35
Pengertian Kedisiplinan Disiplin merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar tidak terjadi suatu pelanggaran terhadap suatu peraturan yang berlaku demi terciptanya suatu tujuan. Disiplin adalah proses atau hasil pengarahan untuk mencapai tindakan yang lebih efektif.. Menurut Oteng Sutisna bahwa dalam menciptakan disiplin yang efektif diperlukan kegiatan-kegiatan diantaranya sebagai berikut : [1] Guru maupun murid hendaknya memiliki sifat-sifat perilaku warga sekolah yang baik seperti sopan santun, bahasa yang baik dan benar. Murid hendaknya bisa menerima teguran atau hukuman yang adil. Guru dan murid hendaknya bekerjasama dalam membangun, memelihara dan memperbaiki aturan-aturan dan norma-norma. 2. Tujuan Disiplin Sebelum penulis menjelaskan tujuan disiplin, terlebih dahulu dikemukakan beberapa teori disiplin yang kesemuanya itu mempunyai tujuan masing-masing. Adapun teori-teori tersebut yang dapat penulis simpulkan antara lain : Teori perbaikan

Bahan Mentah Tugas Bu Salamah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

betah

Citation preview

Pengertian Kedisiplinan

Disiplin merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar tidak terjadi suatu pelanggaran terhadap suatu peraturan yang berlaku demi terciptanya suatu tujuan. Disiplin adalah proses atau hasil pengarahan untuk mencapai tindakan yang lebih efektif..

Menurut Oteng Sutisna bahwa dalam menciptakan disiplin yang efektif diperlukan kegiatan-kegiatan diantaranya sebagai berikut : [1]

Guru maupun murid hendaknya memiliki sifat-sifat perilaku warga sekolah yang baik seperti sopan santun, bahasa yang baik dan benar. Murid hendaknya bisa menerima teguran atau hukuman yang adil. Guru dan murid hendaknya bekerjasama dalam membangun, memelihara dan memperbaiki aturan-aturan dan norma-norma.

2. Tujuan Disiplin

Sebelum penulis menjelaskan tujuan disiplin, terlebih dahulu dikemukakan beberapa teori disiplin yang kesemuanya itu mempunyai tujuan masing-masing. Adapun teori-teori tersebut yang dapat penulis simpulkan antara lain :

Teori perbaikan

Menurut teori ini, disiplin itu adalah untuk memperbaiki si pelanggar agar jangan berbuat kesalahan lagi. Teori ini lebih bersifat pedagogis, karena bermaksud memperbaiki si pelanggar baik lahiriah maupun batiniah.

Teori perlindungan

Menurut teori ini disiplin diadakan untuk melindungi dirinya sendiri dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Dengan adanya disiplin ini dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan oleh si pelanggar.

Teori menakut-nakuti

Menurut teori ini, disiplin diadakan untuk menimbulkan rasa takut kepada pelanggar akan akibat perbuatannya yang melanggar itu, sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan itu dan mau meninggalkannya. Teori ini masih memerlukan, sebab dengan teori ini besar kemungkinan orang meninggalkan suatu perbuatan itu hanya karena takut bukan karena keinsyafan bahwa perbuatannya itu memang salah dan buruk. [2]

Jelaslah bahwa tiap teori itu belum lengkap, karena masing-masing hanya mencakup satu aspek saja. Sedangkan tiap-tiap teori itu saling membutuhkan kelengkapan teori yang lainnya.

Dengan singkat penulis dapat mengatakan bahwa tujuan pedagogis dari disiplin adalah untuk memperbaiki tabiat atau tingkah laku siswa kearah kebaikan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Disiplin

Karena sikap kedisiplinan bukan sikap yang muncul dengan sikap sendirinya, maka agar seorang anak dapat bersikap disiplin maka perlu adanya pengarahan dan bimbingan.

Adapun faktor yang mempengaruhi kedisiplinan adalah :

Faktor dari dalam (Intern)

Faktor dari dalam ini berupa kesadaran diri yang mendorong seseorang untuk menerapkan disiplin pada dirinya.

Faktor dari luar (Ekstern)

Faktor dari luar ini berasal dari pengaruh lingkungan, yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

1) Lingkungan Keluarga

Faktor keluarga ini sangat penting terhadap perilaku seseorang termasuk tingkat kedisiplinannya. Karena keluarga di sini merupakan lingkungan yang paling dekat pada diri seseorang dan tempat pertama kali seseorang berinteraksi.

Keluarga sebagai lingkungan pertama kali sebelum anak mengenal dunia yang lebih luas, maka sikap dan perilaku seisi keluarga terutama kedua orang tua sangat mempengaruhi pembentukan kedisiplinan pada anak dan juga serta tingkah laku orang tua dan anggota keluarga lainnya akan lebih mudah dimengerti anak apabila perilaku tersebut berupa pengalaman langsung yang bisa dicontoh oleh anak.

2) Lingkungan Sekolah

Selain lingkungan keluarga, maka lingkungan sekolah merupakan faktor lain yang juga mempengaruhi perilaku siswa termasuk kedisiplinannya, di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan siswa lain, dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya serta pegawai yang berada di lingkungan sekolah, sikap, perbuatan dan perkataan guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa akan masuk dan meresap ke dalam hatinya.

3) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan yang mempengaruhi perilaku anak setelah anak mendapatkan pendidikan dari keluarga dan sekolah. Pada awalnya seorang anak bermain sendiri, setelah itu seorang anak berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.

Karena masyarakat merupakan faktor penting yang mempengaruhi disiplin anak, terutama pada pergaulan dengan teman sebaya, maka orang tua harus senantiasa mengawasi pergaulan anak-anaknya agar senantiasa tidak bergaul dengan orang yang kurang baik.[3]

Disiplin Menurut Islam

Dalam kehidupan sehari-hari manusia memerlukan aturan-aturan atau tata tertib agar segala tingkah laku berjalan sesuai dengan aturan yang ada, pendidikan tepat waktu atau lainya dapat diambil dari sahabat Umar bin Khattab r.a:

Artinya : Waktu bagaikan pedang, apabila tidak digunakan maka pedang itu akan memotong pemiliknya [4]

Berdasarkan hal di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya bagi kita sehingga apabila kita tidak dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya, maka waktu itu akan membuat kita sendiri sengsara. Oleh karena itu kita hendaknya menggunakan waktu seefesien mungkin. Kita diperintahkan untuk tepat waktu termasuk tepat waktu dalam belajar yang sangat penting bagi siswa.

