34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ialah Kota Ambon yang merupakan ibukota Provinsi Maluku. Kota Ambon terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Nusaniwe luas wilayah 8.834,30 Ha, Kecamatan Sirimau luas wilayah 8.681,32 Ha, Kecamatan Teluk Ambon luas wilayah 9.368,00 Ha, Kecamatan Teluk Ambon Baguala luas wilayag 4.011,00 Ha dan Kecamatan Leitimur Selatan luas wilayah 5.050 Ha ( Buku Kota Ambon Dalam Angka 2012). Kecamatan Teluk Ambon Baguala tepatnya Desa Waiheru merupakan tempat tinggal riset partisipan I dan riset partisipan II dan Desa Passo merupakan tempat tinggal riset partisipan VII. Kecamatan Teluk Ambon tepatnya di Desa Laha merupakan tempat tinggal riset partispan III dan riset partisipan IV. Kecamatan Sirimau tepatnya di Desa Hative kecil merupakan tempat tinggal riset partisipan V dan riset partispan VI. Peneliti mendapatkan informasi keluarga riset partisipan dari Bagian Diklat. Rumah Sakit Khusus Daerah ini pula digunakan peneliti untuk mewancarai keluarga saat berkunjung ke RS. Fasilitas RS sangat baik dalam melayani masyarakat, ada pelayanan poliklinik untuk rawat jalan, berbagai ruangan untuk pelayanan pasien rawat inap yang disesuaikan dengan level gangguan jiwa dan jenis kelamin pasien. Salah satu ruangan yang menjadi wawancara peneliti adalah poliklinik rawat jalan, peneliti ditempatkan di poliklinik rawat jalan karena keluarga pasien lebih banyak kehadirannya dibanding di ruangan rawat inap.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

  • Upload
    buikiet

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ialah Kota Ambon yang merupakan

ibukota Provinsi Maluku. Kota Ambon terdiri dari 5 kecamatan yaitu

Kecamatan Nusaniwe luas wilayah 8.834,30 Ha, Kecamatan

Sirimau luas wilayah 8.681,32 Ha, Kecamatan Teluk Ambon luas

wilayah 9.368,00 Ha, Kecamatan Teluk Ambon Baguala luas

wilayag 4.011,00 Ha dan Kecamatan Leitimur Selatan luas wilayah

5.050 Ha ( Buku Kota Ambon Dalam Angka 2012).

Kecamatan Teluk Ambon Baguala tepatnya Desa Waiheru

merupakan tempat tinggal riset partisipan I dan riset partisipan II

dan Desa Passo merupakan tempat tinggal riset partisipan VII.

Kecamatan Teluk Ambon tepatnya di Desa Laha merupakan tempat

tinggal riset partispan III dan riset partisipan IV. Kecamatan Sirimau

tepatnya di Desa Hative kecil merupakan tempat tinggal riset

partisipan V dan riset partispan VI. Peneliti mendapatkan informasi

keluarga riset partisipan dari Bagian Diklat. Rumah Sakit Khusus

Daerah ini pula digunakan peneliti untuk mewancarai keluarga saat

berkunjung ke RS. Fasilitas RS sangat baik dalam melayani

masyarakat, ada pelayanan poliklinik untuk rawat jalan, berbagai

ruangan untuk pelayanan pasien rawat inap yang disesuaikan

dengan level gangguan jiwa dan jenis kelamin pasien. Salah satu

ruangan yang menjadi wawancara peneliti adalah poliklinik rawat

jalan, peneliti ditempatkan di poliklinik rawat jalan karena keluarga

pasien lebih banyak kehadirannya dibanding di ruangan rawat inap.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

Kebanyakan keluarga yang mengantar anak atau saudaranya ke

poliklinik rawat jalan pernah masuk RSKD dan keluar karena

keterbatasan biaya untuk membayar RS dan hanya ke poliklinik

rawat jalan untuk meminta obat.

4.1.2 Proses Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

secara detail tentang pengaruh stigma dan kebudayaan terhadap

pasien dengan gangguan jiwa. Penelitian dilakukan di Kota Ambon,

Provinsi Maluku. Sejak pertengahan bulan juni sampai awal bulan

juli.

Data yang diperoleh peneliti melalui proses wawancara

dan observasi dengan anggota keluarga, tetangga riset partisipan

dan masyarakat yang disekitar RS mereka telah bersedia menjadi

riset partisipan dan menandatangi surat persetujuan atau Informed

Consent . Alat perekam juga membantu peneliti dalam memperoleh

data. Waktu wawancara disesuaikan dengan jadwal peneliti dan

riset partisipan. Wawancara dilakukan saat keluarga berkunjung ke

Rumah Sakit Khusus Daerah Ambon dan selanjutnya di tempat

tinggal pasien.

Peneliti mengawali proses penelitian dengan mengurus

surat ijin penelitian di bagian Kesatuan Bangsa dan Politik

(Kesbangpol) yang bertempat di Kantor Gubernur Maluku.

Dibutuhkan waktu dua hari untuk surat ijin penelitian ini dibuat.

Surat ijin ini akan digunakan peneliti sebagai surat rekomendasi

penelitian yang diberikan ke Rumah Sakit Khusus Daerah Ambon.

Proses peneliti dalam menentukan keluarga yang menjadi

riset partisipan adalah dengan cara mengunjungi RSKD. Melalui

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

RS, peneliti meminta ijin untuk mengambil data tentang pasien yang

menderita gangguan jiwa, namun data pasien tidak diberikan

karena dirahasiakan.

Data yang diperoleh peneliti juga merupakan hasil

observasi yang dilakukan selang beberapa hari setelah peneliti

mewawancarai keluarga,tetangga dan masyarakat sekitar. Hal-hal

observasi merupakan perilaku sehari-hari keluarga dan tetangga

terhadap pasien.

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian memaparkan mengenai jawaban riset

partisipan selama di lapangan. Data atau hasil tersebut diperoleh

peneliti melalui proses wawancara dan observasi terhadap

keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar yang menjadi riset

partisipan.

