31
43 BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini penulis akan menganalisis mengenai permasalah konflik sosial dan politik dalam sosiologi sastra serta wacana dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari. Konflik yang terdapat dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari meliputi konflik sosial, politik, agama, ekonomi dan budaya. Penulis akan menjelaskan penyebab timbulnya konflik, resolusi konflik dengan kekerasan atau tanpa kekerasan, pengaruh positif atau negatif yang dihasilkan konflik, dan jenis kelompok konflik kontruktif dan destruktif. Selanjutnya pada analisis permasalahan kedua penulis akan menjabarkan wacana konflik sosial dan politik berikut penjelasannya. A. Konflik Sosial dan Politik dalam Kubah Karya Ahmad Tohari 1. Konflik Sosial dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari a. Konflik Individu dan Individu 1) Birin dan Asep Konflik antara Birin, Asep dan Karman terjadi karena perbedaan pandangan mempermasalahkan istri mereka. Birin mengatakan “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup dalam kesepian. Jadi, Man kamu masih beruntung; istrimu lumayan setia karena tahan tidur sendiri selama lima tahun.” Perselisihan ini merupakan konflik tujuan yang dilihat dari konflik berdasarkan sumber konflik. Perselisihan ini termasuk revolusi konflik tanpa kekerasan, yaitu

BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

43

BAB IV

ANALISIS DATA

Pada bab ini penulis akan menganalisis mengenai permasalah konflik sosial

dan politik dalam sosiologi sastra serta wacana dalam novel Kubah karya Ahmad

Tohari. Konflik yang terdapat dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari meliputi

konflik sosial, politik, agama, ekonomi dan budaya. Penulis akan menjelaskan

penyebab timbulnya konflik, resolusi konflik dengan kekerasan atau tanpa kekerasan,

pengaruh positif atau negatif yang dihasilkan konflik, dan jenis kelompok konflik

kontruktif dan destruktif. Selanjutnya pada analisis permasalahan kedua penulis akan

menjabarkan wacana konflik sosial dan politik berikut penjelasannya.

A. Konflik Sosial dan Politik dalam Kubah

Karya Ahmad Tohari

1. Konflik Sosial dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari

a. Konflik Individu dan Individu

1) Birin dan Asep

Konflik antara Birin, Asep dan Karman terjadi karena perbedaan

pandangan mempermasalahkan istri mereka. Birin mengatakan “Sekarang

nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak.

Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup dalam kesepian. Jadi,

Man kamu masih beruntung; istrimu lumayan setia karena tahan tidur

sendiri selama lima tahun.” Perselisihan ini merupakan konflik tujuan

yang dilihat dari konflik berdasarkan sumber konflik. Perselisihan ini

termasuk revolusi konflik tanpa kekerasan, yaitu

Page 2: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

44

“Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup dalam kesepian. Jadi, Man kamu masih beruntung; istrimu lumayan setia karena tahan tidur sendiri selama lima tahun.” Dan Meskipun istri tidak minta cerai, namin saya kira sama saja. Sewaktu saya masih tinggal serumah, istriku biasa membuka pintu untuk lelaki lain. Apabila sekarang. Maka Birin benar, kamu masih lebih beruntung, Man,”. (Kubah, 2015: 14).

Konflik yang terjadi antara Birin dan Asep termasuk resolusi

konflik tanpa kekerasan. Birin dan Asep menyelesaikan konflik secara

baik tanpa melakukan kekerasan fisik. Konflik memberikan pengaruh

yang negatif

2) Karman dan Marni

Konflik yang terjadi karena Karman tidak hadir pada ceramah

keagamaan yang diselenggarakan Kapten Somad perwira yang bertugas

membina kehidupan rohani para tahanan. Permasalahan tersebut termasuk

revolusi konflik tanpa kekerasan bahwa Karman sebagai pihak yang

terlibat konflik tidak mengalami luka fisik. Karman merasa kecewa karena

tidak menemukan Marni dalam kehidupan Karman. Yang sedang

menguasai seluruh lamunan Karman adalah Parta, seorang teman

sekampung. Tujuh tahun yang lalu, ketika karman masih menjadi

penghuni pulau buangan, Parta menceraikan intrinya dan kemudian

mengawini Marni. Meskipun sudah punya tiga anak, Marni memang lebih

cantik dari istri Parta yang diceraikan. Hal ini tidak dibantah oleh semua

orang Pegaten, tidak juga oleh Karman.

Konflik yang terjadi karena Karman kehilangan seorang Marni

yang dulu sempat dicerainya. Namun perasaan Karman kepada Marni

Page 3: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

45

masih membutuhkannya. Permasalahan tersebut termasuk revolusi konflik

tanpa kekerasan bahwa Karman yang terlibat konflik tidak mengalami

luka konflik. Karman merasa kecewa sudah menceraikan istri pertamanya

dan kemudian mengawani Marni. Meskipun sudah punya tiga anak, Marni

memang lebih cantik dari istri Karman yang dicerainya.

Konflik memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan Karman.

Karman mendadak sakit merasa sulit bernapas setelah selesai membaca

surat dari Marni. Surat dari istrinya yang terpisah ribuan kilometer adalah

sesuatu yang tak ternilai harganya bagi seorang suami yang sedang jauh

terbuang. Konflik ini termasuk konstruktif. Karman sebagai pihak yang

terlibat konflik menyelesaikan konflik dengan baik. Karman tidak berhenti

memikirkan keberadaan Marni. Selama beberapa hari sesudah itu Karman

hanya bisa diam, merenung dan merening. Dan untuk mengurangi beban

yang sangat menekan jiwanya, Karman mencoba membagi duka bersama

teman-teman sebarak. Karman akhirnya memutuskan untuk diam dan

tidak mendapat apa-apa dari para teman kecuali tanggapan tak berharga

dan kadang menyakitkan. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan

kutipan sebagai berikut.

“Sekarang nasib kita sama,” kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup dalam kesepian. Jadi, Man, kamu masih beruntung istrimu lumayan setia karena tahan tidur sendiri selama lima tahun.” “Yah, kita memang senasib,” kata Asep. “Meskipun istri tidak minta cerai, namun saya kira sama saja. Sewaktu saya masih tinggal serumah, istriku biasa membuka pintu untuk lelaki lain. Apalagi sekarang. Maka Birin benar, kamu masih beruntung, Man.”

Page 4: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

46

“Tetapi aku tak mengerti mengapa Karman kini begitu sedih,” sambung Birin “ Bung Asep pernah melihat foto istri Karman?” (Kubah, 2015: 14-15)

3) Hasyim dan Pak Triman

Konflik antara Hasyim dan Triman merupakan konflik yang terjadi

pada Hasyim tidak melihat sesuatu yang tidak wajar pada kunjungan

Triman itu. Dan imannya melarang ia berburuk sangka. Jadi Hasyim

melayan Triman dengan semestinya.

