44
MEDIA INFORMASI PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK ISSN 1979-7990 Volume XIII, No.1. Tahun 2019 Peran Wasbitnak di era Peternakan Milenial isPi , rUMaH besar baGi sarJana Peternakan aPresiasi dan PenGUatan PenyUlUH/ Petani andalan Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ternak

Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

  • Upload
    lykhanh

  • View
    242

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

MEDIA INFORMASI PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK

ISSN 1979-7990

Volume XIII, No.1. Tahun 2019

Peran Wasbitnak di era Peternakan Milenial

isPi, rUMaH besar baGi sarJana Peternakan

aPresiasi dan PenGUatan PenyUlUH/Petani andalan

G e n e r a s i m i l e n i a l d a l a m m e n d u k u n g p e r b i b i ta n d a n p r o d u k s i t e r n a k

Page 2: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

44 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Alamat Redaksi:Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Kementerian Pertanian Gd. C Lt. 8 Jl. RM. Harsono No.3 Ragunan Pasar Minggu, Jakarta 12550Telp. +62.21.7815781 Fax +62.21.7811385 Alamat email : [email protected]

Sampul Belakang: Selamat Idul Fitri 1440 H

Sampul Depan: Launching Program Santri Milenial di Provinsi Jawa Barat

Redaksi menerima berbagai artikel berkaitan dengan aspek perbibitan dan produksi ternak yang dikirimkan ke alamat redaksi. Redaksi berhak menyunting artikel yang akan dimuat untuk disesuaikan dengan warna Majalah Bibit. Syarat artikel yang dimuat adalah karya asli, bukan salinan, dan belum dimuat oleh media massa lain. Artikel diketik dalam format*.doc (words file) maksimal 6.000 karakter yang disertai foto (image) relevan dengan keteragan fotonya dan dikirimkan ke alamat email redaksi.

Volume XIII, No. 1. Tahun 2019

Redaksi

Penanggung JawabDirektur Perbibitan dan Produksi Ternak

Pemimpin Redaksi

Ir. Cisilia Esti Sariasih

Redaktur PelaksanaDani Kusworo, S.Pt, M.Si

EditorFF. Bayu Ruikana, S. Pt, M. Sc

Ir. Marta WirawanJamarizal, S.PtIqbal Alim, S.Pt

drh. Novi Suprihatin, M.SiYude Maulana Yusuf, S.Pt

Gunawan Sitanggang, S.Pt, M.Si

ReporterIan Sopian, S.Pt, M.Agr

Sumiarti, S.PtTitien Widi Rustanti, S.Pt

Desain GrafisHarry Chakra Mahendra, S.Pt

Fotografer Agus Pramono, S.T

Sutaryono, S.ST

Sekretariat RedaksiIrma, S.Pt

Rini Endah Wahyuni, A.MdRetno Nugraheni W, S.Pt

Yunarto

KontributorPara KasubditKasubbag TU

WasbitnakWastukan

Manajer Puncak LSProUPT Perbibitan & Produksi Ternak

Konsultan MediaTristar Kreasi

Sapaan RedaksiAssalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur, kembali Majalah Bibit hadir menemani para pembaca.

Kehadiran Majalah Bibit Volume Ketigabelas Nomor 1 di tahun 2019, kami optimis akan selalu mendapat tempat dihati

bagi para pembaca.

Pembaca milenial, Pada edisi ini, kami ingin menampilkan tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung Perbibitan

dan Produksi Ternak”, melalui artikel dalam Laporan Utama.

Selain itu, tentu artikel-artikel yang mendukung tema edisi kali ini dalam

rubrik laporan yang berisi Petani Milenial, Era Milenial Melanda Dunia Peternakan, dan terutama Koordinasi Teknis Pengawas Bibit Ternak. Artikel

ini memberikan informasi-informasi terkait kegiatan Perbibitan dan Produksi Ternak di era Milenial.

Kebijakan telah disampaikan terkait dengan Mengapa Benih dan Bibit Ternak Harus Memiliki Standar,

dan Pentingnya Sertifikasi Profesi Bidang Peternakan, kemudian untuk potensi dan pengembangan perbibitan terkait dengan Eksistensi Peternakan Sapi Perah di Lahan Pasca Tambang, TOT Program Kemitraan Persusuan Indonesia, Menyemai Asa Bangkitnya Pembibitan Kambing Peranakan Etawa, dan Peluang Peningkatan Potensi Genetik Sapi Peranakan Ongole. Hal ini tentunya untuk memajukan dunia perbibitan.

Informasi yang menarik lainnya dapat ditemui dalam rubrik Sains dan Teknologi, Seleksi Genomik Masa Depan Seleksi Bibit, dan terkait dengan SDM, Norma Waktu Kerja Jabatan Fungsional. Masih ada rubrik lain yang tak kalah menarik di Bitoinia, serba serbit, dan renungan. Sementara informasi yang bersifat ringan berupa flash news dapat anda jumpai di sekilas info.

Marilah kita insan perbibitan dan produksi ternak khususnya penulis dan pembaca budiman, bersama sama bahu membahu, membangun perbibitan di Indonesia dengan menjadi seorang yang professional dibidangnya,

Jayalah Perbibitan Indonesia

Page 3: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

TOPIK MAJALAH BIBIT

Produksi Benih dan Bibit Ternak Program Pemuliaan Ternak Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Ternak Pengendalian Mutu Bibit Kelembagaan Perbibitan Ternak Peningkatan SDM Perbibitan Sertifikasi Benih dan Bibit Ternak

Fungsional Pengawas Bibit Ternak Fungsional Pengawas Mutu Pakan

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 1

Oleh : Ian Sopian dan Danang MahendraWasbitnak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Kelompok Santri Tani Milenial Tahun 2019Santri Tani Milenial sebagai sumber daya manusia yang berpotensi memiliki kemampuan selain menjadi penceramah yang mampu memberikan pencerahan kepada umat juga mampu mandiri dan menerapkan pola wirausaha dengan meneladani nabi Muhammad SAW. Keberadaan santri yang berada di pondok pesantren diharapkan dapat berkontribusi aktif dalam mendorong program Kementerian Pertanian.

Laporan Utama

Menteri Pertanian Dr. Ir. H Andi Amran Sulaiman telah mencanangkan bahwa “Indonesia Menuju Lumbung

Pangan Dunia Tahun 2045”, melalui terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 04 Tahun 2019 dan Nomor 09 Tahun 2019 tentang Pedoman Gerakan Pembangunan Sumber Daya Manusia Menuju Lumbung Pangan Dunia Tahun 2045. Peraturan tersebut menunjukan bahwa untuk mewujudkan sumber daya manusia pertanian yang profesional, mandiri dan berdaya saing perlu dilakukan pengembangan kompetensi.

Salah satu yang menjadi fokus dalam pengembangan kompetensi diantaranya penumbuhan Santri Tani Milenial. Santri sebagai generasi muda potensial di pondok pesantren diharapkan memiliki keterampilan lebih dalam bidang lain khususnya bidang pertanian, selain belajar menjadi seorang penceramah.

Data Kementerian Agama (Februari 2019) menunjukan bahwa jumlah pondok pesantren di Indonesia sebanyak 24.515 dengan jumlah santri 3.598.950 orang. Dengan potensi santri yang sebesar

ini, diharapkan dapat didorong untuk berkontribusi aktif dalam bidang pertanian sebagai langkah mendukung program Kementerian Pertanian.

Keberadaan santri di pondok pesantren menjadi peluang sumber daya manusia yang perlu di manfaatkan potensinya, Kementerian Pertanian berinisitif membuat terobosan kegiatan yang melibatkan santri sebagai pelaku utama dalam kegiatan pengembangan pertanian khususnya di bidang peternakan. Data pondok pesantren yang ada di Kementerian Agama akan menjadi acuan lokasi pondok pesantren yang nantinya akan mengikuti kegiatan tersebut. Kondisi ini menuntut Kementerian Pertanian untuk membuat peraturan mengenai kegiatan yang melibatkan pondok pesantren di seluruh Provinsi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 185/KPTS/OT.050/M/3/2019, bahwa penanggungjawab Kegiatan Penumbuhan Kelompok Santri Milenial 2019 adalah Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sebagai tindak lanjut Kepmentan, bahwa telah

diterbitkannya Keputusan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Nomor : 50/Kpts/OT.050/I/03/19 tentang Petunjuk Teknis Peningkatan Kompetensi dalam rangka Penumbuhan Kelompok Santri Tani Milenial di Bidang Pertanian dan Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan No: 5678/Kpts/PK.230/F/05/2019 tentang Petunjuk Teknis Kegiatan Penumbuhan dan Penguatan Kelompok Kelompok Santri Tani Milenial melalui Pengembangan Ternak Ayam Tahun 2019.

Merujuk pada petunjuk teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan bahwa Santri Tani Milenial adalah santri yang memiliki minat dibidang pertanian, berusia 19-39 tahun, dan/atau yang adaptif terhadap teknologi digital. Kelompok Santri Tani Milenial selanjutnya disebut KSTM adalah kumpulan Santri Tani Milenial berada di pondok pesantren, beranggotakan 20-30 orang dan bersepakat mengelola ternak ayam secara bersama. Kriteria KSTM dapat berasal dari Pondok Pesantren yang terdaftar pada Kementerian Agama, Rabithah Ma’ahid al-Islamiyah (RMI), Ikatan Pesantren Indonesia (IPI) atau Organisasi

6 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

B/W

26 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Indonesia merupakan salah satu negara yang berisiko tinggi terhadap ancaman bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, erupsi

gunung berapi dan pergerakan tanah. Secara umum faktor utama penyebab banyaknya korban jiwa, kerusakan dan kerugian yang timbul akibat bencana dikarenakan masih kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat serta pelaku pengelola sumber daya hayati dan lingkungan terhadap risiko bencana di wilayahnya. Salah satu korban yang terdampak bencana alam adalah hewan baik berupa hewan liar, binatang kesayangan maupun ternak yang seringkali tidak terurus oleh pemiliknya.

Sama halnya dengan korban manusia, korban hewan pun memerlukan penanganan yang layak dengan memperhatikan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan. Penerapan kesejahteraan hewan dilakukan dengan menerapkan 5 (lima) prinsip kebebasan hewan yaitu bebas: (1) rasa lapar dan haus; (2) rasa sakit, cidera, dan penyakit; (3) dari ketidaknyamanan, penganiayaan, dan penyalahgunaan; (4) rasa takut dan tertekan; dan (5) untuk mengekspresikan perilaku alaminya. Penanganan hewan korban bencana alam, secara garis besar terbagi menjadi 3 yaitu pada saat evakuasi, penanganan

di lokasi penampungan sementara serta tindakan pemotongan atau pembunuhan (euthanasia).

Evakuasi Hewan

Evakuasi hewan dilakukan terhadap hewan sehat dan hewan sakit yang masih mungkin disembuhkan yang berada pada lokasi bencana alam. Pelaksanaan evakuasi menggunakan kendaraan pengangkut hewan dan dilakukan oleh petugas evakuasi dibawah pengawasan dokter hewan atau orang yang memiliki kompetensi dibidang kesejahteraan hewan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam evakuasi hewan adalah persyaratan alat angkut; sarana loading/unloading yang didesain dengan baik; jalan dan jalur kendaraan yang aman; dan lebih diutamakan perjalanan malam hari untuk mengurangi stress atau efek samping dari rangsangan eksternal lainnya.

Beberapa persyaratan alat angkut: (1) memiliki desain dan partisi/penyekat yang terbuat dari bahan yang tidak menyakiti, melukai, dan/atau mengakibatkan stres; (2) memiliki atap, bagian kendaraan harus bebas dari benda tajam yang dapat melukai hewan; (3) memiliki ventilasi dan pencahayaan yang cukup; (4) bersih dan kuat; (5)

hewan dapat bergerak, dan terlindung dari cuaca yang ekstrim; (6) kapasitas sesuai dengan jenis dan jumlah hewan; dan (7) lantai atau alas tidak licin, mudah dibersihkan dan didesinfeksi. Khusus untuk kendaraan pengangkut kambing atau domba, dirancang maksimal 2 (dua) tingkat dengan ketinggian yang cukup untuk memungkinkan hewan dapat berdiri dengan normal.

Persyaratan sarana naik/turun hewan (loading/unloading): (1) memiliki desain sedemikian rupa, dengan sudut kemiringan maksimal 30 derajat sehingga tidak ada celah antara sarana penurunan dengan kendaraan dan tidak ada penghalang yang menghalangi hewan untuk naik/turun; (2) memiliki pagar pembatas yang kuat dan lantai yang tidak licin untuk menghindari hewan dari jatuh dan terpeleset saat penurunan. Apabila tidak tersedia loading/unloading dapat menggunakan gundukan pasir atau tanah untuk mengurangi jarak ketinggian antara permukaan tanah dengan transportasi sehingga hewan merasa nyaman pada saat naik/turun dari kendaraan transportasi.

Penanganan Hewan di Tempat Penampungan Sementara

Tempat penampungan sementara harus : (1) berada di lokasi yang aman,

Oleh: Abdul Karnaen *)Medik Veteriner di Dit. Kesehatan Masyarakat Veteriner

PENANGANAN HEWAN DI LOKASI BENCANA ALAM SESUAI ASPEK KESEJAHTERAAN HEWAN

COLOR

Bitopinia

Kilas Info

Laporan Utama

Laporan

2

Apresiasi dan penguatan penyuluh/petani andalan

Petani Millenial

Era Millenial Dunia Peternakan

Koordinasi Wasbitnak Tahun 2019 “Peran Wasbitnak di Era Peternakan Milenial”

Kompetisi F2F 2019,Peternak Sapi Perah Siap KeBelanda

Upaya Peningkatan Produksi Susu Melalui Kemitraan

Kelompok Santri Tani Milenial Tahun 2019

3

4

5

8

10

6

12

Potensi Perbibitan

14

16

20

18

19

22

24

32

ASEAN GAHPTantangan Baru dalam Meningkatkan Kualitas dan Daya Saing Produk Peternakan

Coretan Ilmu Peternakan Di Negara “SUJU” Korea

ISPIRumah Besar Bagi Sarjana peternakan

Ayam Lokal Kita Yang Mulai Menggeliat

Surat Keterangan Layak Bibit DiWilayah Sumber Bibit

Dampak Kebijakan Uji Zuriat Sapi Perah Nasional

Eksistensi Peternakan Sapi Perah di Lahan Pasca Tambang

Peluang Peningkatan Potensi Genetik Sapi Peranakan Ongole

28

30

31

33

34

36

38

39

40

45

Norma Waktu Kerja Jabatan Fungsional

Pentingnya Sertifikasi Profesi Bidang Peternakan

Mengapa Benih Dan Bibit Ternak Harus Memiliki Standar

Pencegahan Jamur Pada Pakan Ternak

Seleksi Genomik : Masa Depan Seleksi Bibit

Menyemai AsaBangkitnya Pembibitan Kambing Peranakan Ettawah(PE)

Dari Sapi Ke Bangku Kuliah

Peran Leguminosa Pada Pakan Sapi Perah

Ramadhan Bulan Kemerdekaan

SDM Perbibitan

Kebijakan Perbibitan

Tahukah Kita

Sains & Teknologi

Pengembangan Perbibitan

Serba Serbit

Renungan

Bitpro in Action

Bitopinia

26

COLOR

Page 4: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

2 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Kilas Info

PELANTIKAN PEJABAT ADMINISTRATOR DAN PEJABAT PENGAWASDI LINGKUP DITJEN PETERNAKANDAN KESEHATAN HEWAN

HALAL BI HALAL DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

SUMPAH JABATAN PNS KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2019

Oleh : Retno Nugraheni Wulansari

Oleh : Rini Endah Wahyuni

Oleh : Retno Nugraheni Wulansari

Senin, 4 Maret 2019 bertempat di Ruang Rapat Utama I Ditjen PKH telah dilakukan pelantikan Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas lingkup Ditjen PKH. Pelantikan Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 148/KPTS/KP.230/A/03/2019 tanggal 1 Maret 2019 tentang Pemberhentian, Pemindahan, dan Pengangkatan Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas di Lingkungan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak terjadi mutasi pejabat eselon IV, yaitu Drh. Ni Wayan Diah Permata Sari yang diangkat menjadi Kepala Seksi Sumberdaya Kesehatan Hewan di Direktorat Kesehatan Hewan. Posisinya (Kepala Seksi Produksi Kerbau dan Kambing Perah) digantikan Farouk Mochtar, S.Pt., MP yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan, Sekretariat Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan nCES

Sebanyak 414 pegawai melaksanakan sumpah jabatan sebagai abdi negara di Auditorium Gedung F Kantor Pusat Kementerian Pertanianpada hari Senin, 4 maret 2019. Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 pasal 39, setiap Pegawai Negeri Sipil wajib mengangkat sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil menurut agama atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengambilan sumpah jabatan PNS. lingkup Kementerian Pertanian dilakukan di hadapan para pejabat eselon I,II, III dan IV lingkup Kementerian Pertanian. Pegawai yang mengangkat sumpah adalah CPNS 2018 sebanyak 380 orang, selebihnya merupakan pegawai pada 11 unit kerja eselon I Kementerian Pertanian yang belum melaksanakan sumpah jabatan. Pada acara tersebut terdapat 42 orang dari Direktorat Jenderal Peteranakan dan Kesehatan Hewan (PKH) diantaranya 17 CPNS dari PKH Pusat dan satu diantaranya adalah pegawai pada Direktorat Perbibitan dan Produksi ternak atas nama Retno Nugraheni Wulansari, S.Pt.

Drs. Abdul Halim, M.Si selaku Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian Kementerian Pertanian menyampaikan pengambilan sumpah jabatan merupakan suatu keharusan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), sumpah yang diambil hari ini adalah sesuatu yang sangat sakral sebagai bentuk janji kita yang secara langsung disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi motivasi untuk bekerja keras, ikhlas dan tuntas serta memberikan pelayanan maksimal agar visi dan misi Kementerian Pertanian terwujud. Selanjutnya beliau menghimbau kepada seluruh pegawai yang mengangkat sumpah agar selalu memberikan kinerja yang terbaik kepada Kementerian Pertanian secara profesional.

Seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Republik Indonesia memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas sebagai abdi negara dengan mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi maupun golongan. Hal tersebut telah tertuang dalam sumpah yang diucapkan saat seseorang mulai menjabat sebagai seorang PNS khususnya di lingkungan Kementerian Pertanian.

Penandatanganan pakta integritas para Pegawai Negeri Sipil baru dilakukan setelah mengucapkan sumpah, Pakta Integritas merupakan pernyataan tertulis berisikan penegasan bahwa pengambilan keputusan senantiasa berdasarkan prinsip kemandirian (independency), penuh kehati-hatian (duty of care and loyalty), profesional dan berdasarkan kepada kepentingan perusahaan semata (prudent person role), bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest), dan mematuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku (duly abiding laws).

Selamat bertugas sebagai Pegawai Negeri Sipil...semangat membangun negeri, wujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia!!!! nMD

Ramadan telah berakhir, hari kemenanganpun tiba. Saatnya segala salah yang sudah dilakukan, kata yang pernah terucap, dan sikap yang salah bersama-sama saling kita maafkan.

Sama halnya dengan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Senin, 10 Juni 2019, bertempat di Ruang Rapat Utama 1 telah mengadakan acara Halal Bi Halal yang dihadiri oleh Menteri Pertanian, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktur lingkup Ditjen PKH, dan seluruh staf Ditjen PKH.

Pesan menteri ‘’produk peternakan harus ditingkatkan’’ nampaknya memberikan semangat lebih kuat lagi bagi yang hadir untuk lebih giat bekerja memajukan peternakan Indonesia. Beliau juga menyampaikan bahwa jabatan merupakan amanah dan seorang pejabat harus bisa bergaul dan dekat dengan semua orang entah itu kepada stafnya, bahkan security maupun OB.

Semoga saja kita lebih menjadi insan yang bertaqwa, selalu semangat bekerja, saling memaafkan, dan bersilaturahim bukan hanya setelah ramadhan namun dapat diterapkan sehari-hari. aamiin. nMD

Page 5: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Oleh: Hari Purnomo Ibnu S*; dan Agus Pramono**

*) Pengawas Bibit Ternak Ahli **) Penyusun Laporan

ApresiAsi dAn penguAtAn penyuluh/petAni AndAlAn

Laporan Utama

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 3

Keberhasilan suatu program atau kegiatan tidak terlepas dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat atau berkontribusi di dalamnya. Berkaitan dengan program pembangunan pertanian di Indonesia, peran petugas

lapang seperti penyuluh pertanian, medik/paramedik veteriner, inseminator dan lain-lain sangatlah penting, karena merekalah ujung tombak dari keberhasilan program-program/kegiatan-kegiatan tersebut, terutama guna mewujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045.

Untuk mengapresiasi para petugas tersebut, Kementerian Pertanian telah mengadakan acara kegiatan Apresiasi dan Penguatan Penyuluh/Petani Andalan yang merupakan bagian dari rangkaian dari Kunjungan Menteri Pertanian ke Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Kota Makassar dan Kabupaten Takalar pada tanggal 9 – 11 April 2019.

Pada tanggal 10 April kegiatan Apresiasi dan Penguatan Penyuluh/Petani Andalan ini dilaksanakan di GOR Sudiang, Kota Makassar dan dihadiri oleh Menteri Pertanian, Anggota DPR Komisi IV, Gubernur Sulawesi Selatan, Kapolda Sulawesi Selatan, Walikota Kota Makassar, para Bupati Wilayah Sulawesi Selatan, dan jajaran Pejabat Esselon I dan II lingkup Kementerian Pertanian. Peserta berasal dari perwakilan para penyuluh di 34 provinsi, tani andalan dari berbagai provinsi, peternak, serta petugas reproduksi.

Rangkaian kegiatan berupa: 1) peninjauan dan pelepasan bantuan komoditas pertanian, 2) penyerahan bantuan dari Kementerian Pertanian, dan 3) pemberian penghargaan kepada penyuluh dan petani/peternak berprestasi, serta 4) penyerahan sertifikat kompetensi SDM Pertanian.