Islam juga memerintahkan umatnya untuk selalu konsisten terhadap peraturan Allah yang telah di tetapkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah Surat Huud ayat 112 :

( : 112)

Artinya : Maka tetaplah pada jalan Allah yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat serta janganlah kamu melampui batas. Sesungguhnya Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan. [5]

Dalam ayat tersebut menunjukkan disiplin bukan hanya tepat waktu saja,tetapi juga patuh pada peraturan-peraturan yang ada, melaksanakan yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Disamping itu juga melakukan perbuatan tersebut secara teratur dan terus menerus walaupun hanya sedikit, karena selain bermanfaat pada diri kita sendiri juga perbuatan yang dikerjakan secara teratur dicintai Allah SWT. walaupun hanya sedikit sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

Artinya : Dari Aisyah r.a Nabi bersabda : amal perbuatan yang paling dicintai Allah adalah kekekalannya walaupun amal itu hanya sedikit. [6]

Apabila seseorang atau segolongan tidak mempunyai sikap disiplin maka akan merugikan dirinya sendiri atau kelompoknya. Disiplin pribadi dibutuhkan sebagai sifat dan sikap terpuji yang menyertai kesabaran, ketekunan, kesetiaan dan sebagainya. Orang yang tidak punya disiplin pribadi sangat sulit untuk mencapai tujuan, maka sikap disiplin mempunyai kewajiban untuk membina melalui latihan mawas diri dan pengendalian diri. Maka dalam hal ini seorang siswa harus memiliki sikap disiplin pribadi dalam belajarnya supaya dapat berhasil.

Sikap disiplin pribadi seorang siswa didalam belajarnya baik teratur waktu belajarnya maupun mengerjakan tugas serta mentaati peraturan-peraturan sekolah.

Dalam hal ini seorang siswa hendaknya memiliki self-discipline apabila seorang anak berhasil memindahkan nilai-nilai moral yang bagi orang Islam terkandung dalam rukun iman. Iman itu berfungsi bukan hanya sebagai penggalak tingkah laku kalau berhadapan dengan nilai-nilai positif yang membawa kepada nilai keharmonisan dan kebahagiaan.

Usaha-usaha untuk Meningkatkan Kedisiplinan

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa kedisiplinan bukanlah sikap yang muncul dengan sendirinya, tetapi disiplin terbentuk melalui sebuah proses. Adapun usaha-usaha yang merupakan proses dalam meningkatkan kedisiplinan adalah sebagai berikut :

1) Kesadaran diri sebagai pemahaman bahwa disiplin dipandangnya penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Kesadaran diri akan menjadi motif yang kuat bagi terwujudnya kedisiplinan.

2) Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku seseorang. Hal ini sebagai lanjutan diri adanya kesadaran diri. Tekanan dari luar dirinya sebagai usaha untuk mendorong dan menekan agar disiplin dilaksanakan pada diri seseorang, sehingga peraturan-peraturan yang ada dapat diikuti dan dipraktekkan.

3) Teladan

Perbuatan dan tindakan lebih besar pengaruhnya dibandingkan hanya sekedar dengan kata-kata. Oleh karena itu contoh dan teladan disiplin kepala sekolah dan para guru sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan pada siswa. Mereka lebih mudah meniru dari apa yang mereka lihat, dibandingkan hanya sekedar mendengar. Lagi pula hidup banyak dipengaruhi oleh peniruan-peniruan terhadap apa yang dianggapnya baik dan patut ditiru.

4) Hukum

Hukuman sebagai usaha untuk menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan perilaku yang salah sehingga anak kembali pada perilaku yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

5) Lingkungan Berdisiplin

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Bila seorang anak berada pada lingkungan yang berisiplin, kemungkinan besar ia akan tumbuh menjadi anak yang disiplin.

6) Latihan Berdisiplin

Disiplin dapat juga dibentuk melalui proses latihan dan kebiasaan. Artinya, mempraltikkan disiplin secara berulang-ulang dan membiasakan dalam prilakunya sehari-hari. Dengan latihan dan membiasakan diri, maka disiplin akan terbentuk pada diri siswa.[7]

Read more: http://www.perkuliahan.com/makalah-tentang-kedisiplinan-siswa/#ixzz3VyR1Jbhw

MATERI 2

eran Guru Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar SiswaMay 27, 2013 | isma knowledge

Peran Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa

A. Pendahuluan

Proses belajar (pendidikan) adalah proses yang dimana seseorang diajarkan untuk bersikap setia dan taat juga pikirannya dibina dan dikembangkan. Pendidikan bagi bangsa yang sedang berkembang seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang tidak bisa ditawar lagi, perkembangan pendidikan juga harus sejalan dengan tuntunan pembangunan setahap demi setahap. Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003, telah di gariskan bahwa:

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (RI No, 2003:30).

Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran ditemtukan oleh banyak faktor-faktor pendukung. Faktor-faktor yang mempengaruhi ini bisa berasal dari guru, siswa, materi pelajaran ataupun kondisi dan situasi saat proses pembelajaran tengah berlangsung.

Disiplin merupakan upaya untuk membuat orang berada pada jalur sikap dan perilaku yang sudah ditetapkan pada individu oleh orang tua. Kedisiplinan ini diajarkan oleh orang tua sejak dini, hal ini dimaksudkan agar anak terbiasa dengan hidup teratur karena hal ini juga akan berdampak positif bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk menanmkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral (Sukadji,2002).

Dengan diberikannya tata tertib baik di sekolah maupun di rumah, kedisiplinan yang tertanam apada diri siswa akan diterapkan dimana saja dan kapan saja. Pengawasan terhadap pelaksanannya serta penjelasan-penjelasan terhadap arti pentingnya kedisiplinan diharapkan akan dapat menumbuhkan rasa disiplin siswa.

Sehingga dengan terciptanya kedisiplinan di sekolah akan mendukung proses kegiatan belajar mengajar yang ada, dengan proses belajar mengajar yang sesuai dengan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai maka seorang siswa akan dapat memperoleh prestasi yang baik.

Akan tetapi bagi anak yang tidak terbiasa dengan tata tertib hal ini akan menjadi terasa berat ketika dilakukan pada saat di sekolah. Anak yang kurang disiplin ini biasanya akan melanggar tata tertib yang ada karena ia berpikir peraturan itu merupakan keinginan apa yang ia lakukan.

