Upload
luky-sutansyah
View
15
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Risiko Bencana Longsor Bukittinggi
Citation preview
114
BAB V
MATERI KERJA PRAKTEK
5.1. Pendahuluan
5.1.1. Latar Belakang
Wilayah kota pada hakekatnya merupakan pusat kegiatan ekonomi
yang dapat melayani wilayah kota itu sendiri maupun wilayah sekitarnya. Untuk
dapat mewujudkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan ruang sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial budaya, kota perlu
dikelola secara optimal salah satunya dalam bentuk penanganan bencana.
Bencana dalam bentuk apapun dapat terjadi kapan saja dan dimana saja
di muka bumi ini. Bencana tersebut ada juga yang datang dengan didahului oleh
peringatan namun ada juga yang datang secara tiba-tiba, sehingga diperlukan
pengelolaan bencana yang lebih sistematis secara bersama-sama baik oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat.
Dalam upaya penanggulangan bencana, Pemerintah telah mengeluarkan
UU. No. 24 Tahun 2007 tentang penangulangan bencana, yang bertujuan untuk
memberikan perlindungan kepada kehidupan dan penghidupan yang ada dengan
cara menyelenggarakan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi dan terintegrasi. Disamping itu juga mengakomodir kearifan lokal
dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana. Pemerintah Daerah wajib
menyelenggaran Penanggulangan Bencana di Daerah yang meliputi:
1. Pemenuhan Hak Masyarakat yang terkena bencana
2. Perlindungan dari dampak bencana
3. Peningkatan Kapasitas Masyarakat untuk mengurangi resiko bencana
4. Pembangunan Fisik yang ramah bencana.
Kota Bukittinggi merupakan salah satu Kota di Provinsi Sumatera Barat yang
berada di kawasan rawan bencana gerakan tanah/longsor, letusan gunung berapi, dan
gempa bumi. Kota Bukittinggi tumbuh dan berkembang di sepanjang jalur patahan
aktif Sumatera yang lebih dikenal dengan Ngarai Sianok. Diperkirakan patahan ini
115
bergeseran 11 sentimeter per tahun (Imanda, 2013). Kota ini juga dikelilingi oleh dua
buah gunung berapi, yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Kondisi ini
menyebabkan secara alamiah Kota Bukittinggi menghadapi bahaya gempa bumi
yang dapat memicu bencana gerakan tanah.
Sehubungan dengan potensi bencana alam tersebut, maka dalam upaya
pembangunan fisik di Kota Bukittinggi, Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana
dan Upaya Mitigasinya di Indonesia, Set BAKORNAS PBP dan Gempa Bumi dan
Tsunami, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Departemen Energi
dan Sumberdaya Mineral memberikan arahan strategi mitigasi dan upaya
pengurangan bencana gempa bumi, sebagai berikut ini :
Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah
rawan gempa.
Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan
hunian di daerah rawan gempa bumi.
Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.
Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi
dan cara - cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan
masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan
pertolongan pertama.
Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan
perlindungan masyarakat lainnya.
Rencana kontinjensi / kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam
menghadapi gempa bumi.
Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan
pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.
Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan
perlindungan masyarakat lainnya.
116
Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam
menghadapi gempa bumi.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pemerintah Kota Bukittinggi perlu
melakukan langkah-langkah inovatif dalam upaya merevitalisasi/rekontruksi
Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) Kawasan Permukiman Rawan Bencana,
sehingga memberikan panduan operasional pembangunan pada kawasan-kawasan
yang dianggap sebagai kawasan rawan bencana, yang pada akhirnya akan
menciptakan rasa aman, nyaman bagi penduduk Kota Bukittinggi untuk tinggal
dan beraktivitas
Dalam Mendukung penyusunan Perencanaan Revitalisasi/Rekontruksi
PSD Permukiman Rawan Bencana Kota Bukittinggi maka diperlukan input data
terkait dengan kajian tersebut serta analisis yang terkait, salah satunya yaitu
Penentuan Tingkat Risiko Bencana Longsor di Kota Bukittinggi, sebagai
masukan dalam Penyusunan Perencanaan Revitalisasi/Rekontruksi PSD
Permukiman Rawan Bencana Kota Bukittinggi.
5.1.2. Tujuan dan Sasaran
5.1.2.1.Tujuan
Tujuan dari pekerjaan praktikan adalah menentukan Tingkat Risiko Bencana
Longsor di Kota Bukittinggi
5.1.2.2.Sasaran
Sasaran untuk mencapai tujuan tersebut, diantaranya :
- Identifikasi Bahaya
- Identifikasi Kerentanan
- Identifikasi Kapasitas
5.1.3. Ruang Lingkup
5.1.3.1.Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi penentuan tingkat kerentanan bencana longsor yaitu :
117
- Analisis Bahaya
- Analisis Kerentanan
- Analisis Kapasitas
- Analisis Risiko Bencana
5.1.3.2.Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah kegiatan penyusunan Perencanaan
Revitalisasi/Rekonstruksi PSD Permukiman Rawan Bencana adalah seluruh wilayah
Kota Bukittinggi, terutama pada kawasankawasan yang mempunyai dampak
signifikan terhadap bencana.
Luas Kota Bukittinggi 25,239 Km2 (2.523,90 ha) atau sekitar 0,06 % dari luas
Provinsi Sumatera Barat. Pada saat ini luas kota tersebut menampung seluruh kegiatan
yang berlangsung di Kota Bukittinggi, selaras dengan fungsi Kota Bukittinggi sebagai
kota perdagangan, jasa, dan pariwisata yang melayani tidak hanya terbatas pada
pelayanan tingkat Kota Bukittinggi, tetapi juga sampai lingkup yang lebih luas, maka
kegiatan pada siang hari menjadi jauh lebih besar daripada malam hari.
