23
Bayi kuning Usia 5 hari Annisza 102010201 Email : [email protected] Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 Pendahuluan Angka kejadian Ikterus pada bayi sangat bervariasi di RSCM persentase ikterus neonatorum pada bayi cukup bulan sebesar 32,1% dan pada bayi kurang bulan sebesar 42,9%, sedangkan di Amerika Serikat sekitar 60% bayi menderita ikterus baru lahir menderita ikterus, lebih dari 50%. Bayi-bayi yang mengalami ikterus itu mencapai kadar bilirubin yang melebihi 10 mg. Ikterus terjadi apabila terdapat bililirubin dalam darah. Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama dalam kehidupannya. Dikemukakan bahwa kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada bayi 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan 32,19 % menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian. Karena setiap bayi dengan ikterus harus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubuin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam.

Bayi Kuning Usia 5 Hari

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mnb,

Citation preview

Page 1: Bayi Kuning Usia 5 Hari

Bayi kuning Usia 5 hari

Annisza

102010201

Email : [email protected]

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510

Pendahuluan

Angka kejadian Ikterus pada bayi sangat bervariasi di RSCM persentase ikterus neonatorum

pada bayi cukup bulan sebesar 32,1% dan pada bayi kurang bulan sebesar 42,9%, sedangkan di

Amerika Serikat sekitar 60% bayi menderita ikterus baru lahir menderita ikterus, lebih dari 50%.

Bayi-bayi yang mengalami ikterus itu mencapai kadar bilirubin yang melebihi 10 mg.

Ikterus terjadi apabila terdapat bililirubin dalam darah. Pada sebagian besar neonatus, ikterus

akan ditemukan dalam minggu pertama dalam kehidupannya. Dikemukakan bahwa kejadian

ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada bayi 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta

dilaporkan 32,19 % menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi bersifat patologik yang

dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian. Karena setiap bayi

dengan ikterus harus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubuin

meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam.

Proses hemolisis darah, infeksi berat ikterus yang berlangsung lebih dari 1 mg/dl juga merupakan

keadaan kemungkinan adanya ikterus patologi. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus

dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan.

Anamnesis

Yang perlu di cari pada anamnesis adalah riwayat ikterus pada anak sebelumnnya, riwayat

keluarga anemia dan pembesaran hati dan limpa, riwayat kehamilan dengan komplikasi

penggunaan obat, riwayat infeksi maternal, riwayat trauma persalinan, factor resiko terjadinya

infeksi, dan kondisi bayi (apakah aktif,nafsu makan, dan harus di bangunkan untuk makan).

Page 2: Bayi Kuning Usia 5 Hari

Pemeriksaan

Anamnesis ikterus pada riwayat onstetri sebelumnya sangat membantu dalam menegakan

diagnosis hiperbilirubnemia pada bayi. Termasuk anamnesis mengenai riwayat inkompabilitas

darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya. Disamping itu faktor risiko

kehamilan dan persalinan juga berperan dalam diagnosis dini ikterus/hiperbilirubinemia pada

bayi. Faktor risiko itu antara lain adalah kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikan pada

ibu selama hamil/persalinan, kehamilan dengan diabetes melitus, gawat janin, malnutrisi

intrauterine, infeksi intranatal, dan lain-lain. Anamnesis yang baik untuk menegakkan diagnosis

ikterus pada bayi adalah dengan bertanya riwayat penyakit terdahulu, semasa dan sekarang

kepada si ibu. Antara pertanyaan yang sering dipertanyakan ialah:

a. Riwayat kehamilan dengan komplikasi (obat-obatan, ibu DM, malnutrisi intra uterin, infeksi

intranatal).

b. Ibu sibayi pernah mengalami penyakit kuning sebelum mengandung atau semasa mengandung

c. Riwayat persalinan dengan tindakan / komplikasi.

d.Bertanyakan kapan terjadinya perubahan warna kuning pada kulit bayi. Ini karena waktu

timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis danpenatalaksanaan penderita

karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan kemungkinan penyebab ikterus

tersebut.

