Upload
anis-wahyu-fadhilah
View
3
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
geokimia
Citation preview
Minggu, 02/02/2014 19:20 WIB
Fenomena Tanah Bergerak di Majalengka, Puluhan Rumah Rusak dalam SepekanKristiadi - detikNews
Majalengka - Sepekan terakhir, puluhan rumah di Majalengka Jawa Barat rusak. Tanah bergeser dari 5 cm hingga 1,5 meter.
Fenomena ini terjadi di Kampung kawasan Blok Manis, Desa Jerukleueut, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka. Kerusakan terparah berada di RT 01 dan RT 03. Tanah pergeseran mulai 5 cm, 20 cm hingga 1,5 meter.
Lantai dan tembok rumah retak. Tanah terbelah. Warga ketakutan. Minggu (2/2/2014), ratusan warga mengungsi.
Peristiwa berawal pada Minggu (20/1) lalu. Kemudian meluas.
Kepala BPBD Kabupaten Majalengka, Uyung, mengatakan tanah di kawasan tersebut terus bergeser. Jalan menuju permukiman warga longsor. "Kondisi tanah di sini tidak stabil. Warga sebaiknya mengosongkan tempat ini," paparnya di lokasi.
Pada pukul 17.30 WIB, tanah mulai bergeser lagi. Beberapa lantai dan dinding rumah retak kembali dan lantai pun ambles.
Kepala Desa Sindangwangi Ardi mengatakan warga sudah mengungsi ke balai desa yang terletak di kawasan yang lebih aman. "Setiap malam rumah mereka dikosongkan dan para korban kembali pagi ke rumah," katanya kepada detikcom.
Tim Geologi Pelajari Fenomena Tanah Bergerak di SalamanKamis, 16 Januari 2014 21:23 WIB
Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Tim Geologi Balai Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)
Wilayah Solo, Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah dan petugas Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang melakukan kajian lapangan terhadap fenomena
tanah bergerak di dua dusun Desa Sidosari, Kecamatan Salaman, Kamis (16/1/2014).
Mereka meminta warga menyingkir atau mengungsi jika hujan deras terjadi dalam durasi lebih
dari dua jam. Karena, hujan deras dalam durasi lama dan tanah yang gembur disebut menjadi
pemicu utama terjadinya gerakan tanah di wilayah tersebut.
Empat tim geologi dari Balai ESDM Wilayah Solo tersebut melakukan tinjauan dengan
melakukan pengukuran serta melihat sumber retakan di wilayah Desa Sidosari. Mereka
mengecheck semua kondisi tanah di lapangan mulai dari sungai, permukiman penduduk,
hingga area perkebunan.
“Kami tadi hanya melihat arah gerakan tanah dimana. Termasuk, bidang gelincir tanah yang
menyebabkan rekahan tanah di wilayah ini,” ujar Kepala Seksi (Kasi) Pengawas Daerah
(Wasda) Balai Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Solo, Dinas ESDM Provinsi Jawa
Tengah, Haryadi Joko, Kamis (16/1/2014).
Menurut Haryadi, dari informasi warga, gerakan tanah yang menyebabkan sekitar 38 bangunan
rumah penduduk retak-retak tersebut, dipicu oleh gempa yang terjadi tahun 2006 lalu. Dia
mengatakan, retakan tanah semakin melebar meski dalam waktu yang sangat lambat.
“Berdasarkan hipotesa kami, salah satu pemicu rekahan tanah karena hujan dalam durasi
cukup lama. Air hujan yang liar tersebut meresap dalam tanah yang merekah, sehingga
membuat rekahan semakin panjang dan lebar. Maka, air jangan masuk ke tanah, harus
dialirkan ke selokan,” paparnya.
Dia menjelaskan, wilayah seperti Desa Sidosari yang merupakan lereng Menoreh, merupakan
wilayah daerah rawan tanah bergerak. Pihaknya kemudian merekomendasikan tiga hal kepada
masyarakat terkait hal itu. Rekomendasi pertama, jelasnya, meminta masyarakat untuk
waspada jika hujan turun dalam durasi cukup lama atau lebih dari dua jam.
“Kami meminta untuk menyingkir atau mengungsi di tempat aman. Jika ada rekahan tanah,
harus segera ditutup lempung atau tanah liat agar air tidak masuk. Kemudian yang ketiga,
harus dibuat saluran drainase, sehingga tidak ada genangan dan aliran air lancar,” ujar Haryadi.
Haryadi menambahkan, hasil pengamatan di lapangan akan dilaporkan kepada Gubernur Jawa
Tengah melalui Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah. Nantinya, pihak ESDM Provinsi
Jateng akan menyampaikan rekomendasi hasil lapangan untuk ditindaklanjuti.
Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD KabupatenMagelang, Joko Sudibyo
menjelaskan, hasil dari kajian lapangan secara geologis ini, untuk mengetahui tipe gerakan
tanah yang terjadi di Desa Sidosari. Hasilnya, nanti akan diolah dan dikaji menjadi sebuah
rekomendasi penanganan yang tepat.
“Bisa diketahui pemicu-pemicunya. Harapan kami ada rekomendasi untuk pengendalian seperti
apa bentuknya. Termasuk mitigasi bencananya,” kata dia.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 198 bangunan rumah milik warga di Dusun Kranjang Lor I
dan Kranjang Lor II, Desa Sidosari, Kecamatan Salaman terancam retak dan longsor. Hal itu
dikarenakan tanah di dua dusun tersebut merekah dan mengalami keretakan di tiga bagian.
Fenomena Tanah Keluarkan Uap Panas dan Gas Gegerkan TondanoMinggu, 16 Maret 2014 21:51 WIB
Tribun Manado/Finneke WolajanLokasi keluarnya uap dan hawa panas di Kelurahan Katinggolan, Kecamatan Tondano Timur, Minahasa, Sulawesi Utara.
Laporan Wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan
TRIBUNNEWS.COM, TONDANO - Warga Kelurahan Katinggolan
Kecamatan Tondano Timur, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, dihebohkan
dengan fenomena alam yang tak lazim.
Di lingkungan II kelurahan tersebut, ditemukan tanah yang mengeluarkan uap
panas serta bau busuk.
Penemuan fenomena alam tersebut, berawal saat seorang warga, Anes secara
tak sengaja menemukannya. Ia bangun dari tidurnya pada Rabu (12/3) pagi
sekitar pukul 06.00 Wita.
Ia kemudian membuka pagar rumahnya, dan anjing peliharannya yang juga
sudah bangun langsung keluar. Tak lama setelah itu, anjingnya buang air kecil di
sebuah tiang listrik. Anes tiba-tiba dikejutkan dengan teriakkan anjingnya itu.
"Saya kaget kenapa anjing saya teriak saat hendak kencing di tiang itu. Tak jadi
kencing, anjing saya langsung menghindar. Saya kemudian mengeceknya,
ternyata tiang listriknya panas dan tanahnya mengeluarkan uap panas,"
terangnya kepada Tribun Manado, Minggu (16/3/2014).
Kejadian itu, tak lama langsung menyebar di kalangan warga setempat. Warga
pun langsung memadati lokasi tersebut. "Entah saya yang pertama kali lihat atau
ada orang lain, tapi setelah itu tempat itu langsung mendapat perhatian," ujarnya.
Pemerintah setempat pun sudah turun ke lokasi, juga pihak PLN, berhubung
lokasinya tepat di bawah tiang listrik. "PLN sempat mengecek, apakah itu dari
mereka. Mereka memeriksa listrik di atas, tapi ternyata bukan," ujarnya.
Pengakuan warga lainnya, Boy Karisoh, fenomenan tersebut baru pertama kali
terjadi d Tondano. Menurutnya fenomena tersebut unik namun menakutkan.
"Baru sekarang terjadi seperti ini, penyebabnya belum diketahui. Dugaan awal,
ada sesuatu di dalam tanah," ujarnya.
Saluran drainase tampak telah retak akibat kejadian itu. Boy mengaku, sebelum
kejadian drainasenya baik-baik saja. "Itu baru saja dibangun PNPM Mandiri.
Nanti retak setelah kejadian," ungkapnya.
Menurut Boy, bau busuk yang dikeluarkan tanah tersebut bukan seperti bau
belerang, tapi seperti bau gas. "Kalau belerang bukan seperti ini, ini bau gas.
Kalau hujan, uapnya keluar lebih banyak. Saya menggali sumur di rumah, tapi
tak ada apa-apa, hanya di sini saja yang begini," tuturnya.
Hal itu membuat Resah Boy. Ia takut kejadian seperti Lapindo akan terjadi di
tempat itu. "Seperti Lapindo, awalnya hanya hal sepele. Tapi akhirnya
menenggelamkan sebagian pulan jawa," ungkapnya.
Ia pun berharap segera ada penanganan tentang hal itu. Jangan sampai hal itu
meresahkan warga. "Kalau boleh, segera teliti penyebabnya apa. Jangan-jangan
ini awal dari sebuah bencana atau apa. Meskipun tidak, diharapkan ini segera
ditangani agar tahu betulnya penyebabnya apa. Karena ini termasuk langka di
sini," tutur Boy.
Pantauan Tribun Manado, tanah yang mengeluarkan uap panas dan bau busuk
tersebut berada di pinggir jalan, tepat di bawah tiang listrik. Sekitaran tempat itu
sudah dipasangi ranting pohon. Bau busuk menyengat hidung dan terpantau uap
keluar dari tempat itu. Tiang listrik bagian bawah terasa panas. Tanahnya
lembab seperti mengeluarkan air.