Secara administrasi Kota Bukittinggi berbatasan dengan beberapa wilayah
administrasi pemerintahan Kabupaten Agam, yaitu :
Sebelah Utara berbatasan dengan Nagari Gadut dan Kapau; Kecamatan Tilatang
Kamang; Kabupaten Agam.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagari Banuhampu; Kecamatan Banuhampu
Sungai Puar; Kabupaten Agam.
Sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Sianok, Guguk, dan Koto V Gadang;
Kecamatan IV Koto; Kabupaten Agam.
Sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Tanjung Alam, Ampang Gadang;
Kecamatan IV Angkat Candung Kabupaten Agam.
Kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel V.1.
118
Tabel V.1.
Luas Kota Bukittinggi Dirinci per Kecamatan
No. Kecamatan Luas (Ha) %
1. Guguk Panjang 683,10 27,07 2. Mandiangin Koto Selayan 1.215,60 48,16 3. Aur Birugo Tigo Baleh 625,20 24,77 Jumlah 2.523,90 100,00
Sumber: Pokja Sanitasi Kota Bukittinggi
Secara fungsional wilayah perkotaan Bukittinggi meliputi juga wilayah di luar
batas administrasi Kota Bukittinggi, yaitu pada koridor jalan regional dalam
wilayah Kabupaten Agam yang melalui empat Kecamatan Kabupaten Agam yaitu
Kecamatan IV Angkat Candung, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan
Banuhampu Sungai Puar. Kawasan perkotaan ini merupakan kawasan yang tumbuh
akibat dari perluasan kegiatan kota, jadi fungsi perkotaan ini bersambung dengan kawasan
perkotaan yang ada di wilayah Kota Bukittinggi. Hingga saat ini memang masih
belum dapat dipastikan secara tepat batas wilayah perkotaan Bukittinggi, hanya saja
secara geografis dapat di deliniasi dengan melihat batas-batas rona wilayah secara kasat
mata di atas peta citra satelit dimana kawasan perkotaan akan diidentifikasikan pada
daerah-daerah yang terbangun dan di sekitar batas Kota Bukittinggi.
5.1.4. Metode Pendekatan
5.1.4.1.Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, terdapat dua metode, yaitu :
- Survei primer, data yang didapat langsung diperoleh dari sumber-sumber
data yang ada. Survei primer dapat dilakukan dengan wawancara, penyebaran
kuisioner, observasi langsung, dan dokumentasi.
- Survei sekunder, yaitu dengan mencari data dari instansi-instansi yang
berhubungan dengan kajian.
5.1.4.2. Metode Analisis
Metoda Analisis yang dilakukan dalam studi ini melalui beberapa tahapan sebagai
berikut :
119
Si
)Si2iX(XijijX1
1. Perumusan faktor dan sub faktor yang mempengaruhi tingkat risiko bencana
longsor. Terdapat 3 (tiga) faktor yang berpengaruh terhadap bencana Longsor
beserta sub faktornya, yaitu sebagai berikut :
a. Faktor bahaya (hazard), dengan sub faktor : Kawasan Rawan bencana
longsor.
b. Faktor kerentanan (vulnerability), dengan sub faktor : kerentanan fisik,
infrastruktur, kerentanan sosial kependudukan.
c. Faktor ketahanan/kapasitas (capacity), dengan sub faktor : Sumber Daya
Alam, Sumber daya buatan.
2. Tahapan berikutnya adalah merumuskan indikator-indikator risiko dari setiap
faktor/sub faktor risiko yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya.
3. Penentuan bobot dari tiap faktor, sub faktor dan indikator yang telah terbentuk
dengan menggunakan proses hierarki analitik (Analitycal Hierarchy
Process/AHP).
4. Analis tingkat risiko bencana Longsor, yaitu dengan dua cara yaitu :
Melakukan perhitungan nilai faktor-faktor risiko bencana Longsor, yang
meliputi faktor kerentanan dan ketahanan (non geologi). Perhitungan nilai
faktor-faktor risiko bencana dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
i. Standarisasi nilai indikator
Standarisasi nilai indikator dimaksudkan untuk menghasilkan nilai
baku, sehingga dapat dilakukan perhitungan matematis dengan
indikator yang lain dengan model standarisasi yang digunakan untuk
indikator yang nilainya bersesuaian dengan resiko bencana. Davidson
(1997 : 142) telah menggunakan 2 model standarisasi data yaitu:
Untuk setiap indikator bahaya dan kerentanan dikarenakan
semakin tingi nilai indikator akan menyebabkan semakin tinggi
pula resiko bencananya, maka dipergunakan rumus :
120
Si
)Si2iX(XijijX1
Untuk setiap indikator faktor ketahanan dikarenakan semakin
tinggi nilai indikator akan menyebabkan semakin rendah resiko
bencananya, maka dipergunakan rumus yang berbeda, yaitu :
Dimana :
X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk indikator i di kecamatan j
Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk indikator i di kecamatan j
iX : Nilai rata-rata untuk indikator i
Si : Standar deviasi
ii. Perhitungan nilai faktor risiko.
Setelah indikator-indikator setiap faktor resiko bencana distandarkan
(dibakukan), maka dilakukan perhitungan nilai/indeks resiko bencana
longsor. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai setiap faktor
resiko bencana adalah:
B = WB1XB1 + ........... + WBnXBn R = WR1XR1 + ........... + WRnXRn
K = WK1XK1 + ........... + WKnXKn
Dimana : B = Nilai Faktor Bahaya (hazards)
R = Nilai Faktor Kerentanan (Vulnerability)
K = Nilai Faktor Ketahanan/Kapasitas (Capacity)
Xi = Nilai Setiap Indikator yang telah dibakukan
Wi = Bobot Setiap Indikator
121
Gambar 5.1
Kerangka Berfikir
Latar Belakang :
Kota Bukittinggi merupakan salah satu Kota di Provinsi Sumatera Barat yang
berada di kawasan rawan bencana gerakan tanah/longsor, letusan gunung berapi, dan gempa bumi.
