Upload
vuhuong
View
282
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
67
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1 Kerangka Berpikir: Konsep
Dalam perancangan sebuah bangunan, konsep merupakan wujud dari
penyelesaian masalah. Konsep memudahkan proses perancangan dari sebuah
kawasan maupun bangunan. Dalam perancangan Taman Pembelajaran Energi
Terbarukan, konsep lahir sebagai tanggapan terhadap isu krisis energi yang
terjadi di Indonesia. Upaya pemerintah untuk menghadapi krisis tersebut salah
satunya dengan melakukan penghematan energi dan penggunaan energi
terbarukan tidak didukung baik oleh masyarakat. Hal ini dikarenaka pengetahuan
masyarakat mengenai energi terbarukan masih kurang dan tidak melihat dampak
positif dari dilakukannya penghematan energi. Dibutuhkan sarana untuk
menjembatani permasalahan tersebut maka Taman Pembelajaran Energi
Terbarukan hadir sebagai mediator dan jawaban permasalahan. Berikut
penjabaran konsep pada Taman Pembelajaran Energi Terbarukan.
Gambar 5.1 Kerangka Konsep Arsitektur
Sumber: Analisa Penulis diakses pada 02 November 2016 pukul 17:27 WIB
68
5.2 Konsep Makro
5.2.1 Taman Pembelajaran Energi Terbarukan Sebagai Learning Space
Tujuan utama perancangan Taman Pembelajaran Energi
Terbarukan adalah menjadi sarana pembelajaran aktif untuk
mengenalkan beberapa jenis energi terbarukan yang terdapat di
Indonesia. Maka, Taman Pembelajaran difungsikan sebagai ruang
pembelajaran baik di dalam maupun di luar ruang. Konsep yang diangkat
dalam ruang pembelajaran adalah senses is everything.
Hal yang ditekankan dalam konsep tersebut ialah aktivasi kelima
indera manusia untuk menangkap pembelajaran yang terdapat di dalam
Taman Pembelajaran. Beberapa manusia dengan mudah menyerap
pembelajaran dengan melakukan gerakan, beberapa melalui
pendengaran, beberapa melalui pengelihatan dan berdasarkan hal tersebut
maka aktivasi kelima indera dapat mempermudah masuknya
pembelajaran ke dalam memori manusia. Dengan aktivitas yang berbeda
yakni meraba, melihat, mendengar, membaui, serta bergerak manusia
dapat mengalami sensasi baru dalam pembelajarannya. Kesan atau
sensasi baru menjadi pengalaman yang tak terlupakan dan membantu
proses mengingat dalam memori jangka panjang.
Gambar 5.2 Senses in Everything
Sumber: (kanan) http://weknownyourdreamz.com/smell.html,
https://www.flickr.com/photos/airandspace/3312717588 (kiri)
https://www.pub.gov.sg/marinabarrage/ssg,
http://www.funathomewithkids.com/2013/02/sensory-boards-infant-x-already-has-
lot.html diakses pada 15 Februari 2017 pukul 21:39 WIB
69
5.2.2 Taman Pembelajaran Energi Terbarukan Sebagai Bangunan Hemat
Energi
Mendukung program pemerintah dalam upaya penghematan
penggunaan energi, pada Taman Pembelajaran Energi Terbarukan
dikembangkan dua konsep yang mendukung terjadinya penghematan
penggunaan energi, yakni mengembangkan konsep zero energy building
dan penerapan pendinginan pasif pada bangunan.
Pada konsep pengembangan zero energy building, di dalamnya
dikembangkan sistem pengunaan alga sebagai energi yang dikonversikan
menjadi energi listrik untuk menunjang operasional kerja bangunan serta
pemanfaatan energi dari biogas dan hibrid sebagai penghasil listrik dan
gas untuk menunjang operasional bangunan pendukung dalam kawasan
taman pembelajaran. Dengan adanya pasokan gas serta listrik dari
sumber energi terbarukan konsumsi listrik dan gas dari bahan bakar
minyak dapat ditekan. Dan diharapkan kawasan Taman Pembelajaran
dapat menyuplai kebutuhan listrik perumahan warga atau kawasan lain.
Sistem pendinginan pasif kemudian digunakan untuk mendukung
terciptanya efisiensi energi di dalam bangunan dengan memperhatikan
Gambar 5.3 Ilustrasi Pengaplikasian Pendinginan Pasif Pada Bangunan
Sumber: http://www.archdaily.com/293861/national-museum-of-afghanistan-line-and-
space diakses pada 15 Februari 2017 pukul 21:39 WIB
70
iklim mikro kawasan. Sistem pendinginan pasif terpilih yang digunakan
pada bangunan merupakan pengaplikasian sistem yang disarankan oleh
running software climate consultant yang dilakukan.
