38
Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat i DAFTAR ISI A. PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1 B. METODE PENELITIAN ............................................................................................................ 2 C. PENETAPAN BOBOT TUJUAN DAN KRITERIA .......................................................... 3 D. KPJU UNGGULAN SEKTORAL KABUPATEN/KOTA...................................................... 5 E. KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTORAL KABUPATEN/KOTA ...................................... 7 F. KOMODITI UNGGULAN SEKTORAL PROVINSI ............................................................ 10 G. KOMODITI UNGGULAN LINTAS SEKTORAL PROVINSI............................................. 11 H. ANALISA PROSPEK DAN POTENSI ................................................................................... 12 I. ANALISIS KWADRAN.............................................................................................................. 13 J. ANALISIS SIKLUS KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR ............................................. 18 K. ANALISIS INFLASI KPJU UNGGULAN.............................................................................. 24 L. REKOMENDASI ...................................................................................................................... 30

Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

i

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1

B. METODE PENELITIAN ............................................................................................................ 2

C. PENETAPAN BOBOT TUJUAN DAN KRITERIA .......................................................... 3

D. KPJU UNGGULAN SEKTORAL KABUPATEN/KOTA ...................................................... 5

E. KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTORAL KABUPATEN/KOTA ...................................... 7

F. KOMODITI UNGGULAN SEKTORAL PROVINSI ............................................................ 10

G. KOMODITI UNGGULAN LINTAS SEKTORAL PROVINSI ............................................. 11

H. ANALISA PROSPEK DAN POTENSI ................................................................................... 12

I. ANALISIS KWADRAN .............................................................................................................. 13

J. ANALISIS SIKLUS KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR ............................................. 18

K. ANALISIS INFLASI KPJU UNGGULAN .............................................................................. 24

L. REKOMENDASI ...................................................................................................................... 30

Page 2: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

ii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Kecamatan di Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara

Barat ...................................................................................................... 2

Tabel 2. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan ....................................................... 2

Tabel 3. Kriteria KPJU Unggulan Kabupaten/Kota .............................................. 3

Tabel 4. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk ..........

Penetapan KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat ................ 4

Tabel 5. KPJU Unggulan Sektoral Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa ........

Tenggara Barat Tahun 2012 ................................................................... 5

Tabel 6. KPJU Unggulan Lintas Sektoral Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi ......

Nusa Tenggara Barat Tahun 2012 .......................................................... 8

Tabel 7. Matrix KPJU Unggulan Provinsi Sektoral Tahun 2012 .......................... 10

Tabel 8. KPJU Lintas Sektoral Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun ...

2012 ..................................................................................................... 12

Tabel 9. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor Provinsi Nusa Tenggara

Barat Tahun 2012 Berdasarkan Potensi dan Prospeknya ..................... 12

Tabel 10. KPJU Unggulan Lintas Sektor urutan 1s/d 20 Penyumbang Inflasi ..... 26

Tabel 11. Rekomendasi Untuk Masing-masing KPJU Unggulan Lintas Sektor di

ProvinsiNTB.......................................................................................... 32

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kwadran 10 KPJU Unggulan Lintas Sektor NTB ......................... 13

Gambar 2. Laju Inflasi Tahunan NTB Tahun 2005-2011 (%) ............................... 25

Page 3: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

1

A. PENDAHULUAN

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki

peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data

yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian

Indonesia. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap

sektor ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Kementrian Koperasi

& UKM, jumlah UMKM tercatat 51,3 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha.

Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit

investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja

jika dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM

menyerap 97,04 juta tenaga kerja atau 99,4% dari total angkatan kerja yang

bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan,

yakni sebesar 55,56% dari total PDB.

Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank

Indonesia memiliki pilar-pilar kebijakan strategis yang meliputi (1) Pengaturan

kepada perbankan yang mendorong pengembangan dan pemberdayaan UMKM, (2)

Pengembangan kelembagaan yang menunjang, (3) Pemberian bantuan teknis, dan

(4) Kerjasama dengan berbagai pihak baik dengan lembaga pemerintah maupun

lembaga lainnya. Salah satu pilar kebijakan Bank Indonesia tersebut adalah

mendorong pengembangan UMKM melalui pemberian bantuan teknis. Salah satu

bentuk bantuan teknis adalah menyediakan informasi tentang

komoditi/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan bagi UMKM di

Kabupaten/Kota, yang diidentifikasi melalui kegiatan penelitian dengan

menggunakan alat analisis Analytic Hierarchy Process (AHP) dan metode

pengambilan keputusan seperti Metode Bayes dan Metode BORDA. Informasi

tersebut diharapkan memberikan manfaat bagi stakeholders, baik kepada

pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang

berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.

Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM di

Provinsi Nusa Tenggara Barat dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

a. Mengenal dan memahami mengenai:

(1) Profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian dan

potensi sumberdaya;

(2) Profil UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat termasuk faktor pendorong

dan penghambat dalam pengembangan UMKM;

(3) Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Daerah yang terkait dengan pengembangan UMKM; dan

(4) Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM.

b. Memberikan informasi tentang Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU)

Unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu

kabupaten/kota dalam rangka:

(1) Mendukung pembangunan ekonomi daerah;

(2) Menciptakan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja; serta

(3) Meningkatkan daya saing produk.

Page 4: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

2

Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dalam rangka

pengembangan KPJU unggulan UMKM yang dikaitkan dengan:

(1) Kebijakan Pemerintah Daerah; dan

(2) Kebijakan perbankan

B. METODE PENELITIAN

Penetapan KPJU unggulan daerah di kabupaten/kota dilakukan dengan

menghimpun informasi dari seluruh kecamatan yang ada dengan

mempertimbangkan keterwakilan dari karakteristik wilayah secara geografis,

jumlah UMKM, kontribusi pembentukan PDRB kabupaten/kota serta kebijakan

Pemerintah Daerah. Jumlah sampel wilayah kecamatan yang tercakup dalam

penelitian ini adalah sebanyak 116 kecamatan yang tersebar di setiap wilayah

kabupaten/kota dengan mempertimbangkan keterwakilan karakteristik

kabupaten/kota serta potensi ekonomi masing-masing kecamatan, yang terdiri

atas :

Tabel 1 Jumlah Kecamatan di Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat

No Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan

1 Kab. Lombok Barat 10

2 Kab. Lombok Tengah 12

3 Kab. Lombok Timur 20

4 Kab. Sumbawa 24

5 Kab. Dompu 8

6 Kab. Bima 18

7 Kab. Sumbawa Barat 8

8 Kab. Lombok Utara 5

9 Kota Mataram 6

10 Kota Bima 5

Jumlah 116

Penelitian KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat menggunakan

empat metode utama untuk pengolahan data yaitu Metode Perbandingan

Eksponensial (MPE), Metode Borda, Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

dan Metode Bayes.

Penetapan KPJU Unggulan di kabupaten/kota dan provinsi dilakukan

menggunaka 11 kriteria utama yang terdiri atas beberapa variable sebagai

indikator sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2 dan Tabel 3

Tabel 2. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan

Tujuan Penetapan KPJU Unggulan

1 Pertumbuhan ekonomi

2 Penciptaan lapangan kerja

3 Peningkatan daya saing produk

Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan

1 Jumlah unit usaha

2 Jangkauan/kondisi pemasaran

3 Ketersediaan bahan baku/sarana produksi

4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan

Page 5: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

3

Tabel 3. Kriteria KPJU Unggulan Kabupaten/Kota

Kriteria Unsur Penilaian

A INPUT

1 Tenaga kerja terampil (Skilled)

(1) Tingkat Pendidikan

(2) Pelatihan

(3) Pengalaman kerja

(4) Jumlah lembaga/ sekolah ketrampilan/ pelatihan

2 Bahan baku (manufacturing)

(1) Ketersediaan/kemudahan bahan baku

(2) Harga perolehan bahan baku

(3) Parishability bahan baku (mudah tidaknya rusak)

(4) Kesinambungan bahan baku

(5) Mutu bahan baku

(6) Kemudahan dalam memperoleh

(7) Aspek Lingkungan

3 Modal (1) Kebutuhan investasi awal

(2) Kebutuhan modal kerja

(3) Aksesibilitas thd sumber pembiayaan

4 Sarana produksi/usaha

(1) Ketersediaan/kemudahan memproleh

(2) Harga

B Proses

5 Teknologi (1) Ketersediaan

(2) Kemudahan (memperoleh teknologi)

(3) Dampak Lingkungan

6 Sosial budaya (faktor endogen)

(1) Ciri khas lokal

(2) Penerimaan Masyarakat

(3) Turun temurun

7 Manajemen usaha Kemudahan untuk memanage

C Output

8 Ketersediaan pasar (1) Jangkauan/wilayah pemasaran

(2) Kemudahan Mendistribusikan

9 Harga (1) Stabilitas harga

(2) Nilai Tambah (Added Value)

10 Penyerapan Tenaga Kerja

Kemampuan menyerap TK

11 Sumbangan terhadap

perekonomian wilayah

Jumlah jenis usaha yg terpengaruh krn keberadaan usaha ini (Backward & forward linkages)

Sepuluh KPJU unggulan terpilih pada tingkat provinsi dianalisis lebih lanjut untuk

KPJU life cycle dan kontribusinya pada faktor pembentuk inflasi.

C. PENETAPAN BOBOT TUJUAN DAN KRITERIA

Penetapan KPJU unggulan dilakukan secara bertingkat yang diawali dengan

penetapan KPJU unggulan pada tingkat kecamatan, kemudian tingkat

Page 6: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

4

kabupaten/kota dan terakhir pada tingkat provinsi. Hasil penetapan KPJU

unggulan pada tingkat kecamatan merupakan kandidat KPJU unggulan tingkat

kabupaten/kota yang proses penetapannya dilakukan dengan metode Analytical

Hierarchy Process (AHP). Penetapan KPJU unggulan pada tingkat provinsi

menggunakan hasil proses Agregasi KPJU unggulan tingkat kabupaten/kota.

Hasil KPJU unggulan ditentukan oleh kriteria dan sub-kriteria yang ditetapkan

sebelumnya, dan penentuan kriteria tersebut dilandasi oleh Tujuan dari penetapan

KPJU unggulan UMKM, yaitu: (a) Penciptaan lapangan kerja, (b) Pertumbuhan

ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

keseragaman dan konsistensi dalam proses penetapan KPJU unggulan, maka

bobot setiap Tujuan dan bobot setiap Kriteria yang digunakan pada semua

kabupaten/kota adalah sama. Adapun bobot 3 (tiga) pada sektor ekonomi pada

tingkat provinsi berdasarkan Tujuan dan bobot 11(sebelas) Kriteria yang

digunakan secara berurutan berdasarkan nilai skor-terbobot pada setiap aspek

ekonomi disajikan pada Tabel 4

Tabel 4. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat

No. Aspek Bobot

1 Tujuan Penetapan KPJU Unggulan

1.1. Penciptaan Lapangan Kerja 0,3544

1.2. Peningkatan Daya Saing Daerah/Produk 0,3253

1.3. Pertumbuhan Ekonomi 0,3203

2. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan

2.1. Jangkauan pasar 0,3802

2.2. Ketersediaan input, sarana produksi atau usaha 0,2683

2.3. Jumlah unit usaha, rumah tangga usaha, produksi, luas areal atau populasi KPJU yang ada

0,2029

2.4. Kontribusi terhadap perekonomian kecamatan 0,1485

3. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota

3.1 Ketersediaan pasar 0,1452

3.2. Keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan 0,1019

3.3. Sarana produksi dan usaha 0,1002

3.4. Teknologi 0,0987

3.5. Penyerapan tenaga kerja 0,0983

3.6 Manajemen usaha 0,0898

3.7. Sumbangan terhadap perekonomian daerah 0,0794

3.8. Bahan baku 0,0753

3.9 Aspek sosial budaya (termasuk ciri khas / karakteristik daerah)

0,0739

3.10. Harga / nilai tambah 0,0721

3.11 Aksesibilitas dan kebutuhan modal 0,0652

Page 7: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

5

D. KPJU UNGGULAN SEKTORAL KABUPATEN/KOTA

Adapun KPJU Unggulan terpilih di Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk masing-

masing sektor/subsektor di kabupaten/kota yang mempunyai skor terbobot

tertinggi yaitu :

Tabel 5. KPJU Unggulan Sektoral Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2012

No Kab/Kota KPJU Unggulan

1 Kabupaten Lombok Barat

Padi sawah pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), kangkung pada sub sektor sayur-sayuran, manggis pada sub sektor buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, Budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, mahoni pada sub sektor kehutanan, marmer pada sektor Penggalian, kerajinan furnitur pada sektor industri, rumah makan pada sektor perdagangan, wisata pantai pada sektor pariwisata, jasa salon pada sektor jasa, dan jasa angkutan travel pada sektor transportasi.

