55
BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN SALURAN PENCERNAAN IKAN PATIN (Pangasius sp.) RAHMANITIA PUHANDA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN

SALURAN PENCERNAAN IKAN PATIN (Pangasius sp.)

RAHMANITIA PUHANDA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Bakteri dan

Cacing Parasitik pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Patin (Pangasius sp.)

adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, September 2012

Rahmanitia Puhanda

B04080071

Page 3: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

3

ABSTRACT

RAHMANITIA PUHANDA. Bacteria and Parasitic Worm on The Gills and

Digestive Tract of Catfish (Pangasius sp.). Under direction of USAMAH AFIFF

dan RISA TIURIA.

The present study was conducted to isolte, culture and identificatify of bacteria

and parasitic worm from gills and digestive tract of catfish. A group of 10 of catfish were

used, each gills and digestive tract was collected. The parasitic worms were colored with

Semichon’s Acetocarmine for permanent staining. Differentiations and characterizations

of variants isolate were based on biochemical reactions and Gram staining technique.

Parasitic worms that can be identified from gills were Dactylogyrus sp. and

Pseudodactylogyrus sp. The laboratory result shows that the gills and digestive tract of

catfish were predominantly contaminated with Aeromonas sp. and Staphylococcus

epidermidis, followed by Streptococcus sp., Edwardsiella tarda, Escherichia coli, Basillus

sp. dan Vibrio cholerae.

Key Word : catfish, bacteria, parasitic worms, gills, digestive system

Page 4: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

4

RINGKASAN

RAHMANITIA PUHANDA. Bakteri dan Cacing Parasitik Pada Insang dan

Saluran Pencernaan Ikan Patin (Pangasius sp.). Dibimbing oleh USAMAH

AFIFF dan RISA TIURIA.

Pada usaha budi daya atau peternakan ikan, hal utama yang dituju tentunya

adalah keuntungan ekonomi yang sebesar–besarnya. Hal ini memicu peternak

untuk tetap menjaga kualitas ternaknya terutama dalam hal kesehatan. Banyak

faktor yang dapat menjadi pemicu terganggunya kesehatan ikan sehingga

menyebabkan turunnya produksi, diantaranya faktor fisik, kimia dan biologi. Hal–

hal yang termasuk dalam faktor fisik adalah suhu dan cahaya. Faktor kimia terdiri

dari gas–gas terlarut, parameter fisiko–kimia (nilai pH, konstanta ionisasi asam

dan basa lemah, efek ion umum, alkalinitas karbonat dan kesadahan, keasaman,

oksigen, karbondioksida, amonia, nitrit, nitrat, hidrogen sulfida dan mineral) dan

polutan (logam dan logam berat, non logam, air limbah, lumpur dan partikel,

minyak bumi, polutan panas dan polutan yang mempengaruhi rasa, warna dan bau

produk). Faktor terakhir yang sangat berpengaruh ialah faktor biologi berupa

hewan perairan lain yang bersifat predator ataupun reservoir penyakit–penyakit

infeksi dan mikroorganisme yang dapat bersifat patogen terhadap ikan (bakteri,

virus dan jamur) serta endo dan ektoparasit (Irianto 2005).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan serta

mengidentifikasi bakteri dan cacing parasitik yang terdapat pada insang dan

saluran pencernaan ikan patin (Pangasius sp.). Hasil dari penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi mengenai keberadaan bakteri dan cacing parasitik

pada insang dan pencernaan ikan patin (Pangasius sp.) sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai acuan dalam dunia akademik dan praktisi dalam

mengendalikan penyakit bakteri dan kecacingan yang berasal dari ikan konsumsi.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan 10 ekor sampel ikan patin yang

berasal dari kolam peternak ikan di daerah Parung Kabupaten Bogor. Ikan

dimatikan dengan cara menusuk medula oblongata tepat pada bagian medial

kepala. Insang kanan dan kiri dipotong dengan ukuran sekitar 1 x 1cm ditambah

dengan ±10 tetes aquades kemudian digerus di dalam mortal steril. Hasil gerusan

ditanam pada media MCA dan agar darah, lalu diinkubasi pada suhu 370C selama

24-48 jam. Sisa insang dimasukkan ke dalam NaCl fisiologis. Rongga perut

dibuka dan saluran pencernaan dipisahkan dan dikeluarkan. 1-2 tetes isi saluran

pencernaan ditambah dengan ±10 tetes aquades digerus di dalam mortar steril.

Hasil gerusan ditanam pada media MCA dan agar darah, lalu diinkubasi pada

suhu selama 24-48 jam. Sisa saluran pencernaan dimasukkan ke dalam NaCl

fisiologis. Insang dan saluran pencernaan dimasukkan ke dalam refrigerator

selama kurang lebih 10 jam untuk merelaksasikan cacing. Setelah itu insang

disisir di bawah mikroskop stereo untuk mengoleksi cacing. Saluran pencernaan

dibuka lumennya kemudian disisir di bawah mikroskop stereo untuk mengoleksi

cacingnya. Cacing yang ditemukan direlaksasikan di dalam NaCl fisiologis

kemudian difiksasi di dalam etanol 70% sebelum diwarnai. Cacing yang

didapatkan diwarnai dengan pewarnaan Acetocarmine untuk trematoda dan

Page 5: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

5

pewarnaan semi permanen menggunakan minyak cengkeh untuk nematoda

(Soulbsy 1982). Identifikasi cacing dilakukan setelah pewarnaan selesai.

Spesimen cacing diukur dan diamati dengan menggunakan mikroskop stereo dan

video mikrometer. Koloni terpisah dari bakteri ditanam pada media agar nutrien

dan dibuat pewarnaan Gram. Bakteri Gram positif coccus diidentifikasi dengan uji

katalase, uji glukosa mikroaerofilik dan uji MSA. Bakteri Gram positif batang

dibedakan atas batang berspora dan tidak berspora. Bakteri Gram negatif batang

diidentifikasi dengan menggunakan uji oksidase dan uji-uji biokimia seperti uji

TSIA, indol, sitrat, urea dan fermentasi glukosa.

Berdasarkan hasil uji dan identifikasi yang telah dilakukan terdapat 7 jenis

bakteri yang ditemukan pada insang dan saluran pencernaan ikan patin.

Edwardsiella tarda, Aeromonas sp., Streptococcus sp. dan Staphylococcus

epidermidis ditemukan pada insang dan saluran pencernaan. Vibrio cholerae dan

Bacillus sp. ditemukan hanya pada insang. Escherichia coli ditemukan hanya pada

saluran pencernaan. E. tarda dan Aeromonas sp. merupakan dua spesies bakteri

yang bersifat patogen dan zoonotik pada ikan patin. Jenis cacing parasitik yang

ditemukan pada insang ikan patin adalah Dactylogyrus sp dan

Pseudodactylogyrus sp, sedangkan pada saluran pencernaan ikan patin tidak

ditemukan cacing parasitik.

Kata Kunci : Ikan Patin, bakteri, cacing parasitik, insang, saluran pencernaan

Page 6: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

6

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak mengurangi kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

7

BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN

SALURAN PENCERNAAN IKAN PATIN

(Pangasius sp.)

RAHMANITIA PUHANDA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 8: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

8

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tugas akhir : Bakteri dan Cacing Parasitik Pada Insang dan Saluran

Pencernaan Ikan Patin (Pangasius sp.)

Bentuk Tugas Akhir : Penelitian

Nama Mahasiswa : Rahmanitia Puhanda

NIM : B04080071

Disetujui,

Pembimbing I

drh. Usamah Afiff, M.Sc.

NIP. 19600624 198703 1 001

Pembimbing II

Dr. drh. Risa Tiuria, MS.

NIP. 19630430 198703 2 001

Diketahui,

Wakil Dekan

Fakultas Kedokteran Hewan-IPB

drh. Agus Setiyono, MS, PhD, APVet

NIP. 19630810 198803 1 004

Tanggal Pengesahan :

Page 9: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Bakteri dan Cacing Parasitik pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan

Patin (Pangasius sp.). Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun

tidak langsung khususnya kepada :

1. Bapak drh. Usamah Afiff, M.Sc. selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan

waktu, tenaga dan arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dr. drh. Risa Tiuria, MS. selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan

waktu, tenaga dan arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dr. drh. Min Rahminiwati selaku dosen Pembimbing Akademik.

4. Ayahanda Puhilis, S.Pd, Ibunda Hasneli, S.Pd, Kakak Febriani Puhanda, Abang

Fernandes, Adinda Rani Oktavia Puhanda, Reno Oktavia Puhanda dan Rafif

Dzakhwan Nazif serta seluruh keluarga tercinta atas do’a, dorongan, bantuan

material dan spiritual serta kasih sayang yang selalu diberikan.

5. Uda Rico Faslah, S.Kh atas do’a, dorongan, kasih sayang dan bantuannya dalam

mendukung Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman satu penelitian Nurhayati, Hafiz dan Ismi atas bantuan dan kerjasamanya.

7. Teman seperjuangan Tiara, Hilma, Antari, Puspi, Hapsah, Imelda, Elin dan Aulia

terima kasih atas dukungannya.

8. Bapak Eman dan Bapak Almarhum Rafiq yang telah membantu selama penelitian.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, saran dan kritik

yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan.

Bogor, September 2012

Rahmanitia Puhanda

Page 10: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

10

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 9 September 1990 dari ayah

Puhilis dan ibu Hasneli. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 38

Cingkariang. Pada tahun 2002, Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Bukittinggi dan melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Atas Negri 3 Bukitinggi pada tahun 2005. Setelah itu, Penulis

diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas

Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB).

Selama mengikuti perkuliahan, Penulis aktif di beberapa organisasi seperti

Himpunan Minat dan Profesi Ruminansia dan Himpunan Mahasiswa Islam

komisariat FKH IPB serta beberapa kepanitiaan.