Kota Bukittinggi tumbuh dan berkembang di sepanjang jalur patahan aktif Sumatera yang lebih
dikenal dengan Ngarai Sianok. Diperkirakan patahan ini bergeseran 11 sentimeter per tahun
(Imanda, 2013). Kota ini juga dikelilingi oleh dua buah gunung berapi, yaitu Gunung
Singgalang dan Gunung Marapi. Kondisi ini menyebabkan secara alamiah Kota Bukittinggi
menghadapi bahaya gempa bumi yang dapat memicu bencana gerakan tanah. Sehubungan
dengan potensi bencana alam tersebut, maka dalam upaya pembangunan fisik di Kota
Bukittinggi
Tujuan :
Tujuan dari pekerjaan pratikan adalah untuk menentukan tingkat risiko bencana longsor di Kota Bukittinggi.
Sasaran :
- Identifikasi Bahaya
- Identifikasi Kerentanan
- Identifikasi Kapasitas
Pengumpulan Data :
- Survei Primer
- Survey Sekunder
Analisis :
- Analisis Bahaya - Analisis Kerentanan
- Analisis Kapasistas
- Analisis Risiko Bencana
Kebijakan :
UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
UU No 24 Tahun 2007 Penanggulangan Bencana
RTRW Kota Bukittinggi Tahun
2010-2031
TINGKAT RISIKO BENCANA LONGSOR
KESIMPULAN
INPUT
PROSES
OUTPUT
122
5.2. Penetapan Faktor,Sub Faktor, dan Indikator Risiko Longsor
5.2.1. Penetapan Faktor
Faktor-faktor risiko bencana longsor yang digunakan dalam studi ini, terdiri dari
faktor bahaya, kerentanan dan ketahanan.Penentuan faktor-faktor risiko tersebut
didasari berdasarkan teori yang menjelaskan tentang terjadinya bencana.
Risiko Bencana =
Sumber: Mercy Corps and Practical Action, 2010
5.2.2. Penetapan Sub Faktor
Penentuan sub faktor Bahaya berdasarkan wilayah kecamatan di Kota Bukittinggi
dengan kondisi bahaya longsor tinggi dan bahaya longsor menengah, karena
merupakan wilayah yang bahaya terhadap terjadinya bencana longsor. Penetapan
sub faktor kerentanan berdasarkan kondisi kerentanan fisik,Kerentanan Ekonomi
dan kerentanan sosial kependudukan, karena berpotensi terkena bencana longsor.
Penetapan sub faktor ketahanan berdasarkan kemampuan/kapasitas untuk
meminimalisir terjadinya bencana longsor seperti sumber daya alami dan sumber
daya buatan.
5.2.3. Penetapan Indikator
Penetapan indikator berdasarkan sub faktor yang telah ditetapkan:
5.2.3.1. Bahaya
Untuk indikator bahaya dianggap kondisi bahaya longsor tinggi dan kondisi
bahaya longsor menengah merupakan kawasan bahaya longsor
5.2.3.2. Kerentanan
Indiktor Kerentanan Fisik : (1) Curah hujan, menurut Karnawati, (2003)
menyatakan salah satu faktor penyebab terjadinya bencana tanah longsor
adalah air hujan.(2) Kemiringan lereng, menurut Karnawati, (2003)
menyatakan salah satu faktor penyebab terjadinya bencana tanah longsor
Ancaman/Bahaya x Kerentanan
Kapasitas
123
adalah kemiringan lereng terutama kemiringan lereng > 15% .(3) Kepadatan
bangunan, karena kawasan permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi
merupakan kawasan yang rentan terhadap terjadinya bencana longsor.
Indikator Kerentanan Sosial, kepadatan penduduk, karena jumlah
penduduk yang padat berpotensi terhadap bencana longsor.
Indikator Kerentanan Ekonomi, Pusat Kegiatan Ekonomi misalnya pasar
merupakan sumber mata pencaharian penduduk.
5.2.3.3. Kapasitas
Indikator Kapasitas Sumber daya Alami : (1) Lapang, merupakan lahan
terbuka hijau/non hijau yang dapat difungsikan sebagai ruang evakuasi bagi
penduduk jika terjadinya bencana longsor. (2) RTH, merupakan lahan terbuka
hijau yang dapat difungsikan sebagai ruang evakuasi bagi penduduk jika
terjadinya bencana longsor.
Indikator Kapasitas Sumber daya buatan : (1) Jalur Evakuasi, untuk
menyediakan ruang yang dapat dipergunakan sebagai tempat keselamatan dan
ruang untuk berlindung jika terjadi bencana longsor, jalur ini juga bertujuan
untuk menyediakan ruang yang dapat dipergunakan sebagai tempat
keselamatan dan ruang untuk berlindung jika terjadi bencana.(2) Fasilitas
Kesehatan, untuk penanganan medis ketika bencana longsor telah terjadi. (3)
Jumlah dokter, penanganan medis didukung oleh jumlah dokter yang ada
untuk penanganan medis.
5.3. Pembobotan Faktor, Sub Faktor dan Indikator
Penentuan bobot dari tiap faktor, sub faktor dan indikator yang telah terbentuk
dengan menggunakan proses hierarki analitik (Analitycal Hierarchy
Process/AHP).
124
Gambar 5.2
Bobot faktor, Sub Faktor dan Indikator Tingkat Risiko Bencana Longsor
Dari gambar tersebut dapat diketahui bobot setiap faktor, sub faktor dan indikator
yang mempengaruhi tingkat risiko bencana longsor di Kota Bukittinggi dengan
bobot tertinggi penyebab risiko bencana longsor yaitu faktor bahaya dengan bobot
0,50.
