G8 LN. Tahun 1968 No 53;

2. Bbl. 12454 jo Surat Edaran Menteri Keuangan tanggal 9Januari 1954 No. 1811/GT(TLN.1113);

3. Keputusan Presiden No. 29 Tahun 1984, tentang PelaksanaanAPBN;

Lampiran :Perihal : Tata Cara Pengajuan

p e r s e t u j u a np e n g h a p u s a nkekurangan uangdari perhitunganBendaharawan danpeniadaan selisihantara saldo bukudan saldo kas

Jakarta, 30 Nopember 1990Kepada Yth1. Semua Sekretaris Jenderal

Departemen/Lembaga2. Semua Sekretaris Jenderal

Lembaga Tertinggi danTinggi Negara

3. Panitera Mahkamah Agungdi

J A K A R T A

TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

Page 764: Buku 1 keuangan

739TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

4. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 1968,tentang Penerbitan Tata Usaha Keuangan Negara;

5. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1956, tentangPenghapusan uang yang dicuri, digelapkan, atau hilang dariperhitungan Bendaharawan;

6. Keputusan Pemerintah No. 12 Tahun 1937, tentangpeniadaan selisih antar saldo buku dan saldo kas yang tidaksegera dapat ditutup;

7. Lembaran Pembalut (Omslagvel) pemerintah dahulu tanggal4 Juli 1925 No. 1533/25, yang dikuatkan dengan surat KepalaJawatan Perbendaharaan dan Kas Negara dahulu tanggal18 Nopember 1948 No. GT.a.4/101/15 dan surat DirekturJenderal Pengawasan Keuangan Negara tanggal 9 Juli 1983no. S.2670/PK/1983, tentang penerbitan SPMU kedua kalinyaatas gaji;

8. Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran tanggal 14 Maret1990 No. SE-39/A/1990, perihal pelaksanaan sistem barumekanisme pembayaran dalam pelaksanaan APBN.

II. PENGERTIAN ISTILAH1. Kerugian Uang Negara, adalah kerugian atas keuangan

Negara, yang disebabkan karena dicuri, digelapkan, atauhilang diluar kesalahan atau kealpaan Bendaharawanberdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1956, danatau terdapat selisih antara saldo buku dan saldo kas yangtidak atau tidak segera dapat ditutup berdasarkan KeputusanPemerintah No. 12 Tahun 1937;

2. Penghapusan kekurangan keuangan, adalah rangkaiankegiatan dan usaha untuk menghapuskan dari perhitunganBendaharawan Rutin/Proyek/Penerima uang yang dicuri,digelapkan atau hilang diluar kesalahan/kealpaanBendaharawan bersangkutan;

3. Persetujuan penghapusan kekurangan uang dari perhitunganBendaharawan adalah suatu persetujuan yang diberikan olehMenteri Keuangan Cq. Direktur Jenderal Anggaran, untukmenghapuskan uang yang dicuri, digelapkan atau hilang diluarkesalahan atau kealpaan Bendaharawan berdasarkanPeraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1956 yang diajukan

Page 765: Buku 1 keuangan

740

Departemen/Lembaga dengan dilengkapi bukti-bukti, sesuaidengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

4. Peniadaan selisih antara saldo buku dan saldo kas, adalahrangkaian kegiatan dan usaha untuk meniadakan selisih antarasaldo buku dan saldo kas yang tidak segera dapat ditutuppada Bendaharawan Rutin/Proyek/Penerima dari administrasiBendaharawan (Bendaharawan Pengganti) menurut ketentuanperundang-undangan yang berlaku;

5. Persetujuan peniadaan selisih antara saldo buku dan saldokas, adalah suatu persetujuan yang diberikan oleh MenteriKeuangan Cq. Direktur Jenderal Anggaran untuk meniadakanselisih antara saldo buku dan saldo kas dari administrasiBendaharawan berdasarkan Keputusan Pemerintah No. 12Tahun 1937, yang diajukan Departemen/Lembaga dengandilengkapi bukti-bukti, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

6. Bukti atas uang yang dicuri, digelapkan, atau hilang diluarkesalahan atau kealpaan Bendaharawan dan atau selisihantara saldo buku dan saldo kas yang tidak atau tidak segeradapat ditutup adalah berupa :

6.1. Surat Keterangan dari kepolisian setempat di TempatKejadian perkara (TKP);

6.2. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) terhadapBendaharawan oleh Inspektur Jenderal atau Pejabat lainyang ditunjuk untuk itu;

6.3. Penilaian dan pendapat oleh Sekretaris JenderalDepartemen/Lembaga;

6.4. Surat Keterangan dari KPKN/bank Pemerintah/BiroKeuangan/Atasan Langsung bagi BendaharawanPenerima;

6.5. Rekaman (fotocopy) buku kas umum dan registerpenutup kas pada bulan terjadinya kekurangan kastersebut;

6.6. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM),apabila penggantian kerugian dapat dilakukan secaradamai, jika upaya damai tidak membawa hasil, makasebagai gantinya adalah Surat Keputusan Pembebananpenggantian Sementara.

TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

Page 766: Buku 1 keuangan

741

7. Surat keterangan dari Kepolisian setempat di Tempat KejadianPerkara (TKP) adalah surat keterangan dari Kepolisiansetempat yang menerangkan kejadian yang sebenarnya ataskerugian yang diderita oleh Negara antara lain :

a. uang yang dicuri, digelapkan, atau hilang;

b. uang yang dirampok atau tindakan kejahatan lainnya;

c. a dan b berdasarkan hasil penyidikan ditempat Kejadianperkara (TKP),

8. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) terhadap bendaharawanoleh Inspektur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk, adalahlaporan tentang pemeriksaan yang dilakukan oleh InspekturJenderal Unit Pengawasan terhadap pengurusan yangdilakukan Bendaharawan pada saat uang dicuri, digelapkan,hilang, dirampok dan atau karena tindakan kejahatan lainnya.Inspektur Jenderal dapat menunjuk pejabat pada kantorWilayah Departemen/Lembaga/DitJend, di daerah atasnamanya untuk menyelenggarakan tugas termaksud;

9. Penilaian dan pendapat oleh Sekretaris Jenderal Departemen/Lembaga, adalah suatu penilaian dan pendapat dari SekretarisJenderal Departemen/Lembaga berdasarkan bukti-bukti yangdiajukan, tentang jumlah kerugian Negara dan sebabterjadinya kerugian itu, kerugian Negara yang terjadidisebabkan oleh :

a. Kesalahan/kealpaan Bendaharawan atau

b. Bukan kesalahan/kealpaan Bendaharawan.

10. Dokumen diatas perlu dilengkapi lagi dengan keterangan darikantor bayar/penyedia/penyalur dana atau dari pejabat yangberkepentingan, berupa :

10.1. Surat Keterangan dari Kantor Perbendaharaan danKas Negara (KPKN) setempat yang menerangkantentang jumlah penyediaan dana UYHD/gaji melaluipenerbitan SPM, jumlah yang telah dipertanggung-jawabkan penggunaannya melalui SPP-GU, sisa UYHDyang belum digunakan, pertanggungjawaban belanjapegawai/gaji, termasuk yang telah dibayarkan dansisa yang belum dibayarkan kepada yang berhakmenerimanya;

TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

Page 767: Buku 1 keuangan

742

10.2. Surat Keterangan dari Bank Pemerintah, sebagaipenyalur dana yang menerangkan tentang jumlahdana yang telah disalurkan, jumlah yang telahdipertanggungjawabkan, dan sisa dana yang belumdipertanggung jawabkan pada saat terjadinyakerugian negara;

10.3. Surat Keterangan dari Biro Keuangan Departemen/Lembaga, sebagai Instansi Penyalur dana, yangmenerangkan tentang jumlah dana yang telahdisalurkan, dana yang telah dipertanggungjawabkan,dan sisa dana yang belum dipertanggungjawabkan(misalnya Bagian Penerimaan IHH 15 % yangdigunakan untuk Proyek Pembangunan HutanNasional, dana yang disalurkan untuk belanjaPerwakilan RI di luar negeri);

10.4. Surat Keterangan dari Pimpinan Kantor/AtasanLangsung Bendaharawan Penerima, yangmenerangkan tentang jumlah penerimaan NegaraBukan Pajak yang telah dipungut/diterima dan jumlahyang telah disetorkan ke kas Negara olehBendaharawan Penerima bersangkutan;

11. Berita Acara Pemeriksaan Kas, adalah berita acarapemeriksaan terhadap Bendaharawan oleh InspekturJenderal atau Pejabat lain yang ditunjuk, berisi tentangkeadaan saldo kas dan saldo buku, termasuk didalamnyaregister penutupan kas;

12. Rekaman (fotocopy) Buku Kas Umum, adalah rekaman(fotocopy) data yang tercantum pada Buku Kas Umum yangmenyatakan tentang adanya selisih antara saldo buku dansaldo kas;

13. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak, adalah suratketerangan yang dibuat oleh Bendaharawan tentang tanggungjawab untuk mengganti kerugian Negara yang terjadi, secaratunai atau secara angsuran selama-lamanya dalam waktudua tahun, dengan menyebutkan adanya jaminan yangsesuai dengan kerugian negara yang terjadi;

14. Surat Keputusan Pembebasan Penggantian Sementara,adalah Surat Keputusan Pembebanan penggantian atasKerugian Negara yang diterbitkan oleh Menteri/KetuaLembaga berdasarkan pasal 82 ICW jo. Bbl. 5574, karena

TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

Page 768: Buku 1 keuangan

743

untuk mendapatkan penggantian secara damai dariBendaharawan tidak berhasil.

Maksud penerbitan Surat Keputusan Pembebanan PenggantianSementara adalah untuk menjamin kepentingan Negara danatas dasar surat Keputusan ini dapat dilakukan pemotonganatas gaji dan penghasilan dari Bendaharawan bersangkutan ataujika perlu dapat dimintakan kepada pihak yang berwajib supayadilakukan penyitaan atas harta Kekayaan milik Bendaharawan.

III. TATA CARA PENGAJUAN PERSETUJUAN PENGHAPUSANKEKURANGAN UANG PENIADAAN SELISIH KEPADAMENTERI KEUANGAN CQ DIREKTUR JENDERALANGGARAN.

1. Kerugian uang Negara dapat terjadi pada BendaharawanRutin/Proyek maupun pada Bendaharawan Penerima, yangdisebabkan kesalahan/kealpaan Bendaharawan atau bukankesalahan/kealpaan Bendaharawan

2. Kerugian uang Negara yang disebabkan pencurian,penggelapan, atau hilang diluar kesalahan/kealpaanbendaharawan, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20Tahun 1956 dapat dihapuskan dan perhitungan Bendaharawanoleh Menteri/Ketua Lembaga yang bersangkutan setelahmendapat persetujuan lebih dahulu dari Menteri Keuangan.

3. Kerugian uang negara yang menyebabkan selisih antara saldobuku dan saldo kas yang tidak segera dapat ditutup, karenakesalahan/kealpaan Bendaharawan, berdasarkan keputusanPemerintah No. 12 Tahun 1937 dapat ditiadakan dariadministrasi Bendaharawan oleh Menteri/Ketua Lembagayang bersangkutan setelah mendapat persetujuan terlebihdahulu dari Menteri Keuangan.

4. Bukti/data yang harus dilampirkan dalam permohonanpersetujuan penghapusan uang negara yang dicuri,digelapkan, alau hilang diluar kesalahan/kealpaanBendaharawan adalah :

4.1. Surat Keterangan dan Kepolisian setempat di TempatKejadian Perkara (TKP);

4.2. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) terhadapBendaharawan yang dilakukan oleh Inspektur Jenderalatau Pejabat lain yang ditunjuk untuk itu;

TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

Page 769: Buku 1 keuangan

744

4.3. Penilaian dan pendapat Sekretaris Jenderal Departemen/Lembaga yang bersangkutan tentang jumlah kerugianNegara yang terjadi dan penjelasan bahwa kerugiantersebut disebabkan bukan karena kesalahan/kealpaanBendaharawan bersangkutan;

4.4. Surat keterangan dari KPN/Bank Pemerintah/BiroKeuangan/Atasan Langsung bagi BendaharawanPenerima;

5. Bukti/data yang harus dilampirkan dalam permohonanpeniadaan selisih adalah :

5.1. Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekaman (fotocopy)Buku Kas Umum bulan bersangkutan yang memuatadanya kekurangan atas tersebut;

5.2. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM)apabila penggantian dapat dilakukan secara damai atauSurat Keputusan Pembebanan tersebut disebabkan olehkesalahan atau kealpaan Bendaharawan bersangkutan;

5.3. Surat keterangan dari KPKN/Bank Pemerintah/BiroKeuangan/Atasan Langsung bagi Bendarahawanpenerima.

6. Tembusan dari surat permohonan persetujuan tersebutdisampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan BadanPengawasan Keuangan Pembangunan.

7. Selanjutnya dijelaskan bahwa dengan banyaknya kasuskerugian Negara yang terjadi pada kantor/Satuan Kerja dilingkungan Departemen/Lembaga yang tidak segera/lambatdiajukan usul penghapusan/peniadaan selisih termaksuddiatas, dengan ini diminta agar permintaan persetujuanpenghapusan kekurangan uang/peniadaan selisih diajukanselambat-lambatnya 30 hari setelah kerugian Negara terjadi,Hal ini sejalan dengan maksud Bbl. 12554 jo. Surat EdaranMenteri Keuangan tanggal 9 Januari 1954 No. 1B11/GT(TLN.1113).

Surat Edaran ini adalah merupakan penyempurnaan dari SuratEdaran DJA tanggal 23 Desember 1983 No SE-198/A.71/1983perihal persetujuan penghapusan uang negara dari perhitunganBendaharawan.

TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

Page 770: Buku 1 keuangan

745TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)/TUNTUTANPERBENDAHARAAN (TP)

Demikian untuk dimaklumi.

DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN,

ttd

BENJAMIN PARWOTO

Tembusan kepada Yth.1. Bapak Menteri Keuangan, sebagai laporan2. Bapak Menteri Muda Keuangan3. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan4. Kepala Kepolisian Negara R.I.5. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan6. Inspektur Jenderal Departemen/Lembaga7. Sekretaris Jenderal Departermen Keuangan8. Sekretaris Direktorat Jenderal Anggaran9. Semua Direktur pada Direktoral Jenderal Anggaran10.Semua Kepala Kanwil DJA11.Semua Kepala KPKN12.Semua Kepala KTUA

Page 771: Buku 1 keuangan

746

Page 772: Buku 1 keuangan

747

XIV

PENGELOLAAN PNBP

Page 773: Buku 1 keuangan

748

Page 774: Buku 1 keuangan

749

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR : 20 TAHUN 1997

TENTANG

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa pelaksanaan tugas dan fungsiPemerintah dalam pelayanan, pengaturan,dan perlindungan masyarakat, pengelolaankekayaan Negara, serta pemanfaatan sumberdaya alam dalam rangka pencapaian tujuannasional sebagaimana termaktub dalamUndang-Undang Dasar 1945, dapatmewujudkan suatu bentuk penerimaanNegara yang disebut sebagai PenerimaanNegara Bukan Pajak;

b. bahwa penyelenggaraan dan pengelolaanPenerimaan Negara Bukan Pajak yangtertuang dalam peraturan dan ketentuanpelaksanaan yang berlaku selama ini belumsepenuhnya mencerminkan kepastian hukumdan ketertiban administrasi keuangan Negara;

c. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensiperekonomian dan keuangan Negara sertauntuk memberikan kepastian peranan danwewenang Pemerintah dalam melaksanakanpenyelenggaraan dan pengelolaan PenerimaanNegara Bukan Pajak, maka dipandang perlumelakukan penyempurnaan pengaturanPenerimaan Negara Bukan Pajak;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN PNBP

Page 775: Buku 1 keuangan

750

d. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebutpada huruf a, hurut b, dan huruf c perludibentuk Undang-Undang tentang PenerimaanNegara Bukan pajak;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Indische Comptabiliteits Wet (StaatsbladTahun 1925 Nomor 448) sebagaimana telahdiubah dan ditambah, terakhir denganUndang-Undang Nomor 9 Tahun 1963(Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 53).

DENGAN PERSETUJUAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENERIMAANNEGARA BUKAN PAJAK.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah seluruh penerimaanPemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan;

2. Sumber daya alam adalah segala kekayaan alam yang terdapatdi atas, di permukaan dan di dalam bumi yang dikuasai olehNegara;

3. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroanterbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usahamilik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentukapapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi,

PENGELOLAAN PNBP

Page 776: Buku 1 keuangan

751

yayasan atau organisasi yang sejenis lembaga, dana pensiun,bentuk usaha tetap berupa cabang, perwakilan, atau agen dariperusahaan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukandi Indonesia, serta bentuk badan usaha lainnya;

4. Instansi Pemerintah adalah Departemen dan Lembaga Non-Departemen;

5. Wajib Bayar adalah orang pribadi atau badan yang ditentukanuntuk melakukan kewajiban membayar menurut peraturanperundang-undangan yang berlaku;

6. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang adalahPenerimaan Negara Bukan Pajak yang harus dibayar pada suatusaat, atau dalam suatu periode tertentu menurut peraturanperundang-undangan yang berlaku;

7. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.

BAB IIJENIS DAN TARIF

Pasal 2(1) Kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak meliputi:

a. penerimaan yang bersumber dari pengelolaan danaPemerintah;

b. penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;c. penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang

dipisahkan;d. penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan

Pemerintah;e. penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal

dari pengenaan denda administrasi;f. penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah;g. penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-Undang

tersendiri.

(2) Kecuali jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang ditetapkandengan Undang-Undang, jenis Penerimaan Negara Bukan Pajakyang tercakup dalam kelompok sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

PENGELOLAAN PNBP

Page 777: Buku 1 keuangan

752

(3) Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang belum tercakupdalam kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 3(1) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan

dengan memperhatikan dampak pengenaan terhadapmasyarakat dan kegiatan usahanya, biaya penyelenggaraankegiatan Pemerintah sehubungan dengan jenis PenerimaanNegara Bukan Pajak yang bersangkutan, dan aspek keadilandalam pengenaan beban kepada masyarakat,

(2) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Undang-Undang atauPeraturan Pemerintah yang menetapkan jenis PenerimaanNegara Bukan Pajak yang bersangkutan.

BAB III

PENGELOLAAN

Pasal 4

Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak wajib disetor langsungsecepatnya ke Kas Negara.

Pasal 5Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak dikelola dalam sistemAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 6(1) Menteri dapat menunjuk Instansi Pemerintah untuk menagih

dan atau memungut Penerimaan Negara Bukan Pajak yangTerutang.

(2) Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagaimana dimaksud padaayat (1) wajib menyetor langsung Penerimaan Negara BukanPajak yang diterima ke Kas Negara sebagaimana dimaksud dalamPasal 4.

(3) Tidak dipenuhinya kewajiban Instansi Pemerintah untuk menagihdan atau memungut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

PENGELOLAAN PNBP

Page 778: Buku 1 keuangan

753

menyetor sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenakansanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Pasal 7

(1) Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalamPasal 6 ayat (1), wajib menyampaikan rencana dan laporanrealisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak secara tertulis danberkala kepada Menteri.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian rencanadan atau laporan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak diaturdengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 8(1) Dengan tetap memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 dan Pasal 5, sebagian dana dari suatu jenisPenerimaan Negara Bukan Pajak dapat digunakan untuk kegiatantertentu yang berkaitan dengan jenis Penerimaan Negara BukanPajak tersebut oleh instansi yang bersangkutan.

(2) Kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputikegiatan;a. penelitian dan pengembangan teknologi;b. pelayanan kesehatan;c. pendidikan dan pelatihan;d. penegakan hukum;e. pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentuf. pelestarian sumber daya alam.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaanPenerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 9

(1) Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutangditentukan dengan cara :

a. ditetapkan oleh Instansi Pemerintah; atau

b. dihitung sendiri oleh Wajib Bayar

PENGELOLAAN PNBP

Page 779: Buku 1 keuangan

754

(2) Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang jumlah PenerimaanNegara Bukan Pajak yang Terutangnya ditentukan dengan carasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan denganPeraturan Pemerintah.

Pasal 10

(1) Penetapan jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yangTerutang oleh Instansi Pemerintah terhadap Wajib Bayar untukjenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 9 ayat (2) menjadi kedaluwarsa setelah 10 (sepuluh)tahun terhitung sejak saat terutangnya Penerimaan NegaraBukan Pajak yang bersangkutan.

(2) Ketentuan kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tertunda apabila Wajib Bayar melakukan tindak pidana di bidangPenerimaan Negara Bukan Pajak.

Pasal 11(1) Wajib Bayar membayar jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak

yang terutang dalam jangka waktu tertentu sesuai denganPeraturan Perundang-undangan yang berlaku

(2) Instansi Pemerintah atas permohonan Wajib Bayar untuk jenisPenerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 9 ayat (2) setelah memenuhi persyaratan yang ditentukandapat memberikan persetujuan kepada Wajib Bayar yangbersangkutan untuk mengangsur atau menunda pembayaranPenerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang, dengandikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

Pasal 12

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penentuan jumlah,pembayaran termasuk angsuran dan penundaan pembayaran, danpenyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang diaturdengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 13(1) Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 ayat (1), dan Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara

PENGELOLAAN PNBP

Page 780: Buku 1 keuangan

755

Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2),wajib mengadakan pencatatan yang dapat menyajikanketerangan yang cukup untuk dijadikan dasar penghitunganPenerimaan Negara Bukan Pajak.

(2) Pencatatan wajib diselenggarakan di Indonesia dalam satuanmata uang rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia ataumata uang asing dan bahasa asing yang diizinkan Menteri.

(3) Buku catatan dan dokumen lainnya yang menjadi dasarperhitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disimpanselama 10 (sepuluh) tahun.

BAB IVPEMERIKSAAN

Pasal 14(1) Terhadap Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) ataspermintaan Instansi Pemerintah dapat dilakukan pemeriksaanoieh instansi yang berwenang.

(2) Terhadap Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) atas permintaan Menteri dapatdilakukan pemeriksaan khusus oleh instansi yang berwenang.

(3) Permintaan Instansi Pemerintah untuk pemeriksaan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) didasarkan pada :a. hasil pemantauan Instansi Pemerintah terhadap Wajib Bayar

yang bersangkutan;b. laporan dari pihak ketiga; atauc. permintaan Wajib Bayar atas kelebihan pembayaran

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang.

