100
Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

  • Upload
    telma

  • View
    46

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2. Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2. The Five Precepts The Two Acrobats Buddhism and society. Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2. - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam

– Bagian 2

Page 2: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam

– Bagian 2

The Five Precepts

The Two Acrobats

Buddhism and society

Page 3: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam

– Bagian 2

Lima Sila

The Two Acrobats

Buddhism and society

Page 4: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam

– Bagian 2

Lima Sila

Dua Akrobat

Buddhism and society

Page 5: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam

– Bagian 2

Lima Sila

Dua Akrobat

Ajaran Buddha dan masyarakat

Page 6: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Lima Sila

They are our protection

But they are more than that!

The Two Acrobats

Page 7: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Lima Sila

Mereka adalah perlindungan kita

But they are more than that!

The Two Acrobats

Page 8: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Lima Sila

Mereka adalah perlindungan kita

Tetapi mereka lebih dari itu!

The Two Acrobats

Page 9: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Lima Sila

Mereka adalah perlindungan kita

Tetapi mereka lebih dari itu!

Dua Akrobat

Page 10: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Once upon a time, a master bamboo acrobat and his young assistant began making preparations for a

show in the marketplace.

It was to be a balancing act, high above the ground and quite

dangerous.

Page 11: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Pada suatu ketika, seorang tuan akrobat bambu dan asisten mudanya mulai

membuat persiapan untuk suatu pertunjukan di pasar.

It was to be a balancing act, high above the ground and quite

dangerous.

Page 12: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Pada suatu ketika, seorang tuan akrobat bambu dan asisten mudanya mulai

membuat persiapan untuk suatu pertunjukan di pasar.

Suatu pertunjukan penyeimbangan, jauh di atas tanah dan cukup berbahaya.

Page 13: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Akan tetapi, mereka berdiri untuk memperoleh banyak uang dari keramaian, yang telah mulai berkumpul dengan gembira.

The master and his assistant began the climb up the wires and

poles, high above the crowd.

Page 14: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Akan tetapi, mereka berdiri untuk memperoleh banyak uang dari keramaian, yang telah mulai berkumpul dengan gembira.

Tuan dan asistennya mulai memanjati kawat dan galah, jauh di atas

keramaian.

Page 15: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2
Page 16: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Tuan berkata pada asisten mudanya,”Kamu mengawasi saya dan saya akan mengawasi kamu.”

“Then watching over each other, we’ll perform our acts safely, then

come down and receive our rewards.”

Page 17: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Tuan berkata pada asisten mudanya,”Kamu mengawasi saya dan saya akan mengawasi kamu.”

“Dengan saling mengawasi, kita melakukan pertunjukan dengan aman, kemudian turun dan menerima hadiah

kita.”

Page 18: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Tetapi asisten muda berkata, “tidak tuan, anda mengawasi diri anda

sendiri dan saya akan mengawasi diri saya sendiri.”

“Then watching out for ourselves, we’ll perform our acts safely, then

come down and receive our rewards.”

Page 19: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Tetapi asisten muda berkata, “tidak tuan, anda mengawasi diri anda

sendiri dan saya akan mengawasi diri saya sendiri.”

“Dengan mengawasi diri kita masing-masing, kita melakukan pertunjukan dengan aman, kemudian turun dan

menerima hadiah kita.”

Page 20: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Jadi siapa yang benar?

The master saying to watch out for each other?

Or

The assistant saying to watch out for themselves?

Page 21: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Jadi siapa yang benar?

Perkataan tuan untuk saling mengawasi?

Atau

The assistant saying to watch out for themselves?

Page 22: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Jadi siapa yang benar?

Perkataan tuan untuk saling mengawasi?

Atau

Perkataan asisten untuk mengawasi diri mereka masing-masing?

Page 23: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Asistennya benar.

How can we watch out for others if we cannot watch out for ourselves

first?

We have to watch out for ourselves first, before we can

watch out for others.

Page 24: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Asistennya benar.

Bagaimana mungkin kita dapat mengawasi orang lain jika kita tidak dapat mengawasi diri kita terlebih

dahulu?

We have to watch out for ourselves first, before we can

watch out for others.

Page 25: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Kita harus mengawasi diri kita terlebih dahulu, sebelum kita dapat

mengawasi orang lain.