2 Kabupaten Lombok Tengah

(1) Padi sawah pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), cabe pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, Budidaya Ikan kolam pada sub sektor perikanan, sengon alam pada sub sektor kehutanan, batu kapur/ gamping pada sektor Penggalian, kerajinan kethak pada sektor industri, perdagangan hasil kerajinan pada sektor perdagangan, wisata pantai/bahari pada sektor pariwisata, jasa bengkel motor pada sektor jasa, dan usaha travel pada sektor angkutan

3 Kabupaten Lombok Timur

(2) Jagung pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-buahan, tembakau Virginia pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, Budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, sarang burung walet pada sub sektor kehutanan, pasir batu (sirtu) pada sektor Penggalian, industri gerabah pada sektor industri,

pedagang hasil perkebunan pada sektor perdagangan, wisata pantai/bahari pada sektor pariwisata, jasa bengekel motor pada sektor jasa, dan angkutan pick Up pada sektor angkutan

4 Kabupaten Sumbawa

Padi sawah pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-buahan, jambu mete pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, Budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, lebah madu pada sub sektor kehutanan, krikil/koral pada sektor Penggalian,

Page 8: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

6

No Kab/Kota KPJU Unggulan

industri olahan rumput laut pada sektor industri, pedagang hasil pertanian pada sektor perdagangan, wisata pantai pada sektor pariwisata, jasa Penggilingan Padi sektor jasa, dan angkutan pedesaan di sektor angkutan

5 Kabupaten Dompu Jagung pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), bawang merah pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-buahan, jambu mete pada sub perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, Budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, pohon jati pada sub sektor kehutanan, batu bangunan pada sektor Penggalian, industri tenun pada sektor industri, pedagang hasil

pertanian pada sektor perdagangan, wisata pantai pada sektor pariwisata, koperasi serba usaha pada sektor jasa, dan angkutan desa pada sektor angkutan.

6 Kabupaten Bima (3) Padi sawah pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, sawo pada sub sektor buah-buahan, jambu mete pada sub sektor perkebunan, peternakan sapi pada sub sektor peternakan, budidaya bandeng pada sub sektor perikanan, rotan pada sub sektor kehutanan, pasir batu (sirtu) pada sektor Penggalian, industri garam rakyat pada sektor industri, pedagang hasil peternakan pada sektor perdagangan, wisata religi pada sektor pariwisata, jasa penjahit pada sektor jasa, dan angkutan kota dalam provinsi (AKDP) pada sektor angkutan

7 Kabupaten Sumbawa Barat

(4) Padi sawah pada sektor tanaman pangan (padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, budidaya rumput laut pada sub sektor perikanan, rotan pada sub sektor kehutanan, pasir kerikil pada sektor Penggalian, industri meubel pada sektor industri, pedagang hasil pertanian pada sektor perdagangan, wisata budaya pada sektor pariwisata, jasa kost-kostan pada sektor jasa, dan travel pada sektor transportasi.

8 Kabupaten Lombok

Utara

Jagung pada sub sektor tanaman pangan

(padi/palawija), cabe rawit pada sub sektor sayur-sayuran, pisang pada sub sektor buah-buahan, kelapa pada sub sektor perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, penangkapan ikan dilaut pada sub sektor perikanan, lebah madu pada sub sektor kehutanan, batu pada sektor Penggalian, industri kerajinan bambu pada sektor industri, rumah makan pada sektor perdagangan, wisata pantai/bahari pada sektor pariwisata, jasa laundry pada sektor jasa, dan jasa angkutan laut pada sektor angkutan

Page 9: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

7

No Kab/Kota KPJU Unggulan

9 Kota Mataram Padi sawah pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), kangkung pada sub sektor sayur-sayuran, mangga pada sub sektor buah-buahan, ayam buras pada sub sektor peternakan, budidaya Ikan kolam pada sub sektor perikanan, kerajinan perhiasan mutiara, emas dan perak pada sektor industri, perdagangan perhiasan pada sektor perdagangan, wisata belanja pada sektor pariwisata, jasa bengkel motor pada sektor jasa, dan angkutan taxi pada sektor angkutan

10 Kota Bima Padi sawah pada sub sektor tanaman pangan (padi/palawija), cabe pada sub sektor sayuran, sawo pada sub sektor buah-buahan, jambu mete pada sub

sektor perkebunan, sapi pada sub sektor peternakan, penangkapan ikan di laut pada sub sektor perikanan, tenun pada sektor industry, took kelontong pada sektor perdagangan, bengkel motor pada sektor jasa, AKDP pada sektor angkutan, pasis pada sektor penggalian, lebah madu pada sub sektor kehutanan, dan wisata pantai pada sektor pariwisata

E. KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTORAL KABUPATEN/KOTA

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan

daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan lintas sektor. Penetapan dilakukan

dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot

kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha serta hasil skor KPJU unggulan

setiap sektor usaha yang telah diperoleh.

Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan metode MPE, Borda, AHP dan

normalisasi diperoleh 10 KPJU unggulan lintas sektoral di masing-masing daerah,

dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 10: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

8

Tabel 6. KPJU Unggulan Lintas Sektoral Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2012

No Kab/

Kota

KPJU (SKOR)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Lombok Barat

Wisata Pantai

Wisata Budaya

Budidaya Rumput

Laut

Furniture Hotel Rumah Makan Padi Sawah Kangkung Biro

Perjalana

n Wisata

Hasil Perikanan

0,0484 0,0473 0,0342 0,034 0.0337 0.0333 0.0323 0,0314 0,0304 0,0297

2 Lombok Tengah

Wisata

Pantai/Ba

hari

Padi

Sawah

Hasil

Kerajinan Hotel

Kerajinan

Anyaman

Kethak

Bengkel Motor Rumah

Makan

Pengovenan

Tembakau

Wisata

Alam Sapi

0,0519 0,0391 0,0367 0,0336 0,0315 0,0309 0,0306 0,0299 0,0293 0,0283

3 Lombok

Timur

Jagung Sapi

Wisata

Bahari/Pantai

Budidaya

Rumput Laut

Padi

Sawah

Tembakau

Virginia Gerabah Kambing

Budidaya

Ikan di

Kolam (Karper,

Nila)

Hasil

Perkebunan

0,0355 0,0305 0,0285 0,0275 0,0265 0,0262 0,0259 0,0254 0,0253 0,0244

4 Sumbawa Budidaya

Rumput

Laut

Sapi Padi

Sawah Jagung

Cabe

Rawit Mangga

Budidaya

Udang dan

Kerapu

Sawo Olahan

Rumput

Laut

Pisang

0,0467 0,0460 0,0333 0,0319 0,0306 0,0304 0,0302 0,0291 0,0288 0,0284

5 Dompu

Jagung

Budidaya

Rumput

Laut

Jambu

Mete Sapi

Budidaya

Ikan di

Tambak

(Udang Windu,

Bandeng)

Tenun Padi Sawah Pengolahan

Jagung

Bawang

Merah Kopi

0,0342 0,0284 0,0284 0,0279 0,0272 0,0271 0,0268 0,0267 0,0265 0,0248

6 Bima Garam Rakyat

Jagung Bawang Merah

Budidaya

Ikan di Tambak

Jambu Mete

Sapi Budidaya

Rumput Laut Tenun

Pedagang

Hasil Peternak

Kuda

8

Page 11: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

9

No Kab/

Kota

KPJU (SKOR)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(Bandeng) an

0,0290 0,0289 0,0278 0,0270 0,0269 0,0269 0,0259 0,0254 0,0245 0,0242

7 Sumbawa

Barat Sapi Padi

Sawah

Budidaya

Rumput Laut

Jagung Kelapa Kerbau Cabai Rawit Meubel

Kayu Rotan Mangga

0,0409 0,0356 0,0311 0,0309 0,0300 0,0294 0,0291 0,0280 0,0268 0,0267

8 Lombok Utara Jagung

Wisata Pantai

Kelapa Sapi Hotel Penangkapan Ikan di Laut

Kerajinan Anyaman

Bambu

Padi Sawah Rumah Makan

Angkutan Laut

0,0589 0,0470 0,0372 0,0370 0,0344 0,0331 0,0329 0,0311 0,0297 0,0286

9 Mataram Kerajinan

Perhiasan

(Mutiara,

Emas,

Perak)

Pedagang

Perhiasan Hotel

Bengkel

Motor

Kerajinan

Kayu dan

Cukli

Pedagang

Pakaian Minimarket

Toko

Kelontong/

Sembako

Wisata

Belanja

Rental

Mobil

0,0671 0,0523 0,0399 0,0382 0,0378 0,0358 0,0298 0,0295 0,0282 0,0281

10 Bima Padi

Sawah Tenun

Toko

Kelontong

Pedagang

Hasil

Pertanian

Jagung

Pengolahan

Hasil

Perikanan

Sapi Jambu Mete Hotel AKDP

0,0379 0,0319 0,0299 0,0287 0,0275 0,0266 0,0260 0,0255 0,0225 0,0234

Page 12: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

10

F. KOMODITI UNGGULAN SEKTORAL PROVINSI

KPJU unggulan tingkat provinsi terdiri dari KPJU unggulan per sektor ekonomi

dan KPJU unggulan lintas sektor, Penetapan KPJU unggulan tersebut, sesuai

dengan Metodologi yang telah dikemukakan merupakan agregasi dari KPJU

unggulan per sektor dan lintas sektor tingkat kabupaten/kota tersebut yang

ditetapkan dengan menggunakan metode Borda

Berdasarkan hasil pemilihan KPJU ditingkat kabupaten/kota, selanjutkan

dilakukan pemilihan komoditi unggulan sektoral di tingkat Provinsi Nusa Tenggara

Barat dengan menggunakan metode Borda. Selengkapnya KPJU dapat

diperlihatkan untuk 5 (lima) komoditi unggulan secara umum disetiap sektor

(Tabel 7).

