26
BELAJAR DARI NABI IBRAHIM, MEMBANGUN CITA-CITA DUNIA DAN AKHIRAT اَ نِ ل اَ مْ عَ ِ اتَ ِ يَ سَ ا وَ نِ سُ فْ نَ ِ رْ وُ رُ شْ نِ مِ هِ # بُ ذْ وُ عَ نَ وُ هُ رِ فْ عَ تْ سَ نَ وُ هُ نْ يِ عَ تْ سَ نَ وُ هُ دَ مْ حَ ن له لَ دْ مَ حْ ل َ نِ 9 َ لاُ هَ دْ حَ وُ له ل َ لاِ 9 = َ هَ لِ 9 َ ْ نَ ُ دَ هْ شَ َ وُ هَ لَ يِ اذَ هَ لاَ فْ لِ لْ ضُ يْ نَ مَ وُ هَ لَ لِ ضُ مَ لاَ فُ له ل ِ هِ دْ هَ يْ نَ مُ هُ لْ وُ سَ رَ وُ هُ دْ # نَ عً دَ مَ حُ مَ نَ ُ دَ هْ شَ َ وُ هَ لَ Q كْ يِ رَ ش. َ ونُ مِ لْ سُ مْ مُ تْ نَ َ ا وَ لِ 9 َ نُ ت وُ مَ ت اَ لَ وِ هِ ابَ قُ نَ قَ حَ َ وُ قَ ن وُ نَ مe َ ن تِ دَ ل اَ هُ يَ اَ يَ ثَ # بَ ا وَ هَ # جْ وَ ا رَ هْ نِ مَ قَ لَ حَ وٍ هَ دِ ح َ وٍ سْ فَ نْ نِ مْ مُ كَ قَ لَ ح يِ دَ ل ُ مُ كَ # يَ ر وُ قَ ن ُ اسَ ن ل اَ هُ يَ اَ يْ مُ كْ نَ لَ عَ انَ كَ َ َ نِ 9 َ امَ حْ رَ اْ ل َ وِ هِ # بَ ونُ لَ اءَ سَ ن يِ دَ ل َ َ وُ قَ ن َ وً اءَ سِ نَ و ً ر يِ ثَ ك اً الَ # حِ ا رَ مُ هْ نِ م اً # ن~ يِ فَ رْ مُ كَ # ي وُ نُ ذْ مُ كَ لْ رِ فْ عَ نَ وْ مُ كَ ل اَ مْ عَ ْ مُ كَ لْ حِ لْ ضُ ي= ً د يِ دَ ا سً لْ وَ ق وُ ل وُ قَ وَ َ = وُ قَ ن وُ نَ مe َ ن تِ دَ ل اَ هُ يَ ا ي اً م يِ ظَ ع ً رْ وَ قَ ارَ فْ دَ قَ فُ هَ ولُ سَ رَ وَ َ ِ عِ طُ يْ نَ مَ و مَ لَ سَ وِ هْ نَ لَ عُ له ل ىَ لَ صٍ دَ مَ حُ مُ يْ دَ هِ يْ دَ هْ ل َ رْ يَ خَ وِ له ل ُ # اتَ نِ كِ ثْ بِ دَ حْ ل َ رْ يَ خَ نِ 9 اَ ، فُ دْ عَ # ن اَ مَ ِ ارَ ن ل ىِ فٍ هَ لَ لاَ صَ لُ كَ وٌ هَ لَ لاَ صٍ هَ عْ دِ # يَ لُ كَ وٌ هَ عْ دِ # يٍ هَ بَ دْ حُ مَ لُ كَ ا وَ هُ ي اَ يَ دْ حُ م= ِ رْ وُ مُ لاْ َ رَ شَ و1

Belajar Dari Nabi Ibrahim

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Belajar Dari Nabi Ibrahim

BELAJAR DARI NABI IBRAHIM, 

MEMBANGUN CITA-CITA DUNIA DAN AKHIRAT

 

و�ر� ر� �ه� م�ن� ش� �ع�و�ذ� ب ه� و�ن �غ�ف�ر� ت �س� �ه� و�ن �ن �ع�ي ت �س� �ح�م�د�ه� و�ن �ح�م�د� لله ن �ن� ال إ� �ض�ل�ل� ف�ال �ه� و�م�ن� ي � م�ض�ل� ل �ه�د�ه� الله� ف�ال �ا م�ن� ي �ن �ع�م�ال �ات� أ -ئ ي �ا و�س� ن �ف�س� �ن أ

�ن� ه�د� أ �ش� �ه� و�أ �ك� ل ر�ي � ش� � الله� و�ح�د�ه� ال �ال �ه� إ �ل � إ ن� ا� ه�د� أ �ش� �ه� و�أ ه�اد�ي� ل

�ه� و�ل س� �د�ه� و�ر� 6 ع�ب .م�ح�م�دا

�م� �ت �ن �ال� و�أ �ن� إ �م�وت �ه� و�ال� ت �ق�ات �ه� ح�ق� ت �ق�وا الل �وا ات �ذ�ين� آم�ن =ه�ا ال ي� �ا أ ي

�م�ون� ل م�س��ه�ا ل�ق� م�ن �ف�س? و�اح�د�ة? و�خ� �م� م�ن� ن �ق�ك ل �ذ�ي خ� �م� ال �ك ب �ق�وا ر� �اس� ات =ه�ا الن ي

� �ا أ ي�ه� �ون� ب اء�ل �س� �ذ�ي ت �ه� ال �ق�وا الل اء6 و�ات �س� ا و�ن �ير6 �ث �ه�م�ا ر�ج�اال6 ك �ث� م�ن و�ج�ه�ا و�ب ز�

6ا ق�يب �م� ر� �ك �ي �ان� ع�ل �ه� ك �ن� الل ح�ام� إ ر�� و�األ�

�م� �ك �ع�م�ال �م� أ �ك �ح� ل �ص�ل د�يد6ا ي �وا ق�و�ال6 س� �ه� و�ق�ول �ق�وا الل �وا ات �ذ�ين� آم�ن =ه�ا ال ي� يأ

ا ع�ظ�يم6ا �ه� ف�ق�د� ف�از� ف�و�ز6 ول س� �ه� و�ر� �ط�ع� الل �م� و�م�ن� ي �ك �وب �م� ذ�ن �ك �غ�ف�ر� ل و�ي�ه�د�ي� ه�د�ي� م�ح�م�د? �ر� ال ي �اب� الله� و�خ� �ت �ث� ك �ح�د�ي �ر� ال ي �ن� خ� �ع�د� ، ف�إ م�ا ب

� أVد�ع�ة� �ة? ب �ل� م�ح�د�ث �ه�ا و�ك �ات �م�و�ر� م�ح�د�ث �أل ر� ا ل�م و�ش� �ه� و�س� �ي ص�ل�ى الله� ع�ل

�ار� �ة? ف�ي الن �ل �ل� ض�ال �ةV و�ك �ل �د�ع�ة? ض�ال �ل� ب و�ك

 

Kaum muslimin yang berbahagia!

Betapa besar karunia Allah Ta’ala kepada kita semua. Betapa tidak terhingga nikmat-Nya untuk kita semua. Ada yang kita sadari, namun lebih banyak yang luput dari kesadaran kita.