Page 26: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Bagaimana seseorang mengawasi dirinya sendiri?

Through pursuing the practice, through developing it, through

devoting oneself to it.

This is how when watching after oneself, one watches after others.

Page 27: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Bagaimana seseorang mengawasi dirinya sendiri?

Dengan menjalani praktek, mengembangkannya, dan ketekunan

diri.

This is how when watching after oneself, one watches after others.

Page 28: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Bagaimana seseorang mengawasi dirinya sendiri?

Dengan menjalani praktek, mengembangkannya, dan ketekunan

diri.

Inilah caranya ketika mengawasi diri sendiri, seseorang mengawasi orang

lain.

Page 29: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Dan bagaimana seseorang mengawasi orang lain?

Through harmlessness and compassion, and kindness

and sympathy.

This is how when watching after others, one watches after oneself.

Page 30: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Dan bagaimana seseorang mengawasi orang lain?

Melalui cinta kasih dan belas kasih, dan kebaikan dan dengan bersimpati.

This is how when watching after others, one watches after oneself.

Page 31: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Bagaimana seseorang mengawasi dirinya sendiri?

Melalui cinta kasih dan belas kasih, dan kebaikan dan dengan bersimpati.

Inilah caranya ketika mengawasi orang lain, seseorang mengawasi diri

sendiri.

Page 32: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Buddha :

When watching after oneself, one watches after others.

When watching after others, one watches after oneself.

Page 33: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Buddha :

Ketika mengawasi diri sendiri, seseorang mengawasi orang lain.

When watching after others, one watches after oneself.

Page 34: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Buddha :

Ketika mengawasi diri sendiri, seseorang mengawasi orang lain.

Ketika mengawasi orang lain, seseorang mengawasi diri sendiri.

Page 35: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dua Akrobat

Buddha :

Ketika mengawasi diri sendiri, seseorang mengawasi orang lain.

Ketika mengawasi orang lain, seseorang mengawasi diri sendiri.

Sedaka Sutta : Akrobat Bambu Samyutta Nikaya 47.19

Page 36: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Lima Sila

They are our protection

But they are more than that!

They are the protection of others too.

Page 37: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Lima Sila

Mereka adalah perlindungan kita

But they are more than that!

They are the protection of others too.

Page 38: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Lima Sila

Mereka adalah perlindungan kita

Tetapi mereka lebih dari itu!

They are the protection of others too.

Page 39: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Lima Sila

Mereka adalah perlindungan kita

Tetapi mereka lebih dari itu!

Mereka juga perlindungan bagi orang lain.

Page 40: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Lima Sila Perlindungan

1. Abstain from harming and killing

2. Abstain from taking what is not given

3. Abstain from sexual misconduct

4. Abstain from lying and false speech

5. Abstain from abuse of intoxicants and drugs

Page 41: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Lima Sila Perlindungan

1. Keamanan dan kehidupan semua makhluk

2. Abstain from taking what is not given

3. Abstain from sexual misconduct

4. Abstain from lying and false speech

5. Abstain from abuse of intoxicants and drugs

Page 42: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Lima Sila Perlindungan

1. Keamanan dan kehidupan semua makhluk

2. Penghidupan dan pemilikan orang lain

3. Abstain from sexual misconduct

4. Abstain from lying and false speech

5. Abstain from abuse of intoxicants and drugs

Page 43: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Lima Sila Perlindungan

1. Keamanan dan kehidupan semua makhluk

2. Penghidupan dan pemilikan orang lain

3. Kebahagiaan dan Kesatuan keluarga

4. Abstain from lying and false speech

5. Abstain from abuse of intoxicants and drugs

Page 44: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Lima Sila Perlindungan

1. Keamanan dan kehidupan semua makhluk

2. Penghidupan dan pemilikan orang lain

3. Kebahagiaan dan Kesatuan keluarga

4. Integritas dan keamanan masyarakat

5. Abstain from abuse of intoxicants and drugs

Page 45: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Lima Sila Perlindungan

1. Keamanan dan kehidupan semua makhluk

2. Penghidupan dan pemilikan orang lain

3. Kebahagiaan dan Kesatuan keluarga

4. Integritas dan keamanan masyarakat

5. Semua yang di atas!

Page 46: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Ajaran Buddha dan masyarakat

Tidak pernah jalan ‘satu arah’.

