13
Budidaya Jamur Tiram Budidaya Jamur Tiram Budidaya Jamur Tiram Budidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.com http://jamursekolahdolan.blogspot.com http://jamursekolahdolan.blogspot.com http://jamursekolahdolan.blogspot.com PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected] 61 BAB IV REKAYASA PENURUNAN GENERASI BIBIT INDUK F1 KE BIBIT TEBAR F2 4.1. Bibit Tebar F2 Bibit tebar F2 adalah bibit yang digunakan sebagai inokulan pada proses pembuatan media tanam baglog jamur tiram. Pada umumnya bibit tebar F2 menggunakan media jagung, gabah, kacang kedelai, sorgum, dan media campur gergajian. Yang akan dibahas pada bab ini adalah rekayasa pembuatan bibit tebar F2 menggunakan media jagung. Media jagung ini dipilih seperti juga pada bibit induk F1 karena kualitas bibit F2 yang dihasilkan sangat baik. Jagung juga dipilih karena pada umumnya mudah didapatkan dan harganya pun cukup murah. Dalam pembuatan bibit tebar F2, penyiapan bahan dan peralatan sama persis dengan pada pembuatan bibit induk F1, hanya saja, pada langkah inokulasi, bibit inokulan yang digunakan adalah bibit induk F1. 4.2. Bahan Yang Diperlukan Untuk Pembuatan Bibit Tebar F2 Untuk membuat bibit Induk F2 bisa menggunakan biji-bijian jagung. Adapun beberapa persyaratan bahan yang baik untuk dibuat bibit tebar F2 sama juga dengan bibit induk F1 adalah sebagai berikut: Masih baru. Kondisi jagung yang akan dipakai tidak boleh sudah terlalu lama dari pemanenan. Pilih dengan benar kualitas jagung, kalau bisa hanya sedikit saja jagung yang rusak/pecah, usahakan sebagian besar utuh. Tidak terdapat kontaminasi dari jamur atau yang lain Tidak terdapat hama seperti ulat dan lainnya Secara visual kondisi jagung yang berkualitas akan tampak kuning, utuh. 4.3. Peralatan yang diperlukan Dalam membuat bibit tebar F2 diperlukan peralatan-peralatan yang cukup mudah untuk didapatkan. Peralatan-peralatan tersebut antara lain adalah : Botol bekas saus Kompor Bunzen Stik atau batang yang terbuat dari stainless steel agar steril Kotak pembibitan sederhana (seperti yang dijelaskan pada Bab II pada proses pembuatan bibit PDA) Karet pentil / karet gelang yang ukuran kecil saja Koran yang dipotong kurang lebih 7cm x 7 cm Ember plastik untuk merendam jagung Tempayan bambu yang digunakan pada proses penirisan

Bab IV Rekayasa Penurunan Generasi Bibit Induk F1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buku ini menjelaskan cara penurunan generasi bibit induk f1. Silakan dipelajari ^_^

Citation preview

Page 1: Bab IV Rekayasa Penurunan Generasi Bibit Induk F1

Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com

PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh

Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]

61

BAB IV

REKAYASA PENURUNAN GENERASI BIBIT INDUK F1

KE BIBIT TEBAR F2

4.1. Bibit Tebar F2

Bibit tebar F2 adalah bibit yang digunakan sebagai inokulan pada proses pembuatan media tanam baglog jamur tiram. Pada umumnya bibit tebar F2 menggunakan media

jagung, gabah, kacang kedelai, sorgum, dan media campur gergajian.

Yang akan dibahas pada bab ini adalah rekayasa pembuatan bibit tebar F2

menggunakan media jagung. Media jagung ini dipilih seperti juga pada bibit induk F1 karena kualitas bibit F2 yang dihasilkan sangat baik. Jagung juga dipilih karena pada umumnya mudah didapatkan dan harganya pun cukup murah.

Dalam pembuatan bibit tebar F2, penyiapan bahan dan peralatan sama persis dengan pada pembuatan bibit induk F1, hanya saja, pada langkah inokulasi, bibit inokulan

yang digunakan adalah bibit induk F1.