Marilah kita renungkan betapa banyak kedurhakaan kita kepada-Nya.

Betapa hari demi hari yang kita jalani tidak pernah luput dari kelalaian untuk mengingat-Nya.

Tapi dengan semua kelalaian itu, Allah Azza wa Jalla tidak pernah lalai dan bosan untuk terus-menerus mencurahkan nikmatNya kepada kita. Semua kedurhakaan kita tidak menghalangi Dia yang Mahaperkasa untuk tetap menyelimuti kita dengan kasih sayangNya.

1

Page 2: Belajar Dari Nabi Ibrahim

Dan hari ini, Ia masih mengizinkan kita untuk sekali lagi bersujud kepadaNya, untuk sekali lagi bertakbir dan bertahlil mengagungkan namaNya, dan untuk sekali lagi bertaubat kepadaNya.

Kita tidak pernah tahu, hadirin sekalian, boleh jadi inilah sujud terakhir kita padaNya di dunia ini. Inilah takbir dan tahlil terakhir kita untukNya. Dan inilah taubat kita untuk terakhir kalinya kepadaNya.

Allahu akbar, Allahu akbar, walillahilhamd.

 

Kaum muslimin rahimahukumullah!

Idul Adha akan selalu mengingatkan pada sosok Ibrahim alaihissalam dan keluarganya. Hari ini, di saat jutaan saudara kita kaum muslimin bergegas menyelesaikan prosesi ibadah haji yang agung, di tanah air ini, kita duduk sejenak untuk merenungkan pelajaran-pelajaran yang dititipkan Allah kepada kita melalui kisah monumental Nabi Ibrahim dan keluarganya ‘alaihimussalam.

Allah Ta’ala berfirman:

�ةV ف�ي ن و�ةV ح�س� س�� �م� أ �ك �ت� ل �ان اه�يم�ق�د� ك �ر� �ب �ذ�ين� م�ع�ه�إ و�ال

“Sungguh bagi kalian terdapat teladan yang baik dalam (diri) Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya…” (al-Mumtahanah: 4)

Sosok Ibrahim ‘alaihissalam adalah teladan pengorbanan yang tulus. Nabi Ibrahim mengajarkan kepada kita bahwa seorang mukmin harus sepenuhnya hidup untuk sebuah obsesi dan cita-cita yang tinggi. Bahwa obsesi dan cita-cita seorang mukmin tidak akan pernah terhenti hingga ia menjejakkan kakinya di dalam Surga Allah. Obsesi dan cita-cita itulah yang membuatnya rela melakukan pengorbanan demi pengorbanan di kehidupan dunia yang terlalu singkat ini.

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mengajarkan kepada kita bahwa obsesi dan cita-cita hidup kita sepenuhnya harus selalu diukur dengan keridhaan dan kecintaan Allah Azza wa Jalla. Apa yang diridhai dan dicintai oleh Allah dan RasulNya, maka itulah obsesi dan cita-cita kita. Jika tidak, maka obsesi dan cita-cita itu harus segera kita hapus dan buang jauh-jauh dari kehidupan kita. Karena obsesi dan cita-cita yang tidak diridhai oleh Allah Ta’ala hanya akan membawa kehidupan kita dalam serial malapetaka dan kehancuran yang tidak akan habisnya.

2

Page 3: Belajar Dari Nabi Ibrahim

Maka demi obsesi dan cita-cita tertingginya akan Surga, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam melintasi gurun sahara yang kering, di bawah cengkraman terik matahari dan pelukan malam-malam yang dingin. Dan ia tidak sendiri dalam perjalanan itu. Istri dan bayi mungilnya ikut serta “menikmati” perjalanan penuh obsesi itu. Obsesi akan Surga Allah.

Bayangkanlah, hadirin sekalian, betapa tidak mudahnya perjalanan itu! Tapi inilah caranya untuk membuktikan kepada Allah Azza wa Jalla bahwa mereka sungguh-sungguh dengan obsesi tentang Surga itu. Dan kita semua tentu mengetahui bahwa pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarga kecilnya itu tidak berhenti sampai di situ.

Pertanyaan pentingnya untuk kita semua adalah:

Sudahkah obsesi dan cita-cita hidup kita sepenuhnya untuk Allah?

Jika jawabannya adalah iya, maka seberapa besar sudah pengorbanan yang kita tunjukkan kepadaNya untuk itu?

Bersyukurlah jika tahun ini kita ikut menyembelih hewan kurban, tapi untuk obsesi sehebat Surga, tentu harus lebih dari itu!

Dalam konteks pengorbanan ini pula, maka kita teringat kepada kisah heroik Keluarga Yasir di awal Islam, saat mereka melewati penyiksaan demi penyiksaan atas komitmen keislaman mereka, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghibur mereka dengan mengatakan:

�ن� ر? ، ف�إ �اس� �ا آل� ي ا ي �ر6 �ة�ص�ب ن �ج� �م� ال م�و�ع�د�ك“Bersabarlah, wahai Keluarga Yasir! Karena sesungguhnya janji pertemuan kalian adalah Surga.”[1]

 

Allahu akbar, Allahu akbar, walillahil hamd!

Kaum muslimin yang berbahagia!

Hingga detik ini, negeri kita yang mayoritas muslim ini terus-menerus menjadi panggung tempat dipentaskannya berbagai macam krisis dan tragedi akhlak dan moral yang memilukan.

Kisah-kisah para pejabat Negara yang korupsinya tidak pernah puas, yang didukung oleh kondisi penegakan keamanan dan keadilan yang berat sebelah dan memihak kepentingan tertentu, telah menjadi konsumsi rutin

3

Page 4: Belajar Dari Nabi Ibrahim

kita tiada henti. Pembasmian korupsi seperti lebih sering menemukan jalan buntu, namun penangkapan dengan dalih terorisme begitu sering mengukir prestasi.

Lalu tiba-tiba kita dikejutkan oleh seorang hakim pengadilan negeri yang tertangkap basah dalam pesta narkoba di sebuah hotel, yang tanpa ragu menggelontorkan uang sebesar 10 juta rupiah dalam satu malam itu saja!

Begitulah, ternyata krisis moral dan akhlak telah melanda orang-orang tua di negeri ini. Lalu bagaimana dengan generasi mudanya?

Menurut catatan PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Kalimantan Timur, sepanjang tahun 2008 saja dari sekitar 300 lebih responden yang diteliti (Pelajar SMP dan SMA), sebagian besar di antaranya sudah sering berzina, bahkan ada yang sudah hamil.

Sekitar 14 % dari mereka melakukan perbuatan amoral (zina) itu di lingkungan sekolah, sedangkan 28 % dari mereka melakukannya di rumah. Sisanya, di tempat rekreasi dan di hotel-hotel.

Di Papua, terdapat sekitar ratusan pelajar yang mengidap HIV/AIDS. Dari jumlah tadi, 60 % lebih diderita pelajar asli asal Papua dan 40 % lagi pelajar non Papua (pendatang), sebagaimana disampaikan oleh Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPAD) Provinsi Papua.