e. Riwayat ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya.

f. Riwayat inkompatibilitas darah seperti menanyakan golongan darah ibu dan anak.

g.Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa untuk diagnosis

banding terhadap penyakit hemolitik yang diakibatkan thalesemia, sferositosis dan lain-lain.1,2

Pemeriksaan Fisik3

Secara klinis ikterus dapat dideteksi dari warna kulit yaitu pemucatan kulit dengan cara menekan

kulit dengan jari, ketika bilirubin melebihi 5 mg/dL(85 mikromol/L). Ikterus dimulai dari wajah,

kemudian menyebar ke abdomen dan kemudian ke ekstremitas. Jika terdapat pertanyaan

Page 3: Bayi Kuning Usia 5 Hari

mengenai keparahan ikterus, ukur kadar bilirubin dan plotkan pada diagram bilirubin, sesuai

dengan usia dalam jam.3

Secara klinis ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari

kemudian. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat

lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang, terutama

pada neonatus yang kulitnya gelap.3,4

Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar. Dapat

pula dilakukan pemeriksaan secara khusus dengan menekan kulit secara ringan memakai jari

tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan subkutan dengan pencahayaan yang

memadai. Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan

penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan

kemungkinan penyebab ikterus tersebut.3,4

Tabel 1. Drajat ikterus berdasarkan Kramer.4

Derajat

ikterus Daerah ikterus

Perkiraan kadar

bilirubin

I Kepala dan leher 5,0 mg%

II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 9,0 mg%

III

Sampai badan bawah (di bawah

umbilikus) hingga tungkai atas (di atas

lutut)

11,4 mg/dl

IV Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg/dl

V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dl

1. Pemeriksaan bilirubin serum total & direk4

Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direk. Sedangkan

bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk. Metode

Page 4: Bayi Kuning Usia 5 Hari

pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau spektrofotometri yang mengukur intensitas

warna azobilirubin.

Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga jika kadar bilirubin yang

ditemukan sangat tinggi, bayi akan mengalami kerusakan neurologis permanen yang lazim

disebut kenikterus. Kadar bilirubin (total) pada bayi baru lahir bisa mencapai 12 mg/dl; kadar

yang menimbulkan kepanikan adalah > 15 mg/dl. Ikterik tampak jika kadar bilirubin mencapai >

3 mg/dl.

2. Direct Coombs test4

Tes ini dilakukan pada sampel eritrosit langsung dari tubuh. Tes ini akan mendeteksi antibodi

yang ada di permukaan eritrosit. Terbentuknya antibodi ini karena adanya penyakit atau berasal

dari transfusi darah. Tes ini juga dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan darah Rh positif

dimana ibunya mempunyai Rh negative. Tes ini menunjukan apakah ibunya telah membentuk

antibodi dan masuk ke dalam darah bayinya melalui plasenta. Beberapa penyakit dan obat-

obatan dapat memicu produksi antibodi. Antibodi ini terkadang menghancurkan eritrosit dan

menyebabkan anemia. Tes ini terkadang menunjukan diagnosis penyebab anemia atau jaundice.

3. Indirect Coombs Test (secara tidak langsung)4

Tes ini dilakukan pada sampel dari bagian darah (serum). Tes ini mendeteksi antibodi yang ada

dalam aliran darah dan dapat mengikat eritrosit tertentu yang memicu terjadinya masalah

masalah terjadinya percampuran darah. Tes ini biasanya dilakukan untuk menemukan antibodi

pada darah donor atau resipien sebelum dilakukan transfusi.

4. Pemeriksaan golongan darah ABO, Rh dan lain-lain (bayi dan ibu).4

Working Diagnosis

Ikterus Fisiologis.

Page 5: Bayi Kuning Usia 5 Hari

Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin,

sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus

ke arah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan.

Ikterus Neonatorum

Yaitu disklorisasi pada kulit atau organ lain karena penumpukan bilirubin.

Ikterus Fisiologis

Adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologis,

kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi

“kernikterus” dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.

Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat adalah sebesar 1-3 mg/dl

dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl/24 jam; dengan demikian ikterus

baru terlihat pada hari ke 2-3, biasanya mencapai puncaknya antara hari ke 2-4, dengan kadar 5-6

mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara lain ke 5-7

kehidupan. Ikterus akibat perubahan ini dinamakan ikterus fisiologis dan diduga sebagai akibat

hancurnya sel darah merah janin yang disertai pembatasan sementara pada konjugasi dan

ekskresi bilirubin oleh hati.

Diantara bayi-bayi prematur, kenaikan bilirubin serum cenderung sama atau sedikit lebih lambat

daripada pada bayi aterm, tetapi berlangsung lebih lama, pada umumnya mengakibatkan kadar

yang lebih tinggi, puncaknya dicapai antara hari ke 4-7, pola yang akan diperlihatkan bergantung

pada waktu yang diperlukan oleh bayi preterm mencapai pematangan mekanisme metabolisme

ekskresi bilirubin. Kadar puncak sebesar 8-12 mg/dl tidak dicapai sebelum hari ke 5-7 dan

kadang-kadang ikterus ditemukan setelah hari ke-10.

Diagnosis ikterus fisiologik pada bayi aterm atau preterm, dapat ditegakkan dengan

menyingkirkan penyebab ikterus berdasarkan anamnesis dan penemuan klinik dan laboratorium.

Pada umumnya untuk menentukan penyebab ikterus jika :

1. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.

2. Bilirubin serum meningkat dengan kecepatan lebih besar dari 5 mg/dl/24 jam.

Page 6: Bayi Kuning Usia 5 Hari

3. Kadar bilirubin serum lebih besar dari 12 mg/dl pada bayi aterm dan lebih besar dari 14

mg/dl pada bayi preterm.

4. Ikterus persisten sampai melewati minggu pertama kehidupan, atau

5. Bilirubin direk lebih besar dari 1 mg/dl.

Diantara bayi-bayi prematur, kenaikan bilirubin serum cenderung sama atau sedikit lebih lambat

daripada pada bayi aterm, tetapi berlangsung lebih lama, pada umumnya mengakibatkan kadar

yang lebih tinggi, puncaknya dicapai antara hari ke 4-7, pola yang akan diperlihatkan bergantung

pada waktu yang diperlukan oleh bayi preterm mencapai pematangan mekanisme metabolisme

ekskresi bilirubin. Kadar puncak sebesar 8-12 mg/dl tidak dicapai sebelum hari ke 5-7 dan

kadang-kadang ikterus ditemukan setelah hari ke-10.

Tanya dan Lihat Tanda / Gejala Klasifikasi

Mulai kapan ikterus ?

Daerah mana yang

ikterus ?

Bayinya kurang bulan ?

Warna tinja ?

Ikterus segera setelah lahir

Ikterus pada 2 hari pertama

Ikterus pada usia > 14 hari

Ikterus lutut/ siku/ lebih

Bayi kurang bulan

Tinja pucat

Ikterus patologis

Ikterus usia 3-13 hari

Tanda patologis (-)

Ikterus fisiologis

Tabel 2. Klasikfikasi ikterus patologis & fisiologis

Deferensial Diagnosis

Ikterus Patologis6

Ikterus patologis mungkin merupakan petunjuk penting untuk diagnosis awal dari banyak

penyakit neonatus. Ikterus patologis dalam 36 jam pertama kehidupan biasanya disebabkan oleh

kelebihan produksi bilirubin, karena klirens bilirubin yang lambat jarang menyebabkan

peningkatan konsentrasi diatas 10 mg/dl pada umur ini. Jadi, ikterus neonatorum dini biasanya

disebabkan oleh penyakit hemolitik.

Page 7: Bayi Kuning Usia 5 Hari

Ada beberapa keadaan ikterus yang cenderung menjadi patologik:

1. Ikterus klinis terjadi pada 24 jam pertama kehidupan

2. Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5mg/dL atau lebih setiap 24 jam

3. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatabilitas darah, defisiensi G6PD, atau

sepsis).

