11
Batas-batas Ilmu - Non-Ilmu dan Implikasi Pedagogik Dharma Kesuma

Batas-batas Ilmu - Non-Ilmu dan Implikasi Pedagogik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Batas-batas Ilmu - Non-Ilmu dan Implikasi Pedagogik

Batas-batas

Ilmu - Non-Ilmu dan

Implikasi Pedagogik

Dharma Kesuma

Page 2: Batas-batas Ilmu - Non-Ilmu dan Implikasi Pedagogik

Kriteria Operasional Bridgeman

Mach menyarankan sebuah definisi „massa‟

dalam bentuk hasil-hasil dari operasi-operasi

yang dilaksanakan: rasio dua massa sama dengan

rasio terbalik dari percepatan dua benda.

Konsep Absolute Space dan Absolute Time

disimpulkan tidak memungkinkan adanya operasi-

operasi yang dapat dilaksanakan.

Page 3: Batas-batas Ilmu - Non-Ilmu dan Implikasi Pedagogik

Poincare: sebuah konsep adalah berguna dalam

ilmu hanya jika kita mengetahui bagaimana

mengukur nilai-nilainya.

Ia mengkritik konsep gaya (force) adalah suatu

ekstrapolasi dari tangkapan intuitif langsung

tentang upaya (effort). Yang dipertimbangkan

adalah bukan apa gaya itu sendiri (in itself), tetapi

lebih pada pengetahuan tentang bagaimana

mengukurnya.

Page 4: Batas-batas Ilmu - Non-Ilmu dan Implikasi Pedagogik

Duhem, menuntut konsep-konsep saintifik

didefinisikan dengan referensi operasi-operasi

fisik.

Ia memperluas persyaratan operasional ini untuk

teori-teori saintifik. Sebuah teori dapat menjadi

signifikan secara empiris hanya jika simpulan-

simpulannya memuat pernyataan-pernyataan tentang

konsep-konsep yang nilai-nilainya dapat diukur

Page 5: Batas-batas Ilmu - Non-Ilmu dan Implikasi Pedagogik

Contoh konsep yang memungkinkan operasi

observasi atau pengukuran, yaitu konsep

simultanitas (hubungan temporal dua atau lebih

benda): A terjadi sesudah B, atau A terjadi

sebelum B, atau A dan B terjadi simultan.

Simultanitas adalah objective properti dari dua atau lebih

peristiwa

Menurut Einstein tidak ada absolute simultanity

Page 6: Batas-batas Ilmu - Non-Ilmu dan Implikasi Pedagogik

Bridgeman

Earlier positition:

The concept is synonymous with the corresponding

set of operations (konsep panjang melibatkan

utamanya dan tiada lain ketimbang sehimpunan

operasi untuk menentukan kepanjangan).

Page 7: Batas-batas Ilmu - Non-Ilmu dan Implikasi Pedagogik

Revised positition:

that some of the concepts of a theory must be linked

to measuring operations. But within a theory that

satifies this criterion of demarcation, he allowed

concepts defined only by “paper and paper

operations” which link them to other concepts.

Page 8: Batas-batas Ilmu - Non-Ilmu dan Implikasi Pedagogik

Kriteria Operasional dan

Kemungkinan Pedagogik

Kasus Buber. (5 Pedagogi TOKOH.ppt)

Buber mengusulkan sejumlah konsep dan praktek pedagogi yang tidak operasional, operasi pengukuran atau observasi hanya mungkin pada dampak-dampaknya. Ini resiko dari pedagogi religius atau metafisik

Bloom dengan “taksonomi”-nya membuat banyak guru di banyak negara mempraktekkan operasionalisasi.

Page 9: Batas-batas Ilmu - Non-Ilmu dan Implikasi Pedagogik

Kriteria Verifiabilitas

Sebuah pernyataan adalah signifikan secara

empiris hanya jika pernyataan ini memungkinkan

secara logis (bukan hanya secara praktis) untuk

memverifikasinya.

Pedagogi, dengan sebagian konsepnya yang

metafisik, tidak mungkin didirikan berdasarkan

kriteria verifiabilitas.

Page 10: Batas-batas Ilmu - Non-Ilmu dan Implikasi Pedagogik

Beda “operasionalisasi” –

“verifiabilitas”

Verifiabilitas:

Observasi

objek

Operasionalisasi:

Pengukuran properti

objek; berat benda,

bukan bendanya

Page 11: Batas-batas Ilmu - Non-Ilmu dan Implikasi Pedagogik

Metode Ilmiah (Herschel, 1792-1871)

Pembedaan tegas antara context of discovery dan

context of justification

Prosedur untuk merumuskan sebuah teori sangat

tidak relevan dengan masalah diterima/tidaknya

teori tersebut.

Suatu pendakian induktif super cernat dan suatu

tebakan sembarangan adalah sama posisinya jika

konsekuensi-konsekuensi deduktif kedua hal ini

dikonfirmasi oleh observasi.