Tabel 7. Matrix KPJU Unggulan Provinsi Sektoral Tahun 2012

Rank Sektor-Subsektor

Usaha / KPJU

Skor

Terbobot

Rank

Sektor-Subsektor

Usaha/ KPJU

Skor

Terbobot

Padi dan Palawija Sayuran

1 Padi Sawah 11,8856 1 Cabe Rawit 6.6489

2 Jagung 9,5859 2 Kacang Panjang 4,3821

3 Kacang Tanah 2,2783 3 Bawang Merah 3,8780

4 Kacang Kedelai 2,0152 4 Kangkung 2,7399

5 Kacang Hijau 1,0615 5 Tomat 2,3314

Buah-Buahan Perkebunan

1 Mangga 7,8200 1 Jambu Mete 7,2360

2 Pisang 5,5882 2 Kelapa 6,2905

3 Rambutan 2,5093 3 Tembakau Virginia 2,8082

4 Manggis 1,8736 4 Kopi 2,7171

5 Sawo 1,8259 5 Tembakau Rakyat 0,9074

Peternakan Perikanan

1 Sapi 9,0168 1 Budidaya Rumput

Laut 6,6331

2 Ayam Buras 3,4461 2

Penangkapan Ikan

di Laut ( Tongkol,

Tuna, Cakalang)

5,4148

3 Kambing 3,4031 3

Budidaya Ikan di

Tambak ( Bandeng,

Udang Windu)

4,2475

4 Kerbau 2,6363 4

Budidaya Ikan di

Kolam (Karper, Nila,

Patin, Gurami)

1,0597

5 Kuda 2,4449 5 Budidaya Non Ikan

di Laut 0,9976

Kehutanan Pertambangan

1 Lebah Madu 7,2036 1 Batu Bangunan 5,3513

Page 13: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

11

Rank Sektor-Subsektor

Usaha / KPJU

Skor

Terbobot

Rank

Sektor-Subsektor

Usaha/ KPJU

Skor

Terbobot

2 Jati 3,6638 2 Kerikil/koral 5,1162

3 Sengon Alam 3,3808

3 Batu Kapur/

Gamping 2,8432

4 Rotan 2,7970 4 Sirtu 2,7006

5 Bambu 2,3421 5 Batu Apung 1,7205

Perindustrian Perdagangan

1 Tenun 2,2858 1 Rumah Makan 3,2084

2 Meubel Kayu 2,1490

2 Pedagang Hasil

Perikanan 2,4743

3 Pengolahan Hasil

Perikanan 1,6030 3

Toko Kelontong/

Sembako 2,2717

4 Gerabah 1,5087 4 Hasil Perkebunan 2,1935

5 Kerajinan Perhiasan

(Mutiara, Emas,PeraK) 1,3639 5

Pedagang Hasil

Peternakan 2,1183

Pariwisata Jasa-Jasa

1 Wisata Pantai/Bahari 8,3762 1 Bengkel Motor 4,9251

2 Wisata Budaya 3,6344 2

Jasa

Keuangan/Simpan

pinjam (Koperasi)

3,6896

3 Wisata Alam 2,4562 3 Penggilingan Padi 1,8348

4 Hotel 1,5910 4 Kost-Kostan 1,7949

5 Biro Perjalanan Wisata 1,5439 5 Penjahit 1,7176

Angkutan

1 AKDP 4,8954

2 Travel 4,3920

3 Angkutan Pedesaan 3,9279

4 Cidomo 2,2260

5 Pick Up 2,1854

G. KOMODITI UNGGULAN LINTAS SEKTORAL PROVINSI

Berdasarkan hasil pemilihan KPJU sektoral tingkat provinsi, selanjutnya

dilakukan pemilihan komoditi unggulan lintas sektoral di tingkat Provinsi Nusa

Tenggara Barat dengan menggunakan metode Borda serta memberikan bobot 1

untuk komoditi yang bernilai rendah dan 5 untuk komoditi yang bernilai tinggi.

Hasil perhitungan tersebut kemudian diurutkan untuk memperoleh 10 komoditi

unggulan lintas sektoral tingkat provinsi. Pada Tabel 8 diperlihatkan 10 KPJU

lintas sektoral.

Page 14: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

12

Tabel 8. KPJU Lintas Sektoral Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2012

No Sektor/Subsektor KPJU Unggulan Skor-Terbobot

1 Padi Palawija Padi Sawah 1,7033

2 Padi Palawija Jagung 1,3737

3 Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 0,8794

4 Perikanan Budidaya Rumput Laut 0,6381

5 Peternakan Sapi 0,5885

6 Perindustrian Tenun 0,5512

7 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut

(Tongkol, Tuna, Cakalang) 0,5209

8 Perkebunan Jambu Mete 0,5054

9 Buah-Buahan Mangga 0,5043

10 Sayuran Cabe Rawit 0,4374

H. ANALISA PROSPEK DAN POTENSI

Bagian ini menyajikan analisis prospek dan potensi dari 10 KPJU unggulan lintas

sektor Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan melakukan pemetaan berdasarkan

aspek Potensi dan Prospek dari KPJU tersebut untuk berkembang di Provinsi NTB.

Hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dilakukan

dengan menggunakan skala Prospek Kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5),

dan skala penilaian Potensi dari yang terendah Kurang (1) sampai dengan Sangat

Tinggi (5) dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2012 Berdasarkan Potensi dan Prospeknya

Sektor/

Subsektor

KPJU Ungulan

Lintas Sektor

Rata-rata Skor Katagori

Prospek Potensi Prospek Potensi

Padi Palawija Padi Sawah 4,17 3,67 Sangat

Baik Tinggi

Padi Palawija Jagung 3,83 3,33 Baik Tinggi

Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 3,33 4,00 Baik Tinggi

Perikanan Budidaya Rumput

Laut 3,83 4,50 Baik

Sangat

Tinggi

Peternakan Sapi 3,50 3,50 Baik Tinggi

Perindustrian Tenun 2,83 2,83 Cukup Sedang

Perikanan

Penangkapan Ikan di

Laut ( Tongkol, Tuna,

Cakalang)

2,83 4,00 Cukup Tinggi

Perkebunan Jambu Mete 3,67 2,83 Baik Sedang

Buah-

Buahan Mangga 2,83 3,17 Cukup Tinggi

Sayuran Cabe Rawit 2,33 3,17 Cukup Tinggi

Page 15: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

13

Penilaian dari sisi prospek usaha mencakup faktor Kesesuaian dengan kebijakan

Pemda, Prospek pasar, Minat Investor, Dukungan & Program Pembangunan Infra

Strukutur Usaha, Resiko terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan.

Sementara itu penilaian aspek potensi mencakup faktor jumlah unit usaha,

kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, penguasaan

masyarakat terhadap teknologi dan pengelolaan usaha, ketersediaan sumberdaya

alam, insentif harga produk, dan daya serap pasar domestik. Hasil pemetaan

berdasarkan penilaian ini disajikan pada Gambar 1.

I. ANALISIS KWADRAN

Peta kwadran I, II, III, dan IV mengikuti pola huruf S dimana KPJU pada kwadran I

memiliki potensi dan prospek tinggi, pada kwadran II memiliki prospek tinggi

namun kurang potensial, pada kwadran III memiliki potensi tinggi tapi kurang

prospektif, dan pada kuadran IV memiliki potensi dan prospek rendah.

Berdasarkan penilaian potensi dan prospek tersebut maka ke 10 KPJU unggulan

lintas sektor tersebar di 4 kwadran. Pada kwadran I terdapat KPJU padi sawah

dan budidaya rumput laut; Kwadran II terdapat pemeliharaan sapi, dan usahatani

jagung, dan jambu mete; Kwadran III terdapat KPJU wisata pantai/bahari,

penangkapan ikan di laut, usahatani cabe rawit, dan buah mangga; dan Kwadran

IV terdapat industri kerajinan tenun.

Gambar 1. Peta Kwadran 10 KPJU Unggulan Lintas Sektor NTB

Padi Sawah

Jagung

Wisata Pantai/Bahari

Budidaya Rumput Laut

Sapi

Tenun Penangkapan Ikan

di Laut

Jambu Mete

Mangga

Cabe Rawit

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5

Potensi

Prospek

Peta Kwadran 10 KPJu Unggulan Lintas Sektor NTB

Page 16: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

14

1. Budidaya Padi Sawah.

KPJU ini muncul pada kuadran I karena bagi sebagian besar masyarakat (petani)

NTB padi dianggap masih memiliki prospek sangat baik dengan potensi tinggi. Hal

ini tidak dapat dilepaskan dari intervensi pemerintah pusat dan derah yang

menempatkan NTB sebagai salah satu daerah lumbung pangan nasional. Dengan

demikian berbagai bantuan program dan subsidi tetap diberikan, sementara

jaminan pasar dan harga dilakukan pemerintah melalui Bulog yang berperan

sebagai stabilisator pasar beras. Untuk komoditas beras, pemerintah memiliki

target ganda (twin target) dalam pengembangannya yaitu mencapai dan

mempertahankan swasembada pada satu sisi dan menyediakannya dengan harga

murah pada sisi lain. Keadaan ini membawa implikasi pemerintah selalu

mengawasi dengan ketat pergerakan harga beras melalui ceiling price, dan bagi

petani itu berarti beras bukanlah komoditas yang bisa diandalkan untuk

meningkatkan kemakmuran terlebih bagi petani kecil yang memiliki lahan kurang

dari 0,25 ha. Oleh karena itu dalam jangka panjang, jika ingin meningkatkan

kemakmuran petani, maka Pemda harus berani keluar dari perangkap NTB

sebagai salah satu lumbung pangan, dan memfasilitasi berkembangnya komoditas

pertanian bernilai tinggi (high value agricultural products). Namun dalam jangka

pendek, di tengah sempitnya lahan petani, yang perlu dilakukan adalah

meningkatkan produktivitas padi melalui penyediaan benih bermutu (beberapa

hasil penelitian mahasiswa Fakultas Pertanian Unram menemukan banyak benih

padi berlabel yang digunakan petani memiliki produktivitas rendah karena

berbagai faktor), meningkatkan kualitas penerapan intensifikasi terutama melalui

system organk karena diperkirakan akumulasi bahan anorganik dari pupuk kimia

sudah sangat tinggi di dalam tanah, serta perluasan dan peningkatan sistim usaha

tani padi secara terpadu.

2. Budidaya Jagung.

KPJU ini berada di kuadran I yang memiliki prospek baik dan potensi tinggi. Hal

ini didukung oleh pelaksanaan program unggulan provinsi PIJAR (Sapi, Jagung,

dan Rumput Laut), yaitu dengan mengembangkan agribisnis jagung di NTB yang

dalam lima tahun (2009-2013) mentargetkan peningkatkan produktivitas dan

profitabilitas, meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya manusia

dan sumberdaya sosial budaya yang ada, membentuk dan menerapkan sistem

agribisnis jagung yang tepat, dan muaranya menjadikan NTB sebagai provinsi

sentra produksi jagung di tanah air. Produksi jagung Nusa Tenggara Barat pada

tahun 2011 sebesar 456.916 ton lebih tinggi dari target produksi yang telah

ditetapkan sebesar 407.000 ton (Angka Sementara BPS Tahun 2011) atau sebesar

112,03 % dari target produksi tahun 2011. Namun demikian untuk bisa

meningkatkan prospeknya menjadi lebih tinggi lagi maka pemerintah perlu

memfasilitasi pembangunan industri pengolahan jagung baik sebagai bahan

pangan maupun untuk pakan ternak sehingga dapat meningkatkan prospek

pasar. Selain itu dukungan dan pembangunan infrastruktur termasuk teknologi

tepat guna perlu diperbanyak untuk meningkatkan nilai tambah dan efisiensi

produk. Dari berbagai diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion, FGD 1

Page 17: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

15

dan 2) selama penelitian terungkap bahwa petani umumnya menjual hasil panen

jagungnya ke pembeli dalam bentuk jagung tongkol sehingga tidak dapat

menikmati nilai tambah dari proses pengolahan.

3. Wisata Pantai/Bahari

Usaha wisata pantai berada pada kwadran I yang memiliki potensi tinggi dan

prospek baik. Hal ini dipengaruhi oleh program Visit Lombok Sumbawa 2012

yang menyebabkan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan

nusantara yang mencapai 886.880 orang per tahun pada tahun 2011 atau naik

122,26 % dibanding jumlah kunjungan wisatawan tahun 2010. Untuk lebih

meningkatkan prospeknya maka perhatian terhadap resiko lingkungan dan

pembangunan infrastruktur harus ditingkatkan. Hasil FGD 1 dan 2 (terutama di

Dompu dengan mengambil contoh Pantai LaKey) memunculkan diskusi mengenai

pentingnya ke dua faktor ini bagi peningkatan prospek pariwisata bahari di

berbagai kabupaten.

