Click here to load reader
Upload
dikmantika-prastanti
View
160
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
( PERENCANAAN, JENIS- JENIS PERENCANAAN, ANALISIS MASALAH,
PENYUSUNAN TUJUAN )
Disusun oleh :
1. Jefry Efendy (101011348)
2. Hana Karunia Sari (101011361)
KELOMPOK III
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2010
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmatnya kepada penulis, sehingga dengan segala usaha dan
kemampuan yang ada, penulis mampu menyelesaikan makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
perkuliahan dan juga untuk membantu agar pembaca dapat memahami tentang
perencanaan, analisis data dan penyusunan tujuan terkait dengan kegiatan
managemen kesehatan.
Dengan sepenuh hati penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini, akhirnya tiada lagi harapan penulis, semoga makalah
yang penulis susun dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Surabaya,Oktober 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................DAFTAR ISI .................................................................................................BAB I PERENCANAAN
A. Pengertian perencanaan...............................................................B. Fungsi perencanaan .....................................................................C. Aspek perencanaan...................................................................... D. Ciri- ciri perencanaan...................................................................E. Persyaratan perencanaan .............................................................F. Jenis perencanaan ........................................................................G. Unsur rencana..............................................................................
BAB II PERENCANAAN STRATEGISA. Pengertian perencanaan strategis.................................................B. Manfaat perencanaan strategis.....................................................C. Konsep perencanaan strategis......................................................
1. Visi, misi, dan tujuan ...........................................................2. Model analisis masalah..........................................................
D. Penilaian efektifitas perencanaan strategis .................................BAB III PERENCANAAN OPERASIONAL
A. Pengertian perencanan operasional .............................................B. Manfaat perencanaan operasional ..............................................C. Langkah perencanaan operasional..............................................
Kesimpulan .................................................................................................
BAB I
PERENCANAAN
A. Pengertian perencanaan
Hal yang sangat penting diketahui dalam setiap kerjasama individu dalam
kelompok ialah maksud dan tujuan kerjasama tersebut, dan harus jelas mengetahui
metode pencapaiannya. Perencanaan adalah keputusan untuk waktu yang akan
datang, apa yang akan dilakukan, bilamana akan dilakukan dan siapa yang akan
melakukan (Handayaningrat,Soewarno 1984). Perencanaan sebagai sebuah proses
yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian
tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan sistem perencanaan
yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan seluruh pekerjaan
organisasi( Robbins, Coulter 2002 dikutip dari Kurniawan,Erni 2005).Perencanaan
dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang sesungguhnya ingin dicapai oleh
sebuah organisasi atau perusahaan serta bagaimana sesuatu ingin dicapai tersebut
dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu.
Perencanaan yang baik adalah ketika apa yang dirumuskan dapat direalisasikan dan
mencapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan yang buruk adalah ketika apa yang
telah dirumuskan dan ditetapkan ternyata tidak berjalan dalam implementasi sehingga
tujuan organisasi menjadi tidak terwujud.
Beberapa pengertian perencanaan menurut para ahli antara lain sebagai
berikut :
Menurut Harold Koontz dan Cyrill O’Donnell : “Planning is the function of
manager which involves the selection from alternatives of objective, police,
procedures and programs” (perencanaan adalah fungsi dari seorang manajer yang
meliputi pemilihan berbagai alternative tujuan- tujuan, kebijaksanaan- kebijaksanaan,
procedure- procedure dan program- program). Sedangkan menurut Leve dan
Loomba adalah “Suatu proses penganalisaan dan pemahaman dari suatu system,
merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memperkirakan kemampuan yang
dimilki, menguraikan segala kemungkinan rencana kerja yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan umum dan tujuan khusus tersebut, menganalisa efektifitas dari
pelbagai rencana kerja ini, memilih satu diantaranya yang dianggap paling baik,
menyusun perincian dari rencana kerja terpilih secara lengkap agar dapat
dilaksanakan, dan dapat mengikatnya dalam suatu system pengawasan yang terus
menerus dalam rangka dapat dicapainya hubungan optimal antara rencana kerja itu
dengan system yang ada”.
Sesuai dengan pengertiannya, maka terdapat beberapa pendapat mengenai
batasan (definisi) dari pada perencanaan:
1. Perencanaan sebagai suatu proses. Dalam pengertian ini Garth N. Jone
mendefinisikan perencanaan sebagai berikut: “planning is the process of
selecting and developing the best course of action to accomplish an
objective”, (perencanaan adalah proses pemilihan dan pengembangan dari
pada tindakan yang paling baik/ menguntungkan untuk mencapai tujuan).
2. Perencanaan sebagai fungsi manajemen. Dalam pengertian ini Mc. Farland
mendefinisikan perencanaan sebagai berikut: “Planning is the function
whereby executive anticipate the probable effects of forces that will change
the activities and objectives of their business” (perencanaan adalah fungsi
dimana pimpinan kemungkinan menggunakan pengaruh dari pada
kewenangannya, yang dapat mengubah kegiatan dan tujuan dari pada
organisasi).
3. Perencanaan sebagai suatu keputusan. Dalam pengertian ini W.H. Newman
memberikan definisi sebagai berikut: “Planning is deciding in advance what
is to be done, that is a plan, it is projected a course of action”, (perencanaan
adalah keputusan apa yang akan dikerjakan untuk waktu yang akan datang,
yaitu suatu rencana yang diproyeksikan dalam suatu tindakkan).
