105
61 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Keadaan Umum Kecamatan Samarang Kecamatan Samarang terletak di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, dengan luas wilayah sekitar 5.971 Ha, dan memiliki ketinggian antara 500-1270 m dpl. Berdasarkan wilayah administratif Kecamatan Samarang mengkoordinasikan 13 Desa, 196 Kampung, 24 Dusun, 114 RW dan 376 RT. Batas wilayah administratif Kecamatan Samarang yaitu : Sebelah Utara : Tarogong Kaler Sebelah Timur : Kecamatan Tarogong Kidul Sebelah Selatan : Kecamatan Pasirwangi dan Bayongbong Sebelah Barat : Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung Jumlah penduduk Kecamatan Samarang sampai dengan bulan desember 2011 sebanyak 78.372 jiwa meningkat 2,03 % dari tahun 2010 yang berjumlah 75.248 Jiwa. Sex ratio penduduk tahun 2011 yaitu laki-laki 39.339 orang, dan perempuan 39.033 orang. Jumlah kepala keluarga sebanyak 27.279 KK. Dari jumlah penduduk sebanyak 78.372 jiwa, yang tergolong usia produktif (Angkatan Kerja) adalah sebanyak 23.157 jiwa. Adapun data penduduk berdasarkan mata pencaharian bisa di lihat pada Tabel 7 berikut ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

  • Upload
    doanthu

  • View
    219

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

61

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Keadaan Umum Kecamatan Samarang

Kecamatan Samarang terletak di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat,

dengan luas wilayah sekitar 5.971 Ha, dan memiliki ketinggian antara 500-1270 m

dpl. Berdasarkan wilayah administratif Kecamatan Samarang mengkoordinasikan

13 Desa, 196 Kampung, 24 Dusun, 114 RW dan 376 RT. Batas wilayah

administratif Kecamatan Samarang yaitu :

Sebelah Utara : Tarogong Kaler

Sebelah Timur : Kecamatan Tarogong Kidul

Sebelah Selatan : Kecamatan Pasirwangi dan Bayongbong

Sebelah Barat : Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung

Jumlah penduduk Kecamatan Samarang sampai dengan bulan desember

2011 sebanyak 78.372 jiwa meningkat 2,03 % dari tahun 2010 yang berjumlah

75.248 Jiwa. Sex ratio penduduk tahun 2011 yaitu laki-laki 39.339 orang, dan

perempuan 39.033 orang. Jumlah kepala keluarga sebanyak 27.279 KK. Dari

jumlah penduduk sebanyak 78.372 jiwa, yang tergolong usia produktif (Angkatan

Kerja) adalah sebanyak 23.157 jiwa. Adapun data penduduk berdasarkan mata

pencaharian bisa di lihat pada Tabel 7 berikut ini.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

62

Tabel 7. Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan

Samarang Tahun 2011.

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)

1 Buruh Pemilik 2.437

2 Buruh Tani 13.107

3 Petani Penggarap 4.709

4 Pedagang 1.542

5 Wiraswasta 4.173

6 PNS/ABRI dan Polri 809

7 Pegawai Swasta 532

8 TKI/TKW 96 Sumber : Laporan Tahunan Kecamatan Samarang Tahun 2011.

Dari Tabel 7 di atas dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian

masyarakat Kecamatan Samarang sebagian besar bekerja sebagai buruh tani

sebesar 13.107 orang yang menjadikan Kecamatan Samarang terkenal dengan

agroindustri akar wangi dan jumlah mata pencaharian penduduk yang paling

sedikit sebagai TKI/TKW sebanyak 96 orang.

Proporsi wilayah menurut penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 8 di

bawah ini:

Tabel 8. Proporsi Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kecamatan Samarang

No Penggunaan Proporsi (%)

1 Perkampungan 20,00

2 Industri 0,00

3 Pertambangan 0,00

4 Pesawahan 30,00

5 Tegalan/kering semusim 11,00

6 Kebun campuran 18,00

7 Perkebunan 0,00

8 Padang semak 0,00

9 Hutan 18,00

10 Perairan darat 1,00

11 Lain-lain 2,00 Sumber : Kecamatan Samarang dalam Angka (2011)

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

63

Pada struktur perekonomian Kabupaten Garut, sektor pertanian merupakan

sektor yang sangat dominan, termasuk Kecamatan Samarang. Hal ini dapat dilihat

dari proporsi penggunaan lahan. Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa

pesawahan menggunakan proporsi lahan yang paling besar yakni sebesar 30%,

diikuti perkampungan yakni sebesar 20%, kemudian kebun dan hutan sebesar

18%.

Kecamatan Samarang merupakan daerah agraris dengan sumber utama

masyarakat dalam bidang pertanian yang menjadikan komoditas unggulan

Kabupaten Garut berada di Kecamatan Samarang yaitu komoditas akar wangi

sebagai bahan minyak sirih. Produksi akar wangi yang cukup besar ini

memerlukan perhatian yang khusus sehingga potensi ini ke depan dapat

berkembang dan dapat memberikan penghasilan yang lebih baik kepada para

petani, pengolah dan pengusaha akar wangi. Selain itu juga, Kecamatan Samarang

mempunyai potensi pariwisata alam yaitu Situ Cibeureum dan wisata Hutan

Konservasi Arboretum kedua tempat wisata ini sangat potensial untuk

dikembangkan apabila dilakukan pengelolaan secara profesional. Peran sektor

swasta dalam mendukung potensi unggulan di Kecamatan Samarang juga

berperan cukup besar, keberadaan Kampung Sampireun Resort serta Rumah

Makan Mulih ka Desa, telah turut serta meningkatkan denyut ekonomi Kecamatan

Samarang.

Dari sektor pemberdayaan masyarakat, saat ini sedang digalakkan

peningkatan usaha ekonomi kecil dan menengah (UMKM) dan pada UMKM

Award Tahun 2012 tingkat kabupaten Garut UMKM Kecamatan Samarang telah

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

64

menerima penghargaan UMKM Awward 2012 yaitu : 1) Pengolahan akar wangi

di Desa Sukakarya; 2) Koperasi Sarasa yang bergerak dalam keterampilan

makanan olahan dan Tas Tangan; 3) Produk Paper Bag Desa Sirnasari (masuk

nominasi 20 besar).

4.1.1.1 Desa Sukakarya

Desa Sukakarya berada di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut,

Propinsi Jawa Barat dengan letak geografis berada pada 642° - 742° LS dan 30° -

40° BT. Berdasarkan letak topografinya, Desa Sukakarya berada pada ketinggian

724 m dpl dengan wilayah yang berbukit memiliki suhu rata-rata 20°C sam 30°C

dengan curah hujan 1.210 mm/tahun. Desa Sukakarya merupakan desa yang

letaknya paling ujung dan merupakan hasil pemekaran dari Desa Sukarasa yang

mulai berdiri pada tahun 1979. Luas Desa Sukakarya berdasarkan profil desa

tahun 2010 adalah 455.082 Ha yang terdiri dari tanah pemukiman 8,16%, tanah

perkebunan 68,87%, tanah sawah 8,96%, tanah perkebunan 0,79%, fasilitas umum

2,91%, dan tanah kelautan 10,31%. Desa Sukakarya terbagi atas 12 RW dan 12

RT. Batas wilayah administratif Desa Sukakarya yaitu :

Sebelah Utara : Desa Tanjungkarya

Sebelah Selatan : Desa Sukalaksana

Sebelah Timur : Desa Sukarasa

Sebelah Barat : Kabupaten Bandung

Jumlah penduduk Desa Sukakarya berdasarkan profil desa tahun 2010

tercatat sebanyak 6.681 jiwa yang terdiri atas 3.388 orang (50,71%) laki-laki dan

3.293 orang (49,29%) perempuan. Jumlah penduduk tersebut dibagi ke dalam

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

65

1.820 kepala keluarga. Tingkat kepadatan penduduk per rumah tangga 0,25 km

dan tingkat kepadatan penduduk per jiwa 6 m2. Tingkat pendidikan Desa

Sukakarya rata-rata sampai Sekolah Dasar (Profil Desa Sukakarya Tahun 2010).

Selanjutnya, tingkat mata pencaharian penduduk Desa Sukakarya yaitu dalam

berbagai sektor kegiatan. Diantaranya yaitu petani 67,8%, Buruh Tani 19,6%.

PNS 1,3%, Pengrajin Industri Rumah Tangga 4,4%, Peternak 0,4%, Pensiunan

TNI/Polisi 1,3%, dan Pengusaha Kecil Menengah 5%.

4.1.1.2 Desa Sukalaksana

Desa Sukalaksana berada di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut,

Provinsi Jawa Barat, dengan luas wilayahnya 203,426 Ha. Luas wilayah tersebut

terdiri dari tanah perkampungan 54,889 Ha, tanah pesawahan 76,555 Ha, tanah

kebun atau ladang 62,982 Ha, tanah kolam 3,0 Ha, tanah pekuburan 1,75 Ha dan

tanah sarana umum 4,25 Ha. Desa Sukalaksana terbagi atas 7 RW dan 25 RT.

Jumlah penduduk Desa Suklaksana (RPJMDes Tahun 2011-2012) 4.476 jiwa

yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.235 jiwa dan perempuan 2.241 jiwa, serta

128 KK.

Desa Sukalaksana merupakan pemekaran dari Desa Sukakarya yang mulai

terbentuk pada tahun 1984. Batas wilayah administratif Desa Sukalaksana yaitu:

Sebelah Utara : Desa Sukakarya

Sebelah Timur : Desa Sukarasa Dan Desa Sirnasari

Sebelah Selatan : Desa Padasuka, Desa Padamulya

Sebelah Barat : Desa Parakan

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

66

Desa Sukalaksana merupakan desa yang berada di daerah dataran tinggi

dengan ketinggian antara 800-1000 m dpl. Sebagian besar wilayah Desa

Sukalaksana merupakan daerah yang cocok untuk pertanian. Komoditi pertanian

andalan Desa Sukalaksana yaitu Saosin, Cabai, dan Tomat. Sementara untuk

industri rumah tangga banyak didominasi oleh kerajinan tangan akar wangi, baik

berupa tas dan home decoration, industri lainnya adalah tas lipat, pandai besi, dan

berbagai usaha makanan khas daerah.

Berkaitan dengan perkembangan situasi dan kondisi ketenagakerjaan di

Desa Sukalaksana sampai akhir tahun 2010, masih menunjukkan keadaan

kondusif, walaupun dipihak lain masih dihadapkan pada keterbatasan lapangan

kerja dan jumlah pencari kerja yang cukup banyak. Jumlah angkatan kerja pada

tahun 2010 sebanyak 1.642 orang. Jumlah pencari kerja yang tersalurkan dapat di

tempatkan di perusahaan-perusahaan maupun jenis pekerjaan lainnya sebanyak

367 orang, sedangkan sisanya sebesar 1.051 orang belum mendapatkan pekerjaan.

Dari segi pendidikan, lulusan SD menempati urutan tertinggi dari jumlah

presentase pencari kerja yang berhasil ditempatkan terhadap total pencari kerja,

yaitu menurut tingkat pendidikan mencapai angka 78%.

4.1.1.3 Desa Cisarua

Desa Cisarua merupakan sebuah desa yang letaknya paling ujung dan di

kaki bukit Kecamatan Samarang dan berada di daerah Lereng Gunung Guntur

sebelah Selatan, dengan ketinggian antara 900-1.500 m dpl. Sebagian besar

wilayah Desa Cisarua adalah lereng gunung dengan kemiringan antara 20°-45°.

Batas wilayah administratif Desa Cisarua yaitu :

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

67

Sebelah Utara : Desa Sukakarya

Sebelah Timur : Desa Parakan

Sebelah Selatan : Desa Barusari dan Kecamatan Pasirwangi

Sebelah Barat : Desa Ibun Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung

Desa Cisarua merupakan pemekaran dari Desa Parakan dan mulai

terbentuk pada tahun 1980. Luas wilayah Desa Cisarua yaitu 1.284,10 Ha yang

terdiri dari tanah perkampungan 38 Ha, tanah pesawahan 7,10 Ha, tanah

perkebunan atau ladang 256,0 Ha, tanah kolam 1,0 Ha, tanah pekuburan 2,0 Ha,

perkantoran 1,10 Ha, hutan lindung 600,0 Ha, hutan perhutani 376,90 Ha, dan

lain-lain 2,0 Ha. Desa Cisarua terbagi di dalam 2 Dusun, 9 Rukun Warga (RW),

dan 36 Rukun Tetangga (RT). Jumlah penduduk Desa Cisarua berdasarkan sensus

penduduk tahun 2010 yaitu 6.841 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 3.511

jiwa dan perempuan sebanyak 3.330 jiwa, serta 2.184 KK.

Kehidupan masyarakat Desa Cisarua sangat sederhana, mengolah lahan-

lahan pertanian untuk menghidupi keluarga dan sebagian lainnya bergerak di

bidang industri rumah tangga serta perdagangan. Komoditi pertanian yang

menjadi andalan dari Desa Cisarua yaitu sayuran dan tanaman akar wangi.

Berkaitan dengan perkembangan situasi dan kondisi ketenagakerjaan di

Desa Cisarua sampai akhir tahun 2010, masih menunjukkan keadaan kondusif,

walaupun di pihak lain masih dihadapkan pada keterbatasan lapangan kerja dan

jumlah pencari kerja yang cukup banyak. Jumlah angkatan kerja pada tahun 2010

sebanyak 3.029 orang. Jumlah pencari kerja yang tersalurkan dapat ditempatkan

di perusahaan-perusahaan maupun jenis pekerjaan lainnya sebanyak 998 orang,

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

68

sedangkan sisanya sebesar 2.031 orang belum mendapatkan pekerjaan. Dari segi

pendidikan, lulusan SLTA menempati urutan tertinggi dari jumlah presentase

pencari kerja yang berhasil di tempatkan terhadap total pencari kerja, yaitu

menurut tingkat pendidikan mencapai angka 55%.

4.1.2 Keadaan Umum Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

Chevron merupakan salah satu perusahaan energi terintegrasi terkemuka di

dunia yang berkantor pusat di San Ramon, California, Amerika Serikat. Bisnis

usaha Chevron tersebar di seluruh dunia. Salah satu aktivitas energi panas bumi

Chevron yaitu dilaksanakan di Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Bisnis

Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. merupakan usaha di bidang pembangkit

listrik tenaga panas bumi (PLTP) atau biasa dikenal dengan istilah

geothermal, yang terwujud pada proyek kawah (pembangkit) darajat I, II, dan

III. Pada dasarnya Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. merupakan perusahaan

kontraktor atau mitra kerja sama dengan PT. Pertamina. Chevron Geothermal

Indonesia, Ltd. merupakan salah satu perusahaan yang mendukung pertumbuhan

ekonomi Negara Indonesia serta menerangi sekitar 3,9 juta rumah bersamaan

dengan Chevron Geothermal Salak, Ltd.

Letak operasi Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. yaitu di Kabupaten

Garut yang terletak pada ketinggian 1730-2000m dpl, dengan temperatur 5-25° C

serta kondisi tempat merupakan daerah berkabut dan bercurah hujan tinggi. Status

lahan daerah operasi berupa hutan lindung, hutan konservasi, dan tanah

masyarakat serta lingkungan berupa gunung berapi. Kontrak kerja operasi

Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. dimulai pada tahun 1984. Chevron

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

69

Geothermal Indonesia, Ltd. memproduksi dan mengoperasikan Panas Bumi

sebesar 271 MW dan memiliki sumur sebanyak 49 buah. Rinciannya bisa dilihat

pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Jumlah Sumur Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Tahun 2011.

No Nama Sumur Jumlah

1 Sumur produksi 29

2 Sumur injeksi 4

3 Sumur pantau 5

4 Sumur ditutup 6

5 Sumur standby 5

Jumlah 49

Sumber : Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Tahun 2011

Dalam perkembangannya, Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

mengalami kejadian yang dianggap penting dalam operasi kegiatannya atau

kronologi kegiatan panas bumi darajat. Penjelasan kronologi tersebut bisa dilihat

pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Kronologi Kegiatan Panas Bumi Darajat Tahun 2011.

No Tahun Keterangan

1 1984 Chevron memenangkan tender untuk blok Darajat (1982)

2 1988 Eksplorasi sumberdaya Panas Bumi selesai dilakukan di Darajat

3 1991 Pembangunan PLTP Unit 1 (PT. IP)

4 1994 Pengoperasian Unit 1

5 1998 Pembangunan PLTP Unit 2 (CGI)

6 2000 Pengoperasian Unit 2

7 2005 Pembangunan PLTP Unit 3 (CGI)

8 2007 Pengoperasian Unit 3 Sumber : Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Tahun 2011.

Pada tahun 2010, Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. adalah satu-satunya

perusahaan Energi yang menerima peringkat emas dari total 201 perusahaan

energi dan tambang yang diaudit. Penghargaan emas tersebut merupakan

kualifikasi tertinggi yang berhasil diraih oleh Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

70

Penilaian yang dilakukan meliputi Sistem Manajemen Lingkungan, Efisiensi dan

Konservasi Energi, serta Program Pemberdayaan Masyarakat. Selain memiliki

proyek Clean Development Mecanishm (CDM), perusahaan juga telah melakukan

penghijaun seluas 450 Ha serta menerapkan efisiensi energi dengan baik.

4.1.2.1 Nilai-Nilai Dan Budaya Yang Dimiliki Oleh Chevron

1. Cara Chevron (The Chevron Way)

Dalam menjalankan bisnisnya, Chevron menerapkan budaya perusahaan

dan nilai-nilai yang disosialisasikan kepada setiap lini karyawannya, dimana nilai-

nilai dan budaya perusahaan tersebut dikenal dengan sebutan The Chevron Way

(Cara Chevron). The Chevron Way menjelaskan “siapa kami, apa yang kami

lakukan, apa yang kami yakini dan apa yang ingin kami capai”. The Chevron Way

disosialisasikan tidak hanya kepada setiap lini karyawan di dalam Chevron, tetapi

juga kepada pihak-pihak lain yang berinteraksi dengan Chevron, misalnya kepada

vendor yang akan melakukan transaksi kontrak dengan Chevron. Sosialisasi The

Chevron Way kepada karyawan ini dilakukan setiap tahun dan diwajibkan kepada

seluruh karyawan Chevron untuk menghadiri sosialisasi tersebut, agar karyawan

mengerti dan memahami aturan-aturan kerja yang berlaku di dalam Chevron dan

supaya karyawan tidak melanggar aturan-aturan tersebut sehingga menjamin

keteraturan dalam menjalankan usaha yang Chevron lakukan.

Sedangkan sosialisasi The Chevron Way kepada calon vendor yang akan

bertransasksi dengan Chevron, dilakukan sebelum dilaksanakannya lelang atau

prakualifikasi. Sosialisasi The Chevron Way tersebut dimaksudkan agar semua

vendor memahami hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

71

berinteraksi dan bertransaksi dengan Chevron. Dalam sosialisasi tersebut juga

disebutkan hal-hal apa yang akan menjadi sanksi bagi vendor ataupun karyawan

Chevron yang terlibat hal-hal yang bertentangan dengan apa yang telah diatur di

dalam The Chevron Way.

2. Visi Perusahaan

Visi Chevron yaitu menjadi perusahaan energi global yang dihormati

karena karyawan, kemitraan, dan kinerjanya. Visi tersebut mengandung arti

bahwa Chevron :

1) Menghasilkan produk-produk energi yang penting bagi kemajuan ekonomi

dan perkembangan umat manusia yang berkesinmbungan di seluruh dunia;

2) Adalah sekumpulan orang dan sebuah organisasi dengan kemampuan dan

komitmen luar biasa;

3) Adalah mitra pilihan;

4) Memberikan kinerja tingkat dunia;

5) Dihormati oleh pihak yang berkepentingan, seperti investor, pelanggan,

pemerintah setempat, komunitas lokal, dan karyawan. Bukan hanya karena

hasil yang kami capai, namun bagaimana cara kami mencapainya.

3. Strategi Perusahaan

Rencana strategis Chevron menjabarkan visi menjadi tindakan. Rencana

strategis tersebut menyelaraskan dan mengintegrasikan organisasi Chevron,

menumbuhkan keyakinan, dan membedakan Chevron dari para pesaing.

Penjelasan rencana strategis Chevron bisa dilihat pada Tabel 11 berikut ini:

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

72

Tabel 11. Rencana Strategis Chevron

No Rencana

Strategis Keterangan

1 Strategi Bisnis

Utama

Strategi bisnis Chevron yaitu mengembangkan posisi

integritas di wilayah-wilayah yang sedang tumbuh di

dunia.

2 Operasi Hulu

Global

Memiliki pertumbuhan yang menguntungkan dalam

kegiatan bisnis inti dan membangun posisi legendaris

yang baru.

3 Operasi Gas

Global

Mengkomersialisasikan kepemilikan sumber gas dan

mengembangkan bisnis gas yang berdampak tinggi.

4 Operasi Hilir

Global

Meningkatkan penghasilan dan bisnis inti serta

pertumbuhan selektif dengan fokus pada penciptaan

nilai yang integritas.

5 Energi Yang

Terbarukan

Berinvestasi pada teknologi bagi energi yang

terbarukan dan merebut posisi menguntungkan pada

sumber daya penting energi yang terbarukan.

6 Strategi

Keberhasilan

Tiga strategi keberhasilan yang diterapkan di semua

bidang kegiatan perusahaan, yaitu :

(1) Berinvestasi pada sumber daya manusia untuk

mencapai tujuan strategis.

(2) Meningkatkan pemanfaatan teknologi untuk

mencapai kinerja yang unggul dan pertumbuhan

yang tinggi.

(3) Meningkatkan kemampuan organisasi untuk

menghasilkan kinerja kelas dunia dalam bidang

keunggulan operasi, pengurangan biaya

pengelolaan asset, kapital, dan peningkatan

keuntungan. Sumber : Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Tahun 2011.

4. Nilai-Nilai yang Dianut Perusahaan

Landasan perusahaan Chevron dibangun di atas nilai-nilai yang dianut

oleh Chevron, dimana nilai-nilai tersebut membedakan Chevron dari yang lain

dan nilai-nilai tersebut ditempatkan sebagai pedoman kegiatan Chevron. Chevron

menjalankan bisnis dengan penuh rasa tanggung jawab secara sosial dan dengan

secara yang etis. Nilai-nilai yang dianut oleh Chevron dapat dijelaskan pada Tabel

12 berikut ini:

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

73

Tabel 12. Nilai-Nilai Yang Dianut Oleh Chevron

No Nilai-Nilai Keterangan

1 Integritas

(Integrity)

Untuk menjaga integritasnya tinggi, Chevron berusaha

untuk selalu jujur kepada orang lain dan dirinya sendiri.

Chevron melakukan apa yang dikatakan dan

bertanggung jawab atas semua hasil dan akibat dari

operasinya.

2 Kepercayaan

(Trust)

Chevron mempercayai, menghormati, dan mendukung

satu sama lain, dan juga berusaha mendapatkan

kepercayaan dari rekan kerja dan mitranya.

