45

Birokrasi Indonesia = Birokrasi · PDF file• Suatu cara pandang atau berpikir ... sejumlah gejala autisme telah menjangkiti tubuh ... dengan mengidentifikasi konsep perubahan

  • Upload
    buicong

  • View
    236

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

Birokrasi Indonesia = Birokrasi Weberian ?

• Mengapa birokrasi negara sedang berkembang tidak sepenuhnya menggambarkan birokrasi weberian ?

• Bagaimana faktor lingkungan sosial budaya mempengaruhi rasionalitas birokrasi ?

• Konsep Budaya Birokrasi

• Pengertian Budaya

Birokrasi

• Teori Budaya Birokrasi

• Birokrasi Masyarakat

Transisi/Prismatik

petrukdadi ratu-sawali files wordpres com

What is culture ?

• Culture bhs Latin “cultura” berasal dari “colere” = "to cultivate“ betterment or refinement of the individual, especially through education.

Kata "culture" banyak digunakan untuk :

• Cita rasa tinggi dalam seni dan humaniora

high culture.

• Pola pengetahuan, keyakinan dan perilaku

• Serangkaian sikap , nilai , tujuan dan praktek yg menjadi ciri suatu lembaga atau masyarakat

The American Herritage

Dictionary :

Kebudayaan adalah suatu

keseluruhan dari pola perilaku

yang diekspresikan melalui

kehidupan sosial, seni, agama,

kelembagaan, dan semua hasil

kerja dan pemikiran suatu

kelompok manusia.

What is culture ?

- set of values

- norms

- guiding beliefs

- understandings

all shared by members of an organization and is

taught to new members

Observable aspects of culture: 1. Rites & Ceremonies

2. Stories

3. Symbols

4. Language

What is culture ?

Three levels of culture

Surface manifestations

of organizational culture

values

Basic assumptions

Sumber : Edgar H. Schein (1985). Organizational Culture and Leadership

http://bpkp.go.id/index.php?idpage=600&idunit=24

• Budaya organisasi merupakan

sistem nilai-nilai yang diyakini semua anggota organisasi, dipelajari, diterapkan, serta

dikembangkan dan berfungsi

sebagai perekat yang menjadi

acuan dalam berorganisasi

dlm rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

McLean and Marshall (in Mullins 2002)

• “The collection of traditions, values, beliefs, and attitudes that constitute a pervasive context for everything we do and think in an organisation.” (McLean and Marshall

• Gowler & Legge (1986)

“… the taken-for-granted assumptions, beliefs, meanings and values enacted and shared by organisational members.” (Gowler & Legge,

1986)

Budaya Birokrasi (lanjutan) :

Schein

Asumsi dan keyakinan yang

mendasar yang dipegang oleh

anggota organisasi yang secara

tidak sadar menjadi acuan, yang

dirumuskan secara „taken for

granted’

Budaya birokrasi = budaya

organisasi atau personality

khususnya dari organisasi

tertentu

Bureaucratic culture

Bureaucratic/Corporate Culture:

1. Observable symbols, ceremonies,

stories, slogans, behaviors, dress,

physical settings.

2. Underlying values, assumptions,

beliefs, attitudes, feelings.

Indikator budaya organisasi :

a. Perilaku reguler saat orang berinteraksi

b. Bahasa yang digunakan dan ritual dalam organisasi

c. Norma dalam kelompok kerja

d. Kebijakan kepegawaian

e. Aturan/etika pergaulan dalam organisasi

f. Mekanisme kontrol dalam organisasi yg secara informal membolehkan/melarang perilaku tertentu dalam organisasiBudaya Organisasi.ppt

Benefits of „strong‟ organisational culture

• „glues‟ people together

• Sense of purpose

• Sense of individual & collective identity

• Raises self-satisfaction

• Increases commitment

• Work more rewarding

• Sense of distinctiveness

• Informal rules to guide behaviour

• Reduces ambiguity

Teori Budaya

Birokrasi

Budaya Birokrasi : Steven Ott : • Suatu cara pandang atau berpikir

tentang perilaku di dalam organisasi atau suatu perspektif untuk memahami apa yg terjadi dalam organisasi.

• Sekumpulan teori yang menjelaskan dan memprediksi bagaimana organisasi dan orang-orang yang terlibat didalamnya berperilaku dalam situasi atau lingkungan budaya yang berbeda-beda.

• Penggunaan budaya sbg ‘frame of reference” untuk melihat , mencoba memahami dan bekerja dengan organisasi.

