15
BERPIKIR KRITIS 1. Pengertian Berpikir Kritis Berpikir adalah kegiatan mental untuk menarik kesimpulan. Disamping kegiatan mengindera dan dari wahyu, berpikir merupakan salah satu sumber pengetahuan. Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju. Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995:6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang

BERPIKIR KRITIS

  • Upload
    romeois

  • View
    2.908

  • Download
    35

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BERPIKIR KRITIS

BERPIKIR KRITIS

1. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir adalah kegiatan mental untuk menarik kesimpulan. Disamping

kegiatan mengindera dan dari wahyu, berpikir merupakan salah satu sumber

pengetahuan. Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli. Menurut

Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi

kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan

tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan

bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah,

merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat

keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam

konteks dan tipe yang tepat.

Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan

kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung

untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking,

sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju. Pendapat senada

dikemukakan Anggelo (1995:6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional,

kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis,

mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika

berpikir yang ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan

untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian.

Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven,

berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan

dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis,

membuat sintesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil

observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan

membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001:1).

Page 2: BERPIKIR KRITIS

Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995:6), bahwa berpikir

kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis,

sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.

Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan sistematis.

Ketertiban berpikir dalam berpikir kritis diungkapkan MCC General Education

Iniatives. Menurutnya, berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan

kepada sikap penentuan keputusan yang sementara, memberdayakan logika yang

berdasarkan intuisi dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai

sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan.

Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat

digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis (1985:

54), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan

nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan.

2. Makna Berpikir Kritis

Ilmu kedokteran merupakan bidang ilmu terapan, dimana pengetahuan yang

kompleks digunakan untuk memecahkan satu masalah yang sama. Hal ini berbeda

dengan ilmu murni dimana pengetahuan dan masalah yang dicari pemecahannya

bersifat horisontal. Proses berpikir logis lebih tepat digunakan pada penelitian

ilmu murni, sedangkan masalah di kedokteran menggunakan proses berpikir yang

lebih luas yaitu rasional dan obyektif. Proses berpikir rasional dan obyektif

dikenal dengan istilah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan kunci utama

keberhasilan dalam menyelesaikan masalah klinis sebagai prerequisite dari

kompetensi clinica lreasoning.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial

untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan

lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak

1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik

pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1).

Page 3: BERPIKIR KRITIS

3. Indikator Berpikir Kritis

Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni

meliputi:

1) Kegiatan merumuskan pertanyaan,

2) Membatasi permasalahan,

3) Menguji data-data,

4) Menganalisis berbagai pendapat dan bias,

5) Menghindari pertimbangan yang sangat emosional,

6) Menghindari penyederhanaan berlebihan,

7) Mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan

8) Mentoleransi ambiguitas.

Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer

(1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:

1) Watak (Dispositions)

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis

mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah

kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek

terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain

yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat

yang dianggapnya baik.

2) Kriteria (Criteria)

Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau

patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu

untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat

disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai

kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi

maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta,

berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika

yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.

Page 4: BERPIKIR KRITIS

3) Argumen (Argument)

Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh

data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan

pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.

4) Pertimbangan atau pemikiran (Reasoning)

Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau

beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan

antara beberapa pernyataan atau data.

5) Sudut pandang (Point of View)

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia

ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir

dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut

pandang yang berbeda.

6) Prosedur Penerapan Kriteria (Procedures for Applying Criteria)

Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan

prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan

permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan

mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.

Selanjutnya, Ennis (1985: 55-56), mengidentifikasi 12 indikator berpikir

kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut :

1) Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan

pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab

pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan.

2) Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan

apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta

mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.

3) Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau

mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau

Page 5: BERPIKIR KRITIS

mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan

nilai pertimbangan.

4) Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi

istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta

mengidentifikasi asumsi.

5) Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan

dan berinteraksi dengan orang lain.

Indikator-indikator tersebut dalam prakteknya dapat bersatu padu

membentuk sebuah kegiatan atau terpisah-pisah hanya beberapa indikator saja.

