15
BEBERAPA PERMASALAHAN DAN PROSPEK PEMBANGUNAN HORTIKULTURA PADA REPELITA VI A. KEBIJAKSANAAN DAN STRATEGI Dalam GBHN 1993 komoditas hortikultura telah mendapatkan penekanan tersendiri terbukti dari dipisahkannya alinea pembahasan komoditas hortikultura dengan tanaman pangan. Di Jawa Timur, pengembangan komoditas hortikultura juga mendapatkan penekanan seperti juga yang disebutkan di GBHN. Dalam draft Pola Dasar Pembangunan Daerah dan draft REPELITA VI Jawa Timur, maka komoditas hortikultura juga akan terus ditingkatkan agar pendapatan petani dapat ditingkatkan. Manfaat lainnya dari pembangunan hortikultura, disamping untuk meningkatkan pendapatan petani juga dim aksudkan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral yang diperoleh dari hortikultura tersebut. Dengan demikian maka gizi masyarakat akan dapat terus diting- katkan bukan saja melalui peningkatan produksi beras (sumber karbohidrat) tetapi juga melalui hortikultura yang sumbemya vitamin dan mineral tersebut. Dalam pengembangannya komoditas hortikultura di Indonesia atau Jawa Timur dilakukan melalui tiga macam pendekatan yaitu: - Pendekatan lahan kering; - Pendekatan perwilayahan komoditas; dan - Pendekatan Agribisnis. M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 1

Beberapa Permasalahan Dan Prospek Pembangunan Hortikultura Pada Repelita VI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Beberapa Permasalahan Dan Prospek Pembangunan Hortikultura Pada Repelita VI

BEBERAPA PERMASALAHAN DAN PROSPEK PEMBANGUNAN

HORTIKULTURA PADA REPELITA VI

A. KEBIJAKSANAAN DAN STRATEGI

Dalam GBHN 1993 komoditas hortikultura telah mendapatkan penekanan

tersendiri terbukti dari dipisahkannya alinea pembahasan komoditas hortikultura

dengan tanaman pangan. Di Jawa Timur, pengembangan komoditas hortikultura

juga mendapatkan penekanan seperti juga yang disebutkan di GBHN. Dalam draft

Pola Dasar Pembangunan Daerah dan draft REPELITA VI Jawa Timur, maka

komoditas hortikultura juga akan terus ditingkatkan agar pendapatan petani dapat

ditingkatkan. Manfaat lainnya dari pembangunan hortikultura, disamping untuk

meningkatkan pendapatan petani juga dim aksudkan untuk memenuhi kebutuhan

vitamin dan mineral yang diperoleh dari hortikultura tersebut. Dengan demikian

maka gizi masyarakat akan dapat terus ditingkatkan bukan saja melalui

peningkatan produksi beras (sumber karbohidrat) tetapi juga melalui hortikultura

yang sumbemya vitamin dan mineral tersebut.

Dalam pengembangannya komoditas hortikultura di Indonesia atau Jawa

Timur dilakukan melalui tiga macam pendekatan yaitu:

- Pendekatan lahan kering;

- Pendekatan perwilayahan komoditas; dan

- Pendekatan Agribisnis.

Maksud dari penekanan pembangunan hortikultura di lahan kering, atau

di wilayah pengembangan pertanian tertentu melalui pendekatan agribisnis ini

adalah dimaksudkan untuk:

a. Memperbaiki mutu konsumsi gizi masyarakat dan memenuhi permintaan pasar

dalam negeri.

b. Mengantisipasi fluktuasi harga produk hortikultura yang tajam;

c. Mengurangi impor dan meningkatkan ekspor nonmigas dari sektorpertanian

(hortikultura) untuk menambah devisa negara;

d. Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di pedesaan dalam

upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa; dan

e. Mendukung berkembangnya agrowisata dan agro industri.

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 1

Page 2: Beberapa Permasalahan Dan Prospek Pembangunan Hortikultura Pada Repelita VI

Selanjutnya pengembangan hortikultura di masing-masing wilayah

diarahkan pada komoditas hortikultura yang memberikan prioritas pada komoditas

yang berprospek cerah. Maksudnya agar komoditas tersebut dapat diekspor

sehingga menghasilkan devisa, meningkatkan pendapatan petani setempat dan

sekaligus diharapkan dapat mengatasi ketimpangan pembangunan di berbagai

wilayah pada masa-masa mendatang. Pembangunan antarwilayah sebagai

pengaruh dari kebijakan pengembangan hortikultura yang didasarkan atas dasar

perwilayahan tersebut adalah dimaksudkan untuk peningkatan taraf pendapatan

dan kesejahteraan petani yang lebih merata.