5.4. Analisis Faktor Bencana
5.3.1. Analisis Bahaya
Perhitungan nilai faktor dengan standarisasi Davidson ini digunakan untuk
analisis data statistik berdasarkan batas administrasi (non fisik), seperti untuk sub
Risiko Becana Longsor
Kerentanan (Vulnerability)
Ketahanan (Capacity)
Luas Bahaya Longsor
Menengah
Bahaya (Hazard)
Luas Bahaya Longsor Tinggi
Jalur Evakuasi
Lapang
RTH
0.50
0.25
0.25
0.75
0.25
Curah Hujan
Kepadatan Bangunan
Kemiringan Lereng
Kepadatan Penduduk
0.20
0.10
0.20
0.30
Kerentanan Fisik
Kerentanan Sosial
Kependudukan
0.20
0.60
Sumberdaya Buatan
Sumberdaya Alami
0.20
Fasilitas Kesehatan
Jumlah Dokter
0.20
0.20
0.20
0.20
0.40
0.60
Kerentanan Ekonomi 0.20 Pusat Kegiatan Ekonomi
0.20
125
Si
)Si2iX(XijijX1
faktor kerentanan sosial kependudukan dan ekonomi, sub faktor ketahanan
sumberdaya dan mobilitas. Untuk hasil analisis dengan metode ini, diasumsikan
bahwa hasil dari analisis dengan unit analisis kelurahan nantinya akan sama di
setiap tingkatan (misalnya : jika kelurahan A memiliki tingkat kerentanan
ekonomi tinggi, maka di seluruh wilayah kelurahan A tersebut akan dianggap rata
yaitu memiliki tingkat kerentanan ekonomi tinggi).
Standarisasi Nilai Indikator
Standarisasi nilai indikator dimaksudkan untuk menghasilkan nilai baku, sehingga
dapat dilakukan perhitungan matematis dengan indikator yang lain dengan model
standarisasi yang digunakan untuk indikator yang nilainya bersesuaian dengan
resiko bencana. Davidson (1997 : 142) telah menggunakan 2 model standarisasi
data yaitu: Untuk setiap indikator bahaya dan kerentanan dikarenakan semakin
tingi nilai indikator akan menyebabkan semakin tinggi pula resiko bencananya,
maka dipergunakan rumus :
Dimana : X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk indikator i di kecamatan j
Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk indikator i di kecamatan j
iX : Nilai rata-rata untuk indikator i
Si : Standar deviasi
Tingkat bahaya longsor ditentukan oleh 2 sub faktor yang telah di rumuskan pada
sub bab sebelumnya, proses analisis seperti berikut :
126
Tabel V.2
Tingkat Bahaya Longsor No Kecamatan/Kelur. Ahan
Luas Bahaya longsor Tinggi
Luasan Bahaya longsor
Menengah
Angka
rata-rata Kategori
Luas
(Ha)
Nilai
Baku
Bobot
(x0.75)
Luas
(Ha)
Nilai
Baku
Bobot
(x0.25)
Kecamatan Guguak Panjang
1 Bukik Cangang Kayu Ramang 0.28 0.74 0.56 11.18 0.85 0.21 0.39 Sedang
2 Tarok Dipo 0.00 0.72 0.54 4.27 0.40 0.10 0.32 Sedang
3 Pakan Kurai 0.00 0.72 0.54 6.72 0.56 0.14 0.34 Sedang
4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 0.00 0.72 0.54 5.27 0.47 0.12 0.33 Sedang
5 Benteng Pasar Atas 0.00 0.72 0.54 24.30 1.71 0.43 0.48 Sedang
6 Kayu Kubu 27.79 2.99 2.24 26.82 1.87 0.47 1.36 Tinggi
7 Bukit Apit Puhun 67.80 6.26 4.70 82.26 5.49 1.37 3.03 Tinggi
Kecamatan Mandiangin Koto
selayan
8 Pulai Anak Air 0.00 0.72 0.54 34.63 2.38 0.60 0.57 Tinggi
9 Koto Selayan 0.00 0.72 0.54 1.94 0.25 0.06 0.30 Sedang
10 Garegeh 0.00 0.72 0.54 6.95 0.58 0.14 0.34 Sedang
11 Maggih Ganting 0.00 0.72 0.54 41.63 2.84 0.71 0.63 Tinggi
12 Campago Ipuh 0.00 0.72 0.54 26.81 1.87 0.47 0.50 Tinggi
13 Puhun Tembok 0.00 0.72 0.54 13.64 1.01 0.25 0.40 Sedang
14 Puhun Pintu Kabun 237.58 20.13 15.10 240.50 15.80 3.95 9.52 Tinggi
15 Kubu Gulai Bancah 0.41 0.75 0.57 64.51 4.33 1.08 0.82 Tinggi
16 Campago Guguk Bulek 0.00 0.72 0.54 47.18 3.20 0.80 0.67 Tinggi
Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 0.00
17 Belakang Balok 41.45 4.11 3.08 26.94 1.88 0.47 1.78 Tinggi
18 Sapiran 0.00 0.72 0.54 0.12 0.03 0.29 Rendah
19 Birugo 0.28 0.74 0.56 23.02 1.63 0.41 0.48 Sedang
20 Aur Kuning 0.00 0.72 0.54 0.12 0.03 0.29 Rendah
21 Pakan Labuah 0.00 0.72 0.54 0.12 0.03 0.29 Rendah
22 Kubu Tanjung 0.00 0.72 0.54 0.12 0.03 0.29 Rendah
23 Ladang Cangkiah 0.00 0.72 0.54 0.12 0.03 0.29 Rendah
24 Parit Antang 0.00 0.72 0.54 1.90 0.25 0.06 0.30 Rendah
Nilai Rata rata Xi 15.6496 28.77
