Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI TUMBUHAN INVASIVE DAN ENDEMIK SEBAGAI TANAMAN TUTUPAN DI PERKEBUNA
KARET DAN SAWIT MILIK MASYARAKAT
DI DESA GADING JYA NKABUPATEN
MERANGIN PROVINSI JAMBI
SKRIPSI
Oleh
DENTI HUSNUL JULAIHA
NIM. TB.131034
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
IDENTIFIKASI TUMBUHAN INVASIVE DAN ENDEMIK SEBAGAI TANAMAN TUTUPAN DI PERKEBUNAN
KARET DAN SAWIT MILIK MASYARAKAT
DI DESA GADING JAYA KABUPATEN
MERANGIN PROVINSI JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Strata 1 Dalam Ilmu Pendidikan Biologi
Oleh
DENTI HUSNUL JULAIHA
NIM. TB.131034
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018
ii
IDENTIFIKASI TUMBUHAN INVASIVE DAN ENDEMIK
SEBAGAI TANAMAN TUTUPAN DI PERKEBUNAN
KARET DAN SAWIT MILIK MASYARAKAT
DI DESA GADING JAYA KABUPATEN
MERANGIN PROVINSI JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Strata 1 Dalam Ilmu Pendidikan Biologi
Oleh
DENTI HUSNUL JULAIHA
NIM. TB.131034
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI FAKULTASTARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat:FakultasTarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi. Jl. Jambi-Ma.BulianKm.16 Simp.Sungai Duren Kab.Muaro Jambi 36363
Hal : Nota Dinas Lamp : - Kepada Yth. Bapak Dekan FakultasTarbiyah Dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Di Jambi Assalamualaikum Wr.Wb. Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengkoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara/i: Nama : Denti Husnul Julaiha NIM : TB. 131034 Jurusan/Prodi : Pendidikan Biologi Judul : Identifikasi Tumbuhan Invasive dan Endemik Sebagai Tanaman
Tutupan di Perkebunan Karet dan Sawit Milik Masyarakat di Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin Provinsi Jambi
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan/progam studi Pendidikan Biologi UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1). Denganini kami harapkan agar skripsi/tugas akhir saudara tersebut di atas dapat segera di munaqasyahkan, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum Wr.Wb
Jambi, Mei 2018
Mengetahui, Pembimbing I
Dr. Abd. Malik, M.Si NIP. 197112312000031007
PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
KodeDokumenKodeFormulirBerlakuTanggalNo RevisiTanggalRevisiHalaman
In. 08-PP-05-01
In.08-FM-PP-05-03
05-10-2013 R-O - 1 dari 1
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI FAKULTASTARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat:FakultasTarbiyah Dan Keguruan UIN STS Jambi. Jl. Jambi-Ma.BulianKm.16 Simp.Sungai Duren Kab.Muaro Jambi 36363
Hal : Nota Dinas Lamp : - Kepada Yth. Bapak Dekan FakultasTarbiyah Dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Di Jambi
Assalamualaikum Wr.Wb. Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengkoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara/i: Nama : Denti Husnul Julaiha NIM : TB. 131034 Jurusan/Prodi : Pendidikan Biologi Judul : Identifikasi Tumbuhan Invasive dan Endemik Sebagai Tanaman
Tutupan di Perkebunan Karet dan Sawit Milik Masyarakat di Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin Provinsi Jambi
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan/progam studi Pendidikan Biologi UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1). Denganini kami harapkan agar skripsi/tugas akhir saudara tersebut di atas dapat segera di munaqasyahkan, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum Wr.Wb
Jambi, Mei 2018
Mengetahui, Pembimbing II
Fery Kurniawan S.Pd, M. Si NIP. 198312102011011009
PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
KodeDokumenKodeFormulirBerlakuTanggalNo RevisiTanggalRevisiHalaman
In. 08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 05-10-2013 R-O - 1 dari 1
Scanned by CamScanner
v
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat : Jl. Jambi-Ma. Bulian, KM. 16, Simp Sungai Duren Muara Jambi, 36363
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S.1) dari Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya
saya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari
hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,
kaidah, dan etika penlisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi bukan hasil
karya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian tertentu,
saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku.
Jambi, Mei 2018
Denti Husnul Julaiha
TB 131 034
PERSEMBAHAN
Alhamdullilah...Alhamdulillah…Alhamdullilahirobbil’alamin…
Sujud syukur ku persembahkan kepadamu Ya Alla, yang maha Agungnan Maha Tinggi nan
Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu yang telahmenjadikanku manusia yang
Senantiasa berfikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalanikehidupan ini. Semoga
Keberhasilanku ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraihcita-cita besarku.
Kupersembahkan karya tulis kecil ini untuk Ibunda tercinta Rumianikdan Ayahanda Bambang Sutiono
Yang cinta kasihnya tak kan terbalas hingga akhir zaman.
Untuk mbak sekaligus bundaku Dewi Ribudia Ningsih dan maskuDedi Soliqul Hadi
Yang tanpa mereka sadari selalu memberikan motivasi bagiku.
Teruntuk penyemangatku DH², seluruh teman-teman seperjuanganBiologi 2013 terimakasih atas bantuan do’a, nasehat, hiburan dan
semangat yang kalian berikan.
Untuk ribuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akandikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna,
hidup tanpa mimpi ibarat arus sungai yang mengalir tanpa tujuan.Teruslah belajar, berusaha dan berdo’a untuk menggapainya.
Jatuh berdiri lagi, kalah mencoba lagi dan gagal bangkit lagi
“Amin ya robbal alamin”
vi
MOTTO
نن مم نل م نز نونأنن بسببلل م نها م بكنم ممفيه نك منل نسنل نهلدا منو نم نض م نر ننل بكبم ما نل منل نجنع ا للمذي منشلت تت م نن منننبا مم لجا م نزنوا نجننا ممبمه منأ نخنر لء منفنأ نما مء م لسنما ىىا ل
Artinya : “Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagaihamparan dan yang telah menjadikan bagimu dibumi itu jalan-jalan dan menurunkan dari langit airhujan. Maka kami tumbuhkan dengan air hujan ituberjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yangbermacam-macam” (Thaha : 53) (Anonim, 1977 :146).
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan
rahmat serta karunia-Nya, .kepada peneliti terutama dalam rangka menyelesaikan
skripsi ini. Shalat serta salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW,
untuk keluarga, para sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga hari kiamat dan
semoga Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun dan
membawa manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti saat ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Strata 1 Pendidikan Biologi pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini mendapat banyak
masukan-masukan maupun arahan dan bimbingan dari berbagai pihak terutama
dari dosen pembimbing dan rekan-rekan peneliti lainnya. Untuk itu melalui
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tulus kepada yang
terhormat:
1. Bapak Dr. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN Suthan Thaha Saifuddin
Jambi.2. Bapak Dr. H. Kasful Anwar Us, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Suthan Thaha Saifuddin Jambi.3. Ibu Reny Safita, S.Pd, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.4. Bapak Dr. Abd Malik M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Fery
Kurniawan S.Pd, M,Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan mencurahkan pikirannya demi mengarahkan peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.5. Bapak Nur Widyanto selaku Lurah Desa Gading Jaya yang telah memberikan
kemudahan kepada peneliti dalam memperoleh data di lapangan.6. Ibu Dr. Nurainas, M.Si selaku kepala laboratorium herbarium Universitas
Andalas dan kakak-kakak yang telah membantu peneliti selama melakukan
identifikasi di laboratorium herbarium Universitas Andalas.
viii
7. Orang tua dan keluarga terutama Ibu peneliti yang telah memberikan motivasi
tiada henti sehingga menjadi kekuatan pendorong bagi peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti
khususnya dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan umumnya. Amin ya Robbal
‘Alamin.
Jambi, Mei 2018 Peneliti
Denti Husnul JulaihaNIM. TB. 131034
ix
ABSTRAK
Nama : Denti Husnul Julaiha
NIm : TB 131034
Jurusan : Pendidikan Biologi
Judul Skripsi : Identifikasi Tumbuhan Invasive dan Endemik SebagaiTanaman Tutupan di Perkebunan Karet dan Sawit MilikMasyarakat di Desa Gading Jaya Kabupaten MeranginProvinsi Jambi
Tanaman penutup tanah atau yang lebih dikenal dengan sebutan covercrop adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk melindungitanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan untuk memperbaiki sifat kimia dansifat fisik tanah. Tanaman penutup tanah berperan sebagai (1) menahan ataumengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di ataspermukaan tanah, (2) menambah bahan organik tanah melalui batang, rantingdan daun mati yang jatuh dan (3) melakukan transpirasi yang mengurangikandungan air tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenistumbuhan tutupan yang ada di perkebunan karet dan sawit apakah tumbuhantersebut bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Penelitian ini dilakukan denganmetode deskriptif kualitatif dengan tekhnik observasi dan pengambilan sampeljenis tumbuhan yang ada di sekitar perkebunan karet dan sawit kemudiansampel tumbuhan dibuat herbarium kering lalu dilakukan identifikasi dilaboratorium herbarium, Universitas Andalas Padang. Hasil penelitian ini penelitimendapatkan 15 sampel, yaitu Asystasia gangetica (L.) T. Anderson,Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd, Cyperus sphacelatus Rottb,Calopogonium mucunoides Desv, Lygodium flexuosum (L.) Sw, Clidemia hirta(L.) D. Don, Melastoma malabathricum L., Passiflora foetida L., Imperatacylindrical (L.) Raeusch., Pennisetum polystahyon Schult., Polypodium verrosumHook., Pityrogramma calomelanos (L.) Link., Spermacoce alata Aubl.,Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl., Lantara camara L. Masyarakat DesaGading Jaya Kabupaten Merangin Provinsi Jambi masih banyak yang belummengetahui apa itu tumbuhan Invasive dan Endemik dan juga belom banyaktahu tentang manfaat dari tumbuhan yang ada disekitar perkebunan karet danjuga sawit.
Kata kunci : Invasive dan Endemik, Tanaman Tutupan, Karet dan Sawit, DesaGading Jaya Kabupaten Merangin Provinsi Jambi
x
ABSTRACT
Name : Denti Husnul JulaihaNIM : TB 131034Major : Biology EducationThesis Title : Identification of Invasive and Endemic Plants as Cover Plants
at Rubber Plantations and Community-Owned Palm Oil in Gading Jaya Village, Merangin District, Jambi Province
Cover plants or better known as cover crops are plants specificallyplanted to protect the soil from the threat of damage by erosion and to improvethe chemical properties and physical properties of the soil. Soil cover crops actas (1) resisting or reducing the destructive power of falling rain drops andwatercourses above the soil surface, (2) adding to soil organic matter throughfallen stems and twigs and (3) transpiring reduce ground water content. Thisstudy aims to determine the types of plant cover that is in rubber and oil palmplantations whether the plant is beneficial to the surrounding environment. Thisresearch was conducted by qualitative descriptive method with observationtechnique and sampling of plant species that exist around rubber plantation andpalm and then plant sample made dried herbarium then do identification atherbarium laboratory, Andalas University of Padang. In this study the researchersobtained 15 samples, namely Asystasia gangetica (L.) T. Anderson,Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd, Cyperus sphacelatus Rottb,Calopogonium mucunoides Desv, Lygodium flexuosum (L.) Sw, Clidemia hirta(L.) D. Don, Melastoma malabathricum L., Passiflora foetida L., Imperatacylindrical (L.) Raeusch., Pennisetum polystahyon Schult., Polypodium verrosumHook., Pityrogramma calomelanos (L.) Link., Spermacoce alata Aubl.,Stachytarpheta jamaicensis ( L.) Vahl., Lantara camara L. Community of GadingJaya Village Merangin District Jambi Province is still a lot who do not know whatInvasive and Endemic plants and also belom many know about the benefits ofplants that exist around the rubber plantation and also palm.