B. Fungsi perencanaan
Menurut Robbins dan Coulter (2002), menjelaskan bahwa paling tidak ada
empat fungsi perencanaan :
1. Perencanaan sebagai pengarah
Perencanaan akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara
yang lebih terkoordinasi. Perencanaan dalam hal ini memegang fungsi
pengarah dari apa yang harus dicapai oleh organisasi.
2. Perencanaan sebagai minimalisasi ketidakpastian
Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di dunia ini akan mengalami
perubahan. Ketidakpastian inilah yang coba diminimalkan melalui kegiatan
perencanaan. Dengan adanya perencanaan diharapkan ketidakpastian yang
mungkin akan terjadi di masa yang akan datang dapat diantisipasi jauh- jauh
hari.
3. Perencanaan sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya
Jika perencanaan dilakukan dengan baik, maka jumlah sumber daya yang
diperlukan, dengan bagaimana penggunaannya, dan untuk penggunaan apa
saja dengan lebih baik dipersiapkan sebelum kegiatan dijalankan. Dengan
demikan pemborosan yang terkait dengan penggunaan sumber daya yang
dimiliki perusahaan akan bias diminimalkan sehingga tingkat efisien dari
perusahaan menjadi meningkat.
4. Perencanaan sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas
Dalam pengawasan, perusahaan membandingkan antara tujuan yang ingin
dicapai dengan realisasi di lapangan, mengevaluasi penyimpangan -
penyimpangan yang mungkin terjadi, hingga mengambil tindakkan yang perlu
untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
C. Aspek perencanaan
Dalam perencanaan ada tiga aspek pokok yang harus diperhatikan yaitu hasil
dari pekerjaan perencanaan (out come of planning), perangkat organisasi yang
dipergunakan untuk melakukan pekerjaan perencanaan (mechanic of planning), serta
proses atau langkah – langkah melakukan langkah – langkah perencanaan (proces of
planning).
1. Hasil dari pekerjaan perencanaan
Hasil dari pekerjaan perencanaan (out come of planning) disebut dengan nama
rencana (plan), yang dapat berbeda antara satu pekerjaan perencanaan dengan
pekerjaan perencanaan lainnya. Hasil pekerjaan perencanaan yang dilakukan
oleh organisasi yang bergerak dalam bidang kesehatan adalah rencana
kesehatan (heatlh plan). Sedangkan hasil pekerjaan perencanaan yang
dilakukan oleh organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan adalah
rencana pendidikan (educational plan).
2. Perangkat perencanaan
Perangkat perencanaan adalah satuan organisasi yang ditugaskan dan atau
bertanggung jawab menyelenggarakan pekerjaan perencanaan.
3. Proses perencanaan
Proses perencanaan adalah langkah – langkah yang harus dilaksanakan pada
pekerjaan perencanaan. Berbeda halnya dengan hasil dan perangkat, proses
perencanaan ini pada dasarnya adalah sama untuk berabagai pekerjaan
perencanaan. Untuk dapat menghasilkan suatu rencana yang baik, sebaiknya
langkah – langkah yang ditempuh adalah sama.
D. Ciri perencanaan
Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa cirri yang harus diperhatikan
diantaranya sebagai berikut :
1. Bagian dari sistem administrasi
Suatu perencanaan yang baik adalah berhasil menempatkan pekerjaan
perencanaan sebagai bagian dari system administrasi secara keseluruhan.
Perencanaan pada dasarnya merupakan salah satu dari fungsi administrasi
yang amat penting. Pekerjaan administrasi yang tidak didukung oleh
perencanaan bukan merupakan pekerjaan administrasi yang baik.
2. Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Menurut Mary Arnold ada hubungan yang berkelanjutan
antara perencanaan dengan berbagai fungsi administrasi lain yang dikenal.
Disebutkan perencanaan penting untuk perencanaan yang apabila hasilnya
telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan perencanaan. Demikian seterusnya
sehingga terbentuk suatu spiral yang tidak mengenal titik akhir.
3. Berorientasi pada masa depan
Berorientasi pada masa depan artinya, hasil dari pekerjaan perencanaan
tersebut, apabila dapat dilaksanakan, akan mendatangkan berbagai kebaikan
tidak hanya pada saat ini tetapi juga pada masa yang akan datang.
4. Mampu menyelesaikan masalah
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mampu menyelesaikan berbagai
masalah dan ataupun tantangan yang dihadapi. Dalam penyelesaian masalah
dan ataupun tantangan tersebut dilakukan secara bertahap, yang harus
tercermin pada pentahapan perencanaan yang akan dilakukan.
5. Mempunyai tujuan
Perencanaan yang baik haruslah mempunyai tujuan yang dicantumkan secara
jelas. Tujuan yang dimaksud disini biasanya dibedakan atas dua macam, yakni
tujuan umum yang berisikan uraian secara garis besar, serta tujuan khusus
yang berisikan uraian lebih spesifik.
6. Bersifat mampu dikelola
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola dalam arti
bersifat wajar, logis, objective, jelas, runtun, fleksibel, serta telah disesuaika
dengan sumber daya.
E. Persyaratan perencanaan
1. Faktual
Faktual atau realistis artinya apa yang dirumuskan oleh perusahaan sesuai
dengan fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi
perusahaan.