Standar deviasi 12.24 15.34
Sumber : Hasil Analisis, 2014 Klasifikasi pembobotan: < 0,30 rendah, 0,30-0,50 sedang, >0,50 tinggi
Dari hasil analisis dapat diperoleh hasil bahwa Kawasan Permukiman dengan
Tingkat Bahaya Longsor Tinggi di kota bukittinggi berada pada Kelurahan Kayu
Kubu, Bukit Apit Puhun, Pulai Anak Air, Garegeh, Maggih Ganting, Puhun Pintu
Kabun, Kubu Gulai Bancah, Campago Guguk Bulek, Belakang Balok dengan luas
425.71 Ha atau 47 % dari luas keseluruhan .Kawasan Permukiman Dengan
Tingkat Bahaya Sedang berada pada kelurahan Bukik Cangang Kayu Ramang,
Tarok Dipo, Pakan Kurai Aur Tajungkang Tengah Sawah, Benteng Pasar Atas,
127
Koto Selayan, Garegeh, Puhun Tembok dengan luas 348.23 atau 39 %. Kawasan
Permukiman dengan Tingkat Bahaya Rendah berada pada kelurahan Sapiran, Aur
Kuning, Pakan Labuah, Kubu Tanjung, Ladang Cangkiah, Parit Antang dengan
luas 126.07 Ha atau 14 % dari luas keseluruhan 900 Ha
128
129
5.3.2. Analisis Kerentanan
Longsor yang terjadi pada Pesisir Ngarai Sianok sehingga menghanyutkan
beberapa rumah di sekitarnya jatuh ke lembah Ngarai Sianok. Tingkat kerentanan
gerakan tanah dapat dibagi atas empat tingkat yaitu : (1) Sangat rendah, gerakan
tanah jarang terjadi. (2) Rendah, gerakan tanah bisa terjadi bila ada gangguan. (3)
Menengah, gerakan tanah berpotensi terjadi bila curah hujan tinggi dan ada
gangguan pada lereng. (4) Tinggi, sering terjadi gerakan tanah bila musim hujan
dan gerakan tanah lama aktif kembali.
Kepadatan bangunan juga menjadi penilaian dalam penentuan kerentanan longsor
di Kota Bukittinggi. Kepadatan bangunan dalam suatu wilayah turut
mempengaruhi kerentanan bencana gempa bumi, dimana kepadatan bangunan
dapat memperburuk jatuhnya kerugian, seperti korban dan materi. Kepadatan
bangunan yang tinggi memungkinkan daerah tersebut memiliki kerentanan yang
tinggi. Dari penilaian resiko menggunakan kepadatan bangunan dan kemiringan
lereng di dalam zona kerentanan tinggi lebih besar dari 30%). Perhitungan tingkat
kerentanan longsor dapat diidentifikasi melalui beberapa variabel yaitu angka
kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, dan kemampuan lahan.
130
Tabel V.3
Tingkat Kerentanan Bencana Longsor No Kecamatan/Kelurahan Curah Hujan Kepadatan Penduduk Kepadatan Bangunan Pusat Kegiatan Ekonomi Kemiringan Nilai
Rata-rata
Kategori
Curah
Hujan (Ha)
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
Angka
Kepadatan Penduduk
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
Angka
Kepadatan Bangunan
Nilai
Baku
Bobot
(x0.10)
Pusat
Kegiatan Ekonomi
Nilai
Baku
Bobot
(x.020)
% Kemiringan
Lereng
Nilai
Baku
Bobot
(x0.30)
Kecamatan Guguak Panjang 0.2 0.2 0.1 0.2 0.3
1 Bukik Cangang Kayu Ramang 60.34 1.55 0.31 59 2.08 0.42 50 1.85 0.19 1.82 0.36 0.20 2.42 0.73 0.33 Rendah
2 Tarok Dipo 73.29 1.68 0.34 118 3.85 0.77 89 3.08 0.31 1.82 0.36 0.00 0.94 0.28 0.34 Rendah
3 Pakan Kurai 77.47 1.72 0.34 73 2.51 0.50 73 2.58 0.26 1.82 0.36 0.00 0.94 0.28 0.28 Rendah
4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 34.11 1.29 0.26 89 2.98 0.60 89 3.08 0.31 1.82 0.36 0.00 0.94 0.28 0.29 Rendah
5 Benteng Pasar Atas 24.01 1.19 0.24 104 3.43 0.69 106 3.62 0.36 2 4.65 0.93 0.15 2.05 0.62 0.38 Rendah
6 Kayu Kubu 69.48 1.64 0.33 40 1.50 0.30 40 1.52 0.15 1.82 0.36 0.40 3.90 1.17 0.39 Rendah
7 Bukit Apit Puhun 206.96 2.99 0.60 26 1.10 0.22 26 1.10 0.11 1.82 0.36 0.40 3.90 1.17 0.42 Sedang
Kecamatan Mandiangin Koto selayan
8 Pulai Anak Air 135.33 2.29 0.46 57 2.02 0.40 57 2.07 0.21 1.82 0.36 0.02 1.09 0.33 0.28 Rendah
9 Koto Selayan 71.61 1.66 0.33 18 0.86 0.17 18 0.84 0.08 1.82 0.36 0.02 1.09 0.33 0.18 Rendah
10 Garegeh 112.34 2.06 0.41 38 1.45 0.29 38 1.46 0.15 1.82 0.36 0.10 1.68 0.50 0.27 Rendah
11 Maggih Ganting 95.31 1.89 0.38 74 2.55 0.51 74 2.62 0.26 1.82 0.36 0.15 2.05 0.62 0.35 Rendah
12 Campago Ipuh 102.54 1.97 0.39 70 2.41 0.48 70 2.48 0.25 1.82 0.36 0.15 2.05 0.62 0.35 Rendah