Page 11: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

11

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

Latar Belakang ................................................................................... 1

Tujuan ................................................................................................ 3

Manfaat .............................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4

Morfologi Ikan Patin ......................................................................... 4

Siklus Hidup ...................................................................................... 5

Sifat dan Habitat Alami ..................................................................... 5

Makanan dan Kebiasaan Makan ........................................................ 6

Taksonomi ......................................................................................... 6

Jenis-Jenis Ikan Patin ........................................................................ 6

Bakteri Pada Ikan .............................................................................. 7

Parasit Cacing Pada Ikan ................................................................... 11

BAHAN DAN METODA PENELITIAN ................................................. 18

Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 18

Bahan dan Alat Penelitian ................................................................. 18

Metode Penelitian .............................................................................. 18

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 26

Bakteri Pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Patin .................. 26

Cacing Parasitik Pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Patin ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 39

Page 12: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

12

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Identifikasi Cacing Parasitik dan Bakteri pada Ikan Patin ...... 26

Page 13: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi Ikan Patin (Pangasius sp.) ............................................. 5

Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ................................................... 7

Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..................................................... 8

Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila pada Kulit Ikan Patin .................. 8

Gambar 5 Infeksi Edwardsiella tarda pada Kulit Ikan Patin ........................ 9

Gambar 6 Infeksi Edwardsiella ictaluri pada Kulit Ikan Patin ..................... 10

Gambar 7 Bakteri Pseudomonas aeruginosa ................................................. 10

Gambar 8 Anatomi dan Morfologi Gyrodactylus sp. .................................... 12

Gambar 9 Anatomi dan Morfologi Dactylogyrus sp. .................................... 12

Gambar 10 Anatomi dan Morfologi Digenea ................................................ 13

Gambar 11 Siklus Hidup Digenea ................................................................. 14

Gambar 12 Anatomi dan Morfologi Nematoda ............................................ 15

Gambar 13 Siklus Hidup Nematoda ............................................................. 15

Gambar 14 Tipe Scolex Cestoda ................................................................... 16

Gambar 15 Siklus Hidup Cestoda ................................................................. 17

Gambar 16 Diagram Alir Identifikasi Bakteri ............................................... 20

Gambar 17 Pewarnaan Gram Edawardsiella tarda pada Insang Ikan Patin . 26

Gambar 18 Pewarnaan Gram Aeromonas sp. ............................. 28

Gambar 19 Pewarnaan Gram Vibrio cholerae pada Insang Ikan Patin ......... 30

Gambar 20 Pewarnaan Gram Escherichia coli .............................................. 31

Gambar 21 Pewarnaan Gram Bacillus sp. pada Insang Ikan Patin ............... 31

Gambar 22 Pewarnaan Gram Streptococcus sp. ............................................ 32

Gambar 23 Pewarnaan Gram Staphylococcus epidermidis ........................... 33

Gambar 24 Cacing Dactylogyrus sp. ............................................................. 34

Gambar 25 Cacing Pseudodactylogyrus sp. .................................................. 36

Page 14: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari gugusan kepulauan

dan kelautan yang terletak di daerah tropis. Wilayah laut Indonesia mendapatkan

pengaruh dari dua laut yaitu Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik. Keadaan

geografis Indonesia dengan banyak pulau–pulau yang terpisah secara strategis

menyebabkan Indonesia menjadi persimpangan jalan dan persinggahan sehingga

pulau–pulau Indonesia memiliki keragaman fauna dan flora (Subarijati 2008).

Ikan merupakan salah satu kekayaan fauna Indonesia yang berpotensi besar untuk

membangun perekonomian rakyat, baik ikan laut maupun ikan air tawar.

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan jenis–jenis ikan

air tawar. Menurut The World Bank pada tahun1998 di Indonesia terdapat sekitar

1.3 x 103 jenis ikan air tawar dengan kepadatan 0.72 jenis/10

3 km

2, sehingga

Indonesia termasuk ke dalam negara “megabiodiversity” kedua setelah Brazil

(Wargasasmita 2002). Menurut Khairuman Khairul, terdapat 7 x 103 spesies

ikan yang hidup di perairan Indonesia dan 2 x 103 diantaranya merupakan jenis

ikan air tawar.

Lingkungan perairan air tawar terdiri dari dua kategori yaitu habitat lentik

(lentic) dan habitat lotik (lotic). Habitat lentik adalah habitat yang memiliki badan

air yang diam seperti danau dan kolam. Habitat lotik ialah habitat yang memiliki

badan air yang bergerak seperti sungai dan mata air. Jika dilihat dari faktor nutrien

yang terkandung di dalam airnya, lingkungan perairan air tawar memiliki

kandungan nutrien yang lebih tinggi dibandingkan dengan perairan air laut. Hal

ini disebabkan oleh perairan air tawar mendapat perlakuan atau masukan dari

aktivitas manusia (Irianto 2005).

Keberadaan berbagai jenis ikan air tawar di perairan Indonesia telah

dijadikan sebagai sumber mata pencarian, misal dengan budidaya ikan air tawar.

Dari sekitar 2 x 103 jenis ikan air tawar di perairan Indonesia, 27 jenis diantaranya

telah dibudidayakan. Ikan air tawar yang telah dibudidayakan diantaranya adalah

ikan bawal air tawar, gurami, ikan mas, lele, mujair, nila, patin dan beberapa jenis

ikan air tawar lainnya.

Page 15: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

2

Pada usaha budi daya atau peternakan ikan hal utama yang dituju tentunya

adalah keuntungan ekonomi yang sebesar–besarnya. Hal ini memicu peternak

untuk tetap menjaga kualitas ternaknya terutama dalam hal kesehatan. Banyak

faktor yang dapat menjadi pemicu terganggunya kesehatan ternak ikan yang dapat

menyebabkan turunnya produksi, diantaranya faktor fisik, kimia dan biologi. Hal–

hal yang termasuk dalam faktor fisik adalah suhu dan cahaya. Faktor kimia terdiri

dari gas–gas terlarut, parameter fisiko–kimia (nilai pH, konstanta ionisasi asam

dan basa lemah, efek ion umum, alkalinitas karbonat dan kesadahan, keasaman,

oksigen, karbondioksida, amonia, nitrit, nitrat, hidrogen sulfida dan mineral) dan

polutan (logam dan logam berat, non logam, air limbah, lumpur dan partikel,

minyak bumi, polutan panas dan polutan yang mempengaruhi rasa, warna dan bau

produk). Faktor terakhir yang sangat berpengaruh ialah faktor biologi berupa

hewan perairan lain yang bersifat predator ataupun reservoir penyakit–penyakit

infeksi dan mikroorganisme yang dapat bersifat patogen (bakteri, virus dan jamur)

serta endo dan ektoparasit (Irianto 2005).

Ikan patin merupakan salah satu komoditas ekspor yang bernilai ekonomi

tinggi baik dalam segi pembenihan ataupun pembesaran. Ikan patin banyak

disukai masyarakat karena tekstur dagingnya yang lembut, memiliki warna yang

bersih (hampir putih) dan memiliki kandungan protein yang tinggi. Ikan ini

dianggap lebih aman juga untuk dikonsumsi karena kadar kolesterol yang

terkandung di dalamnya relatif rendah. Selama ini ikan patin yang dikonsumsi

diperoleh dari penangkapan dari alam, namun seiring berjalannya waktu

permintaan dan kebutuhan terhadap ikan patin semakin tinggi namun populasinya

di alam justru semakin menurun. Oleh sebab itu banyak dibuka usaha budidaya

ikan patin. Tapi tentunya usaha ini tak selalu berjalan lancar karena banyak faktor

penghambat diantaranya keberadaan cacing dan bakteri pada tubuh ikan.

Cacing merupakan organisme parasit yang mengakibatkan infeksi.

Keberadaannya di dalam tubuh ikan sering tidak diperhatikan oleh peternak.

Walupun cacing jarang menyebabkan kematian tapi ia dapat menyebabkan

penurunan produksi yang sering kali luput dari perhatian. Cacing yang berada

pada saluran pencernaan dapat menyebabkan gangguan penyerapan makanan

sehingga dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan, penurunan berat badan,

Page 16: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

3

penurunan imunitas tubuh, gangguan reproduksi, penurunan kualitas karkas

bahkan dapat berakibat pada kematian (Chandra et al. 2007). Bakteri merupakan

mikroorganisme yang dapat menjadi flora normal dan patogen di dalam tubuh

hewan. Keberadaannya dalam jumlah yang besar dan ditambah dengan penurunan

imunitas tubuh ikan dapat menyebabkan gangguan metabolisme, penurunan berat

badan dan produksi hingga kematian.

Tujuan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui keberadaan serta mengidentifikasi

bakteri dan cacing parasitik yang terdapat pada insang dan saluran pencernaan

ikan patin (Pangasius sp.).

Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan serta

mengidentifikasi bakteri dan cacing parasitik yang terdapat pada insang dan

saluran pencernaan ikan patin (Pangasius sp.). Hasil dari penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi mengenai keberadaan bakteri dan cacing parasitik

pada insang dan pencernaan ikan patin (Pangasius sp.) sehingga dapat dimanfaat

sebagai acuan dalam dunia akademik dan praktisi dalam mengendalikan penyakit

bakteri dan kecacingan yang berasal dari ikan konsumsi. Identifikasi cacing

parasitik berpedoman pada Noga (1996), Hoffman (1977) dan Bychowsky (1961).

Indentifikasi bakteri berpedoman pada Jang et al. (1976) dan Cowan & Steel

(1974).

Page 17: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

4

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Ikan Patin

Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan yang berasal dari kelompok

lele–lelean. Secara anatomi ikan ini memiliki bentuk tubuh memanjang dan agak

pipih. Tubuh dominan berwarna putih seperti perak, sedangkan bagian punggung

berwarna kebiru–biruan. Patin memiliki tubuh yang licin tanpa sisik (Amri

Khairuman 2008).

Secara umum tubuh ikan patin terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, badan

dan ekor. Kepala ikan ini relatif kecil jika dibandingkan dengan ukuran badannya.

Bentuk kepalanya agak pipih dengan batok kepala yang keras. Mata dan hidung

memiliki ukuran yang kecil. Mulutnya memiliki celah yang lebar dengan dua

pasang sungut atau kumis pada bagian maksila dan mandibula. Sungut ini

merupakan ciri khas catfish (ikan berkumis seperti kucing) yang berfungsi sebagai

indra peraba saat berenang dan alat pencari pakan. Di dalam rongga mulut ikan ini

memiliki gigi palatin yang terpisah dari tulang vomer. Penutup insang pada bagian

kiri dan kanan kepalanya tidak terlalu besar sehingga tidak menutupi seluruh

bagian kepala (Dewi 2011).

Sama halnya dengan ikan–ikan lainnya, ikan patin memiliki berbagai

bentuk sirip di beberapa bagian tubuhnya. Sirip pada bagian punggung berupa

jari–jari keras yang berubah menjadi patil yang bergigi dan besar di sebelah

belakangnya. Jari–jari lunak pada sirip punggungnya terdapat 6-7 buah. Selain

jari–jari keras dan lunak pada bagian punggungnya terdapat juga sirip lunak yang

berukuran kecil sekali. Sirip ekor berbentuk simetris. Pada daerah sekitar dubur

terdapat sirip yang agak panjang, terdiri dari 30–33 jari–jari lunak. Sirip di bagian

perut memiliki 6 jari–jari lunak. Pada bagian dadanya ikan ini memiliki sirip

dengan 12-13 jari–jari lunak dengan sebuah jari–jari keras yang berubah menjadi

patil. Pada bagian ekor terdapat sirip yang bercagak dan bentuknya simetris (Dewi

2011).

Page 18: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

5

Gambar 1 Anatomi Ikan Patin (Pangasius sp.) (Hamilton 1822)

Keterangan gambar : 1. Mulut; 2. Mata; 3. Sirip dada; 4. Patil; 5. Sirip punggung;

6. Sirip perut; 7. Sirip anal; 8. Gurat sisi; 9. Sirip ekor.

Siklus Hidup

Ikan patin dalam menjalani hidupnya mengalami perkembangan atau fase

yang akan dijalaninya selama beberapa waktu sampai akhirnya dapat dikonsumsi

ataupun dijadikan induk untuk menghasilkan benih-benih yang berkualitas.

