37
Pengaruh Filtrasi Ginjal terhadap Mekanisme Kerja Ginjal Henricho Hermawan 10.2014.108 / B5 18 September 2015 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email: [email protected] Abstract Human kidney functions to maintain fluid balance in the human body. This mechanism is done in three ways, namely filtration, reabsorption and secretion. Performed by filtration in the kidney glomerulus and reabsopsi and occur along the renal tubular secretion. Many substances are filtered, but not the least which will then be absorbed back because it is still needed by the body. Mechanisms of reabsorption in the kidneys occurs by passive diffusion and is also not uncommon through active diffusion that require energy. In this process also involves the counter-current mechanism because there are two adjacent tubular and has a counter flow. This occurs due to the pressure difference caused by different permaebilitas the tubular membrane. Furthermore the secretion is used to dispose of waste products that need to be required to maintain the balance of body fluids. When all this process is interrupted it will can lead to kidney failure, one example is a disorder in which the glomerular filtration organ. This can occur due to inflammation of the membrane, and the resulting escape some substances that should not be able to escape if there is no inflammation. This disorder is called glomerulonephritis. Keywords: Counter current, glomerulonephritis Abstrak ~ 1 ~

Blok 10 - Urogenital 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah ini membahas mengenai gangguan yang terjadi pada ginjal

Citation preview

Page 1: Blok 10 - Urogenital 1

Pengaruh Filtrasi Ginjal terhadap Mekanisme Kerja GinjalHenricho Hermawan

10.2014.108 / B5

18 September 2015

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Email: [email protected]

Abstract

Human kidney functions to maintain fluid balance in the human body. This

mechanism is done in three ways, namely filtration, reabsorption and secretion. Performed

by filtration in the kidney glomerulus and reabsopsi and occur along the renal tubular

secretion. Many substances are filtered, but not the least which will then be absorbed back

because it is still needed by the body. Mechanisms of reabsorption in the kidneys occurs by

passive diffusion and is also not uncommon through active diffusion that require energy. In

this process also involves the counter-current mechanism because there are two adjacent

tubular and has a counter flow. This occurs due to the pressure difference caused by different

permaebilitas the tubular membrane. Furthermore the secretion is used to dispose of waste

products that need to be required to maintain the balance of body fluids. When all this

process is interrupted it will can lead to kidney failure, one example is a disorder in which

the glomerular filtration organ. This can occur due to inflammation of the membrane, and the

resulting escape some substances that should not be able to escape if there is no

inflammation. This disorder is called glomerulonephritis.

Keywords: Counter current, glomerulonephritis

Abstrak

Ginjal pada manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh

manusia. Mekanisme ini dilakukan dengan tiga cara yaitu filtrasi, reabsorpsi dan sekresi.

Filtrasi pada ginjal dilakukan oleh glomerulus dan reabsopsi serta sekresi terjadi disepanjang

tubulus ginjal. Banyak zat-zat difiltrasi, namun tidak sedikit yang kemudian akan diabsorpsi

kembali karena masih dibutuhkan oleh tubuh. Mekanisme reabsorpsi pada ginjal terjadi

dengan cara difusi pasif dan juga tidak jarang terjadi melalui difusi aktif yang membutuhkan

energy. Pada proses ini juga melibatkan mekanisme counter-current karena ada dua tubulus

yang berdekatan dan memiliki aliran yang berlawanan. Hal ini terjadi karena adanya

perbedaan tekanan akibat perbedaan permaebilitas pada membrane tubulus. Selanjutnya

~ 1 ~

Page 2: Blok 10 - Urogenital 1

sekresi digunakan untuk membuang zat sisa metabolisme yang perlu diperlukan untuk

menjaga keseimbangan cairan tubuh. Bila semua proses ini terganggu maka akan dapat

mengakibatkan gagal ginjal, salah satu contohnya adalah gangguan pada organ filtrasi yaitu

glomerulus. Hal ini dapat terjadi karena adanya peradangan pada membrannya, dan

mengakibatkan lolos beberapa substansi yang seharusnya tidak dapat lolos jika tidak terjadi

peradangan. Gangguan ini disebut dengan glomerulonefritis.

Kata kunci: Counter current, glomerulonefritis

Pendahuluan

Tubuh manusia memiliki berbagai macam organ yang memiliki fungsinya masing-

masing untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia. Darah dalam tubuh manusia

berguna sebagai pembawa nutrisi ke seluruh tubuh. Selain nutrisi darah juga mengandung

sisa metabolisme dari seluruh tubuh dan sebagian dari sisa metabolisme tersebut haruslah

dibuang. Maka dari itu tubuh memerlukan organ yang berfungsi sebagai filter untuk

membersihkan darah.

Ginjal adalah organ yang memiliki fungsi untuk filter darah. Melalui organ ini darah

akan dibersihkan dari sisa metabolise tubuh yang harus dibuang. Namun demikian di dalam

ginjal juga terjadi penyerapan kembali beberapa zat yang masih diperlukan tubuh. Maka dari

itu apabila ada gangguan pada organ ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan salah

satunya contoh gangguan pada fungsi ginjal adalah glomerulonefritis.

Sistem Urinaria

Gambar 1. Letak ginjal

~ 2 ~

Page 3: Blok 10 - Urogenital 1

Sistem urinaria adalah suatu sistem saluran dalam tubuh manusia yang berfungsi

untuk membersihkan tubuh dari zat-zat yang tidak diperlukan.1 Sistem ini terdiri dari

beberapa bagian yaitu ginjal, ureter, kantung kencing (vesica urinaria) dan juga uretra. Ginjal

berfungsi untuk mengeluarkan secret urine, ureter memiliki fungsi untuk menyalurkan urine

dari ginjal ke kantung kencing, sedangkan kantung kencing berfungsi untuk menampung

urine yang dihasilkan ginjal. Terakir uretra berfungsi untuk mengeluarkan urine dari kantung

kencing.2

Ginjal terletak retroperitoneal di rongga lumbar dan disebelah dari columna

vertebrae.3 Bagian anterior ginjal berbatasan dengan organ abdomen dan bagian posteriornya

berbatasan dengan dinding tubuh belakang. Kedudukan ginjal dapat diperkirakan dari

belakang, mulai dari ketinggian vertebrae torakalis terakhir hingga ke vertebrae lumbalis

ketiga, namun demikian letak kedua ginjal tidak sejajar ginjal kanan sedikit lebih rendah dari

kiri karena hati menduduki cukup banyak ruang di sebelah kanan.2

Ginjal mempunyai ukuran panjang sekitar 7cm dan tebal sekitar 3cm. Ginjal

terbungkus dalam kapsu yang terbuka ke bawah.1,2 Pembungkus ini terbuat dari kapsul tipis

jaringan fibrosa yang berupa pembungkus yang rapat namun halus. Di antara ginjal dan

kapsul fibrosa terdapat jaringan lemak yang berfungsi melindungi ginjal terhadap gocangan.

