24
Tinjauan Pustaka Dhita Aprilia A 102011140 – B8 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna no. 6, Jakarta 11510 email: [email protected] PENDAHULUAN Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolic tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolic, cairan, elektrolit, serta asam basa. Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal. 1

Pbl Blok 20-Urogenital 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pbl Blok 20-Urogenital 2

Tinjauan Pustaka

Dhita Aprilia A

102011140 – B8

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna no. 6, Jakarta 11510

email: [email protected]

PENDAHULUAN

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolic tubuh

atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk

dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi

endokrin dan metabolic, cairan, elektrolit, serta asam basa. Gagal ginjal merupakan penyakit

sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan

ginjal.

Tujuan dibuatnya tinjauan pustaka untuk mengetahui anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, etiologi, apidemiologi, manifestasi

klinik, patofisiologi, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, dan pencegahan

dari penyakit asidosis metabolik dengan gagal ginjal akut et causa syok

hipovolemik.

SKENARIO 8

1

Page 2: Pbl Blok 20-Urogenital 2

Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dibawa oleh ibunya ke UGD RS

karena nafas cepat dan dalam serta lemas. Menurut ibunya anak tersebut sudah

menga;ami diare dan muntah sejak 3 hari yang lalu. Anak tersebut menjadi tidak

mau makan dan minum sejak sakit sehingga tampak lemas serta buang air

kencing sedikit. Pada pemeriksaan fisik, didapati hipotensi, takikardi, somnolen

dengan nafas cepat dan dalam, kedua mata cekung, turgor kulit menurun,

capillary refill 4 detik serta kadar ureum dan kreatinin yang meningkat.

ANAMNESIS

Didefinisikan sebagai sesi wawancara yang seksama terhadap pasiennya atau keluarga

dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien datang kerumah sakit. Anamnesis

dapat dilakukan secara langsung terhadap pasien (auto-anamnesis) dan terhadap keluarga atau

pengantarnya (allo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk

diwawancarai.1

a) Identitas lengakap pasien

b) Keluhan utama : nafas cepat dan dalam serta lemas, mengeluh diare dan muntah sejak

3 hari yang lalu.

c) Riwayat penyakit sekarang :

Muntah :

Apakah penyebab muntah?

Seberapa sering pasien muntah?

Adakah kekurangan cairan atau kekurangan darah yang substansial?

Adakah gejala lain yang menunjukkan penyebab dasar yang serius, misalnya

gangguan metabolik, obstruksi usus dll?

Adakah gejala penyerta lain seperti nyeri abdomen, nyeri di tempat lain atau diare?

Adakah penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan?

Diare

Diare sudah berapa lama?

Seberapa sering diarenya?

Warna dan konstitensi? Adakah darah, lendir atau nanah?

Apakah ada demam, mual, muntah atau nyeri abdomen?

Adakah gejala kekurangan cairan?

2

Page 3: Pbl Blok 20-Urogenital 2

Adakah tanda-tanda malabsorpsi?

Adakah kontak dengan penderita diare dan muntah?

Apakah baru-baru ini baru berpergian?

Apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan?

d) Riwayat penyakit dahulu:

Pernakah dulu sakit gangguan saluran cerna?

Adakah riwayat penggunaan obat?

Adakah riwayat diabete melittus, gagal ginjal dan konsumsi alkohol

Adakah riwayat diare sebelumnya?

e) Riwayat keluarga:

Adakah keluarga yang mempunyai riwayat radang usus atau keganasan saluran cerna?

PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi

- Keadaan umum lemas, tampak somnolen, kesadaran menurun hingga koma

- Gelisah, cemas, tampak ketakutan

- Pernafasan kussmaull. Hal ini merupakan gambaran klinis yang khas dari

pasien dengan gangguan asidosis

- Sianosis

- Kedua mata cekung sebagai tanda dehidrasi

- Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi kering

- Untuk pengamatan yang lebih spesifik, dapat dilakukan pengukuran urin 24

jam, di mana pada umumnya pasien dengan syok hipovolemik memiliki

kondisi oliguria hingga anuria.

- Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler

akibat berkurangnya perfusi jaringan.

Palpasi

- Turgor kulit menurun. Hal ini merupakan gambaran klinis yang mewakili

riwayat muntah dan diare pasien

- Kulit dingin dan lembab. Hal ini merupakan gambaran klinis yang mewakili

syok hipovolemik yang sudah memburuk

- Pulsus lemah dan sulit teraba

Auskultasi

3

Page 4: Pbl Blok 20-Urogenital 2

- Hipotensi dengan tekanan sistolik di bawah 80 mmHg. Keadaan ini terkadang

didapatkan normal atau lebih tinggi pada pasien dengan riwayat hipertensi

sebelumnya

- Tekanan vena sentral menurun

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Pemeriksaan Laboratorium

Hematokrit pasien dengan syok hipovolemik mungkin rendah, normal, atau tinggi,

tergantung pada penyebab syok. Hematokrit normal berkisar 40%-52% pada laki-laki dan

38%-48% pada perempuan. Jika pasien mengalami perdarahan lambat atau resusitasi cairan

telah diberikan, nilai hematokrit akan rendah. Jika hipovolemia karena kehilangan volume

cairan tubuh tanpa hilangnya sel darah merah seperti pada emesis, diare, luka bakar, fistula,

hingga mengakibatkan cairan intravaskuler menjadi pekat dan kental, maka pada keadaan ini

nilai hematokrit menjadi tinggi.

Untuk memastikan diagnosis gagal ginjal dan membantu mengklasifikasi atau

mengidentifikasi penyebab spesifik gagal ginjal akut, digunakan berbagai pemeriksaan

laboratorium, nitrogen urea darah dam kreatinin serum yang meningkat sekedar merupakan

indicator atas menumpuknya buangan nitrogen dan biasanya tidak membantu dalam

menentukan penyebab.Urin harus dikumpulkan, jika perlu dikaterisasi, baik untuk analisis

biokimia maupun mikroskopik kapanpun kasus gagal ginjal akut harus dipertimbangkan.Urin

dengan konsentrasi tinggi mengesankan gagl ginjal akut prerenal.Hematuria dan proterinuria

minimal serta slinder hialin dan slinder granular halus juga dapat menyertai bentuk-bentuk

gagal ginjal akut prerenal.Proteinuria berat dengan eritrosit dimorfik dan slinder eritrosit,

terlepas dari konsentrasi urine, mengesankan suatu glomerulonephritis akut atau vaskulitis

pembuluh kecil.Eosinophil didalam urin mengesankan nefritis interstitial skunder terhadap

obat.Leukositorian dan slinder leukosit ditemukan pada pielonefritis serta nefritis

interstitial.Kristal asam urat atau kalsium oksalat dalam jumlah besar, masing-masing secara

berurutan dijumpai pada nefropati urat da oksalat.Slinder granular kasar berpigmen dan sel

epitel tubulus bebas merupakan ciri ATN iskemik dan nefrotoksik.Temuan gagal ginjal akut

postrenal di urin bervariasi dan biasanya tidak diagnostic.2

4

Page 5: Pbl Blok 20-Urogenital 2

b) Capillary refill test

Capillary refill test adalah tes cepat yang dilakukan untuk menilai kecukupan sirkulasi

seseorang individu dengan curah jantung yang buruk.Kulit ditekan dengan kuat oleh ujung

jari sampai menjadi pucat, waktu yang dibutuhkan hingga kulit tersebut kembali normal

warna menunjukkan waktu pengisian kapiler.Pengisian kapiler normal memakan waktu

sekitar 2 detik.