There are always reciprocal responsibilities between

people, groups of people and society as a whole too.

Page 47: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Ajaran Buddha dan masyarakat

Tidak pernah jalan ‘satu arah’.

Selalu ada tanggung jawab timbal balik diantara orang-orang,

kelompok orang dan juga seluruh masyarakat.

Page 48: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Kode kedisiplinan untuk umat awam

The Buddha’s Guide to Peace and Happiness

Page 49: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Kode kedisiplinan untuk umat awam

Nasehat Buddha menuju Perdamaian dan Kebahagiaan

Page 50: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Anak-anak dan Orang tuaBagaimana anak-anak sepantasnya memperlakukan orang tuanya

Menyokong mereka ketika diperlukan Membantu mereka dalam bisnis, pekerjaan atau dengan cara lainnya yang tepatMenjaga kebersamaan keluargaPantas untuk mendapatkan warisan Melakukan perbuatan berjasa untuk mengenang orang tua dan sanak keluarga yang telah meninggal

Page 51: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Anak-anak dan Orang tuaBagaimana orang tua sepantasnya memperlakukan

anak-anaknya

Melarang anaknya dari perbuatan salah Mendorong mereka untuk melakukan apa yang benar Melatih mereka dalam suatu profesi Membantu atau memberi nasehat dalam pilihan pasangan hidup yang sesuaiMenyerahkan warisan pada waktu yang tepat  

Page 52: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Anak-anak dan Orang tuaBagaimana orang tua sepantasnya memperlakukan

anak-anaknya

By restraining their children from doing wrong Mendorong mereka melakukan apa yang benar

By having them trained in a professionBy helping or giving advice in the choice of a suitable marriage partnerBy handing over their inheritance at a proper time 

Page 53: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

 Sebagai orang tua Buddhis, atau calon orang tua, kita memiliki tugas membawa anak-anak kita di jalan yang tepat sesegera mungkin.  

• Avoid them straying on to the wrong path.• Train them to cultivate good habits from young.• They will then grow up into responsible and

mature adults.• It will then be easier for them to practice the

Dhamma as they grow older.

Page 54: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

 Sebagai orang tua Buddhis, atau calon orang tua, kita memiliki tugas membawa anak-anak kita di jalan yang tepat sesegera mungkin.

• Menghindarkan mereka dari jalan yang salah.• Train them to cultivate good habits from young.• They will then grow up into responsible and

mature adults.• It will then be easier for them to practice the

Dhamma as they grow older.

Page 55: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

 Sebagai orang tua Buddhis, atau calon orang tua, kita memiliki tugas membawa anak-anak kita di jalan yang tepat sesegera mungkin.

• Menghindarkan mereka dari jalan yang salah.• Melatih mereka untuk mengembangkan kebiasaan

baik dari kecil.• They will then grow up into responsible and

mature adults.• It will then be easier for them to practice the

Dhamma as they grow older.

Page 56: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

 Sebagai orang tua Buddhis, atau calon orang tua, kita memiliki tugas membawa anak-anak kita di jalan yang tepat sesegera mungkin.  

• Menghindarkan mereka dari jalan yang salah.• Melatih mereka untuk mengembangkan kebiasaan

baik dari kecil.• Mereka kemudian akan tumbuh menjadi orang

dewasa yang bertanggung jawab dan matang.• It will then be easier for them to practice the

Dhamma as they grow older.

Page 57: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

 Sebagai orang tua Buddhis, atau calon orang tua, kita memiliki tugas membawa anak-anak kita di jalan yang tepat sesegera mungkin.  

• Menghindarkan mereka dari jalan yang salah.• Melatih mereka untuk mengembangkan kebiasaan

baik dari kecil.• Mereka kemudian akan tumbuh menjadi orang

dewasa yang bertanggung jawab dan matang.• Hal itu akan memudahkan mereka untuk

mempraktekkan Dhamma ketika mereka tumbuh dewasa.

Page 58: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

 Ketika anak-anak kita jauh dari masalah, masalah kita sebagai orang tua juga berkurang!

 

We have to point out the similarities and differences between Buddhism and the other religions. This is necessary for their own knowledge. This will also allow them to make their own decisions regarding which religion to eventually follow, in an educated way and with a clear mind. 