(4) Dalam rangka pemeriksaan, Instansi Pemerintah yang ditunjuksebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan Wajib Bayaruntuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) sebagai pihak yang diperiksawajib:

a. memperlihatkan dan atau meminjamkan catatan, dokumenyang menjadi dasar pencatatan serta dokumen lain yangberhubungan dengan kewajiban pembayaran PenerimaanNegara Bukan Pajak yang Terutang;

PENGELOLAAN PNBP

Page 781: Buku 1 keuangan

756

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atauruangan yang dipandang perlu dan membantu kelancaranpemeriksaan; dan atau

c. memberikan keterangan yang diperlukan.

(5) Dalam hal pejabat dari Instansi Pemerintah yang ditunjuksebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) tidak melakukankewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikenakan sanksisesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(6) Dalam hal Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara BukanPajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) tidakmelakukan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (4),Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutangnya ditetapkansecara jabatan dan ditambah sanksi administrasi berupa dendasebesar 2 (dua) kali jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajakyang Terutang.

Pasal 15(1) Dalam hal diperlukan keterangan atau bukti dari pihak lain dalam

rangka pemeriksaan, pihak lain yang bersangkutan wajibmemberikan keterangan atau seluruh bukti yang diminta atasdasar permintaan pemeriksa.

(2) Dalam hal pihak lain tersebut adalah bank, pemberian keteranganatau bukti yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus mendapat izin terlebih dahulu dari Menteri.

Pasal 16(1) Hasil pemeriksaan terhadap Instansi Pemerintah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) disampaikan kepada Menteri,dan Menteri memberitahukan hasil pemeriksaan tersebut kepadaInstansi Pemerintah yang bersangkutan guna penyelesaian lebihlanjut.

(2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat(1) terhadap Wajib Bayar untuk Penerimaan Negara Bukan Pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) disampaikanKepada Instansi Pemerintah untuk penetapan jumlah PenerimaanNegara Bukan Pajak yang Terutang Wajib Pajak yangbersangkutan.

PENGELOLAAN PNBP

Page 782: Buku 1 keuangan

757

Pasal 17

(1) Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Bayaruntuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) terdapat kekuranganpembayaran jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yangterutang. Wajib Bayar yang bersangkutan wajib melunasikekurangannya dan ditambah dengan sanksi berupa dendaadministrasi sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama24 (dua puluh empat) bulan dari jumlah kekurangan tersebut.

(2) Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Bayaruntuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimanadimaksud Pasal 9 ayat (2) terdapat kelebihan pembayaran jumlahPenerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang. Jumlahkelebihan tersebut diperhitungkan sebagai pembayaran dimukaatas jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang TerutangWajib Bayar yang bersangkutan pada periode berikutnya.

(3) Dalam hal terjadi pengakhiran kegiatan usaha Wajib Bayar, makajumlah kelebihan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dikembalikan kepada Wajib Bayar selambat-lambatnya 1(satu) bulan sejak dikeluarkan ketetapan kelebihan pembayaran.

(4) Dalam hal pengembalian kelebihan pembayaran dilakukanmelampaui batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3),kelebihan pembayaran tersebut dikembalikan kepada Wajib Bayardengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

Pasal 18Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan diatur denganPeraturan Pemerintah.

BAB VKEBERATAN

Pasal 19(1) Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dapatmengajukan keberatan secara tertulis atas penetapan jumlahPenerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang dalam bahasa

PENGELOLAAN PNBP

Page 783: Buku 1 keuangan

758

Indonesia kepada Instansi Pemerintah yang ditunjuksebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dalam jangkawaktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal penetapan.

(2) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayarPenerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang dan pelaksanaanpenagihan.

(3) Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)melakukan penelitian atas keberatan yang diajukan setelah suratkeberatan diterima secara lengkap.

(4) Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulansetelah surat keberatan diterima secara lengkap, InstansiPemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengeluarkanpenetapan atas keberatan.

(5) Penetapan atas keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat(4) merupakan penetapan yang bersifat final.

(6) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4)telah lewat, dan Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidak memberi suatu penetapan,keberatan yang diajukan Wajib Bayar tersebut dianggapdikabulkan.

(7) Dalam hal Keberatan ditolak dan ternyata masih terdapatkekurangan pembayaran terhadap jumlah Penerimaan NegaraBukan Pajak yang Terutang yang tercantum dalam penetapansebagaimana dimaksud pada ayat (4), Wajib Bayar wajibmelakukan pembayaran atas kekurangan pembayaranditambah sanksi berupa denda bunga sebesar 2% (dua persen)sebulan dari kekurangan tersebut untuk paling lama 24 (duapuluh empat) bulan.

(8) Dalam hal keberatan dikabulkan dan ternyata kelebihanpembayaran jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yangTerutang yang tercantum dalam penetapan sebagaimanadimaksud pada ayat (4), kelebihan pembayaran tersebutdiperhitungkan sebagai pembayaran dimuka atas jumlahPenerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang Wajib Bayaryang bersangkutan pada periode berikutnya.

(9) Dalam hal terjadi pengakhiran kegiatan usaha Wajib Bayar, makajumlah kelebihan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat(8) dikembalikan kepada Wajib Bayar selambat-lambatnya 1(satu) bulan sejak dikeluarkan ketetapan kelebihan pembayaran.

PENGELOLAAN PNBP

Page 784: Buku 1 keuangan

759

(10) Dalam hal pengembalian kelebihan pembayaran dilakukanmelampaui batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat(9), kelebihan pembayaran tersebut dikembalikan kepada WajibBayar dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (duapersen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengajuan dan penyelesaiankeberatan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIKETENTUAN PIDANA

Pasal 20

Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), yang karenakealpaannya :

a. tidak menyampaikan laporan Penerimaan Negara Bukan Pajakyang Terutang; atau

b. menyampaikan laporan Penerimaan Negara Bukan Pajak yangTerutang tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap ataumelampirkan keterangan yang tidak benar, atau tidakmelampirkan keterangan yang benar,

sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, dipidanadengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan dendapaling banyak sebesar 2 (dua) kali jumlah Penerimaan Negara BukanPajak yang Terutang.

Pasal 21(1) Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) yang terbuktidengan sengaja :

a. tidak membayar, tidak menyetor dan atau tidak melaporkanjumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang;

b. tidak memperhatikan atau tidak meminjamkan buku, catatanatau dokumen lainnya pada waktu pemeriksaan, ataumemperlihatkan buku catatan atau dokumen lain yang palsuatau dipalsukan seolah-olah benar;

PENGELOLAAN PNBP

Page 785: Buku 1 keuangan

760

c. tidak menyampaikan laporan Penerimaan Negara Bukan Pajakyang Terutang; atau

d. menyampaikan laporan Penerimaan Negara Bukan Pajak yangTerutang yang tidak benar atau tidak lengkap ataumelampirkan keterangan yang tidak benar atau tidakmelampirkan keterangan yang benar.

sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dandenda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Penerimaan NegaraBukan Pajak yang Terutang.

(2) Ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilipatkan2 (dua) apabila Wajib Bayar melakukan lagi tindak pidana dibidang Penerimaan Negara Bukan Pajak sebelum lewat 1 (satu)tahun, terhitung sejak selesainya menjalankan sebagian atauseluruh pidana penjara yang dijatuhkan.

Pasal 22

Pihak lain yang menurut Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) wajibmemberi keterangan atau bukti yang diminta, tetapi dengan sengajatidak memberi keterangan atau bukti atau memberi keteranganatau bukti tidak benar, diancam dengan pidana penjara paling lama1 (satu) tahun dan denda setinggi-tingginya Rp 5.000.000,00 (limajuta rupiah).

BAB VIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 23(1) Jenis dan tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak yang telah diatur

dalam Undang-Undang sebelum berlakunya Undang-Undang inidinyatakan tetap berlaku.

(2) Penerimaan Negara Bukan Pajak yang diatur dengan peraturanperundang-undangan di bawah Undang-Undang masih tetapberlaku sebelum dilakukan penyesuaian berdasarkan Undang-Undang ini.

PENGELOLAAN PNBP

Page 786: Buku 1 keuangan

761

(3) Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukanselambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang iniberlaku.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 24

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganUndang-Undang ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Disahkan di : JakartaPada tanggal : 23 Mei 1997

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

SOEHARTO

Diundangkan di JakartaPada tanggal 23 Mei 1997

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA

ttd.

MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1997NOMOR 43

PENGELOLAAN PNBP

Page 787: Buku 1 keuangan

762

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 33 TAHUN 2002

TENTANG

TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKYANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN LUAR NEGERI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangPenerimaan Negara Bukan Pajak, dipandang perlumenetapkan Peraturan Pemerintah Tarif atas JenisPenerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlakupada Departemen Luar Negeri;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945sebagaimana telah diubah dengan PerubahanKetiga Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997tentang Penerimaan Negara Bukan PajakLembaran Negara Republik Indonesia Tahun1997 Nomor 43, Tambahan LembaranNegara Nomor 3687);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997tentang Jenis dan Penyetoran PenerimaanBukan Pajak (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1997 Nomor 57, TambahanLembaran Negara Nomor 3694) sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan Nomor 52Tahun 1998 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1998, Tambahan LembaranNegara Nomor 3760);

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN PNBP

Page 788: Buku 1 keuangan

763

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TARIFATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKANPAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMENLUAR NEGERI.

Pasal 1(1) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku

pada Departemen Luar Negeri sebagaimana dimaksud

(2) Dalam Lampiran IIA Angka (1) Peraturan Pemerintah 22 Tahun1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara BukanPajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan PemerintahNomor 52 Tahun 1998, adalah ditetapkan dalam LampiranPeraturan Pemerintah ini.

(3) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlakupada Departemen Luar yang belum tercakup dalam LampiranPeraturan Pemerintah ini, akan disusulkan sebagai bagian yangtidak terpisahkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini dandilakukan dengan Peraturan Pemerintah tersendiri.

Pasal 2(1) Penerimaan Negara Bukan Pajak Departemen/Lembaga

Pemerintah Non Departemen di luar negeri yang dipungut olehPerwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri sebagai PenerimaanNegara Bukan Pajak Departemen Luar Negeri.

(2) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) mengacu pada Peraturan Pemerintahtentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan yang berlakupada Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemenbersangkutan.

Pasal 3Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 1 mempunyai dalam bentuk rupiah dan US dolar.

PENGELOLAAN PNBP

Page 789: Buku 1 keuangan

764

Pasal 4

Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku padaDepartemen Luar Negeri wajib disetorkan langsung secepatnya keKas Negara.

Pasal 5Peraturan Pemerintah ini berlaku 30 (tiga puluh) hari sejak tanggalditetapkan agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini penempatannya dalamLembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 20 Mei 2002

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MEGAWATI SOEKARNOPUTRIDiundangkan di JakartaPada tanggal 20 Mei 2002

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 58

Salinan sesuai dengan aslinyaDeputi Sekretaris KabinetBidang Hukum dan Perundang-undangan,

ttd.

Lambock V. Nahattands

PENGELOLAAN PNBP

Page 790: Buku 1 keuangan

765

PENJELASAN ATASPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 33 TAHUN 2002

TENTANGTARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN LUAR NEGERI

UMUMDalam rangka mengoptimalkan Penerimaan Negara Bukan Pajakguna menunjang nasional, Penerimaan Negara Bukan Pajak padaDepartemen Luar Negeri sebagai salah satu sumber PenerimaanNegara perlu dikelola dan dimanfaatkan untuk peningkatan pelayanankepada masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut dan untukmemenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, perlu ditetapkan tarifatas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku padaDepartemen Luar Negeri dengan Peraturan Pemerintah.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas

Pasal 2Cukup Jelas

Pasal 3Cukup Jelas

Pasal 4Pengertian Kas Negara adalah sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangPenerimaan Negara Bukan Pajak

Pasal 5 Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4205

PENGELOLAAN PNBP

Page 791: Buku 1 keuangan

766

LAMPIRAN :PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR : 33 TAHUN 2002TANGGAL : 20 Mei 2002

TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKYANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN LUAR NEGERI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Salinan sesuai dengan aslinyaDeputi Sekretaris KabinetBidang Hukum dan Perundang-undangan

ttd

Lambock V Nahattands

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

SATUAN

TARIF

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI

Biaya legalisasi surat dokumen asli (Conulerfee)

II. PENERIMAAN DILUAR NEGERI Penerimaan dari jasa pengurusan dokumen

konsuler:

1. Biaya legalisasi dokumen copy (perwakilan RI)

2. Biaya surat keterangan nikah/pendaftaran

perkawinan

3. Biaya surat pernyataan lahir

4. Biaya surat keterangan kematian

5. Biaya surat keterangan pengganti SIM Indonesia

6. Biaya legaliasi terjemahan

7. Biaya buku pengenalan diri WNI (ID BOOK)

8. Biaya surat keterangan jalan

Per Dokumen Per Dokumen Per surat Per surat Per surat Per surat Per surat Per surat Per surat

RP. 10.000, 00 US$ 20 US$ 20 US$ 10 US$ 0 US$ 15 US$ 15 US$ 15 US$ 15

PENGELOLAAN PNBP

Page 792: Buku 1 keuangan

767

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 26 TAHUN 1999

TENTANG

TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKYANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHAKIMAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan mengenaipenetapan Tarif atas Jenis Penerimaan NegaraBukan Pajak dalam Undang-Undang Nomor 20Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara BukanPajak, dipandang perlu menetapkan PeraturanPemerintah tentang Tarif atas Jenis PenerimaanNegara Bukan Pajak yang berlaku padaDepartemen Kehakiman;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 43,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3687);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN PNBP

Page 793: Buku 1 keuangan

768

Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Tahun1997 Nomor 57, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3694 sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998(Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 85,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3760);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TARIF ATASJENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANGBERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHAKIMAN.

Pasal 1Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku padaDepartemen Kehakiman sebagaimana dimaksud dalam LampiranIIA Angka (3) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentangJenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998,adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran PeraturanPemerintah ini.

Pasal 2(1) Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 1 mempunyai tarif dalam bentuk satuan rupiah,satuan US dollar dan persentase.

(2) Dalam hal permintaan paten melalui Patent Cooperation Treaty(PCT) tarif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditambahdengan biaya transmital dan tarif yang berlaku dalam tabel PCTsebagaimana ditetapkan oleh World Intellectual PropertyOrganization (WIPO).

(3) Pembayaran atas biaya transmital dan tarif yang berlaku dalamtabel PCT sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dibayarkanlangsung oleh pemohon paten kepada PCT.

PENGELOLAAN PNBP

Page 794: Buku 1 keuangan

769

Pasal 3

Seluruh penerimaan yang bersumber dari Jenis Penerimaan NegaraBukan Pajak dalam lampiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1wajib disetor langsung ke Kas Negara.

Pasal 4Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku padaDepartemen Kehakiman sebagaimana tercantum dalam LampiranHA Angka (3) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentangJenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998,yang belum tercakup dalam lampiran sebagaimana dimaksud dalamPasal 1, akan disusulkan sebagai bagian yang tidak terpisahkandalam lampiran Peraturan Pemerintah ini dan pencantumannyadilakukan dengan Peraturan Pemerintah tersendiri.

Pasal 5(1) Sebagian dana dari Penerimaan Negara Bukan Pajak

sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Angka VIII angka 2huruf g, yang telah disetorkan ke Kas Negara, dapat dialokasikanpenggunaannya dalam rangka peningkatan pelayananmasyarakat dan pengembangan sumber daya manusia dilingkungan pengadilan niaga.

(2) Penggunaan sebagian dana dari jenis Penerimaan Negara BukanPajak lainnya diatur dengan Peraturan Pemerintah tersendiri.

Pasal 6

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, Peraturan PemerintahNomor 16 Tahun 1999 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan NegaraBukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kehakiman di bidangPengadilan Niaga dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 7Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku terhitung 1 ( satu ) bulansejak tanggal diundangkan.

PENGELOLAAN PNBP

Page 795: Buku 1 keuangan

770

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 7 Mei 1999

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Diundangkan di JakartaPada tanggal 7 Mei 1999

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA

ttd.

AKBAR TANDJUNG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIATAHUN 1999 NOMOR 58

PENGELOLAAN PNBP

Page 796: Buku 1 keuangan

771

PENJELASAN ATASPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 26 TAHUN 1999

TENTANG

TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKYANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHAKIMAN

UMUM

Dalam rangka lebih mengoptimalkan Penerimaan Negara BukanPajak guna menunjang pembangunan nasional, PenerimaanNegara Bukan Pajak pada Departemen Kehakiman sebagaisalah satu sumber penerimaan negara perlu dikelola dandimanfaatkan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat.Sehubungan dengan maksud ini dan untuk memenuhi ketentuanUndang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PenerimaanNegara Bukan Pajak, perlu ditetapkan tarif atas jenis PenerimaanNegara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kehakimandengan Peraturan Pemerintah ini.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Biaya transmital dan tarif dalam tabel PCT yang berlakusecara internasional merupakan biaya tambahan yangharus dikeluarkan oleh pemohon paten yang mengajukanpermintaan paten melalui PCT.

Ayat (3)

Cukup jelas

PENGELOLAAN PNBP

Page 797: Buku 1 keuangan

772

Pasal 3

Pengertian Kas Negara adalah sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangPenerimaan Negara Bukan Pajak.

Pasal 4Cukup jelas

Pasal 5Ayat(1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 3837

PENGELOLAAN PNBP

Page 798: Buku 1 keuangan

773

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF I. Pelayanan Jasa Hukum. 1. Biaya yang berkaitan dengan badan

hukum :

a. Pengesahan akta pendirian atau persetujuan atau laporan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas,

per akta

Rp 200.000,00

b. Pengesahan akta pendirian atau perubahan anggaran dasar perkumpulan.

per akta Rp 100.000,00

2. Biaya yang berkaitan dengan hukum perorangan yaitu perizinan perubahan atau penambahan nama keluarga.

per orang Rp 150. 000,00

3. Biaya yang berkaitan dengan notarial : a. Pengangkatan Notaris. per orang Rp 200.000,00 b. Pengangkatan Notaris Pindahan. per orang Rp 200.000,00 4. Legalisasi, yaitu melegalisasi tanda tangan

yang tercantum dalam dokumen. per dokumen Rp 5.000,00

5. Pembuatan surat keterangan surat wasiat. per wasiat Rp 50.000,00 6. Biaya yang berkaitan dengan sidik jari : a. Sidik jari dari pengiriman instansi-instansi per orang Rp 1.000, 00 b. Pengambilan sidik jari dengan peralatan

dari daktiloskopi. per orang Rp 5.000,00

c. Permintaan sidik jari insidentil. per orang Rp 50.000,00 7. Biaya yang berkaitan dengan surat

keterangan pemberitahuan perkawinan wanita WNA dengan WNI.

per dokumen Rp 50.000,00

8. Biaya pendaftaran administrasi dan pengumuman dalam Berita Negara atas permohonan kewarganegaraan RI.

per pemohon Rp 100. 000, 00

9. Uang pewarganegaraan/naturalisasi. per pemohon 25% dari penghasilan rata-rata per bulan dalam SPPT tahun terakhir

II. Jasa tenaga narapidana. per orang berdasarkan kontrak, sekurang-kurangnya sama dengan UMR

III. Hak Cipta 1. Biaya permohonan pendaftaran suatu

ciptaan Per permohonan Rp 75.000,00

2. Biaya permohonan pendaftaran suatu ciptaan berupa program komputer.

per permohonan Rp 150. 000, 00

3. Biaya permohonan pencatatan pemindahan hak atas suatu ciptaan yang terdaftar dalam daftar umum ciptaan.

per permohonan Rp 75.000,00

LAMPIRANPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR : 26 TAHUN 1999TANGGAL : 7 MEI 1999

TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKUPADA DEPARTEMEN KEHAKIMAN

PENGELOLAAN PNBP

Page 799: Buku 1 keuangan

774 PENGELOLAAN PNBP

4. Biaya permohonan perubahan narna dan alamat suatu ciptaan yang terdaftar dalam daftar umum ciptaan.

per permohonan

Rp 50.000,00

5. Biaya permohonan petikan tiap pendaftaran ciptaan dalam daftar umum ciptaan.

per permohonan Rp 50.000,00

6. Biaya pencatatan lisensi hak cipta. per permohonan Rp 75. 000, 00 IV. Paten 1. Permintaan :

a. Permintaan paten per permintaan Rp 575.000,00 b. Permintaan paten sederhana per permintaan Rp 125. 000, 00

2. a. Pemeriksaan substantif atas permintaan paten :

1 ) Profit per permintaan Rp 2.000.000,00 2) Non profit per permintaan Rp 900.000,00

b. Pemeriksaan substantif atas permintaan sederhana paten

Per permintaan Rp 350.000,00

3. Tambahan biaya setiap klaim. Per Permintaan Rp 40.000,00 4. Perubahan jenis permintaan paten. Per Permintaan Rp 450.000, 00 5. Permintaan banding. Per perkara Rp 1.000.000,00 6. Permintaan surat keterangan penemu

terdahulu.

a. Profit Per Permintaan Rp 1.000.000,00 b. Non Profit Per Permintaan Rp. 450.000,00

7. Permintaan surat bukti hak prioritas. Per Permintaan Rp 75.000,00 8. Permintaan surat keterangan resmi

untuk memperoleh contoh jasad renik. Per Permintaan Rp 100.000, 00

9. Permintaan pencatatan pengalinan permintaan paten.

Per Permintaan Rp 100.000,00

10. Permintaan pencatatan pengalihan paten. per paten Rp 150.000,00 11. Permintaan pencatatan perubahan data

pemohon. Per Permintaan Rp 100.000,00

12. Permintaan pencatatan perubahan pemegang paten.

per paten

Rp 150.000,00

13. Pendaftaran pencatatan perjanjian lisensi atau lisensi wajib.

per lisensi

Rp 1.000.000,00

14. Pendaftaran konsultan paten Per Permohonan Rp 5.000.000,00 15. Permintaan petikan daftar umum paten. Per Permintaan Rp 60.000,00 16. Permintaan salinan dokumen paten per lembar Rp 5.000,00 17. Biaya penelusuran :

a. Permintaan atas penelusuran paten yang diumumkan di dalam negeri.

per subyek

Rp. 150.000,00

b. Permintaan atas penelusuran paten yang diumumkan di luar negeri.