Pada orang yang kekurangan makan, lemak akan menipis sehingga perlindungan terhadap

ginjalpun tidak akan maksimal.1 Pada bagian superior ginjal terdapat kelenjar anak ginjal

(suprarenalis) yang penting dan merupakan bagian dari sistem endokrin.

Gambar 2. Struktur ginjal

Capsula fibrosa dari ginjal merupakan lembaran jaringan yang kuat menempel pada

permukaan ginjal yang terdiri dari jaringan ikat kolagen dengan hanya sedikit jaringan ikat

~ 3 ~

Page 4: Blok 10 - Urogenital 1

fibrosa.3 Tepat dibawah lapisa superfisilanya terdapat lapisan kedua yang juga terdiri dari

jaringan ikat kolagen. Lamina interna dan lamina eksterna ginjal terpisah satu dengan yang

lainnya.

Capsula adiposa atau kapsul lemak terdiri dari structural lemak yang terbagi menjadi

beberapa kompartemen. Jumlah lemak pada bagian lateral lebih banyak daripada dibagian

medial sedangkan untuk kompartemen pada bagian cranial lebih banyak daripada bagian

caudanya. Glandula adrenal terletak pada bagian cranial dari capsula adipose.3 Keduanya

dipisahkan oleh septum fibrosa longgar.

Dalam waktu 1 menit ada sekitar 20% darah yang akan masuk ke dalam ginjal untuk

dibersihkan.1 Darah itu mengalir melalui arteri renalis yang masuk ke jaringan ginjal dan

bercabang-cabang hingga menjadi kapiler dan mencapai suatu bangunan yang dinamakan

dengan glomerulus.

Gambar 3. Glomerulus

Glomerulus memiliki bentuk seperti gelas untuk minum anggur dan pembuluh kapiler

mengisi bagian dalam gelas tersebut. Pembuluh kapiler berhubugan langsung menempel pada

bagian dalam gelas akan diserap cairannya sehingga mengisi “kaca” yang membentuk gelas

anggur tersebut. Bagian lanjutan dari glomerulus adalah tubuli renalis, tubuli/tubulus ini

terdiri dari saluran panjang yang terbagi atas bagian hulu (tubulus proksimal) dan bagian

muara (tubulus distal).

Pada bagian dalam ginjal terdapat korteks pada bagian luarnya, medulla pada bagian

dalam serta pelvis. Hilus ginjal terletak pada bagian medial dari depan ke belakang

merupakan tempat lewat v. renalis, a. renalis, pelvis ureter dan pembuluh limfe serta nervus

vasomotor simpatis. Pelvis renalis terbagi menjadi dua atau tiga calises major yang terbagi

lagi menjadi calises minor yang menerima urine dari pyramid medulla melalui papilla.4

~ 4 ~

Page 5: Blok 10 - Urogenital 1

Gambar 4. Vaskularisasi ginjal

Darah yang difilter disuplai dari arteri yang bercabang dan masuk ke dalam ginjal.

Arteri ini berasal dari arteri renalis bercabang langsung dari aorta abdominalis. Arteri ini akan

masuk ke hilus melalui cabang anterior dan posterior. Cabang anterior dan posterior ini akan

membentuk arteri interlobaris, selanjutnya arteri akan beranastomosis pada bagian antara

korteks dan medulla ginjal membentuk arteri arcuata. Arteri arcuata akan kembali bercabang

lagi membentuk arteri interlobaris. Arteri interlobaris akan bercabang menjadi arteriol aferen

yang akan membentuk sekitar 50 kapiler untuk membentuk glomerulus. Arteriol eferen akan

meninggalkan setipa glomerulus membentuk kapiler lainnya yaitu kapiler peritubular yang

mengelilingi tubulus proksimal dan tubulus distal untuk member nutrient pada tubulus

tersebut mengeluarkan zat-zat yang akan direabsorpsi.5

Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang

merentang sampai kandung kemih. Setiap ureter panjangnya adalah 25 cm sampai 30 cm dan

berdiameter 4 mm sampai 6 mm. Saluran ini menyempit di tiga tempat: di titik asal ureter

pada pelvis ginjal, di titik saat melewati pinggiran pelvis dan di titik pertemuannya dengan

kandung kemih. Batu ginjal dapat tersangkut dalam ureter di ketiga tempat ini ,

mengakibatkan nyeri dan disebut kolik ginjal.5

Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan jaringan: lapisan terluar adalah lapisan fibrosa, di

tengah adalah muskularis longitudinal ke arah dalam dan otot polos sirkular ke arah luar, dan

lapisan terdalam adalah epitelium mukosa yang mensekresi selaput mukus pelindung.

Lapisan otot memiliki aktivitas peristaltik intrinsik. Gelombang peristalsis mengalirkan urine

dari kandung kemih keluar tubuh.5

Kandung kemih atau Vesica Urinaria adalah organ muskular berongga yang berfungsi

sebagai kontainer penyimpanan urine. Pada laki-laki, kandung kemih terletak tepat di

belakang simfisis pubis dan di depan rektum. Pada perempuan, organ ini terletak agak di

~ 5 ~

Page 6: Blok 10 - Urogenital 1

bawah uterus di depan vagina. Ukuran organ ini sebesar kacang kenari dan terletak di pelvis

saat kosong; organ berbentuk seperti buah pir dan dapat mencapai umbilikus dalam rongga

abdominopelvis jika penuh berisi urine.5

Gambar 5. Sistem urinaria

Kandung kemih ditopang dalam rongga pelvis dengan lipatan-lipatan peritoneum dan

kondensasi fasia. Dinding kandung kemih terdiri dari empat lapisan yaitu serosa, otot

detrusor, submukosa dan mukosa. Serosa adalah lapisan terluar. Lapisan ini merupakan

perpanjangan lapisan peritoneal rongga abdominopelvis dan hanya ada di bagian atas pelvis.