Untuk bidang peternakan yang mendapatkan penghargaan terdiri dari 3 kategori, yaitu:

a. Kelompok Penerima Bantuan Sapi Indukan Berprestasi

No. Nama Kelompok Lokasi Peringkat1. Jadi Rejo Pekanbaru, Riau I2. Sidodadi Makmur Kuantan Singingi, Riau II3. Karya Baru sub Peternakan Langkat, Sumut III4. Arih Ersada Karo, Sumut IV5. Jeruk Sukaraja PPU, Kaltim V6. Giri Mulyo Aceh Tengah, Aceh VI

b. Peternak Pemasok Ekspor Komoditas Domba

No. Nama Lokasi Peringkat1. Agus Sholehul Jember, Jatim I2. Shafiya Rifqi Jember, Jatim II3. Edi Susilo Jember, Jatim III

c. Peternak Pemasok Ekspor Komoditas Itik

No. Nama Lokasi

1. Kelompok Ikatan Sejahtera Kyai Muda (ISTAKIM) Sukabumi, Jabar

Dalam acara ini Menteri Pertanian (Mentan) menyampaikan bahwa kurun waktu 4,5 tahun terakhir kinerja Kementerian Pertanian mengalami kenaikan yang bagus, hal ini dapat dilihat dari beberapa parameter diantaranya peningkatan nilai ekspor, penurunan inflasi bahan pangan dan nilai investasi yang naik 100%. Dan dari keberhasilan capaian kinerja tersebut tidak lepas dari peran besar para petugas di lapangan, seperti peran penyuluh, medik/paramedik vetriner, inseminator, dan lain-lain. Karena kontribusi petugas yang besar ini, Mentan berharap ke depan akan ada perbaikan kesejahteraan untuk para petugas.

Semoga dengan diadakannya kegiatan ini dapat menambah semangat, motivasi para petugas yang lain untuk bisa lebih totalitas dalam memberikan pelayanan kepada para petani/peternak dalam rangka mendukung pembangunan pertanian di Indonesia. nMD

Petani berjaya, Bangsa Berjaya…!!!

Page 6: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

4 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Oleh: Sinta Poetri APengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Badan Penyuluhan dan Pengambangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) melalui Gerakan Petani Milenial dengan melibatkan satu juta petani milenial, yang diharapkan dapat mensukseskan program pembangunan

dibidang pertanian dalam melaksanakan kegiatan pembangunan pertanian. Petani Milenial dapat membentuk kelompok untuk memudahkan dalam pengelolaan dan pembinaan dalam 1 kelompok petani milenial terdapat 20-30 anggota. Mereka tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dimulai dari Aceh sampai ke Papua dan dibagi dalam zona kawasan jenis komoditas pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. 

Pengertian petani milenial adalah petani berusia 19 – 39 tahun atau petani yang tidak berada dalam range umur tersebut tetapi berjiwa milenial yang tanggap teknologi digital, tanggap alsintan dan mempunyai lahan.

Dalam kegiatan road show di setiap provinsi/kab/kota dengan mengahdirkan para santri dari pondok pesantren serta memberikan bantuan secara langsung benih unggul untuk padi, jagung, dan tanaman hortikultura. Begitu juga dengan ternak, ada sapi, kambing/domba, dan ayam serta bantuan alat mesin pertanian (alsintan) berupa hand tracktor.

Kegiatan ini tidak sekedar seremonial namun konkret yang berlangsung dapat diimplementasikan di lapangan dengan didampingi oleh petugas teknis pertanian yang ada dilapangan. Harapannya, pesantren bisa mendorong produktivitas pertanian dan menghasilkan banyak entrepreneur muda bidang pertanian ketika kembali ke masyarakat.

Menteri Pertanian, menyatakan bahwa kegiatan Santri Tani Milenial tersebut merupakan upaya serius Kementan dalam regenerasi di sektor pertanian. Hal ini penting mengingat kebutuhan pangan masa depan akan semakin meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk, namun pelaku di sektor pertanian semakin sedikit dan dan didominasi pelaku yang berusia lanjut (>50 tahun).

Untuk mengatasi probematika tersebut maka pilihan yang paling tepat dan strategis dengan memanfaatkan dan menggerakan santri milenial adalah pilihan strategis untuk regenerasi dan meningkatkan produktivitas pertanian. Kegiatan pertanian yang melibatkan para santri merupakan bagian dari program yang lebih besar yakni gerakan 1 juta petani milenial yang sudah ditetapkan sebagai program prioritas membangun manusia Indonesia di 2019.

Usaha pertanian terus melakukan terobosan dengabn meningkatkan produksi pertanian di berbagai komoditas melalui peningkatan minat generasi muda. Sebanyak 15 ribu santri dari seluruh Indonesia melakukan dialog dan mendapatkan pelatihan agribisnis agar bisa menerapkan praktik usaha modern pertanian dari hulu ke hilir. 

Laporan Utama

Wirausaha Santri dan Kemandirian Pesantren

Acara Santri Tani Milenial di kabupaten Tasikmalaya, Menteri Pertanian menyempatkan untuk menengok pelatihan pertanian untuk para santri di Pondok Pesantren Miftahul Huda serta berinteraksi langsung dengan sejumlah santri yang antusias mengikuti pelatihan pengoperasian alsintan di sawah hingga pelatihan peternakan khususnya sapi, domba dan ayam.

Penerapan Bimtek di ponspes tak hanya teori dan namun lebih implematif para santri tersebut langsung menerapkan ilmunya. Sejak berdiri di pertengahan 1960-an, di pesantren ini memang telah terbiasa memenuhi kebutuhan 4.000 santrinya dengan bertani. “Lebih dari 30 hektare lahan milik pesantren, setengahnya adalah lahan pertanian dan sudah dikembangkan untuk sawah, kebun untuk bawang, buncis hingga cabai, juga peternakan, hingga lahan hidroponik untuk sayuran,” kata pimpinan pesantren Miftahul Huda, K.H. Asep Maoshul Affandy.

Secara praktik, banyak pesantren yang sudah memperkenalkan pertanian kepada santrinya bahkan menjadikan pertanian sebagai usaha pemenuhan kebutuhan pesantren, tapi akan lebih terarah jika ditopang dengan pelatihan dan bantuan dari pemerintah. Program santri tani milenial sangat baik untuk menambah semangat regenerasi petani sekaligus membangun kemandirian pertanian berbasis pesantren. Bukan sekedar ilmu pengetahuan, tapi langkah nyata meningkatkan kesadaran, minat, dan bekal berwirausaha tani saat kembali ke masyarakat.

Kabupaten Tasikmalaya dipilih sebagai lokasi peluncuran gerakan santri tani milenial karena selain memiliki banyak pesantren, juga merupakan sentra pertanian produktif. Potensi yang dimiliki kabupaten Tasikmalaya memiliki luasan lahan untuk pertanaman padi sebesar 128.589 hektare dan lahan kering untuk pertanaman sayuran sebesar 26.570 hektare.

Launching Santri Tani Milenial juga dihadiri oleh oleh semuan kalangan dan instansi pemerintah serta swasta, hal ini membuktikan jika santri dapat mendukung pertanian berbasis pesantren yang dapat meningkatkan kemandirian dan wirausaha santri. nMW

MAJULAH SANTRI INDONESIA........

PETANI MILLENIAL

Page 7: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 5

Eforia MILLENIAL menggema di kalangan semua industri sebagai transformasi sistem revolusi industri 4.0. Sebagai gambaran awal, orang kini menggunakan telepon pintar dan memanfaatkan aplikasi dalam

berbagai kegiatan seperti bisnis, kesehatan, pendidikan, dan hiburan. Penggunaan what’s app, we chat, facebook, instagram dan twitter tak bisa dibendung oleh perusahaan provider telepon seluler. Zaman dahulu telpon dan kirim sms harus bayar. Kini semuanya gratis. Kata Rhenald Kasali, ada perubahan dari premium ke “freemium”. Semua ini terjadi karena teknologi 4.0 telah menginovasi teknologi lama. Teknologi 4.0 yang saat ini populer adalah penerapan teknologi artificial intelligence, robot, drone, internet of things dan big data analitik.

Teknologi 4.0 itu sulit dibendung, suka tidak suka dan mau tidak mau kita harus menerima kenyataan ini. Karena itu yang harus kita lakukan adalah penyiapan dan percepatan adaptasi. Di sinilah diperlukan pelaku-pelaku baru milineal yang mampu menghasilkan produk-produk inovatif serta memfasilitasi aplikasi teknologi baru tersebut dalam kerangka percepatan transformasi.

Generasi millennial, yang lahir antara tahun 1980 sampai tahun 2000 yang dominan orang-orang muda yang suka tantangan, cepat, dan ambisius. Oleh karena itu, generasi millennial sangat penting untuk masa depan bisnis. Terdapat beberapa perbedaan utama antara generasi millennial dan generasi sebelumnya, terutama dalam nilai-nilai inti dan sikap dalam  pekerjaan serta  kehidupan. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, nilai-nilai generasi millennial menitik beratkan pada jaminan, kesederhanaan, efisiensi, dan kemanusiaan. Serta mereka juga ingin mengintegrasikan waktu kerja dan waktu luang.

Paling kentara akibat fenomena ini yaitu globalisasi sendiri diartikan sebagai proses mendunianya seluruh kehidupan sosial, ekonomi, politik hingga budaya antara satu negara dengan negara lainnya hingga seluruh dunia dinyatakan tidak memiliki ‘batas’ alias borderless. Berita yang masuk terkait permasalahan tiap negara dengan mudahnya tersebar melalui internet, media sosial, maupun aplikasi berbasis internet lainnya dalam satu perangkat yang disebut gadget. Hal tersebut terjadi pada generasi muda Indonesia saat ini disebut sebagai generasi gadget atau yang sering kita kenal sebagai generasi milenial.

Millenial di Peternakan

Industri peternakan sebagai produsen pangan semakin berkembang dari zaman konvensional menuju zaman di mana semua dapat dipantau melalui genggaman smartphone. Itulah era inovasi(disruption), di mana segala sesuatu menjadi lebih cepat, smart, dan efisien.

Teknologi akan selalu berkembang untuk mendukung berbagai aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali di bidang peternakan. Inovasi pada dasarnya dapat dikatakan sebagai bentuk inovasi pada berbagai aspek, tidak hanya dikaitkan dengan teknologi informasi, sehingga bisa terjadi pada konsep usaha atau berbagai hal apapun.

Era inovasi ditandai dengan generasi Millenial yang unjuk gigi dengan karya, berlomba menghadirkan teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi usaha bidang peternakan dan memberikan prespektif baru baik untuk industri peternakan maupun kepada peternak.

Namun, bak dua sisi mata uang, inovasi juga dapat menjadi permasalahan bagi pemain lama yang tidak mau menyesuaikan dengan perubahan zaman. Kecanggihan teknologi akan membuat peran manusia dalam suatu sistem produksi akan berkurang. Memang benar teknologi dapat menurunkan biaya produksi dan mencapai tingkat efisiensi lebih tinggi. Akan tetapi, timbul permasalahan sosial akibat terjadi peningkatan orang yang tidak memiliki pekerjaan yang tetap atau pengangguran.

Sektor peternakan dari hulu sampai hilir melibatkan banyak orang. Contoh sederhana adalah distribusi daging sampai ke konsumen melibatkan banyak orang, mulai dari peternak, belantik, pengepul, jagal, pedagang pasar, baru sampai konsumen. Pemotongan rantai distribusi yang terlalu dini dalam era inovasi melalui smart application tentu mengurangi peran banyak pihak. Kondisi tersebut akan membuat gejolak sosial di masyarakat.

Permasalahan tersebut mungkin saja akan terjadi ketika banyak peran digantikan dengan teknologi canggih, sehingga semua dijalankan dengan rantai distribusi pendek dan cepat. Banyak orang yang dulunya terlibat mulai tersingkirkan. Perorangan atau industri bisa tergusur apabila tidak berbenah menggunakan teknologi yang berkembang. Oleh karena itu, semua pihak wajib menyadari dan mempersiapkan untuk menghadapi era perubahan inovasi.

Era perubahan inovasi dapat dikatakan akan membawa revolusi sektor peternakan Indonesia masa depan. Berbagai gebrakan muncul di bidang peternakan, membuat berbagai aspek dijalankan dengan cepat dan efisien untuk meningkatkan produktivitas dan nilai ekonomi. Namun, diperlukan suatu adaptasi dan keluwesan oleh semua pihak, sehingga inovasi tidak menimbulkan ketidakseimbangan dalam industri peternakan. Saat ini saja pelaporan kebuntingan melalui Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (iSIKHNAS), dapat disampaikan secara on line melalui gadget atau sms dengan media satu dengan yang lain dengan lokasi yang berbeda secara tepat dan cepat. nSTG

INOVASI KITA INOVASI BANGSA INDONESIA ............

ERA MILLENIAL DUNIA PETERNAKANOleh: Sinta Poetri APengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Laporan Utama

Page 8: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Oleh : Ian Sopian dan Danang MahendraWasbitnak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Kelompok Santri Tani Milenial Tahun 2019Santri Tani Milenial sebagai sumber daya manusia yang berpotensi memiliki kemampuan selain menjadi penceramah yang mampu memberikan pencerahan kepada umat juga mampu mandiri dan menerapkan pola wirausaha dengan meneladani nabi Muhammad SAW. Keberadaan santri yang berada di pondok pesantren diharapkan dapat berkontribusi aktif dalam mendorong program Kementerian Pertanian.

Laporan Utama

Menteri Pertanian Dr. Ir. H Andi Amran Sulaiman telah mencanangkan bahwa “Indonesia Menuju Lumbung

Pangan Dunia Tahun 2045”, melalui terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 04 Tahun 2019 dan Nomor 09 Tahun 2019 tentang Pedoman Gerakan Pembangunan Sumber Daya Manusia Menuju Lumbung Pangan Dunia Tahun 2045. Peraturan tersebut menunjukan bahwa untuk mewujudkan sumber daya manusia pertanian yang profesional, mandiri dan berdaya saing perlu dilakukan pengembangan kompetensi.

Salah satu yang menjadi fokus dalam pengembangan kompetensi diantaranya penumbuhan Santri Tani Milenial. Santri sebagai generasi muda potensial di pondok pesantren diharapkan memiliki keterampilan lebih dalam bidang lain khususnya bidang pertanian, selain belajar menjadi seorang penceramah.

Data Kementerian Agama (Februari 2019) menunjukan bahwa jumlah pondok pesantren di Indonesia sebanyak 24.515 dengan jumlah santri 3.598.950 orang. Dengan potensi santri yang sebesar

ini, diharapkan dapat didorong untuk berkontribusi aktif dalam bidang pertanian sebagai langkah mendukung program Kementerian Pertanian.

Keberadaan santri di pondok pesantren menjadi peluang sumber daya manusia yang perlu di manfaatkan potensinya, Kementerian Pertanian berinisitif membuat terobosan kegiatan yang melibatkan santri sebagai pelaku utama dalam kegiatan pengembangan pertanian khususnya di bidang peternakan. Data pondok pesantren yang ada di Kementerian Agama akan menjadi acuan lokasi pondok pesantren yang nantinya akan mengikuti kegiatan tersebut. Kondisi ini menuntut Kementerian Pertanian untuk membuat peraturan mengenai kegiatan yang melibatkan pondok pesantren di seluruh Provinsi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 185/KPTS/OT.050/M/3/2019, bahwa penanggungjawab Kegiatan Penumbuhan Kelompok Santri Milenial 2019 adalah Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sebagai tindak lanjut Kepmentan, bahwa telah

diterbitkannya Keputusan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Nomor : 50/Kpts/OT.050/I/03/19 tentang Petunjuk Teknis Peningkatan Kompetensi dalam rangka Penumbuhan Kelompok Santri Tani Milenial di Bidang Pertanian dan Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan No: 5678/Kpts/PK.230/F/05/2019 tentang Petunjuk Teknis Kegiatan Penumbuhan dan Penguatan Kelompok Kelompok Santri Tani Milenial melalui Pengembangan Ternak Ayam Tahun 2019.

Merujuk pada petunjuk teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan bahwa Santri Tani Milenial adalah santri yang memiliki minat dibidang pertanian, berusia 19-39 tahun, dan/atau yang adaptif terhadap teknologi digital. Kelompok Santri Tani Milenial selanjutnya disebut KSTM adalah kumpulan Santri Tani Milenial berada di pondok pesantren, beranggotakan 20-30 orang dan bersepakat mengelola ternak ayam secara bersama. Kriteria KSTM dapat berasal dari Pondok Pesantren yang terdaftar pada Kementerian Agama, Rabithah Ma’ahid al-Islamiyah (RMI), Ikatan Pesantren Indonesia (IPI) atau Organisasi

6 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Page 9: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Laporan Utama

Pondok Pesantren lainnya di lokasi kegiatan.

Untuk mendapatkan Kegiatan Penumbuhan dan Penguatan Kelompok Santri Tani Milenial melalui Pengembangan Ternak Ayam Tahun 2019 dilakukan dengan mekanisme proposal, KSTM melalui dinas kabupaten/kota mengajukan permohonan kegiatan ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hew an melalui proposal secara manual. Pengajuan proposal menjadi salah satu kunci utama dalam menerima manfaat, setiap KSTM perlu menyusun usulan dalam bentuk proposal sebagaimana rencana program dan kegiatan pembangunan pertanian. Setelah proposal diajukan maka akan dilakukan Verifikasi oleh Satker Pelaksana.

Verifikasi akan dilakukan oleh Satker Pelaksana yaitu BPTU HPT Sembawa dan dinas provinsi dan/atau kabupaten/kota, kemudian hasil verifikasi dituangkan dalam Berita Acara (BA) yang ditandatangani oleh Tim Verifikasi Satker Pelaksana yang diketahui oleh dinas provinsi dan/atau kabupaten/kota dan akhirnya hasil verifikasi disampaikan kepada PPK untuk ditetapkan sebagai penerima manfaat KSTM untuk di sahkan oleh KPA.

KSTM penerima manfaat Kegiatan Penumbuhan dan Penguatan

Kelompok Santri Tani Milenial melalui Pengembangan Ternak Ayam Tahun 2019 akan menerima manfaat berupa : 1) ayam umur paling kurang 4 minggu atau ayam umur 1 hari (Daily Old Chicken/DOC); 2) pakan ayam; 3) obat-obatan; dan 4) bantuan fasilitasi pembuatan kandang.

Keberadaan santri penerima manfaat kegiatan akan menjadi lebih positif dan mahir ketika dibekali pengetahuan, pendampingan dan keterampilan pemeliharaan beternak ayam. Oleh karena itu diperlukan bimbingan teknis akan dilaksanakan dengan cara pembelajaran langsung dan/atau melalui media sosial/cetak, pendampingan dilakukan oleh Dinas provinsi dan kota/kabupaten dengan memperhatikan aspek teknis pemeliharaan dan kesehatan ternak. Selain itu, sebagai santri milenial diharapkan mampu memanfaatkan teknologi digital dengan baik, sehingga Santri dapat mengimplementasikan hasil pembinaan yang diikuti dan dapat mewujudkan pengembangan ternak ayam khususnya di pondok pesantren dan umumnya ternak ayam lokal di Indonesia.

Harapan kedepan Kegiatan Penumbuhan dan Penguatan Kelompok Santri Tani Milenial melalui pengembangan Ternak Ayam tahun 2019 dapat mencetak wirausaha muda

pertanian (Agro-Enterprenership) yang tidak hanya sebagai penceramah yang memberikan pencerahan kepada umat, namun mampu mandiri dan menerapkan pola wirausaha yang meneladani Nabi Muhammad SAW. Aamiin nNVS

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 7

Page 10: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

8 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Laporan

KooRDINAsI WAsbITNAK TAhUN 2019 :“peran Wasbitnak di era peternakan Milenial”Oleh : Retno Nugraheni W dan Titien Widi R Calon Wasbitnak dan Wasbitnak di Dit Perbibitan dan Produksi Ternak

Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak) tanggal 17 - 19 Maret 2019 mengadakan koordinasi di Depok. Tema yang diangkat dalam pertemuan kali ini adalah “Peran Wasbitnak di Era Peternakan Milenial”.

Pertemuan dihadiri oleh perwakilan Wasbitnak dari masing-masing pejabat fungsional Pusat, perwakilan UPT dan Dinas Provinsi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan, dengan jumlah yang hadir 76 fungsional pengawas bibit ternak.

Pertemuan di buka oleh Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan dilanjutkan dengan pemberian materi dari beberapa narasumber. Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak dalam arahannya, menyampaikan agar Wasbitnak menjadi motor penggerak dalam melaksanakan kegiatan bidang peternakan di masing-masing unit kerja. Wasbitnak harus memiliki rencana kerja dan peka terhadap isu-isu yang beredar serta bergerak cepat untuk membantu penanganan permasalahan bidang peternakan yang ada. Pelaksanaan pengawasan terhadap produk benih dan bibit ternak dilapangan agar lebih diintensifkan. Hal ini salah satunya bertujuan untuk menjamin mutu dari ternak yg ada di negara ini.

Dalam kunjungan lapangan ke Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, saat fajar menyingsing sampailah di Kaki Gunung Salak terasa segarnya hawa pegunungan. Tak ketinggalan riuhnya yel yel Wasbitnak, Wasbitnak Jaya ... “Wasbitnak Maju...”. Begitulah semangat yang berada di hati dan jiwa pejuang pejuang peternakan yang dibungkus dalam satuan fungsional Wasbitnak. Kunjungan diterima langsung oleh Kepala BET Cipelang yang menyampaikan tentang profil serta tusi dari BET Cipelang, disampaikan pula tentang harapan perkembangan kegiatan transfer embrio (TE) di daerah dan peran serta Wasbitnak dalam pelaksanaan kegiatan TE dan juga keberhasilan kegiatan tersebut di daerah. Acara dilanjutkan kunjungan ke kandang untuk melihat kondisi ternak yang dikembangkan serta tidak ketinggalan juga kunjungan ke laboratorium untuk melihat proses produksi embrio.