per subyek US$100

18. Biaya tahunan pemeliharaan paten (tidak termasuk paten sederhana) :

a. Tahun ke-1 (tahun pertama setelah tanggal penerimaan permintaan paten) :

1) Dasar per paten Rp 700.000,00 2) Tambahan tiap klaim per paten Rp 50. 000, 00

nama

Page 800: Buku 1 keuangan

775PENGELOLAAN PNBP

b. Tahun ke-2 (tahun kedua setelah tanggal penerimaan permintaan paten) :

1) Dasar per paten Rp 700. 000, 00 2) Tambahan tiap klaim per paten Rp 50.000,00

c. Tahun ke-3 (tahun ketiga setelah tanggal penerimaan permintaan paten) :

1) Dasar per paten Rp 700.000,00 2) Tambahan tiap klaim per paten Rp 50.000,00

d. Tahun ke-4 (tahun keempat setelah tanggal penerimaan permintaan paten) :

1) Dasar per paten Rp 1.000.000,00 2) Tambahan tiap klaim per paten Rp 100.000, 00

e. Tahun ke-5 (tahun kelima setelah tanggal penerimaan permintaan paten) ;

1) Dasar per paten Rp 1.000.000,00 2) Tambahan tiap klaim per paten Rp 100.000,00

f. Tahun ke-6 (tahun keenam setelah tanggai penerimaan permintaan paten) :

1) Dasar per paten Rp 1.500. 000, 00 1) Dasar per paten Rp 5. 000. 000, 00 2) Tambahan tiap klaim per paten Rp 250.000, 00

n. Tahun ke-14 (tahun keempat belas setelah tanggal penerimaan permintaan paten) :

1) Dasar per paten Rp 5.000.000,00 2) Tambahan tiap klaim per paten Rp 250.000,00

o. Tahun ke-15 (tahun kelima belas setelah tanggal penerimaan permintaan paten) :

1) Dasar per paten Rp 5.000. 000,00 2) Tambahan tiap klaim per paten Rp 250.000,00

p. Tahun ke-16 (tahun keenam belas setelah tanggal penerimaan permintaan paten) :

1) Dasar per paten Rp 5.000.000,00 2) Tambahan tiap klaim per paten Rp 250.000,00

q. Tahun ke-17 (tahun ketujuh belas setelah tanggal penerimaan permintaan paten) :

1) Dasar per paten Rp 5.000.000,00 2) Tambahan tiap klaim per paten Rp 250.000,00

r. Tahun ke-18 (tahun kedelapan belas setelah tanggal penerimaan permintaan

1) Dasar per paten Rp 5.000.000,00 2) Tambahan tiap klaim per paten Rp 250.000,00

s. Tahun ke-19 (tahun kesembilan belas setelah tanggal penerimaan permintaan paten) :

1) Dasar per paten Rp 5. 000. 000,00

Page 801: Buku 1 keuangan

776 PENGELOLAAN PNBP

2) Tambahan tiap klaim per paten Rp 250. 000,00 t. Tahun ke-20 (tahun kedua puluh

setelah tanggal penerimaan permintaan paten) :

1) Dasar per paten Rp 5.000.000,00 2) Tambahan tiap klaim per paten Rp 250.000,00

u. Denda keterlambatan atas pembayaran biaya tahunan pemeliharaan paten (tidak termasuk peten sederhana).

per paten 2% per bulan dari kewajiban yang harus dibayar

v. Biaya administrasi permintaan paten melalui Paten Cooperation Treaty (PCT).

per permintaan

Rp 500.000,00

V. Merek 1. Biaya permintaan pendaftaran merek

dan permintaan perpanjangan perlindungan merek terdaftar :

a. Permintaan pendaftaran merek dagang atau jasa.

per permintaan

Rp 450.000,00

b. Permintaan pendaftaran indikasi geografis

per permintaan Rp 250.000,00

c. Permintaan pendaftaran merek kolektif. per permintaan Rp 600.000,00 d. Permintaan perpanjangan jangka

waktu peRIindungan merek. per permintaan Rp 600.000, 00

e. Permintaan perpanjangan pelindungan merek kolektif.

per permintaan Rp 750.000,00

2. Biaya pencatatan dalam daftar umum merek :

a. Pencatatan perubahan nama dan atau alamat pemilik merek.

per permintaan

Rp 150.000,00

b. Pencatatan pengalihan hak atas merek terdaftar.

per permintaan

Rp 375.000,00

c. Pencatatan perjanjian lisensi. per permintaan

Rp 375.000,00

d. Pencatatan penghapusan pendaftaran merek.

per permintaan

Rp 150.000,00

e. Pencatatan perubahan peraturan penggunaan merek kolektif.

per permintaan

Rp 225.000, 00

f. Pencatatan pengalihan hak atas merek kolektif terdaftar.

per permintaan

Rp 450.000,00

g. Pencatatan penghapusan pendaftaran merek kolektif.

per permintaan

Rp 225.000,00

3. Biaya permintaan petikan resmi dan permintaan keterangan tertulis mengenai merek :

a. Permintaan petikan resmi pendaftaran merek.

per permintaan

Rp 75.000, 00

b. Permintaan keterangan tertulis mengenai daftar umum merek.

per permintaan

Rp 125.000, 00

c. Permintaan keterangan tertulis mengenai pertanyaan persamaan pada pokoknya suatu merek dengan merek yang sudah terdaftar.

per permintaan

Rp 125.000,00

4. Biaya permintaan banding merek. per permintaan Rp 200.000,00 5. Biaya permintaan banding indikasi

geografis. per permintaan Rp 300.000,00

Page 802: Buku 1 keuangan

777PENGELOLAAN PNBP

6. Biaya beban : a. Orang asing yang berada di wilayah

Indonesia melampaui waktu tidak lebih dari 60 hari dari izin keimigrasian yang diberikan, dihitung per hari.

per hari

equivalent US $ 20,-

b. Penanggungjawab alat angkut yang tidak memenuhi kewajiban melapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

per alat angkut

equivalent US$3.000,-

VII. Penerimaan balai harta peninggalan 1. Biaya yang berkaitan dengan pembuatan

pencarian dan pemberian salinan surat atau berita acara :

a. Pembuatan salinan surat-surat per lembar Rp 1.000,00 b. Pembuatan berita acara penyumpahan

wall. per berita acara Rp 5.000,00

2. Biaya pendaftaran akta wasiat per akta Rp 15.000, 00 3. Biaya yang berkaitan dengan

penjualan dan penyelesaian bundel :

a. Penjualan bundel : 1) Barang tetap. per bundel 2,5% dari

penjualan hasil

2) Barang bergerak.

per bundel

2,5% dari penjualan hasil

b. Penyelesaian bundel solvent : 1 ) Dalam hal BMP selaku pelaksana.

per bundel 7% dari

jumlah seluruh kekayaan

2) Dalam hal BMP selaku wall pengawas.

per bundel 3,75% dari jumlah

3) Dalam hal BMP selaku pelaksana dan campur tangan BMP berakhir sebelum batas waktu penyelesaian.

per bundel 1,5% dari jumlah utang

4) Dalam hal BMP selaku wali pengawas dan campur tangan BMP berakhir sebelum waktunya.

per bundel

3,5% dari seluruh kekayaan

5) Biaya yang berkaitan dengan pengurusan harta kekayaan yang dalam pengelolaan BMP :

per bundel

2% dari seluruh kekayaan

a. Dalam hal BHP selaku pelaksana. per bundel 0,7% dari kekayaan pertahun takwim

b. Dalam hal BHP selaku wali pengawas. per bundel 0,5% dari kekayaan pertahun takwim

c. Dalam hal pengurusan oleh BHP selaku pelaksana selesai sebelum berakhirnya tahun takwim.

per bundel

0,35% dari kekayaan

d. Dalam hal pengurusan oleh BHP selaku wali pengawas selesai sebelum berakhirnya tahun takwim.

per bundel

0,25% dari kekayaan

Page 803: Buku 1 keuangan

778

5. Biaya yang berkaitan dengan penyelesaian kepailitan :

a. Dalam hal kepailitan berakhir dengan perdamaian

1) Nilai bundel sampai dengan RP 50 miliar.

per bundel 4% dari kekayaan

2) Nilai bundel di atas Rp 50 miliar. per bundel 2% dari kekayaan b. Dalam hal kepailitan berakhir diluar

perdamaian :

1) Nilai bundel sampai dengan RP 50 miliar.

per bundel 8% dari kekayaan

2) Nilai bundel di atas Rp 50 miliar. per bundel 4% dari kekayaan c. Dalam hal pernyataan pailit ditolak di-

tingkat kasasi atau Peninjauan Kembali (PK).

per bundel 1% dari harta debitur apabila debitur sebagai pemohon atau 1% dari nilai kreditur sebagai pemohon

VIII. Penerimaan Pengadilan 1. Biaya Peradilan

a. Untuk, penyerahan turunan/ salinan putusan/penetapan pengadilan

per lembar

Rp 250,00

b. Hak redaksi per penetapan/ per putusan

Rp 3.000,00

c. Pencatatan permintaan banding atau kasasi atau peninjauan kembali dalam register yang diadakan untuk itu.

per akta Rp 2.000,00

d. Untuk memperlihatkan surat kepada yang berkepentingan mengenai surat-surat yang tersisip dikepaniteraan

per berkas Rp 5.000,00

e. Untuk mencarikan surat-surat yang tersimpan di arsip yang tidak dimintakan turunan.

0 (nol)

f. Untuk pembuatan akta, dimana seorang menyatakan menerima keputusan dalam perkara pelanggaran.

0 (nol)

g. Untuk penyitaan barang-barang yang bergerak atau yang tidak bergerak dan untuk pencatatan pencabutan suatu penyitaan di dalam berita acara yang asli dari dalam berita acara turunan.

per penetapan

Rp 10.000,00

h. Untuk melakukan penjualan dimuka umum atas perintah pengadilan.

per penetapar.

Rp 10.000,00

i. Penyimpanan dan penyerahan kembali uang atau surat berharga yang disimpan dikepaniteraan.

per surat

0 (nol)

2. Biaya kepaniteraan :

a. Untuk pencatatan pembuatan akta atau berita acara persumpahan atau dari putusan-putusan lainnya yang bukan sebagai akibat keputusan pengadilan.

per akta/ per berita acara/ per putusan

.Rp 1.500,00

b. Untuk pencatatan :

PENGELOLAAN PNBP

Page 804: Buku 1 keuangan

779PENGELOLAAN PNBP

1) Sesuatu penyerahan akta atau exploit dikepaniteraan yang dilakukan di dalam hal yang diharuskan menurut hukum.

per akta

Rp 1.000,00

2) Penyerahan akta atau exploit tersebut di atas oleh panitera/juru sita.

per akta

Rp 1.000,00

3) Penyerahan surat-surat dari berkas perkara.

per berkas

Rp 1.000,00

c. Untuk akta asli yang dibuat dikepaniteraan, dikecualikan penyimpanan akta Catatan Sipil dan pemasukan atau pemindahan sesuatu akta tersebut begitu pula dari segala keterangan-keterangan tertulis yang dikeluarkan oleh Panitera dalam hal yang diharuskan menurut hukum.

per akta

Rp 2. 000,00

d. Untuk legalisasi dari .satu atau lebih tanda tangan di dalam akta-akta termasuk akta catatan sipil, dengan tidak mengurangi yang telah ditetapkan dalam ord. S.1916 No.46.

per akta

Rp 1.000,00

e. Pendaftaran surat kuasa untuk mewakili pihak-pihak yang berperkara di Pengadilan.

per akta

Rp 1.000,00

f. Biaya pembuatan surat kuasa insidentil.

per surat kuasa Rp 1.000,00

g. Biaya registrasi pada Pengadilan Niaga : 1) Nilai utang sampai dengan Rp 1 miliar. per pemohonan Rp 750.000,00

2) Nilai utang lebih dari Rp 1 miliar

sampai dengan Rp 50 miliar. per permohonan Rp 1.500.000,00

3) Nilai utang lebih dari Rp 50 miliar sampai dengan Rp 250 miliar.

per permohonan

Rp 2. 500.000.00

4) Nilai utang lebih dari Rp 250 miliar sampai dengan Rp 500 miliar

per permohonan Rp 3. 500. 000,00

5) Nilai utang di atas Rp 500 miliar per permohonan Rp 5.000.000,00

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

t.t.d

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Page 805: Buku 1 keuangan

780

LEMBAGA NEGARAREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 4 TAHUN 2004

TENTANG

PERUBAHAN KETIGA ATASPERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1999

TENTANG

TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAKYANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHAKIMAN

Menimbang :

a. Bahwa setiap orang asing yang masuk Wilayah Negara RepublikIndonesia wajib memiliki visa, kecuali bagi orang asing warganegara dari negara – negara tertentu yang bermaksudmengadakan kunjungan ke Indonesia berdasarkan asasmanfaat, saling menguntungkan dan tidak menimbulkangangguan keamanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang– undang Nomor 9 Tahun 1992 Keimigrasian;

b. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut dan berkenaan denganadanya ketentuan mengenai Visa Kunjungan Saat Kedatangan(Visa on Arrival), dipandang perlu mengubah PeraturanPemerintah Nomor 26 Tahun 1999 tentang Tarif atas JenisPenerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada DepartemenKehakiman sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhirdengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2001;

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN PNBP

Page 806: Buku 1 keuangan

781PENGELOLAAN PNBP

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telahdiubah dengan Perubahan Keempat Undang – Undang Dasar1945;

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3474);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaannegara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3687);

4. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis danPenyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1997 Nomor 57, Tambahan LembaranNegara Nomor 3694) sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1998 Nomor 85, Tambahan LembaranNegara Nomor 3760);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1999 tentang Tarif atasJenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku padaDepartemen Kehakiman (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor3837) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir denganPeraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2001 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia tahun 2001 Nomor 74, Tambahan LembaranNegara Nomor 4104),

Memutuskan :

Peraturan Pemerintah tentang Perubahan ketiga atas PeraturanPemerintah Nomor 26 tahun 1999 Tentang Tarif atas JenisPenerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada DepartemenKehakiman.

Page 807: Buku 1 keuangan

782

JENIS PENERIMAAN BUKAN PAJAK SATUAN TARIF VI. Keimigrasian 2. Visa a. Visa Singgah b. Visa Kunjung c. Visa Kunjung beberapa kali

perjalanan d. Visa Kunjung Saat kedatangan 1) 3 (tiga) hari 2) 30 (tiga puluh ) hari e. Visa Tinggal terbatas

Per orang Per orang Per orang

Per orang Per orang Per orang

US$ 15.00 US$ 35.00 US$ 75.00

US$ 10.00 US$ 25.00 US$ 60.00

Pasal 1

Mengubah Lampiran angka VI butir 2 Peraturan Pemerintah Nomor26 Tahun 1999 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara BukanPajak yang berlaku pada Departemen Kehakiman sebagaimana telahbeberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah nomor50 Tahun 2001, sehingga Lampiran angka VI butir 2 seluruhnyaberbunyi sebagai berikut :

Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlakupada Departemen Kehakiman

Pasal IIPeraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Februari 2004.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 19 Januari 2004Presiden Republik Indonesia,

ttd

Megawati SoekarnoputriDiundangkan di JakartaPada tanggal 19 Januari 2004Sekretaris NegaraRepublik Indonesia

ttd

Bambang Kesowo

PENGELOLAAN PNBP

Page 808: Buku 1 keuangan

783

PENJELASANATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 4 TAHUN 2004

TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATASPERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1999

TENTANGTARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEHAKIMAN

Umum :

Setiap orang asing yang masuk Wilayah Negara Republik Indonesiawajib memiliki visa, kecuali bagi orang asing warga negara dari negara-negara tertentu yang bermaksud mengadakan kunjungan keIndonesia berdasarkan asas manfaat, saling menguntungkan dantidak menimbulkan gangguan keamanan sesuai dengan ketentuandalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

Sehubungan dengan hal tersebut dan berkenaan dengan adanyaketentuan mengenai Visa Kunjungan Saat Kedatangan (Visa onArrival), dipandang perlu mengubah jenis, satuan, dan tarif atasJenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku padaDepartemen Kehakiman sebagaimana telah beberapa kali diubah,terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2001.

PENGELOLAAN PNBP

Page 809: Buku 1 keuangan

784

PERATURAN PEMERINTAH INDONESIANOMOR 75 TAHUN 2005

TENTANG

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARABUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN

HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun1999 tentang Tarif atas Jenis PenerimaanNegara Bukan Pajak yang berlaku padaDepartemen Kehakiman dan PeraturanPemerintah Nomor 4 Tahun 2004 tentangPerubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor25 tahun 1999 tentang Tarif Atas jenisPenerimaan Negara Bukan Pajak Yang BerlakuPada Departemen Kehakiman sudah tidaksesuai lagi dengan perkembangan keadaan.

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, perlu menetapkanPeraturan Pemerintah tentang Tarif Atas jenisPenerimaan Negara Bukan Pajak yang berlakupada Departemen Hukum dan Hak AsasiManusia.

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN PNBP

Page 810: Buku 1 keuangan

785PENGELOLAAN PNBP

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentangPenerimaan Negara Bukan Pajak (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3687);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997tentang Jenis dan Penyetoran PenerimaanNegara Bukan Pajak (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1997 Nomor 57, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor3694) sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3760)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG JENIS DANTARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKANPAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMENHUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA.

Pasal 1(1) Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari :

a. Pelayanan jasa hukum;

b. Penerimaan Balai Harta Peninggalan;

c. Jasa tenaga kerja narapidana;

d. Surat Perjalanan Republik Indonesia;

e. Visa;

f. Izin keimigrasian;

g. Izin masuk kembali (Re-entry Permit);

h. Surat keterangan keimigrasian;

Page 811: Buku 1 keuangan

786

i. Biaya beban;

j. Smart card;

k. Kartu perjalanan pebisnis Asia Pasifik Economic Cooperation.

l. Hak cipta Desain Industri, Rahasia Dagang, dan

m. Paten;

n. Merek;

(2) Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlakupada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia adalahsebagaimana ditetapkan dalam Lampiran PeraturanPemerintah ini.

Pasal 2(1) Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari

penerimaan keimigrasian berupa izin keimigrasian dikenakan tarifsebesar Rp. 0,- kepada :

a. orang asing dalam situasi Force Majeur,

b. tenaga ahli asing dalam rangka kerjasama bantuan programatau proyek dari luar negeri kepada Pemerintah republikIndonesia.

c. mahasiswa atau siswa yang menerima beasiswa dariPemerintah Republik Indonesia.

d. orang asing yang menetap di Indonesia dan tidak mampu;

e. orang asing di Indonesia dalam rangka pelaksanaan deportasi;

f. orang asing dalam rangka repatriasi ke Indonesia;

g. orang asing dalam rangka pelaksanaan asas timbal balik;

(2) Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal daripenerimaan keimigrasian berupa biaya beban dikenakan tarifsebesar US$ 0,- kepada orang asing;

a. yang terganggu jiwanya (gila) dan harus dirawat di RumahSakit;

b. dalam keadaan terpaksa;

c. dalam penanganan Aparat Penegak Hukum;

d. dalam rangka melaksanakan putusan pengadilan.

PENGELOLAAN PNBP

Page 812: Buku 1 keuangan

787

(3) Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal daripenerimaan pelayanan jasa hukum berupa biaya pendaftaranadministrasi dan pengumuman dalam berita negara ataspermohonan kewarganegaraan RI dan uang kewarganegaraan/naturalisasi dikenakan tarif sebesar Rp.0,- dan 0% kepadapemohon kewarganegaraan yang tidak mampu;

Pasal 3

Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 1 mempunyai tarif dalam bentuk satuan rupiah, satuan USdollar dan persentase.

Pasal 4

Seluruh penerimaan yang bersumber dari jenis Penerimaan NegaraBukan Pajak dalam lampiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.

Pasal 5Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratanpengenaan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diatur olehMenteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, setelah mendapatpersetujuan Menteri Keuangan.

Pasal 6Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku, Peraturan PemerintahNomor 25 Tahun 1999 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan NegaraBukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kehakiman (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 58, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2004 tentangPerubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1999 tentangTarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku padaDepartemen Kehakiman (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia 4360) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 7Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

PENGELOLAAN PNBP

Page 813: Buku 1 keuangan

788

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam LembaranNegara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 30 Desember 2005

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YODHOYONO

Diundangkan di JakartaPada tanggal 30 Desember 2005

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA

AD INTERIM

Ttd

YUSRIL IHZA MAHENDRA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005NOMOR 161

Salinan sesuai dengan aslinya

DEPUTI MENTERI SEKRETARIS NEGARABIDANG PERUNDANG – UNDANGAN,

ttd

ABDUL WAHID

PENGELOLAAN PNBP

Page 814: Buku 1 keuangan

789

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Sehubungan dengan pelaksanaan pemungutan PPhPs 22 terhadap rekanan Pemerintah dan importir,dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:1. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang

PPh 1984, PPh Ps.22 dipungut atas :a. Impor barang;b. Penyerahan barang dan atau jasa oleh rekanan

Pemerintah yang memperoleh pembayaran dariBelanja Negara.

Yang ditunjuk sebagai pemungut pajak, berdasarkanKep. Men. Keu No. 382/KMK. 04/1989, adalahsebagai berikut :a. Bank Devisa;b. Ditjen Bea dan Cukai;c. Bendaharawan Rutin dan Bendaharawan Proyek

baik ditingkat Pemerintah Pusat maupun ditingkat Pemerintah Daerah;

d. Badan-badan lain yang melakukan pembayaranuntuk barang dan jasa dari Belanja Negara danBelanja Daerah.

