Upload
truongkhanh
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Resiko gangguan Perfusi Jaringan serebral
Menururt Herdman, 2014 definisi resiko gangguan perfusi jaringan:
beresiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat
mengganggu kesehatan. Sehingga pada masalah keperawatan resiko
gangguan perfusi jaringan serebral ini dapat berhubungan dengan : aliran
arteri terhambat, reduksi mekanis dari aliran vena/arteri, kerusakan
transportasi oksigen melewati kapiler/alveolar.
2. Stroke Non Hemoragik
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul
mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif
Mansjoer, 2000).
Stroke non hemoragik atau yang disebut juga strok iskemik
didefinisikan secara patologis sebagai kematian jaringan otak karena
pasokan darah yang tidak kuat (Hadinoto, 2006).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat
emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi setelah lama beristirahat,
8
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
9
baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder (Arif Mansjoer, 2008).
Stroke adalah disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan
gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu (WHO, 1989).
Stroke (cedera serebrovaskuler) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya sulpay darah ke bagian otak (Smeltzer dan
Bare, 2001: 2131).
Definisi di atas disimpulkan bahwa stroke non hemoragik adalah
gangguan fungsi saraf yang dapat timbul dari suatu proses patologi
pembuluh darah serebral dan gangguan aliran darah dalam otak yang dapat
mengakibatkan terganggunya defisit neurologis baik bersifat sementara
atau menetap yang berlangsung dengan cepat (lebih dari 24 jam) atau
berakhir dengan kematian, tanpa ditemukan penyebab selain dari pada
gangguan vaskuler.
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
10
B. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi Sistem Persyarafan
Gambar 1.1 Anatomi sistem persyarafan
Gambar 1.2 sel glia pada otak
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
11
b. Fisiologi Sistem Persyarafan
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang
yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah.
Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi
koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak
membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi
mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam
darah arterial.
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu
sekitar 15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar
berfungsi normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah
arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kir i), yang
menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri
serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok
darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum
posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan
sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi.
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi.
Fungsi-fungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau
motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara
motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area
visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
12
batang otak yang merupakan tempat jalan serabut-serabut saraf ke target
organ jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan
kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam
pengaturan nafas dan tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena
adanya serangan stroke (Smeltzer, 2002).
C. Etiologi
Menururt Arif Muttaqin, 2008 penyebab-penyebab dari Stroke Non
Hemoragik adalah sebagai berikut :
1. Trombosis cerebral
Thrombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti disekitarnya.
Keadaan yang dapat menyebabkan thrombosit cerebral:
a. Atherosklerosis/arterioskerosis
adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
ketentuan atau elastisitas pembuluh darah
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral
c. Arteritis (radang pada arteri)
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
13
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik.
3. Haemortologi
Perdarahan intrakranial atau intra serebral termasuk perdarahan
dalam ruang sub arachnoid/kedalam jaringan otak sendiri. Ini terjadi
karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak
yang dapat mengakibatkan penekanan, pengerasan dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak,
jaringan otak tertekan sehingga terjadi infark otak, oedema dan
mungkin hemiasi otak.
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac pulmonary arrest
c. CO turun akibat aritmia
5. Hypoksia setempat
a. Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub aradinoid
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migran.
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
14
D. Tanda dan gejala
Menurut Baughman, C Diane (2000) tanda dan gejala dari stroke
adalah :
1. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada
salah satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan
disfagia
2. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara)
atau afasia (kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau
kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan
visual, spesial dan kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang
berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik
dari kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi
yang berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah
otak yang terkena:
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
15
1. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah
2.Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan
3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
Hemisfer kiri Hemisfer kanan Mengalami hemiparese kanan Perilaku lambat dan hati-hati Kelainan lapan pandang kanan Disfagia global Afasia Mudah frustasi
Hemiparese sebelah kiri tubuh Penilaian buruk
Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sehingga memungkinkan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut
E. Patofisiologi
Adapun menururt Arif Muttaqin, 2008 stroke iskemik terjadi akibat
penutupan aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka terjdi serangkaian
proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini di mulai dari tingkat
seluler berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang di ikuti dengan
kerusakan fungsi dan integritas susunan sel, selanjutnya akan berakhir
dengan kematian neuron. Infark iskhemik cerebri sangat erat hubungannya
dengan aterosklerosis dan arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat
menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara :
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi
aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan
perdarahan aterm.