4. Budidaya Rumput laut

KPJU ini terletak di kwadran I karena memiliki potensi sangat tinggi dan prospek

baik. Untuk dapat meningkatkan prospeknya menjadi sangat baik maka

pengurangan terhadap resiko lingkungan dan pembangunan infrastruktur yang

mendukung pengembangan industri ini perlu ditingkatkan. Selain itu

pengembangan minapolitan rumput laut perlu diperbanyak untuk lebih banyak

lagi menarik investor. Pada tahun 2011 terdapat 11 kawasan minapolitan rumput

laut (Pengantap, Gerupuk, Awang, Teluk Ekas, Serewe, Kertasari, Labuan Mapin,

Terano, Kwangko, dan Waworada) dengan luas areal 8.483,19 Ha atau baru

mencapai 99,22 persen dari luasan yang ditergetkan. Produksi yang dihasilkan

sebanyak 82.954,67 ton atau 82,95 persen dari target 100.000 ton. Demikian pula

dengan pembudidaya yang terlibat baru mencapai 14.633 orang atau 99,15 persen

dari target 14.759 orang. Program minapolitan rumput laut sampai dengan tahun

2011 menyerap 58.580 orang tenaga kerja atau 99,23 persen dari target yang

diharapkan dan membentuk 693 wirausaha baru di bidang rumput laut atau

99,00 persen dari 700 wirausaha yang ditargetkan. Namun demikian, hasil FGD 1

dan 2 (Kabupaten Sumbawa) memunculkan diskusi bahwa petani rumput laut

kesulitan mendapatkan modal untuk pengembangan usaha karena tidak memiliki

agunan. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tersedia hanya menyediakan

plafond kredit maksimum Rp. 5 juta jika petani tidak memiliki agunan. Bagi

sebagian besar petani rumput laut, jumlah tersebut tidak memadai mengingat

tingginya permintaan pasar terhadap rumput laut. Oleh karena itu untuk

menambah permodalan maka petani meminjam pada pedagang pengumpul

dengan bunga tinggi disertai perjanjian untuk menjual panen rumput lautnya

kepada pedagang tersebut. Dalam situasi demikian kehadiran pedagang

pengumpul sangat dominan bagi pengembangan usaha rumput laut. Pada satu

sisi ia merupakan sumber pendanaan bagi petani untuk mengembangkan usaha

dan pada sisi lain memberikan jaminan pasar terhadap hasil panen petani rumput

laut.

Page 18: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

16

5. Budidaya Ternak Sapi.

Usaha ini berada pada kwadran I dengan potensi tinggi dan prospek baik. Hal ini

tidak lepas dari program pemerintah daerah (PIJAR) yang mencanangkan NTB

sebagai Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS) pada tahun 2013. Dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan peternak maka diberikan bantuan berupa sapi bibit

sebanyak 1.110 ekor, sapi pejantan 20 ekor, PSBP 20 ekor dan stimulan kandang

kolektif sebanyak 40 unit. Telah pula dilakukan rehabilitasi kandang BIB seluas

12 m2, rehabilitasi kandang BPT HMT Serading seluas 12 m2; pembuatan mani beku

sebanyak 5.810 dosis; pemeliharaan sapi perah 17 ekor, sapi pejantan 10 ekor dan

sapi berangus 24 ekor; pembudidayaan hijauan makanan ternak (HMT) seluas 9

hektar dan pembibitan HMT seluas 20 hektar; pembinaan terhadap 230 kelompok

petani peternak dan pemberian bantuan 6 ekor ternak dan 500 ekor itik; dan

pembibitan sapi bali 300 ekor Namun demikian untuk dapat meningkatkan

prospek dan potensinya maka alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan

menyediakan bibit sapi yang dapat memberikan tambahan bobot badan tinggi per

satuan waktu. Hasil FGD 1 dan 2 memunculkan diskusi bahwa sapi Bali dan

Hissar (Sapi Sumbawa) hanya memberikan tambahan berat badan sangat sedikit

atau setara Rp.1 juta per 4 bulan per ekor sementara jika mengusahakan bibit

sapi impor dari Australia (jenis Simental atau Limousine) maka peningkatan bobot

badan setara Rp. 1 juta per bulan per ekor. Dengan demikian, jika setiap keluarga

peternak dapat memelihara 3 ekor maka potensi pendapatan yang diterima sekitar

Rp. 3 juta per bulan. Selain itu dari FGD tersebut muncul diskusi agar

pemerintah daerah memfasilitasi tumbuhnya industri peternakan terpadu

sehingga industri tidak hanya menghasilkan daging tapi juga tumbuhnya industri

pakan, dan pengolahan produk ternak lainnya seperti kulit.

6. Kerajinan Tenun

Meskipun KPJU ini termasuk salah satu usaha unggulan lintas sektor namun ia

berada pada kwadran IV karena hanya memiliki potensi sedang dan prospek

cukup. Dari hasil FGD 1 dan 2 (terutama di Lombok Barat) terungkap banyaknya

persoalan yang membuat industri tenun lokal hanya memiliki prospek cukup

antara lain kecenderungan wisatawan lebih menyukai penggunaan produk casual

seperti T-shirt dengan ciri khas daerah, dan masuknya produk kain tenun daerah

lain yang bermotif lokal (masuknya tenun gedogan dari Jawa dengan motif khas

Lombok). Hal ini sesungguhnya mengikuti pola normal dari industri tekstil pada

umumnya. Selain karena perubahan preferensi konsumen, secara nasional

industri tekstil dan produk tekstil telah melewati masa keemasannya dan sekarang

sedang menghadapi penurunan karena tidak ada dukungan bahan baku, seperti

hilangnya perkebunan dan industri kapas sehingga harus mengimpor bahan baku

bahkan produk jadi dari luar daerah atau luar negeri.

Page 19: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

17

7. Penangkapan ikan di laut

KPJU ini berada pada kwadran III dengan potensi tinggi namun prospek cukup.

Meskipun pemerintah telah menetapkan NTB dalam Koridor 5 sebagai Pintu

Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional melalui subsektor

peternakan dan perikanan pada Masterplan Percapatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), prospek penangkapan ikan di laut

tidak terlalu baik. Dari hasil FGD 1 dan 2 terungkap faktor penghambat

berkembangnya usaha ini adalah lemahnya sumberdaya manusia di perikanan

tangkap. Bantuan kapal besar yang diberikan pemerintah tidak dapat

dimanfaatkan maksimal oleh nelayan karena terbatasnya keterampilan dan

pengalaman mengoperasikan sarana tersebut. Akibatnya untuk

mengoperasiskannya harus mendatangkan tenaga dari Pulau Jawa yang sudah

berpengalaman mengoperasikan kapal-kapal besar sebagai sarana penangkapan

ikan di laut lepas. Oleh karena itu guna meningkatkan prospek usaha diperlukan

peningkatan SDM perikanan sehingga usaha ini bisa memberikan kontribusi

terhadap pendapatan nelayan, dan sekaligus perkembangan ekonomi daerah

sesuai dengan target MP3EI tersebut.

8. Budidaya Jambu Mete

KPJU ini berada pada kwadran II karena masih memiliki prospek baik dan potensi

sedang. Dari hasil FGD 1 dan 2 (terutama di Dompu, dan Lombok Barat)

terungkap bahwa salah satu faktor penting yang menyebabkan usaha ini hanya

memiliki potensi sedang adalah kurangnya insentif harga yang dinikmati petani.

Petani mete dalam menjual produknya ketika panen sangat tergantung pada

sedikit pembeli yang merupakan jaringan pemasok perusahaan pengolah biji mete,

sehingga pasar produk mete gelondongan lebih bersifat oligopsoni. Akibatnya para

pembeli yang jumlahnya sedikit tersebut mengunakan kekuatan pasar (market

power) yang dimiliki untuk menekan harga di tingkat petani. Oleh karena itu

alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prospek dan potensi

komoditas ini adalah dengan memfasilitasi tumbuhnya banyak wirausahan baru di

usaha ini terutama di sektor pengolahannya. Jika industri pengolahan mete

berkembang, maka permintaan terhadap mete gelondongan sebagai bahan baku

industri semakin tinggi dan petani mete memiliki lebih banyak alternatif pembeli.

Pada tahun 2009 Dinas Koperasi dan UMKM di Propinsi NTB berhasil

menumbuhkan 7.373 wirausahawan baru (WUB), tahun 2010 sebanyak 17.979

WUB, dan tahun 2011 sebanyak 24.854 WUB. Dalam periode tersebut WUB yang

ditumbuhkan di sektor perdagangan umumnya berupa pedagang kelontong

(sembako), namun tidak diperoleh informasi apakah ada WUB yang bergerak

dalam perdagangan mete. Namun dari keterangan narasumber selama FGD 1 dan

2, para pembeli mete orangnya itu-itu juga.

9. Budidaya Mangga

KPJU ini berada pada kwadran III karena walaupun memiliki potensi tinggi namun

hanya memiliki prospek cukup. Potensi tinggi tersebut terlihat dari banyaknya

Page 20: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

18

kabupaten yang menghasilkan Mangga (semua kabupaten/kota). Namun dari hasil

FGD 1 dan 2 (terutama di Kabupaten Sumbawa sebagai penghasil mangga

terbanyak di NTB yaitu 33,5 ribu tonper tahun) terungkap bahwa pasar tidak

mampu menyerap produksi mangga ketika musim panen. Pasar lokal yang

terbatas dan minimnya penguasaan jaringan pemasaran keluar propinsi

menyebabkan harga mangga relatif murah ketika musim panen. Akibatnya

transhipment buah mangga menuju berbagai daerah di Bali dan Jawa telah

mendistorsi asal usul produk. Mangga Madu khas yang banyak dihasilkan daerah

ini ketika telah dikirim ke Jawa dengan harga murah dan dipasarkan ke berbagai

tempat kemudian berganti nama menjadi mangga Manalagi produksi salah sau

kabupaten di Jawa. Akibatnya tidak ada lagi insentif untuk mengembangkan

tanaman dan prospek KPJU ini untuk berkembang relatif terbatas. Oleh karena itu

guna meningkatkan prospeknya maka perlu diupayakan penetrasi pasar baru

dengan mempromosikan komoditas ini sebagai salah satu komoditas unggulan

daerah.

10. Budidaya Cabe Rawit

Munculnya komoditas ini sebagai salah satu dari 10 KPJU Unggulan daerah tidak

pernah terbayangkan sebelumnya oleh Tim Peneliti. Hal ini semacam karunia

terpendam yang ditemukan dengan tidak sengaja (blessing in disguise). Komoditas

ini berada pada kwadran III yang memiliki potensi tinggi namun prospek cukup.

Dikatakan karunia terpendam karena propinsi NTB terutama Pulau Lombok

dikenal dengan makanan khasnya ayam taliwang dengan pelecing kangkung yang

sangat pedas sehingga menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan pencinta

kuliner yang suka rasa pedas. Meskipun bukan padanan yang tepat dari hakikat

Pulau Lombok sebagai Pulau Cabe, namun image ini sudah menjadi pengetahuan

umum wisatawan sehingga mengapa tidak memanfaatkan image ini sebagai cara

promosi murah namun sangat efektif. Sebagai salah satu KPJU unggulan,

pemerintah perlu mendorong pembangunan industri pengolahannya sehingga

menjamin stabilitas harga produk sehingga tidak merugikan petani saat musim

panen. Industri pengolahan Cabe perlua dibangun terintegrasi untuk

menghasilkan produk cabe bubuk atau saus cabe. Hal ini mengikuti

kecenderungan global bahwa industri makanan juga berkembang menuju yang

serba instan karena semakin berharganya waktu bagi para konsumen cabe.

J. ANALISIS SIKLUS KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR

Merujuk kepada konsep Daur Hidup Produk (DHP) suatu industri, DHP dapat

dikatagorikan (1) tahap introduksi, (2) tahap tumbuh, (3) tahap matang dan (4)

tahap menurun. Berdasarkan konsep DHP, ke empat tahapan tersebut didasarkan

kepada perkembangan volume penjualan produk tertentu oleh entitas suatu

perusahaan/industri tertentu menurut periode waktu.

Konsep tersebut tidak dapat sepenuhnya diterapkan untuk KPJU, oleh karena

KPJU berbicara pada tingkat agregat yaitu kelompok industri atau jenis usaha

tertentu. Selain itu salah satu faktor yang menentukan perubahan tahapan pada

Page 21: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

19

DHP adalah faktor persaingan produk terhadap produk sejenis dari

perusahaan/industri pesaing atau adanya produk substitusi. Atas dasar

pertimbangan tersebut untuk KPJU digunakan istilah Daur Hidup Bisnis KPJU,

yang dikatagorikan menjadi (1) tahap Mulai Berkembang, (2) Tahap Berkembang

atau Belum Jenuh, (3) Tahap Mulai Jenuh dan (4) Tahap Sudah Jenuh.