5.3 Konsep Messo
5.3.1 Love, Live, and Life
Taman Pembelajaran tidak hanya berperan sebagai learning
space namun juga berperan sebagai working space. Bagi warga sekitar,
kehadiran kawasan Taman Pembelajaran Energi Terbarukan dapat
menjadi hal yang aneh pun dipandang merugikan. Bagaimana cara
mengubah pandangan negatif warga? Konsep Love, Live, Life Dapat
diterapkan untuk mengubah paradigma warga sehingga dengan
sendirinya mau belajar dan mengetahui lebih dalam cara kerja mesin. Di
mana di dalamnya terjadi kesinambungan antara warga setempat dengan
Taman Pembelajaran. Dengan melihat dan merasakan bahwa kehadiran
Taman Pembelajaran tidak merusak alam sekitar serta memberikan
keuntungan terutama dari sisi ekonomi maka warga diharapkan dapat
mencintai keberadaan Taman Pembelajaran, dengan senang hati hidup
berdampingan dengan Taman Pembelajaran serta sebagian kebutuhan
hidupnya dapat ditunjang oleh Taman Pembelajaran. Sehingga, proses
pembelajaran perawatan dan penggunaan mesin pengolah energi pada
Taman Pembelajaran secara mudah diserap oleh warga.
5.3.2 Simbiosis Taman Pembelajaran dengan Alam
Konsep simbiosis dengan alam sekitar merupakan turunan dari
konsep utama dalam arsitektur bioklimatik di mana kehadiran bangunan
tidak merusak melainkan berkesinambungan dengan alam sekitar.
Hubungan simbiosis diartikan sebagai hubungan yang saling
Gambar 5.4 Ilustrasi Pengaplikasian Konsep Love, Live, Life
Sumber: Analisa Penulis
71
menguntungkan. Sehingga dalam penerapannya dapat diterjemahkan
bahwa bangunan memberikan sebuah keuntungan bagi alam begitu pula
sebaliknya.
Pada penerapannya, kehadiran Taman Pembelajaran sebagai
bangunan hemat energi dan penghasil energi menjadi sebuah keuntungan
bagi alam untuk mengurangi konsumsi energi tidak terbarukan serta
kerusakan iklim. Dari alam sendiri bangunan pada Taman Pembelajaran
mendapat suplai angin, matahari, alga serta gas alam yang menjadi
sumber tenaga.
5.4 Konsep Mikro
5.4.1 Taman Pembelajaran Energi Terbarukan Sebagai Media
Pembelajaran Aktif
Konsep Taman Pembelajaran sebagai media pembelajaran aktif
didukung oleh pengkategorisasian usia calon pengguna serta kebutuhan
ruang dalam proses pembelajarannya. Melalui analisa tersebut
didapatkan hasil sebagai berikut.
Gambar 5.5 Ilustrasi Pengaplikasian Konsep Simbiosis
Sumber: Analisa Penulis
72
Di mana anak-anak dan remaja awal memiliki kebutuhan akan
zona simulasi dalam proses pembelajarannya sedangkan remaja akhir
hingga dewasa lebih memerlukan zona informasi di mana ilmu yang
dapat diserap lebih banyak. Sehingga porsi dari pengaktifan kelima
indera manusia pada anak-anak dan remaja muda dilakukan melalui
proses simulasi atau bermain sedangkan pada remaja akhir dan dewasa
pengaktifan kelima indera boleh menggunakan simulasi maupun tidak.
Zona edukatif merupakan zona yang menuntun pengunjung
untuk dapat berpikir dan bertindak (think and act). Salah satu contoh
Gambar 5.6 Analisa Karakteristik dan Zonasi
Sumber: Analisa Penulis
Gambar 5.7 Ilustrasi Ruang yang Terbentuk Berdasarkan Fungsi Ruang
Sumber: Analisa Penulis
73
zona edukatif adalah ruang workshop di mana pengunjung dapat melihat
dan ikut bekerja membatu pengolahan sumber energi terbarukan.