4.2. Bahan Yang Diperlukan Untuk Pembuatan Bibit Tebar F2

Untuk membuat bibit Induk F2 bisa menggunakan biji-bijian jagung. Adapun beberapa persyaratan bahan yang baik untuk dibuat bibit tebar F2 sama juga dengan bibit induk

F1 adalah sebagai berikut:

• Masih baru. Kondisi jagung yang akan dipakai tidak boleh sudah terlalu lama

dari pemanenan. • Pilih dengan benar kualitas jagung, kalau bisa hanya sedikit saja jagung yang

rusak/pecah, usahakan sebagian besar utuh.

• Tidak terdapat kontaminasi dari jamur atau yang lain • Tidak terdapat hama seperti ulat dan lainnya

• Secara visual kondisi jagung yang berkualitas akan tampak kuning, utuh.

4.3. Peralatan yang diperlukan Dalam membuat bibit tebar F2 diperlukan peralatan-peralatan yang cukup mudah untuk didapatkan. Peralatan-peralatan tersebut antara lain adalah :

• Botol bekas saus

• Kompor Bunzen • Stik atau batang yang terbuat dari stainless steel agar steril • Kotak pembibitan sederhana (seperti yang dijelaskan pada Bab II pada proses

pembuatan bibit PDA) • Karet pentil / karet gelang yang ukuran kecil saja

• Koran yang dipotong kurang lebih 7cm x 7 cm • Ember plastik untuk merendam jagung • Tempayan bambu yang digunakan pada proses penirisan

Page 2: Bab IV Rekayasa Penurunan Generasi Bibit Induk F1

Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com

PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh

Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]

62

• Autoclav atau panci bertekanan

4.4. Tatacara Rekayasa Pembuatan Bibit Tebar F2 Media Jagung

Untuk membuat bibit tebar media jagung, tatacaranya hampir sama dengan pembuatan bibit induk F1. Namun pada langkah inokulasi, bibit yang dimasukkan sebagai inokulan adalah bibit induk F1.

Adapun langkah-langkahnya sepeti yang telah dibahas pada bab 3.4 adalah sebagai berikut:

1. Mencuci jagung untuk membersihkan dan memisahkan jagung yang kurang baik kualitasnya.

2. Merendam jagung selama kurang lebih 48 jam yang berfungsi memberikan kadar air optimal dari jagung yang keras. Biasanya jagung yang dibeli di pasar kondisinya kering dan keras.

3. Merebus jagung. Hasil rendaman jagung tersebut dicuci kembali, lalu direbus dengan air mendidih selama kurang lebih 15-20 menit. Ukuran waktu dalam

merebus jagung ini tidak ada ketentuannya. Yang paling penting adalah selalu memeriksa kondisi jagung dalam keadaan sudah cukup lunak, namun belum pecah merekah. Tiap karakter dan ukuran jagung berbeda-beda. Untuk jagung

ukuran besar, biasanya proses perebusan lebih singkat daripada jagung berukuran kecil.

4. Menirisan jagung hasil rebusan. Fungsinya hanya mengurangi kandungan air agar tidak terlalu basah ketika dimasukkan ke dalam botol.

5. Memasukkan jagung ke dalam botol, lalu diikat plastik tebal. 6. Melakukan proses sterilisasi di dalam autoclav yang berfungsi untuk

mensterilkan atau menghilangkan bakteri yang terkandung di dalam jagung.

Proses sterilisasi di dalam autoclav tidak boleh terlalu lama yang akan menyebabkan jagung tersebut menjadi gosong atau menghitam. Proses sterilisasi yang terlalu lama ini bisa merusak struktur nutrisi yang terkandung di

dalam jagung untuk penumbuhan bibit tebar F2. 7. Setelah proses sterilisasi di dalam botol selesai dilakukan, dinginkan terlebih

dahulu botol dan media jagung selama kurang lebih 5-6jam hingga kondisi jagung pada kisaran suhu 35oC. Kondisi suhu saat inokulasi ini sangat penting untuk diperhatikan, karena jika suhu masih terlalu tinggi justru akan mematikan

spora yang diharapkan akan tumbuh menjadi hifa miselium pada media jagung tersebut.

