154
Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil Prasnrvai 1. Deskripsi Hasil Prasurvai Data-data prasurvai diperoleh dari hasil penyebaran angket, observasi, dan wawancara sesuai dengan masalah penelitian. Penyebaran angket dilakukan kepada delapan orang dosen mata kuliah keterampilan berbahasa pada Program Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI dan 30 orang mahasiswa semester 4 pada program yang sama sebagai sampel yang telah ditetapkan sebagaimana dijelaskan pada Bab m. Ketiga puluh mahasiswa yang menjadi sumber data dalam kegiatan prasurvai diberi angket yang berisi tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan kemampuan dan minat mahasiswa terhadap mata kuliah keterampilan berbahasa. Selain melalui penyebaran angket kepada para dosen dan mahasiswa, prasurvai juga dilakukan melalui observasi lapangan dan wawancara. Observasi dan wawancara tersebut dilakukan kepada subjek penelitian dengan jumlah sampel yang sama, yakni delapan orang dosen Program Pendidikan Bahasa Jerman dan sejumlah dosen program lain (Jepang dan Prancis) sebagai pelengkap dan pembanding. Hasil dari pengolahan data prasurvai pada setiap pokok permasalahan yang dijadikan salah satu dasar pengembangan program, dijelaskan seperti di bawah ini. 138

Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Bab IV.

DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Prasnrvai

1. Deskripsi Hasil Prasurvai

Data-data prasurvai diperoleh dari hasil penyebaran angket, observasi,

dan wawancara sesuai dengan masalah penelitian. Penyebaran angket dilakukan

kepada delapan orang dosen mata kuliah keterampilan berbahasa pada Program

Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI dan 30 orang mahasiswa semester 4 pada

program yang sama sebagai sampel yang telah ditetapkan sebagaimana

dijelaskan pada Bab m. Ketiga puluh mahasiswa yang menjadi sumber data

dalam kegiatan prasurvai diberi angket yang berisi tentang masalah-masalah

yang berkaitan dengan kemampuan dan minat mahasiswa terhadap mata kuliah

keterampilan berbahasa.

Selain melalui penyebaran angket kepada para dosen dan mahasiswa,

prasurvai juga dilakukan melalui observasi lapangan dan wawancara. Observasi

dan wawancara tersebut dilakukan kepada subjek penelitian dengan jumlah

sampel yang sama, yakni delapan orang dosen Program Pendidikan Bahasa

Jerman dan sejumlah dosen program lain (Jepang dan Prancis) sebagai

pelengkap dan pembanding.

Hasil dari pengolahan data prasurvai pada setiap pokok permasalahan

yang dijadikan salah satu dasar pengembangan program, dijelaskan seperti di

bawah ini.

138

Page 2: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Page 3: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

139

a. Persepsi Dosen testa ag Proses PembelajaraB Keterampilan Berbahasa

Rangkaian pembelajaran keterampilan berbahasa hakekatnya terdiri atas

penyusunan rencana pembelajaran; pelaksanaan pembelajaran; dan evaluasi

pembelajaran. Bagaimana persepsi dosen tentang ketiga hal tersebut, berikut

mi dipaparkan mengenai hasil dari angket yang telah disebarkan.

1) Pendapat Dosen tentang Peaynsnnan Rencana Pembelajaran

Hasil analisis data menunjukkan bahwa para dosen memiliki

kecenderungan pendapat yang sama dalam menyusun rencana pembelajaran

keterampilan berbahasa. Mereka berpendapat bahwa setiap penyusunan

rencana pembelajaran selalu diawali dengan penyusunan tujuan umum yang

merujuk pada rumusan tujuan kurikulum yang berlaku. Sementara itu, pada

tahapan pembelajaran, tujuan yang lebih khusus ditetapkan berdasarkan materi

dan kompetensi yang dituntut dalam pembelajaran bahasa, terutama yang

berkenaan dengan keempat keterampilan, yakni menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis.

Tujuan yang dirumuskan, juga didasarkan pada pertimbangan lain,

seperti kemampuan mahasiswa dengan berbagai tingkatan kognisi, afeksi dan

psikomotor; serta standar keterampilan berbahasa yang dibutuhkan.

Hal-hal yang berhubungan dengan bahan materi pembelajaran, dosen

cenderung memiliki kesamaan pendapat, bahwa bahan atau materi tersebut

disusun berdasarkan acuan rumusan tujuan kurikulum, buku sumber, pokok

Azu Ma%*ktm/Daermi/PPS-UPI2006

Page 4: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

140

bahasan berupa deskripsi matakuliah yang tercantum dalam silabus atau satuan

acara perkuliahan (SAP); dan kompetensi yang harus dimiliki para mahasiswa.

Dalam menyusun rencana pembelajaran, hampir setiap dosen

menetapkan cara atau metode yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan

pembelajaran di dalam kelas. Metode tersebut di antaranya adalah metode

komunikatif, simulasi (role playing), tanya jawab, diskusi, pemberian tugas,

audio visual, interkultural (silang budaya), dan metode ceramah (kuliah).

Pertimbangan-pertimbangan yang diambil dalam memilih dan menetapkan

metode pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas didasarkan pada tujuan

yang ingin dicapai; materi perkuliahan yang akan diberikan; perbedaan

individu mahasiswa; dan kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki.

Dalam hal menentukan urutan atau langkah-langkah pembelajaran,

dosen juga memiliki pendapat yang sama, bahwa langkah-langkah tersebut

terdiri atas pendahuluan (appersepsi), pembahasan materi pokok dan latihan-

latihan, serta penutup pembelajaran dalam bentuk penyimpulan dan evaluasi.

Demikian pula ketika menyusun rencana evaluasi pembelajaran, hampir semua

dosen menyiapkan pertanyaan atau soal-soal untuk mengevaluasi tingkat

pencapaian belajar mahasiswa. Pertimbangannya didasarkan pada acuan yang

berkenaan dengan tujuan kurikulum, materi perkuliahan, dan tingkat kesukaran

soal-soal tersebut.

Selain itu, dosen juga cenderung berpendapat yang sama, bahwa

penyusunan rencana pembelajaran dibarengi pula dengan menyiapkan tugas-

tugas yang harus dikerjakan oleh para mahasiswa di luar jam perkuliahan. Hal

Azis MahfuddWDiserüai/TPS-UP¡2006

Page 5: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

141

ini dilakukan dengan pertimbangan, bahwa tugas-tugas tersebut dapat

diselesaikan dan dipecahkan melalui latihan-latihan dengan menggunakan buku

sumber yang ada.

Dalam mengimplementasikan pendekatan dengan model belajar tuntas

(mastery learning), dosen melakukan upaya-upaya sebagai berikut: a)

membuat langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan metode

yang digunakan; b) melakukan evaluasi secara kontiniu; dan c) memberikan

jam tambahan berupa bimbingan bagi mahasiswa yang kurang atau belum

memiliki kemampuan yang memadai. Kegiatan ini dilakukan agar tidak

terlampau jauh berbeda antara yang memiliki kemampuan lebih dengan yang

memiliki kemampuan kurang. Perbedaan kemampuan yang terlalu jauh

(menurut mereka) akan membuat sulit dalam mengimplementasikan belajar

tuntas, terlebih bahan atau sumber pembelajaran yang digunakan memuat

kesinambungan materi dari yang satu ke yang lainnya.

2) Pendapat Dosen tentang Implementasi Pembelajaran

Para dosen memiliki kecenderungan pendapat yang sama tentang

pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa. Mereka berpendapat bahwa

pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa menuntut adanya berbagai

variasi kegiatan yang harus dilakukan melalui penggunaan metode yang sesuai

dengan situasi pembelajaran itu sendiri.

Harapan para dosen dalam aktivitas pembelajaran keterampilan

berbahasa tersebut mencakup dimilikinya kemampuan berbahasa asing (bahasa

Aza Mahfitddm/Dissrtasi/PPS-UPI2006

Page 6: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

142

Jerman) yang memenuhi standar, yakni berupa kemampuan menyimak,

berbicara, membaca, dan kemampuan menulis.

Untuk mengembangkan penguasaan keterampilan berbahasa, para dosen

selalu mendorong mahasiswa untuk aktif berbahasa, baik lisan maupun tertulis.

Aktivitas pembelajaran dilakukan melalui percakapan, dialog, ungkapan-

ungkapan untuk dihafal dan dilatih secara teratur oleh mahasiswa.

Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), dosen juga berusaha

mengembangkan kemampuan bernalar melalui bahasa asing (bahasa Jerman)

dengan cara melatih kemampuan berfikir mahasiswa, dan mencoba menghargai

ungkapan bahasa Jerman mereka, sehingga mereka termotivasi dan percaya

diri dalam mengungkapkan pertanyaan atau jawaban atas pertanyaan yang

diajukan dosen.

Selain itu, pada tataran pelaksanaan pembelajaran ini pun, mahasiswa

kadang-kadang diberi kesempatan untuk menentukan urutan proses

pembelajaran yang dikehendaki; untuk mengevaluasi hasil belajar mereka

sendiri; dan untuk mengubah susunan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan

mereka. Hal ini dilakukan agar proses pembelajaran lebih terfokus pada

aktivitas mahasiswa; sementara dosen lebih berperan sebagai motor atau

penggerak pembelajaran. Namun demikian, urutan proses pembelajaran yang

selama ini dilakukan, lebih banyak ditentukan oleh dosen dengan mengacu pada

sumber atau bahan pembelajaran yang ada.

Azis Mahjxidm/Di3ems¡/PPS'UP¡2006

Page 7: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

143

Dalam aktivitas pembelajaran selanjutnya, sebagian besar dosen selalu

menempatkan diri sebagai pembimbing belajar, sebagai motivator, dan sebagai

fasilitator. Hal ini sangat beralasan, karena pelaksanaan pembelajaran

keterampilan berbahasa sangat membutuhkan bimbingan, motivasi, fasilitas dan

berbagai kemudahan yang diberikan oleh dosen. Dosen lebih berperan sebagai

pemberi stimulus kepada para mahasiswa, untuk kemudian memperoleh respons

dengan segera dari mahasiswa.

Untuk lebih menghidupkan suasana komunikatif, dalam interaksi belajar

mengajar keterampilan berbahasa, dosen seringkali memberikan kesempatan

atau menganjurkan kepada para mahasiswa untuk melakukan kerja sama

dengan teman-temannya. Di sini dosen berusaha mengembangkan kebiasaan

mahasiswa untuk saling tukar informasi dalam hal bahan atau materi

perkuliahan; mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk bertanya dan

menyampaikan jawaban atau pendapat melalui ungkapan bahasa asing (bahasa

Jerman). Sementara, upaya dosen untuk melatih dan meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pertanyaan dan pendapat melalui

bahasa asing dilakukan melalui: a) dialog atau tanya jawab dengan ungkapan

bahasa sehari-hari; b) pemberian stimulus berupa pernyataan-pernyataan untuk

dipilih sesuai dengan jawaban yang tepat; c) pemberian kesempatan untuk

bertanya dan berpendapat; dan d) pemberikan reward secara wajar pada setiap

pendapat atau jawaban yang dikemukakan mahasiswa.

Azis Mahfiiddm/l>isertasi/PPS-UPI2006

Page 8: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

144

Dalam aktivitas interaksi belajar mengajar, para dosen juga selalu

memperhatikan sikap mahasiswa terhadap proses belajar mengajar yang sedang

berlangsung. Demikian pula dalam meningkatkan sikap positif mahasiswa

terhadap matakuliah keterampilan berbahasa dan pembelajarannya. Upaya-

upaya yang dilakukan ke arah itu di antaranya adalah: a) memberikan motivasi

dan menghargai pendapat; b) memberi kesempatan yang sama untuk

menyampaikan jawaban atau pendapat; c) memberi reward pada tiap upaya

mahasiswa; dan d) memperhatikan dengan sungguh-sungguh setiap jawaban

atau pendapat mahasiswa.

Minat dan kesungguhan para mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan

keterampilan berbahasa, juga seringkali mendapat perhatian dosen. Hal ini

dilakukan agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan memenuhi

hasil yang diharapkan.

Untuk meningkatkan minat mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan

keterampilan berbahasa tersebut, dosen melakukan upaya-upaya sebagai

berikut:

a) menjelaskan prospek lulusan;

b) menjelaskan keunggulan bahasa Jerman;

c) selalu mendorong mahasiswa untuk maju;

d) memperhatikan dan menghargai setiap pendapat mahasiswa;

e) menyesuaikan bahan (tema) dengan kebutuhan mahasiswa;

f) menyampaikan materi secara bervariasi;

Azii Ma^vddin/Di3eruai/PPS-UPl2006

Page 9: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

g) menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui tema-tema

sesuai dengan minat mahasiswa, misalnya melalui permainan;

h) memberikan pemahaman pentingnya penguasaan bahasa asing;

i) menegaskan kembali kehadiran kuliah 80 % kepada para mahasiswa; dan

j) hadir mengajar tepat waktu.

Hal-hal yang berkenaan dengan prilaku belajar mahasiswa berupa sikap

dan minat, terdapat butir-butir aktivitas yang sering digunakan dalam

mengevaluasi sikap dan minat mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Butir-

butir aktivitas itu di antaranya adalah: a) mengajukan pertanyaan-pertanyaan;

b) mengemukakan pendapat atau memberikan jawaban atas pertanyaan; c) aktif

terlibat dalam kelas dengan terus mengikuti perkuliahan dan mengerjakan

tugas-tugas; dan d) tetap melanjutkan pekerjaan atau tugas-tugas walaupun

waktu telah habis.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, dosen (sebagian besar) juga

mengembangkan metode dan pendekatan pembelajaran yaog merujuk pada

pengembangan kompetensi mahasiswa. Metode atau pendekatan yang

digunakan (menurut mereka) di antaranya adalah: a) komunikasi aktif dua arah;

b) simulasi (role playing); c) tanya jawab; d) diskusi; e) audio visual; f)

ceramah; g) pemberian tugas; dan h) tnterkultural (silang budaya);

Dalam hubungannya dengan bahan atau materi pembelajaran, dosen

mencoba berupaya mengembangkan bahan atau materi tersebut berdasarkan

kebutuhan dan kompetensi yang diharapkan, di antaranya adalah dengan cara:

a) memilih dan mengemas bahan atau materi sedemikian rupa; b) menyusun

Azis Mahfuddtn/Dtsenasi/PPS-VPnOOó

Page 10: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

146

bahan atau materi berdasarkan urutan logis; dan c) memilih bahan yang aktual

sesuai dengan kebutuhan dan pengalaman mahasiswa. Dengan cara ini

diharapkan semua mahasiswa memiliki taraf kemampuan dan keterampilan

berbahasa yang tidak jauh berbeda, sehingga proses pembelajaran selanjutnya

tidak memperoleh hambatan yang berarti.

3) Pendapat Dosen tentang Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran keterampilan berbahasa menurut dosen

dilakukan atau bertujuan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam

menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat kemampuan dan

keterampilan ini tidak terpisah satu sama lain, melainkan terintegrasi dalam

suatu aktivitas yang padu karena setiap keterampilan selalu terkait dengan

keterampilan lainnya. Karena itu, menurut dosen evaluasi bertujuan untuk

melihat kemampuan keseluruhan dalam menguasai bahasa asing (bahasa

Jerman), baik lisan maupun tertulis. Kemampuan berbahasa lisan berkenaan

dengan keterampilan menyimak dan berbicara; sedangkan kemampuan

berbahasa tulis berkenaan dengan keterampilan membaca dan menulis.

Menurut pendapat dosen, evaluasi diarahkan tidak saja pada hasil

pembelajaran, tetapi juga pada prosesnya. Evaluasi hasil pembelajaran

berkaitan dengan capaian hasil belajar yang diperoleh mahasiswa; sedangkan

evaluasi proses pembelajaran berkaitan dengan upaya memperbaiki kegiatan

pembelajaran dari mulai awal hingga akhir sebagai bentuk umpan balik

(feedback).

Azis Mahfuddm/Dt3ertasi/PP$-UP!2006

Page 11: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

147

Tujuan evaluasi semacam ini menurut mereka tidak terlepas dari adanya

sifat atau karakteristik raatakuliah keterampilan berbahasa dengan berbagai ciri

khas atau keunikannya yang mungkin menimbulkan kesulitan, terutama hal-hal

yang berkaitan dengan komponen-komponen linguistik seperti fonologi,

morfologi, sintaksis dan semantik. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi

melalui evaluasi proses pembelajaran secara keseluruhan dengan melihat dari

sisi bahan atau materinya, metodologinya, media yang digunakan, serta alat

evaluasinya itu sendiri.

Akan tetapi, yang menjadi tujuan atau prioritas utama dalam melakukan

evaluasi pembelajaran keterampilan berbahasa, menurut sebagian besar dosen

adalah hasil pembelajaran, berupa: a) penguasaan mahasiswa terhadap

matakuliab yang telah diajarkan; dan b) kemampuan mahasiswa dalam

menyampaikan ungkapan-ungkapan berbahasa Jerman secara lisan dan tertulis

pada level tertentu.

Untuk mengevaluasi tingkat pencapaian pembelajaran mahasiswa,

sebagian besar dosen menyiapkan pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal yang

disusun berdasarkan peilimbangan-pertimbangan yang mengacu pada tujuan

kurikulum pembelajaran, materi perkuliahan, dan tingkat kesukaran soal-soal

yang dibuat

Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan berbahasa asing

(bahasa Jerman) dengan baik, semua dosen berpendapat bahwa evaluasi

dilakukan pada setiap akhir proses belajar mengajar dan pada setiap

mengajarkan satu pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mendorong

Azis Mahfitddin/DisertasisTPS- UPI2006

Page 12: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

148

mahasiswa aktif belajar secara kontiniu, sehingga dari waktu ke waktu

peningkatan kemampuan yang dimiliknya dapat diketahui. Sementara, untuk

mengetahui kemampuan mahasiswa menguasai materi pada level tertentu,

evaluasi dilakukan pada tengah dan akhir semester, sebagaimana tercantum

dalam pedoman dan kalender akademik yang berlaku.

Sebagian besar dosen juga berpendapat bahwa keberhasilan

pembelajaran keterampilan berbahasa sangat tergantung pada bagaimana alat

evaluasi itu dibuat dan disusun agar dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur. Untuk mengukur keterampilan berbahasa tentu membutuhkan alat ukur

yang mampu mengungkap kemampuan mahasiswa dalam berbagai

keterampilan, baik keterampilan menyimak, berbicara, membaca maupun

menulis. Untuk itu, di lingkungan Program telah tersedia alat ukur standar,

yakni berupa alat ukur Zids (Zerfifikat fitr indonesische Deutschstudenten).

Bagaimana para dosen memahami fungsi hasil evaluasi, semua dosen

memiliki pendapat yang sama, bahwa hasil evaluasi berfungsi untuk: a)

menentukan keberhasilan tujuan pembelajaran bagi mahasiswa; b) mengetahui

apakah materi kuliah dikuasai mahasiswa atau tidak; c) menentukan nilai akhir

mahasiswa pada setiap semester, dan d) sebagai umpan balik untuk perbaikan

proses pembelajaran berikutnya.

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, persepsi dosen yang

didasarkan pada hasil olahan angket, umumnya menunjukkan bahwa

pembelajaran keterampilan berbahasa berlangsung dalam suatu rangkaian

aktivitas, yakni perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Azu Mahfuddm/DueTtasi/PPS-UPUtM

Page 13: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

149

Untuk lebih memperkuat apa yang telah dipersepsikan dosen dalam

angket, berikut ini dikemukakan juga persepsi dosen melalui hasil wawancara

terbuka yang dilakukan secara terpisah saru sama lain.

Apa yang telah dikemukakan di atas, hasil wawancara dengan para

dosen tersebut menunjukkan hasil yang relatif sama. Hasil wawancara tentang

tujuan dan pola pembelajaran keterampilan berbahasa misalnya, secara umum

dapat digambarkan seperti di bawah ini:

Menurut para dosen, tujuan yang ingin dicapai oleh matakuliah

keterampilan berbahasa adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan dan

menguasai keempat keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara,

membaca dan menulis. Yang melatarbelakangi pendapat tersebut adalah bahwa

mahasiswa sebagai calon guru dituntut untuk memiliki kemampuan

berkomunikasi dalam bahasa asing (bahasa Jerman) dengan menguasai keempat

keterampilan. Untuk sampai pada tujuan tersebut di atas diperlukan langkah

atau pola pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran

keterampilan berbahasa, diantaranya adalah faham akan maknanya, dan dapat

menggunakannya atau mengungkapkannya.

Pola pembelajaran keterampilan berbahasa, menurut sebagian besar

dosen diawali dengan pemberian stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan untuk

mendapat respons agar suasana awal perkuliahan menjadi hidup sebagai bentuk

penciptaan situasi kelas. Setelah itu, kemudian dilakukan pembahasan materi

pokok dengan berbagai pertanyaan yang mengacu pada materi pembelajaran

yang dibahas. Pada akhir perkuliahan dilakukan juga tanya jawab yang

Aza M<AfudtHn/Dixnaii/PPS-UPl2006

Page 14: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

150

mengarah pada sebuah kesimpulan pokok bahasan, sekaligus untuk mengetahui

tingkat pemahaman dan kemampuan mahasiswa secara umum.

Dari hasil wawancara tersebut, pola pembelajaran pada umumnya

dilakukan melalui lebih dulu penyajian pendahuluan (berupa appersepsi dalam

bentuk pertanyaan-pertanyaan pemancing); pelaksanaan (berupa pemberian

atau pembahasan materi pokok); dan penutup (berupa kegiatan pemberian tes

sederhana atau pertanyaan-pertanyaan singkat baik lisan maupun tertulis) untuk

mengetahui tingkat pemahaman para mahasiswa. Pola ini dianggap baku dan

sudah menjadi kebiasaan di dalam aktivitas belajar mengajar keterampilan

berbahasa yang dilakukan para dosen selama ini.

Mengenai bentuk pelaksanaan evaluasi matakuliah keterampilan

berbahasa, sebagian besar dosen berpendapat bahwa evaluasi dilakukan melalui

cara-cara tanya jawab, quis, land control, dan diskusi; sedangkan tujuan yang

ingin dicapai oleh pelaksanaan evaluasi tersebut adalah: 1) untuk dapat

mengidenufikai kemampuan mahasiswa; 2) untuk mengetahui siapa yang

belum bisa (menguasai); 3) untuk mengetahui berapa persen yang sudah bisa

(menguasai); dan 4) untuk menemukan metode apa (metode mana) yang cukup

baik dalam proses pembelajaran tersebut Dengan cara seperti ini diharapkan

proses pembelajaran akan dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan

tuntutan tujuan kurikulum pembelajaran bahasa asing (bahasa Jerman) yang

telah ditetapkan.

Azu MahfuddimDiseniai/PPS-VPn0O6

Page 15: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

151

Dalam hal pemanfaatan media pembelajaran, sebagian besar dosen

memanfaatkan media elektronik berupa tape-recorder, OHP, LCD, dan peta

atau gambar yang tersedia di lingkungan Program Studi. Media pembelajaran

tersebut menurut mereka sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar

keterampilan berbahasa.

Dalam mengawali pembelajaran, sebagian besar dosen pada umumnya

memulai dengan ucapan salam (melalui bahasa Jerman); kemudian dilakukan

semacam brain storming, yakni berupa pertanyaan-pertanyaan pembuka atau

berceritera tentang hal-hal yang ada hubungannya dengan materi pokok yang

akan disajikannya.

Tujuan yang ingin dicapai dengan teknik membuka perkuliahan

semacam itu (menurut mereka) adalah agar para mahasiswa tidak terlalu

merasa mendadak masuk pada tema atau topik pokok. Hal ini dilakukan agar

suasana awal pembelajaran terasa kondusif dan menyenangkan, terutama

apabila dimulai dengan cerifera lebih dulu tentang apa-apa yang berhubungan

dengan tema atau materi yang akan disajikan. Untuk menggugah perhatian para

mahasiswa, dosen juga dapat melakukannya melalui pertanyaan-pertanyaan

dalam bahasa asing (bahasa Jerman) yang sederhana.

Dalam menyampaikan perkuliahan keterampilan berbahasa, metode

yang digunakan dosen meliputi metode komunikatif, tanya jawab, diskusi, role

playing, dan metode presentasi. Metode ini digunakan secara variatif dan

eklektik. Penggunaan metode yang variatif dan eklekik tersebut dimaksudkan

agar pembelajaran menjadi menarik, tidak monoton atau tidak

Azis Mahfuddin/Diserlati/PPS-UPl2006

Page 16: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

152

membosankan. Untuk menunjang metode pembelajaran tersebut, sebagaimana

telah diungkapkan di atas, digunakan beberapa media pembelajaran diantaranya

adalah tape recorder, OHP, LCD, peta, gambar atau grafik statistik, dan lain-

lain sebagainya. Pemanfaatan media pembelajaran ini membantu

mempermudah proses pembelajaran dengan baik.

Dari rangkaian proses pembelajaran keterampilan berbahasa yang telah

dikemukakan tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah

agar diketahuinya kemampuan para mahasiswa dalam menguasai keempat

keterampilan berbahasa. Sebagian besar dosen menghendaki adanya upaya

pengembangan program pembelajaran keterampilan berbahasa yang

berorientasi pada kompetensi komunikatif, agar mahasiswa mampu

berkomunikasi dalam bahasa asing (bahasa Jerman) dengan baik sesuai dengan

kaidah-kaidah bahasa dan pragmatisme bahasa yang berlaku.

b. Persepsi Dosen tentang Hakekat dan Tujuan Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

1) Pendapat Dosen tentang Mata kuliah Keterampilan Berbahasa

Pada umumnya dosen berpendapat bahwa keterampilan berbahasa

hakekatnya adalah matakuliah yang berhubungan dengan praktek bahasa yang

terdiri atas menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading),

dan menulis (writing). Matakuliah keterampilan berbahasa ini merupakan

matakuliah yang sangat penting, bahkan merupakan sentra dari seluruh

matakuliah bidang studi yang ada dalam kurikulum bahasa asing (bahasa

Jerman).

Azis Ma>ifuddm/DixrUal/PPS-UPI2006

Page 17: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

153

Menurut para dosen, matakuliah ini membutuhkan kemampuan dan

keterampilan dosen dalam mengajarkannya; membutuhkan kesungguhan dan

kesabaran dalam menyampaikannya, dan membutuhkan waktu yang cukup

memadai dalam pelaksanaannya.

Dosen juga berpendapat bahwa keterampilan berbahasa memerlukan

sarana dan fasilitas pendukung yang memadai, ruangan dan alat-alat praktek

bahasa yang representatif dan lingkungan belajar yang kondusif. Ini semua

diperlukan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.

Menurut sebagian besar dosen, matakuliah keterampilan berbahasa, juga

merupakan matakuliah yang sangat memerlukan perhatian khusus, karena

hakekat pembelajaran bahasa sebenarnya terletak pada penguasaan

keterampilan berbahasa. Ini mengandung arti, bahwa ujung dari semua

rangkaian proses pembelajaran bahasa tersebut tertuju pada penguasaan

keterampilan berbahasa secara terpadu (integrated) antara keterampilan

menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Karena itu pembelajaran keterampilan berbahasa (menurut mereka)

tidak dilakukan secara terpisah antara keterampilan yang satu dengan

keterampilan lainnya. Dalam mengajarkan keterampilan membaca (misalnya),

unsur keterampilan yang lain akan muncul ketika dosen bertanya mengenai isi

bacaan, lalu mahasiswa menjawabnya dengan bahasa lisan (speaking) atau

bahasa tulis (writing).

Azis Mahfitddm/Dtxrttisí/PPS-UPttm

Page 18: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

154

2) Pendapat Dosen tentang Tujuan Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

Setiap kali mengajar keterampilan berbahasa di dalam kelas, tujuan

utama yang ingin dicapai menurut para dosen adalah bagaimana agar para

mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan berbahasa sesuai dengan

tema atau materi yang diberikan. Pengetahuan berkaitan dengan konteks atau isi

tema; sedangkan keterampilan berkaitan dengan kemampuan mengungkapkan

isi tema tersebut

Tujuan yang lain juga dikemukakan, bahwa para mahasiswa diharapkan

dapat menguasai kompetensi komunikatif berupa keterampilan berbahasa, yakni

memahami dan menguasai ragam komunikasi lisan dan tertulis dalam berbagai

wacana dan topik, serta mampu menggunakan sistem bahasa secara efektif dan

benar.

Tujuan tersebut menurut mereka merupakan tujuan utama, karena

keberhasilan pembelajaran keterampilan berbahasa ditentukan oleh sejauh mana

mahasiswa dapat atau mampu menguasai kompetensi keterampilan berbahasa

secara lisan dan tertulis.

Untuk mencapai tujuan tersebut persyaratan yang harus dipenuhi

diantaranya adalah: a) adanya kesesuaian materi pembelajaran dengan

pengalaman, pengetahuan, dan kebutuhan mahasiswa; b) adanya ketersediaan

sarana dan prasarana yang dapat menunjang tujuan tersebut; c) adanya suasana

lingkungan pembelajaran yang baik dan nyaman, serta d) adanya komitmen

dari seluruh tim dosen matakuliah keterampilan berbahasa dalam mengantarkan

mahasiswanya untuk berkemampuan yang baik dan optimal.

Alit Mahfiatdm/Duerasi/PPS-UPnm

Page 19: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

155

c Persepsi Dosen tentang Penyusunan Rencana Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

Hasil analisis data menunjukkan bahwa dosen memiliki kecenderungan

pendapat yang sama tentang proses penyusunan rencana pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran disusun dengan mempelajari lebih dulu perencanaan

yang sudah ada yakni berupa petunjuk umum mengenai kurikulum yang

berlaku; kemudian memperbaiki hal-hal yang kurang lengkap atau dianggap

kurang sempurna; namun dari langkah tersebut, sebagian kecil saja (sekitar

25%) dosen melakukan penyusunan rencana pembelajaran didahului dengan

mempelajari kurikulum atau mengacu pada kurikulum yang berlaku pada

Program Pendidikan Bahasa Jerman.

Mereka berpendapat, bahwa hal ini dilakukan karena kurikulum

merupakan sumber yang dapat dijadikan pegangan atau titik tolak dalam

merumuskan berbagai komponen pembelajaran, dari mulai penyusunan rencana

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, sampai pada evaluasi pembelajaran.

Dalam menyusun rencana pembelajaran, aspek materi pembelajaran

juga menjadi salah satu bahan pertimbangan. Materi apa yang akan

disampaikan; berapa lama diperlukan untuk menyampaikan pokok-pokok

materi tersebut, dan bagaimana menyampaikannya, seluruhnya disusun dalam

bentuk deskripsi mata kuliah keterampilan berbahasa. Dengan demikian,

menurut mereka, penyusunan perencanaan pembelajaran keterampilan

berbahasa merupakan bentuk kegiatan yang di dalamnya terdiri atas rangkaian

kegiatan dari mulai merumuskan tujuan, memilih materi pembelajaran,

Alis M<&fixldbi/DixTla3i/PPS-UPI2006

Page 20: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

156

melaksanakan kegiatan, menentukan media, sampat pada menetapkan alat

evaluasi.

d. Kondisi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Pada Program Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI selama ini

Dalam pelaksanaan pembelajaran, hal-hal pokok yang menjadi fokus

kajian diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan; sumber belajar

yang digunakan; serta sarana/fasilitas dan lingkungan belajar yang menunjang

pembelajaran. Berikut ini disajikan fokus kajian utama berkenaan dengan

kondisi pembelajaran tersebut.

1) Metode Pembelajaran yang Digunakan

Metode yang paling banyak digunakan dalam pembelajaran

keterampilan berbahasa adalah metode tanya jawab dan metode pemberian

tugas. Metode tanya jawab berkenaan dengan keterampilan menyimak dan

berbicara; sedangkan metode pemberian tugas berkenaan dengan keterampilan

membaca dan menulis.

Selain kedua metode pembelajaran tersebut, dosen juga menggunakan

metode lainnya, yakni metode ceramah. Alasan menggunakan metode ceramah

ini adalah untuk mempermudah dalam menjelaskan hal-hal yang berhubungan

dengan tata-bahasa dan hal-hal yang bersifat kontekstual. Cara menyampaikan

metode ceramah tersebut dilakukan dengan menggunakan bahasa Jerman

secara langsung dalam kalimat-kalimat yang sederhana dan mudah dimengerti.

