Upload
yipno-wanhar-el-mawardi
View
2
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bedah
Citation preview
Tidak ada tes tunggal akurat mendiagnosis kanker
Diagnosis memerlukan Evaluasi lengkap meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik dilengkapi dengan tes diagnostik
Prosedur diagnostik: ◦ pencitraan, tes laboratorium penanda tumor,
tumor biopsi, pemeriksaan endoskopik, pembedahan, atau pengujian genetik
The Washington Manual of Oncology 1st edition(June 15, 2002): by Ramaswamy, Md.Govindan (Editor), Matthew A., MD Arquette (Editor), Richard L. Lieber By Lippincott Williams&Wilkins Publishers
Pendahuluan1
Ketepatan hasil diagnosa tergantung dari2:◦ kualitas biopsi ◦ adekuatnya informasi klinis ◦ interpretasi tepat dari hasil biopsi
Standar baku dalam mendiagnosa terletak pada pemeriksaan histopatologi dari biopsi jaringan
Rosenberg S. A.:Cancer Principles and Practice of Oncology, Volume 1. 7th edition, Philladelphia : Lippincot Raven Publisher
Diagnosa histopatologi yang tepat 3 tergantung:◦ kemampuan klinis dalam prosedur biopsi
yang benar◦ informasi klinis yang tepat◦ ahli patologi yang menilai dengan tepat
hasil biopsi
3 Faktor Biopsi baik4:◦ pemilihan tempat biopsi◦ prosedur yang dilakukan◦ pemenuhan syarat dari jaringan biopsi
American Joint Committee on Cancer :AJCC Cancer Manual Staging,5 th Ed, LippincotRaven. Philadelphia-New York 1997, page 1-9
ICD – 10, 10 th revision, WHO 1992, page 2-23
Dari bahasa latinBios : hidup dan Opsi : tampilan
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia untuk pemeriksaan laboratorium
Definisi
biopsi adalah pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosa dokter bukan untuk terapi kanker ◦ kecuali biopsi eksisional : selain pengambilan sampel
juga mengangkat semua massa / kelainan yang ada.5
Jaringan yang akan diambil untuk biopsi dapat berasal dari bagian tubuh manapun, di antaranya kulit, perut, ginjal, hati, dan paru-paru.
Sukardja, IDG : Onkologi klinik. Surabaya. Airlangga University Press.1996. hal. 259-268
Biopsi kapsul, untuk mengambil sampel dari lapisan usus
Biopsi endoskopik, yaitu pengambilan sampel jaringan menggunakan alat yang disebut endoskopi
Biopsi jarum, untuk mengambil jaringan dari organ tubuh atau jaringan di bawah kulit
Biopsi insisional, pengambilan sebagian jaringan yang sakit
Biopsi eksisional, untuk mengambil bagian lebih besar dari jaringan
Biopsi dengan alat untuk membuat lubang (punch biopsy), untuk mengetahui kondisi kulit
Sukardja, IDG : Onkologi klinik. Surabaya. Airlangga University Press.1996. hal. 259-268
Jenis biopsi5 :
pengambilan sebagian jaringan yang sakit dilakukan bila jaringan sakit terlalu besar (ukuran >2 cm)◦ tidak dapat dilakukan pengangkatan seluruh
jaringan tanpa tindakan rekonstruksi untuk menutup defek
Ackerman AB. 1978. Histologic Diagnosis of Inflamatory Skin Desease, London : Lea & Febiger, Publ. 119-155.
Biopsi insisional6
Pengambilan seluruh massa yang dicurigai Di bawah bius umum /lokal tergantung lokasi
massa Dilakukan bila massa tumor kecil & belum
ada metastase /penyebaran tumor Dapat bersifat kuratif untuk tumor
berukuran kecil ( melanoma, kanker payudara, sarcoma, karsinoma sel basal)
Dilakukan sesuai prinsip onkologi,min 1-2 cm dari pinggir lesi tidak ada lesi tertinggal
Ackerman AB. 1978. Histologic Diagnosis of Inflamatory Skin Desease, London : Lea & Febiger, Publ. 119-155.