8. Langkah inokulasi atau pemberian bibit induk F1 pada bibit tebar F2. Langkah ini adalah langkah terpenting selama proses pembuatan bibit tebar F2. Pada semua langkah inokulasi pada rekayasa pembuatan bibit, persyaratannya adalah

kebersihan dan sterilnya tempat inokulasi, sterilnya peralatan yang digunakan, dan juga kebersihan tangan yang melakukan proses inokulasi. Walaupun proses

inokulasi F2 bisa dilakukan di ruang inokulasi biasa, namun ada baiknya untuk meningkatkan prosentase keberhasilannya, lakukan proses ini di kotak pembibitan sederhana.

Page 3: Bab IV Rekayasa Penurunan Generasi Bibit Induk F1

Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com

PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh

Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]

63

Visualisasi dari langkah inokulasi ini adalah sebagai berikut:

Persiapan / Preparasi

Pada langkah ini disiapkan segala

sesuatu yang diperlukan dalam

proses inokulasi di dalam kotak

pembibitan sederhana.

Masukkan botol berisi media

jagung yang telah melalui proses

sterilisasi di dalam autoclav. Lalu

nyalakan api bunzen. Sebelumnya

jangan lupa menyemprotkan

alkohol.

Biarkn nyala api bunzen selama

kurang lebih 15 menit yang juga

berfungsi mematikan sisa-sisa

bakteri yang ada di dalam kotak

pembibitan.

Semprotkan tangan juga dengan

menggunakan alkohol agar

dipastikan kebersihan dan sterilnya

tangan.

Hati-hati ketika memasukkan

tangan ke dalam kotak pembibitan,

hendaknya tangan sudah agak

kering dari cairan alkohol, karena

jika tidak, api dari bunzen dapat

membakar alkohol yang masih

basah di tangan kita..

Jangan lupa berdoa memohon

kepada Allah SWT untuk

keberhasilan proses inokulasi ini.

Page 4: Bab IV Rekayasa Penurunan Generasi Bibit Induk F1

Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com

PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh

Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]

64

Panaskan batang stainless yang

akan digunakan untuk

mengambil bibit induk F1 yang

akan di inokulasikan ke dalam

media jagung pada bibit tebar

F2.

Panaskan seluruh batang

stainless menggunakan api

bunzen secara merata untuk

memastikan ke sterilan dari alat

tersebut.

Siapkan bibit induk F1 yang akan

diturunkan ke bibit tebar F2.

Buka tutupnya lalu panaskan

sejenak saja mulut botol bibit

induk F1 pada api bunzen.

Proses ini perlu dilakukan juga

untuk menjamin tingkat sterilitas

dari seluruh proses inokulasi.

Karena proses inilah hendaknya

dalam pembuatan bibit induk F1,

media jagung jangan terlalu

penuh hinga mulut botol.

Hendaknya pengisian media

jagung di sekitar leher botol

atau kurang lebih 3-4cm dari

mulut botol

Page 5: Bab IV Rekayasa Penurunan Generasi Bibit Induk F1

Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com

PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh

Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]

65

Proses Inokulasi bibit induk F1 ke bibit tebar F2

Buka tutup plastik pada botol bibit F2 yang telah kita siapkan, lalu segera masukkan biji-biji jagung dari

bibit induk F1 ke dalamnya.

Selama proses ini harus dekat sekali dengan nyala api pada botol bunzen sehingga menjamin tingkat

sterilitas atau mematikan bakteri pengganggu dalam proses inokulasi.

Jumlah biji jagung yang dimasukkan ke dalam botol bibit tebar F2 kira-kira sejumlah 5-6 biji jagung. Jika

dihitung secara rata-rata, untuk biji jagung ukuran normal, dari satu botol bibit induk F1, InsyaAllah dapat

meng inokulasi sekitar 50-70 botol bibit tebar F2 media jagung.

Page 6: Bab IV Rekayasa Penurunan Generasi Bibit Induk F1

Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com

PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh

Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]

66

Menutup botol bibit tebar F2

Setelah proses inokulasi dilakukan, segera tutup mulut botol dengan menggunakan kertas koran. Kertas

koran yang digunakan hendaknya telah disterilkan dengan memasukkannya ke dalam plastik lalu

disterilkan pula pada autoclav.

Sebelum proses inokulasi berlangsung, ada baiknya semprot dahulu pula kertas koran dengan

menggunakan alkohol hingga agak basah. Semua proses ini hanya untuk menjamin tingkat sterilnya alat

dan bahan yang digunakan. Jangan sampai kegagalan terjadi hanya dari hal-hal sepele seperti ini. Karena

jika hanya menggunakan kertas koran yang belum disterilkan, tentunya masih banyak kotoran dan

bakteri yang tidak terlihat, sehingga akan memicu timbulnya kontaminasi.

