Bio Etanol Akhir

Embed Size (px)

Citation preview

PRODUKSI BIOETANOL

PRODUKSIBIOETANOL

JAGUNG

Jagung

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:

Plantae(tidak termasuk)

Monocots(tidak termasuk)

CommelinidsOrdo:

PoalesFamili:

PoaceaeGenus:

ZeaSpesies:

Z. mays

Nama binomial

Zea mays.

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Biologi jagungBerdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu[1]. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.

DeskripsiJagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.

Jagung hibrida di ladang.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.

Kandungan giziBiji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.Teknologi Budidaya JagungTanaman jagung di lahan kering merupakan tanaman penting karena 75% ahan kering di Jawa Timur pada musim penghujan ditanami jagung, dan ntuk lahan sawah dalam pola tanam padi-padi palawija atau padi palawija-palawija, jagung merupakan prioritas untuk tanaman palawija disamping edelai.

Permasalahan yang dihadapi petani jagung antara lain : (1)penggunaanvarietas unggul yang berdaya hasil tinggi, baik yang bersari bebas maupun hibrida masihterbatas, (2) di beberapa daerah khususnya pada lahan kering petani masih banyak

yang menggunakan jarak tanam yang tidak teratur, (3) pemupukan pada umumnya belum didasarkan atas ketersediaan unsur hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman.

Umumnya petani memupuk dengan dosis yang beragam sesuai dengan kemampuan keuangannya masing-masing dan tidak diimbangi dengan pemupukan P dan K.

Dengan penerapan teknologi usahatani jagung spesifik lokasi, meliputi

penggunaan varietas unggul jagung bersari bebas atau hibrida, perbaikan cara tanam, pemupukan dengan cara dan dosis yang tepat, pengelolaan tanah sesuai kondisi lahan, pengendalian hama dan penyakit memberikan peluang untuk meningkatkan produktifitas jagung yang cukup tinggi.

TEKNOLOGI YANG DIANJURKAN

1. Varietas Unggul

Beberapa varietas unggul dapat digunakan sebagai alternatif. Untuk daerah-daerah tertentu yang lebih menyukai varietas lokal karena alasan rasa dan umur panen, varietas lokal masih dapat ditanam tetapi cara budidaya-nya harus diperbaiki.

2. Pengolahan Tanah

Pada tanah berat dengan struktur mampat pengolahan tanah dilakukan 2 kali,

sedang untuk tanah ringan (porous) seperti tanah Alfisol, Regosol, Etisol, dan Oxixol,dapat dilakukan pengolahan tanah minimum, yaitu pengolahan tanah sepanjang baris tanaman atau tanpa pengolahan tanah dan hanya dilakukan pendaringan pada saat tanaman berumur sekitar 25 hari.

3. Cara Tanam

Cara tanam diusahakan dengan jarak yang teratur, baik dengan ditugal maupun mengikuti alur bajak. Populasi tanaman optimal berkisar antara 62.500 - 100.000 tanaman/ha, dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm, 2 tanaman /lubang atau 75 cm x 20 cm,1 tanaman/lubang. Untuk varietas lokal pada musim penghujan jarak tanam 75 cm x 30 cm,2 tanaman/lubang. Untuk jagung hibrida, jarak tanam 75 cm x 20 cm, 1 tanaman/lubang dapat memberikan pertumbuhan dan hasil produksi yang lebih baik.

Penanaman dapat juga dilakukan dengan sistem dua baris (double row), yaitu jarak tanam (100 cm x 50 cm) x 20 cm dengan 1 tanaman/lubang.

4. Pemupukan

Cara pemupukan ditugal 7 cm disekitar tanaman atau goretan (parit) yang

dibuah disamping tanaman sepanjang barisan, setelah pupuk diberikan kemudian ditutup. Semua dosis SP-36 dan KCI dan 1/3 dosis urea diberikan saat tanam, 2/3 bagian urea diberikan pada umur 4 minggu. Apabila menggunakan urea tablet, pupuk diberikan pada umur t 10 hari. Dosis pupuk disesuaikan dengan Brosur Acuan Rekomendasi Pemupukan Spesifik Lokasi Untuk Jagung di Lahan Kering Jawa Timur.

5. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dilakukan 2 kali, penyiangan I pada umur 10-15 hari dan penyiangan ke II pada umur 25-28 hari bersamaan dengan dilakukannya pembumbunan dan pemupukan ke II. Pada daerah yang sulit tenaga kerja, gulma dapat dikendalikan dengan penyemprotan herbisida pra tumbuh seperti a.l : Goal, Saturn-D, Gramaxone, Command, Ronstar dll. Dengan dosis sesuai anjuran Coammad.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Dilakukan dengan menerapkan kaidah pengendalian hama terpadu (PHT) yang komponen-nya terdiri dari penanaman varietas tahan pengelolaan kultur teknis yang tepat dan penggunaan pestisida. Pengendalian lalat bibit : dengan Karbofuran (misal : Furadan, Dharmafur, Regent dll). Karbofunen diberikan 4-5 butir bersamaan tanam ditempatkan dalam lubang tanaman. Pengendalian Penggerek Pucuk dengan Karbofuran ditempatkan pada titik tumbuh. Pengendalian penyakit Bulai dengan menggunakan varietas tahan dan perlakuan benih 5 gram Ridomil setiap 1 kg benih.