Biopsi eksisional6
Pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat jarum
Dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum) bisa dilakukan langsung / dibantu dengan radiologi seperti CT scan / USG sebagai panduan
Harahap M., 1979. Biopsi dalam dermatologi, Medan : Fak. Kedokteran Univ. Sumatera Utara Bag. Peny. Kulit & Kelamin, Juli : 1 – 14
Biopsi jarum7
Jenis biopsi jarum : Core Biopsi, menggunakan jarum
berukuran besar Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB),
menggunakan jarum kecil atau halus
Biopsi Jarum
Fine Needle Aspiration Biopsy : Suatu teknik sederhana yang telah digunakan
di Swedia selama berpuluh-puluh tahun
Jarum berukuran kecil (sekitar 22 - 25G) dimasukkan kedalam tumor dan di aspirasi, dihapuskan pada slide, diwanai, dan diperiksa di bawah mikroskop oleh ahli patologi
Diagnosis dapat diketahui dalam beberapa menit
Harahap M., 1979. Biopsi dalam dermatologi, Medan : Fak. Kedokteran Univ. Sumatera Utara Bag. Peny. Kulit & Kelamin, Juli : 1 – 14
Biopsi Jarum FNAB7
Tumor-tumor yang dalam, struktur yang sulit dijangkau (pankreas, paru-paru dan hati)
Tumor-tumor tiroid
Harahap M., 1979. Biopsi dalam dermatologi, Medan : Fak. Kedokteran Univ. Sumatera Utara Bag. Peny. Kulit & Kelamin, Juli : 1 – 14
Indikasi FNAB
Prosedur FNAB biasanya dilakukan oleh seorang ahli patologi dibantu oleh ahli radiologi dengan tuntunan ultrasound atau CT-Scan dan tidak membutuhkan anestesi, bahkan lokal anestesi sekalipun
FNAB
Membutuhkan sepotong jaringan intak untuk dianalisa secara histologik
memiliki potensi yang sama untuk memberikan informasi setara biopsi insisi bila potongan yang diambil cukup baik
Biasanya prosedur ini digunakan beberapa kali
Jarum biopsi yang digunakan berukuran 14-16 G
Harahap M., Moerbono M., 1996. Teknik Biopsi. Makalah dalam Sim-posium Skin Surgery. Solo 1 – 8
Core Needle Biopsy8
Tehnik : Jarum ditempatkan dalam posisi tertutup melalui
insisi dan dimasukkan sampai posisinya tepat diatas tumor
Kemudian jarum dibuka sehingga trokar bagian dalam masuk lebih jauh ke dalam massa tumor. Sementara trokar bagian dalam distabilisasi, lapisan luar didorong menutupi jarum bagian dalam sehingga sebagian massa tumor masuk ke dalam trokar.
Saat jarum dibuka, bagian jaringan yang ada harus segera ditempatkan ke dalam formalin
Core Needle Biopsy8
Baik FNAB maupun Core Needle Biopsy, false positive rate nya sangat rendah namun false negatif ratanya dapat mencapai 10%.
Sebagian besar dari hasil-hasil yang negatif
atau meragukan sebaiknya dikonfirmasi baik dengan biopsi insisi ataupun biopsi eksisi8.
Harahap M., Moerbono M., 1996. Teknik Biopsi. Makalah dalam Sim-posium Skin Surgery. Solo 1 – 8
Biopsi JarumFNAB & Core Needle Biopsy
Dilakukan pada kasus hitung darah yang abnormal◦ anemia yang tidak bisa dijelaskan◦ tingginya sel darah putih ◦ rendahnya platelet
Pada orang dewasa,sample dari tulang pelvis(spina iliaka superior)
Langkah aspirasi ini biasanya tidak menyenangkan/ tidak nyaman untuk pasien, karena bagian dalam dari tulang tidak dapat dibius total
Biopsi sumsum tulang
Tehnik : Dengan posisi pasien berbaring telungkup, kulit di
sekitar lokasi biopsi diberi lokal anestesi. Lalu jarum dimasukkan lebih dalam untuk
mencapai membran permukaan yang menutupi tulang (periosteum).
