Upload
nguyentu
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
54 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Bab V
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pada
Pendidikan Menengah Kejuruan
Pendekatan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (competence-besed curriculum
development) sudah lama digunakan oleh pendidikan menengah kejuruan, yaitu pengembangan
kurikulum pendidikan menengah kejuruan yang didasarkan atas kebutuhan dan tuntutan
kompetensi jabatan yang ada di dunia kerja, baik dunia usaha maupun dunia industri.
Tujuan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi di pendidikan menengah kejuruan
adalah agar kompetensi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) relevan dengan kebutuhan
ketenagakerjaan di dunia usaha dan industri. Diharapkan adanya link and matchantara dunia
pendidikan kejuruan dengan dunia kerja, artinya ada keterhubungan dan kesesuaian antara dunia
pendidikan kejuruan dengan dunia kerja.
Untuk mempertahankan link and matchantara pendidikan menengah kejuruan dengan dunia
kerja, maka bukan hanya kurikulumnya saja yang didasarkan atas tuntutan kompetensi dunia
kerja, melainkan juga dalam penyelenggaraan pendidikan dan evaluasinya.
Konsep dual system (sistem ganda) di SMK merupakan implementasi link and match,
sehinggaproses pembelajaran di pendidikan menengah kejuruan tidak hanya dilaksanakan di
sekolah tetapi juga di dunia kerja, yaitu di perusahaan dan industri yang menjadi
pasanganSMK.Setiap SMK diharapkan dapat memiliki industri atau perusahaan pasangan, tempat
para siswa SMK melakukan Praktek Kerja Industri (Prakerin), atau dalam istilah umumnya yaitu
magang (apprenticeship).Tamatan SMK bukan hanya harus mengikuti Ujian Nasional (UN) untuk
mendapatkan STTB, mereka juga harus menempuh Ujian Kompetensi yang dilakukan oleh
organisasi profesi agar mereka mendapatkan Sertifikat Kompetensi.Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP) sedang berupaya agar Sertifikat Kompetensi yang diperoleh siswa SMK bukan
hanya berlaku secara nasional tetapi juga pada tataran Internasional.
Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan bertujuan mengembangkan kompetensi
lulusannya dalam arti behavioral competency yang mengintegrasikan kognitif, afektif dan
psikomotorik agar mereka memiliki competence dalam arti memiliki kewenangan dan kapabilitas
untuk menduduki jabatan di dunia kerja.
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi di pendidikan menengah kejuruan, bukan
hanya dilaksanakan untuk mendapatkan dokumen kurikulum yang meliputi semua komponen
kurikulum yaitu tujuan, materi, metoda dan evaluasinya, tetapi juga pedoman-pedoman
penyelenggaraannya.
Dengan kata lain standar kompetensi sebagai tujuan kurikulum pada pendidikan menengah
kejuruan sudah berbasis kompetensi dunia kerja. Kurikulum berbasis kompetensi pada pendidikan
menengah kejuruan diorganisasikan sesuai dengan tuntutan kecakapan hidup (lifeskill) yaitu :
Program Normatif dimaksudkan agar siswa memiliki kompetensi kepribadian dan kompetensi
sosial.
Mata pelajaran dalam program normatif ini diarahkan agar siswa memiliki nilai-nilai personal
dan sosial yang bersumber dari nilai-nilai agama yang dapat diunjukkerjakan sebagai sosok
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 55
warga negara yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia.Para lulusan diharapkan memiliki
kecakapan hidup yang bersifat generik yaitu kecakapn mempelajari, kemandirian, percaya diri,
tenggang rasa, dan nilai serta sikap kewirausahaan.
Program Adaptif dimaksudkan agar siswa memiliki kompetensi akademik sehingga lulusan
dapat beradaptasi dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi.Cepatnya
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terjadinya
ketidakpastian (uncertainty). Dengan pemilikan konsep-konsep ilmu pengetahuan
(purescience) dalam program adaptif, siswa diharapkan memiliki kecakapan untuk
menanggulangi ketidakpastian (cope ability), atau kalau meminjam istilah Prof. Sanusi
(Direktur Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung), siswa diharapkan dapat
berselancar dalam chaos.
Melalui Program Adaptif dan Normatif ini para lulusan SMK diharapkan dapat memasuki
masyarakat belajar (learning society) dan masyarakat ilmiah (scientific society), sehingga
mereka bisa tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan jabatan di dunia kerja, dalam
masyarakat millenium III.
Program Keahlian dimaksudkan agar siswa memiliki kompetensi keahlian yang sesuai dengan
tuntutan jabatan di dunia kerja khususnya pada saat ini, mengingat jabatan vokasi bisa cepat
berganti karena pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) khususnya ICT
(Information and Communication Technology).
Pola kurikulum kejuruan tersebut diharapkan dapat membangun SDM yang cerdas, kompetitif,
produktif dan berakhlak mulia.Dengan demikian istilah SMK harus diartikan sebagai singkatan dari
Sekolah Menengah Kewirausahaan Kejuruan.
A. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Program
Keahlian Kejuruan SMK
Bagaimana proses pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dalamProgram Produktif
pada pendidikan menengah kejuruan?
Sesuai dengan uraian di atas, bahwa program keahlian diarahkan untuk memenuhi tuntutan
jabatan, pekerjaan dan tugas serta kegiatan yang ada di dunia kerja, maka hanya mata pelajaran
dalam program keahlian saja yang dapat dianalisis berdasarkan tuntutan dunia kerja. Sedangkan
program adaptif dan normatif meskipun tetap menggunakan pendekatan pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi (Competence–based Curriculum Development) tetapi caranya
berbeda.
Program studi di SMK atau yang dalam Kurikulum 1994 disebut Jurusan, dikembangkan
berdasarkan jabatan yang ada di dunia kerja.
Contohnya Program Studi Kesekretarisan di SMK dikembangkan berdasarkan kebutuhan
jabatan Sekretaris di perusahaan kecil atau Pembantu Sekretaris di perusahaan besar, karena
Sekretaris di perusahaan besar biasanya diisi oleh Tenaga lulusan D-III Kesekretarisan.
56 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Program Studi Akuntansi di SMK dikembangkan berdasarkan tuntutan kebutuhan Pembantu
Akuntan atau untuk mengisi jabatan Junior Accountant.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program studi yang ada di SMK diorientasikan
untuk mengisi jabatan teknisi/vokasi di dunia kerja.
Jabatan di dunia kerja dapat diurai atau dianalisis menjadi beberapa pekerjaan, yang biasa
disebut dengan analisis jabatan. Hasilnya adalah deskripsi jabatan yang berupa pekerjaan-
pekerjaan (jobs) yang menjadi tanggung jawab jabatan.
Pekerjaan di dunia kerja dapat diurai menjadi beberapa tugas, yang biasa disebut dengan job
analysis.Hasilnya adalah deskripsi pekerjaan (job description) yang berupa tugas-tugas pokok
yang menjadi tanggung jawab dalam penyelesaian suatu pekerjaan.