Materi selanjutnya disampaikan terkait Pola Penilaian Berbasis Integrasi dan DUPAK Online dari Biro Organisasi dan Kepegawaian. Penyampaian materi diawali dengan peraturan yang akan diterapkan dalam waktu dekat terkait dengan SKP terintegrasi dengan DUPAK dan tunjangan kinerja. Diharapkan seluruh pegawai mulai memperhatikan butir-butir kegiatan yang akan dicantumkan di dalam SKP agar sesuai dengan butir-butir kegiatan dalam jabatan fungsional pengawas bibit ternak. Selain itu, butir-butir kegiatan tersebut harus menyesuaikan dengan tusi atasan pejabat fungsional yang bersangkutan.

Dupak Online berisikan butir-butir kegiatan sesuai jenjang jabatan dan satu jenjang diatas atau dibawahnya. Saat ini dupak online sudah dilaksanakan untuk Wasbitnak Pusat dan UPT dan direncanakan akan dilaksanakan untuk Wasbitnak Daerah. SKP sudah terintegrasi dengan butir-butir kegiatan dan angka kredit yang ada di DUPAK. Capaian angka kredit sama dengan capaian realisasi tugas jabatan di kali dengan target angka kredit per tahun. Peta Jabatan di daerah ditetapkan oleh Biro Organisasi dan Kepegawaian di daerah.

Acara dilanjutkan materi Sosialisasi Kebijakan ASN dari Kementerian PAN dan RB. Dalam materi disampaikan bahwa Jabatan Fungsional merupakan jabatan yang menguntungkan, oleh sebab itu jabatan fungsional harus dibuat menarik dan setelah duduk di jabatan tersebut harus memiliki kinerja yang baik. Fungsional Wasbitnak agar membuat forum sebagai ajang komunikasi dan silahturahim. Adanya forum tersebut akan menjadikan fungsional Wasbitnak lebih menarik sehingga tugas dan kewajiban Wasbitnak lebih menantang.

Untuk mengembangkan Jabatan Fungsional didorong dengan program inpassing untuk memenuhi kebutuhan jabatan fungsional dengan output yang jelas. Inpasing adalah proses pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional guna memenuhi kebutuhan organissi sesuai dengan perundangan dalam jangka waktu tertentu. Ketentuan inpassing berdasarkan Peraturan Menteri PAN dan RB No. 42 Tahun 2018. Pejabat fungsional didaerah didasarkan pada

Page 11: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 9

Laporan

potensi wilayah dengan SDM yang diperlukan dan berkualitas. Inpassing nasional dilaksanakan sampai April tahun 2021.

Pemenuhan ASN selain dengan PNS juga dengan pengangkatan PPPK yaitu hanya untuk satu kali pengangkatan dan tidak ada inpassing dan tidak bisa naik jabatan, sesuai dengan PP No. 49 thun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Sedangkan untuk PNS berdasarka PP No. 11 tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.

Pertemuan hari ke tiga dilanjutkan oleh motivator Febriya Fajri. Motivasi yang disampaikan sangat menggugah semangat peserta untuk bekerja lebih baik dengan selalu bersikap positif dalam memandang segala hal peristiwa dan kejadian. Dalam melaksanakan pekerjaan sebagai Wasbitnak diharapkan dapat bekerja dengan tujuan untuk membangun peternakan menjadi lebih maju. Selain itu Wasbitnak harus terus meningkatkan kompetensi diri.

Materi terakhir terkait Administrasi Penilaian DUPAK oleh Ibu Yoelis Noer (Kabag Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan). Pejabat Fungsional harus bertanggung jawab seiring perkembangan organisasi. Dalam pengisian DUPAK Unsur Penunjang tidak boleh lebih dari 20% dan Unsur utama harus lebih dari 80%. Setiap Pengawas Bibit Ternak harus memenuhi angka kredit yang telah ditetapkan. Angka kredit di peroleh dari frekuensi kegiatan dan hari kerja efektif.

Beberapa masalah administrasi yang ditemukan dalam penilaian Dupak manual adalah SK kenaikan jabatan dan kenaikan pangkat terakhir tidak disertakan, nilai Hapak/PAK terakhir tidak dilampirkan, surat pengantar yang tidak ditanda tangani oleh kepala unit kerja masing-masing dan adanya keterlambatan dalam pengiriman Dupak. Sedangkan masalah yang muncul dalam Dupak Online adalah pengisian angka kredit tidak sesuai dengan butir kegiatan, TMT pada jabatan dan pangkat tidak sesuai dan masih adanya angka kredit yang belum diinput.

Kegiatan pertemuan koordinasi ini ditutup oleh Ibu Yoelis Noer. Diharapkan kegiatan ini bisa menambah wawasan para wasbitnak di era peternakan milenial dan dalam pelaksanaan pengawasan bisa berjalan lebih baik dan sesuai regulasi yang sudah ada. nYMY

Page 12: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

10 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

KoMpetisi F2F 2019,peternAK sApi perAh siAp Ke BelAndA

Oleh : Ian Sopian dan Lusi Herafitri Wasbitnak dan Wastukan di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Jum’at, 5 April 2019 bertempat di Gedung Pusat Informasi Agribisnis Kementerian Pertanian digelar acara “Pemberian Penghargaan Kepada Peternak Sapi Perah Pemenang Kompetisi Farmer2Farmer (F2F) Tahun 2019”. Acara dihadiri oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Jajaran Komisaris dan Direktur PT. Frisian Flag Indonesia, Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), Ketua Koperasi Peternakan Susu Bandung Utara (KPSBU), Ketua Koperasi Peternakan Sapi Perah Bandung Selatan (KPSBS), perwakilan Koperasi Usaha Tani Ternak Suka Makmur Pasuruan, perwakilan Koperasi Bangun Lestari Tulung Agung, serta peternak peserta kompetisi.

Kompetisi F2F 2019 merupakan bagian dari program F2F dari FFI. Program berkelanjutan ini bernaung di bawah Dairy Development Program oleh perusahaan induk, FrieslandCampina, dan merupakan salah satu usaha Friesland Campina untuk mewujudkan tujuan Nourishing by Nature ke dalam kehidupan sehari-hari dalam mencapai tujuan jangka panjang perusahaan yaitu memberikan nutrisi lebih baik kepada dunia, meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah lokal di negara-negara Friesland Campina beroperasi, serta membangun dunia yang lebih untuk generasi sekarang dan yang akan datang.

Program F2F dimulai pada tahun 2013 dengan tujuan mendorong peternak sapi perah lokal untuk menerapkan praktik peternakan sapi perah yang baik secara konsisten dan berkelanjutan. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi susu masyarakat Indonesia. Memasuki tahun ke-7, F2F kini telah menjangkau hampir 1.000 peternak sapi perah lokal dan ditargetkan untuk terus meningkat kedepannya. Hal-hal yang dinilai dalam kompetisi F2F meliputi Good Dairy Farming Practices (GDFP), verifikasi lahan, pengawasan peternakan, laju peningkatan peternakan sapi perah, dan juga aspek sosial termasuk esai yang ditujukan untuk mengemukakan visi dari peternakan sapi perah masing-masing peserta yang terpilih di tahapan akhir. Adapun lama dari kompetisi ini adalah delapan minggu dengan dengan

menjaring 110 peserta dari empat koperasi rekanan FFI, yaitu KPSBU Lembang, KPBS Pangalengan, Koperasi Usaha Tani Ternak Suka Makmur, dan Koperasi Bangun Lestari.

Pada saat pembukaan acara “Pemberian Penghargaan Kepada Peternak Sapi Perah Pemenang Kompetisi Farmer2Farmer (F2F) Tahun 2019”, Louis Beijer, The Agriculture Conselor Kedutaan Belanda di Indonesia berkesempatan menyampaikan ucapan terimakasih atas dukungan negara Indonesia dalam program F2F. Beliau menyampaikan bahwa peternak sapi perah Belanda akan menyambut kedatangan para pemenang kompetisi F2F dengan senang hati. Melalui program F2F ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kesejahteraan peternak sapi perah di Indonesia sehingga peternakan sapi perah Indonesia akan terus berkembang, terjaga kualitas susunya, dan pada akhirnya nanti mampu bersaing dengan negara-negara lain.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan drh. I Ketut Diarmita, MP mengungkapkan kebanggaannya kepada para peternak sapi perah Indonesia dan mengapresiasi program F2F yang telah mampu menggairahkan kembali peternak sapi perah terutama dalam meningkatkan produktifitas produksi susu. Menghadapi persaingan global, bahwa peningkatan daya saing menjadi hal penting disamping mendorong sumberdaya lokal yang dapat mensubstitusi produk impor. Oleh karena itu diperlukan kolaborasi yang solid antara pemerintah, koperasi, peternak sapi perah, dan sektor swasta untuk mendorong peningkatan kapasitas dan produktifitas sapi perah nasional yang pada ujungnya nanti akan meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah.

Rona kegembiraan terpancar dari wajah seluruh peternak yang hadir dalam acara, karena sebentar lagi akan diumumkan nama-nama peternak beruntung yang akan diberangkatkan ke Belanda untuk melihat langsung dan mempelajari penerapan manajemen peternakan sapi perah di sana. Hasil penjurian dari 110 peternak sapi perah peserta kompetisi F2F, diperoleh 4 peternak beruntung yang terpilih untuk

Sebanyak 4 orang peternak sapi perah pemenang kompetisi Farmer2Farmer akan berkesempatan berkunjung ke Negara Belanda untuk mempelajari penerapan manajemen peternakan sapi perah di sana

Laporan

Page 13: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 11

diberangkatkan ke Belanda, yaitu Mita Kariyah (Tulungagung-Jawa Timur); Yanto (Pasuruan-Jawa Timur); Nenih (Lembang-Jawa Barat); dan Apid (Pangalengan-Jawa Barat). Selain keempat pemenang yang berkesempatan ke Belanda juga terdapat peternak beruntung lainnya yang memperoleh hadiah berupa peralatan peternakan sebesar Rp. 5.000.000,- yaitu : Yudi Purwanto (Pasuruan-Jawa Timur); Ujang Supirman (Lembang-Jawa Barat); Nandang Sutisna (Pangalengan-Jawa Barat); dan Hadiah berupa peralatan peternakan sebesar Rp. 3.000.000,- yaitu : Jumilan (Tulungagung-Jawa Timur); Irwan (Lembang-Jawa Barat) dan Tosiwan Harsa (Pangalengan-Jawa Barat).

Selamat bagi peternak yang terpilih menjadi juara dan berkesempatan untuk berkunjung ke peternakan sapi perah di Belanda. Dengan adanya kompetisi F2F ini diharapkan dapat memotivasi peternak sapi perah untuk bekerja dan berlatih lebih baik lagi khususnya dalam menerapkan good dairy farming practice sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan kualitas persusuan Indonesia.

Akhirnya kata, semoga pelaksanaan F2F dapat terus sejalan dengan program pemerintah dalam upaya peningkatan produksi dan kualitas susu, melalui bimbingan penerapan Good Farming Practices nNS

Kompetisi F2F 2019 merupakan bagian dari program F2F dari FFI.

Program berkelanjutan ini bernaung di bawah Dairy

Development Program oleh perusahaan induk, FrieslandCampina, dan merupakan salah satu

usaha Friesland Campina untuk mewujudkan tujuan Nourishing by Nature ke

dalam kehidupan sehari-hari dalam mencapai tujuan jangka

panjang perusahaan yaitu memberikan nutrisi lebih baik

kepada dunia

Laporan

Page 14: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Agribisnis sapi perah merupakan salah satu usaha tani pada subsektor peternakan

yang memproduksi susu yang perkembangannya masih lambat. Hal ini disebabkan rendahnya produksi susu yang diperoleh peternak dan kualitas susu yang tidak memenuhi standar sehingga mempengaruhi harga jual. Produksi susu segar peternak hanya mencukupi sekitar 20% kebutuhan nasional sekitar 3,7 juta ton (BPS, 2018).

Dalam mendorong peningkatan produksi susu, pemerintah telah menyiapkan kebijakan untuk mendorong pola kemitraan di subsektor sapi perah. Kemitraan usaha peternakan berdasarkan Permentan No. 13 tahun 2017 tentang Kemitraan

Usaha Peternakan adalah kerja sama antar usaha peternakan berdasarkan prinsip saling memerlukan, memperkuat, menguntungkan, menghargai, bertanggungjawab dan ketergantungan. Kemitraan merupakan salah satu fokus pemerintah untuk mendorong percepatan pengembangan pembangunan peternakan sapi perah di Indonesia dan menjadi salah satu solusi dalam mengurai permasalahan persusuan nasional dalam mengakselerasi penyediaan susu melalui produksi dalam negeri yang berkualitas dan berdaya saing untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat dengan bahan baku yang berkesinambungan. Kemitraan harus disertai dengan perjanjian kerja sama antara plasma dan inti. Disamping itu harus diketahui oleh dinas

terkait. Pengembangan kemitraan merupakan langkah yang efisien dalam rantai pasok yang terintegrasi dari hulu sampai hilir.

Kemitraan usaha pengembangan sapi perah dapat dilakukan antara lain melalui pelatihan dan pendampingan manajemen pemeliharaan sapi perah (perbaikan kandang dan pemberian pakan) bagi peternak. Selain itu peternak juga dapat bermitra dengan pemilik limbah pertanian/rumput unggul dalam menyediakan bahan baku yang dapat diolah sebagai pakan ternak yang bernilai ekonomis dan bergizi. Pemasaran susu dapat bermitra dengan industri pengolahan susu (IPS), sehingga laju permintaan masyarakat akan susu dan produk turunannya tetap tinggi. Ini merupakan peluang untuk

Oleh : Maria Flora* dan Titien Widi** Wasbitnak di *Dit. PPHNak dan **Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

upAyA peningKAtAn produKsi susu MelAlui KeMitrAAn

12 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Laporan

Page 15: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

meningkatkan nilai tambah dalam meningkatkan produksi susu olahan.

Adanya jaminan pasokan bahan baku susu dari peternak dan jaminan pembelian serta harga dari IPS merupakan kerja sama yang saling menguntungkan. Selain itu peningkatan nilai tambah produk susu dapat dilakukan melalui usaha pengolahan susu dan diversifikasi usaha melalui pengembangan usaha pengolahan susu skala kecil/menengah. Susu dapat dipasteurisasi untuk langsung dijual kepada konsumen dalam bentuk susu segar atau diolah menjadi berbagai produk pangan antara lain yoghurt, keju, tahu, karamel, dan pai susu. Teknologi tepat guna yang tidak membutuhkan modal besar dapat diterapkan sehingga industri olahan berbahan baku susu menjadi berkesinambungan oleh pelaku usaha kecil dan menengah untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Salah satu contoh pelaksanaan kemitraan pelaku usaha dengan koperasi adalah PT. Fonterra dengan Koperasi Peternak Sapi Perah Merapi Singgalang (KPSP Mersi) di Sumatera Barat. Sasaran kemitraan adalah peningkatan produksi susu sebesar 20-30%, perbaikan kualitas susu 20–30% (menurunkan angka rata-rata Total Plate Count (TPC)), meningkatkan

pendapatan dari peternak rata-rata sebesar 20-25%, meningkatkan kesejahteraan hewan sebesar 20-30% (peningkatan Body Condition Scoring (BCS), menurunkan jumlah cidera kaki), dan membentuk forum diskusi khusus bagi wanita peternak sapi perah di setiap kelompok.

Peningkatan produksi susu dengan perbaikan kualitas susu yakni melakukan pelatihan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemerahan susu kepada anggota koperasi (peternak). Produksi susu dipeternak mengalami perbaikan signifikan terkait angka cemaran mikroba yang semula mencapai 6 juta cfu/ml menjadi <200 ribu cfu/ml. Pendampingan penerapan Good Farming Practice terkait penyediaan air minum secara ad libitum, kebersihan kandang, ketersediaan pakan. Penyediaan sarana berupa milk can, alat uji susu milkoscreen, teat dipping, dan sparepart mesin perah. Sehingga dengan perbaikan yang telah dilakukan produksi susu meningkat dan harga susu meningkat menjadi Rp. 8.000/liter di tingkat peternak.

Saat ini produksi susu dari KPSP Mersi sebanyak 1000 liter per hari, 150 liter diolah menjadi produk olahan berupa susu pasteurisasi, yoghurt, kefir dan keju. Susu segar habis diserap pasar (cafe susu) dan

dijual dalam bentuk kemasan 1 liter per botol dengan harga Rp. 7.500-8.000 per liter. Dari harga tersebut 500 rupiah disimpan koperasi dan akan dibagikan sebagai sisa hasil usaha (SHU). Perluasan pemasaran susu dengan melakukan demo masak untuk produk olahan khas padang yaitu rendang dengan mengganti bahan baku santan dengan susu dan hasilnya susu dapat meningkatkan cita rasa rendang.

Selain penataan regulasi, kebijakan pola kemitraan ini merangsang untuk menyediakan skema pembiayaan berupa subsidi bunga perbankan agar peternak dapat mengakses permodalan untuk mengembangkan usahanya. Kredit perbankan bersubsidi dengan bunga rendah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) peternakan. Peternak juga dapat mengembangkan usahanya dengan mengakses dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan swasta dan BUMN. Mitigasi resiko usaha sapi perah dengan melakukan perlindungan usaha yakni asuransi ternak sehingga peternak tidak khawatir akan resiko kehilangan ternak dan peternak menjadi nyaman dalam melakukan usahanya dengan bermitra dengan pelaku usaha lainnya nSTG

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 13

Laporan

Page 16: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

14 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Pasar global baik di lingkup ASEAN, Asia, dan bahkan dunia berdampak pada timbulnya persaingan bebas yang juga

melibatkan Indonsia. Imbasnya adalah produk-produk impor akan masuk ke pasar Indonesia dengan bebas dan dikuatirkan terjadi banjir produk asing. Untuk antisipasi hal tersebut, produsen dalam negeri perlu melakuan perbaikan kualitas produk melalui pemenuhan standar mutu produk.

Untuk menjawab hal tersebut, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, sepakat untuk membuat suatu standar dalam menghasilkan produk

peternakan yang akan diterapkan bersama. Untuk saat ini, beberapa standar terkait dengan ternak adalah ASEAN Good Animal Husbandry Practices (ASEAN GAHP). Standar lain yang juga sedang disusun adalah standar pembuatan vaksin dan standar rumah potong hewan.

Terkait dengan dunia perbibitan dan produksi ternak, standar yang perlu kita ketahui adalah ASEAN GAHP, yang merupakan standar dan panduan dalam menjalankan usaha peternakan untuk praktisi, produsen, dan pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu produk peternakan skala komersial.

Standar ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman yang sama diantara pemangku kepentingan di negara-negara anggota ASEAN. Selain itu ASEAN GAHP merupakan bentuk fasilitasi dan dukungan untuk pengembangan dan pembangunan panduan dalam beternak di ASEAN.

ASEAN GAHP dimaksudkan untuk lebih mensinkronkan pedoman-pedoman yang ada di masing-masing negara sehingga memiliki standar yang sama dalam pelaksanaan usaha peternakan. Dengan adanya keseragaman standar tatacara beternak, maka dapat meningkatkan

ASEAN GAHPTANTANgAN bARU DALAM MENINgKATKAN KUALITAs DAN DAyA sAINg PRoDUK PETERNAKANOleh : Bayu Ruikana – Wasbitnak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Laporan

Page 17: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 15

kemampuan daya saing diantara negara-negara ASEAN maupun untuk menghadapi pasar global. Kemampuan daya saing ini diharapkan dapat dicapai untuk mendukung perdagangan global secara jangka panjang. Selain itu, ASEAN GAHP diharapkan dapat meningkatkan daya saing peternak secara berkelanjutan, memperbaiki aspek kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan dalam kaitan dengan keamanan pangan, serta memperhatikan aspek lingkungan. Dengan adanya ASEAN GAHP diharapkan dapat membantu usaha peternakan untuk memahami bahwa usaha pembibitan dan budidaya merupakan bagian dari rantai penyediaan pangan yang aman untuk dikonsumsi.

ASEAN GAHP ini disusun melalui Kelompok kerja ASEAN GAHP. Dalam penyusunannya, pokja ASEAN GAHP menunjuk salah satu negara sebagai konseptor untuk komoditas tertentu. Dalam hal ini Indonesia ditunjuk untuk menyiapkan konsep ASEAN GAHP untuk kambing dan domba. Untuk komoditas lain telah ditunjuk negara lain misalnya sapi perah oleh Vietnam, sapi potong dan kerbau oleh kamboja, dan itik oleh Malaysia. Konsep yang

telah disusun oleh negara konseptor, selanjutnya diedarkan oleh Sekretariat ASEAN ke negara-negara ASEAN GAHP untuk mendapatkan masukan sesuain dengan pedoman di masing-masing negara. Masukan tersebut dibahas di pertemuan negara-negara ASEAN secara bertahap, sampai seluruh negara ASEAN menyepakatinya.

Indonesia sebagai salah satu negara ASEAN tentunya berkewajiban untuk mempelajari dan memberikan masukan terhadap konsep--konsep yang sudah disiapkan negara lain. Ketersediaan bahan dan data sebagai rujukan tentunya sangat diperlukan. Rujukan tersebut berupa peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia baik berupa undang-undang maupun peraturan lain turunan undang-undang. Selain itu untuk Indonesia, ketersediaan pedoman-pedoman seperti pedoman pembibitan dan pedoman budidaya ternak merupakan suatu hal yang sangat berguna dalam penyusunan dan pemberian masukan konsep ASEAN GAHP. Ketersediaan pedoman pembibitan dan pedoman budidaya ternak sebagai bahan rujukan tersebut sangat penting, Kita tidak ingin ASEAN GAHP yang akan disepakati melalui konsensus negara-

negara ASEAN akan memberatkan usaha peternakan skala komersial di Indonesia bila GAHP terlalu jauh dari pedoman-pedoman pembibitan dan budidaya ternak yang sudah berlaku di Indonesia.