7. Panen

Panen dilakukan setelah biji pada tongkol masak yang ditandai dengan

terbentuknya lapisan hitam pada lembaga dan tongkol telah menguning.

CARA BUDIDAYA JAGUNG

Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).II. SYARAT PERTUMBUHANCurah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYAA. Syarat benihBenih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).B. Pengolahan LahanLahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.C. PemupukanWaktuDosis Pupuk Makro (per ha) Dosis POCNASA

Urea (kg)TSP (kg)KCl (kg)

Perendaman benih-- - 2 - 4 cc/ lt air

Pupuk dasar120 80 25 20 - 40 tutup/tangki( siram merata )

2 minggu- - - 4 - 8 tutup/tangki( semprot/siram)

Susulan I (3 minggu)115- 55 -

4 minggu- - - 4 - 8 tutup/tangki( semprot/siram )

Susulan II (6 minggu)115 - - 4 - 8 tutup/tangki( semprot/siram )

Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis 1 botol/1000 m2 dengan cara :- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.- alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 m bedengan.

D. Teknik Penanaman1. Penentuan Pola TanamanBeberapa pola tanam yang biasa diterapkan :a. Tumpang sari ( intercropping ),melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2. Lubang Tanam dan Cara TanamLubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Panen E. Pengelolaan Tanaman1. Penjarangan dan PenyulamanTanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

2. PenyianganPenyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

3. PembumbunanPembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

4. Pengairan dan PenyiramanSetelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

F. Hama dan Penyakit1. Hamaa. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot dengan PESTONAb. Ulat PemotongGejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.

2. Penyakita. Penyakit bulai (Downy mildew) Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO

c. Penyakit karat (Rust)Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk bijiPenyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

G. Panen dan Pasca Panen 1. Ciri dan Umur PanenUmur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.

2. Cara PanenPutar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.

3. PengupasanDikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.

4. PengeringanPengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.

5. PemipilanSetelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.6. Penyortiran dan PenggolonganBiji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan. POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA di KAB. SUMBA TIMUR

Perekonomian Provinsi NTT secara sektoral, masih didominasi oleh aktivitas sektor pertanian. Apabila dilihat secara lebih khusus lagi, penggerak sektor pertanian berasal dari subsektor tanaman pangan. Sementara sektor sekunder dan tersier ditempati oleh sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Namun demikian, fenomena dari ketiga sektor tersebut, secara perlahan cenderung menunjukkan adanya pergeseran. Performa sektor sekunder dan tersier dalam beberapa tahun terakhir relatif lebih ekspansif dibandingkan primary sector dalam hal ini sektor pertanian. Hal ini mengakibatkan share dari sektor pertanian yang cenderung menurun, sedangkan untuk dua sektor lainnya justru mengalami kondisi yang berkebalikan. Salah satu faktor penyebab kurang bergairahnya sektor pertanian disebabkan oleh sistem pola tanam yang selama ini dijalankan oleh masyarakat atau petani di Provinsi NTT. Sebagian dari mereka masih menggunakan teknologi tradisional dalam menjalankan usaha tani, seperti : mengolah tanah dengan sistem tebas bakar, menggunakan bibit lokal, jarang atau bahkan tidak mengunakan pupuk atau pestisida, mengunakan pola tanam campuran yang tidak beraturan. Bahkan kebun-kebun ada yang tidak dipagar sehingga hewan liar bebas keluar masuk merusak tanaman. Di Provinsi NTT, lahan pertanian pada subsektor tanaman pangan paling banyak digunakan untuk penanaman komoditi jagung. Hal ini tercermin dari luas panen untuk tanaman jagung yang relatif lebih besar dari komoditi yang lain. Pada tahun 2006 luas panen tanaman jagung mencapai 252.410 ha. Sekitar 252.410 ha lahan pertanian jagung yang tersebar di provinsi NTT.

Bagi Indonesia, perkembangan komoditi jagung merupakan salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis. Dalam beberapa tahun terakhir kebutuhan jagung terus meningkat, yang seharusnya dapat dipakai sebagai momentum untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Disamping sebagai makanan pokok sebagian masyarakat Indonesia, jagung juga berfungsi sebagai bahan pakan ternak dan bahan baku industri makanan. Seiring dengan peningkatan aktivitas industri peternakan Indonesia, tentunya sebagai second round effect berimbas terhadap peningkatan permintaan jagung sebagai salah satu input dalam produksi ternak. Sampai dengan akhir tahun 2006, Indonesia masih belum mampu mencukupi kebutuhan untuk konsumsi jagung dalam negeri. Oleh karena itu dengan potensi yang dimiliki dan prospek pasar yang menjanjikan, pengembangan komoditas jagung perlu ditindaklanjuti dengan langkah-langkah strategis, yang sebelumnya perlu didahului dengan kajian. Melalui koordinasi dan kerjasama yang terarah dengan semua stakeholders, provinsi NTT memiliki peluang untuk meningkatkan produksi jagung dengan tetap memperhatikan kualitas.

Kondisi Sekarang Bagi petani di Kab. Sumba Timur, hasil panen jagung tidak semata-mata dijual, namun ada sebagian yang disimpan sebagai stok untuk mencukupi kebutuhan pangan. Apabila dijual, petani tidak langsung menjual ke pasar tetapi melalui pengumpul di wilayahnya masing-masing. Ada juga yang melalui papalele, ataupun dengan sistem ijon. Di beberapa desa terkadang ada pasar mingguan. Meskipun terdapat berbagai alternatif, petani tetap pada sisi yang dirugikan. Karena nilai tambah (value added) terbesar bukan dinikmati petani, tetapi dirasakan oleh pedagang pengumpulnya.