4.2.1 Identitas Partisipan Keluarga I

Nama Jenis

Kelamin

Umur Keterangan Pekerjaan Pendidikan

Terakhir

Ny. N Perempuan 46 Ibu Ibu rumah

tangga

SMP

An.I Laki-laki 19 Anak - -

Tabel 1

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

4.2.2 Pengaruh Stigma dan Pengaruh Kebudayaan

a. Pengaruh Stigma

Pengaruh stigma terhadap pasien dengan gangguan jiwa

ditandai dengan pemberian tanda, status ekonomi mempengaruhi

stigma pada pasien dengan gangguan jiwa, selalu memutar arah

jika melihat pasien dengan gangguan jiwa.

P : Apakah tante kase tanda atau cap seng bagus par orang gila?

(P : Apakah saudara memberikan cap pada individu yang mengalami gangguan jiwa?)

RP: Kase tanda kaka, lia orang gila saja su takut.

(RP :Memberikan tanda, melihat individu dengan gangguan jiwa sudah takut)

P : Apa tante pandang kalo status ekonomi itu kase pengaruh tanda negatif par orang gila nh kaseng?

(P : Apa saudara memandang status ekonomi juga mempengaruhi stigma pada pasien gangguan jiwa?)

RP : Pengaruh kaka kalau orang yang seng mampu alias ekonomi kurang dong tuh seng suka orang gila apalagi kalau orang gila su bobou denk badaki.

(RP : Status ekonomi mempengaruhi apalagi kalau ekonomi kurang melihat pasien dengan gangguan jiwa sudah tidak menyukai karena bau dan kotor)

P : Bagaimana sikap dan tindakan tante kalo dapa lia orang gila?

(P : Bagaimana sikap dan tindakan anda bila melihat pasien dengan gangguan jiwa?)

RP : tante takut dan langsung lari kaseng kalo su lia dar jau putar jalan

(RP : Tante sudah takut dan langsung pergi kadang memutar arah)

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

b. Pengaruh Kebudayaan

Ibu N mengatakan penyebab gangguan jiwa penyakit

keturunan, kekuatan spiritual, dirasuki makluk halus/ setan dan

kutukan.

P : Apakah tante percaya gangguan jiwa karena penyaki keturunan

(P : Apakah anda percaya gangguan jiwa karena penyakit keturunan? )

RP : Percaya kaka itu saki keturunan

(RP : Mempercayai karena penyakit keturunan)

P : Apa tante memandang penyebab orang gila ini karena orang pake – pake kaseng

(P : Apakah anda memandang penyebab gangguan jiwa karena kekuatan spiritual?)

RP : Batul ade itu ada karena kalau ada orang seng suka katong dong biking katong jadi gila.

(RP : Benar penyebab kekuatan spiritual karena ada orang yang tidak menyukai kita membuat kita gangguan jiwa)

P : Menurut tante batul kaseng orang gila ini gara – gara setang maso?

(P : Menurut anda penyebab gangguan jiwa karena dirasuki oleh makluk halus/ setan?)

RP : Ia kaka itu jua ada lay kaya katong pi di tampa yang sabarang jadi setang maso lah katong bicara sabarang kalo seng kaluar sudah bagitu tarus saja.

(RP : Benar kaka ada kalau kita pergi ke tempat yang sembarangan kemudian dirasuki setan dan berbicara aneh . Setan tidak keluar maka kita akan terus begitu)

P : Orang gila itu dong dapa kutukan bagaimana tante pung pendapat?

(P : Apakah orang yang mengalami gangguan jiwa itu karena kutukan, Bagaimana pendapat anda?)

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

RP : Ia kaka orang gila tuh dong dapa kutuk makanya jadi begitu.

(RP : Orang dengan gangguan jiwa itu dikutuk

Pasien dengan gangguan jiwa juga pantas dikurung, sampah sosial dan aib bagi keluarga.

P : Orang gila pantas dapa kurung / pasung / ka kase biar dong berkeliaran?

(P : Apakah pasien dengan gangguan jiwa itu pantas dikurung/ dipasung/ dibiarkan berkeliaran?)

RP : Kurung saja kaka kaseng nanty dong balari sini sana deng nanty jua orang seng suka lia dong.

(RP : Kurung pasien nanty berkeliaran dan ada orang yang melihat tidak menyukai pasien dengan gangguan jiwa)

P : Tante orang gila itu sampah sosial atau sampah masyarakat batul kaseng?

(P : Apa anda menganggap pasien dengan gangguan jiwa sebagai sampah sosial?)

RP : Sampah sosial kaka dong orang yang terbuang orang seng pastiu deng seng suka.

(RP : Sampah sosial orang yang dibuang dan tidak perhatikan)

P : Orang gila ini dong bawa aib par keluarga kaseng?

(P: Apakah pasien dengan gangguan jiwa merupakan aib keluarga?)

RP : Aib keluarga kaka katong jadi malu.

( RP : Merupakan aib keluarga dan membuat malu keluarga)

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

4.2.3 Identitas Partisipan II

Nama Jenis

Kelamin

Umur Keterangan Pekerjaan Pendidikan

Terakhir

Ny. S Perempuan 40 Tetangga Ibu rumah

tangga

SMA

Tabel 2

4.2.4 Pengaruh Stigma dan Kebudayaan

a. Pengaruh Stigma

Ny. S merupakan keluarga Ibu. N. Pengaruh stigma masih

ada dengan pemberian tanda tidak baik, status ekonomi

mempengaruhi dan selalu takut melihat pasien dengan gangguan

jiwa.

P : Apakah tante kase tanda atau cap seng bagus par orang gila?

(P : Apakah saudara memberikan cap pada individu yang mengalami gangguan jiwa?)

RP: Kase tanda seng bagus ade.

(RP :Memberikan tanda yang tidak bagus)

P : Apa tante pandang kalo status ekonomi itu kase pengaruh tanda negatif par orang gila nh kaseng?

(P : Apa saudara memandang status ekonomi juga mempengaruhi stigma pada pasien gangguan jiwa?)

RP : Bisa juga ade , karena dong orang kurang baru dong seng terurus tetap saja orang seng suka.

(RP : Status ekonomi mempengaruhi , karena bau tidak terurus tetap orang tidak menyukai)

P : Bagaimana sikap dan tindakan tante kalo dapa lia orang gila?