Nomor : S-448/PJ.43/1993Sifat :Lampiran :Perihal : P e n i n g k a t a n

P e n g a w a s a nTerhadap ParaB e n d a h a r a w a nsebagai Pemotong/Pemungut Pajak

Jakarta, 27 Desember 1993Kepada YthSdr. Para Inspektur Jenderal diseluruh Departemendi J A K A R T A

PENGELOLAAN PNBP

Page 815: Buku 1 keuangan

790

2. Bendaharawan wajib memungut PPh Pasal 22sebesar 1,5% dari harga penyerahan yangdibayarkan kepada Rekanan Pemerintah.Diharapkan dengan volume APBN 1993/1994, PPhPasal 22 merupakan potensi penerimaan pajak yangcukup besar. Namun kenyataannya penerimaanPPh Pasal 22 dalam semester pertama 1993/1994dibanding penerimaan semester yang sama 1992/1993 hanya mencapai 80,56%. Demikian pulaberdasarkan laporan dari pada Kepala KantorPelayanan Pajak (KPP) di seluruh Indonesia sertainformasi dari BPKP, ternyata tingkat kepatuhanpara bendaharawan khususnya sebagai pemotong/pemungut pajak masih memprihatinkan. Hal initerbukti dari masih banyaknya bendaharawanpemerintah pusat maupun daerah yang belummelaksanakan kewajibannya dengan tertib sebagaipemotong, pemungut, penyetor, dan pelaporpajak, sebagaimana tercermin dari tindakan-tindakan para Bendaharawan sebagai berikut:a. Tidak memungut/memotongb. Memungut/memotong tetapi terlambat

menyetorc. Memungut/memotong tetapi tidak/tidak

sepenuhnya menyetor.3. Berdasarkan hal-hal di atas, maka dianggap perlu

adanya langkah-langkah pengawasan ke arahpenertiban untuk meningkatkan kepatuhan parabendaharawan pemerintah pusat maupun daerahdalam melaksanakan tugas perpajakannya.

Untuk itu kepada para Inspektur Jenderal di semuaDepartemen dimohon bantuannya untuk meningkatkanpengawasan terhadap para bendaharawan dijajarannya masing-masing dalam melaksanakantugasnya sebagai pemotong/pemungut, dan penyetorpajak serta melaporkan pemungutan/pemotonganpajak-pajak tersebut ke KPP setempat. Dengandemikian diharapkan apabila ada kelalaian ataupenyimpangan dalam pelaksanaan kewajibanperpajakan tersebut dapat dengan segera diketahuidan ditanggulangi.

PENGELOLAAN PNBP

Page 816: Buku 1 keuangan

791

Demikian agar maklum, dan atas kerjasama yang baikkami mengucapkan terima kasih.

DIREKTUR JENDERAL PAJAK

ttd

FUAD BAWAZIERNIP.060041162

Tembusan Kepada Yth :1. Bapak Wakil Presiden RI, Jakarta;2. Bapak Ketua BPK, Jakarta;3. Bapak Menteri Keuangan, Jakarta;4. Sdr. Ketua BPKP, Jakarta.

PENGELOLAAN PNBP

Page 817: Buku 1 keuangan

792

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBUK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

KANTOR PUSAT

Kepada1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran2. Para Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara3. Para Kepala Kantor Tata Usaha Anggaran di Seluruh Indonesia

Surat Edaran

Nomor : SE-76/A/46/1997Perihal : Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 114a/KMK.03/1997 tanggal 21 Maret 1997tentang Penatausahaan dan PertanggungjawabanPenerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada InstansiPengguna.

Menunjuk Keputusan Menteri Keuangan Nomor 114a/KMK.03/1997tanggal 21 Maret 1997 sebagaimana tersebut diatas, dengan inidiberitahukan bahwa prinsip yang berlaku dalam pengelolaanPenerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebagaimana dimaksuddalam UU No. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara BukanPajak adalah :

a. Seluruh PNBP yang diterima wajib disetor langsung ke KasNegara.

Gedung Anggaran Lantai 11Jalan Budi Utomo No. 6Jakarta 10710Kotak Pos 1139

Telepon : 344-9230 (20 saluran)384-6822, 386-5 130,344-01107

Telex : 457799Facsimile : 363-024, 384-6402,

345-4640

PENGELOLAAN PNBP

Page 818: Buku 1 keuangan

793PENGELOLAAN PNBP

b. Seluruh PNBP dikelola dalam sistem Anggaran Pendapatan danBelanja Negara.

Dalam menerapkan prinsip tersebut diatas mekanisme dan tatacara penatausahaan dan pertanggungjawaban penerimaan danpengeluaran pada Instansi Pengguna perlu diatur kembali sebagaiberikut :

I. PENYETORAN PNBP1. Setiap awal tahun anggaran, Sekretaris Jenderal atas nama

Menteri/Ketua Lembaga yang bersangkutan menunjukBendaharawan Penerima dan Atasan LangsungBendaharawan Penerima, dengan ketentuan Bendaharawantidak boleh merangkap jabatan sebagai BendaharawanInstansi Pengguna.

2. Wajib Bayar atau Bendaharawan Penerima wajibmenyetorkan seluruh PNBP yang diterimanya selama tahunanggaran ke Rekening Kas Negara sesuai ketentuan yangberlaku.

3. Dalam melakukan penyetoran tersebut, BendaharawanPenerima/Wajib Bayar harus memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:

a. Penyetoran dilakukan kepada Bank Persepsi/Giro Pos yangditunjuk oleh Menteri Keuangan.

b. Dalam mengisi Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)Bendaharawan Penerima Wajib Bayar harusmempergunakan Mata Anggaran Pendapatan (MAP)sebagai berikut:

* MAP 0431

* MAP 0581

* MAP 0532

* MAP 0583

* MAP 0881

4. Dalam hal penyetoran dilakukan oleh BendaharawanPenerima maka dibuat dalam rangkap 5 (lima), yang masing-masing diperuntukkan bagi :

a. Lembar 1 dan 4 untuk Bendaharawan Penerima

Page 819: Buku 1 keuangan

794

b. Lembar 2 dan 3 untuk KPKN (lembar 3 untuk UnitPengelola PNBP melalui Seksi Bank Persepsi/Giro Pos)

c. Lembar 5 untuk pertinggal pada Bank Persepsi/Giro Posbersangkutan.

5. Dalam hal penyetoran dilakukan oleh wajib bayar maka SSBPdibuat dalam rangkap 6 (enam) yang masing-masingdiperuntukkan bagi:

a. Lembar 1 untuk wajib bayar

b. Lembar 2 dan 3 untuk KPKN (Lembar 3 untuk UnitPengelola PNBP melalui Seksi Bank Persepsi/Giro Pos)

c. Lembar 4 dan 5 untuk Bendaharawan Penerima melaluiwajib bayar.

d. Lembar 6 untuk pertinggal pada Bank Persepsi/Giro Posbersangkutan.

6. Bendaharawan Penerima menyampaikan SSBP lembar 4kepada Bendaharawan Instansi Pengguna, yang nantinyadiperlukan sebagai lampiran SPP.

7. Departemen/Lembaga atau Kantor/Satuan kerja wajibsegera menyetorkan seluruh saldo PNBP yang masih tersisapada akhir tahun anggaran ke Rekening Kas Negara, sesuaidengan MAP sebagaimana tercantum pada butir 1.3, b diatas.

II. PENGELUARAN

A. DAFTAR ISIAN KEGIATAN SUPLEMEN (DIKS)1. Mekanisme pengeluaran yang semula menggunakan Daftar

Rencana Kerja (DRK) diubah menjadi Daftar Isian KegiatanSuplemen (DIKS)

2. DIKS berlaku sebagai Surat Keputusan Otoritas (SKO), yangmerupakan dasar pembayaran.

3. DIKS terdiri dari :

a. Surat Pengesahan DIKS, yang ditandatangani oleh DirekturJenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan.

b. Halaman 1, yaitu DIKS yang memuat uraian RencanaPengeluaran.

PENGELOLAAN PNBP

Page 820: Buku 1 keuangan

795

c. Halaman 2, yaitu catatan yang memuat uraian targetpendapatan dan rincian keterangan pengeluaran yangdiperkenankan.

d. DIKS ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal atas namaMenteri/Ketua Lembaga yang bersangkutan.

4. DIKS dibebankan pada Bagian Anggaran 16 (Pembiayaandan Perhitungan), sedangkan pengguna dana adalahDepartemen/Lembaga yang bersangkutan.

5. Kode Kantor/Satuan Kerja, Kode Kegiatan serta MataAnggaran Pengeluaran (MAK) yang digunakan di dalam DIKSadalah sama dengan kode yang digunakan di dalam DaftarIsian Kegiatan (DIK),

B. MEKANISME PENCAIRAN DANA

1. Pagu pengeluaran yang tercantum di dalam DIKS adalahjumlah tertinggi yang dapat digunakan sepanjang realisasisetoran adalah sama atau lebih tinggi dari target pendapatan.Apabila realisasi setoran ternyata lebih rendah dari targetpendapatan, maka pagu pengeluaran harus disesuaikan secaraproporsional (sebagaimana contoh pada Lampiran 1).

2. Pencairan dana dilaksanakan dengan mengacu padaketentuan mengenai Uang Yang HarusDipertanggungjawabkan (UYHD). Pencairan dana dilakukansecara bertahap sebagai berikut:

a. Pencairan tahap pertama sebagai uang muka kerja dapatdilakukan segera setelah DIKS disahkan.

b. Pencairan tahap-tahap selanjutnya baru dapat dilakukanapabila :(i) Proporsi jumlah setoran seperti yang tercantum dalam

Lampiran 1 huruf(ii) Lebih besar dari jumlah dana yang telah dicairkan

pada tahap-tahap sebelumnya;(ii) Sisa dana Bendaharawan Instansi Pengguna setinggi-

tingginya 10% dari Jumlah uang muka kerja denganmaksimal Rp. 10.000.000,-.

4. Besar dana yang dapat dicairkan pada tahap I sebagai uangmuka tercantum dalam DIKS, dengan jumlah maksimalsebesar Rp500,00 juta, dalam hal Instansi/Satuan Kerja

PENGELOLAAN PNBP

Page 821: Buku 1 keuangan

796

terlanjur menggunakan PNBP secara langsung sebelumditerimanya DIKS atau sebelum pengajuan uang muka kerja(khusus untuk tahun anggaran 1997/1998), maka KPKNwajib memperhitungkan pengeluaran dimaksud melaluipotongan SPM Uang Muka Kerja yang dianggap sebagaisetoran (sebagaimana contoh pada Lampiran II),

5. Besar dana yang dapat dicairkan pada tahap-tahapselanjutnya adalah setinggi-tingginya sebesar proporsi jumlahsetoran dikurangi dengan jumlah dana yang telah dicairkanpada tahap-tahap sebelumnya (sebagaimana contoh padalampiran III dan lampiran IV).

6. Setoran yang harus dihitung oleh KPKN adalah setoran PNBPyang dilakukan oleh instansi Pengguna yang bersangkutantahun berjalan kecuali untuk Lembaga Pendidikan/PerguruanTinggi dan Balai Penelitian terdiri dari setoran tahun anggaranyang lalu dan setoran tahun anggaran berjalan.

C. TATA CARA DAN SYARAT PENCAIRAN1. Sekretaris Jenderal atas nama Menteri/Ketua Lembaga yang

bersangkutan menunjuk Bendaharawan Instansi Penggunadan Atasan Langsung Bendaharawan dengan ketentuanBendaharawan Rutin dan merangkap jabatan sebagaiBendaharawan Instansi Pengguna.

2. Pencairan dilaksanakan dengan tata cara sebagai berikut:

a. Bendaharawan Instansi pengguna menyampaikan SuratPermintaan Pembayaran (SPP) uang muka kerja kepadaKantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN)setempat, yang menangani anggaran belanja rutinDepartemen/Lembaga yang bersangkutan,

b. KPKN mengadakan penelitian dan pengujian atas SPPdimaksud, sesuai dengan persyaratan yang telahditentukan, serta mnenguji kebenaran bukti setor yangdiajukan dengan cara mengecek bukti setor dimaksuddengan seksi Bank Persepsi/Giro Pos pada BendaharawanUmum.

c. Apabila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan,KPKN menerbitkan SPM Giro Bank/Giro Pos sesuai denganbatas waktu penyelesaian SPM Belanja Rutin.

PENGELOLAAN PNBP

Page 822: Buku 1 keuangan

797

d. Apabila SPP yang diajukan tidak memenuhi persyaratanyang ditentukan, maka KPKN harus menolak pengajuanSPP dimaksud dalam batas waktu penyelesaian sesuaiketentuan yang berlaku. Penolakan SPP dapat dilakukanapabila :

(i) DIKS belum diterima;

(ii) SPP tidak lengkap/tidak memenuhi persyaratan;

(iii) Pembayaran yang dimintakan tidak sesuai dengantujuan MAK yang akan dibebani.

Penolakan SPP sebagaimana tersebut diatasditandatangani oleh Kepala KPKN dan dikirimkan kepadaBendaharawan Instansi Pengguna dalam batas waktusebagaimana ketentuan yang berlaku.

3. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengajuan SPPmengacu pada ketentuan yang tertuang di dalam KeppresNo. 16 tahun 1994 dan Keppres No. 24 tahun 1995, denganmemperhatikan hal-hal dibawah ini :

a. SPP diajukan dalam rangkap 3 (tiga) sesuai contoh formulirtermaksud dalam Lampiran V.

b. SPP Uang Muka Kerja (SPP-DU) dilampirkan dengan :

(i) SK penunjukan Bendaharawan Instansi Pengguna danAtasan Langsung Bendaharawan serta specimentandatangan masing-masing.

(ii) Bukti setor atas sisa dana yang tidak digunakan padatahun anggaran sebelumnya.

(iii) Daftar rincian rencana penggunaan yang akandicairkan.

(iv) Laporan atas dana PNBP yang terlanjur digunakansebelum diterimanya DIKS atau sebelum pengajuanSPP Uang muka Kerja (jika ada).

(v) Surat pernyataan dari Bendaharawan InstansiPengguna bahwa penggunaan/pengeluaran dari PNBPtahun sebelumnya telah seluruhnya dipertanggung-jawabkan/diterbitkan SPMGU nihilnya.

Dalam hal surat pernyataan dimaksud pada butir (v)diatas tidak dapat disampaikan oleh BendaharawanInstansi Pengguna, maka KPKN wajib memperhitungkan

PENGELOLAAN PNBP

Page 823: Buku 1 keuangan

798

jumlah yang belum dipertanggungjawabkan tersebutmelalui pemotongan SPM Uang Muka Kerja.

c. SPP-GU dilampiri dengan :

(i) Bukti Setor yang sah (SSBO lembar 4)

(ii) Rekening Koran dan Laporan Keadaan Kas

(iii) Daftar penggunaan dana yang dinyatakan dalam SuratPernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) sesuaidengan format yang tercantum pada Lampiran VI

(iv) Daftar rincian penggunaan dana yang akan dicairkansesuai format tercantum dalam Lampiran V

d. SPP-TU dilampiri dengan :

(i) Rencana penggunaan TU

(ii) Rekening Koran terakhir

(iii) Surat pernyataan bahwa dana tersebut akan habispada bulan itu dan tidak akan dipergunakan untukpembayaran yang seharusnya dilaksanakan denganSPP-LS

(iv) Bukti Setor (SSBO lembar 4)

e. SPP-LS di lampir i dengan dokumen-dokumensebagaimana diatur di dalam Keppres No. 16 Tahun1996 jo. Keppres No. 24 Tahun 1995.

III. LAIN - LAIN

1. Sisa dana yang masih terdapat pada Bendaharawan InstansiPengguna pada akhir tahun anggaran harus disetor kembaliseluruhnya ke Rekening Kas Negara pada Bank/Giro Posselambat-lambatnya pada tanggal 31 Maret.

2. Pengeluaran dana PNBP tidak boleh menyimpang dariketentuan-ketentuan mengenai pengeluaran anggaransebagaimana tertuang di dalam Keppres No. 16 tahun 1994jo. Keppres No. 24 tahun 1995.

3. Pengisian MAP, MAK, Kode Kegiatan dan lain-lain yangberkaitan harus sesuai dengan yang tercantum di dalamDIKS.

4. Perubahan/pergeseran biaya dalam DIKS diatur sebagaimanatertuang di dalam Keppres No. 16 Tahun 1994 jo. Keppres

PENGELOLAAN PNBP

Page 824: Buku 1 keuangan

799

No. 24 Tahun 1995 dengan ketentuan bahwa pengajuanusulan perubahan/pergeseran biaya diajukan selambatnyatanggal 31 Desember sudah diterima di Kantor Wilayah/Kantor Pusat Direktorat Jenderal Anggaran.

5. Penambahan pagu DIKS diputuskan oleh Menteri Keuangan.

6. Dengan berlakunya Surat Edaran ini maka Surat EdaranDirektur Jenderal Anggaran No. 37/A/46/0393 tanggal 29Maret 1993 dinyatakan tidak berlaku lagi.

7. Surat Edaran ini berlaku sejak tanggal 1 April 1997. Demikianagar dilaksanakan sebagaimana mestinya.

DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN

ttd

PARSJAMNIP : 060031003

Tembusan disampaikan kepada:1. Yth. Menteri Keuangan sebagai laporan2. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan3. Sekretaris Jenderal Departemen/Lembaga Pemerintah Non

Departemen4. Direktur Jenderal Lembaga Keuangan5. Kepala Pusat Pengelolaan Data dan Informasi Anggaran di

Bandung

PENGELOLAAN PNBP

Page 825: Buku 1 keuangan

800

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

KANTOR PUSAT

Jakarta, 3 Juni 1997Nomor : S-108/A/462/019BLampiran : 1 (satu) berkasHal : Tatacara Pengelolaan Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP) pada Perwakilan RI diluar negeri.

Yth. Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeridi Jakarta

Sebagai tindak lanjut kegiatan pemantauan terhadap pelaksanaanpengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan sosialisasiUU PNBP No. 20 Tahun 1997 oleh Tim Terpadu DepartemenKeuangan – C.q. Direktorat Jenderal Anggaran dan DepartemenLuar Negeri di beberapa Perwakilan RI di Luar Negeri, dengan inikami beritahukan hal-hal sbb:

1. Sebagaimana dimaklumi bahwa berdasarkan Keputusan MenteriKeuangan No 114a/KMK.03/1997 tanggal 21 Maret 1997 danSurat Edaran Direktur Jenderal Anggaran No.- SE-76/A/46/0697tanggal 3 Juni 1997, mulai tahun anggaran 1997/1998 tata carapengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sesuaidengan mekanisme APBN dengan menerapkan sistem DIKSuplemen (DIKS).

2. Dengan diterapkan tatacara baru tersebut dan dalam rangkapelaksanaan UU No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP, makatatacara pengelolaan PNBP pada Perwakilan RI di Luar Negeriyang diatur dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) MenteriKeuangan dan Menteri Luar Negeri No. 1250/KMK.013/1989

Gedung Anggaran Lantai 11Jalan Budi Utomo No. 6Jakarta 10710Kotak Pos 1139

Telepon : 344-9230 (20 saluran)384-6822, 386-5 130,344-01107

Telex : 457799Facsimile : 363-024, 384-6402,

345-4640

PENGELOLAAN PNBP

Page 826: Buku 1 keuangan

801

dan No. 071/KU/IX/89/01 tanggal 14 Nopember 1989 perludisesuaikan dengan ketentuan baru tersebut mendahuluiperubahan SKB dimaksud.

3. Ketentuan mengenai pengelolaan PNBP Perwakilan RI di LuarNegeri yang selama ini berlaku perlu disesuaikan dengan ketentuanyang dimaksud dalam butir 1 diatas seperti daftar terlampir.

4. Selanjutnya dengan memperhatikan Surat Edaran BersamaDirektur Jenderal Anggaran dan Sekretaris Jenderal DepartemenLuar Negeri No 145/A/61/1295 dan No. 221/SE/XII/95/02tanggal 12 Desember 1995 perihal pelaksanaan sistem UYHDPerwakilan RI di Luar Negeri dilaksanakan sbb :

a. Pada awal Triwulan I Bendaharawan Pengguna padaSekretariat Jenderal Departemen Luar Negeri (Setjen)mengajukan Surat Permintaan Pembayaran UYHD (SPPDU)kepada KPKN Jakarta I sebagai uang muka kerja untukkeperluan selama tiga bulan dengan jumlah maksimal 25%dari pagu pengeluaran DIKS bersangkutan.

b. Untuk keperluan Triwulan II dan triwulan selanjutnyaBendaharawan Pengguna pada Setjen mengajukan SPPTambahan UYHD (SPP-TU) untuk keperluan selama 3 bulandengan jumlah maksimal 25% dari pagu pengeluaran DIKS.

c. Pembayaran atas SPP-TU untuk keperluan Triwulan II danTriwulan berikutnya dilaksanakan oleh KPKN denganmemperhatikan jumlah PNBP yang telah disetor ke rekeningKas Negara dan jumlah pencairan dana Triwulan sebelumnya(batas maksimum pencairan).

d. Bendaharawan Pengguna pada Setjen segera mentransferUYHD yang diterima dari KPKN kepada BendaharawanPengguna pada Perwakilan RI bersangkutan dalam matauang USD (United State Dollar) untuk digunakan sesuaidengan rincian kegiatan/peruntukkan yang telah ditetapkandalam DIKS dan menyampaikan selembar foto copy buktitransfer dana UYHD dimaksud kepada KPKN pembayar.

e. Atas penggunaan dana UYHD tersebut BendaharawanPengguna pada Perwakilan RI bersangkutan segeramenyampaikan daftar rincian pengeluaran dilampiri bukti-buktipengeluaran dimaksud kepada Bendaharawan Penggunapada Setjen.

f. Berdasarkan bukti-bukti pengeluaran tersebut Bendaharawan

PENGELOLAAN PNBP

Page 827: Buku 1 keuangan

802

Pengguna pada Setjen segera menyampaikan SPPGU Nihilke KPKN dengan melampirkan Surat PernyataanTanggungjawab Belanja (SPTB). Sedangkan bukti-bukti aslipengeluaran berkenaan tetap disimpan BendaharawanPengguna pada Setjen.

5. Sisa dana UYHD pada akhir tahun anggaran diatur sbb :a. Dana UYHD pada Perwakilan RI yang tidak digunakan pada

akhir tahun anggaran harus ditransfer kembali olehBendaharawan Pengguna Perwakilan ke rekeningBendaharawan Pengguna pada Sekretariat Jenderal untukselanjutnya disetor ke rekening Kas Negara.

b. Dana UYHD pada akhir tahun anggaran yang tidak disetor kerekening Kas Negara diperhitungkan pada pembayaran UYHDTriwulan I tahun anggaran berikutnya (dipotong sejumlahUYHD yang tidak disetor) dan pengeluaran atas UYHDtersebut membebani pada DIKS tahun anggaran berjalan.

