Upload
dedy-gunawan-baringbing
View
62
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bahan Kuliah
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan salah satu jenis tumor ganas terbanyak pada
perempuan dengan angka kejadian sebanyak 22% dari semua kasus baru kanker
pada perempuan.1 Data yang diperoleh dari registrasi unit radioterapi RSUP
Kariadi Semarang kanker payudara pada tahun 2011 menduduki peringkat kedua
dari seluruh penyakit keganasan dengan angka kejadian 179 kasus kanker
payudara. Sedangkan untuk kasus kanker payudara stadium lokal-lanjut yang
mencakup batasan TNM T3,T4 dengan N2 dan atau N3, memiliki insidensi
kurang dari 5% di Amerika, berbeda dengan di negara berkembang seperti
Indonesia insidensinya cukup tinggi mencapai 30 – 50 % dengan perkiraan
250.000 - 350.000 kasus baru setiap tahunnya.2
Prognosis penderita keganasan payudara diperkirakan buruk jika usianya
muda, menderita kanker payudara bilateral, mengalami mutasi genetik, dan
adanya tripple negative yaitu grade tumor tinggi, ER–PR negatif, dan reseptor
permukaan sel HER–2 yang juga negatif.1 Hal ini juga bisa disebabkan oleh
karena perubahan gaya hidup, konsumsi makanan berkadar lemak tinggi diduga
menjadi pemicu.3 Selain itu prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran
dan potensi metastasis. Bila tidak diobati, ketahanan hidup lima tahun adalah 16-
22% , sedangkan ketahanan hidup sepuluh tahun adalah 1-5%.4
Salah satu modalitas terapi yang digunakan untuk meningkatkan angka
harapan hidup kanker payudara stadium lokal-lanjut adalah dengan pembedahan
yang diikuti dengan pemberian kemoterapi baik adjuvan (sesudah pembedahan)
ataupun neoadjuvan (sebelum pembedahan) diikuti dengan radioterapi adjuvan.5
Dimana terapi adjuvan merupakan terapi tambahan pada terapi utama yang
berguna untuk menghancurkan sel kanker yang mikroskopik mungkin masih ada.6
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Soegijanto tentang angka
kelangsungan hidup penderita kanker payudara yang dirawat di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta, dilaporkan bahwa angka harapan hidup tiga tahun pasien
kanker payudara stadium II sebesar 27% dan stadium III sebesar 16%.7 Perez dkk.
2
melakukan penelitian terhadap 281 pasien kanker payudara lokal-lanjut dan
didapatkan angka harapan hidup 81% untuk pasien yang dilakukan kontrol
lokoregional dengan mastektomi dan radioterapi sedangkan 42% untuk yang
menerima terapi radiasi saja.8 Menurut hasil penelitian Gabriel N. Hortobagyi,
dkk., angka harapan hidup 5 tahun pasien kanker payudara stadium lokal-lanjut
yang menerima terapi kombinasi kemoterapi 5-fluorouracil, Adriamycin
(doxorubicin), and cyclophosphamide (CAF) diikuti dengan radioterapi dan
pembedahan yaitu 84% untuk stadium IIIA dan 44% stadium IIIB.8
Melihat masih beragamnya laporan angka harapan hidup, sehingga perlu
dilakukan penelitian angka harapan hidup penderita kanker payudara yang
dilakukan kemoterapi ataupun terapi kemoradiasi di RSUP Dr. Kariadi,
khususnya untuk angka harapan hidup dua tahun yang belum pernah dilaporkan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Epidemiologi Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan salah satu jenis tumor ganas terbanyak pada
perempuan dengan angka kejadian sebanyak 22% dari semua kasus baru kanker
pada perempuan. Keganasan pada payudara dapat menyerang lapisan-lapisan dari
payudara baik epitel maupun jaringan mesenkim. Sedangkan untuk kanker
payudara berarti keganasan yang mengenai sel epitel payudara, contohnya
karsinoma duktal dan karsinoma lobular.8
2.2 Faktor Risiko Kanker Payudara6
Penyebab secara pasti belum diketahui. Namun risiko untuk menderita
kanker payudara meningkat pada wanita yang mempunyai faktor risiko. Yang
termasuk faktor risiko kanker payudara adalah :
1. Jenis kelamin wanita. Insiden kanker payudara pada wanita dibanding pria
lebih dari 100:1. Secara umum 1 dari 9 wanita Amerika akan menderita
kanker payudara di sepanjang hidupnya.
