9
EFISIENSI PENINGKATAN DAYA PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN IRIGASI TETES Nama kelompok: Aninatul Fuadah (105100200111030) Ineke de Elda Ayumi (105100200111048) Ferys Ika Oktavia (105100201111018) Sebuah masalah penting untuk produksi pertanian adalah ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman. Air merupakan faktor pembatas utama di daerah curah hujan rendah (daerah semi-kering dan gersang). Konservasi air sangat penting untuk produksi pertanian berkelanjutan di daerah curah hujan rendah atau distribusi curah hujan tidak merata. Irigasi tetes mengacu pada sistem penyiraman tanaman budidaya yang airnya disampaikan langsung ke setiap tanaman secara bertahap dan kontinyu (Swhwab et al., 1993). Pengelolaan irigasi adalah kunci untuk memperoleh pertumbuhan yang menguntungkan dengan tidak adanya pemborosan air. Dalam masalah irigasi tanaman, irigasi tetes telah terbukti sukses dalam hal pengairan dan meningkatkan hasil dari berbagai macam pertanian (Bharwadwaj, SK, 2001). Dengan irigasi tetes, maka dapat mengontrol kebutuhan air oleh tanaman secara merata dan menyeluruh. Dalam artikel ini terdapat beberapa tanaman yang diteliti dengan metode irigasi tetes. Pada tanaman umbi, hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil umbi secara signifikan dipengaruhi oleh perlakuan

blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/aninnatul/files/2012/05/Artikel-MBORRRR.docx · Web viewPada penelitian, penyumbatan telah dikendalikan pada sampel dari perusahaan-perusahaan pertanian

Embed Size (px)

Citation preview

EFISIENSI PENINGKATAN DAYA PERTANIAN

DENGAN MENGGUNAKAN IRIGASI TETES

Nama kelompok:

Aninatul Fuadah (105100200111030)

Ineke de Elda Ayumi (105100200111048)

Ferys Ika Oktavia (105100201111018)

Sebuah masalah penting untuk produksi pertanian adalah ketersediaan air untuk

pertumbuhan tanaman. Air merupakan faktor pembatas utama di daerah curah hujan rendah

(daerah semi-kering dan gersang). Konservasi air sangat penting untuk produksi pertanian

berkelanjutan di daerah curah hujan rendah atau distribusi curah hujan tidak merata. Irigasi

tetes mengacu pada sistem penyiraman tanaman budidaya yang airnya disampaikan langsung

ke setiap tanaman secara bertahap dan kontinyu (Swhwab et al., 1993).

Pengelolaan irigasi adalah kunci untuk memperoleh pertumbuhan yang

menguntungkan dengan tidak adanya pemborosan air. Dalam masalah irigasi tanaman, irigasi

tetes telah terbukti sukses dalam hal pengairan dan meningkatkan hasil dari berbagai macam

pertanian (Bharwadwaj, SK, 2001). Dengan irigasi tetes, maka dapat mengontrol kebutuhan

air oleh tanaman secara merata dan menyeluruh. Dalam artikel ini terdapat beberapa tanaman

yang diteliti dengan metode irigasi tetes. Pada tanaman umbi, hasil penelitian menunjukkan

bahwa hasil umbi secara signifikan dipengaruhi oleh perlakuan irigasi. Irigasi tetes lebih baik

dibandingkan dengan irigasi permukaan,hal ini terbukti oleh berbagai laporan yakni:

- Manickasundaram dkk. (2002) melaporkan bahwa peningkatan hasil singkong melalui

irigasi tetes 75% dari irigasi permukaan

- Selvaraj dkk, (1997a) melaporkan bahwa hasil rimpang segar (kunyit) pada irigasi

tetes 80% lebih unggul di bandingkan dengan irigasi permukaan pada 0,90 IW / CPE

rasio.

- Selvaraj dkk. (1997b) juga melaporkan bahwa melalui sistem irigasi tetes terjadi

peningkatan hasil tebu sebanyak 32% di atas metode permukaan.

- (Bhardwaj, 2001) melaporkan 100 persen peningkatan hasil dalam pisang, 40 sampai

50 persen pada tebu, delima dan 25 persen pada anggur dan kapas melalui metode

irigasi tetes.