Setiap tugas terdiri dari beberapa kegiatan, yang disebut sebagai analisis tugas
(taskanalysis).Hasilnya adalah uraian tugas yang berupa kegiatan-kegiatan yang harus
dilaksanakan berkaitan dengan penyelesaian tugas pokok.Mengapa ada istilah TUPOKSI?Karena
pemenuhan tugas pokok merupakan prasyarat terselesaikannya pekerjaan, sehingga apabila
semua pekerjaan terselesaikan maka ―pejabat‖ tersebut berfungsi dalam memenuhi tuntutan
jabatan di dunia kerja.Analisis jabatan di dunia kerja dapat digambarkan dalam gambarberikut:
Gambar5.1 : Analisis Jabatan
Jabatan
Pekerjaan
n
Pekerjaan (job)
Tugas
Tugas (task)
Analisis
Analisis
Analisis
Analisis
Analisis
Kegiatan(activities)
Kegiatan
Analisis Jabatan
Analisis Pekerjaan
(Job analysis)
Analisis Tugas
(Task analysis)
Jobs
Vocation
Tasks
Activities
jobs
tasks
activities
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 57
Gambar5.1 tersebut menggambarkan proses analisis jabatan di dunia kerja yang menjelaskan
bahwa:
Jabatan terdiri dari beberapa pekerjaan (jobs)
Pekerjaan terdiri dari beberapa tugas (tasks)
Tugas terdiri dari beberapa kegiatan (activities)
Secara keseluruhan akan membangun piramida jabatan, seperti yang digambarkan dalam
gambar berikut ini:
Gambar 5.2: Piramida Jabatan
Berdasarkan piramida jabatan di dunia kerja dapat dikembangkan piramida program keahlian
di SMK seperti yang digambarkan dalam gambar berikut:
Gambar5.3 : Kesetaraan antara Analisis Jabatan di Dunia Kerja dengan Standar Isi danKompetensi di
Pendidikan Menengah Kejuruan
Jabatan
(vocation) Pekerjaan
(jobs) Tugas (task)
Kegiatan (activities)
Kompetensi Keahlian Program Studi
Kompetensi Mata Pelajaran
Mata Pelajaran
Standar Kompetensi Pokok Bahasan
Kompetensi Dasar Sub Pokok Bahasan
Tugas
a
Tugas
a
Tugas
a
Jabatan
Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan
Tugas
a
Tugas
a
Tugas
a
Kegiatan
a
Kegiatan Kegiatan
Dunia Kerja Dunia Pendidikan
58 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Gambar 5.3 menggambarkan bahwa:
Kompetensi jabatan (vocation) di dunia kerja merupakan landasan bagi penyususnan
kompetensi keahlian pada Program Studi, atau Program Keahlian
Kompetensi pekerjaan dijadikan landasan bagi penyusunan kompetensi mata
pelajaran
Kompetensi tugas pokok dijadikan landasan bagi penyusunan standar kompetensi
Kegiatan dalam melaksanakan tugas pokok dijadikan landasan bagi penyusunan
kompetensi dasar
Selanjutnya dapat digambarkan piramida Program Keahlian Kejuruan dalam gambar berikut
ini:
Gambar5.4: Piramida Program Keahlian
Kesetaraan kompetensi di dunia kerja dengan rumusan kompetensi dalam pendidikan
menengah kejuruan dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Dunia
Kerja
Dunia Pendidikan
Materi Kurikulum Tujuan dalam Rumusan
Kompetensi
Jabatan Program Studi
Kompetensi Keahlian Program Keahlian
Pekerjaan Mata Pelajaran
Kejuruan Kompetensi Mata Pelajaran
Tugas Pokok Bahasan
Esensial Standar Kompetensi (SK)
Kegiatan Sub Pokok Bahasan
Esensial Kompetensi Dasar (KD)
Tabel 5.1: Analisis Program Studi Berdasarkan Tuntutan Jabatan di Dunia Kerja
Kompetensi Program Keahlian
Kompetensi Mata Pelajaran
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 59
Tabel5.1di atas ini menggambarkan bagaimana kurikulum pendidikan menengah kejuruan
mengembangkan program studinya atau program keahliannya berdasarkan tuntutan kompetensi
jabatan di dunia kerja. Dengan kata lain Piramida Program Keahlian di SMK dikembangkan
berdasarkan Piramida Jabatan di dunia kerja, seperti yang diilustrasikan dalam gambar berikut
ini.
Dunia Kerja Pendidikan Kejuruan
Gambar5.5: Kesetaraan Piramida Jabatan dengan Piramida Program Keahlian Kejuruan
Berdasarkan gambar5.5tersebut dapat dirumuskan kesetaraan kompetensi kerja dengan
kompetensi lulusan di SMK sebagai berikut:
Kompetensi keahlian dari lulusan Program Studi di SMK diharapkan dapat memenuhi tuntutan
persyaratan jabatan di dunia kerja, yang dideskripsikan dalam uraian jabatan.Uraian jabatan
di dunia kerja adalah penyelesaian semua pekerjaan (Jobs) yang menjadi tanggung
jawabnya.Kompetensi keahlian di Program Studi SMK meliputi semua kompetensi mata
pelajaran keahlian (produktif) dalam program studi tersebut.
Kompetensi mata pelajaran keahlian (produktif) diharapkan dapat memenuhi tuntutan
persyaratan pekerjaan (job requirement) yang dideskripsikan dalam uraian pekerjaan (job
description).Uraian pekerjaan di dunia kerja adalah penyelesaian semua tugas–tugas yang
berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Kompetensi mata pelajaran keahlian (produktif) meliputi
semua standar kompetensi dalam mata pelajaran keahlian tersebut.
Standar Kompetensi (SK) dari mata pelajaran keahlian (produktif) diharapkan dapat
memenuhi tuntutan persyaratan tugas pokok atau uraian tugas (task description). Uraian
tugas dalam dunia kerja meliputi semua kegiatan yang harus diselesaikan yang berkaitan
dengan tugas pokok. Standar kompetensi meliputi semua kompetensi dasar yang
ketuntasannya terlihat dari indikatornya.
Berdasarkan dari uraian terdahulu dapat dibuat definisi masing–masing jenjang kompetensi
mulai dari urutan terkecil.
Standar kompetensi adalah penguasaan atau pemilikan satu pokok bahasan esensial mata
pelajaran keahlian/produktif yang dapat digunakan untuk menyelesaikan satu tugas dalam
Prodi (Program Keahlian/ Kompetensi Keahlian)
Mata Pelajaran (Kompetensi Mata Pelajaran)
Pokok Bahasan (Standar Kompetensi)
Tugas
Jabatan
Pekerjaan
60 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
pekerjaan (job) di dunia kerja, berlandaskan pada nilai–nilai agama dan sosial, sehingga
berdampak pada keuntungan sosial dan komersial.