Sebuah jarum yang lebih besar dengan ujung jarum sangat tajam kemudian dimasukkan ke dalam ruang sumsum tulang.
Sebuah syringe dihubungkan dengan jarum tersebut dan dilakukan aspirasi. Sel-sel sumsum tulang akan masuk ke dalam syringe
Biopsi sumsum tulang
Tehnik : Isi dari syringe yang terlihat seperti darah
dan gumpalan-gumpalan lemak yang mengambang di dalamnya bila dilihat dengan mata telanjang, diteteskan di atas slide dan dihapuskan.
Setelah diwarnai sel dapat dilihat oleh ahli patologi/hematologi
Harahap M., Moerbono M., 1996. Teknik Biopsi. Makalah dalam Sim-posium Skin Surgery. Solo 1 – 8.
Biopsi sumsum tulang
pengambilan sampel jaringan dengan aspirasi jarum dengan menggunakan endoskopi sebagai panduannya
Indikasi untuk tumor dalam saluran tubuh seperti saluran pernafasan, pencernaan dan kandungan.
Endoskopi dengan memasukkan kamera ke dalam saluran menuju lokasi kanker, lalu dengan jarum diambil sedikit jaringan sebagai sampel
Robbins SL,Kumar V.Breast,in Basic pathology,Philadelphia-London Toronto : W.B Saunders Co,1987;1320-30
Biopsi jarum dengan bantuan endoskopi9
Untuk sampel rash kulit dan massa yang kecil
Tehnik : Setelah diinjeksikan anestesi lokal, biopsi punch
yang pada dasarnya adalah versi yang lebih kecil(diameter 3 – 4 mm) dari suatu pemotong biskuit, digunakan untuk menghasilkan suatu potongan kulit yang berbentuk silindris. Lubang yang ada dijahit dengan benang dan sembuh dengan bekas yang minimal9
Jaringan yang diperoleh dari hasil biopsi difiksasi, dan dikirim untuk pemeriksaan patologi dan atau imunohistokimia
Robbins SL,Kumar V.Breast,in Basic pathology,Philadelphia-London Toronto : W.B Saunders Co,1987;1320-30
Punch biopsy9
Tujuan pemeriksaan patologi ini adalah untuk menentukan apakah lesi tersebut ganas atau jinak, dan membedakan jenis histologisnya.
Punch biopsy
1. Mengetahui morfologi tumora. Tipe histologic tumorb. Subtipe tumorc. Grading sel
2. Radikalitas operasi
3. Staging tumora. Besar specimen dan tumor dalam centimeterb. Luas ekstensi tumorc. Bentuk tumord. Nodus regional
- Banyak kelenjar limfe yang ditemukan- Banyak kelenjar limfe yang mengandung
metastasis- Adanya invasi kapsuler- Metastase ekstranodal
Tujuan biopsi :
Syarat Biopsi :1. Tidak boleh membuat flap2. Dilakukan secara tajam3. Tidak boleh memasang drain4. Letaknya dibagian tumor yang dicurigai5. Garis insisi harus memperhatikan rencana
terapi definitif (diletakkan dibagian yang akan diangkat saat operasi definitif)
Sukardja, IDG : Onkologi klinik. Surabaya. Airlangga University Press.1996. hal. 259-268
Open biopsi5
Kontra indikasi operasi biopsi6: Biopsi insisional pada tumor kecil yang
dapat diangkat seluruhnya Infeksi pada lokasi yang akan dibiopsi
(relatif) Gangguan faal hemostasis berat (relatif) Biopsi diluar daerah yang direncanakan
akan dieksisi saat operasi
Ackerman AB. 1978. Histologic Diagnosis of Inflamatory Skin Desease, London : Lea & Febiger, Publ. 119-155
Open biopsi
Hindari daerah trauma, jaringan parut, infeksi sekunder dan daerah yang telah berubah akibat pengobatan
Lesi yang dipilih merupakan lesi yang telah berkembang sempurna
Pengambilan beberapa bahan pemeriksaan dengan bermacam stadium perkembangan akan lebih membantu menafsirkan diagnosis
Jaringan patologis diambil bersama jaringan normal yang berbatasan
Bila lesi berupa vesikel atau bula maka lesi tersebut diangkat seluruhnya
Houssami N,Irwing L,Assesment diagnosis in women with breast symptom
Pemilihan lokasi biopsi 10:
1. Pasien berbaring diatas meja operasi sesuai dengan posisi tumor.
2. Daerah yang akan dibiopsi didesinfeksi dengan povidone iodine 10%.
3. Dilakukan drapping dengan linen steril berlubang.4. Pada biopsi insisional, dilakukan sayatan dengan mess
berbentuk elips.5. Pada biopsi eksisional, dilakukan sayatan dengan mess
berbentuk elips dengan margin 1-2 cm diluar tumor6. Jaringan subkutan dijahit dengan benang absorbable
dengan simpul di dalam.7. Kulit dijahit dengan benang non absorbable dengan jahitan
satu-satu.8. Spesimen yang diperoleh difiksasi dalam larutan formalin
10% dengan perbandingan volume minimal 1:5, dan semua bagian spesimen harus terendam dalam larutan formalin
Byrd BF,Hartman WH.Breast cancer detection.Seminars in surgical Oncology,1988,4 :221-25
Tehnik Open biopsi11
Perdarahan, jaringan yang dibiopsi mengandung banyak pembuluh darah
Infeksi, biopsi membuat luka sehingga merupakan tempat masuknya kuman
Luka tidak mau sembuh, karena bertumbuhnya sel-sel tumor di luka biopsi atau terjadi nekrosis atau infeksi.
Komplikasi operasi :
Biopsi dapat menyebarkan sel-sel tumor ganas ke jaringan sekitarnya
Merusak jaringan atau organ-organ disekitarnya
Komplikasi anestesi infiltrasi, kemungkinan terjadi penyebaran sel-sel tumor kesekitarnya, selain itu bisa timbul reaksi alergi terhadap obat-obat anestesi bisa sampai terjadi syok
Butler Ja,Vargas Hi,Worthen N.Accuracy of combined clinical,mammographic-cytologic diagnosis of dominant breast masses.Arch Surg,125;893-96
Komplikasi operasi 12:
1. Pemeriksaan Makroskopis&
2. Pemeriksaan Mikroskopis
Butler Ja,Vargas Hi,Worthen N.Accuracy of combined clinical,mammographic-cytologic diagnosis of dominant breast masses.Arch Surg,125;893-96
Fleming I D, Cooper J S, Henson D E, Hutter R V P, Kennedy B J, Murphy G P, O’Sullivan B, Sobin L H, Yarbro J W (ed), AJCC Cancer Staging Manual, 5th ed , Philadelphia,
Lippincott-Raven, 1997, 171-180
Pemeriksaan Patologi Biopsi12,13
Spesimen dilihat dengan mata telanjang Kebanyakan bentuknya kecil, potongan
jaringan tersebut sulit dideskripsikan, jadi gambaran deskripsinya singkat
Contoh : Deskripsi makroskopis dari biopsi endoskopi kolon : “polip dari colon sigmoid”. Bentuk ovoid, permukaan licin, keras, nodul berwarna pucat, ukuran 0,6x0,4x0,3 cm, kontainer A, semua, bi-seksio.
Pemeriksaan Makroskopis
kalimat pertama adalah contoh bagaimana dokter yang melakukan biopsy memberikan label pada spesimen
Berikutnya adalah deskripsi tekstual dari bentuk spesimen,diikuti dengan ukurannya. Tulisan kontainer A, semua, bi-seksio, menunjukkan bahwa specimen tersebut, dibagi dua, sebagian diserahkan untuk pemeriksaan secara menyeluruh (utuh) dalamsebuah kontainer berlabel A
Pemeriksaan Makroskopis
Gambaran mikroskopis adalah penjabaran dari temuan-temuan pada pemeriksaan slide kacadi bawah mikroskop
Pemeriksaan Mikroskopis
Contoh : Spesimen A :
◦ potongan-potongan ini menunjukkan suatu struktur polipoid yang terdiri dari inti fibrovaskuler, dikelilingi oleh lapisan mukosa yang menunjukkan arsitektur adenomatous dengan pola tubuler yang predominan. Tubule-tubule ini dihubungkan satu dengan yang lain olehepitemium kolumner yang tinggi yang menunjukkan inti sel yang mengalami pseudostratifikasi,hiperkromasia, aktifitas mitotik yang meningkat dan berkurangnya mucin sitoplasma.Tidak ada tanda-tanda invasi stroma.