Penelitian pada tanaman mentimun dan tomat dengan menggunakan irigasi tetes

untuk menguji teknik penyaluran air, yaitu melalui permukaan atau sub-permukaan. Kedua

blok tertutup rapat oleh terpal plastik untuk mencegah air hujan masuk ke dalam plot

percobaan, dan pagar kawat untuk mencegah binatang liar masuk. Pengendalian air pada

setiap tanaman dilakukan menggunakan ember plastik dengan tutup yang dilengkapi dengan

kran dan pipa irigasi tetes. Setiap petak percobaan memiliki 8 baris pada permukaan dan sub-

permukaan dengan ditetapkan irigasi tetes secara acak. Air dipertahankan pada nilai terendah

dari 8 liter setiap 48 jam untuk semua perlakuan. Untuk sub-permukaan irigasi tetes, alur

kedalaman sekitar 10 cm dibuat menggunakan cangkul yang runcing, dan pipa diletakkan

pada alur. Setiap pembukaan irigasi pada pipa, ditutup dengan plat tanah liat kecil untuk

mencegah penyumbatan oleh pembukaan tanah, kemudian pipa diletakkan pada alur dan di

timbun tanah. Timun atau tomat ditanam secara manual 6-8 cm pada satu sisi dari pipa irigasi

berdekatan dengan lubang air. Periode pertumbuhan mentimun selama 70 hari, dengan

kebutuhan air irigasi 280 L per baris. Sedangkan untuk tomat masa pertumbuhan selama 96

hari, dengan kebutuhan air irigasi adalah 384 L per baris.

Salah satu hipotesis bahwa sub-permukaan metode irigasi tetes akan meningkatkan

efisiensi penggunaan air pada tanaman timun atau tomat dengan meminimalkan penguapan

air dan memberikan air langsung ke daerah perakaran. Namun, hasil study awal bertentangan,

karena sub-permukaan dianggap 2 kali lebih rendah. Alasan pertama adalah adanya

penyumbatan pori-pori oleh ganggang yang tumbuh di ember irigasi dan mengalir ke pipa-

pipa irigasi. Kedua, penyaluran air tidak cukup pada tahap awal pertumbuhan tanaman,

sehingga menyebabkan kekurangan air terutama pada tanaman tomat. Perlu pemantauan

untuk menilai kelembaban tanah dan kadar air pada tanah. Alat untuk mengurangi

penyumbatan pipa irigasi harus di eksplorasi dan bisa dicapai dengan mengubah wadah

penyimpanan air dan sistem penyalurannya.

Faktor yang menyebabkan kegagalan distribusi keseragaman dalam irigasi tetes

adalah masalah plugging yang berkaitan dengan kecocokan emitter untuk semua distribusi

air. Dalam irigasi mikro-sistem ditandai oleh emitter dengan nozel yang sempit.

Keseragaman irigasi dapat terjadi oleh penyumbatan dari nozel karena partikel kimia (Oron

et al, 1979;. Merriam dan Keller, 1978; Inggris, 1985; Capra dan Scicolone, 1998).

Penyumbatan emitor secara langsung berkaitan dengan kualitas air irigasi, yang muncul

karena tersuspensi oleh padatan, konstitusi air kimia dan kegiatan mikro-organisme di air.

Oleh karena itu disebut faktor yang memiliki pengaruh kuat pada tindakan pencegahan yang

akan diambil untuk mencegah penyumbatan dari emitter.

Pada penelitian, penyumbatan telah dikendalikan pada sampel dari perusahaan-

perusahaan pertanian. Kontrol dilakukan dengan menggunakan aplikasi tekanan yang berbeda

menunjukkan bahwa aliran diperoleh dari emiter yang digunakan selama satu tahun dan tidak

muncul pada penggunaanya di tahun kedua dan ketiga. Air limbah tidak digunakan sebagai

air irigasi karena salah satu penghasil plugging emisi karena muncul bahan kimia dan

sedimen air sehingga filtrasi tidak memadai. Menurut analisis kimia, mengidentifikasi

pembentukan CaCO3 antara 94,76 ppm-286,564 ppm. Rentang nilai pH air irigasi sebesar 7,2

dan 8,1. Total padatan terlarut untuk fluktuasi antara 190-656 ppm dan Ca2+¿ ¿ antara 26,62

ppm dan 89,63 ppm.

Emiter yang digunakan dalam irigasi ditempatkan pada pipa lateral yang memiliki

kemampuan penggunaan paling tidak 5 tahun. Jadi, nilai kinerja pada aliran lateral dapat

digunakan tanpa ada perubahan. Tapi, setelah tiga tahun beberapa emiter tanpa aliran air

ditentukan nilai kerjanya. Karena pengaruh suhu dan pH perairan, emiter memainkan peran

utama dalam masalah penyumbatan dan perubahan aliran. Hasil tes yang dilakukan untuk

menentukan nilai kinerja ini menujukkan bahwa peningkatan arus emitor dengan aplikasi

tekanan meningkat. Kompensasi tekanan emiter diharapkan pada aliran debit air 41/jam di

bawah tekanan 100 kPa.