2. Usia. Risiko meningkat dari 1:5900 ke 1:290 antara dekade ke tiga dan ke
delapan. Wanita usia 60-79 tahun mempunyai kemungkinan menderita
kanker payudara 1: 14 dibanding wanita usia kurang dari 39 tahun.
3. Riwayat keluarga : pasien dengan riwayat keluarga tingkat pertama (ibu
dan saudara kandung) mempunyai risiko 4-6 kali dibanding wanita yang
tidak mempunyai faktor risiko ini. Usia saat terkena juga mempengaruhi
faktor risiko, pasien dengan ibu didiagnosa kanker payudara saat usia
kurang dari 60 th risiko meningkat 2 kali. Pasien dengan keluarga tingkat
pertama premenopause menderita kanker payudara bilateral, mempunyai
risiko 9 kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama postmenopause
menderita kanker payudara bilateral mempunyai risiko 4-5,4 kali.
4. Usia melahirkan anak pertama, jika usia 30 atau lebih risiko 2 kali
dibanding wanita yang melahirkan usia kurang dari 20 tahun.
4
5. Riwayat menderita kanker payudara, juga merupakan faktor risiko untuk
payudara kontralateral. Risiko ini tergantung pada usia saat diagnosis.
Risiko ini meningkat pada wanita usia muda.
6. Predisposisi genetikal. Risiko ini berjumlah kurang dari 10% kanker
payudara. Autosomal dominant inheritance terlihat pada Li-Fraumeni
syndrome, Muir-Torre syndrome, Cowden disease, Peutfz-jeghers
syndrome dan mutasi BRCA-1 dan BRCA-2. Risiko untuk menderita
kanker payudara menderita kanker payudara mendekati 50% bila usia
kurang dari 50 tahun dan lebih 80% sebelum usia 65 tahun. Ataxia
telangectasis (Autosomal recessive inheritances) merupakan faktor risiko
lain.
7. Ductal carcinoma in situ (DCIS) dan Lobular carcinoma in situ (LCIS)
pada biopsy. Hal ini merupakan marker untuk terjadinya lesi invasive.
8. Proliferasi beningna dengan hyperplasia atipikal : faktor ini meningkatkan
risiko 4 kali. Atipikal dan hyperplasia disertai adaya riwayat keluarga
risiko meingkat 10 kali. Pada tumor jinak yag menunjukkan ekspresi
reseptor estrogen dan progesterone risikonya 3,2 kali (Kahn). Hiperplasi
atipikal terlihat pada 10% specimen biopsi.
9. Radiasi : Radiasi pada usia dibawah 16 mempunyai risiko 100 kali, radiasi
sebelum umur 20 tahun mempunyai risiko 18 kali, usia 20-29 tahun risiko
6 kali, radiasi setelah usia 30 tahun risiko tidak bermakna. Lebih kurang
0,1% pasien yang diradiasi akan timbul sarcoma setalah 5 tahun.
10. Perubahan gaya hidup : diet tinggi kalori, diet tinggi lemak, konsumsi
alkohol dan merokok, dan obesitas pada menopause.
11. Hormonal : menarche dibawah 12 tahun risiko 1,7-3,4 kali, menopause
diatas 55 tahun risiko 1,5 kali. Penggunaan oral kontrasepsi lebih dari 8-10
tahun juga meningkatkan risiko.
5
2.3 Stadium10
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan TNM dari AJCC 2002
Klasifikasi Definisi
Tumor Primer
TX Tumor Primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti lesi primer
Tis Karsinoma in situ. Mencakup karsinoma in situ duktal atau
karsinoma in situ lobular, penyakit paget papilla mamae tanpa
nodul (penyakit paget dengan nodul diklasifikasikan menurut
ukuran nodul).