Page 59: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

 Ketika anak-anak kita jauh dari masalah, masalah kita sebagai orang tua juga berkurang!

 

Kita harus menunjukkan persamaan dan perbedaan antara ajaran Buddha dan ajaran yang lainnya. Ini penting untuk pengetahuan mereka sendiri. Ini juga mengijinkan mereka untuk mengambil keputusan sendiri tentang agama mana yang seharusnya diikuti, dengan cara yang terdidik dan dengan pikiran jernih. 

Page 60: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

 Semua kepercayaan adalah sama dalam hal kebaikan dan cinta kasih. Namun, penekanan dan pendekatan yang diambil oleh berbagai agama bisa sangat berbeda. Ini adalah beberapa titik pertimbangan sebagai perhatian anak-anak kita :  

Page 61: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

1. Menjadi orang baik yang bertentangan dengan kepercayaan buta dan pemujaan

Some religions usually place blind faith and worship above and beyond everything else. For example, being a good person is less important than faith and worship. This is because being a good person will not lead to heaven if that person is not of the same religion. For some religions, only faith and worship according to that religion will lead to heaven. Everyone else, good or bad, goes to hell according to those religions.

 

Page 62: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

1. Menjadi orang baik yang bertentangan dengan kepercayaan buta dan pemujaan

Beberapa agama biasanya menempatkan kepercayaan buta dan pemujaan di atas segala hal. Sebagai contohnya, menjadi orang baik tidak lebih penting dari kepercayaan dan pemujaan. Ini dikarenakan menjadi orang baik tidak dapat masuk surga jika orang tersebut tidak beragama yang sama. Untuk beberapa agama, hanya kepercayaan dan pemujaan yang sesuai dengan agama tersebut yang dapat masuk ke surga. Yang lainnya, baik atau buruk, masuk ke neraka menurut agama mereka.

 

Page 63: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

Ajaran Buddha di sisi lain, menempatkan kelakukan seseorang di atas dan melampaui kepercayaan dan pemujaan. Menjadi orang baik lebih penting dalam ajaran Buddha. Kepercayaan dan pemujaan adalah sekunder dalam ajaran Buddha, dan kepercayaan buta dan pemujaan yang membabi buta tidak didorong. Bertanya untuk memperoleh pengetahuan, dan mengalami langsung untuk memperoleh pemahaman, adalah apa yang didorong ajaran Buddha.  

Page 64: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

2. Cinta kasih yang tidak terbatas yang bertentangan dengan cinta kasih yang terbatas

Many religions have the concept that they must belong to and have absolute and unquestioning faith in that particular religion before they are saved by their god, who is supposed to be loving and compassionate. If not, they will be punished by that god in an eternal hell. This is ‘conditional love’ and not really true love or compassion as there are conditions or ‘strings’ attached.

Page 65: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

2. Cinta kasih yang tidak terbatas yang bertentangan dengan cinta kasih yang terbatas

Banyak agama memiliki konsep bahwa mereka harus termasuk kedalam dan memiliki kepercayaan bulat dan tidak terbantahkan pada agama tertentu itu sebelum mereka diselamatkan oleh Tuhan mereka, yang sepantasnya penuh cinta kasih dan belas kasih. Jika tidak, mereka akan dihukum oleh Tuhan itu kedalam neraka abagi. Ini adalah ‘cinta kasih yang terbatas’ dan bukan cinta kasih sejati atau belas kasih karena ada kondisi atau ‘syarat’ yang menyertainya.

Page 66: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

Ajaran Buddha di sisi lain, mengajarkan cinta kasih yang tidak terbatas atau belas kasih – Metta. Ini adalah jenis cinta yang dimiliki seorang ibu kepada anaknya. Tidak peduli apa yang dilakukan anaknya atau menjadi apa, dia akan selalu mencintai anak itu. Ini adalah jenis cinta kasih dan belas kasih yang didorong oleh ajaran Buddha untuk kita miliki, tidak berkondisi dan tanpa ‘syarat’ yang menyertainya, dan dipraktekkan kepada semua makhluk tanpa terkecuali.