B. HAMBATAN YANG DIHADAPI

Dalam prakteknya, banyak hambatan dalarn pengembangan hortikultura baik

di Jawa Timur maupun di skala nasional. Ham - batan ini mulai dari tersebarnya

lahan dengan macam komoditas yang beragam, pemilikan lahan yang sempit,

harga yang berfluktuasi, tingginya risiko dan ketidakpastian dan sebagainya. Di

bawah ini akan dibahas beberapa hambatan yang sering dijumpai antara lain:

1. Pemilikan Lahan

Pola pemilikan dan pengusahaan lahan petani hortikultura yang relatif sempit (<

0,5 ha) dan tersebar menyebabkan heterogenitasnya mutu produk, supply bahan

baku yang tidak lancar dan tidak kontinu serta akhimya terjadi fluktuasi harga,

padahal di sisi lain dituntut bahwa dalam bisnis modern dalam hortikultura

diperlukan adanya keseragaman mutu hasil dan kontinuitas produksi.

2. Teknologi

Karena penguasaan teknologi yang diaplikasikan petani pada tanaman hortikultura

masih relatif sangat sederhana sekali, disamping juga adanya keterbatasan

informasi inovasi, maka produksi yang dihasilkan berkualitas rendah. Disamping

masalah teknologi juga terbatasnya kemampuan petani dalam menguasai

teknologi untuk membuat benih atau bibit unggul bermutu, terutama pada

tanaman sayuran.

3. Pasar

Harga pasar yang sangat berfluktuasi secara mencolok antara musim panen dan di

luar musim akan banyak merugikan petani produsen. Di sisi lain informasi harga

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 2

Page 3: Beberapa Permasalahan Dan Prospek Pembangunan Hortikultura Pada Repelita VI

pasar sulit didapat oleh petani, sementara itu petani masih dalam posisi lemah

dalam penentuan harga ini.

4. Permodalan

Budi daya hortikultura yang tergolong padat modal di dalam

penyediaansaranaproduksi,pemeliharaantanamandantenaga kerja. Tanaman

sayuran, bunga-bungaan atau tanamari hias dengan siklus pengolahan yang relatif

pendek membutuhkan modal yang besar. Bagi tanaman buah-buahan yang bersifat

tahunan dibutuhkan modal investasi yang tinggi sampai hasilnya mencapai break

event point.

Hal ini menjadi kendala bagi petani hortikultura yang umumnya lemah di

dalam permodalan. Kemudahan fasilitas dana kredit dengan bunga rendah baik

dalam jangka panjang ataupun jangka pendek akan banyak menolong petani hord-

kultura untuk benar-benar berperan sebagai subyek dalam agribisnis hortikultura.

Lemahnya permodalan ini menjadikan kendala bagi petani untuk men-supply

sarana produksi dalam jumlah yang cukup.

5. Kelembagaan

Kendala lain adalah lemahnya kelembagaan pertanian yang ada; baik itu

kelembagaan penyedia sarana produksi (KUD misalnya), kredit (perbankan) dan

kelembagaan yang menyalurkan produk hortikultura.

C. TANTANGAN DAN PELUANG

1. Tantangan

Ditinjau dari karakteristik pembangunan nasional mendatang maka diperkirakan

pembangunan nasional akan dihadapkan kepada tantangan dan permasalahan,

antara lain:

a. Sifat pembangunan semakin kompleks dan kompetitif dalam pengertian

ketergantungan lintas sektoral dan lintas subsektoral akan semakin tinggi.

b. Tultutan teknologi karena tuntutan efisiensi, tuntutan akan kualitas produk dan

tuntutan kemampuan untuk sistem informasi yang lebih handal.

c. Semakin terbatasnya sumber daya alam khususnya sumber daya alam yang

non-renewable.

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 3

Page 4: Beberapa Permasalahan Dan Prospek Pembangunan Hortikultura Pada Repelita VI

d. Sifat pembangunan, khususnya pertumbuhan perekonomian nasional di masa

mendatang setiap saat kita dapat mengalami "siklus konjuntur", di mana pada

suatu periode tertentu pertumbuhan ekonomi akan menurun yang ditandai

dengan turunnya investasi dan pada saat yang lain pertumbuhan akan relatif

tinggi (Soemitro Djojohadikusoemo, 1991).