T1 Diameter tumor terbesar <= 2cm.
T1mic Infiltrasi mikro <= 0,1 cm
T1a Diameter terbesar > 0,1 cm, tapi <= 0,5 cm.
T1b Diameter terbesar > 0,5 cm, tapi <= 1cm
T1c Diameter terbesar > 1cm, tapi <= 2cm
T2 Diameter tumor terbesar > 2 cm, tapi <= 5 cm.
T3 Diameter tumor terbesar > 5 cm.
T4 Berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding
toraks atau kulit (dinding torak termasuk tulang iga, m.
intercostalis dan m. seratus anterior, tak termasuk m.
pektoralis.
T4a Menyebar ke dinding toraks.
T4b Udem kulit mamae (termasuk peau d’orange) atau ulserasi,
atau nodul satelit di mamae ipsilateral.
T4c Terdapat 4a dan 4b sekaligus.
T4d Karsinoma mamae inflamatorik.
Limfe Regional
NX Kelenjar limfe regional tak dapat dinilai
N0 Tak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1 Difosa aksilar ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe
mobil
6
N2 Kelenjar limfe metastasik fosa aksilar ipsilateral saling
konfluen dan terfiksasi dengan jaringan lain; atau bukti klinis
menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria
interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar.
N2a Kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluem dan
terfiksasi dengan jaringan lain.
N2b Bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe
mamaria interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe
aksilar.
N3 Metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti
klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe
mamaria kelenjar limfe aksilar atau metastasis kelenjar limfe
supraklavikular ipsilateral.
N3a Metastasis kelenjar limfe infraklavikular
N3b Bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe
mamaria interna dan metastasis kelenjar limfe aksilar.
N3c Metastasis kelenjar limfe supraklavikular
Metastase jauh
MX Metastasis jauh tak dapat dinilai
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Ada metastasis jauh.
Pengelompokan Stadium
2.4 Gejala dan Tanda6
7
Adapun tanda dan gejala kanker payudara adalah :
Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit
Bentuk putting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus-menerus)
atau puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge).
Ada perubahan pada kulit payudara di antaranya berkerut seperti kulit jeruk
(peau d’orange), melekuk kedalam (dimpling) dan borok (ulcus).
Adanya benjolan-benjolan kecil didalam atau kulit payudara (nodul satelit).
Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh (paget disease).
Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.
Terasa sakit/nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker)
Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal-
awalnya tidak terasa sakit.
Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara.
Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara.
2.5 Diagnosis
Semua wanita dengan usia lebih dari 30 tahun, yang memiliki benjolan
atau mengeluhkan kelainan-kelainan dari payudaranya, akan disarankan oleh
dokter untuk melakukan skrining. Skrining payudara seperti pemeriksaan
mammografi bilateral bertujuan untuk membantu menegakkan diagnosis.
Benjolan atau kelainan dari payudara yang ditemukan saat mammogram pada
umumnya merupakan tanda awal dari kanker payudara.7 Pemeriksaan diagnostik
dengan mammografi mampu memeriksa payudara dengan lebih teliti dan
memberikan informasi yang lebih akurat tentang adanya suatu tumor. Hanya
sekitar 90% dari kanker payudara dapat dilihat pada mammogram. Jika
mammogram tidak memberikan informasi yang cukup, mungkin USG atau MRI
bisa dilakukan.6
Semua benjolan payudara yang ditemukan dengan mammogram harus
diuji lebih teliti. Salah satunya yaitu pemeriksaan sitologi dengan aspirasi jarum
kecil. Hasilnya bisa diperoleh pada hari yang sama. Bila hasil menunjukkan sel
abnormal, langkah selanjutnya dilakukan biopsi jaringan disebut juga biopsi
8
eksisional. Biopsi eksisional ini dilakukan untuk mengambil sampel yang lebih
besar dari jaringan payudara. Tindakan ini dilakukan di bawah pembiusan. Lalu
ahli patologi akan memotong tipis jaringan itu dan memeriksanya dengan
mikroskop.7
2.6 Terapi
Beberapa tindakan terapi yang dilakukan untuk kanker payudara antara
lain :
1. Operatif
Tindakan operasi untuk kanker dapat berupa :
a. Operasi kuratif yang pada umumnya berupa operasi radikal yaitu dengan
mengangkat seluruh tumor beserta ekstensi lokalnya.