Capillary refill adalah pengukuran pengisian darah pada kapiler yang kosong.Hal ini

dapat diukur dengan memegang tangan lebih tinggi dari jantung (mencegah refluks dari

vena), menekan lembut jari atau jari kaki sampai ternyata warna putih dan mencatat waktu

yang dibutuhkan hingga warna kulit kembali setelah tekanan dilepaskan.waktu isi ulang yang

normal adalah kurang dari dua detik. Pada bayi baru lahir, pengisian kapiler dapat diukur

dengan menekan sternum lima detik dengan jari atau inu jari, dan mencatat waktu yang

dibutuhkan hingga warna kulit kembali sekali tekanan dilepaskan. Batas normal atas untuk

pengisian kapiler bayi baru lahir adalah tiga detik.Capillary refill time adalah indikasi umum

dari dehidrasi dan penurunan perfusi perifer.Pada umumnya tes ini dapat sangat bervariasi

antara pasien beberapa pasien.Oleh karena itu tidak boleh diandalkan sebagai ukuran

diagnosis universal.Meskipun demikian pemeriksaan sangat berguna sebagai bukti

pendukung untuk tanda positif penurunan perfusi ke ekstermitas.2

c) Urinalisis

- Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatremia atau

hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.

- Volume urine : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi dalam 24 jam

setelah ginjal rusak.

- Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb,

mioglobin, porfirin.

- Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal, seperti

glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangan kemampuan untuk

memekatkan, jika menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat.

- pH urine : menurun kurang atau sama dengan 7,1 pada asidosis metabolik

- Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal,

dan ratio urine/serum sering 1:1.

5

Page 6: Pbl Blok 20-Urogenital 2

- Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN

dan kreatinin serum menunjukan peningkatan bermakna.

- Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila ginjal

tidak mampu mengabsorbsi natrium.

- Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis metabolik.

- SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau

peningkatan GF.

- Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan

glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat

rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis interstisial. Pada

NTA biasanya ada proteinuria minimal.

d) Pemeriksaan radiologi

Studi percitraan mungkin diperlukan untuk membedakan gagal ginjal kronis dari

gagal ginjal akut, mendiagnosis obstruksi, dan menilai aliran serta perfusi darah ginjal.

Beragam studi ini mencakup foto polos abdomen atau tulang pamnjang, ultrasonografi ginjal,

pemindaian radionuklida, radiografi kontras warna, dan tomografi computer (CT) atau

pencitraan resonansi magnetic, gagal ginjal akut dibedakan dari gagal ginjal kronis

berdasarkan ukuran ginjal yang normal serta tidak adanya osteodistrofi ginjal pada radiografi

tulang. Foto polos abdomen dapat memperlihatkan nefrokalsinosis, yang mengesankan

obstruksi, atau dapat memperlihatkan ukran serta bentuk ginjal.Usg ginjal dapat menilai

ukuran ginjal serta bukti obstruksi yang terlihat sebagai dilatasi system pengumpul.Selain itu,

usg Doppler dapat memperkirakan aliran darah ginjal, meskipun pemindaian radionuklida

menilai langsung keadekuatan perfusi serta fungsi ginjal.Studi pewarnaan radiokontras pada

gagal ginjal akut jarang memberi tambahan informaasi dari yang sudah diperoleh melalui usg

atau pemindaian ginjal dan dapat memperbesar kemungkinan cedera ginjal. Studi kontras

dengan pewarnaan retrograde digunakan untuk memperlihatkan anatomi system pengumpul

urin bawah. CT dan MRI mahal dan penggunaannya harus di cadangkan bagi pertanyaan

spesifik rinci system urin.

DIAGNOSIS BANDING

Gagal Ginjal Kronik

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang menyebabkan

ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi normal.Gagal Ginjal

6

Page 7: Pbl Blok 20-Urogenital 2

Kronik adalah kerusakan yang progresif pada nefron yang mengarah pada timbulnya uremia

yang secara perlahan-lahan meningkat.Dari kedua pengertian tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah adanya kerusakan fungsi ginjal secara

progresif sehingga tubuh akan mengalami gangguan karena ginjal tidak mampu

mempertahnkan substansi tubuh dalam keadaan nomal.3

ETIOLOGI

1. Glomerulonefritis

2. Pielonefritis

3. Nefrosklerosis

4. Sindroma Nefrotik

5. Tumor Ginjal

PATOFISIOLOGI

Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan nefron yang

persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika angka filtrasi glomerolus menurun

menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal ini menimbulkan berbagai

masalah biokimia berhubungan dengan bahan utama yang ditangani ginjal.

Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan ginjal untuk

memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium. Asidosis metabolik

terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi ammonia. Demineralisasi tulang

dan gangguan pertumbuhan terjadi akibat sekresi hormon paratiroid, peningkatan fosfat

plasma (penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan pelepasan kalsium dan fosfor ke

dalam aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium usus. Anemia terjadi karena gangguan

produksi sel darah merah, penurunan rentang hidup sel darah merah, peningkatan

kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi trombosit). Perubahan pertumbuhan

berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai proses biokimia.3

MANIFESTASI KLINIK

1. Edema, oliguria, hipertensi, gagal jantung kongestif.2. Poliuria, dehidrasi

7

Page 8: Pbl Blok 20-Urogenital 2

3. Hiperkalemia4. Hipernatremia5. Anemia6. Gangguan fungsi trombosit7. Apatis, letargi8. Anoreksia9. Asidosis10. Gatal-gatal11. Kejang, koma12. Disfungsi pertumbuhan3

Gagal Ginjal Akut Renal

Penyebab gagal ginjal renal (gagal ginjal intrinsik) dibagi antara lain :

a) kelainan pembuluh darah ginjal, ini terjadi pada hipertensi maligna, emboli kolesterol,

vaskulitis, purpura, trombositopenia trombotik, sindrom uremia hemolitik, krisis,

ginjal pada scleroderma, toksemia kehamilan.

b) penyakit glomerolus, terjadi pada pascainfeksi akut, glomerulonefritis, proliferatif

difus dan progresif, lupus eritematosus sistemik, endokarditis infektif, sindrom

Goodpasture, vaskulitis.

c) nekrosis tubulus akut yang terjadi pada iskemia, zat nefrotksik (aminoglikosida,

sefalosporin, siklosporin, amfoterisin B, aziklovir, pentamidin, obat kemoterapi, zat

warna kontras radiografik, logam berat, hidrokarbon, anaestetik), rabdomiolisis

dengan mioglobulinuria, hemolisis dengan hemoglobulinuria, hiperkalsemia, protein

mieloma, nefropati rantai ringan.

d) penyakit interstisial pada nefritis interstisial alergi (antibiotika, diuretic, allopurinol,

rifampin, fenitoin, simetidin, NASAID), infeksi (stafilokokus, bakteri gram negatif,

leptospirosis, bruselosis, virus, jamur, basil tahan asam), penyakit infiltratif

(leukemia, limfoma, sarkoidosis).2

Gagal Ginjal Akut Post Renal

Penyebab gagal ginjal post-renal dibagi menjadi dua yaitu terjadinya :

a) sumbatan ureter yang terjadi pada, fibrosis atau tumor retroperitoneal, striktura

bilateral pascaoperasi atau radiasi, batu ureter bilateral, nekrosis papiler lateral, bola

jamur

b) bilateral.

8

Page 9: Pbl Blok 20-Urogenital 2

c) sumbatan uretra, hipertrofi prostate benigna, kanker prostat, striktura ureter, kanker

kandung kemih, kanker serviks, kandung kemih “neurogenik”.

DIAGNOSIS KERJA

Diare

Diare merupakan mekanisme pertahanan tubuh di mana dengan adanya diare, cairan

yang tercurah ke lumen saluran cerna akan membersihkan saluran cerna dari bahan-bahan

patogen. Bila bahan patogen ini hilang dari saluran cerna, diare akan sembuh. Namun di sisi

lain diare menyebabkan kehilangan cairan (air, elektrolit dan basa) dan bahan makanan dari

tubuh. Bila perjalanan diare berlangsung akut terjadi penyulit seperti dehidrasi dengan segala

akibatnya (renjatan, gagal ginjal akut, dan lain-lain), gangguan keseimbangan elektrolit

(hiponatremia, hipernatremia, hipokalemia, hipokalsemia, dan lain-lain), gangguan

keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik).