Dosen kadang-kadang juga menggunakan bahasa Indonesia bila diperlukan.

Azu Mckjuddin/Di3erto3i/PPS-UP12006

Page 21: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

157

Dengan cara ini menurut dosen, pemahaman akan struktur atau tatabahasa

bahasa Jerman dan aturan-aturan penggunaannya lebih baik bila dibandingkan

dengan cara atau metode yang lainnya.

Mengajarkan keterampilan berbahasa menurut mereka pada hakekatnya

adalah mengajarkan praktek bahasa, baik secara lisan maupun tertulis.

Mempraktekkan bahasa asing dalam konteks dan pokok bahasan tertentu

memerlukan bentuk praktek yang dapat menghidupkan situasi atau suasana

pembelajaran yang menyenangkan.

Salah satu metode yang juga dapat digunakan (selain tanya jawab)

adalah metode simulasi dalam bentuk role playing, yakni menyuruh para

mahasiswa untuk berdialog sesuai dengan tema yang sudah disiapkan dosen

terutama berkenaan dengan keterampilan berbicara dan menyimak. Di sini

mahasiswa ditugasi untuk bermain peran sesuai dengan perannya masing-

masing. Dengan cara ini diharapkan mahasiswa mampu mengapresiasikan

bahasa Jerman secara langsung melalui tema dialog yang ada. Dengan

demikian praktek pembelajaran keterampilan berbahasa menjadi fokus kegiatan

dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa mahasiswa.

Data hasil angket dan wawancara tersebut juga sejalan dengan data hasil

observasi. Menurut catatan obeservasi, praktek pembelajaran keterampilan

berbahasa yang dilakukan dosen banyak diwarnai oleh upaya dosen untuk

mendorong mahasiswa agar aktif dan produktif dalam menguasai materi

pembelajaran sesuai dengan sumber atau buku yang digunakan. Hal ini

Azis Mahfuddm/Díxrtas¡/PPS-UP12006

Page 22: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

158

dilakukan melalui cara-cara dialog atau bentuk pertanyaan yang diajukan secara

intensif atau terus menerus.

Hasil observasi juga menunjukkan, setiap dosen keterampilan berbahasa

cenderung memiliki pola mengajar yang sama dalam mata kuliah keterampilan

berbahasa. Pola mengajar tersebut dilakukan melalui tiga tahap, yakni pertama,

tahap pendahuluan sebagai pembuka aktivitas pembelajaran; kedua, tahap

proses atau pelaksanaan pembelajaran berupa pembahasan materi pokok; dan

ketiga, tahap penutup sebagai bentuk kesimpulan pembelajaran.

Tahap pendahuluan diawali dengan penciptaan situasi dengan tanya

jawab ringan, sekaligus mengecek kembali materi yang telah diberikan

sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemberian materi

selanjutnya, sehingga antara apa yang telah diberikan sebelumnya dengan apa

yang akan disampaikan saat itu terdapat kesinambungan.

Pada tahap proses pembelajaran, dosen mulai dengan materi pokok

melalui metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan tema atau topik

yang diberikan. Untuk menghidupkan suasana belajar mengajar yang kondusif,

pada setiap proses pembelajaran dosen melakukan upaya-upaya pemberian

motivasi, dan pemberian reward atau reinforcement kepada mahasiswa.

Menurut mereka cara seperti ini dapat membangkitkan motivasi dan minat para

mahasiswa, sekaligus dapat membangkitkan suasana belajar yang kondusif dan

menyenangkan.

Upaya lain juga dilakukan melalui interaksi interpersonal antara dosen

dan mahasiswa dengan cara tanya jawab intensif mengenai tema atau topik

Aza MattfuddMDtiertasi/PPS-UPnm

Page 23: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

yang sedang dibahas. Menurut dosen hal ini sangat cocok

kompetensi komunikatif mahasiswa khususnya dalam keterampilan menyimak

dan berbicara.

Pada tahap akhir proses pembelajaran, kegiatan pembelajaran ditutup

dengan menyampaikan kesimpulan mengenai apa-apa yang telah disajikan,

sekaligus dilakukan evaluasi melalui tanya jawab singkat atau pertanyaan-

pertanyaan pendek untuk mengetahui apakah hasil pembelajaran telah tercapai

atau tidak. Dalam matakuliah keterampilan berbahasa, proses tanya jawab

dapat terjadi setiap saat atau selama pembelajaran berlangsung. Hal ini

dilakukan agar mahasiswa terlatih menyimak dan aktif dalam berbahasa lisan.

Selanjutnya dosen melakukan pemberian tugas kepada mahasiswa untuk

mengerjakan soal-soal atau kajian tema yang ada pada buku sumber yang

digunakan.

2) Sumber Belajar yang Digunakan Dosen dalam Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

Buku Themen Neu dan EM adalah buku sumber yang menjadi acuan

atau sumber bacaan bagi para mahasiswa. Buku sumber Themen Neu terdiri atas

tiga jilid, yakni Themen Neu 1 untuk semester 1; Themen Neu 2 untuk semester

2, dan Themen Neu 3 untuk semester 3. Sementara pada semester 4, buku

sumber yang digunakan adalah EM neu. Semua dosen matakulah keterampilan

berbahasa menggunakan buku tersebut dengan alasan bahwa buku ini memiliki

isi yang cukup relevan dalam mengakomodasi pengetahuan dan keterampilan

berbahasa, baik yang menyangkut keterampilan menyimak, berbicara,

Azis Mahfitd£n/Dixrtaa/PPS-UPI2006

Page 24: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

160

membaca maupun menulis. Isi buku ini memuat berbagai topik atau tema serta

latihan-latihan yang dapat dipilih atau dikemas kembali oleh dosen sesuai

dengan kebutuhan mahasiswa. Khusus untuk keterampilan menyimak, buku ini

juga ditunjang oleh penggunaan media dalam bentuk CD.

Namun demikian, sejak kurikulum 1994, buku tersebut terus

disempurnakan dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan para penggunanya

melalui terbitan baru. Walaupun begitu, para dosen dapat mengembangkannya

dan mengemasnya sendiri materi-materi yang ada dalam buku tersebut sesuai

dengan kompetensi yang diharapkan.

Buku sumber belajar ini juga menggunakan pendekatan pembelajaran

secara terintegrasi, artinya bahwa keterampilan berbahasa (menyimak,

berbicara, membaca dan menulis) tidak diajarkan secara terpisah, melainkan

terpadu dalam satu kesatuan yang utuh, dan materinya disajikan secara

berkesinambungan melalui tim dosen. Dengan cara ini para dosen dapat

berkolaborasi mengenai materi yang disajikan, sehingga dapat memperkaya

hasanah pengetahuan bahasa mahasiswa.

3) Sarana, Fasilitas dan Lingkungan Belajar yang Digunakan dalam Proses Pembelajaran

Sarana, fasilitas, dan lingkungan belajar merupakan faktor penunjang

yang cukup penting dalam mengantarkan proses pembelajaran yang baik dan

efektif. Dalam proses pembelajaran keterampilan berbahasa, hampir semua

dosen berpendapat bahwa sarana atau fasilitas, dan lingkungan belajar

Aiis Mahfi*WtfDixrtasia'PS-UPI20O6

Page 25: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

161

merupakan faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap keberhasilan

belajar mahasiswa.

Suasana kelas, ketersediaan alat bantu atau alat peraga dan fasilitas

lainnya (termasuk lingkungan belajar di luar kelas) dianggap dapat memberikan

sumbangsih yang positif dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan

mahasiswa dalam berbahasa asing (bahasa Jerman). Ketersedian sarana atau

fasilitas dan penggunaan media yang cocok (baik media gambar maupun

elektronik), serta penyajian yang menarik, dapat memberikan motivasi kepada

para mahasiswa untuk tetap bersemangat belajar. Pendekatan komunikatif

dengan menggunakan berbagai media pembelajaran, secara langsung akan

dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan berbahasa yang lebih

efektif.

Dari hasil observasi awal, persepsi dosen tentang sarana, fasilitas, dan

lingkungan belajar yang ada dalam kegiatan proses pembelajaran keterampilan

berbahasa adalah sebagai berikut:

a) Secara umum, mengenai ukuran, bentuk dan suasana ruang kelas yang ada

sekarang ini (menurut mereka) dianggap kurang begitu menunjang keberhasilan

kegiatan belajar mengajar keterampilan berbahasa. Kondisi ini sangat beralasan

karena adanya keterbatasan kemampuan lembaga dalam menyediakan ruangan

yang representatif bagi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Menurut

sebagian besar dosen, ruangan kelas dengan segala kelengkapannya merupakan

parasarana yang cukup penting, karena kondisi ruangan kelas tersebut

berhubungan langsung dengan suasana pembelajaran.

Azis M<úifuddm/Dnertasi&PS-UPnm

Page 26: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

162

b) Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa, buku pegangan dosen yang

sesuai dengan kurikulum yang berlaku dianggap sudah cukup memadai,

walaupun masih perlu referensi lain yang dapat mendukung buku pegangan

tersebut Sementara buku perkuliahan yang dijadikan pegangan mahasiswa,

kurang atau tidak tersedia di perpustakaan; namun mereka diwajibkan untuk

memilikinya dengan cara membeli atau memfoto-copy. Ketidak-tersediaan

buku sumber untuk mahasiswa merupakan salah satu faktor penghambat dalam

proses pembelajaran keterampilan berbahasa.

c) Alat bantu atau alat peraga pendidikan yang digunakan dalam pembelajaran

keterampilan berbahasa cukup tersedia di jurusan atau di program. Namun

demikian, alat ini menurut dosen perlu diupayakan peningkatan

ketersediaannya, baik dari segi jumlahnya maupun mutunya agar rasio jumlah

alat peraga dengan jumlah mahasiswa sebanding dan proporsional. Alat atau

media pembelajaran yang tersedia meliputi tape recorder, OHP, LCD, beberapa

gambar atau peta dan media lainnya.

d) Berkenaan dengan situasi pembelajaran, iklim kerja, dan kondisi komunikasi

interpersonal di kalangan para dosen di lingkungan program, serta hubungan

dengan pimpinan program atau jurusan, dosen mempersepsikan bahwa situasi

pembelajaran tersebut dianggap cukup menunjang proses pembelajaran

keterampilan berbahasa; sedangkan suasana atau lingkungan belajar di luar

kelas kurang mendukung terhadap penciptaan suasana dan pelaksanaan belajar

mengajar di dalam kelas, karena suasananya terlalu gaduh dengan banyaknya

aktivitas mahasiswa lainnya.

Azis MahfutWDlseru¡si/PPS-UPI2006

Page 27: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

163

e) Fasilitas dan alat bantu yang ada, khusus untuk keperluan matakuliah

keterampilan berbahasa cukup dapat menunjang keberhasilan kegiatan

pembentukan keterampilan berbahasa mahasiswa; artinya bahwa peralatan

praktek bahasa untuk menunjang keterampilan berbahasa yang sesuai dengan

tuntutan kurikulum dianggap cukup memadai dalam mengatasi situasi kelas

yang kurang mendukung tadi. Sementara itu, mengenai bahan atau materi yang

diinginan untuk praktek bahasa yang dapat membentuk keterampilan berbahasa

mahasiswa, menurut sebagian besar dosen juga cukup memadai. Hal ini

ditunjang oleh adanya upaya dosen untuk mengemas dan menyusun materi

sesuai dengan pengalaman dan kebutuhan para pembelajar yang juga dilengkapi

dengan referensi atau sumber buku lain relevan.

f) Hal-hal yang berhubungan dengan tugas-tugas administrasi yang diberikan

kepada para dosen, sebagian dosen mempersepsikan bahwa tugas-tugas tersebut

cukup mendukung tugas utama kegiatan pembelajaran. Tugas-tugas itu cukup

bermanfaat karena berkaitan dengan penyusunan silabus, satuan acara

perkuliahan (SAP), dan hand out atau deskripsi matakuliah yang kesemunya

dapat dijadikan pegangan untuk kemudian digunakan dalam pelaksanaan

kegiatan pembelajaran.

f. Persepsi dan Pola Pembelajaran Mahasiswa dalam Matakuliah Keterampilan Berbahasa

Untuk mengetahui persepsi dan pola pembelajaran mahasiswa dalam

matakuliah keterampilan berbahasa, berikut ini disajikan hasil angket yang telah

disebarkan kepada mereka.

Aza Ma^uddm/DhfrmsifPPS-UPn006

Page 28: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

164

1) Persepsi Mahasiswa terhadap Mata kuliah Keterampilan Berbahasa

Tentang matakuliah keterampilan berbahasa, mahasiswa memiliki

kecenderungan persepsi yang sama, bahwa matakuliah keterampilan berbahasa

tersebut merupakan mata kuliah yang relatif sulit, jika dibandingkan dengan

matakuliah yang lain dalam suatu semester tertentu. Kesulitan itu disebabkan

oleh : a) adanya kompleksitas kaidah atau tatabahasa Jerman yang cukup unik,

b) kesempatan waktu yang kurang dalam mempraktekkan bahasa, c)

kekurangan buku sumber atau referensi sebagai pegangan dalam menunjang

keterampilan bebahasa; dan d) adanya tuntutan wajib tempuh dan wajib lulus.

Kesulitan yang berkenaan dengan kaidah atau tatabahasa bahasa Jerman

menyangkut masalah pola dan struktur bahasa yang berbeda, baik dengan

bahasa Indonesia maupun dengan bahasa Inggris. Perbedaan ini seringkah'

membuat mahasiswa sulit untuk mengungkapkan pikiran dan pendapatnya

secara benar dalam bahasa asing. Demikian pula perbedaan dilihat dari sisi

ucapan (pronunciation), ungkapan-ungkapan pragmatik sebagaimana bahasa

yang diungkapkan oleh penutur asli (native Speaker), dan ungkapan-ungkapan

lain yang memiliki padanan makna (idiomatik).

Kesulitan yang berkenaan dengan waktu yang kurang dalam

mempraktekkan bahasa, sudah menjadi alasan yang seringkah dikemukakan.

Kesempatan mahasiswa untuk mempraktekkan bahasa hanya terbatas pada

waktu-waktu perkuliahan saja. Ini pun tidak menjamin setiap mahasiswa

memperoleh kesempatan mempraktekkan bahasa secara langsung karena

keterbatasan waktu. Karena itu, perlu diupayakan bentuk Lain untuk memberi

Azis Mahfi*kfoi/Disertiui/PPS-UPn006

Page 29: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

165

kesempatan seluas-luasnya kepada para mahasiswa untuk dapat

mengaplikasikan pengetahuan kebahasaannya.

Kesulitan yang berkenaan dengan buku sumber yang dapat menunjang

keterampilan berbahasa, juga merupakan salah satu alasan yang dikemukakan

para mahasiswa. Buku sumber seyogyanya tidak terpaku pada buku pegangan

khusus dosen, tetapi juga buku-buku sumber lain yang harus dimiliki mabastwa

yang disediakan khusus untuk latihan-latihan.

Di samping itu pula ada kesulitan lain yang berkenaan dengan sarana

dan fasilitas pembelajaran keterampilan berbahasa. Penggunaan sarana

pembelajaran keterampilan berbahasa menurut persepsi mahasiswa belum

maksimal. Hal ini disebabkan oleh kondisi dan situasi ruangan yang kurang

represenatif dan fasilitas pembelajaran yang jumlahnya masih terbatas.

Pemanfaatan media pembelajaran akan dapat menunjang proses pembelajaran

dengan baik apabila dilakukan secara optimal dan sesuai dengan kebutuhan

yang ada. Dengan demikian, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam kegiatan

belajar mengajar dapat diminimalisir sekecil mungkin, agar proses

pembelajaran tetap berlangsung sebagaimana mestinya.

2) Minat Mahasiswa terhadap Matakuliah Keterampilan Berbahasa

Dalam menguasai keterampilan berbahasa, faktor minat merupakan

salah satu pendukung yang kuat. Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh

dari sebaran angket, bahwa semakin tinggi skor minat seseorang, semakin

tinggi pula skor keterampilan berbahasa. Sebaliknya, semakin rendah skor

Azis Mtüjfami/DisenasUPPS-VP¡2006

Page 30: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

166

minat seseorang terhadap keterampilan berbahasa, semakin rendah pula skor

kemampuan dalam keterampilan berbahasa.

Bila dilihat hasil secara keseluruhan dari responden (yakni 24 orang

mahasiswa), rata-rata skor minat yang diperoleh adalah sebesar 1, 77 dari

skala 0 sampai 3 ( 0 - 1 - 2 - 3 ) . Apabila angka 1 ditafsirkan kurang; 2 =

cukup atau sedang; dan 3 = baik, maka angka atau skor sebesar 1,77

termasuk kategori di bawah kategori cukup atau sedang. Ini mengandung arti

bahwa minat mahasiswa terhadap keterampilan berbahasa belum optimal atau

dapat ditafsirkan kurang.

Dalam konteks pembelajaran keterampilan berbahasa, minat mahasiswa

perlu dikembangkan melalui berbagai upaya yang dapat merangsang gairah

belajar mahasiswa. Salah saru upaya tersebut berkaitan dengan bagaimana

membuat dan mengembangkan program pembelajaran yang dapat

meningkatkan minat mahasiswa agar mereka memiliki keterampilan berbahasa

yang lebih baik.

3) Pola dan Cara Belajar Keterampilan Berbahasa Mahasiswa

Keberhasilan mahasiswa yang ditunjukkan dalam bentuk kemampuan

atau keterampilan berbahasa, salah satunya ditentukan oleh pola dan cara

mereka belajar. Keterampilan berbahasa merupakan matakuliah yang

membutuhkan waktu pembelajaran yang cukup, aktivitas dan intensitas yang

tinggi, dan ketekunan serta kemauan para mahasiswa yang tinggi pula. Tuntutan

kebutuhan tersebut belum dapat dilaksanakan secara optimal dalam kegiatan

Azu Mafyuddm/DaeTtasi/PPS-UPnm

Page 31: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

167

belajar mahasiswa selama ini. Karena itu hasil pembelajaran keterampilan

berbahasa belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Hasil prasurvai menggambarkan bahwa secara umum kemampuan

mahasiswa dalam keterampilan berbahasa (Jerman) termasuk kategori cukup

atau sedang. Data menunjukkan angka rata-rata 3,125 dari standar angka 1

sampai dengan 5 dengan penafsiran 1 - kurang sekali; 2 - kurang; 3 = cukup;

4 = baik; 5= baik sekali.

Kemampuan dalam hal keterampilan berbahasa tersebut berkenaan

dengan 1) kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis; 2)

kemampuan menguasai perbendaharaan kata (Wortschatz); 3) kemampuan

untuk memahami konten atau isi materi perkuliahan; 4) kemampuan untuk

memahami ide-ide dalam pembelajaran keterampilan berbahasa; dan 5)

kemampuan dalam memperbaiki hasil belajar secara efisien.

Berkenana dengan pola dan cara belajar mahasiswa, pada umumnya

mereka memiliki pola dan cara belajar yang bersifat pasif, yakni cara belajar

yang cenderung menekankan aspek pengetahuan bahasa secara teori (kognitif);

belum sepenuhnya menekankan pada aspek penggunaan bahasa (language use),

baik lisan maupun tertulis. Namun demikian, aktivitas pembelajaran

keterampilan berbahasa untuk mahasiswa selalu didorong dan dipacu oleh

aktivitas dosen berupa pemberian stimulus.

Pemberian stimulus dalam pembelajaran tersebut, dilakukan melalui

pertanyaan-pertanyaan yang sederhana tetapi memancing jawaban dengan

segera. Misalnya, "was mdchten wirfllr heute?" (apa yang kita inginkan hari

Azis Mahjuddrn/Diser1ast/PPS-UPI2006

Page 32: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

168

ini), atau "was machen wir fur heute? " (apa yang akan kita lakukan hari ini?).

Sementara itu, hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan kosakata, kalimat,

textbook, dan materi tambahan lainnya dilakukan dengan cara mencatat dan

mengkaji bacaan-bacaan textbook. Aktivitas pembelajarannya dilakukan

dengan cara latihan-latihan, baik lisan maupun tertulis, diskusi kelompok, dan

pemberian tugas-tugas individual.

Para mahasiswa umumnya menganggap bahwa kosakata textbook,

textbook pembelajaran, dan materi tambahan yang digunakan cukup membantu

dalam pembelajaran keterampilan berbahasa. Namun demikian, materi-materi

tersebut masih perlu disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa, terutama yang

berhubungan dengan isi atau konteks yang relevan dengan pengalaman dan

pengetahuan mahasiswa.

Di samping itu, para mahasiswa juga berpendapat bahwa latihan-latihan

membaca cepat, dan diskusi-diskusi kelompok tentang materi-materi membaca

cukup baik dalam membantu mereka berbahasa. Alat bantu seperti tape

recorder, video, buku panduan dan lain-lain, juga cukup menunjang para

mahasiswa dalam belajar. Demikian pula diskusi-diskusi kelompok, latihan-

latihan tertulis dan latihan-latihan lisan di dalam kelas, mereka menganggap

aktivitas tersebut sangat membantu dan menunjang keberhasilan belajar.

Berkenaan dengan usaha-usaha mahasiswa dalam kegiatan

pembelajaran keterampilan berbahasa, pandangan mereka cukup bervariasi.

Beberapa mahasiswa kurang begitu tertarik dengan bahasa (keterampilan

berbahasa; tetapi umumnya mereka mencoba berusaha secara sungguh-

AMs Mahfuddiw'Dlsertasi/PPS-UPI2006

Page 33: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

169

sungguh sesuai dengan kemampuannya untuk memperoleh hasil belajar yang

lebih baik.

Usaha-usaha yang mereka lakukan itu di antaranya adalah:

1) belajar dengan cara membaca teks, kemudian berusaha memahami isi dan

maknanya, lalu mempraktekkan percakapan tersebut dengan teman-temannya.

2) berupaya untuk aktif menyimak pelajaran di kelas dan juga ikut serta aktif

dalam proses pembelajarannya.

3) berupaya untuk terus latihan, terutama dalam mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan dosen.

4) berupaya untuk mengerti pelajaran yang diberikan di kelas, untuk kembali

dipelajari di rumah. Apabila kurang mengerti, mereka berusaha untuk bertanya

pada teman-teman yang lebih mengerti.

5) berusaha untuk memotivasi diri dalam belajar keterampilan berbahasa

6) berusaha untuk belajar bersama melalui kelompok-kelompok belajar yang

di bentuk di lingkungan kelasnya

7) berusaha untuk mengulang dan mencatat kembali dalam buku catatan tentang

apa-apa yang telah diajarkan di kelas

8) berusaha untuk giat belajar setiap waktu, minimal dua jam dalam satu hari.

Upaya-upaya tersebut menurut mereka dapat membantu meningkatkan

kemampuan berbahasa asing sekaligus memotivasi diri untuk terus belajar dan

latihan.

Alis MahfuddinKhserwi/PPS-UPiTm

Page 34: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

170

2. Interpretasi Hasil Prasurvai

Pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi antara dosen yang

mengajar dan mahasiswa yang belajar dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berlangsung secara sengaja yang

dirancang untuk mempengaruhi mahasiswa belajar, sehingga proses belajar

berjalan dengan baik dan efektif.

Pembelajaran keterampilan berbahasa merupakan suatu proses kegiatan

belajar mengajar dengan tujuan agar para mahasiswa memiliki kemampuan

berbahasa, baik lisan maupun tertulis dengan mengacu pada prinsip-prinsip

pembelajaran bahasa yang berhubungan dengan kaidah-kaidah linguistik.

Kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran ini berupa pemahaman dan

penguasaan ragam bahasa komunikasi lisan dan tulis bahasa asing (bahasa

Jerman) secara standar dalam berbagai wacana dan topik.

Untuk mencapai itu semua, dosen dituntut untuk memiliki kemampuan

profesional dalam mengajar; memiliki keterampilan berbahasa yang baik dan

latar belakang akademik yang baik pula. Di sini dosen harus selalu berupaya

meningkatkan wawasan dan kinerjanya dalam rangka membantu mahasiswa

untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.

Upaya untuk meningkatkan wawasan dan kinerja tersebut dapat

dilakukan melalui berbagai kegiatan, misalnya melalui penelitian tindakan

kelas, atau diskusi dengan teman sejawat untuk mencari solusi bagaimana

kemampuan dan keterampilan berbahasa mahasiswa itu dapat ditingkatkan

secara signifikan sebagaimana yang diharapkan. Ini merupakan salah satu

Azis MakfuddMDisertasr/PPS-UPnm

Page 35: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

masalah yang dihadapi para dosen dalam meningkatkan kinerjanya agar

kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam berbahasa tersebut menjadi

lebih baik. Sebagian besar dosen menganggap bahwa sampai saat ini

kemampuan dan keterampilan berbahasa mahasiswa (secara rata-rata) belum

mencapai standar hasil yang memuaskan. Fenomena ini menunjukkan bahwa

program pembelajaran keterampilan berbahasa perlu dikembangkan lebih lanjut

dengan berbagai upaya yang dilakukan.

Dalam konteks pembelajaran yang terfokus pada kurikulum

pembelajaran, terdapat tiga aspek kegiatan yang dilakukan, yakni 1) aspek

perencanaan pembelajaran; 2) aspek pelaksanaan pembelajaran; dan 3) aspek

evaluasi pembelajaran.

Sehubungan dengan itu, hasil-hasil yang dilakukan melalui kegiatan

prasurvai telah dikemukakan pada deskripsi di bagian awal bab ini, untuk

selanjutnya dilakukan interpretasi dari setiap aspek seperti berikut

a) Aspek Perencanaan Pembelajaran

Interpretasi dari aspek ini adalah bahwa kegiatan perencanaan

pembelajaran keterampilan berbahasa yang dilakukan para dosen merupakan

suatu bentuk persiapan atau rancangan dalam rangkaian kegiatan belajar

mengajar di dalam kelas, dari mulai awal pembelajaran sampai dengan akhir

pembelajaran.

Persepsi dosen tentang matakuliah keterampilan berbahasa memiliki

kaitan dengan proses penyusunan pembelajaran keterampilan berbahasa itu

Aza Mahfiiddm/Di3ertasi/PPS-UP12006

Page 36: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

172

sendiri. Nampaknya perencanaan pembelajaran yang disusun oleh para dosen

selama ini hanya merupakan perencanaan yang berorientasi pada materi

pembelajaran yang rinciannya mencakup 14 hingga 16 kali pertemuan. Ini dapat

dilihat dari proses penyusunan silabus yang mereka lakukan. Mereka tidak lagi

melihat kurikulum secara utuh, namun perencanaan tersebut disusun

berdasarkan materi atau tema-tema yang sudah tercantum dalam buku sumber

yang susunan isinya telah terpolakan sedemikian rupa.

Proses penyusunan rencana pembelajaran juga dilakukan dengan

melihat format atau hasil perencanaan yang sudah ada sebelumnya. Di sini

seakan-akan perencanaan berfungsi sebagai persyaratan yang sifatnya

administratif; dan bukan merupakan pedoman yang digunakan langsung dalam

proses pembelajaran. Merencanakan pembelajaran keterampilan berbahasa bagi

dosen adalah merancang materi apa saja yang harus dikuasai mahasiswa; bukan

lagi tujuan atau kompetensi seperti apa yang mesti dimiliki mahasiswa. Untuk

merencanakan pembelajaran ada empat langkah yang dilakukan dosen.

Langkah pertama adalah merumuskan tujuan pembelajaran. Untuk

merumuskan tujuan pembelajaran, acuan umum yang digunakan para dosen

memang mengacu pada tujuan yang tercantum dalam kurikulum dan aspek

kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa berkenaan dengan kemampuan atau

tingkat kognisi, afeksi dan psikomotor, serta materi pembelajaran. Namun

demikian, penyusunan rumusan tujuan dalam merencanakan pembelajaran

tersebut lebih terfokus pada tujuan yang ingin dicapai pada setiap keterampilan

berbahasa. Sebagai contoh misalnya, tujuan keterampilan membaca (Lesen)

Azis Matyuddin/Disertasifi'PS~UP!2006

Page 37: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

173

Azis Mafyuddm/DIsertasi/PPS- UP12006

pada semester 3 adalah agar mahasiswa dapat memahami teks terutama yang

menggunakan bahasa sehari-hari atau bahasa yang berhubungan dengan

bidang pekerjaan; memahami surat pribadi yang mengabarkan kejadian,

perasaan, dan keinginan. (Silabus Matakuliah Lesen UI).

Rumusan tujuan ini lebih menggambarkan hubungan langsung dengan

materi pembelajaran, yakni berupa teks-teks yang di dalamnya memuat

berbagai tema atau topik-topik tertentu. Khusus untuk keterampilan berbahasa,

aspek tentang bagaimana menggunakan bahasa (language use) memang belum

mendapat penekanan khusus dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran

masih berorientasi pada sejauh mana para mahasiswa memahami isi teks atau

tema yang disajikan; belum merujuk pada bagaimana para mahasiswa

menggunakan bahasa dalam memahami isi teks atau tema. Bagi dosen, yang

penting adalah bahwa mahasiswa mampu memahami atau mengerti isi atau

konteks yang sedang dibahas. Hal ini belum menunjukkan kompetensi-

kompetensi yang mengarah pada kemampuan mengaplikasikan pengetahuan

bahasa dalam bentuk keterampilan berbahasa secara nyata.

Langkah kedua dalam merumuskan perencanaan adalah berupa

pemilihan bahan atau materi yang akan diberikan. Pemilihan materi

pembelajaran tersebut menurut para dosen disesuaikan dengan kebutuhan dan

kebermanfaatan bagi para pembelajar (mahasiswa) pada setiap level tertentu.

Hal ini mengandung arti bahwa materi tersebut harus diselaraskan dengan

tujuan pembelajaran khusus yang dirumuskan berdasarkan acuan tujuan

umum dalam kurikulum; namun dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan

Page 38: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

174

selama ini, dosen hanya memilih materi atau pokok bahasan berdasarkan materi

atau tema-tema yang tercantum dalam buku sumber (buku pegangan).

Di smi para dosen terlalu terpaku pada bahan atau materi yang ada,

sehingga tidak ada upaya pengemasan materi yang didasarkan pada pengalaman

dan kebutuhan mahasiswa melalui sumber atau referensi lain. Materi

pembelajaran yang sejalan dengan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa

memang akan sangat membantu untuk meningkatkan motivasi dan minat

belajar mahasiswa.

Menurut para dosen, dalam menyusun rencana pembelajaran, materi

yang diberikan disusun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang mengacu

pada: 1) rumusan tujuan kurikulum; 2) buku sumber yang digunakan; 3) pokok

bahasan yang tercantum dalam deskripsi mata kuliah; dan 4) kompetensi yang

harus dimiliki para mahasiswa. Namun demikian, perencanaan pembelajaran

pada umumnya disusun berdasarkan materi yang sudah tersusun sedemikian

rupa, baik struktur atau susunannya maupun kedalaman isinya yang tertera

dalam buku sumber (pegangan). Di sini dosen tinggal melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan materi yang ada, tanpa harus mengkolaborasi

dengan bahan atau materi dari buku sumber yang lain.

Secara lebih khusus, penyusunan rencana pembelajaran yang meliputi

tujuan khusus yang akan dicapai; pemilihan materi yang sesuai dengan

kebutuhan dan lingkup pengetahuan mahasiswa (dunia dan pengalaman

mahasiswa); penentuan metode yang sesuai dan menarik; penggunaan media

pembelajaran secara optimal; penyusunan alat evaluasi yang dapat mengukur

Aia Utdifitddin/Disena3i/PPS-UPD006

Page 39: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

175

hasil pembelajaran; perbaikan sistem pembelajaran apabila tidak mencapai

sasaran tujuan dalam bentuk umpan balik (feedback), belum sepenuhnya

dilakukan. Penyusunan perencanaan pembelajaran (dalam bentuk silabus)

masih sebatas syarat administratif, bukan sebagai upaya untuk penyelenggaraan

proses pembelajaran yang lebih baik.

Langkah ketiga adalah memilih metode pembelajaran yang tepat

Metode pembelajaran merupakan cara-cara atau strategi dalam mengajarkan

materi pembelajaran agar apa yang diajarkan mencapai tujuan yang diharapkan.

Pemilihan metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang diberikan akan

membantu memudahkan pencapaian tujuan secara optimal.

Dalam konteks penyusunan rencana pembelajaran bahasa asing (bahasa

Jerman) terutama pembelajaran keterampilan berbahasa, para dosen telah

berusaha menentukan beberapa metode pembelajaran yang akan digunakan

dalam kegiatan pembelajaran. Metode yang digunakan umumnya terdiri atas

metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan bermain peran. Penentuan metode

pembelajaran ini masih terkesan umum, belum menyentuh pada hakekat

pembelajaran keterampilan berbahasa yang mengutamakan dan menekankan

kompetensi komunikatif dengan aktivitas mahasiswa yang lebih utama.

Langkah keempat adalah menyusun alat evaluasi yang dapat mengukur

apa yang menjadi tujuan pembelajaran khusus sesuai dengan bahan atau materi

yang diberikan. Penyusunan alat evaluasi dalam rencana pembelajaran ini

belum sepenuhnya dirancang dan dipersiapkan dengan baik. Alat evaluasi baru

sebatas terbentuk pertanyaan-pertanyaan yang sudah ada atau tersedia dalam

AzU Makfuddtn/DisrUaifPPS-UPnOOé

Page 40: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

176

materi atau bahan pembelajaran. Dosen belum mengemasnya secara lebih

khusus untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kemampuan mahasiswa

secara keseluruhan, dengan memperhatikan kompetensi-kompetensi yang ingin

dicapai dalam proses pembelajaran. Penyusunan alat evaluasi tidak dilakukan

dengan menentukan lebih dulu kompetensi apa atau kompetensi mana yang

perlu dijadikan fokus evaluasi. Penyusunan alat evaluasi masih terfokus pada

pemahaman atau penguasaan materi yang disajikan.

b) Aspek pelaksanaan pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran, ada tiga aspek utama yang dijadikan

pegangan dosen untuk mengamati proses pembelajaran keterampilan berbahasa

dalam kelas interaksi Pertama, aspek kondisi kelas yang mencerminan

dinamika pembelajaran antara dosen dan mahasiswa. Kedua, aspek manajemen

kelas yang berkenaan dengan aktivitas dosen dalam mengelola (memanaj)

kelas. Ketiga, aspek pengukuran kriteria untuk tugas-tugas belajar bahasa

(keterampilan berbahasa).

Ketiga aspek tersebut merupakan gambaran umum mengenai proses

pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa yang dilakukan dosen dalam

aktivitasnya. Prinsip yang dikembangkan dalam pembelajaran keterampilan

berbahasa mengacu pada penguasaan keempat keterampilan, yakni menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis melalui pendekatan komunikatif.

Aza Mahfuddin/DuertasifPP$-UPI2<m

Page 41: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

177

Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung

berikut ini dijelaskan mengenai kondisi kelas, pengelolaan kelas dan

pengukuran kriteria untuk tugas-tugas belajar keterampilan berbahasa.

Kondei Kelas

Dalam proses pembelajaran keterampilan berbahasa, secara umum

kegiatan atau aktivitas dosen-mahasiswa di dalam kelas berjalan sesuai dengan

pola dan kebiasaan pembelajaran yang selama ini berlangsung; dan belum ada

upaya inovatif yang dilakukan dosen untuk meningkatkan dan mengembangkan

kemampuan para mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh rasa puas diri terhadap

apa yang dilakukannya selama ini, karena apa yang dilakukannya merasa sudah

sesuai dengan apa yang diperolehnya dari sumber yang dianggap relevan.

Dalam interaksi belajar mengajar keterampilan berbahasa, dosen secara

rutin memang lebih banyak menggunakan metode tanya jawab, yakni dengan

menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab mahasiswa; akan

tetapi pertanyaan-pertanyaan itu masih terlalu terpaku pada aspek pemahaman

akan konteks materi pembelajaran. Aspek-espek yang berkaitan dengan

penggunaan bahasa asing (bahasa Jerman) dalam menjawab pertanyaan belum

sepenuhnya mendapat perhatian, sehingga aktivitas belajar mahasiswa terkesan

lebih terfokus pada pertanyaan-pertanyaan isi.

Dalam menjelaskan materi pembelajaran keterampilan berbahasa, poin-

poin tata bahasa (grammar), kosa kata, materi bahasa yang bersifat fungsional,

poin-poin yang berhubungan dengan isi atau tema bacaan, tidak terlalu

Azis Mahfuddtn/Diseriasl/PPS-UPI2006

Page 42: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

178

mendapat tekanan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut dosen, kondisi ini

sangat beralasan karena pendekatan pembelajaran keterampilan berbahasa

merujuk pada pendekatan komunikatif yang lebih menekankan pengembangan

keterampilan berbahasa secara terintegrasi (antara menyimak, berbicara,

membaca dan menulis). Nampaknya, aktivitas mahasiswa masih sangat

tergantung pada bagaimana dosen memperlakukannya. Mahasiswa masih

terkesan pasif apabila pola dan gaya mengajar dosen tidak mampu

membangkitkan mereka dalam aktivitas yang tinggi.

Manajemen Kelas

Secara umum pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa

menunjukkan kategori cukup, apabila dilihat dari sudut pandang manajmen

kelas. Hal ini ditunjukkan melalui hasil pengamatan, bahwa sepanjang

pembelajaran atau kegiatan proses belajar mengajar berlangsung, berjalan

dengan cukup baik, walaupun masih ada kekakuan terutama ketika pertanyaan

dosen belum terjawab oleh mahasiswa. Di sini suasananya sudah menunjukkan

bahwa kelas itu difahami sebagaimana yang diharapkan sepanjang waktu, yakni

efektif, efisian, dan menghasilkan sesuatu yang diharapkan, walaupun belum

optimal.

Berkenaan dengan penciptaan iklim belajar, nampaknya dosen secara

sungguh-sungguh telah berusaha untuk membuat mahasiswa tertarik pada

perkuliahan yang diberikan; berusaha untuk membuat semua mahasiswa faham

atau mengerti; berusaha untuk mencintakan iklim atau atmosftr kelas yang

Azis Maf^vddM)i3erUui/PPS-UPI2m

Page 43: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

179

positif dan menyenangkan; berusaha untuk membuat kontak personal dengan

mahasiswa; dan berusaha untuk menentukan dan memperbaiki langkah-langkah

pembelajaran yang dianggap cocok dan sesuai; akan tetapi usaha-usaha tersebut

belum sepenuhnya memberikan kontribusi terhadap proses pembelajaran yang

terjadi. Beberapa kemungkinan yang dapat diduga di antaranya disebabkan oleh

faktor kondisi mahasiswa itu sendiri, baik yang berkenaan dengan minat dan

bakat, motivasi, suasana individu, maupun latar belakang mereka yang

beragam.

Dalam manajemen (pengelolaan) kelas, dosen secara umum belum

sepenuhnya melaksanakan proses pembelajaran secara variatif; artinya bahwa

kegiatan pembelajaran masih terpaku pada metari pokok dan metode yang

digunakan selama ini. Variasi pembelajaran baru dilakukan melalui pembuatan

contoh-contoh lain di luar pokok bahasan. Memang hal ini sangat membantu

untuk meningkatkan pemahaman kebahasaan mahasiswa dalam rangka

mencapai kompetensi yang diharapkan.

Berkenaan dengan penampilannya, dosen sebenarnya sudah berusaha

untuk berkomunikasi secara sungguh-sungguh; berusaha terampil dalam

mengorganisasikan kerja kelompok mahasiswa; berusaha menjelaskan poin-

poin bahasa secara baik dan tepat; dan berusaha menciptakan atmosfir

pembelajaran yang menyenangkan agar para mahasiswa merasa enjoy dalam

belajar, namun usaha-usaha ini belum sepenuhnya menghasilkan hasil yang

optimal, karena peningkatan dan perubahan yang diinginkan memerlukan

proses yang membutuhkan waktu.

Axis Mahfuddtn/Disertasi/PPS- UPI2006

Page 44: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

180

Pengukuran Kriteria Untuk Tugas-Tugas Belajar Bahasa

Dalam proses belajar bahasa, tugas-tugas yang diberikan merupakan

bagian yang penting dari kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan

keterampilan berbahasa mahasiswa.

Hasil sementara mengenai tugas-tugas yang diberikan dosen kepada

para mahasiswa menunjukkan bahwa tugas-tugas tersebut: 1) didasarkan pada

data-data otentik, termasuk katogori cukup baik; 2) mengarah pada kebutuhan

riil mahasiswa, berkategori cukup baik; 3) menggunakan pendekatan-

pendekatan yang relatif fleksibel; 4) memungkinkan solusi-solusi yang beragam

atau berbeda tergantung skill dan kemampuan mahasiswa; 5) mengacu pada

pertanyaan-pertanyaan yang merupakan input dari mahasiswa; 6) mencakup

interaksi dalam memecahkan masalah atau tugas-tugas tersebut; 7) sesuai

dengan kondisi mahasiswa untuk menilainya; 8) memberi tantangan kepada

para mahasiswa; 9) memberi kesempatan untuk mengungkapkan penggunaan

bahasa; 10) didasarkan pada keadaan mahasiswa untuk mempengaruhi

kemampuan berbahasa dan belajar secara kritis; 11) memberikan motivasi yang

tinggi untuk mendorong para mahasiswa aktif belajar; 12) memberi kontribusi

pada peningkatan kemampuan mahasiswa; 13) membantu mahasiswa untuk

dapat memecahkan tugas-tugas; dan 14) membantu meningkatkan intensitas

belajar di luar kelas.

Data-data tentang tugas tersebut menggambarkan kesempatan yang

cukup luas yang diberikan kepada mahasiswa dalam beraktivitas, sekaligus

meningkatkan kemampuannya; akan tetapi sejauh itu kondisi tersebut belum

Azis Mafyuddin/Diíeriasi/PPS-UPnm

Page 45: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

181

menyentuh hakekat pembelajaran keterampilan berbahasa yang sebenarnya

untuk dapat menghasilkan hasil belajar yang maksimal.

c Aspek Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu aspek yang paling penting

dalam proses pembelajaran, karena evaluasi berfungsi untuk mengetahui

ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Prinsip evaluasi

pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada rambu-rambu terutama dalam

merancang evaluasi hasil belajar, yakni kurikulum yang berlaku dan buku

sumber pembelajaran yang digunakan.

Dalam kurikulum bahasa asing, khususnya bahasa Jerman, tujuan yang

dikembangkan berorientasi pada pengembangan kompetensi berupa

kemampuan berbahasa lisan dan tulis secara standar sesuai dengan level dan

wacana tertentu; namun dalam konteks ini ada anggapan bahwa tujuan utama

pembelajaran keterampilan berbahasa mengarah pada pemahaman materi

pembelajaran. Karena itu, evaluasi pembelajaran terfokus pada hasil belajar,

yakni bagaimana mahasiswa dapat menguasai dan memahami materi

pembelajaran yang diberikan. Sementara itu, evaluasi terhadap proses

pembelajaran (evaluasi formatif) belum difungsikan sebagaimana mestinya, dan

hasil dari evaluasi formatif itu sendiri sebenarnya akan membantu memberikan

umpan balik (feedback) bagi perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.

Di sini tampak bahwa evaluasi hanya dilakukan untuk mengetahui hasil

pembelajaran; sedangkan evaluasi terhadap proses pembelajaran itu sendiri

Azis MStfitddWDisrrttai/PPS-UPnOOe

Page 46: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

182

agaknya selalu terabaikan. Ketika hasil pembelajaran yang dicapai tidak

memenuhi harapan, maka yang jadi perhatian utama adalah mahasiswa. Proses

pembelajarannya belum mendapat perhatian khusus untuk dikaji dan dievaluasi

dari berbagai sisi, misalnya tentang langkah-langkahnya, cara mengajarnya,

kesesuaian materinya, media yang digunakannya, dan lain sebagainya.

Apa yang dilakukan dosen dalam kegiatan pembelajaran selama ini

merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

mahasiswa yang umumnya masih bertumpu pada pemahaman dan penguasan isi

atau materi pembelajaran, bukan pada penguasaan dan penggunaan bahasa

secara funsional, walaupun penggunaan bahasa selalu terkait dengan aspek

pemahaman.

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran keterampilan berbahasa,

memang dosen menggunakan prosedur pembelajaran melalui tanya jawab

secara intensif; namun pertanyaan tersebut spenuhnya berisi mengenai

penguasaan materi secara tematis, bukan pertanyaan yang merangsang dan

mengundang kemampuan berfikir mahasiswa untuk kemudian

mengungkapkannya dalam bahasa (lisan dan tulisan). Di sinilah pentingnya

upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang tidak saja berorientasi pada

pemahaman, tetapi juga penggunaann atas dasar pemahaman.

Banyak orang beranggapan bahwa salah satu penyebab rendahnya mutu

hasil belajar diakibatkan oleh lemahnya mutu pembelajaran yang dilakukan

oleh para pelaku pendidikan. Dengan pola pembelajaran yang terlalu

berorientasi pada pemahaman dan penguasaan materi pembelajaran, akan

Azii Mahfiiddm/Diserms</PPS-UPnG06

Page 47: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

183

dikahawatirkan menjadi lemahnya interaksi antara pendidik dan peserta didik

(dosen dan mahasiswa) secara edukatif. Proses pembelajaran yang terfokus

pada hasil belajar mahasiswa yang hanya menanamkan pengertian dan

pemahaman, akan menjadi hampa tanpa dibarengi dengan bagaimana proses

pembelajaran keterampilan berbahasa itu terjadi dan berlangsung. Paradigma

proses pembelajaran keterampilan berbahasa seyogyanya diubah atau digeser

dari paradigma PBM tentang bahasa menjadi PBM bahasa sebagai alat

komunikasi yang muaranya mahasiswa mempelajari metabahasa, yakni bahasa

yang digunakan untuk menerangkan bahasa.

Dalam konteks pembelajaran keterampilan berbahasa, evaluasi

pembelajaran yang dilakukan dosen masih terfokus pada hasil akhir belajar

mahasiswa dalam kurun waktu tertentu, tetapi belum pada proses pembelajaran

yang terjadi. Memang di satu sisi, proses evaluasi yang dilakukan dosen terjadi

sepanjang kegiatan belajar-mengajar berlangsung dari awal hingga akhir

pembelajaran melalui tanya jawab. Ini sangat berarti bagi dosen untuk

mengetahui tingkat kemampuan dan pemahaman mahasiswa. Akan tetapi di

sisi lain jalannya proses pembelajaran yang di dalamnya terkait aspek tujuan,

bahan atau materi, metode, media dan evaluasi itu sendiri, kurang mendapat

perhatian. Karena itu, nuansa pembelajaran keterampilan berbahasa asing

(bahasa Jerman) diwarnai dengan aktivitas tanya jawab dan pemberian tugas

secara intensif yang dilakukan dosen.

Proses pembelajaran dengan tanya jawab dan pemberian tugas secara

intensif ini memang merupakan salah satu bentuk evaluasi pembelajaran

Azis Uahfi*btm/D*ertasrf>PS-l!PnO<)6

Page 48: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

184

keterampilan berbahasa yang cukup efektif. Hal ini sangat beralasan, karena

tanya jawab dan pemberian tugas dengan menggunakan bahasa asing (bahasa

Jerman) merupakan bentuk komunikasi interaktif langsung yang dapat

meningkatkan keterampilan berbahasa secara aktif; namun cakupan hasil

evaluasi pembelajaran ini hanya meliputi kemampuan yang berkenaan dengan

pengetahuan dan pemahaman akan isi materi pembelajaran, belum terkait

dengan bagaimana bisa mempraktekkan untuk berkomunikasi (language use).

Kondisi semacam ini memang dianggap sangat wajar, karena

pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa lebih menekankan

pemahaman makna tanpa harus perpegang pada aturan struktur (tatabahasa),

walaupun struktur atau tatabahasa tersebut sebenarnya merupakan sarana untuk

melaksanakan maksud komunikatif.

Dalam pembelajaran bahasa yang menggunakan pendekatan

komunikatif, banyak orang berpendapat bahwa pendekatan tersebut lebih cocok

dibandingkan dengan pendekatan tradisional yang berorientasi pada struktur

atau tatabahasa. Landasan utama pembelajaran bahasa adalah komunikasi yang

memiliki arah dan tujuan. Dalam pendekatan ini peranan dosen dalam poses

pembelajaran menjadi minim. Manakala mahasiswanya harus berkomunikasi,

maka dosen seyogyanya melepaskan perannya sebagai orang yang

menyampaikan pengetahuan kebahasaan.

Dengan menganjurkan mahasiswa untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaannya sendiri, secara praktis dosen melepaskan kontrolnya terhadap

kelas. Mahasiswa diminta untuk memberanikan diri agar tidak merasa takut

Azis Mahfuddin/Diseriasi/PPS-UPl2006

Page 49: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

ISS

salah dalam mengungkapkan pendapat atau pikirannya dengan bahasa asing,

dan kesalahan yang dibuat tersebut harus dianggap sebagai sesuatu yang wajar.

Dengan demikian, di sini pada akhirnya dosen berperan sebagai pengelola kelas

dan pembimbing serta sekaligus sebagai motivator untuk membantu

mahasiswanya menyampaikan apa yang ada dalam dirinya, dan bukan datang

dari dosennya sendiri.

Teknik pembelajaran yang mendukung pendekatan komunikatif tersebut

adalah teknik pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar (learning

centered), dan bukan teknik pembelajaran yang berpusat pada kegiatan

mengajar (teaching centered). Karena itu, sampai saat ini pembelajaran bahasa

asing selalu menggunakan pendekatan komunikatif.

Dari kenyataan yang terjadi di beberapa perguruan tinggi, nampaknya

ada semacam kontradiksi. Di satu sisi, para dosen menganggap bahwa selama

ini kinerja mereka sudah sesuai dengan tuntuan jabatan profesional sebagai

dosen ahli pendidikan bahasa untuk selalu berupaya optimal dalam

meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukannya agar hasil belajar

mahasiswa meningkat; akan tetapi di sisi lain ada anggapan bahwa mutu hasil

belajar masih belum optimal atau belum sesuai dengan tujuan kurikulum.

Tentu saja ini merupakan tantangan sekaligus masalah yang harus dikaji dan

dipecahkan oleh para dosen, untuk kemudian dicari jalan keluarnya.

Di sini dosen dituntut kinerja yang lebih keras agar para mahasiswanya

memiliki kemampuan dan keterampilan berbahasa asing yang memadai dan

memenuhi standar sesuai dengan tujuan kurikulum yang telah ditetapkan. Oleh

Azis Ma%uddm/DiseTtasl/PPS-UPf2006

Page 50: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

186

karena itu, dalam pembelajaran keterampilan berbahasa, perlu diciptakan suatu

program pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa

mahasiswa, agar dapat menjawab harapan semua pihak sekaligus

menjembatani dua anggapan yang berbeda tadi.

Berdasarkan kajian studi literatur, sebagaimana telah disinggung pada

bab-bab sebelumnya, salah satu program pembelajaran yang dapat

meningkatkan keterampilan berbahasa adalah program pembelajaran berbasis

kompetensi. Kompetensi dalam pembelajaran bahasa secara sederhana

mengandung makna kemampuan menggunakan bahasa dilihat dari sistem

bahasa. Munculnya upaya pengembangan program pembelajaran berbasis

kompetensi ini didasari oleh berbagai pemikiran mengenai makna kompetensi

dalam segala hal, termasuk dalam pembelajaran bahasa asing.

Pemikinm-penuJdran tentang kompetensi dari Wolf (1995), Tuxwort

(1995), Debling (1995), Burke (1995) dan dikembangkan lebih luas oleh

Sukmadinata (2004), memberikan inspirasi yang sangat berarti dalam upaya

meningkatkan kemampuan dan keterampilan berbahasa asing di perguruan

tinggi dengan basic kompetensi yang diusungnya. Karena itu, istilah yang

diambil penulis dalam konteks pembelajaran keterampilan berbahasa adalah

"Program Pembelajaran Berbasis Kompetensi".

B. Perencanaan Pengembangan Program Pembelajaran

Pengembangan program pembelajaran keterampilan berbahasa adalah

salah satu bentuk upaya untuk mengembangkan program-program pembelajaran

Aza Mahfuddtn/Disertasi/PPS-UPnm

Page 51: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

yang telah ada dengan mengacu pada kompetensi pembelaj

khususnya bahasa Jerman, yakni memahami dan menguasai ragam komunikasi

lisan dan tulis bahasa Jerman standar dalam berbagai wacana dan topik.

Pembelajaran berbasis kompetensi dalam matakuliah keterampilan

berbahasa adalah model atau program pembelajaan yang bertumpu pada

pengembangan kompetensi mahasiswa melalui telaahan fakta-fakta yang ada

dalam pengalaman belajar mahasiswa dalam memecahkan masalah

pembelajaran yang dihadapi, terutama dalam meningkatkan kemampuan dan

keterampilan berbahasa.

Sesuai dengan prosedur penelitian dan dengan memperhatikan kajian

pra survai tentang program atau pola pembelajaran keterampilan berbahasa

yang selama ini dilakukan, maka dalam proses perencanaan pengembangan

program diawali dengan melakukan diskusi. Diskusi tersebut bertujuan untuk

menyamakan persepsi tentang hakekat matakuliah keterampilan berbahasa pada

Program Pendidikan Bahasa Jerman, Jurusan Pendidikan Bahasa Asing FPBS

Universitas Pendidikan Indonesia.

Matakuliah keterampilan berbahasa ini tidak saja berorientasi pada

penguasaan keempat keterampilan yakni menyimak, berbicara, membaca dan

menulis, akan tetapi juga pada pengembangan kompetensi mahasiswa dalam

memahami dan menguasai komunikasi ragam bahasa Jerman standar, baik lisan

maupun tertulis.

Selain itu, didiskusikan pula mengenai apa hekekat pengembangan

program pembelajaran keterampilan berbahasa, mengapa perlu dikembangkan,

Alit Matymidto/DaerUxVPPS-UPI2m

Page 52: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

188

dan bagaimana mengembangkannya. Ini yang akan dijadikan pola atau program

pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbahasa asing khususnya

bahasa Jerman.

Pengembangan program pembelajaran keterampilan berbahasa pada

dasarnya mengarah pada upaya peningkatan, pendalaman, dan pemantapan

program pembelajaran agar terjadi peningkatan kemampuan dan keterampilan

berbahasa secara signifikan bagi para mahasiswa yang sedang belajar bahasa

asing (bahasa Jerman). Dasar perlu dikembangkannya program pembelajaran

tersebut mengacu pada realitas hasil yang dicapai selama ini yang belum

optimal serta belum memenuhi standar kompetensi yang diharapkan. Data

terakhir menunjukkan angka rata-rata kemampuan sebesar 2,75 (dibawah

kategori baik, yakni 3,00).

Setelah dilakukan diskusi, selanjutnya penulis bersama dosen-dosen

matakuliah keterampilan berbahasa melakukan pengkajian dan review desain

program pembelajaran tersebut

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, review dilakukan pada tiga

bentuk desain, yakni desain perencanaan program pembelajaran, desain

pelaksanaan program pembelajaran, dan desain evaluasi pembelajaran. Hasil

review terhadap program pembelajaran, selanjutnya menghasilkan program

awal dari pengembangan program pembelajaran keterampilan berbahasa

tersebut. Program ini merupakan draft permulaan yang akan dikembangkan

lebih lanjut dalam proses uji coba terbatas.

Aia Mahfuddin/Disertast/PPS-UPI2(l06

Page 53: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

189

Dari hasil review bersama dosen, di bawah ini disajikan ketiga jenis

desain sebagai program awal pengembangan, yakni program perencanaan,

program pelaksanaan, dan program evaluasi.

1. Desain Awal Program Perencanaan Pembelajaran Keterampilan

Berbahasa

Komponen-komponen pada program ini mengacu pada pola atau

program pembelajaran yang selama ini berlangsung; namun sesuai dengan

bentuk dan sosok pengembangan program pembelajaran keterampilan

berbahasa, terdapat upaya memperbaiki atau modifikasi terutama pada aspek

kegiatan belajar mengajar yang lebih berorientasi pada upaya pengembangan

penguasaan kemampuan berbahasa melalui latihan-latihan, baik lisan maupun

tertulis. Sosok program desain awal perencanaan pembelajaran keterampilan

berbahasa digambarkan pada bagan berikut ini.

1 2 3 4 5

Merumus Memilih Menetap­ Menetap­

kan tujuan maten kan kegia kan media

pembelajar an

pembelajar ao

lanpembe dan sum­pembelajar an

pembelajar ao tejaran ber pembe

pembelajar an

pembelajar ao

lajaran

Mengem­bangkan alat

evaluasi pembelajaran

Revisi Pembelajaran

Gambar 4.1. Desain Awal Program Perencanaan Pembelajaran

Azis MafyMdtn/DiKriasvTPS-UPnm

Page 54: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

190

Berdasarkan bagan tersebut, desain program pembelajaran keterampilan

berbahasa terdiri atas empat langkah pokok, yakni:

a) merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai sesuai dengan

kurikulum yang berlaku dan kompetensi yang diharapkan;

b) memilih materi pembelajaran sesuai dengan topik yang dijadikan tema

pembelajaran;

c) menetapkan kegiatan pembelajaran keterampilan berbahasa melalui tiga

tahap pokok: pendahuluan, pembahasan materi pokok, dan penutup;

d) menetapkan media dan sumber pembelajaran yang akan digunakan sesuai

dengan topik atau materi pembelajaran; dan

e) menentukan atau mengembangkan alat evaluasi pembelajaran, termasuk jenis

dan prosedur evaluasi untuk keberhasilan proses pembelajaran keterampilan

berbahasa.

Apabila dalam rangkaian perencanaan pembelajaran tersebut terjadi

kekeliruan, baik yang menyangkut tujuan, materi, kegiatan, media/sumber

maupun evaluasi pembelajaran, maka tahap selanjutnya dilakukan revisi

pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

1) Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam

rangkaian aktivitas pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran keterampilan

berbahasa, tujuan utama pembelajaran mengarah pada pencapaian hasil belajar

Azu MahfuddJn/Disertasi/PPS-UPUfm

Page 55: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

191

dengan dikuasainya seperangkat pengetahuan dan keterampilan dalam

berbahasa oleh para mahasiswa.

Untuk menguasai seperangkat pengetahuan dan keterampilan tersebut,

diperlukan suatu gambaran kegiatan, baik kegiatan yang dilakukan dosen

maupun yang dilakukan para mahasiswa. Merumuskan tujuan adalah salah satu

bentuk kegiatan yang dilakukan dosen dalam merencanakan pembelajaran.

Karena itu, proses pembelajaran lebih dulu diawali dengan menjelaskan tujuan

pembelajaran kepada para mahasiswa sehingga apa yang ingin dicapai oleh

seluruh rangkaian proses pembelajaran benar-benar dapat diketahui mahasiswa

dengan baik.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dosen dan mahasiswa ini

siratnya interaktif. Prinsip pembelajaran yang dikembangkan lebih menekankan

pada aktivitas mahasiswa dalam mempraktekkan bahasa asing (bahasa Jerman).

Di sini kegiatan dosen tertumpu pada upaya pemberian stimulus berupa

pertanyaan-pertanyaan. Sementara itu, kegiatan mahasiswa bersifat responsif

terhadap apa yang dilakukan dosen dalam berbahasa sehingga kondisi belajar

mahasiswa menjadi lebih aktif dan produktif dalam berbahasa asing.

Cara-cara seperti tersebut di atas pada intinya merupakan upaya untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ditetapkan berdasarkan

kompetensi yang diharapkan, dan kompetensi tersebut mengacu pada: 1)

pemahaman dan penguasaan ragam komunikasi lisan dan tulis bahasa Jerman

standar dalam berbagai jenis wacana dan topik; 2) pemahaman dan penguasaan

Azis Mahfuddm/Duertasi/PPS-UPI2006

Page 56: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

192

struktur, fungsi dan penggunaan bahasa Jerman; dan 3) pemahaman hubungan

antara bahasa yang diajarkan dengan budaya masyarakat pemakainya.

Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, ketiga kompetensi tersebut

dijabarkan ke dalam sub-sub kompetensi yang lebih spesifik dan terfokus pada

jenis keterampilan berbahasa, yakni keterampilan berbahasa lisan dan

keterampilan berbahasa tulis. Keterampilan berbahasa lisan mengandung unsur

menyimak dan berbicara; sedangkan keterampilan berbahasa tulis mengandung

unsur membaca dan menulis.

Untuk penjabaran lebih lanjut, setiap sub kompetensi dirinci kembali ke

dalam butir-butir indikator yang rumusannya lebih bersifat praktis dan

operasional. Misalnya, untuk keterampilan berbahasa lisan rumusan sub

kompetensi yang dikembangkan adalah pemahaman dan penguasaan ragam

komunikasi lisan bahasa Jerman dalam jenis wacana tertentu.

Dari kompetensi tersebut dirumuskan sub kompetensinya menjadi

kemampuan memahami wacana lisan tertentu, dan kemampuan berkomunikasi

lisan untuk mengungkapkan perasaan, pikiran dan pendapat. Sementara,

indikatornya misalnya : a) menemukan kata-kata kunci dalam wacana lisan; b)

mengidenifikasi perbedaan makna karena pola intonasi yang digunakan; c)

menafsirkan makna berdasarkan unsur nonverbal; d) melafalkan kata, frase dan

kalimat bahasa Jerman; e) menggunakan percakapan dengan tepat; dan lain

sebagainya.

Dalam merumuskan tujuan pembelajaran keterampilan berbahasa, tentu

saja baik kompetensi, sub kompetensi maupun indikatornya, ketiganya dapat

Azis MahfuddMDiserlasifPPS-UPnm,

Page 57: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

193

dijadikan rujukan atau pedoman yang memudahkan para dosen menyusunnya.

Tujuan-tujuan tersebut juga didasarkan pada tema atau topik yang menjadi

materi pembelajaran yang disajikan.

2) Memilih Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem

pembelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

harus diajarkan kepada para mahasiswa. Dalam proses pembelajaran,

komponen ini memegang peranan penting dalam membantu para mahasiswa

mencapai kompetensi yang diharapkan. Karena itu, materi pembelajaran perlu

dipilih dengan tepat agar sejalan dengan pengalaman dan kemampuan

mahasiswa untuk dapat membantu mereka mencapai tujuan pembelajaran

yang diinginkan.

Pemilihan materi pembelajaran menyangkut beberapa hal, diantaranya

adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi

pembelajaran tersebut Jenis materi berkenaan dengan upaya identifikasi secara

tepat karena materi perlu ancangan strategi, media dan cara menilai

(mengevaluasi). Cakupan materi berkenaan dengan ruang lingkup, relevansi

dan kedalaman materi. Urutan materi berhubungan dengan jenjang atau

keruntutan antara yang satu ke yang lain; sedangkan perlakuan materi

berkenaan dengan ketepatan dan kejelasan dalam menyampaikannya. Misalnya,

apakah materi tersebut disampaikan untuk dihafalkan, difahami, atau

dipraktikkan (diaplikasikan).

AzO Ma%midm/Duertasi/PPS-UPI2m

Page 58: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

194

Dalam konteks pembelajaran keterampilan berbahasa, materi

pembelajaran berhubungan dengan pengetahuan kebahasaan dan praktek

penggunaan bahasa berdasarkan sistem atau kaidah-kaidah yang berlaku pada

bahasa itu.

Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran bahasa, materi menjadi fokus

utama yang harus dipilih, dikemas dan dipilah-pilah berdasarkan kebutuhan,

terutama yang menyangkut tema atau topik bahasan. Tema atau topik bahasan

tersebut berhubungan langsung dengan kompetensi yang dikembangkan,

misalnya kompetensi mamahami wacana, dan kompetensi dalam pembelajaran

bahasa asing lebih banyak menekankan pada komponen atau domain

pengetahuan (kognisi) dan domain keterampilan (skill).

Domain pengetahuan merujuk pada keilmubahasaan (misalnya bahasa

Jerman) yang berkenaan dengan komponen-komponen linguistik, yakni

fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik yang tergabung dalam satu

kesatuan struktur atau tatabahasa bahasa Jerman; sedangkan domain

keterampilan berbahasa (language skill) merujuk pada praktik atau aplikasi

dari bahasa itu sendiri, baik secara lisan maupun tertulis dengan tetap

memperhatikan kaidah-kaidah bahasa yang berlaku.

Secara umum lingkup materi yang dibahas dalam pembelajaran

keterampilan berbahasa mencakup beberapa hal pokok: pertama berkenaan

dengan kosakata (Wortschatz); kedua berkenaan dengan kalimat dan pola

kalimat; ketiga berkenaan dengan makna kata, frasa dan kalimat; dan keempat,

Ana MahfudMDtieruoi/PPS-UPntm

Page 59: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

195

menyangkut masalah pragmatisme bahasa, yakni adanya hubungan antara

bahasa yang diajarkan dengan budaya dan masyarakat pemakainya.

Keempat hal tersebut pada hakekatnya merupakan satu kesatuan yang

utuh dalam lingkup kebahasaan. Dalam sebuah teks unsur-unsur bahasa tersebut

selalu ditemukan

3) Menetapkan Kegiatan Pembelajaran

Melaksanakan kegiatan pembelajaran merupakan inti dari seluruh

rangkaian proses pembelajaran, setelah program pembelajaran direncanakan

atau didesain sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Dalam menetapkan kegiatan pembelajaran, hal-hal yang perlu dilakukan oleh

dosen adalah menentukan langkah-langkah strategis sesuai urutan logis, yang

dapat membuat situasi belajar mahasiswa menjadi hidup dan mendorong

aktivitas pembelajaran menjadi menarik.

Penentuan penggunaan metode pembelajaran, memang merupakan salah

sahi faktor dalam pelaksanaan pembelajaran; namun langkah-langkah

pembelajaran yang telah dirancang selaras dengan metode pembelajaran yang

digunakan, perlu dilaksanakan secara runtut dan berjenjang.

Dalam konteks pembelajaran keterampilan berbahasa asing (bahasa

Jerman) misalnya, kompetensi yang dikembangkan adalah kompetensi

komunikatif. Pendekatan kompetensi komunikatif ini sebenarnya mengandung

makna pendekatan pada desain silabus, bukan berupa metode pembelajaran

bahasa. Di dalam proses pembelajaran, materi pembelajaran disusun dan

Azis Mahfaddin/Dtsertasi/PPS-UPn006

Page 60: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

196

dirancang dengan memperhatikan fungsi-fungsi bahasa atau penggunaan

bahasa, misalnya "menyatakan pendapat" atau "meminta penjelasan".

Langkah-langkah pembelajaran fungsi-fungsi bahasa tersebut mungkin

sekali berbeda dari materi pembelajaran yang satu dengan materi pembelajaran

yang lain. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan isi tema atau topik yang

disajikan, dan perbedaan jenis keterampilan yang disampaikan. Karena itu,

dalam kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran untuk pendekatan

fungsional harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan komunikatif pembelajar

(mahasiswa), untuk kemudian dilakukan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran yang sesuai dengan desain silabus. Untuk lebih jelasnya berikut

ini secara umum di kemukakan salah satu contoh materi pembelajaran yang

disajikan berikut jenis keterampilannya, sekaligus dengan langkah-langkah atau

tahapan kegiatannya.

Materi Pokok/Sub Materi

Uraian Materi

Langkah/Prosedur Pembelajaran

Wohnung gesucht

(Dicari Rumah Sewa)

a. Menyimak

Besar rumah dan jumlah kamar Suasana lalu lintas Keadaan rumah sewa Harga sewa Syarat-syarat sewa Waktu masuk

Tahap pertama: memperde­ngarkan percakapan Tahap kedua: mencari kata-kata kunci Tahap ketiga: tanya jawab tentang isi percakapan Tahap empat: menyimpul­kan

b. Berbicara Kelebihan dan kekurangan rumah sewa Ungkapan-ungkapan yang salah dalam pem­bicaraan di telepon

Tahap pertama: mengamati gambar tentang kedaan rumah Tahap kedua: meminta mahasiswa mengungkapkan kelebihan dan kekurangan

Atis Mahfiiddln/Dixr1a3i/PPS-UPI2006

Page 61: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

197

rumah dari mulai pintu, balkon, jendela, karpet, lampu, alat pemanas, dinding, gardeng dlsb. Tahap ketiga: tanya jawab tentang isi dari gambar rumah Tahap keempat: menyimpul apa yang tertera dalam gambar

c. Membaca Membaca teks tentang tema tertentu; misalnya McDonald's

Tahap pertama: membaca teks secara global Tahap kedua: mencatat kata-kata kunci Tahap ketiga: tanya jawab tentang isi teks Tahap keempat: meminta mengungkapkan isi per alinea Tahap kelima: menyimpul­kan

d. Menulis Menulis surat kepada seseorang tentang rumah yang akan disewakan

Tahap pertama: mempersi­lakan membaca contoh surat Tahap kedua: mengidentifi­kasi yang diinginkan sambil menentukan kata-kata kunci Tahap ketiga: menulis surat dengan kata-kata sendiri Tahap keempat, menelaah kembali tulisan surat yang dibuat Tahap kelima: merevisi ha­sil tulisan yang dibuat maha­siswa.

Gambar 4.2. Analisis Materi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

Aza Mtf$Mldm/DnerlasifPPS-UPI2006

Page 62: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

198

Berdasarkan bagan di atas, setiap keterampilan berbahasa memiliki

langkah atau tahapan pembelajaran yang relatif berbeda. Pembelajaran

keterampilan berbahasa pada intinya merupakan pembelajaran yang dilakukan

secara terintegrasi, artinya bahwa tiap keterampilan berbahasa memiliki

keterkaitan satu sama lain. Karena itu, prosedur pembelajarannya hampir sama

dengan prosedur pembelajaran materi lainnya, yakni pendahuluan yang diawali

dengan pertanyaan-pertanyaan pembuka yang ada hubungannya dengan tema;

penyajian pokok materi sesuai dengan tema yang disajikan; dan penutup berupa

penyimpulan dari tema atau materi yang dibahas.

Sehubungan dengan hal tersebut, berhasil tidaknya pelaksanaan

pembelajaran, akan tergantung pula pada bagaimana langkah-langkah kegiatan

pembelajaran itu dilakukan secara berjenjang dan berurutan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan responden,

diperoleh data mengenai kegiatan-kegiatan pembelajaran secara umum yang

dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Azti Mcfyiiddin/DisemsWPS-VPnm

Page 63: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Tabel 4.1. Kegiatan Pembelajaran

No. Kegiatan pembelajaran Jawaban responden Ya Tidak

1. Menjelaskan terlebih dahulu tujuan pembelajaran 2 6

2. Memberi gambaran umum mengenai materi yang akan diajarkan 7 1

3- Mengajukan pertanyaan untuk mengingat kembali apa yang pernah disampaikan 4 4

4. Membahas dan menjelaskan materi yang diajarkan 8 0

5. Menjelaskan materi dengan contoh-contoh yang berhubungan dengan materi tersebut

6 2

6. Memotivasi dan memberi stimulus kepada mahasiswa untuk aktif menyimak dan berbicara

7 1

7. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengungkapkan pendapat tentang materi yang dibahas

6 2

8. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya 7 1

9. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengulang atau menyimpulkan materi yang dibahas dengan menggunakan kata-kata sendiri

5 3

10. Memberi tugas-tugas tambahan untuk memperkaya pengetahuan kebahasaan dan kosakata

7 1

11. Melakukan evaluasi pembelajaran 7 1

12. Memberikan penguat (reinforcement) materi yang didasarkan pada hasil pekerjaan mahasiswa

5 3

Dari gambaran hasil observasi dan wawancara dengan responden

tersebut, pada intinya dosen mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran

keterampilan berbahasa dengan cukup baik. Pola pembelajaran yang dilakukan

Atis Makfuddm/Daenasi/PPS-UP12006

Page 64: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

200

didasarkan pada kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan dan

keterampilan bebahasa secara berkelanjutan untuk mencapai level kemampuan

dan kompetensi yang diharapkan.

Pola umum yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan

berbahasa mencakup pendahuluan, pembahasan materi pembelajaran, dan

penutup. Pola ini berlaku untuk semua pembelajaran keempat keterampilan

berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Dalam pendahuluan, dosen ummnya tidak menjelaskan lebih dulu tujuan

pembelajaran mengenai apa yang akan dikuliahkan pada saat itu, namun

langsung pada kegiatan appersepsi untuk mengulang kembali apa yang pernah

dikuliahkan sebelumnya untuk kemudian masuk pada materi pokok. Pada

appersepsi ini, dosen menyampaikan beberapa pertanyaan, atau mahasiswa

diberi kesempatan untuk bertanya lebih dulu. Kondisi ini dianggap dapat

membantu menghidupkan situasi kelas dalam berinteraksi.

Untuk keterampilan menyimak misalnya; pada tahap pelaksanaan,

beberapa kegiatan yang dilakukan dosen diantaranya adalah membahas tema

atau topik melalui ungkapan-ungkapan lisan yang diperdengarkan melalui

media pembelajaran, yakni berupa tape recorder untuk disimak secara bersama

oleh para mahasiswa. Dalam membahas tema, mahasiswa diminta untuk

mendengarkan secara seksama atau mencatat kata-kata kunci dan isi pokok dari

tema tersebut

Cara ini digunakan, agar para mahasiswa dapat mengungkapkan

kembali apa yang disimaknya. Setelah pembahasan selesai, dosen

Aas Mahfiiddin/Disertasi/PPS-UPI2006

Page 65: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

201

menyampaikan berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan materi pokok

yang dibahas dengan bahasa yang mudah dipahami. Pada kesempatan itu pula,

mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanya, atau mengungkapkan pikirannya

dalam bahasa asing (bahasa Jerman).

Menjelang akhir perkuliahan, mahasiswa juga diminta untuk sedikit

mengulang kembali dan menyimpulkan apa-apa yang telah dibicarakan;

kemudian diakhiri dengan pemberian tugas-tugas harian untuk membantu

melatih keterampilan-keterampilan lainnya seperti keterampilan membaca dan

menulis. Kadang-kadang dalam mengakhiri perkuliahan, dosen juga

memberikan evaluasi dalam bentuk tes untuk mengetahui tingkat ketercapaian

pembelajaran.

Pada tahap penutupan, dosen umumnya mengakhiri perkuliahan dengan

memberi kesimpulan mengenai apa yang telah diberikan, dan sekaligus

memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah untuk bahan latihan.

4) Menetapkan Media dan Sumber Pembelajaran

Dalam menetapkan media dan sumber pembelajaran, aspek materi

pembelajaran seringkah menjadi rujukan; artinya bahwa penggunaan media

pembelajaran akan sangat tergantung pada materi pembelajaran yang disajikan.

Komponen ini berkenaan dengan media yang digunakan, baik yang

berhubungan dengan gambar-gambar, grafik, peta, foto, film (slide projector),

maupun yang berhubungan dengan sumber pembelajaran seperti buku-buku,

majalah, surat kabar, internet dan lain sebagainya.

Azts MahfitddMDlteriasitfPS-UPnOM

Page 66: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

202

Penggunaan media dan sumber pembelajaran ini sangat membantu

mempermudah proses pembelajaran keterampilan berbahasa, sehingga

memudahkan pula proses pemahaman akan makna materi yang disajikan, sekali

gus memperkaya penguasaan keterampilan berbahasa para mahasiswa.

5) Menentukan Alat Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian keseluruhan program

pembelajaran termasuk perencanaan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran

membantu para pembelajar memperoleh informasi mengenai hasil pembelajaran

yang dicapainya. Untuk mengetahui lebih jelas kemampuan pembelajar dalam

proses belajar mengajar, diperlukan alat evaluasi yang dapat mengukur

keberhasilan belajar tersebut

Secara umum, ada empat jenis alat evaluasi yang dapat digunakan dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran, diantaranya adalah: tes, cecklist, skala

rating, dan kuesioner (angket). Tes diberikan untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman dan keterampilan yang dikuasai oleh para pembelajar. Cecklist

adalah daftar kriteria untuk menilai performansi atau hasil akhir yang

digunakan untuk mencek kriteria yang ditemukan. Skala rating digunakan

apabila ingin meraung kualitas dari performansi yang ditemukan pada hasil

akhir. Sementara itu, kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi atau

mendapatkan opini, perasaan, pendapat, minat, dan lain-lain.

Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa asing, alat evaluasi yang

lazim digunakan adalah tes yang ragamnya disesuaikan dengan materi yang

Azis Mahfuddin/Diserlasi/PPS-UPI2m

Page 67: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

203

disajikan. Alat evaluasi yang digunakan untuk keterampilan berbahasa lisan,

tentu menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang telah disusun berdasarkan

konteks materi pembelajaran yang dikemukakan secara lisan. Daftar pertanyaan

tersebut bisa berupa essay, isian atau alternatif pilihan (tes objektif); sedangkan

alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur keterampilan berbahasa tulis,

berupa tes tulis yang ragamnya bisa berupa isian, pilihan, jodohkan, essay

singkat atau pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan isi dari meteri yang

disajikan.

Dari uraian di atas, penentuan alat evaluasi dalam pembelajaran

keterampilan berbahasa sangat diperlukan, agar hasil belajar keterampilan

berbahasa dapat diketahui dengan pasti. Penentuan alat evaluasi tersebut

memudahkan dosen untuk mengetahui perkembangan kemampuan dan

kemajuan mahasiswa pada setiap saat, sehingga dosen dengan mudah pula

memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran.

2. Desain Awal Program Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan

Berbahasa

Program pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan untuk

meningkatkan kemampuan dan keterampilan berbahasa mahasiswa dapat

dilihat pada Bagan 4.3. di bawah ini.

Aza MahfuddWDixrlaxi/PPS- UPI20O6

Page 68: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

204

Kegiatan Dosen Mencintakan situasi dan membawa ma­hasiswa pada kegia­tan awal dengan per tanyaan pembuka yang ada hubungan nya dengan materi pembelajaran

Kegiatan Dosen Mengajukan perta­nyaan mengenai te­ma yang dibahas de­ngan kata-kata kun­ci tertentu; meman­cing mhs, untuk ber­tanya; dan menemu kan jawaban

Kegiatan Dosea Mengajukan perta­nyaan-pertanyaan dlm bentuk penyim putan isi tema yang dibahas; memberi­kan tugas, dan me­nelaah kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran

TAHAP PEN­DAHULUAN

TAHAP PEM­BAHASAN MATERI

3 TAHAP

PENUTUP

Kegiatan Mahasiswa Menyimak apa yang diungkapkan dan memberikan jawab­an atau respons atas pertanyaan-per tanyaan yang diaju­kan dosen, serta me ngajukan pertanyaan

KtgUUi Mafaubwa Mahasiswa menja­wab pertanyaan do­sen atau mengaju-kan pertanyaan yang berbubngande ngan tema; mencari kata-kata kunci ja­waban dan menemu kan tawaban

Kctiataa Mafaubwi Menemukan jawab­an dari permasalah­an alau pertanyaan yang diajukan do­sen; menyimpulkan dengan ungkapan bahasa sendiri; dan mengenakan tugas yg diberikan dosen

Gambar 4 J. Desain Awal Program Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan

Berbahasa

Sebagaimana yang tertera pada bagan tersebut di atas, desain awal

program terdiri atas tiga tahapan pokok, yakni tahap pendahuluan, tahap

pembahasan materi pembelajaran, dan tahap penutup. Untuk melihat bentuk

atau sosok awal program pelaksanaan, maka selanjutnya setiap tahapan

program pembelajaran tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Azis Mal$ddm/Disertasí/PPS-UPI2006

Page 69: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

205

a. Tahap Pendahuluan

Berdasarkan temuan survai awal, dosen melakukan kegiatan

pembelajaran dengan lebih dulu menjelaskan lingkup materi yang akan dibahas

melalui bahasa asing (Jerman) dengan fokus tema tertentu. Ungkapan awal

berupa pertanyaan-pertanyaan bertujuan untuk menggugah motivasi dan

aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran. Langkah yang ditempuh pada

tahap pendahuluan ini pada intinya adalah penciptaan situasi kelas agar para

mahasiswa siap menerima materi yang akan disajikan.

Penciptaan situasi dan pemberian motivasi terhadap mahasiswa pada

permulaan pembelajaran merupakan sesuatu yang cukup penting dalam

mengantarkan mahasiswa pada pemahaman materi yang disajikan. Dengan cara

ini kepercayaan diri mahasiswa dalam mengungkapkan pendapat dengan bahasa

asing (bahasa Jerman) akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan kompetensi

yang diharapkan. Hal ini tergambar dengan banyaknya mahasiswa yang

mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan pembuka yang diajukan dosen.

Pada tahap selanjutnya aktivitas dosen terfokus pada bagaimana mahasiswa

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakannya untuk masuk pada

materi pokok. Sementara, aktivitas mahasiswa pada tahap pendahuluan ini

terfokus pada pertanyaan-pertanyaan dosen yang harus dijawab. Dengan

aktivitas seperti ini mahasiswa menjadi lebih aktif dan produktif dalam

berbahasa asing (bahasa Jerman).

Atis MtAfiiddin/Diserlasi/PPS-Vpntm

Page 70: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

206

b. Tahap Pembahasan Materi

Aktivitas dosen pada tahap utama pembelajaran diawali dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan lisan mengenai tema yang dibahas melalui

ungkapan-ungkapan dengan kata-kata kunci tertentu Pertanyaan-pertanyaan ini

dimaksudkan untuk memancing pengalaman belajar mahasiswa dan untuk

mengetahui pengetahuan dan kemampuan awal tentang lingkup materi yang

akan disajikan.

Dengan cara seperti ini dosen dapat memberikan materi pokok yang

didasarkan pada kemampuan dan pengalaman mahasiswa yang dimiliki. Cara

ini ternyata lebih efektif dibanding dengan penyajian materi yang isi atau

temanya kurang berhubungan dengan pengalaman mereka. Suasana

pembelajaran menjadi hidup dan interaksi antara dosen dengan mahasiswa lebih

aktif.

Aktivitas mahasiswa pada tahap utama pembelajaran ini terfokus pada

upaya mencari dan mengemukakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dosen.

Ketika dosen memberi kesempatan pada mahasiswa untuk bertanya, pada

umumnya mahasiswa sulit untuk menyampakan pertanyaan. Ini disebabkan

oleh adanya ketidak-beranian mengemukakan pertanyaan dengan bahasa asing

(bahasa Jerman); namun dosen berusaha untuk memancing dan memberi

motivasi dengan kata-kata "kalaupun salah tidak apa-apa", mahasiswa pun tetap

belum merasa terdorong untuk mengajukan pertanyaan walaupun dalam

kalimat-kalimat tanya yang sederhana.

Axis Maftfuddm/Disertast/PPS-UPI2QQ6

Page 71: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

207

Dari kondisi seperti ini dosen berupaya menghidupkan kembali situasi

kelas dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lanjutan. Kesempatan setiap

mahasiswa untuk mengemukakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dosen

sangat terbuka lebar, sehingga dosen harus selalu bersikap responsif terhadap

jawaban-jawaban mahasiswa, walaupun jawaban tersebut kurang tepat atau

kurang tersusun secara grarnmatik (tatabahasa). Kondisi ini memungkinkan

pembelajaran keterampilan berbahasa menjadi menarik, karena aktivitas para

mahasiswa terus berlangsung, dan dosen selalu menggunakan pendekatan

komunikatif melalui metode tanya-jawab.

Langkah utama pembelajaran ini termasuk langkah tnkuiri, yakni

mengembangkan kemampuan berfikir mahasiswa melalui kegiatan berbahasa

asing (bahasa Jerman). Dengan dikemukakannya berbagai pertanyaan, dosen

dapat mengamati dan menilai kemampuan mahasiwa, sekaligus melatih

kemampuan berbahasa secara produktif.

Karena itu, kemampuan menggunakan teknik-teknik bertanya dengan

bahasa asing (bahasa Jerman) yang sederhana dan mudah difahami, merupakan

salah satu syarat dan kemudahan dalam mengembangkan keterampilan

berbahasa asing mahasiswa.

c Tahap Penutup

Pada tahap ini dosen memberi kesempatan kepada para mahasiswa

untuk bertanya atau menyimpulkan apa-apa yang dibahas dalam penyajian

tema. Melalui ungkapan-ungkapan kalimat yang terputus atau belum selesai,

Page 72: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

208

dosen meminta mahasiswa melengkapi atau menyempurnakan ungkapan

kalimat tersebut Hal ini dilakukan agar dapat diketahui tingkat pemahaman

para mahasiswa terhadap konteks tema yang dibahas.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang tingkat pemahaman mahasiswa,

dosen mengemukakan tugas-tugas yang harus dikerjakan sambil menelaah dan

mengamati kemampuan berbahasa mahasiswa, sebagai bentuk kegiatan evaluasi

pembelajaran yang telah berlangsung.

3. Desain Awal Program Evaluasi Pembelajaran Keteraampilan Berbahasa

Dalam mengevaluasi hasil pembelajaran keterampilan berbahasa,

terdapat dua komponen pokok yang menjadi fokus, yakni 1) bagaimana

mahasiswa menggunakan bahasa; dan 2) bagaimana mahasiswa memahami

substansi atau isi tema yang dibahas.

Sebagaimana juga desain awal perencanaan program, dan desain awal

pelaksanan (implementasi) program, desain awal program evaluasi

pembelajaran memerlukan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk

dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan tahapan-tahapan penelitian. Untuk

itu, perlu dipetakan bentuk desain evaluasi; prosedur yang dilakukan; alat atau

teknik evaluasi yang digunakan; serta sasaran yang akan dicapai.

Desain awal program evaluasi keterampilan berbahasa dapat dilihat

pada Bagan 4.4 di bawah ini.

Aza Mahfuddm/Disertast/PPS-UPntm

Page 73: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

209

DESAIN EVALUASI

PROSEDUR

proses riilalfiilrim secan terus

menerus

ALAT EVALUASI

Tes tulis dan tes lisan, serta pedoman observasi

SASARAN Kemampuan

berbahasa mahasiswa dilihat dari kelancaran

berbahasa lisan dan tertulis

Gambar 4.4. Desain Awal Program Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

C. Hasil Uji Coba Terbatas

1. Deskripsi

Uji coba terbatas adalah uji coba yang dilakukan untuk mengembangkan

program awal yang telah dirancang atau didesain sebelumnya. Tujuan

penelitian pada tahap ini adalah untuk menemukan bentuk program

pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa mahasiswa,

sesuai dengan standar kompetensi dan kurikulum yang berlaku pada Program

Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Pendidikan Indonesia.

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, proses uji coba program

pembelajaran difokuskan pada proses pengembangan program yang dilakukan

Aai MatytddMDisertcxi/PPS-UPI2006

Page 74: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

210

dosen dalam upaya meningkatkan keterampilan berbahasa mahasiswa yang

dapat dilihat dari aspek kelancaran berkomunikasi melalui bahasa asing (bahasa

Jerman), baik lisan maupun tertulis, sesuai dengan level kemampuan tertentu.

Uji coba dalam skala terbatas ini dilakukan pada lingkungan Program

Pendidikan Bahasa Jerman FPBS-Universitas Pendidikan Indonesia Semester

4 dalam tiga kali putaran. Penentuan banyaknya putaran tersebut didasarkan

pada adanya kemungkinan kecenderungan perubahan dari setiap putaran secara

signifikan yang mengarah pada keberhasilan dosen dalam

mengimplementasikan program pembelajaran berbasis kompetensi sesuai

dengan tujuan pengembangan yang telah ditentukan, sehingga ditemukan

bentuk program pembelajaran yang dianggap memadai.

Hasil uji coba terbatas tersebut digunakan sebagai bahan untuk

melakukan perbaikan (revisi) terhadap desain program pembelajaran berbasis

kompetensi yang akan dan sedang dikembangkan. Uji coba ini dilakukan secara

berulang-ulang sehinga diperoleh draft utama (pokok) yang siap diujicobakan

kembali dalam skala yang lebih luas. Setiap kali uji coba, ditempuh langkah-

langkah sebagai berikut: a) mengembangkan draft awal program pembelajaran;

b) implementasi program pembelajaran; c) evaluasi program pembelajaran; dan

d) penyempurnaan program pembelajaran.

Hasil setiap putaran dalam uji coba terbatas yang dilakukan dapat

diuraikan seperti uraian di bawah ini.

Azis Maltfuddin/Disertast/PPS-UPn006

Page 75: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

211

Uji Coba Terbatas Pengembangan Program Putaran Pertama

a. Perencanaan Pembelajaran

Sesuai dengan program awal yang telah ditetapkan, komponen-

komponen program perencanaan pembelajaran terdiri atas komponen tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, media dan sumber

pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran.

Keterampilan yang diajarkan dalam pembelajaran keterampilan

berbahasa adalah membaca dengan topik atau pokok bahasan "Hygiene

oberstes Gebot bei McDonald's" (Cara Sehat dengan Aturan Ketat pada

McDonald's)

Komponen tujuan pembelajaran berisi rumusan prilaku atau kompetensi

yang harus dicapai oleh para mahasiswa setelah proses pembelajaran selesai.

Komponen materi pembelajaran berisi tentang uraian materi dengan topik

bahasan McDonald's (sebuah topik makanan sehat yang sejalan dengan

pengetahuan dan pengalaman mahasiswa).

Komponen kegiatan pembelajaran memuat tentang kegiatan-kegiatan

dosen dalam proses pembelajaran yang terdiri atas tiga tangkah kegiatan, yakni

pendahuluan, pembahasan utama materi, dan penutup. Komponen media dan

sumber pembelajaran berisi tentang alat-alat dan sumber pembelajaran yang

digunakan untuk menunjang pencapaian tujuan; sedangkan komponen evaluasi

pembelajaran berisi tentang alat atau instrumen untuk memperoleh data

mengenai kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

sejalan dengan kegiatan pembelajaran yang telah ditentukan.

Azis Mahfitddfn/DiseriaH/PPS- UPI2006

Page 76: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

212

b. Implementasi Uji Coba Skala Terbatas Putaran Pertama

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, awal desain

program pembelajaran terdiri atas tiga langkah utama, yakni langkah

pendahuluan, langkah pembahasan materi, dan tangkah penutup. Ketiga

langkah tersebut implementasinya dapat diuraikan sebagai berikut

Tahap Pendahuluan

Langkah pendahuluan yang dilakukan dosen pada putaran pertama ini,

kurang berlangsung sebagaimana mestinya. Dosen belum sepenuhnya mampu

mencintakan situasi perkuliahan yang dapat membangkitkan minat dan motivasi

mahasiswa dalam memahami permasalahan yang disampaikannya. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya:

1) teknik bertanya yang menggunakan bahasa asing (bahasa Jerman) belum

merangsang jawaban mahasiswa atas masalah yang diajukan. Misalnya, pada

saat dosen mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kurang berhubungan

dengan pengalaman dan pengetahuan mahasiswa (atau sesuatu yang tidak

diminati mahasiswa).

2) tingkat keberanian dan kepercayaan diri mahasiswa yang masih kurang

dalam menyampaikan jawaban atas pertanyaan dosen melalui bahasa Jerman.

Karena itu dosen pulalah yang menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan yang

diajukannya, sekaligus menjelaskannya dalam bahasa Jerman. Tampaknya pada

tahap pendahuluan ini dosen masih perlu mempersiapkan teknik-teknik

bertanya dengan menjelaskan atau menceriterakan lebih dulu permasalahan

Aza MahfmMn/Disemai/PPS-UPI2006

Page 77: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

yang ada kaitannya dengan materi pokok yang akan disampaikan^i^^^qiat > j)

dilihat dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat spontan tanpa mengacu pada

lingkup materi pokok yang akan dibahas dan pada kompetensi yang ingin

dikembangkan. Kondisi ini terjadi karena dosen (mungkin) menganggap bahwa

proses pembelajaran belum memasuki wilayah pembahasan materi pokok.

Tahap Pembahasan Materi Pokok

Seperti juga pada langkah pendahuluan, pada langkah pembahasan

materi pokok pun, dosen masih belum mampu merangsang mahasiswa untuk

memecahkan masalah melalui bahasa asing (bahasa Jerman). Hal ini masih

disebabkan oleh adanya pertanyaan-pertanyaan yang belum dipahami

maksudnya. Dosen belum sepenuhnya dapat mengembangkan pertanyaan-

pertanyaan sederhana dalam bahasa Jerman yang dapat dipahami

mahasiswanya, sehingga dosen tidak dapat memperoleh jawaban mahasiswa

secara tepat dan benar, baik bahasanya maupun konteksnya.

Pada pokok bahasan keterampilan membaca, dengan tema

"McDonald's", mahasiswa pada awalnya diminta untuk membaca dalam hati

selama 15 sampai 20 menit. Setelah dilakukan tanya-jawab mengenai

permasalahan yang ada pada isi materi, ternyata mahasiswa belum dapat

memberikan jawaban yang tepat sesuai dengan konteks yang dibahas. Jawaban

hanya diperoleh melalui kata-kata singkat; namun itu pun belum sesuai dengan

harapan, karena pada akhirnya dosen sendiri yang memberikan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan tersebut, kemudian menjelaskannya. Di sini dosen masih

Azis Mabfyddm/Dlter1eui/PPS-UP¡2006

Page 78: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

214

dominan dalam situasi pembelajaran keterampilan berbahasa, sehingga dosen

lebih aktif dibandingkan mahasiswanya. Aktivitas dosen dalam pembelajaran

ini lebih banyak menekankan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab

mahasiswa; sedangkan mahasiswa belum diberi kesempatan seluas-luasnya

untuk menjawab, mengoreksi kesalahannya, bahkan membuat pertanyaan-

pertanyaan sendiri tentang apa yang dibahasnya untuk kemudian dijawabnya

sendiri diantara mereka.

Tahap Penutup (Mengakhiri Pembelajaran)

Langkah penutup pada dasarnya merupakan langkah transfer of

knowledge dari keseluruhan apa yang telah disampaikan, yakni berupa tema

pembahasan "McDonald's".

Pada langkah ini, nampaknya dosen juga belum dapat membangkitkan

dan meningkatkan keterampilan berbahasa mahasiswa melalui jawaban-

jawaban berbahasa Jerman yang tepat dengan tema yang telah disebutkan di

atas. Pemahaman mahasiswa baru sebatas memilih alternatif jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang dibuat secara tertulis yang telah dipersiapkan

dosen, sehingga kemampuan berbahasa lisan sebagai gambaran pemahaman

akan konteks materi, belum mencerminkan kemampuan berbahasa secara

fungsional..

Sebagai contoh, di bawah ini dikemukakan dua buah soal berbentuk

pertanyaan-pertanyaan pilihan.

Azis Meú$KÍdtn/Di3erta3i/PPS-VPI2006

Page 79: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

215

1. Vor allem junge Leute sieht man in allen Lokalen von McDonald's,

a weil sie immer voll sind b. weil es nicht nur in Basel solche Lokale gibt c. weil alle gleich sind und jeder immer weiß, was er bekommt.

Jawaban dari alternatif pilinan tersebut adalab c

2. Um die Sauberkeit zu garantieren,

a. muss jeder neue Mitarbeiter ein Gesundheitszertifikat vorlegen. b. dürfen Gäste mit Bart das Lokal nicht betreten.

c. sollten die Gäste Kopfbedeckung und Schuerzen tragen.

Jawaban dari alternatif pilihan tersebut adalah a

Pada saat dosen meminta kesimpulan isi materi yang dibahas dari alinea

ke alinea, mahasiswa juga belum mampu menyimpulkannya secara tepat;

namun ketika dosen menuntunnya dengan kata-kata kunci, lambat laun

mahasiswa dapat meneruskan kalimat-kalimat kesimpulan tersebut dengan

benar. Di sini aktivitas dosen dalam berbahasa masih lebih dominan

dibandingkan dengan mahasiswanya, karena dosen selalu mengajukan

pertanyaan-pertanyaan secara intensif; sementara jawaban mahasiswa hanya

sebatas menunjukkan pemahaman isi materi.

c Hasil Observasi dan Rekomendasi Uji Coba Terbatas Putaran Pertama

Hasil observasi yang dilakukan dalam pembelajaran keterampilan

berbahasa serta diskusi dengan para dosen sebagai subjek penelitian,

pengembangan program pada uji coba terbatas putaran pertama dapat

disimpulkan sebagai berikut.

Aas MatifuMn/Disertaii/PPS-UPI2Ö06

Page 80: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

216

Setelah dilakukan pengamatan mengenai proses pembelajaran

keterampilan berbahasa yang dilakukan dosen, maka bentuk atau sosok

program pembelajaran berbasis kompetensi sebagai suatu program yang dapat

meningkatkan keterampilan berbahasa mahasiswa, belum dapat dikembangkan

sebagaimana mestinya. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk program belum

dapat ditemukan. Belum dapat ditemukannya bentuk program tersebut

disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya kurang berfungsinya rencana

pembelajaran yang telah disusun dalam bentuk silabus atau satuan acara

perkuliahan (SAP). Proses pembelajaran berlangsung "sebagaimana adanya"

sesuai dengan materi atau pokok bahasan yang bersumber dari buku acuan.

Tahapan-tahapan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya, kurang

berjalan sebagaimana mestinya. Selain itu, cara dosen dalam mengembangkan

pembelajaran keterampilan berbahasa masih menggunakan pola pembelajaran

yang selama ini digunakan.

Dosen umumnya masih terlalu berperan aktif dalam menyampaikan

materi pembelajaran, sebagaimana ditunjukkan melalui pertanyaan-pertanyaan

yang disampaikan kepada mahasiswa secara terus menerus. Apabila mahasiswa

tidak mampu menjawab, dosen sendiri yang berusaha menjawabnya sekaligus

menjelaskannya. Aktivitas mahasiswa masih sebatas menyimak apa yang

dikemukakan dosen. Sementara itu, keterampilan berbahasa menuntut

kemampuan mahasiswa untuk mengemukakan jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan yang disampaikan. Di sini mahasiswa masih belum terdorong untuk

dapat mengembangkan kemampuan bernalar bahasa asing melalui ungkapan-

Ans Matyiddm/Daertasi/PPS-UPnm

Page 81: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

217

ungkapan lisan dan tulis tanpa stimulus dari dosen melalui pertanyaan-

pertanyaan; sedangkan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan dosen masih

sebatas pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa terhadap

konteks; dan belum menunjukkan jenis-jenis pertanyaan yang variatif, yakni

pertanyaan yang dapat mendorong dikuasainya kompetensi dan kemampuan

fungsional bahasa, misalnya pertanyaan isian, pertanyaan jebakan, pertanyaan

pilihan, pertanyan yang memerlukan penjelasan, dan lain sebagainya.

Belum ditemukannya sosok atau bentuk program pembelajaran, juga

disebabkan oleh kurang dimanfaatkannya media pembelajaran secara optimal.

Penggunaan media pembelajaran, seperti alat peraga visual (grafik, peta,

gambar), OHP, LCD, dan lain sebagainya baru sebatas media atau alat yang

diarahkan untuk membantu mempermudah mahasiswa dalam mengembangkan

kemampuan dan keterampilan berbahasa, serta mempermudah proses

pembelajaran.

Sebagai konsekuensi dari peran dosen dalam mengajar seperti itu, maka

pada putaran pertama ini aktivitas mahasiswa dari setiap tahapan (mulai tahap

pendahuluan sampai tahap penutup), belum sepenuhnya nampak. Dosen masih

berperan dominan. Demikian pula kemampuan mahasiswa dalam keterampilan

berbahasa baik dilihat dari aspek kelancaran berbahasa (lisan dan tulisan)

maupun dari aspek pemahaman akan konteks, belum begitu nampak. Hal ini

tidak berarti karena tidak adanya upaya dosen dalam membangkitkan motivasi

mahasiswa untuk menjawab pertanyaan atau menyampaikan pikirannya, akan

Aza M&fmbWDistTlasifPPS-UnTim

Page 82: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

218

tetapi juga tampak adanya kekurang-beranian dan keraguan mahasiswa dalam

proses pembelajaran.

Karena itu, untuk memperbaiki desain program pembelajaran

keterampilan berbahasa, disarankan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, sebaiknya dalam proses pembelajaran, dosen secara lengkap

menyusun rencana atau skenario pembelajaran yang akan dilakukan, agar pada

saat proses pembelajaran tidak mengalami hambatan. Semuanya dapat

dipahami dengan benar; misalnya ketika tidak ada yang bertanya atau

berkomentar, dosen dapat segera mengajukan pertanyaan-pertanyaan kembali

untuk meyakinkan pemahaman mahasiswa tersebut

Kedua, sebaiknya dosen disarankan untuk memfungsikan perencanaan

pembelajaran (silabus matakuliah) sebagai acuan atau pedoman bagi pelaksanan

pembelajaran agar program pembelajaran berjalan efektif.

Ketiga, dalam implementasi pembelajaran berbasis kompetensi, seyogyanya

diawali dengan langkah pendahuluan sebagai tahap orientasi. Pada tahap ini

dosen sebaiknya menjelaskan kepada mahasiswa mengenai tujuan pembelajaran

yang hendak dicapai, dan menyampaikan apa-apa yang harus dilakukan dalam

proses pembelajaran. Dosen juga seyogyanya meningkatkan kinerjanya dalam

mengemas berbagai pertanyaan yang dapat merangsang mahasiswa untuk

menjawab dan mengungkapkan daya nalarnya dalam berbahasa asing.

Mis Mahfuddtn/Disertast/PPS~UPI2<m

Page 83: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

219

Pengembangan Program Uji Coba Skala Terbatas Putaran Kedua

a. Perencanaan Pembelajaran

Sebagaimana telah direkomendasikan pada putaran pertama, pada

putaran kedua terdapat beberapa penyempurnaan pada aspek peren carian

pembelajaran yang berkenaan dengan langkah pendahuluan sebagai langkah

penciptaan situasi pembelajaran awal melalui pertanyaan-pertanyaan sederhana,

termasuk di dalamnya penjelasan mengenai tujuan pembelajaran dan berbagai

kegiatan belajar yang harus ditempuh.

Pada putaran kedua ini, topik pembelajaran yang dijadikan materi dalam

kegiatan pembelajaran adalah "Die Familie" (keluarga). Topik ini diambil dari

buku sumber EM neu terbitan tahun 2006.

Berdasarkan hasil diskusi dengan dosen, materi pembelajaran yang

disajikan berkenaan dengan materi yang berhubungan dengan pengetahuan dan

pengalaman mahasiswa. Materi tentang "Familie" (keluarga) ini diasumsikan

akan mudah dipahami secara kontekstual; tetapi juga mudah

mengungkapkannya dalam bahasa asing (bahasa Jerman), karena aspek

memahami cenderung berkorelasi positif dengan aspek menggunakan.

b. Implementasi Uji Coba Terbatas Pengembangan Progam Putaran Kedua

Sebagaimana telah direkomendasikan, bahwa pelaksanaan atau

implementasi pembelajaran keterampilan berbahasa berbasis kompetensi pada

putaran kedua dimulai dengan tahap pendahuluan yang dilanjutkan dengan

tahap pembahasan materi pokok, dan selanjutnya tahap penutup.

Azis Mahfuddfa/Datrrtasi/PPS-VPI2006

Page 84: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

220

Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini dosen mengawali pembelajarannya dengan lebih dulu

menyampaikan pertanyaan-pertanyaan sederhana sebagai pembuka atau

pertanyaan appersepsi untuk menciptakan situasi pembelajaran. Selanjutnya,

dosen juga menyampaikan atau menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai; misalnya mahasiswa diharapkan dapat mengemukakan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan; mengungkapkan kalimat-kalimat bahasa

Jerman secara utuh sesuai dengan konteksnya; dan dapat menyampaikan pokok-

pokok pikirann yang sederhana dalam hubungannya dengan tema atau topik

yang dibahas.

Selain itu, dosen juga menjelaskan prosedur atau langkah-langkah

pembelajaran yang harus dilakukan oleh mahasiswa, bahwa dalam membahas

topik tersebut, dosen akan mengajukan pertanyaan-partanyaan yang harus dapat

dijawab oleh mahasiswa dengan ungkapan-ungkapan bahasa Jerman yang tepat.

Dikemukakan pula, bahwa mahasiswa tidak perlu ragu atau merasa takut salah

dalam berbahasa terutama dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan dosen. Mahasiswa diharapkan mampu berftkir melalui bahasa Jerman,

sekaligus dapat mengungkapkannya.

Melalui penjelasan-penjelasan pada tahap pendahuluan tersebut,

nampak mahasiswa pada tahap berikutnya lebih hidup, lebih interaktif, dan

lebih aktif dalam berbahasa. Keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran

melalui tanya jawab atau dialog semakin meningkat dibandingkan dengan

sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya dialog antara dua orang

Ani Mt&juddirfDuertaji/PPS-UPI2006

Page 85: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

221

mahasiswa di depan kelas dengan cara membacakan teks dialog yang telah

dibuat dan dipersiapkan mahasiswa di rumah (sebagai bentuk pemberian tugas).

Pada kesempatan berikutnya dosen mengomentari isi dialog, dan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan kepada mahasiswa untuk mengetahui tingkat

pemahaman mahasiswa secara keseluruhan.

Tahap Pembahasan Materi

Pada tahap ini dosen mulai mengalami kemajuan dalam mengajukan

permasalahan yang sesuai dengan sifat atau karakteristik pembelajaran berbasis

kompetensi. Perubahan ke arah kemajuan ini ditandai dengan langkah, di mana

dosen memulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang cukup merangsang

mahasiswa untuk menjawabnya; misalnya dengan kata tanya "was (apa),

warum (mengapa), dan wie (bagaimana" (sesuai dengan materi yang sedang

dibahas).

Manakala dikemukakan permasalahan seperti ini, mahasiswa awalnya

terdiam sejenak sambil menyimak apa yang ditanyakan dosen tersebut, dan

sekali waktu minta diulangi pertanyaan itu. Dosen pun mengulangi kembali

pertanyaan tadi. Pada tahap ini dosen berusaha meminta mahasiswa sekali lagi

untuk menjawab atau memecahkan permasalahan yang disampaikan melalui

bahasa Jerman dengan pemahaman konteks yang benar, namun dosen

nampaknya belum berusaha memahami kesulitan mahasiswa dalam menjawab

atau memecahkan masalah, misalnya dengan mengubah pertanyaan menjadi

pertanyaan yang lebih membuka peluang menjawab; seperti melalui alternatif

Azh M<àfoddm/Di3crUisi/PPS-UPn006

Page 86: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

222

jawaban pilihan. Pada akhirnya, dengan tuntunan dosen melalui kata-kata kunci

yang diberikan, mahasiswa sedikit demi sedikit mampu menjawabnya dengan

baik. Kondisi ini memungkinkan dosen untuk mengubah pola pembelajaran

secara lebih terstruktur dengan tetap memperhatikan kemampuan mahasiswa

dalam menjawab persoalan atau pertanyaan yang diajukan.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, fokus utama kegiatan dosen

adalah bagaimana mahasiswa memahami materi pembelajaran yang disajikan.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, hanya sekedar untuk mengetahui apakah

mahasiswa memahami dan mengerti tema atau tidak. Fokus terhadap

bagaimana mahasiswa menggunakan (to use) bahasa Jerman dalam konteks

materi tersebut, belum tersentuh.

Berikut ini salah satu contoh untuk mengetahui tingkat kemengertian

mahasiswa dalam pembelajaran keterampilan "membaca", dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan seperti di bawah ini. Mahasiswa diminta untuk

mengamari gambar dan membaca uraian teks yang ada pada buku EM neu

selama lima menit Bentuk pertanyaannya adalah:

1) Welche Personen glauben Sie im Text?

2) Beschreiben Sie die Personen im Bild?

3) Was glauben Sie noch mit den anderen Personen?

4) Was macht die Familie gerade?; dan seterusnya

Dari bentuk soal ini mahasiswa diminta untuk menjawab secara lisan

dengan tepat dan sesuai dengan isi teks atau bacaan. Apabila mahasiswa

menjawabnya kurang tepat, maka mahasiswa lain diberi kesempatan untuk

Aza MahfuddMDaeriasUPPS-UPnom

Page 87: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

223

menjawabnya. Demikian seterusnya proses tanya jawab yang dilakukan. Setiap

mahasiswa selalu mendapat giliran pertanyaan, baik pertanyaan yang sudah

disiapkan maupun pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan dosen.

Dalam kesempatan lain, dosen juga memberi peluang kepada

mahasiswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada isi teks

yang ada pada buku sumber. Pertanyaan-pertanyan yang muncul di antaranya

adalah: 1) Wie heißen sie? (siapa nama-nama mereka); 2) Was ist er von

Beruft; 3) Wie lange arbeiten siel 4) Wie viel verdient er? 5) Haben sie gut

bezahlt! 6) Wie verbringen sie ihre Freizeit? Dst

Pembahasan selanjutnya, dosen menyajikan pembelajaran menyimak

(hören) dalam bentuk dialog atau inteview yang diperdengarkan melalui tape

r e cor der. Prosesnya dengan memperdengarkan lebih dulu dialog atau interview

secara global dari bab satu (Abschnitt l) sampai bab empat (Abschnitt 4).

Mahasiswa menyimaknya dengan seksama selama 10 menit Seteleh selesai,

dosen mengajukan pertanyaan-pertanyaan, diantaranya: Über welche Themen

besprechen sie? (tentang tema apa saja yang mereka bicarakan)? Mahasiswa

menjawab dengan berbagai kemungkinan: Tagesablauf; Familie;

Mittagessen; Freizeitstätigkeit; Taschengeld der Kinder; dan seterusnya.

Dosen bertanya kembali: Was macht die Familie? Mahasiswa menjawab

(sambil dituntun dan diarahkan oleh dosen): Sie essen zu Abend; atau Sie sind

bei Abendessen, Demikian seterusnya, proses pembelajaran dilakukan dengan

penuh tanya jawab dan dialog antara dosen dan mahasiswa.

Azis Mátfaddm/Dixrta3ifl>PS-UPf2006

Page 88: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

224

Tahap Penutup

Pada tahap ini dosen menyuruh mahasiswa untuk membaca kembali teks

dari bab ke bab atau dari Lektion satu ke Lektion lainnya. Setiap paragraf dalam

bab-bab tersebut mahasiswa diminta untuk menyimpulkan isi atau materi yang

dibaca melalui kata-kata sendiri. Dalam menyimpulkan hasil bacaan teks

tersebut, dosen masih tetap berperan untuk memberikan stimulus berupa kata-

kata kunci atau kalimat-kalimat yang perlu dilanjutkan oleh mahasiswa.

Nampaknya, tujuan pembelajaran keterampilan membaca ini, masih terfokus

pada aspek pemahaman mahasiswa akan konteks bacaan; sementara aspek

bagaimana mahasiswa menggunakan bahasa Jerman belum mendapat perhatian

sepenuhnya.

c Hasil Observasi dan Rekomendasi Uji Coba Skala Terbatas Putaran Kedua

Berdasarkan hasil observasi pada uji coba skala terbatas, pengembangan

program putaran kedua dapat dijelaskan seperti berikut ini.

Dilihat dari cara dosen mengembangkan program pembelajaran,

nampaknya pola pembelajaran yang dilakukan mulai ada perubahan, walaupun

pola pembelajaran berbasis kompetensi sebagai salah satu program

pembelajaran untuk memperbaiki dan meningkakan keterampilan berbahasa

mahasiswa masih belum dapat diformulasikan dengan sempurna. Berubahnya

pola pembelajaran ini dapat dilihat dari rangkaian proses pembelajaran yang

lebih menekankan pada aktivitas mahasiswa dalam berbahasa baik lisan

maupun tertulis. Di sini dosen berusaha untuk mengembangkan terus dialog

Azts MayuddarfDixrtasi/PPS-UPI20O6

Page 89: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

225

dalam bentuk tanya jawab; berusaha untuk melibatkan mahasiswa melalui

kegiatan memecahkan masalah sendiri, seperti membuat pertanyaan sendiri, dan

menjawabnya sendiri, sehingga aktivitas pembelajaran sepenuhnya ada pada

mahasiswa. Dosen hanya berfungsi sebagai fasilitator dan stimulator.

Namun demikian, ada beberapa kelemahan yang nampak sehingga

pembelajaran berbasis kompetensi ini kurang sempurna, diantaranya: petama,

dosen belum optimal memfungsikan rencana pembelajaran. Proses

pembelajaran terkadang keluar dari skenario yang telah disusun sebelumnya.

Kedua, dalam pelaksanaan setiap tahapan proses pembelajaran, dosen

rampaknya masih belum mampu menggunakan variasi pertanyaan yang dapat

merangsang mahasiswa menjawabnya.

Jenis-jenis pertanyaan yang mengundang kemampuan untuk

mengungkapkan bahasa Jerman belum sepenuhnya dilakukan, misalnya dengan

kata tanya "w/e" (bagaimana) dan "warum" (mengapa). Ketiga, dosen masih

kurang sabar menunggu jawaban mahasiswa atas pertanyaan yang diajukan,

sehingga terkadang dosen sendiri yang memberikan jalan untuk menjawabnya.

Keempat, pemanfaatan media pembelajaran dirasakan masih belum optimal,

sehingga proses pembelajaran agak monoton.

Dilihat dari sisi mahasiswa, nampaknya ada perubahan dan peningkatan

yang signifikan. Mahasiswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran

keterampilan berbahasa. Banyak di antara mereka yang nampak mulai

menunjukkan kepercayaan diri dan keberaniannya dalam mengungkapkan

bahasa Jerman, baik dalam bentuk pertanyaan ataupun jawaban, walaupun

Aza Maf^tddm/Dixrtasl/PPS-UPI2006

Page 90: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

226

terkadang struktur bahasa dan penggunaan kosa kata masih perlu diperbaiki.

Keadaan seperti ini paling tidak sudah menunjukkan indikator meningkatnya

kemampuan atau keterampilan berbahasa yang dikembangkan melalui program

pembelajaran berbasis kompetensi. Adanya peningkatan kemampuan dan

keterampilan seperti ini disebabkan mahasiswa memahami apa yang harus

dilakukan dalam proses pembelajaran, sebagaimana yang dikemukakan dosen

pada tahap pendahuluan sebagai tahap orientasi.

Berdasarkan hasil catatan observasi lapangan, maka berikut ini

disampaikan beberapa rekomendasi atau saran yang perlu dilakukan untuk

menemukan program pembelajaran keterampilan berbahasa melalui

pembelajaran berbasis kompetensi.

Pertama, walaupun pola pembelajaran yang dilakukan mulai berubah

dengan meningkatnya aktivitas mahasiswa dalam berbahasa Jerman, namun

masih nampak kesulitan dalam menjawab pertanyaan dosen, ketika dosen

meminta jawaban yang menggunakan kata tanya "mengapa" dan "bagaimana"

(warum und wie). Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya mahasiswa kurang memahami konteks pertanyaan dosen oleh

karena pertanyaan tersebut kurang berhubungan dengan pengalaman

mahasiswa, dan mahasiswa juga harus berpikir ganda dalam menjawab

pertanyaan tersebut, yakni bagaimana memahami isi jawabannya, dan

bagaimana mengungkapkannya dalam bahasa Jerman yang benar. Atas dasar

itulah, maka program pembelajaran berbasis kompetensi untuk meningkatkan

keterampilan berbahasa yang berorientasi pada aktivitas dan pengalaman

Azis Mahfiiddtn/Dueriasi/PPS-UPnOM

Page 91: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

mahasiswa, perlu diterapkan. Untuk itu, sebaiknya dosen memahami terler

dahulu pengalaman dan pemahaman mahasiswa dalam aktivitas pembelajaran

bahasa asing (bahasa Jerman). Pengalaman dan pemahaman mahasiswa tersebut

selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk menentukan langkah berikutnya.

Untuk memahami kemampuan dan pengalaman mahasiswa berdasarkan

kesepakatan hasil diskusi dengan dosen, sebelum melakukan tahap pembahasan

materi pokok, dilakukan tahapan penjajagan (eksplorasi) terhadap pengalaman

dan pemahaman mahasiswa.

Kedua, dalam proses pelaksanaan atau implementasi program untuk

penambahan komponen atau tangkah penjajagan, dosen perlu meningkatkan

kemampuan bertanya terutama jenis-jenis pertanyaan yang dapat melacak

tingkat pemahaman dan pengalaman mahasiswa dalam berbahasa. Dosen juga

perlu sabar dalam menunggu respons atau jawaban mahasiswa atas pertanyaan

yang diajukan. Selain itu, dosen juga perlu memberikan motivasi dalam bentuk

reward atau reinforcement terhadap respons atau jawaban yang dikemukakan

mahasiswa, baik dengan bahasa verbal maupun non-verbal.

Ketiga, fasilitas dan atau media pembelajaran perlu dimanfaatkan dan

digunakan secara optimal untuk menunjang proses pembelajaran keterampilan

berbahasa; dan keempat, dosen perlu memfungsikan rencana pembelajaran

secara lebih baik dan lebih cermat agar rangkain proses pembelajaran berbasis

kompetensi untuk meningkatkan keterampilan berbahasa mahasiswa berjalan

sesuai dengan yang diharapkan.

AzisMakM<IWDtoeruw/PPS-VP12006

Page 92: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

228

Pengembangan Program Uji Coba Skala Terbatas Putaran Ketiga

a. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran secara umum tidak mengalami perubahan

berarti, kecuali adanya penambahan komponen pada kegiatan pembelajaran,

yakni dengan menambahkan komponen penjajagan (eksplorasi) untuk

mengetahui atau melacak tingkat pemahaman dan pengalaman mahasiswa

dalam berbahasa Jerman, baik dari sisi substansi atau isi tema maupun dari sisi

penggunaan bahasanya. Tema yang direncanakan pada uji coba program

putaran ketiga ini adalah masih tentang keluarga (die Familie) dengan sub

tema "Wo leben die meisten jungen Leute mit ca. 18, 20, und 26 Jahren? (Di

manakah para anak muda usia 18, 20 dan 26 kebanyakan bertempat tinggal?".

Jenis keterampilan yang diajarkan pada uji coba putaran ketiga ini adalah

berbicara (sprechen).

b. Implementasi Pengembangan Program Putaran Ketiga

Sebagaimana yang telah direkomendasikan pada bagian terdahulu,

dengan menambah satu komponen penjajagan (eksplorasi) dalam kegiatan

pembelajaran, implementasi pengembangan pembelajaran berbasis kompetensi

untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, dilakukan melalui lima tahapan,

yakni 1} tahap pendahuluan, 2) tahap penjajagan (eksplorasi) untuk

mengetahui tingkat pemahaman dan pengalaman mahasiswa, 3) tahap

pembahasan materi pokok, 4) tahap klarifikasi untuk memperbaiki kekeliruan

Aza Mahjuddm/Di&rtasi/PPS-UPIim

Page 93: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

229

yang dibuat mahasiswa, dan 5) tahap penutup. Proses implementasi

pengembangan program putaran ketiga ini dijelaskan sebagai berikut.

Tahap Pendahuluan

Seperti halnya pada putaran kedua, pada tahap ini pun dosen mengawali

pembelajaran dengan lebih dulu mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana

sebagai pembuka atau pertanyaan appersepsi untuk mencipakan situasi awal

pembelajaran. Pertanyaan itu di antaranya adalah: 1) wie geht es Ihnerii (apa

kabar?); 2) was haben Sie besonders am Wochenende gemachtl (apa yang anda

lakukan secara khusus pada akhir pekan?)

Selanjutnya, dosen juga menyampaikan atau menjelaskan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan yang ingin dicapai tersebut

di antaranya: mahasiswa dapat mengemukakan jawaban secara lisan dengan

bahasa yang lebih jelas atas pertanyaan yang diajukan; mengungkapan jawaban

melalui kalimat-kalimat bahasa Jerman secara utuh sesuai dengan konteksnya;

dan dapat mengemukakan pokok-pokok pikiran yang sederhana dalam

hubungannya dengan tema atau topik. Selain itu juga, sebagai tujuan yang

berkaitan dengan proses pembelajaran, mahasiswa diharapkan dapat berpikir

kritis dalam menjawab setiap pertanyaan berbahasa Jerman, baik dari sisi

konteksnya maupun dari sisi bahasanya, terutama ketika mengomentari atau

menanggapi jawaban temannya setelah berdiskusi.

Untuk penjelasan terakhir pada tahap pendahuluan ini, dosen juga

menjelaskan prosedur pembelajaran yang harus dilakukan mahasiswa, yakni

Azls Ma%uddm/Distrtaai/PPS-UPI2m

Page 94: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

230

mahasiwa harus aktif menyimak dan berbicara, aktif berpikir kritis dalam

menanggapi setiap pertanyaan dosennya; dan setiap mahasiswa yang aktif

memberikan jawaban memperoleh reward dalam bentuk poin tambahan

penilaian yang akan dicatat dan diperhitungkan dalam penilaian akhir semester.

Tahap Penjajagan (Eksplorasi)

Tahap ini merupakan tahap sela atau sisipan antara tahap pendahuluan

dan tahap pembahasan materi pokok yang telah didiskusikan dengan dosen

program setelah mempertimbangkan kelemahan-kelemahan yang terjadi pada

putaran sebelumnya. Berdasarkan hasil pengamalan sementara, ternyata tahap

ini memiliki makna yang cukup penting dalam upaya mengembangkan dan

meningkatkan keterampilan berbahasa mahasiswa.

Melalui tahap penjajagan ini dosen dapat menentukan jenis dan teknik

pertanyaan yang harus diajukan kepada para mahasiswa secara terarah untuk

dapat dijadikan titik tolak selanjutnya dalam memasuki tahapan pembahasan

materi pokok. Misalnya, sebelum dosen membahas atau mengajukan

pertanyaan-pertanyaan tentang isi tema, dosen terlebih dahulu mengemukakan

pertanyaan tentang sub tema tersebut, seperti: Wo leben die meisten Jungen mit

18 Jahren? (Di mana kebanyakan anak muda usia 18 tahun bertempat tinggal

atau hidup?). Pertanyaan ini menimbulkan jawaban yang beragam; dan dosen

menampung semua jawaban yang dikemukakan mahasiswa dengan penuh

perhatian.

Azis Matfuddht/Dtstriasi/PPS-UP¡2006

Page 95: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

231

Pada tahap ini dosen juga dapat menilai sejauh mana mahasiswa dapat

mengemukakan pendapat atau jawabannya dalam bahasa Jerman sebagai

indikator adanya peningkatan keterampilan berbahasa mereka. Ketika

mahasiswa mengalami hambatan atau kesulitan untuk menjawab pertanyaan

yang memerlukan penjelasan, dosen membantu dengan menjajagi lebih dulu

pemahaman dan pengalaman mahasiswa selama ini. Contoh: Erzählen Sie mal,

was glauben Sie mit den jungen Leuten in Indonesien? Wo leben sie im

allgemeinen? (Ceriterakan, bagaimana pendapat anda tentang anak-anak muda

di Indonesia? Di mana mereka hidup atau tinggal pada umumnya?). Mahasiswa

menjawab : " Die meisten jungen Leute leben im allgemeinen bei ihren Eltern.

(Kebanyakan anak-anak muda Indonesia pada umumnya masih tinggal bersama

orang tuanya).

Menanggapi jawaban mahasiswa seperti ini dosen memberikan

semacam reinforcement kepada mereka; kemudian kembali bertanya: "warum

leben sie noch bei ihren Eltern? " (mengapa mereka masih tinggal bersama

orang tuanya? Satu diantara mahasiswa menjawab: "weil sie noch nicht allein

leben können ". (karena mereka belum bisa hidup mandiri).

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini diajukan atas dasar reaksi jawaban

mahasiswa, sehingga proses tanya jawab berjalan seperti dialog.

Dalam proses pembelajaran keterampilan berbahasa berbasis

kompetensi, pertanyaan atau dialog seperti ini dapat membantu dosen untuk

meningkatkan daya nalar mahasiswa dalam berbahasa Jerman sekaligus

memperlancar percepatan keterampilan berbahasa mereka.

Azis Mahfiiddin/DisertasVPPS-UPßW6

Page 96: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

232

Tahap Pembahasan Materi

Pada tahap ini dosen mulai mencoba masuk pada tataran pembahasan

materi pokok, setelah memperoleh gambaran pemahaman dan pengalaman

mereka melalui proses tanya jawab pada tahap penjajagan (eksplorasi). Di sini

dosen berusaha membawa mahasiswa pada permasalahan materi yang disajikan

melalui tema atau sub tema tertentu untuk dipecahkan.

Penggunaan pertanyaan-pertanyaan sebagaimana digunakan pada tahap

pendahuluan dan tahap penjajagan, masih berlaku untuk menggali tingkat

pemahaman dan tingkat penggunaan bahasanya. Proses tanya jawab atau dialog

selalu menjadi model atau program pembelajaran ketetampilan berbahasa

dengan tetap mengutamakan aktivitas mahasiswa. Sebagai contoh, pada tahap

ini dosen meminta mahasiswa untuk melakukan diskusi kelompok untuk

membahas atau menjawab pertanyaan tentang: Wo leben die meisten jungen

Leute mit 18 Jahren; mit 20 Jahren; mit 26 Jahren? Untuk memudahkan

jawaban tersebut, dosen memberi kata-kata kunci seperti: Ich glaube,

atau Ich schätze, daß untuk kemudian disempurnakan

kalimatnya.

Proses tanya jawab atau dialog pada tahap pembahasan materi pokok

ini nampak mulai meluas dan kelihatannya dosen kurang dapat mengendalikan

proses pembelajaran yang seharusnya berpegang pada pedoman pembelajaran

yang telah dirancang. Namun demikian, dalam konteks penggunaan bahasa

yang dilakukan mahasiswa dalam mengungkapkan pikirannya (meskipun tidak

Azis Mahfuddm/DisertasVPPS-lJPttOM

Page 97: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

233

kontekstual), dosen membiarkannya untuk kemudian disikapinya sebagai

sesuatu yang berguna untuk mereka dalam berbahasa.

Pada persoalan seperti ini, dosen berusaha mengendalikan kembali

pertanyaan-pertanyaan atau dialog pada substansi pembahasan yang

sebenarnya. Di sini dosen secara terus menerus berusaha membangkitkan

mahasiswa untuk selalu memberikan jawaban yang terkait dengan materi pokok

melalui proses tanya jawab dan dialog. Suasana pembelajaran memang lebih

hidup dan aktif. Konteks yang dibahas mengacu pada materi yang ada dalam

buku sumber EM neu; namun situasinya diubah dari situasi di Jerman menjadi

situasi di Indonesia.

Ketika dosen bertanya, mengapa kebanyakan anak muda usia 18 dan 20

tahunan masih tinggal bersama orang tua? Jawabannya sangat beragam.

Misalnya: karena mereka belum bekerja; karena mereka belum bisa hidup

mandiri; karena mereka belum bisa mencari uang; karena mereka masih

memerlukan perhatian orang tua; karena orang tua belum mengizinkan anak-

anaknya untuk hidup sendiri; karena mereka manja; dan lain sebagainya.

Semuanya dikemukakan dalam bahasa Jerman. Di sini nampak, mahasiswa

berusaha menemukan jawaban sendiri tentang dimana kecenderungan anak usia

18,20 atau 26 itu tinggal kebanyakan.

Tahap klarifikasi

Pada tahap ini dosen mencoba melihat kembali proses pembelajaran

yang dilakukan pada tahap pembahasan materi pokok. Dalam aktivitas

Asu Mtdfiddin/Dtsenasi/PPS-UPnOM

Page 98: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

234

pembelajaran yang berkenaan dengan pembahasan materi pokok, seringkah

muncul masalah-masalah yang Hjlalnik»n para mahasiswa; misalnya masalah

yang berkenaan dengan kesalahan-kesalahan atau kekeliruan yang dibuat

terutama yang menyangkut penggunaan kosakata, frasa, atau susunan kalimat

yang dalam konteks pembelajaran bahasa memberikan makna yang lebih jelas.

Masalah-masalah yang berkaitan dengan kesalahan pemahaman atau salah

mengerti tentang materi tema yang dibahas, juga merupakan masalah yang

seringkah' muncul sebagai akibat kurang konsentrasinya penyirnakan dari pihak

mahasiswa terhadap apa yang disampaikan dosen; namun kekeliruan yang

umumnya dialami mahasiswa adalah berkenaan dengan struktur atau tatabahasa

Jerman, walaupun secara kontekstual apa yang dikemukakan mahasiswa

dianggap benar.

Kondisi seperti ini memerlukan tahapan perlakuan untuk dapat

memperbaiki kesalahan dan kekeliruan, menyempurnakan sesuatu yang belum

sempurna, dan menjelaskan hal-hal yang belum jelas, serta mengembalikan

pada apa yang sebenarnya. Tahapan inilah yang disebut dengan tahapan

klarifikasi, yakni sebuah tahapan yang dapat dijadikan titik tolak untuk

menyimpulkan apa yang telah disampaikan pada tahapan pembahasan materi

pokok, untuk kemudian dimasukkan pada tahap penutup atau akhir dari

pembelajaran.

Pada tahap klarifikasi ini, kegiatan tetap bertumpu pada akivitas

mahasiswa. Ketika mahasiswa berbuat kesalahan atau kekeliruan dalam

mengungkapkan pikirannya melalui bahasa asing (bahasa Jerman), tugas dosen

Azii Ma>$sidm?Di3erttxi/PPS-UPI2t>06

Page 99: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

235

hanya menunjukkan kesalahan atau kekeliruan tersebut untuk kemudian

mahasiswa sendiri yang memperbaikinya melalui pembimbingan dosen.

Dengan cara seperti ini proses klarifikasi terhadap kesalahan atau kekeliruan

yang terjadi dapat memberikan makna yang berarti bagi upaya peningkatan

keterampilan berbahasa mahasiswa.

Tahap Penutup

Sebagaimana telah diungkapkan pada bagian terdahulu, salah satu

kegiatan yang dilakukan dalam tahap penutup adalah berupa transformasi

terhadap pengetahuan tentang apa yang telah disajikan dosen pada tahap

pembahasan materi pokok. Transformasi pengetahuan di sini dapat berupa

pengetahuan kebahasaan, pengetahuan isi atau substansi materi yang telah

disajikan; dan pengetahuan lainnya, termasuk di dalamnya kosakata dan

struktur atau tatabahasa; namun secara umum pada tahap ini dosen

menyampaikan pertanyaan-pertanyaan sebagai bahan kontrol atau evaluasi

untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan materi yang dimiliki

mahasiswa setelah mengikuti tahap-tahap sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut dilakukan dengan pertanyaan tertulis dan atau pertanyaan lisan, sesuai

dengan kebutuhan. Sementara itu, pada tahap ini juga dilakukan penyimpulan

tentang apa yang telah disampaikan. Pengungkapan kesimpulan tentang apa

yang telah disampaikan dalam proses pembelajaran, dikemukakan oleh

mahasiswa. Di sini dosen menyuruh mahasiswa secara bergantian untuk

membuat kesimpulan dalam setiap tahapan pembahasan materi..

Aiti Mafffùddin/Datriasi/PPS-VP[2006

Page 100: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

236

Dari cara dosen melakukan pembelajaran seperti ini, teknik

penyimpulan yang dilakukan mahasiswa tersebut merupakan sesuatu yang

menarik, dan sekaligus dapat mengembangkan daya nalar mahasiswa dalam

mengungkapkan pikirannya dalam bahasa asing (bahasa Jerman). Hal ini

dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai berhasil tidaknya

proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan

berbahasa mahasiswa sebagai titik tolak proses pembelajaran selanjutnya. Pada

kesempatan ini pula dosen mencoba memberikan tugas-tugas kepada

mahasiswa untuk dikerjakan sebagai bahan latihan.

c Hasil Observasi dan Rekomendasi Putaran Ketiga

Berdasarkan hasil obeservasi kelas, pada uji coba skala terbatas

pengembangan program putaran ketiga, dapat dijelaskan sebagai berikut

Dilihat dari cara dosen mengembangkan pembelajaran keterampilan

berbahasa, nampaknya sudah ada pola perubahan pembelajaran yang mengarah

pada program pembelajaran berbasis kompetensi secara lebih nyata. Program

hasil pengembangan tersebut mulai nampak meskipun belum menunjukkan

sosok yang utuh. Kondisi ini dapat dilihat dari beberapa hal di antaranya,

pertama, komunikasi dalam berbahasa asing (bahasa Jerman) yang dibangun

oleh dosen dan mahasiswa dalam bentuk tanya jawab atau dialog sudah berjalan

lebih baik. Nampak kompetensi yang berkembang adalah kemampuan

mengungkapkan bahasa lisan secara lebih aktif.

Aas MakfmMn/DiMnast/PPS-UPI2m

Page 101: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

237

Kedua, dalam proses pembelajaran keterampilan berbahasa, dosen telah

menempatkan dirinya sebagai penggerak (motivator) aktivitas mahasiswa dalam

berbahasa, sehingga memungkinkan mahasiswa dapat mengembangkan

kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa asing (bahasa Jerman).

Ketiga, kemampuan dosen menggunakan teknik-teknik bertanya untuk

membangkitkan atau merangsang jawaban mahasiswa sudah lebih baik dan

lebih sempurna. Keempat, kemampuan dosen untuk merespons jawaban atau

pertanyaan mahasiswa sudah lebih terarah, dan dapat menumbuhkan motivasi,

sehingga aktivitas belajar menjadi meningkat

Dari keseluruhan aspek tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa, pola

program pembelajaran berbasis kompetensi untuk meningkatkan keterampilan

berbahasa sudah nampak jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan pola

program pembelajaran pada putaran-puataran sebelumnya.

2. Interpretasi Hasil Uji Coba Skala Terbatas

Bersumber dari data-data yang diperoleh dari setiap putaran uji coba

terbatas, nampak bahwa program pembelajaran berbasis kompetensi, sebagai

sosok atau bentuk pengembangan program pembelajaran keterampilan

berbahasa, belum dapat ditemukan dan dipahami secara utuh. Anggapan ini

sangat beralasan, karena baik dosen maupun mahasiswa seolah-olah sudah

memiliki pola pembelajaran yang baku khususnya dalam pembelajaran

keterampilan berbahasa. Karena itu, untuk menemukan program pembelajaran

Aza Mah/uMn/Disertasi/PPS-UPl2006

Page 102: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

238

berbasis kompetensi yang ideal (sebagaimana yang diharapkan) dibutuhkan

proses penyesuaian (adaptasi) terlebih dahulu.

Pada putaran pertama uji coba, pada awalnya dosen mengakui telah

memahami dengan baik program pembelajaran yang akan dikembangkan, baik

secara konseptual maupun secara praktis; namun pada pelaksanaannya mereka

sedikit mengalami hambatan terutama dari mahasiswa. Hambatan yang dialami

dosen diantaranya adalah kurangnya kemampuan untuk mengembangkan dan

mengemas pertanyaan-pertanyaan atau dialog yang dapat merangsang jawaban

mahasiswa. Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa, pertanyaan atau

dialog seperti ini merupakan salah satu alat pembelajaran yang sangat penting.

Dalam menyampaikan pertanyaan, dosen masih terpaku pada

pemahaman materi, sehingga jawaban yang disampaikan mahasiswa cenderung

antara "ya (ya) dan tidak (nem)", atau jawaban-jawaban singkat Dengan

jawaban seperti ini, dosen menganggap bahwa mahasiswa telah memahami

konteks atau isi tema yang dibahas. Di sini dosen belum bisa sepenuhnya

mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing mahasiswa

untuk mengeluarkan pikirannya atau jawabannya dalam bentuk ungkapan

bahasa secara lengkap. Dengan demikian, pada putaran ini pengembangan

program keterampilan berbahasa berbasis kompetensi (sebagaimana

diharapkan) belum dapat dibangun; dan secara umum program tersebut belum

dapat dilakukan secara optimal oleh dosen matakuliah keterampilan berbahasa.

Hambatan lain yang dialami mahasiswa diantaranya adalah adanya

keraguan, kekurang-beranian dan ketidak percayaan diri dalam menjawab atau

Azu Mahfaddbi/DiseTtasVPPS-UPnm

Page 103: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

239

mengungkapkan pikirannya dalam bahasa asing (bahasa Jerman). Pola belajar

mahasiswa dalam proses pembelajaran keterampilan berbahasa masih

cenderung menggunakan pola belajar menyimak atau mendengarkan untuk

memahami apa yang dikemukakan dosen.

Pada putaran kedua, setelah dilakukan diskusi dengan para dosen dan

observer lainnya untuk melihat dan mengevalusi apa yang telah dilakukan pada

putaran pertama, kelemahan-kelemahan yang ditemukan mulai dapat

dipecahkan. Tahap pendahuluan pada proses pembelajaran yang dilakukan

dosen sebagai tahap pengkondisian situasi belajar, memiliki pengaruh yang

cukup signifikan terhadap pola dan cara belajar mahasiswa.

Kekakuan dalam proses pembelajaran sebagai akibat dari kurang

merangsangnya pertanyaan dan dialog-dialog yang disampaikan, pada akhirnya

dapat diatasi sedikit demi sedikit, sehingga pada putaran uji coba selanjutnya,

program pembelajaran berbasis kompetensi dapat dibangun secara utuh.

Kemampuan dan keterampilan berbahasa mahasiswa dapat berkembang secara

lebih baik, apalagi setelah dimasukkannya tahap eksplorasi atau penjajagan

(setelah tahap pendahuluan) untuk mengetahui kemampuan dan pengalaman

awal mahasiswa.

Hal lain yang cukup penting adalah, bagaimana program pembelajaran

keterampilan berbahasa berbasis kompetensi ini dapat mendorong mahasiswa

untuk mengembangkan kemampuannya Keterampilan berbahasa seperti yang

telah ditampilkan pada tahap eksplorasi, nampaknya sesuai dengan tuntutan

kurikulum pembelajaran program studi bahasa Jerman. Tahapan ini merupakan

AUs Maltfiuklm/Dtoertasi/PPS- UPI2006

Page 104: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

240

tahapan yang sangat penting dan stratergis dalam pembelajaran keterampilan

berbahasa.

Dalam proses pengembangan program, permulaan pelaksanaan uji coba

skala terbatas merupakan langkah yang agak tersendat. Sampai akhir putaran

pertama, dosen belum memahami sepenuhnya pembelajaran berbasis

kompetensi sebagai program pembelajaran dalam matakuliah keterampilan

berbahasa, sebab pada awal pengembangan ini dosen belum memperoleh

bentuk yang utuh dari program yang diinginkan. Dosen masih terpaku pada

pola pembelajaran yang selama ini dilakukan, walaupun pembelajaran tersebut

sebenarnya sudah mengarah pada kompetensi, yakni berupa kemampuan

berbahasa dengan beberapa indikator yang ditunjukkan seperti, susunan

kalimatnya, ucapannya dan pilihan katanya. Dosen juga masih menganggap

bahwa pogram pembelajaran keterampilan berbahasa yang selama ini dilakukan

sudah cukup memadai.

Namun demikian, setelah selesai beberapa kali putaran, lambat laun

pembelajaran berbasis kompetensi untuk keterampilan berbahasa diakui sebagai

salah satu program yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan

berbahasa. Melalui model atau program seperti ini para mahasiswa menjadi

lebih siap dalam belajar. Hal ini dapat diketahui pengakuan mahasiswa yang

berhasil diminta keterangannya dalam kesempatan wawancara. Menurut

mahasiswa, program pembelajaran berbasis kompetensi yang diterapkan dosen

membuat mereka lebih baik dalam belajar, karena proses pembelajaran lebih

terarah, dan dosen banyak memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk

Azis McAfiKUMDaertast/PPS-UP!2006

Page 105: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

241

mengemukakan jawaban, pendapat serta pikirannya dalam bahasa Jerman,

terutama hal-hal yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

D. Perbaikan Program Pembelajaran

Pada mulanya, program pembelajaran yang bertumpu pada peningkatan

keterampilan berbahasa dikembangkan melalui tiga tahapan utama yakni tahap

pendahuluan, tahap pebahasan materi pokok, dan tahap penutup. Berdasarkan

hasil uji coba skala terbatas, untuk memperoleh bentuk atau sosok program

yang dianggap sesuai dengan kondisi dan kurikulum yang berlaku, maka

dilakukan pengembangan tahapan menjadi lima tahap, yaitu 1) tahap

pendahuluan, 2) tahap penjajagan (eksplorasi) terhadap kemampuan dan

pengalaman mahasiswa, 3) tahap pembahasan materi pokok, 4) tahap

klarifikasU dan 5) tahap penutup.

Dasar pengembangan program tersebut merujuk pada teori yang

dikemukakan Gagne, bahwa sistem pembelajaran merupakan serangkaian

peristiwa yang dapat mempengaruhi peserta didik sehingga terjadi proses

belajar pada dirinya; dan proses belajar tersebut dipandang sebagai suatu sistem

karena memiliki sejumlah komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi,

serta memiliki fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan

membentuk kompetensi peserta didik; dan kelima tahapan tersebut merupakan

rangkaian kegiatan yang tersusun secara sistemik dan logis untuk membentuk

sosok program pembelajaran sebagai hasil pengembangan.

AJU MahJuddntSDixrtaji/PPS- UPI20O6

Page 106: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

242

Sebagaimana yang digambarkan pada hasil uji coba putaran pertama

dengan menggunakan tiga tahapan, nampak pembelajaran keterampilan

berbahasa berbasis kompetensi kurang berkembang secara utuh. Karena itu,

pengembangan tahapan dari tiga tahap menjadi lima tahap perlu dilakukan.

Kurang berkembangnya tahapan tersebut disebabkan, karena selama ini

pembelajaran keterampilan berbahasa masih bertumpu pada pola yang biasa

dilakukan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa, yakni menyimak dan

menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang disajikan. Oleh

karenanya, ketika dosen dan mahasiswa memulai pembelajaran dengan pola

pembelajaran yang lebih terarah dan memiliki landasan, awalnya nampak ada

sedikit keraguan. Untuk menghindari keraguan tersebut, diperlukan tahapan

pendahuluan sebagai tahapan orientasi.

Tahapan ini bagi dosen dan mahasiswa berfungsi di samping sebagai

pembuka perkuliahan yang sekaligus mengingatkan peran yang harus

dilakukan, juga untuk mengarahkan pembelajaran dan memahami apa saja yang

harus dicapai dalam proses pembelajaran tersebut Untuk itulah, maka pada

tahap pendahuluan berisi tentang pertanyaan-pertanyaan pembuka awal

pembelajaran, penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai, serta

proses pembelajaran yang harus dilakukan. Tahapan ini memiliki makna yang

cukup penting sebagai penegasan bahwa program pembelajaran keterampilan

berbahasa berbasis kompetensi lebih efektif bila dibandingkan dengan pola dan

program pembelajaran yang selama ini berlangsung.

AzU MahfuMn/DijerlasvPPS-UPI2006

Page 107: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

243

Hasil dari pengamatan yang dilakukan, penambahan tahapan ini

memberikan gambaran yang lebih jelas dan lebih efektif untuk permulaan

pengembangan program pembelajaran berbasis kompetensi. Ini ditunjukkan

dengan semakin meningkatnya aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran

dengan dosen sebagai fasilitatornya. Aktivitas pembelajaran menjadi lebih

hidup karena nuansa pembelajaran dibarengi dengan proses tanya jawab atau

dialog secara intensif. Bukan saja antara dosen dengan mahasiswa, tetapi juga

antara mahasiswa dengan mahasiswa. Dengan dijelaskannya lebih dulu

mengenai tujuan pembelajaran pada tahap pendahuluan, maka mahasiswa

memahami apa yang mereka harus lakukan.

Tahap penjajagan (eksplorasi) terhadap kemampuan dan pengalaman

mahasiswa dan tahap klarifikasi terhadap kekeliruan yang dibuat mahasiswa

merupakan penambahan atau sela tahapan pembelajaran yang lain untuk

perbaikan dan pengembangan program. Tahap penjajagan (eksplorasi)

merupakan tahap sisipan atau sela antara tahap pendahuluan dengan tahap

pembahasan materi pokok; dan tahap klarifikasi merupakan sela antara tahap

pembahasan materi pokok dengan tahap penutup. Kedua tambahan tahapan ini

merupakan upaya mencari bentuk pengembangan program yang baru, dan

dilakukan dengan tujuan agar proses pembelajaran keterampilan berbahasa

berbasis kompetensi dapat berjalan secara lebih baik dan teratur.

Yang menjadi alasan pokok mengapa dilakukan tambahan tahapan ini

adalah bahwa tahapan ini memang sangat diperlukan, karena ketika proses

pembelajaran berlangsung, tanpa pemahaman dosen mengenai kemampuan dan

Ani Md^ddm/Disenasi/?PS4JPnm

Page 108: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

244

pengalaman mahasiswa, proses pembelajaran menjadi terhambat, dan kurang

efektif Pembelajaran akan menjadi kaku, dan dosen dituntut lebih banyak

untuk mencari jalan keluar dalam menanggulangi kekakuan tersebut

Sebagai contoh, ketika dosen menyuruh mahasiswa membuat bentuk

pertanyaan tentang bagaimana isi dan bentuk pertanyaan yang disampaikan

kepada para pelamar kerja; para mahasiswa nampak tidak mampu

membuatnya. Hal ini diduga, bahwa mereka tidak tahu masalah tersebut karena

minimnya wawasan dan pengetahuan tentang dunia kerja sebagai akibat dari

kurangnya membaca pengetahuan tentang hal itu. Oleh karena itu, untuk

mengurangi hal-hal semacam itu dosen perlu mengetahui dan memahami

terlebih dahulu kemampuan dan pengalaman mahasiswa melalui tahap

penjajagan atau eksplorasi. Atas dasar pemahaman itulah, dosen dapat

mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan kemampuan dan

pengalaman yang dimiliki mahasiswa.

Dimasukkannya tahapan penjajagan (ekspolarasi) sebagai sela antara

tahap pendahuluan dan tahap pembahasan materi pokok, nampaknya program

pembelajaran berbasis kompetensi ini berkembang lebih baik, karena

pengetahuan dan pengalaman awal mahasiswa diketahui lebih dulu secara jelas

untuk kemudian dosen menjadikannya sebagai titik tolak masuk pada isi materi

pokok yang disajikan. Pembelajaran berbasis kompetensi ini merupakan

program pembelajaran yang bertumpu pada upaya meningkatkan keterampilan

berbahasa asing mahasiswa menjadi lebih nyata dan berguna.

Azis MahfuMMDiseruaifPPS-UPnm

Page 109: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

245

Dalam konteks pembelajaran bahasa asing, matakuliah keterampilan

berbahasa bukan saja berfungsi sebagai alat atau sarana untuk menggunakan

bahasa dalam kehidupan sehari-hari atau dalam situasi-situasi tertentu (lisan dan

tulisan), tetapi juga dalam materi pembelajaran matakuliah keterampilan

berbahasa terdapat berbagai pengetahuan yang mungkin berguna bagi

mahasiswa. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan berbahasa di

perguruan tinggi seyogyanya mengarah pada kedua hal tersebut di atas. Di sini

mahasiswa diarahkan pada kemampuan menggunakan bahasa asing, sekaligus

memahami konteks atau isi pengetahuan dari materi yang disajikan. Dengan

demikian, penguasaan pengetahuan dan kemampuan menggunakan bahasa

merupakan dua hal yang saling berhubungan dan selalu diperlukan dalam

segala hal.

Pada tahap selanjutnya, proses pembelajaran keterampilan berbahasa

berbasis kompetensi memerlukan tahapan lain yang dapat memperkaya sosok

program, yakni tahapan klarifikasi. Istilah klarifikasi ini penulis pinjam dari

istilah yang tertera pada Kamus Besar Bahasa Indonesia yang maknanya adalah

penjernihan, penjelasan, dan pengembalian pada yang sebenarnya (tentang

karya ilmiah).

Dalam pembelajaran bahasa asing, kesalahan-kesalahan atau kekeliruan

yang dibuat mahasiswa sudah tentu sering terjadi, baik kesalahan atau

kekeliruan dalam hal struktur, atau kesalahan dalam memahami isi dan

mengungkapkannya. Tahapan klarifikasi merupakan tahapan lanjutan setelah

tahapan pembahasan materi pokok. Pada tahapan ini diharapkan mahasiswa

Aiu Mcjtfuddin/Daertcai/PPS-UPI2006

Page 110: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

246

dapat memperbaiki dan menyempurnakan apa yang telah mereka lakukan ketika

berbuat salah atau keliru, baik dari segi bahasanya maupun konteksnya.

Tugas dosen pada tahapan ini adalah mengarahkan dan membimbing

mahasiswa untuk menemukan pemahaman dan pengetahuan yang benar.

Namun demikian, dosen juga membantu meluruskan dan memperbaiki sesuatu

yang keliru, sehingga pada tahap kesimpulan, tidak ada sesuatu yang salah atau

keliru lagi. Melalui tahapan ini pulalah, diharapkan mahasiswa akan lebih

memahami dan terampil dalam menggunakan bahasa asing (bahasa Jerman)

dengan lebih baik.

Selanjutnya bentuk pembelajaran keterampilan berbahasa berbasis

kompetensi sebagai hasil pengembangan uji coba skala terbatas dapat

digambarkan seperti bagan 4.5. di bawah ini.

Azis McfyuddrfDisenasi/PPS-UPI2006

Page 111: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Kegiatan Dosen Kegiatan MahísisW \sj:.

Mencintakan situasi dan membawa mahasiswa pada kegiatan awal dengan per­tanyaan pembuka yang ada

hubungannya dengan materi pembelajaran,

sekaligus menjelaskan tujuan pembelajaran

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubu­ngan dengan pengalaman dan pengetahuan mahasis­

wa, dan terkait dengan materi yang akan disajikan

Mengnfukan pertanyaan-pertanyaan mengenai tema yang dibahas; dan meman­cing mahasiswa untuk ber­

tanya, dan menemukan jawaban

Membantu memperbaiki dan menyempurnakan

kesalahan dan kekeliruan yang dibuat mahasiswa,

baik bahasanya maupun isi materinya

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menarik kesimpulan isi tema yang

dibahas, memberikan tugas, dan menelaah ke­

mampuan mahasiswa da­lam pembelajaran

J TAHAP

PENDAHU­LUAN

2 TAHAP

PENJAJAG­AN

3 TAHAP

PEMBAHAS AN MATERI

POKOK

4 TAHAP

KLARIFIKA SI

T 5

TAHAP PENUTUP

Menyimak apa yang diung­kapkan dan memberikan jawaba atas pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan; serta memahami tujuan dan

proses pembelajaran yang di­lakukan

Menjawab setiap pertanyaan yang diajukan dosen dengan

mengemukakan beberapa pengalaman yang ada

kaitannya dengari materi yang akan disajikan

Menjawb pertanyan-pertanya an dosen, atau mengajukan

pertanyaan yang berhubung­an dengan tema; mencari ka­ta-kata kunct, dan menemu­

kan jawaban

Memperbaiki kesalahan dan kekeliruan yang dibuatnya

secara bersama atau individu al, baik bahasanya maupun

isi materinya

Memberikan jawaban atas pertanyaan dosen; menyim­pulkan dengan unkapan ba­hasa sendiri, dan mengerja­

kan tugas yang diberikan dosen

Gambar 4.5. Desain Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Berbasis Kompetensi

Perbaikan Hasil Uji Coba Skala Terbatas

Azis U<¿ÍuddmJDiseríasUPPS'VPn(m

Page 112: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

248

E. Hasil Uji Coba yang Lebih Luas {main field testing)

1. Deskripsi

Uji coba pada tahap yang lebih luas ini dapat juga disebut uji coba

utama atau pokok dengan skala yang lebih luas. Tujuannya adalah untuk

menentukan apakah suatu produk (hasil) yang telah dikembangkan benar-benar

telah menunjukkan suatu tampilan atau performansi sebagaimana yang

diharapkan. Dengan kata lain, tujuan yang ingin dicapai pada uji coba ini adalah

menemukan sosok program pembelajaran berbasis kompetensi sebagai satu

program pembelajaran yang dapat digunakan di perguruan tinggi dalam upaya

meningkatkan kamampuan dan keterampilan berbahasa asing mahasiswa.

Untuk mencapai tujuan tersebut, tahap ini menggunakan lebih dari satu

program studi. Hasil uji coba utama digunakan untuk memperbaiki (merevisi)

dan memantapkan produk tersebut, sehingga suatu produk siap untuk dilakukan

validasi.

Uji coba utama ini melibakan program studi Bahasa Prancis yang

dilakukan dalam tiga kali putaran, sehingga diperoleh program pembelajaran

keterampilan berbahasa berdasarkan kompetensi yang siap untuk divalidasi.

Penentuan banyaknya putaran ini didasarkan pada adanya keyakinan bahwa

hasil observasi program pembelajaran dapat dianggap telah memadai sebagai

suatu program yang memiliki kontribusi positif terhadap peningkatan

kemampuan dan keterampilan berbahasa asing mahasiswa, sekaligus

berpengaruh pula pada proses dan hasil belajar mereka.

Aza Mohfuddm/Dixrtaii/PPS-UPI2006

Page 113: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

249

Selanjutnya, basil uji coba yang lebih luas mengenai proses dan hasil

pembelajaran pada setiap putaran dapat dijelaskan pada uraian berikut ini.

a. Hasil Uji Coba yang Lebih Luas pada Program Studi Bahasa Prancis

1) HasU Uji Coba Putaran Pertama

Analisis Proses Pembelajaran

Pada uji coba putaran pertama pada Program Studi Pendidikan Bahasa

Prancis, tema yang dibahas adalah "Personnage, Places, Affaïrs personnels".

Bahasa pengantar dalam proses pembelajaran keterampilan berbahasa ini

menggunakan bahasa Prancis secara langsung, dan juga diselingi dengan bahasa

Indonesia ketika dibutuhkan.

Pada putaran ini, secara umum program pembelajaran berbasis

kompetensi sebagai sebuah program pembelajaran untuk meningkatkan

keterampilan berbahasa asing, telah nampak mewarnai proses pembelajaran.

Dosen telah mampu mengembangkan langkah-langkah pembelajaran sesuai

dengan karakteristik pembelajaran bahasa yang bertumpu pada keterampilan

berbahasa. Pada setiap langkah pembelajaran, dosen berusaha untuk tetap

memfokuskan pada aktivitas mahasiswa melalui berbagai pertanyaan yang

bersifat interaktif; dan mendorong mereka untuk dapat mengembangkan dan

meningkatkan keterampilannya dalam berbahasa asing.

Dalam aktivitas pembelajaran, nampaknya masih ada beberapa

kelemahan yang dilakukan dosen di antaranya dalam membagi pertanyaan

kepada para mahasiswa dan pada saat menunggu jawaban dari mereka. Dalam

Aza Mahfuddtn/Daertasi/PPS-UPI20O6

Page 114: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

250

membagi pertanyaan, terkadang dosen masih terfokus kepada mahasiswa-

mahasiswa tertentu saja; tidak kepada seluruh mahasiswa yang terlibat dalam

kegiatan pembelajaran. Sementara itu, ketika dosen menunggu respons atau

jawaban mahasiswa, nampak dosen selalu menuntunnya atau menunjukkannya

melalui kalimat yang terputus-putus untuk kemudian disuruh dilengkapi oleh

mahasiswa. Terkadang dosen juga yang akhirnya menjawab pertanyaan-

pertanyaan tersebut.

Hal menarik yang ditemukan dalam putaran pertama ini berkenaan

dengan tahap pembelajaran pembahasan materi pokok. Pada tahap ini

pertanyaan yang diajukan oleh dosen kurang mampu menggiring mahasiswa

untuk memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa (Prancis) yang

sempurna secara struktur bahasa. Jawaban hanya terfokus pada jawaban singkat

sebagai indikasi adanya pemahaman terhadap materi tersebut

Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan cenderung terfokus pada

materi pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya ketika dosen membahas materi

pokok, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan merujuk pada pertanyaan tentang

isi atau materi yang dibahas. Mahasiswa lebih cenderung diarahkan pada

pemahaman materi; sementara proses berbahasanya kurang mendapat

perhatian. Hal ini sering muncul kalimat pendek atau tidak sempurna, bahkan

cukup dengan satu atau dua kata saja, namun mahasiswa tetap memahami

konteks materi tersebut.

Pola pertanyaan memang lebih bersifat deduktif karena lebih mengarah

pada penguasaan materi pembelajaran. Dalam pengembangan program

Azis Mdtfuddtn/Diserlasi/PPS-UP12006

Page 115: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

251

pembelajaran berbasis kompetensi, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

sebaiknya lebih mudah ditangkap oleh mahasiswa dan mereka dapat

memberikan jawabannya berdasarkan hasil penemuannya sendiri, dan

mengungkapkannya dengan bahasa sendiri pula. Pola yang dikembangkan

dalam pembelajaran berbasis kompetensi sebenarnya mengacu pada pola

belajar dengan cara berfikir induktif, yakni pola pembelajaran dari materi yang

ada, kemudian dikembangkan dalam bentuk dialog atau tanya jawab dengan

menggunakan bahasanya sendiri. Aktivitas pembelajaran tidak terlalu diarahkan

pada pemahaman dan penguasaan materi, akan tetapi lebih difokuskan pada

proses berbahasa mereka. Materi hanya merupakan alat untuk dijadikan

pegangan atau acuan dalam memproses penggunaan bahasa.

Pola pembelajaran seperti ini dapat mendorong terjadinya proses

berfikir mahasiswa dalam menyusun rangkaian kalimat atau pertanyaan-

pertanyaan dalam berbahasa asing. Kebiasaan ini tentu dapat berpengaruh

positif terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan berbahasa

mahasiswa. Namun demikian, sebagaimana telah dikemukakan pada putaran

pertama ini, bahwa secara keseluruhan proses pembelajaran keterampilan

berbahasa yang ditampilkan dosen, sudah mampu membangkitkan aktivitas

mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan berbahasa

mereka.

Atii Mahfuddtn/Distriajt/PPS-UPI2006

Page 116: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

252

2) Hasil Uji Coba Putaran Kedua

Analisa Proses Pembelajaran

Pada putaran kedua ini tema yang dibahas dalam pembelajaran

keterampilan membaca adalah "Sports, Nature, Culture" (olah raga, alam, dan

kebudayaan). Bahasa pengantar yang digunakan dalam proses pembelajaran

masih tetap menggunakan bahasa Prancis yang terkadang juga menggunakan

bahasa Indonesia sebagai selingan.

Pada uji coba putaran ini proses pembelajaran keterampilan berbahasa

dengan menggunakan program pembelajaran berbasis kompetensi, nampaknya

berkembang lebih baik. Beberapa kelemahan yang terjadi pada putaran

sebelumnya sedikit demi sedikit dapat diperbaiki oleh dosen yang

bersangkutan. Hampir semua mahasiswa mendapat kesempatan untuk terlibat

dalam kegiatan berbahasa. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan secara

intensif kepada para mahasiswa menjadikan mahasiswa lebih aktif, sekaligus

mampu meningkatkan keterampilan bahasanya melalui tema yang disajikan

dosen. Melalui pertanyaan itu pula, dosen dapat mengetahui gambaran

pengalaman dan kemampuan mahasiswa dalam menggungkapkan pikirannya

melalui bahasa Prancis, sehingga proses pembelajaran selanjutnya tidak

memperoleh hambatan yang berarti. Di sini dosen lebih membawa

mahasiswanya pada pola berfikir induktif, yakni menuntun mereka untuk

mampu menemukan jawaban yang lebih tepat melalui bahasa asing yang benar,

sehingga dapat menarik satu kesimpulan yang benar pula

Azu Mahfiddm/Disertasi/PrS-UPnm

Page 117: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

253

Dengan cara seperti ini, ternyata program pembelajaran yang

dikembangkan dosen menjadikan kemampuan mahasiswa meningkat atau lebih

berkembang, baik dari sisi kelancaran dalam mengungkapkan bahasanya

maupun dari sisi pemahaman akan konteksnya. Hal ini ditunjukkan melalui

gambaran aktivitas mahasiswa yang semakin lancar dalam proses pembelajaran,

dan meningkatnya kemampuan dan keterampilan berbahasa mahasiswa di

dalam kelas.

Pada putaran ini mahasiswa cenderung lebih cepat dan tepat dalam

memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan, sehingga

dosen tidak terlalu lama menunggu jawaban mahasiswanya.

3) Hasil Uji Coba Putaran Ketiga

Analisis Proses Pembelajaran

Pada uji coba putaran ketiga, proses pembelajaran keterampilan

berbahasa nampak semakin baik dan sempurna. Pada putaran ketiga ini tema

yang dibahas dalam keterampilan membaca pemahaman adalah "la musique,

objets touristiguer, l'amour (musik, objek wisata, kasih sayang).

Di sini nampak bahwa dosen sudah dapat memerankan dirinya sebagai

fasilitator pembelajaran. Teknik bertanya dengan menggunakan bahasa Prancis

yang diajukan dosen sudah membuat mahasiswa lebih aktif menjawab.

Mahasiswa semakin giat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dosen.

Suasana pembelajaran semakin hidup dan gairah belajar mahasiswa menjadi

meningkat Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dosen dijawabnya dengan

Azis Mahfiddin/Dàeriasi/PPS-UPI2006

Page 118: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

254

lebih baik, baik dilihat dari segi susunan bahasanya maupun konteksnya.

Bahkan beberapa orang mahasiswa sudah mampu mengungkapkan bahasa

Prancis dengan susunan kalimat yang berstruktur dan prommciation yang

benar. Ini terungkap dari hasil pembicaraan penulis dengan dosen ketika ada

kesempatan untuk berdiskusi setelah proses pembelajaran selesai.

Dalam hal menarik kesimpulan, dosen awalnya berinisiatif untuk

menyimpulkan seluruh rangkaian proses pembelajaran dengan acuan materi

tertentu, namun pada akhirnya dosen meminta mahasiswa untuk menyimpulkan

dari alinea ke alinea, apa yang telah dibahas. Mahasiswa dengan bahasa

mereka sendiri dapat menyimpulkan dengan baik, walaupun masih sedikit

dibantu oleh dosen mengarahkannya. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa

kemampuan dan keterampilan berbahasa mahasiswa sudah menunjukkan

kemajuan yang cukup baik dilihat dari aspek kelancaran penggunaan bahasanya

dan pemahaman akan konteksnya.

2. Interpretasi Hasil Uji Coba Pada Skala Yang Lebih Luas

Dalam menginterpretasikan hasil uji coba pada skala yang lebih luas,

yang menjadi fokus utama adalah: pertama, interpretasi tentang proses

pembelajaran, dan yang kedua, interpretasi tentang hasil pembelajaran. Kedua

hal ini akan dapat memberi gambaran secara utuh mengenai pengaruhnya

terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan berbahasa asing.

Dilihat dari sisi proses pembelajaran, nampaknya program pembelajaran

keterampilan berbahasa berbasis kompetensi dengan lima tahapan kegiatan

Azu Mahfuddtn/Di3ertast/PPS-UP12006

Page 119: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

255

merupakan suatu program pembelajaran yang dapat memberikan kontribusi

terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan berbahasa asing

mahasiswa. Sebagaimana yang terjadi pada akhir program pengembangan dan

akhir uji coba terbatas, serta uji coba yang lebih luas, proses pembelajaran yang

dikembangkan oleh dosen melalui tahanan atau langkah-langkah program

pembelajaran berbasis kompetensi, telah terjadi peningkatan aktivitas

pembelajaran mahasiswa yang cukup berarti, sehingga pada gilirannya dapat

meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam berbahasa

asing, baik dilihat dari kelancaran menggunakan bahasanya maupun ketepatan

memahami konteks yang terkandung di dalamnya.

Pada aspek penggunaan bahasa asing, nampak dapat dilihat dari

aktivitas pembelajaran mereka, terutama dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan dosen. Mahasiswa sudah mulai percaya diri dan

berani mengungkapkan pikirannya dalam berbahasa asing sejalan dengan

materi pembelajaran yang disajikan, walaupun masih ada sebagian kecil

mahasiswa yang belum sepenuhnya mampu mengungkapkan pikirannya

melalui bahasa asing sebagai akibat dari penerapan program pembelajaran

berbasis kompetensi tersebut. Hal ini disebabkan belum meratanya kesempatan

yang diberikan kepada mereka dalam aktivitas berbahasa di dalam kelas.

Namun demikian, secara umum kemampuan dan keterampilan

berbahasa mahasiswa nampak lebih baik dibandingkan dengan sebelum mereka

memiliki pengalaman belajar melalui program pembelajaran berbasis

kompetensi.

Ani Ma^fitddirt/Diserlasi/PPS- UPI20G6

Page 120: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

256

Dalam aspek kelancaran berkomunikasi yang ditunjukkan melalui

ungkapan-ungkapan bahasa lisan, dapat diketahui melalui jawaban-jawaban

yang dikemukakan mahasiswa atas pertanyaan dosen. Mahasiswa sudah mampu

mengungkapkan jawabannya dengan menggunakan kata-kata bahasa asing yang

dikuasainya secara baik dan benar. Mereka tidak lagi memberi jawaban yang

sama persis dengan materi yang ada pada buku sumber.

Kemampuan mahasiswa untuk mengungkapkan pendapat dan

pikirannya dalam bahasa asing merupakan kemampuan yang cukup memiliki

arti penting dalam proses pembelajaran keterampilan berbahasa. Sesuai dengan

hasil pengamatan penulis, kemampuan berkomunikasi atau mengungkapkan

bahasa asing dalam konteks tertentu, apabila dilihat dari sisi kelancaran dan

keberanian, memang tidak secara cepat dan serentak dimiliki oleh mahasiswa

begitu saja. Untuk mendapatkan kemampuan berbahasa seperti ini memerlukan

suatu proses serta upaya yang panjang dan sungguh-sungguh dari dosen yang

bersangkutan dan juga dari mahasiswa yang bersangkutan.

Hal ini terungkap dalam proses uji coba terbatas, dimana kemampuan

seperti tersebut di atas baru mulai diperoleh pada putaran ketiga. Tidak

menutup kemungkinan, apabila program pembelajaran ini terus digunakan

dalam jangka lama, akan dapat memberikan kontribusi positif dalam

meningkatkan keterampilan berbahasa asing secara lebih baik.

Dilihat dari aspek penggunaan bahasa, juga nampak bahwa program

pembelajaran berbasis kompetensi ini memiliki pengaruh yang positif terhadap

penguasaan struktur bahasa yang digunakan. Hal ini dapat ditunjukkan melalui

Aiis Maftfuddin/Dl!ertasi/PPS-UPI2006

Page 121: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

257

kemampuan mahasiswa dalam memperkaya kosakata, menyusun kalimat

dengan struktur yang baik, dan mengungkapkannya dengan ucapan

{prounounciation) yang benar. Setiap kali mahasiswa menjawab pertanyaan

dari dosennya, mereka mampu menjawabnya dengan ungkapan susunan kalimat

yang tepat, walaupun pada mulanya diliputi oleh keraguan, karena ada rasa

takut salah. Di sini dosen turut pula membimbing, menuntun, dan

mengarahkannya.

Kemampuan menggunakan bahasa seperti diungkapkan di atas, tentu

saja tidak dihamilkan secara tiba-tiba. Sebagaimana juga pada kemampuan

berkomunikasi, kemampuan menggunakan bahasa secara benar, juga

membutuhkan proses yang panjang dan terus menerus yang dilakukan dosen

dalam membimbing mahasiswanya belajar bahasa asing, karena bahasa asing

memiliki karakteristik yang khas dan membutuhkan ketekunan dan kecermatan

dalam menggunakannya. Oleh sebab itu, kompetensi yang perlu dikembangkan

dari pembelajaran keterampilan berbahasa asing adalah kompetensi

kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa akan diperoleh dengan baik

apabila mahasiswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk meningkatkan

keterampilan berbahasa lisannya melalui latihan berbicara, dan meningkatkan

keterampilan berbahasa tulisnya melalui menulis atau mengarang.

Berdasarkan kemampuan mahasiswa yang secara terus menerus

meningkat, maka dapat dipastikan program pembelajaran berbasis kompetensi

memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kemampuan dan

keterampilan berbahasa asing mahasiswa.

Azis Mahfudcb^ueTtasi/PPS-UPI2006

Page 122: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

258

Dari hasil analisis observasi, ternyata program pembelajaran berbasis

kompetensi yang dikembangkan, juga memiliki pengaruh positif terhadap

kemampuan mahasiswa dalam memahami materi pembelajaran dalam bentuk

wacana dan tema pembelajaran.

Dari hasil analisis tersebut, hasil yang diperoleh dari setiap putaran uji

coba menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin meningkat Gambaran

ini menggambarkan bahwa hasil uji coba program pembelajaran berbasis

kompetensi ternyata dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan

mahasiswa dalam berbahasa asing, serta menambah pengetahuan yang

terkandung di dalamnya

Adanya pengaruh yang signifikan tersebut dapat terjadi, oleh karena

dalam proses pembelajaran keterampilan berbahasa, dosen tidak saja

berorientasi pada pemahaman materi pembelajaran, tetapi juga pada proses

bagaimana mahasiswa menggunakan bahasa secara benar, baik grammatiknya

maupun ungkapan yang selazimnya.

Memahami materi pembelajaran dalam konteks pembelajaran berbasis

kompetensi merupakan salah satu bentuk kompetensi yang dikembangkan pada

tahap pembahasan materi pokok. Pada tahap ini mahasiswa diarahkan untuk

tidak saja memahami materi yang disajikan melalui bahasa asing, tetapi juga

pada bagaimana menggunakan bahasa asing dalam hubungannya dengan materi

pembelajaran tersebut.

Struktur bahasa, susunan kalimat, ucapan dan intonasi selalu mendapat

perhatian, karena makna kalimat sangat tergantung pada struktur, ucapan dan

Azis Mahfi4ddin/Disemsi/PPS-UPI2006

Page 123: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

259

intonasi dimaksud. Karena itu, dalam pola atau program pembelajaran berbasis

kompetensi, aktivitas mahasiswa di dalam kelas menjadi aktivitas yang paling

utama. Kelas dipandang sebagai tempat dimana mahasiswa berinteraksi satu

sama lain melalui bahasa asing, baik dengan dosennya maupun diantara mereka

sendiri.

Dalam situasi seperti ini, mahasiswa digiring untuk memperoleh

pengetahuan kebahasaan dan kemampuan menggunakannya dalam konteks-

konteks tertentu. Pola pembelajaran yang diterapkan dosen sebagaimana

digambarkan di atas, nampaknya cukup berpengaruh pada pola belajar

mahasiswa, sehingga mahasiswa harus selalu siap dalam menerima perkuliahan

yang diiukutinya. Pembelajaran dengan metode tanya jawab secara intensif

memberi dampak positif terhadap mahasiswa yang pada gilirannya dapat

meningkatkan kompetensi komunikatif yang harus mereka miliki.

Karena itu, adanya pengaruh program pembelajaran berbasis

kompetensi terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan berbahasa

mahasiswa tidak terlepas dari adanya beberapa aspek yang terkait, misalnya

keterkaitan antara pengembangan program dengan kinerja dosen; dan

keterkaitan antara pengembangan program dengan pola belajar dan motivasi

mahasiswa.

1. Keterkaitan antara Pengembangan Program dengan Kinerja Dosen

Kinerja dosen dalam pengembangan program memiliki hubungan yang

erat dengan peningkatan kemampuan dan keterampilan berbahasa yang

Azts Mahftiddin/Disertasi/PPS-UP12006

Page 124: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

260

ditunjukkan oleh mahasiswa. Keterbukaan dalam menerima program yang

hendak dikembangkan menggambarkan betapa pentingnya upaya memperbaiki

sistem pembelajaran yang selama ini berlangsung. Perbaikan sistem

pembelajaran tersebut tentu saja akan memberi dampak positif terhadap

meningkatnya hasil belajar mahasiswa.

Secara konseptual, kurikulum program pendidikan bahasa asing (bahasa

Jerman, Arab, Jepang dan Prancis) memang berorientasi pada kurikulum

berbasis kompetensi yang pada saat perubahan dari kurikulum 1994 menjadi

kurikulum 2006, dikembangkan lebih jauh. Akan tetapi dalam praktiknya,

ketika proses pembelajaran berlangsung, pola pembelajaran yang dilakukan

masih berkutat pada pola lama yang telah baku.

Sebagian besar dosen menganggap bahwa apa yang dilakukannya dalam

proses pembelajaran sudah cukup memadai. Namun demikian, dalam

kesempatan diskusi dengan para dosen, disepakati bahwa pengembangan

program pembelajaran perlu dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan

hasil belajar mahasiswa. Karena itulah, proses pengembangan program

pembelajaran yang ditawarkan, cukup berjalan dengan baik sebagaimana yang

diharapkan. Di sini dosen mulai nampak serius dalam mempersiapkan segala

sesuatu yang diperlukan untuk proses pengembangan program, termasuk di

dalamnya perencanaan pembelajaran.

Meningkatnya upaya dan kinerja dosen dalam pengembangan program

pembelajaran berdampak pula pada meningkatnya hasil belajar mahasiswa. Hal

ini terbukti dengan adanya peningkatan dari setiap putaran uji coba. Kondisi ini

Azis Mahfuddm/D¡sertasi/PPS-UPm06

Page 125: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

belajar yang dicapai sejalan dengan harapan kurikulum.

Peningkatan kinerja dosen dalam mengembangkan program

pembelajaran tersebut tentu saja dapat memberikan kontribusi positif terhadap

upaya perbaikan mutu proses dan hasil pembelajaran.

Selain itu, pengembangan program juga memberi pengaruh positif

terhadap peningkatan kemampuan dosen dalam menentukan langkah-langkah

pembelajaran. Pada awal uji coba pertama, program pembelajaran keterampilan

berbahasa berbasis kompetensi memang belum menunjukkan hasil yang

memuaskan, karena dosen belum dapat melepaskan kebiasaannya dalam

mengajarkan keterampilan berbahasa. Mereka menganggap apa yang

dilakukannya sudah sesuai dengan konsep pembelajaran bahasa.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam proses pembelajaran masih

mengacu pada pertanyaan tentang isi materi pembelajaran. Hal-hal yang

berkaitan dengan bagaimana mahasiswa menggunakan atau mengungkapkan

bahasa asing pada konteks-konteks tertentu belum dilakukan sepenuhnya,

sebagaimana yang diharapkan. Namun demikian, secara berangsur-angsur

kemampuan dosen, baik dalam melakukan tahapan-tahapan program

pembelajaran, maupun dalam mengembangkan pertanyaan-pertanyaan

pemancing, menjadi semakin meningkat Dengan meningkatnya kemampuan

tersebut, meningkat pula kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam

berbahasa walaupun tidak terlalu besar dan signifikan, karena pembelajaran

berbahasa asing memerlukan proses dan waktu.

Azis Ma¡^uddtn/Diseiiasi/PPS-UPI2<m

Page 126: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

262

2. Keterkaitan antara Pengembangan Program dengan Pola dan Motivasi Belajar Mahasiswa

Pola belajar dan motivasi belajar mahasiswa juga memiliki keterkaitan

yang cukup erat dengan hasil pengembangan program pembelajaran.

Pendekatan progam pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa sebagai ciri

pembelajaran berbasis kompetensi, memberikan pengalaman kepada mereka

tentang bagaimana belajar bahasa asing yang sebenarnya. Pembelajaran

berbasis kompetensi memberi jawaban tentang persoalan tersebut Karena itu

mahasiswa memiliki motivasi dan apresiasi yang relatif tinggi terhadap program

pembelajaran yang dikembangkan.

Bagi mereka istilah pembelajaran berbasis kompetensi bukan sesuatu

hal yang baru. Memang pada mulanya mereka menganggap tidak terlalu jauh

berbeda antara program pembelajaran berbasis kompetensi yang dikembangkan

dengan pembelajaran yang dilakukan dosen selama ini. Setelah dijelaskan

mengenai hakekal pembelajaran berbasis kompetensi dengan lima tahapan

program pembelajaran, lambat laun mereka mampu beradaptasi dengan

program pembelajaran yang dikembangkan tersebut, walaupun pada awalnya

penerimaan terhadap program pembelajaran yang dimaksud agak lamban,

mengingat proses pembelajaran yang dilakukan sudah merupakan sesuatu yang

dianggap memadai dan baku.

Pola dan motivasi belajar mahasiswa juga didukung oleh ketersediaan

sarana prasarana dan fasilitas pembelajaran yang mereka gunakan, termasuk

buku sumber. Buku sumber yang mereka gunakan sebenarnya tidak terpaku

Ans MahfvdMDiaermsi/PPS-UPnm

Page 127: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

263

pada buku sumber yang ada. Banyak buku atau referensi lain yang dapat

mereka pakai sebagai bahan rujukan dan penunjang kegiatan pembelajaran.

Bahkan dengan dilugasinya para mahasiswa mencari sumber lain melalui

internet, menjadikan para mahasiswa dapat memanfaatkan fasilitas tersebut

untuk kepentingan penambahan wawasan pengetahuan. Suasana ini

memberikan motivasi kepada mahasiswa sehingga pola belajar yang dilakukan

dengan dukungan buku sumber dan fasilitas yang ada berdampak positif bagi

peningkatan kemampuan dan keterampilan berbahasa.

Hal semacam ini ditemukan pada mahasiswa Program Pendidikan

Bahasa Prancis. Informasi yang diperoleh dari mereka (melalui hasil

wawancara), dalam mempelajari bahasa Prancis terutama yang berkaitan

dengan keterampilan berbahasa, tidak hanya mengandalkan buku sumber yang

tersedia, namun mereka berusaha untuk mencari berbagai informasi dari

internet Kondisi ini dibenarkan oleh dosen mereka dalam kesempatan

berdiskusi, bahwa memang mereka ditugasi untuk itu agar memperoleh

wawasan pengetahuan kebahasaan yang lebih luas.

Apresiasi mahasiswa terhadap program pembelajaran yang

dikembangkan tersebut juga mendorong mereka untuk terus aktif belajar lebih

baik, karena tuntutan pembelajaran di dalam kelas lebih menekankan partisipasi

mahasiswa dalam berbahasa, baik melalu proses tanya jawab maupun melalui

proses dialog. Kecakapan dalam berbahasa asing tentu saja akan ditunjukkan

melalui seberapa jauh mahasiswa terlibat dalam aktivitas berbahasa di dalam

Azis Makfuddm/E>isertasi/PPS-VPI2006

Page 128: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

264

kelas. Hal inilah yang difahami oleh para mahasiswa, sehingga mereka cukup

antusias mengikuti program pembelajaran yang dikembangkan.

Karena itulah, aspek-aspek sebagaimana disebutkan di atas

menyebabkan adanya perbedaan hasil belajar yang diperoleh mahasiswa. Hasil

perhitungan statistik menunjukkan bahwa program pembelajaran berbasis

kompetensi memberi pengaruh atau kontribusi terhadap peningkatan

kemampuan dan keterampilan berbahasa mahasiswa secara signifikan.

F. Perbaikan Program

Pada tahapan uji coba yang lebih luas, secara prinsip tidak ada

perbaikan program, karena program pembelajaran yang ditemukan pada uji

coba skala terbatas sudah dianggap memadai sebagai bentuk atau sosok

program pembelajaran berbasis kompetensi yang telah dikembangkan dalam

pembelajaran keterampilan berbahasa asing. Perbaikan program pada setiap

putaran uji coba yang lebih luas hanya dilakukan pada pelaksanaan atau

implementasi pembelajaran pada tiap tahapan. Tujuannya adalah agar program

yang dikembangkan lebih terarah dan lebih tajam.

Perbaikan program yang dilakukan pada implementasi (pada setiap

tahapan) disesuaikan dengan masalah yang dihadapi masing-masing dosen dari

setiap Program Studi (Bahasa Jerman dan Bahasa Prancis) Pada subjek

penelitian (di lingkungan Program Pendidikan Bahasa Prancis), perbaikan

terjadi lebih banyak pada hal-hal yang bersifat konseptual, misalnya mengapa

dosen perlu menentukan langkah-langkah strategis dalam pembelajaran

Alis Mal$Klt£n/Duertari/PPS-VP12006

Page 129: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

265

keterampilan berbahasa; mengapa pendekatan pembelajaran harus berfokus

pada aktivitas mahasiswa di dalam kelas?; mengapa dosen perlu mengemas

bentuk-bentuk pertanyaan pancingan?; lalu bagaimana agar para mahasiswa

dapat mengungkapkan bahasa asing dengan kata-kata sendiri untuk

meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa?

Dari gambaran di atas, pengembangan program tersebut bila dipandang

dari sisi pelaksanaan, tidak diperoleh masalah yang berarti. Di sini, kemampuan

dosen dalam mengembangkan program pembelajaran sudah dianggap cukup

memadai, sehingga hasil pengembangan itu berpengaruh pula pada hasil

pembelajaran yang dicapai.

Kemampuan dosen dalam melakukan tahapan pembelajaran dan

kemampuan dosen dalam mengemas pertanyaan-pertanyaan yang berorinetasi

pada kompetensi kemampuan berbahasa, telah sepenuhnya dimiliki. Karena

itu, program pembelajaran berbasis kompetensi yang dikembangkan berjalan

lebih cepat. Demikian pula halnya dengan kemampuan mahasiswa; mereka

tidak memperoleh kesulitan yang berarti dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan dosen, sehingga proses pembelajaran berlangsung

lebih baik dan tanpa hambatan.

Perbaikan program, juga terjadi pada desain evaluasi. Dalam proses uji

coba pada skala yang lebih luas evaluasi dilakukan tidak saja pada hasil

pembelajaran, tetapi juga pada proses pembelajaran sebagaimana telah

diungkapkan pada bagian terdahulu. Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan

melalui tes (baik lisan maupun tertulis); sementara evaluasi proses

Aza ^fmkbWDuerwi/PPS-UPVm

Page 130: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

266

pembelajaran dilakukan melalui observasi, yakni mengamati langsung

bagaimana proses pembelajaran itu terjadi.

Untuk melihat gambaran proses pengembangan program dari mulai

implementasi pertama pada uji coba terbatas hingga pada implementasi kelima

pada uji coba lebih luas, dapat dipetakan pada bagan 4.6. pada lampiran

berikut ini.

Azi3 Mahjuddm/Diserttai/PPS-UPI2006

Page 131: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Putaran I

Desain Perencanaan Pembelajaran 1 .merumuskan tujuan 2.memilih materi 3,menentukan kegiatan pembelajaran melalui tiga tahapan, yakni pendahuluan, pembahasan materi, dan penutup 4.memilih media dan sumber pembelajaran 5 .menentukan alat evaluasi

Implementasi Pembelajaran 1 .tahap pendahuluan (penciptaan situasi pembelajaran melalui pertanyaan-pertanyaan pembuka/awal) 2. tahap pembahasan materi melalui membaca, tanya jawab dan dialog

3 .tahap penutup: evaluasi, penarikan kesimpulan

Evaluasi Pembelajaran 1 .SAP keterampilan berbahasa belum difungsikan 2.tahpan proses pembelajaran belum berjalan 3 .media pembelajaran belum difungsikan 4.evaluasi sebatas tanya jawab biasa Rekomendasi I .SAP seyogyanya dijadikan acuan dalam pembelajaran 2.dimulai dengan langkah pendahuluan sebagai tahap orientasi 3 .menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 4.memfungsikan media pembelajaran dan alat evaluasi secara optimal.

Putaran 2

Desain Perencanaan Pembelajaran 1 .merumuskan tujuan 2.memilih materi 3.menentukan garis besar kegiatan pembelajaran melalui 3 tahap: pendahuluan, pembahasan materi, penutup. 4.memilih media dan sumber pembelajaran 5.menentukan alat evaluasi Implementasi Pembelajaran 1 .tahap pendahulan; mengajukan pertanyaan-pertanyaan pembuka/awal; menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan langkah-langkah atau prosedur pembelajaran. 2.pembahasan materi: membaca teks dan menyimak bacaan; mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan teks; dialog dan tanya jawab. 3 .penutup: membaca teks dari bab ke bab (yang saling berhubungan)', tanya jawab; dan menyimpulkan. Evaluasi Pembelajaran l.SAP (silabus) masih belum difungsikan 2.tahapan proses sudah mulai berubah dan dilaksanakan 3.media pembelajaran belum difungsikan secara optimal 4.evaiuasi berfokus pada pemahaman materi. Rekomendasi 1 .SAP (silabus) difungsikan sesuai dengan rencana kegiatan 2.perlu memahami lebih dulu pengalaman dan pengetahuan mahasiswa dalam proses pembelajaran 3.mentntens)fkan kegiata Tanya jawab dengan teknik-teknik tertentu 4.memfungsikan media pembelajaran secara optimal

Page 132: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Palaran 3

Desain Perencanaan Pembelajaran 1 .perumusan tujuan 2.pemilihan materj (topik) pembelajaran 3.penentuan kegiatan belajar mengajar melalui 5 tahap: pendahuluan; penjajagan (eksplorasi); pembahasan materi; klarifikasi, dan penutup. 4.penetapan media dan sumber pembelajaran S.penentuan alat evaluasi Implementasi Pembelajaran 1 .tahap pedahuluan: mengajukan pertanyaan-pertanyaan pembuka/awal; penjelasan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran 2.tahap eksplorasi: menentukan jenis dan teknik pertanyaan yang mengacu pada materi; dialog dan tanya jawab 3.tahap pembahasan materi: melakukan tanya jawab tentang materi secara intensif; dialog; memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengungkapkan bahasa (asing) secara utuh 4.tahap klarifikasi: memperbaiki kesalahan, baik bahasanya maupun konteksnya S.tahap penutup: menyampaikan pertanyaan-pertanyaan sebagai control atau evaluasi terhadap materi yang dibahas; dan menyimpulkannya. Evaluasi Pembelajaran I.SAP (silabus) sudah mulai berfungsi 2.dengan 4 tahapan, program pembelajaran berbasis kompetensi mulai nampak ada perkembangan dalam berbahasa (beraktivitas) mahasiswa 3 .kemampuan dosen bertanya jawab (dialog) menjadikan mahasiswa lebih aktif 4.media pembelajaran belum optimal difungsikan 5 .evaluasi tidak saja pada pemahaman materi, tetapi juga pada penggunaan bahasa secara benar Rekomendasi Proses dialog dan Tanya jawab perlu dikembangkan terus Dsen harus selalu memberi kesempatan seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk aktif menggunakan bahasa (asing)

Putaran 4

Desain Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran disusun seperti pada putaran uji coba terbatas, yakni 1) merumuskan tujuan; 2) memilih materi; 3)menen-tukan kegiatan belajar mengajar melalui S tahapan (pendahuluan, penjajagan, pembahasan materi pokok, klarifikasi dan penutup); 4) penetapan media dan sumber pembelajaran; dan S) penentuan alat evaluasi pembelajaran.

Implementasi Pembelajaran Implementasi program dilakukan dengan 5 tahapan seperti pada putaran ke 3 uji coba terbatas yakni: pendahuluan, penjajagan (eksplorasi), pembahasan materi, klarifikasi, dan penutup

Evaluasi Pembelajaran I .Proses pembelajaran sudah mampu membangkitkan aktivitas mahasiswa dalam berbahasa 2.proses pembelajaran masih berfokus pada pemahaman dan penguasaan materi (isi pokok bahasan) 3.penggunaan atau praktek bahasa belum sepenuhnya muncul 4.jawaban yang dilakukan mahasiswa masih terfokus pada jawaban singkat.

Rekomendasi 1 .aktivitas pembelajaran sebaiknya dikembangkan dengan mengacu pada a) penguasaan atau pemahaman materi; dan b) penggunaan atau praktek bahasa 2.pola pembelajaran sebaurnya mengacu pada cara dan pola berfiktr induktif, yakni dari materi, lalu dikembangkan dalam bentuk dialog dan tanya jawab dengan mengunakan bahasa sendiri

Page 133: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Pitaran S

Desain Perencanaan Pembelajaran Desain perencanan disusun seperti pada putaran sebelumnya (putaran 4) yakni l) merumuskan tujuan: 2) memilih materi; 3) menentukan tahapan kegiatan (pendahuluan, penjajagan, pembahasan materi, klarifikasi, dan penutup); 4) menetapkan media dan sumber pembelajaran; 5) menentu­kan alat evaluasi.

Implemantasi Pembelajaran Implementasi program dilakukan melalui 5 tahapan seperti pada putaran sebelumnya (putaran 4) yakni: pendahuluan, penjajagan (eksplorasi), pembahasan materi, klarifikasi dan penutup

Hasil Evaluasi Pembdajaraa 1 .program pembelajaran berbasis kompetensi berkembang lebih baik 2.mahasiswa lebih aktif dalam berbahasa karena peran dosen berfungsi. Hal ini ditunjukkan melalui kelancaran dalam mengungkapkan bahasa sesuai dengan konteks yang dibahas 3.mahasiswa lebih cepat dan tepat dalam memberikan jawaban, baik struktur bahasanya maupun konteksnya.

Rekomendasi Program pembelajaran berbasis kompetensi untuk meningkatkan keterampilan berbahasa (asing) dengan 5 tahapan kegiatan pembelajaran, siap untuk diuji atau divalidasi

PROGRAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN

Putaran 6

Desain P e r a t a naas Pembelajaran 1. merumuskan tujuan pembelajaran berbasis kompetensi 2. memilih materi (topik) pembelajaran yang sesuai dengan penga­

laman dan pengetahuan mahasiswa 3. menentukan kegiatan belajar mengajar melalui S tahap: penda­

huluan, penjajagan, pembahasan materi, klarifikasi, penutup. 4. menetapkan media dan sumber pembelajaran; dan 5. menentukan alat evaluasi (tes lisan dan tulis) yang sesuai. Implementasi Pembelajaran Implementasi program dilakukan melalui 5 tahapan sebagaimna dilakukan pada putaran 5 yakni: pendahuluan, penjajagan (eksplorasi), pembahasan materi, klarifikasi, dan penutup.

Hasil Evalnatt Pembelajaran 1 .Pada uji coba yang lebih luas (pada Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis), program pembelajaran berbasis kompetensi dapat dilaksanakan secara lebih baik daa sempurna. Hal ini ditandai dengan meningkatnya aktivitas mahasiswa dalam berbahasa (dalam setiap tahapan) 2.Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dosen dijawab dengan baik dan benar, baik dilihat dari sisi susunan bahasanya maupun konteksnya 3.Mahasiswa sudah mampu menarik kesimpulan dengan bahasanya sendiri. Rekomendasi Pola pembelajaran berbasis kompetensi dengan 5 tahapan perlu dipertahankan dan dikembangkan lebih lanjut, sekali gus dapat diuji cobakan pada s kup yang lebih luas.

UTUH DAPAT DILIHAT PADA LAMPIRAN

Page 134: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

267

G. Hasil Uji Validasi Program

Deskripsi

Uji validasi dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana

efektivitas program yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan dan

keterampilan berbahasa mahasiswa. Karena itu, untuk melihat keefektivan

program, yang diteliti dalam uji validasi ini adalah membandingkan antara

kemampuan dan keterampilan berbahasa mahasiswa yang menggunakan

program berbasis kompetensi (sebagai kelompok eksperimen) dengan

kemampuan dan keterampilan berbahasa mahasiswa yang menggunakan

program pembelajaran yang selama ini berlangsung (sebagai kelompok

kontrol).

Dalam uji validasi ini, subjek penelitian yang terlibat adalah satu orang

dosen program Pendidikan Bahasa Prancis yang memegang kelas A beserta

mahasiswanya (sebagai kelompok eksperimen), dan satu orang dosen lainnya

(masih Program Pendidikan Bahasa Prancis) kelas B beserta mahasiswanya

(sebagai kelompok kontrol). Sementara, desain yang digunakan dalam uji

validasi, sebagaimana dikemukakan Sudjana dan Ibrahim (1989: 37) adalah

desain statis dua kelompok.

Pada uji validasi ini, kegiatan eksperimen tidak dilakukan pemberian

pra-tes lebih dulu, baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok

kontrol. Yang mendasari tidak dilakukannya pre-test adalah adanya asumsi

bahwa baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol memiliki

kemampuan dan keterampilan awal yang sama. Asumsi ini didasarkan pada

Azis if<A/uddm/Diserteai/PPS-UPf2006

Page 135: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

pernyataan kedua dosen yang bersangkutan (kelas A dan kelas B) yang

menganggap bahwa kemampuan dan keterampilan mahasiswa dari kedua

kelompok itu sama. Menurut mereka, kemampuan dan keterampilan berbahasa

mahasiswa ( baik kelas A maupun kelas B) berkisar antara 70% sampai

dengan 75%.

Untuk menentukan asumsi ini peneliti tidak merujuk pada perolehan

rata-rata nilai akhir semester, karena nilai akhir semester tersebut merupakan

nilai gabungan antara UTS, Tugas dan UAS (2 x hasil UAS ditambah 1 x hasil

UTS ditambah Tugas, dibagi 4). Karena itu untuk mengetahui tingkat kesamaan

kemampuan dan keterampilan berbahasa awal mahasiswa (baik sebagai

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol), digunakan pendapat atau

perkiraan dosen sebagaimana telah diungkapkan di atas.

Selanjutnya, untuk keperluan pengujian statistik, terlebih dahulu

diajukan hipotesis nol, yakni tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai

rata-rata kemampuan dan keterampilan berbahasa antara kelompok mahasiswa

(kelas A) yang menggunakan program pembelajaran berbasis kompetensi

dengan kelompok mahasiswa (kelas B) yang menggunakan program

pembelajaran yang lain (yang selama ini digunakan).

Sekaitan dengan itu, statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis

dalam uji validasi ini adalah pengujian selisih dua rata-rata pada kelompok

sampel dengan uji z pada a = 0,05 atau pada taraf (tingkat) kepercayaan

95%. Untuk pengujian signifikansi, data-data yang bersangkutan terlebih

dahulu diuji normalitasnya (distribusi normalnya) dengan menggunakan uji Chi

Azis Mahfiaiiin/DixTlaa/PFS-UPfZ006

Page 136: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

269

Quadrat dan uji homoginitas data melalui uji F. Hasil pengujian statistik

tersebut dapat digambarkan pada uraian berikut ini.

Hasil Uji Validasi

Berdasarkan basil pengujian statistik yang telah dilakukan, program

pembelajaran berbasis kompetensi secara signifikan berpengaruh terhadap

kemampuan dan keterampilan berbahasa mahasiswa. Ini dapat dilihat dari data-

data yang diperoleh. Dari tiga kali putaran hasil uji coba program, hasil post tes

kelompok eksperimen lebih unggul dibandingkan dengan hasil post tes

kelompok kontrol. Dari kelompok eksperimen dengan n = 24, SD ~ 8334,

diperoleh nilai rata-rata hasil post-test sebesar 71,33 Sedangkan kelompok

kontrol dengan n = 22, SD = 9,933, diperoleh nilai rata-rata hasil post-test

sebesar 65,09. Bila dilihat dari hasil perhitungan mengenai Standar Deviasi

(SD), skor yang diperoleh kelompok eksperimen lebih homogin dibandingkan

dengan kelompok kontrol, sebab SD pada kelompok eksperimen sebesar 8,334

< SD pada kelompok kontrol sebesar 9,933. Ini mengandung arti bahwa pada

kelompok eksperimen tingkat kemampuan dan keterampilan berbahasa

mahasiswa lebih merata dibandingkan dengan pada kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh nilai z sebesar

1,87993. Sementara, harga t tabel yang merupakan batas kritis pada tabel

distribusi t pada taraf kepercayaan a 0,05 (95%) sebesar 1,71.

Oleh karena harga z= 1,87933 > ttabel (1,71), maka perbedaan skor

tersebut signifikan. Dengan demikian Ho ditolak, dan Ha diterima.

Aza MahfkMto/Disertasi/PPS-UPnm

Page 137: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

270

Hasil perhitungan statistik tersebut di atas, dapat dipetakan dalam

bentuk tabel berikut ini.

Tabel 42. Hasil Uji Vau'dasi

KELOMPOK n X SD t hit ttab. Keterangan

Eksperimen 24 7133 8,334 1.71 signifikan

Kontrol 22 65,09 9,933 1,895 1,72 signifikan

2. Interpretasi Hasil Uji Validasi Program

Hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas memberikan gambaran,

bahwa Program Pembelajaran berbasis kompetensi dalam matakuliah

keterampilan berbahasa, tidak hanya mempengaruhi secara positif proses

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan keterampilan berbahasa,

sebagaimana data-data yang ditunjukkan dalam uji coba, namun juga

mempengaruhi hasil pembelajaran yang ditunjukkan melalui data-data hasil uji

validasi.

Dari hasil perhitungan statistik yang digambarkan pada tabel di atas,

pada uji validasi pada Program Pendidikan Bahasa Prancis dalam tiga kali

putaran, ternyata kelompok eksperimen lebih unggul dalam peroleban skor

post- test dibanding dengan kelompok kontrol. Ini menunjukkan bahwa

program pembelajaran berbasis kompetensi yang dikembangkan memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan dibanding dengan program pembelajaran

yang selama ini dilakukan dosen.

Aza Mah/uddm/Diser*uVPPS-UPI2m

Page 138: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

271

Secara grafis, perbedaan skor rata-rata antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

80,

70 ' s -

60

50 y

40

30

20

10

0

1,50.54

H, 71.33 IB, 66 09

• I

• II

• III

Keterangan: I = Hasil Pre-test KE 11= Hasil Post-test KE IH= Hasil Post-test KK

Gambar 4.7. Grafik Rata-rata hasil pre-test dan post-test pada uji validasi Program

Pendidikan bahasa Prancis

Adanya perbedaan hasil belajar antara mahasiswa yang menggunakan

program pembelajaran berbasis kompetensi dengan mahasiswa yang

menggunakan program pembelajaran yang biasa digunakan selama ini, selalu

terkait dengan aspek-aspek yang ada dalam proses pembelajaran. Berikut ini

dijelaskan mengenai 1) keterkaitan antara capaian hasil belajar dengan pola dan

gaya mengajar dosen; 2) keterkaitan antara proses pembelajaran dengan hasil

pembelajaran; dan 3) keterkaitan antara rencana pembelajaran dengan

implementasi pembelajaran.

Azis Makfi*idm/Duertasi/PPS-UPI2m

Page 139: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

272

1. Keterkaitan Capaian Hasil Pembelajaran dengan Pola dan Gaya Mengajar Dosen

Program pembelajaran berbasis kompetensi dalam matakuliah

keterampilan berbahasa adalah salah satu program pembelajaran yang

menekankan akivitas mahasiswa di dalam kelas melalui metode tanya jawab

atau dialog secara intensif yang dibimbing dan diarahkan oleh dosen. Tugas

dosen adalah membelajarkan mahasiswa untuk menguasai keterampilan

berbahasa yang memadai.

Bagaimana pola dan gaya dosen membelajarkan mahasiswanya, akan

sangat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran yang dicapai oleh mahasiswa

tersebut Karena itu, yang menjadi fokus atau sasaran pembelajaran adalah

mahasiswa dengan segala potensi yang dimilikinya. Konsekuensinya, dosen

dituntut untuk bekerja secara optimal dalam mengarahkan mahasiswanya

mencapai hasil belajar yang optimal pula Di sini pentingnya pola dan gaya

mengajar dosen untuk dapat memberikan kontribusinya terhadap kemampuan

dan pengalaman mahasiswa dalam proses pembelajaran keterampilan

berbahasa.

Program pembelajaran berbasis kompetensi dalam pelaksanaannya

memang harus di dasarkan pada prinsip-prinsip tersebut. Hal ini mengandung

arti bahwa program pembelajaran berbasis kompetensi dalam matakuliah

keterampilan berbahasa memerlukan ketekunan, keseriusan, dan kesungguhan

dosen dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas.

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa semakin tinggi perhatian,

usaha dan kesungguhan dosen dalam mengajarkan keterampilan berbahasa

Azit MahfuddBi/Dberto&PPS-Umm

Page 140: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

273

melalui pengembangan pembelajaran berbasis kompetensi, maka cenderung

semakin baik hasil belajar yang diperoleh mahasiswa. Pola dan gaya mengajar

dosen dalam cara bertanya jawab dan dialog yang bervariasi pada pembelajaran

keterampilan berbahasa, memberikan pengaruh hasil belajar yang lebih baik

pula. Karena itu, para dosen memiliki persepsi yang sangat positif terhadap

upaya pengembangan pola pembelajaran berbasis kompetensi, terutama dalam

pembelajaran keterampilan berbahasa bahasa asing. Ini ditunjukkan melalui

pandangan-pandangannya dalam kesempatan diskusi.

2. Keterkaitan Proses Pembelajaran dengan Hasil Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran dari

awal hingga akhir pembelajaran; sedangkan hasil pembelajaran merupakan

produk capaian yang dihasilkan oleh rangkaian proses pembelajaran tadi.

Dalam konteks ini, proses pembelajaran yang baik, sistematis dan terarah, akan

dapat menghasilkan produk (hasil) pembelajaran yang optimal. Sebaliknya,

proses pembelajaran yang tidak sitematis dan terarah, tidak akan menghasilkan

hasil yang optimal pula.

Keberhasilan program pembelajaran berbasis kompetensi yang

dikembangkan dalam meningkatkan keterampilan berbahasa, tentu saja amat

berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Proses

pembelajaran yang dikembangkan dan dibangun untuk memperbaiki dan

meningkatkan kemampuan dan keterampilan berbahasa asing, dapat

memberikan motivasi terhadap mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan-

Azis Mahfuddm/Duertasl/PPS-UPnm

Page 141: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

274

kegiatan pembelajaran. Di sini dosen secara sungguh-sungguh memfungsikan

kelas sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran dalam membawa

mahasiswanya beraktivitas bahasa, baik melakukan dialog-dialog maupun

melakukan tanya jawab dalam bahasa asing sesuai dengan tema atau wacana

yang dipilih.

Proses pembelajaran yang baik memang membutuhkan suasana dan

lingkungan yang menunjang. Suasana dan lingkungan tersebut tentu saja harus

didukung oleh sarana prasarana pembelajaran yang baik, termasuk di dalamnya

buku-buku atau referensi sumber belajar yang digunakan.

Dengan penggunaan buku-buku sumber yang lain, paling tidak buku-

buku sumber tersebut dapat memberikan wawasan tambahan mengenai

pengetahuan-pengetahuan yang ada di dalamnya, sehingga ketika mereka

berdiskusi dan bertanya jawab, mereka tidak lagi merasa kaku dalam berbahasa

asing, karena mereka memahami konteksnya. Dengan demikian, proses

pembelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa

asing, sudah dapat dipastikan memiliki keterkaitan yang erat dengan hasil

pembelajaran yang diperoleh mahasiswa.

3. Keterkaitan Perencanaan Pembelajaran dengan Implementasi Pembelajaran

Pada program pembelajaran yang dilakukan oleh dosen selama ini,

manakala proses pembelajaran berlangsung, dosen seringkah tidak

menggunakan perencanaan pembelajaran sebagai pegangannya. Satuan Acara

Perkuliahan (SAP) yang pernah disusun menurut mereka seakan hanya

Axis Ma^«ddmmixrtasi'PPS-UPI2m

Page 142: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

275

merupakan tugas admirustratif yang harus dibuat oleh setiap dosen untuk setiap

matakultah. Sementara, dalam kegiatan pembelajaran, cukup dengan

mempersiapkan materi atau bahan yang akan disajikan, tanpa harus mengemas

langkah atau program pembelajaran sebagaimana tuntutan teoritis.

Dalam konteks pembelajaran keterampilan berbahasa, kegiatan

pembelajaran yang dilakukan dosen (menurut mereka) sudah dianggap cukup

memadai, karena apa yang dilakukan selama ini tidak memperoleh hambatan

dan tidak mempengaruhi hasil belajar yang lebih buruk.

Namun demikian, proses pembelajaran berbasis kompetensi dalam

matakuliah keterampilan berbahasa memerlukan perencanaan yang matang dan

terarah, karena apa yang dilakukan dosen sebenarnya tidak terlepas dari

perencanaan yang disusunnya tadi. Untuk itulah, desain perencanaan yang

dikembangkan akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang pada

gilirannya akan berpengaruh pula pada hasil belajar mahasiswa.

H. Pembahasan Hasil Penelitian

I. Hakekat Pengembangan Program

Sebagaimana dikemukakan pada bagian terdahulu, program

pembelajaran berbasis kompetensi dalam keterampilan berbahasa pada intinya

bertumpu pada adanya peningkatan aktivitas mahasiswa dalam proses

pembelajaran sehingga kemampuan dan keterampilan berbahasa mereka

menjadi meningkat.

Azis Mafyiddm/Dixnasi/PPS-UPI2006

Page 143: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

276

Sebelum pembahasan penelitian diarahkan pada bentuk dan sosok

pembelajaran berbasis kompetensi tersebut, terlebih dahulu dibahas mengenai

proses pengembangan program itu sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk

memberi gambaran bahwa program pembelajaran berbasis kompetensi dalam

mataku! iah keterampilan berbahasa yang dihasilkan itu bukan sekedar hasil

modifikasi atau rekayasa dari program yang telah ada, akan tetapi program

tersebut merupakan hasil proses pengembangan yang ditunjang oleh fakta-fakta

yang bersifat empiris.

Dalam konteks penelitian dan pengembangan (research and

development), penelitian yang dilakukan ini diarahkan untuk menghasilkan

suatu produk dalam meningkatkan pendidikan dan pembelajaran. Karena itu,

dalam prosesnya, penelitian ini diawali dengan melakukan lebih dulu studi

pendahuluan; kemudian mendesain program pembelajaran, menguji cobakan

program, melakukan perbaikan program, dan melakukan uji validasi, sehingga

dihasilkan sebuah sosok program atau produk dalam bentuk program

pembelajaran. Karena itulah, untuk meningkatkan keterampilan berbahasa,

program pembelajaran berbasis kompetensi merupakan bentuk program yang

dihasilkan melalui proses pengembangan.

Dilihat dari sisi hakekat program, secara koseptual program

pembelajaran keterampilan berbahasa berbasis kompetensi dikembangkan atas

dasar acuan teori-teori tentang CBTE (competence based teacher educatiori)

yang diliris oleh Wolf (1995), Tuxwort dan Burke, John (1995), Debling (1995)

dan lain-lain. Sementara pembelajaran berbasis kompetensi yang dikemukakan

Azis Mahfuddtn/DisenastfPPS- UP 12006

Page 144: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

277

Sukmadinata (2004), juga memberikan dukungan kuat terhadap konsep

pembelajaran berbasis kompetensi untuk meningkatkan keterampilan

berbahasa.

Dalam paparannya, Sukmadinata (2004:179) mengemukakan bahwa

kompetensi dalam pembelajaran merupakan target dan sasaran yang harus

dicapai dalam proses pembelajaran. Karena itu, pembelajaran berbasis

kompetensi bertujuan untuk mengembangkan kompetensi peserta didik melalui

program dan strategi pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran keterampilan

berbahasa, tujuan yang ingin dicapai melalui program pembelajaran berbasis

kompetensi tersebut hanya terfokus pada usaha meningkatkan kemampuan dan

keterampilan berbahasa mahasiswa.

Dilihat dari sisi prosedur pembelajaran keterampilan berbahasa yang

telah dikembangkan, prosedur yang dimaksud tentu saja berbeda dengan

prosedur pembelajaran yang selama ini berlangsung. Fakta empiris

menunjukkan bahwa tahapan pembelajaran keterampilan berbahasa yang

selama ini dilakukan meliputi tiga tahapan, yakni tahap pendahuluan,

pembahasan materi pembelajaran, dan penutup; sedangkan hasil

pengembangan program pembelajaran berbasis kompetensi mencakup lima

tahapan, yakni tahap pendahuluan, eksplorasi, pembahasan materi, klarifikasi,

dan penutup; namun dari sisi substansi, kedua hal di atas memiliki arah yang

sama, yakni diperolehnya kemampuan dan keterampilan berbahasa mahasiswa

secara memadai. Hanya saja dengan pengembangan tiga tahap menjadi lima

tahap, ada perbedaan yang signifikan, yakni dikembangkannya keterampilan

Azis Mahfitddin/Di3ertasi/PPS-VPI20O6

Page 145: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

278

berbahasa mahasiswa melalui aktivitas yang lebih intensif tentang bagaimana

mereka menggunakan bahasa asing (how to use the language).

Pada pembelajaran yang menggunakan tiga tahap kegiatan, proses

pembelajaran lebih terfokus pada penguasaan isi materi. Sementara itu, pada

pembelajaran yang dikembangkan menjadi lima tahap, proses pembelajaran

tidak saja terfokus pada bagaimana mahasiswa memahami (menguasai) isi

meteri, tetapi juga bahagimana mereka menggunakan bahasa asing dengan

materi-materi tertentu. Jadi tahapan-tahapan program pembelajaran berbasis

kompetensi untuk meningkatkan keterampilan berbahasa sebenarnya

merupakan hasil pengembangan dari proses pembelajaran yang telah ada.

Dalam hasil pengembangan program pembelajaran keterampilan

berbahasa, mahasiswa tidak langsung dihadapkan pada bentuk pertanyaan-

pertanyaan awal untuk masuk pada materi pokok, akan tetapi mereka diberi

penjelasan lebih dulu mengenai tujuan yang harus dicapai dan prosedur

pembelajaran yang harus dilakukan, baru kemudian dilakuan tanya jawab atau

dialog melalui bahasa asing. Isi pertanyaan atau dialog, tentu saja tergantung

pada kebutuhan; dan paling tidak, pertanyaan itu diajukan untuk mengetahui

tingkat pemahaman, pengalaman dan pengetahuan mahasiswa sebagaimana

dirumuskan dalam tahap penjajagan (eksplorasi).

Melalui pemahaman akan pengalaman dan pengetahuan mahasiswa

itulah, dosen selanjutnya masuk pada tataran materi pokok yang sudah tentu ada

hubungannya dengan apa yang ditanyakan pada tahap sebelumnya. Untuk

mencapai tujuan yang berkaitan dengan penguasaan materi, program

Alis MahfuJdin/Domaii/PPS-UPntm

Page 146: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

279

pembelajaran berbasis kompetensi melakukan tahapan pembahasan materi

melalui dialog dan tanya jawab secara intensif yang mengarah pada

pengembangan kompetensi pemahaman tema atau wacana; namun kompetensi

lain juga turut menjadi fokus pengembangan, yakni kompetensi kemampuan

berbahasa atau kemampuan mempraktekkan bahasa. Kedua kompetensi

tersebut menjadi tujuan utama program pembelajaran berbasis kompetensi yang

dikembangkan.

Dilihat dari sisi proses pembelajaran keterampilan berbahasa yang

direkomendasikan, maka program pembelajaran berbasis kompetensi mi

sebenarnya merupakan hasil dari proses pengembangan dari program

pembelajaran yang telah ada. Selama ini, proses pembelajaran keterampilan

berbahasa lebih terfokus pada bagaimana mahasiswa memahami materi

pembelajaran yang telah ditentukan. Keterampilan berbahasa dalam konteks

praktek berbahasa atau penggunaan bahasa belum sepenuhnya mendapat

perhatian atau penekanan dalam kegiatan belajar mengajar.

Memang secara konseptual, pembelajaran bahasa asing dapat

menggunakan pendekatan atau prinsip belajar deduktif dan induktif yang

didasarkan pada apa yang diketahui dari kebutuhan komunikasi tentang

semantik dan pragmatik; dan apa yang diketahui dari kebutuhan khusus para

mahasiswa itu sendiri dalam belajar bahasa asing tersebut; namun dalam

prakteknya, program pembelajaran berbasis kompetensi sebagai sebuah

program pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, bertitik

tolak dari fenomena yang terjadi selama ini, yakni berangkat dari pengalaman-

Azh MahfiuidmT>isertasi/PPS-UPI2(W

Page 147: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

280

pengalaman berbahasa mahasiswa untuk kemudian menuju pada konsep-konsep

berbahasa secara umum. Karena itu, program pembelajaran berbasis

kompetensi dapat dikatakan sebagai suatu program pembelajaran yang lebih

unggul jika dibandingkan dengan program pembelajaran yang selama ini

berlangsung.

Dalam kegiatan pembelajaran bahasa (asing) yang selama ini dilakukan,

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan komunikatif dengan pola pikir

induktif. Ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Brown (1995: 6), bahwa

apa-apa yang dibutuhkan dalam penguasaan keterampilan membaca (reading),

menulis (writing), menyimak (listening), dan berbicara (speaking), dapat

menggunakan pendekatan komunikatif.

Melalui pendekatan ini, kompetensi yang dikembangkan lebih

menekankan pada kompetensi akademis, yakni berupa kemampuan

mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan berbahasa yang dilakukan

mahasiswa, baik secara individual maupun kelompok. Di sini aktivitas

mahasiswa dalam pembelajaran keteramplan berbahasa menjadi fokus utama.

Dari apa yang diuraikan di atas, jelas bahwa program pembelajaran

berbasis kompetensi sebagai sebuah program pembelajaran untuk meningkatkan

keterampilan berbahasa, merupakan sebuah program yang dihasilkan dari

proses pengembangan. Tentu saja hal ini bukan sekedar hasil modifikasi atau

rekayasa program yang telah ada, akan tetapi benar-benar merupakan hasil

pengembangan dengan dilakukannya tahapan-tahapan dari mulai uji coba

program terbatas, uji coba program yang lebih luas, sampai pada uji validasi.

Aril Maltfuddin/Disertast/PPS-UP!2006

Page 148: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

281

2. Efektivitas Program Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa program pembelajaran

berbasis kompetensi untuk meningkatkan keterampilan berbahasa bertitik tolak

dari pengembangan tiga tahapan yang telah ada menjadi lima tahapan dengan

orientasi yang berbeda. Program pembelajaran yang telah ada mengacu pada

kompetensi pemahaman materi pembelajaran; sedangkan hasil pengembangan

program, disamping mengacu pada pemahaman materi, juga mengacu pada

praktik penggunaan bahasa dengan pola atau struktur kalimat yang benar sesuai

dengan kaidah-kaidah bahasa asing yang berlaku.

Program pembelajaran berbasis kompetensi, sebagai salah satu program

pembelajaran yang berorientasi pada proses perbaikan dan peningkatan

keterampilan berbahasa mahasiswa, ternyata cukup efektif dalam meningkatkan

kemampuan dan keterampilan berbahasa mereka, baik dilihat dari sisi

penggunaan bahasanya, maupun pemahaman akan konteksnya. Hal ini sangat

mungkin terjadi, karena kemampuan berketerampilan bahasa ini memerlukan

intensitas kegiatan yang bertumpu pada banyaknya aktivitas mahasiswa di

dalam kelas. Apalagi kalau dilakukan secara terus menerus sepanjang kurun

waktu tertentu dalam kegiatan belajar.

Jadi, dalam proses pembelajaran keterampilan berbahasa tersebut

kompetensi yang dikembangkan tidak saja bertumpu pada penguasaan dan

pemahaman materi (subject matter) dalam tema-tema tertentu, tetapi juga pada

bagaimana mempraktekkan bahasa dengan materi tersebut. Dengan demikian,

kedua kemampuan di atas saling berkaitan satu sama lain.

Azis Mrirfuddtn/Dtsertast/PPS-UPI2006

Page 149: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

282

Program pembelajaran berbasis kompetensi dengan lima tahapan

kegiatan pembelajaran, membuktikan bahwa sasaran untuk meningkatkan

keterampilan berbahasa asing mahasiswa adalah dapat dikuasainya materi

pembelajaran melalui penggunaan atau praktek berbahasa sebagai indikatornya.

Hai ini dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap upaya meningkatkan

kemampuan dan keterampilan berbahasa mahasiswa.

Sebagai suatu program yang bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan

keterampilan berbahasa, program pembelajaran berbasis kompetensi dengan

lima tahapan merupakan program pembelajaran yang mempunyai karakteristik

khusus, yakni program pembelajaran yang berfokus pada aktivitas mahasiswa;

dan bukan pada dosen. Di sini aktivitas mahasiswa menjadi titik sentral dalam

proses pembelajaran keteramptan berbahasa (learning certiered), karena

keterampilan berbahasa sangat menuntut aktivitas tersebut Sementara, dosen

hanya bertindak sebagai fasilitator, yakni mengatur dan mengorganisasikan

kegiatan belajar dalam kelas. Ini mengandung arti, bahwa kemampuan

berbahasa mahasiswa akan diperoleh dengan baik, apabila mereka diberi

kesempatan seluas-luasnya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa

melalui latihan berbicara (speaking), dan meningkatkan keterampilan berbahasa

lainnya melalui membaca (reading), menyimak (Jistening) dan menulis

(writing). Jika aspek-aspek tersebut tidak memperoleh porsi penekanan dalam

proses pembelajaran, kemungkinan mutu kemampuan dan keterampilan

berbahasa tidak akan pernah tercapai sebagaimana diharapkan oleh tuntutan

kurikulum.

Aza Mahfuddin/Dátrtast/PPS-UPnOOó

Page 150: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

283

Sejalan dengan itu pula, program pembelajaran berbasis kompetensi,

juga bertumpu pada suasana pembelajaran yang dialogis dengan pertanyaan-

pertanyaan yang intensif. Semuanya diarahkan untuk memperbaiki dan

meningkatkan keterampilan berbahasa mahasiswa melalui pemaham an-

pemahaman materi yang diberikan.

Upaya untuk mencapai hasil optimal dalam hal kemampuan dan

keterampilan berbahasa tersebut tidak mungkin dapat diperoleh apabila

mahasiswa ditempatkan pada posisi belajar yang pasif sebagaimana proses

pembelajaran di luar matakuliah keterampilan berbahasa.

Kemampuan dan keterampilan berbahasa akan dapat diperoleh, apabila

mahasiswa secara aktif dan intensif menggunakan bahasa asing dalam

memahami materi yang disajikan sesuai dengan pengalamannya. Karena itu,

peran utama dosen dalam kegiatan pembelajaran, tidak lain hanya

membimbing, mengarahkan, dan mengorganisasikan secara dialogis bentuk-

bentuk pertanyaan dalam bahasa asing, sehingga mahasiswa terangsang untuk

menjawabnya dengan baik. Di sinilah peran dosen dalam menentukan

keberhasilan program pembelajaran, khususnya dalam haJ keterampilan

berbahasa.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi

Program Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Keberhasilan program pembelajaran berbasis kompetensi sebagai

sebuah program pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbahasa

Aza Mahfuddm/Disertasi/PPS-VPUfm

Page 151: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

284

dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dilihat dari sisi dosen maupun dari sisi

mahasiswa.

a. Dari sisi dosen

1) kemampuan dosen dalam menciptakan ikilm belajar dan pembelajaran yang

memposisikan mahasiswa sebagai subjek pembelajaran dengan segala aktivitas

yang dilakukannya terutama dalam kegiatan berbahasa (asing) dalam konteks-

konteks tertentu;

2) kemampuan dosen dalam mengembangkan pertanyaan-pertanyaan dialogis

yang tidak terpaku pada pertanyaan yang mengacu pada materi semata-mata,

namun lebih jauh dapat mengembangkan pertanyaan yang mampu memancing

jawaban mahasiswa dengan kalimat dan struktur yang benar sesuai dengan

kaidah-kaidah bahasa yang berlaku;

3) kemampuan dosen untuk mendorong dan membangkitkan keberanian

mahasiswa dalam berbahasa asing tanpa takut merasa salah dalam

mengungkapkannya, baik dari isi (konteks) materinya maupun bahasanya.

Posisi dosen harus selalu membimbing, mengarahkan, memperbaiki dan

menorganisasikan seluruh rangkaian proses pembelajaran di kelas, sehingga

tercipta hubungan komunikasi berbahasa yang ujungnya bermuara pada

peningkatan kemampuan berbahasa mahasiswa secara lebih baik;

4) kemampuan dosen untuk mengemas materi pembelajaran yang sesuai dengan

pengetahuan dan pengalaman mahasiswa. Materi pembelajaran yang sesuai

dengan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa akan mudah dipahami dan

Azis MahfuddrfDtserlasi/PPS-UPI20W

Page 152: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

285

dicerna dengan baik melalui ungkapan-unkapan bahasa asing yang benar

berdasarkan kaidah-kaidah bahasa yang benar pula, sehingga orientasi

pembelajaran tidak saja pada pemahaman dan penguasaan materi, tetapi juga

pada penggunaan dan praktek berbahasa.

b. Dari sisi mahasiswa

1) motivasi mahasiswa dalam pembelajaran keterampilan berbahasa

memerlukan motivasi yang tinggi dalam mempraktekkan bahasa. Ini sangat

membantu meningkatkan kemampuan mereka dalam berbahasa.

2) partisipasi mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dalam

konteks program pembelajaran berbasis kompetensi juga sangat dibutuhkan

untuk melatih diri dan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan berbahasa.

Tanpa keterlibatan mereka (seperti dalam dialog, diskusi dan tanya jawab),

tidak mungkin akan tercapai kemampuan berbahasa yang diharapkan.

3) kemampuan mentransfer pengetahuan kebahasaan dalam konteks linguistik

memerlukan perhatian. Penguasaan struktur atau tatabahasa dan kosakata

bahasa asing dengan berbagai karakteristik lainnya sangat diperlukan dalam

memahami konteks materi. Hal ini membutukan ketekunan mahasiswa dalam

mempelajari aspek-aspek bahasa.

4) kebutuhan mahasiswa dalam menguasai kemampuan dan keterampilan

berbahasa sangat diperlukan untuk mengetahui arah dan manfaat apa yang

dipelajarinya. Mereka harus menyadari betapa perkembangan ilmu pengetahuan

dewasa ini amat membutuhkan kemampuan berbahasa sebagai media

Azis Mahfuddm/Disenasi/PPS-UPn006

Page 153: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

286

komunikasi yang efektif dalam mengakses segala pengetahuan yang

berkembang. Ini perlu mendapat perhatian dan penekanan dari mahasiswa.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan oleh para dosen dalam mengembangkan Program Pembelajaran

Berbasis Kompetensi, yakni:

a) Dalam proses pembelajaran keterampilan berbahasa, perencanaan program

pembelajaran harus menjadi pegangan secara konsistens. Perencanaan tersebut

tidak dianggap sebagai persyaratan administratif semata. SAP, silabus, dan

deskripsi matakuliah, seyogyanya tetap menjadi acuan atau rujukan dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

b) Dosen dalam menetapkan keberhasilan belajar mahasiswa tidak saja dilihat

dari sisi penguasaan dan pemahaman materi pembelajaran semata, tetapi juga

yang penting adalah pada kemampuan mahasiswa mempraktekkan atau

menggunakan bahasa, baik dilihat dari sisi kelancaran berbahasanya, ucapannya

(Aussprache), pilihan katanya maupun dari sisi penguasaan strukturnya (tata

bahasanya).

c) Dosen perlu juga mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran

keterampilan berbahasa, sehingga proses pembelajaran menjadi menarik dan

efektif.

Azis MohfadMDixTtaji/PPS-VPI2m

Page 154: Bab IV. DESKRIPSI, INTERPRETASI, DAN PEMBAHASAN A. Hasil

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Mengacu pada pembahasan hasil penelitian, berikut ini dirumuskan

beberapa simpulan penelitian yang didasarkan pada fokus masalah dan

pertanyaan-pertanyaan penelitian.

1. Program Pembelajaran Berbasis Kompetensi dalam Keterampilan Berbahasa

Program pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan

berbahasa asing sebagai produk hasil pengembangan adalah program

pembelajaran berbasis kompetensi dengan lima tahapan kegiatan, yakni

pendahuluan, penjajagan, pembahasan materi pokok, klarifikasi, dan penutup.

Program pembelajaran ini bertumpu pada aktivitas pembelajaran mahasiswa

(learning centered), dan bukan pada guru atau dosen (teaching centered).

Sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian, berikut ini dijelaskan

secara singkat mengenai desain standar program pembelajaran berbasis

kompetensi dalam matakuliah keterampilan berbahasa asing di perguruan

tinggi, baik dilihat dari desain program perencanaan, desain program

implementasi maupun desain program evaluasi pembelajaran.

287