13 Puhun Tembok 47.86 1.43 0.29 92 3.06 0.61 92 3.17 0.32 1.82 0.36 0.10 1.68 0.50 0.34 Rendah
14 Puhun Pintu Kabun 540.57 6.28 1.26 18 0.85 0.17 18 0.83 0.08 1.82 0.36 0.40 3.90 1.17 0.54 Tinggi
15 Kubu Gulai Bancah 135.23 2.29 0.46 30 1.22 0.24 30 1.23 0.12 1.82 0.36 0.20 2.42 0.73 0.31` Rendah
16 Campago Guguk Bulek 102.91 1.97 0.39 39 1.48 0.30 39 1.50 0.15 1.82 0.36 0.20 2.42 0.73 0.31 Rendah
Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh
17 Belakang Balok 82.2 1.76 0.35 58 2.06 0.41 58 2.11 0.21 1.82 0.36 0.40 3.90 1.17 0.43 Sedang
18 Sapiran 29.3 1.24 0.25 127 4.12 0.82 127 4.29 0.43 1.82 0.36 0.10 1.68 0.50 0.40 Sedang
19 Birugo 112.95 2.07 0.41 65 2.26 0.45 65 2.32 0.23 1.82 0.36 0.15 2.05 0.62 0.34 Rendah
20 Aur Kuning 113.9 2.08 0.42 76 2.59 0.52 76 2.67 0.27 1 3.24 3.24 0.15 2.05 0.62 0.36 Rendah
21 Pakan Labuah 133.85 2.27 0.45 24 1.03 0.21 24 1.03 0.10 1.82 0.36 0.05 1.31 0.39 0.23 Rendah
22 Kubu Tanjung 90.14 1.84 0.37 15 0.75 0.15 15 0.73 0.07 1.82 0.36 0.05 1.31 0.39 0.20 Rendah
23 Ladang Cangkiah 45.39 1.40 0.28 24 1.04 0.21 24 1.03 0.10 1.82 0.36 0.02 1.09 0.33 0.18 Rendah
24 Parit Antang 48.76 1.44 0.29 16 0.78 0.16 16 0.77 0.08 1.82 0.36 0.02 1.09 0.33 0.17 Rendah
Nilai Rata rata Xi 106.07708 56.223139 54.72708 0.125 0.142917
Standar Deviasi 101.55907 33.344825 31.63323 0.71 0.134955
Sumber : Hasil Analisis Keterangan : < 0,40 tingkat bencana rendah, 0,40-0,50 tingkat bencana sedang, dan >0,50 Tingkat Bencana Tinggi
131
Dari hasil analisis dapat diperoleh hasil bahwa Kawasan Permukiman Dengan
Tingkat Kerentanan Longsor Tinggi di Kota Bukittinggi berada pada Kelurahan
Puhun Pintu Kabun dengan luas 66.17 Ha atau 7 % dari luas keseluruhan.
Kawasan Permukiman dengan Tingkat Kerentanan Longsor sedang berada pada
Kelurahan Bukit Apit Puhun , Belakang Balok, Sapiran dengan luas 104.61 Ha
atau 12 % dari luas keseluruhan. Kawasan Permukiman dengan Tingkat
Kerentanan Rendah berada pada Kelurahan Bukik Cangang Kayu Ramang, Tarok
Dipo, Pakan Kurai, Aur Tajungkang Tengah Sawah, Benteng Pasar Atas, Kayu
Kubu, Pulai Anak Air, Koto Selayan, Garegeh, Maggih Ganting, Campago Ipuh,
Puhun Tembok, Kubu Gulai Bancah, Campago Guguk Bulek, Birugo, Aur
Kuning, Pakan Labuah, Kubu Tanjung, Ladang Cangkiah, Parit Antang dengan
Luas 729.24 Ha atau 81 % dari luas keseluruhan 900 Ha
5.3.3. Analisis Kapasitas
5.3.3.1.Tempat Evakuasi
Kota Bukittinggi yang memiliki morfologi permukaan yang berbukit serta berada
pada jalur patahan Sesar Semangko mengakibatkan kota ini memiliki kerentanan
terhadap bencana alam gempa bumi dan longsor. Selain itu, sebagai suatu kota
dimana pemusatan kegiatan terjadi juga mengakibatkan konsentrasi pemanfaatan
lahan untuk kegiatan budidaya menjadi cukup tinggi, dimana hal ini juga secara
tidak langsung memiliki kerawanan untuk timbulnya bahaya kebakaran. Terkait
dengan hal ini diperlukan adanya ruang-ruang yang dapat difungsikan sebagai
ruang evakuasi bagi penduduk yang tinggal di Kota Bukittinggi terkait dengan
terjadinya bencana-bencana seperti yang telah disebutkan di atas. Adapun
beberapa kriteria yang dapat dipergunakan dalam penentuan ruang-ruang evakuasi
bencana tersebut adalah sebagai berikut:
1) Ruangan-ruangan yang bersifat publik seperti lapangan-lapangan terbuka,
kawasan parkir, tegalan ataupun area pertanian kering;
2) Terletak tidak lebih dari 1 km dari konsentrasi penduduk yang harus
diselamatkan;
132
3) Tidak terletak pada daerah permukiman padat ataupun kawasan terbangun
yang padat.
4) Terletak pada jaringan jalan yang aksesibel/mudah dicapai dari semua arah
dengan berlari/berjalan kaki; dan
5) Tidak terletak pada daerah yang diperkirakan memiliki kerentanan terhadap
bahaya lebih lanjut;
6) Diperkirakan setiap orang akan membutuhkan ruang minimum 2 m, sehingga
daya tampung ruang penyelamatan dapat dihitung.