1. Defisiensi G6PD

Mengenai lebih dari 100 juta orang, dapat menyebabkan ikterus neonatal yang berat pada mereka

terutama pada daerah timur tengah dan amerika afrika. Kadar G6PD pasien yang terkena

mungkin normal pada pemeriksaan laboratorium jika jumlah relukosit tinggi. Hal ini dapat

diketahui dengan skrinning.7,8

2. Inkompabilitas sistem Rh

Apabila seorang wanita Rh D-negatif (Rh d/d atau rr) hamil dengan janin Rh D-positif, eritosit

janin Rh D positif melintas ke dalam sirkulasi ibu (biasanya pada saat persalinan) dan

mensentisasi ibu untuk membentuk anti D. Sentisasi lebih mungkin terjadi bila ibu dan janin

memiliki golongan darah ABO yang sesuai.Ibu juga dapat tersentisasi oleh keguguran

sebelumnya, amniosentesis atau trauma lain pada plasenta , atau oleh transfuse darah. Anti D

melewati plasenta ke janin selama kehamilan berikutnya dengan janin Rh D-positif, melapisi

eritrosit janin dengan antibody dan menyebabkan destruksi sel-sel tersebut sehingga

menyebabkan anemia dan ikterus. Bila sang ayah heterozigot untuk antigen D (D/d), terdapat

kemungkinan bahwa 50% fetus akan D positif.7,8

3. Inkompabilitas sistem ABO

Lebih sering terjadi dan menimbulkan gambaran klinis yang serupa namun biasanya lebih

ringan. Ibu biasanya mempunyai golongan darah O dan bayi bergolongan darah A atau B. Kadar

hemolisin anti-A dan anti-B alamiah akan meningkat tajam, tetapi akan kembali normal setelah

kehamilan. Risiko kehamilan berikutnya tidak meningkat, berbeda dengan penyakit rhesus.

Page 8: Bayi Kuning Usia 5 Hari

Pada 20% kelahiran, seorang ibu tidak memiliki golongan darah ABO yang sesuai dengan

janinnya. IgG ibu oleh antigen A dan B pada sel-sel lain, yang terjadi dalam plasma dan cairan

jaringan.penyakit ABO dapat ditemukan pada kehamilan pertama dan dapat/tidak mempengaruhi

kehamilan berikutnya.

Inkompabilitas ABO dengan sensitisasi biasanya tidak menyebabkan penyakit pada janin selain

dari anemia yang sangat ringan. Namun, inkompabilitas ABO dapat menyebabkan penyakit

hemolitik bayi baru lahir yang bermanifestasi sebagai anemia yang bermakna dan

hiperbilirubinemia. Karena banyak ibu yang mempunyai golongan darah O mempunyai antibody

IgG terhadap A dan B sebelum hamil, bayi golongan darah A atau B yang pertama kali

dilahirkan dapat terkena. Berbeda dengan penyakit Rh, penyakit hemolitik ABO tidak menjadi

lebih berat pada kehamilan berikutnya. Hemolisis dengan inkompabilitas ABO lebih ringan

daripada hemolisis pada kehamilan tersensitisasi-Rh, karena antibody anti-A atau anti-B dapat

melekat pada sel non-eritrosit yang mengandung antigen A atau B atau karena eritrosit janin

mempunyai determinan Rh. Inkompabilitas ABO merupakan penyebab hemolisis isoimun paling

sering pada bayi baru lahir.8

4. Sepsis

Sebagian kecil bayi yang tampak ikterik saat lahir, menderita suatu infeksi kongenital yang dapat

melewati plasenta dan mungkin dapat menyebabkan kerusakan serius pada janin. Infeksi

kongenital tersebut adalah toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, virus herpes, dan sifilis.