Penemuan indikator keterampilan berpikir kritis dapat diungkapkan melalui

aspek-aspek perilaku yang diungkapkan dalam definisi berpikir kritis. Menurut

beberapa definisi yang diungkapkan terdahulu, terdapat beberapa kegiatan atau

perilaku yang mengindikasikan bahwa perilaku tersebut merupakan kegiatan-

kegiatan dalam berpikir kritis. Angelo mengidentifikasi lima perilaku yang

sistematis dalam berpikir kritis. Perilaku tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut :

1) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis 

Hanya sedikit hal dalam hidup ini yang berupa hitam dan putih

sehingga sangat penting untuk mampu melihat segala sesuatu dari

berbagai sisi hingga mampu mencapai kesimpulan yang logis. Salah

satu hal penting yang akan anda pelajari di perguruan tinggi adalah

berpikir kritis dan tidak menerima apa yang anda lihat dan dengar

secara seketika. Berpikir kritis sangat penting dalam mempelajari

materi baru dan mengaitkannya dengan apa yang telah anda ketahui.

Meskipun anda tidak mengetahui semuanya, anda dapat belajar untuk

bertanya secara efektif dan mencapai kesimpulan yang konsisten

dengan fakta.

2) Ketika anda menjumpai fakta, gagasan atau konsep baru, pastikan

anda memahami dan mengetahui istilah-istilah yang ada.

Page 6: BERPIKIR KRITIS

3) Pelajari fakta atau informasi yang diperoleh dari percobaan, apakah

percobaan itu dilakukan dengan baik dan bebas bias ? Dapatkah

percobaan itu diulangi ?

4) Jangan terima semua pernyataan secara seketika. Apakah sumber

informasi tersebut dapat dipercaya ?

5) Pertimbangkan apakah kesimpulan mengikuti fakta ? Bila fakta tidak

mendukung kesimpulan, ajukan pertanyaan dan tentukan mengapa

demikian. Apakah argumen yang dipergunakan logis atau

mengambang ?

6) Terbuka terhadap gagasan baru. Contoh terkenal adalah teori tektonik

lempeng. Meskipun prinsip-prinsip dasarnya telah diketahui pada awal

abad 20, namun teori tersebut baru diterima kalangan luas setelah

tahun 1970-an setelah bukti-bukti yang berlimpah.

7) Lihatlah pada gambaran yang besar untuk menentukan bagaimana

berbagai unsur dalam topik tersebut dihubungkan. Sebagai contoh,

bagaimana pembangunan sebuah bendungan akan mempengaruhi

bentuk sungai ? Apa yang akan terjadi pada pantai di mana sungai

tersebut bermuara ? Salah satu pelajaran yang sangat penting (yang

juga membedakan geologi dengan ilmu lainnya) adalah bagaimana

saling keterkaitan dan ketergantungan berbagai sistem di bumi ini.

Ketika anda mengubah salah satu, anda akan mengubah berbagai hal

lainnya pula.

4. Pengukuran kegiatan berpikir kritis

Pengukuran kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Berpikir pada dasarnya mencakup kegiatan manusia yang bersifat dapat dilihat/diamati (eksternal) maupun tidak dapat dilihat/diamati (internal).

Page 7: BERPIKIR KRITIS

Perilaku berpikir kritis mahasiswa dalam berdiskusi kelompok dapat dilihat dari beberapa aspek :

• RelevanceRelevansi dari “statement”

• ImportancePenting-tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan

• NoveltyKebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru mahasiswa lain.

• Outside materialMenggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yg diterimanya di kuliah/reference.

• Ambiguity clarifiedMencari penjelasan atau informasi lebih lanjut bila dirasa ada ketidakjelasan.

• Linking ideasSenantiasa menghubungkan fakta, idea, atau pandangan serta mencari data baru dari informasi yg berhasil dikumpulkan.

• JustificationMemberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi/kesimpulan yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan mengenai keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi.

• Critical assessmentMelakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi yang datang dari dalam dirinya maupun dari mahasiswa lain, serta memberikan “prompts” untuk terjadi evaluasi yang kritis.

• Practical utilityIde-ide baru yg dikemukakannya selalu dilihat pula dari sudut kepraktisannya (practicality) dalam penerapan.