Bagi petani Kab. Sumba Timur, umumnya masih enggan menggunakan bibit hibrida. Hal ini dikarenakan jagung hibrida relatif lebih tidak tahan lama dibandingkan jagung lokal. Padahal dari segi produktivitas jagung hibrida jauh lebih unggul. Bagi petani permasalahan utama adalah ketersediaan pasar dan jaminan harga disaat masa panen tiba.

Model Pengembangan Oleh karena itu perlu dirancang sebuah mekanisme pola pengembangan komoditi jagung, secara khusus untuk wilayah Kab. Sumba Timur. Pola pengembangan inti-plasma yang sudah cukup memberikan keberhasilan, bahkan di negara maju seperti Jepang bisa diterapkan dalam pengembangan jagung di Kab. Sumba Timur. Dalam model inti-plasma tersebut, terdapat beberapa stakeholders yang bisa terlibat, antara lain : PT AAI sebagai usaha inti, petani, bank, koperasi, farm supplier, Feed Mills Industry. Bentuk kerja sama seperti gambar berikut.

PT Ade Agro Industri (PT. AAI) dalam pola kerja sama ini berfungsi sebagai inti. Melalui PT AAI seluruh produksi dari para petani akan diolah (dikeringkan dengan dryer) sebelum dikirimkan ke konsumen yang dalam hal ini juga merupakan industri. Industri yang menjadi konsumen umumnya bergerak dibidang feed mills industry. Kemudian PT AAI bisa melibatkan pihak lembaga keuangan, yang dalam hal ini perbankan untuk melakukan pembayaran hasil panen. Perlu menjadi perhatian, bahwa hasil panen petani sebaiknya tidak dijual langsung kepada PT AAI namun melalui koperasi. Fungsi koperasi dalam skema ini sangat penting terutama dalam rangka menjaga kestabilan harga jagung di saat musim panen tiba.

Jagung, antara bahan makanan dan biofuelAmerika sedang mempertimbangkan prioritas pemanfaatan jagung untuk menjadi bahan pangan atau untuk biofuel. Seiring dengan tuntutan pelestarian lingkungan, Amerika meningkatkan produksi bahan bakar nabati (biofuel) dengan pemanfaatan jagung. Peningkatan pemanfaatan jagung untuk biofuel ternyata berdampak pada berkurangnya pasokan untuk menunjang pertanian dan peternakan.

Jagung, menjadi andalan Amerika untuk memproduksi biofuel. Produksi jagung Amerika tersedot ke kilang minyak biofuel. Padahal selama ini jagung menjadi kebutuhan untuk pertanian dan bahan pakan. Sapi-sapi Amerika sejak lama dibiakkan dengan pemberian jagung, sebagai pakan ternak. Karena itu, ketika produksi jagung beralih menjadi bahan baku biofuel, harga jagung Amerika naik, dan para peternak sapi terkena imbasnya.

Kecendrungan yang ada adalah bahan bakar minyak meningkat tajam, sehingga kebutuhan biofuel juga ikut naik. Kenaikan itu dengan sendirinya menjadi penyebab kenaikan harga jagung. Sisi lain dari kenaikan harga jagung di Amerika adalah banyaknya petani Amerika yang beralih dari menanam kedelai menjadi menanam jagung. Produksi kedelai merosot, maka harganya menjadi naik. Konon inilah salah satu penyebab harga kedelai di Indonesia ikut naik, karena selama ini Indonesia mengimpor kedelai dari Amerika.

Kembali soal pilihan prioritas untuk biofuel atau untuk stok pangan. Kenaikan harga jagung menyebabkan para peternak Amerika mengurangi ternak sapi. Tentu saja akibatnya harga daging menjadi naik. Untuk diketahui, harga komoditas pertanian di Amerika ditentukan oleh keseimbangan supply-demand, jadi bila pasokan menipis maka akibatnya harga menjadi naik.

Departemen pertanian Amerika (USDA, United States Department of Agriculture) memperkirakan bahwa kebutuhan etanol Amerika akan terus meningkat sampai tahun 2010. Target produksi biofuel pada tahun 2010 menurut rencana sebesar 35 miliar galon. Untuk mendukung ini lebih dari 30 persen produksi jagung Amerika akan disedot ke industri biofuel. Tidak heran kalau harga jagung akan terus meningkat. Persaingan kebutuhan bahan bakar nabati dan kebutuhan pangan akan terus terjadi, sampai suatu saat ada intervensi, atau tercapai keseimbangan yang wajar. Pelestarian lingkungan dengan pemanfaatan biofuel, memang menempuh jalan berliku untuk bisa difahami dan diterima banyak orang.

Jagung adalah salah satu tanaman pangan yang populer di indonesia. Selain enak untuk direbus, dibakar, atau dijadikan brondong jagung, jagung yang masih muda ternyata memiliki khasiat luar biasa. Selain buah/daging jagung muda tersebut, rambut jagung tersebut memiliki khasiat juga untuk kesehatan.

Beberapa jenis penyakit yang dipercaya dapt disembuhkan oleh jagung muda ini adalah: Batu injal, Batu Empedu, tekanan darah tinggi.

Air rebusan tongkol dan rambut jagung muda dapat melarutkan batu ginjal. Selain itu, seduhan itu juga berguna mengobati penyakit batu empedu, dan tekanan darah tinggi.