Asumsi Perspektif Budaya Organisasi Steven Ott :

• Perilaku dan keputusan organisasi dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya organisasi yang kuat akan mengendalikan perilaku organisasi.

• Preferensi pribadi dari anggota organisasi tidak dibatasi oleh sistem aturan formal, otoritas dan norma perilaku yang rasional , tapi dikontrol oleh norma keyakinan , nilai dan asumsi budaya.

• Budaya organisasi dibentuk oleh lingkungan dimana ia beroperasi. Nilai budaya dimana suatu organisasi berada akan tercermin dalam budaya organisasi .

Budaya birokrasi dapat berupa :

A. Artifact : pola perilaku yang visible atau tangible (dapat dilihat dan diamati). Misalnya : jargon, bahasa lisan (ucapan), tulisan/arsip, tata ruang kantor. Struktur organisasi, cara berbusana, ritual, dsb

B. Belief and value (keyakinan dan nilai): nampak dari bagaimana orang berkomunikasi , menjelaskan, membenarkan apa yang dikatakannya dan dilakukannya.

Konsep Birokrasi Sala- Fred W. Riggs

• Birokrasi negara sedang berkembang dikonsepkan oleh Riggs dengan istilah “Birokrasi Sala” = tipe birokrasi masyarakat transisi atau masyarakat prismatik.

• The prismatic metaphor refer to the co-existence of traditional and modern cultural systems, each with its distinctive norms and practice

Fred W. Riggs

Riggs membagi masyarakat ke dalam tiga kelompok :

Masyarakat Tradisional Masyarakat Modern Masyarakat Transisi

•Masyarakat

agraria/diffused

•Nilai askripsi : mementingkan faktor

keturunan dan partikularis-

me (suku, agama,adat

istiadat, dsb)

•Spesialisasi belum

berkembang

•Feodal-absolut

- Masyarakat industri/

diffracted

- Nilai prestasi/

achievement dan

universalisme

- Spesialisasi tinggi

- Sistem politik demokratis

- Birokrasi rasional/Weber

- Masyarakat prismatik

- Transisi dr tradisional

ke modern

- Secara formal modern

tapi nilai tradisi tetap

masih dominan

Heterogenitas

Formalisme

Overlapping

Negara sedang berkembang merupakan tipe masyarakat prismatik atau transisi yaitu masyarakat yang sedang berubah dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern.

• Ciri-ciri :

a. Heterogenitas

b. Formalisme

c. Overlapping

Konsep Birokrasi Sala- Fred W. Riggs

Heterogenitas :

• Coexistence and mixture of both modern and

traditional structures.

• Fungsi administratif modern bercampur dengan

praktek administrasi yg berdasarkan nilai budaya

tradisional.

• Nilai tradisional/kekeluargaan tetap dipraktekkan

secara diam-diam atau informal.

Orientasi status dan senioritas lebih

menonjol ketimbang profesionalisme

dan kinerja

Formalisme

• Formalism refers to a gap between prescribed

norms and actual practice

• Ketidaksesuaian antara aturan tertulis (formal)

dengan prakteknya

• Pelaksanaan peraturan jauh dari norma-norma

yang tersurat dan tersirat

Mengutamakan simbol-simbol dan

seremonial ketimbang produktivitas

Overlapping

• Two types of structures (traditional and

modern) performing similar functions

• Tumpangtindih antara urusan kantor/publik

dengan urusan keluarga/pribadi

• Peraturan formal diterapkan secara tegas

pada pihak lain, namun diterapkan longgar

bagi sanak famili standard ganda

Melahirkan nepotisme dan

penyalahgunaan kekayaan negara

Heterogenitas

Formalisme

Overlapping

Solidaritas kelompok

atas dasar kesamaan :

etnis, ras,daerah,

agama, aliran,

ideologi,dsb

Poly communal/

Plural society

Clect

(klik)

KKN

M. Shamsul Haque - Incongruity Between Bureaucracy

and Society in Developing Nations : A Critique

• Administrative systems in developing countries were mostly imposed under the colonial rule and reformed in the post-colonial period by imitating the same Western model

• In Western nations, the modern state bureaucracy emerged within a socio-historical context based on :

– The scientific and industrial revolution

– The rise of capitalist production

– The separation of the state from religion (secularism)

– Human behavior guided by impersonal reason and competion

M. Shamsul Haque (lanjutan)

Karakteristik birokrasi negara sedang berkembang dipengaruhi

oleh faktor politik dan budaya ;

Bureaucracy vs Politics

- Western

Model of bureaucracy is based on :