Menurut Lusac dan Southgate (2012) ikan patin memiliki fase kehidupan yaitu

telur, larva, benih dan dewasa.

Sifat dan Habitat Alami

Ikan patin memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap pH (derajat

keasaman) air lingkungannya, sehingga ia dapat bertahan hidup pada pH rendah

atau yang agak asam sampai pH tinggi atau yang agak basa, yaitu berkisar antara

pH 5–9. Ikan ini membutuhkan kadar oksigen terlarut (O2) sebesar 3–6 ppm untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme tubuhnya terhadap oksigen. Lingkungan

dengan kadar karbondioksida (CO2) sebesar 9–20 ppm masih dapat ditolerir oleh

patin. Tingkat alkalinitas yang dibutuhkan oleh patin adalah 80–250 ppm. Suhu

air yang baik untuk pertumbuhan patin ialah 28–300C (Amri Khairuman 2008).

Ikan patin merupakan jenis ikan dasar perairan (demersal). Hal ini

dibuktikan dengan bentuk mulutnya yang melebar dan menghadap ke bawah serta

kebiasaan hidupnya yang lebih suka menetap di dasar dari pada muncul di

permukaan perairan. Pada habitat aslinya ia hidup di sungai yang dalam , agak

keruh dan dasar yang berlumpur. Ikan ini bersifat nocturnal, keluar dari

Page 19: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

6

persembunyiannya dan melakukan aktivitas pada malam hari. Patin hidup secara

berkelompok atau bergerombol. Hal ini merupakan faktor yang dapat merangsang

nafsu makannya.

Makanan dan Kebiasaan Makan

Ikan patin termasuk jenis omnivora (pemakan segala). Ikan ini biasa

memakan ikan–ikan kecil, cacing, serangga, biji–bijian, udang kecil dan moluska.

Namun pada stadium larva , ikan lebih bersifat karnivora dan memakan

Brachionus sp, Crustacea dan Cladocera. Sementara itu ikan yang dalam stadium

larva yang baru habis kuning telurnya mempunyai sifat kanibal yang tinggi

(Susanto 2009).

Taksonomi

Secara sistematika ikan patin dapat diklasifikasikan ke dalam domain

eukaryota, kingdom animalia, subkingdom bilateria, phylum Chordata,

subphylum Vertebrata, infraphylum Gnathostoma, superkelas Osteichtyes, kelas

Osteichtyes, subkelas Actinopterygii, ordo Siluriformes, famili Pangasiidae, genus

Pangasius dan spesies Pangasius sp. Ikan patin memiliki nama Inggris Catfish

(Saanin 1968).

Jenis – Jenis Ikan Patin

Di Indonesia terdapat beberapa jenis ikan patin, diantaranya patin

bangkok, patin siam (Pangasius sutchi), patin jambal (Pangasius djambal) dan

patin kunyit. Selain itu ada beberapa kerabat patin yaitu ikan Juaro (Pangasius

polyuranodo), ikan Rios, Riung, Lancang (Pangasius macronema), ikan Pedado

(Pangansius nasutus) dan ikan Lawang (Pangasius nieuwenhuisii) (Amri

Khairuman 2008).

Page 20: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

7

Bakteri dan Cacing Parasitik pada Ikan

Bakteri pada Ikan

Bakteri ialah organisme bersel satu yang termasuk ke dalam kategori

organisme prokariot. Organisme ini memiliki karakteristik seperti membran sel,

nukleus (inti sel), reproduksi aseksual dan seksual (mitosis dan meiosis), memiliki

ribosom sitoplasmik, endoplasmik retikulum (RE), mitokondria, cloroplas,

aparatus golgi dan membran lipid (Carter & Wise 2004).

Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri (Krisno 2011)

Aeromonas merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang,

ukurannya 1-4 x 0,4-1 mikron, fakultatif aerob (dapat hidup dengan atau tanpa

oksigen), tidak berspora, motil karena memiliki satu flagel (monotrichous

flagella) yang keluar dari salah satu kutubnya, senang hidup di lingkungan

bersuhu 15-300C dan pH antara 5,5-9 (Gufron & Kordi 2004). Bakteri ini banyak

terdapat di air tawar yang mengandung banyak bahan organik dengan kadar

salinitas rendah. Aeromonas dapat ditemukan di permukaan tubuh dan organ

dalam ikan (Noga 1996).

Genus Aeromonas terdiri dari beberapa spesies diantaranya A. hydrophila,

merupakan jenis bakteri yang bersifat patogen pada ikan. Bakteri ini bersifat

oportunis karena penyakit yang disebabkannnya dapat mewabah pada ikan–ikan

yang mengalami stres, berada pada pemeliharaan dengan kepadatan yang tinggi,

suhu lingkungan yang tinggi, polusi organik dan hipoksia. Penyakit yang

disebabkan oleh A. hydrophiia adalah hemoragik septikemia (bacterial

Page 21: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

8

hemorrhagic septicemia (BHS) atau motile aeromonas septicemia(MAS)) pada

berbagai spesies ikan air tawar seperti patin (Irianto 2005).

Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophilia (Anonim 2012)

Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila pada kulit ikan patin (Noga 1996)

Edwardsiella tarda merupakan bakteri yang berbentuk batang

melengkung pleomorfik dan bersifat Gram negatif. Bakteri ini termasuk dalam

famili Enterobacteriaceae yang bersifat fakultatif anaerob, berbentuk batang

dengan ukuran sedang, oksidasi negatif, katalase positif (beberapa negatif), tidak

berspora, fermentatif (sering diikuti dengan terbentuknya gas) dan motil. E. tarda

biasa ditemukan pada traktus intestin hewan dan manusia (Carter & Wise 2004).

Page 22: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

9

E. tarda merupakan salah satu spesies bakteri yang bersifat patogen pada

ikan patin. Bakteri ini biasanya menyerang ikan patin dewasa. E. tarda hidup di

air kolam pemeliharaan ikan patin bersifat kronis dengan mortalitas yang rendah,

namun saat ikan stres dan imunitas tubuh menurun bakteri ini dapat menginfeksi

ikan patin dengan mortalitas yang tinggi karena menyebabkan penyakit

Edwardsiella septicaemia (ES). E. tarda merupakan salah satu jenis bakteri yang

bersifat zoonotik yang dapat menyebabkan terjadinya enteritis pada manusia

(Noga 1996).

Gambar 5 Infeksi Edwardsiella tarda pada kulit ikan patin (Noga 1996)

E. ictaluri merupakan salah satu spesies yang juga termasuk famili dari

Enterobacteriaceae yang bersifat patogen pada ikan patin. Menurut Irianto (2005)

bakteri ini berbeda dengan E. tarda, ia justru menginfeksi ikan patin pada saat

masih muda (benih, seukuran jari). Bakteri dapat menyebabkan Enteric

Septicemia atau septikemia enterik yang menunjukkan gejala klinis seperti infeksi

sistemik bakteri pada umumnya, diantaranya nekrosa dan ulserasi organ distensi

abdominal, exophthalmia, ptechi dan hemoragi pada kulit dan mulut. Pada negara

empat musim, bakteri ini merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit

musiman. Ia dapat bertahan hidup pada suhu sekitar 240–28

0C yang merupakan

suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri. Tingkat prevalensinya meningkat pada

bulan Mei–Juni dan September–Oktober. Selain itu E. ictaluri dapat bertahan

pada air kolam selama 90 hari dengan suhu sekitar 250C (Songer & Post 2005).

Page 23: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

10

Gambar 6 Infeksi Edwarsiella ictaluri pada kulit ikan patin (Noga 1996)

Pseudomonas sp. Merupakan bakteri Gram negatif bersifat fakultatif

anaerob atau aerob, berbentuk batang dengan ukuran sedang, motil (beberapa

memiliki polar flagella), katalase dan oksidasi positif dan beberapa spesies dapat

menghasilkan water-soluble pigment. Bakteri ini hidup bebas di alam , sehingga

dapat ditemukan di air ataupun tanah. Bakteri Pseudomonas terdiri dari beberapa

spesies namun hanya satu spesies yang bersifat patogen yaitu Pseudomonas

aeruginosa. Sama dengan spesies Pseudomonas lainnya bakteri ini memiliki

habitat alami di air dan tanah. Pseudomonas sp. juga dapat ditemukan di kulit,

mukosa membran dan feses. Infeksi oleh P. aeruginosa dapat menyebabkan

infeksi pada luka, abses, diare, infeksi pada traktus urinari, genital dan telinga.

Tingkat infektif bakteri ini dapat meningkat jika adanya kombinasi dengan infeksi

Streptococcus dan Staphylococcus (Carter & Wise 2004).

Gambar 7 Bakteri Pseudomonas aeruginosa (Todar 2012)

Page 24: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

11

Parasit Cacing pada Ikan

Parasit adalah adalah organisme yang hidup pada tubuh organisme lain

yang dapat menimbulkan kerugian atau efek negatif pada organisme yang

ditempatinya (Akbar 2011). Berdasarkan tempat hidupnya parasit terbagi menjadi

dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit merupakan organisme parasit

yang hidup di bagian luar tubuh inangnya, sedangkan endoparasit merupakan

organisme parasit yang hidup di dalam tubuh inangnya.

Monogenea merupakan parasit yang termasuk dalam phylum

Platyhelminthes. Anggota dari kelas Monogenea ini sebagian besar bersifat

ektoparasit pada ikan, namun ada beberapa yang bersifat endoparasit yaitu

Acolpenteron sp., Kritskya sp. dan Enterogyrus sp. Monogenea bersifat

hermaprodit, bertelur/ovipar (kecuali Gyrodactilus, vivipar) dan memiliki larva

yang berenang bebas disebut oncomiracidium. Oncomiracidium menyerang inang

dan post oncomiracidium bermigrasi melalui insang atau permukaan tubuh

menuju target organ terakhir. Hal ini sejalan dengan infeksi oleh Monogenea yang

sering ditemukan pada insang, kulit dan sirip ikan. Namun ada juga Monogenea

yang menginfeksi organ dalam seperti rektum, uretra, rongga tubuh bahkan

pembuluh darah (Anshary 2008).

Monogenea dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan cara

makannya. Kelompok pertama adalah Monogenea yang menghisap darah inang

sehingga dapat menyebabkan terjadinya anemia. Kelompok kedua adalah

Monogenea yang memakan jaringan inang dan sel–sel debris sehingga dapat

merusak permukaan epitel akibat aktivitas “grazing” yang dilakukannya pada

permukaan integumen. Beberapa spesies Monogenea yang bersifat patogen pada

ikan ialah Microbothriidae (Dermophthirius), Capsalidae (Benedenia,

Neobenedenia), Dactylogyridae Dactylogyrus spp, Pseudodactylogyrus) dan

Gyrodactylidae (Gyrodactylus spp) (Anshary 2008).