Dengan adanya ASEAN GAHP yang menjadi acuan bersama se-ASEAN, maka tantangan semakin meningkat. Melalui ASEAN GAHP, para pelaku usaha harus mampu menyesuaikan diri untuk memperbaiki produk yang dihasilkan sehingga mampu bersaing dengan produk asing. Peluang bersaing dengan produk ASEAN akan terbuka lebar bila usaha peternakan skala komersial di Indonesia sudah konsisten melaksanakan pedoman pembibitan ternak ataupun pedoman budidaya ternak yang sudah berlaku, sehingga mudah menyesuaikan dengan ASEAN GAHP. Tetapi peluang akan menjadi hambatan bila stakeholder pengusaha belum menerapkan pedoman-pedoman tersebut secara konsisten. Tentu kita tidak ingin produk Indonesia tidak mampu bersaing dengan produk negara ASEAN yang lain hanya karena gagal menerapkan ASEAN GAHP. Tantangan tersebut harus diatasi bersama-sama antara pelaku usaha peternakan dan Pemerintah. nNS

Laporan

Page 18: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

16 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Menginjakkan kaki saat setelah mendarat di Incheon International Airport sudah dirasakan suhu yang berbeda dengan negara kita tercinta Indonesia, adem segar, bersih, teratur semuanya, yang

semula berfikir bisa betah ngga…dan ternyata betaaah. Kami diundang untuk mengikuti training terkait sistem traceability yang dilakukan selama 13 hari,,, wooowww pake bahasa apa…. dan ternyata mereka menggunakan bahasa Korea dan Inggris dalam penyampaian materi. Kami mendapatkan ilmu baik secara lisan dan praktek tentang memudahkan mencari data dari hulu hingga hilir hasil suatu produk peternakan, satu lagi komitmen dari masyarakat jika mereka membeli produk yang berkualitas……. Yes setujuuuu…..laluu ingatlah kami di Indonesia,belum semua orang di Indonesia membeli akan produk yang berkualitas, dari sinilah kami mencoba membuat rencana peningkatan mutu dan standarisasi pangan asal ternak untuk mendukung program traceability. Diawali beberapa tahap, Pertama, penyusunan road map dan pedoman pelaksanaan kebijakan mutu dan standarisasi pangan utama asal ternak (ayam, telur, daging dan susu). Kedua, dari dasar road map dan pedoman secara pararel dilakukan penyusunan draft Permentan nya. Ketiga, sambil menunggu Permentan mutu standarisasi dan traceability pangan-melakukan sosialisasi pedoman ke daerah. Keempat, pilot project daerah sentra produksi integrasi dengan daerah konsumsi. Misal utk broiler, jabar sbg produsen dan DKI sbg daerah konsumsi.

Koperasi pertanian nasional di Korea (National Agricultural Cooperatives Federation/NACF) mewadahi petani dengan memberikan jaminan pasar dan kelangsungan usaha tani. Salah satu unit bisnis NACF adalah Rumah Potong Hewan, dimana lebih dari 70% ternak sapi di Korea dilakukan pemotongan pada RPH yang dikelola oleh koperasi NACF. Berat sapi dipotong

rata-rata 800 kilogram dari dengan jumlah karkas 60%. RPH ini melakukan pemotongan ternak sapi milik petani tidak kurang dari 800 ekor per hari dengan peralatan canggih dan sangat efisien. RPH milik koperasi korea tersebut hanya mematuk biaya untuk jasa prosesing saja sebesar 200.000 won per ekor. Tahapan proses pemotongan sapi di RPH diawali dengan pemeriksaan status kesehatan dan fisik ternak serta recovery ternak selama beberapa jam sebelum digiring ke ruang pemotongan. Karkas sapi sebelum dibawa ke ruang pelelangan terlebih dahulu dilakukan inspeksi, grading, pemberian identitas (ID serial number) dan pengambilan sampel DNA sebagai salah satu tahapan implementasi traceability system. Karkas sapi hasil pemotongan dibeli oleh pejagal/grosir dengan sistem lelang.

Untuk menghasilkan ternak yang bagus, salah satu peternak di Korea memelihara sapi yang memiliki calving interval 12 bulan dengan system perkawinan 100% IB, dimana Inseminator dan petugas keswannya berasal dari KOPERASI Pertanian (NACF). Pakan ternak hay jerami padi disimpan dalam kemasanplastik bulatan putih dengan konsentrat (70% jagung). Sapi lahir dan dibesarkan serta digemukkan sampai umur lebih 30 bulan di kandang dan setelah besar siap dikirim ke RPH.

Menelusuri bagaimana upaya petani Korea sukses menghasilkan daging sapi bermabling sempurna dan juicy. Rupanya prosedurnya sangat ketat, mulai dari bagaimana sapi itu sejak masih janin sudah dipersiapkan indukannya dengan ransum pakan seimbang dan tinggi energi yang berasal dari biji bijian seperti jagung, bungkil kedelai, ampas bir, ampas arak beras, ampas anggur dan mineral tercampur sempurna dalam mesin mixer. Marbling yang terdapat pada karkas sapi merupakan perlemakan intramuskuler membentuk pola marmer putih, rupanya juga ditentukan oleh waktu yang tepat untuk penyapihan pedet. Peternak Korea melakukan

Oleh: Rofii & Sinta Poetri

CoretAn ilMu peternAKAn di negArA “suJu” KoreA

Laporan

Page 19: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 17

penyapihan pedet pada umur kisaran 60-90 hari dan langsung memberi pakan berenergi tinggi dalam bentuk pellet.

Industri perunggasan di Korea

Poonglim Food merupakan perusahaan unggas terintegrasi dan terbesar di Korea, dimana daging ayam dan telur ayam ras produksinya memiliki nilai tambah tinggi dan jauh melampau dari ekspektasi konsumen. Korporasi negeri ginseng itu mengolah telur menjadi berbagai produk, misalnya telur cair, tepung telur, telur goreng, telur rebus dan dipasarkan secara masif ke outlet distributor, kafetaria dan industri makanan. Telur disuplai dari asosiasi peternak layer kemudian telur tersebut dilakukan grading untuk memisahkan antara telur segar dan olahan.Market share telur ayam ras untuk kebutuhan olahan (industri) sudah 35% dari total produksi telur ayam ras nasional di Korea, sisanya 65% didistribusikan dalam bentuk segar untuk konsumsi rumah tangga dan horeka.

Industri makanan olahan di Korea saat ini lebih memilih produk tepung telur dan tepung cair ketimbang telur segar, selain lebih praktis dan ekonomis, penggunaan telur olahan tersebut dijamin lebih higienis aman disimpan lama sebagai bahan baku. Industri telur olahan sepertinya harus dibangun dan menjadi solusi upaya stabilisasi harga telur terutama harga

farmgate. Telur yang diangkut dari daerah sentra produksi ke konsumen di tanah air selama ini belum ada yang memantau dalam aspek keamanan pangan dan kerugian ekonomi yang bisa ditimbulkan dari perniagaan telur tersebut.

Hal inilah patut dijadikan rujukan rekomendasi kepada stakeholder terkait, upaya bersama dalam tata kelola perunggasan yang penuh drama dan dinamikanya sangat menguras energi.

Patut direplikasi bagaimana industri berbasis pengolahan pangan tumbuh dan maju pesat di Korea. Demikian pula dengan hubungan yang harmonis antar sektor dalam memberdayakan petani secara partisipatif di wilayah pedesaan. Negara maju seperti Jepang dan Korea, nampaknya tetap memiliki Koperasi Pertanian berbasis pedesaan. Koperasi Induk secara nasional di Korea ternyata mampu bersanding dengan korporasi, mengelola dan menyediakan pangan untuk kebutuhan pasar domestik dan ekspor. Kita berharap semoga adanya kebijakan pemerintah yang didukung oleh stakeholder bidang pertanian dan peternakan untuk dapat meniru jejak negeri ginseng ini dalam memajukan sektor pertanian dan peternakan, I hope so…..Salam Dasyat ..... nJMR

Laporan

Page 20: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

18 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Potensi Perbibitan

AyAM loKAl KitA yAng MulAi MenggeliAtOleh : Dani Kusworo dan Beni Hernawan Pengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman terus bekerja, memberikan tenaga dan pikirannya guna mengentaskan kemiskinan dengan meluncurkan Program “BEKERJA” (Bedah

Kemiskinan Rakyat Sejahtera) dimulai tahun 2018, program pengentasan kemiskinan berbasis pertanian, dengan 10 juta ekor ayam untuk 200 ribu Rumah Tangga Miskin (RTM), di 10 Provinsi, 21 Kabupaten dan 60 Kecamatan/cluster. Kegiatan ini adalah sinergi atas perintah presiden, Program BEKERJA berdasarkan keunggulan komparatif masing-masing daerah yang menghasilkan nilai ekonomis tinggi.

Kegiatan Bekerja berupa kegiatan untuk mendistribusikan bantuan ternak ayam/ itik dan kambing/ domba bertujuan untuk meningkatkan penyediaan protein hewani dan pendapatan rumah tangga miskin, agar pelaksanaan bantuan pemerintah dapat berjalan dengan baik, tertib, dan lancar. Dalam beberapa kesempatan, Menteri Pertanian dalam Louncing kegiatan BEKERJA selalu menyampaikan “Beternak ayam bisa meningkatkan pendapatan masyarakat, dari 50 ayam petelur bisa mendapatkan penghasilan kurang lebih 500 ribu/ bulan”. Pada kegiatan Bekerja, akan dibagikan kepada Rumah Tangga Miskin, ayam lokal sejumlah 10 juta ekor.

Tak bisa dipungkiri, peran industri perunggasan dalam pembangunan nasional terbukti sangat penting dan posisinya sangat strategis. Hal ini terlihat dalam peningkatan pendapatan peternak dan pelaku usaha terkait, penyerapan tenaga kerja dan penggerak kegiatan sektor ekonomi lainnya. Salah satu hal yang amat penting adalah perannya yang tidak bisa tergantikan dalam membangun kesehatan dan kecerdasan masyarakat. Hasil unggas, baik telur maupun daging merupakan protein hewani yang harganya mudah terjangkau oleh masyarakat luas dan mudah diperoleh.

Salah satu maksud dan tujuan dikeluarkannya program BEKERJA adalah terkait dengan ketersediaan ayam dimasa depan. Peternakan ayam didominasi oleh ayam ras telah berkembang menjadi suatu industri yang terintegrasi secara vertikal dan sangat dinamis karena didukung oleh perusahaan yang padat modal dengan sistem manajemen yang modern.

Di Indonesia industri perunggasan ayam ras menghasilkan day old chick (DOC), baik Parent stock (PS) atau final stock (FS). Seluruh kebutuhan DOC FS dan PS dipenuhi dari dalam negeri, sedangkan untuk Grand Parent Stock (GPS) masih sangat tergantung dari impor. Impor ini dilakukan dikarenakan industri

perunggasan ayam ras di Indonesia belum dapat menghasilkan GPS ayam ras.

Pembangunan industri perunggasan menghadapi tantangan yang cukup berat baik secara global maupun lokal karena dinamika lingkungan strategis di dalam negeri dan diluar negeri. Tantangan global ini mencakup kesiapan daya saing produk perunggasan, keberlanjutan GPS dan utamanya bila dikaitkan dengan kurangnya penyediaan bahan baku pakan, yang merupakan 60-70 persen biaya produksi sebagian besar masih sangat tergantung dari impor.

Alternatif untuk masa depan, menghadapi tantangan global dan ketersediaan ayam ras, maka disiapkan ayam lokal. Ayam lokal (ayam KUB, ayam Sensi dll) merupakan salah satu unggas lokal yang sudah dikembangkan oleh Badan Litbang dan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pertanian, dan sudah dipelihara petani di pedesaan sebagai penghasil telur tetas, telur konsumsi, dan daging. Selain dapat diusahakan secara sambilan, mudah dipelihara dengan teknologi sederhana, dan sewaktu-waktu dapat dijual untuk keperluan mendesak, unggas lokal ini mempunyai prospek yang menjanjikan, baik secara ekonomi maupun sosial, karena merupakan bahan pangan bergizi tinggi serta permintaannya cukup tinggi. Pangsa pasar nasional untuk daging dan telur ayam lokal masing masing mencapai 40% dan 30%. Hal ini dapat mendorong peternak kecil dan menengah untuk mengusahakan ayam.

Terkait dengan hal diatas, dalam rangka menunjang program pemerintah (Bekerja) pada tahun 2019 ini, dibutuhkan sebanyak 20 juta ekor bibit DOC/Pullet untuk memperbaiki kehidupan Rumah Tangga Miskin. Unggas lokal yang ada di Indonesia dan mempunyai potensi untuk menjadi bibit unggul pedaging dan petelur diantaranya ayam KUB, ayam arab, ayam pelung, ayam kedu, ayam merawang, ayam bali ayam sensi, dan ayam bekisar. Sebenarnya masih banyak lagi ayam lokal kita yang bisa dikembangbiakkan, dan ini menunggu peran lebih dari pemerintah pusat dan daerah untuk bisa mengembangbiakkan dan menghasilkan bibit unggul ayam lokal.

Untuk itu, semua pihak yang terlibat di perunggasan harus dapat mengawal program ini, agar perunggasan ayam lokal Indonesia dapat berkembang baik dalam skala rumah tangga, bahkan sampai skala industri, dan bersiap-siap suatu saat terdapat permasalahan didalam kegiatan impor GPS ayam ras. Sehingga suatu saat ayam lokal kita bisa menjadi tuan rumah dinegeri sendiri. nIA

Page 21: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 19

Potensi Perbibitan

SANGATA, adalah salah satu kawasan yang mungkin terbilang modern dan cukup terkenal bagi kalangan pengusaha tambang khususnya batu bara. Wilayah yang merupakan dataran rendah dengan kondisi suhu yang

tinggi telah membuktikan bahwa peternakan sapi perah dapat berkembang baik. Suhu tinggi tidak mengurungkan niat untuk mengembangkan sapi perah hingga benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan menjadikan lahan ex-tambang batu bara yang bernuansa agribisnis.

PT. Kaltim Prima Coal atau yang disingkat dengan KPC merupakan perusahaan dibidang penambangan (tambang batu bara) yang berlokasi di Sangatta Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Keberadaan perusahaan tambang batu bara menjadikan kawasan yang dikenal dengan Sangata sangat ramai dan memiliki potensi Kawasan yang nyaman dan menjadi idaman bagi para pegawai KPC. Kawasan yang dihuni lebih dari 5.000 karyawan dan keluarga serta termasuk warga asli perlu memerlukan adanya terobosan dan inovasi pemanfaatan lahan pasca tambang yang sesuai dengan tata guna lahan yang bermanfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi.

Dalam memanfaatkan lahan pasca tambang, KPC memiliki 7 (tujuh) program CSR antara lain : (1) agribisnis; (2) kesehatan dan sanitasi masyarakat; (3) Pendidikan dan pelatihan; (4) pengembangan UKM; (5) pembangunan infrastruktur; (6) pelestarian alam dan budaya; dan (7) pemberdayaan SDM dan Pemdes. Salah satu program CSR dibidang agribisnis peternakan diantaranya pengembangan sapi perah. Program tersebut di laksanakan dengan model kerjasama pemanfaatan lahan pasca tambang melalui mitra yang telah disepakati sebagai langkah mencapai kemandirian masyarakat dalam memanfaatkan lahan kembali subur serta produk yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Berawal dari tahun 2015, sapi perah di datangkan dari Kabupaten Malang sebanyak 36 ekor yang sebagian dalam kondisi bunting. Pada saat itu pula rata-rata produksi menghasilkan 2 liter/hari. Kondisi seperti ini dapat dikatakan cukup wajar karena sapi yang didatangkan dari Malang masih melalui tahap penyesuaian. Berbagai perbaikan dan inovasi terus dilakukan hingga sekarang, meskipun produksi susu masih kurang dan manajemen pemeliharaan harus ditingkatkan hingga pada pertengahan tahun 2017 terdapat sapi yang di vonis brucellosis.

Berbagai saran, mulai dari culling sapi yang terkena brucellosis kemudian melaksanakan anjuran Dinas dan mengisolasi sapi

perah ke tempat lain yang diangap aman sehingga tidak terjadi penularan terhadap sapi lain yang sehat. Penanganan secara intensif terus dilakukan, hingga telah diterjunkan petugas untuk melakukan uji Rose Bengal Test (RBT) sebanyak 2 (dua) kali dan pada tahun 2018 diperoleh hasil negative (-).

Inovasi Menjadi Saksi

Sampai saat ini keberadaan sapi perah di lokasi Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) tidak terlepas dari KPC. Yayasan Sangata Baru sebagai mitra KPC yang terjun langsung dalam pengembangan sapi perah. Berada diatas lahan 22 Ha diharapkan menjadi pusat agribisnis dan wisata edukasi yang bermanfaat khususnya sapi perah di Kabupaten Kutai Timur.

Manejemen pemeliharaan sapi perah terus dikembangan, salah satunya dikenal dengan sebutan tunel ventilation atau pemeliharaan dengan memanfaatkan system sirkulasi udara atau pengaturan tata udara yang baik. Sapi dipelihara dengan sistem kandang terbuka, dimana dalam suatu kandang dipelihara tanpa adanya tali pengikat (free stall) sehingga sapi bisa beraktifitas bebas.

Produksi susu semakin lama semakin meningkat, berkembang dengan berjalannya waktu sejak awal tahun kedatangan rata-rata 2 lt/hari (2015), 4 lt/hari (2016), 6 lt/hari (2017), 7 lt/hari (2018) hingga pada awal 2019 dimana populasi sapi perah sebanyak 23 ekor menunjukan produksi susu rata-rata harian mencapai 8-9 liter/hari. Peningkatan produksi susu menjadi saksi bahwa sapi perah dapat berkembang dan berproduksi optimal meskipun di dataran rendah sehingga dengan manajemen pemeliharaan yang baik dapat menjadikan KPC sebagai salah satu perusahaan ex-pasca tambang penghasil susu sapi segar di Kalimantan Timur.

Susu yang dihasilkan berupa susu segar kemudian diolah oleh unit usaha dibawah naungan Yayasan Sangata Baru yaitu PT. Yakin Sukses Bersama. Susu di olah dalam bentuk Fresh Milk, Yoghurt, es krim dan milkshake. Keberadaan produk olahan susu menjadi bisnis yang menjanjikan, mengingat semakin banyaknya permintaan dari konsumen atau dalam hal ini pasar yang ada di Sangata.

Harapan kedepan KPC dapat mengoptimalkan lahan yang ada untuk bidang agribisnis pengembangan sapi perah. Semoga keberadaan KPC memacu perusahaan tambang lainnya khususnya masyarakat yang berada di dataran rendah untuk pengembangan sapi perah. Akhirnya sapi perah dapat merata diseluruh kawasan Indonesia. Aamiin nFBR

eKsistensi peternAKAn sApi perAh di lAhAn pAsCA tAMBAngOleh : Ni Wayan Diah dan Ian Sopian Kasi Sumber Daya Kesehatan Hewan di Dit. Kesehatan Hewan dan Pengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan

Produksi Ternak

Inovasi terus dilakukan demi eksistensi peternakan sapi perah di dataran rendah terutama dilahan ex-pasca tambang, menjaga suhu dan pengawasan yang kontinyu akan mampu meningkatkan produksi yang baik dan menguntungkan. Berbagai upaya terus dilakukan demi tercapainya kemandirian masyarakat dengan menjadikan kawasan ramah lingkungan yang bermanfaat, melalui pengembangan sapi perah bernuansa agribisnis.

Page 22: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

20 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) sebagai wadah dan bentuk kerjasama para sarjana peternakan di Indonesia memiliki tujuan untuk memajukan, mengembangkan dan mengamalkan ilmunya dalam pembangunan nasional. ISPI

merupakan rumah besar bagi para sarjana peternakan untuk berdialog, bersosialisasi, dan berinteraksi sehingga dapat mengembangkan keahlian dan potensi setiap anggotanya. Saat ini para sarjana peternakan sudah mendarma baktikan daya dan karyanya di berbagai sektor, baik di lembaga akademisi, pemerintahan, swasta, BUMN, wirausaha, lembaga keuangan maupun legislatif, serta media. Hal ini menunjukan bahwa Sarjana Peternakan bisa dan mampu berkiprah di semua lini dan sektor. Sebagai Organisasi Profesi ISPI selalu terpanggil untuk menjadi mitra positif, inspiratif, konstruktif serta kritis kepada pemerintah dalam mengemban amanah pembangunan peternakan yang mampu menjawab tantangan masa kini dalam mewujudkan keberdaulatan di bidang pangan serta merubah paradigma beternak tradisional menjadi industri yang mempunyai posisi tawar di lembaga keuangan secara mandiri.

ISPI mampu menjawab tantangan dan kebutuhan dunia peternakan di era melenial dan revolusi industri 4.0 yang dinamis serta menuntut peka dalam perannya sebagai stakeholder

pembangunan peternakan tanpa mengesampingkan dasar kajian secara ilmiah.

Pasca Kongres ke-XII di Malang - Jawa Timur pada akhir tahun 2018, ISPI merapatkan barisan antar anggotanya dengan melakukan pelantikan kepengurusan dan mengadakan Rapat Koordinasi antar bidang dan kelembagaan. Pada tanggal 23 Januari 2019 di Gedung Pusat Informasi Agribisnis Kementerian Pertanian dilaksanakan pelantikan Pengurus Besar Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (PB ISPI) periode 2018-2022, yang dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Dewan Pertimbangan Organisasi, dan Dewan Pakar ISPI.

Ketua Umum ISPI periode 2018-2022 Ir. Didiek Purwanto dalam sambutannya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada sarjana peternakan yang telah bersedia mendedikasikan segala daya yang dimiliki untuk berperan aktif dikepengurusan PB ISPI periode 2018-2022. Kiranya dedikasi serta sumbangsihnya bermanfaat bagi kemajuan peternakan Indonesia serta mampu mengangkat derajat para peternak yang tersebar di seluruh pelosok tanah air menjadi tuan rumah dinegerinya sendiri. Semua jajaran pengurus yang telah dilantik untuk bersama-

Oleh : Maria Flora Butarbutar, S.Pt Pengawas Bibit Ternak di Dit. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan

ispi ruMAh BesAr BAgi sArJAnA peternAKAn

Laporan

Page 23: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 21

sama meningkatkan pembangunan peternakan Indonesia dalam menyongsong era revolusi industri 4.0.