Kompetensi mata pelajaran adalah penguasaan atau pemilikan semua pokok bahasan esensial
mata pelajaran keahlian/produktif yang dapat digunakan dalam penyelesaian satu pekerjaan
(job) di dunia kerja, berlandaskan pada nilai–nilai agama dan sosial, sehingga berdampak
pada keuntungan sosial dan komersial.
Kompetensi keahlian adalah penguasaan atau pemilikan semua pokok bahasan esensial dari
semua mata pelajaran keahlian/produktif yang dapat digunakan dalam penyelesaian semua
pekerjaan dalam satu jabatan di dunia kerja, berlandaskan pada nilai–nilai agama dan sosial
sehingga berdampak pada keuntungan komersial dan sosial.
Piramida kompetensi keahlian dalam Program Studi di SMK dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar5.6 : Piramida Program Keahlian
Semua definisi kompetensi tersebut diatas sejalan dengan definisi kompetensi teoritis
yang dikemukakan terdahulu, dan dapat disimpulkan sebagai konsep pendidikan berbasis
kompetensi yaitu:
Pertama, Kompetensi merupakan integrasi dari ilmu (kognitif), aplikasi amal (motorik) dan nilai–
sikap, iman (afektif).
Kedua, Pendidikan berbasis kompetensi berdimensi karakter atau akhlak mulia, karena
kompetensi adalah penggunaan ilmu dalam kehidupan atau penyelesaian pekerjaan
dengan berlandaskan nilai iman (berkarakter–berakhlak mulia) berdampak pada
keuntungan komersial dan sosial (rahmatan lil alamin).
Ketiga, Pendidikan berbasis kompetensi berdimensi kecerdasan karena ilmu murni (pure
science) dan ilmu terapan (applied science/teknologi) tidak dapat dikuasai atau dimiliki
dengan menghafalkannya, melainkan melalui mastery learning (belajar tuntas) yang
dilakukan oleh siswa secara aktif (student active learning). Dengan kata lain konsep-
konsep kunci ilmu terapan (applied science) hanya dapat dikuasai siswa dengan
belajar aktif menggunakan metoda berpikir ilmiah, atau menggunakan kecakapan
berpikir (thinking skill) atau kecerdasan.
Program Keahlian
Kompetensi Keahlian
Mata Pelajaran Keahlian
Kompetensi Mata Pelajaran
Mata Pelajaran Keahlian
Kompetensi Mata Pelajaran
Pokok Bahasan Esensial
Standar Kompetensi
Pokok Bahasan Esensial
Standar Kompetensi
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 61
Ketiga konsep pendidikan yang disimpulkan dari program keahlian tersebut berlaku pula pada
program adaptif dan program normatif.
Definisi kompetensi dalam program adaptif di SMK misalnya dalam mata pelajaran fisika yaitu:
Siswa menguasai konsep-konsep esensial fisika yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari maupun dalam memecahkan masalah pekerjaan dengan berlandaskan nilai-nilai agama dan
sosial.
Definisi kompetensi dalam program normatif di SMK, misalnya dalam pelajaran agama Islam:
Siswa memiliki nilai-nilai dan konsep-konsep agama Islam yang dapat diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari (ibadah muamalah) dan ritual agama Islam atau (ibadah mahdhah).
Ketiga konsep pendidikan berbasis kompetensi ini berlaku untuk semua
jenis dan jenjang pendidikan, dan dapat digunakan untuk
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi di semua jenis dan
jenjang pendidikan.
Konsep kompetensi yang mengintegrasikan ketiga domain ini berlandaskan konsep pendidikan
Islam yang akan dijelaskan pada bab-bab berikutnya, demikian juga pola pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi untuk program adaptif atau mata pelajaran yang bersifat
akademik dan mata pelajaran yang bersifat normatif.
Dalam bidang teknologi dan rekayasa di dunia kerja, dikenal Sarjana Teknik Sipil (Bangunan),
Pengawas Teknik Bangunan (Supervisor), Teknisi Bangunan dan Juru Teknik Bangunan.
Kualifikasi dan kompetensi mereka dapat digambarkan dalam piramida jabatan sebagai
berikut:
Gambar5.7: Piramida Jabatan dalam Teknik Bangunan
Piramida dalam gambar 5.7, menjelaskan jabatan-jabatan kerja di dunia kerja yang dapat diisi
oleh lulusan SMK, D-I, D-III, dan D-IV atau S1.Namun piramida jabatan tersebut tidak dapat
dijadikan standar bahwa seorang S1 harus dibantu oleh 3 (tiga) orang lulusan D-III.Untuk
menentukan jumlah Supervisor yang dibutuhkan harus dilakukan analisis jabatan dan beban
kerja.Dengan demikian piramida tersebut hanya menjelaskan tentang hirarki jabatan saja.
Kesetaraan kompetensi Juru Teknik di dunia kerja dengan kompetensi keahlian (kompetensi
mata pelajaran) di Program Studi Teknik Bangunan di SMK dapat digambarkan dalam gambar
berikut:
Sarjana Teknik Sipil) (D-IV/S1)
Supervisor (D-III)
Teknisi (D-I)
Juru Teknik (SMK)
62 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Gambar5.8: Struktur Kompetensi Prodi Teknik Bangunan SMK (Permen No.28 Tahun 2009)
Dari gambar5.8 tersebut dapat dijelaskan bahwa lulusan SMK Prodi Teknik Bangunan
diharapkan cukup kompeten dan qualified untuk menjadi Juru Teknik Bangunan agar dapat
menyelesaikan lima jenis pekerjaan, yaitu:
1. Teknik Konstruksi Baja,
2. Teknik Konstruksi Kayu,
3. Teknik Konstruksi Batu dan Beton,
4. Teknik Gambar Bangunan,
5. Teknik Furnitur.
Kompetensi Keahlian lulusan SMK dalam pekerjaan Teknik Konstruksi Baja adalah dapat
menyelesaikan tugas-tugas seperti yang ditetapkan dalam SK berikut:
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami dasar-dasarkonstruksi baja
1.1 Mendeskripsikan dasar-dasarbangunan gedung konstruksibaja
1.2 Menjelaskan bagian-bagian konstruksibaja
1.3 Menjelaskan material konstruksi baja
2. Menerapkan perencanaanstruktur konstruksi baja
2.1 Mendeskripsikan prinsip perencanaanstruktur konstruksi baja
2.2 Merancang struktur konstruksi baja 2.3 Membuat model struktur
konstruksibaja 2.4 Menggambar rencana
strukturkonstruksi baja secara manual
2.5 Menggambar rencana struktur konstruksi baja dengan software
3. Menerapkan perencanaananalisis struktur konstruksibaja
3.1 Mengidentifikasi struktur konstruksibaja
3.2 Membuat analisis struktur konstruksibaja secara manual
3.3 Membuat analisis struktur konstruksibaja menggunakan sotware
3.4 Membuat perencanaan detail
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 63
strukturpemikul momen biasa, terbatas, dan khusus
4. Mengelola material danperalatan 4.1 Mengidentifikasi spesifikasi baja 4.2 Menjelaskan proses
pengadaanmaterial dan peralatan 4.3 Menjelaskan proses
sistempenerimaan dan penyimpanan materialdan peralatan
4.4 Menjelaskan proses pendistribusianmaterial dan peralatan
4.5 Mengoperasikan sistem pengelolaan material dan peralatan
5. Membuat sambungan padapekerjaan konstruksi baja
5.1 Menjelaskan macam-macamsambungan konstruksi baja
5.2 Merancang sistem sambungankonstruksi baja
5.3 Menerapkan sistem sambungan pada konstruksi baja
6. Membuat konstruksi kudakuda 6.1 Menjelaskan prinsip-prinsipperancangan konstruksi kuda-kuda
6.2 Merancang konstruksi baja padapekerjaan konstruksi kuda-kuda
6.3 Membangun konstruksi baja pada pekerjaan konstruksi kuda-kuda
7. Melakukan pekerjaanbentangan/kolom padakonstruksi baja
7.1 Menjelaskan prinsip-prinsipperancangan pekerjaanbentangan/kolom
7.2 Merancang konstruksi baja padapekerjaan bentangan/kolom
7.3 Membangun konstruksi baja pada pekerjaan bentangan/kolom
8. Melakukan perakitan/fabrikasi pekerjaankonstruksi baja
8.1 Mengidentifikasi persiapan pekerjaanfabrikasi
8.2 Menginterprestasi gambar rencana danspesifikasi teknis
8.3 Melaksanakan pekerjaan pengelasandan sambungan baut
mur 8.4 Melaksanakan pekerjaan perakitan
konstruksi
9. Menggunakan pelapisanpermukaan padakonstruksi baja
9.1 Menjelaskan prinsip-prinsip pelapisanpermukaan
9.2 Membuat pekerjaan shotblast paintingpada konstruksi baja
9.3 Mengkreasikan pelapisan permukaankonstruksi baja dengan sistem pelapisan galvanis
10. Memahami sistempemeriksaan danperbaikan pada pekerjaankonstruksi baja
10.1 Menjelaskan prinsip-prinsip sistempemeliharaan dan perbaikan pekerjaankonstruksi baja
10.2 Menjelaskan cara penggantian elemenstruktur konstruksi baja
10.3 Mengidentifikasi kondisi konstruksi
baja 10.4 Memperbaiki elemen struktur
64 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
10.5 Memperbaiki pekerjaan dengan pengecatan ulang
11. Membuat portal baja 11.1 Menjelaskan prinsip-prinsipperancangan portal baja
11.2 Merancang sistem pemasangan portalbaja
11.3 Membangun sistem pemasangan pada pekerjaan portal struktur baja
12. Memahami prosespengawasan padapemasangan rangka atapbaja
12.1 Mengidentifikasi persiapanpengawasan pekerjaan kontraktor
12.2 Menjelaskan cara mengawasipengadaan material dan peralatan
12.3 Menjelaskan cara mengawasipekerjaan pengukuran dan fabrikasikomponen
12.4 Menjelaskan cara mengawasiperakitan/assembling komponen baja
12.5 Menjelaskan cara mengawasipekerjaan finishing
12.6 Menjelaskan cara mengawasipekerjaan pembuatan as built drawing
Tabel5.2:Kompetensi Kejuruan Teknik Konstruksi Baja
Apakah Kurikulum Berbasis Kompetensi SMK SudahBerkarakter?
Pada Bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa kompetensi di dunia kerja di definisikan sebagai
kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik (ability to perform–a
job well).Kompetensi merupakan kecakapan menyelesaikan pekerjaan dengan baik, yang dapat
diamati dan diukur dari unjuk kerjanya (performance).Kemampuan atau kecakapan dalam hal ini
berkaitan dengan dimensi perilaku, sehingga dalam dunia pendidikan disebut sebagai behavioral
competency. Dimensi perilaku ada tiga yaitu:
Kognitif, atau knowledge atau pemilikan ilmu, baik ilmu murni maupun ilmu terapan
atau teknologi, yang diunjukkerjakan dalam bentuk lisan atau tulisan (verbal
performance).
Psikomotorik atau skill, atau kecakapan mengaplikasikan (amal) ilmu dalam kehidupan
yang diunjuk kerjakan dalam bentuk-bentuk tindakan (physical performance).
Afektif atau attitude, atau kecakapan emosional atau sikap kerja agar pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik (attitudinal performance). Istilah ―baik‖ disini
mengintegrasikan nilai-nilai personal, sosial dan agama (iman), atau nilai-nilai akhlak
mulia (karakter).
Uraian di atas menekankan pada persepsi bahwa pendidikan berbasis kompetensi harus
diartikan sebagai pendidikan berkarakter, atau berakhlak mulia.
Apakah ke 12 standar kompetensi dalam kompetensi Teknik Konstruksi Baja mengintegrasikan
nilai-nilai karakter?
Standar kompetensi dalam Teknik Konstruksi Baja dapat menyelesaikan tugas-tugas pokok
dalam pekerjaan teknik konstruksi baja dengan baik, seyogyanya jumlah SK yang ada dalam Mata
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 65
Pelajaran Teknik Kinstruksi Baja sama dengan jumlah tugas pokok dalam pekerjaan teknik
konstruksi baja.
Namun terlepas dari hal tersebut, mari kita telaah apakah SK tersebut sudah sesuai dengan
tuntutan penyelesaian tugas dengan baik?
Untuk menyelesaikan tugas yang baik diperlukan keilmuan teknik konstruksi baja atau dalam
istilah kutikulum disebut sebagai pokok bahasan (kognitif), yang dapat digunakan dengan
penyelesaian tugas (motorik) dengan baik (afektif). SK1 dari kompetensi teknik konstruksi baja
yaitu: memahami dasar-dasar konstruksi baja, merupakan keilmuan seperti yang dijelaskan
dalam KD11, KD12 dan KD13.
Artinya SK1 masih padat kognitif (keilmuan) belum meliputi keterampilan menyelesaikan tugas
dengan baik (motorik dan afektif).Artinya SK1 belum mengintegrasikan nilai karakter.Ada berapa
konsep dasar konstruksi baja?
Ada baiknya setiap konsep dasar teknik konstruksi baja yang penting dijadikan satu SK,
sehingga siswa belajarnya tuntas, yaitu menguasai satu konsep dasar konstruksi baja, dapat
menggunakannya dalam penyelesaian tugas pekerjaan dengan baik.