7) Lokasi untuk evakuasi bencana dapat dikembangkan sebagai multi layer
space, dimana pada waktu terjadi bencana alam dapat berfungsi sebagai ruang
evakuasi dan pada waktu tidak terjadi bencana berfungsi sebagai ruang
terbuka publik (baik berupa ruang terbuka hijau maupun ruang terbuka non
hijau);
133
134
5.3.3.2.Jalur Evakuasi
Sebagai kota yang rawan bencana dalam hal ini bencana gempa dan tanah longsor
maka pembangunan Kota Bukittinggi berbasis kebencanaan, untuk itu maka
disediakan jalur evakuasi. Jalur evakuasi bencana bertujuan untuk menyediakan
ruang yang dapat dipergunakan sebagai tempat keselamatan dan ruang untuk
berlindung jika terjadi bencana jalur ini juga bertujuan untuk menyediakan ruang
yang dapat dipergunakan sebagai tempat keselamatan dan ruang untuk berlindung
jika terjadi bencana. Jalur evakuasi bencana meliputi rencana jalur penyelamatan
atau evakuasi (escape road) dan rencana lokasi penyelamatan darurat (shelter)
baik dalam skala kota, kawasan, maupun lingkungan. Berikut merupakan Peta dari
jalur evakuasi Kota Bukittinggi. Jangkauan tempat evakuasi dan radius rawan
bencana sejauh 1 kilometer, jalur evakuasi menuju tempat evakuasi menggunakan
jalur arteri primer dan jalur arteri sekunder. Di Kecamatan Mandiangin Koto
Selayan jalur evakuasi menggunakan Jalan Kolektor Sekunder, jalan ini tergolong
jalan yang memiliki kelebaran kecil, sehingga terkadang menyulitkan proses
evakuasi baik ketika orang berlari maupun bantuan alat berat.
5.3.3.3.Kapasitas Bencana Longsor
Variabel kapasitas dari bencana longsor yaitu Kawasan non terbangun seperti
lahan kosong, lapangan, Ruang Terbuka Hijau (RTH), keberadaan Tempat
evakuasi yang disediakan sesuai yang tercantum dalam RTRW Kota Bukittinggi,
serta Emergency Respon seperti bantuan langsung yang dapat diterima dari aparat
seperti TNI ataupun relawan. Melalui analisis, didapat kelurahan yang memiliki
kapasitas tertinggi adalah Puhun Pintu Kabun, Kubu Gulai Bancah, Belakang
Balok dan Sapiran. Kelurahan dengan kapasitas tinggi memungkinkan dapat
bertahan atau mengurangi resiko bencana yang ada. Kapasitas ini dapat berbentuk
adanya emergency respon di daerah tersebut, atau tempat untuk evakuasi. Berikut
penilaian kapasitas di kota Bukittinggi.
135
Si
)Si2iX(XijijX1
variabel kapasitas dari bencana gempa dan longsor yaitu Kawasan non terbangun
seperti lahan kosong, lapangan, Ruang Terbuka Hijau (RTH), keberadaan Tempat
evakuasi yang disediakan sesuai yang tercantum dalam RTRW Kota Bukittinggi,
serta Emergency Respon seperti bantuan langsung yang dapat diterima dari aparat
seperti TNI ataupun relawan. Melalui analisis, didapat kelurahan yang memiliki
kapasitas tertinggi adalah Puhun Pintu Kabun, Kubu Gulai Bancah, Belakang
Balok dan Sapiran. Kelurahan dengan kapasitas tinggi memungkinkan dapat
bertahan atau mengurangi resiko bencana yang ada. Kapasitas ini dapat berbentuk
adanya emergency respon di daerah tersebut, atau tempat untuk evakuasi. Berikut
penilaian kapasitas di kota Bukittinggi.
Untuk setiap indikator faktor ketahanan dikarenakan semakin tinggi nilai indikator
akan menyebabkan semakin rendah resiko bencananya, maka dipergunakan rumus
yang berbeda, yaitu :
Dimana : X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk indikator i di kecamatan j
Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk indikator i di kecamatan j
iX : Nilai rata-rata untuk indikator i
Si : Standar deviasi
Tabel V.4
Tingkat Kapasitas Bencana Longsor
No Kecamatan/Kelurahan Lapangan RTH Tempat Evakuasi
Jumlah Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
Jumlah Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
Jumlah
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
1 Kecamatan Guguak
Panjang
1 4.25 0.85 5.00 9.42 1.88 2.00 8.35 1.67
2 Kecamatan
Mandiangin Koto
selayan
1 4.25 0.85 6.00 10.07 2.01 2.00 8.35 1.67
3 Kecamatan Aur
Birugo Tigo Baleh
1 4.25 0.85 8.00 11.38 2.28 1.00 6.62 1.32
Jumlah 3 19 5
Nilai Rata rata Xi 1 0.2 6.3333 0.2 1.667 0.2
Standar Deviasi 0.89 1.53 0.58
136
Tabel lanjutan.............
No Kecamatan/Kelurahan Fasilitas Kesehatan Jumlah Dokter Nilai
Rata-
rata
Kategori
Jumlah Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
Jumlah Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
1 Kecamatan Guguak
Panjang
2.00 8.35 1.67 362.33 4.00 0.80 1.37 Sedang
2 Kecamatan Mandiangin
Koto selayan
2.00 8.35 1.67 362.33 4.00 0.80 1.40 Tinggi
3 Kecamatan Aur Birugo
Tigo Baleh
1.00 6.62 1.32 362.33 4.00 0.80 1.31 Rendah
Jumlah 5 1087
Nilai Rata rata Xi 1.6667 0.2 362.33 0.2
Standar Deviasi 0.58 0.00
Sumber: Analisis, 2014
Dari hasil analisis dapat diperoleh hasil bahwa kawasan permukiman dengan
tingkat kapasitas longsor tinggi di kota bukittinggi berada pada Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan dengan luas 382.70 Ha atau 43 % dari luas
keseluruhan. Kawasan Permukiman dengan Tingkat Kapasitas Sedang berada
pada Kecamatan Guguak Panjang dengan Luas 306.60 Ha atau 34 % dari luas
Keseluruhan. Kawasan Permukiman Tingkat Kapasitas Rendah berada pada
Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dengan luas 210.72 Ha dari 23% dari luas
keseluruhan 900 Ha.