• Width of understandingDiskusi yg dilaksanakan senantiasa bersifat meluaskan isi/materi diskusi.

Secara garis besar perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan:

1. Berpusat pada pertanyaan (focus on question) 2. Analisis argumen (analysis arguments) 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer

questions of clarification and/or challenge)4. Evaluasi kebenaran dari sumber infromasi (Evaluating the credibility

of sources of information).

Page 8: BERPIKIR KRITIS

5. Karakteristik Pemikir Kritis

Adapun karakteristik seorang pemikir kritis yaitu :

1) Jujur terhadap diri sendiri

2) Melawan manipulasi

3) Mengatasi kebingungan (confusion)

4) Mereka selalu bertanya

5) Mereka mendasarkan penilaiannya pada bukti

6) Mereka mencari hubungan antartopik

7) Mereka bebas secara intelektual

6. Evaluasi Kemampuan Berpikir Kritis

Evaluasi merupakan proses pengukuran pencapaian tujuan yang diinginkan

dengan menggunakan metode yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Beberapa

penelitian mengevaluasi kemampuan berpikir kritis dari aspek ketrampilan

intelektual seperti ketrampilan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi

dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berbasis taxonomi Bloom.

Sedangkan tujuan pengajaran berpikir kritis meliputi ketrampilan dan strategi

kognitif, serta sikap.

Colucciello menggabungkan berbagai elemen yang digunakan dalam

penelitian dan komponen pemecahan masalah keperawatan serta kriteria yang

digunakan dengan komponen ketrampilan dan sikap berpikir kritis. Elemen

tersebut antara lain menentukan tujuan, menyusun pertanyaan atau membuat

kerangka masalah, menunjukkan bukti, menganalisis konsep, interpretasi, asumsi,

perspektif yang digunakan, keterlibatan, dan kesesuaian. Dengan kriteria antara

lain: kejelasan, ketepatan, ketelitian, keterkaitan, keluasan, kedalaman, dan

logikal. Dia juga membandingkan dengan inventory yang sudah ada seperti

California Critical Thinking Test (CCTT) untuk mengevaluasi ketrampilan

berpikir kritis dan Critical Thinking Disposition Inventory (CTDI) untuk

mengevaluasi sikap berpikir kritis.

Page 9: BERPIKIR KRITIS

Evaluasi juga menilai kesesuaian rencana dengan penerapan di lapangan

(evaluasi proses) yang termasuk di dalamnya adalah mengevaluasi budaya

akademik dalam kelas dan budaya akademik dalam fakultas yang dilakukan

secara sistematis baik oleh dosen maupun administrator yang dinyatakan oleh Orr

and Klein, 1991. Penilaian mahasiswa terhadap dosen dapat menggunakan

berbagai karakteristik sikap yang menghambat atau mendorong kemampuan

berpikir kritis yang telah dibahas sebelumnya.

7. Contoh Berpikir Kritis Dalam Praktek Klinik Kebidanan

Seorang bidan dalam melakukan praktek klinik kebidanan harus senantiasa

berpikir kritis, sebagai contoh :

Dalam melakukan anamnesa ataupun pengkajian harus sacara mendalam agar

ibu tidak menutupi apa yang dirasakannya, oleh sebab itu seorang bidan harus

dapat berpikir apa yang mungkin dirasakan oleh ibu tersebut agar didapatkan hasil

maupun data yang akurat.

Page 10: BERPIKIR KRITIS

Daftar pustaka

Soeparto, Pitono, dkk. 2008. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya : GRAMIK.Magnis, Franz. 1992. Filsafat sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta : Kanisius.

Muzaham, Fauzi. 1995. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia.www.fk.undip.ac.id/pengembangan-pendidikan//77-pembelajaran-kemampuan-berpikir-kritis.html..//www.uripsantoso.wordpress.com//2008/08/23/cara-berpikir-cerdik-kritis-danilmiahhttp://yusufalamromadhon.blogspot.com/2008/06/persepsi-pemilik-blog-tentang-kinerja.htmhttp://re-searchengines.com/1007arief3.html...//