Merujuk kepada konsep/teori Siklus Bisnis, faktor yang mempengaruhi atau

menentukan siklus bisnis bersifat kompleks – mencakup faktor mikro dan makro

ekonomi, termasuk faktor ekonomi global dan kebijakan pemerintah. Oleh karena

kompleksitas tersebut, pengkatagorian siklus bisnis KPJU didekati melalui (1)

pendekatan supply – demand, dalam hal ini sejauh mana keseimbangan antara sisi

produksi dan permintaan output suatu bisnis pada KPJU, serta (2) sejauh mana

prospek bisnis KPJU dari sisi kebijakan pemerintah (termasuk dukungan

infrastruktur) , minat investor dan prospek pasar. Informasi ke-dua hal di atas

diperoleh berdasarkan pendapat pemangku kepentingan sebagai nara sumber

pada FGD yang dilaksanakan serta penilaian tim peneliti.

1) Usaha budidaya Padi Sawah.

Hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa nilai skor produksi padi lebih

besar dari permintaanya. Hal ini berarti keberadaan NTB sebagai salah satu

daerah surplus beras telah dikonfirmasi oleh para nara sumber dalam penilain

tersebut. Usaha pertanian padi ini pun menurut para nara sumber masih memiliki

prospek baik sehingga berdasarkan penilaian ini maka KPJU usaha budidaya padi

berada pada kategori Berkembang. Ditinjau dari statistic produksi pertanian padi

sawah (Provinsi NTB Dalam Angka, 2011) produksi padi pada tahun 2010

menurun dibandingkan tahun 2009 (- 2,0 persen), walaupun dari tahun 2008 –

2009 terjadi kenaikan (6,20 persen) akan tetapi kenaikannya lebih rendah

dibandingkan periode 2007 – 2008 (10,4 persen), dan secara rata-rata selama

periode 2006 – 2010 terjadi kenaikan sebesar rata-rata 3,40 persen per tahun. Di

lain pihak, apabila kenaikan penduduk (rata-rata 1,40 persen per tahun) dan

kenaikan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Provinsi NTB (rata-rata 15,76

persen per tahun) berkontribusi terhadap konsumsi (permintaan) beras, maka

secara “kasar” terjadi kenaikan permintaan terhadap beras. Berdasarkan kondisi

ini, maka dapat diduga bahwa pada masa mendatang usaha budidaya tanaman

padi sawah ini diduga akan terus tumbuh. Kondisi ini diperkuat oleh penilaian

nara sumber bahwa usaha budidaya tanaman padi ini mempunyai prospek pasar

baik karena dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam bentuk kebijakan

harga dan infrastruktur dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan di

Provinsi NTB. Surplus ini dapat digunakan sebagai cadangan pangan yang harus

diserap pemerintah daerah dalam rangka stabilisasi harga dan menggunakannya

untuk membantu keluarga miskin dalam rangka program Raskin atau

mendistribusikannya ke daerah lain untuk menjamin ketersediaan beras secara

nasional.

Page 22: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

20

2) Usaha Budidaya Jagung

Seperti halnya tanaman padi. hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa

nilai skor produksi jagung lebih besar dari permintaannya. Hal ini menunjukkan

bahwa pengembangan program agribisnis jagung sebagai salah satu komponen

komoditi unggulan yang ditetapkan pemerintah daerah melalui program PIJAR

(pengembangan sapi, jagung dan rumput laut) telah dikonfirmasi oleh para nara

sumber dalam penilain tersebut. Usaha pertanian jagung ini pun menurut pada

nara sumber memiliki prospek baik sehingga berdasarkan penilaian ini maka

KPJU usaha budidaya jagung berada pada katagori Berkembang. Data statistik

menunjukkan bahwa walaupun pada periode 2009 – 2010 terjadi penurunan

produksi sebesar 19,4 persen, akan tetapi terjadi kecenderungan kenaikan

produksi jagung pada periode 2006 – 20010, dengan kenaikan rata-rata per tahun

29,28 persen (Provinsi NTB Dalam Angka, 2011). Pada tingkat wilayah, konsumsi

terhadap produksi jagung relatif terbatas, hasil produksi berupa jagung pipilan

sebagian besar di ekspor ke luar daerah Provinsi – dan digunakan sebagai bahan

baku untuk industri pakan dan industri lain.

Secara umum pada tingkat Nasional kebutuhan bahan baku terhadap jagung

pipilan sebagai bahan industri pakan dan pangan adalah tinggi, dan bahkan

untuk mencukupi kebutuhan industri Indonesia masih mengimpor jagung. Dalam

hubungan ini Kebijakan Pemerintah Daerah mendukung usaha budidaya jagung

ini (dengan skor mendekati Sangat Baik = 4,43). Walaupun demikian dari aspek

Prospek Pasar dan Minat Investor untuk usaha budidaya jagung ini masih dinilai

pada katagori Cukup (skor=3,1) oleh nara sumber. Dengan demikian walaupun

dari sisi perbandingan antara aspek Produksi dan Permintaan usaha budidaya

jagung ini menunjukkan tahap Sudah Jenuh, akan tetapi dengan memperhatikan

aspek dukungan Kebijakan Pemerintah Daerah yang Sangat Baik, diiringi usaha

untuk meningkatkan Pasar dan Minat Investor, pada masa mendatang usaha

budidaya tanaman jagung ini diduga masih berada pada katagori Tahap Mulai

Jenuh.

3) Wisata Pantai/Bahari.

Hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa nilai skor produksi untuk

wisata pantai, seperti perhotelan dan lain-lain, dengan skor permintaan – yang

dalam hal ini ditunjukkan oleh kunjungan wisatawan adalah relatif seimbang.

Tingkat hunian kamar hotel menurut para nara sumber relatif tinggi seperti

ditunjukkan oleh selisih jumlah kamar dengan tingkat hunian relatif kecil (selisih

0,07 poin). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keseimbangan antara produksi

dan permintaan. Sementara itu dari segi prospek, para nara sumber menilai usaha

wisata pantai memiliki prospek baik. Berdasarkan statistik Provinsi NTB Dalam

Angka tahun 2011, pada tahun 2010 jumlah Hotel Bintang di Provinsi NTB

berjumlah 30 buah dengan jumlah kamar 2162 unit dan Hotel Melati berjumlah

532 unit dengan jumlah kamar 5199 unit. Dengan memperhatikan statistik

jumlah wisatawan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, yaitu rata-rata

15,67 persen per tahun pada periode 2006-2010, serta perkembangan jumlah Biro

dan Agen Perjalanan Wisata yang meningkat rata-rata 6,4 persen per tahun, maka

Page 23: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

21

usaha Wisata Pantai/Bahari ini termasuk dalam kategori Berkembang. Hal ini

tidak dapat dilepaskan dari dukungan pemerintah melalui program Visit Lombok

and Sumbawa Year 2012 yang lalu. Pencanangan program tersebut oleh Pemda

propinsi sejak 2008 bagi para pelaku wisata merupakan pertanda komitmen

pemerintah dalam mendukung berkembangnya pariwisata sebagai tindak lanjut

dari disertakannya NTB dalam koridor 5 program MP3EI yaitu sebagai pintu

gerbang pariwisata dan penghasil pangan nasional. Kesesuainnya dengan

kebijakan Pemerintah Daerah, serta Minat Investor dan Prospek Pasar yang Sangat

Baik ini menjadi alasan kuat untuk terus mengembangkan usaha ini.

4) Usaha Budidaya Rumput Laut

Hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk

usaha budidaya rumput laut lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan

selisih skor sebesar 0,42 poin namun memiliki prospek baik (skor 3,42).

Berdasarkan penilaian ini maka usaha budidaya rumput laut dapat dikatagorikan

masih pada tahap Mulai Berkembang). Data statistik menunjukkan bahwa pada

periode 2009 – 2010 terjadi kecenderungan kenaikan produksi rumput laut yang

sangat tinggi, dengan kenaikan rata-rata per tahun 29,28 persen (Provinsi NTB

Dalam Angka, 2011). Pada tingkat wilayah, konsumsi terhadap produksi rumput

laut relatif terbatas karena belum ada industri pengolahan yang mengolah produk

ini. Hasil produksi berupa rumput laut kering sebagian besar di ekspor atau dijual

ke luar daerah Provinsi. Usaha budidaya rumput laut di Provinsi NTB yang sudah

berkembang adalah di Kabupaten Lombok Tengah dan Sumbawa Barat.

Berdasarkan penilaian nara sumber prospek usaha ini sangat baik dari sisi

kesesuaiannya dengan kebijakan pemerintah (skor 4,42) dan dinilai mempunyai

prospek pasar yang baik (skor (3,83), akan tetapi minat investor dinilai relative

masih agak cukup (skor 2,83). Masih terbatasnya wilayah yang sudah

mengusahakan budidaya rumput laut ini mengindikasikan adanya peluang untuk

pengembangan ke daerah lain. Walaupun menurut para narasumber minat

investor relative rendah, namun dengan mengadakan promosi yang terus menerus

dan dukungan kebijakan yang konsisten maka usaha ini dapat ditingkatkan

menuju fase berkembang.

5) Usaha Budidaya (Pembesaran) Sapi Potong .

Hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa nilai skor produksi usaha

pemeliharaan sapi lebih besar dari permintaannya. Hal ini berarti keberadaan NTB

sebagai salah satu daerah penghasil daging telah dikonfirmasi oleh para nara

sumber dalam penilain tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan

usaha pemeliharaan sapi dalam rangka mewujudkan NTB sebagai bumi sejuta

sapi pada tahun 2013 sebagai salah satu komponen komoditi unggulan yang

ditetapkan pemerintah daerah melalui program PIJAR (pengembangan sapi, jagung

dan rumput laut) telah dikonfirmasi oleh para nara sumber dalam penilain

tersebut. Usaha pemeliharaan sapi ini pun menurut pada nara sumber memiliki

prospek baik sehingga berdasarkan penilaian ini maka KPJU usaha pemeliharaan

Page 24: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

22

sapi berada pada katagori Berkembang. Pada tahun 2010 tercatat populasi sapi di

Provinsi NTB sebanyak 695.951 ekor yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota.

Jumlah populasi ini cenderung meningkat yang dapat diduga dari perkembangan

jumlah kelahiran ternak dengan inseminasi buatan, khususnya Sapi Bali. Pada

periode 2006-2010 terjadi kenaikan jumlah kelahiran rata-rata per tahun sebesar

16,32 persen (Provinsi NTB Dalam Angka, 2011). Dari sisi permintaan, untuk

konsumsi lokal ditunjukkan oleh perkembangan banyaknya pemotongan ternak

sapi yang pada periode 2006-2010 cenderung meningkat rata-rata sebesar 9,71

persen per tahun. Permintaan terhadap sapi potong juga ditunjukkan oleh

banyaknya ternak sapi yang dijual ke luar Provinsi NTB. Pada tahun 2010 tercatat

sebanyak 5601 ekor yang dikirim ke Provinsi DKI, Kalsel, Kaltim, Kalteng, Sulsel

dan Kalbar. Usaha budidaya (pembesaran) sapi ini mempunyai prospek pasar yang

sangat baik, dan minat investor yang dapat dikatagorikan Cukup Baik.

Berdasarkan uraian di atas, didukung dengan Kebijakan Pemda yang Sangat Baik,

maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya (pembesaran) sapi potong ini

berada pada Tahap Berkembang.

6) Industri Tenun

Industri tenun di Provinsi NTB merupakan industri kerajinan rumah tangga yang

secara tradisional sudah membudaya pada sebagian masyarakat NTB. Produknya

berupa kain ikat dan kain yang ditenun secara manual. Produk kerajinan ini

mempunyai pasar yang terbatas dan konsumennya antara lain adalah wisatawan.

