6
BIOGRAFI R.A. KARTINI NAMA : Fitri Adi Setyorini KELAS : XI IPA 5 NO : 12 SMA NEGERI 1 REMBANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BIOGRAFI KARTINI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ini adalah Biografi Lengkap RA.Kartini

Citation preview

Page 1: BIOGRAFI KARTINI

BIOGRAFI R.A. KARTINI

NAMA : Fitri Adi Setyorini

KELAS : XI IPA 5

NO : 12

SMA NEGERI 1 REMBANG

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Page 2: BIOGRAFI KARTINI

1. Masa kanak-kanak

Raden Ajeng kartini lahir di sebuah kota kabupaten di Propinsi jawa tengah bagian utara.

Letaknya kurang lebih 70 km dari Kota Semarang ke arah timur laut. Dari kota Demak kurang

lebih 44 km di sebelah utara dan kurang lebih 38 km sebelah barat laut Kota Kudus.

Raden Ajeng Kartini lahir pada hari Senin Pahing, tanggal 21 April 1879, atau pada

tanggal 28 Rabiulakhir, tahun (Jawa) 1808. RA. Kartini merupakan anak kelima dari 11 orang

bersaudara. Mereka dilahirkan dari 2 orang ibu. Ibu yyang pertama (garwa padmi atau

permaisuri) bernama RA. Moerjam adalah putri dari RMT. Tjitriwikromo (berasal dari Madura).

Raden Mas Ario Adipati Sastroningrat dengan RA. Moerjam mempunyai 3 orang putri yaitu RA.

Soelastri 9lahir, 9-1-1877), RA. Roekmini (lahir,4-7-1880), dan RA. Kartinah (lahir, 3-8-1883). Ibu

yang kedua (garwa ampil atau selir) bernama Ngasirah. Raden Mas Ario Adipati Sastroningrat

dengan Ngasirah mempunyai 8 orang anak yang terdiri dari 5 orang putra dan 3 orang putri. RA.

Kartini termasuk slah satu seorang putrid yang dilahirkan oleh Ngasirah.

Pada waktu RA. Kartini dilahirkan, ayahya, Raden Mas Ario Adipati Sastroningrat masih

menjabat sebagai asisten wedana di Mayong. Waktu masih kanak-kanak, RA. Kartini sering

dipanggil “Trinil” oleh keluarganya. Karena Kartini terkenal gesit, lincah, dan nakal. Trinil adalah

nama sejenis burung yang lincah dan cekatan seperti Kartini. RA. Kartini diasuh oleh ibunya

sendiri yang dibantu oleh mbok Lawijah atau mbok Donohardjo.

Pada tahun 1881, Raden Mas Ario Adipati Sastroningrat diangkat menjadi Bupati Jepara.

Seluruh keluarganya kemudian tinggal di rumah Kabupaten Jepara yang terletak di sebelah

timur alun-alun Jepara dan menghadap ke barat. Belum lama Raden Mas Ario Adipati

Sastroningrat pindah ke jepara, istrinya Ngasirah melahirkan seorang anak yang diberi nama

Kardinah yaitu nama pemberian dari kakeknya (Pangeran Ario Tjondronegoro). Kemudian

Kardinah sering dipanggil “Cuwik” oleh keluarganya karena RA. Kartini sering berteriak “Cuwike,

cuwike, sega adik.”

Semakin hari RA. Kartini, Roekmini, dan Kardinah tumbuh semakin besar. Mereka selalu

bermain bersama-sama, pergi bersama, dan tidak pernah pisah satu sama lain. Karena itulah

mereka kemudian mendapat julukan “Het klaverblad van Jepara” yaitu Daun Semanggi dari

Jepara. Hal ini dikarenakan semanggi itu berdaun tida sehingga Kartini, Roekmini, dan kardinah

diibaratkan sebagai daun semanggi. Mereka pun terkenal nakal dan sering mengerjai mbok

Lawijah dan mbah Sosro (orang yang mengawasi Kartini, Roekmini, dan Kardinah. Mempunyai

badan besar dan terkesan galak). Hingga akhirnya ketiganya mendapat amarah dari Raden Mas

Ario Adipati Sastroningrat.