Otot detrusor adalah lapisan tengah. Lapisan ini tersusun dari berkas-berkas otot polos yang

satu sama lain saling membentuk sudut. Ini untuk memastikan bahwa selama urinasi,

kandung kemih akan berkontraksi dengan serempak ke segala arah. Submukosa adalah

lapisan jaringan ikat yang terletak di bawah mukosa dan menghubungkannya dengan

muskularis. Mukosa adalah lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan lapisan epitel yang

tersusun dari epitelium transisional. Pada kandung kemih yang relaks, mukosa membentuk

ruga (lipatan-lipatan), yang akan memipih dan mengembang saat urine berakumulasi dalam

kandung kemih. Trigonum adalah area halus, triangular, dan relatif tidak dapat berkembang

yang terletak secara internal di bagian dasar kandung kemih. Sudut-sudutnya terbentuk dari

tiga lubang. Di sudut atas trigonum, dua ureter bermuara ke kandung kemih. Uretra keluar

dari kandung kemih di bagian apeks trigonum.5

~ 6 ~

Page 7: Blok 10 - Urogenital 1

Uretra mengalirkan urine dari kandung kemih ke bagian eksterior tubuh. Pada laki-

laki, uretra membawa cairan semen dan urine, tetapi tidak pada waktu yang bersamaan.

Uretra laki-laki panjangnya mencapai 20 cm dan melalui kelenjar prostat dan penis. Uretra

pada laki-laki dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu uretra pars prostatika, uretra pars

membranosa, dan uretra pars kavernosus. Uretra pars prostatika dikelilingi oleh kelenjar

prostat. Uretra ini menerima dua duktus ejakulator yang masing-masing terbentuk dari

penyatuan duktus deferens dan duktus kelenjar vesikel seminal, serta menjadi tempat

bermuaranya sejumlah duktus dari kelenjar prostat. Uretra pars membranosa adalah bagian

yang terpendek (1 cm sampai 2 cm). Bagian ini berdinding tipis dan dikelilingi otot rangka

sfingter uretra eksternal. Uretra pars kavernosus (penile, berspons) merupakan bagian yang

terpanjang. Bagian ini menerima duktus kelenjar bulbouretra dan merentang sampai orifisium

uretra eksternal pada ujung penis. Tepat sebelum mulut penis, uretra membesar untuk

membentuk suatu dilatasi kecil, fossa navicularis. Uretra kavernus dikeliling korpus

spongiosum, yaitu suatu kerangka ruang vena yang besar.5

Uretra pada perempuan berukuran pendek (3,75 cm). Saluran ini membuka keluar

tubuh melalui orifisium uretra eksternal yang terletak dalam vestibulum antara klitoris dan

mulut vagina. Kelenjar uretra yang homolog dengan kelenjar prostat pada laki-laki, bermuara

ke dalam uretra. Panjangnya uretra laki-laki cenderung menghambat invasi bakteri ke

kandung kemih (sistitis) yang lebih sering terjadi pada perempuan.5

Unit Fungsional Ginjal

Gambar 6. Nefron

~ 7 ~

Page 8: Blok 10 - Urogenital 1

Nefron merupan struktur fungsional ginjal terkecil. Satu ginjal mengandung 1 sampai

4 juta nefron. Setiap nefron memiliki glomerulus, kapsul bowman, tubuli kontortus

proksimal, ansa henle, dan tubuli kontortus distal. Glomerulus berada di dalam sebuah kapsul

yaitu kapsul bowman. Glomerulus dan kapsula Bowman disebut juga korpsukel ginjal atau

korpus renalis.5

Dalam ginjal sendiri, terdapat dua jenis nefron yakni nefron kortikal yang pendek dan

nefton jukstamedular yang panjang.7 Nefron dapat digolongkan berdasar panjangnya ansa

Henle, dikenal 2 jenis nefron. Nefron (korteks) pendek meluas hanya sampai ke zona luar

medula, dengan segmen tipis dan pendek pada pars descenden. Nefron (yukstamedular)

panjang mencapai zona medula, bahkan dekat puncak papila. Jenis nefron pendek lebih

banyak daripada jenis nefron panjang. 6

Panjang nefron jukstamedullar kurang lebih sekitar 40mm. Korpuskel adalah bagian

dari nefron yang berfungsi untuk filtrasi cairan darah sedangka tubular terjadi perubahan dari

hasil filtrasi menjadi urin.

Gambar 7. Mikroskopik glomerulus

Glomerulus dibentuk oleh beberapa gulungan anastomosis kapiler yang berasa dari

cabang arteriol aferen glomerulus.7 Glomerulus dikelilingi oleh kapsul berdinding ganda yang

disebut dengan kapsula bowman. Kapsul ini terbagi atas dua bagian yaitu bagian visceral dan

bagian parietal. Lapisan visceral adaah lapisan internal epithelium. Sel-sel lapisan visceral

dimodifikasi menjadi sel podosit, sel yang berbentu seperti kaki.5 Untuk menjalankan fungsi

fisiologisnya selain sel podositm glomerulus juga memiliki sel mesangial yang dapat

berkontraksi ataupun berelaksasi untuk menyesuaikan banyaknya aliran darah serta

membrane basalis glomerulus sebagai dinding filtrasi.8

Setiap sel podosit podosit melekat pada permukaan luar kapiler glomerulus melalui

beberapa prosesus primer yang mengandung prosesus sekunder yang disebut dengan

~ 8 ~

Page 9: Blok 10 - Urogenital 1

prosesus kaki atau pedikel. Pedikel berinterdigitasi dengan prosesus yang sama dari podosit

tetangga. Ruang sempit antar pedikel-pedikel yang berinterdigitasi disebut filtration slits

yang lebarnya sekitar 25 nm. Setiap pori dilapisi oleh selapis membrane tipis yang

memungkinkan aliran beberapa molekul dan menahan aliran molekul lainnya.5 Barier filtrasi

glomerular adalah barier jaringan yang memisahkan darah dalam kapilar glomerular dari

ruang dalam kapsul bowman. Barier ini terdiri dari endothelium kapiler, membrane lamina

dan filtration slit.

Lapisan parietal kapsula bowman membentuk tepi terluar korpuskel ginjal. Pada

kutup vascular terdapat arteriola aferen yang akan masuk ke glomerulus dan arteriol eferen

yang akan keluar dari glomerulus. Pada kutup urinarius. Glomerulus memfiltrasi aliran yang

masuk ke tubulus konturtus proksimal.5

Gambar 8. Mikroskopik tubulus proksimal

Tubulus kontortus proksimal adalah sebuah saluran yang panjangnya kurang lebih 13-

16 nm. saluran ini terdiri dari sel epitel selapis kubus yang intinya sedikit dan saling

berjauhan tubuli ini juga mempunyai mikrovilus.5 Cairan filtrate dialirkan melalui kutub

tubular yang merupakan ruang Bowman dan tubulus proksimal.7 Pada kutub tubular, epitel

gepeng selapis kapsula bowman pars parietal bergabung dengan epitel kuboid selapis tubulus

proksimal. Tubulus proksimal sendiri terbagi atas bagian yang bergulung (pars konturtus)

dan bagian lurus (pars rektus).

