View
190
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
Batch Sheet I
I. Nama Zat Aktif dan Jumlah Sediaan
Nama zat aktif : Acidum Folicum
Jumlah sediaan : obat suntik dalam ampul 1 ml no. V
II. Formula
Acidum Folicum 0,5%
Natrii Chloridum 0,8283%
Dinatrii Edetas 0,05%
Natrii Hydroxydum 0,1 N ad larut
Aqua pro injection
III. Monografi Zat Aktif dan Zat Tambahan
Zat aktif
Acidum Folicum ; Asam Folat
Pemerian : Serbuk hablur; kuning atau jingga kekuningan; tidak berbau.
Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol
(95%), dalam kloroform, dalam eter, dalam aseton, dan dalam benzene;
mudah larut dalam asam klorida encer panas dan dalam asam sulfat encer
panas; larut dalam asam klorida dan dalam asam sulfat, larutan berwarna
kuning sampai pucat; mudah larut dalam larutan alkali nidroksida encer
dan dalam larutan alkali karbonat encer.
Titik leleh/ lebur : ? Dosis :
* Dosis lazim : i.m 15 mg/hari
* Dosis Maksimum : -
Daftar obat :
Obat keras : sediaan injeksi
Sediaan obat :
* Pemerian obat : suspensi ?
* Stabilitas : Tiamin HCl untuk injeksi harus dilindungi dari cahaya dan
disimpan pada suhu kurang dari 40 ° C dan lebih disukai antara 15-30 ° C;
menghindari pembekuan.
* OTT : terhadap oksidator, reduktor, logam berat (Mart, 1647)
* pH : 8-11 ( Mart, 1648)
Zat Tambahan
Natrii Chloridum
Pemerian : hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih;
tidak berbau; rasa asin.
Kelarutan : larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan
dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P; sukar larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl
Khasiat dan penggunaan : sumber ion klorida dan ion natrium
(Farmakope Indonesia edisi.III, hal 403)
Dinatrii Edetas
Pemerian : serbuk hablur, putih ; tidak berbau, rasa agak asam.
Kelarutan : larut dalam 11 bagian air, sukar larut dalam etanol 95%,
praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
(Farmakope Indonesia edisi III, hal 669)
Natrii Hydroxydum
Pemerian : bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering,
keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh
basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol 95%.
(Farmakope Indonesia edisi III, hal 412)
Aqua Pro Injectione (API)
Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan
dengan cara sterilisasi A atau C.
Pemerian : keasaman-kebasaan; ammonium; besi; tembaga; timbale;
kalsium; klorida; nitrat; sulfat; zat teroksidasi memenuhi syarat yang
tertera pada aqua destillata.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup kedap. Jika disimpan dalam wadah
bertutup kapas berlemak harus digunakandalam waktu 3 hari setelah
pembuatan.
Khasiat dan penggunaan : untuk pembuatan injeksi.
(Farmakope Indonesia edisi III, hal.97)
Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl
IV. Alasan pemilihan zat tambahan
a. Aqua pro injection
Alasan pemilihan zat tambahan :
Air untuk injeksi adalah air bebas pirogen yang digunakan untuk membuat
larutan injeksi.
Sejauh ini, pembawa yang paling sering digunakan untuk sediaan steri adalah
air, karena air merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh.