b. Operasi paliatif
Dengan banyak cara, diantaranya eksisi sederhana, operasi debulking, by-
pass operation, dan sebagainya.6
2. Terapi radiasi
Radioterapi merupakan terapi dengan sinar pengion berenergi tinggi untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Pengaruh radiasi pada jaringan tubuh ditentukan
oleh radiosensitivitas jaringan yang bersangkutan,yang pada umumnya kanker
lebih sensitif terhadap radiasi dibandingkan jaringan normal. Radiasi pada
payudara sering diberikan setelah tindakan pembedahan breast-conserving untuk
membantu menurunkan kemungkinan residif.5
Radioterapi dapat diberikan dengan tujuan :
a. Kuratif untuk tumor lokoregional yang radiosensitif dan radioresponsif
yang sukar operasinya.
b. Paliatif pada tumor lanjut yang radioresponsif yang inoperabel, ulkus
yang berbau, metastase tulang untuk menghilangkan rasa nyeri dan
mencegah terjadinya fraktur, serta mengatasi perdarahan.
9
Sinar yang dipakai untuk radioterapi yaitu sinar Alfa yang merupakan
partikel dari inti atom, sinar Beta atau sinar elektron, dan sinar Gamma yang
merupakan sinar elektromagnetik (foton).6
Terapi radiasi dapat diberikan dalam 2 cara utama, yaitu :
a. Radiasi Eksterna (Teletheraphy)
Sumber sinar berupa sinar-X atau radioisotop yang ditempatkan di luar
tubuh. Sinar diarahkan ke tumor yang akan diberi radiasi.
b. Radiasi Interna (Brachytherapy)
Sumber radiasi diletakkan di dalam tumor atau berdekatan dengan tumor
di dalam rongga tubuh. Radiasi interna dibagi beberapa macam yaitu :
1) Interstitial, yaitu radioisotop yang berupa jarum lalu ditusukkan ke
dalam tumor
2) Intracavitair, dapat dilakukan dengan :
a) After loading, dimana radioisotop dapat dimasukkan ke dalam
organ tubuh yang terdapat tumor, seperti vagina, uterus, rektum,
dan lain-lain tanpa membahayakan tenaga medis yang memasang
radioisotop tersebut.
b) Instalasi, dimana radioisotop disuntikkan ke dalam rongga tubuh
seperti pleura atau peritoneum.
c) Intravena
Larutan radioisotop disuntikkan ke dalam vena. Misalnya I131
yang disuntikkan intravena akan diserap oleh tiroid untuk
mengobati kanker tiroid.6
3. Kemoterapi
Merupakan pengobatan dengan obat pembunuh kanker yang dapat
diberikan melalui pembuluh darah atau melalui mulut. Obat masuk melalui aliran
darah untuk mencapai sel-sel kanker di sebagian besar tubuh. Kemoterapi
diberikan dalam siklus, dengan masing-masing periode perawatan diikuti dengan
periode pemulihan. Pengobatan biasanya berlangsung selama beberapa bulan. 8
10
Berikut adalah beberapa macam obat anti-kanker :
a. Kombinasi obat kemoterapi yang telah menjadi standar :
- CMF : Cyclophosphamide – Methotrexate – 5 Fluoro Uracil
- AC : Adriamycin (doxorubicin) – Cyclophosphamide
- CAF : Cyclophosphamide – Adriamycin – 5 Fluoro Uracil
- CEF : Cyclophosphamide – Epirubicin – 5 Fluoro Uracil
- T-A : Taxanes – Doxorubicin
b. Obat kemoterapi second-line antara lain Gemcitabine dan Gapecitabine
c. Obat kemoterapi third-line antara lain Vinoralbine, Carboplatin, Cisplatinum
Obat-obat anti kanker dalam kemoterapi dapat diberikan sebagai :
a) Terapi utama pada kanker yang sifatnya kemosensitif seperti leukemia,
sarkoma ewing, lymphoma maligna, kanker paru, dan lain-lain. Obat anti
kanker dapat juga diberikan pada kanker yang telah menyebar jauh yang
umumnya sudah stadium IV, seperti kanker pada payudara, paru, serviks,
mulut, dan sebagainya.