Batu GinjalBahan: Jagung muda 4 tongkol, Rambut Jagung 1 genggam, Daun Keji Beling segar 8 helaiCara pembuatan: Semua bahan direbus dalam 110 ml air. Air rebusan diminum sehari sekali, selama 14 hari. Setelah batu keluar, baik berupa kerikil, butiran maupun buih, pengobatan harus segera dihentikan, kemudian diteruskan dengan minum Jamu Kumis Kucing dan Meniran. Caranya, ambil masing-masing 30 gr daun meniran dan daun kumis kucing, diseduh seperti teh.

Batu EmpeduBahan: Jagung muda 5 tongkol, Herba Kumis Kucing segar 5 gramCara pembuatan: Semua bahan direbus dengan 110 ml air. Air rebusan diminum sehari sekali, selama 14 hari.

Tekanan Darah TinggiBahan: Jagung muda 5-7 tongkol, Rambut Jagung 1 genggamCara pembuatan: Semua bahan direbus dengan 110 ml air. Air rebusan diminum sehari sekali, selama 7 hari.

Yang harus Anda perhatikan, jangan terlalu banyak menggunakan rambut jagung sebagai obat, karena dapat menurunkan tekanan darah secara drastis dalam waktu singkat.

Penggunaan Benih Jagung Hibrida di Indonesia MasihRendahKomoditas jagung yang terus mengalami perluasan pasar berpotensi menjadi komoditas unggulan bagi petani. Meski demikian, peningkatan produktivitas dan perluasan lahan jagung di Indonesia belum optimal, sedangkan penggunaan benih jagung unggulan masih rendah.

Kepala Bagian Pengembangan Pasar PT Bisi International Tbk Doddy Wiratmoko, di Jakarta, Rabu (2/7), mengemukakan, harga jagung di dunia terus mengalami kenaikan karena kebutuhan yang meningkat. Akhir Juni lalu, harga jagung sudah melampaui Rp 2.800 per kg.

Data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat, mencatat, pertumbuhan konsumsi jagung dunia dalam lima tahun terakhir mencapai 2,7 persen atau melampaui tingkat pertumbuhan produksi yang hanya 1,7 persen. Hal itu antara lain dipicu oleh tingginya permintaan jagung sebagai bahan baku bioethanol di Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China. Selain itu, kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan ternak dan industri makanan.

Meski demikian, peluang pasar komoditas jagung itu belum dimanfaatkan secara optimal di Indonesia. Peningkatan produktivitas belum optimal, dan petani masih mengandalkan benih jagung lokal yang kapasitas produksinya tidak optimal.

Dibandingkan negara-negara di Asia, penggunaan benih jagung hibrida di Indonesia masih cukup rendah, yaitu 43,7 persen. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Dep artemen Pertanian, program penggunaan benih padi hibrida nasional tahun 2007 baru seluas 135.000 hektar .

Di Thailand, penggunaan benih jagung hibrida mencapai 95 persen dari total lahan, sedangkan Di Filipina, penggunaan benih jagung hibrida mencapai 60 persen dari luas tanam.

Doddy mengatakan, kapasitas produksi jagung hibrida mencapai 10 ton per hektar, atau dua kali lipat produksi dari benih lokal yaitu 5 ton per hektar. Meski demikian, petani cenderung memilih benih lokal untuk menghindari risiko gagal panen, karena sebagian besar jagung ditanam di lahan kering.

Pemakaian benih lokal tidak memerlukan biaya, sedangkan benih hibrida memakan biaya sekitar Rp 40.000 per kg, katanya.

Doddy berpendapat, penanaman jagung hibrida tidak membutuhkan pasokan air yang rutin seperti padi. Tanaman jagung tidak harus dialiri setiap minggu, melainkan cukup dialiri dua minggu sekali dan tidak perlu diairi pada musim hujan.

Realisasi penyaluran bantuan langsung benih unggul atau BLBU untuk jagung hibrida hingga pekan ketiga Juni 2008 baru mencapai 187 ton (10,64 persen) dari target jagung hibrida 1.700 ton.

Jagung, Komoditas Pertanian yang Cocok untuk Bahan Baku Ethanol

Seiring dengan menipisnya cadangan energi BBM, jagung menjadi alternatif yang penting sebagai bahan baku pembuatan ethanol (bahan pencampur BBM). Karenanya, kebutuhan terhadap komoditas ini pada masa mendatang diperkirakan mengalami peningkatan yang signifikan.

Pemerintah seharusnya melihat tren dunia yang saat ini lebih memfokuskan penggunaan jagung untuk ethanol. Dilihat dari beberapa aspek komoditas jagung lebih menguntungkan, karena ampasnya bisa digunakan sebagai bahan pakan ternak, kata Ir Adhie Widhiarto mewakili Masyarakat Agribisnis Jagung Sumut kepada Adhi menjelaskan, hingga saat ini produksi jagung dunia belum mampu memenuhi kebutuhan di mana produksinya hanya 680 juta ton sedangkan kebutuhan mencapi 710 juta ton atau minus 30 juta ton. Apalagi dengan tren bioethanol jagung, artinya kebutuhan jagung dunia akan terus mengalami peningkatan.