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
16
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau
menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:
1. Keadaan pembuluh darah.
2. Keadaan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat,
aliran darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke
otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah iskemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi
otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur
agar pembuluh darah ke otak tetap konstan walaupun ada perubahan
tekanan perfusi otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena
lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus,
emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan
umum (Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis
sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area
yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Oklusi padapembuluhdarah serebral oleh embolus menyebabkan edema da
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
17
n nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah.
Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral
dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible
dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh
karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan iskemia
jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan. Area
edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang
sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai
menunjukkan perbaikan. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak
terjadi perdarahan masif. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada
dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika
sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan
dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan
cerebral, jika aneurisme pecah atau ruptur.
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
18
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik
dan hipertensi pembuluh darah. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat
berkembang anoksia serebral.
F. Pemeriksaan fisik
Menururt Syamsul putra, 2010 pemeriksaan fisik meliputi :
a. Tingkat kesadaran
1. Kualitatif adalah fungsi mental keseluruhan dan derajat
kewaspadaan :
a. Composmentis : sadar akan diri dan punya orientasi penuh
b. Apatis : tingkat kesadaran yang nampak lesu dan mengantuk
c. Samnolen : keadaan pasien yang selalu mau tidur apabila
dirangsang bangun lalu tidur kembali
d. Koma : kesadaran yang hilang sama sekali.
2. Kuantitatif menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale)
a. Respon membuka mata
1. Spontan (4)
2. Dengan perintah (3)
3. Dengan nyeri (2)
4. Tidak berespon (1)
b. Respon verbal
1. Berorientasi (5)
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
19
2. Bicara membingungkan (4)
3. Kata-kata tidak tepat (3)
4. Suara tidak dapat dimengerti (2)
5. Tidak ada respon (1)
c. Respon motorik
1. Dengan perintah (6)
2. Melokalisasi nyeri (5)
3. Menarik area yang nyeri (4)
4. Fleksi abnormal/postur dekortikasi (3)
5. Fleksi abnormal/postur deserebrasi (2)
6. Tidak berespon (1)
b. Nervus kranial
1. Nervus olfaktorius diperiksa tajamnya penciuman dengan satu
lubang hidung pasien ditutup, sementara bahan penciuman
diletakan pada lubang hidung kemudian di suruh membedakan
bau.
2. Nervus optikus yang diperikasa adalah ketajaman penglihatan dan
pemeriksaan oftalmoskopi.
3. Nervus okulomotorius yang diperiksa adalah reflek pupil dan
akomodasi.
4. Nervus troklearis dengan cara melihat pergerakan bola mata
keatas, bawah, kiri, kanan, lateral, diagonal.
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
20
5. Nervus trigeminus dengan cara melakukan pemeriksaan reflek
kornea dengan menempelkan benang tipis ke kornea yang
normalnya pasien akan menutup mata, Pemeriksaan cabang
sensoris pasa bagian pipi, pemeriksaan cabang motorik pada pipi.
6. Nervus abdusen dengan cara pasien di suruh menggerakan sisi
mata ke samping kiri dan kanan.
7. Nervus fasialis di dapatkan hilangnya kemampuan mengecap
pada dua pertiga anterior lidah, mulut kering, paralisis otot wajah.
8. Nervus vestibulokoklearis yang di periksa adalah pendengaran,
keseimbangan, dan pengetahuan tentang posisi tubuh.
9. Nervus glosofaringeus di periksa daya pengecapan pada sepertiga
posterior lidah anestesi pada farings mulut kering sebagian.
10. Nervus vagus dengan cara memeriksa cara menelan.
11. Nervus asesorius dengan cara memeriksa kekuatan pada
muskulus sternokleudomastoideus, pasien di suruh memutar
kepala sesuai tahanan yang di berikan si pemeriksa.