b) Terapi tambahan (adjuvan) pada kanker lokal atau lokoregional seperti kanker
payudara, serviks, colon, paru, lambung dan sebagainya yang umumnya
diberikan pasca operasi dan/atau pasca radioterapi untuk kanker yang
kemoresponsif. Adjuvan kemoterapi dapat mengurangi frekuensi residif atau
metastase. Belakangan ini adjuvan kemoterapi ada yang diberikan pra-operasi
atau pra-radioterapi yang disebut Neo Adjuvan Kemoterapi.6
- Kemoterapi adjuvan : 6 siklus
- Kemoterapi paliatif : 12 siklus
- Kemoterapi neo adjuvan : 3 siklus pra terapi primer ditambah 3 siklus
pasca terapi primer
- Kemoterapi terapeutik : diberikan jangka panjang dengan tujuan paliatif5
Menurut penelitian yang dilakukan S.A. Gurchani, pemberian neo adjuvan
kemoterapi kombinasi dari cisplatin dan doxorubicin terbukti efektif pada kanker
payudara stadium lokal lanjut yang juga dilakukan terapi primer pembedahan.3
11
4. Terapi hormon
Terapi hormonal adalah bentuk lain dari terapi sistemik. Hal ini paling
sering digunakan sebagai terapi adjuvant untuk membantu mengurangi risiko
kanker datang kembali setelah operasi, tetapi dapat juga digunakan sebagai
pengobatan neoadjuvant. Hal ini juga digunakan untuk mengobati kanker yang
telah datang kembali setelah pengobatan atau telah menyebar.4
Macam terapi hormonal :
1. Additive : pemberian tamoxifen
2. Ablative : bilateral oophorectomi20
5. Terapi Target
Obat-obat dalam terapi target ini memiliki kerja yang berbeda daripada
obat kemoterapi standar. Terapi ini merupakan yang paling sering digunakan
bersamaan dengan kemoterapi saat ini.5
Obat-obat target ditujukan terutama jika ada indikasi yaitu adanya ekspresi
protein tertentu pada jaringan kanker, seperti :
- Ekspresi HER2/Neu protein : Trastuzumab
- Ekspresi VEGF/R : Bevacizumab
Setiap terapi yang dipilih perlu dilakukan Follow-up untuk evaluasi
tindakan:
1. Tahun pertama dan kedua : kontrol tiap 2 bulan
2. Tahun ketiga sampai dengan kelima : kontrol tiap 3 bulan
3. Setelah tahun kelima : kontrol tiap 6 bulan
2.7 Prognosis10
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis. Tapi yang paling jelas dan
berpengaruh terbesar atas prognosis adalah kondisi kelenjar limfe dan stadium.
Dari hasil analisis atas data 6263 kasus karsinoma mamae yang operable di RS
Kanker Univ. Zhongshan adalah sebagai berikut :
12
StadiumStadium 5 Years (%)5 Years (%) 10 Years (%)10 Years (%)
II 9090 8080
IIII 7070 5050
IIIIII 5500 2020
IVIV 1818 66
13
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Saudah
Tanggal Lahir : 5 Juni 1967
Alamat : Dusun XI Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak
No. RM : 58.57.71
Tanggal Masuk : 28 Desember 2013
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak Napas
Telaah : Hal ini sudah dialami pasien sejak ± 2 bulan ini, hilang
timbul dan memberat dalam 4 hari ini sehingga os tidak dapat
beraktivitas normal. Os merasakan sesak nafas berkurang bila
os miring ke kanan. Riwayat suara nafas berbunyi tidak
dijumpai.