~ 9 ~

Page 10: Blok 10 - Urogenital 1

Tubulus kontortus proksimal akan berhubungan dengan pars descenden ansa Henle

yang masuk ke dalam medula, membentuk lekukan, dan membalik ke atas membentuk

tungkai ascenden ansa Henle. Nefron korteks (nefron pendek) terletak di bagian terluar

korteks. Nefron ini memiliki lekukan pendek yang memanjang sepertiga bagian atas medula.

Nefron yukstaglomerular (nefron panjang) terletak dekat medula. Nefron ini menjulur ke

dalam piramid medula.5

Filtrat selanjutnya akan melanjutkan perjalanan ke ansa henle. Anse henle terbagi

menjadi 3 bagian yaitu ansa henle segmen tebal pars descendens atau seringkali disebut

dengan tubulus rektus proksimal, ansa henle segmen tipis dan lengkung henle serta bagian

terakhir adalah ansa henle segmen tebal pars ascendens atau tubulus kontortus distalis.7

Segmen tipis yang memiliki diameter 15-20µm disusun oleh epitel selapis gepeng dengan

tinggi sekitar 1,5-2µm. Panjang bagian ini bervariasi, pada nefron kortikal panjangnya sekitar

1,5-2mm namun pada nefron jukstraglomerular sekitar 9-10mm.

Gambar 9. Mikroskopik tubulus distal dan ductus kolektivus

Tubulus kontortus distal adalah saluran yang mirip dengan tubulus kontortus

proksimal, kedua saluran ini berkelok-kelok. Panjang tubuli kontortus distal kurang lebih

sekitar 5 nm dan membentuk bagian terakhir nefron. Di sepanjang jalurnya, tubulus ini

bersentuhan dengan dinding arteriol aferen. Bagian tubulus yang bersentuhan dengan arteriol

mengandung sel-sel termodifikasi yang disebut makula densa.7 Tubulus konturtus

~ 10 ~

Page 11: Blok 10 - Urogenital 1

berdiameter sekitar 25-45µm dan panjang sekitar 4-5mm. Tubulus ini akan mengalir ke

duktus pengumpul atau duktus koligens.5

Duktus koligens bukan merupakan bagian nefron. Saluran ini berasal dari jaringan

embriologi yang berbeda, dan baru pada tahap perkembangan selanjutnya bergabung dengan

nefron membentuk struktur yang kontinu.7 Tubulus kontortus distal dari beberapa nefron akan

membentuk saluran pendek yaitu collecting tube yang nantinya akan bermuara pada ductus

koligen.

Gambar 10. Apparatus jukstamedularis

Apparatus jukstamedularis terdiri atas makula densa (bagian dari tubulus distal, sel-

sel jukstaglomerular (bagian dari arteriol aferen glomerulus terdekat dan ada juga di arteriol

eferen) dan sel-sel mesangial ektraglomerular (Polkissen, sel lacis atau bantal kutub).7 Sel

makula densa tinggi dan langsing, maka inti selnya terlihat jauh lebih rapat daripada inti sel

tubulus distal di lokasi lain. Bila menggunakan mikroskop electron terlihat banyak mikrovili,

mitoondria kecil, dan badan golgi terletak di bawah inti (infranuclear). Sel-sel

jukstaglomerular merupakan modifikasi sel-sel otot polos tunika media arterio aferen dan

terkadang eferen glomerulus. Sel-sel ini memiliki banyak sekali persarafan serat simpatis. Inti

selnya bulat, tidak memanjang. Sel jukstraglomerular mengandung granula spesifik yang

ternyata merupakan enzim proteolitik bernama rennin. Sel jukstaglomerular dan makula

densa memiliki hubungan geografik yang special karena lamina basal yang normalnya

tedapat pada epitel dan jaringan lain, tidak ditemukan di lokasi ini, sehingga terjadi kontak

yang sangat erat antara sel-sel makula dengan dengan sel-sel aparaus jukstraglomerular. Sel-

sel mesangial esktraglomerular adalah anggota ketiga penyusun apparatus jukstaglomerular,

menempati ruangan yang dibatasi oleh arteriol eferen, makula densa, arteriol eferen dan utub

~ 11 ~

Page 12: Blok 10 - Urogenital 1

vascular korpuskel ginjal. Sel-sel mesangial terkadang mengandung granula dan mungkin

berhubungan dengan sel mesangial intraglomerular.

Fungsi Ginjal

Fungsi spesifik yang dilakukan oleh ginjal, yang sebagian besar ditunjukan untuk

mempertahankan kestabilan lingkungan cairan internal:8

(1) mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh;

(2) mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES termasuk Na+, Cl-, K+,

HCO3-, Ca2+, Mg2+, SO4

2-, PO42-, dan H+. Bahkan fluktuasi minor pada konsentrasi

sebagai elektrolit ini dalam CES dapat menimbulkan pengaruh besar. Sebagai contoh,

perubahan konsentrasi K+ di CES dapat menimbulkan disfungsi jantung yang fatal;

(3) memelihara volume plasma yang sesuai, sehingga sangat berperan dalam

pengaturan jangka-panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui

peran ginjal sebagai pengatur keseimbangan garam dan H2O;

(4) membantu memelihara keseimbangan asam basa tubuh dengan menyesuaikan

pengeluaran H+ dan HCO3- melalui urin;

(5) memelihara osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) berbagai cairan tubuh, terutama

melalui pengaturan keseimbangan H2O;

(6) mengekskresikan (eliminasi) produk-produk sisa (buangan) dari metabolisme

tubuh, misalnya urea, asam urat, dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk, zat-zat sisa

tersebut bersifat toksik, terutama bagi otak;

(7) mengekresikan banyak senyawa asing, misalnya obat, zat penambah pada

makanan, peptisida, dan bahan-bahan eksogen non-tu dinding nutrisi lainnya yang

berhasil masuk ke tubuh;

(8) mengekskresikan eritropoietin, suatu hormon yang dapat meranagsang

pembentukan sel darah merah;

(9) mensekresikan renin, suatu hormon enzimatik yang memicu reaksi berantai yang

penting dalam proses konservasi garam oleh ginjal;

(10) mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

Filtrasi Glomerulus

Cairan yang akan difiltrasi akan melewati tiga lapisan yaitu dinding kapier

glomerulus, membrane basal dan lapisan dalam kapsul bowman.Untuk melaksanakan filtrasi

glomerulus, harus terdapat gaya yang mendorong sebagian dari plasama di glomerulus untuk

dapat menembus membran glomerulus. Ada tiga factor yang akan berpengaruh pada gaya

dorong terhadap glomerulus yakni:8

~ 12 ~

Page 13: Blok 10 - Urogenital 1

a. Tekanan darah kapiler glomerulus

Tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapuler glomerulus. Tekanan

ini akan bergantung pada gaya pompa yang dihasilkan oleh jantung dan resistensi

terhadap aliran darah yang dihasilkan oleh arteriol aferen dan eferen.

b. Tekanan osmotic koloid plasma

Ditimbulkan oleh distribusi tidak seimbang protein-protein plasma di kedua sisi

membrane glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi maka protein plasma terdapat di

kapiler glomerulus tetapi tidak di kapsul bowman. Karena itu, konsentrasi H2O lebih

tinggi di kapsul bowman daripada di kapiler glomerulus. Timbul kecenderungan H2O

untuk berpindah melalui osmosis menuruni gradient konsentrasinya sendiri dari

kapsul bowman ke dalam glomerulus melawan filtrasi.

c. Tekanan hidrostatik kapsul bowman

Tekanan yang ditimbulkan oleh cairan di bagian awal tubulus ini diperkirakan

sekiyar 15mmHg. Tekanan ini yang cenderung mendorong cairan keluar kapsul

bowman, melawan filtrasi cairan dari glomerulus menuju kapsul bowman.

Gambar 11. Glomerulus filtration rate

Pengaturan aliran filtrasi kadang harus dilakukan sesuai dengan kekuatan pompa

jantung. Apabila tekanan meningkat maka ada mekanisme dari ginjal untuk melakukan

homeostasis agar tekanan tidak terlalu berubah jauh dari tekanan normal pada arteri dalam

ginjal. Ada dua mekanisme intrarenal yang berperan dalam melakukan fungsi homeostasis ini

yakni miogenik dan umpan balik tubuloglomerural.8

~ 13 ~

Page 14: Blok 10 - Urogenital 1

Pada mekanisme miogenik maka akan melibatkan otot-otot polos yang membungkus

arteriol aferen.8 Apabila terjadi peningkatan tekanan darah maka secara otomatis pembuluh

darah meregang mengakibatkan otot polos harus berkontraksi dan akan menghasilkan

keadaan yang menurunkan tekanan pembuluh darah. Sebaliknya apabila tekanan darah

menurun maka akan secara otomatis membuat otot polos yang ada berelaksasi dan membuat

diameter pembuluh darah membesar dan juga akan meningkatkan tekanan darah.

Gambar 12. Kapiler glomerulus

Mekanisme umpan balik tubuloglomerural terjadi apabila tekanan arteri meningkat

sehingga cairan yang difiltrasi dan mengalir distal lebih besar dari normal.8 Sebagai respon

dari itu maka salah satu sel yang ada pada apparatus jukstaglomerulus yaitu sel makula densa

mengeluarkan adenosine yang bekerja secara parakrin local pada arterior aferen sekitar untuk

menyebabkan kontriksi sehingga aliran darah kembali normal dan LFG juga kembali normal.

Demikian juga mekanisme yang terjadi apabila tekanan darah turun maka sekresi adenosine

oleh makula densa menurun.

Jumlah darah yang difiltrasi tiap menit oleh glomerulus dinyatakan sebagai

Glomerular filtration rate (GFR). GFR dapat dihitung dengan cara menghitung jumlah

substansi dalam plasma dan jumlah substansi yang di ekskresi.9 Substan yang digunakan

~ 14 ~

Page 15: Blok 10 - Urogenital 1

untuk menghitung GFR harus melalui filtrasi namun tidak di reabsorpsi ataupun di sekresi

dalam tubulus. Sebuah polymer fruktosa yaitu Inulin memenuhi criteria ini. Selain itu

banyaknya volume plasma yang dibersihkan dari substan dinyatakan sebagai renal plasama

clereance.

Reabsorpsi Tubulus Ginjal

Semua substansi yang ada pada plasma darah akan difiltrasi kecuali protein. Selain

mengandung sisa metabolisme yang perlu dibuang, di dalam plasma juga masih terkandung

substansi yang masih perlu oleh tubuh.9 Maka dari itu diperlukan suata mekanisme untuk

mengembalikan substansi yang sudah setengah jalan menuju pembuangan.8

Jumlah darah yang difiltrasi tiap menit berjumlah sekitar 125 ml/mnt dan pada

umumnya sekitar 124 ml/mnt akan direabsoprsi kembali ke dalam tubuh. Untuk detailnya

sendiri, jumlah substransi yang akan direabsoprsi sekitar 99% H2O, 100% glukosa, dan

99,5% garam yang terfiltrasi.8

Reabsorpsi tubulus merupakan proses selektif karena tidak sembarangan substansi

akan diambil kembali ke dalam tubuh. Substansi yang telah diabsorpsi dipindahkan dari

lumen tubulus ke dalam tubuh melalui kapiler peritubulus yang mengelilingi tubulus untuk

memberikan nutrisi kepada tubulus ginjal.8

Protein kecil dan beberapa jenis hormone protein direabsorpsi di tubulus melalui

proses endositosis.9 Substansi lainnya direabsorspi ataupun disekresi di tubulus ginjal melalui

proses difusi antara sel dan melalui sel menggunakan difusi terfasilitasi atau juga bisa

menggunakan transport aktif melawan konstentrasi gradient.8,9

Dinding tubulus memiliki ketebalan satu sel dan terletak dekat dengan kapiler tubulus

yang mengelilinginya. Sel tubulus yang dekat namun tidak berikatan di satukan olhe tight

junction, pada bagian lateral dari membran luminal yang menghadap ke lumen tubulus.

Cairan interstitium terletak di celana antara sel-sel yang berdektan (ruang lateral), serta di

antara tubulus dan kapiler. Membran basolateral menghadap cairan intersitium di bagian

basal dan tepi lateral sel. Tight junction umumnya berfungsi untuk menghambat bahan

mengalir di antara sel sehingga substan harus menembus sel untuk meninggalkan lumen

tubulus dan masuk ke darah.8 Tahapan transport transpepitel:

a. Tahap 1

Substan harus meninggalkan caira tubulus dengan melewati membrane lumial sel

tubulus

b. Tahap 2

Bahan harus melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya

~ 15 ~

Page 16: Blok 10 - Urogenital 1

c. Tahap 3

Bahan harus melewati membrane basolateral sel tubulus untuk masuk ke cairan

interstitium

d. Tahap 4

Bahan harus berdifusi melalui cairan interstitium

e. Tahap 5

Bahan harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah

Gambar 13. Membrane filtrasi

Reabsoprsi di dalam ginjal bisa terjadi secara aktif ataupun pasif tergantung pada

kebutuhannya. Proses akan terjadi secara pasif apabila dari 5 proses transport transepitel tidak

ada yang memerlukan energy sebaliknya aktif apabila satu atau bahkan 5 proses transport

transepitel memerlukan energy. Bahan yang ditransor secar aktif misalnya glukosa, asam

amino, nutrient organic seperti Na+, PO43-.8

Reabsorpsi Na+ dan Cl- memiliki peranan penting dalam mengatur jumlah elektrolit

dalam tubuh serta air.9 Untuk tambahan bahwa setiap kali terjadi reabsoprsi Na makan akan

dibarengi juga dengan reabsorpsi H+, glukosa, asam amino, fosfat dan elektrolit lainnya

melalui dinding tubulus.9 Reabsorpsi Na dalam tubuh bersifat unik dan kompleks. Dari hasil

filtrasi yang ada sekitar 99,5% nya akan mengalami reabsorpsi. Reabsorpsi Na disepanjang

tubulus memiliki fungsinya masing-masing pada setiap tubulus.8

~ 16 ~

Page 17: Blok 10 - Urogenital 1

Pada tubulus proksimal, reabsorpsi Na+ berfungsi unuk membantu reabsorpsi glukosa,

asam amino, H2O, Cl-, dan urea. Dibagian ansa henle pars ascendens bersama dengan

reabsorpsi Cl-, reabsorpsi Na+ pada bagian ini berperan penting dalam kemampuan ginjal

menghasilkan urin dengan konsentrasi dan volume bervariasi, bergantung pada kebutuhan

tubuh untuk menghemat atau mengeluarkan H2O.8 Lain halnya dengan reabsorpsi Na+ pada

tubulus distal dan koligenten yang berada dibawah kontorl hormone. Reabsoprsi ini berperan

penting untuk mengatur volume CES yang penting untuk mengatur kontol jangka panjang

terhadap tekanan arteri dan sebagian juga berkaitan terhadap sekresi K+ dan H+.

Gambar 14. Reabsorpsi Na+

Jumlah Na tercermin dalam volume CES, ketika jumlah Na di atas normal maka

aktivitas osmotic CES meningkat membuat kelebihan Na yang terjadi akan menahan

tambahan H2O untuk meningkatkan volume CES. Sebaliknya ketika jumlah Na berda

dibawah normal maka aktvitas CES pun akan berkurang, dan jumlah H2O yang dapat ditahan

di CES lebih rendah daripada normal sehingga volume CES berkurang.

Sistem hormone yang mengatur reabsoprsi Na adalah sistem rennin-angiotensin-

aldosteron (SRAA). Pada sistem iin terdapat makula densa yang peka terhadap NaCl yang

melaluinya. Makula densa berada pada bagan tubullus apparatus jukstaglomerulus. Sel

makula densa akan memicu sel granular untuk mensekresi rennin lebih banyak lagi.

Peningkatan sekresi rennin akan membuat meningkatnya juga reabsoprsi terhadap Na. Cl,

secara pasif akan mengikuti Na untuk menuruni gradient konsentrasi. Manfaat akhir dair

~ 17 ~

Page 18: Blok 10 - Urogenital 1

retensi garam ini untuk mendorong retensi H2O secara otomatis guna membantu memulihkan

volume plasma sehingga penting dalam control jangka panjang tekanan darah.8

Setelah disekresi oleh ginjal rennin akan bekerja mengaktifkan angiotensinogen untuk

menjadi angiotensin I di dalam hati. Ketika mencapai ke paru-paru angiotensin I akan

berubah menjadi angiotensin II dengan bantuan angiotensin-converting enzyme. Angiotensin

II adalah hormone utama yang berguna untuk mensekresi aldosteron. Fungsi hormone ini

terhadap Na adalah utnuk meningkatkan reabsorpsi di tubulus distal dan ductus koligentes.8

Gambar 15. Transport aktif sekunder

Glukosa dan asam amino direabsorpsi melalui transport aktif sekunder.Meskipun

glukosa dan asam smino berpindah memalui dengan cara melawan gradient konsetrasi dari

lumen tubulus hingga ke dalam darah namun tidak ada energy yang digunakan secara

langsung dalam proses pemindahannya. Pada proses ini energy hanya digunakan untuk

mengakitfkan pembawa transport khusus unutuk mengangkut Na+. Transpor aktif sekunder

memerlukan keberadaan Na+, tanpa Na+, pembawa transport khusus tidak dapat bekerja.

Setelah diangkut ke dalam sel tubulus, makan glukosa dan asam amino akan berdifusi secara

pasif untuk menuruni gradient konsentrasi menembus membran basolateral untuk masuk ke

dalam plasma, dengan dipermudah oleh pembawa yang tidak memerlukan energy. Semua

~ 18 ~

Page 19: Blok 10 - Urogenital 1

bahan yang diabsorpsi oleh tubulus memiliki nilai maksimum seperti glukosa yang memiliki

nilai maksimum yaitu sekitar 375 mg/mnt.8

Sekresi Tubulus Ginjal

Seperti reabsoprsi tubulus, sekresi tubulus juga melibatkan tranpsor epitel, tetapi kini

prosesnya dibalik. Setiap bahan yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui filtrasi

gloemrulus maupun sekresi tubulus apabila tidak direabsorpsi maka akan dieliminasi dalam

urine. Bahan terpenting yang disekresikan tubulus adalah ion hydrogen, ion kalium serta

anion dan kation organic.8

Sekresi ion hydrogen penting dalam keseimbangan asam-basa. Ion hydrogen

disekresikan ke dalam cairan tubulus dieliminasi dari tubuh melalui urin. Ion hydrogen dapat

disekresikan oleh tubulus proksimal, distal atau koligentens. Ketika cairan tubuh terlalu asam

maka sekresi H+ akan meningkat dan apabila terlalu basa maka sekresi H+ akan menurun.

Ion kalium berpidanh secara selektif berlawanan arah di berbagai bagian tubulus. Ion

ini secara aktif di reabsoprsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresikan di tubulus

distal dan koligentens. Beberapa factor yang berpengaruh terhadap sekresi ion kalium adalah

aldosteron. Hormon ini akan merangsang sekresi ion kalium dan sebaliknya juga akan

meningkatkan reabsoprsi dari ion natrium. Peningkatan konsentrasi ion kalium plasma secara

langsung merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan pengeluaran aldosteron yang

selanjutnya mendorong sekresi dan akhirnya ekskresi kelebihan ion kalium pada urine.