Syok Hipovolemik

Status syok akibat dari kehilangan volume cairan sirkulasi (penurunan volume darah),

dapat diakibatkan oleh berbagai kondisi yang secara bermakna menguras volume darah

normal, plasma atau air. Patologi dasarnya, tanpa memperhatikan tipe kehilangan cairan yang

pasti, dihubungkan dengan defisit volume/tekanan cairan sirkulasi aktual. Penurunan volume

cairan sirkulasi menurunkan aliran balik vena, yang mengurangi curah jantung dan karenanya

menurunkan tekanan darah.

Diagnosis ditegakkan dengan gejala klinis sederhana, yang terpenting diantaranya

adalah kulit yang hangat, tekanan vena jugularis dan tekanan darah postural. Selain tekanan

darah yang rendah dan takikardia, pasien syok juga mempuntai tanda-tanda malperfusi organ.

Organ-organ yang bereaksi paling cepat pada penurunan suplai darah adalah ginjal (output

urin rendah <20ml/jam) dan otak (pusing). Aliran balik kapiler (capillary return) juga bisa

terganggu.

Jika pasien tampak dingin, berkeringat, pucat disertai aliran balik kapiler memburuk,

biasanya termasuk syok hipovolemik atau kardiogenik. Pada kardiogenik JVP meningkat,

sedangkan pada syok hipovolemik ditandai dengan hipotensi postural dan JVP yang rendah.

Jika pasien merasa hangat dan mukanya memerah (flushed) dengan denyut nadi cepat,

9

Page 10: Pbl Blok 20-Urogenital 2

biasanya syok yang terjadi karena venodilatasi sepsis (disertai kenaikan suhu tubuh ) atau

anafilaksis.

Syok dehidrasi terjadi akibat kehilangan cairan tubuh hebat dan berat. Kondisi yang

secara klinis yang menyebabkan dehidrasi adalah berkeringat berlebihan, kehilangan cairan

melalui gastrointestinal sehubungan dengan diare, muntah atau pengisapan gastrointestinal

atas diabetes insipidus, asites, fase diuretik dari gagal ginjal akut, ketoasidosis diabetik,

kekurangan masukan volume cairan adekuat, diuresis osmotik dan penggunaan diuretik yang

sembrono.

Mekanismenya kehilangan cairan dari tubuh menurunkan volume vaskuler yang

menghasilkan aliran balik vena. Curah jantung menurun, tekanan darah menurun dan perfusi

jaringan dan organ berkurang. Mekanisme adaptif fisologi ini dilakukan dalam upaya

memperbaiki tekanan darah, volume cairan dan akhirnya perfusi. Penggantian cairan dengan

pengobatan terhadap penyebab dasar dapat secara cepat memperbaiki tekanan darah.4

Asidosisi Metabolik pada Anak

Asidosis metabolic dapat terjadi akibat peningkatan produksi atau penurunan H +atau

akibat kehilangan HCO3- secara berlebihan dari cairan ekstrasel. Jika terjadi peningkatan

jumlah H+, resultan panel elektrolit biasanya memperlihatkan peningkatan gap anion,

sedangkan pada bentuk asidosis yang terutama kehilangan bikarbonat, gap anion biasanya

normal. Sebagaimana ditentukan oleh kriteria normal kebanyakan laboratarium.Bayi baru

lahir, terutama bayi premature atau immature, mengalami asidosis metabolic akibat

kurangnya GFR.Mereka juga berada pada resiko yang lebih tinggi untuk mengalami

perubahan asidosis menjadi simptomatik jika terjadi peningkatan pada laju katabolic atau

beban anion.Jika terdapat pengurangan GFR lebih lanjut seperti pada dehidarasi. Kondisi

normal yang paling sering menyebabkan asidosis metabolic pada bayi serta anak normal

adalah kondisi yang muncul pada penurunan volume cairan ekstrasel berikutnya penurunan

ekskresi H+ yang menyertai, akiba penuruna GFR.

