bhn mklh 23.docx

Embed Size (px)

Citation preview

EtiologiBiasanya disebabkan Adenovirus,Herpes simpleks, Herpes zoster, Klamidia, New castle, Pikoma,Enterovirus, dan sebagainya.Manifestasi KlinisTerdapat sedikit kotoran pada mata, lakrimasi, sedikit gatal, injeksi, nodul preaurikular bisa nyeri atau tidak, serta kadang disertai sakit tenggorok dan demam. Yang disebabkan Aden ovirus biasanya berjalan akut, terutama mengenai anak-anak dan disebarkan melalui drop let atau kolam renang.Konjungtivitis herpes simpleks sering terjadi pada anak kecil, memberikan gejala injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, dan fotofobia ringan. Terjadi pada infeksi primer herpes simpleks atau episode rekuren herpes okuler.Pemeriksaan PenunjangPada pemeriksaan sitologi ditemukan sel raksasa dengan pewarnaan Giemsa, kultur virus, dan sel inklusi intranuklear.KomplikasiKeratitis, Virus herpetik dapat menyebabkan parut pada kelopak; neuralgia; katarak; glaukoma; kelumpuhan saraf III, IV, VI; atrofi sarafoptik; dan kebutaan.PenatalaksanaanPengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya. Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan kemungkinan infeksi virus Herpes simpleks telah dieliminasi.Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astringen, dan lubrikasi. Pada kasus yang berat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder serta steroid topikal.Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1 % diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat diberikan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen dengan cara mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup selama 24 jam.

DefinisiKonjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan olehberbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dandapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri (Vaughan, 2010).

Etiologi dan Faktor ResikoKonjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapiadenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, danherpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini jugadapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70,Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus (Scott, 2010).Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak denganpenderita dan dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak denganbenda-benda yang menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renangyang terkontaminasi (Ilyas, 2008).

Gejala KlinisGejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai denganetiologinya. Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan olehadenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata berairberat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai infiltratsubepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahanselama lebih dari 2 bulan (Vaughan & Asbury, 2010). Pada konjungtivitis inibiasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dangejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam (Senaratne &Gilbert, 2005). Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks(HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi,sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes.Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan olehenterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasibenda asing, hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahansubkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis (Scott, 2010).

DiagnosisDiagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya,karena itu diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipetipe menurut penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dangejala-gejala sistemik maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktorfaktor resiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosiskonjungtivitis virus (AOA, 2010). Pada anamnesis penting juga untukditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yangterinfeksi (Gleadle, 2007).Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteriberdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaanlanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskanwaktu dan biaya (Hurwitz, 2009).

KomplikasiKonjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, sepertiblefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnyapseudomembran, dan timbul parut linear halus atau parut datar, danketerlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit (Vaughan, 2010).

PenatalaksanaanKonjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orangdewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk mencegahterkenanya kornea (Scott, 2010). Pasien konjungtivitis juga diberikan instruksihygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi (James, 2005).

DefinisiKonjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dandisebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai olehsistem imun (Cuvillo et al, 2009). Reaksi hipersensitivitas yang paling seringterlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1(Majmudar, 2010).

Etiologi dan Faktor ResikoKonjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitisalergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanyadikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal,keratokonjungtivitis atopik dan konjungtivitis papilar raksasa (Vaughan,2010).Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuaidengan subkategorinya. Misalnya konjungtivitis alergi musiman dan tumbuhtumbuhan biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu hewan,dan disertai dengan rinitis alergi serta timbul pada waktu-waktu tertentu.Vernal konjungtivitis sering disertai dengan riwayat asma, eksema dan rinitisalergi musiman. Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien dengan riwayatdermatitis atopic, sedangkan konjungtivitis papilar rak pada pengguna lensakontak atau mata buatan dari plastik (Asokan, 2007).

Gejala KlinisGejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-tumbuhankeluhan utama adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan konjungtiva,dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien dengan keratokonjungtivitisvernal sering mengeluhkan mata sangat gatal dengan kotoran mata yangberserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila halus dikonjungtiva tarsalis inferior.Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobiamerupakan keluhan yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik.Ditemukan jupa tepian palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampakputih susu. Pada kasus yang berat ketajaman penglihatan menurun, sedangkanpadakonjungtiviitis papilar raksasa dijumpai tanda dan gejala yang miripkonjungtivitis vernal (Vaughan, 2010).

DiagnosisDiperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien sertaobservasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi.Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatalpada mata, yang mungkin saja disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia(Weissman, 2010).

DefinisiKonjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dandisebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai olehsistem imun (Cuvillo et al, 2009). Reaksi hipersensitivitas yang paling seringterlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1(Majmudar, 2010).

Etiologi dan Faktor ResikoKonjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitisalergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanyadikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal,keratokonjungtivitis atopik dan konjungtivitis papilar raksasa (Vaughan,2010).Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuaidengan subkategorinya. Misalnya konjungtivitis alergi musiman dan tumbuhtumbuhan biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu hewan,dan disertai dengan rinitis alergi serta timbul pada waktu-waktu tertentu.Vernal konjungtivitis sering disertai dengan riwayat asma, eksema dan rinitisalergi musiman. Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien dengan riwayatdermatitis atopic, sedangkan konjungtivitis papilar rak pada pengguna lensakontak atau mata buatan dari plastik (Asokan, 2007).

Gejala KlinisGejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-tumbuhankeluhan utama adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan konjungtiva,dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien dengan keratokonjungtivitisvernal sering mengeluhkan mata sangat gatal dengan kotoran mata yangberserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila halus dikonjungtiva tarsalis inferior.Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobiamerupakan keluhan yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik.Ditemukan jupa tepian palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampakputih susu. Pada kasus yang berat ketajaman penglihatan menurun, sedangkanpadakonjungtiviitis papilar raksasa dijumpai tanda dan gejala yang miripkonjungtivitis vernal (Vaughan, 2010).

DiagnosisDiperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien sertaobservasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi.Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatalpada mata, yang mungkin saja disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia(Weissman, 2010).