Karena umur Kartini dianggap sudah cukup, ayahnya kemudian memasukkan Kartini ke

Sekolah Rendah Kelas dua Belanda di Jepara (2e klasse Holandsche School). Sekolah ini hanya

menerima anak-anak dari keluarga pegawai, bangsawan, anak Belanda, dan anak Indo-Belanda.

Page 3: BIOGRAFI KARTINI

Kartini juga sering merasa adanya perbedaan yang dqilakukan guru-guru terhadap anak pribumi

dan anak-anak Eropa. Selain itu, Kartini, Roekmini, dan Kardinah juga mendapat pelajaran di

rumah yaitu pelajaran memasak, menjahit, menyulam, dan merenda yang diajarkan dua kali

dalam seminggu oleh nyonya dari Belanda.

2. Masa Muda

Pada kira-kira usia 12 tahun, RA. Kartini sudah dapat menyelesaikan Sekolah Rendah

Kelas Dua Belanda di kotanya. Ia lulus dengan nilai yang baik. RA. Kartini ingin meneruskan

keinginannya untuk bersekolah di Sekolah Menengah seperti yang telah dilakukan oleh

saudara-saudara putranya dan orrang-orang Eropa. Namun, pada saat itu kira-kira tahun 1891,

ketika seorang gadis terlebih anak gadis bangsawan yang suda berusia 12 tahun sudah dianggap

dewasa. Mereka tidak boleh lagi berpergian ke mana-mana. Mereka tidak boleh ke luar rumah

untuk bersekolah. Mereka harus tetap di rumah dan bersiap-siap untik menjadi ibu rumah

tangga (pingitan).

RA. Kartini merasa dibelenggu dengan adat. Jiwanya ingin tetap bergerak bebas dan

kembali bersekolah namun semua keinginannya harus dibantahkan oleh ayahnya karena ini

semua merupakan aturan adat. Selain itu, hubungan antara ayah-ibu-keluarga dengan Kartini

semakin hari menjadi semakin kaku dan asing. Hal ini juga dikarenakan adat karena orang yang

sudah dianggap dewasa tidak boleh bersendagurau, makan bersama satu meja lagi dengan

ayah-ibunya karena mereka harus menghormati, tunduk, dan patuh kepad aorang yang lebih

tua.

Masa pingitannya dilaluinya dngan membaca banyak buku. Karena membaca buku

adalah satu-satunya hiburan dan dapat menjadi jembatan penghubung hatinya dengan dunia

luar. Dengan bacaan ini pula ia mengetahui keadan wanita di negeri lain dan kemudian

dibandingkan dengan wanita bangsanya. Kemudian Kartini juga mengirimkan surat dengan

sahabat-sahabatnya yang ada di Belanda. Serta Kartini juga sering mencurahkan isi dan

perasaannya pada kakaknya yaitu Raden Mas Sosrokartono yang mendukung pendirian dan

cita-citanya. Namun, kakak sulungnya RM Sosroningrat tidak mendukung pendirian dan cita-

citanya. Kartini juga tidak menyetujui pendapat RM Sosroningrat yang mengatakan, bahwa

perempuan itu lebih rendah derajatnya dari laki-laki.

Kemudian Roekmini dan Kardina juga menjalani masa pingittan saat berusia 14,5 tahun.

Selama berada di pingitan, Kartini menceritakan cita-citanya selama ini kepada kedua adiknya

sehingga Roekmini dan Kardinah bersedia untuk mewujufkan cita-cita tersebut bersama.