“Saya tidak merasatelahberbuatsesuatu yang istimewa, Pak Triman. Siapa pun merasa wajib membela kebenaran, membela negeri ini. Hanya itu yang telah saya lakukan. Atau katakanlah, hanya demikian yang mampu saya berikan kepada Negara yang masih muda ini.” “Pak Hasyim tidak minta didaftar menjadi tentara?” “Jangankan meminta, menginginkan pun tidak?” “Dengan luka leher yang hamper menewaskan Anda?” “Oh,“Hasyim tersenyum. “Saya tak pantas jadi tentara.” (Kubah, 2015: 89-90)

4) Karman

Konflik yang dialami oleh Karman dan kehidupan Karman yang

susah sejak sepeninggal ayahnya, ketika Karman mulai tertarik pada

Rifah, dan ketika Marni memutuskan untuk menikah lagi. Konflik ini

termasuk konflik dalam diri individu (conflik within the individual),

adalah konflik yang terjadi karena memiliki tujuna yang saling

bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang terlampau banyak untuk di

tinggalkan. Keadaan hidup Karman setelah ayahnya meninggal:

“Sepeninggal ayahnya, Karman hidup hanya dengan ibu dan seorang adik perempuan yang masih kecil. Sebenarnya Karman punya dua kakak lelaki. Tetapi keduanya meninggal dalam bencana kelaparan pada zaman Jepang. Keadaan keluarga Karman amat menyedihkan…” (Kubah, 2015: 61)

Page 5: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

47

Karman tumbuh dewasa dan mulai tertarik dengan Rifah. “…maka wajar bila Rifah adalah nama pertama yamg terbaca di hati Karman ketika ia merasa sudah menjasi lelaki dewasa.” (Kubah, 2015: 83) Marni memutuskan untuk menikah lagi dengan Parta ketika Karman berada di Pulau Buru. “Yang sedang menguasai seluruh lamunan Karman adalah Parta, seorang teman sekampung. Tujuh tahun ynag lalu, ketika Karman masih menjadi penghuni pulau buangan, Parta menceraikan istrinya dan kemudian mengawini Marni…” (Kubah, 2015 : 11)

Konflik Karman ditimbulkan pada diri Karman yang mulai tertarik

pada Rifah dan ketika Marni memutuskan untuk menikah lagi. Karman

mengalamin konflik dalam diri individu (conflik within the individual),

adalah konflik yang terjadi karena memiliki tujuna yang saling

bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang terlampau banyak untuk di

tinggalkan. Konflik tersebut adalah pada diri Karman yang mulai tertarik

pada Rifah dan ketika Marni memutuskan untuk menikah lagi.Komplikasi

adalah bagian yang menghubungkan konflik ke klimaks.

Ketika Karman mulai tertarik kepada Rfah dan bermaksud memperistri Rifah, tetapi lamaran Karman ditolak oleh Haji Bakir karena Rifah sudah dilamar oleh pemuda lain. Sehingga membuat Karman menjadi benci kepada Haji Bakir. “Bahkan Karman pun merasa punya alasan untuk berharap karena sifat Rifah yang tetap hangat. Kemanjaannya terhadap Karman tak berubah seperti ketika keduanya masih suka bermain baling-baling yang terbuat dari kelapa.” (Kubah, 2015: 83) Kutipan di atas memperlihatkan bahwa Karman masih suka kepada Rifah karena itu cinta Karman terhalang oleh Haji Bakir karena Rifah sudah dilamar oleh pemuda lain. Konflik disebabkan adanya perjodohan Rifah dengan pemuda lain, sehingga Karman masih berharap bisa menikahi Rifah.

Page 6: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

48

5) Karman dan Haji Bakir

Konflik antara Karman dengan Haji Bakir yang disebabkan oleh

perasaan Karman terhadap Rifah yang dari dulu Karman mencintainya.

Karman menjadi berubah sikap. Karman membenci Haji Bakir dan ia juga

meninggalkan kewajibannya sebagai pemeluk agama. Kekecewaan

Karman dimanfaatkan oleh tokoh komunis yang bernama Margo dan

Triman untuk memasukan ideologinya ke dalam diri Karman terjerumus

dalam ideologi komunis dan akhirnya ditangkap dan ditahan di Pulau

Buru dengan meninggalkan seorang istri dan tiga anak. Setelah masa

tahanan di pengasingan habis, Karman pulang ke desanya dan warga

kembali menerimanya dengan senang hati.

Maka wajar bila Rifah adalah nama pertama yang terbaca di hati

Karman ketika ia merasa sudah menjadi lelaki dewasa. Sayangnya ada

satu hal yang membuat Karman kecewa, Rifah sudah dilamar oleh pemuda

lain. Calon suami Rifah sudah ditentukan oleh keluarga Haji Bakir. Sejak

saat itulah Karman menjadi benci degan keluarga Haji Bakir dan akhirnya

pada saat terjadi pemberontakan pada bulan September 1948 dia

bergabung menjadi anggota partai dan menjadi aktivitas politik. Hingga

akhirnya Karman menikah dengan Marni. Sedang kan Rifah menjadi

janda karena suaminya meninggal dunia. Rifah dikaruniai seorang anak

yang bernama Jabir, pemuda yang saat ini berhubungan dengan Tini.

Ketika Karman mulai tertarik kepada Rifah dan bermaksud

memperistri Rifah, tetapi lamaran Karman ditolak oleh Haji Bakir karena

Page 7: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

49

Rifah sudah dilamar oleh pemuda lain. Sihingga membuat Karman

menjadi benci kepada Haji Bakir.

“Bahkan Karman pun merasa punya alas an untuk berharap karena sikap Rifah yang tetap hangat. Kemanjaannya terhadap Karman tak berubah seperti ketika keduanya masih suka bermain baling-baling yang terbuat dari daun kelapa…” (Kubah, 2015: 83).

Pemberontakan Karman terhadap Haji Bakir sudah memuncak.

Hingga akhirnya Karman bergabung dengan Margo menjadi seorang

aktivis politik.

“Hanya setahun sejak perkenalannya dengan kelompok Margo, perubahan besar terjadi pada diri Karman. Ia menjadi sinis. Segala sesuatu apalagi yang menyangkut Haji Bakir selalu ditanggapi dengan prasangka buruk…”(Kubah, 2015: 103).

6) Karman, Rifah dan Haji Bakir

Konflik antara Karman, Rifah dan Haji Bakir menjadikan

hubungan Karman dan Haji Bakir menjauh. Hubungan Karman dan Haji

Bakir terjadi karena Haji Bakir menjodohkan anaknya dengan orang lain.

Karman yang menyukai Rifah anak dari Haji Bakir.

b. Konflik Batin

Perkenalan dimulai dari perkenalan tokoh Kamar yang mengalami

konflik batin karena dia merasa rendah diri dihadapan masyarakat. Hal ini

disebabkan karena ia adalah mantan tahanan politik di Pulau Buru.

“Dia tampak amat canggung dan gamang. Gerak- geriknya serbakikuk sehingga mengundang rasa kasihan. Kepada Komandan, Karman membungkuk berlebihan. Kemudian dia mundur beberapa langkah, lalu berbalik..” (Kubah, 2015: 5).

Page 8: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

50

Antiklimaks dalam novel ini adalah tertangkapnya Karman dalam

keadaan sakit parah.

“Dan tamat sudah kisah pelariannya, karena seorang gembala kerbau melihat segala gerak-geriknya. Di siang itu beberapa orang pamong desa datang ke Astana Lopajang. Karman ditangkap dalam keadaan sakit parah. Boleh jadi karena keadaannya itulah orang tidak tega menghabisi nyawanya (Kubah, 2015: 184-185).

Tahap ini menceritakan tentang Karman yang merasa dirinya hidup

kembali dan terima oleh warga Pegaten.

“Karman sungguh-sungguh telah berbaur kembali dengan tiap gerak kehidupan di Pegaten...”(Kubah, 2015: 199)

Konflik yang terdapat pada novel tersebut menceritakan siapapun

orangnya akan menyesal dan menyadari akan kesalahan yang telah dilakukan.

Karman bersikap seperti itu karena ia menyadari masa lalunya yang diwarnai

dengan kesombongan, kemungkaran, dan nyaris mendekati kematian. Konflik

tersebut merupakan konflik individu tanpa kekerasan dan positif.

Begitu Haji Bakir masuk ke rumah Bu Mantri itu, Karman berlari menjemputnya, lalu menjatuhkan diri. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, Karman memeluk orang tua itu pada pinggangnya. Ia menangis seperti anak kecil. Haji Bakir yang merasa tidak bisa berbuat apa-apa membiarkan Karman memuaskan tangisnya (Kubah, 2015: 173-174).

c. Konflik Individu dan Kelompok

1) Tapol

Konflik antar kelompok disebabkan kedatangan Karman. Ketika

Tini menikah dengan Jabir dan Karman akhirnya sudah bisa berbaur

kembali dengan masyarakat Pegaten. Kemudian Karman membuatkan

Kubah masjid milik Haji Bakir.