12. Nervus hipoglosus bisa dengan melihat kekuatan lidah, lidah di
julurkan ke luar jika ada kelainan maka lidah akan membelok ke
sisi lesi.
c. Menilai kekuatan otot
Kaji cara berjalan dan keseimbangan, observasi cara berjalan,
kemudahan berjalan dan koordinasi gerakan tangan, tubuh dan kaki.
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
21
1. Periksa tonus otot dan kekuatan
Kekuatan otot dinyatakan dengan menggunakan angka dari 0-5
0 = tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot ; lumpuh total
1 = terlihat kontraksi tetap ; tidak ada gerakan pada sendi
2 = ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi
3 = bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan tahanan
pemeriksa
4 = bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya
berkurang
5 = dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
d. Pemeriksaan reflek biasanya dilakukan paling akhir. Klien biasanya
dalam posisi duduk atau tidur jika kondisi klien tidak memungkinkan.
Evaluasi respon klien dengan menggunakan skala 0-4
0 = tidak ada respon
1 = berkurang (+)
2 = normal (++)
3 = lebih dari normal (+++)
4 = hiperaktif (++++)
a. Reflek fisiologis
1. Reflek tendon
a. Reflek patella
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
22
Pasien berbaring terlentang lutut diangkat keatas fleksi
kurang lebih 30°. Tendon pattela (ditengah-tengah pattela
dan tuberositas tibiae) dipukul dengan reflek hamer.
Respon berupak kontraksi otot guardrisep femoris yaitu
ekstensi dari lutut.
b. Reflek bisep
Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 90°
supinasi dan lengan bawah ditopang di atas (meja periksa)
jari periksa ditempatkan pada tendo m bisep (diatas lipatan
siku) kemudian dipukul dengan reflek hamer. Normal jika
ada kontraksi otot bisep, sedikit meningkat bila ada fleksi
sebagian ada pronasi, hiperaktif maka akan terjadi
penyebaran gerakan-gerakan pada jari atau sendi.
c. Reflek trisep
Lengan bawah disemi fleksikan, tendon bisep dipukul
dengan reflek hamer (tendon bisep berada pada jarak 1-2
cm diatas olekronon) respon yang normal adalah kontraksi
otot trisep, sedikit meningkat bila ada ekstensi ringan dan
hiperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebar ke atas
sampai ke otot-otot bahu.
d. Reflek achiles
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
23
Posisi kaki adalah dorso fleksi untuk memudahkan
pemeriksaan reflek ini kaki yang diperiksa
diletakkan/disilangkan di atas tungkai bawah kontral
lateral. Tendon achiles dipukul dengan reflek hamer.
Respon normal berupa gerakan plantar fleksi kaki.
b. Reflek patologis
1. Babinski merupakan reflek yang paling penting ia hanya
dijumpai pada penyakit traktus kortikospital. Untuk melakukan
tes ini goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki bagian
lateral telapak kaki dari tumit ke arah jari kelingking dan
kemudian melintasi bagian jantung kaki. Respon babinski
timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsofleksi dan jari-jari
lain menyebar, kalau normalnya adalah fleksi plantar pada
semua jari kaki.
Cara lain untuk membangkitkan rangsangan babinski :
a. Cara chaddock
Rangsangan diberikan jalan dengan menggores bagian
lateral maleolus hasil positif bila gerakan dorsoekstensi
dari ibu jari dan gerakan abduksi dari jari-jari lainnya.
b. Cara gordon
Memencet (mencubit) otot betis
c. Cara oppenheim
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
24
Mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialas anterior arah
mengurut kebawah (distal)
d. Cara gonda
Memencet (menekan) satu jari kaki dan kemudian
melepaskannya sekonyong-konyong.
G. Penatalaksanaan Umum
Menurut Arif Mansjoer, 2007 waktu merupakan hal terpenting
dalam penatalaksanaan stroke non hemoragik yang di perlukan
pengobatan sedini mungkin, karena jeda terapi dari stroke hanya 3-6 jam.
Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan cermat memegang peranan besar
dalam menentukan hasil akhir pengobatan.