Untuk menutup botol F2 tidak selalu harus menggunakan kertas koran, bisa juga menggunakan kertas

lilin coklat yan biasa digunakan sebagai pembungkus makanan. Jika menggunakan kertas ini, bisa

langsung digunakan tanpa harus disterilkan dahulu. Bisa juga dalam menutup botol menggunakan kapas

steril.

Page 7: Bab IV Rekayasa Penurunan Generasi Bibit Induk F1

Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com

PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh

Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]

67

Penyimpanan bibit tebar F2

Setelah seluruh proses inokulasi dilakukan, simpan bibit tebar F2 di dalam tempat yang bersih

dan steril pula. Jangan lupa untuk menyemprot tempat penyimpanan menggunakan alkohol

terlebih dahulu.

Pada foto tampak contoh bibit F2 media jagung yang ditutup menggunakan kertas coklat yang

biasa digunakan untuk membungkus makanan.

Page 8: Bab IV Rekayasa Penurunan Generasi Bibit Induk F1

Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com

PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh

Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]

68

4.5. Tips dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan F2

Media yang digunakan dalam pembuatan bibit tebar F2 dalam pembahasan ini adalah media jagung. Karena media tersebut sama dengan media yang digunakan pada bibit

induk F1, maka tips nya pun kurang lebih sama dengan pada pembuatan bibit induk F1

Tips-tips tersebut antara lain adalah :

• Pemilihan jagung yang digunakan sebagai media F1, Jagung yang dipilih hendaknya berkualitas bagus dan dalam kondisi masih baru.

• Proses pembersihan jagung harus selalu dilakukan sebelum melakukan

perendaman.

• Dalam merebus jagung, periksa terus tingkat kematangan/ tingkat kelunakan

dari jagung tersebut.

• Pada proses penirisan, hendaknya tidak terlalu lama maksimal 10 menit..

• Pada proses sterilisasi, jika menggunakan panci presto biasa, karena tidak ada

alat pengukur tekanannya, bisa diasumsikan tingkat tekanan yang ada adalah sekitar 0,75Bar. Lama sterilisasi jika menggunakan panci presto biasa adalah

kurang lebih 30-40menit. Jika menggunakan autoclav, sterilisasi dilakukan pada tekanan 1,5 – 2BAR selama kurang lebih 20menit. Media jagung adalah media dengan nutrisi murni (bukan campuran), dan pada saat sterilisasi, kondisinya

sudah lunak, jika terlalu lama pada autoclav maka akan merusak struktur nutrisi dan kandungan kadar air pada jagung. Hasil jagung setelah proses sterilisasi

adalah masih berwarna kuning kecoklatan, Namun bukan coklat gosong.

• Pada saat inokulasi, pastikan kondisi jagung sudah cukup mendingin, yaitu

kurang lebih selama 4-5jam sejak dikeluarkan dari autoclav

• Proses inokulasi harus dilakukan di dalam kotak pembibitan sederhana atau di dalam laminar air flow.

• Penyimpanan bibit induk F2 setelah inokulasi haruslah di tempat yang bersih dan steril.

• Pada saat inokulasi, setelah melakukan pemasukan butiran jagung dari bibit induk F1, hentakkan satu kali atau dua kali botol berisi media jagung F2 yang telah diinokulasi tersebut dengan tujuan agar biji jagung F1 yang terdapat di

dalamnya bisa menyatu dengan media jagung F2.

• Jika penutupan botol F2 media jagung menggunakan kertas koran yang telah

disterilkan, biasanya jalannya miselium bisa lebih cepat, karena oksigen masih bisa menembus sedikit melalui kertas koran. Memang kondisi pengembangan miselium adalah kondisi semi anaerob, dimana masih butuh sedikit oksigen.

• Jika penutupan botol F2 menggunakan kertas coklat (untuk bungkus makanan) hendaknya jagung tidak terlalu padat dan banyak, karena kertas tersebut

terdapat lapisan lilin, jadi oksigen lebih sedikit bisa menembus. Jika terlalu

Page 9: Bab IV Rekayasa Penurunan Generasi Bibit Induk F1

Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com

PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh

Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]

69

padat, biasanya pada saat kondisi miselium 85%, perkembangan miselium akan

terhenti karena ke bawahnya lagi tidak dapat ditembus oleh oksigen.