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

(P : Bagaimana sikap dan tindakan anda bila melihat pasien dengan gangguan jiwa?)

RP : tante takut ade .

(RP : Takut melihat pasien dengan gangguan jiwa)

Pengaruh Kebudayaan

Penyebab gangguan jiwa karena penyakit keturunan dan

dirasuki makluk halus/setan. Gangguan jiwa merupakan perilaku

abnormal. Pasien dengan gangguan jiwa pantas dikurung,

merupakan sampah sosial dan membawa aib bagi keluarga.

P : Apakah tante percaya gangguan jiwa karena penyaki keturunan

(P : Apakah anda percaya gangguan jiwa karena penyakit keturunan?)

RP : Percaya ade itu saki keturunan

(RP : Mempercayai karena penyakit keturunan )

P : Menurut tante batul kaseng orang gila ini gara – gara setang maso atau barang halus?

(P : Menurut anda penyebab gangguan jiwa karena dirasuki oleh makluk halus/ setan?)

RP : Bisa ade barang halus maso barang pikiran kosong

(RP : Bisa karena dirasuki makluk halus saat pikiran kosong)

P : Apa orang gila itu dong sikap seng normal

(P : Apakah pasien yang mengalami gangguan jiwa itu perilaku abnormal?)

RP : Seng normal ade.

(RP : Abnormal)

P : Orang gila pantas dapa kurung / pasung / ka kase biar dong berkeliaran?

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

(P : Apakah pasien dengan gangguan jiwa itu pantas dikurung/ dipasung/ dibiarkan berkeliaran?)

RP : Kurung saja dan diikat supaya jang maniso.

(RP : Kurung dan diikat supaya jangan berkeliaran)

P : Tante orang gila itu sampah sosial atau sampah masyarakat batul kaseng?

(P : Apa anda menganggap pasien dengan gangguan jiwa sebagai sampah sosial?)

RP : Sampah sosial ade.

(RP : Orang dengan gangguan jiwa merupakan sampah sosial)

P : Orang gila ini dong bawa aib par keluarga kaseng?

(P: Apakah pasien dengan gangguan jiwa merupakan aib keluarga?)

RP : Aib keluarga ade.

( RP : Pasien dengan gangguan jiwa merupakan aib keluarga)

4.2.5 Identitas Partisipan Keluarga III

Nama Jenis

Kelamin

Umur Keterangan Pekerjaan Pendidikan

Terakhir

Tn. T Laki – laki 70 Ayah Petani -

An.J Laki-laki 25 Anak - -

Tabel 3

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

4.2.6 Pengaruh Stigma dan Kebudayaan

a. Pengaruh Stigma

Tn T selalu menghindar jika melihat pasien dengan

gangguan jiwa karena takut.

P : Apakah Om kase tanda atau cap seng bagus par orang gila?

(P : Apakah saudara memberikan cap pada individu yang mengalami gangguan jiwa?)

RP: Takut ade kalau lia orang gila langsung menghindar.

(RP : Takut dan langsung menghindar)

b. Pengaruh Kebudayaan

Pasien dengan gangguan jiwa merupakan perilaku

abnormal, penyebab gangguan jiwa karena kekuatan spiritual,

pasien dengan gangguan jiwa ada yang pantas dan tidak untuk

dikurung.

P : Apa orang gila itu dong sikap seng normal

(P : Apakah pasien yang mengalami gangguan jiwa itu perilaku abnormal?)

RP : Seng normal ade lah suka tatawa sandiri kaseng garu – garu kapala tuh.

(RP : Perilaku abnormal karena suka tertawa sendiri sambing menggaruk kepala )

P : Apa om memandang penyebab orang gila ini karena orang pake – pake kaseng

(P : Apakah anda memandang penyebab gangguan jiwa karena kekuatan spiritual?)

RP : Percaya ade, itu orang biking sampe bisa gila.

(RP : Percaya karena kekuatan spiritual)

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

P : Orang gila pantas dapa kurung / pasung / ka kase biar dong berkeliaran?

(P : Apakah pasien dengan gangguan jiwa itu pantas dikurung/ dipasung/ dibiarkan berkeliaran?)

RP : Ada yang pantas ada yang seng ade

(RP : Ada yang pantas ada yang tidak)

P : Kanapa ada yang pantas kanapa ada yang seng?

(P : Kenapa ada yang pantas dan tidak pantas?)

RP : Yang pantas itu kalo dong suka baribot deng yang seng pantas tuh dong cuma diam saja.

(RP : Pantas itu kalau suka ribut dan tidak pantas karena diam saja)

4.2.7 Identitas Partisipan IV

Nama Jenis

Kelamin

Umur Keterangan Pekerjaan Pendidikan

Terakhir

Tn. N Laki-laki 50 Tetangga Pegawai

swasta

D3

ekonomi

Tabel 4

4.2.8 Pengaruh Stigma dan Kebudayaan

a. Pengaruh Stigma

Tn N memberikan tanda, tidak menyukai pasien karena

bau dan takut pada pasien dengan gangguan jiwa. Status ekonomi

mempengaruhi stigma pada seseorang. Tidak memberikan rasa

perhatian dan selalu cuek pada pasien dengan gangguan jiwa.

P : Apakah Om kase tanda atau cap seng bagus par orang gila?

(P : Apakah saudara memberikan cap pada individu yang mengalami gangguan jiwa?)

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

RP: Kase tanda seng suka orang gila, taku deng orang gila th bobou

(RP : Memberikan tanda, tidak menyukai, takut dan orang dengan gangguan jiwa bau)

P : Apa om pandang kalo status ekonomi itu kase pengaruh tanda negatif par orang gila nh kaseng?

(P : Apa saudara memandang status ekonomi juga mempengaruhi stigma pada pasien gangguan jiwa?)

RP : Bisa kaka.

(RP : Status ekonomi bisa mempengaruhi)

P : Apa Om kase rasa perhatian yang labe kaseng par orang gila?

(P : Apa saudara memberikan rasa simbolis atau perhatian lebih pada pasien dengan gangguan jiwa?)