SK2 yang berbunyi: menetapkan perencanaan struktur konstruksi baja, meliputi keilmuan
yang dijelaskan dalam KD2.1, aplikasi (motorik) yang dijelaskan dalam KD2.2, KD2.3, KD2.4 dan
KD2.5. Sayangnya belum meliputi standar hasil yaitu baik dan bermanfaat (afektif), yang meliputi
nilai-nilai sosial, personal dan spiritual. Dengan kata lain SK2 belum mengintegrasikan nilai-nilai
karakter.
Saran penyempurnaan SK2 yang sesuai dengan definisi kompetensi adalah: siswa menguasai
teknik perencanaan struktur konstruksi baja dan dapat digunakan dalam penyelesaian tugas
dalam pekerjaan dengan baik dan bermanfaat.
Ketiga domain dalam SK2 tersebut dijelaskan dengan rinci pada KD dari SK2.
Secara menyeluruh ke 12 SK dari teknik konstruksi baja mungkin telah memenuhi tuntutan
tugas-tugas pokok dalam pekerjaan teknik konstruksi baja, namun perlu diadakan cek dan re-cek,
apakah semua SK tersebut telah sesuai dengan tugas-tugas pokok pekerjaan konstruksi baja
pada jabatan Juru Teknik Bangunan, dengan baik? Dengan kata lain, apakah ke-12 SK tersebut
telah mengintegrasikan nilai-nilai karakter? Kalau belum, dalam hal ini guru berkewajiban
menyempurnakannya agar semua SK konsisten dengan definisi kompetensi, yaitu integrasi dari
kognitif, afektif dan motorik.
B. Pengembangan Kurikulum Program Adaptif dan Normatif SMK
Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, semua sekolah di
Indonesia menggunakan kurikulum berbasis kompetensi.Oleh karena itu pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi digunakan baik pada program produktif, adaptif maupun normatif.
Struktur keilmuan dalam program adaptif atau program akademik dikenal adanya rumpun
keilmuan, yaitu:
Rumpun keilmuan matematik,
Rumpun keilmuan pengetahuan alam,
66 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Rumpun keilmuan bahasa, dan
Rumpun keilmuan pengetahuan sosial
Mata pelajaran agama Islam (PAI) dan PKN (Pendidikan Kewarganegaraan) termasuk rumpun
ilmu pengetahuan sosial, namun ada yang berpendapat bahwa PAI dan PKN memiliki rumpun
tersendiri.Demikian juga mata pelajaran sejarah, ada yang berpendapat termasuk rumpun IPS
dan ada yang berpendapat tidak termasuk rumpun IPS, melainkan masuk rumpun PAI dan PKN,
yang lebih bersifat normatif.
Hal ini menggambarkan bahwa materi keilmuan telah terstruktur dalam disiplin dan rumpun
keilmuan sehingga pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat dikembangkan
berdasarkan ruang lingkup materi keilmuan dari mata pelajaran atau disiplin ilmu.
Definisi kompetensi pada program keahlian kejuruan dan definisi kompetensi pada program
adaptif tidak berbeda yaitu behavioral competency yang meliputi atau mengintegrasikan:
Ilmu pengetahuan, knowledge, kognitif
Nilai dan sikap, attitude, afektif
Tindakan, skill, motorik
Dari ketiga domain tersebut, ilmu pengetahuanlah yang telah terstruktur dengan baik, maka
dengan mengacu pada ruang lingkup materi yang harus dikuasai untuk diamalkan dengan baik,
dapat ditetapkan kompetensi mata pelajaran dan standar kompetensi (SK).
Ada berapa komponen kurikulum dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi?
Kurikulum memiliki empat komponen yaitu:
Tujuan
Materi, bahan atau isi
Metoda atau proses, dan
Evaluasi
Dari keempat komponen tersebut, materi pelajaran atau isi kurikulum merupakan komponen
yang terstruktur sebagai disiplin ilmu, oleh karena itu mata pelajaran dalam kurikulum dibagi
dalam empat rumpun, seperti yang telah dijelaskan terdahulu.Pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) yang berorientasi pada kompetensi jabatan, pekerjaan dan tugas, hanya dapat
dilakukan untuk pengembangan KBK pada program keahlian kejuruan.Pengembangan KBK bagi
program normatif dan adaptif di SMK/MAK tidak dapat dilakukan berlandaskan pada tuntutan
kompetensi di dunia kerja.
Maka salah satu strategi pengembangan KBK pada program adaptif adalah dengan
berlandaskan kepada struktur materi pelajaran, dan ruang lingkup materi keilmuan yang harus
dikuasai siswa.
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 67
Sehingga tujuan dalam rumusan kompetensi ditetapkan berdasarkan luas atau ruang lingkup
materi pelajaran sebagai berikut:
No Ruang Lingkup Materi Tujuan dan Rumusan Kompetensi
1 Seluruh materi dari satu mata
pelajaran
Standar kompetensi lulusan
(dari suatu mata pelajaran)
2 Materi dari satu mata pelajaran
pada satu tingkat/kelas/semester
Kompetensi mata pelajaran/
kelas/semester
3 Satu pokok bahasan/tema utama dari satu mata pelajaran di
kelas/semester
Standar Kompetensi (SK)
Tabel 5.3: Tujuan dalam Rumusan Kompetensi Berlandaskan Ruang Lingkup Materi
Tabel 5.3 menggambarkan bahwa berdasarkan definisi kompetensi yaitu penguasaan ilmu
yang dapat diamalkan dengan soleh, maka berdasarkan penguasaan materi esensial suatu mata
pelajaran di SMK dapat dirumuskan standar kompetensi lulusan (SKL)
Contoh Pengembangan Silabus dalam Program Adaptif
Silabus adalah rencana manajemen pembelajaran dari suatu mata pelajaran yang
mencangkup; tujuan mata pelajaran yang dirumuskan dalam kompetensi mata pelajaran, tujuan
pembelajaran umum yang dirumuskan dalam standar kompetensi serta tujuan pembelajaran
khusus yang dirumuskan dalam kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi dasar, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.Silabus
dikembangkan oleh guru mata pelajaran dengan mengacu pada prinsip-prinsip pengembangan
silabus yang ditetapkan Pemerintah, dalam Buku Pedoman Penyusunan KTSP, yaitu sebagai
berikut.
Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai
dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai
kompetensi.
Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator,
materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem
penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan
peristiwa yang terjadi.
68 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidik, serta
dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan
psikomotor).
Langkah pertama dalam menyusun silabus adalah menetapkan tujuan mata pelajaran dalam
rumusan kompetensi mata pelajaran seperti yang dijelaskan dalam tabel 5.3.=
Mengingat luasnya materi dari suatu mata pelajaran, maka diperlukan analisis materi
pelajaran, dengan tujuan memilih dan memilah mana pokok bahasan yang penting (esensial)
yang harus dikuasai dan dimiliki siswa, dalam proses belajar intrakurikuler dan pokok bahasan
mana yang akan dijadikan bahan pembelajaran ko-kurikuler.