Berbagai faktor yang mempengaruhi anak kurang menunjukkan sikap tersebut, diantaranya lemahnya perhatian orang tua kepada anaknya dikarenakan orang tua selalu sibuk dengan urusan ekonomi, orang tua yang otoriter, keluarga yang brokenhome, pengaruh pergaulan dilingkungan sekitar anak ,adanya perkembangan media elektronik, kurang demokratisnya pendekatan dari orang tua maupun guru yang ada disekolah. Dengan memberikan sanksi berjenjang di sekolah pada siswa diharapkan dapat merubah sikap dari kurang disiplin dan kurang bertanggung jawab menjadi anak yang berdisiplin dan bertanggung jawab.

Disinilah diperlukan adanya peran guru untuk membantu meningkatkan kedisiplinan belajar siswa, yang sekaligus menjadi alat pengendali perilaku siswa yang dianggap masih menyimpang sehingga siswa menjadi displin dalam hal belajar ataupun yang lainnya. Selain itu, kedisiplinan yang telah tertanam pada diri siswa akan berdampak positif bagi kehidupan di masa datang.

Dari pendahuluan diatas, maka makalah ini akan membahas :

Pengertian Kedisiplinan Belajar Siswa ; 2. Alasan ditingkatkannya kedisiplinan belajar siswa ; 3. Indikator kedisiplinan belajar siswa ; 4. Peran guru dalam mengatasi permasalahan

B. Pengertian Kedisiplinan Belajar Siswa

Arti disiplin bila dilihat dari segi bahasanya adalah latihan ingatan dan watak untuk menciptakan pengawasan (kontrol diri), atau kebiasaan mematuhi ketentuan dan perintah. Jadi arti disiplin secara lengkap adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tampa paksaan dari siapa pun.

Menurut Kadir (1994:80) Disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan atau pengendalian. Kedua disiplin yang bertujuan mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri, agar berprilaku tertib dan efisien. Sedangkan disiplin menurut Djamarah (2002:12) adalah Suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pridadi dan kelompok. Kedisiplinan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Berkualitas atau tidaknya belajar siswa sangat dipengaruhi oleh paktor yang paling pokok yaitu kedispilan, disamping faktor lingkungan, baik keluarga, sekolah, kedisiplinan serta bakat siswa itu sendiri.

Menurut Arikunto (2004:114) Disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.

Dari beberapa pendapat diatass dapat disimpulakn bahwa disiplin merupakan suatu peraturan atau tata tertib yang dibuat dengan penuh tanggung jawab dan dapat dipertanggung jawabkan. Mak dari itu peningkatan kedisiplinan belajar siswa sangat diperlukan bagi siswa.

C. Alasan ditingkatkannya kedisiplinan belajar siswa

Kedisiplinan belajar siswa dapat terjadi secara optimal bila pihak sekolah dan guru melakukan perbaikan proses belajar mengajar yang menjadikan siswa itu memiliki tingkat yang sama yaitu: sama-sama mencari ilmu tanpa ada dinding pemisah yang menghalangi. Sehingga antara guru dan siswa itu akan tercipta saling kerjasama dan siswa pun menjadi bersemangat dalam belajar karena siswa tidak merasa lebih rendah daripada guru mereka.

Disiplin akan bertumbuh dengan baik apabila atas kemauan diri sendiri, tetapi apabila disiplin didasarkan bukan atas kemauan diri sendiri maka yang terjadi disiplin tidak akan tumbuh dalam diri anak tersebut. Dengan adanya disiplin yang tertanam dari diri siswa akan menjadika mereka lebih aktif dan kreatif dalam belajar. Dengan adanya disiplin belajar yang baik bagi siswa akan meningkatkan serta memperbesar kemungkinan siswa untuk berkreasi dan berprestasi.

Sehingga apabila siswa memiliki displin dalam waktu belajar maka siswa tersebut akan terdorong dan termotivasi dalam diri mereka untuk selalu balajr dan belajar. Dengan adanya kesidiplinan yang telah diterapkan dan ditanamkan akan mendorong keberhasilan dan kesuksesan bagi diri siswa sendiri.

D. Indikator Kedisiplinan Belajar Siswa

Indikator-indikator disiplin belajar menurut Munawi (2007:22) adalah tingkah laku atau perbuatan ke arah tertib yaitu :

1. Disiplin dalam hubungannya dengan waktu belajar.

Seorang siswa harus mampu mengikuti proses belajar di sekolah secara tepat waktu dan harus mampu disiplin menggunakan jadwal belajar dirumah secara teratur entah itu waktu belajar di siang hari, di malam hari, maupun di hari minggu dan libur. Seorang siswa juga harus bisa membagi waktu antara belajar dan membantu orang tua. Anak disiplin sehubungan dengan waktu yang dapat terpengaruh terhadap prestasi belajar khususnya pelajaran ekonomi akan tampak sebagai berikut :

Mengerahkan energi untuk belajar secara kontinue. Melakukan belajar dengan kesungguhan dan tidak memberikan waktu luang. Belajar sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah diatur. Dapat menggunakan waktu dengan baik antara belajar dan waktu bersosialisasi.

2. Disiplin yang ada hubungannya dengan tempat belajar.

Seorang siswa wajib menjaga ruang kelas maupun lingkungan sekitar sekolah seperti menjaga kebersihan dinding, meja, kursi, kamar mandi, pagar sekolah, dan ruang lain milik sekolah. Dan selalu membuang sampah di tempat sampah. Selain itu siswa juga wajib menjaga tempat belajar dirumah agar tercipta suasana yang aman dan nyaman. Seperti menjaga meja dan kursi dan juga lingkungan sekitar.

Adapun ciri ciri anak yang disiplin sehubungan dengan tempat yang mempengaruhi prestasi belajar ekonomi yaitu :

Belajar pada tempat yang telah disediakan agar tidak mengganggu atau terganggu oleh orang lain. Selalu disiplin dalam menjaga kebersihan ruang kelas dan lingkungan sekolah. Mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas dengan gairah dan partisipasif. Menyelesaikan tugas tugas khususnya tugas yang diberikan guru dengan baik.

3. Disiplin yang ada hubungannya dengan norma dan peraturan dalam belajar.

Mematuhi dan menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku ditempat sekolah. Hormat dan patuh kepada orang tua, kepala sekolah, guru, dan karyawan. Serta mampu terampil, bersikap sopan dan tanggung jawab. Mematuhi semua larangan tata tertib sekolah dan mentaati kewajiban kewajiban yang ada. Dengan demikian anak yang disiplin akan tampak dalam perilaku sebagai berikut :

Datang ke sekolah tepat waktu dan mengikuti proses belajar mengajar sesuai jadwal yang ada. Membuat jadwal belajar dirumah yang harus dilaksanakan meskipun tidak ada tugas. Belajar pada tempat yang telah disediakan agar tidak terganggu dan mengganggu orang lain. Selalu menaati peraturan yang telah ditetapkan dilingkungan dimana siswa itu berada, baik ketika berada di sekolah, dirumah, maupun dilingkungan masyarakat.

