26
44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pasar sentral kota Gorontalo berlokasi di jalan Setia Budi No. I kelurahan Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota Gorontalo memiliki Kantor pengelola pasar yang berada dilantai II , kantor pengelola pasar Kota Gorontalo sebelumnya adalah unit pengelola pasar di bawah koordinasi Dinas Pendapatan Daerah yang kemudian pada tahun 2002 status kelembagaannya meningkat menjadi Kantor Pengelola Pasar yang terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Gorontalo No. 24 Tahun 2002 tentang pembentukan Kantor pengelola Kota Gorontalo, dan kemudian di atur kembali dengan Peraturan Walikota Gororntalo, Nomor 12 Tahun 2008 tentang pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Usaha Lembaga Tekhnis Daerah Gorontalo. Kantor pengelola pasar Kota Gorontalo dalam tahun anggran 2011 didukung oleh SDM dengan jumlah 49 orang yang terdiri dari 11 pegawai negeri sipil, 38 tenaga honor. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Hasil Pemeriksaan Angka Kuman Pada Peralatan Makan Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pada sampel usapan peralatan makan di 14 rumah makan kompleks pasar sentral Kota Gorontalo dengan metode Pour Plate dapat dilihat pada tabel berikut ini :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ...eprints.ung.ac.id/5145/9/2012-1-13201-811408025-bab4...4.2.1 Hasil Pemeriksaan Angka Kuman Pada Peralatan Makan Berdasarkan

Embed Size (px)

Citation preview

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pasar sentral kota Gorontalo berlokasi di jalan Setia Budi No. I kelurahan

Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota Gorontalo

memiliki Kantor pengelola pasar yang berada dilantai II , kantor pengelola pasar

Kota Gorontalo sebelumnya adalah unit pengelola pasar di bawah koordinasi

Dinas Pendapatan Daerah yang kemudian pada tahun 2002 status kelembagaannya

meningkat menjadi Kantor Pengelola Pasar yang terbentuk berdasarkan Peraturan

Daerah Kota Gorontalo No. 24 Tahun 2002 tentang pembentukan Kantor

pengelola Kota Gorontalo, dan kemudian di atur kembali dengan Peraturan

Walikota Gororntalo, Nomor 12 Tahun 2008 tentang pelaksanaan Peraturan

Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Usaha Lembaga

Tekhnis Daerah Gorontalo.

Kantor pengelola pasar Kota Gorontalo dalam tahun anggran 2011

didukung oleh SDM dengan jumlah 49 orang yang terdiri dari 11 pegawai negeri

sipil, 38 tenaga honor.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Pemeriksaan Angka Kuman Pada Peralatan Makan

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pada sampel usapan peralatan

makan di 14 rumah makan kompleks pasar sentral Kota Gorontalo dengan metode

Pour Plate dapat dilihat pada tabel berikut ini :

45

Tabel 4.1 Distribusi Rumah Makan Berdasarkan Hasil Pemeriksaan

Laboratorium pada usapan peralatan makan

No Nama Rumah Makan

Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut

Permenkes RI No. 715/ Menkes/ SK/V/2003

Koloni bakteri/

Cm2

YA TIDAK 1 Rumah Makan A - TIDAK 2.400 2 Rumah Makan B - TIDAK 134.000 3 Rumah Makan C YA - 12,12 4 Rumah Makan D - TIDAK 607 5 Rumah Makan E - TIDAK 395 6 Rumah Makan F - TIDAK 879 7 Rumah Makan G - TIDAK 463.000 8 Rumah Makan H - TIDAK 6.540 9 Rumah Makan I - TIDAK 439

10 Rumah Makan J - TIDAK 5190 11 Rumah Makan K - TIDAK 125 12 Rumah Makan L YA - 76 13 Rumah Makan M - TIDAK 5200 14 Rumah Makan N YA - 72

Dari Tabel 4.1 diatas dapat dilihat terdapat 11 rumah makan yang tidak

memenuhi syarat kesehatan sedangkan yang memenuhi syarat sebanyak 3 rumah

makan, hal ini mengacu pada Permenkes RI No. 715/ Menkes/ SK/V/2003 bahwa

untuk persyaratan peralatan makan bakteri tidak boleh lebih dari 100 koloni/ cm2

permukaan alat dan tidak boleh mengandung E.coli.

4.2.2 Distribusi Hasil Proses Pencucian Dan Penyimpanan Peralatan Makan

Berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilakukan di 14 rumah makan

kompleks pasar sentral Kota Gorontalo diperoleh gambaran proses pencucian dan

penyimpanan peralatan makan yang secara rinci disajikan sebagai berikut :

46

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Proses Pencucian Peralatan Makan

Menggunakan Air PAM

No Air PAM Jumlah

n %

1 Ya 12 85.71

2 Tidak 2 14.29

Total 14 100

Dari tabel 4.2 diatas dilihat bahwa pada proses pencucian peralatan makan

(piring, sendok, gelas) yang menggunakan air PAM sebanyak 12 rumah makan

(85.71 %) sedangkan yang tidak menggunakan air PAM sebanyak 2 rumah makan

(14.29 %).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Petugas Rumah Makan Selalu Mencuci Tangan

terlebih dahulu setelah BAB dan BAK Sebelum Mencuci Peralatan Makan

No Mencuci Tangan Jumlah

n %

1 Ya 14 100

2 Tidak 0 0

Total 14 100

Dari table 4.3 pada proses pencucian peralatan makan dapat dilihat petugas

rumah makan yang mencuci tangan setelah BAB dan BAK sebelum mencuci

peralatan makan (piring, sendok, gelas) sebanyak 14 (100 %), seluruh rumah

47

makan melaksanakan kegiatan tersebut dimana petugasnya mencuci tangan

setelah BAB dan BAK sebelum mencuci peralatan makan.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pencucian Peralatan Makan Yang Peralatan Makannya

Dibersihkan Terlebih Dahulu Dari Sisa – Sisa Makanan

No Pembersihan Sisa – Sisa Makanan

Jumlah

n %

1 Ya 14 100

2 Tidak 0 0

Total 14 100

Dari tabel 4.4 dapat dilihat pada proses pencucian peralatan makan

dimana peralatan makan tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari sisa – sisa

makanan sebelum dicuci senayak 14 rumah makan (100%) keseluruhan rumah

makan melakukan kegiatan tersebut.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Proses Pencucian Peralatan Makan

Menggunakan Detergen

No Menggunakan Detergen Jumlah

n %

1 Ya 12 85.71

2 Tidak 2 14.29

Total 14 100

Dari tabel 4.5 dapat dilihat pada proses pencucian peralatan makan (piring,

sendok, gelas) sebanyak 12 rumah makan (85.71 %) yang menggunakan detergen

dan 2 rumah makan (14.29) yang tidak menggunakan detergen.

48

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Proses Pencucian Peralatan

Menggunakan Bak Pembilas

No Menggunakan Bak Pembilas Jumlah

n %

1 Ya 11 78,57

2 Tidak 3 21,43

Total 14 100

Dari tabel 4.6 dapat dilihat pada proses pencucian peralatan makan dimana

rumah makan yang menggunakan bak pembilas sebanyak 11 rumah makan (78,57

%) sedangkan yang tidak menggunakan bak pembilas sebanyak 3 rumah makan

(21,43 %).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Proses Pencucian Peralatan Makan

Dibawah Kucuran Air Kran

No Pencucian Dibawah Kucuran Air Kran

Jumlah

n %

1 Ya 3 21.43

2 Tidak 11 78.57

Total 14 100

Dari tabel 4.7 diatas dilihat pada proses pencucian peralatan makan

dibawah kucuran air kran sebanyak 3 rumah makan (21.43 %) sedangkan yang tidak

mencuci peralatan dibawah kucuran air kran sebanyak 11 rumah makan (78.57 %)

49

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Proses Pencucian Peralatan Makan

Langsung Dicuci Setelah Digunakan Oleh Konsumen

No Langsung Dicuci Setelah Digunakan

Jumlah

n %

1 Ya 9 64,29

2 Tidak 5 35,71

Total 14 100

Dari tabel 4.8 diatas dilihat pada proses pencucian peralatan makan

dimana peralatan makan langsung dicuci setelah digunakan oleh konsumen sebanyak

9 rumah makan (64,29 %) sedangkan yang tidak langsung dicuci sebanyak 5 rumah

makan (35,71%).

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Penggantian Air Pada Bak Penampungan

Pada Proses Pencucian Peralatan Makan

No Penggantian Air Pada Bak Penampungan

Jumlah

n %

1 Ya 10 71,43

2 Tidak 4 28,57

Total 14 100

Dari tabel 4.9 diatas dilihat pada proses pencucian peralatan makan

dimana air yang digunakan dalam bak penampungan untuk mencuci peralatan

makan selalu diganti sebanyak 10 rumah makan (71,43 %) sedangkan air dalam

bak penampungan yang tidak selalu diganti sebanyak 4 rumah makan (28,57 %)

50

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pencucian Peralatan Makan

Manggunakan Desinfektan

No Menggunakan Desinfektan Jumlah

n %

1 Ya 0 0

2 Tidak 14 100

Total 14 100

Dari tabel 4.10 diatas dilihat pada proses pencucian peralatan makan

(piring. Sendok, gelas) sebanyak 14 rumah makan yang tidak menggunakan

desinfektan (100 %)

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pencucian Peralatan Makan

Menggunakan Air Panas

No Menggunakan Air Panas Jumlah

n %

1 Ya 0 0

2 Tidak 14 100

Total 14 100

Dari tabel 4.11 diatas dilihat pada proses pencucian peralatan makan

dimana yang menggunakan air panas sebanyak 0 rumah makan sedangkan yang tidak

menggunakan air panas sebanyak 14 rumah makan (100 %)

51

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Pengeringan Peralatan Makan Secara Alami

No Pengeringan Secara Alami Jumlah

n %

1 Ya 13 92.86

2 Tidak 1 7.14

Total 14 100

Dari tabel 4.12 diatas dilihat pada proses penyimpanan dimana peralatan

makan yang dikeringkan secara alami sebanyak 13 rumah makan (92.86 %)

sedangkan yang tidak dikeringkan secara alami sebanyak 1 rumah makan (7.14 %)

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Penyimpanan Peralatan mkan Dalam Keadaan Kering

No Penyimpanan Dalam Keadaan Kering

Jumlah

n %

1 Ya 9 64,29

2 Tidak 5 35,71

Total 14 100

Dari tabel 4.13 diatas dilihat pada penyimpanan peralatan makan (piring,

sendok, gelas) dimana peralatan yang disimpan dalam keadaan kering sebanyak 9

rumah makan (64,29 %) sedangkan yang disimpan tidak dalam keadaan kering

sebanyak 5 rumah makan (35,71 %).

52

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Penyimpanan Peralatan Makan

Dalam Rak Penyimpanan

No Penyimpanan Dalam Rak Penyimpanan

Jumlah

n %

1 Ya 6 42,86

2 Tidak 8 57,14

Total 14 100

Dari tabel 4.14 diatas dilihat pada penyimpanan peralatan makan (Piring,

sendok, gelas) dimana peralatan yang disimpan dalam rak penyimpanan sebanyak 6

rumah makan (42,86 %) sedangkan yang disimpan tidak pada rak penyimpanan

sebanyak 8 rumah makan (57,14 %).

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Penyimpanan Cangkir, Mangkuk dan Gelas

Dalam Keadaan Terbalik

No Penyimpanan Cangkir

Mangkuk Dan Gelas Dalam Keadaan Terbalik

Jumlah

n %

1 Ya 13 92.86

2 Tidak 1 7.14

Total 14 100

Dari tabel 4.15 diatas dilihat pada penyimpanan peralatan makan dimana

cangkir, mangkuk dan gelas yang simpan dalam keadaan terbalik yaitu sebanyak 13

rumah makan (92.86 %) sedangkan yang tidak disimpan dalam keadaan terbalik

sebanyak 1 rumah makan (7.14 %).

53

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Rak Penyimpanan Terbuat Dari Bahan Anti Karat

No Rak Penyimpanan Dari Bahan Anti Karat

Jumlah

n %

1 Ya 5 35,71

2 Tidak 9 64,29

Total 14 100

Dari tabel 4.16 diatas dilihat pada penyimpanan peralatan makan dimana

yang menggunakan rak penyimpanan terbuat dari bahan anti karat sebanyak 5 rumah

makan (35,17 %) sedangkan yang tidak menggunakan rak penyimpanan yang terbuat

dari bahan anti karat sebanyak 9 rumah makan (64,29 %).

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Penyimpanan Peralatan Makan Ditempat Yang Tidak

Lembab, Terlindung Dari Jangkauan Serangga Dan Tikus

No Penyimpanan Ditempat

Yang Tidak Lembab Dan Terlindung

Jumlah

n %

1 Ya 2 14.29

2 Tidak 12 85.71

Total 14 100

Dari tabel 4.17 diatas dilihat pada penyimpanan peralatan makan dimana

peralatan makan disimpan ditempat yang tidak lembab, terlindung dari jangkauan

serangga dan tikus sebanyak 2 rumah makan (14.29 %) sedangkan peralatan yang

tidak disimpan di tempat yang tidak lembab dan terlindung dari jangkauan serangga

dan tikus sebanyak 12 rumah makan (85.71 %).

54

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Penyediaan Tissue Kering Sebagai Lap

Di Atas Piring Saat Disajikan

No Penyediaan Tissue Kering Jumlah

n %

1 Ya 4 28,57

2 Tidak 10 71,43

Total 14 100

Dari tabel 4.18 diatas dilihat penyediaan tissue kering sebagai lap diatas

alat makan (piring) pada saat disajikan pada konsumen sebanyak 4 rumah makan

(28,57 %) sedangkan yang tidak menyediakan tissue kering sebanyak 10 rumah

makan (71,43 %).

Dari hasil observasi peneliti dengan menggunakan lembar observasi di

peroleh secara keseluruhan kategori di 14 rumah makan berdasarkan skor yang

diperoleh, dapat diuraikan sebagai berikut :

55

Tabel 4.19 Kategori Proses Pencucian Dan Penyimpanan Peralatan Makan

NO NAMA RUMAH MAKAN SKOR KATEGORI

1 Rumah Makan A 12 Baik 2 Rumah Makan B 9 Kurang Baik 3 Rumah Makan C 12 Baik 4 Rumah Makan D 10 Baik 5 Rumah Makan E 11 Baik 6 Rumah Makan F 11 Baik 7 Rumah Makan G 7 Kurang Baik 8 Rumah Makan H 8 Kurang Baik 9 Rumah Makan I 13 Baik

10 Rumah Makan J 9 Kurang Baik 11 Rumah Makan K 9 Baik 12 Rumah Makan L 9 Kurang Baik 13 Rumah Makan M 9 Kurang Baik 14 Rumah Makan N 10 Baik

Dari Tabel 4.19 diatas dapat kita lihat kategori tiap – tiap rumah makan di

kompleks pasar sentral Kota Gorontalo berdasarkan skala likert dimana terdapat 6

rumah makan yang termasuk dalam kategori kurang baik yaitu rumaha makan B,

G, H, J, L, M untuk hasil lembar observasi terhadap proses pencucian dan

penyimpanan peralatan makan, sedangkan 8 rumah makan yang termasuk dalam

kategori baik dalam proses pencucian dan penyimpanan peralatan makan.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pemeriksaan Angka Kuman Pada Peralatan Makan

Bardasarkan hasil pengambilan sampel usap alat pada peralatan makan

(piring, sendok, gelas) di 14 rumah makan yang berada di kompleks pasar sentral

Kota Gorontalo diperoleh sebanyak 11 rumah makan yang belum memenuhi

standar kesehatan berdasarkan Permenkes No.304 tahun 1989 dimana peralatan

yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh

56

mengandung angka kuman melebihi ambang batas, dan tidak mengandung E. coli

per cm2 permukaan air, rumah makan tersebut adalah rumah makan rumah makan

A, B, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M dimana angka kuman pada peralatan makan di

masing – masing rumah makan ini telah melebihi ambang batas dimana peralatan

makan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh

mengandung angka kuman yang melebihi 100 koloni/ cm2 permukaan alat.

Hal ini juga dapat dilihat dari hasil lembar observasi pada 14 rumah

makan di kompleks pasar sentral Kota Gorontalo dimana ke 11 rumah makan

yang tidak memenuhi syarat untuk pemeriksaan laboratorium angka kuman pada

peralatan makan berdasarkan Permenkes RI No. 715/ Menkes/SK/V/2003 dimana

terdapat 5 rumah makan yaitu rumah makan B, G, H, J, M termasuk dalam

kategori kurang baik dalam proses pencucian dan penyimpanan peralatan makan,

sedangkan 6 rumah makan lainnya termasuk dalam kategori baik tetapi masih

ditemukan bakteri dalam jumlah yang melebihi rata – rata koloni bakteri yang

telah tercantum dalam Permenkes RI No. 715/ Menkes/ SK/V/2003 dalam

peralatan makan yang digunakan di masing – masing rumah makan tersebut.

Hal ini dikerenakan berdasarkan hasil observasi peneliti dimana pada

proses pencucian terdapat 2 rumah makan yang tidak menggunakan detergen yaitu

rumah makan G dan rumah makan H, dan sebagian besar dalam proses pencucian

air dalam bak penampungan tidak diganti hal ini memungkinkan terjadinya

kontaminasi melalui air pencucian yang digunakan secara terus menerus, selain itu

juga seluruh rumah makan yang berada di kompleks pasar sentral Kota Gorontalo

tidak yang ada satupun menggunakan desinfektan maupun air panas mengingat

57

pentingnya peralakuan ini untuk membunuh bakteri yang terdapat dalam peralatan

makan yang digunakan, sementara untuk penyimpanan peralatan makan dimana

sebagian besar peralatan makan tidak disimpan dalam rak penyimpanan hanya

diletakkan di atas meja ataupun ditempat penyimpanan yang tidak memenuhi

syarat penyimpanan peralatan makan menurut Permenkes No.304 tahun 1989

dimana penyimpana peralatan makan tidak lembab, terlindung dari sumber

pengotor/ kontaminasi dari binatang perusak sehingga memungkinkan terjadinya

pengotoran dari kontaminasi binatang perusak seperti tikus dan kecoa serta

sumber pengotor lainnya.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desmalisma pohan yang

berjudul pemeriksaan angka kuman pada usapan peralatan makan yang

digunakana oleh pedagang makanan di pasar petisan medan dimana dari hasil

penelitiannya terhadap 10 pedagang makanan di pasar petisan medan dimana hasil

pemeriksaan laboratorium terhadap peralatan makan yang digunakan para

pedagang makanan sudah memenuhi standar kesehatan menurut Kepemenkes RI

No. 715/Menkes/SK/V/2003 dimana pada 10 sampel peralatan makan yang

digunakan oleh pedagang makanan di pasar petisan Medan tidak satupun dari

sampel yang mengandung kuman E.coli (negatif),

Penelitian serupa yang dilakukan oleh Ma’as M Maloha yang berjudul

pemeriksaan angka kuman E. coli dengan usap alat pada restoran, rumah makan

dan lokalisasi makanan jajanan dikota madya Jambi, penelitian ini dilakukan

terhadap 10 restoran, 15 rumah makan dan 12 lokalisasi makanan jajanan. Dari

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa peralatan makan yang

58

digunakan dibeberapa tempat penjualan makanan dan minuman dikota Jambi

mengandung bakteri E.coli yaitu pada 2 rumah makan dan 4 lokalisasi makanan

jajanan.

Dari hasil penelitian yang diperoleh ini menunjukkan bahwa pentingnya

melakukan pengawasan terhadap penyehatan makanan dan minuman melalui

peralatan makan yang digunakan karena peralatan makan yang di gunakan oleh

para pedagang makanan berpotensi untuk tercemar bakteri – bakteri yang

merugikan dan dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan food and water

borne disease.

4.3.2 Proses Pencucian dan Penyimpanan Peralatan Makan

1. Pencucian Peralatan Makan Menggunakan Air PAM

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan lembar

observasi diperoleh untuk proses pencucian peralatan makan dengan

menggunakan air PAM sebanyak 12 rumah makan yaitu rumah makan B,

C, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N sedangkan yang tidak menggunakan air

PAM (Sumur) sebanyak 2 rumah makan yaitu rumah makan A dan rumah

makan D.

Air yang bersumber dari air PAM biasanya mengandung klorin

yang dapat membunuh bakteri. Klorin bahan kimia pembunuh bakteri

artinya air bersih ketika sesampai kekonsumen sudah bebas dari bakteri

coliform (Giwangkara dalam Pohan, 2009). Hal ini dapat dinyatakan

sebagian besar sudah memenuhi syarat kesehatan karena sebanyak 12

rumah makan yang menggunakan air yang bersumber dari air PAM.

59

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desmaslina

Pohan dimana untuk penggunaan air PAM sebagai sumber air untuk

mencuci peralatan makan pada 10 pedagang makanan di pasar petisan

Medan dimana sebanyak 6 rumah makan yang menggunakan air PAM

sebagai sumber air pencucian peralatan makan sedangkan 4 rumah makan

lainnya tidak menggunakan air PAM.

Dari data yang di peroleh berdasarkan hasil observasi peneliti dan

penelitian sebelumnya yang peranah dilakukan, dapat diketahui bahwa

penggunaan air Pam sebagai sumber air untuk mencuci peralatan makan

masih belum dilakukan secara keseluruhan oleh masing – masing pihak

rumah makan yang bersangkutan.

2. Personal Higiene Petugas Rumah Makan Yang Mencuci Tangan

Terlebih Dahulu Dengan Sabun Setelah BAB dan BAK Sebelum

Mencuci Peralatan Makan SEbelum mencuci Peralatan Makan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan

lembar observasi untuk petugas rumah makan yang selalu mencuci tangan

terlebih dahulu dengan sabun setelah BAB dan BAK sebelum mencuci

peralatan makan sebanyak 100 %.

Tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang vital untuk

mengerjakan sesuatu dalam penyelenggaraan makanan, dan melalui

makanan pula makanan banyak terkontaminasi, oleh karena itu kebersihan

perorangan perlu mendapatkan prioritas tinggi. Dianjurkan setiap kali

keluar dari kamar mandi atau kamar kecil sebaiknya tangan dibersihkan

60

dengan air hangat atau sabun, lalu dikeringkan dengan serbet kertas

(tissue) untuk tangan atau dengan menggunakan alat mesin pengering

tangan hand dryer (Widyati, Retno dan Yuliarsih, 2002).

Dari hasil yang diperoleh ini dapat dilihat kesadaran akan personal

hygiene petugas rumah makan untuk seluruh rumah makan sudah

memenuhi syarat kesehatan dengan menyelenggarakan kegiatan mencuci

tangan setelah BAB dan BAK sebelum mencuci peralatan makan untuk

mencegah terjadinya pencemaran oleh bakteri melalui tangan petugas yang

tidak bersih.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desmaslina

Pohan pada 10 pedagang makanan di pasar petisan Medan dimana

sebanyak 7 pedagang makanan yang mencuci tangan terlebih dahulu

sebelum mencuci alat makan. Berdasarkan hasil peneliti dan penelitian

sebelumnya menunjukkan sudah sebagian besar pedagang makanan

memperhatikan kebeshinal personal hygiene petugas sebelum mencuci

peralatan makan untuk mencegah terjadinya pencemaran sekunder melalui

petugas terhadap peralatan makan yang dicuci.

3. Pembersihan Peralatan Makan Dari Sisa – Sisa Makanan Sebelum

Dicuci

Berdasarkan hasil observasi untuk peralatan makan yang

dibersihkan terlebih dahulu dari sisa – sisa makanan yang terdapat dalam

peralatan makan sebelum di cuci sebanyak 100% atau seluruh rumah

makan melakukan kegiatan tersebut.

61

Kegiatan membersihkan peralatan makan dari sisa – sisa makanan

yang menempel disebut scraping yaitu memisahkan segala kotoran dan

sisa – sisa makanan yang terdapat pada alat yang akan dicuci, seperti

piring, mangkuk, gelas, panic dan lain – lain (Djajadininggrat, 1989).

Dari hasil yang diperoleh dimana seluruh rumah makan

melaksanakan kegiatan scraping tentunya telah memenuhi tehnik

pencucian peralatan yang baik dan benar.

4. Proses Pencucian Peralatan Makan Menggunakan Detergen

Berdasarkan hasil observasi untuk proses pencucian peralatan

makan dimana sebanyak 12 rumah makan yang menggunakan detergen

dalam proses pencucian sedangkan sebanyak 2 rumah makan yang tidak

menggunakan detergen yaitu rumah makan G dan rumah makan H.

Detergen merupakan bahan pembersih mirip sabun tetapi diperkaya

dengan bahan – bahan yang dapat meningkatkan daya bersihnya. Fungsi

detergen dalam menghilangkan kotoran berminyak serupa dengan sabun,

yaitu dengan mengemulsi lemak, minyak atau gemuk, tetapi detergen tidak

menyebabkan gumpalan seperti sabun. Detergen sintetik atau surfaktan

dapat menurunkan tegangan permukaan larutan, membantu membasahkan

partikel cemaran, dan mensuspensikannya ke dalam cairan

(Fathonah,2005).

Dari hasil yang diperoleh dimana sebanyak 12 rumah makan yang

menggunakan detergen dalam proses pencuciannya telah memenuhi cara

pencucian alat yang telah ditentukan dalam Permenkes No.304 Tahun

62

1989 dimana cara pencucian alat harus memenuhi ketentuan pencucian

peralatan harus menggunakan sabun/ detergen, air dingin, air panas sampai

bersih

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desmaslina

Pohan dimana peralatan makan yang dicuci menggunakan detergen yang

cukup sebanyak 7 rumah makan dari 10 pedagang makanan yang terdapat

di pasar petisan Medan sedangkan hasil peneliti yang dilakukan di rumah

makan kompleks pasar sentral kota Gorontalo, dimana para pedagang yang

tidak menggunakan detergen sebanya 2 rumah makan, hal ini perlu

diperhatikan mengingat pentingnya penggunaan detergen dalam proses

pencucian peralatan makan.

5. Proses Pencucian Peralatan Makan Menggunakan Bak Pembilas

Berdasarkan hasil observasi pada pencucian peralatan makan

dimana sebanyak 11 rumah makan yang menggunakan bak pembilas

sedangkan 3 rumah makan yaitu rumah makan G, rumah makan, K, dan

rumah makan M.

Keberadaan bak pembilas adalah sangat penting adalah sangat

penting dalam proses pencucian peralatan makan dimana berguna untuk

menghilangkan kotoran – kotoran yang menempel pada peralatan makan

yang akan digunakan kembali (Anwar dalam Pohan 2009)..

Pada penelitian sebelumnya yang dikukan oleh Desmaslima Pohan

pada 10 pedagang makanan dimana sebanyak 6 pedagang makanan yang

dalam proses pencuciannya menggunakan bak pembilas. Sedangkan dari

63

hasil yang diperoleh oleh peneliti dimana sudah sebagian besar yaitu

sebanyak 11 rumah makan yang menyediakan bak pembilas dalam proses

pencuciannya

6. Proses Pencucian Peralatan Makan Dibawah Kucuran Air Kran

Berdasarkan hasil observasi pada proses pencucian peralatan

makan dimana sebanyak 3 rumah makan yang mencuci peralatannya

langsung dibawah kucuran air kran yaitu rumah makan D, rumah makan I

dan rumah makan J, sedangan sebagian besar rumah makan tidak mencuci

peralatan makan dibawah kucuran air kran yaitu sebanyak 11 rumah

makan.

Hal ini dikarenakan kebiasaan petugas rumah makan yang

menampung air dalam ember, padahal air yang digunakan berulang ulang

ini akan lebih memungkinkan kontaminasi bakteri yang mudah kondisi

yang seperti ini tentunya tidak memenuhi syarat hygiene dan sanitasi

jasaboga dimana peralatan hendaknya di cuci dibawah kucuran air kran

dengan air yang mengalir untuk menghindari adanya bakteri pada air

tersebut.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desmaslina

Pohan dimana pada proses pencucian peralatan makan yang dicuci

dibawah kucuran air kran sebanyak 6 pedagang makanan dari 10 pedagang

makanan yang terdapat di pasar petisan Medan. Hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti dan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan

64

masih kurangnya perhatian para pedagang makanan untuk mencuci

peralatan makannnya di bawah kucuran air kran.

7. Peralatan Makan yang Langsung Di Cuci Setelah Digunakan

Konsumen

Berdasarkan hasil observasi di 14 rumah makan pada proses

pencucian peralatan makan dimana terdapat 9 rumah makan yang langsung

mencuci peralatannya setelah digunakan oleh konsumen sedangkan 5

rumah makan yang tidak langsung mencuci peralatan makan yang telah

digunakan oleh konsumen, biasanya pencucian dilakukan apabila peralatan

makan yang telah digunakan telah banyak dalam hal ini di cuci sekaligus

untuk menghemat waktu dalam proses pencucian peralatan makan.

8. Penggantian Air Dalam bak Penampungan Pencucian Peralatan

Makan

Berdasarkan hasil yang diperoleh tentang frekuensi penggantian air

dari bak penampung ini pada 14 rumah makan diperoleh sebanyak 10

rumah makan yang mengganti air dalam bak penampungan pencucian

peralatan makan sedangkan sebanyak 4 rumah makan yaitu rumah makan

B, H, K, M yang tidak mengganti air dalam bak penampungan artinya

dalam sehari air tersebut dipakai terus menerus tanpa diganti penggunaan

air bersih dalam proses pencucian akan mengurangi resiko tercemarnya

bakteri akibat pemakaian air yang sama secara terus menerus dalam proses

pencuciannya.

65

9. Proses Pencucian Peralatan makan Menggunakan Desinfektan dan

Air Panas

Berdasarkan hasil observasi dimana tidak ada satupun rumah

makan yang berada dikompleks pasar sentral Kota Gorontalo yang

Manggunakan Desinfektan ataupun air panas.

Desinfektan adalah senyawa kimia yang memiliki kemampuan

untuk membunuh mikroorganisme. Desinfektan tidak memiliki daya

penetrasi sehingga tidak dapat mematikan mikroorganisme dalam celah,

lubang atau cemaran mineral (Fathonah, 2005).

Upaya sanitasi dengan menggunakan air panas dapat dilakukan

dengan merendam peralatan makan dalam air panas dengan suhu 800 C

selama 20 menit, energi panas diperkirakan menyebabkan denaturasi

protein dalam sel mikroorganisme yang menyebabkan kematiannya

(Fathonah, 2005). Selain itu juga penggunaan air panas ini dapat

melarutkan lemak atau minyak yang berlebihan yang menempel pada

peralatan makan.

Dari hasil yang diperoleh dimana tidak ada satupun rumah makan

yang menggunakan desinfektan ataupun air panas, hal ini tentunya akan

menambah peluang besar peralatan makan tersebut ditumbuhi bakteri yang

merugikan kesehatan, mengingat peranannya yang sangat penting dalam

proses pencucian peralatan makan.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desmaslina

Pohan pada 10 pedagang makanan dimana tidak ada satupun pedagang

66

makanan yang menggunakan desinfektan dalam proses pencucian

peralatan makan yang digunakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oeh peneliti dan penelitian

sebelumnya menunjukkan kurangnya perhatian para pedagang makan

untuk menggunakan desinfektan dalam pencucian peralatan makan.

10. Proses Pencucian Peralatan makan Menggunakan Proses

Pengeringan Peralatan Makan Secara Alami

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada proses

penyimpanan dimana terdapat 13 rumah makan yang mengeringkan

peralatannya secara alami dengan bantuan sinar matahari, sedangkan

sebayak 1 rumah makan yaitu rumah makan J yang tidak mengeringkan

peralatannya secara alami yaitu dengan menggunakan kain lap.

Berdasarkan Permenkes No.304 tahun 1989 dimana pengeringan

peralatan harus memenuhi ketentuan : peralatan yang sudah didesinfeksi

harus ditiriskan dalam rak – rak anti karat sampai kering sendiri dengan

bantuan sinar matahari atau sinar buatan/ mesin dan tidak boleh dilap

dengan kain. Penggunaan kain lap ini tentunya tidak diperbolehkan karena

akan menyebabkan pencemaran sekunder melalui lap yang digunakan.

Dari hasil yang diperoleh dimana sebagian besar rumah makan

yang dalam proses pengeringan peralatan makannya dikeringkan secara

alami, hal ini tentunya telah memenuhi syarat kesehatan.

67

11. Penyimpanan Peralatan Makan Dalam Keadaan Kering

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 14 rumah makan

diperoleh bahwa peralatan makan yang disimpan dsimpan dalam keadaan

kering sebanyak 9 rumah makan sedangkan yang disimpan tidak dalam

keadaan kering sebanyak 5 rumah makan yaitu rumah makan D, E, G, M,

N, penyimpanan peralatan tidak dalam keadaan kering ini akan

menyebabkan peralatan tersebut ditempeli debu dan kotoran lainnya.

12. Penyimpanan Peralatan Makan Dalam Rak Penyimpanan

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pada 14 rumah makan

di kompleks pasar sentral Kota Gorontalo dalam proses penyimpanan

peralatan makan dimana sebanyak 6 rumah makan yang tidak menyimpan

peralatan makannya dalam rak penyimpanan yaitu rumah makan A, C, E,

F, I, K. Penyimpanan peralatan makan haruslah disimpan dalam rak – rak

penyimpanan yang terbuat dari bahan anti karat dan tidak aus/rusak.

13. Penyimpanan Cangkir Mangkuk, Dan Gelas Dalam Keadaan

Terbalik

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pada 14 rumah makan

dimana sebanyak 13 rumah makan yang menyimpan cangkir, mangkuk

dan gelasnya dalam keadaan terbalik, sedangkan yang dalam

penyimpanannya dimana cangkir, mangkuk dan gelas disimpan tidak

dalam keadaan terbalik sebanyak 1 rumah makan yaitu rumah makan E.

Penyimpanan cangkir, mangkuk dan gelas ini telah di atur dalam

Permenkes No.304 tahun 1989 dimana penyimpanan peralatan makan

68

harus memenuhi ketentuan dimana cangkir, mangkuk, gelas dan

sejenisnya cara penyimpanannya harus dibalik.

Berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan dapat dinyatakan

bahwa dalam penyimpanan cangkir mangkuk dan gelas sudah memenuhi

syarat dimana sebanyak 13 rumah makan yang melaksanakan kegiatan ini.

14. Rak Penyimpanan Yang Terbuat Dari Bahan Anti Karat

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 14 rumah makan

diperoleh 5 rumah makan yang rak penyimpanan peralatan makannya

terbuat dari bahan yang anti karat sedangkan 9 rumah makan yang rak

penyimpanannya tidak terbuat dari bahan anti karat yaitu rumah makan B,

F, G, H, I, J, K, L, N, hal ini tentunya tidak memenuhi persyaratan dalam

Permenkes No 309 Tahun 1989 dimana rak – rak penyimpanan peralatan

makan dibuat anti karat, rata dak tidak aus/ rusak.

15. Tempat Penyimpanan Peralatan Makan Di Tempat yang Lembab

Dan Terlindung Dari Jangkauan Serangga Dan TIkus

Berdasarkan hasil observasi pada 14 rumah makan diperoleh

sebagian besar yaitu 12 rumah makan yang tidak memenuhi syarat

ketentuan penyimpanan peralatan yaitu rumah makan B, C, D, F, G, H, I,

J, K, L, M, N, sedangkan yang tidak memenuhi syarat ketentuan

penyimpanan peralatan sebanyak 2 rumah makan yaitu rumah makan A

dan E.

Penyimpanan peralatan yang tidak benar akan mengakibatkan

kemungkinan terjadinya pengotoran melalui sumber pengotoran atau

69

kontaminasi dari binatang perusak, misalnya tikus atau mencit yang dapat

mengakibatkan penyakit karena membawa organism yang bersal dari

selokan, tempat sampah dan sumber lainnya melalui kulitnya yang

berbulu, urin, tinja dan salivanya, selain itu juga hewan lain yang dapat

mengkontaminasi peralatn makan yang tidak disimpan dengan benar yaitu

kecoa yang merupakan hewan yang emnimbulkan bau khas pada bendanya

dan mengotorinya dengan feses yang agak cair, kecoa sering

mengkontaminasi peralatan dengan membawa kotoran – kotoran yang

mungkin mengandung mikroba patogen pada kaki dan tubuhnya

(Fathonah,2005).

16. Penyediaan Tissue Kering Pada Saat Disajikan Pada Konsumen

Terdapat 4 rumah makan yang berdasarkan hasil observasi

menggunakan tissue kering yang digunakan sebagai lap sekali pakai yang

biasa digunakan oleh konsumen untuk membersihkan kembali peralatan

sebelum akan digunakan oleh konsumen, rumah makan ini adalah rumah

makan F, G, H, I.