3 Kenakeragaman

(Diversity)

Chevron mempelajari dan menghormati budaya di

tempatnya bekerja, menghargai dan menghormati

keunikan setiap individu dan perbedaan sudut pandang

dan bakat yang mereka miliki. Lingkungan kerja yang

Chevron miliki sangat terbuka dan Chevron berusaha

merangkul beraneka ragam komunitas, pendapat,

kemampuan dan pengalaman.

4 Terobosan

(Integenuity)

Chevron senantiasa mencari peluang-peluang dan

terobosan baru, menggunakan daya kreativitas untuk

mendapatkan cara yang tidak konvensional dan praktis

untuk memecahkan masalah. Pengalaman, teknologi,

dan keuletan yang Chevron miliki telah membantunya

mengatasi tantangan dan memberikan nilai tambah.

5 Kemitraan

(Partnership)

Chevron mempunyai komitmen yang tinggi untuk

menjadi mitra yang baik dalam membangun hubungan

yang produktif, kolaboratif, saling mempercayai dan

menguntungkan dengan pemerintah, kompetitor,

pelanggan, masyarakat, dan satu dengan yang lain.

6 Melindungi

Manusia Dan

Lingkungan

(Protecting

People And The

Environment)

Chevron menempatkan kesehatan dan keselamatan

tenaga kerja, serta aset dan lingkungan prioritas

tertinggi. Tujuannya adalah mendapatkan pengakuan

atas kinerja kelas melalui penerapan Sistem Manajemen

Keuangan Operasi (Operation Excellent Management

System) yang seksama.

7 Kinerja Tinggi

(High

Performance)

Chevron mengutamakan keunggulan dalam setiap hal

yang dilakukan, dan selalu berusaha untuk menjadi lebih

baik. Chevron sangat mendambakan pencapaian hasil

yang lebih dari yang diharapkan, dan berusaha mencapai

hasil dengan sepenuh tenaga dan dengan rasa urgensi

yang tinggi. Sumber : Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Tahun 2011.

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

74

4.1.3 Keadaan Umum Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil

(PUPUK) Bandung

Pengertian Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) adalah

organisasi non profit, independen, dan bersifat non politis yang memposisikan diri

sebagai organisasi yang bergerak dalam pengembangan usaha kecil (UK).

PUPUK didirikan untuk menjawab perlunya kegiatan pengembangan usaha kecil

(UK) yang terintegrasi disemua lini ekonomi. Melalui pendekatan yang integratif

PUPUK berupaya untuk mendorong usaha kecil (UK) agar mengoptimalkan

perannya. Kantor PUPUK terletak di Jl. Permata Bumi Raya Kav. 6 Cisaranten

Kulon Arcamanik Bandung 40293.

Awal berdirinya PUPUK melalui program Peningkatan Industri Kecil,

PIK-KADIN Jawa Barat, yang dimulai tahun 1979 kerjasama dengan sebuah

lembaga dari Jerman yaitu Friedrich Naumann Stiftung (FNSt). Pada tahun 1988

program PIK-KADIN Jawa Barat dan FNSt dikelola secara independen untuk

memperluas ruang lingkup wilayah dan capaian yang lebih komprehensif dan

dilembagakan menjadi PUPUK. Dengan badan hukum PERKUMPULAN.

Lembaga Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil disahkan oleh

Departemen Kehakiman Republik Indonesia melalui SK NO. C2-

765.HT01.03.TH88. Dasar pemilihan badan hukum perkumpulan adalah dengan

harapan PUPUK dapat mengembangkan mekanisme demokratis dalam tubuh

organisasinya. Anggota perkumpulan adalah perorangan yang terdiri dari praktisi

bisnis, aktivis LSM dan perguruan tinggi serta individu yang menaruh perhatian

pada usaha kecil (UK).

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

75

Visi dan Misi Perkumpulan Untuk Meningkatkan Usaha Kecil (PUPUK)

yaitu: Visi menyalurkan aspirasi dan memperkuat keberadaan usaha kecil

(UK), sehingga melahirkan wirausaha yang independen dan tangguh menghadapi

persaingan ekonomi; Misi Melaksanakan program-program penguatan UK

dengan basis potensi dan kebutuhan UK dengan memanfaatkan berbagai

sumberdaya yang dimiliki Indonesia, melalui pendekatan di tingkat mikro, meso

dan makro. Penjelasan mengenai pendekatan-pendekatan tersebut bisa di lihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 13. Pendekatan-Pendekatan PUPUK Tahun 2010.

No Pendekatan Keterangan

1 Pendekatan

Tingkat

Mikro

PUPUK melakukan kegiatan yang langsung dengan UK

melalui berbagai kegiatan di lapangan dalam bentuk

layanan pengembangan bisnis, seperti pelatihan teknis,

manajemen, asistensi, konsultasi, layanan informasi, dan

aktivitas lain sesuai dengan kebutuhan UK dan kemampuan

PUPUK.

2 Pendekatan

Tingkat

Meso

PUPUK berupaya untuk mendukung terciptanya

infrastruktur dan sistem pendukung yang kondusif bagi

pengembangan UK. PUPUK bersama-sama lembaga lain,

menciptakan wadah aspirasi dan koordinasi yang intensif

oleh perorangan maupun lembaga pengembang UK

sehingga berkembang program-program yang bersifat

kemitraan baik secara vertikal maupun horizontal. Kegiatan

pada tingkat meso antara lain; workshop dan pelatihan bagi

tenaga Pembina/konsultan UK, jaringan informasi dan

forum komunikasi tenaga ahli (konsultan UK),

pembentukan jaringan lembaga pendamping UK, dll.

3 Pendekatan

Tingkat

Makro

Berupaya untuk memberikan kontribusi terhadap upaya

penyempurnaan kebijakan pemerintah baik itu di tingkat

regional maupun nasional agar tercipta iklim usaha yang

kondusif bagi perkembangan UK. Kontribusi PUPUK

diwujudkan dalam bentuk studi/penelitian dan dialog

kebijakan yang mengajak seluruh stakeholder, serta

bentuk-bentuk kegiatan advokasi, seminar maupun

kampanye baik ke lembaga eksekutif/lembaga legislatif. Sumber : PUPUK Tahun 2012.

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

76

Meningkatkan

produktivitas

dan efisiensi

Merangsang

munculnya

inovasi

Memfasilitasi

terjadinya

komersialisasi

KLASTER

Beberapa pendekatan (metedologi) yang dilaksanakan oleh PUPUK dalam

pengembangan ekonomi lokal/wilayah khususnya melalui perkuatan usaha kecil

yang meliputi level mikro, meso, dan makro antara lain pendekatan klaster

industri dan value chain development (rantai nilai).

Sumber : PUPUK Bandung Tahun 2011

Gambar 6: Klaster Industri PUPUK Bandung

Produk atau jasa yang dilakukan oleh PUPUK diantaranya yaitu

Kerjasama Pengembangan UKM; Implementasi Program CSR; Studi, Riset, dan

Survey; Advokasi; Pelatihan, Workshop, dan In-House Training; serta Seminar

dan Publikasi. Adapun jenis pelatihan dan workshop yang dilaksanakan oleh

PUPUK antara lain yaitu CSR (Corporate Social Responsibility); Klaster Industri

dan Inisiasinya; Local and Regional Economic Development; Kompetensi Inti

Daerah; Perencanaan Strategis Pembangunan Daerah (Investasi); Rantai Nilai

(Value Chain Development); OVOP (One Village One Product).

Sebagai lembaga yang berbadan hukum perkumpulan, kekuasaan tertinggi

berada ditangan anggota. Keanggotaan PUPUK terbuka untuk semua kalangan

yang peduli terhadap pengembangan UK, sesuai anggaran dasar perkumpulan.

Calon anggota yang memiliki komitmen untuk memberikan kontribusinya bagi

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

77

kegiatan pengembangan UK dapat bergabung dalam organisasi PUPUK. Struktur

organisasi dan manajemen PUPUK Bandung bisa dilihat pada gambar berikut ini :

Sumber : PUPUK Bandung Tahun 2012.

Gambar 7: Struktur Organisasi PUPUK Bandung

Dari struktur bagan di atas dapat dijelaskan bahwa, LSM PUPUK

dipimpin oleh seorang direktur, untuk membantu tugasnya maka dibantu oleh

seorang wakil direktur. Selain itu juga, terdapat bagian media officer yang

fungsinya yaitu sebagai bagian kehumasan dari lembaga tersebut. misalnya seperti

membuat laporan/report tahunan, membuat buletin/majalah, dan lain sebagainya.

LSM PUPUK Bandung mempunyai kantor cabang operasi kerja yaitu di wilayah

Kecamatan Samarang. Sebagai mitra kerja CSR Chevron Geothermal Indonesia,

Ltd. daerah operasi CSR di wilayah Kecamatan Samarang dan Pasirwangi masing

dipegang oleh satu orang kordinator lapangan, dan dengan beberapa staf-stafnya.

Direktur :

Bastian A. Saputra

Wakil Direktur :

Endang Sri Agustiani

Media Officer

Haris Kurniawan

Office Field

Kec. Samarang:

Hadian Hendracahya

Kec. Pasirwangi:

Cecep Kodir Jaelani

Staf :

- Billy Juliardi G. - Yana Kusdiyana

- Usang Suhendar

Staf :

- Anjar Indraguna

- Imam Muttaqin

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

78

Dalam konteks pengembangan daya saing daerah dan pengembangan

UKM melalui program CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. implementasi

CSR dilakukan dari proses perencanaan, pendampingan teknis dan non teknis

hingga membuka beberapa akses ke pasar, pembiayaan, teknologi, penelitian dan

pengembangan lainnya (hulu hingga hilir).

4.2 Corporate Social Responsibility (CSR) Chevron Geothermal Indonesia,

Ltd.

Selama bertahun-tahun, Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. memiliki

komitmen terhadap program Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu

program pemberdayaan masyarakat di daerah operasinya. Bagi Chevron

Geothermal Indonesia, Ltd. beragam program pemberdayaan masyarakat tersebut

adalah investasi strategis bagi kelangsungan masa depan masyarakat sekaligus

usaha dan operasi perusahaan. Dalam menjalankan program-program tersebut,

Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. menjalin kerjasama dengan pemerintah

lokal, kelompok masyarakat, organisasi non pemerintah dan komunitas yang

memiliki kepedulian dalam pengembangan masyarakat.

Tujuan investasi sosial tersebut dikhususkan untuk program pembangunan

masyarakat, bukan sekedar pemberian bantuan sosial. Program-program ini

bertujuan untuk membangun kelangsungan hidup masyarakat yang mandiri dan

berkelanjutan. Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. berkomitmen untuk

berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi dan sosial dari masyarakat di

sekitar area operasi dengan berpegang pada prinsip sebagai berikut:

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

79

1. Mendukung visi, misi, dan strategi pemerintah setempat berdasarkan skala

prioritas pembangunan (strategis dan tidak menggantikan program

pemerintah).

2. Fokus pada program partisipasi aktif dan pengembangan kapasitas

masyarakat.

3. Bersifat transparan, berkelanjutan, dan terdokumentasi dengan baik.

Selain itu juga, rencana strategis program Community Enggagment

Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. diantaranya yaitu berdasarkan sasaran bisnis,

tujuan bisnis, dan tujuan sosial. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 14 di

bawah ini.

Tabel 14. Rencana Strategis Program Community Enggagment CGI.

No Rencana

Strategis Keterangan

1 Sasaran Bisnis Mendukung operasi dan mempererat hubungan dengan

para pemangku kepentingan untuk menjadikan Chevron

sebagai mitra pilihan.

2 Tujuan Bisnis Meningkatkan reputasi CGI sebagai warga korporat

yang baik.

Meningkatkan pengelolaan lingkungan.

Mengurangi ketergantungan masyarakat sekitar atas

bantuan financial dari perusahaan.

3 Tujuan Sosial

a. Pendidikan & Pelatihan

Meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas

pendidikan.

Meningkatkan kualitas pendidikan dan lulusan siswa.

b. Kebutuhan Pokok manusia

Meningkatkan akses masyarakat terhadap falisitas

layanan kesehatan.

Meningkatkan fasilitas umum dan publik –

kesehatan.

c. Konservasi lingkungan dan keanekaragaman hayati

Meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya

lindung lingkungan di sekitar daerah operasi.

Mendukung upaya konservasi.

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

80

Tabel 13. Rencana Strategis Program Community Enggagment CGI (Lanjutan)

No Rencana

Strategis Keterangan

3 Tujuan Sosial

d. Pengembangan keuangan mikro/UKM

Mendukung peningkatan pendapatan masyarakat.

Meningkatan kualitas UMK di sekitar daerah

operasi.

e. Sasaran Sosial

Meningkatkan standar kehidupan masyarakat.

f. Membangun kemandirian masyarakat Sumber : Departemen PGPA Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Tahun 2010.

Berdasarkan tabel di atas perlu diketahui bahwa tujuan bisnis perusahaan

tersebut pada intinya adalah maksimalisasi profit. Namun, maksimalisasi profit

tersebut selaras dengan tujuan bisnis yang lainnya seperti meningkatkan reputasi

CGI sebagai warga korporat yang baik, meningkatkan pengelolaan lingkungan,

mengurangi ketergantungan masyarakat sekitar atas bantuan financial dari

perusahaan. Dalam hal ini maksud tujuan bisnis tersebut yaitu dalam bidang

Corporate Social Responsibility (CSR.)

Landasan hukum pelaksanaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

yaitu undang-undng tentang suatu perusahaan yang mengharuskan pelaksanaan

program CSR, namun peraturan yang terperinci yaitu terdapat di Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi, dan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Kegiatan Usaha

Panas Bumi.

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

81

4.2.1 Komite CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

Secara struktural, CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. berada di

bawah departemen Policy Government and Public Affair (PGPA), dengan struktur

organisasi sebagai berikut:

Sumber : Departemen PGPA Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Tahun 2010.

Gambar 8 : Struktur Organisasi PGPA CGI.

Community engagement specialist yang dijabat oleh bapak TY memiliki

tanggung jawab secara langsung untuk mengelola sekaligus mengawasi

pelaksanaan pengembangan masyarakat. Bapak TY menjadi individu yang

berhubungan langsung dengan PUPUK dan masyarakat dalam berbagai hal terkait

pengembangan masyarakat. Meskipun bertanggung jawab secara langsung dalam

mengelola CE, tetap pelaksanaan di lapangan menjadi tanggung jawab PUPUK.

4.2.2 Kegiatan CSR Departemen PGPA (Policy, Government & Public

Affairs Dept.) Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

Pada pelaksanaan kegiatan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. di

lakukan oleh Departemen PGPA (Policy, Government & Public Affairs).

Kegiatan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. tepatnya dinamakan

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

82

Community Engagment (Pengembangan Masyarakat) yang berslogan “Bermitra

Untuk Kemandirian” yang artinya Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. menjalin

kerjasama untuk memberdayakan dan menciptakan masyarakat yang mandiri,

mendukung prakarsa serta membangun kekuatan ekonomi masyarakat untuk

meningkatkan kualitas hidup.

Program Community Engagment (Pengembangan Masyarakat) yang

dilakukan Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. meliputi penyediaan kebutuhan

dasar kesehatan, pendidikan dan pelatihan melalui peningkatan fasilitas dan

beasiswa, pemberdayaan usaha kecil dan menengah, serta membangun kesadaran

terhadap kelestarian lingkungan dan infrastruktur. Laporan kegiatan program

Community Engagment Tahun 2010 Departemen PGPA (Policy, Government &

Public Affairs Dept.) bisa di lihat pada Tabel 15 di bawah ini.

Tabel 15. Laporan Kegiatan Program Community Engagment Tahun 2010

Departemen PGPA (Policy, Government & Public Affairs Dept.)

No Bidang Kegiatan

1 Pendidikan Dan

Pelatihan

• Program Pengembangan Sekolah - SMK Pasirwangi.

• SUPERCAMP, Bimbingan Belajar Intensif Pra UN

dan SNPTN, Kerjasama dengan Asgar Muda.

• Kejar Paket C Plus-SMK Kelas Jauh Pasirwangi.

• Peningkatan Kapasitas untuk P3A Cikahuripan,

Pasirkiamis.

• Survey Baseline Data Pendidikan Kecamatan

Pasirwangi, Kerjasama dengan IRI.

• PC Donation 2010; Bantuan PC untuk Sekolah, LSM

dan Ormas di Pasirwangi dan Samarang.

• Bantuan Alat Peraga dan Pendukung Pembelajaran,

Sekolah Al Halim.

2 Kebutuhan

Dasar Manusia-

Kesehatan

Bantuan Material untuk Perbaikan Fasilitas Air

Bersih Talaga dan Perbaikan PUSTU Padaawas.

Peningkatan Fasilitas Kesehatan untuk P2WKSS

(Posyandu, MCK, Jalan Lingkungan, Aula).

Renovasi POSKESDES dan Fasilitas Sekolah.

Perbaikan Drainase dan TPT,Sukamulya.

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

83

Tabel 15. Laporan Kegiatan Program Community Engagment Tahun 2010

Departemen PGPA (Policy, Government & Public Affairs Dept.)

(Lanjutan)

No Bidang Kegiatan

2 Kebutuhan

Dasar Manusia-

Kesehatan

Membangun dan Melengkapi Sarana IGD

Pipanisasi Air Bersih/ Sanitasi Lingkungan.

Kampanye Pencegahan dan Pemberantasan penyakit

TBC, Kerjasama dengan YAPEKA.

Kampanye HIV/AIDS.

Penyediaan Bahan Makanan untuk Fakir Miskin di

Ciherang, Karyamekar.

Perbaikan Fasilitas Pemipaan Air Bersih, Sarimukti.

Memperbaiki Kondisi Pembuangan Air dan TPT

Sukamulya.

3 Konservasi

Lingkungan Dan

Keanekaragaman

Hayati

Kampanye Kesadaran Lingkungan untuk Siswa-

Siswi, Berkolaborasi dengan Klub DARE.

Bantuan Program Kampanye dan Lomba Penanaman

Hutan Berkolaborasi dengan Dinas Kehutanan Garut.

Bantuan Tempat Sampah untuk Mendukung

Kebersihan di Kabupaten Garut.

Reboisasi Kawasan Lindung Darajat Kerjasama

dengan Perhutani, LSM Binamitra dan LMDH

Mekar Lestari, serta Kerjasama Konservasi Kawasan

Cagar Alam dengan BBKSDA.

4 Pengembangan

Keuangan

Mikro/UKM

Program I3E (Initiative, Engage, Execute, and

Empower) di Desa Barusari.

Pendampingan Teknis Ternak Domba dan

Pembangunan di Desa Barusari.

Pemberdayaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

dan Kelompok di 4 Desa.

Pembinaan dan Pendampingan TeknisTernak Domba

di Desa Padaasih.

Pemberdayaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

dan Kelompok Wanita di 3 Desa.

Pengembangan Ternak Domba Tahap Kedua di Desa

Padaawas Domba Kerjasama Dinsos, UNIGA, CGI.

Bantuan Teknis untuk Kelompok Ternak Sapi di

Limbangan Bekerjasama dengan YPL3K.

Bantuan Teknis Untuk Usaha Kecil dan Menengah.

Pendampingan Usaha Home Industry Oleh PUPUK

di Samarang.

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

84

Tabel 15. Laporan Kegiatan Program Community Engagment Tahun 2010

Departemen PGPA (Policy, Government & Public Affairs Dept.)

(Lanjutan)

No Bidang Kegiatan

5 Infrastruktur Pembangunan Mesjid Agung Pasirwangi.

Pembangunan Jalan Raya di Desa Padaawas.

Peebaikan Infrastruktur di Desa Karyamekar.

Pembangunan Jalan Desa di Desa Sirnajaya.

Memperbaiki Kondisi Saluran Air dan TPT

Padamukti.

Memperbaiki Kondisi Saluran dan Talud Pasirkiamis.

Bantuan Peralatan Kantor untuk Sekretariat

Paguyuban Masyarakat Pasirwangi Bersatu.

Renovasi Mesjid dan Madrasah Padasuka.

Bantuan Perbaikan Jalan yang Rusak Akibat Longsor

di Kecamatan Samarang.

Memperbaiki Infrastruktur Untuk Komunitas di

Kecamatan Samarang

Bantuan Renovasi TUGU INTAN di Garut.

Bantuan Perbaikan Jalan yang Rusak di 4 Desa. Sumber : PGPA Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Tahun 2010.

4.3 Pelaksanaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Pada

Program Local Economic Development (LED)

Salah satu pilar utama CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. yaitu

dalam bidang pengembangan ekonomi yang dinamakan program Local Economic

Development (LED) dengan mitra kerjasamanya yaitu Lembaga Swadaya

Masyarakat Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) Bandung.

Program LED CSR CGI berada di dua kecamatan yaitu Kecamatan Samarang

yang dimulai pada tahun 2009 dan Kecamatan Pasirwangi pada tahun 2010.

Selain PUPUK, mitra kerjasama Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. dalam

menjalankan program-program pengembangan ekonomi lokal tersebut antara lain

pemerintah lokal, kelompok masyarakat, organisasi non pemerintah, serta institusi

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

85

pendidikan untuk memobilisasi sumberdaya yang dimilikinya untuk

pengembangan masyarakat.

Implementasi kegiatan dalam pemberdayaan ekonomi lokal adalah dalam

suatu konteks yang luas namun spesifik. Luas karena dalam lingkup daerah dan

kesejahteraan masyarakat secara umum, spesifik dalam suatu tema yang

mengangkat potensi dan kearifan lokal. Oleh karena itu, dalam melaksanakan

proyek yang dilakukan dalam mengembangkan ekonomi di setiap desa tidak

terlepas dari tujuan mencapai kemakmuran masyarakat Garut pada umumnya dan

masyarakat desa khususnya.

Untuk mendukung peningkatan ekonomi serta pendapatan masyarakat

sekitar kawasan operasinya, Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. memfokuskan

program pengembangan ekonomi masyarakat melalui beberapa pendekatan,

antara lain pengembangan usaha kelompok tani dan peternak, pengembangan

produk khas dan kerajinan masyarakat, pembentukan lembaga keuangan mikro,

pendampingan usaha masyarakat, serta pendidikan dan pelatihan untuk usaha

tempatan.

Pelaksanaan program diarahkan pada pemanfaatan dana CSR CGI pada

pemenuhan kebutuhan infrastruktur non fisik pada tiga pilar Pendidikan,

Kesehatan, dan Ekonomi. Perkuatan ekonomi masyarakat di wilayah operasi CGI

diharapkan akan memberikan dampak multiplier yang luas dan berkelanjutan.

Artinya, dengan program-program yang diberikan oleh CSR CGI bisa

menumbuhkan pengusaha-pengusaha baru di daeraah tersebut.

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

86

Lingkup dan strategi program pengembangan ekonomi lokal (Local

Economic Development) di Kecamatan Samarang secara umum digambarkan

sebagai berikut :

Sumber: PUPUK Bandung 2010.