E. Peran Guru Dalam Mengatasi Permasalahan

Kedisiplinan yang harus ditanamkan pada diri siswa merupakan suatu pembawaan sikap yang baik dan patut dicontoh. Sikap ini dapat terbawa hingga ke jenjang pendidikan maupun diluar pendidikan. Dalam urusan kedisiplinan belajar peran guru sangatlah penting karena guru dalm membentuk atau membantu siswa agar disiplin bisa dikatakan sulit. Tak banyak dari siswa yang membangkang dengan peraturan yang ada sehingga guru terpaksa memberikan punishment yang diharapkan dapat membuat jera si pelaku.

Disiplin juga menjadi salah satu prasyarat terbentuknya pendidikan yang kondusif, dalam hal ini baik kepala sekolah maupun guru ikut serta bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan. Penanggulangan masalah disiplin yang terjadi di sekolah dapat dilakukan melalui tahapan preventif, represif dan kuratif. Mendorong siswa melaksanakan tata tertib sekolah. Memberi persuasi bahwa tata tertib itu baik untuk perkembangan dan keberhasilan sekolah.

F. Kesimpulan

Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa :

Kedisiplinan itu harus diajarkan dan ditanamkan sejak dini sehingga akan membawa dampak yang positif di kehidupan yang akan datang. Kedisiplinan belajar harus digalakkan di setiap sekolah sehingga siswa mempunyai kesadaran dan tanggung jawab yang besar. Kedisiplinan belajar dimulai dari hal terkecil hingga hal yang terbesar. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam hal membentuk atau mengatur agar siswa memiliki disiplin yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Asy Masudi. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: PT. Tiga Serangkai.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Kadir. 1994. Penuntun Belajar PPKN. Bandung: Pen Ganeca Exact.

http://damayanti327.wordpress.com/about/hubungan-antara-disiplin-belajar-dengan-prestasi-belajar/. Rabu 13 Maret 2013 Jam 20.17 WIB.

http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/26/kedisiplinan-sarana-meningkatkan-hasil-belajar-336272.html. Rabu 13 Maret 2013 Jam 20.24 WIB.

http://pedoman-skripsi.blogspot.com/2012/05/pengaruh-kedisiplinan-belajar-dan.html. Rabu 13 Maret 2013 Jam 21.55 WIB.

MATERI 3

Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah : (1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. Sementara itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992) mengemukakan: School discipline has two main goals: (1) ensure the safety of staff and students, and (2) create an environment conducive to learning (dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04). Jadi sebenarnya pendisiplinan siswa melalui peraturan dan tata tertib sekolah merupakan hal yang bermakna positif bagi pengembangan diri dan moralitas siswa.Walaupun ada konsensus umum dalam hal masalah yang dihadapi sekolah-sekolah sehubungan dengan penegakan disiplin sekolah, terdapat perbedaan dan perdebatan pada cara penanganan masalah-masalah ini. Pokok dari permasalahan ini adalah peran dan nilai hukuman dalam mengubah perilaku. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya Dangerous School(1999) (dalam http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/04/04).Upaya menegakkan disiplin disekolah bisa dengan berbagai cara, misalnya ditingkat sekolah menengah, diberlakukan penghitungan point pelanggaran/kesalahan yang dilakukan siswa berdasarkan aturan yang telah ditetapkan masing-masing sekolah. Jumlah point kesalahan yang dihitung kemudian ditindaklanjuti dalam berbagai tingkatan; mulai dari peringatan I wali kelas, peringatan II wali kelas dengan BP/BK, panggilan I orang tua/ wali oleh wali kelas/BP, panggilan II orang tua/wali dengan membuat surat perjanjian diketahui oleh BP, panggilan II orang tua/wali dengan membuat surat perjanjian diketahui oleh kepala sekolah, sampai pada tingkat yang paling tinggi dengan bobot /jumlah point kesalahan paling besar dikembalikan kepada orang tua/wali (Buku Saku Siswa SMPN 10 Pekanbaru; 2005).BP atau istilah yang telah diakui oleh UU No.20 tahun 2003, konselor di sekolah ternyata dilibatkan dalam penyelenggaraan point pelanggaran. Hal ini perlu dikritisi karena banyak aspek terkait dengan profesionalitas dan kinerja konselor di sekolah. Oleh sebab itu penghitungan point pelanggaran dan bentuk tindaklanjutnya, menarik untuk dibahas lebih lanjut. Apa sesungguh poin kesalahan , dan bagaimana teknis pelaksanaannyanya serta perspektif konseling bagaimana? Hal inilah yang menjadi latar belakang penulisan makalah ini. Sehingga diharapkan masalah pendisiplinan siswa dan peran konselor disekolah dapat dibicarakan dalam forum ilmiah seperti seminar. Harapannya adalah ada kesamaan persepsi konselor sekolah tentang hal ini, sehingga dapat diambil kesimpulan dan langkah-langkah untuk menyikapi penerapan poin pelanggaran dalam mendisiplinkan siswa di sekolah.B. ARTI PENTING PENDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH1. Pengertian DisiplinDisiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu disiplin mempunyai berbagai macam pengertian. Pengertian tentang disiplin telah banyak didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Ahli yang satu mempunyai batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya. Herlin Febriana Dwi Prasti (2005) menguraikan pendapat Andi Rasdiyanah (1995 : 28) tentang pengertian disiplin yaitu kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah kepatuhan mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Depdiknas (1992 : 3) disiplin adalah : Tingkat konsistensi dan konsekuen seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan bersama yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai waktu dan proses pelaksanaan suatu kegiatan.Seirama dengan pendapat tersebut diatas, Hurlock (1999 : 82) mengemukakan pendapatnya tentang disiplin tersebut : Disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak berperilaku moral yang disetujui kelompok. Dari berbagai macam pendapat tentang definisi disiplin diatas, dapat diketahui bahwa disiplin merupakan suatu sikap moral siswa yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral. Siswa yang memiliki disiplin akan menunjukkan ketaatan, dan keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pelajar yaitu belajar secara terarah dan teratur. Dengan demikian siswa yang berdisiplin akan lebih mampu mengarahkan dan mengendalikan perilakunya. Disiplin memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama siswa dalam hal belajar. Disiplin akan memudahkan siswa dalam belajar secara terarah dan teratur.2. Unsur-unsur disiplinUnsur- unsur dalam disiplin dijelaskan Hurlock (1999: 84) yaitu terdiri dari empat unsur; peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi.a. PeraturanPeraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola itu dapat ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuanperaturan adalah untuk menjadikan anak lebih bermoral dengan membekali pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Setiap individu memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh tingkat perkembangan individu yang berbeda meskipun usianya sama. Oleh karena itu dalam memberikan peraturan harus melihat usia individu dan tingkat pemahaman masing masing individu.b. HukumanHukuman berasal dari kata kerja latin, punier. Hurlock (1999: 86) menyatakan bahwa hukuman berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan , perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.c. PenghargaanPenghargaan merupakan setiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak harus berbentuk materi tetapi dapat berupa kata kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung. Banyak orang yang merasa bahwa penghargaan itu tidak perlu dilakukan karena bisa melemahkan anak untuk melakukan apa yang dilakukan. Sikap guru yang memandang enteng terhadap hal ini menyebabkan anak merasa kurang termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus sadar tentang betapa pentingnya memberikan penghargaan atau ganjaran kepada anak khususnya jika mereka berhasil.Bentuk penghargaan harus disesuaikan dengan perkembangan anak. Bentuk penghargaan yang efektif adalah penerimaan sosial dengan diberi pujian. Namun dalam penggunaannya harus dilakukan secara bijaksana dan mempunyai nilai edukatif, sedangkan hadiah dapat diberikan sebagai penghargaan untuk perilaku yang baik dan dapat menambah rasa harga diri anak.d. KonsistensiKonsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi tidak sama dengan ketetapan dan tiada perubahan. Dengan demikian konsistensi merupakan suatu kecenderungan menuju kesamaan. Disiplin yang konstan akan mengakibatkan tiadanya perubahan untuk menghadapi kebutuhan perkembangan yang berubah. Mempunyai nilai mendidik yang besar yaitu peraturan yang konsisten bisa memacu proses belajar anak. Dengan adanya konsitensi anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala yang tetap sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang salah.3. Tujuan Pendisiplinan Siswa di SekolahTujuan pendisiplinan siswa menurut Wendy Schwartz (2001) (dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04). Yaitu the goals of discipline, once the need for it is determined, should be to help students accept personal responsibility for their actions, understand why a behavior change is necessary, and commit themselves to change. Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.Keith Devis mengatakan, Discipline is management action to enforce organization standarts dan oleh karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan korektif. Disiplin preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang ada. Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswaAda beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan yaitu: Diri sendiri Keluarga Pergaulan di LingkunganBrown dan Brown (dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04) mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai berikut :a. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh gurub. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin.c. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang broken home.d. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.C. PELAKSANAAN PENGHITUNGAN POINT PELANGGARAN/ KESALAHAN BAGI PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAHMasalah indisiplin dan peningkatan disiplin siswa disikapi oleh lembaga pendidikan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dipilih sekolah adalah diterapkannya penghitungan poin pelanggaran/kesalahan dilakukan siswa terhadap tata tertib yang berlaku. Salah satu bentuk penerapan poin pelanggaran di sebuah sekolah di daerah Propinsi Pekanbaru penulis paparkan sebagai berikut:

DAFTAR KREDIT POINT PELANGGARAN TATA TERTIB SISWANo JENIS PELANGGARAN POINT KETERANGAN/SANKSI1. Salah satu atribut tidak lengkap 1 1 atribut2. Berada dalam kelas waktu jam istirahat 1 Disuruh keluar3. Minta izin pada waktu jam pelajaran lebih dari 1 kali (ecuali buang air kecil/besar) 1 Ditegur4. Kaus kaki pendek/dilipat 1 Disita5. Baju dikeluarkan pada jam sekolah 1 Dimasukkan langsung6. Duduk di atas kendaraan roda 2 dan 4 sedang parkir di sekolah 1 Ditegur7. Membuang sampah sembarangan 2 Disuruh pungut8. Berkuku panjang/diwarnai 2 Dipotong9. Menggulung/melipat baju/lengan baju 2 Dilepaskan10. Terlambat lebih dari 10 menit 2 Cuci piring, gelas, pungut sampah11. Duduk tidak sesuai dengan denah yang diatur 2 Dipindahkan12 Cabut saat jam pelajaran 2 1 kali cabut, pembinaan13 Celana dibawah lutut (laki-laki) 2 Ditegur14 Memakai cincin/kalung bagi (laki-laki) 2 Disita15 Rambut panjang (putri) lewat bahu tidak diikat dua/kepang pita hitam 2 Ditegur16 Tidak mengikuti giliran sholat berjamaah 5 Ditegur17 Surat izin lebih dari dua kali tidak hadir 3 Ditegur18 Tidur, bermain-main/mengganggu pada jam pelajaran 3 Ditegur/peringatan guru tersebut19 Keluar dari pekarangan sekolah tanpa izin guru piket 3 Menyapu halaman sekolah20 Berambut panjang lebihdari 321, 320, 210 (semi militer) 3 Dipangkas21 Hari jumat tidak memakai jilbab 3 Ditegur22 Berambut botak/plotos 3 Ditegur23 Tidak membawa buku catatan/pelajaran pada jam belajar 3 Mata pelajaran yang bersangkutan24 Tidak melaksanakan piket kelas/harian 3 Menyapu trotoar/tangga25 Masuk /belaja dikantin/tempat jualanmakanan 3 Memungut sampah26 Memakai rok sempit/ketat/pendek (putih) 4 Ditegur/peringatan27 Memakai celana sempit/ketat dan dilipat dibawahnya 4 Ditegur/peringatan28 Berambut jabrik, berkumis, berjenggot 4 Dipotong29 Tidak memakai seragam sekolah, (baju/celana/rok sepatu, kaus kaki ikat pinggang) 4 Sepatu disita, pungut sampah, cuci piring/gelas, menyapu30 Absen 4 Denda2 buku satu kali absen31 Membawa kendaraan bermotor sendiri 5 Diingatkan32 Membaw perhiatasan(emas, intan, permata) 5 Diingatkan33 Tidak membuat PR atau tugas-tugas dari guru 5 Membuang sampah/menyapu34 Tidak ikut upacara bendera/SKJ dan peringatan hari-hari besar tanpa surat keterangan 5 Membuang sampah/menyapu35 Bergurau mengganggu teman sehingga mengakibatkan teman terluka/lecet/bengkak terkilir/tergores dan sebagainya/minum pada jam pelajaran 5 Diingatkan36 Memakai gelang/kalung kaki 5 Disita37 Rambut disemir, dicat dan sejenisnya 7 Dibersihkan38 Bertato 7 Dihapus39 Surat izin bertanda tangan palsu 7 Disesuaikan dengan40 Mencoret-coret buku milik sekolah 10 Ditegur/peringatan41 Melaksanakan ultah dan melempar telur mentah di sekolah 10 Ditegur42 Membawa, menghidupkan HP di sekolah 10 Ditahan guru43 Absen 2 hari berturut-turut 10 Denda 1 buah sapu44 Mencabut/merusak mobiler, dinding pagar bangunan sekolah 10 Peringatan I45 Merokok dengan memakai seragam di luar sekolah 10 Peringatan I46 Membawa, membaca novel/roman sejenisnya pada jam belajar 10 Peringatan I47 Melompat pagar/jendela sekolah 20 Peringatan II48 Menindik telinga/memakai subang bagi anak laki-laki 20 Peringatan II49 Berpacaran disekolah 20 Peringatan II50 Membawa rokok disekolah 20 Peringatan II51 Merusak kendaraan/milik guru karyawan dan siswa lain 25 Peringatan II52 Meloncat pagar sekolah 30 Panggilan BK53 Merokok disekolah/dilingkungan sekolah 30 Peringatan II54 Tidak mengindahkan panggilan guru 30 Pangilan BK55 Berkelahi sesama siswa/orang lain pada jam belajar 40 Panggilan BK56 Mogok belajar, adu domba atau provokasi jam belajar 40 Panggilan I57 Berlaku tidak sopan, berkata kotor, mengejek guru, karyawan 50 Panggilan II BK (S. Perjanjian)58 Membawa, melihat, membaca, menyimpan menyebarkan buku porno/VCD porno (BF) 50 Panggilan II BK (S. Perjanjian)59 Membawa senjata api/senjata tajam 50 Disita60 Terlibat penempelan selebaran gelap yag dilarang hukum 50 Panggilan II BK (S. Perjanjian)61 Berjudi di sekolah 70 Panggilan II BK (S. Perjanjian)62 Minum-minuman keras di sekolah 70 Panggilan II63 Terlibat tawuran, pengeroyokan, pengrusakan 100 Dikeluarkan64 Terlibat pemerkosaan 100 Dikeluarkan65 Terlibat pemerasan, pencurian, perampokan, pencopetan, pejambretan, penodongan 100 Dikeluarkan66 Memalsukan dokumen sekolah, cap sekolah stempel 100 Dikeluarkan67 Terlibat perbuatan asusila atau berzina 100 Dikeluarkan68 Mengedar, membawa, mengkonsumsi narkoba 100 Dikeluarkan69 Memukul/menganiaya guru/karyawan 100 Dikeluarkan