- advanced and stable political system

- political neutrality of bureaucracy

- bureaucratic accountability based on public representation and participation

- ideological atmosphere of liberal democracy

- Developing Contries

- the absence of competitive political parties

- lack interest articulation

- limited political participation

- military rule

- The absence of competitive

political party

- Lack of interest

articulation

- Limited political

participation

- Military rule

Centralized & elitist

Bureaucratic power

The line between politics

and administration is

relatively blurred

M. Shamsul Haque (lanjutan)

Bureaucracy vs Culture :

Western bureaucracy emerged within a cultural context that

embodied certain values as :

- secularism

- individualism Weberian bureaucracy

- rationality

- achievement orientation

- Developing Contries

- ritualism

- ascriptive norms

- patron-client relations Formalism

- caste structure/ethnicity norms

- seniority-based authority

• Keputusan MenPAN Nomor 04 Th. 1991 tentang

Pedoman Pemasyarakatan Budaya Kerja

• Keputusan MenPAN Nomor 25/KEP/M.PAN/2002

tentang Pedoman Pengembangan Budaya Aparatur

Negara

Mengamanatkan pemasyarakatan dan implementasi

budaya kerja pada instansi pemerintah.

• Budaya Kerja adalah sikap dan perilaku individu dan kelompok aparatur negara yang didasari atas nilai-nilai yang dimiliki, diyakini

kebenarannya dan telah menjadi sifat serta kebiasaan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya sehari-hari.

padangtoday.com

Nilai-nilai dasar budaya kerja

• Nilai-nilai dasar budaya kerja adalah nilai-nilai yang

dimiliki dan diyakini kebenarannya.

• Nilai-nilai dasar budaya kerja terdiri dari 34

unsur/17 pasang nilai sebagai unsur minimal yang

harus ada dalam penerapan nilai-nilai budaya kerja,

yang diharapkan dapat dikembangkan oleh setiap

aparatur negara, sehingga antara nilai-nilai yang

diyakini tersebut, akan menumbuhkan motivasi dan

tanggung jawab terhadap peningkatan produktivitas.

Nilai-nilai dasar budaya kerja aparatur negara adalah sebagai berikut :

1. Komitmen dan konsisten, terhadap visi, misi dan tujuan organisasi; 2. Wewenang dan tanggungjawab, yang jelas, tegas dan seimbang; 3. Keiklasan dan kejujuran, yang menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan

kewibawaan pemerintah; 4. Integritas dan profesionalisme, yang konsisten

dalam kata dan perbuatan serta ahli dalam bidangnya; 5. Kreatifitas dan kepekaan, yang dinamis mendorong

kearah efisiens & efektifitas; 6. Kepemimpinan dan keteladanan, yang mampu

mendayagunakan kemampuan

potensi bawahan secara optimal; 7. Kebersamaan dan dinamika kelompok, yang

mendorong agar cara kerjanya tidak

bersifat individual dan pusat kekuasaan tidak

pada satu tangan;

8. Ketepatan dan kecepatan, adanya kepastian

waktu, kuantitas, kualitas dan

finansial yang dibutuhkan;

9. Rasionalitas dan kecerdasan emosi, keseimbangan antara

kecerdasan intelektual dan emosional; 10. Keteguhan dan ketegasan, yang tidak mudah terpengaruh

oleh pihak yang merugikan diri dan negaranya; 11. Disiplin dan keteraturan kerja, yang mengacu kepada standar

operasional prosedur; 12. Keberanian dan kearifan, yang dihasilkan dari adanya

pendelegasian wewenang; 13. Dedikasi dan loyalitas, terhadap tugas yang bersumber pada

visi, misi dan tugas instansi; 14. Semangat dan motivasi, yang didorong oleh keinginan

memperbaiki keadaan secara perorangan maupun organisasional; 15. Ketekunan dan kesabaran, yang didasarkan kepada tanggung

jawab terhadap tugas yang diamanahkan; 16. Keadilan dan keterbukaan, sesuai dengan keinginan masyarakat; 17. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan

perkembangan zaman yang semakin maju.

Manfaat Budaya Kerja

• Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang.

• Budaya Kerja yang baik : 1. meningkatkan jiwa gotong royong 2. meningkatkan kebersamaan 3. saling terbuka satu sama lain 4. meningkatkan jiwa kekeluargaan 5. meningkatkan rasa kekeluargaan 6. membangun komunikasi yang lebih baik 7. meningkatkan produktivitas kerja 8. tanggap dengan perkembangan dunia luar, dll.