Page 9: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

51

“Setelah semua tamu pergi, Karman tidak segera masuk ke kamar tidur. Ia duduk seorang diri dengan perasaan gelisah. Karman merasa senang karena anak gadisnya akan menikah dengan perjaka dari keluarga baik-baik (Kubah, 2015: 206).

“Tanpa membentuk sebuah panitia, pekerjaan itu dimulai. Semua orang mendapat bagian menurut kecakapan masing-masing. karman memberanikan diri meminta bagiannya. Ia menyanggupi membuat kubah yang baru bila tersedia dan perkakasnya…. “(Kubah, 2015: 208).

Keraguan dan kekhawatiran Karman dapat dimengerti, karena

Karman sadar akan statusnya sebagai bekas tahanan politik yang baru saja

dibebaskan dari Pulau Buru. Sedangkan semua orang tau bahwa Pulau

Buru merupakan tempat pengasingan para tahanan politik atau orang PKI

kelas berat, sehingga wajar apabila Karman mempunyai kekhawatiran

kalau ditinya tidak akan diterima oleh orang-orang di desanya. Ditambah

lagi isterinya yang sangat dicitainya sudah tidak bisa hidup bersama lagi

karena sudah menikah dengan orang lain. Karman teringat kembali

kenangan ketika dia harus merelakan isterinya, Marni untuk menikah

dengan lelaki teman sekampungnya yang bernama Parta.

2) Margo dan Triman

Konflik yang dialami oleh Margo dan Trimandi Pulau Buru.

Konflik ditimbulkan adanya pemberontakan jiwa anak muda itu segera

diketahui oleh Triman dan Margo. Mereka tahu apa yang sedang

dibutuhkan Karman dalam rangka pemberontakan yaitu; sokongan dan

tepu ktangan! Orang-orang partai itu dengan senang hati akan

memberikannya. Mereka berbuat seolah-olah menolong si anak malang.

Page 10: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

52

Peristiwa ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan bahwa Margo dan

Triman tidak mengalami kekerasan yang melukai fisiknya.

3) Karman dan Margo

Konflikantara Karman dan Margo.Perselisihaniniterjadidisebabkan

Karman bergabungdengan Margo menjadiseorangaktivitaspolitik.

“Hanya setahun sejak perkenalannya dengan kelompok Margo, perubahan besar terjadi pada diri Karman. Ia menjadi sinis. Segala sesuatu apalagi yang menyangkut Haji Bakir selalu ditanggapi dengan prasangka buruk...” (Kubah, 2015: 103).

4) Karman

Tahap ini menceritakan tentang Karman yang merasa dirinya

hidup kembali dan diterima oleh warga Pegaten.

“Karman sungguh-sungguh telah berbaur kembali dengan tiap gerak kehidupan di Pegaren…..” (Kubah, 2015: 199). Karman membuat Kubah yang indah untuk masjid Haji Bakir. Dia mendapat pujian dari masyarakat Pegaten karena berhasil membuat kubah yang luar biasa bagusnya. “Tetapi Karman menganggap pekerjaan membuat kubah itu sebagai kesempatan yang istimewa. Seserinpun ia tak mengharapkan upah. Bahkan dengan menyanggupi pekerjaan itu ia hanya ingin memberi jasa…”(Kubah, 2015: 209).

5) Karman, Margo dan Triman

Konflik Karman, Margo dan Triman disebabkan adanya konflik

sebelumnya, yaitu Karman dan Margo. Kekecewaan Karman

dimanfaatkan oleh tokoh komunis yang bernama Margo dan Triman untuk

memasukan ideologinya ke dalam diri Karman terjerumus dalam ideologi

komunis dan akhirnya ditangkap dan ditahan di Pulau Buru dengan

meninggalkan seorang isteri dan tiga anak.

“Karman yang selalu memikirkan Rifah. Haji Bakir yang tidak menyetujui”

Page 11: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

53

6) Konflik Kelompok dan Kelompok

“Geger Oktober 1965 sudah dilupakan orang juga di Pegaten. Orang-orang yang mempunyai sagkut-paut denga peristiwa itu., baik yang pernah ditahan atau tidak, telah menjadi warga masyarakat yang taat…”(Kubah, 2015: 38). Di Madiun, September 1948 terjadi pemberontakan besar…”(Kubah, 2015: 83).

2. Konflik Politik dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari

a. Konflik Politik

Semenjak merdeka, bangsa dan negara Indonesia mengalami konlik

politik secara terus-menerus. Politik adalah pengumpulan kekuatan ntuk

memperoleh kekuasaan untuk memperoleh kekuasaan dan penggunaan

kekuasaan untuk mencapai tujuan atau merealisasikan ideologi. Jadi, konflik

politik adalah konflik yang terjadi karena pihak-pihak yang terlibat konflik

berupaya mendapatkan dan mengumpulkan kekuasaan yang sama pada

jumlahnya terbatas dan menggunakan kekuasaan untuk mencpai tujuan atau

ideologinya (Wirawan, 2010: 67).

Setelah kejadian G30S/PKI, dimana para anggota PKI menculik dan

membunuh perwira-perwira tinggi negara, Indonesia mengadakan

pembersihan paham komunis. Siapapun yang bergabung dan berhubungan

dengan PKI ditangkap dan dijebloskan ke penjara, termasuk Karman. Di

dalam penjara tersebut Karman benar-benar mengakui kalu selama ini dia

telah masuk ke dalam faham yang salah. Ia mulai mengerti bahwa ajaran PKI

itu salah.

Masalah politik yang terdapat dalam novel Kubah, maka dapat di lihat

tentang aksi para anggota partai politik yang menggunakan partainya untuk

kepentingannya saja sehingga merugikan banyak pihak yang berada dalam

Page 12: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

54

lingkungan politik tersebut. Keberadaan politik yang meresahkan masyarakat

terlihat ketika banyak orang yang merasa dirugikan. Hal ini dapat di lihat pada

kutipan berikut.

Pada masa pendudukan Jepang, orang-orang Pegaten mengalami masa yang sangat sulit. Kurang pangan terjadi di mana-mana karena padi orang kampung dijarah oleh tentara Jepang. Kemarau selama sembilan bulan juga ikut menyengsarakan semua orang (Kubah, 2015: 59).

Dari kutipan di atas terlihat ketika masa penduduk Jepang masyarakat

Pegaten khususnya merasakan kesengsaraan hak mereka dirampas harta

kekayaan di jarah oleh tentara Jepang, bahkan mereka tidak bisa memenuhi

kebutuhan hidup mereka sendiri. Banyak orang mati karena kelaparan.

Masyarakat yang telah kehilangan harta benda kini menjadi sosok

masyarakat yang rusuh, mereka merusak perkebunan, menanam sesuai dengan

kemauan mereka, hutan jati milik pemerintah habis di tebang dan di bakar

bahkan mandor yang mati karena tertimpa pohon jatitidak mendapatkan

keadilan. Hal ini dapat di lihat pada kutipan berikut.

Pencuri-pencuri menjadi sangat berani. Hutan jati di sebelah selatan Pegaten rusak berat oleh penduduk sekelilingnya. Bahkan para pekerja perkebunan karet mulai melancarkan kerusuhan-kerusuhan. Tanaman karet ditebangi, tanahnya digarap menurut kemauan. Terpaksa polisi didatangkan, tetapi mereka malah melawan para petugas itu sampai ada yang tewas. Di hutan jati, seorang mandor juga meninggal tertindih kayu balok yang besar. Ketika peristiwa itu sampai kepengadilan, yang menjadi hakim adalah politik. Keputusannya berbunyi: Mandor jati itu sudah menerima hukuman yang patut, karena tidak berpihak kepada “rakyat”. Akibatnya, nasib hutan jati itu makin menyedihkan. Penduduk yang termakan hasutan politik membakar hutan milik negara (Kubah, 2015: 147).