Diagnosis dan pengelolaan

Manifestasi utama asidosis metabolic klinis adalah peningktan laju sekaliguas

kedalaman respirasi misalnya takipnea dan hiperpnea karena pusat respiratorik ssp mendapat

rangsangan dalam upaya mengekskresikan lebih banyak asam volatile.Jika berat, perubahan

ini dapat memicu pernapasan kussmaul.Selain itu asidosis berat menekan ssp serta juga

10

Page 11: Pbl Blok 20-Urogenital 2

mengurangi tahanan vascular perifer serta fungsi ventrikel jantung sehingga kemungkinana

menyebabkan hipotensi serta hipoksia jaringan dengan berkembangnya asidosis laktat

skunder.Asidosis kronis pada bayi dapat menjadi penyebab kegagalan tumbuh normal dank

arena kelebihan H+ di dapar tulang dengan kehilangan kalsium tulang secara bersamaan,

dapat terjadi osteomalasia berat dan rakitis.

Diagnosis spesifik asidosis metabolic membutuhkan analisis elektrolit plasma dan,

pada beberapa kasus, penentuan ph serta PaCO2 arteri. Perhitungan gap anion sering kali

membantu , dan pengukuran ph dalam urin dalam sampel yang baru dikeluarkan mungkin

diperluakn untuk menentukan etiologi asidosis.4

Gagal Ginjal Akut Pre-Renal

Gagal ginjal akut (GGA) merupakan suatu sindrom klinik akibat adanya gangguan

fungsiginjal yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa hari) yang

menyebabkan retensi sisa metabolisme nitrogen (urea/creatinin) dan untuk nitrogen,dengan

atau tanpa disertai oligouri.

Tergantung dari keparahan dan lamanya gangguan fungsi ginjal, retensi sisa

metabolisme tersebut dapat disertai dengan gangguan metabolik lainnya seperti asidosis dan

hiperkalemia, gangguan kesimbangan cairan, serta dampak terhadap berbagai organ tubuh

lainnya.

Diagnosis GGA berdasarkan pemeriksaan laboratorium ditegakkan bila terjadi secara

mendadak kreatinin serum 0,5 mg% pada pasien dengan kadar kreatinin awal <2,5 mg% atau

meningkatkan >20% bila kreatinin awal >2,5 mg%. Dengan demikian gagal ginjal akut pada

gagal ginjal kronis ( acute on chronic renal disease ) telah termasuk dalam definisis ini. The

Acutre Dialysis Quality Initiations Group membuat RIFLE system yang mengklasifikasikan

GGA ke dalam tiga kategori menurut beratnya ( Risk Injury Failure ) serta dua kategori

akibat klinik ( Loss and End-stage renal disease ).5

Klasifikasi GGA menurut The Acute Dialysis Quality Intiations Group

Kriteria Laju Filtrasi Glomerulus Kriteria Jumlah Urine

11

Page 12: Pbl Blok 20-Urogenital 2

Risk

Trauma

Gagal

Loss

ESRD

Peningkatan serum kreatinin 1,5 kali

Peningkatan serum kreatinin 2 kali

Peningkatan serum kreatinin 3 kali atau

kreatinin 355 μmol/l

Gagal ginjal akut persisten, kerusakan total

fungsi ginjal selama lebih dari 4 minggu

Gagal ginjal terminal lebihdari 3 bulan

< 0,5 ml/kg/jam selama

6jam

< 0,5 ml/kg/jam selama 12

jam

< 0,5 ml/kg/jam selama 24

jam atau anuria selama 12

jam

ETIOLOGI

Penyebab gagal ginjal akut secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pre-renal

(gagal ginjal sirkulatorik), renal (gagal ginjal intrinsik), dan post-renal (uropati obstruksi

akut).

Penyebab gagal ginjal pre-renal adalah hipoperfusi ginjal, ini disebabkan oleh :

a) hipovolemia, penyebab hipovolemi ini bisa dari perdarahan, luka bakar, diare, asupan

yang memburuk, pemakaian diuretic yang berlebihan.

b) penurunan curah jantung pada gagal jantung kongestif, infark miokardium,

tamponade jantung, emboli paru.

c) vasodilatasi perifer terjadi pada syok septic, anafilaksis dan cedera remuk,

antihipertensi.

d) peningkatan resistensi pembuluh darah ginjal, terjadi pada proses pembedahan,

penggunaan anastesia, penghambat prostaglandin, sindrom hepato-renal, obstruksi

pembuluh darah ginjal, disebabkan karena adanya stenosis arteri ginjal, embolisme,

trombosis, vaskulitis.2,6

PATOFISIOLOGI

Pada gagal ginjal akut terjadi ketidakmampuan ginjal untuk memfiltrasi sisa buangan,

pengaturan cairan, dan mempertahankan keseimbangan kimia.