137
138
5.5. Analisis Risiko Bencana
Perhitungan Nilai Faktor-Faktor Bencana
Setelah indikator-indikator setiap faktor resiko bencana distandarkan (dibakukan),
maka dilakukan perhitungan nilai/indeks resiko bencana letusan gunungapi.
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai setiap faktor resiko bencana
adalah:
B = WB1XB1 + ........... + WBnXBn
R = WR1XR1 + ........... + WRnXRn
K = WK1XK1 + ........... + WKnXKn
Dimana :
B = Nilai Faktor Bahaya (hazards)
R = Nilai Faktor Kerentanan (Vulnerability)
K = Nilai Faktor Ketahanan/Kapasitas (Capacity)
Xi = Nilai Setiap Indikator yang telah dibakukan
Wi = Bobot Setiap Indikator
Tabel V.5
Tingkat Resiko Bencana Longsor No Kecamatan/Kelurahan Bahaya Kerentanan Ketahanan Indeks
Resiko
Tingkat
Resiko
Bencana Nilai Nilai x
Bobot
Bahaya
(0,50)
Nilai Nilai x
Bobot
Kerentanan
(0,25)
Nilai Nilai x
Bobot
Ketahanan
(0,25)
Kecamatan Guguak Panjang
1 Bukik Cangang Kayu Ramang 0.39 0.19 0.33 0.08 1.37 0.34 0.62 Sedang
2 Tarok Dipo 0.32 0.16 0.34 0.08 1.37 0.34 0.59 Rendah
3 Pakan Kurai 0.34 0.17 0.28 0.07 1.37 0.34 0.58 Rendah
4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 0.33 0.16 0.29 0.07 1.37 0.34 0.58 Rendah
5 Benteng Pasar Atas 0.48 0.24 0.38 0.10 1.37 0.34 0.68 Tinggi
6 Kayu Kubu 1.36 0.68 0.39 0.10 1.37 0.34 1.12 Tinggi
7 Bukit Apit Puhun 3.03 1.52 0.42 0.11 1.37 0.34 1.97 Tinggi
Kecamatan Mandiangin Koto
selayan
8 Pulai Anak Air 0.57 0.28 0.28 0.07 1.40 0.35 0.70 Tinggi
9 Koto Selayan 0.30 0.15 0.18 0.05 1.40 0.35 0.55 Rendah
10 Garegeh 0.34 0.17 0.27 0.07 1.40 0.35 0.59 Rendah
11 Maggih Ganting 0.63 0.31 0.35 0.09 1.40 0.35 0.75 Tinggi
12 Campago Ipuh 0.50 0.25 0.35 0.09 1.40 0.35 0.69 Tinggi
13 Puhun Tembok 0.40 0.20 0.34 0.09 1.40 0.35 0.63 Sedang
139
No Kecamatan/Kelurahan Bahaya Kerentanan Ketahanan Indeks
Resiko
Tingkat
Resiko
Bencana Nilai Nilai x
Bobot
Bahaya
(0,50)
Nilai Nilai x
Bobot
Kerentanan
(0,25)
Nilai Nilai x
Bobot
Ketahanan
(0,25)
14 Puhun Pintu Kabun 9.52 4.76 0.54 0.13 1.40 0.35 5.25 Tinggi
15 Kubu Gulai Bancah 0.82 0.41 0.31` 0.08 1.40 0.35 0.84 Tinggi
16 Campago Guguk Bulek 0.67 0.34 0.31 0.08 1.40 0.35 0.76 Tinggi
Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh
17 Belakang Balok 1.78 0.89 0.43 0.11 1.31 0.33 1.32 Tinggi
18 Sapiran 0.29 0.14 0.40 0.10 1.31 0.33 0.57 Rendah
19 Birugo 0.48 0.24 0.34 0.09 1.31 0.33 0.66 Tinggi
20 Aur Kuning 0.29 0.14 0.36 0.09 1.31 0.33 0.56 Rendah
21 Pakan Labuah 0.29 0.14 0.23 0.06 1.31 0.33 0.53 Rendah
22 Kubu Tanjung 0.29 0.14 0.20 0.05 1.31 0.33 0.52 Rendah
23 Ladang Cangkiah 0.29 0.14 0.18 0.05 1.31 0.33 0.52 Rendah
24 Parit Antang 0.30 0.15 0.17 0.04 1.31 0.33 0.52 Rendah
Sumber : Hasil Analisis 2014
Keterangan : < 0,60 tingkat resiko rendah, 0,60-0,65 tingkat resiko sedang, >0,65 tingkat resiko tinggi
Dari hasil analisis dapat diketahui Kawasan Permukiman Dengan Tingkat Resiko
Bencana Longsor Tingkat Resiko Bencana Tinggi berada pada Kelurahan
Benteng pasar atas, Kayu kubu, Bukit apit puhun, Pulai anak air, Maggih ganting,
Campago Ipuh, Puhun Pintu Kabun, Kubu Gula Bancah, Campago Guguk Bulek,
Belakang Balok, Birugo dengan Luas 494.26 Ha atau 55% dari luas keseluruhan.
Kawasan Permukiman dengan Tingkat risiko Bencana Sedang berada pada
kelurahan Bukit Canggang Kayu Ramang, puhun tembok dengan luas 47.54 Ha
atau 5 % dari luas keseluruhan . Kawasan Permukiman dengan Tingkat Risiko
Bencana Longsor Rendah berada di Kelurahan Pakan Kurai, Aur Tajungkang
Tengah Sawah, Koto Selayan, Garegeh, Sapiran, Aur Kuning, Pakan Labuah,
Kubu Tanjung, Ladang Cangkiah, Parit Antang dengan Luas 358.22 Ha atau 40%
dari luas keseluruhan 900 Ha.
140
141