2. Logis
Logis dan rasional, artinya apa yang dirumuskan dapat diterima oleh akal dan
oleh sebab itu maka perencanaan tersebut bisa dijalankan.
3. Fleksibel
Dalam hal ini perencanaan yang baik justru diharapkan tetap dapat
beradaptasi dengan perubahan dimasa yang akan datang, sekalipun tidak
berarti planning dapat kita ubah seenaknya.
4. Komitmen
Komitmen, ini dapat dibangun dalam sebuah perusahaan jika seluruh anggota
di perusahaan beranggapan bahwa perencanaan yang dirumuskan telah sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi.
5. Komprehensif
Komprehensif, dalam hal ini perencanaan yang baik tidak hanya terkait
dengan bagian yang harus kita jalankan, tetapi juga dengan
memppertimbangkan koordinasi dan integrasi dengan bagian lain
diperusahaan.
F. Jenis – jenis perencanaan
1. Menurut jangka waktu.
a. Rencana jangka panjang adalah suatu rencana yang berlaku cukup panjang
antara 20 sampai 25 tahun. Sebagai contoh yaitu Rencana Pokok Program
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RP3JPK) yang berjangka
waktu dari tahun 1983/1984-1998/1999.
b. Rencana jangka menengah adalah rencana yang dijalankan untuk mencapai
tujuan jangka menengah dan sebagai dorongan tercapainya tujuan jangka
panjang. Seperti REPELITA, suatu rencana lima tahunan.
c. Rencana jangka pendek adalah rencana yang dijalankan untuk mencapai
tujuan jangka pendek dan sebagai dorongan tercapainya tujuan jangka
menengah. Dapat berupa rencana tahunan dan sebaginya.
2. Menurut wilayah
Dapat berupa perencanaan kota, pedesaaan, regional, daerah aliran sungai dan
sebagainya.
3. Menurut perumusannya
a. Forward planning atau planning from above :
Cara perencanaan ini dimulai dari penyusunan rencana menyeluruh
(aggrete) kemudian membaginya (disaggretes) dalam rencana - rencana
sekitar dan selanjutnya dalam proyek - proyek. Perencanaan dari atas ini
seringkali disebut dengan top down planning.
b. Backward planning atau planning from below :
Rencana kegiatan disusun terlebih dahulu, baru diserasikan dengan
kerangka makronya. Perancanaan yang dimulai dari bawah yang kemudian
diserasikan di tingkat yang lebih atas ini sering kali disebut pula buttom up
planning.
Pada umumnya yang pertama dijalankan terlebih dahulu, tapi kedua-
duanya bias dilakukan.
4. Menurut levelnya (tingkatannya)
a. Master planning
Suatu rencana yang mengandung tujuan dan kebijaksanaan yang bersifat
luas, yang dipakai sebagai pedoman untuk menyusun rencana lainnya yang
lebih bersifat spesifik dan mendetail (detail planning).
b.Operasional planning
Suatu rencana yang lebih mengutamakan pedoman atau tata kerja untuk
melaksanakan program.
c. Day to day planning
Suatu perencanaan dari hari ke hari yang dilakukan untuk melaksanakan
program yang telah rutin sifatnya.
5. Dari segi ruang lingkupnya atau luasnya perencanaan .
a. Strategic planning
Suatu jenis perencanaan yang dipakai sebagai pedoman pokok, berisikan
tujuan utama yang ingin dicapai, dan berlaku untuk jangka waktu panjang.
Perencanaan ini mengutamakan hasildan cara pencapaian dan biasanya
sukar diubah atau disesuaikan.
b.Tactical planning
Suatu perencanaan yang lebih singkat masa berlakunya, mudah
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi, asal tujuan dapat tercapai.
Perencanaan jenis ini lebih mengutamakan cara pencapaian hasil.
c. Comprehensive planning
Ialah perencanaan yang bersifat menyeluruh. Umumnya bersifat amat
lengkap dan terperinci dengan memasukkan pelbagai factor yang
diperkirakan ada hubungannya dengan rencana yang telah disusun.
d.Integrated planning
Ialah perencanaan yang selain menyeluruh juga saling kait mengkait
membentuk satu kesatuan dengan pelbagai faktor yang mempunyai tujuan
sama.
6. Perencanaan menurut sifat dan materinya
Perencanaan dapat berupa:
a. Perencanaan kebijaksanaan (policy planning).
b. Perencanaan program (program planning)
c. Perencanaan pelaksanaan (operasional planning).
G. Unsur rencana
Untuk dapat melakukan pekerjaan perencanaan dengan baik sehingga dapat
dihasilkan suatu rencana yang lengkap, perlu dipahami tentang unsur- unsur
yang terdapat dalam suatu rencana. Secara sederhana dapat diiuraikan sebagai
berikut:
a. Rumusan Misi
Suatu rencana yang baik harus mengandung rumusan tentang misi yang
dianut oleh organisasi yang menyusun rencana. Antara lain tentang latar
belakan, cita – cita, tujuan pokok, tugas pokok, serta ruang lingkup kegiatan
organisasi. Jika ditinjau dari sudut perencanaan, uraian tentang misi ini
mempunya peranan yang amat penting. Peranan yang dimaksud bukan saja
penting untuk dipakai sebagai pedoman bagi mereka yang akan
melaksanakan rencana yang akan disusun, tetapi juga untuk memperoleh
dukungan dari pihak ketiga.
b. Rumusam masalah
Rumusan masalah yang baik memiliki beberapa syarat terpenting
diantaranya :
1) Harus mempunyai tolak ukur
Tolak ukur yang dimaksud paling tidak mencakup lima hal pokok yakni
tentang apa masalahnya, siapayang terkena masalah, dimana masalah
ditemukan, bilamana masalah terjadi, serta besar masalahnya.