Gyrodactylus sering ditemukan melekat pada permukaan tubuh atau sirip

ikan. Ia melekat dengan menggunakan alat pelekat (haptor) yang memiliki dua

sauh (anchors) yang dilengkapi dengan 16 kait tepi (marginal hooklets).

Gyrodactylus melepaskan larva ke lingkungan sudah dalam bentuk morfologi

yang sama dengan induknya (vivipar). Dactylogyrus melepaskan telur ke

Page 25: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

12

lingkungan, telur ini bersifat resisten terhadap bahan kimia ataupun desinfektan.

Telur kemudian akan menetas dan menghasilkan larva yang memiliki bulu getar

yang dapat berenang bebas hingga menemukan inangnya (Irianto 2005).

Gambar 8 Anatomi dan Morfologi Gyrodactylus sp. (Ghufran & Kordi 2004).

Keterangan Gambar : 1. Organ peraba; 2. Kepala; 3. Mulut; 4. Pharynx; 5.

Embrio; 6. Mata; 7. Usus; 8. Testis; 9. Ovary; 10. Posterior haptor.

Gambar 9 Anatomi dan Morfologi Dactylogirus sp. (Ghufran & Kordi 2004).

Keterangan Gambar : 1. Kepala; 2. Mata; 3. Mulut; 4. Telur; 5. Ovary; 6. Testis;

7. Posterior haptor.

Digenea merupakan salah satu jenis parasit yang juga termasuk dalam

phylum Platyhelminthes. Digenea dewasa memilki tubuh oval datar dorsoventral,

memilki sucker pada bagian anterior dekat mulut dan sucker tambahan pada

bagian ventral (ventral sucker, atau acetabulum) (Anshary 2008).

Page 26: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

13

Gambar 10 Anatomi dan Morfologi Digenea (Ghufran & Kordi 2004)

Digenea dewasa akan melepaskan telur ke lingkungan, telur ini akan

menetas dan menghasilkan mirasidium yang akan menumpang hidup pada inang

sementara atau inang perantara I misalnya siput. Mirasidium akan berkembang di

dalam tubuh siput menjadi sporocyst/rediae. Kemudian sebagian besar dari

sporocyst/rediae akan berubah menjadi cercaria. Pada keadaan lingkungan yang

menguntungkan cercaria akan berenang bebas di air dan menemukan inang antara

II seperti ikan–ikan kecil. Di dalam tubuh inang antara II cercaria akan berubah

menjadi metasercaria (ada yang menghasilkan kista dan ada yang tidak). Saat

ikan – ikan kecil ini dimakan oleh ikan dewasa maka kista metasecaria akan

berubah menjadi Digenea dewasa (Noga 1996).

Page 27: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

14

Gambar 11 Siklus Hidup Digenea (Noga 1996)

Ikan yang terinfeksi oleh Digenea memperlihatkan gejala klinis seperti

spot coklat kehitaman pada kulit, sirip dan insang, perut kembung akibat obstruksi

gastrointestinal, pertumbuhan lambat, hemoragi, nekrosa dan infeksi sepanjang

jalur migrasi metasercaria. Parasit Digenea berpotensi zoonotik jika manusia

memakan ikan yang mengandung cacing dewasa ataupun kista metasercaria yang

tidak dimasak hingga matang.

Nematoda atau dikenal juga dengan sebutan cacing gilig merupakan

parasit yang dapat menyerang ikan air tawar maupun ikan air laut. Spesies dari

kelas Nematoda yang biasa menyerang ikan air tawar adalah Camallanoidea dan

Ascaroidea. Menurut Ghufran dan Kordi (2004) nematoda memiliki bentuk

seperti tabung, memiliki alat reproduksi berupa testis pada jantan dan ovarium

pada betina. Jantan memiliki spikula sedangkan betina tidak. Pada bagian anterior

tubuh jantan dan betina memiliki phoryna (faring) (Gambar 12).

Page 28: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

15

Gambar 12 Anatomi dan Morfologi Nematoda (Ghufran & Kordi 2004)

Nematoda dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan siklus

hidupnya. Kelompok pertama yaitu Nematoda yang memilki silkus hidup

langsung yaitu tidak membutuhkan inang antara dalam berkembang biakannya.

Kelompok kedua ialah Nematoda yang membutuhkan inang antara dalam masa

perkembangbiakannya. Nematoda jenis ini ada yang menjadikan ikan sebagai

inang definitif ataupun inang antara. Jika ikan hanya sebagai inang antara maka

inang definitifnya adalah hewan pemakan ikan seperti burung pemakan ikan atau

mamalia (Irianto 2005).

Gambar 13 Siklus Hidup Nematoda (Noga 1996)

Page 29: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

16

Infeksi oleh Nematoda pada ikan dapat memperlihatkan gejala klinis

berupa hemoragi, pembentukan kista atau granuloma, bintil – bintil atau nodul

eksternal, inflamasi dan nekrosis. Keberadaan nematoda pada saluran pencernaan

dapat merusak dinding traktus intestinal yang dapat mengganggu proses

penyerapan makanan, menurunkan nafsu makan dan berujung pada penurunan

berat badan serta produksi.

Cestoda merupakan parasit dari phylum Platyhelminthes. Cacing ini

dikenal juga dengan sebutan cacing pita. Menurut Muslim (2005) cestoda sering

ditemukan pada pencernaan manusia dan vertebrata, sedangkan larvanya dapat

ditemukan pada vertebrata dan avertebrata. Parasit ini memiliki bentuk tubuh

pipih seperti pita dan memiliki ruas–ruas di tubuhnya. Cacing jantan dan betina

memiliki masing–masing testis dan ovari sebagai alat reproduksinya. Pada bagian

anterior tubuhnya cacing ini memiliki alat hisap serta asetabulum untuk menempel

pada inangnya (Ghufran & Kordi 2004).

Cestoda dapat dibedakan tiga jenis jika dikelompokkan berdasarkan

bentuk scolexnya yaitu proteocephalid, pseudophyllid dan caryophyllaeid

(Gambar 14).

Gambar 14 Tipe Scolex Cestoda (Noga 1996)

Cestoda memiliki lebih dari satu inang, ikan bisa saja merupakan inang

antara atau inang definitif dari parasit ini tergantung jenisnya (Gambar 15).

Page 30: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

17

Cacing dapat menginfeksi otot, saluran pencernaan dan rongga tubuh ikan . Gejala

klinis yang ditunjukkan adalah nafsu makan menurun, metabolisme terganggu

sehingga terjadi penurunan berat badan, serta dapat menyebabkan obstruksi di

saluran pencernaan (Irianto 2005).

Gambar 15 Siklus Hidup Cestoda (CDC 2012)

Page 31: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

18

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2011 hingga bulan Maret 2012

bertempat di Laboratorium Helmintologi Bagian Parasitologi dan Entomologi

Kesehatan dan Laboratorium Bateriologi Bagian Mikrobiologi Medis Departemen

Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel ikan patin,

NaCl fisiologis, etanol bertingkat, etanol absolut, ethanol 70%, minyak cengkeh,

pewarna Semichon’s Acetocarmine, entelan, xylol, aquades, Blood Agar, Mac

Conkey Agar, Nutrient Agar, pewarna Gram, glukosa, sukrosa, maltosa, laktosa,

manitol, indol, TSIA, sitrat, KOH 10% dan KOH 4%.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat alat bedah,

timbangan, cawan petri, pinset, kait, pipet tetes,gunting, botol kaca, spidol, label

nama, gelas objek dan kaca penutup, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, video

mikroskop, bunsen, ose, needle, tabung reaksi dan rak tabung reaksi.

Metode Penelitian

1. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ikan diambil dari kolam petani ikan patin di daerah Parung Kabupaten

Bogor sebanyak 10 ekor dengan berat rata–rata 500 g.

2. Teknik Parasitologi

Ikan patin yang masih hidup dimatikan dengan cara menusuk bagian

medial kepala tepat di otak. Insang ikan dikeluarkan kemudian diletakkan ke

dalam cawan petri yang telah diisi dengan NaCl fisiologis. Rongga perut ikan

dibuka kemudian saluran pencernaan (usus dan lambung) dikeluarkan diletakkan

ke dalam cawan petri yang telah diisi NaCl fisiologis. Kemudian sampel

dimasukkan ke dalam refrigerator selama kurang lebih 10 jam untuk

merelaksasikan cacing. Setelah itu insang disisir di bawah mikroskop stereo untuk

mengoleksi cacing. Saluran pencernaan dibuka lumennya kemudian disisir di

Page 32: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

19

bawah mikroskop stereo untuk mengoleksi cacingnya. Cacing yang ditemukan

direlaksasikan di dalam NaCl fisiologis kemudian difiksasi di dalam etanol 70%

sebelum diwarnai.

3. Pewarnaan

Pada penelitian ini digunakan dua jenis teknik pewarnaan, yaitu

pewarnaan permanen untuk trematoda dan pewarnaan semi permanen untuk

Nematoda.

a. Pewarnaan Permanen

Pewarnaan permanen atau dikenal juga dengan pewarnaan Semichon’s

Acetocarmine biasa digunakan untuk mengindentifikasi cacing pipih (golongan

trematoda). Tahap pertama dalam pewarnaan ini adalah dengan merendam

spesimen dalam larutan Semichon’s Acetocarmine selama 15-20 menit (sampai

warna terserap dan spesimen berubah warna menjadi merah cerah). Setelah itu

spesimen dibilas dengan menggunakan etanol 70% dan kemudian direndam di

dalam larutan asam alkohol (99 bagian etanol 70% dicampur dengan 1 bagian

HCl). Kemudian dilakukan dehidrasi pada spesimen dengan menggunakan etanol

bertingkat (70%, 85%, 95%, 100%) dengan cara merendamnya selama 5 menit

pada setiap konsentrasi etanol. Setelah itu spesimen direndam di dalam xylol

sampai spesimen terlihat tembus pandang. Langkah terakhir adalah spesimen di-

mounting dengan entelan sebagai media fiksasi (Soulbsy 1982).

b. Pewarnaan Semi Permanen

Teknik pewarnaan ini menggunakan KOH dan minyak cengkeh yang

diaplikasikan untuk pewarnaan Nematoda. Tahapan pewarnaannya ialah penipisan

dan penghilangan lapisan kutikula cacing yang dilakukan dengan cara merendam

spesimen dalam KOH 10% selama 1-3 menit sampai lapisan kutikula terlihat

tembus pandang. Setelah itu spesimen dipindahkan ke dalam minyak cengkeh

selama kurang lebih 30 detik sampai 1 menit sampai organ–organ tubuh terlihat

jelas. Kemudian cacing didehidrasi dengan dimasukkan ke dalam etanol

bertingkat (70%, 85%, 95%) masing–masing selama 15 sampai 30 detik.