Key words: Invasive and Endemic, Cover Plants, Rubber and Palm, Village Gading Jaya Merangin District Jambi Province
xi
DAFTAR ISI
Isi Judul Halaman
Halaman Sampul............................................................................................ i
Halaman Judul............................................................................................... ii
Nota Dinas...................................................................................................... iii
Pernyataan Orisinalitas ............................................................................... v
Persembahan................................................................................................. vi
Moto ............................................................................................................... vii
Kata Pengantar ............................................................................................. viii
Abstrak........................................................................................................... x
Abstract ......................................................................................................... xi
Daftar Isi......................................................................................................... xii
Daftar Tabel ................................................................................................... xiv
Daftar Gambar................................................................................................ xv
Daftar Lampiran............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................. 7
C. Batasan Masalah.................................................................................. 7
D. Rumusan Masalah................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian.................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian................................................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik........................................................................................ 9
B. Studi Relevan....................................................................................... 24
C. Kerangka Fikir....................................................................................... 27
xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 28
B. Alat dan Bahan..................................................................................... 28
C. Jenis dan Sumber Data........................................................................ 28
D. Prosedur Kerja...................................................................................... 29
E. Jadwal Penelitian.................................................................................. 32
BAB IV TEMUAN PENELITIAN
A. Temuan Umum..................................................................................... 34
B. Temuan Khusus dan Pembahasan...................................................... 34
BAB V PENUTUP
D. Kesimpulan........................................................................................... 54
E. Saran.................................................................................................... 55
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 2. 1 Tumbuhan Spesies Endemik................................................................... 14
Tabel 2. 2 Study Relevan......................................................................................... 25
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian..................................................................................... 32
Tabel 4. 1 Sampel tumbuhan dari perkebunan......................................................... 35
Tabel 4. 2 Jenis flora Invasive di perkebunan karet dan sawit.................................. 54
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar 1.1 J. E, Teysmann Pengawas Pemerintahan............................................ 4
Gambar 1.2 D.F, Pryce Pengintroduksi pertama tanaman kelapa sawit................... 4
Gambar 1.3 Kelapa sawit yang diintroduksi ke kebun Raya Bogor,1848................. 4
Gambar 1.4 Kelapa Sawit Pada Masa Kini.............................................................. 4
Gambar 1.5 Petani sedang menyadap karet............................................................ 5
Gambar 2.1 Tanaman Penutup Tanah (Mucuna bracteata)...................................... 10Gambar 3. 1 Desain petak pengambilan sampel..................................................... 29Gambar 4.1 Asystasia gangetica (L.) T. Anderson................................................... 36Gambar 4.2 Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd................................................. 37Gambar 4.3 Cyperus sphacelatus Rott.................................................................... 38Gambar 4.4 Calopogonium mucunoides Desv......................................................... 39Gambar 4.5 Lygodium flexuosum (L.) Sw................................................................ 40Gambar 4.6 Clidemia hirta (L.) D. Don..................................................................... 42Gambar 4.7 Melastoma malabathricum L................................................................ 43Gambar 4.8 Passiflora foetida L............................................................................... 45Gambar 4.9 Imperata cylindrica (L.) Raeusch.......................................................... 46Gambar 4.10 Pennisetum polystachyon Schult........................................................ 47Gambar 4.11 Polypodium verrucosum Hook............................................................ 48Gambar 4.12 Pityrogramma calomelanos (L.) Link.................................................. 50Gambar 4.13 Spermacoce alata Aubl...................................................................... 51Gambar 4.14 Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl................................................. 52Gambar 4.15 Lantara camara L............................................................................... 53Gambar 4. 16 Diagram Perbandingan..................................................................... 55Gambar 4. 17 Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tumbuhan………………………. 57
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangIndonesia memiliki kekayaan flora dan fauna serta kehidupaan liar lainnya
yang mengundang perhatian dan kekaguman berbagai pihak baik di dalam
maupun di luar negeri. Tercatat tidak kurang sekitar 10% jenis tumbuhan
berbungan dari total keseluruhan tumbuhan berbunga yang ada di dunia, 12%
jenis mamalian dunia, 16% jenis reptil dan amfibi dunia, 17% jenis burung dunia,
serta 25% jenis ikan dunia yang dikenal manusia terdistribusi dari perairan
Indonesia. Dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh negara Indonesia
tidak salah jika dunia menjuluki negara kita sebagai “megabiodiversity country”
atau negara megabiodiversitas (Pipit dan Diah, 2008, h.114).Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di daerah tropis
yang memiliki tingkat keragaman ekosistem yang paling tinggi di dunia, tidak
kurang 47 macam ekosistem, mulai dari ekosistem perairan laut, rawa, savana,
hutan hujan sampai ekosistem alpine dipegunungan jayawijaya provinsi Papua
yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati dan tingkat endemisme yang
tinggi. Indonesia merupakan negara kepulauan yang di pisahkan oleh laut. Salah
satu pulau besar di Indonesia yang juga memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi yaitu pulau Sumatera. Menurut laporan kunci Kenaekaragaman Hayati
(KBA) Sumatera (2007) terdapat sebanyak 248 spesies yang tercatat memiliki
status terancam secara global. Kesimpulan ini baru terungkap pada tahun 2006
berdasarkan Daftar Merah (Red List) Spesies terancam yang di keluarkan oleh
IUCN (Anonim, 2011, h.3).Pesatnya perkembangan penduduk diikuti peningkatan kebutuhan yang
semakin kompleks memaksa banyak jalur hijau beralih fungsi menjadi
bangunan fisik, jalan raya dan perkebunan yang dapat merusak
keanekaragaman hayati. Seiring dengan hal tersebut pemerintah dituntut untuk
melakukan pembangunan di segala bidang serta membuka kesempatan seluas-
luasnya bagi investor lokal maupun asing untuk mengembangkan usahanya
dinegeri ini bagi peningkatan kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Pembukaan
areal dan pembangunan fisik pun terus berlangsung hingga kini, baik untuk
1
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
2
pemukiman, tambang dan industri. Akibatnya lambat laun terjadi ketimpangan
ekologi yang ada disekitarnya dan kini juga telah sering kita rasakan dampaknya
berupa banjir dan kekeringan.Banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan hutan, baik yang
berasal dari luar hutan maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan
perkembangan hutan itu sendiri. Penyebab kerusakan hutan dapat terdiri dari
organisme hidup atau faktor-faktor lingkungan fisik seperti patogen, serangga
dan hewan hama, faktor lingkungan abiotik, tumbuhan pengganggu, kebakaran
maupun satwa liar dan penggembalaan ternak (Sumardi, 2004, h.5).Sebagai
salah satu kawasan konservasi pengelolaan pertanian Desa GadingJaya kabupaten Merangin yang berjarak 320 km menuju kota Jambi juga
diarahkan agar dapat memenuhi fungsinya sebagai wilayah resapan air yang
mampu menjaga daerah di sekitarnya dari ancaman banjir dan longsor di musim
hujan serta ancaman kekeringan saat musim kemarau.Di sisi lain luas kawasan konservasi yang ditetapkan untuk menunjang
keseimbangan tata air bagi wilayah di sekitarnya tidak banyak mengalami
peningkatan karena tekanan perkembangan penduduk, bahkan cenderung
mengalami degradasi fungsi akibat berbagai faktor, seperti kurangnya
pemahaman masyarakat sekitar tentang exsitu dan salah satu di antara yang
lainnya adalah terhambatnya regenerasi jenis endemik akibat masuknya jenis
tumbuhan asing yang dapat mengganggu keberadaan tanaman yang sedang di
budidayakan. Beberapa di duga invasif atau lebih dikenal invasive alien spesies
(IAS).Invasive alien spesies (IAS) telah menjadi perhatian di dunia, hal ini
disebabkan dampak negatif yang di timbulkan oleh perkembangan IAS yang
tidak terkendali dilokasi tertentu sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan
dan kerugian ekonomi (Kementan, 2011, h.7). Spesies asing invasif diakui
sebagai salah satu ancaman yang mengarah ke keanekaragaman hayati dan
juga membebankan biaya yang sangat besar pada pertanian, kehutanan,
perikanan, dan perusahaan manusia lainnya, seperti halnya pada kesehatan
manusia (Wittenberg and cock, 2003, h.428).Salah satu spesies pendatang itu adalah sembung rambat (Micania
micranta), bungan tahi ayam (Lantana camara), dan putri malu (Mimosa pigra)
yang berasal dari Amerika. Spesies tumbuhan invasif yang palig serius
mengancam ekologi tumbuhan disuatu habitat adalah spesies yang memiliki
Fakultas Tarbiyah dan KeguruanUIN STS Jambi
3
perkembangan generatif dan vegetatif yang baik dan penyebarannya mudah,
terutama yang memiliki habitus semak, liana, herba, pohon dan palem (Biotrop,
2011, h.3).Selain tumbuhan invasif yang disebutkan di atas, di desa Gading Jaya
kabupaten Merangin banyak tumbuhan kelapa sawit dan juga karet yang dapat
merusak atau mengancam keanekargaman hayati di Indonesia secara perlahan.
Faktanya, setelah hutan di tebang dan di bakar kemudian di alihkan menjadi
perkebunan sawit dan juga karet banyak tumbuhan dan hewan yang hampir
punah, seperti orangutan, harimau sumatera, badak sumatera, gajah sumatera,
kambing hutan sumatera, lutra sumatera, macan dahan sumatera, kluwak,
mundu, matoa, sukun berbiji yang sekarang menjadi hewan dan tumbuhan
langka di Indonesia (Wijana, 2014, h.46).Irwanto (2007) menyatakan bahwa keanekaragaman hayati adalah
jumlah jenis yang dapat di tinjau dari tingkat sebagai berikut : 1) pada tingkat gen
dan kromosom merupakan pembawa sifat keturunan, 2) pada tingkat jenis yaitu
berbagai golongan mahkluk yang mempunyai susunan gen tertentu, 3) pada
tingkat ekosistem atau ekologi yaitu tempat jenis itu melangsungkan
kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor biotik dan abiotik.Berawal dari empat benih kelapa sawit yang diintroduksikan pada tahun
1848, industri kelapa sawit Indonesia terus berkembang hingga menjadi
penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Catatan paling awal mengenai
introduksi kelapa sawit ke Indonesia (dahulu disebut Netherland India atau
Hindia Belanda) tercantum dalam Hunger (1917), Rutgers (1922) and Hunger
(1924) yang menyebutkan bahwa terdapat empat bibit kelapa sawit yang ditanam
di Buitenzorg Botonbical Garden (Kebun Raya Bogor) pada tahun 1848 oleh D.T
Pryce, sementara dua bibit yang lainnya diintroduksikan dari Amsterdam pada
Maret 1848. Rutgers (1922) menduga bahwa bibit dari Amsterdam juga berasal
dari kelompok yang sama dengan bibit yang berasal dari Bourbon. Laporan
resmi pertama mengenai tanaman kelapa sawit yang diintroduksikan oleh D.T.
Pryce di Bogor di tulis pada 23 Maret 1850 oleh J.E. Teysmann, seorang
pengawas Pemerintahan (Intendant Gouvernements-hotels), yang isinya sebagai
berikut : Elaeis guineensis dari Hortus Botanicus Amsterdam yang di bawa oleh
D.T. Pryce telah diterima, Palma ini merupakan tanaman yang menghasilkan
minyak (Hunger, 1924).
Fakultas Tarbiyah dan KeguruanUIN STS Jambi
4
Gambar 1. 1. J.E, Teysmann Gambar 1. 2.D.F, Pryce Pengawasan Pengintroduksi Pemerintahan kelapa sawit
Gambar 1. 3. Kelapa sawit yang Gambar 1. 4. Kelapa sawit diintroduksi ke kebun pada masa kini Raya Bogor pada tahun 1848
Selain perkebunan sawit, masyarakat juga mengalih fungsikan menjadi
perkebunan karet yang tidak kalah penghasilannya dari kelapa sawit. Berbeda
dengan sawit yang di ambil buahnya kemudian di jadikan minyak, kalau karet
yang diambil adalah lateksnya atau biasa disebut getahnya yang diambil dengan
cara melukai batangnya.Tanaman karet (Havea brasiliensis) adalah tanaman perkebunan tahunan
berupa pohon lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brazil, Amerika
Selatan. Namun, setelah percobaan beberapa kali oleh Henry Wickham, pohon
ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara sehingga sampai sekarang Asia
Fakultas Tarbiyah dan KeguruanUIN STS Jambi
5
merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman
karet mulai dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di
Indonesia di tanam di Kebun Raya Bogor (Anonim, 2006).Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet
(lateks). Lateks adalah hasil utama dari pohon karet, dimana latek ini dapat dijual
atau diperdagangkan oleh masyarakat berupa lateks segar, slab atau koagulasi.
Selanjutnya produk-produk tersebut akan digunakan sebagai bahan baku pabrik
crumb rubber atau karet remah yang menghasilkan bahan baku untuk berbagai
industry hilir seperti ban, bola, sepatu karet, sarung tangan, baju renang, karet
gelang, mainan dari karet dan berbagai produk hilir lainnya. Selain itu,kayu karet
yang berasal dari kegiatan rehabilitasi kebun atau peremajaan kebun karet tua
yang sudah tidak menghasilkan lateks lagi dapat diperjualbelikan. Umumnya
kayu karet yang diperjual belikan berasal dari peremajaan kebun karet tua yang
diganti dengan tanaman karet muda. Kayu karet juga dapat digunakan sebagai
bahan bangunan rumah, kayu api dan arang.
Gambar 1. 5. Petani karet sedang menyadap karetPesatnya perkembangan penduduk di Desa gading jaya kabupaten
Merangin, membuat masyarakat yang dulunya berpenghasilan dari berkebun ubi
kayu dan padi mengubah dan mengalih fungsikan lahannya tersebut menjadi
perkebunan sawit dan karet, tetapi yang paling dominan perkebunan sawitnya.