Pemeriksaan Mikroskopis
Dapat terlihat bahwa bahasa dari penggambaran mikroskopik adalah jauh lebih rumit daripada yang digunakan untuk deskripsi makroskopi
Secara umum penggambaran mikroskopik adalah komunikasi antara ahli patologi untuk tujuan rujukan dan jaminan kualitas.13
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan makroskopik : pengolahan jaringan
Pemeriksaan mikroskopik : menghasilkan suatu argumen logis terhadap suatu penilaian yang pendek dan tepat dari hasil biopsi
Diagnosis
Contoh : Diagnosis dari biopsi colon : Colon, sigmoid,
endoscopic biopsy : tubular adenoma (adenomatous polyp)
Kata pertama merujuk pada organ atau jaringan yang terlibat (“Colon”). Kata kedua (“sigmoid”)menunjukkan tempat di colon mana biopsi diambil. “Endoscopic biopsy” menunjukkan tipe dari prosedur pembedahan yang dikerjakan. Selanjutnya adalah diagnosis yang sesuai, dalam kasus ini adalah “tubular adenoma”.
Diagnosis
Penggolongan displasia bergantung pada luasnya perubahan displastik sel epitel yang terlibat :
1. displasia ringan, sitologi dan perubahan arsitektural dibatasi oleh 1/3 ketebalan epitel.
2. displasia berat, perubahan displastik mencapai lebih dari 2/3 ketebalan, tapi lebih tipis dari seluruh ketebalan epitel
Kriteria umum diagnosis histopatologisDisplasia
Kompleksitas dari kriteria diagnosa ini timbul dari berbagai macam faktor. Penilaian displasia bersifat subjektif dan terbuka dalam interpretasinya
Penggolongan patologi displasia akurat membutuhkan pengalaman yang luas
Seorang klinisi harus mendiskusikan kasusnya dengan ahli patologi jika diagnosanya bertentangan dengan bukti klinis yang ada.
Kriteria umum diagnosis histopatologisDisplasia
Follow-up kasus displasia sedikitnya setahun sekali, walaupun tidak terlihat lagi sisa lesi secara klinis
Walau eksisi sudah dikonfirmasi secara klinis dan histologis, molekul klon dari sel masih beresiko menjadi displasia
Kriteria umum diagnosis histopatologisDisplasia
Kriteria umum untuk kelainan jinak payudara : Banyak inti bipolar Kualitas hapusan mengandung sedikit sampai
banyak sel Sel-sel dalam kelompok monolayer yang
bercabang cabang dengan rata Latar belakang bersih Inti monomorf membran inti halus tidak terdapat
anak inti,bla ada tampak samar samar dengan bentuk isomorf
Metaplasia apakin makrofag dan kronis
Sobin L H & Wittekind Ch (ed), TNM Classification of Malignant Tumours, 6th ed, New York, Wiley-Liss, 2002, 131-141
Kriteria umum diagnosis histopatologisDisplasia14
Kriteria umum kelainan ganas payudara Sel-sel intak yang tersebar dengan inti yang memebesar
dan polimorf Kaya akan sel kelompok-kelompok sel tiga dimensi dengan jumlah sel
yang bervariasi Latar belakang kotor dengan debris,kalsifikasi “red
stipling”,limfosit,sel plasma dan makrofag Inti tidak teratur dengan kromatin tidak teratur anak inti
yang bervariasidalam bentuk,jumlah dan ukuran serta N/C ratio yang meningkat
Tidak ada inti bipolar Campuran antara lemak dengan kelompok sel epitel
Sobin L H & Wittekind Ch (ed), TNM Classification of Malignant Tumours, 6 th ed, New York, Wiley-Liss, 2002, 131-141
Kriteria umum diagnosis histopatologisDisplasia14
Skema klasifikasi untuk penyakit kanker harus mencakup semua atribut dari kanker tersebut.