Perkembangan teknologi yang semakin meningkat, maka pada teknologi irigasi tetes

membutuhkan parameter operasional yang optimal untuk irigasi, seperti frekuensi, durasi

aplikasi air dan penempatan pipa tetes. Salah satu contohnya adalah simulasi numerik,

metode pendekatan ini mudah dipraktekkan dalam pengelolaan yang optimal. Salah satu

masalah pada jumlah penduduk dan air yang digunakan terus meningkat, irigasi pertanian

digunakan untuk membantu menghasilkan bahan makanan yang lebih banyak, dan dengan

sumber daya air yang rendah.Teknologi irigasi tetes dapat membantu petani mengatasi

permasalahan ini dengan memberikan kontrol aplikasi air, pupuk, dan pestisida.

Sebuah studi infiltrasi air dan

redistribusi dibawah irigasi tetes dilakukan

dengan menggunakan campuran tanah

berpasir dan lempung. Tanah di bajak sampai

kedalaman 1,5 m sampai benar-benar terlihat

campuran profil dan lapisan yang padat

dihilangkan, kemudian di pahat sampai 30

cm, Tabung tetes sepanjang 30 m dipasang

dibawah permukaan tanah ± 6 cm. Di bawah

permukaan terdapat garis tetes pada

kedalaman yang dangkal yang memiliki

diameter 16 mm, ketebalan dinding 8 mm, dan jarak emitor 30 cm. Pipa diinstal kemudian

dipotong menjadi tiga bagian, dengan air yang disediakan secara terpisah untuk setiap

segmen. Tiga aplikasi air irigasi adalah 5, 10, dan 15 jam. Selama irigasi, perpindahan tipe air

diukur dengan flow meter menunjukkan tiap segmen tingkat airnya stabil.

Perangkat emisi bervariasi sesuai dengan laju aliran karakteristik hidrolik dan pola

pembasahan. Emisi yang ideal ditandai dengan tahan lama ( tahan terhadap kondisi-kondisi

luar ruangan), tahan terhadap penyumbatan. Setelah pemilihan emisi, sistem filter, injektor

kimia, pipa, katup dan alat kelengkapan harus dibangun untuk mengatur air irigasi. Sehingga

lebih aman dan efisien dan untuk memfasilitasi pemeliharaan sistem. Kategori utama adalah

sebagai berikut:

Filter

Digunakan untuk menghilangkan benda-benda organik dan

anorganik dari air yang berpotensi menyumbat emisi.

Dibidang pertanian, media filter yang umum digunakan

adalah layar penyaring atau filter jenis disk dan dapat

dibersihkan secara manual, semi otomatis atau otomatis.

Bahkan dapat juaga digunakan untuk menyaring air minum

yang digunakan. Aplikasi filter dapat di sesuaikan dengan

jenis tanah dan tanaman, dapat pula di aplikasikan diatas dan

dibawah permukaan tanah. Komponen perangkat drip/ micro irrogation sitem

dipilih sesuai dengan emisi, tingkat filtrasi harus 80-200 mesh.

Injektor Kimia

Terpasang pada irigasi tetes intuk memfasilitasi pemeliharaan sistem dengan

klorin atau asam, dan juga untuk memasok nutrisi cair untuk tanaman yang

diairi.

Pipa

Pipa PVC digunakan untuk transportasi

air dari sumber air ke semua jenis

peralatan irigasi. Pada sistem irigasi tetes,

tipe yang digunakan pada zona kontrol

dan jaringan pengiriman air sebagai arus

utama dan sub-arus utama. Dalam

beberapa kasus, digunakan sebagai pelayanan lateral perangkat emisi. Pipa

PVC putih tidah tahan terhadap UV.

Tabung

Tabung PE banyak digunakan sebagai pipa lateral yang digunakan untuk

melayani perangkat emisi. Tersedia dalam berbagai diameter, tebal dinding

dan panjang kumparan dengan tekanan dan karakteristik hidrolik yang

bervariasi.

Katup penyiraman

Digunakan secara berkala untuk membersihkan alat angkut dan komponen

organik dan anorganik yang dapat menyumbat perangkat emisi. Katub manual

sederhana dipasang di ujung mainlines, sub-mainlines atau lateral, katub semi

otomatis yang menyiram hanya saat awal katub terbuka dan tertutup.

Regulataor

Dipasang untuk melindungi komponen dari tekanan yang berlebih. Pada

irigasi tetes plastik atau bahan biasanya memiliki tingkat tekanan yang lebih

rendah dibandingkan dengan sistem irigasi sprinkle konvesional.

Selain untuk pengairan tanaman, irigasi tetes dirancang untuk efisiensi pupuk dan

bahan kimia agar langsung terkena akar tanaman. Sehungga terdapat banyak keuntungan

yang dihasilkan dari metode irigasi tetes, antara lain:

Meningkatkan produksi dan hasil pertanian

Meningkatkan kualitas dan keseragaman produksi tanaman

Mempercepat kematangan tanaman

Penggunaan air yang lebih efisien.