Dengan jumlah penduduk 1870 jiwa dan 480 kk, 307 dari 480 kk berpenghasilan
dari sawit selebihnya 173 kk berpenghasilan dari karet.Dalam kegiatan pengalihan lahan dari perkebunan karet ke sawit
tersebut, masyarakat merupakan salah satu komponen yang dapat
mempengaruhi ekosistem. Pengaruh kegiatan pengalihan lahan masyarakat
Fakultas Tarbiyah dan KeguruanUIN STS Jambi
6
terhadap lingkungan memberikan dampak positif dan juga negatif, dampak
positifnya yaitu berupa penghasilan yang meningkat dan masyarakat desa
Gading Jaya kabupaten Merangin merasa tercukupi dari hasil sawit tersebut dan
dampak negatifnya keanekaragaman hayati khususnya gulma ataupun
tumbuhan yang biasanya tumbuh dan hidup di perkebunan karet menjadi
berkurang dan bahkan ada yang hilang. Selain pengalihan lahan, pertambahan
populasi manusia sangat cepat mengakibatkan pengambilan sumber daya alam
hayati oleh manusia dapat melebihi batas regenerasi dan reproduksi dari
organisme tersebut. Kenyataan semacam itu menyebabkan kepunahan pada
berbagai jenis mahkluk hidup, sehingga menurunkan keanekaragaman hayati.
Contohnya perburuan orangutan untuk membuat obat, gading gajah untuk
dikoleksi, perburuan beruang dan ular untuk pembuatan tas maupun jaket.Berkaitan dengan masalah-masalah tersebut maka peneliti tertarik dan
perlu dilakukan penelitian mengenai “Identifikasi Tumbuhan Invasive Dan
Endemik Sebagai Tanaman Tutupan Di Perkebunan Karet Dan Sawit Milik
Masyarakat di Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin Provinsi Jambi”.
B. Identifikasi Masalah1. Adanya tumbuhan Invasive dan Endemik di perkebunan karet dan sawit2. Tidak semua masyarakat mengetahui tentang tumbuhan Invasive dan
Endemik
C. Batasan MasalahKarena keterbatasan penulis di lihat dari biaya, waktu, luasnya lingkup
penelitian, maka penelitian ini penulis batasi pada :1. Tumbuhan Invasive dan Endemik yang di amati mengamati berupa
keanekaragaman Flora pada tingkat semak dan perdu golongan
Spermatophyta2. Tumbuhan yang diamati adalah tumbuhan gulma invasive dan endemik yang
tumbuh disekitar tumbuhan sawit dan karet sampai pada tingkat genus3. Lokasi penelitian di Desa Gading Jaya terdiri dari 3 RT saja
D. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan
beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut :1. Bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai tanaman penutup lahan
Fakultas Tarbiyah dan KeguruanUIN STS Jambi
7
2. Jenis Tumbuhan Invasive apa sajakah yang tumbuh di perkebunan karet dan
sawit milik masyarakat Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin Provinsi
Jambi3. Jenis tumbuhan Endemik apa sajakah yang tumbuh di perkebunan karet dan
sawit milik masyarakat di Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin Provinsi
Jambi
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ingin mengekplorasi jenis Tumbuhan Invasive di sekitar perkebunan karet di
Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin Provinsi Jambi2. Ingin mengekplorasi jenis Tumbuhan Endemik di perkebunan sawit di Desa
Gading Jaya Kabupaten Merangin Provinsi Jambi
F. Manfaat PenelitianAdapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :1. Sebagai sumber informasi ilmiah mengenai tumbuhan Invasive dan Endemik
di perkebunan karet dan sawit milik masyarakat di Desa Gading Jaya
Kabupaten Merangin.2. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang tumbuhan Invasive dan
Endemik yang hidup di perkebunan karet dan perkebunan sawit milik
masyarakat di Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin.3. Sebagai salah satu sumbangan informasi atau sebagai media belajar Biologi
pada pelajaran Taksonomi Tumbuhan.4. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang tumbuhan tutupan
yang ada di perkebunan karet dan perkebunan sawit.5. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1)
dalam ilmu pendidikan Biologi.
Fakultas Tarbiyah dan KeguruanUIN STS Jambi
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik1. Tanaman Penutup Tanah (Legume Cover Crops (LCC))
Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman khusus di
tanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan untuk
memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah (Budiman, 2012: h. 113).Beberapa jenis LCC yng diianjurkan sebagai tanaman penutup tanah:
1) Centrosema pubescens Benth2) Calopogonium mucunoides Desv3) Pueraria phaseoloides4) Pueraria javanica5) Mucuna bracteata6) Mucuna cochinchinensis
Dari beberapa jenis LCC tersebut diatas, saat ini Mucuna Bracteata
merupakan jenis yang paling banyak digunakan karena memiliki beberapa
keunggulan yaitu pertumbuhannya cepat, produksi biomassa tinggi, tahan
terhadap naungan, tahan terhadap kekeringan, menekan pertumbuhan gulma,
dan tidak disukai ternak (Budiman, 201: h. 114).Mb ditemukan pertama kali di areal hutan negara bagian Tripura, India
Utara dan sudah ditanam secara luas sebagai penutup tanah di perkebunan
karet di Kerala, India Selatan. Di Indonesia penanaman Mb mulai dilakukan
sejak tahun 2000 di salah satu perkebunan besar swasta asing (Nurhawaty,
2015: h. 55).Di desa Gading Jaya peneliti masih jarang menemukan masyarakat
memakai tanaman penutup tanah dengan menggunakan Mucuna bracteata.
Untuk beberapa masyarakat, mereka lebih sering menyisipkan tanaman
jagung, ubi kayu dan kacang tanah untuk tanaman tutupan di perkebunan karet
dan sawit.
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
10
Gambar 2. 1 Tanaman Penutup Tanah (Mucuna bracteata)
2. Spesies Invasive (Invasive Alien Species)Spesies invasive erat kaitannya dengan spesies asing (alien species),
maka seringkali disebut spesies asing invasive (invasive alien species).
Spesies asing invasive didefinisikan sebagai spesies pendatang dalam
suatu areal atau habitat tanaman yang dapat mendominasi tanaman asli,
dapat memperbanyak diri dan menyebabkan ancaman terhadap lingkungan
bahkan terhadap kesehatan manusia.Spesies asing invasive (IAS) juga telah disebut gulma, hama,
perambah, alien, invasives, eksotik atau non-pribumi. Mereka adalah hewan
asli daerah atau wilayah tertentu, tetapi telah diperkenalkan ditempat lain, baik
oleh kecelakaan atau sengaja. Spesies asing invasive dapat hewan (misalnya
tikus), tanaman (misalnya Lantana) dan mikroorganisme (misalnya korela). IAS
dapat ditemukan dalam rumah tangga sebagai tanaman hias, hewan
peliharaan atau hama atau di darat dan di air terrestrial sebagai olahraga air
(IASP, 2005, h.2).Menurut Sastroutomo spesies pendatang (invasive) juga disebut gulma
lingkungan yang merupakan jenis-jenis tumbuhan yang agresif, bukan
tumbuhan asli daerah itu (pendatang) yang mampu menguasai vegetasi alami
dan menghambat pertumbuhan jenis-jenis yang asli atau bahkan
memusnahkan (Sastroutomo, 1990, h.5).Spesies invasive dapat dianggap sebagai polutan biologi, dengan
dampak berpotensi parah terhadap ekosistem yang mereka huni. Seperti
polutan lainnya, mereka dapat mengubah komposisi jenis lingkungan yang
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
11
mereka huni atau dampak funngsi normal dari ekosistem dengan mengubah
rezim kebakaran, hidrologi, siklus hara dan produktivitas. Tidak seperti polutan
lainnya, efek dari penjajah biologis cenderung meningkat dari waktu ke waktu
sebagai populasi yang ada memperluas, bahkan jika perkenalan baru
dihentikan (ESA.Org, 2004, h.3).Invasi biologi melalui jenis tidak asli merupakan salah satu ancaman
utama bagi ekosistem alam dan biodiversity, cara yang ditempuh oleh jenis
tidak asli mempengaruhi jenis asli dan ekosistem adalah banyak dan bersifat
tidak dapat diubah (ISSG.org, 2009, h.1).Pada umumnya, invasi terjadi karena suatu kompetisi. Spesies selalu
berkompetisi dengan spesies lain untuk mendapatkan sumber daya sebanyak-
banyaknya sehingga salah satu caranya adalah dengan tumbuh dan
berkembang biak secepat mungkin. Hal ini cukup mengeliminasi spesies asli
dari kompetisi memperebutkan sumber daya. Selain dengan tumbuh dan
berkembang dengan cepat, mereka juga melakukan interaksi yang kompleks
dengan spesies asli. Karakteristik spesies invasive menurut sukisman (2010) antara lain :
1) Mempunyai alat penyebaran yang mudah terbakar2) Biji dormansinya lama, akan pecah apabiila kondisi lingkungan sesuai
dan perkecambahan tidak serentak3) Biji berkecambah dalam cahaya, dan tidak dapat berkecambah dalam
gelap4) Kecambah terdapatasi dengan tempat terbuka dalam berbagai variasi
suhu dan kelembapan5) Tidak tergantung pada jenis tertentu6) Populasi tinggi dan mampu memproduksi biji sangat banyak dan
berkesinambungan 7) Tumbuh dan menjadi dewasa sangat cepat8) Tidak tergantung pada pollinator, dapat melakukan penyerbukan sendiri
atau apomixes9) Mampu berkompetisi interspesifik dengan berbagai cara
Sukisman (2010) dalam prinando (2011) juga mengatakan bahwa yang
paling menonjol dari karakteristik spesies tumbuhan asing invasive adalah :a) Cepat membangun naungan yang lebatb) Tumbuhan asing invasive juga dapat bersifat different phenology dan
tumbuh lebih dulu (pioneer) dibandingkan tumbuhan lainc) Tumbuhan asing invasive tidak mempunyai musuh alami, bahkan sifat
ini sangat menonjol pada tumbuhan asing invasive seperti
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
12
Choromolaena odorata, Mimosa pigra, Mikania micrantha, dan lain
sebagainya.Preston dan William (2003) mengatakan bahwa spesies asing yang
invasive muncul sebagai salah satu ancaman utama bagi pembangunan
berkelanjutan, setara dengan pemanasan global dan penghancuran system
pendukung kehidupan. Alien ini datang dalam bentuk tanaman, hewan dan
mikroba yang telah diperkenalkan ke suatu area dari bagian lain dunia, dan
telah mampu menggantiikan spesies asli (Unep.org, 2003, h.331).IAS terjadi pada semua kelompok taksonomi, termasuk hewan,
tumbuhan, jamur dan mikroorganisme, dan dapat mempengaruhi semua jenis
ekosistem. Sementara persentase kecil dari organisme diangkut ke lingkungan
barru menjadii invasive, dampak negative dapat waktu yang luas dan lebih,
penambahan ini menjadi substansial. Sebuah pengantar yang biasanya
spesies vector oleh transportasi manusia dan perdagangan.jika habitat baru
suatu spesies mirip cukup untuk rentang asli, mungkin bertahan hidup dan
bereproduksi. Namun pertama kali harus hidup dengan kepadatan rendah, bila
mungkin sulit untuk menemukan pasangan untuk bereproduksi. Untuk menjadi
spesies invasive, harus berhasil bersaing di luar oganisme asli, menyebar
melalui lingkungan barunya, dan melalui peningkatan kepadatan penduduk
(Cbd.int, 2011,h.1).IAS adalah spesies asli satu daerah atau wilayah, yang telah
diperkenalkan ke suatu daerah di luar distribusi normal mereka, baik oleh
kecelakaan atau tujuan, dan yang telah dijajah atau menyerbu rumah baru
mereka, mengancam keanekaragaman hayati, ekosistem dan habitat, dan
kesejahteraan manusia (Unep.org, 2003, h.332).Spesies invasive mempengaruhi hamper semua habitat d bumi, mulai
dari area hutan belantara, untuk lahan pertanian, dan hutan, serta ekosistem
air tawar dan laut. Spesies invasive dapat dianggap sebagai pollutan biologi,
dengan dampak berpotensi parah terhadap ekosistem yang mereka huni.
Seperti polutan lainny, mereka dapat mengubah komposisi jenis lingkungan
yang mereka huni atau dampak fungsi normal ekosistem dengan mengubah
rezim kebakaran, hidrologi, siklus hara dan produktivitas. Tidak seperti polutan
lainnya, efek dari penjajah biologis cenderung meningkat melalui waktu
sebagai populasi yang ada memperluas, bahkan jika perkenalan baru
dihentikan (ESA.org, 2004, h.2).
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
13
Invasi adalah datangnya bakal kehidupan berbagai spesies organisme
dari suatu daaerah yang baru dan menetap di daerah baru. Bakal kehidupan
yang dimaksudkan di atas berua buah, biji, spora, telur, larva dan lain
sebagainya (Indriyanto, 2006, h.130).