Menurut penilaian nara sumber kondisi produksi industri ini relatif lebih besar

dibandingkan dengan permintaan, dengan selisih skor 0,42 poin. Namun

demikian tidak seperti halnya dengan KPJU Unggulan sebelumnya, prospek pasar

dan minat investor terhadap industria ini menurut penilaian nara sumber adalah

kurang dari cukup (skor 2,40), demikian juga juga dengan kesesuaiannya dengan

kebijakan pemerintah daerah yang masih dinilai cukup. Oleh karena itu secara

keseluruhan prospek KPJU ini tergolong rendah. Berdasarkan kondisi tersebut,

dapat disimpulkan bahwa industri tenun ini sudah pada Tahap Mulai Jenuh. Jika

over supplai tersebut tidak dapat dipasarkan keluar daerah karena berbagai faktor

(kualitas, corak yang tidak sesuai selera konsumen, dll) maka usaha ini dapat

menuju ke Tahap Sudah Jenuh.

7) Usaha Penangkapan Ikan di Laut.

Data statistik menunjukkan bahwa produksi hasil penangkapan ikan di laut pada

tahun 2010 adalah sebanyak 111.882,4 ton dan pada periode 2006 – 2010

menunjukkan peningkatan yaitu rata-rata 5,67 persen per tahun (Provinsi NTB

Dalam Angka, 2011). Walaupun terjadi kenaikan produksi, hasil penilaian nara

sumber menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk usaha budidaya

rumput laut lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan selisih skor

sebesar 0,50 poin. Penangkapan ikan di laut di NTB dilaksanakan oleh nelayan

tradisional dengan menggunakan sarana penangkapan yang masih terbatas.

Page 25: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

23

Dukungan kebijakan pemerintah daerah serta prospek pasar terhadap usaha ini

berdasarkan penilaian nara sumber adalah pada katagori Baik, walaupun dari sisi

minat investor adalah Cukup. Berdasarkan penilaian ini maka usaha

penangkapan ikan di laut dapat dikatagorikan masih pada tahap Mulai

Berkembang.

8) Usaha budidaya Jambu Mete

Data statistik menunjukkan bahwa produksi jambu mete pada tahun 2010 adalah

sebanyak 12.896,5 ton dan selama periode 2008 – 2010 menunjukkan

kecenderungan menurun dengan rata-rata sekitar 20 persen per tahun, walaupun

dari segi luas areal terjadi kecenderungan meningkat dengan rata-rata 2,04 persen

per tahun (Provinsi NTB Dalam Angka, 2011). Pada tingkat wilayah, konsumsi

terhadap produksi biji mete relatif terbatas karena belum ada industri pengolahan

besar yang mengolah produk ini. Hasil produksi berupa biji mete mentah yang

dikeringkan sebagian dijual ke luar daerah Provinsi. Pendapat nara sumber

menunjukkan bahwa potensi dan prospek permintaan komoditi jambu mete ini

lebih besar dibandingkan dengan produksi, dengan selisih nilai 0,67 point. Hal ini

dikarenakan jambu mete merupakan salah satu komoditi yang banyak

diperdagangkan secara internasional (internationally tradable goods) sehingga

potensi permintaannya sangat tinggi. Oleh karena itu berdasarkan kondisi ini

dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya mete ini masih berada pada kategori

Mulai Berkembang. Hal ini didukung oleh hasil penilaian nara sumber terhadap

prospek pasar dari komoditi yang masuk dalam katagori Baik (skor=3,67), dengan

dukungan dari sisi kebijakan Pemda yang dinilai baik (skor=2,96)

9) Usaha Budidaya Mangga.

Statistik produksi buah mangga di Provinsi NTB menunjukkan kenaikan dari

tahun ke tahun. Secara rata-rata pada periode 2006 – 2010 produksi mangga

meningkat rata-rata 20,13 persen per tahun. Penilaian nara sumber menunjukkan

bahwa produksi mangga lebih tinggi dibanding permintaan domestiknya dengan

selisih skor sebesar 1,0 poin. Berbeda halnya dengan usaha jambu mete dan

kelapa, penilaian nara sumber terhadap prospek pasar komoditas mangga relatif

baik (skor=3,27) namun minat investor (skor =2) dan dukungan infrastruktur (skor

2,55) relatif rendah. Oleh karena itu secara keseluruhan prospek KPJU ini

tergolong rendah. Dengan pertimbangan tersebut, maka dapat diprediksi bahwa

usaha budidaya mangga di NTB ini berada pada tahap Mulai Jenuh. Untuk

mengatasi hal tersebut maka pemasaran hasil produksi mangga tidak lagi hanya

mengandalkan pasar lokal tapi pemerintah daerah harus memfasilitasi dilakukan

penetrasi terhadap pasar baru seperti pemasaran ke luar Provinsi NTB –

khususnya ke Bali dan Jawa dengan mempromosikan keunggulan dari mangga

khas Lombok dan Sumbawa untuk menciptakan diferensiasi produk terhadap

persaingan dengan produksi mangga daerah lain.

Page 26: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

24

10) Usaha budidaya Cabai Rawit.

Produksi cabe NTB terutama cabe besar menunjukkan peningkatan yang cukup

tinggi. Selama periode 2006-2010 produksi cabe meningkat dari 1.825 ton menjadi

5.780 ton atau meningkat rata-rata 34.3 % per tahun, sementara luas areal

meningkat dari 455 hektar menjadi 817 hektar atau hanya meningkat rata-rata

17% per tahun. Dengan demikian data tersebut mengindikasikan telah terjadi

peningkatan produktivitas dari KPJU unggulan ini sebesar 17,3 % per tahun (NTB

dalam Angka 2011). Namun di tengah peningkatan produksi dan produktivitas

tersebut hasil penilaian nara sumber menunjukkan bahwa produksi cabe NTB

masih lebih rendah dari permintaannya (selisih skor 1,0). Hal ini terlihat dari

masih tingginya permintaan produk cabe olahan dalam bentuk saus dan bubuk

cabe yang di datangkan dari daerah lain. Selain itu para narasumber menilai

permintaan tersebut masih akan tetap tinggi dan stabil sepanjang tahun. Sejalan

dengan hal tersebut para nara sumber mengatakan bahwa prospek KPJU ini

tergolong baik seperti terlihat dari skor untuk prospek pasar rata-rata 3,0,

kesesuaian dengan kebijakan pemerintah (skor 3,58), minat investor (skor 3,0),

dan dukungan infrastruktur (skor 3,0). Berdasarkan penilaian tersebut maka

KPJU ini berada pada kategori Mulai Berkembang. Yang diperlukan kemudian

adalah menjamin stabilitas harga komoditi dengan memfasilitasi berdirinya

industria pengolahan cabe menjadi saus dan bubuk cabe sehingga petani dapat

terhindar dari turunnya harga ketika musim panen.

K. ANALISIS INFLASI KPJU UNGGULAN

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-

menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh

berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya

likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, dan akibat

adanya ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi merupakan indikator untuk

melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga

berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah

inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang

kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

Penyebab inflasi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu (1) tarikan

permintaan (demand pull inflation) yang dipicu oleh membanjirnya likuiditas di

pasar yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa yang berakibat

bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi sehingga

meningkatkan harga. Kelompok ke – 2 adalah desakan biaya (cost push inflation)

akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau kelangkaan distribusi, walau

permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan,

sehingga memicu kenaikan harga. Sehubungan dengan itu penetapan KPJU

Unggulan berkaitan dengan penyebab inflasi adalah dalam hal penyebab ke 2 yaitu

desakan biaya (cost push inflation).

Perkembangan laju inflasi di Nusa Tenggara Barat antara tahun 2005-2011

menunjukkan fluktuasi yang relatif tinggi (volatile) dengan kecenderungan

Page 27: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

25

menurun. Hal ini berkaitan dengan fluktuasi produksi di sektor makanan melalui

pengaruh fluktuasi produksi padi, jagung, kedele, dan produk pertanian lainnya

termasuk peternakan dan perikanan. Jika produksi komoditas pertanian ini turun

maka harga bahan makanan naik tajam sehingga memberikan kontribusi besar

pada peningkatan harga secara keseluruhan. Hal ini terlihat pada tahun 2010

ketika laju inflasi propinsi mencapai 10,08 %, inflasi di kelompok makanan

mencapai 20,12% yang menunjukkan kelompok makanan merupakan kontributor

terbesar terhadap inflasi propinsi. Laju inflasi NTB tahun 2005-2011 disajikan

pada Gambar 6.2.1.

Gambar 2. Laju Inflasi Tahunan NTB Tahun 2005-2011 (%) Sumber: BPS Provinsi NTB, 2011

Penurunan produksi bahan makanan yang tidak diimbangi dengan persediaan dari

impor telah memacu inflasi. Selama periode 2009-2011 laju inflasi di NTB

memperlihatkan fluktuasi cukup tajam. Pada 2009 terjadi laju inflasi sebesar 3,44

persen, menurun tajam dari 13,01 persen pada tahun 2008. Pada tahun 2010

lonjakan inflasi terjadi hingga 10,08 persen. Naiknya harga sejumlah komoditas

pertanian seperti cabai merah, umbi-umbian dan ikan segar menjadi faktor utama.

Selain itu musim dan cuaca yang kurang bersahabat sehingga panen tembakau di

NTB dinilai gagal dan cukup signifikan menyumbang pada tingginya inflasi.

Namun demikian pada tahun 2011 laju inflasi berhasil diturunkan menjadi 6,55

persen.

Penetapan KPJU Unggulan diharapkan mampu mendorong investasi dan

berkembangnya usaha pada KPJU yang diunggulkan, yang pada akhirnya

berdampak kepada lebih tersedianya komoditas, produk atau jasa dari KPJU

17.72

4.17

8.76

13.01

3.44

10.08

6.55

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Laju Inflasi NTB Tahun 2005-2011 (%)

Page 28: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

26

Unggulan tersebut. Di antara KPJU Unggulan Lintas Sektor di Provinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB), maka KPJU yang termasuk dalam kelompok komoditas

dalam perhitungan inflasi adalah seperti dapat dilihat pada Tabel VI.2Seperti dapat

dilihat pada Tabel VI.2, KPJU Unggulan termasuk pada:

1) Kelompok Bahan Makanan padi-padian, umbi-umbian, komoditas beras,

jagung pipilan (101001 dan 101006), ada 2 (dua) KPJU yaitu usaha

budidaya padi sawah dan jagung.

2) Kelompok bahan makanan daging dan hasilnya-daging sapi (102016), yaitu

1 KPJU yaitu usaha sapi potong.

3) Kelompok bahan makanan- ikan segar, ada 2 KPJU yaitu Penangkapan Ikan

di Laut cakalang, tomgkol dan tuna (103017, 103081, 103084) dan

Budidaya Ikan di Tambak ( Bandeng – 103004 dan, Udang Windu - 103085).

4) Kelompok bahan makanan – sayur sayuran , ada 2 KPJU yaitu usaha

budidaya kacang panjang (106033) dan usaha budidaya jagiung manis (106

075)

5) Kelompok bahan makanan kacang-kacangan, terdapat 3 KPJU yaitu

usaha budidaya kacang kedele (107003), kacang tanah (107006), dan

usaha perkebunan jambu mete/kacang mete (107005).

6) Kelompok bahan makanan buah-buahan , yaitu kelapa muda (108028)

untuk KPJU usaha perkebunan kelapa dan pisang (108019 untuk KPJU

usaha budidaya pisang.

7) Kelompok bahan makanan bumbu-bumbuan – cabe rawit (109030) yaitu 1

KPJU yaitu usaha budidaya cabe rawit.

8) Kelompok bahan makanan Lemak dan minyak – Kelapa (110001) untuk

KPJU usaha perkebunan kelapa.

9) Kelompok makanan jadi (201000) terdapat 1 KPJU yaitu adalah usaha

restoran/rumah makan.

10) Kelompok Rekreasi (604000) terdapat 2 KPJU yaitu wisata pantai/baharí

dan wisata budaya.