Pada acara tersebut Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ir. Sugiono, MP menyampaikan sambutan yang mewakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan mengajak insan peternakan melalui ISPI untuk saling bahu membahu bersama pemerintah dan para stakeholder peternakan lainnya guna mendukung pembangunan kemandirian pangan asal ternak. ISPI harus mampu mengambil beragam peran untuk meningkatkan pembangunan subsektor peternakan secara umum.  Keanggotaan ISPI yang berasal dari berbagai elemen, seperti akademisi, birokrasi, dan praktisi pelaku usaha di berbagai komoditi yakni sapi, kambing domba, unggas, pakan dan sarana produksi peternakan, dapat saling bersinergi antar elemen tersebut. Guna meningkatkan pemenuhan konsumsi daging ternak lokal selain sapi, Kementerian Pertanian menginiasiasi program   Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (BEKERJA). Tahun 2019, Kementan akan mendistribusikan 20 juta ekor unggas jenis ayam dan itik bagi 400.000 rumah tangga miskin pertanian (RTMP). Dibanding target tahun 2018, terjadi kenaikan 100%. Realisasi tahun 2018 adalah 6 juta ekor dengan target 120.000 RTMP. Melalui program ini, Kementan berkeinginan untuk meningkatkan produksi ayam lokal yang total populasinya baru sekitar 300 juta ekor. Dibanding dengan populasi ayam broiler yang mencapai 62 juta ekor per minggu. Dan kegiatan ini akan dievaluasi paling tidak selama tiga tahun program BEKERJA.

Pada kesempatan acara ini Ir. Syukur Iwantoro, MS, MBA. – Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian memberikan arahan pada pengurus ISPI yang baru. Berharap agar ISPI dapat menjadi katalisator, dapat mempertemukan lembaga sertifikasi kompetensi dengan perguruan tinggi, sehingga lulusan sarjana peternakan dapat segera berkarya. Dan ISPI dapat melebur dengan lembaga terkait, guna memberikan kontribusi dalam pembangunan peternakan. ISPI harus dapat menghilangkan sekat-sekat dan berkolaborasi dengan lembaga terkait untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan peternakan. ISPI agar membangun koperasi, namun tujuannya bukan hanya untuk berorientasi profit. Melalui koperasi, anggota ISPI dapat berperan konkrit memotong mata rantai niaga produk ternak sehingga konsumennya minimal anggota ISPI dapat membelinya dengan harga murah.

ISPI  akan terus berjuang  memajukan peternakan di Indonesia dan menjadi mitra bagi pemerintah dalam meningkatkan konsumsi protein hewani. nFBR

Susunan pengurus ISPI periode 2018-2022

Ketua Umum : Didiek Purwanto Ketua I : Dr. Soeharsono, S.Pt., M.Si Ketua II : Ir. Sugiono, MP Ketua III : Ir. Suaedi Sunanto Ketua IV : Ir. Robi Agustiar, S.Pt., IPM

Sekretaris Jenderal : Joko Susilo S.Pt., Wakil Sekjen I : Ismatullah Salim S.Pt., Wakil Sekjen II : Andang Indarto S.Pt., Bendahara Umum : Idha Susanti S.Pt., MM., Wakil Bendahara : Christine Septriansyah S.Pt.,

1. Bidang Kajian Ilmiah & Pembinaan Profesi2. Advokasi, Hukum & Kajian Kebijakan3. Keanggotaan, Pembinaan Cabang &

Pengembangan Usaha4. Hubungan Antar Organisasi & Kelembagaan5. IT & Media6. Wilayah : Pullau Kalimantan, Pulau Sumatera,

Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Pulau Papua & Maluku, Pulau Bali, NTT & NTB.

ISPI mampu menjawab tantangan dan kebutuhan dunia peternakan di era melenial dan

revolusi industri 4.0 yang dinamis serta menuntut peka dalam

perannya sebagai stakeholder pembangunan peternakan tanpa mengesampingkan dasar kajian

secara ilmiah.

Laporan

Page 24: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

22 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

peluAng peningKAtAn potensi genetiK sApi perAnAKAn ongoleOleh : Harry Chakra M Pengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Pengembangan peternakan sapi potong memiliki banyak tahapan yang dilalui dan setiap tahapan itu harus dikelola dengan baik agar berhasil. Peternak perlu proaktif dan selalu mencari peluang

peningkatan di setiap tahap produksi. Aspek yang penting untuk diperhatikan adalah nutrisi, reproduksi, kesehatan, dan manajemen pemeliharaan serta aspek genetik. Aspek genetik merupakan aspek lainnya yang tidak terlihat secara fisik namun memiliki peran dalam meningkatkan produktivitas sapi potong khususnya sapi Peranakan Ongole (PO) di masa yang akan datang.

Peternak sapi PO mungkin membayangkan bahwa aspek ini sulit dilakukan dan memerlukan teknologi serta biaya yang tinggi. Mungkin untuk taraf penelitian memang seperti yang dibayangkan, dan membutuhkan kemampuan pengolahan data, menganalisa data dan menyimpulkannya menjadi sebuah informasi teknis yang baik, namun ada sisi lain yang dapat disederhanakan dan dilakukan oleh peternak dalam upaya meningkatkan potensi genetik sapi PO ini.

Semua yang terlihat dari penampilan (performa) sapi PO dikendalikan oleh kode genetik tertentu, diantaranya pertambahan bobot badan, sifat reproduksi, efesiensi pakan, lama hidup, kemampuan beranak, dan resistensi terhadap penyakit tertentu. Penampilan fisik ternak sapi PO atau dikenal sebagai fenotipik tersebut dimunculkan dari potensi genetik dan lingkungan serta interaksi antara keduanya, maka memungkinkan bagi peternak untuk memodifikasi penampilan ternaknya menjadi lebih baik.

Pertanyaan yang harus dijawab peternak sapi PO terkait dengan peningkatan genetik ternak, yaitu Apa pentingnya memahami genetik pada ternak? Jika setiap aspek dari penampilan sapi perah berada dibawah kontrol kode genetik tertentu, adakah cara agar mendapatkan manfaat dari informasi genetik tersebut?

Pentingnya Genetik TernakJawaban untuk pertanyaan pertama, adalah pemahaman

genetik hanya menjadi penting apabila peternak menginginkan peningkatan penampilan (performa) ternak sapi PO di masa depan dan bukan hal yang secara instan membuat ternak menjadi lebih baik dengan waktu yang pendek. Apabila peternak menginginkan sapi-sapi dara yang akan dijadikan pengganti bagi sapi betina tidak produktif, memiliki penampilan produksi yang lebih baik, maka kesabaran dan komitmen dalam melakukan pencatatan produksi dan reproduksi ternak yang dipeliharanya akan menjadi suatu hal yang mutlak dilakukan.

Perubahan dan peningkatan mutu genetik ternak pengganti (Replacement stock) terjadi saat penentuan tetua untuk generasi selanjutnya berdasarkan sifat genetik yang diharapkan mampu meningkatkan produksi ternak-ternaknya. Peternak perlu memahami kebutuhan di peternakannya terlebih dahulu baru menetapkan sifat genetik yang diharapkan untuk dikembangkan.

Data bobot sapi PO (lahir, sapih, dan dewasa), ukuran tubuh (panjang badan, tinggi badan dan lebar dada), serta sifat reproduksi (nilai service/conception (S/C), jarak beranak, dan nilai libido pejantan) akan memberikan informasi berharga bagi peternak. Informasi ini tentunya didapatkan melalui serangkaian kegiatan pencatatan/rekording yang berkelanjutan dan terarah dengan penuh kesadaran. Peternak perlu terlebih dahulu memahami arti penting melakukan pencatatan bagi kemajuan usaha peternakan sapi PO-nya dimasa yang akan datang, dengan demikian peternak dapat menetapkan seleksi genetik terhadap pejantan dan betina yang akan menjadi tetua bagi sapi-sapi dara pengganti untuk generasi selanjutnya. Kegiatan pencatatan dan seleksi tersebut dapat dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan peternak dan sasaran yang ingin di capai melalui kegiatan tersebut.

Potensi Perbibitan

Page 25: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 23

Memanfaatkan Informasi Genetik Seperti yang telah diketahui sebelumnya, bahwa penampilan

ternak dimunculkan dari potensi genetik, lingkungan, dan interaksi keduanya. Sehingga Informasi terhadap potensi genetik dan lingkungan perlu dicatat dan dipahami oleh peternak. Potensi genetik yang mudah terlihat dan dicatat peternak adalah ukuran tubuh (panjang badan, tinggi pundak dan lebar dada), sedangkan mengenai lingkungan seperti perkandangan dan pola pemeliharaan (seperti pemberian pakan, obat-obatan dan manajemen pemerahan) belum tersentuh oleh pencatatan.

Peran lingkungan dalam memunculkan potensi genetik ternak sangat besar. Pola pemeliharaan dalam pemberian pakan, ternak dengan potensi genetik yang sama baiknya namun dipelihara dengan pola pemberian pakan yang berbeda maka hasil produksi anakan akan berbeda, selang beranaknya akan berbeda dan hasil yang diperoleh secara ekonomi juga akan berbeda.

Ternak yang diberikan pakan dengan nutrisi yang cukup tentunya akan lebih baik dibandingkan dengan ternak yang diberikan pakan dengan kekurangan nutrisi. Kondisi seperti ini harus dipahami terkebih dahulu oleh peternak apabila ingin melakuan peningkatan potensi genetik ternaknya. Sehingga informasi mengenai lingkungan yang sesuai dengan kondisi spesifik peternakan sapi PO perlu dikumpulkan dan dipahami secara baik oleh peternak. Karena mungkin saja, informasi-inormasi tersebut antara satu peternakan dengan peternakan lain berbeda.

Pada umumnya informasi genetik berupa ukuran tubuh dijadikan acuan dalam menyeleksi ternak sapi PO dibandingkan paremeter seleksi lainnya seperti bobot badan. Hal ini karena pengumpulan data mengenai ukuran tubuh lebih mudah diperoleh dengan peralatan yang sederhana di peternak rakyat dibandingkan data bobot badan yang memerlukan timbangan digital. Kemudahan lainnya adalah data ukuran tubuh sapi PO dapat dikumpulkan secara real time dibandingkan dengan parameter pertambahan bobot badan dan apabila memerlukan acuan standar baku ukuran tubuh, sapi PO ini telah telah memiliki standar bibit yaitu SNI 7356-2008 tentang Bibit sapi Peranakan Ongole (PO).

Apa yang dilakukan Peternak dengan data ukuran tubuh tersebut?. Sebagai ilustrasi sederhanya sebagai berikut. Di peternakan milik Pak A terdapat 5 ekor sapi PO jantan dengan umur antara 18-24 bulan, dengan pemberian pakan yang cukup dan air ad libitum. Saat dilakukan pengukuran pada sapi-sapi tersebut terhadap tinggi pundak diperoleh data sebagai berikut: Sapi A (128 cm); Sapi B (123 cm); Sapi C (124 cm); Sapi D (126 cm); dan Sapi E (121 cm). Langkah yang perlu dilakukan oleh peternak tersebut adalah membuat nilai rata-rata dan kemudian membandingkannya dengan nilai di masing-masing sapi dan standar yang ada. Diagram batang berikut yang menunjukkan nilai tinggi pundak, nilai rata-rata dan nilai dalam standar sapi PO.

Berdasarkan diagram tersebut, maka terlihat ada dua ekor sapi yang produksinya berada di bawah nilai rata-rata dan juga nilai SNI, yakni Sapi B dan Sapi E. Informasi ini tentunya dapat dijadikan dasar bagi peternak untuk melakukan penyingkiran (culling) bagi ternak tersebut, dan menggantinya dengan ternak pejantan lain yang memiliki nilai tinggi pundak di atas rataan dan/atau SNI. Sapi pejantan yang baik tersebut (sapi A, sapi C dan sapi D) perlu dilihat juga berasal dari induk yang mana dan menggunakan semen pejantan yang mana. Hal tersebut penting agar silsilah yang baik tersebut dapat terus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Dampak seleksi tersebut dapat ditingkatkan apabila seleksi yang dilakukan menggunakan nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan SNI. Ilustrasi tersebut tentunya memberikan gambaran bahwa data yang diolah menjadi informasi dapat memberikan nilai tambah bagi peningkatan mutu genetik di suatu peternakan dan bisa dilakukan oleh peternak.

Peluang Peningkatan Genetik Peluang peningkatan genetik sapi PO dari level peternak

masih besar. Hal tersebut didukung dengan program peningkatan mutu genetik sapi PO melalui kegiatan Uji performa dan program sapi POGASI (PO hasil Seleksi) yang dilakukan oleh Loka Penelitian Sapi Potong Grati Jawa Timur. Sapi POGASI diseleksi secara intensif sejak tahun 2014 terhadap pakan tinggi serat kasar seperti jerami. Harapannya apabila telah dilepaskan maka sapi POGASI ini akan berdampak baik di masyarakat peternak.

Negara-negara yang maju di industri sapi potong, tentu melewati fase sebagaimana negara Indonesia sekarang ini. Namun dengan sedikit mengubah cara pandang beternak sapi perah yang berintegrasi dengan penerapan sistem seleksi genetik melalui kontinuitas pencatatan dan terarah sesuai sasaran, maka negara kita ini akan mampu memajukan peternakan sapi PO yang merupakan sapi Lokal Indonesia. Marilah mencatat…. Mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang….. nFBR

Potensi Perbibitan

Page 26: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

24 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Salah satu sarana yang penting dan strategis untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil penyediaan pangan

asal ternak yang berdaya saing tinggi adalah kontinyuitas ketersediaan bibit ternak, namun ketersediaan bibit ternak dalam jumlah yang banyak dan bermutu tinggi masih belum optimal, untuk itu perlu upaya agar jumlah dan mutu (kualitas) ternak meningkat lebih baik, dengan cara memperbanyak bibit ternak yang sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), Persyaratan Teknis Minimal (PTM) atau sesuai Standar Daerah.

Kenyataan dilapangan pelaku usaha peternakan belum semua dapat melaksanakan proses produksi sesuai dengan Good Breeding Practices (GBP) dan sistem manajemen mutu, hal ini terlihat dari pola pembibitan dan pemeliharan ternak yang dilaksanakan oleh pelaku usaha (perusahaan) masih bersifat pengembangan (penggemukan saja) sedangkan peternakan rakyat

yang masih bersifat tradisonal. Hal ini di sebabkan masyarakat (peternak) belum memahami bagaimana cara penerapan pembibitan yang baik, disamping itu masyrakat juga belum menyadari akan pentingnya pola pembibitan untuk menghasilkan bibit yang berkualitas baik

Disisi lain ,masyarakat juga semakin sadar akan potensi bibit ternak dan kebutuhan masyarakat akan bibit yang sesuai standar semakin meningkat. Atas dasar hal tersebut, maka diperlukan langkah-langkah atau Cara lain untuk melihat kesesuaian bibit ternak yang beredar dimasyarakat dengan standar (SNI/PTM/Standar Daerah) adalah dengan mengupayakan penerbitan Surat Keterangan Layak Bibit Ternak. Surat keterangan tersebut diterbitkan setelah menilai kesesuaian produk bibit ternak terhadap standar (SNI/PTM/Standar Daerah) yang telah ada.. SKLB merupakan suatu jaminan tertulis bahwa ternak tersebut telah sesuai

dengan standar (SNI/PTM/Standar Daerah) yang telah ditetapkan.

Pelaku usaha/pembibit, sebelum mengajukan SKLB, perlu mengetahui terlebih dahulu apa saja standar-standar penilaian untuk tingkat keunggulan performa ternak, sesuai dengan SNI/PTM/Standar Daerah, kemudian mengajukan ke Dinas terkait, kemudian oleh Kepala Dinas membentuk tim penilai yang akan melakukan pemeriksaan dan penilaian ternak sesuai dengan standar. Berdasarkan rekomendasi tim penilai, Kepala Dinas memutuskan akan menerbitkan SKLB Ternak. Setelah SKLB diterbitkan, kemudian dinas Kab/kota/provinsi merekapitulasi ternak yang telah diberikan SKLB, dan disampaikan ke Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Cq. Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak. Bibit Ternak yang beredar dimasyarakat diupayakan memiliki Surat Keterangan Layak Bibit Ternak, dari dinas terkait yang berwenang mengeluarkan SKLB.

Bitopinia

SURAT KETERANGAN LAYAK BIBITDIWILAYAH SUMBER BIBITOleh : Elma Rohliharni S dan Sinta Poetri Pengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Page 27: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 25

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan mengamanahkan pada Pasal 13 Ayat (4) setiap benih/bibit yang beredar wajib memiliki sertifikat layak bibit yang memuat keterangan mengenai silsilah dan ciri-ciri keunggulan tertentu dan Ayat (5) Sertifikat dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi yang terakreditasi atau ditunjuk oleh Menteri Pertanian. Saat ini, lembaga sertifikasi tersebut telah ada di Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yaitu Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) Benih dan Bibit Ternak, dan sudah terakrediatsi oleh KAN. Dalam melaksanakan sertifikasi, LSPro Benih dan Bibit Ternak menilai kesesuaian produk berdasarkan sistem manajemen mutu sesuai ISO 9001:2008 dan SNI. Akan tetapi Kondisi saat ini menunjukkan belum semua pelaku usaha dapat memenuhi persyaratan untuk mensertifikasikan produknya ke LSPro.

Surat keterangan layak bibit diharapkan dapat menjadi awal proses sertifikasi, setelah melalui pembinaan terhadap pelaku usaha kearah pembibitan secara terus menerus. Oleh karena itu, penerbitan Surat Keterangan Layak Bibit Ternak yang dikeluarkan oleh Dinas ProvinsiKabupaten/Kota yang membidangi fungsi peternakan sebagai instansi yang berwenang harus dapat dilaksanakan secara efektif, terarah dan berkelanjutan dalam rangka peningkatan mutu bibit.

Terkait dengan Surat Keterangan Layak Bibit di Wilayah Sumber Bibit..upaya yang dilakukan melalui pembinaan/sosialisasi dan pembentukan wilayah sumber bibit, mengacu pada peraturan Menteri Pertanian dengan Nomor: 64/

Permentan/OT.140/11/2012 Tentang Pewilayahan Sumber Bibit. Aspek utama dalam mengelola wilayah sumber bibit adalah program pemuliaan yang dilaksanakan dan implementasi pedoman pembibitan ternak yang baik (GBP) untuk menjadikan wilayah terpilih sebagai wilayah sumber bibit. Wilayah sumber bibit adalah suatu wilayah agroekosistem yang tidak dibatasi oleh wilayah administratif pemerintahan dan mempunyai potensi untuk pengembangan bibit dari jenis, rumpun, atau galur ternak tertentu. Dengan adanya pewilayahan sumber bibit antara lain untuk membentuk wilayah/daerah pemurnian ternak asli/lokal Indonesia. Untuk itu bibit yang dihasilkan harus dibuktikan melalui surat keterangan yang dikeluarkan oleh Dinas Daerah salah satunya adalah SKLB atau sertifikat bibit yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi terkait yang sudah terkareditas, sehingga ternak asli/lokal Indonesia dapat lestari. Fasilitasi pemerintah ini sebagai perwujudan sekaligus  menjamin ketersediaan bibit ternak baik secara jumlah maupun mutu.

Sampai saat ini Kementerian Pertanian telah menetapkan 15 wilayah sumber bibit yang berada di 14 (empat belas) kabupaten di Indonesia.Langkah ini sebagai perwujudan sekaligus  menjamin ketersediaan bibit ternak baik secara jumlah maupun mutu. Dari 15 wilayah sumber bibit tersebut, empat wilayah diantaranya ditetapkan sebagai sumber bibit sapi Bali, yaitu Kabupaten Konawe Selatan, Barru, Klungkung (Nusa Penida) dan Kabupaten Barito Kuala; Sumber bibit Sapi PO yaitu Bojonegoro, Kebumen, Gunung Kidul, dan Lampung Selatan; Sumber bibit Sapi Madura di Pamekasan; sumber Bibit sapi Japres di Brebes; Sumber bibit Domba di

Garut dan banjar negara; Sumber bibit Kambing yaitu Banjarnegara, banyumas, Purworejo dan Sumber bibit itik Alabio di Kab. HSU;

Kendala dalam penerapan SKLB belum adanya pengawasan secara kontinu oleh dinas terkait, oleh karena itu perlu adanya pembinaan pemerintah secara berkelanjutan kepada pelaku usaha/perusahaan/ peternak yang telah mendapatkan SKLB ternaknya, sehingga dapat meningkatkan ternak bibit yang lebih banyak jumlahnya. Dari beberapa wilayah sumber bibit tersebut, belum optimal memperoleh SKLB hal ini dimungkinan karena proses produksi bibit yang belum maksimal dalam menerapkan sistem Pola pembibitan yang baik sesuai GBP, yang mana seharusnya Wilayah Sumber Bibit mampu menghasilkan ternak ber-SKLB. Serta perlu komitmen dari pemerintah untuk melaksanakan pembinaan dalam hal ternak yang ber SKLB demi peningkatan daya saing kualitas ternak tersebut. Selain itu juga pembinaan kepada kelompok-kelompok pembibit di wilayah sumber bibit harus terus dilaksanakan agar kelompok tersebut dapat diarahkan untuk sertifikasi ternaknya, sebagaimana perkumpulan kelompok di Kabupaten Kebumen memperoleh sertifikat LSPro.