Teknis pelaksanaannya adalah:1. Jumlah point pelanggaran siswa dilaporkan oleh wali setiap awal bulan kebagian kesiswaan/BP.2. Point diberikan oleh kepsek/BP/wali kelas/guru/guru piket sesuai dengan point tersebut3. Point dicatat dibuku piket4. Jumlah point 10 : Peringatan I wali kelas5. Jumlah poin 20 : Peringatan II wali kelas bersama BP6. Jumlah point 25-40 : Panggilan I orang tua/wali kelas/BP7. Jumlah point 50 : Panggilan II orang tua/wali dengan membuat surat perjanjian diketahui BP8. Jumlah point 75 : Panggilan II orang tua/wali dengan membuat surat perjanjian diketahui oleh kepala sekolah9. Jumlah point 100 : Dikembalikan kepada orang tua/waliVersi lain penerapan point pelanggaran dalam Blog resmi SMKN 1 Subang dijelaskan; untuk mengembangkan tingkat disiplin siswa SMK Negeri 1 Subang, agar menjadi siswa yang selalu membudayakan 5 S (Senyum, salam, sapa, sopan dan santun), terus meningkatkan rasa memiliki yang tinggi terhadap kebersihan, keindahan, kenyamanan, kerindangan, kekeluargaan, keamanan dan ketertiban di lingkungan sekolah, terus meningkatkan kompetensi dalam bidangnya masing-masing dengan meningkatkan disiplin yang tinggi dalam kehadiran, semangat dalam KBM, serius dalam bekerja dan bertanggung jawab terhadap hasil, terus meningkatkan penampilan siswa yang sopan, rapi dan berbudaya Islam yang benar,dan meningkatkan prestasi dalam segala hal, maka seluruh siswa SMK Negeri 1 Subang melalui Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) telah membuat draft tata tertib siswa yang disodorkan kepada sekolah.Draft tata tertib siswa tersebut berbentuk point bagi siswa yang melanggar maupun yang berprestasi dengan berbagai jenis pelanggaran yang mungkin terjadi. Batas maksimal siswa mendapatkan point adalah 100. jika siswa mendapatkan jumlah point dari berbagai pelanggaran sampai total 100, maka siswa tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya. Sebaliknya jika siswa yang mendapatkan kumpulan point dari prestasi yang diraihnya, baik tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi maupun nasional akan diberikan penghargaan yang setara dari sekolah.Draft tata tertib tersebut telah mengalami penggodokan terus menerus yaitu :1. Ditinjau dan direvisi dari bidang perencanaan diklat yang membawahi langsung bidang kesiswaan.2. Ditinjau, dan direvisi oleh level manajemen mutu dan3. Ditinjau, disosialisasikan dan direvisi dalam rapat dinas guru serta staff TU pada tanggal 3 Desember 2008.Setelah diyakini bahwa tata tertib tersebut sudah hampir sempurna dan mampu mengakomodir seluruh permasalahan yang ada, maka tata tertib tersebut serta teknis pelaksanaannya akan di berlakukan secara serentak setelah sosialisasi ke siswa dan orang tua selesai. Adapun prosedur pelaksanaannya adalah antara lain :1. Setiap siswa akan mendapatkan buku tata tertib siswa, sedangkan seluruh personil guru dan staff TU memegang print out tata tertib siswa.2. Setiap siswa akan diberikan Kartu Administrasi Point Diri.3. Buku Tata tertib siswa dan Kartu ADministrasi Point Diri tidak boleh hilang selama siswa menjadi siswa SMK Negeri 1 Subang.4. Kartu Administrasi Point Diri Akan disimpan pada tempat yang telah disediakan dan dapat mudah diakses oleh setiap guru maupun TU dan siswa.5. Yang memberikan penilaian terhadap pelanggaran siswa adalah Petugas Penanganan Masalah (PPM) yang terdiri dari guru, wali kelas, bagian kesiswaan, Kepala Program Keahlian, BP/BK, Unit Perencanaan Diklat, dan unit lain yang terkait serta Kepala sekolah.6. Setiap bentuk pelanggaran siswa akan dinilai oleh PPM dan dicatat dalam Kartu Administrasi Point Diri siswa.7. Setiap waktu yang telah ditentukan seluruh wali kelas akan membuat rekapan dari Kartu Administrasi Point diri dan melaporkannya kepada Ka. Pro, untuk selanjutnya akan dilaporkan kepada BP/BK, perencanaan Diklat dan kepala sekolah.D. PERSPEKTIF PERAN KONSELOR SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN POINT PELANGGARAN TERHADAP SISWA DI SEKOLAHUraian tentang pelaksanaan poin pelanggaran di atas, dapat dilihat peran konselor di sekolah yang ikut sebagai penghitung point pelanggaran tersebut dan menindaklanjutinya dengan turut memberikan peringatan, memanggil orang tua, membuat surat perjanjian. Dilematis sebenarnya, karena konselor sekolah adalah personil yang harus bertanggungjawab terhadap perilaku dan kedisiplinan siswa yang seharusnya juga sebagai mitra bagi siswa untuk mengembangkan dirinya.Kekhawatiran yang terjadi adalah, penekanan hukuman dari penerapan poin pelanggaran ini akan membentuk persepsi yang salah dari siswa terhadap konselor sekolah yaitu POLISI SEKOLAH. Prayinto (1994:122) menjelaskan masih banyak anggapan bahwa bimbingan dan konseling/ konselor di sekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib disiplin dan keamanan sekolah. Anggapan ini mengatakan barang siapa di antara siswa-siswa melanggar peraturan dan displin sekolah