3. Tumbuhan EndemikTumbuhan endemic adalah tumbuhan yang persebarannya terbatas
pada daerah tertentu saja. Berbeda dengan tumbuhan yang persebarannya
luas. Hewan atau tumbuhan semacam in di temukan di berbagai daerah
(Wijana,2014, h. 50).Menurut pakar biologi dan ekologi, endemic atau endemis berarti
ekslusif asli pada suatu tempat (biota), berlawanan dengan cosmopolitan atau
introduksi yang hadir di berbagai tempat. Suatu jenis tumbuhan dikatakan
endemic apabila keberadaannya unik di suatu wilayah dan tidak ditemukan di
wilayah lain secara alami. Istilah ini biasanya diterapkan pada unit geografi
suatu pulau atau kelompok pulau, tetapi kadang-kadang dapat berupa Negara,
tipe habitat atau wilayah. Tumbuhan yang hidup pada suatu kepulauan
cenderung berkembang menjadi tipe atau jenis endemic karena isolasi geografi
(Sudarmono,2007, h.330).Menurut Yuzammi dan Hidayat (2002) membatasi tumbuhan unik dan
endemic sebagai jenis-jenis tumbuhan yang tiada duanya, langka dan tidak
ada di tempat lain selain di lokasi tertentu saja (Sudarmono, 2011 h.78).Berdasarkan data SLHI (2009) menunjukkan bahwa daratan dan laut-
laut di Indonesia membentuk kekayaan tumbuhan dan hewan-hewan yang
paling beragam di dunia. Iklim tropis, posisi geografis yang melingkar diantara
Asia dan Australia telah menghasilkan area fauna dan flora yang tidak dapat
dibandingkan. Di kepulauan Indonesia terdapat lebih dari 1.500 spesies
burung, 500-600njenis mamalia, 8.500 jenis ikan, 40.000 jenis pohon dan
sejumlah bentuk-bentuk kehidupan lainnya dalam jumlah yang sangat banyak.
Dari sejumlah jenis tumbuhan yang ada dibeberapa wilayah Indonesia
termasuk Sumatera dapat dilihat jumlah endemiknya.
Tabel 2. 1 Tumbuhan Spesies Endemik
Pulau Tumbuhan (Spesies) Endemik (%)
Papua 1030 55
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
14
Maluku 380 6
Sulawesi 150 3
Kalimantan 520 7
Java dan Bali 630 5
Sumatera 820 11
Sumber : Departemen Kehutanan, 1994, dalam SLHI,2009
Berdasarkan letak wilayah biogeografi, terdapat tujuh wilayah
biogeografi utama Indonesia yang menjadi penyebaran berbagai spesies
tumbuhan, yaitu Sumate?ra, Jawa dan Bali, Kalimantan, Sunda kecil, Sulawesi,
Maluku dan Irian Jaya (Bapennas, 1993). Namun dengan adanya perbedaan
letak (SLHI geografis dan fisiografis maka ekosistem dibedakan atas beberapa
bioma atau daerah habitat. Bioma secara geografis merupakan daerah luas
unit biotic yang merupakan kumpulan besar tumbuhan dan hewan yang bentuk
kehidupan dan kondisi lingkungannya sama atau sering pula disebut dengan
ekosistem dalam skala besar. Penamaannya berdasarkan vegetasi (tumbuhan)
yang dominan. Beberapa bioma darat antara lain : pamah, pegunungan, gurun,
padang rumput, hutan basah, hutan gugur, taiga dan tundra.Pada beberapa jenis paku-pakuan, Indonesia juga tercatat memiliki
keanekaragaman spesies yang tinggi mencapai lebih 4000 spesies tersebar
hampir di seluruh wilayah nusantara. Untuk jenis rotan, tercatat ada sekitar 332
spesies terdiri dari 204 spesies dari genera calamus, 86 spesies dari genera
Daenomorps, 25 spesies dari genera Korthalsia, 7 spesies dari genera
Ceratolobus, 4 spesies dari genera Plectocomia, 4 spesies dari genera
Plectocomiopsis dan 2 dari genera Myrialepsis (SLHI, 2009), (Soemarno, h.88).
4. Tanaman Sawit (Elaes guineensis Jack)1) Prospek bertanam kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack)
Berawal dari empat benih kelapa sawit yang diintroduksikan pada
tahun 1848, industri kelapa sawit Indonesia terus berkembang hingga
menjadi penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Catatan paling awal
mengenai introduksi kelapa sawit ke Indonesia (dahulu disebut Netherland
India atau Hindia Belanda) tercantum dalam Hunger (1917), Rutgers et al
(1922) dan Hunger (1924) yang menyebutkan bahwa terdapat empat bibit
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
15
kelapa sawit yang ditanam di Buitenzorg Botonbical Garden (Kebun Raya
Bogor) pada tahun 1848 oleh D.T Pryce, sementara dua bibit yang lainnya
diintroduksikan dari Amsterdam pada Maret 1848. Rutgers et al (1922)
menduga bahwa bibit dari Amsterdam juga berasal dari kelompok yang sama
dengan bibit yang berasal dari Bourbon. Laporan resmi pertama mengenai
tanaman kelapa sawit yang diintroduksikan oleh D.T. Pryce di Bogor di tulis
pada 23 Maret 1850 oleh J.E. Teysmann, seorang pengawas Pemerintahan
(Intendant Gouvernements-hotels), yang isinya sebagai berikut : Elaeis
guineensis dari Hortus Botanicus Amsterdam yang di bawa oleh D.T. Pryce
telah diterima, Palma ini merupakan tanaman yang menghasilkan minyak
(Hunger, 1924).
2) Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis gineensis Jack)a. Akar
Kelapa sawit berakar serabut yang tumbuh diseluruh pangkal
batang sampai 0,3-0,6 m diatas permukaan tanah. Terdiri dari akar
primer, sekunder tertier sampai quartier yang biasa disebut dengan
feeder roots. Pada umur 10 tahun panjang akar dapat mencapai 5 m dari
pangkal batang, panjang akar ini dapat mencapai lebih dari 20 m, namun
yang terbanyak berada disekitar 1-5 m saja.(Hakim, 2013, h.17).b. Batang
Batang, tegak lurus dan terlihat seragam, apalagi jika bekas tunas
an daun baik dan pendek akan menjadi pemandangan yang indah.
Putaran letak daun jelas terlihat pada tanaman yang tingginya di atas 1
m. Diatas batang tumbuh tunas dan primordial daun dan bunga. Pada
giant tree ukuran batang menjadi besar tapi tidak normal, bakal buah
selalu aborsi, jadi tidak perlu dirawat lebih lanjut. Arah putaran pelepah
ada yang kekanan ada pula yang kekiri.(Hakim, 2013, h.19)c. Daun
Daun kelapa sawit sering disebut pelepah yang mempunyai anak
daun (leaflets), jumlah anak daun ini tergantung dari umur tanaman,
semakin dewasa semakin banyak anak daunnya sampai jumlah tertentu.
Diujung pelepah sering tumbuh "buntut" berupa benang yang merupakan
ciri kekurangan unsure boron. Ujung daun yang membentuk seperti ujung
tombak (hook leaf) menandakan juga gejala defisiensi boron. Daun
tersusun menurut alur lingkaran dengan anak daun yang berjumlah 150-
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
16
250 yang tumbuh disepanjang pelepah. Jumlah anak daun pada tanaman
yang baru ditanam beberapa bulan sekitar 15 lembar x 2, pada umur 10
tahun jumlahnya sampai sekitar 140-150 lembar x 2. Tanaman dewasa
mempunyai antara 30-40 pelepah atau sampai 48 pelepah (1-2 pelepah
dibawah tandan). Produksi daun rata 24-26 pelepah/tahun, dihitung mulai
dari pelepah yang telah membuka.(Hakim, 2013, h.20). d. Bunga
Kelapa sawit termasuk golongan berbunga satu, jantan dan betina
terpisah masing-masing, namun masih dalam satu pohon. Bunga tumbuh
disetiap ketiak pelepah, potensinya dapat tumbuh jadi bunga betina atau
jantan sangat tergantung dari factor genetis, lingkungan, kesuburan tanah
dan umur tanaman. Bunga jantan tumuh silindris, panjangnya sekitar 7-12
cm dengan diameter sekitar 2-4 cm. (Hakim, 2013, h.21)
e. BuahBuah berukuran sekitar 2-5 cm, berbentuk oval. Buah Dura Deli
biasanya lebih besar disbanding dari Dura Afrika. Buah terdiri dari
exoparp (kulit buah), mesocarp yakni bagian yang mengandung minyak,
endocarp atau batok kelapa sawit, dan endosperm atau buah kelapa
sawitnya yang sering disebut kernel. Tandan sawit terdiri dari sekitar 2000
buah sawit.(Hakim, 2013,h.24).
3) Klasifikasi Kelapa Sawit Kingdom : PlantaeDevisi : SpermatophytasSubdivisi : AngiospermaeOrdo : PalmalesFamili : PalmaceaeGenus : ElaeisSpesies : Elaeis guineensis Jack
5. Tanaman Karet (Havea brasiliensis )1) Prospek bertanam Karet (Havea brasiliensis)
Tanaman karet (Havea brasiliensis) adalah tanaman perkebunan
tahunan berupa pohon lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di
Brazil, Amerika Selatan. Namun, setelah percobaan beberapa kali oleh Henry
Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara sehingga
sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia,
Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dibudidayakan pada tahun
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
17
1876. Tanaman karet pertama di Indonesia di tanam di Kebun Raya Bogor
(Anonim, 2006).Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman
pada kondidi lingkungan yang kurang menguntugkan (kekurangan
air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan stimulant dihindarkan.
Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan. Tanaman karet juga
memiliki system perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga
tanaman karet dapat tubuh pada kondidi lahan yang kurang menguntungkan.
Akar ini juga diguunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan
sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet. Tanaman karet
memiliki massa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5 tahun)
dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis
tanaman karet dapat di sadap selama 15 sampai 20 tahun. (Budiman, 2012:
h.1-3).
2) Morfologi Karet (Havea brasiliensis)a. Akar
Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet adalah akar
tunggang, mampu menopang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar.
Akar tunggang dapat merangsek ke dalam tanah hingga kedalaman 1-2
m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m. akar yang
paling aktif menyerap air dan nutrisi yaitu bulu akar yang berada di
kedalaman 0-60 cm. (Budiman, 2012: h. 4).b. Batang
Tanaman karet adalah pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang
cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang
tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi.
Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh
tanaman agak miring kearah utara. Batang tanaman mengandung getah
yang dikenal dengan nama lateks.(Budiman, 2012: h. 4).c. Daun
Daun karet berwarna hijau yang terdiri dari tangkai daun dengan
panjang tangkai daun utama sekitar 3-20 cm dan panjang tangkai anak
daun sekitar 3-10 cm. biasanya ada tiga anak daun di setiap sehelai daun
karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing,
tepinya rata dan gundul.(Budiman, 2012: h. 4).d. Bunga
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
18
Bunga karet terletak di dalam mayai paying tambahan dan terdiri
dari bunga jantan dan betina. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng
dengan panjang 4-8 mm.(Budiman, 2012: h. 4).e. Buah
Karet merupakan tanaman berbuah polong (di selaputi kulit yang
keras) yang sewaktu masih muda buahnya berpaut erat dengan
rantingnya. Buah karet dilapisi oleh kulit tipis berwarna hijau dan
didalamnya terdapat kulit yang keras dan berkotak. Tiap kotak berisi
sebuah biji yang dilapisi tempurung, setelah tua warna kulit buah
berbuah menjadi keabu-abuan dan kemudian mongering. Pada waktunya
pecah dan jatuh, bijinya tercampak lepas dari kotaknya. Tiap buah
tersusun atas 2-4 kotak biji. Pada umumnya berisi 3 kotak biji Diana
setiap kotak terdapat 1 biji. Tanaman karet mulai menghasilkan buah
pada umur lima tahun dan akan semakin banyak setiap pertambahan
umur tanaman.(Budiman, 2012: h. 4).
2) Klasifikasi Karet ( Havea brasiliensis)Divisi : SpermatophytaSubdivisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeOrdo : EuphorbialesFamili : EuphorbiaceaeGenus : HeveaSpesies : Havea brasiliensis
6. Pengaruh pembukaan lahan terhadap keanekaragaman hayatiPerusakan hutan, erosi tanah dan berkurangnya air merupakan tiga
akibat yang saling berkaitan erat ditimbulkan oleh campur tangan manusia
terhadap alam. Di Amerika serikat areal tanah seluas 1 juta km2 telah hancur.
Bahkan areal yang lebih luas lagi terancam oleh bahaya erosi. Di Uni sovyet
pada bagian benua Eropa, setengah juta km2 tanah telah terkena erosi air.
Keadaan ini sama sekali tidak boleh diabaikan begitu saja disebabkan oleh
penebangan hutan atau musnahnya hamparan rumput yang melindungi tanah,
pembudidayaan lahan secara intensif pada lahan pertanian yang tadinya di
garap secara ekstensif, maupun penggembalaan yang berlebih-lebihan.