Air steril untuk injeksi pada temperatur ekstrim atau tinggi akan mencegah
terjadinya reaksi pirogen dengan cara menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.
b. Natrium Chloridum
V. Perhitungan Bahan dan Penimbangan
C asam folat diperoleh dari perhitungan :
C = BM Na−folatBM As . Folat
x C as.folat
= 464,4441,4
x 0,5 = 0,526%
Perhitungan tonisitas :
W = 0,52−∆ tb.C0,576
= 0,52−(0,526 .0,069+0,132 .0,05)
0,576
= 0,8283% (HIPOTONIS)
Untuk membuat supaya larutan tersebut isotonis ditambahkan NaCl 0,8283%
(g/100ml)
Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl
Volume yang dibuat : (n + 2)c + 6mL
(7 + 2)1,1 + 6mL
15,9 mL ̴ 16 mL
Penimbangan Bahan :
Acidum Folicum : 5 mg x 16 mL = 80 mg
NaCl : 8,283 mg x 16 mL = 132,528 mg
Dinatrii Edetas (dalam bentuk larutan 1:100)
= 8mg1000mg
x 100 ml = 0,8 ml
4 ml = 80 tetes
0,8ml4ml
x 80 tetes = 16 tetes
VI. Prosedur
No
.
Pengolahan
1. 25 ml aqua pro injeksi dididihkan dalam beaker glass selama 10
menit (jam 11.53 s/d 12.03)
2. Disuspensikan asam folat dalam sebagian a.p.i (no.1)
3. Ditambahkan larutan NaOH 0,1 N ke dalam suspensi no.2 sampai
larut. Diperlukan sebanyak 80 tetes ~ 4 ml
4. Dilarutkan NaCl dalam sebagian aqua pro injeksi (no.1)
5. Kedua campuran tersebut dicampurkan (no.3 dan no.4)
6. Ditambahkan larutan Dinatrii Edetas ( = 16 tetes)
Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl
7. Dilakukan pengecekan pH. Rentang pH 8-11
8. Larutan ditambahkan a.p.i ad 16 ml
9. Larutan disaring kemudian filtrate pertama dibuang
10. Larutan diisikan ke dalam 7 ampul @ 1,1 ml
11. Dilakukan sterilisasi dalam otoklaf dengan suhu 1150 - 1160 C
selama 15 menit ( jam 13.45 s/d 14.00)
VII. Evaluasi
No
.
Jenis evaluasi Penilaian
1. Penampilan fisik wadah -
2. Jumlah sediaan 7 ampul
3. Kejernihan Baik
4. Brosur -
5. Kemasan -
6. Kebocoran ampul -
7. Etiket -
8. Keseragaman volume Seragam
VIII. Pembahasan
Pada praktikum Teknologi Sediaan Steril ini, kelompok kami membuat
sediaan Injeksi aneurin hydrochloridum 25 mg/L sebanyak 5 ampul. Sebelumnya
pengertian dari injeksi itu sendiri adalah suatu sediaan steril berupa larutan, emulsi,
atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir.
Dari hasil perhitungan tonisitas, hasil yang diperoleh adalah sebesar 0,2995%
atau dengan kata lain sediaan kami merupakan sediaan yang hipotonis. Sediaan
hipotonis tidak diizinkan dalam pembuatan sediaan injeksi karena ini akan
mengakibatkan sel darah merah menjadi pecah dan akan sangat berbahaya bagi
penggunanya. Oleh sebab itu diperlukan penambahan NaCl dalam pembuatan
sediaan ini untuk mencapai kadar isotonis. Keadaan isotonis atau hipertonis dari
sediaan harus dipenuhi yaitu agar tidak menimbulkan rasa nyeri pada saat
penyuntikan.
Pengerjaan dimulai dengan zat aktif (aneurin HCl) yang dilarutkan dengan API
( aqua pro injeksi ) di dalam beakerglass sampai semuanya larut homogeny. Begitu
juga dengan NaCl yang sudah ditimbang, juga dilarutkan dengan menggunakan API
di dalam beakerglass lalu dihomogenkan. Pengerjaan ini harus dilakukan secara
aseptis atau dekat dengan api. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi pada sediaan oleh cemaran mikroorganisme di lingkungan pembuatan
sediaan. Kedua larutan tersebut dicampurkan, ditambahkan API, kemudian
dilakukan pengecekan pH. pH dari sediaan yang kami buat adalah 3 maka dari itu
tidak diperlukan penambahan larutan HCl 0,1 N untuk membuat pH larutan yang
sesuai.