Dan semua itu adalah fenomena gunung es. Sedikit yang terungkap, dan lebih banyak lagi yang tidak terungkap.

Kita juga tentu mengikuti fenomena tawuran antar pelajar dan mahasiswa yang seringkali disebabkan oleh hal-hal remeh yang tidak masuk di akal.

Dengan semua fenomena kebobrokan kaum muda Indonesia itu, kita kemudian dikejutkan dengan klaim sebuah media televisi bahwa lembaga-lembaga Rohis adik-adik kita di SMA adalah sarang pengkaderan teroris. Stasiun televisi itu lupa bahwa Rohis adalah benteng utama pembinaan moral anak-anak kita.

Kenyataan dan fakta ini tentu saja membuat kita bertanya: Mengapa itu semua terjadi?

Dalam konteks perjuangan Nabi Ibrahim, kita dapat mengatakan bahwa banyak generasi tua dan generasi muda telah kehilangan obsesi dan cita-cita hidup yang sesungguhnya. Banyak orang berjalan dalam obsesi-obsesi semunya.

4

Page 5: Belajar Dari Nabi Ibrahim

Mereka semua mungkin tahu bahwa korupsi, berzina dan melakukan kezhaliman itu dosa. Tapi lemahnya obsesi dan cita-cita akhirat, membuat mereka takluk tak berdaya pada godaan dunia yang menghancurkan masa depan akhirat mereka.

Karena obsesi semacam ini pula, banyak orang tua yang lupa bahwa anak-anak mempunyai kebutuhan yang jauh lebih besar daripada uang dan materi. Mereka membutuhkan belaian cinta dan bimbingan penuh kasih sayang dari orang tua mereka.

 

Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd!

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Tapi harapan menjadi lebih baik selalu ada, sebagaimana pintu taubat Allah selalu terbuka bagi siapapun di antara kita yang ingin berubah menjadi hamba yang lebih baik.

Sekali lagi, marilah belajar dari Nabi Ibrahim alaihissalam. Beliau adalah teladan bagi setiap orang tua yang menyayangi anaknya. Beliau mengajarkan kepada kita cara yang benar dalam menyayangi anak kita. Bukan dengan memuaskan segala permintaannya, tapi dengan mendekatkan mereka kepada Allah dengan penuh hikmah dan kelembutan.

Vيب� و�اهV م�ن� �يمV أ ل �ح� اه�يم� ل �ر� �ب �ن� إ إ

“Sesungguhnya Ibrahim itu adalah seorang yang lembut, pengasih dan selalu kembali (kepada Allah).” (Hud: 75)

Inilah sifat dan karakter dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang tua: lemah lembut, pengasih dan yang tidak kalah pentingnya: selalu kembali dan bersandar kepada Allah yang Mahakuat.

Coba renungkan doa yang dipanjatkan Ibrahim karena kecintaannya kepada keluarga dan anak-anaknya:

ا 6aaم�ن� د� آ �aaل� �ب ذ�ا ال �aaل� ه �aaب- اج�ع اه�يم� ر� ر� �aaب� ال� إ �aaذ� ق� �يو�إ �ن �ب ن و�اج��ام� ص�ن

� �د� األ� �ع�ب �ن� ن �ي� أ �ن و�ب

5

Page 6: Belajar Dari Nabi Ibrahim

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa: ‘Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan jauhkanlah aku serta keturunanku dari menyembah berhala…” (Ibrahim: 35)

�ل� د�ع�اء� �ق�ب �ا و�ت �ن ب �ي ر� �ت ي ة� و�م�ن� ذ�ر- �ي م�ق�يم� الص�ال� �ن ب- اج�ع�ل ر�“Wahai Tuhanku, jadikanlah aku sebagai orang yang menegakkan shalat, beserta keturunanku. Duhai Tuhan kami, terimalah doaku…” (Ibrahim: 40)

 

Kaum muslimin yang berbahagia!

Demikianlah kekhawatiran dan kegelisahan Ibrahim terhadap keturunannya. Karena itu, seperti Nabi Ibrahim, seharusnya kita selalu khawatir jika anak-anak kita akhirnya tidak lagi menyembah Allah dan menghambakan diri kepada selain Allah. Seharusnya kekhawatiran anak kita tidak shalat dan menjalankan perintah Allah lebih besar daripada saat ia kehilangan karirnya.

 

Di sinilah Nabi Ibrahim alaihissalam –sekali lagi- mengajarkan kepada kita untuk berani berkorban demi obsesi dan cita-cita akhirat kita.

Kita harus berani mengorbankan obsesi politik kita, jika itu hanya akan menghancurkan masa depan akhirat kita.

Kita harus berani mengorbankan obsesi karir dan jabatan kita, jika itu hanya akan membuat Allah murka kepada kita.

Kita harus berani mengorbankan obsesi nafsu kita, jika itu hanya akan membuat kita menyesal di saat penyesalan tidak akan pernah berguna lagi di Padang Mahsyar.

Semua obsesi keduniaan itu tidak akan membuat kita bahagia, jika pada akhirnya hanya akan menorehkan nama-nama kita dalam barisan makhluk yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla.

 

Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd

Hadirin yang dimuliakan Allah!

6

Page 7: Belajar Dari Nabi Ibrahim

Kepada mereka yang mendapatkan amanah untuk memimpin dan mengatur negeri ini, mulai dari level nasional hingga level lokal…Kepada aparatur peradilan dan keamanan…Tunaikanlah amanah mengatur negeri ini dengan penuh rasa takut kepada Allah. Jangan pernah berlaku zhalim sedikit pun, karena itu –kata Rasulullah- akan menjadi kegelapan yang berlapis-lapis pada hari kiamat. Renungkanlah selalu firman Allah Ta’ala ini:

ا �aaم� �ن �م�ون� إ ال �aaل� الظ �aaع�م� ا ي �aaاف�ال6 ع�م �aaه� غ �aaالل �ن� ب �aaح�س� و�ال� ت�ص�ار� �ب خ�ص� ف�يه� األ� �ش� ? ت �و�م �ي ه�م� ل �ؤ�خ-ر� ي

“Dan jangan pernah sekalipun engkau menyangka Allah akan lalai dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang zhalim. Sungguh Allah hanya mengulur mereka hingga hari di mana pandangan mata mereka terbelalak.” (Ibrahim: 42)

Kepada rekan-rekan generasi muda, jangan pernah terlena dengan tubuh yang masih kuat, mata yang masih tajam, kulit yang mesih kencang dan usia yang belum tua. Semua itu sama sekali bukan jaminan bahwa perjalanan Anda di dunia masih lama. Sebab tua dan muda memiliki kedudukan yang sama di hadapan kematian. Gunakanlah tubuh yang kuat dan usia muda ini untuk bekerja meraih kesuksesan dunia dan akhirat Anda.

