Upload
hoangtu
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lukasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MTs Miftahul Jannah Mangkatip Kabupaten Barito
Selatan
Madrasah Tsanawiyah Miftahul jannah Mengkatip di dirikan sejak 42
tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 14 april 1968, yang di gagas dalam
bentuk yayasan dengan nama kepemilikan yang diketahui bernama H. Daber
yang hingga kini masih menjabat sebagai Ketua Yayasan pada madrasah
tersebut.1
Status Madrasah Tsanawiyah Miftahul Jannah Mangkatip sekarang ini
adalah terakreditasi berdasarkan SK dari Kanwil Depag No. Kw
15.04/4/MTs/008/2007 tanggal 10 September 2007 dengan Nomor Stasistik
Madrasah (NSM) 12126204001.2
2. Lokasi Madrasah
Lokasi Madrasah ini berada di Daerah Aliran Sungai (DAS ) Barito,
yaitu sekitar 100 meter dari sungai barito, tepatnya beralamat dijalan
Puskesmas RT. 07 No. 359 dengan kode pos 73762. Didirikan di atas tanah
1 Wawancara dengan SS, 2 Oktober 2014 di rumah SS
2 Dokumentasi, 3 Oktober 2014 di ruang kantor MTs Miftahul Jannah Mangkatip.
34
seluas 1500 meter persegi dan luas bangunannya adalah 633 meter persegi.
dan klasifikasi gedung adalah semi permanen.3
3. Latar Belakang Berdirinya MTs Miftahul Jannah Mangkatip
Adapun yang melatar belakangi berdirinya Madrsah Tsanawiyah
Miftahul Jannah Mangkatip adalah:
a. Meningkatkan kesadaran dan minat orang tua untuk memberi
Pendidikan bagi anak-anak mereka agar mampu berkembang menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
b. Adanya inspirasi dari masyarakat yang ingin mendirikan sebuah sekolah
tingkat menengah pertama yang bersifat Islami.4
4. Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Miftahul Jannah Mangkatip tahun
2013/2014
Kurikulum adalah rancangan pengajaran yang akan di ajarkan atau
diterapkan kepada siswa. Adapun Kurikulum yang dipakai MTs Miftahul
Jannah Mangkatip adalah mengacu kepada Kurikulum sebagai pedoman
dalam pelaksanaan pengajaran.5
3 Observasi , 3 Oktober 2014 di MTs Miftahul Jannah Mangkatip.
4 Wawancara dengan SS. 2 Oktober 2014 di rumah SS
5 Dokumentasi, 3 Oktober 2014 di ruang kantor MTs Miftahul Jannah Mangkatip.
35
5. Keadaan Ketenagaan di MTs Miftahul Janah Mangkatip Tahun
2013/2014
Madrasah Tsanawiyah Miftahul Jannah Mangkatip memiliki 13
ketenagaan mulai dari guru sampai dengan kariyawan. Para tenaga kerja
tersebut baik guru maupun karyawan diberi tugas sesuai dengan Pendidikan
dan keterampilan yang di milikinya. Berikut ini disajikan tugas-tugas
ketenagaan di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Jannah Mangakatip.6
a. Kepala Madrasah
Kepala Madrasah mempunyai tanggung jawab memimpin
pelaksanaan administrasi dan seluruh kegiatan pendidikan maupun
pengajaran, yaitu antara lain:
1) Kepala Madrasah Sebagai Edukator
Kepala Madrasah selaku edukator bertugas melaksanakan proses belajar
mengajar secara efektif dan secara efesien.
2) Kepala Madrasah Sebagai Menejer
Kepala Sekolah sebagai menejer mempunyai tugas dalam menyusun
perencanaan, mengorganisasi kegiatan, mengarahkan kegiatan,
mengkoordinasi kegiatan, melaksanakan pengawasan, melakukan
evaluasi terhadap kegiatan, menentukan kebijakan, mengatur proses
belajar mengajar mengatur administrasi ketatausahaan, anak didik,
6 Wawancara dengan SS. 2 Oktober 2014 di rumah SS.
36
ketenagaan, sarana dan prasarana, mengatur hubungan madrasah
dengan masyarakat dan instansi terkait.
3) Kepala Madrasah sebagai Supervisor
Kepala Madrasah sebagai supervisor bertanggung jawab dalam hal
proses belajar mengajar, kegiatan bimbingan dan konseling, kegiatan
ekstrakurikuler, kegiatan tatausaha, sarana dan prasarana.7
b. Wakil Kepala Madrasah
Wakil Kepala Madrasah membantu Kepala Madrasah dalam
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Wakil Kepala Madrasah bertugas menyusun perencanaan, membuat
program kegiatan dan pelaksanaan program;
2) Wakil Kepala Madrasah mengorganisasi ketenagaan, pengarahan,
pengawasan dan penilaian;
3) Wakil Kepala Madrasah mengidentifikasi dan pengumpulan data
penyusunan laporan;
4) Wakil Kepala Madrasah mengatur dan melaksanakan kurikulum.8
7Dokumentasi , 3 Oktober 2014 di MTs Miftahul Jannah Mangkatip.
8Dokumentasi , 3 Oktober 2014 di MTs Miftahul Jannah Mangkatip.
37
c. Wali Kelas
Wali kelas membantu Kepala Madrasah dalam kegiatan sebagai berikut:
1).Pengelolaan kelas;
2).Penyelenggaraan administrasi kelas yang meliputi; tempat duduk anak
didik, daftar pelajaran, daftar piket, buku absensi dan tata tertib anak
didik;
3).Penyusunan pembuatan statistik bulanan anak didik;
4).Pengisian dan pembagian buku laporan hasil belajar anak didik.9
d. Guru
Tugas dan tanggung jawab guru adalah sebagai berikut:
1) Membuat perangkat program pengajaran;
2) Melaksanakan kegiatan program pembelajaran;
3) Melaksanakan ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir, mengisi
daftar nilai anak didik;
4) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar anak didik.10
9Dokumentasi , 4 Oktober 2014 di MTs Miftahul Jannah Mangkatip.
10Dokumentasi , 4 Oktober 2014 di MTs Miftahul Jannah Mangkatip
38
Siswa
f. Tata Usah
Tata usaha madrasah mempunyai tugas untuk:
1) Melaksanakan ketatausahaan Madrasah;
2) Bertanggung jawab kepada Kepala Madrasah dalam kegiatan-kegiatan
yang terkait dengan penyusunan program, pengelolaan keuangan,
administrasi ketenagaan anak didik, menyusun data statistik madrasah,
perlengkapan Madrasah, dan memberikan laporan pelaksanaan kegiatan
kepengurusan tata usaha secara berkala.11
Hubungan kerja ketenagaan dapat dilihat pada struktur organisasi berikut ini:
STRUKTUR ORGANISASI MTS MIFTAHUL JANNAH MANGKATIP
KABUPATEN BARITO SELATAN
11
Dokumentasi , 4 Oktober 2014 di MTs Miftahul Jannah Mangkatip.
Kepala Madrasah
Dra. Siti Salmah
Wakil Kepala Madrasah
Tamjidinoor. S. Pdi
Ketua Komite
M. Samsu Abdulah
KA. UR. Kesiswaan
Jumadi, S.Ag
KA. Tata Usaha
Hadi
KA.UR. Kurikulum
Suwarno S.Pd.I
Dewan Guru
39
Sumber: Dokumentasi, 4 Oktober 2014, di MTs Miftahul Jannah Mangkatip.12
6. Keadaan Guru di MTs Miftahul Janah Mangkatip tahun 2013/2014
Guru yang mengajar di MTs Miftahul Jannah Mengkatip adalah
sebanyak 13 orang.13
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL 2
KEADAAN TENAGA PENGAJAR PADA MTS MIFTAHUL JANNAH
MANGKATIP TAHUN 2013/2014
No Nama/NIP Status Mengajar mata
pelajaran
Pendidikan
terakhir
1 Dra. Siti Salamah Honor Molok /SKI S1 Peradilan
2 Jumadi, S.Ag
1973020504220061021
PNS PPkn/Akidah akhlak S1 PAI
3 Pawiyah, A.Ma
1972210042005012006
PNS Biologi/IPS D II PGSD
4 Mahmudah ,S.Pd.I
150430191
PNS TIK/Seni budaya S1 PAI
5 Norlaila S.Ag PNS Bahasa Indonesia S1 Peradilan
6 Ardiansyah S.Pd.I Honor Fisika S1 Fisika
7 Pa’I S.Pd Honor Mate matika S1Matematika
8 Riduan Iman Honor Bahasa Arab SLTA
9 Hadianto Honor Penjaskes/ TU SLTA
10 Suwarno S.Pd.I Honor Fisika/matematika S1 PAI
11 Tamzidinoor.S.Pd I Honor Fikih S1 PAI
12 Norfaridah A.Ma. Pd Honor Bahasa Inggris S1 B. Inggris
13 Hj. Saniah A. Ma Honor Quran Hadist D II PGSD14
12
Dokumentasi , 4 Oktober 2014 di MTs Miftahul Jannah Mangkatip 13
Observasi, 4 Oktober 2014 di ruang kantor MTs Miftahul Jannah Mangkatip. 14
Dokumentasi , 4 Oktober 2014 di MTs Miftahul Jannah Mangkatip
40
7. Keadaan siswa MTs Miftahul Jannah Mangkatip tahun 2013/2014
Keadaan siswa MTs Miftahul Jannah Mangkatip tahun ajaran
2013/2014 berjumlah 142 orang yang terdiri dari 57 orang laki-laki dan 85
orang perempuan.15
Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan siswa MTs
Miftahul Jannah Mangkatip dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL 3
KEADAAN SISWA MADRASAH TSANAWIYAH 1 MIFTAHUL
JANNAH MANGKATIP TAHUN 2013/2014
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 VII 10 orang 20 orang 30 orang
2 VIII A 12 orang 21 orang 33 orang
3 VIII B 17 orang 17 orang 34 orang
4 IX 13 orang 12 orang 25 orang
5 IX 5 orang 15 orang 20 orang
Total 57 orang 85 orang 142 orang16
8. Sarana dan prasarana MTs Miftahul Jannah Mengkatip tahun
2013/2014
Dalam rangka mencapai target kualitas sekolah yang bermutu, tentunya
tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung yang berupa sarana dan
prasarana yang memadai. Untuk pencapaian target tersebut, sarana dan
prasarana yang terkait haruslah bisa mendayagunakan secara efektif dan
efesien. Terkait dengan sarana dan prasarana, tentunya tidak bisa dilupakan
pula perekrutan personil-personil yang ahli dalam bidang sarana dan prasarana
15
Observasi, 6 Oktober 2014 di ruang kantor MTs Miftahul Jannah Mengkatip. 16
Dokumentasi , 6 Oktober 2014 di MTs Miftahul Jannah Mangkatip
41
penunjang perkembangan madrasah. Sarana dan prasarana ini dapat berupa
gedung, peralatan kantor, dan sebagainya.
Adapun sarana dan prasarana yang ada di MTs Miftahul Jannah
Mangkatip meliputi, empat ruang kelas, satu ruang tata usaha, satu ruang
Kepala Madrasah, sau ruang perpustakaan dan satu ruang kantor.17
TABEL 4
DAFTAR RUANGAN YANG ADA DI MADRASAH TSANAWIAYAH
MIFTAHUL JANNAH MANGAKATIP
No Jenis Bangunan Jumlah
1 Ruang kelas 4 ruangan
2 Ruang Tata Usaha 1 ruangan
3 Ruang Kepala madrasah 1 ruangan
4 Ruang Kantor 1 ruangan
5 Ruang Perpustakaan 1 ruangan18
17
Dokumentasi , 6 Oktober 2014 di MTs Miftahul Jannah Mangkatip 18
Dokumentasi , 6 Oktober 2014 di MTs Miftahul Jannah Mangkatip
42
Setiap ruang yang ada di MTs Miftahul Jannah Mangkatip memiliki
beberapa perlengkapan, seperti, meja, kursi, lemari, kumpoter, jam dinding,
papan tulis, mesin pemotong rumput, sapu, bak sampah dan lonceng, untuk
lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana di MTs Miftahul Jannah
Mangkatip dapat dilihat pada tabel berikut ini
TABEL 5
DAFTAR PERLENGKAPAN MADRASAH TNAWIAYAH MIFTAHUL
JANNAH MANGAKATIP
No Jenis Perlengkapan Jumlah
1 Komputer 1 unit
2 Mesin Ketik 1 unit
3 Lemari 6 buah
4 Meja Guru 10 buah
5 Kursi Guru 10 buah
6 Kursi tamu 8 buah
7 Meja siswa 170 buah
8 Kursi Siswa 164 buah
9 Papan Tulis 6 buah
10 Jam Dinding 5 buah
11 Lonceng 1 buah
12 Mesin potong rumput 1 buah
13 Sapu 6 buah19
19
Dokumentasi , 6 Oktober 2014 di MTs Miftahul Jannah Mangkatip
43
9. Profil Guru Fikih
Nama : Sowarno, S. Pd.I
TTL : Mengkatip tanggal 12- 04-1985.
Anak ke : Anak kedua dari enam bersaudara,
Alamat : Jl. Mangkatip RT 11 Kec. Dusun Hilir
Pendidikan : Sarjana SI STAIN Palangkaraya
Tahun lulus : Tahun 2012,
Jabatan : Guru di MTs Mangkatip Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten
Barito Selatan yang beralama. JL. Puskesmas RT. 07, beliau
menjabat sebagai guru fikih kelas VII. Sedangkan status
beliau belum menikah20
.
B. Penyajian Data dan Analisis Data
Data yang disajikan disini merupakan hasil penelitian dilapangan dengan
menggunakan teknik-teknik penggalian data yang telah ditetapkan, yaitu
observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dalam penelitian ini disajikan
dalam bentuk uraian yang disertai dengan keterangan-keterangan dan telah
disesuaikan dengan urutan permasalahan.
20
Wawancara dengan bapak SW 6 Oktober 2014 di rumah
44
1. Penerapan Demonstrasi pada meteri shalat berjam’ah kelas VII MTs
Miftahul Jannah Mangkatip Kabupaten Barito Selatan
Penerapan metode demonstrasi di MTs Miftahul Jannah Mangkatip
menjadi sebuah pilihan yang diterapkan dalam proses belajar mengajar
Pendidikan Agama Islam dengan mata pelajaran Fikih, dengan materi shalat
berjama’ah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak SW selaku guru fikih
penulis menanyakan tentang bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan
dalam pembelajaran fikih dengan materi shalat berjama’ah di MTs Miftahul
Jannah Mangkatip Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan. Beliau
mengatakan bahwa:
Dalam proses pembelajaran fikih pelaksanaannya saya
menggunakan metode yang disesuaikan dengan materi yang akan
dibahas serta disesuaikan dengan situasi dan kundisi siswa serta sekolah.
Karena pelajaran fikih di MTs Miftahul Jannah dengan materi sholat
berjama’ah, saya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan
demonstrasi. Sebab metode tersebut yang sesuai dengan materi yang
akan saya ajarkan nantinya21
.
Selanjutnya penulis juga menanyakan kepada kepala sekolah yang
berinisial SS, metode apa saja yang dipakai oleh guru fikih:
Dalam pelaksanaan pembelajaran fikih yang saya liat bahwa guru
fikih tersebut menggunakan metode demonstrasi, karena menurutnya
metode tersebut sangat membantu disamping metode ceramah dan tanya
jawab22
.
21
Wawancara dengan bapak SW 6 Oktober 2014 di rumah 22
Wawancara dengan Kepala Sekolah SS 6 Oktober 2014 di rumah
45
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis di atas yang
menyatakan bahwa ketika mengajar mata pelajaran fikih yang berkenaan
dengan pokok bahasan tertentu, dalam hal ini adalah shalat berjama’ah, selain
disampaikan dengan metode ceramah dan tanya jawab yang penting lagi
adalah dengan menggunakan metode demonstrasi. Karena dengan metode
demonstrasi siswa lebih bisa mengerti, memahami, melihat secara langsung
tentang suatu proses jalannya kegiatan, sehingga siswa bisa langsung
mempraktekkan dan bisa langsung diaplikasikan dalam kehidupan
dimasyarakat sehingga siswa akan lebih terkesan terhadap materi yang
diajarkan sebagai pengalaman belajar.
Selain itu dari hasil pengamatan penulis, pada saat pelaksanaan
pembelajaran. Guru fikih, selain menggunakan metode ceramah dan tanya
jawab, juga lebih menekankan kepada metode demonstrasi. Karena dengan
menggunakan metode demonstrasi siswa lebih cepat untuk memahami dan
mengerti apa yang disampaikan oleh guru, sebab siswa dapat melihat secara
langsung pelaksanaan pembelajaran tersebut yaitu dalam hal tata cara sholat
berjama’ah, sehingga siswa bisa langsung mengaplikasikan dalam
kehidupannya serta memberi pengalaman kepada siswa.23
Penerapan metode demonstrasi sebagai salah satu alat untuk mencapai
tujuan pengajaran pendidikan tentunya tidak lepas dari peran guru, sebagai
sosok pendidik dan pasilitator dalam proses belajar mengajar, dan lebih tahu
23
Observasi Saat Proses Pembelajaran Pada Tanggal 9 Oktober 2014 di mosalla
46
bagaimana ia bisa melaksanakan tugasnya dengan baik khususnya dalam
mengajar tentang fikih, dan ia juga tahu bagaimana langkah-langkah dalam
pelaksanaan metode demonstrasi. Sebagaimana yang dikatakan bapak SW
selaku guru fikih;
Sebelum memulai demonstrasi maka langkah-langkah yang perlu
kami siapkan agar siswa siap dalam menerima materi yang akan
disampaikan yaitu. Menyiapkan meteri yang akan didemonstrasikan,
menyiapkan sarana prasarana atau media yang dipakai dalam
menyampaikan materi kepada siswa sebelum dilaksanakan demonstrasi,
memberikan kesempatan kepada beberapa siswa secara bergantian untuk
mendemonstrasikan materi yang berkenaan dengan ibadah seperti sholat
berjama’ah.24
.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut penulis, dapat dipahami bahwa
guru fikih sebelum memulai demonstrasi terlebih dulu mempersiapkan
langkah-langkah dalam pelaksanaan demonstrasi ini, seperti menyiapkan
materi, menyiapkan sarana prasarana, memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mendemonstrasikan materi yang di ajarkan dengan cara bergantian.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, guru fikih sebelum
melaksanakan pembelajaran guru menyiapkan beberapa hal yang penting
dalam proses jalannya demonstrasi yaitu, menyiapkan materi yang akan
disampaikan, menyiapkan sarana prasarana seperti mosalla, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan dengan cara bergantian
tentang materi sholat berjama’ah25
.
24
Wawancara dengan SW 6 Oktober 2014 di rumah 25
Observasi Saat Proses Pembelajaran Pada Tanggal 9 Oktober 2014 di mosalla
47
Sebelum mendemonstrasikan suatu materi atau topik yang akan
disampaikan kepada siswa, seorang guru tentunya menjelaskan terlebih
dahulu kepada siswa secara jelas tentang meteri tersebut. Hal ini untuk
mempermudah siswa dalam menangkap pesan yang akan disampaikan melalui
demonstrasi yang nantinya akan disampaikan oleh guru, adapun pertanyaan
penulis bagaimana penerapan demonstrasi ini di kelas VII MTs Miftahul
Jannah dapat di lihat dari hasil wawancara dengan guru SW sebagai berikut:
Saya memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswa tentang
materi yang akan diajarkan. Apalagi tentang materi gerakan shalat
berjama’ah, dengan memberikan penjelasan akan membantu siswa
untuk lebih bisa memahami tentang gerakan shalat berjama’ah dan
sesekali mecontohkan gerakanya.26
.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut guru SW menyatakan sebelum
didemonstrasi, terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada siswa tentang
materi atau topik yang akan di berikan kepada siswanya, dalam hal ini di
nilainya sangat membantu dalam memperlancar dan mempermudah
pemahaman siswa tentang apa materi yang akan disampaikan atau
didemonstrasikan serta sesekali mencontohkanya.
Berdasarkan temuan penulis dilapangan melalui observasi, dalam
pelaksanaan pembelajaran pada materi shalat berjama’ah, sebelum
mendemonstrasikan tentang tata cara shalat berjama’ah. Guru menjelaskan
26
Wawancara dengan bapak SW, pada tanggal. 9 Oktober 2014
48
materinya terlebih dulu secara rinci agar siswa mudah memahaminya, setelah
siswa sudah mengerti baru guru dan siswa melakukan demonstrasi27
.
Dalam memberikan penjelasan tentunya tidak hanya guru yang menjadi
perhatian tetapi para siswa yang diberikan penjelasan. Maka dari itu penulis
juga menanyakan pendapat dan tanggapan dari beberapa siswa kelas VII MTs
Miftahul Jannah Mangkatip tentang pelaksanaan prosedur ini.
Berikut pernyataan informan yang berinisial NF tentang pelaksanaan
metode demonstrasi: “Biasanya bapak menjelaskan terlebih dahulu kepada
kami tentang pembelajaran yang akan kami praktekkan. Agar kami mudah
untuk memahami materinya”.28
Selanjutnya siswi NS juga menyatakan pendapatnya yang tidak jauh
berbeda dengan pernyataan di atas siswa sebelumnya dapat dilihat sebagai
berikut; “Iya bapak menjelaskan secara rinci tentang materi yang diajarkan
dan juga sesekali bapak mencontohkan gerakan sholat tersebut kepada
kami.”29
. Sementara itu juga siswa HI menambahkan pernyataannya tentang
pelaksanaan penerapan metode demonstrasi yaitu sebagai berikut: “Bapak
sering menjelaskan sambil memberikan contoh kepada kami, tentang tata cara
shalat berjama’ah”30
.
27
Observasi Saat Proses Pembelajaran Pada Tanggal 9 Oktober 2014 di mosalla 28
Wawancara dengan NF siswa, pada tanggal. 13 Oktober 2014 29
Wawancara dengan NS siswa, pada tanggal. 13 Oktober 2014 30
Wawancara dengan HI siswa, pada tanggal. 13 Oktober 2014
49
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru SW dan beberapa siswa,
dalam pelaksanaan pembelajaran guru SW terlebih dahulu menjelaskan materi
atau topik pembelajaran yang akan didemonstrasikan. Hal ini akan
mempermudah pelaksanaan demonstrasi nantinya, dan didalam menjelaskan
guru juga sesekali memberikan contoh gerakan shalat.
Berdasarkan temuan penulis dilapangan melalui observasi, dalam
pelaksanaan pembelajaran pada materi shalat berjama’ah, guru memberikan
penjelasan kepada siswa terlebih dulu tentang shalat berjama’ah dan sesekali
memperagakan kepada mereka.31
Dalam hal ini, pelaksanaan tata cara shalat berjama’ah terdapat
beberapa poin serta menjadi permasalah penulis yaitu sebagai berikut;
a. Mengatur Tata Cara Saf Dalam Shalat Berjama’ah
Sebelum dilaksanakannya shalat berjama’ah terlebih dulu imam
mengatur saf makmum dan memerintahkan makmum untuk meluruskan
serta merapatkan safnya agar shalat berjama’ah dapat diselenggarakan.
Hal ini yang melandasi pengaturan tata cara saf dalam sholat
berjama’ah yang dilaksanakan di mosalla, seperti yang dituturkan oleh
bapak SW selaku guru fikih sebagai berikut:
Di sini saya melaksanakan metode demonstrasi di dalam
mosalla Nurul Hikmah. Sebelumnya saya meperagakan terlebih dulu
menjelaskan materi tentang tata cara mengatur saf dalam shalat
berjama’ah dan di selingi dengan mencontohkannya setelah mereka
paham, baru saya meminta beberapa siswa untuk menjadi imam dan
31
Observasi pada tanggal 9 Oktober 2014
50
yang lain menjadi makmum. Kemudian memerintahkan imam untuk
mengatur saf, saya meliat imam mampu mengatur saf makmumnya
dengan semporna. Yaitu memerintahkan makmumnya untuk
merapatkan safnya.32
Selain dengan guru fikih, penulis juga melakukan wawancara kepada
siswa. Berikut ini di uraikan dari hasil wawancara dengan siswa di MTs
Miftahul Jannah. Bagaimana pendapat siswa tentang pelaksanaan metode
demonstrasi oleh guru SW dengan pokok bahasan tata cara pengaturan saf.
Berikut hasil wawancara dengan, NF, siswa kelas VII MTs Miftahul
Jannah Mangkatip, NF mengemukakan: “Iya, kami melakukan
pembelajaran di mosalla Nurul Hikmah, bapak menjelaskan dulu sambil
mencontohkan, baru kami memperagakannya”.33
Hal yang sama juga diungkapkan HI: “Bapak menjelaskan materinya
terlebih dulu setelah kami paham baru kami memperagakannya”.34
Berdasarkan hasil wawancara tersebut penulis dapat memahami
bahwa guru melaksanakan metode demonstrasi di Mosalla Nurul Hikmah,
guru menjelaskan materinya. Setelah menjelaskan, guru tersebut meminta
beberapa siswa untuk menjadi imam dan yang lain menjadi makmum,
untuk mempraktekan tata cara mengatur saf. Dalam hal ini siswa kelas
VII MTs Miftahul Jannah, mampu memahami dan memperagakan cara
pengaturan safnya.
32
Wawancara dengan bapak SW duru fikih pada tanggal 13 Oktober 2014 33
Wawancara sama siswa NF kelas VII di MTs Miftahul Jannah pada tanggal 16 Oktober
2014 34
Wawancara sama siswa HI kelas VII di MTs Miftahul Jannah pada tanggal 16 Oktober
2014
51
Selain itu dari hasil pengamatan penulis, pada saat pelaksanaan
metode demonstrasi, guru memanfaatkan ruang Mosalla untuk tempat
praktikum, sedangkan dalam pelaksanaan guru menjelaskan terlebih dahulu
materi tentang tata cara pengaturan saf. setelah mereka mengerti, guru
langsung meminta kepada beberapa siswa untuk menjadi imam dan yang
lain menjadi makmum, pada saat memperagakan pengaturan saf siswa
mampu melaksankan dengan baik35
.
b. Pelaksanaan Cara Makmum Masbuk
Dalam shalat berjama’ah tentu terdapat makmum yang terlambat
datang disaat imam melaksanakan sholat satu raka’at atau lebih, kalau
makmum datang setelah niat maka makmum mengucapkan
takbiratulihram. Sedangkan ketika imam rukuk, ia harus langsung rukuk
untuk mengikuti imam.
Hal ini yang melandasi penggunaan metode demonstrasi dalam
pembelajaran fikih dengan materi tata cara makmum masbuk seperti yang
telah dituturkan oleh guru SW sebagai berikut:
Saya menggunakan metode demonstrasi dengan materi tata
cara makmum masbuk, di sini saya menyampaikan materi dengan
rinci serta memperagakannya kepada siswa, seperti makmum yang
tertinggal saat imam sudah niat. Kemudian saya meminta kepada
siswa untuk menjadi makmum masbuk dimana imam sudah berniat.
Maka dengan sigap makmum tersebut mengikuti imam dengan
takbiratulihram. Selanjutnya saya meminta kepada mereka cara
makmum masbuk disaat imam sudah rukuk, sesuai dengan
35
Observasi Pada Tanggal 16 Oktober 2014 di mosalla
52
penjelasan saya mereka yang sebagai makmum langsung rukuk
ketika melihat imam sudah dalam keadaan rukuk36
.
Selain dengan guru penulis juga menanyakan kepada siswa yang
dipilih menjadi informan penulis untuk mengetahui kebenarannya, penulis
menanyakan kepada NF, apakah guru fikih mengajar tentang tata cara
mekmum masbuk di demonstrasikan, berikut tutur dari NF sebagai berikut:
Iya, bapak SW sealalu memperagakan kepada kami pada setiap
materi yang iya ajarkan, di antaranya pelaksanaan cara makmum
masbuk. Kemudian memberi kesempatan kepada kami untuk
memperagakannya, mulai dari makmum terlambat satu raka’at atau
lebih dan seterusnya37
.
Kemudian penulis juga menanyakan kepada siswa yang lain yaitu
dengan NS, bagaimana pernyataannya dapat dilihat sebagai berikut:
“Bapak SW mengajarkan kami tentang sholat berjama’ah dengan materi
tata cara makmum masbuk selalu memperagakan atau mencontohkan
bagaimana gerakan makmum masbuk itu sendiri”.38
Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi, dalam
proses pembelajaran, guru SW mengggunakan metode demonstrasi dengan
materi tata cara makmum masbuk, kemudian memberi kesempatan kepada
siswa untuk memperagakannya, seperti makmum terlambat satu raka’at
atau lebih, ketinggalan di saat niat, bahkan ketinggalan di waktu rukuk.
36
Wawancara dengan bapak SW selaku guru fikih pada tanggal 13 Oktober 2014 37
Wawancara sama siswa NF kelas VII di MTs Miftahul Jannah pada tanggal 16 Oktober
2014 38
Wawancara sama siswa NS kelas VII di MTs Miftahul Jannah pada tanggal 16 Oktober
2014
53
Setelah itu siswa mempergakan atau memparaktekkan proses
pembelajarannya39
.
c. Tata Cara Mengingatkan Imam Yang Lupa
Di dalam tata cara mengingatkan imam yang lupa ada beberapa cara
yang harus diperhatikan ketika mendapatkan imam yang lupa bacaan atau
bilangan raka’atnya, dari hasil wawancara dengan bapak SW selaku guru
fikih menuturkan pendapatnya sebagai berikut:
Saya mengajarkan siswa bagaimana cara mengingatkan imam
yang lupa atau salah bacaan dan jumlah raka’at dalam shalat
berjama’ah. Dimana di dalam shalat berjama’ah yang imam sering
lupa yaitu dalam hal bacaannya, maka dari itu saya memerintahkan
siswa untuk menjadi imam, kemudian saya dan siswa yang lain
menjadi makmum. Di saat imam mulai membaca surah pendek
ternyata imam lupa dengan kelanjutan surah tersebut maka siswa di
samping saya langsung membenarkan bacaan imam sampai imam
ingat kembali40
.
Berdasarkan hasil wawancara bapak SW selaku guru fikih,
mengajarkan siswa bagaimana cara mengingatkan imam yang lupa, dimana
guru SW meminta kepada siswa menjadi imam dan siswa yang lain
menjadi makmum, pada saat pelaksanaannya imam lupa dalam bacaan
surah maka dengan cepat makmum yang dibelakang membenarkan setelah
imam ingat baru makmum berhenti untuk mengingatkan imam tersebut.
39
Observasi pada tanggal 16 Oktober 2014 40
Wawancara bapak SW Selaku Guru Fikih di MTs Miftahul Jannah pada tanggal 13
Oktober 2014
54
Berdasarkan hasil temuan dalam observasi dan dukomentasi, yang
penulis lakukan sesuai dengan permasalahan di atas tentang bagaimana tata
cara mengingatkan imam yang lupa. Di sini siswa yang memperagakan
bagaimana jadi imam dan menjadi makmum, apabila siswa yang menjadi
imam lupa dalam bacaan maka makmum di langsung mengingatkan
dengan membenarkan bacaan imam tersebut sampai imam ingat kembali41
.
Penulis juga menanyakan kepada siswa bagaimana bapak SW
mengajar tentang tata cara mengingatkan imam yang lupa berikut NF
memberikan pertanyatannya;
Dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan tentang tata
cara mengingatkan imam yang lupa. Dalam hal bacaan imam, disini
saya yang menjadi imam dan yang lain menjadi makmum. Kemudian
saya salah dalam pengucapan lalu makmum yang dibelakang saya
langsung membenarkan bacaan saya42
.
Kemudian penulis melanjutkan pertanyaan kepada siswa yang lain
yang perperan sebagai makmum berikut NS berpendapat:
Iya, saya kebetulan menjadi makmum, yang berada paling
belakang sebab saya perempuan disaat imam salah dalam bacaan
maka makmum di depan saya yang membenarkan43
.
Selanjutnya HI juga memberikan pernyataannya tentang bagaimana
cara mengingatkan imam yang lupa dan sekaligus sebagai penguatan data
yang penulis gali berikut pernyataannya;
41
Observasi Pada Saat Proses Pembelajaran Pada Tanggal 23 Oktober 2014 42
Wawancara sama siswa NF kelas VII di MTs Miftahul Jannah pada tanggal 23 Oktober
2014 43
Wawancara sama siswa NS kelas VII di MTs Miftahul Jannah pada tanggal 23 Oktober
2014
55
Saya diperintahkan menjadi makmum saat proses
memperagakan dalam shalat berjama’ah imam di depan lupa surah
yang dibaca dengan spontan saya membenarkan dan mengingatkan
imam setelah imam ingat maka saya berhenti mengingatkannya44
.
Sesuai dengan wawancara, observasi dan dokumentasi kepada guru
SW dan beberapa siswa diantaranya NF, NS dan HI. Bahwa dalam
pembelajaran fikih pada pokok bahasan tentang tata cara mengingatkan
imam yang lupa dalam bacaan dan gerakan berjalan dengan baik semua
siswa mengerti dan mampu memperagakan apa yang didemonstrasikan
oleh guru SW. Dari mulai membenarkan bacaan imam bahkan sampai
memberi isyarat kepada imam45
.
d. Tata Cara Menggantikan Imam Yang Batal
Cara mengantikan imam yang batal diwajibkan kepada makmum
yang tepat dibelakang imam, maka dari itu makmum yang dibelakang
orang tahu dalam ilmu Agama, dan juga orang yang siap menggantikan
posisi imam. Sesuai dari hasil wawancara dengan guru SW selaku guru
fikih yang mengatakan pendapat sebagai berikut:
Dalam tata cara menggantikan imam yang batal, di sini sering
ada kesalahan pada siswa dimana dalam menggantikan imam,
makmum tidak tau isyarat yang diberikan imam. Oleh sebab itu saya
sendiri yang memperagakan terlebih dulu, setelah mereka paham
baru saya meminta di antara mereka menjadi imam yaitu NF, dan HI
menjadi makmum. Dalam pelaksanaannya masih terdapat kesalahan
yaitu telat untuk menggantikan imam karena ketidak tahuan siswa,
maka dari itu harus diulang kembali sampai mereka mampu
44
Wawancara sama siswa HI kelas VII di MTs Miftahul Jannah pada tanggal 23 Oktober
2014 45
Observasi pada tanggal 23 Oktober 2014
56
memperagakan secara baik. Oleh sebab itu, orang yang berada
dibelakang imam harus orang yang tahu ilmu Agama.46
.
Selain itu dari hasil wawancara dan temuan penulis dilapangan guru
fikih sudah melaksanakan pembelajaran dengan semestinya seperti cara
menggantikan imam yang batal, jika terdapat imam yang batal maka yang
wajib menggantikan makmum yang tepat berada dibelakang imam. Tetapi
ada terdapat kesalahan pada makmum karena tidak tau dengan isyarat dari
imam, oleh sebab itu sebagai makmum sekaligus orang yang bisa
menggantikan imam, jika imam batal orang yang di isyaratkan tahu dalam
hukum Agama dan mengerti dengan isyarat dari imam47
.
Sesuai dengan permasalahan penulis juga menanyakan kepada
informan yaitu beberapa siswa yang mewakili dapat dilihat sebagai berikut:
HI, dalam tata cara menggantikan imam yang batal kebetulan
saya ditugaskan menjadi makmum sekaligus yang akan
menggantikan imam, disaat imam batal imam mengisyaratkan kepada
saya dengan menggeserkan badannya kekiri sedikit namun saya tidak
mengerti dengan isyarat imam saya kira mau bergeser saja tidak
langsung keluar, setelah beberapa kali baru saya mengerti48
.
Selanjutnya pernyataan siswa yang lain yaitu NF selaku siswa berikut
pernyataannya sebagai berikut:
NF, iya, saya disini ditugaskan menjadi imam, dimana saya
saat melakukan sholat berjama’ah dalam keadaan batal maka saya
memberi isyarat kepada makmum yang dibelakang bahwa saya batal
dengan menggeserkan badan kekiri dan langsung keluar seketika itu
46
Wawancara bapak SW Selaku Guru Fikih di MTs Miftahul Jannah pada tanggal 13
Oktober 2014 47
Observasi Pada Tanggal 23 Okrober 2014 48
Wawancara sama siswa HI kelas VII di MTs Miftahul Jannah pada tanggal 23 Oktober
2014
57
namun makmum tidak maju sedikitpun, ternyata makmum tidak tua
dengan isyarat yang saya berikan sering terjadi kesalahan49
.
Berdasarkan hasil wawancara sekaligus observasi dalam pelaksanaan
demonstrasi sangat terlaksana dengan baik, tetapi ada juga kesalahan dalam
memperagakannya yaitu saat imam batal dan ingin keluar dari barisan
ternyata makmum tidak mengerti dengan isyarat yang diberikan imam
sehingga berulang kali untuk mengulang sholatnya50
.
2. Faktor-faktor Pendukung dalam Penerapan Metode Demonstrasi Pada
Materi Sholat Berjama’ah kelas VII MTs Miftahul Jannah Mangkatip
Dalam pelaksanaan metode pada proses belajar mengajar untuk
pemahaman siswa pada bidang studi fikih materi sholat berjama’ah juga
terdapat faktor pendukungnya yang juga akan berpengaruh terhadap proses
pembelajaran.
Berdasarkan wawancara dengan guru SW terdapat beberapa faktor
pendukung dalam pelaksanaan metode demonstrasi pada meteri sholat
berjama’ah kelas VII di MTs Miftahul Jannah diantaranya adalah;
Faktor pendukung itu diantaranya, adanya ruang mosalla yang
terdiri dari tempat shalat, peralatan shalat, tempat wudhu, WC dan lain-
lain. Serta adanya respon siswa terhadap metode yang digunakan dan
minat siswa terhadap materi yang di ajarkan. Kemudian adanya
dukungan dari sekolah dengan memberi kebebasan kepada guru untuk
memilih ruangan yang ia inginkan dan memilih metode apapun yang di
nilai guru cocok dalam melaksanakan pembelajaran51
.
49
Wawancara sama siswa NF kelas VII di MTs Miftahul Jannah pada tanggal 23 Oktober
2014 50
Observasi pada tanggal 23 Oktober 2014 51
Wawancara dengan bapak SW pada tanggal 24 Oktober 2014 di rumah
58
Selanjutnya saya menanyakan kepada kepala sekolah yang berinisial SS
mengenai dukunganya dan dukungan dari sekolah terhadap guru sebagai
berikut:
Saya selaku kepala sekolah memberi kebebasan kepada guru
tersebut untuk melaksanakan pembelajaran dimanapun mau di sekolah
ataupun di mosalla selagi itu bisa mencapai tujuan yang kami inginkan.
Serta memakai metode yang seperti apa yang menurutnya baik dan
membuat siswa cepat menangkap apa yang diajarkannya52
.
Berdasarkan wawancara di atas dapat dilihat bahwa didalam
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi faktor
yang mendukung yaitu, adanya dukungan dari sekolah dengan memberikan
keleluasaan kepada para guru dalam menerapkan metode demonstrasi,
diruangan kelas maupun di mosalla dan juga adanya respon positif dari siswa
dalam pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi terhadap
meteri yang disampaikan oleh guru SW selaku guru fikih.
Berdasarkan hasil observasi dan temuan penulis di lapangan terdapat
beberapa faktor pendukung diantaranya, yaitu dalam pelaksanaan metode
demonstrasi pada materi shalat berjama’ah adanya respon siswa terhadap
pelajaran yang guru berikan dan juga adanya dukungan dari sekolah baik itu
untuk pemilihan metode maupun ruangan yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Dimana proses pembelajaran tersebut dilakukan di mosalla
Nurul Hikmah53
.
52
Wawancara sama kepala sekolah yang berinisial SS pada tanggal 24 Oktober 2014 53
Observasi dan Dukomentasi tanggal 30 Oktober 2014
59
Selain itu wawancara kepada beberapa siswa tentang faktor pendukung
dalam proses pembelajaran yang di lakukan guru SW di mosalla. Berikut
pernyataan NF selaku siswa yaitu:
Saya melihat ada beberapa faktor pendukung dalam proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru SW selaku guru fikih yang
pertama ruangan yaitu dimosalla dimana terdapat peralatan yang
lengkap sehingga mudah untuk kami memperagakan semua gerakan
sholat berjama’ah, kedua adanya dukungan dari sekolah maupun dari
sekolah dan tak lupa dukungan dari masyarakat sekaligus kaum yang
mengijinkan untuk memakai mosalla54
.
Kemudiaan penulis menanyakan kepada siswa yang lain yang memberi
pernyataan yang tidak jauh berbeda dengan NF berikut tutur dari HI:
Dalam pelaksanan proses pemebelajaran yang dilakukan di
mosalla terdapat beberapa faktor pendukung yaitu adanya dukungan
dari sekolah dan memberi kebebasan kepada bapak untuk memilih
ruangan55
.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan dapat
dipahami dalam proses pembelajaran terdapat faktor pendukung di antaranya
ada dukungan dari sekolah maupun kepala sekolah dan dukungan dari pihak
yang menjaga Mosalla yang mempersilahkan untuk memakai Mosalla tersebut
yaitu kaum Mosalla atau orang yang menjaga mosalla itu, serta Mosalla yang
bersih sehingga mempermudah siswa untuk memperagakan semua gerakan
sholat berjama’ah56
.
54
Wawancara sama siswa NF kelas VII di MTs Miftahul Jannah pada tanggal 30 Oktober
2014 55
Wawancara sama siswa NS kelas VII di MTs Miftahul Jannah pada tanggal 30 Oktober
2014 56
Observasi pada tanggal 30 Oktober 2014
60
3. Faktor-faktor Penghambat dalam Penerapan Metode Demonstrasi Pada
Materi Sholat Berjama’ah kelas VII MTs Miftahul Jannah Mangkatip
Dalam pelaksanaan metode pada proses belajar mengajar untuk
pemahaman siswa pada bidang studi fikih pada materi sholat berjama’ah juga
pasti terdapat faktor penghambat yang juga akan berpengaruh terhadap proses
pembelajaran.
Berdasarkan wawancara dengan guru SW terdapat beberapa faktor
penghambat dalam pelaksanaan metode demonstrasi pada meteri sholat
berjama’ah kelas VII di MTs Miftahul Jannah diantaranya adalah;
Faktor penghambat yang pertama, soal waktu karena letak mosalla
agak jauh dari sekolah sekitar 150 M sehingga waktu untuk menuju
mosalla sudah menyita waktu yang banyak, kedua tidak adanya
kesiapan dari siswa seperti tidak membawa peralatan sholat bagi
perempuan mukena dan sejadah. Kemudian tidak adanya kedisiplinan,
pada saat pembelajaran berlangsung ada beberapa siswa yang hanya
main-main dan tidak memperhatikan apa yang dijelaskan, sehingga
tujuan yang ingin dicapai tidak semuanya berjalan dengan baik57
.
Berdasarkan wawancara di atas dapat dipahami bahwa faktor
penghambat dalam pelaksanaan metode demonstrasi sendiri ialah, yang
pertama dalam hal waktu dimana waktu di sini sangat penting karena di saat
menuju ke mosalla saja memakan waktu yang lumayan sehingga menjadi
penghambat jalannya suatu proses. Kedua adanya beberapa siswa yang kurang
perhatianya terhadap pembelajaran seperti bermain-main di saat guru SW
57
Wawancara sama bakap SW selaku guru fikih pada tanggal 13 Oktober 2014
61
menjelaskan dan memperagakan sehingga tidak memperhatikan bagaimana
gerakan sholat berjama’ah.
Selain itu penulis juga melakukan wawancara kepada siswa untuk
menanyakan tentang apa faktor penghamabat dalam proses pembelajaran
dengan NS sebagai berikut:
Saya melihat dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh
bapak SW selaku guru fikih, dimana ada terdapat faktor pengahambat
yaitu dalam hal waktu tidak cukupnya waktu dalam penyampaian materi
karena waktu kami menuju Mosalla sudah menyita waktu yang cukup
berpengaruh, dan ada teman saya yang tidak mengerti yang di
sampaikan oleh guru. maka guru mengulang lagi penjelasannya
sehingga waktu banyak terbuang58
.
Berdasarkan observasi dan temuan peneliti dilapangan ditemukan faktor
penghambat bagi guru fikih dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode demonstrasi yaitu dalam hal waktu karena letak mosalla
agak jauh dari sekolah sehingga waktu menempuh mosalla dan
mempersiapkan peralatan sholat memakan waktu yang lumayan sehingga
tidak cukup satu materi terlaksana. Kemudian adanya siswa yang kurang
dalam menangkap tentang apa yang diajarkan guru, sehingga guru mengulang
kembali penjelasan itu sangat membuang waktu yang banyak59
.
58
Wawancara sama siswa NS kelas VII di MTs Miftahul Jannah pada tanggal 30 Oktober
2014 59
Observasi Saat Proses Pembelajaran Pada Tanggal 30 Oktober 2014
62
C. Pembahasan
1. Penerapan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Fikih Materi
Sholat Berjama’ah Kelas VII Di MTs Miftahul Jannah Mangkatip
Kabuparen Barito Selatan.
Penerapan suatu metode dalam pelaksanaan pembelajaran tentunya
terdapat beberapa poin. Demikian halnya dengan metode demonstrasi yang
diterapkan oleh guru SW dalam pembelajaran Fikih pada materi shalat
berjama’ah di MTs Miftahul Jannah Mangkatip. Di dalam pelaksanaan
metode demonstrasi dengan materi shalat berjama’ah, dalam hal; 1) Cara
mengatur saf. 2) Pelaksanaan Cara makmum masbuk. 3) Cara mengingatkan
imam yang lupa. 4) Cara menggantikan imama yang batal.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis temukan dalam pelaksanaan
metode demonstrasi, proses pelaksanaan demonstrasi yang perlu di siapkan
adalah peralatan untuk shalat, dengan menugaskan kepada siswa untuk
membawa peralatan masing-masing sesuai gender (jenis kelamin).
Selanjutnya menyiapkan meteri yang akan di demonstrasikan, serta
mempersiapkan sarana dan prasarana guru memanfaatkan mosalla Nurul
Hikmah walaupun mengundang konsekwensi-konsekwensi tertentu, selain
juga mengandung keunggulan di sisi lainnya. Adapun penerapan metode
demonstrasi tersebut terdiri dari: 1) Tata cara pengaturan saf, guru meminta
kepada beberapa siswa untuk memperagakannya, salah satu menjadi imam
dan yang lain menjadi makmum, pada saat memperagakan pengaturan saf,
63
siswa mampu melaksanakannya dengan baik, seperti memerintahkan para
makmum untuk merapatkan safnya. Sesuai dengan teori T Ibrahim H.
Darsono Dalam sholat berjama’ah, seorang imam disunnahkan untuk
memerintah para makmum agar merapatkan dan meluruskan safnya sebelum
shalat dimulai. Serta mengatur kedudukan makmum dan imam60
.
2)Pelaksanaan Tata cara makmum masbuk, guru SW menyampaikan materi
dengan rinci serta sesekali mempergakannya kepada siswa, seperti makmum
yang tertinggal saat imam sudah niat. Kemudian guru meminta kepada siswa
untuk menjadi makmum masbuk di saat imam sudah berniat. Maka dengan
sigap makmum tersebut mengikuti imam dengan langsung takbiratulihram.
Selanjutnya guru meminta kepada mereka cara makmum masbuk di saat imam
sudah rukuk, sesuai dengan penjelasan guru mereka yang sebagai makmum
langsung rukuk ketika melihat imam sudah dalam keadaan rukuk. 3) Cara
mengingatkan imam yang lupa atau salah bacaan. Dimana di dalam sholat
berjama’ah yang imam sering lupa yaitu dalam hal bacaannya, maka dari itu
guru memerintahkan siswa untuk menjadi imam, kemudian guru dan siswa
yang lain menjadi makmum. Di saat imam mulai membaca surah pendek
ternyata imam lupa maka siswa di samping guru langsung membenarkan
bacaan imam tersebut sampai imam ingat kembali 4) Cara menggantikan
imam yang batal di sini sering ada kesalahan pada siswa dimana dalam
menggantikan imam. Pelaksanaannya masih terdapat kekeliruan, seperti
60
T Ibrahim H. Darsono Penerapan Fiqih Kelas VII Madrasah Tsanawiyah, Bandung; CV
Remaja Rusda Karya. 2004,h, 48
64
terlambat untuk menggantikan imam yang batal, karena siswa tidak mengerti
sehingga harus mengulang kembali sampai benar-benar mengerti. Demikian
juga dengan pendapat T Ibrahim H. Darsono. Imam yang batal dapat
digantikan oleh makmum yang tepat berada di belakangnya. Imam dapat
meminta diganti melalui isyarat. Agar syarat tersebut mudah dipahami,
makmum yang berada di belakang imam di syariatkan orang yang paham ilmu
Agama. Oleh kerena itu sebaiknya makmum yang berada dibelakang imam
adalah orang yang siap menggantikan kedudukan imam.61
2. Faktor-faktor Pendukung Dalam Penerapan Metode Demonstrasi Pada
Mata Pelajaran Fikih Materi Sholat Berjama’ah Kelas VII Di MTs
Miftahul Jannah Mangkatip Kabuparen Barito Selatan.
Faktor pendukung dalam suatu penerapan metode dalam pelaksanaan
pembelajaran, tentu tidak akan terlepas bagitu saja. Karena faktor-faktor inilah
yang juga akan menentukan apakah pelaksanaan metode tersebut dapat
dilaksanakan atau tidak.
Demikian Juga Dalam Penerapan Metode Demonstrasi Pada Mata
Pelajaran Fikih Materi Shalat Berjama’ah Kelas VII Di MTs Miftahul Jannah
Mangkatip Kabupaten Barito Selatan. Tentunya ada faktor-faktor yang
mempengaruhi. Adapun yang mendukung dari penerapan ini ialah, adanya
dukungan dari sekolah dalam memberikan kebebasan kepada guru untuk
61
T Ibrahim H. Darsono Penerapan Fikih Kelas VII Madrasah Tsanawiyah, Bandung; CV
Remaja Rusda Karya. 2004, h.51
65
menerapkan metode yang sesuai dengan mata pelajaran dan materi yang akan
guru ajarkan. Kemudian kepala sekolah memberikan kebebasan kepada guru
untuk memilih serta ruangan yang akan ia gunakan seperti ruang mosalla
Nurul Hikmah dan adanya respon positif dari siswa taerhadap metode yang
diterapkan oleh guru SW dalam pembelajaran fikih dengan materi sholat
berjama’ah.
3. Faktor-faktor Penghambat Dalam Penerapan Metode Demonstrasi Pada
Mata Pelajaran Fikih Materi Sholat Berjama’ah Kelas VII Di MTs
Miftahul Jannah Mangkatip Kabuparen Barito Selatan.
Adapun faktor penghambat yang terjadi dalam penerapan metode
demonstrasi ini adalah. dalam hal waktu karena letak mosalla agak jauh dari
sekolah sehingga waktu menuju Mosalla dan mempersiapkan peralatan sholat
memakan waktu yang lumayan sehingga tidak cukup satu materi terlaksana.
Kemudian adanya siswa yang kurang dalam menangkap tentang apa yang
diajarkan guru, sehingga guru mengulang kembali penjelasan itu sangat
membuang waktu yang banyak.