1. Analisis Materi Esensial
Analisis mata pelajaran seperti yang dikemukakan Suderadjat (2004:2—53) adalah kegiatan
pemilihan materi esensial dari keseluruhan materi suatu pelajaran, untuk mendapatkan pokok-
pokok bahasan yang penting atau konsep-konsep utama materi pelajaran minimal yang harus
dikuasai dan dimiliki siswa dalam proses belajarnya secara tuntas (mastery learning).Materi
pelajaran yang esensial tersebut terdiri dari konsep-konsep keilmuan, yang memiliki karakteristik
sebagai berikut.
(a) Universal
Konsep tersebut memiliki tingkat generalisasi yang tinggi sehingga mampu memberikan
pondasi yang luas.
(b) Adaptif
Dapat memberikan kemampuan kepada siswa untuk mengadaptasi perubahan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi.
(c) Transferable
Dapat dimanfaatkan atau digunakan bagi pemecahan masalah dalam berbagai disiplin ilmu
(breakthrough concept).
(d) Aplikatif
Memungkinkan untuk diterapkan atau diaplikasikan secara luas pada berbagai bidang
keilmuan dan teknologi.
(e) Meaningful
Layak, bermakna, dan bermanfaat untuk diketahui dan dikuasai oleh siswa sebagai landasan
untuk tumbuh dan berkembang.
(f) Frame of thinking
Mampumembentuk dan membangun kerangka berfikir.
Dalam pembelajaran sains misalnya, materi pembelajaran esensial adalah konsep-konsep
esensial sains atau pokok-pokok bahasan esensial (PBE).Materi pelajaran yang tidak terpilih
menjadi materi pelajaran esensial dapat dijadikan bahan pengayaan atau perluasan wawasan
keilmuan siswa dalam pembelajaran co-kurikuler, dalam bentuk tugas pengembangan ataupun
pekerjaan rumah.
Setelah mendapatkan pokok-pokok bahasan esensial, selanjutnya PBE tersebut perlu disusun
dalam suatu urutan logis, yaitu urutan pokok bahasan yang memungkinkan siswa mempelajari
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 69
pokok-pokok bahasan dengan lebih mudah dalam rangka menguasai mata pelajaran secara utuh
dan menyeluruh.
Ada dua langkah dalam menyusun urutan pokok bahasan esensial dalam urutan logis, yaitu:
1. Analisis ketergantungan antarpokok bahasan (topik) dalam satu mata pelajaran.
2. Analisis ketergantungan antartopik antarmata pelajaran.
Hasil dari dua langkah kegiatan tersebut akan diperoleh urutan PBE yang akan dipelajari siswa
secara logis, yaitu pola urutan PBE atau peta konsep. Peta konsep dalam satu mata pelajaran
sangat penting karena peta tersebut akan membangun kerangka konsep (conceptual frame work)
dari mata pelajaran yang akan membangun kerangka pikir (frame of thinking).
Setelah dua kegiatan tersebut dilakukan, akan diperoleh daftar pokok bahasan esensial yang
tersusun secara logis. Artinya, siswa dapat mempelajari secara tuntas (mastery learning) semua
pokok bahasan yang wajib dimilikinya.
Setelah kegiatan-kegiatan tersebut, selanjutnya dapat ditetapkan tujuan mata pelajaran dalam
rumusan kompetensi.
Merumuskan Kompetensi Mata Pelajaran
Tujuan mata pelajaran dapat dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan (SKL), dan
kompetensi mata pelajaran, berlandaskan hasil analisis materi pelajaran, yang berupa peta
konsep atau urutan logis PBE.
Standar Kompetensi lulusan dari suatu mata pelajaranadalah
penguasaan semua pokok bahasan esensial yang dapat digunakan
dalam kehidupan, baik kehidupan akademik maupun kehidupan
bermasyarakat dengan akhlak mulia dan berdampak positif, baik bagi
dirinya maupun lingkungannya.
Untuk memudahkan pemahaman terhadap langkah pertama penyusunan silabus, kita ambil
contoh mata pelajaran Fisika dalam program adaptif SMK.
Misalnya, setelah dilakukan analisis materi esensial Fisika diperoleh sepuluh PBE, yang
kemudian ditempatkan dalam urutan logis mulai dari PBE1sampai dengan PBE10.
Maka standar kompetensi lulusan (SKL) mata pelajaran Fisika adalah: siswa menguasai 10 PBE
Fisika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah pekerjaan dengan baik dan
bermanfaat.
Dari 10 PBE tersebut, kemudian dialokasikan ke masing-masing kelas, mulai dari kelas X s/d
kelas XII, dan misalnya, diperoleh alokasi materi esensial seperti yang digambarkan dalam tabel
berikut:
Kelas Alokasi PBE
XII PBE9 PBE10
XI PBE5 PBE6 PBE7 PBE8
X PBE1 PBE2 PBE3 PBE4
Tabel 5.4: Alokasi Materi Pelajaran Esensial (PBE) Fisika di SMK
70 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Berdasarkan tabel 5.4 tersebut, dapat ditetapkan tujuan mata pelajaran Fisika kelas X, kelas
XI dan kelas XII yang dapat digambarkan dalam struktur sebagai berikut:
Gambar5.9 : Struktur Materi Pelajaran dan Tujuan dalam Rumusan Kompetensi
Dari tabel 5.4 dan gambar 5.9 tersebut, selanjutnya dapat ditetapkan tujuan mata pelajaran
pertingkat dalam rumusan kompetensi sebagai berikut:
Kompetensi mata pelajaran kelas X:Siswa menguasai dan memiliki pokok bahasan
esensial Fisika kelas X (4 PBE) dan dapat menggunakannya dalam kehidupan dengan
berlandaskan nilai-nilai personal dan sosial.
Kompetensi mata pelajaran kelas XI:Siswa menguasai dan memiliki pokok bahasan
esensial Fisika kelas XI (4 PBE) dan dapat menggunakannya dalam kehidupan dengan
berlandaskan nilai-nilai personal dan sosial.
Kompetensi mata pelajaran kelas XII:Siswa menguasai dan memiliki pokok bahasan
esensial Fisika kelas XII (2 PBE) dan dapat menggunakannya dalam kehidupan dengan
berlandaskan nilai-nilai personal dan sosial.
Selanjutnya dapat ditetapkan Standar Kompetensi (SK). Dengan adanya 10 PBE maka dapat
ditetapkan 10 SK, dengan contoh rumusan SK1 sebagai berikut:
Standar kompetensi (SK1):Siswa menguasai PBE1 dan dapat menggunakannya dalam
kehidupan dengan akhlak mulia.