RP : Seng kaka.

(RP : Tidak memberikan rasa perhatian)

P : Bagaimana sikap dan tindakan Om kalo dapa lia orang gila?

(P : Bagaimana sikap dan tindakan anda bila melihat pasien dengan gangguan jiwa?)

RP : Cuek saja kaka

(RP : Tidak memperdulikan pasien dengan gangguan jiwa)

b. Pengaruh Kebudayaan

Tn N mempercayai penyebab gangguan jiwa karena

penyakit keturunan, kutukan dan kekuatan spiritual. Pasien dengan

gangguan jiwa itu perilaku tidak normal, tidak pantas dilindungi,

pantas dikurung, sampah masyarakat dan membawa aib keluarga.

P : Apakah Om percaya gangguan jiwa karena penyaki keturunan

(P : Apakah anda percaya gangguan jiwa karena penyakit keturunan? )

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

RP : Percaya kaka.

(RP : Mempercayai karena penyakit keturunan )

P : Orang gila itu dong dapa kutukan bagaimana om pung pendapat?

(P : Apakah orang yang mengalami gangguan jiwa itu karena kutukan, Bagaimana pendapat anda?)

RP : Percaya kaka.

(RP : Percaya pasien dengan gangguan jiwa karena kutukan)

P : Apa Om memandang penyebab orang gila ini karena orang pake – pake kaseng

(P : Apakah anda memandang penyebab gangguan jiwa karena kekuatan spiritual?)

RP : Batul kaka ada yang biking itu sampe gila.

(RP : Benar ada orang yang memakai kekuatan spiritual)

P : Apa orang gila itu dong sikap seng normal

(P : Apakah pasien yang mengalami gangguan jiwa itu perilaku abnormal?)

RP : Seng normal kaka lah dong saja suka bajalang sandiri baru tatawa – tatawa tuh.

(RP : Abnormal dan suka berjalan sendiri sambil tertawa)

P : Om orang gila tuh dong pantas kaseng katong lindungi?

(P : Apakah pasien dengan gangguan jiwa perlu dilindungi?)

RP : Seng pantas ade.

(RP : Tidak pantas.)

P : Orang gila pantas dapa kurung / pasung / ka kase biar dong berkeliaran?

(P : Apakah pasien dengan gangguan jiwa itu pantas dikurung/ dipasung/ dibiarkan berkeliaran?)

RP : Kurung saja kaka

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

(RP : Pasien dengan gangguan jiwa sebaiknya dikurung)

P : Om orang gila itu sampah sosial atau sampah masyarakat batul kaseng?

(P : Apa anda menganggap pasien dengan gangguan jiwa sebagai sampah sosial?)

RP : Sampah sosial kaka.

(RP : Orang dengan gangguan jiwa merupakan sampah sosial)

P : Orang gila ini dong bawa aib par keluarga kaseng?

(P: Apakah pasien dengan gangguan jiwa merupakan aib keluarga?)

RP : Aib keluarga kaka

( RP : Pasien dengan gangguan jiwa merupakan aib keluarga.

4.2.9 Identitas Partisipan Keluarga V

Nama Jenis

Kelamin

Umur Keterangan Pekerjaan Pendidikan

Terakhir

N Perempuan 21 Kakak Penjaga

toko

SMA

S Perempuan 16 Adik - -

Tabel 5

4.2.10 Pengaruh Stigma dan Kebudayaan

a. Pengaruh Stigma

Memberikan tanda negatif dan tidak menyukai pasien

dengan gangguan jiwa. Status ekonomi mempengaruhi stigma dan

slalu menghindar jika melihat pasien dengan gangguan jiwa.

P : Apakah Kaka kase tanda atau cap seng bagus par orang gila?

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

(P : Apakah saudara memberikan cap pada individu yang mengalami gangguan jiwa?)

RP: Kase tanda negatif usi.

(RP : Memberikan tanda negatif usi )

P : Barang kanapa kase tanda negatif?

(P : Mengapa memberikan tanda negatif?)

RP : Barang seng suka dong usi

(RP : Tidak menyukai pasien dengan gangguan jiwa)

(RP : Tidak mengetahui dan pada saat adiknya masuk RS tidak pernah menjenguk)

P : Apa kaka pandang kalo status ekonomi itu kase pengaruh tanda negatif par orang gila nh kaseng?

(P : Apa saudara memandang status ekonomi juga mempengaruhi stigma pada pasien gangguan jiwa?)

RP : Mempengaruhi usi.

(RP : Status mempengaruhi stigma )

P : Bagaimana sikap dan tindakan kaka kalo dapa lia orang gila?

(P : Bagaimana sikap dan tindakan anda bila melihat pasien dengan gangguan jiwa?)

RP : Menghindar

(RP : Menghindar dari pasien dengan gangguan jiwa)

b. Pengaruh Kebudayaan

Penyebab gangguan jiwa adalah penyakit keturunan,

kekuatan spiritual dan kutukan. Pasien dengan gangguan jiwa

pantas dikurung tetapi melihat kondisi pasiennya kalau ribut

dikurung dan kalau tidak ribut dikeluarkan. Pasien membawa aib

bagi keluarga.

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

P : Apakah kaka percaya gangguan jiwa karena penyaki keturunan

(P : Apakah anda percaya gangguan jiwa karena penyakit keturunan? )

RP : Penyaki keturunan usi

(RP : Percaya bahwa gangguan jiwa karena penyakit keturunan)

P : Apa kaka memandang penyebab orang gila ini karena orang pake – pake kaseng

(P : Apakah anda memandang penyebab gangguan jiwa karena kekuatan spiritual?)

RP : Percaya usi dong pake ilmu hitam.

(RP : Percaya karena kekuatan spiritual)

P : Orang gila itu dong dapa kutukan bagaimana kaka pung pendapat?

(P : Apakah orang yang mengalami gangguan jiwa itu karena kutukan, Bagaimana pendapat anda?)

RP : Sering ada yang dapa kutuk usi, ada dapa dari moyang – moyang makanya jadi gila barang moyang – moyang datang goda.

(RP : Percaya dikutuk dan digodai dari para leluhur)

P : Orang gila pantas dapa kurung / pasung / ka kase biar dong berkeliaran?

(P : Apakah pasien dengan gangguan jiwa itu pantas dikurung/ dipasung/ dibiarkan berkeliaran?)

RP : Kurung usi tapi sesuai kondisi lay.

(RP : Kurung tetapi sesuai kondisi)

P : Kanapa kurung tetapi sesuai kondisi kaka?

(P : Kenapa ada yang kurung tetapi sesuai kondisi?)

RP : Sesuai kondisi bagini kalo dia baribot kurung kalo seng lay kase kaluar jua.

(RP : Sesuai kondisi maksudnya kalau ribut dan dikeluarkan bila sudah tenang)

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

P : Orang gila ini dong bawa aib par keluarga kaseng?

(P: Apakah pasien dengan gangguan jiwa merupakan aib keluarga?)

RP : Aib keluarga usi b malu jaga dapa bilang pung ade gila.

( RP : Menjadi aib keluarga dan malu sering diejek mempunyai adik yang gangguan jiwa)

4.2.11 Identitas Partisipan VI

Nama Jenis

Kelamin

Umur Keterangan Pekerjaan Pendidikan

Terakhir

Ny. V Perempuan 31 Tetangga Guru S1 Tata

busana

Tabel 6

4.2.12 Pengaruh Stigma dan Kebudayaan

a. Pengaruh Stigma

Tidak memberikan cap pada pasien dengan gangguan

jiwa. Status ekonomi mempengaruhi stigma, Bisa ya atau tidak

dalam memberikan rasa perhatian bagi pasien dan selalu

menghindar jika melihat pasien dengan gangguan jiwa.

P : Apakah saudara memberikan cap pada individu yang mengalami gangguan jiwa?

RP: Tidak, jika orang tersebut yang kita temui bertingkah dan berkelakuan aneh, berbicara sendiri dan ketika kita merasa terancam maka kita harus menghindar.

P : Apa saudara memandang status ekonomi juga mempengaruhi stigma pada pasien gangguan jiwa?

RP : Iya, yang terjadi kalau ada keluarga yang ekonomi lemah dan memiliki anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa terkadang mereka berusaha mengobati tetapi jika tidak mampu

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

mereka mengurung/ mengikat/ memasung orang dengan gangguan jiwa karena kalau tidak begitu masyarakat akan marah jika melihat berkeliaran.

P : Apa saudara memberikan rasa simbolis atau perhatian lebih pada pasien dengan gangguan jiwa?

RP : Bisa iya bisa tidak,

Kalau iya karena kalau kita mengetahui orang yang menderita gangguan jiwa hanya berbicara sendiri tidak melakukan hal kasar.

Kalau tidak karena mereka merontak dan bertindak kasar.

P : Bagaimana sikap dan tindakan anda bila melihat pasien dengan gangguan jiwa?

RP : Menghindar, karena mereka asik dengan tingkah laku mereka

Acuh, karena mereka kasar, tidak sopan dan tidak memakai baju.

b. Pengaruh Kebudayaan

Tidak mempercayai penyebab gangguan jiwa karena

keturunan,dirasuki makluk halus, kutukan dan kekuatan spiritual.

Perilaku abnormal dari pasien dengan gangguan jiwa, pasien tidak

pantas dikurung, tidak menjadi sampah sosial dan tidak membawa

aib keluarga.

P : Apakah anda percaya gangguan jiwa karena penyakit keturunan?

RP : Tidak percaya

P : Apakah anda memandang penyebab gangguan jiwa karena kekuatan spiritual?

RP : Tidak percaya.

P : Menurut anda penyebab gangguan jiwa karena dirasuki oleh makluk halus/ setan?

P : Apakah orang yang mengalami gangguan jiwa itu karena kutukan, Bagaimana pendapat anda?)

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

RP : Bukan karena kutukan.

RP : Bukan ,karena dirasuki makluk halus bukan gangguan jiwa.

P : Apakah pasien yang mengalami gangguan jiwa itu perilaku abnormal?

RP : Iya, karena dalam tindakannya tidak normal seperti tidak memakai baju dan telanjang.

P : Apa anda menganggap pasien dengan gangguan jiwa sebagai sampah sosial?

RP : Tidak.

P: Apakah pasien dengan gangguan jiwa merupakan aib keluarga

RP : Tidak

4.2.13 Identitas Partisipan VII

Nama Jenis

Kelamin

Umur Keterangan Pekerjaan Pendidikan

Terakhir

D Perempuan 18 Mahasiswa

sekitar

RSKD

Mahasiswa SMA

Tabel 7

4. 2.14 Pengaruh Stigma dan Kebudayaan

a. Pengaruh Stigma

Memberikan tanda negatif karena takut disentuh pasien

dan status ekonomi mempengaruhi stigma pada pasien dengan

gangguan jiwa.

P : Apakah ade kase tanda atau cap seng bagus par orang gila?

(P : Apakah saudara memberikan cap pada individu yang mengalami gangguan jiwa?)

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

RP: Kase tanda seng bae kaka dong saja gila taku nanty dong pegang – pegang.

(RP : Memberikan tanda negatif takut disentuh oleh pasien dengan gangguan jiwa )

P : Apa ade pandang kalo status ekonomi itu kase pengaruh tanda negatif par orang gila nh kaseng?

(P : Apa saudara memandang status ekonomi juga mempengaruhi stigma pada pasien gangguan jiwa?)

RP : Pengaruhi sekarang orang gila orang kurang baru seng pernah barobat pasti orang tarsuka jua.

(RP : Mempengaruhi orang dengan gangguan jiwa, dari keluarga kurang mampu banyak orang tidak menyukai)

b.Pengaruh Kebudayaan

D selalu lari ketika melihat pasien dan jika pasien lari

mendekati D akan menimbuk dengan batu. Tidak percaya karena

penyakit keturunan dan percaya penyebab gangguan jiwa karena

kekuatan spiritual dan dirasuki makluk halus.

P : Pas lia orang gila reaksi bagaimana?

(P : Apa reaksi saat melihat pasien dengan gangguan jiwa?)

RP : Lari dolo, pas dong lari iko katong macam su dekat ini ambel batu lah lempar saja supaya dong taku.

(RP : Lari dan menimbuk pasien dengan batu)

P : Apakah ade percaya gangguan jiwa karena penyaki keturunan

(P : Apakah anda percaya gangguan jiwa karena penyakit keturunan? )

RP : Seng percaya.

(RP : Tidak percaya bahwa gangguan jiwa karena penyakit keturunan)

P : Apa ade memandang penyebab orang gila ini karena orang pake – pake kaseng

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

(P : Apakah anda memandang penyebab gangguan jiwa karena kekuatan spiritual?)

RP : Percaya kaka apalagi dong seng suka katong keluarga, ka seng suka katong labe kaseng seng bisa lia katong bagaya ada yang seng suka lah pake-pake katong.

(RP : Percaya karena tidak menyukai keluarganya, iri hati dan memakai kekuatan spiritual)

P : Menurut kaka batul kaseng orang gila ini gara – gara setang maso?

(P : Menurut anda penyebab gangguan jiwa karena dirasuki oleh makluk halus/ setan?)

RP : Percaya kaka, setang maso lalu seng mau kaluar lay barang su nyaman deng badang yang dia maso jadi katong senu seng tahu apa - apa

(RP : Percaya, setan merasuki dan tidak ingin keluar karena sudah menguasai tubuh kita)

4.3 Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, dalam uji keabsahan data

(kreadibilitas) peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu dengan

berbagai waktu.

4.3.1 Triangulasi waktu partisipan I

Peneliti melakukan triangulasi dengan sumber waktu, yaitu

pada tanggal 25 juni 2015 pukul 10.00 WIT tepatnya dirumah riset

partisipan tepatnya di rumah riset partisipan, masih dengan Ibu N.

Partisipan juga mengatakan memberikan tanda pada pasien

dengan gangguan jiwa, ekonomi juga mempengaruhi stigma pada

seseorang, pasien dengan gangguan jiwa karena penyakit

keturunan, kekuatan spiritual dan dirasuki makluk halus/ setan.Ibu

N. mengatakan masih yang sama bahwa pasien dengan gangguan

jiwa karena kutukan dan pasien gangguan jiwa pantas dikurung.

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

4.3.2 Triangulasi waktu partisipan II

Peneliti melakukan triangulasi dengan sumber waktu, yaitu

pada tanggal 28 juni 2015 pukul 11.00 WIT tepatnya dirumah riset

partisipan tepatnya di rumah riset partisipan, masih dengan Ny. S.

Ny. S mengatakan memberikan tanda bagi pasien dengan

gangguan jiwa. Penyebab gangguan jiwa karena penyakit

keturunan, tidak mempercai karena kekuatan spiritual,kutukan

tetapi percaya dirasuki setan. Pasien dengan gangguan jiwa perlu

dikurung.

4.3.3 Triangulasi waktu partisipan III

Peneliti melakukan triangulasi dengan sumber waktu, yaitu

pada tanggal 26 juni 2015 pukul 16.00 WIT tepatnya dirumah riset

partisipan tepatnya di rumah riset partisipan, masih dengan Tn. T.

Tn. T takut dan menghindar melihat pasien dengan

gangguan jiwa, tidak mempercayai gangguan jiwa karena penyakit

keturunan,dirasuki setan, kutukan dan percaya karena kekuatan

spiritual.

4.3.4 Triangulasi waktu partisipan IV

Peneliti melakukan triangulasi dengan sumber waktu, yaitu

pada tanggal 29 juni 2015 pukul 17.00 WIT tepatnya dirumah riset

partisipan tepatnya di rumah riset partisipan, masih dengan Tn N.

Tn. N memberikan tanda bagi pasien dengan gangguan

jiwa. Tidak memberi rasa perhatian, percaya karena penyakit

keturunan, kekuatan spiritual, kutukan dan tidak percaya dirasuki

setan. Pasien dengan gangguan jiwa harus dikurung.

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

4.3.5 Triangulasi waktu partisipan V

Peneliti melakukan triangulasi dengan sumber waktu, yaitu

pada tanggal 28 juni 2015 pukul 11.00 WIT tepatnya dirumah riset

partisipan tepatnya di rumah riset partisipan, masih dengan N.

N. memberikan tanda negatif bagi pasien dengan

gangguan jiwa. Gangguan jiwa disebabkan karena penyakit

keturunan, kekuatan spiritual memakai ilmu hitam, kutukan dan

tidak percaya dirasuki setan. Pasien dengan gangguan jiwa pantas

dikurung tetapi sesuai tingkah lakunya.

4.3.6 Triangulasi waktu partisipan VI

Peneliti melakukan triangulasi dengan sumber waktu, yaitu

pada tanggal 01 juli 2015 pukul 12.00 WIT tepatnya dirumah riset

partisipan tepatnya di rumah riset partisipan, masih dengan Ny V.

Tidak memberikan tanda negatif, pemberian tanda

mempengaruhi dari status ekonomi seseorang.Tidak percaya

gangguan jiwa karena penyakit keturunan, kekuatan spiritual,

dirasuki setan dan kutukan.

4.3.7 Triangulasi waktu partisipan VII

Peneliti melakukan triangulasi dengan sumber waktu, yaitu

pada tanggal 25 juni 2015 pukul 14.00 WIT tepatnya dirumah riset

partisipan tepatnya di rumah riset partisipan, masih dengan D.

mengatakan memberikan tanda pasien dengan gangguan jiwa,

tidak percaya pasien dengan gangguan jiwa karena penyakit

keturunan, gangguan jiwa disebabkan karena kekuatan spiritual,

dan dirasuki setan.

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

4.4 Pembahasan

Stigma berasal dari kecendrungan manusia untuk menilai

orang lain. Berdasarkan penilaian itu ketegorisasi atau streotip

dilakukan tidak berdasarkan keadaan yang sebenarnya atau

berdasarkan fakta, tetapi pada apa yang kita anggap sebagai tidak

pantas, luar biasa, memalukan dan tak dapat diterima. Dari ketujuh

riset partisipan pemberian stigma sesuai dengan tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan terakhir sarjana tidak memberikan stigma

sedangkan tingkat pendidikan terakhir SMA memberikan stigma.

Penelitian kejiwaan yang dilakukan oleh Mubin (2008)

yang meneliti tentang stigma masyarakat dan stigma pada diri

sendiri memberikan dampak pada keluarga dengan konsekuensi

positif dan negatif. Makna positif berupa terbentuknya perilaku

keluarga yang konstruktif dengan keluarga semakin kompak dan

rukun, dan makna negatif berupa pengalaman yang tidak

menyenangkan, aktivitas harian terganggu dan keluarga menjadi

rendah diri. Dampak yang ditimbulkan stigma masyarakat dan

stigma pada diri sendiri membuat keluarga berharap pada warga,

sikap warga yang mau mengerti, tidak mengejek dan tidak

didiamkan dan petugas kesehatan.

Dari ketujuh riset partisipan, pada riset partisipan I

memberikan stigma dan selalu memutar arah jika melihat pasien.

Riset partisipan II memberikan cap negatif pada pasien, status

ekonomi mempengaruhi dan selalu takut melihat pasien dengan

gangguan jiwa. Riset partisipan III selalu menghindar jika melihat

pasien dengan gangguan jiwa karena takut. Riset partisipan IV

memberikan tanda, tidak menyukai pasien karena bau dan takut

pada pasien dengan gangguan jiwa. Status ekonomi

mempengaruhi stigma pada seseorang. Tidak memberikan rasa

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

perhatian dan selalu cuek pada pasien dengan gangguan jiwa.

Riset partisipan V memberikan tanda negatif dan tidak menyukai

pasien dengan gangguan jiwa. Status ekonomi mempengaruhi

stigma dan selalu menghindar jika melihat pasien dengan

gangguan jiwa. Riset partisipan VI tidak memberikan cap pada

pasien dengan gangguan jiwa. Status ekonomi mempengaruhi

stigma, Bisa ya atau tidak dalam memberikan rasa perhatian bagi

pasien dan selalu menghindar jika melihat pasien dengan

gangguan jiwa. Riset partisipan VII memberikan tanda negatif

karena takut disentuh pasien dan status ekonomi mempengaruhi

stigma pada pasien dengan gangguan jiwa.

Semua budaya memiliki kepercayaan yang berbeda- beda.

Teori mengenai kesehatan dan penyebab penyakit didasarkan pada

pandangan yang dimiliki oleh suatu kelompok. Pandangan ini

meliputi sikap, kepercayaan, dan praktik—praktik suatu kelompok

terhadap kesehatan dan biasanya disebut dengan sistem

kepercayaan kesehatan (Andrews,2008).

Dari ke tujuh riset partisipan terdapat berbagai sistem

kepercayaan, ada yang percaya karena kekuatan spiritual, dirasuki

setan/makhluk halus, kutukan dan penyakit keturunan. Riset

partisipan I percaya gangguan jiwa karena penyakit keturunan,

kekuatan spiritual, dirasuki setan/makluk halus, kutukan dan pasien

dengan gangguan jiwa harus dikurung. Riset partisipan II percaya

gangguan jiwa dari penyakit keturunan, tidak percaya gangguan

jiwa karena kekuatan spiritual, tidak percaya karena kutukan,

percaya dirasuki setan dan pasien dengan gangguan jiwa harus

diikat dan dikurung. Riset partisipan III tidak percaya karena

penyakit keturunan, dirasuki setan, dikutuk, percaya karena

kekuatan spiritual dan pasien dengan gangguan jiwa harus

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

dikurung tetapi ada pantas dan tidak. Pantas bagi pasien dengan

gangguan jiwa karena ribut dan tidak pantas bagi pasien hanya

diam. Riset partisipan IV percaya karena penyakit keturunan,

kekuatan spiritual, kutukan, tidak percaya karena dirasuki setan dan

pasien dengan gangguan jiwa pantas untuk dikurung. Riset

partisipan V percaya karena penyakit keturunan, kekuatan spiritual,

dikutuk dan pasien dengan gangguan jiwa harus dikurung. Riset

partisipan VI tidak percaya karena penyakit keturunan kekuatan

spiritual, dirasuki makluk alus/setan, kutukan dan tidak pantas

dikurung. Riset partisipan VII bila melihat pasien dengan gangguan

jiwa menimbuk dengan batu. Tidak percaya karena penyakit

keturunan, percaya karena kekuatan spiritual, dan dirasuki makluk

halus.

Ada dua teori yang melatarbelakangi pembentukan stigma

yaitu teori demonologi dan teori labelling.

a. Teori Demonologi

Teori ini menyebutkan bahwa gangguan jiwa disebabkan

oleh unsur-unsur gaib seperti setan, roh jahat atau sebagai hasil

perbuatan dukun jahat. Ada dua type gangguan jiwa. Pertama, tipe

gangguan jiwa yang jahat, yakni gangguan jiwa yang dianggap

berbahaya,bisa merugikan dan membunuh orang lain. Kedua, tipe

gangguan jiwa yang baik. Di dalam tipe ini epilepsi (ayam) dianggap

sebagai ‗penyakit suci‘ dan karena anggapan ini pula beberapa

diantara bekas penderita epilepsi ini diperkenankan memberikan

pengobatan kepada pasien melaui doa, sembahyang dan

penebusan dosa.

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

Teori demonologi ini merupakan landasan yang digunakan

untuk menjelaskan sebab terjadinya abnormalitas pada pola

perilaku manusia yang dikaitkan dengan pengaruh supranatural

atau hal-hal gaib yang dikenal dengan model demonologi

(demonological model).

Model demonologi ini diklasifikasi mengenai etiologi

penyakit yang didasarkan kepada kepercayaan hampir selalu ada

dalam semua sistem kesehatan masyarakat, dikenal etiologi

personalistik yakni keadaan sakit dipandang sebagai sebab adanya

campur tangan agen (perantara) seperti makhlukhalus, jin, setan,

atau roh-roh tertentu. Etiologi ini digunakan untuk membedakan

kepercayaan mengenai penyakit yang ditimbulkan oleh adanya

gangguan sistem dalam tubuh manusia yang disebabkan oleh

kesalahan mengkonsumsi makanan, pengaruh lingkungan,

kebiasaan hidup atau yang dikenal dengan etiologi naturalistik.

(Kartini Kartono, 2003)

b. Teori Labelling

Teori ini pada prinsipnya menyatakan dua hal. Pertama,

orang berperilaku normal atau tidak normal, menyimpang atau tidak

menyimpang, tergantung pada bagaimana orang lain (orang tua,

keluarga dan masyarakat) menilainya. Penilaian itu ditentukan oleh

kategorisasi yang sudah melekat pada pemikiran orang lain

tersebut. Segala sesuatu yang dianggap tidak termasuk kedalam

kategori yang sudah dianggap baku oleh masyarakat (dinamakan :

residual) otomatis akan dianggap menyimpang, karena itulah orang

bisa dianggap sakit jiwa hanya karena berbaju atau bertindak

―aneh‖ pada suat tempat atau masa tertentu. Kedua, penilaian itu

berubah dari waktu ke waktu, sehingga orang yang hari ini

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

dinyatakan sakit bisa dinyatakan sehat beberapa tahun kemudian

atau sebaliknya.

Para ahli teori sosial-budaya juga berpendapat bahwa

apabila labelling ―penyakit mental‖ digunakan maka sulitt sekali

menghilangkannya. Labelling juga mempengaruhi bagaimana orang

lain memberikan respon kepada orang itu dengan sebutan ―sakit

mental‖ maka orang lain memberikan stigmatisasi sosial kepada

orang. Peluang kerja tertutup,persahabatan mungkin putus dan

orang yang sakit mental makin lama makin diasingkan oleh

masyarakat. (Yustinus, 2006).

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

4.4.1 Tabel Ringkasan

NO Riset

Partisipan

Pengaruh

Stigma

Pengaruh

Kebudayaan

Teori

Demonological

Teori

Labelling

1 Ibu N Pemberian cap

pada pasien

dengan

gangguan jiwa

dan selalu

memutar arah jika

melihat pasien

dengan

gangguan jiwa

Percaya gangguan

jiwa karena

kekuatan spiritual,

dirasuki makluk

halus, kutukan dan

pasien pantas

dikurung.

.

2 Ny. S Pemberian cap

tidak baik pada

pasien dengan

Percaya gangguan

jiwa karena

kerasukan makluk

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

gangguan jiwa. halus, pasien

merupakan sampah

sosial dan pasien

gangguan jiwa

pantas dikurung dan

diikat

-

3 Tn T Pemberian cap

dan jika melihat

pasien dengan

gangguan jiwa

langsung

menghindar

Tn T. Mempercayai

gangguan jiwa

disebabkan karena

kekuatan spiritual

dan pasien dengan

gangguan jiwa ada

yang pantas dan

tidak untuk dikurung.

4 Tn N Pemberian cap,

tidak menyukai

Gangguan jiwa

termasuk penyakit

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

pasien karena

bau,dan takut

dengan pasien

dengan

gangguan jiwa.

keturunan.

Penyebab

gangguann jiwa

kekuatan spiritual

dan kutukan. Pasien

pantas dikurung

5 N Pemberian cap

negatif, selalu

menghindar dan

tidak menyukai

pasien dengan

gangguan jiwa.

N mengatakan

gangguan jiwa

karena penyakit

keturunan, kekuatan

spiritual dan kutukan

. Pasien dengan

gangguan jiwa

dikurung seusai

dengan kondisi bila

ribut dikurung dan

-

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

dikeluarkan bila

tenang.

6 Ny V Tidak

memberikan cap

pada pasien

dengan

gangguan jiwa.

Tetapi selalu

menghindar,

karena pasien

asik dengan

tingkah laku

mereka

Acuh, karena

kasar, tidak

Tidak memandang

gangguan jiwa

karena kekuatan

spiritual,penyakit

keturunan, kutukan

dan dirasuki makluk

halus.

Perilaku abnormal

dari pasien dengan

gangguan jiwa.

-

Page 33: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

sopan dan tidak

memakai baju

7 D Memberikan cap

negatif dan takut

dipegang pasien

gangguan jiwa.

Menghindar dari

pasien dan bila

pasien mendekat

menimbuk pasien

dengan batu.

Gangguan jiwa

karena kekuatan

spiritual dan dirasuki

makluk halus

-

Page 34: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11761/4/T1_462011009_BAB IV.pdf · Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan

4.4.2 Analisis Teori Demonological, Teori Labelling dan

Konsep Mengamuk

Teori Demonological :

Dari ketujuh riset partisipan, riset partisipan pertama,

kedua, ketiga, keempat, kelima dan ketujuh masuk dalam kategori

teori demonological karena mereka mengatakan gangguan jiwa

disebabkan oleh unsur gaib. Kurangnya pengetahuan tentang

penyebab gangguan jiwa membuat masyarakat lebih mempercayai

karena adanya unsur gaib.

Teori Labelling :

Dari ketujuh riset partisipan, riset partisipan pertama,

ketiga, keempat dan keenam masuk dalam kategori teori labelling

mereka mengukur pasien dengan gangguan jiwa karena sikap

abnormal atau tidak normal. Penilaian ini karena sudah melekat

dalam pemikiran mereka bahwa pasien dengan gangguan jiwa

melakukan hal – hal yang aneh atau diluar batas wajar.

Konsep Mengamuk :

Perubahan lingkungan psikologis dapat terjadi sebagai

akibat dari perubahan dalam sistem tegangan pribadi, sebagai

akibat perubahan pola berpikir. Perubahan struktur berpikir terjadi

jika pribadi menemukan cara baru untuk memecahkan masalah,

ingat akan sesuatu yang telah dilupakan, atau mempersepsikan

lebih tinggi. Seseorang tidak lagi mampu menahan tekanan

terhadap dirinya, maka energi akan segera pecah menjadi

motorium yang akan menimbulkan tingkah laku yang tak terkendali.

Ini menggambarkan apa yang terjadi ketika orang mengamuk atau

naik pitam (Calvin & Gardner 2000). Sikap dari riset partisipan

ketujuh yang menimbuk pasien dengan batu.