Ikterus akibat infeksi kongenital ini biasanya merupakan gabungan bilirubin tak terkonjugasi dan

bilirubin terkonjugasi. Bayi memperlihatkan tanda-tanda infeksi lainnya yang abnormal. Bayi-

bayi baru lahir sangatlah rentan terhadap sepsis bakterial(infeksi sistemik dengan kultur darah

ataupun kultur sentral lainnya yang positif). Sepsis onset-dini(early-onset sepsis, EOS): <72 jam

setelah kelahiran. Definisi ini berkisar dari 24 jam sampai 6 hari, namun paling banyak terjadi

dalam 72 jam setelah kelahiran. Kondisi ini disebabkan oleh pajanan vertikal ke jumlah bakteri

yang tinggi selama kelahiran dan jumlah antibodi pelindung yang sedikit. Sepsis onset-

lambat:>72 jam setelah kelahiran. Organisme biasanya didapat melalui transmisi nosokomial

dari orang ke orang.7,8

Page 9: Bayi Kuning Usia 5 Hari

Pada Neonatus didahului oleh sepsis, gejala :

1. Sepsis (+) kejang-kejang à Infeksi meningitis neonatus

2. Ubun-ubun besar menonjol

3. Kaku kuduk

4. Opistotonus

Metabolisme Bilirubin9

Sebagian besar (70-80 %) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak. Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke

hepar. Di dalam hepar, dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh

glukuronil transferase. Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk

diekskresikan melalui traktus gastrointestinal. Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari

bakteri; pembentukan sterkobilin tidak terjadi. Sebagai gantinya, usus bayi banyak mengandung

beta glukuronidase yang menghidrolisis bilirubin glukoronid menjadi biliru¬bin indirek dan akan

direabsorpsi kembali melalui sirkulasi enterohepatik ke aliran darah.

Gambar 1 Sistem Metabolisme Bilirubin9

Page 10: Bayi Kuning Usia 5 Hari

Etiologi 9

Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh

beberapa faktor. Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi :

1. Produksi yang berlebihan

Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis yang

meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD,

piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.

2. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar

Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia

dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar).

Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam

“uptake” bilirubin ke sel hepar.

3. Gangguan transportasi

Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan

albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin

menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah

melekat ke sel otak.

Ikterus fisiologis disebabkan oleh banyak faktor yang merupakan sifat fisiologis normal bayi

baru lahir peningkatan produksi bilirubin akibat peningkatan massa eritrosit, pemendekan

rentang hidup eritrosit dan imaturitas ligandin dan glukuronil transferase hati.5,6

Etiologi dari ikterus fisiologis sebenarnya cukup bervariasi bergantung pada keadaan masa lahir,

premature, ras dan lainnya. Disamping hal tersebut inti dari sebuah ikterus fisiologis yang

umumnya disebabkan karena:

Hemolisis yang disebabkan banyaknya sel darah fetus yang lisis dan digantikan karena

berusia pendek.

Fungsi hepar yang belum seutuhnya sempurna yang mengakibatkan penurunan konjugasi

dan pengambilan bilirubin.

Page 11: Bayi Kuning Usia 5 Hari

Epidemiologi9

Ikterus fisiologis dijumpai pada sekitar 60% bayi cukup bulan dan lebih dari 80% bayi prematur.

Bilirubin serum mencapai kadar maksimum sebesar 6 mg/dL antara hari ke-2 dan ke-4 pada bayi

cukup bulan dan 10-12 mg/dL pada hari ke-5 sampai ke-7 pada bayi prematur.9

Patofisiologi5

Penyakit hemolitik bayi baru lahir merupakan penyebab umum ikterus neonatus. Meskipun

demikian, karena imaturitas metabolisme bilirubin, banyak bayi baru lahir menjadi ikterus tanpa

adanya hemolisis. Bilirubin dihasilkan pada katabolisme hemoglobin dalam sistem

retikuloendotelial. Cincin tetrapirol heme dipecah oleh heme oksigenase membentuk biliverdin

dan karbon monoksida dengan jumlah yang sama. Karena tidak ada sumber biologis lain untuk

karbon monoksida, ekskresi gas ini secara stoikiometrik identik dengan produksi bilirubin oleh