2) Bersifat netral
Bersifat netral berarti tidak mengandung uraian yang dapat diartikan
sebagai menyalahkan orang lain, menggambarkan penyebab timbulnya
masalah, dan ataupun cara mengatasi masalah.
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus
Suatu rencana kerja harus mengandung rumusan tujuan yang ingin dicapai,
yakni :
1) Tujuan umum
Syarat rumusan tujuan umum yang bai banyak macamnya, yang
bilamana disederhanakan dapat dibedakan menjadi tiga yakni :
a) Jelas keterkaitannya dengan misi program
Rumusan umum pada dasarnya dikembangkan dari misi organisasi.
Oleh sebab itu dalam merumuskan tujuan umum harus diupayakan
adanya keterkaitan dengan misi organisasi.
b) Jelas keterkaitannya dengan masalah yang ingin diatasi
Rumusan tujuan umum pada dasarnya menggambarkan keadaan
umum yang ingin dicapai apabila masalah dapat diatasi. Oleh
karena itu harus diupayakan adanya keterkaitan dengan masalah
yang ingin dicapai.
c) Menggambarkan keaadaan yang ingin dicapai
Rumusan tujuan umum harus menggambarkan keadaan yang ingin
dicapai, bukan menggambarkan kegiatan yang ingin dilakukan.
Rumusan tujuan umum yang baik adalah yang mempergunakan
kata benda bukan kata kerja.
2) Tujuan khusus
Syarat tujuan khusus (objective) banyak macamnya. Kecuali harus
memenuhisemua syarat rumusan tujuan umum, juga harus mempunyai
tolok ukur. Tolok ukur yang dimaksud dibedakan atas lima macam,
yakni tentang apa masalah yang ingin diatasi oleh rencana kerja yang
akan dilaksanakan, siapa yang akan memperoleh manfaat bila rencana
kerja dilaksanakan, dimana rencana kerja dilaksanakan, berapa besarnya
target yang akan dicapai, serta berapa lama rencana kerja akan
dilaksanakan.
d. Rumusan kegiatan
Suatu rencana kerja yang baik harus mencantumkan rumusan kegiatan
(activities) yang akan dilaksanakan. Kegiatan yang dimaksud disini adalah,
disatu pihak dapat mengatasi masalah yang dihadapi, dan dipihak lain dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. kegiatan tersebut dibedakan
menjadi kegiatan pokok dan kegiatan tambahan.
e. Asumsi perencanaan
Suatu rencana yang baik harus menganduung uraian asumsi perencanan
yang dibedakan menjadi dua yakni asumsi perencanaan yang bersifat positif
dan yang bersifat negatif.
f. Strategi pendekatan
Suatu rencana yng baik harus mencantumkan uraian tentang strategi
pendekatan yang akan dipergunakan pada pelaksanaan rencana secara
umum strategi tersebut dibedakan antara dua macam yakni pendekatan
institusi dan pendekatan komunitas.
1) Pendekatan Institusi
Dalam melakukan pendekatan ini sangat diperlukan dukungan legalitas
dimana keuntungan dari penerapan pendekatan ini ialah dapat
mempercepat pelaksanaan program, namun kekurangannya adalah hasil
yang dicapai tidak langgeng karena seolah- olah ada pemaksaan.
2) Pendekatan komunitas
Pendekatan ini bertujuan untuk menimbulkan kesadaran dalam diri
masyarakat sendiri. Keuntungan dari penerapan pendekatan ini ialah
perubahan yang dicapai akan bertahan lama dan kerugiannya pelaksanaan
program ini kan membutuhkan waktu yang lebih lama.
g. Kelompok sasaran
Lazimnya pada setiap program kesehatan ditemukan adanya kelompok
sasaran. Kelompok sasaran tersebut dibedakan menjadi 2, yakni :
1) Kelompok sasaran langsung
Yang dimaksu dengan kelompok sasaran langsung (direct target group)
adalah anggota masyarakat yang memanfaatkan langsung program
kesehatan. Contohnya adalah kelompok bayi yang mendapatkan imunisasi
dasar, atau kelompok ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal
care.
2) Kelompok sasaran tidak langsung
Kelompok masyarakat yang tidak langsung (indirect target group) adalah
kelompok masyarakat sasaran antara. Contohnya adalah ibu daribayi yang
medapatkan imunisasi dasar, pada contoh ini, imunisasi dasar tidak akan
berhasil jika ibu dari bayi – bayi tersebut tidak diikut sertakan.
h. Waktu
Suatu rencana yang baik harus mencantumkan uraian tentang jangka waktu
pelaksanaan (time) rencana. Factor – factor yang mempengaruhi penetapan
jangka waktu diantaranya sebagai berikut :
1) Kemampuan organisasi dalaam mencapai target
Factor pertama yang mempengaruhi penetapan jangka waktua adalah
kemempuan yang dimiliki oleh organisasi dalam mencapai target yang
telah ditetapkan. Jika kemampuan tersebut cukup, jangka waktu
pelaksanaan dapat singkat.