Kepada para muslimah yang mulia, kaum wanita adalah pilar utama bangunan suatu masyarakat. Dan kaum wanita hanya bisa menjadi pilar utama itu jika mereka tetap berada dalam fitrah kewanitaan mereka sesuai yang digariskan Allah dan RasulNya. Dan hari ini, Indonesia yang tertatih-tatih ini menanti kehadiran Anda, para wanita sejati, yang membelai dan mendidik anak-anaknya dengan cinta, yang belajar setinggi-tingginya agar dapat menjadi ibu yang cerdas dan bijak bagi anak-anaknya, bukan untuk yang lainnya…

Kepada para penanggung jawab dan pelaksana media informasi, pesan kami hanya satu: tulis dan sampaikan apa saja yang ingin Anda sampaikan, tapi ingatlah bahwa setiap kata dan ucapan itu akan Anda pertanggungjawabkan di hadapan Allah Azza wa Jalla. Tak satu pun kata yang tertulis atau terucapkan yang akan luput dari pengadilan Allah kelak. Karenanya berhati-hatilah dengan pena dan ucapan Anda.

 

Allahu akbar, Allahu akbar, walillahilhamd

Kaum muslimin yang berbahagia!

7

Page 8: Belajar Dari Nabi Ibrahim

Mari berkurban sesuai tuntunan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam , hewan yang dapat dikurbankan adalah domba yang genap berusia 6 bulan, kambing yang genap setahun, sapi yang genap 2 tahun. Syaratnya, hewan kurban tidak boleh memiliki cacat atau penyakit yang bisa berpengaruh pada dagingnya, jumlah maupun rasanya, misalnya: kepicakan pada mata, kepincangan pada kaki dan penyakit pada kulit, kuku atau mulut.

Seekor domba atau kambing hanya mencukupi untuk kurban satu orang saja, sedangkan seekor sapi boleh berserikat untuk tujuh orang, kecuali berserikat pahala maka boleh pada semua jenis tanpa batas.

Sebaiknya pemilik kurban yang menyembelih sendiri hewan kurbannya, tetapi dia bisa mewakilkannya kepada penjagal, dengan syarat seorang muslim yang menjaga shalatnya, mengetahui hukum-hukum menyembelih dan upahnya tidak diambilkan dari salah satu bagian hewan kurban itu sendiri, kulit atau daging, meskipun dia juga bisa mendapat bagian dari hewan kurban sebagai sedekah atau hadiah.

Waktu penyembelihan hewan kurban adalah seusai pelaksanaan shalat Idul Adha hingga tiga hari tasyriq setelahnya.

Pembagian hewan kurban yang telah disembelih dapat dibagi tiga bagian, sepertiga buat pemiliknya, sepertiga buat hadiah dan sepertiga buat sedekah kepada fakir miskin. Nilai pahala hewan kurban seseorang di sisi Allah Ta’ala tidak hanya diukur dengan banyaknya daging yang dihasilkan atau banyaknya darah yang dikucurkan, tetapi sifat keikhlasan pemiliknya, olehnya itu luruskanlah niat hanya mengharap balasan dariNya semata.

Dan karena hari ini bertepatan dengan hari Jum’at, maka perlu diketahui jika hari raya bertemu dengan hari Jum’at, maka kewajiban shalat Jum’at menjadi gugur bagi kaum pria yang mengikuti shalat Ied, sehingga ia hanya wajib mengerjakan shalat Zhuhur. Namun yang afdhal jika ia tetap hadir shalat Jum’at. Tetapi para imam dan khathib Jum’at diharapkan tetap menunaikan shalat Jum’at, agar syiar Jum’at tetap terjaga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ذ�ا ع�يaaد�ان� ف�م�ن� �aaم� ه� و�م�ك �aaع� ف�ي ي �aaم� ه� م�ن�اج�ت� أ ز� �aaج� اء� أ �aaش

�ا م�ج�م-ع�ون� �ن �ج�م�ع�ة� و�إ ال“Telah bertemu pada hari kalian ini 2 hari raya. Maka barang siapa yang mau, maka shalat Ied itu telah mencukupkannya dari shalat Jum’at, tetapi kami (tetap) melaksanakan shalat Jum’at.”[2]

 

8

Page 9: Belajar Dari Nabi Ibrahim

Hadirin yang berbahagia!

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd!

Akhirnya, di ujung khutbah ini, marilah kita tundukkan hati dan jiwa serta seluruh tubuh ini kepada Allah, untuk berdoa dengan penuh keikhlasan padanya.

IBADAH QURBAN MEMBUKA PINTU BERKAH

Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.

Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah

Alhamdulillah, segala puja dan puji bagi Allah Swt, Pencipta dan pemelihara alam semesta, yang tiada henti melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada seluruh hamba-Nya, umat manusia di seluruh belahan bumi ini, terlebih kepada kita pribadi saat ini. Di saat yang sangat berbahagia ini, dimana kita tertakdir dapat bersimpuh dihadapan-Nya. Mendapatkan kesempatan untuk menghadapkan segala kerendahan diri dan kehinaan di hadapan Dzat Yang Maha Mulia dan Perkasa, menghaturkan segala hajad dan kebutuhan hidup di hadapan Tuhan yang Maha Kuasa, curhat atas kelemahan diri dan dosa-dosa di hadapan Allah yang Maha Pengampun, di masjid

9

Page 10: Belajar Dari Nabi Ibrahim

yang mulia ini bersama-sama melaksanakan sholat Idul Adha. Untuk memperingati kejadian besar dalam sejarah kemanusiaan yang tiada tandingnya. Pengorbanan hidup yang dilakukan oleh manusia-manusia pilihan, Nabiyullah Ibrahim as beserta keluarganya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Habiibina Baginda Nabi Muhammad SAW, yang dengan perjuangan dan pengorbanannya pula telah berhasil menancapkan sendi-sendi iman dan tauhid di dada umatnya, juga kepada keluarga dan sahabatnya serta pengikut-pengikutnya sampai hari kiamat yang telah melanjutkan tongkat estafet perjuangan, sambung menyambung sehingga hasilnya bisa kita nikmati sampai saat ini.

Pengorbanan besar yang telah tercatat dalam sejarah kemanusiaan yang telah dilakukan oleh manusia-manusia pilihan tersebut, seakan telah menjadi pondasi bangunan yang kokoh kuat ketika Allah berkehendak menghidupkan dan membangun kota Mekkah Al-Mukarromah. Tanah yang asalnya mati dan gersang menjadi kota yang makmur penuh berkah. Tanah dimana Baitullah akan dibangun di muka bumi ini. Pengorbanan besar itu hari ini kita peringati, bersama-sama kaum mu’minin dan muslimin di seluruh dunia, diperingati tidak sekedar untuk mengenang saja, namun juga harus mampu kita jadikan pelajaran dan tauladan untuk menyemangati hidup kita, agar kita mendapat kekuatan batin dan jiwa untuk menempuh jalan kehidupan dengan segala tantangan dan romantika yang ada di dalamnya.

Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.

Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah

Idul Adha identik dengan Idul Qurban, tapi qurban yang dimaksudkan khotib dalam khutbah kali ini bukan sekedar menyembelih hewan qurban kemudian dagingnya dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerima. Qurban yang dimaksudkan adalah melaksanakan pengurbanan hakiki, yakni mengurbankan sebagian yang kita miliki dan cintai, baik harta benda maupun penghormatan untuk dibagikan kepada orang yang lebih membutuhkan, hal itu dilakukan semata-mata untuk melaksanakan “ta’abbudan lillah”, semata-mata mengabdi kepada Allah dalam rangka memperingati dan mengenang pengurbanan besar yang dilakukan Nabiyullah Ibrahim as beserta keluarganya. Pengurbanan mana yang tidak hanya bisa dijadikan pelajaran dalam hidup saja, namun juga mampu meningkatkan taraf kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Pengurbanan yang mampu mengangkat hasrat kemanusian, meningkatkan kapasitas hidup dan kemampuan pribadi, menjadi orang mulia baik dihadapan manusia maupun dihadapan Rabbul Izzah, demikian itu yang pernah dilakukan dan didapatkan Nabiyullah Ibrahim as beserta keluarganya.

Peristiwa pengurbanan besar tersebut dimulai ketika Nabiyullah Ibrahim as dengan tulus ihlas dan ridho melaksanakan perintah Allah yang tidak logis, yakni menempatkan sebagian anggota keluarga tercinta di tanah Mekkah Al-Mukarromah yang saat itu belum berpenghuni, tanah tandus tidak berkehidupan, tidak ada air tidak ada makanan, supaya nantinya di tanah itu manusia mendirikan sholat dan beribadah kepada Allah SWT. Siti Hajar dan Isma’il, salah satu Istri dari dua istri tercinta dan satu-satunya putra yang masih dalam susuan, mereka berdua harus ditinggalkan begitu saja oleh Nabiyullah Ibrahim as di tanah yang terpencil dan terasing tersebut, berdua harus mempertahankan hidup dalam sendirian dengan bekal hidup yang pas-pasan.

10

Page 11: Belajar Dari Nabi Ibrahim

Peristiwa tersebut diabadikan Allah SWT dengan firman-Nya dalam bentuk kalimat doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim AS di dalam kitab suci al-Qur’an al-Karim:

�ك� �ت �ي ب �د� ن ع� ع? ر� ز� ذ�ي �ر� غ�ي �و�اد? ب �ي �ت ي ذ�ر- م�ن� �ت� �ن ك س�� أ -ي �ن إ �ا �ن ب ر�

�ه�و�ي ت �اس� الن م�ن� �د�ة6 �ف�ئ أ ف�اج�ع�ل� ة� الص�ال� �ق�يم�وا �ي ل �ا �ن ب ر� � م �م�ح�ر� الون� �ر� ك �ش� ي �ه�م� �ع�ل ل ات� �م�ر� الث م�ن� ق�ه�م� ز� و�ار� �ه�م� �ي �ل إ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tumbuhan di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.(QS.Ibrahim/37)

Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah

Pengorbanan yang dimaksud secara kongkrit tergambar dalam bentuk keihlasan dalam memperjuangkan hidup dan menjalani penderitaan yang amat sangat dalam rangka mempertahankan kehidupan yang dilakukan oleh seorang ibu bersama anaknya yang masih dalam susuhan, berdua dalam kesendirian ditengah luasnya padang pasir yang tidak berpenghuni. Meskipun Siti Hajar yakin Allah tidak akan menelantarkan hidupnya, namun melaksanakan keyakinan tersebut ternyata tidak segampang seperti ketika diucapkan. Sebagaimana ketika dia berkata kepada suaminya disaat detik-detik suaminya akan meninggalkan dirinya berdua : “Wahai suamiku, apakah engkau diperintah Allah dalam hal ini?”. Dalam pertanyaan yang ketiga kalinya baru Nabi Ibrahim as menjawab meski tanpa menoleh, karena takut hatinya terpengaruh sehingga berakibat buruk, berubah pendirian dan tidak mampu melaksanakan perintah tidak logis itu: “Benar wahai Istriku, aku diperintah Allah untuk melakukan ini”. Siti Hajar kemudian berkata: “Wahai suamiku, jika ini memang perintah Allah, maka lakukan saja, aku yakin Allah tidak akan menelantarkan kami berdua disini”.

Melaksanakan keyakinan hati ternyata tidak semudah seperti saat mengucapkannya di bibir. Siti Hajar berdua ternyata harus menghadapi penderitaan yang amat sangat, sampai-sampai nyawanya berdua hampir direnggut kematian. Ketika bekal makanan yang ditinggalkan suaminya sudah habis, padahal air tidak mungkin bisa didapat ditempat yang kering itu, sedangkan anak yang digendongan menangis tiada henti minta disusui, padahal air susu sudah tidak keluar lagi karena perut sudah lama tidak terisi, maka sang Ibu mencoba mencari pertolongan. Dengan sisa tenaga yang ada Siti Hajar berlari-lari kecil antara dua bukit yang ada di sekitar tempat itu, bukit Shofa dan Marwa. Dari atas dua bukit tersebut dia melihat kesana-kemari, berharap dapat menemukan manusia yang bisa memberikan pertolongan kepadanya, namun sampai 7X pulang pergi, hasilnya tetap nihil juga, Sang Ibu yang sedang kelelahan dan lemas karena kelaparan itu tidak juga menjumpai seorangpun yang bisa memberikan pertolonggan kepadanya. Peristiwa ini diabadikan Allah dengan firman-Nya:

11

Page 12: Belajar Dari Nabi Ibrahim

�م�ر� إ اع�ت و�� أ �ت� �ي �ب ال ح�ج� ف�م�ن� �ه� الل �ر� ع�ائ ش� م�ن� و�ة� �م�ر� و�ال الص�ف�ا �ن�

�ه� الل �ن� ف�إ ا �ر6 ي خ� �ط�و�ع� ت و�م�ن� �ه�م�ا ب �ط�و�ف� ي �ن� أ �ه� �ي ع�ل �اح� ن ج� ف�ال� Vيم� ع�ل Vر� اك ش�

Sesungguhnya Shafaa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa`i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.(QS.al-Baqoroh/158)

Pengurbanan berikutnya merupakan pengurbanan yang lebih dahsyat lagi, bahkan sama sekali tidak masuk di akal sehat. Betapa tidak, seorang ayah atas isyarat mimpi harus menyembelih satu-satunya putra tercinta. Perintah Allah tersebut berawal dari bisikan yang mengusik tidur Abal Anbiya’ Ibrahim As. Allah memberikan wahyu lewat Ru’yah Shodiqoh kepada nabi-Nya agar menyembelih putra semata wayangnya yang bernama Ismail. Ketika Ibrahim terjaga dari tidurnya, ia mengira apa yang mengganggu tidurnya hanyalah bisikan setan sebab sangat tidak mungkin Allah Swt yang Maha penyayang dan pengasih memerintahkannya untuk menyembelih putra yang telah lama dinanti-nantikannya tersebut. Namun demikian Nabi Ibrahim As, mencoba merespon perintah Allah tersebut dengan akalnya, namun kemudian dia menampik perintah tersebut lantaran tidak bisa diterima logika. Akan tetapi ketika Allah kembali mengusiknya dengan mimpi yang sama sampai tiga kali. Nabi Ibrahim Khalilullah ini mencampakkan akalnya dan menerima perintah Allah tersebut dengan hati dan imannya secara Taabbudan Lillah, yakni sebagai wujud ketundukan dan kepatuhan kepada Allah Swt.