harus berurusan dengan bimbingan dan konseling. Tidak jarang pula konselor sekolah diserahi tugas mengusut perkelahian atau pun pencurian. Mereka ditugaskan mencari siswa yang bersalah dan diberi wewenang untuk mengambil tindakan bagi siswa-siswa yang bersalah itu. Mereka didorong dan bahkan untuk mencari bukti-bukti atau berusaha agar siswa tertentu mengaku bahwa ia telah berbuat sesuatu yang tidak pada tempatnya atau kurang wajar, atau merugikan. Misalnya, ditugasi mengungkapkan agar siswa mengakui bahwa ia menghisap ganja, dan sebagainya. Dalam hubungan ini pengertian petugas bimbingan dan konseling atau konselor sekolah sebagai mata-mata yang mengintip segenap gerak-gerik siswa dapat berkembang pesat.Dapat dibayangkan bagaimana tanggapan siswa terhadap petugas yang mempunyai wajah seperti tersebut di atas. Adalah wajar siswa menjadi takut dan tidak mau dekat kepada mereka. Bimbingan dan konseling di satu pihakl dianggap sebagai keranjang sampah, yaitu tempat dilemparkannya dan ditampungnya siswa-siswa yang rusak atau tidak beres, di lain pihak dianggap sebagai manusia super, yang harus data mengetahui dan dapat mengungkapkan hal-hal yang musykil yang melatarbelakangi suatu kejadian atau masalah yang sebenarnya hal itu justru di luar kewenangannya.Berdasarkan pandangan di atas, adalah wajar bila siswa tidak mau datang kepada konselor sekolah karena menganggap bahwa dengan datang kepadanya berarti menunjukkan aib yang memalukan, berarti ia mengalami ketidakberesan tertentu, berarti ia tidak dapat berdiri sendiri, berarti ia telah berbuat salah, atau predikat-predikat negative lainnya. Padahal, sebaliknya dari segenap anggapan yang merugikan itu di sekolah konselor sekolah haruslah menjadi teman dan kepercayaan siswwa. Mereka pertama-tama hendaknya menjadi tempat pencurahan kepentingan siswa, pencurahan apa yang terasa di hati dan terpikirkan oleh siswa. Petugas bimbingan dan konseling bukanlah pengawas atau pun polisis yang selalu mencuriagai dan akan menangkap siapa saja yang bersalah. Petugas bimbingan dan konseling adlah kawan pengiring, penunjuk jalan, pemberi informasi, pembangun kekuatan, dan Pembina tingkah laku-tingkah laku positif yang dikehendaki. Petugas bimbingan dan konseling hendaknya bisa menjadi sitawar-sidingin bagi siapun yang datang kepadanya. Dengan pandangan, sikap, keterampilan dan penampilan guru pembimbing siswa atau siapa pun yang berhubungan dengan bimbingan dan konseling akan memperoleh suasana sejuk dan memberi harapan.Peran konselor sekolah sebagai petugas pembuat surat perjanjian siswa relatif mudah, yang sulit adalah siswa yang telah melanggar tata tertib susah melaksanakannya. Bagaimana mendeteksi pelanggaran pidana itu; siapa pelakunya, bagaimana modus operannya; apa buktinya dan sebagainya. Konselor sekolah yang ditugas untuk melakukan kegiatan polisi sekolah seperti mencari pelaku pelanggar tata tertib dan menindaklanjutinya, sperti menghadapi buah simalakama. Serba sulit! Atasan atau pimpinan sekolah memberikan tugas ditolak! Prayitno (2002) mengemukakan menjalankan tugas sebagai polisi sekolah bertentangan dengan tugas kependidikan, menyulitkan diri konselor untuk menegakkan asas kerahasiaan, keterbuakaan dan kesukarelaan siswa.Namun lebih lanjut dikemukakan Prayitno, lucunya guru yang menerima tugas sebagai polisi sekolah seringkali malahan overacting; bertindak seperti polisi, padahal tidak pernah menerima latihan keposilisn; bahkan ada yang berpura-pura memakai jampi-jampi dalam mencari si pencuri dalam kelas.Tindakan over acting, berpura-pura dan berlebih-lebihan itu jelas menyalahi ciri-ciri pendidik sukses yang patut diteladani. Apa hasil kerja polisi sekolah? Mungkin ada hasilnya; siswa yang mencuri mengaku (karena takut); razia berjalan seperti direncanakan. Tetapi hasil sperti itu harus dibayar mahal dengan merosotnya wibawa guru; melemahnya hubungan pendidikan diantara guru dan siswa. Ironis sekali!Oleh sebab itu dirasa perlu untuk dilakukan pengkajian peran konselor sekolah dalam pelaksanaan poin pelanggaran ini. Perlu dievaluasi penerapan metode tradisional yang lebih fokus pada prosedur-prosedur hukuman seperti mengesampingkan hak-hak siswa seperti harus dikeluarkan dari sekolah. Geoff Colvin (2008) menjelaskan dasar pendekatan hindari hukuman, manjakan anak dalm arti para siswa diharapkan harus melakukan apa yang diminta, bila mereka memilih sebaliknya, hukuman akan mengikuti. Konsekuensinya, sekolah yang menerapkan pendekatan tradisional ini obat utama untuk penanganan masalah perilaku terletak pada meningkatnya ukuran-ukuran hukuman. Dampaknya, pendektan ini menyatakan nol toleransi pada perilaku yang serius atau buang apel yang busuk.Jelas dalam perspektif konseling, membuat apel busuk tidaklah segampang itu jika dilakukan pada siswa. Siswa bukanlah buah-buahan yang jika memang sudah busuk tidak layak dimakan dapat dibuang begitu saja. Siswa