2) Strategi pendekatan yang akan diterapkan
Secara umum disebutkan jika strategi pendekatan lebih banyak
menerapkan pendekatan komunitas, maka jangka waktu pelaksanaan
program lebih lama. Tetapi jika lebih banyak menerapkan pendekatan
institusi, akan lebih singkat.
i. Organisasi dan tenaga pelaksana
Suatu rencana yang baik harus mencantumkan uraian tentang organisasi serta
susunan tenaga pelaksana (organization and staff) yang akan
menyelenggarakan rencana. Uraian tentang tenaga pelaksana dapat dilengkapi
dengan pembagian tugas serta kewenangan masing – masing (job describtion
and authority).
j. Biaya
Suatu rencana yang baik harus mencantumkan tentang biaya (cost) yang
diperlukan untuk melakukan rencana. Besarnya biaya yang diperlukan amat
bervariasi sekali. Semua itu tergantung dari jenis serta jumlah kegiatan yang
akan dilakukan.
k. Metode penilaian dan kriteria keberhasilan
Suatu rencana yang baik harus mencantumkan uraian tentang metode
penilaian serta kriteria keberhasilan (method of evaluation and milestone)
yang akan dipergunakan. Metode penilaian sebaiknya berdasarkan data.
Untuk itu uraikan metode pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data,
serta intepretasi data yang akan digunakan. Kriteria keberhasilan
dikelompokkan dalam tiga macam:
1) Kriteria keberhasilan unsur masukan
Yakni yang menunjuk pada terpenuhinya unsure masukan. Misalnya,
tersedianya tenaga, dana, dan sarana sesuai dengan rencana.
2) Kriteria keberhasilan unsur proses
Yakni yang menunjuk pada terlaksananya unsur proses. Misalnya,
terselenggaranya penyuluhan kesehatan sesuai dengan rencana, atau
terselenggaranya pertemuan dengan masyarakat sesuai dengan rencana.
3) Kriteria keberhasilan unsur keluaran
Yakni menunjuk pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya,
berhasil menurunkan angka komplikasi sesuia dengan target yang telah
ditetapkan.
BAB II
PERENCANAAN STRATEGIS
A. Pengertian perencanaan strategi
Strategi adalah suatu tindakan penyesuaian (rencana) untuk mengadakan
reaksi terhadap situasi lingkungan tertentu (baru dan khas) yang dapat dianggap
penting, dimana tindakan penyesuaian tersebut dilakukan secara sadar berdasarkan
pertimbangan yang wajar (Afif, 1993). Strategi erat kaitannya dengan perencanaan
(POA : 5W + 1H). Peter drucker mendefinisikan “strategi is how to win the war”
sedangkan taktik adalah “how to win the battle”. Strategi adalah upaya atau cara
memenangkan seluruh pertempuran atau peperangan (the war) dan kebijakan adalah
cara memenangkan pertempuran (the battle).
Strategi merupakan “perhitungan” mengenai rangkaian kebijakan dan langkah
– langkah pelaksanaan (policy decision and execution). Strategi berkaitan dengan
bagaimana visi yang telah dijabarkan menjadi misi dan sasaran untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Strategi hendaknya dibedakan dengan kebijakan
(policy). Dalam strategi ada tiga unsur pokok yaitu :
1. Penentuan tujuan
2. Perumusan kebijakan
3. Pelaksanaan
B. Manfaat perencanaan strategis
1. Menentukan batasan usaha/bisnis. Memilih fokus bidang usaha yang akan
dikembangkan yang didasarkan pada semua lapisan manajemen.
2. Memberikan arah perusahaan. Menentuan batasan usaha dan arah perusahaan
merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama yang mendasari atau
dihasilkan. Kedua hal itu merupakan dasar penyusunan prioritas tindakan dan
kebijakan perusahaan dalam menghadapi perubahan lingkungan.
3. Mengarahkan dan membentuk kultur perusahaan. Rencana strategis
menunjang pengarahan dan pembentukan budaya perusahaan lewat proses
interaksi, tawar-menawar, atau komunikasi timbal-balik.
4. Menjaga kebijakan yang taat asas dan sesuai.
5. Menjaga fleksibilitas dan stabilitas operasi.
6. Memudahkan penyusunan rencana kegiatan dan anggaran tahunan.
C. Konsep perencanaan strategis
Konsep perencanaan strategi didasarkan pada empat asumsi dasar (artinya bila itu
dipenuhi, maka strategi akan berhasil secara efektif dan efisien). Keempat asumsi
tersebut yaitu; (1) pemahaman akan visi, misi, tujuan yang dilanjutkan menjadi
strategi, (2) pemahaman akan perubahan dan tuntutan lingkungan eksternal
organisasi (peluang dan ancaman/ tantangan), (3) pemahaman kemampuan
sumber daya internal organisasi yang meliputi kemampuan sumber daya manusia,
financial, teknologi (kekuatan dan kelemahan kemampuan organisasi) dan asumsi
– asumsi yang mendasari, (4) penguasaan manajemen yang efektif yang meliputi
kemampuan organisasi dalam perumuasn strategi, pencanaan strategis, susunan
program, penyusunan anggaran, implementasi dan pengendalian yang efektif.