Akhirnya…...peran “Surat Keterangan Layak Bibit” diharapkan mampu menjamin ketersediaan bibit ternak (di Wilayah Sumber Bibit) yang baik dan sesuai standar.Serta Pengawas Bibit Ternak yang merupakan bagian dari tim pemeriksa dan penilai untuk lebih meningkatkan kompetensinya dan bekerja secara professional dan bertanggungjawab dalam ketersediaan bibit ternak berkualitas. nYMY

Bitopinia

Page 28: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

26 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Indonesia merupakan salah satu negara yang berisiko tinggi terhadap ancaman bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, erupsi

gunung berapi dan pergerakan tanah. Secara umum faktor utama penyebab banyaknya korban jiwa, kerusakan dan kerugian yang timbul akibat bencana dikarenakan masih kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat serta pelaku pengelola sumber daya hayati dan lingkungan terhadap risiko bencana di wilayahnya. Salah satu korban yang terdampak bencana alam adalah hewan baik berupa hewan liar, binatang kesayangan maupun ternak yang seringkali tidak terurus oleh pemiliknya.

Sama halnya dengan korban manusia, korban hewan pun memerlukan penanganan yang layak dengan memperhatikan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan. Penerapan kesejahteraan hewan dilakukan dengan menerapkan 5 (lima) prinsip kebebasan hewan yaitu bebas: (1) rasa lapar dan haus; (2) rasa sakit, cidera, dan penyakit; (3) dari ketidaknyamanan, penganiayaan, dan penyalahgunaan; (4) rasa takut dan tertekan; dan (5) untuk mengekspresikan perilaku alaminya. Penanganan hewan korban bencana alam, secara garis besar terbagi menjadi 3 yaitu pada saat evakuasi, penanganan

di lokasi penampungan sementara serta tindakan pemotongan atau pembunuhan (euthanasia).

Evakuasi Hewan

Evakuasi hewan dilakukan terhadap hewan sehat dan hewan sakit yang masih mungkin disembuhkan yang berada pada lokasi bencana alam. Pelaksanaan evakuasi menggunakan kendaraan pengangkut hewan dan dilakukan oleh petugas evakuasi dibawah pengawasan dokter hewan atau orang yang memiliki kompetensi dibidang kesejahteraan hewan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam evakuasi hewan adalah persyaratan alat angkut; sarana loading/unloading yang didesain dengan baik; jalan dan jalur kendaraan yang aman; dan lebih diutamakan perjalanan malam hari untuk mengurangi stress atau efek samping dari rangsangan eksternal lainnya.

Beberapa persyaratan alat angkut: (1) memiliki desain dan partisi/penyekat yang terbuat dari bahan yang tidak menyakiti, melukai, dan/atau mengakibatkan stres; (2) memiliki atap, bagian kendaraan harus bebas dari benda tajam yang dapat melukai hewan; (3) memiliki ventilasi dan pencahayaan yang cukup; (4) bersih dan kuat; (5)

hewan dapat bergerak, dan terlindung dari cuaca yang ekstrim; (6) kapasitas sesuai dengan jenis dan jumlah hewan; dan (7) lantai atau alas tidak licin, mudah dibersihkan dan didesinfeksi. Khusus untuk kendaraan pengangkut kambing atau domba, dirancang maksimal 2 (dua) tingkat dengan ketinggian yang cukup untuk memungkinkan hewan dapat berdiri dengan normal.

Persyaratan sarana naik/turun hewan (loading/unloading): (1) memiliki desain sedemikian rupa, dengan sudut kemiringan maksimal 30 derajat sehingga tidak ada celah antara sarana penurunan dengan kendaraan dan tidak ada penghalang yang menghalangi hewan untuk naik/turun; (2) memiliki pagar pembatas yang kuat dan lantai yang tidak licin untuk menghindari hewan dari jatuh dan terpeleset saat penurunan. Apabila tidak tersedia loading/unloading dapat menggunakan gundukan pasir atau tanah untuk mengurangi jarak ketinggian antara permukaan tanah dengan transportasi sehingga hewan merasa nyaman pada saat naik/turun dari kendaraan transportasi.

Penanganan Hewan di Tempat Penampungan Sementara

Tempat penampungan sementara harus : (1) berada di lokasi yang aman,

Oleh: Abdul Karnaen *)Medik Veteriner di Dit. Kesehatan Masyarakat Veteriner

penAngAnAn heWAn di loKAsi BenCAnA AlAM sesuAi AspeK KeseJAhterAAn heWAn

COLOR

Bitopinia

Page 29: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 27

dan tidak mengganggu ketertiban umum; (2) tersedia fasilitas air bersih, pakan dan obat-obatan; (3) memiliki desain dan terbuat dari bahan yang tidak menyakiti, melukai, dan/atau mengakibatkan stres; (4) memiliki luas yang sesuai dengan jumlah dan jenis hewan yang ditampung; (5) bersih, kering, dan mampu melindungi hewan dari panas matahari dan hujan; (6) memiliki lantai atau alas kandang yang tidak licin dan mudah dibersihkan; (7) tersedia tempat penampungan untuk hewan sehat yang terpisah dari hewan sakit atau cidera; (8) dilengkapi dengan fasilitas penanganan limbah; dan (9) mudah diakses oleh tenaga relawan dan tenaga kesehatan hewan.

Disamping itu dalam penanganannya perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu : (1) memisahkan hewan berdasarkan jenisnya; (2) memeriksa kondisi hewan apabila terdapat hewan yang sakit, cacat atau pincang dan dipisahkan; (3) pemisahan hewan agresif dari hewan lainnya; (4) tidak menggunakan kekerasan, suara berlebihan yang dapat membuat hewan panik dan stres ketika mengendalikan hewan; (5) tidak menggunakan alat pengendali yang akan melukai hewan; (6) jika hewan diikat dengan tali, tali yang digunakan dibuat dari bahan yang tidak melukai hewan; (7) panjang tali cukup dan memadai; (8) menyediakan dan memberikan pakan dan minum dengan kuantitas dan kualitas yang cukup; dan (9) membersihkan kandang setiap hari.

Pemotongan dan Pembunuhan (Euthanasia)

Pemotongan dan pembunuhan (euthanasia) hewan dilakukan terhadap hewan yang: (1) tidak mungkin diselamatkan jiwanya; dan (2) perlu dihentikan penderitaannya. Pemotongan hewan dilakukan terhadap hewan yang dagingnya dapat

dimanfaatkan untuk konsumsi manusia, sedangkan pembunuhan (euthanasia) hewan dilakukan terhadap hewan yang dagingnya tidak dikonsumsi, dan dibawah pengawasan dokter hewan. Sarana dan peralatan yang digunakan harus bersih, mudah didesinfeksi, memperhatikan aspek kesejahteraan hewan, tersedia sumber air bersih dalam jumlah cukup untuk membersihkan sarana dan peralatan;

Pada pemotongan hewan harus memperhatikan: (1) pemotongan dilakukan oleh Juru Sembelih Halal dibawah pengawasan petugas berwenang/dokter hewan; (2) penanganan hewan sebelum disembelih dilakukan dengan cara yang baik, tidak menyeret, menarik paksa ekor/anggota bagian badan lainnya; (3) perobohan hewan sebelum penyembelihan menggunakan metode yang benar oleh petugas terlatih; (4) penyembelihan dilakukan segera setelah ternak dirobohkan; (5) pastikan hewan mati sempurna sebelum penanganan selanjutnya (memastikan tidak adanya reflek kornea mata, hilangnya pernafasan ritmik, dan terhentinya pancaran darah).

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembunuhan (euthanasia) : (1) dilakukan terhadap hewan berpenyakit yang tidak dapat disembuhkan atau terhadap ternak dengan cidera berat untuk menyudahi rasa sakit dan juga akibat kejadian darurat atau bencana alam; (2) dalam Kondisi Darurat dilakukan dengan prosedur yang memenuhi aspek kesejateraan hewan, dibawah pengawasan petugas berwenang/dokter hewan; (3) limbah dan bangkai harus ditangani dengan baik untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan sekitarnya. nNS

COLOR COLOR

Bitopinia

Page 30: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

28 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

SDM Perbibitan

Oleh: Bagus Pancaputra Arsiparis di Biro Keuangan dan Perlengkapan

Ada pertanyaan yang kerap muncul mengenai bagaimana mengetahui beban kerja suatu

pekerjaan yang dipikul seseorang. Sementara kemampuan seseorang menyelesaikan pekerjaan dengan orang lain belum tentu sama. Logika ini menimbulkan anggapan perlunya membuat standar kerja yang memuat prosedur kerja dan hasil kerja tertentu.

Standar kerja yang dibuat dalam Standard Operating Procedure (SOP) dapat dipedomani seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan dengan hasil kerja yang relative sama. Namun demikian, dengan berpegang pada SOP yang sama, belum tentu setiap orang yang melaksanakan dapat menyelesaikan satu pekerjaan dalam tempo yang sama. Sehingga dalam menyelesaikan satu jenis pekerjaan yang sama si Anu membutuhkan waktu penyelesaian lebih cepat dari pada siBedu, sedangkan si Cumiter nyata lebih cepat dari pada si Anu. Human is not robot. Begitulah kira-kira.

Guna melengkapi standar kerja diperlukan satu tolok ukur tertentu agar waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan memperoleh hasil yang sama. Dengan demikian standar kerja perlu dibatasi dengan memberikan dasar norma waktu dalam menghasilkan kerja tertentu.

Norma waktu secara umum dapat diartikan sebagai satu satuan

waktu yang dipergunakan untuk mengukur berapa hasil yang dapat diperoleh. Merunut asal katanya, maka norma dimaksudkan sebagai seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya. Ada/tidaknya norma diperkirakan mempunyai dampak dan pengaruh atas bagaimana seseorang berperilaku. Berkaitan dengan pegawai, maka norma diperlukan sebagai pegangan pegawai dalam bertindak/me-laksanakan tugas. Sedangkan waktu atau masa menurut KBBI adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bias merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Pengertian waktu ini dikaitkan dengan penyelesaian satu pekerjaan mesti ada awal dan ada akhir. Norma waktu sebagai idiom dapat disimpulkan sebagai suatu kaidah atau aturan yang diterapkan dari lama berlangsungnya suatu rangkaian proses kerja dari awal sampai akhir.

Secara lugas pemahaman norma waktu bagi Pegawai Negeri Sipil dimuat dalam Perka BKN No 19 tahun 2011 tentang Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil bahwa Norma Waktu adalah standar kemampuan rata-rata pegawai dalam menyelesaikan tugas yang diukur berdasarkan satuan waktu.

Pengetahuan mengenai norma waktu dari satu pekerjaan penting artinya untuk mengetahui beban kerja suatu pekerjaan dari satu jabatan fungsional. Pengetahuan beban kerja satu jabatan penting artinya dalam penentuan kebutuhan pejabat tertentu tersebut dalam satu organisasi pemerintahan. Jadi jangan harap dapat menghitung kebutuhan jabatan fungsional tertentu pada satu organisasi bila belum menentukan norma waktu dari setiap pekerjaan jabatan tersebut.

Norma waktu perlu dibuat sesuai kenyataan (manusiawi) dengan mempertimbangkan rasa keadilan. Mengingat bahwa pejabat fungsional adalah manusia yang memilikil latar belakang dan kemampuan beragam serta ada faktor lain yang mungkin mempengaruhinya. Melalui survey terhadap pekerjaan yang akan ditentukan norma waktunya, maka kesenjangan penetapan norma waktu dan kesesuaian dengan kenyataan dapat dihindari.

Mengetahui standar kerja dibidang pertanian sebenarnya lebih mudah. Kemudahan ini diperoleh lantaran Kementerian Pertanian telah mengeluarkan Permentan No.68 tahun 2014 tentang Peta Fungsi Standardisasi Kompetensi Sumber Daya Manusia Pertanian. Aturan ini dapat dijadikan acuan dalam membuat standar kerja dalam menghasilkan pejabat-pejabat fungsional yang professional, memiliki daya saing dan secara hokum

NoRMA WAKTU KERJA JAbATAN FUNgsIoNAL

COLOR

Page 31: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

SDM Perbibitan

mendapat perlindungan profesi, serta mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Kutipan dari tujuan mulia aturan tersebut kiranya member jalan kelanjutannya berupa SOP.

Permentan no.68/2014 menentukan fungsi kompetensi pada subsector peternakan. Dalam hal pengembangan bibit ternak dapat berfungsi: (1) pemetaan wilayah sumber bibit; (2) pengelolaan produksi bibit; (3) pengelolaan produksi benih; (4) pemindahan (transfer) embrio; (5) pengawasan benih/bibit ternak. Sedangkan dalam hal pelaksanaan budidaya ditentukan fungsi: (1) menganalisis potensi wilayah; dan (2) pengelolaan budidaya.

Mengacu fungsi standar kompetensi sesuai permentan tersebut, maka semestinya ada SOP yang berkaitan dengan fungsi-fungsi tersebut. Semisal, kegiatan mengelola perkandangan dalam melaksanakan fungsi pengelolaan budidaya. Perlu dibuat SOP Pengelolaan Perkandangan

yang mungkin dapat terdiri berbagai macam jenis/type dan peruntukan kandang. Standar ini yang ditentukan norma waktunya secara “adil dan beradab”. Misalnya dalam hal membersihkan satu kandang sapi. Si Anu mampu membersihkan selama 5 menit, si Bedu selama 7 menit, dan si Cumi selama 2 menit. Berdasar data tersebut, maka dapat disepakati bahwa norma waktu membersihkan kandang sapi adalah selama 5 menit (lama rata-rata). Menjadi tidak adil bila si Anu membersihkan kandang sapi selama 5 menit, si Bedu selama 7 menit membersihkan kandang ayam, dan si Cumi selama 2 menit bersihkan kendang kambing. Disepakati tugas membersihkan kandang norma waktunya 5 menit. Simpulan ini tidak adil.

Penentuan norma waktu perlu dilakukan agar penghitungan beban kerja yang mampu ditanggung oleh seorang pejabat fungsional lebih akurat dan sesuai kenyataan.

Jabatan fungsional yang notabene adalah Pegawai Negeri Sipil memiliki kewajiban memenuhi waktu kerja efektif setiap tahunnya. Menurut Perka BKN seorang PNS tidak harus bekerja sepanjang masa dalam karirnya, karena ia cukup bekerja selama 72.000 menit setiap tahunnya. Artinya pegawai tersebut sudah bekerja optimal bila dalam satu hari ia bekerja selama 300 menit atau lima jam.

Jadi kerja seorang wasbitnak, apapun jenjangnya, mulai dari menyiapkan proses produksi bibit/benih ternak sampai dengan menyusun konsep pelaksanaan kebijakan dibidang perbibitan dialokasikan sedemikian rupa sesuai jenjangnya masing-masing dalam tempo 240 hari setiap tahun.

Nah, berdasar cerita sing katini kiranya pertanyaan yang kerap muncul dapat terjawab. Selamat menghitung.

Catatan: Norma waktu erat kaitan dengan teknologi yang digunakan, maka perlu dievaluasi berkala. nFBR

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 29

COLOR COLOR

Page 32: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

30 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Oleh : Ian Sopian dan Dani Kusworo Pengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Pentingnya SertifikaSi ProfeSi Bidang Peternakan

Sektor peternakan di masa mendatang masih mempunyai peranan strategis sebagai pemacu pembangunan ekonomi

nasional. Sektor Ini sangat strategis karena kontribusinya yang nyata bagi 230 juta penduduk Indonesia, penyedia bahan baku industri, peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB), penghasil devisa negara melalui ekspor, penyedia lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Untuk meningkatkan peran sektor peternakan diperlukan sumber daya manusia yang profesional, kreatif, inovatif, dan berwawasan global. Profesionalisme sumberdaya manusia peternakan diperlukan di semua sub sektor.

Secara nasional komoditas peternakan berperan dalam penyediaan protein hewani, selain dapat mencerdaskan kehidupan bangsa juga dapat mendukung perekonomian masyarakat khususnya di pedesaan. Peluang usaha peternakan di Indonesia perlu ditingkatkan, termasuk dukungan kemampuan tenaga kerja bidang peternakan yang berbasis kompetensi perlu ditingkatkan agar dapat berdaya saing.

Tenaga kerja pada sub sektor peternakan di Indonesia cukup banyak dan perlu ditingkatkan kualitasnya. Sebagai salah satu langkah dalam meningkatkan profesionalisme SDM Peternakan yaitu dengan melaksanakan Program Standarisasi dan Sertifikasi Profesi Pertanian. Program ini bertujuan untuk menghasilkan petugas kerja yang profesional, punya daya saing tinggi dan secara hukum mendapat perlindungan profesi, serta mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) menyatakan bahwa kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi dapat menyandingkan,

menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

PETUGAS PETERNAKAN HARUS SERTIFIKASI PROFESI !

Menyadari akan pentingnya SDM Peternakan yang kompeten, maka Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) bersama Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjennakkeswan, mendorong petugas peternakan di Seluruh Indonesia untuk mengikuti sertifikasi profesi Inseminator, petugas PKB, petugas ATR, Sexer DOC, Selektor, Handling Bull, Handling Semen Beku, dan lain-lain. Seorang SDM Peternakan yang ingin meningkatkan dan melegalisasi kompetensinya, dapat mengikuti uji kompetensi dengan mendaftarkan diri ke Lembaga Sertifikasi Profesi yang ada.

Berdasarkan data Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pertanian Kementerian Pertanian sampai saat ini (Februari 2019) telah mensertifikasi sebanyak 11.285 orang. Data kompetensi bidang peternakan dan kesehatan hewan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sejak tahun 2015 yang sudah pernah dilaksanakan diantaranya : Inseminator (1.888 orang), Pemeriksa Kebuntingan (29 orang), Operator Farm Unggas Pedaging (54 orang), Juru Sembelih Halal (337 orang), Butcher (140), Inspektor Ternak Organik (61 orang) dan Paramedik Veteriner (30 orang).

Sertifikasi profesi merupakan proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis objektif melalui uji kompetensi dengan mengacu kepada standar kompetensi kerja (SKKNI). Sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi yang

terakreditasi, merupakan bukti tertulis yang menerangkan bahwa seorang petugas telah menguasai kompetensi kerja sesuai dengan SKKNI Bidang Peternakan yang ada. Disinilah profesi petugas peternakan dapat diberdayakan dan dipertanggungjawabkan.

SKKNI Bidang Peternakan

Sampai saat ini tahun 2019 terdapat 41 SKKNI sektor pertanian di lingkup Kementerian Pertanian (Tanaman pangan, Peternakan, Kesehatan Hewan, Hortikultura, Perkebunan, Pertanian Organik dan Pertanian Umum).

Pada bidang sektor peternakan, terdapat 7 (tujuh) Judul SKKNI yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). Beberapa Judul SKKNI antara lain : bidang perunggasan, produksi ternak, pengembangan bibit ternak, penyembelih hewan halal, pengawasan bibit ternak, pengawasan mutu pakan, dan pemotongan daging (butcher).

Penggunaan SKKNI yang sudah ada masih sangat kurang, oleh karena itu, Direktorat Perbibitan Dan Produksit Ternak melalui Ditjen PKH perlu berkoordinasi dan mendorong Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang ada untuk menambahkan SKKNI Bidang Peternakan kedalam ruang lingkup kegiatannya.

Akhirnya diharapkan agar pasca sertifikasi profesi peternakan dapat menjadi pegangan dalam menghadapi liberalisasi ekonomi global, meningkatkan daya saing di pasar global, karena keterampilan dan keahlian yang telah dilakukan sertifikasi tersebut akan diakui dan diterima keberadaannya. Salah satu manfaat sertifikasi profesi peternakan, dapat menjadikan petugas peternakan yang profesional, untuk terus maju, berkembang, dan dapat turut serta memajukan perbibitan ternak Indonesia. Amiin nYMY

Sumber Daya Manusia yang kompeten, professional dan berdaya saing, menjadi salah satu tantangan yang harus dilalui dan dihadapi bersama. Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) menjadi acuan dalam penyelenggaraan Pendidikan dan pelatihan profesi, uji kompetensi dan sertifikasi profesi. Kompetensi tenaga kerja akan dibuktikan dengan sertifikasi kompetensi yang diperoleh melalui uji sertifikasi kompetensi.

Kebijakan Perbibitan

Page 33: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 31

Kebijakan Perbibitan

MengApA Benih dAn BiBit ternAK hArus MeMiliKi stAndAr Oleh : Dani Kusworo Pengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

SEJARAH

Sejarah standardisasi di Indonesia sudah dimulai sejak 1928. Saat itu dibentuk lembaga bidang standardisasi yang fokus pada penyusunan standar untuk bahan bangunan, alat transportasi dilanjutkan dengan standar instalasi listrik dan persyaratan jaringan distribusi listrik. Tahun 1951 terbentuk Yayasan Dana Normalisasi Indonesia (YDNI) yang mewakili Indonesia menjadi anggota International Electrotechnical Commission (IEC) tahun 1966. Kiprah YDNI berlanjut tahun 1995 saat mewakili Indonesia menjadi anggota International Organization for Standardization (ISO), selanjutnya pemerintah menerbitkan UU No. 10 tahun 1961 yang dikenal dengan nama Undang-Undang Barang pada 1961. Dalam UU tersebut tidak menyebut mengenai standar, namun di dalamnya secara tegas menyatakan hal-hal terkait standar. Tahun 1973, Pemerintah menetapkan Program Pengembangan Sistem Nasional untuk Standardisasi sebagai program prioritas. Tahun 1976 terbentuk Panitia Persiapan Sistem Standardisasi Nasional. Pemerintah kemudian membentuk Dewan Standardisasi Nasional (DSN) pada 1984 dengan tugas pokok menetapkan kebijakan standardisasi, melaksanakan koordinasi dan membina kerjasama di bidang standardisasi nasional.

Sesuai dengan Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1997, Presiden membentuk Badan Standardisasi Nasional yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah dan yang terakhir dengan Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001, merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan tugas pokok mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi di Indonesia. Badan ini menggantikan fungsi dari Dewan Standardisasi Nasional–DSN. Dalam melaksanakan tugasnya Badan Standardisasi Nasional berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional. Salah satu tugasnya menyusun dan menerbitkan Standar Nasional Indonesia.

PENGERTIAN STANDAR

Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang. Memperhatikan terminologi diatas, sangat jelas bahwa peran pemerintah dalam standarisasi di suatu negara sangat kuat.