12

Page 13: Pbl Blok 20-Urogenital 2

Tipe prerenal  merupakan hasil dari penurunan perfusi renal yang dapat disebabkan

oleh dehidrasi, asfiksia perinatal, hipotensi, septic syok, syok hemoragik atau obstruksi pada

arteri renal, diare atau muntah, syok yang disebabkan oleh pembedahan, luka bakar,

hipoperfusi berat ( pada pembedahan jantung ). Hal ini menimbulkan penurunan aliran darah

renal dan terjadi iskemik.

Tipe renal merupakan hasil dari kerusakan jaringan ginjal yang mungkin disebabkan

oleh nefrotoksin seperti aminoglycosides, glomerulonefritis, dan pyelonefritis.

Tipe postrenal adanya obstruksi pada aliran urine. Obstruksi dapat meningkatkan

tekanan dalam ginjal yang mana dapat menurunkan fungsi renal. Penyebabnya dapat

obstruksiureteropelvic, obstruksi ureterovesical, neurogenik bladder, posterior urethral

valves, tumor atau edema.2

MANIFESTASI KLINIS

Keluhan dan gejala Gagal Ginjal Akut pada anak tidak khas. Gagal Ginjal Akut

hendaknya dipertimbangkan pada anak-anak dengan gejala-gejala sebagai berikut :

a)      Gejala-gejala non-spesifik dari uremia : mual, muntah, anoreksia, drowsiness atau kejang.

b)      Oliguria atau anuria (< 300 ml/m2/hari atau <1 ml/kg BB/jam)

c)      Hiperventilasi karena asidosis.

d)     Sembab.

e)      Hipertensi.

f)       Kelainan sedimen urine, misalnya : hematuria, proteinuria.

g)      Tanda-tanda obstruksi saluran kemih, misalnya : pancaran urine yang lemah, kencing

menetes atau adanya masa pada palpasi abdomen.

h)      Keadaan-keadaan yang merupakan faktor predisposisi Gagal Ginjal Akut, misalnya diare

dengan dehidrasi berat, penggunaan aminoglikosida, khemoterapi pada leukemia akut.2

Fase Gagal Ginjal Akut

Secara klinis gagal ginjal akut dibagi menjadi 3 fase, yaitu :

a.    Fase oliguri / anuria

Jumlah urin berkurang hingga 10–30 ml sehari. Pada bayi, anak – anak berlangsung selama

3–5 hari. Terdapat gejala–gejala uremia (pusing, muntah, apatis, rasa haus, pernapasan

13

Page 14: Pbl Blok 20-Urogenital 2

kusmaul, anemia, kejang), hiperkalemi, hiperfosfatemi, hipokalsemia, hiponatremia, dan

asidosis metabolik.

b.    Fase diuretik

Pada fase ini urine bertambah setiap hari hingga menjadi poliuri. Hal ini disebabkan karena

kadar ureum tinggi dalam darah (diuresis osmotik), faal tubulus belum baik, pengeluaran

cairan berlebihan. Terjadi hiponatremia karena kehilangan natrium melalui tubulus yang

rusak. Lamanya fase ini berlangsung selama 2  minggu.

c.    Fase penyembuhan atau fase pasca diuretik

Pada fase ini poliuria berkurang demikian juga gejala uremia. Fungsi glomerulus dan tubulus

berangsur – angsur membaik.2

PENATALAKSANAAN

A. Medikamentosa

1. Tatalaksana etiologi

Penyebab GGA pada pasien tersebut adalah diare dan mengalami dehidrasi berat,

sehingga harus segera dilakukan rehidrasi.