5.4.2 Red, Green, Blue, Grey Strategy
Red, greeen, blue, grey strategy merupakan penjabaran dari salah
satu konsep arsitektur bioklimatik Ken Yang. Bangunan dapat
berkolaborasi secara utuh dengan kawasan sekitar dengan
memperhatikan konsumsi air pada bangunan, pemilihan material
penyusun bangunan yang ramah lingkungan, ketersediaan lahan terbuka
hijau serta kesinambungan dengan alam dan mengangkat nilai kelokalan
kawasan.
5.5 Konsep Perancangan Pada Tapak
5.5.1 Batasan Bangunan Pada Tapak
Lokasi perancangan dianggap sebagai lahan kosong yang bebas
dari pembangunan sehingga batasan bangunan yang dirancang mendetail
pada tapak mengacu pada luasan yang tertera dalam program ruang yakni
kurang lebih sebesar 13.336,8 m2. Terdiri dari ruang eksibisi utama yang
Gambar 5.8 Ilustrasi Zona Informasi dan Zona Rekreatif
Sumber: Analisa Penulis
Gambar 5.9 Ilustrasi Sinergi Konsep
Sumber: Analisa Penulis
74
terdapat pada bagian selatan kawasan tepat di tengah Taman
Pembelajaran pada zona pengembangan primer dan pengembangan
beberapa sampel bangunan pada area pengembangan sekunder yakni area
kuliner, research center, dan pengembangan taman
5.5.2 Zonasi Kawasan
Zonasi pada kawasan mengacu pada beberapa keadana pada
eksisting diantaranya adalah pemanfaatan zona sisi utara dan selatan.
Orientasi massa bangunan adalah terpusat dengan mengkombinasikan
kedua pola organisasi ruang terpusat.
Gambar 5.10 Batasan Pengembangan Bangunan
Sumber: Analisa Penulis
Gambar 5.11 Zonasi
Sumber: Analisa Penulis
75
5.5.3 Orientasi bangunan
Kawasan Taman Pembelajaran menggunakan orientasi terpusat
dalm pengembangan kawasannya. Bangunan dengan fungsi utama
sebagai exhibition center merupakan pusat dari konfigurasi tata massa
bangunan dikelilingi fungsi-fungsi lain seperti workshop, taman kuliner
dsb. Menanggapi iklim setempat, massa bangunan dibuat memanjang
dari barat ke timur dengan perbandingan 1:1,7 sehingga mengurangi luas
permukaan bangunan yang terkena paparan langsung sinar matahari.
Bangunan berskala besar membutuhkan perlakuan khusus untuk
mengurangi penggunaan sistem penghawaan buatan. Maka,
memanfaatkan potensi angin yang dapat digunakan untuk mendinginkan
suhu ruang vegetasi pengarah ditata untuk mengarahkan angin ke dalam
bangunan. Angin sendiri sangat fleksibel untuk diubah arahnya namun
berdasarkan hasil running software climate consultant untuk
mengoptimalkan besar angin yang masuk ke dalam bangunan arah angin
dari barat daya pada kawasan dapat dibelokkan secara optimal hingga
kemiringan 450 dari arah datangnya.
5.5.4 Aksesibilitas dan Sirkulasi Kendaraan
Menggunakan orientasi terpusat, maka akses pada kawasan
dirancang mengitari bangunan inti. Pada kendaraan, dari jalur pantai
selatan kendaraan memasuki kawasan dari sisi barat untuk kemudian
parkir dan menikmati kawasan. Untuk jalur keluar terdapat di sisi timur
kawasan. Pemilihan akses kendaraan sendiri mempertimbangkan laju
kendaraan eksisting pada jalur selatan.
Gambar 5.12 Aksesibilitas
Sumber: Analisa Penulis
76
5.5.5 Bentuk Bangunan
Terdapat dua konsep yang diterapkan dalam penentuan bentuk
bangunan inti pada Taman Pembelajaran. Konsep pertama menawarkan
kesatuan antara bangunan inti dengan tapak sekitar. Di mana batas antara
bangunan dengan tapak hilang sehingga bangunan tampak menyatu
dengan tapak. Living in harmony menjadi konsep yang diangkat pada
bentuk bangunan di mana bangunan juga menjadi bagian dari lanskap.
Bangunan inti dapat pula menjadi point of interest serta simbol
kawasan di mana bangunan utama dirancang menjulang tinggi pada tapak
sehingga menjadi penanda bagi pengujung ketika memasuki kawasan.
Pada konsep kedua, bangunan inti dibagi ke dalam beberapa tower yang
terhubung satu sama lain.