1. Prinsip penatalaksanaan stroke non hemoragik
a. Memulihkan iskemik akut yang sedang berlangsung (3-6 jam pertama)
menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinan tissue-
plasminogen activator). Ini hanya boleh di berikan dengan waktu onset
<3 jam dan hasil CT scan normal, tetapi obat ini sangat mahal dan
hanya dapat di lakukan di rumah sakit yang fasilitasnya lengkap.
b. Mencegah perburukan neurologis dengan jeda waktu sampai 72 jam
yang diantaranya yaitu :
1). Edema yang progresif dan pembengkakan akibat infark. Terapi
dengan manitol dan hindari cairan hipotonik.
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
25
2). Ekstensi teritori infark, terapinya dengan heparin yang dapat
mencegah trombosis yang progresif dan optimalisasi volume dan
tekanan darah yang dapat menyerupai kegagalan perfusi.
3). Konversi hemoragis, msalah ini dapat di lihat dari CT scan, tiga
faktor utama adalah usia lanjut, ukuran infark yang besar, dan
hipertensi akut, ini tak boleh di beri antikoagulan selama 43-72 jam
pertama, bila ada hipertensi beri obat antihipertensi.
c. Mencegah stroke berulang dini dalam 30 hari sejak onset gejala stroke
terapi dengan heparin.
2. Protokol penatalaksanaan stroke non hemoragik akut
a. Pertimbangan rt-PA intravena 0,9 mg/kgBB (dosis maksimum 90
mg) 10% di berikan bolus intravena sisanya diberikan per drip dalam
wakti 1 jam jika onset di pastikan <3 jam dan hasil CT scan tidak
memperlihatkan infrak yang luas.
b. Pemantauan irama jantung untuk pasien dengan aritmia jantung atau
iskemia miokard, bila terdapat fibrilasi atrium respons cepat maka
dapat diberikan digoksin 0,125-0,5 mg intravena atau verapamil 5-10
mg intravena atau amiodaron 200 mg drips dalam 12 jam.
c. Tekanan darah tidak boleh cepat-cepat diturunkan sebab dapat
memperluas infrak dan perburukan neurologis. Pedoman
penatalaksanaan hipertensi bila terdapat salah satu hal berikut :
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
26
1). Hipertensi diobati jika terdapat kegawat daruratan hipertensi
neurologis seperti, iskemia miokard akut, edema paru
kardiogenik, hipertensi maligna (retinopati), nefropati
hipertensif, diseksi aorta.
2). Hipertensi diobati jika tekanan darah sangat tinggi pada tiga kali
pengukuran selang 15 menit dimana sistolik >220 mmHg,
diastolik >120 mmHg, tekanan arteri rata-rata >140 mmHg.
3). Pasien adalah kandidat trombolisis intravena dengan rt-PA
dimana tekanan darah sistolik >180 mmHg dan diastolik >110
mmHg.
Dengan obat-obat antihipertensi labetalol, ACE, nifedipin. Nifedifin
sublingual harus dipantau ketat setiap 15 menit karena penurunan
darahnya sangat drastis. Pengobatan lain jika tekanan darah masih sulit di
turunkan maka harus diberikan nitroprusid intravena, 50 mg/250 ml
dekstrosa 5% dalam air (200 mg/ml) dengan kecepatan 3 ml/jam (10
mg/menit) dan dititrasi sampai tekanan darah yang di inginkan. Alternatif
lain dapat diberikan nitrogliserin drip 10-20 mg/menit, bila di jumpai
tekanan darah yang rendah pada stroke maka harus di naikkan dengan
dopamin atau debutamin drips.