Amerika Serikat misalnya, penggunaan jagung sebagai ethanol menyebabkan kebutuhan jagung di negara tersebut meningkat berlipat ganda. Saat ini, paling tidak mencapai 212 juta ton per tahun. Terjadi peningkatan kebutuhan jagung. Karena beberapa negara sudah memanfaatkan jagung sebagai bahan baku ethanol. Tren ini akan terus mengalami peningkatan sehingga kebutuhan terhadap komoditas jagung semakin tak terkendali, tambahnya.

Sebelumnya, dalam sebuah kesempatan, Asean Business Manager PT DuPont, Andy Gumala mengatakan bahwa potensi jagung Indonesia sangat besar dan memiliki multi manfaat. Selama ini jagung banyak dimanfaatkan untuk pakan ternak. Padahal produk ini juga bisa dijadikan bioethanol seperti yang sudah dilakukan di Amerika Serikat. Bahkan energi ini dapat terus diperbaharui, tambahnya.Sebagai produsen jagung, PT DuPont Indonesia melihat beberapa propinsi di Indonesia memiliki potensi sebagai penghasil jagung yang besar, seperti Gorontalo, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur serta Aceh.

Jika potensi daerah ini dapat dimanfaatkan, selain dapat mengangkat ekonomi para petani jagung, Indonesia juga dapat memproduksi campuran bahan bakar dari bioethanol.

Menurut Andy Gumala, dari hitungan secara sederhana, jika asumsi ethanol akan menggantikan 10% dari kebutuhan BBM dalam negeri yang mencapai 60 juta kilo liter per tahun, maka diperlukan 6 juta x 2,4 ton jagung yang berarti 14,4 juta ton jagung atau setara dengan 3 juta hektar lahan tanaman jagung.Mengenai investasi pembangunan pabrik ethanol, menurut Adhi, sangat tergantung kepada kapasitas produksi yang akan dihasilkan dan ketersediaan bahan baku. Untuk mesin-mesin pengolah, katanya, saat ini sudah ada produksi lokal yang sederhana namun tak kalah canggihnya dengan produk impor. Tetapi demikian pun dapat dikalkulasikan kebutuhannya antara US$ 10 juta - US$ 15 juta atau sekitar Rp 10 miliar - 15 milyard, Jadi betapa banyak keuntungan dari bio etanol jagung.Dikatakan Adhi, investasi pada tanaman jagung juga relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan tanaman lainnya. Untuk jagung, investasi yang dibutuhkan hanya Rp 3 juta per hektar sedangkan tanaman jarak bisa mencapai Rp 8 juta - Rp 9 juta sehingga akan memberi peluang bagi petani. Seperti kita ketahui, penanaman jagung lebih banyak dilakukan oleh petani rakyat. Pengembangan jagung dengan total investasi yang relatif rendah akan memudahkan bagi petani untuk ambil bagian dalam bisnis ini, imbuhnya.

Adhi yang juga Bendahara HKTI Sumut ini mengakui, dibandingkan dengan jarak, pengolahan jagung menjadi ethanol lebih rumit. Kalau jarak bisa dilakukan dengan teknologi sederhana sedangkan jagung prosesnya lebih panjang, teknologinya juga lebih tinggi dibanding tehnonogi pengolahan jarak.

PT DuPont, menurut Adhi, berupaya untuk mensosialisasikan penggunaan jagung untuk bioethanol ini bukan semata dalam rangka meningkatkan penjualan benihnya, tetapi lebih kepada mencari solusi akibat krisi energi dan berbagai permasalahan yang timbul karenanya.

Sutarto Alimoeso, Dirjen Tanaman Pangan, Departemen Pertanian (Deptan), pada bulan April lalu menyatakan Indonesia sudah swasembada jagung karena 90 persen kebutuhan nasional sudah bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri.

Pada 2008 lalu, produksi jagung nasional mengalami kenaikan lebih dari 22 persen dibanding tahun sebelumnya sehingga mencapai 16,3 juta ton. Indonesia mengimpor sebanyak 170 ribu ton jagung dan mengeskpor sebanyak 150 ribu ton. Dengan demikian ekspor bisa dapat ditingkatkam lagi dan target produksi tahun ini diperkirakan sekitar 18 juta ton. Diharapkan tahun ini bisa ekspor 1 juta ton jagung dan menargetkan peningkatan produksi jagung sebesar 14 persen.

Tentu saja, apa yang diungkapkan Sutarto Alimoeso merupakan kabar gembira dimana sudah ada peningkatan luas tanam dan peningkatan produktivitas yang kaitannya dengan penggunaan bibit unggul. Ini semua tentu tidak terlepas dari upaya pemerintah memberikan subsidi benih kepada petani padi, jagung dan kedelai.

Selain subsidi benih, pemerintah juga memberikan bantuan langsung benih unggul serta bantuan benih dari cadangan benih nasional. Selama 2009 ini, Deptan mengalokasikan subsidi benih untuk jagung sebanyak 4.266 ton untuk areal tanam seluas 225.534 hektar. Sedangkan untuk bantuan benih dari cadangan benih nasional sebanyak 5.5.95 ton untuk areal seluas 353.000 hektar. Alokasi bantuan langsung benih unggul sebanyak 7.610 ton untuk areal seluas 507.333 hektar.Menuju Swasembada JagungBila kita melihat perjalanan panjang produksi jagung di Indonesia mengalami pasang surut. Dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan luas areal produksi jagung tahun 2006 lalu sempat mengalami penurunan sebesar 74.108 ha (dari 2.995.978 ha di tahun 2005, menjadi 2.921.870 di tahun 2006). Meski terjadi penyusutan lahan, justru produksi jagung mengalami peningkatan hingga 499.643 ton.Tahun berikutnya, 2007, pemerintah berupaya untuk dapat meningkatkan produksi untuk mencapai swasembada jagung dengan menyiapkan dukungan teknologi di bidang komoditas jagung. Teknologi ini nantinya mampu mempercepat peningkatan produksi jagung dalam negeri dengan tetap mengacu pada kearifan lokal (local wisdom), potensi dan keragaman sumberdaya genetik jagung nasional. Ada 108 varietas jagung yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian, swasta dan perguruan tinggi. Varietas yang dihasilkan tersebut, varietas hibrida dinilai memiliki potensi untuk menghasilkan produksi lebih tinggi.