Setelah beberapa tahun menjalani masa pingitan, pingitan itu agak diperlonggar. Mereka dapat

keluar rumah dan diizinkan untuk emnghadiri peresmian Gereja di Kedung Penjalin, dan

menghadiri perayaan penobatan Ratu Wilhelmina di Yogyakarta.

3. Masa Remaja

Page 4: BIOGRAFI KARTINI

RA. Kartini gemar membaca buku. Buku-buku yang digemari dan dikaguminya adalah

buku Minnebrieven karya Multatuli yang merupakan kelanjutan dari Max Havellar. Buku ini

berisi tentang kekejaman-kekejaman yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda pada rakyat

Indonesia, pemerasan yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda kepada penduduk pribumi, dan

buruknya pemerintahan colonial dalam soal kepegawaian dan pendidikan bagi penduduk

bumiputra.

Buku Hilda van Suylenburg karya Ny. C. Goohoop de Jongg yang berisi tentang

perjuangan Hilda van Suylenburg untuk membela hak-hak wanita dalam masyarakat di Negeri

Belanda. Dan ini merupakan salah satu factor yang turut mengilhami perjuangan RA. Kartini

dalam memajukan kaumnya. Selain itu terdapat buku yang memuat perjuangan wanita yaitu :

Moderne Vrouwen (Wanita Modern) ditulis oleh Jeannette van Riensdijk, Moderne Maagden

(Gadis Modern) ditulis oleh Marcal Prevost yang berisi tentang tujuan Gerakan Wanita, De

Vrouwen en Sosialisme (Wanita dan Sosialisme) ditulis oleh August Bebel.

Pergaulan Kartini dnegan Nyonya Ovink Westenenk, adik Residen Jepara Ovink. Kartini

belajar melukis seminggu sekali. Hasil lukisan Kartini berupa empat ekor angsa yang sedang

berenang-renang dengan damai di kolam. Sekarang hasil lukisan tersebut disimpat di “Ruang

Kamar Pengabdian RA Kartini” di kabupaten Rembang. Pergaulannya dengan Nyonya Ovink

Westenenk karena menjelang akhir tahun 1899, Nyonya Ovink Westenenk harus mengikuti

suaminya yang dipindahkan ke Jombang.

Pada tanggal 8 Agustus 1800, Kartini berkenalan dengan Mr. Abendanon dan

nyonyanya. Mereka menyetujui, mendukung dan membantu tercapainya cita-cita mulai Kartini.

Mr. Abendanon dan nyonyanya memberikan nasihat kepada Kartini untuk membatalkan

keinginannya bersekolah di Negeri Belanda dan menasehatinya agar Kartini mengubah

rencananya dan meminta permohonan untuk melanjutkan sekolah di Batavia.

Pada tahun 1902, Kartini berkenalan dnegan Tuan dan Nyonya Van Kol. Mereka adalah

anggota parlemen Belanda yang pada waktu itu berkunjung ke Indonesia dan singgah di Jepara.

Mereka juga menyetujui, mendukung dan membantu tercapainya cita-cita mulai Kartini.

Mereka menganjurkan agar Kartini membuat permohonan tertulis kepada Gubernur Jendral

agar Kartini dan Roekmini dapat menerima beasiswa dari Pemerintah Belanda. Pada tanggal 26

Nopember 1902, Van Kol mendapatkan janji dari menteri jajahan bahwa Kartini dan Roekmini

akan mendapatkan beasiswa untuk belajar di Negeri Belanda. Pada tanggal 25 januari 1903

Tuan Abendanon datang ke Jepara dan menasihati Kartini untuk membatalkan keingainanya

untuk belajar di Negeri Belanda karena ditakutakan cita-cita luhur Kartini akan lutur dan cita-

citanya tidak dapat terlaksana dengan cepat. Akhirnya Kartini menyetujui nasehat Tuan

Abendanon. Dan kembali memohon kepada Pemerintah Belanda agar diberi beasiswa di

Sekolah Guru di Batavia.

Page 5: BIOGRAFI KARTINI