1. Tahap perencanaan strategis
Visi dan misi merupakan hirearki tertinggi dari tujuan organisasi, misi disini
adalah penjabaran dari visi. Pernyataan visi berisi keseluruhan tentang misi
organisasi tanpa menyebutkan struktur, komponem organisasi, pernyataan visi
berisi maksud yang mendasar dan ciri organisasi secara spesifik yang
membedakan dengan organisasi yang lain. Visi dan misi merupakan
bimbingan atau arahan (perspektif) organisasi jangka panjang. Pernyataan visi
dan misi yang komprehensif umumnya berisi elemen penting :
a. Nilai dan keyakinan organisasi .
b. Bisa dibayangkan : memberikan gambaran mengenai kondisi masa depan.
c. Terfokus : cukup jelas untuk memberikan petunjuk arahan dalam
pengambilan keputusan.
d. Perekat : menyentuh kepentingan jangka panjang karyawan, konsumen,
para donatur dan orang lain yang berkepentingan (stakeholder promise)
sehingga dapat menimbulkan komitmen.
e. Dapat dilaksanakan : berisikan tujuan – tujuan yang realistis dan bisa
tercapai, sehingga menjadi makna bagi pencapaian tujuan.
f. Memberikan citra masyarakat (public image).
g. Bisa diinformasikan agar menjadi orientasi bagi tingkat organisasi
dibawahnya dan menjadikan kesinambungan kepemimpinan organisasi.
h. Fleksible : memungkinkan individu mengambil inisiatif dan respon
alternatif dan hubungannya dengan kondisi yan berubah – ubah.
2. Visi
Visi aialah apa yang menjadi cita – cita atau dambaan kita, suatu keadaan
lebih baik ingin dicapai setelah jangka waktu tertentu. Visi yang baik
mempunyai tiga tujuan penting, yaitu :
a. Tujuan umum atau kejelasan arah yang ingin dicapai
b. Alat untuk memotivasi anggota organisasi melakukan tindakan yang benar
c. Membantu menyatukan, mengkoordinasikan tindakan – tindakan yang
berbeda sehingga menjadi efektif dan efisien
3. Misi
Misi ialah pernyataan bagaimana mencapai atau mewujudkan visi organisasi.
Bila visi merupakan pernyataan mengenai tujuan atau keadaan masa depan
yang diharapkan dalam kurun waktu tertentu, maka misi merupakan penjaban
visi ke dalam tugas, kewajiban, hak dan wewenang serta strateginya.
4. Tujuan
Tujuan mendefinisikan target (sasaran) yang perlu dicapai dalam lingkup misi
dalam realisasi. Tujuan pemasaran ialah memuaskan semua pihak yang
berkepentingan (stakeholder) dan memaksimalkan kemampu labaan. Tujuan
dinyatakan dalam kurun waktu 1 – 5 tahun dan tidak perlu dinyatakan dalam
bentuk kuantitatif.
a. Kriteria tujuan
Tujuan hendaknya memenuhi kriteria SMART (Specific, Measurable,
Attainable, Realistic, Time bound).
SMART :
Specific : Hasil yang ingin dicapai memang relevan dengan
permasalahan yang ada.
Measurable : Indikator dari input – process - output dan outcome
bisa diukur.
Attainable : Hasil tersebut bisa dicapai.
Realistic : Hasil bisa dicapai dengan kemampuan sumber daya
yang ada atau dimiliki saat ini.
Time bound : Ada batas waktu yang jelas untuk batas waktu yang
bisa dicapai.
b. Tujuan perencanaan dengan Balance Score Card
Balance Score Card adalah alat untuk mengukur kinerja manajemen.
Posisi Balanced Score Card awalnya berada pada tahap implementasi saja
yaitu sebagai alat ukur kinerja secara komprehensif bagi para eksekutif
dan memberikan feedback tentang kinerja manajemen. Dampak dari
keberhasilan penerapan Balanced Score Card memicu para eksekutif
untuk menggunakan Balanced Score Card pada tahapan yang lebih tinggi
yaitu perencanaan strategik. Mulai saat itu, Balanced Score Card tidak
lagi digunakan sebagai alat pengukur kinerja namun berkembang menjadi
strategik management sistem .
Ada empat indicator kinerja manajemen yang disebut sebagai pemicu nilai
kritikal yaitu keuangan, customer, proses bisnis/intern, dan pembelajaran-
pertumbuhan. Tolok Ukur dalam Balanced Score Card.
1) Perspektif Keuangan (finansial)
Perspektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam balanced scorecard
karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi
yang terjadi akibat keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil.
Tujuan pencapaian kinerja keuangan yang baik merupakan fokus dari
tujuan-tujuan yang ada dalam tiga perspektif lainnya. Sasaran-sasaran
perspektif keuangan dibedakan pada masing-masing tahap dalam
siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton dibedakan menjadi tiga
tahap :
a) Growth (Berkembang)
Berkembang merupakan tahap pertama dan tahap awal dari siklus
kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki
tingkat pertumbuhan yang sama sekali atau paling tidak memiliki
potensi untuk berkembang. Untuk menciptakan potensi ini,
kemungkinan seorang manajer harus terikat komitmen untuk
mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan
mengembangkan fasilitas produksi, menambah kemampuan
operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan
distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta mengasuh
dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Perusahaan
dalam tahap pertumbuhan mungkin secara aktual beroperasi
dengan cash flow negatif dan tingkat pengembalian atas modal
yang rendah. Investasi yang ditanam untuk kepentingan masa
depan sangat memungkinkan memakai biaya yang lebih besar
dibandingkan dengan jumlah dana yang mampu dihasilkan dari
basis operasi yang ada sekarang, dengan produk dan jasa dan
konsumen yang masih terbatas. Sasaran keuangan untuk growth
stage menekankan pada pertumbuhan penjualan di dalam pasar
baru dari konsumen baru dan atau dari produk dan jasa baru.
b) Sustain Stage (Bertahan).