Peristiwa tersebut diabadikan Allah Ta’ala dalam firman-Nya dalam bentuk dialog antara ayah dan anak:

-ي �ن أ � �ام �م�ن ال ف�ي ى ر�� أ -ي �ن إ �ي� �ن ب �ا ي ق�ال� ع�ي� الس� م�ع�ه� �غ� �ل ب �م�ا ف�ل

�ي �ج�د�ن ت س� �ؤ�م�ر� ت م�ا اف�ع�ل� �ت� �ب أ �ا ي ق�ال� ى �ر� ت م�اذ�ا �ظ�ر� ف�ان �ح�ك� �ذ�ب أ�ر�ين� الص�اب م�ن� �ه� الل اء� ش� �ن� إ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.(QS.Ash-Shofat/102)

Subhanallah !! Dihadapan kematian dengan pedang di tangan ayahnya sendiri seorang anak dengan tulus berkata : “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Dihadapan anak tercinta yang sedang berbaring lemas dipangkuannya dan menyiapkan lehernya untuk digorok oleh tangannya sendiri, seorang bapak mampu melakukan hal itu semata-mata karena melaksanakan perintah

12

Page 13: Belajar Dari Nabi Ibrahim

Allah yang hanya diterima melalui mimpi. Ya Allah !!! siapakah yang sanggup melakuan pekerjaan yang tidak logis itu selain para kekasih-Mu, selain orang-orang yang matahatinya cemerlang karena telah diterangi nur ma’rifat kepada-Mu sehingga mampu menerima perintah dengan cara tidak logis dan sekaligus melaksanakannya meski harus melakukan pekerjaan yang tidak logis pula, maka pantas mereka berdua kemudian mendapatkan penghormatan abadi dan ridho-Mu, bahkan menjadi lambang pengorbanan dan perjuangan hidup sepanjang zaman.

Sehingga dikala dengan sabar dan penuh keikhlasan Nabi Ibrahim As menjalankan perintah Allah tersebut, Allah bangga kepadanya. Sedetik sebelum mata pedang yang sudah diasah tajam itu menyentuh leher anak yang sudah terpejam matanya, dengan kuasa-Nya Allah Swt mengganti tubuh anak tersebut dengan seekor kambing kibas dari surga. Sebuah indikasi dan pelajaran yang amat berharga bahwa apabila orang bisa bersabar dalam menghadapi ujian dan musibah dan ridho serta ikhlas dalam menjalaninya, meski nyawa taruhannya, maka bukan saja akan mendapat pahala, namun juga Allah akan memberikan ganti yang lebih baik dan sempurna. Bahkan tidak hanya itu saja, pengurbanan besar yang dilakukan dua manusia mulia tersebut ternyata tidak sia sia, tidak hilang begitu saja ditelan zaman, namun terbukti telah menjadi pondasi yang kokoh kuat atas bangunan kota Mekkah al-Mukarromah dan keberkahan Allah yang dicurahkan di atasnya sampai saat sekarang.

Disamping hal penting tersebut, Ibadah qurban juga mengandung pesan kepada kita agar memiliki jiwa sosial dan peka terhadap penderitaan sesama serta pembangunan mental spiritual yang tangguh. Ungkapan rasa syukur atas segala anugerah yang diwujudkan dengan menasarufkan sebagian harta yang kita miliki dengan membeli dan menyembelih hewan qurban serta pendistribusian dagingnya kepada kalangan fuqoro wal masaakin agar di hari raya ini mereka dapat menikmati kegembiraan yang sama, disamping merupakan simbol agar kita mau berbagi kepada sesama serta ikut meringankan beban hidup orang lain yang bisa membangun kekuatan persaudaraan antara sesama umat, juga menguatkan jiwa kita secara pripadi dalam menghadapi tantangan dan kompetisi hidup yang rasanya seakan tidak berkesudahan, terlebih apabila hal yang sangat positif tersebut tidak hanya bisa dilakukan pada hari-hari tertentu saja, seperti hari Idul Adha sekarang ini, tetapi juga setiap saat dan kesempatan yang ada, saat kita diberi kemampuan dan kelebihan oleh Allah Swt.

Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.

Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah

Ujian hidup yang dicanangkan dalam peristiwa sejarah tersebut dinyatakan Allah dalam firman-Nya: “Sesungguhnya ini benar-benar merupakan suatu ujian yang nyata”.(QS.ash Shafaat/108). Maksudnya, keberhasilan hidup yang didambakan oleh setiap jiwa yang merdeka, kebahagiaan yang diharapkan oleh setiap manusia yang hatinya sehat, ternyata tidak datang dengan sendirinya turun dari langit, melainkan harus ditempuh dan diperjuangkan melalui porses ujian yang tidak ringan, demikianlah pelajaran yang dapat kita petik dari peristiwa sejarah kemanusian ini, dan itu merupakan sunnatullah yang tidak ada berubahan untuk selamanya, baik berlaku bagi orang-orang terdahulu maupun kemudian, bahkan berlaku bagi kita semua. Ujian hidup tersebut juga dinyatakan Allah dengan firman-Nya:

13

Page 14: Belajar Dari Nabi Ibrahim

�م�و�ال� األ� م�ن� �ق�ص? و�ن �ج�وع� و�ال �خ�و�ف� ال م�ن� ي�ء? �ش� ب �م� �ك �و�ن �ل �ب �ن و�ل�ر�ين� الص�اب ر� �ش- و�ب ات� �م�ر� و�الث �ف�س� �ن و�األ�

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqoroh/155-157)

Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah

Secara kongkrit pengorbanan yang pertama adalah berupa pengorbanan seorang Istri yang setia dan tabah untuk mentaati kehendak Suaminya yang diyakini sedang dalam rangka melaksanakan perintah Tuhannya, ternyata mampu menurunkan keberkahan Allah yang abadi di muka bumi ini. Memancarkan sumber air ditempat yang semestinya tidak mungkin ada mata air. Mendatangkan kehidupan bagi manusia banyak ditempat yang asalnya sepi dan terpencil. Menurunkan mu’jizat Allah yang sangat terang benderang dalam sejarah zaman. Adapun pengorbanan kedua adalah bentuk ketaatan seorang hamba Allah kepada Tuhannya, melaksanakan perintahNya meski perintah itu tidak nalar, ternyata hasilnya mampu membuka sumber keberkahan di muka bumi yang asalnya tandus kering menjadi tanah penuh berkah dan kaya raya.

Peristiwa tersebut telah dicatat dalam sejarah kemanusiaan dan bahkan harus diperingati oleh setiap pribadi Muslim pada setiap tahunnya. Kita semua diwajibkan melaksanakan Ibadah Haji bagi yang mampu yang salah satu tujuannya untuk memperingati peristiwa sejarah tersebut, itu terbukti dengan manasik haji yang dilakukan dalam ritual haji oleh jamaah yang sedang melaksanakan ibadah haji di Makkah Al-Mukarromah. Lalu sekarang kita boleh pertanya kepada diri sendiri, pengorbanan apa yang sudah kita lakukan selama ini untuk kejayaan kita sendiri, untuk mencapai peningkatan tarap hidup yang kita tuntut dan dambahkan selama ini, untuk keberhasilan hidup kita sendiri bukan keberhasilan hidup orang lain. Apakah kita hanya boleh menuntut saja tanpa berbuat apa-apa sementara orang lain harus berkorban dan bahkan dikorbankan …?? Kita selalu berharap hidup enak tapi enggan melaksanakan perjuangan.., Apa mungkin hal demikian bisa dicapai ..?? Padahal fenomena sejarah telah berbicara dengan terang benderang..!!

