Upload
vumien
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
86
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan
antarkecamatan di Kabupaten Bantul tahun 2010-2015 dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Tipologi wilayah kecamatan di Kabupaten Bantul berdasarkan Tipologi
Klassen terbagi dalam 2 kategori. Kecamatan yang termasuk kategori daerah
maju adalah Kecamatan Banguntapan, Sewon, Kasihan, dan Bantul. 13
kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Sedayu, Pajangan, Piyungan, Pleret,
Dlingo, Imogiri, Jetis, Pandak, Bambanglipuro, Pundong, Kretek, Sanden, dan
Srandakan merupakan kategori daerah relatif terbelakang.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi ketimpangan antarkecamatan di Kabupaten
Bantul adalah sebagai berikut.
a. Pertumbuhan ekonomi, berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ketimpangan pembangunan antarkecamatan di Kabupaten Bantul.
b. Tingkat orang yang bekerja, berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ketimpangan pembangunan antarkecamatan di Kabupaten Bantul.
c. Konsentrasi sektor primer, konsentrasi sektor sekunder, dan konsentrasi
sektor tersier tidak berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan
pembangunan antarkecamatan di Kabupaten Bantul.
87
5.2 Implikasi Kebijakan
Implikasi penelitian ini khususnya terhadap Pemerintah Kabupaten Bantul
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Kecamatan Srandakan, Sanden, Kretek, Pundong, Bambanglipuro, Pandak,
Jetis, Imogiri, Dlingo, Pleret, dan Sedayu memiliki potensi konsentrasi sektor
primer yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi sektor sekunder dan
tersier. Pembangunan sektor primer dapat dilakukan pada kecamatan-
kecamatan tersebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kecamatan
misalnya melalui program mekanisasi pertanian serta penggunaan teknologi
tepat guna dalam budidaya pertanian, perikanan, dan kehutanan.
2. Kecamatan Bantul memiliki potensi dalam hal konsentrasi sektor tersier dan
sebagai ibu kota kecamatan berpotensi untuk terus mengembangkan sektor
tersier. Pengembangan sektor tersier dapat dilakukan dengan peningkatan
fasilitasi dan pelatihan yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi yang
dapat dilakukan oleh instansi terkait.
3. Kecamatan Piyungan dan Pajangan memiliki konsentrasi sektor sekunder yang
lebih tinggi dibandingkan konsentrasi sektor primer dan tersier. Peningkatan
infrastruktur serta sarana prasarana dapat memepermudah mobilisasi input
maupun output sektor sekunder sehingga sektor sekunder dapat berkembang.
Kebijakan yang dapat dilakukan misalnya perbaikan sarana transportasi dan
komunikasi. Ekspansi sektor sekunder juga dapat menyerap lebih banyak
tenaga kerja dari kecamatan yang bersangkutan maupun kecamatan-kecamatan
88
lain di Kabupaten Bantul sehingga dapat meningkatkan pemerataan
pendapatan daerah.
4. Kecamatan Banguntapan, Sewon, dan Kasihan memiliki konsentrasi sektor
sekunder dan tersier yang jauh lebih tinggi dibanding kecamatan lain di
Kabupaten Bantul. Konsentrasi sektor sekunder dan tersier ini menjadikan
pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga kemakmuran yang diukur
menggunakan PDRB per kapita juga lebih tinggi di tiga kecamatan tersebut.
Sektor tersier lebih mudah berkembang dibandingkan dengan sektor sekunder
karena teknologi dan informasi kini berkembang pesat dengan adanya jasa-jasa
online yang dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Pengembangan sektor tersier dapat dilakukan di kecamatan yang berbatasan
dengan kecamatan yang memiliki konsentrasi tinggi misalnya Kecamatan
Sedayu, Piyungan, Pleret, Jetis. Dampak pengembangan sektor tersier semakin
lama semakin menyebar ke arah selatan atau ke daerah relatif terbelakang yang
akan menjadikan pertumbuhan ekonomi di daerah terbelakang dapat tumbuh
cepat dan kemudian kemakmuran juga dapat meningkat. Peran pemerintah
dalam pengembangan sektor sekunder maupun tersier ini adalah memacu
investasi pemerintah maupun swasta dengan fasilitasi sarana prasarana
pembangunan serta peningkatan pelayanan perijinan untuk mengembangkan
lapangan usaha.
89
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu belum mampu menjelaskan
keterkaitan atau interaksi ekonomi suatu daerah terhadap daerah lain (analisis
ekonometrika spasial) karena untuk menganalisis interaksi antardaerah
membutuhkan periode penelitian yang panjang.
5.4 Saran
Bagi peneliti lain yang hendak menindaklanjuti penelitian ini, maka
disarankan untuk penggunaan data dengan rentang waktu yang panjang agar dapat
menganalisis interaksi antarkecamatan.