Page 13: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

55

Pada kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek sosial dalam

masalah politik terletak pada ketidakberdayaan masyarakat untuk melawan

politik yang telah merugikan kehidupan masyarakat Pegaten.

b. Konflik psikis

Konflik psikis yang dialami individu karena dalam waktu yang

bersamaan menghadapi situasi yang mengandung unsur positif dan negatif

yang sangat kuat. Lihat kutipan berikut:

“dan isteriku mau kawin lagi” karman mengeluh seoramng diri; keluhan yang menyertakan rasa sakit didasar hati. Pada hari kedelapan karman bermaksud membalas surat marni. Entah dari mana datangnya, yang jelas ada pikiran bening diiotaknya. “betapapun terasa pahit, marni sepantasnya kulepaskan dan dirikulah yang memastikannya kapan dari akhir penahanan dan pengasingan ini tidak dapat diramalkan apalagi dipastikan. Padahal marni masih muda. Tiklah adil memaksa marni untuk ikut menderita dan kehilangan masa depannya apalagi anak-anaknya, anak-anakku perlu santunan. Nah, Baiklah marni kulepaskan walaupun hati dan jiwaku tidak pernah menceraikannya. Takkan pernah..”(Kubah ,2015: 115)

Peristiwa dalam kutipan tersebut merupakan tekanan bbatin yang

menimbulkan konflik positif dan konflik negatif, karena ppadasaat itu

mengharuskan karman memilih karena untuk kebaikan keluarga yang

ditinggalkannya. Karman memilih melepaskan marni bedasarkan tanggung

jawab atas kehidupan anak-anaknya yang tidak bisa ditanggungnya karena ia

dipenjara. Mungkin dengan melepaskan marni yang dinikahi oleh parta anak-

anaknya akan mendapatkan kehidupan yang layak (positif), namun disisi lain

karman mengeluh yang menyertakan rasa sakit hati apabila perceraian itu

dikabulkan (negatif).

Page 14: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

56

“Gambaran pergolakan batin karmanpun telah dirasakan sebelumnya

ketika harus memilih menikahi rivah atau mempertahankan ideologinya,

karena ayah rivah adalah lawan dari ideologinya. Berhari-hari karman

terombang ambing oleh pikirannya sendiri , pergolakan batinnya semakin

seru. Namun sampai kelopak matanya cekung karena kurang tidur, karman

belum bisa memutuskan apakah ia akan kembali melamar rivah atau tidak.

Yang jelas ingatannya kepada anak Haji Bakir itu bukan semakin surut malah

semakin bertambah. “

Konflik psikis yang dialami oleh tokoh Karman karena dalam waktu

yang bersaman mengandung motif positif dan negatif yang sama kuat yaitu

menikahi Rivah (positif) atau mempertahankan ideologinya (negatif). Akhir

dari konflik yang dirasakan karman ternyata tidak sepeti yanng ia harapkan

karena lamaran karman ditolak oleh haji bakir yang disebabkan karena

Karman sudah menyimpang keajaran yang sesat, sehingga tidak layak

mendampingi Rivah. Keadaan tersebut sebenarnya telah diciptakan oleh

lingkungan sekitar Karman yakni dari kawan kawan karman yang berpaham

komunis.

c. Konflik Antarpartai

1) Konflik bulan Oktober 1965

Konflik bulan Oktober 1965 diperlihatkan banyaknya tentara-tentara yang

ingin perang. Konflik tersebut terjadi dikarenakan ada konflik

sebelumnya. Interaksi sebelumnya adapun tersebut dapat dibuktikan

dengan kutipan sebagai berikut.

Page 15: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

57

“Geger Oktober 1965 sudah dilupakan orang juga di Pegaten. Orang-orang yang mempunyai sangkut paut dengan peristiwa itu, baik yang pernah ditahan atau tidak, telah menjadi warga masyarakat yang taat...” (Kubah, 2015: 38)

2) Bulan Agustus 1977

“Dari dulu, desa itu bernama Pegaten juga pada bulan Agustus 1977 dan entah sampai kapan lagi...” (Kubah, 2015: 186)

3) September 1948

Di Madiun, September 1948 terjadi pemberontakan besar…” (Kubah, 2015: 83).

4) Permulaan tahun jaran baru, tahun 1950

Karman merasa menjadi anak yang paling berbahagia di dunia. Pada permulaan tahun ajaran baru tahun 1950, Karman sudah menjadi seorang murid SMP di sebuah kota kabupaten yang terdekat…” (Kubah, 2015: 81).

5) Awal tahun enam puluhan

“ Yang terjadi di Pegaten pada awal tahun enam puluhan, sama seperti yang terjadi di mana-mana. Boleh jadi orang tidak senang mengingat masa itu kembaki karena kepahitan hidup yang terjadi waktu itu.” (Kubah, 2015: 146).

3. Konflik Agama dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari

a. Konflik Agama

Sepanjang sejarah umat manusia terjadi sejumlah konflik agama.

Konflik agama bisa terjadi di antara dua pemeluk agama yang berbeda atau di

antara para pemeluk agama yang sama. Konflik agama adalah konflik di

antara pemeluk, bukan konflik, di antara pemeluk, bukan konflik di antara

ajaran atau kitab suci agama. Dari segi ajaran dan kitab suci agama, memang

ada perbedaan mengenai ajaran atau doktrin agama. Ajaran agama Islam

berbeda di antara ajaran agama Katolik, Kristen (Protestan), Hindu, atau

Budha. Perbedaan di antara ajaran agama merupakan objek dari Ilmu

Page 16: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

58

Perbandingan Agama. Akan tetapi, pihak yang terlibat konflik bukan kitab

suci, doktrin, atau ajaran agamanya, melainkan para penganut agamanya atau

umatnya. Kitab suci tidak bisa berpikir dan berbicara adalah pata penganut

agama yang menerapkan kitab suci dalam kehidupannya. Agama dan kitab

sucinya tidak membenci dan membunuh orang, tetapi para pemeluknya yang

melakukannya (Wirawan, 2010: 71).

Novel Kubah adalah novel yang sarat dengan agama Islam, baik ajaran

tentang ketakwaan, ataupun keimanan yang terdiri bidang aqidah, bidang

syari’ah, dan bidang akhlak Selain itu novel Kubah juga mengajarkan betapa

pentingnya saling memanfaatkan terhadap kesalahan orang lain agar tercipta

rasa solidaritas yang tinggi. Seperti halnya sikap pemaaf warga masyarakat

Pegaten ketika menerima kehadiran Karman dari pengasingan. Masyarakat

Pegaten sama sekali tidak menyimpan rasa dendam terhadap Karman dan

kesalahannya pada masa lalu.

Hanya setahun sejak perkenalannya dengan kelompok Margo, perubahan besar terjadi pada diri Karman. Ia menjadi sinis. Segala sesuatu apalagi yang menyangkut Haji Bakir selalu ditanggapi dengan prasangka buruk. Karman pun mulai berani berterus terang meninggalkan masjid, meninggalkan peribadatan. Bahkan tentang agama, Karman sudah pandai mengutip kata-kata Margo, bahwa agama adalah candu untuk membius kaum tertindas (Kubah, 2015: 103).

a) Kapten Somad

Kapten Somad adalah perwira yang bertugas membina kehidupan

rohani para tawanan. Ia merupakan seorang yang pengertian, lapang dada,

simpatik. Dalam teks digambarkan sebagai berikut:

“Oh, baik, katakanlah. Aku akan senang mendengarnya. Siapa tahu aku dapat membantu meringankan perasaanmu” (Kubah, 2015: 20).

