42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.I.1 Siklus Pertama 4.1.1.1 Perencanaan Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah sebagai berikut 1) Peneliti bersama-sama dengan mitra pelaksana menentukan pokok bahasan yang akan dipakai, dalam hal ini adalah kompetensi dasar mengarang deskripsi khususnya deskripsi sugestif. Disamping itu, peneliti juga menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis KTSP. Peneliti tidak lupa juga memilih media gambar untuk mengarang yaitu media gambar cetak. 1) Gambar yang dipilih adalah gambar yang dikenal siswa, edukatif, dengan warna kontras dengan tema “Jembatan Layang Ampera” . Jembatan yang menghubungkan Seberang Ulu dan Seberang Ilir dimana di bawah jembatan terdapat sungai”Musi” 2) Peneliti menyiapkan instrument yang akan digunakan yaitu Lembar jawab karangan siswa , fotokopi gambar untuk setiap siswa, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi perencanaan rpp. Pengamatan dilakukan oleh guru mitra (kolabor) terkait dengan perencanaan pembelajaran dan proses pelaksanaannya. Hasil yang diperoleh sebagai berikut.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil …digilib.unila.ac.id/457/6/Rochmawati_Bab IV.pdfdengan tema “Jembatan Layang Ampera” . Jembatan yang menghubungkan Seberang

  • Upload
    phamnga

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.I.1 Siklus Pertama

4.1.1.1 Perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah sebagai berikut

1) Peneliti bersama-sama dengan mitra pelaksana menentukan pokok bahasan yang akan

dipakai, dalam hal ini adalah kompetensi dasar mengarang deskripsi khususnya deskripsi

sugestif.

Disamping itu, peneliti juga menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis

KTSP. Peneliti tidak lupa juga memilih media gambar untuk mengarang yaitu media gambar

cetak.

1) Gambar yang dipilih adalah gambar yang dikenal siswa, edukatif, dengan warna kontras

dengan tema “Jembatan Layang Ampera” . Jembatan yang menghubungkan Seberang Ulu

dan Seberang Ilir dimana di bawah jembatan terdapat sungai”Musi”

2) Peneliti menyiapkan instrument yang akan digunakan yaitu Lembar jawab karangan siswa ,

fotokopi gambar untuk setiap siswa, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi

perencanaan rpp.

Pengamatan dilakukan oleh guru mitra (kolabor) terkait dengan perencanaan pembelajaran dan

proses pelaksanaannya. Hasil yang diperoleh sebagai berikut.

Tabel 4.1Data Penilaian Perencaan Pembelajaran Siklus Pertama

No Indikator

Siklus Pertama

Skor Catatan

1 Kejelasan perumusan tujuan

pembelajaran

4 Uraian cukup jelas

2 Pemilihan materi ajar

3

Penggunaan frase ajektif dalam

paragraph deskriptif tidak

terpakai

3 Pengorganisasian materi ajar 4

Cukup relevan

4 Pemilihan sumber /media

pembelajaran 3

Media gambar kurang dikenal

siswa

5 Kejelasan skenario

pembelajaran 3

Ada satu skenario kurang tepat

6 Kerincian skenario

pembelajaran 3

Penetapan waktu kurang tepat

7 Kesesuaian teknik dengan

tujuan pembelajaran 4

Cukup relevan

8 Kelengkapan instrumen 4

Cukup relevan

Rerata 28 28: 40 x 100 = 70 (Sedang)

Skor tertinggi dalam setiap indikator pada data penilaian perencanaan pembelajaran adalah 4,

sementara rentang nilai setiap indicator adalah nol sampai dengan lima (0-5). Bila dalam

penilaian perencanaan pembelajaran terdapat nilai 3 maka ada indicator yang belum memenuhi

kriteria penilaian standar. Oleh sebab itu bi)la ada indicator yang belum mencapai nilai standar

terdapat catatan yang belum memenuhi dalam criteria standar itu. Berdasarkan data penilaian di

atas rata-rata penilaian yang diberikan oleh kolabor (mitra) adalah 70(sedang), maka rencana

pelaksana pembelajaran perlu diperbaiki.

4.1.1.2 Pelaksanaan

Proses pembelajaran konstruktuvis lebih menekankan pada informasi yang diterima siswa

menjadi bermakna dan relevan bagi siswa, memberikan kesempatan pada siswa untuk

menemukan dan menerapkan sendiri ide-idenya.

Pembelajaran konstruk membuat siswa kreatif, menuangkan pengalamannya ke dalam karangan

sesuai dengan gambar yang ditayangkan Dalam proses pembelajaran konstruk siswa juga

melakukan diskusi dengan kawan di sampingnya dan tanya jawab bila mengalami kesulitan.

Siklus I dilaksanakan pada bulan Juli 2009, dengan pertemuan sebanyak 1 kali. Peneliti dan

kolabor masuk kelas yang dikenai tindakan, setelah membaca doa bersama, guru (peneliti)

melaksanakan administrasi kelas seperti biasa.

Kegiatan selanjutnya adalah guru menjelaskan bahwa materi hari ini adalah mengarang dengan

kompetensi dasar mengarang deskripsi (deskripsi sugestif) yang bertujuan siswa dapat

mendeskripsikan secara luas dan rinci apa yang dilihat, siswa dapat mendeskripsikan gambar

yang dilihat dengan menggunakan bahasa yang baik. Guru menjelaskan hal-hal yang belum jelas

selama pembelajaran berlangsung, siswa boleh berdiskusi dengan teman atau bertanya dengan

guru.

Setelah menjelaskan guru mulai memaparkan materi pembelajaran, dimulai dengan mengajukan

pertanyaan kecil untuk merangsang siswa berpikir lebih lanjut. Kegiatan selanjutnya guru

memberikan fotokopi gambar untuk dideskripsikan oleh siswa dengan menggunakan lembar

jawab karangan siswa.

Setelah enam puluh menit kemudian siswa (perwakilan) membacakan hasil deskripsinya di

depan kelas, sementara siswa yang tidak maju menuliskan rangkuman hasil pembacaan

deskripsi temannya. guru bersama siswa menyimpulkan hasil deskripsinya. Dalam penilaian

pelaksanaan pembelajaran peneliti melakukan penilaian pada aktivitas siswa yang tergambar

dalam tabel berikut.

Tabel 4.2 Penilaian Aktivitas Siswa Siklus Pertama Kelas X2 dan X3

No Aspek

Rerata aktivitas

siswa Keterangan

X2 X3

1 Kerja sama

antarindividu

3 3 Siswa cukup dalam kerjasama

diskusi

2 Keantusiasan

berdiskusi

3 3 Siswa cukup antusias

3 Keaktifan siswa 3 3 Siswa cukup aktif dalam

diskusi

4 Teknik memberikan

ide/gagasan 3 3

Siswa lumayan dalam

mengemukakan pendapat, bisa

dipahami

5 Penggunaan waktu 2 2 Pelaksanaan membuat

karangan tidak tepat waktu

Nilai rerata keseluruhan aspek adalah 2,8 dinyatakan cukup. nilai rerata ini menunjukkan

bahwa siswa dalam proses pembelajaran masih belum aktif.

Pelaksanaan aktivitas belajar mengarang deskripsi siswa di kelas X2 pada siklus pertama

mencapai 51,28%, ssementara di kelas X3 mencapai 52,63 %

Dari data persentase di atas menunjukkan kedua kelas tersebut masih pasif.

4.1.1.3 Sistem Penilaian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas, maka analisis

sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan, peneliti melakukan konsultasi dengan ahli dan mitra

untuk memberi penilaian terhadap instrument perencanaan pembelajaran . Hasil penilaian dari

mitra sebesar 0,75

Nilai 0,75 menandakan instrument rencana pembelajaran sangat kuat dan dapat dipakai untuk

rencana pembelajaran dengan kata lain tingginya koefisien reliabilitas rating dapat diartikan

bahwa pemberian rating yang telah dilakukan oleh masing-masing rater adalah konsisten satu

sama lain.

Demikian pula dengan instrument evaluasi kemampuan menulis karangan deskripsi. Para rater

telah memberikan penilaian terhadap kemampuan menulis karangan deskripsi dengan hasil

olahan nilai sebesar 0,7. Penilai konsisten dengan penilaian terhadap instrument ini, karena 0,70

menunjukkan tingginya koefisien reliabilitas rating. Ini berarti instrument evaluasi menulis

karangan deskripsi dapat dipakai sebagai instrument penelitian.

Hasil perhitungan validitas soal uraian di kelas X2 menghasilkan data reliabilitas skor

0,89(sangat kuat), validitas soal 0,82( sangat kuat), tingkat kesukaran 85,23(sangat mudah) Di

kelas X3 reliabilitas skor 0,73(kuat), validitas soal 0,81(kuat), tingkat kesukaran 75,00 (mudah)

4.1.1.4 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskrispi

Hasil penilaian karangan deskripsi siswa diperoleh data di bawah ini

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kemampuan Mengarang deskripsi

Siklus Pertama

NO Rentang Nilai Frekuensi

Persentase

(%) Keterangan

1 75 - 79 15 19,48 Tuntas

2 70 - 74 25 32,46 Tuntas

3 65 – 69 7 9,09 Belum Tuntas

4 60 – 64 9 11,68 Belum Tuntas

5 55 - 59 11 14,28 Belum Tuntas

6 50 - 54 10 12,98 Belum Tuntas

Dari instrumen penilaian tes latihan mengarang diperoleh hasil siswa kelas X2 dan X3 tahun

ajaran 2009/2010, siswa yang mencapai ketuntasan sebesar 51,94 %. Sementara siswa yang

belum mencapai ketuntasan di kedua kelas adalah 48,03% Secara global prestasi mengarang

deskripsi siswa belum mencapai ketuntasan padahal gambar yang ditayangkan adalah gambar

jalan layang “Ampera”,Jembatan yang ada di Sumatra Selatan. Jembatan bersejarah di

Palembang yang menghubungkan antara Seberang Ulu dengan Seberang Ilir ditengahnya

sungai Musi

Hal seperti ini siswa belum bisa mengungkap (mendeskripsikan) denga baik. Hasil karangan

menunjukkan bahwa siswa belum dapat mendeskripsikan dengan jelas dan panjang apa yang

mereka lihat dan pernah alami atau dengar tentang “Ampera”pada jembatan layang tersebut.

Akibat kurang banyaknya pendeskripsiaan jembatan layang itu, pengembangan kalimat,

paragraf, hubungan antarkalimat dan paragraf menjadi kurang.

Kondisi waktu juga mempengaruhi siswa menyelesaikan karangan deskripsi masih kurang tepat.

Saat memulai mengarang siswa terasa kekurangan waktu, karena waktu yang dipergunakan

tidak mencukupi. Hal ini karena isolasi tidak merekat lama, sering pasang – lepas dan

penjelasan tentang teori mengarang terlalu panjang.

4.1.1.4 Refleksi

Hasil yang didapat dari siklus pertama ini dirasakan peneliti cukup memprihatinkan, terutama

pada hasil deskripsi siswa terhadap gambar yang dilihat. Siswa tidak mampu mengungkap

deskripsi gambar jembatan layang Ampera karena siswa belum mengenal gambar yang

diberikan, akibatnya siswa dalam mendeskripsikan gambar hanya sebagian saja,isi karangan

sedikit, belum banyak informasi yang disampaikan. Sebagian besar siswa masih belum

bekerjasama dengan temannya dan terlihat siswa masih bingung melihat gambar yang

ditayangkan karena persepsi mereka ada yang belum pernah ke Palembang sebelumnya atau

gambar ”Jembatan ampera ” itu asing bagi mereka.

Siswa masih belum bisa mengungkapkan gambar jembatan layang ”Ampera” yang

mengakibatkan belum tercapainya ungkapan dalam bentuk kalimat dengan kalimat berikutnya.

Siswa belum dapat mendeskripsikan jembatan yang menghubungkan muara ilir dan muara ulu

dengan runtut.

Mengingat kondisi ini, maka dalam sesi refleksi yang berlangsung Agustus 2009 peneliti

sekaligus guru dan kolabor sepakat untuk melakukan perbaikan pada beberapa poin yang akan

dilakukan pada siklus 2, perbaikan itu diantaranya:

1) Guru pelaksana (peneliti) menugaskan kembali kepada siswa mengarang deskripsi gambar.

Siswa ditugaskan lagi untuk mengamati gambar secara detail.

2) Guru memperpanjang waktu pembelajaran. Sebelumnya sudah direncanakan bahwa setiap

siklus masing-masing 1 kali pertemuan. Siklus 2 dan 3 diubah menjadi 2 sampai 3 kali

pertemuan, dengan menambah penjelasan tentang kebahasaan dan menambah waktu

mengarang dengan gambar yang berbeda atau gambar yang sedikit mudah dideskripsikan.

3) Guru mengupayakan gambar yang mudah dideskripsikan (dikenal) siswa yaitu gambar

”Pantai” dengan segala keramaian yang ada di tepi pantai, sehingga siswa dapat

mengungkap (deskripsikan) dengan lebih baik dan suasana pembelajaran yang dapat

merangsang siswa untuk berpikir lebih kritis, seperti mengajukan lebih banyak lagi

pertanyaan kepada siswa sehingga siswa menjadi sedikti terpancing untuk lebih berpikir.

Berdasarkan tes awal mengarang deskripsi menunjukkan siswa dengan 8 indikator keberhasilan

menunjukkan kurang keseriusan dalam proses pembelajaran dan kurang paham dalam teknik

mengarang. Hasil data menunjukkan hanya 40 siswa tuntas dalam pembelajaran. Dari hasil

pengamatan peneliti sebagai observer 8 indikator karangan yaitu

a Kesesuaian judul dengan Isi

4 Penggunaan dan Penulisan EYD

b Pilihan kata/Diksi

c Struktur kalimat

a Keterpaduan antarkalimat

b Keterpaduan antarparagraf

c Isi keseluruhan

a Menulis karangan dengan rapi dan bersih

Sementara dari hasil tes karangan berikutnya, yang tergambar dalam distribusi frekuensi

menunjukkan jumlah siswa yang mendapatkan nilai 70 sebanyak 40 anak atau 51,94%,

sedangkan siswa yang belum menguasai karangan deskripsi atau belum tuntas 48,03% Maka

dengan mengacu dari data yang ada siswa yang mendapatkan nilai kurang sebanyak 37 anak

(48,03%).

Sementara hasil pengamatan aktivitas proses belajar, siswa masih belum dapat bekerjasama dan

serius dalam kegiatan pembelajaran serta waktu yang terbatas. Selain itu, siswa masih sulit

menerka gambar yang ditayangkan. Siswa masih bertanya gambar tersebut gambar layang

dimana?

Berikut ditambahkan penjelasan mengenai rata-rata nilai setiap aspek kebahasaan pada siklus

pertama dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Aspek Kebahasaan Siklus Pertama

NO Aspek Rata-Rata

Nilai

Skor

Maksimal

Persentase

(%)

1 Kesesuaian judul

dengan Isi 9JI)

3,00 4 75,00

2 Penggunaan dan

Penulisan Ejaan

2,77 4 69,25

3 Pilihan kata (Diksi) 2,75 4 68,75

4 Struktur Kalimat 2,55 4 63,75

5 Keterpaduan

antarkalimat

2,40 4 60,00

6 Keterpaduan

antarparagraf

2,20 4 62,5

NO Aspek Rata-Rata

Nilai

Skor

Maksimal

Persentase

(%)

7 Isi Keseluruhan 2,50 4 62,50

8 Kerapian 3,10 4 77,50

Kemampuan nilai rata-rata mengarang deskripsi siswa menunjukkan bahwa nilai yang mencapai

rata-rata tiga ada pada aspek kesesuaian judul dengan isi, penggunaan dan penulisan ejaan,

pilihan kata, struktur kalimat, isi keseluruhan, dan kerapian, namun dari aspek kebahasaan yang

lain menunjukkan nilai rata-rata dua. Siswa masih ada yang belum memenuihi nilai yang

diharapkan dari segi kebahasaan yaitu keterpaduan antarkalimat dan keterpaduan antarparagraf.

Adapun solusi untuk permasalahan kebahasaan di atas adalah.

Tabel 4.5 Solusi Kelemahan Kebahasaan pada siklus Pertama

No Kelebihan Kelemahan Solusi

1 Kesesuaian judul dengan Isi

(JI)

Masih ada yang

belum terurai

dengan rinci

Teori diulang dan

latihan kembali

2

Penggunaan dan Penulisan

Ejaan

Masih ada

penulisan nama

kota salah,

peletakan tanda titk

atau koma salah

Pengulangan teori

dan banyak latihan

3 Pilihan kata (Diksi) Masih ada

penempatan kata

tidak tepat

Banyak latihan

menulis

4

Struktur Kalimat Ada subjek,

predikat atau objek

hilang 9tidak

tertulis)

Latihan membuat

kalimat

5 Keterpaduan

antarkalimat

Penjelasan ulang

tentang kalimat

6

Keterpaduan antarparagraf Seharus terdapat

beberapa paragraf

tetapi dituliskan

hanya satu paragraf

Latihan

menghubungkan

paragraf

7 Isi Keseluruhan Belum mencapai

standar

Gambar yang

mudah

dideskripsikan

9

Kerapian Terkadang tulisan

tidak terbaca,

terdapat kesalahan

dengan cara dicoret

Latihan dengan

tidak selalu

mencoret bila ada

kesalahan

4.1.2 Siklus II

4.1.2.1 Perencanaan

Pada siklus pertama gambar belum dikenal siswa, sehingga siswa sulit mendeskripsikan gambar

jembatan layang “Ampera” yang mengakibatkan hasil mengarang deskripsi kurang

memuaskan. Hasil analisis karangnan penulis memilih dan merencanakan gambar yang lebih

dikenal siswa yaitu gambar “Pantai”.

Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam siklus kedua adalah sebagai berikut

1) Peneliti bersama kolabor menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis

KTSP. Peneliti tidak lupa juga memilih media gambar yang lebih dikenal siswa, agar siswa

dapat mendeskripsikan gambar ‘Pantai” dengan baik

2) Gambar yang dipilih adalah gambar pantai. Peneliti beranggapan bahwa gambar yang

ditayangkan adalah gambar yang mereka kenal, setidaknya mereka pernah pergi ke pantai

dan siswa dapat mendeskripsikan pantai dengan lebih luas atau rinci.

3) Peneliti menyiapkan instrument yang akan digunakan yaitu Tes kompetensi karangan ,

lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi perencanaan, lembar jawab untuk

mengarang (kertas HVS).

4) Peneliti dan siswa menyiapkan Gambar cetak

Tabel 4.6 Data Penilaian Perencaan Pembelajaran Siklus Kedua

No Indikator

Siklus I

Skor Catatan

1 Kejelasan perumusan tujuan

pembelajaran

4 Menyusun paragraph deskripsi

berdasarkan tujuan tepat

2 Pemilihan materi ajar 4

Cukup jelas

3 Pengorganisasian materi ajar 4

Cukup relevan

4 Pemilihan sumber /media

pembelajaran 4

Media gambar dikenal siswa

5 Kejelasan skenario

pembelajaran 4

Masih ada satu scenario

pembelajaran belum tepat

6 Kerincian skenario

pembelajaran 4

Penetapan waktu cukup optimal

7 Kesesuaian teknik dengan

tujuan pembelajaran 4

Cukup relevan

8 Kelengkapan instrumen 4

Cukup relevan

Rerata 32 32:40x100= 80

Penilaian perencanaan pembelajaran bila dilihat tabel diatas maka terjadi kenaikan. Penilaian

rencana pembelajaran mencapai nilai 80. Penilaian perencanaan pembelajaran setiap indicator

sudah memenuhi standar minimal yaitu empat koma nol. Perencanaan pembelajaran pada siklus

pertama yaitu pada indicator pemilihan materi ajar, media pembelajaran, kejelasan scenario,

kerincian scenario pembelajaran sudah diperbaiki pada siklus kedua. Walaupun penilaian

perencanaan pembelajaran sudah mencapai standar, namun peneliti masih ingin memperbaiki

perencanaan pembelajaran yang lebih baik lagi pada siklus ketiga.

4.1.2.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan proses pembelajaran konstruktuvis pada siklus II adalah perbaikan dari siklus I.

Pembelajaran dengan media gambar dipilih dengan gambar yang memang atau sering dikenal

oleh siswa yaitu media gambar pantai.

Kurangtercapainya waktu dalam membuat karangan deskripsi diperbaiki pada siklus II.

Ketidaktepatan waktu, saat siswa menyelesaikan karangan diperketat.

Siklus II dilaksanakan pada bulan Agustus 2009, dengan pertemuan sebanyak dua kali. Peneliti

dan kolabor masuk kelas yang dikenai tindakan, setelah membaca doa bersama, guru (peneliti)

melaksanakan administrasi kelas seperti biasa.

Kegiatan selanjutnya adalah guru mengapersepsi bahwa materi sebelumnya belum mencapai

kepuasaan. Guru menjelaskan hal-hal yang belum jelas selama pembelajaran berlangsung, siswa

boleh berdiskusi dengan teman atau bertanya dengan guru.

Guru mulai memaparkan materi pembelajaran, dimulai dengan mengajukan pertanyaan kecil

untuk merangsang siswa berpikir lebih lanjut. Kegiatan selanjutnya guru menayangkan gambar

“Pantai” dengan segala keramaian di tepi pantai atau peristiwa yang menggunjang Indonesia di

Aceh untuk dideskripsikan oleh siswa dengan menggunakan tes kemampuan mengarang

deskripsi.

Setelah sembilan puluh menit kemudian siswa (perwakilan) membacakan hasil deskripsinya di

depan kelas, sementara siswa yang tidak maju menuliskan rangkuman hasil pembacaan

deskripsi temannya. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil deskripsinya.

Tabel di bawah ini adalah table pelaksanaan aktivitas pembelajaran siswa.

Tabel 4.7 Penilaian Aktivitas Siswa Siklus Kedua Kelas X2 dan X3

No Aspek

Rerata

aktivitas siswa

Keterangan X2

X3

1 Kerjasama

antarindividu

3 3 Siswa cukup dalam kerjasama

diskusi

2 Keantusiasan

berdiskusi

3 3 Siswa cukup antusias

3 Keaktifan siswa 3 3 Siswa cukup aktif dalam

diskusi

4 Teknik memberikan

ide/gagasan

3 3 Siswa lumayan dalam

mengemukakan pendapat,

mudah dipahami

5 Penggunaan waktu 3 3 Cukup tepat waktu

Nilai rata-rata tiga dinyatakan baik pada semua aspek menunjukkan bahwa siswa sudah aktif

dalam proses pembelajaran, Penilaian aktivitas siswa oleh mitra terjadi peningkatan dari siklus

sebelumnya, khususnya pada indicator penggunaan waktu dan teknik memberikan gagasan.

Pemberian nilai pada indicator itu sebelumnya diberi nilai oleh mitra adalah dua, pemberian

nilai meningkat menjadi tiga. Mitra melihat adanya perbaikan dalam penggunaan waktu dan

penyampaian gagasan pada siswa.

Persentase aktivitas belajar pada siklus dua di kelas X2 mencapai 64,10% sementara aktivitas

belajar di kelas X3 mencapai 68,42%

4.1.2.3 Sistem Penilaian

Instrumen perencanaan pembelajaran dan lembar tes mengarang setelah dilaksanakan pada

siklus pertama masih tetap dipakai pada siklus kedua karena hasil rater menunjukkan masih tetap

berlaku atau kuatnya instrument yang akan dipakai.

Penilaian perencanaan pembelajaran berdasarkan penilaian standar APKG pada aspek pemilihan

materi ajar, pemilihan sumber / media, kejelasan scenario, kerincian scenario terjadi

peningkatan. Penilaian pada siklus pertama pada indicator tersebut hanya diberi tiga setelah

diaplikasikan dan dianalis, penilaian meningkat menjadi empat (perencanaan dilaksanakan lebih

baik)

Media gambar yang dipakai pada siklus pertama tentang jembatan layang diganti dengan gambar

pantai. Semua siswa tahu dengan gambar pantai, mayoritas siswa pernah berkunjung menikmati

liburan ke tepi pantai.

Peneliti memilih pantai sebagai media gambar bermaksud siswa dapat mendeskripsikan apa yang

ada pada gambar itu dan mungkin teringat apa yang pernah mereka alami selama di tepi pantai

atau mendeskripsikan peristiwa dahsyat yang pernah terjadi di Indonesia yaitu gempa dan

tsunami. Hasil uji soal uraian di kelas x2 melalui anates menunjukkan bahwa reliabilitas

mencapai skor 0,83(sangat kuat), tingkat kesukaran skor 82,95 (mudah), validitas 0,83(sangat

kuat), di kelas X3 reliabilitas 0,35(sedang), validitas 0,671(kuat), tingkat kesukaran 77,50

(mudah)

4.1.2.4 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskripsi

Kesalahan tindakan yang terjadi pada siklus pertam a diperbaiki pada siklus kedua dimana

gambar diganti dengan gambar ”Pantai”. Gambar ini dipilih dengan alasan agar siswa dapat

mendeskripsikan gambar pantai itu dengan lebih baik. Selain itu juga diperbaiki kegiatan

perencanaan dan pemantauan, tindakan observasi dan refleksi, yang dirancang berdasarkan

kesalahan, kelemahan, dan kekurangan yang sudah terjadi.

Tabel 4.8 Penilaian Tes Kemampuan Menulis Siswa Siklus Kedua

Kelas X2 dan X3

NO Rentang Nilai

Frekuensi Persentase

(%) Keterangan

1 75 – 79 15 19,48 Tuntas

2 70 – 74 36 46,75 Tuntas

3 65 – 69 10 12,98 Belum Tuntas

4 60 – 64 6 7,79 Belum Tuntas

5 55 – 59 9 11,68 Belum Tuntas

6 50 - 54 0 0 -

Hasil data di atas menunjukkan bahwa hasil penilaian karangan deskripsi terjadi peningkatan.

Siswa yang mencapai nilai ketuntasan sebesar 66,23%, berarti terjadi kenaikan dari 51,94 %

menjadi 66,23% sebesar 14,29%. Sementara siswa yang tidak mencapai nilai ketuntasan dari

48,03% menjadi 32,45%. Siswa yang tidak mencapai ketuntasan mengalami penurunan., berarti

siswa telah mengalami kemajuan dalam mengarang deskripsi.

Siswa sudah dapat mendeskripsikan gambar “Pantai” dengan baik, dimana hasil mengarang

deskripsi sudah mengalami kemajuan. Siswa dapat mendeskripsikan detail pantai. Mayoritas

siswa mendeskripsikan peristiwa pantai di Aceh tentang “Tsunami” dengan lumayan baik,

namun dari segi kebahasaan, misalnya pengembangan paragraf siswa masih ada yang belum

memisahkan ide pokok dalam satu paragraf.

4.1.2.5 Refleksi

Hasil yang didapat dari siklus II ini dirasakan peneliti cukup baik, terutama pada hasil deskripsi

siswa terhadap gambar yang dilihat. Siswa mampu mendeskripsikan gambar dengan urian rinci,

namun masih ada paragraf tumpang tindih . Paragraf yang seharusnya terpisah alias satu ide

pokok namun siswa masih meletakkan menjadi satu paragraf. Siswa sebagian besar dapat

bekerjasama dengan temannya dan terlihat siswa tidak bingung lagi melihat gambar yang

ditayangkan karena rata-rata siswa pernah ke tempat gambar yang ditayangkan (pantai) atau

pernah melihat peristiwa dahsyat di media cetak atau elektronik tentang Tsunami, gempa yang

pernah terjadi Aceh.

Siswa sudah bisa mendeskripsikan gambar lebih rinci walaupun ada sebagian yang masih

mencampurkan ide pokok baru dengan ide pokok sebelumnya. Penulisan kata ”yang” masih

disingkat, hubungan antarkalimat masih belum tepat., secara keseluruhan hasil mengarang siswa

baik. Peneliti sekaligus guru dan kolabor sepakat untuk melakukan perbaikan pada beberapa

poin yang akan dilakukan pada siklus 2, perbaikan itu diantaranya;

Guru memperpanjang waktu pembelajaran. Sebelumnya sudah direncanakan bahwa setiap siklus

masing-masing satu kali pertemuan menjadi dua kali pertemuan dan peneliti memberikan latihan

pengembangan paragraf kembali.

Hasil pengamatan terhadap karangan siswa dengan 8 indikator keberhasilan menunjukkan

peningkatan dibandingkan dengan hasil tindakan pertama, dimana siswa dalam mengarang

hampir kedelapan indakator itu ada peningkatan. Siswa mulai dapat mengembangkan karangan

dengan baik, mulai rapi dan bersih dalam mengarang, paham penggunaan dan penulisan EYD.

Hanya saja, kemampuan siswa dalam memadukan dan menyusun kalimat serta memadukan

paragraf masih sebatas cukup baik walau terdapat peningkatan dibandingkan sebelumnya yang

terlihat kurang.

Sementara dari hasil tes mengarang kedua, yang tampak pada distribusi frekuensi melalui media

gambar dari sebesar 51,94 % atau meningkat sebesar 66,23%.

Dengan mengacu dari data yang ada walau siswa yang mendapatkan 70-74 terdapat 36 siswa dan

75-79 terdapat 15 siswa, bukan berarti harus puas sampai nilai itu saja, namum harus

ditingkatkan untuk melihat peningkatan berikutnya. Secara klasikal pembelajaran karangan

deskripsi melalui media gambar dinyatakan tuntas.

Tabel 4.9 Nilai Rata-Rata Aspek Kebahasaan Siklus kedua

No Aspek Rata-Rata

Nilai

Skor

Maksimal

Persentase

(%)

1 Kesesuaian Judul dengan Isi

(JI)

3,05 4 76,25

2 Penggunaan dan Penulisan

Ejaan

2,93 4 73,25

3 Pilihan Kata (Diksi) 2,87 4 71,75

4 Struktur Kalimat 2,75 4 68,75

5 Keterpaduan antarkalimat 2,59 4 64,75

6 Keterpaduan antarparagraf 3,76 4 94

7 Isi keseluruhan 2,56 4 64

8 Kerapian 3,16 4 79,75

Tabel data nilai rata-rata di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengarang

deskripsi dari segi kebahasaan yang mencapai persentase baik ada pada keterpaduan

antarparagraf 94% diikuti dengan kerapian 79%, kemudian judul dengan isi 76%, sementara

kemampuan siswa yang masih lemah pada mengarang secara keseluruhan 64%

Adapun solusi untuk permasalahan kebahasaan di atas adalah.

Tabel 4.10 Solusi Kelemahan Kebahasaan pada siklus Kedua

No Kelebihan Kelemahan Solusi

1

Kesesuaian judul dengan Isi

(JI)

Mulai sedikit

kelemahan, siswa

dapat

mendeskripsikan

peristiwa tepi

pantai di aceh

Latihan kembali

dengan contoh

peristiwa lain

2

Penggunaan dan Penulisan

Ejaan

Masih ada yang

lupa menuliskan

huruf awal kalimat

dengan huruf kecil.

latihan

3

Pilihan kata (Diksi) Ada kosa kata yang

belum tepat

Penjelasan/diskusi

4

Struktur Kalimat Masih ada

penulisan struktur

kalimat masih

salah

latihan

5

Keterpaduan antarkalimat Keterpaduan

antarkalimat masih

ada yang belum

tepat

Penjelasan ulang

tentang paragraf

6 Keterpaduan antarparagraf Belum padu latihan

7 Isi Keseluruhan Cukup baik latihan

9 Kerapian Masih ada coretan latihan

4.1.3 Siklus III

4.1.3.1 Perencanaan

Peneliti menyiapkan rancangan pembelajaran tindakan ketiga dilengkapi dengan skenario

pembelajaran siklus ketiga

1.Pertemuan Pertama (Tindakan III-I)

Tindakan III-I ini Aktivitas siswa mengarang deskripsi lebih banyak agar siswa menguasai dan

meningkatkan pemahamannya pada karangan deskripsi melalui media gambar

2. Pertemuan ke-2 (Tindakan III-2)

Pada tindakan III-2 ini siwa melakukan diskusi antarindividu kemudian setiap siswa

membacakan kesimpulannya dan guru memantapkannya.

Tabel 4.11 Data Penilaian Perencaan Pembelajaran Siklus Ketiga

No Indikator

Siklus I

Skor Catatan

1 Kejelasan perumusan tujuan

pembelajaran

4 Perumusan tujuan baik

2 Pemilihan materi ajar 4

Relevan

3 Pengorganisasian materi ajar 4

relevan

4 Pemilihan sumber /media

pembelajaran 5

Media gambar dikenal siswa

5 Kejelasan skenario

pembelajaran 4

Baik

6 Kerincian skenario

pembelajaran 5

Pelaksanaan tepat

7 Kesesuaian teknik dengan

tujuan pembelajaran 4

Relevan

8 Kelengkapan instrumen 5

Relevan

Rerata 35 35:40x100= 87,50

Penilaian perencanaan pembelajaran pada indicator media pembelajaran diperbaiki lebih baik

lagi, agar memudahkan siswa dalam mengembangkan karangannya. Mitra memberikan nilai

pada indicator media pembelajaran sebesar lima.

Pemilihan media gambar yang sudah dikenal siswa pada siklus kedua lebih ditingkatkan

kembali pada pembelajaran pada siklus ketiga. Media gambar yang mudah dideskripsikan oleh

siswa memudahkan siswa untuk mengekplorasi karangannya. Aplikasi pembelajaran sesuai

dengan perencanaan pembelajaran maka mitra memberikan penilaian pada indikator pemilihan

sumber media dan kerincian scenario pembelajaran dengan nilai lima. Penerapan perencanaan

pembelajaran sudah sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran maka hasil penilaian perencanaan

pembelajaran diperoleh nilai rata-rata penilaian pembelajaran sebesar 87,50 berarti rencana

pembelajaran ini baik.

4.1.3.2 Pelaksanaan

Pada tindakan pertama seluruh objek penelitian terlihat tidak asing bagi siswa , sehingga siswa

hafal urutan yang harus dilakukan dan suasana hidup (aktif).

Proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus III dilakukan penilaian aktivitas siswa yang

tergambar dalam table berikut

.Tabel 4.12 Penilaian Aktivitas Siswa Siklus Ketiga Kelas X2 dan X3

No Aspek

Rerata

aktivitas siswa Keterangan

X2 X3

1 Kerjasama

antarindividu

3 3 Siswa cukup dalam

kerjasama antarindividu

2 Keantusiasan

berdiskusi

3 3 Siswa cukup antusias

dalam diskusi

3 Keaktifan siswa 4 4 Siswa cukup aktif dalam

diskusi

4 Teknik memberikan

ide/gagasan

4 4 Siswa lumayan dalam

mengemukakan

pendapat, jelas dipahami

5 Penggunaan waktu 3 3 Pelaksanaan membuat

karangan tepat waktu

Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mencapai peningkatan, terdapat nilai rata-rata setiap

indikator 3 dan 4. Nilai ini menunjukkan adanya perubahan daripada siklus sebelumnya.

Peningkatan itu ada pada penyampaian ide dan keaktifan siswa.

Kegiatan proses pembelajaran sudah sesuai dengan standar proses pembelajaran.

Pada proses pembelajaran mengarang siswa aktif dalam mengarang dan diskusi dan dalam

menyampaikan ide bila siswa memberikan pernyataan sudah dapat dipahami

penjelasannya. Penilaian pada aktivitas belajar di kelas X2 mencapai 84,61% sementara aktivitas

belajar di kelas X3 mencapai 84,21%

4.1.3.3 Sistem Penilaian

Pada tahap evaluasi siklus ketiga, siswa selain diberi lembar tes mengarang diberi juga fotokopi

gambar gedung SMAN 4 Metro. Hasil mengarang dipresentasikan atau disimpulkan untuk

disampaikan di depan kelas. Hasil uji soal uraian di kelas x2 melalui anates menunjukkan bahwa

reliabilitas mencapai skor 0,45(sedang), validitas 0,573(sedang), tingkat kesukaran 86,36

(sangat mudah) di kelas X3 reliabilitas 0,81(kuat), validitas 0,517 (sedang), tingkat kesukaran

76,25(mudah).

4.1.3.4 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskripsi

Pada siklus pertama proses pembelajaran menggunakan media gambar ”Jembatan Ampera”,

siswa belum banyak mendeskripsikan jembatan ”Ampera” lebih banyak yang mengakibatkan

isi keseluruhan, pengembangan paragraf dan hubungan antarkalimat, penggunaan tanda baca

titik dan koma belum baik.

Proses pembelajaran dilanjutkan pada siklus kedua dengan menggunakan media gambar

”Pantai”. Pendeskripsian lebih baik, siswa mulai banyak mendeskripsikan pantai lebih luas

karena pantai adalah gambar yang sering dilihat dan imjinasi siswa teringat pada kegiatan yang

pernah dialami atau didengan melalui media elektronik atau cetak misalnya bencana ’Tsunami”.

Pada siklus ketiga ini, proses pembelajaran menggunakan media gambar ”Gedung SMAN 4

Metro”, siswa mendeskripsikan gedung ini dengan lebih banyak. Banyak yang diuraikan pada

gedung SMAN 4 karena siswa itu sendiri adalah siswa SMAN 4 yang memang lebih paham

tentang informasi sekolah itu.

Dengan melihat gambar gedung SMAN 4 siswa langsung dapat mendeskripsikan gambar

tersebut. Peneliti mengoreksi hasil karangan siswa, pengembangan paragraf sudah baik. Siswa

memerinci informasi SMAN4 lebih luas, penulisan informasi dalam kalimat sudah saling

berhubungan, sudah dapat menempatkan tanda baca

dengan baik, sudah dapat membedakan penulisan huruf besar dan kecil. Penulisan karangan

sudah tidak ada coretan lagi.

Pada tabel di bawah ini tergambar jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dan belum tuntas.

Tabel 4.13 Penilaian Tes Kemampuan Menulis Siswa

Siklus Ketiga Kelas X2 dan X3

NO Rentang Nilai Frekuensi Persentase

(%) Keterangan

1 75 – 79 18 23,37 Tuntas

2 70 – 74 47 61,03 Tuntas

3 65 – 69 9 11,68 Belum Tuntas

4 60 – 64 2 2,59 Belum Tuntas

5 55 – 59 0 0

6 50 - 54 0 0

Data penilaian kemampuan menulis karangan deskripsi, siswa sudah mencapai ketuntasan

mengarang sebesat 84,40% berarti terjadi peningkatan penilaian yang signifikan dari siklus II

yaitu sebesar 18.17%. Nilai rata-rata yang lebih banyak diperoleh antara 70 sampai dengan 74.

4.3.4 Refleksi

Implementasi pembelajaran karangan deskripsi melalui media gambar ternyata menunjukkan

peningkatan dari tiap siklus. Pada tindakan III siswa nampak hasil tes kompetensi menulis

karangan menunjukkan tidak ada satu pun siswa yang nilainya di bawah 70

Berdasarkan data tabel aktivitas siswa pada tindakan III menunjukkan peningkatan nilai walau

tidak terlalu mencolok pada siklus sebelumnya. Penelitian ini ditunjukkan dengan hasil

pengamatan peneliti sebagai observer dari 8 indikator menunjukkan nilai sebaran merata.

Sementara itu, dari hasil mengarang siswa pada siklus III, yang termuat dalam distribusi

frekuensi juga menunjukkan peningkatan yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah siswa

yang mendapatkan nilai 55-59 tidak ada.(0%), 75-79 ada

18 siswa (23,37%) dan nilai 70-74 sebanyak 47 siswa(61,03%).dan nilai 65-69 sebanyak 9 siswa

(11,68%)

Bila dibandingkan dengan rata-rata kelas hasil tes mengarang pertama dengan nilai rata-rata tes

mengarang ketiga terjadi peningkatan sebesar 32,46% dan bila dibandingkan dengan rata-rata

kelas hasil tes mengarang kedua maka terjadi peningkatan sebesar 18,17% maka dapat dikatakan

siswa mulai merasakan manfaat pembelajaran karangan deskripsi melalui media gambar.

Tabel 4.14 Nilai Rata-Rata Aspek Kebahasaan Siklus Ketiga

No Aspek Rata-Rata

Nilai

Skor

Maksimal

Persentase

(%)

1 Kesesuaian Judul dengan Isi (JI) 3,05 4 76,25

2 Penggunaan dan Penulisan Ejaan 2,99 4 74,75

3 Pilihan Kata (Diksi) 3,00 4 75,00

4 Struktur Kalimat 2,95 4 73,75

5 Keterpaduan antarkalimat 2,80 4 70,00

No Aspek Rata-Rata

Nilai

Skor

Maksimal

Persentase

(%)

6 Keterpaduan antarparagraf 3,76 4 94,00

7 Isi keseluruhan 2,59 4 64,75

8 Kerapian 3,19 4 79,75

Keterangan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengarang deskripsi

pada aspek kebahasaan mencapai kemampuan yang seimbang yaitu nilai dua dan tiga yang

berjumlah empat aspek kebahasaan yang mencapai nilai kurang dan empat aspek yang

mempunyai nilai baik.

Adapun solusi untuk permasalahan kebahasaan di atas adalah sebagai berikut

Tabel 4.15 Solusi Kelemahan Kebahasaan pada siklus Ketiga

No Kelebihan Kelemahan Solusi

1 Kesesuaian judul dengan Isi (JI) Sebagian kecil

yang masih melakukan

kesalahan

Latihan lebih lanjut

melalui media lain

2 Penggunaan dan Penulisan Ejaan Sebagian kecil

yang masih melakukan

kesalahan

Latihan pada materi

lain

3 Pilihan kata (Diksi) Sebagian kecil

yang masih melakukan

kesalahan

Latihan

4 Struktur Kalimat Ada yang masih

melakukan kesalahan

latihan

5 Keterpaduan antarkalimat Ada yang masih

melakukan kesalahan

latihan

6 Keterpaduan antarparagraf Sebagian kecil

yang masih melakukan

kesalahan

latihan

No Kelebihan Kelemahan Solusi

7

Isi Keseluruhan Masih ada

pengembangan karangan

secara keseluruhan

belum

Mencapai target

Berikan contoh dan

latihan menulis

8 Kerapian Sudah lebih rapi Latihan membiasakan

menulis bersih

4.2 Pembahasan

4.2.1 Perencanaan Pembelajaran

Tujuan penyajian grafik seperti gambar di bawah ini adalah memudahkan bagi pembaca untuk

melihat gambaran data penilaian yang dituliskan.

Dari data penilaian perencanaan pembelajaran di atas digambarkan juga dalam bentuk gambar di

bawah ini

Gambar 4.1 Penilaian Perencanaan Pembelajaran Siklus Pertama

Keterangan.

KPTP : Kejelasan Perumusan Tujuan Pembelajaran

PMA : Pemilihan Materi Ajar

PMA : Pengorganisasian Materi A

PMP : Pemilihan Sumber /Media Pembelajaran

KSP :Kejelasan Skenario Pembelajaran

KSP :Kerincian Skenario Pembelajaran

KTP :Kesesuaian Teknik dengan Tujuan Pembelajaran

KI :Kelengkapan Instrumen

Ada beberapa temuan dalam perencanaan pembelajaran yang masih kurang tepat. Temuan-

temuan itu adalah penggunaan frase ajektif yang kurang jelas. Frase ajektif dalam sebuah

paragraph jarang dipakai. Kemudian media gambar yang ditayangkan belum dikenal oleh siswa,

karena siswa itu sendiri belum pernah melewati jalan layang tersebut. Persiapan pembelajaran

yang kurang terpenuhi ditambah dengan penyelesaian mengarang deskripsi tidak tepat waktu,

maka hasil penilaian perencanaan dari mitra guru adalah 3,5. Penilaian tiga koma lima

berdasarkan criteria penilaian perencanaan belum mencapai standar yang dibutuhkan.

Perencanan pelaksanaan pembelajaran dari hasil penilaian diperbaiki pada siklus kedua.

Hasil siklus kedua menunjukkan indicator waktu sudah diperbaiki, perencanaan pembelajaran

pada indicator waktu sudah ditambah, dalam pelaksanaan pembelajaran penyelesaian waktu

teratasi. Pelaksanaan pembelajaran disiapkan sedemikian rupa berupa alat-alat pembelajaran

sudah disiapkan sebelumnya, Sementara media gambar dipilih yang memang sudah dikenal

siswa pada umumnya. Penilaian pada siklus kedua sudah mengalami kenaikan dari 3,50 menjadi

4,00.

Penilaian tergambar juga di gambar di bawah ini

Gambar 4.2 Penilaian Perencanaan Pembelajaran Siklus Kedua

Pada siklus ketiga perencanaan sudah lebih baik, karena objek atau model yang siswa lihat lebih

nyata dan memang biasa mereka lihat serta sudah paham atas gedung atau sekolah yang mereka

lihat. Dari melihat objek sekolah ini siswa dapat mengekplorasi apa yang mereka lihat dan

mereka tulis. Mitra memberikan nilai pada perencanaan pembelajaran sebesar 4,5. Nilai ini

merupakan nilai lebih baik dari nilai siklus sebelumnya, maka penilaian perencanaan

pembelajaran cukup pada siklus tiga saja.

0

1

2

3

4

KPTP

PMA

KSP

KTP

KPTP PMA PMA PMP KSP KSP KTP KI

Adapun penjelasan lebih mudah untuk melihat penilaian perencanaan pembelajaran pada siklus

ketiga tergambar pada gambar di bawah ini

Gambar 4.3 Penilaian Perencanaan Pembelajaran Siklus Ketiga

4.2.2 Pelaksanaan

Pada siklus pertama penilaian pelakasanaan pembelajaran yang difokuskan pada aktivitas siswa

antara kelas X2 dan X3 pada indicator kerjasama antarindividu menunjukkan saling

berkerjasama, mitra memberikan nilai 3.

Sementara penilaian penggunaan waktu kolabor memberi nilai 2, karena siswa saat

menyelesaikan karangan deskripsi ini, mereka mengulur waktu. Mereka masih penasaran apa

yang mereka tulis belum selesai sehingga mereka melakukan itu.

Nilai 2 pada penggunaan waktu adalah nilai kurang alias siswa mayoritas pasif dalam proses

pembelajaran.

Siswa kelas X2 dan X3 pada aspek keantusiasan berdiskusi, keaktifan siswa dan teknik

memberikan ide atau gagasan sama-sama siswa tersebut cukup antusias, aktif dan wajar dan

mudah dimengerti dalam menyampaikan ide.

Untuk memudahkan penjelasan uraian data penilaian di atas digambarkan dalam bentuk gambar

di bawah ini

Gambar 4.4 Penilaian aktivitas Belajar Siswa siklus Pertama

Hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus pertama, diperoleh dari lembar pengamatan

aktivitas siswa meliputi aspek;

1. Kerjasama antarindividu

2. Keantusiasan berdiskusi

3. Keaktifan siswa

4. Teknik memberikan ide/gagasan

5. Penggunaan waktu

Data siklus kedua menunjukkan ada peningkatan pada aspek penggunaan waktu. Penggunaan

waktu pada siklus pertama tercapai nilai 2 tetapi pada siklus kedua tercapai nilai 3, berarti terjadi

peningkatan nilai satu poin. Siswa sudah memahami kondisi pembelajaran, sehingga mereka

dapat membagi waktu antara diskusi dan mengerjakan karangan.

Penggambaran peningkatan aktivitas siswa lebih jelas dapat terlihat dalam grafik di bawah ini.

Gambar 4.5 Penilaian Aktivitas Siswa siklus kedua

Pada siklus ketiga aktivitas pembelajaran mengarang siswa bertambah meningkat, khusus pada

aspek aktivitas pembelajaran dalam mengarang dan menyampaikan ide atau gagasan dalam

proses pembelajaran. Poin aktivitas pembelajaran mengarang dari poin tiga menjadi empat,

terjadi kenaikan satu poin. Demikian pula dengan menyampaikan ide dari poin tiga menjadi

empat. Siswa sudah dapat mengerti apa yang telah dijelaskan guru dan mengatur kata-kata yang

dituliskan.

Sementara aspek kerjasama antarindividu masih tetap yaitu poin tiga, siswa masih selalu

bertanya dan mengungkap hal-hal yang belum dimengerti dengan kawannya. Aspek antusias

berdiskusi, erat sekali hubungannya dengan kerjasama antarindividu yaitu poin tiga, penilaian

stabil dan kondisi kerjasama dan diskusi juga stabil. Aspek penggunaan waktu, siswa masih

konsisten dengan tugasnya karena siswa tetap aktif dalam menulis karangan dan tidak ada lagi

yang masih santai atau berbicara

dengan topik yang lain. Gambaran aktivitas siswa dalam pembelajaran dijabarkan dalam grafik

di bawah ini.

Gambar 4.6 Penilaian Aktivitas Belajar siswa siklus Ketiga

0

1

2

3

4

KK

KD

KS

TMI

PW

KK KD KS TMI PW

4.2.3 Sistem Penilaian

Sistem evaluasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah memakai instrumen kemampuan

menulis karangan deskripsi yang sebelumnya sudah diberi penilaian terlebih dahulu oleh para

rater, lalu dilakukan pemilihan gambar yang sesuai dengan usia siswa.

Gambar yang dipilih dalam hal ini adalah Jembatan Layang. Gambar, bagi peneliti sudah dikenal

oleh siswa, karena jembatan layang ini sudah dibangun di berbagai provinsi, contoh jembatan

layang Natar, jembatan layang Ampera, jembatan layang Semanggi, dan lain-lain .

Gambar jembatan layang dimaksudkan agar siswa dapat mendeskripsikan betapa dahsyat dan

luar biasanya karya anak bangsa dapat mencipta sarana jalan pengantar antarwilayah Seberang

Ulu dan Ilir atau daerah di propinsi Lampung atau provinsi lain.

Hasil penilaian rencana pembelajaran tercapai 0,75, nilai ini menandakan instrument rencana

pembelajaran sangat kuat dan dapat dipakai untuk rencana pembelajaran dengan kata lain

tingginya koefisien reliabilitas rating dapat diartikan bahwa pemberian rating yang telah

dilakukan oleh masing-masing rater adalah konsisten satu sama lain.

Adapun hasil penilaian tes kemampuan mengarang deskripsi tercapai 0,7. Nilai ini menunjukkan

adanya koefisien reliabilitas yang cukup tinggi, menandakan penilaian masing-masing rater

cukup konsisten.

Penilaian perencanaan pembelajaran oleh para rater hanya dilakukan satu kali namun penilaian

perencanaan pembelajaran dilakukan oleh Mitra dilakukan setiap siklus, karena rencana

pembelajaran dengan aplikasi atau pelaksanaan pembelajaran terkadang berbeda. Oleh sebab itu

penilaian rencana pembelajaran dilakukan setiap siklus. Penilaian rencana pembelajaran akan

dihentikan bila nilai rencana pembelajaran meningkat setiap siklus dan tidak ada skor tiga (3)

pada penilaian tersebut.

4.2.4 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskrispi

Materi karangan deskripsi melalui media gambar disampaikan cukup jelas. Dalam pembelajaran

ini digunakan metode pembelajaran diskusi. Dengan diskusi ini siswa (peserta didik) dibimbing

dengan pertanyaan-pertanyaan dan tugas-tugas.

Melalui media gambar peserta didik dapat menyelesaikan tugas membuat satu karangan

deskripsi dari gambar yang dilihat siswa di depan kelas. Dalam tahap pemahaman, pembelajaran

diorientasikan pada aktivitas peserta didik. Sebagian besar siswa sudah dapat bekerjasama, hanya

beberapa orang saja yang mempunyai ide kurang logis dan sulit dipahami, sementara gambar

yang ditayangkan agak sulit dijelaskan karena gambar tersebut belum dikenal oleh siswa, dengan

kata lain siswa belum kenal atau belum pernah ada kegiatan yang berhubungan dengan tempat

gambar yang ditayangkan. Ini menandakan bahwa siswa dari segi bahasa sedikit tahu atau paham

sementara dalam bentuk tulisan atau menjabarkan mereka masih belum dapat menyusun dan

menghubungkan kalimat.

Peneliti sebagai fasilitator yang berperan membantu, memberi kemudahan dan membimbing

peserta didik dengan sabar dan telaten. Peserta didik masih belum bisa menalarkan hal yang

dilihatnya dengan baik. Data tentang hasil belajar peserta didik dari karangan yang dibuat

dijaring melalui table dan grafik. Data kemudian dianalisis dengan cara sebagaimana tersebut

dalam alternatif pemecahan. Nilai kompetensi karangan Deskripsi siswa tergambar dalam

gambar di bawah ini.

Ganbar 4,7 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskripsi

Materi pembelajaran yang dipelajari pada pembelajaran siklus Kedua adalah pembuatan

karangan deskripsi melalui media gambar berdasarkan gambar yang memang dikenal siswa.

Yang menjadi fokus pembelajaran pada siklus kedua adalah ” Bagaimana pengembangan

pendekatan kontruktivistik khususnya dalam mengungkapkan pikirannya untuk pembuatan

karangan deskripsi melalui media gambar secara efektif dan menyenangkan”.

Pada siklus kedua siswa ditugaskan mengarang kembali dengan gambar berikutnya yaitu

”Pantai”. Gambar suatu tempat yang sudah dikenal siswa. Pada gambar ini siswa diharapkan

dapat mendeskripsikan gambar pantai lebih luas . Materi yang didiskusikan di atas diharapkan

dikuasai siswa dengan baik, agar siswa sedikit melakukan kesalahan dalam mengarang deskripsi.

Selama proses pembelajaran peneliti melakukan observasi yang ditujukan pada aktivitas dan

antusiasme peserta didik. Perbaikan proses pembelajaran dengan memperhatikan kesalahan,

kelemahan dan kekurangan pada siklus pertama.

Hasil penilaian mengarang deskripsi , siswa terlihat ada peningkatan ketuntasan belajar dari

51,94 pada siklus pertama menjadi 66,23% pada siklus kedua, terjadi kenaikan 14,70%

Gambar 4.8 Prestasi kemampuan Mengarang Deskripsi Siswa

Tindakan yang dilakukan pada siklus kedua hampir sama dengan kegiatan pada siklus pertama.

Pada tahap pembuatan karangan deskripsi melalui media gambar, siswa lebih didorong untuk

menguasai menulis karangan deskripsi. Pada saat melakukan kegiatan membuat karangan

deskripsi siswa dapat menambahkan informasi gambar yang ditayangkan dengan pengalaman

yang pernah dialami siswa saat di pantai. Pada dasarnya siswa didorong untuk lebih wajar

menuangkan tulisannya. Peneliti masih belum puas dengan hasil nilai yang dicapai siswa.

Pada siklus ketiga siswa dapat mengungkap pengalamannya ke dalam karangan, apa yang diingat

dan informasi yang didapat dari melihat gambar gedung SMAN 4. Nilai ketuntsan mengarang

deskripsi rata-rata kelas sebesar 84,40% untuk rentang nilai antara 70 hingga 79, hal ini sudah

menunjukkan proses pembelajaran mencapai ketuntasan yang signifikan. Peningkatan ketuntasan

pembelajaran ditunjang dari

berbagai pihak antara lain pemilihan media pembelajaran, rencana pembelajaran yang baik dan

ditunjang siswa yang melaksanakan proses pembeljaran juga ikut mendukung terciptanya proses

pembelajaran yang baik.

Keterangan.

1. Kesesuaian judul dengan isi

2. Penggunaan dan penulisan EYD

3. Pilihan kata/Diksi

4. Struktu kalimat

5. Keterpaduan antarkalimat

6. Keterpaduan antarparagraf

7. Isi keseluruhan

8. Menulis karangan dengan rapi dan bersih

Grafik di atas menunjukkan prestasi siswa dalam mengarang deskripsi dari seluruh aspek

kebahasaan dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengarang deskripsi pada setiap siklus

adanya perubahan atau peningkatan kemampuan. Kemampuan mengarang deskripsi siswa pada

3.00 3.05 3.05 2.77 2.93 2.99 2.75 2.87 3.00 2.55 2.75 2.95 2.40 2.59 2.80 2.20

3.76 3.76 2.50 2.56 2.59 3.10 3.16 3.19

1 2 3

Series1 Series2 Series3 Series4

Series5 Series6 Series7 Series8

Gambar 4.9 Hasil Penilaian Prestasi

siswa

Aspek Kebahasaan Setiap Siklus

aspek keterpaduan antarkalimat mencapai nilai terendah 2,40, sementara pada siklus ketiga pada

aspek yang sama siswa mencapai

kenaikan nilai menjadi 2,80. Prestasi kemampuan mengarang deskripsi pada siklus ketiga masi

hada satu aspek yang kurang mencapai target 2,59, namun hal ini relatif karena k eseluruhan

hasil karangan siswa menunjukkan karangan yang baik.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan dalam penelitian.

1. Isolasi yang kurang melekat di tembok, mengakibatkan berulang kali pasang – lepas

2. Pemanfaatan waktu tidak memadai, terkadang molor.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, perencanaan

pembelajaran yang baik, proses pembelajaran menggunakan media gambar sebagai media

pembelajaran membuat siswa aktif belajar, didukung dengan sistem penilaian yang baik, mampu

meningkatkan prestasi belajar mengarang deskripsi di SMAN 4 Metro. Simpulan ini didasarkan

pada temuan sebagai berikut.

a. Penggunaan rencana pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran. Rencana

pembelajaran terdapat delapan (8) indikator, setiap indikator dinilai dengan skor maksimal tiga

(3) sehingga skor total maksimal adalah empat puluh(40). Pada siklus pertama skor dua puluh

delapan (28) dengan rata-rata skor tiga koma lima (3,5) berarti 70% dari skor total masuk

katagori sedang, siklus kedua skor 32 dengan rata-rata skor empat (4) berarti delapan puluh

persen (80%) dari skor total masuk katagori baik, dan pada siklus ketiga (3) skor tiga puluh lima

(35) dengan rata-rata skor empat koma tiga tujuh lima berarti delapan puluh tujuh koma lima

(87,5%) dari skor total masuk katagori sangat baik.

b. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan media gambar mampu membuat siswa aktif belajar,

pengamatan dilakukan pada 2 kelas, kelas X2 dan X3. Di kelas X2 terdapat 39 siswa dan di kelas

X3 terdapat 38 siswa; pada siklus pertama siswa kelas X2 yang aktif 20 siswa berarti 51,28% ,

kelas X3 siswa yang aktif 20 siswa berarti 52,63%, jadi rerata siswa yang aktif pada siklus

pertama 51,95% katagori kurang aktif; pada siklus kedua siswa kelas X2 yang aktif 25 siswa

berarti 64,10%, siswa kelas X3 yang aktif 26 siswa berarti 68,42% jadi rerata siswa yang aktif

pada siklus dua 66,26% katagori sedang, siklus ketiga siswa kelas X2 yang aktif 33 siswa berart

84,61%, siswa kelas X3 yang aktif 84,21%, jadi rerata siswa yang aktif pada siklus ketiga

84,41% katagori sangat aktif.

c. Sistem penilaian dilaksanakan sesuai prosedur, soal tes yang digunakan untuk mengukur

prestasi mengarang deskripsi dibuat melalui tahapan pembuatan soal yang didiskusikan melalui

beberapa ahli dalam bidang bahasa. Hasil diskusi dianalisis dengan mencari realibitas dan

validitas. Hasil reliabilitas dan validitas 0,7 katagori kuat. Soal bentuk uraian diujicoba, hasil

ujicoba dianalisis menggunakan anates. Tingkat Kesukaran Prop.Correct (P) kriteria sedang;

Daya beda (D) kriteri sedang; reliabilitas (alpha) kriteria cukup; validitas kriteria baik, pada

siklus pertama (I) dari 8 soal valid 7 soal, pada siklus dua (II) dari 8 soal valid 5 soal, pada

siklus ketiga

dari 8 soal valid 8 soal. Siklus pertama nilai validitas 0,57 cukup, reliabilitas nilai 0,89 tinggi,

tingkat kesukaran 67,05 sedang; Siklus Kedua nilai validitas 0,58 cukup, reliabilitas 0,83 tinggi,

tingkat kesukaran 62,50 sedang; Siklus ketiga nilai validitas 0,29, reliabilitas 0,45, tingkat

kesukaran 71,59 mudah. Semua aspek ada yang meningkat maupun menurun setiap siklus, tetapi

bila diinterpretasikan tingkat validitas dan reliabilitas sedang, sementara tingkat kesukaran makin

tinggi menandakan soal itu mudah ada hubungannya dengan gambar yang mudah dimengerti

oleh siswa.

d. Prestasi belajar siswa yang menggunakan media a sebagai media pembelajaran mampu

meningkatkan prestasi belajar siswa,

Prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan jumlah siswa yang tuntas belajar, yaitu jumlah siswa

yang setelah mengikuti tes memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang ditetapkan 70. Pengamatan dilakukan pada 2 kelas, kelas X2 dan X3. Di

kelas X2 ada 39 siswa dan di kelas X3 ada 38 siswa; pada siklus pertama siswa kelas X2 yang

tuntas 20 siswa berarti 51,28%, kelas X3 yang tuntas 20 siswa berarti 52,63%, jadi rerata siswa

yang tuntas pada siklus pertama 51,95%; pada siklus kedua siswa yang tuntas di kelas X2 25

siswa berarti 64,10%, kelas X3 yang tuntas 25 siswa berarti 65,78%, jadi rerata siswa yang

tuntas pada siklus kedua 64,94%; siklus ketiga siswa yang tuntas di kelas X2 33 siswa berarti

84,61%, kelas X3 yang tuntas 33 siswa berarti 86,84%, jadi rerata siswa yang tuntas pada siklus

ketiga 85,72%. Prestasi belajar siswa meningkat setiap siklus dan jika dibandingkan dengan

indikator keberhasilan maka pada siklus ketiga jumlah siswa yang tuntas lebih dari indikator

yang ditetapkan 70%

5.2 Saran-saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian yang didukung dengan adanya temuan-temuan

tersebut di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut.

1. Sebaiknya guru dapat menerapkan penggunaan media gambar yang mudah diinterpretasikan

atau gambar yang banyak dikenal siswa agar mudah dideskripsikan dalam bentuk tulisan .

2. Hendaknya para guru mau membangun budaya tidak puas menggunakan satu metode tertentu

saja, sehingga disarankan mengambil dari pengalaman mengajar untuk menjadi kreatif guna

menemukan dan menciptakan model pembelajaran atau media baru . Hal ini dimaksudkan

sebagai upaya guru dalam memotivasi siswa dalam proses pembelajaran melalui media lain.