• Pembuatan bibit F2 media jagung (seperti juga pada bibit induk F1) hanya

menggunaan jagung saja, dan dalam proses perendaman juga hanya menggunakan air saja. Tidak perlu ditambahkan zat atau aditif apapun.

• Jika pada beberapa metoda dalam perendaman ada yang menggunakan

campuran sedikit kapur untuk pengaturan ph, hal tersebut bisa juga dilakukan, namun secara umum dengan proses yang telah dijelaskan dan tanpa

menggunakan tambahan apapun, InsyaAllah sudah dapat menghasilkan bibit tebar F2 dan bibit induk F1 dengan kualitas yang baik.

• Jangan menambahkan gula atau air gula di dalam campuran atau selama proses

pembuatan media jagung, karena sepanjang pengalaman kami, penambahan itu malah memicu timbulnya kegagalan dan kontaminasi.

4.6. Kegagalan dalam pembuatan bibit tebar F2 dan antisipasinya

Analisa kegagalan pada bibit tebar F2 ini hampir sama dengan analisa kegagalan pada bibit induk F1, hal ini dikarenakan media yang digunakan sama yaitu media biji-bijian jagung.

Beberapa analisa kegagalan tersebut yang paling sering adalah disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

• Kualitas jagung yang kurang baik. Sebaiknya selalu memilih jagung dengan kualitas baik dan dalam kondisi baru. Hindari memilih jagung yang sudah tertimbun lama dan sudah banyak kutu nya. Pilih jagung yang utuh, jangan

yang banyak mengandung jagung pecah dan berlubang.

• Kurangnya perendaman. Lama perendaman setelah proses pencucian sebaiknya

minimal 2x24jam. Fungsi perendaman ini adalah untuk menambah kadar air pada media jagung. Jika jagung langsung dilakukan perebusan tanpa merendam terlebih dahulu, biasanya masih kurang mengandung kadar air. Kadar air yang

kurang menyebabkan penjalaran miselium kurang sempurna dan menimbulkan kontaminasi pada akhirnya.

• Terlalu lama dalam perebusan sehingga banyak jagung yang kondisinya pecah dan terbuka. Atau sebaliknya kurang lama merebus, sehingga masih terlalu keras.

• Proses sterilisasi yang tidak tepat. Dalam hal ini, bisa jadi sterilisasi kurang, sehingga belum cukup mematikan bakteri yang ada, atau malah sterilisasi pada

autoclav yang berlebihan yang menyebabkan jagung menjadi gosong sehingga struktur nutrisi pada jagung untuk penumbuhan miselium menjadi kurang baik.

• Pada proses inokulasi jagung masih terlalu panas, sehingga bibit induk F1 yang

diinokulasikan miseliumnya menjadi rusak.

Page 10: Bab IV Rekayasa Penurunan Generasi Bibit Induk F1

Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com

PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh

Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]

70

• Bibit induk F1 yang digunakan mengandung kontaminan. Terkadang dalam

pembentukan miselium pada bibit induk F1, terdapat kontaminasi kecil yang tidak sampai menyebabkan kegagalan secara total pada botol. Namun

kandungan jagung yang terkontaminasi tersebut terselimuti lagi oleh miselium. Biji-biji jagung yang mengandung kontaminan inilah yang bisa memicu timbulnya kegagalan pada proses pembuatan bibit tebar F2. Untuk

mengantisipasinya, ada baiknya pada proses pengembangan miselium, selalu diperhatikan kondisi jagung yang ada. Segera pisahkan bibit induk F1 yang

terlihat mengandung kontaminan hijau, walau hanya sedikit saja.

• Proses inokulasi yang kurang steril. Untuk itu selalu perhatikan tingkat kebersihan tempat, bahan, dan alat yang digunakan pada proses inokulasi bibit

tebar F2 untuk tingkat keberhasilannya.

• Tempat penyimpanan / storage bibit F2 yang kurang memadai. Dalam

menyimpan bibit tebar F2 hendaknya pada tempat yang bersih dan steril pula. Jika terdapat kontaminasi pada satu atau beberapa botol bibit F2, segera pisahkan dan dibuang, karena jika dibiarkan, biasanya dapat menular ke botol

bibit F2 lainnya.

4.7. Memahami perkembangan miselium bibit tebar F2

Perkembangan miselium pada bibit tebar F2 penting untuk diperhatikan karena bibit

tebar F2 adalah bibit yang langsung digunakan dalam proses produksi pembuatan media tanam baglog jamur tiram putih.

Memahami proses perkembangan miselium pada bibit tebar F2 tujuannya agar

schedulle atau penjadualan kerja pada manajemen pembibitan dan manajemen pembuatan media tanam baglog jamur tiram putih bisa disusun dengan baik.

Perlu diketahui di sini, dalam proses budidaya jamur tiram putih, PDA, F1, F2 yang paling baik digunakan adalah pada saat kondisi miselium sudah mencapai 100% + 5hari. Untuk mendapatkan kondisi seperti ini, tentu harus diatur jadual kerja

pembuatan bibit dan media baglog berdasarkan durasi yang didapat dari masing-masing perkembangan miselium pada PDA, F1, F2.

Sebenarnya, mempelajari perkembangan miselium pada masing-masing media, kita akan melihat sebuah keajaiban, sebuah bukti kebesaran dan kasih sayang Allah SWT. Sebuah perkembangan yang sangat indah dari jejak-jejak spora, hifa, dan miselium

yang secara perlahan namun pasti menyelimuti media yang ada.

Dalam pengembangannya, yang dibutuhkan oleh hifa untuk pengembangan miselium

pada media adalah air, kandungan selulosa sebagai nutrisi yang dikonsumsi oleh pembelahan sel-sel dalam proses multiplikasinya dan juga sedikit oksigen. Jika kita mampu memperhatikan dengan baik, lalu sedikit memahami bagaimana miselium itu

merambat pada masing-masing media, maka InsyaAllah kita akan selalu menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah SWT dalam proses budidaya jamur tiram ini.

Page 11: Bab IV Rekayasa Penurunan Generasi Bibit Induk F1

Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com

PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh

Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]

71

Visualisasi perkembangan miselium pada bibit tebar F2 dapat dilihat pada ilustrasi

berikut ini :

Pada pengembangan awal, biji-bijian jagung yang diinokulasikan akan terselimuti hifa-

hifa halus dalam waktu kurang lebih 48 jam setelah inokulasi.

Selanjutnya dari miselium yang terbentuk pada inokulan tersebut, akan merambat mislium pada media jagung bibit tebar F2

Page 12: Bab IV Rekayasa Penurunan Generasi Bibit Induk F1

Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com

PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh

Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]

72

Dalam waktu kurang lebih 3 hari, perkembangan miselium biasanya mulai memasuki

fase penting, yaitu mulai terjadi perambatan pada media jagung pada bibit tebar F2.

Dalam foto di atas menarik sekali untuk dilihat bagaimana benang-benang halus pada inokulan bibit induk F1 mulai merambat ke media jagung pada bibit tebar F2. Fase ini

biasanya terjadi pada hari ke-3 dari proses inokulasi.

Benang-benang halus yang disebut hifa ini pada akhirnya akan menyelimuti media

jagung membentuk miselium. Pada Bab I sudah dijelaskan bahwa, perkembangan miselium ini mengkonsumsi kandungan zat hara dan air yang terkandung pada media rambatnya. Jadi tingkat kematangan jagung pada proses perebusan dan kandungan

kadar airnya akan sangat penting pada fase penjalaran miselium ini.

Page 13: Bab IV Rekayasa Penurunan Generasi Bibit Induk F1

Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com

PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh

Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]

73

Dapat diperhatikan pula biasanya kegagalan terjadi karena kurangnya zat hara yang

akan dikonsumsi dan juga kurangnya kadar air.

Selanjutnya pada hari ke-5 sampai hari ke-7, proses pengembangan miselium akan

telah mencapai kurang lebih 30% dari media jagung dalam botol.

Jika miselium telah mencapai 40% miselium, InsyaAllah perkembangan akan sangat cepat, dan dalam waktu kurang lebih 14-20hari, miselium akan menyelimuti seluruh

media jagung pada bibit tebar F2.

Bibit F2 kondisi 1 hari, 8 hari, dan 14 hari