23
BAB V. KARAKTERISTIK WILAYAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis, Karakteristik Fisik dan Administrasi Wilayah Letak geografis dan sarana trasportasi yang menunjang merupakan factor penting dalam pengembangan wilayan. Perekonomian wilayah tidak dianggap sebagai suatu perekonomian tertutup karena akan terjadi aliran faktor-faktor produksi terutama modal dan tenaga kerja serta barang. Aliran faktor produksi dan barang sangat dipengaruhi oleh kekuatan interaksi antar wilayah. Kemudahan akses antara satu wilayah dengan wilayah yang lain sangat mempengaruhi pengembangan wilayah. Wilayah studi yang mempunyai karakteristik kepulauan dan komoditi sumber daya mineral yang khas dipisahkan oleh laut baik akses ke Palembang sebagai pusat pertumbuhan provinsi Sumatera Selatan maupun Jakarta sebagai pusat pertumbuhan nasional. Letak strategis lainnya adalah wilayah Bangka Belitung merupakan jalur pelayaran regional dan internasional terutama jalur pelayaran dari utara ke selatan maupun dari selatan ke utara, terutama sebelah timur yang di pisahkan oleh selat Karimata. Lokasi wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dipisahkan oleh laut menimbulkan permasalahan transportasi untuk menjamin kelancaran perdagangan ke wilayah lain. Transportasi yang ada saat ini adalah transportasi laut (kapal,ferri) dan udara (pesawat udara). Kondisi ini merupakan kendala yang cukup besar dalam pemgembangan wilayah Kepulauan Bangka Belitung, jika pelayanan dan jasa tidak ditingkatkan. Dari aspek geografis, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat menguntungkan mengingat letaknya relatis dekat dengan Palembang, Jakarta, Batam, Kalimantan Barat (Pontianak). Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi yang relatif baru terbentuk yang sebelumnya merupakan bagian dari provinsi Sumatera Selatan. Provinsi ini dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 2 7 tahun 2000, tanggal 4 Desember 2000 . Secara geografis, wilayah provinsi ini terletak di antara 104 0 50 0' - 109 0 30 0 ' Bujur Timur dan 0 0 50' - 4 0 10 ' Lintang Selatan. Secara administratis provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

uiu

Citation preview

Page 1: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

109

BAB V. KARAKTERISTIK WILAYAH PENELITIAN

5.1 Letak Geografis, Karakteristik Fisik dan Administrasi Wilayah

Letak geografis dan sarana trasportasi yang menunjang merupakan factor

penting dalam pengembangan wilayan. Perekonomian wilayah tidak dianggap

sebagai suatu perekonomian tertutup karena akan terjadi aliran faktor-faktor

produksi terutama modal dan tenaga kerja serta barang. Aliran faktor produksi dan

barang sangat dipengaruhi oleh kekuatan interaksi antar wilayah. Kemudahan

akses antara satu wilayah dengan wilayah yang lain sangat mempengaruhi

pengembangan wilayah. Wilayah studi yang mempunyai karakteristik kepulauan

dan komoditi sumber daya mineral yang khas dipisahkan oleh laut baik akses ke

Palembang sebagai pusat pertumbuhan provinsi Sumatera Selatan maupun Jakarta

sebagai pusat pertumbuhan nasional. Letak strategis lainnya adalah wilayah

Bangka – Belitung merupakan jalur pelayaran regional dan internasional terutama

jalur pelayaran dari utara ke selatan maupun dari selatan ke utara, terutama

sebelah timur yang di pisahkan oleh selat Karimata.

Lokasi wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dipisahkan oleh

laut menimbulkan permasalahan transportasi untuk menjamin kelancaran

perdagangan ke wilayah lain. Transportasi yang ada saat ini adalah transportasi

laut (kapal,ferri) dan udara (pesawat udara). Kondisi ini merupakan kendala yang

cukup besar dalam pemgembangan wilayah Kepulauan Bangka Belitung, jika

pelayanan dan jasa tidak ditingkatkan. Dari aspek geografis, Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung sangat menguntungkan mengingat letaknya relatis dekat dengan

Palembang, Jakarta, Batam, Kalimantan Barat (Pontianak).

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi yang relatif baru

terbentuk yang sebelumnya merupakan bagian dari provinsi Sumatera Selatan.

Provinsi ini dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 2 7 tahun 2000, tanggal 4

Desember 2000 .

Secara geografis, wilayah provinsi ini terletak di antara 1040 50 0' - 109

0 30

0 ' Bujur Timur dan 00 50' - 4

0 10 ' Lintang Selatan. Secara administratis provinsi

Kepulauan Bangka Belitung memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Page 2: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

110

- sebelah Utara berbatasan dengan Laut antara Pulau Tujuh (di Utara Pulau

Bangka) dan Pulau Berhala (di Selatan Pulau Singkep) serta Laut Cina

Selatan;

- sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa;

- sebelah Barat berbatasan dengan daratan Timur Sematera Bagian Selatan dan

Selat Bangka; dan

- sebelah Timur berbatasan dengan Selat Karimata.

Provinsi ini merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari pulau besar dan

kecil. Dua pulau terbesar adalah Pulau Bangka dan Pulau Belitung, selain itu juga

terdapat beberapa pulau-pulau besar lainnya seperti Pulau Lepar, Pulau Seliu,

Pulau Mendanau, Pulau Nadu dan Pulau Batu Dinding. Total wilayah Provinsi ini

mencapai 81.725 Km2, dimana 20 % diantaranya merupakan wilayah daratan dan

sisanya merupakan wilayah laut, dengan total garis pantai sepanjang 1.200 Km.

Keadaan topografi wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada

umumnya bergelombang dengan ketinggian antara 30-669 meter diatas

permukaan laut. Daerah yang paling tinggi di mempunyai ketinggian 699 meter

merupakan puncak gunung Maras, sedangkan daerah yang tertinggi pada

umumnya berhulu di daerah perbukitan atau pegunungan dan bermuara ke laut.

Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan saluran utama

pembuangan air hujan khususnya kotamadya Pangkalpinang.

Keadaan tanah di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung umumnya

didominasi oleh tanah podsolik coklat kekuningan terutama mengandung mineral

bijh timah, kaolin, pasir kuarsa, batu gunung dan batuan alluvial. Oleh karena itu

pada umumnya tanah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung relative kurang

subur. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung beriklim tropis dan suhu rata-rata

27,60C dengan suhu terendah 21,8

0C dan suhu tertinggi 33,4

0C. Kelembaban

udara rata-rata 85% dan curah hujan bervariasi antara 1.776 – 4.000 mm per

tahun.

Tahun 2003, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami pemekaran

wilayah, yang pada akhirnya terbentuklah 7 (tujuh) wilayah administratif, yang

meliputi 36 kecamatan, 54 kelurahan, dan 267 desa. Sebelumnya Provinsi ini

hanya terdiri dari 1 (satu) kota dan 2 (dua) kabupaten saja.

Page 3: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

111

Tabel 8. Profil Wilayah Administratif Sebelum Pemekaran Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung

Kabupaten / Kota Luas Wilayah (Km

2) Kecamatan Desa/Kel.

Bangka

Belitung

Kota

Pangkalpinang

1 1.554

4. 801

89

22

5

5

212

36

35

Sumber: RTRWP Kepulauan Bangka Belitung 2002

Tabel 9. Profil Wilayah Administratif Setelah Pemekaran Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung

Kabupaten / Kota Luas Wilayah

(Km2)

Kecamatan Desa Kel

Bangka 2 .951 8 60 9

Bangka Barat 2.821 5 53 4

Bangka Tengah 2. 156 4 39 1

Bangka Selatan 3.607 5 45 3

Belitung 2.294 5 40 2

Belitung Timur 2.507 4 30 -

Kota Pangkal Pinang 89 5 - 35 Sumber: BPS Prov Bangka Belitung 2009

5.2 Karakteristik Kependudukan

Penduduk di provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurut statistik tahun

2009 mencapai 1 juta jiwa yang terdistribusi hampir merata di setiap

Kota/Kabupaten. Tingkat kepadatan penduduk rata-rata provinsi ini sebesar 65

jiwa per Km2 . Jika dibandingkan dengan kepadatan penduduk di Pulau Sumatera

dan secara nasional, kepadatan penduduk di provinsi ini lebih kecil. Kepadatan

penduduk rata-rata di masing-masing Kabupaten bervariasi antara 35 - 84 jiwa per

Km 2.

Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi, memiliki tingkat kepadatan

penduduk yang tertinggi, yakni 1.635 jiwa per Km2 atau 16 jiwa per Ha.

Perbedaan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi antara wilayah Kabupaten dan

kota ini akibat luasan wilayah yang relatif sangat berbeda, dimana hanya sebagian

kecil saja wilayah Kabupaten yang merupakan kawasan perkotaan,

sebaliknya

hampir diseluruh wilayah kota Pangkapinang merupakan wilayah perkotaan.

Jumlah rumah tangga di provinsi ini tahun adalah 247.265 KK. Ini berarti dalam

Page 4: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

112

setiap rumah tangga di provinsi Kepulauan Bangka Belitung rata-rata terdiri dari 4

(empat) jiwa.

Laju pertumbuhan penduduk rata-rata penduduk di provinsi Kepulauan

Bangka Belitung adalah 1,54% per tahun, lebih besar dari rata-rata laju yang sama

di tingkat nasional. Beberapa Kabupaten di provinsi ini, khususnya yang berada di

Pulau Bangka memiliki laju pertumbuhan penduduk di atas rata-rata provinsi.

Tabel 10. Distribusi Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung, 2009

Kota / Kabupaten Luas Wilayah – Km2 Jumlah Penduduk Kepadatan AG Jumlah KK (Jiwa) (Jiwa/Km2) %

Bangka 2.950,68 246.83 7 84 1,78 5 5, 1 3 1

Bangka Barat 2.820,61 147.855 52 1,78 2 9,3 78

Bangka Tengah 2.155,77 133.380 62 1,78 3 5,8 74

Bangka Selatan 3.607,08 148.9 16 41 1,78 34,446

Belitung 2.293,69 1 32 .927 58 1, 12 32,440

Belitung Timur 2.506,9 1 87. 380 35 1,12 24, 160

Pangkalpinang 89,40 146.161 1.63 5 1,66 3 5,8 3 6

Provinsi Kep. Babel 16.424,00 1.043.456 64 1,54 247,265

Pulau Sumatera 446.687,00 42.881.921 96 - -

Indonesia 1.860.360,00 215.801.722 116 1,34 -

Keterangan: Laju pertumbuhan penduduk (AG) per kotaan/Kabupaten menurut statistik perioda

2005 - 2009; AG provinsi dan Indonesia menurut statistik perioda 2005 - 2009 Sumber: BPS

Pusat, BPS Provinsi Kep. Bangka Belitung dan Hasil Perhitungan

5.3 Karakteristik Ketenagakerjaan

Secara garis besar proporsi penduduk berusia produktif (antara 15 - 64

tahun) di provinsi Kepulauan Bangka Belitung cukup besar, yakni 6 7 % dari total

penduduk yang ada. Proporsi ini juta tidak terlalu berbeda dengan proporsi

penduduk berusia produktif di tingkat nasional. Angka beban tanggungan (angka

bekan tanggungan proporsi penduduk tidak berusia produktif / penduduk berusia

produktif) provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak terlalu berbeda dengan

angka beban tanggungan secara nasional, berturut-turut 49,7 0%o dan 49,9 0%o .

Jumlah angkatan kerja di provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2009

adalah 485.514 jiwa. Dari total angkatan kerja yang ada, 8,1%omasih belum

bekerja (pengangguran: proporsi jumlah angkatan kerja yang mencari pekerjaan

terhadap total jumlah angkatan kerja). Proporsi pengangguran di provinsi ini lebih

kecil dari angka nasional ( 10,24 %o).

Page 5: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

113

Gambar 11. Peta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sumber: Bakosurtanal

Page 6: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

114

Namun di beberapa kota/Kabupaten di provinsi, tingkat penganggurannya lebih

besar dari angka nasional, seperti di Kabupaten Belitung, Kota Pangkalpinang,

Kabupaten Bangka Barat, dan di Kabupaten Bangka Selatan.

Tabel 11 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung, 2009

Kab./Kota 0 – 14 15 - 64 >64 Total

Bangka 74,541 164,374 7,922 246,837

Bangka Barat 41,868 100,527 5,460 147,855

Bangka Tengah 44,768 85,621 2,991 133,380

Bangka Selatan 47,485 9 7,225 4,206 148, 916

Belitung 3 7,009 90,596 5,322 132,927

Belitung Timur 2 3,972 5 9,146 4,262 87,380

Pangkalpinang 40,008 99,808 6,345 146,161

Provinsi 309,651 697,297 36,508 1,043,456

Proporsi(%) 2 9,68 6 6, 8 3 3,50

Indonesia 61.98 1.400 146.280.900 10.942.400 2 19.204.700

Proporsi(%) 2 8, 2 8 66,74 4,98

Sumber: BPS Pusat dan BPS Provinsi Kep. Bangka Belitung

Rata-rata tingkat partisipasi angkatan kerja (Proporsi jumlah angkatan kerja

terhadap total jumlah penduduk berumur lebih dari 15 tahun (penduduk usia

produktif) di provinsi Kepulauan Bangka Belitung sedikit lebih tinggi

dibandingkan dengan angka nasional, yakni 69,63 %%0. Jumlah angkatan kerja

terbesar berasal dari Kabupaten Bangka (1 0 6.449 jiwa), namun demikian TPAK

Kabupaten ini hanya menunjukkan 64,76%%0 saja atau di bawah rata-rata TPAK

provinsi atau bahkan nasional.

Tabel 12 Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran, Penduduk Berumur

15 Tahun ke atas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Indonesia,

2009

Kota / Kabupaten Bekerja

(Jiwa)

Mencari Kerja

(Jiwa)

Angkatan Kerja

(Jiwa)

Pengangguran

(Jiwa)

Penduduk

>15 Thn (Jiwa)

TPAK

Bangka 99,71 6,698 106,449 6.2 9 164,3 74 64. 76

Bangka Barat 64,960 5945 70,905 8. 3 8 100,52 7 70. 53

Bangka Tengah 5 5,2 52 3,792 59,044 6.42 85,62 1 68.96

Bangka Selatan 6 1,0 3 8 5,424 66,462 8. 16 9 7,2 2 5 68. 36

Belitung 59,192 6,724 65,9 16 10.2 0 90,596 72 . 76

Belitung Timur 40,908 3,5 10 44,418 7.90 59, 146 7 5. 10

Pangkalpinang 65,073 7,247 72,3 2 0 10.02 99,808 7 2 .46

Provinsi Kep.

Babel

446,174 39,340 485,5 14 8. 10 697,297 69.63

Sumber: BPS Provinsi Kep. Babel dan Hasil perhitungan

Page 7: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

115

5.4 Karakteristik Struktur Ekonomi

Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat dipengaruhi oleh

kegiatan pertambangan (timah, kaolin, dan pasir kuarsa ) dan kegiatan industri

berbasis pertambangan (peleburan timah, keramik). Peranan masing-masing

kegiatan tersebut lebih jelas terlihat bila dilakukan tinjauan terhadap struktur

ekonomi wilayah. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan wilayah yang

berbasis ekonomi sumber daya alam terutama pertambangan, perkebunan dan

perikanan. Dalam konteks pengembangan wilayah, kegiatan primer tersebut

terlihat belum banyak memacu kegiatan ekonomi lainnya seperti kegiatan yang

berbasis non pertambangann terutama industri yang berbasis non pertambangan.

Kontribusi kegiatan pertanian (19,17%) terutama dari subkegiatan

perkebunan dan perikanan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih dibawah

kegiatan industri pengolahan yang berbasis pertambangan (26,63%).

Perkembangan kegiatan ini menunjukkan perkembangan yang cukup kecil

(5,58%), jika dibandingkan dengan beberapa kegiatan lainnya kecuali jasa-jasa

(3,25%). Kontribusi yang besar dari kegiatan industri pengolahan disebabkan

peranan sumber daya pertambangan terutama timah,kaolin,dan pasir kuarsa

(14,05%). Oleh karena itu, peranan kegiatan pertambangan dan industri yang

mengolah hasil pertambangan masih sangat dominan di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitug. Laju pertumbuhan yang besar di Provinsi Bangka Belitung justru

pada kegiatan listrik, gas, dan air minum yaitu subkegiatan listrik; industri

pengolahan; bangunan; perdagangan; hotel dan restoran. Perkembangan kegiatan

pertambangan dan industri pengolahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

cukup tinggi sebesar 10,91%. Pertambangan timah dan industri pengolahan timah

yang merupakan basis ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

mengkontribusi sebesar 29,46%. Perkembangan kegiatan ini mengalami

penurunan yang sangat tajam dari 20,34% pada periode 1993-1994 menurun

menjadi 1,795% pada periode 1994-1995 (Hasil Pengolahan dari data PDRB

1993-1995, BPS). Pertambangan timah yang dilakukan oleh perusahaan utama

yaitu PT. Timah dan PT Kobatim pada saat ini hanya dipusatkan di Pulau Bangka,

sedangkan di Pulau Belitung tidak dioperasionalisasikan lagi, tetapi kegiatan

pertambangan rakyat yang dikenal dengan tambang inkonvensional (TI) banyak

Page 8: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

116

dilakukan di Pulau Belitung dan Pulau Bangka. Oleh karena itu, mempertahankan

sumber daya timah di masa yang akan datang di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung sangat riskan termasuk juga industri pengolahan yang bergantung pada

timah. Dengan demikian, kegiatan ekonomi nonpertambangan harus

dikembangkan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan keberlanjutan

pembangunan.

5.5 Potensi Sumber Daya Nonpertambangan

Kegiatan pertambangan, selain timah yang di Indonesia hanya terdapatdi

wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga pertambangan kaolin dan pasir

kuarsa merupakan bahan tambang yang mempunyai kualitas terbaik di Indonesia.

Kegiatan perkebunan yang sangat potensial dan memiliki karakteristik yang khas

adalah lada. Dengan demikian, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai

keunggulan komparatif yang sangat besar.

Pengembangan kegiatan ekstraktif dalam jangka pendek sangat krusial

terutama kegiatan pertambangan. Oleh karena itu, sub bagian ini akan membahas

potensi sumber daya alam nonpertambangan yang dapat dikembangkan di masa

yang akan datang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pembahasan ini

ditekankan antara lain pada potensi, produksi, PDRB dan tenaga kerja dari

berbagai kegiatan.

5.5.1 Pertanian

Kegiatan pertanian terdiri dari subkegiatan tanaman bahan makanan,

tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Dalam PDRB

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kegiatan pertanian mengkontribusi sebesar

19,17%. Subkegiatan yang mengkontribusinya cukup besar adalah subkegiatan

perkebunan dan perikanan. Luas panen kegiatan pertanian di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung 560.923,90 ha yang terdiri dari : tanaman bahan makanan 25.038

ha; tanaman perkebunan 95.581,90 ha; kehutanan 440.304 ha. Kawasan hutan di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 440.304 ha dengan rincian yaitu : hutan

lindung 41.050 ha dan hutan tetap 399.254 ha dengan hutan lindung mengalami

penambahan 6.304 ha dari 34.746 ha tahun 1994 menjadi 41.050 ha tahun 1995.

Jika Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dirinci menurut Dati II, maka kegiatan

pertanian di dominasi kabupaten Bangka dan Belitung.

Page 9: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

117

Produksi kegiatan pertanian sebesar 257.692,43 ton yang terdiri dari :

tanaman bahan makanan 113.025,80 ton; tanaman perkebunan 54.625,53 ton; dan

perikanan 86.675,20 ton. Jika kegiatan pertanian berdasarkan subkegiatannya

dibagi menjadi komoditi, maka dapat dirinci sebagai berikut : subkegiatan

tanaman bahan makanan yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

adalah padi sawah dan padi lading, palawija yang terdiri dari jagung dan ketela

pohon, ubi jalar, kacang hijau, kacang tanah, kacang kedele, sayur sayuran, dan

buah-buahan. Subkegiatan perkebunan yang banyak diusahakan adalah lada,

karet,kelapa, cengkeh, coklat, kopi, jambu menta, dan aren. Walaupun data

mengenai tanaman kelapa sawit belum tersedia, tetapi di lapangan menunjukkan

perkebunan kelapa sawit sangat potensial untuk dikembangkan di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung dimasa yang akan datang terutama dilihat dari arel

dan tingkat kesuburan tanaman. Subkegiatan perikanan yang sangat potensial

adalah perikanan laut yang merata terdapat di tiga Dati II. Subkegiatan peternakan

yang banyak diusahakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meliputi ternak

besar, ternak kecil dan unggas terutama peternakan babi. Subkegiatan kehutanan

hanya terdapat di kabupaten Bangka dan pengembangannya terbatas mengingat

luas lahan yang terbatas terutama untuk hutan lindung.

Nilai produksi kegiatan pertanian tahun 1995 di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung mencapai Rp. 395,077 milyar meningkat 24,69% dari tahun 1994

sebesar Rp. 316,848 milyar. Kontribusi kegiatan pertanian terdiri dari tanaman

bahan makan Rp. 54,982 milyar, tanaman perkebunan Rp. 174,098 milyar,

peternakan Rp. 26,437 milyar, kehutanan Rp. 25,399 milyar, dan perikanan Rp.

114,161 milyar.

5.5.2 Industri

Pengembangan kegiatan industri di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

bertumpu pada industripengolahan hasil pertambangan (timah, kaolin, dan pasir

kuarsa), industri yang menunjang perikanan (cold strorage), industri maritime

(galangan kapal). Tenaga kerja kegiatan industri sebanyak 23.159 orang yang

berarti mengalami peningkatan 1.732 orang disbanding tahun 1994 21.427 orang.

Nilai produksi kegiatan industri mencapai Rp. 462,044 milyar meningkat 14,35%

dari tahun 1994 sebesar 404,062 milyar. Kontribusi kegiatan industri besar dan

Page 10: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

118

menengah adalah Rp.445,237 milyar, sedangkan industri kecil hanya Rp. 16,807

milyar.

Jumlah industri besar dan menengah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

pada tahun 1994 adalah 119 unit usaha dengan rincian 92 unit di Kabupaten

Bangka dan 27 unit di Kabupaten Belitung yang menyerap tenaga kerja sebanyak

9.824 orang. Jenis industri besar dan menengah di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung meliputi industri mesin dan logam dasar (IMLD) yang terdiri dari

galangan kapal, kathodic protection, bengkel bubut, dan cor logam; Industri Kimia

Dasar (IKD) adalah gas oksigen;dan aneka industri yang terdiri dari cold storage,

pabrik es, peleburan timah, pengolahan kaolin, pasir kuarsa, penggergajian kayu,

pengolahan ikan, crun b rubber, moulding, dan tegel granit.

Kelompok industri kecil di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

mempunyai jumlah unit usaha sebanyak 2.669 unit yang menyerap tenaga kerja

sebanyak 13.464 orang. Jenis usaha kecil tersebut meliputiindustri pangan,

sandang, kimia dan bahan bangunan, kerajinan umum, serta logam dan jasa.

Industri yang mempunyai prospek yang cukup besar di masa yang akan datang

adalah industri berbasis perikanan yaitu subkegiatan industri bahan makan seperti

kerupuk, kemplang, empek-empek dang etas. Industri ini bahkan merupakan

trademarkdari Provinsi Sumatera Selatan khususnya Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung yang kiprahnya dalan skala nasional.

5.5.3 Perdagangan

Kegiatan perdagangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Perdagangan eksport import, yang meliputi perdagangan eksportdari Provinsi

Kepulauan Bangka Belitungkeluar negeri dan kegiatan impor dari wilayah luar

ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Negara tujuan utama ekspor adalah

Jepang, Malaysia, Thailand, Taiwan, hongkong, Singhapura, RRC, Negara-

negara Eropa, Amerika Serikat, Canada, dan Columbia. Jenis komoditi yang

diekspor meliputi timah,kaolin, pasir kuarsa, batu granit, tanah liat, ikan

beku/segar, kopi, karet, lilin, madu dan lada. Realisasi ekpor di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung tahun 1995 sebesar US$649.582.924,20.

Kegiatan impor terdiri dari barang-barang pokok (sembako,tekstil, yodium,

Page 11: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

119

kacang hijau, kacang kedelai, dan kacang tanah); dan barang-barang strategis

(semen, pupuk, dan bahan bakar). Barang-barang keperluan tersebut terutama

di impor dari Sumatera dan jawa.

2. Perdagangan antar pulau, komoditi ekspor ke pulau-pulau lain di Indonesia

terutama pulau Jawa(Jakarta,Semarang) meliputi hasil perikanan, hasil

perkebunan, dan barang-barang haril industri pengolahan.

3. Perdagangan lokal, meliputi perdagangan antar Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung di dalam masing-masing Kabupaten/Kota terutama perdagangan

barang kebutuhan sehari-hari. Keberhasilan kegiatan perdagangan di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung sangat bergantung pada interaksi antar wilayah di

Provinsi Sumatera Selatan. Letak geografis Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung dapat dikatakan strategis baik ke Palembang, Jakarta, Semarang,

Pontianak, Banjarmasin, Batam, Kep. Natuna dan luar negeri terutama dengan

Negara tetangga Singapura dan Malaysia karena dilewati jalur

pelayaranregional dan internasional. Permasalahannya yang muncul adalah

karena fisik wilayah berupa kepulauan, maka perdagangan di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung sangat ditentukan oleh transportasi laut dan

udara. Pada umumnya keterkaitan ini sangat ditentukan oleh factor jarak dan

lokasi wilayah tersebut yang umumnya wilayah yang terletak di tepi pantai

yang akan mempermudah interaksi melalui laut. Dengan demikian, trasportasi

laut sangat menentukan dalam kegiatan ekspor-impor barang dan jasa

5.5.4 Karakteristik Pariwisata

Karakteristik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang khas terutama

morfologinya yang merupakan kepulauan sangat identik dengan pulau-pulau lain

di Indonesia seperti Bali, Lombok, kepulauan Maluku, Kep. Natuna, Nias dan

Batam mempunyai pesona alam pantai, pegunungan, sungai yang mempesona.

Disamping itu, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai sumber daya

alam yang khas terutama pertambangan ( timah,kaolin dan pasir kuarsa) dan

perkebunan (lada). Secara geografis, letak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

sangat strategis baik dalam konteks nasional maupun internasional. Dalam

konteks nasional, letak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung relative dekat

dengan Palembang, Pontianak, Batam dan Jakarta. Sedangkan dalam konteks

Page 12: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

120

internasional merupakan jalur pelayaran internasional melalui sebelah timur

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (selat Karimata). Kondisi yang telah

dikemukakan di atas sangat menarik untuk pengembangan pariwisata khususnya

pengembangan pariwisata kepulauan di Indonesia bagian Barat.

5.6 Karakteristik Kegiatan Pertambangan Timah

Kegiatan pertambangan khususnya pertambangan timah di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung telah menunjukkan peranannya yang besar dalam

pengembangan wilayah terutama kontribusinya terhadap pendapatan wilayah.

Keterkaitan pertambangan timah sebagai basis ekonomi Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung terhadap perkembangan kegiatan lainnya terutama industri

pengolahan, perdagangan, dan jasa perorangan atau rumah tangga akan di bahas.

Menurut Salim dalam Sumardekar (1994) terdapatkorelasi positif antara kegiatan

pertambangan timah, industri pengolahan, dan perdagangan di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.

Subbagian ini akan membahas potensi,prospek kegiatan pertambangan

timah, tenaga kerja, dan dampak kegiatan pertambangan timah terhadap kegiatan

lain di wilayah Bangka –Belitung. Kegiatan pertambangan timah, seperti dalam

bab tinjauan teoritis mempunyai karakteristik yang unik baik sifatnya yang tidak

dapat diperbaharui, lokasinya yang terpencil, dan operasionalnya yang sangat

kompleks membutuhkan modal dan investasi yang besar sertatehnologi tinggi dan

tenaga kerja terampil. Disamping itu, kegiatan pertambangan timah sangat

sensitive terhadap factor luar terutama permintaan luar.

5.6.1 Pertambangan dan Cadangan Timah

Kegiatan pertambangan timah di Indonesia telah berlangsung sejak 200

tahun yang lalu berlokasi di sekitar kepulauan Bangka, Belitung, Karimun dan

Kundur serta di wilayah pesisir timur pulau Sumatera. Wilayah ini termasuk

dalam jalur timah Indonesia (Indonesia Tin Belt) yang terbentang sepanjang 3.000

kilometer dari bagian Myanmar bagian Utara, Thailand, Malaysia terus ke selatan

di kepulauan Riau dan membelah Kalimantan Barat. Selama Perang Dunia II,

kegiatan pertambangan timah dilakukan oleh perusahan Jepang Mitsubisi Nagyoja

Kaisha. Tetapi sejak pasca kemerdekaan tepatnya tahun 1958, kegiatan

pertambangan tersebut diawasi oleh Biro Urusan Perusahaan Tambang Negara

Page 13: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

121

(Buptan). Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan

Tambang Timah Negara yang mengkoordinasi semua kegiatan pertambangan

timah di pulau Bangka, Belitung, dan Singkep. Perubahan dan reorganisasi terus

berlanjut mulai tahun 1969 kegiatan pertambangan timah disatukan dalam satu

wadah perusahaan yang disebut Perusahaan Tambang Timah (PN. Timah).

Perusahaan persero dengan nama PR. Tambang Timah yang kegiatan

penambangannya terdiri dari 4 unit, yaitu (1) Unit Penambangan Timah Bangka,

(2) Unit Penambangan Timah Belitung, (3) Unit Penambangan Timah Singkep,

(4) Unit Peleburan Timah Muntok.

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing, tercatat tiga perusahaan asing yang menanamkan

modalnya dalam kegiatan pertambangan di PT Koba Tin yang beroperasi di pulau

Bangka dengan kepemilikan saham adalah 25% oleh PT Tambang Timah dan

75% oleh Kajuara Mining Corporation Pty Limited dari Australia. Perusahaan ini

masih mengembangkan kegiatan pertambangan sampai tahun 2013. Perusahaan

yang ke dua yang menanamkan modalnya adalah PT. Broken Hill Proprietary

Indonesia beroperasi di pulau Belitung, tetapi dijual kepada perusahaan Jerman

PT. Preussag yang selanjutnya dijual kepada perusahaan nasional PT. Gunung

Kikara Mining yang akhirnya pada tahun 1994 tidak berproduksi lagi. Perusahaan

ketiga adalah PT. Riau Tin beroperasi di perairan kepulauan Riau, namun

kemudian mengundurkan diri sebagai akibat jatuhnya harga timah decade tahun

80-an. Dengan demikian, kegiatan pertambangan di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung saat ini hanya dilakukan oleh dua perusahan yaitu PT. Tambang Timah

dan PT. Koba Tin.

Sejak tahun 1991 kegiatan pertambangan timah yang dilakukan oleh PT.

Tambamg Timah dikonsentrasikan pada pertambangan perairan/laut, sedangkan di

daratan diserahkan pada pihak swasta lokal sebagai pelaksananya. Pengembangan

kegiatan pertambangan timah menggunakan kapal keruk sangat berpengaruh pada

faktor lain :

1. Penyerapan tenaga kerja makin sedikit mengingat kegiatan pertambangan

timah di laut menggunakan alat mekanis yang memerlukan tenaga terampil

yang tidak begitu besar.

Page 14: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

122

2. Pemusatan kegiatan pertambangan tidak dilakukan di darat yang

menyebabkan pengaruh pengganaan kegiatan informal seperti warung nasi,

makanan dan lainnya sangat kecil.

3. Dampak lingkungan terutama biota laut menhadi terganggu, memungkinkan

degradasi lingkungan dibawah laut.

Dalam konteks pengembangan wilayah, kegiatan pertambangan yang

dilakukan di laut mempunyai dampak pengganda yang kecil terutama dalam

penyerapan tenaga kerja. Pengurangan tenaga kerja yang berangsur-angsur,tenaga

kerja pada tahun 1990 sebanyak 25.000 orang menjadi 6.117 orang tahun 1995

atau sebanyak 18.883 orang yang di PHK selama kurun waktu 5 tahun.

Pengurangan tersebut selain menunjukkan bahwa PT. Tambang Timah ingin

melakukan efisiensi terutama untuk meningkatkan kembali pendapatannya dengan

melakukan tambang laut menggunakan kapal keruk, tetapi juga di sebabkan

fluktuasi harga timah di pasar internasional. Kebijakan yang juga dikeluarkan oleh

PT. Tambang Timah adalah memusatkan seluruh kegiatan pertambangan di

kabupaten Bangka, sedangkan kabupaten Belitung dan Pangkalpinang tidak

dioperasionalkan lagi.

Pemanfaatan wilayah daratan di Kepulauan Bangka dan Belitung untuk

tambang timah oleh perusahaan skala besar dengan tehnologi tinggi dan juga oleh

penduduk setempat dengan tambang rakyatnya menggunakan teknologi

sederhana, nampaknya telah menimbulkan kerusakan fisik alam, dengan

banyaknya bertebaran lobang- lobang atau kolong-kolong akibat penambangan

tersebut, bahkan ada yang tidak memperhatikan lagi kerusakan lingkungan, serta

tumpang tindihnya pemanfaatan dengan sektor lain, seperti lahan pertanian,

permukiman dan kawasan lindung.

Banyaknya penduduk yang bekerja mencari pasir timah, baik dengan

membuka areal lahan sendiri maupun bekerja untuk pemodal yang siap

berinvestasi pada penambangan timah tradisional menyebabkan kolong bekas

tambang timah semakin bertambah karena munculnya tambang timah baru.

Berdasarkan pendataan Universitas Sriwijaya (UNSRI) tahun 1999 terdapat

sebanyak buah kolong tersebar di seluruh wilayah dengan luas keseluruhan

1.712,65 hektar dengan rata-rata kedalaman 9, 5 meter.

Page 15: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

123

Kegiatan usaha bidang pertambangan, suatu saat tentu akan berkurang dan

habis, kalaupun masih ada, mungkin tidak ekonomis lagi untuk ditambang,

mengingat tambang sudah diusahakan sejak abad ke 18, sehingga potensinya

sudah semakin menurun seperti terlihat di daratan Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung.

Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung penambangan di darat sudah di

serahkan oleh PT. Timah, Tbk kepada mitra kerjanya dengan perencanaan dan

pengawasan tetap dipegang oleh PT. Timah, Tbk. Namun sekarang masalahnya

masih banyak masyarakat membuka tambang pada milik lahan mereka dalam

skala kecil, tetapi kadang-kadang tidak memperhatikan kerusakan lingkungan.

Hal- hal seperti ini perlu diatur dan diarahkan agar pemanfaatan lahan untuk

pertambangan tidak menimbulkan kerugian pada kepentingan masyarakat sendiri

dalam waktu-waktu yang akan datang. Partisipasi dari masyarakat dan dunia

usaha akan pertambangan perlu ditumbuh kembangkan, tetapi harus menjaga dan

memelihara pembangunan yang berkelanjutan (sustainable) dan menjamin

kelestarian lingkungan.

Berdasarkan data USGS cadangan timah Indonesia sebesar 900.000 ton akan

habis pada tahun 2020 jika produksi timah rata-rata 60.000 ton per tahun.

5.6.2 Produksi, Harga dan Pemasaran Timah

Pada pembahasan terdahulu diketahui bahwa wilayah yang berbasis

ekonomi sumber daya alam khususnya pertambangan timah sangat dipengaruhi

oleh Dewan Timah Internasional (ITC). Dengan demikian, kegiatan produksi dan

harga timah sangat ditentukan oleh dewan tersebut. Pembatasan jumlah

ekspor(kuota) timahyang ditetapkan ITC guna menstabilkan harga timah di pasar

internasional menyebabkan Negara anggotanya termasuk Indonesia harus

membatasi jumlah produksinya.

Harga timah di pasar internasional pada periode tahun 1991-1995 relatif

mengalami peningkatan, walaupun nilainya lebih rendah dibandingkan pada

periode tahun 1980-1990. Dengan relative stabilnya harga timah pada periode

1991-1995 dan retrukturisasi yang dilakukan oleh PT. Tambang Timah, maka

produktivitas perusahaan tersebut semakin meningkat. Peningkatan ini ditandai

Page 16: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

124

dengan berhasilnya penawaran umum perdana dan kini saham PT. Tambang

Timah tercatat di Bursa Efek Jakarta, Surabaya dan London sejak tahun 1995.

Tahapan penting lainnya yang dicapai pada tahun 1995 adalah berhasilnya

pabrik peleburan timah memperoleh akreditasi ISO-9002 untuk system

managemen mutu proses peleburan dan pemurnian serta pencetakan logam

dengan merek Bangka, Mentok, dan Bangka Low-leaddalam bentuk Ingot,anode

dan tin shot.

Produk PT. Tambang Timah dipasarkan baik di dalam negeri maupun di luar

negeri. Proporsi kebutuhan untuk dalam negeri hanya sebesar5%, sedangkan

untuk kebutuhan eksporsebesar 95%. Kebutuhan dalam negeri pada umumnya

digunakan untuk pembuatan solder dan untuk pembuatan pin plate oleh

perusahaan Pelat Timah Nusantara (Latinusa), Jati Uwung, Dae Jindo Metal dan

Nursakti Utama. Sedangkan produk timah untuk ekspor di pasarkan ke Amerika

Serikat 20%, Eropa 25% dank e Asia sebanyak 50%. Negara-negara konsumen

tersebutmeliputi : Amerika Serikat, Swis, Perancis, Italia, Inggris, Singhapura,

Malaysia, Philipina, Jepang dan Hongkong.

5.6.3 Aset Pertambangan Timah

Menurut Sumardekar (1994), ada tiga unit usaha PT.Tambang Timah yang

dapat dikembangkan di masa yang akan datang, yaitu : (1) unit usaha eksplorasi

dan penambangan; (2) unit usaha metalurgi; dan (3) unit usaha keteknikan. Unit

usaha eksplorasi, penambangan dan metalurgi merupakan unit usaha yang saling

berkaitan satu sama lain. Unit usaha ini berupa peralatan yang digunakan untuk

kegiatan survai geologi, eksplorasi dan eksploitasi dalam rangka untuk

menemukan cadangan baru, kegiatan penambangan timah dan proses peleburan

timah menjadi batangan logam timah. Peralatan ini dimasa yang akan datang

dapat dimanfaatkan untuk kegiatan eksplorasi mineral lainnya terutama untuk

mineral bijih logam. Unit usaha keteknikan merupakan unit usaha yang melayani

segala keperluan unit usaha lainnya. Unit usaha ini meliputi unit usaha industri

(balai karya, docking kapal, prabik zat asam), infrastruktur (listrik, transportasi,

dan komunikasi). Unit usaha keteknikan ini sangat potensial untuk dikembangkan

di masa yang akan datang terutama pasca pertambangan timah. Unit usaha

keteknikan terutama docking kapal dan pabrik zat asam telah memberikan

Page 17: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

125

sumbangannya terhadap kegiatan industri menengah dan besar di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung. Docking kapal sangat potensial untuk dikembangkan

terutama untuk industri maritim. Pabrik zat asam tidak saja melayani kebutuhan

untuk industri pertambangan timah tetapi juga untuk melayani kebutuhan untuk

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan bahkan adanya kerja sama dengan PT.

Bakrie Brother untuk pabrik pipa baja. Jumlah investasi dari kegiatan unit usaha

keteknikan ini sebesar Rp. 3 milyar.

Di samping ketiga unit usaha di atas, terdapat pula fasilitas kesehatan,

pendidikan, olah raga, hiburan, dan rekreasi dan sarana transportasi yang dapat

digunakan untuk umum.

5.6.4 Tenaga Kerja Pertambangan Timah

Menurut Payaman (1998) bahwa pendidikan dan latihan merupakan salah

satu faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya manusia. Pendidikan

dan latihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan

ketrampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja.

Dalam konteks Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terutama jika dilihat

dari jumlah karyawan PT. Tambang Timah sebelum retrukturisasi (1991)

seluruhnya sekitar 25.000 orang. Dalam rangka efisiensi perusahaan, telah

dilakukan pengurangan tenaga kerja maka jumlah karyawan berkurang berturut-

turut 11.079 orang pada tahun 1991; 9.349 orang pada tahun 1992; 8.373orang

pada tahun 1993; dan 6.117 orang pada tahun 1994 (Sujarwo, 1995). Dari hasil

studi Sujarwo, 1995 tingkat keahlian tenaga kerja PT. Tambang Timah sebagian

tenaga kerja tidak terampil sebesar 58,94% dan tenaga kerja setengah terampil

34,88%; tenaga kerja terampil 5,28%; tenaga kerja ahli sebanyak 0,90%. Formasi

tenaga kerja tersebut merupakan permasalahan besar di masa yang akan datang

terutama pasca pertambangan timah. Kondisi yang sama terjadi di wilayah

pertambangan timah Kinta Valley Malaysia. Pada umumnya sangat kecil dampak

negative dari bekas pekerja tambang di wilayah tersebut mengingat ketrampilan

rendah sangat sulit untuk mencari pekerjaan pasca pertambangan timah.

Berdasarkan hasil penelitian Sujarwo et al (1994) menunjukkan bahwa

pasca pertambangan timah eks pekerja timah cenderung ingin bekerja ke kegiatan

Page 18: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

126

nonpertambangan sebesar 73,75%, sedangkan yang memilih bidang pertambangan

umum sebesar 26,25%. Kegiatan nonpertambangan tersebut terdiri dari kegiatan

industri dan perdagangan sebesar 33,01%, wiraswasta 22,33% dan pertanian

22,33%. Dari hasil studi tersebut menunjukkan bahwa eks pekerja tambang timah

lebih cenderung memilih pekerjaan ke kegiatan nopertambangan khususnya

industri dan perdagangan, wiraswata dan pertanian. Potensi pengembangan

kegiatan tersebut terbuka dengan berkembangnya kegiatan perkebunan (lada dan

kelapa sawit), perikanan, industri kecil khususnya industri makanan dan industri

kerajinan dari logam timah. Kegiatan ini sangat potensial dalam pengembangan

kewirausahaan lokal khususnya dalam peningkatan pendapatan masyarakat

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berdirinya Politehnik manufaktur di

kotamadya Pangkalpinang memberikan angin segar untuk meningkatkan

kemampuan sumber daya manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

mengingat potensi kegiatan industri pengolahan cukup besar.

5.6.5 Pengaruh Pertambangan Timah Terhadap Kegiatan Ekonomi

Pengaruh kegiatan pertambangan timah terhadap kegiatan ekonomi di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu

(1) terhadap pertumbuhan ekonomi, dan (2) terhadap keterkaitan antar kegiatan.

Seperti telah di bahas pada bagian sebelumnya bahwa pertambangan timah

mempunyai peranan penting dalam perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung. Oleh karena itu perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

sangat bergantung pada kegiatan pertambanagn timah, Dengan menggunakan

indikator pertumbuhan menunjukkan bahwa menurunnya laju pertumbuhan

kegiatan pertambangan timah diikuti pula oleh penurunan laju pertumbuhan

PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Meningkatnya laju pertumbuhan PDRB tanpa timah terutama dari

subkegiatan perikanan dan perkebunan, tetapi kontribusinya masih kecil terhadap

PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Demikian pula terjadinya

peningkatan harga timah yang menggembirakan tetapi permintaan luar dan adanya

kuota timah sangat mempengaruhi produksi timah. Pengaruh tersebut terlihat dari

menurunnya laju pertumbuhan produksi timah.

Page 19: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

127

Keterkaitan pertambangan timah dengan kegiatan lainnya di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung dapat dibagi menjadi dua, yaitu : (1) keterkaitan ke

depan (industri hilir), (2) keterkaitan ke belakang (industri hulu). Keterkaitan ke

depan melibatkan keterkaitan produk dari kegiatan pertambangan timah terhadap

kegiatan ekonomi lainnya terutama kegiatan industri pengolahan hasil

pertambangan timah. Sedangkan keterkaitan ke belakang adalah yang mendukung

kegiatan produksi pertambangan timah terutama kegiatan yang merupakan asset

pertambangan timah seperti : balai karya, docking kapal dan pabrik zat asam.

Berdasarkan asset Input-Output Provinsi Sumatera Selatan tahun 1988

berdasarkan 7 sektor (Sahminan et al, 1992), Keterkaitan pertambangan timah

dengan industri hilir hulu kecil. Pengaruh yang besar adalah terhadap kegiatan

industri yang berbasis pertambangan timah menunjukkan angka 0,134245.

Dengan demikian, kegiatan pertambangan timah memberikan pengaruh yang kecil

terhadap kegiatan produktif lainnya. Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa

kegiatan pertambangan timah sebagian besar (95%) masih diekspor dan 5% saja

digunakan untuk kebutuhan dalam negeri.

Sedangkan kegiatan industri hulu masih bersifat nonprofitbale. Usaha yang

dilakukan masih melayani kegiatan pertambangan, sedangkan pelayanan dalam

skala yang lebih besar masih kurang. Uraian mengenai keterkaitan subsektor

pertambangan timah dan sektor lainnya dikaji lebih detail pada Bab selanjutnya.

5.7 Karakteristik Infrastruktur Wilayah

Infrastruktur penunjang kegiatan perekonomian di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung secara umum cukup memadai antara lain telah tersedianya pasar

dan pusat-pusat perbelanjaan/pertokoan. Pasar terbagi atas atas pasar besar dan

pasar kecil (tradisional).

Pos dan telekomunikasi memegang peranan penting dalam mendorong

percepatan arus informasi. Pelayanan jasa pos dan telekomunikasi di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung meliputi pengiriman surat, kargo, telepon, dan

facsimile. Ada 3 profider seluler di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu

telkomsel, excelcomindo, indosat.

Sistem kelistrikan di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri

dari dua sistem yaitu sistem yang dimiliki oleh PT. PLN (persero) dan sistem yang

Page 20: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

128

dimiliki oleh pihak swasta yaitu PT. Timah,Tbk dan PT. Koba Tin. Sistem

kelistrikan PT. PLN (persero) di wilayah usaha Bangka Belitung.

Sarana dan prasarana transportasi merupakan dinamisator untuk

mempercepat proses pertumbuhan dan pengembangan wilayah serta dapat

membangkitkan berbagai kegiatan sosial-ekonomi masyarakat. Sarana dan

prasarana transportasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hanya terbatas

pada transportasi darat untuk melayani lokal, sedangkan transportasi laut dan

udara dapat melayani antarwilayah Bangka- Belitung sendiri dan antarwilayah

lain. Permasalahan transportasi merupakan permasalah yang sangat penting untuk

di tanggani secara cermat dan cepat mengingat perdagangan sangat bergantung

kepada transportasi laut dan udara. Dengan demikian sarana dan prasarana

transportasi mempunyai peranan penting dalam proses interaksi dan keterkaitan

fungsional dalam satu ruang wilayah. Dari 3.193,36 km panjang jalan di

Kepulauan Bangka Belitung, 16,62 persen merupakan jalan negara, 16,26 persen

jalan provinsi dan 67,12 persen jalan kabupaten.

Perhubungan laut merupakan transportasi yang strategis bagi Kepulauan

Bangka Belitung sebagai provinsi kepulauan untuk berinteraksi dengan provinsi

lain. Transportasi air yang bergerak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

antara lain perusahaan PELNI dan perusahaan swasta. Jalur pelayaran dari

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah : tujuan Jakarta, Palembang, Tanjung

Pinang, Surabaya, dan Pontianak. Transportasi laut di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung merupakan transportasi utama dalam melihat arus barang baik kedalam

maupun ke luarkeluar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Komoditi ekspor

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggunakan jasa angkutan laut. Bongkar

muat barang dilakukan dari pelabuhan Mentok, Toboali, Belinyu, Sungaiselan,

Sungailiat; pelabuhan Sadai dan Pangkalbalam di Kota Pangkalpinang, dan

pelabuhan Tanjungpandan di Kabupaten Belitung. Oleh karena itu, kegiatan

ekspor inpor banyak dilakukan melalui pelabuhan laut tersebut.

Transportasi udara merupakan sarana transportasi merupakan sarana

alternatif di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selain transportasi darat dan air.

Di Kepulauan Bangka Belitung ada 2 pelabuhan udara yaitu Bandar Udara Depati

Amir di Pulau Bangka dan HAS. Hanandjoeddin di Pulau Belitung. Maskapai

Page 21: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

129

penerbangan yang beroperasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain

Sriwijaya Air, Batavia Air, Lion Air, Garuda Indonesia dan Riau Air Lines.

5.8 Isu Pengembangan Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Dari tinjauan karakteristik dan potensi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

terdapat beberapa isu pengembangan wilayah yang menjadi dasar pengembangan

kegiatan ekonomi nonpertambangan pasca pertambangan timah.

Pertama bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih sangat

bergantung pada pertambangan dan industri berbasis pertambangan terutama

pertambangan timah, kaolin, dan pasir kuarsa. Ketergantungan tersebut

menyebabkan sering terjadinya fluktuasi perekonomian terutama yang disebabkan

oleh kegiatan pertambangan timah. Produksi dan harga timah sangat ditentukan

oleh Dewan Timah Internasional (ITC), oleh karena itu naik turunnya

perekonomian sangat ditentukan oleh pasar internasional (factor eksternal).

Disamping adanya negara anggota produsen timah, terdapat juga negara yang

bukan anggota. Negara-negara tersebut merupakan salah satu penyebab turunnya

harga timah di pasar internasional. Oleh karena itu, mempertahankan basis

ekonomi pertambangan terutama pertambangan timah untuk jangka panjang

sangat riskan karena sangat bergantung pada permintaan dan kondisi pasar di luar

wilayah.

Kedua bahwa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung cadangan timah yang

menjadi basis ekonomi wilayah sudah menipis. Permasalahan utama tersebut tidak

saja menurunkan pembangunan, pendapatan dan pendapatan per kapita wilayah,

tetapi juga menimbulkan pengangguran terutama tenaga kerja eks pertambangan

timah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menyediakan lapangan

pekerjaan dengan melakukan perluasan struktur ekonomi wilayah dengan

mengembangkan kegiatan ekonomi dengan mengembangkan kegiatan ekonomi

nonpertambangan, sehingga tenaga kerja dari kegiatan pertambangan timah

tersebut dapat diserap oleh kegiatan ekonomi nonpertambangan. Perluasan

struktur kegiatan ekonomi diperlukan untuk memperluas kesempatan kerja,

sehingga kestabilan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di masa yang

akan datang diharapkan stabil dan bahkan dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi wilayah. Dengan demikian, berkembangnya kegiatan ekonomi

Page 22: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

130

nonpertambangan sebagai kegiatan penunjang perekonomian wilayah. Pada saat

kegiatan pertambangan khususnya pertambangan timah habis, maka kegiatan

penunjang dapat menjadi kegiatan basis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Pengembangan kegiatan ekonomi nonpertambangan di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung di arahkan kepada kegiatan pertanian (tanaman pangan,

perkebunan,dan perikanan) dan kegiatan industri pengolahan terutama di arahkan

kepada industri yang menggunakan bahan baku lokal terutama industri kecil dan

menengah. Dengan demikian, pengembangan industri pengolahan diharapkan

dapat ditunjang oleh kegiatan pertanian yang tangguh terutama dalam

pengembangan pertanian yang berteknologi tinggi dan tepat guna. Pertimbangan

ini disebabkan terbatasnya lahan untuk pengembangan pertanian dan industri

ekstensif.

Ketiga adalah kualitas sumber daya manusia dengan tingkat keahlian rendah

khususnya eks pekerja pertambangan timah. Tingkat keahlian eks pekerja

pertambangan timah dengan keahlian rendah sampai setengah terampil mencapai

93,82%. Namun demikian, pengalaman bekerja di bidang industri merupakan

modal dasar dalam pengembangan kegiatan industri nonpertambangan.

Keempat, dalam meningkatkan arus perdagangan adalah transportasi.

Potensi sumber daya alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sangat baik

perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana transportasi laut dan udara yang

memadai. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan wilayah

kepulauan sangat bergantung pada transportasi laut dan udara terutama dalam

kaitannya dengan ekspor dan impor komoditi.Oleh karena itu, berkembangnya

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus ditunjang oleh transportasi laut dan

udara yang baik. Untuk mempercepat arus perdagangan komoditi ekspor dan

impor maupun untuk meningkatkan pariwisata penekanan dalam perbaikan sarana

transportasi sangat diperlukan. Letak geografis Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung yang strategis akan berdampak lokasional yang menguntungkan terutama

dalam mengantisipasi meluapnya kegiatan di pulau Jawa, Batam, Singapura, dan

Malaysia.

Kelima adalah keterbatasan dalam pengembangan sumber daya alam

terutama ekstensifikasi usaha. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang

Page 23: BAB v Karakteristik Wilayah Penelitian

131

merupakan kepulauan sangat terbatas terhadap lahan usaha. Demikian pula,

adanya keterbatasan kesuburan tanah yang disebabkan oleh sebagian besar lahan

usaha banyak mengandung kasiterit atau pasir timah. Oleh karena itu, hanya

tumbuhan tertentu yang dapat dikembangkan dengan baik.

Dari isu-isu tersebut, jelaslah bahwa tambang timah tidak bisa terus menerus

menjadi andalan bagi provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Karena itu perlu

dilakukan upaya transformasi struktur perekonomian dari yang semula

mengandalkan timah sebagi pemicu utama perekonomian wilayah beralih ke non

pertambangan timah. Dalam rangka mencari solusi tersebut, di bab selanjutnya

akan dibahas mengenai proses dan upaya mencari struktur perekonomian yang

tidak mengandalkan pertambangan timah di Provinsi Bangka Belitung.