Pendeknya masalah ini adalah akibat perusakan vegetasi pelindung tanah
yang terbentuk sepanjang sejarah planet bumi, dimana manusia terus menerus
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
19
melakukan berbagaai perusakan karena populasinya semakin padat (Lili dan
Titi, 1988: h.46).Di Indonesia sendiri keadaan hutan-hutan juga sudah cukup kritis. Di
Indonesia terdapat 120 juta hektar hutan diseluruh kepulauan. Akan tetapi
sejak industri produksi kayu hutan dibuka, telah berjuta-juta hektar hutan yang
di babat, selain itu tekanan penduduk untuk keperluan-keperluan bahan bakar
rakyat, keperluan tanah untuk bercocok tanam, merupakan penyebab-
penyebab utama pembabatan hutan terus menerus. Bahkan di Pulau Jawa
siapa saja yang melakukan penebangan melintasi pulau jawa dari ujung ke
ujung akan dapat melihat betapa di banyak tempat tanah telah dibuka dan
dipergunakan untuk bercocok tanam sampai ke puncak-puncak bukit dan
gunung (Lili dan Titi, 1988: 8).Selain kerusakan karena pembabatan, bencana kebakaran hutan juga
sering menyerang, bisa jadi karenan ulah manusia ataupun kelalain.
pembakaran hutan dilakukn karena untuk membuka lahan pertanian (Lili dan
Titi, 1998:10).Dampak dari pembabatan hutan untuk dijadikan lahan pertanian,
pertambangan, perumahan dan industri akan berakibat terhadap
keseimbangan ekosistem hutan. Terjadinya penggundulan hutan akan
mengakibatkan banjir. Kegiatan pembukaan hutan akan menghilangkan beribu-
ribu spesies asli yang ada di hutan karena habitatnya telah rusak dan hutan
mangrove banyak yang dibabat atau dilakukan reklamasi, sehingga
menimbulkan abrasi (Wijana, 2014: h.58)
7. Keanekaragaman HayatiMenurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), keanekaragaman
adalah hal atau keadaan beraneka ragam : kebudayaan bangsa Indonesia,
sedangkan hayati adalah Bio keseluruhan keanekaragam mahkluk yang
diperlihatkan suatu daerah mulai dari kenaekaragaman genetika, jenis, dan
ekosistemnya (Anonim, 2008, h.62).Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman berbagai organisme
yang meliputi keanekaragaman semua sumber daya alam hayati meliputi
antara lain daratan, lautan, ekosistem perairan lainnya, dan kompleksitas
ekologinya, termasuk keanekaragam dalam spesies, antar spesies, dan
ekosistem (Anonim, 2011, h.7).
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
20
Keanekaragaman alami atau keanekaragaman hayati, atau
biodiversitas adalah semua kehidupan di atas bumi ini (tumbuhan, hewan,
jamur, dan mikroorganisme) serta berbagai materi genetik yang dikandungnya
dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup. Termasuk di
dalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari organisme-
organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut
maupun sistem-sistem perairan lainnya. Keanekaragam hayati karena itu
lazimnya dianggap memiliki tiga tingkatan yang berbeda : keanekaragam
genetik, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman ekosistem (Anonim,
2007, h.3).a. Keanekaragaman genetik merujuk kepada berbagai macam informasi
genetik yang terkandung di dalam setiap mahkluk hidup. Keanekaragaman
genetik terjadi di dalam dan diantara populasi-populasi spesies serta
diantara spesies-spesies.b. Keanekaragaman spesies merujuk kepada keragaman spesies-spesies
yang hidup.
c. Keanekaragam ekosistem berkaitan dengan keragaman habitat,
komunitas biotik, dan proses-proses ekologis, serta keanekaragaman yang
ada di dalam ekosistem-ekosistem dalam bentuk perbedaan-perbedaan
habitat dan keragaman proses-proses ekologisnya.Perubahan secara evolusi menghasilkan proses diversifikasi terus
menerus di dalam makhluk hidup. Keanekaragam hayati meningkat ketika
variasi genetik baru di hasilkan, spesies baru berevolusi atau ketika satu
ekosistem baru terbentuk, keanekaragaman hayati akan berkurang dengan
berkurangnya spesies, satu spesies punah atau satu ekosistem hilang maupun
rusak. Konsep ini menekankan sifat keterkaitan dunia kehidupan dan proses-
prosesnya (Anonim, 2007, h.4).Banyak populasi spesies telah berkurang sampai ke jumlah yang
sangat rendah akibat perubahan habitat oleh aktifitas manusia (Campbell,
2004, h.420). Dampak kerusakan habitat oleh aktifitas manusia ialah seringkali
terjadinya pengurangan luas suatu kawasan hutan. Dengan berkurangnya
kawasan hutan tentu akan memberikan dampak buruk pula bagi kelangsungan
hidup tiap spesies pada kawasan tersebut.
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
21
Usaha-usaha pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dilakukan
secara “insitu” (Pengembangbiakan pada habitat aslinya) maupun seacara
“exsitu” (Pengembangbiakan di luar habitat aslinya) (Arif, 2001, h.139).
Sukarsa (2006) menyebutkan ada tujuh bidang yang menjadi fokus
pelaksanaan upaya pelestarian plasma nutfah :a. Mengurangi laju kemerosotan komponen-komponen keanekaragaman
hayati.b. Mendorong pemanfaatan secara berkelanjutan.c. Memberikan perhatian kepada ancaman terhadap keanekaragaman
hayati, termasuk gangguan dari spesies asing asli, perubahan iklim,
pencemaran dan perubahan peruntuk habitat.d. Mempertahankan integritas ekosistem dan penyediaan barang dan jasa
dari keanekaragaman hayati dalam ekosistem. e. Melindungi pengetahuan, inovasi, praktek-praktek tradisional.f. Menjamin pembagian keuntungan secara adil dan merata yang dihasilkan
dari pemanfaatan sumber daya genetik.g. Memobilisasi sumber-sumber dana dan teknis untuk pelaksanaan
konvensi mengenai keanekaragaman hayati.
Beberapa penjelasan tentang keanekaragaman hayati secara
konseptual diatas dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman hayati adalah
keseluruhan variasi berupa bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang dapat
ditemukan pada mahkluk hidup. Keanekaragaman hayati dapat ditandai
dengan adanya abiotik yang dapat menyebabkan organisme berkembang dan
melakukan spesialisasi. Melimpahnya keanekaragaman hayati di Indonesia
menyebabkan perlunya upaya-upaya pelestarian terhadap plasma nutfah yang
ada agar tidak terjadi kepunahan.
8. Konservasi Secara harfiah konservasi memang berasal dari bahasa Inggris namun
diterjemahkan menurut Peraturan Pemerintah RI No. 7 th. 1999 sebagai
pengawetan, yaitu suatu upaya untuk menjaga agar keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam maupun diluar
habitatnya tidak punah. Hal penting adalah cara menafsirkan pengertian
pengawetan atau konservasi yang banyak dipakai dari berbagai disiplin ilmu,
misalnya pengawetan tanah dan air, konservasi flora dan fauna, konservasi
alam, dan lain-lain. Aspek botani atau flora lebih cenderung kepada usaha-
usaha pelesatarian yang bertujuan jangka panjang atau tidak terhingga.
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
22
Di Indonesia istilah konservasi merupakan hal yang sangat penting
berkaitan dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat melimpah
dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, Indonesia merupakan salah
satu dari tiga Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Dua
negara lainnya adalah Brazil dan Zeire. Tetapi dibandingkan dengan Brazil dan
Zeire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri yaitu disamping memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia mempunyai areal tipe
Indomalaya yang luas, juga tipe Oriental, Australia, dan Peralihannya. Selain
itu di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta hewan
dan tumbuhan langka, serta hewan dan tumbuhan endemik (penyebaran
terbatas) (Kurniawan, 2008, h.19).Hewan atau tumbuhan endemik adalah hewan atau tumbuhan yang
persebarannya luas. Hewan atau tumbuhan semacam ini ditemukan di
berbagai daerah. Akan tetapi untuk hewan endemik hanya ditemukan pada
daerah tertentu saja. Di Indonesia banyak terdapat hewan dan tumbuhan
endemik. Hewan yang endemik yaitu harimau jawa (Panthera tigris-sondaicus),
harimau bali (sudah punah), jalak bali putih (Leucopsar rothschildi), badak
bercula satu (Rhinoceros sondaicus) di ujung kulon, binturong (Artictis
binturong), monyet (Prebytis thomasi), tarsius (Tarsius bancanus) di Sulawesi
utara, kukang (Nycticebus coucang), maleo (hanya di sulawesi), komodo
(Varanus komodoensis) di pulau komodo dan sekitarnya, dan tumbuhan
endemik yaitu terutama dari genus Rafflesia misalnya Rafflesia arnoldi
(endemik di Sumatera Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. Borneensis
(Kalimantan), R. Cilliata (Kalimantan Timur), R. Horsflilldii (Jawa), R. Patma
(Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. Rochussenii (Jawa Barat), dan
R.contleyi (Sumatera bagian Timur), selain itu kayu cendana (Nusa Tenggara),
Lotrok (Jawa dan Bali) (Wijana, 2014, h.4-43).Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman
hayati yang tinggi di bandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan
kutub (iklim kutub). Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat
dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti ekosistem
pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan
hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna
(Wijana, 2014, h. 50).
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
23
Alfred Russel Wallace dan Max Wilhelm Carl Weber adalah orang-
orang yang mengelompokkan tipe flora dan fauna Indonesia kedalam tiga
kelompok, yaitu:
a. Fauna AsiatisIndonesia bagian barat meliputi wilayah Sumatera, Jawa,
Kalimantan hingga Selat Makasasar dan Selat Lombok.Contoh hewan : Badak, Harimau, Orang Utan, Gajah (Wijana,
2014,h.44).
b. Fauna Peralihan dan Fauna Asli IndonesiaBagian tengah meliputi wilayah Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Contoh hewan : Babi Rusa, Kuskus, Burung Maleo, Kera (Wijana,
2014,h.44).c. Fauna Australis
Indonesia bagian timur meliputi wilayah Papua. Contoh hewan : Burung Cendrawasih, Burung Kakatua, Kanguru
(Wijana, 2014,h. 44)
B. Study RelevanKeanekaragaman hayati merupakan suatu keragaman atau perbedaan
diantara anggota-anggota suatu kelompok yang seharusnya kita jaga, terutama
hewan dan tumbuhan endemik yang ada di Indonesia, karena dengan menjaga
kelestariannya kita juga dapat manfaatnya terutama pada tumbuhan yang sudah
jelas menghasilkan oksigen dan telah kita gunakan untuk bernafas dan hidup.Di Indonesia pada saat ini tidak semua masyarakat memperhatikan
kondisi lingkungannya, karena kemajuan zaman dan kecanggihan dunia yang
semakin berkembang membuat masyarakat berlomba-lomba untuk mengikuti
zaman, tetapi caranya untuk mengikuti zaman saat ini juga merugikan keadaan
alam yang ada dan yang kita miliki di Indonesia. Dengan mengalihkan hutan-
hutan menjadi perkebunan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih untuk
dijadikan modal mengikuti tren zaman modern. Dan ini terjadi di salah satu Desa
di Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin, masyarakat disana telah mengikuti
zaman, dengan mengalihkan hutan-hutan yang penuh dengan kekayaan alam
dengan perkebunan yang tanpa mereka sadari telah menghilangkan habitat
spesies yang ada di dalamnya.Kehadiran perkebunan-perkebunan yang ada di Desa Gading Jaya
terutama perkebunan sawit dan perkebunan karet merupakan permasalahan
yang sangat penting berkaitan dengan upaya-upaya konservasi pemerintah
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
24
terhadap flora dan fauna, namun demikian pada penelitian ini penulis lebih
condong membahas keanekaragaman gulma pada perkebunan sawit dan karet
artinya penelitian penulis lebih mengerucut lagi, tidak sama persis dengan apa
yang dibahas oleh peneliti sebelumnya, seperti beberapa judul berikut :1. Ade adriadi, dkk, (2012) pada laporan penelitiannya yang berjudul Analisis
Vegetasi Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis quineensis) di
Kilangan, Muaro Bulian, Batang Hari, pada penelitian yang dilakukan
didapatkan 3934 individu, 56 jenis, 47 genus dan 20 famili golongan teki-
tekian dengan 7 jenis, golongan rumput-rumputan dengan 10 jenis,
golongan berdaun lebar 18 famili dengan 38 jenis dan golongan pakisan
dengan 1 famili dan 1 jenis.2. Rista, dkk, (2014) pada laporan penelitiannya yang berjudul Analisis
Vegetasi Gulma pada Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis) di Kecamatan
Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, pada penelitian yang dilakukan
dapat diketahui bahwa pada tingkatan umur yang berbeda didapatkan 13
famili, 23 genus, 27 spesies dengan jumlah total seluruh individu 1238
individu.
Tabel II. 2 Study Relevan
No Nama Judul Hasil Persamaan Perbedaan1 Ade
adriadi,
dkk, (2012)
Analisis
vegetasi
gulma pada
perkebunan
kelapa sawit
(Elaeis
quneensis) di
Kilangan,
Muaro Bulian,
Batang Hari.