biliverdin reduktase. Satu gram hemoglobin menghasilkan 35 mg bilirubin. Sumber bilirubin

selain dari hemoglobin dalam sirkulasi mewakili 20% produksi bilirubin; sumber ini meliputi

produksi hemoglobin inefisien dan lisis sel prekursor dalam sumsum tulang. Dibandingkan

dengan dewasa, bayi baru lahir mempunyai kecepatan produksi bilirubin dua sampai tiga kali

lebih besar. Ini sebagian disebabkan oleh peningkatan massa eritrosit (hematokrit lebih tinggi)

dan pemendekan rentang usia eritrosit 70-90 hari, dibandingkan dengan 120 hari rentang usia

eritrosit dewasa.

Penatalaksanaan

Dasarnya bayi yang mengalami ikterus fisiologis, tidak berbahaya dan tidak diperlukan

pengobatan khusus, kondisi tersebut akan hilang dengan sendirinya. Prinsip pengobatan warna

kekuningan pada bayi baru lahir adalah menghilangkan penyebabnya. Tujuan utama

penatalaksanaan ikterus neonatal adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak

mencapai nilai yang dapat menimbulkan kernikterus/ensefalopati biliaris, dengan mengusahakan

agar konjugasi bilirubin dapat lebih cepat berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dengan

merangsang terbentuknya glukoronil transferase dengan pemberian obat-obatan (luminal). Serta

mengobati penyebab langsung ikterus tersebut. Pada penanganan yang terutama dapat dilakukan

untuk memulihkan penyakit ikterus neonatorum yaitu terapi sinar dan tranfusi tukar.5,9

Indikasi transfusi tukar dini:

Page 12: Bayi Kuning Usia 5 Hari

1. Hidrops

2. Adanya riwayat penyakit yang berat, dan

3. Adanya riwayat sensitisasi.

Tujuannya adalah :

1. Mengkoreksi anemia

2. Menghentikan hemolisis

3. Mencegah peningkatan bilirubin.

Terapi Penyinaran dapat dilakukan dengan:

1. Pertimbangkan terapi sinar pada:

- NCB (neonatus cukup bulan) – SMK (sesuai masa kehamilan) sehat : kadar

bilirubin total > 12 mg/dL

- NKB (neonatus kurang bulan) sehat : kadar bilirubin total > 10 mg/dL

2. Pertimbangkan tranfusi tukar bila kadar bilirubin indirek > 20 mg/dL

3. Terapi sinar intensif

- Terapi sinar intensif dianggap berhasil, bila setelah ujian penyinaran kadar bilirubin

minimal turun 1 mg/dL.2

Penatalaksaan fototerapi pada bayi dengan hiperbilirubinemia :

1. Lakukan pemeriksaan labolatorium

2. Bilirubin total dan direk

3. Golongan darah (ABO Rh)

Page 13: Bayi Kuning Usia 5 Hari

Gambar 1. Terapi sinar.10

Manifestasi Klinis

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sinar matahari. Bayi baru lahir

(BBL) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mg/dl atau 100 mikro

mol/L (1 mg mg/dl = 17,1 mikro mol/L). salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada

BBL secara klinis, sederhana dan mudah adalah dengan penilaian menurut Kramer (1969).

Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti

tulang hidung, dada, lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning.

Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang

telah diperkirakan kadar bilirubinnya.

Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula

disertai dengan gejala-gejala:

1. Dehidrasi

- Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah)

2. Pucat

- Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah

ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.

3. Trauma lahir

perdarahan tertutup lainnya.

4. Pletorik (penumpukan darah)

- Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi

KMK

Page 14: Bayi Kuning Usia 5 Hari

5. Letargik dan gejala sepsis lainnya

6. Petekiae (bintik merah di kulit)

- Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis

7. Omfalitis (peradangan umbilikus)

8. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)

9. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)

10. Feses dempul disertai urin warna coklat

- Pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi.3

Komplikasi

Kernikterus(Enselofati Bilirubin).