Inilah hikmah terbesar dari peringatan hari besar IDUL QURBAN yang sedang kita peringati hari ini, bukan hanya untuk memperingati peristiwa sejarah kemanusia itu saja, namun juga untuk membangkitkan semangat dan kesadaran dalam jiwa kita, dimana setiap pribadi Muslim harus siap berkorban untuk kebahagiannya sendiri. Setiap kita harus siap menyongsong keberhasilan dan peningkatan hidup dengan perjuangan dan pengorbanan. Dimulai dari diri sendiri untuk tidak berpangkutangan saja dan bermalas-malasan dan ketika berakibat hidupnya tidak juga meningkat kemudian mengkambinghitamkan nasib dan takdir. Padahal nasib dan takdir itu harus dimulai dari diri sendiri, “siapa beramal sholeh maka itu untuk dirinya sendiri”. Maksudnya, barangsiapa menanam kebaikan maka akan menuai kebajikan dan barangsiapa menanam kemalasan akan menuai kehancuran, itu berlaku untuk diri sendiri bukan untuk orang lain. Itulah sunnahtullah yang tidak ada perubahan untuk selama-lamanya. Yang dimaksud

14

Page 15: Belajar Dari Nabi Ibrahim

menanam itu adalah melaksanakan perjuangan dan pengorbanan terlebih dahulu setelah itu baru orang boleh bersenang-senang. “Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian”.

. القرآن قرء وإذا المهتدون يهتدي وبقوله تعالى الله قال: ترحمون لعلكم وأنصتوا له ء?   فاستمعوا ي� �ش� ب �م� �ك �و�ن �ل �ب �ن و�ل

ات� �م�ر� و�الث �ف�س� �ن و�األ� �م�و�ال� األ� م�ن� �ق�ص? و�ن �ج�وع� و�ال �خ�و�ف� ال م�ن��ر�ين� ( الص�اب ر� �ش- �ه�) 155و�ب �ل ل �ا �ن إ �وا ق�ال Vة� م�ص�يب �ه�م� �ت ص�اب

� أ �ذ�ا إ �ذ�ين� ال) اج�ع�ون� ر� �ه� �ي �ل إ �ا �ن -ه�م�) 156و�إ ب ر� م�ن� Vو�ات� ص�ل �ه�م� �ي ع�ل �ك� �ئ �ول أ

�د�ون� �م�ه�ت ال ه�م� �ك� �ئ �ول و�أ Vح�م�ة و�ر�

. بما وأياكم ونفعني العظيم القرآن في ولكم لي الله باركإنه . تالوته ومنكم مني وتقبل الحكيم والذكر األيات من فيه

العليم السميع . هو حير   وأنت وارحم اغفر رب وقلالراحمين

MENELADANI IBRAHIM AS. UNTUK MEMBANGUN MASYARAKAT YANG BERTAUHID DAN SEJAHTERA

15

Page 16: Belajar Dari Nabi Ibrahim

Oleh: Anjar Nugroho

�ا ن �ف�س� �ن ا و�ر� ر� ش� م�ن� �الله� ب �ع�و�ذ� و�ن �ه� �ي �ل ا �و�ب� �ت و�ن ه� �غ�ف�ر� ت �س� و�ن �ه� �ن �ع�ي ت �س� و�ن �ح�م�د�ه� ن �ن� �م�ي �ع�ال ال ب- ر� pه� �ل ل �ح�م�د� �ل ا . � ال و�ح�د�ه� الله� � �ال ا �له� ا � ال �ن� ا ه�د� �ش� ا �ه� ل ه�اد�ي� � ف�ال �ض�ل�ل� ي و�م�ن� �ه� ل م�ض�ل� � ف�ال الله� �ه�د� ي م�ن� �ا �ن �ع�م�ال ا �ات� -ئ ي و�س��ه� اب �ص�ح� و�ا �ه� ء�ال و�ع�ل�ى م�ح�م�د? �ا -ن �ي �ب ن ع�ل�ى �م� ال و�الس� �ة� و�الص�ال �ه� و�ل س� و�ر� �د�ه� ع�ب م�ح�م�د6ا �ن� ا ه�د� �ش� و�ا �ه� ل �ك� ر�ي ش� . : : . �ح�و�ن� �ف�ل ت �م� �ك �ع�ل ل �ه� و�ط�اع�ت الله� �ق�و� �ت ب �ف�س�ي و�ن �م� �ك �و�ص�ي ا الله� �اد� ب �اع� ف�ي �ع�د� ب �م�ا ا �ن� الد-ي � �و�م ي �ل�ى ا �ع�ه� �ب ت و�م�ن�

: �م�و�ن� ل م�س� �م� �ت �ن و�ا � �ال ا �ن� �م�و�ت ت � و�ال �ه� �ق�ات ت ح�ق� الله� �ق�وا ات �وا �م�ن ا �ن� �ذ�ي ال =ه�ا �ي �اا ي � �م �ر�ي �ك ال آن� �ق�ر� ال ف�ى �ع�ال�ى ت الله� ق�ال�

Allahu Akbar, Allahu Akbar …

Kumandang takbir kembali membahana di seluruh pelosok dunia, menyambut hari akbar bagi ummat Islam, sebuah hari yang sarat dengan makna dan nilai. Inilah hari raya kurban atau Idul Adha yang pada tahun ini jatuh pada hari jum’at yang juga merupakan hari paling mulia (sayyidul ayyam) bagi ummat Islam. Untuk semua kenikmatan ini, sangat wajar jika kita mengucapkan syukur sambil memuji Allah SWT, Sang Khaliq Penguasa Alam Semesta, Yang Maha Kuasa dan Perkasa.

Tidak lupa pula, shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada panutan abadi, Muhammad Rasulullah SAW, yang gigih dalam memperjuangkan agama Tauhid, sebuah agama yang diwarisinya dari Bapak Tauhid, Nabi Allah Ibrahim AS.

Jama’ah shalat Ied yang berbahagia,

Di tengah-tengah kekhusyu’an kita menyambut Hari Akbar ini, fenomena di sekitar perlu kita renungkan dalam-dalam. Bangsa kita yang sudah lebih dari 67tahun merdeka, masih menyisakan masalah yang harus kita selesaikan bersama-sama. Kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjadi cita-cita kemerdekaan, masih jauh dari harapan. Jumlah orang miskin dan pengangguran yang kian membengkak adalah gambaran statistik bahwa sebagian besar rakyat kita masih belum merdeka dari belenggu kesengsaraan.