Larutan ditambahkan dengan API, kemudian dilakukan penyaringan dengan
dispossible syiringe. Maksud dari penyaringan itu sendiri adalah untuk mencegah
adanya partikulat pada sediaan injeksi. Kemudian larutan diisikan pada 7 ampul,
masing-masing ampul berisi 1,1 ml dimana semua pengerjaannya dilakukan di LAF
(Laminar Air Flow) yang bertujuan agar proses pengerjaan benar-benar steril dan
sediaan yang dibuat dapat terhindar dari adanya pirogen. Pengisian ampul
dilebihkan sebanyak 0,1 ml dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya larutan yang
Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl
tidak terambil atau hilang pada saat pengerjaan ampul atau dengan kata lain volume
dalam ampulnya akan berkurang. Selanjutnya adalah proses penutupan dari ampul
dengan mengelas bagian kepala ampul. Pada proses penutupan ampul ini, kelompok
kami hanya dapat menghasilkan 5 ampul yang dapat tertutup, sedangkan pada 2
ampul yang lain kepala ampul tidak tertutup dengan rapat/adanya bolong yang
dikarenakan api yang dikenakan ke kepala ampul tidak merata. Setelah proses
penutupan ampul selesai, LAF harus dibersihkan dan dirapikan kembali.
Seharusnya, dilakukan penyemprotan dengan uap air dialiri gas inert pada
ampul sebelum dilakukan penutupan ampul. Hal ini dimaksudkan untuk
menghilangkan O2 yang ada di dalam ampul agar tidak terjadi proses oksidasi.
Namun tahapan ini tidak dilakukan. Hasil injeksi Aneurin HCl disterilisasi
menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 15 menit. Pada proses
sterilisasi ini juga dapat terlihat apabila ada ampul yang bocor maka isi dari ampul
tersebut akan habis (menguap). Dari hasil sterilisasi ini didapatkan bahwa ada 1
ampul yang bocor. Maka hanya dihasilkan 4 buah ampul dalam keadaan baik
sesudah disterilisasi.
Evaluasi selanjutnya adalah pengevaluasian keseragaman volume. Dari
sediaan yang dibuat, dapat dilihat bahwa volume masing-masing ampul adalah
seragam. Evaluasi kejernihan yaitu dengan melihat apakah sediaan yang dibuat
benar-benar jernih atau masih ada partikel-pasrtikel zat yang belum homogen. Hasil
dari evaluasi kejernihan ini adalah semua larutan dalam ampul memiliki kejernihan
yang baik.
IX. Aspek Farmakologi
Farmakologi : Vitamin B1 merupakan vitamin yang mudah larut dalam air dan
mudah di serapoleh tubuh. Vitamin ini didalam tubuh berguna dalam
Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl
metabolisme karbohidrat,pembentukan sel dan pembentukan sel darah
putih. Kekurangan vitamin ini dapatmenyebabkan iritasi , fatique anorexia
dan tachycardia.
Indikasi : Untuk defisiensi vitamin B1; penderita beri-beri; penderita
alkoholisme; penderita anemia; neuralgia
Dosis : IM sehari 25 mg – 100 mg
Kontraindikasi : Shock anafilaksis, menyusui
Efek samping : Memberikan efek toksik bila diberikan per oral, bila terjadi
kelebihan thiamin cepat dieksresi melalui urin. Meskipun jarang terjadi reaksi
anafilaktoid dapat terjadi setelah pemberian IV dosis besar pada pasien yang
sensitive dan beberapa diantaranya bersifat fatal. Reaksi hipersensitivitas
terjadi setelah menyuntik agen ini. Beberapa kelembutan atau nyeri otot
dapat mengakibatkan setelah injeksi IM
Interaksi obat :Bila dicampurkan dengan sodium sulfit, potassium
metabisulfit dan sodiumhidrosulfit dapat menurunkan kestabilan thiamin HCl
di dalam larutan. Tiamin HCl tidak stabil dalam larutan basa atau netral atau
dengan agen oksidasiatau mengurangi. Hal ini paling stabil pada pH 2.