Pada REPELITA VI mendatang, pembangunan sektor pertanign termasuk

subsektor tanaman pangan dan hortikultura, secara bertahap akan mengarah

kepada agroindustri dan agmbisnis. Pada tahapan ini subsektor tanaman pangan

dan hortikultura akan dihadapkan kepada berbagai tantangan khusus antara lain:

a. Industrialisasi yang menuntut adanya penerapan dan adopsi teknologi dan

bioteknologi yang sesuai.

b. Peningkatan jumlah dan kualitas produk horrikultura untuk pemenuhan selera

yang semakin tinggi kualitasnya. Untuk ini akan dituntut pengamanan

kualitas dan penerapan standarisasi produk yang lebih tinggi. Saat ini

produktivitas usaha tani dan tenaga kerja petani masih relatif rendah dan laju

pertumbuhan permintaan akan produk hortikultura diperkirakan akan lebih

tinggi dibandingkan dengan laju peningkatan produksi.

c. Tuntutan akan sistem informasi sumber daya alam yang lebih cepat, akurat

dan dipercaya khususnya (kekeringan) dan bencana alam lainnya, tingkat

produksi hama/penyakit; dan faktor ketidakpastian.

2. Peluang

Walaupun pembangunan sektor industri kian berjalan begitu cepat namun

sektor pertanian juga tidak kalah pentingnya. Adanya berbagai tantangan seperti

disir:ggung di atas sekaligus akan menghadirkan berbagai peluang pembangunan

hortikultura yang tidak saja akan merupakan modal kerja bagi pembangunan

hortikultura pada masa yang akan datang tetapi juga akan memperluas kaitan

dengan sektor/subsektor lainnya. Berbagai peluang pada pembangunan

hortikultura pada REPELITA VI tersebut antara lain adalah:

a. Konsumsi

Dengan semakin meningkatnya tingkat kesejahteraan dan pendapatan

masyarakat kita, dewasa ini ada kecenderungan bergesernya pola pangan

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 4

Page 5: Beberapa Permasalahan Dan Prospek Pembangunan Hortikultura Pada Repelita VI

berkalori tinggi yang semula berasal dari karbohidrat, ke arah pola pangan

berprotein, bervitamin dan bermineral tinggi, utamanya yang berasal dari

protein hewani, buah-buahan atau sayur-sayuran. Hal demikian dapat

dimaklumi karena upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

selalu akan terkait dengan berbagai faktor, terutama kecukupan pangan dan

gizi ini. Demikian pentingnya masalah pangan dan gizi sampai Bapak Presiden

pada acara puncak Hari Pangan Sedunia (17 Oktober 1991) telah

mencanangkan suatu Gerakan Sadar Pangan Gizi menjadi suatu gerakan

nasional berjangka panjang yang dilaksanakan terus-menerus, konseptuai dan

menjadi suatu gerakan masyarakat yang luas.

Dilihat dari aspek-aspek tersebut maka peluang untuk meningkatkan produksi

hortikultura adalah masih cukup tinggi, oleh karena tingkat pencapaian

kosumsi hortikultura yang relatif rendah.

b. Ekspor dan Subtitusi Impor

Disamping potensi permintaan akan komoditas hortikultura dalam negeri yang

relatif besar, maka permintaan luar negeri (ekspor) dan substitusi impor

khususnya untuk bahan baku agroindustri adalah cukup besar. Hal demikian

menjadi p;.luang bagi perkembangan hortikultura baik di Indonesia maupun di

Jawa Timur. Dewasa ini mata dagangan komoditas ekspor Indonesia seperti

komoditas asparagus, sayur-sayuran dan produk yang lain dari Jawa Timur

terus meningkat.

c. Globalisasi Ekonomi

Pada REPELITA VI ini momentum baru yang mendorong ekspor nonmigas

terus membaik dan hal ini memberikan kekuatan pada perekonomian secara

keseluruhan. Kondisi ini sangat mempengaruhi pula mantapnyakondisi

perekonomian Jawa Timur.

Dalam era globalisasi: ekonomi, melalui langkah-langkah debirokratisasi dan

deregulasi, iklim usaha yang sehat dan kebijakan moneter yang mantap telah

mampu mendorong pengarahan sumber-sumber dana dari masyarakat sendiri.

Untuk itu kegiatan pembangunan hortikultura dipilih dan diarahkan pada

komoditas yang strategis, sehingga dapat mendorong dan menggairahkan serta

partisipasi masyarakat.

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 5

Page 6: Beberapa Permasalahan Dan Prospek Pembangunan Hortikultura Pada Repelita VI

D. MENUJU AGRIBISNIS HORTIKULTURA

1. Agribisnis Hortikultura pada Masa Kini

Kondisi kegiatan agribisnis di Indonesia saat ini telah merupakan kegiatan

yang sangat luas, mencakup sektor-sektor maupun pelaku-pelakunya. Pada

PELITA V yang lalu ternyata agribisnis telah mampu dipakai sebagai pendekatan

baru dalam mendorong sumber pertumbuhan baru sektor pertanian. Hampir

seluruh kegiatan telah dilaksanakan dengan baik dalam skala usaha besar maupun

kecil, dalam volume kegiatan sejak dari yang sederhana maupun yang canggih.