Selain itu penambahan lahan jagung terus ditingkatkan. Sejumlah wilayah di Indonesia telah dijadikan sebagai kawasan-kawasan produksi jagung, seperti Sulawesi dengan Celebes corn belt dan Sumatera dengan Andalas Corn Belt. Deptan sendiri telah merencanakan perluasan areal tanaman jagung hibrida di 19 provinsi, yang meliputi 124 kabupaten, dengan luas tanam 320.000 hektar yang melibatkan bantuan benih jagung hibrida sebanyak 4.800 ton. Dengan demikian diharapkan pertumbuhan produksi jagung sekitar 3 juta ton per tahun. Bila peningkatakan produksi jagung di Indonesia dapat terus ditingkatkan, hingga tahun 2014 mendatang, Indonesia berpotensi menjadi eksportir jagung global bersama dengan negara-negara produsen jagung lainnya di dunia. Produksi jagung pada 2014 ditaksir mencapai 32 s/d 34 juta ton atau naik sekitar 80 persen dari produksi tahun 2008. Peningkatan produksi dilakukan dengan menggunakan 20 persen dari areal hibrida 2008 diubah dengan hibrida super dalam waktu empat tahun. Jika produksi ini tercapai, maka potensi ekspor jagung pada tahun 2014 bisa mencapai 50 persen dari kebutuhan jagung dalam negeri yakni 16,3 juta ton.

Dukungan lain yang terus dilakukan pemerintah dengan mengupayakan peningkatan subsidi bidang pertanian dari tahun ke tahun, yaitu : Rp. 9 triliun (2005), Rp. 29 triliun (2008) dan Rp. 33 triliun (rencana anggaran 2009). Subsidi pupuk Rp. 2,5 triliun (2005), Rp. 3 triliun (2006), Rp. 15 triliun (2008) dan Rp. 17 triliun (rencana 2009).

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada jagung merupakan keputusan tepat. Apalagi bila melihat potensi yang dimiliki negara ini sangat sangat mendukung untuk mencapai swasembada jangung. Jika Indonesia berhasil mencapai swasembada jangung dan dapat terus meningkatkan produksi jagung, merupakan potensi besar untuk memenuhi kebutuhan jagung dunia.

Seperti dikatakan Menteri Pertanian Anton Apriyantono, setiap tahun dunia mengalami kekurangan jagung sekitar 34,8 juta ton. Meningkatnya kebutuhan jagung dunia itu, antara lain disebabkan sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat dan China memanfaatkan produk jagung menjadi bioetanol.

Sebagai informasi Amerika Serikat masih menguasai produksi jagung dunia yakni mencapai 256,9 juta ton disusul oleh China yakni sebesar 114 juta ton. Perbedaan produksi negara-negara produsen jagung tersebut salah satu keunggulannya karena produksi mereka sudah mencapai 8 ton per hektar. Sementara Indonesia masih sangat rendah yakni 3,7 ton per hektar. Dengan penggunaan benih unggul, khususnya jagung hibrida diharapkan kedepan produksi yang dihasilkan petani jagung di Indonesia mengalami peningkatan hingga mendekati 100%. Pengolahan Hasil ProduksiSelain upaya untuk terus meningkatkan hasil produksi jagung, hal yang tidak kalah penting diperhatikan pengelolaan hasil produksi jagung yang dihasilkan dengan menyediakan fasilitas pendukung seperti alat-alat pengeringan serta silo-silo untuk memproses dan menyimpan hasil panen. Sekadar catatan, saat ini kapasitas silo yang ada di sentra-sentra produksi jagung di Indonesia diperkirakan hanya mampu menampung 2,5 juta ton, ini jelas sangat tidak mencukupi untuk menampung seluruh hasil panen yang untuk awal tahun ini saja mencapai sekitar 7 juta ton. Jika penyediaan fasilitas yang dibutuhkan pada pasca panen tidak tersedia, maka hasil produksi jagung tidak mampu mempertahankan kualitas yang diinginkan pasar, akibatnya harga jagung yang melimpah sementara daya serap pasarnya terbatas. Penyerapan terbesar untuk komoditas jagung dilakukan oleh industri pakan ternak, yang jumlahnya dalam satu tahun mencapai separoh dari produksi pakan nasional yang dihasilkan pabrik pakan ternak.

Penyediaan fasilitas yang dibutuhkan pada pasca panen harus diakui tidak mudah dilakukan oleh pemerintah pusat, mengingat produksi jagung di Indonesia tersebar di berbagai tempat. Peran Pemerintah Kota dan Kabupaten penghasil jagung dalam menyediaan fasilitas pada pasca panen sangat dibutuhkan, sehingga ketika hasil produksi jagung melimpah para petani dapat menyimpan jagung dengan kualitas yang tetap terjaga dengan baik.