Gambar 9: Lingkup Pengembangan Ekonomi Lokal di Kec. Samarang

Pengembangan ekonomi masyarakat dengan pendekatan tersebut

menekankan pada optimalisasi segala potensi yang ada pada stakeholders

masyarakat lokal melalui perencanaan bersama. Prasyarat utama adalah aspek

partisipatoris seluruh stakeholders agar potensi sumberdaya lokal yang ada dapat

diinventarisir dan dimobilisasi sesuai dengan konteks pengembangan ekonomi

lokal. Adanya dana stimulan CSR CGI kepada desa di wilayah operasi CGI

mendorong program pendampingan membentuk lembaga/organisasi di tingkat

desa yang akan berperan dalam mengelola dana desa stimulan yang pada akhirnya

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

87

menjadi payung usaha berbasis kelompok yang dikembangkan di desa

bersangkutan.

Sementara itu, program pendampingan selain dilakukan terhadap

organisasi yang dibangun oleh kelompok usaha, juga diintervensikan kepada

kelompok usaha yang melakukan proses produksi maupun jasa sehingga

meningkat kapasitas usahanya, demikian juga intervensi pada wirausaha baru

bertujuan untuk meningkatkan serapan tenaga kerja yang signifikan. Dengan

demikian organisasi kelompok, kelompok usaha, dan wirausaha baru adalah target

yang strategis dalam konteks LED melalui program CSR.

Melihat fokus pemberdayaan pada usaha mikro kecil, maka intervensi

(tindakan) yang dilakukan diantaranya secara langsung (program langsung) dan

tidak langsung (program tidak langsung), penjelasannya adalah sebagai berikut :

A. Langsung (direct program services)

Direct Program Services adalah kegiatan yang didisain dan direncanakan

sesuai kebutuhan target group, dilaksanakan dengan menyentuh/melibatkan target

group secara langsung dan hasilnya dapat segera dirasakan oleh target group.

Kegiatan dikelompokkan dalam 4 jenis, yaitu:

1) Technical Training; Pelatihan yang diberikan kepada target group yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknik produksi target group. Baik

teori (class room) maupun praktek. Materi disesuaikan dengan kebutuhan

lapangan.

2) Management Training; pelatihan yang diberikan kepada target group yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan manajerial target group. Baik

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

88

teori maupun simulasi/praktek. Meliputi pelatihan manajemen keuangan,

produksi, organisasi, dan pemasaran, dimulai dengan paket yang paling

sederhana, yang disesuaikan dengan kondisi target group

3) Consultance–Assistance; diberikan kepada target group terutama untuk

mengatasi permasalahan-permasalahan di lapangan yang timbul pada rentang

waktu dimana tidak ada aktivitas pelatihan, spesial mendampingi target group

yang sedang mencoba mengimplementasikan paket-paket yang sudah

diberikan dalam technical training dan management training, namun tidak

menutup peluang untuk mendiskusikan masalah usaha di luar paket tersebut.

Tidak menutup kemungkinan pada kegiatan ini proyek mengundang expert

yang sesuai untuk berada di lapangan selama periode waktu tertentu untuk

mendatangi dan atau mengumpulkan target group untuk konsultasi/asistensi.

Pada kasus khusus, target group yang difasilitasi untuk bertemu dengan

expert yang berada di luar daerah target group.

4) Studi Banding; kegiatan ini dilakukan dengan megajak perwakilan dari target

group mengunjungi unit usaha di wilayah lain sebagai benchmarking. Tempat

kunjungan disesuaikan dengan kebutuhan.

B. Tidak Langsung (non direct program services)

Non direct program services dalah kegiatan yang didisain dan

direncanakan untuk mendukung upaya pengembangan target group dan upaya

mencapai target proyek, namun di dalam implementasinya tidak secara langsung

menyentuh/melibatkan target group. Dalam hal ini yang dilakukan kegiatan

adalah melakukan perkuatan kelompok usaha bersama, khususnya dalam hal

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

89

manajemen keorganisasian. Kegiatan pendukung lainnya yang bersifat generik

adalah promosi melalui pameran, pembaruan data, forum-forum UKM bersama

stakeholders dan lain sebagainya.

Pada penelitian ini, pelaksanaan program LED CSR CGI pada agroindustri

akar wangi berdasarkan penjelasan dari Tabel 2 yaitu:

a. Agroindustri budidaya akar angi di Desa Cisarua, program LED yang diterima

yaitu berupa pemberian modal dan pendampingan usaha. Menerima program

LED CSR CGI pada tahun 2010 hingga tahun 2012.

b. Agroindustri tenun akar wangi di Desa Sukakarya, program LED yang

diterima yaitu berupa pemberian modal, pelatihan dan pembinaan,

pendampingan, serta pemasaran. Menerima program LED CSR CGI pada

tahun 2010, dan tahun 2011 hingga tahun 2012 hanya berupa kegiatan

pendampingan usaha.

c. Agroindustri kerajinan akar wangi di Desa Sukalaksana, program LED yang

diterima yaitu berupa pemberian modal, pelatihan dan pembinaan,

pendampingan, serta pemasaran. Menerima program LED CSR CGI pada

tahun 2010, dan tahun 2011 hanya berupa kegiatan pendampingan usaha.

Pada program LED CSR CGI, agroindustri budidaya akar wangi hanya

menerima program pemberian modal, sedangkan aspek yang lain (seperti

pelatihan dan pembinaan, pendampingan, serta pemasaran) tidak diterimanya,

dikarenakan pelaku usaha sudah mempunyai keahlian dan ketrampilan sendiri dari

aspek hulu ke hilir budidaya akar wangi, begitu juga tidak menerima kegiatan

pemasaran dari program LED CSR CGI. Jadi, kegiatan pemasaran agroindustri

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

90

budidaya akar wangi dilakukan tersendiri tanpa adanya campur tangan dari

program LED CSR CGI.

Penjelasan mengenai pelaksanaan program LED CSR CGI pada

agroindustri akar wangi yaitu:

4.3.1 Pemberian Modal

Dana bantuan program pengembangan ekonomi lokal yang diberikan oleh

pihak CGI kepada Pemerintah Desa untuk meningkatkan kegiatan ekonomi

masyarakat yaitu dengan sistem pola dana bergulir (revolving fund). Pola dana

bergulir bersifat hibah kepada Pemerintah Desa, tetapi bukan hibah kepada

masyarakat penerima bantuan. Penyaluran dana bantuan merupakan skema untuk

menstimulasi terjadinya transaksi bisnis antara pelaku industri kecil di desa

dengan melalui dana bergulir (revolving fund) yang akan dikelola oleh

kelembagaan ekonomi lokal (Bumdes, Koperasi Desa).

Modal dalam program Local Economic Development (LED) bervariasi

tergantung dari jenis usah yang berupa modal fisik dan non fisik. Dari pemberian

modal tersebut diharapkan dapat menimbulkan multiflyer efek, artinya dengan

adanya satu kelompok usaha tersebut bisa menimbulkan satu atau beberapa

kelompok usaha lain. Besarnya pemberian dana program pengembangan ekonomi

di setiap desa berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan program pengembangan

ekonomi lokal di desa tersebut. Dalam menjalankan kegiatan tersebut, pihak CSR

CGI dan LSM PUPUK melakukan kegiatan monitoring usaha untuk mengetahui

apakah pemberian dana tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh para pelaku usaha

atau sebaliknya. Kegiatan monitoring yang dilakukan berupa survey langsung ke

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

91

tempat usaha. Jika terjadi penyalahgunaan dana oleh pelaku usaha, maka

sanksinya berupa pemberhentian program dan dana tersebut dialihkan ke

kelompok usaha lain.

Secara umum mekanisme pemberian modal pada program LED CSR

Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber: PUPUK Bandung 2010, Diolah.

Gambar 10: Mekanisme Pemberian Modal Program LED CSR CGI, Ltd. Tahun

2010.

Dari gambar mekanisme di atas dapat dijelaskan bahwa pemberian modal

pada program LED di berikan secara langsung kepada setiap desa melalui LSM

PUPUK, kemudian dari aparat desa diserahkan ke lembaga koperasi desa

setempat dan disalurkan kepada pelaku usaha yang membutuhkan. Untuk lebih

jelasnya bisa dilihat pada gambar penyerahan pemberian modal berikut ini:

Sumber: PUPUK Bandung 2010.

Gambar 11: Pemberian Modal Ke Desa.

CGI PUPUK

Koperasi Desa Pelaku Usaha

Desa

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

92

Dalam penelitian ini, proses pemberian modal ditujukan kepada semua

aspek kegiatan usaha akar wangi, penjelasannya yaitu :

4.3.1.1 Budidaya Akar Wangi di Desa Cisarua

Pemberian dana program Local Economic Development (LED) untuk

setiap desa ditujukan untuk pengembangan ekonomi desa dan perbaikan

infrastruktur. Pada tahun 2010, awalnya penggunaan dana pengembangan

ekonomi di Desa Cisarua digunakan untuk budidaya minyak sereh, namun karena

terhalang oleh pengadaan bibit yang kurang dan harga minyak sereh yang rendah

akhirnya dialihkan ke budidaya akar wangi yang kebetulan waktu itu sudah

tersedia banyak tanaman akar wangi di desa tersebut dan karena minyak akar

wangi mempunyai prospek usaha yang bagus.

Pelaku usaha yang memanfaatkan program tersebut yaitu Pak Lurah

setempat yang dimulai pada tahun 2010 sampai sekarang. Mekanisme pemberian

modal tersebut yaitu dana disalurkan melalui LSM PUPUK kemudian langsung

diterima ke rekening bendahara desa kemudian disalurkan ke pelaku usaha.

Besarnya pemberian dana yang diterima oleh Pak Lurah untuk agroindustri akar

wangi adalah setengahnya dari jumlah dana pengembangan ekonomi lokal, dan

terkadang juga sepertiganya dari program tersebut, dan sisa dana pengembangan

ekonomi lokal tersebut digunakan untuk perbaikan infrastruktur desa.

Dengan adanya program LED CSR CGI pemberian modal dari tahun 2010

hingga 2012 tersebut, membantu pelaku usaha dalam merintis dan

mengembangkan usahanya. Luas lahan budidaya akar wangi pada awal tahun

2010 hanya 1 hektar, sekarang di tahun 2012 luas lahannya menjadi 6 hektar.

Page 33: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

93

4.3.1.2 Tenun Akar Wangi di Desa Sukakarya

Awalnya, pada tahun 2009 program LED kegiatan tenun akar wangi yang

diberikan oleh CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. ditujukan untuk

masyarakat Desa Sukakarya dengan pertimbngan bahwa di desa tersebut terdapat

potensi lokal dalam hal tenun akar wangi. Program LED diberikan melalui

Koperasi Karya Mandiri yang diketuai oleh Pak Haji Ede. Pak Haji Ede adalah

seorang pengusaha minyak akar wangi dari Desa Sukakarya yang sudah sukses.

Pihak CSR CGI mempercayakan Pak Haji Ede untuk mengelolah kegiatan tenun

akar wangi dengan alasan tersebut.

Jenis bantuan modal yang diterima oleh koperasi tersebut yaitu berupa

modal uang sekitar Rp 50.000.000,-. Bantuan modal tersebut dibelikan untuk

ATBM (alat tenun bukan mesin) sebanyak 3 buah, seharga @ Rp 500.000,- dan

beberapa gulungan benang, dan lain-lain. Kemudian dari peralatan tersebut

diadakan pelatihan tenun akar wangi yang berlokasi di Koperasi Karya Mandiri.

Anggota dari pelatihan tersebut yaitu anggota Koperasi Karya Mandiri dan warga

masyarakat dengan jumlah sekitar 20 orang, salah satu anggotanya ialah Pak

Encang Suara. Kebetulan waktu program berlangsung Pak Encang menjabat

sebagai ketua Bumdes Desa Sukakarya yang ikut serta dalam pengelolan dana

program LED CSR CGI.

Seiring berjalannya waktu, dikarenakan beberapa hal diantaranya ketua

koperasi sibuk dengan usahanya sendiri (usaha minyak akar wangi), dan anggota

koperasi serta masyarakat yang kurang serius dalam mengikuti program, akhirnya

program tersebut tidak berjalan dengan baik. Mesin ATBM dan bahan percobaan

Page 34: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

94

usaha tidak bisa termanfaatkan dengan baik dikarenakan hal tersebut, sehingga

program LED CSR CGI yang dikelolah oleh Pak Haji Ede tidak berjalan, maka

pada tahun 2010 semua mesin ATBM dan bahan percobaan (benang, dll) usaha

dimanfaatkan oleh Pak Encang untuk usaha tenun akar wanginya. Jadi, sebelum

mengikuti program pelatihan yang dikelolah oleh koperasi karya mandiri, Pak

Encang Suara sudah mempunyai usaha tenun akar wangi dengan skala kecil yang

baru berjalan selama satu tahun yaitu pada tahun 2009.

Selain bantuan dari program CSR CGI yang berupa pemanfaatan mesin

ATBM dan bahan percobaan usaha, pelaku usaha juga mendapatkan bantuan dari

PNF (Pendidikan Non Formal) dari Kabupaten Garut sebesar uang Rp

32.000.000,- dari jumlah modal tersebut dibelikan mesin sebanyak 6 buah mesin

ATBM seharga @ Rp 500.000,- yang dibeli dari tukang bangunan dengan cara

memesannya sedangkan kalau membeli di toko harganya @ Rp 1.500.000,-..

Begitu juga dalam melakukan proses produksi usahanya, Pak Encang

menggunakan bangunan bekas madrasah desa setempat yang sudah tidak

berfungsi.

Mekanisme pemberian modal program LED CSR CGI tersebut

disalurakan secara langsung melalui LSM PUPUK dan dana bantuan dari PNF

mekanismenya Pak Encang mengajukan proposal usahanya secara langsung.

Dengan adanya program LED CSR CGI pemberian modal pada tahun

2010 tersebut membantu perkembangan usaha agroindustri tenun akar wangi Pak

Encang. Bertambahnya mesin ATBM menjadi 9 buah menyebabkan produk tenun

akar wangi yang dihasilkan volumenya lebih banyak, kemudian bisa

Page 35: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

95

memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat sekitar yang tidak mempunyai

pekerjaan sehingga menambah pendapatan masyarakat, mengurangi pengeluaran

biaya produksi dengan adanya sumbangan mesin ATBM dan gulungan benang,

dan lain sebagainya.

Program tenun akar wangi yang diberikan pada awal tahun 2009 untuk

masyarakat desa sukakarya melalui koperasi karya mandiri tidak berjalan dengan

baik seperti yang telah disebutkan di paragraf sebelumnya, dan menurut LSM

PUPUK telah terjadi penyalahgunaan dana program yang telah dimanfaatkan oleh

pihak-pihak yang terlibat dalam program tersebut. Sehingga pada tahun 2011

hingga tahun 2012 program diberhentikan dan dialihkan ke sektor usaha lain yaitu

untuk perbaikan sarana infrastruktur desa. Namun berdasarkan Tabel 2, pada

tahun 2011 dan 2012 usaha agroindustri akar wangi masih menerima program

LED CSR CGI berupa kegiatan pendampingan usaha.

4.3.1.3 Kerajinan Akar Wangi di Desa Sukalaksana.

Pelaku usaha yang menerima kegiatan pemberian modal program LED

CSR CGI yaitu Pak Iyok pada tahun 2010 sampai tahun 2011. Pada Tahun 2010,

pemberian modal yang diterima berupa pinjaman modal dari Koperasi Bina

Laksana Desa Sukalaksana sebesar Rp 2.000.000,00. Modal pinjaman dari

koperasi tersebut berasal dari program pengembangan ekonomi Desa Sukalaksana

dalam program LED CSR CGI. Sedangkan pada tahun 2011, Pak Iyok tidak

menerima program pemberian modal, tapi program yang diterima beupa program

pendampingan usaha.

Page 36: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

96

Sistem pembayaran pinjaman modal dari koperasi tersebut dengan cara

diangsur selama 10 kali pembayaran. Namun, karena keterbatasan modal akhirnya

pelaku usaha tidak mampu untuk membayar pinjaman, sehingga mengakibatkan

Pak Iyok tidak menerima peminjaman dana lagi. Dengan kata lain pada tahun

2011, Pak Iyok tidak menerima program LED CSR CGI dan programnya

dialihkan ke sektor usaha lain yaitu program wisata Desa Sukalaksana.

Selain mendapatkan dana berupa uang, pada tahun 2010 Pak Iyok

mendapatkan bantuan berupa 1 buah mesin jahit dan beberapa alat percobaan

usaha (benang, dll). Mekanisme pemberian modal disalurkan melalui LSM

PUPUK untuk diserahkan ke aparat Desa Sukalaksana kemudian ke Koperasi

Bina Laksana dan langsung diberikan ke Pak Iyok.

Dengan demikian, kegiatan pemberian modal program LED CSR CGI

yang diterima oleh Pak Iyok dengan adanya program stimulant dana tersebut

membantu perkembangan usaha agroindustri kerajinan akar wangi. Pemberian

modal yang diterima seperti mesin dan sejumlah bahan percobaan yang diterima

dapat mengurangi biaya produksi, sehingga penerimaan hasil produksi bisa

dimaksimalkan.

4.3.2 Pembinaan dan Pelatihan

Kegiatan pelatihan pada program LED CSR CGI didasarkan pada

kebutuhan masing-masing usaha. Kebutuhan masing-masing usaha tersebut

diantaranya pelaku usaha membutuhkan pelatihan berupa pelatihan manajemen

produksi, pelatihan proses produksi, pelatihan pembuatan produk, pelatihan

kerapihan hasil produksi, pelatihan pengemasan hasil produksi, pelatihan

Page 37: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

97

pemasaran produksi, pelatihan kamar wisata, pelatihan manajemen usaha dan lain

sebagainya. Deskripsi dari kegiatan pelatihan bisa dilhat pada gambar berikut ini.

Sumber : PUPUK Bandung 2012.

Gambar 12: Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Agroindustri Akar Wangi

Mekanisme pelatihan yang dilaksanakan sesuai standar pelatihan pada

umumnya, dengan cara mengumpulkan peserta dalam suatu ruangan kemudian

mempresentasikan tema pelatihan. Pada saat pelatihan terkadang pihak pelaksana

CSR CGI program LED mendatangkan staf ahli dalam kegiatan tersebut. Tahap

pelaksanaan pelatihan berupa pemberian materi terlebih dahulu, kemudian

dilanjutkan dengan tahap diskusi, dan tahap yang terakhir adalah mempraktekkan

secara langsung kegiatan pelatihan, serta disambung dengan evaluasi dari kegiatan

pelatihan tersebut. Frekuensi kegiatan pelatihan dan pembinaan program LED

tidak menentu, hal ini didasarkan pada kebutuhan pelaku usaha. Frekuensi

pelatihan terkadang 2 bulan sekali, satu tahun 3 kali, dan lain sebaginya. Dari

pelaksanaan pelatihan yang selama ini dijalankan pada program LED jarang ada

yang berhasil secara maksimal 100%, 10% yang berhasil saja sudah cukup

beruntung sekali menurut LSM PUPUK.

Page 38: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

98

Dalam penelitian ini, kegiatan pelatihan pada program LED CSR CGI

diberikan pada aspek pelaku usaha agroindustri Kerajinan Akar Wangi di Desa

Sukalaksana dan Kerajianan Tenun Akar Wangi di Desa Sukakarya, sedangkan

pada aspek Budidaya Akar Wangi di Desa Cisarua tidak menerima program

pelatihan tersebut dikarenakan pelaku usaha sudah mengerti dan memahami

sendiri tentang budidaya akar wangi

4.3.2.1 Tenun Akar Wangi di Desa Sukakarya

Pak Encang menerima kegiatan pelatihan dan pembinaan program LED

CSR CGI diantaranya kegiatan pelatihan menenun, pelatihan memadukan warna,

pelatihan kerapihan produk, magang, dan lain-lain. Kegiatan pelatihan

memadukan warna maksudnya memadukan warna akar wangi yang akan ditenun

misalnya memadukan warna akar wangi yang kelihatan coklat tua dengan coklat

tua dan akar wangi yang kelihatan masih muda dengan akar wangi yang masih

muda. Mekanisme pembinaan dan pelatihan dengan cara mengumpulkan semua

peserta di suatu ruangan kemudian diberikan penjelasan terkait dengan kegiatan

pelatihan tersebut. Frekuensi kegiatan pelatihan yang diterima tidak menentu,

terkadang satu bulan sekali atau 2 bulan sekali.

Manfaat yang diterima dari kegiatan pelatihan tersebut yaitu mendapatkan

ilmu baru dengan cara menenun yang baik sehingga hasil tenunan akar wangi bisa

lebih banyak dengan jangka waktu yang efisien. Namun dalam pelaksanaannya

para peserta tidak sabar dalam menenun sehingga akhirnya pada tahun 2011 Pak

Encang tidak menerima program lagi dan dana program LED CSR CGI

Page 39: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

99

dialihfungsikan ke sektor usaha lain yaitu ke perbaikan sarana infrastrukutr Desa

Sukakarya.

4.3.2.2 Kerajinan Akar Wangi di Desa Sukalaksana

Pak Iyok menerima kegiatan pelatihan dan pembinaan dari program LED

CSR CGI diantaranya berupa pelatihan lukisan modern, pelatihan kerapihan

produk, dan pelatihan inovasi produk. Pada tahun 2010, Pak Iyok menerima

kegiatan pelatihan berupa pelatihan inovasi produk yang pematerinya

disampaikan oleh seorang yang ahli dalam kegiatan tersebut yaitu Pak Hendi. Pak

Hendi seorang ahli dalam hal inovasi produk kerajinan yang berasal dari

Bandung. Pak Hendi diundang oleh LSM PUPUK untuk memberikan pelatihan

tersebut. Mekanisme pelatihan dan pembinaan dengan cara mengumpulkan

peserta pelatihan dalam suatu ruangan tertentu, kemudian diberikan presentasi

tentang materi pelatihan, selanjutnya tahap diskusi dan tanya jawab, kemudian

dilanjutkan dengan praktek secara langsung tentang pelatihan tersebut, serta yang

terakhir yaitu evaluasi dari kegiatan pelatihan

Frekuensi kegiatan pelatihan yang diterima tidak menentu, tergantung dari

kebutuhan usaha. Terkadang pelatihan dilaksanakan satu bulan sekali, 2 bulan

sekali, dan lain sebagainya. Frekuensi kegiatan pelatihan yang diterima oleh Pak

Iyok pada tahun 2010 yaitu antara 1-2 bulan sekali dan pada tahun 2011 hanya 1

kali. Pak iyok juga pernah mendapatkan kegiatan studi banding ke tempat

kerajinan seperti Rajapolah yang terletak di Kota Tasikmalaya.