selaku manusia yang diharapkan dapat menjadi manusia yang seutuhnya berkembang keempat dimensinya secara seimbang perlu disikapi dengan bijak. Terkait dengan itu Prayitno (2002:83) menjelaskan lembaga pendidikan bukanlah lembaga hukum. Lembaga pendidikan adalah lembaga pengembangan pribadi, sedangkan lembaga hukum adalah tempat dimana pelanggaran dan kesalahan dipermasalahkan, dikaji dan diproses sampai tuntas. Tujuan akhir lembaga pendidikan adalah terkembangnya potensi peserta didik seoptimal mungkin, sedangkan tujuan akhir lembaga hukum adalah jatuhnya vonis sebagai hukuman yang selanjutnya dijalani oleh siterdakwa yang melakukan kesalahan atau pelanggaran.Jalan keluar terhadap peran konselor dalam mendisiplinkan siswa terutama terkait dengan pelanggaran perlu disikapi secara bijaksana oleh pimpinan sekolah. Pimpinn sekolah yang bijaksana tidak rela wibawa guru menjadi turun, hubungan pendidikan menjadi melemah, gara-gara guru menjadi polisi sekolah. Oleh sebab itu petugas yang dapat menjalankan peran itu adalh mereka yang tugasnya mirip atau dekat dengan polisi seperti SATPAM Sekolah, PIKET KEAMANAN. Personalia SATPAM atau PIKET KEAMANAN bukanlah guru, tetapi personil lain yang ditugasi dan dilatih khusus untuk pekerjaan itu. Mereka bisa diambil dari staf karyawan sekolah yang diberi tugas bergiliran.E. PENUTUPUntuk menegakkan disiplin bagi siswa tindakan tegas harus diambil. Kesalahan atau pelanggaran itu harus ditindak sebagaimana mestinya. Hal ini tidak berarti bahwa pendidik termasuk konselor pendidikan boleh melakukan kekerasan, pemaksanaan, tindakan fisik, apalagi balas dendam; melainkan langkah lugas, tidak basa-basi, yang mengedepankan nilai-nilai positif pendidikan yang secara jelas tetap mengembangkan siswa. Lima hal menjadi pegangan dalam melaksanakan tindakan tegas yang mendidik itu (Prayitno, 2002) yaitu :1.. menjadikan si pelanggar/siswa menyadari kesalahannya2. penghormatan terhadap hak, nilai-nilai dan prospek positif siswa tetap terjaga3. kasih sayang dan kelelmbutan tetap terpelihara4. hubungan harnonis tetap dipertahankan, bahkan dikembangkan5. komitmen positif siswa ditumbuhkan.Bandingkanlah dua kondisi sekolah ini (dalam Geoff Colvin 2008 ):Sekolah AGuru dengan tergesa-gesa memberitahu bahwa kelas pertama selesai sebelum bel berbunyi, para murid menyambar buku-buku mereka, membuka pintu dan berlarian menuju koridor. Mereka saling menyikut, terdengar banyak nada marah. Di koridor, beberapa murid berdiri bergerombolan dan berbincang-bincang, lainya berlomba-lomba menuju ke kelas selanjutnya, beberapa murid berlarian atau berjalan dengan cepat, gerombolan murid lainnya saling mendorong. Seorang guru lewat menegur para murid yang baku dorong. Coretan-coretan pena dan pensil terlihat di tembok-tembok. Kemudian segerombolan murid tergesa-gesa berlarian masuk kelas berikutnya agar tidak terlambat. Guru di dalam kelas berdiri di dekat mejanya meminta murid untuk tenang dan duduk di kursi masing-masing. Setelah beberapa menit, para murid duduk di kursi masing-masing, dan beberapa masih saja berbicara satu sama lain. Pelajaran dimulai, guru meminta murid untuk berhenti bicara dan mendengarkan.Sekolah BGuru menyelesaikan pemberitahuan selesainya pelajaran dan mengingatkan para murid pengharapannya di koridor-koridor untuk berjalan dan berbicara pelan dan terus berjalan. Para murid menuju pintu kelas dengan sikap teratur dan berjalan menuju kelas berikutnya sambil bercanda. Seorang guru lewat dan mengangguk ke beberapa murid dan menyapa. Dinding-dinding sekolah bersih dengan beberapa deretan poster menarik di koridor sekolah seperti apa yang diharapkan. Guru di kelas berikutnya berdiri di luar pintu kelas, menyapa para murid dan mengucapkan terima kasih atas ketepatan mereka masuk kelas. Kemudian guru minta kepada murid untuk mulai dengan soal matematika yang tertera layar overhead. Para murid mulai mengerjakan soal dan percakapan menghilang. Dengan cepat guru memeriksa entri soal dan melanjutkan pelajaran untuk hari itu.Adalah impian kita semua, sekolah yang berjalan seperti sekolah B....DAFTAR BACAANBuku Saku Siswa SMPN 10 Pekanbaru; 2005. Tata Krama dan Tata Tertib Kehidupan sosial sekolah bagi siswa. Pekanbaru: SMPN 10 Pekanbaru.Geoff Colvin.2008. 7 Langkah untuk menyusun rencana disiplin kelas proaktif. Jakarta: PT. Indekshttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/disiplin-siswa-di-sekolah/Herlin Febriana Dwi Prasti. 2005. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Disiplin Belajar Siswa Pada Saat Layanan Pembelajaran Di Kelas Ii SMUNi 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2004/2005 (Skripsi). Semarang: Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.Prayitno. 1994.Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Dirjen Dikti depdikbudPrayitno.2002. Hubungan Pendidikan. Jakarta. Departemen Pendidkan Nasional Dirjendikdasmen direktora SLTP.