Spesimen yang telah didehidrasi di-mounting dengan entelan sebagai media

fiksasi (Khairunnisa 2007).

Page 33: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

20

4. Pemeriksaan Bakteri

Ikan

ditimbang

Sampel digerus

Pewarnaan Gram

Agar darah Agar Mac Conkey

Koloni terpisah

Isolat Murni pada agar nutrien

Pewarnaan Gram

Positif (+) Negatif (-)

Coccus Batang Batang Coccus

Uji Oksidase Neisseria

(+) (-)

Batang berspora Batang tidak berspora

(+) (-)

Katalase Bacillus sp. Enterobactericeae Non Enterobactericeae

TSIA

(+) (-) Indol

Sitrat

Urea

Microcaccaceae Streptococcoceae Fermentasi karbohidrat

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Mycobacterium

Corynebacterium

(-) (+) Propionobacterium

Lactobacillus

Micrococcus Staphylococcus

MSA

(+) (-)

S. aureus S. epidermidis

Gambar 16 Diagram alir identifikasi bakteri (Lay 1994)

Page 34: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

21

Persiapan Bahan

Contoh berupa insang dan saluran pencernaa ikan. Insang dipotong ±1x1 cm

ditambah ±10 tetes aquades digerus dan hasil gerusan ditanam pada media MCA

dan agar darah. Sisa organ insang diletakkan didalam cawan petri yang berisi

NaCl fidiologis. Satu tetes isi saluran pencernan ditambah ±10 tetes aquades

digerus dan hasil gerusan ditanam pada media MCA dan agar darah. Sisa saluran

pencernaan diletakkan didalam cawan petri yang berisi NaCl fidiologis, kemudian

digunting sampai. Pengerjaannya dilakukan secara aseptis.

Isolasi Bakteri

Suspensi hasil gerusan ditanam di atas media agar darah dan agar Mac-

conkey untuk menumbuhkan koloni dengan teknik goresan T. Media yang telah

digores kemudian diinkubasi selama kurang lebih 24 jam. Koloni terpisah yang

tumbuh pada agar darah dan agar Mac-conkey dikarakterisasi berdasarkan

persamaan morfologis, yaitu ukuran, warna, bentuk, tepi permukaan, dan

transparansi. Koloni bakteri yang berbeda diambil dan dibiakkan pada agar

nutrien sebagai isolat murni pada suhu 37 °C selama 24 jam dan dilakukan

pewarnaan Gram untuk mengetahui sifat Gram dan morfologi bakteri. Menurut

Lay (1994), teknik pewarnaan Gram yaitu spesimen ditetesi kristal violet selama 1

menit kemudian dibilas dengan aquades. Setelah itu, spesimen ditetesi dengan

larutan pemucat (alkohol) selama 10-20 detik. Tahap terakhir ialah spesimen

ditetesi safranin selama 1 menit kemudian dibilas dengan aquades serta

dikeringkan dengan kertas pengering.

Identifikasi Bakteri

Pengamatan mikroskopik dengan pewarnaan Gram dilakukan kembali untuk

memperjelas morfologi dan sifat Gram dari suatu bakteri. Bakteri yang bersifat

Gram positif dengan bentuk batang terbagi menjadi dua, yaitu batang besar

memiliki spora dan tidak berspora. Batang berspora secara umum terdiri dari

genus Bacillus sp. (aerob) dan Clostridium (anaerob). Bakteri yang berbentuk

batang yang tidak memiliki spora secara umum dibedakan dengan bakteri yang

Page 35: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

22

tahan asam yaitu Mycobacterium dan tidak tahan asam (Corynebacterium dan

Listeria).

Isolat dengan hasil Gram positif yang berbentuk coccus, selanjutnya diuji

dengan uji katalase. Katalase adalah enzim yang mengkatalisiskan (H2O2) menjadi

air dan oksigen. Penentuan adanya katalase diuji dengan penambahan 3% H2O2

pada koloni terpisah. Uji ini dilakukan untuk membedakan antara bakteri

kelompok Microcaccaceae dan Streptococcoceae (Lay 1994). Kelompok

Streptococcoceae bersifat katalase negatif, sedangkan kelompok Microcaccaceae

bersifat katalase positif. Bakteri yang bersifat katalase positif akan terlihat

pembentukan gelembung udara di sekitar koloni. Reaksi kimiawi yang

dikatalisasikan oleh enzim katalase terlihat berikut:

Bakteri dengan sifat katalase positif selanjutnya dilakukan uji. Hasil negatif

uji glukosa menunjukkan bakteri Micrococcus, sedangkan hasil positif

menunjukan bakteri Staphylococcus. Bakteri dengan hasil positif kemudian

dilakukan uji pada agar Manitol Salt Agar (MSA) yang mengandung kadar NaCl

tinggi, sehingga akan menghambat pertumbuhan bakteri selain Staphylococcus.

Media ini terutama digunakan untuk membedakan kelompok Staphylococcus yang

bersifat patogen dan non-patogen. S. aureus pada umumnya bersifat patogen dan

menghasilkan warna kuning pada agar. S. epidermidis bersifat tidak patogen dan

membentuk zona merah pada agar. Warna kuning disebabkan oleh fermentasi

manitol disertai pembentukan asam, sedangkan warna merah disebabkan manitol

yang tidak difermentasikan.

Uji oksidase berfungsi untuk menentukan adanya oksidase sitokrom pada

mikroorganisme. Uji ini berguna dalam identifikasi mikroorganisme patogen

seperti Neisseria gonorhoea dan Pseudomonas aeruginosa yang menunjukkan

hasil positif terhadap uji oksidase. Reagen uji oksidase terdiri dari 1:1 (vol/vol)

laruran 1% alpha-naphtol dan 1% dimetil-p-fenillendiamin oksalat. Tahapan

dalam uji oksidase ialah dengan pencampuran koloni terpisah dengan reagen.

Hasil oksidase positif ditunjukkan dengan warna koloni yang berubah menjadi

berwarna hitam setelah 30 menit. Hal ini disebabkan oksidase sitokrom

mengoksidasikan larutan reagen (Lay 1994). Hasil uji oksidasi positif dapat

Page 36: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

23

dilanjutkan dengan proses identifikasi menggunakan media Triple Sugar Iron

Agar (TSIA), indol, MRVP (Methyl Red–Voges Proskauer), sitrat, urea, uji

fermentasi karbohidrat. Hasil uji oksidase yang menunjukkan hasil negatif

mengindikasikan jenis bakteri Pseudomonas dan Bordetella.

Uji TSIA dilakukan dengan menggunakan Triple Sugar Iron Agar. Media

mengandung tiga macam gula yaitu glukosa, laktosa dan sukrosa, selain itu media

juga mengandung indikator merah fenol dan FeSO4 untuk memperlihatkan

pembentukan H2S yang ditunjukkan dengan adanya endapan hitam. Konsentrasi

glukosa adalah 1/10 dari konsentrasi laktosa atau sukrosa agar fermentasi glukosa

dapat terlihat. Media TSIA terdiri dari dua bagian yaitu butt (bawah) dan slant

(atas). Tahapan uji TSIA yaitu koloni bakteri diambil dengan menggunakan

needle, kemudian ditusukkan pada bagian tengah butt dan langsung dilanjutkan

dengan penggoresan di bagian slant. Setelah itu media diinkubasi pada suhu 37 °C

selama 24-48 jam (Lay 1994).

Reaksi yang dapat terlihat pada media TSIA adalah bagian butt bersifat

asam dan berwarna kuning sedangkan bagian slant bersifat basa dan berwarna

merah akibat dari fermentasi glukosa. Keseluruhan media terjadi pembentukan

asam sehingga seluruh media berwarna kuning akibat fermentasi laktosa atau

sukrosa atau keduanya. Adanya pembentukan gas pada bagian butt, sehingga

media terpecah akibat pembentukan gas seperti H2 dan CO2. Seluruh media

berwarna merah karena ketiga jenis glukosa tidak difermentasi. Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya dapat terbentuk endapan hitam pada bagian butt karena

pembentukan H2S (Lay 1994).

Uji indol dilakukan dengan menggunakan media indol yang kaya akan

triptofan. Koloni bakteri yang telah diambil dengan menggunakan needle

ditusukkan ke bagian tengah media kemudian diinkubasi pada suhu 37 °C selama

24-48 jam. Uji indol dilakukan dengan penambahan reagen Erlich-Bohme

sebanyak 2-3 tetes dan ditunggu selama 2-3 menit. Hasil uji positif terlihat dengan

terbentuknya warna merah pada permukaan media. Media indol berbentuk semi

padat sehingga dapat digunakan untuk mengetahui pergerakan bakteri. Bakteri

yang bersifat motil terlihat pertumbuhan koloni di sekitar tusukan dan di

permukaan media (Lay 1994).

Page 37: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

24

Uji Methyl Red digunakan untuk menentukan adanya fermentasi asam

campuran. Fermentasi asam campuran ditentukan dengan cara menumbuhkan

mikroorganisme dalam kaldu yang mengandung glukosa dan menambahkan

reagens methyl red ke dalam kaldu setelah masa inkubasi pada suhu 37 °C selama

24 jam. Kaldu biakan akan berubah menjadi kuning atau jingga jika tidak terjadi

fermentasi asam campuran. Uji ini sangat berguna dalam mengidentifikasi

kelompok bakteri yang menempati saluran pencernaan.

Uji Voges Proskauer digunakan untuk mengidentifikasi mikroorgnisme

yang memfermentasi 2,3-butanadiol yang mengakibatkan penumpukan bahan

dalam pertumbuhan. Penambahan 10 tetes 40% KOH dan 15 tetes 5% larutan

alphanapthol dalam etanol dapat menentukan adanya asetoin

(asetilmetilkarbinol), yaitu suatu senyawa pemuka dalam sintesis 2,3-butanadiol.

Keberadaan asetoin ditunjukkan oleh perubahan warna kaldu menjadi merah

muda. Hasil reaksi dapat terlihat paling lambat setelah 30 menit. Perubahan warna

kaldu biakan akan lebih jelas pada bagian yang berhubungan dengan udara karena

sebagian 2,3-butanadiol dioksidasikan kembali menjadi asetoin sehingga

memperjelas hasil reaksi.

Uji sitrat dilakukan dengan menggunakan media Simmon’s citrate yang

berbentuk padat dan berwarna hijau. Media sitrat merupakan medium sintetik

dengan Na sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NH4+

sebagai sumber N dan

brom thymol blue sebagai indikator pH. Koloni bakteri yang telah diambil dengan

menggunakan ose kemudian digoreskan pada permukaan media dan diinkubasi

pada suhu 37

°C selama 24-48 jam. Hasil uji positif diperlihatkan dengan

perubahan warna media dari warna hijau menjadi biru. Hal ini menunjukan

kemampuan dari bakteri yang diuji dalam menggunakan sitrat dari media sebagai

satu-satunya sumber karbon (Lay 1994).