11) Kelompok Sarana dan Penunjang Transpor (703016 dan 703017) terdapat 1

KPJU yaitu usaha jasa bengkel motor

Tabel 10. KPJU Unggulan Lintas Sektor urutan 1s/d 20 Penyumbang Inflasi

Sektor/Sub

sektorKPJU

Urutan KPJU Ungulan

Lintas Sektor

Kelompok Komoditas

Penyumbang Inflasi

Padi Palawija Padi Sawah Padi-padian, umbi-umbian dan

hasilnya – beras (101001)

Padi Palawija Jagung

Padi-padian, umbi-umbian dan

hasilnya – jagung pipilan

(101006), jagung manis

(106075)

Pariwisata Wisata Pantai/Bahari Rekreasi (604027)

Perikanan Budidaya Rumput Laut -

Peternakan Sapi Daging dan Hasilnya – daging

Page 29: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

27

Sektor/Sub

sektorKPJU

Urutan KPJU Ungulan

Lintas Sektor

Kelompok Komoditas

Penyumbang Inflasi

sapi (102016)

Perindustrian Tenun

Perikanan

Penangkapan Ikan di

Laut ( Tongkol, Tuna,

Cakalang)

Ikan segar – Cakalang, tongkol,

tuna (103017, 103081,

103084)

Perkebunan Jambu Mete Kacang-kacangan – kacang

mete (107005)

Buah-Buahan Mangga -

Sayuran Cabe Rawit Bumbu-bumbuan – caberawit

(109030)

Perkebunan Kelapa Buah-buahan – kelapa muda

(108028) dan Lemak/minyak

(110001)

Perikanan

Budidaya Ikan di

Tambak ( Bandeng,

Udang Windu)

Ikan segar – ( 103004, 103085)

Pariwisata Wisata Budaya Rekreasi (604027)

Buah-Buahan Pisang Buah-buahan, pisang (108019)

Jasa Jasa keuangan (Koperasi

sp) -

Padi Palawija Kacang Tanah Kacang-kacangan, kacang

tanah (107006)

Perdagangan Rumah Makan Makanan jadi (201000)

Jasa Bengkel Motor Sarana dan penunjang

transport (703016-17)

Padi Palawija Kacang Kedelai Kacang-kacangan, kacang

kedele (107003)

Sayuran Kacang Panjang Sayur-sayuran, kacang panjang

(106033)

Seperti dapat dilihat pada Tabel VI-2 di atas, kecuali 3 (tiga) KPJU Unggulan yaitu

Budidaya Rumput Laut, usaha budidaya buah-buahan mangga, serta usaha jasa

keuangan simpan pinjam (koperasi), 17 KPJU Unggulan Lintas Sektor yang lain

merupakan penyumbang langsung terhadap inflasi. Diantara ke 17 KPJU

Unggulan tersebut, kecuali KPJU Unggulan wisata pantai/baharí dan wisata

budaya serta usaha jasa bengkel motor, serta rumah makan, selebihnya adalah

pada Kelompok Bahan Makanan.

KPJU pada sektor pariwisata yaitu wisata pantai dan wisata bahari dapat

Page 30: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

28

menyebabkan inflasi secara tidak langsung. Hal ini karena dengan berkembangnya

sektor pariwisata dapat berdampak kepada permintaan terhadap jasa perhotelan

dan pada kelompok vahan makanan seperti ikan segar, buah-buahan dan sayur-

sayuran. Selain itu KPJU Unggulan yang termasuk pada kelompok bahan

makanan seperti daging, ikan, dan yang lain dapat memberikan pengaruh

terhadap inflasi kelompok makanan jadi, seperti produk olahan daging sapi, dan

beragam jenis makanan jadi yang lain.

Berdasarkan data BPS, laju inflasi “tahun ke tahun” – yaitu persentase perubahan

IHK bulan November 2012 terhadap IHK bulan November 2011 di Provinsi NTB

(gabungan Kota Mataram dan Kota Bima) adalah 5,15%, dengan kontributor

utama pendorong inflasi adalah kelompok kacang-kacangan yang mengalami

peningkatan indeks harga 19%, daging dan hasil-hasilnya 17,25%, sementara

kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami penurunan indeks

harga -2,82% dan bumbu-bumbuan -8,57%. Akan tetapi berdasarkan laju inflasi

tahun kalender bulan November 2012yaitu persentase perubahan IHK bulan

November 2012 terhadap IHK bulan Desember 2011 maka laju inflasi gabungan

adalah 3,49% dan kelompok kacang-kacangan mengalami kenaikan indeks harga

18,05%, daging dan hasilnya 12,65%, sementara kelompok padi-padian, umbi-

umbian, dan hasilnya mengalami indeks harga -4,31, sayur-sayuran -19,36%, dan

bumbu-bumbuan -21,45 (BPS NTB, 2012)1.

Berdasarkan perubahan IHK bulan November 2012 terhadap IHK bulan

sebelumnya, gabungan Kota Mataram dan Bima Provinsi Nusa Tengga Barat

mengalami deflasi sebesar 0,03 persen. Deflasi tersebut terjadi karena adanya

penurunan indeks pada Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan

sebesar 0,01 persen; Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar

sebesar 0,01 persen; Kelompok Sandang sebesar 0,18 persen dan Kelompok Bahan

Makanan sebesar 0,19 persen. Pada periode ini kelompok yang mengalami

kenaikan indeks harga konsumen adalah pada Kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,22 persen; Kelompok Pendidikan,

Rekreasi & Olah raga sebesar 0,07 persen dan Kelompok Kesehatan sebesar 0,03

persen.

Kelompok komoditas yang memberikan andil/sumbangan terhadap deflasi pada

bulan November 2012adalah yaitu Kelompok Sandang sebesar 0,01 persen;

Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 0,01 persen dan

Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,06 persen. Sedangkan kelompok yang

memberikan sumbangan inflasi adalah Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok

& Tembakau sebesar 0,05 persen; Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan

bakar sebesar 0,00 persen; Kelompok Kesehatan sebesar 0,00 persen dan

Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah raga sebesar 0,00 persen.

Sehubungan dengan laju inflasi pada bulan November 2012, yaitu perubahan IHK

bulan November 2012 terhadap IHK bulan sebelumnya, dikaitkan dengan

komoditas/produk KPJU Unggulan Lintas Sektor adalah sebagai berikut. Pada

Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tertinggi adalah pada kelompok buah-

1 Berita Resmi Statistik No. 75/12/52/Th. VI, 3 Desember 2012. Inflasi Gabungan Kota

Mataram dan Kota Bima Bulan November 2012

Page 31: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

29

buahan sebesar 2,65 persen dimana salah satu komoditasnya merupakan

komoditasKPJU Unggulan usaha budidaya pisang dan kelapa muda yang

merupakan komoditasKPJU Unggulan usaha perkebunan kelapa. Kemudian laju

inflasi tertinggi berikutnya adalah produk usaha pada KPJU usaha sapi potong

yang produknya berupa daging sapi yang mengalami kenaikan inflasi sebesar 2,40

persen. Menempati urutan ke-tiga tertinggi laju inflasi untuk kelompok bahan

makanan adalah sayur-sayuran yaitu sebesar 1,89 persen yang mana didalamnya

adalah komoditas dari KPJU usaha budidaya kacang panjang dan usaha budidaya

jagung manis. Untuk sub kelompok padi-padian, mengalami inflasi sebesar 0,15

persen dan pada sub kelompok ini termasuk di dalamnya komoditas dari KPJU

yaitu usaha budidaya padi sawah dan jagung. Selain kelompok Bahan Makanan

yang memberikan andil terhadap inflasi adalah kelompok makanan jadi, yang

dalam hal ini merupakan salah satu dari produk KPJU usaha restoran/rumah

makan yang mengalami inflasi sebesar 0,32 persen. Demikian juga pada sub-

kelompok Sarana dan Penunjang transportasi mengalami inflasi sebesar 0,51

persen yang didalamnya termasuk produk jasa dari KPJU Unggulan usaha jasa

bengkel motor.

Pada periode November 2012, kelompok komoditas bahan makanan yang

mengalami deflasi 2012 adalah Ikan segar sebesar 3,52 persen, dan pada sub

kelompok ini termasuk di dalamnya komoditas dari KPJU penangkapan Ikan di

Laut (cakalang, tomgkol dan tuna) dan KPJU Budidaya Ikan di Tambak ( Bandeng

dan, Udang Windu). Sub-kelompok bahan makanan yang juga mengalami deflasi

adalah kacang-kacangan sebesar 0,16 persen yang didalamnya adalah komoditas

dari KPJUusaha budidaya kacang kedele, kacang tanah dan usaha perkebunan

jambu mete/kacang mete. Sub kelompok bahan makanan yang juga mengalami

deflasi adalah lemak dan minyak sebesar 0,03 persen dimana salah satu

komoditasnya adalah dari KPJU usaha perkebunan kelapa.

Page 32: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

30

L. REKOMENDASI

L.1 Rekomendasi Umum

Secara umum rekomendasi untuk pengembangan UMKM-KPJU Unggulan di

Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut:

1. Hasil 10 KPJU Unggulan lintas sektor di Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah

mengakomodir komoditas unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu

PIJAR (Sapi, Jagung, dan Rumput Laut). Selanjutnya dalam MP3EI

(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

2011-2025), koridor Bali-Nusa Tenggara, tema pembangunanya adalah pintu

gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional. Koridor ini terdiri atas 4

Pusat Ekonomi yaitu; Denpasar, Lombok, Kupang dan Mataram dengan 3

kegiatan ekonomi utama: pariwisata, perikanan dan peternakan. Dengan

demikian, ke 10 KPJU Unggulan lintas sektor di Provinsi Nusa Tenggara

Barat juga telah sesuai dengan tema pembangunan MP3EI. Dalam

mengembangkan 10 KPJU Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat,

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota bekerjasama dengan dengan

Pemerintah Pusat untuk mendapatkan dukungan investasi, teknis dan

lainnya dalam mengembangkan KPJU unggulan tersebut.

2. KPJU Unggulan seyogyanya dituangkan atau dikukuhkan kedalam bentuk

ketentuan hukum (SK Gubernur/ Bupati/Walikota), atau dituangkan dalam

di dalam RPJM Provinsi/Kabupetan/Kota atau Renstra SKPD Terkait,

sehingga bersifat mengikat dan menjadi acuan bagi semua pihak/pemangku

kepentingan untuk mengembangkan KPJU Unggulan yang telah

diidentifikasi. Agar supaya program dan pengembangan tersebut lebih

mengikat dan berkesinambungan.

3. Pengembangan KPJU Unggulan perlu dilakukan melalui pendekatan Klaster

yang terintegrasi menurut rantai nilai dari hulu ke hilir, dengan didukung

oleh infrastruktur dan sarana transportasi dan infrastruktur ekonomi dan

kelembagaan, serta sistem informasi pasar bagi KPJU Unggulan. Sebagai

illustrasi, pengembangan peternakan sapi, diikuti juga dengan

pengembangan industri pakan, fasilitasi perdagangan antar pulau, dan juga

indutri pengolahannya.

4. Perlu dikembangkan informasi tentang tentang Profil Investasi serta

Penyusunan Lending Model (model pembiayaan) bagi UMKM untuk

pengembangan KPJU Unggulan. Inisiatif penyusunan Lending Model tersebut

dapat berasal dari Kemeterian Teknis terkait, perbankan, asosiasi dan

lainnya.

5. Salah satu aspek strategis dalam pengembangan KPJU Unggulan untuk UMKM adalah peningkatan akses dan pengembangan atau jangkauan pasar. Kebijakan dan program yang telah dilaksanakan dalam rangka memfasilitasi akses dan pengembangan pasar produk UMKM perlu lebih ditingkatkan, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan faktor penentu dan pendorong (determinant/driver factor) akses dan pengembangan pasar, antara lain pemenuhan terhadap persyaratan mutu, kemasan, dan waktu delivery, harga, serta ketersediaan modal kerja untuk memenuhi volume pemesanan. Sehubungan dengan itu maka:

Page 33: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

31

a. Program pelatihan yang disertai dengan pendampingan yang selama ini sudah dilaksanakan oleh Dinas dan Instansi Terkait perlu lebih diintensifkan. Program tersebut meliputi;

i. Aspek kewirausahaan, sehingga SDM/pelaku usaha lebih mandiri dan kreatif dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya.

ii. Aspek teknik dan teknologi produksi, sehingga produksi lebih efisien serta mutu dan kemasan produk lebih meningkat

iii. Aspek manajemen usaha, khususnya pemasaran dan keuangan, sehingga dapat mendukung peningkatan akses pengusaha terhadap pasar dan sumber pembiayaan usaha (perbankan).

b. Pengembangan jejaring usaha antar UMKM, serta pengembangan dan penguatan kelembagaan pelaku usaha UMKM pada KPJU Unggulan untuk meningkatkan efisiensi biaya transaksi usaha dan pemasaran bersama.

c. Peningkatan sarana dan prasrana pemasaran bagi UMKM KPJU

Unggulan serta pengembangan sistem informasi untuk peluang pasar bagi KPJU Unggulan.

d. Pengembangan program kemitraan atau penguatan lebih lanjut program kemitraan yang selama ini sudah terbentuk antara UMKM KPJU Unggulan dengan Usaha Menengah/Besar terkait.

6. Untuk lebih meningkatkan efektifitas dan kesinambungan program pendampingan bagi UMKM KPJU Unggulan, maka:

a. Kelembagaan pendamping seperti Business Development Service (BDS) atau Inkubator Bisnis UMKM yang sudah ada perlu lebih meningkatkan peran dan fungsinya dengan dukungan Perguruan Tinggi dan Instansi terkait.

b. Kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan Perguruan Tinggi di daerah dengan yang sudah berlangsung selama ini perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan. Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya dharma Pengabdian Masyarakat, serta program kurikuler seperti PKL, KKN atau kegiatan ko-kurikuler lain perlu lebih dikembangkan untuk program pendampingan bagi UMKM KPJU Unggulan.

7. Untuk menumbuh-kembangkan wirausaha baru, program yang telah dirintis oleh Kemeterian Koperasi dan UKM perlu lebih dikembangkan untuk usaha KPJU ungggulan. Sehubungan dengan ini, sasaran calon pelaku usaha adalah Sarjana yang baru lulus dari Perguruan Tinggi Daerah melalui tahapan rekruitmen/seleksi yang lebih ditekankan pada aspek kepribadian dan motivasi calon, pendidikan/pelatihan tambahan (terutama pada aspek wirausaha dan keterampilan teknis serta usaha), serta penyediaan fasilitas kredit permodalan/pembiayaan dengan skim dana bergulir.

8. UMKM pada bisnis KPJU Unggulan memerlukan peningkatan akses kepada sumber pembiayaan, dan untuk itu diperlukan program dan upaya antara lain:

a. Pengembangan atau penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Lembaga Pembiayaan Alternatif (LPA) yang sudah ada, khususnya dari aspek kelembagaan dan permodalan.

b. Penyertaan Pemerintah Daerah yang lebih intensif dalam bentuk penyertaan dana jaminan pembiayaan UMKM pada Bank Pembangunan Daerah.

c. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada BUMN dan BUM-Daerah perlu lebih diintensifkan dan diintegrasikan sehingga lebih efektif bagi pengembangan UMKM KPJU Unggulan,

Page 34: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

32

d. Program sertifikasi tanah perlu dilanjutkan, khususnya bagi pelaku usaha UMKM pada KPJU Unggulan yang belum memperoleh.

9. Secara spesifik lembaga Perbankan perlu lebih intensif untuk meningkatkan akses pembiayaan untuk KPJU Unggulan bagi UMKM, antara lain melalui:

a. Peningkatan dan perluasan jaringan pelayanan disertai peningkatan kemampuan SDM dalam hal memahami karakter UMKM khususnya pada bisnis KPJU Unggulan

b. Penambahan dan perluasan jangkauan pelayanan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), melalui revitalisasi peran dan peningkatan pelatihan bagi KKMB

c. Pengembangan inovasi dan skim pembiayaan/ penyaluran kredit yang

berbeda untuk masing-masing KPJU Unggulan. Hal ini didasarkan atas

perbedaan karakteristik usaha antar KPJU Unggulan dan antara skala

mikro, kecil dan menengah. Seyogyanya dipertimbangkan untuk

memberikan flesibilitas jangka waktu pengembalian pinjaman yang

disesuaikan dengan karakteristik usaha KPJU Unggulan khususnya

pada KPJU Sektor Pertanian tanaman pangan, perkebunan dan

peternakan, karena adanya perbedaan waktu siklus produksi/ siklus

usaha

L.2 Rekomendasi Khusus

Secara khusus rekomendasi kebijakan untuk pengembangan KPJU Unggulan di

Propinsi Nusa Tenggara Timur tersajikan dalam Tabel 10.

Tabel 11. Rekomendasi Untuk Masing-masing KPJU Unggulan Lintas Sektor di ProvinsiNTB

No.

KPJU Unggulan

Lintas Sektor

Faktor Kelemahan/Ancaman

Kebijakan/Action Plan

(Time Frame/TF)

Pelaksana

1.

Padi Sawah

Produktivitas

cenderung

stagnan, bahkan

pada musim

tertentu menurun

sebagai akibat

kualitas benih

yang rendah

Akumulasi bahan

anorganik dalam

tanah sangat tinggi

Dalam jangka

panjang, beras

bukanlah komoditi

Pengawasan

terhadap

peredaran benih

berlabel perlu

ditingkatkan

Usahatani

terpadu yang

dapat

memanfaatkan

limbah tanaman

dan ternak

menjadi pupuk

(TF1)

Mendukung

kegiatan

penelitian untuk

Dinas

Pertanian

Tanaman

Pangan, dan

Dinas

Perdagangan

Dinas

Pertanian

Tanaman

Panagan,

Dinas

perindustrian

Bappeda,

Dinas

Pertanian

Page 35: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

33

No.

KPJU

Unggulan Lintas Sektor

Faktor

Kelemahan/Ancaman

Kebijakan/Action

Plan (Time Frame/TF)

Pelaksana

yang bisa

diandalkan untuk

meningkatkan

kemakmuran

petani yang

sebagian besar

memiliki lahan

sempit

Menurunnya luas

lahan sawah

menemukan

komoditas

pertanian

bernilai tinggi

yang yang

memiliki

prospek pasar

dan sesuai

dengan

Agroklimat

Kebijakan

pembatasan

konversi lahan

pertanian (TF2)

Tanaman

Panagan,

BPTP,

Bappeda,

Dinas

Pekerjaan

Umum

2.

Jagung

Oligopsony di

pasar output yang

menyebabkan

harga jual produk

rendah

Terbatasnya

industry

pengolahan

sehingga

diperlukan

bantuan untuk

pengolahan hasil

(Post Harvest

Technology)

Memfasilitasi

tumbuhnya

pedagang hasil

pertanian

Pembangunan

industri

pengolahan

jagung baik

sebagai bahan

pangan maupun

untuk pakan

ternak sehingga

dapat

meningkatkan

prospek pasar

(TF1)

Dukungan dan

pembangunan

infrastruktur

termasuk

teknologi tepat

guna perlu

diperbanyak

untuk

meningkatkan

Dinas

Pertanian

Tanaman

Pangan,

Dinas

Perdagangan,

Dinas

Koperasi dan

UMKM,

Perbankan

Dinas

Perindustrian,

BPTP

Dinas

Perindustrian,

BPTP

Page 36: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

34

No.

KPJU

Unggulan Lintas Sektor

Faktor

Kelemahan/Ancaman

Kebijakan/Action

Plan (Time Frame/TF)

Pelaksana

nilai tambah

dan efisiensi

produk (TF2).

3.

Wisata

Pantai/Bahari

Minimnya perhatian

terhadap risiko

lingkungan (sosial,

keamanan, dan

kebersihan)

Lambannya

pembangunan

infrastruktur

Penyuluhan

terhadap

keamanan dan

kebersihan

pantai (TF1)

Pembangunan

infrastruktur

menuju

kawasan wisata

dan fasilitas di

kawasan wisata

pantai (TF2)

Dinas

Pariwisata

dan Dinas

Kebersihan.

Dinas

Pariwisata;

Pertambanga

n dan energi;

Pekerjaan

Umum

4.

Budidaya

Rumput Laut

Kurangnya

perhatian terhadap

risiko lingkungan.

Pembangunan

infrastruktur yang

mendukung

pengembangan

industri.

Terbatasnya akses

modal untuk

pengembangan

usaha karena

ketiadaan agunan

Pengembangan

minapolitan

rumput laut belum

maksimal

Penyuluhan

terhadap

kebersihan

pantai untuk

keberhasilan

budidaya

rumput

laut(TF1)

Pembangunan

infrastruktur

dan industri

pengolahan

budidaya

rumput laut

(TF2)

Platfond KUR

untuk petani

tanpa agunan

ditingkatkan

(saat ini maks

Rp. 5 jt/usaha)

Perluasan areal

mina politan

suatu

kabupaten

untuk rumput

laut (TF2)

Dinas

Perikanan

dan Dinas

Kebersihan.

Dinas

Perikanan,

dinas

perindustrian

Perbankan,

Dinas

Koperasi &

UMKM,

Dinas

Perikanan

dan Bappeda

5. Sapi Penyediaan bibit Penyediaan bibit Bappeda,

Page 37: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

35

No.

KPJU

Unggulan Lintas Sektor

Faktor

Kelemahan/Ancaman

Kebijakan/Action

Plan (Time Frame/TF)

Pelaksana

sapi unggul

(limousine,

simental).

Industri

Pengolahan hasil

sapi

sapi yang dapat

memberikan

tambahan bobot

badan tinggi per

satuan waktu

(TF1)

Menghasilkan

pakan buatan

untuk

memenuhi

kebutuhan jika

dilakukan

pergantian sapi

bibit

Penumbuhan

industri

peternakan

terpadu

sehingga

industri tidak

hanya

menghasilkan

daging tapi juga

tumbuhnya

industri

pengolahan

daging dan

pengolahan kulit

(TF2).

Dinas

Peternakan

Dinas

Peternakan

dan Dinas

Perindustrian

6.

Tenun

Penggunaan yang

semakin menurun.

Masuknya kain

tenun dari luar

NTB.

Peningkatan

pemakaian kain

tenun NTB

seperti untuk

seragam (TF1).

Memberikan

pelatihan untuk

motif dan corak

yang sedang

diminati pasar

(TF1)

Dinas

Perindustrian,

Dinas

Pendidikan

dan

Pemerintah

Kota/Kabupat

en dan

Provinsi.

Dinas

Perindustrian.

Dinas

Perindustrian

dan Dinas

Perdagangan

Page 38: Boks 2 Penelitian KPJU Tahun 2011 - bi.go.id · 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan . ... ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh

Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

36

No.

KPJU

Unggulan Lintas Sektor

Faktor

Kelemahan/Ancaman

Kebijakan/Action

Plan (Time Frame/TF)

Pelaksana

Bahan baku yang

berasal dari impor

Membantu

menyediakan

bahan baku

(TF2)

Dinas

Perindustrian

dan Dinas

Perdagangan

7. Penangkapan

Ikan di Laut

(Tongkol,

Tuna,

Cakalang)

Lemahnya

sumberdaya

manusia di

perikanan tangkap.

Pelatihan untuk

kader nelayan di

perikanan

tangkap (TF1).

Dinas

Perikanan.

8.

Jambu Mete

Harga jual kurang

menarik.

Jumlah

pengolah/pedagan

g yang masih

kurang.

Program

informasi pasar

dan peningkatan

kualitas (TF1).

Peningkatan

pengolah (TF2)

Dinas

Perkebunan

dan Dinas

Perdagangan

Dinas

Perkebunan

dan Dinas

Koperasi dan

UKM

9.

Mangga

Terbatasnya pasar.

Image produk NTB

yang dirubah.

Peningkatan

pasar melalui

(TF1)

Promosi produk

mangga NTB ke

Bali dan Jawa

(TF2)

Dinas

Perkebunan

dan Dinas

Perdagangan.

Dinas

Perkebunan

dan Dinas

Perdagangan.

10.

Cabe Rawit

Kurangnya

Pengolahan cabe

rawit

Pengolahan cabe

rawit sehingga

dapat

dipasarkan lebih

luas.

Dinas

Pertanian dan

Dinas

Perindustrian.