Page 67: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

3. Toleransi yang bertentangan dengan tidak toleransi 

Several religions are highly ‘exclusive’ in nature. For example, followers of these religions forbid or strongly discourage their followers from :

• Reading books or learning about other religions;

• Visiting places of worship of other religions;• Attending wakes or funerals of other religions;• Mixing around with people from other religions.

Page 68: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

3. Toleransi yang bertentangan dengan tidak toleransi 

Beberapa agama sangat ‘eksklusif’ pada umumnya. Sebagai contohnya, pengikut dari agama ini melarang atau menentang dengan sangat pengikut-pengikutnya dari :

• Reading books or learning about other religions;

• Visiting places of worship of other religions;• Attending wakes or funerals of other religions;• Mixing around with people from other religions.

Page 69: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

3. Toleransi yang bertentangan dengan tidak toleransi 

Beberapa agama sangat ‘eksklusif’ pada umumnya. Sebagai contohnya, pengikut dari agama ini melarang atau menentang dengan sangat pengikut-pengikutnya dari :

• Membaca buku atau mempelajari tentang agama lain;

• Visiting places of worship of other religions;• Attending wakes or funerals of other religions;• Mixing around with people from other religions.

Page 70: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

3. Toleransi yang bertentangan dengan tidak toleransi 

Beberapa agama sangat ‘eksklusif’ pada umumnya. Sebagai contohnya, pengikut dari agama ini melarang atau menentang dengan sangat pengikut-pengikutnya dari :

• Membaca buku atau mempelajari tentang agama lain;

• Mengunjungi tempat pemujaan dari agama lain;• Attending wakes or funerals of other religions;• Mixing around with people from other religions.

Page 71: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

3. Toleransi yang bertentangan dengan tidak toleransi 

Beberapa agama sangat ‘eksklusif’ pada umumnya. Sebagai contohnya, pengikut dari agama ini melarang atau menentang dengan sangat pengikut-pengikutnya dari :

• Membaca buku atau mempelajari tentang agama lain;

• Mengunjungi tempat pemujaan dari agama lain;• Menghadiri pemakaman dari agama lain;• Mixing around with people from other religions.

Page 72: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

3. Toleransi yang bertentangan dengan tidak toleransi 

Beberapa agama sangat ‘eksklusif’ pada umumnya. Sebagai contohnya, pengikut dari agama ini melarang atau menentang dengan sangat pengikut-pengikutnya dari :

• Membaca buku atau mempelajari tentang agama lain;

• Mengunjungi tempat pemujaan dari agama lain;• Menghadiri pemakaman dari agama lain;• Bergabung dengan orang-orang dari agama lain.

Page 73: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

Ajaran Buddha, sebaliknya tidak memiliki pembatasan demikian dan kenyataannya, mempelajari agama lain didorong, dan bahkan kadang-kadang berpartisipasi dalam kegiatan mereka adalah baik. Dengan cara ini, pemahaman yang lebih besar tentang agama lain diperoleh dan juga, keharmonisan sosial dan keterpaduan dipelihara.

Page 74: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

4. Ajaran yang terbuka yang bertentangan dengan kepercayaan dogmatis  

A few religions preach highly dogmatic beliefs such that modern science and knowledge is taught as false, because they contradict the teachings in their ancient books. These religions teach that only what is contained in their books is true and everything else is false, despite all the evidence to the contrary from modern science and hard facts.

Page 75: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

4. Ajaran yang terbuka yang bertentangan dengan kepercayaan dogmatis

Beberapa agama membabarkan kepercayaan dogmatis seperti ilmu pengetahuan modren dan pengetahuan diajarkan salah, karena mereka bertentangan dengan ajaran dalam buku kuno mereka. Agama ini mengajari hanya apa yang ditemui dalam buku mereka sebagai benar dan yang lainnya salah, meskipun semua bukti pada pertentangan dari ilmu pengetahuan modren dan bukti-bukti kuat.

Page 76: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

Ajaran Buddha di sisi lain, terbuka dan dapat disesuaikan dan kenyataannya, sangat selaras dengan ilmu pengetahuan modren. Sebagai contohnya, sementara beberapa agama membabarkan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan dan bahwa evolusi adalah salah, ajaran Buddha mengenali bukti ilmiah dan bukti kuat dari evolusi. Ajaran Buddha tidak memutar-balikkan atau menyimpangkan ilmu pengetahuan modren dan pengetahuan untuk menyesuaikan ajarannya. Apa yang penting dalam ajaran Buddha adalah kebenaran, dan kemampuan untuk melihat dan memahami realitas dari alam dan kehidupan kita.