Disamping itu demi keberhasilan upaya masing-masing sektor maupun subsistem

disektor tersebut, maka telah ditempuh pula rekayasa teknologi maupun sosial

yang cukup intensif.

Gambaran kondisi kegiatan Agribisnis dapat diuraikan dengan kenyataan-

kenyataan sebagai berikut:

a. Skala Usaha

Sejak lama dikenal dua bentuk skala usaha, yaitu skala usaha kecil dan besar.

Dikotomi ini memang sudah ada sejak lama. Usaha skala kecil umumnya

terdiri dari petani-petani dan pengusaha kecil yang dicirikan oleh lemah

modal, terbelakang dari segi teknologi dan individual hingga sukar berkem-

bang namun menunjukkan stabilitas tinggi dan dalam jumlah yang relatif

besar. Sebaliknya pada usaha besar dengan manajemen, teknologi dan

permodalan yang cukup, maka pengusaha skala besar macrtpu berkembang

maju namun sering mudah. tergoncang oleh peiubahan situasi ekonomi dunia

dan karenanya pengusaha skala besar kadang-kadang kurang stabil.

Kedua kelompok ini diupayakan agar dapat bekerja sama saling

menguntungkan dengan pelbagai bentuk kegiatan, antara lain bentuk

Perusahaan Inti Rakyat (PIR) ataupun Program Bapak Angkat.

b. Beragam Penanganannya

- Kegiatan agribisnis terpusat di pelbagai Departemen teknis antara lain:

Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian, Departemen

Perdagangan, Departemen Keuangan, Departemen Perhubungan dan

Departemen Pertambangan dan Energi. Kenyataan ini menyebabkan

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 6

Page 7: Beberapa Permasalahan Dan Prospek Pembangunan Hortikultura Pada Repelita VI

pengaturan gerak agribisnis dalam satu sistem menjadi lebih sulit dan

lambaL

- Dalam pada itu disamping kegiatan terpencar dalam pelbagai departemen,

kegiatan agribisnis di dalam satu departemen pun kegiatannya terpencar

dalam setiap subsektor, dan hal seperti ini temyata juga tidak mudah

dikoordinasikan.

c. Keragaan Pelaku pelaku Agribisnis

Pelaku ekonomi di Indonesia digolongkan pada swasta, BUMN dan Koperasi.

Harapannya, ketiga pelaku ekonomi ini harus mampu bekerja sama. Di pihak

swasta misalnya, kegiatannya bervariasi sejak dari yang paling kecil berupa

petani-petani dengan lahan sempit atau usaha kecil, sampai perusahaan-

perusahaan swasta berskala besar sepera perusahaan-perusahaan swasta

konglomerat. Makin lama terlihat peranan kelompok pelaku swasta ini makin

besar dalam dunia agribisnis, yang mungkin disebabkan peluang agribisnis

makin besar dan menarik dalam perekonomian Indonesia.

Di sisi lain, pelaku ekonomi seperti BUMN yang dapat dikatakan

menonjol perannya dalam dunia agribisnis terkonsentrasi pada tiga

departemen yaitu pertanian, perindustrian dan perdagangan. Meskipun diakui

dukungan departemendepartemen lain cukup besar, misalnya perbankan,

minyak dan energi serta transportasi. Fungsi dan peranan kelompok BUMN

cukup besar dan ada kemampuan untuk dikembangkan bersama-sama swasta

menuju manfaat yang lebih besar lagi bagi negara. Apalagi sekarang akan

ditempuh strategi penggabungan beberapa BUMN agar lebih efisien. BUMN

lingkup Departemen Pertanian misalnya terdiri dari pelbagai usaha di

subsektor perkebunan, perikanan, peter.lakan maupun pertanian pangan dan

hortikultura; telah melakukan diversifilcasi produk. Misalnya PTP XXIII

bukan saja berkonsentrasi pada aneka tanaman perkebunan, tetapi jugapada

hortikultura. Potensi PTP ini cukup besar. Di subsektor perkebunan saja

tercatat sebanyak 32 PTP/PNP yang beroperasi di hampir selunih wilayah

Indonesia. Komoditi yang diusahakan sebanyak 13 macam terdiri dari 9

komoditi budi daya tahunan dan 4 komoditi tanaman semusim. Termasuk

hortikultura di dalamnya. PTP ini umumnya memang memiliki aktiva tetap

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 7

Page 8: Beberapa Permasalahan Dan Prospek Pembangunan Hortikultura Pada Repelita VI

maupun lancar dengan laba yang cukup besar. Dengan demikian, maka

rentabilitas, sovabilitas dan likuiditasnya juga cukup baik.