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
27
d. Pertimbangkan observasi di unit rawat intensif pada pasien dengan
tanda klinis atau radiologis adanya infrak yang masif, kesadaran
menurun, gangguan pernafasan atau stroke dalam evolusi.
e. Pertimbangkan konsul ke bedah saraf untuk infrak yang luas.
f. Pertimbangkan sken resonasi magnetik pada pasien dengan stroke
vetebrobasiler atau sirkulasi posterior atau infrak yang tidak nyata
pada CT scan.
g. Pertimbangkan pemberian heparin intravena di mulai dosis 800
unit/jam, 20.000 unit dalam 500 ml salin normal dengan kecepatan 20
ml/jam, sampai masa tromboplastin parsial mendekati 1,5 kontrol
pada kondisi :
1). Kemungkinan besar stroke kardioemboli
2). TIA atau infrak karena stenosis arteri karotis
3). Stroke dalam evolusi
4). Diseksi arteri
5). Trombosis sinus dura
Heparin merupakan kontraindikasi relatif pada infrak yang luas. Pasien
stroke non hemoragik dengan infrak miokard baru, fibrilasi atrium,
penyakit katup jantung atau trombus intrakardiak harus diberikan
antikoagulan oral (warfarin) sampai minimal satu tahun.
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
28
Perawatan umum untuk mempertahankan kenyamanan dan jalan nafas
yang adekuat sangatlah penting. Pastikan pasien bisa menelan dengan
aman dan jaga pasien agar tetap mendapat hidrasi dan nutrisi. Menelan
harus di nilai (perhatikan saat pasien mencoba untuk minum, dan jika
terdapat kesulitan cairan harus di berikan melalui selang lambung atau
intravena.
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
29
H. Pathway
Penyakit yang mendasari stroke ( alkohol, hiperkolesteruid, merokok, stres depresi, kegemukan)
Aterokloerosis (elastisitas pembuluh Kepekatan darah Pembentukan darah menurun meningkat thrombus Penurunan darah ke otak Hipoksia cerebri Infark jaringan otak Kerusakan pusat Kelemahan pada nervus gerakan motorik v(mati rasa pada dlobus frontalis wajah)vii(hilangnya kemampuan hemisphare/ mengecap)x(gangguan menelan) hemiplagia Penurunan kemampuan otot mengunyah/menelan Mobilitas menurun Gangguan reflek menelan Tirah Baring
Sumber : Price, Sylvia Anderson, (2006)
Resiko cidera
Gangguan mobilitas
fisik
Defisit perawatan diri (mandi)
Resiko kerusakan integritas
kulit
Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
30
I. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
gangguan transport oksigen.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot.
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik.
4. Defisit perawatan diri(mandi) berhubungan dengan kerusakan neuro
muskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol
/koordinasi otot.
5. Resiko cidera berhubungan dengan defisit lapang pandang motorik
atau persepsi
6. Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tonus otot menurun
J. Fokus Intervensi Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Domain 4 : aktivitas/istirahat
Kelas 4 : respons kardiovaskular/pulmonal
Definisi : beresiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang
dapat mengganggu kesehatn.
Nursing Outcome Classification :
Circulation status
Tissue prefusion : cerebral
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
31
Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan tekanan
systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan.
b. Tidak ada ortostatik hipertensi.
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg).
d. Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan :
(berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan).
e. Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi.
f. Memproses informasi.
g. Membuat keputusan dengan benar.
h. Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat
kesadaran membaik, tidak ada gerakan-gerakan involunter.
Nursing Intervention Classification :
Peripheral sensation management (manajemen sensasi perifer)
a. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul.
b. Monitor adanya paretese.
c. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau
laserasi.
d. Gunakan sarung tangan untuk proteksi.
e. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung.
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
32
f. Monitor kemampuan BAB
g. Kolaborasi pemberian analgetik.
h. Monitor adanya tromboplebitis.
i. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi.
Batasan karakteristik gangguan status mental, perubahan perilaku,
perubahan respon motoric, perubahan reaksi pupil, kesulitan
menelan,kelemahan atau paralisis,ekstrermitas, abnormalitas bicara.
Faktor yang berhubungan dengan diagnosa gangguan perfusi
jaringan serebral meliputi gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan
konsentrasi Hb, hipervolemia, hipoventilasi, gangguan transport O2,
gangguan aliran arteri dan vena.
2. Gangguan mobilitas fisik
Domain 4 : aktivitas/istirahat
Kelas 2 : aktivitas/latihan
Definisi : keterbatasan pada pergerakkan fisik tubuh atau satu atau
lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.