Page 77: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

Jika kita, sebagai orang tua Buddhis tidak berusaha untuk mengajari anak-anak kita tentang agama kita sendiri, maka secara efektif kita bersikap menepi untuk mengijinkan orang-orang dari agama lain mengajari anak-anak kita tentang agama mereka.

Page 78: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

Namun, kita harus melakukan bagian kita sebagai orang tua Buddhis dengan:

• Learning the Buddha’s teachings

• Practicing the Buddha’s teachings

• Being the example we want our children to follow

Page 79: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

Namun, kita harus melakukan bagian kita sebagai orang tua Buddhis dengan:

• Mempelajari ajaran BuddhaPracticing the Buddha’s teachings

• Being the example we want our children to follow

Page 80: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

Namun, kita harus melakukan bagian kita sebagai orang tua Buddhis dengan:

• Mempelajari ajaran Buddha

• Mempraktekkan ajaran BuddhaBeing the example we want our children to follow

Page 81: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

Namun, kita harus melakukan bagian kita sebagai orang tua Buddhis dengan:

• Mempelajari ajaran Buddha

• Mempraktekkan ajaran Buddha

• Menjadi contoh yang ingin diikuti anak-anak kita

Page 82: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Untuk orang tua Buddhis

Terakhir, cara yang baik untuk menolak pengikut ajaran lain dengan sopan, yang mencoba menarik kita atau anak-anak kita, adalah berkata kepada mereka bahwa kita akan pergi ke tempat pemujaan mereka atau mendengarkan mereka, apabila mereka juga mengunjungi Vihara kita atau mendengarkan kita tentang ajaran Buddha.

Page 83: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Siswa dan Guru Bagaimana siswa sepantasnya memperlakukan gurunya

Menunjukkan rasa hormat kepada gurunyaMemperhatikan kebutuhan merekaPerlayanan pribadi kepada merekaBersemangat untuk belajarMemperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika diajari

Page 84: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Siswa dan Guru Bagaimana guru sepantasnya memperlakukan siswanya

Melatih siswanya dalam mengembangkan disiplin diriMengajari mereka sehingga mereka dapat memahami ajaran dengan baikMemberikan mereka pendidikan yang seimbangMemperkenalkan mereka kepada teman dan koleganya Membantu meyakinkan keselamatan dan kesejahteraannya

Page 85: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Suami dan Istri Bagaimana seorang suami sepantasnya memperlakukan

istrinya

Memperlakukan dirinya dengan sopan santunMenunjukkan rasa hormat pada dirinya Bersikap setia kepadanyaBerbagi kewajiban rumah-tangga dengannyaMemberikan perhiasan dan hadiah kepadanya

Page 86: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Suami dan IstriBagaimana seorang istri sepantasnya memperlakukan

suaminya

Mengatur rumah tangga dengan sebaik-baiknyaBersikap ramah tamah pada mertuanya, dan memperlakukan para pembantunya dengan baik Bersikap setia kepadanyaMembantu menjaga harta kekayaan keluargaTerampil dan rajin dalam kewajiban-kewajibannya

Page 87: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Teman dan KolegaBagaimana seseorang sepantasnya memperlakukan teman dan kolegaBersikap dermawan dan berkenan untuk berbagiBerbicara dengan kata-kata yang sopanSuka menolongBersikap adil dan tidak beprasangka burukBersikap tulus dan jujur

Page 88: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Teman dan KolegaBagaimana teman dan kolega sepantasnya memperlakukan satu sama lain

Saling menjaga satu sama lain ketika mereka lengahMelindungi harta miliknya ketika mereka lengahMenjadi tempat berlindung pada saat dalam ketakutan atau bahayaTidak meninggalkan mereka pada saat diperlukanMenghormati dan menunjukkan rasa pertimbangan kepada keluarga mereka

Page 89: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Majikan dan Karyawan Bagaimana majikan sepantasnya memperlakukan

karyawannya

Mengerahkan pekerjaan kepada karyawannya sesuai dengan kemampuan merekaMemberikan bayaran yang cukup atas pekerjaan merekaMemperhatikan kebutuhan pengobatan merekaMemberikan mereka perlakuan khusus Mengijinkan mereka cuti dan liburan