Nyeri dada kanan dialami os dalam 2 bulan ini, memberat bila
os batuk kuat dan bernafas dalam. Batuk berdarah tidak
dijumpai, demam tidak dijumpai.
Penurunan nafsu makan dialami os dalam 2 bulan ini disertai
penurunan BB ± 7kg. Riwayat merokok tidak dijumpai.
Os juga mengeluhkan adanya benjolan di payudara kanan. Hal
ini telah dialami sejak 2 tahun ini, dirasakan os semakin lama
semakin membesar, dan menjadi borok selama 1 tahun
terakhir. Selama ini os berobat tradisional.
Os dengan menarche usia 10thn, jumlah anak 2 orang,
menyusui > 2 tahun, melahirkan anak pada usia 24 tahun,
riwayat penggunaan obat kontrasepsi hormonal berupa pil dan
suntik.
RPT : Tidak jelas
RPO : Tidak jelas
14
PEMERIKSAAN UMUM
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/i
Pernapasan : 32 x/i
Anemis : Tidak dijumpai
Sianosis : Tidak dijumpai
Dispnoe : Dijumpai
Ikterik : Tidak dijumpai
Oedem : Tidak dijumpai
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Dalam Batas Normal
Leher : Dalam Batas Normal
Thoraks :
Inspeksi : Benjolan pada dada kanan, ukuran 4,2 x
4,8 cm, konsistensi keras, permukaan tidak
rata, batas tidak tegas, mobile, nyeri tekan
dijumpai. Ketinggalan bernapas pada dada
kanan.
Palpasi : Stem Fremitus Kanan < Kiri
Perkusi : Beda pada lapangan paru kanan
Auskultasi : Suara Pernapasan : Menghilang pada paru
kanan. Vesikuler pada paru kiri
Suara Tambahan : Tidak dijumpai
Abdomen : Dalam Batas Normal
Ekstremitas : Dalam Batas Normal
DIAGNOSIS KERJA
Right Breast Neoplasm susp. Malignancy T4bN1Mx + Efusi Pleura Dextra
15
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Cek Darah Lengkap
- AGDA
- Foto Thoraks
Hasil Cek Darah Lengkap dan AGDA
Tanggal 28/12/2013
Hemoglobin 12.00 g %
Eritrosit 4.17 x 106 / mm3
Leukosit 30.59 x 103 / mm3
Hematokrit 36.00 %
Trombosit 403 x 103 / mm3
MCV 86.30 fl
MCH 28.80 pg
MCHC 33.30 g %
Ph 7.438
pCO2 38.3 mmHg
pO2 160.8 mmHg
HCO3 30.7 mmol / L
Total CO2 32.1 mmol / L
BE 5.8 mmol / L
SaO2 99.6 %
Hasil Foto Thoraks
16
Kesimpulan : Efusi pleura kanan masif, masih mungkin proses metastasis.
DIAGNOSIS SEMENTARA
Right Breast Neoplasm susp. Malignancy T4bN1M1 (Pleura) + Efusi Pleura
Dextra Masif
PENATALAKSANAAN
- O2 via nasal canule 4 L / i
- IVFD NaCl 0,9 % 20 gtt / i
- Inj. Ceftriaxone 1 gram / 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp / 8 jam
RENCANA
17
- Thoracic Drainage
- Staging
- Biopsi insisional
- Follow Up
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
28
Desember
2013
Sesak
Nafas
Terpasang drain,
produksi ± 600 cc
serous / 12 jam.
Klem tetap
dipertahankan.
Susp. Ca Mammae
+ efusi post thoracic
drainage + WSD
- cefadroxil 2x1
- ranitidine 2x1
- paracetamol 3x1
R/ Staging
29
Desember
2013
Sesak
Nafas
Terpasang drain,
produksi ± 600 cc
serous / 12 jam.
Klem tetap
dipertahankan.
Susp. Ca Mammae
+ efusi post thoracic
drainage + WSD
- cefadroxil 2x1
- ranitidine 2x1
- paracetamol 3x1
30
Desember
2013
Sesak
nafas
berkurang
Karnofsky 60, LO
terbalut verban.