6. Selisih lebih kurang pembukaan UYHD yang disebabkanperbedaan kurs valuta asing diselesaikan sebagai berikut :a. Jumlah selisih lebih dalam pembukuan Bendaharawan disetor

ke Rekening Bendaharawan Pengguna Sekretariat Jenderalyang selanjutnya disetor ke Rekening Kas Negara.

b. Jumlah selisih kurang dalam pembukuan Bendaharawandibuat Surat pernyataan Bendaharawan dan disahkan olehAtasan Langsung, kemudian dibuatkan kuitansi pengeluarandengan uraian selisih kurs yang membebani DIKS tahunanggaran berjalan.

Demikian kiranya Saudara maklum.

Direktur Jenderal Anggaran

ttd

D A R S J A HNIP. 060081003

Tembusan :1. Yth. Bapak Menteri Keuangan RI (sebagai laporan)2. Kepala Kantor Wilayah VI DJA Jakarta3. Kepala KPKN Jakarta I4. Kepala KTUA Jakarta I

PENGELOLAAN PNBP

Page 828: Buku 1 keuangan

803

SURAT EDARANNomor : 1103/KU/X/85/02

TENTANG

TATA CARA PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARABUKAN PAJAK DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN

LUAR NEGERI

Dalam rangka usaha meningkatkan dan menerbitkanpelaksanaan pungutan pendapatan negara bukan pajak (non-tax)di lingkungan Departemen Luar Negeri dianggap perlu mengaturprosedur dan tata cara pengelolaan penerimaan pendapatan negarabukan pajak di lingkungan Departemen Luar Negeri sehinggadiharapkan akan tercapai administrasi yang lebih baik, tertib danteratur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

Tata cara pengelolaan penerimaan pendapatan negara bukanpajak di lingkungan Departemen Luar Negeri, termasuk Perwakilan-Perwakilan RI di luar negeri diatur sebagai berikut:

I. Dasar Hukum Pungutan

1. Setiap bentuk pungutan pendapatan negara bukan pajak dilingkungan Departemen Luar Negeri termasuk di Perwakilan-Perwakilan RI diluar negeri dilaksanakan berdasarkan dansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku;

2. Semua penerimaan pendapatan negara bukan pajak harusdisetor ke Kas Negara atau Rekening Menteri Keuangan diPerwakilan RI dan tidak dapat dipergunakan/dipakai langsungdengan alasan apapun.

II. Pelaksanaan dan Prosedur Kerja

1. Pelaksanaan Pungutan :

a. Bagian Keuangan cq. Bendaharawan dari semua unit/satuan kerja di lingkungan Departemen Luar Negeri danPerwakilan RI di luar negeri yang mempunyai sumberpenerimaan pendapatan negara bukan pajak diwajibkan :

PENGELOLAAN PNBP

Page 829: Buku 1 keuangan

804

a.1. melakukan pungutan pendapatan negara bukanpajak dalam Lingkungan Unit/Satuan Kerjanya.

a.2. melakukan penata usahaan dan pembukuan.

a.3. menyetor kepada Bendaharawan PenerimaDepartemen Luar Negeri di Pusat dan KepadaBendaharawan pada Perwakilan RI di luar negeri.

a.4. membuat laporan bulanan kepada Kepala Unit/Satuan kerja masing-masing di Departemen LuarNegeri Pusat dan di Perwakilan RI kepada KepalaPerwakilan RI yang bersangkutan.

b. Bendaharawan Penerima

1. Pejabat pada Bagian Pelaksanaan Anggaran BiroKeuangan Departemen Luar Negeri yang memenuhisyarat ditunjuk sebagai Bendaharawan Penerima diPusat.

2. Semua Bendaharawan di Perwakilan RI di luar negeriditetapkan sebagai Bendaharawan penerima diPerwakilannya masing-masing disamping jabatannyasebagai Bendaharawan Rutin.

3. Para Bendaharawan Penerima mempunyai tugas :

- Menerima setoran-setoran dari pelaksana pungutandari unit/satuan kerja.

- Melakukan penyimpanan, penatausahaan danpembukuan.

- Menyetorkan ke Kas Negara bagi BendaharawanPenerima di Pusat.

- Membukukan penerimaan pada Rekening MenteriKeuangan di Perwakilan dan menyetor ke BUNbagi Bendaharawan Penerima di Perwakilan.

- Membuat pertanggung jawaban dan laporanbulanan kepada Kanwil DJA.

III. Penyelenggaraan Administrasi

1. Perencanaan

a. Setiap Unit/Satuan Kerja setiap tahun harus membuatrencana penerimaan pendapatan bukan pajak,

PENGELOLAAN PNBP

Page 830: Buku 1 keuangan

805

b. Rencana penerimaan tersebut dituangkan dalam DUK/DIK masing-masing Unit/Satuan Kerja untuk tahunanggaran yang bersangkutan.

2. Realisasi

a. Setiap Unit berusaha kearah tercapainya target yangtelah direncanakan.

b. Pungutan yang diterima tiap-tiap hari harus disetorseminggu sekali kepada Bendaharawan Penerimaansedang pungutan yang diterima sebulan sekali harusdisetor pada akhir bulan.

c. Bendaharawan Penerima di Pusat menyetor kembalipungutan pada ad. b. ke Kas Negara masing-masingseminggu sekali dan sebulan sekali.

d. Bendaharawan Penerima di Perwakilan membukukanpungutan ad. b. pada Rekening Menteri Keuangan dankemudian disetor ke BUN pada Bank Indonesia.

e. Penyetoran ke Kas Negara dan BUN untuk seluruh jenispenerimaan bukan pajak di lingkungan Departemen LuarNegeri termasuk Perwakilan RI hanya dilakukan olehBendaharawan Penerima Pendapatan Bukan PajakDepartemen Luar Negeri di Pusat dan di Perwakilan.

3. Penatausahaan/Pembukuan

a. Baik unit pemungut maupun Bendaharawan Penerimaharus membuat kwitansi penerimaan dan penyetoransebanyak 5 (lima) yang digunakan untuk :

a.1. Lembaran pertama untuk si penyetor.

a.2. Lembaran kedua dan ketiga dilampirkan sewaktumelakukan penyetoran.

a.3. Lembaran keempat untuk lampiran laporan bulanan/SPJ.

a.4. Lembaran kelima untuk arsip.

b. Setiap kwitansi harus mempunyai nomor dan mataanggaran.

c. Baik Unit pemungut maupun Bendaharawan penerimaharus melakukan pembukuan secara teratur dengan

PENGELOLAAN PNBP

Page 831: Buku 1 keuangan

806

mempergunakan Buku Kas Umum dan Buku Pembantu,yang pelaksanaannya harus berpedoman kepada SuratKeputusan Menteri Keuangan No. 3.32/M/V/9/1968tanggal 26 September 1968.

d. Setiap awal bulan berikutnya, selambat-lambatnya tanggal10 setiap bulannya setiap :

d.1. Unit pemungut harus menyampaikan laporanpenerimaan pendapatan Bukan Pajak di LingkunganUnit masing-masing untuk bulan yang telah lalukepada Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri,untuk perhatian Kepala Biro Keuangan dengantembusan;

- Inspektorat Jenderal u.p. Inspektur Keuangan.

- Direktur Jenderal/Kepala Badan, Unit pemungutyang bersangkutan.

- Kepala Bagian Perhitungan Anggaran, BiroKeuangan.

d.2. Bendaharawan Penerima Pendapatan Negara BukanPajak menyampaikan Pertanggung Jawaban (SPJ)kepada Sekretaris Jenderal, untuk perhatian KepalaBiro Keuangan tentang penerimaan dan penyetoranpenerimaan bukan pajak dalam bulan sebelumnya,yang menjadi tanggung jawabnya dan tembusankepada :

- Inspektorat Jenderal u.p. Inspektur Keuangan.

- Kepala Bagian Verifikasi.

- Kepala Bagian Perhitungan Anggaran

- Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalAnggaran

e. Selambatnya akhir bulan berikutnya, Biro Keuanganmenyampaikan laporan bulanan kepada DepartemenKeuangan c.q. Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negerimengenai penerimaan dan penyetoran bukan pajak yangdilakukan oleh Bendaharawan Penerima, dalam bulansebelumnya.

PENGELOLAAN PNBP

Page 832: Buku 1 keuangan

807

IV. Pengawasan

1. Pada Unit Pemungut

Atasan langsung Bendaharawan yang memungut pendapatanBukan Pajak pada masing-masing Unit menyelenggarakanpengawasan terhadap pelaksanaan, pemungutan dan tatausahanya.

2. Pada Bendaharawan penerima

a. Atasan langsung Bendaharawan Penerima mengadakanpemeriksaan Kas terhadap Bendaharawan sedikit-dikitnya3 (tiga) bulan sekali dan apabila dipandang perlu 1 (satu)bulan sekali atau sewaktu-waktu.

b. Atasan langsung Bendaharawan ikut menandatanganipada penutupan Buku Kas Umum setiap akhir bulan.

V. Lain-lain

Hal-hal yang belum diatur dalam surat edaran ini, pelaksanaannyadilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Demikianlah Surat Edaran ini agar dilaksanakan sebagaimanamestinya.

Jakarta, 21 Oktober 1985A.N. MENTERI LUAR NEGERI R.I.

Sekretaris Jenderal.

ttd

SOEDARMONO

Tembusan Yth. ;1. Inspektur Jenderal2. Direktur Jenderal Politik3. Direktur Jenderal HELN4. Direktur Jenderal HUBSOSBUDPEN5. Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler6. Direktur Jenderal ASEAN7. Kepala Badan Litbang8. Kepala Biro Keuangan9. Kepala Biro Umum10.Kepala Biro Organisasi

PENGELOLAAN PNBP

Page 833: Buku 1 keuangan

808

BERITA RAHASIA

11 September 2000PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILANS

SEGERA

NO : 004038PRO : KEPPRIEX : SEKJENRE : PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) DI

LUAR NEGERI

dalam rangka meningkatkan penerimaan negara di perwakilan ri diluar negeri et pengelolaan pnbp diinstruksikan sbb :

a. penentuan tarif pungutan untuk jasa kekonsuleran/keimigrasianet jasas lainnya yang dilakukan oleh perwakilans ri harusditetapkan dengan sk keppri berdasarkan peraturans yang berlaku(sk menkeh/menkumdang, menlu et menkeu)

b. seluruh hasil penerimaan pungutan tsb harus disetorkan sebagaipnbp kma tidak diperkenankan ada bagian yang disisihkan untukpenunjang kegiatan operasional perwakilan ttk

c. penyetoran oleh bidang yang melakukan pungutan jasa kebendaharawan perwakilan harus dilakukan setiap hari kerja ttk

d. pada tiap akhir bulan pnbp dalam valuta setempat agar dilakukanpenukaran intern, et kemudian seluruhnya disetorkan ke rekeningmenkeu selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya ttk

e. transfer penyetoran ex rekening menkeu ke bendaharawanpenerima deplu harus dilengkapi rincian komponen pnbp tersebutttk

f. ump ttk hbs

Biaya penqawatan dibebankan kepada : DEPLU

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, KARO KEU.

PENGELOLAAN PNBP

Page 834: Buku 1 keuangan

809

BERITA RAHASIA

Tanggal 04 OKTOBER 2001 KONSEP NO : 123518

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILAN

NO : 014639PRO : KEPPRI UP KABAGMIN/KASUBAGMINDARI : SEKJENPERIHAL : PENYETORAN DANA PNBP PERWAKILAN KE

PUSAT

rkk no. 004886 et 014182 serta temuan hasil pemeriksaan daribpk, bpkp maupun itjen deplu, dengan hormat diminta perhatiannyaatas hal-hal sbb :

- sisa dana uyhd ta 2000 yang sampai sekarang belum disetorke pusat agar segera disetor ke rek. pnbp non fungsional no.690732-024 pada bank bni cabang dukuh bawah jakarta.

- sisa dana pnbp fungsional yang sampai sekarang masihtersisa, di perwakilan sdr agar segera ditransfer ke rekeningpnbp fungsional no. 123-0000204372 pada bank mandiricabang cut mutiah jakarta.

- hal ini kami tekankan kembali khususnya kepada perwakilanyang belum melaksanakan penyetoran agar segeramematuhinya kepada yang telah melaksanakan kamimengucapkan terima kasih.

demikian ump ttk hbs

CC : MENLU, SEKJEN, ITJEN, SEKMEN, KARO KEU.

PENGELOLAAN PNBP

Page 835: Buku 1 keuangan

810

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

Tanggal : 11 Pebruari 2002KONSEP NO : 12337CO

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILAN

NO : 020558PRO : KEPPRIEX : ACTING SEKJENPERIHAL : PNBP FUNGSIONAL ET NON FUNGSIONAL

rkk no 010078 bersama ini diberitahukan hal sebagai berikut :a. yang dimaksud dengan penerimaan negara bukan pajak (pnbp)

fungsional adalah penerimaan bea-bea pembikinan surat perizinandan kanselerai antara lain :

- bea paspor dan visa,- bea konsuler,- bea maritim,- bea legalisasi dan pembuat surat keterangan,- bea legalisasi surat perdagangan,

b. yang dimaksud dengan penerimaan negara bukan pajak (pnbp)non fungsional adalah.

- sisa anggaran rutin (siar) kecuali siar athan- sisa anggaran pembangunan (siap)- sisa dana sko, dik-s- penerimaan cicilan persekot resmi,- penerimaan penjualan asset negara- penerimaan contra-post (cp) atas kekeliruan pembukuan oleh

perwakilan yang telah diterbitkan spm-gu nya,- penerimaan bunga bank rutin et 50% dep kas besi penerimaan

pengembalian pajak pertambahan nilai ( vat)

c. penerimaan pajak penghasilan ( pph ) tidak termasuk penerimaanpnbp.

demikian ump ttk hbs

Biaya pengawatan dibebankan kepada DEPLU

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, KARO KEU, KABAG. PENY.ANGGARAN, BAG.PELAKS, ANGGARAN, BAG. VERIFIKASI, BAGPERHIT. ANGGARAN, BAG.PERBENDAHARAAN.

PENGELOLAAN PNBP

Page 836: Buku 1 keuangan

811

Tanggal 12 Desember 1997KONSEP NO. 109929

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILAN

NO : 975072PRO : KEPPRISEX : KARO KEUANGAN

sehubungan dengan perubahan nama rekening antara ke rekeningbendaharawan penerima/penyetor pnbp deplu ri bersama inidisampaikan hals sbb ttk dua

1. semua pengiriman/penyetoran rekening menteri keuangan yangsemula ditransfer ke rekening antara telah dirubah ke rekeningbendaharawan penerima/penyetor pnbp deplu ri ttk

2. pengiriman/penyetoran pnbp selanjutnya harap ditransfer melaluirekening bendaharawan penerima/penyetor pnbp no.060.000690732.024 rpt no. 060.000690732.024 bni 1946 cabangdukuh bawah gedung landmark jalan jenderal sudirman no. 1jakarta indonesia ttk

demikian ump ttkhbs

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, KARO KEUANGAN, KABAGPELAKSANA ANGGARAN, KABAG VERIFIKASI, KABAGPERBENDAHARAAN.

PENGELOLAAN PNBP

Page 837: Buku 1 keuangan

812

TANGGAL : 27 APRIL 1999KONSEP No. 113704

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKILAN

SEGERA

NOMOR : 991959PRO : KEPPRISU.P. : KABAGMIN/KASUBAGMINEX : KARO KEUANGAN

Sehubungan dgn tlh berakhirnya th anggaran 1998/1999 kmadiberitahukan bhw pembukuan penyetoran siar ke pnbp sbb ttkdua

a. siar masings dik deplu atnis et sko agar disetorkan komponensiar dik dan seterusnya disetorkan ke pnbp pada bulan maretkma dengan terinci sesuai siar masings dik et sko ttk

b. rincian penyetoran siar dik deplu kma atnis et sko ke pnbp agardikawatkan ke biro keuangan u.p. bagian verifikasi ttk

ump ttkhbs

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, BIRO KEUANGAN, BAG.VERIFIKASI.

PENGELOLAAN PNBP

Page 838: Buku 1 keuangan

813

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIAPUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIATanggal : 27 Oktober 2000

KONSEP NO. 126864

NO : 004886PRO : KEPPRI UP KABAG/KASUBAGMENUP : KABAGMIN/BENDAHARAWANDARI : KARO KEUANGANRE : REKENING PNBP FUNGSIONAL

- rkk nomor 975072 tgl. 12 nopember 1997 re hal tsb di atas,disampaikan bhw sesuai hasil temuan bpkp et atas kesepakatandja disarankan agar rekening pnbp fungsional dan pnbp nonfungsional dipisahkan

- dalam rangka memenuhi ketentuan tersebut maka terhitungmulai tgl. 1 nopember 2000 rekening pnbp fungsional dipisahkankma dipindahkan et ditransper ke bank mandiri cabang merdekaselatan dengan rekening no. ac. 123 0000204372 repeat bankmandiri cabang merdeka selatan dengan rekening no. ace 1230000204372 kma adapun pnbp non fungsional tetap ditransferke rekening lama (bank bni cabang dukuh bawah rekening. No060.000690732024)

demikian ump ttk hbs

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, SEKMEN, KARO KEUANGAN

- pelaksanaan pembukuan penyetoran sisa dik deplu et atnis yangada dalam rekening menkeu kma agar disampaikan karo keu upbagian perbendaharaan cq bagian verifikasi demikian kawat padakesempatan pertama dan disusulkan tindasan dokumen copyuntuk menghindari pemotongan dana dik tahun anggaranberikutnya ttk

- demikian untuk dilaksanakan ttkhbs

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, KA, BAM, KARO, KEUANGAN, BAGVERIFIKASl, BAG PELKS .ANGG. BAG.PERBENDAHARAAN

PENGELOLAAN PNBP

Page 839: Buku 1 keuangan

814

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIA

kawat rahasia

no : 023795 tgl 03-10-2002pro : kuai warsawa

up. kabagmin/kasubagminex : act, karo keure : pnbp fungsional dan non fungsional

mks nomor 09/ww/09/02 et mkk no. 020558 disampaikan bhwpenerimaan bunga bank rutin dan bunga deposito kas besi sertapenerimaan pengembalian vat digolongkan sebagai pnbp nonfungsional repeat pnbp non fungsional ttk

demikian umpttkhbs

depluc.c. menlu, sekjen, irjen, ka.bam, act. karo keu

PENGELOLAAN PNBP

Page 840: Buku 1 keuangan

815

TANGGAL : 03 AGUSTUS KONSEP NO : 5704SK/2

PRO PERWAKILAN RI : DILI, ALL PERWAKILAN

NO : 053454PRO : KEPPRIUP : SDR. KOP/BENDAHARAEX : KARO KEUANGANRE : REKENING MENKEU

MFS NO : RR -66/DILI/VI/05 BERSAMA INI DENGAN HORMATDISAMPAIKAN BAHWA SAMPAI ADA PEMBERITAHUAN LEBIHLANJUT RE KEBERADAAN REKENING MENKEU DI PERWAKILANMASIH DI PERLUKAN SEBAGAI PENAMPUNGAN UANG PNBPFUNGSIONAL KE REKENING PNBP FUNGSIONAL DEPLU DI BANKMANDIRI CAB CUT MEUTIA JAKARTA ET PNBP NON FUNGSIONALKE REKENING BNI TTK

DMK UMP TTK HBS

CC. MENLU, SEKJEN, ITJEN, KABAM, KEU/TRANSFER –VERIFIKASI

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIAPUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIAKELALAIAN SAUDARA

ADALAH BENCANA BAGI NEGARA

Biaya pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

Penting : Bila terdapat kesalahan pada SALINAN ini harap segera memberitahukan\nya persurat kepada pusat komunikasi – DEPLU

PENGELOLAAN PNBP

Page 841: Buku 1 keuangan

816

Page 842: Buku 1 keuangan

817

XV

IURAN PEGAWAI

Page 843: Buku 1 keuangan

818

Page 844: Buku 1 keuangan

819

Jakarta, 4 Desember 1994

Nomor : 722/DIR/PR. 0001/1087Lampiran: Kepada Yth.Pcrihal : luran wajib sebagai peserta Para Duta Besar Republik

Taspen Indonesiadi

LUAR NEGERI

Dengan ini diberitahukan bahwa PT TASPEN (PERSERO)adalah Badan Usaha yang diberi tugas oleh Pemerintah untukmenyelenggarakan Program Tabungan Hari Tua (Asuransi) bagiPegawai Negeri Sipil, Pegawai BUMN dan Pejabat Negara sebagaipesertanya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun1981 (PP26/1981).

Ketentuan tentang Program Tabungan Hari Tua (Asuransi)dimaksud (juga termasuk Program Pensiun) adalah diatur dalamPeraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1931 (PP25/1931) dimanakewajiban para peserta adalah menyetorkan premi/iuran wajibsebesar 8% dari penghaslian setiap bulan kepada PT.TASPEN(PERSERO) melalui instansinya, dengan rincian :

- 3,25% untuk iuran Program Tabungan Hari Tua

- 4,74% untuk iuran Program Dana Pensiun

Khusus untuk para Duta Besar RI, dalam hari inikepesertaannya hanya terbatas dalam Program Tabungan Hari Tuasaja, sesuai dengan ketentuan tentang Pensiun Pejabat NegaraAdapun hak sebagai peserta Taspen adalah pada saat pesertayang bersangkutan mengakhiri masa baktinya/pensiun denganmemperoleh sejumlah santunan Tabungan Hari Tua dan hak-haklainnya dalam hal terjadi peristiwa kematian bagi dirinya sendiri danatau keluarganya dengan ketentuan yang berlaku kemudian daripada itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1976(PP 4/1976), telah ditetapkan bahwa Duta Besar RI di luar negeriadalah Pejabat Negara.

Dengan berdasarkan ketentuan tersebut maka para DutaBesar RI di luar negeri secara otomatis adalah menjadi pesertaTaspen.

IURAN PEGAWAI

Page 845: Buku 1 keuangan

820

Agar pada saatnya nanti para Duta Besar RI di luar negeridalam mengajukan klaim/santunan asuransi (THT) nya kepadaTaspen tidak mengalami kesulitan, hendaknya dalam kesempatanpertama segera menyampaikan data diri/peserta berupa :

- Nama

- Tanggal lahir

- Tanggal diangkat sebagai Duta Besar RI

- Jumlah Tunjangan Penghasilan Luar Negeri (TPLN) JumlahSusunan Keluarga (Isteri dan anak).