Di Jawa Timur BUMN perkebunan ini terdapat 10 PTP perkebunan

yang tergabung dalam 8 Direks.i, meliputi 3 FTP gula, 2 PTP tembakau dan 3

PTP budi daya tahunan. Berbagai diversifikasi produk dengan produk

hortikultura di beberapa PTP tersebut telah dilakukan dan tampaknya cukup

mempunyai prospek yang baik.

Pelaku ekonomi yang lain, disamping pihak swasta dan BUMN adalah

Koperasi. Koperasi sebenamya sebagai wahana pembangunan ekonomi di

sektor rakyat, diharapkan mampu berperan lebih menonjol pada waktu-waktu

yang akan datang. Sekarang ini gerak koperasi masih terbatas karena kendala

manajerial, kurang partisipasinya anggota dan lemahnya permodalan adalah

kendala yang klasik dihadapi oleh koperasi ini.

Dalam perkembangan lembaga ekonomi ini masih dibantu, meskipun

diakui sudah banyak kebijakan pendukung yang telah diberikan untuk

menyempumakan dan mempercepat pemimbuhannya.

2. Agribisnis Hortikultura Masa Mendatang

Agribisnis diakui bersama-sama agroindustri merupakan pendekatan yang

ditempuh untuk pengembangan pertanian-industri pada masa datang. Komponen-

komponen yang dimiliki cukup banyak dan telah memadai dan terus perlu

dikembangkan. Misalnya:

a. Peningkatan koordinasi yang lebih erat karena letak lahan dan sumber daya

lain yang terpencar-pencar.

b. Peningkatan relevansi kaitan ke belakang (backward linkages) dan ke depan

yang perlu terus diatur secara teratur, sehingga kaitan tersebut akan lebih baik

dan saling menunjang peningkatan relevansi kegiatan.

c. Peningkatan relevansi kegiatan pertanian, industri dan perdagangan agar lebih

lancar.

d. Peningkatan pembagian dan penyaluran modal yang lebih merata antara

pelaku-pelaku sistem agribisnis.

e. Peningkatan mencari peluang-peluang pasar dan teknologi agribisnis secara

lebih luas.

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 8

Page 9: Beberapa Permasalahan Dan Prospek Pembangunan Hortikultura Pada Repelita VI

f. Peningkatan prioritas kredit perbankan yang mengarah pada kegiatan

agribisnis dan agroindustri terutama untuk usaha tani dan kegiatan

nonindustri.

Untuk menyempurnakan pengembangan agribisnis dan agroindustri yang ada

di instansi yang berbeda, menurut Profesor Sumantri (1993), maka perlu

diupayakan hal-hal sebagai berikut:

a. Penyempumaan koordinasi dan kerja sama antarinstansi dan departemen,

menuju pendekatan agribisnis dan agroindustri.

b. Pengelolaan dan sinkronisasi kegiatan agribisnis melalui sebuah badan

koordinasi atau badan pengelola.

c. Pemberian prioritas modal sesuai program terutama investasi pertanaman dan

unit pengolah.

d. Pemberian prioritas pada industri pedesaan sebagai penyumbang bahan baku

industri.

e. Penerobosan pasar dan teknologi maupun pemasaran produk-produk

agribisnis.

f. Proyeksi dan refleksi konsep agribisnis dan agroindustri ke seluruh wilayah

Indonesia, dengan mengingat potensi dan sumber daya alamnya.

E. PENUTUP

Dari uraian di atas, maka ada beberapa hal yang disepakati dan bahkan

dipakai sebagai suatu pendekatan bahwa agroindustri dan agribisnis hortikultura

adalah salah satu sumber pertumbuhan baru disektor pertanian. Agribisnis

hortikulturabukan saja mampa sebagai sumber pertumbuhan baru di sektor

pertanian, tetapi ia juga mampu menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan

nilai tambah. Namun demikian, juga diakui bahwa kendala untuk pengembangan

agribisnis hortikultura ini masih terletak pada kendala yang itu-itu juga seperti

skala usaha yang kecil, lemahnya permodalan, terbatasnya teknologi yang

digunakan dan sederhananya manajemen yang digunakan.

Pada masa mendatang, bila kendala-kendala ini mampu di atas, maka prospek

hortikultura akan tetap cerah.

M.K. Kebijaksanaan Pertanian Page 9