Nursing Outcome Classification:
a. Joint movement : active
b. Mobility level
c. Self care : ADLs
d. Transfer performance
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
33
Kriteria hasil :
a. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
c. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
d. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi
(walker)
Nursing Intervention Classification :
Excercise therapy : ambulation
a. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
b. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
c. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cidera
d. Ajarkan klien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi.
e. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
f. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan.
g. Dampingi dan bantu pasien sat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs.
h. Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
34
Batasan karakteristik adalah penurunan waktu reaksi, kesulitan
membolak-balik posisi, melakukan aktivitas lain sebagai pengganti
pergerakkan(mis., meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain,
mengendalikan perilaku, fokus pada ketunadayaan/aktivitas sebelum
sakit), dispnea setelah beraktivitas, perubahan cara berjalan, gerakan
bergetar, keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik
halus, keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik
kasar, keterbatasan rentang gerak sendi, tremor akibat pergerakkan,
ketidakstabilan postur, peregrakkan lambat, pergerakkan tidak
terkoordinasi.
Faktor yang berhubungan adalah intoleran aktivitas, perubahan
metabolisme seluler, ansietas, indeks massa tubuh di atas persentil ke-
75 sesuai usia, gangguan kognitif, kontraktur, kepercayaan budaya
tentang aktivitas sesuai usia, fisik tidak bugar, penurunan ketahanan
tubuh, penurunan kendali otot, penurunan massa otot, penurunan
kekuatan otot, kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik,
keadaan mood depresif, keterlambatan perkembangan,
ketidaknyamanan, disuse, kaku sendi, kurang dukungan lingkungan
(mis., fisik atau sosial), keterbatasan ketahanan kardiovaskular,
kerusakan integritas struktur tulang, malnutrisi, gangguan
muskuloskeletal, gangguan neuromuskular, nyeri, agens obat, program
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
35
pembatasan gerak, keengganan memulai pergerakan, gaya hidup
monoton, gangguan sensori perseptual.
3. Resiko kerusakan integritas kulit
Domain 11 : keamanan/perlindungan
Kelas 2 : cedera fisik
Definisi : beresiko mengalami perubahan kulit yang buruk.
Nursing Outcome Classification :
a. Tissue integrity : skin and mucous membranes
b. Hemodyalis akses
Kriteria hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
b. Tidak ada luka/lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera berulang.
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami.
Nursing Intervention Classification :
Pressure management :
a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian longgar
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
36
d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali
e. Monitor kulit akan adanya kemerahan
f. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
g. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
h. Monitor status nutrisi pasien
i. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Batasan karakteristik adalah kerusakan lapisan kulit, gangguan
permukaan kulit, invasi struktur tubuh.
Faktor resiko eksternal adalah zat kimia, ekskresi, usia yang
ekstrem, hipertermia, hipotermia, humiditas, faktor mekanik (mis.,
gaya gunting [shearing forces], tekanan, pengekangan), lembab,
imobilisasi fisik, radiasi, sekresi. Faktor resiko internal adalah
perubahan pigmentasi, perubahan turgor kulit, faktor perkembangan,
kondisi ketidakseimbangan nutrisi (obesitas, emasiasi/kurus
kerempeng), gangguan sirkulasi, gangguan kondisi metabolik,
gangguan sensasi, faktor imunologi, medikasi, faktor psikogenetik,
tonjolan tulang.
4. Defisit perawatan diri(mandi)
Domain 4 : aktivitas/istirahat
Kelas 5 : perawatan diri
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
37
Definisi : Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri sendiri yaitu mandi.
Nursing Outcome Classification :
a. Activity intolerance
b. Mobility : physical impaired
c. Self care deficit hygiene
d. Sensory perception, auditory distirbed
Kriteria hasil :
a. Perawatan diri mandi : mampu untuk membersihkan tubuh sendiri
secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
b. Mampu memeprtahankan mobilitas yang diperlukan untuk ke
kamar mandi dan menyediakan perlengkapan mandi
c. Membersihkan dan mengeringkan tubuh
d. Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh
(mandi)
Nursing Intervention Classification :
Self care assistance :bathing
a. Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri
b. Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
38
c. Tempat handuk, sabun, deodoran, alat pencukur, dan aksesoris
lainnya yang dibutuhkan disamping tempat tidur atau di kamar
mandi.
d. Menyediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan
hangta, santai, pengalaman pribadi, dan personal.