Bertahan merupakan tahap kedua yaitu suatu tahap dimana
perusahaan masih melakukan investasi dan reinbestasi dengan
mempersyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik, Dalam tahap
ini perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada
dan mengembankannya apabila mungkin. Investasi yang
dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan kemacetan,
mengembangkan kapasitas dan meningkatkan perbaikan
operasional secara konsisten. Pada tahap ini perusahaan tidak lagi
bertumpu pada strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuangan
tahap ini lebih diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas
investasi yang dilakukan.
c) Harvest (Panen).
Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap
dimana perusahaan melakukan panen (harvest) terhadap investasi
mereka. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh
kecuali hanya untuk memelihara dan perbaikan fasilitas, tidak
untuk melakukan eksppansi atau membangun suatu kemampuan
baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus
kas yang masuk ke perusahaan. Sasaran keuangan untuk harvest
adalah cash flow maksimum yang mampu dikembalikan dari
investasi dimasa lalu.
2) Perspektif Pelanggan.
Pada masa lalu seringkali perusahaan mengkonsentrasikan diri pada
kemampuan internal dan kurang memperhatikan kebutuhan konsumen.
Sekarang strategi perusahaan telah bergeser fokusnya dari internal ke
eksternal. Jika suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang
superior dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan dan
menyajikan suatu produk atau jasa yang bernilai dari biaya
perolehannya. Dan suatu produk akan semakin bernilai apabila
kinerjanya semakin mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang
diharapkan dan persepsikan konsumen (Heppy Julianto, 2000). Tolok
ukur kinerja pelanggan dibagi menjadi dua kelompok (Budi W.
Soejtipto, 1997) :
a) Kelompok Inti
Pangsa pasar: mengukur seberapa besar poporsi segmen pasar
tertentu yang dikuasai oleh perusahaan.
Tingkat perolehan para pelanggan baru: mengukur seberapa
banyak perusahaan berhasil menarik pelanggan-pelanggan
baru.
Kemampuan mempertahankan para pelanggan lama:
mengukur seberapa banyak perusahaan berhasil
mempertahankan pelangan-pelanggan lama.
Tingkat kepuasan pelanggan: mengukur seberapa jauh
pelanggan merasa puas terhadap layanan perusahaan.
Tingkat profitabilitas pelanggan: mengukur seberapa besar
keuntungan yang berhasil diraih oleh perusahaan dari
penjualan produk kepada para pelanggan.
b) Kelompok Penunjang.
Atribut-atribut produk (fungsi, harga dan mutu)
Tolok ukur atribut produk adalah tingkat harga eceran relatif,
tingkat daya guna produk, tingkat pengembalian produk oleh
pelanggan sebagai akibat ketidak sempurnaan proses
produksi, mutu peralatan dan fasilitas produksi yang
digunakan, kemampuan sumber daya manusia serta tingkat
efisiensi produksi.
Hubungan dengan pelanggan
Tolok ukur yang termasuk sub kelompok ini, tingkat
fleksibilitas perusahaan dalam memenuhi keinginan dan
kebutuhan para pelanggannya, penampilan fisik dan mutu
layanan yang diberikan oleh pramunaga serta penampilan fisik
fasilitas penjualan.
Citra dan reputasi perusahaan beserta produk-produknya
dimata para pelanggannya dan masyarakat konsumen.
3) Perspektif Proses Bisnis Internal.
Menurut Kaplan dan Norton 1996, dalam proses bisnis internal,
manajer harus bisa mengidentifikasi proses internal yang penting
dimana perusahaan diharuskan melakukan dengan baik karena proses
internal tersebut mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen dan
dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang
saham. Tahapan dalam proses bisnis internal meliputi:
a) Inovasi.
Inovasi yang dilakukan dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh
bagian riset dan pengembangan. Dalam tahap inovasi ini tolok
ukur yang digunakan adalah besarnya produk-produk baru, lama
waktu yang dibutuhkan untuk mengembangan suatu produk secara
relatif jika dibandingkan perusahaan pesaing, besarnya biaya,
banyaknya produk baru yang berhasil dikembangkan.
b) Proses Operasi.
Tahapan ini merupakan tahapan dimana perusahaan berupaya
untuk memberikan solusi kepada para pelanggan dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan. Tolok ukur yang digunakan
antara lain Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE), tingkat
kerusakan produk pra penjualan, banyaknya bahan baku terbuang
percuma, frekuensi pengerjaan ulang produk sebagai akibat
terjadinya kerusakan, banyaknya permintaan para pelanggan yang
tidak dapat dipenuhi, penyimpangan biaya produksi aktual
terhadap biaya anggaran produksi serta tingkat efisiensi per
kegiatan produksi.
c) Proses Penyampaian Produk atau Jasa pada Pelanggan.