Dalam keadaan normal, ginjal cenderung untuk mensekresikan ion kalium tetapi jika

cairan tubuh terlalu asam dan sekresi ion hydrogen ditingkatkan sebagai tindakan

kompensasi, maka sekresi ion kalium berkurang. Penurunan sekresi ini menyebabkan retensi

ion kalium yang tidak sesuai di cairan tubuh.8

Counter-Current Multiplier

Mekanisme konsentrasi bergantung pada peningkatan gradient osmolaritas sepanjang

pyramid medulla. Gradient konsentrasi ini dihasilkan oleh mekanisme ansa henle sebagai

conter-current multiplier dan vasa recta untuk mengembalikan osmolaritas kembali normal

digunakan counter-current exchange. Sistem counter-current adalah sebuah sistem yang

berjalan secara parallel, berlawanan. Hal ini terjadi pada seluruh bagian ansa henle baik pars

ascendens maupun descendens serta vasa recta

Pengaktifan sistem counter-current pada setiap bagian ansa henle bergantung pada

tingkat permeabilitas ansa henle dinding tipis dengan air dan keaktifan transport Natrium dan

Klorida pada ansa henle dinding tebal. Proses counter-current ini berlangsung berlawanan

pada kedua bagian ansa henle. Pada pars descendens yang dindingnya permeable terhadap air

~ 19 ~

Page 20: Blok 10 - Urogenital 1

maka osmolaritas di dalam tubulus akan meningkat karena ion Natrium banyak terkandung di

dalam filtrate yang mengakibatkan terjadinya pemekatan urin. Puncak osmolaritas terjadi

pada lengkung henle. Setelah melalui lengkung henle, maka osmolaritas akan turun karena

filtrate masuk ke dalam bagian ansa henle pasr ascendens yang pada dindingnya terdapat

pompa Natrium. Pompa ini akan mereabsorpsi ion Natrium yang ada di dalam filtrate yang

selanjutnya akan membuat osmolaritas filtrat turun karena kehilangan ion di dalamnya.9

Gambar 16. Counter-current system

Penurunan osmolaritas pada filtrate mengakibatkan meningkatnya osmolaritas pada

pyramid medulla. Namun, keadaan ini tidak berlangsung lama karena segera dihilangkan oleh

sirkulasi darah yang dilakukan oleh kapiler peritubulus. Hal ini karena kapiler peritubulus

mengoperasikan counter-current exchange. Substansi yang ada di darah masuk ke dalam

korteks dan ke dalam pyramid medulla. Hal ini juga diikuti dengan berdifusinya air dari

pembuluh darah pars descendens menuju pembuluh darah pars ascendens. Hal ini

mengakibatkan substansi cenderung terus bersirkulasi terus menerus dalam medulla dan air

cenderung hanya mengikutinya, hal ini mengakibatkan osmolaritas tetap hipertonis. Air yang

terkumpul di dalam duktus kolektifus di pyramid medulla juga ikut dibersihkan oleh vasa

recta. Mekanisme ini bersifat pasif, hal ini bergantung pada sirkulasi air dan tidak akan

mampu mempertahankan osmolaritas di dalam pyramid medulla jika counter-current

multiplier pada ansa henle terlalu berlebihan.9

Mekanisme Berkemih

~ 20 ~

Page 21: Blok 10 - Urogenital 1

Ginjal memproduksi urine yang mengandung zat sisa metabolik dan mengatur

komposisi cairan tubuh melalui tiga proses utama yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi

tubulus, dan sekresi tubulus. Filtrasi mengacu kepada aliran deras plasma memnembus

kapiler glomerulus masuk ke ruang interstisium yang mengelilingi pangkal nefron, daerah

yang disebut sebagai ruang Bowman. Di glomerulus, sekitar 20% plasma secara terus-

menerus disaring ke dalam ruang Bowman. Komposisi filtrat ini sama dengan komposisi

plasma, yang berbeda adalah moleku protein biasanya tidak disaring. Filtrat awal berdifusi

menembus ruang Bowman dan menuju pangkal bagian tubulus, yaotu kapsula Bowman,

untuk selanjutnya melanjutkan perjalanannya melewati bagian tubulus yang lain.5,10

Sebagian besar zat yang masuk ke tubulus di kapsula Bowman tidak menetap di

tubulus. Zat-zat tersebut mengalir (atau dialirkan) kembali ke darah melewati kapiler

peritubulusmelalui proses reabsorpsi. Zat-zat yang lain ditambahkan ke filtrat urine, yang

juga melewati kapiler peritubulus, melalui proses sekresi. Melalui proses reabsorpsi dan

sekresi inilah nefron memanipulasi komposisi dan volume filtrat urine awal untuk

menghasilkan urine akhir.10

Setelah terbentuk di ginjal, urin disalurkan melalui ureter ke kandung kemih (vesica

urinaria). Urin tidak mengalir melalui ureter hanya karena tarikan gravitasi. Kontraksi

peristaltik (mendorong maju) otot polos dinding ureter mendorong urin maju dari ginjal ke

kandung kemih. Ureter menembus dinding kandung kemih secara oblik, melewati dinding

kandung kemih beberapa sentimeter sebelum membuka ke dalam rongga kandung kemih.

Sewaktu kandung kemih terisi, ujung ureter di dalam dinding kandung kemih tertekan hingga

menutup. Namun, urin masih tetap dapat masuk karena kontraksi ureter menghasilkan cukup

tekanan untuk mengatasi resistensi dan mendorong urin melewati ujung yang tertutup.8

Refleks Berkemih

Miksi atau berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih, daitur oleh dua

mekanisme: refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih terpicu ketika reseptor

regang di dalam dinding kandung kemih terangsang. Kandung kemih pada orang dewasa

dapat menampung hingga 250 sampai 400 ml urin sebelum tegangan di dindingnya mulai

cukup meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar tegangan melebihi

ukuran ini, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang

membawa impuls ke medula spinalis dan akhirnya, melalui antar neuron, merangsang saraf

parasimpatis untuk kandung kemih dan menghambat neuron motorik ke sfingter eksternus.

Stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Tidak ada

mekanisme khusus yang dibutuhkan untuk membuka sfingter internus; perubahan bentuk

~ 21 ~

Page 22: Blok 10 - Urogenital 1

kandung kemih selama berkontraksi akan secara mekanis menarik terbuka sfingter internus.

Secara bersamaan, sfingter eksternus melemas karena neuron-neuron motoriknya dihambat.

