25
48 BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH PENELITIAN Menurut Fahrudi (2004), lingkungan pengendapan dari hasil analisis fasies batugamping meliputi Reef Slope, Reef Framework, dan Proximal Talus. Fahrudi (2004) melakukan analisis sedimentasi batugamping Formasi Rajamandala daerah penelitian dengan metode measuring section dengan dua lintasan lateral yang kemudian dibuat profil dan penampang vertikal sehingga sebaran vertikalnya dapat diketahui. Deskripsi litologi fasies batugamping berdasarkan Fahrudi (2004) lebih dominan dilakukan secara megaskopis, sedangkan pembahasannya lebih banyak mengenai analisis sedimentasinya yang meliputi lingkungan, bentuk, dan mekanisme pengendapannya tetapi tidak dilakukan analisis sebaran fasies batugampingnya sehingga tidak terdapat peta sebaran fasies secara lateral. Menurut Antoni (2007), lingkungan pengendapan fasies batugamping berdasarkan analisis mikrofasiesnya meliputi Foreslope, Organic Build up, dan Shelf Lagoon. Antoni (2007) melakukan studi fasies batugamping Formasi Rajamandala daerah penelitian dengan metode sampling dan measuring section dengan lima profil vertikalnya. Deskripsi litologi fasies batugamping berdasarkan Antoni (2007) lebih dominan dilakukan secara mikroskopis karena analisis lingkungan pengendapannya menggunakan standar mikrofasies berdasarkan Wilson (1975). sedangkan pembahasan yang dilakukan meliputi analisis sebaran fasies batugamping secara lateral sehingga dibuat peta sebaran fasiesnya, analisis lingkungan pengendapannya, porositas, dan diagenesis batugamping, tetapi tidak dibuat penampang vertikalnya sehingga kurang diketahui penyebaran vertikalnya. Antoni (2007) dan Fahrudi (2004) merupakan acuan utama sumber bahasan studi khusus mengenai fasies batugamping daerah penelitian. Namun demikian, terdapat beberapa perbedaan metode, deskripsi, dan hasil lingkungan pengendapan fasies batugamping pada penelitian dan pembahasan penulis berikut ini. Selain itu, studi karakterisasi rekahan fasies batugamping daerah penelitian merupakan suatu nilai tambah penulis pada penelitian kali ini yang belum pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.

BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

48

BAB IV

FASIES BATUGAMPING DAERAH PENELITIAN

Menurut Fahrudi (2004), lingkungan pengendapan dari hasil analisis fasies

batugamping meliputi Reef Slope, Reef Framework, dan Proximal Talus. Fahrudi

(2004) melakukan analisis sedimentasi batugamping Formasi Rajamandala daerah

penelitian dengan metode measuring section dengan dua lintasan lateral yang

kemudian dibuat profil dan penampang vertikal sehingga sebaran vertikalnya

dapat diketahui. Deskripsi litologi fasies batugamping berdasarkan Fahrudi (2004)

lebih dominan dilakukan secara megaskopis, sedangkan pembahasannya lebih

banyak mengenai analisis sedimentasinya yang meliputi lingkungan, bentuk, dan

mekanisme pengendapannya tetapi tidak dilakukan analisis sebaran fasies

batugampingnya sehingga tidak terdapat peta sebaran fasies secara lateral.

Menurut Antoni (2007), lingkungan pengendapan fasies batugamping

berdasarkan analisis mikrofasiesnya meliputi Foreslope, Organic Build up, dan

Shelf Lagoon. Antoni (2007) melakukan studi fasies batugamping Formasi

Rajamandala daerah penelitian dengan metode sampling dan measuring section

dengan lima profil vertikalnya. Deskripsi litologi fasies batugamping berdasarkan

Antoni (2007) lebih dominan dilakukan secara mikroskopis karena analisis

lingkungan pengendapannya menggunakan standar mikrofasies berdasarkan

Wilson (1975). sedangkan pembahasan yang dilakukan meliputi analisis sebaran

fasies batugamping secara lateral sehingga dibuat peta sebaran fasiesnya, analisis

lingkungan pengendapannya, porositas, dan diagenesis batugamping, tetapi tidak

dibuat penampang vertikalnya sehingga kurang diketahui penyebaran vertikalnya.

Antoni (2007) dan Fahrudi (2004) merupakan acuan utama sumber

bahasan studi khusus mengenai fasies batugamping daerah penelitian. Namun

demikian, terdapat beberapa perbedaan metode, deskripsi, dan hasil lingkungan

pengendapan fasies batugamping pada penelitian dan pembahasan penulis berikut

ini. Selain itu, studi karakterisasi rekahan fasies batugamping daerah penelitian

merupakan suatu nilai tambah penulis pada penelitian kali ini yang belum pernah

dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.

Page 2: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

49

4.1 Metode Penelitian Fasies

Studi fasies batugamping menggunakan metode sampling dan measuring

section dengan tiga lintasan lateral yang kemudian dibuat profil dan penampang

vertikalnya dan tiga lintasan vertikal. Deskripsi litologi fasies batugamping lebih

dominan dilakukan secara megaskopis terutama pada singkapan yang representatif

dan juga beberapa secara mikroskopis. Analisis yang dilakukan pada studi fasies

batugamping meliputi analisis sebaran fasies secara lateral dan vertikal sehingga

dapat dibuat peta sebaran fasies secara lateral, penampang vertikal dan model

penyebarannya secara 3D, selain itu dilakukan analisis lingkungan, bentuk, dan

model pengendapannya.

Selain studi fasies dilakukan studi rekahan berupa karakterisasi rekahan

pada beberapa fasies batugamping daerah penelitian sehingga dapat diketahui

hubungan antara rekahan dan fasiesnya, serta analisis pola rekahan sehingga dapat

diketahui pola rekahan dan struktur geologi setempat. Studi karakterisasi rekahan

dilakukan dengan metode scanline terutama pada beberapa fasies batugamping

dengan singkapan yang representatif dalam hal ini terdapat pada lingkungan

pengendapan dan struktur geologi yang sama tetapi mempunyai komposisi litologi

(fasies) batugamping yang berbeda. Studi karakterisasi rekahan akan dibahas lebih

lanjut pada bab V.

4.2 Klasifikasi Fasies Batuan Karbonat

Batuan karbonat merupakan batuan sedimen yang mengandung mineral-

mineral karbonat lebih dari 60 %. Batuan karbonat terbagi menjadi dua jenis

yaitu batugamping dan dolomite. Batuan karbonat bersifat monomineral yang

terdiri dari kalsium karbonat dengan tambahan sedikit magnesium dalam pola

geometris kristal. Batuan karbonat diidentifikasi dan dibedakan dari kemas dan

teksturnya bukan komposisi mineralnya.

Batuan karbonat menunjukkan lingkungan pengendapan yang khusus yaitu

lingkungan pengendapan laut dangkal yang hangat, dan jernih. Batuan karbonat

umumnya terbentuk pada lingkungan tertentu (Gambar 4.1) antara lain hangat,

jernih, kaya nutrisi, kedalaman dangkal, bebas dari klastik halus, dan cahaya

Page 3: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

50

matahari yang cukup. Batuan karbonat laut dalam yang ada terbatas pada

batugamping pelagis. Produksi karbonat terutama dikontrol oleh temperature,

salinitas, dan intensitas cahaya serta kadar oksigen, masuknya klastik, predasi, dan

suplai nutrisi. Pabrik karbonat terletak pada break, slope, dan elevasi lainnya

dengan ciri turbulensi yang tinggi, rendahnya arus turbidit, dan kedalaman

dangkal.

Sedimentasi karbonat dikontrol oleh persamaan reaksi kimia tunggal, yaitu:

H+ + HCO3- + Ca2+ CaCO3 + H2O + CO2

Meningkatnya konsentrasi CO2 dalam larutan akan membawa persamaan

reaksi bergerak ke kiri, menghasilkan disolusi atau pelarutan kembali kalsium

karbonat. Meningkatnya konsentrasi CO2 mungkin dikarenakan oleh peningkatan

kedalaman (PCO2). Masuknya air meteorik atau CO2 menyebabkan peluruhan

material organik. Sedangkan penurunan konsentrasi CO2 akan membawa

persamaan bergerak ke kanan, menghasilkan endapan karbonat. Penurunan CO2

mungkin disebabkan oleh evaporasi, peningkatan temperatur akibat pemanasan air

laut oleh cahaya matahari, khususnya di laut dangkal. CO2 ditangkap oleh

organisme khususnya alga untuk fotosintesis.

Pengendapan dan pelarutan kalsium karbonat dikontrol oleh kosentrasi ion

Ca++ dan konsentrasi ion CO3-. Saturasi atau kejenuhan ion Ca++ dikontrol oleh

evaporasi dan temperatur. Saturasi ion CO3- dikontrol oleh tekanan parsial,

temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral

karbonat larut pada kedalaman tertentu yang disebut ACD (Aragonite

Compensation Depth) dan CCD (Calcite Compensation Depth).

Proses pengendapan karbonat antara lain:

Sekresi (komponen kerangka organik)

Akresi (komponen bukan kerangka organik)

Aggregasi (kerangka dan bukan kerangka organic)

Partikulasi (bukan kerangka organik)

Akumulasi karbonat dikontrol oleh:

Perubahan muka laut (eustasi)

Penurunan cekungan (subsidence)

Produktivitas karbonat

Page 4: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

51

Gambar 4.1 Model pertumbuhan reef modern (James & Bourque, 1992 dengan modifikasi)

Fasies adalah suatu tubuh batuan berdasarkan kombinasi litologi, struktur

fisik, kimia atau biologi dalam kesamaan waktu. Dua tubuh batuan yang

diendapkan pada waktu yang sama dikatakan berbeda fasies jika kedua batuan

tersebut berbeda ciri fisik, kimia atau biologinya (Sandi Stratigrafi Indonesia,

1996). Fasies merupakan tubuh batuan yang dicirikan terutama oleh sifat fisik,

biologi, dan kimia (Tucker dan Wright, 1990). Fasies dapat didefinisikan suatu

satuan khusus dari atribut sedimen; karakteristik litologi, tekstur, rangkaian

struktur sedimen, kandungan fosil, warna, dan yang lainnya (Tucker dan Wright,

1990). Tekstur dan komposisi faises batuan karbonat menunjukkan proses dan

lingkungan pengendapannya.

Dalam batuan karbonat dapat hadir berbagai macam fasies dan diperlukan

identifikasi yang cermat dalam pengamatannya. Penentuan fasies pada penelitian

ini didasarkan pada pengamatan komponen penyusun (biota, mikrit, semen),

tekstur, struktur dan porositas, melalui pengamatan. Penamaan fasies batuan

karbonat pada penelitian ini berdasarkan pengamatan secara megaskopis dan

mikroskopis menggunakan asosiasi klasifikasi Dunham (1962) dan klasifikasi

Embry & Klovan (1971).

Klasifikasi Dunham (1962) (Gambar 4.2) berdasarkan tekstur batuan

karbonat yaitu proporsi dari butiran terhadap matriks, antara lain mudstone,

wackestone, packestone, grainstone, boundstone, dan crystalline carbonate.

Page 5: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

52

Gambar 4.2 Klasifikasi batuan karbonat berdasarkan teksturnya (Dunham, 1962)

Klasifikasi Embry & Klovan (1971) (Gambar 4.3) berdasarkan tekstur

secara megaskopis dan terdapatnya lumpur karbonat diantara kerangka atau

pecahan-pecahan kerangka, antara lain: framestone (terdiri seluruhnya dari

kerangka organik seperti koral, bryozoa, ganggang dengan matriks <10%),

bindstone (terdiri dari kerangka/pecahan kerangka organik seperti koral, yang

telah diikat kembali oleh kerak lapisan-lapisan (encrusting) gamping yang

dikeluarkan oleh ganggang merah), bafflestone (terdiri dari kerangka organik

seperti koral dalam posisi tumbuh dan diselimuti oleh lumpur gamping), rudstone

(hasil rombakan suatu terumbu dan terkumpul setempat atau ditransport oleh gaya

berat, tanpa adanya lumpur gamping diantara fragmen-fragmennya), dan

floatstone ( terdiri dari potongan-potongan kerangka organik yang mengambang

dalam lumpur gamping).

Gambar 4.3 Klasifikasi batuan karbonat

berdasarkan tekstur secara megaskopis dan terdapatnya lumpur karbonat (Embry & Klovan, 1971).

Page 6: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

53

4.3 Fasies Batugamping Daerah Penelitian

Penamaan fasies batugamping daerah penelitian ini berdasarkan

pengamatan secara megaskopis dan mikroskopis menggunakan asosiasi klasifikasi

Dunham (1962) dan klasifikasi Embry & Klovan (1971).

Fasies

Foto 4.1. Singkapan batugamping berlapis, dip ke selatan, lintasan vertikal paling utara LY-1

Fasies Rudstone

Fasies ini mempunyai komponen utama berupa bioklas dari pecahan-

pecahan moluska, koral, alga, dan foraminifera. Fasies rudstone, berwarna abu –

abu terang kebiruan, terpilah buruk, kemas terbuka, fragmen > 10 % dengan

ukuran > 2mm, terdiri dari material rombakan, bentuk tidak utuh, patah-patah,

tidak dalam posisi tumbuh, mempunyai komponen utama berupa pecahan –

pecahan moluska dan koral (berupa head massive coral, platy coral, branching

coral) serta komponen lain berupa foraminifera dan alga, dengan kelimpahan

fragmen jauh lebih dominan dibandingkan lumpur karbonatnya. Fasies ini

ditemukan di beberapa lokasi antar lain KN-7, KN-11, KN-12, LY-1, LY-3, CK-

3. Beberapa fasies dapat terbagi menjadi subfasies yang ditemukan berdasarkan

komponen paling dominan antara lain coral rudstone dan molusca rudstone (Foto

4.2).

Page 7: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

54

Berdasarkan pengamatan secara mikroskopis, pada fasies rudstone ini

diperoleh mikrofasies berupa boundstone dan foraminifera packstone, yang

memperlihatkan tekstur grain supported, terpilah buruk, kemas terbuka, terdiri

dari fragmen fosil berupa foraminifera, alga, koral, moluska, dan echinodermata;

berbentuk utuh dan pecah-pecah; berukuran 0,3 – 2.5 mm, berbentuk menyudut,

tertanam dalam matriks mikrit dan semen umumnya sparry calcite hingga

mikrospar yang mengisi rongga-rongga dalam batuan, porositas yang teramati

berupa porositas interpartikel, moldic, dan vuggy. Moluska berbentuk utuh hingga

pecah-pecah berupa gastropoda dan bivalve. Foraminifera besar yang terlihat pada

sayatan antara lain Miogypsina s.p., Lepidocyclina sp., Spiroclypeus sp.

Foraminifera kecil yang ditemukan berupa Globigerina, Globigerinoides, dan

Milliolidae.

Fasies rudstone merupakan material rombakan yang umumnya

menunjukkan suatu endapan gravitasi akibat adanya perbedaan lereng. Fasies

rudstone biasanya menunjukkan lingkungan berenergi sedang-tinggi seperti pada

lingkungan pengendapan slope (fore reef) dan ditemukan pada paparan laut

dangkal dekat dengan pertumbuhan reef atau di sekitar patch reef. Apabila

memiliki energi yang cukup tinggi fasies ini dapat hadir pada bagian belakang

dari platform atau di belakang barrier reef yang dekat dengan reef crest dan

umumnya berasosiasi dengan fasies packtone-grainstone.

Fasies rudstone ini biasanya ditemukan pada daerah paparan laut dangkal

dekat dengan pertumbuhan terumbu dan lingkungan berenergi sedang-tinggi

seperti pada lingkungan pengendapan bagian foreslope facies (Antoni, 2007).

Foto 4.2 Singkapan batugamping fasies rudstone (kiri: molusca rudstone, kanan: coral rudstone)

Page 8: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

55

Fasies Floatstone

Fasies ini umumnya mempunyai komponen utama yang hampir sama

dengan fasies rudstone, tetapi lumpur karbonat yang terdapat dalam fasies ini jauh

lebih dominnan sehingga butiran tampak mengambang dalam matriks lumpur

karbonat. Fasies ini berwana abu-abu terang, matrix-supported, dengan

komponen fragmen > 10% tetapi lebih sedikit dari rudstone dengan ukuran > 2

mm, terdiri dari material rombakan dari berupa dominan fragmen moluska

(gastropoda dan bivalve), echinoid, dan foraminifera; disertai pecahan koral dan

alga.

Pada sayatan tipis diperoleh foraminifera grainstone, packstone, dan

wackestone, yang memperlihatkan tekstur mud-grain supported, terpilah buruk,

kemas terbuka, terdiri dari fragmen fosil berupa foraminifera, moluska, echinoid,

koral, brachiopoda, dan alga; berbentuk utuh dan pecah-pecah; berukuran 0,1 –

2.5 mm, berbentuk menyudut, tertanam dalam matriks mikrit dan semen

umumnya sparry calcite hingga mikrospar yang mengisi rongga-rongga dalam

batuan, porositas yang teramati berupa porositas interpartikel, moldic, stylolite,

dan vuggy. Moluska berbentuk utuh hingga pecah-pecah berupa gastropoda dan

bivalve. Foraminifera besar yang terlihat pada sayatan antara lain Lepidocyclina

sp., Spiroclypeus sp.,dan Operculina sp.

Fasies floatstone (Foto 4.3) merupakan material rombakan yang umumnya

menunjukkan lingkungan berenergi sedang-tinggi seperti dan ditemukan pada

paparan laut dangkal dekat dengan pertumbuhan reef.

Foto 4.3 Singkapan batugamping fasies floatstone

Page 9: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

56

Fasies Branching Coral Bafflestone

Fasies ini berwarna putih - abu-abu terang, terdiri dari koral pada posisi

tumbuh (branching coral) namun ada yang pecah, di antara antar koral terisi oleh

matriks lumpur karbonat. Fasies branching coral bafflestone (Foto 4.4)

menunjukkan suatu lingkungan berenergi tinggi dengan kedalaman antara 20 – 50

m, dengan pencahayaan tebatas, dan mewakili lingkungan reef front.

Fasies Platy Coral Bindstone

Fasies ini berwarna putih kecoklatan hingga keabu-abuan, terdiri dari platy

coral, massive coral, dan encrusted algae. berbentuk memanjang hampir sejajar

perlapisan, yang diantaranya dilingkupi oleh lumpur karbonat (Foto 4.5). Pada

sayatan tipis ditemukan platy-coral wackestone dan boundstone. Fasies ini

menunjukkan lingkungan berenergi tinggi dengan kedalaman ± 20 – 50 m. Fasies

ini menunjukkan lingkungan berenergi tinggi, mewakili lingkungan reef front atau

reef crest.

Foto 4.4 Singkapan batugamping fasies branching coral bafflestone

Page 10: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

57

Fasies Head-Massive Coral Framestone

Fasies ini berwarna abu-abu terang, terdiri dari head-massive coral,

boundstone, dan sedikit pecahannya, yang diantaranya terisi oleh matriks lumpur

karbonat (Foto 4.6). Fasies framestone menunjukkan lingkungan dengan sirkulasi

air baik, berenergi tinggi, mewakili lingkungan reef crest.

Fasies Wackestone

Fasies wackestone (Foto 4.7), mud-supported, terdiri dari fragmen komponen

penyusun berupa lumpur karbonat > 15 % lebih banyak dari grainstone, dengan

fragmen foraminifera, moluska, pecahan red algae, pecahan koral, echinoderm,

brachiopoda, padat, keras, kompak. Pada sayatan tipis diperoleh tekstur klastik,

Foto 4.6 Singkapan batugamping fasies head-massive coral framestone

Foto 4.5 Singkapan batugamping fasies platy coral bindstone

Page 11: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

58

terpilah buruk, kemas terbuka, ada urat kalsit, butiran terdiri dari fragmen fosil

berupa moluska, koral, alga. utuh dan pecah-pecah, matriks berupa lumpur

karbonat, mulai terkristalisasi menjadi mikrit, semen berupa spari kalsit hingga

mikrospar, Foraminifera besar berupa Borelis sp., Spiroclypeus sp. Foraminifera

kecil, utuh sampai pecah-pecah, kamar mulai terisi oleh kalsit. Foraminifera kecil

berupa Globigerina, Catapsydrax, Milliolidae, Nodosari, Bolivina, Uvigerina.

Moluska bentuk pecah-pecah, berupa bivalve, kamar mulai terisi oleh kalsit

Brachiopoda bentuk utuh – pecah-pecah, kamar terisi kalsit.

Fasies ini menunjukkan lingkungan berenergi lemah – sedang, dan mewakili

lingkungan lagoonal (platform interior) dicirikan dengan melimpahnya komponen

foraminifera terutama Milliolidae.

Fasies Packstone

Fasies packestone (Foto 4.8), berwarna putih keabu-abuan, grain-supported,

terdiri dari fragmen komponen penyusun berupa lumpur karbonat > 10 %, dengan

fragmen foraminifera, moluska, pecahan red algae, pecahan koral, echinoderm,

brachiopoda, padat, keras, kompak. Pada sayatan tipis didapatkan Foraminifera

Packstone, tekstur klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, fragmen terdiri dari

pecahan alga, foraminifera, koral, echinodermata, dan moluska. Foraminifera

berupa foraminifera besar, utuh sampai pecah-pecah, kamar mulai terisi oleh

kalsit. Foraminifera besar berupa Miogypsina sp., Spiroclypeus sp. Alga berbentuk

memanjang, pecah-pecah, jenis red algae, koral bentuk utuh sampai pecah-pecah.

Echinoderm bentuk utuh hingga pecah-pecah.

Foto 4.7 Singkapan batugamping fasies wackestone

Page 12: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

59

Fasies ini menunjukkan lingkungan berenergi lemah – sedang, yang terdapat

di sekitar pertumbuhan reef.

Fasies Grainstone

Fasies grainstone (Foto 4.9), berdasarkan pengamatan mikroskopis, grain-

supported, terdiri dari fragmen komponen penyusun berupa lumpur karbonat < 10

%, dengan fragmen foraminifera besar, foraminifera kecil, red algae, dan sedikit

moluska, padat, keras, kompak. Pada sayatan tipis diperoleh Alga grainstone dan

Foraminifera grainstone, tekstur klastik, terpilah sedang, kemas terbuka, ada urat

kalsit, fragmen terdiri dari pecahan alga, foraminifera, dan pecahan moluska.

Foraminifera berupa foraminifera besar dan kecil, utuh sampai pecah-pecah,

kamar mulai terisi oleh kalsit. Foraminifera besar berupa Lepidocyclina sp.

Foraminifera kecil berupa foraminifera bentos antara lain Milliolidae. Alga

berbentuk memanjang, pecah-pecah, berupa red algae. Moluska bentuk pecah-

pecah, berupa bivalve kamar terisi kalsit.

Fasies ini merupakan material rombakan yang menunjukkan lingkungan

berenergi sedang–lemah, dengan lingkungan pengendapan di sekitar pertumbuhan

reef.

Foto 4.8 Singkapan batugamping fasies Foraminifera Packstone

Page 13: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

60

Fasies Boundstone

Berdasarkan pengamatan mikroskopis, sayatan tipis fasies ini terdapat pada

lokasi KN-5, KN-6, KN-7, terdiri dari komponen kerangka terutama koral dan

alga dalam posisi tumbuh, terpilah buruk, kemas terbuka, butiran terdiri dari

fragmen fosil berupa, alga, koral, foraminifera, bryozoa, brachiopoda, dan

echinodermata; utuh dan pecah-pecah, ukuran pasir sedang – kasar (0.8-2.5 mm),

matriks berupa lumpur karbonat yang mulai terkristalisasi menjadi mikrit, semen

mikrospari kalsit, porositas vuggy dan interpartikel.

Foraminifera berupa foraminifera besar dan kecil, utuh sampai pecah-pecah,

kamar mulai terisi oleh kalsit. Foraminifera besar berupa Lepidocyclina sp.,

Spiroclypeus sp., dan Miogypsina sp. Alga berbentuk memanjang, utuh hingga

pecah-pecah, jenis red algae dan green algae. Koral berbentuk pecah-pecah,

berupa head coral, pada posisi tumbuh, mulai terisi kalsit, bryozoa berupa koloni.

Matriks lumpur karbonat hadir mengikat butiran/fragmen, coklat keruh,

terekristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit. Semen berupa mikrospari kalsit,

mengisi ruang antar butir/fragmen, bentuk kristal subhedral-anhedral.

Foto 4.9 Singkapan batugamping fasies Foraminifera Grainstone

Page 14: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

61

4.4 Asosiasi Fasies

Penulis menyederhanakan pengelompokan fasies dalam pemetaan

penyebarannya menjadi asosiasi fasies karena keterdapatan jenis fasies yang

beragam dan kompleks. Penyederhaan menjadi asosiasi fasies tersebut

berdasarkan persebaran, asosiasi, ciri fisik, dan lingkungan pengendapannya.

Asosiasi fasies tersebut antara lain asosiasi fasies wackstone-packstone, asosiasi

fasies boundstone-floatstone, asosiasi fasies framestone-bafflestone-bindstone,

asosiasi fasies rudstone-floatstone.

Asosiasi fasies wackstone-packstone terdapat di bagian paling selatan dari

satuan batugamping yang memanjang NE-SW ditunjukkan dengan warna hijau

pada peta sebaran fasies (Lampiran H), terdiri dari dominan fasies wackestone dan

packstone, disertai fasies grainstone.

Asosiasi fasies boundstone-floatstone terdiri dari fasies boundstone dan

floatstone, terdapat di bagian tengah satuan batugamping di sebelah utara fasies

wackstone-packstone,yang memanjang NE-SW ditunjukkan dengan warna merah

muda pada peta sebaran fasies (Lampiran H).

Asosiasi fasies framestone-bafflestone-bindstone terdapat di bagian tengah

satuan batugamping di sebelah utara fasies boundstone-floatstone yang

memanjang NE-SW, ditandai dengan warna jingga pada peta sebaran fasies

(Lampiran H), terdiri dari dominan fasies head-massive coral, fasies branching

coral bafflestone dan fasies platy coral bindstone, disertai fasies boundstone,

fasies molusca rudstone (molusca dan coral rudstone) , fasies floatstone (molusca

floatstone), fasies grainstone, fasies foraminifera packstone, fasies coral

packstone, alga packstone, wackestone .

Asosiasi fasies rudstone-floatstone terdiri dari dominan fasies rudstone

dan floatstone, disertai fasies branching coral bafflestone, fasies foraminifera

packstone, fasies foraminifera grainstone, dan fasies wackstone. Asosiasi fasies

ini terdapat memanjang NE-SW di bagian paling utara satuan batugamping,

ditandai dengan warna biru pada peta sebaran fasies daerah penelitian (Lampiran

H).

Page 15: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

62

4.5 Penyebaran Fasies Batugamping Daerah Penelitian

Untuk mengetahui penyebaran fasies batugamping daerah penelitian,

penulis melakukan measuring section pada tiga lintasan lateral (Gambar 4.4,

Gambar 4.6, Gambar 4.8) dan tiga lintasan vertikal (Gambar 4.10, Gambar 4.11,

Gambar 4.12). Lintasan lateral akan menunjukkan penyebaran fasies secara lateral

(Gambar 4.13) dan penyebaran vertikal melalui penampangnya. Sedangkan

lintasan vertikal pada beberapa singkapan dapat menunjukkan penyebaran vertikal

dan bentuk pengendapan terutama berdasarkan korelasinya (Gambar 4.14).

Lintasan Lateral KN (Karangnangge) (Gb. 4.4, Gb. 4.5)

Gambar 4.4 Lintasan Lateral KN (KarangKarangnangge) pada peta (tanpa skala)

Lintasan Lateral KG (Karanggantung) (Gb. 4.6, Gb. 4.7)

Page 16: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

63

Gambar 4.6 Lintasan Lateral KG (KarangKaranggantung) pada peta (tanpa skala)

Gambar 4.7 Profil (kiri) dan Penampang (kanan) dari Lintasan Lateral KG

Lintasan Lateral GG (Gunungguruh) (Gb. 4.8, Gb. 4.9)

Gambar 4.8 Lintasan Lateral GG (Gunungguruh) pada peta

Page 17: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

64

Page 18: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

65

Page 19: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

66

PETA SEBARAN FASIES

Gambar 4.13 Peta sebaran fasies batugamping daerah penelitian

Page 20: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

67

Page 21: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

68

4.6 Lingkungan Pengendapan

Model lingkungan pengendapan fasies batugamping daerah penelitian

dapat digambarkan berdasarkan jenis fasies, pola distribusi penyebaran fasies

serta asosiasinya secara 3D (Gambar 4.15). Model lingkungan pengendapan yang

digunakan dalam studi kali ini adalah model pengendapan shelf carbonate

platform reefal (platform karbonat paparan terumbu), model pengendapan

berdasarkan distribusi fasies dalam reef margin atau shelf-margin oleh James dan

Bourque (1992) maupun Nichols (1999). Menurut model shelf carbonate platform

reefal, daerah penelitian terdapat pada lingkungan pengendapan shelf, shelf-

margin, dan slope. sedangkan menurut model James dan Bourque (1992) maupun

Nichols (1999), daerah penelitian mempunyai empat lingkungan pengendapan

antara lain lagoon, back reef, reef core, dan fore reef (Gambar 4.17). Morfologi

platform karbonat daerah penelitian berupa morfologi rimmed platform dengan

geometri progradasi (Gambar 4.16). Berdasarkan Antoni (2007), lingkungan

pengendapan yang ditemukan di daerah penelitian berupa shelf lagoon, organic

build up, dan foreslope yang merujuk pada model paparan karbonat Wilson

(1975). Sedangkan berdasarkan Fahrudi (2004), lingkungan pengendapan daerah

penelitian meliputi Proximal Talus, Reef Framework, dan Reef Slope yang

merujuk pada pemodelan Longman (1981).

Page 22: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

69

Lagoon

Secara umum tipe endapan lagoon dicirikan oleh adanya endapan bioklastik

halus yang diwakili oleh asosiasi fasies wackstone- packstone (Foto 4.10) pada

daerah penelitian dan melimpahnya komponen foraminifera terutama Milliolidae.

Lagoon memiliki ukuran yang bervariasi dari yang kecil hingga area yang luas di

belakang barrier reef (Tucker dan Wright, 1990). Lagoon merupakan bagian dari

platform interior (shelf), berada di bagian belakang back reef dan reef crest yang

mempunyai sistem energi lemah – sedang.

Lingkungan pengendapan lagoon diwakili asosiasi litofasies SMF-9, SMF-10

menurut Antoni (2007) yang merujuk pada klasifikasi mikrofasies Wilson (1975)

dengan fasies Lepidocyclina packstone sebagai penciri lingkungan

pengendapannya.

Foto 4.10 Singkapan batuan asosiasi fasies wackstone- packstone

Page 23: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

70

Back Reef

Back reef diwakili oleh asosiasi fasies boundstone-floatstone (Foto 4.11)

pada daerah penelitian. Back reef masih merupakan bagian dari platform

interior atau shelf-margin, berada di bagian belakang reef crest, yang

mempunyai sistem energi sedang, terlindung dari sistem energi tinggi.

Reef Core

Reef core merupakan bagian dari reef margin atau shelf margin yang terdiri

dari reef crest dan reef front. Pada daerah penelitian, reef core diwakili oleh

asosiasi fasies framestone-bafflestone-bindstone (Foto 4.12). Fasies reef core

terdiri dari boundstone terutama framestone, bindstone, dan bafflestone;

sedangkan rudstone dan floatstone merupakan hasil rombakannya.

Foto 4.12 Singkapan batuan asosiasi fasies framestone-bafflestone-bindstone

Foto 4.11 Singkapan batuan asosiasi fasies boundstone-floatstone

Page 24: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

71

Lingkungan pengendapan Reef core sebanding dengan lingkungan

pengendapan Organic build up yang mengacu pada lingkungan pengendapan

berdasarkan Antoni (2007) . Menurut Antoni (2007), lingkungan organic build up

merupakan asosiasi mikrofasies dari SMF-7 dengan SMF-11, dan SMF-12

berdasarkan Wilson (1975) dengan fasies berupa coral boudstone seperti massive

framestone, platy coral boundstone, dan bafflestone.

Lingkungan pengendapan Reef core dapat disebandingkan juga dengan

lingkungan Reef framework pada lingkungan pengendapan berdasarkan Fahrudi

(2004) yang merujuk pada model pengendapan Longman (1981). Menurut

Fahrudi (2007), lingkungan Reef framework terdiri dari asosiasi fasies Framestone

dan Packstone.

Fore Reef

Pada daerah penelitian, lingkungan pengendapan Fore reef diwakili oleh

asosiasi fasies rudstone – floatstone (Foto 4.13). Fore reef merupakan suatu

lingkungan tempat akumulasi runtuhan atau jatuhan dari material reef core,

berupa karbonat breksi yang secara umum dicirikan oleh fasies rudstone. Fasies

rudstone merupakan endapan hasil rombakan yang membentuk endapan talus

akibat adanya perbedaan lereng atau pengaruh gravitasi. Fore reef menunjukkan

lingkungan slope, yang terletak di depan reef core.

Lingkungan pengendapan Fore reef sebanding dengan lingkungan

pengendapan Foreslope yang mengacu pada lingkungan pengendapan

berdasarkan Antoni (2007) . Menurut Antoni (2007), lingkungan pengendapan

foreslope umumnya terdiri dari asosiasi litofasies SMF-4, SMF-5, SMF-6, SMF-9

Foto 4.13 Singkapan batuan asosiasi

fasies rudstone – floatstone

Page 25: BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH · PDF file-dikontrol oleh tekanan parsial, temperatur, atmosfer, dan aktivitas biogenis khususnya fotosintesis. Mineral ... pecahan-pecahan kerangka,

72

berdasarkan klasifikasi mikrofasies Wilson (1975), yang diwakili juga oleh

lapisan massive coral rudstone debris.

Lingkungan pengendapan Fore reef dapat disebandingkan juga dengan

lingkungan Reef Slope pada lingkungan pengendapan berdasarkan Fahrudi (2004)

yang merujuk pada model pengendapan Longman (1981). Menurut Fahrudi

(2007), lingkungan Reef Slope terdiri dari asosiasi fasies Rudstone, Packstone, dan

Grainstone.