Di tengah-tengah kondisi rakyat yang sengsara, dipertontonkan perilaku korupsi yang marak dilakukan dan tanpa basa-basi lagi. Triyunan rupiah raib di telan mulut-mulut serakah. Kejadian tawuran seolah menjadi budaya dalam masyarakat, yang terkadang dengan alasan pemicu yang amat sangat sepele. Budaya selingkuh juga kian menjadi trend, angka pengguguran kandungan di luar menikah sangat mencengangkan, pengguna narkoba tidak pandang bulu lagi, anak-anak tingkat sekolah dasar sudah banyak yang terjerumus. Angka kriminalitas juga mengalami peningkatan. Berita pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, kerusuhan dapat kita saksikan setiap hari.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….

Masyarakat kita memang sedang sakit, dan perlu mendapat perawatan intensif dalam ruang gawat darurat. Kita harus terpanggil untuk menjadi dokter dan perawat dalam ruang itu. Kita tidak boleh berdiam diri menyaksikan sakit bangsa dan masyarakat kita semakin parah. Untuk itu pada kesempatan Idul Adha kali ini, kita jadikan sebagai ajang muhasabah dan menyusun

16

Page 17: Belajar Dari Nabi Ibrahim

kekuatan secara jama’i dalam menghadapi tantangan umat di masa sekarang dan masa mendatang.

Idul Adha sarat dengan makna dan nilai yang perlu digali dan diaktualisasikan kembali. Idul Adha identik dengan kisah Nabi Ibrahim AS dan keluarganya yang sangat relevan untuk diteladani. Ibrahim, sang bapak tauhid adalah Nabi ulul ‘azmi, nabi pilihan dan juga bapak dari para nabi-nabi setelahnya, termasuk nabi kita Muhammad SAW. Meneladani Ibrahim adalah seruan al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. an-Nahl: 120

 ”Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan)”

Uswah yang terdapat dalam pribadi Ibrahim juga difirmankan Allah dalam Q.S. al-Mumtahanan: 6

 “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji.”

Keteladanan apa yang kita peroleh dari Nabi Ibrahim? Ada banyak keteladanan Ibrahim yang terekam dalam al-Qur’an al-Karim. Ibrahim sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 121 ayat. Dari informasi 121 ayat itu, paling tidak ada empat sifat keteladanan dalam diri Nabi Ibrahim AS.

 

Jama’ah Ied yahdikumullah….

Keteladanan pertama yang bisa kita peroleh dari Ibrahim adalah keteguhan beliau dalam memegang prinsip, khususnya prinsip tauhid. Dalam menghadapi tantangan seberat apapun, termasuk saat dia berhadapan dengan bapaknya sendiri yang syirik, beliau sangat teguh. Kita perhatikan firman Allah dalam Q.S. at-Taubah: 114 berikut:

“Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.”

Dari ayat itu pula kita dapat informasi bahwa Ibrahim juga seorang yang lembut dan penyantun. Sikap keras dalam memegang prinsip tauhid, tidak lantas membuat sikap terhadap sesama manusia menjadi sedemian keras dan kaku. Hubungan baik dengan sesama manusia tetap dijaga, karena pada hakekatnya seorang nabi, dan mungkin juga seorang ustadz atau pemimpin ummat saat ini adalah pelayan masyarakat yang harus punya sikap lemah lembut.

17

Page 18: Belajar Dari Nabi Ibrahim

Jama’ah shalat ied yang berbahagia….

Ibrahim adalah pejuang sejati yang tidak mempunyai rasa putus asa jika menghadapi tantangan yang berat. Kegigihan dalam perjuangan ini perlu ditiru mengingat tantangan dakwah Islam akhir-akhir ini juga menghadapi tantangan jaman yang kian berat. Firman Allah dalam Q.S. al-Anbiya: 51-66 menyuguhkan kisah keteguhan Ibrahim bahkan saat berhadapan dengan kekuasaan sekalipun. Ibrahim berprinsip, bahwa kebenaran adalah kebenaran yang tidak bisa ditawar-tawar. Hal ini tentu berbeda dengan kebanyakan para pemimpin ummat kita sekarang yang mudah menjual kebenaran untuk ditukar dengan kekuasaan dan uang. Karena keteguhan Ibrahim ini, kemudian Allah menyelamatkan Ibrahim dari hukuman api yang membakar, seperti tergambar dalam Q.S. al-Anbiyah: 69

“Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”

Puncak keteladanan Ibrahim adalah kerelaan beliau mengorbankan apa saja untuk Allah SWT. Termasuk harus mengorbankan sang putra tercinta Ismail AS. Allah menggambarkan pengorbanan Ibrahim itu dalam sebuah dialog antara Ibrahim dengan Ismail yang terekam dalam Q.S. Q.S. ash-Shaffat: 102:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

Walaupun kemudian di saat Ibrahim sudah bersiap hendak menyembelih Ismail, Allah menggantinya dengan seokor hewan sembelihan, seperti diinformasikan dalam Q.S. ash-Shaffat: 107:

“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”

Pengorbanan sebenarnya adalah inti sebuah keberagamaan. Mustahil bisa beragama dengan baik, tanpa adanya pengorbanan. Walaupun secara tegas Allah menyatakan bahwa pengorbanan seorang hamba manfaatnya akan kembali kepada hamba itu sendiri dan kemashlahatan ummat manusia. Allah Maha Kaya dari seluruh alam semesta.

Jama’ah shalat Ied rahimakumullah….

Sungguh sulit kita temukan di tengah-tengah kita, muslim yang bisa mengorbankan apa saja demi untuk perjuangan Islam. Bahkan yang banyak adalah mereka berjuangan untuk kemakmuran dan kemuliaan diri mereka sendiri. Masih teringat di benak kita, betapa para politisi sebelum bertarung di pemilu mengobral janji setinggi langit, akan tetapi bisa kita saksikan sekarang, apa yang mereka perjuangkan untuk rakyat?

Semangat pengorbanan Ibrahim perlu kita kobarkan kembali. Sebuah semangat mengorbankan ego untuk mengedepankan loyalitas keummatan. Kita gambarkan semangat pengorbanan itu

18

Page 19: Belajar Dari Nabi Ibrahim

dengan menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha ini, sebagai simbol kecintaan kita kepada millah Ibrahim yang hanif. Hanya saja yang perlu kita ingat, bahwa menyembelih hewan kurban bukanlah pengorbanan yang sesungguhnya yang dikehendaki Allah. Ini tercermin dalam firman-Nya Q.S al-Hajj: 37

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Hanya ketaqwaan yang akan sampai kepada Allah. Taqwa merupakan puncak pengorbanan seorang hamba kepada Sang Khaliq, karena taqwa mengehendaki kepasrahan total (islam) dan amal nyata yang kongkret (total actions) dalam realitas sehari-hari. Firman Allah yang panjang dalam Q.S. al-Baqarah: 177 mengambarkan sikap taqwa seorang hamba.

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Demikian khutbah Idul Adha dalam kesempatan ini, mudah-mudahan kita mendapat kekuatan untuk bisa meneladani sikap dan sifat Nabi Allah Ibrahim AS, dalam rangka membentuk karakter ummat Islam untuk menghadapi berbagai masalah dan cobaan yang mendera masyarakat dan bangsa kita tercinta ini. Yang terakhir, mari kita berdo’a ke hadirat Allah SWT dengan hati yang khusyu’ dan penuh harap.

19