Kemudian melakukan pemotongan iuran wajib sebesar 3,25% dari Tunjangan penghasilan Luar Negeri (TPLN) untuk keperluantersebut diatas bagi Duta Besar dan Staff (khusus) yang sebelumnyaberstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil sewaktu di tanah Air.

Hasil pemotongan iuran wajib tersebut hendaknya setiaptahun disetorkan/ditransfer ke rekening giro Bank Impor IndonesiaCabang Jakarta-Gambir Nomor 4500 untuk keuntungan PT. TASPEN(PERSERO).

Daftar perincian/nominatif atas potongan iuran wajib tersebuthendaknya di sampaikan ke Kantor Pusat PT TASPEN (PERSERO)Jl. Letjen Suprapto Jakarta 10520 atau PO Box 378 Jakarta 10002,Indonesia.

Demikian kiranya semoga dapat dimaklumi dan atas kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

PT. TASPEN (PERSERO)Direksi,

ttd

Drs. IDA BAGUS PUTU SARGADirektur Utama

Tembusan Yth.

Sekretariat Jenderal Departemen Luar Negeri

U.p. Kepala Biro Kepegawaian di Jakarta.

IURAN PEGAWAI

Page 846: Buku 1 keuangan

821

EDARANNomor : KU/585/VII/94/02

TENTANGPUNGUTAN IURAN TASPEN DAN TUNJANGAN PENSIUNBAGl PEJABAT/PEGAWAI DEPARTEMEN LUAR NEGERI

YANG AKAN DITEMPATKAN DI LUAR NEGERI

Dengan ini diberitahukan kepada para pejabat/Pegawai DepartemenLuar Negeri yang akan ditempatkan di Luar Negeri, bahwapelaksanaan pemungutan luran Taspen dan tunjangan Pensiundilaksanakan secara sentral dari Departemen Luar Negeri Pusat.Hal ini dilakukan mengingat pelaksanaan yang berlaku sekarangkurang mencapai sasaran, sehingga mengakibatkan kerugian bagipara Pejabat/Pegawai Departemen Luar Negeri yang pernahditempatkan pada Perwakilan RI di Luar Negeri.

Pemotongan luran Taspen dan tunjangan Pensiun ditetapkan sebagaiberikut :1. Potongan luran Taspen dan tunjangan pensiun yang besarnya

3,25% + 4,75% dari gaji dalam negari (gaji pokok + tunjangankeluarga) dipungut sekaligus 4 tahun dimuka.

2. Pemungutan luran Taspen dan tunjangan pensiun tersebutdilaksanakan oleh Bendaharawan Perjalanan Dinas BiroKeuangan dengan memperhitungkan atas hak uang lumpsumbarang pindahan.

3. Edaran/ketetapan ini berlaku sejak tanggal dikeluarkan.Demikian untuk diperhatikan dan dilaksanakan sebagaimanamestinya.

Dikeluarkan di : J A K A RTAPada tanggal : 1 Juli 1994

A.n. MENTERI LUAR NEGERI RISekretaris Jenderal,

ttd

SOEWARNO DANUSUTEDJO

Tembusan :1. Seluruh Bendaharawan Gaji pada Departemen Luar Negeri2. Bendaharawan Perjalanan Dinas Biro Keuangan3. Seluruh Pejabat/Pegawai DEPLU RI yang akan ditempatkan di

luar negeri4. Keppri U.p KBTU/KASUBAG TU seluruh Perwakilan RI

IURAN PEGAWAI

Page 847: Buku 1 keuangan

822

U.p. Saudara Kepala Bagian/Sub Bagian Tata Usaha

Menunjuk Surat Edaran Sekretaris JenderalDepartemen Luar Negeri No. KU/585A/II/94/02, tanggal1 Juli 1994-tentang Pungutan luran Taspen danTunjangan Pensiunan bagi Pejabat/Pegawai DepartemenLuar Negeri yang ditempatkan di Luar Negeri, denganini diberitahukan hal-hal sebagai berikut :

1. Kepada Kepala Bagian/Sub Bagian Tata Usahaagar mengecek tanda bukti melunasi iuran Taspendan Tunjangan Pensiun selama 4 (empat) tahundimuka (sesuai edaran terlampir).

2. Apabila ternyata belum membayar, agardilaksanakan pemotongan luran Taspen danTunjangan Pensiun sekaligus selama 4 (empat)tahun.

3. Uang iuran Taspen dan Tunjangan Pensiuntersebut harap Saudara Transfer ke RekeningBendaharawan Gaji Unit Sekretariat Jenderal No.Ac 700.052.05637.2.01.4 pada Bank DagangNegara, Cabang Hotel Borobudur, Jakarta Pusat.

Demikian agar menjadi perhatian.

A.n. Sekretaris JenderalKepala Biro Keuangan

ttd

Siswadi Harjowijoyo

Nomor : KU.862/VII/94/13/B-4Lampiran : 1 (satu) berkasPerihal : Potongan luran

Taspen

Jakarta, 8 Juli 1994Kepada Yth.Saudara Kepala PerwakilanRI

IURAN PEGAWAI

Page 848: Buku 1 keuangan

823

XVI

ATHAN/ATNIS

Page 849: Buku 1 keuangan

824

Page 850: Buku 1 keuangan

825

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH

BENCANA BAGI NEGARA TANGGAL : 30 MEI 2005

LHIN …… SK/ 2

KONSEP NO : 7628 PRO PERWAKILAN RI : ISLAMABAD

NO : 052448PRO : DUBEREX : ACT. SEKJENRE : TSR ATHAN

MPBFS NO : RR – 034/ISLAMABAD/V/05 TGL 18 MARET 2005DISAMPAIKAN DG HORMAT HALS SBBTTKDUA

1. ATHAN/AS ATHAN ET PBU YANG MENEMPATI RUMAH DINASATAU RUMAH DINAS YANG DISEWA OLEH DINAS PADA KBRIISLAMABAD, MAKA YANG BERLAKU ADALAH JUKLAK KA BIANO : JUKLAK/368/XII/1998 DIMANA ATHAN/AS ATHAN ETPBU BERKWAJIBAN UNTUK MENGEMBALIKAN UANG SEWASEBESAR 15 % KALI GAJI POKOK (SESUAI TPLN) PER BULANKEPADA NEGARA TTK

2. SEDANGKAN ATHAN/AS ATHAN ET PBU YANG MENYEWASENDIRI RUMAH DINASNYA, MAKA YANG BERLAKU ADALAHSK MENLU NO. SP/09107/OR/72 RE TUNJANGAN SEWA RUMAHBAGI HOME STAFF YANG DITEMPATKAN DI LUAR NEGERITTK

DMK UMP TTK HBS

CC. MENLU, SEKJEN, ITJEN, KABAM, KEU/TRANSFER –VERFIKASI

Biaya pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

Penting : Bila terdapat kesalahan pada SALINAN ini harap segera memberitahukan\nya per surat kepada pusatkomunikasi – DEPLU

ATHAN/ATNIS

Page 851: Buku 1 keuangan

826

DEPARTEMEN LUAR NEGERIREPUBLIK INDONESIAPUSAT KOMUNIKASI

KAWAT KELUAR(TIDAK RAHASIA)

INDONESIA – LONDONALL PERWAKIN

NO. : PL – 2333/081205PRO : KUAIC.C : ALL PERWAKINSEX : SEKJENRE : SEWA RUMAH ATHAN

MBFS NO : BB – 439/LONDON/VII/05 18 JULI 2005 ETKOORDINASI DG BPK DISAMPAIKAN HALS SBBTTKDUA

1. RUMAH JABATAN DI PERWAKILAN RI DI L.N. ADALAH WISMAKEPPRI ET RUMAH WAKEPPRI TTK

2. RUMAH NEGARA LAINNYA YANG ADA DI PERWAKILAN RI DIL.N. ADALAH RUMAH DINAS, BAGI PENGHUNI YANG TINGGALDI RUMAH DINAS TSB DIKENAKAN PUNGUTAN SEWA RUMAHSESUAI DG KETENTUAN YANG BERLAKU.

3. BERDASARKAN JUKLAK KA BIA NO; 368/XII/1998 TANGGAL28 DESEMBER 1998 DISEBUTKAN SBBTTKDUA

A. ATHAN/AS ATHAN DAN PBU ATHAN YANG MENEMPATIRUMAH DINAS ATAU RUMAH DINAS YANG DISEWAKANOLEH DINAS, MAKA YANG BERLAKU ADALAH JUKLAK KABIA NO. 368/XII/1998 DIMANA ATHAN/AS ATHAN DANPBU BERKEWAJIBAN UNTUK MENGEMBALIKAN UANGSEBESAR 15 % KALI GAJI POKOK (SESUAI TPLN) PERBULANKEPADA NEGARA TTK.

B. SEDANGKAN ATHAN/AS ATHAN DAN PBU ATHAN YANGMENYEWA SENDIRI RUMAH DINASNYA, MAKA YANG

No. Konsep : 7688

Tanggal : 081205

ATHAN/ATNIS

Page 852: Buku 1 keuangan

827

BERLAKU ADALAH SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUARNEGERI RI NO. SP/08107/OR/72.

4. HASIL POTONGAN SEWA RUMAH HOME STAF ATHAN AGARSEGERA DIPINDAHBUKUKAN KE REKENING MENTERIKEUANGAN YANG SELANJUTNYA DISETORKAN SEBAGAIPENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP FUNGSIONAL)TTK.

DEMIKIAN UMP TTKH HBS

DEPLU

CC : MENLU, SEKJEN, IRJEN, KABAM, KARO KEPEGAWAIAN, KAROKEUANGAN

Biaya pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

PENTING Bila terjadi kesalahan pada salinan ini, mohon SEGERAmenghubungi tlp. 3848627, atau 3441508 ext. 5020, 5021

ATHAN/ATNIS

Page 853: Buku 1 keuangan

828

INDONESIA - ALL PERWAKIN

NO : PL-3262/102805PRO : KEPPRISEX : SEKJEN

MPBF NOMOR: BB-0647/BANGKOK/IX/05 DISAMPAIKAN HALSSBBTTKDUA

1. BERDASARKAN SK MENLU NOMOR: SP/08107/OP/72TANGGAL 11 NOPEMBER 1972 FT KAWAT SEKJEN NOMOR:PL-2333 DINYATAKAN BAHWA RUMAH MILIK NEGARA/RUMAH JABATAN ADALAH BAGI KEPPRI DAN WAKEPPRITTK DGN DEMIKIAN MAKA RUMAHS MILIK NEGARA DIPERWAKILAN DILUAR KEPPRI ET WAKEPPRI ADALAHDIKATEGORIKAN SBG RUMAH DINAS TTK

2. SESUAI DGN KETENTUAN TSB MAKA RUMAH ATHAN/ATNIS ADALAH DLM KATEGORI RUMAH DINAS ET KEPADAATHAN/AS ATHAN/PBU ATHAN/ATNIS YANG MENEMPATTRUMAH DINAS MILIK TNI TSB TETAP BERKEWAJIBANREPEAT BERKEWAJIBAN UNTUK MEMBAYAR KEPADANEGARA SEBESAR 10% (BILA TIDAK DILENGKAPI DENGANPERABOT) ET 15% (BILA DILENGKAPI DENGAN PERABOT)DARI TUNJANGAN POKOK PERBULAN TTK

DEMIKIAN UNTUK DILAKSANAKAN TTK

DEPLU - JAKARTA

CC : MENLU,SEKJEN,IRJEN,KABAM,RO KEPEG,RO KEU,

ATHAN/ATNIS

Page 854: Buku 1 keuangan

829

RAHASIA

MARKAS BESARTENTARA NASIONAL INDONESIABADAN INTELIJEN STRATEGIS

PETUNJUK PELAKSANAANNOMOR : JUKLAK/01/I/2005

tentang

POKOK-POKOK ORGANISASI DAN PROSEDURKANTOR ATASE PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN

1. Umum

a. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangatpesat telah mempengaruhi nilai-nilai sosial politik, ekonomi,budaya dan pertahanan keamanan. Tuntutan hubunganlangsung maupun tidak langsung antar negara atau dengankelompok/organisasi internasional tertentu semakin meluasdan mendalam. Kebutuhan ini tidak terlepas dari kepentingannasional suatu bangsa, sehingga hubungan tiap bangsaterhadap bangsa-bangsa lain atau dengan kelompok/organisasi internasional tertentu akan tercermin dalamkebijaksanaan menentukan politik nasionalnya.

b. TNI sebagai salah satu komponen pertahanan keamanannegara berkewajiban melaksanakan kegiatan dalam membinahubungan dengan negara-negara sahabat di bidang Militer.Untuk keperluan tersebut TNI membuka kantor AtasePertahanan pada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI)di negara-negara sahabat guna memberikan masukantentang permasalahan di negara tersebut yang berkaitandengan kepentingan Pertahanan Keamanan Negara(Hankamneg).

c. Untuk memperlancar tugas-tugas kantor Athan RI diperlukansuatu petunjuk pelaksanaan tentang Pokok-pokok Organisasi

ATHAN/ATNIS

Page 855: Buku 1 keuangan

830

dan Prosedur Kantor Atase Pertahanan Republik Indonesia(Athan RI).

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud : Sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas kantorAthan RI.

b. Tujuan : Agar supaya kantor Athan RI dapat melaksanakantugas secara berhasil guna dan berdaya guna.

3. Tata Urut. Petunjuk Pelaksanaan Pokok – Pokok organisasi danProsedur Athan RI disusun dengan tata urut sebagai berikut :

a. BAB I Pendahuluan

b. BAB II Ketentuan Dasar

c. BAB III Organisasi

d. BAB IV Tugas, Kewajiban dan Tanggung Jawab

e. BAB V Administrasi dan Logistik

f. BAB VI Pengendalian

g. BAB VII Penutup

4. Dasar

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004tentang Tentara Nasional Indonesia.

b. Keppres RI Nomor 60 Tahun 1983 tentang Pokok-Pokokdan Susunan Organisasi ABRI.

c. Keppres RI Nomor 108 Tahun 2003 tentang OrganisasiPerwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri.

d. Keputusan Menteri Pertahanan RI Nomor Kep/19/M/XI 1/2000 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan TataKerja Departemen Pertahanan.

e. Keputusan Menteri Luar Negeri RI Nomor SK65/OR/VI/84/01 Tahun 1984 tentang Pedoman Penempatan AtasePertahanan dan Atase Teknis pada Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri.

ATHAN/ATNIS

Page 856: Buku 1 keuangan

831

f. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/04/l/2002 tanggal 25Januari 2002 tentang Pokok-Pokok Organisasi dan ProsedurBais TNI.

5. Pengertian

a. Kantor Athan RI adalah suatu organisasi/unit/satuanpelaksana Bais TNI yang berkedudukan di KBRI.

b. Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara adalahpejabat TNI yang bertugas di Kantor Athan RI sebagaiperwakilan TNI di luar negeri.

c. Pegawai sipil lokal adalah pegawai sipil yang bertugas di kantorAthan RI, diangkat dan diberhentikan berdasarkan kontrakkerja KBRI.

II. KETENTUAN DASAR

6. Kedudukan. Kantor Athan RI merupakan Unit Pelaksana BaisTNI di luar negeri yang berkedudukan di bawah Bais TNI danditempatkan pada KBRI.

7. Tugas Pokok. Kantor Athan RI bertugas memelihara danmeningkatkan hubungan dan kerjasama di bidang pertahanandalam rangka mempererat hubungan bilateral antara negaraakreditasi dengan negara Republik Indonesia.

8. Fungsi. Guna terlaksananya tugas pokok tersebut Kantor AthanRI menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan usaha, pekerjaan dan kegiatan dalamrangka kepentingan Departemen Pertahanan dan TNI.

b. Menyelenggarakan usaha, pekerjaan dan kegiatan diplomasidi bidang militer dan pertahanan di negara akreditasi.

c. Menyelenggarakan usaha, pekerjaan dan kegiatan protokolerpada bidangnya di KBRI.

d. Menyelenggarakan usaha, pekerjaan dan kegiatan pembinaanadministrasi dan personel Kantor Athan RI.

ATHAN/ATNIS

Page 857: Buku 1 keuangan

832

III. ORGANISASl

9. Susunan Organisasi

a. Kantor Athan RI dapat terdiri dari;

1) Atase Pertahanan RI, disingkat Athan RI sebagai KepalaKantor.

2) Atase Militer, Atase Laut dan Atase Udara,

3) Perwira Bantuan Umum, disingkat PBU.

4) Bintara Administrasi, disingkat Bamin.

5) Sekretaris Athan RI, Sekretaris Atase Militer, SekretarisAtase Laut dan Sekretaris Atase Udara.

6) Pengemudi Athan RI, Pengemudi Atase Militer,Pengemudi Atase Laut dan Pengemudi Atase Udara.

7) Analis/Penterjemah/lnterpreter.

b. Kantor Athan RI yang tidak dilengkapi dengan Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara maka Athan RI merangkap sebagaiAtase Militer/Atase Laut/Atase Udara.

10. Athan RIa. Athan RI adalah seorang Perwira TNI dengan jabatan/

pangkat Kolonel/Brigjen TNI yang diangkat dandiberhentikan oleh Panglima TNI.

b. Masa tugas Athan RI ditetapkan dua/tiga tahun, kecualiada ketentuan lain dari Panglima TNI.

c. Selama penugasan di luar negeri, Athan RI merupakanPerwira yang diperbantukan pada Departemen Luar Negeridengan status Diplomatik.

11. Atase Militer, Atase Laut dan Atase Udaraa. Atase Militer, Atase Laut dan Atase Udara diangkat dan

diberhentikan oleh Panglima TNI.

b. Atase Militer, Atase Laut dan Atase Udara adalahseorang Perwira Menengah TNI dengan jabatan/pangkatKolonel dan senioritas kepangkatan tidak melebihipangkat Athan RI.

ATHAN/ATNIS

Page 858: Buku 1 keuangan

833

c. Masa tugas Atase Militer, Atase Laut dan Atase Udaraditetapkan tiga tahun, kecuali ada ketentuan lain dari PanglimaTNI.

d. Selama penugasan sebagai Atase Militer, Atase Laut danAtase Udara di Luar Negeri, merupakan Perwira yangdiperbantukan pada Departemen Luar Negeri dengan statusDiplomatik.

12. Perwira Bantuan Umum (PBU)a. PBU diangkat dan diberhentikan oleh Panglima TNI.

b. PBU dijabat oleh seorang Perwira dengan pangkat Mayor.

c. Masa tugas PBU ditetapkan tiga tahun kecuali ada ketentuanlain.

d. Selama penugasan di luar negeri sebagai PBU, merupakanPerwira yang diperbantukan pada Departemen Luar Negeridengan status non-diplomatik/Dinas, namun dalam kasus-kasus tertentu dapat berstatus diplomatik.

e. PBU adalah Koordinator Staf Kantor Athan RI danbertanggung jawab kepada Athan RI sebagai Kepala Kantor.

13. Bintara Administrasi

a. Bintara administrasi diangkat dan diberhentikan oleh KabaisTNI.

b. Bintara administrasi Kantor Athan RI dapat dijabat olehseorang Bintara TNI/PNS Gol II/Pegawai Sipil Lokal, berstatusnon Diplomatik.

c. Bintara Administrasi bertugas selama tiga tahun.

14. Sekretaris, Pengemudi dan Analis/Penterjemah/lnterpreter

Sekretaris, Pengemudi dan Analis adalah Pegawai Sipil Lokalyang diangkat dan diberhentikan berdasarkan Surat KeputusanDuta Besar RI atas persetujuan Kabais TNI.

ATHAN/ATNIS

Page 859: Buku 1 keuangan

834

IV. TUGAS, KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB

15. Athan RI

a. Tugas

1) Mewakili Menhan RI, Panglima TNI dan Kepala StafAngkatan dalam kegiatan-kegiatan bidang PertahananNegara di negara akreditasi.

2) Melaksanakan kegiatan dalam rangka membangun,memelihara dan meningkatkan hubungan kerjasama antarAngkatan Bersenjata dan instansi lain yang berkaitandengan pertahanan keamanan negara.

3) Memberikan laporan dan saran kepada Kepala PerwakilanRI mengenai segala sesuatu di bidang tugasnya termasukdalam bidang pengamanan personel, materiil, dokumendan instalasi KBRI.

4) Mengumpulkan keterangan, menganalisa dan membuatlaporan berkala, laporan khusus dan area study negaraakreditasi kepada Kabais TNI.

5) Membantu menyelesaikan administrasi dan kegiatanprotokoler di negara penerima/akreditasi dalam rangkahubungan kerjasama antar Angkatan Bersenjata sertapertahanan keamanan negara.

6) Memimpin Kantor Athan RI.

7) Pada kunjungan kenegaraan/kerja Presiden RI/WakilPresiden RI (VVIP) dan Pejabat Negara (VIP) bertugas :

a) Menyiapkan perkiraan intelijen dan Renpam sesuaiketentuan.

b) Membantu Tim Survey dalam rangka mengumpulkandata awal yang diperlukan khususnya yang berkaitandengan pengamanan dan kelancaran kegiatankunjungan.

c) Membantu Tim Advance (pendahulu) untukmelengkapi data yang diperlukan dan berkoordinasidengan aparat terkait setempat guna kelancaranpelaksanaan kunjungan.

d) Sebagai penghubung antara Tim PengamananIndonesia dengan Tim/Satuan Pengamanan negaraakreditasi.

ATHAN/ATNIS

Page 860: Buku 1 keuangan

835

8) Menilai konduite PBU dan Staf Kantor Athan RI.

9) Melaksanakan tugas-tugas lain atas perintah Kabais TNI.

b. Kewajiban

1) Athan RI wajib memiliki akses seluas-luasnya denganDepartemen Pertahanan, Angkatan Bersenjata daninstansi terkait serta Atase Pertahanan negara lain dinegara akreditasi.

2) Athan RI wajib mengikuti perkembangan situasi di dalamnegeri RI.

3) Athan RI wajib membuat Prosedur Kerja Kantor AthanRI.

c. Tanggung jawab

1) Athan RI bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnyakepada Kabais TNI.

2) Athan RI bertanggung jawab kepada Kepala PerwakilanRI atas pelaksanaan tugas yang diberikan oleh KepalaPerwakilan RI.

d. Ketentuan-ketentuan lain

1) Athan RI tidak dibenarkan membuat commitmentsseperti mengundang untuk suatu kunjungan ke Indonesia,mengadakan “transaksi” jual beli atas dasar kontrak danlain-lain tindakan yang dapat mengakibatkan keterikatan(committed), kecuali atas perintah tertulis Kabais TNIatau pejabat lainnya yang diberi wewenang untuk itu.