Ukuran tumor primer (T) yang membesar secara progresif, diikuti penyebaran ke KGB regional (N) ataupun metastase jauh (M)
Klasifikasi TNM
Diciptakan untuk tumor-tumor ganas oleh PierreDenoix dari Perancis antara tahun 1943 dan 1952
Pada tahun 1950, UICC (Union Internationale Contre le Cancer-International Union Against Cancer ) membentuk komite baru :Committee on Tumour Nomenclature and Statistics◦ sebagai sarana penentuan staging klinis kanker dan
definisi umum dari ekstensi local dari tumor ganas
American Joint Committee on Cancer :AJCC Cancer Manual Staging,5 th Ed, LippincotRaven. Philadelphia-New York 1997, page 1-9
ICD – 10, 10 th revision, WHO 1992, page 2-23
Klasifikasi TNM3,4
1953 disetujui penggunaan umum dalam pengklasifikasian penyebaran/ekstensitumor secara anatomis.dengan sistem TNM.
1958, direkomendasikan mengenai klasifikasi staging dari kanker payudara dan laring.
1969 komite menerbitkan buklet Livre dePoche yang memuat hasil penelitian dari cancer survival rates, yang diikuti penerbitan edisi ke 2 tahun 1974 dan edisi ke 3 tahun 1978. Revisi dari edisi ke-3 diterbitkan tahun 1982 dengan menambahkan klasifikasi mengenai tumor pada anak.
1993 dipublikasikan Suplemen TNM,yang bertujuan untuk menaikan kegunaan TNM dengan menambahkan penjelasan yang lebih detailmengenai sistem TNM dengan contoh-contoh praktis. Edisi kedua dari suplemen ini diterbitkan tahun20013.
Klasifikasi TNM
Edisi terbaru (edisi 6) diterbitkan tahun 2002◦ penyempurnaan edisi sebelumnya ◦ membangun suatu sistem klasifikasi tumor ganas
yang dapat diterima di seluruh dunia dengan keseragaman persepsi dari seluruh ahli onkologi4
Klasifikasi TNM
Prinsip pengklasifikasian kanker berasal dari fakta bahwa angka kesembuhan (survival rates) lebih baik pada kasus tumor yang terlokalisasi dibandingkan tumor yang menyebar ke organ lain
Prinsip sistem TNM
Keseragaman persepsi diperlukan dalam menghadapi suatu kasus tumor, karena akan mempermudahklinisi dalam :
1. Menentukan rencana terapi2. Prognosa3. Evaluasi dan terapi4. Bertukar informasi mengenai kasus yang
sama dengan center lain5. Penelitian mengenai kanker
Prinsip sistem TNM
Pengklasifikasian tumor didasarkan atas : lokasi dan ukuran tumor, lama gejala dan keluhan,umur dan jenis kelamin pederita, tipe histologis dan grade tumor
Klasifikasi penyebaran secara anatomis dari tumor yang ditentukan dari pemeriksaan klinis dan histopatologis merupakan prinsip utama dari sistem TNM
Prinsip sistem TNM
Sistem TNM dipergunakan untuk menjelaskan penyebaran secara anatomis dari tumor berdasarkan pemeriksaan 3 komponen, yaitu :
1. T – Ekstensi Tumor Primer 2. N – Ada/tidaknya pembesaran dan penyebaran
Kelenjar Getah Bening regional3. M – Ada/tidaknya Metastasis jauh Penambahan angka pada ketiga komponen
diatas melambangkan ekstensi dari suatu keganasan yaitu :T0, T1, T2, T3, T4, N0, N1, N2, N3, M0, M1
Prinsip sistem TNM
Peraturan umum dalam aplikasi TNM yaitu : Semua kasus harus dikonfirmasi mikroskopik