Memperhatikan pentingnya standar maka penyusunan standar adalah suatu proses yang dikenal dengan proses Standardisasi. Dilihat dari kegiatannya Standardisasi adalah merupakan serangkaian kegiatan perumusan (termasuk revisi), penetapan dan penerapan standar yang dilaksanakan secara tertib dan teratur serta bekerjasama dengan para stakeholder.

Standardisasi benih dan bibit adalah proses spesifikasi teknis benih dan bibit yang dibakukan dan disusun berdasarkan konsensus semua pihak, dengan memerhatikan syarat mutu genetik, syarat kesehatan hewan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk memberi kepastian manfaat yang akan diperoleh.

STANDAR BENIH DAN BIBIT TERNAK

Benih dan bibit ternak merupakan salah satu sarana produksi yang strategis dan sangat berperan dalam meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, sehingga perlu diusahakan agar bibit yang diproduksi dan diedarkan tetap terjamin mutunya, agar benih dan

bibit ternak yang diproduksi dan diedarkan tetap terjamin mutunya perlu disusun standar benih dan bibit. Selain itu benih dan bibit ternak m e r u p a k a n salah satu faktor produksi yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan daging terutama dalam mendukung swasembada daging sapi/kerbau.

Sesuai Amanat Undang-Undang 41 tahun 2014 tentang perubahan atas UU nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan Dan Kesehatan Hewan dan Peraturan Pemerintah 48 tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik dan Perbibitan Ternak, yang mengatur antara lain bahwa benih dan bibit yang beredar harus bersertifikat. Yang dimaksud bersertifikat disini adalah benih dan bibit harus sesuai dengan Standar Nasional indonesia.

Sesuai dengan peraturan yang ditetapkan BSN (Badan Standardisasi Nasional) Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian bahwa standar yang berlaku di Indonesia yaitu SNI, maka tahap demi tahap standar benih atau bibit ternak yang disusun oleh Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak akan diajukan ke BSN untuk mendapat persetujuan menjadi SNI. Sasaran utama dalam pelaksanaan standardisasi, adalah meningkatnya ketersediaan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang mampu memenuhi kebutuhan industri dan perekonomian, guna mendorong daya saing produk dan jasa dalam negeri.

Definisi bibit ternak menurut Undang-Undang no 41 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang no 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan KEsehatan Hewan, adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan. Sifat unggul diartikan pada keunggulan genetik suatu sifat produksi dapat berupa sifat kuantitatif seperti panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada dan lingkar scrotum pada umur tertentu, produksi telur, atau produksi susu, atau sifat kualitatif seperti bentuk tubuh, dan warna tubuh dominan. Ternak dengan kualifikasi bibit tentunya mempunyai komposisi genetik unggul dibanding rata-rata populasi. Kata “mewariskan” menunjukkan potensi genetik yang dikandung oleh seekor ternak yang dapat diwariskan kepada anak-anaknya. Kata persyaratan tertentu merujuk pada persyaratan pada Standar yang ada yaitu Standar Nasional Indonesia.

SNI Benih dan Bibit yang sudah ada berjumlah 37 SNI, terdiri dari SNI Bibit sapi potong, sapi perah, Kerbau, Kambing, domba, Semen Beku, Embrio, DOC, DOD dan babi. Penerapan SNI khususnya untuk ternak ruminansia masih sangat relevan dan bermanfaat, penyusunan SNI sudah disesuaikan dengan kultur dan budaya masyarakat peternakan Indonesia. Parameter yang dipersyaratkan sudah sesuai, parameter seperti Silsilah (tetua), performa tubuh (kualitatif), dan persyaratan kuantitatif seperti Panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada dan lingkar scrotum.

Akhirnya, marilah kita insan perbibitan bersama sama bahu membahu, membangun peternakan di Indonesia dengan mempersiapkan bibit ternak yang sesuai SNI, menjaganya, melestarikannya dan mengembangkannya secara berkelanjutan, sehingga kedepan benih dan bibit yang diproduksi dan beredar sudah sesuai SNI dan swasembada ternak benar benar tercapai. Amiin nYMY

Page 34: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

32 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Populasi sapi perah saat ini berjumlah 550.141 ekor dengan tingkat pertumbuhan populasi sebesar 4-5% pertahun dan berdasarkan buku statistik peternakan 2018 telah terjadi peningkatan produksi susu sebesar

3.300,07 liter/ekor/tahun di tahun 2017 dibandingkan tahun 2014 (2.892,95 liter/ekor/tahun). Namun demikian dengan pertumbuhan populasi sapi perah 8,43% per tahun yang sampai saat ini baru menghasilkan 20% susu segar dalam negeri (SSDN) masih belum mampu mengimbangi pertumbuhan konsumsinya. Untuk mengimbangi pertumbuhan konsumsi susu sapi perah dan untuk pencapaian swasembada susu di tahun 2025 maka secara otomatis dibutuhkan peningkatan produksi susu nasional melalui peningkatan produktifitas individual sapi perah tersebut maupun dengan mendorong peningkatan populasi ternak sapi perah.

Berbagai upaya pemerintah dalan menyediakan bibit sapi perah dan peningkatan produksi (baik mutu maupun jumlah) telah dilakukan, salah satu di antaranya melalui kegiatan Uji Zuriat Sapi Perah Nasional yang telah dimulai sejak tahun 2004. Uji zuriat merupakan pengujian untuk mengetahui potensi genetik calon pejantan melalui produksi susu anak betinanya (Daughter Cow/DC) dan dilakukan untuk menghasilkan bibit pejantan unggul yang telah beradaptasi dengan kondisi agroklimat di Indonesia. Uji zuriat saat ini masih merupakan cara pemilihan pejantan yang popular untuk sapi perah, maka dasar penilaiannya adalah produksi susu anak betinannya, sedangkan untuk sapi potong, maka penilaiannya didasarkan pada performan anaknya, yang berupa pertumbuhannya. Uji zuriat ini menjadi popular disebabkan oleh kecermatan dari pendugaan secara seleksi individu.

Pelaksanaan Uji zuriat sapi perah sudah memasuki periode ketiga, dimana setiap periode terdiri atas beberapa tahap yaitu (1) persiapan, (2) penyiapan ternak unggul, (3) pelaksanaan inseminasi buatan (IB) pejantan unggul pada akseptor, (4) penanganan bakal calon pejantan unggul, (5) penyiapan calon Participated Cow (PC) dan distribusi semen calon pejantan unggul, (6) perkawinan Participated Cow(PC) dan pemeliharaan Daughter Cow (DC), (7) perkawinan pemeriksaaan kebuntingan dan pencatatan produksi susu laktasi pertama DC, dan (8) penentuan pejantan unggul uji zuriat sapi perah nasional.

Pelaksanaan Uji Zuriat periode III ini dilakukan dengan menguji sebanyak tujuh ekor calon pejantan unggul (CPU) yang berasal dari BBIB Singosari (SG Doming, SG Shoty dan SG Glens) dan dari BIB Lembang (Aris, Flate, Flanggo dan Follegan) yang direncanakan akan dilaunching pada akhir 2020. Jumlah pejantan unggul yang telah dihasilkan melalui kegiatan Uji Zuriat ini adalah sebanyak 13 ekor yang terdiri atas periode I sebanyak 4 ekor (Bullionary, Farrel, Filmore dan Formery) dan Periode II sebanyak 9 ekor (Hostromsy, Flaunt, Florean, Fokker, Goldsy, Fortuner, Fervenfil, SG Gabe dan SG Bolton). Ketiga belas pejantan unggul yang dilaunching tersebut

(proven bull) memiliki rataan produksi susu/hari dengan 2 kali pemerahan sebanyak 16,66 kg/hari dengan nilai persentase dari contemporary comparison/Relative Breeding Value-nya sebesar 111,71 %. Kemampuan genetik ternak Uji Zuriat Sapi Perah Nasional yang telah dilaunching sebagaimana terlihat pada Tabel 1.Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa nilai produksi susu di laktasi pertama sebesar 5.080,63 + 1.341,51 kg/laktasi. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan produksi susu laktasi pertama di masyarakat yang berkisar antara 3000 – 4000 kg/laktasi. Nilai tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan mutu genetik sapi perah hasil keturunan dari pejantan-pejantan unggul yang dihasilkan dari program uji zuriat ini.

Peluang peningkatan mutu genetik sapi perah di masyarakat ini menjadi salah satu tujuan kegiatan uji zuriat sapi perah nasional. Dengan meningkatnya produksi susu di masyarakat tentunya akan mendorong peningkatan produksi secara nasional walaupun pertumbuhan populasi sapi perah bergeral lambat. Dampak positif ini terlihat dari besarnya permintaan peternak sapi perah untuk memperoleh semen beku dari proven bull tersebut. Fenomena lain yang terlihat adalah saat ada pejantan unggul baru yang dilaunching maka semen beku pejantan unggul periode sebelumnya menjadi “kurang laku”. Fenomena tersebut menggambarkan tingginya kesadaran masyarakat peternak sapi perah akan pentingnya mutu sapi perah dalam meningkatkan produksi susu.

Dampak positif inilah yang perlu dijadikan dasar agar kebijakan program Uji Zuriat Sapi Perah Nasional ini dapat terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya karena merupakan upaya pendorong peningkatan produksi susu di Indonesia melalui pendekatan peningkatan mutu genetik. Pendekatan mutu genetik ini lebih terasa manfaatnya di masyarakat yang memiliki kepemilikan sapi perah yang sedikit karena terbatasnya biaya untuk menambah ternak. Dengan program ini masyarakat yang kepemilikan sapi perahnya sedikit akan dapat menghasilkan produksi susu yang lebih banyak dengan memelihara sapi dari keturunan pejantan Uji Zuriat. nJMR

DAMPAK KEbIJAKAN UJI ZURIAT sAPI PERAh NAsIoNAL Oleh: Harry Chakra MahendraWasbitnak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

COLOR

Bitopinia

Page 35: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 33

Indonesia merupakan Negara tropis yang membawa banyak keuntungan bagi dunia peternakan namun pada sisi lain mempunyai dampak negatif jika tidak disikapi dengan cermat. Salah satu hal yang

merugikan dari iklim tropis yaitu rentannya kontaminasi jamur pada pakan ternak.

Pada umumnya, kasus timbulnya jamur lebih sering terjadi pada pakan atau bahan pakan ternak unggas yang hampir seratus persen menggunakan konsentrat. Perkembangan spora jamur sangat didukung oleh faktor kondisi lingkungan, seperti udara, kadar air, suhu, cahaya dan kelembaban.

Jamur dapat menghasilkan racun (mikotoksin) yang akan menyebabkan Mikotoksikosis pada ternak yang terinfestasi. Ada 5 (lima) jenis mikotoksin yang berbahaya bagi kesehatan ternak yaitu aflatoksin, fumonisin, okratoksin, trokotesena dan zearalenon. Dari kelima jamur tersebut yang umumnya paling sering menginfeksi ternak adalah jenis aflatoksin. Hal ini diketahui dari sebuah penelitian (Sri Rachmawati,balivet 2005) bahwa 64% pakan ternak di Indonesia tercemar racun aflatoksin tersebut.

Mikotoksikosis memang tidak seperti AI, ND, Gumboro dan penyakit virus lainnya yang mampu menghabiskan ternak dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat. Akan tetapi, mikotoksikosis ini cukup merugikan karena dapat menurunkan tingkat kekebalan tubuh ternak sehingga, ternak mudah terinfeksi penyakit-penyakit mematikan. Selain itu, mikotoksikosis juga menyebabkan penurunan konversi pakan yang akibatnya ternak akan banyak makan namun produksi daging maupun telurnya tidak maksimal.

Walaupun pengobatan dengan jenis obat anti jamur, pemberian vitamin maupun antibiotik akan meminimalkan efek aflatoksin akan tetapi hal tersebut dinilai masih kurang efektif dibandingkan dengan tindakan pencegahan. Pencegahan mikotoksikosis dapat dilakukan melalui perbaikan sistem manajemen mutu pakan mulai dari pengadaan bahan baku pakan, penyimpanan, proses penggilingan, pencampuran bahan pakan, pengepakan dan penyimpanan pakan.

Penggunaan bahan alami seperti bawang putih, kunyit dan ekstrak sambiloto banyak disebutkan mampu menurunkan konsentrasi aflatoksin pada pakan dan

mencegah efek yang ditimbulkan. Selain itu pemberian suplemen juga efektif dalam menghambat efek negatif dari racun jamur (mikotoksin) yang terdapat pada pakan.

Pencegahan jamur ini dapat dilakukan dengan penambahan bahan pengawet pada pakan antara lain dengan penambahan asam askorbat, propionat dan asetat. Untuk mendapatkan pakan yang berkualitas tinggi dan pakan tersebut tidak mengalami kerusakan, maka hal-hal yang perlu diperhatikan :

Pertama, membeli pakan yang berkualitas tinggi dari sumber terpercaya dan harus mengetahui cara penyimpanan serta perlakuan terhadap pakan tersebut.

Kedua, pengeringan pakan yang akan disimpan sampai dengan kadar air maksimun 14% sehingga jamur tidak bisa berkembang.

Ketiga, memperbaiki sistem pergudangan. Pergudangan yang baik dapat melindungi pakan ternak dari kemungkinan terjadinya goncangan suhu lingkungan, iklim, mencegah masuknya air, gangguan serangga dan pencurian.

Keempat, dilakukan fumigasi atau cara cara pencegahan lainnya terhadap aktifitas hama yang dapat menimbulkan jamur. Kondisi kandang yang baik dapat mencegah pertumbuhan jamur penghasil mikotoksin. nNS

PENCEgAhAN JAMUR PADAPAKAN TERNAKOleh : Lusi Herafitri Pengawas Mutu Pakan di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Tahukah kita?

COLOR COLOR

Page 36: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

34 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Sains dan Teknologi

Mendengar kata “seleksi” ternak, dahulu yang terbayang di benak penulis adalah upaya pemilihan

ternak yang dianggap baik untuk terus dipelihara sebagai tetua bagi generasi yang akan datang berdasarkan performa “fenotipik” tertentu yang disesuaikan dengan standar nasional Indonesia (SNI) atau persyaratan teknis minimal (PTM). Kriteria yang digunakan meliputi kriteria kualitatif yang diobservasi (warna, bentuk tubuh ternak dsb) maupun kriteria kuantitatif yang dihitung (produksi susu, bobot badan, tinggi gumba dsb). Namun, dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, definisi tersebut menjadi berkembang lebih lanjut. Seleksi sebagaimana terdapat pada uraian di atas dikategorikan sebagai seleksi “konvensional”. Seleksi

konvensional sangat tergantung pada jumlah catatan performa (recording) dari induk atau bapak dan keturunannya, misalnya catatan bobot badan, produksi susu, komposisi susu, performa reproduksi, dan sebagainya. Padahal, sifat-sifat tersebut sulit untuk diukur secara tepat, misalnya terlambat diekspresikan, ketergantungan jenis kelamin, atau rendahnya angka pewarisan (heritabilitas). Sebagai contoh, keunggulan sifat pejantan sapi perah tidak dapat diukur pada individu itu sendiri, melainkan hanya dapat diukur berdasarkan performa produksi susu anak-anaknya (melalui uji zuriat / progeny test), sehingga membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tinggi.

Di sisi lain, berbagai penelitian menunjukkan terdapatnya kontrol

lokus-lokus (lokasi) gen mayor (quan-titative trait loci; QTL) untuk sejumlah sifat ekonomis ternak. Misalnya, gen Growth Hormone (GH) yang mengontrol pertumbuhan ternak, gen diacylglycerol acyltransferase (DGAT) yang mengontrol kadar lemak, gen-gen kasein dan laktoglobulin yang mengontrol kadar protein, gen fatty acid synthase (FASN) yang mengontrol sifat marbling (perlemakan) pada daging, dan sebagainya. Gen tersusun dari substansi kimia yang disebut dengan nukleotida. Setiap nukleotida tersusun atas gugusan gula, asam fosfat dan basa nitrogen. Urutan basa nitrogen yaitu Adenine (A), Cytosine (C), Guanine (G) dan Thymine (T) pada DNA atau Uracil (U) pada RNA. Susunan nukleotida menyandi asam amino penyusun suatu protein ataupun enzim. Teknik biologi molekuler

sELEKsI gENoMIK : MAsA DEPAN sELEKsI bIbIT?

Oleh : Amalia Puji Rahayu, S.Pt, M.Si Wasbitnak Muda Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kab. Semarang

Page 37: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 35

Sains dan Teknologiyang berkembang pesat telah dapat memetakan urutan (sekuen) nukleotida tersebut pada ternak, sehingga memungkinkan untuk mengakses informasi genomik.

Urutan nukleotida tidak selalu sama untuk setiap individu, melainkan bervariasi. Perbedaan satu nukleotida tunggal pada dua atau lebih individu yang berbeda disebut dengan polimorfisme nukleotida tunggal (single nucleotide polymorphism; SNP). Hal ini terjadi karena adanya mutasi (perubahan) gen. Salah satu contoh yaitu pada suatu kelompok ternak ditemukan sebagian ternak memiliki susunan gen DGAT1 agcca, sementara sebagian ternak yang lain memiliki susunan gen cgcca pada penelitian Asmarasari et al. (2014). Hal ini berarti nukleotida a (adenine) bermutasi menjadi c (cytosine) (ket: huruf yang digarisbawahi). Perbedaan inilah yang disebut dengan SNP. Pada penelitian tersebut, sapi FH dengan tipe genotip yang kedua cenderung menghasilkan produksi susu lebih tinggi dibanding dengan tipe genotip yang pertama. Hal inilah yang memunculkan adanya “seleksi genomik”, yang merupakan suatu pende katan langsung untuk memperoleh hewan-hewan yang secara genetik superior.

SNP sering digunakan sebagai penciri genetik untuk seleksi menggunakan penanda (Marker Assisted Selection; MAS) dalam seleksi genomik. Ternak yang diseleksi adalah ternak yang lebih unggul susunan genetiknya. Seleksi ini akan merubah frekuensi gen ke arah genotip yang diinginkan, sehingga keturunan dari ternak-ternak tersebut diharapkan menunjukkan performa di atas rata-rata populasi. Deteksi SNP diawali dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) yaitu teknik untuk perbanyakan fragmen nukleotida yang diinginkan. Produk hasil PCR selanjutnya diproses dengan metode Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) menggunakan enzim restriksi (pemotong gen) untuk mengenali SNP, menggunakan teknik sekuensing untuk memetakan susunan nukleotida, atau menggunakan teknik-teknik biologi molekuler yang lain. Berbagai penelitian tentang SNP telah dilakukan pada ternak-ternak di Indonesia sejak lebih dari 15 tahun yang lalu, diantaranya SNP pada gen laktoferrin

(Sumantri, 2006) dan laktoglobulin (Nury dan Anggraeni, 2014) yang mempengaruhi produksi dan kualitas susu, gen GH (Rahmani et al., 2004) yang mempengaruhi pertumbuhan ternak, dan berbagai penelitian lainnya. Namun, sayangnya hingga kini penelitian-penelitian tersebut baru sampai pada skala laboratorium dan lembaga penelitian, belum sampai pada tahap implementasi secara luas, misalnya pada stasiun-stasiun bibit.

Berlawanan dengan seleksi konvensional yang mengandalkan catatan tetua dan keturunannya, seleksi genomik dapat memperkirakan keunggulan suatu sifat tanpa menggunakan catatan produksi keturunannya dan tanpa pengaruh lingkungan sehingga seleksi genomik menghasilkan respon seleksi yang lebih cepat. Di Kanada, terjadi perubahan tren penggunaan pejantan dari yang sebagian besar menggunakan pejantan hasil uji zuriat (proven bulls) sebanyak 62% pada tahun 2000 berangsur-angsur

menurun dan beralih menggunakan pejantan muda (young unproven bulls) yang telah terseleksi secara genomik sebanyak 51,2% pada tahun 2013 (De Mello et al., 2014). Perubahan tren ini berhasil mempercepat proses seleksi dan menurunkan selang generasi (=rata-rata umur tetua saat anaknya lahir) dengan hasil yang lebih baik dibadingkan dengan seleksi konvensional. Schaeffer (2006) menyatakan bahwa seleksi genomik dapat meningkatkan efisiensi kemajuan genetik per tahun sampai dengan 50% dan menurunkan 92% biaya operasional dibandingkan seleksi konvensional. Meskipun pada awalnya relatif mahal untuk implementasi seleksi genomik karena membutuhkan reagen-reagen dan alat-alat analisa DNA, namun pada akhirnya apabila dilakukan secara massal maka biaya relatif ringan. Jadi, akankah seleksi genomik akan dapat diimplementasikan dan menjadi masa depan seleksi bibit ternak di Indonesia? Semoga. nFBR

Referensi

De Mello, F., E. L. Kern and C. D. Bertoli. 2014. Progress in dairy cattle selection. Adv. Dairy Res. 2(1):1–2.

Nury, H. S, dan A. Anggraeni. 2014. Polimorfisme genetik gen β-laktoglobulin pada sapi Friesian Holstein. JITV. 19(1):35-42.

Rahmani, N., Muladno dan C. Sumantri. 2004. Analisis polimorfisme gen bovine growth hormone (BGH) exon III-IV pada sapi perah Friesian Holstein di BPTU Baturraden. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Hal. 183-194. Bogor, 4−5 Agustus 2004.

Schaeffer, L. R. 2006. Strategy for applying genome-wide selection in dairy cattle. J. Anim. Breed. Genet. 123:218–223.

Sumantri, C. 2006. Gen pengontrol produksi susu berkadar laktoferin tinggi pada sapi perah FH. WARTAZOA. 6(2):72-81.

“seleksi genomik”, merupakan suatu

pende katan langsung untuk memperoleh

hewan-hewan yang secara genetik

superior

Page 38: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

36 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Pengembangan Perbibitan

Beternak kambing perah merupakan salah satu peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Hal ini dapat

kita lihat dari tingginya harga susu kambing dibanding dengan harga susu sapi. Jika di pasaran susu sapi dijual seharga Rp 4.000,00 – Rp 6.000,00 per liter, maka susu kambing dapat dijual dengan harga Rp 16.000,00 – Rp 27.000,00 bahkan di luar Jawa bisa mencapai Rp 50.000,00 per liter. Sungguh nilai jual yang sangat menggiurkan. Selain itu banyak studi menyatakan bahwa susu kambing mengandung molekul lemak yang lebih kecil daripada susu sapi sehingga susu kambing lebih mudah dicerna dan sangat baik untuk konsumen yang intoleran terhadap laktosa (lactose intolerance).