2) Dalam rangka pengadaan barang di luar negeri melaluifasilitas kredit ekspor, Athan RI di negara akreditasidiwajibkan membantu proses pengadaan mulai daribonafiditas perusahaan, informasi harga barang hinggapengiriman barang.

3) Athan RI diwajibkan untuk memeriksa, meneliti danmelaporkan materiil pengadaan barang dari luar negeriuntuk Dephan/TNl yang sudah siap untuk dikirimkan,dengan melakukan endorsement (counter sign) atasinvoice yang diajukan oleh supplier setelah mendapatpersetujuan dari Kabais TNI (Skep Panglima TNI No.724/X/1995 tanggal 18 Oktober 1995 tentang Tata caraPengadaan Barang Dephan/Mabes TNl). Dokumen yangdiperlukan meliputi antara lain:

ATHAN/ATNIS

Page 861: Buku 1 keuangan

836

a) Packing list

b) Clean A WB/BL (Airway Bill/Bill of Lading).

c) Custom Clearance.

d) Export Licence.

4) Membantu kelancaran anggota TNI yang melaksanakantugas di wilayah negara akreditasi sesuai denganketentuan dan kemampuan.

5) Athan RI dilarang meninggalkan wilayah negara akreditasi,kecuali atas perintah/izin Kabais TNI.

6) Bagi Athan RI yang kembali ke Indonesia karena adakeperluan dinas/pribadi diharuskan melapor kepada KabaisTNI U.p. Direktur “B” Bais TNI.

7) Athan RI yang tidak didampingi oleh Atase Militer/AtaseLaut/Atase Udara :

a) Bertindak sebagai Atase Militer/Atase Laut/AtaseUdara.

b) Bila berhalangan dalam menjalankan tugasnya karenasakit, cuti/dinas ke luar wilayah negara akreditasi,maka hal-hal rutin yang masih dalam proses (pendingmatters) harus diserahkan kepada Kepala PerwakilanRI dan dilaporkan kepada Kabais TNI.

c) Bila sakit keras atau berhalangan tetap, maka tugas-tugas rutin Athan RI diambil alih sementara olehKepala Perwakilan RI dan dilaporkan kepada KabaisTNI atau dibekukan sementara sampai ada keputusanlebih lanjut dari Panglima TNI.

8) Athan RI yang didampingi oleh Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara, bila berhalangan/berhalangan tetap makatugas-tugasnya langsung diserahkan/diambil alih olehAtase Militer/Atase Laut/Atase Udara yang tertua danmelaporkannya kepada Kabais TNI.

16. Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara

a. Tugas1) Melaksanakan kegiatan dalam rangka membangun,

memelihara dan meningkatkan hubungan kerjasamadengan Angkatan Darat/Laut/Udara dan instansi lain yangberkaitan dengan pertahanan keamanan negara.

ATHAN/ATNIS

Page 862: Buku 1 keuangan

837

2) Memberikan laporan pertimbangan dan saran kepadaKepala Perwakilan RI mengenai segala sesuatu di bidangtugasnya.

3) Mengumpulkan keterangan, menganalisa dan membuatlaporan berkala serta laporan khusus di bidang tugasnyakepada Kabais TNI.

4) Membantu menyelesaikan administrasi dan protokoler dinegara akreditasi dalam rangka hubungan kerjasamadengan Angkatan Darat/Laut/Udara dan instansi terkaitlainnya.

5) Mewakili Athan RI, apabila Athan RI berhalangan dalammelaksanakan tugasnya.

6) Pada kunjungan kenegaraan/kunjungan kerja PresidenRI/Wakil Presiden RI (VVIP) dan Pejabat Negara (VIP),di bawah koordinasi Athan RI melaksanakan kegiatansebagai berikut :

a) Menyiapkan perkiraan intelijen dan Renpam sesuaiketentuan.

b) Membantu Tim Survey dalam rangka mencari data/memperoleh data awal yang diperlukan khususnyayang berkaitan dengan pengamanan.

c) Membantu Tim Advance (pendahulu) untukmelengkapi data yang diperlukan dan berkoordinasidengan aparat terkait setempat guna kelancaranpelaksanaan kunjungan.

d) Sebagai penghubung antara Tim PengamananIndonesia dengan Tim/Satuan Pengamanan negaraakreditasi.

7) Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, berkoordinasidengan Athan RI.

8) Melaksanakan tugas-tugas lain atas perintah Kabais TNI.

b. Kewajiban

1) Memiliki akses seluas-luasnya dengan Angkatan Darat/Laut/Udara dan instansi terkait serta Atase Militer/AtaseLaut/Atase Udara negara lain di negara akreditasi.

2) Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara diwajibkan mengikutiperkembangan situasi di dalam negeri RI.

ATHAN/ATNIS

Page 863: Buku 1 keuangan

838

c. Tanggung jawab

1) Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara bertanggung jawabatas pelaksanaan tugasnya kepada Kabais TNI.

2) Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara bertanggung jawabkepada Kepala Perwakilan RI atas pelaksanaan tugasyang diberikan oleh Kepala Perwakilan RI.

d. Ketentuan-ketentuan lain1) Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara tidak dibenarkan

membuat commitments antara lain mengundang untuksuatu kunjungan ke Indonesia, mengadakan “transaksi”jual beli atas dasar kontrak dan tindakan lain yang dapatmengakibatkan keterikatan (committed), kecuali atasperintah tertulis Kabais TNI atau Pejabat lainnya yangdiberi wewenang untuk itu.

2) Memberikan bantuan seperlunya bagi anggota TNI yangberada di wilayah negara akreditasi sesuai denganketentuan dan kemampuan.

3) Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara dilarangmeninggalkan wilayah negara akreditasi, kecuali atasperintah/izin Kabais TNI.

4) Bagi Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara yang kembalike Indonesia karena ada keperluan dinas/pribadidiharuskan melapor kepada Kabais TNI U.p. Direktur“B” Bais TNI.

5) Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara yang berhalangantetap/tidak tetap, maka tugasnya diserahkan/diambil aliholeh Athan RI.

17. Perwira Bantuan Umum (PBU)

a. Tugas1) Melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan dan urusan

dalam Kantor Athan RI.2) Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan administratif dan

teknis di Kantor Athan RI.3) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya atas perintah

Athan RI atau Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara.

ATHAN/ATNIS

Page 864: Buku 1 keuangan

839

b. Kewajiban1) PBU wajib menjaga ketertiban administrasi dan personal

Kantor Athan RI.2) PBU wajib membina hubungan baik dengan seluruh staf

di lingkungan KBRI.3) PBU wajib mengenali dan menekuni masalah strategi

negara akreditasi yang ada hubungannya dengankepentingan Hankam.

4) PBU wajib mengikuti perkembangan situasi di dalam negeriRI.

c. Tanggung jawab.

Dalam melaksanakan tugasnya PBU bertanggung jawabkepada Athan RI selaku kepala Kantor Athan RI.

d. Ketentuan-ketentuan lain

1) PBU dapat didaftarkan di Departemen Pertahanan negaraakreditasi sesuai dengan ketentuan setempat.

2) PBU dapat melaksanakan perintah kedinasan yangdiberikan oleh Atase Militer/Atase Laut/Atase Udaraatas sepengetahuan Athan RI.

3) PBU hanya dapat berhubungan dengan Departemen danAngkatan Bersenjata negara akreditasi atas perintahAthan RI atau Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara.

4) PBU dapat meninggalkan tempat tugas baik dalam rangkadinas maupun untuk keperluan lainnya atas perintah/izinAthan RI.

18. Bintara Administrasi (Bamin) a. Tugas

1) Membantu PBU dalam tugas-tugas administrasi danpersonel kantor Athan RI.

2) Memelihara administrasi inventaris Kantor Athan RI.

3) Melaksanakan tugas lain atas perintah Athan RI atauAtase Militer/Atase Laut/Atase Udara.

b. Kewajiban.

Bamin berkewajiban menjaga kelancaran dan ketertibankegiatan administrasi Kantor Athan RI.

ATHAN/ATNIS

Page 865: Buku 1 keuangan

840

c. Tanggung jawab.

Bamin Kantor Athan RI bertanggung jawab kepada PBUdalam melaksanakan tugasnya.

19. Sekretaris Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/AtaseUdara

a. Tugas

1) Melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara.

2) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya atas perintahAthan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara.

b. Kewajiban.

Sekretaris Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udaraberkewajiban menjamin kelancaran kegiatan Athan RI/AtaseMiliter/Atase Laut/Atase Udara di bidang Kesekretariatan.

c. Tanggung jawab.

Sekretaris Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udarabertanggung jawab kepada Athan RI/Atase Militer/AtaseLaut/Atase Udara dalam melaksanakan tugasnya.

d. Ketentuan-ketentuan lain.

Sekretaris Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udaradapat meninggalkan tempat bertugas atas izin Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara.

20. Pengemudi Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/AtaseUdara

a. Tugas

1) Melaksanakan tugas-tugas mengemudi dan memeliharakendaraan dinas Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/AtaseUdara.

2) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya atasperintah Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara.

b. Kewajiban.

Pengemudi Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udaraberkewajiban memelihara kelayakan kendaraan dinas Athan

ATHAN/ATNIS

Page 866: Buku 1 keuangan

841

RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara dan kendaraanAtase lainnya.

c. Tanggung jawab.

Pengemudi Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udarabertanggung jawab kepada Athan RI/Atase Militer/AtaseLaut/Atase Udara dalam melaksanakan tugasnya.

d. Ketentuan-ketentuan lain.

Pengemudi Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udaradapat meninggalkan tempat bertugas atas izin Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara.

21. Analis/Penterjemah/lnterpretera. Tugas

1) Mengumpulkan dan menganalisa informasi yang berkaitandengan tugas pokok Kantor Athan RI.

2) Menterjemahkan bahan-bahan tulisan yang berkaitandengan tugas Kantor Athan RI.

3) Melaksanakan tugas sebagai juru bahasa Athan RI/AtaseMiliter/Atase Laut/Atase Udara.

4) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya atas perintahAthan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara.

b. Kewajiban.

Analis/Penterjemah/lnterpreter berkewajiban menjaminkelancaran kegiatan Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/AtaseUdara sesuai dengan tugasnya.

c. Tanggung jawab.

Analis/Penterjemah/lnterpreter bertanggung jawab kepadaAthan RI dalam melaksanakan tugasnya.

d. Ketentuan-ketentuan lain.

Analis/Penterjemah/lnterpreter Kantor Athan RI meninggalkantempat bertugas atas izin Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara.

ATHAN/ATNIS

Page 867: Buku 1 keuangan

842

V. ADMINISTRASI DAN LOGISTIK

22. Administrasi Personel

a. Penilaian konduite Athan RI, Atase Militer, Atase Laut danAtase Udara oleh Kepala Perwakilan RI.

b. Penilaian konduite PBU dan Staf Athan RI lainnya dilaksanakanoleh Athan RI.

c. Ketentuan Pegawai Sipil Lokal Kantor Athan RI:

1) Jumlah pegawai di Kantor Athan RI, ditetapkan oleh KabaisTNI.

2) Penerimaan, pemberhentian dan penambahan jumlahpegawai sipil lokal dilaksanakan melalui prosedur yangberlaku di KBRI setempat setelah mendapat securityclearance dan persetujuan Kabais TNI.

3) Calon Pegawai Sipil Lokal yang sedang dalam prosessecurity clearance, dapat diangkat sebagai Pegawai HarianLepas dengan batas waktu selama-lamanya tiga bulan.

4) Apabila Calon tersebut tidak memenuhi syarat sebagaiPegawai Sipil Lokal, maka usulan pengangkatannyadibatalkan dan tidak dapat diajukan lagi.

5) Masa tugas Pegawai Sipil Lokal disesuaikan denganperaturan kepegawaian di KBRI setempat.

6) Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara dilarangmenerima calon Pegawai Sipil Lokal apabila:

a) Calon pegawai tersebut masih ada hubungan keluargadengan salah seorang Home Staff/Home BasedPersonnel Perwakilan RI.

b) Kedatangan maupun keberadaan calon pegawaitersebut di negara akreditasi atas biaya negara.

c) Calon pegawai tersebut masih dalam ikatan kerjadengan Departemen lain (tugas belajar, sebagai nurseatau pembantu rumah tangga, Home Staff dansebagainya).

d. Ketentuan lain

1) Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara dan PBUharus segera meninggalkan posnya paling lambat empat

ATHAN/ATNIS

Page 868: Buku 1 keuangan

843

belas hari setelah penggantinya tiba di Perwakitan RI,kecuali ada ketentuan lain dari Kabais TNI.

2) Isteri Athan RI, Atase Militer/Atase Laut/Atase Udaradan PBU wajib mendampingi suaminya selama masapenugasan.

3) Istri Athan RI, Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara yangakan meninggalkan negara akreditasi harus mendapatkanizin dari Kabais TNI Up. Direktur “B” Bais TNI. Sedangkanbagi Isteri PBU yang akan meninggalkan negara akreditasiharus mendapatkan izin dari Athan RI.

4) Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara dan PBUberhak mengambil cuti tahunan setelah 1 tahun beradadi negara akreditasi.

23. Administrasi Pelaporan

a. Macam dan bentuk laporan/produk

1) Produk/laporan Intelijen Strategis dibuat sesuai denganSurat Keputusan Kepala Badan Intelijen Strategis TNINomor Skep/017/IV/1994 tanggal 29 April 1994 tentangJuknis Pembuatan Laporan Produk Intelijen Strategismeliputi:

a) Laporan Harian.

b) Laporan Harian Khusus.

c) Laporan Mingguan.

d) Laporan Bulanan.

e) Laporan Tahunan.

f ) Laporan Khusus.

g) Laporan Atensi.

h) Area Study negara akreditasi.

j) Perkiraan Intelijen.

k) Renpam VVIP.

2) Bentuk laporan/produk terlampir.

b. Penyampaian atau pengiriman laporan/produk

1) Penyampaian atau pengiriman laporan/produk intelijenke luar kantor Athan RI ditandatangani oleh Athan RI,

ATHAN/ATNIS

Page 869: Buku 1 keuangan

844

kecuali hal-hal yang berkaitan dengan permasalahanAngkatan.

2) Apabila Athan RI berhalangan maka laporan/produkintelijen dapat ditandatangani oleh Atase Militer/AtaseLaut/Atase Udara.

3) Laporan/produk intelijen dikirim kepada Kabais TNI,dengan tembusan instansi terkait.

4) Laporan/produk intelijen yang berkaitan denganpermasalahan Angkatan di buat oleh Atase Militer/AtaseLaut/Atase Udara dikirimkan kepada Kabais TNI dengantembusan kepada Staf Angkatan.

5) Teknis penyampaian/pengiriman laporan disesuaikandengan peraturan-peraturan yang berlaku di KBRIsetempat.

6) Khusus Area Study wajib dibuat dan dikirim kepada KabaisTNI sebanyak 2 kali selama penugasan, masing-masing6 bulan tahun pertama penugasan dan 6 bulan sebelumberakhir penugasan.

24. Administrasi Logistik

a. Administrasi Keuangan

1) Administrasi Keuangan Kantor Athan RI dilaksanakanberdasarkan:

a) Surat Edaran Bersama Menhankam/Pangab danMenteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor SE/09A/I/1982 dan Nomor 3830/82/02 tanggal 26 Juni1982 tentang Penyelenggaraan Administrasi Keuanganpada Athan RI.

b) Surat Pangab Nomor B/1276/07/03/01/Pusku tanggal3 Juni 1987 tentang Penyelenggaraan AdministrasiKeuangan pada Kasubbagmin Perwakilan RI.

c) Surat Kabais ABRI Nomor R/3357/XII/1986 tanggal7 Desember 1986 perihal PenyelenggaraanAdministrasi Keuangan pada Athan.

d) Petunjuk Teknik Dirjen Renumgar Nomor Juknik/04/XII/1997/DJRA tanggal 31 Desember 1997 perihalTata Cara Pendanaan dan PertanggungjawabanKeuangan Athan.

ATHAN/ATNIS

Page 870: Buku 1 keuangan

845

2) Tata Cara Penganggaran/Pendanaan

a) Anggaran belanja (dana) Kantor Athan RI bersumberdari Anggaran Rutin U.O. Mabes TNI yang disalurkanoleh Pusku TNI.

b) Kebutuhan anggaran belanja (dana) Kantor AthanRI diajukan oleh Bais TNI ke Mabes TNI dalam bentukDaftar Usulan Kegiatan (DUK) Kantor Athan RI. DUKKantor Athan RI Tahun Anggaran yang akan datangdibuat berdasarkan sumbangan DUK tiap-tiap KantorAthan RI yang dikirim pada bulan Februari setiapTahun Anggaran berjalan.

c) Besarnya alokasi/pagu anggaran untuk tiap-tiap KantorAthan RI ditetapkan oleh Mabes TNI dalam bentukalokasi anggaran Kantor Athan RI.

3) Mekanisme penyaluran penggunaan dan penerimaandana Kantor Athan RI

a) Dana rutin disalurkan oleh Pekas Khusus Kantor AthanRI ke rekening Bendaharawan KBRI.

b) Penggunaan dana rutin Kantor Athan RIdiadministrasikan, dipertanggungjawabkan dandilaporkan oleh Bendaharawan KBRI dengan diketahui/disetujui oleh Athan RI dan atasan langsungBendaharawan KBRI kepada Kapusku TNI melaluiPekas Khusus Athan RI dan kepada Kabais TNI Cq.Direktur “F” Bais TNI.

c) Penerimaan dan pengeluaran dana rutin setiap bulandilaporkan pada Kabais TNI U.p. Direktur “F” BaisTNI pada kesempatan pertama.

d) Pengeluaran rutin Kantor Athan RI harus sesuaidengan alokasi anggaran Kantor Athan RI denganmenggunakan mata anggaran yang telah ditentukan.

4) Sisa Dana/Anggaran Rutin pada akhir Tahun Anggaran

a) Sisa Dana/Anggaran Rutin Kantor Athan RI padapenutupan buku akhir Tahun Anggaran dimasukkanke pembukuan Anggaran Rutin Kantor Athan RI(sebagai Sisa Anggaran Rutin/SlAR) dan digunakanuntuk mendukung kegiatan rutin pada tahunberikutnya.

ATHAN/ATNIS

Page 871: Buku 1 keuangan

846

b) Sisa Dana/Anggaran Rutin (SIAR) tersebut dilaporkankepada Kabais TNI U.p. Dir “F” dengan tembusanKapusku TNI selamba-lambatnya pada tanggal 10Januari.

c) Penggunaan dana SIAR tersebut harus mendapatkanizin tertulis dari Kabais TNI.

5) Dana Pihak ke 3 (P3)

a) Dana P3 harus disimpan di rekening BendaharawanKBRI sebelum disetor ke Kas Negara.

b) Athan RI dilarang menyimpan dan menggunakandana P3.

c) Peminjaman dana P3 oleh Athan RI dibenarkan untukkeperluan yang sangat penting dan mendesak atasizin (tertulis) Kabais TNI.

6) Laporan dan Pertanggungjawaban Keuangan KantorAthan RI.

(a)Bendaharawan KBRI sesuai pasal 77 ICW (stbl 1925Nomor 448, sebagaimana diubah dan ditambahterakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun1968) diwajibkan menyusun pembukuan danpertanggungjawaban keuangan menurut ketentuanyang berlaku di KBRI/Departemen Luar Negeri, yaitudengan sistem SPJ-UUDP 1982 (pertanggung-jawabankeuangan) Perwakilan RI di luar negeri.

(b)Laporan Pembukuan dan PertanggungjawabanKeuangan Kantor Athan RI terdiri atas dua macam,yaitu:

(1) Pertanggungjawaban Keuangan (Wabku)

(a) Wabku ialah pertanggungjawaban keuanganyang terdiri atas Laporan Keuangan (Lapku)disertai bukti-bukti Kas (Kuitansi/bill-bill/tiketdan sebagainya) beserta dokumen pembantu(supporting documents), dibuat rangkapempat dan dilegalisir oleh pejabat yangberwenang.

(b) Tanda bukti pengeluaran sekaligus berfungsisebagai Surat Permintaan Pembayaran Rutin(SPPR), karena pengeluaran tersebut tetahdiketahui oleh Athan RI yang bersangkutan.

ATHAN/ATNIS

Page 872: Buku 1 keuangan

847

(2) Laporan Keuangan (Lapku)

(a) Lapku dibuat dalam rangkap lima berupa :

i. Surat Pengantar-Lampiran 15 Juknik/4/XII/1997/DJRA.

ii. Buku Kas Bank-Lampiran 1 Juknik/4/Xll/1997/DJRA.

iii. Buku Bank-Lampiran 2 Juknik/4/XII/1997/DJRA.

iv. Daftar Ikhtisar Keadaan Kas-Lampiran 3Juknik/04/XII/1997/DJRA.

v. Daftar Uang Muka/Pinjaman - Lampiran4 Juknik/04/XII/1997/DJRA.

vi. Penerimaan/Pengeluaran-Lampiran 5Juknik/04/XII/1997/DJRA.

vii. Laporan Realisasi Anggaran Belanja-Lampiran 8 Juknik/04/XII/1997/DJRA.

(b) Semua laporan PertanggungjawabanKeuangan Kantor Athan RI harus dikirimkansetiap bulan oleh Athan RI.

7) Pengiriman Pertanggungjawaban Keuangan Kantor AthanRI adalah sebagai berikut:

a) Pertanggungjawaban Keuangan yang terdiri atasWabku dan Lapku dikirim selambat-lambatnya padatanggal 10 bulan berikutnya.

b) Pertanggungjawaban Keuangan dikirim kepada:

(1) Pekas Khusus Kantor Athan RI/Pusku TNI(lembar asli dan lembar ke tiga).

(2) Kabais TNI Up. Direktur “F” Bais TNI (lembar keempat).

(3) Biro Keuangan Deplu RI (lembar ke lima tanpadisertai Wabku).

(4) Lembar ke dua sebagai arsip (BendaharawanKBRI/Kantor Athan RI).