Drain= 500 cc/ 24
jam, serous, undulasi
(+)
(R) Breast
Neoplasma
Susp.Maligna
T4bN1M1 (pleural)
- cefadroxil 2x1
- ranitidine 2x1
- paracetamol 3x1
R/ USG Liver
31
Desember
2013
Sesak
nafas
berkurang
Karnofsky 60, LO
terbalut verban.
Drain= 500 cc/ 24
jam, serous, undulasi
(+)
(R) Breast
Neoplasma
Susp.Maligna
T4bN1M1 (pleural)
- cefadroxil 2x1
- ranitidine 2x1
- paracetamol 3x1
01 Januari
2014
Sesak
nafas
berkurang
Karnofsky 60, LO
terbalut verban.
Drain= 500 cc/ 24
jam, serous, undulasi
(R) Breast
Neoplasma
Susp.Maligna
- cefadroxil 2x1
- ranitidine 2x1
- paracetamol 3x1
18
(+) T4bN1M1 (pleural)
02 Januari
2014
Sesak
nafas
berkurang
Karnofsky 60, LO
terbalut verban.
Drain= 500 cc/ 24
jam, serous, undulasi
(+)
(R) Breast
Neoplasma
Susp.Maligna
T4bN1M1 (pleural)
- cefadroxil 2x1
- ranitidine 2x1
- paracetamol 3x1
03 Januari
2014
Sesak
nafas
berkurang
Karnofsky 60, LO
terbalut verban.
Drain= 100 cc/ 24
jam, serous, undulasi
(+)
(R) Breast
Neoplasma
Susp.Maligna
T4bN1M1 (pleural)
- cefadroxil 2x1
- ranitidine 2x1
- paracetamol 3x1
04 Januari
2014
Sesak
nafas
berkurang
Karnofsky 60, LO
terbalut verban.
Drain= 100 cc/ 24
jam, serous, undulasi
(+)
(R) Breast
Neoplasma
Susp.Maligna
T4bN1M1 (pleural)
- cefadroxil 2x1
- ranitidine 2x1
- paracetamol 3x1
05 Januari
2014
Sesak
nafas
berkurang
Karnofsky 60, LO
terbalut verban.
Drain= 100 cc/ 24
jam, serous, undulasi
(+)
(R) Breast
Neoplasma
Susp.Maligna
T4bN1M1 (pleural)
- cefadroxil 2x1
- ranitidine 2x1
- paracetamol 3x1
06 Januari
2014
Sesak
nafas
berkurang
Karnofsky 60, LO
terbalut verban.
Drain= 100 cc/ 24
jam, serous, undulasi
(+)
(R) Breast
Neoplasma
Susp.Maligna
T4bN1M1 (pleural)
- cefadroxil 2x1
- ranitidine 2x1
- paracetamol 3x1
DAFTAR PUSTAKA
19
1. DEPKES RI. Jika Tidak Dikendalikan 26 Juta Orang di Dunia Menderita
Kanker. 2009.
2. US Cancer Statistic Working Group. United States Cancer Statistic : 1999-
2007 Incidendence and Mortality Web Rased Report. Atlanta (GA) :
Departement of Health and Human Service, Centers for Disease Control and
Prevention, and National Cancer Institute; 2010.
3. Cancer Research UK. Breast Cancer- UK Incidence Statistic.2008.
4. G. Shaheen, dkk. Prevalence of Breast Cancer in Punjab. The Internet Journal
of Public Health. 2011.
5. American Cancer Society. What is Breast Cancer. 2011.
6. Suyatno, Emir T. Pasaribu. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta :
Sagung Seto. 2009. P. 35-82
7. Sjamsuhidajat R., Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta :
EGC.2009. P. 387-402.
8. Jay R, dkk. Disease of the Breast. 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins;
2009. P.754-60.
9. Manuaba, IBTW. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid. Jakarta : Sagung
Seto.2010. P. 17-50.
10. Wan Desen, dkk. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: FK UI. 2011.
P.366-380