Page 90: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Majikan dan Karyawan Bagaimana karyawan sepantasnya memperlakukan

majikan merekaTiba dengan awal untuk bekerjaBersedia untuk lembur apabila diperlukanHanya mengambil apa yang diberikan kepadanyaBekerja dengan baikMenegakkan dan menyebarkan reputasi baik dari majikan mereka

Page 91: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Guru Spiritual dan Umat awamBagaimana umat awam sepantasnya memperlakukan guru

spiritual mereka

Dengan perilaku baikDengan perkataan baikDengan pikiran baik Dengan memberikan sambutan kepada merekaDengan menyediakan kebutuhan materi

Page 92: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Sigalovada Sutta

Guru Spiritual dan Umat awamBagaimana guru spiritual sepantasnya memperlakukan

umat awamMencegah mereka dari perbuatan jahatMendorong mereka melakukan apa yang baikMenunjukkan belas kasih kepada merekaMengajari mereka apa yang tidak diketahuinyaMenjernihkan apa yang telah diajariMenunjukkan kepada mereka cara dan menuntun mereka dalam latihan spiritual

Page 93: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam

The Buddha recognized that not everyone is ready, or even suited for a life centred on intensive spiritual practice. 

Most are content with being part of a household, running their businesses, taking part in social activities and having a good time.

He said that there is nothing wrong with people enjoying their families, their material possessions and taking pleasure in life.

Page 94: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam

Buddha mengenali bahwa tidak semua orang siap, atau bahkan sesuai dengan kehidupan yang terfokus pada praktek spiritual yang intensif. 

Most are content with being part of a household, running their businesses, taking part in social activities and having a good time.

He said that there is nothing wrong with people enjoying their families, their material possessions and taking pleasure in life.

Page 95: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam

Buddha mengenali bahwa tidak semua orang siap, atau bahkan sesuai dengan kehidupan yang terfokus pada praktek spiritual yang intensif. 

Kebanyakan merasa puas dengan menjadi bagian dari rumah tangga, menjalani bisnis mereka, mengambil bagian dalam kegiatan sosial dan memiliki waktu yang menyenangkan.

He said that there is nothing wrong with people enjoying their families, their material possessions and taking pleasure in life.

Page 96: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam

Buddha mengenali bahwa tidak semua orang siap, atau bahkan sesuai dengan kehidupan yang terfokus pada praktek spiritual yang intensif. 

Kebanyakan merasa puas dengan menjadi bagian dari rumah tangga, menjalani bisnis mereka, mengambil bagian dalam kegiatan sosial dan memiliki waktu yang menyenangkan.

Beliau berkata tidak ada salahnya dengan mereka yang menikmati keluarga, kekayaan materi dan bersenang-senang dalam hidup.

Page 97: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam

Akan tetapi, Beliau menekankan bahwa pengejaran akan kebahagiaan kita sendiri tidak sepantasnya dengan pengorbanan orang lain. 

Such happiness will be short-lived and lead ultimately to our own suffering. 

By helping and bringing happiness unconditionally to others, our own happiness will not only be preserved, but maintained for a long time to come.

Page 98: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam

Akan tetapi, Beliau menekankan bahwa pengejaran akan kebahagiaan kita sendiri tidak sepantasnya dengan pengorbanan orang lain. 

Kebahagiaan seperti itu bersifat sementara dan pada akhirnya membawa penderitaan pada diri kita sendiri. 

By helping and bringing happiness unconditionally to others, our own happiness will not only be preserved, but maintained for a long time to come.

Page 99: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam

Akan tetapi, Beliau menekankan bahwa pengejaran akan kebahagiaan kita sendiri tidak sepantasnya dengan pengorbanan orang lain. 

Kebahagiaan seperti itu bersifat sementara dan pada akhirnya membawa penderitaan pada diri kita sendiri. 

Dengan membantu dan memberikan kebahagiaan secara tidak terbatas kepada orang lain, kebahagiaan kita bukan hanya terpelihara, tetapi terjaga untuk jangka waktu yang lama.

Page 100: Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 2

Dipersiapkan oleh T Y Lee

www.justbegood.net