Berdasarkan data statistik peternakan dan kesehatan hewan tahun 2018*) populasi kambing di Indonesia berkisar 18,7 juta ekor. Sebagian besar ternak kambing tersebut masih dibudidayakan sebagai kambing pedaging saja, padahal ada jenis kambing seperti kambing Peranakan Ettawah atau lebih dikenal dengan sebutan kambing PE yang bersifat dwiguna (tipe pedaging sekaligus penghasil susu) sehingga

berpotensi untuk dikembangkan sebagai penghasil susu yang dapat menambah penghasilan peternak sebelum akhirnya nanti diafkir/disembelih sebagai kambing pedaging. Kondisi saat ini, permasalahan pengembangan ternak kambing PE juga masih terkendala dengan ketersediaan bibit kambing PE yang berkualitas.

Seperti kita ketahui bersama, penyediaan bibit ternak merupakan salah satu permasalahan utama dalam pengembangan peternakan nasional, tak terkecuali kambing PE. Produksi bibit kambing belum mampu memenuhi kebutuhan nasional sehingga berdampak pada terganggunya proses replacement ternak dan berpotensi menurunkan produktifitas kambing yang ada. Saat ini produksi bibit kambing masih sebagian besar didominasi oleh pemerintah dan pemerintah daerah melalui UPT/UPTD, hanya sebagian kecil saja yang berasal dari 5 (lima) wilayah sumber bibit yang telah ditetapkan secara resmi oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia yaitu Jawa Timur (Kabupaten Lumajang), Jawa Tengah (Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Banyumas) dan Sumatera Utara (Kabupaten Samosir).

Bicara tentang pembibitan kambing khususnya kambing PE, pada pertengahan bulan lalu penulis berkesempatan berkunjung ke salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Jawa Timur yaitu Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (UPT dan HMT) Singosari Malang. Lokasi UPTD ini persis berdampingan dengan Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari. Meskipun letaknya berdampingan, namun

UPT ini memiliki tupoksi yang berbeda. Salah satu tugas pokok yang diemban oleh UPTD ini adalah melaksanakan pembibitan, budidaya dan pemuliabiakan ternak. Prioritas ternak yang dikembangkan di UPTD ini adalah kambing PE, meskipun didalamnya dipelihara pula ternak jenis lain seperti kambing Senduro, kambing Boer, Sapi FH dan Sapi Bali. Kambing PE dikembang sebagai ternak pembibitan, sementara ternak lainnya sebagai sarana pelatihan. Populasi kambing PE di UPTD ini sebanyak 495 ekor kambing PE, 83 kambing Senduro, 1 ekor kambing Boer dan 1 ekor sapi Bali.

Kambing PE merupakan kambing persilangan antara kambing Ettawa (India) dengan kambing kacang (Indonesia). Bobot badan kambing PE jantan dewasa dapat mencapai 65-90 kg dan betina 45-70 kg, sedangkan produksi susu dapat mencapai 1-2 liter/ekor/hari. Pembibitan kambing PE dimulai dengan pemilihan induk dan pejantan berdasarkan riwayat tetua dan performa ternak. Anak hasil perkawinan induk dan pejantan ini kemudian diseleksi berdasarkan performa fisik pada umur 3 bulan, setelah itu diseleksi ulang pada umur 1 tahun berdasarkan syarat dan kriteria SNI 7352.1:2015. Bibit kambing – Bagian 1 : Peranakan Etawah. Ternak yang lolos seleksi SNI pada umur 1 tahun, diberikan Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) dari Dinas Provinsi Jawa Timur. Kambing PE yang memiliki SKLB dijual sebagai ternak bibit dengan harga yang berbeda dengan harga ternak kambing PE di pasaran. Informasi yang kami peroleh, harga jual kambing PE dengan SKLB memiliki selisih Rp 600.000,00 – Rp 700.000,00 per ekor lebih tinggi dibanding harga kambing PE tanpa

Oleh : Novi Suprihatin

MenyeMAi AsA BAngKitnyA peMBiBitAn KAMBing perAnAKAn ettAWAh (pe)

Page 39: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 37

Pengembangan Perbibitan

SKLB. Nilai yang cukup tinggi dan pantas untuk memberikan penghargaan terhadap proses pembibitan yang ada.

Sedikit mengutip pernyataan Kepala UPTD Pembibitan Ternak dan HMT Malang, “HargaTernak Bibit harus lebih mahal dari ternak biasa, karena itu satu-satu cara kita untuk memberikan apresiasi terhadap proses Pembibitan”. Ternak bibit jangan dijual di pasar ternak karena akan perlakukan sama dengan ternak biasa yang dihargai berdasarkan kilogram berat hidup, imbuhnya.

Untuk mendapatkan harga kambing PE yang sesuai dengan harga bibit, UPTD hanya menjual bibit kambing PE ke dinas atau kelompok peternak. Dalam 4 tahun terakhir, UPTD telah menghasilkan 315 ekor bibit kambing PE yang dijual ke beberapa dinas kab/kota dan kelompok peternak sekitar. Meskipun jumlah bibit kambing PE yang dikeluarkan oleh UPTD sudah cukup banyak, namun jumlah itu ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan bibit kambing PE yang ada. Hal ini terlihat dari antrian permintaan bibit kambing PE yang masih panjang. Banyaknya permintaan bibit ternak membuktikan bahwa pembibitan masih memerlukan perhatian khusus dan memiliki jaminan peluang pasar yang cukup besar untuk dikembangkan.

Jika kita lihat tahapan pembibitan

kambing PE di atas, sebenarnya banyak kelompok kambing PE yang mampu melakukan pembibitan kambing PE, namun pada kenyataannya, sedikit sekali kelompok yang menghasilkan bibit kambing PE bersertifikat. Pada umumnya kelompok belum menerapkan recording ternak yang baik, padahal kita semua tahu bahwa pembibitan tanpa recording adalah suatu hal yang mustahil. Selain itu harga jual kambing bibit menjadi salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap minat kelompok pembibit. Permasalahan yang sering dikeluhkan peternak selama ini adalah

harga jual kambing bibit yang dihargai sama dengan kambing non bibit (dihitung berdasarkan kilogram bobot badan ternak). Hal ini menyebabkan peternak pembibit yang tadinya sudah bersemangat melakukan pembibitan, lambat laun mengalami demotivasi karena tidak adanya penghargaan terhadap proses pembibitan yang dilakukannya.

Belajar dari pengalaman UPTD Pembibitan Ternak dan HMT Malang di atas, seharusnya permasalahan harga jual kambing bibit sudah tidak perlu dirisaukan kembali. Saat ini masyarakat sudah mulai menyadari akan pentingnya kualitas ternak bibit dan memahami proses panjang yang harus dilalui untuk menghasilkan 1 ekor ternak bibit sehingga sudah sewajarnya jika ternak bibit harus dihargai lebih mahal dibanding dengan ternak non bibit.

Melalui tulisan ini, penulis berharap dapat membangun asa dan menyemangati kembali para peternak pembibit khususnya pembibit kambing PE untuk kembali aktif melakukan program pembibitan ternaknya sehingga ke depan akan bermunculan kelompok-kelopok peternak pembibit baru yang mampu memenuhi kebutuhan ternak bibit nasional. Semoga… nMW

“HargaTernak Bibit harus lebih

mahal dari ternak biasa, karena itu satu-satu

cara kita untuk memberikan

apresiasi terhadap proses

Pembibitan”.

Page 40: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

38 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Serba serbit

Oleh : Irma Pengawas Bibit Ternak di Dit. Perbibitan dan Produksi Ternak

Tahun 2013, Kelompok Sugih Makmur II mendapatkan fasilitasi bantuan 22 ekor sapi PO betina dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Kelompok Sugih Makmur

II yang berlokasi di Desa Burniayu, Kecamatan jalan Cagak, Kabupaten Subang merupakan kelompok yang telah didirikan pada tanggal 3 Agustus 2007 dengan jumlah anggota 20 orang. Kelompok Sugih Makmur II merupakan salah satu anggota SPR Sagala Panjang di Kabupaten Subang. Ketua kelompok yang merupakan inseminator swadaya di kabupaten Subang terbiasa melaksanakan kegiatan inseminator dengan jumlah pelayanan sekitar 3-4 ekor/hari. Berdasarkan pemaparan Bapak Suryaman, rata-rata service per conception kegiatan IB yaitu 2-3 IB hingga sapi berhasil bunting. Pak Suryaman merupakan inseminator yang melayani 4 kecamatan (Kecamatan Jalan Cagak, Kecamatan Ciater, Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan Serang Panjang) di Kabupaten Subang dengan total 700 akseptor.

Pada saat kunjungan ke lokasi pada tanggal 20 September 2018, populasi sapi di kelompok berjumlah 45 ekor dengan rincian 26 ekor indukan, betina dewasa 12 ekor, jantan dewasa 7 ekor, dan anak betina 8 ekor. Rumpun sapi bervariasi yang terdiri dari sapi PO, Brahman, Simmentanl Limousin, tergantung jenis semen beku yang digunakan pada kegiatan inseminasi. Yang pasti pak Suryaman sudah memperhitungkan performa induk sehingga kejadian distokia dapat dikurangi.

Berkat ketekunan anggota kelompok, populasi sapi terus meningkat dan telah menjual 45 ekor sapi dengan rata-rata 2-3 ekor per peternak. Pak Suryaman menuturkan bahwa setiap 6 bulan sekali, sapi-sapinya diberikan obat cacing dan diberikan vitamin setiap tiga bulan sekali. Alhamdulillah sapi-sapi tidak ada yang mati dan sehat semua, tuturnya. Berkat beternak, dua anggota kelompoknya yaitu Bapak Sardi Koswara dan Didi Sopandi berhasil mengantarkan anaknya ke bangku kuliah. “Anak yang pertama ambil kuliah kedokteran di Fakultas Kedokteran Hewan IPB, dan kedua kuliah Pendidikan di UPI Jenjang S2”. Pak Sardi memaparkan. Selain Pak Sardi, Pak Didi Sopandi juga telah berhasil menyekolahkan anaknya ke Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Padjadjaran

dAri sApi Ke BAngKu KuliAhBandung. Ketika ditanya kenapa menyekolahkan anak-anaknya ke Fakultas Kedokteran Hewan, Pak Sardi mengharapkan usaha beternaknya lebih berkembang pada suatu saat nanti. Harapan akan kehidupan yang lebih baik bagi anak keturunannya tersirat dari pria lulusan SMA ini.

Selain menjadi inseminator swadaya, Pak Suryaman juga merupakan petugas Asisten Teknis Reproduksi (ATR). Pelatihan Inseminator dan ATR ia peroleh dari BBIB Singosari pada tahun 2005. Ia menjelaskan, pada saat menerima sapi bantuan, dua ekor sapi yang telah di IB hingga 5 kali namun tidak mengalami kebuntingan karena terjadi gangguan reproduksi berupa cistik. Kelompok akhirnya menukarkan kedua sapinya melalui Dinas Peternakan Kabupaten Subang. Berdasarkan pemaparan Bapak Rohendi, Kasie Budidaya Dinas Peternakan Kabupaten Subang, sapi-sapi di Kelompok Sugih Makmur II telah mengikuti asuransi ternak yang merupakan kegiatan dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.

Saat ini, kandang kelompok dilengkapi dengan kebun Hijauan Pakan Ternak (HPT) yang luasnya sekita 17 Ha. HPT yang ditanam berupa rumput gajah dan odot. Selain HPT, limbah pertanian berupa jerami padi juga diberikan kepada sapi-sapi milik kelompok. Pak Suryaman mengharapkan bantuan rehabilitasi kandang untuk kandang yang saat ini telah padat. Anggota kelompok yang telah memiliki sekretariat aktif di sekitar lokasi kandang, mengharapkan bantuan fasilitasi kandang sehingga kandang lebih muat untuk kegiatan pembiakan. Saat ini, kelompok yang telah tercatat sebagai badan hukum di Kemenkumham per tanggal 16 Maret 2018 berencana untuk membangun kerjasama dengan pihak UPTD dalam wadah Sentra Peternakan Rakyat (SPR) berpayung kawasan sapi potong. Kawasan sapi potong Kabupaten Subang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 472/Kpts/RC.040/6/2018 Tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional. Dengan adanya regulasi nasional yang mendukung Subang sebagai kawasan, diharapkan pengembangan sektor peternakan di Subang semakin maju dan berkembang, sebagaimana perkembangan peternakan di Kelompok Mugi Rahayu II. nMD

COLOR

Page 41: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 39

Serba serbit

Pada usaha budidaya sapi perah, biaya pakan mempunyai porsi terbesar (70%) dalam keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan, oleh sebab itu peternak yang ingin mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankan

harus secara serius memperhatikan aspek pakan, baik pakan hijauan dan pakan konsentrat yang diberikan kepada ternaknya. Kita mengetahui bahwa ternak ruminansia harus diberikan minimal 70% hijauan agar dapat hidup dan berproduksi dengan baik. Optimalisasi produksi dapat didukung oleh pemberian pakan konsentrat dengan kualitas mutu dan keamanan yang baik serta jumlah pemberian yang terukur (tidak berlebih apalagi kurang). Prinsipnya pemberian pakan sapi perah harus sesuai dengan kebutuhan ternak sesuai umur fisiologisnya.

Hijauan pakan terdiri dari rumput yang secara umum berfungsi sebagai sumber energi dan serat kasar serta kacang-kacangan (leguminosa) sebagai sumber protein, vitamin dan mineral. Pada praktek sehari-hari di lapangan, kebanyakan peternak sapi perah hanya memberikan pakan hijauan berupa rumput-rumputan saja kepada ternak, baik rumput alam dengan mutu rendah ataupun rumput yang sudah dibudidayakan yang mempunyai nilai nutrisi cukup baik, seperti rumput gajah (pennisetum purpureum), rumput raja (pennisetum purpuroides), rumput odot (pennisetum purpureum cv Mott), rumput setaria (setaria splendida). Sedangkan untuk meningkatkan mutu produk (susu) digunakan tambahan pakan konsentrat yang dibeli dari pabrik pakan skala kecil yang pada umumnya berkualitas kurang baik atau peternak membuat sendiri di kandang masing-masing dengan formulasi sederhana bimbingan dari petugas atau hasil dari mengikuti pelatihan.

Sumber hijauan pakan yang mengandung protein tinggi dan mineral (terutama Ca dan P) yang berasal dari tanaman leguminosa masih kurang banyak diketahui oleh peternak sapi perah. Peran leguminosa sebagai sumber nutrisi dapat menggantikan peran konsentrat yang berasal dari biji-bijian yang semakin mahal harganya atau hasil samping (limbah) pertanian tanaman pangan, hortikultura dan industri agro (pabrik) yang nilai gizinya kurang baik. Leguminosa terdiri dari leguminosa perdu, semak dan pohon. Jenis leguminosa

pohon seperti gamal (Gliricida Sepium), lamtoro (Leucaena leucocephala), atau kaliandra (Calliandra calothyrsus) sebetulnya banyak sekali terdapat di pedesaan Indonesia namun banyak peternak belum mengetahui pemanfaatannya. Belum lagi jenis lain yang dapat dibudidayakan di lahan-lahan marjinal, pinggir jalan, pinggir sawah, lereng bukit, lahan diantara tanaman pangan atau diantara tanaman rumput itu sendiri sangat banyak ragamnya seperti indigofera zollingeriana, lamtoro mini (Desmanthus virgatus), sentro (centrocema pubescent), siratro (macroptilium atropurpureum), kacang pinto (arachis pintoii), stilo (Stylosanthes guyanensis), dll.

Leguminosa merupakan tanaman pakan tinggi nutrisi, karena mempunyai bintil akar (rhizobium) yang dapat mengikat Nitrogen bebas dari udara dan membagikan unsur hara ke tanah dan ke tanaman lain di sekitarnya yang membuat tanah dan tanaman sekitar menjadi subur. Hasil penelitian (Susetyo, 1980) menyatakan bahwa tanaman leguminosa dapat digunakan maksimal 50% dalam porsi hijauan, karena beberapa jenis leguminosa terdapat zat anti nutrisi seperti mimosin dan anti tripsin. Namun di daerah tertentu dimana ternaknya sudah beradaptasi dengan lingkungan seperti di NTT, tanaman lamtoro dapat diberikan bahkan hingga 70% dan setiap saat terutama pada musim kemarau. Peran leguminosa selain sebagai hijauan pakan berkualitas, juga dapat menahan erosi lahan (jenis legum pohon), menahan pertumbuhan gulma karena pertumbuhannya rapat menutup tanah (jenis legum rambat seperti Brachiaria Humidicola, Calopogonium, Pueraria Japonica), sebagai pelindung tanaman pokok (seperti lamtoro sebagai pelindung tanaman kopi). Bila tanaman leguminosa mati atau dipanen, bintil akar akan mengalami mineralisasi dan Nitrogen yang dikandungnya menyatu dengan tanah, sehingga kandungan Nitrogen dalam tanah meningkat yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman yang ditanam berikutnya. nYMY

AYO PETERNAK, KITA TANAM LEGUMINOSA DI SETIAP JENGKAL LAHAN KOSONG... LAHAN SUBUR, TERNAK BAHAGIA.....

PERAN LEgUMINosA PADA PAKAN sAPI PERAhOleh : Triastuti Andajani - Dit. Pakan

COLOR COLOR

Page 42: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

40 Vol XIII No. 1 Tahun 2019

Puasa bawaannya 5L (Lemes, Letih, Lesu, Lunglai, dan Loyo)? …sepertinya anggapan itu tidak berlaku buat generasi terdahulu, dan tentunya juga buat generasi milenial saat ini. Generasi milenial wajib meniru sosok

para pejuang kemerdekaan tempo dulu. Pasalnya Ramadhan adalah saksi sejarah puncak perjuangan kemerdekaan para ulama bersama umat Islam. Jumat, 9 Ramadhan 1334H (17 Agustus 1945) adalah hari di mana kita memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Betapa Indah Allah menghadiahkan Kemerdekaan Bagi Bangsa Indonesia pada hari jumat dalam bulan Ramadhan. Namun berapa banyak umat Islam Indonesia hari ini yang tahu dan mensyukuri ketetapanNya.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Keistimewaan Ramadhan membuat orang-orang beriman berlomba-lomba memperbanyak amalan baik dan meninggalkan amalan buruknya. Emak-emak yang seneng gosip, coba stop dulu itu hobi gosipnya dan diganti sama tilawah. Bawaannya memang ngantuk, baru buka mushaf Al Qur’an mata langsung kabur. Bapak-Bapaknya yang males-malesan shalat di Masjid, bismillah langkahkan kaki penuh kemantapan. Utamakan panggilan Tuhan di atas semua panggilan. Memang berat godaannya. Mumpung dikasih umur, yuk kita bergegas berbenah diri. Betapa banyak tetangga-tetangga, teman rekan kerja yang keburu Allah panggil dan gak sempet menemui

bulan Ramadhan. Ramadhan adalah bulan kemerdekaan. Merdeka dari segala perbudakan hawa nafsu yang nyuruh kita pada keburukan.

“Wa ammaa man khaafa maqaama rabbihii wa nahannafsa ‘anil hawaa. Fa innal jannata hiyal ma’waa”. Adapun orang orang yang takut kepada Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal mereka (Q.S An Naazi’aat: 40-41)  

Gak ada salahnya kita seting Ramadhan tahun ini mau diisi apa dan target-target yang ingin kita raih. Masa usia sudah 30, 40, 50 apalagi sudah mau pensiun tidak ada gitu keinginan untuk memberikan yang terbaik banget dalam kehidupan? Yang belum bisa baca Qur’an, mungkin di selama ramadhan mau bisa baca. Yang sudah bisa baca, ditarget pengen baca terjemahannya. Yang punya kelebihan harta, mau full tank sebulan kasih takjil buat buka. Apapun itu, yang bikin ramadhan milenial kita berbeda sama yang sebelumnya. Bayangin kalau ini ramadhan terakhir kita? Tentunya kesuksesan ramadhan itu terlihatnya tidak hanya pas Ramadhan saja ya, tapi di 11 bulan berikutnya. Bisakah ni lisan dijaga, bisakah ni mata dipelihara, bisakah nih hati di tata,….Sobat milenial, mari kita renungkan nasihat Imam Hasan Al Bashri yang begitu dalam. nMD

Ramadhan Bulan KemerdekaanOleh: Irma

Renungan

COLOR

Page 43: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

Vol XIII No. 1 Tahun 2019 41

Bitpro in Action

1. Koordinasi Pengawas Bibit Ternak Nasional. 2. Silaturahmi warga Bitpro menjelang Ramadhan. 3. Pertemuan wasbitnak . 4. Upacara hari lahir pancasila. 5. Audit Lspro, cek libido dan kualitas sperma . 6. Silaturahmi warga Bitpro. 7. Pengawasan SE ayam ras.8. Bantuan ternak untuk petani milenial.9. Kelompok indukan , dan petani andalan.10. Pengukuran kambing Audit Lspro.11. Pembahasan Penyediaan Semen Beku Upsus Siwab12. Anggota komisi teknis LsPro

1

2

5

6

8

3

4

11

7

10

9

12

Page 44: Generasi milenial dalam mendukung perbibitan dan produksi ...bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/bibit no 1 2019_FINAL (1).pdf · tema “Generasi Milenial Dalam Mendukung

42DIREKTORAT PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWANKEMENTERIAN PERTANIAN

RedaksiMengucapkan

Selamat Hari Raya

1440 HIdul Fitri

Minal Aidin Wal Faidzin

Indonesia Menuju Lumbung Pangan Dunia 2045

Mohon Maaf Lahir dan Batin