Dengan demikian, dari kegiatan pelatihan dan pembinaan program LED

CSR CGI yang diterima Pak Iyok pada tahun 2010 memberikan manfaat terhadap

Page 40: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

100

usahanya. Diantaranya yaitu mendapatkan wawasan dan pengalaman baru tentang

inovasi produk, sehingga hasil produk kerajinan akar wangi lebih berinovasi, dan

membuka peluang pasar produk tersebut. Pada tahun 2011 dan 2012, Pak Iyok

tidak menerima kegiatan pelatihan dan pembinaan program LED CSR CGI,

dikarenakan pelaku usaha tidak mempunyai komitmen dalam hal pengembalian

peminjaman dana, sehingga program tersebut dialihkan ke sektor usaha lain yaitu

program wisata Desa Sukalaksana. Dalam beberapa tahun terakhir, usaha

kerajinan Pak Iyok sedang berhenti dahulu. Hal ini dikarenakan modal yang

terbatas, permintaan pasar yang rendah, upah minim sehingga para pekerja beralih

ke sektor usaha lain. Walaupun usahanya Pak Iyok sedang berhenti, tapi masih

menerima pesanan jika ada permintaan dari konsumen.

4.3.3 Pendampingan Usaha

Kegiatan pendampingan usaha pada program LED CSR CGI dilaksanakan

berdasarkan kebutuhan dari pelaku usaha. Pelaksanaan kegiatan pendampingan

dilaksanakan secara langsung oleh pihak pemilik dan pelaksana program seperti

mendatangi lokasi usaha binannya pada saat kegiatan usaha berupa: kegiatan

proses produksi; pengemasan barang-barang hasil produksi; pemasaran hasil

produksi; perbaikan hasil produksi; perhitungan HPP; dan lain sebagainya.

Kegiatan pendampingan usaha juga dilakukan pada saat pelaku usaha mengalami

kesulitan yang berkaitan dengan usahanya. Deskripsi dari kegiatan pendampingan

bisa dilihat pada gambar berikut ini.

Page 41: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

101

Sumber: PUPUK Bandung, 2012.

Gambar 13: Kegiatan Pendampingan Usaha Agroindustri Akar Wangi.

Dalam penelitian ini, kegiatan pendampingan usaha pada program LED

CSR CGI diberikan pada pelaku usaha Kerajinan Akar Wangi di Desa

Sukalaksana, Kerajianan Tenun Akar Wangi di Desa Sukakarya, dan Budidaya

Akar Wangi di Desa Cisarua. Secara garis besar, mekanisme dan pelaksanaan

kegiatan pendampingan usaha yang dilakukan pada ketiga aspek pelaku usaha

binaan argoindustri akar wangi adalah dengan cara memantau langsung kegiatan

di tempat usaha. Kegiatan pendampingan usaha juga berupa konsultasi pelaku

usaha kepada pihak pelaksana dan pemilik program.

Dengan adanya kegiatan pendampingan usaha program LED CSR CGI,

memberikan manfaat terhadap pelaku usaha agroindustri akar wangi. Diantaranya

mendapatkan kemudahan bagi para pelaku usaha untuk berkonsultasi secara

cuma-cuma tanpa harus mengeluarkan biaya; kegiatan pendampingan bisa

dilaksanakan pada waktu kapan dan dimana saja; masalah yang dihadapi pelaku

usaha bisa terselesaikan sehingga menyebabkan usahanya menjadi lebih baik,

jumlah produksi meningkat; pemasaran menjadi terpetakan; dan produk yang

dihasilkan bervariasi.

Page 42: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

102

Namun, berdasarkan hasil penelitian di lapangan menurut pelaku usaha

agroindustri kerajinan akar wangi menyatakan bahwa pelaksanaan pendampingan

usaha pada program tersebut dirasakan kurang peranannya seperti pihak pelaksana

dan pemilik program jarang memantau kegiatan usahanya. Hal itu menyebabkan

usaha kerajinan akar wangi kurang berkembang, dan karena jangka waktu

program LED CSR CGI yang diterima dikatakan sangat singkat yaitu hanya satu

tahun. Dikarenakan berbagai hal tersebut, sehingga pada tahun berikutnya

program langsung dialihkan ke sektor usaha lain yaitu pengembangan wisata Desa

Sukalaksana. Di lain pihak, menurut pihak pelaksana mengatakan bahwa

pengalihan program tersebut dikarenakan pelaku usaha kurang serius dalam

menjalankan program. Misalnya jika ada masalah terhadap usahanya jarang

melakukan konsultasi, tidak ada komitmen dalam hal pembayaran peminjaman

modal, dan lain-lain.

Pada aspek agroindustri tenun akar wangi mengatakan bahwa pelaksanaan

kegiatan pendampingan pada dasarnya memberikan manfaat terhadap usahanya

namun peranannya kurang dirasakan seperti jarang ada kegiatan pemantauan dari

pihak pelaksana dan pemilik program. Sehingga menyebabkan kurangnya

koordinasi antara pelaku usaha dengan pihak pelaksana dan pemilik program.

Menurut pelaku usaha agroindustri budidaya akar wangi, mengatakan

bahwa pelaksanaan kegiatan pendampingan memberikan manfaat terhadap

perkembangan usahanya. Hal ini dikarenakan antara pelaku usaha dengan pihak

pelaksana terjadi hubungan yang baik sehingga kedua pihak tersebut bisa

berkoordinasi antara satu sama lain.

Page 43: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

103

Menurut pelaku usaha kerajinan dan tenun akar wangi mengatakan bahwa

alasan rasional terkait masalah pelaksanaan pendampingan kurang maksimal

seperti jumlah sumber daya manusia LSM PUPUK sangat terbatas. Pada tahun

2010 jumlah sumberdayanya hanya berjumlah delapan orang yang harus

mengkordinir setiap pelaku usaha binaan yang ada disetiap desa yang terletak di

Kecamatan Pasirwangi dan Kecamatan Samarang. Tetapi semenjak awal tahun

2012 jumlah sumber daya manusia LSM PUPUK bertambah menjadi sebelas

orang.

4.3.4 Pemasaran

Kegiatan pemasaran pada program LED CSR CGI merupakan kegiatan

sebagai pengenalan produk pelaku usaha binaan CSR CGI ke masyarakat, baik ke

masyarakat setempat, pihak CGI, maupun pihak luar. Kegiatan pemasaran yang

dilakukan diantaranya berupa penjualan langsung ke konsumen; penjualan

langsung ke pasar; penitipan barang ke tempat oleh-oleh seperti pusat oleh-oleh di

Garut seperti Primarasa, Chocodot, 99, Hegarasa; penitipan barang di beberapa

hotel di Garut seperti Kampung Sampireun; kemudian penitipan barang ke Rumah

Makan Mulih ka’ Desa; dan lain sebagainya.

Sistem pembayaran barang dengan cara Konsinyasi yaitu menyimpan

barang di pasar/toko/tempat penitipan barang, kemudian mendapatkan hasil

bayaran setelah barang tersebut terjual selama beberapa waktu (satu bulan).Rantai

pemasaran penjualan barang tersebut yaitu terkadang jika ada pesanan konsumen

langsung membeli ke pelaku usaha, tetapi terkadang ada juga yang melalui

perantara pihak PUPUK.

Page 44: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

104

Sumber: PUPUK Bandung 2012.

Gambar 14: Kegiatan Pemasaran Agroindustri Wangi.

Salah satu kegiatan pemasaran yang dilakukan yaitu promosi. Kegiatan

promosi yang dilakukan diantaranya penjualan barang melalui media internet

yang dilakukan oleh pihak PUPUK. Selain promosi, jenis kegiatan pemasaran

yang lain yaitu dengan mengikuti kegiatan pameran yang diadakan di berbagai

tempat (Bandung, Garut, Jakarta). Kemudian pada tahun 2012, pihak PUPUK

pernah melakukan kegiatan pemasaran ketika ada acara kunjungan sebelas Negara

ke Kabupaten Garut. Pada saat itu, pihak CGI dan LSM PUPUK memesan

beberapa produk hasil dari kerajinan akar wangi untuk diserahkan kepada

pengunjung tersebut sebagai tanda kenang-kenangan

Dalam penelitian ini, kegiatan pemasaran pada program LED CSR CGI

diberikan pada aspek Kerajinan Akar Wangi di Desa Sukalaksana dan Kerajianan

Tenun Akar Wangi di Desa Sukakarya, sedangkan pada aspek Budidaya Akar

Wangi di Desa Cisarua tidak menerima kegiatan pemasaran dari program tersebut.

Dikarenakan pelaku usaha sudah memiliki ketrampilan dan lebih mengetahui

tentang teknik budidaya akar wangi.

Page 45: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

105

4.3.4.1 Budidaya Akar Wangi di Desa Cisarua

Pada aspek kegiatan budidaya akar wangi, Pak Lurah tidak menerima

kegiatan pemasaran dari program CSR CGI tetapi kegiatan pemasarannya

dilakukan sendri, tanpa adanya campur tangan dari pihak program tersebut. Jalur

pemasaran pada budidaya akar wangi sederhana. Jalur pemasarannya seperti Pak

Iyok memasarkan secara langsung ke pihak Bandar, tanpa adanya agen yang

terlibat. Jika sudah waktunya panen akar wangi, pelaku usaha tidak perlu pergi ke

kota untuk memasarkan hasil panen tersebut, tetapi pihak bandar langsung

mendatangi ke tempat usahanya.

Mekanisme pemasaran yang terjadi berupa pihak Bandar mendatangi

lokasi panen dengan membawa pekerja sebagai tenaga angkutnya. Jadi, tenaga

angkut saat panen tidak berasal dari pelaku usaha, melainkan dari pihak Bandar.

Sistem pembayaran dilakukan secara langsung dan dari pembayaran tersebut

dipotong untuk biaya tenaga angkut sekitar beberapa persen dari harga. Bandar

yang membeli hasil panen akar wangi berasal dari Desa Sukakarya dan ada juga

berasal dari Bandung.

4.3.4.2 Tenun Akar Wangi di Desa Sukakarya

Dalam kegiatan pemasaran pada agroindustri tenun akar wangi, LSM

PUPUK tidak sering terlibat. Kegiatan yang dilakukan oleh LSM PUPUK yaitu

sebagai perantara jika ada pesanan dari pihak konsumen. Jadi LSM PUPUK

bertindak sebagai agen untuk mempertemukan antara pembeli dan kegiatan

transaksi pemesanan barang diserahkan kepada pelaku usah. Pemesanan barang

dilakukan secara langsung dan cara pembayarannya cash/tunai. Selain itu juga,

Page 46: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

106

LSM PUPUK melakukan kegiatan promosi produk melalui media internet dengan

tujuan untuk memperluas jangkauan pemasaran.

4.3.4.3 Kerajinan Akar Wangi di Desa Sukalaksana

Salah satu kegiatan pemasaran yang diterima oleh pelaku usaha Kerajinan

akar wangi ada program LED CSR CGI adalah dengan mengikuti kegiatan

pameran diantaranya Pameran di Garut, Bandung, Jakarta, dan lain sebagainya.

Lokasi pemasaran untuk produk kerajinan lukis akar wangi yaitu di Hotel

Sampireun, Mulih ka’ Desa, kemudian di Kota Semarang. Cara pembayaran yang

diterima dengan cara langsung dan tidak langsung. Misalnya untuk pesanan yang

dari Kota Semarang, pelaku usaha menerima sistem pembayaran secara langsung.

Sedangkan barang yang dititipkan di Hotel Sampireun sistem pembayarannya

diterima secara tidak langsung (pembayaran 1 bulan sekali/sistem konsinyasi).

Sistem pembayaran konsinyasi yaitu sistem pembayaran yang dilakukan untuk

jangka waktu beberapa minggu/bulan. Jika pemesanan berasal dari luar kota

Garut, barang dikirim menggunakan jasa layanan tiki dengan tujuan agar barang

tersebut masih dalam keadaan seperti semula dan lebih cepat barang sampai di

tangan konsumen,

Pada tahun 2010 juga pelaku usaha pernah menerima pesanan 100 lukisan

dari pihak CGI melalui PUPUK waktu itu ada kunjungan Negara ke Kabupaten

Garut. Pada tahun 2011 kegiatan pemasaran bekerjasama dengan Pak Haji Ede

yaitu produk hasil kerajinan di tampilkan di show room akar wangi yang terletak

di Desa Sukakarya. Show room akar wangi merupakan bangunan khusus yang

dibangun dari pihak CGI sebagai gallery pemasaran usaha binaan dari hasil

Page 47: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

107

agroindustri akar wangi, baik berupa minyak akar wangi, tenun akar wangi

maupun kerajinan akar wangi. Show room akar wangi dibangun dipinggir rumah

Pak Haji Ede yang ditunjuk oleh pihak CSGI sebagai penanggungjawab bangunan

tersebut.

Namun, menurut pelaku usaha kerajinan dan tenun akar wangi, keberadaan

show room tersebut letaknya kurang srtategis di Desa Sukakarya, harusnya show

room dibangun di tempat yang strategis seperti di jalan utama Kecamatan

Samarang, atau di jalan protokol Kota Garut sehingga masyarakat bisa

mengetahui tentang keberadaan usaha tersebut dan memperluas jangkauan

pemasaran. Jadi, keberadaan show room kurang memberikan manfaat kepada

pelaku usaha dikarenakan berbagai hal yang telah disebutkan di atas dan kondisi

bangunan tersebut kurang terawat dikarenakan Pak Haji Ede sibuk dengan

usahanya.

4.4 Analisis Agroindustrialisasi Wilkinson Pelaku Usaha Binaan Chevron

Geothermal Indonesia, Ltd. Priode 2010 Hingga 2012

4.4.1 Karakteristik Umum dan Usaha Pelaku Usaha

Usaha agroindustri akar wangi tersebar di tiga desa di Kecamatan

Samarang diantaranya usaha agroindustri kerajinan akar wangi terletak di Desa

Sukalaksana, usaha agroindustri tenun akar wangi terletak di Desa Sukakarya, dan

usaha agroindustri budidaya akar wangi terletak di Desa Cisarua. Ketiga usaha

agroindustri akar wangi tersebut mendapatkan program LED CSR CGI.

Page 48: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

108

Para pelaku usaha yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak

tiga pelaku usaha yang terletak di tiga desa tersebut. Responden umumnya

mempunyai karaktersitik yang berbeda, antara lain usia, tingkat pendidikan, dan

pengalaman berusaha. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam Tabel 16 di bawah

ini.

Tabel 16. Karakteristik Umum Pelaku Usaha

N

o

Nama L/P Usia

(Thn)

Pendidikan Pengalaman

Berusaha (Thn)

Jenis Usaha

1 Iyok L 37 SMA 3 Kerajinan Akar Wangi

2 Encang Suara L 42 S2 4 Tenun Akar Wangi

3 A. Solichin L 48 SLTP 3 Budidaya Akar Wangi

Berdasarkan faktor usia, seluruh pelaku usaha agroindustri akar wangi

masih dalam usia yang produktif. Usia produktif menandakan bahwa pelaku usaha

masih mempunyai semangat yang tinggi dalam melakukan wirausaha. Pendidikan

merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan

pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek usaha

agroindustri yang lebih modern. Berdasarkan tingkat pendidikan pelaku usaha di

atas dapat dijelaskan bahwa pelaku usaha rata-rata telah menyelesaikan

pendidikannya hingga SLTA, dan hanya satu orang yang tamat SLTP. Hal ini

menandakan bahwa tingkat pendidikan para pelaku usaha agroindustri akar wangi

tergolong baik untuk berwirausaha

Pengalaman berusaha dari pelaku usaha diukur dalam satuan tahun sejak

pelaku usaha mulai menjalankan usahanya. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat

pengalaman berusaha yang dimiliki pelaku usaha yaitu rata-rata tiga tahun. Selain

sebagai pelaku usaha agroindustri akar wangi, para pelaku usaha juga mempunyai

profesi lain yaitu Pak Iyok sebagai satpam di Kampung Sampireun, Pak Encang

Page 49: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

109

Suara sebagai Guru di sebuah institusi pendidikan, dan Pak A. Solichin sebagai

Lurah di Desa Cisarua. Jadi, usaha agroindustri akar wangi sebagai pekerjaan

sampingan dari masing-masing pelaku usaha.

4.4.2 Permodalan, Penyediaan Bahan Baku, Tenaga Kerja, Kelembagaan,

Diversifikasi Produk, Teknologi, Pewilayahan, dan Struktur Pasar.

Untuk analisis agroindustri akar wangi pada penelitian ini menggunakan

teori agroindustrialisasi menurut Wilkinson yaitu permodalan, penyediaan bahan

baku, tenaga kerja, kelembagaan, diversifikasi produk, perubahan teknologi,

pewilayahan, dan struktur pasar.

4.4.2.1 Permodalan

Modal sebagai faktor produksi mempunyai pengertian bahwa modal

tersebut merupakan subsistem produksi, sebab bila modal tidak ada atau

terganggu, maka keseluruhan subsistem produksi yang sedang bekerja akan ikut

terganggu. Sebelum menjadi pelaku usaha binaan CSR CGI, pelaku usaha tidak

melakukan usaha kegiatan agroindustri akar wangi, kemudian setelah adanya

program pengembangan ekonomi lokal di Desa Cisarua, kegiatan agroindustri

tersebut muncul pada tahun 2010.

Modal yang diberikan dalam program LED CSR CGI yaitu berupa modal

fisik dan non fisik. Modal fisik tersebut berupa pemberian modal dana CSR CGI

pada program LED dan modal non fisik berupa kegiatan pelatihan. Selain modal

Page 50: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

110

dari program LED CSR CGI, modal tersebut juga berasal dari milik pribadi dan

bantuan dari lembaga lain.

Penjelasan mengenai perubahan dan perkembangan permodalan pada

masing-masing usaha agroindustri akar wangi setelah adanya program LED CSR

CGI yaitu:

A. Budidaya Akar Wangi di Desa Cisarua

Permodalan pada agroindustri budidaya akar wangi usahanya Pak Lurah

berasal dari modal CSR CGI dan berasal dari milik pribadi. Besarnya

perkembangan permodalan setelah adanya program LED CSR CGI bervariasi.

Untuk perkembangan permodalan pada usaha tersebut yaitu bisa dilihat pada

Tabel 17 di bawah ini :

Tabel 17. Perkembangan Permodalan Pelaku Usaha Budidaya Akar Wangi.

Tahun 2010 2011 2012

Luas Lahan (Ha) 1 3,5 6

Kepemilikan Modal :

- Program CSR CGI (%)

- Pribadi (%)

full dana CSR

CGI

-

50

50

30

30

Jumlah Produksi (Kg) 14.000 49.000 84.000 Sumber : Pelaku Usaha Budidaya Akar Wangi Tahun 2012.

Berdasarkan teori-teori tersebut, perubahan atau perkembangan

permodalan pada pelaku usaha budidaya agroindustri akar wangi berdasarkan

Tabel 17 sejak adanya program LED CSR CGI dari tahun 2010 hingga tahun

2012 terjadi peningkatan luas lahan. Pada tahun 2010, kepemilikan modal full dari

program LED CSR CGI dan kepemilikan modal pribadi hampir tidak ada. Hal ini

dikarenakan pelaku usaha baru memulai usaha tersebut, jadi modal yang dimiliki

terbatas yaitu hanya berasal dari program LED CSR CGI.

Page 51: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

111

Kemudian, pada tahun 2011 dan 2012, terjdi peningkatan luas lahan seluas

3,5 Ha dan 6 Ha.Peningkatan luas lahan disebabkan karena adanya program LED

CSR CGI dan prospek usaha akar wangi yang bagus dan dikarenakan volume

ptoduksi yang meningkat. Kepemilikan modal pada tahun 2011 sebesar 50%

modal pribadi dan 50% dari dana CSR CGI. Kepemilikan modal pribadi sebesar

50% disebabkan karena adanya hasil produksi yang memberikan keuntungan bagi

pelaku usahanya. Kepemilikan modal pada tahun 2012 yaitu modal CSR CGI

sebesar 30% dan modal pribadi sebesar 60%. Kepemilikan modal pribadi

meningkat karena adanya hasil penjualan yang meningkat, dan kepemilikan modal

dari program LED CSR CGI turun 20% dikarenakan dana program LED CSR

CGI lebih difokuskan untuk perbaikan sarana infrastruktur desa. Besarnya

perbandingan pemanfaatan program tersebut yaitu untuk pengembangan ekonomi

sebesar 40% dan perbaikan infrastruktur 60%.

Jadi, secara garis besar suntikan dana dari program LED CSR CGI dari

tahun 2010 hingga tahun 2012 memberikan perubahan dan perkembangan

permodalan pada agroindustri budidaya akar wangi. Setiap tahun rata-rata

permodalannya mengalami peningkatan. Peningkatan permodalan tersebut

diharapkan ke depannya bisa dijadikan sebagai modal awal terhadap

keberlangsungan usahanya, dan menjadikan usahanya lebih mandiri tanpa adanya

bantuan dari program LED CSR CGI.

B. Tenun Akar Wangi di Desa Sukakarya

Agroindustri tenun akar wangi merupakan satu-satunya usaha tenun akar

wangi di Desa Sukakarya. Usaha tenun akar wangi membutuhkan modal yang

Page 52: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

112

tidak sedikit jumlahnya. Permodalan dalam usaha tersebut berupa modal fisik dan

non fisik. Modal non fisik berupa pelatihan-pelatihan dan modal fisik berupa

bantuan dana program LED CSR CGI yang berupa mesin ATBM, benang. Selain

modal tersebut, pelaku usaha juga menerima dana dari program PNF sebesar Rp

32.000.000,-. Dari jumlah dana tersebut dibelikan mesin sebanyak 6 buah mesin

seharga @ Rp 500.000,- yang dibeli dari tukang bangunan dengan cara

memesannya. Untuk perkembangan modal pada pelaku usaha bisa di lihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 18. Perkembangan Permodalan Pelaku Usaha Tenun Akar Wangi.

Tahun 2010 2011 2012 Jumlah

Jumlah Modal (Rp) 32.000.000,- 7.520.000,- 7.520.000,- 47.040.000

Jumlah Modal (%) 68 16 16 100

Jumlah Produksi (m) 5.760 5.760 5.760 17.280

Jumlah Produksi (%) 34 33 33 100

Sumber : Pelaku Usaha Tenun Akar Wangi Di Desa Sukakarya, Tahun 2012, Diolah.

Berdasarkan tabel di atas, perubahan dan perkembangan permodalan pada

agroindustri tenun akar wangi semenjak adanya program pada tahun 2010 terjadi

penurunan modal. Hal ini disebabkan agroindustri tenun akar wangi hanya

menerima program pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 dan 2012 tidak

menerima program LED CSR CGI, alasannya seperti yang telah dibahas pada

subbab 4.3.1.2 tentang kegiatan pemberian perModalan pada agroindustri tenun

akar wangi di Desa Sukakarya. Hal lain yang menyebabkan penurunan

permodalan dikarenakan permintaan pasar yang tetap sehingga semenjak tahun

2011 permodalan tersebut diperoleh dari penjualan kain tenun akar wangi yang

hasilnya digunakan untuk membeli bahan baku dan untuk membayar upah

pekerja.

Page 53: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

113

C. Kerajinan Akar Wangi di Desa Sukalaksana

Pada aspek permodalan agroindustri kerajinan akar wangi di Desa

Sukalaksana menerima program LED CSR CGI berupa modal fisik dan non fisik.

Modal non fisik berupa pelatihan-pelatihan, sedangkan modal fisik berupa

pemberian dana dan bantuan peralatan dari CSR CGI dan desa. Modal fisik usaha

agroindustri akar wangi berasal dari dana dan bantuan peralatan teknis usaha dari

program LED CSR CGI, bantuan peralatan dari desa, dan berasal dari milik

pribadi. Modal dari CSR CGI sebesar Rp 2.000.000,- yang diperoleh dari

pinjaman Bumdes, dan bantuan teknis peralatan produksi seperti sebuah mesin

jahit. Modal dari desa berupa sebagian bahan untuk percobaan usaha. Pelaku

usaha menerima program LED CSR CGI pada tahun 2010. Perkembangan

permodalan usahanya bisa di lihat pada Tabel 19 di bawah ini.

Tabel 19. Perkembangan Permodalan Pelaku Usaha Kerajinan Akar Wangi

Tahun 2010 2011

Jumlah Modal (Rp) 10.000.000 3.000.000

Kepemilikan Modal pribadi: 70%, CGI: 30 % 100 % Pribadi Sumber : Pelaku Usaha Agroindustri Kerajinan Akar Wangi, Tahun 2012.

Berdasarkan Tabel 19 di atas, perubahan dan perkembangan permodalan

semenjak adanya program LED CSR CGI tahun 2010 tidak terjadi perkembangan

ke arah yang positif tapi sebaliknya yaitu terjadi penurunan. Hal ini dikarenakan

seperti yang telah di bahas pada subbab 4.3.1.3 dan juga disebabkan permintaan

pasar yang rendah sehingga pada tahun 2011 permodalan pada usaha tersebut

diperolah dari hasil penjualan kerajinan akar wangi, kemudian dari hasil penjualan

tersebut digunakan untuk membeli bahan baku dan membayar gaji pekerja.

Page 54: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

114

Permintaan pasar yang rendah mengakibatkan kegiatan usaha usahanya berhenti

dan melakukan kegiatan produksi jika ada pesanan dari pihak konsumen.

Dari pembahasan di atas mengenai perubahan dan perkembangan

permodalan pada agroindustri akar wangi secara keseluruhan dapat disimpulkan

pada penjelasan tabel di bawah ini.

Tabel 20. Perkembangan Kepemilikan Modal Usaha Agaroindustri Akar Wangi

Tahun 2010 2011 2012

Kepemilikan Modal CSR

CGI

Pribadi CSR

CGI

Pribadi CSR

CGI

Pribadi

Budidaya Akar Wangi 100% 0% 50% 50% 30% 70%

Tenun Akar Wangi - - - - - -

Kerajinan Akar Wangi 30% 70% 0% 100% 0% 100% Sumber: Pelaku Usaha Agroindutri Akar Wangi Tahun 2012.

Keterangan: Tenun akar wangi Modal dari CGI berupa bantuan pinjaman mesin

ATBM sebanyak 3 unit.

Budidaya Akar Wangi

0%

50%

100%

150%

2010 2011 2012

CSR CGI

Pribadi

Kerajinan Akar Wangi

0%

50%

100%

150%

2010 2011 2012

CSR CGI

Pribadi

Sumber: Pelaku Usaha Agroindustri Akar Wangi Tahun 2012, Diolah.

Gambar 15: Grafik Perkembangan Kepemilikan Permodalan Agroindustri Akar

Wangi.

Page 55: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

115

Dari tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa semenjak adanya

program LED CSR CGI pada tahun 2010 perkembangan permodalan pada

agroindustri budidaya akar wangi mengalami perubahan perkembangan

permodalan. Hal ini dikarenakan peran program LED CSR CGI dalam suntikan

permodalan usaha setiap tahunnya lebih jelas. Hampir setiap tahun pelaku usaha

mendapatkan dana program LED CSR CGI. Pada tahun 2012 jumlah dana LED

CSR CGI lebih kecil dibandingkan dana pribadinya, dikarenakan dana program

dari CSR CGI lebih banyak digunakan untuk perbaikan sarana infrastruktur.

Berdasarkan pada tabel di atas juga dapat diketahui bahwa semenjak

adanya program LED CSR CGI tahun 2010 pada usaha agroindustri tenun dan

kerajinan akar wangi tidak mengalami perkembangan permodalan. Hal ini

dikarenakan peran CSR CGI dalam pemberian suntikan modal pada agroindustri

kerajinan akar wangi hanya terlihat pada tahun 2010, dikarenakan memang pelaku

usaha mendapatkan program LED CSR CGI hanya pada tahun 2010. Sedangkan

untuk perkembangan permodalan tahun berikutnya berasal dari modal pribadi.

Perkembangan permodalan untuk agroindustri tenun akar wangi, peran program

LED CSR CGI hanya memberikan pemberian modal berupa bantuan mesin

ATBM sebanyak 2 buah, alat-alat percobaan, dan modal usaha tersebut juga

diperoleh dari lembaga PNF (Pendidikan Non Formal ) Garut.

4.4.2.2 Pengadaan/Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan dasar dari suatu produk, baik yang berupa

bahan mentah, dan bahan setengah jadi yang akan diolah kembali. Ketersediaan

Page 56: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

116

bahan baku dalam suatu industri secara continue harus diperhatikan sehingga

proses produksi dapat terus berjalan. Tanpa adanya bahan baku, proses produksi

menjadi terhambat.

Penjelasan mengenai perubahan dan perkembangan pengadaan bahan baku

pada masing-masing usaha agroindustri akar wangi setelah adanya program LED

CSR CGI yaitu:

A. Budidaya Akar Wangi di Desa Cisarua

Bahan baku utama dalam usaha agroindustri budidaya akar wangi yaitu

benih akar wangi. Benih dibeli dari pelaku usaha yang sudah sukses yang terletak

di Desa Cisarua, terkadang benih juga dibeli dari Pak Haji Ede. Pak Haji Ede

adalah seorang pelaku usaha akar wangi yang sudah sukses. Kriteria benih yang

digunakan harus mempunyai kualitas yang unggul, dengan tujuan agar hasil panen

akar wangi bisa maksimal. Pembelian benih dengan cara dikirim dan dibayar

tunai. Pengadaan benih untuk satu kali produksi disesuaikan dengan luas lahan.

Untuk luas lahan satu Ha dibutuhkan 2450 kg benih. Frekuensi pembelian benih

yaitu satu kali selama satu tahun, dengan landasan bahwa budidaya akar wangi

hanya berlangsung sekali dalam satu tahun.

Bahan baku penunjang pada agroindustri budidaya akar wangi adalah

pupuk, dengan jenis pupuk urea. Pembelian pupuk diperoleh dari dalam wilayah

Kecamatan Samarang yang dibeli secara langsung. Kebutuhan pupuk untuk 1

hektar sebanyak 350 kg pupuk dan frekuensi pembelian pupuk disesuaikan

dengan kebutuhan produksi. Peralatan usaha seperti cangkul dibeli pada saat

usaha tersebut baru beroperasi.

Page 57: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

117

Cara pengadaan bahan baku agroindustri budidaya akar wangi sederhana.

Untuk penggunaan alat dan bahan produksi budidaya akar wangi bisa dilihat

dalam Tabel 21 di bawah ini.

Tabel 21. Alat dan Bahan Produksi Budidaya Akar Wangi.

No Jenis Bahan & Alat

Yang Digunakan

(2010, 2011, 2012)

Harga/unit

(Rp)

Sistem

Pembelian

Sistem

Pembayaran

1 Bahan :

- Benih

- Pupuk

2.000/kg

80.000/50 kg

Dikirim

Dibeli langsung

Langsung/cash

Langsung/cash

2 Alat

- Cangkul

120.000

Dibeli langsung

Langsung/cash

Sumber : Pelaku Usaha Budidaya Akar Wangi, 2012.

Berdasarkan pada tabel di atas, perubahan dan perkembangan pengadaan

bahan baku semenjak adanya program LED CSR CGI tahun 2010 tidak

mengalami perubahan dan perkembangan. Jenis alat dan bahan produksi

menggunakan bahan dan peralatan yang sama dengan harga yang tetap sama di

setiap tahunnya. Kemudian sistem pembelian jenis alat dan bahan tersebut masih

dengan cara dikirim dan dibeli langsung, dan sistem pembayaran dengan acara

langsung/cash.

B. Tenun Akar Wangi di Desa Sukakarya

Agroindustri tenun akar wangi merupakan satu-satunya usaha tenun akar

wangi yang terletak di Desa Sukakarya. Agroindustri tenun dengan akar wangi

sebagai bahan baku utama diperoleh dari petani secara langsung dari Kecamatan

Bayongbong, Kampung Cikuray, dengan alasan bahwa akar wangi dari kecamatan

tersebut mempunyai kualitas yang bisa dipenuhi oleh pelaku usaha tenun akar

Page 58: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

118

wangi. Standar kualitas akar wangi tersebut yaitu akar wangi kuning, wangi,

serabut akar wangi sedikit, dan bentuk akar panjang-panjang.

Pasokan pembelian bahan tenun akar wangi yaitu setiap bulan. Sistem

pembayaran dilakukan secara tunai dan cara pengadaan bahan tersebut dikirim

langsung dari petani di Kecamatan Bayongbong, dengan ongkos kirim ditanggung

oleh pemesan. Pengadaan bahan baku benang, pelaku usaha tidak melakukan

pembelian setiap bulannya karena pasokan untuk benang jumlahnya masih banyak

yang merupakan sumbangan dari program LED CSR CGI. Tetapi jika benang

tersebut dibeli dari toko, maka untuk hasil kain tenun 1 meter dibutuhkan biaya

benang sebesar Rp 1.000,-. Sistem pengadaanan peralatan produksi dilakukan

pada saat usaha tersebut mulai beroperasi. Pembelian peralatan dengan cara

pembelian langsung dari toko-toko yang menyediakan kebutuhan tersebut. Untuk

penjelasan alat dan bahan produksi tenun akar wangi bisa dilihat dalam Tabel 22.

Tabel 22. Alat dan Bahan Produksi Tenun Akar Wangi.

No Jenis Bahan & Alat Yang

Digunakan (2010, 2011, 2012)

Harga

(Rp) Keterangan

Bahan :

1 Akar wangi 15.000/kg 1 bln = 20 kg

2 Benang 1.500/kg Hasil tenun 1 m=

biaya benang Rp

1.000,-

Alat :

1 ATBM 500.000 Ada 8 unit

2 Gunting 10.000 Ada 3 buah Sumber : Pelaku Usaha Tenun Akar Wangi, 2012

Akar wangi yang dipesan oleh pelaku usaha sudah dalam keadaan bersih

dan siap untuk diproduksi. Mesin ATBM berjumlah 8 buah yang berasal dari 3

buah dari koperasi desa yang merupakan bantuan dari program LED CSR CGI

dan 5 buah dibeli dari dana program PNF Kabupaten Garut. Jumlah peralatan

Page 59: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

119

gunting sebanyak 3 buah yang dibeli pada saat usaha mulai beroperasi. Awalnya

jumlah gunting sebanyak 8 buah namun sekarang sisa 3 buah gunting dikarenakan

terjadi kehilangan dan kerusakan peralatan.

C. Kerajinan Akar Wangi di Desa Sukalaksana

Agroindustri kerajinan akar wangi merupakan satu-satunya usaha

kerajinan akar wangi yang terletak di Desa Sukalaksana. Pengadaan bahan baku

utama kerajinan akar wangi yaitu kain tenun akar wangi yang dibeli dari pengrajin

tenun di Kecamatan Bayongbong dengan alasan bahwa hasil tenunannya lebih

rapi, kualitas tenunan lebih bagus, dan jumlah stoknya juga banyak. Pelaku usaha

kerajinan akar wangi tidak memasok kain tenunannya dari Desa Sukakarya

dikarenakan stok kain tenunnya terbatas, kualitasnya kurang bagus dan rapi.

Pengadaan bahan baku yang lain seperti kain, kain batik, benang, sumber

tempat pembeliannya dari wilayah Garut ialah dari pasar di Kecamatan Samarang.

Pengadaan jumlah bahan baku dan frekuensi pembelian tersebut disesuaikan

dengan jumlah pesanan. Bentuk pembayaran yang dilakukan dengan

menggunakan sistem langganan dengan alasan bahwa pelaku usaha sering

membeli bahan-bahan tersebut ditempat yag serupa. Cara pembayaran yang

dilakukan yaitu secara tunai dan sistem pembelian bahan baku dengan cara

dikirim langsung dari sumbernya. Kebutuhan bahan baku dan bahan penunjang

untuk per sekali proses produksi yaitu berbeda-beda. Hal tersebut dilakukan

tergantung dari pesanan. Misalnya untuk pembuatan kerajinan songkok sebanyak

100 pcs dibutuhkan kain tenun akar wangi sebanyak 50 meter dan untuk bahan

penunjang lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dari pembuatan jenis kerajinan.

Page 60: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

120

Sistem pengadaan bahan baku utama dan bahan baku penunjang bisa dilihat di

Lampiran 1.

Kiteria tenun akar wangi yang digunakan diantaranya kain tenun akar

wangi mempunyai bau yang wangi, bagus, dan rapih dengan tujuan agar produk

yang dihasilkan berkualitas bagus dan menarik serta diharapkan semakin banyak

pihak konsumen yang memesan kerjainan akar wangi. Pada pengadaan bahan

baku kain tenun akar wangi, pelaku usaha menghadapi kesulitan karena stok

terbatas dan pelaku usaha harus berkompetisi dengan pengrajin yang berasal dari

pekalongan. Sehingga hal yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk pengadaan

bahan baku tersebut adalah mendatangi langsung ke pengrajin tenun akar wangi.

Dari penjelasan di atas mengenai perkembangaan pengadaan alat produksi

agroindustri akar wangi semenjak adanya program LED CSR CGI tahun 2010

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan dan perkembangan dikarenakan

pengadaan alat produksi tersebut setiap tahunnya masih menggunakan peralatan

yang sama. Cara pembelian barang masih tetap dikirim dari pihak penjual. Sistem

pembayaran dilakukan secara tunai. Pembelian alat dan bahan produksi berasal

dari wilayah Kecamatan Samarang, dan Kecamatan Bayongbong. Kesulitan yang

dihadapi pelaku usaha dalam mendapatkan bahan baku tersebut masih bisa diatasi

oleh pelaku usaha.

4.4.2.3 Perubahan Teknologi

Teknologi merupakan keadaan pengetahuan manusia tentang bagaimana

menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang diinginkan, untuk

Page 61: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

121

memecahkan masalah, memenuhi kebutuhan, atau memenuhi keinginan, termasuk

metode teknis, keterampilan, proses, teknik, alat dan bahan baku. Akhir dari

tujuan dari teknologi merupakan added value atau nilai tambah yang berupa

produk yang bermanfaat bagi manusiia.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, perkembangan dan perubahan

teknologi yang digunakan setelah adanya program LED CSR CGI pada masing-

masing pelaku usaha bisa dilihat pada saat proses produksi berlangsung pada

masing-masing usaha tersebut, yaitu:

A. Budidaya Akar Wangi di Desa Cisarua

Proses produksi pada budidaya akar wangi dilakukan seperti proses

produksi budidaya tanaman pada umumnya, yaitu :

a. Persiapan Bibit

Jenis bibit yang digunakan yaitu menggunakan satu jenis benih. Benih

yang akan ditanam disiapkan terdahulu sebelum melakukan penananam. Bibit

yang ditanam adalah akar (bonggol) yang berasal dari tanaman yang tidak

berbunga. Pupuk yang digunakan adalah jenis pupuk urea (TSP, ZA) dengan dosis

sekitar 50 kg/100 tumbak atau 350 kg/Ha dengan harga Rp 80.000,- (50 kg

pupuk). Luas lahan 1 Ha diperlukan bibit sebanyak ± 10.000 rumpun atau

dibutuhkan 350 kg/100 tumbak atau 2450 kg/Ha dengan harga benih Rp 2.000/kg.

b. Penanaman

Penanaman akar wangi di Kabupaen Garur pada umumnya ditanam di

lereng gunung berbukit-bukit dengan kemiringan yang cukup besar (15%) dan

umumnya berlokasi di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS Cimanuk). Toleran

Page 62: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

122

tumbuh di ketinggian 500-1.500 m dpl, curah hujan 1.500- 2.500 mm per tahun,

suhu udara lingkungan 17 – 27°C . Membutuhkan sinar matahari yang cukup dan

lahan terbuka atau tidak terlindung oleh tanaman lain. Kondisi lahan terbaik

adalah tanah berpasir atau daerah aliran abu gunung berapi pada lereng-lereng

bukit karena akar tanaman akan mudah dicabut pada saat panen sehingga akar

tidak ada yang tertinggal.Waktu penanaman setiap saat sepanjang tahun, namun

yang terbaik adalah di awal musin hujan.

Lahan untuk pertanaman akar wangi hendaknya bersih dari gulma. Jika

sudah bersih, tanah dibuat lubang tanam (20x20x20) cm. Jarak tanam tergantung

kesuburan dan kemiringan tanah. Pada kemiringan 15-30%, jarak tanam berkisar

antara (60x20)-(50x100) cm. Dua minggu sebelum tanam, lubang diisi pupuk

kandang/kompos sebanyak 2 kg/lubang. Kedalaman tanam tidak lebih dari 4 cm,

karena akan mengurangi persentase tumbuh tanaman. Untuk luas lahan 100

tumbak terdapat 3.500 lubang tanam/ceblok, jadi untuk 1 Ha (700 tumbak)

terdapat 24.500 ceblok/lubang tanam dan 100 tumbak dibutuhkan 3500 benih

tanaman akar wangi, jadi 1 Ha diperlukan 24.500 benih tanaman akar wangi.

c. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan budidaya akar wangi meliputi :

Penyulaman : Penyulaman dilakukan paling lambat 2 minggu setelah

tanam. Tanaman yang tidak tumbuh biasanya terlihat pada umur 1-2

minggu setelah tanam, terutama bila ditanam berupa bibit sobekan dari

bonggol yang ditanam langsung atau anakan tanpa akar.

Page 63: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

123

Penyiraman : Pada musim kemarau, penyiraman diperlukan setiap hari

selama 2 minggu, sampai akar-akar baru tumbuh dan menempel ke

tanah.

Pemupukan : Kegiatan pemupukan jarang dilakukan, kecuali jika

tanamannya ditumpangsarikan dengan dengan sayuran.

Pemangkasan : Sama halnya dengan pemupukan, pemangkasan

biasanya dilakukan pada tanaman yang ditumpangsarikan dengan

tanaman sayuran. Pemangkasan dilakukan pada saat usia tanaman 6

bulan untuk meningkatkan hasil sampai 10 %.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman : Hama dan penyakit

pada akar wangi tidak menjadi masalah yang penting, sehingga

pengendaliannya jarang dilakukan. Penyakit yang menyerang tanaman

akar wangi yaitu Ku’uk.

d. Pemanenan

Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 8 bulan, namun

untuk memperoleh jumlah akar yang maksimum dan mutu minyak yang tinggi

maka pemanenan sebaiknya dilakukan setelah tanaman mencapai umur 12 bulan.

Jika terlalu tua maka kandungan minyak atsiri akan mulai menurun. Pemanenan

dilakukan dengan menggunaka teknis tertentu. Pencabutan tanaman akar wangi

pada saat panen dilakukan oleh petani yang mempunyai keahlian tertentu pada

saat mencabut akar agar akar tersebut tidak terpotong/terputus. Untuk panen akar

wangi seluas 2 hektar dibutuhkan waktu sehari.

Page 64: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

124

Luas lahan 100 tumbak bisa menghasilkan 2 ton tanaman akar wangi. Jadi,

1 hektar (700 tumbak) menghasilkan 14 ton (140 kw/14.000 kg) akar wangi.

Dengan syarat hasil tersebut dilakukan pada saat musim hujan dengan alasan

bahwa musim hujan lebih banyak menghasilkan tanaman akar wangi dengan

produktivitas yang tinggi, sedangkan musim kemarau sebaliknya.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan

teknologi pada proses produksi agroindustri budidaya akar wangi menggunakan

cangkul. Cangkul merupakan peralatan yang utama dalam agroindustri tersebut.

Untuk perkembangan dan perubahan penggunaan teknologi setiap tahunnya masih

menggunkan peralatan yang sama yaitu cangkul

B. Tenun Akar Wangi di Desa Sukakarya

Proses pengolahan akar wangi menjadi kain tenun dilakukan secara

sederhana dengan ATBM, ketelitian dan ketrampilan tangan. Akar wangi yang

diterima oleh pelaku usaha dari petani sudah dalam keadaan siap untuk ditenun.

Proses pembuatan kain tenun akar wangi yaitu :

a. Persiapan alat dan bahan produksi seperti akar wangi, benang, gunting dan

mesin ATBM.

b. Memasang benang pada mesin ATBM sesuai tempat dan kebutuhannya.

c. Memulai kerjaan memenenun dengan memasukkan akar wangi satu per

satu ke dalam mesin ATBM. Kemudian pada saat mengunci akar wangi

pada ATBM, gerakan kaki kiri dan kanan harus seimbang agar tidak

terjadi salah mengunci tenunan akar wangi.

Page 65: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

125

d. Melakukan kegiatan menenun tersebut secara berulang-ulang hingga di

peroleh lembaran-lembaran kain tenun akar wangi.

e. Setelah kegiatan menenun selesai, bagian pinggir kain tenun akar wangi

dirapihkan dengan menggunakan gunting.

Untuk pekerja yang belum mempunyai keahlian menenun sering kali

terjadi salah menggerakkan kaki kiri dan kanan sehingga hasil tenun akar wangi

menjadi tidak benar. Oleh karena itu, bagi pekerja sebelum menenun lebih lanjut,

harus melakukan pelatihan menenun secara berulang-ulang. Proses penenunan

akar wangi dilakukan untuk mempermudah para pengrajin akar wangi seperti tas

akar wangi, tas laptop akar wangi, plecmet, sehingga pembuatan kerajinan akar

wangi tidak terlalu rumit. Rata-rata hasil tenunan untuk 1 mesin ATBM sebanyak

3 meter, jadi untuk 8 mesin ATBM menghasilkan 24 meter per minggu sehingga

sebulan bisa menghasilkan 720 meter.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan

teknologi pada proses produksi agroindustri tenun akar wangi menggunakan

mesin ATBM 8 unit, dan gunting. Mesin ATBM merupakan peralatan yang utama

dalam agroindustri tersebut, dan gunting merupakan peralatan penunjangnya.

Untuk perkembangan dan perubahan penggunaan teknologi setiap tahunnya masih

menggunkan peralatan yang sama yaitu mesin ATBM dan gunting.

C. Kerajinan Akar Wangi di Desa Sukalaksana

Proses produksi pengolahan kain tenun akar wangi menjadi berbagai

bentuk kerajianan akar wangi dilakukan secara sederhana dengan menggunakan

ketrampilan manusia, ketelitian pengerjaan dan mesin jahit. Kesulitan proses

Page 66: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

126

pembuatan berbagai bentuk kerajinan akar wangi disesuaikan dengan tingkat

kerumitan dari bentuk kerajinan tersebut. Semakin tinggi tngkat kerumitan

kerajinan akar wangi maka proses pembuatannya semakin lama, dan juga

sebaliknya. Semakin rendah tingkat kerumitan kerajinan akar wangi, maka proses

pembuatannya semakin cepat. Secara umum proses pembuatan kerajinan akar

wangi yaitu :

a. Persiapan alat dan bahan proses produksi seperti kain tenun akar wangi,

gunting, cat lukis, kain batik, kain malau, dan lain sebagainya.

b. Pemotongan kain tenun akar wangi menjadi bentuk kerajinan yang dipesan

oleh konsumen dan pemotongan material-material sesuai bentuk kerajinan.

c. Penjahitan kain tenun akar wangi dengan menggunakan mesin jahit.

d. Pemasangan ornamen-ornamen seperti manik-manik, melukis kain tenun

akar wangi, dan lain sebagainya.

e. Finishing. Pada akhir dari pembuatan kerajinan akar wangi dilakukan

pengecekan dengan tujuan produk kerajinan yang dihasilkan sesuai

permintaan konsumen atau tidak, mengetahui tingkat kerapihannya, dan

lain sebagainya.

Usaha agroindustri kerajinan akar wangi berproduksi jika ada pesanan dari

pihak konsumen. Untuk pesanan 100 pcs lukisan akar wangi bisa diproduksi

dalam waktu 1 bulan. Dengan mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp

4.000.000,00 dan harga per pcs yaitu Rp 120.000,00.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan

teknologi pada proses produksi agroindustri kerajinan akar wangi menggunakan

Page 67: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

127

mesin jahit 1 unit, gunting dan koas. Mesin jahit bukan merupakan modal yang

utama dalam agroindustri tersebut, tapi yang utama adalah ketrampilan dalam

membuat kerajinan tersebut, gunting dan koas merupakan peralatan

penunjangnya. Untuk perkembangan dan perubahan penggunaan teknologi setiap

tahunnya masih menggunkan peralatan yang sama yaitu mesin jahit, gunting, dan

koas.

Dari pembahasan di atas mengenai perubahan dan perkembangan

teknologi semenjak adanya program LED CSR CGI tahun 2010 secara

keseluruhan tidak mengalami perubahan dan perkembangan. Untuk lebih jelasnya

bisa dilihat pada Tabel 23 di bawah ini.

Tabel 23. Perkembangan Alat Yang Digunakan Pada Usaha Agroindustri Akar

Wangi Tahun 2012.

No Agroindustri Jenis Alat Yang Digunakan

(Tahun 2010, 2011, 2012)

1 Budidaya Akar Wangi Cangkul

2 Tenun Akar Wangi ATBM 8 Unit, Gunting

3 Kerajinan Akar Wangi Mesin Jahit 1 Unit,Gunting, Koas

Sumber: Pelaku Usaha Agroindustri Akar Wangi.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada usaha agroindustri budidaya

akar wangi, perkembangan teknologi yang digunakan setiap tahunnya masih

bersifat secara tradisional. Hal tersebut bisa dilihat pada saat menanam ataupun

panen tanaman akar wangi masih mengggunakan tangan manusia, cangkul, dan

peralatan lainnya. Begitu pun perkembangan penggunaan teknologi pada

agroindustri tenun akar wangi masih menggunakan tenaga kerja manusia artinya

teknologi yang digunakan masih secara tradisional. Hal tersebut bisa dilihat pada

saat menenun menggunakan tenaga manusia, Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM),

Page 68: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

128

gunting, dan lain sebagainya. Kemudian pada agroindustri kerajinan akar wangi

juga teknologi yang digunakan masih bersifat tradisional seperti menggunakan

tenaga manusia, mesin jahit, gunting, dan lain sebagainya. Jadi, dalam

perkembangannya masing-masing pelaku usaha masih menggunakan teknologi

secara tradisional, menggunakan tenaga manusia, beberapa alat bantu proses

produksi, dan lain sebagainya. Hal itu disebabkan karena agroindustri kerajinan

akar wangi termasuk ke dalam jenis usaha yang konvensional (teknologi

tradisional).

Dari pembahasan di atas mengenai perubahan dan perkembangan

penggunaan teknologi secara keseluruhan dapat diketahui juga perkembangan

hasil produksi pada agroindustri akar wangi dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 24 dan grafik di bawah ini.

Tabel 24. Perkembangan Hasil Produksi Agroindustri Akar Wangi Tahun 2012.

No Agroindustri 2010 2011 2012 Jumlah

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1

Budidaya

Akar Wangi

(kg)

14.000 10 49.000 33 84000 57 147.000 100

2 Tenun Akar

Wangi (m) 5.760 34 5.760 33 5.760 33 17.280 100

3

Kerajinan

Akar Wangi

(pcs)

1. 200 34 1.200 33 1.200 33 3.600 100

Sumber: Pelaku Usaha Agroindustri Akar Wangi Tahun 2012, Diolah.

Page 69: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

129

Grafik Perkembangan Hasil Produksi Agroindustri Akar Wangi Tahun 2012.

0%

20%

40%

60%

2010 2011 2012

Budidaya Akar Wangi (kg)

Tenun Akar Wangi (m)

Kerajinan Akar Wangi (pcs)

Sumber: Pelaku Usaha Agroindustri Akar Wangi Tahun 2012, Data Diolah.

Gambar 16: Grafik Perkembangan Hasil Produksi Agroindustri Akar Wangi.

Dari grafik di atas mengenai penggunaan teknologi pada agroindustri akar

wangi semenjak adanya program LED CSR CGI tahun 2010 dapat diketahui

bahwa hasil produksi agroindustri budidaya akar wangi mengalami peningkatan

dan untuk agroindustri tenun dan kerajinan akar wangi dapat dilihat

perkembangannya tetap atau tidak mengalami perkembangan dan perubahan.

Terjadinya peningkatan produksi pada groindustri akar wangi disebabkan oleh

peran program LED CSR CGI terhadap usahanya dalam hal pemberian modal

lebih besar dibandingkan kedua agroindustri akar wangi yang lain. Agroindustri

budidaya akar wangi menerima kegiatan pemberian modal program LED CSR

CGI dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Proporsi besarnya permodalan bisa

dilihat pada subbab 4.4.2.1 tentang permodalan. Selain itu juga, terjadinya

permintaan pasar yang tinggi akan kebutuhan akar wangi untuk dijadikan minyak

akar wangi, dengan kata lain akar wangi mempunyai prospek usaha yang bagus.

Kemudian pada agroindustri tenun akar wangi mengenai hasil produksi

tidak terjadi perubahan dan perkembangan. Hal ini dikarenakan agroindustri

tersebut permintaan pasarnya tetap, jumlah tenaga kerja sedikit, dan menerima

Page 70: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

130

program LED CSR CGI hanya pada tahun 2010. Permintaan pasar tetap

dikarenakan agroindustri tersebut hanya memasok hasil produksinya ke tempat

oleh-oleh kerajinan Zocha, untuk jumlah tenaga kerja yang sedikit

pembahasannya bisa dilihat pada subbab 4.4.2.4 tentang tenaga kerja dan untuk

pembahasan mengenai modal yang diterima dari program LED CSR CGI bisa

dilihat pembahasannya pada subbab 4.4.2.1 mengenai permodalan.

Begitupun pada agroindustri kerajinan akar wangi tidak terjadi

perkembangan dan perubahan hasil produksi atau dikatakan perkembangannya

semakin menurun. Hal itu disebabkan karenan keterbatasan modal, permintaan

pasar yang rendah, dan menerima program LED CSR CGI hanya pada tahun

2010. Dalam usahanya, modal yang dimiliki terbatas, untuk pembahasan

mengenai keterbatasan modal tersebut bisa dilihat pada subbab 4.4.2.1. Pada

dasarnya uaha agroindustri kerajinan akar wangi mempunya prospek usaha yang

bagus, hal tersebut bisa dilihat dari pembahasana R/C ratio pada subbab 4.5 ,

aakan tetapi dikarenakan keterbatasan modal mengakibatkan usaha tersebut

berproduksi jika ada pesanan dari konsumen. Kemudian pembahasan hanya

menerima program LED CSR CGI hanya satu tahun bisa dilihat pada subbab

4.3.13.

4.4.2.4 Tenaga Kerja

Tenaga kerja dapat diartikan sebagai setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun masyarakat (UU RI No 13 tahun 2003 tentang

Page 71: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

131

ketenagakerjaan). Tenaga kerja sebagai faktor produksi mempengaruhi hasil

produksi dalam periode tertentu. Besar kecilnya peranan tenaga kerja terhadap

hasil produksi suatu usaha akan dipengaruhi oleh ketrampilan tenaga kerja yang

tercermin dalam produktivitasnya. Tingkat tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya jenis kelamin, usia, pengalaman kerja, alat bantu yang

digunakan, tingkat upah, dan waktu bekerja (Rodjak, 2006).

Penjelasan mengenai perubahan dan perkembangan tenaga kerja pada

masing-masing usaha agroindustri akar wangi setelah adanya program LED CSR

CGI yaitu:

A. Budidaya Akar Wangi di Desa Cisarua

Agroindustri budidaya akar wangi merupakan usaha yang padat karya

dimana masih menggunakan tenaga kerja manusia dan jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan sangat banyak. Tenaga kerja yang digunakan tergantung dari luas

lahan yang digunakan. Untuk luas lahan 100 tumbak jumlah tenaga kerja yang

digunakan yaitu 50 orang. Kegiatan yang dilakukan pada usaha ini diantaranya

membuat ceblokan, mencangkul, penanaman, ngored/ngupas akar wangi. Upah

tenaga kerja yang diberikan yaitu membuat ceblokan Rp 20.000,-; mencangkul Rp

20.000,-; penanaman Rp 12.500,-; dan ngored upahnya Rp 12.500,-. Waktu kerja

tersebut biasanya dilakukan dari pagi sampai dzuhur. Tenaga kerja pada

agroindustri budidaya akar wangi kebanyakan didominasi oleh laki-laki,

sedangkan untuk perempuan kebanyakan pada kegiatan penanaman benih akar

wangi. Perkembangan tenaga kerja yang digunakan bisa dilihat pada Tabel 25 di

bawah ini :

Page 72: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

132

Tabel 25. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Agroindustri Budidaya Akar

Wangi.

Tahun 2010 2011 2012

Luas Lahan (Ha) 1 3,5 6

Tenaga Kerja: Orang % Orang % Orang %

1. Mencangkul

2. Membuat ceblokan

3. Penanaman

4. Pengupasan

119

21

42

168

34

6

12

78

417

74

147

588

34

6

12

48

714

126

252

1.008

34

6

12

48

Jumlah TK 350 100 1.226 100 2.100 100 Sumber : Pelaku Usaha Agroindustri Budidaya Akar Wangi Tahun 2012.

Dari Tabel 25 di atas mengenai perubahan dan perkembangan tenaga kerja

semenjak adanya program LED CSR CGI mengalami peningkatan. Hal ini

disebabkan karena permintaan pasar yang tinggi akan tanaman akar wangi,

sehingga hasil penjualan bisa dijadikan untuk meningkatkan jumlah lahan

garapan. Kemudian, seperti yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya

bahwa usaha ini menerima program LED CSR CGI dari tahun 2010 hingga tahun

2012.

Peningkatan jumlah tenaga kerja juga disebabkan karena seperti yang telah

disebutkan di atas usaha tersebut termasuk kedalam usaha padat karya. Selain itu

juga, dalam setiap jenis kegiatannya menggunakan jumlah tenaga yang tidak

sedikit. Kebutuhan penggunaan tenaga kerja tersebut didasarkan pada luas lahan

garapan. Kemudian, menurut pekerja upah yang diterima dirasakan cukup untuk

memenuhi kebutuhan, yaitu sebesar Rp 20.000,00 untuk kegiatan mencangkul

dengan waktu kerja dari pagi hingga dzuhur. Untuk tenaga kerja pasca panen

dilakukan oleh orang-orang tertentu yang mempunyai keahlian dalam mencabut

tanaman akar wangi. Tenaga kerja tersebut biasanya berasal dari bandarnya

langsung. Tetapi ada juga yang berasal dari masyarakat sekitar dengan syarat

Page 73: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

133

bahwa tenaga kerja mempunyai keahlian dalam mencabut akar tanaman sehingga

tidak patah. Dengan adanya kegiatan agroindustri budidaya akar wangi tersebut

dapat mengurangi tingkat pengangguran di Desa Cisarua dan bisa dijadikan

ladang pekerjaan bagi masyarakat sekitar.

B. Tenun Akar Wangi di Desa Sukakarya

Agroindustri tenun akar wangi merupakan usaha padat karya dimana usaha

ini masih menggunakan tenaga kerja manusia dalam proses produksinya dan

dibantu dengan mesin ATBM dalam kegiatan menenun..Tenaga kerja yang

digunakan dalam proses produksi tenun akar wangi berasal dari warga sekitar

yaitu anak-anak program paket C. Anak- anak program paket C adalah anak-anak

yang mendapatkan pelatihan dari dinas pendidikan non formal (PNF) Kabupaten

Garut pada tahun 2010. Anak-anak tersebut dilatih agar mempunyai ketrampilan

dan poduktivitas yang tinggi dalam menenun akar wangi. Anak-anak tersebut juga

masih bersekolah. Kegiatan menenun biasanya dikerjakan oleh mereka pada saat

pulang sekolah yaitu sekitar jam satu, dan hari libur pun mereka menenun. Rata-

rata hasil kain tenun yang dihasilkan setiap orang yatu 2 meter per hari dengan

waktu kerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 dengan upah Rp 10.000,-/meter. Jika

mereka menenun setelah pulang sekolah, hasil tenun akar wangi yang didapatkan

rata-rata 1 meter/hari.

Sistem pembayaran upahnya secara tunai dan mereka bisa mengambil

upah atas jasanya setelah mereka selesai menenun. Dari hasil kegiatan menenun

tidak ada standar upah yang diberikan, yang terpenting mereka bisa

mengahasilkan kain tenunan dengan sebaik mungkin dan tenaga kerja yang

Page 74: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

134

digunakan harus mempunyai keahlian dalam menenun. Kegiatan yang dilakukan

oleh pekerja hanya menenun akar wangi, sedangkan persiapan bahan biasanya

dilakukan oleh pemilik usaha pada saat sebelum kegiatan menenun dimulai,

kemudian proses finishing dan pengecekan pun dilakukan oleh pemilik usahanya.

Perkembangan jumlah tenaga kerja yang digunakan bisa dilihat pada Tabel 26 di

bawah ini.

Tabel 26. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Tenun Akar Wangi.

Tahun 2010 2011 2012

Tenaga Kerja : Orang % Orang % Orang %

- Laki-Laki 8 40 - - - -

- Perempuan 12 60 7 100 7 100

Jumlah 20 100 7 100 7 100 Sumber : Pelaku Usaha Tenun Akar Wangi Tahun 2012, Diolah.

Dari Tabel 26 di atas mengenai perubahan dan perkembangan tenaga kerja

semenjak adanya program LED CSR CGI tahun 2010 dapat diketahui bahwa

jumlah tenaga kerja mengalami penurunan. Pada tahun 2010 jumlah tenaga kerja

sebanyak 20 orang. Hal itu dikarenakan motivasi pada diri masing-masing pekerja

masih stabil, misalnya mereka masih rajin dalam menenun. Kemudian tahun 2011

dan 2012 terjadi penurunan jumlah tenaga kerjanya sebanyak 7 orang. Hal itu

dikarenakan upah yang diterima tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari. Sedangkan para pekerja yang masih bertahan sampai sekarang alasannya

dikarenakan mengisi waktu yang kosong daripada waktu mereka dihabiskan untuk

bermain. Mereka mengatakan, uang hasil kerjaan menenun lumayan untuk

menambah uang jajan yang diberikan oleh orang tua mereka.

Selain itu juga, penurunan tenaga kerja disebabkan karena mereka

merasakan kebosanan dalam kegiatan menenun seperti mereka tidak sabar

Page 75: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

135

memasukkan akar wangi satu per satu ke dalam mesin ATBM yang membutuhkan

waktu seharian untuk menghasilkan kain tenun sepanjang 2-3 meter. Kemudiian,

hal lain juga disebabkan karena agroindustri ini menerima program LED CSR

CGI hanya satu tahun. Untuk penjelasannya bisa dilihat pada subbab 4.3.

C. Kerajinan Akar Wangi di Desa Sukalaksana

Agroindustri tenun akar wangi termasuk ke dalam usaha padat karya

artinya usaha ini masih menggunakan tenaga kerja manusia dalam proses

produksinya, dan dibantu dengan alat mesin jahit. Tenaga kerja yang digunakan

berasal dari masyarakat sekitar dengan tujuan agar suatu saat usaha tersebut bisa

dilakukan secara turun-temurun. Tenaga kerja yang dibutuhkan harus mempunyai

keahlian dalam melukis, ketelitian dalam menjahit, dan membuat produk

kerajinan akar wangi semenarik mungkin, dan lain sebagainya. Hal tersebut

dilakukan agar produk yang dihasilkan rapih dan berkualitas dan bisa menarik

peluang pasar lebih maksimal.

Kegiatan yang dilakukan dalam usaha agroindustri kerajinan akar wangi

diantaranya melukis, menjahit, merangkai bambu, memotong bahan-bahan yang

dibutuhkan, memasang renda-renda, bloking warna, finishing dan pengemasan.

Tapi, pekerjaan yang lebih khusus berdasarkan pemesanan bentuk barang

kerajinan. Besarnya upah yang diterima di bawah Rp 5.000,-, dan upah tersebut

diterima oleh pekerja sesuai dengan apa yang mereka lakukan dan tergantung dari

tingkat kesulitan bentuk kerajinan. Misalnya untuk melukis upahnya yaitu Rp

3.000,- untuk 1 buah lukisan. Perkembangan jumlah tenaga kerja bisa dilihat pada

Tabel 27 berikut ini.

Page 76: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

136

Tabel 27. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Kerajinan Akar Wangi.

Tahun 2010 2011 2012

Tenaga Kerja : Orang % Orang % Orang %

- Laki-Laki 3 60 3 60 3 60

- Perempuan 2 40 2 40 2 40

Jumlah 5 100 5 10 5 10

Sumber : Pelaku Usaha Kerajinan Akar Wangi Tahun 2012.

Dari Tabel 27 di atas mengenai perubahan dan perkembangan tenaga kerja

kerajinan akar wangi semenjak adanya program LED CSR CGI tahun 2010 dapat

diketahu tidak terjadi perkembangan dan perubahan atau perkembangan dan

perubahannya tetap. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan permodalan,

permintaan pasar yang sedikit, dan hanya menerima program LED CSR CGI pada

tahun 2010. Keterbatasan permodalan disebabkan karena dalam usaha tersebut

modal yang dibutuhkan tidak sedikit, maka dari itu menurut pelaku usaha

permodalan diperoleh dari hasil penjualan kerajinan tersebut. Seperti yang telah

disebutkan pada pembahasan sebelumnya, pada dasarnya usaha ini mempunyai

prospek usaha yang cukup bagus berdasarkan hasil R/C ratio, untuk pembahasan

R/C ratio bisa dilihat pada subbab 4.5, maka dari itu permintaan pasar yang

rendah sehingga usaha tersebut berproduksi jika ada pesanan dari pihak

konsumen. Kemudian, mengenai alasan hanya menerima program LED CSR CGI

hanya satu tahun bisa dilihat pada subbab 4.3.

Selanjutnya, penurunan tenaga kerja juga disebabkan dari para pekerja.

Para pekerja tersebut bekerja jika ada pesanan dari pihak konsumen. Jika tidak ada

pesanan mereka bekerja pada sektor usaha lain. Menurut pemilik usaha, sekarang

keadaan tenaga kerja pada usahanya bisa dibilang hampir tidak ada tenaga kerja

yang tersisa pada usaha tersebut, para tenaga kerjanya ke luar kota mencari

Page 77: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

137

pekerjaan lain. Upah yang diterima menurut mereka kurang cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tetapi jika ada pesanan pelaku usaha

sering mengundang kembali para tenaga kerja tersebut, dan mereka pun datang,

serta jika pesanan kerajinan tidak terlalu banyak, pelaku usaha menggunakan

tenaga kerja dalam keluarga (istri dan anak-anak).

Dari pembahasan di atas mengenai perubahan dan perkembangan tenaga

kerja agroindustri akar wangi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tenaga

kerja merupakan faktor yang paling penting dalam produksi. Tanpa adanya SDM

yang berkualitas, usaha agroindustri tersebut tidak akan berjalan dengan baik.

Perkembangan tenaga kerja secara keseluruhan pada agroindustri akar wangi

dapat dilihat pada Tabel 28 di bawah ini.

Tabel 28. Perkembangan Tenaga Kerja Agroindustri Akar Wangi Tahun 2012.

No Agroindustri 2010 2011 2012 Jumlah

Orang % Orang % Orang % Orang %

1 Budidaya

Akar Wangi 350 10 1226 33 2100 57 3676 100

2 Tenun Akar Wangi

20 60 7 20 7 20 34 100

3 Kerajinan

Akar Wangi 5 34 5 33 5 33 15 100

Sumber: Pelaku Usaha Agroindustri Akar Wangi Tahun 2012, Diolah.

Grafik : Perkembangan Tenaga Kerja Agroindustri Akar Wangi Tahun 2012.

0%

20%

40%

60%

80%

2010 2011 2012

Budidaya Akar Wangi

Tenun Akar Wangi

Kerajinan Akar Wangi

Sumber: Pelaku Usaha Agroindustri Akar Wangi Tahun 2012, Diolah.

Gambar 17: Grafik Perkembangan Tenaga Kerja Agroindustri Akar Wangi Tahun 2012.

Page 78: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

138

Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat diketahui bahwa perkembangan

tenaga kerja agroindustri budidaya akar wangi mengalami peningkatan semenjak

adanya program yaitu tahun 2010 hingga tahun 2012. Sedangkan pada

agroindustri tenun akar wangi, perkembangan jumlah tenaga kerja dari tahun 2010

mengalami penurunan dari 60% sampai ke 20% pada tahun 2011 dan 2012.

4.4.2.5 Kelembagaan

Kelembagaan adalah aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau

organisasi yang memfasilitasi kordinasi antar anggotanya untuk membantu

mereka dengan harapan di mana setiap orang dapat bekerjasama atau

berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang

diinginkan (Ruttan dan Hayami, 1984).

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, perubahan dan perkembangan

kelembagaan pada agroindustri akar wangi dari semenjak tahun 2010 sampai

tahun 2012 bisa dilihat pada penjelasan di bawah ini :

a. Dalam hal pengadaan barang, tidak ada kelembagaan yang diikuti dan

berperan di dalamnya. Para pelaku usaha langsung membeli barang-barang

produksi tersebut secara langsung kepada pihak-pihak yang bersangkutan

misalnya toko-toko yang menjual barang-barang tersebut.

b. Kemudian dalam hal permodalan, modal pada usaha agroindustri akar wangi

berasal dari program LED CSR CGI, pinjaman desa, PNF, dan modal pribadi.

Para pelaku usaha tidak pernah meminjam modal dari lembaga formal, dalam

Page 79: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

139

hal ini bank. Dikarenakan proses terlalu rumit dan mereka takut tidak bisa

mengembalikan pinjaman modal tersebut.

c. Serta dalam hal pemasaran, khusunya agroindustri kerajinan akar wangi

bekerjasama dengan pihak ASGAR dalam hal pemasaran produknya. Seperti

jika ada pameran, pihak ASGAR dan pelaku usaha tersebut saling

bekerjasama. Pada agroindustri budidaya dan tenun akar wangi tidak ada

kelembagaan yang terkait dan berperan. Hasil produksi agroindustri akar

wangi langsung dipasarkan ke tempat tujuan, dan agroindustri kerajinan akar

wangi diproduksi jika ada pesanan dari konsumen.

Berdasarkan hasil pembahasan di atas mengenai perubahan dan

perkembangan kelembagaan pada agroindustri akar wangi semenjak adanya

program LED CSR CGI dapat diketahui bahwa tidak mengalami perkembangan.

Dikarenakan kelembagaan tidak mempunyai peranan yang besar pada agroindustri

tersebut. Selain itu juga dikarenakan mempunya pangsa pasar yang tetap untuk

agroindustri tenun akar wangi.

Berdasarkan program LED CSR CGI, kelembagaan antara pelaku usaha

agroindustri budidaya akar wangi dengan pihak program LED CSR CGI semenjak

tahun 2010 hingga 2012 memberikan perubahan terhadap perkembangan

usahanya, hal itu bisa dilihat dari permodalan yang diberikan kepada usaha

tersebut setiap tahunnya terjadi peningkatan, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada

penjelasan subab 4.4.2.1.. Sedangkan anatar agroindustri tenun dan kerajinan akar

dengan pihak program LED CSR CGI dapat diketahui bahwa kelembagaan yang

Page 80: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

140

terjalin tidak memberikan perubahan dan perkembangan usahanya, hal tersebut

bisa dilihat pada aspek permodalan pada subbab 4.4.2.1.

4.4.2.6 Diversifikasi Produk

Diversifikasi produk artinya menganeka ragaman produk dan ditujukan

untuk membuat produk tahan lebih lama, mengarah kepada produk siap

konsumsi/digunakan, memenuhi selera, kebutuhan dan harapan konsumen,

memperluas pasar, mempermudah transportasi, menyerap tenaga kerja, memberi

nilai tambah, pendapatan dan lain sebagainya.

Penjelasan mengenai perubahan dan perkembangan diversifikasi produk

pada masing-masing usaha agroindustri akar wangi setelah adanya program LED

CSR CGI yaitu:

A. Budidaya Akar Wangi di Cisarua

Usaha agroindustri budidaya akar wangi merupakan usaha yang

menghasilkan tanaman akar wangi. Bagian yang paling berharga terletak pada

akarnya yang bisa menghasilkan berbagai macam produk olahan seperti minyak

akar wangi, tenun akar wangi, dan berbagai bentuk kerajinan akar wangi. Khusus

pada budidaya agroindustri akar wangi, produk yang dipasarkan yaitu akarnya

saja. Jumlah tanaman akar wangi yang dihasilkan dalam 100 tumbak mencapai 2

ton atau setara 2000 kg atau 1 Ha mencapai 14.000 kg (1 Ha=700 tumbak).

Produk dari tanaman akar wangi bisa dilihat pada gambar berikut ini.

Page 81: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

141

Sumber : Pelaku Usaha Agroindustri Akar Wangi tahun 2012.

Gambar 18 : Tanaman Akar Wangi.

Dalam perkembangan usahanya, tidak ada diversifikasi produk khusus,

karena produknya hanya berupa tanaman akar wangi. Namun seiring

perkembangannya, dengan adanya program LED CSR CGI semenjak tahun 2010

hingga 2012 produk akar wangi yang dihasilkan terjadi perubahan dan

perkembangan. Seperti dengan adanya kegiatan pemberian modal dan

pendampingan usaha memberikan dampak bahwa hasil akar wangi semakin baik.

Kemudian, hal serupa juga bisa dilihat dalam hal pengadaan benih, pelaku usaha

selalu menggunakan benih tanaman akar wangi yang unggul agar akar wangi yang

dihasilkan berkualitas dan standar sesuai permintaan pasar.

B. Tenun Akar Wangi di Sukakarya

Usaha agroindustri tenun akar wangi merupakan salah usaha yang

mempunyai nilai peluang bisnis yang cukup bagus karena kain tenun akar wangi

merupakan bahan dasar pembuatan kerajinan akar wangi yang mempunyai nilai

jual tinggi. Produk yang dihasilkan pada agroindustri tenun akar wangi berupa

lembaran-lembaran kain tenun akar wangi dengan bau khas akar wangi yang

memiliki daya tarik bagi para pengusaha kerajinan akar wangi.

Page 82: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

142

Pada awal perkembangan usahanya, kain tenun yang dihasilkan masih

kurang rapi,seperti banyak kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam menenun

sehingga kain tenun akar wangi yang dihasilkan terlihat kurang enak di pandang

di mata konsumen. Hal tersebut juga disebabkan karena bahan dasar yaitu akar

wangi yang digunakan dalam menenun akar wangi tidak memenuhi standar. Di

bawah ini merupakan gambar tenun akar wangi.

Gambar 19 : Tenun Akar Wangi.

Namun seiring berjalannya waktu, perubahan dan perkembangan

diversifikasi produk semenjak adanya program LED CSR CGI tahun 2010 dapat

diketahui bahwa terjadi perubahan dan perkembangan dalam hal kualitas kain

tenun akar wangi. Kegiatan pelatihan yang diterima oleh pelaku usaha

memberikan manfaat terhadap pengetahuan menenun para pekerja. Sebelum

adanya pelatihan, kain tenun yang dihasilkan masih kurang rapi dikarenakan para

pekerja belum mengetahui teori dan teknik mengenai kegiatan menenun. Setelah

adanya kegiatan dari program tersebut, para pekerja bisa menenun dengan rapi

sehingga kain tenun yang dihasilkan lebih baik dari yang sebelumnya. Selain itu

juga, pengunaan bahan baku akar wangi yang digunakan menggunakan standar

seperti bentuk akar wangi panjang, sedikit serabut, warna akar coklat muda atau

Page 83: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

143

krem dan jumlah kuantitas dalam berproduksi tenun akar wangi juga menjadi

meningkat. Hal tersebut dilakukan agar kain tenun akar wangi mempunyai

kualitas yang unggul di pasaran.

C. Kerajinan Akar Wangi di Sukalaksana

Usaha agroindustri kerajinan akar wangi merupakan usaha yang

menghasilkan berbagai macam produk kerajinan akar wangi. Jumlah produk yang

dihasilkan lebih dari 10 jenis kerajinan akar wangi. Untuk nama-nama produk

yang dihasilkan dari kerajinan akar wangi bisa dilihat pada Tabel 29 berikut ini.

Tabel 29. Nama-Nama Produk Kerajinan Akar Wangi Tahun 2012.

No Nama Kerajinan Akar Wangi Harga/unit (Rp) Gambar

1 Songkok 25.000

2 Tas Sajadah 55.000

3 Plismet Biasa, Plismet Full Akar

Wangi

25.000, 35.000

4 Tempat Majalah 40.000

5 Kap Lampu Besar/Sedang 70.000/50.000

6 Tas Laptop 50.000

Page 84: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

144

Tabel 29. Nama-Nama Produk Kerajinan Akar Wangi Tahun 2012. (Lanjutan)

No Nama Kerajinan Akar Wangi Harga/unit (Rp) Gambar

7 Tas Wanita, Tas Wanita Batik 45.000, 40.000

8 Tas Anak-Anak 25.000

9 Lukisan 120.000

10 Tutup Galon 40.000

Sumber: Pelaku Usaha Kerajinan Akar Wangi Tahun 2012.

Dari Tabel 29 di atas mengenai perubahan dan perkembangan diversifikasi

produk agroindustri kerajinan akar wangi semenjak adanya program LED CSR

CGI tahun 2010 memberikan perubahan dan perkembangan terhadap produk

yang dihasilkan. Semenjak adanya kegitan pelatihan dari program tersebut,

diversifikasi kerajinan menjadi lebih beraneka ragam. Hal tersebut bisa dilihat dari

hasil kegiatan pelatihan yang diterima oleh pelaku usaha memberikan manfaat dan

pengalaman baru terhadap berbagai inovasi produk kerajinan. Setelah adanya

Page 85: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

145

pelatihan tersebut, bentuk kerajinan lebih bervariasi seperti yang telah disebutkan

pada tabel di atas.

Terjadinya perubahan diversifikasi produk juga berasal dari tantangan

pasar yang menginginkan berbagai bentuk kerajinan yang semenarik mungkin

sehngga tertarik untuk membeli kerajinan tersebut. Akan tetapi, terjadinya

perubahan dan perkembangan diversifikasi produk tersebut tergantung dari modal

yang dimiliki oleh pelaku usaha. Beberapa tahun terakhir setelah pelaku usaha

tidak menerima program LED CSR CGI semenjak tahun 2011 sampai tahun 2012,

pelaku usaha mengalami kesulitan permodalan sehingga kegiatan produksi

dilakukan jika ada pesanan dari pihak konsumen.

4.4.2.7 Pewilayahan

Pewilayahan adalah usaha untuk membagi-bagi permukaan bumi atau

bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula. Pembagiannya

dapat mendasarkan pada kriteria-kriteria tertentu seperti administratif, politis,

ekonomis, sosial, cultural, fisis, geografis, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, perkembangan dan perubahan

pewilayahan setelah adanya program LED CSR CGI yaitu :

a. Budidaya Akar Wangi Di Desa Cisarua

Agroindustri budidaya akar wani muncul setelah adanya program LED

CSR CGI. Pada awal perkembangan usahanya, luas lahannya sebesar 1 hektar,

kemudian setelah adanya program tersebut luas lahannya menjadi meningkat yaitu

tahun 2011 sebesar 3,5 hektar dan tahun 2012 sebesar 6 hektar. Peningkatan luas

Page 86: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

146

lahan juga disebabkan olehpermintaan pasar yang meningkat sehingga hasil

penjualan meningkat dari tahun ke tahun dan budidaya akar wangi mempunyai

prospek usaha yang bagus. Dari hasil penjualan tersebut digunakan oleh pelaku

untuk menambah lahan garapannya.

b. Tenun Akar Wangi Di Desa Sukakarya

Sebelum menerima program LED CSR CGI, pelaku usaha sudah

menjalankan kegiatan usahanya selama satu tahun yaitu pada tahun 2009. Setelah

menerima program LED CSR CGI, bahan dan peralatan usaha menjadi

bertambah. Namun setelah menerima program tersebut, tidak terjadi perubahan

dan perkembangan dalam hal pewilayahan. Dikarenakan pelaku usaha tersebut

menerima program LED CSR CGI hanya berupa mesin ATBM dan bahan dan alat

usaha. Penerimaan alat dan bahan serta kegiatan program LED CSR CGI yang

lainnya pada usaha tersebut lebih memberikan perubahan pada sisi kualitas akar

wangi yang dihasilkan.

Selain itu pada awal perkembangan usahanya, pelaku usaha mendapatkan

sumbangan bangunan madrasah yang sudah tidak berfungsi dari aparat Desa

Sukakarya. Jadi, pada awal usaha hingga sekarang tempat produksinya masih di

bangunan madrasah tersebut. kemudian dari hasil penjualan tenun akar wangi

digunakan oleh pelaku usaha untuk permodalan usahanya agar tetap berkembang.

Jadi dari hasil penjualan tersebut tidak digunakan untuk memperluas pewilayahan

tempat produksi usahanya, melainkan digunakan untuk permodalan usahanya

seperti untuk pengadaan bahan baku, dan pembayaran upah pekerja.

Page 87: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

147

c. Kerajinan Akar Wangi Di Desa Sukalaksana

Agroindustri kerajinan akar wangi muncul setelah adanya program LED

CSR CGI. Seperti yang telah dibahas pada perubahan dan perkembangan

pewilayahan pada agroindustri tenun akar wangi, kegiatan yang diterima dari

program LED CSR CGI juga tidak memberikan perubahan dan perkembangan

dalam hal pewilayahnnya. Aadanya program LED CSR CGI seperti pemberian

permodalan, pelatihan inovasi produk, kegiatan pendampingan dan pemasaran

lebih memberikan perubahan pada aspek produk kerajinan akar wangi bukan

kepada aspek pewilayahan tempat produksi usahanya. Tempat produksi yang

digunakan agroindustri kerajinan akar wangi dari tahun 2010 sampai 2012 adalah

di rumah pelaku usaha dengan memanfaatkan ruang tamu dan halaman rumah

yang kosong.

Pada dasarnya agroindustri kerajinan akar wangi mempunyai prospek

usaha yang bagus bila dilihat dari besarnya RC ratio. Untuk pembahasan

mengenai RC ratio bisa dilihat pada pembahasan pendapatan subbab 4.6. Namun,

karena keterbatasan permodolan akhirnya usaha tersebut berproduksi jika ada

pesanan dari pihak konsumen. Jika ada pesanan kerajinan dari pihak konsumen,

maka hasil dari penjualan tersebut terutama digunakan untuk permodalan

usahanya seperti untuk pembelian bahan dan pembayaran upah pekerja bukan

digunakan untuk peningkatan wilayah produksinya.

Page 88: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

148

4.4.2.8 Struktur Pasar

Struktur pasar adalah karakteristik organisasi pasar yang mempengaruhi

sifat kompetisi dan harga di dalam pasar (BAIN,1952). Berdasarkan hasil

penelitin di lapangan, perubahan dan perkembangan struktur pasar semenjak

adanya program LED CSR CGI pada agroindustri akar wangi bisa dilihat pada

penjelasan di bawah ini:

a. Budidaya Akar Wangi Di Desa Cisarua

Agroindustri budidaya akar wangi mempunyai pangsa pasar yang bagus

untuk usaha minyak akar wangi. Kecamatan Samarang merupakan daerah sentra

produksi minyak akar wangi yang pelaku usahanya tersebar di seluruh Kecamatan

Samarang khususnya di Desa Sukakarya. Pada pelaku usaha agroindustri

budidaya akar Desa Cisarua yaitu Pak lurah, hasil akar wanginya jika dipasarkan

sudah mempunyai pangsa pasar sendiri. Pasarnya tersebut dari para pelaku usaha

minyak akar wangi yang terletak di Desa Sukakarya tersebut. Jadi, dalam hal

pemasaran, pelaku usaha tidak perlu mencari pembeli melainkan pembeli

berdatangan sendiri jika waktu panen tiba.

Dengan demikian, perubahan dan perkembangan struktur pasar

agroindustri budidaya akar wangi semenjak adanya program LED CSR CGI tahun

2010 hingga tahun 2011 tidak memberikan perubahan dan perkembangan. Hal

tersebut bisa dilihat dari pembeli atau Bandar yang berasal dari Desa Sukakarya.

Program LED CSR CGI yang telag diterima lebih memberikan perubahan pada

aspek kuantitas produksi, luas lahan garapan bukan kepada pangsa pasarnya.

Page 89: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

149

b. Tenun Akar Wangi Di Desa Sukakarya

Pada awal perkembangan usahanya, pelaku usaha mengalami

permasalahan dalam hal pemasaran hasil tenun akar wangi. Kemudian setelah

adanya program LED CSR CGI tahun 2010, pemasarannya mengalami perubahan

dan perkembangan. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil tenun akar wangi yang

sudah mempunyai pangsa pasar yang tetap yaitu memasok ke tempat oleh-oleh

kerajinan akar wangi di Kota Garut yang bernama Zocha. Hasil produksi yang

dihasilkan setiap bulannya dikirim ke tempat kerajinan tersebut dengan harga

produk yang relatif tetap yaitu Rp 20.000 per meter dan ongkos kirim dibagi rata

antara pelaku usaha dan pihak Zocha.

Pada dasarnya, pangsa pasar tenun akar wangi mempunyai prospek yang

cukup bagus jika dipasarkan lebih luas lagi. Karena tenun akar wangi merupakan

bahan baku utama dari kerajinan akar wangi yang mempunyai nilai jual yang

tinggi. Namun, karena terhalang oleh keterbatasan modal yang dimilki akhirnya

pelaku usaha hanya bisa memasok ke tempat kerajinan tersebut. Dalam menerima

pasokan kain tenun dari pelaku usaha agroindustri tenun akar wangi (Pak Iyok)

tidak ada standar yang diterapkan oleh pihak Zocha. Menurutnya, pelaku usaha

tersebut (Pak Iyok) bisa memasok saja itu sudah lebih dari cukup. Hal tersebut

diikarenakan pihak Zocha memang membutuhkan tenunan-tenunan akar wangi

untuk dijadikan kerajinan akar wangi, sehingga bisnis usahanya tetap

berkembang.

Page 90: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

150

c. Kerajinan Akar Wangi Di Desa Sukalaksana

Seperti yang disebutkan pada pembahasan sebelumnya bahwa agroindustri

kerajinan akar wangi muncul setelah adanya program LED CSR CGI tahun 2010.

Pada dasarnya bisnis usaha kerajinan akar wangi mempunyai prospek yang cukup

bagus jikadilihat dari hail pendapatan dan RC ratio, untuk pembahasannya bisa

dilihat pada subbab 4.5.

Perubahan dan perkembangan struktur pasar agroindustri kerajinan akar

wangi semenjak adanya program LED CSR CGI tidak memberikan perubahan

dan perkembangan. Dampak dari adanya program tersebut bisa lebih terlihat pada

aspek keanekaragaman atau inovasi produk yang dihasilkan. Tidak adanya

perubahan dan perkembangan struktur pasar tersebut dikarenakan keterbatasan

permodalan, dan permintaan pasar yang rendah. Pada awal perkembangan

usahanya, modal usahanya sebesar RP 2.000.000 yang berasal dari program

tersebut, dan untuk perkembangan permodalan di tahunberikutnya diperoleh dari

hasil penjualan. Seperti yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya, hasil

dari penjualan tersebut digunakan untuk pembelian bahan baku dan pembayaran

pekerja, namun hal tersebut juga dilakukan jika ada pesanan dari pihak konsumen.

Jika dikaji lebih dalam, pangsa pasar dari usaha tersebut diantaranya

tempat oleh-oleh di Garut, Hotel Sampireun, Mulih Ka Desa, dan wilayah

Kabupaten Garut dan luar kota seperti Kota Semarang. Kemudian, struktur pasar

kerajinan akar wangi mempunyai daya tarik tersendiri bagi warga luar daerah jika

berkunjung ke Desa Sukalaksanan. Karena di desa tersebut terdapat objek wisata

yang bernama Kampung Sampireun. Dengan adanya Kampung Sampireun

Page 91: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

151

tersebut dapat menarik wisatawan untuk berbelanja produk kerajinan akar wangi.

Jadi, secara tidak langsung pelaku usaha tidak usah melakukan kegiatan

pemasaran ke luar daerah, melainkan bisa menarik konsumen untuk berbelanja.

Dalam hal pemasaran juga pihak CGI menyediakan show room akar wangi

yang terketak di Desa Sukakarya yang bisa berfungsi sebagai pemasaran produk

tersebut. Namun keberadaan show room tersebut kurang memberkan manfaat

karena letak show room akar wangi yang kurang strategis. Harusnya show room

tersebut dibangun di sekitar wilayah yang banyak dilalui oleh warga sekitar dan

masyarakat Kota Garut sehingga mereka mengetahui akan keberadaan produk-

produk kerajinan tersebut. Struktur pasar produk kerajinan akar wangi memang

terbilang cukup bagus yaitu banyak sekali berbagai produk yang dihasilkan

dengan harga yang relatif terjangkau sehingga bisa menarik konsumen, namun

sepertiyang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa usaha tersebut

mengalami kesulitan dalam hal permodalan, sehingga menyebabkan berproduksi

jika ada pesanan dari pihak konsumen.

4.5 Analisis Pendapatan Pelaku Usaha Binaan Chevron Geothermal

Indonesia, Ltd. Priode 2010 Hingga 2012

Tren perkembangan pelaku usaha agroindustri akar wangi dari tahun ke

tahun tidak dapat diketahui secara konkret. Hal ini diakibatkan karena tidak

adanya keterbukaan atas pembukuan oleh setiap pelaku usaha binaan sehingga

menyulitkan penjelasan tren atau perkembangan pendapatannya. Namun, jika

mengacu pada perkembangan pada perkembangan modal (khususnya di

Page 92: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

152

agroindustri budidaya akar wangi) dan volume produksi, ada perubahan dan

perkembangan yang pesat pada pelaku usaha binaan agroindustri.

Pendapatan usaha merupakan hasil usaha bersih yang didapatkan oleh para

pelaku usaha. Nilai dari pendapatan didapatkan dengan cara mengurangkan total

penerimaan dari total biaya dalam satu tahun masa produksi. Analisis pendapatan

pada subbab ini juga dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan jenis usahanya.

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada penjelasan berikut ini.

4.5.1 Budidaya Akar Wangi Di Desa Cisarua

Perkembangan pendapatan dan RC Ratio pada agroindustri budidaya akar

wangi pelaku usaha binaan CSR CGI, Ltd. mengalami perubahan dan

perkembangan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 30 di bawah ini.

Tabel 30. Perkembangan Luas Lahan, Waktu Produksi, Biaya Produksi, Hasil

Produksi, Harga, Penerimaan, Pendapatan, Dan R/C Pada Agroindustri

Budidaya Akar Wangi.

Tahun 2010 2011 2012

Luas Lahan (Ha) 1 3,5 6

Waktu Produksi (Th) 1 1 1

Biaya Produksi (Rp) 10.885.000 38.097.500 65.310.000

Hasil Produksi (Kg) 14.000 49.000 84.000

Harga/Kg (Rp) 2.000 2.000 2.000

Penerimaan (Rp) 22.400.000 78.400.000 134.400.000

Pendapatan (Rp) 11.515.000 40.302.500 69.090.000

R/C 2,05 7,175 12,3 Sumber: Pelaku Usaha Agroindustri Budidaya Akar Wangi Di Desa Cisarua Tahun

2012, Diolah.

Dari tabel diatas mengenai perubahan dan perkembangan pendapatan dan

RC ratio pelaku usaha agroindustri budidaya akar wangi semenjak adanya

program LED CSR CGI tahun 2010 hingga tahun 2012 terjadi perubahan dan

perkembangan. Hal ini dikarenakan adanya program LED CSR CGI yang berjalan

Page 93: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

153

hingga 3 tahun dan permintaan pasar yang tinggi. Kegiatan pemberian modal dan

pendampingan usaha program LED CSR CGI yang diterima pelaku usaha dari

tahun 2010 hingga tahun 2012 memberikan perubahan dan perkembangan

usahanya. Suntikan modal yang diterima oleh pelaku usaha memberikan dampak

kepada luas lahan garapannya. Dari luas lahan tersebut menghasilkan produk akar

wangi yang memberikan nilai penjualan yang besar setiap tahunnya. Hasil

penjualan yang besar disebabkan karena permintaan pasar akan akar wangi tinggi

yang digunakan sebagai bahan dasar dalam membuat minyak akar wangi. Minyak

akar wangi tersebut mempunyai nilai jual yang tinggi di pasaran.

Pada tahun 2010, pendapatannya sebesar Rp 11.515.000,00 dengan nilai

RC ratio sebesar 2,05, kemudian pada tahun 2011 hasil pendapatannya yaitu

sebesar 40.302.500 dan RC ratio 7,175 serta tahun 2012 hasil pendapatannya

sebesar 69.090.000,00 dan nilai RC ratio 12,3. Jika hasil pendapatan tersebut

dikomparasikan per 1 hektar setiap tahunnya, maka biaya yang dikeluarkan

besarnya sama yaitu Rp 10.885.000,00, penerimaannya sebesar Rp 22.400.000,00,

pendapatannya sebesar Rp 11.515.000,00 dan RC ratio sebesar 2,05. Nilai RC

ratio yang dihitung selama jangka waktu 1 tahun adalah menunjukkan angka lebih

dari 1, maka usaha agroindustri akar wangi memberikan keuntungan sehingga

baik untuk dikembangkan di tahun berikutnya.

Sehingga untuk pihak pelaksana dan pemilik program LED CSR CGI

tindakan yang telah dilakukan dalam memberikan program tersebut kepada pelaku

usaha agroindustri budidaya akar wangi adalah tepat. Karena keberhasilan suatu

Page 94: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

154

pelaku usaha binaan maka akan memberikan dampak terhadap keberlangsungan

operasi bisnis perusahaan tersebut.

4.5.2 Tenun Akar Wangi Di Desa Sukakarya

Perubahan dan perkembangan pendapatan dan RC ratio usaha agroindustri

tenun akar wangi semenjak adanya program LED CSR CGI tahun 2010 bisa

dilihat pada Tabel 31. Pada analisis subbab ini, nilai pendapatan dan R/C ratio

dihitung dalam satu bulan dan diasumsikan untuk produksi satu tahun. Untuk

lebih jelasnya, bisa dilihat padatabel di bawah ini.

Tabel 31. Waktu Produksi, Biaya Produksi, Hasil Produksi, Harga, Penerimaan,

Pendapatan, Dan R/C Pada Agroindustri Tenun Akar Wangi Di Desa

Sukakarya.

Produksi Tenun Akar Wangi 1 Bulan

Waktu produksi (bulan) 1

Biaya Produksi (Rp) 5.120.000

Hasil Produksi (m) 480

Harga (Rp/m) 20.000

Penerimaan (Rp) 9.600.000

Pendapatan (Rp) 4.480.000

R/C 1,875

Diasumsikan Produksi Tenun Akar Wangi 1 Tahun

Waktu produksi (bulan) 12

Biaya Produksi (Rp) 61.440.000

Hasil Produksi (m) 5.760

Harga (Rp/m) 20.000

Penerimaan (Rp) 115.200.000

Pendapatan (Rp) 53.760.000

R/C 1,875 Sumber: Pelaku Usaha Binaan Agroindustri Tenun Akar Wangi Di Desa Sukakarya

Tahun 2012, Diolah.

Dari tabel di atas mengenai perubahan dan perkembangan pendapatan dan

RC ratio pada agroindustri tenun akar wangi semenjak adanya program LED CSR

CGI adalah tidak terjadi perubahan dan perkembangan atau perubahan dan

Page 95: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

155

perkembangannya tetap. Hal tersebut dikarenakan jangka waktu sebagai penerima

program LED CSR CGI hanya satu tahun, permintaan pasar yang tetap,

keterbatasan modal. Pelaku usaha menerima pemberian modal program LED CSR

CGI berupa mesin ATBM, bahan percobaan usaha (gunting) dan menerima

kegiatan pelatihan dan pembinaan berupa pelatihan kerapihan dalam menenun,

pendampingan usaha, serta pemasaran. Penerimaan kegiatan-kegiatan dari

program tersebut lebih memberikan perubahan terhadap kualitas produk tenun

akar wangi dan kuantitas produk, tetapi tidak memberikan perubahan dan

perkembangan terhadap pendapatan. Hal tersebut juga dikarenakan bahwa seperti

yang dibahas pada pembahasannya sebelumnya usaha tersebut mempunyai pangsa

pasar yang tetap yaitu hanya memasok hasil produksi ke tempat kerajinan di Garut

yang bernama Zocha, sehingga keuntungan dari hasil penjualannya pun tetap.

Berdasarkan tabel tersebut, pendapatan yang diperoleh dari produksi kain

tenun selama 1 bulan yaitu Rp 4.480.000,00 dan nilai RC ratio sebesar 1,875 dan

jika diasumsikan berproduksi selama satu tahun maka besarnya pendapatan dan

dan nilai RC ratio adalah Rp 53.760.000,00, dan 1,875. Dari hasil nilai RC ratio

tersebut menunjukkan angka lebih dari satu yang artinya bahwa usaha tersebut

memberikan keuntungan dan baik untuk dikembangkan di tahun berikutnya.

Sehingga untuk pihak pelaksana dan pemilik program LED CSR CGI

disarankan untuk lebih memperhatikan usaha tersebut untuk menerima program

LED di tahun berikutnya. Karena keberhasilan suatu pelaku usaha binaan maka

akan memberikan dampak terhadap keberlangsungan operasi bisnis perusahaan

tersebut.

Page 96: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

156

4.5.3 Kerajinan Akar Wangi Di Desa Sukalaksana

Seperti yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya bahwa usaha

agroindustri kerajinan akar wangi merupakan usaha yang mempunyai prospek

usaha yang bagus. Namun, perkembangan dan perubahan usaha agroindustri

kerajinan akar wangi binaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. belum

terlihat perkembangannya, malah terjadi penurunan dalam perkembangan

usahanya. Perubahan dan perkembangan pendapatan usaha agroindustri kerajinan

akar wangi bisa dilihat pada penjelasan tabel berikut ini. Dalam analisis subbab

ini, tingkat pendapatan diasumsikan jika pelaku usaha tersebut menerima pesanan

100 pcs kerajinan lukisan akar wangi. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel

32 di bawah ini.

Tabel 32. Waktu Produksi,Biaya Produksi, Hasil Produksi, Harga, Penerimaan,

Pendapatan, Dan R/C Pada Agroindustri Kerajinan Akar Wangi Di

Desa Sukalaksana.

Produksi 100 Pcs Lukisan Akar Wangi

Waktu produksi (bulan) 1

Biaya Produksi (Rp) 4.000.000

Hasil Produksi (pcs) 100

Harga/pcs (Rp) 120.000

Penerimaan (Rp) 12.000.0000

Pendapatan (Rp) 8.000.000

R/C 3

Diasumsikan Produksi Selama 1 Tahun

Waktu produksi (bulan) 12

Biaya Produksi (Rp) 48.000.000

Hasil Produksi (pcs) 1200

Harga/pcs (Rp) 120.000

Penerimaan (Rp) 144.000.000

Pendapatan (Rp) 96.000.000

R/C 3 Sumber: Pelaku Usaha Binaan Agroindustri Tenun Akar Wangi Di Desa Sukakarya

Tahun 2012, Diolah.

Page 97: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

157

Dari penjelasan tabel di atas mengenai perubahan dan perkembangan

pendapatan dan RC ratio agroindustri kerajinan akar wangi semenjak danya

program LED CSR CGI tahun 2010 tidak terjadi perubahan dan perkembangan,

bahkan menurut pelaku usaha terjadi penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh

program LED CSR CGI yang diterima hanya satu tahun, modal yang terbatas, dan

permintaan pasar yang rendah. Program LED CSR CGI yang diterima oleh pelaku

usaha seperti yang dibahas pada pembahasan sebelumnya berupa pemberian

modal yang diperoleh dari pinjaman Koperasi Bina Laksana sebesar Rp

2.000.000,00 dan bahan percobaan usaha; pelatihan dan pembinaan usaha seperti

pelatihan inovasi produk; kegiatan pendampingan; dan pemasaran usaha.

Penerimaan kegiatan tersebut lebih memberikan dampak terhadap perubahan

dalam kualitas dan diversifikasi produk. Pangsa pasar usaha kerajinan akar wangi

sebenarnya bagus seperti kerajinan akar wangi mempunyai nilai jual yang tinggi,

namun dikarenakan keterbatasan modal maka usaha ini berproduksi jika ada

pesanan dari pihak konsumen, sehingga menyebabkan permintaan pasarnya

rendah.

Besarnya pendapatan dan nilai RC ratio pada usaha agroindustri akar

wangi binaan program LED CSR CGI dalam memproduksi 100 pcs lukisan akar

wangi dengan waktu produksi selama satu bulan dan biaya produksi sebesar

4.000.000 serta pendapatannya yang diperoleh sebesar Rp 8.000,00 serta nilai RC

ratio sebesar 3. Jika disumsikan berproduksi selama satu tahun maka besar biaya

produksi adalah 48.000.000,00 dengan pendapatan yang diperoleh Rp

96.000.000,00 dan nilai RC ratio 3. Nilai RC ratio menunjukkan angka 3 hal ini

Page 98: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

158

berarti usaha tersbeut memberikan keuntungan dan baik untuk dikembangankan di

tahun berikutnya. Sehingga untuk pihak pelaksana dan pemilik program LED

CSR CGI disarankan untuk lebih memperhatikan usaha tersebut untuk menerima

program LED di tahun berikutnya. Karena keberhasilan suatu pelaku usaha binaan

maka akan memberikan dampak terhadap keberlangsungan operasi bisnis

perusahaan tersebut.

4.6 Dampak Pelaksanaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

Terhadap Perkembangan Agroindustri Akar Wangi Di Kecamatan

Samarang.

Keberhasilan penerapan program CSR Chevron Geothermal Indonesia,

Ltd. pada program Local Economic Development (LED) telah dibuktikan pada

tahun 2010 melalui penghargaan emas yang merupakan kualifikasi tertinggi dari

program pemberdayaan masyarakat. Kemudian pada awal tahun 2012, salah satu

program dari pengembangan ekonomi lokal CSR Chevron Geothermal Indonesia,

Ltd. mendapatkan penghargaan sebagai Garut UKM Award 2012. Keberhasilan

ini tidak terlepas dari peran aktif Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. dan LSM

PUPUK Bandung serta masyarakat di sekitar lokasi operasi perusahaan.

Kegiatan CSR CGI program Local Economic Development (LED) dimulai

pada tahun 2008 setelah pihak CSR CGI bekerjasama dengan LSM PUPUK, yang

waktu itu diprakarsai oleh beberapa desa di Kecamatan Samarang. Kemudian

pada perkembangan tahun berikutnya muncul beberapa desa lagi sebagai sasaran

program pengembangan ekonomi lokal salah satunya agroindustri akar wangi

Page 99: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

159

yang terletak di tiga desa di Kecamatan Samarang diantaranya Desa Sukakarya,

Desa Sukalaksana, dan Desa Cisarua.

Dengan melihat keberhasilan beberapa program pengembangan ekonomi

lokal tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai dampak pelaksanaan CSR

Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. pada program Local Economic Development

(LED) terhadap perkembangan agroindustri akar wangi. Analisis dampak

perkembangan agroindustri dilakukan dengan memperhatikan perubahan-

perubahan yang terjadi pada pelaku usaha binaan semenjak mendapatkan program

CSR CGI sampai usaha tersebut berkembang yaitu dari tahun 2010 sampai tahun

2012.

Secara keseluruhan dampak pelaksanaan CSR Chevron Geothermal

Indonesia, Ltd. terhadap perkembangan agroindustri akar wangi di Kecamatan

Samarang bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 33. Perubahan Dan Perkembangan Agroindustri Akar Wangi

No Aspek

Agroindustrialisa

si

Budidaya

Akar Wangi

Tenun

Akar Wangi

Kerajinan

Akar Wangi

1 Jangka Waktu

Menerima Program LED

CSR CGI

3 Th (2010,2011,2012)

1 Th (2010)

1 Th (2010)

2 Program Yang Diterima

Pemberian Modal, Pendampingan

Usaha

Pemberian Modal.Pelatihan dan

Pembinaan,

Pendampingan

Usaha,Pemasaran

Pemberian Modal.

Pelatihan dan

Pembinaan,

Pendampingan Usaha,Pemasar

an

3 Kepemilikan

Permodalan : - Pribadi

- CSR SGI

Terjadi Perubahan

(+) 20% (­) 20%

Terjadi Penurunan

(Mesin ATBM)

Terjadi

Penurunan (Tahun 2011):

(+) 30%

0%

Page 100: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

160

Tabel. Perubahan Dan Perkembangan Agroindustri Akar Wangi (Lanjutan)

No Aspek

Agroindustrialisasi

Budidaya

Akar Wangi

Tenun

Akar Wangi

Kerajinan

Akar Wangi

4 Pengadaan Bahan Baku

Tetap (Luar Kecamatan,Dikiri

m, Dibeli

Langsung/Cash)

Tetap (Luar Kecamatan,

Dikirim,Cash)

Luar Kecamatan

(Dikirim,Cash)

5 Perubahan Teknologi

Tetap: Cangkul Tetap :Gunting, Mesin ATBM

Tetap: Gunting, Mesin

Jahit,Koas 6 Hasil Produksi Terjadi Peningkatan

(+) 24%

Tetap Terjadi

Penurunan -1%

7 Tenaga Kerja Terjadi Peningkatan:

(+) 24%

Terjadi Penurunan: (-)

40%

Tetap

8 Kelembagaan Tetap: Kowades Tetap:Kowades Tetap:

Kowades,Asgar

9 Diversifikasi Produk

Tetap: Tanaman Akar Wangi

Tetap: Kain Tenun Akar Wangi

Peningkatan : Berbagai Bentuk

Kerajinan Akar

Wangi

10 Pewilayahan Luas Lahan

Meningkat : (+)

30%

Tetap: Produksi Di

Bangunan Bekas

Madrasah

Tetap : Produksi

Masih Di Rumah

11 Struktur Pasar Tetap : Bandar Di

Kecamatan

Samarang

Tetap : Luar Kecamatan

(Kerajinan Zocha)

Kecamatan

Samarang,

Tempat Oleh-

Oleh Di Sekitar

Kota Garug,

Kota Semarang.

12 R/C Ratio 2.05/Th (1 Ha) 1,875/Bln 3/Bln

Sumber : pelaku usaha agroindustri akar wangi, diolah.

Keterangan: (+) : peningkatan; (-) : penurunan

Penjelasan dari tabel di atas mengenai perubahan dan perkembangan

agroindustri akar wangi semenjak adanya program LED CSR CGI yaitu:

1. Dalam hal permodalan pada agroindustri tenun akar wangi dan kerajinan

tidak terjadi perubahan dan perkembangan permodalan. Dikarenakan kedua

agroindustri tersebut menerima program LED CSR CGI hanya satu tahun

yaitu tahun 20100, dan permintaan pasar tetap dan rendah. Sedangkan

agroindustri permodalannya meningkat karena menerima program LED CSR

CGI hingga 3 tahun (2010-2012) dan permintaan pasar tinggi.

Page 101: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

161

2. Perubahan dan perkembangan pengadaan bahan baku tidak terjadi perubahan

dan perkembangan atau perubahan dan perkembangannya tetap untuk semua

aspek agroindustri akar wangi.

3. Perubahan dan perkembangan penggunaan teknologi untuk semua aspek

agroindustri akar wangi masih menggunakan peralatan teknologi yang

sama/tetap.

4. Hasil produksi pada agroindustri budidaya akar wangi terjadi peningkatan

jumlah produksi dikarenakan permintaan pasar yang tinggi. Pada agroindustri

tenun akar wangi tidak terjadi perubahan dan perkembangan atau perubahan

dan perkembangannya tetap dikarenakan sudah mempunyai pangsa pasar yang

tetap (Zocha), modal yang dimiliki terbatas. Pada agroindustri kerajinan akar

wangi perubahan dan perkembangan hasil produksi menurun dikarenakan

modal terbatas, permintaan pasar yang rendah sehingga menyebabkan

kegiatan produksi dilakukan ketika ada pesanan dari pihak konsumen

5. Tenag kerja pada agroindustri budidaya terjadi peningkatan tenaga kerja

dikarenakan merupakan usaha yang padat karya, luas lahan meningkat

sehingga membutuhkan tenaga kerja banyak; pada agroindustri tenun akar

wangi terjadi penurunan tenaga kerja dikarenakan upah minim, pekerja kurang

fokus dalam menenun (bosen, tidak sabar); pada agroindustri kerajinan akar

wangi terjadi penurunan tenaga kerja disebabkan oleh keterbatasan

permodalan, permintaan pasar yang rendah, dan upah kerja minim.

6. Kelembagaan perubahan dan perkembangan kelembagan masih tetap pada

semua aspek agroindustri akar wangi. Agroindustri budidaya dan tenun akar

Page 102: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

162

wangi kelembagaannya masih berupa kowades; kelembagaan agroindustri

kerajinan akar wangi masih berupa asgar dan kowades.

7. Diversifikasi produk tidak terjadi perubahan dan perkembagan diversifikasi

produk pada agroindustri budidaya dan tenun akar wangi, terjadi perubahan

keanekaragaman diversifikasi produk pada kerajinan akar wangi yang

disebabkan dari adanya kegiatan pelatihan inovasi produk dari program LED

CSR CGI.

8. Pewilayahan perubahan dan perkembangan pewilayahan pada agroindustri

budidaya akar wangi meningkat dikarenakan modal yang dimiliki meningkat,

permintaan pasar yang tinggi; pada agroindustri tenun akar wangi tidak terjadi

perubahan dikarenakan modal terbatas, tempat produksi masih berupa

bangunan madrasah; agroindustri kerajinan akar wangi tidak terjadi perubahan

dikarenakan permodalan terbatas, tempat produksi masih menggunakan

ruangan yang kosong di rumahnya,.

9. Struktur pasar belum terjadi perubahan dan perkembangan atau

perkembangannya masih tetap pada agroindustri budidaya akar wangi seperti

aspek struktur pasar tetap, pembelinya Bandar yang ada di desa sukakarya;

perubahan dan perkembangan pada agroindustri tenun akar wangi struktur

pasar tetap yaitu tempat kerajinan Zocha yang berada di Kota Garut;

agroindustri kerajinan akar wangi perubahan dan perkembangannya menurun,

dikarenakan modal terbatas, permintaan rendah, akan tetapi usaha tersebut

mempunyai pangsa pasar yang bagus seperti Hotel Sampireun, Mulih Ka

Desa, tempat oleh-oleh di Kabupaten Garut, kota semarang.

Page 103: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

163

10. RC ratio RC ratio budidaya akar wangi = 2,05/th; RC ratio tenun akar

wangi= 1,875/bln; RC ratio kerajinan akar wangi = 3/bln. RC ratio lebih dari 1

berarti usaha tersebut memberi keuntungan sehingga baik untuk

dikembangkan di tahun berikutnya.

Berdasarkan analisis tersebut, secara keseluruhan agroindustri akar wangi

belum terjadi perubahan dan perkembangan. Hal tersebut disebabkan oleh

beberapa hal diantaranya:

a. Permintaan pasar yang tetap pada agroindustri tenun akar wangi yaitu hanya

memasok ke tempat kerajinan Zocha, dan permintaan pasar yang turun pada

agroindustri kerajinan akar wangi sehingga kegiatan produksi dilakukan jika

ada pesanan dari pihak konsumen.

b. Terjadinya penurunan tenaga kerja pada agroindustri tenun akar wangi yang

disebabkan oleh upah yang minim, para pekerja kurang fokus dalam menenun

akar wangi (cepat merasakan kebosanan, tidak sabar).

c. Pada awal program tenun akar wangi tahun 2009 yang diberikan untuk

masyarakat Desa Sukakarya melalui Koperasi Karya Mandiri tidak berjalan

dengan baik seperti peserta kurang fokus mengikuti program (peserta tidak

sabar dalam menenun), dan menurut LSM PUPUK telah terjadi

penyalahgunaan dana program yang telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang

terlibat dalam program tersebut. Sehingga pada tahun 2011 hingga tahun 2012

program diberhentikan dan dialihkan ke sektor usaha lain yaitu untuk

perbaikan sarana infrastruktur desa.

Page 104: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

164

d. Pelaksanaan kegiatan pendampingan menurut pelaku usaha dirasakan kurang

maksimal. Hal tersebut bisa dilihat dari jumlah sumber daya manusia LSM

PUPUK sangat terbatas. Pada tahun 2010, sumberdayanya hanya berjumlah

delapan orang yang harus mengkordinir setiap pelaku usaha binaan yang ada

di setiap desa yang terletak di Kecamatan Pasirwangi dan Kecamatan

Samarang. Tetapi semenjak awal tahun 2012 jumlah sumber daya manusia

LSM PUPUK bertambah menjadi sebelas orang.

e. Pelaku usaha agroindustri kerajinan akar wangi tidak mempunyai komitmen

dalam hal pengembalian modal pinjaman dari bumdes yang dananya berasal

dari program LED CSR CGI. Sehingga pada tahun 2011 Pak Iyok tidak

menerima program LED CSR CGI lagi dan programnya dialihkan ke sektor

usaha lain yaitu program wisata Desa Sukalaksana.

f. menurut pelaku usaha mengtakan bahwa program yang dijalankan kurang

fokus, artinya waktu yang dibutuhkan kurang dalam perkembangan usahanya.

Dikarenakan jangka waktu program yang singkat.

g. Usaha-usaha agroindustri akar wangi merupakan usaha yang baru dirintis pada

saat ada program CSR CGI yaitu pada tahun 2010 sehingga perkembangannya

belum terlihat.

h. Pihak pemilik program, pelaksana, dan penerima program kurang serius dalam

pelaksanaan program. Misalnya seperti pemberian dana yang dirasa kurang

untuk perkembangan usahanya, kurangnya kegiatan pendampingan dari pihak

program dan pelaksana sehingga usaha yang dijalankan kurang diketahui

Page 105: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080174_4_9881.pdf · 6 PNS/ABRI dan Polri 809 7 Pegawai Swasta 532 8 TKI/TKW 96 Sumber ... 7

165

perkembangannya, kemudian pihak penerima kurang adanya kesadaran dan

inisiatif terhadap pelaksanaan program.

i. Selanjutnya, showroom galeri akar wangi yang disediakan oleh pihak

pengelola tempatnya kurang stategis. Harusnya show room tersebut dibangun

di sekitar jalan protokol atau jalan yang ramai dilalui oleh masyarakat dan

pihak luar sehingga orang-orang bisa mengetahui tentang keadaan produk-

produk dari akar wangi, dan pada akhirnya tertarik untuk melihat dan

membelinya.