Kini kedua sfingter terbuka dan urine terdorong melalui uretra oleh gaya yang ditimbulkan

oleh kontraksi kandung kemih. Refleks berkemih ini, yang seluruhnya adalah refleks spinal,

mengatur pengosongan kandung kemih pada bayi. Segera setelah kandung kemih terisi cukup

untuk memicu refleks, bayi secara otomatis berkemih.8

Selain memicu refleks berkemih, pengisian kandung kemih juga menyadarkan yang

bersangkutan akan keinginan untuk berkemih. Persepsi penuhnya kandung kemih muncul

sebelum sfingter eksternus secara refleks melemas, memberi peringatan bahwa miksi akan

terjadi. Akibatnya, kontrol volunter berkemih, yang dipelajari selama toilet training pada

masa anak-anak dini, dapat mengalahkan refleks berkemih sehingga pengosongan kandung

kemih dapat berangsur sesuai keinginan yang bersangkutan dan bukan ketika pengosongan

kandung kemih pertama kali mengaktifkan reseptor regang. Jika waktu refleks miksi tersebut

dimulai kurang sesuai untuk berkemih, maka yang bersangkutan dapat dengan sengaja

mencegah pengosongan kandung kemih dengan mengencangkan sfingter eksternus dan

diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter dari korteks serebri mengalahkan sinyal

inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuron-neuron motorik yang terlibat

(keseimbangan relatif PPE dan PPI) sehingga otot-otot ini tetap berkontraksi dan tidak ada

urine yang keluar.8

Volume Urine

Volume urine yang dihasilkan setiap hari bervariasi dati 600 ml dampai 2.500 ml

lebih. Jika volume urine tinggi, zat buangan diekskresi dalam larutan encer, hipotonik

(hipoosmotik) terhadap plasma. Berat jenis urine mendekari berat jenis air (sekitar 1,003).

Jika tubuh perlu menahan air, maka urine yang dihasilkan kental sehingga volume urine yang

sedikit tetap mengandung jumlah zat buangan yang sama yang harus dikeluarkan.

Konsentrasi zat terlarut lebih besar, urine hipertonik (hiperosmotik) terhadap plasma, dan

berat jenis urine lebih tinggi (diatas 1,030). Produksi urine kental yang sedikit atau urine

encer yang lebih banyak diatur melalui mekanisme hormon dan mekanisme pengkonsentrasi

urine ginjal.5

Mekanisme hormonal terdiri dari Antidiuretic hormon (ADH) dan hormon

Aldosteron. Hormon ADH meningkatkan permeabilitas tubulus kontortus distal dan ductus

koligens terhadap air sehingga mengakibatkan terjadinya reabsorpsi dan volume urine yang

sedikit. ADH disintesis oleh badan sel saraf dalam nukleus supraoptik hipotalamus dan

~ 22 ~

Page 23: Blok 10 - Urogenital 1

disimpan dalan serabut saraf hipofisis posteriror. ADH kemudian dilepas sesuai impuls yang

sampai pada serabut saraf.5

Stimulus pada sekresi ADH adalah osmotik, volume dan tekanan darah dan faktor

lain. Neuron hipotalamus adalah osmoreseptor dan sensitif terhadap perubahan konsentrasi

ion natrium, serta zat terlarut lain dalam cairan intraselular yang menyelubunginya.

Peningkatan osmolaritas plasma, seperti yang terjadi saat dehidrasi, menstimulasi

osmoreseptor untuk mengirim impuls ke kelenjar hipofisis posterior agar melepas ADH. Air

diabsorpsi kembali dari tubulus ginjal sehingga dihasilkan urine kental dengan volume

sedikit. Penurunan osmolaritas plasma mengakibatkan berkurangnya ekskresi ADH,

berkurangnya reabsorpsi air dari ginjal, dan produksi urine encer yang banyak.5

Baroreseptor dalam pembuluh darah (di vena, atrium kanan dan kiri, pembuluh

pulmonar, sinus karotid, dan lengkung aorta) memantau volume darah dan tekanan darah.

Penurunan volume dan tekanan darah meningkatkan sekresi ADH; peningkatan volume dan

tekanan darah menurunkan sekresi ADH. Beberapa faktor lain yang juga menjadi stimulus

sekresi ADH adalah nyeri, kecemasan, olah raga, analgesik narkotik, dan barbiturat

meningkatkan sekresi ADH. Alkohol menurunkan sekresi ADH.5

Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresi oleh sel-sel korteks kelenjar adrenal.

Hormon ini bekerja pada tubulus distal dan duktus koligens untuk meningkatkan absorpsi

aktif ion natrium dan sekresi aktif ion kalium. Mekanisme renin-angiotensin-aldosteron yang

meningkatkan retensi air dan garam.5

Sistem arus bolak-balik dalam ansa Henle dan vassa recta memungkinkan terjadinya

reabsorpsi osmotik air dari tubulus dan duktus koligens ke dalam cairan interstisial medularis

yang lebih kental di bawah pengaruh ADH. Reabsorpsi air memungkinkan tubuh untuk

menahan air sehingga urine yang diekskresi lebih kental dibandingkan cairan tubuh normal.5

Glomerulonefritis

Glomerulonefritis adalah peradangan pada glomerulus yaitu organ kecil di ginjal yang

berfungsi sebagai penyaring. Glomerulus berfungsi membuang kelebihan cairan, elektrolit

dan limbah dari aliran darah dan meneruskannya ke dalam urin.

Penyakit ini dapat disebabkan oleh banyak hal. Jika yang terjadi hanya

glomerulonefritis saja, maka disebut sebagai glomerulonefritis primer. Jika penyakit lain

seperti lupus atau diabetes adalah penyebabnya, maka disebut glomerulonefritis sekunder.

Jika parah atau berkepanjangan, radang akibat glomerulonefritis dapat merusak ginjal.

~ 23 ~

Page 24: Blok 10 - Urogenital 1

Kesimpulan

Fungsi ginjal sangat penting dalam menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh.

Mekanisme yang kompleks perlu dipertahankan melalui berbagai mekanisme demi menjaga

fungsinya. Bila ada gangguan seperti tidak bekerjanya glomerulus secara maksimal, maka

dapat mengakibatkan gangguan terhadap filtrasi serta bila semakin parah akan bisa terjadi

gagal ginjal.

Daftar Pustaka

1. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta : Grasindo ; 2008. h. 98-9

2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama ; 2009. h. 245

3. Lierse W. Applied anatomy of the pelvis. Hamburg : Springer science & bussines

media ; 2012. h. 99-106

4. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta : Erlangga ; 2004. h. 45

5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2004. h. 318-29.

6. Leeson CR, Leeson, TS, Paparo. Buku ajar histologi. Jakarta: EGC; 2004. h. 427-43.

7. Gartner LP, Hiatt JL. Buku ajar berwarna histology. Edisi ke-3. Singapore: Elsevier ;

2014. h. 421-35

8. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta : Penerbit buku

kedokteran EGC ; 2011. h.554-79

9. Guyton, Hall. Text book of medical physiology. Edisi ke-11. Philadelhia : Elsevier

Saunders ; 2006. h. 671-88

10. Corwin, EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2009.

~ 24 ~