Fraksi bilirubin direk, tidak terkonjugasi, dan larut lemak bersifat toksis terhadap

perkembangan sistem saraf pusat, terutama bila konsentrasi bilirubin indirek tinggi dan melebihi

kapasitas pengikatan albumin. Kernikterus terjadi bila bilirubin indirek diendapkan dalam sel

otak serta menganggu metabolisme dan fungsi neuron, terutama pada ganglia basalis. Bilirubin

indirek dapat melewati sawar darah-otak karena kelarutannya dalam lemak. Teori lain

menunjukkan bahwa gangguan sawar darah-otak memungkinkan masuknya bilirubin-albumin

atau kompleks bilirubin bebas-asam lemak.3,5

Kernikterus biasanya ditemukan bila kadar bilirubin terlalu tinggi menurut usia kehamilan.

Kernikterus bisanya tidak terjadi pada bayi cukup bulan bila kadar bilirubin di bawah 20-25

mg/dl.3,5

Secara klinis, kernikterus pada neonatus memperlihatkan spektrum gejala dan tanda yang cepat

berkembang menjadi penyakit yang destruktif dan biasanya fatal. Tidak nafsu makan, rigiditas,

opistotonus, menangis bernada tinggi, demam, dan kejang, yang muncul secara berurutan, adalah

gejala yang paling sering dijumpai.3,5

Prognosis

Prognosis terhadap suatu ikterus fisiologis adalah baik. Pada normalnya bayi yang mengalami

ikterus fisiologis akan menjadi sembuh dan dapat tumbuh kembang dengan baik layaknya anak-

anak normal asalkan mendapatkan penangan yang baik dari pihak orang tua dan juga dokter.

Page 15: Bayi Kuning Usia 5 Hari

Kesimpulan

Ikterus merupakan disklorisasi pada kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Bila

ikterus terlihat pada hari ke 2-3 dengan kadar bilirubin indirek 5-6 mg/dl dan untuk selanjutnya

menurun hari ke 5-7 kehidupan maka disebut ikterus fisiologis sedangkan ikterus patologis yaitu

bila bilirubin serum meningkat dengan kecepatan lebih besar dari 5 mg/dl / 24 jam pertama

kehidupan yang selanjutnya dapat terjadi kernikterus bila tidak didiagnosa dan ditangani secara

dini. Penanganan ikterus neonatorum sangat tergantung pada saat terjadinya ikterus, intensitas

ikterus (kadar bilirubin serum), jenis bilirubin, dan sebab terjadinya ikterus. Untuk mendapat

pegangan yang baik, pengobatan dan pemeriksaan-pemeriksaan yang perlu dilakukan didasarkan

pada hari timbulnya ikterus dan naiknya kadar bilirubin serum.

Daftar Pustaka

1. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W I. Kapita selekta kedokteran. Ed ke-3, volume 2.

Jakarta: Media Aesculapius;2005. h. 503-5.

2. Lissauer T, Fanaroff A A. At a glance. Ed-1. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008. H.96-9.

3. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Jilid ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI;

2007.h.519-22, 1101-23.

4. Hidayat AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.66.

5. Mutaqqin H, Dany F. Essensi pediatri nelson. Edisi ke-4. Jakarta:EGC; 2010.h.213-47.

6. Selbst SM, Cronan K, editor. Pediatric emergency medicine secrets. 2ND ed.Philadelphia:

Elsevier Mosby; 2008.p.127-8

7. Lissauer T, Fanaroff AA. At a Glance neonatologi. Jakarta: Penerbit Erlangga;2008.p.96-

109.

8. Yusna d, Hartanto h, editors. Dasar-dasar pediatri. edisi ke-3. Jakarta:EGC; 2008.h.62.

9. Appleton, Lange. Rudolph’s pediatrics. 20th ed. Jakarta:EGC; 2007.h.1249-52.

10. Terapi sinar di unduh dari

http://i349.photobucket.com/albums/q373/heavensinhands/Bili_light_with_newborn.jpg.

9Juni 2014

Page 16: Bayi Kuning Usia 5 Hari