ADME
• Absorpsi
Aneurin dapat menstimulir pembentukan eritrosit dan berperan penting
pada regulasi ritme jantung serta berfungsinya susunan saraf dengan baik ,
dan digunakan juga pada neuralgia (nyeri pada urat ) .
• Distribusi
Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl
Biasanya pada penyakit beri-beri yang gejala nya terutama tampak pada
sistem saraf dan kardiovaskuler , sistem saraf neuritis , pada saluran cerna.
dengan Kebutuhan minimum adalah 0,3 mg/1000 kcal, sedangkan AKG di
Indonesia ialah 0,3-0,4 mg/hari untuk bayi, 1,0mg/hari untuk orang dewasa
dan 1,2 mg/hari untuk wanita hamil. Farmakokinetik : Pada pemberian
parenteral, absorbsinya cepat dan sempurna. Absorbsi per oral maksimum 8-
15 mg/hari yang dicapai dengan pemberian oral sebanyak 40 .
• Metabolisme
makanan setelah dicerna, diserap langsung oleh usus dan masuk ke dalam
saluran darah. Penyerapan maksimum terjadi pada konsumsi 2,5 – 5 mg
tiamin per hari. Pada jumlah kecil, diserap melalui proses yang memerlukan
energi dan bantuan natrium, sedangkan dalam jumlah besar, diserap secara
difusi pasif. Kelebihan vitamin aneurin dikeluarkan lewat urine.dengan
Metabolit nya adalah 2-metil-4-amino-5-pirimidin dan asam 4-metil-tiazol-5-
asetat.
Tubuh manusia dewasa mampu menyimpan cadangan sekitar 30 -70 mg, dan
sekitar 80%-nya terdapat sebagai TPP (tiamin pirofosfat). Separuh dari
aneurine yang terdapat dalam tubuh terkonsentrasi di otot. Meskipun tidak
disimpan di dalam tubuh, level normal di dalam otot jantung, otak, hati,
ginjal dan otot lurik meningkat dua kali lipat setelah terapi dan segera
menurun hingga setengahnya ketika asupan tiamin berkurang.
• Ekresi
Aneurin dalam dosis tinggi tidak menyebabkan keracunan, karena
kelebihannya diekskresikan melalui kemih dalam bentuk utuh maupun
metabolitnya.
Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl
X. Kesimpulan
Dari praktikum pembuatan sediaan steril Aneurin HCl ini dapat disimpulkan
bahwa :
larutan memiliki pH 3 dan memasuki rentang pH stabilitas.
Pembuatan sediaan ampul aneurin HCl menggunakan sterilisasi tipe A (uap
basah) dan tipe C (filtrasi).
Hasil evaluasi dari pembuatan Aneurin HCl dalam bentuk ampul ini
menghasilkan 4 buah ampul dalam keadaan baik, dengan larutan jernih dan
volume di di dalam ampul adalah seragam.
XI. Daftar Pustaka
Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat. 2004. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Anonim. Farmakope Indonesia edisi ketiga. 1979. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. 1989. Jakarta : UI-Press.
Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl
Department of Pharmaceutical Sciences. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-eight edition. 1982. London : The Pharmaceutical Press.
Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. Obat-Obat Penting. Edisi keenam. 2007.
Jakarta : Elex Media Komputindo.
Distribusi kerja :
Nama zat aktif, Formula, Monografi zat tambahan, Alasan pemilihan zat
tambahan : Herfina Tri
Perhitungan bahan dan penimbangan; Prosedur; evaluasi; kemasan : Fatric.F
Pembahasan, aspek farmakologi : Astriani
Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl