11
TUGAS BLOK NEUROPSIKIATRI BROWN SEQUARD SYNDROME BRIAN UMBU REZI DEPAMEDE NIM: H1A212013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM MATARAM

BSS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Medical

Citation preview

Page 1: BSS

TUGAS BLOK NEUROPSIKIATRI

BROWN SEQUARD SYNDROME

BRIAN UMBU REZI DEPAMEDE

NIM: H1A212013

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2015

Page 2: BSS

Brown Sequard Syndrome

1. Definisi

Brown-Séquard Syndrome didefinisikan sebagai sebuah lesi inkomplit pada

korda spinalis yang ditandai dengan paralysis upper motor neuron ipsilateral dan

kehilangan sensasi proprioseptif dengan kehilangan sensasi rasa sakit dan suhu

kontralateral. (Adam dan Victor, 2014)

2. Epidemiologi

Brown Sequard syndrome sangat jarang ditemukan, baik pria maupun wanita.

Insiden dari sindrom ini diperkirakan hanya 2% dari seluruh kejadian trauma pada

medulla spinalis. Insiden trauma medulla spinalis dilaporkan 30-40 kasus dari

1.000.000 penduduk. (Rustaghi T, 2011)

Angka kematian 5,7% jika tidak ada tindakan operasi dan 2,7% jika disertai

intervensi operasi. Angka kesakitan dapat terjadi pada setiap cedera spinal.

Komplikasi yang paling sering adalah ulkus peptikum, pneumonia, infeksi saluran

kemih, deep-vein thrombosis, emboli pulmonal dan infeksi pasca operasi.

Berdasarkan ras, 70,1 % kasus Brown-Séquard Syndrome terjadi pada populasi

kulit putih, 19,6% terjadi pada populasi Afro-Amerika, 1,2% pada populasi Asia,

1,3% pada populasi Indian-Amerika dan 7,8% pada ras lain. Usia yang paling sering

terkena adalah 16-30 tahun, dan usia paling sering adalah diatas 30 tahun.

3. Etiologi

Penyebab terbanyak dari sindroma ini adalah trauma dan tumor medulla

spinalis. Penyebab lainnya seperti spondilosis, kista araknoid, hematoma epidural juga

diketahui dapat menyebabkan sindrom ini. Selain itu, beberapa penyakit infeksi juga

bisa menjadi penyebab sindrom ini, antara lain: meningitis, tuberculosis, mielitis.

(Rustaghi T, 2011)

Beberapa penyebab Brown-Séquard Syndrome lainnya:

Tumor korda spinalis, metastasis atau intrinsic

Page 3: BSS

Trauma, tajam maupun tumpul

Penyakit degeneratif seperti herniasi discus dan spondilosis servikal

Iskemia

Infeksi atau inflamasi yang disebabkan oleh :

o Meningitis

o Empyema

o Herpes zoster

o Herper simplex

o Myelitis

o Tuberkulosis

o Syphilis

o Multiple sclerosis

Perdarahan, termasuk spinal subdural / epidural dan hematomyelia

4. Patofisiologi

Patofisiologi dari Brown-Séquard Syndrome adalah kerusakan traktus korda

spinalis asenden dan desenden pada satu sisi korda spinalis. Serabut motorik dari

traktus kortikospinal menyilang pada pertemuan antara medulla dan korda spinalis.

Kolumna dorsalis asenden membawa sensasi getar dan posisi ipsilateral terhadap akar

masuknya impuls dan menyilang diatas korda spinalis di medulla. Traktus

spinotalamikus membawa sensasi nyeri, suhu dan raba kasar dari sisi kontralateral

tubuh. Pada lokasi terjadinya cedera spinal, akar saraf dapat terkena. (Adam dan

Victor, 2014)

5. Manifestasi Klinis

Gejala yang ditemukan pada pasien BSS (Baehr M., 2012):

Pada sisi lesi jaras motorik desenden terganggu, dan setelah syok spinal awal

menghilang, maka akan menyebabkan paralisis spastik ipsilateral di bawah tingkat

lesi dengan hiperrefleksia dan refleks abnormal pada jari – jari kaki. Ipsilateral

kerena traktus telah menyilang pada tingkat yang lebih tinggi, dan spastik karena

traktus tersebut mengandung serat ekstrapiramidal.

Page 4: BSS

Cedera funiculus menghilangkan rasa untuk posisi, getaran dan diskriminasi taktil

dibawah tingkat lesi.

Ataksia seharusnya dapat ditemukan, tetapi tidak terlihat karena adanya ipsilateral

paralisis.

Rasa nyeri dan suhu menghilang pada sisi kontralateral di bawah tingkat lesi.

Rasa taktil sederhana tidak menurun, karena serat yang mengirim rasa ini

menggunakan dua jaras yaitu funikuli posterior dan traktus spinotalamikus

anterior.

Sindrom Brown-Sequard ditandai dengan gangguan anatomi saluran serat

saraf dalam satu setengah dari sumsum tulang belakang. Gangguan turunnya saluran

kortikospinalis lateral, naiknya kolom dorsal dan naiknya traktus spinotalamikus yang

menyebabkan hemiplegia ipsilateral dan hilangnya proprioception dan hilangnya

nyeri kontralateral dan sensasi suhu di bawah tingkat cedera. (Ranga U, 2014)

Semua pasien BSS disertai dengan defisit motorik unilateral yang melibatkan

ekstremitas atas dan bawah. Selain itu adanya keluhan nyeri leher kronis dengan atau

tanpa brachialgia. Pemeriksaan klinis yang rinci menunjukkan kelemahan motorik

unilateral dengan defisit sensorik lateralis. (Abouhashem S., 2012)

6. Penegakkan Diagnosis

Magnetic resonance imaging (MRI), dilakukan untuk menyingkirkan

hematoma epidural, dan untuk menegakkan diagnosis. Sebuah MRI serviks sisi kanan

parasagittal T2 menunjukkan hemiseksi sumsum tulang belakang di C4. Aksial T2-

Page 5: BSS

weighted MRI melalui tingkat lesi menunjukkan peningkatan intensitas sinyal

indikasi edema di sisi kanan bengkak dari spinal, serta dalam aspek dorsal sisi kiri

dari sumsum tulang belakang. Daerah linier dari intensitas sinyal menurun

memanjang dari punggung kiri pada aspek ventral kanan sumsum tulang belakang

merupakan perdarahan di sumsum tulang belakang sepanjang lintasan pisau. (Firlik A.

D., 1999)

Luka tusukan tulang belakang jarang terjadi, dan biasanya ditimbulkan dari

belakang; paling sering mereka melibatkan serviks dan tulang punggung bagian atas

dan dua pertiga dari korban menunjukkan cedera tulang lengkap dengan Brown-

Sequard atau Brown-Sequard-plus sindrom, lebih jarang intradural atau epidural

hematoma. Cedera bersamaan dapat mempengaruhi setiap organ. CT-scan dianjurkan

untuk mengevaluasi hubungan antara pisau dan struktur anatomi, terutama sumsum

tulang belakang, untuk merencanakan pendekatan bedah. (Ceruti S., 2012)

7. Penatalaksanaan

Tatalaksana pada brown-sequard syndrome tidak dibedakan dengan jenis lesi

korda spina yang lainnya. Banyak pusat study memberikan methylprednisolone dosis

tinggi (bolus 30 mg / kg diikuti oleh 5,4 mg / kg setiap jam), dimulai dalam waktu 8

jam dari cedera dan dilanjutkan selama 23 jam. Namun, menghasilkan sedikit

perbaikan pada fungsi motorik dan sensorik terutama untuk brown sequard syndrome.

Sehingga penanganan awal biasanya ditujukan untuk hipotensi; dirawat dengan infus

normal saline dan mungkin memerlukan penggunaan agen pressor sementara. (Adam

dan Victor, 2014)

Selanjutnya, pemeriksaan pencitraan yang dilakukan untuk menentukan

penjajaran vertebra dan pedikel, fraktur pedikel atau tubuh vertebral, kompresi saraf

tulang belakang atau cauda equina sebagai konsekuensi dari malalignment, atau

debris tulang di kanal tulang belakang, dan adanya jaringan kerusakan dalam corda

spina. MRI sangat ideal untuk menampilkan proses ini, tetapi jika tidak tersedia,

myelography dengan CT scan merupakan salah satu alternative. (Adam dan Victor,

2014)

Page 6: BSS

Jika cedera tulang belakang servikal dikaitkan dengan dislokasi tulang

belakang, traksi pada leher mungkin diperlukan untuk mengamankan keselarasan dan

mempertahankan imobilisasi. dengan menggunakan brace halo, dapat memberikan

fiksasi eksternal yang paling kaku untuk tulang belakang servikal. Jenis fiksasi

biasanya dilanjutkan selama 4 sampai 6 minggu, setelah itu brace halo dapat bisa

diganti. (Adam dan Victor, 2014)

Mengenai manajemen bedah awal cedera tulang belakang, secara tradisional

ada dua perspektif. Satu, yang diwakili oleh Guttmann dan lain-lain, menganjurkan

reduksi dan penjajaran tulang dislokasi oleh traksi dan imobilisasi sampai fiksasi

tulang diperoleh, kemudian direhabilitasi. Pendekatan lainnya, diwakili oleh Munro

dan kemudian oleh Collins dan Chehrazi, yaitu dekompresi bedah awal, koreksi

pergeseran tulang, dan pengangkatan jaringan hernia diskus serta perdarahan intra dan

extramedullary. Namun operasi dekompresi akut masih diperdebatkan sampai

sekarang. (Adam dan Victor, 2014)

Studi manajemen akut cedera tulang belakang selama 20 tahun,

menyimpulkan bahwa tingkat kelangsungan hidup meningkat sebagai akibat dari

stabilisasi bedah awal patah tulang dan fiksasi tulang belakang. Namun yang lainnya

yang belum mampu untuk mendokumentasikan penurunan kecacatan neurologis

sehingga cenderung semakin ke arah manajemen nonoperative pada lesi sumsum

tulang belakang parsial, maupun lengkap. (Adam dan Victor, 2014)

8. Prognosis

Sindrom Brown-Sequard memiliki prognosis yang baik. Satu setengah sampai

dua pertiga dari pemulihan motorik terjadi dalam 1-2 bulan pertama setelah cedera.

Pemulihan kemudian melambat namun berlanjut selama 3-6 bulan dan progesitasnya

sampai 2 tahun setelah cedera. (Albanese, 2014)

Risiko terbesar bagi pasien dengan cedera tulang belakang terjadi pada 10 hari

pertama ketika terjadi dilatasi lambung, ileus, shock, dan infeksi yang merupakan

ancaman kehidupan. Tingkat kematian akan turun dengan cepat setelah 3 bulan, 86%

lumpuh dan 80% lumpuh dapat bertahan selama 10 tahun atau lebih. Pada anak-anak,

tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi, ditemukan bahwa tingkat kelangsungan

Page 7: BSS

hidup kumulatifnya sekitar 7 tahun pada anak-anak dengan LCI (yang selamat

setidaknya 24 jam setelah cedera) adalah 87%. Pada pasien usia lanjut, cedera dan

quadriplegic komplit memiliki prognostik terburuk. (Adam dan Victor, 2014)

Page 8: BSS

Daftar Pustaka

Abouhashem S., Ammar M., Barakat M., Abdelhameed E. (2012). Management of Brown-

Sequard syndrome in cervical disc diseases. Turkish neurosurgery, 23(4), 470-475.

Albanese. C., (2014), Brown-Sequard Syndrome, diakses dari

http://emedicine.medscape.com/article/321652-overview#aw2aab6b2b6 [pada tanggal :

9 April 2015]

Baehr M., Frotscher M. (2010). Diagnosis topik neurologi Duus : anatomi, fisiologi, tanda,

gejala. Ed. 4, Jakarta : EGC

Ceruti S., Previsdomini, M. (2012). Traumatic Brown-Séquard syndrome.Journal of

emergencies, trauma, and shock, 5(4), 371.

Firlik A. D., Welch, W. C. (1999). Brown–Séquard Syndrome. New England Journal of

Medicine, 340(4), 285-285.

Ranga U., & Aiyappan, S. K. (2014). Brown-Séquard syndrome. The Indian journal of

medical research, 140(4), 572.

Ropper. A., et al (2014), Adams and Victor’s Principles of Neurology, 10th ed., Penerbit

McGraw Hill Education: New York.

Rustaghi, T., Badve, S., Maniar, H et al. (2011). Cervical Disc Herniation Causing Brown

Sequard Syndrome: A Case Report and Literature Review. Hindawi Publishing

Corporation. Available from :

[http://www.hindawi.com/journals/crior/2011/943720/#B3] . Accessed on : 9th of April

2015