Page 17: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

59

b) Haji Bakir

Haji Bakir merupakan seorang tokoh agama dan termuka di

desanya. Ia sesosok orang yang berbudi luhur, penolong, pemaaf. Tokoh

Haji Bakir tersebut seperti digambarkan dalam teks berikut ini:

Tetapi marilah, kita tetap berhubungan baik seperti dahulu. Tanpa melalui ikatan perkawinan antara dirimu dengan Rifah. Aku percaya kau dapat menemukan calon isteri yang baik (Kubah, 2015: 212).

c) Bidang Aqidah

Aqidah adalah keyakinan teguh yang tidak tercampur keraguan

dengan sesuatu apapun. Hal ini dapat di lihat pada kutipan berikut:

“Karman tertunduk; Tuhan Yang dimaksudkan oleh Kapten Somad pastilah kepercayaan terhadap keberadaan Tuhan” (Kubah, 2015: 26). “Namun apabila kamu percaya dan berserah diri kepada Tuhan, maka jalan keluar selalu tersedia” (Kubah, 2015”27).

d) Bidang Syari’ah

Syariah adalah hukum yang telah diciptakan oleh Allah SWT

untuk seluruh makhluknya utamanya manusia. Ini dapat dibuktikan

dalaam novel Kubah.

"Namun akhirnya seorang lelaki tua sambil berjalan menepuk pundak Karman. “Mari, Pak, sudah hampir ikamah” (Kubah, 2015: 29). "Tini sudah selesai mandi kain batik dipinjungkan kemudian ia mengambil air sembahyang” (Kubah,2015: 39). "Mengapa sampai sejauh ini aku baru sadar ada dua anak yang wajib kusantuni?” keluhnya. “Seharusnya sejak dulu kuperhatikan kedua anak yatim ini” (Kubah, 2015: 59).

Page 18: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

60

e) Bidang Akhlak

Akhlak adalah tingkah laku yang terdapat pada diri seseorang yang

telah melekat, dilakukan dan dipertahankan secara terus menerus, ini dapat

dibuktikan dalam novel Kubah.

Tetapi Karman menganggap pekerjaannya membuat Kubah itu sebagai kesempatan yang istimewa. Se-sen pun ia tak mengharapkan upah. Bahkan dengan menyanggupi pekerjaan itu ia hanya memberi jasa (Kubah, 2015: 209). “Temui orang yang baru tiba dari Pulau Buru itu. Dia masih berdiri di pintu halaman. Suruh dia cepat meneruskan perjalanan. Atau berilah dia dua ratus rupiah, barangkali ia kehabisan bekal (Kubah, 2015: 7).

4. Konflik Ekonomi dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari

a. Masalah Kemiskinan

Dalam novel Kubah berada dalam kemiskinan struktural disebabkan

karena penjajahan Jepang yang menjarah semua hasil panen masyarakat serta

kemarau panjang yang melanda desa Pegaten, sehingga ada pihak yang

memanfaatkan keadaan. Hal ini dapat di lihat pada kutipan berikut.

Dalam wilayah Kecamatan Kokosan, desa Pegaten letaknya terpencil. Di sebelah selatan terdapat hutan jati yang luas. Sementara bagian barat dibatasi oleh perkebunan karet dan rawa-rawa. Tanah sawah serta ladang subur. Kalaulah sebagian penduduknya hidup miskin, pastilah bukan keadaan tanah Pegaten yang menyebabkannya. Salah satu kenyataan yang telah menyebarkan kesengsaraan di daerah itu adalah pergolakan-pergolakan yang diawali oleh masuknya tentara Jepang. Kemudian menyusul perjuangan mempertahankan kemerdakaan yang praktis berlangsung sampai awal tahun lima puluhan. Kehidupan yang tenteram hanya berlangsung beberapa tahun, menjelang akhir dasawarsa (Kubah, 2015: 134-135).

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa terjadinya kemiskinan di desa

Pegaten yang disebabkan oleh masuknya tentara Jepang di desa tersebut.

Page 19: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

61

Kemiskinan yang di rasakan oleh masyarakat desa Pegaten juga di rasakan

oleh keluarga Karman. Hal ini dapat di lihat pada kutipan berikut.

Pada masa pendudukan Jepang, orang-orang Pegaten mengalami masa yang sangat sulit. Kurang pangan terjadi di mana-mana karena padi orang kampung dijarah oleh tentara Jepang. Kemarau selama sembilan bulan juga ikut menyengsarakan semua orang (Kubah, 2015: 59).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa kesulitan pangan terjadi

ketika penjajah Jepang menjarah semua padi masyarakat Pegaten sehingga

mereka harus makan ubi-ubian untuk memenuhi kebutuhan makan setiap hari.

5. Konflik Budaya dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari

a. Perjodohan

Konflik budaya perjodohan antara Rifah dan seorang lelaki. Konflik

Rifah dengan seorang lelaki termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan. Rifah

dan lelaki itu tidak mengalami luka secara fisik, tetapi mengalami kekecewaan

terhadap Karman yang menyukai Rifah karena lamarannya kepada Rifah anak

Haji Bakir ditolak karena Haji Bakir sudah memilih jodoh untuk Rifah. Hal

ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

Haji Bakir sungguh tidak tahu diri dan tidak adil!” Rasa kecewa, marah dan malu berbaur dihati Karman. Akibatnya dia mendendam dan membenci haji Bakir. Karman memulai dengan enggan bertemu, bahkan enggan menginjak halaman rumah orang tua Rifah. Sembahyang wajib ia tunaikan di rumah. Dan ia memilih tempat lain bila menunaikan sembahyang jumat. (Kubah, 2015: 101).

Karman sangat dendam dan membenci Haji Bakir. Hal ini dapat dilihat

pada kutipan berikut.

Page 20: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

62

Apa yang diperbuat Karman adalah balas dendam. Ia merasa disakiti. Dinista. Dengan meninggalkan masjid Haji Bakir, ia pun bermaksud membalas dendam. Bahkan ketika ia mulai sekali-dua meninggalkan sembahyang wajib, ia juga merasa sedang membayar kesumat. Haji Bakir mempunyai masjid, dan bagi Karman, orang tua itu adalah tokoh agama. Dan wujud nyata agama di desa pegaten adalah Haji Bakir itulah! Maka makin sering meninggalkan peribadatan, Karman merasa makin puas (Kubah, 2015: 101).

Dari kutipan di atas dapat di ketahui bahwa Karman merasa puas

karena sudah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim demi

untuk membalas sakit hatinya.

b. Dekadensi Moral

Novel Kubah karya Ahmad Tohari menggambarkan moral seseorang

yang berperilaku negatif semata-mata untuk kepentingan partai dan

menggunakan nama partai untuk memenuhi nafsunya.

Hal tersebut sesuai dengan sikap Karman dan kelompok Margo yang

telah berhasil menghasut Karman untuk menjauhi tempat ibadah bahkan

meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim untuk beribadah.

Karman menjadi seorang eteis. Hal ini dapat di lihat pada kutipan berikut.

“Kau ingat, Karman! Seorang tokoh agama seperti Haji Bakir dengan serakah menguasai tanah sawah milik orangtuamu. Lalu apa namanya hal semacam itu kalau bukan kejahatan yang sangat nyata?” Hanya setahun sejak perkenalannya dengan kelompok Margo, perubahan besar yang terjadi pada diri Karman. Ia menjadi sinis. Segala sesuatu apabila yang menyangkut Haji Bakir selalu ditanggapi dengan prasangka buruk. Karman pun mulai berani berterus terang meninggalkan masjid, meninggalkan peribadatan. Bahkan tentang agama, Karman sudah pandai mengutip kata-kata Margo, bahwa agama adalah candu untuk kaum yang tertindas (Kubah, 2015: 104).