Manfaat Bagi Individu

• Memperoleh kesempatan untuk berperan, berprestasi, aktualisasi diri, mendapat pengakuan, penghargaan, kebanggaan kerja rasa ikut memiliki dan bertanggungjawab, meningkatkan kemampuan memimpin dan memecahkan masalah, memperluas wawasan, lebih memahami makna hidup dan pengabdiannya sebagai aparatur negara dengan cara bekerja sebaik-baiknya dan berprestasi dalam lingkungan tugas kerja/instansinya;

Manfaat Bagi Organisasi

• Meningkatkan kerjasama yang baik, mengefektifkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi, keselarasan dan dinamika organisasi, memperlancar komunikasi dan hubungan kerja, menumbuhkan kepemimpinan yang partisipatif, mengeliminasi hambatan-hambatan psikologis dan kultural (feodalisme), menciptakan suasana kerja yang menyenangkan dan mendorong kreativitas pegawai, sehingga dapat meningkatkan kinerja, produktifitas dan mutu pelayanan masyarakat.

Manfaat Bagi Bangsa dan Negara

a. Membangun moral, sikap mental dan

perilaku positif aparatur negara;

b. Memperbaiki pelaksanaan sistem

manajemen Pemerintahan;

c. Mempercepat pemberantasan KKN.

Praktik

Beberapa data membuktikan birokrasi Indonesia belum banyak

mengalami perubahan yang signifikan (M.Yudhiantara

www.warmadewa.ac.id ):

Pertama,laporan dari the world competitiveness yearbook tahun 1999 yang

menyatakan bahwa birokrasi Indonesia berada pada kelompok Negara Negara

yang memiliki indeks competitiveness yang paling rendah diantara 100

negara yang diteliti (Cullen& Cushman,2000)

Kedua,hasil penelitian PSKK UGM tahun 2000 di 3 provinsi yang

menyimpulkan bahwa kinerja birokrasi dalam pelayanan public masih amat

buruk disebabkan oleh kuatnya pengaruh paternalisme (Dwiyanto,2003)

Ketiga, hasil kajian political and economic risk consultancy di 14 negara tahun

2001,menyatakan adanya indikasi kinerja birokrasi di Indonesia yang makin

buruk dan korup (Kompas,22 juni 2001)

• Terkait dengan sulitnya melakukan perubahan dalam tubuh birokrasi,ada seorang pakar yang mengatakan bahwa sejumlah gejala autisme telah menjangkiti tubuh birokrasi..Gejala-gejala autisme itu antara lain : (Triputro,R.Widodo,2005)

– Birokrasi cenderung mempertahankan kebiasaan yang sudah mapan sehingga sangat sulit menerapkan perubahan

– Birokrasi sulit menerima konsep konsep pembaharuan atau pelajaran, apalagi pelajaran itu datangnya dari pihak lain

– Birokrasi pandai meniru-nirukan konsep - konsep perubahan (reinventing government,wirausaha birokrasi, clean government & good governance,dll

– Asik dengan kesibukan sendiri termasuk menyibukkan diri dengan mengidentifikasi konsep perubahan/ reformasi,tetapi tidak ada hasil yang signifikan

Rekomendasi :

• Idealnya, implementasi budaya kerja secara

nasional didahului dengan komitmen pimpinan,

dimulai dari pimpinan tertinggi pemerintah yaitu

Presiden, dan secara berjenjang turun ke tingkat

yang lebih rendah

• Peraturan mengenai budaya kerja ditetapkan

berdasarkan lingkup kebutuhannya disertai dengan

petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya

• Membangun sistem penghargaan dan sanksi

secara berjenjang antara lain dengan memperbaiki

sistem penganggaran (penggajian) dan sistem

kepegawaian (manajemen SDM).

Rekomendasi :

• Penggalian nilai-nilai dasar harus dilakukan dengan pola bottom up

• Nilai-nilai dasar organisasi yang telah ditetapkan harus dijabarkan dalam bentuk tindakan nyata yang harus dilakukan oleh setiap individu organisasi dengan berpedoman pada peraturan dan sistem yang melekat pada kinerja organisasi, disertai indikator yang jelas agar dapat diukur tingkat capaian kinerjanya.

• melibatkan pihak lain (konsultan) yang mempunyai kompetensi dalam pengembangan budaya kerja. Hal ini dipandang penting untuk menghilangkan rasa sungkan (ewuh pekewuh) apabila penanganannya dilakukan oleh rekan sendiri

“Things do not change,

we change”

(Henry David Thoreau)