Contoh: Pengembangan Standar Kompetensi (SK) menjadi Kompetensi Dasar (KD)
Dengan asumsi bahwa Kesepuluh Standar Kompetensi (SK) dari mata pelajaran Fisika
Kelompok Pertanian dalam Peraturan Menteri No.22 Tahun 2006, telah dirumuskan berdasarkan
hasil analisis konsep esensial, maka rumusan SK1 yang mengintegrasikan kognitif, afektif dan
motorik adalah: Siswa memiliki konsep besaran dan dapat menggunakannya dalam pekerjaan
dengan baik dan bermanfaat.
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 71
Secara keseluruhan SK dan KD dalam mata pelajaran Fisika-Kelompok Pertanian dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Mengukur besaran dan menerapkan satuannya
1. 1 Menguasai konsep besaran dan satuannya 1. 2 Menggunakan alat ukur yang tepat untuk
mengukur suatu besaran fisis
2. Menerapkan hukum gerak dan gaya
2. 1 Menguasai konsep gerak dan gaya 2. 2 Menguasai hukum Newton 2. 3 Menghitung gerak lurus 2. 4 Menghitung gerak melingkar
2. 5 Menghitung gaya gesek
3. Menerapkan gerak translasi, rotasi, dan keseimbangan benda tegar
3. 1 Menguasai konsep gerak translasi dan rotasi 3. 2 Menguasai konsep keseimbangan benda tegar 3. 3 Menghitung gerak translasi dan rotasi 3. 4 Menghitung keseimbangan benda tegar
4. Menerapkan konsep usaha/daya dan energi
4. 1 Menguasai konsep usaha/daya dan energi 4. 2 Menguasai hukum kekekalan energi 4. 3 Menghitung usaha/daya dan energi
5. Menerapkan konsep impuls dan momentum
5. 1 Mengenali jenis tumbukan 5. 2 Menguasai konsep impuls dan hukum
kekekalan momentum 5. 3 Menerapkan hubungan impuls dan momentum
dalam perhitungan
6. Menerapkan konsep suhu dan kalor
6. 1 Menguasai konsep suhu dan kalor 6. 2 Menguasai pengaruh kalor terhadap zat 6. 3 Mengukur suhu dan kalor 6. 4 Menghitung kalor
7. Menerapkan konsep fluida
7. 1 Menguasai hukum fluida statis 7. 2 Menguasai hukum fluida dinamis 7. 3 Menghitung fluida statis 7. 4 Menghitung fluida dinamis
8. Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet
8. 1 Menguasai konsep kemagnetan 8. 2 Menguasai hukum magnet dan elektromagnet 8. 3 Menggunakan magnet 8. 4 Menggunakan electromagnet
9. Menerapkan konsep listrik arus searah
9. 1 Menguasai hukum kelistrikan arus searah 9. 2 Menguasai hubungan antara tegangan,
hambatan, dan arus 9. 3 Menghitung daya dan energi listrik arus searah
10. Menerapkan konsep listrik arus bolak-balik
10.1 Menguasai hukum kelistrikan arus bolak-balik 10.2 Menguasai hubungan antara tegangan,
impedensi, dan arus 10.3 Menghitung daya dan energi listrik arus
bolakbalik
Tabel 5.5: SK dan KD Mata Pelajaran Fisika-Kelompok Pertanian (Permen No.22 Tahun 2006)
Kesepuluh SK dalam mata pelajaran Fisika-Kelompok Pertanian diasumsikan memiliki materi
pelajaran yang merupakan pokok bahasan esensial (PBE) Fisika.
Mengingat definisi kompetensi bahwa kompetensi merupakan integrasi kognitif (ilmu),
motorik (amal) dan afektif (nilai dan sikap), maka guru-guru Fisika SMK dapat menyempurnakan
rumusan kesepuluh SK tersebut, agar berdimensi kecerdasan dan juga berdimensi karakter,
seperti contoh rumusan SK1 terdahulu.
Selanjutnya bagaimana mengembangkan SK menjadi KD?
72 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Kompetensi dasar (KD) merupakan tujuan pembelajaran khusus untuk setiap pertemuan
atau pembelajaran, oleh karena itu dalam silabus untuk setiap KD (komponen tujuan) ditetapkan
apa materi pokoknya (komponen isi), proses pembelajaran (komponen metoda) dan cara
evaluasinya (komponen evaluasi).
Selanjutnya dalam format silabus, disamping keempat komponen tersebut dilengkapi juga
dengan alokasi waktu belajar, sarana pembelajaran dan metoda evaluasi yang akan dilakukan.
Berlandaskan pada konsep kompetensi, maka kompetensi dasar pun akan memiliki dimensi
sebagai berikut:
1. Pertama, dimensi proses, yaitu proses belajar untuk menguasai konsep (pokok bahasan
esensial) melalui mastery learning. Kecakapan proses ini berorientasi pada latihan berpikir
(proses berpikir) atau kecerdasan intelektual, yang pada umumnya disebut kecerdasan.
2. Kedua, dimensi materi, yaitu bagian dari pokok bahasan yang disebut sebagai sub pokok
bahasan esensial(SPBE) yang harus dimiliki siswa.
3. Ketiga, dimensi proses aplikasi konsep dalam kehidupan, baik dalam pekerjaan maupun
kehidupan sehari-hari. Dalam dimensi proses aplikasi konsep ini diintegrasikan dimensi nilai
akhlak mulia yang dapat membangun karakter siswa. Nilai-nilai personal dan nilai-nilai
sosial diintegrasikan ke dalam latihan aplikasi konsep dalam kehidupan, yang secara umum
masyarakat muslim menyebutnya sebagai ―amal soleh‖. Sehingga secara lengkapnya disebut
sebagai ilmu yang diamalkan dengan kesalehan sosial‖.
Masyarakat umum menyebut hal ini sebagai latihan amal soleh, yaitu perbuatan yang
dilandasi oleh nilai-nilai agama atau nilai-nilai akhlak mulia.
Selanjutnya proses pengembangan SK menjadi KD dapat dilakukan dengan menggunakan
matriks ―pengembangan SK menjadi KD‖. Untuk bahan analisis melalui matriks Pengembangan
SK menjadi KD, dibutuhkan ―kecakapan proses‖, materi pelajaran dalam bentuk Pokok Bahasan
Esensial (PBE) dan Sub Pokok Bahasan Esensial (SPBE), serta nilai-nilai individual dan sosial.
Adapun kecakapan proses yang mencerdaskan, yang dapat dilaksanakan pada pembelajaran
IPA di SMK, antara lain yaitu:
- observasi,
- pengukuran,
- klasifikasi,
- inferensi (penarikan kesimpulan),
- komunikasi,
- membuat hipotesis,
- merancang penelitian,
- pengontrolan variabel,
- interpretasi data,
- pemodelan.
Dimensi kedua dari kompetensi adalah materi esensial atau Pokok Bahasan Esensial (PBE)
yang untuk penetapan kompetensi dasar (KD) berupa sub pokok bahasan esensial (SPBE).