Uji urea dilakukan dengan menggunakan media urea yang berbentuk padat

dan berwarna merah-jingga. Koloni bakteri digoreskan pada permukaan media

dan diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24-48 jam. Hasil uji positif terlihat dengan

perubahan warna media dari merah-jingga menjadi merah-ungu karena terjadinya

proses hidrolisis urea (Lay 1994).

Page 38: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

25

Uji fermentasi karbohidrat dilakukan dengan menggunakan media kaldu

karbohidrat yaitu glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan manitol yang

mengandung indikator brom cresol purple (BCP) dan di dalam tabung terdapat

tabung Durham sebagai indikator pembentukan gas. Koloni bakteri yang telah

diambil dengan menggunakan ose diinokulasi ke dalam media kemudian

diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24-48 jam. Hasil positif uji fermentasi

karbohidrat diperlihatkan dengan perubahan warna media dari merah menjadi

kuning. Pembentukan gas dapat terlihat dengan adanya gelembung gas pada

tabung durham.

Page 39: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

26

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian tentang identifikasi

bakteri dan cacing parasitik pada insang dan saluran pencernaan ikan patin

(Pangasius sp.) dengan menggunakan sepuluh sampel ikan patin, jenis–jenis

bakteri dan cacing parasitik yang ditemukan adalah :

Tabel 1 Hasil Identifikasi Cacing Parasitik dan Bakteri pada Ikan Patin

Ikan Cacing (Jumlah) Bakteri

Insang Saluran

Pencernaan

Insang Saluran Pencernaan

1 Dactylogyrus sp. (19)

Pseudodactylogyrus sp. (8) - Aeromonas sp. Aeromonas sp.

Escherichia coli

2 Dactylogyrus sp. (24)

Pseudodactylogyrus sp. (32) - Staphylococcus epidermidis

Aeromonas sp.

Staphylococcus

epidermidis

3 Dactylogyrus sp. (9)

Pseudodactylogyrus sp. (12) - Aeromonas sp.

Aeromonas sp.

4 Dactylogyrus sp. (29)

Pseudodactylogyrus sp. (13) - Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus

epidermidis

5 Dactylogyrus sp. (38)

Pseudodactylogyrus sp. (18) - Streptococcus sp. Staphylococcus

epidermidis

Aeromonas sp.

6 Dactylogyrus sp. (9)

Pseudodactylogyrus sp. (11) - Streptococcus sp.

Aeromonas sp.

7 Dactylogyrus sp. (17)

Pseudodactylogyrus sp. (8) - Aeromonas sp.

Bacillus sp.

Aeromonas sp.

8 Dactylogyrus sp.(9)

Pseudodactylogyrus sp. (5) - Aeromonas sp.

Vibrio cholerae

Streptococcus sp.

9 Dactylogyrus sp. (10)

Pseudodactylogyrus sp. (4) - Aeromonas sp.

Edwardsiella tarda

Edwardsiella tarda

10 Dactylogyrus sp. (15)

Pseudodactylogyrus sp. (16) - Aeromonas sp.

Escherichia coli

Bakteri Pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Patin

Edwardsiella tarda

Gambar 17 Pewarnaan Gram Edwardsiella Tarda pada Insang Ikan Patin.

Page 40: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

27

Koloni bakteri yang tumbuh terpisah diamati kemudian diisolasi dan

dilakukan serangkaian uji dan pengamatan sesuai dengan karakter Edwardsiella

tarda yang merujuk pada Jang et al. (1976) dan Cowan & Steel (1990). Menurut

Ismail et al. (2005) karakter definitif dari E. tarda adalah terbentuknya H2S dan

indol positif selain karakater umumnya yang merupakan bakteri Gram negatif,

aerob, negatif oksidase dan VP (Voges Proskauer).

Edwardsiella tarda ditemukan di insang dan saluran pencernaan ikan

patin. Namun menurut Carter & Wise (2004) E. tarda biasa ditemukan pada

traktus intestin hewan dan manusia serta air kolam. Keberadaan bakteri ini di

insang kemungkinan berhubungan dengan habitatnya di air kolam yang sangat

memberikan peluang bagi E. tarda hidup di insang yang merupakan salah satu

organ yang memiliki kontak besar dengan air.

Edwardsiellosis/emphisemathous putrevactive disease of catfish (EPDC)

atau Edwardsiella septicaemia (ES) merupakan penyakit akibat infeksi

Edwarsiella tarda pada ikan patin (Post 1987). Gejala klinis yang ditimbulkan

oleh infeksi E. tarda pada tahap infeksi ringan hanya berupa luka–luka kecil di

bagian kulit namun infeksi lebih lanjut menyebabkan luka bernanah pada otot dan

lambung. Pada kasus akut luka bertambah besar dalam waktu cepat, berisi gas

(H2S), berbentuk cembung dan menyebar ke seluruh tubuh. Gejala khas pada ikan

patin ialah perdarahan pada organ viseral (Austin 1999). Hal ini sesuai dengan

penelitian yang telah dilakukan Andriyanto et al. (2009), ikan patin yang dinfeksi

E. tarda menunjukkan gejala klinis berupa luka (ulser) dari muskular sampai

pedunkel, perdarahan pada sirip dan anus, perut membesar, organ interna bengkak

dan pucat serta ulser yang terjadi menimbulkan bau.

Edwardsiella tarda merupakan bakteri yang bersifat zoonotik. Infeksi E.

tarda pada manusia dapat menyebabkan gastroenteritis, diare, peritonitis dengan

sepsis dan selulitis serta pada infeksi ekstra intestinal dapat menyebabkan

penyakit menyerupai tifus (Woo & Bruno 1999).

Tindakan utama untuk menghindari infeksi oleh E. tarda ialah dengan

memberikan pakan yang kaya akan nutrisi pada ikan sehingga ikan dapat

mempertahankan imunitas tubuhnya dalam keadaan baik. E. tarda merupakan

polusi lingkungan sehingga perlu tindakan perbaikan kualitas air kolam

Page 41: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

28

pemeliharaan ikan. Jika infeksi berlanjut dapat dilakukan pengobatan dengan

menggunakan terramycin, oxytetracyclin dan sulfonamid (Bullock & Herman

1985).

Aeromonas sp.

Gambar 18 Pewarnaan Gram Aeromonas sp. pada Saluran Pencernaan Ikan

Patin.

Hasil koloni yang tumbuh terpisah diamati dan diisolasi serta dilakukan

serangkaian uji sesuai dengan karakter Aeromonas sp. yang merujuk pada Jang et

al. (1976) dan Cowan & Steel (1990). Bakteri Aeromonas diklasifikasikan ke

dalam filum Protophyta, kelas Schizomycetes, ordo Pseudanonadeles, famili

Vibrionaceae, genus Aeromonas dan spesies Aeromonas sp. (Holt et al. 1998).

Aeromonas sp. ditemukan di insang dan saluran pencernaan ikan patin.

Menurut Songer dan Post (2005) Aeromonas sp. dapat ditemukan di air, tanah dan

feses. Namun secara lebih spesifik Noga (1996) menjelaskan bahwa bakteri ini

banyak terdapat di air tawar yang mengandung banyak bahan organik dengan

kadar salinitas rendah. Selain itu Aeromonas sp. dapat ditemukan di permukaan

tubuh dan organ dalam ikan. Hal ini menguatkan pernyataan Songer dan Post

pada tahun 2005 bahwa Aeromonas sp. dapat menyebabkan infeksi dengan tingkat

mortalitas yang tinggi pada satwa aquatik.

Aeromonas hydrophila merupakan salah satu spesies dari genus

Aeromonas yang menyebabkan penyakit motile aeromonad septicaemia/motile

aeromonad infection/hemorrhagic septicemia (Camus et al. 1998). Pada ikan

patin infeksi terdiri dari tiga kategori yaitu infeksi dengan gejala klinis eksternal,

Page 42: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

29

infeksi dengan gejala klinis dan manifestasi lesio pada kulit dan otot di daerah

bawah kulit dan infeksi laten septicaemia tanpa gejala klinis eksternal, melainkan

internal berupa oedema, hemoragi dan nekrosis (Woo 2006). Muslim dan

Widjayanti (2009) menyatakan bahwa ikan patin yang diinfeksi dengan A.

hydrophila menampakkan gejala klinis berupa pergerakan ikan lambat, produksi

mukus yang berlebihan, mata cekung, insang pucat, perut kembung, terdapat

bintik–bintik merah pada seluruh permukaan tubuh, mulut kemerahan, ekor

geripis dan bila dibedah terdapat cairan berwarna kuning kehitaman.

Aeromonas sp. juga dapat menginfeksi beberapa jenis vertebrata termasuk

katak, kura-kura dan manusia. Berdasarkan laporan yang tercatat, infeksi

Aeromonas sp. pada manusia dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal dan

infeksi yang bersifat sistemik (Noga 1996). Beberapa strain dari A. hydrophila

dapat menyebabkan kasus enteropathogenic, khususnya pada anak – anak, orang

tua dan penderita immunocompromised (rusaknya imun akibat infeksi patogen)

(Trower et al. 2000).

Tindakan utama untuk menghindari infeksi oleh Aeromonas sp. ialah

dengan memberikan pakan yang kaya akan nutrisi pada ikan sehingga ikan dapat

mempertahankan imunitas tubuhnya dalam keadaan baik. Koreksi terhadap

kualitas lingkungan seperti kualitas air sehingga dapat mengurangi tingkat stres

ikan. Vaksinasi dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan infeksi. Vaksinasi

pada induk dapat memberikan kekebalan terhadap anak dalam waktu 3 minggu

(maternal antibody) (Lusiastuti & Hadie 2010). Infeksi yang bersifat akut dengan

mortalitas tinggi dan nafsu makan yang rendah dapat diatasi dengan pemberian

antibiotik seperti tetracyclin, chloramphenicol, florfenicol, derivat nitrofuran dan

asam pyridonecarboxylic (Woo & Bruno 1998).

Page 43: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

30

Vibrio cholerae

Gambar 19 Pewarnaan Gram Vibrio cholerae pada Insang Ikan Patin

Vibrio cholerae merupakan agen dari penyakit cholera pada manusia.

Transmisi dari bakteri ini melalui air yang terkontaminasi feses. Dulu V. cholerae

hanya mampu hidup di dalam tubuh dan feses manusia namun sekarang V.

cholerae telah hidup bebas di alam dan memiliki reservoar alamiah. V. cholerae

juga dapat diisolasi dari udang, kerang, remis, dan kepiting (Lesmana 2004).

V. cholerae memiliki kapsul polisakarida, lipopolisakarida, pili dan

menghasilkan toksin. Toksin yang dihasilkan oleh V. cholerae mirip dengan

toksin yang dihasilkan oleh Escherichia coli. Toksin ini memiliki dua subunit,

yaitu subunit A dan B. Subunit B merupakan media untuk masuknya subunit A

yang dapat mengaktifkan adenylat cyclate cellular, sehingga terjadi akumulasi

cAMP dan hipersekresi dari elektrolit dan cairan (Post & Songer 2005).