Page 21: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

63

B. Korelasi Konflik Sosial dan Politik dalam Kubah

Karya Ahmad Tohari

Ahmad Tohari dalam setiap karya sastranya tampak menonjolkan

permasalahan kehidupan yang dialami tokoh-tokoh yang tergolong “wong cilik” atau

orang kecil, baik di desa maupun di kota. Seperti halnya dalam novel Kubah, Ahmad

Tohari menggambarkan tokoh yang tidak berdaya melawan arus kehidupan politik di

sekitarnya sehingga terpaksa menjadi korban sistem politik. Dengan diilhami kasus

tragedi Nasional 30 September 1965, ia mengungkapkan sebuah fenomena sosial yan

khas dalam konteks politik di Indonesia.

Novel Kubah dimulai dengan gambaran keraguan tokoh Karman untuk segera

meninggalkan halaman Markas Komando Distrik Militer sebagai tempat terakhir

pembebasan dari pulau Buru, Karman adalah bekas tahanan politik pulau Buru di

wilayah Maluku, sebuah pulau yang sangat populer sebagai tempat pengasingan

orang-orang PKI atau yang terlibat dengan penghianatan pada 30 September 1965.

Bagi masyarakat Indonesia, Pulau tersebut mengisyaratkan status terberat bagi yang

pernah ditahan disana, terlepas dari fakta yang sebenarnya dialami oleh setiap

tahanan politik. Tokoh Karman dalam novel Kubah dapat digambarkan sebagai

seorang tokoh yang penting dalam tubuh PKI, karena kalau hanya orang biasa dalam

PKI, mustahil ia sampai dikirim ke pulau Buru.

Ahmad Tohari lebih memiliki pemikiran netral dalam novel Kubah menulis

berbeda, yaitu dengan tulisan G30S. Faktor yang melatarbelakangi penulisan G30S

dibandingkan G30S/PKI bagi Ahmad Tohari adalah bahwa peristiwa pemberontakan

yang terjadi tahun 1965 tidak hanya semata-mata disebabkan oleh anggota PKI

(Partai Komunis Indonesia), Tohari tidak memihak siapa yang benar dan salah atas

Page 22: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

64

terjadinya pemberontakan tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan

sebagai berikut.

Tidak mudah bagi seorang lelaki mendapatkan kembali tempatnya di masyarakat setelah dua belas tahun tinggal dalam pengasingan di Pulau Buru. Apalagi hati masyarakat memang pernah dilukainya. Karman, lelaki itu, juga telah kehilangan orang-orang yang dulu selalu hadir dalam jiwanya. Istrinya telah menikah dengan lelaki lain, anaknya ada yang meninggal, dan yang tersisa tidak lagi begitu mengenalnya. Karman memikul dosa sejarah yang amat berat dan dia hampir tak sanggup menanggungnya. Namun di tengah kehidupan yang hampir tertutup baginya, Karman masih bisa menemukan seberkas sinar kasih sayang. Dia dipercayai oleh Pak Haji, orang terkemuka di desanya yang pernah dikhianatinya karena dia sendiri berpaling dari Tuhan, untuk membangun kubah masjid di desa itu. Karman merasakan menemukan dirinya kembali menemukan martabat hidupnya (Kubah, 2015: halaman sampul belakang).

Kutipan di atas memberikan korelasi bahwa Tohari lebih memberikan

kebebasan kepada pembaca untuk menilai sendiri atas peristiwa pemberontakan yang

mengakibatkan konflik yang berkepanjangan bagi masyarakat. Masyarakat Indonesia

terbiasa mendengar tentang sejarah kelam Indonesia pada masa-masa pengkhianatan

sebuah partai komunis dari sudut pandang seorang Karman, seorang lelaki desa yang

terpaksa menanggung beban sejarah. Berlatar pedesaan pada tahun 60-70an, Tohari

bernarasi tentang kegetiran hidup mantan anggota partai terlarang di Indonesia yang

kemudian terbuang oleh partai maupun oleh lingkungan.

Lalu, kenapa Kubah? Karena kubah-lah yang akan merubah hidup seorang

Karman. Menariknya dari kegelapan masa lalu. Menyelamatkannya dari penolakan

masyarakat. Serta memanusiakan kembali Karman menjadi manusia seutuhnya.

Novel dengan akhiran yang sengaja dibiarkan menggantung (open ending) ini

diakui penulisnya bertujuan supaya pembaca terus berpikir tentang keseluruhan

cerita, sehingga pembaca dapat membayangkan sendiri akhir cerita sesuai dengan

aspirasi masing-masing. Di dalam salah satu esai Ahmad Tohari beropini, bahwa

Page 23: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

65

open ending menjadi semacam eksperimen demokratisasi antara pembaca dan

pengarang, sekaligus beliau mengakui kepasrahannya, apakah eksperimen ini berhasil

atau gagal. Alurnya terputus-putus karena dipergunakan untuk menyajikan episode-

epsode yang seolah-olah terpisah dari pokok cerita, tetapi kemudian bertautan pada

titik tertentu. Merupakan rangkaian kejadian yang disusun berdasarkan hubungan

sebab akibat atau keberadaan kualitas atau dapat dikatakan alur adalah serangkaian

kejadian dan perbuatan, hal-hal yang dia alami dan dikerjakan pelaku sepanjang

cerita. Dengan model alur pewayangan itulah novel Kubah yang terdiri dari sepuluh

bagian mengisahkan perjalanan tokoh Karman melalui episode-episode yang tidak

bersambungan secara ketat . Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai

berikut.

Bagian pertama (35 halaman): kisah kepulangan Karman dari Pulau Buru.

Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

“ Sampai di dekat pintu keluar, Karman kembali gagap dan tertegun. Menoleh ke kiri dan ke kanan seakan ia merasa sedang ditonton oleh seribu pasang mata. Akhirnya, dengan kaki gemetar ia melangkah menuruni tangga Markas Komando Distrik Militer itu.” (Kubah, 2015: 5). Bagian Kedua (17 halaman): kisah pendek tentang gadis Tini (anak Karman)

yang bersiap menjemput Karman ditengah keluarga Gono. Hal ini dapat dibuktikan

sebagai berikut:

“Rumah Gono terletak di tepi sebuah kanal kecil. Itu petunjuk yang jelas meski misalnya sudah terjadi banyak perubahan di sana. Maka Karman merasa pasti telah sampai ke tujuan ketika ia melihat kanal kecil itu (Kubah, 2015: 32). Begitu Haji Bakir masuk ke rumah Bu Mantri itu, Karman berlari menjemputnya, lalu menjatuhkan diri. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, Karman memeluk orang tua itu pada pinggangnya. Ia menangis seperti anak kecil. Haji Bakir yang merasa tidak bisa

Page 24: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

66

berbuat apa-apa membiarkan Karman memuaskan tangisnya (Kubah,2015: 173-174).

Bagian Ketiga (18 halaman ): kisah masa kecil Karman dalam kaitannya

dengan keluarga Haji Bakir. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

Keadaan hidup Karman setelah ayahnya meninggal:

“Sepeninggal ayahnya, Karman hidup dengan ibu dan seorang adik perempuan yang masih kecil. Sebenarnya Karman punya dua kakak lelaki. Tetapi keduanya meninggal dalam bencana kelaparan pada zaman penjajahan Jepang. Keadaan keluarga Karman amat menyedihkan...”( Kubah,2015: 61 ).

Bagian Keempat (16 halaman): kisah Margo dan Triman dalam membina

Karman sebagai calon kader partai. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

terjadi pada saat pemberontakan Karman terhadap Haji Bakir sudah memuncak. Hingga akhirnya Karman bergabung dengan Margo menjadi seorang aktivis politik. “Hanya setahun sejak perkenalannya dengan kelompok Margo, perubahan besar terjadi pada diri Karman.ia menjadi sinis. Segala sesuatu apalagi yang menyangkut Haji Bakir selalu ditanggapi dengan prasangka buruk...” ( Kubah, 2015: 103 ).

Bagian Kelima (11 halaman): kisah perdebatan Karman dengan Paman

Hasyim tentang ketidakadilan Haji Bakir. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

“Ternyata keluarga Haji Bakir tidak pernah memperlakukan Karman sebagai pembantu rumah tangga yang sebenarnya. Anak itu diberi kesempatan menamatkan pendidikannya di sekolah rakyat yang sudah dua tahun ditinggalkannya. Pekerjaan yang diberikan kepada Karman adalah pekerjaan sederhana yang bisa diselesaikan oleh anak seusianya; mengantarkan makanan bagi orang yang sedang bekerja di sawah, menyapu rumah dan halaman, memelihara ikan di kolam, dan melayani si manja Rifah...” (Kubah,2015 : 65)

Bagian Keenam (16 halaman): kisah upaya Karman memjumpai Rifah

dengan cara sembunyi-sembunyi, tetapi ditolak Rifah dengan halus sehingga lelaki itu

merasa malu. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

Page 25: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

67

Ketika Karman mulai tertarik kepada Rifah dan bermaksud memperistri Rifah,tetapi lamaran Karman ditolak oleh Haji Bakir karena Rifah sudah dilamar oleh pemuda lain. Sehingga membuat Karman menjadi benci kepada Haji Bakir. “Bahkan Karman pun merasa punya alasan untuk berharap karena sifat Rifah yang tetap hangat. Kemanjaannya terhadap Karman tak berubah seperti ketika keduanya masih suka bermain baling-baling yang terbuat dari daun kelapa...” ( Kubah, 2015: 83 )

Bagian Ketujuh (13 halaman): kisah perubahan situasi sosial di daerah

kecamatan Kokosan, termasuk perubahan sikap Karman terhadap ibadah istrinya. Hal

ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

”Karman memulai dengan enggan bertemu, bahkan enggan menginjak halaman rumah orang tua Rifah. Sembahyang wajib ia tunaikan di rumah...” (Kubah, 2015 : 101)

Bagian Kedelapan (13 halaman): suasana Desa Pegaten menjelang Oktober

1965 dan pelarian Karman yang ketakutan setelah terjadi geger. Hal ini dapat

dibuktikan sebagai berikut:

“Geger Oktober 1965 sudah dilupakan orang juga di Pegaten. Orang-orang yang mempunyai sangkut paut dengan peristiwa itu, baik yang pernah ditahan atau tidak, telah menjadi warga masyarakat yang taat...” (Kubah, 2015: 38)

Bagian Kesembilan (20 halaman): kisah kehidupan Kastagethek yang

sederhana dan kelanjutan pelarian Karman sampai di sebuah makam dan tertangkap.

Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

Dari Muara, Kastagethek pulang ke Pangkalan dengan berjalan kaki menyusuri bantaran Kali Sikura. Perjalanan itu bisa menghabiskan waktu sampai dua hari (Kubah, 2015: 163).

Bagian Kesepuluh (19 halaman): kisah pertemuan Marni dengan Karman di

rumah Bu Mantri, dan 3 bulan kemudian Tini dilamar Jabir, cucu Haji Bakir. Ini

dapat dibuktikan sebagai berikut:

Page 26: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

68

“Tadi siang Haji Bakir menyuruh seseorang ke rumahku. Malam ini kami diminta berkumpul di rumah Bu Mantri. Sebentar lagi beliau menyusul kemari. Paknya Tini, kamu mau menata kursi-kursi?” (Kubah,2015: 200).

Bagian Terakhir (3 halaman): kisah pendek keberhasilan Karman membuat

sebuah kubah di masjid Haji Bakir. Ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

“Luar biasa bagusnya,” kata seseorang ketika kubah masjid hasil kerja Karman selesai dipasang menjadi puncak bangunan masjid. ( Kubah, 2015: 210).

Kubah, novel pertama Ahmad Tohari, berpijak pada peristiwa Gestapu tahun

1965. Di sini Tohari tidak melontarkan sinisme terhadap peristiwa yang hingga saat

ini masih dikungkungi kabut ketidakjelasan. Atau mempertanyakan kebenaran dan

sekian banyak manusia yang menjadi korban dalam aksi pembasmian yang

dilaksanakan pihak militer. Bisa jadi karena saat buku ini pertama kali diterbitkan

(1980), Indonesia sedang berada dalam cengkeraman rezim Soeharto yang

menjadikan para komunis sebagai pemikul dosa sejarah yang amat berat dan tak

tertanggungkan. Tanpa berbicara banyak, Tohari menegaskan bahwa pilihan hidup

Karman menjadi komunis adalah pilihan yang keliru, dan oleh karena itu, ia mesti

menanggung akibat dari pilihannya.

Sebagian besar isi novel ini bukanlah tentang pemulihan Karman dari bekas

tahanan politik kembali menjadi bagian masyarakat Pegaten. Kita tidak akan banyak

mendapatkan pergumulan pribadi Karman untuk mendapatkan kembali tempatnya di

tengah masyarakat, padahal hal ini berpotensi melahirkan kisah yang lebih

menggugah perasaan. Semua seolah berlangsung dengan midah, tidak ada kontrak,

seakan-akan peristiwa menggegerkan di tahun 1965 itu tidak pernah terjadi dan

memberikan dampak apa-apa. Bahkan Tohari menyatakan bahwa.

Page 27: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

69

“Geger peristiwa Oktober 1965 sudah dilupakan orang” (Kubah, 2015: 38).

Padahal, saat itu tahun 1977, dan rezim yang berkuasa masih sedang gencar-

gencarnya mempropagandakan dosa-dosa komunis. Masa lalu Karman dari seorang

Muslim yang beribadah di Masjid Haji Bakir hingga menjadi komunis yang

kemudian terdampar sebagai tahanan politik, menjadi bagian paling utama dalam

novel ini. Tohari bisa dikarakan berhasil menyampaikan transformasi yang dialami

Karman. Lengkap dengan motif di belakangnya. Meskipun harus diakui, bagian

utama ini juga menyimpan bagian-bagian yang terkesan hanya dijejalkan untuk

mempertebal novel.

Tanpa sepengetahuannya, Haji Bakir telah menjadi katalisator transformasi

Karman menjadi seorang komunis. Tidak hanya dianggap telah berlaku tidak adil

lantaran menyilih sawah satu setengah hektar milik keluarga Karman dengan satu ton

padi. Tapi juga karena dua kali menolak Karman saat meminang Rifah putrinya.

Selain mendamaikan Karman dengan masyarakat Pegaren. Tohari perlu terlebih

dahulu mendamaikan Karman dengan Haji Bakir. Hal ini ditunjukkannya melalui

pernikahan Jabir, putri Rifah, dengan Tini, putri Karman. Perdamaian ini dengan Haji

Bakir dan masyarakat Pegaten menyatu dalam usaha pemugaran masjid pada bagian

akhir novel. Karman menyodorkan dirinya untuk membuat kubah baru bagi Masjid

Haji Bakir. Hal ini dapat dibuktikan.

Karman mengganggap pekerjaan membuat kubah itu sebagai kesepakatan yang istimewa. Sesen pun ia tak mengharapkan upah. Bahkan dengan menyanggupi pekerjaan itu ia hanya ingin member jasa. Bagaimana juga sepulang dari pengasingan ia merasa ada yang hilang pada dirinya. Ia ingin memperoleh kembali bagian yang hilang itu. Bila ia dapat member sebuah kubah yang bagus kepada orang-orang Pegaten, ia berharap memperoleh apa yang hilang itu. Atau setidaknya Karman bias membuktikan bahwa dari seorang bekas

Page 28: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

70

tahanan politik seperti dia masih dapat diharapkan sesuatu!. (Kubah, 2015: 209-210).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan warga Pegaten

dalam menerima Karman menunjukkan perilaku yang baik untuk bisa menerima

Karman lagi sebagai warga desa Pegaten yang tidak mudah bagi seorang lelaki

mendapatkan kembali tempatnya di masyarakat setelah dua belas tahun tinggal dalam

pengasingan di Pulau Buru.

Seperti gambaran sejarah 1965 merupakan akhir dari komunis di Indonesia,

partai Karman diserbu habis oleh Margo, Si Gigi Besi, dan Triman di hikum mati.

Karman ketakutan dan kabur mencari perlindungan hidup di hutan, di kuburan hingga

akhirnya tertangkap setelah menderita sakit karena gizi buruk.

Tindakan ini justru memperlihatkan bahwa tidakan Karman disambut dengan

tangan dingin dan terbuka untuk kembali lagi menjadi seorang laki-laki Karman yang

memikul dosa sejarah yang amat berat dan hampir tak sanggup menanggungnya.

Namun di tengah kehidupan yang hampir tertutup baginya, Karman masih bisa

menemukan seberkas sinar kasih saying. Dia dipercayai oleh Haji Bakir, orang

terkemukadi desanya yang pernah dikhianatinya karena dia sendiri berpaling dari

Tuhan, untuk membangun kubah masjid di desa itu. Karman merasakan menemukan

dirinya kembali menemukan martabat hidupnya.

Novel Kubah ini terlihat hampir seluruh karyanya selalu dipengaruhi oleh

realitas kehidupan masyarakat dengan segala persoalannya. Hambatan non teknis itu

berkaitan dengan kesibukannya sebagai seorang warga masyarakat yang tidak

terlepas dari kewajiban-kewajiban sosial, namun sampai saat ini lingkungan desa itu

justru merupakan sumber inspirasi dan semangatnya pengarang. Cerita tentang PKI

Page 29: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

71

dan bagaimana kehidupan seorang tahanan politik yang dirundung berbagai masalah

ketika dalam pengasingan, ini dapat dikutip sebagai berikut ini

Tokoh utama dalam novel ini pertama kali diceritakan terjadi perubahan sikap

dan pemikiran yang taat beragama menjadi lelaki yang ateis atau komunis. Kemudian

terjadi penderitaan lahir batin karena kesadaran sendiri tokoh Karman untuk berpihak

kepada PKI. Pada akhir cerita tokoh Karman merasa senang karena diterima kembali

oleh lingkungan yang dahulu membencinya, bahkan dipercaya membuat kubah yang

megah di masjid desanya. Hal ini dapat dibuktikan:

“Maka Karman bekerja dengan sangat hati-hati. Ia menggabungkan kesempurnaan teknik, keindahan estetika, serta ketekunan”(Kubah, 2015: 210). Dalam novel tersebut digambarkan tentang proses kehidupan yang dialami

oleh Karman, dia hanya seorang bekas Tapol, tahanan politik, begitu Karman berkali-

kali meyakinkan dirinya, yang kemudian tumbuh dan berkembang mengikuti waktu

dan budaya saat itu. Perjalanan nasib merubah Karman seorang bekas Tapol, kondisi

politik, sosial dan budaya ikut mewarnai perjalanan Karman yang memang penuh

dengan liku-liku. Karena situasi politik dan ia terlibat di dalamnya Karman pun ikut

ditahan dalm kasus tersebut. Namun setelah terjadi geger politik di akhir tahun 1965,

Karman ditahan karena dianggap pendukung PKI lewat penampilannya yang paling

dominan dan selalu mewarnai dari awal sampai akhir cerita. Selain itu, memang

novelini intinya menceritakan perjalanan hidup Karman. Setelah dibebaskan dari penjara

selama dua belas tahun tinggal dalam pengasingan di Pulau Buru dan dia ingin hidup

sebagaimana Karman seorang komunis.

Novel Kubah merupakan novel yang mempunyai ciri khas yang sama dengan

novel karya Ahmad Tohari lainnya, yakni menggambarkan permasalahan hidup yang

Page 30: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

72

dialami oleh orang kecil. Walaupun ciri khasnya sama, novel Kubah ini mempunyai

keunikan tersendiri dengan novel-novel lain novel Kubah juga berlatar tragedi

nasional 30 September 1965. novel Kubah mengisahkan penderitaan lahir batin tokoh

Karman karena kesadarannya sendiri untuk berpihak pada PKI. Akhir cerita novel

Kubah mengisyaratkan harapan yang menyenangkan bagi Karman. Tokoh Karman

merasa senang karena diterima kembali oleh lingkungan yang dahulu dibencinya,

bahkan dipercaya membuat kubah yang megah di masjid desanya.

Sosok Ahmad Tohari yang tinggal di Desa Tinggarjaya sekitar 27 kilometer di

sebelah selatan Purwokerto Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah yang berprofesi

sebagai wartawan justru tidak dikenal sebagai seorang pengarang yang karya-

karyanya sudah mendunia. Di lingkungannya dia dikenal sebagai seorang wartawan

atau sebagai seorang santri dalam kehidupannya sehari-hari menjadi tetap lugas dan

tetap berjalan seperti apa adanya meskipun kadang-kadang dirasakan menghambat

kesempatannya untuk mengarang. Hambatan non teknis itu berkaitan dengan

kesibukannya sebagai seorang warga masyarakat yang tidak terlepas dari kewajiban-

kewajiban sosial, namun sampai saat ini lingkungan desa itu justru merupakan

sumber inspirasi dan semangatnya mengarang. Oleh karena itu, kehidupan orang desa

dengan persoalan masing-masing tampak menonjol dalam hampir seluruh karya

Ahmad Tohari. Ini terlihat hampir seluruh karyanya selalu dipengaruhi oleh realitas

kehidupan masyarakat dengan segala persoalannya. Ia percaya dan bahkan yakin

bahwa karya sastra merupakan pilihan untuk berdakwah atau mencerahkan batin

manusia agar senantiasa selalu membaca ayat Tuhan.

Dengan mengarang ia berharap dapat berperan dalam membangun moral

masyarakat dan bangsa sehingga berkembang menjadi masyarakat yang beradab,

Page 31: BAB IV ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id file44 “Sekarang nasib kita sama”, kata Birin. “Aku dan kamu sama-sama punya tiga anak. Bedanya, istriku hanya tahan empat bulan hidup

73

yaitu masyarakat yang tidak suka berbohong. Menegakkan kebenaran, kejujuran dan

kasih sayang dengan latar kehidupan desa yang memang dikenal betul oleh

pengarang.

Kehidupan masyarakat di novel ini mengacu pada peristiwa sekitar

G30S/PKI. Pada awalnya, keadaan aman dan damai serta suasana kekeluargaan

masih kental, yang mencerminkan masyarakat desa. Namun setelah terjadi

pemberontakan PKI, kerusuhan terjadi di mana-mana, banyak orang yang kekurangan

pangan karena terjadi inflasi, serta kejadian-kejadian buruk lain. Dan setelah

kerusuhan mereda dan pemberontakan gagal, keadaan kembali seperti semula.

Keadaan ini sangat mempengaruhi jalannya cerita, karena latar waktu kejadian

diambil dari peristiwa waktu itu. Selain itu, penulis juga mengungkapkan betapa rasa

kekeluargaan kental pada masyarakat zaman itu, hal ini terlihat waktu Karman yang

merupakan mantan anggota PKI ketika ingin kembali pada warga, mereka menerima

Karman dengan lapang dada.

Novel Kubah ini memberikan gambaran adanya kasus pengasingan di Pulau

Buru, yang dilakukan oleh Karman dan terjadinya partai politik. Peristiwa partai

politik yang terjadi tersebut merugikan banyak pihak. Oleh karena itu, akan lebih baik

jika pembaca lebih peka dan lebih menghormati perbedaan mengingat negara

Indonesia adalah negara multikultural terutama mengenai keyakinan orang lain agar

tercipta negara yang damai, aman, nyaman, dan sejahtera.