Di dapatkan 3934
individu, 56 jenis, 47
genus dan 20 famili
golongan teki-tekian
dengan 7
jenis,golongan rumput-
rumputan dengan 10
jenis, golongan
berdaun lebar 18 famili
dengan 38 jenis dan
golongan pakisan
dengan family dan 1
jenis
Sama-sama
meneliti flora
Tempat
penelitian
dan peneliti
lebih focus
ke golongan
perdu
2 Rista, dkk
(2014)
Analisis
vegetasi
gulma pada
Diketahui bahwa pada
tingkatan umur yang
berbeda didapatkan 13
Meneliti di
perkebunan
karet juga
Peneliti tidak
meneliti
pada
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
25
perkebunan
karet (Hevea
brasiliensis)
di kecamatan
Batang
Kapas,
Kabupaten
Pesisir
Selatan.
famili, 23 genus, 27
spesies dengan jumlah
total seluruh individu
1238 individu
tingkatan
umur
tumbuhan
karet.
C. Kerangka FikirPerkebunan adalah lahan tanah yang digunakan untuk menanam
tanaman (industri) yang biasanya hasil pasca panen masih akan diolah lagi di
skala industri. Biasanya lahannya sangat luas hingga mencapai ratusan hingga
ribuan hektar disuatu wilayah tertentu. Sedangkan kebun adalah lahan tanah
luas yang ditanam untuk menanam jenis-jenis tanaman yang hasilnya bisa
langsung dimanfaatkan atau dijual. Luas lahannya bervariasi mulai dari skala
kecil pekarangan hingga besar lahan luas.Mengetahui bahwa perkebunan dan kebun merupakan sumber
penghasilan masyarakat, sehingga tercipta masyarakat yang sehat. Dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN STS Jambi
27
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN STS Jambi
\
v
Tabel. II. 1 Kerangka Fikir
Perekonomian
Masyarakat
Kelapa
Sawit Kebun
Karet
kebun
Teh
Perkebunan
Kebun
Kelapa
Kebun
Kopi
Senduduk Sambung
Rambat
Babandotan Alang-alang Teki
Rumput
Paitan
Senduduk Tembelekan Puyengan
Pengambilan
sampel gulma
Identifikasi gulma
di laboratorium
Manfaat/Tidak
bermanfaat
Menciptakan lingkungan
yang sehat
Alang-
alang
Sambung
rambat
Kirinyuh
Kebun
kakao
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin yang
merupakan salah satu desa yang terletak di daerah dataran sebelah timur dari Ibu
kota Kabupaten Merangin dan sebelah Utara kecamatan Tabir Selatan dengan luas
wilayah 521,5 Ha dan 357,0 Ha tanah perkebunan, dengan indikator unggulan
Kebun kelapa sawit, dan yang dialih fungsikan dari perkebunan karet ke perkebuan
sawit ada 50,16 Ha.
B. Alat dan BahanAlat yang digunakan antara lain meteran, kamera, alat tulis, patok, Koran, tali
rapia, gunting, karton, spidol. Dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tumbuhan yang ada di perkebunan karet dan perkebunan sawit dan alkohol 70%.
C. Jenis dan Sumber Data1. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kualitatif yaitu penelitian yang
berdasarkan pada data-data, gambar, hasil observasi, dan studi kepustakaan,
kemudian disusun dalam kalimat yang dapat menginterprestasikan hasil penelitian.2. Sumber Data
Data, literatur atau informasi yang mendukung penelitian yang berdasarkan
sumber antara lain :a. Literatur
1) Buku, Jurnal, dan Artikel2) Internet
b. Melakukan observasi dan pengamatan langsung di lapangan
D. Prosedur kerja / langkah-langkah kerjaMetode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode petak
(plot). Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode petak ganda
secara sistematis, dimana peneliti membuat ukuran petak besar dengan ukuran 20
m X 50 m yang di dalamnya di buat plot kecil berukuran 5 m X 5 m sebanyak 20
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
29
plot. Plot ganda yang dibuat pada 2 lokasi (perkebunan karet dan perkebunan sawit)
yang telah di pilih. (Indriyanto, 2005, h.150).Adapun metode pengambilan sampel secara lengkap dapat dilihat pada
gambar 1 parameter yang diamati adalah nama spesies baik lokal maupun ilmiah.
Jumlah individu dan habitus. Pengumpulan spesimen herbarium untuk spesies yang
belum teridentifikasi di lapangan dilakukan dengan mengambil bagian-bagian
tumbuhan yang dapat dijadikan kunci identifikasi seperti daun, ranting, bunga dan
buah. Sementara untuk herba dan liana bagian akar di ambil sebagai herbarium.
20 m
50 m
Gambar 3. 1 Desain petak pengambilan sampel
Untuk mendapatkan data yang konkret dan memiliki relevansi dengan
permasalahan yang ada, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
a. ObservasiObservasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis psikologis. Dua diantara yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Jadi observasi adalah suatu cara
pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu
objek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara
sistematis tentang hal-hal yang telah diamati (Sugiyono, 2015, h.202).Observasi dalam peneltian ini berguna untuk mendapatkan informasi
mengenai gambaran umum tentang lokasi penelitian dan jenis-jenis tumbuhan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
30
diperkebunan karet dan perkebunan sawit. Observasi ini peneliti gunakan untuk
memperoleh data-data sehingga penulis dapat mengetahui dengan baik tentang
situasi dan kondisi di Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin.
b. Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku.
Dokumentasi biasanya berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang terbentuk gambar misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan, biografi dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk gambar
misalnya gambar dan foto atau video (Sugiyono, 2013, h. 240).Dalam dokumentasi ini peneliti akan menggunakan dokumentasi sebagai
berikut : Foto serta tumbuhan yang ada di areal perkebunan karet dan
perkebunan sawit yang ada di Desa Gading jaya Kabupaten Merangin.
c. Pengambilan Spesimen1. Pengambilan sampel Tumbuhan
Pengambilan sampel tumbuhan dilakukan di perkebunan karet dan
perkebunan sawit milik masyarakat di Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin
yang merupakan habitatnya, yang kemudian di buat 2 petak ukuran 25 m X 25
m yang di dalamnya terdapat masing-masing 5 plot. Kemudian sampel
dikoleksi, dan selanjutnya diproses untuk pembuatan herbarium.2. Pembuatan Herbarium
Tumbuhan yang terdapat dalam plot pengamatan yang belum
teridentifikasi di lapangan diambil untuk dikoleksi dan kemudian dibuat
herbarium. Pembuatan herbarium dilakukan terhadap semua spesies yang
ditemukan dan belum teridentifikasi di lokasi penelitian. Tahap-tahap dalam pembuatan herbarium :a) Mengambil contoh specimen herbarium yang terdiri atas ranting lengkap
dengan daunnya, jika ada bunga dan buahnya juga diambil.b) Contoh spesimen herbarium tersebut dipotong dengan panjang kurang
lebih 30-40 cm atau disesuaikan dengan ukuran tumbuhan dengan
menggunakan gunting.c) Selanjutnya herbarium disusun dan disemprotkan dengan alkohol 70%.d) Spesimen herbarium dimasukkan ke dalam kertas Koran dengan
memberikan etiket yang berukuran 3X5 cm, etiket berisi keterangan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
31
tentang nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama
pengumpul atau kolektor.e) Spesimen herbarium yang telah tersusun rapi kemudian diapit dengan
menggunakan karton dan disesak dengan kayu dan diikat dengan tali
rapia kemudian dijemur dibawah sinar matahari langsung.f) Spesimen yang sudah kering lengkap dengan keterangan-keterangan
yang diperlukan di identifikasi untuk mendapatkan nama ilmiahnya.
3. Identifikasi TumbuhanIdentifikasi tumbuhan adalah pengelompokan jenis tumbuhan
berdasarkan sifat yang tampak atau sama antara tumbuhan tersebut.
Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkap atau menetapkan
identitas suatu tumbuhan yang dalam hal ini menentukan namanya yang benar
dan tempatnya yang tepat dalam system klasifikasi.Untuk istilah identifikasi sering juga digunakan istilah determinasi
(Tjitrosoepomo, 2010, h.70). Ada beberapa cara dalam mengidentifikasi yaitu :a) Ingatan, identifikasi dilakukan berdasarkan pengalaman atau ingatan.b) Bantuan orang, identifikasi dapat dilakukan dengan meminta bantuan para
ahli botani sistematik.c) Spesimen acuan, identifikasi dilakukan dengan membandingkan dan
mencocokkan ciri-ciri tumbuhan yang akan diidentifikasi dengan bertelaah
pada gambar yang ada diperpustakaan. Pencocokan umumnya bersifat
tekhnik berupa hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk monografi,
revisi, flora, dan buku-buku.
E. Jadwal PenelitianUntuk memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan dilapangan, maka peneliti
menggunakan kegiatan yang terjadwal sebagai berikut :
Tabel 3. 1 jadwal Penelitian
No Waktu
kegiatan
penelitian
Bulan
Maret April Mei Juni Agust Septm Oktobr Novem Desmb
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Pengajuan x x x
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
32
judul2 Pembuatan
Proposal
x x x
3 Perbaikan
Proposal
x x x x x x x x x x x x
4 Izin Seminar x5 Seminar
Proposal
x
6 Izin Riset x7 Pengumpulan
Data
x x X
8 Penulisan
Draf
x x x
9 Perbaikan
dari Dosen
Pembimbing
x x x
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
34
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Temuan Khusus 1. Pengetahuan Masyarakat Tentang Tanaman Tutupan
Kurangnya pengetahuan masyarakat dan dengan adanya kemajuan
teknologi atau yang biasa disebut dengan modern, Tanaman tutupan yang
biasa tumbuh disekitar perkebunan karet dan juga sawit milik masyarakat
khususnya di desa Gading Jaya belakangan ini juga ikut terancam, karena
masyarakat merasa tanaman tutupan saat ini hanya sebuah hama yang bisa
menggagalkan ataupun memberi dampak buruk terhadap tanaman perkebunan
mereka sehingga masyarakat berlomba-lomba untuk membersihkan tanaman
tersebut. Masyarakat memprediksi bahwa tanaman-tanaman tersebut ikut
berpengaruh terhadap hasil panen mereka.Peneliti banyak menemukan tanaman tutupan yang sudah di basmi
dengan berbagai metode, ada yang di semprot dengan racun tanaman, di
bakar dan ada juga yang di tebang dengan menggunakan mesin atau benda
tajam lainnya sehingga saat ini sulit untuk mendapatkan tanaman tutupan yang
dulu pernah hidup segar di bawah pepohonan. Ketika peneliti akan melakukan
penelitian, peneliti harus menunggu berminggu-minggu untuk mendapatkan
tumbuhan yang biasa hidup di bawah tumbuhan sawit dan juga karet.
2. Jenis Tumbuhan Invasive di Perkebunan Karet dan SawitSetelah peneliti mengambil sampel tumbuhan di perkebunan karet dan
sawit, peneliti hanya bisa mendapatkan 15 tumbuhan saja dari perkebunan
sawit dan juga karet untuk tingkat semak dan perdu. Dari 15 tumbuhan yang
peneliti dapatkan semua adalah tumbuhan Invasive, peneliti tidak dapat
menemukan tumbuhan Endemik.
Tabel 4. 1 Sampel Tumbuhan Dari Perkebunan
No Perkebunan Sawit Perkebunan Karet
35
1Asystasia gangetica (L.)
Cyperus sphacelatus Rottb
2Stenochlaena palustris(Burm.F.) Bedd
Asystasia gangetica (L.) T. Anderson
3 Passiflora foetida L. Calopogonium mucunoides Desv
4Pennisetum polystachyon Schult.
Lygodium flexuosum (L.) Sw
5Polypodium verrosum Hook
Clidemia hirta (L.) D. Don
6Clidemia hirta (L.) D. Don
Melastoma hirta (L.)
7 Melastoma hirta (L.)Imperata cylindrical (L.)Raeusch
8 Lantara camara L.
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing spesies tumbuhan
yang peneliti temukan di Desa Gading Jaya :
1. Asystasia gangetica (L.) T. Anderson atau Rumput IsraelKlasifikasiKingdom : PlantaeDivisi : MagnoliophytaClass : MagnoliopsidaOrdo : ScrophularialesFamily : AcanthaceaeGenus : Asystasia BlumeSpesies : Asystasia gangetica (L.) T. Anderson
Asystasia gangetica tumbuh merambat dan bercabang, batangnya
berbentuk segiempat dengan panjang hingga 2 meter. Bentuk daun saling
berlawanan dan tidak terdapat stipula. Panjang tangkai daun 0,5-6 cm dengan
daun yang terbentuk ovutus dengan panjang 4-9 cm dan lebar 2-5 cm. bentuk
pangkal daun segitiga sungsang atau berbentuk jantung saat daun masih
kecil. Ujung daun berbentuk meruncing dan permukaan daun berbulu pendek
dan lembut. Asystasia gangetica memilki 4-6 urat daun (vena lateralis) di setiap
sisi pelepah. Bentuk perbungaan majemuk dan berderet mengarah pada satu
sisi dengan panjag deret bunga mencapai 25 cm. tangkai bunga biasanya
berwarna putih atau putih dengan bintik-bintik keunguan.