V. cholerae bukan merupakan bakteri patogen yang umum ditemukan

pada ikan patin. Menurut Noga (1996) hanya ada satu laporan dari negara Jepang

tentang infeksi V. cholerae pada ikan. Keberadaan bakteri ini pada sampel ikan

patin yang diteliti kemungkinan berhubungan dengan air yang terkontaminasi oleh

bakteri V. cholerae. Spesies Vibrio yang bersifat patogen pada ikan diantara

Vibrio anguillarum, V. ordalii, V. damsela, V. carchariae, V. alginolyticus dan V.

vulnificus biogrup 2 (Mahardika & Zafran 2004).

Page 44: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

31

Escherichia coli

Gambar 20 Pewarnaan Gram Escherichia coli pada Saluran Pencernaan

Ikan Patin

Menurut Songer dan Post (2005) E. coli merupakan bakteri Gram negatif

yang berukuran medium hingga panjang sekitar 0.4-0.7 µm dan 1-3 µm, tunggal

dan berpasangan. E. coli bersifat oksidasi negatif, motil dan katalase positif.

Hampir semua spesies E. coli mampu menghasilkan asam dan gas dari fermentasi

glukosa. E. coli merupakan flora normal pada saluran pencernaan sehingga dapat

diisolasi pada feses, selain itu dapat ditemukan di lingkungan seperti air dan

tanah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, dimana E. coli ditemukan di saluran

pencernaan. Hampir semua strain E. coli bersifat low pathogenic tapi ada

beberapa strain dari E. coli bersifat high patogen dan bersifat opportunis infeksi

diantaranya Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E. coli (EPEC),

Enterohemorragic E. coli (EHEC), Enteroaggregative E. coli (EAEC),

Enteroinvasife E. coli (EIEC) dan Difuse Adhering E. coli (DAEC) (Bhunia

2008).

Bacilllus sp.

Gambar 21 Pewarnaan Gram Bacilllus sp. pada Insang Ikan Patin

Page 45: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

32

Bacilllus sp. merupakan bakteri Gram positif yang berbentuk batang yang

berukuran medium hingga panjang. Bakteri ini dapat hidup secara aerob dan

anaerob fakultatif. Hampir semua spesies dari dari Bacilllus sp. bersifat katalase

positif dan motil. Ciri khas dari Bacilllus sp. ialah memiliki spora yang terlihat

jelas dengan menggunakan pewarnaan Gram. Bacilllus sp. hidup di lingkungan

seperti di tanah (Songer & Post 2005). Selama dilakukan penelitian Bacilllus sp.

ditemukan di insang dari ikan, hal ini mungkin berhubungan dengan kontaminasi

air oleh tanah sekitar yang tercemar Bacilllus sp.

Bacilllus sp. memiliki lebih dari 40 jenis spesies, tetapi hanya beberapa

diantaranya yang bersifat patogen. Beberapa spesies yang bersifat patogen

diantaranya Bacillus cereus dapat menyebabkan gangrenous mastitis pada sapi

dan terkadang menyebabkan aborsi pada sapi, domba dan kuda. Bacillus

licheniformis dapat menyebabkan aborsi pada sapi. Spesies yang paling bersifat

patogen adalah B. anthracis yang dapat menyebabkan penyakit anthrax yang

paling sering menyerang domestic dan wild ruminan serta kuda (Songer & Post

2005).

Streptococcus sp.

Gambar 22 Pewarnaan Gram Streptocoocus sp. pada Insang Ikan Patin

Streptococcus sp. merupakan bakteri Gram positif. Pada pewarnaan gram

bakteri ini memperlihatkan warna ungu dengan bentuk coccus (bulat) berantai.

Pada uji katalase Streptococcus sp. memperlihatkan hasil negatif yaitu dengan

tidak terbentuknya gelembung gas di sekitar koloni yang ditetesi dengan pereaksi

Page 46: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

33

H2O2 3%. Hal ini mengindikasikan bahwa Streptococcus sp. tidak menghasilkan

enzim katalase sehingga tidak ada reaksi yang terjadi (Lay 1994).

Streptococcus sp. merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk bulat

memiliki sifat fakultatif anaerob, katalase positif, tidak berspora dan tidak motil.

Habitat dari Streptococcus sp. tergantung jenis dari bakterinya, selain itu bakteri

ini banyak di lingkungan sehingga dapat mengkontaminasi air dan tanah.

Streptococcus sp. yang bersifat patogen pada hewan dibagi kedalam grup A, B, C,

D, E, G, L dan V. Selain dibagi kedalam beberapa grup seperti yang dijelaskan

sebelumnya, Streptococcus sp. juga dibagi ke dalam dua grup yaitu β-hemolytic

Streptococcus (S. pyogen, S. agalctiae, S. canis, S. porcinus dan lain – lain) dan

non β-hemolytic Streptococcus (S. pneumoniae, S. equinus, S. suis dan S. uberis)

(Songer & Post 2005).

S. agalactiae merupakan spesies yang bersifat patogen pada ikan air tawar,

namun kasusnya jarang terjadi pada ikan patin tetapi sering ditemukan pada ikan

nila dengan gejala klinis berupa exophtalmia, meningoencepalitis, vakuolisasi dan

nekrosis sel – sel hati serta nekrosis dan kongesti limpa (Lusiastuti 2010).

Staphylococcus epidrmidis

Gambar 23 Pewarnaan Gram Staphylococcus sp. Pada Insang Ikan Patin

Bakteri Gram positif yang berbentuk bulat dapat dibagi kedalam dua grup

yaitu grup katalase positif yang merupakan famili Micrococcaceaea (genus

Micrococcus, Staphylococcus dan Rothia). Selanjutnya grup katalase negatif

terdiri dari genus Streptococcus, Enterococcus, Gemella, Globicatella,

Helcococcus dan Vagococcus. Staphylococcus merupakan bakteri yang sering

Page 47: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

34

ditemukan pada spesimen klinik hewan. Beberapa spesies Staphylococcus yang

penting di dunia kedokteran hewan adalah S. aureus, S. epidermidis, S. warneri, S.

saprophyticus, S. kloosii, S. intermedius, S. hycus dan lain – lain (Songer & Post

2005).

S. epidermidis tidak bersifat patogen pada ikan patin. Namun menurut

Baehaki (2005) ada strain S. epidermidis yang menghasilkan protease yang

bersifat toxic tetapi belum diketahui dapat menginfeksi ikan patin atau tidak.

Selain itu Sutrisno dan Purwandari (2004) menginjeksikan Staphylococcus sp.

secara intraperitoneal pada ikan nila menunjukkan gejala klinis berupa abdomen

membesar, berisi cairan, insang pucat, ekor nekrosis, dorsal erosi, lesu, berenang

di permukaan dan pada posisi lateral tubuh. Injeksi buatan dari Staphylococcus sp.

ini menyebabkan kematian pada 80% sampel.

Cacing Parasitik pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Patin

Dactylogyrus sp.

Gambar 24 Cacing Dactylogyrus sp

Keterangan gambar : 1. Kepala; 2. Badan; 3. Ekor; a. Organ Kepala; b.

Mata; c. Pharynx; d. Ovarium; e. Dorsal Anchor; f. Dorsal Bar; g.

Marginal Hook

Page 48: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

35

Dactylogyrus sp. memiliki panjang tubuh 0.7 mm, lebar tubuh 0.18 mm

dan 2 buah spot mata yang terlihat. Menurut Noga (1996) Dactylogyrus sp

memiliki panjang tubuh rata – rata 0.3 – 2 mm. Menurut Bychowsky (1961)

Dactylogyrus sp. dewasa memiliki panjang tubuh sekitar 2-5 mm untuk spesies

yang berukuran sedang dan >5 mm untuk spesies yang berukuran besar.

Dactylogyrus sp. memiliki 2 pasang kait besar pada bagian posteriodorsal (dorsal

anchor) yang dihubungkan oleh dorsal bar. Pada bagian pinggir dari dorsal anchor

terdapat 14 kait kecil (marginal hook) yang memilki ukuran yang bervariasi.

Selanjutnya Bychowsky (1961) menjelaskan bahwa Dactylogyrus sp. merupakan

parasit yang bersifat hermaprodit yang memiliki ovarium dan testis sekaligus.

Sesuai dengan Gambar 24 terlihat bentuk organ ovarium namun organ testis tidak

terlalu jelas.

Dari sepuluh sampel yang digunakan, semuanya menunjukkan hasil positif

terhadap keberadaan Dactylogyrus sp. pada organ insang. Dactylogyrus sp.

termasuk ke dalam jenis ektoparasit yang hidup di insang ikan. Parasit ini bersifat

patogen bagi ikan–ikan air tawar (Abdullah 2009).

Dactylogyrus sp. dewasa melepaskan telur ke lingkungan. Telur akan

berkembang menjadi oncomirasidia yang dilengkapi dengan kait–kait halus

sehingga oncomirasidia dapat melekat pada bagian tubuh ikan terutama insang.

Oncomirasidia tumbuh dewasa di tubuh inang dan kembali menghasilkan telur

(Noga 1996).

Infeksi Dactylogyrus sp. pada ikan menyebabkan meningkatnya sekresi

mucus, warna kulit menjadi gelap, epitel insang hiperplasia, insang pucat dan

hemoragi pada kulit. Keberadaan Dactylogyrus sp. dapat menyebabkan luka pada

kulit dan insang sehingga dapat mengundang datangnya bakteri dan menyebabkan

infeksi sekunder. Tingkat mortalitas akibat infeksi Dactylogyrus sp. bergantung

pada jumlah populasi dan imunitas dari inang. Semakin banyak jumlah populasi

dan semakin rendah imunitas maka tingkat mortalitas akan semakin meningkat,

begitu pula sebaliknya (Woo et al. 2002).

Tindakan utama yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi oleh

Dactylogyrus sp. adalah dengan perbaikan pakan dan kualitas lingkungan

sehingga tingkat stres menurun dan imunitas meningkat. Jika terjadi infeksi pada

Page 49: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

36

ikan oleh Dactylogyrus sp. dapat diatasi dengan pemberian anthelmintik seperti

mebendazole dan praziquantel selain itu dapat juga menggunakan formalin atau

organophospat dan potasium permanganat (Woo 2006).

Pseudodactylogyrus sp.

Gambar 25 Cacing Pseudodactylogyrus sp.

Keterangan gambar : 1. Ventral Anchor; 2. Ventral Bar; 3. Mata; 4. Pharynx; 5.

Saluran Pencernaan; 6. Ovarium.

Page 50: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

37

Pseudodactylogyrus sp. masih termasuk ke dalam famili Dactylogyrydae.