Aktivitas penyampaian produk atau jasa pada pelanggan meliputi
pengumpulan, penuimpanan dan pendistribusian produk atau jasa
serta layanan purna jual dimana perusahaan berupaya memberikan
manfaat tambahan kepada pelanggan yang telalh membeli
produknya seperti layanan pemeliharaan produk, layanan perbakan
kerusakan, layanan penggantian suku cadang, dan perbaikan
pembayaran.
4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.
Perspektif keempat dalam balanced scorecard mengembangkan
pengukuran dan tujuan untuk mendorong organisasi agar berjalan dan
tumbuh. Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah
menyediakan infrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga
perspektif sebelumnya. Perspektif keuangan, pelanggan dan sasaran
dari proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan antara
kemampuan yang ada dari orang, sistem dan prosedur dengan apa yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu kinerja yang handal. Untuk
memperkecil kesenjangan tersebut perusahaan harus melakukan
investasi dalam bentuk reskilling employes. Adapun faktor-faktor yang
harus diperhatikan adalah (Kaplan dan Norton, 1996):
a) Karyawan.
Hal yang perlu ditinjau adalah kepuasan karyawan dan
produktivitas kerja karyawan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan
karyawan perusahaan perlu melakukan survei secara reguler.
Beberapa elemen kepuasan karyawan adalah keterlibatan dalam
pengambilan keputusan, pengakuan, akses untuk memperoleh
informasi, dorongan untuk melakukan kreativitas dan inisiatif serta
dukungan dari atasan. Produktivitas kerja merupakan hasil dari
pengaruh agregat peningkatan keahlian moral, inovasi, perbaikan
proses internal dan tingkat kepuasan konsumen. Di dalam menilai
produktivitas kerja setiap karyawan dibutuhkan pemantauan secara
terus menerus.
b) Kemampuan Sistem Informasi.
Perusahaan perlu memiliki prosedur informasi yang mudah
dipahami dan mudah dijalankan. Tolok ukur yang sering
digunakan adalah bahwa informasi yang dibutuhkan mudah
didapatkan, tepat dan tidak memerlukan waktu lama untuk
mendapat informasi tersebut.
c) Keunggulan Balanced Scorecard.
Dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional yang hanya
mengukur kinerja berdasarkan perspektif keuangan, maka
balanced scorecard memiliki beberapa keunggulan (Barbara
Gunawan, 2000) :
Komprehensif.
Adaptif dan Responsif terhadap Perubahan Lingkungan Bisnis.
Fokus terhadap tujuan perusahaan.
5. Analisis masalah
1. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi strengths (kekuatan), weaknesses(kelemahan),
opportunities(peluang), dan threats (ancaman) terlibat dalam proyek atau
dalam bisnis. Analisis SWOT menyediakan informasi yang membantu dalam
pencocokan sumber daya perusahaan dan kemampuan untuk lingkungan yang
kompetitif di mana ia beroperasi. Dengan demikian, hal ini penting dalam
perumusan strategi dan seleksi.
S trengths (Kekuatan) : orang atau perusahaan yang sangat membantu untuk
mencapai tujuan.
W eaknesses (Kelemahan): orang atau perusahaan yang berbahaya untuk
mencapai tujuan.
O pportunities (Peluang ): kondisi eksternal yang membantu untuk mencapai
tujuan.
T hreats (Ancaman ): kondisi eksternal yang dapat merusak tujuan.
D. Penilaian efektifitas perencanaan strategis
Suatu perencanaan dapat dapat dinilai efektivitasnya dengan beberapa criteria,
yaitu:
1) Manfaat atau kegunaan
Agar dapat bermanfaat sesuai kebutuhan, rencana harus fleksibel, sesuai
dengan situasi kondisi, stabil, tak selalu sering berubah, berkesinambungan
dan sederhana, tak rumit dan tak sepotong- sepotong.
2) Ketepatan dan obyektifitas rencana
Rencana dievaluasi apakah telah tepat, ringkas, cermat, dan apa adanya
berdasar fakta/ informasi yang tepat pula.
3) Ruang lingkup
Perencanaan bersifat menyeluruh/ lengkap ( comprehensive), terpadu ( unity)
dan konsisten dan berupa luas cakupan rencana. Kegiatan- kegiatannya apa,
hubungan- hubungan antar bagian.
4) Efektifitas biaya
Dengan perencanaan harus dapat memberikan keuntungan/ hasil lebih.
5) Akuntabilitas
Suatu rencana mencakup dua tanggung jawab yaitu tanggung jawab atas
pelaksanaan perencanaan dan tanggung jawab atas penerapan rencana.
6) Ketepatan waktu
Perencanaan diperlukan pada waktu diperlukan, bukan sesudahnya, ketika
pekerjaan sudah atau selesai dikerjakan
BAB III
PERENCANAAN OPERASIONAL
3.1 Pengertian perencanan operasionalSebuah perencanaan operasional adalah bagian dari rencana kerja strategis. Rencana operasional adalah dasar, dan justifikasi permintaan anggaran operasional tahunan. Rencana operasional menarik langsung dari rencana lembaga dan program strategis untuk menjelaskan misi lembaga dan program dan tujuan, tujuan program, dan kegiatan program. Rencana operasional harus memuat.
3.2 Manfaat perencanaan operasional 3.3 Tahap perencanaan operasional3.4 Analisis masalah3.5 Identifikasi Masalah