Resusitasi awal

Lakukan penilaian ABC

Berikan oksigen 100%

Pasang akses vaskuler

Berikan cairan pengganti, cairan kristaloid NaCl 0,9% sebanyak kurang lebih 2liter

cairan dengan makrodrip tetesan cepat (guyur)

Infus 100ml/kg dalam 3-6jam dalam 2 tahap :

Tahap 1 : 30 ml/kg selama 30 menit

Tahap 2 : 70 ml/kg selama 2,5 jam

Pemantauan awal

Respon cairan pengganti, amati tanda-tanda dehidras membaik atau tidak. Jika belum

membaik, dilakukan rehidrasi ulang. Bila membaik dili

Produksi urin : menggunakan kateter

Memulai pemeriksaan penunjang (px. Darah)

2. Koreksi asidosis metabolik

Asidosis Metabolik dapat diberikan Natrium Bikarbonat (Jumlah bikarbonat = 0,5 x

BB (kg) x 15 – serum HCO3). Pemberian secara lambat, maksimum 50% dari

kebutuhan diberikan dalam 12 jam. Usahakan kadar serum bikarbonat plasma >15

mmol/L dan pH arteri >7,2.

14

Page 15: Pbl Blok 20-Urogenital 2

3. Terapi Dialisis

Indikasi dilakukan dialisa pada GGA adalah sebagai berikut:

Klinis adalah overload cairan, pendarahan hebat, sindrom ureum, asidosis metabolik,

koma yang tidak dapat diobati secara konservatif.

Laboratoris, bila HCO3 < 12 mEq/l, K > 6,0 mEq/l, Natrium < 120 mEq/l, dan BUN >

100 mg/dl, Kreatinin > 500 µmol/L

B. Non medikamentosa

Pembatasan asupan protein dan kalium dari makanan.

Asupan tinggi karbohidrat mencegah metabolisme protein.

Bed rest dengan posisi badan setengah tidur.7

KOMPLIKASI

Komplikasi metabolik berupa kelebihan cairan, hiperkalemia, asidosis metabolik,

hipokalsemia, serta peningkatan ureum yang lebih cepat pada keadaan hiperkatabolik. Pada

oligurik dapat timbul edema kaki, hipertensi dan edema paru, yang dapat menimbulkan

keadaan gawat. Hiperkalemia terjadi karena beberapa hal seperti ekskresi melalui ginjal

terganggu, perpindahan kalium keluar sel, kerusakan sel akibat proses katabolik, trauma,

sepsis, infeksi, atau dapat juga disebabkan karena asupan kalium yang berlebih, keadaan ini

berbahaya karena bisa menyebabkan henti jantung dalam keadaan diastolik. Asidosis terjadi

karena bikarbonat darah menurun akibat ekskresi asam nonvolatile terganggu dimana juga

meningkatkan anion gap. Hipokalsemia sering terjadi pada awal GGA dan pada fase

penyembuhan GGA.7

PENUTUP

Hipotesis diterima, anak laki usia 6 tahun dengan keluhan nafas cepat dan dalam serta

lemas, mengeluh diare dan muntah sejak 3 hari yang lalu, BAK sedikit disebabkan oleh

asidosis metabolik dengan gagal ginjal akut et causa syok hipovolemik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Airlangga;

2005.

15

Page 16: Pbl Blok 20-Urogenital 2

2. Price, Sylvia A.Wilson, Lorraine M. Gagal Ginjal Akut. In: Hurianti, Susi

N,Wulansari P, Mahanani DA, editors. Patofisiologi konsep klinis proses-proses

penyakit. Buku 2. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002. h. 885-

893.

3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta :

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI; 2001.

4. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2000.

5. Stein, Jay H. Kelainan ginjal dan elektrolit: Panduan klinik ilmu penyakit dalam.

Edisi ke-3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. h. 174-180.

6. Markum,M.H.S. Gagal Ginjal Akut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, editors. Buku

ajar: Ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006. h.

285-289.

7. Rahardjo, Pudji. Kegawatan pada gagal ginjal. Penatalaksanaan kedaruratan dibidang

ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat infomasi dan Penerbitan FKUI; 2000. h. 67-69.

16