Batasan karakteristik adalah ketidakmampuan mengakses kamar
mandi, ketidakmampuan mengeringkan tubuh, ketidakmampuan
mengambil perlengkapan mandi, ketidakmampuan menjangkau
sumber air, ketidakmampuan mengatur air mandi, ketidakmampuan
membasuh tubuh.
Faktor yang berhubungan adalah gangguan kognitif, penurunan
motivasi, kendala lingkungan, ketidakmampuan merasakan bagian
tubuh, ketidakmampuan merasakan hubungan spesial, gangguan
muskuloskeletal, gangguan neuromuskular, nyeri, gangguan persepsi,
ansietas berat, kelemahan.
5. Resiko cidera
Domin 11 : keamanan/perlindungan
Kelas 2 : cedera fisik
Definisi : beresiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi
lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber
defensif individu.
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
39
Nursing Outcome Classification :
Risk control
a. Memonitor faktor resiko lingkungan
b. Memonitor faktor resiko perilaku pasien
c. Memonitor perubahan status kesehatan
Nursing Intervention Classification :
Health education
a. Ajarkan pasien teknik untuk mencegah luka
b. Berikan materi pendidikan yang berhubungan dengan strategi dan
tindakan untuk mencegah cidera.
c. Orientasikan kembali pasien terhadap realitas dan lingkungan saat
ini bila diperlukan.
d. Bantu pasien dengan ambulasi.
Faktor resiko eksternal adalah biologis (mis., tingkat imunisasi
komunitas, mikroorganisme), zat kimia (mis., racun, polutan, obat,
agens farmasi, alkohol, nikotin, pengawet, kosmetik, pewarna),
manusia (mis., agens nosokomial, pola ketenagaan, atau faktor
kognitif, afektif, dan psikomotor), cara pemindahan/transpor, nutrisi
(mis., vitamin, jenis makanan), fisik (mis., desain, struktur, dan
pengaturan komunitas, bangunan, dan/atau peralatan).
Faktor resiko internal adalah profil darah yang abnormal (mis.,
leukositosis/leukopenia, gangguan faktor koagulasi, trombositopenia,
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
40
sel sabit, talasemi, penurunan hemoglobin), disfungsi biokimia, usia
perkembangan (fisiologis, psikososial), disfungsi efektor, disfungsi
imun-autoimun, disfungsi integratif, malnutrisi, fisik (mis., integritas
kulit tidak utuh, gangguan mobilitas), psikologis (orientasi afektif),
disfungsi sensorik, hipoksia jaringan.
6. Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Domain 2 : nutrisi
Kelas 1 : makan
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
Nursing Outcome Classification :
a. Nutritional status
b. Nutritional status : food and fluid intake
c. Nutritional status : nutrient intake
d. Weight control
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan idel sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
41
f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Nursing Intervention Classification :
Nutrition management
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Batasan karakteristik adalah kram abdomen, nyeri abdomen,
menghindari makan, berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan
ideal, kerapuhan kapiler, diare, kehilangan rambut berlebihan, bising
usus hiperaktif, kurang makanan, kurang informasi, kurang minat
pada makanan, penurunan berat badan dengan asupan makanan
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
42
adekuat, kesalahan konsepsi, kesalahan informasi, membran mukosa
pucat, ketidakmampuan memakan makanan, tonus otot menurun,
mengeluh gangguan sensasi rasa, mengeluh asupan makanan kurang
dari RDA (recommended daily allowance), cepat kenyang setelah
makan, sariawan rongga mulut, steatorea, kelemahan otot pengunyah,
kelemahan otot untuk menelan.
Faktor yang berhubungan adalah faktor biologis, faktor ekonomi,
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien, ketidakmampuan untuk
mencerna makanan, ketidakmampuan menelan makanan, faktor
psikologis.
Asuhan Keperawatan Pada..., NUR RIFAH KUSDIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014