Gambar 5.13 Ilustrasi Bentuk Bangunan Inti
Sumber: https://big.dk/#project-zoo diakses pada 16 Februari 2017 pukul 12:23 WIB
Gambar 5.14 Ilustrasi Bentuk Bangunan Inti
Sumber: http://www.archdaily.com/293861/national-museum-of-afghanistan-line-and-space/6-
birdseye diakses pada 16 Februari 2017 pukul 12:23 WIB
77
5.6 Konsep Programatik
5.6.1 Program Ruang
No Ruang Standar
Luasan
Kapas
itas
Jumlah Total
Luasan (m2)
1. Resourch services
Exhibition area 3 m2/orang 1000 1 3000
Park
Solar Park 2 m2/orang 1000 1 2000
Windmill Park 2 m2/orang 1000 1 2000
Biogas Park 2 m2/orang 1000 1 2000
Perpustakaan mini 1,5 m2/orang 50 1 75
Search and bibliographic area 1,5 m2/orang 4 1 6
Examination area 1,5 m2/orang 4 1 6
Ordering and borrowing area 1,5 m2/orang 4 1 6
Auditorium 2 m2/orang 1000 1 2000
Sound room 1,5 m2/orang 4 1 6
Media and publication room 1,5 m2/orang 10 1 15
Total 11114
+Sirkulasi (20%) 13336,8
2. Recreation services
Playground area 1,5 m2/orang 500 1 750
Toko suvenir 1,5 m2/orang 500 1 750
Taman kuliner 2 m2/orang 1000 1 2000
Total 3500
+Sirkulasi (20%) 4200
3. Administrative and Curiculum Services
Ruang kepala pegawai 2 m2/orang 5 1 10
Ruang rapat pegawai 2 m2/orang 10 2 40
Ruang staff 2 m2/orang 40 2 160
+Sirkulasi (20%) 2 m2/orang 252
Workshop room 2 m2/orang 500 1 1000
Training room 2 m2/orang 10 1 20
Ruang kepala bagian 2 m2/orang 2 2 8
+Sirkulasi (40%) 1439,2
Total 1691,2
4. Supporting services
Lobby, hall 2 m2/orang 1000 2 2000
Information center 2 m2/orang 5 1 10
Tabel 5.1 Tata Program Ruang
78
Rest area 2 m2/orang 100 1 200
Ruang keamanan 2 m2/orang 2 1 4
Ruang ME 100m2 - 1 100
Cleaning service room 1,5 m2/orang 10 1 15
Toilet 1.5 m2/orang 20 2 60
Gudang Penyimpanan 100 m2 - 1 100
Loading dock 30 m2 - 1 30
Ruang ibadah 2 m2/orang 100 1 200
Tempat parkir Bus: 36 m2 10 1 360
Mobil: 10 m2 500 1 5000
Motor: 2 m2 500 1 1000
Parkir staff:
200 m2
1 200
Total 9279
+Sirkulasi (20%) 11134,,8
Total Luas Yang Dibutuhkan 30362,8
5.6.2 Hubungan Antar Ruang
Berikut fish bone yang menjelaskan hubungan antar ruang dalam Taman
Pembelajaran:
Sumber: Analisa Penulis Melalui Skripsi Subak Learning Center dengan Penyesuaian
diakses pada 02 November 2016 pukul 17:27 WIB
79
5.6.3 Zonasi dan Alur Kegiatan
Berikut penggambaran zona, alur kegiatan, serta hubungan ruang dalam
Taman Pembelajaran:
Gambar 5.16 Zonasi dan Jalur Sirkuasi Pada Bangunan
Sumber: Analisa Penulis
Gambar 5.15 Hubungan Ruang Pada Bangunan
Sumber: Analisa Penulis
80
5.7 Konsep Ruang
5.7.1 Storyline
Pada bangunan inti (exhibition center) terdapat lima galeri utama
yang didesain dengan pengalaman ruang berbeda.
a. Galeri 1
Galeri 1 menceritakan krisis energi yang melanda dunia dan
Indonesia di mana ketika masuk pengunjung diajak untuk merasakan
ketegangan dan kesedihan atas krisis energi yang terjadi. Suasana
tersebut dibantu tercipta oleh audio maupun penataan cahaya di
dalam ruangan.
b. Galeri 2
Galeri dua menceritakan upaya yang pemerintah lakukan untuk
menanggulangi krisis energi yang terjadi salah satunya ditemukan
energi terbarukan. Pada galeri ini ruang simulasi lebih dibutuhkan di
samping informasi mengenai program pemerintahan yang telah
dilakukan.
Seperti ilustrasi di atas di mana anak diajak untuk bermain
menyeimbangkan cairan di dalam tabung dengan memencet tombol-
tombol di sisi tabung dan ketika keseimbangan sudah dicapai akan
muncul penjelasan menarik mengenai apa yang telah ia lakukan dan
dampaknya.
c. Galeri 3
Galeri 3 menceritakan secara khusus biogas dan hibrid serta inovasi
yang dikembangkan. Penjelasan dapat dilakukan salah satunya
Gambar 5.17 Simulasi
Sumber: Analisa Penulis
81
dengan media pembelajaran panel dengan layar sentuh interaktif di
mana di dalamnya berisikan permainan edukatif.
d. Galeri 4
Galeri 4 merupakan galeri simulasi cara kerja alat dan proses
pengubahan sumber energi menjadi energi lain pada tapak. Di
dalamnya terdapat maket raksasa berisikan kawasan Taman
Pembelajaran dengan simulasi alur pemrosesan bahan baku menjadi
bahan jadi berupak listrik dan gas serta pendistribusiannya.
e. Galeri 5
Galeri 5 merupakan galeri harapan di mana di dalamnya berisikan
rencana masa depan pengembangan efisiensi energi. Secara aktif
pengunjung diajak untuk memikirkan inovasi baru yang dapat
dilakukan pun langkah kecil untuk membantu program pemerintah
mencapai efisiensi energi.
5.8 Konsep Arsitektur Bioklimatik dan Passive Cooling Design
5.8.1 Earth Coupling
Berada pada daerah berangin kencang, maka sistem pendinginan
pasif dengan memanfaatkan angin dipilih untuk diaplikasikan. Sistem
pendinginan pasif yang dipilih untuk diterapkan di dalam bangunan salah
satunya adalah earth coupling di mana udara dingin dari luar dibawa
masuk menggunakan air in take ke dalam tanah untuk didinginkan
melalui bak penampungan yang berisikan batuan alam sehingga suhu
udara dingin menurun dan dapat dialirkan ke dalam ruang.
Gambar 5.18 Earth Coupling System
Sumber: https://id.pinterest.com/pin/522276888007078353/ diakses pada 16 Februari 2017 pukul
18.00 WIB
82
Pada bagian bangunan yang lain, ruang dibenamkan di dalam
tanah sehingga suhu ruang menjadi lebih dingin dibandingkan dengan
suhu ruang yang berada di atas permukaan tanah.
5.8.2 WWR dan Light Shelf
Memperhatikan Window to Wall Ratio untuk mengontrol nilai
dari OTTV sehingga tidak hanya cahaya dapat masuk ke dalam bangunan,
kestabilan suhu dalam ruangan dapat dijaga. Namun, biasanya semakin
kecil bukaan pada bangunan nilai OTTV akan semakin tinggi. Maka,
untuk mendapatkan nilai OTTV yang tinggi sehingga kenyamanan di
dalam bangunan tetap terjaga namun cahaya tetap dapat masuk ke dalam
ruangan dalam jumlah besar kita dapat menggunakan light shelf. Light
shelf merupakan alat pemantul cahaya sehingga cahaya yang masuk ke
dalam ruangan dapat dipantulkan lebih jauh dari jarak maksimal yakni
2,5 x besar bukaan.
5.8.3 Stack Ventilation
Gambar 5.19 Light Shelf System
Sumber: http://www.plinthandchintz.com/glossary/light-shelves/ diakses pada 16 Februari 2017 pukul
17:26 WIB
Gambar 5.20 Stack Ventilation System
Sumber: http://www.plinthandchintz.com/glossary/light-shelves/ diakses pada 16 Februari 2017 pukul
17:26 WIB
83
Berkolaborasi dengan konsep bentuk bangunan mengerucut dan
menjulang tinggi, sistem stack ventiation dapat diterapkan di dalam
bangunan yang beratap tinggi. Sehingga udara panas dapat naik dan
keluar melalui bukaan pada bagian atap bangunan.
5.8.4 Zero Energy Building
Salah satu keunggulan bangunan dalam Taman Pembelajaran
Energi Terbarukan ialah sistem penggunaan dan pengolahan energi
mandiri yang keseluruhannya dapat digunakan untuk oprasional
bangunan. Tidak hanya melalui gas yang dihasilkan biogas ternak dan
PLTH, bangunan juga memanfaatkan mikroalga sebagai fasad bangunan.
Mikroalga dapat menghasilkan gas metan yang kemudian dapat diolah
menjadi biogas, biogas tersebut dapat dikonversikan mejadi energi listrik
yang kemudian dapat digunakan pada bangunan sehingga bangunan
secara mandiri dapat memenuhi kebutuhan energinya.
Mikroalga membutuhkan matahari untuk dapat bertahan hidup
dan berfotosintesis. Mempertimbangkan hal tersebut maka penggunaan
mikroalga sebagai fasad bangunan dapat dilakukan pada sisi barat dan
timur bangunan sebagai daerah dengan intensitas paparan matahari
tinggi. Pada bangunan, mikroalga digunakan sebagai fasad kedua setelah
beranda pada bangunan.
Gambar 5.21 Mikroalga sebagai Fasad Bangunan
Sumber: http://www.buildingservicesblog.com/algae-canopy-oxygen-production/ diakses pada 16 Februari
2017 pukul 17:26 WIB
84
5.9 Konsep Sistem
5.9.1 Sistem Penggunaan Energi Terbarukan
Pemanfaatan energi terbarukan yang dihasilkan pada Taman
Pembelajaran dalam jangka pendek akan digunakan untuk mencukupi
kebutuhan energi Taman Pembelajaran. Berada pada lahan yang luas, ke
depannya jumlah ternak kincir serta panel surya dapat digandakan. Pada
kincir sendiri tipe yang digunakan dapat diperbarui untuk menghasilkan
energi yang lebih besar. Sehingga, dalam rencana jangka panjang energi
yang dihasilkan juga dapat memenuhi kebutuhan warga sekitar serta
mensuplai kebutuhan listrik PLN.
5.9.2 Sistem Struktur Bangunan
Sistem struktur bangunan menggunakan flat concrete slab.
Material beton dipilih sebagai struktur utama bangunan selain
dikarenakan material tersebut tahan terhadap karat juga dikarenakan
material tersebut memiliki thermal mass tinggi sehingga dapat menjaga
suhu ruang tetap stabil. Sedangkan pelingkup bangunan menggunakan
material lokal serta kaca untuk mengimbangi kesan dari material beton
yang berat. Material lokal yang dipilih pada interior bangunan salah
satunya ialah kayu ulin dan bambu. Penggunaan kedua material lokal ini
Gambar 5.23 Flat Concrete Pada Bentuk Bangunan Organik
Sumber: http://www.curbed.com/2014/4/23/10110512/66-pretty-concrete-pads-not-even-a-bit-like-parking-
garages diakses pada 16 Februari 2017 pukul 17:26 WIB
Gambar 5.22 Penggunaan Energi
Sumber: Analisa Penulis
85
juga diterapkan pada bangunan yang terdapat pada kawasan biogas dan
taman kuliner.
5.9.3 Sistem Utilitas
a. Sistem Air Bersih
Air bersih berasal dari PDAM dengan menggunakan sistem
down feed dengan pressure reducer valve di mana air dari PDAM di
simpan dalam tangki bawah tanah untuk di naikan dengan pompa ke
bak penampungan di atap untuk kemudian diturunkan dengan
mengandalkan gaya gravitasi dan untuk mengendalikan tekanan
digunakan pressure reducer valve.
b. Sanitasi
Air kotor berupa black water sebagai hasil pembuangan
toilet dioah di dalam tangki sewage treartment plan pada bangunan
untuk dijadikan grey water yang dapat diresapkan ke dalam sumur
resapan sedangkan air cucian sabun (grey water) dialirkan langsung
ke dalam sumur resapan.
c. Drainase
Penerapan desain dengan low impact development pada
lanskap kawasan dengan memperlambat laju aliran air hujan yang
terbuang dan menggenang pada area perkerasan. Desain selokan
pada kawasan dapat berupa penataan lanskap hijau dengan meletakan
sumur resapan di bawahnya sehingga air hujan dapat meresap
perlahan ke dalam tanah serta sumur resapan dan tidak menggenangi
jalan.
Pemanfaatan air hujan yang ditampung di dalam bak-bak
penampungan bawah tanah untuk kemudian digunakan sebagai air
pernyiraman lanskap pada kawasan maupun flush toilet.
Gambar 5.24 Penggunaan Material Bambu Pada Bangunan
Sumber: (kanan) https://ej-architect.com/portfolio/bamboo-playhouse/ (kiri)
http://worldgreen.org/bamboo-houses-float-on-oil-drums-to-protect-inhabitants-during-a-flood/ diakses
pada 16 Februari 2017 pukul 17:26 WIB