Dua klasifikasi dari pemeriksaan yaitu :a.Clinical classification (cTNM atau TNM ) dibuat sebelum pengobatan (pre-treatmentberdasarkan atas pemeriksaan fisik, pencitraan (imaging), endoskopi
b. Pathological classification (pTNM), post-surgical histopathological classification
American Joint Committee on Cancer :AJCC Cancer Manual Staging,5 th Ed, LippincotRaven. Philadelphia-New York 1997, page 1-9
ICD – 10, 10 th revision, WHO 1992, page 2-23
Prinsip sistem TNM3,4
Ketepatan hasil diagnosa dari pemeriksaan lesi ganas dan pra-ganas tergantung dari kualitas biopsi yang dilakukan, adekuatnya informasi klinis yang didapatkan serta interpretasi yang tepat dari hasil biopsi
Diagnosa histopatologi yang tepat tergantung pada kemampuan klinis dalam melakukan prosedur biopsi yang benar dan menyediakan informasi klinis yang tepat
Kesimpulan
Untuk mendapatkan sebuah biopsi yang tepat mencakup 3 faktor penting, yaitu; pemilihan tempat biopsi, prosedur yang dilakukan, pemenuhan syarat dari jaringan biopsi.
Seorang klinisi harus mendiskusikan kasusnya dengan ahli patologi jika diagnosanya bertentangan dengan bukti klinis yang ada
Keseragaman persepsi diperlukan dalam menghadapi suatu kasus tumor, karena akan mempermudah klinisi dalam melakukan diskusi antar disiplin ilmu mengenai staging dan sistem TNM.
Kesimpulan
The Washington Manual of Oncology 1st edition(June 15, 2002): by Ramaswamy, Md.Govindan (Editor), Matthew A., MD Arquette (Editor), Richard L. Lieber By Lippincott Williams&Wilkins Publishers
Rosenberg S. A.:Cancer Principles and Practice of Oncology, Volume 1. 7th edition, Philladelphia : Lippincot Raven Publisher.
American Joint Committee on Cancer :AJCC Cancer Manual Staging,5 th Ed, LippincotRaven. Philadelphia-New York 1997, page 1-9
ICD – 10, 10 th revision, WHO 1992, page 2-23 Sukardja, IDG : Onkologi klinik. Surabaya. Airlangga University
Press.1996. hal. 259-268 Ackerman AB. 1978. Histologic Diagnosis of Inflamatory Skin Desease,
London : Lea & Febiger, Publ. 119-155. Harahap M., 1979. Biopsi dalam dermatologi, Medan : Fak. Kedokteran
Univ. Sumatera Utara Bag. Peny. Kulit & Kelamin, Juli : 1 – 14 Harahap M., Moerbono M., 1996. Teknik Biopsi. Makalah dalam Sim-
posium Skin Surgery. Solo 1 – 8.
Daftar Pustaka
Robbins SL,Kumar V.Breast,in Basic pathology,Philadelphia-London Toronto : W.B Saunders Co,1987;1320-30
Houssami N,Irwing L,Assesment diagnosis in women with breast symptom
Byrd BF,Hartman WH.Breast cancer detection.Seminars in surgical Oncology,1988,4 :221-25.
Butler Ja,Vargas Hi,Worthen N.Accuracy of combined clinical,mammographic-cytologic diagnosis of dominant breast masses.Arch Surg,125;893-96.
Fleming I D, Cooper J S, Henson D E, Hutter R V P, Kennedy B J, Murphy G P, O’Sullivan B, Sobin L H, Yarbro J W (ed), AJCC Cancer Staging Manual, 5th ed , Philadelphia, Lippincott-Raven, 1997, 171-180
Sobin L H & Wittekind Ch (ed), TNM Classification of Malignant Tumours, 6th ed, New York, Wiley-Liss, 2002, 131-141
Haagensen C, Diseases of the Breast, 3rd ed, Philadelphia: WB Saunders, 1986
Daftar Pustaka