36
Periode dari penyebaran bibit hingga munculnya benih Asystasia
gangetica membutuhkan waktu 8 minggu di daerah terbuka atau terkena
sinar matahari langsung, tetapi bisa memakan waktu 2 minggu lebih lama di
daerah yang sebagian tertutup. Tanpa penyiangan, proporsi Asystasia
gangetica dalam semak dari perkebunan kelapa sawit muda meningkat dalam
jangka waktu 2 tahun dari 25% menjadi 84%. Asytasia gangetica memiliki
daya serap tinggi terhadap nutrisi dalam tanah dan menggangu penyerapan
nutrisi spesies lain sehingga dikategorikan sebagai gulma. Asystasia
gangetica memiliki palatabilitas dan daya cerna yang tinggi sehingga dapat
digunakan sebagai pakan hewan (Satiri,1987, h.87)
Gambar 4.1 Asystasia gangetica (L.) T. Anderson
2. Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd atau Paku UdangKlasifikasiKingdom : Plantae
37
Divisi : PteridophytaOrdo : PolypodialesFamily : PolypodiaceaeGenus : StenochlaenaSpesies : Stenochlaena palustris Bedd
Paku udang bisa juga tumbuh di tanah, rimpang panjang merayap,
sering memanjat pohon tinggi. Stipe hingga 15 cm. frond 40-70 cm, dukung
hingga 15 pasang pinnae. Steril pinnae bulat telur lanset, bergigi tidak teratur,
mengkilap pada permukaan atas, dengan jaringan urat pararel sempit pada
permukaan yang lebih rendah, sekitar 15 cm, lebar 3 cm, tetapi variable dalam
ukuran, pendek mengintai. Subur sporangia pada seluruh permkaan yang
lebih rendah.Habitat tanaman ini di daerah yang basah dan tergenang. Tanaman ini
memiliki sistem perakaran serabut dan cara penyebaran dengan tunas dan
sulur serta spora. Tanaman cukup mudah berkembang dan bila dibiarkan akan
menutupi area yang cukup luas. Tanaman ini bisa digunakan sebagai obat
antidiare dan daun muda dapat digunakan untuk bahan makanan dengan cara
dimasak tumis atau di sayur (Satiri,1987, h.87)
Gambar 4.2 Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd
3. Cyperus sphacelatus Rottb atau Rumput parah betina
38
Cyperus sphacelatus Rottb berdistribusi di Amerika tengah dan
selatan, Afrika tengah dan selatan, tumbuhan ini berakar serabut tanpa
rimpang, batang berumbai, segitiga, sering kuning di pangkal. Daun basal,
linier dan hampir sepanjang batang bunga. Bunga terdiri dari 3 benang sari
dan ovarium teratasi oleh tiga stigma bercabang. Anthers 0,6 mm, gaya 0,6-
1,2 mm, stigma 1-1,4 mm.
Gambar 4.3 Cyperus sphacelatus Rottb
4. Calopogonium mucunoides Desv atau Kacang asuKlasifikasiKingdom : PlantaeDivisi : SpermatophytaKelas : DicotyledoneaeOrdo : LeguminalesFamily : LeguminaceaeGenus : CallopogoniumSpesies : Calopogonium mucunoides
Kacang asu adalah terna yang tumbuh cepat dengan menjalar,
membelit atau melata. Panjang hingga beberapa meter, membentuk
sekumpulan daun yang tak beraturan dengan ketebalan 30-50 cm, dengan
batang padat berambut-rambut. Berdaun tiga, panjang tangkai daun hinga 16
cm. daun berbentuk menjorong, membundar telur, bagian lateral menyerong,
kedua permukaan menggundul. Bunga tandan lampai, panjang hingga 20 cm,
bunga dalam fasikulum berjumlah 2-6, berwarna biru atau ungu, polong
memita-melonjong, lurus atau melengkung dengan rambut coklat kemerahan
39
diantara biji. Biji berjumlah 3-8. Biji berbentuk persegi padat dengan panjang
2-3 mm, berwarna kekuningan atau coklat kemerahan (Watanabe, 1969, h.
73)
Gambar 4.4 Calopogonium mucunoides Desv
5. Lygodium flexuosum (L.) Sw atau Hata KembangKlasifikasiKingdom : PlantaeDivisi : PteridophytaKelas : FilicinaeOrdo : SimplicerFamily : SchizaeaceaeGenus : Lygodium flexuosum
Seperti halnya paku hata, tumbuhan inipun merupakan tumbuhan
yang merambat. Berbeda dengan paku hata, jenis ini mempunyai daun yang
kadang-kadang saja bercangap sempurna. Di alam, tumbuhan ini tersebar
luas di daerah Asia, terutama pada tempat-tempat yang terbuka.Jenis ini mempunyai ental subur yang lebih kecil daripada ental
mandulnya. Ental tersebut bentuknya segitiga yang bergerigi. Bila diperhatikan
polanya menarik seperti bunga. Karena itu disebut hata kembang. Dasar
etalnya seringkali membundar sehingga mudah dibedakan dari jenis lainnya.
Entalnya menyirip dan terletak pada batangnya. Selain dari bentuk daunnya,
jenis ini berbeda dari paku hata karena tangkai entalnya yang membengkak.
40
Sorinya menggerombol di ujung ental subur yang berbentuk segitiga.
Kadangkadang terletak di dasar etal.Tumbuhan ini di Indonesia belum dikeal manfaatnya. Di Malaya
digunakan untuk obat kulit. Di beberapa tempat dikatakan bahwa ekstrasi
daun paku ini dapat dipakai untuk obat demam. Batangnya umum digunakan
untuk mengikat padi setelah panen (Rora, 1980, h. 46)
Gambar 4.5 Lygodium flexuosum (L.) Sw
6. Clidemia hirta (L.) D. Don atau Harendong buluKlasifikasiKingdom : PlantaeDivisi : MagnoliophytaKelas : MagnoliopsidaOrdo : MyrtalesFamily : MelastomataceaeGenus : ClidemiaSpesies : Clidemia hirta (L.) D. Don
Harendong bulu (Clidemia hirta) tercatat dalam 100 spesies asing
paling invasive di dunia (ISSG, 2005). Harendong bulu merupakan flora
invasive yang sangat berpengaruh di komunitasnya. Harendong bulu berasal
dari Amerika Utara (Meksiko) dan Amerika Selatan (daerah tropis dan karibia).Harendong bulu dapat ditemukan pada area terbuka maupun area
yang sedikit naungan cahaya matahari, hal ini menyebabkan laju
pertumbuhannya menjadi sangat cepat dibandingkan spesies invasive lainnya.
41
Habitus tumbuhan ini perdu, batang berkayu, bulat, berbulu rapat atau berssik.
Daun tunggal, bertangkai, berhadapan, bertulang 3-5, bulat telur, panjang 2-20
cm, lebar 1-8 cm, berhadapan, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, berbulu,
hijau, pertulangan daun menyirip. Bunga bertagkai pendek, tabung kelopak
lebar berbentuk lonceng (Steenis, 2006, h.319)
Gambar 4.6 Clidemia hirta (L.) D. Don
7. Melastoma malabathricum L. atau SikendudukKlasifikasiKingdom : PlantaeDivisi : MagnoliphytaKelas : MagnoliopsidaOrdo : MyrtalesFamily : MelastomataceaeGenus : Melastoma Spesies : Melastoma malabathricum L
Sikenduduk dapat tumbuh di sembarang tempat, baik yang ternaungi
cahaya matahari maupun area terbuka. Habitus tumbuhan ini perdu, tegak,
tinggi 0,5-4 meter, banyak bercabang, bersisik, berambut. Daun tunggal,
bertangkai, letak berhadapan silang. Helai daun bulat telur memanjang
sampai lonjong, ujung lancip, pangkal bulat, tepi rata, permukaan berambut
42
pendek yang jarang dan kaku sehingga terasa kasar. Berbunga majemuk
keluar diujung cabang. Warna ungu kemerahan. Buah masak akan merekah
dan berbagi dalam beberapa bagian, warnanya ungu tua kemerahan. Biji
kecil-kecil warnanya coklat. Buahnya dapat dimakan sedangkan daun
mudanya dapat dimakan sebagai lalap atau sayur. Perbanyakan dengan biji
(Megawati, 2009, h.22).Sikenduduk berkhasiat mengobati batuk karena minuman berakohol,
mencret dan keputihan, obta kumur, penenang, luka bakar, mejen, cacigan
pada anak-anak, diare, sariawan, pendarahan rahim, bisul, keracunan
singkong, dan luka bernanah ( Djauhariya, 2004, h.75).
Gambar 4.7 Melastoma malabathricum L.
8. Passiflora foetida L. atau SeletupanKlasifikasiKingdom : PlantaeDivisi : Magnoliophyta Ordo : MalpighialesFamily : PassifloraceaeGenus : PassifloraSpesies : Passiflora foetida
43
Ditemukan pertama kali di Jawa dan Madura, dan berasal dari
Amerika Tropis (Biotrop, 2011). Rendahnya tingkat kehadiran spesies ini erat
kaitannya dengan persaingan komunitas tumbuhan dalam memperebutkan
cahaya matahari. Tumbuhan yang cepat tumbuh (lebih tinggi), dan
tajuknya lebih rimbun akan memperoleh cahaya lebih banyak. Sedangkan
tumbuhan lain yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya akan ternaungi
oleh tumbuhan yang terdahulu sehingga pertumbuhannya terhambat, hal
inilah yang memicu rendahnya tingkat kehadiran spesies ini.Passiflora foetida merupakan herba pemanjat yang berbau kurang
enak, panjangnya sekitar 1,5-5 meter. Batang berambut panjang jarang, daun
tunggal, bertangkai 1-3 cm, berambut panjang. Helaian daun bundar telur,
berbagi tiga, bertepi rata atau bergigi tidak dalam, dengan ujung-ujung
meruncing, pangkal daun bentuk jantung.Bunga membuka darimpagi-pagi benar sampai jam 11 siang. Daun
muda dipakai sebagai sayuran. Buah buni rasanya segar dan manis (Steenis,
2006, h.301).Seluruh bagian herba ini berkhasiat anti radang, penenang (sedatif),
peluruh kencing, (diuretic), serta membersihkan panas dan racun. Buah juga
berkhasiat menghilangkan nyeri (analgesik) dan memperkuat paru (Tarmizi,
2010, h.2).
44
Gambar 4.8 Passiflora foetida L.
9. Imperata cylindrica (L.) Raeusch atau Alang-alangKlasifikasiKingdom : PlantaeDivisi : TracheophytaOrdo : PoalesFamily : PoaceaeGenus : Imperata cirilloSpesies : Imperata cylindrica (L.) Raeusch
Imperata cylindrica atau biasa disebut dengan alang-alang adalah
tanaman terna berjenis rumput-rumputan yang berumur panjang atau parenial.
Tanaman ini bisa tumbuh sampai ketinggian 180 cm, bertunas panjang dan
bersisik dengan pucuknya yang meruncing seperti duri. Akar tanaman alang-
alang adalah akar rimpang yang menjalar, dan berbuku-buku. Akarnya keras
dan liat serta warnya putih.Batang ilalang berukuran pendek dan menjulang naik, tingginya
berukuran 0,2-1,5 meter. Batangnya berbentuk silinder dengan diameter 2-3
mm dan beruas-ruas.daun tanaman alang-alang termasuk daun tidak lengkap.
Helaian daun berbentuk garis memanjang, seperti pita, lanset dan berujung
runcing. Pangkal daunnya berambut panjang dan menyempit berbentuk
talang. Panjang daun alang-alang sekitar 12 sampai 80 cm, bagian tepi
daunnya sangat kasar dan tajam.Alang-alang juga dapat mengatasi hepatitis akut menular, kencing
darah, kencing nanah, muntah darah, mimisan, peluruh kencing, dan radang
ginjal akut (Hariana,2015, h. 32).
45
Gambar 4.9 Imperata cylindrica (L.) Raeusch
10. Pennisetum polystachyon Schult atau Rumput ekor kucingKlasifikasiKingdom : PlantaePhylum : TracheophytaKelas : LiliopsidaOrdo : PoalesFamily : PoaceaeGenus : PennisetumSpesies : Pennisetum polystachyon
Rumput ekor kucing adalah sejenis rumput pendatang dari Afrika
tropis, anggota suku Poaceae. Rumput berukuran besar ini agaknya sengaja
dibawa dan ditanam sebagai pakai ternak, namun acap kali meliar dan
tumbuh sebagai gulma di lahan pertanian. Rumput ekor kucing memiliki cirri rumput yang tumbuh menegak,
dengan sistem akar serabut dan ia memang tidak mempunyai stolon.
Ketinggian rumput sekitar 0,5 – 2,5 meter bergantung kepada keadaan tanah
dan persekitaran. Daunnya adalah jenis tirus yang panjang keluar dari batang
rumput ini sepanjang 10-50 cm dan lebar 3-15 cm. batang yang mengeluarkan
bunga berbentuk silinder tumbuh menegak dengan panjang melebihi 300 cm.
46
bunga rumput ekor kucing keluar dibagian paling atas batang yang tumbuh
menegak.
Gambar 4.10 Pennisetum polystachyon Schult
11. Polypodium verrucosum Hook Perawakan herba, rimpang menjalar berdiameter sampai 6 mm,
coklat, ujung tertutup ramenta. Ramenta berwarna coklat gelap, panjang 3-4
mm. lebar pada pangkal 1,5 mm, bentukperisai, menyempit ke ujung, tepi
bergerigi agak kaku. Tangkai pangkalnya gundul, waktu muda punya ramenta
seperti pada rimpang. Helain menyirip panjang mencapai 100 cm,
menggantung, permukaan atas berwarna hijau mengkilat, permukaan bawah
lebih surm. Tekstur tipis tetapi kaku. Sporangium anulusnya vertical, sorus
berbentuk bulat di atas vena dekat tulang daun atau pertengahan antara
tulang daun dan tepi, diameter mencapai 2 mm waktu dewasa, tidak
berindisium, spora bilateral (Romaidi, 2012, h.11)
47
Gambar 4.11 Polypodium verrucosum Hook
12. Pityrogramma calomelanos (L.) Link atau Paku perakJenis paku ini umum di kenal dengan nama paku perak (Sunda),
pakis perak (Jawa), silver fern (Inggris). Pada saat tumbuhan masih muda
seluruh entalnya tertutup oleh sejenis tepung berwarna putih kekuningan dan
pada saat ental telah dewasa tepung tersebut hanya ditemukan pada
permukaan daun bagian bawah saja. Mungkin yang enyebabkan orang
menyebutnya paku pera. Rumpunnya kecil tetapi mempunyai ental banyak.
Panjang entalnya 50-100 cm. berimpang pendek dan tegak. Pada rimpang
tersebut terdapat sisik yang berwarna coklat. Tangkai ental hitam, bersisik
pada pangkalnya dan bagian yang tak bersisik mengkilat. Ental tersebut
menyirip ganda dua, letaknya berselang seling. Anak daun yang terlatak di
bagian pangkal adalah tunggal, sedangkan yang bagoian di tengah dan di
ujung berlekuk-lekuk dan bisa mencapai ukuran panjang 17 cm dan lebar 4-5
cm, melancip pada bagian ujungnya, sporanya menyebar di bawah
permukaan daun.Asalnya dari daerah Amerika tropika. Kni tersebar luas di daerah
Asia tropika. Di alam sering ditemukan tumbuh di daerah-daerah terbuka,
48
padat tempat yang berbatu-batu di lereng-lereng bukit, bekas-bekas tembokan
tua dan juga di tepi-tepi sungai baik di tempat yang agak terlindung. Tumbuh
bersama-sama dengan jenis-jenis paku yang lainnya dan kadang-kadang
bercampur dengan terna. Paku perak dapat digunakan sebagai tanaman hias,
meskipun orang masih jarang mempergunakannya, selain memiliki bentuk
yang indah paku ini sangat mudah tumbuh baik di dataran tinggi sampai 1200
m dpl (Rora, 1979, h. 75).
Gambar 4.12 Pityrogramma calomelanos (L.) Link
13. Spermacoce alata Aubl atau Rumput setawarRumput setawar merupakan tumbuhan perdu tegak, tinggi 5-75 cm,
pada umumnya bercabang mulai dari bawah. Batang bersegi empat dan
lunak. Daun agak tebal, sederhana, utuh, berbentuk lonjong atau bulat lonjon,
berukuran 2-7,5 x 1,4 cm dengan tangkai daun yang pendek. Bunga
biseksual, kecil, bertandan dan terletak pada ketiak daun.Gulma ini banyak ditemukan pada daerah dengan musim kemarau
pendek, pada lahan yang mendapat sinar matahari penuh atau agak
ternaungi, di tepi jalan. Tumbuh mulai di daratan rendah hingga ketinggian
1600 m dpl. Lebih menyukai tanah pasir, namun juga tumbuh pada tanah yang
49
kurang subur. Perkembangbiakan dengan biji yang penyebarannya di bantu
oleh aliran angin dan air. Gulma ini sering menjadi gulma utama pada lahan
pertanian (Soerjani, 1987, h. 134).
Gambar 4.13 Spermacoce alata Aubl
14. Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl atau Pecut KudaKlasifikasiKingdom : PlantaeDivisi : MagnoliophytaKelas : MagnolipsidaOrdo : LamialesGenus : StachytarphetaSpesies : Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl
Pecut kuda tumbuh liar di tepi jalan, tanah lapang dan tempat-tempat
terlantar lainnya. Tanaman yang berasal dari Amerika tropis ini dapat
ditemukan di daerah cerah, sedang, terlindung dari sinar matahari dan pada
ketinggian 1-1500 m dpl. Daunnya tunggal, bertangkai, letak berhadapan.
Helaian daun berbentuk bulat telur, pangkal daunnya menyempit dengan
ujung runcing, tepian daun bergerigi dengan permukaan yang berlekuk-lekuk,
50
panjang daun 4-8 cm dengan lebar 3-6 cm, warna daun hijau tua. Bunga
majemuk tersusun dalam poros bulir yang memanjang. Bentuk ujung
tangkai yang berubah fungsi menjadi bunga berbentuk seperti pecut dengan
bunga-bunga kecil berwarna ungu di samping-sampingnya.Pecut kuda berkhasiat sebagai pembersih darah, anti radang,
peluruh kencing, infeksi dan batu saluran kencing (Soerjani,1987, h.272).
Gambar 4.14 Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl
15. Lantara camara L. atau Bunga tahi ayamKlasifikasiKingdom : PlantaeDivisi : MagnoliophytaKelas : MagnoliopsidaOrdo : LaminalesFamily : VerbenaceaeGenus : LantanaSpesies : Lantana camara
Lantana camara atau biasa disebut dengan Bunga tahi ayam berasal
dari Amerika tropis, tumbuh pada dataran rendah sampai 1700 m dpl.
Dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1860 sebagai tanaman hias untuk
kolam, sekarang telah pula tersebar luas di Asia Tenggara dan menyebabkan
gangguan yang berat terhadap saluran-saluran air, waduk, dan persawahan
(Sukman, 1995, h.46).Daun pada bunga tembelek berbentuk delta runcing, tepi daunnya
bergerigi, pangkal daunnya rata, warna daunnya hijau. Batangnya berkayu,
bercabang banyak, ranting berbentuk segi empat, berduri dan berambut.
51
Merupakan perdu tegak dan agak memanjat, tinggi 0,5 – 4 meter. Akarnya
tunggang yang berbentuk benang. Bunganya berwarna merah, jingga, ungu
dan putih. Bunga tersebut hanya mekar di pagi hari dan mulai layu pada siang
hari. Buah berbiji berbentuk bulat telur.Bunga tahi ayam berguna mengobati koreng, borok, luka, bisul,
memperlancar keringat, obat batuk pada anak, gondongan, tuberkulosa, batuk
berdarah, asma, rematik, dan keputihan (Djauhari, 2004, h.66).
Gambar 4.15 Lantara camara L
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Gading JayaKabupaten Merangin Provinsi Jambi, peneliti hanya mendapatkan 15 sampel dansemua sampel adalah tumbuhan Invasive, dikarenakan pada saat melakukanpenelitian diperkebunan masyarakat telah lebih dulu melakukan pembasmiantumbuhan yang ada di sekitar tumbuhan sawit dan juga karet sehingga penelitihanya dapat mengambil sampel yang masih bisa bertahan hidup lebih lamasetelah dilakukan pembasmian dengan menggunakan pestisida. Dan untuktumbuhan Endemik peneliti tidak dapat menemukannya karena memangtumbuhan invasive lebih mudah dan cepat berkembang di lahan perkebunantersebut. Berdasarkan hasil penelitian, flora Invasive yang peneliti dapatkan diDesa Gading Jaya Kabupaten Merangin Provinsi Jambi yang ditemukanberjumlah 15 jenis dari 12 famili, yaitu
1. Acanthaceae ( Asystasia gangetica (L.) T. Anderson )
2. Blechnaceae (Stenochlaena pasustris (Burm.f.) Bedd )
52
3. Cyperaceae (Cyperus spacelatus Rottb)
4. Leguminosae (Calopogonium mucunoides Desv.)
5. Lygodiaceae (Lygodium flexuosum (L.) Sw.)
6. Melastomataceae ( Clidemia hirta (L.) D. Don dan Melastoma malabathricum L.)
7. Passifloraceae ( Passiflora foetida L.)
8. Poaceae ( Imperata cylindrica (L.) Raeusch dan Pennisetum polystachyon Schult.)
9. Polypodiaceae ( Polypodium verrosum Hook.)
10. Pteridaceae ( Pityrogramma calomelanos (L.) Link)
11. Rubiaceae (Spermacoce alata Aubl)
12. Verbenaceae (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl dan Lantara camara (L.)
Tabel 4. 2 Jenis flora Invasive di perkebunan karet dan sawit
No Family Hasil Identifikasi Nama Lokal Habitus
1 AcanthaceaeAsystasia gangetica (L.) T. Anderson
Rumput Israel Herba
2 BlechnaceaeStenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd
Paku Udang Perdu
3 CyperaceaeCyperus sphacelatus Rottb
Rumput parahbetina
Herba
4 LygodiaceaeLygodium flexuosum(L.) Sw
Hata Kembang Perdu
5 LeguminosaeCalopogonium mucunoides Desv
Kacang asu Semak
6 MelastomataceaeClidemia hirta (L.) D.Don
Harendongbulu
Semak
7 MelastomataceaeMelastoma malabathricum L.
Sikenduduk Perdu
8 PoaceaeImperata cylindrica (L.) Raeusch
Alang-a lang Semak
9 Poaceae Pennisetum Rumput ekor Perdu
53
polystachyon Schult kucing
10 PolypodiaceaePolypodium verrucosum Hook
- Perdu
11 PteridaceaePityrogramma calomelanos (L.) Link
Paku perak Perdu
12 Verbenaceae Lantara camara L.Bunga tahi
ayamSemak
13 VerbenaceaeStachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl
Pecut Kuda Perdu
14 RubiaceaeSpermacoce alata Aubl
Rumputsetawar
Herba
15 Passifloraceae Passiflora foetida L. Seletupan Herba
Gambar 4. 16 Diagram Perbandingan
3. Jenis Tumbuhan Endemik di Perkebunan Karet dan Sawit
Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di perkebunan karet dansawit milik masyarakat di Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin ProvinsiJambi dan peneliti mendapatkan 15 sampel tumbuhan yang berhabitus semak,perdu dan herba peneliti tidak menemukan tumbuhan Endemik, semuatumbuhan yang peneliti dapatkan adalah tumbuhan Invasive.
54
Gambar IV. 17 Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tumbuhan
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Identifikasi
Tumbuhan Invasive dan Endemik Di Perkebunan Karet Dan Sawit Milik
Masyarakat Di Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Yang
dilakukan melalui observasi, dokumentasi dan studi pustaka, penulis dapat
menyimpulkan :
1. Dari 15 sampel tumbuhan yang peneliti dapatkan dari perkebunan karet
dan juga sawit peneliti tidak menemukan tumbuhan Endemik. 15 sampel
tumbuhan tersebut adalah Asystasia gangetica (L.) T. Anderson,
Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd, Cyperus sphacelatus Rottb,
Calopogonium mucunoides Desv, Lygpdium flexuosum (L.) Sw, Clidemia
hirta (L.) D. Don, Melastoma malabathricum L., Passiflora foetida L,
Imperata cylindrical (L.) Raeusch, Pennisetum polystachyon Schult,
Polypodium verrosum Hook, Pityrogramma calomelanos (L.) Link,
Spermacoce jamaicensis (L.) Vahl, Lantara camara L. 2. Masyarakat Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin Provinsi Jambi
sebagian besar tidak mengetahui tentang tumbuhan Invasive dan Endemik,
dan juga belum mengetahui fungsi masing-masing dari tumbuhan tersebut
apakah tumbuhan tersebut baik untuk lingkungan atau tidaknya.3. Masyarakat Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin Provinsi Jambi selalu
berusaha membasmi tumbuhan yang hidup di bawah ataupun disekitar
pepohonan sawit, karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
manfaat tumbuhan bagi lingkungan menyebabkan masyarakat membasmi
tumbuhan-tumbuhan dengan cara menyemprot dengan pestisida,
memotong dan bahkan membakarnya karena masyarakat selalu
menganggap semua tumbuhan yang hidup diperkebunan sawit dan juga
karet itu adalah sebagai gulma yang dapat menurunkan produktivitas dan
juga kualitas hasil panen masyarakat.
59
B. SaranBerdasarkan kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian dan data yang
diperoleh, maka penulis mencoba memberikan rekomendasi sebagai berikut :1. Masyarakat Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin Provinsi Jambi dapat
melestarikan dan melindungi hutan yang sudah Allah SAW berikan kepada
umatnya.2. Masyarakat Desa Gading Jaya Kabupaten Merangin dapat mengetahui
fungsi dan manfaat dari tumbuhan yang hidup disekitar kita untuk
kesehatan bahkan untuk kehidupan kita.3. Selanjutnya bagi peneliti yang lain agar dapat mengembangkan
penelitiannya yang relevan dengan penelitian saya.
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner