35
BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan. Kepatuhan merupakan modal dasar seseorang berperilaku. Menurut Kelman (1958) dalam Sarwono (2007) dijelaskan bahwa perubahan sikap dan perilaku individu diawali dengan proses patuh, identifikasi, dan tahap terakhir berupa internalisasi. Pada awalnya individu mematuhi anjuran / instruksi tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman/sangsi jika dia tidak patuh, atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika dia mematuhi anjuran tersebut. Tahap ini disebut tahap kepatuhan (compliance). Biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur/ hilang, perilaku itupun ditinggalkan. Perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi, dan kemudian menjadi internalisasi. Mula – mula individu mematuhi anjuran atau instruksi tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan, dan seringkali karena ingin menghindari hukuman atau sanksi jika tidak patuh, atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika mematuhi anjuran. Tahap ini disebut tahap kepatuhan. Biasanya perubahan yang terjadi dalam tahap ini sifatnya sementara, artinya tindakan itu akan dilakukan selama masih ada pengawasan. 11 Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

  • Upload
    lamtu

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepatuhan.

Kepatuhan merupakan modal dasar seseorang berperilaku.

Menurut Kelman (1958) dalam Sarwono (2007) dijelaskan bahwa

perubahan sikap dan perilaku individu diawali dengan proses patuh,

identifikasi, dan tahap terakhir berupa internalisasi. Pada awalnya individu

mematuhi anjuran / instruksi tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan

tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman/sangsi jika dia

tidak patuh, atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika dia

mematuhi anjuran tersebut. Tahap ini disebut tahap kepatuhan

(compliance). Biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini sifatnya

sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada

pengawasan. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur/ hilang, perilaku

itupun ditinggalkan.

Perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap

kepatuhan, identifikasi, dan kemudian menjadi internalisasi. Mula – mula

individu mematuhi anjuran atau instruksi tanpa kerelaan untuk melakukan

tindakan, dan seringkali karena ingin menghindari hukuman atau sanksi

jika tidak patuh, atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika

mematuhi anjuran. Tahap ini disebut tahap kepatuhan. Biasanya perubahan

yang terjadi dalam tahap ini sifatnya sementara, artinya tindakan itu akan

dilakukan selama masih ada pengawasan.

11

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 2: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang

individu disebabkan untuk menjaga hubungan baik dengan individu lain

yang menganjurkan perubahan. Meskipun motivasi untuk mengubah

perilaku individu dalam tahap ini lebih baik dari pada tahap kepatuhan,

namun motivasi ini belum dapat menjamin kelestarian perilaku, karena

individu belum dapat mengaitkan perilaku dengan nilai-nilai lain dalam

hidupnya.

Tahap internilitas adalah tahap individu melakukan sesuatu karena

memahami makna dari pentingnya kepatuhan. Perilaku yang baru itu

dianggap bernilai positif bagi diri individu itu sendiri da diintegrasikan

dengan nilai – nilai lain dari kehidupannya. Perubahan perilaku individu

baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui proses

internalisasi (Kelman, 1995).

B. Cuci Tangan.

1. Pengertian cuci tangan.

Mencuci tangan merupakan suatu proses yang secara mekanis

melepaskan kotoran dan debu dari kulit tangan dengan menggunakan

sabun biasa dan air, dengan tujuan untuk mencegah infeksi (Depkes,

2007). Mencuci tangan dengan sabun adalah praktik mencuci tangan

yang paling umum dilakukan. Walaupun perilaku mencuci tangan

dengan sabun sudah diperkenalkan sejak lama, dengan tujuan untuk

memutus mata rantai kuman.

Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir

untuk menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 3: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

benar-benar hilang. Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan

mikroba ke pasien dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme

yang berada pada kuku, tangan dan lengan (Schaffer, et.al., 2000).

Pada fasilitas-fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, mencuci

tangan bertujuan untuk melepas atau membunuh patogen

mikroorganisme, agar tidak terjadi perpindahan mikroorganisme

kepada pasien. Penggunaan air saja dalam mencuci tangan tidak efektif

untuk membersihkan kulit karena air terbukti tidak dapat melepaskan

lemak, minyak, dan protein dimana zat-zat ini merupakan bagian dari

kotoran organik. Karena itu para staf medis, khususnya dokter bedah,

sebelum melakukan operasi diharuskan mensterilkan tangannya

dengan menggunakan antiseptik kimia dalam sabunnya (sabun khusus

atau sabun anti mikroba) atau deterjen. Untuk profesi-profesi ini

pembersihan mikro organisme tidak hanya diharapkan hilang namun

mereka harus bisa memastikan bahwa mikro organisme yang tidak bisa

bersih dari tangan, mati, dengan zat kimia antiseptik yang terkandung

dalam sabun. Aksi pembunuhan mikroba ini penting sebelum

melakukan operasi dimana mungkin terdapat organisme yang kebal

terhadap antibiotik.

Sesuai perkembangan zaman, dikembangkan juga cairan

pembersih tangan beralkohol. Namun apabila tangan benar-benar

dalam keadaan kotor, baik oleh tanah, darah, ataupun lainnya, maka

penggunaan air dan sabun untuk mencuci tangan lebih disarankan

karena cairan pencuci tangan yang berbahan dasar alkohol, walaupun

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 4: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

efektif membunuh kuman cairan ini tidak membersihkan tangan,

ataupun membersihkan material organik lainnya. Cuci tangan

menggunakan sabun atau cairan pencuci tangan yang beralkohol sama-

sama efektif dalam membersihkan bakteria-bakteria tertentu. Namun

cairan pembersih tangan berbahan dasar alkohol tidak efektif dalam

membunuh bakteria yang lain seperti e-coli dan salmonela. Karena

alkohol tidak menghancurkan spora-spora namun dengan mencuci

tangan dengan sabun spora-spora tersebut terbasuh dari tangan.

Metode terbaik adalah pada saat keadaan tidak memungkinkan untuk

mengakses air dan sabun, maka cairan pencuci tangan jauh lebih baik

daripada tidak menggunakan apapun.

2. Indikasi cuci tangan.

Pitet et.al. (2009) menganjurkan cuci tangan pada saat keadaan:

a. Ketika tangan terlihat kotor atau terkontaminasi dengan bahan

yang mengandung protein, darah, cairan tubuh lainnya, setelah

menggunakan kamar kecil, dan jika terpapar spora organisme yang

telah terbukti keberadaanya.

b. Setelah kontak dengan cairan tubuh, membran mukosa, luka

terbuka, atau melakukan pembalutan luka.

c. Saat sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, setelah melepas

sarung tangan, sebelum menggunakan perangkat invasif untuk

perawatan pasien, dan jika tangan berpindah melaksanakan

tindakan keperawatan dari situs tubuh terkontaminasi ke tubuh

yang bersih.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 5: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

d. Sebelum memegang obat dan menyiapkan makanan.

World Health Organisation (2009) dalam bukunya yang

berjudul Hand hygiene tehnical reference manual : to be used by

health-care workers, trainer, and observers of hand hygiene practices,

menulis lima waktu untuk membersihkan tangan pada tenaga

kesehatan. Lima waktu untuk mencuci tangan pada saat keadaan :

a. sebelum menyentuh pasien.

b. Sebelum melaksanakan tindakan aseptic maupun non aseptic.

c. Setelah kontak dengan cairan tubuh yang beresiko.

d. Setelah menyentuh pasien.

e. Setelah menyentuh benda di sekitar pasien.

3. Sarana cuci tangan.

Sarana untuk melaksanakan cuci tangan harus menggunakan

air bersih dan mengalir. Air yang bersih yang layak digunakan untuk

cuci tangan tentunya adalah air yang jernih, tidak berbau dan tidak

berwarna. Ada banyak sekali standar kesehatan mengenai air bersih

terutama yang berhubungan dengan air minum dan untuk kesehatan,

termasuk di dalamnya air yang bebas mikroorganisme, bahan kimia,

dan bahan radioaktif. Namun untuk keperluan mencuci tangan bagi

masyarakat awam, maka cukup digunakan kriteria yang disebutkan

yakni jernih, tidak berwarna dan tidak berbau.

Dengan mencuci tangan di air mengalir, maka kotoran dan

kuman akan hanyut terbawa air. Jadi mulai sekarang bila kita makan di

rumah makan atau di warung makan yang ada wastafelnya, sebaiknya

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 6: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

cuci tangan di wastafel walaupun di sediakan mangkuk tempat

mencuci tangan di meja. Karena air di mangkuk cuci tangan tidak

mengalir, sehingga bakteri dan virus tetap tergenang di air dan dapat

menempel kembali ke tangan saat cuci tangan.

Cuci tangan sebaiknya dilakukan menggunakan sabun, baik

berupa sabun padat maupun cair. Karena sabun dapat membantu

proses pelepasan kotoran dan kuman yang menempel di permukaan

luar kulit tangan dan kuku. Dengan mencuci tangan yang benar

menggunakan sabun maka kotoran dan kuman akan terangkat dan

dapat membantu mengurangi resiko terinfeksi penyakit.

Seiring perkembangan jaman, cuci tangan tidak hanya

menggunakan air dan sabun saja. Cuci tangan bisa menggunakan

cairan antisepsis yang telah menjadi alternatif untuk membersihkan

tangan dari kuman, karena lebih praktis dari cuci tangan dengan air

dan sabun. Pembersih tangan berbahan dasar alkohol cukup cepat

bekerja dan secara signifikan mengurangi jumlah bakteri pada kulit,

tetapi tidak semua jenis bakteri bisa mati dengan gel pembersih tangan.

Cairan pembersih tangan yang efektif jika mengandung sedikitnya 60

% alkohol. Jadi untuk membersihkan tangan dari kuman hal terbaik

yang dapat Anda lakukan adalah mencuci dengan sabun dan air.

Pemakaian cairan pembersih tangan hanya dilakukan jika tidak

tersedia air dan sabun.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 7: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

4. Macam-Macam Cuci Tangan dan Cara Mencuci Tangan

WHO (2005) mengeluarkan pesan kesehatan untuk mencuci

tangan dengan 7 langkah. Dalam pelaksanaan di bidang kesehatan ada

yang mengembangkan dari 7 langkah menjadi 10 langkah mencuci

tangan. Berikut ini adalah cara mencuci tangan yang telah ditetapkan

oleh WHO:

a. Cuci tangan biasa atau cuci tangan 7 langkah.

Cuci tangan biasa adalah proses pembuangan kotoran dan

debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan

memakai sabun dan air mengalir.

1) Peralatan dan perlengkapan

(a) Sabun biasa/ antiseptik.

(b) Handuk bersih atau tisu.

(c) Wastafel atau air mengalir.

2) Prosedur pelaksanaan.

(a) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.

(b) Lepas cincin, jam tangan, dan gelang.

(c) Basahi kedua tangan degan menggunakan air mengalir.

(d) Tuangkan sabun secukupnya.

(e) Ratakan sabun pada kedua telapak tangan.

(f) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan

tangan kanan dan sebaliknya.

(g) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.

(h) Bersihkan punggung jari dengan gerakan mengunci.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 8: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

(i) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan

kanan, lakukan sebaliknya.

(j) Bersihkan ujung jari tangan kanan dengan gerakan

memutar pada telapak tangan kiri dan lakukan sebaliknya.

(k) Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan

tangan kanan, dan lakukan sebaliknya.

(l) Bilas kedua tangan dengan air mengalir.

(m) Keringkan tangan dengan tisu sekali pakai sampai benar-

benar kering.

(n) Gunakan tisu tersebut untuk menutup keran.

Berikut gambar (2.1) cuci tangan biasa atau cuci tangan 7

langkah:

Gambar 2.1 Cara mencuci tangan biasa(7 langkah).

Sumber : Pitet, Allegranzi, dan Boyce (2009).

b. Cuci Tangan Bedah atau cuci tangan 10 langkah.

Cuci tangan bedah adalah menghilangkan kotoran, debu

dan organisme sementara secara mekanikal dan mengurangi flora

tetap selama pembedahan. Tujuannya adalah mencegah

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 9: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari kedua belah tangan.

Cuci tangan dengan sabun biasa dan air yang diikuti dengan

panggunaan penggosok dengan bahan dasar alkohol tanpa air yang

mengandung klorheksidin menunjukkan pengurangna yang lebih

besar pada jumlah mikrobial pada tangan, meningkatkan kesehatan

kulit dan mereduksi waktu dan sumber daya.

1) Peralatan Dan Perlengkapan

(a) Sabun biasa/antiseptik.

(b) Sikat.

(c) Spon.

(d) Handuk steril / lap bersih dan kering.

(e) Wastafel atau air mengalir.

2) Prosedur Pelaksanaan

(a) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.

(b) Lepas cincin, jam tangan dan gelang.

(c) Basahi kedua tangan dengan menggunakan air mengalir

sampai siku.

(d) Gunakan sabun kearah lengan bawah, lakukan hal yang

sama pada sebelah tangan.

(e) Bersihkan kuku dengan pembersih kuku atur sikat lembut

kearah luar, kemudian bersihkan jari hingga siku dengan

gerakan sirkular dengan spon. Ulangi hal yang sama pada

lengan yang lain. Lakukan selama minimal 2 menit.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 10: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

(f) Membilas tangan dan lengan secara terpisah dengan air

yang mengalir, setelah bersih tahan kedua tangan mengarah

ke atas sebatas siku. Jangan biarkan air bilasan mengalir ke

area bersih.

(g) Menggosok seluruh permukaan kedua belah tangan, jari

dan lengan bawah dengan antiseptik minimal selama 2

menit.

(h) Membilas setiap tangan dan lengan secara terpisah dengan

air yang mengalir, setelah bersih tahan kedua tangan

mengarah ke atas sebatas siku. Jangan biarkan air bilasan

mengalir ke area tangan.

(i) Menegakkan kedua tangan kea arah atas dan jauhkan dari

badan, jangan sentuh permukaan atau benda apapun.

(j) Mengeringkan tangan menggunakan handuk steril atau

diangin-anginkan. Seka tangan dimulai dari ujung jari

hingga siku. Untuk tangan yang berbeda gunakan sisi

handuk yang berbeda.

(k) Pakai sarung tangan bedah yang steril.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 11: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

Berikut gambar mencuci tangan bedah atau cuci tangan 10

langkah:

Gambar 2.2 Cara cuci tangan bedah atau cuci tangan 10 langkah.

Sumber : Pitet, Allegranzi, dan Boyce (2009).

5. Akibat tidak Melaksanakan Cuci Tangan.

Media penyebaran mikroorganisme paling potensial melalui

tangan. Tidak melaksanakan cuci tangan berarti membiarkan

mikroorganisme yang ada di tangan menyebar ketempat lainnya.

Mikroorganisme ini sangat merugikan, karena bias menyebabkan

infeksi.

Infeksi merupakan suatu tindakan perkembangbiakan oleh

organisme asing terhadap organisme inang dan membahayakan inang.

Organisme penginfeksi atau patogen menggunakan sarana yang

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 12: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri yang pada akhirnya

merugikan inang. Penyakit infeksi disebabkan oleh mikroba patogen

dan bersifat sangat dinamis. Mikroba bertahan hidup dan berkembang

biak pada reservoir. Reservoir mikroba patogen dapat berupa benda

hidup (manusia dan hewan) maupun benda mati (meja, kursi, tempat

sampah, dll), reservoir juga sebagai tempat hidup dan berkembang

biak bagi mikroba patogen (Darmadi, 2008).

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit

dan terjadi pada pasien yang dirawat maupun tenaga kesehatan di

rumah sakit. Infeksi nosokomial menyebar saat pelaksanaan asuhan

keperawatan ataupun tindakan medis yang dilakukan. Perlu di ingat,

rumah sakit adalah gudang mikroba patogen. Penularan infeksi

nosokomial yang berpengaruh di rumah sakit yaitu:

a. Petugas pelayanan medis.

Dokter, perawat, bidan, tenaga laboratorium, dan petugas lainnya

yang berada di rumah sakit.

b. Peralatan medis.

Jarum, respirator, linen, kasa, dan peralatan lain yang ada di rumah

sakit.

c. Lingkungan sekitar.

Ruang perawatan, ruang bersalin, kamar bedah, halaman rumah

sakit, tempat pengolahan lombah, dan tempat sampah.

d. Makanan dan minuman.

Hidangan yang dikonsumsi oleh penderita.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 13: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

e. Pasien lain.

Keberadaan pasien lain yang saling berdekatan atau bersama dalam

satu ruang perawatan.

f. Pengunjung maupun keluarga.

Pengunjung dan keluarga bisa sebagai sumber penularan infeksi.

Peranan penting perawat adalah mengetahui prosedur dan

praktik yang paling mungkin menyebabkan infeksi, serta menyadari

factor-factor yangdapat meningkatkan resiko infeksi. Tindakan atau

upaya pencegahan penularan infeksi merupakan tindakan yang utama,

cara pencegahan bisa dilaksanakan dengan memutus rantai penularan.

Rantai penularan merupakan suatu rentetan proses perpindahan

pathogen dari sumber penularan ke pejamu melalui perantara atau

tanpa melalui perantara.

Kasus infeksi nosokomial yang bersumber pada rumah sakit

dan lingkungannya dapat dicegah serta dikendalikan dengan penerapan

kewaspadaan standar, yang diharapkan dapat menurunkan resiko

penularan melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang

diketahui dan sumber yang tidak diketahui. Penerapan ini merupakan

pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus selalu dilaksanakan

terhadap semua pasien, dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan.

Kebersihan tangan merupakan komponen penting dari kewaspadaan

standar, dan merupakan salah satu metode efektif dalam mencegah

penularan pathogen yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan.

Selain kebersihan tangan, pemilihan alat pelindung diri (APD) yang

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 14: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

akan digunakan harus didahului dengan penilaian resiko pajanan dan

sejauh mana antisipasi kontak dengan pathogen darah ataupun cairan

tubuh lainnya.macam-macam alat pelindung diri yang disesuaikan

dengan kebutuhannya:

a. Sarung tangan.

Digunakan saat akan bersentuhan dengan bagian tubuh untuk

pemeriksaan, darah, cairan tubuh lainnya, membrane mukosa, dan

kulit yang tidak utuh atau luka. Sarung tangan diganti setelah

selesai satu tindakan ke tindakan yang berikutnya pada pasien yang

sama, ataupun setelah kontak dengan bahan yang beresiko

infeksius. Lepaskan setelah penggunaan selesai dan sebelum

menyentuh benda lainnya yang tidak terkontaminasi. Cuci tangan

sebelum dan sesudah melepas sarung tangan.

b. Pelindung wajah (mata, hidung, dan mulut).

Pelindung wajah digunakan saat tindakan yang beresiko terkena

kontaminasi udara, percikan darah, dan cairan tubuh lainnya.

Pelindung wajah memiliki dua kombinasi dalam penggunaannya:

a) Berupa masker dan pelindung mata, berguna untuk melindungi

bagian hidung, mulut, dan mata.

b) Pelindung wajah, berguna untuk melindungi seluruh

permukaan wajah.

c. Gaun pelindung.

Digunakan untuk melindungi kulit dan mencegah pakaian terkena

percikan darah, terkena kotoran, dan cairan tubuh lainnya.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 15: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

6. Faktor – Faktor yang Berpengaruh terhadap Kepatuhan Cuci Tangan.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa ada

faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaksanaan cuci tangan

pada tenaga kesehatan. Pernyataan itu ditulis di dalam buku yang

berjudul WHO guidelines on hand hygiene in health care (WHO,

2005). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cuci tangan

yaitu:

a. Jenis Pekerjaan.

WHO menyatakan bahwa dokter dan pembantu perawat

memiliki resiko tidak melaksanakan cuci tangan dibandingkan

dengan perawat(WHO, 2005), Adinma et.al. (2009) yang

melakukan penelitian di Nigeria, menemukan tingkat kepatuhan

perawat lebih tinggi dari dokter.

b. Jenis Kelamin.

WHO (2005) menyatakan bahwa jenis kelamin laki – laki

kurang patuh dalam melaksanakan cuci tangan dibandingkan

dengan jenis kelamin wanita. Wanita memiliki kepatuhan dengan

presentase sebesar 75% dibandingkan dengan laki – laki yang

hanya memiliki presentase 15,2% saja (Adinma et.al.)

c. Tempat Bekerja.

Tenaga kesehatan yang bertugas di ruang perawatan

intensif dan bekerja pada akhir pekan beresiko untuk tidak

melakukan cuci tangan (WHO, 2005).

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 16: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

d. Penggunaan Srung Tangan.

Adanya kepercayaan pada tenaga kesehatan yang

menyatakan bahwa, tidak perlu melakukan cuci tangan lagi jika

menggunakan sarung tangan (WHO, 2005).

e. Sarana Cuci Tangan.

Petugas kesehatan tidak melakukan cuci tangan dengan

alasan tidak tersedianya saran cuci tangan. Sarana yang

menyebabkan tidak terlaksannya cuci tangan yaitu, air mengalir,

cairan cuci tangan menyebabkan iritasi, tempat yang tidak nyaman,

tidak ada sabun cuci tangan, dan tidak ada alat untuk

mengeringkannya (WHO,2005). Sarana cuci tangan berupa

kurangnya air menjadi alasan tidak melaksanakan cuci tangan

(Adinma et.al., 2009).

f. Ketersediaan Waktu.

Kurang dan keterbatasan waktu bagi tenaga kesehatan

dalam melaksanakan pelayanan, meningkatkan resiko tidak

melaksanakan cuci tangan (WHO, 2005). Keadaan darurat

memiliki pengaruh terhadap kepatuhan pelaksanaan kewaspadaan

umum (Adinma et.al., 2009).

g. Keadaan Pasien.

Menurut WHO, cuci tangan beresiko tinggi tidak

dilaksanakan jika, keadaan pasien membutuhkan penanganan

segera dan pasien memiliki resiko infeksi penyakit yang rendah

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 17: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

(WHO, 2005). Anggapan bahwa keadaan pasien tidak infeksius

menyebabkan penurunan kepatuhan (Adinma et.al., 2009).

h. Pengetahuan.

Kurang pengetahuan tentang pentingnya melaksanakan cuci

tangan bagi tenaga kesehatan, mampu menjadi pemicu resiko

melaksanakan cuci tangan (WHO, 2005).

i. Penyuluhan dan Pemberian Contoh.

Kurangnya pelaksanaan promosi dan kurangya contoh

dalam pelaksanaan prosedur cuci tangan yang benar, menyebabkan

resiko tidak melaksanakan cuci tangan (WHO, 2005).

j. Sikap Terhadap Standar Operasional Prosedur.

Sikap tenaga kesehatan yang tidak setuju dengan Standar

Operating Procedure (SOP), khusunya SOP cuci tangan, beresiko

tidak melaksanakan prosedur cuci tangan yang telah ditetapkan

(WHO, 2005).

k. Faktor Lainnya.

Peningkatan resiko tidak melaksanakan prosedur cuci

tangan dikarenakan oleh, jumlah tenaga kesehatan yang banyak,

sabun yang menyebabkan iritasi, tidak ada sanksi atau imbalan

terhadap pelaksanaan cuci tangan, dan keadaan peraturan

keselamatan tenaga kesehatan yang tidak baik (WHO, 2005).

Adinma et.al. (2009) dalam penelitiannya juga menemukan faktor

lain yang mempengaruhi kepatuhan, seperti; keikutsertaan petugas

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 18: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

kesehatan dalam pelatihan, kelalaian petugas, mengganggu

ketrampilan teknis, dan pasien menjadi tidak koperatif.

Menurut Saefudin, et.al. (2006), tingkat kepatuhan untuk

melakukan KU (Kewaspadaan Universal), khususnya berkaitan

dengan HIV/AIDS, dipengaruhi oleh faktor individu (jenis kelamin,

jenis pekerjaan, profesi, lama kerja dan tingkat pendidikan), faktor

psikososial (sikap terhadap HIV dan virus hepatitis B, ketegangan

dalam suasana kerja, rasa takut dan persepsi terhadap resiko), dan

faktor organisasi manajemen (adanya kesepakatan untuk membuat

suasana lingkungan kerja yang aman, adanya dukungan dari rekan

kerja dan adanya pelatihan).

Smet (1994) mengatakan bahwa keyakinan-keyakinan

tentang kesehatan atau perawatan dalam sistem pelayanan

kesehatan mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melaksanakan

peran dan fungsinya. Sedangkan dukungan sosial berpengaruh

terhadap kepatuhan seseorang. Variabel-variabel sosial

mempengaruhi kepatuhan perawat. Dukungan sosial memainkan

peran terutama yang berasal dari komunitas internal perawat,

petugas kesehatan lain, pasien maupun dukungan dari pimpinan

atau manajer pelayanan kesehatan serta keperawatan.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 19: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

Menurut Atkinson (1997) faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan adalah:

a. Norma Sosial

Norma sosial merupakan salah satu faktor yang dapat

menumbuhkan kepatuhan yang cukup besar. Norma sosial

adalah suatu kekuatan pendorong yang lebih besar yang

memaksa seseorang untuk tetap patuh terhadap aturan yang ada.

b. Pengawasan

Pengawasan adalah prosedur atau urut-urutan pelaksaan dalam

merealisasi tujuan badan usaha (Manullang, 1985). Salah satu

faktor yang penting untuk menimbulkan kepatuhan adalah

pengawasan dari pengawas atau atasan. Jika tidak ada

pengawas, maka kepatuhanpun akan menurun. Setiap pengawas

memberikan cara pengawasan atau supervisi yang berbeda-beda

terhadap pekerja. Pengawasan yang baik tidak sekedar

mengawasi tetapi

memberikan perhatian, pengawasan yang teratur, pengarahan,

petunjuk serta memperbaiki kesalahan-kesalahan yang

dilakukan oleh pekerja. Pengawasan yang diberikan pengawas

ini akan menjadi stimulus yang diserap, dipersepsi dan cara-cara

bagaimana informasi diproses mempunyai pengaruh yang

penting pada tingkah laku seseorang (Martinah, 1984).

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 20: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

C. Lama Kerja

Robbins (2006) menyatakan bahwa lama kerja merupakan

karakteristik biografis terakhir dalam konsep karakter individu yang

sering dikaji. Berbicara mengenai masa kerja pasti akan berhubungan

dengan senioritas dalam suatu organisasi. Kajian-kajian ekstensif

mengenai hubungan senioritas terhadap produktivitas telah dilakukan,

dan hasilnya adalah ada hubungan positif antara senioritas dan

produktivitas kerja seorang karyawan.

Menurut Siagian (2008) menyatakan bahwa, masa kerja

menunjukkan berapa lama seseorang bekerja pada masing-masing

pekerjaan atau jabatan.

Lama pengalaman kerja (Years Of Job Experience). Widiastuti

(2003) yang membagi level hierarkis auditor (akuntan publik) menjadi

dua yaitu termasuk kategori senior apabila telah bekerja lebih dari dua

tahun dan yunior di bawah dua tahun. Lama bekerja merupakan

pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam

pekerjaan dan jabatan (Winarsih dan Faizin, 2006).

D. Supervisi

1. Pengertian supervisi

Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi

telah berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan

supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala

oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk

kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 21: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, Smith dan

Bem, 1996).

Menurut Arwani (2006) menyatakan bahwa kegiatan supervisi

adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui

aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada

stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari.

2. Manfaat dan tujuan supervisi

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh

banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut

(Suarli & Bachtiar, 2009) :

1) Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja.

Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan

peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin

terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara

atasan dan bawahan.

2) Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja.

Peningkatan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin

berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga

pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan

dapat dicegah.

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya

dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari

supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah

direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 22: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai

dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).

3. Prinsip supervisi keperawatan

Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan

kegiatan supervisi secara benar, harus mengetahui dasar dan prinsip-

prinsip supervisi. Prinsip-prinsip tersebut harus memenuhi syarat antara

lain didasarkan atas hubungan professional dan bukan hubungan

pribadi, kegiatan harus direncanakan secara matang, bersifat edukatif,

memberikan perasaan aman pada perawat pelaksana dan harus mampu

membentuk suasana kerja yang demokratis. Prinsip lain yang harus

dipenuhi dalam kegiatan supervisi adalah harus dilakukan secara

objektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri (self evaluation),

bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat mengembangkan potensi

atau kelebihan masing-masing orang yang terlibat, bersifat kreatif dan

konstruktif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan,

dan supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan ( Arwani, 2006).

Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang

keperawatan (Nursallam, 2007) antara lain:

1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.

2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen,

keterampilan hubungan antar manusia dan kemempuan menerapkan

prinsip manajemen dan kepemimpinan.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 23: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan

dinyatakan melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan standard,

4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara

supervisor dan perawat pelaksana.

5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang

spesifik.

6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi

efektif, kreatifitas dan motivasi.

7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam

pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan

manajer

E. Pengetahuan.

1. Pengertian pengetahuan.

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007). Proses yang

didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka

perilaku tersebut akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila perilaku

tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak

akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 24: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

2. Tingkatan pengetahuan.

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut:

a. Tahu (know).

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,

menguraikan, dan mendefinisikan (Notoatmodjo, 2003).

b. Memahami (comprehension).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan

menyebutkan cotoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2003).

c. Analisis (analysis).

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 25: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

kerja: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan

mengelompokkan (Notoatmodjo, 2003).

d. Aplikasi (Application).

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, dan prinsip (Notoatmodjo, 2003).

e. Sintesis (synthesis).

Sintesis menunujuk pada suatu kemampuan untuk

meletakkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau

rumusan yang ada (Notoatmodjo, 2003).

f. Evaluasi (evaluation).

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaianpenilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada

(Notoatmodjo, 2003).

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 26: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2003) adalah:

a. Umur.

Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam

penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal

yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup

seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin

tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau

pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang

diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang

diperoleh dari orang lain.

b. Pendidikan.

Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan

seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan,

sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses

perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat

pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan

teknologi. Pendidikan termasuk peran penting dalam menentukan

kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan

memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi

pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas karena

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 27: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik

yang menjadikan hidup yang berkualitas.

c. Paparan media massa.

Melalui berbagai media massa baik cetak maupun

elektronik maka berbagai ini berbagai informasi dapat diterima

oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar

media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan

dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki.

d. Sosial ekonomi (pendapatan).

Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun skunder

keluarga, status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi

disbanding orang dengan status ekonomi rendah, semakin tinggi

status social ekonomi seseorang semakin mudah dalam

mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih

berkualitas.

e. Hubungan sosial.

Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan

individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model

komunikasi media. Apabila hubungan sosial seseorang dengan

individu baik maka pengetahuan yang dimiliki juga akan

bertambah.

f. Pengalaman.

Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 28: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasanya

diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan

misalnya sering mengikuti organisasi.

4. Sumber-sumber pengetahuan.

Sumber-sumber pengetahuan didapatkan dari beberapa media

antara lain (Notoatmodjo, 2007):

a. Media cetak.

Media cetak merupakan alat bantu untuk menyampaikan suatu

pesan yang sangat bervariasi, antara lain sebagai berikut :

(1) Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan

dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.

(2) Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam

bentuk kalimat maupun gambar kombinasi.

(3) Flyer (selebaran), bentuknya seperti leaflet tapi tidak berlipat.

(4) Flift chart (lembar balik) media penyampaian pesan dalam

bentuk lembar balik, biasanya dalam bentuk buku dimana tiap

lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan lembaran

baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang

berkaitan dengan gambar tersebut.

(5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang

memabahas suatu masalah.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 29: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

(6) Poster ialah bentuk media cetak yang berisi pesan-pesan atau

informasi yang biasanya ditempel di tembok-tembok atau di

kendaraan umum.

(7) Foto yang mengungkapkan informasi.

b. Media elektronik.

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan

pesan-pesan atau informasi-informasi berbeda jenisnya, antara

lain: televisi, radio , video, slide, dan film strip.

c. Media papan (Billboard).

Adalah papan yang dipasang ditempat-tempat umum dapat

diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi (Notoatmodjo,

2007).

5. Cara Memperoleh pengetahuan.

Beberapa cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo

(2010) adalah sebagai berikut:

a. Cara Tradisional atau cara non ilmiah.

Cara tradisional ini dipakai orang umum untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sebelum ditemukan metode penemuan

secara sistematik dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada

periode ini antaralain :

1) Cara coba salah (trial and error).

Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh

manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara

coba-coba.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 30: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

2) Secara kebetulan.

Penemuan secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja

ditemukan oleh orang yang bersangkutan.

3) Cara kekuasaan atau otoritas.

Pengetahuan diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan,

baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama

maupunahli ilmu pengetahuan berdasarkan pengalaman pribadi

melalui jalan pikiran

4) Berdasr pengalaman pribadi.

Pengetahuan merupakan sumber pengetahuan, dan

pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan.

5) Cara akal sehat (Common sense).

Akal sehat kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.

Orang tua zaman dulu memberikan hukuman fisik (mencubit

atau menjewer) agar anaknya menurut atau disiplin. Metode ini

sampai sekarang berkembang menjadi teori bahwa hukuman

adalah merupakan metode (meskipun bukan metode yang

terbaik) bagi pendidikan anak.

6) Kebenaran melalui wahyu.

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui Nabi. Kebenaran ini harus

diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan,

terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 31: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi sebagai wahyu,

bukan hasil penalaran atau penyelidikan manusia.

7) Kebenaran secara intuitif.

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat

sekali melalui proses diluar kesadaran, dan tanpa melalui

proses penalaran atau berpikir.

8) Melalui jalan pikiran.

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah

menggunakan jalan pikirannya.

9) Berpikir induksi.

Berpikir secara induksi dalam pembuatan kesimpulan

tersebut berdasarkan pengalaman empiris yang ditangkap oleh

panca indra, kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep

yang mungkin seseorang bisa memahami suatu gejala.

10) Berpikir deduksi.

Aristoteles (384-322 SM) mengembangka cara berpikir ini

ke dalam suatu cara yang disebut silogisme. Silogisme

merupakan bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang

untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik.

b. Cara ilmiah.

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih logis, sistematis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitian.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 32: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

6. Cara pengukuran pengetahuan.

Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur

dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang

ingin kita ketahui, atau kita ukur dengan tingkat-tingkat pengetahuan

(Notoatmodjo, 2007). Menurut Arikunto (2006 ) tingkat pengetahuan

dikategorikan menjadi 4, yaitu baik (76-100% jawaban benar), Cukup

(56-75% jawaban benar), Kurang (40-55% jawaban benar), dan tidak

baik (<40% jawaban benar).

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 33: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

F. Kerangka Teori.

Kerangka teori adalah model konseptual yang menggambarkan

hubungan diantara berbagai macam faktor yang telah diidentifikasikan

sebagai sesuatu hal yang penting bagi masalah (Notoatmodjo, 2010).

Skema 2. 3 Kerangka teori.

Sumber: Modifikasi WHO (2005), Saefudin et. al. (2006) & Adinma et.al (2009).

Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan.

Jenis pekerjaan. Penggunaan

sarung tangan.

Jenis kelamin.

Lama kerja

Keadaan pasien

Pengetahuan.

Saran cuci tangan. Penyuluhan

dan pemberian contoh.

Ketersediaan waktu.

Organisasi manajemen: suepervisi

Sikap terhadap standar operasional prosedur.

Kepatuhan.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 34: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

G. Kerangka Konsep.

Kerangka konsep merupakan formulasi atau simplifikasi dari

kerangka teori atau teori – teori yang mendukung penelitian (Notoatmodjo,

2010).

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar

2.4 berikut.

Gambar 2. 4 Kerangka konsep.

Keterangan :

: yang diteliti.

: yang tidak diteliti.

Variabel dependen

Kepatuhan

Variabel Independent

- Faktor lama kerja.

- Faktor supervisi

- Faktor pengetahuan.

Variabel counfunding.

- Ketersediaan waktu.

- Ketersediaan sarana

- Penggunaan sarung tangan.

- Keadaan pasien.

- Penyuluhan dan pemberian contoh.

- Sikap terhadap standar operasional prosedur.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 35: BAB ll TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan.repository.ump.ac.id/5990/3/DWI AGUNG NUGROHO BAB II.pdf · Pada tahap identifikasi, kepatuhan yang timbul dari seseorang individu disebabkan

H. Hipotesis.

Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga

atau hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat

diuji secara empiris.

Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan dua hipotesis, yaitu:

1. Faktor supervisi berpengaruh terhadap kepatuhan perawat dalam

melaksanakan SOP cuci tangan.

2. Faktor lama kerja berpengaruh terhadap kepatuhan perawat dalam

melaksanakan SOP cuci tangan.

3. Faktor pengetahuan berpengaruh terhadap kepatuhan perawat dalam

melaksanakan SOP cuci tangan.

Pengaruh Faktor Jenis..., Dwi Agung Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013