SPBE merupakan bagian dari PBE. SPBE dari pokok bahasan esensial besaran dan satuan,
dari mata pelajaran Fisika yang tercantum dalam Permen No.22 Tahun 2006 adalah:
Besaran pokok dan besaran turunan
Jenis-jenis alat ukur
Besaran dan dimensi
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 73
Besaran skalar
Besaran vektor
Sedangkan untuk nilai-nilai personal dan sosial yang dapat membangun karakter siswa,
antara lain sebagai berikut.
1. Nilai-nilai Personal
Berani, bertanggung jawab, percaya diri, teliti, jujur, mempunyai keingintahuan yang besar,
antusias, kreatif, tekun, sopan, optimis, tidak mudah putus asa, dan bijaksana.
2. Nilai Sosial
Kerja sama, menghargai orang lain, berempati, toleran, sportif, berkomunikasi dengan baik,
ramah, pandai bergaul, mengendalikan emosi, bersimpati, menyimak, menyampaikan gagasan,
dan memecahkan masalah bersama.
Berdasarkan ketiga dimensi tersebut, maka dapat dikembangkan matriks analisis Standar
Kompetensi (SK) menjadi Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:
Matriks Analisis Standar Kompetensi Menjadi Kompetensi Dasar
Mata pelajaran : Fisika
Kelas/ Semester : X (sepuluh)/1
Standar kompetensi : Siswa menguasai konsep besaran dan satuan, serta dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari dengan akhlak mulia yang bermanfaat bagi lingkungannya.
NO
SK 1
Proses Penguasaan Materi
(Mastery Learning)
Proses
aplikasi
dalam
kehidup-
an
dengan
berintikan
nilai
1. O
bse
rvasi
2. Pengukura
n
3. Kla
sifikasi
4. Pengam
bila
n
kesi
mpula
n
5. Pre
dik
si
6. Kom
unik
asi
7. H
ipote
sis
8. Ranca
ngan p
enelit
ian
9. Pengontr
ola
n v
ariabel
10. In
terp
reta
si d
ata
11. Pem
odela
n
1. Pers
onal
2. Sosi
al
1
Besaran pokok,
satuan dan
turunannya
KD
1.1
KD
1.
KD
1.1
KD
1.1
KD
1.1
KD
1.1
KD
1.2
KD
1.2
KD
1.2
KD
1.2
KD
1.2
KD
1.2
KD
1.2
2 Panjang, massa,
suhu dan waktu
KD
1.3
KD
1.3
KD
1.3
KD
1.3
KD
1.3
KD
1.3
KD
1.3
3 Besaran vektor dan
skalar
KD
1.4
KD
1.4
KD
1.4
KD
1.4
KD
1.4
KD
1.4
KD
1.4
Tabel 5.6 Matriks Analisis Standar Kompetensi (SK1) menjadi Kompetensi Dasar
Pengembangan Kompetensi Dasar berdasarkan matriks tersebut :
KD1.1. Siswa mampu mengklasifikasikan besaran dan satuan serta turunannya dengan percaya
diri dan teliti
KD1.2. Siswa mampu mengkomunikasikan besaran, satuan dan kegunaannya dalam
pekerjaandengan percaya diri dan sopan
Sub Pokok
Bahasan
Esensial
Kecakapan
Proses
74 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
KD1.3. Siswa mampu melakukan pengukuran besaran fisika (panjang, massa, suhu dan waktu)
menggunakan alat ukur yang sesuai dengan teliti
KD1.4. Siswa mampu melakukan operasi vektor dan menggunakannya dalam menyelesaikan
masalahyang berkaitan dengan besaran vektor
Sebelas kecakapan proses belajar tersebut merupakan proses berpikir (thinking
skill).Kemudian, dalam kolom aplikasi konsep dalam kehidupan dengan nilai-nilai moral,
merupakan proses pembiasaan akhlak mulia, yang berorientasi pada kecerdasan emosional
spiritual.
Mengapa silabus dalam tabel 5.6 dapat mencerdaskan siswa?
Karena dalam proses belajar siswa belajar mengamati, belajar mengukur, belajar
mengklasifikasi, belajar memprediksi, dan belajar menyimpulkan dan mengkomunikasikan dalam
proses berpikir induktif ilmiah, dan juga belajar membuat hipotesis, merancang penelitian,
pengontrolan variabel, interpretasi data serta pemodelan dalam konteks belajar berpikir deduktif
ilmiah. Dalam proses belajar seperti itu, mereka belajar berpikir atau berlatih untuk cerdas, atau
berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).
Mengapa silabus itu berkarakter?
Karena siswa dilatihkan untuk aplikasi konsep fisika dalam kehidupan dengan nilai-nilai
personal dan sosial. Dalam hal ini, siswa berlatih untuk ‖beramal saleh‖. Mereka berlatih
membiasakan kebenaran, sesuai dengan norma-norma karakter bangsa.
Menentukan Indikator
Pencapaian kompetensi dasar (KD) ditandai oleh pencapaian indikator dalam bentuk
perubahan perilaku yang dapat diobservasi dan diukur (observable and measureable), mencakup
sikap (afektif atau attitude), pengetahuan (kognitif atau verbal), dan keterampilan (psikomotor
atau physical).
Kompetensi: Integrasi Kognitif, Afektif, dan Motorik
Knowledge
Ilmu
Skill
Amal
Attitude
Iman
Kompetensi Performansi/ unjuk Kerja
Verbal
Performance
Physical
Performance
Attitudinal
Performance
Ilmu yang
amaliah
Amal yang
ilmiah
Dengan akhlak
mulia
Gambar 5.10: Unjuk Kerja sebagai Indikator Kompetensi
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 75
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, dirumuskan dalam kata
kerja operasional yang terukur dan atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar
untuk menyusun alat penilaian.
Semua unjuk kerja siswa tersebut, yang terkelompok dalam verbal (kognitif), sikap (afektif),
dan fisikal (motorik) akan menggambarkan penguasaan KD berdasarkan kecakapan proses dan
nilai-nilai sikap yang ditetapkan guru dalam matriks.
Strategi Penilaian
Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa
digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik. Proses penilaian
mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik.
Penilaian adalah pengukuran terhadap ketercapaian indikator hasil belajar yang
menggambarkan rincian pencapaian kompetensi dasar. Evaluasi pencapaian kompetensi dasar
dilakukan pada akhir kegiatan belajar. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran terjadi pada
setiap akhir kegiatan pembelajaran dan dilakukan secara berkesinambungan dan terus-menerus.
Penilaian dilakukan dengan acuan patokan (PAP), bukan penilaian acuan norma (PAN). Yang
menjadi patokan adalah ketuntasan atau ketercapaian siswa menguasai kompetensi dasar yang
ditandai dengan ketuntasan setiap indikator.Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan
non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian
hasil karya berupa tugas, proyek dan atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memeroleh, menganalisis, dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.