8) Nota Hasil Pemeriksaan (NHP)a) Pusku TNI akan menerbitkan NHP dengan bentuk

dan cara sesuai dengan ketentuan Petunjuk

ATHAN/ATNIS

Page 873: Buku 1 keuangan

848

Pembinaan Keuangan Dephan, terhadap kesalahan-kesalahan teknis dalam pembukuan/pengeluaran-pengeluaran yang tidak memenuhi ketentuan yangberlaku.

b) Nota Penutup Hasil Pemeriksaan (NPHP) akanditerbitkan apabila Paket Pertanggung JawabanKeuangan yang telah memenuhi persyaratan(Wetmatigheid, Rechtmatigheid dan Doelmatigheid).

c) Bendaharawan KBRI setempat berkewajibanmenjawab NHP sesuai dengan yang dipermasalahkandengan mengisi kolom jawaban sesuai dengan nomoryang dipersoalkan. Jawaban NHP tersebut selambat-lambatnya telah disampaikan ke Pusku TNI dalamwaktu lima belas hari setelah NHP tersebut diterimaoleh Bendaharawan KBRI dengan tembusan sesuaitembusan yang tercantum pada NHP yaitu :(1) IrjenTNI.(2) Kabais TNI.

9) Setiap akhir semester Athan RI wajib mengirimkan laporanmutasi tentang kekuatan personel/materiil kepada KabaisTNI dengan tembusan Kapusku TNI selambat-lambatnyadua puluh hari setelah berakhirnya semester yangbersangkutan dalam bentuk:

a) Daftar Kekuatan Personel (Lampiran 9).

b) Daftar Inventaris Materiil (Lampiran 10).

10) Athan RI wajib melaporkan posisi sementara perkiraankeuangannya pada setiap bulan kepada Kabais TNI tanpamenunggu laporan keuangan model “P” yang disusunoleh Bendaharawan KBRI setempat sebagai posisikeuangan yang definitif. Laporan ini selambat-lambatnyaharus sudah diterima Kabais TNI Up. Dir “F” pada tanggaldua puluh pada bulan berjalan dengan radiogram/sandi/faksimile.

b. Administrasi Kantor dan Perumahan Dinas

1) Kantor Athan RI.a) Kantor Athan RI merupakan bagian dari Organisasi

Perwakilan Diplomatik RI di Luar Negeri sebagai UnsurStaf.

ATHAN/ATNIS

Page 874: Buku 1 keuangan

849

b) Kantor Athan RI dipimpin oleh seorang Athan RI,merupakan satu kesatuan dengan sistem laporan danadministrasi yang tunggal.

2) Perumahan dinas

a) Rumah dinas.

(1) Sebuah bangunan/rumah yang telah dibeli olehDephan/TNl dan digunakan sebagai rumah dinasAthan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udarabeserta keluarganya, dinyatakan milik negara olehKabais TNI.

(2) Sebuah bangunan/rumah berdasarkanpertimbangan khusus disewa oleh Dephan/TNldinyatakan sebagai rumah dinas selama masasewa, yang ditempati oleh Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara beserta keluarganya.

b) Guest House adalah sebuah rumah dinas KantorAthan RI yang tidak ditempati, dimanfaatkan untukfasilitas tamu Kantor Athan.

3) Administrasi Rumah Dinas

a) Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara danPBU yang menempati rumah dinas atau rumah dinasyang disewa oleh dinas, ketentuan pembayaran uangsewanya mengacu kepada peraturan yang berlakudi KBRI setempat.

b) Perbaikan rumah dinas Athan RI/Atase Militer/AtaseLaut/Atase Udara menjadi tanggungan negara.

c) Biaya penerangan/pemanasan/pendinginan rumahlistrik, AC, heater dan telepon menjadi tanggungandinas, sedang biaya penggunaan air dan gas menjaditanggung jawab masing-masing Athan RI/AtaseMiliter/Atase Laut/Atase Udara.

d) Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara dapatmempekerjakan seorang tukang kebun untukperawatan halaman/kebun atas biaya dinas.

e) Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udaradiizinkan untuk melaksanakan pengadaan baranguntuk melengkapi rumah dinas dengan alat-alat rumahtangga pokok (primer) atas biaya dinas yang

ATHAN/ATNIS

Page 875: Buku 1 keuangan

850

disesuaikan dengan kemampuan anggaran setempat,maksimal sekali dalam masa jabatannya. Alat-alatrumah tangga pokok (primer) ditetapkan sebagaiberikut:

(1) Satu stel kursi tamu yang representatif.

(2) Satu stel meja makan untuk maksimal dua belasorang.

(3) Satu perangkat Dinner Set termasuk gelas,sendok, garpu, pisau, serbet dan tempat lilinmaksimal untuk dua belas orang.

(4) Double-beds sejumlah ruangan tidur dengan lemaridan meja toilet yang diperlukan.

(5) Kain penutup pintu/jendela (gordijn dan vitrages)sesuai kebutuhan.

f ) Pengadaan peralatan rumah tangga lainnya di luarketentuan tersebut di atas harus seizin Kabais TNl.

4) Administrasi rumah sewa. PBU yang menempati rumahyang disewa sendiri mendapatkan Tunjangan SewaRumah (TSR) sesuai dengan ketentuan KBRI setempat.

c. Administrasi Kendaraan Dinas

1) Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara masing-masing berhak mendapat fasilitas kendaraan dinas danseorang pengemudi atas tanggungan dinas.

2) Biaya pemeliharaan dan kebutuhan bahan bakar mobildinas dibebankan pada Anggaran Rutin.

3) Mobil dinas Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udaraadalah jenis sedan dengan warna hitam atau putih polosdan merk yang disesuaikan dengan kemampuananggaran, tetapi maksimal setingkat di bawah jenis danmerk mobil dinas Duta Besar RI. Sedangkan mobil dinaskantor Athan RI lainnya ditetapkan jenis station wagonyang representatif, sesuai kemampuan anggaran.

4) Pengadaan mobil dinas selain mobil dinas Athan RI/AtaseMiliter/Atase Laut/Atase Udara harus seizin Kabais TNI.

5) Pembaharuan/penggantian mobil dinas Athan RI/AtaseMiliter/Atase Laut/Atase Udara serta mobil dinas lainnya

ATHAN/ATNIS

Page 876: Buku 1 keuangan

851

dapat diajukan kepada Kabais TNI setelah masa pakaiselama lima tahun sejak tanggal pembelian denganmemperhitungkan kondisi anggaran kantor Athan RI.

6) Penyimpangan dari hal tersebut diatas yang disebabkanoleh hal-hal yang mendesak (kecelakaan, pertimbanganteknis lain) dapat diajukan kepada Kabais TNI.

d. Administrasi Pakaian Dinas Seragam

1) Pengertian Pakaian Dinas Seragam adalah:

a) Macam Pakaian Dinas Seragam TNI berikut atribut-atributnya serta penggunaannya disesuaikan denganKeputusan Panglima TNI Nomor Kep/569/V/1975tanggal 22 Mei 1975 yang telah disempurnakan denganSurat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/198/111/1991 tanggal 20 Maret 1991 tentang Tanda PangkatTNI dan Surat Telegram Panglima TNI Nomor ST/63/1996 tanggal 20 Maret 1996 tentang PenertibanSeragam TNI dan Atribut.

b) Bagi Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udaraselain seragam TNI seperti tersebut di atas berlakupula Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1336/Xll/1974 tanggal 12 Desember 1974 tentang tali-bahupengenal Athan RI.

2) Ketentuan pemakaian pakaian seragam :

a) Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara danPBU yang ditempatkan di negara beriklim tropis,penggunaan pakaian seragam TNI didasarkan atasSurat Keputusan Menhan dan Panglima TNI yangberlaku.

b) Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara danPBU yang ditempatkan di negara-negara beriklim subtropis, penggunaan seragam TNI didasarkan atasSurat Keputusan Menhan dan Panglima TNI sepertitersebut dalam butir “a” di atas disesuaikan denganaturan protokoler negara akreditasinya.

c) Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara yangkarena pertimbangan-pertimbangan khususditempatkan dalam jabatan dengan pangkat

ATHAN/ATNIS

Page 877: Buku 1 keuangan

852

diplomatik, tidak mendapatkan seragam TNI namundiganti dengan Black Tie, PSL dan PSH masing-masing1 stel.

d) Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara danPBU mendapatkan seragam PDU-I, PDU-II dan PDU-IV masing-masing satu stel yang diberikan sebelumberangkat menuju negara tujuan.

e) Selama penugasannya di luar negeri, Athan RI/AtaseMiliter/Atase Laut/Atase Udara dan PBU berhakmendapat satu kali tambahan pakaian Seragam TNI,masing-masing satu stel untuk setiap jenis pakaianseragam atas biaya dinas.

f ) Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara yangditempatkan dalam jabatan diplomatik berhakmendapatkan satu kali tambahan PSL, PSH dan BlackTie masing-masing 1 stel atas biaya dinas.

g) Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara danPBU yang bertugas di daerah sub tropis, dilengkapidengan overcoat sebagai kelengkapan seragam TNI/Korp Wanita TNI yang berwarna abu-abu tua.

h) Athan RI/Atase Militer/Atase Laut/Atase Udara danPBU yang akan melaksanakan kegiatan dinas diDephan/Mabes TNI/Mabes Angkatan diwajibkanmemakai pakaian seragam TNI.

VI. PENGENDALIAN

25. Pengendaliana. Pengendalian operasional Kantor Athan RI oleh Kabais TNI,

pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Direktur “B” Bais TNI.b. Pengendalian Administrasi Kantor Athan RI oleh Kabais TNI,

pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Direktur “F” Bais TNI.c. Kegiatan Harian Kantor Athan RI dikoordinasikan oleh

Dubes RI.

ATHAN/ATNIS

Page 878: Buku 1 keuangan

853

Tanggal : 22 Februari 2006 KONSEP NO : 5414

PRO PERWAKILAN RI : BERIIN, ALL PERWAKILAN

NO : 060678PRO : SEMUA KEPPRIEX : ACT. SEKJENRE : MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN ATNIS &

ATHAN

MBFR KBRI BERIIN RR-54/BERIIN XII/05 TANGGAL 16DESEMBER 2005 PERIHAL TERSEBUT DI ATAS, BERSAMA INIDISAMPAIKAN DASAR HUKUM PENGELOLAAN ET. PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN ATNIS/ATHAN ADALAH SBB :

1. UNDANG-UNDANG RI NO. 37 TAHUN 1999 TENTANGHUBUNGAN LUAR NEGERI

PASAL 8

(1) MENTERI ATAS USUL PIMPINAN DEPARTEMEN ATAULEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN DAPATMENGANGKAT PEJABAT DARI DEPARTEMEN ATAULEMBAGA YANG BERSANGKUTAN UNTUK DITEMPATKANPADA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA GUNAMELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS YANG MENJADI BIDANGWEWENANG DEPARTEMEN ATAU LEMBAGA TERSEBUT.

(2) PEJABAT SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1)SECARA OPERASIONAL DAN ADMINISTRATIF MERUPAKANBAGIAN YANG TIDAK TERPISAHKAN DARI PERWAKILANREPUBLIK INDONESIA SERTA TUNDUK PADA PERATURAN-PERATURAN TENTANG TATA KERJA PERWAKILANREPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI.

2. KEPUTUSAN PRESIDEN RI NOMOR 108 TAHUN 2003 TENTANGORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUARNEGERI.

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI KAMI

ATHAN/ATNIS

Page 879: Buku 1 keuangan

854

Pasal 18

(1) PENGELOLAAN KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN PADAPERWAKILAN DILAKUKAN SESUAI DENGAN KETENTUANPERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU.

(2) ANGGARAN BELANJA PEGAWAI ATASE TEKNIS DAN ATASEPERTAHANAN MENJADI BAGIAN DARI ANGGARANDEPARTEMEN LUAR NEGERI.

(3) ANGGARAN BELANJA BARANG ATASE TEKNIS DAN ATASEPERTAHANAN MENJADI BEBAN ANGGARAN MASING-MASING DEPARTEMEN ATAU LEMBAGA PEMERINTAH NONDEPARTEMEN YANG BERSANGKUTAN.

PASAL 22

(1) ATASE TEKNIS, ATASE PERTAHANAN DAN STAF TEKNISSECARA OPERASIONAL DAN ADMINISTRATIF MERUPAKANBAGIAN YANG TIDAK TERPISAHKAN DARI PERWAKILANREPUBLIK INDONESIA.

3. BERDASARKAN UNDANG-UNDANG ET KEPPRES TERSEBUT DIATAS, MAKA MEKANISME PENGELOLAAN DANPERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN ATNIS/ATHANDIPERWAKILAN RI ADALAH SBB :

a. SISTEM PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABANKEUANGAN ATNIS DAN ATHAN DI PERWAKILAN RI DILUAR NEGERI MENJADI WEWENANG PERWAKILAN RI YANGBERSANGKUTAN. DENGAN DEMIKIAN TEKNIS PEMBUKUANADMINISTRASI SPJK ATNIS DAN ATHAN DILAKUKANSECARA TERPUSAT OLEH PEJABAT PENGELOLA KEUANGANYANG DITUNJUK OLEH MENTERI LUAR NEGERI.

b. PADA SAAT MENTERI DEPARTEMEN TEKNIS/HANKAMMENUNJUK PEJABAT-PEJABAT UNTUK DIPERBANTUKANKEPADA DEPARTEMEN LUAR NEGERI MAKA SEYOGYANYASECARA OTOMATIS JUGA MEMBERIKAN KUASA KEPADAMENTERI LUAR NEGERI UNTUK MENUNJUK PEJABATPENGELOLA KEUANGAN SATKER ATNIS DAN ATHAN DIPERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI YANG DILAKUKANSECARA TERPADU/TUNGGAL.

c. KETENTUAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN ATNIS DAN ATHAN DIWUJUDKAN

ATHAN/ATNIS

Page 880: Buku 1 keuangan

855

DENGAN CARA ANTARA LAIN ATNIS DAN ATHANMENGETAHUI DAN MENANDATANGANI SETIAP DOKUMENKEUANGAN YANG MENJADI MATERIL DAN AKIBAT YANGTIMBUL DARI DOKUMEN TERSEBUT TETAP BERADA PADAATHAN DAN ATNIS.

d. DALAM HAL ATNIS/ATHAN BERHALANGAN SEMENTARA,TUGAS DAN WEWENANG KEUANGAN ATNISDISERAHTERIMAKAN KEPADA KEPPRI ATAU PEJABAT YANGDITUNJUK OLEH KEPPRI.

e. BATAS KEWENANGAN TANGGUNG JAWAB PEJABATSEMENTARA HANYA TERBATAS PADA PENGELUARANANGGARAN YANG TERIKAT DALAM KONTRAK, SEPERTIBIAYA SEWA, BIAYA MENGIKAT LAINNYA ATAU TELAHDIPROGRAMKAN DAN HARUS DIREALISASIKAN DALAMMEKANISME DAN PROSEDUR PERTANGGUNG JAWABANKEPPRI ATAU PEJABAT YANG DITUNJUK OLEH KEPPRISEBAGAI PENGGANTI SEMENTARA ATNIS HARUSMENGETAHUI DAN MENANDATANGANI DOKUMENKEUANGAN YANG BERKAITAN DENGAN ANGGARAN ATNIS.

f. SERAH TERIMA ATNIS/ATHAN KEPADA KEPPRI ATAUPEJABAT YANG DITUNJUK OLEH KEPPRI SEBAGAIPENGGANTI SEMENTARA ATNIS/ATHAN DAN SEBALIKNYADILAKUKAN DENGAN BERITA ACARA SESUAI DENGAN SKMENLU NOMOR SK013/KU/III/90/02.

DEMIKIAN UMPTTKHBS.

Biaya pengawatan dibebankan kepada : DEPLU

CC. MENLU, SEKJEN, IRJEN, KABAM, KARO KEU, KARO KEPEG.

Penting : Bila terdapat kesalahan pada SALINAN ini harap segera memberitahukannya per suratkepada Pusat Komunikasi Deplu

PUSAT KOMUNIKASI - DEPLU

ATHAN/ATNIS

Page 881: Buku 1 keuangan

856

Tanggal : 18 Mei 2006 KONSEP NO : 6208

PRO PERWAKILAN RI : ALL PERWAKIN

NO : 061975PRO : ALL KEPPRISEX : ACT. SEKJENRE : PELAKSANAAN TSR ATHAN ET ATNIS DI

PERWAKILAN RI

Sesuai pokok kawat, disampaikan hals sbb :

1. berdasarkan hasil pemeriksaan itjen ke beberapa perwakilan ri diluar negeri masih dijumpai beberapa atase pertahanan dan atnis,staf yang belum mentaati pembayaran tunjangan sewa rumahhome staff dengan aturan yang berlaku :

a. kawat sekjen deplu no.pl-2333/081205 : bahwa rumahjabatan di perwakilan ri di luar negeri hanya untuk kepalaperwakilan dan wakil kepala perwakilan dengan demikian,rumah negara lainnya yang ada di perwakilan ri di luar negeriadalah rumah dinas. Untuk itu, bagi penghuni yang tinggal dirumah dinas tsb dikenakan pungutan sewa rumah sesuaidengan ketentuan yang berlaku.

b. Juklak mabes tni-bais no. juklak/01/I/2005 tanggal 3 Januari2005 menyatakan bahwa athan ri/atase militer/atase laut/atase udara dan pbu yang menempati rumah dinas ataurumah dinas yang disewa oleh dinas, ketentuan pembayaranuang sewanya mengacu kepada peraturan yang berlaku dikbri setempat.

2. Sehubungan dengan aturan tersebut kami mengingatkan kembalibahwa perwakilan ri wajib menerapkan ketentuan tsr sesuaiSKMenlu no. sp/08107/OP/72 tanggal 11 Nopember 1972 tanpapengecualian, dengan demikian seluruh athan dan atnis, stafwajib melaksanakannya.

3. Harap laporan saudara mengenai hal ini.

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI KAMI

ATHAN/ATNIS

Page 882: Buku 1 keuangan

857ATHAN/ATNIS

Penting : Bila terdapat kesalahan pada SALINAN ini harap segera memberitahukannya per suratkepada Pusat Komunikasi Deplu

PUSAT KOMUNIKASI - DEPLU

Demikian disampaikan atas perhatian dan kerjasama Saudara,diucapkan terima kasih ttkhbs.

Biaya pengawatan dibebankan kepada : DEPLUCC. MENLU, SEKJEN, IRJEN, KABAM

Page 883: Buku 1 keuangan

858

Tanggal : 01 Nopember KONSEP NO : 15201

PRO PERWAKILAN RI : SEMUA PERWAKILANKILAT

NO : 065801PRO : SEMUA KEPPRISEX : SEKJENRE : PENEGAKAN TERTIB PENGELOLAAN ANGGARAN

RUTIN DI PERWAKILAN RI.

Re pokok kawat disampaikan hals sbb :

1. Dalam pemeriksaan Irjen di sejumlah Perwakilan RI di luar negeri,masih ditemukan adanya pengelolaan anggaran yang tidak tertibdan taat pada peraturan perundang-undangan (Vide Pasal 3 UUNo. 17/2003 Tentang Keuangan Negara).

2. Pengawasan dan pengendalian penerimaan serta pengeluarankeuangan Perwakilan RI dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang antara lain menetapkanbahwa pengelolaan anggaran Perwakilan RI, baik yang berasaldari Deplu maupun Atnis dilakukan oleh, dan merupakan tanggungjawab dari staf Perwakilan RI yang ditunjuk sebagai KepalaKanselerai. Oleh karena itu, setiap penggunaan anggaran harusdiketahui dan disetujui Kepala Kanselerai.

3. Perwakilan RI merupakan suatu institusi pemerintah yang tugaspokoknya mewakili dan melindungi kepentingan negara sertabangsa Indonesia di luar negeri. Dalam melaksanakan tugasnyatersebut, pada perwakilan dapat ditempatkan Atase Pertahanan,Atase Teknis dan Staf Teknis yang secara operasional danadministratif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariPerwakilan RI (Vide Pasal 22 Keputusan Presiden No. 108/2003)dan berada dibawah pembinaan serta pengawasan DepartemenLuar Negeri (Vide Pasal 3 Keputusan Presiden No. 108/2003tentang Organisasi Perwakilan RI di luar negeri).

4. Tertib anggaran hanya dapat dicapai apabila semua pihakmemperhatikan dan mentaati keputusan Presiden tersebut diatas,

DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA PUSAT KOMUNIKASI

BERITA RAHASIA KELALAIAN SAUDARA ADALAH BENCANA BAGI KAMI

Page 884: Buku 1 keuangan

859

khususnya kedua pasal tersebut. Apabila hal ini dilaksanakan,maka tidak akan terjadi pengelolaan anggaran baik penerimaanmaupun pengeluaran yang dilakukan secara sendiri-sendirisehingga dapat dihindarkan penyimpangan dalam pengelolaananggaran Perwakilan RI.

5. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (4) Keputusan PresidenNo. 108/2003 Menteri Luar Negeri mempunyai tugas dantanggung jawab untuk melakukan pembinaan dan pengawasansecara operasional dan administratif terhadap Perwakilan RI yangdalam pelaksanaannya dilakukan unit kerja yang bertanggungjawab di bidang pembinaan dan pengawasan yaitu InspektoratJenderal.

6. Sehubungan ketentuan-ketentuan dan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas Itjen Deplu mempunyai kewajibanuntuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadappelaksanaan tugas dan fungsi Perwakilan RI secara operasionaldan administratif, terutama pengelolaan anggaran baik yangberasal dari Deplu, Atase Pertahanan dan Atase Teknis yangberasal dari APBN sehingga tertib penggunaan anggaran dapatditegakkan sesuai ketentuan yang berlaku.

7. Agar pedoman tersebut diatas dipatuhi dan dilaksanakan untukmenghindarkan dualisme sistem administrasi pengelolaankeuangan dan juga menghindarkan ditemukannya penyimpanganoleh eksternal auditor, seperti BPK dan BPKP.

Demikian untuk menjadi pedoman pelaksanaan ttkhbs.

Biaya Pengawatan dibebankan pada : DEPLU

CC. MENLU, MENHAN, PANGLIMA TNI, SEKJEN DEPHAN, IRJENDEPHAN, IRJEN TNI, KABAIS.

Penting : Bila terdapat kesalahan pada SALINAN ini harap segera memberitahukannya per suratkepada Pusat Komunikasi Deplu

PUSAT KOMUNIKASI - DEPLU

Page 885: Buku 1 keuangan

860 ATHAN/ATNIS