Parasit ini memiliki bentuk tubuh yang sangat mirip dengan Dactylogyrus sp.

tetapi Pseudodactylogyrus sp. memiliki haptor atau kait pada bagian

posterioventral tubuh yang terdiri dari 2 pasang ventral anchor yang dihubungkan

oleh ventral bar (Hoffman). Pseudodactylogyrus sp. memiliki marginal hook atau

kait kecil yang letaknya tidak beraturan. Parasit ini memiliki panjang tubuh

bervariasi sekitar 0.45-0.99 mm. Pseudodactylogyrus sp. merupakan parasit yang

bersifat hermaprodit sehingga memilki ovarium dan testis sekaligus di dalam

tubuhnya. Sesuai dengan Gambar 25, organ ovarium terlihat jelas namun organ

testis tidak terlalu jelas.

Pseudodactylogyrus bini dan P. angillae merupakan spesies yang sering

menyebabkan infeksi pada ikan air tawar. Infeksi menunjukkan gejala klinis

berupa hyperemi pada kulit dan insang, peningkatan sekresi mukus, dekstruksi

dari struktur insang, terkadang muncul hemoragi dan hyperplasia epitel insang

(Buchmann 1987).

Infeksi Pseudodactylogyrus sp. dapat dicegah dengan perbaikan

manajemen peternakan dan perbaikan kualitas pakan sehingga ternak terhindar

dari stres yang berimbas pada penurunan imunitas tubuh. Jika infeksi terjadi dapat

diobati dengan menggunakan potassium permanganate, sodium chloride, amonia

dan formaldehide. Pengobatan ini hanya berfungsi untuk menurunkan aktifitas

infeksi namun tidak dapat menghilangkan parasit secara total ((Buchmann 1987).

Page 51: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

38

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Bakteri yang ditemukan pada saluran insang adalah Edwardsiella tarda,

Aeromonas sp., Streptocoocus sp. Staphylococcus epidermidis, Vibrio

cholerae, dan Bacilllus sp. Bakteri yang ditemukan pada saluran pencernaan

adalah Edwardsiella tarda, Aeromonas sp., Streptocoocus sp. Staphylococcus

epidermidis dan Escheriachia coli.

2. Cacing parasitik yang ditemukan pada insang adalah Dactylogirus sp. dan

Pseudodactylogyrus sp. Pada saluran pencernaan tidak ditemukan cacing

parasitik.

3. Jenis bakteri yang terdapat pada insang dan saluran pencernaan ikan patin

tidak jauh berbeda yaitu dari 7 spesies yang ditemukan 4 diantaranya ada di

kedua organ yaitu Edwardsiella tarda, Aeromonas sp., Streptocoocus sp. dan

Staphylococcus epidermidis. Sedangkan Vibrio cholerae, dan Bacilllus sp.

hanya ditemukan di insang dan Escheriachia coli hanya ditemukan di saluran

pencernaan.

4. Dua spesies bakteri yang ditemukan bersifat patogen pada ikan patin dan

bersifat zoonotik yaitu E. tarda dan Aeromonas sp.

Saran

1. Pada budidaya ikan patin agar dapat lebih memperhatikan dan meningkatkan

manajemen kesehatan dari ternak ikan diantaranya dengan meningkatkan

kualitas pakan dan lingkungan terutama air, sehingga faktor stres dan

imunosupresi yang menjadi pemicu penyakit dapat dikurangi.

2. Penelitian berikutnya diharapkan dapat melakukan uji yang lebih spesifik

terhadap bakteri yang terdapat pada ikan patin sehingga dapat diketahui

semua jenis bakteri sampai tingkat spesies. Begitu pula dengan cacing

parasitik, diharapkan pada penelitian berikutnya dapat menggunakan teknik

identifiksai yang lebih baik sehingga identifikasi menjadi lebih pasti dan

organ–organ dalam cacing terlihat lebih jelas.

Page 52: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

39

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah SMA. 2009. Additional records of Dactylogyrus (Monogenea) from

some Cyprinid fishes from Darbandikhan lake, Iraq. Jorda J of Bio Sci

2:145-150.

Akbar J. 2001. Identifikasi parasit pada ikan Betok (Anaba testudius).

Bioscientiae 8:36-45.

Amri K,Khairuman. 2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi. Jakarta:PT

AgroMedia Pustaka.

Andriyanti S. et al. 2009. Deteksi Edwarsiella tarda secara immunohistokimia

pada ikan patin (Pangasius Pangasius). Indones J of Vet Sci & Medicine

1:7-12.

Anonim. 2012. Aeromonas Hydrophila. [terhubung berkala].

http://www.gopetsamerica.com/bio/bacteria/aeromonas-hydrophila.aspx.

[4 September 2012].

Anshary H. 2008. Modul Pembelajaran Berbasis Student Center Learning (SCL).

Mata Kuliah Parsitologi Ikan Fakultas Ilmu Kelautan Perikanan

Universitas Hassanudin.

Baehaki et al. 2005. Karakteristik protease dari bakteri patogen Staphylococcus

Aureus.Buletin Teknologi Hasil Perairan III:2.

Bhunia AK. 2008. Foodborne Microbial Pathogens: Machanisms and

Pathogenesis. New York: Springer Science & Business Media, LLC.

Bullock GL, Herman RL. 1985. Edwardsiella Infection of Fishes. Washington.

National Fish Health Research Laboratory.

Bychouwsky BE. 1982. Monogenetic Trematodes. Washington DC:Amerin

Institude Biology Science.

Camus AC et al. 1998. Aeromonas Bacterial Infection–Mootule Aeromonad

Septicemia. Southern Regional Aquculture Center 478.

Carter GR, Wise DJ. 2004. Veterinary Bacteriology and Micology. USA:Iowa

State Press.

CDC. 2012. Life Cycle of Taenia. [terhubung berkala].

http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/Taeniasis.htm. [16 September 2012].

Page 53: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

40

Chandra AA et al. 2007. Potensi anthelmintik akar tanaman Putri Malu (Mimosa

pucida L) terhadap Hymenolepis nana pada Mencit. Media Peternakan

31:29-35.

Cowan ST, Steel. 1990. Manual For Identification of Medical Bacteria Second

Edition. Cambridge: Cambridge University Press.

Dewi S. 2011. Jurus Tepat Budi Daya Ikan Patin. Yogyakarta: Pustaka Baru

Press.

Gufron HM, Kordi KM. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit ikan.

Jakarta:PT. Rineka Cipta dan PT. Bina Adikarsa.

Hamilton. 1822. Pangasius pangsius. [terhubung berkala].

http://www.fishbase.org/summary/Pangasius-pangasius.html. [2 April

2012].

Holt JG et al. 1998. Bergey’s Manual of Determinant Bacteriology Ninth

Edition.Wiliam and Wilkins A.Waterly Company USA.

Irianto A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta:Gajah Mada University

Press.

Ismail SGM et al. 2005. Studies on Edwardsiella infection in Oreocrhomis

nilocatus. Egyptian J of Aquatic Research 31:460-471.

Jang SS, EL Biberstein, DC Hirsh. 1976. A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Mycology. Davis: University of California.

Khairunnisa. 2007. Minyak cengkeh (Eugenia aromatica) dan Kalium Hidroksida

10% Sebagai Bahan Pewarna Semi Permanen pada Cacing Nematoda

Dan Acanthocephala Ikan Air Laut [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran

Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Krisno A. 2011. Anatomi dan Morfologi Bakteri, Virus dan Jamur.[terhubung

berkala]. http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/14/anatomi-dan-

morfologi-bakteri-jamur-virus/. [26 Mei 2012].

Lay, BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta:PT. Raja Grafindo.

Lesmana M. 2004. Perkembangan mutakhir infeksi Kolera. Jurnal Kedokteran

Trisakti 23:101-109.

Lusac JS, Southgate PC. 2012. Aquaculture. UK : Willey Publishing Science.

Lusiastuti AM, Hadie W. 2010. Penggunaan Vaksin Aeromonas : Pengeruhnya

Terhadap Sintasan dan Imunitas Larva Ikan Patin (Pangasius

Page 54: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

41

hypopthalmus). Berita Biologi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar

Bogor 10(2).

Mahardika KZ, 2004. Infeksi Iridovirus Pada JuvenilKerapu Bebek (Cromileptes

altivelis) Di Karamba Jaring Apung.Balai Besar Riset Perikanan Budidaya

Laut Gondol. Bali. Prosiding. Pengendalian Penyakit Pada Ikan Dan Udang

berbasis Imunisasi Dan Biosecurity.

Muslim HM. 2005. Parasitologi Keperawatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran

ECG.

MuslimMPH, Widjajanti H. 2009. Penggunaan ekstrak bawang putih (Alium

sativum) untuk mengobati benih Patin Siam (Pangasius hypophtalmus) yang

terinfeksi bakteri Aeromonas Hydrophila. J Akuakultur Indones.8:91-100.

Noga EJ. 1996. Fish Disease. USA:Iowa State Press.

Post G . 1987. Text Book of Fish Health. T.F.H. Publication Isnc:31 - 37.

Saanin H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I dan II.

Bandung:Bina Cipta

Songer G, Post KW. 2005. Veterinary Microbiology. North Carolina:Elsevier

Sauners.

Soulsby EJL. 1982. Helmints, Athropods and Protozoa of Domesticated Animals.

Edisi ke-7. London: Bailiere-Tindall.

Subarijati HU. 2008. Inventarisasi jenis–jenis ikan air tawar dan air laut di Jawa

Timur. Jurnal penelitian perikanan 11:7–12.

Susanto H. 2009. Budi Daya Ikan di Pekarangan. Depok:Penebar swadaya.

Sutrisno B, Purwandari KY. 2004. Lesi patologik organ dan jaringan Ikan Nila

(Oerochromis niloticus) yang diinfeksi bakteri Staphylococcus sp. J Sain

Vet XXII (1).

Tucker CS, Hargreaves JA. 2006. Biology And Culture of Channel Catfish. USA:

Esevier.

Todar K. 2012. Pseudomonas aeruginosa. [terhubung berkala].

http://textbookofbacteriology.net/pseudomonas.html. [26 Mei 2012].

Trower CJ et al. 2000. Bacterial pathogenicity: production of an enterotoxin by a

gastro-enteritis-associated Aeromonas Strain. J. Med. Microbiol 49:121-

126.

Page 55: BAKTERI DAN CACING PARASITIK PADA INSANG DAN … · Gambar 2 Anatomi dan Morfologi Bakteri ..... 7 Gambar 3 Bakteri Aeromonas hydrophila ..... 8 Gambar 4 Infeksi Aeromonas hydrophila

42

Wargasasmita S. 2002. Ikan Air Tawar Endemik Sumatera yang Terancam Punah.

J Iktiologi Indones 2:41-49.

Woo PTK. 2006. Fish Disease and Disorder 2nd Edition. UK:CABI.

Woo PTK, Bruno DW. 1999. Fish Disease and Disorder Volume 3.UK:CABI

Publishing.

Woo PTK. 1998. Disease and Disorder of Fish in Cage Culture.UK:CABI

Publishing.