Alternatif lain dengan menyediakan mesin pengelola bioetanol di daerah penghasil jagung. Penyediaan mesin ini sangat potensial bagi daerah penghasil jagung yang jauh dari pusat penjualan jagung.

Dikatakan pelaku usaha bioetanol, Mak Pak Kim, dengan jagung 2,5 ton dengan kadar air 20 persen dapat menghasilkan bioetanol sebanyak 1000 liter dan menghasilkan limbah berupa pakan ternak sebanyak 1,5 ton.

Lebih lanjut dikatakan Mak Pak Kim, upaya pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada jagung adalah langkah baik, bukan saja untuk memenuhi kebutuhan pangan, tapi juga penghasil bioetanol sehingga negara ini tidak perlu dipusingkan kekurangan BBM dengan mengimpor.

Daerah yang memiliki lahan luas, sebenarnya dapat memproduksi bioetanol untuk memenuhi kebutuhan energi sendiri. Bila setiap penduduk menyediakan satu hektar untuk menanam jagung secara bergilir setiap hari, maka dalam waktu 5 bulan kedepan daerah tersebut akan memproduksi jagung setiap hari sebanyak satu hentar. Jika satu hentar lahan bias menghasilkan jagung dikitnya 2,5 ton, berarti setiap hari daerah tersebut dapat menghasilkan 1000 liter bioetanol dan 1,5 ton pakan ternak untuk memenuhi kebutuhan ternak. Bioetanol bila diolah lagi bisa menghasilkan 2000 liter minyak tanah. Dengan demikian, daerah tersebut dapat memenuhi kebutuhan BBM. Khususnya minyak tanah.

Keunggulan dengan adanya mesin pengelola jagung untuk dijadikan bioetanol, hasil panen tidak perlu dilakukan penyimpanan dan pengeringan lebih lama. Dengan jagung kadar air 20 persen hanya dapat dilakukan sekali atau dua kali pengeringan dan jagung dapat langsung diolah untuk menjadi bioetanol. Selain harga jual yang tinggi petani jagung lebih enang karena dengan hasil produk berapapun masih dapat ditampung untuk bahan bioetanolInvestasi Menguntungkan

Mak Pak Kim juga sangat yakin mengelola jagung menjadi bioetanol menjanjikan keuntungan. Membandingkan harga jagung yang dijual di pasaran dengan harga tidak menentu, sangat beresiko kepada petani. Apalagi hasil produksi yang melimpah sementara harga kebutuhan sedikit menyebabkan harga jagung menjadi murah dan dipersulit tidak adanya tempat penyimpan menyebabkan petani harus menjual jagung meski dalam kondisi harga yang murah.

Lain halnya bila jagung yang telah diproses menjadi bioetanol ternyata mampu memberikan keuntungan. Sebagai perbandingan bila harga jagung kering dengan kadar air 5 persen seharga Rp.2 ribu per kilo, maka dengan hasil produksi 2,5 ton diperoleh uang Rp. 5 juta. Sedangkan bila hasil jagung diproses menjadi bioetanol dan diolah menghasil 2.000 liter minyak tanah. Bila harga minyak tanah seharga Rp.3 ribu per liter, maka diperoleh uang Rp. 6 juta. Selain itu pakan ternak sebanyak 1,5 ton jika dijual seharga Rp. 3 ribu per kilo maka memperoleh uang Rp. 4,5 juga. Dengan demikian uang yang dihasilkan menjadi Rp.10,5 juga.

Dikatakannya, investasi menguntungkan inilah yang belum banyak dilirik para pengusaha atau pemerintah daerah. Jika ini dapat tersedia di daerah penghasil jagung, dipastikan petani tidak akan mengalami kesulitan untuk memasarkan hasil panen dengan harga yang tidak menentu.Dengan demikian pihak pemerintah perlu membuat suatu program mengenai jagung ini harus dimasyarakatkan,agar semua warga masyarakat mengetahui hal ini.Teknologi Pengolahan Bioetanol JagungTeknologi produksi bioethanol berikut ini diasumsikan menggunakan jagung sebagai bahan baku, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakannya biomassa yang lain, terutama molase.Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu:

1. Persiapan Bahan Baku

2. Tahap Fermentasi

3. Tahap Pemurnian.1. Persiapan Bahan Baku

Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Jagung (Zea mays),Tebu (sugarcane), gandum manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya.

Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara umum terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:

Jagung harus digiling untuk mengektrak gula

Tepung dan material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik

Pemasakan, Tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi gula kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (Saccharification) dengan penambahan air, enzyme serta panas (enzim hidrolisis). Pemilihan jenis enzim sangat bergantung terhadap supplier untuk menentukan pengontrolan proses pemasakan.

Tahap Liquefaction memerlukan penanganan sebagai berikut:

Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur

Pengaturan pH agar sesuai dengan kondisi kerja enzim

Penambahan enzim (alpha-amilase) dengan perbandingan yang tepat

Pemanasan bubur hingga kisaran 80 sd 90 C, dimana tepung-tepung yang bebas akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly) seiring dengan kenaikan suhu, sampai suhu optimum enzim bekerja memecahkan struktur tepung secara kimiawi menjadi gula komplek (dextrin). Proses Liquefaction selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses menjadi lebih cair seperti sup.

Tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana) melibatkan proses sebagai berikut:

Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja

Pengaturan pH optimum enzim

Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat

Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 C sampai proses sakarifikasi selesai (dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang dihasilkan)

2. Fermentasi

Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan enzim yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum. Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2 Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu optimum kisaran 27 sd 32 C, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction, sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan. Selanjutnya ragi akan menghasilkan ethanol sampai kandungan etanol dalam tangki mencapai 8 sd 12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan selanjutnya ragi tersebut akan menjadi tidak aktif, karena kelebihan etanol akan berakibat racun bagi ragi.

Dan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah destilasi, namun sebelum destilasi perlu dilakukan pemisahan padatan-cairan, untuk menghindari terjadinya clogging selama proses distilasi.

3. Pemurnian / Distilasi

Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78 C sedangkan air adalah 100 C (Kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 - 100 C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.

Prosentase Penggunaan EnergyProsentase perkiraan penggunaan energi panas/steam dan listrik diuraikan dalam tabel berikut ini:

Prosentase Penggunaan Energi

IdentifikasiProses SteamListrik

Penerimaan bahan baku, penyimpanan, dan penggilingan0 %6.1 %

Pemasakan (liquefaction) dan Sakarifikasi30.5 %2.6 %

Produksi Enzim Amilase0.7 %20.4 %

Fermentasi0.2 %4 %

Distilasi 58.5 %1.6 %

Etanol Dehidrasi (jika ada)6.4 %27.1 %

Penyimpanan Produk0 %0.7 %

Utilitas2.7 %27 %>

Bangunan1 %>0.5 %

TOTAL100 %100 %

Sumber: A Guide to Commercial-Scale Ethanol Production and Financing, Solar Energy Research Institute (SERI), 1617 Cole Boulevard, Golden, CO 80401

Peralatan ProsesAdapun rangkaian peralatan proses adalah sebagai berikut:

Peralatan penggilingan

Pemasak, termasuk support, pengaduk dan motor, steam line dan insulasi

External Heat Exchanger

Pemisah padatan - cairan (Solid Liquid Separators)

Tangki Penampung Bubur

Unit Fermentasi (Fermentor) dengan pengaduk serta motor

Unit Distilasi, termasuk pompa, heat exchanger dan alat kontrol

Boiler, termasuk system feed water dan softener

Tangki Penyimpan sisa, termasuk fitting

Dilibatkannya koperasi dalam pola pengembangan inti-plasma tentunya memiliki maksud dan tujuan. Koperasi memiliki peran yang sangat strategis, baik bagi petani (plasma), maupun bagi PT AAI (inti). Koperasi akan membeli seluruh keperluan produksi bagi petani, baik pupuk, obat-obatan maupun keperluan lain yang terkait dengan input produksi. Setelah petani memasuki masa panen, setiap petani yang mengambil bahan baku di koperasi wajib menjual hasil panennya kepada koperasi. Pembayaran koperasi kepada petani bisa memanfaatkan perbankan. Penggunaan lembaga keuangan, dalam hal ini bank sangat mendukung efisiensi dalam melaksanakan transaksi pembayaran.

Dengan pola inti plasma, petani sebenarnya memiliki keuntungan tersendi Petani tidak memerlukan effort guna mendapatkan input produksi, dikarenakan seluruh kebutuhan produksi sudah disediakan oleh koperasi. Kemudian petani juga tidak perlu mencari pasar untuk menjual hasil panennya, karena melalui koperasi akan langsung dijual kepada PT. AAI. Selain itu petani tidak perlu khawatir akan mengalami kerugian karena turunnya harga disaat musim panen, karena koperasi yang akan menjaga harga jagung pada level yang tetap menguntungkan bagi petani.

Simpulan 1. Upaya peningkatan produksi dan produktivitas komoditi jagung secara teknis dapat dilakukan, mengingat masih rendahnya tingkat produksi aktual dibandingkan produksi potensialnya.

2. Pengembangan komoditi jagung tidak dapat dilakukan hanya dari sisi on-farm saja, melainkan harus ada integrasi seluruh rantai produk dari hulu sampai hilir. Hal ini akan meningkatkan nilai tambah (value added) dan memberikan multiplier effect kepada sektor ekonomi yang lainnya (industri).

Rekomendasi 1. Diperlukan arah yang jelas mengenai pengembangan komoditi jagung. Secara umum pengembangan komoditi jagung dapat diarahkan untuk program pemenuhan kebutuhan pangan (ketahanan pangan) atau lebih berorientasi agrobisnis. Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi yang saling menunjang. 2. Dalam era otonomisasi seperti saat ini, komitmen pemerintah daerah masih belum optimal. Terlalu banyak hal yang harus dikerjakan untuk penguatan ekonomi di masing-masing wilayah, akibatnya terkesan kurang fokus, yang tercermin dari kurangnya dukungan dari alokasi anggaran pemerintah. Selain itu, koordinasi antar masing-masing pemerintah daerah, maupun dengan pemerintah provinsi juga terkesan kurang optimal.

3. Perlunya peran dan komitmen lembaga pembiayaan (perbankan) di NTT untuk turut serta memberikan ruang bagi para petani untuk dapat memperoleh fasilitas kredit dengan skim-skim khusus tertentu.

4. Perlunya bantuan fasilitas dan pendampingan teknis oleh instansi terkait kepada petani dengan lebih intens untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku petani di pedesaan

PAGE 1